Cetak Artikel ini - I-RPP

advertisement
Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling
Vol. 2, No. 1, Januari 2016
ISSN 2442-9775
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Hastin Budisiwi, Dino Rozano dan Deni Purwati
Prodi Bimbingan Konseling UPS Tegal, Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian ini mengetahui hasil peningkatan motivasi belajar melalui layanan bimbingan
kelompok dengan pendekatan behavioristik. Subyek penelitian ini yaitu 10 peserta didik yang
memiliki motivasi belajar yang rendah dari kelas XI Akuntansi 1 SMK Satya Praja 1 Petarukan
Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan datanya menggunakan
dokumentasi, skala, wawancara dan observasi yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus prosentase. Hasil pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok dengan pendekatan behavioristik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
©2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok; Motivasi Belajar; Pendekatan Behavioristik
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar membutuhkan adanya motivasi sebagai suatu penggerak yang
timbul dari kekuatan mental peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar yang sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam
menggairahkan dan penyemangatan dalam belajar, sehingga peserta didik yang termotivasi kuat dan
memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Keberadaan motivasi belajar yang optimal
dapat memacu peserta didik agar berkeinginan dan berkemauan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tujuan pendidikan yang diharapkannya dapat tercapai maksimal.
Menurut Mc.Donald dalam Sardiman (2011) Motivasi adalah perubahan energi dari dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Motivasi belajar dianggap penting di dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat
dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar
mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku peserta didik.
Guru BK mempunyai peran yang penting terutama dalam membantu penyelesaian
permasalahanpeserta didik. Keberadaan guru BK diharapkan dapat membantu meningkatkan
kecakapan, keterampilan dan dapat mengembangkan hal-hal yang positif dari peserta didik dengan
cara memotivasi mereka. Usaha memotivasi pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara persuasif
maupun edukatif agar peserta didik dapat menyadari tugas dan kewajibannya dalam proses belajar.
Berdasarkan wawancara dengan guru BK terdapat permasalahan rendahnya motivasi belajar
terutama di kelas Akuntansi 1. Beberapa indikator permasalahan yang menunjukkan rendahnya
motivasi belajar peserta didik antara lain: kemalasan belajar, tidak konsentrasi saat belajar, tidak
43
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016
disiplin, malu bertanya, rendahnya prestasi belajar, tidak mengikuti kegiatan sekolah. Permasalahan
tersebut diperkuat lagi dengan kurang efektifnya kegiatan bimbingan kelompok akibat pelaksanaan
bimbingan kelompok oleh guru BK yang kurang sesuai dengan permasalahan peserta didik serta tidak
sesuainya tahapan, metode, dan teknik pelaksanaan bimbingan kelompok. Oleh karena itu
pelaksanaan bimbingan kelompok belum mampu membantu meningkatkan motivasi belajar peserta
didik secara optimal.
Menurut Sukardi (2008) Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru
pembimbing/konselor) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu
yang berguna menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan
dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk perimbangan dalam mengambil
keputusan dan/ atau tindakan tertentu.
Faktor yang mendasari penyelenggaraan bimbingan kelompok adalah proses pembelajaran
dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah
dapat terjadi melalui proses kelompok. Dalam suatu kelompok, anggotanya dapat memberi umpan
balik yang diperlukan untuk membantu mengatasi masalah anggota yang lain, dan anggota satu
dengan lainnya saling memberi dan menerima. Perasaan dan hubungan antar anggota kelompok
sangat ditekankan di dalam kelompok. Dengan demikian antar anggota dapat belajar tentang dirinya
dalam hubungannya dengan anggota yang lain. Selain itu bimbingan kelompok bisa dijadikan tempat
dalam memecahkan masalah berdasarkan masukan dari anggota yang lain.
