PEMERIKSAAN PROTEIN DALAM URINE POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI Pemeriksaan Protein atau Albumin 1 PRAKATA Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Pemebelajaran “ Pemeriksaan Protein atau Albumin” Adapun Modul Pemebelajaran “ Pemeriksaan Protein atau Albumin” kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki Modul Pemebelajaran “ Pemeriksaan Protein atau albumins” Akhirnya penyusun mengharapkan semoga Modul Pemebelajaran “ Pemeriksaan Protein atau Albumin” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi dan menambah pengetahuan terhadap pembaca. Penyusun Pemeriksaan Protein atau Albumin 2 BAB I PENDAHULUAN A. Deskriptif Pemeriksaan protein urine merupakan salah satu jenis pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil untuk mengetahui fungsi ginjal. Apabila ginjal berfungsi dengan normal, maka tidak akan terdapat protein pada urine ibu hamil. Kadar protein dalam urine dapat dikarenakan: makanan yang dikonsumsi ibu hamil, ibu mempunyai infeksi saluran kencing atau urine terkontaminasi dengan darah dan air ketuban, ataupun mengidentifikasikan adanya preeclampsia baik ringan maupun berat yang dapat mengarah pada keadaan eklampsia. Pada modul ini anda akan mempelajari keterampilan untuk melakukan uji laboratorium untuk memeriksa kadar protein dalam urine. Keterampilan ini sangat penting bagi mahasiswa, karena keterampilan ini akan menjadi bekal saat melakukan praktik klinik atau saat praktik di rumah sakit untuk mendeteksi secara dini adanya preeklampsia pada ibu hamil. Preeklampsia sering kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan ini menggunakan asam asetat 6% atau asam sulfosilat 20% karena sifatnya dapat mengikat protein. Prinsipnya terjadi endapan urin jika direaksikan dengan asam asetat atau asam sulfo salisilat. B. Prasat Untuk mengusai modul ini mahaiswa harus sudah menguasai kompetensi memahami Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK). C. Petunjuk Pengunaan Modul Agar Anda berhasil dengan baik mempelajari modul ini, ikuti petunjuk belajar sebagai berikut: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda memahami betul apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca bagian demi bagian dan temukan kata kunci dan kata-kata yang dianggap baru. Carilah arti dari kata-kata tersebut dalam kamus anda. Pemeriksaan Protein atau Albumin 3 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda, Dosen atau tutor anda 4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dan demonstrasi dalam kelompok kecil atau klasikal pada saat tutorial. 5. Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang materi modul untuk lebih memahami materi yang anda pelajari. D. Tujuan Akhir Setelah membaca modul ini diharapkan anda mampu: 1. Mahasiswa dapat menyiapkan alat untuk pemeriksaan protein urine dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada job sheet. 2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan protein urine dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada job sheet. E. Kompetensi Mahasiswa dapat melakukan uji laboratorium untuk memeriksa kadar protein dalam urine. F. Cek Kemampuan Anda dapat mengecek sejauh mana penguasaan anda terhadap materi yang sudag anda pelajari pada tiap pembelajaran dengan mengerjakan latihan-latihan pada setiap kegiatan belajar serta tes formatif yang telah ada di akhir modul ini yang disertakan dengan kunci jawaban masing-masing. Apabila anda masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes formatif silahkan anda memperlajari ulang materi dalam modul ini dan mencari referensi dalam buku lain. Pemeriksaan Protein atau Albumin 4 BAB II PEMBELAJARAN A. Rencana Belajar Peserta Didik Dalam modul ini anda akan memperlajari cara melakukan uji laboratorium untuk mengetahui kadar protein dalam urine. Keterampilan ini sangat penting bagi mahasiswa, karena keterampilan ini akan menjadi bekal saat melakukan praktik klinik atau saat praktik di rumah sakit untuk mendeteksi secara dini adanya preeklampsia pada ibu hamil. Preeklampsia sering kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. B. Kegiatan Belajar Melakukan uji laboratorium untuk menguji kadar protein dalam urine. 