jenis skala dan frekuensi letusan

advertisement
Fisika Gunung Api
JENIS SKALA DAN
FREKUENSI LETUSAN
PENDAHULUAN
Erupsi dari gunungapi
memperlihatkan berbagai
macam karakter, seperti :
 Tipe Erupsi
 Produk yang dihasilkan
Endapan Piroklastik, Aliran Lava
Karakter/tipe Erupsi dan Produk Erupsi akan bergantung pada :
Komposisi yang terkandung dari magma.
Komposisi kimia : Viskositas, Kandungan Gas

Skala dan Frekuensi Erupsi
Chemical
Composition
and Styles
Of Volcanic
Activity
Letusan bersifat sementara atau berkelanjutan
sangat pada setiap tipe letusan gunungapi
dipengaruhi oleh kecepatan munculnya magma.
Hal ini terjadi, akibat adanya pengaruh
komposisi viskositas, yang mengontrol
kecepatan munculnya gelembung gas di dalam
magma dan kemampuan fluida yang bergerak
untuk bercampur
Vulcano Eruption-Magma Viscosity
Vulcano Eruption-Magma Viscosity
Chemical Composition-Magma Types
Chemical Composition-Water Contents
Magma Composition
Macam kondisi Erupsi Effusive
4 macam keadaan penyebab effusive eruption
 Peningkatan volume gas dari magma sangat kecil, terjadi exsolution, fraksi gas
menyebabkan fregmnentasi magma
 Keadaan dimana magma kehilangan gas pada saat naik ke permukaan dan
menurun hingga dapay terjadi fragmentasi
Lingkungan submarine
effusive terjadi bukan karena fragmentasi lagi akan tetapi exsolution gas dari magma yang
mendapat tekanan Hidrostatis, bisa dijelaskan !!!
 Effusif juga dapat terjadi jika viskositas magma besar yang menghambat
fragmentasi magma, range dacite – rhyolit. Chiling membuat magma menjadi lebih
kental, akan tetapi reruntuhankubah membuat gas terbuang dan terjadi
fragmentasi
Transient
and sustained
explosive activity
Letusan bersifat sementara atau berkelanjutan
sangat pada setiap tipe letusan gunungapi
dipengaruhi oleh kecepatan munculnya magma.
Hal ini terjadi, akibat adanya pengaruh
komposisi viskositas, yang mengontrol
kecepatan munculnya gelembung gas di dalam
magma dan kemampuan fluida yang bergerak
untuk bercampur
Transient
and sustained
explosive activity
1. Viskositas magma mempengaruhi kemampuan gelembung
bergerak ke atas . Besar viskositas magma semakin lambat
munculnya
gelembung relatif terhadap magma.
2. Viskositas magma juga mempengaruhi kecepatan kenaikan
dari magma itu sendiri, viskositas yang lebih besar cenderung
mengurangi kecepatan kenaikan. Hal ini akan meningkatkan
waktu yang tersedia gelembung naik relatif terhadap
magma.
3. Isi gas dari magma juga mempengaruhi kemungkinan
gelembung tercampur terjadi. Isi gas cenderung lebih besar
untuk lebih kaya silika.
Sehingga magma ini cenderung akan meningkatkan
kesempatan untuk
peleburan.
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
Dua tipe erupsi transien:
Strombolian (magma basaltic)
Vulcanian (magma intermediate)
Strombolian
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
pemisah (gap) antar letusan terlalu
pendek untuk mencegah banyak magma
yg mendingin diatas kolom magma dan
‘kulit’ yg dingin tsb mengembang keluar
dgn mudah sebagai gelembung gas yang
terakumlasi dibawahnya lalu
menyebabkan letusan lemah
Vulcanian
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
• magma yg berada diatas kolom magma mendingin
jauh lebih banyak diantara letusan2 membentuk
‘cap’ yg solid dan maka tekanan dibawahnya harus
dibuat jauh lebih besar levelnya sebelum terjadi
letusan
• Hal ini terjadi karena perbedaan viskositas magma yg
keluar. Magma basaltic viskositasnya rendah sehingga
kenaikan gelembung gas yg relative cepat dan
merusak permukaan kolom magma (keluar)
• Magma intermediate viskositasnya tinggi sehinnga
kenaikan gelembung gas lambat dan memberikan
banyak waktu untuk magma mendingin. Ini berarti
tekanan yg dibutuhkan untuk merusak kolom magma
lebih besar
CHEMICAL
COMPOSITION
AND SUSTAINED
EXPLOSIVE
ERUPTIONS
Sustained explosive eruptions atau erupsi eksplosif
yang berkelanjutan terjadi ketika kecepatan kenaikan
magma cukup besar untuk mencegah pemisahan yang
signifikan dari gelembung gas magmatik yang dari
magma dimana mereka berasal.
