PENGGUNAAN ANGGARAN DALAM PENILAIAN KINERJA

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
1
PENGGUNAAN ANGGARAN DALAM PENILAIAN KINERJA MANAJEMEN
RUDDY VIALI PANGAU
[email protected]
Endang Dwi Retnani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to evaluate and to analyze whether the budgeting process and the use of responsibility
accounting system is capable to appraise the management performance. The research method is using qualitative
method since the researcher is testing a hypothesis. The researcher is using descriptive analysis technique since it
describes the researched object as it is. It is found from the result of research that in the implementation the
organization structure of PT Nilam Port Terminal Indonesia has clearly shown its responsibility and authority in
accordance with the organization structure but it has not made responsibility code center, budgeting system is done
by using bottom up budgeting method though it has not included all responsibility center leaders yet, cost account
code and the arrangement responsibility report has no separation between controllable and uncontrollable cost. It
can be concluded that PT Nilam Port Terminal Indonesia has not implemented the responsibility accounting
system. Therefore in order to be able to implement responsibility accounting system, the organization structure of
the company should include responsibility code center, cost account code and responsibility report should divide
controllable and uncontrollable cost and all leaders of responsibility center participation in budgeting.
Keywords:
Responsibility Accounting, Performance Evaluation Controllable and Uncontrollable Cost
ABSTRAK
Penelitan ini bertujuan untuk menilai dan menganalisis apakah proses penyusunan anggaran dan juga
penggunaan sistem akuntansi pertanggungjawaban mampu berperan dalam menilai kinerja manajemen.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif karena penulis
tidak sedang menguji suatu hipotesis. Dan penulis menggunakan teknik analisis deskriptif karena
menggambarkan secara apa adanya obyek yang diteliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam
penerapannya, struktur organisasi PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah menunjukkan dengan jelas
wewenang dan tanggung jawabnya sesuai jenjang organisasi tetapi masih belum membuat kode pusat
pertanggungjawaban, sistem anggaran dilakukan dengan metode Bottom Up Budgeting walaupun masih
belum mengikutsertakan semua pimpinan pusat pertanggungjawaban, pada kode rekening biaya dan
penyusunan laporan pertanggungjawaban belum ada pemisahan antara biaya terkendali dan tidak
terkendali. Simpulan yang ditunjukkan dari hasil penelitian ini bahwa PT. Nilam Port Terminal
Indonesia masih belum menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu untuk dapat
menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, struktur organisasi yang ada pada perusahaan harus
disertakan kode pusat pertanggungjawaban, kode rekening biaya dan laporan pertanggungjawaban
dipisahkan antara biaya terkendali dan tidak terkendali serta keikutsertaan seluruh pimpinan pusat
pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran.
Kata Kunci:
Akuntansi Pertanggungjawaban, Penilaian Kinerja dan Biaya Terkendali/ Tidak
Terkendali.
PENDAHULUAN
Perkembangan dalam dunia usaha di Indonesia akhir-akhir ini berjalan dengan sangat
pesat, sehingga mengakibatkan timbulnya persaingan diantara badan usaha yang semakin
ketat. Oleh karena itu perusahaan sangat memerlukan suatu alat yang berfungsi sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
perencanaan serta pengendalian. Untuk melakukan perencanaan dan pengendalian diperlukan
suatu alat yang baik, yang dapat memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam
menjalankan fungsinya. Alat tersebut adalah anggaran. Anggaran berperan sebagai alat
perencanaan dan pengendalian.
Dalam bentuk sederhana anggaran merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja,
dan aktivitas. Penganggaran terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiaptiap program dan aktifitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran dimulai ketika
perumusan strategi dan perencanaan strategi telah selesai dilakukan. Anggaran merupaka
artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat. Tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak
berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan
organisasi (Mardiasmo, 2002:61).
Anggaran dapat diintepretasi sebagai paket penyataan pemikiran penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di
dalam tampilan anggaran selalu disertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi di
masa lalu (Bastian, 2001:79). Secara otomatis tujuan anggaran adalah mendukung terciptanya
kesatupaduan aktivitas dari berbagai elemen dan level manapun di dalam organisasi untuk
mencapai tujuan akhir organisasi. Maka disini letak pentingnya system evaluasi terhadap
pencapaian target maupun sasaran organisasi diciptakan sehingga seorang manajer tidak saja
termotivasi mencapai indicator kinerja yang telah direncanakan, pada saat yang bersamaan
juga melakukan tindakan koreksi berdasarkan kepentingan strategis suatu entitas (Harun,
2009:107).
Meskipun penganggaran merupakan salah satu tugas manajemen setiap tahun, namun
berbagai persoalan masih sulit diselesaikan. Hal ini mengingat proses tsb sangat luas dengan
melibatkan banyak sumber daya, dipengaruhi juga oleh factor internal dan ekternal, serta
ketidakpastian ekonomi dan politik. Untuk itu anggaran kinerja sangat penting terutama bagi
manajemen sebagai alat ukur untuk menilai efektivitas dari kinerjanya terhadap anggaran itu
sendiri, apakah telah merialisasikan anggaran sesuai dengan yang ditetapkan.
Secara langsung maupun tidak langsung dengan disusunnya anggaran akan
mengakibatkan perbaikan dari suatu organisasi serta dilihat dari banyaknya manfaat yang
didapat dari adanya anggaran maka sudah seharusnya juga manajemen menerapkan
penggunaan anggaran sebagai alat pengukuran kinerja.
Pengelolaan manajemen dalam mengalokasikan segala aktivitas-aktivitas belanja
operasional kedalam perencanaan anggaran sangat dibutuhkan mengingat sub bagian dalam
keuangan PT. NPTI sangan beragam, mulai dari pengendalian dan skill dari SDM yang ada,
pengadaan alat-alat berat sampai dengan perawatan khusus untuk alat-alat berat tersebut.
Sehingga
kemampuan
untuk
mengendalikan,
mengevaluasi,
dan
mampu
mempertanggungjawabkan atas penggunaan dana anggaran pengeluaran dan realisasi
anggaran penerimaan perusahaan di setiap sub bagian tersebut sanganlah penting.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan
dibahas adalah “adalah bagaimana anggaran produktifitas dapat mengukur efektifitas kinerja
perusahaan PT. Nilam Port Terminal Indonesia (Meratus Grup)?, Berdasarkan permasalahan
yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui dan
menganalisa penggunaan anggaran biaya terhadap efektifitas kinerja manajemen di PT. Nilam
Port Terminal Indonesia (Meratus Grup)”.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3
TINJAUAN TEORETIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN
Anggaran
Secara umum anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja
dalam satu periode dan sumber pendapatan. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan
dan keinginan masyarakat yang tak terbatas. Anggaran merupakan titik focus dari persekutuan
antara proses perencanaan dan pengendalian. Penganggaran (budgeting) adalah proses
penerjemahan rencana aktivitas kedalam rencana keuangan. Dalam makna yang lebih luas,
penganggaran meliputi penyiapan, pelaksanaan, pengendalian, dan pertanggungjawaban
anggaran yang biasa dikenal dengan siklus akuntansi. Dengan demikian, penganggaran perlu
adanya standardisasi dalam berbagai formulir, dokumen, intruksi dan prosedur karena
menyangkut dan terkait dengan operasional perusahaan sehari-hari (Yuwono, dkk, 2005:29).
Karakteristik Anggaran
Karakteristik anggaran menurut Mulyadi (2001: 490) adalah sebagai berikut: (1). Dinyatakan
dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. (2). Anggaran umumnya mencakup
jangka waktu satu tahun. (3). Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang
berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab dalam mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran. (4). Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang
berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran. (5). Sekali disetujui, anggaran hanya dapat
diubah di bawah kondisi tertentu. (6). Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya
dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis juga dijelaskan.
