24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PERLINDUNGAN HUKUM
DAN UPAH
2.1 Pekerja
2.1.1 Pengertian Pekerja
Dalam Pasal 1 angka 3 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Kemudian dalam Pasal 1 angka 11 UU Nomor 40
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa Pekerja adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.
Dan dalam Pasal 1 angka 8 UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dinyatakan bahwa Pekerja adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.
Sebagaimana ditulis oleh Payman J. Simanjuntak bahwa pengertian tenaga kerja
atau man power adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari kerja dan melakukan pekrjaan lain seperti sekolah dan
mengurus rumah tangga.1 Tenaga kerja yang telah melakukan kerja baik bekerja
membuka usaha untuk diri sendiri maupun bekerja dalam suatu hubungan kerja
atau dibawah perintah seseorang yang memberi kerja (seperti perseroan,
1
Lalu Husni, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Cetakan 1, Airlangga,
Universitas Press,Surabaya,h. 17.
24
25
pengusaha maupun badan hukum) serta atas jasanya bekerja yang bersangkutan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain ini disebut pekerja (bagian dari
tenaga kerja).
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang
termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang dalam studi,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan penerima pendapatan yakni
mereka yang tidak melakukan aktivitas ekonomi tapi memperoleh pendapatan
(contoh : pensiunan, penerima bunga deposito dan sejenisnya). Kemudian
angkatan kerja terdiri dari yang bekerja dan yang masih mencari pekerjaan atau
biasa di sebut pengangguran. Yang bekerja terdiri dari yang bekerja penuh dan
setengah menganggur.
2.1.2 Macam – macam pekerja
Berdasarkan kualitasnya pekerja dapat di bagi menjadi 3, yaitu: pekerja
yang terdidik, pekerja yang terlatih, pekerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
pekerja terdidik adalah pekerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran
dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal
(contoh: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain). Pekerja terlatih adalah tenaga
kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman
kerja. Pekerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga
mampu menguasai pekerjaan tersebut (contoh: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan
lain-lain). Pekerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
26
hanya mengandalkan tenaga saja (contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah
tangga, dan sebagainya).
Pekerja dibagi menjadi empat macam yaitu : pekerja tetap, pekerja harian
lepas, pekerja borongan, dan pekerja kontrak. Pengertian dari setiap pekerja di
atas yaitu : pekerja tetap (permanent employee) yaitu pekerja yang memiliki
perjanjian kerja dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak tertentu (permanent).
pekerja tetap, menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Peribadi, ditambahkan menjadi
sebagai berikut : Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan
komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut
mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja
berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang
bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut. Pekerja tetap ini
termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu (yang selanjutnya
disebut PKWTT) karena PKWTT merupakan perjanjian kerja yang tidak
ditentukan waktunya dan bersifat tetap. Sesuai dengan Pasal 56 UU
Ketenagakerjaan. Pekerja tetap akan dikenakan masa percobaan yaitu selama tiga
bulan sebelum diangkat menjadi pekerja tetap oleh suatu perusahaan. Menurut
Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-03/MEN/1994;
menyebutkan bahwa Pekerja Harian Lepas adalah pekerja yang bekerja pada
27
pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal
waktu maupun kontinyuitas pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas
kehadirannya secara harian. Contohnya seperti tenaga kerja yang bekerja sebaga
tenaga kerja harian lepas pada sebuah pabrik kosmetik. Pekerja tersebut diberi gaji
berdasarkan kehadirannya setiap hari kerjanya maka ia tidak akan menerima upah.