Menurut Prayitno (2004) tujuan layanan bimbingan kelompok adalah menerima informasi,
lebih jauh informasi tersebut akan dipergunakan untuk menyusun rencana dan membuat keputusan,
atau untuk keperluan lain yang relevan dengan informasi yang diberikan. Sedangkan metode
bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007) yaitu: 1) program home room, 2) karya wisata, 3) diskusi
kelompok, 4) kegiatan kelompok, 5) organisasi siswa, 6) sosiodrama, 7) psikodrama dan 8) pengajaran
remedial.
Salah satu upaya yang dianggap dapat membantu meningkatkan motivasi belajar peserta
didik adalah melalui layanan bimbingan kelompok berpendekatan behavioristik. Layanan ini
dipandang tepat untuk membantu peserta didik meningkatkan motivasi belajar. Karena adanya
beberapa teknik yang digunakan sehingga peserta didik dapat saling berinteraksi, dengan berbagi
pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide dan diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
peserta didik mengenai pentingnya motivasi belajar dan upaya-upaya meningkatkannya.
Menurut Corey (2005) behavioristik adalah suatu pandangan ilmiah tentang perilaku
manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang
dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku.
Tujuan pendekatan behavioristik yaitu menciptakan kondisi baru bagi proses belajar. Terapi tingkah
laku pada dasarnya adalah terdiri dari proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan
pemberian pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respons-renspons yang layak, namun belum
dipelajari.
Melihat karakteristik permasalahan peserta didik yang menjadi subjek penelitian maka
peneliti akan lebih menekankan pada diskusi kelompok sebagai metode utama yang digunakan dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok. Melalui metode ini, masing-masing anggota mempunyai tanggung
jawab untuk berpartispasi secara aktif dalam diskusi baik sumbangan pikiran dan pendapat atau
kesediaan mendengarkan apa yang dikatakan anggota lain, serta berusaha untuk memahami
perasaan-perasaan anggota lain.
Rumusan penelitian ini yaitu bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar melalui layanan
bimbingan kelompok dengan pendekatan behavioristik? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini
44
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016
mengetahui hasil peningkatan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok dengan
pendekatan behavioristik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan bimbingan dan konseling.
Menurut Sukiman (2011) Penelitian tindakan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan
menggunakan cara-cara yang baru untuk meningkatkan kualitas proses layanan dengan cara
mengatasi masalah yang ditemui dalam praktik pelayanan BK.
Subyek penelitian ini yaitu 10 peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang rendah dari
kelas XI Akuntansi 1 SMK Satya Praja 1 Petarukan Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2014/2015.
Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, skala, wawancara dan observasi.
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil belajar
dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun
dengan indikator motivasi belajar. Sedangkan observasi dengan analisis diskripif kualitatif
berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui
tingkat motivasi belajar peserta didik adalah menggunakan rumus prosentase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan
kolaborator penelitian yaitu Heri Prayitno, S.Pd, guru BK, b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu
membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolaborator, dan peserta didik.
Waktu yang disepakati adalah setelah pulang sekolah, c) Menyiapkan instrumen pengumpulan data
yaitu skala peningkatan motivasi belajar dan pedoman observasi, d) Mengembangkan prosedur
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
kegiatan, dan tahap pengakhiran, e) Menyiapkan topik bahasan layanan bimbingan kelompok.
2. Tindakan
Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok melalui pendekatan behavioristik
sebanyak tiga kali pertemuan pada siklus I. Secara rinci adalah sebagai berikut: a) Peneliti
memberikan materi tentang ‘‘meningkatkan motivasi belajar’’ tujuan dari pemberian materi ini agar
peserta didikmemahami pentingnya motivasi belajar, meraih prestasidan menerapkan langah–
langkah memotivasi diri dalam belajar dan meraih prestasi; b) peneliti menerima kehadiran secara
terbuka dan mengucapkan terima kasih, memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan
bimbingan kelompok, menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok, membuat kesepakatan
waktu, perkenalan dan permainan, menjelaskan kembali kegiatan bimbingan kelompok, menanyakan
kesiapan kelompok untuk melanjutkan kegiatan, mengenali suasana kelompok tentang kesiapan
kelompok terlihat masih banyak peserta didik yang belum siap dan mengatasi masalah yang muncul
dari kelompok, menanyakan kesiapan kembali anggota kelompok, mengemukakan topik bimbingan
kelompok, tanya jawab tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan,
membahas topik secara mendalam dan tuntas, penyimpulan, menjelaskan bahwa layanan bimbingan
kelompok akan diakhiri, menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok, pembahasan kegiatan
lanjutan dan mengucapkan terima kasih.