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah membaca materi uji laboratorium untuk menguji kadar protein dalam urine pada modul ini, anda diharapkan mampu: 1. Menyiapkan alat untuk pemeriksaan protein urine dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada job sheet. 2. Melakukan pemeriksaan protein urine dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada pada job sheet. C. METODE PEMBELAJARAN 1) . Aktivitas Pembelajaran. a. Tutorial. Diskusi kelompok dengan tutor dijadwalkan dua kali seminggu. Jika berhalangan hadir karena sesuatu hal, mahasiswa yang bersangkutan harus menginformasikan kepada tutor dalam waktu 2 x 24 jam. b. Skill’s lab. Kegiatan untuk mendapatkan keterampilan medik, mulai dari komunikasi, keterampilan laboratorium, keterampilan prosedural dan keterampilan klinik Pemeriksaan Protein atau Albumin 5 c. . Praktikum Kegiatan yang dilakukan di laboratorium, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang teori. d. Diskusi Tujuan dari diskusi ini untuk mempersamakan dan membandingkan proses pembelajaran kelompok untuk mencegah adanya kelompok yang mengambil jalur yang salah. Kelompok dapat mengajukan masalah yang belum terpecahkan dan fasilitator akan mengarahkan diskusi . Kegiatan ini diadakan sekali seminggu dan dihadiri oleh dosen yang terkait. e. . Kuliah Pengantar Kuliah yang diberikan oleh dosen, yang bertujuan untuk memberikan pedoman kepada mahasiswa dalam mempelajari suatu topik. f. Belajar mandiri Sebagai seorang pelajar dewasa, anda diharapkan untuk melakukan belajar mandiri, suatu keterampilan yang penting untuk karir anda ke depan dan perkembangannya. Keterampilan ini meliputi mengetahui minat anda sendiri, mencari informasi yang lebih banyak dari sumber pembelajaran yang tersedia, mengerti informasi dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dan berbagai aktivitas, menilai pembelajaran anda sendiri dan mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran selanjutnya. Tidaklah cukup belajar hanya dari catatan kuliah atau buku teks. Belajar mandiri D. Materi Pembelajaran 1. Uraian Materi Melakukan Pengujian Terhadap kadar protein dalam urine A. Pengertian 1. Pengertian Pemeriksaan Urine Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit Pemeriksaan Protein atau Albumin 6 akan terbentuk filtrat 120 ml/menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan - kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran urin tapi dapat juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu pancreas, kortek adrenal. Jika kita melakukan urinaisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urine tidak dapat banyak berbeda dari susunan urine 24 jam berikutnya. Evaluasi untuk proteinuria pada kunjungan prenatal direkomendasikan pada awal 1903 sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi preeklampsia. Hal ini telah menjadi rutin untuk pemeriksaan proteinurinaria dengan reagen dipsik, tetapi terdapat sedikit data untuk mengidentifikasi bahwa prosedur ini penting pada waniita tanpa faktor risiko atau tanda gangguan hipertensi (Gribble, Fee, dan Berg, 1995). Kebanyakan strip reagen urine untuk identifikasi proteinuria dilakukan pada sebuah proses yang menggunakan indicator kimia buffer (mis., tetrabromofenol biru) yang bereaksi jika ada protein. Hasil sebagai Negatif, Renik, 30 mg/dl (1+), 100mg/dl (2+), 300 mg/dl (3)+, dan >2000 mg/dl (4)+. Beberapa penelitian yang telah mengevaluasi reagen strip sebagai alat skrining telah menemukan bahwa tidak ada korelasi proteinuria tanpa tanda-tanda lain preeclampsia (hipertensi, edema) timbulnya preeclampsia pada wanita risiko rendah. Pada wanita yang diketahui gangguan hipertensi, disarankan menggunakan reagen strip sebagai uji diagnostic sebagai tambahan skrining umum (Gribble, Fee, dan Berg, 1995). Pemeriksaan Protein atau Albumin 7 Skrining untuk proteinuria sebagai sebuah indicator infeksi saluran kemih juga telah menjadi tindakan rutin. Data menunjukkan bahwa uji lainnya yang tersedia pada reagen strip akan lebih sensitive dan spesifik dan mempunyai nilai prediksi positif dan negative lebih besar daripada hanya protein saja. Etherington (1993) menemukan bahwa adanya skirining nitrit positif memiliki nilai produksi positif 90%. Dengan menggunakan pengukuran multiple (leukosit esterase/nitri/protein, leukosit esterase/nitrit,darah, nitrit/protein/darah, atau leukosit esterase/nitrit/protein darah) menghasilkan nilai prediksi negatif yang lebih besar dari 99% (Eringthon, 1993). 2. Pengertian Protein dalam Urine Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat yang penting terhadap protein. Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin yang digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih. Untuk lebih jelasnya tentang pengertian protein dalam urine, dapat di lihat dalam beberapa poin-poin berikut: a) Proteinuria biasanya merupakan suatu petunjuk penting atas adanya kerusakan pada ginjal b) Jumlah dan komposisi protein dalam urine sangata berbeda-beda untuk setiap jenis penyakit ginjal.Misalnya pada hemolisis darah dalam urine dapat diketemukan hemoglobin, acute glomerulonephritis dalam urinenya diketemukan albumin, multiple myeloma menghasilkan Bonce-Jones proteinuria c) Filtrat glomerulus mengandung kadar protein sangat rendah sekali yang biasanya terdiri atas protein dengna berat molekul rendah (molekul-molekul yang lebih kecil dari Hb dan albumin). Zat-zat Pemeriksaan Protein atau Albumin 8 tersebut mungkin direabsorsi oleh tubulus sehingga dalam urine 24jam hanya mengandung 150 mg protein Proteinuria lebih besar dari 150 mg/24 jam mungkin dijumpai pada kerusakan-karusakan membran kapiler glomerulus yang memungkinkan lolosnya protein berberatmolekul besar masuk ke dalm filtrat glomerulur atau karena gangguan mekanisme reabsorsi tubulus atau karena kerusakan pada kedua mekanisme di atas d) Dapat dikatakan Proteinuria terjadi karena : 1. G.F.R yang meningkat 2. Kelainan basal membrane glomerulus 3. Kelainan tubulus 4. Perubahan protein sehingga mudah difiltrasi (misal: multiplenyehama) e) Macam –macam proteinuria : Functional Proteinuria.Penyebabnya antara lain : a. karena expose dengan udara yang sangat dingin b. otot-otot yang kerja keras c. setelah lam berdiri dan menghilang setelah istirahat/tidur, disebut orthostatic/postural proteinuria pada kehamilan f) Organic Proteinuria : a. Pada ascites b. Karena keracunan obat-obatan g) Renal Proteinuria : a. Pada keradangan (nephitis) b. Pada proses degenerasi ginjal (nephrosis) c. Infark pada ginjal, Kanker ginjal, TBC, dan lain-lain h) False Proteinuria: Dapat terjadi pada : a. Cystitis b. Pyelitis\ c. Urethritis Pemeriksaan Protein atau Albumin 9 d. Sekret dari Vagina Beberapa klinik masih menggunakan kultur urine sebagai uji diagnostik untuk infeksi saluran kemih. Keuntungan pendekatan skrining ini adalah mengidentifikasi organism spesifik. Walaupun ada kerugian ini yaitu biaya meningkat, identifikasi bakteriuria dari streptokokus grup B (SGB) member data yang akan memengaruhi manajemen klinik intrapartum dan cara menurunkan risiko infeksi SGB neonatal. 3. Patofisiologi proteinuria Menurut Bawazier (2006) Proteinuria dapat meningkat melalui salah satu cara dari ke-4 jalan dibawah ini : 1. Perubahan permeabilitas glomerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama albumin. 