Maka tenaga kerja harian lepas menerima upah sesuai dengan kehadirannya di
tempat kerjanya. Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor PER-03/MEN/1994; menyebutkan bahwa Pekerja Borongan adalah
pekerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu yang
berubahubah dalam hal waktu dengan menerima upah didasarkan atas volume
pekerjaan atau satuan hasil kerja. Menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor PER- 03/MEN/1994; menyebutkan bahwa Pekerja Kontrak
adalah pekerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu
dengan menerima upah yang didasarkan atas kesepakatan untuk hubungan kerja
untuk waktu tertentu dan atau selesainya pekerjaan tertentu. Pekerja kontrak
termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (yang selanjutnya
disebut PKWT) karena PKWT merupakan perjanjian kerja yang terdapat jangka
waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu ini sesuai dengan pasal 56 ayat (2)
UU Ketenagakerjaan. PKWT harus dibuat secara tertulis dan harus menggunakan
bahasa indonesia, tidak dipersyaratkan untuk masa percobaan apabila PKWT
ditetapkan masa percobaan maka akan batal demi hukum, dan PKWT tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat terus-menerus atau tidak terputus-putus.
28
Perjanjian ini akan berakhir apabila : pekerja meninggal dunia, berakhirnya jangka
waktu perjanjian kerja, adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dan adanya keadaan atau kejadian tertentu
yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja, hal ini
terdapat dalam Pasal 60 UU Ketenagakerjaan.
2.2 Perlindungan Hukum
2.2.1 Pengertian perlindungan hukum
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah “zoon politicon”, mahkluk
sosial atau mahkluk bermasyarakat, oleh karena tiap anggota masyarakat
mempunyai hubungan anatara satu dengan yang lain. sebagai mahkluk sosial
maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan perbuatan hukum
(rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtbetrekkingen).2 Hukum pada
hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya dapat
berwujud konkrit.3 Satjipto Raharjo menyatakan bahwa “hukum melindungi
2
Soeroso, 2006, Penghantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta, h.49
3
Lili Rasjidi dan I.B Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja
Rosdakarya, Bandung, h. 79
29
kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya
untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.4
Menurut Philipus M. Hadjon, dimana dikemukakan bahwa perlindungan
hukum di dalam kepustakaan hukum bahasa Belanda dikenal dengan sebutan
“rechtbescherming”. Maka perlindungan hukum diartikan suatu usaha untuk
memberikan hak – hak pihak yang dilindungi sesuai dengan kewajiban yang telah
dilakukan. Menurut Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal,
yaitu:
1. Perlindungan hukum preventif, merupakan bentuk perlindungan hukum
dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau
pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang
definitive
2. Perlindungan hukum represif, merupakan bentuk perlindungan hukum
dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.5
Menurut Roscoe Pound dalam teori mengenai kepentingan (theory of
interest), terdapat 3 penggolongan kepentingan yang harus dilindungi oleh
hukum, yaitu:
1. Menyangkut kepentingan pribadi (individual interest)
2. Menyangkut kepentingan masyarakat (sosial interest), terdiri dari
keamanan sosial, keamanan atas lembaga – lembaga sosial, kesusilaan
4
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.5
5
Philipus M. Hadjon, op.cit, h. 52.
30
umum, perlindungan atas sumber – sumber sosial dari kepunahan,
perkembangan sosial dan kehidupan manusia
3. Menyangkut kepentingan umum (public interest), berupa kepentingan
Negara dalam bertindak sebagai representasi dari kepentingan
masyarakat6
2.2.2 Pengertian perlindungan hukum terhadap pekerja
Dalam Pasal 6 UU Ketenagakerjaan bahwa setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. Para
pengusaha diwajibkan untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, maupun aliran politik. Menurut H.
Zainal Asikin Perlindungan pekerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam
yaitu: Perlindungan secara ekonomis, yaitu perlindungan pekerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak bekerja diluar
kehendaknya. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan.7
6
Marmi Emmy Mustafa, 2007, Prinsif-prinsif Beracara Dalam penegakan Hukum Paten
di Indonesiia Dikaitkan Dengan TRiPs-WTO, PT. Alumni, Bandung, h. 58
7
Zainal Asikin, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 76.
