PENGARUH TEPUNG TULANG IKAN TUNA MADIDIHANG

advertisement
PENGARUH TEPUNG TULANG IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus
albacares) TERHADAP KADAR KALSIUM DAN FOSFOR DALAM DARAH
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL OVARIEKTOMI
EFFECT OF YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacares) FISH BONE MEAL
CALCIUM AND PHOSPHATE LEVELS OF BLOOD IN WHITE RAT
(Rattus norvegicus) MODEL OVARIECTOMY
Paura Rangga Zobda1, Agung Pramana W.M2, Masdiana C. Padaga1.
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas
Brawijaya
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) memiliki kandungan mineral yang
tinggi yaitu sebesar 13,19% kalsium, 0,81% fosfor, 0,36% natrium dan 0,03% zat besi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) terhadap kadar kalsium dan fosfor dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) model
ovariektomi. Penelitian ini menggunakan 16 tikus betina (Rattus norvegicus) yang dilakukan
ovariektomi untuk mendapatkan kondisi osteoporosis, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok.
Kelompok I sebagai kontrol, kelompok II, III, IV diberikan tepung tulang ikan tuna madidihang
(Thunnus albacares) dosis bervariasi, berturut-turut 400; 800; dan 1600 mg/kg BB/hari yang diberikan
satu kali sehari secara sonde pada hari ke-1 sampai 30. Pada hari ke-31 semua tikus dilakukan
euthanasi dan pengambilan darah melalui apex jantung. Analisis kadar kalsium menggunakan
spektofotometri serapan atom dan kadar fosfor menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kesimpulan
penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 1600 mg/kg BB/hari tepung tulang ikan tuna madidihang
(Thunnus albacares) memiliki presentase peningkatan kalsium dalam darah dan menurunkan kadar
fosfor dalam darah mendekati keadaan normal.
Kata kunci
:
Ovariektomi, Osteoporosis, Kadar Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Dalam Darah.
ABSTRACT
Yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal has a high mineral content that is equal to
13,19% calcium, 0,81% phosphate, 0,36% sodium and 0,03% iron. This study aimed to determine the
effect of yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone meal to the levels of calcium and phosphate in
the blood of white rats (Rattus norvegicus) model of ovariectomy. This study using 16 female white
rats (Rattus norvegicus) were done ovariectomy to obtain the condition of osteoporosis, then divided
into 4 groups. Control as group I, group II, III, IV given yellowfin tuna (Thunnus albacares) fish bone
meal each different doses, 400, 800, and 1600 mg / kg / day given once daily as sonde on days 1 to 30.
On day 31, all mice performed euthanasi and blood sampling done through the apex of the heart.
Calcium content analysis using Atomic Absorbance spectrophotometry (AAS) and phosphate levels
using spectrophotometry UV-Vis. The results showed that a dose of 1600 mg / kg bw / day yellowfin
tuna (Thunnus albacares) fish bone meal have a percentage increase in blood calcium and lowering
blood levels of phosphorus in approaching normal circumstances.
Keywords
: Ovariectomy, Osteoporosis, Calcium (Ca) and Phosphate (P) Levels In The Blood.
PENDAHULUAN
Tubuh
memiliki
banyak
unsur
makromineral seperti kalsium dan fosfor yang
digunakan untuk hidup, kesehatan dan
pertumbuhan tulang. Kalsium dan fosfor
merupakan makromineral yang paling banyak
terdapat di semua jaringan tubuh dan terlibat
dalam proses biologi dan metabolisme tubuh
(Suarsana, 2011). Sekitar 99% kalsium dalam
tubuh ditemukan pada tulang dan gigi dan
sekitar 1% terdapat pada cairan ekstra sel
(Nabil, 2005). Fosfor merupakan makromineral
terbanyak kedua yang ada di dalam tubuh
setelah kalsium, 85% fosfor terdapat dalam
tulang. Kalsium dan fosfor membentuk kalsium
fosfat atau kristal kalsium hidroksiapatit
[3Ca3(P04)2Ca(OH)2] sebagai penyusun utama
pembentuk tulang (Sabri, 2011).
Menurut Suarsana (2011), selain
kalsium dan fosfor proses pembentukan tulang
juga dipengaruhi oleh kalsitriol (1,25-(OH)2D3),
bone morphogenic protein (BMP) dan hormon
estrogen. Hormon estrogen merupakan inhibitor
resorpsi kalsium di dalam tulang, bekerja pada
ginjal untuk reabsorbsi kalsium di dalam
tubulus ginjal dan melakukan penyerapan
kalsium di dalam duodenum (Xu et al., 2003).
