1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Bilangan Euler(e) Rukmono Budi Utomo 30115301 Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat March 5, 2016 Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asal Usul Bilangan Euler e 1 1. Bilangan Euler 2 2. Asal-Usul Bilangan e 3 3. Identitas Euler 4 4. Referensi Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asal Usul Bilangan Euler e Bilangan Euler atau e = 2, 7182818284... merupakan suatu konstanta dalam matematika dan merupakan basis dari logaritma Natural. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asal Usul Bilangan Euler e Bilangan Euler atau e = 2, 7182818284... merupakan suatu konstanta dalam matematika dan merupakan basis dari logaritma Natural. Bilangan e ini sering juga disebut sebagai konstanta Napier, seorang atas ahli matematika Skotlandia yang merumuskan konsep logaritma untuk pertama kali. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asal Usul Bilangan Euler e Bilangan Euler atau e = 2, 7182818284... merupakan suatu konstanta dalam matematika dan merupakan basis dari logaritma Natural. Bilangan e ini sering juga disebut sebagai konstanta Napier, seorang atas ahli matematika Skotlandia yang merumuskan konsep logaritma untuk pertama kali. Sama seperti bilangan Pi (π) dan golden rasio (φ), bilangan e adalah bilangan tak berhingga desimal. Hal ini dikarenakan bilangan e merupakan hasil limit tak hingga dari fungsi 1 f (x) = (1 + x) x atau secara matematis dapat dituliskan sebagai 1 x e = lim 1 + x→∞ x Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asa-Usul Bilangan e Bilangan e awalnya ditemukan oleh John Napier pada tahun1918, seorang ahli matematika berkebangsaan Skotlandia ketika ia merumuskan konsep logaritma Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asa-Usul Bilangan e Bilangan e awalnya ditemukan oleh John Napier pada tahun1918, seorang ahli matematika berkebangsaan Skotlandia ketika ia merumuskan konsep logaritma Pada tahun 1647 Saint-Vincent menghitung daerah di bawah hiperbola persegi panjang. Saint-Vincent berusaha merumuskan hubungan antara daerah di bawah hiperbola persegi panjang dengan logaritma hasil penelitian John Napier. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Asa-Usul Bilangan e Bilangan e awalnya ditemukan oleh John Napier pada tahun1918, seorang ahli matematika berkebangsaan Skotlandia ketika ia merumuskan konsep logaritma Pada tahun 1647 Saint-Vincent menghitung daerah di bawah hiperbola persegi panjang. Saint-Vincent berusaha merumuskan hubungan antara daerah di bawah hiperbola persegi panjang dengan logaritma hasil penelitian John Napier. Pada 1661 Huygens memahami hubungan antara hiperbola persegi panjang dan logaritma. Huygen memeriksa secara eksplisit hubungan antara daerah di bawah persegi panjang hiperbola yx = 1 dan logaritma. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Huygens menemukan suatu konstanta sedemikian rupa sehingga daerah di bawah hiperbola persegi panjang dari 1 sampai konstanta tersebut sama dengan 1. Bilangan tersebut merupakan cikal bakal munculnya bilangan e Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Huygens menemukan suatu konstanta sedemikian rupa sehingga daerah di bawah hiperbola persegi panjang dari 1 sampai konstanta tersebut sama dengan 1. Bilangan tersebut merupakan cikal bakal munculnya bilangan e Pada 1683 Jacob Bernoulli memandang masalah bunga majemuk kontinyu. Bernoulli mencoba untuk menemukan batas dari suatu fungsi f (x) = (1 + x1 )x untuk x cenderung membesar dan menuju tak hingga 1 x e = lim 1 + x→∞ x Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Bernoulli menggunakan teorema binomial untuk menunjukkan bahwa batas dari nilai limit tersebut harus terletak antara 2 dan 3 sehingga dan merupakan pendekatan atas bilangan e pertama kalinya Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Bernoulli menggunakan teorema binomial untuk menunjukkan bahwa batas dari nilai limit tersebut harus terletak antara 2 dan 3 sehingga dan merupakan pendekatan atas bilangan e pertama kalinya Jacob Bernoulli juga merupakan orang pertama kali memahami bahwa fungsi log adalah kebalikan dari fungsi eksponensial. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Bernoulli menggunakan teorema binomial untuk menunjukkan bahwa batas dari nilai limit tersebut harus terletak antara 2 dan 3 sehingga dan merupakan pendekatan atas bilangan e pertama kalinya Jacob Bernoulli juga merupakan orang pertama kali memahami bahwa fungsi log adalah kebalikan dari fungsi eksponensial. Pada tahun 1683 Leibniz menulis surat kepada Huygens dan memberikan suatu notasi atas konstanta dari penelitian Huygens yakni b (dan bukan e) Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Notasi b Leibniz bertahan sampai dengan tahun1731 sampai akhirnya notasi e muncul dan menggantikan b dalam sebuah surat Euler kepada Goldbach. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Notasi b Leibniz bertahan sampai dengan tahun1731 sampai akhirnya notasi e muncul dan menggantikan b dalam sebuah surat Euler kepada Goldbach. Pada tahun 1748 Euler menerbitkan salah satu karya fenomenalnya yang berjudul Introductio di analysin infinitorum. Dalam karya tersebut Euler menunjukkan bahwa e =1+ 1 1 1 + + + ··· 1! 2! 3! atau dalam bentuk limit dapat dituliskan sebagai 1 x e = lim 1 + x→∞ x Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Banyak yang menanyakan mengapa Euler mengemukakan simbol e untuk menggantikan notasi b Libniz. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Banyak yang menanyakan mengapa Euler mengemukakan simbol e untuk menggantikan notasi b Libniz. Ada yang berpendapat bahwa notasi e yang dikemukakan oleh Euler merupakan huruf awal dari namanya, namun ada juga yang berpendapat bahwa huruf e yang dikemukakan oleh Euler merupakan singkatan dari eksponensial. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Banyak yang menanyakan mengapa Euler mengemukakan simbol e untuk menggantikan notasi b Libniz. Ada yang berpendapat bahwa notasi e yang dikemukakan oleh Euler merupakan huruf awal dari namanya, namun ada juga yang berpendapat bahwa huruf e yang dikemukakan oleh Euler merupakan singkatan dari eksponensial. Faktanya notasi e lebih dikenal dengan bilangan Euler baik karena notasi e tersebut muncul dari surat yang ditulisnya kepada Golbach tahun 1731 atau karena Euler yang pertama kali merumuskan bentuk matematis e dalam karya Introductio di analysin infinitorum miliknya Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Banyak yang menanyakan mengapa Euler mengemukakan simbol e untuk menggantikan notasi b Libniz. Ada yang berpendapat bahwa notasi e yang dikemukakan oleh Euler merupakan huruf awal dari namanya, namun ada juga yang berpendapat bahwa huruf e yang dikemukakan oleh Euler merupakan singkatan dari eksponensial. Faktanya notasi e lebih dikenal dengan bilangan Euler baik karena notasi e tersebut muncul dari surat yang ditulisnya kepada Golbach tahun 1731 atau karena Euler yang pertama kali merumuskan bentuk matematis e dalam karya Introductio di analysin infinitorum miliknya Jikapun ada yang mengenalnya sebagai bilangan John Napieritu, hal demikian dikarenakan atas jasanya memperkenalkan konsep logaritma pertama kali. Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Identitas Euler Euler merumuskan suatu hubungan persamaan fenomenal yakni e iθ = cos θ + i sin θ Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Identitas Euler Euler merumuskan suatu hubungan persamaan fenomenal yakni e iθ = cos θ + i sin θ Bukti Menurut Euler e = lim x→∞ 1 1+ x x Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Identitas Euler Euler merumuskan suatu hubungan persamaan fenomenal yakni e iθ = cos θ + i sin θ Bukti Menurut Euler e = lim x→∞ 1 1+ x x Analog dengan hal tersebut e x = lim n→∞ 1+ x n n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Untuk x = z diperoleh e z = lim n→∞ 1+ z n n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Untuk x = z diperoleh e z = lim n→∞ 1+ z n n karena z = x + iy adalah suatu fungsi imaginer, maka diperoleh bentuk x + iy n x+iy e = lim 1 + n→∞ n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Untuk x = z diperoleh e z = lim n→∞ 1+ z n n karena z = x + iy adalah suatu fungsi imaginer, maka diperoleh bentuk x + iy n x+iy e = lim 1 + n→∞ n atau dapat ditulis e x+iy = lim n→∞ h 1+ x y in +i · · · (∗1) n n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dari (∗1) dapat diperoleh x+iy e = lim n→∞ r x y 1+ +i n n atau dapat dituliskan kembali sebagai Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) n 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dari (∗1) dapat diperoleh x+iy e = lim r n→∞ x y 1+ +i n n n atau dapat dituliskan kembali sebagai x+iy e = lim n→∞ 1+ 2x x2 y2 + 2+ 2 n n n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) n2 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dari (∗1) dapat diperoleh x+iy e = lim r n→∞ x y 1+ +i n n n atau dapat dituliskan kembali sebagai x+iy e = lim n→∞ 1+ 2x x2 y2 + 2+ 2 n n n pada akhirnya akan diperoleh x+iy lim e = e n→∞ n 2 2 2 + x2 + y2 1+ 2x n n n Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) n2 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dari (∗1) dapat diperoleh