Fungsi Anggaran
Anggaran memiliki beberapa fungsi utama, diantaranya: (1). Anggaran merupakan hasil akhir
proses penyusunan rencana kerja. (2). Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan di masa mendatang/pedoman bagi organisasi dalam mengelola untuk satu
periode di masa yang akan datang. Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk: (a).
merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.
(b). Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencakan alternative sumber pembiayaannya. (c). Mengalokasikan dana pada berbagai
program dan kegiatan yang telah disusun. (d). Menentukan indicator kinerja dan tingkat
pencapaian strategi. (3). Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan
berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan. Setiap unit kerja terlibat
dalam proses penyusunan anggaran. (4). Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran di suatu organisasi agar pembelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemberi wewenang. Pengendalian anggaran dapat dilakukan
dengan 4 cara: (a). membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang dianggarkan. (b).
Menghitung selisih anggaran. (c). Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable)
dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atas suatu virus. (d). Merevisi standar biaya atau
target anggaran untuk tahun/periode berikutnya. (5). Anggaran sebagai alat motivasi dan
persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi organisasi. Anggaran dapat
digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan staffnya agar bekerja secara ekonomis,
efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (6).
Anggaran merupakan instrumen politik. (7). Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
Sementara itu, menurut UU 17/2003, anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan
kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk
mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.
Tujuan Anggaran
Menurut Anthony et al. (dalam Wahyuningsih, 2012) bahwa empat tujuan pokok dari
penyusunan anggaran adalah: (1). Memperbaiki rencana strategis. (2). Mengkoordinasikan
aktivitas berbagai bagian organisasi. (3). Menyerahkan tanggung jawab kepada manajer,
memberikan otorisasi besarnya biaya yang boleh dikeluarkan, dan memberikan umpan balik
kepada manajer atas kinerja mereka. (4). Sebagai perjanjian dan komitmen yang merupakan
dasar untuk mengevaluasi kinerja manajer sesungguhnya.
Jenis-jenis Anggaran
Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan akan terkait dengan anggaran
perusahaan tersebut. Anggaran yang satu bisa berbeda baik dari segi isi, bentuk, maupun
kegunaannya dengan anggaran yang lain. Agar tidak terkecoh oleh beragamnya jenis anggaran
yang ada di dalam perusahaan, maka perlulah di ketahui bagaimana penggolongan anggaran
yang benar sehingga tidak menimbulkan kerancuan di dalam memisahkan masing-masing
anggaran yang ada di dalam perusahaan tersebut: (1). Jenis Anggaran Perusahaan Berdasar
Ruang Lingkup (2). Jenis Anggaran Perusahaan Berdasar Fleksibilitas
Penyusunan budget dengan cara continuos budget mempunyai karakteristik-karakteristik
diantaranya: (a). Penyusunannya menurut periode tertentu, volume tertentu, dan berdasarkan
volume tersebut disusun rencana revenue, cost dan expenses. (b). Untuk mengetahui apakah
asumsi-asumsi dasar masih dapat dipakai atau tidak, maka secara periodik dilakukan penilaian
kembali. Tentu saja bila sudah tidak reliable, maka asumsi harus dirubah. penilaian kembali,
dalam pelaksanaannya dapat dilakukan setiap kwartal. apabila dalam satu kwartal tertentu
ternyata telah terjadi ketidak sesuaian, maka perlu dibuat anggaran baru untuk kwartal
berikutnya. penilaian kembali dapat juga dilakukan enam bulan sekali, tergantung dari
kebijaksanaan masing-masing perusahaan. Perusahaan yang merasakan sering terjadinya
perubahan lingkungan , merasa perlu untuk mengadakan penilaian kembali relatif lebih sering,
upamanya setiap kwartal. Sedangkan perusahaan yang merasa jarang menghadapi perubahanperubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi kegiatannya, menganggap bahwa enam
bulan sekali adalah jangka waktu paling tepat untuk mengadakan penilaian kembali. (c).
Ditambahkan anggaran untuk satu triwulan pada periode anggaran berikutnya dengan
menggunakan data-data yang paling akhir dimiliki. Pemanfaatan budget continuous memiliki
syarat sebagai berikut: (a). Memerlukan perekaman data ekstern secara terus menerus. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan. (b). memerlukan sistem dan
personalia akuntansi yang cepat dapat merekam, menganalisa serta melaporkan adanya
penyimpangan-penyimpangan dalam realisasi. (3). Jenis Anggaran Perusahaan Berdasar Jangka
Waktu. Untuk mengoptimalkan kegunaan anggaran, penyusunan anggaran perlu
memperhatikan beberapa syarat sifat anggaran seperti berikut: (a). Realistis. Artinya tidak
terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis. (b). Luwes. Artinya tidak terlalu kaku, dan
mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan yang mungkin berubah. Untuk itu pihak
manajemen perlu mengamati perubahan lingkungan yang terus menerus terjadi agar dapat
melakukan penyesuaian bilamana diperlukan. (c). Kontinyu. Artinya membutuhkan perhatian
terus-menerus dan tidak merupakan suatu usaha yang insidentil.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5
Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Sistem pengendalian manajemen ini hendaknya mampu mengukur dan mengevaluasi
aktivitas perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi
kemajuan yang dicapai oleh perusahaan membuat pemilik atau pemimpin perusahaan tidak
memungkinkan lagi untuk mengawasi perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas
perusahaan secara langsung sehingga dalam hal ini biasanya manajemen puncak akan
menciptakan berbagai wilayah tanggung jawab, yang dikenal sebagai pusat
pertanggungjawaban, dan menugaskan manajer dibawahnya untuk menangani wilayah
tersebut. Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis yang
manajernya bertanggung jawab terhadap peraturan kegiatan-kegiatan tertentu.
Berikut ini beberapa definisi mengenai akuntansi pertanggungjawaban yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu: (1). Menurut Hansen dan Mowen (2004: 116), Akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap
pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. (2). Menurut Samryn (2001: 15-16),
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk
mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan
manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem
pengendalian manajemen. (3). Menurut Mulyadi (2001: 218), Akuntansi pertanggungjawaban
adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan
biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi,
dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggung jawab atas
penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.
Menurut Viyanti dan Se Tin (2010), Sistem Akuntansi pertanggungjawaban dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: (a). Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional
(traditionally responcibility accounting), yaitu akuntansi pertanggungjawaban yang menfokuskan
pengendalian terhadap konsumsi sumber daya oleh responsible manajer. (b).
Activity-based
responsibility accounting, yaitu akuntansi pertanggungjawaban yang memfokuskan
pengendalian terhadap aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. (c). Sistem biaya standar
yaitu akuntansi manajemen tradisional menekankan pengendalian terhadap harga pokok
penjualan (product cost).
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, pihak yang diberi wewenang harus melaporkan
hasil kerja yang dicapainya yang disebut laporan pertanggungjawaban karena akuntansi
pertanggungjawaban itu sendiri berawal dari adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab
dalam struktur organisasi. Pendelegasian wewenang itulah yang akan menimbulkan tanggung
jawab kepada orang yang memberi wewenang. Sistem akuntansi memainkan peranan penting
dalam mengukur kegiatan dan hasilnya juga dalam menentukan imbalan yang dapat diterima
seseorang. Peranan ini disebut dengan pertanggungjawaban dan merupakan hal utama dalam
pengendalian manajerial. Model pertanggungjawaban didefinisikan oleh empat unsur utama,
yaitu: (1). Memberikan tanggung jawab. (2). Menetapkan ukuran kinerja atau benchmark. (3).
Mengevaluasi kinerja. (4). Memberikan imbalan.
Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh perusahaan dan badan usaha
lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya,
kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan
unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien. Adapun empat karakteristik sistem
akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001: 191), yaitu: (a). Adanya identifikasi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
6
pusat pertanggungjawaban. (b). Standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer
yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. (c). Kinerja manajer diukur
dengan membandingkan realisasi dan anggaran. (d). Manajer secara individual diberi
penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan yang lebih tinggi.