31
Menyadari akan pentingnya pekerja/buruh bagi perusahaan, pemerintah,
dan masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga
keselamatan dalam menjalankan pekerjaan. Guna menjaga keselamatan dan
menjalankan pekerjaan pekerja/buruh wajib mendapatkan perlindungan terhadap
tenaga kerja, perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan, kesempatan, serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
kemajuan dunia usaha.8
Perlindungan terhadap pekerja dapat dilakukan baik dengan jalan
memberikan tuntutan maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak
asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis, serta sosial dan ekonomi melalui
norma yang berlaku dalam linkungan kerja tersebut.9 Tujuan perlindungan pekerja
adalah untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis
tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah,
pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tenaga kerja sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.10
2.3 Upah
8
Rachmat Trijono, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, h. 53.
9
Ibid
10
Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h.103
32
2.3.1 Pengertian Upah
Upah memegang peranan yang penting dan merupakan ciri khas suatu
hubungan yang disebut hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan upah merupakan
tujuan utama dari seorang pekerja melakukan pekerjaan pada orang atau badan
hukum lain. Menurut para ahli upah merupakan penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
dilakukan dan dinilai dalam bentuk uang sesuai dengan perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun
keluarganya.11 Karena itulah pemerintah turut serta dalam menangani masalah
pengupahan ini melalui berbagai kebijakan yang dituangkan dalam pertauran
perundang-undangan. Sadono Sukirno membuat dua pengertian upah yaitu:
a. Upah Nominal ( upah uang) adalah jumlah uang yang diterima para
pekerja dari para pengusaha sbagai pembayaran atas tenaga mental dan
fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
b. Upah Riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan
upah tersebut membeli barang – barang dan jasa – jasa yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.12
11
Achma d S. Ruky, 2001, Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan
Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h.8.
12
Sadono Sukirno, 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. h.40.
33
Pasal 1 angka 30 UU Ketenagakerjaan memberikan pengertian Upah
adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa sesungguhnya upah dibayarkan
berdasarkan kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar jangan sampai
upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut serta menetapkan
standar upah terendah melalui peraturan perundang-undangan. Hak untuk
menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pada saat
hubungan kerja putus. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh
diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama
nilainya. Menurut G.Reynold yang dipetik oleh Imam Soepomo bagi majikan
upah itu adalah biaya produksi yang harus ditekan serendah – rendahnya agar
harga barangnya nanti tidak terlalu tinggi atau keuntungannya menjadi menjadi
lebih tinggi.13
Dari pengertian – pengertian upah tersebut diatas tentunya akan
mempengaruhi besar kecilnya upah yang akan diterima oleh buruh. Ada beberapa
teori yang perlu diperhatikan yaitu teori yang digunakan dalam menetapkan upah,
yaitu:
13
Zainal Asikin, op.cit, h.69.
34
a. Teori upah normal, oleh David Ricardo, menurut teori ini, upah ditetapkan
dengan berpedoman kepada biaya – biaya yang diperlukan untuk
mengongkosi segala keperluan hidup buruh/tenaga kerja. Teori ini
menegaskan kepada buruh bahwa sejumlah uang yang diterimanya sebagai
upah itu adalah sewajarnya demikian, karena memang memang demikian
saja kemampuan majikan.
b. Teori undang – undang upah besi oleh Lassale, menurut teori ini upah
normal diatas hanya memenagkan majikan saja, sebab kalau teori itu yang
dianut mudh saja majikan itu akan mengatakan Cuma itu kemampuannya
tanpa berpikir bagaiman susahnya buruh itu. Oleh karena itu menurut teori
ini, buruh harus berusaha menentangnya agar ia dapat mencapai
kesejahteraan hidup.
