sumber daya manusia dalam pembangunan nasional

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Ratonggi Siregar
MIN Padang Bulan Rantau Prapat
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam pembangunan sebuah Negara. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai investasi pembangunan sangat di perlukan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia yang
sumber daya manusianya masih kurang dari segi kualitas dan produktifitasnya. Untuk dapat mengatasi masalah kurangnya
kualitas dan produktifitas sumber daya manusia di negara berkembang seperti Indonesia. Maka perlu dipahami cara-cara
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan migrasi.
Kata kunci : sumber daya manusia, pembangunan nasional
PENDAHULUAN
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi syarat mutlak untuk melaksanakan pembangunan. Setiap manusia
dituntut kompetensi individunya untuk berinovasi guna memacu pembangunan ekonomi disegala bidang. Meningkatkan
kualitas SDM merupakan investasi manusi jangka panjang, karena setiap orang menempuh jalur pendidikan tidak secara
otomatis menjadikan dirinya berkualitas. Masih diperlukan proses dalam dunia kerjanya menuju ke jenjang yang lebih ahli
atau berkualitas. Namun, saat ini SDM di Indonesia masih belum memliki kualitas yang dapat mendukung laju pertumbuhan
ekonomi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, dari masalah pendidikan, kesejahteraan sosial,
ketenagakerjaan, dan lain sebagainya. Maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai masalah SDM di Indonesia dan
bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM yang ada.
PEMBAHASAN
Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Saat kita berbicara apa itu SDM? Maka kita akan langsung menjawab SDM adalah Sumber Daya Manusia. Dalam
hal kepanjangan setiap orang sudah mengalami persamaan bahwa SDM kepanjangan dari sumber daya manusia. Namun
jika ditanya dari segi persepsi atau pengertian sumber daya manusia, maka terdapat jawaban yang beragam atau tidak
jarang kita dibuat bingung mengenai pengertiann SDM.
Maka diperlukan pembahasan mengenai pengertian SDM agar kita memiliki pemahaman yang sama mengenai
SDM. Ahmad Tohardi (2002:12) menyimpulkan bahwa; sumber daya manusia adalah segala potensi yang ada pada
manusia baik berupa akal pikiran, tenaga, keterampilan, emosi, dan sebagainya yang dapat digunakan baik untuk dirinya
maupun untuk organisasi atau perusahaan (Suherman, 2012).
Mathis dan Jackson (2006) mengungkapkan bahwa SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah
organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Selain itu Hasibuan (2003) mendefinisikan pengertian SDM adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotifasi
oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa sumber daya manusia adalah segala potensi yang di miliki manusia
baik berupa daya pikir, tenaga, keterampilan, emosi, dan potensi lainya yang dapat digunakan secara efektif dan efisien
untuk memenuhi keinginannya sendiri ataupun untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
SDM Dalam Konteks Pembangunan Ekonomi Indonesia
Sebelum kita berbicara mengenai peran sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi Indonesia, terlebih
dahulu mari kita bahas mengenai pembangunan ekonomi. Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastuktur lebih
banyak tersedia, perusahaan semakin banyak, dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi
semakin meningkat (Sukirno, 2011: 3).
Dalam pembangunan ekonomi suatu negara melibatkan faktor-faktor yang berperan penting, salah satunya adalah
sumber daya manusia (SDM). Keadaan SDM suatu negara sanggat mempengaruhi pembangunan ekonomi negara
tersebut. Untuk dapat mempercepat tingkat pembangunan ekonomi maka diperlukan SDM yang unggul diberbagai bidang.
Minimal ada empat kebijakan pokok dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia (SDM), yaitu : (1) Peningkatan
kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani, dan kejuangan, maupun kualitas
kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat; (2) Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya
pemerataan penyebarannya; (3) Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan,
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
378
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
dan menguasai IPTEK yang berwawasan lingkungan, serta (4) Pengembangan pelantara yang meliputi kelembagaan dan
perangkat hukum yang mendukung peningkatan kualitas SDM. Secara oprasional, upaya peningkatan kualitas SDM
dilaksanakan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, kesejahtraan sosial,
kependudukan, tenaga kerja, dan sektor-sektor pembangunan lainnya (Mulyadi S, 2003:2).
Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Irawan dan Suparmoko (1992) mengatakan bahwa penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi;
satu dari segi penduduk berperan sebagai konsumen dan dari penawaran penduduk bertindak sebagai produsen. Oleh
karena itu, pertumbuhan penduduk yang cepat tidak selalu merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi (Subandi,
2012: 99).
Sejarah mencatat bahwa di negara-negara yang sudah maju menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk yang
pesat justru menyumbang terhadap kenaikan pendapatan riil perkapita. Dengan kondisi tersebut maka terkumpul tabungan
yang siap untuk kebutuhan investasi. Dengan demikian tambahan penduduk di negara maju justru menambah potensi
masyarakat untuk menghasilkan dan juga sebagai permintaan yang baru. Hal ini sesuai dengan teori A. Hansen (Irawan
dan Suparmoko, 1992) mengenai stagnasi keluar (Secular Stagnation), yang mengatakan bahwa bertambahnya jumlah
penduduk justru akan menciptakan/memperbesar permintaan agregatif, terutama investasi (Subandi, 2012: 99). [
Para pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga
melihat adanya suatu kenaikan daya beli (purchasing power). Para pengikut Keyns juga menganggap adanya kemajuan
dan meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja ini akan selalu mengiringi kenaikan jumlah
penduduk (Subandi, 2012: 99).
Bagi negara-negara sedang berkembang kenaikannya justru terbalik sama sekali, yaitu bahwa pertumbuhan
penduduk yang cepat justru menghambat perkembangan ekonomi. Kaum klasik seperti Adam Smith, Recardo, dan Robert
Malthus (Irawan dan Suparmoko, 1992) berpendapat bahwa akan selalu berkejaran antara pertumbuhan output dengan
pertumbuhan penduduk, yang akhirnya dimenangkan oleh pertumbuhan penduduk. Karena penduduk juga berfungsi
sebagai tenaga kerja, maka paling tidak akan terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalo penduduk
tersebut mendapatkan pekerjaan maka akan mendapatkan kesejahtraan bangsanya. Tetapi kalau tidak mendapat
pekerjaan, berarti mereka akan menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih rendah.
(Subandi, 2012: 100).
Kesehatan Rakyat dan Pembangunan
Kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab bagi gangguan kesehatan dan kematian yang prematur. Sering tidak
terpenuhi kebutuhan kalori sehari-hari yang diperlukan secara minimal untuk menjaga kesehatan. Persyaratan minimal
mengenai kebutuhan kalori, protein, vitamin dan unsur-unsur mineral dalam makanan harus diperhatikan dari sudut mutu
SDM dalam proses pembangunan. Hal itu satu sama lain mempengaruhi pertumbuhan fisiknya maupun kemampuan
nalarnya dan perkembangan mentalnya.
Dari beberapa masalah dan target untuk meningkatkan SDM kita tidak terlepas dari faktor ekonomi terutama
masalah investasi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas SDM supaya target pembangunan di masa datang dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk meningkatkan kualitas SDM perlu dipersiapkan mulai dari kebutuhan
makanan yang menyangkut dengan perbaikan gizi, sampai kepada penyempurnaan pendidikan yang sesuai dengan
tuntutan di masa depan. Sudah barang tentu membutuhkan investasi yang sangat besar sekali terutama untuk penyediaan
sarana dan prasarana.
Untuk perbaikan gizi pemerintah Indonesia telah memulai sejak PJP I yaitu diterapkannya pemakaian Air Susu Ibu
(ASI), penyediaan posyandu dengan tenaga medis dan bermacam imunisasi untuk ibu hamil dan anak balita, perbaikan gizi,
semuanya ini untuk meningkatkan kualitas manusia masa depan dan menperpanjang harapan hidup anak Indonesia.
Sehingga pada PJP II diharapkan anak Indonesia mampu menjadi manusia yang berkualitas yang dapat menyokong roda
pembangunan di masa akan datang.
