www.st-stefanus.or.id Th. XII / 121 Edisi September 2014 Domba-DombaKU Mendengarkan SuaraKU Profil: Stanisla Esti Enggarsari Membaca Kitab Suci Merubah Kehidupanku Sabda Telah menjadi Daging Perhentian Terakhir Dokter Gadungan 3. KERLING Edisi 121 Th. XII Edisi September 2014 Mari Menimba Air Kehidupan Membaca Kitab Suci bukan merupakan suatu keharusan bagi kita, sebagai umat Katolik. Kita tidak diselamatkan Tuhan hanya karena kita tidak membaca Kitab Suci. Bila tidak demikian, alangkah malangnya umat kita yang sederhana; yang tidak bisa membaca dan bahkan mendengarkan pun mengalami kesulitan. Membaca (dan mendengarkan) Kitab Suci bukanlah jaminan masuk surga! Namun semoga kita diingatkan bahwa ada beberapa santo dan santa yang terlahir, karena mengenal dan membaca Kitab Suci; karena tersentuh oleh Sabda Tuhan, yang begitu manis dan legit digambarkan oleh kitab Mazmur, dengan undangannya untuk “Mencecap betapa sedapnya Tuhan.” Lihatlah bagaimana St. Agustinus bersimpuh pada kaki salib Yesus, setelah tersentuh dan tersentak oleh Sabda Tuhan. Lihatlah pula St. Ignasius, panglima perang yang garang dengan pedangnya itu. Ia bertekuk lutut pada Sabda Yesus, menanggalkan pedang dan menggantikannya dengan Kitab Suci sebagai senjatanya. Kembali kepada undangan bagi kita untuk mencintai Kitab Suci dengan membaca dan membacanya, kita tidak hendak mengatakan bahwa inilah satu-satunya jalan untuk menghayati kekristenan kita. Namun identitas kita sebagai orang Katolik dengan segala janji dan komitmen kita di dalam sakramen-sakramen, terutama dalam sakramen pembaptisan, patutlah dipertanyakan seandainya kita tidak pernah mempunyai kerinduan untuk membaca Kitab Suci. Kitab Suci semestinya bagi kita menjadi petunjuk dan pedoman untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Meskipun demikian, lebih tepatlah kita menganggap Kitab Suci bukan sebagai petunjuk atau pedoman kaku yang seolaholah menjadi hukum yang tak terbantahkan. Kitab Suci lebih tepat menjadi ‘sumur kehidupan’ bagi kita. Ia tidak mau mengatur kita harus begini dan begitu, namun ia akan terus menerus ‘menginspirasi’ kita untuk terus menemukan Dia di dalam segala. Bagaikan sumur yang tidak pernah kering, ia selalu menyediakan air yang berlimpah yang akan memberikan kelegaan dari segala macam kehausan dalam kehidupan ini. Membaca Kitab Suci itu bagaikan usaha kita untuk menimba air di dalam sumur. Kita menimba sabda kebijaksanaan dari Tuhan dan umat beriman yang tidak pernah kering. Di dalam Kitab Suci, terkandung air kehidupan yang berlimpah, yang siap untuk melegakan kita dari segala hiruk-pikuk dan suntuknya kehidupan ini. Untuk itu, mari kita menimba air kehidupan itu, dengan tiga jalan. Pertama, membaca Kitab Suci. Kedua, membacalah Kitab Suci. Ketiga, tidak boleh lupa, bacalah Kitab Suci. Para pembaca yang terkasih, selamat membaca dan mencecap betapa sedapnya Tuhan, sebagai usaha bagi kita untuk menjadi domba yang baik. Bukankah Tuhan Yesus menyatakan kepada kita, “DombadombaKu mendengarkan SuaraKu.” Kata ‘mendengarkan’ merupakan satu tarikan nafas dengan kata ‘membaca.’ Maka, mau menjadi domba-domba yang baik? Kalau mau, ayo dong…. jangan malas membaca Kitab Suci! 3 : Kerling Redaksi 4: Orbitan Utama • Sabda telah Menjadi Daging 6: Pesona Sabda • Domba-DombaKU Mendengarkan SuaraKU 8: Profil • Membaca Kitab Suci Merubah Kehidupanku 10: Opini 11: Seputar Paroki 1 • Ekaristi, Warisan yang Hidup 12: Seputar Paroki 2 • Ekaristi - Komunitas - Pelayanan 14: Seputar Paroki 3 • Masa Tua Bahagia 15: Seputar Paroki 4 • Aksi Donor Darah 16: Seputar Paroki 5 • Misa Bernuansa Adat Batak 18: Cerpen • Perhentian Terakhir 19: Pojok Komsos • Lomba, Pamera, Workshop dan Seminar Fotografi 24: Orbitan Lepas 1 • Bulan Maria dan Bulan Rosario, Sama atau Beda ? 25: Orbitan Lepas 2 • Dokter Gadungan 26: Orbitan Lepas 3 • Remaja Ber-Adorasi? Wow..!! 27: Santo Santa 28: Ongkos Cetak & Bursa Tenaga Kerja 29: Data Donasi Paroki 30: Mewarnai 31: TTS Ketua Dewan Paroki: Pastor Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso | Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti | Bendahara: Dian Wiardi Koordinator Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo (0813 28130513), Meliputi: 1. Redaktur: A. Setyo Listiantyo, 2. Layout & Design: Efrem Agung Wijanarko & Benny Arvian, 3. Iklan: Dian Wiardi (0818 183419), 4. Wartawan & Fotografer: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Ign. Daniel Rajdali, Constantine J. Neno, Y Triasputro, Christoverson. Koordinator Unit Media: Dian Wiardi Meliputi: 1. Web Page: Benny Arvian, 2. Warta Paroki: Patricia Utaminingtyas & Dian Wiardi , 3. Majalah MediaPASS: A. Setyo Listiantyo, 4. Radio/Video/TV: Constantine J. Neno, 5. Mading/Facebook/Twiter: Y Triasputro, Christoverson. Koordinator Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Meliputi: 1. Programmer: Patricia Utaminingtyas,Minggo, 2. Maentenance & Jaringan: Sukiahwati Hartanto , 3. Database: Sekretariat Paroki, Email: [email protected] | Facebook: [email protected] Web Paroki St. Stefanus: www.st-stefanus.or.id No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso 4. ORBITAN UTAMA Sabda Telah Menjadi Daging Léi Ào Tema edisi majalah MediaPass kali ini mengambil dari tema Bulan Kitab Suci Nasional, yang mengunggah kutipan Kitab Suci, “Domba - dombaKu, mendengarkan SuaraKu.” (Yoh 10:27). justru dari pihak sang Gembala. Pada hakekatnya, Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Allah yang berkehendak untuk menjadi Emmanuel; dekat dan menyatu dengan segala kemanusiaan kita, kecuali dalam hal dosa. Maka sudah sewajarnya jika domba-dombaNya mengenal dan mendengarkanNya, karena Ia menjadi bagian dari kehidupan domba atau manusia. Allah Putera telah ‘blusukan’ dalam kubangan dosa manusia dan menjadi teman bagi manusia. SuaraNya semestinya menjadi familiar bagi kita, manusia. Sebaliknya, Allah akan ditakuti dan bahkan tetap tidak dikenal, jika Allah tetap hadir dengan segala keAllahan-Nya. K utipan tersebut merupakan pernyataan Yesus yang hendak membahasakan suatu relasi antara domba dan Gembala. Membaca pelan-pelan Sabda Yesus tersebut, saya memperoleh kesan yang sangat dalam bahwa ada suatu relasi yang erat dan masif antara domba dengan Gembalanya. Sangatlah tidak mungkin domba-domba mau mendengarkan dan dapat mengenal suara Gembalanya, jika mereka tidak mempunyai relasi yang erat antara kedua belah pihak! Lantas, mau berbicara apa Sabda ini kepada kita semua? Ada tiga insight yang ingin saya tawarkan kepada pembaca. Pertama, Sabda ini mengantar kita kepada pemahaman tentang Yesus, sang Gembala yang baik. Kedua, Sabda ini mengajak kita untuk sampai kepada identitas Yesus sebagai sang Emmanuel. Ketiga, Sabda ini menantang kita untuk menjadi domba-domba yang baik. Mari kita renungkan satu per satu. Yesus adalah Gembala yang baik. Kebaikan Yesus tampak dalam seluruh aspek kehidupannya, terutama kesetiaanNya untuk menerima dombadomba dengan segala macam situasinya yang berbeda-beda. Yang sakit disembuhkan. Yang hilang dicari. Yang bertobat diampuni. Yang buta dibukakan matanya. Yang miskin dikuatkan. Yang tersingkir dirangkul. Yang mati bahkan dihidupkan. Gembala yang baik tidak pernah akan membiarkan dombadombaNya terlantar. Yesus adalah sang Emmanuel. Kedekatan relasi antara domba dan Gembala bukan terjadi pertama-tama karena ketergantungan dan usaha-usaha para domba. Kedekatan itu diawali Berikutnya, kita ditantang untuk menjadi domba-domba yang baik. Sabda Yesus, “Domba-DombaKu, Mendengarkan SuaraKu,” sekaligus menantang kita untuk menjadi dombadomba yang baik. Bagaimana kita mewujudkannya? Allah yang telah berinisiatif untuk dekat kepada kita, semestinya kita sambut atau tanggapi dengan niat yang sama. Gayung bersambut, itulah iman yang hidup. Allah telah begitu mencintai kita dengan segala rahmat yang diberikan kepada kita, maka kita perlu menyambut cintanya dengan terus menerus mengusahakan kedekatan yang semakin erat, yakni dengan bertekun dalam doa, membaca-mendengarkan Kitab Suci dan mewujudkan iman dan Sabda Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kebaikan domba-domba hanya akan terjadi ketika segala gerak-gerik atau tingkah laku kita merupakan pencaran dari nilai-nilai Kitab Suci. Dengan kata lain, “Sabda telah menjadi