Turunnya hormon estrogen mengakibatkan
terjadinya peningkatan absorbsi kalsium dan
fosfor dalam tulang, penurunan absorbsi
kalsium di duodenum dan peningkatan ekskresi
kalsium melalui ginjal (Van Abel et al., 2002)
serta menurunkan ekskresi fosfor (Dick dan
Price, 2001), hal ini yang mengakibatkan kadar
kalsium dalam darah turun dan pelepasan fosfor
dari tulang ke dalam darah menyebabkan kadar
fosfor dalam darah meningkat (Lamer, 2006).
Rendahnya kadar kalsium dalam darah akan
direspon oleh hipofisa dengan cara melakukan
stimulus pada kelenjar paratiroid untuk
menghasilkan hormon paratiroid (PTH).
Hormon paratiroid merangsang pembentukan
sitokin (IL-1, IL-6, dan TNF) di dalam tulang.
Sitokin
mengaktivasi
osteoklas
untuk
merangsang absorbsi kalsium dan fosfor di
dalam tulang dan melepaskan ke dalam darah
(Siki, 2009). Adanya penyerapan kalsium dan
fosfor dari tulang akan menimbulkan suatu
kondisi penurunan kepadatan tulang yang
disebut osteoporosis. PTH juga berpengaruh
pada ginjal untuk melakukan reabsorsi kalsium
dan ekskresi fosfor, selain itu ginjal juga
membentuk protein 1,25 dihidroksikalsiferol di
jejunum untuk meningkatkan penyerapan
kalsium (Sabri, 2011).Sehingga osteoporosis
ditandai dengan penurunan kadar kalsium
dalam darah dan diikuti naiknya kadar fosfor
dalam darah. Diharapkan dengan adanya
pemberian asupan mineral melalui makanan
dapat meningkatkan kadar kalsium dalam
darah.
Salah satu bahan yang mengandung
mineral yang tinggi adalah tepung tulang ikan.
Tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) merupakan sumber mineral yang
memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang
tinggi. Menurut Orias (2008), selain memiliki
kandungan mineral yang tinggi kandungan
kalsium pada ikan terutama pada tulang ikan
membentuk kompleks dengan fosfor dalam
bentuk apatit atau trikalsiumfosfat. Bentuk ini
yang menyebabkan tepung tulang ikan mudah
diserap oleh tubuh yaitu berkisar antara 6070%. Tepung tulang ikan tuna madidihang
(Thunnus albacares) merupakan pemanfaatan
limbah industri pengolahan ikan (Maulida,
2005). Kandungan mineral dari tepung tulang
ikan tuna madidihang (Thunnus albacares)
adalah kalsium 13,19%, fosfor 0,81%, natrium
0,36% dan zat besi 0,03% (Ismanadji et al.,
2000).
Pemberian tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunnus albacares) diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor
di dalam tubuh dan dapat dijadikan bahan terapi
alternatif terhadap penyakit osteoporosis. Tikus
putih (Rattus norvegicus) model ovariektomi
diasumsikan menyerupai kondisi menopause.
Tikus yang telah dilakukan ovariektomi akan
mengalami penurunan hormon estrogen
sehingga kondisi tersebut menyerupai keadaan
defisiensi estrogen pada manusia yang telah
menopause.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penelitian ini sangat penting dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian tepung tulang
ikan tuna madidihang (Thunnus albacares)
terhadap kadar kalsium dan fosfor dalam darah
tikus putih
ovariektomi.
(Rattus
norvegicus)
model
MATERI DAN METODE
Persiapan Hewan Coba
Sampel penelitian ini menggunakan
hewan coba berupa tikus putih (Rattus
norvegicus) betina strain Wistar berumur 8-12
minggu. Berat badan tikus berkisar antara 180200 gram. Hewan coba diaklimatisasi dengan
pemberian makanan berupa ransum basal dan
minum air suling secara ad libitum pada semua
tikus. Komposisi ransum basal disusun
berdasarkan standar AIN 93.
Pembuatan Tepung Tulang Ikan Tuna
Madidihang (Thunnus albacares)
Tahap pembuatan tepung tulang ikan
dilakukan sesuai dengan metode Thalib (2009),
yaitu tulang ikan segar yang terdiri dari bagian
tulang punggung sampai tulang ekor kemudian
dicuci dengan air mengalir. Tulang dibersihkan
dari sisa daging yang menempel, sirip ekor, dan
sirip punggung kemudian dicuci dengan air
mengalir. Tulang ikan tersebut kemudian
dipotong-potong untuk mendapatkan ukuran
yang lebih kecil. Tulang ikan yang telah
dibersihkan dimasukkan dalam air mendidih
dan direbus selama 12 jam (4 jam pertahap)
pada suhu 100°C. Perebusan ini dilakukan
untuk mempermudah pembersihan tulang dari
daging, darah dan lemak yang menempel pada
tulang. Tulang yang telah bersih direndam
dengan asam asetat 4% selama 30 menit untuk
mengurangi lemak dan protein dalam tulang.
