16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

advertisement
16
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman
Padi
4.1.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masing-
Rata-rata tinggi tanaman (cm)
masing perlakuan disajikan pada Gambar 4.
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
57.50
60.80
62.70
H0D0
H1D0
H1D1
4 MST
81.98
89.12
89.38
H0D0
H1D0
H1D1
8 MST
Gambar 4. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Tinggi Tanaman.
Gambar 4 menunjukkan bahwa pemberian bahan humat berpengaruh
meningkatkan tinggi tanaman. Tanaman dengan perlakuan bahan humat pada
tanah lebih baik dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan tanpa bahan
humat. Hal ini sangat mungkin berkaitan dengan kemampuan bahan humat dalam
merangsang pertumbuhan akar. Pemberian bahan humat dengan dosis yang tepat
langsung pada tanah berpengaruh baik terhadap panjang akar tanaman (Lestri,
2006). Hermawan (2012) menemukan bahwa dengan pemberian bahan humat
dengan dosis 15 l/ha dapat meningkatkan bobot akar. Peningkatan bobot akar ini
terjadi karena akar yang dihasilkan lebih banyak. Semakin panjang dan banyak
akar, maka akan semakin tinggi kemampuan akar tersebut dalam menyerap unsur
hara sehingga tanaman akan tumbuh semakin baik dan berproduksi lebih optimal.
Pemberian bahan humat dapat meningkatkan serapan nitrogen, karena
tanaman memperoleh unsur nitrogen tidak hanya dari pemupukan, tetapi juga dari
bahan humat meskipun jumlahnya sedikit. Menurut Tan (1993), bahan humat
17
memiliki kandungan nitrogen 2-5%. Dewi (2012) juga menemukan bahwa dengan
pemberian bahan humat dengan dosis 15 l/ha dapat meningkatkan kandungan N
total. Peningkatan disebabkan karena bahan humat merupakan fraksi terhumifikasi
dari humus yang dapat meningkatkan N. Nitrogen merupakan unsur hara yang
pengaruhnya cepat terlihat pada tanaman. Pada tanaman unsur N berfungsi untuk
pertumbuhan vegetatif (memperbesar, mempertinggi dan menghijaukan daun),
menyusun klorofil daun,serta mempercepat pertumbuhan tanaman.
Tinggi tanaman terbaik terdapat pada tanaman dengan perlakuan bahan
humat pada tanah dan daun meskipun perbedaan tinggi tanaman antara tanaman
dengan perlakuan bahan humat pada tanah dan tanaman dengan perlakuan bahan
humat pada tanah dan daun tidak begitu jelas. Menurut Gardiner dan Miller
(2004) bahan humat memiliki kandungan senyawa yang dapat memicu
pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin, Indole Acetic Acid
(IAA) dan giberelin yang diketahui mampu mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Senyawa-senyawa ini dapat diserap oleh tanaman tidak
hanya melalui akar, tetapi juga melalui daun.
4.1.2 Jumlah Anakan
Pertumbuhan tanaman juga dapat dilihat dari jumlah anakan. Pengaruh
Rata-rat jumlah anakan
pemberian bahan humat terhadap jumlah anakan dapat dilihat pada Gambar 5.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
28
30
33
30
H0D0
H1D0
H1D1
H0D0
4 MST
32
29
H1D0
H1D1
8 MST
Gambar 5. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Jumlah Anakan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian bahan humat berpengaruh
meningkatkan jumlah anakan tanaman padi. Hal ini terlihat jelas pada 4 MST,
18
jumlah anakan pada tanaman yang diberi perlakuan bahan humat pada tanah lebih
banyak dibandingkan tanaman tanpa bahan humat, dan tanaman dengan perlakuan
bahan humat pada tanah dan daun memiliki jumlah anakan lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah. Hal ini
karena bahan humat tidak hanya dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman secara
tidak langsung (melalui akar) tetapi juga dapat berperan secara langsung melalui
daun.
Pada saat tanaman padi berumur 8 MST, jumlah anakan menjadi berkurang.
Hal ini dapat terjadi karena tanaman padi mulai memasuki tahap dimana anakan
maksimal tercapai. Pada tahap ini sebagian anakan mati dan tidak menghasilkan
malai. Namun jumlah anakan maksimal yang banyak, tidak menentukan jumlah
anakan produktif yang banyak pula. Terlihat bahwa tanaman tanpa perlakuan
bahan humat yang memiliki jumlah anakan lebih banyak dibandingkan tanaman
perlakuan bahan humat pada tanah, tetapi memiliki jumlah anakan produktif
paling sedikit. Jumlah anakan produktif terbanyak terdapat pada perlakuan bahan
humat pada tanah dan daun (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
bahan humat pada tanaman padi dapat meningkatkan produktivitas padi.
20
Rata-rat jumlah anakan
produktif
25
20
19
17
15
10
5
0
H0D0
H1D0
H1D1
Gambar 6. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Jumlah Anakan Produktif.