c. Teori dana upah oleh Stuart Mill Senior, menurut teori dana upah buruh
tidak perlu menentang seperti yang disarankan oleh teori undang – undang
upah besi karena upah yang diterimanya itu sebetulnya adalah bedasarkan
besar kecilnya jumlah dana yang ada pada masyarakat. Jika dana ini
jumlahnya besar maka akan besar pula upah yang diterima buruh,
sebaliknya kalau dana itu berkurang maka jumlah upah yang diterima
buruhpun akan berkurang pula. Menurut teori ini yang dipermasalahkan
sebetulnya bukanlah berapabesarnya upah yang diterima buruh, melainkan
sampai seberapa jauhnya upah tersebut mampu mencakupi segala
keperluan hidup buruh beserta keluarganya. Karenanya menurut teori ini
dianjurkan bahwa khusus untuk menunjang keperluan hidup buruh yang
besar tanggungannya disediakan dana khusus oleh majikan/ negara yang
disebut dana anak – anak. 14
Beberapa jenis upah yang terdapat di dalam berbagai kepustakaan hukum
perburuhan yaitu sebagai berikut:
a. Upah Norminal
Upah Nominal merupakan sejumlah uang yang dibayarkan kepada para
pekerja/burh yang berhak secara tunai sebagai imbalan pengerahan jasa-jasa atau
14
Ibid.
35
pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
kerja.15
b. Upah Nyata
Upah nyata merupakan upah uang yang nyata yang benar-benar harus diterima
oleh seseorang pekerja/buruh yang berhak.16 Upah nyata ini ditentukan oleh daya
beli upah tersebut yang akan banyak tergantung dari :
1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;
2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.
c. Upah Hidup
Upah hidup ini merupakan upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk
membiayai keperluan hidup yang lebih luas yang tidak hanya kebutuhan
pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian dari kebutuhan sosial
keluarganya, seperti pendidikan, asuranis, rekreasi, bahan pangan dan lain-lain.17
d. Upah Minimum
Upah minimum ini adalah upah yang akan dijadikan standar oleh majikan dalam
menentukan upah yang sebenarnya. Upah minimum ditentukan oleh pemerintah
15
G. Kertasapoetra, 1992, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila,
Sinar Grafika, Jakarta, h.100.
16
Ibid.
17
Lalu Husni, op.cit, h.89.
36
dan upah minimum dapat berubah sesuai dengan tujuan ditetapakannya upah
minimum tersebut.18 Upah minimum biasanya ditentukan oleh pemerintah dan ini
kerap kali setiap tahunnya berubah sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah
minimum itu, yaitu:
1. Untuk menonjolkan arti dan peranan tenaga kerja sebagai sub system
dalam suatu hubungan kerja.
2. Untuk melindungi kelompok kerja dari adanya system pengupahan yang
sangat rendah dan secara materill kurang memuaskan.
3. Untuk mendorong kemungkinan diberikannya upah yang sesuai dengan
nilai pekerjaan yang dilakukan.
4. Untuk mengusahakan terjaminnya ketenangan dan kedamaian kerja dalam
perusahaan
5. Mengusahakan adanya dorongan peningkatan dalam standar hidup secara
normal.19
e. Upah Wajar
Upah wajar maksudnya ialah sebagai upah yang secara relative diniali cukup
wajar oleh pengusaha dan para pekerja/buruh sebagai uang imbalan atau jasajasa
yang diberikan pekerja/buruh kepada pengusaha atau perusahaan sesuai dengan
perjanjian kerja yang telah disepakati oleh mereka.20
Upah wajar sangat bervariasi dan selalu berubah – ubah antara upah minimum dan
upah hidup, sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. Kondisi negara pada umumnya.
18
Zainal Asikin, op.cit, h.71.
19
Ibid.
20
Lalu Husni I, op.cit, h.91.
37
2. Nilai upah rata di daerah dimana perusahaan itu berada.
3. Peraturan perpajakan.
4. Standar hidup para buruh itu sendiri.
5. Undang – undang mengenai upah khususnya.
6. Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian negara.21
Di kebanyakan perusahaan keputusan menentukan tingkat besar kecilnya
upah dipengaruhi oleh banyak hal. Winarni dan Sugiyarso menyatakan bahwa
faktor – faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat upah antara lain :
1. Ketetapan pemerintah, dalam penentuan gaji dan upah yang perlu diingat
adalah bahwa setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi
penghidupan
yang
layak
bagi
kemanusiaan.
