Evaluasi Tablet Dalam evaluasi tablet terbagi menjadi dua evaluasi yaitu evaluasi secara fisika dan evaluasi secara kimia. Untuk yang pertama kali dilakukan yaitu evaluasi secara fisika yang meliputi visual atau organoleptik, keseragaman ukuran yang meliputi keseragam tebal dan diameter, kekerasan, friabilitas, keseragaman bobot, dan waktu hancur. Sedangkan untuk evaluasi secara kimia yaitu meliputi uji disolusi, kadar zat aktif dalam tablet, dan keseragaman kandungan. Evaluasi visual meliputi pemeriksaan rupa, bau dan rasa. Dari penelitian tablet parasetamol dapat disimpulkan hasil evaluasi secara visula ini yaitu meliputi rupa putih, bau nya tidak berbau, dan rasa pahit. Pengujian keseragaman tablet dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet. Diameter dan tebal tablet diukur masing-masing (pada pengujian kali ini dilakukan terhadap 20 tablet) dengan menggunakan alat jangka sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu satu per tiga tebal tablet. (Anonim, 1995) Hasil yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan FI III karena rata-rata diameter tablet Selanjutnya dilakukan pengujian kekerasan dengan menggunakan hardness tester terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dimana pengujian kekerasan berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata kekerasan adalah 8.4 kg/cm 2. Uji kekerasan dimaksudkan agar tablet cukup keras untuk tahan pecah dan tahan terhadap goncangan pada saat pengemasan dan proses distribusi. Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan menghancur sempurna begitu digunakan konsumen atau dapat dipatahkan di antara jari-jari bila tablet perlu dibagi untuk pemakaiannya. Hasil yang diperoleh menunjukan kekerasan tablet yang dibuat cukup baik. Pengujian Friabilitas dilakukan dengan menggunakan 20 tablet dengan parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap benturan dan gesekan, dilakukan uji ini. Hal ini sangat penting terutama pada saat pengemasan dan pendistribusian. Hasil yang diperoleh adalah persen friabilitas. Syarat tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%, sedangkan pada hasil praktikum didapat persen friabilitas 0 %, yang berarti tablet baik karena persen friabilitasnya < 1%. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tablet yang dibuat sudah memenuhi syarat keseragaman bobot atau belum. Uji Keseragaman bobot dilakukan dengan menghitung bobot rata-rata yang diperoleh. Rata-rata tersebut memenuhi persyaratan karena tidak ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5 % dan tidak ada 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10 %. Pengujian waktu hancur prinsipnya adalah menentukan waktu yang diperlukan suatu tablet untuk hancur dengan cara menempatkan tablet pada alat penentuan waktu hancur yang kondisinya sesuai dengan keadaan in vivo dan persyaratan monografi. Hasil yang diperoleh tablet memiliki waktu hancur 4 menit 12 detik, yang berarti waktu hancur tablet baik karena kurang dari 15 menit. Uji-uji yang dilakukan terhadap tablet berguna untuk pengawasan mutu. Hal ini dilakukan selama proses produksi secara periodik karena akan melibatkan biaya yang sangat besar apabila pada akhir produksi ternyata menghasilkan tablet yang tidak memenuhi persyaratan. Adapun syarat-syarat tablet yang baik, adalah sebagai berikut: tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat pengemasan dan distribusi, memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat, tablet dapat terbioavailable, memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk, memiliki kestabilan yang baik dan dapat tereffikasi. Selanjutnya yaitu evaluasi secara kimia, yaitu uji disolusi. Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut kedalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Obat yang telah memenuhi persyaratan baik dari waktu hancur, keregasan, keseragam bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi.karena itu uji disolusi ini harus di lakukan pada evaluasi tablet. Tujuan dari uji disolusi ini yaitu untuk mengetahui seberapa banyak persentase zat aktif dalam obat yang terlarut dan terabsorpsi ke dalam peredaran darah untuk memberiakn efek terapi. Uji disolusi ini juga menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi memenuhi syarat maka di harapkan obat akan memberiakn khasiat pada tubuh. Selanjutnya uji kadar zat aktif dam keseragam kandungan. Penetapan kadar zat aktif dan keseragaman kandungan ini menggunakan alat spektrofotometri