Konsep Dasar Akuntansi Pertanggungjawaban
Konsep dasar akuntansi pertanggungjawaban lebih menunjukkan pada syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Konsep dasar menurut
Usry dan Hammer (1997: 454) adalah sebagai berikut: (1). Akuntansi pertanggungjawaban
didasarkan atas pengelompokan tanggung jawab (departemen-departemen) manajerial pada
setiap tingkat dalam suatu organisasi, dengan tujuan membentuk anggaran bagi masingmasing departemen. Individu yang mengepalai pusat pertanggungjawaban harus bertanggung
jawab dan mempertanggungjawabkan biaya-biaya menurut yang dapat atau tidak dapat
dikendalikan oleh kepala departemen. (2). Titik awal dari sistem informasi akuntansi
pertanggungjawaban terletak pada bagan organisasi dimana ruang lingkup wewenang telah
ditentukan. Wewenang mendasari pertanggungjawaban biaya tertentu dan dengan
pertimbangan serta kerjasama antar penyelia, kepala departemen atau manajer biaya tersebut
dituangkan dalam anggaran perusahaan. (3). Setiap anggaran harus secara jelas menunjukkan
biaya-biaya yang terkendali oleh personel yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus
disesuaikan supaya dapat dilakukan pencatatan atas beban terkendali atau yang
dipertanggungjawabkan berdasarkan dalam cakupan wewenang yang dilimpahkan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep responsibility
accounting (akuntansi pertanggungjawaban) mempunyai unsur-unsur antara lain: (a). Authority
(wewenang). (b). Responsibility (tanggung jawab). (c). Accountability (tanggung gugat).
Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Setiap unit organisasi merupakan pusat pertanggungjawaban maka setiap pimpinan
pusat pertanggungjawaban akan memberikan informasi baik berupa anggaran maupun laporan
manajemen. Adapun yang menjadi manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah
informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi yang akan datang bermanfaat
untuk penyusunan anggaran, sedangkan informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan alat pemotivasi manajer (Mulyadi, 2001: 174175). Akuntansi pertanggungjawaban sangat diperlukan dan bermanfaat bagi perusahaan besar
yang kegiatan usahanya memerlukan pembagian tugas dan tanggung jawab.
Manfaat akuntansi pertanggungjawaban menurut Soekarno (2002: 35) adalah: (1). Mutu
berbagai keputusan lebih baik, sebab dibuat oleh pimpinan yang berada di tempat terjadinya
isu-isu yang relevan. (2). Berkurangnya beban manajemen puncak sehingga bisa lebih
memfokuskan pada konsep pengendalian manajemen yang lebih strategis. (3). Bagi pimpinan
pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan inovasi dan kreativitasnya.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat informasi akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut (Soekarno, 2002: 38): (a). Sebagai dasar
penyusunan anggaran. (b). Alat penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. (c). Untuk
memotivasi manajer.
Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan
bertujuan. Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa
seseorang untuk melaksanakan tindakan secara sadar dan bertujuan. Dalam sistem
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
7
penghargaan perusahaan, informasi akuntansi merupakan bagian yang penting, maka
informasi akuntansi ini akan berdampak terhadap motivasi manajer melalui dua jalur berikut
ini: (1). Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan mempengaruhi
kemungkinan usaha diberi penghargaan. (2). Informasi pertanggungjawaban berdampak
terhadap motivasi melalui nilai penghargaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban
digunakan untuk mengukur prestasi manajer. Jika struktur penghargaan sebagian besar
didasarkan pada informasi akuntansi, manajer akan memperoleh kepuasan.
Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban
Berdasarkan definisi-definisi para pakar tentang akuntansi pertanggungjawaban yang
telah diuraikan sebelumnya, agar suatu penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat
digunakan untuk menilai kinerja manajer maka harus memenuhi beberapa unsur sebagai
berikut: (1). Struktur Organisasi dan Pusat Pertanggungjawaban. (a). Struktur Organisasi,
Supomo (dalam Wahyuningsih, 2012) mengemukakan bahwa struktur organisasi merupakan
alat pengendalian organisasi yang menunjukkan tingkat pendelegasian wewenang manajemen
puncak dalam pembuatan keputusan kepada senior manajer dan manajer level menengah yang
secara ekstrem dikelompokkan menjadi dua: Sentralisasi dan Desentralisasi. Menurut Handoko
(1993: 169), struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
diantara fungsi-fungsi, atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan bagaimana
hubungan diantaranya.
Desentralisasi ditandai dengan sistem pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan dalam lingkungan organisasi dengan memberikan kesempatan kepada para manajer
diberbagai jenjang operasi untuk membuat keputusan-keputusan kunci yang berhubungan
dengan bidang pertanggungjawaban mereka (Samryn, 2001: 15). Struktur organisasi yang
sesuai dengan konsep akuntansi pertanggungjawaban adalah struktur yang memberikan
peluang bagi bawahan untuk menjalankan otonomi (desentralisasi) dan dengan jelas
memisahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian.
Selain merupakan salah satu karakteristik dari akuntansi pertanggungjawaban, pusat
pertanggungjawaban juga merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban dapat menjadi alat yang efektif untuk
mengendalikan organisasi jika strukturnya disusun secara rasional. Dengan kata lain, struktur
organisasi merupakan syarat utama dalam penerapan konsep akuntansi pertanggungjawaban.
Dua tipe struktur organisasi berkaitan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban, yaitu: (1).
Organisasi Fungsional, merupakan bentuk organisasi yang biasanya dipakai oleh perusahaan
besar yang ditandai dengan adanya jumlah karyawan yang sangat besar, spesialisasi kerja
tinggi, wilayah kerja luas, serta komando yang tidak lagi berada pada suatu tangan pimpinan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban fungsional menekankan pertanggungjawaban pada unit
organisasi dan ukuran kinerja merupakan ukuran keuangan, Hansen dan Mowen (2004: 149).
Hal ini menekankan perspektif keuangan. Sistem berdasarkan fungsi dikembangkan ketika
kebanyakan perusahaan beroperasi dalam lingkungan yang relatif stabil.
Yang menjadi keuntungan terpenting dari struktur fungsional adalah efisiensi. Sebagai
contoh seorang manajer yang terampil dengan membawahi salah satu divisi dalam perusahaan
akan lebih baik dan mampu dalam pengambilan suatu keputusan dibidangnya daripada
manajer yang bertanggung jawab terhadap dua atau lebih divisi sekaligus. (2). Organisasi Unit
Bisnis (Divisonal), dalam organisasi divisional, pembagian organisasi didasarkan pada divisidivisi, dibawah setiap divisi dibagi atas dasar fungsi. Manajer perusahaan bertanggungjawab
atas perusahaan secara keseluruhan dan berwenang penuh mengambil keputusan investasi,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
8
selanjutnya kepala divisi bertanggungjawab hanya untuk divisinya masing-masing.
Pengukuran hasil kinerjanya berdasarkan biaya masing-masing divisi. (a). Pusat
Pertanggungjawaban, Atkinson, et al (2001: 521) mengemukakan: “A responsibility center is an
organization unit for which a manager is made responsible”. Adalah seorang manajer bertanggung
jawab atas sebuah unit organisasi yang didelegasikan kepadanya. Jadi, seorang manajer wajib
bertanggung jawab penuh atas unit organisasi yang dia pimpin terhadap aktivitas unit
organisasinya serta terhadap penyiapan laporan kinerja.
Pusat pertanggungjawaban menurut Sriwidodo (2010) ialah setiap unit kerja dalam
organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas yang
dilakukan atau unit organisasi yang dipimpinnya. Pusat pertanggungjawaban dapat dipandang
sebagai suatu sistem yang mengelola masukan (input) menjadi keluaran (output). Input dapat
berupa bahan baku, tenaga kerja, atau berbagai jenis jasa lain. Semua bahan masukan diproses
dalam pusat-pusat pertanggungjawaban.