Macam Sustained Explosive Eruption
Letusan tipe Hawaiian
Kilauea, Hawaii
Macam Sustained Explosive Eruption
Letusan tipe Plinian
St. Helens, United States
Peran dari Viskositas
• Perbedaan utama antara erupsi tipe Hawaiian dan tipe Plinian adalah derajat fragmentasi dari
erupsi klastik.
• Erupsi tipe Hawaiian menghasilkan klastik kasar dimana dapat dilontarkan umumnya hanya
beberapa ratus meter diatas vent dan selanjutnya terjatuh disekitar vent membentuk kerucut
dan aliran lava.
• Pada erupsi tipe Plinian, derajat fragmentasi dari magma lebih besar dan klastika nya lebih
kecil. Hal ini memungkinkan transportasi daerah penyebarannya lebih luas.
Peran dari Viskositas
• Fragmentasi dapat terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu percepatan atau dekompresi
yang cepat dari magma.
• Dekompresi secara cepat merupakan pemicu untuk fragmentasi dan aktivitas eksplosif dalam
situasi dimana ada pengurangan tekanan secara cepat pada magma, seperti ketika kubah lava
runtuh contohnya pada letusan Gunung St Helens di Mei 1980.
Peran dari Kandungan Gas
• Kandungan gas pada magma juga memainkan peran penting untuk mengatur style dari erupsi
eksplosif yang berkelanjutan. Misalnya, magma basaltik berbeda dari yang lainnya dengan
kandungan gas rendah (viskositas rendah). Ada kemungkinan bahwa kandungan gas yang
rendah dari magma basaltik juga mempengaruhi proses fragmentasi.
• Jumlah gas dalam magma mempengaruhi energi yang dilepaskan selama proses naiknya
magma, dengan demikian kemungkinan akan mempengaruhi jumlah percepatan yang terjadi
sebelum fragmentasi dan mempengaruhi tingkat regangan yang dialami oleh magma, dengan
isi gas yang lebih tinggi menyebabkan tingkat regangan yang lebih tinggi dan fragmentasi yang
lebih besar.
Peran dari Kandungan Gas
• Kandungan gas pada magma juga mempengaruhi kecepatan material yang keluar dalam
sustained explosive eruptions dengan mempengaruhi kedalaman dimana fragmentasi terjadi
dan energi total dilepaskan, dengan kandungan gas yang lebih rendah menyebabkan
kecepatan keluar juga rendah.
• Kecepatan keluar letusan tipe Hawaiian, dimana kandungan gas rendah yaitu ~100 ms-1,
sedangkan pada letusan Plinian ~300 ms-1.
• Perbedaan ini mempengaruhi kemampuan dari letusan untuk membentuk Volcanic Plume.
Kandungan gas rendah dari magma basaltik membuat perkembangan Volcanic Plume yang
stabil, dan lava fountain yang mencirikan letusan Hawaiian.
compositional
controls on
eruption
character
Transient explosion dan sustained explosion
sangat ditentukan oleh kecepatan munculnya
magma dan kemampuan gelembung gas naik
dan memisahkan dari magma.
Transient explosion terjadi ketika gas dapat
memisahkan, dan naik melalui magma dalam
bentuk gelembung besar sedangkan sustained
explosion terjadi ketika kandungan gas dalam
magma tidak dapat memisahkan diri dari
magma tersebut ditandai dengan gelembung
kecil.