Kemudian tulang dicuci dengan air untuk
menetralkan kandungan dari tulang. Proses
selanjutnya tulang ikan dimasukkan ke dalam
autoklaf selama 1 jam pada suhu 121˚C. Fungsi
dari proses ini untuk mensterilkan tulang dari
mikroba dan menghilangkan lemak yang
terdapat pada tulang. Pengeringan tulang
dilakukan menggunakan oven dengan suhu
60°C selama 8 jam. Tahap terakhir pada proses
pembuatan tepung tulang ikan adalah
penepungan dan pengayakan. Tulang ikan
ditepungkan menggunakan disk mill. Tepung
yang dihasilkan diayak menggunakan ayakan
dengan ukuran 100 mesh (100 lubang setiap
inchi) sehingga didapatkan tepung tulang ikan
yang halus dan homogen.
Pembuatan Hewan Model Ovariektomi
Proses pembuatan hewan model
ovariektomi dilakukan sesuai dengan metode
Hartiningsih (2005), yaitu tikus putih strain
Wistar betina sejumlah 20 ekor umur 8-12
minggu diadaptasikan selama 1 minggu dalam
kondisi laboratorium. Setelah dilakukan
aklimatisasi dilakukan operasi ovariektomi
(pengambilan ovarium) yaitu dengan membuat
sayatan pada daerah flank bagian kiri dan
kanan. Tikus dianastesi mengunakan ketamine
dengan dosis 1-4 mg/kg BB dengan lama
anastesi sekitar 15-20 menit yang disuntikkan
melalui vena coccygea secara intravena (IV).
Setelah tikus teranastesi, rambut dibagian flank
dicukur dan dibersihkan menggunakan alkohol
70%. Incisi dilakukan pada bagian abdomen
dengan panjang lebih kurang 1-1,5 cm. Jaringan
subkutan dikuakkan, lalu dinding abdomen
disayat, sehingga ovarium beserta saluran tuba
fallopii (tuba uterina) dan ovarium ikut terbawa
keluar dari rongga abdomen. Saluran tuba
fallopii (tuba uterina) dijepit dengan arteri klem
kemudian bagian saluran tuba fallopii (tuba
uterina) diikat dengan benang cat gut setelah itu
dilakukan pemotongan di atas arteri klem untuk
memisahkan antara ovarium dengan tuba
fallopii.
Tuba
fallopii
yang
tersisa
dikembalikan ke dalam rongga abdomen.
Musculus dijahit dengan cat gut chromik 3-0
dengan tipe jahitan sederhana terputus dan kulit
dijahit dengan benang silk ukuran 4 dengan tipe
jahitan sederhana terputus. Setelah musculus
dan kulit sudah tertutup, diberi iodine sebagai
antiseptik.
Penyembuhan luka akibat ovariektomi
selama 10 hari, kemudian dilakukan rontgen
setelah satu bulan, dua bulan dan tiga bulan
setelah
dilakukan
ovariektomi
untuk
memastikan
tulang
telah
mengalami
osteoporosis. Hasil foto rontgen menunjukan
pada 3 bulan setelah ovariektomi tulang telah
mengalami penurunan masa tulang yang
ditunjukkan dengan gambar rontgen pada
bagian tulang vertebrae yang terlihat
radiolucent (gambar tulang lebih gelap yang
menunjukkan adanya penipisan tulang)
Pengambilan Sampel Darah
Sampel darah didapatkan setelah tikus
dilakukan dislokasi pada leher, darah langsung
diambil dari jantung melalui bagian apex
sebanyak 3 ml dengan menggunakan
disposable syringe 5 ml. Sampel darah tikus
yang diambil dari jantung dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditunggu selama 3 jam
hingga
keluar
serumnya.
Kemudian
disentrifugasi (Hettich Zentrifugen) dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Analisis Kadar Kalsium Darah
Sampel serum dipipet sebanyak 1 ml ke
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 4
ml TCA 5%. Larutan divortex (dihomogenkan),
kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000
rpm selama 30 menit. Supernatan yang
dihasilkan dipipet masing-masing sebanyak 1
ml ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan larutan Stronsium (Sr) 5%
sebanyak 1 ml dan ditambahkan aquades
sebanyak 8 ml. Setelah itu dianalisis dengan
alat Spektofotometer serapan atom (SSA) pada
panjang gelombang 422,4 nm. Larutan standar
kalsium yaitu Kalsium Karbonat (CaCO3)
dibuat dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, 3 dan 5
ppm. Hasil pembacaan kemudian dibandingkan
dengan kurva standar, sehingga diperoleh kadar
kalsium dalam satuan mg/dl atau ppm
(Suarsana, 2011).