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban, yaitu sebagai berikut: (1). Pusat Biaya (Cost
Center) merupakan segmen atau subdivisi dari suatu organisasi dimana manajernya hanya
bertanggung jawab terhadap segala pengeluaran pada segmen tersebut. Pusat biaya merupakan
pusat pertanggungjawaban yang mengolah masukan (input) yang diukur dalam nilai uang,
namun output tidak diukur dengan cara yang sama. Berdasarkan hubungan masukan dan
keluaran, pusat biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (a). Pusat biaya tehnik (engineered cost
center). (b). Pusat biaya kebijakan (discreationary cost center). (2). Pusat Pendapatan (Revenue
Center). (3). Pusat Laba (Profit Center). (4). Pusat Investasi (Investment Center).
Klasifikasi Biaya Akuntansi Pertanggungjawaban, menurut Mulyadi (2001: 8)
pengertian biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada
empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut: (1). Biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomi. (2). Diukur dalam satuan uang. (3). Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan
terjadi. (4). Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Informasi biaya yang dibutuhkan pihak manajemen hanya sebatas biaya yang terjadi
dan berada dalam batasan tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban. Karena
tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban hanya sebatas biaya yang dapat
dikendalikan, maka harus ada pemisahan biaya atas dasar dapat tidaknya suatu biaya
dikendalikan oleh manajer. Pemisahan biaya menjadi terkendali dan tidak terkendali bagi
seseorang sejak penetapan anggaran adalah sangat penting agar tidak terjadi tanggung jawab
ganda terhadap biaya tertentu dan agar setiap pimpinan pusat biaya dapat mengetahui dengan
jelas batas-batas tanggung jawabnya. Demikian pula menurut Blocher dan Lin (2000: 96), biaya
untuk pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi: (a). Biaya terkendali (controllable cost). (b).
Biaya tak terkendali (uncontrollable cost)
Menurut Mulyadi (2001: 169) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen”
mengatakan bahwa suatu biaya tak terkendali dapat dirubah menjadi biaya yang terkendali
melalui 2 (dua) cara, yaitu: (1). Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke
pembebanan langsung. Biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban
dengan dasar yang sembarangan, tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada
manajer yang bersangkutan sehingga biaya tersebut merupakan biaya yang tidak terkendali
baginya. Untuk mengubahnya menjadi biaya yang terkendali, biaya tersebut harus dibebankan
sedemikian rupa kepada pusat pertanggungjawaban tertentu sehingga dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh manajer yang bersangkutan. (2). Dengan mengubah letak tanggung jawab
pengambilan keputusan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, semua biaya yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
9
terkendalikan oleh manajer tingkat bawah akan dipandang terkendalikan juga oleh manajer
pusat pertanggungjawaban yang membawahinya.
Kode adalah suatu rerangka (framework) yang menggunakan angka atau huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah
dibuat. Pemberian kode dapat memudahkan proses pencarian perkiraan yang dibutuhkan,
pencatatan, pengklasifikasian, dan pelaporan data akuntansi. Ada beberapa cara yang
digunakan dalam proses pengkodean antara lain dengan menggunakan angka, huruf atau
kombinasi keduanya oleh karena biaya yang terjadi dikumpulkan untuk setiap tingkat
manajemen, maka biaya-biaya tersebut harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan
tingkat-tingkat manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan
manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan dibebani dengan biaya-biaya
yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendali dan tidak terkendali. Dua
cara yang dapat dilaksanakan dalam pemberian kode: (a).Metode kelompok (group code method).
Sifat-sifat khusus dalam metode ini adalah sebagai berikut: (1). Posisi masing-masing angka
mempunyai arti, dimana angka yang paling kiri adalah kode golongan perkiraan dan angka
paling kanan adalah kode jenis rekening.
X
X
X
X
X
Kode Rekening Biaya
Pusat Pertanggungjawaban Direksi
Pusat Pertanggungjawaban Departemen
Pusat Pertanggungjawaban Bagian
Jenis Biaya
Gambar 1
Arti Posisi Angka Dalam Kode Rekening
Sumber: Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat, dan rekayasa. Edisi Ketiga.
Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. 2001. Hal 198
(2). Setiap kode dalam perkiraan terdiri dari angka-angka yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu, dimana masing-masing angka mewakili jenis rekening. Dalam keadaan yang ideal,
kode rekening pembantu biaya terdiri dari tujuan angka sehingga cara pemberian kodenya
dapat digambarkan sebagai berikut: (a). Kode Blok (Block Code), kode yang diberikan kepada
setiap klasifikasi tidak menggunakan urutan-urutan digit tetapi dengan memberikan satu blok
nomer untuk setiap kelompok. Jadi disini, kode diberikan pada setiap kelompok yang dimulai
dengan angka-angka tertentu juga merupakan satu blok nomer kode. Contoh:
Tabel 1
Nomer Rekening Kode Blok
a.
b.
c.
d.
e.
Golongan Perkiraan
Aktiva
Utang
Modal
Pendapatan
Biaya
Nomor Rekening
100-109
200-299
300-399
400-499
500-599
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
10
Sumber: Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat, dan rekayasa. Edisi Ketiga.
Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. 2001. Hal 198
(b). Setsel Rekening Desimal, melalui cara ini, perkiraan ini diklasifikasikan menjadi golongan,
kelompok, dan jenis rekening. Masing-masing berjumlah maksimal 10. Seperti kelompok
golongan maupun jenis perkiraan diberi nomer kode mulai dari 0 sampai 9. (3). Laporan
Pertanggungjawaban, sistem pelaporan diperlukan dalam penilaian prestasi karena dapat
memantau kinerja masing-masing pusat pertanggungjawaban. Biasa disebut juga sebagai
laporan kinerja atas perannya dalam penilaian kinerja manajer. Informasi akuntansi sangat
berguna, baik untuk pihak intern organisasi perusahaan maupun untuk pihak ekstern
perusahaan. Bagi pihan intern, Informasi akuntansi sangat diperlukan untuk mengetahui hasil
kerja dari para manajer.
Laporan pertanggungjawaban merupakan produk akhir yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi pertanggungjawaban. Pengertian laporan pertanggungjawaban menurut Mulyadi
(2001: 182): “Laporan pertanggungjawaban merupakan suatu alat yang merunut informasi
pendapatan dan atau biaya ke manajer yang memiliki posisi terbaik untuk menjelaskan
penyebab terjadinya penyimpangan dan mampu merencanakan tindakan untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi”.
Laporan pertanggungjawaban berisi perbandingan antara rencana kerja yang tertuang
dalam anggaran dengan pelaksanaan sesungguhnya. Dengan laporan pertanggungjawaban,
atasan dapat mengetahui sampai seberapa jauh pelaksanaan tugas-tugas yang didelegasikan
kepada bawahan dengan membandingkannya dengan anggaran. Laporan pertanggungjawaban
dalam akuntansi pertanggungjawaban disusun secara periodik dan lebih terarah pada
kemampuan para manajer dalam mengendalikan biaya sesuai dengan wewenang dan tingkatan
manajemen dalam rangka penilaian kinerja.
Penilaian Kinerja Manajemen
Mulyadi (2001:415) mengutip pendapat dari Siegel et al yang mengemukakan bahwa
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi,
bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya”. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka
penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil
kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Penilaian kinerja menurut Anderson dan Sollenberger (1992: 5) yaitu: “Performance evaluation is
comparing actual performance with plans and providing feedback for future planning and control”. Jadi
dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja yang dilakukan manajemen adalah menilai atau
mengevaluasi hasil kerja para karyawannya dengan membandingkan hasil aktual dengan
rencana dan sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi sebatas wewenang dan
tanggung jawab masing-masing karyawan.