Peningkatan Kualitas SDM Melalui Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Pendidikan memberikan
sumbangan langsung terhadap pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktifitas kerja. Pendidikan
berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif
karena kualitasnya. Hal ini selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahtraan
penduduk. Titik singgung antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas tenaga kerja (labor
productivity). Dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, dan
semakin tinggi pula pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat (Mulyadi S, 2003: 41).
Hebatnya suatu pendidikan suatu Negara sering menjadi cerminan tingginya kualitas SDM tatanan warga bangsa
tersebut. Pendidikan akan menjadi tolak ukur mutu SDM dimanapun mereka berada. Jika kegitan pendidikan dilaksanakan
dengan baik, maka SDM pun akan kualified. Persoalanya, terjangkaukah pendidikan yang diinginkan oleh setiap individu
yang ingin meningkatkan kualitasnya?
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
379
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Kenyataannya sekarang di Indonesia menunjukan bahwa semakin banyak anggota masyarakat yang tidak bisa
melanjutkan pendidikan (formal) ke jenjang yang diinginkan. Hal ini cenderung disebabkan oleh kekurangan biaya yang
dimilikinya. Banyak fenomena lain yang memberikan indikasi mahal atau murahnya “dunia pendidikan”.
Pendidikan yang mahal ialah yang harganya tinggi tetapi jasa yang didapat oleh pembayar kurang sesuai atau tidak
sebanding dengan pengeluaran yang dilakukan oleh pembayar tadi. Pendidikan dikatakan mahal apa bila mutunya rendah,
fasilitas pembelajaran kurang memadai, pendidiknya relatif kurang prefesional, output-nya biasa-biasa saja. Kondisi
demikian yang dianggap mahal walaupun harganya biasa-biasa saja. Sebaliknya apa bila kualitasnya tinggi, sarana dan
prasarana representative, para guru/dosen prefesional, lulusannya hebat, dampaknya positif, dan istimewa serta memiliki
berbagai macam keunggulan, maka yang demikian bisa dikatakan murah walaupun biayanya cukup tinggi. Sayangnya
penyelengaraan pendidikan yang seperti ini sulit terjangkau oleh kalangan yang mempunyai keterbatasan financial seperti
yang terjadi di Indonesia (Suherman, 2012: 17-18).
Keadaan Ketenaga Kerjaan Di Indonesia
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan ekonominya adalah masalah
ketenangakerjaan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan ketenagakerjaan adalah tingginya tingkat
penganguran dan setengah pengangguraan karena banyaknya bidang usaha yang ditutup karena mengalami pailit. Selain
itu masih rendahnya tingkat kualitas dan produktivitas kerja, serta belum memadainya perlindungan terhadap tenaga kerja
termasuk tenaga kerja Indonesia diluar negeri.
Melihat kondisi di atas maka pembangunan ketenagakerjaan mempunyai tujuan untuk menyediakan lapangan kerja
dan lapangan usaha, sehinga setiap angkatan kerja memperoleh pengkerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) dan ini merupakan ciri khas dari system ekonomi
kerakyatan. Selanjutnya dalam GBHN 1999-2004 diamanatkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahtraan, perlindungan
ketenaga kerjaan, dan kebebasan berserikat. Disamping itu perlu peningkatan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga
kerja ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaantenaga yang dikelola secara terpadu
dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja (Subandi, 2012: 109).
Berdasarkan arah kebijakan yang telah digariskan oleh GBHN 1999-2004 maka program-program pembangunan
bidang ketenaga kerjaan diarahkan kepada:
Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja
Adapun sasarannya adalah memperluas kesempatan kerja dalam berbagai bidang usaha dan menciptakan tenaga
kerja mandiri, serta tersedianya system informasi dan perencanaan-perencanaan tenaga kerja, melalui : a) Peningkatan
pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna, pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan pendukung
lainnya; b) Infestasi dan pengkajian potensi kesempatan kerja, serta karakteristik pencari kerja (termasuk informasi pasar
kerja); c) Pembangunan pemukiman transmigrasi baru serta pembinaannya untuk meningkatkan kesempatan kerja dibidang
pertanian; dan d) Penyempurnaan mekanisme pengiriman, pembinaan, pembimbingan, dan seleksi yang lebih ketat, serta
perlindungan hukum yang memadai bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja diluar negeri (Subandi, 2012: 109).
Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Adapun sasaran ini adalah tersedianya tenaga kerja yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing tinggi baik di
pasar dalam negeri maupun luar negeri, melalui : a) Pengembangan standarisasi dan sertifikasi kompetensi; b) Peningkatan
relevansi, kualitas, dan efesiensi pelatihan kerja melalui pembinaan dan pemberdayaan lembaga pelatihan kerja; dan c)
Pemasyarakatan nilai dan budaya produktif, pengembangan system dan metode peningkatan produktivitas, serta
pengembangan kader dan tenaga ahli produktivitas (Subandi, 2012: 110).
Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja
Sasaran dari program ini adalah peningkatan peran kelembagaan tenaga kerja diperusahaan, perbaikan kondisi
kerja, serta jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, melalui : a) Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan
tenaga kerja; b) Peningkatan pengawasan norma kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta jaminan social kerja; c)
Peningkatan perlindungan, pengawasan, dan penegakan hukum terhadap peraturan yang berlaku; dan d) Peningkatan
pembinaan syarat-syarat kerja dan penegakan terhadap pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan (Subandi, 2012: 110).
Migrasi dan Pembangunan.
Makin pesatnya pembangunan dinegara-negara berkembang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari
desa kekota. Hal ini dipandang sebagai hal yang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Terjadinya migrasi internal
dianggap sebagai suatu proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan ditarik dari sektor pedesaan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri di perkotaan.
Migrasi juga dianggap suatu proses yang bisa menghilangkan ketidak seimbangan struktural antara desa dengan
kota melalui dua sisi, yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dilihat dari sisi penawaaran migrasi internal ini cenderung
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
380
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
menambah pertumbuhan penawaran tenaga kerja (pencari kerja) di perkotaan sementara di pedesan terjadi penurunan
jumlah sumber daya manusia.
Dilihat dari sisi permintaan, penyediaan lapangan kerja di perkotaan lebih sulit dibandingkan dengan penyediaan
lapangan kerja di pedesaan karena kebutuhan sumber daya komplementer sektor industri. Selain tekanan kenaikan upah
dan tunjangan tambahan lainnya, permasalahan penyediaan lapangan kerja di perkotaan juga masalah ketidak adaan alatalat teknologi produksi padat karya yang dapat mengimbangi kenaikan output sektor modern dengan kenaikan produktivitas
kerja.
SIMPULAN
Dari pemaparan materi di atas, dapat kita simpulkan bahwa sumber daya manusia memiliki peran penting dalam
pembangunan sebuah Negara. Maka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai investasi pembangunan sangat
di perlukan. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia yang sumber daya manusianya masih kurang dari segi
kualitas dan produktifitasnya. Untuk dapat mengatasi masalah kurangnya kualitas dan produktifitas Sumber Daya Manusia
di negara berkembang seperti Indonesia. Maka kita perlu memahami cara-cara meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia melalui bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan , dan migrasi seperti yang di ulas dalam tulisan ini.
REFERENSI
Isin, E.F. dan Turner, B.S. 2007. “Investigating Citizenship: An agenda for Citizenship Studies.” Citizenship Studies, Vol. 11,
No. 1, February, pp. 5-17.
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT. Rajagafindo Persada.
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT. Rajagafindo Persada.
Osler, A. dan Starkey, H. 2006. “Education for Democratic Citizenship: A Review of Research, Policy and Practice 19952005,” Research Papers in Education, Vol. 21, No. 1, December, pp. 433-466
Subandi. 2012. Ekonomi Pmbangunan. Bandung: Alfabeta
Suherman, Eman, 2012. Kiat Sukses Membangun SDM Indonesia. Bandung: CV.Allfabeta..
Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan:Proses,Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: kencana.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
381
Download