daging!” Yang artinya, Sabda Yesus harus kita dagingkan atau daratkan dalam kehidupan sehari-hari. 5 Oleh karenanya, cerita berikut ini akan mengajak kita untuk berefleksi lebih dalam bagaimana kita perlu mendagingkan Sabda Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu hari, ada tiga orang muda yang sedang berdiskusi tentang pengalamannya mendalami Kitab Suci. Orang pertama mengatakan bahwa ia menyukai Kitab Suci yang diterjemahkan sedekat mungkin dengan bahasa aslinya. Dengan demikian, ia merasa dibantu untuk masuk ke dunia Kitab Suci apa adanya, tanpa rekayasa. Orang kedua mensharingkan bahwa ia justru lebih menyukai Kitab Suci yang diterjemahkan secara modern dalam bahasa sehari-hari. Dengan demikian, ia terbantu untuk memaknai pesan Kitab Suci ke dalam persoalan hidup sehari-hari. Orang ketiga, dengan agak ragu-ragu, takut diperolok oleh kedua temannya, mengatakan bahwa ia lebih tersentuh dengan Kitab Suci yang “diterjemahkan” oleh ibunya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Baginya, keteladanan hidup ibunya telah menjadi “Kitab Suci berjalan” yang telah menuntun hidupnya kepada jalan yang dirahmati oleh Allah. Cerita tersebut bisa jadi menohok kita; mengejutkan kita! Ternyata, menjadi pewarta Sabda Tuhan itu tidak perlulah kita berkotbah di atas mimbar. Tidak perlu juga bagi kita untuk belajar menguasai dan menghafal kutipan demi kutipan Kitab Suci dengan fasihnya. Usaha kita untuk semakin menjadi pribadi yang baik dan setia, adalah pewartaan Sabda Tuhan yang hidup. Tetapi insight diatas tidak lantas memberikan pembenaranpembenaran bagi kita untuk malas membaca dan mempelajari Kitab Suci. Santo Anselmus mengajak kita untuk menyadari bahwa iman itu perlu dimengerti (Fides Quaerens Intellectum). Ia berpegang pada motto yang juga dipegang oleh Santo Agustinus, “Saya percaya agar dapat mengerti.” Dalam konteks yang lebih luas, saya membahasakan undangan Santo Anselmus dan Agustinus sebagai ajakan bagi kita untuk terus-menerus mengenal Yesus. Caranya dengan apa? Bacalah Kitab Suci! Terus dipelajari, untuk terus mengenal dan mengerti Yesus dan familiar dengan suaraNya. “DombaDombaKu, Mendengarkan SuaraKu,” hanya terjadi bila seluruh aspek kehidupan kita, termasuk akal budi kita, terbuka untuk menggali Sabda Tuhan yang bagaikan sumber mata air yang tidak pernah akan kering. Selamat menghidupi Kitab Suci dalam akal budi, hati dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan memberkati kita. *** 6. PESONA SABDA Domba-DombaKu Mendengarkan SuaraKu Pastor Martin van Ooij, SCJ B elum pernah saya melihat di Indonesia, seorang gembala menggiring banyak domba. Sebaliknya di India, di Andra Pradesh, di desa dimana ada Novisiat SCJ, setiap pagi saya melihat dengan kagumnya dua macam pasukan hewan yang mengisi penuh jalanan, hingga jalanan itu macet; satu grup adalah kawanan kerbau dengan 2 atau 3 gembala/pendamping dan satu grup lainnya adalah kawanan domba atau kambing yang mengisi seluruh jalan. Pemandangan yang sama terulang lagi sekitar jam 5 sore, yakni ketika gembala-gembala untuk menggiring domba-domba dan kerbau-kerbaunya pulang ke kandang. Suasana ‘prosesi’ hewan-hewan tersebut amat damai dan kadang-kadang terdengar suara dari gembala untuk mengarahkan dan bila perlu menghardik kawanannya Belum pernah saya melihat di Indonesia, seorang gembala menggiring banyak domba. Sebaliknya di India, di Andra Pradesh, di desa dimana ada Novisiat SCJ, setiap pagi saya melihat dengan kagumnya dua macam pasukan hewan yang mengisi penuh jalanan, hingga jalanan itu macet; satu grup adalah kawanan kerbau dengan 2 atau 3 gembala/pendamping dan satu grup lainnya adalah kawanan domba atau kambing yang mengisi seluruh jalan. Pemandangan yang sama terulang lagi sekitar jam 5 sore, yakni ketika gembala-gembala untuk menggiring dombadomba dan kerbau-kerbaunya pulang ke kandang. Dalam buku nabi-nabi Jeremia, Yehezkiel, bahkan Amsal dan Mazmur digambarkan juga tentang kehidupan gembala dan domba. Dinamika relasi antara gembala dan domba hendak menjelaskan tentang perhatian dan keprihatinan Allah kepada umatNya. Allah dihadirkan sebagai gembala yang selalu mengarahkan umatNya kepada jalan keselamatan. Bila perlu, Allah juga menghardik umatNya, agar umat yang tersesat atau yang menyesesatkan dirinya, bisa kembali ke jalan yang dikehendaki Allah. Suasana ‘prosesi’ hewan-hewan tersebut amat damai dan kadang-kadang terdengar suara dari gembala untuk mengarahkan dan bila perlu menghardik kawanannya agar menuju ke tempat yang dikehendaki oleh para gembala. Temponya pelan-pelan, tetapi tidak berhenti. Sungguh menarik! Pelan tetapi pasti! Lambat tetapi tetap bergerak! Maju dan tidak pernah mundur! Dalam Perjanjian Baru, dalam khotbah-khotbah Yesus yang berciri perumpamaan-perumpamaan, dinamika relasi gembala dan domba kembali dimunculkan. Yesus memperhatikan umatNya dengan penuh kasih sayang, “Akulah pintu, barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yoh 10: 9) dan 7 “Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yoh 10: 11) Kebaikan Yesus sebagai seorang Gembala ini ditampakkan dari keprihatinan dan kepedulianNya terhadap situasi hidup domba-domba. Ia menjaga, membela dan bahkan menggendong yang sakit. Dan yang paling penting, kebaikan Yesus sangat dirasakan oleh para dombaNya karena para domba-domba merasa dikenal dengan namanya dan disapa secara pribadi dan mendalam. Usaha Yesus untuk mencintai penuh kasih sayang dan menjaga kebersamaan dan kesatuan domba-domba, bukanlah sebagai taktik dan untuk pencitraan. Namun pada hakekatnya, Yesus datang ke dunia, hanyalah untuk menghadirkan diriNya sebagai ‘sarang,’ yang berfungsi sebagai tempat untuk berteduh dan berlindung. Di dalam Yesus, manusia diundang dalam kebersamaan dan pribadi untuk menemukan dan mengalami Kerajaan Allah; yakni pengalaman damai, keadilan, saling menghargai dan saling menerima apa adanya dan saling mengampuni. Gembala yang baik sudah semestinya menjadi syarat utama bagi orang-orang yang terpanggil untuk menjalani hidup sebagai imam. Dalam rangka menjadi semakin menjadi gembala yang baik, para imam sewajarnya mau dengan rendah hati, belajar dari kehidupan keseharian dan juga belajar dari umatnya sendiri. Zaman telah berubah dan terus akan berubah, menantang para imam untuk terus menerus belajar menjadi imam yang tahu kebutuhan umat dan hadir dalam setiap problema umat. Dalam hal ini, Yesus memberikan contoh, yakni dengan menghadirkan diriNya di tengah situasi orang yang bergembira maupun yang kesusahan. Ia bergembira dan berpesta bersama dalam perkawinan di Kana; namun Ia ada pula bersama Maria dan Martha, ketika Lazarus meninggal dunia. Sikap dan mentalitas Yesus seperti ini, hendaklah diwujudkan oleh para imam. Hendaknya, para imam mampu menghadirkan dirinya sebagai imam yang melayani dan mendampingi umat. Kesederhanaan dalam melayani dan sikap ‘blusukan’ hendaknya dihidupi oleh para imam. **** 8. PROFIL Membaca Kitab Suci Merubah Kehidupanku ~Enggar~ S aya Stanisla Esti Enggarsari atau teman-teman biasa memanggil saya Enggar. Saya lahir di Jakarta, 4 April 1988. Saya merupakan putri ke 2 dari 3 bersaudara, pasangan Bapak FX. Slamet Hertanto dan Ibu Anastasya Widiastuti. Sejak kecil saya dibesarkan dari keluarga Katolik. Namun keluarga saya bukan yang mewajibkan setiap Minggu dan perayaan Katolik untuk pergi ke Gereja. Terkadang saya iri melihat beberapa keluarga yang ke Gereja bersama-sama, tetapi apa daya, keluarga dan orang tua saya tidak seperti keluarga Katolik lainnya. Orang tua memberikan saya kebebasan untuk memilih agama yang dianut sampai saya dewasa. Maka dari itu, saya berinisiatif untuk dibaptis secara Katolik pada saat saya berumur 18 tahun. Saya memulai awal pendidikan sekolah saya pada umur 5 tahun dan masuk ke Taman Kanak-Kanak (TK), di mana TK inilah yang mengajarkan saya cara berdoa dan belajar agama Islam. Setelah selesai dari TK saya masuk ke Sekolah Dasar swasta Katolik. Dari sejak itulah, saya mulai mengenal siapa Tuhan Yesus dan belajar agama Katolik secara umum. Kemudian saya melanjutkan kembali ke tingkat SMP dan SMU di sekolah negeri agar dapat kemudahan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Negeri. Dalam perjalanan setelah mengikuti pendidikan menengah, saya mulai belajar katekumen