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Prestasi kerja atau yang biasa juga disebut kinerja adalah kontribusi yang dapat
diberikan oleh suatu bagian pencapaian tujuan perusahaan (Sriwidodo, 2010). Dalam
mengevaluasi pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban ada tiga kriteria yang
digunakan yaitu efisiensi, efektivitas dan ekonomis. Efisiensi adalah perbandingan, antara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
11
output yang dihasilkan dengan besarnya input yang digunakan. Sedangkan efektivitas adalah
hubungan antara output suatu pusat pertanggungjawaban yang sasarannya harus dicapai. Dan
ekonomis dimaksudkan sebagai penggunaan sumber dana yang seminimal mungkin. Tujuan
pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Manfaat penilaian kinerja bagi manajemen menurut Mulyadi (2001: 416) adalah untuk:
(a). Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara maksimum. (b). Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan. (c). Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.(d). Menyediakan
umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. (e).
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Penghargaan ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan, baik
berupa kompensasi langsung, tidak langsung maupun berupa kompensasi non keuangan.
Kompensasi langsung yaitu pembayaran langsung seperti gaji atau upah pokok, honorarium
lembur dan hari libur, pembagian laba, pembagian saham, dan berbagai bonus lain yang
didasarkan atas kinerja karyawan. Penghargaan non keuangan dapat berupa sesuatu yang
ekstra yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan seperti ruang kerja istimewa,
peralatan kantor istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa, dan sekretaris pribadi.
Tahapan Penilaian Kinerja
Tahapan penilaian kinerja manajemen menurut Mulyadi (2001: 420) ada dua tahapan,
yaitu: (a). Tahapan persiapan, terdiri dari tiga tahap: (1). Penentuan daerah
pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab. (2). Penetapan kriteria yang
dipakai untuk mengukur kinerja. (3). Pengukuran kinerja sesungguhnya. (b). Tahapan
penilaian, terdiri dari tiga tahap: (1). Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan suatu
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. (2). Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan
kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar. (3). Penegakkan perilaku yang
diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis
atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan atau obyek. Pendekatan
kualitatif menurut Sugiyono (2005: 1) didefinisikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisa, dan bersifat induktif. Dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Pendekatan kualitatif deskriptif adalah pendekatan yang membahas secara global
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek permasalahan. Pendekatan ini
digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akuntansi pertanggungjawaban
sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja manajer menurut pemahaman, pemikiran, dan
persepsi penulis tanpa melakukan suatu pengujian metode statistik. Pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi dengan sengaja atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
12
dimanipulasi dengan eksperimen atau tes, sehingga data yang diperoleh lebih bersifat
deskriptif.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
(1). Data Primer, merupakan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
wawancara secara langsung dilapangan guna memperoleh data intern PT. Nilam Port Terminal
Indonesia. (2). Data Sekunder, penulis juga menggunakan data sekunder yang berupa laporan
anggaran, beberapa arsip perusahaan, dan dokumen-dokumen lain.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: (1). Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan
bagian-bagian atau pihak yang terkait seperti Manajer Usaha, Manajer Administrasi, Asisten
Manajer, dan karyawan lain yang mendukung jalannya kegiatan perusahaan. Di bawah ini
adalah beberapa pertanyaan yang diajukan: (a). Bagaimana pendapat anda mengenai struktur
organisasi yang ada di perusahaan ini? (b). Apakah semua karyawan di perusahaan ini sudah
melakukan pekerjaan sesuai bidang yang dibawahinya? (c). Bagaimana pendapat anda
mengenai penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan ini? (d). Apa saja
kendala-kendala yang seringkali timbul dalam pelaporan pertanggungjawaban manajemen dari
suatu pihak (departemen) terhadap pihak (departemen) yang lain? Dan atau departemen
bawah kepada departemen di atasnya? (e). Apakah yang biasa dilakukan perusahaan untuk
mengapresiasi kinerja karyawan untuk hasil terbaik yang dilakukan? (2). Dokumentasi yaitu
teknik pengumpulan data penelitian dengan menggunakan dokumen-dokumen dari catatancatatan yang ada didalam organisasi/ perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Data-data itu
meliputi: (a). Company Profile. (b). Anggaran Biaya. (c). Laporan pertanggungjawaban biaya
pada manajemen perusahaan pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia.
Satuan Kajian
Satuan kajian antara lain adalah: (1). Struktur Organisasi. (2). Sistem Anggaran. (3).
Klasifikasi Kode Rekening. (4). Laporan Pertanggungjawaban Anggaran. (5). Kinerja
Manajemen.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan metode kualitatif yang
dijelaskan dengan cara deskriptif, yaitu dilakukan dengan cara menginterpretasikan dan
menjelaskan data-data yang ada (Narbuko dan Ahmadi, 1997: 44). Dalam penelitian kualitatif,
teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: (1).
Menganalisis struktur organisasi dan uraian tugas dalam hal pelimpahan tugas, wewenang dan
tanggung jawab. (2). Menganalisis bagaimana proses penyusunan anggaran dan
pemanfaatannya. (3). Menganalisis klasifikasi kode rekening dan pemisahan biaya terkendali
dan tidak terkendali. (4). Menganalisis bentuk laporan pertanggungjawaban yang sudah
dimiliki perusahaan dan pemanfaatannya dalam evaluasi kinerja. (5). Membuat kesimpulan
dan saran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Klasifikasi Biaya dan Kode Rekening
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
13
Dalam menilai suatu kinerja manajemen terutama dalam hal keuangan, perlu adanya
pemisahan antara biaya terkendali dan yang tidak terkendali. Pengklasifikasian biaya ini,
menjadi biaya terkendali dan yang tidak terkendali sangat penting dalam akuntansi
pertanggungjawaban karena tidak semua biaya dapat dikendalikan oleh pusat
pertanggungjawaban yang bersangkutan. Penilai kinerja tersebut dapat terlihat dari bagaimana
masing-masing manajer mampu mempertanggungjawabkan biaya yang terjadi sebatas yang
dapat dikendalikan saja.
Pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia kedua hal diatas belum terlihat penerapannya,
baik dalam pemisahan jenis biaya terkendali dan yang tidak terkendali, maupun dalam
pemberian nomer kode rekening, walaupun secara umum perusahaan sudah cukup memadai
dengan pengelompokan masing-masing perkiraan berdasarkan jenisnya yaitu asset, hutang,
modal, pendapatan dan biaya, namun berdasarkan penomerannya maupun pemisahan jenis
biaya Nampak sekali belum diterapkan.
Proses Penyusunan Anggaran
Pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia, penetapana anggaran biaya untuk kegiatan
yang sedang maupun akan dikerjakan, diawali dari memo yang diberikan oleg general manager
kepada bagian keuangan (budgeting) untuk memberikan instruksi kepada tiap-tiap manajer
bagian untuk menyusun dan mengajukan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) tiap-tiap
bagiannya kepada bagian budgeting tersebut, hal ini biasanya dilaksanakan setiap bulan oktober
setiap tahunnya.
Setelah pada akhirnya RAB yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria
perusahaan, budgeting akan mengumpulkan dan menyerahkan RAB dari tiap-tiap manajer
bagian tersebut kepada general manager, yang nantinya general manager akan
mempresentasikan RAB yang sudah disusun tersebut kepada jajaran Direksi (Direktur). Setalah
mendapat persetujuan dari direktur, general manager akan mengembalikan RAB yang sudah
disetujui itu dalam bentuk anggaran biaya kepada bagian budgeting yang kemudian
diserahkan kepada masing-masing bagian untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan yang ada pada anggaran biaya tersebut.