2 main type of transient explosion:
compositional
controls on
eruption
character
Strombolian
Low viscosity – rapid rise of gas bubble – little
time to cooling – weak explosion
Vulcanian
Intermediet viscosity – rise speed of gas
slower – more explosive
Sustained explosion:
compositional
controls on
eruption
character
Hawaiian
Memproduksi gumpalan lava besar - viskositas
rendah magma menyebabkan tingkat
regangan yang relatif rendah selama
pendakian dan fragmentasi progresif terjadi
Plinian
tingkat regangan lebih tinggi dan fragmentasi
bersifat brittle sehingga menghasilkan clast
yang kecil.
Magnitude dan Frekuensi pada Volcanic Eruptions
•
•
Para ahli vulkanologi selalu merekam jejak aktivitas vulkanik semenjak dahulu.
Salah satu institusi yang merekam / menyimpan data aktivitas vulkanik terdapat di
Washington DC.
(http://www.volcano.si.edu/gvp/index.htm).
• Disitu terdapat data aktivitas vulkanik seperti erupsi mulai dari 10.000 tahun yang lalu.
• Mereka membuat skala atau mengklasifikasikan erupsi gunung api di dunia dengan
menggunakan index VEI (Volcanic Explosivity Index).
• VEI merupakan metode untuk mengklasifikasikan aktivitas
erupsi vulkanik berdasarkan magnitude dan intensitasnya.
VEI
Volcanic
Explosivity
Index
• Mangnitude pada sebuah erupsi didefinisikan sebagai jumlah
total volume atau massa material yang dikeluarkan pada saat
erupsi.
• Sedangkan intensitas adalah ukuran rata-rata volume atau
massa material erupsi.
• Terdapat 9 skala VEI, yaitu dari skala 0 sampai 8 :
Semakin besar magnitude dan intensitas maka semakin
besar pula skala VEI-inya
Tabel
Skala
VEI :
VEI
Volcanic
Explosivity
Index
Magnitude letusan gunung berapi dalam catatan geologi
Gunung Vesuvius dan gunung St helens
Frekuensi Letusan Gunung Berapi
• Setiap gunung berapi memiliki ciri frekuensi letusan yang berbedabeda
• Ada yang berfrekuensi dengan cepat seperti gunung stromboli yaitu
setiap + 12 menit
• Ada yang berfrekuensi dengan waktu yang lama seperti Mt St
Helens dan Gunung Tambora
Dapur Magma dan Besarnya Letusan Gunung Berapi
 Besar kecilnya volume dalam dapur magma dapat menentukan
seberapa besarnya letusan
 Material pada magma juga dapat mempengaruhi besarnya letusan
karena berpengaruh pada ruang penyimpanan di dalam magma
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Siklus Gunung Api yang Elastis
Magma chamber dipasok oleh magma baru  dinding magma
chamber membesar  gunung api mengembang (ukuran) 
inflasi pada puncak magma chamber  tilt meningkat 
letusan dalam volume tertentu  deflasi puncak magma
chamber  tilt menurun  reinflasi magma chamber (dipompa
kembali oleh magma)  kembali ke awal.
Sifat Elastis Gunung Api
Elastic
and
Inelastic
Eruption
• Tipe GA yang elastis adalah tipe GA yang memiliki siklus
inflasi dan deflasi. Deformasinya tidak menimbulkan
deformasi permanen yang signifikan.
• Dipengaruhi oleh :
1. Dinding magma chamber
Menampung magma (volume yang akan dierupsikan)
dan mempengaruhi tekanan keatas dari Gunung Api.
2. Pasokan magma
Yang mempengaruhi tilt gunung api, inflasi magma
chamber, variasi waktu istirahat gunung api.
3. Kandungan magma
Yang menyebabkan tipe erupsi Gunung Api dan
menghasilkan volume letusan atau deflasi tersendiri.
Erupsi Gunung Api yang Tidak Elastis
Elastic
and
Inelastic
Eruption
• Deformasi tubuh vulkanik signifikan, menyebabkan
tidak terjadinya siklus inflasi-deflasi (irreversible).
• Deformasi biasanya menghasilkan suatu runtuhan
tubuh vulkanik yang membentuk suatu kaldera.
Contohnya Gunung Krakatau dan St. Helens (tipe
GA Plinian); dan calon erupsi yang tidak elastis
adalah letusan tipe Hawaii.