agar dapat menjadi warga gereja yang sah. Dari belajar katekumen itu akhirnya saya di baptis secara Katolik pada umur 18 tahun. Saat ini saya masih melakukan aktifitas kuliah dan sambil bekerja untuk menambah pemasukan dan tidak lewat saya mengikuti kegiatan di Gereja hingga sekarang. Awal mula saya ikut dalam kegiatan di gereja ini adalah pada saat saya belajar untuk Sakramen Krisma. Dalam belajar itulah saya mengenal temanteman saya dan mengajaknya untuk ikut KEP. Pertama-tama saya malas ikut KEP, tetapi setelah saya masuk dan diberikan tanggung jawab menjadi Ketua kelompok dan Ketua kelas, saya jadi termotivasi untuk selalu hadir. Sejak itulah saya mengenal tentang Firman Tuhan dan saya mulai mendalaminya dan mulai menyesuaikan dengan kehidupan saya. Selama 3 bulan saya mengikuti KEP dan mengikuti kegiatan retret, saya belajar dan mengetahui tentang pencurahan Roh Kudus itu. Dengan adanya kegiatan yang saya lakukan itu, saya menjadi yakin dan kuat, saya ingin memulai untuk melayani dan berkarya di gereja. Tak lama kemudian saya mendaftar dan masuk dalam Paguyuban Lektor. Saya mengikuti Paguyuban ini tanpa paksaan atau hal-hal yang memaksa saya untuk melakukan ini. Saya hanya ingin melayani dan berkecimpung di kegiatan gereja, walaupun hanya sedikit. Selama saya mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja, keluarga saya tidak berkomentar 9 apapun tentang saya. Melarang saya untuk tidak dan mendukungpun tidak ada komentar. Yang saya ketahui bahwa mereka hanya tahu, kalau saya melaksanakan tugas gereja dan tidak melakukan hal-hal jahat selama saya di gereja dan perjalanan hidup saya. Selama saya menjadi Lektor, saya mulai mengerti bagaimana cara membaca Kitab Suci dengan benar, menghayati setiap ayat dan perikop yang saya bacakan. Sebenarnya saya bukan orang yang sering membaca Kitab Suci. Tetapi setelah saya mulai menjadi Lektor, saya merubah pola pikir dan tindakan saya. Membaca Kitab Suci itu sangatlah penting, karena biasanya jikalau kita membaca Kitab Suci setiap hari, ada renungan yang mengena dalam kehidupan kita. Suatu hari dalam pengalaman saya ketika saya ada masalah, saya mencoba merenung, berdoa dan membuka Kitab Suci. Pada saat itulah saya menemukan ayat mengena dengan permasalahan saya, dan ayat-ayat itu memberikan jawaban kepada saya. Sejak saat itu dan hingga sekarang, saya sangat yakin bila masalah yang ada pada diri saya dan ketika saya membaca Kitab Suci, seolah-olah Tuhan berbicara dan hadir di setiap kehidupan kita. Karena Tuhan tahu dan akan memberikan pencurahan yang berbeda pada setiap manusia dalam perikop yang sama.**** JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik 10. OPINI Apa kata mereka tentang Domba-DombaKU Mendengarkan SuaraKu • Apakah anda pernah membaca KS? Ayat atau Kitab manakah yang pernah anda baca? • Dapatkah anda menjelaskan singkat, maksud ayat yang anda baca. • Dari penjelasan tentang ayat tersebut, sudahkah anda renungkan dan jalani dalam kehidupan anda sehari-hari? Dewi Jantie Octavianus / wil. III St. Ambrosius Sekretaris lingk. dan anggota lektor Ayat yang berkesan bagi saya adalah dari Matius 28:18-20. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Menurut saya artinya kita sebagai murid Kristus diminta, ditugaskan dan diutus untuk memberitakan kabar gembira Tuhan Yesus Kristus kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Saya berusaha untuk membagikan kabar gembira tentang Tuhan Yesus setiap hari misalnya dengan mengirimkan renungan harian, membantu orang lain yang membutuhkan, bergabung dalam komunitas dan berusaha melayani dengan kasih dan terutama berusaha untuk hidup baik sesuai ajaran Yesus sehingga dapat menjadi contoh baik untuk orang lain, walau saat ini saya merasa masih sangatsangat jauh dari sempurna dalam menjadi murid Kristus.**** Imelda S. Jodihardja Keluarga Kudus/wil IX Koor Swarathera , Bendahara Lansia , Pendiri/Wakil ketua Yayasan Bahtera Nusa Bakti. Ya, saya pernah membaca Kitab Suci dan diusahakan setiap hari. Banyak sekali ayat-ayat yang saya baca dan simak, salah satunya yang saya ingat dan berkesan adalah 1 Petrus 4: 6-11. Saya coba mensharingkan maksud dari ayat tersebut yaitu dimana Bapa menghendaki kita merendahkan diri kita di bawah tangan Tuhan yang kuat. Bapa akan meninggikan kita pada waktunya. Agar kita menyerahkan segala kekuatiran kepada Bapa sebab Bapa lah yang memelihara kita. Dengan iblis di sekeliling kita semua, seperti singa yang mengaumngaum, maka kita dikehendaki untuk melawannya dengan iman yang teguh. Allah sumber segala kasih karunia akan mengokohkan dan telah memanggil kita dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal sebab Dialah yang empunya kuasa sampai selamalamanya. Dari penjelasan tentang ayat tersebut, saya sudah renungkan dan jalani dalam kehidupan saya sehari-hari. Ayat tersebut sangat baik utk direnungkan dan dijadikan pegangan hidup, misal dalam pelayanan sehari-hari dimana sikap rendah hati dalam berbagi kasih dengan tulus sangat diperlukan. Selain itu, pada saat kekuatiran melanda maka berpegang dan berserah padaNya sungguh mendamaikan hati. Dia pasti memberi yang terbaik untuk kita. Pada akhirnya, dengan Iman, Harapan dan Kasih dalam Dia, kita pasti menang.**** 11. SEPUTAR PAROKI 1 SEMINAR EKARISTI : “EKARISTI, WARISAN YANG HIDUP” ~Dewi Janti~ S esuai anjuran dari Dewan Paroki St. Stefanus, agar setiap Wilayah di Paroki mengadakan seminar Ekaristi maka pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014 pukul 08.30 pagi telah banyak warga wilayah III – St. Ambrosius yang terdiri dari 5 Lingkungan, berkumpul di rumah Bapak Hersanto Angwidjaja di jalan Metro Alam I. Mereka langsung melakukan registrasi nama, alamat dan lingkungan masing-masing. Sambil menunggu acara dimulai, sesama warga saling menyapa dan mengobrol satu sama lain. Pada pukul 09.05 seminar dibuka oleh MC dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua Wilayah III - St. Ambrosius, ibu Regina Setiobudhi. Kemudian ibu Regina mempersilahkan Pastor Robby Wowor, OFM selaku pembicara dalam Seminar Ekaristi untuk menyampaikan materi mengenai Ekaristi. Saat makan siang warga saling berbaur dan ngobrol sampai akhirnya setelah puas dengan santapan rohani dan jasmani juga telah membina keakraban satu sama lain maka semua kembali ke rumah masing masing. Seminar yang bagus ini dihadiri 89 orang yang terdiri dari 82 orang warga Wilayah III, 2 orang anggota Dewan Paroki Harian, 2 orang tamu dan pemain music. Semua peserta seminar dengan antusias mendengarkan Pastor Robby yang menjelaskan tentang Ekaristi secara menarik. Semua penjelasan diberikan dengan berdasarkan kutipankutipan dari Kitab Suci. Kami semua meyakini bahwa seminar ini membawa banyak sekali manfaat untuk kami sehingga kami lebih memahami bahwa Ekaristi itu adalah ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Bahwa dalam Ekaristi Tuhan Yesus memberikan tubuh dan darahNya sendiri dalam rupa roti dan anggur. Bahwa menerima tubuh Kristus pada saat komuni berarti kita bersatu dengan Kristus dan kita dapat menikmati kehadiranNya dalam diri kita. Bahwa saat seperti inilah yang membuat kita butuh waktu hening sesudah menerima tubuh Kristus agar kita dapat menikmati kebersamaan dengan Kristus, dapat dengan berkatakata denganNya maupun hanya hening untuk merasakan indahnya kehadiranNya. Jadi sebaiknya janganlah kita diganggu dengan suara atau nyanyian yang terlalu meriah atau gangguan dengan kantong kolekte. Syukur kepada Tuhan.