Tujuan disusunnya anggaran adalah untuk membantu direktur mengetahui jumlah
dana yang dibutuhkan dalam kegiatan perusahaan baik internal maupun eksternal sebagai alat
bantu direktur untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi terhadap
penggunaan dana perusahaan. Tabel-tabel berikut merupakan bentuk anggaran dari PT. Nilam
Port Terminal Indonesia, tabel anggaran forecast produksi periode januari-desember 2012 (tabel
1) dan tabel anggaran penerimaan/biaya periode januari-desember 2012 (tabel 2) yang
kemudian berdasarkan anggaran yang telah dibuat tersebut akan dibandingkan dengan
realisasinya diakhir periode untuk mendapatkan prosentase tingkat efektifitas kinerja
manajemen di PT. Nilam Port Terminal Indonesia.
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban merupakan tolak ukur untuk melakukan penilaian
kinerja bagi manajemen, karena dari laporan pertanggungjawaban dapat diketahui informasi
mengenai hasil yang telah dicapai dari tiap bagian. Evaluasi hasil kinerja dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil pengukuran kinerja yang di buat tiap bulan dengan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Laporan pertanggungjawaban pada PT. Nilam Port
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
14
Terminal Indonesia disusun oleh bagian keuangan yang diperoleh dengan mengumpulkan
bukti-bukti transaksi dari masing-masing laporan pertanggungjawaban dari tiap bagian yang
nantinya akan dibuat secara keseluruhan untuk kemudian diserahkan kepada general manager.
Masih menurut manajer keuangan, pelaporan pertanggungjawaban manajemen antara
satu bagian kepada bagian lainnya yang berkaitan atau kepada bagian diatasnya sangat
membantunya dalam merekap seluruh biaya dan kegiatan yang berkaian dengan perusahaan
baik didalam maupun diluar perusahaannya.
Penilaian Kinerja
Berdasarkan fungsinya, penilaian kinerja dalam akuntansi pertanggungjawaban diukur
dengan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang dianggarkan. Sistem penilaian kinerja
sebaiknya dilakukan oleh manajemen dalam mendukung proses perencanaan dan pengambilan
keputusan serta digunakan sebagai dasar manajemen seandainya terjadi penyimpangan. Dalam
melakukan penilaian kinerja, pihak manajemen harus menetapkan batas wewenang,
tanggungjawab serta criteria atau tolok ukur yang digunakan dalam menilai criteria tercermin
dalam bentuk laporan pertanggungjawaban.
Berdasarkan pernyataan manajer personalia (HRD) diatas dapat dikatakan penilaian
kinerja yang dilakukan oleh PT. Nilam Port Terminal Indonesia melingkupi banyak hal yang
semuanya saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya, antara kegiatan didalam
maupun diluar perusahaan. Sehingga dengan pentingnya kinerja satu bagian saja yang dapat
mempengaruhi bagian lainnya, maka perlu adanya persaingan yang positif antar bagian demi
mendapat hasil yang lebih baik.
Pembahasan
Didasarkan pada hasil penelitian diatas, maka diketahui gambaran keadaan yang
sesungguhnya pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia dengan penyusunan dan pelaksanaan
anggaran dan laporan pertanggungjawabannya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tingkat
efektifitas yang lebih baik pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia, maka perlu pembahasan
yang lebih kepada: (1). Adanya bentuk struktur organisasi yang baik yang dapat menetapkan
secara tegas dan jelas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen. (2).
Penggolongan biaya dan pemberian kode rekening. (3). Penyusunan anggaran yang lebih jelas
maksud dan tujuannya. (4). Laporan pertanggungjawaban yang lebih dapat dipertanggungjawabkan ditiap tingkatan manajemennya.
Analisis Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik salah satu manfaatnya adalah akan membantu tiap-tiap
bagian pada batas wewenang dan tanggung jawabnya disuatu perusahaan. Dapat dikatakan
struktur organisasi yang baik apabila dapat menggambarkan dengan jelas baik tugas,
wewenang maupun tanggung jawab tiap bagian atau unit-unit organisasi yang ada dalam
perusahaan. Diharapkan dengan adanya batasan-batasan tersebut maka tidak terjadi adanya
tanggung jawab ganda dan wewenang yang simpang siur dalam pengerjaan tugas. Sehingga
semua bagian dapat lebih focus dalam mengendalikan pekerjaannya.
PT. Nilam Port Terminal Indonesia dalam struktur organisasinya menerapkan system
desentralisasi, sehingga membuat adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang
semakin besar pada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Akan tetapi, apabila berdasarkan
konsep azkuntansi pertanggungjawaban, diperlukan adanya struktur organisasi yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
15
menunjukan kodefikasi pusat pertanggungjawaban secara rinci membuat struktur organisasi
tersebut lebih jelas aliran wewenang dan tanggung jawabnya.
Analisis Klasifikasi dan Kode Rekening Biaya
Pemisahan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali juga sangat penting untuk
menetapkan pusat pertanggungjawaban yang bertanggung jawab atas realisasi dan
penyimpangan dari suatu anggaran. Manajemen dapat mengetahui dimana biaya terjadi dan
siapa yang harus bertanggung jawab atas realisasi dan penyimpangan yang mungkin terjadi
terhadap suatu anggaran.
Pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia belum melakukan atau menerapkan
pengklasifikasian biaya antara biaya terkendali dan tidak terkendali, seperti yang terlihat pada
tabel 2 hal 60 karena belum ada pengklasifikasian antara biaya terkendali dan tidak terkendali
tentang anggaran biaya. Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya, hal ini akan mempersulit
manajemen menelusuri siapa yang bertanggung jawab bila terjadi penyimpangan anggaran dan
juga berakibat lemahnya pengendalian karena pertanggungjawaban yang tidak jelas.
Tabel 6
Usulan Klasifikasi Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali
PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Biaya Terkendali
Biaya Tidak Terkendali
Biaya BBM untuk Operasional
Corrective Unplan
Biaya Pengadaan Stok Gudang
Biaya Rekruitment
Biaya Gaji
Biaya Rumah Tangga
Biaya Kesehatan
Perlengkapan Kantor
Biaya Langsung
Biaya Asuransi Alat
Biaya Training Internal
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, selain pengklasifikasian biaya perlu juga adanya
kodefikasi terhadap setiap rekening biaya. Karena pemberian kode rekening juga mendukung
klasifikasi biaya yang berfungsi memudahkan dalam penelusuran terhadap manajemen yang
seharusnya bertanggung jawab apabila terjadi penyimpangan biaya. Penggunaan kode
rekening akan menunjukkan jenis biaya dan tempat biaya sehingga mempercepat pemberian
informasi penyajian data keuangan. Untuk lebih memudahkan manajemen dalam
mempertanggungjawabkan realisasi anggarannya, berikut usulan yang diberikan berupa kode
rekening untuk PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Selain itu juga untuk memudahkan dalam
pengawasan dan pengendalian biaya, hendaknya setiap tingkatan manajemen memiliki kode
rekening yang berbeda.
X . XXXX . X . XX . XX
Kode kelompok rekening biaya
Kode pusat pertanggungjawaban
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
16
Klasifikasi biaya terkendali/tidak
Kode jenis biaya
Kode rincian biaya
Gambar 5
Usulan Kode Rekening PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Keterangan: (a). Kode kelompok rekening biaya menunjukan kelompok rekening untuk biaya
yang di mulai dengan angka 5. (b). Klasifikasi biaya menunjukkan apakah biaya termasuk biaya
terkendali (kode 1) atau tidak terkendali (kode 2). (c). Kode rincian biaya hanya terjadi pada
saat pembagian jenis biaya.
Kode rekening biaya dapat diidentifikasi apabila perusahaan telah menetapkan kode
pusat pertanggungjawaban yang menunjukan tingkat organisasi mulai bagian yang paling atas
hingga bagian paling bawah yang mana pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia
pengkodefikasian ini masih belum diterapkan.
