Perilaku dan Persepsi Masyarakat terhadap Pengobatan Sambung

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Perilaku (behavior)
2.1.1. Pengertian Perilaku
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
manusia
adalah
suatu
aktivitas
manusia
itu
sendiri
(Soekidjo,N.,1993). Secara operasional, perilaku dapat
diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N.,1993).
Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku artinya sebagian
atau suatu aksi - reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. berarti
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu
(Notoatmodjo,S,1997).
Robert
Kwick
(1974),
sebagaimana dikutip oleh (Notoatmodjo,S, 1997), perilaku
adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Secara umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah
proses interaksi induvidu dengan lingkungannya sebagai
manifestasi
hayati
(Kusmiayati, 1990).
bahwa dia adalah makluk
hidup
2.1.2. Ciri - ciri perilaku manusia yang membedakan dari
makluk lain
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, (1993), dalam
bukunya pengantar umum psikologi, ciri-ciri perilaku
manusia yang membedakan dari makluk lain adalah
kepekaan sosial, kelangsungan perilaku. Secara singkat dapat
diuraikan secara berikut.
a.
Kepekaan sosial
Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan
perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain.
Manusia adalah makluk sosial yang dalam hidupnya
perlu kawan dan bekerja sama dengan orang lain.
Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku
manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.
b.
Kelangsungan perilaku
Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan
perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan
perilaku yang baru lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain
bahwa
perilaku
manusia
terjadi
secara
berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi,
sebenarnya perilaku manusia tidak pernah berhenti pada
suatu saat.
persiapan
Perilaku pada masa lalu merupakan
bagi
perilaku
dan
perilaku
kemudian
merupakan kelanjutan perilaku sebelumnya. Fase-fase
perkembangan
manusia
bukanlah
suatu
fase
perkembangan yang berdiri sendiri, terlepas dari
perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
c.
Orientasi Pada Tugas
Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki
orientasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa
yang rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah
untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan tertentu.
Demikian juga individu yang bekerja berorientasi untuk
menghasilkan sesuatu.
d.
Usaha Dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan
ditentukan sendiri, serta tidak akan memperjuangkan
sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan. Jadi,
sebenarnya manusia memiliki cita-cita (aspiration) yang
ingin
diperjuangkannya,
sedangkan
hewan
hanya
berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah
tersedia di alam.
e.
Tiap - Tiap Individu Manusia Adalah Unik
Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu
berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada dua
manusia yang sama persis dimuka bumi ini, walaupun ia
dilahirkan kembar. Manusia mempunyai ciri-ciri sifat,
watak, tabiat, kepribadian, motivasi, tersendiri yang
membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan
pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan
cita - citanya kelak di kemudian hari, menentukan
perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
a. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku
makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri
individu (endogen), antara lain :
1. Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang
spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya.
Tiga kelompok ras terbesar yaitu :
a) Ras kulit putih atau ras kaukasia - ciri-ciri fisik :
warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang,
perilaku yang dominan : terbuka, senang akan
kemajuan, dan menjujung tinggi hak asasi
manusia.
b) Ras kulit hitam atau negroit - ciri-ciri fisik :
berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata
hitam.
Perilaku yang dominan: tabiatnya
keras, tahan penderitaan, dan menonjol dalam
kegiatan olahraga keras.
c) Ras kulit kuning atau ras mongoloid - ciri-ciri
fisik: berkulit kuning, berambut lurus, dan
bermata
coklat.
keramah-tamahan,
Perilaku
suka
yang
dominan:
bergotong
royong
tertutup dan senang dengan ucapara ritual.
2. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita
dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari-hari pria berperilaku atas dasar
pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita
atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan.
Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan
perilaku wanita disebut feminine
3. Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan
berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku
individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan
individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
4. Sifat kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian
yang dikemukakan oleh Maramis, (1999), adalah
“keseluruan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang
sering digunakan oleh seorang dalam usaha adaptasi
yang terus menerus terhadap hidupnya “.
Kepribadian menurut masyarakat awam adalah
bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan
bagi individu lainnya.
5. Bakat pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo,
(1997), yang mengutip pendapat William B Micheel,
(1960), “kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan
mengenai hal tersebut “
Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan
lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan
untuk pengembangan.
6. Inteligensi, Menurut Terman intelegensi adalah
kemampuan untuk berpikir abstrak (Sukardi,1997),
Sedangkan ebbing - harus mendefinisikan intelegensi
adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi“
(Notoatmodjo, 1997), Dari batasan tersebut dapat
dikatakan bahwa inteligensi sangat berpengaruh
terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal
ada individu yang inteligen, yaitu individu dalam
mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat,
dan mudah. sebaliknya bagi individu yang memiliki
inteligensi rendah dalam mengambil keputusan akan
bertindak lambat.
b. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
1. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut
segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik,
biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perilaku individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku.
2. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh
proses kehidupan individu sejak dalam ayunan
sehingga liang lahat, berupa interaksi individu
dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada
dasarnya melibatkan masalah perilaku individu
maupun kelompok.