Masih banyak peserta didik yang kurang aktif selama berlangsungnya bimbingan kelompok
ini melalui metode diskusi kelompok dengan topik ‘‘meningkatkan motivasi belajar’’oleh karena itu
Peneliti memberi penguatan pada peserta didik yang kurang aktif dalam melaksanakan tugasnya
45
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016
dengan cara mengelilingi kelompok dengan pertanyaan. Memberikan pengarahan, saran-saran dan
dorongan semangat sudah dilakukan saat peserta didik diberikan arahan tentang motivasi belajar.
3. Pengamatan
Hasil pengamatan pelaksanakan siklus I layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
behavioristik untuk meningkatkan motivasi belajar dari 10 siswa masih terdapat 1 siswa yang
memperoleh skor rendah.
4. Refleksi
Hasil dari refleksi tersebut antara lain:
a. Berdasarkan skala peningkatan motivasi belajar, terjadi peningkatan skor motivasi belajar peserta
didik antara sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok berpendekatan
behavioristik, akan tetapi masih terdapat 1 peserta didik yang memiliki skor skala peningkatan
motivasi belajar yang rendah.
b. Selama diberikan layanan bimbingan kelompok berpendekatan behavioristik, sebagian peserta
didik berpartisipasi dalam diskusi dan tanya jawab sehingga mendukung peningkatan motivasi
belajar peserta didik.
c. Faktor yang menghambat peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah masih terdapat
peserta didik yang tidak aktif dalam kelompok, tidak disiplin, malas bertanya, kurang percaya
diri, tidak mandiri karena saat diberi pertanyaan selalu menjawab sama dengan anggota yang
lain, dalam menyampaikan pendapatnya pada saat diberikan layanan bimbingan kelompok
berpendekatan behavioristik melalui metode diskusi kelompok.
d. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan kolaborator, pada siklus II peneliti lebih mendorong
pada keaktifan peserta didik dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berpendekatan
behavioristik melalui metode diskusi kelompok dengan tema dan permainan yang lebih menarik.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal antara lain sebagai berikut: a) Menetapkan
kolaborator penelitian yaitu Heri Prayitno, S.Pd, guru BK, b) Mengatur waktu pertemuan, yaitu
membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara peneliti, kolaborator, dan peserta didik.
Waktu yang disepakati adalah setelah pulang sekolah, c) Menyiapkan instrumen pengumpulan data
yaitu skala peningkatan motivasi belajar dan pedoman observasi, d) Mengembangkan prosedur
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
kegiatan, dan tahap pengakhiran, e) Menyiapkan topik bahasan layanan bimbingan kelompok, f)
Menetapkan indikator keberhasilan pada siklus II yaitu sebagian besar peserta didik termasuk pada
kategori tinggi.