Analisis Sistem Anggaran
Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai alat pengendalian dan
evaluasi kinerja sama halnya dengan anggaran, anggaran digunakan sebagai pedoman kerja
yang mempunyai tujuan untuk mem bantu dalam kegiatan pengendalian yang pada akhirnya
juga akan memudahkan perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan itu sendiri.
Sistem pengajuan anggaran seperti ini sering kita dengar dengan metode bottom up
budgeting, yang dapat dilihat berdasarkan alur yang dimulai dari manajer tingkat bawah naik
ke pimpinan atas (general manager) yang kemudian naik lagi ke jajaran direksi (direktur). Selain
itu juga, PT. Nilam Port Terminal Indonesia menggunakan metode top down budgeting, hal ini
dapat dilihat dari peran direktur dalam penetapan anggaran untuk kegiatan-kegiatan
perusahaan dengan pedoman dan kebijakan penyusunan yang telah disepakati.
Anggaran merupakan alat bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan sasaran
perusahaan ke seluruh tingkatan manajemen, untuk itu koordinasi dan partisipasi dari seluruh
tingkatan manajemen sangat dibutuhkan dalam penyusunan anggaran. Dalam hal ini, fungsi
manajer beberapa bagian yang ada pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia sebagai pusat
pertanggungjawaban bagi manajemennya belum terlaksana sepenuhnya oleh semua manajer
karena proses penyusunan anggaran sebagai bentuk dari partisipasi semua manajer sesuai
bagiannya masih belum dijalankan dan lebih mempercayakan tugas penyusunan anggaran
tersebut pada manajer bagian keuangan dan manajer teknik saja.
Dalam menetapkan anggarannya pun perusahaan masih belum sepenuhnya
melibatkan manajer pusat pertanggungjawaban dari tiap bagian. Hendaknya seluruh pusat
pertanggungjawaban ikut dilibatkan dalam penetapan anggaran untuk bagian yang terkait
karena dengan adanya partisipasi tiap manajer bagian dalam penetapan anggaran akan lebih
memotivasi para manajer pusat pertanggungjawaban mencapai tingkat anggaran yang telah
disepakati dan mereka lebih bertanggungjawab atas apa yang telah ditetapkannya tersebut.
Sejauh ini manajer administrasi/ keuangan yang paling berperan dalam penyusunan
laporan pertanggungjawaban, dengan bentuk laporan yang singkat dan sederhana seperti pada
tabel 4 halaman 60 tersebut kurang menunjukkan secara jelas siapa yang berhak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
17
bertanggungjawab terhadap masing-masing biaya yang ada. Berikut ini adalah usulan bentuk
laporan pertanggungjawaban yang sesuai dengan akuntansi pertanggungjawaban dimana
terdapat pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali. Dengan pelaporan yang
menunjukkan penyusunan mulai dari tingkat paling atas ke tingkat yang paling bawah,
memfokuskan bentuk pelaporan dari tiap bagian manajer dan beberapa bagian yang terkait.
Tabel 8
Contoh Usulan Anggaran Biaya
PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Keterangan
Anggaran
1. Direktur
XXX
2. General Manager
XXX
3. Manajer Keuangan
XXX
4. Manajer Personalia (HRD)
XXX
5. Manajer Operasional
XXX
6. Manajer Teknik
XXX
TOTAL
XXXX
Asal mula biaya para manajer pada tabel diatas akan ditunjukkan pada rincian biaya
tabel-tabel dibawah ini. Tabel 8,9,10 dan 11 merupakan contoh usulan untuk pengajuan
anggaran untuk beberapa bagian yang terkait, dan untuk bagian-bagian lainnya yang serupa
dapat dibuat menyerupai tabel-tabel tersebut.
Kode Rekening
5.1100.1.01.00
5.1100.1.02.00
5.1100.1.03.00
5.1100.1.00.00
5.1100.1.00.00
5.1100.1.00.00
5.1100.1.00.00
Tabel 9
Contoh Usulan Anggaran Biaya General Manager
Tahun 2012
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Terkendali
Biaya Langsung
6.564.288.000
Biaya Gaji
438.672.000
Administrasi Kantor
6.000.000
Biaya Manajer Keuangan
1.142.233.584
Biaya Manajer Personalia
347.250.000
Biaya Manajer Operasional
4.636.558.183
Biaya Manajer Teknik
1.353.714.438
Jumlah Biaya Terkendali
14.488.716.205
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Manajer Teknik
3.114.006.390
Jumlah Biaya Tidak Terkendali
3.114.006.390
Jumlah Biaya General Manager
17.602.722.595
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
Tabel 10
Contoh Usulan Anggaran Biaya Manajer Keuangan
Tahun 2012
Kode Rekening
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Terkendali
Biaya Gaji (Tidak Langsung)
5.1110.1.01.00
520.923.000
5.1100.2.00.00
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5.1110.1.02.00
5.1110.1.03.00
5.1110.1.04.00
5.1110.1.05.00
5.1110.1.06.00
5.1110.1.07.00
Biaya Gaji (Langsung)
Administrasi Kantor
Biaya Pajak, KIR, Organda
QMR Expence
Jasa External Umum
Asuransi Alat
Jumlah Biaya Terkendali
18
4.809.600.000
6.000.000
149.006.000
115.350.000
53.500.000
515.549.094
6.116.481.594
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Rumah Tangga
317.575.000
5.1110.2.01.00
Biaya Renovasi
38.700.000
5.1110.2.02.00
Jumlah Biaya Tidak Terkendali
356.275.000
Jumlah Biaya Manajer Keuangan
6.472.756.594
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
Tabel 11
Contoh Usulan Anggaran Biaya Manajer Personalia (HRD)
Tahun 2012
Kode Rekening
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Terkendali
Biaya Gaji
5.1120.1.01.00
575.757.000
Administrasi Kantor
5.1120.1.02.00
6.000.000
Biaya Tunjangan Kesehatan
5.1120.1.03.00
206.500.000
Biaya Training Internal
5.1120.1.04.00
9.000.000
Jumlah Biaya Terkendali
797.257.000
Biaya Tidak Terkendali
Biaya Rekruitment
125.750.000
Jumlah Biaya Tidak Terkendali
125.750.000
Jumlah Biaya Manajer Personalia
923.007.000
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
5.1120.2.01.00
Kode Rekening
5.1130.1.01.00
5.1130.1.02.00
5.1130.1.03.00
5.1130.1.04.00
5.1130.1.05.00
5.1130.2.01.00
Tabel 12
Contoh Usulan Anggaran Biaya Manajer Operasional
Tahun 2012
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Terkendali
Biaya Gaji
329.004.000
Administrasi Kantor
6.000.000
Biaya Fuel HeadTruck
910.817.261
Biaya Fuel RTG
3.407.495.022
Biaya Pengadaan Program
115.020.900
Jumlah Biaya Terkendali
4.768.337.183
Biaya Tidak Terkendali
Entertainment Operation
Jumlah Biaya Tidak Terkendali
197.225.000
197.225.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
19
Jumlah Biaya Manajer
4.965.562.183
Operasional
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
Kode Rekening
5.1140.1.01.00
5.1140.1.02.00
5.1140.1.03.00
5.1140.1.04.00
Tabel 13
Contoh Usulan Anggaran Biaya Manajer Teknik
Tahun 2012
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Terkendali
Biaya Gaji
329.004.000
Administrasi Kantor
6.000.000
Pengadaan Stok Gudang
1.264.214.438
Inspeksi Tahunan
83.500.000
Jumlah Biaya Terkendali
1.682.718.438
Biaya Tidak Terkendali
Corrective Maintenance
2.830.914.900
5.1140.2.01.00
Corrective Unplan
283.091.490
5.1140.2.02.00
Jumlah Biaya Tidak Terkendali
3.114.006.390
Jumlah Biaya Manajer Teknik
4.796.724.828
Sumber: data intern PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang telah diolah.