Kegiatan
pendidikan
formal
maupun
informal
berfokus pada proses belajar mengajar, dengan
tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat.
3. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang
terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu
keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi
kepribadaian seseorang sangat berpengaruh dalam
cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku
individu.
Seorang
yang
mengerti
dan
rajin
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan
berperilaku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran
agama yang di yakininya.
4.
Sosial
ekonomi,
Khusus
menyangkut
sosial
ekonominya, sebagai contoh keluarga yang status
ekonominya
berkecukupan,
akan
mampu
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini yang
berpengaruh terhadap perilaku individu-individu
yang ada di dalam keluarga tersebut. Sebaliknya,
keluarga yang sosial ekonominya
rendah, akan
mengalami kesulitan didalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Oleh karena itu, keluarga tersebut
akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara,
misalnya: mengadaikan barang, meminjam uang,
bon ke toko didekat rumahnya dan lain - lain.
5. Kebudayaan, Menurut Mac Iver sebagaimana di kutip
oleh Soerjono Soekanto, (2001).” Ekspresi jiwa
terwujud dalam cara - cara hidup dan berpikir,
pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi
dan hiburan.”
Koentjoroningrat,
(1990),
memberi
batasan
kebudayaan adalah “Keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakannya manusia akan
memengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
c.
Faktor- faktor lain
1.
Susunan saraf pusat memengang peranan penting
karena merupakan saran untuk memindahkan energi
yang berasal dari stimulus melalui neuron ke saraf
tepi yang seterusnya akan merubah menjadi
perilaku. Impus-impus
saraf indra pendengaran,
penglihatan, pembau, pengecap, dan peraba, yang
disalurkan dari tempat masuknya stimulus melalui
implus - implus saraf ke susunan saraf pusat, yaitu
otak setelah sadari melalui persepsi maka individu
akan berperilaku.
2.
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan
melalui pancaindra, yang didahului oleh perhatian
(Attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada didalam maupun diluar dirinya. Melalui
persepsi
dapat
diketahui
perubahan
perilaku
seseorang. Setiap individu kadang -kadang memiliki
persepsi yang berbeda walaupun mengamati objek
yang sama.
3. Emosi, menurut Maramis, (1999), menyebutkan
bahwa emosi adalah” manifestasi perasaan atau efek
keluar disertai banyak komponen fisiologi, dan
biasanya berlangsung tidak lama” perilaku individu
dapat dipengaruhi emosi. Aspek psikologi yang
memengaruhi emosi berhubungan erat dengan
keadaan jasmani. Perilaku individu yang sedang
marah, kelihatan mukanya merah.
2.1.4 Prosedur pembentukan perilaku
Menurut Skinner, perilaku merupakan interaksi antara
perangsang dengan tanggapan. Sebelum di uraikan tentang
prosedur pembentukan perilaku terlebih dahulu akan di
uraikan tentang macam - macam tanggapan. Menurut
Notoatmodjo, (1997). ada dua macam tanggapan yaitu :
a. Reponden respon (refleksi atau perilaku responden)
Responden
respon
merupakan
tanggapan
yang
di
sebabkan oleh adanya rangsangan (stimulus) tertentu atau
electing stimulus yang menimbulkan
tanggapan yang
relatif tetap. Termasuk ke dalam responden respon adalah
respon emosi yang timbul karena hal - hal yang tidak
mengenakan.
b. Operant response atau instrumental behavior
Tanggapan ini timbul dan diikuti oleh perangsang tertentu
atau penguat dan memperkuat tanggapan dan perilaku
tertentu
yang
telah
dilakukan.
Operant
response
merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia yang
kemungkinan memodifikasinya tidak terbatas. Untuk
membentuk jenis tanggapan atau perilaku perlu di
ciptakan
kondisi
tertentu
yang
disebut
operant
condisioning. Prosedur pembentukan perilaku operant
condisioning, menurut Notoatmodjo, (1997), yang di
ambil dari pendapat Skinner sebagai berikut.
1. Langkah
pertama: melakukan pengenalan terhadap
suatu yang merupakan penguat, yaitu berupa hadiah.
2. Langkah kedua: melakukan analisis, dipergunakan
untuk mengenal bagian - bagian kecil
pembentuk
perilaku sesuai yang diingikan. Selajutnya bagian bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk
menunjukan
pada
terbentuknya
perilaku
yang
diinginkan.
3. Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil
perilaku, yaitu:
a) Bagian - bagian perilaku ini tersusun secara urut
dan dipakai untuk tujuan sementara.
b) Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing
bagian tadi.
c) Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang
telah tersusun tersebut.
d) Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan
hanya akan diberikan, yang mengakibatkan tindakan
tersebut akan sering dilakukan.
e) Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua
dan
seterusnya sampai terbentuk perilaku yang di
harapakan.
2.1.5
Bentuk perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan
individu tersebut terhadap rangsangan yang berasal dari
dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar
berbentuk perilaku ada dua macam, yaitu:
a. Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi didalam diri
individu
dan tidak dapat diamati
secara langsung.
Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan
yang
nyata.
b. Perilaku aktif ( respon eksternal )
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah
perilaku yang dapat diamati langsung. Berupa tindakan
yang nyata.
2.1.6
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap
rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respon atau
reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang masih
tertutup) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau
practice/ psychomotor). Menurut Notoatmodjo, (1997),
rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri
dari 4 unsur, yaitu : sakit dan penyakit, sistem pelayanan,
makanan, dan lingkungan. Penjelasan secara rinci sebagai
berikut.
a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa
sakit dan penyakit yang bersifat respon internal (berasal
dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya),
baik respon pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap)
maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan
dengan sakit dan penyakit.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai
dengan tingkat-tingkat pemberian pelayanan kesehatan
yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkat pencegahan
penyakit, yaitu :
a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior)
b. Perilaku pencegahan penyakit ( health prevelention
behavior)
c. Perilaku pencaharian pengobatan (health seeking
behavior)
d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior)
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku ini adalah respon dari individu terhadap sistem
pelayanan
kesehatan
modern
maupun
tradisional,
meliputi :
1. Respon terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
2. Respon terhadap cara pelayanan kesehatan
3. Respon terhadap petugas kesehatan
4. Respon terhadap pemberian obat-obatan
Respon
tersebut
terwujud
dalam
pengetahuan,
persepsi, sikap, dan pengunaan fasilitas, petugas maupun
pemberian penggunaan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior )
Perilaku adalah respon individu terhadap makanan.
perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktik
terhadap
makanan
dan
unsur-unsur
yang
terkandung didalamnya (gizi, vitamin) dan pengelolaan
makanan sehubungan kebutuhan tubuh kita.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (Environmental
Behavior)
Perilaku
lingkungan
kesehatan
ini
adalah
sebagai
manusia.
respon
determint
Lingkup
individu
(faktor
terhadap
penentuan)
perilaku
ini
sesuai
lingkungan, yaitu :
a. Perilaku sehubungan perilaku terhadap air bersih,
meliputi manfaat dan pengunaan air bersih untuk
kepentingan kesehatan.
b. Perilaku dengan pembuangan air kotor atau kotoran.
Disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan,
teknik, dan pengunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah,
baik limbah cair maupun padat. Dalam hal ini
termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah
yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang
tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat,
rumah
yang
sehat
menyangkut
ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagiannya.
e. Perilaku terhadap pembersihan sarang - sarang
vektor.
2.1.7
Klasifikasi perilaku kesehatan
Menurut
Becker,(1979),
Sebagaimana
dikutip
oleh
Notoatmodjo, (1997), bahwa klasifikasi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan adalah :
Perilaku kesehatan (health behavior ), yaitu perilaku individu
yang ada kaitannya dengan health promotion, healt
prevention, personal hygiene, memilih makanan dan sanitasi.
Perilaku sakit (Illness Behavior), yaitu semua aktivitas
yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk
menganjal
keadaan
kesehatan
atau
rasa
sakitnya,
pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal
penyakit, pengetahuan dan kemampuan individu tentang
penyebab penyakit dan usaha - usaha untuk mencegah
penyakit.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala
aktivitas induvidu yang sedang menderita sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
2.1.8
Perilaku orang sakit dan perilaku orang sehat
Menurut Sorlito Wirawan Sarwaono, (1993),
yang
dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat sebagai
berikut. Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman adalah
tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit
sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatannya,
termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan
bergizi.
a. Penyebab perilaku sakit.
Menurut mekanik sebagaimana diuraikan oleh Sorlito
Wirawan Sarwono, (1993), bahwa penyebab perilaku
sakit itu sebagai berikut.
a) Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang
menyimpang dari keadaan normal.
b) Anggapan
adanya
gejala
serius
yang
dapat
menimbulkan bahaya.
c) Gejala penyakit dapat dirasakan akan menimbulkan
dampak
terhadap
hubungan
dengan
keluarga,
hubungan kerja dan kegiatan masyarakat.
d) Frekuensi dari persistem (terus-menerus menetap)
tanda dan gejala yang dapat di lihat.
e) Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
f) Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan
budaya tentang penyakit.
g) Adanya perbedaan antara interprestasi tentang gejala
penyakit.
h) Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
i) Tersedianya berbagai saran pelayanan kesehatan,
seperti : fasilitas, tenaga obat - obatan, biaya,dan
transportasi.
Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti, (1990),
terhadap 7 perilaku orang sakit yang dapat diamati yaitu:
Fearfulness (merasa ketakutan), umumnya individu yang
sedang
sakit
memiliki
perasaan
takut.
Bentuk
ketakutannya, takut penyakit tidak sembuh, takut mati,
takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat
pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.
Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit
adalah asietas (kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan
tersebut, salah satu caranya adalah dengan regresi
(menarik diri) dari lingkunganya.
Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu
yang sakit banyak mempersoalkan tentang dirinya
sendiri. perilaku egoisentris ditandai dengan hal-hal
berikut.
a. Hanya ingin menceritakan penyakit yang sedang
diderita.
b. Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
c. Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
d. Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga,
lingkungan maupun kegiatan.
Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku
individu yang sakit dengan melebih - lebihkan persoalan
kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak
menuntut dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.
Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang
sakit ditandai dengan sangat sensitif terhadap hal-hal
remeh sehingga mengakibatkan reaksi emosional tinggi.
Perubahan persepsi terhadap orang lain karena faktor
diatas, seorang penderita sering mengalami perubahan
persepsi terhadap orang lain.
Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di
samping memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul
stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab
berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai
perhatian
terhadap
segala
sesuatu
yang
ada
di
lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya
perhatian terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia
tertarik atau berminat terhadap sesuatu.
b. Perubahan perilaku pada orang sehat
Konflik adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat
adanya dua atau lebih keinginan,kondisi atau dorongan
yang tidak harmonis terhadap tiga jenis konflik,yaitu.
a. Approach – approach conflik, adalah konflik yang
terjadi apabila keinginan, kondisi atau dorongan yang
sama - sama dikehendaki dan akibatnya positif.
b. Avoidance-avvidance conflik, adalah konflik yang
terjadi apabila semua keinginan, kondisi, dan dorong
yang ada sama-sama tidak kehendaki, dan bersifat
negatif. Peribahasa mengatakan ibarat makan buah
simalakama.
c. Approacn – avoidance conflik, adalah konflik yang
terjadi apabila keinginan, kondisi, dan dorongan yang
dikehendaki mengandung resiko positif dan negatif
yang seimbang.
Frustasi adalah suatu keadaan yang terjadi akibat
konflik berkepanjangan atau tidak terselesaikan atau
ada perasaan kecewa berat karena tujuan yang dicitacitakan tidak tercapai.
Marah, apabila frustasi yang dialami oleh seorang
individu tidak dapat di kelola dengan baik, akan timbul
perilaku mudah marah.
Terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang
dewasa dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dari
cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus berupa objek sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada individu.
Affective domain, yaitu timbul respons batin dalam
bentuk sikap dari individu terhadap objek yang
diketahuinya. Berakhir pada psychomotor domain,
yaitu objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya yang ahirnya menimbulkan respon berupa
tindakan.
Cognitive domain
→
affective domain
→
psychomotor domain
Dalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh
subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, tanpa
mengetahui makna stimulus yang diterima. Singkatnya,
tindakan
seseorang
tidak
harus
didasari
oleh
pengetahuan maupun sikap. Selanjutnya akan diuraikan
secara ringkas ketiga domain tersebut.
2.1.9
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi menjadi
proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting
untuk
terbentuknya
perilaku
terbuka
(overt
behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya
bersifat langgeng.
Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmodjo S., (1977)
yang mengutip pendapat Rangers, (1974), sebelumnya
seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut
terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu:
a. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya
stimulus.
b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbangnimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki
sikap yang lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku
baru.
e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.
Menurut Rongers, adopsi perilaku tidak selalu melewati
tahap AIETA sehingga umumnya perilaku baru tersebut
tidak langgeng. Sebaliknya, perilaku yang memulai proses
AIETA akan bersifat langgeng.
Tingkatan
pengetahuan
didalam
domain
kognitif,
mencangkup 6 tingkatan, yaitu:
a) Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah.
tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran
bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b) Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
mengiterprestasikan dengan benar tentang objek yang
diketahui seseorang yang telah paham tentang sesuatu
harus
dapat
menjelaskan,
memberi
contoh,
dan
menyimpulkan.
c) Penerapan, yaitu kemampuam untuk menggunakan
materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
nyata atau dapat menggunakan hukum – hukum, rumus,
metode dalam situasi nyata.
d) Analisa, artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke
dalam bagian - bagian lebih kecil, tetapi masih didalam
suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama
lain ukuran kemampuan adalah ia dapat mengambarkan,
membuat bagan, membedahkan, memisahkan, membuat
bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan
pengertian psikologi dengan fisiologi.
e) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi - formulasi yang ada. Ukuran kemampuan
ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan
menyesuaikan satu teori atau rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan
kriteria yang telah ada atau di susun sendiri.
2.2 Persepsi
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari
interaksi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang
atau stimulus dari luar dirinya.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang
diawali
oleh
proses
pengindraan,
yaitu
proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu
ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian
individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan
persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri
individu yang bersangkutan.
2.2.1 Pengertian
a.
Persepsi
adalah
penginterprestasian
proses
terhadap
pengorganisasian,
rangsangan
yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga
merupakan sesuatau yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu (Bimo
Walgito, 2001). mengetahui, atau mengartikan setelah
pancaindranya mendapat rangsang (Maramis, 1999)
b. Persepsi ialah daya mengenalan barang, kualitas atau
hubungan dan perbedaan antara hal ini
melalui
proses mengamati.
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan
sebagai
proses
diterimanya
rangsang
melalui
pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga
individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada
diluar maupun yang ada di dalam diri individu.
2.2.2 Macam - macam persepsi
Ada dua macam persepsi yaitu :
a. External perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena
adanya rangsang yang datang dari luar diri individu.
b. Self-perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal
ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri.