Analisis Kadar Fosfor Darah
Larutan standar fosfor dibuat dengan
konsentrasi 0,01, 0,25, dan 0,5 ppm. Sebanyak
2 ml larutan KH2PO4 ditambah 6 ml aquades
dan 2 ml reagen campuran molibdovanadat dan
HCl. Kemudian serapannya dianalisis dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 400 nm. Data yang
diperoleh dibuat kurva standarnya. Sampel
serum 1 ml ditambahkan 4 ml TCA 5%.
Larutan divortex (dihomogenkan), kemudian
disentrifuse pada dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit. Supernatan yang terbentuk
diambil sebanyak 2 ml lalu ditambahkan 6 ml
aquades dan ditambah reagen campuran
molibdovanadat dan HCl sebanyak 2 ml.
Serapannya dianalisis dengan spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang 400 nm
(Suarsana, 2011).
Analisis Data
Kadar kalsium dan fosfor yang
diperoleh dari hasil perlakuan dianalisis dengan
analisis ragam ANOVA. Apabila terdapat
perbedaan nyata uji dilanjutkan uji BNJ pada
taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan (Kusriningrum, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Tepung Tulang Ikan
Tuna Madidihang (Thunnus albacares)
Terhadap Kadar Kalsium Dalam Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model
Ovariektomi
Hasil penelitian pengaruh pemberian
tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) terhadap kadar kalsium dalam darah
tikus putih (Rattus norvegicus) model
ovariektomi pada 4 kelompok yaitu tikus
kontrol (ovariektomi), ovariektomi dengan
terapi dosis 400 mg/kg BB/hari, ovariektomi
dengan terapi dosis 800 mg/kg BB/hari dan
ovariektomi dengan terapi dosis 1600 mg/kg
BB/hari, menunjukkan adanya beda nyata antar
perlakuan (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata nilai kadar kalsium darah pada masing-masing kelompok perlakuan
Kelompok
Kadar Kalsium Darah (mg/dl)
Kontrol (A)
7,5 ± 0,11 a
Dosis 400 mg/kg BB (B)
8,4 ± 0,13 b
Dosis 800 mg/kg BB (C)
9,3 ± 0,08 c
Dosis 1600 mg/kg BB (D)
10,1 ± 0,15 d
Keterangan: Perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap nilai kadar kalsium
darah (p<0.05).
Kadar kalsium dalam darah pada
kelompok A (tikus ovariektomi) memiliki nilai
terendah yaitu sebesar 7,5 ± 0,11 mg/dl (Tabel
1). Hasil ini menunjukkan bahwa tikus yang
dilakukan ovariektomi telah mengalami
penurunan kadar kalsium dalam darah. Kadar
kalsium dalam darah pada tikus normal adalah
sebesar 11-13 mg/dl (Johnson-Delaney, 1996).
Penurunan kadar kalsium dalam darah ini
dikarenakan adanya penurunan hormon
estrogen akibat perlakuan ovariektomi sehingga
penyerapan kalsium pada duodenum menurun
dan ekskresi kalsium melalui ginjal meningkat
(Van Abel et al., 2002).
Kelompok tikus ovariektomi yang diberi
tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) mengalami kenaikan kadar kalsium
dalam darah secara signifikan (Tabel 1).
Kelompok D memiliki peningkatan yang paling
tinggi yaitu 10,1 ± 0,15 mg/dl diikuti dengan
kelompok C sebesar 9,3 ± 0,08 mg/dl dan
kelompok B sebesar 8,4 ± 0,13 mg/dl.
Kenaikan kadar kalsium dalam darah pada
kelompok B, kelompok C dan kelompok D
(tikus ovariektomi dengan terapi), disebabkan
karena tepung tulang ikan tuna madidihang
(Thunnus albacares) memiliki kandungan
kalsium yang tinggi yaitu sebesar 13,19 %
(Ismanadji et al., 2000), sehingga adanya
perbedaan dosis terapi yang diberikan dapat
meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
Kelompok D memiliki dosis terapi yang paling
tinggi yaitu 1600 mg/gram BB/hari sehingga
pada kelompok D memiliki kadar kalsium yang
paling tinggi jika dibandingkan dengan
kelompok C dan kelompok B. Perlakuan
ovariektomi
mengakibatkan
terjadinya
penurunan hormon estrogen. Hormon estrogen
mempengaruhi proses penyerapan kalsium
duodenum secara transelluler dan melakukan
reabsorbsi kalsium di dalam ginjal (Van Abel et
al., 2002).