*** 12. SEPUTAR PAROKI 2 EKARISTI – KOMUNITAS – PELAYANAN Fransisca Sri Tjahjani – Lingkungan Sta. Maria Goretti P ada hari Sabtu, 13 September 2014, Wilayah X – Sta. Katarina Siena menyelenggarakan Seminar Ekaristi dengan tema “Ekaristi-Komunitas dan Pelayanan” yang dibawakan oleh Rm. Albertus Purnomo, OFM dan moderator Bp. Sabar Prasodjo. Seminar ini dapat terlaksana berkat kerjasama antara 4 lingkungan yang ada di Wilayah X (Lingkungan Sta. Maria Bunda Setia, Lingkungan St. Kristoforus, Lingkungan St. Yohanes Don Bosco dan Lingkungan Sta. Maria Goretti) dan Seksi Katekese Paroki St. Stefanus, Cilandak. Acara tersebut diadakan sebagai salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan keiman-an akan Yesus Kristus. Dengan diadakannya seminar ini diharapkan agar umat semakin memahami dan mendalami makna Ekaristi yang diikutinya setiap minggu di gereja. Seminar diawali dengan uraian mengenai problematika yang terjadi saat ini seputar Perayaan Ekaristi di beberapa negara maju, termasuk usaha-usaha pembaharuan liturgi yang senantiasa dilakukan. Adapun problematika-problematika yang diuraikan adalah murni pengalaman nara sumber yang sempat mengenyam pendidikan di negara-negara tersebut. Pembahasan berikutnya adalah Ekaristi yang dikaitkan dengan Injil Perjanjian Baru, yaitu dengan Surat Rasul Paulus, Injil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) serta Injil Yohanes. Jika melihat sejarahnya, dalam tradisi Yahudi, perjamuan dilakukan dengan tujuan untuk berkumpul (menghadirkan kesatuan) dan membaca Kitab Suci (karena Sabda Allah diyakini sebagai tanda kehadiran Allah). Demikian juga dalam Umat Kristen perdana, yang disebarkan oleh para Rasul Yesus Kristus terutama oleh Rasul Paulus. Kenyataan pada waktu itu, bahwa orang-orang kaya yang diundang ke perjamuan akan datang lebih dulu karena mereka tidak harus bekerja sehingga bisa makan sampai kenyang dan minum sampai puas, bahkan terkadang mabuk. Tapi di sisi lain, orang-orang miskin yang juga diundang dalam perjamuan, karena situasi yang mengharuskan mereka bekerja dari pagi hingga sore, memaksa mereka datang terlambat ke perjamuan. Hal ini mengakibatkan, mereka hanya mendapatkan makanan sisa dan minuman seadanya. Situasi ini dilihat oleh Rasul Paulus dalam jemaat di Korintus sebagai persoalan yang mendatangkan keburukan karena menimbulkan perpecahan dan itu disebut sebagai sesuatu yang tidak terpuji (1 Kor. 11: 17-22). Keadaan serupa juga terlihat dalam perjamuan ala Romawi pada jamannya, dimana perjamuan dirayakan dalam ruangan yang sangat kecil untuk suatu kelompok. Adapun penentuan kelompok dilakukan sesuai kebiasaan bangsa Roma yang menggolongkan para tamu 13 berdasarkan tingkat sosialnya sehingga hampir mengabaikan orang-orang yang dianggap rendah/miskin. Persoalannya adalah baik orang kaya maupun miskin itu adalah samasama anggota jemaat Kristen dan jika tetap ada kelompok kaya-miskin dalam perjamuan maka bukanlah suatu komunitas Ekaristi. Selanjutnya berikutnya mengenai dasar teologi Ekaristi Paulus sebagai Perjamuan Tuhan, dimana perjamuan diawali dengan permohonan berkat Allah atas roti yang akan dipecah dan dibagikan kepada semua yang hadir. Hal ini yang pada akhirnya membentuk Gereja sebagai Tubuh Kristus (1 Kor. 11: 23-26). Dalam pembahasan ditekanakan pula pentingnya komunitas karena tanpa komunitas keabsahan Ekaristi akan hilang. Adapun kesatuan komunitas adalah sesuatu yang pokok dan diharapkan bahwa setiap individu yang masuk dalam komunitas akan menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5: 17) karena mengalami perubahan yang positif. Sedangkan penjabaran Ekaristi dalam Injil Sinoptik lebih kepada makna dari apa yang tertuang dalam Injil karena pengandaian yang diuraikan di Injil lebih penting daripada apa yang sesungguhnya tertulis. Dalam Perjamuan Terakhir, makna roti yang dibagikan melambangkan keseluruhan hidup seseorang (dalam hal ini Yesus sendiri). Maka sudah selayaknya bahwa KITA SEBAGAI MURID KRISTUS RELA MEMBERIKAN DIRI DALAM BENTUK PELAYANAN KEPADA SESAMA.*** 14. SEPUTAR PAROKI 3 “MASA TUA BAHAGIA” Oleh Fransiskus Leu M endengarkan dan menikmati alunan musik itu memberikan manfaat panjang umur, kata salah seorang wanita tertua di dunia yang berasal dari Jepang bernama Kamato Hongo ini usianya 116 tahun. Dia adalah penikmat musik sejati, mendengarkan musik merupakan cita-rasa dalam hidupnya. Hal ini juga diakui oleh para pakar dan dokter pada umumnya, menurut ilmuwan Amerika bahwa musik itu merupakan gelombanggelombang resonansi yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang, dapat menenangkan tubuh dan jiwa manusia. Karena musik mengandung berbagai macam irama yang dapat menggerakkan tubuh dengan mengikuti irama musik tersebut, sehingga mampu mengatur bioritmebioritme manusia, bahkan para ahli kesehatan mengobati pasien-pasiennya antara lain dengan musik. Menurut Aristoteles: “Musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah/stres, mempunyai daya terapi rekreatif serta bisa menumbuhkan semangat dan jiwa patriotisme”.Begitu pentingnya keberadaan musik dalam kehidupan kita maka tidak salah bila banyak orang mengikuti kegiatankegiatan yang berhubungan dengan musik di gereja maupun di masyarakat, misalnya ikut kelompok paduan suara/ koor, kelompok musik kolintang, gamelan, keroncong, macapat dlsb, kini mulai banyak terbentuk di kalangan gereja dan masyarakat. Lomba Paduan Suara dalam rangka Hari Lanjut Usia Sedunia Di masa-masa tua orang dapat merasa bahagia karena mampu menjaga cara hidupnya, memelihara kesehatan dan mengatur pola makan, mengendalikan pikiran dan emosi, senantiasa berpikir positip dan selalu optimis. Dan satu hal yang penting adalah mau berinteraksi dengan orang lain, beraktivitas sosial dan menggemari musik. Hal ini telah dibuktikan oleh para Lansia yang tergabung dalam Paguyuban Lansia pada tgl 29 Agustus 2014 di Gd Leo Dehon St Stefanus dalam Lomba Paduan Suara Lansia tingkat Dekanat Jakarta Selatan dengan semangat dan antusias, peserta terdiri dari enam paroki saling unjuk kebolehannya menyanyikan lagu wajib dan lagu pilihan ciptaan L Putut Pudyantoro. Meskipun usia mereka rata-rata diatas 60 tahun, namun suaranya tak kalah dengan orang muda. Setelah dinilai oleh dewan juri hasilnya adalah sbb: Juara I diraih oleh Paroki Asisi-Tebet, Juara II paroki Stefanus-Cilandak dan Juara III oleh paroki Kel Kudus-Pasar Minggu. Tujuan dari penyelenggaraan tersebut selain memberikan semangat dan kebersamaan dalam komunitas Lansia juga untuk memberikan motifasi dan contoh bagi generasi muda dalam rangka menyambut Tahun Pelayanan Gereja, sesuai dengan moto dan semangat Lansia ‘tak lekang oleh usia’ berkarya dan melayani sampai menutup mata. Proficiat! **** 15. SEPUTAR PAROKI 4 AKSI DONOR DARAH 14 September 2014 St. Stefanus 2014 16. SEPUTAR PAROKI 5 Misa Bernuansa Adat Batak Minggu 31 Agustus 2014 Pkl 09:45 WIB Oleh: Jaston Sinaga – Lingkungan Sta. Maria Goretti P ada Perayaan Ekaristi Minggu, 31 Agustus 2014 pukul 09:45 WIB yang lalu, Paroki St. Stefanus, Cilandak menyelenggarakan misa dengan nuansa adat Batak. Ada 3 Sub Etnis suku Batak dari 5 Sub Etnis yang ada yang tampil memberikan warna nuansa adat Batak dalam misa tersebut. Ketiga Sub Etnis Batak tersebut adalah suku Batak Karo, suku Batak Simalungun dan suku Batak Toba. Dua Sub Etnis Batak lainnya, yaitu suku Batak Mandailing dan suku Batak Pakpak (Dairi) tidak tampil karena tidak ada satupun keluarga dari umat St. Stefanus dari sub etnis ini. Juga Suku Batak Mandailing dan Suku Batak Pakpak pada umumnya penganut agama Islam. Nuansa Adat Batak dari tiga sub etnis Batak ini paling tidak tampak dalam pakaian dan asesoris yang dikenakan oleh umat. Dalam prosesi perarakan, Keluarga Bapak Harry Tjan Silalahi, Keluarga Bapak Pintor Marpaung dan Keluarga Bapak Manullang tampil dengan pakaian dan asesoris nuansa adat Batak Toba. Keluarga Bapak Apentius Saragih tampil dengan pakaian dan asesoris nuansa Batak Simalungun sedangkan keluarga Bapak Tarigan tampil dengan pakaian dan asesoris adat Batak Karo. Umat Batak lainnya yang hadir dalam misa duduk di kursi pada bagian yang menghadap altar, tentunya dengan pakaian dan asesoris nuansa adat Batak. Tampak hadir dan duduk di barisan depan adalah Keluarga Bapak Bonggas Pasaribu dan Ibu Betsy Sihombing, yang merupakan sesepuh masyarakat Batak yang ada di paroki St. Stefanus. Lagu pembukaan dengan judul Na Denggan Tapareak (Yang baik kita tebarkan), dilantunkan dengan mantap oleh Paduan Suara Lux Mundi dengan didukung oleh pemusik khas musik Batak, gondang dan suling (seruling), mengiringi para peserta prosesi perarakan memasuki gereja. Barisan perarakan terdiri dari para misdinar, peserta perarakan dari suku Batak, prodiakon, lektor/lektris dan pastor. Misa bernuansa Batak kali ini dipimpin Romo Paulus Setiadi, SCJ. Romo Setiadi membuka perayaan Ekaristi dengan salam pembuka khas bahasa Batak: Horas – Menjuahjuah, yang artinya kira-kira sama dengan salam damai untuk kita semua. Pada doa pembuka Romo Setiadi mengucapkan doa pembuka dalam bahasa batak Toba, meski dalam lafal