Siklus Gunung Api yang Tidak Elastis
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Magma chamber dipasok oleh magma  magma
chamber mengembang hingga melewati batas
elastisnya dan tekanan terus membesar  tilt terus
meningkat  erupsi besar; bagian atas gunung api
terlontar hampir keseluruhan; ambles  terbentuknya
kaldera.
Large ignimbrite-forming eruptions
Tipe letusan ini merupakan letusan terbesar yang berhubungan dengan pembentukan kaldera.
Letusan terbesar memiliki skala minimal sekitar 10 km3. Skala letusan dikontrol oleh ukuran dapur magmanya,
dimana dapur magma yang lebih besar memiliki lebih banyak volume magma pada saat meletus.
Mengapa letusan ini dapat membentuk Ignimbrite?
Large
ignimbrite
-forming
eruptions
Umumnya, letusan diawali dengan aktivitas Plinian yang juga
seiring pembentukan Ignimbrite, sebagian besar volume
material letusan terbentuk dalam fase ini.
Pada tipe letusan Plinian dapat terjadi proses pembentukan
Ignimbrite jika kandungan gas pada magma turun, atau jika flux
massa meningkat secara signifikan selama letusan.
Pada kasus ini, magma tidak selalu memiliki kandungan gas yang
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses exsolution gas dari
magma terus berlanjut melampaui critical point dimana
tekanan tinggi dalam dapur magma dilepaskan.
Large
ignimbrite
-forming
eruptions
Hal ini menunjukkan bahwa patahan mulai terbentuk pada
batuan penutup dan caldera mulai runtuh.
Istilah "super-volcano" menggambarkan gunungapi dengan
reservoir magma bervolume besar dan meletus dengan tipe ini,
tapi pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara
mekanisme letusannya.
Flood
Basalt
Eruptions
• Merupakan letusan yang terjadi ketika magma secara
langsung muncul dari dasar litosfer tanpa adanya
penyimpanan magma di kerak terlebuh dahulu.
• Volume magma yang besar yang dihasilkan di dalam kepala
plume diakumulasi di dasar litosfer yang kemudian terjadi
letusan secara langsung menuju permukaan melalui sistem
dike.
Flood
Basalt
Eruptions
Terdapat opini berbeda tentang mekanisme letusan:
1. Letusan terjadi pada tingkat letusan yang sangat tinggi
tetapi berlangsung tidak lebih dari hitungan hari.
2. Letusan mungkin terjadi pada tingkat yang jauh lebih
lambat selama periode tahun untuk beberapa dekade.
Flood
Basalt
Eruptions
Kenapa itu bisa terjadi?
Letusan dipengaruhi oleh ukuran dari area penyimpanan
magma di dasar litosfer.
Letusan akan dipengaruhi oleh berapa lama magma bisa terus
dipasok melalui sistem dike dari zona sumber mantel, ketika
pasokan berhenti maka terjadi pembekuan pada dike yang
menyebabkan berhentinya letusan.
Flood
Basalt
Eruptions
Letusan pada Kilauea Volcano, Hawaii
kesimpulan
Terdapat tiga ciri mendasar dari perilaku sistem vulkanik:
1. Terdapat hubungan antara magnitude dan frekuensi
aktivitas erupsi bahwa erupsi kecil terjadinya sering
sedangkan erupsi besar terjadi lebih jarang.
2. Volume erupsi magma dipengaruhi oleh ukuran dapur
magma. Semakin besar dapur magma semakin besar
erupsinya.
3. Erupsi terbesar dalam catatan geologi terdiri dari dua jenis
yang berbeda: Large ignimbrite-forming eruptions dan
Flood basalt eruptions.
Daftar Pustaka
http://mste.illinois.edu/courses/ci407su01/students/south/magrini/finalproject/lavatypes.htm
http://volcano.oregonstate.edu/book/export/html/587
http://elements.geoscienceworld.org/content/1/5/283/F3.expansion.html
Parfitt, Elisabeth A. and Lionel Wilson. 2008. Fundamentals Of Physical Volcanology. Oxford : Blackwell Science Ltd.
Download