2.2.3 Gangguan persepsi (Dispersepsi)
Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi
Penyebab
Gangguan otak, keracunan, obat
halusianogenik, gangguan
jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,
psikosis yang dapat mengakibatkan halusinasi, dan pengaruh
lingkungan sosial - budaya, sosial budaya yang berbeda
menimbulkan persepsi berbeda atau yang berasal dari sosialbudaya yang berbeda.
2.2.4 Macam - macam gangguan persepsi
Menurut Maramis, (1999), terdapat tujuh gangguan persepsi
yaitu : halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan
sematensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologi
dan
agnosia
2.2.5
Halusinasi atau maya
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang
apapun pada pancaindra seorang, yang terjadi pada keadaan
sadar/bangun dasarnya memungkinkan organik, fungsional,
psikotik ataupun histerik (Maramis, 1990).
Oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau
pengamatan palsu :
A. Jenis- jenis penglihatan :
a. Halusinasi penglihatan (halusinasi optik):
1. Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk: orang,
bintang, barang atau benda.
2. Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk: sinar,
kilatan, atau pola cahaya.
3. Apa yang dilihat seolah- olah berwarna atau tidak
berwarna.
b.
Halusinasi auditif/ halusinasi akustik – halusinasi yang
seolah - olah mendengar suara manusia, suara hewan,
suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara
kejadian alami.
c.
Halusinasi
olfaktorik
(halusinasi
penciuman)
-
halusinasi yang seolah - olah mencium suatu bau
tertentu.
d. Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap) – halusinasi
yang seolah – olah mengecap suatu zar atau rasa tentang
sesuatu yang dimakan.
e.
Halusinasi taktil (halusinasi peraba) halusinasi yang
seolah - olah merasa diraba-raba, disentuh, dicolekcolek, ditiup, dirambatin ulat, dan disinari.
f. Halusinasi kinestik (halusinasi gerak) halusinasi yang
seolah – olah badanya gerak dengan sendirinya.
g. Halusinasi viseral halusinasi alat tubuh bagian dalam
yang seolah - olah ada perasaan tertentu yang timbul
ditubuh bagian dalam (mis. Lambung seperti ditusuktusuk jarum).
h. Halusinasi hipnogogik – persepsi sensorik berkerja yang
salah yang terdapat pada orang normal, terjadi tepat
sebelum bangun tidur.
i.
Halusinasi hipnopompik – persepsi sensorik berkerja
yang salah pada orang normal, terjadi tepat sebelum
orang bangun tidur.
j. Halusinasi histerik – halusinasi yang timbul pada
neurosis histerik karena konflik emosional.
2.2.6
Isi halusinasi
Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interprestasi
pasien
tentang
menyalahkan,
halusinasinya,
keagamaan,
seperti
menghinakan,
mengancam,
kebesaran,
seksual, membesarkan hati, membujuk atau hal-hal yang
baik.
Hal-hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah
skizofrenia, psikosis fungsional, sindrom otak organik
(SOO), epilepsi, neurosis histerik, interkosta atropin atau
kecubung, dan zat halusinogenik.
2.2.7
Ilusi
Ilusi adalah interprestasi yang salah atau menyimpang
tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sesungguhsungguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindra.
Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang
menyimpang.
Contoh:
a. Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang
penjahat.
b. Bunyi angin terdengar seperti ada seseorang memanggil
namanya.
c. Suara bintang disemak- semak, terdengar seperti ada
tangisan bayi.
2.2.8 Depersonalisasi
Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya
atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa
lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang
seorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak
nyata.
Contoh :
a. Perasaan bahwa dirinya seperti sudah diluar badannya
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaanya lagi.
2.2.9
Derealisasi
Derealisasi ialah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar
dan tidak menurut kenyataan sebenarnya (mis. Segala
sesuatu dirasakan dalam mimpi).
2.2.10 Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi,
Secara harfiah soma artinya tubuh, dan sensorik artinya
mekanisme
neuroligis
yang
terlibat
dalam
proses
pengindraan dan perasaan. Jadi, sematosensorik adalah suatu
keadaan
menyangkut
tubuh
yang
secara
simbolik
menggambarkan adanya suatu konflik emosional.
Contoh :
a. Anestesis, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan
kepekaan indra peraba pada kulit.
b. Parasetesia, yaitu perubahan pada indra peraba, seperti
ditusuk – tusuk jarum dibadannya ada semut berjalan,
kulitnya terasa panas, atau kulitnya terasa tebal .
c. Ganggun penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia (mengalopsia), yaitu melihat benda lebih besar
dari keadaan sebenarnya bahkan kadang –kadang terlalu
besar sehingga menakutkan
e. Mikropsia, yaitu melihat benda yang lebih kecil dari
sebenarnya.
2.2.11 Gangguan psikofisiologi
Gangguan psikofisiologi ialah gangguan pada tubuh yang
disaraf oleh susunan saraf yang berhubungan dengan
kehidupan (nervus vegitatif) dan disebabkan oleh gangguan
emosi.