Turunnya
hormon
estrogen
mengakibatkan
penyerapan
kalsium
di
duodenum menurun dan meningkatkan ekskresi
kalsium di ginjal, hal ini mengakibatkan
turunnya kadar kalsium dalam darah.
Rendahnya kadar kalsium dalam darah akan
direspon tubuh dengan menghasilkan hormon
paratiroid. PTH menstimulasi ginjal untuk
melakukan reabsorbsi kalsium dan juga
menghasilkan vitamin D spesifik berupa protein
1,25 dehidroksikalsiferol di jejunum untuk
meningkatkan absorbsi kalsium secara transport
aktif (Murray et.al., 2003).
Protein
1,25
dihidroksikalsiferol
menyebabkan terbentuknya protein pengikat
kalsium di sel-sel epitel jejunum. Protein di selsel epitel usus berfungsi untuk menyerap
kalsium
dalam
bentuk
apatit
atau
trikalsiumfosfat dari tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunnus albacares) kemudian
protein tersebut mengangkut kalsium ke dalam
sitoplasma sel (intrasel), selanjutnya kalsium
dikeluarkan ke dalam darah melewati membran
basolateral yang ada pada sel epitel usus
dengan cara difusi terfasilitasi. Kalsium dalam
bentuk apatit atau trikalsiumfosfat mudah
diserap usus secara maksimal yaitu sebesar 6070% (Orias, 2008), sehingga mampu
meningkatkan kadar kalsium dalam darah pada
tikus kelompok B, kelompok C dan kelompok
D. Hasil terapi tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunus albacores) menunjukkan
kadar kalsium dalam darah pada kelompok D
hampir mendekati kadar kalsium darah normal.
Peningkatan kadar kalsium dalam darah ini
akan direspon oleh tubuh untuk menghasilkan
hormon kalsitonin oleh organ tiroid.
Hormon
kalsitonin
merangsang
pembentukan osteoblas di tulang. Osteoblas
menghasilkan osteonektin untuk mengikat
kalsium dalam darah dalam bentuk bentuk
hidroksiapatid.
Kemudian
menghasilkan
osteokalsin untuk proses mineralisasi dalam
tulang. Hasil penelitian ini telah sesuai dengan
penelitian Nursofah (2012), yang menggunakan
tepung tulang ikan teri sebagai bahan terapi
pada tikus putih yang mengalami osteodistrofi
fibrosa. Kadar kalsium tepung ikan teri tawar
adalah sebesar 0,6 %. Penelitian tersebut
menerangkan bahwa pemberian ikan teri tawar
dengan rasio pemberian Ca:P yaitu sebesar
1.5:1 selama 5 minggu dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam darah dan diikuti adanya
perbaikan tulang pada gambaran mikroskopik
tulang femur yang mengalami osteodistrofi
fibrosa.
Pengaruh Pemberian Tepung Tulang Ikan
Tuna Madidihang (Thunnus albacares)
Terhadap Kadar Fosfor Dalam Darah Tikus
Putih
(Rattus
norvegicus)
Model
Ovariektomi
Hasil penelitian pengaruh pemberian
tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) terhadap kadar fosfor dalam darah
tikus putih (Rattus norvegicus) model
ovariektomi pada 4 kelompok yaitu tikus
kontrol (ovariektomi), ovariektomi dengan
terapi dosis 400 mg/kg BB/hari, ovariektomi
dengan terapi dosis 800 mg/kg BB/hari dan
ovariektomi dengan terapi dosis 1600 mg/kg
BB/hari, menunjukkan adanya beda nyata antar
perlakuan (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata nilai kadar fosfor darah pada masing-masing kelompok perlakuan
Kelompok
Kadar Fosfor Darah (mg/dl)
Kontrol (A)
12,7 ± 0,13 d
Dosis 400 mg/kg BB (B)
10,4 ± 0,26 c
Dosis 800 mg/kg BB (C)
7,3 ± 0,13 b
Dosis 1600 mg/kg BB (D)
6,3 ± 0,05 a
Keterangan: Perbedaan notasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan terhadap nilai kadar fosfor
darah (p<0.05).
Kadar fosfor dalam darah pada
kelompok A (tikus ovariektomi) memiliki nilai
tertinggi yaitu sebesar 12,7 ± 0,13 mg/dl (Tabel
2). Hasil ini menunjukkan bahwa tikus yang
dilakukan ovariektomi telah mengalami
kenaikan kadar fosfor dalam darah. Kadar
fosfor dalam darah pada tikus normal adalah
sebesar 7 mg/dl (Johnson-Delaney, 1996).