bahasa Batak yang sedikit tertatih-tatih, namun tidak mengurangi makna dari doa tersebut. Dalam prosesi pembacaan Injil Kristus, Pak Pintor Marpaung dan istri yang mendapat tugas memberikan Kitab Suci kepada Romo Setiadi, SCJ. Pemberian Kitab Suci diiringi dengan dengan musik gondang Batak dan juga diiringi tarian Tortor dari Ibu Panggabean dan Ibu Sitanggang. Pada saat sesi persembahan, ada 12 orang petugas persembahan yang sudah disiapkan oleh panitia yaitu 4 orang ditugaskan untuk membawa hosti dan anggur: Oci Pasaribu, Bunga Pasaribu, Tulus Tumanggor dan Christian Munte. Dan 8 orang bertugas membawa persembahan berupa masakan khas batak, buah, lappet dan tandok: Patricia dan Angeline Saragih membawa persembahan masakan khas Batak saksang dan arsik ikan mas, Vina dan Suami membawa persembahan lappet dan buah, Tina Zonneveld dan Ibu Panggabean membawa persembahan tandok yang berisi beras, Keluarga Sihaloho dan istri membawa persembahan pisang. Setelah usai perayaan Ekaristi, diadakan ramah tamah di Aula Leo Dehon lantai 4. Acara dihadiri oleh Komunitas umat Batak, anggota koor Lux Mundi, beberapa anggota Dewan Paroki Harian, Romo Antonius Sumardi, SCJ dan Romo Paulus Setiadi, SCJ. Dalam acara ramah tamah ini, atas usulan dari tetua komunitas Batak yang ada di Paroki St. Stefanus, yaitu Bapak Bonggas Pasaribu, mengusulkan agar dibentuk perkumpulan (punguan) komunitas umat Batak yang ada di Paroki St. Stefanus. Secara bulat umat Batak yang hadir dalam ramah tersebut setuju. Juga Romo Sumardi, pastor kepala Paroki St. Stefanus Cilandak menyatakan persetujuannya. Adapun tujuan dari komunitas umat ini adalah untuk mengumpulkan umat Batak yang ada di paroki Stefanus, menggalang solidaritas dan mempererat persaudaraan umat. Secara aklamasi dibentuk pengurus (koordinator) punguan/Komunitas Halak Batak Paroki St. Stefanus Cilandak sebagai berikut: Ketua - Bapak Pintor Marpaung, Wakil Ketua – Bapak Benediktus Jaston Sinaga, Sekretaris – Ibu Tina Zonneveld dan Bendahara - Ibu Vera Yanthy Pasaribu. Misa bernuansa Batak ini boleh dikatakan dipersiapkan hanya dalam waktu 2 minggu saja. Panitia menerima tugas pelaksanaan misa bernuansa Batak ini dari Ketua Seksi Liturgi Bapak Agus Maryana 3 minggu sebelumnya. Namun karena semangat kerjasama dari umat dan bantuan teknologi informasi komunikasi yang semakin maju, kami panitia dapat mempersiapkan misa bernuansa adat Batak ini dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya misa bernuansa adat Batak ini. Semoga semua yang kita lakukan dapat membawa kebaikan kepada umat, khususnya komunitas Batak yang ada di paroki ini dan demi kemuliaan Tuhan, Ad Maiorem Dei Gloriam (AMDG). 18. CERPEN PERHENTIAN TERAKHIR -randi-misrun-moran-andro- “ Kalau tidak mengerti, apa yang saya jelaskan! Saudara bisa keluar dan cari dosen lainnya” tegas Marpaung Dosen Perancangan Sistem. “Saya tak mengira generasi kita ini kerjanya cuma copy paste saja! Kalian saya tak mengerti, apa yang kalian kerjakan untuk tugas ini” tambahnya. Seandainya 35 tahun lalu Marpaung teruskan karirnya sebagai karyawan perusahaan logistik, mungkin tidak sebegitu kritisnya terhadap apa yang ia dapatkan. Karena beasiswa yang ia dapatkan untuk ilmu manajemen informatika di negeri Singa menuntunnya menjadi peretas dan terjerat pada hukum. Marpaung pun dipulangkan hanya karena melakukan pencurian data serta atau informasi sama layaknya idealisme sebagai hacker. “Sebegitu mudah, kalian buat perancangan sistem yang tak berkembang ini dengan sebuah simulasi perusahaan properti nasional” tambahnya dalam penjelasan yang cukup panjang di papan tulis itu. Hening kuliah umum yang diberikan dosen Marpaung, menjelaskan sebetapa besar pengaruhnya dalm kelas tersebut. “Sudah di ingatkan kepada saudara sekalian, studi kasus dalam perancangan sistem ini merupakan salah satu komposisi antara gradasi desain yang kalian buat pada aplikasi photoshop atau mau mainkan manipulasi level saja. Emangnya kalian operator foto!” kata Marpaung dan kemudian menuliskan sebuah tugas baru di papan tulis. BUAT SISTEM TENTANG PERANCANGAN PRODUK RETAIL!!!! Setelah kelas ditinggalkannya, hela napas mahasiswa serasa kompak dilepaskan. Andro pun beranjak meninggalkan ruang kelas itu dan segera ke toilet, ditinggalkan tas dan laptopnya di kelas. “huffftttt hari ini juga Marpaung lagi-lagi kasih tugas terus marah-marah!” keluh Bonar di kantin, “Eh Bonar bukankah kau termasuk yang copy paste itu kan?” tanya Sally. Kemudian melintas Andro selepas mengambil tasnya. “Eh Thiago Silva! Kemarilah kau” pangil Bonar, “whats man, apa perlu kugambar muka arab mu itu dengan layer grayscale biar lapisan RGB nya bisa glossy” kata Andro dan duduk di samping Sally serentak mereka tertawa. “Jangan bilang kalian lagi membahas isu kudeta untuk Bapak Marpaung dengan tidak membuat tugasnya” kata Andro, dengan sedikit tertawa kecil Bonar menjelaskan, “ Ahhhh… Bukan kudeta lagi bos namanya, bisa kah kau boikot saja tugas itu pake atas nama ku”. Andro pun tersedak terhenti meredakan dahaganya meminum segelas teh manis buatan Mbok Sur, penjual kantin dan beberapa mahasiswa lainnya menengok ke arah mereka. “Kau kuliah untuk lulus saja ya… tak adakah di otakmu itu macam moral! Mahasiswa seperti ini kok ide kreatif pakai atas nama” Andro pun meninggalkan mereka. 19. POJOK KOMSOS LOMBA, PAMERAN, WORKSHOP DAN SEMINAR FOTOGRAFI Stefanus dalam bingkai 16 Agustus – 6 September 2014 G ereja St. Stefanus memiliki bentuk artistik yang historis, keberagaman serta kekeluargaan yang tanpa batas, DINAMIS, serta keutuhan atas Keimanan Yesus Kristus yaitu “Gereja yang terbaik adalah gereja yang merupakan persembahan seluruh umat kepada Tuhan”. Sie. KOMSOS akan mencoba memfasilitasi semua pandangan umat akan Gereja St. Stefanus melalui sebuah acara sederhana “Lomba dan Seminar Fotografi”, dimana terekam dalam sebuah media foto. Segala kebebasan dalam menggambarkan setiap sudut-sudut gereja, kepekaan akan setiap karyakarya gereja dan aktifitasnya, ruang apresiasi yang sebesar-besarnya antar umat. Alat komunikasi yang menjelaskan keunikan, keindahan akan keberagaman serta dinamikanya. “Pameran foto perlu dilakukan berguna untuk memberikan rasa keingin tahuan terhadap acara. Workshop sederhana dan berkala sebelum acara lomba penting dilakukan membangun komunitas dan kepercayaan diri para peserta untuk menyerahkan fotofoto”**** 20. POJOK KOMSOS POJOK KOMSOS Sebuah ruang diskusi yang disediakan Komunikasi Sosial, sebagai bagian dari apresiasi seni, budaya, teknologi, informasi, sosial. Berguna untuk mendengarkan, memberikan kesempatan terbaik bagi komunitas-komunitas di Gereja St. Stefanus dan umum. Membangun kepeduliaan, Kritis dan kreatif. 21 P eserta Workshop secara antusias menerapkan teknik-teknik sederhana dalam fotografi. Workshop fotografi sendiri diadakan 2 hari di setiap sabtu, tanggal 23 dan 30 Agustus 2014. Tidak hanya peserta dari Gereja St. Stefanus tetapi juga dari umum bersedia untuk hadir meramaikan acara tersebut. Dari beberapa foto yang diperlombakan, memberikan hasil yang positif dan membangun niat peserta untuk terus mengembangkan bakat serta niat mereka. Terbukti foto berjudul Lonceng Gereja Dalam Bingkai karya Rosa, salah satu peserta workshop ini menjadi juara. Foto ini sendiri diambil kurang lebih sekitar Pk.10:00 Wib dengan media cermin yang diletakkan pada tangga menghadap ke arah serong dari lonceng dan sorot kamera bidik ke cermin tersebut dengan sudut kemiringan dan teknik yang sederhana mampu memberikan kesan inovasi. Tidak kalah menariknya adalah pada penjurian smartphone/pocket, beberapa foto peserta yang masuk sangat beragam dengan cara yang sangat unik. Pengambilan foto melalui smartphone/ pocket ini membutuhkan kepekaan serta spontanitas yang tinggi dimana pada beberapa sudut akan memberikan pesan maksimal. Atas nama Panitia Pameran, Workshop, Lomba & Seminar Fotografi kami mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang telah berpartisipasi, Dewan Paroki Gereja St. Stefanus, serta para pengajar terbaik yaitu; Anton Ismael, Hugo Bima, David Hasudungan. (put) 22. OPINI PESERTA “ Kegiatan ini sangat positif, karena praktis dan aplikatif. Untuk saya sendiri, ada hal yang bertahun-tahun tidak saya mengerti, tapi dijelaskan dan dicontohkan denga simple oleh Mas