2. Tindakan
Peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok melalui pendekatan behavioristik
sebanyak tiga kali pertemuan pada siklus II. Secara rinci adalah sebagai berikut: a) Peneliti
memberikan materi tentang ‘‘belajar yang baik dan benar’’, tujuan dari pemberian materi ini agar
peserta didik memahami pentingnya belajar serta dapat menerapkan sikap yang tepat setelah
mengetahui cara belajar dan baik dan benar dalam kehidupan sehari–hari pencapaian hasil belajar
dapat optimal; b) peneliti menerima kehadiran secara terbuka dan mengucapkan terima kasih,
menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan
bimbingan kelompok, menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok, membuat kesepakatan
waktu, perkenalan dan permainan, menjelaskan kembali kegiatan bimbingan kelompok, menanyakan
kesiapan kelompok untuk melanjutkan kegiatan, mengenali suasana kelompok tentang kesiapan
kelompok dan mengatasi masalah yang muncul dari kelompok, mengemukakan topik bimbingan
kelompok, tanya jawab tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan,
46
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016
membahas topik secara mendalam dan tuntas peneliti menyampaikan bahasan topik tersebut dengan
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok berdiskusi dengan menyumbangkan
pendapatnya mengenai gaya belajar masing-masing.; c) peneliti juga memberi penguatan pada peserta
didik yang aktif dalam memberikan pendapatnya mengenai topik yang dibahas dengan memberi
tepuk tangan dan mengacungkan ibu jari kemudian menyimpulkan. Selanjutnya menjelaskan bahwa
layanan bimbingan kelompok akan diakhiri, menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok,
pembahasan kegiatan lanjutan dan mengucapkan terima kasih.
3. Observasi
Hasil pengamatan pelaksanakan siklus II layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan
behavioristik untuk meningkatkan motivasi belajar dari 10 siswa semuanya sudah tergolong kriteria
tinggi motivasi belajarnya.
4. Refleksi
Hasil pengamatan pada siklus II selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan
kolaborator. Hasil dari refleksi tersebut antara lain:
a. Berdasarkan skala peningkatan motivasi belajar, terjadi peningkatan skor motivasi belajar peserta
didik antara siklus I dengan siklus II. Pada siklus II sebagian besar peserta didik pada kategori
tinggi yaitu berjumlah 5 peserta didik, sangat tinggi berjumlah 4 peserta didik, sedang berjumlah 1
peserta didik.
b. Selama diberikan layanan bimbingan kelompok berpendekatan behavioristik, sebagian besar
peserta didik terlihat aktif berpartisipasi dalam diskusi dan tanya jawab. Peserta didik terlihat
percaya diri dan mantap dalam berpendapat sehingga mendukung peningkatan motivasi belajar
peserta didik.
c. Faktor yang mendukung peningkatan motivasi belajar peserta didik adalah semakin aktif dan
percaya diri pada peserta didik pada saat diberikan layanan bimbingan kelompok berpendekatan
behavioristik melalui metode diskusi kelompok.
d. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan kolaborator, pada siklus II tujuan penelitian telah
tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Adapun hasil pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi
belajar dengan pendekatan behavioristik pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Skor Motivasi Belajar (Pra siklus, Siklus I dan Siklus II)
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
Jumlah
Pra Siklus
Frekuensi
%
6
60
3
30
1
10
0
0
10
100
Siklus I
Frekuensi
%
1
10
0
0
7
70
2
20
10
100
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
47
Siklus II
Frekuensi
%
0
0
0
0
6
60
4
40
10
100
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016
SKOR MOTIVASI BELAJAR
80
70
70
60
60
60
50
40
40
30
30
20
20
10
6
10
3 1
0
7
0
1 0
10
2
6 4
0
0 0
%
Frekuensi
Siklus II
0 0
0
Frekuensi
Pra Siklus
%
Rendah
Frekuensi
Siklus I
Sedang
Tinggi
%
Sangat Tinggi
Gambar 1. Hasil Skor Motivasi Belajar (Pra siklus, Siklus I dan Siklus II)
SIMPULAN
Pelaksanaan layanan informasi dengan pendekatan behavioristik dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Inovasi yang dilakukan pada siklus II peneliti lebih mendorong pada keaktifan
peserta didik dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berpendekatan behavioristik melalui metode
diskusi kelompok dengan tema dan permainan yang lebih menarik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Bapak Dr. Dino Rozano, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Ibu Hastin
Budisiwi, M.Pd. sebagai pembimbing II serta Kepala Sekolah, Guru BK, Siswa Kelas XI Akuntansi
1 SMK Satya Praja 1 Petarukan Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Sardiman.2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut & Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukiman. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling).Yogyakarta: Paramitra
Publishing.
48
Download