Tingginya kadar fosfor dalam darah pada
kelompok A diakibatkan karena adanya
pengaruh turunnya hormon estrogen. Hormon
estrogen memiliki fungsi untuk merangsang
pembentukan osteoblas dan menghambat
terbentuknya osteoklas di dalam tulang.
Turunnya hormon estrogen meningkatkan
pertumbuhan osteoklas di dalam tulang.
Peningkatan pembentukan osteoklas dalam
tulang
mengakibatkan
meningkatnya
penyerapan kalsium dan fosfor pada tulang
secara fagositosis. Hasil penyerapan kalsium
dan fosfor di tulang kemudian dikeluarkan ke
dalam darah. Kasium dan fosfor dalam darah
kemudian disaring oleh ginjal pada tubulus
distalis. Turunnya hormon estrogen
mengakibatkan ginjal mengekskresikan kalsium
dan mereabsorbsi fosfor melalui tubulus distal
sehingga terjadi peningkatan fosfor dalam
darah (Lamer, 2006).
Kelompok tikus ovariektomi yang diberi
tepung tulang ikan tuna madidihang (Thunnus
albacares) memberikan hasil penurunan kadar
fosfor dalam darah secara signifikan (Tabel 1).
Kadar fosfor pada kelompok D adalah yang
terendah yaitu 6,3 ± 0,05 mg/dl diikuti dengan
kelompok C sebesar 7,3 ± 0,13 mg/dl dan
kelompok B sebesar 10,4 ± 0,26 mg/dl.
Penurunan kadar fosfor dalam darah pada
kelompok B, kelompok C dan kelompok D
(tikus ovariektomi dengan terapi), disebabkan
karena pemberian tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunnus
albacares)
yang
memiliki kandungan kalsium yang tinggi yaitu
sebesar 13,19 % (Ismanadji et al., 2000), dapat
meningkatkan kadar kalsium dalam darah.
Tingginya kadar kalsium dalam darah
dapat menurunkan kadar fosfor dalam darah.
Pemberian kalsium dalam jumlah tinggi akan
menghambat absorbsi fosfor dalam usus akibat
terbentuknya
kompleks
kalsium
fosfat
(hidroksiapatit) yang tidak larut dalam lumen
intestinal sehingga menyebabkan turunnya
kadar fosfor dalam darah. Sisa fosfor dalam
makanan yang tidak dapat terserap oleh usus
dan dikeluarkan melalui feses (Brink et al.,
1992). Menurut Kawiyana (2009) Tingginya
kadar kalsium dalam darah akan di deposit ke
dalam tulang sehingga menyebabkan terjadinya
ikatan antara kalsium dengan estrogen reseptor
α (ER-α) yang terdapat pada sel osteoblas.
Ikatan tersebut menginduksi feedback positif
pada korteks adrenal. Adanya feedback positif
pada korteks adrenal merangsang terbentuknya
hormon estrogen sehingga kadar hormon
estrogen meningkat. Meningkatnya hormon
estrogen akan meningkatkan penyerapan
kalsium di dalam dedunum, melakukan
reabsorbsi kalsium dan mengekskresi fosfor
melalui tubulus distal ginjal dan mengekskresi
kan fosfor melalui urin. Hal ini yang
menyebabkan naiknya kadar kalsium dan
menurunkan kadar fosfor dalam darah.
Di
dalam
pembentukan
tulang
perbandingan absorbsi Ca:P yang baik adalah
2:1 (Nabil, 2005). Hasil analisis kadar fosfor
dalam darah pada kelompok D hampir
mendekati kadar fosfor dalam darah normal
yaitu sebesar 6,3 ± 0,129 mg/dl. Selain itu
perbandingan kalsium dan fosfor (Ca:P) pada
kelompok D adalah sekitar 1,6:1 (tabel 1 dan
2). Hasil penelitian ini telah sesuai dengan
penelitian Nursofah (2012), yang menggunakan
tepung tulang ikan teri sebagai bahan terapi
pada tikus putih yang mengalami osteodistrofi
fibrosa. Penelitian tersebut menerangkan bahwa
pemberian tepung ikan teri tawar yang memiliki
kandungan kalsium 0,6 % dengan pemberian
tepung ikan teri dengan rasio Ca:P yaitu sebesar
1.5:1 selama 5 minggu dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam darah dan menurunkan
kadar fosfor dengan perbandingan 1,2 :1 pada
tikus yang mengalami osteodistrofi fibrosa.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian
dilakukan, dapat disimpulkan:
yang
telah
1. Pemberian tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunnus albacares) dengan
dosis 1600 mg/kg BB/hari mempunyai
pengaruh meningkatkan kadar kalsium
dalam darah mendekati kondisi normal.