4.2 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Komponen Hasil Padi
Komponen hasil padi yang diamati antara lain jumlah malai, jumlah butir,
bobot kering biomassa dan bobot gabah. Komponen hasil tersebut meningkat pada
tanaman yang diberi bahan humat. Rata-rata jumlah malai yang dihasilkan sama
dengan jumlah anakan produktif (Gambar 6), karena hanya anakan produktif yang
19
dapat menghasilkan malai. Rata-rata jumlah butir/rumpun terbanyak terdapat pada
tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah dan daun yang disajikan pada
Gambar 7. Hal ini karena jumlah malai pada tanaman dengan perlakuan bahan
humat pada tanah dan daun lebih banyak, sehingga menghasilkan jumlah butir
lebih banyak pula.
3000
2256
2110
Rata-rata jumlah
butir/rumpun
2500
1821
2000
1500
1000
500
0
H0D0
H1D0
H1D1
Gambar 7. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Jumlah Butir/Rumpun.
Namun peningkatan jumlah butir juga diikuti oleh peningkatan jumlah butir
hampa sehingga persentase butir hampa juga menjadi tinggi. Tanaman dengan
perlakuan bahan humat pada tanah dan daun yang memiliki jumlah butir paling
banyak, tetapi juga memiliki persentase butir hampa paling tinggi meskipun
perbedaannya tidak begitu besar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8.
31
Rata-rata % butir hampa
30.04
30
29.45
28.72
29
28
27
26
25
H0D0
H1D0
H1D1
Gambar 8. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Persentase Butir Hampa.
20
Butir hampa banyak terdapat pada pangkal malai. Hal ini diduga karena
malai tidak berkembang seutuhnya sampai keluar dari pelepah daun. Pada saat
malai seharusnya berkembang sampai keluar daun, tanaman mengalami
kekurangan air, akibatnya gabah yang masih berada di dalam daun tidak
mengalami pembungaan dan gabah menjadi kosong.
Ketersediaan air yang cukup merupakan syarat utama untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan padi sawah secara optimal. Penelitian ini
dilakukan pada musim tanam II yang memiliki kemungkinan cukup tinggi untuk
terkena kekeringan. Pada saat tanaman berumur 8-12 MST yang terjadi pada
bulan Juli-Agustus 2012, lahan sawah mengalami kekeringan, meskipun lahan
sawah yang digunakan adalah lahan sawah irigasi. Hal ini karena sumber air
irigasi juga mengalami kekeringan akibat hujan tidak turun. Berdasarkan data
curah hujan yang dimiliki stasiun Branti yang lokasinya dekat dengan lokasi
penelitian, pada bulan Juli curah hujan hanya 18 mm dan pada bulan Agustus
curah hujan dibawah 50 mm. Sedangkan menurut Yoshida (1981) rata-rata curah
hujan yang dibutuhkan tanaman padi yaitu 180-300 mm/bulan. Meskipun curah
hujan yang terjadi jauh lebih kecil dari curah hujan yang dibutuhkan tanaman
padi, tetapi ketersediaan air tetap ada meskipun jumlahnya tidak mencukupi.
Menurut Siregar (1981) kekurangan air pada waktu tanaman berada dalam
keadaan bunting dapat menimbulkan matinya primordial (bakal malai) atau jika
primordial tidak mati, bakal butir gabah akan banyak mengalami kekurangan
makanan yang menyebabkan gabah menjadi hampa. Meskipun memiliki
persentase butir hampa paling tinggi, tetapi jika dihitung jumlah butir berisi,
perlakuan bahan humat pada tanah dan daun memiliki jumlah butir berisi paling
banyak (Gambar 9). Hal ini karena jumlah total butir padi pada tanaman dengan
perlakuan bahan humat pada tanah dan daun lebih banyak.
21
1578
2000
1504
Rata-rata jumlah butir
berisi/rumpun
1284
1500
1000
500
0
H0D0
H1D0
H1D1
Gambar 9. Pengaruh Bahan Humat terhadap Jumlah Butir Berisi/Rumpun.
Pemberian bahan humat juga berpengaruh meningkatkan bobot kering
biomassa dan bobot gabah. Hal ini disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11
yang menunjukkan bahwa pemberian bahan humat pada tanah menghasilkan
bobot kering biomassa dan bobot gabah lebih tinggi dibanding tanaman tanpa
perlakuan bahan humat. Peningkatan bobot kering biomassa dan bobot gabah ini
sejalan dengan peningkatan jumlah malai dan jumlah butir. Menurut Dewi (2012)
bobot gabah kering giling cenderung meningkat dengan pemberian bahan humat
dengan dosis 15 l/ha karena bobot seribu butir akibat perlakuan cenderung lebih
tinggi. Hal ini berhubungan dengan kualitas butir karena peningkatan unsur
kalium akibat perlakuan.
Rata-rata bobot kering
biomassa (g)
100
76.07
80
77.79
65.86
60
40
20
0
H0D0
H1D0
H1D1
Gambar 10. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Bobot Kering Biomassa.