Analisis Laporan Pertanggungjawaban dan penilaian kinerja
Laporan ini nantinya akan dijadikan dasar bagi manajemen tingkat yang lebih tinggi
untuk menilai kinerja masing-masing manajer menengah dan manajer bawah. Laporan
pertanggungjawaban dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun secara periodik
atau tergantung pada kebijakan perusahaan dan lebih terarah pada kemampuan manajer dalam
mengendalikan biaya sesuai dengan wewenang dan tingkatan manajemen dalam rangka
penilaian kinerja. Laporan pertanggungjawaban biaya harus dengan jelas membedakan antara
biaya terkendali dan tidak terkendali karena penilaian kinerja dapat didasarkan atas biaya yang
dapat dikendalikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban, selain itu perlu
dicantumkan kode rekening untuk bisa menjelaskan tempat terjadinya biaya.
Manajer tiap bagian wajib menyerahkan bukti-bukti pembayaran atau penggunaan
dana perusahaan untuk aktivitas perusahaan kepada manajer Keuangan kemudian manajer
keuangan akan membukukannya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban per tahun untuk
diserahkan kepada General Manager dan Direktur perusahaan sebagai pedoman untuk menilai
kinerja tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
Hal ini sangat rentan sekali terjadi penyimpangan karena kurangnya rasa tanggung
jawab terhadap apa yang seharusnya menjadi tugas masing-masing pusat
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat selain harus memuat
anggaran, realisasi dan selisih juga harus memuat kode rekening, hal ini dilakukan karena
selain sesuai sistem akuntansi pertanggungjawaban juga memudahkan dalam penilaian kinerja
tiap bagian. Kinerja suatu perusahaan diukur dengan membandingkan antara hasil
sesungguhnya dengan anggaran yang ditetapkan, hal ini berdasarkan sistem akuntansi
pertanggungjawaban fungsional. Dalam hal ini manajer diminta untuk bertanggung jawab
sebatas biaya yang dapat dikendalikannya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
20
Laporan pertanggungjawaban yang belum menerapkan kualifikasi biaya menjadi
terkendali dan tidak terkendali membuat sulitnya proses pengendalian dan penilaian kinerja.
Dengan demikian, elemen-elemen akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan oleh
perusahaan belum dapat digunakan sebagai alat penilaian kinerja yang memadai. Penilaian
kinerja keuangan atau anggaran pusat pertanggungjawaban menggunakan tolak ukur bahwa
suatu bagian dikatakan mempunyai kinerja yang baik apabila mampu menggunakan atau
merealisasikan anggaran sesuai dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah
cukup memadai walaupun masih ada sedikit kekurangan. (1). Struktur Organisasi yang
ditetapkan pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah cukup baik karena telah
menunjukkan aliran pertanggungjawaban dari pimpinan paling atas ke pimpinan paling bawah
serta terdapat pembagian tugas maupun pemisahan fungsi secara tegas dan jelas. (2).
Klasifikasi Biaya dan Kode Rekening Biaya yang dilakukan PT. Nilam Port Terminal Indonesia
belum dapat memenuhi konsep akuntansi pertanggungjawaban secara sempurna karena belum
terdapat klasifikasi atas biaya terkendali dan tidak terkendali pada laporan
pertanggungjawaban biaya. (3). Sistem Anggaran biaya yang diterapkan yaitu dengan
menggunakan metode penyusunan anggaran Bottom up budgetting, ditunjukkan adanya alur
yang bergerak dari bawah ke atas dari proses pengajuan usulan anggaran oleh manajer bagian
kepada General Manager untuk penyusunan anggaran pendapatan maupun anggaran biaya. (4).
Sistem Laporan Pertanggungjawaban dan Penilaian Kinerja (a). Penerapan laporan
pertanggungjawaban pada PT. Nilam Port Terminal Indonesia masih jauh dari konsep laporan
akuntansi pertanggungjawaban yang benar. (b). Penilaian kinerja dilakukan dengan melihat
selisih antara biaya yang dianggarkan dengan biaya yang direalisasikan mulai dari laporan
pertanggungjawaban proyek yang sedang dikerjakan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Saran
Berdasarkan masalah-masalah yang ada, berikut ini akan diberikan usulan dan saran yang
bermanfaat bagi perusahaan dalam menerapkan sistem pelaporan akuntansi
pertanggungjawaban untuk memudahkan dalam menilai kinerja manajemen: (1). Penyusunan
struktur organisasi perusahaan harus menunjukkan kode pusat-pusat pertanggung jawaban
agar diketahui dengan lebih jelas siapa yang bertanggung jawab atas tugas dan wewenang
pada tiap-tiap unit organisasi. (2). Perlu adanya pemisahan biaya terkendali dan tidak
terkendali
dalam
pengkodefikasian
rekening,
sistem
anggaran
dan
laporan
pertanggungjawaban sehingga memudahkan manajemen perusahaan dalam pengendalian
biaya dan melihat siapa yang bertanggung jawab apabila terjadi penyimpanganpenyimpangan. (3). Dalam menyusun anggaran akan lebih baik jika wakil dari semua pusat
pertanggungjawaban diikutsertakan dalam proses penyusunannya agar tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban ikut bertanggung jawab atas apa yang yang telah ditetapkan. (4). Laporan
pertanggungjawaban hendaknya dibuat secara rinci berdasarkan tiap bagiannya sesuai dengan
yang ada dianggaran, sehingga nantinya manajemen dapat melihat selisih antara yang
dianggarkan dengan realisasinya, dan dapat menilai kinerja masing-masing bagian terutama
bila adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Selain itu juga, karena kegiatan usaha
perusahaan yang lebih banyak dilakukan di luar perusahaan sehingga bentuk penilaian kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
21
masing-masing bagian terutama bagian teknik/ operasional tidak hanya seputar anggaran,
realisasi dan selisih biayanya saja, akan tetapi juga dilihat berdasarkan non keungannya, maka
perlu juga dibuat laporan dari kedisiplinan dan ketepatan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaan sesuai target yang ada sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. K. dan H. M. Sollenberger. 1992. Manajerial Accounting. 8th ed. South-Western
Publishing Co. Cincinnati, Ohio.
Atkinson, A. A., R. D. Banker, R. S. Kaplan, dan S. M. Young. 2001. Management Accounting. 3rd
ed. Prentice Hall International, Inc.
Blocher, E. J., K. H. Chen, dan T. W, Lin. 2000. Manajemen Biaya. Terjemahan. Salemba Empat.
Jakarta
Handoko, T. T. 1993. Manajemen. Edisi Kedua. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Hansen, D. R., dan M. M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh. Terjemahan. Buku
I dan II. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga. Cetakan
pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Samryn, L. M. 2001. Akuntansi Manajerial: Sebuah Pendekatan Replikasi. Cetakan Pertama. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekarno, E. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Sriwidodo, U. 2010. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Manajer.
http://ejournal.unisridigilib.ac.id/index.php/
Akuntansi/article/view/150/118.
Diakses tanggal 17 april 2013.
Usry, M. F dan L. H. Hammer. 1997. Auntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian. Terjemahan.
Edisi Kesepuluh. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Wahyuningsih, E. S. 2012. Struktur Organisasi Dalam Hubungannya Antara Pertisipasi
Penyusunan
Anggaran
Dengan
Kinerja
Managerial.
http://eprints.unisbank.ac.id/cgi/search/simple?q=endang+sri+wahyuningsih&_action_search=S
earch&_action_search=Search&_order=bytitle&
basic_srchtype=ALL&_satisfyall=ALL.
Diakses tanggal 17 April 2013.
Viyanti dan Se Tin. 2010. Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Pengendalian
Manajemen
Terhadap
Penilaian
Prestasi
Kinerja.
http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.php/maksi/article/view/614/593. Diakses tanggal 16
April 2013.
Download