2. Pemberian tepung tulang ikan tuna
madidihang (Thunnus albacares) dengan
dosis 1600 mg/kg BB/hari mempunyai
pengaruh menurunkan kadar fosfor dalam
darah mendekati kondisi normal.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada supervisor dan staff
Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas
Brawijaya yang memfasilitasi pelaksanaan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Armitage, D. 2004. Rattus Norvegicus. Animal
Diversity Web. University of Michigan
of Zoology.
Baylink. 2000. The Diagnosis and Management
Of Osteoporosis. J Rheumatol Suppl 1
59:42S- 44S.
Baylink, D.J., R.D. Finkelman, and S. Mohan.
1993. Growth Factors To Stimulate Bone
Formation. J. Bone Miner. Res. 8:56572.
Brink, E.J., Beynen, A.C., Decker, P.R., Van
Beresteijn, E.C.H., Van der Meer R.
1992. Interaction of Calcium and
Phospate Decreases Ileal Magnesium
Solubility and Apparent Magnesium
Absorption In Rat. J Nutr 122:580-586
Banks WJ. 1993. Applied Veterinary Histology.
3rd Ed. Mosby Year Book. Toronto:
hlm.107-126.
Cunningham JG. 1992. Textbook of veterinary
physiology. Philadelphia : W.B. Saunders
Company. hlm.416-423.
Dick, I.M., Price, R.L. 2001. The Effect of
Estrogen On Renal Phosporus Handling
In The Rat. Am J Nephrol. 21 : 323-330
Dirjen Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan.
1990. Buku Pedoman Hasil Perikanan
Laut
(Jenis-jenis
Ikan Ekonomis
Penting). Jakarta: Departemen Pertanian.
Johnson-Delaney, C. 1996. Exotic Companion
Medicine Handbook for Veterinarians (2
Vol. Set). Lake Worth, FL: Zoological
Education Network.
Drapper, C.R. 1997 Phytoestrogens Reduce
Bone Loss and Bone Resorption in
Oopharectomized Rats. J. of Nutr. 127 :
1795 -1799
Guyton AC. 1996. Fisiologi manusia dan
mekanisme penyakit (Human physiology
and mechanism of disease). Terjemahan.
Ed ke-3 Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hartiningsih. 2005. Pengaruh Pemberian Teri
Asin Terhadap Ekskresi Kalsium Urin
Dan Mineralisasi Tulang Femur Tikus
Penderita Osteodistrofia Fibrosa. Jurnal
Sain Vet. Vol. 23 No.5 Th. 2005.
Ismanadji, I., Djazuli N, Widarto, Istihastuti T,
Herawati N, Ismarsudi, Lasmono. 2000.
Laporan
Perekayasaan
Teknologi
Pengolahan Limbah. Jakarta : Balai
Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan,
Direktorat
Jenderal
Perikanan.
Jayanti, A. 2009. Pemanfaatan Flavor Kepala
Udang Windu (Peneus monodon) Dalam
Pembuatan Kerupuk Berkalsium Dari
Cangkang Rajungan (Portunus sp.).
[Skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi
Hasil Perikanan, Institut Pertanian
Bogor.
Kathleen, S. 2000. Food, Nutrition and Diet
Therapy.Pensylvania. Saunders.
Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan
Percobaan dan Rancangan Acak
Lengkap. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Lerner, U. 2006. Bone remodeling in post
menopausal osteoporosis. J. Dent
Res.85(7): 584-94
Lestari, S. 2001. Pemanfaatan Tulang Ikan
Tuna (Limbah) Untuk Pembuatan
Tepung Tulang [Skripsi]. Bogor :
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan,
Institut Pertanian Bogor.
Maulida, N. 2005. Pemanfaatan Tepung Tulang
Ikan Madidihang (Thunnus albacares)
Sebagaik Suplemen Dalam Pembuatan
Biscuit (CRACKERS). [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Malole, M.BM.,C.S.U. Pramono. 1989.
Penggunaan Hewan-hewan Percobaan
di Laboratorium. PAU Bioteknologi
IPB. Bogor.
Murray RK, Granner DK, Mayes, PA, Rodwell
VW. 2003. Harper’s Review of
Biochemistry. Dalam Andry Hartono:
Biokimia, EGC. Penerbit Kedokteran,
Jakarta.
Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah Tulang
Ikan tuna(Thunus sp.) Sebagai Sumber
Kalsium Dengan Metode Hidrolisis
Protein. [Skripsi].Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nurdin, S. 2002. Pengaruh Pemberian Tepung
Tahu dan Tempe Kedelai Dalam Ransum
Terhadap Massa dan Densitas Tulang
Tikus Betina Ovariektomi. [Thesis].
Pascasarjana IPB, Bogor.
Nursofah. 2012. Pengaruh Pemberian Teri Asin
Terhadap Ekspresi Kalsium Urin dan
Mineralisasi Tulang Femur Tikus
Penderita
Osteodistrofia
Fibrosa.
[Skripsi]. Institud Agama Islam Negeri
(IAIN) Stekh Nurjati Cirebon.
Nieves. 2005. Osteoporosis: the role of
micronutrients. AM J Clin Nutr
81:1232S-1239S.
Nurlena. 2005. Tampilan Kalsium dan Fosfor
Darah, Produksi Susu, Ion Kalium dan
Jumlah Bakteri Susu Sapi Perah Friesian
Holstein Akibat Pemberian Aras
Sauropus androgynus (L) Mer (Katu).
[Tesis]. Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
Orias, A. 2008. Pemanfaatan Tepung Tulang
Ikan Patin (Pangianus Sp) Sebagai
Sumber Kalsium Dan Fosfor Dalam
Pembuatan
Biskuit.
[Thesis].
Pascasarjana IPB, Bogor.
Potu, BK, Bhat, K.M., Rao, M.S., Nampurath,
G.K., Chamallamudi, M.R., Nayak, S.R.,
Muttigi MS. 2009. Evidence-Based
Assessment Of Petroleum Ether Extract
Of Cissus Quadrangularis Linn. On:
Ovariectomy induced osteoporosis. J
Medical Sci 114(3):140–148.
Rachman IA. 1999. Paparan Sinar UV Beta
Terhadap Remodeling Tulang: Studi
Eksperiment Pada M.fascicularis Yang
Hipoestrogenis. [Disertasi]. Program
Pasca Sarjana UI. Jakarta.
Rivaldi, D. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Daun Pegagan (Centella asiatica)
Terhadap Kadar Fosfor Dalam Darah
Pada
Tikus
(Rattus
norvegicus)
Ovariektomi.Artikel Ilmiah. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Airlangga.
Setyorini, A, Suandi, I Sidiartha, dan
Suryawan.
2009.
Pencegahan
Osteoporosis
dengan
Suplementasi
Kalsium dan Vitamin D pada
Penggunaan
KortikosteroidJangkaPanjang.
Jurnal
Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1.
Suarsana, N., I Dharmawan, I Gorda,B Pontjo
Priosoeryanto. 2011. Tepung Tempe
Kaya Isoflavon MeningkatkanKadar
Kalsium, Posfor dan Estrogen Plasma
Tikus Betina Normal. Jurnal Veteriner
Vol. 12 No. 3: 229-234, September 2011.
Siki, K. 2009. Osteoporosis Patogenesis
Diagnosis Dan Penanganan Terkini.J
Peny Dalam, Vol 10 Nomor 2 Mei 2009.
Sabri, M. 2011. Aktivitas etanol batang
sipatah-patah (Cissus quadrangula
Salisb) sebagai antiosteoporosis pada
tikus (Rattus norvegicus). [Thesis].
Pascasarjana IPB, Bogor.
Shirwaikar, Khan S, Malini S. 2003.
Antiosteoporotic Effect
Of Ethanol
Extract Of Cissus Quadrangularis .Linn.
on ovariectomized rat. J Ethnopharmacol
89: 245-250.
Thalib, A. 2009. Pemanfaatan Tepung Tulang
Ikan Madidihang (Thunnus albacares)
Sebagai Sumber Kalsium dan Fosfor
Untuk Meningkatkan Nilai Gizi Makron
Kenari. [Thesis]. Sekolah Pascasarjana
IPB. Bogor.
Van Abel, M., J.G.J. Hoenderop, O. Dardenne,
R. St Arnaud, C.H. Van Os, H.J.P.T.M.
Van Leeuwen, and R.J.M. Bindels. 2002.
1,25-Dihydroxyvitamin D3-independent
Stimulatory Effect Of Estrogen On The
Expression Of ECAC1 In The Kidney. J.
Am. Nephrol. 13:2102-2109.
Xu, H., J.K. Uno, M. Inouye, L. Xu, J.B. Dress,
J.F. Collin, and F.K. Ghishan. 2003.
Regulation of intestinal NaPi-IIb
cotransporter gene expression by
estrogen. J. Am. Physiol. Gastrointest.
285:1317-1324.
Download