Contoh :
Gangguan ini mungkin terjadi pada :
a. Kulit radang kulit (dermatitis), biduran (urtikarian),
gatal - gatal (pruritis), dan banyak cairan pada kulit
(hiperhidrosis).
b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku (tensio
headache), otot tegang dan kaku dipunggung (low back
pain ).
c. Alat pernapasaan : sindrom hiperventilasi (bernapas
berlebihan yang mengakibatkan rasa pusing, kepala
enteng, parestesia pada tangan dan sekitar mulut,
merasa berat di dada, napas pendek, perut gembung,
tetani, dan athma bronchiale).
d. Jantung dan pembuluh darah : debaran jantung yang
cepat (palpitasi), TD meningkat (hipertensi), dan
vaskular headache.
e. Alat pencernaan : lambung perih, mual, dan muntah,
kembung (meteorsme), sembelit (konstipasi), dan
mencret (diare).
f. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih,
ngompol (enuresis), memancarkan air mani secara dini
(evacuation precox), hubungan seksual yang sakit pada
wanita
(dispareunia),
sakit
waktu
menstruasi
(dismenore), tidak mampu menikmati rangsangan
seksual pada wanita (frigiditas), dan impoten.
g. Mata : mata berkunang – kunang dan telinga
berdenging (tinitus).
2.2.12 Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan
mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total
sebagai akibat kerusakan otak.
2.2.13 Syarat agar individu dapat mengadakan persepsi
Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada
disekitarnya maupun tentang keadaan diri individu
yang bersangkutan (self perseption). Alat penghubung
antara individu dengan dunia luar adalah alat indra.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului
pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh
reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf yang
diorganisasikan dan diinterprestasikan sebagai proses
psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa
yang dilihat dan didengar.
2.2.14 Syarat terjadinya persepsi :
a. Adanya objek : objek → stimulus → alat indra
(reseptor).
Stimulus berasal dari luar individu (langsung
mengenai alat indra/ resepstor).
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk
mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indra sebagai resepstor penerima
stimulus.
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaraan).
Dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat
untuk mengadakan respons.
2.2.15
Proses terjadinya persepsi
Persepsi melewati tiga proses, yaitu :
a. Proses fisik (kealaman) - objek → stimulus →
reseptor atau alat indra.
b. Proses fisiologi - stimulus → saraf sensorik → otak.
c. Proses psikologis – proses dalam otak sehingga
individu menyadari stimulus yang di terima.
Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada
proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Secara bagan
dapat digambarkan sebagai berikut
Objek →

→
Stimulus

Reseptor
↓
→ Otak
↓
Saraf sensorik
↓
Persepsi
Gambar 5.1 proses terjadinya persepsi
2.3 Pengobatan sambung tulang tradisional dan modern.
2.3.1 Pengertian Pengobatan sambung Tradisional.
Pengobatan sambung tulang tradisional adalah pengobatan
yang menyambung tulang dengan memanfaatkan tumbuhan
berkhasihat untuk mengatasi berbagai macam penyakit
secara alami. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan
tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini
digencarkan penggunaannya secara lebih efektif dan efisien
karena lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga
maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini
banyak digunakan karenamenurut
beberapa penelitian
tidak terlalu menyebabkan efek samping, karna masih bisa
dicerna oleh tubuh (Anonim, 2010).
Pengertian obat tradisional sendiri berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 1
menyebutkan bahwa, obat tradisional adalah bahan atau
ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan - bahan
tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman dan juga telah lama
dikenal dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat di
Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan
kesehatan. Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang
sedang
menderita
suatu
penyakit,
bagi
masyarakat
berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang
terdapat disekitar lingkungannya untuk mereka gunakan
dalam pengobatan (Hendri Wasito, 2011).
Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan
alami terutama tumbuhan merupakan warisan budaya
bangsa dan telah digunakan turun - temurun secara
empirik. Secara umum didalam tumbuhan obat (rimpang,
akar, batang, daun, bunga, dan buah ) terdapat senyawa
aktif seperti alcohol, fenolik, tripenoid, minyak atsiri,
glikosida dan sebagianya yang bersifat antiviral, anti
bakteri serta imunomodulator. Komponen senyawa aktif
tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta
memperlancar peredaraan darah. Bahan ramuan tumbuhan
obat (empon - empon) dibuat sesuai kepentingan dan
fungsinya yang bisa dipilih dari satu jenis tumbuhan obat
yaitu kunyit, lengkuas, jahe, temulawak, kencur dan
lainnya dibuat menjadi ramuan yang biasa disebut “jamu”
tumbuhan obat bagi manusia maupun hewan adalah untuk
meningkatan
daya
tahan (sebagai imunomoduator),
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Keuntungan obat tradisional yang dirasakan
langsung oleh masyarakat adalah mudah diperoleh dan
bahan bakunya dapat ditanam dipekarangan sendiri,
murah
dan
dapat
diramu
sendiri
di
rumah
(soedibvo,1992).
A. Obat Herbal
Definisi obat herbal didefinisikan sebagai obat alami
seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun
tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri
dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral
atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003).
Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesies tumbuhan
yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan
tropika. Di Malaysia saja, kira-kira 1,230 jenis spesies
tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan
tradisional
(Dharmaraj,
1998).
Kaum
Melayu
misalnya sering menggunakan akar susun kelapa
(Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum
sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi
memban (marantha arundinacea) untuk rawatan
kanser (Dharmaraj, 1998).
Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih
kurang data-data laboratorium tentang khasiat serta
manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab itu,
dikalangan
ahli
dokter
moderan
menganggap
pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak
didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli
pengobatan tradisional ini pada dasarnya melihat
kesehatan sebagai satu pendekatan holistik dimana
jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ
tubuh maka ini akan menyebabkan ketidakseimbangan
pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama
pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan
dengan menyeimbangkan kondisi organ - organ ini
dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala saja
(Mursito, 2002).
B. Keuntungaan pengunaan obat herbal
Keuntungan utama dalam mengunakan obat herbal ini
adalah biayanya yang murah (Moh, 1998), Ini karna
mudahnya dapat bahan baku ini termasuklah biasa
ditanam sendiri dihalaman rumah sebagai bekalan.
Kebanyakan tumbuhan ini mudah membesar dan tidak
memerlukan kost penjagaan yang tinggi jika ditanam
sendiri. Selain itu efek samping yang di timbulkannya
relatif kecil sehingga lebih aman digunakan dari pada
obat - obatan modern yang banyak efek sampingnya
walaupun
sebenarnya
dalam
setiap
tumbuhan
memiliki bahan kimia cuma dalam dosis yang
lumanyan kecil sengga tidak memberikan efek yang
besar pada penggunanya (Mangan, 2003).
C. Simplisia
Obat ini biasanya disediakan dalam bentuk eksrak
bahan baku dari tanaman herbal yang ada atau nama
lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa terdiri
dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian
batang, daun, akar, kulit, serta buah, maupun seluruh
bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa
diolah dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk
simplisia bentuk segar, ini harus segera digunakan
selagi dalam keadaan baik dan juga dikhawatirkan
akan tumbuh jamur atau mikroba lainnya. Jika untuk
penggunaan yang lama, biasanya akan digunakan
simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan
kandungan metabolit - metabolit yang penting dalam
mengobati pasien. Kandungan metabolit ini terbagi
dua yaitu metabolik primer dan metabolit sekunder.
Metabolik sekunder inilah yang memainkan peranan
dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa
metabolik yang ada dalam obat herbal ini adalah
senyawa golongan alkaloida, glukosida, politenol,
flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin.
Jumlah metabolit sekunder dalam satu simplisia amat
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
yaitu
faktor
lingkungan, umur tanaman sewaktu dipanen, waktu
panen serta kegiatan pasca panen. Waktu panen sangat
berhubungan
dengan
pembentukan
metabolik
sekunder, dimana yang terbaik adalah pada saat
penghasilan
metabolik
sekunder
pada
kadar
maksimum. Sebagai contoh, tanaman poko (mentha
piperita) akan menghasilkan mentol tertinggi dalam
daun mudanya saat tanaman itu berbunga.
2.3.2
Jenis - jenis pengobatan dan cara pengobatan
tradisional
Menurut Asmino, (1995), pengobatan tradisional ini
terbagi
menjadi
dua
yaitu
cara
penyembuhan
tradisional atau traditional healing yang terdiri dari
pada pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta
obat
tradisional
atau
traditional
drugs
yaitu
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari
alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit.
Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama
dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian
tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan
sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber
hewani seperti bagian kelenjar - kelenjar, tulang-
tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari
sumber
mineral
atau
garam-garam
yang
bisa
didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah
contohnya, air mata air zam-zam yang terletak di
Mekah Mukarramah.
A. Pijat Tradisional
a. Pengertian
Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, dimana
terapis memanipulasi otot dan jaringan lunak lain dari
tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
Berbagai jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik
manual yang lebih dalam untuk memijat otot serta
jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan
sebagai terapi penyembuhan selama berabad - abad yang
hampir ada dalam setiap kebudayaan diseluruh dunia. Ini
dapat
membantu
meringankan
ketegangan
otot,
mengurangi stres, dan membangkitkan rasa ketenangan.
Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan,
hal
itu
terutama
mempengaruhi
aktivitas,
sistem
muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan juga
saraf.
b. Jenis Pijatan
Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda - beda
tekniknya. Setiap teknik unik dirancang untuk mencapai
tujuan tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di
Amerika Serikat dan semakin berkembang di negaranegara lain meliputi:
1) Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman
dipijat diatas kulit untuk meningkatkan penyembuhan
dan efek relaksasi dari pijatan itu. Minyak essensial
ini diyakini memiliki pengaruh kuat pada suasana hati
dengan merangsang dua struktur jauh didalam otak
yaitu sistem limbik dan hipokampus yang merupakan
penyimpan emosi dan memori.
2) Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada
kepala dan tulang belakang untuk memperbaiki
ketidakseimbangan dan memulihkan aliran cairan
serebrospinal di daerah - daerah tersebut.
3) Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama
digunakan untuk meningkatkan aliran getah bening
(cairan berwarna yang membantu melawan infeksi
dan penyakit) ke seluruh tubuh. Salah satu bentuk
yang paling populer dalam pijat limfatik, drainase
limfatik manual
(MLD), berfokus
pengeringan
kelebihan getah bening. MLD biasanya di gunakan
setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker
payudara) untuk mengurangi bengkak.
4) Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi
tubuh digunakan untuk relaksasi dan peregangan otototot, fasia (jaringan ikat), dan struktur terkait.
Biasanya terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih
menggunakan teknik ini.
5) Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan,
terapi polaritas menstimulasi dan menyeimbangkan
aliran energi dalam tubuh untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
6) Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan
jari diterapkan pada tangan dan kaki. Refleksologis
percaya bahwa daerah ini mengandung "titik refleks,"
atau koneksi langsung ke organ tertentu dan struktur
pada seluruh tubuh.
7) Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat)
untuk
meregangkan,
memperpanjang,
dan
membuatnya lebih fleksibel. Tujuan dari teknik ini
adalah
untuk
menyelaraskan
tubuh
sehingga
menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan
fungsi yang lebih baik.
8) Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan
terhadap
titik-titik
tertentu
pada
tubuh
untuk
menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan aliran
energi (dikenal sebagai chi) melalui jalur energi
tubuh (disebut meridian).
9) Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet
profesional dan individu aktif lainnya, pijatan
olahraga dapat meningkatkan kinerja dan mencegah
serta mengobati cedera yang berhubungan dengan
olahraga.
10) Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan
yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke
jantung, menghilangkan hasil metabolisme dari
jaringan, meregangkan ligamen dan tendon, serta
meredakan ketegangan fisik dan emosional.
11) Pijatan ’Trigger Poin’: Tekanan diterapkan untuk
"memicu poin" (daerah lembut dimana otot-otot telah
rusak) untuk mengurangi kejang otot dan sakit.
12) Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut
yang menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
dirawat dirumah sakit atau dalam perawatan hospis.
13) Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu - satu fokus
perhatian, sentuhan yang disengaja, dan pijatan
sensitif dengan komunikasi untuk meningkatkan
kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau
pasien kritis (ADAM, 2010).
2.3.3 Pengobatan Sambung Tulang Modern
a) Pengertian pengobatan sambung tulang modern
adalah menyambung tulang dengan mengunakan obat
-
obatan
kimia
dan
alat-alat
canggih
untuk
menyambung tulang yang telah patah perbuatan atau
cara
yang
dilakukan
manusia
dalam
upaya
penyembuhan, pencegahan, dan pemulihan berbagai
penyakit salah satu yaitu sambung tulang dengan
mengunakan produk, alat dan perlengkapan yang
canggih dan modern yang dipercaya memberikan
suatu kemudahan, efesisensi dan efektivitas dalam
mempermudah pengobatan. Berbagai penelitian di
Negara
-
negara
berkembang
maupun
maju
menunjukan bahwa tindakan pertama untuk mengatasi
sakit ialah berobat sendiri (self medication) (patel,
1987), Adapun ahli lain, sarwono (1992), melihat
bahwa di negara - negara berkembang seperti
Indonesia masih ada satu tahap lagi yang dilewati
banyak penderita sebelum mereka datang ke petugas
kesehatan yaitu dengan pergi berobat ke dukun atau
ahli pengobatan tradisional. Patel, (1987), juga melihat
bahwa makin parah keadaan penderita jika akhirnya
meminta pertolongan seorang dokter dalam keadaan
yang sudah sangat parah.
b) Pengobatan sambung tulang secara modern dengan
mengunakan alat - alat yang canggi seperti rontgen
sinar pada bagian yang sakit merupakan perangkat
diagnostik
definisif
yang
digunakan
untuk
menentukan letak sehingga mudah disambung dengan
benar dan juga mengunakan sinar x pada awalnya
sehingga akan membutuhkan evaluasi radiografi pada
hari berikutnya untuk mendeteksi bentuk callus. Jika
di curigai adanya perdarahaan maka dilakukan
pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) untuk
menilai banyaknya darah yang hilang. Lebih lanjut,
perawat akan menilai komplikasi yang mungkin
terjadi dan menentukan beberapa faktor resiko
terhadap komplikasi dimasa depan (Revees, Roux,
Lochart, 2001).
c) Penatalaksanaan Pengobatan sambung tulang secara
modern menurut Long, (1996), ada beberapa terapi
yang digunakan untuk pada pasien sambung tulang
antara lain :
1. Debridemen luka untuk membuang kotoran, benda
asing, jaringan yang rusak dan yang nekrose.
2. Memberikan toksoid tetanus.
3. Membiakkan jaringan.
4. Pengobatan dengan antibiotik.
5. Memantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene
gas.
6. Menutup luka bila tidak ada gejala infeksi.
7. Reduksi fraktur.
8. Imobilisasi fraktur.
9. Kompres
dingin
boleh
dilaksanakan
mencegah perdarahan, edema, dan nyeri.
10. Obat penawar nyeri.
untuk
Download