Untuk
mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerja. Untuk menentukan tingkat upah di beberapa
perusahaan digunakan ketentuan pemerintah tentang Upah Minimum
Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR). Namun
ketentuan ini kebanyakan berlaku untuk jabatan tingkat pelaksana saja.
2. Tingkat upah di pasaran, Besarnya upah yang dibayarkan oleh perusahaanperusahaan lain yang sejenis, yang beroperasi pada sektor yang sama,
digunakan sebagai acuan untuk menentukan besarnya upah pada
perusahaan tersebut. Tingkat upah yang berlaku di pasaran dapat diperoleh
21
Zainal Asikin, loc.cit.
38
melalui survey. Perusahaan dapat memutuskan untuk memberikan
besarnya upah pada karyawannya dengan cara menyamakan atau
melebihkan sedikit dari harga pasar yang berlaku, tergantung pada strategi
dan kemampuan perusahaan tersebut.
3. Kemampuan perusahaan, Kemampuan perusahaan untuk membayar upah
tergantung
daripada
kemampuan
finansial
perusahaan.
Untuk
mempertahankan karyawan, perusahaan akan mungkin membayar upah
yang sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain, akan
tetapi hal itu akan tergantung daripada kondisi finansial perusahaan.
4. Kualifikasi SDM yang digunakan, Saat ini tingkat teknologi yang
dipergunakan oleh perusahaan menentukan tingkat kualifikasi sumber
daya manusianya. Semakin canggih teknologinya, akan semakin
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu segmen
pasar dimana perusahaan itu bersaing juga menentukan tingkat kualifikasi
sumber daya manusianya.
5. Kemauan perusahaan, Perusahaan kadang tidak ingin repot dengan faktorfaktor seperti harga pasar dan lain-lain, perusahaan hanya akan berpegang
pada apa yang menurutnya wajar.
6. Tuntutan pekerja, Tuntutan para pekerja dan kemauan perusahaan
biasanya dipertemukan dalam meja perundingan dengan cara musyawarah
atau tawarmenawar. Organisasi pekerja dan pengusaha secara sendiri-
39
sendiri atau gabungan organisasi pekerja dan gabungan perusahaan dapat
melakukan hal ini.22
2.3.2 Komponen Upah
Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak
melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan/penghasilan
yang diterima oleh buruh tidak selamanya disebut sebagai upah, karena bisa jadi
imbalan tersebut bukan termasuk komponen upah. Dalam Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. 07/MEN/1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan
Pendapatan Non Upah disebutkan bahwa:
1. Termasuk Komponen Upah adalah:
a. Upah pokok, merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan
perjanjian
b. Tunjungan tetap, suatu pembayarn yang teratur berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang
dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak,
tunjungan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kehamilan.
22
Sugiyarso dan Winarni. 2006. “Manajemen Keuangan Cetakan kedua”. Yogyakarta:
Media Pressindo. h.52.
40
Tunjangan makan, tunjangan transport dapat dimasukkan dalam tunjungan
pokok asalkan tidak dikaitkandengan kehadiran buruh, dengan kata lain
tunjangan tersebut diberikan tanpa mengindahkan kehadiran buruh dan
diberikan bersamaan dengan dibayarnya upah pokok
c. Tunjangan tidak tetap, suatu pembayaran yang secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap
bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan
pembayaran upah pokok
2. Tidak Termasuk Komponen Upah
a. Fasilitas; kenikmatan dalam bentuk nyata/natural karena hal-hal yang
bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, seperti
fasilitas kendaraan antar jemput, pemberian makanan secara cuma-Cuma,
sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi, kantin dan sejenisnya
b. Bonus; pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan perusahaan
atau karena buruh berprestasi melibihi target produksi yang normal atau
karena peningkatan produktivitas
c. Tunjangan Hari Raya(THR), dan pembagian keuntungan lainnya.
41
Download