2. Kegagalan tubulus mengabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi 3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal, Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus. 4. Sekresi yang meningkat dari makuloprotein uroepitel dan sekresi IgA (Imunoglobulin A) dalam respon untuk inflamasi. Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein. Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin. Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus. Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma dalam urin (protein glomerulus). Protein yang lebih kecil (<20kDal) secara bebas disaring tetapi diabsorbsi kembali oleh tubulus proksimal. Pada individu normal ekskresi kurang dari 150 mg/hari dari protein total dan albumin hanya sekitar 30 mg/hari ; sisa protein pada urin akan diekskresi oleh tubulus (Tamm Horsfall, Imunoglobulin A dan Pemeriksaan Protein atau Albumin 10 Urokinase) atau sejumlah kecil β-2 mikroglobulin, apoprotein, enzim dan hormon peptida. Dalam keadaan normal glomerulus endotel membentuk barier yang menghalangi sel maupun partikel lain menembus dindingnya. Membran basalis glomerulus menangkap protein besar (>100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit. Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat, aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis. Muatan negatif akan menghalagi transpor molekul anion seperti albumin. 4. PROTEIN URINE DALAM KEHAMILAN Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. B. Tujuan Pengujian Untuk mengetahuia kadar protein dalam urine ibu hamil untuk mengidentifikasi preeklampsia secara dini. C. Petunjuk Kerja 1. Ikuti petunjukan yang ada pada job sheet. 2. Bekerja secara hati-hati dan teliti. D. Keselamata Kerja 1. Patuhi prosedur pekerjaan. Pemeriksaan Protein atau Albumin 11 2. Jauhkan lampu spiritus dari sumber api atau panas. 3. Jangan terlalu keras menjepit tabung reaksi. 4. Ketika memanaskan urine jangan menghadapkan lubang tabung ke wajah atau badan. Karena bias terkena percikan urine yang sedang mendidih. E. Peralatan dan Perlengkapan 1. Urine ibu hamil 2. Larutan klorin 0,5% dalam baskom 3. Reagen: asam asetat 6%, atau asam sulfo salisilat 20% 4. Tabung reaksi 2 buah 5. Rak tabung reaksi 6. Penjepit tabung reaksi 7. Lampu spiritus (Bunsen Burner) 8. Spuit 5 cc 9. Sarung tangan 10. Pipet takaran 5 cc 11. Bak instrument berisi sarung tangan DTT/bersih 12. Bengkok 13. Botol untuk spesimen urine 14. Korek api 15. Plester untuk identitas pasien (direkatkan ke botol) 16. Wastafel/air mengalir, sabun untuk cuci tangan 17. Handuk bersih F. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Urine Metode Asam Asetat 1. Berikan penjelsan pada ibu tentang prosedur yang akan dilakukan 2. Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara ergonomis 3. Beri identitas pada botol psesimen urine agar tidak tertukar dengan pasien lain 4. Persilahkan ibu untuk kencing dan menampung air kencingnya kedalam botol yang telah diberi identitas 5. Cuci tangan secara 7 langkah dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih Pemeriksaan Protein atau Albumin 12 6. Pakai sarung tangan yang bersih 7. Isi dua tabung reaksi (A dan B) masing-masing dengan 5 cc urine 8. Panaskan tabung A diatas lampu spiritus (Bunsen Burner) 9. Amati urine, terjadi kekeruhan atau tidak 10. Kalau urine keruh, tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6% 11. Amati dan bandingkan dengan tabung B, apabila setelah ditetesi kekeruhan menghilang hal ini menunjukkan tidak adanya protein urine 12. Panaskan sekali lagi apabila setelah ditetesi asam asetat 6% urine tetap keruh 13. Amati dan nilai, apabila urine keruh berarti ada protein didalam urine, dan nilai derajat kekeruhannya 14. Bereskan dan bersihkan bahan/ peralatan yang telah digunakan 15. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin 0,5% 16. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih menurut standar 7 langkah 17. Beritahu ibu hasil pemeriksaan 18. Lakukan dokumentasi Pemeriksaan Protein atau Albumin 13 Contoh Hasil Pengujian Protein Urine Pemeriksaan Protein atau Albumin 14 BAB III PENUTUP Hasil pemeriksaan laboratorium yang baik tidak hanya memerlukan cara-cara pemeriksaan yang baik, pemeriksa yang berpengalaman, tapi perlu juga diperhatikan caracara pengambilan dan pengiriman dari contoh urine ke laboratorium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine, terutama untuk pemriksaan; cara-cara pengambilan contoh urine, terutama untuk pemeriksaan; serta pengaruh obat-obatan dan makanan yang dapat mempengaruhi metodik pemeriksaan maupn pembacaan hasil pemeriksaan laboratoruim. Pada pengiriman contoh urine harus dilengkapi pula dengan identitas penderita baik pada tempat penampung maupun pada formulir laboratorium serta dicatat pula pada macam pemeriksaan urine yang diminta. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminta dalam membantu menegakkan berbagai macam penyakit karena pemeriksaan tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang kelainan ginjal dan salurannya tetapi juga mengenai faal beberapa organ seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-lain. Susunan urine tidak banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu pentinglah memeriks urine menurut macam pemeriksa. Hasil pemeriksa laboratorium yang baik tidak hanya diperlukan caran –cara pemeriksaan yang baik, pemeriksaan yang berpengalaman, tapi perlu juga diperhatikan cara pengambilan cara maupun pengiriman dari contoh urine tersebut ke laboratorium. Pemeriksaan Protein atau Albumin 15 Referensi Kusmiyati,Yuni.2010:Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan.Yogyakarta.Fitramaya Joyce Lefever Kee.1995: Pemeriksaan Laboratuium dan diagnostic.Jakarta.EGC http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26337/4//Chapter%20II.pdf Pemeriksaan Protein atau Albumin 16 Lampiran 1 DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE ASAM ASETAT Tanggal pemeriksaan : Nama mahasiswa : PENILAIAN : Nilai 0 (satu) : Perlu Perbaikan Langkah atau tugas tidak dikerjakan Nilai 1 (dua) : Mampu Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat Nilai 2 (tiga) : Mahir Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai prosedur Bari tanda ceklist (√) pada kolom penilaian NO LANGKAH NILAI 0 1 1 2 Memberitahu dan menjelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan 2 Menyiapkan alat yang akan digunakan secara aergonomis 3 Memberi identitas pada botol spesimen urine 4 Mempersilahkan ibu untuk kencing dan menampung air kencingnya dalam botol yang telah diberi identitas 5 Mencuci tangan 7 langkah dengan sabun dan bilas dengan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih 6 Memakai sarung tangan yang bersih 7 Mengisi dua tabung (A dan B) masing-masing dengan 5cc urine 8 Memanaskan tabung A diatas lampu spirtus (Bunser Burner) 9 Mengamati urine, terjadi kekruhan atau tidak 10 Menambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%, kalau terjadi kekeruhan 11 Mengamati dan membandingkan dengan tabung B, apabila Pemeriksaan Protein atau Albumin 17 setelah ditetesi menghilang hal ini menunjukkan tidak adany aprotein urine 12 Memanaskan sekali lagi apabila setelah ditetesiasam asetat 5% urine tetap keruh 13 Mengamti dan menilai, apabila urine tetap keruh berarti ada protein di dalam urine, dan niali derajad kekeruhannya 14 Membereskan dan membersihkan bahan/peralatan yang telah digunakan 15 Melepaskan srung tngan dan merendam dalam larutan klorin 0,5% 16 Mencuci tangan 7 langkah dengan sabun dan bilas dengan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih 17 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan 18 Melakukan dokumentasi Nilai batas lulus = 75% Nilai yang didapat Nilai = (jumlah aspek yang dinilai x2) x 100 % (Dosen) (....................................) Pemeriksaan Protein atau Albumin 18