Anton. Sayang sekali pesertanya sedikit yah yang ikutan sampai akhir, padahal pembicaranya sekelas Anton Ismael dan gratis (-red- kenapa kalau kursus yang mahal malah banyak yg ikutan ya?). Mungkin lain waktu perlu promosi lebih gencar. Kalau dikasih sedikit biaya malah menarik minat orang mungkin? Uangnya-kan bisa untuk gereja/ komsos. Kedepannya akan sangat baik kala ada kelanjutannya, apakah workshop/ assignment, atau yg lain. Kalau mau diadakan workshop lagi, temanya bisa ditentukan lebih spesifik yang terkait dengan fotografi tapi sekaligus ‘nyerempet’ dengan setting pewartaan. Intinya, bagaimana foto itu bisa jadi bagian dari pewartaan. Kalau dengan lisan atau kotbah orang mungkin sudah tahu atau bosan, sementara gambar mungkin lebih ‘bicara’ dan ‘menyentuh’. Bisa juga dibuat semacam assignment, hun-ting untuk orangorang yang suka foto umat dengan fokus sosial-people-gereja interest yang nantinya bisa ditampilkan, entah sebagai ilustrasi di media, mading atau malah bahan kotbah para Pastor. semangat muda-mudi katolik St. Stefanus pada khususnya dan mudamudi paroki lain pada umumnya terus dibuat. Sukses terus untuk Mediapass. Semoga terus menjadi ujung tombak suksesnya paroki st. Stefanus. Pesan saya untuk seluruh umat, dewan, dan karyawan, mari kita bersemangat mendukung programprogram Mediapass pada khususnya dan program-program yang diadakan Gereja St. Stefanus apapun bentuknya terutama yang mengarah kepada semangat dan membangun rohani.” Agung Pradata I. K. (pemenang kedua lomba foto kategori DSLR) St. Thomas, Kelapa Dua**** “ Menjadi pemenang pertama lomba foto kategori smartphone membuat saya menjadi lebih semangat dalam pelayanan. Acara semacam ini sangat bagus diadakan untuk memotivasi muda-mudi katolik menjadi garam dan terang dunia melalui karya-karya yang menjurus kepad kebangkitan spiritual dan menjadi bermanfaat bagi masyarakat. Harapan saya adalah agar acara-acara spektakuler yang membakar Albert (pemenang pertama lomba foto kategori smartphone)/ Barnabas/Anastasia 1*** 23 “Dengan diadakannya seminar dan lomba ini sangat bagus. Bisa menciptakan kebersamaan tukar pikiran dengan teman-teman sehobby foto. Apalagi bagi pemula sangat membantu sekali bahkan mempermudah proses pembelajarannya; agar kita kita mengenal tehnik-tehnik fotografi, langsung dibimbing dan dpraktekan. Saya mengucapkan banyak terimakasih sekali kepada teman-teman yang sudah memberikan support kepada saya agar berani mencoba mengikuti kegiatan ini. Harapan saya, kegiatan ini tidak hanya sampai disini, bahkan bisa lebih semakin berkembang lagi. Sehingga kita bisa bersama-sama saling berbagi ilmu, bertukar pikiran dan sharing kembali bersama. Mengembangkan kembali proses belajar dan mengenal fotografi ini menjadi semakin baik.” DSLR Juara 1; Total Nilai 6.793 - ROSA Juara 2; Total Nilai 6.253 - AGUNG Juara 3; Total Nilai 6.222 - FELICIA Sebagus apapun kamera itu, yang terpenting siapa dibalik kamera itu. Putri Larosa (pemenang pertama lomba foto kategori DSLR) St. Stefanus/6/Aloysius**** POCKET/SMARTPHONE Juara 1; Total Nilai 6.459 - ALBERT Juara 2; Total Nilai 5.818 - SALLY Juara 3; Total Nilai 5.468 - GABRIEL Bagi para peserta yang belum mengambil sertifikat dan hadiah untuk para pemenang bisa segera menghubungi PAUL, Hp: 085814111861 24. ORBITAN LEPAS 1 BULAN MARIA DAN BULAN ROSARIO SAMA ATAU BEDA? B eberapa tahun yang lalu, ibu saya pulang dari doa rosario lingkungan dengan membawa sebuah “PR”. Malam itu, sebelum doa rosario lingkungan dimulai, ketua lingkungan kami menjelaskan bahwa bulan Mei adalah bulan Maria, sedangkan bulan Oktober adalah bulan Rosario. Nah, kemudian ketua lingkungan kami menugaskan setiap umatnya untuk mencari penjelasan mengapa bulan Mei disebut sebagai bulan Maria, sedangkan bulan Oktober disebut bulan Rosario. Ibu saya menugaskan saya untuk menjawab PR tersebut, dan reaksi pertama saya adalah : “Lho, memangnya beda ya? Bukannya bulan Mei dan bulan Oktober sama-sama disebut sebagai bulan Rosario? Sepertinya waktu sekolah dulu diajarkannya seperti itu deh,,,” Rasa penasaran membawa kami kepada pencarian di dunia maya, dan disana akhirnya kami mendapatkan jawaban dari PR itu. Bulan Mei dan Bulan Oktober memang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria, namun bulan Mei disebut sebagai bulan Maria, sedangkan bulan Oktober disebut bulan Rosario. Apa sebabnya? Ternyata ada sejarahnya lho.. Pada negara-negara empat musim, terutama yang terletak di bagian utara bumi, bulan Mei adalah awal musim semi, yang dianggap sebagai permulaan kehidupan. Bulan ini dikaitkan dengan Bunda Maria yang adalah Ibu dari kehidupan. Sejak abad ke-13, bulan Mei sudah diperkenalkan sebagai bulan Maria, namun mulai menyebar ke seluruh dunia, sejak devosi ini populer di kalangan para Yesuit sejak abad ke-18. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa pada awalnya di Italia dan Jerman, bulan Mei dikhususkan untuk penghormatan dewa-dewa. Namun sejak mereka percaya kepada Kristus, kebiasaan ini tetap dilanjutkan, namun bukan lagi kepada dewa-dewa, melainkan untuk menghormati Bunda Maria. Pada tahun 1809, Paus Pius VII dipenjarakan oleh pasukan Napoleon. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa dari Bunda Maria agar dapat dibebaskan oleh penjara. Paus juga berjanji, apabila ia dibebaskan, ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Pada tanggal 24 Mei 1814, Paus Pius VII dibebaskan dari penjara. Dan pada tahun berikutnya, ia mengumumkan hari perayaan kepada Bunda Maria sebagai penolong umat Kristen. Pada 30 April 1965, Paus Paulus VI, melalui ensiklik Mense Maio (In the Month of May; dalam bulan Mei), menyatakan bahwa Bulan Mei dipersembahkan sebagai bulan peringatan Bunda Allah, juga menegaskan bahwa penghormatan kepada Bunda Maria pada bulan Mei merupakan kebiasaan yang amat bernilai. Nah, lantas mengapa bulan Oktober disebut sebagai bulan Rosario? Ini tidak lepas dari sejarah Perang Salib. Pada tahun 1571, pasukan Turki Ottoman melakukan ekspansi di benua Eropa. Muncul kabar angin yang berhembus, bahwa jika pasukan Turki menguasai Eropa akan mengakibatkan musnahnya agama Kristen di Benua Eropa. Pada saat itu, tentara Kristen kalah baik dalam hal jumlah, maupun dalam persenjataan. Don Juan, salah seorang pemimpin pasukan Kristen di Austria berdoa Rosario dalam menghadapi ancaman ini. Paus Pius V yang memimpin Gereja pada waktu itu juga meminta seluruh Gereja berdoa rosario kepada Bunda Maria untuk membantu tentara Kristen. Dan pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama-sama dengan umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore sepanjang hari untuk mendoakan pertempuran di Lepanto (Teluk Korintus). Dalam pertempuran ini, pada awalnya tentara Kristen sempat kalah, tetapi kemudian mereka berhasil membalik keadaan, hingga akhirnya berhasil menang. Kemenangan ini memiliki arti penting karena sejak kekalahan Turki di Lepanto, pasukan Turki tidak melanjutkan usaha menguasai Eropa. Pada tahun 1573, Paus Gregorius XIII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario sebagai ucapan syukur atas bantuan Bunda Maria bagi kemenangan di Lepanto. Pesta ini awalnya hanya dilakukan oleh gereja-gereja yang altarnya didekasikan bagi Bunda Maria. Namun pada tahun 1716, Paus Klemens XI menyebarluaskan perayaan ini hingga ke seluruh dunia. Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario pada tanggal 1 September 1883. Bapa suci meminta agar seluruh umat mendoakan rosario dan Litani Santa Perawan Maria dari Loreto pada setiap hari di bulan Oktober agar Gereja mendapat bantuan Bunda Maria dalam menghadapi aneka bahaya yang mengancam. Pada 22 September 1891, Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik October Mense (the month of October; bulan Oktober), yang menyatakan bahwa bulan Oktober dikhususkan kepada Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Demikianlah latar belakang mengapa bulan Mei disebut sebagai bulan Maria dan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Mari kita mencintai Bunda Maria yang senantiasa mendoakan dan menyertai Gereja sampai akhir zaman.