x+iy e = lim r n→∞ x y 1+ +i n n n atau dapat dituliskan kembali sebagai x+iy e = lim n→∞ 1+ 2x x2 y2 + 2+ 2 n n n pada akhirnya akan diperoleh x+iy lim e = e n→∞ n 2 2 2 + x2 + y2 1+ 2x n n n atau |e x+iy | = e Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) n2 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat kordinat polar z n = r n (cosθ + i sin), tanθ = yx atau θ = arctan yx dan berdasarkan Teorema De Moivre diperoleh z n = r n (cos nθ + i sin nθ), dan arg (z n ) = nθ atau arg (z n ) = n arctan yx Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat kordinat polar z n = r n (cosθ + i sin), tanθ = yx atau θ = arctan yx dan berdasarkan Teorema De Moivre diperoleh z n = r n (cos nθ + i sin nθ), dan arg (z n ) = nθ atau arg (z n ) = n arctan yx berdasarkan hal tersebut, persamaan (∗1) dapat dituliskan kembali sebagai " # y n arg e x+iy = lim n arctan n→∞ 1 + xn Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat kordinat polar z n = r n (cosθ + i sin), tanθ = yx atau θ = arctan yx dan berdasarkan Teorema De Moivre diperoleh z n = r n (cos nθ + i sin nθ), dan arg (z n ) = nθ atau arg (z n ) = n arctan yx berdasarkan hal tersebut, persamaan (∗1) dapat dituliskan kembali sebagai " # y n arg e x+iy = lim n arctan n→∞ 1 + xn atau " arg e x+iy = lim n n→∞ y arctan n+x # y n+x Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) y n+x · · · (∗2) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan karena " lim t→∞ arctan 1t 1 t # " = lim t→∞ 1 1 + t12 yang menghasilkan nilai 1, maka diperoleh Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) # 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan karena " lim t→∞ arctan 1t 1 t # " = lim t→∞ 1 1 + t12 yang menghasilkan nilai 1, maka diperoleh yn n→∞ n+x arg e x+iy = lim Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) # 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan karena " lim t→∞ arctan 1t 1 t # " = lim t→∞ 1 1 + t12 yang menghasilkan nilai 1, maka diperoleh yn n→∞ n+x arg e x+iy = lim atau dapat dituliskan kembali sebagai arg e x+iy = y . . . (∗3) Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) # 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat bahwa z = r (cosθ + i sin θ) dengan r = |z| dan θ = arg (z), diperoleh z = |z|[cos(arg (z) + i sin(arg (z))]...(∗4) Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat bahwa z = r (cosθ + i sin θ) dengan r = |z| dan θ = arg (z), diperoleh z = |z|[cos(arg (z) + i sin(arg (z))]...(∗4) ambil z = e x+iy , sehingga (∗4) dapat dituliskan kembali sebagai z = |e x+iy |[cos(arg (e x+iy ) + i sin(arg (e x+iy ))]...(∗5) Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat bahwa z = r (cosθ + i sin θ) dengan r = |z| dan θ = arg (z), diperoleh z = |z|[cos(arg (z) + i sin(arg (z))]...(∗4) ambil z = e x+iy , sehingga (∗4) dapat dituliskan kembali sebagai z = |e x+iy |[cos(arg (e x+iy ) + i sin(arg (e x+iy ))]...(∗5) substitusikan (∗2) dan (∗3) pada (∗5), sehingga diperoleh e x+iy = e x (cos y + i sin y ) atau e iy = (cos y + i sin y ) Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi lanjutan Dengan mengingat bahwa z = r (cosθ + i sin θ) dengan r = |z| dan θ = arg (z), diperoleh z = |z|[cos(arg (z) + i sin(arg (z))]...(∗4) ambil z = e x+iy , sehingga (∗4) dapat dituliskan kembali sebagai z = |e x+iy |[cos(arg (e x+iy ) + i sin(arg (e x+iy ))]...(∗5) substitusikan (∗2) dan (∗3) pada (∗5), sehingga diperoleh e x+iy = e x (cos y + i sin y ) atau e iy = (cos y + i sin y ) Dengan mengingat bahwa y = θ, maka diperoleh e iθ = (cos θ + i sin θ)Q.E.D Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Akibat Identitas Euler Akibat dari Identitas Euler menghasilkan persamaan e iπ + 1 = 0 Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Akibat Identitas Euler Akibat dari Identitas Euler menghasilkan persamaan e iπ + 1 = 0 Bukti Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Akibat Identitas Euler Akibat dari Identitas Euler menghasilkan persamaan e iπ + 1 = 0 Bukti Dari identitas Euler, dapat ditemukan hubungan sebagai berikut e iπ = cos π + i sin π = −1 + 0 = −1 Dengan demikian e iπ + 1 = 0 Q.E.D Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e) 1. Bilangan Euler 2. Asal-Usul Bilangan e 3. Identitas Euler 4. Referensi Referensi www.id.wikipedia.org(Bilangan Euler ) Dikutip tanggal 3 maret 2016 pukul 14.15 wib www.id.wikipedia.org(Identitias Euler ) Dikutip tanggal 3 maret 2016 pukul 14.16 wib www.mathematics.blogspot.com Dikutip tanggal 5 maret 2016 Gazali, Wikaria. Penurunan Rumus Euler, makalah Rukmono Budi Utomo30115301Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat Bilangan Euler(e)