22
10.000
Rata-rata bobot gabah
(kg/9 m2)
9.000
7.075
8.000
7.000
6.100
6.425
H0D0
H1D0
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
H1D1
Gambar 11. Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Bobot Gabah (kg/9 m2)
Simanjuntak (2012) juga menemukan bahwa pemberian bahan humat pada
batuan andesit dapat mempercepat pelepasan unsur hara seperti K dan unsur
mikro (Cu, Zn, Fe). Kemungkinan terjadi hal yang sama jika bahan humat
diberikan pada tanah. Kandungan unsur-unsur hara tersebut di dalam tanah dapat
meningkat karena bahan humat dapat mempercepat pelepasan unsur hara di dalam
tanah. Asam humat dapat memperbesar konsentrasi pelepasan hara kalium yang
terfiksasi oleh mineral illit dan montmorillonit (Tan, 2003). Kandungan unsur P
pada tanaman yang tanahnya diberi bahan humat juga meningkat (Simanjuntak,
2012). Hal ini diduga karena P tersedia di dalam tanah meningkat, sehingga
tanaman dapat menyerap unsur P lebih banyak.
Kalium merupakan salah satu unsur hara utama yang sangat mempengaruhi
tingkat produksi tanaman. Peran kalium dalam tanaman antara lain sebagai
aktivasi enzim, sintesis protein, penyerapan dan pergerakan ion, fotosintesis dan
respirasi tanaman. Menurut Aide dan Picker (1996) pemberian kalium yang tepat
pada tanaman padi dapat meningkatkan jumlah anakan, meningkatkan jumlah
malai, meningkatkan jumlah butir berisi, meningkatkan serapan nitrogen dan
fosfor, meningkatkan resistensi terhadap hama dan penyakit, memperpanjang dan
mempertebal akar, serta menguatkan batang supaya tidak mudah rebah. Fosfor
berfungsi mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
tanaman dewasa dan menaikan persentase bunga menjadi buah/biji, membantu
asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan
buah, biji atau gabah.
23
Pada Gambar 10 dan 11 juga dapat dilihat bahwa tanaman dengan perlakuan
bahan humat pada tanah dan daun memiliki bobot kering biomassa dan bobot
gabah yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi padi
tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan serapan hara dari tanah. Terdapat faktor
lain yang belum diketahui, yang menyebabkan produksi padi pada tanaman yang
diberi bahan humat pada tanah dan daun menjadi paling tinggi.
Tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah meningkatkan bobot
gabah sebesar 5.32% terhadap tanaman tanpa bahan humat, tanaman dengan
perlakuan bahan humat pada tanah dan daun meningkatkan bobot gabah sebesar
10% terhadap tanaman perlakuan bahan humat pada tanah dan 15.98% terhadap
tanaman tanpa bahan humat. Jika disetarakan dalam satu hektar produksi gabah
pada tanaman tanpa perlakuan bahan humat setara dengan 6.7 ton/ha, tanaman
perlakuan bahan humat pada tanah setara dengan 7.14 ton/ha dan tanaman
perlakuan bahan humat pada tanah dan daun setara dengan 7.86 ton/ha. Dapat
dikatakan bahwa perlakuan pemberian bahan humat pada tanah mampu
meningkatkan bobot gabah setara dengan 440 kg/ha, sedangkan perlakuan
pemberian bahan humat pada tanah dan daun mampu meningkatkan bobot gabah
setara 1,16 ton/ha.
Secara ekonomi, penggunaan bahan humat pada tanaman padi juga dapat
meningkatkan keuntungan bagi petani. Harga gabah pada saat penelitian
dilaksanakan yaitu Rp. 4.500/kg. Jika diasumsikan harga bahan humat adalah
Rp. 50.000/l, maka keuntungan yang diperoleh dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah.
a) Peningkatan hasil produksi : 440 kg/ha.
b) Peningkatan biaya produksi : Rp. 50.000 x 15 l = Rp. 750.000
c) Keuntungan yang diperoleh = peningkatan hasil produksi – peningkatan
biaya produksi
= (440 kg x Rp. 4.500) – (Rp. 50.000 x 15 l)
= Rp. 1.980.000 – Rp. 750.00
= Rp. 1.230.000/ha.
24
2. Tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah dan daun. Pada perlakuan
ini, bahan humat yang digunakan sebanyak 75 l/ha yaitu untuk tanah 15 l/ha
dan untuk daun 15 l/ ha yang diberikan sebanyak empat kali (2,4,6,8 MST).
a) Peningkatan hasil produksi : 1,16 ton/ha atau 1.160 kg/ha.
b) Peningkatan biaya produksi : Rp. 50.000 x 75 l/ha = Rp. 3.750.000
c) Keuntungan yang diperoleh = peningkatan produksi – peningkatan biaya
produksi
= (1160 kg x Rp. 4.500) – (Rp. 50.000 x 75 l)
= Rp. 5.220.000 – 3.750.000
= Rp. 1.470.000
Meskipun tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah dan daun
dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman dengan perlakuan bahan humat pada tanah, namun keuntungan yang
diperoleh antara kedua perlakuan ini tidak jauh berbeda. Hal ini karena pada
tanaman yang diberi perlakuan bahan humat pada tanah dan daun menggunakan
lebih banyak bahan humat, sehingga biaya produksinya juga meningkat.
Download