*** 25. ORBITAN LEPAS 2 DOKTER GADUNGAN Pastor Martin van Ooij, SCJ K ira-kira pada tahun 1966, ketika saya bermisi di daerah Lampung, saya diberi mobil Landrover putih yang baru oleh keuskupan. Di seluruh wilayah dimana saya bertugas, belum kelihatan banyak kendaraan selain dari pimpinan pemerintah. Maka kemanapun saya mengunjungi suatu tempat dengan mobil tersebut, seringkali diberhentikan oleh orang banyak, khususnya yang sedang membutuhkan pertolongan. Maklum saja, mobil saya dipandang mirip sebagai ambulance oleh masyarakat sekitar. Maka tidak heran pula bila banyak yang menyangka bahwa saya ini adalah seorang dokter. Kebetulan, ketika masih muda di negeri Belanda, saya sempat belajar selama dua tahun, tentang bagaimana memberikan “Pertolongan Pertama.” Oleh karenanya, kemanapun pergi, saya selalu membawa bermacammacam obat. Dan ternyata, hal itu sangat berguna bagi orang banyak, yang memang sangat jauh dan sulit untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Selain pergi ke stasi-stasi untuk merayakan perayaan Ekaristi, mengobati dan/atau membawa orang sakit telah menjadi kesibukanku di daerah misi. Puji Tuhan, dengan kemampuan yang ala kadarnya, tetapi dengan hati yang berkobar, saya bisa membantu banyak orang dengan aneka macam penyakit, seperti malaria, sakit gigi, sakit tulang dan bahkan lukaluka berat. Jarang saya pulang dari kunjungan ke stasi-stasi tanpa membawa pasien berat dalam mobil untuk diantar ke rumah sakit. Pernah suatu hari saya membawa seorang ibu yang lumpuh setelah melahirkan! Landrover dijadikan ambulance! Si ibu masuk rumah sakit dan segera mendapat pelayanan. Pelayanan untuk orang pedalaman biasanya sangat lambat. Hanya karena saya sebagai pastor dan saya harus memperjuangkannya, bila perlu marahmarah dengan pihak rumah sakit, ibu itu bisa segera dilayani. Dalam banyak kasus, entah karena berkelahi, entah karena kecelakaan di ladang, saya selalu terpanggil dan beraksi seperti layaknya seorang “dokter gadungan.” Itulah yang menjadi salah satu pengalaman berkesan selama menjadi imam di daerah yang terpencil. Memang luar biasa pengalaman dan tantangan di daerah transmigrasi baru di Lampung zaman itu! Dalam setiap kasus yang saya hadapi, tidak pernah saya bertanyatanya soal agama. Semua saya layani dengan sepenuh hati dan cinta. Bukankah seorang gembala itu harus memperdulikan siapa saja, seperti Yesus yang sudah memberikan contoh kepada kita! Gembala yang baik itu bukan hanya untuk domba di kandangnya saja; bila perlu, membantu domba-domba di kandang lain! Kepedulian saya dalam merangkul siapa saja sebagai perwujudan untuk menjadi gembala yang baik, saya tampakkan dalam kepedulian dan kehadiran di setiap peristiwa yang khusus dari orang-orang yang saya lihat. Kalau saya dalam perjalanan, entah mengendarai motor atau mobil dan menghadapi rumah orang yang sedang berduka, saya pasti berhenti, mampir, berdoa dan menyumbang sesuai dengan kebiasaan setempat. Juga kalau ada pesta pernikahan, saya sempatkan untuk mampir dan memberi selamat kepada kedua mempelai dan keluarganya. Usaha-usaha yang kecil dan tanpa pamrih, namun membahagiakan banyak orang. Semuanya itu hanyalah sekedar usaha untuk meneladani hidup Yesus. Yesus telah memberikan contoh dengan ‘blusukan,’ sudah sewajarnya bila kita, umat kristiani, para imam maupun awam, tergugah hati untuk membuka ‘pintu’ dan ‘jendela’ kita. Kita harus keluar dari tembok gereja! Jangan terlalu asyik dan sibuk dengan kegiatan liturgi dan intern gereja! Kita semua, berkat baptisan yang telah kita terima, diutus dan dipanggil semuanya untuk menjadi gembala. Gembala yang bagaimana? Tentunya menjadi gembala yang baik, meskipun harus memerankan diri sebagai ‘dokter gadungan’ karena situasi yang kepepet. Di kalangan umat, tentu banyak contoh keteladanan, dimana kepedulian para umat tidak boleh diragukan lagi. Namun kita tidak boleh puas diri. Kita harus terus menerus menjadi semakin baik. Bukan apa-apa! Masalahnya satu, Allah kita itu Allah yang setia. Ia setia membantu kita. Maka kita pun perlu ‘membantu’ Allah dengan kesetiaan kita yang terus menerus.*** 26. ORBITAN LEPAS 3 Remaja Ber-Adorasi ? WOW...!! Pastor, apa sebenarnya yang kita lakukan dalam ADORASI Sakramen Maha Kudus? Kenapa kita perlu melakukannya? Pernahkah kamu punya sahabat karib? Teman terbaik adalah seseorang yangkau bisa ajak untuk menghabiskan waktu bersama tanpa harus berkata apa-apa. Berdua, hanya dengan menikmati saatsaat yang indah dan kebersamaan itu sendiri, bisa saling memahami lebih dari ungkapan kata-kata. Komunikasi dalam keheningan itulah yang terjadi antara kau dan Tuhan Yesus ketika mengikuti Adorasi Sakramen Mahakudus. Pernahkah kamu punya sahabat karib? Teman terbaik adalah seseorang yangkau bisa ajak untuk menghabiskan waktu bersama tanpa harus berkata apa-apa. Berdua, hanya dengan menikmati saat-saat yang indah dan kebersamaan itu sendiri, bisa saling memahami lebih dari ungkapan katakata. Komunikasi dalam keheningan itulah yang terjadi antara kau dan Tuhan Yesus ketika mengikuti Adorasi Sakramen Mahakudus. Bukankah salah satu ciri utama kita sebagai umat Katolik adalah percaya bahwa Sakramen Mahakudus adalah Kehadiran Nyata Kristus? Oleh karenanya, Adorasi memberi kita kesempatan untuk ‘bertatap muka langsung’ dengan Penyelamat kita. Melalui Adorasi, kita diajak untuk menghabiskan waktu hanya dengan Tuhan dalam ujud fisik-Nya dan menghadirkan Yesus dalam segala persoalan, kekuatiran, doa, harapan dan pikiran kita. Jadi, dalam Adorasi kita menyisihkan waktu istimewa, diantara kebisingan dan kesibukan kita, untuk menciptakan ruang pribadi dimana kita berjumpa dengan Allah kita. Lalu … bagaimana supaya aku bisa ‘connect’ dengan Tuhan, dengan hanya duduk diam? Supaya aku tidak jadi mengantuk, apa yang harus aku lakukan, Pastor? Satu jam yang Yesus rindukan dari kita untuk menghabiskan waktu dengan-Nya dapat diisi dengan cara apapun yang kita inginkan. Kita dapat memakai buku doa, membaca Kitab Suci, berdoa rosario, atau hanya duduk relaks dan menikmati manisnya damai yang hanya berasal dari berada di Hadirat Tuhan. Kita mungkin merasa tidak bisa berdoa dengan baik, tapi jangan kuatir hal ini menghalangi kita. Kenyataan bahwa kita meluangkan waktu untuk menghabiskan satu jam dengan Yesus dalam Sakramen Mahakudus sangat enyenangkan hatiNya dan itu sendiri adalah bentuk doa dari iman yang besar. Banyak kisah orang-orang kudus yang kerap menemukan berbagai berkat, rahmat, dan kekuatan dalam adorasi. Karenanya, kalau kita mau menimba semuanya itu dan khususnya pengalaman kasih dari Allah, seringlah datang pada Adorasi Sakramen Maha Kudus. Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, “Sangat menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama-Nya, untuk bersandar pada dada-Nya, seperti murid tercinta dan untuk merasakan kasih tak terbatas dari hati-Nya.” (Yoh 13:25) Jadi teman-teman… Marilah kita merasa senang bersama Tuhan! 27. SANTO SANTA St Yanuarius (19 Sepember 2014) Yanuarius hidup pada abad keempat. Kemungkinan ia dilahirkan di Benevento atau Naples, Italia Y anuarius adalah Uskup Benevento pada masa dimulainya penganiayaan oleh Diocletian. Masyarakat Naples mempunyai kasih yang istimewa terhadap Uskup Yanuarius. Ia biasa disebut “San Gennaro.” San Gennaro mengetahui bahwa beberapa diakon Kristiani dijebloskan ke dalam penjara karena iman mereka. Uskup yang lemah lembut dan penuh kasih ini, menaruh perhatian besar pada umatnya, maka ia pergi ke penjara mengunjungi mereka. Petugas penjara melaporkannya kepada gubernur yang kemudian mengirim para prajurit untuk menangkap San Gennaro. Uskup ditangkap bersama seorang diakon dan seorang lektor. Mereka dijebloskan ke dalam penjara bersama para tahanan lainnya. Akhirnya, San Gennaro bersama enam orang lainnya tewas sebagai martir iman. Mereka dibunuh dekat Naples pada tahun 305. Masyarakat Naples menganggap “San Gennaro” sebagai santo pelindung mereka dan berdevosi kepadanya. Ada sesuatu yang sangat istimewa mengenai San Gennaro: darahnya yang tercurah sebagai martir disimpan dalam sebuah bejana sejak berabad-abad yang lalu. Darah itu menjadi hitam dan mengering. Namun demikian, pada waktu-waktu tertentu setiap tahunnya, darah itu mencair: menjadi merah, terkadang merah menyala. Kadang kala, darah itu bahkan mengeluarkan gelembung-gelembung. Wadah relikwi di mana bejana berisi darah itu disimpan, dipertontonkan dan dihormati secara umum pada hari Sabtu pertama bulan Mei, pada tanggal 19 September (pesta San Gennaro), dalam oktaf (atau hari kedelapan setelah pesta), dan terkadang pada tanggal 16 Desember. Darah San Gennaro yang mencair telah dipertontonkan dan dihormati sejak abad ketiga belas. “Dari para kudus kita mendapatkan teladan hidup mereka, persabahatan dalam persekutuan dengan mereka, dan pertolongan melalui perantaraan mereka.” ~ Lumen Gentium*** 28. Ongkos Cetak & Bursa Te-Ker PENGGANTI ONGKOS CETAK MAJALAH sumber: Pengurus lingkungan Bonifasius MAJALAH MEDIAPASS SEPTEMBER 2014 1. Lingk. Sta. Ursula (Jan s/d Juli 2014) 1.400.000 2. Lingk. St. Hubertus (Jan s/d Juli 2014) 1.820.000 3. Lingk. St. Paulinus (kekurangan utk Jan s/d Juli 2014) 855.000 4. Lingk. Sta. Maria Magdalena (kekurangan utk Jan s/d Juli 2014) 440.000 5. Lingk. Sta. Maria Ratu Damai (Jan s/d Des 2014) 1.660.000 6. Lingk. St. Timotius 300.000 7. Lingk. St. Don Bosco 500.000 8. Lingk. Sta. Maria Fatima 100.000 9. Lingk. St. Quirinus (kekurangan utk Juli s/d Sept 2014 600.000 10. Lingk. St Thomas Aquino (kekurangan utk Jan s/d Juli 2014 685.000 Total 9.400.000 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan. Kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. - Informasi tentang donasi dapat menghubungi: Dian Wiardi (0818 183419) - Donasi dapat ditransfer ke rekening KOMSOS : BCA dengan no. rek: 7310278879 a.n. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso. - Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. - Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Bursa Tenaga Kerja • Fransisca Sari Permata, Female, Catholic, Single, 23 years, Bachelor of Computer Information System, Experience 2012-2014 PT Kris Setiabudi Utama As a Finance, Phone 0821-1063-6969 • Charolus Kopong Olla, Male, Catholic, Single, 24 years, Technical Vocational School Saint Joseph Jakarta, Experience as Administration Staff PT Luminary Auto Prima 2011-2014, Phone 0856907-2051 • Vere, Female, Catholic, Single, 26 years, Bachelor of Economic, Experience as private tutor for all subject and english (except computer and other foreign language) 2007-2014, Phone 08129169-4942 • Anisa, Female, Catholic, Single, 23 years, Senior High School, Experience as sales promotion girl (SPG) regular-event 2011-2013, Phone 0878-8270-6288 • Paulus, Male, Catholic, Single, 24 years, Bachelor of Communication, Experience as Sales Marketing Credit card in UOB Bank, Phone 0812-9169-5437 • Agung Rachmadi, Male, Single, 20 years, Diploma III Hospitality,Experience 2012-2013 Thistle Hotel Johor Bahru Malaysia (As a waiter in MICE and Restaurant) Feb – July 2014 Manhattan Hotel Jakarta (As a waiter in Restaurant), Phone 0812-9105-1639 • Florentina Dian, Female, Catholic, Single, 23 years, vocational high school, Experience 2012-2014 PT I Like Gym Indonesia as Finance, Phone 0856-4711-1715 • Andika Pratama, Male, Moslem, Single, 28 years, Bachelor of communication (on process), Experience as waiter – captain in PT Nav Bina Pratama (family karaoke) 2009-2014, Phone 0898-8368-321 • Paulus Sihombing, Male, Catholic, Maried, 34 years, Diploma of Cinematography, Experience (freelance), Phone 0899-913-3910 • Ana Astuti, Female, Moslem, Maried, 24 years, vocational high school, Experience as a waiter in Restaurant Pizza e-birra Jakarta 2011-2012, Phone 0856-796-6004 29. DATA DANA PAROKI Dana Paroki St. Stefanus AGUSTUS - 2014 No Wil Lingkungan 1 1 St.Hubertus 2 1 3 1 4 1 Kode Perhit. 4-Agt'14 Amplop Perhit. 11-Agt'14 RP Amplop Perhit. 18-Agt'14 RP Amplop HBS 3 120,000 3 240,000 3 St.Yoh.Pemandi YPE 9 145,000 3 150,000 St.Gregorius GRR 1 20,000 1 50,000 St.Yudas Tadeus YTA Total Wil I Perhit. 25-Agt'14 RP Amplop Perhit. 31Agt-01Sep'14 RP Amplop 30,000 1 RP 110,000 3 100,000 4 30,000 2 65,000 - - 7 160,000 4 130,000 5 110,000 5 425,000 9 346,000 4 165,000 7 330,000 3 320,000 18 710,000 16 786,000 18 465,000 16 555,000 9 530,000 5 2 Sta. Theresia THE 9 630,000 16 394,000 2 10,000 27 135,000 2 11,000 6 2 Sta.M.Immaculata MIM 8 425,000 5 240,000 2 20,000 8 230,000 4 170,000 7 2 Sta.Maria Fatima MFA 1 100,000 5 137,000 9 35,000 17 100,000 3 20,000 8 2 Sta.M. Bernadette BDE 17 635,000 8 430,000 9 160,000 1 30,000 9 130,000 35 1,790,000 34 1,201,000 22 225,000 53 495,000 18 331,000 9 3 St.Markus MKI 3 150,000 13 380,000 2 40,000 1 100,000 3 200,000 10 3 St.Nicodemus NDS 1 50,000 - - 4 300,000 3 200,000 3 250,000 11 3 St.Oktavianus OTS 1 30,000 1 100,000 4 85,000 3 110,000 5 390,000 12 3 St.Paulinus PLN 4 175,000 5 410,000 1 15,000 - - 1 50,000 13 3 St.Quirinus QRS 4 330,000 - - 1 50,000 1 30,000 - 13 735,000 19 890,000 12 490,000 8 440,000 12 890,000 Total Wil II Total Wil III - 14 4 St.Antonius ATS 2 75,000 9 240,000 6 200,000 2 40,000 3 150,000 15 4 St.Clementus CLS - - 11 600,000 1 100,000 - - 1 50,000 16 4 Sta. Faustina FSA - - 55 2,875,000 3 80,000 - - - - 2 75,000 75 3,715,000 10 380,000 2 40,000 4 200,000 17 5 Sta.Angela AGE 2 200,000 5 1,900,000 3 150,000 1 200,000 3 250,000 18 5 St.Bartholomeus BTS - - 5 220,000 4 320,000 7 650,000 1 100,000 19 5 Emmanuel EML 5 730,000 4 260,000 5 1,400,000 2 150,000 3 400,000 20 5 Sta.Ursula URS 2 600,000 4 500,000 2 300,000 1 200,000 4 250,000 9 1,530,000 18 2,880,000 14 2,170,000 11 1,200,000 11 1,000,000 Total Wil IV Total Wil V 21 6 St.M.Magdalena MMA 6 370,000 7 230,000 - - 2 45,000 2 150,000 22 6 St.Aloysius ALS 1 10,000 2 400,000 - - 10 1,190,000 10 290,000 23 6 St.Thomas Aquino TAQ 4 210,000 3 90,000 9 310,000 5 300,000 3 170,000 11 590,000 12 720,000 9 310,000 17 1,535,000 15 610,000 HLN 1 10,000 8 60,000 - - 2 10,000 - 15,000 Total Wil VI 24 7 Sta.Helena 25 7 Romo Sanjoyo RSO 2 35,000 2 20,000 - - 3 20,000 1 26 7 St.Simeon SMN 1 2,000 2 20,000 3 29,000 2 10,000 - - 27 7 Sugiyopranoto SGO 7 54,000 11 95,000 5 34,000 2 15,000 4 30,000 28 7 St.Theodorus THO 4 60,000 10 69,000 5 40,000 10 57,000 3 50,000 15 161,000 33 264,000 13 103,000 19 112,000 8 95,000 - 2 60,000 24 955,000 16 300,000 4 85,000 290,000 Total Wil VII 29 8 St.Paulus PLS 30 8 St.Timotius TTS 56 585,000 16 889,000 1 50,000 3 100,000 9 31 8 Sta.Veronica VRA 10 400,000 10 225,000 - - 7 215,000 2 35,000 66 985,000 28 1,174,000 25 1,005,000 26 615,000 15 410,000 140,000 Total Wil VIII - 32 9 St.Bonaventura BVA 5 100,000 8 340,000 5 150,000 4 170,000 4 33 9 St.Bonifacius BFS 4 120,000 1 38,000 5 125,000 2 100,000 2 105,000 34 9 Keluarga Kudus KKS 4 182,000 2 35,000 1 20,000 4 120,000 6 310,000 13 402,000 11 413,000 11 295,000 10 390,000 12 555,000 Total Wil IX 35 10 St.Yoh Don Bosco DBD 8 70,000 13 134,000 - - - - 3 60,000 36 10 St.Kristoforus CRS 4 175,000 4 155,000 4 145,000 3 100,000 2 40,000 37 10 Sta. Maria Goretti MGI 6 400,000 10 290,000 3 110,000 1 10,000 3 30,000 38 10 Sta.Maria B.Setia MBS 3 210,000 5 300,000 - - 4 210,000 2 100,000 21 855,000 32 879,000 7 255,000 8 320,000 10 230,000 39 11 Sta.Felicitas FSE 1 100,000 3 200,000 2 80,000 2 250,000 1 20,000 40 11 Sta.Anastasia ANS 1 100,000 10 735,000 4 100,000 1 20,000 - - 41 11 Maria Ratu Damai MRD 4 140,000 4 200,000 - - 2 40,000 - - 6 340,000 17 1,135,000 6 180,000 5 310,000 1 20,000 Total Wil X Total Wil XI 42 12 St.Bernadus BDS - - - - 2 100,000 7 270,000 - - 43 12 St.Dionisius DNS 1 50,000 8 670,000 3 130,000 5 240,000 1 50,000 44 12 St.Elias ELS 3 100,000 - - - - 8 300,000 2 200,000 Total Wil XII TOTAL MINGGUAN 4 213 150,000 8,323,000 8 303 670,000 14,727,000 5 152 230,000 20 810,000 6,108,000 195 6,822,000 3 118 250,000 5,121,000 30. AYO MEWARNAI BIODATA Nama : Ling/Wil : Kirimkan hasil karya mewarnaimu ke kotak MediaPASS yang ada di pastoran agar dapat dimuat di Majalah MediaPASS Boleh mewarnai menggunakan pensil warna, crayon,atau spidol. HP/ No Telp. : Ada hadiah menarik bagi yang karyanya ditampilkan 31. TTS Across 4. 6. 9. 11. 12. 13. Nabi yang di kenal sebagai nabi yang berduka cita. Kitab pertama dalam perjanjian lama. Siapakah seorang wanita ibrani (yahudi) yang menjadi sebuah kitab di perjanjian lama? Bina Iman Remaja Lambang pertobatan. Ekaristi pembuka pekan prapaskah Down 1. 2. 3. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hari KAsih Sayang. PAroki cilandak. Nama ibu Samuel. Bagian dalam gereja katolik untuk mempersiapkan misa kudus. Komunikasi Sosial. putra purti altar Umat pilihan ALLAH. Ayah Nabi Samuel Jumblah sakramen seutuhnya.