Pemilu& Demokrasi Jurnal Jurnal #5 Jurnal Februari #9 2013 KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMBARUAN HUKUM PEMILU MENUJU TRANSPARANSI, PEMILU SERENTAK PARTISIPASI, DAN NASIONAL DAN PEMILU DEMOKRASI SERENTAK DAERAH Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem. Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi. i Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMBARUAN HUKUM PEMILU MENUJU PEMILU syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun SERENTAK NASIONAL DAN PEMILU SERENTAK DAERAH 2012 menegaskan politik peserta pemilu harus memenuhi Jurnal Pemilu dan setiap Demokrasipartai #9 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat DEWAN PENGARAH Prof. Topo Santoso, SH.,M.H., Ph.D praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Dra. Siti Noordjanah Djohantini, M.M., M.Si mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini PENANGGUNG JAWAB Titi Anggraini, SH., M.H. terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam akan berdampak negatif hukumPEMIMPIN dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita REDAKSI Khoirunnisa Agustyati Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: REDAKTUR PELAKSANA Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Fadli Ramdhanil Heroik M Pratama 2009.” TATA LETAK DAN DESAIN SAMPUL Masih dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Effieberhubungan Herdi Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan DITERBITKAN OLEH: Yayasan Perludem Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana (Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi) Jalan Tebet Tmur IVA No. 1,satu Tebet, hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye adalah salah Jakarta Selatan Telp: 021-8300004 Fax: oleh 021-83795697 kampanye diperlukan partai politik dan kandidatnya untuk dapat www.perludem.org, [email protected] berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye vi KATA PENGANTAR Sejak perubahan UUD 1945 Indonesia telah menyelenggarakan empat kali pemilu legislatif, empat kali pemilu presiden, dan tiga kali gelombang pilkada. Untuk menyelenggarakan ketiga jenis pemilu tersebut telah dikeluarkan 14 undang-undang yang mengatur pemilu, dari 14 undang-undang tersebut hingga saat ini terdapat UU yang masih berlaku: UU No 42/2008 tentang pemilu presiden, UU No 15/2011 tentang penyelenggara pemilu, UU No 8/2012 tentang pemilu legislatif, dan UU No 10/2016 tentang perubahan kedua undang-undang pilkada. Namun dari ke-14 undang-undang tersebut muncul kompleksitas pengaturan pemilu, kompleksitas penyelenggaraan pemilu, dan kompleksitas pemerintahan hasil pemilu. Kompleksitas pengaturan pemilu ini ditandai oleh selalu digugatnya undang-undang pemilu ke Mahkamah Konstitusi. Kompleksitas penyelenggaraan pemilu terlihat dari banyaknya petugas, tingginya anggaran, besarnya volume dan varian surat suara, serta rumitnya teknis penghitungan suara. Sedangkan kompleksitas pemeirntahan hasil pemilu tampak oleh banyaknya partai politik di parlemen, koalisi tidak berpola dan rapuh, serta terjadinya pemerintahan terbelah secara horisontal dan pemerintahan terputus secara vertikal. Adanya kompleksitas ini mendorong adanya perubahan besar dalam kerangka hukum penyelenggaraan pemilu iii Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat selama oleh politisi pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ini,dan mulai dari model pengaturan, manajemen Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penyelenggaraan, hingga format pemerintahan hasil Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilu. Demi menciptakan kepastian dan keadilan pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa Political budget cycles hukum maka Yuna pengaturan pemilu harus disatupadikan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi atau dikodifikasi. Kodifikasi undang-undang pemilu empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal sesungguhnya bukan sesuatu yang rumit akrena baik budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara undang-undang pemilu legislatif, undang-undang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pemilu presiden, maupun undang-undang pilkada dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dalam pengaturannya menggunakan asas yang sama, Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat menggunakan model manajemen yangcycles, sama, dan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget melainkan menggunakan model hukum yang sama. political corruption cycle ataupenegakan siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.terbentuknya kodifkasi Dalam mendorong advokasi undang-undnag pemilu bukan sebagai hanya satu menggabungkan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan kesatuan, tetapi keempat undang-undang yang mengatur juga juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat pemilu antara tetapi laki-laki dan perempuan. Seperti pengaturan halnya keterwakilan perempuan sebagai satu membenahi dari isu-isu penting yang salah tentang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pemilu. Sehubungan dengan hal itu inisiatif masyarkat 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harusKodfikasi memenuhi sipil yang tergabung dalam “Sekretariat Bersama 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, Undang-Undang Pemilu” telah berdiskusi mengingat panjang praktikmenganai selama ini, 9 pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah (sembilan) isu penting yang mengatura pemilu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini yang terdiri dari: subkomite kelembagaan penyelenggara akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemilu, subkomite sistem pemilu, subkomite keterwakilan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita perempuan, subkomite pendaftaran pemilih, subkomite Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kampanye dan dana kampanye, subkomite aksesibilitas Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pemilu, subkomite teknologi kepemiluan, subkomite 2009.” penegakan hukum pemilu, dan subkomite pemantauan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dan partisipasi masyarakat. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Hasil diskusi dan kesimpulan subkomitebahwa tersebut Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye,dari menguraikan dana merupakan usulan undang-undang kampanye adalah salah satupembaruan hal pentingterhadap dalam proses pemilu. Dana kepemiluan ini mengatur pemilu untuk presiden, kampanye diperlukanyang oleh selama partai politik dan kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye iv vi pemilu legislatif, pemilu kepala daerah, dan penyelenggara pemilu. Adanya rekomendasi ini diharapkan akan meningkatakan kualitas pemilu kita baik dari segi proses maupun hasil. Berangkat dari hal tersebut, Jurnal Pemilu & Demokrasi edisi 9 dengan tema “KODIFIKASI UNDANG UNDANG PEMILU PEMBARUAN HUKUM PEMILU MENUJU PEMILU SERENTAK NASIONAL DAN PEMILU SERENTAK DAERAH” yang ada dihadapan pembaca ini berusaha untuk memetakan permasalahan yang selama ini dalam kepemiluan Indonesia dan memberikan rekomendasi untuk permasalahan tersebut. Akhir kata, harapannya jurnal ini dapat memberikan kontribusi dalam diskursus kepemiluan sekaligus menjadi salah satu referensi bagi seluruh aktor demokrasi untuk memperbaiki penyelenggaraan pemilu menuju peilu serentak nasional dan pemilu serentak daerah Jakarta, Agustus 2016 TITI ANGGRAINI DIREKTUR EKSEKUTIF PERLUDEM v Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Daftar Isi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Kata Pengantar........................................................................................... iii pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah Kepesertaan menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Syarat Peserta Pemilu.......................................................1 empiris diAgustyati berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Khoirunnisa budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara MENGATUR RELAWAN POLITIK: MENEGASKAN BENTUK PARTISIPASI agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi MASYARAKAT DALAM PEMILU.............................................................19 Maharddhika dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Memperbaiki Mekanisme Penegakan Hukum Pemilu.......................42 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Fadli Ramadhanil political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PENGAWASAN PEMILU Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. POLITIK UANG DAN DANA KAMPANYE................................................70 Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Indonesia Corruption Watch juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan KOMISI PEMILIHAN UMUM SEBAGAI PENYELENGGARA PEMILIHAN perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu UMUM.....................................................................................................96 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Catherine Natalia 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat MENARIK KERAH KETERWAKILAN PEREMPUAN..............................126 USEP HASAN SADIKIN praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini AGAR PEMILU UNTUK SEMUA: akan berdampak negatifTERHADAP terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam CATATAN KEBERPIHAKAN PEMILIH DISABILITAS..........155 Kholilullah P. pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita hukum dan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Inklusifitas dalam Daftar Pemilih.......................................................187 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Khoirunnisa Agustyati 2009.” Menyederhanakan Sistemdengan Kepartaian..............................................211 Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Heroik M. Pratama Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwa dana Rekapitulasi Elektronik: Langkah Strategis dalammenguraikan pengembangan Teknologi Pemilu di Indonesia...........................................................245 kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Diah Setiawaty dan Sebastian Vishnu kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Profil Penulis............................................................................................285 legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye vi vi Syarat Kepesertaan Peserta Pemilu Khoirunnisa Agustyati Abstrak Undang-undang sebagai aturan main dalam pemilu menentukan nasib partai politik. Nasib partai politik tidak hanya ditentukan dalam menentukan mekanisme siapa yang menjadi pemenang pemilu, tetapi juga ketika menentukan siapa yang berhak menjadi peserta pemilu. Ketentuan persyaratan untuk menjadi peserta pemilu terus berubah dari pemilu ke pemilu. Tampak dalam undang-undang bahwa persyaratan yang harus dipenuhi partai politik untuk menjadi peserta pemilu dari pemilu ke pemilu terus menyulitkan, khususnya bagi partai baru. Untuk itulah dibutuhkan desain baru dalam persyaratan peserta pemilu, khususnya menuju pemilu serentak nasional dan pemilu serentak daerah. Kata Kunci: undang-undang pemilu, syarat kepersetaan peserta pemilu, pemilu serentak nasional dan pemilu serentak daerah. PENGANTAR Undang-undang pemilu sebagai aturan main dalam pemilu dapat dikatakan sebagai undang-undang yang paling menentukan nasib partai politik. Bukan hanya menentukan bagaimana pemenang pemilu dapat dihasilkan, tetapi juga menentukan siapa saja yang berhak untuk menjadi peserta dalam pemilu. Karena sifatnya yang menentukan nasib partai politik, maka wajar jika 1 Pemilu& Demokrasi Jurnal setiap kali akan pemilukebijakan selalu ada perubahan merupakan suatumenyelenggarakan upaya untuk menyelamatkan publik yang akan terhadap undang-undang pemilu. Setidaknya hal ini terlihat dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dengan banyaknya undang-undang pemilu yang ditetapkan sejak Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan 1 era reformasi hingga tulisannya Pemilu 2014 lalu . Yuna Farhan melalui “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Salah satuPemilu.” yang menyebabkan berubahnya undang-undang sudah kepentingan menjadi fenomena didukung dengan berbagai studi adalah partai universal politik yang berbeda-beda. Hal ini juga empiris di berbagai Negara. Berbagai variabelyang yang mempengaruhi politcal yang menyebabkan adanya perdebatan cukup alot terkait budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara sejumlah isu tentang sistem pemilu yang akan digunakan. Salah agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi satu yang memicu perdebatan adalah pembahasan mengenai dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus ambang batas. Pada pembahasan UU No 10/2008 perdebatan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengenai ambang batas terjadi antara partai kecil dan partai ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan besar. Partai kecil dan menengah ingin mempertahankan ambang political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun batas sebesar 2.5%, sementara Partai besar ingin menaikkan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. angka ambang batas menjadi 5%. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Perdebatan mengenai besarperbedaan kecilnya hakikat ambangantara batas laki-laki parlemen juga perlu dibatasi mengingat dan (parliamentary threshold) dalam pembahasan undang-undang perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pemilu, disebabkan adanya untukpemilu. mengurangi syarat verifikasi faktual untukkeyakinan menjadi peserta UU No.jumlah 8 Tahun partai politik di parlemen hasil pemilu. Perdebatan ini memenuhi muncul 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus kembali pada pembahasan UU No 8/2012, padahal mengingat angaka 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun yang sebelumnya diperdebatkan sudah meningkat daripemerintah pemilu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini sebelumnya, yaitu hingga 3.5%. Setelah perdebatan yang cukup akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasibatas perempuan dalam panjang, akhirnya diputuskan bahwa ambang parlemen hukumPemilu dan pemerintahan. kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita untuk 2014 adalahDan 3.5%. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Perdebatan mengenai ambang batas tersebut, membuat Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI sejumlah fraksi di parlemen berbeda-beda dalam menguslkan 2009.” angka ambang batas yang akan digunakan. Adapun posisi dan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik argumentasi dari setiap fraksi, dapat dilihat dalam table berikut Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan ini (Veri Junaidi, 2013, pp. 123-124) : Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 1 Miriam Budiardjo, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramediia Pustakan legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Utama. Hlm. 367 2 vi JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG Tabel 1 Posisi Fraksi dan Argumentasi Besaran Ambang Batas Fraksi Posisi Argumentasi Partai Demokrat Peningkatan PT Menjadi 4% Untuk memperkuat sistem presidensial maka jumlah partai perlu disederhanakan Partai Golkar Peningkatan PT Menjadi 5% • Penting untuk penataan sistem politik juga untuk menjamin adanya stabilitas politik dan efektivitas kinerja lembaga-lembaga negara • Agar tidak terjadi pemborosan proses di politik khususnya di DPR PDIP Peningkatan PT Menjadi 5% • Sebagai negara kepulauan dan dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia tidak memerlukan jumlah partai yang besar demi efektivitas pembangunan • Dengan jumlah partai yang lebih sederhana akan lebih mudah dalam tercapainya kesepakatan dalam membuat kebijakan dan program pembangunan. 3 Pemilu& Demokrasi Jurnal Fraksi Posisi Argumentasi merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan PKS Peningkatan • Peningkatan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PT Menjadi PT tidak akan 5% membunuh partai Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kecil, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran • Untuk pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles menyederhanakan jumlah partai. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi PT tetap variabel 2.5% yang mempengaruhi • PT di angka politcal empirisPAN di berbagai Negara. Berbagai sudah cukup budget cycles seperti perubahan pola pada struktur2.5% anggaran baik secara menyederhanakan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahunpartai Pemilu, yangterkonfirmasi masuk dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus di DPR 2009-2014 dibanding DPR Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat periode sebelumnya. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan • Dengan angka political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PT 2.5% saja suara Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. yang hilang sudah 19 juta tetapi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaimencapai satu kesatuan, suara. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat• Penerapan antara laki-laki dan PT perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan salah satu 2.5%sebagai baru sekali diterapkan dalam syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pemilu sehingga 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi belum perlu untuk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, dievaluasi mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas PKBdiduduki oleh laki-laki. PT tetapApabila 2.5% tidak •diperjuangkan, PT 2.%% yang hal ini digunkaan pada dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan Pemilu 2009 layak hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dipertahankan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: • Peningkatan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu PT hingga 5% DPR RI dapat membunuh 2009.” demokrasi karena Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik sama dengan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi memperbanyak suaradan yang hangus/hilang. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana • Peningkatan PT Dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. akan mengurangi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya legitimasi untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon keterwakilan di DPR legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 4 vi Fraksi Posisi Argumentasi Gerindra Menolak PT ditingkatkan menjadi 5% • Dengan adanya PT 2% sudah membuat suara hilang menjadi 19 juta suara • Gerindra setuju dengan gagasan penyederhanaan partai, namun bukan dengan meningkatkan PT melainkan dengan pengetatan syarat partai yang akan ikut dalam pemilu. Hanura Peningkatan PT menjadi 3% Penetapan peningkatan PT harus dilakukan secara rasional. Angka 3% diajukan demi berjalannya kompromi dalam pembuatan undangundang di DPR. Dari table tersebut, terlihat bahwa terdapat perbedaan di antara partai besar dan partai kecil dalam penentuan angka ambang batas parlemen. Partai kecil merasa tidak perlu meningkatkan PT, karena akan semakin meningkatkan jumlah suara yang terbuang dalam pemilu. sementara partai besar beranggapan bahwa dengan meningkatnya angka PT, maka akan terjadi penyederhanaan dan efektivitas di parlemen hasil pemilu. Apabila kita melihat dari hasil pemilu 2009 dan pemilu 2014, tentu kita akan berpikir ulang terkait asumsi yang digunakan oleh partai besar tersebut. Sebab, pada Pemilu 2009 dengan angka ambang batas 2,5%, telah menghasilkan 9 partai di parlemen. Sedangkan, pada pemilu 2014 dengan angka ambang 5 Pemilu& Demokrasi Jurnal batas 3,5%, justru menghasilkan jumlah partai politik menjadi 10 merupakan suatu upaya untuk varible menyelamatkan publik yang akan partai di parlemen. Kedua tersebutkebijakan telah membuktikan dibuat oleh politisi peningkatan dan pemerintahangka yang terpilih untuk memerintah. bahwa ternyata PT bukanlah cara untuk menyederhanakan partai di parlemen. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhanrealitas melaluipolitik tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Melihat yang ada di masyarakat yang Anggaran plural pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dan memperhatikan sistem hukum nasional yang berlaku, partai sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi politik dapat dikategorikan menjadi empat jenis; Pertama, partai empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal politik masyarakat, yaitu partai politik yang baru dibentuk oleh budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara sekelompok masyarkat; Kedua, partai politik berbadan hukum, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yaitu partai politik yang dibentuk oleh masyarakat dan memiliki dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus badan hukum resmi, karena telah didaftarkan pada institusi yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat berwenang; Ketiga, partai politik yaitumelainkan partai ini, yang menjadi perhatian tidak hanyapeserta politicalpemilu, budget cycles, politik berbadan dankorupsi memenuhi sebagai politicalyang corruption cycle hukum atau siklus politik syarat pada tahun-tahun peserta pemilu; Keempat, dengan partai ekstrim. poltik parlemen, yaitu partai Pemilu yang telah meningkat politik pesertatidak pemilu yang ditafsirkan mendapatkan kursi parlemen Masyarakat saja dapat sebagai satudi kesatuan, tetapi (Mellaz, 2011, p. 34). juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti kategori halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Dari keempat partai politik tersebut, manakah syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang ingin disederhanakan? Jika menggunakan ambang batas 2012 menegaskan setiap partai peserta maka pemiluambang harus memenuhi formal ataupun ambang bataspolitik matematis, batas 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tersebut hanya berlaku pada partai politik peserta pemilu dan praktikpolitik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah partai di parlemen. Penyederhanaan atau pengurangan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini jumlah partai politik berbadan hukum dapat dilakukan melalui akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam undang-undang partai politik, yakni dengan cara memperketat hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pembentukan partai politik berbadan hukum. Hal ini dilakukan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: agar tidak setiap orang dapat dengan mudah mendirikan partai Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI politik (Mellaz, 2011). 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Prinsip Syarat Kepesertaan Pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Menurut Undang-Undang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Sejak masa reformasi, telahproses mengeluarkan kampanye adalah salah satu halIndonesia penting dalam pemilu. Dana kampanye diperlukan olehparati partaipolitik. politik dan kandidatnya untuk dapat empat undang-undang Menjelang Pemilu 1999, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon persyaratan membentuk partai politik dipermudah, yakni cukup legislatif tidak dapatyang bekerja secara 21, maksimal dalam kampanye didirikan oleh akan 50 orang berumur kemudian membuat 6 vi akte didepan notaris (Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 2/1999). Kondisi ini tidak lepas dari kesejarahan partai politik di Indonesia yang sebelumnya di monopoli oleh Orde Baru. Setelah melewati pemilu 1999 dengan eforia keterbukaan, syarat pendirian partai politik mulai diperketat menjelang Pemilu 2004. Selain harus didukung sedikitnya 50 orang dan harus membuat akte pendirian di hadapan notaris, partai juga harus memiliki pengurus dan kantor di 50% Provinsi dan 50% Kabupaten/Kota pada Provinsi yang dimaksud (Pasal 2,3, dan 4 UU No. 21/2002). Namun, persyaratan ini masih dianggap terlalu mudah, hal ini terlihat dari banyaknya partai politik baru yang mendaftarkan diri ke Depkumham. Karena itu, menjelang Pemilu 2009 persyaratan mendirikan partai diperketat lagi, jumlah pendiri tetap 50 orang, tetapi harus menyertakan 30% perempuan. Selanjutnya partai poiltk harus memiliki pengurus dan kantor di 60% provinsi dan di 50% kabupaten/kota dari provinsi yang dimaksud, serta di 25% kecamtan di kabupaten/kota yang dimaksud (Pasal 2,3, dan 4 UU No.2/2008). Menjelang Pemilu 2014 persyaratan untuk mendirikan partai politik kembali diubah. Partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit oleh 30 orang dan didaftarkan oleh paling sedikit 50 orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik dengan akta notaris. Terkait dengan kepengurusan partai politk, partai politik harus memenuhi syarat yang lebih berat dibandingkan dengan ketentuan pada undang-undang sebelumnya. Partai politik harus memiliki 100% kepengurusan di tingkat provinsi di Indonesia dan paling sedikit 75% dari jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan, serta paling sedikit 50% dari jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan (Pasal 2 dan 3 UU No. 2/2011). Jika melihat syarat administrasi yang harus dipenuhi untuk dapat mendirikan partai politk, maka dapat dikatakan bahwa 7 Pemilu& Demokrasi Jurnal syarat untuk mendirikan partai politik terus diperketat. Tetapi merupakan suatu upayasyarat untuk menyelamatkan akan pada kenyataannya, tersebut dapatkebijakan dipenuhipublik oleh yang partai dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untukmemiliki memerintah. politik baru, apalagi jika pendiri partai politik dana yang cukup untuk dan dengan menyewa partai Pandangan Hamdanmembentuk tersebut berkaitan apa kantor yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran di provinsi dan kabupaten/kota. kondisi syarat pendirian pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa cycles partai yang Pemilu.” selalu diperketat tersebut, akanPolitical rentanbudget terhadap sudah menjadipelanggaran fenomena universal didukung dengan berbagaidan studi permaslahan hak individu dalam berserikat empiris di berbagai Negara. Berbagai & variabel yang mempengaruhi berkumpul ( (Didik Supriyanto August Mellaz , 2011 , politcal hal. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 38-39). Sehingga yang perlu dibatasi adalah persyaratan partai agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi politik untuk mengikuti peserta pemilu. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Menyederhakan partai politik peserta pemilu dapat Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dilakukan melalui undang-undang inimelainkan dapat ini, yang menjadi perhatian tidak hanyapemilu. political Ketentuan budget cycles, diberlakukan kepada partai baru yang ingin political corruption cycle atau politik siklus korupsi politik padamengikuti tahun-tahun pemilu. Sementara bagi partai politk yang sudah menjadi peserta Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. pemilu pada pemilu sebelumnya, untuk dapat pemilu Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaimengikuti satu kesatuan, tetapi selanjutnya dapat menggunakan capaian hasil pemilu sebagai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan persyaraatan. Sehingga batas perempuan. Seperti halnya ketentuan keterwakilanmengenai perempuan ambang sebagai salah satu perwakilan dapat digunakan sebagai peserta perangkat untuk syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. UUmenyaring No. 8 Tahun peserta pemilu berikutnya. ini sama syarat 2012 menegaskan setiap partaiHal politik pesertahalnya pemiludengan harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat mendirikan partai politik, syarat partai politik untuk dapat ikut praktik selama ini, pihaksulit yangdari duduk baik dike parlemen Pemilu juga semakin pemilu pemilu.maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pemilu 1999 merupakan pemilu transisi dari rezim orde akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam baru, oleh karenanya persyaratan partai politk untuk menjadi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita peserta pemilu cukup ringan. Pertama adalah sudah berstatus Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: badan hukum sah; Kedua, memiliki pengurus dan kantor di Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 50% provinsi dan 50% di kabupetan/kota pada provinsi yang 2009.” bersangkutan. Pada Pemilu 2004 selain sudah berbadan hukum Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik sah, syarat penyebaran pengurus dan kantor ditingkatkan, yaitu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan partai politik berbadan hukum memiliki pengurus dan kantor di Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana 2/3 provinsi dan 2/3 kabupaten/kota dituntut minimal kampanye adalah salah satu hal penting dalam memiliki proses pemilu. Dana 1000 anggota atau 1/1000 jumlah penduduk. Persyaratan ini kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat tidak berubahdipada Pemilu 2009,Setiap kecuali ketentuan berkompetisi dalam pemilu. partai politik,menyertakan kandidat/calon 30% perempuan dalam tingkat dalam pusat. kampanye Syarat legislatif tidak akan dapatkepengurusan bekerja secara di maksimal 8 vi kepesertaan dalam pemilu menjadi sangat berat untuk Pemilu 2014. Untuk menjadi peserta Pemilu 2014, partai politk yang memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu sebelumnya otomatis menjadi peserta Pemilu pada berikutnya, sementara bagi partai politik baru yang ingin menjadi peserta Pemilu 2014 harus memenuhi persyaratan, yaitu berstatus badan hukum, dan memiliki kepengurusan di seluruh provinsi di Indonesia, dan memiliki kepengurusan di 75% kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan, serta memiliki kepengurusan di 50% kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan. Persyaratan untuk menjadi peserta Pemilu 2014 bagi partai politik baru dianggap sangat berat dan bersikap diskriminatif. Oleh karena itu, ketentuan tersebut diuji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang kemudian ketentuan ini di batalkan oleh MK. Sehingga tidak hanya partai baru yang harus diverifikasi, tetapi juga partai lama yang sudah mendaptkan kursi di DPR. Permasalahan Dalam Penerapan/ Implikasi Peraturan Persyaratan partai politik untuk menjadi peserta Pemilu 2014 memberikan gambaran bahwa syarat untuk menjadi peserta Pemilu 2014 cukup berat. Hampir seluruh partai—baik partai yang ada di parlemen maupun partai nonparlemen—mengalami kesulitan untuk memenuhi seluruh persyaratan. Dari 46 partai yang mendaftar, hanya sepuluh partai yang lolos sebagai peserta pemilu. Dari sepuluh partai tersebut, 9 adalah partai yang sudah memiliki kursi di parlemen dan satu partai baru, yaitu; Partai Nasiona Demokrat (Nasdem). Sembilan partai tersebut otomatis dapat menjadi peserta pemilu, karena dalam Pasal 8 ayat (1) UU No 8/2012 menyatakan bahwa; “Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas perolehan 9 Pemilu& Demokrasi Jurnal suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebegai merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan publikArtinya yang akan Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilukebijakan berikutnya”. dibuat oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah. kesembilan partaidan tersebut tidakyang perlu diverifikasi kembali. Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pandangan Sementara untuk partai nonparlemen dan partai baru Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran harus mengikuti verifikasi untuk dapat menjadi peserta pemilu. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Bahkan syarat yang harus dipenuhi oleh partai nonparlemen sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi atau partai baru tersebut terbilang cukup memberatkan. Pasal empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal 8 ayat (2) UU No 8/2012 mensyaratkan untuk partai baru atau budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara partai memenuhi syarat sebagai agregatnonparlemen maupun secaraharus spesifik pada tahun-tahun Pemilu,berikut: terkonfirmasi a. praktek Berstatus badan hukum sesuai dengan UU Partai Politik; dalam penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat b. 2009 Memiliki kepengurusan di seluruh provinsi; ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan c. Memiliki kepengurusan di 75% jumlah kabupaten/kota political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun di provinsi yang bersangkutan; Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. d. Memiliki kepengurusan di 50% jumlah kecamatan di Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kabupaten/kota yang bersangkutan; juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan e. Menyerahkan sekurang-kurangnya 30% sebagai keterwakilan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan salah satu perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UUpusat; No. 8 Tahun 2012 setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi f. menegaskan Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 1/1.000 dari jumlah penduduk pada kepengurusan partai politik praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah di kabupaten/kota; mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini g. Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam tingkatan provinsi,Dan dan kabupaten/kota tahapan hukum danpusat, pemerintahan. kondisi tersebut telahsampai ditulis oleh Nindita terakhir pemilu; Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi dalamgambar Pemilu partai DPR RI h. Mengajukan nama, lambang,Korupsi dan tanda 2009.” kepada KPU; politik Masih berhubungan dengan akuntabilitas keuangan politik, Didik i. Menyerahkan nomortema rekening dana kampanye pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan atas nama partai politik kepada KPU. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Syarat-syarat tersebut terlihat memberatkan bagi partai baru kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana ataupun partai nonparlemen, bahkan tidak adil. Hal ini yang kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat kemudian adanya gugatan uji materiil ke Mahkamah Konsitusi berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon (MK) terkait pasal-pasal tersebut. Hasil dari gugatan tersebut legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye adalah MK menyatakan bahwa ketentuan Pasal 8 ayat (1) 10 vi dan (2) sepanjang frasa “yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada pemilu sebelumnya atau partai politik baru”, serta penjelasan Pasal 8 ayat (2) sepanjang frasa “yang dimaksud dengan partai politik baru adalah partai politik yang belum pernah mengikuti Pemilu” adalah bertentangan dengan UUD 1945. Hal yang menjadi pertimbangan bagi MK adalah terdapat syarat yang berbeda antara kepesertaan Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014. Syarat yang lebih memberatkan ini yang kemudian dinilai oleh MK bahwa, seluruh partai politik harus diverifikasi ulang tanpa melihat apakah partai tersebut sudah atau belum mendapatkan kursi di parlemen. Argumentasi yang disampaikan MK adalah (Veri Junaidi, 2013): 1. Adanya fakta hukum bahwa syarat yang harus dipenuhi Partai Politik untuk mengikuti Pemilu 2009 berbeda dengan persyaratan untuk Pemilu 2014. Syarat untuk menjadi peserta Pemilu 2014 justru berat dibandingkan dengan persyaratan peserta Pemilu 2009. Dengan demikian menjadi tidak adil, jika partai politik yang telah lolos menjadi peserta Pemilu 2009 tidak perlu diverifikasi lagi untuk dapat mengikuti Pemilu 2014 sebagai partai politik baru, sementara partai yang tidak memenuhi ambang batas harus verifikasi dengan syarat yang lebih berat. 2. Tujuan penyederhaan partai politik tidak dapat dilakukan dengan memberlakukan syarat-syarat yang berlainan kepada masing-masing Partai Politik. Penyederhaan mestinya dilakukan dengan menentukan syarat-syarat administrasi tertentu untuk mengikuti pemilu, namun syarat itu harus diberlakukan sama untuk semua partai politik tanpa pengecualian. Memberlakukan syarat yang berbeda kepada peserta suatu kontestasi yang sama, merupakan perlakuan yang tidak sama atau perlakuan yang berbeda (unequal treatment) dan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) serta Pasal 28 D ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945. 11 Pemilu& Demokrasi Jurnal Dari pertimbangan tersebut, bahwa syarat untuk menjadi merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan peserta pemilu saat ini semakin menyulitkan khususnya bagi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. partai baru. Syarat-syarat yang ada dalam undang-undang pemilu juga tidak relevan dengan kebutuhan itudisampaikan sendiri. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganpemilu apa yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklustingkat Politisasi Anggaran Partai dituntut untuk memiliki kantor dari provinsi pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles hingga tingkat kecamatan. Sehingga tidak jarang partai politik sudah sulit menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi baru untuk menyiapkan kantor tersebut ketika proses empiris di berbagai Negara. yang mempengaruhi politcal verifikasi dilakukan. Hal Berbagai ini yangvariabel kemudian mendorong partai budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara politik mendirikan kantor di daerah hanya sebatas formalitas agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi agar dapat memenuhi syarat sebagai peserta pemilu. Sementara dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus ketika masa pendaftaran telah selesai, maka partai tidak lagi Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengurusi kantornya yang ada di daerah. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Rekomendasi Untuk Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Sebagai sebuah mengingat instrumenperbedaan demokrasi, Pemilu tidak hanyadan juga perlu dibatasi hakikat antara laki-laki bertujuan mekanisme regenerasi pemimpin secara perempuan. sebagai Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu damai, tetapi juga pemerintahan yang terbentuk berjalan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu.dapat UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiapefisien. partai politik peserta memang pemilu harus memenuhi secara efektif dan Walaupun efektivitas 30% keterwakilan perempuan. Kondisijuga ini patut diperjuangkan, dan efisiensi dari pemerintahan bergantung dari mengingat sistem praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah pemerintahan yang digunakan. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Sistem pemerintahan presidensil cenderung tidak berjalan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam efektif, setidaknya disebabkan oleh adanya tiga faktor. Pertama, hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kemunculan fenomena deadlock, karena penolakan legislatif Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kepada eksekutif. Kedua, adanya keterpisahan politik sebagai Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI dampak 2009.” dari mekanisme separation of power antara legislatif dan eksekutif, sehingga menjadikan hubungan keduanya tidak Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik harmonis. Ketiga, terjadinya personalisasi kekuasaan pada Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan presiden danPengelolaan kekakuan pemerintahan akibat model fixed term Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana (Lijphart, 1992). kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye partaiwaktu politik penyelenggaraan dan kandidatnya untuk dapat Fiorina diperlukan menyebutoleh bahwa, Pemilu berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon parlemen dan presiden sebagai faktor utama penyebab terjadinya legislatif tidak akan dapatMenurutnya, bekerja secarapemerintahan maksimal dalamterbelah kampanye devided government. 12 vi ketika anggota legislatif dan pejabat eksekutif dipilih pada waktu yang berbeda dan/atau cara yang tidak sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya devided government adalah pada perbedaan waktu penyelenggaraan Pemilu legislatif dan Pemilu presiden (Fiorina, 1996). Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dorongan untuk memisahkan pemilu serentak nasional dan pemilu serentak lokal menjadi kuat. Pemisahan ini akan berimplikasi pada; Pertama, menjadikan pengurus partai lebih konsentrasi dalam melakukan rekrutmen para calon anggota legislatif. Ketersediaan calon juga lebih banyak, karena mereka yang tidak terpilih dalam pemilu nasional dapat diajukan kembali dalam pemilu lokal dan sebaliknya. Kedua, pemisahan ini akan mengurangi terjadinya konflik internal. Pemilu nasional akan mengkanalisasi konflik pencalonan anggota DPR dan pencalonan presiden dan wakil presiden dalam satu waktu. kondisi ini juga juga terjadi di daerah, pemilu lokal akan mengkanalisasi pencalonan anggota DPRD dan pencalonan kepala Daerah. Dengan demikian, partai punya banyak waktu untuk mengurusi anggota dan konstituennya. Ketiga, pemisahan ini membuat durasi pemilu menjadi lebih pendek. Hal ini tidak saja memudahkan pemilih bersikap rasional, tetapi juga memudahkan pemilih untuk menghukum partai yang kinerjanya buruk (LIPI, 2014, pp. 30-31). Dengan adanya dorongan pemisahan pemilu serentak nasional dan pemilu serentak lokal, maka persyaratan partai politik untuk menjadi peserta pemilu-pun perlu mengikuti desain pemilu tersebut. Partai politik tidak perlu mengumpulkan syarat adminisitratif yang memberatkan, seperti yang disyaratkan dalam pemilu sebelumnya. Rekomendasi yang didorong ialah sebagai berikut; 1. Bagi partai politik yang memiliki kursi di DPR, maka dapat menjadi peserta pemilu pada pemilu berikutnya, atau; 2. Bagi partai politik yang mendapatkan kursi di 50%+1 13 Pemilu& Demokrasi Jurnal DPRD Provinsi di Indonesia, maka dapat menjadi peserta merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan Pemilu DPR pada pemilu berikutnya, atau;kebijakan publik yang akan dibuat danpolitik pemerintah terpilih untuk memerintah. 3. oleh Bagipolitisi partai yangyang mendapatkan kursi di 50%+1 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan DPRD Kabupaten/Kota di Indonesia dapat apa menjadi peserta Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pemilu DPRD Provinsi pada pemilu berikutnya, atau; pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles 4. Bagi partai baru agar ingin menjadi peserta pemilu, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi maka harus mengumpulkan dukungan sebanyak perolehan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kursi minimal untuk mendapatkan kursi di dapil atau dapat budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara membuktikan 1/1000 dari jumlah pemilih pada agregat maupun dukungan secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pemilu terakhir. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang2menjadi tidak hanya political budgetPeserta cycles, melainkan Tabel Syaratperhatian Kepesertaan Partai Politik political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pemilu Nasional Pemilu Lokal satu kesatuan, tetapi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai Memiliki kursi DPR Memiliki kursi antara DPR laki-laki dan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat Memiliki kursi 50%+1 Memiliki kursi 50% perempuan. Seperti halnyadiketerwakilan perempuan sebagai salah satu DPRD Provinsi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Memiliki kursi 50%+1 di Partai baru wajib 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi DPRD Kabupaten/Kota mengumpulkan dukungan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sebanyak perolehan praktik selama ini, pihak yang duduk baikkursi di parlemen maupun pemerintah minimal atau membuktikan dukungan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini 1/1000 dari jumlah akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemilih pada pemilu hukum dan pemerintahan. Dan kondisi terakhir. tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Adanya syarat memiliki kantor bagi partai politik dari level 2009.” pusat sampai dengan kecamatan, apabila hal itu benar-benar Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dijalankan oleh dandalam tidaktulisan hanya sebatas formalitasdan Supriyanto dan Liapartai Wulandari berjudul Transparansi belaka. Hal ini akan mendorong institusionalitasi partai politik Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana termasuk pengakaran partai politik sampai dengan level grass kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana root masyarakat. Untuk itu, dalam tetap mendorong kampanye diperlukan oleh partai politik rangka dan kandidatnya untuk dapat adanya institusionalisasi partai yangpartai tidakpolitik, hanya kandidat/calon formalitas berkompetisi di dalam pemilu. Setiap legislatifsemestinya tidak akan syarat dapat bekerja secara maksimal kampanye belaka, pendirian kantor hanyadalam sampai level 14 vi kabupaten/kota saja. Akan tetapi, setiap partai politik harus memiliki dan membuktikan kepengurusan partai sampai dengan level kecamatan di Kabuapaten/Kota. Mekanisme seperti ini selain mempermudah partai politik, dapat mempermudah tugas sebagai penyelenggara pemilu dalam melakukan verifikasi langsung di lapangan. Sejauh ini KPU sendiri mengalami kesulitan yang sama akibat minimnya sumber daya manusia yang dimiliki untuk melakukan verifikasi secara faktual di lapangan. Hal ini dikarenakan setiap petugas perlu mengecek secara satu persatu, apakah kantor yang didaftarkan partai politik tersebut benar-benar ada atau tidak. Ditengah kondisi yang seperti ini, pada akhirnya proses verifikasi-pun tidak dilakuk an secara faktual melainkan hanya berupa sampling. Tidak hanya berhenti sampai disitu, hal lain yang menyulitkan dan menjadikan proses verifikasi partai politik peserta pemilu sebagai formalitas belaka ialah adanya ketentuan memiliki anggota dengan jumlah 1000 atau 1/1000 dari jumlah penduduk di Kabupaten/Kota (Pasal 8, ayat 2, huruf f UU 8/2012). Ketentuan ini sering kali dikelabui oleh partai politik dengan menjaring individu masyarakat yang sebetulnya bukan anggota partai politik. Untuk itu, paling tidak verifikasi partai politik peserta pemilu dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa partai politik mampu meraih dukungan dari masyarakat sebesar harga satu kursi minimal di dapil tersebut. Bagi partai yang mampu membuktikan adanya dukungan tersebut dapat dinyatakan lolos, sedangkan partai politik yang tidak mampu membuktikan dukungan dinyatakan tidak lolos. Mekanisme seperti ini selain mempermudah partai maupun penyelenggara dalam proses rekapitulasi, ketentuan ini tentunya sangat relevan untuk membuktikan kesiapan partai dalam pemilu dibandingkan dengan syarat setiap partai politik memiliki kantor. Selain membuktikan dukungan seharga jumlah kursi minimal 15 Pemilu& Demokrasi Jurnal dalam satu dapil, pilihan lain yang bisa dipertimbangkan ialah merupakan suatu upayadiwajibkan untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan setiap partai politik untuk membuktikan dukungan dibuat oleh pemerintah yangyang terpilih untuk memerintah. 1/000 daripolitisi jumlahdan pemilih terakhir terdaftar dalam Daftar Pemilih TetapHamdan (DPT). tersebut Hal ini berkaitan jauh lebih ringan lebih Pandangan dengan apadan yangjauh disampaikan Yuna Farhanbagi melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran bermanfaat partai politik untuk memanaskan mesin partai, pada Tahunmengatahui Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political cycles termasuk sebarapa jauh dukungan yangbudget ia miliki sudah menjadi fenomena universalsimulasi didukungyang dengan berbagai studi sebelum pemilu. Berdasarkan sudah dibuat empiris dimembandingkan berbagai Negara. Berbagai yang mempengaruhi politcal dengan jumlahvariabel anggota 1/1000 dari jumlah budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara penduduk dan jumlah pemilih terakhir. Ketentuan berdasarkan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi jumlah daftar pemilih terakhir jauh lebih ringan dibandingkan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dengan ketentuan jumlah penduduk (lihat tabel 2). Dengan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat adanya mekansime ini proses verifikasi faktual-pun akan lebih ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan mudah dilakukan oleh penyelenggara pemilu. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Referensi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Ambardi, K. (2009). Mengungkap Jakarta:dan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan Politik hakikat Kartel antara .laki-laki KPG. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual&untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Batas 8 Tahun Didik Supriyanto August Mellaz . (2011 ). Ambang 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Perwakilan . Jakarta : Perludem. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Fiorina. (1996). Devided Government 2nd Edition. Boston : praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Allyn and Bacon . mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Husein, H. (2014). Indonesia. Fakta, Angka, Ananlisis, akan berdampak negatifPemilu terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dam Studi Banding. Jakarta: Perludem. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalamAgustiyati, tulisannya yang “Perempuan Korupsi: Khoirunnisa Liaberjudul: Wulandari dkk .dan (2013). Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Menetapkan Arena Perebutan Kursi DPRD: Penerapan Prinsip 2009.” Demokratis dalam Pembentukan Daerah Pemilihan DPRD Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan Didik Provinsi dan DPRD dengan Kabupaten/Kota Pemilu 2014. politik, Jakarta: Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Perludem. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Laakso & Taagepera . (1979). Effective Number of Parties: kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana A Measure with Aplication to West Eropa . dalam Comparative kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Political Studeis . berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Lijphart, (1992). Parliamentary Versus dalam Presidential legislatif tidak A. akan dapat bekerja secara maksimal kampanye 16 vi Government. Oxford: Oxford University Press. LIPI. (2014). Position Paper LIPI Pemilu Serentak Nasional 2019. Jakarta : LIPI Press. Mellaz, D. S. (2011). Ambang Batas Perwakilan. Pengaruh Parliemantary Threshold Terhadap Penyederhaan Sistem Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu. Jakarta: Perludem. Nuryanti, S. (2006). Analisis Proses dan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. P Kartawidjaja & S Pramono . (2009 ). Akal-Akalan Daerah Pemilihan . Jakarta : Perludem . Pamungkas, S. (2009). Perihal Pemilu . Yogyakarta : Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM . Rae, D. W. (1967). The Political Consequences of Electoral Laws. New Haven and London: Yale University Press. Ramlan Surbakti, D. S. (2012). Seri Demokrasi Elektoral. Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih. Jakarta: Kemitraan. Ramlan Surbakti, D. S. (2012). Seri Demokrasi Elektoral: Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih. Jakarta, Jakarta, Jakarta: Kemitraan. Supriyanto, D & Mellaz, A. (2011). Ambang Batas Perwakilan: Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap Penyederhanaan Sistem Kepartaian dan Proposionolitas Hasil Pemilu. Jakarta : Perludem. Veri Junaidi, K. N. (2013). Politik Hukum Sistem Pemilu: Potret Partisipasi dan Keterbukaan Publik Dalam Penyusunan UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Jakarta: Perludem. 17 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 18 vi MENGATUR RELAWAN POLITIK: MENEGASKAN BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU Maharddhika Abstrak Partisipasi politik pemilih pada masa pemilu dapat dikategorikan menjadi partisipasi partisan dan nonpartisan. Partisipasi dalam kategori partisan dapat berbentuk seperti relawan politik yang kini marak muncul untuk mendukung bakal calon kepala daerah. Kelompok relawan politik telah menjadi entitas baru dalam praktik politik dan pemilu. Relawan politik menjadi satu kelompok di luar struktur partai politik dan tim kampanye yang turut berkontribusi bagi pemenangan kandidat peserta pemilu. Namun yang menjadi kritik bagi relawan ini adalah akuntabilitasn mereka khususnya dalam pelaporan keuangan. Hal ini penting agar entitas politik ini tidak ditumpangi oleh pihak yang sengaja memanfaatkan kerelawanan masyarakat. Kata Kunci: partisipasi politik, relawan politik, akuntabilitas relawan. PENGANTAR Politik hari ini telah banyak dimeriahkan oleh partisipasi masyarakat yang berbasis kesukarelawanan. Jauh sebelum penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 bergulir, muncul kelompok-kelompok relawan yang mendukung 19 Pemilu& Demokrasi Jurnal (bakal) calon kepala daerah. Beberapa kelompok tersebut merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan di antaranya adalah Relawan Adhyaksa, Pendukung Yusril, dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Sahabat Djarot, Sahabat Sandiaga Uno, Suka Haji Lulung, dan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Teman Ahok. Munculnya kelompok-kelompok ini menjadi tren Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran baru sejak Pemilu 2014. Pada Pemilu 2014, muncul relawan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles yang bergotong royong atas kemauan sendiri untuk mendukung sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi salah satu kandidat. Relawan ini lepas dari tim kampanye yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal didanai oleh calon, menjadi bagian darianggaran agenda partai. budget cycles seperti namun perubahan pola pada struktur baik secara Beragam agenda oleh para relawan, salah agregat maupun secarapolitik spesifikdilakukan pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi satunya adalah melakukan di mobilisasi Hal ini dengan bertujuan dalam praktek penganggaran Indonesiamassa. yang berkaitan siklus Pemilumenghimpun 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014.harapan Melihat perkembangan saat untuk masyarakat dengan dapat bersama ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan mendukung calon yang dikehendaki. Dalam hal ini, ada dua ciri political corruption cycle atau siklus pada tahun-tahun relawan yang memobilisasi massakorupsi untuk politik pemenangan calon. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pertama, dalam gerakannya, massa tidak bergantung dan Masyarakat tidak struktur saja dapatpartai. ditafsirkan sebagai kesatuan, tetapi berafiliasi dengan Kedua, uangsatu sebagai modal juga perlu dibatasi mengingat perbedaan sukarela. hakikat antara memobilisasi datang dari sumbangan Selainlaki-laki relawandan perempuan. Seperti kandidat, halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu yang mendukung muncul juga relawan independen syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang bergerak atas kehendak sendiri untuk turut menjaga 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi integritas hasil pemilu. Situs crowdsourcing kawalpemilu.org 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat adalah salah satu contoh partisipasi masyarakat yang menjaga praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah integritas hasil pemilu. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Kawalpemilu.org respon bagi perempuan keterbukaan akan berdampak negatifmuncul terhadap atas mandeknya aspirasi dalam KPU. Situs ini memuat tabulasi dari hasil rekapitulasi data hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita scan C1 (jumlah di masing-masing TPS) Paramastuti dalamperolehan tulisannyasuara yang berjudul: “Perempuan dan untuk Korupsi: pemilihan 2014. Data scan Korupsi C1 yangdalam ada diPemilu web KPU Pengalamanpresiden Perempuan Menghadapi DPRdi RI 2009.” diunggah, dan diperbarui pada server kawalpemilu.org tabulasi, setiap sekitar sepuluh dengan menit. tema Lepas dari motifnya yang bertujuan Masih berhubungan akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul mengawal Pemilu 2014 sehingga terbebas dari Transparansi kecurangan-dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikanfenomena bahwa dana kecurangan, kawalpemilu.org menunjukkan kampanye adalahdisalah satu hal penting dalampengoperasiannya proses pemilu. Dana yang menarik masyarakat Indonesia; kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat sepenuhnya dilakukan oleh relawan-relawan. Baik pengembang berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon aplikasi maupun 700 relawan yang memasukkan data, semua legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye bekerja tanpa diperintah ataupun dibayar. Relawan yang terdiri 20 vi dari netizen independen ini secara sukarela memasukkan data secara gotong royong. Pada laman Facebook, situs ini menyatakan bahwa mereka adalah sebuah gerakan partisipasi netizen independen yang berpihak pada kebenaran data. Dimensi dari partisipasi masyarakat dalam pemilu memang luas, tapi melihat dari fenomena Pemilu 2014, tergambar dua jenis partisipasi masyarakat, yakni: partisan dan nonpartisan. Aktivitas yang dilakukan relawan dalam memobilisasi massa adalah suatu bentuk partisipasi yang berpihak pada pemenangan salah satu kandidat. Sementara aktivitas relawan dalam menghimpun data kepemiluan terlihat sebagai suatu upaya untuk ikut menjaga integritas pemilu. Dari latar belakang di atas, setidaknya ada dua hal yang bisa dirumuskan. Pertama, penyelenggaraan pemilu pasca Perubahan UUD 1945 telah melahirkan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat di luar pemberian suara. Bentuk-bentuk partisipasi tersebut sering tumpang tindih antara keterlibatan kelompok masyarakat yang mendukung peserta pemilu, dengan keterlibatan kelompok masyarakat non-partisan yang menjaga pemilu sesuai dengan prinsip luber dan jurdil. Bentuk-bentuk partisipasi tersebut harus dirumuskan kembali, agar partisipasi kelompok masyarakat partisan ikut bertanggungjawab dalam pemenangan peserta pemilu dan kelompok masyarakat non-partisan tetap dalam posisi independen yang ikut bertanggungjawab atas penjagaan nilai-nilai pemilu demokratis berdasarkan prinsip luber dan jurdil. Kedua, pemaknaan partisipasi mengalami tumpang-tindih antara kelompok masyarakat partisan dan non-partisan. Hal ini menyebabkan partispisipasi masyarakat—yang seharusnya indpenden—seringkali ditunggangi kepentingan politik dari perserta pemilu. Problematika tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan membuka pendaftaran dan akreditasi bagi kelompok masyarakat, agar 21 Pemilu& Demokrasi Jurnal MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA independensi partisapasi masyarakat dapat terjamin. merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan Studi inisuatu bertujuan untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip dibuatruang oleh politisi dan pemerintah yangmasyarakat terpilih untukdalam memerintah. dan lingkup partisipasi proses Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penyelenggaraan pemilu. Riset ini juga akan menjelaskan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran desain pengaturan partisipasi masyarakat dalam proses pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles penyelenggaraan pemilu. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Dalam mencapai tujuan tersebut, riset ini menggunakan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal beberapa pendekatan; mengumpulkan hasil riset terdahulu budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dari beberapa lembaga penelitian yang terlibat tim agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu,dalam terkonfirmasi dan focus group yang discussion (FGD) dalammenyelenggarakan praktek penganggaran di Indonesia berkaitan denganatau siklus diskusi terfokus. Hasil riset terdahulu tersebut disesuaikan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dengan dan keahlian masing-masing FGD ini, yang perhatian menjadi perhatian tidak hanya political budgetlembaga. cycles, melainkan mendiskusikan desain pengaturan political corruptionbagaimana cycle atau siklus korupsi politik padapartisipasi tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dokumen-dokumen dengan ekstrim. masyarakat. Penelusuran hasil penelitian, laporan pemantauan, dan ditafsirkan laporan sebagai dari lembaga-lembaga Masyarakat tidak saja dapat satu kesatuan, tetapi penyelenggara pemilu untuk menunjang riset ini. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Partisipasi politik menurut Miriam Budiardjo, dapat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dimaknai sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini secara sukarela untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh dan, Nindita secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: 1 pemerintah. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Pascareformasi, pemilu jadi ajang persaingan terbuka antar Bentuk Dan Prinsip Partisipasi Masyarakat peserta untukdengan memobilisasi dukungan suarapolitik, pemilih Masihpemilu berhubungan tema akuntabilitas keuangan Didik Supriyanto dan kemenangan. Lia Wulandari dalam tulisansistem berjudul Transparansi dalam meraih Perubahan pemilu menjadidan Akuntabilitas Pengelolaan Dana juga Kampanye, bahwa dana proporsional daftar terbuka turut menguraikan membuat intensitas kampanye antara adalah masyarakat/pemilih salah satu hal penting dengan dalam proses pemilu. Dana interaksi berbagai pihak, kampanye diperlukan oleh(partai partai politik kandidatnya untuk dapat yaitu; peserta Pemilu politikdanbeserta kandidatnya), berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan bekerja maksimal dalam kampanye 1 Miriam Budiardjo, 2009,dapat Dasar-Dasar Ilmusecara Politik. Jakarta: Gramediia Pustakan Utama. Hlm. 367 22 vi Pemerintah (pusat-daerah), penyelenggara pemilu, dan lembaga pengawas pemilu, serta para pemantau. Ada empat hal yang mengaitkan pentingnya partisipasi politik masyarakat dengan pemilu yang demokratis (Bjornlund, 2004). Pertama, kehendak rakyat—sebagaimana tercantum dalam The Universal Declaration of Human Right (UDHR)— harus menjadi dasar dari pemerintahan yang diekspresikan melalui pemilihan umum yang jujur dan adil. Kedua, pemilu demokratis berkontribusi terhadap penghargaan hak sipil lainnya. Demokrasi elektoral menjadi indikator yang paling baik dari kemajuan hak sipil dan hak asasi manusia. Ketiga, pemilu, khususnya pada negara yang masih mengalami transisi demokrasi, dapat memberikan ruang kepada warga negara untuk terlibat dalam ruang publik, karena mendorong masyarakat untuk turut mengawasi, melakukan kajian, pendidikan pemilih, dan melakukan advokasi. Selain itu, pemilu juga mendorong keterlibatan masyarakat yang ‘ter-marginal-kan’ untuk aktif terlibat di ruang publik, sepert: kelompok minoritas, perempuan, disabilitas. Keempat, mendorong pemerintahan yang efektif dan stabil. Walapun, tidak dapat dipungkiri bahwa pemilu dapat menyebabkan masyarakat terkotak-kotak akibat mendukung salah satu pihak atau calon. Akan tetapi, pemilu yang kompetitif dapat mendorong proses transisi ke demokrasi yang terkonsolidasi. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan pemilu demokratis sangat membutuhkan partisipasi masyarakat sebagai pemilik hak suara. Selaian itu, terdapat beberapa hal penting yang berakitan dengan partsipasi masyarakat, yakni; Pertama, untuk meningkatkan minat dan kepedulian warga negara terhadap penyelenggaraan Pemilu, serta pengetahuan/informasi tentang proses penyelenggaraan Pemilu. Kedua, pelaksanaan kedaulatan Partai berada pada anggota, kedaulatan rakyat, hak asasi manusia dalam bidang politik, pengakuan atas legitimasi 23 Pemilu& Demokrasi Jurnal partai politik, legitimasi penyelenggara negara (legislatif dan merupakan suatu menyelamatkan kebijakandaerah), publik yang akan eksekutif, baik upaya pada untuk tingkat nasional maupun dan dibuat oleh politisi danumumnya. pemerintahKetiga, yang terpilih untuk memerintah. sistem politik pada untuk menjamin pemilu yang adil (menyampaikan hasilberkaitan pemantauan dan pengaduan atas Pandangan Hamdan tersebut dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya Siklus Politisasi Anggaran dugaan pelanggaran ketentuan“Menelusuri perundang-undangan pemilu), padamenjamin Tahun Pemilu.” Yunahasil menjelaskan bahwa Political cepat budgethasil cycles dan integritas pemilu (penghitungan 2 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilu). empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Pengelompokan partisipasi berdasarkan manfaat tersebut, budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dapat disederhanakan dalam tabel berikut. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Tabel Pengelompokan Pemilu 1: 2009 ataupun menjelang jenis Pemilupartisipasi 2014. Melihatberdasar perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan manfaatnya political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Meningkatkan Legitimasi Integritas Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. minat dan keterpilihan hasil pemilu Masyarakat informasitidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kepemiluan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Sosialisasi pemilu Memilih calon dan Pemantauan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pasangan calon syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU dan No. 8 Tahun pengawasan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Pelaksanaan Pendidikan pemilih Musyawarah 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat penghitungan membahas rencana praktik selama ini, pihak yang duduk parlemen maupun pemerintah cepat visi,baik misi,didan program partai atas hasil mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dalam pemilu pemungutan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam di TPS hukum suara dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Pemberitaan dan Dukungan aktif“Perempuan dan Korupsi: Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: penyiaran media kepada peserta Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI massa 2009.” pemilu/calon Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Survei dan Mengajak dan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan penyebarluasan mengorganisasi hasil survei ataumenguraikan bahwa dana Akuntabilitas Pengelolaan Dana dukungan Kampanye, kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon 2 Surbakti, Ramlan, and Didik Supriyanto. Partisipasi Warga Masyarakat dalam legislatif tidak akanPemilihan dapat Umum. bekerjaJakarta: secara maksimal dalam kampanye Proses Penyelenggaraan Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2013 24 vi keberatan terhadap alternatif rencana kebijakan publik Momen pemilu membuka ruang bagi masyarakat (warga biasa) untuk membangun partisipasi dalam bingkai membangun jembatan representasi politik antara masyarakat dan politisi (elected politician). Pemilu diyakini mampu mentransformasi relasi partisipasi antara masyarakat dengan yang dipilihnya secara hirarkis, bahkan kadang intimidatif menjadi suatu hubungan yang setara. Aktivitas partisipasi masyarakat nonpartisan tentu perlu dipastikan sifatnya, agar aktivitasnya lepas dari konflik kepentingan peserta pemilu. Nagore dan Tuccinardi (2014) mengidentifikasi dua prinsip nonpartisan: netralitas/ imparsialitas dan bebas dari campur tangan politik (neutrality/ impartiality and non-interference). Dua prinsip ini mengacu pada Deklarasi; “Global Principles for Nonpartisan Observation and Monitoring of Elections by Citizen Organizations” pada tahun 2012 lalu. Imparsialitas mengharuskan partisipasi memperlakukan berbagai pihak dengan setara tanpa diskriminasi. Sementara netralitas mengharuskan melepaskan kepentingan politik, tidak terlibat dalam proses politis dan pemenangan kandidat. “Generally, impartiality requires treating all sides equally, not discriminating between any of them. Neutrality, on the other hand, requires detachment, not helping or being involved in the political process.” Prinsip non-interference, mengharuskan partisipasi menghormati kondisi lokal dan pemegang otoritas pemilu di semua tingkatan. Melakukan koreksi atau menyatakan bahwa kebijakan yang diterapkan di sebuah negara, terutama yang berhubungan dengan pemilu, adalah salah atau tidak sesuai 25 Pemilu& Demokrasi Jurnal MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat dengan oleh politisi dan pemerintah yangyang terpilih untuk memerintah. prinsip internasional berlaku. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan “Respect the roles of impartial election Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran authorities at all levels and at no time pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles interfere unlawfully or inappropriately in sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi the administration of the elections, as well as empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal seek diligently to work in cooperation with budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara impartial electionpada officials, and follow agregat maupun secara spesifik tahun-tahun Pemilu,lawful terkonfirmasi instructions from them or other appropriate dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus authorities concerning ofperkembangan electoral Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu protection 2014. Melihat saat integrity.” ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption atauini, siklus politik pada lain tahun-tahun Selain duacycle prinsip adakorupsi beberapa prinsip untuk Pemilumengidentifikasi yang telah meningkat dengan ekstrim. terma nonpartisan. Bjornlund (2004) Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu internasional kesatuan, tetapi menjelaskan prinsip-prinsip nonpartisan juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan yangdibatasi diterapkan sebagai prinsip pemantauan sebagai perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu berikut. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 1. Mematuhi seluruh peraturan dan perundang2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi undangan di negara yang dipantau. Bagi pemantau 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat internasional yang akan memantau pemilu di sebuah praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah negara, mereka mengikuti seluruh peraturan hal danini mayoritas diduduki oleh harus laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, undang-undang yang ada di negaraaspirasi yang akan dipantau. akan berdampak negatif terhadap mandeknya perempuan dalam Secara umum negara yang akan dipantau akan memberikan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita akreditasi pemantau yang dan memiliki Paramastuti dalam kepada tulisannyalembaga yang berjudul: “Perempuan Korupsi: legalitas dan memberikan akses kepada lembaga Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilutersebut DPR RI 2009.”untuk memantau pemilu di negara yang bersangkutan. Masih berhubungan dengan akuntabilitas keuangan politik, Didik 2. Imparsial dan tema netralitas. Setiap pemantau harus Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan bersikap objektif terhadap seluruh proses dan hasil pemilu, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, dana dan tidak boleh memihak kepada menguraikan partai politikbahwa tertentu kampanye salah dan satu harus hal penting dalam proses pemilu. Dana atauadalah kandidat menyandarkan pekerjaannya kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat kepada integritas proses dan hasil pemilu. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 26 vi 3.Non-interferenc., Pemantau pemilu harus menghormati kondisi lokal di negara yang dipantau. Sebagai pemantau, tidak boleh melakukan koreksi atau menyatakan bahwa kebijakan yang diterapkan di sebuah negara, terutama yang berhubungan dengan pemilu adalah salah atau tidak sesuai dengan prinsip internasional yang berlaku. Hal ini penting karena sejumlah negara terkadang cukup sensitif dengan kehadiran pemantau internasional dalam pemilu karena ada kekhawatiran adanya intervensi dari asing. 4. Objektif, transparan, dan akurat. Pemantau harus memaparkan hasil temuannya secara objektif, dan harus bebas nilai. Hal-hal yang akan disampaikannya harus berdasarkan fakta dan data lapangan, sehingga data yang dicatat tersebut haruslah data yang akurat. 5. Tidak memiliki konflik kepentingan. Lembaga pemantau pemilu tidak diperkenankan memiliki kepentingan tertentu. Lembaga pemantau hanya bertindak sesuai dengan tujuannya untuk melakukan pematauan. Seorang pemantau harus berkomitmen penuh untuk membawa misi pemantauan. 6. Menjaga hubungan baik dengan penyelenggara pemilu pada negara yang dipantau. Lembaga pemantau harus dapat menjaga hubungan baik dengan penyelenggara pemilu pada negara yang dipantau. Menghormati peraturan yang berlaku, peran, dan kewenangan dari penyelenggara pemilu setempat. Beberapa hal yang perlu dihindari adalah tidak mengumumkan hasil pemilu tanpa ada persetujuan dari penyelenggara pemilu setempat. 27 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh7.politisi dancomment. pemerintahPemantau yang terpilih untuk memerintah. Public pun perlu menghindari Pandangan Hamdan tersebut pribadi berkaitankepada denganmedia. apa yang disampaikan memberikan komentar Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 8. Menjaga kekompakan dengan tim pemantau dan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles juga sesama pemantau. Agar kegiatan pemantauan dapat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi berjalan dengan lancar, tim pemantauan harus menjaga empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kesolidan tim pemantau. Untuk itu setiap pemantau harus budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang diberikan. Mengikuti agregatberpartisipasi maupun secaradalam spesifikbriefing pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dari ketua di tim, mematuhi kerja, dan dalam instruksi praktek penganggaran Indonesia yang kerangka berkaitan dengan siklus juga mematuhi peraturan dari lembaga pemantau. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Posisi Relawan Politik dan Bagaimana Mengaturnya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Kelompok relawan politik telah menjadi entitas baru juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara laki-laki dan dalam praktik politik dan pemilu. hakikat Relawan politik menjadi perempuan. halnya perempuan sebagai dan salahtim satu satu Seperti kelompok di keterwakilan luar struktur partai politik syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun kampanye yang turut berkontribusi bagi pemenangan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi kandidat peserta pemilu. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Marcin Walecki, hukum dan ilmu politikpemerintah lulusan praktik selama ini, pihak yangdoktor duduk baik di parlemen maupun Oxford, menyebut relawan ini tidak sebagai partai ketiga— mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila diperjuangkan, hal ini organisasinegatif yang memengaruhi hasil aspirasi pemilu,perempuan tapi dia bukan akan berdampak terhadap mandeknya dalam atau partai pemilu. Praktik ini hukumpelaku dan pemerintahan. Danpolitik kondisipeserta tersebut telah ditulis oleh Nindita memang lazim terjadi di negara-negara yang berdemokrasi. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Dalam pengaturan soal relawan politik, undang2009.”undang memang masih gagap. Dalam sejumlah regulasi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuanganUU politik, Didik paket politik yang tersedia, seperti UU Pilkada, Pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Legislatif, UU Pemilu Presiden, termasuk UU Partai Politik, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana pengaturan soal partisipasi masih terbatas. Sebagai contoh, kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana UU No 8/2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 28 vi DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota (UU No 8/2012) mengatur partisipasi dalam Bab XIX: Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilu. Bentuk partisipasi masyarakat yang disebut Pasal 246 adalah sosialiasi pemilu, pendidikan politik bagi pemilih, survei atau jajak pendapat tentang pemilu, dan penghitungan cepat (quick count) hasil pemilu. Soal pendanaan relawan misalnya, paket undangundang politik yang tersedia hanya mengatur sumbangan pendanaan bagi partai politik (pengusung), serta pasangan calon (pilkada dan pilpres) saja. Seperti dalam Pasal 74 ayat (2) dan (4) UU No 8/2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), norma yang muncul hanya terkait dengan pendanaan calon perseorangan, termasuk besaran sumbangan bagi calon perseorangan.Keterlibatan dalam upaya pemenangan kandidat berkonsekuensi pada mobilisasi massa yang kemudian juga tak bisa mengelak dari kebutuhan mengonsolidasikan ongkos politik— aktivitas mobilisasi finansial untuk keperluan logistik (pemasangan atribut, penyebaran alat peraga, dll). Pengaturan ini tentu diperlukan agar tidak ada pihakpihak yang menancapkan kepentingannya dengan memberi modal pada kelompok masyarakat untuk mendapat keuntungan pribadi. Lebih jauh, jika ini tidak diatur, maka relawan bisa menjadi arena baru tempat oligarki dengan menginvestasikan modalnya dan menyamarkan kepentingan-kepentingannya. Eksistensi relawan politik hingga kini belum terwadahi secara hukum. R. Ferdian Andi (2016) dalam opininya 29 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat di olehkoran politisi Republika dan pemerintah yang terpilih untuk politik memerintah. menyebut relawan sebagai Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan organisasi tanpa bentuk—tidak jelas apa jenis kelaminnya. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Relawan tentu bukanlah entitas yang berbentukAnggaran partai pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles politik, kendati aktivitasnya sama seperti partai politik, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi khususnya dalam hal memobilisasi massa, termasuk empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pendanaan sebagai konsekuensi turunan dari mobilisasi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara massa. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Relawan politik juga tidak berbentuk perkumpulan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus atau organisasi massa (ormas) yang berbadan hukum atau Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang tidakperhatian berbadan hukum yang ini, yang menjadi tidak hanyasebagaimana political budgetketentuan cycles, melainkan diatur dalamcycle UU atau No. siklus 17 Tahun 2013 tentang political corruption korupsi politik padaOrganisasi tahun-tahun PemiluMassa yang telah meningkat dengan ekstrim. (Ormas). Seperti dalam ketentuan Undang-undang No. 17 Tahun 2013 Pasal 9 ayat sebagai (1) dansatu pasal 11 ayattetapi (1) Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan kesatuan, menjelaskan bahwa, organisasi massa dapat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara berbentuk laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu badanSeperti hukum atau tidak berbadan hukum Ormas, adapun syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang berbadan hukum dapat berbentuk perkumpulan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu memenuhi atau yayasan. Pada pasal berikutnya (Pasalharus 12 Ayat (1)) 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat disebutkan soal persyaratan pendirian perkumpulan, praktikyakni; selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah akte pendirian, sumber pendanaan, NPWP atas mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini nama perkumpulan, dan lain-lain. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Namun, keberdaan relawan politik—yang menjadi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita fenomena tersendiriyang dalam pergulatan di Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan politik dan Korupsi: Indonesia—saat tidak adaKorupsi norma atau yangRI Pengalaman Perempuan ini, Menghadapi dalamketentuan Pemilu DPR 2009.”mengatur kelompok tersebut. Karena memang secara normatif, peserta pemilu dalam pilkada, atau pilpres tidak Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik mengenal istilah relawan atau relawan politik. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Kemudian, bagaimana pengaturan yang tepat untuk kampanye adalah salah satupartisipasi hal penting ini?. dalam Untuk proses pemilu. Dana mengatur bentuk menjawab kampanye diperlukan oleh partaiini, politik dansatu kandidatnya untuk dapat kebutuhan pengaturan perlu mekanisme untuk berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 30 vi menjelaskan jenis kelamin dari suatu bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilu. Dari uarian bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa, partisipasi masyarakat dibagi ke dalam dua kategori, yakni: nonpartisanship dan partisanship. kedua kategori tersebut terletak pada keberpihakan dan pemenuhan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat. Garis tegas perbedaan keduanya berada pada relasi suatu kelompok dengan kandidat. Jika ia (kelompok) tidak terlibat dalam pemenangan kandidat, maka ia dapat dikategorikan sebagai relawan, independen, atau partisipasi masyarakat yang bersifat pasrtisipan. Sebaliknya, jika ia (kelompok) terlibat dalam upaya pemenangan kandidat, maka ia tidak bisa digolongkan sebagai relawan, independen, atau partisipasi masyarakat yang non-partisan. Dengan kata lain, kelompok tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok partisipan yang ikut aktif dalam pemenangan pemilu, sebagaimana Tim kampanye suatu Calon/Pasanagan Calon. Fenomena relawan yang terlibat dalam pemenangan ini senada dengan kategori-kategori kampanye. Kampanye didefinisikan sebagai kerja terkelola yang berusaha agar calon dipilih atau dipilih kembali dalam suatu jabatan. Bedanya, kampanye menjadi cara yang digunakan oleh para calon untuk merayu pemilih, agar pemilih mau memberikan suaranya untuk mereka dengan sumber dana yang berasal dari partai politik dan calon, sumbangan perseorangan, dan perusahaan. Dari kesamaan kategori ini dan kondisi sosial politik 31 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat yang oleh politisi dandipemerintah memerintah. berbeda Indonesiayang dan terpilih negarauntuk lainya. Di Indonesia, Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan tidak jarang relawan—yang sudah terorganisir—seringkali Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus membangun komunikasi inten dengan Politisasi peserta Anggaran pemilu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles (Bakal Calon/Calon/Partai Politik). Berbeda dengan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi relawan terorganisir di Amerika yang tidak berkomunikasi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dengan kandidat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pengaturan soal ‘relawan’ harus dipertegas di pengetauran agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kampanye dengan pertimbangan sifat dan prinsip relawan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus tersebut. Sehingga, semua yang bekerja untuk kandidat Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan atau perhatian untuk kemenangan kandidat harus ini, yang menjadi tidak hanya political budget cycles,terdaftar melainkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam hal ini juga political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Sumber dana, keanggotaan, serta proses Pemilutermasuk yang telah meningkat dengandan ekstrim. verifikasi. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kelompok yang bersifat tidak terlibat dalam juga perluSementara dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan sebagai salah satu upayaSeperti pemenangan kandidat, iaperempuan mesti mendaftar ke KPU syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dan wajib menjaga independensinya dengan melaporkan 2012 menegaskan setiap partai politikkepengurusan, peserta pemilu sumber harus memenuhi profil organisasi, susunan dana, 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat rencana aktivitas serta wilayah kerja, dan alat serta praktikmetodologi selama ini, pihak yangdigunakan duduk baik di parlemen maupun pemerintah yang dalam berkegiatan untuk mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kemudian diakreditasi. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Pengaturan ini tidak dimaksudkan untuk membelenggu hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kebebasan yang dijamin oleh konstitusi, dan Paramastuti dalam berekspresi tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: juga bukan dimaksudkan untuk mengerdilkan partisipasi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”masyarakat. Tetapi, pengaturan ini bertujuan untuk membentuk praktik yang transparan, Masih berhubungan denganpolitik tema akuntabilitas keuangan akuntabel, politik, Didik sertadan bertanggung jawab diseluruh elemenTransparansi masyarakat— Supriyanto Lia Wulandari dalam tulisan berjudul dan tanpa terkecuali. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 32 vi Menjaga Independensi Dengan Akreditasi Partisipasi masyarakat dalam pemilu dimaksudkan untuk menjaga integritas proses dan hasil pemilu. Oleh karena itu, untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut, lembaga-lembaga yang melakukan partisipasi dalam pemilu harus mampu meningkatkan mutu dan menjamin independensinya secara terus-menerus. Lembaga tersebut mesti aktif membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk menjaga sistem internal tersebut berjalan baik, akreditasi dari eksternal diperlukan. Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen lembaga-lembaga yang melakukan partisipasi dalam pemilu terhadap mutu dan independensi penyelenggaraan aktivitasnya. Akreditasi ditekankan pada pemenuhan prinsip independen, bukan kelayakan untuk melakukan bentuk-bentuk partisipasi. Pengaturan soal akreditasi berpijak pada prinsip perlindungan. Sehingga, partisipasi masyarakat yang telah tumbuh-kembang pada tataran akar rumput tidak terganggu. Jika pengaturan dilakukan hanya dengan semangat meregistrasi, pengatuan akan menjadi birokratis, hal ini akan menyulitkan partisipasi yang bersifat bottom up. Lembaga yang melakukan partisipasi pada mulanya mendaftar ke KPU. KPU kemudian memberikan informasi mengenai beberapa kriteria yang bersifat terbuka dan menjaga lembaga-lembaga tersebut untuk tetap berlaku 33 Pemilu& Demokrasi Jurnal MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat independen oleh politisi dandalam pemerintah yang terpilihdi untuk memerintah. berpartisipasi pemilu. Evaluasi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan untuk akreditasi kemudian dilakukan dalam rentang waktu Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran setelah lembaga-lembaga tersebut bekerja di pemilu. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dan independensi lembaga-lembaga yang melakukan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal partisipasi dalam pemilu. Evaluasi ini dilakukan oleh KPU— budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang pada bersifat mandiri—secara berkala, agregatsebagai maupunlembaga secara spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dan transparan untuk menilai pencapaian dalam menyeluruh, praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus standar independensi partisipasi dalam pemilu. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi hanya political budget cycles, melainkan Dalam perhatian menjaga tidak independensi ini, KPU akan memeriksa political corruption cycle korupsi politik pada tahun-tahun setidaknya dua atau hal:siklus keterlibatan lembaga dalam Pemilupemenangan yang telah meningkat dengan ekstrim. kandidat dan sumber dana yang jelas. Kriteria Masyarakat tidak yang saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan,pada tetapi independen diperiksa ini juga bisa mengacu juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat laki-laki dan prinsip-prinsip nonpartisan yang telahantara dibahas secara perempuan. halnya perempuan sebagai salah satu lebih Seperti jauh pada babketerwakilan sebelumnya. Sementara sumber dana syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang jelas berarti lembaga tersebut mampu membuka 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi laporan keuangannya ke publik dan membuka ruang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat audit. Khusus bagi bentuk partisipasi berupa survei dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah hitung cepat, KPU juga perlu memeriksa metodologi dan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini keabsahan data. Pemeriksaan ini tentu mesti melibatkan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam lembaga profesi yang bergerak di bidang survei. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Akreditasi dilakukan atas dasar “Perempuan kriteria yang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: danbersifat Korupsi: terbuka. Sertifikasi akreditasi akandalam diberikan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi Pemilusebagai DPR RI 2009.”pengakuan terhadap kompetensi dan independensi untuk berpartisipasi dalam pemilu.keuangan KPU politik, kemudian Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas Didik mengumumkan dan mensosialisasikan lembaga-lembaga Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwa dana yang mendapat sertifikat akreditasi menguraikan ini. kampanyeLembaga-lembaga adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana yang turut berpartisipasi dalam kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat pemilu yang mendapatkan akreditasi dari KPU ini wajib berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 34 vi menyerahkan hasil laporan partisipasinya kepada KPU. Jika lembaga tersebut tidak memberikan laporan, maka akreditasi partisipasinya dapat ditarik kembali oleh KPU. KPU berwenang untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status dan peringkat mutu dan independensi partisipasi dalam pemilu berdasarkan standar terbuka yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan dan manfaat akreditasi dapat diketahui dan di pahami oleh public. Adapaun tujuan dan manfaat akreditasi dalah sebagai berikut: Pertama, memberikan jaminan bahwa lembaga yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu dan independensi yang ditetapkan secara terbuka oleh KPU, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari informasi dan penyelenggaraan partisipasi pemilu yang tidak memenuhi standar independen. Selama ini, masyarakat sering dibingungkan oleh informasi yang simpang siur antara informasi yang bermuatan politis dan mendukung pemenangan salah satu kandidat dengan informasi yang bersifat tidak memihak. Akreditasi diharapkan mampu memberi batasan yang jelas sehingga masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh hal ini. Kedua, mendorong lembaga-lembaga yang melakukan partisipasi dalam pemilu untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu dan independensinya. Selain itu, akreditasi juga diharapkan bisa memacu lembaga-lembaga partisipasi pemilu untuk memiliki rencana strategis, visi, misi, dan tujuan serta mendorong lembaga-lembaga ini berupaya meningkatkan 35 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat mutu oleh politisi dan dan pemerintah yang terpilih memerintah. program lembaganya secarauntuk bertahap, terencana, Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran regional, nasional, bahkan internasional. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Ketiga, hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dasar pertimbangan dari badan atau instansi yang lain. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Riset ini merekomendasikan akreditasi bisa dipakai sebagai budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara badan-badan penyelesai agregatpertimbangan maupun secara bagi spesifik pada tahun-tahun Pemilu, sengketa— terkonfirmasi misalnya Mahkamah Konstitusi—untuk menerima dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus kesaksian. Pasal 6 PMK Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pedoman beracaratidak dalam hasil pemilihan ini, yang menjadi perhatian hanyaperselisihan political budget cycles, melainkan umum presiden menyebutkan bahwa, political corruption cycledan atauwakil sikluspresiden korupsi politik pada tahun-tahun Pemiluketerangan yang telah meningkat dengan ekstrim.dari pemantau pemilu saksi yang berasal presidentidak dan saja wakil presiden yang bersertifikat bisa menjadi Masyarakat dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi alat dibatasi bukti dalam perkara perselisihan hasil laki-laki pemilihan juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan salah ini satu umumSeperti presiden dan wakil presiden. Intisebagai dari pasal syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun bisa diadopsi di UU Pemilu sebagai insentif bagi lembaga 2012 menegaskan peserta pemilu harus memenuhi partisipasi setiap pemilupartai yangpolitik terakreditasi. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Selain oleh badan penyelesai sengketa, akreditasi juga praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah bisa menjadi dasar pertimbangan tim seleksi anggota KPU mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini untuk menguji atau memberi kredit bagi mereka yang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pernah beraktivitas dalam lembaga partisipasi pemilu yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita terakreditasi. Pasal 11yang UU 15/2011 Penyelenggara Paramastuti dalam tulisannya berjudul: tentang “Perempuan dan Korupsi: PemiluPerempuan merinci persyaratan menjadi anggotaDPR KPURI Pengalaman Menghadapi untuk Korupsi dalam Pemilu 2009.”RI, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, salah satunya adalahdengan memiliki dan keahlian Masih berhubungan temapengetahuan akuntabilitas keuangan politik,yang Didik berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu. Transparansi dan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeBerdasarkan diperlukan oleh partaidan politik dan kandidatnya untuk dapat uraian analisis yang telah dilakukan, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Penutup 36 vi ada dua kesimpulan yang dapat dikemukakan. Pertama, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan politik. dalam hal ini bertujuan untuk mengawal proses pelaksanaan pemilu agar terpilih pemimpin yang memang benar diinginkan rakyat dan melalui proses yang jujur dan adil. Dari distingsi itu, partisipasi masyarakat dalam pemilu dapat dikategorikan menjadi dua hal. Pertama, partisipasi yang partisan dan partisipasi yang non-partisan. Partisipasi kelompok masyarakat partisan ikut bertanggungjawab dalam pemenangan peserta pemilu, sedangkan kelompok masyarakat non-partisan tetap dalam posisi independen dan bertanggungjawab atas penjagaan nilai-nilai pemilu demokratis dan prinsip luber dan jurdil. Kedua, belum adanya distingsi yang jelas mengenai partisipasi partisan dan nonpartisan. Sehingga berseraknya pengaturan tentang partisipasi ini telah membuka celah bagi masuknya kepentingan politik peserta pemilu untuk menunggangi partisipasi masyarakat yang seharusnya bersifat independen. Survei dan penghitungan cepat misalnya, lebih marak dilakukan sebagai penggiring opini publik dalam menentukan pilihan. Padahal, survei ini juga penting untuk teguh bersifat independen dalam memastikan proses dan hasil pemilu berjalan jujur dan adil. Penerapan akreditasi diyakini mampu menyaring hal ini, meski ada juga perdebatan dalam penerapan akreditasi ini. 37 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Sedangkan oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. kelompok pendukung menilai bahwa akreditasi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan apakredibilitas yang disampaikan dan pengaturan diperlukan untukdengan menjaga dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran independensi dari lembaga yang melakukan partisipasi. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pada akhirnya, riset ini merekomendasikan beberapa sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi hal untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal yang berkaitan dengan pengaturan partisipasi masyarakat budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pemilu. ini penting dalam rangka menegaskan agregatdalam maupun secara Hal spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kembali bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus penyelenggaraan pemilu di peraturan perundangPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat undangan. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption atau siklus korupsi politik pada mengenai tahun-tahun Pertama, cycle diperlukan penegasan kembali Pemilupartisipasi yang telah meningkat dengan ekstrim. yang partisan dan partisipasi non partisan. Masyarakat tidakyang saja dapat ditafsirkandan sebagai satu kesatuan, tetapi Partisipasi independen nonpartisan sangat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikatmasyarakat antara laki-laki dan penting. Sebagai pihak yang netral, dapat perempuan. Seperti halnya perempuan penilaian sebagai salah satu menjadi saksi yangketerwakilan dapat memberikan yang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun juga netral dan tidak memihak salah satu kandidat atau 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi partai politik tentang proses pemilu. Sehingga, apapun 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat hasil dari pemilu dan siapapun pemenangnya, apabila praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah masyarakat berpartisipasi—secara netral, nonpartisan, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dan independen—mereka tidak akan gaduh. Bila mereka akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam partisan, relawan pemenang maupun relawan pihak yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kalah dalam tentunya akanyang rawan terhadap konflik. Paramastuti tulisannya berjudul: “Perempuan danSeperti Korupsi: yang terjadi pada Pilpres 2014 yangdalam lalu, Pemilu dimana duaRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi DPR 2009.”kubu kandidat sama-sama memiliki basis relawan yang cukup ekstrim dan memperlihatkan keberpihakan mereka Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dengan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun Supriyanto dan jelas, Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pada sosial media. Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Akuntabilitas Pengelolaan kampanyeKedua, adalah pengaturan salah satu halmengenai penting dalam proses masyarakat pemilu. Dana partisipasi kampanye diperlukan olehmemberikan partai politikjaminan dan kandidatnya untuk dapat diperlukan untuk kepada masyarakat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 38 vi untuk melaksanakan hak politik mereka dalam bentuk partisipasi di pemilu. Partisipasi masyarakat nonpartisan dan independen perlu juga didorong agar tetap hadir di tengah-tengah maraknya partisipasi masyarakat yang partisan dan memihak. Pengaturan dilakukan untuk mencegah agar masyarakat yang mulai semakin aktif berpartisipasi menjadi alat bagi kandidat atau partai politik saja untuk dimobilisasi. Pengaturan mengenai partisipasi masyarakat dalam pemilu bukan bertujuan untuk membelenggu atau mengkontrol partisipasi masyarakat sehingga masyarakat tidak bisa bebas berkreasi dalam melakukan pemantauan maupun partisipasi lainnya. Undang-undang dan peraturan dengan prinsip menjamin hak warga negara dalam berpartisipasi akan membuat masyarakat lebih bebas melakukan partisipasi mereka. Ketiga, penerapan akreditasi dengan serius pada segala bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilu diyakini dapat menjaga independensi. Setidaknya ada tiga tujuan dalam penerapan akreditasi ini: (1) memberikan jaminan bahwa lembaga yang teakreditasi telah memenuhi standar mutu dan independensi yang ditetapkan secara terbuka oleh KPU; (2) mendorong lembaga-lembaga yang melakukan partisipasi dalam pemilu untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu dan independensi; (3) hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dari badan atau instansi lain—misalnya; badan penyelesai sengketa dan tim seleksi anggota KPU. 39 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. REFERENSI Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Bjornlund, Eric C. Beyond Free and Fair: Monitoring Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Elections andYuna Building Budiarjo, Miriam. pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa PoliticalDasar-dasar budget cycles Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. studi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai empiris di Dmocracy. berbagai Negara. BerbagaiJohn variabel yang mempengaruhi politcal Amerika: Hopkins Univesity Press, budget2004. cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Surbakti, Ramlan, and Didik Supriyanto. Partisipasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Warga Masyarakat dalam Proses Penyelenggaraan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Pemilihan Umum. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Tata Pemerintahan, 2013. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Nagore, Leandro,dengan and Domenico Tuccinardi. ”Citizen Pemilu yang telah meningkat ekstrim. Electoraltidak Observation.” aceproject.org. http:// Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu2014. kesatuan, tetapi aceproject.org/ace-en/focus/citizen-electoral-observation juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan (accessed May 3, 2015). perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk peserta pemilu.Politik.” UU No. 8 Tahun Andi, R. Ferdian. menjadi “Mengatur Relawan Koran 2012 menegaskan partai http://www.republika.co.id/berita/ politik peserta pemilu harus memenuhi Republika. setiap 2016. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat koran/opini-koran/16/03/29/o4sjlb21-mengaturpraktikrelawan-politik selama ini, pihak yang duduk May baik di (accessed 5,parlemen 2016) maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 40 vi 41 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Memperbaiki Mekanisme Penegakan Hukum empirisPemilu di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 1 Ramadhanil agregatFadli maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. ABSTRAK Dari hasil evaluasi setiap kali pemilu selalu ada catatan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi khusus mengenai sitem penegakan hukum pemilunya. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Beberapa catatan adalah bahwa proses penegakan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu hukum terlalu panjang sehingga penyelensaiannya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun tidak maksimal dan tidak memberikan keadilan bagi 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pihak yang kehilangan hak elektoralnya. Untuk itu 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat reformasi penegakan hukum praktikperlu selamadilakukan ini, pihak yang duduk baik dalam di parlemen maupun pemerintah pemilu agarolehdapat menjamin pemilu berjalan hal freeini mayoritas diduduki laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, and fair.negatif Desain penegakan hukum yang ditawarkan akan berdampak terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam adanya perbaikan pidana, hukumadalah dan pemerintahan. Dan kondisidalam tersebutpelanggaran telah ditulis oleh Nindita administrasi, kode etik, dan perselisihan hasil pemilu. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Kata Kunci: Perselisihan pemilu, free and fair election, 2009.”pemilu demkratis Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 1 Penulis adalah Peneliti Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat (Perludem) berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Pendahuluan 42 vi Proses penegakan hukum pemilu adalah proses yang paling penting dalam setiap penylenggaraan pemilu. Karena salah satu indikator pemilu demokratis adalah dilihat bagaimana proses penegakan hukum sepanjang pemilunya berjalan. Jika proses penegakan hukum pemilu berjalan secara free and fair, maka boleh jadi salah satu syarat untuk proses penyelenggaraan pemilu yang demokratis tercapai. Tetapi, untuk bergeser kepada jalannya proses penegakan hukum pemilu yang berjalan secara free and fair, mesti perlu dibangun sistem penegakan hukum pemilu yang kuat dan bisa dilaksanakan. Poin inilah kemudian yang selalu menjadi duri dalam sekam dalam setiap penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Persiapan sistem penegakan hukum senantiasa tidak dipersiapkan dengan serius oleh lembaga yang memiliki kewaijabn untuk membuatnya. Akibatnya, Dari sekian pemilu yang pernah diselenggarakan di Indonesia, tidak satu-pun yang sepi dari protes, entah itu terhadap proses penyelenggaraannya maupun hasilnya. Bahkan pemilu 1955 yang dikenal sebagai pemilu yang paling bersih-pun tidak luput dari protes2. Perangkatperangkat hukum yang dirancang untuk memayungi dan memberikan keadilan penyelenggaraan pemilu-pemilu sebelumnya, dirasa masih belum memuaskan untuk memberikan keadilan. Dalam praktik penyelenggaraan pemilu masih saja terjadi berbagai masalah, masalah-masalah itu antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: ketidakjelasan 2 Topo Santoso dkk, Penegakann Hukum Pemilu; Praktik Pemilu 2004, 2011, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), hal. 23 43 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pengertian oleh politisi dan pemerintah terpilihpelanggaran untuk memerintah. dan batasanyang antara pidana, Pandangan Hamdandan tersebut dengan apa yang disampaikan administrasi etik.berkaitan sehingga menimbulkan tafsir Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran yang berbeda antara aparat penegak hukum. Selian itu, pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles ketidakjelasan mekanisme penanganan perkara, sehingga sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi menimbulkan tumpang tindih penanganan. Hal ini empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal sebabkan oleh lembaga penegak hukum tidak disiapkan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dengan baik, sehingga seringkali kesulitan dalam agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi menangani suatu perkara yang muncul dalam proses dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pemilu. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Padahal, suatutidakproses penanganan pelanggaran ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan hukum pemilu sebaiknya di korupsi atur dalam political corruption cycle atau siklus politiksuatu pada perangkat tahun-tahun Pemiluhukum yang telah meningkat dengan ekstrim. yang jelas dan pasti. Misalnya, tidak boleh ada aturan yang menghasilkan suatusebagai penafsiran yang jamak Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi untuk mengatur satu perbedaan hal. Pengalaman dari pemilu juga perlu dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki ke dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pemilu, definisi kampanye selalu saja membuat persoalan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun semakin runyam, karena makna yang terkandung 8 dalam 2012 menegaskan setiap partai makna politik peserta harus memenuhi suatu istilah memiliki ganda pemilu atau multitafsir dan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tidak tegas. Sehingga definisi kampanye terus menjadi praktikperdebatan. selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Padahal, defenisi kampanye yang pasti dan rigid sangat akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dibutuhkan, karena banyaknya pelanggaran pemilu yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita bersandar definisi dan batasan“Perempuan kampanye.dan Misalnya Paramastuti dalampada tulisannya yang berjudul: Korupsi: untuk Perempuan pelaku kampanye diluar jadwal. Pelanggaran Pengalaman Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPRiniRI 2009.”membutuhkan definisi kampanye yang pasti dan tidak multitafsir. Jika definisi mengambang, maka Masih berhubungan dengan temakampanye akuntabilitas keuangan politik, Didik sulit dan untuk kampanye di luar Supriyanto Liamenjerat Wulandaripelaku dalam pelanggaran tulisan berjudul Transparansi dan jadwal.Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Akuntabilitas kampanyeDisamping adalah salah persoalan satu hal penting dalam materilnya proses pemilu.yang Dana hukum kampanye diperlukan oleh partaipenyelesaian politik dan kandidatnya untuk dapat bermasalah, proses dari pelanggaran berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 44 vi tersebut juga mengalami persoalan. Misalnya, untuk proses penanganan pelanggaran pidana pemilu. Dalam desaian UU pemilu yang ada saat ini, baik pileg maupun pilpres, penanganan pelanggaran pidana melibatkan banyak lembaga dan dengan proses yang cukup berbelit. Padahal, ada satu asas hukum yang mengatakan bahwa, suatu proses penanganan pelanggaran pidana, semestinya ada diatas prinsip yang cepat, efektif, mudah, dan biaya ringan. Selain itu, persoalan penyelesaian sengketa pemilu juga mesti diperbaiki. Mulai dari sengketa non hasil pemilu, begitu juga dengan sengketa hasil pemilu. Untuk sengketa non hasil pemilu misalnya, ketentuan di UU 8/2012 membagi dua bentuk penyelsaian sengketa administrasi pemilu. Pertama, terdapat sengketa administrasi pemilu yang melibatkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kedua, terdapat sengketa pemilu yang harus diputuskan oleh Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Padahal, setiap sengketa administrasi pemilu adalah ranah penyelesaian adminstratif yang bisa dituntaskan di PTUN. Selain itu, peran Bawaslu yang juga merupakan sebagai pengawas pemilu disatu sisi, dan sebagai penyelesai sengketa disisi yang lain, dipandang sebagai fungsi yang tidak bisa dimainkan secara bersamaan. Catatan penting juga diberikan kepada pengaturan mekanisme perselisihan hasil pemilu. Kemapanan proses penyelesaian perselisihan hasil pemilu di Indonesia yang diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi, masih cendrung naik turun dan tidak konsisten. Hal pertama yang perlu 45 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat disorot oleh politisi dan pemerintah yang terpilih adalah proses hukum acarauntuk yangmemerintah. disusun dan Pandangan Hamdanoleh tersebut berkaitanKonstitusi. dengan apa yang dilaksanakan Mahkamah Satudisampaikan hal yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran tidak konsisten misalnya, terkait dengan mekanisme pada Tahun Pemilu.” pendahuluan. Yuna menjelaskan bahwaproses Politicalpemeriksaan budget cycles pemeriksaan Apakah sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pendahuluan masih membuka ruang perbaikan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal permohonan dari para pemohon berdasarkan nasihat budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang diberikan oleh majelis hakim ?. Jika dilihat dengan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pelaksanaan proses persidangan yang dilaksanakan oleh dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Mahkamah Konstitusi (MK) dalam pengujian undangPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat undang, hal tidak itu dibenarkan. Tetapi dipahami ini, yang menjadimaka perhatian hanya political budgetperlu cycles, melainkan bahwa, proses pemeriksaan pendahuluan adalah ruang political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun untukdengan memperdengarkan permohonan yang Pemilubagi yangpemohon telah meningkat ekstrim. disampaikan, kemudian majelis hakim—yang Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu memeriksa— kesatuan, tetapi akan memberikan nasihat terhadap materi permohonan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan yang disampaikan untuk kemudian diperbaiki oleh perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pemohon. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan partai politikperselisihan peserta pemilu harus memenuhi Namun setiap dalam proses hasil pemilihan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat kepala daerah (Pilkada) 2015, proses pemeriksaan praktikpendahuluan selama ini, pihak di parlemen maupun pemerintah diyang MK duduk sama baik sekali tidak memberikan ruang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini perbaikan permohonan lagi kepada pemohon. Proses yang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam berbeda dengan perselisihan hasil Pileg dan Pilpres 2014 hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tersebut, telah memperlihatkan bahwa proses penyelesaian Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: perselisihan pemilu di MK tidak konsisten. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Kemudian juga proses dan mekanisme pemeriksaan saksi dan bukti yangtema dilakukan olehkeuangan MK. Pada proses Masih berhubungan dengan akuntabilitas politik, Didik Pilegdan 2014, bukti surat sekali tidakTransparansi diperiksa dan Supriyanto Lia alat Wulandari dalamsama tulisan berjudul dan dibukaPengelolaan di depan persidangan. Semua diperiksa di “dapur” Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana MK,adalah yang dilakukan prosespemilu. ini sedikit kampanye salah satu panitera. hal pentingNamun, dalam proses Dana membaik ketika hasil Pilkada kampanye diperlukan olehproses partai perselisihan politik dan kandidatnya untuk2015. dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 46 vi Meskipun tidak selalu dan berlangsung di seluruh panel, alat bukti sudah dibuka dan dikonfirmasi kepada para saksi di depan forum persidangan. Terakhir, proses perselisihan hasil di MK yang masih menjadi perdebatan adalah jawaban terkait apakah MK hanya memeriksa dan mengadili selisih, kebenaran, dan ketepatan suara ?, atau hanya bisa menguji proses tahapan pilkada sudah berjalan jujur dan demokratis ?. Hal inilah yang mesti dijelaskan di dalam suatu system penegakan hukum pemilu. Tulisan ini akan mencoba menjawab dan menjelaskan satu persatu persoalan penegakan hukum pemilu selama ini. Selian itu, tulisan ini menawarkan desaian baru penyelesaikan perselisihan pemilu. Pembatasan Masalah Dalam tulisan ini, dibatasi terhadap lima hal yang menjadi bagain system penegakan hukum pemilu di Indonesia, 1. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan penanganan pidana pemilu; 2. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan penanganan pelanggaran administrasi pemilu; 3. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu; 4. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan sengketa non hasil pemilu; dan 5. Catatan dan rekomendasi kedepan terkait dengan perselisihan hasil pemilu. 47 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Persoalan Berulang Dari Formula Penegakan Hukum Pemilu Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Terdapat pokok yang ingin dicapai dengan pada Tahun Pemilu.”tiga Yunahal menjelaskan bahwa Political budget cycles prinsip penegakan hukum pemilu berdasar pada keadilan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Pertama, pemilu mesti menjamin empirispemilu. di berbagai Negara.prinsip Berbagaikeadilan variabel yang mempengaruhi politcal setiapperubahan tindakan,pola prosedur, dan keputusan terkait budgetbahwa cycles seperti pada struktur anggaran baik secara pemilupada sesuai dengan Pemilu, kerangka hukum. agregatdengan maupunproses secara spesifik tahun-tahun terkonfirmasi dalam Kedua, praktek Adanya penganggaran di Indonesia berkaitan dengan siklus perlindungan danyang pemulihan terhadap hak Pemilupilih 2009 warga ataupunnegara. menjelang Pemilumemungkinan 2014. Melihat perkembangan saat Ketiga, warga negara ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun untuk mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, Pemiludan yangmendapatkan telah meningkat dengan ekstrim. 3 putusan. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Sebagaimana sudah dijelaskan pada pembatasan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan masalah, maka pada bagain ini akan coba menguraikan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu catatan terhadap mekanisme penegakan hukum pemilu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang ada selama ini. Terdapat lima bagian sistem 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi penegakan hukum pemilu yang akan dijelaskan: 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 1. ini, Catatan pidana pemilu praktik selama pihak terhadap yang dudukpenanganan baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas Catatan diduduki pertama oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini terhadap ketentuan pidana pemilu akan berdampak negatif dari terhadap aspirasiyang perempuan dalam adalah dilihat sisi mandeknya materi hukum mengatur hukumtindak dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telahmenjadi ditulis oleh Nindita pidana pemilu. Hal utama yang sorotan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dalam penanganan pemilu ialah terlalu banyak sanksi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pidana yang disebutkan di dalam undang-undang pemilu, 2009.” tetapi sukar untuk bisa dilaksanakan. Selain sukar untuk Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dilaksanakan, sanksi dan ketentuan pidana tersebut juga Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan tidak efektif untuk menciptakan dan membangun suatu Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 3 International IDEA, Keadilan Pemilu: Ringkassan Buku Acuan International kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat IDEA, 2010, Jakarta: Indonesia Printer, hlm. 5. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 48 vi keadilan pemilu. Misalnya, di dalam setiap ketentuan hukum pidana pemilu, banyak sekali tindakan-tindakan administratif dari penyelenggara pemilihan ad hoc, namun diberikan sanksi pidana. Padahal, tindakan dan kesalahan administratif tersebut masih sangat mungkin untuk diperbaiki oleh penyelenggara pada tingkat diatasnya. Alasan lain, banyaknya ancaman pidana yang diberikan kepada penyelenggara ad hoc, sedikit banyaknya akan mempengaruhi kerja partisipasitif yang semestinya tidak terbebani dengan ancaman pidana—andai terjadi kesalahan. Meskipun, persoalan kapasitas dan integritas dari setiap penyelenggara pemilu merupakan hal yang tidak bisa ditawar dan dikompromikan. Beberapa pasal yang ada di Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota ( UU No. 8/2012) banyak memberikan sanksi pidana kepada penyelenggara pemilu ditingkat bawah/ad hoc. Beberapa poin misalnya, ketentuan terkait dengan perbaikan daftar pemilih. Pasal 274 mengatur; “Setiap anggota PPS atau PPLN yang dengan sengaja tidak memperbaiki daftar pemilih sementara setelah mendapat masukan dari masyarakat dan Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6), Pasal 37 ayat (2), dan Pasal 43 ayat (5) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah)”. Jika dilihat konstruksi pasal diatas, maka sanksi 49 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat diberikan oleh politisi atas dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. tindakan dari PPS dan PPLN yang tidak Pandangan Hamdandaftar tersebutpemilihan, berkaitan dengan apa yang disampaikan memperbaiki setelah mendapatkan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran masukan dari masyarakat dan peserta pemilu. Padahal, pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles perbuatan yang diancam dengan tindak pidana tersebut, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sangat bisa untuk dilakukan dan diperbaiki oleh empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal penyelenggara pemilu ditingkat atas PPS atau PPSLN. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Artinya, tidak ideal jika kesalahan administratif yang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dilakukan oleh penyelenggara pemilihan sangat bisa untuk dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diperbaiki dan terdapat pengawas pemilu yang melakukan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pengawasan pada setiap tahapan, maka tidakcycles, tepatmelainkan kiranya ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget kesalahan penyelenggara ad pada hoc tahun-tahun ini untuk political corruptionadministrasi cycle atau siklus korupsi politik sanksi pidana. Pemiludiancam yang telahdengan meningkat dengan ekstrim. Hal tidak lain misalnya terkait pelanggaran Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu pidana kesatuan,yang tetapi ditujukan kepada peserta pemilihan. Salah satunya adalah juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Sepertiyang halnya perempuan sebagai salahNo. satu ketentuan adaketerwakilan di dalam Pasal 279 ayat (1) UU syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 8/2012 yang berbunyi; “Pelaksana kampanye, peserta 2012 menegaskan partai politik peserta yang pemiludengan harus memenuhi kampanye, setiap dan petugas kampanye sengaja 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan Kampanye praktikPemilu selama ini, pihak yang duduk di parlemen maupun pemerintah di tingkat desa ataubaik nama lain/kelurahan dipidana mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita rupiah)”. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Tujuan dari pengaturan yang ada di dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam pasal Pemilutersebut DPR RI 2009.”adalah untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pelaksanaan kampanye. Selain kondusif, tujuannya Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik adalah pemilu tidak saling mengganggu Supriyanto danagar Lia antar-peserta Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dalam melakukan kampanye satu sama bahwa lain. Oleh Akuntabilitas Pengelolaan aktivitas Dana Kampanye, menguraikan dana sebab itu, tidak jikapenting tindakan mengganggu tahapan kampanye adalah salah efektif satu hal dalam proses pemilu. Dana kampanye diberikan pidana ditingkat desa/ kampanye diperlukan oleh partaisanksi politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 50 vi kelurahan diberikan sanksi pidana. Salah satu tindakan yang bisa memberikan efek jera bagi para pengganggu jalannya kampanye peserta pemilu lain adalah sanksi administrasi berupa larangan melaksanakan kampanye ditempat tersebut. Artinya, siapapun yang menganggu jalannya kampanye dan itu berasal dari salah satu peserta pemilu lainnya, maka larangan kampanye bisa dikeluarkan KPU. Selain dua hal diatas, salah satu ketentuan yang perlu untuk disorot adalah defenisi kampanye. Hal ini disebabkan oleh defenisi kampanye yang mengambang, sehingga membuat jalannya proses penegakan hukum menjadi tidak efektif. Merujuk pada Pasal 1 angka 29 UU No. 8/2012 pengartian kampanye disebutkan; “Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu”. Defenisi yang mengambang tersebut, menjadi perdebatan tiada henti. Ihwal yang sering diperdebatkan adalah, apakah unsur kampanye yang ada di dalam pasal tersebut yang terdiri dari visi, misi, dan program peserta pemilu harus terkandung secara kumulatif di dalam suatu perbuatan, baru kemudian itu disebut sebagai kampanye ?. Hal lain yang sering dipertanyakan adalah, apakah yang dimaksud dengan visi, misi, dan program perserta pemilu adalah visi, misi, dan program yang diserahkan dan didaftarkan ke KPU ?. Defenisi kampanye ini menjadi penting, karena sangat banyak pembatasan dan pelanggaran pemilu, khususnya 51 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pidana oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. yang berkaitan yang langsung dengan aktivitas Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kampanye. Beberapa diantaranya adalah pelanggaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pidana pemilu dengan perbuatan kampanye di luarAnggaran jadwal pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dan kampanye di tempat-tempat yang dilarang. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Kunci untuk bisa menjerat pelaku pelanggaran atas empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal perbuatan sebagaimana disebut diatas, harus dibuktikan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara apakah yang Pemilu, dilakukan adalah agregatsecara maupunkuat secara spesifikperbuatan pada tahun-tahun terkonfirmasi kampanye diatau bukan. kecendrungan dalam aktivitas praktek penganggaran Indonesia yang Dari berkaitan dengan siklus yang terjadi selama ini, mulai dari Pemilu Legislatif dan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political2014, budgetserta cycles, melainkan Kepala Daerah pemahaman yang muncul adalah political corruption cycle2015, atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilumenyulitkan yang telah meningkat ekstrim. upaya dengan penegakan hukum dalam menjerat pelaku pelanggaran. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perluDalam dibatasi mengingat hakikat dan “tungku tigoperbedaan sajarangan” (tigaantara buah laki-laki batu yang perempuan. Seperti halnya untuk keterwakilan perempuan sebagai salah satu dijadikan tungku menampung berdirinya periuk syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dalam memasak dalam bahasa Minangkabau) penegakan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi hukum pemilu, yang terdiri dari Pengawas Pemilu, 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Kepolisian, dan Kejaksaan, muncul pemahaman bahwa praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah unsur kampanye yang ada di dalam peraturan perundangmayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini undangan harus kumulatif. Artinya, tiga unsur yang terdiri akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dari visi, misi, dan program harus ada secara bersamaan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita di dalam suatu aktivitas Selain itu, dan visi,Korupsi: misi, Paramastuti dalam tulisannya yangkampanye. berjudul: “Perempuan dan program yang disangkakan, bahanDPR yangRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsimestilah dalam Pemilu 2009.”didaftarkan oleh peserta pemilu kepada KPU. Kondisi inilah kemudian yang menjadi catatan penting dalam Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik setiap proses penegakan hukum pemilu. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, dana Selain soal ketentuan materil menguraikan dari pidanabahwa pemilu, kampanye adalah penanganan salah satu hal atau penting proses pemilu. Dana persoalan caradalam bagaimana kemudian kampanye diperlukan politik dan kandidatnya dapat pidana pemiluoleh itupartai ditegakkan juga memilikiuntuk catatan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 52 vi tersendiri. Setidaknya ada beberapa catatan penting terkait dengan hukum acara penanganan pelanggaran pidana pemilu: a. Tugas Berlebih di Pengawas Pemilu Sebagaimana diatur di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, baik pemilu legislatif, pemilu presiden, dan juga pemilihan kepala daerah, baik temuan maupun laporan dugaan pelanggaran pidana pemilu mesti dimulai prosesnya di pengawas pemilu. Artinya, apakah itu suatu perbuatan yang ditemukan pengawas sebagai dugaan pelanggaran, atau laporan dari masyarkaat, peserta pemilu, dan pemantau pemilu, mesti diproses terlebih dahulu oleh pengawas pemilu. 4 Pengawas pemilu yang berhak menentukan apakah suatu perbuatan terkategori sebagai pelanggaran pidana pemilu atau tidak. Meskipun di dalam tubuh pengawas pemilu terdapat forum bersama antara pengawas pemilu, kepolisian, dan kejaksaan, tetapi karena sekretariatnya ada di pengawas pemilu, maka perhatian pasti selalu diarahkan kepada pengawas pemilu. Tidak akan pernah suatu perbuatan yang diduga sebagai pelanggaran pidana pemilu sampai kepada Kepolisian, jika tidak didahului dengam proses yang dilakukan oleh pengawas pemilu. Dalam batas penalaran yang wajar, hal ini tentu menjadi catatan penting. Ditambah dengan tugas pokoknya yang mengawasi seluruh tahapan pemilu, tugas sebagai 4 Veri Junaidi, Firmansyah arifin, dan Fadli Ramadhanil, Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu 2014, 2014, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi. Hal. 55 53 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat penerima oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuktugas memerintah. laporan pelanggaran adalah kesekian Pandangan Hamdanpengawas tersebut berkaitan apa dalam yang disampaikan dari lembaga pemilu.dengan Bahkan, konteks Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pilkada 2015, tugas pengawas pemilu juga ditambah pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dengan penyelesaian sengketa pencalonan sampai kepada sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pengawas pemilu tingkat kabupaten/kota. Hal ini jelas empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal memberatkan bagi pengawas pemilu. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara b. Desaian Kelembagaan yang TidakPemilu, Jelas terkonfirmasi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Selain soal bebanditugas yangyang terlalu banyak, catatan dalam praktek penganggaran Indonesia berkaitan dengan siklus Pemilulain 2009adalah ataupundesain menjelang Pemilu 2014.pengawas Melihat perkembangan saat kelembagaan pemilu yang ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan tidak jelas. apabila dibandingkan dengan tugas, fungsi political corruption cycle ataudalam siklus korupsi politik pada tahun-tahun dan kewajibannya menyelesaikan pelanggaran Pemilupidana yang telah meningkat dengan pemilu. Salah satu ekstrim. yang menjadi perhatian serius Masyarakat saja dapat sebagai kesatuan, tetapi adalah, tidak meskipun tidakditafsirkan disebut jelas di satu dalam peraturan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perundang-undangan, tetapi ada kewajiban bahwa perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pengawas pemilu-lah yang berkewajiban untuk memenuhi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun bukti dari laporan/temuan dari dugaan tindak pidana. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Hal ini tentu mengherankan, karena tenaga dan sumber 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat daya manusia yang ada di pengawas pemilu, jelas tidak praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah memadai untuk barang bukti dari suatu mayoritas diduduki oleh mengumpulkan laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dugaan tindak pidana. Selain itu, dalam mengumpulkan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam bukti dugaan hukumbarang dan pemerintahan. Dantindak kondisipidana, tersebutjelas telahmesti ditulisada olehupaya Nindita paksa yang perlu dimiliki oleh suatu lembaga. Sekali Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: lagi, pengawas bukanlah lembaga memiliki Pengalaman Perempuanpemilu Menghadapi Korupsi dalamyang Pemilu DPR RI 2009.”kewenangan untuk melakukan upaya paksa dalam mencari, memanggil, dandengan memenuhi alat bukti. keuangan politik, Didik Masih berhubungan tema akuntabilitas Supriyantoc. danMisunderstanding Lia Wulandari dalamAntara tulisan berjudul Transparansi dan Pengawas, Kepolisian Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana dan Kejaksaan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Ruang sentragakumdu (Sentra Penegakan Hukum kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 54 vi Terpadu) yang sekretariatnya di kantor pengawas pemilu merupakan ruang untuk mencapai kesepakatan bersama dalam menyikapai laporan atau temuan terhadap dugaan pelanggaran pidana pemilu. Artinya, ruang sentragakumdu ini sejatinya akan digunakan untuk menyeragamkan pemahanam antar penegakan hukum dari awal, sehingga penanganan pelanggaran pidana selanjutnya akan lebih mudah. Hal ini dapat terwujud, apabila kesepahaman untuk suatu pelanggaran pidana sudah sama antar penegak hukum. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ruang sentragakumdu justru menjadi forum perdebatan dan ketidaksepahaman dalam menyikapi pelanggaran pidana pemilu. Acap kali ditemukan, ketika pengawas pemilu sudah meyakini suatu perbuatan adalah pelanggaran pidana pemilu, namun Kepolisian dan Kejaksaan dalam paradigma yang sangat positifistik mengatakan unsur pelanggaran dari perbuatan tersebut tidak terpenuhi. Hal inilah kemudian yang menjadi salah satu penghambat dalam penanganan pelanggaran pidana pemilu. 2. Catatan Terhadap Administrasi Pemilu Penanganan Pelanggaran Terhadap penanganan pelanggaran administrasi dalam pelaksanaan pemilu, terdapat tiga poin penting yang ingin disampaikan. Pertama, di dalam UU Pileg maupun UU Pilpres, sama sekali tidak disebutkan secara terperinci apa yang didefinisikan sebagai pelanggaran administrasi pemilu. Di dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ 55 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Kota, oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pasal 25 menyebutkan bahwa; “Pelanggaran Pandangan Hamdanadalah tersebutpelanggaran berkaitan dengan apa yang disampaikan administrasi yang meliputi tata Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan pada Tahun Pemilu.” pelaksanaan Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles administrasi pemiliu dalam setiap tahapan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi penyelenggaraan pemiludi luar tindak pidana pemilu dan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu”. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Namun, pengertian berbeda diberikan di dalam UU agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 42 penganggaran Tahun 2008di Tentang Presiden dalam No. praktek Indonesia Pemilihan yang berkaitan dengan dan siklus Wakil Presiden. Pasal 191 menyebutkan “Pelanggaran Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat administrasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini yang political corruption cycle atau ketentuan siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilubukan yang telah meningkatketentuan dengan ekstrim. merupakan pidana pemilu Presiden dan Wakil Presiden terhadap ketentuan diatur di Masyarakat tidak sajadan dapat ditafsirkan sebagailain satuyang kesatuan, tetapi dalam Peraturan KPU”.perbedaan hakikat antara laki-laki dan juga perlu dibatasi mengingat perempuan. Seperti halnya yang keterwakilan perempuan sebagai satu Dua defenisi berbeda tersebut, tentusalah akan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun menimbulkan kerancuan di dalam proses pelaksanaan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi penanganan pelanggaran administrasi. Apalagi, sebelum 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat adanya perintah MK untuk melaksanakan pemilu legislatif praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dan pemilu presiden dan wakil presiden secara serentak, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini selisih waktu pelaksanaan pileg dan pilpres hanya dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam waktu tiga bulan. Bisa dibayangkan—contoh paling hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita mutakhir kemudian jarak Paramastuti dalam Pemilu tulisannya2014—bagaimana yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pelaksanaan pilegMenghadapi dan pilpres hanyadalam tiga bulan, Pengalaman Perempuan Korupsi Pemilu namun DPR RI 2009.”defenisi pelanggaran administasinya berbeda. Khusus untuk defenisi yang diberikan di dalamkeuangan UU No. politik, 42 Tahun Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas Didik 2008dan Tentang Pemilihan dan Wakil Presiden Supriyanto Lia Wulandari dalamPresiden tulisan berjudul Transparansi dan adalah Pengelolaan defenisi yang sangat multitafsir, luas sekali, Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwa dan dana sukar dilaksanakan. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeKedua, diperlukanpersoalan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat mendasar dari penanganan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 56 vi pelanggaran administrasi adalah tidak pernah jelasnya sanksi yang akan diberikan apabila terbutki suatu pelanggaran adalah pelanggaran administrasi. Baik di dalam UU Pileg dan UU Pilpres, tidak disebutkan secara jelas jenis dan bentuk sanksi dalam sautu pelanggaran administrasi. Ketiga, adalah terkait dengan pelanggaran administrasi. Hampir sama dengan pelanggaran pidana, pelanggaran administrasi mesti dilaporkan terlebih dahulu kepada pengawas pemilu baru kemudian diteruskan ke KPU untuk ditindaklanjuti. Oleh sebab itu, efektifitas dan efesiensi dari penanganan pelanggaran administrasi dipandang tidak baik, karena proses yang panjang yang mestinya dipersingkat. 3. Catatan Terhadap Penanganan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu Bagian ketiga dari penanganan pelanggaran pemilu adalah pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu. Pelanggaran ini bersifat khusus dan hanya diberlakukan kepada penyelenggara pemilu. Terhadap hal ini, terdapat dua catatan penting yang perlu diperhatikan. Pertama, proses yang ada di Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), forum yang mengadili pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, mesti dipastikan hanya akan mengadili pelanggaran kode etik an sich. Proses di DKPP tidak diperbolehkan masuk ke ranah administrasi pemilu. Ini menjadi catatan, karena terjadi beberapa kali di proses persidangan di DKPP. Berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya, kasus pencalonan salah 57 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat satu oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah. calon dan Gubernur di yang Provinsi Jawa Timur, Khofifah Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang yang disampaikan Indarparawansa menjadi contoh kejadian pas Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dengan kondisi ini. Dimana, Khofifah yang awalnya pada Tahun Pemilu.”tidak Yuna memenuhi menjelaskan syarat bahwa Political budget cycles dinyatakan pencalonan dalam sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal 2013, diperintahkan DKPP untuk dinyatakan memenuhi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara syarat dan dapat menjadi calon Gubernur Provinsi Jawa agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Timur. Hal ini tentu berpotensi akan menciptakan tumpang dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus tindih putusan peradilan dalam proses penegakan hukum Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilu. dengan keputusan administratif ini, yang menjadiKarena, perhatianterkait tidak hanya political budget cycles, melainkan seorang bakal calon kepala daerah memenuhi syarat atau political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun memunhi syarat, bukan lembaga DKPP yang berhak Pemilutidak yang telah meningkat dengan ekstrim. menyatakan Masyarakat tidak hal sajatersebut. dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pengadilan administrasi negaraantara yang laki-laki memiliki juga perluAda dibatasi mengingat perbedaan hakikat dan perempuan. Seperti halnya perempuan sebagai salah satu kewenangan untuk keterwakilan memutuskan, apakah keputusan KPU syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun daerah yang menyatakan seorang bakal calon kepala 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu daerah tidak memenuhi syarat sudah tepatharus ataumemenuhi belum. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Oleh sebab itu, DKPP mesti fokus dalam memutus dugaan praktikpelanggaran selama ini, pihak yang duduk baikmasuk di parlemen maupun pemerintah kode etik, tanpa ke ranah administrasi mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemilu. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Kedua, makna “penyelenggara pemilu” yang akan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita diputus dugaan pelanggaran kode etiknya oleh DKPP perlu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: disederhanakan. artian,Korupsi tidak semua Pengalaman Perempuan Dalam Menghadapi dalam penyelenggara Pemilu DPR RI 2009.”pemilu bisa diperiksa ditingkat DKPP. Selama ini yang terjadi, KPPS-pun sebagai pemilupolitik, ditingkat Masih berhubungan dengan temapenyelenggara akuntabilitas keuangan Didik bawah diperiksa dalam di DKPP. ini tentu membuat Supriyanto danjuga Lia Wulandari tulisanHal berjudul Transparansi dan perkaraPengelolaan di DKPP menjadi sangat banyak, dan proses Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwachek dana and adalah balances di tubuh internal penyelenggara kampanye salah satu hal penting dalam prosespemilu pemilu.yang Dana bersifat hierarkis berjalan. kampanye diperlukan olehtidak partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 58 vi 4. Catatan Terhadap Proses Sengketa Administrasi Pemilu Terhadap proses sengketa admnistrasi pemilu, hal pertama yang perlu untuk dirapihkan adalah prihal nomenklatur terhadap proses ini. Terdapat beberapa peristilahan yang muncul di beberapa peraturan perundang-undangan. Misalnya sengketa pemilu, sengketa administrasi pemilu, sengketa tata usaha negara pemilu, sengketa pemilihan, dan sengketa pencalonan. Istilah sengketa pemilu muncul pada proses pemilu legislatif. Sementara untuk sengketa tata usaha negara pemilu muncul di dalam proses sengketa pemilihan kepala daerah dan juga muncul di proses pemilu legislatif. Dalam faktanya, baik sengketa pemilu, sengketa tata usaha negara pemilu, maupun sengketa pemilihan, berangkat dari satu sebab yang sama: ketidakpuasaan bakal calon peserta pemilu terhadap keputusan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Pada posisi ini, dapat ditarik satu benang merah persoalan, bahwa yang akan dipersoalkan adalah keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan oleh KPU. Oleh sebab itu, karena yang akan disengketakan dan dipersoalkan adalah keputusan tata usaha negara dari pejabat tata usaha negara dalam hal ini KPU, maka sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU Pengadilan Tata Usaha Negara), maka permohonan sengketa mesti diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Hal inilah kemudian menjadi catatan penting dalam proses sengketa pemilu, sengketa tata usaha negara, dan juga 59 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat sengketa oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pemilihan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan 5. Catatan Terhadap Proses Sengketa Perselisihan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Hasil Pemilu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Jika fenomena hendak universal berbicaradidukung terkait dengan dengan catatan sudah menjadi berbagai studi hasil pemilu Mahkamah Konstitusi (MK), empirisperselisihan di berbagai Negara. Berbagaidi variabel yang mempengaruhi politcal catatan yang bisa struktur disampaikan. Mulai dari budgettentu cycles banyak seperti perubahan pola pada anggaran baik secara MK, legal pada standing pemohon, sampai kepada agregatkewenangan maupun secara spesifik tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi acara MK. Pada bagianyang ini berkaitan akan disampaikan dalam hukum praktek penganggaran di Indonesia dengan siklus Pemilubeberapa 2009 ataupun Pemilucatatan 2014. Melihat perkembangan saat hal menjelang terkait dengan penting pada proses ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan perselisihan hasil pemilu di MK. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pertama, terkait dengan kewenangan MK dalam Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. menyelesaikan sengketa pilkada. Perdebatan ini Masyarakat saja dapat kepada ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi khusus tidak ditunjukkan pilkada, karena memang juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan hal ini yang sekarang menjadi titik krusial yang masih perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu diperdebatkan. Pada satu sisi, jika dilihat ketersediaan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun supporting peradilan, kemapanan lembaga, dan jaminan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi independensi lembaga, MK adalah lembaga paling ideal 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat untuk menyelesaikan sengketa pilkada. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah yang lain, terdapat MK No.hal 97/ini mayoritas Namun didudukipada olehsisi laki-laki. Apabila tidakputusan diperjuangkan, PUU-XIII/2013 yang menyebutkan pilkadaperempuan bukanla rezim akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi dalam hukumpemilu, dan pemerintahan. Dan kondisi telah ditulis oleh Nindita sehingga MK tak lagitersebut berwenang menyelesaikan Paramastuti dalampilkada. tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: sengketa Iniyang perdebatan penting yang harus Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR diselesaikan. Paling tidak, logika pilkada bukan pemiluRI 2009.”tentu sangat bisa dimentahkan. Ketika asas, prinsip, dan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik penyelenggaranya sama, tentu sangat mudah mengatakan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan bahwa pilkada tentu adalah salah satu jenis pemilihan yang Akuntabilitas Danapemilu. Kampanye, menguraikan bahwa dana masuk Pengelolaan ke dalam rezim kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Hanya saja, benturan hebat tentu mesti dijawab ketika kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 60 vi diperhadapkan pada putusan MK yang menyatakan sebaliknya. Bukankah putusan pengadilan adalah salah satu sumber hukum yang mesti ditaati dan dilaksanakan? Kedua, terkait dengan legal standing orang yang bisa mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilu ke MK. Titik persoala yang mesti dijawab pada persoalan ini adalah legal standing untuk perseorangan calon anggota legislatif, apakah mereka betul-betul memiliki legal standing untuk mengajukan permohonan ke MK. Sebagai konsekuensi dari formula penentuan calon terpilih dalam pemilu legislatif dengan cara suara terbanyak, maka sudah menjadi hal yang mesti perseorangan calon anggota legislatif memiliki legal standing untuk mengajukan permohonan. Ketentuan ini yang masih belum ada. Kepastian hukum terkait dengan calon perseorangan dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil pilkada ke MK mesti diatur eksplisit. Hal ketiga, terkait dengan hukum acara MK. Dalam forum persidangan di MK yang hendak menemukan keadilan materil, maka mesti dibuka kesempatan sebebasbebasnya kepada para pihak untuk membuka dalil. Hal lain adalah seluruh alat bukti yang diajukan dan sesuai dengan dalil, maka mesti dibuka di depan persidangan. Pembaharuan Konsep Penegakan Hukum Pemilu Berdasarkan catatan yang sudah diuraikan diatas, maka pada bagian ini akan coba mengusulkan rekomendasi kedepan terkait dengan konsep penegakan hukum pemilu kedepan; 61 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh1. politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Rekomendasi Terkait Penanganan Pelanggaran Pandangan Pidana Hamdan Pemilu tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Dalam penanganan pelanggaran pidana pemilu, perlu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dilakukan perbaikan pada dua segmentasi. Pertama, dari sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi segi hukum materil hukum pidana pemilu. Desain hukum empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pidana pemilu kedepan, perlu mengurangi ketentuan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang teralu banyak diberikan kepada penyelenggara agregatpidana maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pemilu. Pada bagian ini, perlu dibatasi dengan beberapa dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus indikator. Misalnya, jika perbuatan yang dilakukan adalah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat tindak pidana yangtidak diatur di political dalam KUHP, tindakmelainkan pidana ini, yang menjadi perhatian hanya budget cycles, korupsi, dancycle politik uang, korupsi maka politik sanksipada pidana tetap political corruption atau siklus tahun-tahun Pemiludipertahankan. yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat perbuatan ditafsirkan sebagai kesatuan, tetapi Namun, untuk yang satumasih dapat juga perlu dibatasilangsung mengingat perbedaan hakikat antara dan diperbaiki oleh penyelenggara pemilulaki-laki ditingkat perempuan. Seperti halnya keterwakilan sebagai salah satu atasnya, maka sanksi pidana perempuan perlu untuk dihilangkan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Penghilangan sanksi pidana ini mesti diganti dengan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pemberian sanksi administrasi yang jelas dan terukur. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Disamping itu, pembenahan pada sektor ini, mesti diiringi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dengan pembenahan dari rekruitmen penyelenggara mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemilu, dengan titik tekan yang mesti dipenuhi adalah soal akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam integritas dan kapasitas. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Kedua, degan penanganan pelanggaran Paramastuti dalam terkait tulisannya yang pola berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pidanaPerempuan pemilu, atau dalam Korupsi bahasa dalam lain terkait Pengalaman Menghadapi Pemilu hukum DPR RI 2009.”acara penanganan pelanggaran pidana pemilu. Proses penanganan pidana pemilu mesti lebih Masih berhubunganpelanggaran dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik efektif. satu langkah yang berjudul perlu diambil adalah Supriyanto dan Salah Lia Wulandari dalam tulisan Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan dana temuanPengelolaan dan pelaporan pelanggaran pidanabahwa pemilu kampanye adalahsaja salahKepolisian. satu hal penting dalam proses Dana langsung Artinya, peran daripemilu. pengawas kampanye diperlukan partai politik dan tindak kandidatnya untuk dapat pemilu dalam oleh menerima laporan pidana pemilu berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 62 vi mesti dihilangkan. Kedepan, laporan tindak pidana pemilu mesti langsung ke Kepolisian. Kepolisian-lah yang langsung bertanggungjawan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana pemilu. Selain lembaga Kepolisian adalah yang paling relevan dalam pelanggaran pidana pemilu, Kepolisian adalah lembaga yang memiliki kewenagan pro justicia dan upaya paksa dalam mengungkap pelanggaran pidana pemilu. Selain itu, perbaikan ini perlu beriringan dengan pembentukan desk khusus penanganan pelanggaran pidana pemilu selama tahapan pemilu dan limitasi waktu khusus dalam penanganan pelanggaran pidana pemilu, tanpa secara otomatis membuat dugaan pelanggaran tersebut menjadi kadaluarsa jika waktu tersebut telah lewat. 2. Rekomendasi Terkait Penanganan Pelanggaran Administrasi Pemilu Terkait dengan penanganan pelanggaran administrasi pemilu, juga mesti mencakup pada dua hal. Pertama, perlu defenisi ulang terkait dengan pelanggaran administrasi pemilu. Defenisi yang ada di dalam UU No. 8 Tahun 2012 sudah cukup baik. Hanya saja perlu diturunkan secara terperinci, perbuatan apa yang dikategorikan sebagai pelanggaran administrasi pemilu. Selain bentuk perbuatan, jenis sanksi administasi pemilu perlu ditentukan. Lazimnya, sanksi administrasi bisa diberikan dalam bentuk peringatan tertulis, peringatan keras, sampai kepada pemecatan, atau pembatalan sebagai peserta pemilu. Rumusan inilah kemudian yang perlu dirapihkan. 63 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehKategorinya politisi dan pemerintah yang bisa terbagi keterpilih dalamuntuk dua memerintah. bagian. Sanksi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan administrasi untuk peserta pemilu, penyelenggara pemilu, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran termasuk kepada pemilih. Kedua terkait dengan cara pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles penanganan pelanggaran administrasi. Hampir sama sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dengan penanganan pelanggaran administrasi pemilu, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal efektifitas dari penanganan pelanggaran administrasi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pemilu perlu disederhanakan. Salah satu cara yang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi mesti dilakukan adalah tidak perlu lagi mesti dimulai dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dari pengawas pemilu. Tetapi, setiap pelanggaran Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat administrasi pemilu ditujukan kepada KPU ini, yang menjadi perhatian tidaklangsung hanya political budget cycles, melainkan untuk ditindaklanjuti. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 3. Rekomendasi Terkait Penanganan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan, tetapi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan juga perluBerdasarkan dibatasi mengingat laki-laki dan pada perbedaan catatan hakikat yang antara diuraikan pada perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salahetik satu bagian sebelumnya, penanganan pelanggaran kode syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun penyelenggara pemilu perlu melakukan perbaikan pada 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi beberapa hal. Pertama, mesti ada penegasan dan limitasi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dari putusan DKPP, bahwa yang akan diadili dan diputus praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah oleh lembaga ini adalah dugaan pelanggaran kode etik mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini penyelenggara pemilu. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam DKPP mesti memastikan bahwatelah mereka bisa hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut ditulistidak oleh Nindita masukdalam ke ranah administrasi pemilu,“Perempuan karena peran juga Paramastuti tulisannya yang berjudul: danitu Korupsi: dimainkan oleh lembaga peradilan lain, yakni Pengadilan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Tata Usaha Negara (PTUN). Terkait denga rumusan pelanggaran menjadi pedoman Masih berhubungankode denganetik temayang akuntabilitas keuangan politik,oleh Didik penyelenggara pemilu,dalam mesti melibatkan banyak pihak Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan dana lagi, seperti partaiDana politik dan peserta pemilu. bahwa Sehingga, kampanye adalahkode salahetik satuyang hal penting dalam proses pemilu. Dana landasan mengikat penyelenggara pemilu kampanye olehpemikiran partai politikyang dan kandidatnya dapat lahirdiperlukan dari butir berasal dariuntuk banyak berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 64 vi perspektif. Kedua, terkait dengan tingkatan penyelenggara pemilu yang bisa diproses oleh DKPP. Kedepan, penyelenggara pemilu yang akan diproses dan disidangkan oleh DKPP cukup hanya penyelenggara pemilu ditingkat pusat saja. Dalam artian, komisoner KPU dan Bawaslu pusat saja yang dapat diproses dan disidangkan oleh DKPP. Untuk penyelenggara pemilu dibawahnya, mekanisme penegakan kode etik berjalan sesuai dengan tingkatan penyelenggara pemilu. Artinya, jika pelanggaran kode etik dilakukan oleh KPPS, PPS, dan PPK, maka yang akan melakukan penegakan kode etik adalah KPU Kabupaten/Kota. selanjutnya, jika yang melakukan pelanggaran kode etik adalah KPU Kabupaten/Kota, maka yang memeriksa dan memutus pelanggaran kode etiknya adalah KPU Provinsi. Untuk KPU Provinsi, yang memeriksa dan memutus pelanggaran kode etiknya adalah KPU RI. Untuk KPU RI barulah kemudian DKPP yang memiliki kewenangan untuk memeriksa. Terkait dengan mekenisme pemeriksaan, untuk memperkuat independensi, sangat terbuka kemungkinan internal KPU untuk mengajak ihak eksternal yang memiliki kapasitas dan integritas untuk memeriksa. Desian ini bertujuan agar mekanisme penjagaan kode etik internal ditubuh penyelenggara pemilu juga berjalan. Meknisme yang sama juga diharapkan pada tubuh Bawaslu. 4.Rekomendasi Perbaikan Pelanggaran Administrasi Pemilu Untuk Penanganan 65 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehTerkait politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dengan mekanisme sengketa administrasi Pandangan tersebut berkaitan yang disampaikan pemilu,Hamdan maka hal pertama yangdengan mestiapa dilakukan adalah Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran menjadikan proses sengketa dibawah satu nomenklatur pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political saja, yakni sengketa administrasi pemilu. Jadi,budget siapa cycles saja sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang merasa keberatan dan ingin menggugat keputusan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal KPU, maka prosesnya disatu pintu pengadilan tata usaha budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara negara saja. Prosedur dan hukum acaranya bisa disamakan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dengan sengketa tata usaha negara biasa. Hanya saja, hal dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus yang perlu diatur teknis adalah waktu penyelesaian yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat perlu diatur rigid,tidak sehingga tidak mengganggu ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, tahapan melainkan pemilu. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kasasi ke Mahkamah Putusan PTUN dapat dilakukan Agung, tidak dan saja putusannya bersifat finalsatu dan mengikat. Masyarakat dapat ditafsirkan sebagai kesatuan, tetapi Tantangan terhadap proses hakikat ini adalah memastikan juga perlu dibatasi lain mengingat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuankepemiluan sebagai salahdari satu peningkatan kapasitas dan perspektif syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun hakim PTUN, dibawah koordinasi kamar tata usaha negara 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi MA. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 5. Rekomendasi Terhadap Proses Perselisihan Hasil praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Pemilu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Untuk negatif prosesterhadap perselisihan hasil aspirasi pemiluperempuan di MK, perlu akan berdampak mandeknya dalam diberikan beberapa rekomendasi kedepan. Pertama, hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita perdebatan terkait apakah MK berwenang menyelesaikan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: perselisihan hasil Menghadapi pilkada atauKorupsi tidak perlu diselesaikan. HalRI Pengalaman Perempuan dalam Pemilu DPR 2009.”ini tentu mesti dimulai dengan memberikan penjelasan danberhubungan pengaturandengan hukum terkait dengankeuangan pemilihan kepala Masih tema akuntabilitas politik, Didik daerah dari pemilu. yang Supriyanto dan merupakan Lia Wulandaribagian dalam tulisan berjudul Peranan Transparansi dan Akuntabilitas Kampanye, bahwa dana segara Pengelolaan diharapkanDana untuk hal inimenguraikan adalah pengaturan kampanye adalah salah satu hal oleh penting dalam pemilu. Jika Dana legislasi yang dilakukan DPR dan proses pemerintah. kampanye diperlukan olehpenafsiran partai politik dan kandidatnya untuk dapat perlu, melakukan kembali ke MK. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 66 vi Kedua,terkait dengan kejelasan legal standing dari perseorangan calon anggota legislatif perlu diatur eksplisit di dalam peraturan perundang-undangan. Ketiga, terkait dengan kepastian hukum acara MK dalam mengadili perselisihan hasil pemilu, perlu diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan system pemilu. Jika perlu, hukum acara MK diatur dalam peraturan perundangundangan setingkat undang-undang. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat persoalan secara meteril dan formil dari penanganan pelanggaran pidana pemilu. Oleh sebab itu, pembenahan dan pengelompokan kembali pelanggaran pidana pemilu dan memperbaiki mekanisme penangannya perlu dilakukan; 2. Untuk pelanggaran administrasi, perlu diberikan defenisi yang lebih jelas, seperti perincian bentuk sanksi dan perbuatan yang akan diberikan sanksi administrasi. Selain itu, terkait dengan mekanisme penanganan pelanggarannya, dilakukan langsung oleh KPU; 3. Untuk pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, perlu diberikan pembatasan bahwa DKPP tidak bisa masuk ke ranah administrasi pemilu, dan penyelenggara pemilu yang diproses oleh DKPP adalah KPU dan Bawaslu RI saja. Untuk penyelenggara dibawahnya akan diperiksa dan diproses oleh masing-masing lembaga yang 67 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat setingkat oleh politisidiatasnya, dan pemerintah yang terpilihhierarki untuk memerintah. sesuai dengan kelembagaan Pandangan Hamdanpemilu; tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penyelenggara Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran 4.Untuk sengketa administrasi pemilu, perlu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pengertian yang satu saja, yakni sengketa administrasi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilu. Untuk penangannya, diberikan kepada PTUN, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dengan ruang upaya hukum diberikan kepada MA; budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 5. Untuk hasil pemilu, perlu segera agregat maupun secara perselisihan spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi bahwa pilkada adalah bagian dari rezim pemilu, dalam dipastikan praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilukejelasan 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat legal standing kepada perseorangan calon ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan anggota legislatif dan pembenahan hukum acara MK. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Daftar Pustaka Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Peraturan Perundang-Undangan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Kabupaten/Kota 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang praktik selama ini, pihakPresiden yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Pemilihan dan Wakil Presiden mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun hukum dan2014 pemerintahan. kondisi tersebut telahPemerintah ditulis oleh Nindita Tentang Dan Pengesahan Peraturan ParamastutiPengganti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: Undang-Undang Nomor 1 Tahun dan 2014 PengalamanTentang Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. 2009.” Buku Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan International IDEA, Keadilan Pemilu: Ringkassan Buku Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Acuan International IDEA, 2010, Jakarta: Indonesia kampanye Printer, adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Topo Santoso dkk, Penegakann Hukum Pemilu; Praktik legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 68 vi Pemilu 2004, 2011, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Veri Junaidi, Firmansyah arifin, dan Fadli Ramadhanil, Evaluasi Penegakan Hukum Pemilu 2014, 2014, Jakarta: Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi. 69 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PENGAWASAN PEMILU POLITIK UANG DAN DANA empirisKAMPANYE di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Indonesia Corruption Watch agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Pelaporan dana kampanye terus menjadi permasalahan Abstrak setiap kali Setidaknya lima isu dalam Masyarakat tidakpemilu. saja dapat ditafsirkanterdapat sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasidana mengingat perbedaan antara manipulasi laki-laki dan pelaporan kampanye: aspekhakikat kepatuhan, perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pendapatan, manipulasi pencatatan belanja, ketepatan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun waktu pelaporan, dan audit. Agar permasalahan pelaporan 2012 menegaskan setiap partai peserta pemilu harus memenuhi dana kampanye tidak politik terus berulang diperlukan sebuah 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat badan khusus untuk menangani masalah tersebut. Dalam praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah konteks ini Bawsalu dapat diperkuat perannya menjadi mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini lembaga pemeriksa dana politik dan dana pemilu. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Kata kunci: Dana kampanye, pengawasan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah dituliskampanye, oleh Nindita politik uang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Pengantar Masih berhubungan dengan temapolitik akuntabilitas keuangan politik, Didik Persoalan menyangkut uang dan dana kampanye Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan seolah permasalah rutin yang selalu muncul dari setiap Akuntabilitas Dana tetapi, Kampanye, menguraikan dana pemiluPengelolaan ke pemilu. Akan permasalahan ini bahwa seringkali kampanye salah satu attensi hal penting dalam penyelesaian proses pemilu.yang Dana tidakadalah mendapatkan dan porsi kampanye diperlukan oleh partai kandidatnya dapat tuntas. Maraknya politikpolitik uangdan yang semakinuntuk terbuka berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 70 vi dilakukan seolah tidak tersentuh oleh hukum. Pada saat yang sama, persoalan dana kampanye seolah dianggap pekerjaan kelas dua yang seringkali tidak dianggap urgen. Padahal kedua hal tersebut merupakan aspek sangat subtantif dalam menentukan kualitas pemilu itu sendiri. Dalam pemilu, politik dan uang merupakan pasangan tak terpisahkan. Uang penting untuk membiayai kampanye, karena kampanye berpengaruh pada hasil pemilu. Kampanye tidak akan berjalan tanpa uang, meski uang tidak merupakan faktor satu-satunya untuk memperoleh keberhasilan. Dalam sistem politik yang tidak demokratis, korupsi politik akan tumbuh subur dan menjadi tabiat kebanyakan politisi. Sama halnya dalam partai yang tidak ”sehat”, mereka akan mencari sumber-sumber pendanaan instan untuk menjalankan mesin politik, salah satunya melalui korupsi uang negara atau melalui cara instan yang lain, seperti yang marak belakangan ini dengan menarik kekuatan pemodal (baca: pengusaha) ke dalam kongsi partai. Menurut Marcin Walecki, masalah utama dalam korupsi pemilu berkaitan dengan masalah keuangan atau dalam hal ini pengumpulan modal pemenangan. Secara umum, pendanaan politik yang korup dikumpulkan kandidat atau partai, dimana mereka melakukan operasi. Nassmacher1 menambahkan bahwa uang mempengaruhi kompetisi politik dan menjadi sumber daya utama bagi politisi yang 1 Nassmacher, Karl-Heinz. Foundation for Democracy, Approaches to Comparative Political Finance, Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden, 2001 71 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat ingin oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. memenangkan atau mempertahankan kekuasaan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Uang dapat diubah menjadi banyak sumber daya, seperti; Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran membeli barang-barang, keterampilan, dan pelayanan. pada Tahun Yuna bahwa Political budget cycles SelainPemilu.” itu, uang punmenjelaskan dapat digunakan untuk bertransaksi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi langsung dengan pemilih dalam bentuk politik uang. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Sebagai contoh incumbent menggunakan sumber daya budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara untuk memberi dan pekerjaan, agregatpublik maupun secara spesifik kontrak pada tahun-tahun Pemilu,mengontrol terkonfirmasi informasi, dan membuat keputusan. Uang memperkuat dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus politik bagi mereka memilikinya atau mereka Pemilupengaruh 2009 ataupun menjelang Pemiluyang 2014. Melihat perkembangan saat yang memiliki wewenang ini, yang menjadi perhatian tidak hanyauntuk politicalmendistribusikannya. budget cycles, melainkan Pada sisi lain hambatan dapatpada menghalangi political corruption cycle atau sikluskeuangan korupsi politik tahun-tahun Pemiluindividu yang telahdan meningkat ekstrim. partaidengan politik dalam mendapatkan akses kekuasaan, untuk keuntungan politik, Masyarakat tidakkeuangan saja dapat ditafsirkan sebagai satupartai kesatuan, tetapi kelompok atau kandidat cara tidak juga perlu dibatasikepentingan, mengingat perbedaan hakikatdengan antara laki-laki dan 2 perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu benarSeperti atau tidak sah. syarat verifikasi faktual untuk pemilu. UU No. adalah 8 Tahun Menurut Open menjadi Society,peserta korupsi pemilu 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi praktek pendanaan kampanye, baik penerimaan maupun 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pengeluaran yang menciptakan hubungan koruptif praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah antara penyumbang dan partai politik atau kandidat yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini didukungnya maupun pola perilaku koruptif yang terjadi akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam antara peserta pemilu dan voters.3 hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Dari penjelasan secara “Perempuan umum terdapat tiga Paramastuti dalam tulisannyadiatas, yang berjudul: dan Korupsi: bentukPerempuan korupsi pemilu, yaitu: Korupsi dalam Pemilu DPR RI Pengalaman Menghadapi 2009.” a. Manipulasi Pengumpulan dan Pencatatan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 2 Walecki, Marcin, 2003. Political Money and Political Corruption: Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Considerations for Nigeria. International Foundation for Election Systems (ifes) inec-civil society forum seminar on agenda for electoral reform 27 – 28Dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. november 2003 abuja, nigeria kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 3 Ade Irawan dkk. Panduan Pemantauan Korupsi Pemilu. ICW 2014. Hlm 9 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 72 vi Dana Kampanye. Partai politik atau kandidat menerima donasi dari sumber-sumber yang dilarang oleh aturan, seperti; sumbangan melebihi batas maksimal, bersumber dari hasil korupsi atau kejahatan, dan penyumbang tidak jelas. b. Penyalahgunaan Sumber Dana dan Daya Negara. Partai politik atau kandidat menyalahgunakan sumber dana dan daya negara/publik untuk kepentingan pemenangan mereka. c. Politik Uang. Partai, kandidat, tim sukses, memberikan/menjanjikan uang atau barang kepada pemilih atau penyelenggara pemilihan dalam rangka memenangkan pemilu. Secara umum, korupsi dimulai dari tahapan nominasi kandidat. Paling mencolok terjadi dalam pemilihan anggota DPR, DPRD, dan kepala daerah. Beragam istilah dikenal merujuk pada korupsi dalam penentuan nominasi (candidacy buying) seperti pemberian uang mahar, uang perahu, serta uang nomor urut atau daerah pemilihan (dapil). Fase kedua terjadi dalam pengumpulan modal pemenangan. Sebagian besar kandidat tidak memiliki hubungan baik dengan konstituen. Alih-alih mendapat donasi, kandidat justru mesti mengeluarkan uang banyak untuk membeli atau memikat konstituen. Tidak sedikit kandidat menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk mengumpulkan modal pemenangan, seperti menerima donasi yang dilarang oleh aturan atau menyelewengkan sumber dana dan fasilitas negara, terutama untuk kandidat 73 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat petahana oleh politisiyang dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. memiliki akses terhadap kekuasaan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Tentu saja modal dari sumber yang haram tidak akan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dicatat dalam pengeluaran resmi dana kampanye. Partai pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles politik atau kandidat otomatis akan memanipulasi laporan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi keuangan. Hasil penelitian ICW terkait laporan keuangan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kandidat dalam pemiihan anggota legislatif, presiden budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara wakilsecara presiden, serta daerahPemilu, memperlihatkan agregatdan maupun spesifik padakepala tahun-tahun terkonfirmasi banyak kandidat yang tidak mencantumkan penerimaan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dengan jujur.2014. Melihat perkembangan saat Pemiludan 2009pengeluaran ataupun menjelang Pemilu ini, yang menjadi perhatian tidak hanya budgetkampanye cycles, melainkan Fase ketiga adalah pada political saat proses dan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pemilihan. Untuk memperoleh banyak dukungan dan Pemilukemenangan, yang telah meningkat dengan berbagai caraekstrim. digunakan oleh partai politik Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi dan kandidat, termasuk dengan sebagai melakukan politik uang juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikatpemilihan, antara laki-laki dan kepada pemilih maupun penyelenggara seperti perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu KPU dan panitia pengawas di semua tingkatan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pengaturan Kampanye akan berdampak negatifDana terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Berikut tabel pengaturan sumbangan dana kampanye Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pada beberapa rezim pengaturan yang berbeda: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” KONTEKS PEMILU di INDONESIA Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 74 vi Pemilu Sumbangan Regulasi Badan Hukum Swasta 1,000,000,000 Pasal 96 ayat 1 dan 2 UU No. 42 Tahun 2008 1,000,000,000 Pasal 131 ayat 1 dan 2 UU No. 8 Tahun 2012 Kepala 50,000,000 Daerah Sumbangan 500,000,000 Pasal 74 ayat 5 UU No. 1 Tahun 2015 Pemilu Presiden Perseorangan Badan Hukum Swasta Kandidat 1,000,000,000 5,000,000,000 - - - Tidak dibatasi Partai Politik - - - Tidak dibatasi Berkaca dari pelbagai pemilu/ pilkada yang secara rutin dilakukan, Indonesia belum melakukan pembenahan secara signifikan dalam 75 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat berbagai oleh politisi dan pemerintah yang untuk memerintah. hal menyangkut danaterpilih kampanye. Hal ini terlihat Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangtidak disampaikan dari laporan dana kampanye yang seadanya, tertib Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dan tidak berjalannya sanksi dari penyelenggara pemilu. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Jika berkaca pada pengaturan dan penyelenggaraan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Pilkada serentak 2015, memang terdapat aspek pembaruan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal terkait dana kampanye, setidaknya pada dua aspek. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara negara semakin banyak memberikan subsidi agregatPertama, maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kepada kandidat. Mengacu kepada UU Pilkada, dalam kampanye praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dari tujuh aktivitas kampanye, sebanyak empat diantaranya Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ditanggung oleh penyelenggara. Seperti kegiatan kampanye ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan berupa : Debat publik, iklan media dan political corruption cycle atau siklus korupsimassa, politik alat padaperaga tahun-tahun Pemiludebat yang telah meningkat dengan ekstrim.ini sebagaimana dalam publik. Tujuan pengaturan pemabahasan RUU dilakukan untuk menekan Masyarakat tidak saja dapatPilkada ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi biayadibatasi kampanye para kandidat selama menjadi juga perlu mengingat perbedaan yang hakikat antaraini laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan satu permasalahan utama terjadinya korupsisebagai pada salah kepala syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun daerah. Kedua, diberlakukannya pembatasan belanja 2012 menegaskan politik Besaran peserta pemilu harus memenuhi kampanye setiap kepadapartai kandidat. dan ketentuan lebih 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat lanjut dapat diperhatikan dalam PKPU Nomor 8 Tahun praktik2015. selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Hasil temuan ICW dalam penyelenggaraan pemilu Problem Dana Kampanye di Indonesia di berhubungan Indonesia, pemilihan legislatif, presiden Masih dengan temaanggota akuntabilitas keuangan politik, dan Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan wakil presiden, serta kepala daerah tidak pernah terlepas Akuntabilitas Danaberkaitan Kampanye, menguraikan bahwa dana dari 3 Pengelolaan masalah utama dengan dana kampanye. kampanye adalah berkaitan salah satu dengan hal penting dalam proses pemilu. Dana Pertama, kepatuhan kandidat dalam kampanye diperlukan oleh partai politik kandidatnyapencatatan untuk dapat melakukan pencatatan; Kedua,danmanipulasi berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 76 vi pendapatan dari sumber pihak ketiga, dan ketiga, manipulasi pencatatan belanja. 1. Aspek kepatuhan Dalam aturan, kandidat atau partai peserta pemilu diwajibkan memiliki rekening khusus dana kampanye (RKDK). Semua transaksi yang berkaitan dengan pendapatan dan belanja selama pemilu wajib dicatat dan dilaporkan kepada komisi pemilihan umum untuk diaudit dan dipublikasikan. Tapi kenyataannya, kandidat atau partai kerapkali melakukan banyak penyiasatan seperti tidak mencatat semua transaksi dalam laporan dana kampanye, mencatat hanya sebagian transaksi, transaksi tidak melalui RKDK, dan seluruh penerimaan dana kampanye tidak disampaikan melalui RKDK akan tetapi diberikan langsung kepada tim pemenangan pasangan calon, sehingga RKDK hanya memiliki saldo awal pada saat pembukaan rekening. Bahkan dalam riset pemilukada di delapan daerah, beberapa kandidat yang dinyatakan kalah dalam pemilihan tidak melaporkan RKDK kepada KPUD. Tabel 5. Temuan terkait aspek kepatuhan laporan dana kampanye No 1 Pelanggaran Tidak melaporkan rekening khusus dana kampanye 77 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Rekening Kampanye menggunakan Rekening 2 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Bendahara Parpol atau rekening Partai Politik Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pada laporan awal RKDK nama alamat 3 Pemilu.” pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles penyumbang sama. Namun pada laporan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagaiperubahan variabel yang mempengaruhi politcal akhir RKDK didapati pada identitas budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik alamatnya. Sedangkan nama perusahaan, NPWP, secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi nomor kontak (no hp) tetap. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Seluruh penerimaan dana kampanye tidak 4 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat disampaikan melalui RKDK, akan tetapi diberikan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan langsung tim pemenangan pasangan political corruption cyclekepada atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan calon. Sehingga RKDKekstrim. hanya memiliki saldo awal Masyarakat pada tidaksaat saja pembukaan dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi rekening juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Transaksi tidak melalui Rekening Khusus Dana 5 dibatasi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Kampanye (RKDK) syarat verifikasiTidak faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun ada transaksi melalui Rekening Khusus 6. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Dana Kampanye (RKDK), sehingga saldo akhir RKDK 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sama seperti rekeningpemerintah praktik selama ini, pihak yangsaldo dudukawal baik pembukaan di parlemen maupun Tidak oleh membuat pembukuan 7. diduduki mayoritas laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Tidak mencatat sumbangan selain bentuk uang, dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan 8. hukum dan pemerintahan. kondisisumbangan tersebut telah ditulis atau oleh Nindita sumbanganDan langsung, fasilitas Paramastuti dalam tulisannya yangutang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: sumbangan dalam dan diskon Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Laporan terlambat diserahkan 9. 2009.” 10. Laporan yang disampaikan ke KPU tidak final dan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik masih disusulkan atau diubah ketika diserahkan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan kepada Auditor Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 78 vi 2. Manipulasi Pendapatan Aturan pemilu di Indonesia membatasi kandidat dan partai politik dalam mengumpulkan modal kampanye. Fokus pembatasan pada penyumbang pihak ketiga baik perseorangan maupun badan hukum. Selain itu, semua aturan pemilu pun melarang kandidat mengumpulkan dana dari phak asing dan negara termasuk didalamnya BUMN, BUMD, dan BUMDes. Tujuannya agar kandidat atau partai tidak bergantung pada pendonor besar dan lapangan persaingan antar kandidat dan partai tetap sama. Masalahnya, dalam pemantauan beberapa pemilu, ICW justru menemukan banyak pelanggaran yang berkaitan dengan sumbangan pihak ketiga (perseorangan, perusahaan, dan badan usaha) dan sumber dana yang dilarang oleh aturan. Untuk sumbangan pihak ketiga umumnya berupa manipulasi penyumbang seperti alamat palsu, penyumbang fiktif, alamat sama, penyumbang tidak sesuai dengan profile ekonomi (tidak memiliki kemampuan menyumbang). Banyak faktor yang menyebabkan kandidat atau partai politik memanipulasi sumber pendapatan. Dimulai dari perilaku penyumbang yang tidak mau disebutkan namanya di daftar penyumbang, hingga nilai sumbangan melebihi batas maksimum sumbangan. Sehingga nilai sumbangan dalam daftar laporan partai tidak disebutkan dengan jelas—beserta sumber penyumbang, atau nilai uang di pecah-pecah sesuai dengan nilai standar maksimum. Selain itu, sumber dana yang dilarang seperti; hasil tindak pidana, seringkali menjadi penyebab kandidat atau parpol 79 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat memanipulasi oleh politisi dan sumber pemerintah yang terpilih untuk memerintah. pendapatan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Tabel 6. Manipulasi penyumbang dana kampanye pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi No Pelanggaran empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi Tidak mencantumkan nama penyumbang pihak politcal 1 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara ketiga agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Nama Perusahaan yang fiktif 2 dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Sumbangan pihak ketiga2014. melebih batas maksimal saat 3 ataupun Pemilu 2009 menjelang Pemilu Melihat perkembangan Penyumbang tidak mempunyai ekonomi ini, yang4menjadi perhatian tidak hanya politicalkemampuan budget cycles, melainkan political corruption atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun untukcycle menyumbang Pemilu yang meningkat tidak dengan ekstrim. telah menyumbang Penyumbang mengakui 5 telah Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, Penyumbang mengaku menyumbang, tetapi tidak tetapi 6 juga perlu dibatasi perbedaan dapatmengingat menunjukkan bukti hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Penyumbang memberikan sumabnagan tidak sesuai 7 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dengan nominal yang dilaporkan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Penyumbang tidak memiliki KTP dan NPWP 8 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Alamat palsu 9 praktik selama ini, pihakpenyumbang yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Alamat penyumbang tidak jelas. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini 10 akan berdampak negatif terhadap aspirasi yang perempuan Penyumbang yang mandeknya mempunyai alamat sama dalam 11 hukum dan pemerintahan. kondisi tersebutjenis telahUtang ditulisdan olehsaldo Nindita PenyiasatanDan lewat sumbangan 12 Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kas partai dan dana kampanye Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Sumbangan langsung dari perusahaan untuk 2009.” 13 kepentingan kampanye Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dari rekening dana taktis pemerintah ke 14 dan Transfer Supriyanto Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan rekening partai rekening Yayasan bahwa dana Akuntabilitas Pengelolaan Danamelalui Kampanye, menguraikan Penyumbang digunakan namanya 15 adalah kampanye salah satuyang hal hanya penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan partai politik dan kandidatnya untuk dapat sebagaioleh penyumbang berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 80 vi Sumber: kompilasi hasil pemantauan ICW dalam pemilu dan pemilukada 3. Manipulasi pencatatan belanja. Manipulasi pencatatan belanja merupakan konsekuensi dari manipulasi dalam pencatatan sumber pendapatan oleh kandidat atau partai politik. Karena tidak semua pendapatan dicatat, maka banyak belanja yang berkaitan dengan kampanye yang tidak dicatat dalam RKDK. Dalam laporan dana kampanye pemilu, banyak kandidat yang hanya mencamtumkan keterangan dalam sisi belanja “Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundangundangan” tanpa dijelaskan kegiatannya. Selain faktor politik, masalah teknis yang menjadi penyebab kandidat atau partai tidak mencatat laporan kegiatan adalah minimnya sumber daya manusia yang mumpuni untuk mencatat laporan kegiatan. Terkait dengan belanja terutama belanja konsultan politik atau jasa tidak pernah dimasukan di dalam laporan belanja kampanye. Demikian juga dengan belanja iklan kampanye dengan diskon atau dibayarkan oleh pihak ketiga. 81 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Tabel 7. Contoh manipulasi belanja kampanye Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran No melalui Pelanggaran pada Tahun Yunanama menjelaskan bahwa Political budget Sumber dan penyumbang berubah-ubah (awalcycles 1 Pemilu.” sudah menjadi fenomena didukungAtapi dengan laporan RKDKuniversal nama perusahaan padaberbagai laporan studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal akhir dana kampanye diubah menjadi “CV.A” budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Tidak ada penjelasan kegiatan, hanya dengan 2 agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi “Kegiatan lain yang melanggar dalam praktekmenyatakan penganggaran di Indonesia yangtidak berkaitan dengan siklus Peraturan Perundang-undangan” Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Laporan nilaitidak belanja berbeda dengan belanja ini, yang3menjadi perhatian hanya political budgetriil cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun (pengeluaran) Pemilu yang meningkat dengan ekstrim. untuk melakukan Menggunakan Dana Kampanye 4. telah Masyarakatpolitik tidak saja uangdapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Sumber: kompilasi hasilpeserta pemantauan ICW syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. UU No. dalam 8 Tahun pemilu dan pemilukada 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan.waktu Kondisipelaporan ini patut diperjuangkan, mengingat 4. Ketepatan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Partai berkewajiban menyampaikan laporan awal mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dana kampanye, laporan periodik, dan laporan akhir akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dana kampanye sesuai dengan batas waktu yang telah hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita ditetapkan. Sanksi bagi partai yang terlambat antara lain; Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pembatalan sebagai peserta pemilu atau tidak dilantiknya Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI calon terpilih. 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Audit Supriyanto5.dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana Penting dicatatDana bahwa dalam audit dana kampanye kampanye adalah salah satu halaudit penting dalam proses pemilu. Dana dalam pilkada hanyalah kepatuhan. Sehingga auditor kampanye diperlukan oleh partai pengecekan politik dan kandidatnya untuk dapat hanya akan melakukan dari segi kepatuhan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 82 vi para kandidat dalam laporan dana kampanye mereka. Hampir dapat dipastikan model audit kepatuhan tidak akan menemukan manipulasi/kejanggalan sumbangan maupun belanja kandidat. Sehingga semakin tampak audit dana kampanye dalam pilkada ini hanyalah formalitas belaka dalam memenuhi administrasi pilkada. Problem dari segi auditor menurut IAPI adalah adanya kewenangan KPUD untuk menunjuk lansung Kantor Akuntan Publik, jika biaya audit di bawah Rp. 50 Juta untuk melakukan audit. Hal ini yang menjadi salah satu masalah karena penunjukkan itu potensial dengan konflik kepentingan dan tidak terbukanya kompetensi untuk terpilihnya auditor yang berkualitas baik. KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) Tugas Bawaslu Tugas Bawaslu dijabarkan dalam pasal 73 UU Penyelenggara Pemilu telah disebutkan bahwa, lembaga pengawas pemilu tingkat pusat tersebut bertugas: 1. Menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan penyelenggaraan pemilu sebagai pedoman kerja bagi pengawas pemilu di setiap tingkatan. 2.Mengawasi penyelenggaraan pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis. a. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu 83 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat yang oleh politisi pemerintah yang terpilih untuk memerintah. terdiridan atas: Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan i. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pemilu; pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles ii. perencanaan pengadaan logistik oleh KPU; sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi penetapan pemilihan politcal dan empiris di iii.pelaksanaan berbagai Negara. Berbagai variabeldaerah yang mempengaruhi budgetjumlah cycles seperti perubahan padapemilihan struktur anggaran baik secara kursi pada setiappola daerah untuk pemilihan agregatanggota maupun Dewan secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan dalam anggota praktek penganggaran di Indonesia yang Daerah berkaitanKabupaten/ dengan siklus Dewan Perwakilan Rakyat PemiluKota 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat oleh KPU sesuai dengan ketentuan peraturan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan perundang-undangan; political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun iv. sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. v. pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan b. Mengawasi pelaksanaan tahapan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuanpenyelenggaraan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Pemilu yang terdiri atas: 2012 menegaskan setiap partaidata politik pesertadan pemilu harus memenuhi i. pemutakhiran pemilih penetapan daftar 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemilih sementara serta daftar pemilih tetap; praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah ii. penetapan peserta Pemilu; mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini iii.proses sampaiaspirasi dengan penetapan akan berdampak negatif pencalonan terhadap mandeknya perempuan dalam Dewan Perwakilan Rakyat,telah Dewan hukumanggota dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut ditulisPerwakilan oleh Nindita Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan pasangan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI calon presiden dan wakil presiden, dan calon gubernur, 2009.”bupati, dan walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyantoiv. danpelaksanaan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan kampanye; Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana v. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya; kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan kampanyevi. diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 84 vi suara hasil Pemilu di TPS; vii. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK; viii.pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota; ix. proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU; x. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; xi. pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu; xii. pelaksanaan putusan DKPP; xiii.proses penetapan hasil Pemilu. c. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/ dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI; d.memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang; e. mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu; f. evaluasi pengawasan Pemilu; g. menyusun laporan penyelenggaraan Pemilu; dan hasil pengawasan h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam 85 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat ketentuan oleh politisi peraturan dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. perundang-undangan. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Wewenang Bawaslu: pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Dalamfenomena melaksanakan tugasnya, Bawaslu berwenang: sudah menjadi universal didukung dengan berbagai studi Menerima laporan variabel dugaanyang pelanggaran terhadap empiris di 1. berbagai Negara. Berbagai mempengaruhi politcal budgetpelaksanaan cycles seperti perubahan pada struktur anggaran baik secara ketentuanpola peraturan perundang-undangan agregatmengenai maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Pemilu; dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 2. Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat administrasi Pemilu dan mengkaji laporan dan temuan, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan serta merekomendasikannya kepada yang berwenang; political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun 3.telah Menyelesaikan sengketa Pemilu; Pemilu yang meningkat dengan ekstrim. 4. Membentuk Bawaslu Provinsi; Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu5. dibatasi mengingat dan perbedaan hakikat antara laki-laki dan Mengangkat memberhentikan anggota perempuan. Seperti halnyadan keterwakilan perempuan sebagai salah satu Bawaslu Provinsi; syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 6. Melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Kewajiban Bawaslu: mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Bawaslu berkewajiban: hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita a. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: tugas dalam dan wewenangnya; Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap 2009.” pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan; Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dandalam menindaklanjuti laporan yang Supriyantoc. danMenerima Lia Wulandari tulisan berjudul Transparansi dan berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana pelaksanaan peraturan mengenai kampanye adalah salah satu hal perundang-undangan penting dalam proses pemilu. Dana Pemilu; kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 86 vi d.Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan; e. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. a. Summary Hasil Pengawasan Pilpres 2014 Bawaslu menyebutkan bahwa sepanjang pemilu presiden 2014 terdapat dugaan pelanggaran sebanyak 1.238. Dugaan Pelanggaran terdiri dari 1.136 dugaan pelanggaran administrasi. Dugaan pelanggaran administrasi tersebut kemudian diteruskan kepada KPU untuk ditindaklanjuti. Sisanya, 81 dugaan pelanggaran pidana dan 21 dugaan pelanggaran kode etik. 4 Dugaan pelanggaran terbanyak menyangkut 4 Data rekapitulasi diperoleh dari data BAWASLU RI 2014 87 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pelanggaran oleh politisi danpemasangan pemerintah yang untuk memerintah. Alatterpilih Peraga Kampanye (APK), Pandangan Hamdan Daftar tersebutPemilih berkaitanTetap dengan(DPT), apa yangdan disampaikan permasalahan politik Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran uang seta kampanye hitam. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktualpelaksanaan untuk menjadisentra pesertaGakkumdu pemilu. UU (kompilasi No. 8 Tahun Hambatan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi catatan Bawaslu): 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 1. Adanya kesan dari unsur kepolisian dan kejaksaan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah untuk tidak menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemilu yang ditangani oleh pengawas pemilu. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam 2.pemerintahan. Keterbatasan hukum dan Dananggaran. kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: 3.dalam Terdapat perbedaan pendapat antara dan pengawas Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pemilu, kepolisian dan kejaksaan dalam menentukan 2009.”keterpenuhan unsur pasal tindak pidana pemilu. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik 4. Perbedaan pemahaman antara keuangan pengawas pemilu, Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan kepolisian dan kejaksaan dalam pembahasan sentra Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana gakkumdu. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Kurangnya komunikasi dankandidatnya koordinasiuntuk dengan kampanye5. diperlukan oleh partai politik dan dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 88 vi unsur kepolisian dan kejaksaan dalam sentra gakkumdu. 6. Pengawas Pemilu diposisikan sebagai pelapor bukan penerus rekomendasi. 7. Adanya perbedaan penafsiran dari masing-masing unsur anggota sentra gakkumdu, salah satunya mengenai keterpenuhan unsur kampanye. 8. Kondisi geografis (kepulauan) efektivitas koordinasi sentra gakkumdu. 9.Masih terdapat beberapa memiliki Polres dan Kejari. menghambat kabupaten belum 10. Minimnya pengetahuan akan pemilu oleh pihak kepolisian dan kejaksaan, sehingga menghambat pembahasan dalam sentra gakkumdu. 11. Kesulitan untuk mendatangkan anggota sentra gakkumdu dari unsur kejaksaan (Kota Sorong), dikarenakan Kejaksaan Negeri Sorong membawahi beberapa kabupaten yang ada di Sorong Raya dan terbatas anggota kejaksaan yang ditunjuk sebagai anggota sentra gakkumdu dibeberapa kabupaten dimaksud. b. Summary Hasil Pengawas Pemilu Legislative 2014 : Dugaan pelanggaran administrasi : Bawaslu mendapat 4.410 dugaan pelanggaran administrasi. Sebanyak 3.455 merupakan temuan dan 655 laporan. Seluruh dugaan pelanggaran tersebut ditindaklanjuti oleh Bawaslu dan diteruskan ke KPU. Oleh 89 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat KPU, oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah.5 3740 dan (91%) dugaan yang pelanggaran ditindaklanjuti. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan Dugaan Pelanggaran Pidana sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Bawaslu mendapat laporan dan temuan dugaan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pelanggaran pidana sebanyak 137 kasus (66 laporan dan 71 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun temuan). Semua dugaan pelanggaran pidana yang diterima 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi bawaslu disebut telah diteruskan ke pihak kepolisian 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dengan tindak lanjut sebagai berikut: praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasiDihentikan perempuan dalam Diterima hukum danBawaslu pemerintahan. Dan 137 kondisi tersebut telah0ditulis oleh Nindita137 ParamastutiKepolisian dalam tulisannya yang 137 berjudul: “Perempuan 84 dan Korupsi:52 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Kejaksaan 52 6 Pemilu DPR RI44 2009.” PN-Putusan 44 - 37 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Dugaan Pelanggaran Etik oleh kandidat bahwa dana Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kode Kampanye, menguraikan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 5 Ibid berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 90 vi Terdapat 48 dugaan pelanggaran kode etik (29 laporan diterima panwas dan 19 temuan). Pengawas pemilu mengkaji 35 dugaan pelanggaran dan 26 dugaan diteruskan ke Bawaslu RI, 28 diteruskan ke Bawaslu Provinsi, dan 36 dugaan diteruskan ke DKPP. 9 hasil tindak lanjut DKPP ditindaklanjuti oleh KPU dan 1 diantaranya tidak ditindaklanjuti. Perbandingan Temuan dan Pelanggaran yang diterima Bawaslu Laporan Dugaan REKOMENDASI PERBAIKAN Ditengah persoalan yang sudah diuraikan diatas, ada ruang kosong ketiadaan pengaturan yang mengenai lembaga khusus yang membuat berbagai persoalan politik uang dan dana kampanye menjadi persoalan pokok yang selalu muncul dari waktu ke waktu. Sulit dibantah, berawal dari persoalan dana kampanye ini yang menyebabkan banyak kepala daerah terlibat persoalan kasus korupsi di 91 Pemilu& Demokrasi Jurnal kemudian harinya. Dana dan politik uang pada kenyataanya tidak merupakan suatukampanye upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan pekerjaan pokok yang ( main jobs)untuk bagimemerintah. penyelenggara dibuat menjadi oleh politisi dan pemerintah terpilih pemilu Hamdan dalam hal ini KPU dan Bawaslu. Sehingga ini-lah Pandangan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan yang memicu banyak pelanggaran. Khususnya Yuna Farhan melalui munculnya tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Bawaslu yangYuna cenderung dalam pada Tahun Pemilu.” menjelaskan“kehilangan” bahwa Politicalarah budget cycles sudah melakukan menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pengawasan pemilu. empiris di Jika berbagai Negara.kepada Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Mengacu komparasi di negara lain, semisal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara di Amerika terdapat Federal Election Commission (FEC) agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yang memang memfokuskan untuk memeriksa keuangan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus partai dan pemilu secara linear. Hal ini tentu kontras Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dengan kondisi dalam negeri. Terdapat banyak organ ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan penyelenggara pemilu, akan tetapi tidak ada pengawalan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun tentang danadengan politikekstrim. (kandidat dan partai politik) Pemilukhusus yang telah meningkat secara terfokus. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi UU Pemilu yang hakikat sedangantara disiapkan oleh juga perluKodifikasi dibatasi mengingat perbedaan laki-laki dan Jaringan Pemilu sebaiknya meletakkan fokus perbaikan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pengawasan dana kandidat syarat verifikasi faktual untukkampanye menjadi peserta pemilu.dalam UU No.pemilu. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politikdapat peserta dilalakukan pemilu harus memenuhi Pilihan paling rasional dengan 30% keterwakilan ini patut diperjuangkan, mengingat mengubahperempuan. tugas danKondisi tanggung jawab Badan Pengawas praktikPemilu selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen menjadi Badan Pemeriksa Danamaupun Politik pemerintah (BPDP). mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pilihan ini dianggap paling dapat direalisasikan, karena akan berdampak negatif terhadap yang mandeknya perempuan dalam infrastruktur Bawaslu sudahaspirasi terdesentralisasi di hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita seluruh daerah. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 92 vi Diluar alur kerja sebagaimana bagan diatas, hal yang paling penting tentu berbicara terkait tugas dan kewenangan BPDP itu sendiri. Sejumlah tugas dan kewenangan yang diusulkan meliputi: 6 a. Menerima keseluruhan jenis laporan yang berkaitan dengan dana kampanye pada tingkatan pemilu nasional b. Melakukan pengawasan terhadap penerimaan dan pengeluaran uang dan/atau barang partai politik dan/ atau individu calon peserta pemilu dan dana kampanye tingkat nasional c. Melakukan audit dan pemeriksaan secara berkala terhadap uang dan/atau barang serta dana kampanye partai politik dan/atau individu calon peserta pemilu tingkat nasional d. Melakukan supervisi terhadap tugas dan wewenang serta kewajiban BPDP tingkat provinsi e. Meminta dokumen dan keterangan kepada pengurus dan/atau anggota, serta pihak ketiga dalam hal melakukan pemriksaan dan audit keuangan partai politik dan/atau individu calon peserta pemilu dan dana kampanye f. Memanggil pengurus, anggota, dan pihak ketiga dalam hal kepentingan audit dan pemeriksaan keuangan partai politik dan dana kampanye g. Mengeluarkan keputusan terkait dengan proses 6 Rekomendasi tugas dan kewenangan diambil dari rancangan kondifikasi UU Pemilu yang disusun oleh berbagai stakeholders penggiat pemilu dan demokrasi. 93 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pengawasan, oleh politisi danaudit, pemerintah terpilih untuk memerintah. dan yang pemeriksaan keuangan partai Pandangan Hamdan berkaitan dengan apa yang disampaikan politik dan danatersebut kampanye Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran h. Mengeluarkan rekomendasi kepada lembaga atau pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pihak terkait prihal hasil pemeriksaaan audit keuangan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi partai politik dan dana kampanye empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal i. seperti Mengeluarkan kepada Kementrian budget cycles perubahan rekomendasi pola pada struktur anggaran baik secara keberadaan dan terkonfirmasi eksistensi agregatHukum maupun dan secaraHAM spesifikterkait pada tahun-tahun Pemilu, berdasarkan hasil yang pengawasan, audit dan dalam partai praktek politik penganggaran di Indonesia berkaitan dengan siklus Pemilupemeriksaan 2009 ataupun keuangan menjelang Pemilu Melihat perkembangan saat partai 2014. politik dan dana kampanye ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan j. Mengeluarkan rekomendasi kepada KPU terkait political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun dengan keikusertaan partai politik dan/atau individu calon Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. peserta pemilu berdasarkan hasil pengawasan, audita, dan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemeriksaan keuangan dan dana kampanye; juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan k. Mengeluarkan rekomendasi kepada Kepolisian, perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Kejaksaan, dan KPK terkait dengan dugaan tindak pidana syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang dilakukan partai politik dan/atau calon 2012 menegaskan setiapoleh partai politik peserta pemilu individu harus memenuhi peserta pemilu berdasarkan hasil pengawasan, audit, dan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat keuangan danbaik dana kampanye praktikpemeriksaan selama ini, pihak yang duduk di parlemen maupun pemerintah mayoritas l. diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPDP wajib akan berdampak negatifoleh terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ditindaklanjuti lembaga yang menerima rekomendasi hukumtersebut dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: m. Memilih dan mengangkat auditor dan/atau staf Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pendukung untuk menjalankan tugas, dan wewenang dari 2009.” BPDP Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan *** Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Akuntabilitas kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 94 vi 95 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi KOMISI PEMILIHAN UMUM SEBAGAI PENYELENGGARA empirisPEMILIHAN di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal UMUM budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Natalia agregatCatherine maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Abstrak Pengantar Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dapat terwujud apabila Penyelenggara Pemilu mempunyai 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi integritas yang tinggi serta memahami dan menghormati 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sipil dan politik negara. Sebagaimana praktikhak-hak selama ini, pihak yang dudukdari baikwarga di parlemen maupun pemerintah diamanatkan Undang-Undang Negara Republik mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila Dasar tidak diperjuangkan, hal ini Indonesianegatif Tahun 1945, mandeknya Penyelenggara Pemilu memiliki akan berdampak terhadap aspirasi perempuan dalam menyelenggarakan Pemilu kelembagaan hukumtugas dan pemerintahan. Dan kondisi tersebutdengan telah ditulis oleh Nindita yang bersifat nasional,yang tetap dan mandiri. Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi DPR15RI Penyelenggara Pemilu merupakandalam salah Pemilu satu dari 2009.”(lima belas aspek) yang menjadi standar internasional Masih berhubungan akuntabilitas politik, Didik yang dijadikandengan toloktema ukur pemilu keuangan yang demokratis 1 Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan sebagaimana dirumuskan oleh International IDEA Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah hal penting dalam Pemilihan proses pemilu. 1 International IDEA, satu Standar-standar Internasional Umum: Dana Pedoman Peninjauan Kembali Kerangka Hukum Pemilu, Jakarta: International kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat IDEA, 2004. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 96 vi . Ke-15 aspek pemilu demokratis tersebut adalah (1) Penyusunan Kerangka Hukum, (2) Pemilihan Sistem Pemilu, (3) Penetapan Daerah Pemilihan, (4) Badan Penyelenggara Pemilu, (5) Pendaftaran Pemilih dan Daftar Pemilih, (6) Akses Kertas Suara bagi Partai Politik dan Calon, (7) Kampanye Pemilu yang Demokratis, (8) Akses Media dan Kebebasan Berekspresi, (9) Pembiayaan dan Pengeluaran, (10) Pemungutan Suara, (11) Penghitungan dan Rekapitulasi Suara, (12) Peranan Wakil Partai dan Calon, (13) Pemantau Pemilu, (14) Kepatuhan terhadap hukum, dan (15) Penegakan Peraturan Pemilu. Kerangka hukum yang mengatur penyelenggara pemilu terdapat dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945, “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.” Hal ini berbeda dengan kondisi sebelumnya, di mana penyelenggara pemilu adalah pemerintah, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri. Penyelenggaraan pemilu oleh pemerintah selama masa Pemerintahan Orde Baru telah membuka ruang terjadinya kecurangan untuk memenangkan Golkar. Hal ini melatarbelakangi diserahkannya penyelenggaraan pemilu kepada sebuah institusi Negara baru yang terpisah dari kekuasaan pemerintahan. Salah satu faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah terletak pada kesiapan penyelenggara pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dua institusi 97 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat ini oleh politisi pemerintah yang terpilih untuk memerintah. telah dan diamanatkan oleh undang-undang untuk Pandangan Hamdan tersebut berkaitan denganfungsi, apa yangtugas disampaikan menyelenggarakan pemilu menurut dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran kewenangannya masing-masing. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Melalui pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Mahkamah Konstitusi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal telah memberikan tafsir resmi terhadap Pasal 22E ayat (5) budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Dasarpada 1945,tahun-tahun yaitu: agregatUndang-Undang maupun secara spesifik Pemilu, terkonfirmasi Bahwa untuk menjamin terselenggaranya pemilihan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemiluumum 2009 ataupun menjelang PemiluPasal 2014. Melihat perkembangan saat yang luber dan jurdil, 22E ayat (5) UUD 1945 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan menentukan bahwa, “Pemilihan umum diselenggarakan political corruption cycle pemilihan atau siklus umum korupsi yang politik pada tahun-tahun oleh suatu komisi bersifat nasional, Pemilutetap yang telah meningkat dengan ekstrim. dan mandiri” Kalimat “suatu komisi pemilihan Masyarakat sajaUUD dapat1945 ditafsirkan satu kesatuan, tetapi umum” tidak dalam tidak sebagai merujuk kepada sebuah juga perlu dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki dan nama institusi, akanperbedaan tetapi menunjuk pada fungsi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagainasional, salah satu penyelenggaraan pemilihan umum yang bersifat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun tetap dan mandiri. Dengan demikian, menurut Mahkamah, 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi fungsi penyelenggaraan pemilihan umum tidak hanya 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah tetapi termasuk juga lembaga pemilihan umum dalam mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini hal ini Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai satu akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilihan umum yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Pengertian iniKorupsi: lebih Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan memenuhi ketentuan UUD 1945 yang mengamanatkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”adanya penyelenggara pemilihan umum yang bersifat mandiri untukdengan dapattema terlaksananya pemilihan umum Masih berhubungan akuntabilitas keuangan politik, Didik yangdanmemenuhi prinsip-prinsip luber Transparansi dan jurdil. Supriyanto Lia Wulandari dalam tulisan berjudul dan Penyelenggaraan umum tanpa pengawasan Akuntabilitas Pengelolaanpemilihan Dana Kampanye, menguraikan bahwaoleh dana lembaga akan mengancam prinsip-prinsip kampanye adalahindependen, salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana luber dan jurdil dalam pemilu. Oleh karena kampanye diperlukan oleh partaipelaksanaan politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 98 vi itu, menurut Mahkamah, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagaimana diatur dalam Bab IV Pasal 70 sampai dengan Pasal 109 Undang-Undang 22/2007, harus diartikan sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan umum, sehingga fungsi penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh unsur penyelenggara, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan unsur pengawas Pemilu, dalam hal ini Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Bahkan, Dewan Kehormatan yang mengawasi perilaku penyelenggara Pemilu pun harus diartikan sebagai lembaga yang merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggara pemilihan umum. Dengan demikian, jaminan kemandirian penyelenggara pemilu menjadi nyata dan jelas. Hal ini ditindaklanjuti ketika Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Dalam Undang-Undang tersebut, baik KPU, Bawaslu, maupun DKPP didefinisikan sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang merupakan satu kesatuan fungsi pemilu. Dengan demikian, yang dipahami dari frasa “komisi pemilihan umum” dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 adalah KPU, Bawaslu dan DKPP sebagai satu kesatuan fungsi2. Akan tetapi selain Komisi Pemilihan Umum, berdasarkan Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, khusus di Aceh dibentuk lembaga penyelenggara 2 Titi Anggraini dkk, Kajian Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, Yayasan Perludem, November 2014, Cet.1, hal. 32-34. 99 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilu oleh politisi dan pemerintah yangIndependen terpilih untukPemilihan memerintah. dengan nama Komite (KIP) Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Aceh dan KIP Kabupaten/Kota. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggara Pemilu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, namun ketentuan- empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal ketentuan menyangkut Penyelenggara Pemilu juga budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dalam berbagai Pemilu, yaitu agregatditemukan maupun secara spesifik pada Undang-Undang tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Nomor 8 Tahunyang 2012berkaitan tentangdengan Pemilihan dalam Undang-Undang praktek penganggaran di Indonesia siklus Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-Undang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Nomor 42perhatian Tahun 2008 Pemilu Presiden dan Wakil ini, yang menjadi tidak tentang hanya political budget cycles, melainkan Presiden, serta 1 Tahun 2015 political corruption cycleUndang-Undang atau siklus korupsiNomor politik pada tahun-tahun Pemiluyang yang telah meningkat dengan ekstrim. diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur dan satu Wakil Gubernur, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai kesatuan, tetapi Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan antara Wakil laki-laki Walikota. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat dan perempuan. Seperti dalam halnya Undang-Undang keterwakilan perempuan salah satu Pengaturan Pemilusebagai yang terpisahsyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pisah ini menyebabkan terjadinya pengulangan (duplikasi), 2012 menegaskan politikrincian peserta tugas pemiludan harus memenuhi khususnya setiap yang partai mengatur wewenang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat penyelenggara pemilu. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Lembaga penyelenggara pemilu di Indonesia atas hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulisterdiri oleh Nindita Komisi Pemilihan Umum Badan Pengawas Paramastuti dalam tulisannya yang(KPU), berjudul: “Perempuan danPemilu Korupsi: (Bawaslu) dan Dewan Kehormatan Pengalaman Perempuan Menghadapi KorupsiPenyelenggara dalam Pemilu Pemilu DPR RI 2009.”(DKPP). Akan tetapi yang akan menjadi fokus pembahasan Rumusan Masalah adalah Komisi dengan Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemilu dalam melaksanakan fungsi Transparansi manajemen Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul dan penyelenggaraan Beberapa permasalahan Akuntabilitas Pengelolaan pemilu. Dana Kampanye, menguraikan bahwayang dana muncul pada saatsatu Komisi Umum melaksanakan kampanye adalah salah hal Pemilihan penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya fungsinya dapat dikelompokkan sebagai berikut:untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 100 vi 1. Tugas, wewenang dan fungsi lembaga penyelenggara pemilu, yaitu terkait dengan core business sesuai siklus pemilu (sebelum, selama dan sesudah pemilu). 2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum a. Hubungan Anggota dan Sekretariat Jenderal/ Sekretariat Komisi Pemilihan Umum b. Hubungan KPU dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota serta lembaga penyelenggara pemilu ad hoc. c. Mekanisme pengambilan penyelenggara pemilu keputusan lembaga d.Standarisasi pengukuran penyelenggara pemilu kinerja lembaga e. Pemberhentian anggota lembaga penyelenggara pemilu 3. Hubungan KPU dengan Bawaslu, dan DKPP Tujuan dan Metode 1.Tujuan Tujuan penulisan adalah melakukan inventarisasi permasalahan yang dihadapi oleh Komisi Pemilihan Umum dalam melaksanakan fungsi manajemen penyelenggaraan Pemilu untuk kemudian dilakukan pembahasan terhadap permasalahan tersebut guna merumuskan rekomendasi bagi Komisi Pemilihan Umum. 101 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh2.Metode politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Penyusunan laporan ini dilakukan dengan menggunakan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dua metode, yaitu: pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles a. Studi Pustaka sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi studi Berbagai pustaka variabel dilakukan penelaahan empiris di Kegiatan berbagai Negara. yangmelalui mempengaruhi politcal budgetbuku, cycles laporan seperti perubahan struktur anggaran lain baikyang secara penelitianpola danpada dokumen-dokumen agregatmembahas maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Komisi Pemilihan Umum selalu penyelenggara dalam pemilu, praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus serta studi perbandingan pengalaman beberapa Pemilunegara 2009 ataupun Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat terkaitmenjelang manajemen penyelenggaraan Pemilu. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan b. Focus Group Discussion atau diskusi terbatas political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut terhadap kajian Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. awal yang telah dihasilkan dalam kegiatan pengumpulan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi data guna memperkaya gagasan dalam penulisan jurnal juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan ini. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik diperlu parlemen maupun pemerintah Penyelenggaraan pemilu dipahami sebagai mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini sebuah siklus yang dimulai dari kegiatan perencanaan, akan berdampak negatif terhadap aspirasi perempuan dalam pelaksanaan, evaluasi mandeknya dan kembali menyiapkan hukumpenyelenggaraan dan pemerintahan. pemilu Dan kondisi tersebut ditulis oleh Nindita yang akan telah datang, maka tugas Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pokok dan fungsi penyelenggara Pemilu tidak terbatas Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pada pelaksanaan Pemilu saja. Untuk menjamin 2009.” Tugas, wewenang dan fungsi Komisi Pemilihan Umum kesinambungan penyelenggaraan Pemilu dan peningkatan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik kualitas demokrasi, pasca penyelenggaraan Pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dilaksanakan kegiatan antara lain melakukan evaluasi Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana terhadap sistem dan manajemen Pemilu, melaksanakan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana updating data pemilih, pendidikan pemilih, pemeliharaan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 102 vi arsip/dokumen, dan penyampaian informasi hasil Pemilu. Sebagai sebuah siklus Pemilu dibagi dalam tiga periode, yaitu: (1) Pra-Pemilu (pre-electoral), (2) Periode Pemilu (electoral) dan (3) Pasca-Pemilu (post-electoral). Pada periode pra-Pemilu KPU melakukan kegiatankegiatan seperti penyusunan program dan anggaran Pemilu, rekrutmen personel badan penyelenggara, pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan bimbingan teknis. Sedangkan pada periode pemilu, yang dapat dikatakan puncak kegiatan Pemilu itu sendiri, kegiatankegiatan yang dilakukan diantaranya adalah penetapan daftar calon tetap, kampanye, distribusi logistik, pemungutan dan penghitungan suara. Dan pada periode pasca Pemilu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh KPU adalah pengarsipan hasil-hasil Pemilu, penelitian untuk perbaikan proses Pemilu, reformasi badan penyelenggara dan pengembangan jaringan pihak-pihak terkait. Dengan Pemilu sebagai sebuah siklus, maka KPU sebagai penyelenggara Pemilu akan terus-menerus melaksanakan kegiatan-kegiatan kepemiluan, baik ada tahapan maupun tidak ada kegiatan tahapan Pemilu. Dari sisi penyelenggara Pemilu, paling tidak terdapat 7 (tujuh) fungsi lembaga penyelenggara Pemilu seperti KPU yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Fungsi Personalia. Walaupun KPU hanya mempekerjakan sejumlah kecil orang secara permanen, namun pada saat penyelenggaraan Pemilu ia akan melibatkan jutaan orang. Dikarenakan personil yang bersifat permanen maupun yang temporer sama-sama 103 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat harus oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. menunjukkan kinerja yang untuk profesional, maka Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangberkualitas disampaikan administrasi kepegawaian dan pelatihan yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran akan menjadi penting. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles (2) Fungsi Keuangan. Anggaran untuk Pemilu harus sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi disusun, dibahas, dinegosiasikan, disetujui dan dimonitor. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Banyak dana akan digunakan untuk personil dan logistik, budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kesemuanya perlu secara agregatyang maupun secara spesifik padadipertanggungjawabkan tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam baik. praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 2014. Melihat perkembangan saat (3)ataupun Fungsimenjelang Hukum.Pemilu KPU selain memiliki peran dalam ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan menafsirkan dan menyusun peraturan pelaksana Undangpolitical corruption cycleiaatau korupsi politik pada tahun-tahun undang Pemilu, jugasiklus diharapkan mampu memberikan Pemilusaran yang telah meningkat dengan ekstrim. rekomendasi penyempurnaan Undang-undang Masyarakat Pemilu. tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan (4) Fungsi Investigasi. Temuan dan laporan mengenai perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu masalah teknis dan administratif yang berkaitan dengan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun tahapan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu maupun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta Pemilu, akan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat membutuhkan kemampuan investigasi. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dan Operasi. Persiapan hal danini mayoritas (5)Fungsi diduduki olehLogistik laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, pengerahan personil logistikaspirasi dan perempuan pemeliharaan akan berdampak negatif terhadapdan mandeknya dalam hukumjaringan dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis Nindita komunikasi merupakan bagian yangoleh esensial Paramastuti yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dalamdalam setiaptulisannya penyelenggaraan Pemilu. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI (6) Fungsi Pengolahan Data. Pemrosesan data dalam 2009.” jumlah yang besar akan sangat dibutuhkan baik secara Masih berhubungan dengantidak tema akuntabilitas politik, Didik langsung maupun langsung, keuangan secara permanen Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan maupun temporer untuk mengolah daftar pemilih dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana hasil Pemilu. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 104 vi (7) Fungsi Informasi dan Publikasi. Penyebarluasan informasi Pemilu dan pendidikan pemilih merupakan bagian penting dari tugas KPU. Hal ini menjadi lebih penting lagi pada saat terjadinya perubahan sistem Pemilu dan menurunnya angka tingkat partisipasi dalam Pemilu. Implementasi fungsi-fungsi utama penyelenggara Pemilu tersebut di atas ke dalam struktur jabatan di lingkungan KPU berwujud pada pemisahan jabatan Anggota KPU sebagai jabatan politik karena dipilih oleh DPR dan jabatan Sekretariat Jenderal KPU sebagai jabatan karir PNS. Intinya, anggota KPU memiliki domain bidang tugas pada level perumus kebijakan sedang Sekretariat Jenderal KPU sebagai pelaksana kebijakan3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum 1. Hubungan Anggota KPU dengan Sekretariat Jenderal/Sekretariat KPU Salah satu yang perlu dipertimbangkan dalam penataan struktur organisasi dan tata kerja kelembagaan Komisi Pemilihan Umum adalah hubungan antara Anggota KPU dengan Sekretariat Jenderal/Sekretariat KPU. Hubungan kelembagaan penyelenggara pemilu dengan Sekretariat seharusnya dijaga soliditasnya. Akan tetapi, yang sering terjadi adalah kesenjangan antara Anggota KPU dengan Sekretariat, baik di tingkat Pusat maupun daerah. 3 Sekretariat Jenderal KPU RI, Road Map Reformasi Birokrasi 2013, http:// kpu.go.id/koleksigambar/ ROADMAP_RB_2013_rev28314-ver2003-1300.pdf 105 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Kesenjangan oleh politisi danini pemerintah yang terpilih untuk memerintah. mulai dirasakan sejak tahun 2001 ketika Pandangan Hamdan tersebut berkaitan apa yang disampaikan KPU mulai dibentuk sebagai dengan lembaga penyelenggara Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pemilu yang mandiri, di mana Anggota KPU Anggaran berasal pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dari latar belakang civil society (akademisi dan aktivis sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi NGO) sementara jajaran Sekretariat Jenderal berlatar empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal belakang birokrat. Jajaran Sekretariat KPU sebagian besar budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara masih merupakan pegawai negeri sipil yang berasal dari agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Kementerian Dalam Negeri atau lembaga lainnya. Ketika dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Ketua LPU adalah ex-officio Menteri Dalam Negeri, para Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat staf yang perhatian sebagiantidak besar daripolitical Kementerian Dalammelainkan Negeri ini, yang menjadi hanya budget cycles, tidak memiliki ketika political corruption cycle persoalan atau siklus psikopolitik. korupsi politik Namun pada tahun-tahun berasal dariekstrim. latar belakang civil society PemiluAnggota yang telahKPU meningkat dengan seringkali dianggap cukupsebagai memiliki di Masyarakat tidak saja dapattidak ditafsirkan satu legitimasi kesatuan, tetapi depan jajaran Sekretariat. Kesenjangan antaralaki-laki Anggota juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara dan KPU dan sekretariat jenderal masih terbawa hingga ke perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu periode faktual KPU periode 2007-2012, dan turut menjadi syarat verifikasi untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partaipenataan politik peserta pemilu harus memenuhi pertimbangan dalam kelembagaan KPU. Salah 30% keterwakilan perempuan. ini dalam patut diperjuangkan, satu langkah cukup Kondisi penting periode inimengingat adalah praktikrekruitmen selama ini, pihak yang duduk di parlemen pegawai KPU, baik sehingga mulaimaupun masukpemerintah pegawai mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, yang bukan merupakan pindahan dari lembaga lain hal atauini akan berdampak negatif terhadap mandeknyaini aspirasi perempuan dalam pegawai organik KPU. Rekruitmen belakangan terhenti hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita karena kebijakan moratorium PNS, namun kembali dibuka Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: tahun 2013. Tahun 2014, KPU kembali akan memiliki Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pegawai yang merupakan fresh-people. 4 2009.” Tugas kesekretariatan yang merupakan bagian birokrasi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik adalah membantu tugas Komisioner, sementara Komisioner Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan bukan Pengelolaan birokrat. PNS organik KPU baru pada tahun 2008, Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 4 Abdul Gaffar Karim, Memahami Kebutuhan akan Electoral Management kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Course bagi Penyelenggara Pemilu di Indonesia, 2014 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 106 vi di daerah banyak yang pinjaman dari pemda, sehingga dedikasi kesekretariatan tidak murni untuk kepentingan pemilu. Di Sekretariat Jenderal KPU, reformasi birokrasi dilakukan untuk memperbaiki kinerja agar hasilnya nanti berdampak positif terhadap pelaksanaan kewenangan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Tugas dan wewengan Sekretariat Jenderal KPU adalah sebagai berikut : a. membantu menyusun program dan anggaran Pemilu b. memberikan dukungan teknis administratif kepada anggota KPU c. membantu melaksanakan tugas KPU dalam rengka menyelenggarakan Pemilu d. membantu merumuskan dan menyusun rancangan Peraturan dan Keputusan KPU e.memberikan bantuan penyelesaian sengketa Pemilu hukum dan fasilitasi f. membantu menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan dan pertanggungjawaban KPU g. melaksanakan tugas-tugas lain sesuai peraturan per undang – undangan yang berlaku. Adapun Wewenang Sekretariat Jenderal KPU adalah sebagai berikut : a. mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan penyelenggaraan Pemilu, berdasarkan norma, standar, prosedur dan kebutuhan yang ditetapkan oleh KPU b. mengadakan perlengkapan penyelenggaraan 107 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Pemilu oleh politisi dan pemerintah untuk memerintah. sesuai peraturan yang per terpilih Undang – undangan yang Pandangan berlakuHamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran c.mengangkat tenaga pakar/ahli berdasarkan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kebutuhan atas persetujuan KPU sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi memberikan pelayanan administrasi, empiris di d. berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dan kepegawaian dengan perundangbudgetketatausahaan cycles seperti perubahan pola padasesuai struktur anggaran baik secara agregatundangan. maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran yang berkaitan siklus Walaupun belumdi Indonesia dilaksanakan dengandengan optimal, Pemiluprinsip-prinsip 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat tata kelola pemerintahan yang baik telah ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dilakukan. Seperti prinsip keterbukaan dan transparansi. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Keterbukaan merujuk pada ketersediaan informasi dan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kejelasan bagi masyarakat umum untuk mengetahui proses Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu telah kesatuan, tetapi penyusunan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan dari suatu kebijakan yang telah diputuskan. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Sekretariatsetiap Jenderal di peserta pusat dan Sekretariat KPU 2012 menegaskan partaiKPU politik pemilu harus memenuhi Provinsi dan Sekretariat KPUini Kabupaten/kota mempunyai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat hubungan hierarkis dan satu manajemen kepegawaian. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Duadiduduki pengaturan tersebutApabila menjadi kunci dalam mayoritas oleh laki-laki. tidakfaktor diperjuangkan, hal ini penataan negatif Sekretariat Jenderal aspirasi KPU, perempuan dimana telah akan berdampak terhadap mandeknya dalam hukumdiamanatkan dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis Nindita Undang-Undang tersebut terkaitoleh dengan Paramastuti dalam tulisannya yangKPU berjudul: dan Korupsi: pembentukan sekretariat baik “Perempuan yang berkedudukan di Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR pusat, provinsi, kabupaten dan kota berdasar usulan dariRI 2009.”KPU sendiri. Terkait dengan tugas dan fungsi sekretariat, Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik dalam Undang-Undang Nomor 15 tahunkeuangan 2011 diatur bahwa Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, Akuntabilitas PengelolaanKPU Dana Kabupaten/Kota Kampanye, menguraikan bahwa dana dan Sekretariat dibentuk untuk kampanye adalah salah satu hal tugas penting dalam proses pemilu. Dana mendukung kelancaran dan wewenang KPU, KPU kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. Dengan demikian, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 108 vi tugas, fungsi, dan susunan organisasi Sekretariat Jenderal KPU, sekretariat KPU Provinsi, dan sekretariat KPU Kabupaten/Kota akan mencerminkan tugas dan wewenang serta kewajiban KPU. 5 Dukungan Sekretariat terhadap Kebijakan Komisioner menjadi penting di dalam penyelenggaraan pemilu, sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, khususnya Pasal 55 sampai dengan Pasal 68. Dukungan tersebut di antaranya dapat diukur berdasarkan dua hal berikut: SDM pegawai dan perencanaan anggaran. Dalam hal SDM pegawai, de facto pegawai Sekretariat KPU di Daerah hampir semuanya berasal dari Pemerintah Daerah. Sering kali, Sekretariat kurang kondusif dan kurang sejalan dengan komisioner karena timbul kompleks psikologis di kalangan pegawai bahwa atasannya bukanlah KPU melainkan Pemerintah Daerah, artinya terjadi dualisme kepemimpinan dan bias kepentingan di KPU. Hal ini pada gilirannya berdampak pada efektivitas kerja dan kinerja KPU di dalam menyelenggarakan pemilu. Ke depan, KPU tentunya harus mempunyai perencanaan, rekrutmen, dan sistem karier pegawai yang memenuhi persyaratan khusus seperti memiliki pengetahuan di bidang kepemiluan, pemerintahan, manajemen keuangan, manajemen SDM, dan manajemen asset. Di samping itu, SDM pegawai KPU juga memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik, serta memiliki kredibilitas, integritas, dan kepemimpinan 5 Sekretariat Jenderal KPU RI, Road Map Reformasi Birokrasi 2013, http:// kpu.go.id/koleksigambar/ROADMAP_RB_2013_rev28314-ver2003-1300.pdf 109 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat yang oleh politisi pemerintah yang terpilihanggaran, untuk memerintah. baik. dan Dalam hal perencanaan penyediaan Pandangan Hamdan tersebut dengan yang disampaikan anggaran Pemilu 2014 berkaitan seringkali tidakapa selaras (sinkron) Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi dengan program kegiatan atau kebutuhan Anggaran teknis pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles penyelenggaraan Pemilu. Seringkali ditemukan adanya sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan tetapi tidak empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal teranggarkan, sedangkan pada sisi lain ada anggaranbudget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara anggaran yang tidak dapat digunakan karena tidak jelas agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi peruntukannya. Selain itu pengalokasian anggaran untuk dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus suatu kegiatan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kegiatan jumlah peserta yang harus dilibatkan. Oleh ini, yang menjadi dan perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan karena itu, dalam penyusunan anggaran sebaiknya bagian political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun dengan bagian program dan teknis Pemiluanggaran yang telahberkoordinasi meningkat dengan ekstrim. penyelenggaraan Pemilu, sehinggasebagai tidak terjadi lagi adanya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi ketidakselarasan penganggaran dengan pelaksanaan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan 6 kegiatannya. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untukKPU menjadi pesertaKPU pemilu.Provinsi, UU No. 8 KPU Tahun 2. Hubungan dengan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Kabupaten/Kota dan lembaga penyelenggara pemilu ad 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat hoc. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional biasanya mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini diadopsi oleh negara demokrasi yang bersusunan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kesatuan. Dalam negara seperti ini hanya ada satu badan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita penyelenggara pemiluyang di berjudul: seluruh wilayah. Kalaupun di Paramastuti dalam tulisannya “Perempuan dan Korupsi: daerahPerempuan dibentukMenghadapi badan penyelenggara makaRI Pengalaman Korupsi dalampemilu, Pemilu DPR 2009.”badan penyelenggara pemilu tersebut merupakan bagian danberhubungan bawahan dengan dari penyelenggara pemilu yang bersifat Masih tema akuntabilitas keuangan politik, Didik nasional. Antara badan penyelenggara pemilu nasional Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 6 LP3ES, Laporan Evaluasi Pemilu 2014, hal. 23 berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 110 vi dengan lokal terdapat hubungan hierarkis.7 Sebagai penyelenggara pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden, dan kepala daerah, KPU bertugas dan berwenang untuk mendesain peraturan, membuat perencanaan, program dan mengkoordinasikan semua tahapan-tahapan pemilu dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, kedudukan KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan semua tahapan pemilu di tingkat daerah masing-masing. Kedudukan KPU sebagai super-ordinasi juga dilihat dari kewenangan punitive yang dimilikinya dalam melakukan penindakan pelanggaran pada jajarannya, seperti dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (1) huruf o Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 bahwa KPU dapat mengenakan sanksi administrative dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan yang ada. 3.Mekanisme pengambilan penyelenggara pemilu keputusan lembaga Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu mengatur mekanisme pengambilan keputusan KPU dalam Pasal 30-36 sebagai berikut: a. Pengambilan keputusan KPU, KPU Provinsi, dan 7 Ramlan Surbakti dan Kris Nugroho, Studi tentang Desain Kelembagaan Pemilu yang Efektif, (Jakarta: Kemitraan, 2015), hal. 18-19. 111 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat KPU oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Kabupaten/Kota dilakukan dalam rapat pleno. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan b. Jenis rapat pleno adalah rapat pleno tertutup dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran rapat pleno terbuka. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles c. Rekapitulasi penghitungan suara danberbagai penetapan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan studi Pemilu dilakukan olehvariabel KPU, yang KPUmempengaruhi Provinsi, danpolitcal KPU empirishasil di berbagai Negara. Berbagai dalam pola rapat pleno terbuka. budgetKabupaten/Kota cycles seperti perubahan pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara pleno spesifik KPU pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi d. Rapat sah apabila dihadiri oleh dalam sekurang-kurangnya praktek penganggaran di5 Indonesia yang berkaitan siklus (lima) orang anggota dengan KPU yang Pemiludibuktikan 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dengan daftar hadir. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan e. Keputusan rapat pleno KPU sah apabila disetujui political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun oleh sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota KPU Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. yang hadir. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Dalam hal tidak tercapai hakikat persetujuan, juga perluf.dibatasi mengingat perbedaan antara keputusan laki-laki dan rapat pleno KPU diambil berdasarkan suara terbanyak. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktualpleno untukKPU menjadi pesertadan pemilu. No. 8 Tahun g. Rapat Provinsi KPUUUKabupaten/ 2012 menegaskan partai politik oleh peserta pemilu harus memenuhi Kota sah setiap apabila dihadiri sekurang-kurangnya 4 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat (empat) orang anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ praktikKota selama ini, pihak yang duduk baikdaftar di parlemen yang dibuktikan dengan hadir.maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini h. Keputusan rapat pleno KPU Provinsi dan KPU akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Kabupaten/Kota sah apabila disetujui oleh sekuranghukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kurangnya 3 (tiga) orang anggota KPU Provinsi dan KPU Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Kabupaten/Kota yang hadir. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” i. Dalam hal tidak tercapai persetujuan, keputusan rapat pleno KPU Provinsi dan KPUkeuangan Kabupaten/Kota Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik diambil Supriyanto dan berdasarkan Lia Wulandarisuara dalamterbanyak. tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas menguraikan bahwa dana j. Pengelolaan Dalam hal Dana tidakKampanye, tercapai kuorum, khusus rapat kampanye adalah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pleno KPU,salah KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk kampanye diperlukanhasil olehPemilu partai politik dan kandidatnya menetapkan ditunda selama 3 (tiga)untuk jam. dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 112 vi k. Dalam hal rapat pleno telah ditunda dan tetap tidak tercapai kuorum, rapat pleno dilanjutkan tanpa memperhatikan kuorum. l. Khusus rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota untuk menetapkan hasil Pemilu tidak dilakukan pemungutan suara. m. Undangan dan agenda rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari sebelumnya. n. Rapat pleno dipimpin oleh Ketua KPU, Ketua KPU Provinsi, dan Ketua KPU Kabupaten/Kota. o. Apabila ketua berhalangan, rapat pleno KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dipimpin oleh salah satu anggota yang dipilih secara aklamasi. p. Sekretaris Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota wajib memberikan dukungan teknis dan administratif dalam rapat pleno. Sekretariat wajib hadir dalam rapat pleno dan memiliki hak bicara, meskipun tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. q. Ketua wajib menandatangani penetapan hasil Pemilu yang diputuskan dalam rapat pleno dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari. r.Dalam hal penetapan hasil Pemilu tidak ditandatangani ketua dalam waktu 3 (tiga) hari, salah satu anggota menandatangani penetapan hasil Pemilu. s. Dalam hal tidak ada anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang menandatangani 113 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat penetapan oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. hasil Pemilu, yang dengan sendirinya hasil Pemilu Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan dinyatakan sah dan berlaku. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Permasalahan dalam praktik, rapat pleno terutama pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pada masa tahapan pemilu seringkali harus dilakukan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi secara mendadak karena urgensi permasalahan yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal harus segera diambil keputusan, sehingga ketentuan Pasal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara ayat (1) Undangan rapatPemilu, pleno terkonfirmasi KPU, KPU agregat35 maupun secara spesifik dan padaagenda tahun-tahun dan KPU Kabupaten/Kota disampaikan paling dalam Provinsi, praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus lambat 3 (tiga) hari sebelumnya menjadi sukar untuk Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dipenuhi. Sebaiknya ketentuan mengenai jangkamelainkan waktu ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, penyampaian undangan rapat plenopolitik tidakpada diatur dalam political corruption cycle atau siklus korupsi tahun-tahun PemiluUndang-Undang, yang telah meningkat dengan ekstrim. cukup dalam peraturan KPU atau jika akan diatur dalam waktunya Masyarakat tidak saja dapatUndang-Undang ditafsirkan sebagai jangka satu kesatuan, tetapi menjadi paling lambat 1perbedaan (satu) hari. juga perlu dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai lembaga salah satu 4. Standarisasi pengukuran kinerja syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun penyelenggara pemilu 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi The International IDEA menetapkan 7 prinsip yang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat berlaku umum untuk menjamin legitimasi dan kredibilitas praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah penyelenggara tersebut yaitu: mayoritas diduduki olehpemilu. laki-laki. Prinsip-prinsip Apabila tidak diperjuangkan, hal ini independence, impartiality, integrity, transparency, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam 8 professionalism dan service-mindedness. hukumefficiency, dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Sementara ACE Project penyelenggara Paramastuti dalamitu, tulisannya yang membagi berjudul: “Perempuan dan pemilu Korupsi: (electoral management body/EMB) menjadi model,DPR yaituRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam 3Pemilu 2009.”penyelenggara pemilu independen, penyelenggara pemilu 9 pemerintah, dan penyelenggara pemilukeuangan campuran. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik SupriyantoPada dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan model independen, pemilu diselenggarakan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana 8 Alan Wall dkk, Electoral Design: The International IDEA Hand kampanye adalah salah satuManagement hal penting dalam proses pemilu. Dana Book, International IDEA, Stockholm, Swedia, hal. 22-25. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 9 ACE-Electoral Knowledge Network “Electoral Management Body” berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 114 vi oleh lembaga penyelenggara pemilu independen yang bersifat otonom dan tidak berkaitan dengan kekuasaan eksekutif. Lembaga ini mengelola sendiri keuangannya. Penyelenggara pemilu independen tidak bertanggung jawab kepada kementerian atau departemen. Meski demikian, lembaga ini bisa bertanggung jawab kepada lembaga legislatif, yudikatif, atau kepala negara. Penyelenggara pemilu independen ini beranggotakan orang dari lembaga eksekutif. Di sejumlah Negara, seperti Jamaica, Rumania, Suriname, dan Vanuatu, penyelenggara pemilu independen terdiri atas dua badan (double independent framework). Satu badan bertanggung jawab atas kebijakan yang berkaitan dengan proses pemilu, dan satu badan lainnya bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan implementasi kebijakan dalam proses pemilu. Pada model penyelenggara pemilu pemerintah, pemilu diselenggarakan dan dikelola oleh eksekutif, melalui kementerian, umumnya Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Kehakiman dan/atau otoritas lokal. Di tingkat pusat, lembaga penyelenggara pemilu ini dipimpin oleh menteri atau pegawai negeri sipil. Anggarannya berasal dari pemerintah. Negara-negara yang menerapkan sistem ini adalah Amerika Serikat, Inggris, Swedia dan Swiss. Pada model campuran (mixed), penyelenggara pemilu memiliki dual struktur. Dalam hal kebijakan dan monitoring, bersifat independen dari eksekutif, seperti halnya pada model independen. Akan tetapi, implementasinya dilakukan oleh sebuah departemen atau pemerintah lokal, seperti halnya model pemerintah. Saat 115 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat ini, oleh dari politisi dan negara, pemerintah yang terpilih memerintah. 204 sebanyak 122 untuk negara menerapkan Pandangan tersebut berkaitanIndonesia. dengan apa Selebihnya, yang disampaikan model Hamdan independen, termasuk 54 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran negara menerapkan model pemerintah, dan 28 negara pada Tahun Pemilu.” model Yuna menjelaskan Political budget ACE cycles menerapkan campuran.bahwa Dalam uraiannya, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi hanya menekankan independensi dari eksekutif, dan tidak empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal terlalu menekankan independensi dari pihak lain seperti budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara partai dan legislatif. Akan tetapi, soal independensi ini, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi ACE juga menegaskan bukan semata pada soal strukturnya, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus namun juga perilakunya. 10 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Sementara itu, International for Democracy and Electoral ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Assistance menyatakan bahwa penyelenggaraan political corruption(IDEA) cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilupemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. memerlukan lembaga penyelenggara pemilu yang bukan hanya independen dan imparsial darikesatuan, pemerintah, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu tetapi tapi dibatasi juga dari pengaruh pihakhakikat lain, antara karenalaki-laki hal itu juga perlu mengingat perbedaan dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan salah satu merupakan area kritikal bagiperempuan lembaga sebagai penyelenggara syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pemilu, untuk mengimplementasikan keputusan penting 11 2012 menegaskan setiap partai politik pemilu harus memenuhi yang bisa mempengaruhi hasilpeserta pemilu. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 5. Pemberhentian Anggota KPU, KPU Provinsi dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah KPU Kabupaten/Kota mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pemberhentian anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Kabupaten/Kota didahului dengan verifikasi oleh DKPP hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita atas: dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Paramastuti Pengalaman Korupsi dari dalam Penyelenggara Pemilu DPR RI a.Perempuan pengaduanMenghadapi secara tertulis 2009.”Pemilu, peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat, dan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemilih; dan/atau Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana 10 Harun Husein, Pemilu Indonesia: Fakta, Angka, Analisis, dan Studi Banding, Jakarta, Perludem, 2014, hal. 586. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 11 IDEA, Standar-Standar Internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Peninjauan Kembali Kerangka Hukum Pemilu, Jakarta: IDEA, 2002, hal. 45. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 116 vi b. rekomendasi dari DPR. Dalam proses pemberhentian tersebut, Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota harus diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan DKPP. Dalam hal rapat pleno DKPP memutuskan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada, anggota yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota sampai dengan diterbitkannya keputusan pemberhentian. Tata cara pengaduan, pembelaan, dan pengambilan putusan oleh DKPP diatur lebih lanjut dengan Peraturan DKPP. Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota diberhentikan sementara karena: a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana Pemilu; atau c. memenuhi ketentuan dalam Pasal 28 ayat (3). sebagaimana dimaksud Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota. Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana 117 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat berdasarkan oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. putusan pengadilan yang telah memperoleh Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kekuatan hukum tetap, anggota yang bersangkutan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran harus diaktifkan kembali. Dalam hal surat keputusan pada Tahun Pemilu.”kembali Yuna menjelaskan bahwa Political pada budgettidak cycles pengaktifan sebagaimana dimaksud sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dengan sendirinya anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Kabupaten/Kota dinyatakan aktif kembali. Dalam hal agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dinyatakan tidak terbukti bersalah sebagaimana dimaksud Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pada ayatperhatian (3) dantidak ayathanya (4), dilakukan rehabilitasi nama ini, yang menjadi political budget cycles, melainkan anggota KPU, KPU Provinsi, atau KPU political corruption cycle atau siklus korupsi politikKabupaten/Kota pada tahun-tahun yang bersangkutan. Pemberhentian sementara paling lama Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 60 (enam puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang paling Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi lama 30 (tiga puluh) hari kerja. Dalam hal perpanjangan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan waktuSeperti sebagaimana dimaksud perempuan telah berakhir dansalah tanpa perempuan. halnya keterwakilan sebagai satu pemberhentian tetap, yangpeserta bersangkutan syarat verifikasi faktual untuk menjadi pemilu. UUdinyatakan No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap Undang-Undang. partai politik peserta pemilu harus memenuhi berhenti dengan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita 2015, dalam penyelenggaraan pemilihan umum terdapat 3 Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: fungsi yang saling berkaitan yang diinstitusionalisasikan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”dalam 3 kelembagaan, yaitu KPU, Bawaslu, dan DKPP. Hubungan KPU dengan Bawaslu dan DKPP DKPP atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Umum bukan lembaga tetapi Supriyanto dan Lia Wulandari dalampenyelenggara tulisan berjudul pemilu, Transparansi dan tugas dan kewenangannya terkait dengan para pejabat Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana penyelenggara penyelenggara pemilu kampanye adalah salahpemilu. satu hal Lembaga penting dalam proses pemilu. Dana menurut Pasal 22E UUD 1945 adalah “komisi pemilihan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 118 vi umum” (dengan huruf kecil), tetapi oleh undang-undang dijabarkan menjadi terbagi ke dalam 2 kelembagaan yang terpisah dan masing-masing bersifat independen, yaitu “Komisi Pemilihan Umum” (dengan huruf Besar) atau KPU, dan “Badan Pengawas Pemilihan Umum” atau BAWASLU (Bawaslu). Sejatinya, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu secara ideal telah merumuskan keberadaan KPU dan Bawaslu dalam satu nafas harmonis sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu. Kedua lembaga ini telah diamanatkan UU untuk menyelenggarakan pemilu menurut fungsi, tugas, dan kewenangannya masing-masing. KPU sebagai pelaksana teknis setiap tahapan pemilu. Bawaslu pada fungsi pengawasan, penanganan pelanggaran, dan penyelesaian sengketa pemilu. Namun, dalam pelaksanaannya KPU dan Bawaslu tak pernah bisa lepas dari polemik, konflik dan perdebatan (laten) satu sama lain. Konflik yang saat ini terjadi bukanlah konflik pertama. Sejak pemilu era reformasi, hubungan antara pengawas dan pelaksana pemilu selalu cenderung tak harmonis. Bedanya, ada yang mampu meredam ketidakharmonisan itu dalam bingkai kerja peran kritis pengawasan pemilu demokratis. Misalnya pengawasan pemilu 1999 dan 2004. Beberapa kali KPU dan Pengawas Pemilu terlibat diskursus terkait pelaksanaan suatu tahapan pemilu. Akan tetapi diskursus tersebut lebih fokus pada kinerja dan kerja pengawasannya ketimbang kompetisi antar dua lembaga. Publik lebih menilainya sebagai bentuk kontrol dalam penyelenggaraan 119 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilu oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ketimbang konflik antar institusi penyelenggara Pandangan pemilu.Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Pada Pemilu 2009, arah konflik hubungan KPU dan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Bawaslu lebih mengarah pada persoalan eksistensi. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Pengabaian peran yang satu oleh yang lain. Banyak empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal perdebatan yang terjadi karena persoalan pengakuan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Pengawas yang dianggap terlalu agregatkeberadaan maupun secara spesifik Pemilu pada tahun-tahun Pemilu,tidak terkonfirmasi KPUdi(dan jajarannya). Juga yang selalu dalam diperhitungkan praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan dengan siklus berkaitan dengan persoalan klasik: pembatasan akses data Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan informasi olehtidak KPU.hanya Dan political nampaknya apa yangmelainkan terjadi ini, yang menjadi perhatian budget cycles, pada 2009 kini terulang persiapan pemilu political corruption cyclekembali atau siklus korupsipada politik pada tahun-tahun Pemilu2014, yang telah meningkat dengan ekstrim. dengan kondisi lebih mengkhawatirkan karena disertai tidak ancaman kriminalisasi KPU. Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perluDesain dibatasi ideal mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan yang dirumuskan Undang-Undang perempuan. Seperti tidak halnya mampu keterwakilan sebagai salah satu nampaknya atau perempuan gagal diimplementasikan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UUpencapaian No. 8 Tahun dalam pelaksanaan di lapangan. Ketimbang 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi kesepakatan pembagian tugas, fungsi, dan wewenang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat antar masing-masing lembaga, apa yang terjadi antara praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah KPU dan Bawaslu lebih banyak pada kesalahpahaman mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dan ketidaksepahaman tentang suatu hal. Berbahayanya akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kesalahpahaman dan ketidaksepahaman itu selalu terlontar hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita ke ranah publik. Publik dilibatkan pada perdebatan Paramastuti dalam tulisannya yangikut berjudul: “Perempuan dan Korupsi: yang akhirnya dariKorupsi upaya-upaya membangun Pengalaman Perempuanmenjauh Menghadapi dalam Pemilu DPR RI 2009.”kepercayaan terhadap penyelenggara dan penyelenggaraan pemilu yang luber, jurdil, demokratis.Publik semakin Masih berhubungan dengan temadan akuntabilitas keuangan politik, Didik dihadapkan pada situasi tidak sehat. Ketimbang disuguhi Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan oleh perkembangan persiapan penyelenggaraan pemilu Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana yangadalah berkualitas, mereka lebih banyak diberikan berita kampanye salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana soaldiperlukan kisruh antar lembaga tidakuntuk mungkin kampanye olehdua partai politik ini. dan Bukan kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 120 vi jika terus dibiarkan apatisme akan menguat dan kepercayaan terhadap lembaga penyelenggara pemilu semakin menurun. 12 Bawaslu dan Panwaslu ternyata juga tidak memiliki kewenangan untuk mengeksekusi bagi caleg atau paprol yang melakukan pelanggaran. Kewenangan mereka hanya dibatasi pada rekomendasi seperti rekomendasi kepada KPU jika ada pelanggaran admisnistrasi, rekomendasi kepada DKPP jika ada pelanggaran kode etik dan rekomendasi kepada Polisi jika ada pelanggaran pidana. Bawaslu diberikan senjata yang hanya punya teropong, tetapi tidak punya peluru. Hanya sebatas pada mengamat-amati pelanggaran dan tidak punya kekuatan untuk menembak langsung. Oleh karena itu, kewenangan untuk mengeksekusi bagi pelaku yang melanggar aturan perlu diberikan pada Bawaslu. Perlu difikirkan pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap saksi maupun pelapor tindak pidana pemilu ataupun pelanggaran lainnya agar tidak terjadi intimidasi, dan ada saksi yang bersedia mengungkap pelanggaran di setiap tahapan pemilu. Selain itu, perlu diakomodasi mekanisme penyelesaian sengketa alternatif dalam kerangka regulasi untuk meningkatkan efektiftas dan efisiensi penanganan sengketa pemilu. Pentingnya kewenangan Bawaslu dalam penyelesaian sengketa pemilu juga perlu diperhatikan. Pemahaman mengenai sengketa pemilu juga perlu diperluas hingga dapat mencakup sengketa antar caleg tidak hanya antar partai tapi juga internal partai. Perlu ada regulasi yang mendorong Bawaslu agar lebih proaktif dan tegas serta tidak pandang bulu dalam penegakan hukum pemilu. DKPP merupakan embrio yang muncul dari keinginan untuk membuat peradilan pemilu yang terpisah dari MK dan MA. Banyak 12 Titi Anggraini, Mengurai Konflik KPU Bawaslu,http://www.rumahpemilu.org/in/ read/833/Mengurai-Konflik-KPU-Bawaslu-Oleh-Titi-Anggraini, 29-11-2012 121 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yangdiputus terpilih untuk memerintah. masalah kode etik yang sudah DKPP dimunculkan Pandangan Hamdan tersebutMK berkaitan apa yang disampaikan kembali di MK, padahal hanyadengan menyidangkan sengketa Yunahasil Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilu. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Tugas dan kewenangan DKPP (Dewan Kehormatan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Penyelenggara Pemilihan Umum) berkaitan dengan orang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal per orang pejabat penyelenggara pemilihan umum, baik budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara KPU maupun Dalam arti sempit, hanya agregat maupun secaraBawaslu. spesifik pada tahun-tahun Pemilu,KPU terkonfirmasi terdiri atas para komisioner di tingkat pusat, provinsi, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan dan siklus di tingkat kabupaten/kota. Demikian pula dalam arti sempit, Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Bawaslu hanya terdiri atas pimpinan anggota ini, yang menjadi perhatian tidak hanya politicalatau budget cycles, Bawaslu melainkan tingkat pusat dan tingkat provinsi. dalam political corruption cycleBawaslu atau siklus korupsi politik Namun, pada tahun-tahun Pemilu telah meningkat dengan ekstrim. umum itu, baik dalam artiyang luas, penyelenggara pemilihan lingkungan KPU Bawaslu,sebagai menyangkut pula para Masyarakat tidak sajamaupun dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi yang mengingat bekerja secara tetaphakikat atau pun yang bekerja juga petugas perlu dibatasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Sepertitetap halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu secara tidak atau ad hoc. Yang bekerja secara tetap, syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun misalnya, adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di KPU 2012atau menegaskan setiapdipartai politik peserta pemilu memenuhi yang bekerja Bawaslu. Sedangkan yang harus bekerja secara 30% tidak keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tetap atau ad hoc, misalnya, adalah Ketua dan Anggota praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di tingkat kabupaten/ mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kota atau pun petugas pengawas di tingkat operasional di akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam lapangan dan panitia pemungutan suara dan para petugas hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pelaksana operasional KPU di lapangan sampai ke tingkat Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Panitia Pemungutan Suara (TPS). Menurut Undang-Undang, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI semua itu termasuk ke dalam pengertian penyelenggara 2009.” pemilihan umum. Hanya saja, khusus bagi pegawai negeri Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik sipil -- sebagai bagian dari penyelenggara pemilu – selain Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan tunduk kepada ketentuan UU Pemilu,menguraikan dalam kaitan dengan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwa dana penegakan kode etika diatur dan harus tunduk pula kepada kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana ketentuan Undang-Undang Kepegawaian. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 122 vi Putusan DKPP bersifat final dan mengikat. Final artinya tidak tersedia lagi upaya hukum lain atau upaya hukum yang lebih lanjut sesudah berlakunya putusan DKPP sejak ditetapkan dan diucapkan dalam sidang pleno terbuka DKPP terbuka untuk umum. Mengikat artinya putusan itu langsung mengikat dan bersifat memaksa sehingga semua lembaga penyelenggara kekuasaan negara dan termasuk badan-badan peradilan terikat dan wajib melaksanakan putusan DKPP itu sebagaimana mestinya. Pelaksanaan atau eksekusi putusan DKPP itu wajib ditindak-lanjuti sebagaimana mestinya oleh KPU, Bawaslu, atau pun oleh Pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait. Secara normatif dan formal, putusan DKPP tidak berkaitan dengan proses tahapan pemilihan umum. Sebabnya ialah, objectum litis perkara di DKPP hanya berkaitan dengan isu persona aparat penyelenggara pemilihan umum, maka dengan sendirinya putusan DKPP pun tidak mengandung akibat hukum terhadap proses atau tahapan pemilihan umum. Objek perkara di DKPP juga tidak tergantung kepada ‘tempus delicti’ atau saat kapan suatu perbuatan melanggar kode etik. 13 Rekomendasi 1. Karena dukungan Sekretariat terhadap Kebijakan Komisioner menjadi penting di dalam penyelenggaraan pemilu, penguatan kelembagaan KPU perlu dilakukan dengan memperjelas hubungan komisioner dengan staf sekretariat. Perlu ada ketentuan dalam Undang-Undang yang mengatur bahwa pada forum rapat pleno diharuskan kehadiran staf sekretariat yang punya hak bicara tetapi tidak punya hak suara dalam mengambil keputusan. 13 Jimly Asshidiqie, “Pengenalan DKPP untuk Penegak Hukum”, disampaikan dalam forum Rapat Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, Februari 2013. 123 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yangdan akan KPUsuatu harus mempunyai perencanaan, rekrutmen, dibuat oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah. sistem karier dan pegawai yang yang memenuhi persyaratan khusus Pandangan Hamdan tersebut berkaitan di dengan apa yang disampaikan seperti memiliki pengetahuan bidang kepemiluan, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemerintahan, manajemen keuangan, manajemen SDM, dan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles manajemen asset. Di samping itu, SDM pegawai KPU juga sudah menjadi fenomena didukung dengan berbagai studi memiliki reputasi danuniversal rekam jejak yang baik, serta memiliki empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kredibilitas, integritas, dan kepemimpinan yang baik. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 2. Undang-undang pemilu harus mengatur ukuran, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi komposisi, dan masa kerja anggotayang lembaga penyelenggara dalam praktek penganggaran di Indonesia berkaitan dengan siklus pemilu. Juga mengatur hubungan antara lembaga Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilutidak pusat dan lembaga-lembaga pemilu ini, penyelenggara yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan tingkat yang lebih serta hubungan antara semua political corruption cycle rendah, atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun lembaga pemilu dengan lembaga eksekutif. Undang-undang Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. harus membuat tentang mekanisme untuk Masyarakat tidak sajaketentuan dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dan menangani keluhan dalam jugamemproses, perlu dibatasimemutuskan, mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan pemilu secara waktu. perempuan. Sepertitepat halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 3. Dalam penyelenggaraan pemilu perlu dibangun 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemahaman dan komitmen yang sama di antara KPU dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Bawaslu sebagai mitra penyelenggara pemilu. Membangun mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemahaman bersama adalah mengurangi perselisihan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam atau perbedaan pendapat antar sesama penyelenggara hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pemilu, dalam terutama di tingkat bawah. Tanpa adanya Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan sinergi Korupsi: yang kuat antara KPU dan Bawaslu, pemilu DPR tidakRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi proses dalam Pemilu akan berjalan dengan baik, terutama dalam menjalankan 2009.” prosesberhubungan penyelenggaraan pemilu. Upaya untuk membangun Masih dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik persamaan tersebut antara Transparansi lain dengan Supriyanto dan Liapemahaman Wulandari dalam tulisan berjudul dan dilakukannya kegiatan bimbingan yang dipadukan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye,teknis menguraikan bahwa dana kampanye salah satudan halDKPP. penting Adanya dalam proses Dana antara adalah KPU, Bawaslu sinergipemilu. di antara kampanye partai politikpemilu dan kandidatnya untuk dapat sesamadiperlukan lembaga oleh penyelenggara diperlukan karena berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon seringkali partai politik menggunakan lembaga penyelenggara legislatif tidak menghancurkan akan dapat bekerja secara penyelenggara maksimal dalampemilu. kampanye lain untuk lembaga 124 vi 125 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi MENARIK KERAH KETERWAKILAN empiris di berbagai Negara. Berbagai 1 variabel yang mempengaruhi politcal budgetPEREMPUAN cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi USEP HASAN SADIKIN dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Abstrak Pemilu (concurrent elections) berdasar Masyarakat tidakserentak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pengalaman negara-negara Amerika Selatan merupakan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan solusiSeperti menghindari pemerintahan terbelah presidensial perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu multipartai. kerah (coattail syarat verifikasi faktualEfek untuk menarik menjadi peserta pemilu. UU No. effeck) 8 Tahun 2012 menegaskan setiappartai partai atau politikkoalisi peserta pengusung pemilu harus presiden memenuhi menghasilkan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini diperjuangkan, terpilih menjadi mayoritas dipatut parlemen. Pemilumengingat untuk praktikmemilih selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun terhadap pemerintah pemerintahan baik dan berkepentingan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini rakyat menjadi tujuan yang lebih konkret bisa dicapai. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi dalam Tapi pemilu serentak selain menarik kerahperempuan partai/koalisi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita partai menjadi mayoritas di parlemen juga harus menarik Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kerah keterwakilan perempuan. Jika pemahaman pemilu Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI serentak dan pemilihan sistem pemilu tak tepat dipilih, 2009.” pemilu serentak menjadi kompleksitas semata dan kembali Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik mengabaikan kepentingan perempuan yang berjumlah Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan setengah dari total warga negara. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 1 Editor rumahpemilu.org. Tulisan adalah pandangan pribadi dan tidak kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat mencerminkan pandangan lembaga berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 126 vi Kata kunci: Pemilu serentak, keterwakilan perempuan, efek menarik kerah PENGANTAR Pemilu 2019 yang memilih presiden-wakil presiden secara bersamaan dengan memilih anggota (partai) parlemen merupakan pemilu serentak nasional pertama Indonesia. Pemilu serentak (concurrent elections) bertujuan untuk menciptakan hasil pemilu berupa pemimpin eksekutif yang didukung partai atau koalisi mayoritas di parlemen. Tujuan yang tertera dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 39 ini merupakan bentuk konkret dari penguatan presidensial. Sejak 2004, pemilu Indonesia menghasilkan pemerintahan terbelah, sehingga posisi presiden lemah akibat tak didukung partai mayoritas di parlemen. Penerapan pemilu presiden langsung bagi negara berkonteks multipartai seperti Indonesia sebetulnya sudah diingatkan Scott Mainwaring sejak 1980-an. Menurutnya, sistem pemerintahan presidensial (berpemilu presiden langsung) tidak akan cocok dengan sistem multipartai. Jika kita merujuk pada sejumlah indeks negara-negara dalam demokrasi 2, transparansi3, hak asasi manusia (HAM) 4, keramahan terhadap keragaman 5, kita berkesimpulan, peringkat negara-negara antar indeks relatif mirip. Bila kita kaitkan dengan sistem politik, didapat temuan, 2 Freedomhouse.org dan democracyranking.org 3 Transparency.org 4 Freedomhouse.org dan ohchr.org 5 Ilga-europe.org 127 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat negara oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. dengan sistem pemerintahan presidensial, sistem Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apasistem yang disampaikan kepartaian multipartai esktrim, serta pemilu Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran proporsional berkursi banyak tidak mendapatkan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles peringkat indeks yang baik.6 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Pengalaman pemilu serentak sejumlah negara di empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Amerika Latin bisa menghindari “kutukan” sistem budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Ternyata, jika surat suara agregatpresidensial maupun secaramultipartai. spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi presiden dandipemilu parlemen ditawarkan dalam pemilu praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan denganpada siklus pemilih di waktu bersamaan, pemilih cenderung memilih Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat partai yang mengusung calon presiden pilihan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, pemilih. melainkan Artinya elektabilitas calonkorupsi presiden otomatis political corruption cycle atau siklus politik akan pada tahun-tahun Pemilumenarik yang telahelektabilitas meningkat dengan ekstrim. partai dan menjadi lebih optimal kesesuaian jika pemilihannya bersamaan. Masyarakat tidakelektabilitasnya saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Konkretnya, jika Pemilu Presidenhakikat dan Pemilu 2014 juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antaraPartai laki-laki dan perempuan. Seperti halnya persentase keterwakilanperolehan perempuansuara sebagai salah satu lalu diserentakan, PDIP akan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun sangat lebih dekat dengan persentase perolehan suara 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu bisa harusdihindari. memenuhi Jokowi-JK setiap sehingga pemerintahan terbelah 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Lalu, bagaimana upaya penguatan presidensial praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Indonesia sejalan dengan peningkatan keterwakilan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini perempuan di parlemen? Jika mengevaluasi hasil akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Pemilu DPR dan DPRD (Pileg) 2014, kita menemukan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kekhawatiran prospekyang keterwakilan politik perempuan. Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Kebijakan afirmasi perempuan dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalamsistem Pemilu pemilu DPR RI 2009.”selama ini justru melemahkan perempuan berpolitik. Kemundurandengan kuantitas hasil Pileg 2014politik, berupa Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan Didik berkurangnya perolehan calegTransparansi perempuan. Supriyanto dan Lia Wulandari dalamkursi tulisanoleh berjudul dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah hal penting dalamSystems, prosesDistrict pemilu. Dana 6 Eric C.C. Chang andsatu Miriam A. Golden, Electoral Magnitude and Corruption, British Journal of Political Science, 2005, page 34kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 35. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 128 vi Meskipun Undang-Undang No. 8 tahun 2012 tentang Pileg 2014 dan sejumlah Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) lebih membuka pencalonan perempuan sehingga meningkat, perempuan hanya memperoleh 96 kursi dari 560 kursi di DPR RI. Berkurang 1 persen dari hasil Pileg 2009, 102 kursi. Dalam kualitas pun hasil Pileg 2014, perempuan yang terpilih pun tak menggembirakan. Perempuan terpilih merupakan perpanjangan kuasa patriarki. Lebih banyak dari mereka merupakan istri dari petahana eksekutif di daerah, istri petahana legislator, atau istri dari elite partai. Jika bukan dari kalangan itu, yang terpilih lebih karena tingkat popularitasnya sebagai pesohor (artis misalnya). Pekerjaan rumah membenahi kuantitas dan kualitas keterwakilan perempuan ini bertambah kompleks di konteks Pemilu Serentak 2019. Karakter pemilu serentak adalah menempatkan calon presiden sebagai objek sorot pesta demokrasi. Keterwakilan perempuan yang kerap terpinggirkan di pemilu-pemilu sebelumnya berkemungkinan semakin terpinggirkan. Jika efek menarik kerah parlemen tak optimal dan tak menarik kerah keterwakilan perempuan, pemilu serentak sebatas menambah kompleksitas pemilu parlemen dengan pemilu presiden. Pemerintahan terbelah yang masih dihasilkan, bukan hanya tak melibatkan perempuan secara proporsional jumlah di pemerintahan tapi juga kebijakan yang dihasilkan cenderung tak berpihak kepada rakyat, termasuk 50%-nya yaitu perempuan. 129 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. LANDASAN TEORI Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pemilufenomena serentak (concurrent election) adalah sudah menjadi universal didukung dengan berbagai studi Pemilu serentak danmempengaruhi pemilu legislatif empirispenggabungkan di berbagai Negara.pemilu Berbagaieksekutif variabel yang politcal satu tahapan budgetdalam cycles seperti perubahanpenyelenggaraan pola pada struktur khususnya anggaran baiktahap secara agregatpemungutan maupun secarasuara. spesifikTujuannya pada tahun-tahun bukanPemilu, semataterkonfirmasi efisiensi dalam anggaran, praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan dengan siklus melainkandiuntuk menciptakan pemerintahan Pemilukongruen 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat atau menghindari pemerintahan terbelah ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan (divided government) yang berwujud jumlah kursi political corruptionparlemen cycle atau bukan siklus korupsi pada tahun-tahun mayoritas dimilikipolitik partai atau koalisi Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 7 partai yang mengusung presiden terpilih. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Pemilu serentak merupakan jawaban masalah laten juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan negara presidensial yang menganut sistem PR dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu sistem kepartaian multipartai. Scott Mainwaring, dalam syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Presidentialism, Multiparty System, and Democracy: The 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Difficult Equation, diluncurkan Septembermengingat 1990, 30% keterwakilan perempuan.yang Kondisi ini patut diperjuangkan, presidensial-multipartai berbahaya praktikmenilai selama ini,kombinasi pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah bagididuduki stabilitas Ilmuwan politik dari hal dariini mayoritas oleh demokrasi. laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, Universitynegatif of Notre Damemandeknya ini merujuk bukti hasil penelitian akan berdampak terhadap aspirasi perempuan dalam semua negara penganut presidensial-multipartai, sejak hukumdi dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti yang berjudul: “Perempuan salah dan Korupsi: 1930 dalam hinggatulisannya 1990. Mainwaring menegaskan, satu Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR konsekuensi terpisahnya pemilihan eksekutif dan legislatifRI 2009.”adalah presiden terpilih bisa berasal dari partai peraih Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salahKhoirunnisa satu hal Nur penting dalam proses Dana 7 Didik Supriyanto, Agustyati, August Mellaz, pemilu. Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan Daerah, Perludem, Jakarta 2013, kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat halaman 27. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 130 vi suara kecil di parlemen. 8 Namun, sebuah jalan keluar kemudian mencuat ke permukaan. Hanya empat tahun setelah Mainwaring meluncurkan tesisnya, sebuah preseden baru terjadi di Brasil. Negara bola ini, membuktikan bahwa presidensialisme dengan multipartai dan sistem pemilu PR—seperti halnya di Indonesia—ternyata bisa stabil. Caranya, dengan melakukan pemilu serentak. Keunikan dari pemilu serentak adalah lebih optimal bekerjanya efek menarik kerah (coattail effect) yaitu hasil pemilu presiden menjadi kongruen dengan hasil pemilu legislatif. Jika pemilih disodorkan surat suara pemilu presiden dan pemilu DPR bersamaan, pilhan partai cenderung seiring dengan pilihan presiden. Hasilnya, Brasil keluar dari kutukan divided government atau minority government.9 Keterwakilan perempuan Viera dan Runciman dalam “Representation” (2008) mengkonsepsikan tiga macam representasi. Pertama, pictorial representation yang mengkonsepsikan keterwakilan pihak yang dipilih untuk mewakili harus menyerupai yang diwakilinya. Berdasarkan kesamaan ini maka para wakil dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya. Kedua, theatrical representation yang menkonsepsikan wakil yang terpilih harus menafsirkan, 8 Scott Mainwaring, Presisentialism, Multiparty Systems, And Democracy: The Difficult Equation, Kellogg Institute, 1990: 4. 9 Harun Husein, Pemilu Indonesia, Perludem, Jakarta, 2014: 527. 131 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat berbicara oleh politisi dan dan pemerintah terpilih untuk memerintah. bertindak yang untuk pihak yang diwakilinya. Pandangan dengan apa yang disampaikan DenganHamdan cara initersebut wakil berkaitan menghidupkan yang diwakilinya. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Ketiga, juridical representation yang mengkonsepsikan pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget yang cycles wakil Pemilu.” yang terpilih harus bertinda atas nama sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi diwakilinya, dengan persetujuan dan/atau demi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kepentingan mereka. 10 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Representasi perempuan di pemilu berarti juga agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi bermakna banyak dalam mengintegrasikan praktek penganggaranperempuan di Indonesia yang yang berkaitan dengan siklus di arena politik. Kita harus membicarakan tentang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat identitas yang tak tidak tunggal. ini, yang menjadi perhatian hanyaKonsep political perempuan budget cycles,menurut melainkan feminisme privat political corruptionyang cyclemencakup atau siklus publik korupsidan politik padaseharusnya tahun-tahun Pemilubisa yang telah meningkat dengan ekstrim. kebajikan yang lebih mengedepankan nilai-nilai mendorong negosiasi, dan lobisatu dalam hubungan Masyarakat tidakkerja saja sama, dapat ditafsirkan sebagai kesatuan, tetapi yangdibatasi lebih egaliter. Gerakan politikhakikat perempuan juga perlu mengingat perbedaan antaraseharusnya laki-laki dan perempuan. Seperti gerakan halnya keterwakilan sebagai salah satu merupakan politik yangperempuan memberdaya, bersama. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Representasi perempuan bukan hanya deskriptif 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi (numbers). Numbers penting sebagai pintu masuk 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat untuk menerobos peminggiran perempuan. Lebih dari praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah ini, representasi perempuan bermakna juga substantif mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini memajukan kelompok yang marjinal dan mampu akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam mengartikulasikan kepentingan perempuan (women hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita 11 interest/gender interest). Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Sistem pemilu dan keterwakilan perempuan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik SupriyantoSistem dan Liapemilu Wulandari dalam berjudul Transparansi dan DPR dantulisan DPRD Indonesia merujuk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 10 Nuri Suseno, Politik Representasi, Puskapol UI, Depok 2014: 34-35; kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 11 Ani W Soetjpto, Politik Harapan, Marjin Kiri, Jakarta 2011; berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 132 vi The International Institute for Democracy and Electoral Assistance (International IDEA) masuk kategori sistem pemilu proporsional atau proportional repretentative (PR). Sistem yang pada dasarnya memilih logo partai pada surat suara ini merupakan sistem yang menekankan hubungan rakyat dengan kelembagaan partai. Satu daerah pemilihan (dapil/distrik) terdapat lebih dari satu kursi, biasanya lebih dari 3 kursi. Sistem PR biasa dihadapkan dengan sistem plurality/ majority (P/M). Sistem yang pada dasarnya memilih calon ini menekankan hubungan rakyat dengan personal dewan terpilih. Setiap daerah pemilihan dari sistem ini hanya ada satu kursi yang diperebutkan banyak calon dari partai dan nonpartai. Amerika Serikat jadi rujukan pembanding penerapan sistem pemilu P/M yang biasa disebut secara slengean dengan istilah sistem distrik. Pada umumnya kalangan ahli ilmu politik sepakat, berdasar derajat keterwakilan keragaman, sistem pemilu PR dianggap lebih adil dibandingkan sistem P/M. Alasannya, kursi yang diperoleh dari sistem PR sepadan dengan jumlah suara yang diperoleh di pemilu. Misal, jika partai A mendapatkan suara 60 persen di pemilu, maka kursi yang diperoleh merupakan 60 persen kursi dari total kursi yang ada. Berkursi banyak dan proporsional membuat sistem PR pun lebih mengakomodir kelompok minoritas dan marjinal, termasuk perempuan. Menurut Richard E. Matland, berdasarkan logika matematika yang didukung data hasil pemilu banyak negara, dapat disimpulkan bahwa sistem pemilu PR 133 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat paling oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk perempuan memerintah. di banyak meningkatkan jumlah Pandangan Hamdan tersebut berkaitan sistem dengan apa disampaikan parlemen. Namun penggunaan PR yang tak sendirinya Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran menghasilkan perempuan di parlemen lebih banyak. pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles SemuaPemilu.” masih tergantung pengoperasian sejumlah variabel sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi 12 sistem pemilu. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Variabel teknis pemilu bisa dibedakan atas variabel budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pemilu langsung dan variabel teknisterkonfirmasi langsung. agregatteknis maupun secaratidak spesifik pada tahun-tahun Pemilu, dua variabel teknis yang pemilu tidak dengan langsung, dalam Terdapat praktek penganggaran di Indonesia berkaitan siklus yaitu pembatasan partai politik peserta pemilu (electoral Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat threshold) dan pembatasan parpol masuk parlemen ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan (parliamentary threshold). Sedang variabel langsung political corruption cycle atau siklus korupsi politik teknis pada tahun-tahun Pemilumeliputi: yang telah meningkat dengandaerah ekstrim.pemilihan, (2) metode (1) penetapan pencalonan, (3) dapat metode pemberian suara, (4) formula Masyarakat tidak saja ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi perolehan dan (5)perbedaan formula penetapan calon terpilih. juga perlu dibatasikursi, mengingat hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Afirmasi (affirmative action) didefinisikan sebagai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat langkah strategis untuk mengupayakan kemajuan dalam praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah hal kesetaraan dan kesempatan bagi kelompok-kelompok mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini tertentu seperti kaum perempuan atau kelompok minoritas akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kurang terwakili dalam posisi-posisi di hukumlain dan yang pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulisstrategis oleh Nindita masyarakat. Kesetaraan danberjudul: kesempatan ini secara eksplisit Paramastuti dalam tulisannya yang “Perempuan dan Korupsi: mempertimbangkan karakterKorupsi khusus dalam jenis kelamin yangRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Pemilu DPR 13 2009.”selama ini menjadi dasar terjadinya diskriminasi. Afirmasi Afirmasi menempatkan beban rekrutmen hanya Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan tak politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pada perempuan secara individu melainkan pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana 12 Richard Matland, Enhancing Women’s dalam Political Participation: Legislative kampanye adalahE. salah satu hal penting proses pemilu. Dana Recruitment and Electoral Systems, IDEA 2005: 107 kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 13 Ani W Soetjipto, Perempuan di Tengah Gerhana Bulan 2005: 179. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 134 vi pengontrol rekrutmen. Afirmasi meminta suatu jumlah tertentu atau persentase dari anggota suatu badan, apakah itu di daftar kandidiat, struktur pengurus partai, lembaga/ panitia penyelenggara, pimpinan lembaga penyelenggara, panitia seleksi, atau parlemen. Sekilas penjelasan afirmasi itu seperti mengistimewakan perempuan. Tapi jika kita merujuk pada keadaan partisipasi yang terkait dengan kultur dan kebijakan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, afirmasi merupakan pengkreasian kondisi netral gender dari yang sebelumnya timpang. Afirmasi perempuan berfungsi mengkoreksi relasi gender dalam prosedur atau kelembagaan. PEMBAHASAN Pemerintahan hasil Pemilu 2014 merupakan pemerintahan terburuk dalam aspek relasi antara eksekutif dan legislatif. Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat tak didukung partai dan koalisi partai mayoritas di parlemen. PDI Perjuangan hanya meraih 19,46% kursi parlemen (109 dari 560 kursi). Sedangkan Koalisi Indonesia Hebat total hanya 37,14% kursi parlemen (208 kursi yang terdiri dari 109 PDIP, 47 PKB, 36 NasDem, 16 Hanura). Persentase kecil dukungan terhadap pemerintah ini ada dalam fragmentasi 9 partai dari total 10 partai di parlemen. Ini merupakan angka indeks Effective Number of Parliamentary Parties (ENPP) tertinggi selama pemerintahan Indonesia berdiri. Dalam penyusunan kabinet pemerintahan, KIH baru mendapat dukungan partai dari Koalisi Merah Putih. 135 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat PAN oleh politisi dan49 pemerintah yang terpilihdengan untuk memerintah. dengan kursi bergabung KIH padalah Pandangan Hamdan tersebut berkaitan apa yang disampaikan merupakan partai calon wakil dengan presiden, Hatta Rajasa Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dari pasangan calon Prabowo-Hatta. PPP dengan konflik pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa ke Political budget cycles kepengurusan ganda ikut bergabung KIH menambah sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi 39 kursi. 296 kursi atau 52,85% kursi parlemen memang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal menjadi mayoritas. Tapi tambahan kursi dua partai budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara terakhir bercita rasa KMP dan tak solid. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Hasilnya, hingga dua tahun pemerintahan Jokowi-JK dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus memimpin, baru 3 undang-undang dihasilkan. Malah, Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Undang-undang No.1 Tahun tentang berasal ini, yang menjadi perhatian tidak hanya 2015 political budgetPilkada cycles, melainkan dari Peraturan Pengganti political corruption cyclePemerintah atau siklus korupsi politikUndang-undang pada tahun-tahun Pemilu(Perppu) yang telah meningkat dengan ekstrim. No.1 Tahun 2014, merupakan warisan dari Pemerintahan Pemerintahan JokowiMasyarakat tidak sajaSBY-Boediono. dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi JK menjadi pemerintahan paling tak antara produktif sejak juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat laki-laki dan perempuan. SepertiVisi-Misi halnya keterwakilan sebagai salah satu Reformasi. Nawa Cita perempuan menjadi Nawa Cita Citata syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun karena bertepuk sebelah tangan oleh DPR yang gaduh. 2012 menegaskan setiap partaimenjadi politik peserta pemilu harus memenuhi “Sakitnya tuh di sini!” analogi. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Yang terjadi di pemerintahan nasional terjadi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah juga di pemerintahan lokal. Dari tujuh provinsi yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini melangsungkan pilkada serentak 2015, keadaan parlemen akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ketujuhnya yang dihasilkan dari Pemilu Legislatif 2014 juga hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tak kondusif. Fragmentasi partai di “Perempuan parlemen daerah pun Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: sangatPerempuan tinggi. Artinya, kepalaKorupsi daerah dalam mau tak mau DPR harusRI Pengalaman Menghadapi Pemilu 2009.”melalui delapan poros partai dalam membuat kebijakan seperti peraturan daerah APBD. Tak heranpolitik, jika tidak Masih berhubungan dengan temadan akuntabilitas keuangan Didik ada perubahan signifikan dari pemerintahan terpilih hasil Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pilkada. Visi-misi kepala daerah yang dituangkan melalui Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 136 vi Perda dan APBD sangat mungkin ditolak DPRD. 14 Kepala daerah terpilih Pilkada 2015 menghadapi DPRD Provinsi dengan rata-rata indeks ENPP 8.2. DPRD Provinsi Bengkulu menempati peringkat pertama indeks ENPP tertinggi sebesar 9,4. DPRD Provinsi Sumatera Barat dikuasai sembilan partai. Provinsi Jambi sembilan partai. Provinsi Sulawesi Tengah delapan partai. Provinsi Kepulauan Riau tujuh partai. Provinsi Kalimantan Selatan tujuh partai, dan Provinsi Sulawesi Utara enam partai. Dibandingkan enam provinsi lainya, Provinsi Sulawesi Utara menjadi satu-satunya provinsi dengan indeks ENPP 5.9 atau terdapat enam partai politik relevan di DPRD Provinsi. Meski jumlah terbilang sedikit, dalam tipologi sistem kepartaian, DPRD provinsi ini tetap termasuk kedalam sistem multipartai ekstrem yang terfragmentasi dan tentunya terpolarisasi. 15 Keadaan parlemen daerah yang tak kondusif itu pun juga harus dihadapi perempuan kepala daerah. Indah Dhamayanti Putri dan Dahlan akan memimpin Kabupaten Bima dengan indeks ENPP 9.9. DPRD di Kabupaten Bima terdiri atas 45 kursi. Proporsi kursi tersebut terbagi pada partai Nasdem sebanyak 3 kursi, PKB 3 kursi, PKS 4 kursi, PDIP 3 kursi, Golkar 6 kursi, Gerindra 4 kursi, Demokrat 5 kursi, PAN 7 kursi, PPP 4 kursi, Hanura 4 kursi, dan PBB 2 kursi. Indah Dhamayanti Putri mesti berhadapan atau melobi 10 kekuatan atau hampir 14 Prospek Pemerintahan Hasil Pilkada 2015, Heroik M. Pratama dan Maharddhika, Perludem, Jakarta 2015: 26. 15 Ibid. 137 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat seluruh oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. partai yang memiliki kursi diuntuk DPRD Bima untuk 16 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan Kondisi iniapa kurang lebih juga menggolkan kebijakannya. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi dihadapi perempuan kepala daerah lain, parlemen Anggaran daerah pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles terklasifikasi multipartai ekstrem. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Keadaan terbelahnya pemerintahan nasional dan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal lokal mengharuskan penerapan desaign pemilu serentak budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan pemilu lokal secepatnya. Pemilu agregatnasional maupun secara spesifik serentak pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi adalah penggabungan pemilu eksekutif dalam serentak praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan dan siklus pemilu legislatif dalam satu tahapan penyelenggaraan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat khususnya tahap tidak pemungutan suara. Tujuannya bukan ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan semata efisiensi untuk menciptakan political corruption cycleanggaran, atau siklusmelainkan korupsi politik pada tahun-tahun Pemilupemerintahan yang telah meningkat dengan ekstrim. kongruen atau menghindari pemerintahan terbelahtidak (divided government) yang berwujud jumlah Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi kursidibatasi mayoritas parlemen bukan dimiliki koalisi juga perlu mengingat perbedaan hakikat partai antaraatau laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan partaiSeperti yang mengusung presidenperempuan terpilih. sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta UU No.partai/ 8 Tahun Pemerintahan kongruen, yang pemilu. berbentuk 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi koalisi mayoritas parlemen kondusif mendukung eksekutif 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat diupayakan dengan teknis pemilu serentak. Jika pemilih praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah ditawarkan surat suara pemilu presiden dan pemilu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini parlemen di waktu bersamaan, pemilih cenderung memilih akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam partai yang mengusung calon presiden pilihan pemilih. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Dari pengertian serentak itu, pilkada serentakdan bukanlah Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: pemiluPerempuan serentak. Menghadapi Pilkada masuk dalam desaign Pengalaman Korupsi dalam Pemilu pemilu DPR RI 2009.”serentak lokal yang coba diupayakan pakar pemilu melalui penyatuan/kodifikasi Pemilu Masih berhubungan dengan undang-undang tema akuntabilitaskepemiluan. keuangan politik, Didik serentak lokal adalah dalam pemilu yangberjudul diselenggarakan KPU Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan Transparansi dan Akuntabilitas Dana daerah Kampanye, bahwa dana untuk Pengelolaan memilih kepala danmenguraikan wakil kepala daerah kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat 16 Ibid: 57. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 138 vi (provinsi dan kabupaten/kota), anggota DPRD Provinsi, serta anggota DPRD Kabupaten/Kota. Karena periode kepala daerah dan DPRD saat ini belum sama, maka perlu penyelenggaraan pilkada serentak transisi. Jika masa jabatan kepala daerah semua tingkatan seluruh Indonesia sudah sama dengan masa jabatan DPRD provinsi dan kabupaten/kota, pemilihan kepala daerah dan anggota parlemen daerah bisa bersamaan dalam desaign pemilu serentak lokal. Menyerentakan pemilu lokal ini juga menghasilkan fase koreksi bagi pemerintahan presidensial. Kelebihan sistem pemerintahan presidensial adalah periode jabatan presiden yang pasti. Tapi periode yang pasti ini juga menjadi kelemahan presidensial. Kalau kinerja presiden buruk harus tunggu sampai jabatannya habis. Tak bisa diturunkan, kecuali melanggar hukum. Pemilu serentak lokal menjadi koreksi pemerintahan nasional di tengah masa jabatan presiden. Jika tak memuaskan, presiden dan partai pengusungnya bisa dihukum di pemilu serentak lokal, dengan memilih calon dan partai lain di semua tingkat daerah. Tapi jika kinerja presiden memuaskan, pemilu serentak daerah akan memperkuat relasi pusat dan daerah. Menarik kerah keterwakilan perempuan Meningkatkan keterwakilan perempuan di konteks pemilu serentak selain harus terus menguatkan makna dan tujuan keterwakilan perempuan tapi juga harus memahami makna dan tujuan pemilu serentak. Sehingga efek menarik kerah yang dioptimalkan dalam pemilu 139 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat serentak oleh politisi dan pemerintah untuk memerintah. tak hanya terjadiyang padaterpilih terciptanya parlemen yang Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kondusif mendukung eksekutif tapi juga bisa meningkatkan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran keterwakilan perempuan. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pada dasarnya, desaign pemilu serentak merupakan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi desaign yang tak ramah perempuan. Ragam sistem empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pemilu termasuk sistem pemilu proporsional yang ramah budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara diserentakan dan dikondisikan dengan sistem agregatperempuan maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pluralitas/mayoritas jugayang tidak ramahdengan terhadap dalam pemilu praktek penganggaran di Indonesia berkaitan siklus perempuan untuk memilih pemimpin eksekutif. Karakter Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilu menempatkan ini, yang menjadiserentak perhatian adalah tidak hanya political budgetcalon cycles,presiden melainkan sebagai objekcycle sorotatau pesta demokrasi. political corruption siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Penting memulai dengan menyadari keterwakilan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi perempuan di konteks pemilusebagai serentak mempunyai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antarapemilu laki-lakitak dan kompleksitas yang lebih tinggi hakikat dari pada perempuan. SepertiAgar halnyaketerwakilan keterwakilan perempuan satu serentak. perempuansebagai yangsalah kerap syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun terpinggirkan di pemilu-pemilu sebelumnya tak 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi semakin terpinggirkan, rekayasa pemilu yang bertujuan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen harus praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dibuat sesederhana mungkin. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Menambah keterwakilan perempuan akan berdampak negatifkompleksitas terhadap mandeknya aspirasi perempuanpada dalam pencalonan sangat mungkin menjadi kontraproduktif. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Dampaknya bisa lebih buruk dibanding Pemilu 2014. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan danJangan Korupsi: mengulang penerapan sistemKorupsi pemiludalam yang Pemilu membiarkan Pengalaman Perempuan Menghadapi DPR RI 2009.”perempuan bertarung dengan lelaki dan perempuan sekaligus. Jangan jugatema mengulang perempuan dalam Masih berhubungan dengan akuntabilitas keuanganada politik, Didik kontestasi membutuhkan sumber dayaTransparansi publik (uang, Supriyanto dan Liayang Wulandari dalam tulisan berjudul dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan dana popularitas, dan mobilitas) yang tinggi. Di pemilubahwa serentak, kampanye adalah salah hal penting dalam prosesperhatiannya pemilu. Dana perempuan akansatu semakin dikesampingkan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya dapat karena bersamaan dengan pemilihan presiden,untuk sehingga berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 140 vi solidaritas perempuan dalam pengoranisasian partai dan lintas partai menjadi semakin dibutuhkan. Selain itu, upaya meningkatkan keterwakilan di pemilu selayaknya ditempatkan pada proses dan hasil pemilu. Seberapa tingkat keterwakilan perempuan dalam proses pencalonan dan penyelenggaraan jangan dipisahkan dengan tingkat keterpilihan perempuan di tataran hasil dari pemilu. Dalam tataran proses pemilu harus terbuka dan memudahkan partisipasi perempuan untuk memilih, mencalonkan, dan menyelenggarakan. Di tataran hasil pemilu, keterwakilan perempuan dalam proses pun harus terhubung dengan hasil keterpilihan perempuan. Bagaimana pun keterwakilan perempuan di pemilu bertujuan untuk mengkonversi suara menjadi kursi yang ditempati perempuan yang diharapkan bisa menghasilkan kebijakan yang meningkatkan kualitas hidup perempuan sebagai warga sehingga tercipta kehidupan bernegara yang setara dan adil. Rekayasa sistem pemilu yang terkait dengan sistem politik membuktikan pengaruh kuat gambaran keterwakilan perempuan di proses dan hasil pemilu. Sistem pemilu tertentu bisa meningkatkan keterwakilan perempuan secara kuantitas tapi tidak secara kualitas. Sebaliknya, ada pilihan sistem yang meningkatkan keterwakilan perempuan secara kualitas meski secara kuantitas sedikit. Ada sistem yang meningkatkan keterwakilan perempuan pada pencalonan. Ada juga sistem yang meningkatkan keterwakilan perempuan pada keterpilihan. Jika mengevaluasi hasil Pemilu DPR dan DPRD 141 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat (Pileg) oleh politisi dan kita pemerintah yang terpilih untuk memerintah. 2014, menemukan kekhawatiran akademisi Pandangan tersebut dengan apa yang disampaikan gerakanHamdan perempuan, Aniberkaitan Soetjipto dalam bukunya “Politik Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Harapan”. Menurut Ani, kebijakan afirmasi perempuan di pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sistem pemilu proporsional terbuka bernomor urut justru sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi melemahkan perempuan berpolitik. Pusat Kajian Ilmu empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Politik (Puskapol) UI menguatkannya, afirmasi perempuan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara di Pileg 2014 malah lahirkan paradoks partisipasi. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Kemunduran kuantitas hasil 2014 berupa dalam praktek penganggaran di Indonesia yangPileg berkaitan dengan siklus berkurangnya perolehan kursi oleh caleg perempuan. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Meskipun Undang-Undang No. 8 tahun 2012cycles, tentang Pileg ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget melainkan 2014 dan sejumlah Peraturan Komisi Pemilihan Umum political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu(PKPU) yang telah meningkat dengan ekstrim. perempuan sehingga lebih membuka pencalonan meningkat, hanya memperoleh kursi dari Masyarakat tidakperempuan saja dapat ditafsirkan sebagai satu 96 kesatuan, tetapi 560 dibatasi kursi di mengingat DPR RI. Berkurang 1 persenantara dari hasil Pileg juga perlu perbedaan hakikat laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 2009,Seperti 102 kursi. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta2014 pemilu. UUperempuan No. 8 Tahun Dalam kualitas pun hasil Pileg caleg 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi terpilih merupakan perempuan yang menjadi perpanjangan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat kuasa patriarki. Lebih banyak dari mereka merupakan istri praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dari petahana eksekutif di daerah, istri petahana legislator, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini atau istri dari elite partai. Jika bukan dari kalangan itu, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam yang terpilih lebih karena tingkat popularitasnya sebagai hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pesohor (artis misalnya). Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Puskapol UI melalui pencermatan hasilPemilu Pileg DPR 2014RI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam 2009.”menyimpulkan, berdasarkan profil dan basis keterpilihan anggota legislatif DPRtema RI akuntabilitas 2014-2019, keuangan sangat berpeluang Masih berhubungan dengan politik, Didik kuatnya dominasi fraksi terhadap otonomiTransparansi anggota, tak Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwa dana terkecuali perempuan. Penyebab menguraikan utamanya, pola basis kampanye adalah salah hal penting dalam proses pemilu. dan Dana rekrutmen yang satu mengandalkan kekuatan finansial kampanye diperlukan untuk oleh partai politik dan elektabilitas. kandidatnya untuk kekerabatan mendukung Hal dapat ini berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 142 vi tergambar, 7 dari 77 anggota terpilih memiliki jaringan kekerabatan termasuk dalam 10 besar peraih suara tertinggi. 17 Aktivis perempuan, Lies Marcoes dalam “Perempuan dan Langkah Afirmatif” (Kompas 21/4 2014) menjelaskan, yang terjadi dalam mekanisme rekrutmen caleg di partai cenderung bersifat instans dan diwarnai nepotisme. NPWP (Nomor Piro Wani Piro) menjadi pengetahuan bersama bakal caleg. Dalam keadaan ini, caleg perempuan hanyalah kamuflase upaya perluasan oligarki. Paradoks keterwakilan perempuan pun terjadi di pemilu PR daftar calon di Brasil. Perempuan bisa hadir dalam pencalonan pemilu tapi sebatas itu.18 Afirmasi kuota pencalonan diatur minimal 30% dan maksimal 70%. Tapi keterpilihan perempuan di dewan partai Brasil tak pernah melebihi 15% bahkan banyak kemajuan dalam menghasilkan undang-undang bersemangat kesetaraan untuk keadilan. 19 REKOMENDASI Tujuan keterwakilan perempuan di pemilu semestinya tidak memutus hasil pemilu dan jalannya pemerintahan terpilih. Keterwakilan perempuan di pemilu bukan saja soal jumlah perempuan yang dicalonkan/mencalonkan 17 Irwansyah dkk., Paradoks Representasi, Puskapol UI, 2014: . 18 Ana Alice Alcantara, Women and Politics: the Brazil Paradox, Open Democracy, 2008; 19 Pedro de Abreu Gomes dos Santos, Gendering Representation: Parties, Institutions, and The Under-Representation of Women in Brazil’s State Legislatures, University of Kansas, 2012: 3; 143 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat tapi oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah.pun yang dan lebih pentingyang keterpilihan perempuan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan meningkat. Selain pencalonan dan keterpilihan, tujuan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran terpentingnya adalah para perempuan dewan dan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa bisa Political budget cycles pemerintahan terpilih hasil pemilu menghasilkan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kebijakan yang berkesetaraan untuk keadilan. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Pemilu 1999 dan 2004, perempuan yang terpilih budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara bawahsecara 10 persen kursiPemilu, DPR. terkonfirmasi Tapi, para agregatdimaupun spesifikdari padajumlah tahun-tahun yang terpilih sedikityang ini berkaitan merepresentasikan dalam perempuan praktek penganggaran di Indonesia dengan siklus serta terhubung gerakan perempuan. Sisi pengorganisasian Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan kewenangan yang lebih kuat bisa cycles, lebih dihadapi ini, yang menjadi perhatianpartai tidak hanya political budget melainkan gerakan perempuan. perempuan pun mau political corruption cycle atauAktivis siklus gerakan korupsi politik pada tahun-tahun Pemilumasuk yang telah dengan ekstrim. danmeningkat terlibat berorganisasi di partai. Kualitas aktivis gerakantidak perempuan diditafsirkan partai mampu partai Masyarakat saja dapat sebagaimeyakinkan satu kesatuan, tetapi dan dibatasi DPR dalam menghasilkan yanglaki-laki berpihak juga perlu mengingat perbedaan kebijakan hakikat antara dan perempuan. halnyauntuk keterwakilan perempuan sebagai undangsalah satu pada Seperti kesetaraan keadilan. Di antaranya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun undang KDRT, antitrafiking, pembelaan buruh migran, 2012 menegaskan setiap partai politikjuga peserta pemilu harus memenuhi perlindungan saksi/korban, status kewarganegaraan 30% keterwakilan perempuan. perempuan dan anak.Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Bandingkan dengan Pemilu 2009 dan 2014. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Keterwakilan peremuan di DPR melalui sistem PR daftar akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam calon ini memang lebih dari 15 persen. Tapi, perempuan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita terpilih semakin banyak patriarkis dan Paramastuti dalam tulisannya yangberlatarbelakang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: merepresentasikan dinasti politik patriah. Selain itu, DPR upayaRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu 2009.”kesetaraan untuk keadilan melalui kebijakan diganggu parlemen yang dengan semakin gaduh. Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik DPR 2009dalam dan 2014 jelas merupakan hal yang SupriyantoKeadaan dan Lia Wulandari tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana ingin dihindari dari hasil pemilu serentak. Kompleksitas kampanye adalah salah satu calon hal penting dalam proses pemilu. Dana sistem pemilu daftar akan membingungkan pemilih kampanye oleh partai kandidatnya dapat dan diperlukan mengaburkan disainpolitik dan dan tujuan pemilu untuk serentak. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 144 vi Pemilih lebih berkemungkinan memilih calon presiden yang tak sesuai dengan pilihannya di pilihan pemilu legislatif. Jika disimulasikan dengan Pemilu 2014, pemilih akan tetap banyak yang memilih Jokowi-JK tapi pilihan partainya Gerindra karena daftar calon terbuka mendorong pemilih memilih caleg, bukan partai. Jadi, meskipun pada 2019 dan seterusnya pilpres dan pileg diserentakan, prilaku pemilih berkecenderungan sama dengan Pemilu 2009/2014 yang tak serentak. Pemilu serentak tetap menghasilkan pemerintahan terbelah. Dari pengalaman keterwakilan perempuan di pemilu Indonesia dan referensi buku keterwakilan perempuan yang menyertakan studi banding pengalaman banyak negara menyertakan konteks pemilu serentak, dihasilkan rekomendasi peningkatan keterwakilan perempuan di pemilu serentak adalah sebagai berikut: Sistem pemilu proporsional daftar partai Sistem pemilu DPR dan DPRD tetap menggunakan sistem pemilu proporsional representatif (PR). Dibandingkan sistem pluralitas/mayoritas yang mendorong kompetisi ketat dan terbuka-bebas, sistem PR dinilai para pakar pemilu lebih memungkinkan perempuan terpilih. 20 Varian sistem PR yang dipilih adalah PR daftar partai— 20 Richard E. Matland, Enhancing Women’s Political Participation: Legislative Recruitment and Electoral Systems, IDEA 2005: 101. 145 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat yang oleh politisi pemerintah yang terpilih untukSistem memerintah. biasa dan disebut daftar (calon) tertutup. ini mirip Pandangan berkaitan dengan apa yang disampaikan denganHamdan Pemilu tersebut 1999. Surat suara hanya berisikan logo Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran partai dan nomor urut. Tak ada daftar calon di surat suara pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan sehingga pemilih hanya memilihbahwa partai.Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Tapi, bukan berarti tak menyertakan daftar calon di empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal surat suara, daftar calon tak perlu terbuka. Partai tetap budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara membuka dan mempublikasikan daftar terkonfirmasi calon. Ini agregatharus maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, syarat kepesertaan pemilu dan diperuntukan dalam menjadi praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan bagi siklus publik dalam tahap kampanye. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi political melainkan Sistemperhatian pemilu tidak PR hanya daftar calonbudget yangcycles, mendorong political corruption cycle siklus korupsi tahun-tahun persaingan antaratau individu calon politik pada pada dasarnya tak Pemilusesuai yang telah meningkat dengan ekstrim. dengan prinsip solidaritas perempuan. Akademisi Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satuIman kesatuan, tetapi Ilmu Politik Universitas Indonesia Nur Subono juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat Pemilu antara laki-laki dan menjelaskan, di kontestasi antar individu 2009 dan perempuan. Seperti keterwakilan perempuan sebagaiKeadaan salah satu Pemilu 2014halnya membutuhkan modal sangat besar. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun timpang gender di masyarakat yang meninggikan 8posisi 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi lelaki membuat calon perempuan kalah bersaing dengan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat calon lelaki. Nur menjelaskan, pada dasarnya, di kontestasi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah antar individu Pemilu 2014 membutuhkan modal sangat mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini besar. Keadaan timpang gender di masyarakat yang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam meninggikan posisi lelaki membuat calon perempuan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita 21 kalah dalam bersaing denganyang calon perempuan. Paramastuti tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Direktur eksekutif Lembaga Bantuan Hukum Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam PemiluAsosiasi DPR RI 2009.”Perempuan untuk Keadilan (LBH Apik), Ratna Batara Mukti menyetujui pendapat Nur.akuntabilitas Dalam sistem proporsional Masih berhubungan dengan tema keuangan politik, Didik terbuka gerakan dalam pencalonan Supriyanto dan dukungan Lia Wulandari dalamperempuan tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana menjadi terpecah. Dana Gerakan perempuan yang seharusnya kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 21 http://www.rumahpemilu.org/in/read/9684/Proporsional-Terbukakampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Mungkin-Tak-Cocok-dengan-Perempuan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 146 vi berprinsip dan membutuhkan solidaritas malah menjadi saling bersaing antar individu perempuan. 22 Di pemilu serentak, perempuan akan semakin dikesampingkan perhatiannya karena bersamaan dengan pemilihan presiden, sehingga solidaritas perempuan dalam pengoranisasian partai dan lintas partai menjadi semakin dibutuhkan. Mengulang perempuan ada dalam sistem pemilu PR daftar calon berarti membiarkan kontestasi yang membutuhkan sumber daya publik (uang, popularitas, dan mobilitas) tinggi yang juga berarti menambah kompleksitas konteks pemilu serentak. Besaran dapil 3-6 kursi, bukan threshold Memperkecil besaran daerah pemilihan (dapil) berpengaruh dalam peningkatan keterwakilan perempuan. Makin sedikit kursi yang tersedia pada satu dapil akan memperketat persaingan partai sehingga yang lebih berkemungkinan mendapat kursi hanya partai-partai besar. Semakin sedikit jumlah partai di parlemen, semakin besar perolehan kursi diperuntukan perempuan. Partai di parlemen semakin sedikit tapi setiap partai akan memperoleh lebih dari satu kursi. 23Dengan menyertakan zipper system murni pada proses keterpilihan, perempuan biasanya akan memperoleh kursi kedua di masing-masing partai. Pada sistem PR daftar partai, pemilih hanya memilih partai dan calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor 22 Ibid 23 Ibid: 103. 147 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat urut. oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuksemakin memerintah. Semakin kecil rentang dapil dan sedikit Pandangan dengan apa yang parlemen, disampaikan partai Hamdan peserta tersebut pemiluberkaitan memperoleh kursi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran semakin banyak kemungkinan partai mendapatkan dua pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kursi, dan bisa dipastikan yang mendapatkan kursi di sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi antaranya adalah perempuan. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Tentu saja rekomendasi pengecilan besaran dapil ini tak budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kecil. keadaan ini baiknya gerakan agregatdisukai maupunpartai-partai secara spesifik padaDi tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi tak larut pada polarisasi sentimen Partai dalam perempuan praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Besar VS Partai Kecil. Gerakan perempuan harus lintas Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan melampaui kepentingan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya partai politicaluntuk budgetmengutamakan cycles, melainkan kepentingan kolektif perempuan. political corruption cycle ataugerakan siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan Besaran kursi 3-6 tiapekstrim. dapil akan dirasa signifikan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi meningkatkan keterwakilan perempuan dibanding juga perlu perbedaan dan 3-12,dibatasi 3-10, mengingat bahkan 3-8. Pada hakikat daftar antara calon,laki-laki terdapat perempuan. Sepertienam halnya nama keterwakilan satu maksimal calonperempuan (karena sebagai rentangsalah kursi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dapil yang diupayakan adalah 3-6 kursi). Setiap partai 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi bisa menampilkan 3 sampai 6 nama di daftar calon 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat secara berseling, lelaki-perempuan dan seterusnya atau praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah perempuan-lelaki dan seterusnya. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pengoptimalan fungsimandeknya besaran aspirasi dapil ini pun untuk akan berdampak negatif terhadap perempuan dalam menjaga prinsip sistem proporsional dan opovov (one hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita person, onetulisannya vote, oneyang value). Richard E. Matland Paramastuti dalam berjudul: “Perempuan dan (2005) Korupsi: dan Ramlan Surbakti, DidikKorupsi Supriyanto, dan Hasyim Pengalaman Perempuan Menghadapi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Asyari (2011) merekomendasikan parliamentary threshold (PT) sebagai salah satu variabel sistemkeuangan pemilu yang perlu Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik digunakan meningkatkan keterwakilan perempuan. Supriyanto dan Liauntuk Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Dana Kampanye,angka menguraikan bahwa dana RamlanPengelolaan dkk. merekomendasikan PT 2,5%. Richard kampanye adalah salahsemakin satu hal penting proses pemilu. Dana menekankan, tinggi dalam PT semakin mungkin kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya dapat meningkatkan keterwakilan perempuan. Tapi untuk sejatinya, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 148 vi rekomendasi menyertakan PT apalagi meningkatkannya merupakan hal yang bertolak belakang dengan prinsip sistem pemilu proporsional dan opovov. Nomor urut dan zipper system murni Zipper system pencalonan selama ini (melalui sistem pemilu PR daftar calon) hanya signifikan meningkatkan keterwakilan perempuan dalam tahap pencalonan. Dalam tahap keterpilihan, zipper system pencalonan ini tak berkecenderungan meningkatkan jumlah perempuan. Peningkatan keterwakilan dalam pencalonan di Pemilu 2014 malah berbanding terbalik dengan keterpilihannya. Hampir semua calon perempuan terpilih di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota memiliki nomor urut kecil: 1, 2, atau 3. Itu artinya, dalam sistem proporsional daftar calon terbuka pun, nomor urut masih berperan penting bagi keterpilihan calon perempuan. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah mengubah ketentuan daftar calon “1 in 3” menjadi ”daftar calon disusun secara selang-seling berdasar jenis kelamin” atau daftar zigzag atau zipper murni. 24 Calon perempuan di urutan awal berseling calon lelaki untuk dapil ganjil sedangkan untuk dapil genap calon lelaki di urutan awal berseling calon perempuan. Format ini memungkinkan diterimanya calon perempuan di urutan 24 Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, dan Hasyim Asyari, Meningkatkan Keterwakilan Perempuan, Kemitraan, Jakarta 2011: 23-24. 149 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat awal oleh politisi pemerintah yang terpilih untukundang-undang memerintah. daftardan calon oleh dewan pembuat Pandangan tersebut berkaitan disampaikan pemilu Hamdan yang didominasi lelaki.dengan Selainapa itu,yang kewenangan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran nomor urut calon diberikan kepada partai selain membuat pada Tahun Yuna menjelaskan bahwamurni Political budget juga cycles lebih Pemilu.” berpeluangnya zipper system diterima sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi akan menggambarkan kualitas partai dalam menyusun empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal calon. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Pembatasan peserta pemilu dinilaimelainkan para ini, yang menjadi perhatianpartai tidak hanya political budget cycles, political corruption atau siklus politik pada tahun-tahun pakar sistemcycle pemilu akan korupsi meningkatkan keterpilihan Pemiluperempuan. yang telah meningkat denganagar ekstrim. Ini dilakukan perolehan suara dan kursi Tidak membatasi jumlah partai peserta pemilu lebih terkonsentrasi beberapasebagai partai.satu Jika perolehan Masyarakat tidak saja dapatkeditafsirkan kesatuan, tetapi juga perlu mengingat hakikat antara laki-laki di dan kursidibatasi terkonsentrasi keperbedaan sedikit partai, calon perempuan perempuan. halnya keterwakilan sebagai salah satu partaiSeperti tersebut berpeluang besarperempuan menjadi calon terpilih. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Pengaruh pembatasan partai peserta pemilu bagi 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi keterpilihan perempuan dapat dipahami sebagai berikut: 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat jika jumlah parpol peserta pemilu sedikit, peluang praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah keterpilihan perempuan besar, karena perolehan kursi mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini terkonsentrasi hanya pada beberapa partai. Dalam hal akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kecenderungan, banyak yang hukumini danberlaku pemerintahan. Dan kondisi semakin tersebut telah dituliskursi oleh Nindita didapatkan semakin besar pula peluang perempuan Paramastuti dalam partai, tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: terpilih. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Sebaliknya, bila partai peserta pemilu terlalu banyak perolehan kursidengan tersebar keakuntabilitas banyak partai. Di keadaan ini Masih berhubungan tema keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan partai berkemungkinan besar hanya mendapatkan kursi Akuntabilitas Kampanye, menguraikan lebih bahwakecil dana paling Pengelolaan banyak satuDana kursi. Peluang perempuan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. karena partai berkecenderungan menempatkan lelakiDana di kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat nomor urut satu pada dapil potensial mendapatkan kursi. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 150 vi Tapi, pembatasan jumlah partai peserta pemilu jika menekankan pada besar/kecil-nya struktur dan modal partai bisa sangat tak demokratis. Efek menarik kerah dalam pemilu serentak bisa dioptimalkan untuk tidak memilih cara pembatasan jumlah partai peserta pemilu. Jika surat suara pilpres dan pileg disatukan, lalu penyusunan pilihan presiden di atas partai atau koalisi partai pengusung presiden, banyaknya jumlah partai peserta pemilu dikurangi oleh upaya memfokuskan kosentrasi pemilih hanya pada jumlah calon presiden berelektabilitas tinggi. Jumlah partai peserta pemilu dan calon presiden akan banyak, tapi yang jadi sorotan media dan fokus bagi pemilih hanya yang berkemungkinan menang saja. Formula perolehan kursi d’Hondt Metode divisor dengan varian metode d’Hondt membantu meningkatkan keterpilihan perempuan. Metode d’Hondt menguntungkan partai besar dalam memperoleh kursi. Di setiap dapilnya, partai besar akan mendapatkan kursi lebih dari satu. Penerapan zipper system murni (lelaki-perempuan/perempuan-lelaki) mengoptimalkan peluang keterpilihan perempuan. 25 Sebaliknya, jika formula perolehan kursi menguntungkan partai kecil, tingkat keterpilihan perempuan menjadi kecil. Perolehan kursi akan menyebar, kemungkinan besar satu kursi setiap partai. Dengan kecenderungan 25 Ibid: 24. 151 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat partai oleh politisi dan pemerintah yang memerintah. menempatkan lelaki di terpilih nomor untuk urut satu pada dapil Pandangan Hamdan tersebutlebih berkaitan dengan apa yang disampaikan potensial, perempuan tak memilih peluang terpilih. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Yang perlu menjadi pegangan kita semua, pemilu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles serentak semakin menguatkan relasi sistem pemerintahan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi presidensial Indonesia dengan sistem kepartaian empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal multipartai dan sistem pemilu proporsional. Disain pemilu budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara mengingatkan, tujuan adalah untuk memilih agregatini maupun secara spesifik padapemilu tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yang berjalan sehat berdampak dalam pemerintahan praktek penganggaran di Indonesia yangdan berkaitan dengan baik siklus bagi rakyat, termasuk perempuan. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan *** political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Dari semua rekomendasi peningkatan keterwakilan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. perempuan di konteks pemilu serentak itu semoga bisa Masyarakat saja dapat pentingnya ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi semakintidak menyadarkan solidaritas bagi gerakan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Jika merujuk pada awal gerakan perempuan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu menyertakan pengalamannya, solidaritas merupakan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun keutamaan kekuatan utama gerakan. Pengalaman 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi kebertubuhan serta korban diskriminasi dan kekerasan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat menjadi dasar kolektivitas identitas perempuan sebagai praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah gerakan. Kekuatan utama solidaritas inidiperjuangkan, bukan saja penting mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak hal ini tapi merupakan kebutuhan gerakan perempuan untuk akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam di pemilu serentak. hukumterlibat dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam pemilu tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan sangat Korupsi: Sistem legislatif Indonesia saat ini Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI mirip dengan sistem pemilu legislatif di Brasil. Sistem 2009.”pemilu legislatif yang sangat kompleks, PR daftar calon Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik terbuka dengan besaran dapil terlalu banyak kursi. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Sistem pemilu legislatif seperti ini jika diserentakan tetap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwa dana tak menghasilkan parlemen yang menguraikan kondusif mendukung kampanye adalahterpilih. salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana presiden kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Dilma Rousseff, presiden perempuan pertama Brasil berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon hasil pemilu serentak keempat Brasil dimakzulkan legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 152 vi parlemen. Analis politik dari Universitas Katolik Pontifical di Sao Paulo, Pedro Aruda, kepada The New York Times (18/4) mengatakan, ini adalah kudeta yang akan memunculkan trauma pada sistem presidensial Brasil.26 Pemilu serentak bertujuan menguatkan presidensial dengan bentuk dukungan partai/koalisi mayoritas parlemen tapi pemilu serentak 2014 di Brasil malah menghasilkan yang sebaliknya. Paradoksal pemilu serentak Brasil itu hendaknya menjadi pelajaran Indonesia yang menyelenggarakan pemilu serentak dengan tujuan menghasilkan pemerintahan presidensial yang sehat dan peningkatan keterwakilan perempuan. Yang terjadi di Pemilu Serentak 2014 Brasil, melalui pemilu presiden yang diserentakan dengan sistem PR daftar calon dengan besaran dapil berkursi banyak, tidak menghasilkan dua tujuan itu. Presiden dimakzulkan dan keterwakilan perempuan dewan partai tak mencapai 10 persen (9,9% atau 51 dari 513). REFERENSI Ana Alice Alcantara, Women and Politics: the Brazil Paradox, Open Democracy, 2008; Andrew Reynolds, et.al., Electoral System Design: The New International IDEA Handbook, (Stockholm: International Institute for Democracy and Electoral Assistance, 2005); Ani W. Soetjipto, Politik Harapan, Margin Kiri, Jakarta 2011; Ani W. Soetjipto dan Shelly Adelina, Partai Politik dan Strategi Gender Separuh Hati, Margin Kiri, Jakarta 2012; Eric C.C. Chang and Miriam A. Golden, Electoral Systems, District Magnitude and Corruption, British Journal of Political Science, 2005; 26 Rousseff Dimakzulkan, Kompas cetak, 19 April 2016: 10. 153 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Didik Supriyanto, Khoirunnisa Nur Agustyati, August Mellaz, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Daerah, Perludem, Jakarta 2013; sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Pedro AbreuNegara. GomesBerbagai dos Santos, Gendering Representation: empiris di de berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Parties, Institutions, and Thepola Under-Representation ofbaik Women budget cycles seperti perubahan pada struktur anggaran secara in Brazil’s State secara Legislatures, of Kansas, 2012; agregat maupun spesifik University pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan Harun Husein, Pemilu Indonesia, Perludem, Jakarta 2014;siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Heroik M. Pratama dan Maharddhika, Prospek Pemerintahan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Hasil Pilkada 2015, Perludem, Jakarta 2015; political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Irwansyah dkk., Paradoks Representasi Politik Perempuan, Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Puskapol UI, Depok 2012; Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Nadezhda Shvedova, Kendala-kendala terhadap juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara Partisipasi laki-laki dan perempuan. Seperti halnya dalam keterwakilan perempuan sebagai salah satu Perempuan di Parlemen Perempuan di Parlemen, Bukan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan, Azza Karam, dkk, 2012 menegaskan partaidan politik peserta pemilu harus Yayasan memenuhi penerjemah Aryasetiap Wisesa Widjanarko, Jakarta: 30% keterwakilan perempuan. Jurnal Perempuan, 1999. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Nuri Suseno, Politik Representasi, Puskapol UI, Depok 2014; mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Sarah Maximnegatif dkk., terhadap Perempuan di Parlemen: Sekedar akan berdampak mandeknya aspirasi Bukan perempuan dalam Jumlah, IDEA 2002; hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Scott Mainwaring, Presisentialism, Multiparty Systems, And Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Democracy: The Difficult Equation, Kellogg Institute, 1990; 2009.” Ramlan Surbakti, Didik Supriyanto, dan Hasyim Asyari, Masih berhubungan dengan tema akuntabilitasKemitraan, keuangan politik, Didik Meningkatkan Keterwakilan Perempuan, Jakarta Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan 2011. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 154 vi AGAR PEMILU UNTUK SEMUA: CATATAN KEBERPIHAKAN TERHADAP PEMILIH DISABILITAS Kholilullah P. Abstrak Penyelenggaraan pemilu sudah seharusnya dapat menjamin hak politik setiap warga negara yang telah memiliki hak pilih tanpa terkecuali termasuk kepada pemilih yang memiliki keterbatasan fisik ataupun mental. Untuk itu peraturan yang menjadi payung hukum pelaksanaan pemilu harus memastikan hak pemilih disabilitas tidak terabaikan. Pemilih disabilitas harus dipastikan dapat mengakses seluruh tahapan pemilu baik itu sejak tercatat dalam daftar pemilih, terlibat dalam proses kampanye, dan juga tidak kesulitan pada hari pemungutan suara. Kata kunci: Pemilu akses, hak politik warga negara, pemilih disabilitas 155 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pengantar Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Pemilu sebagai pesta demokrasi ternyata tak bisa Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran diikutiPemilu.” oleh semua negarabahwa yang Political memilikibudget hak pilih. pada Tahun Yuna warga menjelaskan cycles Salah satunya adalah warga penyandang disabilitas. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi dan diskriminasi warga penyelenggara empirisStigma di berbagai Negara. Berbagai variabel yangdan mempengaruhi politcal dalam kehidupan dan bernegara budgetNegara cycles seperti perubahan polabermasyarakat pada struktur anggaran baik secara penyandang kehilangan hak pilihnya. agregatmembuat maupun secara spesifik disabilitas pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam Jangankan praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus hak dipilih, hak memilih pun terabaikan. PemiluSehingga 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat wajar jika tingkat partisipasi pemilih disabilitas ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan selama ini masuk kategori sangat rendah. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pada tahapan pendaftaran pemilih, nama warga Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. disabilitas bisa tidak masuk dalam daftar. Kalau pun Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi terdaftar dan menyadari kepastian hak pilihnya, warga juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan disabilitas tak mendapatkan informasi dan pendidikan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu pemilih yang baik. Sebagian warga disabilitas ada syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang sampai di tempat pemungutan suara (TPS) untuk 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi menggunakan hak pilihnya. Tapi keadaan TPS yang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat minim membuat pemilih praktiktidak selama ramah ini, pihakdan yang duduk baikfasilitas di parlemen maupun pemerintah disabilitas menggunakan pilihnya, hal danini mayoritas diduduki kesulitan oleh laki-laki. Apabila tidak hak diperjuangkan, harus didampingi. Selain kesulitan menggunakan hak akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam warga disablitas puntersebut kesulitan menggunakan hak hukummemilih, dan pemerintahan. Dan kondisi telah ditulis oleh Nindita dipilihnya. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Korupsi dalam Pemilu DPR RI Dinamika ini Menghadapi tidak berdiri sendiri, karena undang2009.”undang kepemiluan dinilai belum memiliki perspektif Masih berhubunganyang dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik aksesibilitas mumpuni. Cara pandang terhadap Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan disabilitas dilihat dari sudut pandang non-disabilitas. Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana Dominasi jabatanDana politik oleh politisi non-disabilitas, kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pemahaman yang minim terhadap kondisi disabilitas, kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 156 vi serta empati yang rendah untuk membuka ruang politik tanpa pandang fisik, membuat para pengambil kebijakan abai terhadap prinsip-prinsip pemilu yang aksesibel. Akhirnya regulasi dirumuskan secara diskriminatif dan belum memberikan perlindungan yang memadai terhadap hak pilih. Pasal-pasal diskriminatif ditemukan tersebar di beberapa regulasi kepemiluan. Misalnya soal persyaratan “sehat jasmani dan rohani” dalam mengakses jabatan publik. Salah satunya diatur dalam Pasal 5 huruf d UU No 42/2008 yang menyatakan bahwa persyaratan untuk menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden adalah “mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Diksi “mampu secara jasmani dan rohani” menimbulkan pemahaman dan penilaian berbeda bagi setiap pembuat kebijakan. Nuansa diskriminasi semakin menguat tatkala hadir pasal diskriminatif baru dalam UU No 8/2015, Pasal 57 ayat (3) menyatakan, “Untuk dapat terdaftar sebagai Pemilih, warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat: a. tidak sedang terganggu jiwa/ ingatannya; dan/atau b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap”. Klausul seperti ini padahal belum pernah diatur pada UU kepemiluan sebelumnya. Lahirnya aturan ini menandakan sebuah kemunduran bagi reformasi kepemiluan di Indonesia. Namun KPU RI cukup memiliki perspektif dan 157 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat penghormatan oleh politisi dan pemerintah terpilihhak untuk memerintah. yang baikyang terhadap pilih dan prinsip Pandangan Hamdan tersebut setiap berkaitanwarga dengan negara. apa yang disampaikan kesetaraan memilih Sehingga Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran regulasi yang dinilai diskriminatif, diresolusi dengan pada Tahun Pemilu.” Yuna yang menjelaskan Political budget cycles pengaturan teknis sangat bahwa antisipatif. Pasal 57 ayat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi (3) diterjemahkan kembali di Pasal 4 ayat (3) PKPU No empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal 4/2014 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dalam Pilkada yaitu, “Penduduk yang sedang terganggu agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi jiwa/ingatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus huruf a, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai Pemilih, Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat harus dibuktikan surat keterangan ini, yang menjadi perhatiandengan tidak hanya political budgetdokter”. cycles, melainkan Akan tetapi, maju yang politik diambilpada olehtahun-tahun anggota political corruption cyclelangkah atau siklus korupsi PemiluKPU yang RI telah meningkat dengan ekstrim. bukan merupakan tuntutan sistem, atau perintah spesifik tidak regulasi. itu hanya bagian dari mentalitas Masyarakat saja Tindakan dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi individu danmengingat kemajuan perbedaan perspektif hakikat yang semakin untuk juga perlu dibatasi antara baik laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu menghadirkan Pemilu yang berintegritas di Indonesia. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Dengan demikian tingkat kerentanan terhadap perlakukan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu diskriminatif bagi warga disabilitas masih harus cukupmemenuhi tinggi. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Mengingat pergantian rezim penyelenggara Pemilu yang praktik5selama pihak yang duduk baik di parlemenoleh maupun pemerintah tahunini,sekali, berpotensi digantikan wajah baru mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dengan perspektif disabilitas yang juga relatif berbeda. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Gerakan affirmatif diperlukan untuk menjawab hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dua persoalan mendasar di aspek“Perempuan disabilitas.dan Pertama, Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: Korupsi: diskriminasi terhadap warga disabilitas dalam mengakses Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”peran kepemiluan dirasakan sangat kentara. Akibatnya membentuk rantai sebab-akibat yang tidak bisa dipisahkan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dengan partisipasi yang sangat Supriyanto dan tingkat Lia Wulandari dalamwarga tulisan disabilitas berjudul Transparansi dan rendah.Pengelolaan Baik dalam hak pilihbahwa maupun Akuntabilitas Danamenggunakan Kampanye, menguraikan dana peran sertasalah dalam lainnya. Titik kritis kampanye adalah satuisu hal kepemiluan penting dalam proses pemilu. Dana simpul-simpul diskriminasi pada untuk beberapa kampanye diperlukan oleh partai politikterdeteksi dan kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 158 vi aspek penyelenggaraan Pemilu, yaitu: pendaftaran pemilih, kampanye, pemungutan suara, pencalonan, ruang disabilitas dalam penyelenggaraan. Kedua, perspektif regulasi yang melayani atau mendukung peran serta warga disabilitas dalam penyelenggaraan Pemilu belum menggambarkan affirmasi yang cukup. Belum berpihak sepenuhnya terhadap warga disabilitas. Hal ini menciptakan lingkungan yang saling mempengaruhi antara eksistensi warga disabilitas dengan perlakuan disrkiminatif warga bahkan keluarga. Prinsip Yang Harus Dijaga Penyandang disabilitas sebagai kelompok yang berkebutuhan khusus perlu mendapatkan aksesibilitas dalam Pemilu. Penyandang disabilitas bukanlah kelompok yang minta diistimewakan, tetapi hanya membutuhkan fasilitas dalam pelaksanaan Pemilu bisa diakses oleh mereka. Sejatinya, untuk memastikan aksesibilitas dalam pelakasanaan Pemilu mesti dilakukan upaya-upaya sejak awal proses tahapan Pemilu berjalan. Misalnya, ketika proses pembuatan UU Pemilu, aksesibilitas perlu dijadikan pertimbangan dalam penyususan aturan-aturan Pemilu. Dimensi utama aksesibilitas meliputi pelayanan dan perhatian terhadap pemilih disabilitas. Prinsip utamanya yaitu, bagaimana memastikan agar pemilih dapat mengakses TPS dengan tanpa hambatan saat memberikan suaranya pada hari pencoblosan. Dengan demikian, fokus dimensi aksesibilitas dalam Pemilu ditujukan pada seluruh instrumen yang akan digunakan sepanjang proses 159 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemberian oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. suara oleh yang Pemilih Disabilitas. Misalnya, Pandangan Hamdan apa yangalat disampaikan topografi TPS, tersebut bentukberkaitan ruang dengan bilik suara, bantu Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemberian suara, dll. Desain ruang dan instrumen yang pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles digunakan harus akses. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Akan tetapi, melihat persoalan yang selama ini dihadapi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal publik dalam konteks akses terhadap Pemilu, maka budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara penting untuk memperluas dimensi aksesibilitas. agregatdinilai maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Prinsip aksesibilitas pada akhirnya berkembang. Pertama, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus bagaimana memastikan agar masyarakat dapat mengakses Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat hak pilihnya dan tidak menggunakan suaranya. Pemerintah ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan harus menjamin setiap warga negara telah political corruption cycle bahwa atau siklus korupsi politik padayang tahun-tahun Pemilumemenuhi yang telah meningkat dengan ekstrim. persyaratan harus mendapatkan hak pilih, serta harus menjamin pilih tersebutsebagai dapatsatu digunakan tanpa Masyarakat tidak saja hak dapat ditafsirkan kesatuan, tetapi hambatan Kedua, bagaimana dapat juga perlu dibatasiapapun. mengingat perbedaan hakikatmasyarakat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu dengan mudah mengakses peran dan keterlibatannya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. No.sebagai 8 Tahun secara aktif dalam aktivitas kepemiluan, UU baik 2012 menegaskan setiap partai politikpenyelenggara. peserta pemilu harus memenuhi pemilih, kontestan maupun 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Warga disabilitas adalah warga yang memiliki fungsi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah penginderaan yang sama dengan masyarakat pada mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini umumnya, hanya saja dengan caranya sendiri, atau akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam cara yang berbeda dengan. Artinya, seluruh tuntutan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita perandalam dapattulisannya dilakukan masyarakat yang Paramastuti yangsebagaimana berjudul: “Perempuan dan Korupsi: memiliki kesempurnaan penginderaan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalamsecara Pemiluumum. DPR RI 2009.”Tidak ada alasan bagi para pihak untuk membedakan dan memposisikan sebagaikeuangan warga yang lemah. Masih berhubungan warga dengandisabilitas tema akuntabilitas politik, Didik Paradigma menuntut agartulisan ketersediaan pilih warga Supriyanto dan Liaini Wulandari dalam berjudulhak Transparansi dan bukan Pengelolaan atas dasar pemberian Pemerintah melalui diskresi Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Penyelenggara hak dasar kampanye adalah salahPemilu, satu hal namun penting sebagai dalam proses pemilu.yang Dana harus dipenuhioleh secara otomatis. kampanye diperlukan partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 160 vi Perkembangan Kategorisasi Disabilitas Perkembangan jenis disabilitas terus berubah, dengan demikian turut mengubah perlakuan dalam menghadapinya. Kategorisasi yang disepakati oleh para pihak terdiri dari 5 jenis disabilitas yaitu: Disabilitas Fisik, misalnya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan tunalaras; Disabilitas Mental, misalnya tunalaras dan tunagrahita; Disabilitas Intelektual, misalnya seorang anak yang mengalami ketidakmampuan dalam belajar; Disabilitas Sensorik, mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga bisa terganggu; serta Disabilitas Perkembangan, misalnya spina bifida. Kategorisasi ini berbeda dari jenis disabilitas yang menjadi standar nasional yang dikembangkan oleh Kementerian Sosial dalam survey dan sensusnya, yaitu: Cacat penglihatan, Cacat pendengaran, Cacat mental, Cacat fisik, Gangguan mental, Gangguan jiwa/psikis, Bisu tuli. Kategori kementerian sosial ini hanya mengakomodir 2 jenis disabilitas dalam UU Kepemiluan. Misalnya pasal 86 ayat (1) Perppu No 1/2014 juncto UU No 8/2015, hanya mengakomodir tunanetra dan tunadaksa untuk diberikan fasilitas pendamping. Pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dalam Pemilu jika membandingkan dengan realita disabilitas di lapangan. 161 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Akses Terhadap Pendaftaran Pemilih Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Diskriminasi hukum terhadap disabilitas dalam proses pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles penyusunan daftar pemilih sudah terjadi sejak Pemilu di sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Stigmatisasi disabilitas empirisIndonesia di berbagai berlangsung. Negara. Berbagai variabel yangterhadap mempengaruhi politcal olehpada penyelenggara Pemilu, budgettidak cycleshanya seperti dilakukan perubahan pola struktur anggaran baikyang secara disabilitas mampuPemilu, menunaikan hak agregatmenilai maupunbahwa secara spesifik padatidak tahun-tahun terkonfirmasi dalam dan praktek penganggarantanpa di Indonesia yang berkaitan denganlain, siklus kewajibannya bergantung dengan orang Pemiluatau 2009tidak ataupun menjelang Pemiluuntuk 2014. Melihat perkembangan saat dapat dipercaya mengambil keputusan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan atas dirinya –terutama bagi disabilitas mental. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Bahkan stigma ini juga ada pada keluarga dari disabilitas Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. yang bersangkutan. Banyak penyandang disabilitas yang Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi disembunyikan oleh keluarga sehingga tidak bisa memilih. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Hak untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu diambil alih keluarganya. Padahal belum tentu keputusan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang diambil keluarga baik untuk penyandang disabilitas 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi itu sendiri. Akibatnya fatal, proses pendaftaran pemilih 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tidak ramah bagi warga penyandang disabilitas. praktikmenjadi selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dari laki-laki. stigma Apabila ini sangat kompleks. Proses mayoritas Dampak diduduki oleh tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam yang tidak ramah menciptakan penyusunan daftar hukumpemilih dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita berlangsung secara diskriminatif. Banyak Paramastuti tulisannyayang yang berjudul: “Perempuan dandengan Korupsi: wargadalam disabilitas tidak teridentifikasi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI benar karena pendataannya tidak menjangkau mereka 2009.”secara menyeluruh. Daftar Pemilih tidak secara jernih Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik menunjukkan pemilih-pemilih yang menyandang Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan disabilitas. Sehingga data disabilitas yang tersedia belum Akuntabilitas Pengelolaan Dana yang Kampanye, menguraikan bahwa dana memberikan gambaran memadai untuk kepentingan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Pemilu. Bahkan situasi ini memberi kejelasan mengapa kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 162 vi angka partisipasi warga penyandang disabilitas tergolong rendah. Bila ditilik lebih mendalam, format Daftar Pemilih yang digunakan berdasarkan PKPU No 9/2013 dan PKPU No 9/2014 tentang penyusunan daftar pemilih untuk Pileg dan Pilpres tidak akomodatif terhadap warga disabilitas. Pasal 9 ayat (2) PKPU No 9/2013 serta Pasal 11 ayat (2) PKPU No 9/2014 mengatur bahwa Daftar Pemilih paling sedikit memuat nomor kartu keluarga, nomor induk kependudukan, nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, alamat, dan jenis disabilitas Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak memilih. Sepintas ayat di atas sangat berperspektif disabilitas. Namun saat diterjemahkan ke dalam tabel yang lebih operasional, maka format daftar pemilih akhirnya menjadi 10 kolom informasi: i) No. KK, ii) NIK, iii) Nama, iv) Tempat Lahir, v) Tanggal Lahir, vi) Umur, vii) Status Perkawinan, viii) Jenis Kelamin, ix) Alamat, x) Keterangan. Ada informasi yang hilang pada format tabel daftar pemilih, yaitu informasi jenis disabilitas warga negara Indonesia yang mempunyai hak memilih. Informasi jenis disabilitas dilebur ke dalam kolom Keterangan. Dalam prakteknya, dengan keragaman tingkat pemahaman dan perspektif Pantarlih terhadap disabilitas yang terbatas, tidak aneh jika kolom Keterangan kurang mengakomodir kepentingan disabilitas, sebagaimana tuntutan PKPU tersebut. Perspektif disabilitasnya tereduksi secara signifikan. Titik krusial dari persoalan format yang tidak ramah disabilitas dan keterbatasan wawasan terkait disabilitas 163 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat memberikan oleh politisi danefek pemerintah yang terpilih untuk memerintah. domino bagi masalah lanjutan, yaitu Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan invaliditas jumlah pemilih disabilitas yang sesungguhnya, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi serta pola perkembangan pemilih disabilitas Anggaran dalam pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pemilu. Besaran data yang diperoleh Pantarlih otomatis sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kabur, bahkan yang berhasil diidentifikasi cenderung empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal sedikit. Selama ini, besaran data yang sedikit dinilai budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara menjadi penyebab minimnya perhatian dan kepedulian agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi menghadapi pemilih disabilitas di Indonesia. Data pemilih dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus penyandang disabilitas belum bisa diketahui secara pasti Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat karena sumber informasi yangpolitical minim.budget cycles, melainkan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya Di sisi lain, individu petugas Pantarlih political corruption cycle perspektif atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilujuga yang turut telah meningkat menjadi dengan alasan ekstrim. perbedaan data. Tidak semua Pantarlih punya yang benar atau memadai dalam Masyarakat tidak sajaperspektif dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi mendefinisikan disabilitas. Penyebabnya beragam, antara juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Sepertipelatihan halnya keterwakilan perempuan sebagai satu lain karena pemahaman disabilitas yangsalah minim, syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun tingkat pendidikan Pantarlih yang beragam, stigmatisasi 2012 menegaskan setiap partai masih politik melekat peserta pemilu harusPantarlih memenuhi Pantarlih yang diyakini mengingat 30% keterwakilan perempuan. Kondisi inidan patutjabatannya diperjuangkan, mengingat merupakan warga setempat cenderung praktikberputar selama ini,dikalangan pihak yang duduk baik di parlemen sekelompok orang dimaupun desa. pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Perbedaan ini pada akhirnya akan menggiring opini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam petugas Pantarlih saat menentukan apakah seseorang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita layak dalam dimasukkan sebagai warga disabilitas dalam daftar Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pemilih. Daftar Pemilih yang Korupsi ada tidak dapat diandalkan Pengalaman Perempuan Menghadapi dalam Pemilu DPR RI 2009.”sepenuhnya untuk kepentingan Pemilu. Data yang tidak reliable dan kurang invalid membatasikeuangan Pemerintah dalam Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik pengambilan keputusan terkait dukungan untuk pemilih Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan disabilitas. Untuk menghindari celah data dan informasi, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Pemerintah dalam KPU dalam terpaksa menggunakan kampanye adalah salah satuhal halini penting proses pemilu. Dana asumsi-asumsi daripartai berbagai referensi. kampanye diperlukan oleh politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 164 vi Kemunduran Kesetaraan Politik Dalam Pilkada Perkembangan undang-undang Pilkada mengalami kemunduran yang signifikan. UU No. 8/2015 mengatur bahwa agar dapat didaftar sebagai pemilih, maka warga negara harus memenuhi persyaratan tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya. Dikatakan mundur karena regulasi kepemiluan sebelumnya sama sekali tidak mengatur pembatasan gangguan jiwa/ingatan. Pasal ini berpotensi menghilangkan hak pilih warga negara, serta tidak sejalan dengan prinsip hak pilih sebagai hak fundamental yang melekat pada setiap warga negara sejak lahir di Indonesia. Antisipasi yang dilakukan oleh KPU RI adalah menerbitkan PKPU No. 4 Tahun 2015. Pasal 4 ayat (3) PKPU ini menyatakan, “Penduduk yang sedang terganggu jiwa/ingatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai Pemilih, harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter”. Jika disimulasikan, Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih) harus mendata seluruh warga negara tanpa kecuali. Jika ada warga negara yang dianggap oleh keluarga atau wali dari warga negara tersebut terganggu jiwanya, maka keluarga atau wali calon Pemilih tersebut yang harus membuktikan kepada Pantarlih dengan surat medis yang menunjukkan seseorang tersebut sedang terganggu jiwanya. Namun peran PKPU tidak terlepas dari pemahaman dan kapasitas masing-masing anggota KPUnya yang sudah 165 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat memadai. oleh politisi dan pemerintah yangsistem terpilih yang untuk memerintah. Bukan tuntutan mengharuskan Pandangan berkaitan dengan apa yang disampaikan setiap Hamdan anggota tersebut KPU wajib menafsirkannya demikian. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Sehingga, pemahaman yang tidak menjadi bagian dari pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sistem yang baku berpotensi membuka ruang debat yang sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sia-sia. Resikonya, pergantian anggota KPU berpotensi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pula mengganti pasal-pasal dalam PKPU. Aturan-aturan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang prinsipil tidak semestinya dilepaskan pengaturannya agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pada pengaturan teknis dengan strata PKPU, harus di dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus undang-undang. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Titik kritis klausul inihanya terletak padabudget momen pendaftaran ini, yang menjadi perhatian tidak political cycles, melainkan pemilih yang dilakukan dengan 6 bulan political corruption cycle atau siklus korupsijarak politikwaktu pada tahun-tahun Pemilusebelum yang telahpelaksanaan meningkat dengan ekstrim. Pemilu Kepala Daerah. Berdasarkan perkembangan Indonesia saat satu ini, Rumah Masyarakat tidak sajamedis dapat di ditafsirkan sebagai kesatuan,Sakit tetapi Jiwadibatasi telah membuat waktu juga perlu mengingat kebijakan perbedaan untuk hakikatmembatasi antara laki-laki dan perempuan. Sepertipasien halnyadengan keterwakilan perempuan sebagai3 salah satu perawatan gangguan jiwa selama minggu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun saja. Artinya, setelah pasien dengan gangguan jiwa dirawat 2012 menegaskan partai maka politik 3peserta pemilu harus memenuhi di Rumah setiap Sakit Jiwa, minggu berikutnya pasien 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tersebut sudah dinyatakan pulih dan harus mengakhiri praktikperawatan selama ini, pihak yang duduk di Rumah Sakit.baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Maka itu, jika seorang warga negara dinyatakan oleh akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dokter sakit saat pada saat pendaftaran Pemilih, belum hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tentu dalam yang tulisannya bersangkutan kondisi sakit dan pada saat Paramastuti yang dalam berjudul: “Perempuan Korupsi: pelaksanaan Pemilu. Dengan fakta dalam ini, pemilih yangRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi Pemilu DPR 2009.”dianggap terganggu jiwa/ingatannya pada saat pendaftaran Pemilih, sudahdengan pasti tema akanakuntabilitas kehilangankeuangan suara politik, pada saat Masih berhubungan Didik pelaksanaan Pemilu, padahal yangberjudul bersangkutan berada Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan Transparansi dan dalam Pengelolaan kondisi yangDana sehatKampanye, pada saatmenguraikan itu. Klausul bahwa ini sangat Akuntabilitas dana mengancam hak satu pilihhal warga negara. Pasal ini tidak boleh kampanye adalah salah penting dalam proses pemilu. Dana dicantumkan UU kepemiluan. kampanye diperlukandalam oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 166 vi Pengambilan Keputusan Berbasis Asumsi Petugas Pantarlih dengan wawasan disabilitas yang minim, perspektif yang lemah, dan pendekatan yang berbeda akan melahirkan hasil identifikasi yang berbeda pula. Sebagaimana perbedaan data disabilitas yang sangat mungkin terjadi antar institusi lain. Data Kementerian Kesejahteraan Sosial dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa ada sekitar 3,063,559 penyandang disabilitas di, Indonesia. Di waktu yang berbeda, kementerian sosial mencatat bahwa disabilitas pada tahun 2012 sebanyak 3.838.985 orang, yang didominasi oleh usia produktif yaitu 25 hingga 55 tahun. Berbedadengan World Health Survey pada tahun 2006 yang memprediksi bahwa secara global jumlah penyandang disabilitas adalah antara 15.6%-19.4% dari total populasi dunia. Bila presentase tersebut diterapkan di Indonesia, dengan perkiraan jumlah penduduk 240 juta orang, maka perkiraan jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah antara 37–46.5 juta orang. Di lain pihak, United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) pada tahun 2006 mengeluarkan perkiraan bahwa sekitar 1% dari penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas, atau sekitar 2,1 juta orang. Dari catatan di atas hanya menunjukkan perkiraan jumlah disabilitas, bukan pemilih disabilitas. Sehingga muncul pertanyaan, dari jumlah tersebut berapakah jumlah 167 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilih oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. penyandang disabilitas yang untuk sesungguhnya. KPU Pandangan Hamdan berkaitan informasi dengan apa dan yang data disampaikan tentu saja akantersebut menggunakan yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran diperoleh dari data pemilih. Namun untuk mengantisipasi pada Tahun Pemilu.”instrumen Yuna menjelaskan bahwa Political budget KPU cycles kekurangan dukungan bagi disabilitas, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi harus menggunakan asumsi-asumsi dengan data yang ada empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dan referensi tambahan dari pihak lain. Dengan harapan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara instrumen pendukung bagi disabilitas mencukupi. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Akibatnya muncul rantai persoalan hanya karena dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diawali oleh sebuah persoalan teknis, yaitu tentang daftar Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilih berperspektif diantaranya: tidak ini, yang menjaditidak perhatian tidak hanyadisabilitas, political budget cycles, melainkan adanya perbaikan terhadap pemilih yang political corruption cycle atau siklus data korupsi politik disabilitas pada tahun-tahun Pemilusesungguhnya yang telah meningkat ekstrim. serta dengan pola perkembangannya di Indonesia; ketidakkemampuan dan kesatuan, memenuhi Masyarakat tidak saja dapatmengidentifikasi ditafsirkan sebagai satu tetapi jenisdibatasi serta mengingat jumlah alat bantu hakikat disabilitas; juga perlu perbedaan antara instrumen laki-laki dan perempuan. Seperti keterwakilan perempuan sebagai satu Pemilu tidakhalnya ramah disabilitas; penyediaan alatsalah bantu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang tidak tepat guna dan fungsi yang kurang efektif 2012 menegaskan partai politik pemilu harus memenuhi oleh karenasetiap identifikasi jenis peserta disabilitas yang tidak tepat; 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat terdegradasinya prinsip kerahasiaan Pemilu dengan praktikadanya selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah tuntutan pendampingan; atau kurangnya materi mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pendidikan pemilih yang aksesibel. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Itu sebabnya persoalan daftar pemilih yang aksesibilitas hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita merupakan persoalanyang yang tidak “Perempuan bisa dianggap kecil. Paramastuti dalam tulisannya berjudul: dan Korupsi: Melihat akar masalahnya, haldalam utamaPemilu yang DPR harusRI Pengalaman Perempuan Menghadapimaka Korupsi 2009.”dicarikan solusinya adalah, bagaimana mendesain format daftar pemilih yang mengakomodir semangat Pasal 9 PKPU Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik No 9/2013 dan Pasal dalam 11 PKPU Noberjudul 9/2014.Transparansi Selanjutnya, Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan dan bagaimana menyiapkan yang memiliki wawasan Akuntabilitas Pengelolaan Dana SDM Kampanye, menguraikan bahwa dan dana pemahaman yangsatu baik disabilitas, sehingga dapat kampanye adalah salah halterkait penting dalam proses pemilu. Dana memperkuat pendataan. kampanye diperlukanaspek oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 168 vi Akses Dalam Kampanye Kampanye politik adalah salah satu tahapan penting dalam pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Eksekutif. Tahapan kampanye adalah ruang bagi kontestan untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta Pemilu. Melalui kampanye, peserta Pemilu membangun hubungan politiknya secara langsung kepada pemilih dengan janji-janji politik yang dirasa menjadi kebutuhan banyak pihak. Semakin menarik janji politik yang ditawarkan kepada publik, semakin besar keyakinan calon pemilih untuk menetapkan pilihan politiknya. Maka dari itu, kampanye seharusnya menjadi alasan mengapa seseorang memilih calon tertentu. Namun selama ini, kampanye tidak dilaksanakan dengan mempertimbangkan kebutuhan warga disabilitas. Akibatnya warga disabilitas tidak mendapatkan informasi yang baik. Visi, Misi dan Program kontestan Pemilu tidak sampai, atau tak utuh diserap oleh pemilih penyandang disabilitas. Bahkan materinya cenderung tidak bisa dipahami karena berbagai keterbatasan, utamanya bagi disabilitas sensorik (mata, pendengaran, dll). Lebih jauh lagi, warga penyandang disabilitas juga terkadang tak tahu waktu, tempat, dan cara pemilihan. Sehingga pemilih disabilitas urung menggunakan hak pilihnya karena kurang memahami apa yang sesungguhnya diperjuangkan para kontestan, mereka kehilangan hak pilih. Persoalan akses banyak menimpa kelompok disabilitas sensorik (tunarungu dan tunanetra) serta disabilitas fisik 169 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat (tunagrahita). oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Kedua kategori disabilitas ini kesulitan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan atau bahkan hampir tidak bisa mengakses materi-materi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi kampanye. Muatan kampanye tidak sampai ke Anggaran warga pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles disabilitas dan hubungan politik tidak terbangun. Sehingga sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi tujuan dari kampanye otomatis tidak tercapai dengan baik. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Lantas bukan hanya hak pilih yang terhambat, namun budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara aspirasi disabilitas juga tidak terakomodir dengan baik agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam janji politik. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Persoalan disabilitas tidak bisa diselesaikan dengan Akar Persoalan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagairagamnya satu kesatuan, tetapi menggeneralisir solusi, mengingat bentuk juga perlu dibatasi dan mengingat perbedaan hakikat laki-laki dan disabilitas penanganannya. Untukantara mengantisipasi perempuan. Seperti halnyapenting keterwakilan salahdan satu kendala di atas, untukperempuan menggali sebagai persoalan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun mencarikan solusi praktisnya. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Tunanetra. Kendala utama yang dialami oleh tunanetra 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat mengakses yang bersifat visual pada praktikadalah selama ini, pihak yang informasi duduk baik di parlemen maupun pemerintah setiap bentukoleh metode kampanye. Kontestan Pemilu harus mayoritas diduduki laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini peka terhadap alternatif bagiaspirasi penglihatan sehingga akan berdampak negatifsarana terhadap mandeknya perempuan dalam mendapatkan informasi yangditulis samaoleh dengan hukumdisabilitas dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah Nindita wargadalam lain. Fungsi indera menjadi andalandan tunanetra Paramastuti tulisannya yangyang berjudul: “Perempuan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu adalah indera peraba dan indera pendengar. DPR MakaRI 2009.”alternatif yang harus disiapkan dalam setiap pelaksanaan kampanye adalah sarana bisa didengar dan diraba, Masih berhubungan dengan temayang akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan atau sarana audio dan tulisan yang bercetak huruf braille. Akuntabilitas Pengelolaan Danayang Kampanye, bahwa dana Tunarungu. Kendala dialamimenguraikan oleh tunarungu adalah kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana mengakses informasi yang bersifat audio dan tulisan pada kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 170 vi setiap bentuk metode kampanye. Penyelenggara Pemilu serta kontestan Pemilu harus mengupayakan sarana alternatif bagi tunarungu agar dapat mengakses seluruh materi kampanye. Fungsi indera yang menjadi andalan tunarungu adalah indera penglihatan. Maka sarana alternatif yang harus disiapkan dalam setiap pelaksanaan kampanye adalah sarana yang bisa dilihat, atau sarana visual. Kendati dapat melihat, lazimnya tunarungu tidak dapat membaca dan berbicara, karena proses tumbuh kembang mereka tidak memungkinkan dalam mempelajari tulisan dan bahasa yang membutuhkan indera pendengaran dalam proses belajarnya. Alternatif yang digunakan agar tunarungu mampu memahami bahasa dan tulisan adalah bahasa isyarat yang hanya secara khusus didesain untuk tunarungu. Sehingga materi kampanye harus diproduksi dalam bentuk visual (grafis dan gambar bergerak) yang berimbang dari produksi informasi yang bersifat audio. Desain khusus bahasa isyarat juga berarti bahwa bahasa isyarat juga harus dipelajari oleh tunarungu yang bersangkutan. Tidak seluruh tunarungu bisa memahami bahasa isyarat. Namun ada non-tunarungu yang bisa memahami dan menguasai bahasa isyarat. Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan kampanye yang menuntut komunikasi antara manusia dan manusia, maka penyelenggara dan peserta Pemilu harus semestinya selalu menggunakan translator tunarungu. Agar setiap materi yang disampaikan oleh kontestan Pemilu tersampaikan dengan utuh. 171 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehTunagrahita. politisi dan pemerintah untuk memerintah. Kendala yang yangterpilih dialami oleh tunagrahita Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apapada yangbentuk disampaikan dalam mengakses kampanye bukan terletak dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran sifat informasinya, melainkan pada fasilitas yang tersedia pada Tahun Yuna tempat menjelaskan bahwadimana Political penyebaran budget cycles untukPemilu.” mengakses kegiatan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi informasi tersebut diselenggarakan. Tunagrahita akan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal selalu mengalami kendala terhadap kegiatan kampanye budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang sifatnya pertemuan fisik antara kontestan dan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pemilih. Dalam kasus ini, tugas kontestan pemilu adalah dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus menyediakan fasilitas pendukung agar tunagrahita dapat Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengakses tempattidak kegiatan secarabudget mandiri. ini, yang menjadi perhatian hanya political cycles,Kegiatan melainkan kampanye harus dilakukan pada tempat-tempat yang political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun keleluasaan bagi tunagrahita untuk bergerak Pemilumemberikan yang telah meningkat dengan ekstrim. tanpa harus oleh pihak lain. Masyarakat tidakdibantu saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi pesertahitung, pemilu. UU No. 8 Tahun Aksesibilitas dalam pungut atau dalam 2012 menegaskan setiap partai (pencoblosan) politik peserta pemilu memenuhi pelaksanaan Pemilu dan harus penghitungan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat suara, merupakan salah satuinipersoalan yang krusial bagi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah penyandang disabilitas. Selama ini, kritik publik berkenaan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dengan persoalan akses disabilitas menghadapi TPS, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam bilik suara, serta partisipasi dalam proses penghitungan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita suara. Kendati berhasil melewati tantangan pada tahapanParamastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: tahapan yang sebelumnya, disabilitas masih harus bergelut Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”dengan tantangan berikutnya dalam proses pungut hitung. Akses Pungut Hitung Kegagalan dalam menjawab persoalan dalam pungut Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik hitung menjadi akibat yang lebih Supriyanto dankemudian Lia Wulandari dalamsebab tulisanuntuk berjudul Transparansi dan besar, yaitu tidak terpenuhinya prinsip LUBER JURDIL Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana dalam Pemilu. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyePencoblosan diperlukan oleh partai perspektif politik dan kandidatnya untuk dapat adalah regulasi yang belum berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 172 vi selesai, fasilitas yang tidak mendukung, teknis pemberian suara yang tidak ramah dan kadang merepotkan, pendampingan yang membuka ruang manipulasi. Sedangkan persoalan dalam penghitungan suara adalah seputar akses terhadap informasi yang sedang berlangsung. Dengan perspektif disabilitas yang memadai, akan menjadi modal untuk menyelesaikan seluruh persoalan. Perspektif Regulasi dan Konsekuensi Pungut Hitung Perkembangan jenis disabilitas belum diiringi dengan kesiapan regulasi dan instrumen yang memadai. Persoalan ini merupakan akar rantai persoalan yang panjang, dan menjadi akibat dari perspektif yang kurang tepat sejak proses penyusunannya. UU No 42/2008 hanya mengenal 2 jenis disabilitas (tunanetra dan tunadaksa) dalam Pemilu dan membuka ruang bagi disabilitas fisik lainnya. Dengan pasal ini, Pemerintah menyediakan seorang pendamping yang dapat dimanfaatkan jika seorang penyandang disabilitas menginginkannya, baik yang berasal dari keluarga maupun dari petugas KPPS. Sebagai kontrol, pendampingan harus disaksikan oleh seorang petugas KPPS saat membantu “kliennya” memberikan suara. Akan tetapi peruntukkan 2 jenis disabilitas ini dinilai belum memadai. Dilihat dari kategorinya, jangkauan pengaturan disabilitas hanya menjangkau tunanetra dan tunadaksa. Ini pula yang menjadi akar masalah munculnya pasal diskriminasi terhadap disabilitas mental dalam UU Pilkada. Perspektif pembuat kebijakan menilai 173 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat bahwa oleh politisi dan pemerintah yangjiwa/ingatan terpilih untuk memerintah. gangguan terhadap bukan bentuk Pandangan Hamdan tersebutkebijakan berkaitan dengan apa yang disampaikan disabilitas. Pembuat cenderung menganggap Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi gangguan jiwa merupakan penyakit kronis yangAnggaran tidak pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles cakap untuk mendapatkan hak pilih, serta harus dihambat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi partisipasinya melalui regulasi. Akibatnya hak pilih warga empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal negara dihilangkan. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Penegasan jenis-jenis disabilitas Pemilu, dalamterkonfirmasi regulasi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun untuk kepentingan penganggaran Pemilu. dalam penting praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Dengan pembatasan hanya pada disabilitas fisik, maka Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat orientasi penganggaran Pemilu nantinya terpaku pada ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan kebutuhan dukungan instrumen untuk political corruption cycle atau siklus korupsi politik padamembantu tahun-tahun Pemilupemilih yang telah meningkatfisik dengan ekstrim. disabilitas semata, sedangkan disabilitas lain terlupakan. selama ini instrumen dukungan Masyarakat tidakContohnya, saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi untuk disabilitas yangperbedaan dianggarkan KPU adalah juga perlu dibatasi mengingat hakikatoleh antara laki-laki dan perempuan. SepertiTemplate halnya keterwakilan perempuan salah satu Template. adalah alat bantu sebagai memilih yang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun fungsinya memberikan tekstur timbul agar dapat diraba 2012 menegaskan setiap partai politikSerupa peserta halnya pemilu dengan harus memenuhi oleh penyandang tunanetra. fungsi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat huruf braille. Dengan begitu, pemilih tunanetra dapat praktikmenentukan selama ini, pihak yang duduksecara baik di mandiri parlemen maupun pemerintah pilihannya tanpa dukungan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pendamping. Tujuannya agar prinsip kerahasiaan dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Pemilu terjaga. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Namun bagi disabilitas fisik “Perempuan seperti tunagrahita, Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: dukungan pemilunya tidak terlayani tidak adanya Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi karena dalam Pemilu DPR RI 2009.”anggaran. Ketiadaan anggaran karena regulasi yang tidak mengakomodasi. Sehingga saat menghadapi pemilih Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dengan disabilitas ganda yang tidak Supriyanto dan Lia Wulandari dalam atau tulisantunagrahita berjudul Transparansi dan memiliki tangan (atau dan menguraikan kaki sekaligus), tetap Akuntabilitas Pengelolaan Dana tangan Kampanye, bahwa dana saja adalah seorang pemilih oleh pihak kampanye salah satu disabilitas hal penting harus dalamdibantu proses pemilu. Dana kedua. Kendatioleh dapat dibantu oleh kampanye diperlukan partai politik danpendamping kandidatnya pilihannya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 174 vi dan disaksikan oleh petugas KPPS, tetap saja aspek kerahasiaannya tidak terpenuhi. Kemandiriannya dibatasi. Contoh kasus lain, tunarungu yang biasanya sekaligus menyandang tunawicara. Selama ini bantuan yang diberikan petugas KPPS hanya memberikan isyarat kepada pemilih tunarungu jika yang bersangkutan dipanggil oleh petugas KPPS untuk memberikan hak pilihnya. Tunarungu tidak mengetahui apa yang sedang disampaikan oleh petugas KPPS diawal prosesi pembukaan pemungutan suara, juga tidak mengetahui arahan-arahan petugas KPPS yang disampaikan selama pemungutan suara berlangsung, juga tidak mengetahui dinamika diskusi saat penghitungan suara. KPU tidak menyediakan sarana pendukung teks karena regulasi tidak membuka ruang untuk itu. Penguatan kategorisasi disabilitas dalam regulasi akan mendorong penganggaran yang berperspektif disabilitas. Stakeholders akan terdorong untuk melakukan inventarisasi instrumen pendukung bagi penyandang disabilitas secara lebih komprehensif. Dengan begitu, tidak hanya bagi tunanetra namun jenis disabilitas lainnya terbantu saat menggunakan hak pilihnya dan berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan secara mandiri. Pengadaan kebutuhan instrumen untuk mendukung fungsi-fungsi yang tidak ada bagi penyandang disabilitas akan optimal. Dinamika Pemberian Suara Permasalahan berikutnya kembali hadir saat pemilih penyandang disabilitas memberikan pilihannya. Pergantian sistem dari mencoblos ke sistem mencontreng, 175 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat selanjutnya oleh politisi danmencoblos-mencontreng pemerintah yang terpilih untuk memerintah. serta mencoblos Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa disabilitas yang disampaikan kembali, membuat pemilih penyandang dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilih pemula kebingungan. Sejatinya kebingungan pada Tahun Pemilu.” Yunaoleh menjelaskan bahwa Political cycles ini juga dialami banyak unsur pemilih budget yang lain. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Butuh sosialisasi dan pendidikan pemilih yang panjang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dan koreksi yang intensif kepada masyarakat untuk budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara meminimalisir kebingungan masyarakat. Pembelajaran agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi bagi para pembuat kebijakan, bahwa inovasi seyogyanya dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus melalui pengkajian yang matang dan mendalam agar Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kebijakan yang dihasilkan dapat lestari. cycles, melainkan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget Pergantiancycle sistem secara politik mencotreng pada saat political corruption ataumemilih siklus korupsi pada tahun-tahun Pemiluitu yang telah meningkat dengan ekstrim. menyulitkan disabilitas tunanetra untuk memberikan suara. Tidak menjamin contrengan Masyarakat tidak ada saja yang dapatdapat ditafsirkan sebagaiapakah satu kesatuan, tetapi yangdibatasi diberikan oleh seorang disabilitas netralaki-laki berbekas juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara dan perempuan. Sepertiatau halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu atau tidak, apakah spidol (alat tulis) yang digunakan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun bertinta. Akibatnya seorang tunanetra tidak 8 akan 2012 menegaskan setiap partai politik pemilu harussuaranya memenuhi mendapatkan kepastian atau peserta keyakinan bahwa 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat benar-benar tersalurkan, kecuali harus didampingi oleh praktikorang selamayang ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dipercayainya dan seorang petugas KPPS. Ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kembali mengancam kemandirian dan kerahasiaan pilihan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemilih. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Sistem juga yang masihberjudul: menyisakan pekerjaan Paramastuti dalamcoblos tulisannya “Perempuan dan rumah Korupsi: yang berat. Pengalaman pemilu 2014, fasilitas template Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”bagi disabilitas netra masih belum terpenuhi dengan baik. Hal ini dengan ditengarai akibat darikeuangan penyederhanaan Masih berhubungan tema akuntabilitas politik, Didik cara dan pandang bahwa dalam pelaksanaan PilpresTransparansi relatif lebih Supriyanto Lia Wulandari tulisan berjudul dan sederhana, sehingga berimplikasi ketersediaan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, pada menguraikan bahwa alat dana bantu template yanghal tidak merata. “Satu TPS kampanye adalah salah satu penting dalamPrinsip proses pemilu. Dana dengan Satu Alat bagi disabilitas kampanye diperlukan olehbantu partaiMencoblos” politik dan kandidatnya untuknetra dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 176 vi tidak terjadi. Bagi pemilih disabilitas netra, di banyak TPS di wilayah pemantauan banyak yang tidak bisa memilih secara mandiri akibat ketiadaan braille template . Pemilih disabilitas netra akhirnya harus menggunakan pendamping dan kehilangan prinsip kerahasiaannya dalam menentukan pilihan di bilik suara. Desaign surat suara yang merupakan konsekuensi dari sistem Pemilu juga melahirkan kritik tersendiri. Sistem proporsional daftar terbuka menuntut list kandidat dimunculkan berbarengan dengan gambar partai. Dengan demikian, diharapkan terjalinnya hubungan yang kuat antara kandidat dan konstituten. Kandidat tidak hanya berharap pada upaya partai, namun dituntut untuk turut bekerja dan menemui calon pemilih ke lapangan selama Pemilu. Relasi yang terbangun tidak hanya antara institusi partai dengan pemilih, namun secara langsung antara kandidat dengan calon pemilih. Sehingga aspirasi yang disampaikan oleh pemilih memiliki daya tanggung-gugat secara langsung kepada si kandidat bila terpilih nantinya. Sistem pemilu proposional daftar terbuka semestinya menguntungkan penyandang disabilitas karena membuka ruang bagi penyandang desabilitas untuk berhubungan langsung dengan para calon dan calon terpilih. Namun nyatanya, penyandang disabilitas tidak mendapatkan manfaat lebih dalam proses pemilihan, justru sebaliknya hanya jadi sasaran jual beli suara. Sedangkan pada pasca pemilihan tidak terdapat hubungan khusus antara calon terpilih dengan penyandang desabilitas sebagai konstituennya, sehingga semakin banyak kebijakan yang 177 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat tidak oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ramah terhadap penyandang desablitas. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Jika daftar terbuka tidak berdampak baik bagi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran penyandang desabilitas, maka kembali ke daftar tertutup pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles menjadi pilihan baik: pertama, memudahkan pemberian sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi suara; kedua, menghindari lebih jauh jadi obyek jual beli empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal suara; dan ketiga, perjuangan kepentingan bisa difokuskan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara partai.secara Tentuspesifik denganpada catatan daftar calon disusun oleh agregatke maupun tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi partai melalui internal. Hal dengan ini penting dalam anggota praktek penganggaran di pemilihan Indonesia yang berkaitan siklus karena aspirasi disabilitas selayaknya menjadi pekerjaanPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat rumah bagi partai,tidak yang selanjutnya diteruskan kepada ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan para kader-kadernya mainstream Pilihan political corruption cycle atausebagai siklus korupsi politikbersama. pada tahun-tahun Pemiluuntuk yang telah meningkat dengan ekstrim. berharap pada individu partai ternyata tidak lebih baik dengan partai. Masyarakat tidakmenuntut saja dapat pertanggungjawaban ditafsirkan sebagai satukepada kesatuan, tetapi juga perluImplementasi dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara dan pemilu proposional daftar laki-laki tertutup perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu juga Seperti akan memudahkan penyandang desabilitas untuk syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun memberikan suara. Sistem ini akan mengubah ukuran surat 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi suara dan penentuan pilihan menjadi lebih sederhana. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Proses pencoblosan selama di bilik pemungutan suara praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah menjadi lebih cepat. Selain hanya memilih gambar partai mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini politik, sistem ini juga memudahkan penyelenggara untuk akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam menyediakan fasilitas secara merata, misalnya pengadaan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita surat dalam suara braille. Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Penggunaan Diksi Dan Praktik Pendampingan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik SupriyantoDiksi dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan “dapat” dan “berhak” menjadi perdebatan yang Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwadiksi dana prinsipil dalam penyusunan regulasi. Bagi disabilitas, kampanye adalah satu hal pentingpemaknaan dalam proses pemilu. Dana “dapat” dansalah “berhak” memiliki tersendiri. Ini kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat terkait dengan Pasal 157 yang memberikan pilihan kepada berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 178 vi penyandang disabilitas untuk menggunakan pendamping saat menggunakan hak pilihnya. Juga pada pasal-pasal lain yang menghubungkan antara keterbatasan fungsi dan kemandirian disabilitas. Muatan yang terkandung dalam dua kata ini didefinisikan berbeda. Bahkan term ini dianggap sangat prinsipil dalam hal penghormatan terhadap penyandang disabilitas. “Dapat” dinilai mengandung pemaknaan bahwa seorang disabilitas harus diberikan pilihan untuk mengatasi keterbatasan fungsi yang tidak ada pada dirinya. Sehingga diksi ini dianggap terlalu mengikat dan menilai bahwa seorang disabilitas tidak mandiri. Sedangkan muatan kata “berhak” dinilai lebih memberikan kebebasan dan kemandirian. Tidak mengedepankan keterbatasan yang disandang oleh disabilitas hingga harus menggunakan pilihan yang disediakan oleh penyelenggara. Kendati para pengambil kebijakan menilai diksi ini hanya bermaksud memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas, namun pemaknaan yang digunakan berhubungan dengan perlakuan yang diskriminatif dan aspek penghormatan terhadap sesama manusia. Dipahami juga bahwa “dapat” merupakan terminologi yang sering digunakan dalam bahasa hukum untuk memberikan kebebasan dalam menentukan dua pilihan atau lebih. Akan tetapi terminologi “berhak” dinilai lebih memberikan kebebasan serta penghormatan bagi seorang penyandang disabilitas untuk menentukan pilihan sendiri. Disabilitas ingin penentuan atau keputusan penggunaan instrumen dukungan (termasuk pendamping) merupakan 179 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pilihannya, oleh politisi danbukan pemerintah yang terpilih memerintah.oleh pilihan yanguntuk disediakan Pandangan HamdanPemilu. tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Penyelenggara Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Titik tekannya ada pada siapa yang memutuskan untuk pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles menentukan model alat bantu yang akan digunakan. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Oleh karena itu, redaksi yang sebaiknya digunakan dalam empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal regulasi adalah “berhak”. Redaksi ini tentunya harus diikuti budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara aturan instrumen agregatdengan maupunpenguatan secara spesifik pada terkait tahun-tahun Pemilu,pendukung terkonfirmasi bagi disabilitas. Agar pilihan-pilihannya lebih banyak dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dan menghargai aspek kemandirian dan kebebasan yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat seharusnya setara dimiliki oleh setiapbudget pemilih. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political cycles, melainkan political corruption atau siklus politik padaakibat tahun-tahun Diskursuscycle terminologi inikorupsi muncul sebagai dari Pemiluperlakuan yang telah meningkat dengan ekstrim. yang dinilai tidak baik dari petugas-petugas Masyarakat tidak saja dapatwarga ditafsirkan sebagai satu kesatuan,yang tetapi di lapangan. Banyak penyandang disabilitas juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat laki-laki dan mengeluhkan tentang perlakukan petugasantara KPPS yang tidak perempuan. Seperti keterwakilan perempuan sebagai salah satu ramah, atauhalnya berdasarkan kasihan sehingga membantu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun secara berlebihan. Perlakuan yang demikian menyinggung 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi perasaan pemilih disabilitas yang seolah-olah dipandang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sebagai orang yang tidak berdaya, tidak mandiri dan patut praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dikasihani. Sejatinya disabilitas hanya soal kekurangan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini salah satu indera, alat atau organ yang fungsinya dapat akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam digantikan dengan indera, alat atau organ yang lain. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Pengalaman burukyang yang dialami oleh disabilitas ini Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: diyakini sebagai Menghadapi dampak dari kurangnya pemahaman Pengalaman Perempuan Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”panitia/KPPS terhadap disabilitas. Sangat mungkin terjadi karena tingkat petugas KPPS politik, yang pada Masih berhubungan dengan pendidikan tema akuntabilitas keuangan Didik umumnya oleh tulisan lulusanberjudul SMA atau sederajat. Supriyanto dan Liadidominasi Wulandari dalam Transparansi dan Akuntabilitas Kampanye, menguraikan dana DenganPengelolaan demikian,Dana tingkat kepekaan terhadapbahwa pemilih kampanye adalah salah satu Ditambah hal penting lagi dalamdengan proses pemilu. Dana disabilitas lemah. minimnya kampanye diperlukan oleh yang partai dilakukan politik dan oleh kandidatnya untuk dapat bimbingan teknis KPU. Pelayanan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 180 vi panitia KPPS dirasakan sangat kurang selama proses pendampingan. Misalnya saja, saat mendampingi pemilih disabilitas, pihak KPPS tidak menanyakan lebih dulu apakah ada pendamping yang ditunjuk/dipercaya pemilih atau tidak. Kenyatannya, di banyak TPS di wilayah pemantauan petugas KPPS langsung saja mengantar pemilih ke bilik suara tanpa bertanya soal pendampingan dan apalagi menyodorkan Formulir model C3 bagi pendamping yang tersedia. Perlakuan ini sangat rentan menyalahi prinsip Pemilu yang LUBER dan JURDIL. Akses Terhadap Jabatan Publik Warga penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam menggunakan hak memilih sekaligus hak dipilihnya. Dalam kandidasi legislatif maupun eksekutif, ada stigma di antara politisi bahwa tingkat keterpilihan kandidat disabilitas rendah. Tidak begitu menguntungkan dan tidak menarik berdasarkan hitungan-hitungan politik. Padahal dalam konteks keterpilihan, terdapat nama besar Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai penyandang disabilitas yang pernah menjabat sebagai presiden paling fenomenal di Indonesia, kendati pemilihannya melalui MPR. Beliau sempat menjadi pemimpin bangsa dan memiliki pengikut ideologis hingga saat ini. Ada juga Rayu, anggota DPRD Sulawesi Barat periode 2014-2019 yang profesi awalnya sebagai aktivis disabilitas di Sulawesi. Keterpilihannya di DPRD patut dilihat sebagai nilai tawar dari kontribusi pemilih disabilitas serta jejaring 181 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat aktivis oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. di daerah setempat. Saat ini, perhatian Rayu pada Pandangan tersebut berkaitan dengan sangat apa yangmembantu disampaikan regulasiHamdan yang mendukung disabilitas Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran upaya penyetaraan hak disabilitas dalam penyelenggaraan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa fisik Political budget cycles negara. Poinnya adalah, kekurangan tidak menjadi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi penyebab penilaian publik dalam politik. Terlebih jika empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal menghitung potensi pemilih disabilitas di Indonesia, budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara sekurang-kurangnya suara disabilitas menempati ruang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi 10% DPT. Angka tersebut cukup signifikan secara politik, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus ini cukup untuk membantah stigma terhadap tingkat Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat keterpilihan disabilitas. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Pertanyaan awal yang harus dijawab seberapa political corruption cycle atau siklus korupsi politikadalah pada tahun-tahun Pemilubesar yang telah meningkat dengan oleh ekstrim. ruang yang dibuka regulasi agar masyarakat dapat mengakses jabatan publik.sebagai Berkenaan dengan tetapi itu, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tantangan dalam regulasi ini hanya juga perlu dibatasiaksesibilitas mengingat perbedaan hakikat sejauh antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu berputar pada 2 persoalan utama dan mengakar, yaitu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun menyangkut persyaratan; i) Kesehatan jasmani dan 2012 menegaskan partaipendidikan. politik peserta pemilu harus memenuhi rohani, dansetiap ii) tingkat Jika 2 permasalahan ini 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dapat diatasi, maka aksesibilitas terhadap jabatan publik praktikdapat selamadikatakan ini, pihak yang duduk baik di parlemen pemerintah sempurna. Bahkan akan maupun turut membantu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada setiap proses akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam tahapan Pemilu nantinya. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Syarat jasmani dan rohani” untukdanmenjadi Paramastuti dalam“sehat tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu PPUK, DPR RI 2009.”PPUD/L, dan PPPS, sering ditafsirkan tidak berlaku bagi penyadang desabilitas. Padahalkeuangan faktanya banyak Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik penyandang desablitasdalam yang tulisan memiliki kemampuan untuk Supriyanto dan Lia Wulandari berjudul Transparansi dan menjalankan fungsiDana penyelenggara pelaksana. Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye,maupun menguraikan bahwaOleh dana karena itu, salah penjelasan terhadap “sehat jasmani kampanye adalah satu hal pentingpengertian dalam proses pemilu. Dana dan diperlukan rohani” bahwa hal ini tidakdan membatasi penyandang kampanye oleh partai politik kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 182 vi desabilitas, sebagaimana dulu pernah diatur dalam UU No 12/2003, perlu dicantumkan kembali. Pencantuman ini juga berlaku bagi syarat calon dan pasangan calon, sehingga para penyandang desabilitas tidak terhalangi haknya untuk ikut kompetisi dalam memperebutkan jabatan publik.
Syarat pendidikan menjadi persoalan karena struktur sosial menghadirkan struktur hukum yang diskriminatif. Banyak warga disabilitas yang minim mendapat asupan pendidikan yang baik. Bahkan banyak yang tidak bisa mengakses ke institusi pendidikan resmi pada umumnya, seperti SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Sehingga tingkat pendidikan warga non-disabilitas cenderung rendah. Dengan ijazah yang rendah, atau bahkan ketiadaan ijazah, otomatis akses warga disabilitas terhadap jabatan publik juga rendah. Masalah aksesibilitas atas jabatan publik menjadi siklus persoalan yang tidak terputus, yang akan menimbulkan dampak korespondensif atau mempengaruhi sebuah kondisi satu sama lain. Pencalonan yang memberatkan sudah tentu mengurangi jumlah calon dari warga disabilitas, baik sebagai penyelenggara, pemimpin eksekutif atau anggota legislatif. Minimnya calon semakin menekan peluang keterpilihan warga disabilitas untuk hadir di lembaga publik. Akhirnya representasi penyandang disabilitas sedikit jumlahnya, bahkan tidak ada. Ketiadaan ini akan mengurangi perspektif dan empati terhadap kondisi disabilitas dalam Pemilu. Selanjutnya berpengaruh pada regulasi teknis dalam Pemilu. Maka sudah pasti, keluhan disabilitas untuk menunaikan 183 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat hak oleh politisi dan tidak pemerintah terpilih untukSiklusnya memerintah. pilihnya akanyang terselesaikan. akan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disabilitas disampaikan terus berputar sepanjang tingkat pendidikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran kepada warga non-disabilitas rendah atau tidak menjadi pada Tahun Pemilu.”diYuna menjelaskan budget cycles mainstream masyarakat. Olehbahwa sebabPolitical itu, penting untuk sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi mencanangkan gerakan afirmasi bagi disabilitas, dengan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal mereformasi regulasi yang dibutuhkan disabilitas dalam budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara kepemiluan secara fundamental. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Berdasarkan kajian diatas, ditemukan banyakmelainkan sekali ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, political corruption cycleseputar atau siklusaksesibilitas korupsi politikdalam pada tahun-tahun permasalahan Pemilu Pemiludi yangIndonesia. telah meningkat dengan ekstrim. terbatasi hampir di Akses disabilitas Kesimpulan setiap tidak tahapan pemilu, sejak sebagai pendaftaran pemilih, Masyarakat saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat laki-laki dan pencalonan, aktivitas kampanye, hinggaantara pungut hitung. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Semua permasalahan ini terjadi karena stakeholder syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun pemilu dihegemoni oleh warga non-disabilitas 8 yang 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi berpemahaman rendah terhadap aksesibilitas dalam 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pemilu. Muncul banyak regulasi yang pada akhirnya praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah menjadi siklus merugikan bagi disabilitas di setiap agenda mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kepemiluan. Jika tidak dilakukan tindakan afirmasi, maka akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam siklus negatif ini tidak akan terputus. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Jika sekedar meletakkan dasar“Perempuan persoalannya pada Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: pemahaman terhadap disabilitas yang minim di DPR benakRI Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu 2009.”stakeholders, maka kondisi yang akses akan terwujud dalam jangka waktu panjang, seiring lahirnya Masih berhubungan denganyang temasangat akuntabilitas keuangan politik, Didik generasi yang baru dengan perspektif yang lebih baik. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Itu sebabnya penting menemukan akarbahwa masalah Akuntabilitas Pengelolaan Danauntuk Kampanye, menguraikan dana yangadalah lebih salah operasioal namun mendasar. Aspekpemilu. ini dapat kampanye satu hal penting dalam proses Dana kampanye diperlukan olehsusunan partai politik dan kandidatnya dapat ditemukan dari regulasi kepemiluan.untuk Budaya berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 184 vi merupakan inspirasi dari terumusnya hukum, namun hukum juga dapat mempengaruhi perilaku budaya. Dengan merekayasa hukum kepemiluan, maka budaya kepemiluan yang tidak akses perlahan akan dapat diatasi dengan elegan. Rekayasa hukum yang dimaksud bukan sekedar mengganti hukum yang tidak akses secara antitesis. Akan tetapi, perlu ada perombakan yang mendasar, sehingga proses pemilu dapat berdampak korespondensif terhadap hasil pemilu, lalu memberi pengaruh balik terhadap proses pemilu berikutnya secara berkesinambungan. Pemilih disabilitas dapat berpengaruh dalam proses pemilu, lalu kebijakan yang dirumuskan oleh para politisi hasil pemilu berpihak terhadap disabilitas dan memberikan feedback yang aspiratif dan akomodatif. Jika dikaji dari sudut pandang yang lebih jauh, persoalan disabilitas sebenarnya dapat dimulai dari memperbaiki sistem pemilu. Sistem pemilu saat ini adalah proporsional terbuka. Mestinya sistem ini menguntungkan penyandang desabilitas karena membuka ruang bagi penyandang desabilitas untuk berhubungan langsung dengan para calon dan calon terpilih. Namun nyatanya, penyandang desabilitas tidak mendapatkan manfaat lebih dalam proses pemilihan, justru sebaliknya hanya jadi sasaran jual beli suara. Sedangkan pada pasca pemilihan tidak terdapat hubungan khusus antara calon terpilih dengan penyandang desabilitas sebagai konstituennya, sehingga semakin banyak kebijakan yang tidak ramah terhadap penyandang disablitas. 185 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehPremisnya politisi danadalah, pemerintah terpilih untuk memerintah. jikayang daftar terbuka tidak berdampak Pandangan Hamdan tersebutdisabilitas, berkaitan dengan yang disampaikan baik bagi penyandang makaapa kembali ke daftar Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi tertutup menjadi pilihan baik. Pertama, memudahkanAnggaran teknis pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pemberian suara bagi disabilitas; kedua, menghindari lebih sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi jauh jadi obyek jual beli suara yang mengorbankan pemilih empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal disabilias; dan ketiga, perjuangan kepentingan disabilitas budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara bisa difokuskan ke partai. Entitasnya lebih besar dan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi terkonsolidasi. Tentu dengan catatan, daftar calon disusun dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus oleh anggota partai melalui pemilihan internal. Warga Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat disabilitas dapat mengawal internal ini ini, yang menjadi perhatian tidak hanyaproses politicalpemilihan budget cycles, melainkan dengan bargain jumlah suarakorupsi yang dimilikinya. political corruption cycle atau siklus politik padaKomitmen tahun-tahun politik lebih mudah ditanggung-gugat ke institusi, dan Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. vonis terhadap pelanggaran komitmen kongkrit Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaijuga satulebih kesatuan, tetapi dan berdampak. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan salah satu Implementasi pemilu proposional daftarsebagai tertutup akan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun memudahkan penyandang disabilitas untuk memberikan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta memenuhi suara. Selain hanya memilih gambarpemilu partaiharus politik, juga 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat memudahkan penyelenggara untuk menyediakan fasilitas, praktikmisalnya selama ini,pengadaan pihak yang duduk di parlemen pemerintah suratbaik suara braille. maupun Undang-undang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini seharusnya memudahkan penyandang desabilitas untuk akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam mengakses DPS sehingga bisa membantu menyempurnakan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita DPT. Demikian juga dalam kampanye, partai politik, calon, Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: dan pasangan calon seharusnya membuka akses, misalnya Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI dengan menampilkan bahasa isyarat agar penyandang 2009.” tuna rungu bisa menangkap pesan-pesan kampanye. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik undang-undang memberi SupriyantoAkhirnya, dan Lia Wulandari dalam tulisanharus berjuduljelas Transparansi dan perintah kepada Dana KPUKampanye, untuk memenuhi Akuntabilitas Pengelolaan menguraikan kebutuhan bahwa dana penyandang desabilitas memberikan suara di TPS. kampanye adalah salah satu haldalam penting dalam proses pemilu. Dana Sehingga tercipta dukungan utuh kepada warga kampanye diperlukan oleh partai politikyang dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 186 vi Inklusifitas dalam Daftar Pemilih Khoirunnisa Agustyati Abstrak Setiap warga negara yang sudah memiliki hak pilih sudah seharusnya namanya masuk di dalam daftar pemilih. Namun setiap kali pemilu permasalahan daftar pemilih selalu berulang. Hal ini terkair dengan sumber data yang digunakan untuk memutakhirkan daftar pemilih, sumber daya manusia, juga termasuk data pemilih di luar negeri. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam sistem pendaftaran pemilih. Rekomendasi yang didorong adalah sumber data yang digunakan adalah data pemilu terakhir dan sistem penadftaran pemilih dilakukan secara berkelanjutan. Kata kunci: pemutakhiran daftar pemilih, hak politik, inklusifitas Pengantar Pendaftaran pemilih merupakan hal penting dalam proses penyelenggaraan pemilu. Melalui pendaftaran pemilih hak politik setiap warga negara untuk memberikan suara dalam proses demokrasi perwakilan akan ditentukan. Dalam hal ini terfasilitasi atau tidaknya setiap wagra negara 187 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat untuk oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. memberikan suarayang dalam pemungutan suara pada Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan saat pemilu tergantung pada keberhasilan pendaftaran Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pemilih. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Hak memilih bagi setiap warga negara adalah hak politik sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang harus dilindungi. Hak pilih sendiri memperoleh empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal jaminan hukum yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Manusai 21 DUHAM menyatakan: agregatAsasi maupun secara (DUHAM). spesifik padaPasal tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi (1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus sendiri, baik Pemilu dengan2014. langsung dengan Pemilunegrinya 2009 ataupun menjelang Melihatmaupun perkembangan saat perantara wakil-wakil dipilih secara bebas; (2) Setiap ini, yang menjadi perhatian tidakyang hanya political budget cycles, melainkan orang berhakcycle atas kesempatasan yangpolitik sama pada untuktahun-tahun diangkat political corruption atau siklus korupsi Pemiludalam yang telah meningkat dengan ekstrim. jabatan pemerintahan negrinya; (3) Kemauan rakyat harus menjadi dasar kemauantetapi ini Masyarakat tidak saja dapatkekuasaan ditafsirkanpemerintah; sebagai satu kesatuan, harus dinyatak dalam perbedaan pemilihan-pemilihan berkala yang juga perlu dibatasi mengingat hakikat antara laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai satu jujur Seperti dan yang dilakukan menurut hak pilih yang salah bersifat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara 2012 menegaskan setiap partai menurut politik peserta pemiluyang haruslain memenuhi yang rahasia ataupun cara-cara yang 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat juga menjamin kebebasan mengeluaran suara. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Hak pilih warga negara Indonesia secara tegas diatur mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kedalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Pasal akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam 27 ayat 1: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan “Perempuan dan Korupsi: hukumPerempuan dan pemerintahan itu dengan adaPemilu kecualinya.” Pengalaman Menghadapi Korupsitidak dalam DPR RI 2009.”Selanjutnya Pasal 28D ayat (1) menyatakan, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, dan Didik kepastian yangdalam adil serta yang sama di Supriyanto dan Liahukum Wulandari tulisanperlakuan berjudul Transparansi dan hadapan hukum.” Lalu (3) menyatkan, “Setiap warga Akuntabilitas Pengelolaan Dana ayat Kampanye, menguraikan bahwa dana negara berhak kesempatan yang sama dalam kampanye adalah salahmemperoleh satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pemerintahan”. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 188 vi Secara lebih spesifik, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No 39/1999) Pasal 43 menyatakan “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan pesamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.” Bahkan Mahkamah Konstitusi juga memperhatikan betul hak pilih setiap warga negara sebagaimana terlihat dalam Putusan perkara MK No 011-017/PUU-I/2003 yang menyatkan, “bahwa hak konstitusional warga negara untuk memilih dan memilih adalah hak yang dijamin konstitiusi, undang-undang, maupun konvensi internasional, sehingga pembatasan penyimpangan dan penghapusan hak adalah pelangagran terhadap hak asasi manusia.” Meskipun kerangka hukum internasional dan nasional, menempatkan betapa pentingya hak pilih seorang warga negara, tetapi dalam perjalanannya, penyusunan dan pemutakhiran daftar pemilih dalam setiap pemilu di Indonesia selalu menghadapi masalah. Hasil audit daftar pemilh yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terhadap DPS pada Juli-Agustus 2008 misalnya, menunjukkan sekitar 20,8% warga negara yang memiliki hak pilih tidak masuk dalam daftar pemilih. Selain itu laporan dari Tim Penyelidikan Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif 2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 2540% pemilih kehilangan hak pilihnya karena tidak masuk dalam daftar pemilih. Putusan MK No 102/PUU-VII/2009 189 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat yang oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. menyatakan bahwa yang warga negara yang tidak masuk Pandangan Hamdan tersebut berkaitankesempatan dengan apa yang disampaikan dalam daftar pemilih diberikan untuk memilih Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran menggunakan KTP, menunjukkan bahwa jumlah pemilih pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budgetperlu cycles yang Pemilu.” belum terdaftar cukup siginifikan sehingga sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi diberikan ruang khusus agar hak pilih warga negara yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal tidak terdaftar tersebut tidak hilang. (Ramlan Surbakti D. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara S., 2012, p. 4) agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Mengapa pendaftaran pemilih sulit menjangkau dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus semua warga negara yang memiliki hak pilih dalam setiap Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilu? satu sebabnya adalah masih ditemukan ini, yang menjadi Salah perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan ketidakpastian penggunaan prinsip politik de jure maupun de political corruption cycle atau siklus korupsi pada tahun-tahun Pemilufacto yang telah meningkat dengan ekstrim. dalam mendaftar pemilih. Prinsip de jure mengacu pada penggunaan alamat yang terdapat dalam KK atau Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi KTP,dibatasi sementara de facto menggunakan alamat faktual juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnyatersebut keterwakilan perempuan salah satu di mana pemilih tinggal. Selain sebagai itu, penduduk syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang tinggal di pemukiman liar, pekerja, mahasiswa, dan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi warga kota yang tinggal di pemukiman eksklusif, dan 30% keterwakilan perempuan. ini patut diperjuangkan, pemilih yang tinggal Kondisi di wilayah pedesaan, masihmengingat banyak praktikbelum selama terdaftar ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah karena tidak mengetahui adanya tahapan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemutakhiran daftar pemilih. (Ramlan Surbakti D. S., akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam 2012, pp. 19-20). Selain itu hal yang menjadi masalah hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita adalah masih ada warga yang tidak melaporkan peristiwa Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kependudukan yang dialami seperti kelahiran, kematian, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI dan kepindahan. Kedua hal ini menjadi penyebab data 2009.” kependudukan menjadi tidak termutakhirkan. Padahal Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik data kependudukan adalah sumber utama dalam Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pemutakhiran daftar pemilih. Karena sumber Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwaDP4 dana bermasalah, maka ketika KPU melakukan pemutahiran kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana datadiperlukan juga mengalami banyak sehingga Daftar kampanye oleh partai politikmasalah, dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 190 vi Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT) juga tetap menyisakan masalah. Pengaturan Undang-Undang Pemilu 1955-Pemilu Pemilu 1955 diatur dalam UU No 27/1948. Undangundang tersebut membuat kriteria pemilih adalah pemilih berusia 18 tahun, tidak terganggu ingatannya tidak dicabut hak memilihnya, dan tidak sedang kehilangan kemerdekaannya. Setelah itu terjadi perubahan undangundang pemilu menjadi UU No 7/1953. Undang-undang ini menetapkan warga negara yang sudah memiliki hak pilih adalah warga negara yang berusia 18 tahun atau sudah menikah. Tetapi mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya jika tidak masuk ke dalam daftar pemilih, hak pilihnya dicabut pengadilan, sedang mengalami hukuman penjara, dan terganggu ingatannya. Pengaturan mengenai syarat bagi penduduk untuk dapat menjadi pemilih kemudian berubah ketika pemilu pada masa orde baru. Dalam UU No 15/1969 disebutkan bahwa pemilih adalah warga negara yang sudah berusia 17 tahun dan atau sudah menikah. Selain itu undang-undang ini juga mencabut hak pilih dan hak dipilih dari orangorang yang terlibat dalam Peristiwa G 30S/PKI. Syarat ini berlaku selama lebih dari 30 tahun selama pemerintahan orde baru berkuasa. Baru ketika pemerintahan orde baru jatuh dan dilaksanakan Pemilu 1999 pemilih yang sebelumnya dianggap terlibat dalam Peristiwa G30S/PKI 191 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat dipulihkan oleh politisi dan terpilih memerintah. hakpemerintah pilihnya. yang Namun hakuntuk untuk dipilih atau Pandangan Hamdan tersebut berkaitan apa yang disampaikan dicalonkan tetap dilarang yang dengan kemudian ketentuan ini Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dicabut oleh Mahkamah Konsititusi (MK). pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Masuk pada Pemilu 2004 persyaratan untuk dapat sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi terdaftar menjadi pemilih tidak berubah. Hanya saja empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal terdapat perubahan mengenai metode pemutakhiran budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara 2004 diatur UU agregatdaftar maupunpemilihnya. secara spesifikPemilu pada tahun-tahun Pemilu,dalam terkonfirmasi Namun di dalam undang-undang ini tidak dalam 12/2004. praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan dengan siklus disebutkan siapa yang menjadi penyedia sumber data Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat untuk pemutakhiran daftar Hanyacycles, dalam Pasal ini, yang menjadi perhatian tidak hanyapemilih. political budget melainkan 53corruption ayat (4) UU 12/2003 disebutkan tata cara political cycleNo atau siklus korupsi politikbahwa pada tahun-tahun Pemilupelaksanaan yang telah meningkat dengan pemilih ekstrim. ditetapkan oleh KPU. pendaftaran Dalam tidak melakukan pemutakhiran daftar Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satupemilih kesatuan,KPU tetapi membuat program yangperbedaan bernama hakikat Pendaftaran juga perlu dibatasi mengingat antaraPemilih laki-lakidan dan perempuan. SepertiPenduduk halnya keterwakilan perempuan satu Pendataan Berkelanjutan (P4B). sebagai Dengansalah adanya syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun data ini diharapkan data pemilih dapat dilakukan secara 2012 menegaskan setiap partai peserta pemilu harus memenuhi berkelanjutan dan tidakpolitik ada data yang hanya sekali pakai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dan dibuang. Data kependudukan ini juga diharapkan praktikdapat selamaberguna ini, pihakuntuk yang duduk baik di parlemen pemerintah menentukan jumlahmaupun anggota DPRD, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pembuatan dapil dan juga pembuatan TPS. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Untuk melaksanakan program ini KPU bekerja sama hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Dalam Korupsi: NegeriPerempuan khususnyaMenghadapi Ditjen Administrasi dan Kependudukan. Pengalaman Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”Pada saat itu Indonesia memiliki lima data kependudukan yang tidak terintegrasi, yaitu; Kementrian dalam negeri Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik yangdan mendasarkan dalam halTransparansi ini bisa saja Supriyanto Lia Wulandaripada dalamKTP, tulisan berjudul dan seorangPengelolaan warga negara memiliki lebihmenguraikan dari satu KTP. Kedua, Akuntabilitas Dana Kampanye, bahwa dana dataadalah BPS yang didasarkan pada sensus setiapDana 10 kampanye salah satu hal penting dalampenduduk proses pemilu. tahun sekali atau (SUPAS). kampanye diperlukan olehSurvey partai Penduduk politik dan Antarsensus kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 192 vi Dari data BPS ini data penduduk menjadi data proyeksi dibandingkan dengan data real di lapangan. Ketiga, data dari BKKBN berdasarkan akseptor KB. Keempat, data kependudukan yang dimiliki oleh Bupati/Walikota. Data ini seringkali dinaikkan jumlahnya untuk kepentingan DAU dan DAK yang lebih, dan kelima, data dari KPU pada Pemilu 1999. Untuk mendapatkan data yang akurat KPU dan BPS mengetuk pintu dari rumah ke rumah. Untuk pemilih yang tidak memiliki tempat tinggal KPU dan BPS melakukan pendataan serentak pada satu malam di seluruh Indonesia. Pada saat itu KPU membuat kurang lebih 12 variabel data kependudukan termasuk data pemilih dengan disabilitas. Harapan dengan adanya data ini adalah terdapat data yang dapat digunakan secara berkelanjutan untuk pemilupemilu kedepan. Namun data ini tidak digunakan oleh Departemen Dalam Negeri untuk kepentingan pemilu selanjutnya. Untuk pendataan pemilih pada Pemilu 2009 undangundang mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyediakan Data Penduduk Potensial Pemilu (DP4). DP4 ini bukanlah hasil pemutakhiran data terhadap data P4B yang sebelumya sudah diberikan oleh KPU. Pemerintah memutakhirkan data penduduk sendiri dengan berbasiskan KTP dan KK. Sehingga memungkinkan satu orang warga negara terdata dua kali karena seorang warga negara bisa memiliki lebih dari satu KTP. Selanjutanya UU No 10/2008 menentukan bahwa KPU kabupaten/kota menggunakan data kependudukan sebagai bahan penyusunan daftar 193 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilih oleh politisisementara. dan pemerintah yang terpilih memerintah. Dalam daftar untuk pemilih sekurangPandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan kurangnya terdapat nomor induk kependudukan (NIK), Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat warga pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles negaraPemilu.” yang memiliki hak memilih. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Sejak saat itu sumber data untuk pemutakhiran data empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pemilih bersumber dari data pemerintah. Selain sumber budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yangsecara bermasalah lainnya pada Pemilu agregatdata maupun spesifik permasalahan pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi lalu adalah peran dari penyelenggara pemilu dalam 2009 praktekyang penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dianggap tidak maksimal dalam tahapan pendaftaran Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemilih. keterlambatan pembentukan di ini, yang menjadiPertama, perhatian tidak hanya political budget cycles,PPDP melainkan berbagai daerah. Kedua, pembentukan political corruption cycle atau siklus keterlambatan korupsi politik pada tahun-tahun Pemilusekretariat yang telah meningkat dengan ekstrim. PPS sehingga sekretariat KPU kabupaten/ kota yang melayani kebutuhan PPS secara administrative, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi khususnya keuangan. PPS dan PPDP juga perlu dibatasi urusan mengingat perbedaan Ketiga, hakikat antara laki-laki dan perempuan. Sepertibersikap halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu cenderung pasif dalam memutakhirkan daftar syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pemilih sementara, yaitu hanya menunggu kedatangan 2012 menegaskan politik peserta Keempat, pemilu harussosialisasi memenuhi warga di setiap kantorpartai desa/kelurahan. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tentang pemutakhiran daftar pemilih sangat terbatas praktiksehingga selama ini, kegiatan pihak yang duduk baik di parlemen pemerintah pemutakhiran daftarmaupun pemilih tidak mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini diketahui secara luas. Kelima, sebagian besar warga akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam bersifat pasif karena berbagai alasan, seperti merasa sudah hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita terdaftar karena ikut pemilu pada pemilu sebelumnya, Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: tidak tahu apa kapan dan dimana pemutakhiran daftar Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pemilih, ataupun menunggu kedatangan petugas. Karena 2009.” itu tidak heran jika tidak banyak warga yang mengecek Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik daftar pemilih sementara (Ramlan Surbakti D. S., 2012). Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Partai politik juga memiliki peran dalambahwa baiknya Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan dana kualitas pemilih. Dalamdalam peraturan disebutkan kampanye adalahdaftar salah satu hal penting proses pemilu. Dana bahwa KPU kabupaten/kota memberikan salinan kampanye diperlukan oleh partai politikwajib dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 194 vi DPS kepada partai politik pada tingkat kecamatan dalam bentuk perangkat lunak yang terkunci. Harapannya adalah setiap partai politik dapat mengecek apakah konstituen mereka sudah terdaftar dalam daftar pemilih atau belum, jika belum maka partai politik dapat memberikan masukan kepada PPS. Namun yang biasanya terjadi adalah tidak ada masukan dari partai politik di tingkat kecamatan. Permasalahan mengenai daftar pemilih baru disampaikan oleh partai politik di tingkat pusat atau ketika penetapan hasil pemilu sudah akan diumumkan. Hal ini menunjukkan bahwa mesin partai politik belum bekerja secara maksimal hingga tingkat bawah. Jika partai politik menyampaikan permasalahan daftar pemilih sejak tingkat kecamatan maka permasalahan daftar pemilih tidak akan menumpuk di akhir tahapan pemilu. Permasalahan dalam pemutakhiran daftar pemilih di Pemilu 2009 juga terjadi ketika Pemilu 2014. Sumber data yang digunakan untuk pemutakhiran daftar pemilih juga bersumber dari DP4 yang berasal dari pemerintah. Metode pemutakhirannya pun juga dilakukan dengan cara yang sama. Namun hasilnya memang cukup berbeda, hasil pemutakhiran daftar pemilih pada Pemilu 2014 dianggap lebih akurat dibandingnya dengan pemilu sebelumnya. Hal ini karena KPU memiliki waktu yang cukup panjang dalam mempersiapkan tahapan pemilu karena UU No 8/2012 selesai 23 bulan sebelum hari pemungutan suara. Selain itu KPU juga mengembangkan Sistem Informasi Daftar Pemilih (Sidalih) yang merupakan sistem online dimana masyarakat dapat melihat apakah namanya 195 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat sudah oleh politisi dan pemerintah yangpemilih terpilih untuk memerintah. terdaftar dalam daftar atau belum. Bahkan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan operator di kabupaten/kota dapat langsung memeprbaiki Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran data jika terdapat data yang bermasalah. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Hal yang membedakan lainnya adalah pada proses sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemutakhiran daftar pemilih Pemilu 2014 terdapat isitilah empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih Khusus budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb). agregat(DPK), maupundan secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pemilih sudah terdaftar dalam DPTb praktekdiperuntukkan penganggaran dibagi Indonesia yangyang berkaitan dengan siklus dalam DPS atau DPT namun karena alasan tertentu pada Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat hari pemungutan tidak dapat memilih di TPSmelainkan tempat ini, yang menjadi perhatiansuara tidak hanya political budget cycles, dimana dirinya dankorupsi harus politik memilih di tahun-tahun TPS lain. political corruption cycleterdaftar atau siklus pada PemiluUntuk yang telah meningkat dengan ekstrim. dapat mengurus DPTb maka pemilih harus melapor ke daerah tujuannya dengan menunjukkan identitas Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satubukti kesatuan, tetapi kependudukan dan bukti bahwa yang bersangkutan sudah juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai satu terdaftar di DPT. Bukti sudah terdaftar di DPT dapatsalah dilihat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun di portal Sidalih KPU. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Sementara DPK diperuntukkan bagi pemilih yang belum 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat terdaftar dalam DPS, DPSHP, DPT dan DPTb. Untuk dapat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah dimasukkan ke dalam DPK pemilih harus menujukkan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini identitas kependudukan dan melaporkannya paling lambat akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam 14 hari sebelum hari pemungutan suara. Bagi pemilih yang hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita belumdalam terdaftar dalamyang DPSberjudul: hingga DPK, KPU tetap masih Paramastuti tulisannya “Perempuan dan Korupsi: membuka ruang Menghadapi bagi pemilihKorupsi untuk dalam dapat Pemilu memberikan Pengalaman Perempuan DPR RI 2009.”hak pilihnya melalui DPKTb. DPKTb diperuntukkan bagi pemilih yang belum dalam daftarpolitik, pemilih, Masih berhubungan dengan tematerdaftar akuntabilitas keuangan Didik namun dapat memberikan pilihnya pada hari Supriyanto dan tetap Lia Wulandari dalam tulisanhak berjudul Transparansi dan pemungutan suara. Pemilih dengan kategori bahwa ini dapat Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan dana memilih hanya menunjukkan KTP kepada petugas kampanye adalah salahdengan satu hal penting dalam proses pemilu. Dana KPPS di TPS. oleh Namun pemilih kategori untuk ini hanya kampanye diperlukan partai politik dengan dan kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 196 vi dapat memilih di TPS yang sesuai dengan domisili di kartu identitas kependudukan dan baru dapat memberikan hak pilihnya satu jam sebelum TPS ditutup. Permasalahan Daftar Pemilih dari Pemilu ke Pemilu Penduduk dan Pemilih Inti dari sistem pemilu adalah proses konversi dari saura yang berasal dari pemilih menjadi kursi untuk calon terpilih. Dalam mengkonversi suara pemilih tersebut berbagai jenis sistem pemilu yang ada dan diterapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing negara. Pilihan sistem pemilu tersebut merupakan hasil kesepakatan antara pembuat undang-undang yang ada di setiap negara. Dari sistem pemilu yang berbeda tersebut setidaknya terdapat empat variabel yang menentukan hasil pemilu, yaitu; besaran daerah pemilihan, jumlah daerah pemilihan, ambang batas; dan formula perolehan kursi. Proses konversi dari suara menjadi kursi merupakan turunan dari proses konversi dari variabel-variabel sistem pemilu tersebut. Penentuan empat variabel tersebut ditentukan berdasarkan dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk digunakan untuk mendata berapa dari jumlah penduduk tersebut yang menjadi pemilih. Kemdian dari jumlah pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih akan terlihat berapa jumlah pemilih yang memberikan hak suaranya pada hari pemungutan suara. Kemudian dari jumlah 197 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilih oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. yang memberikan suara tersebut akan terlihat Pandangan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan berapa Hamdan jumlah suara sah. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Turunan dari jumlah penduduk menjadi jumlah suara pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sah ini yang kemudian ketika dikonversi dengan variabel sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sistem pemilu akan menghasilkan turunan hingga jumlah empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal calon terpiluh cadangan. Jumlah penduduk dan jumlah budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dikonversi dengan besaran Pemilu, daerah terkonfirmasi pemilihan agregatpemilih maupunjika secara spesifik pada tahun-tahun jumlah daerah pemilihan akan jumlah dalam dan praktek penganggaran di Indonesia yangmenghasilkan berkaitan dengan siklus kursi. Kemudian dari jumlah pemilih yang memberikan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat suaranya di haritidak pemungutan suara dikonvesi ini, yang menjadi perhatian hanya political budgetjika cycles, melainkan dengan ambang untuk political corruption cyclebatas atau dan siklusformula korupsi perolehan politik padakursi tahun-tahun Pemiluakan yang telah meningkat dengan ekstrim. menjadi jumlah calon terpilih dan jumlah calon terpilih tidak cadangan. Dariditafsirkan proses ini terlihat dalam Masyarakat saja dapat sebagai satubahwa kesatuan, tetapi menentukan hasil pemilu akan sangat bergantung dengan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Sepertijumlah halnyapenduduk keterwakilan perempuan pendataan dan pemilih. sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UUsepatutnya No. 8 Tahun Untuk itulah data kependudukan sudah 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi terdata dengan baik. Namun inilah yang menjadi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat permasalahan. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah data antara data proyeksi BPS tahun 2012 dengan data mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini DAKK 2012. Pada tahun 2012 Perludem pernah mencoba akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam menyandingkan data DAK2 tahun 2012 dengan data hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita proyeksi penduduk tahun versi“Perempuan Badan Pusat Statistik Paramastuti dalam tulisannya yang2012 berjudul: dan Korupsi: (BPS).Perempuan Data ini disandingkan BPS karena BPSRI Pengalaman Menghadapi dengan Korupsi data dalam Pemilu DPR 2009.”adalah lembaga yang secara rutin melakukan survey jumlah penduduk dandengan juga tema melakukan proyeksi pertumbuhan Masih berhubungan akuntabilitas keuangan politik, Didik jumlah Dari persandingan ini terdapat selisih Supriyanto danpenduduk. Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan data yang cukup signifikan. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyeBerdasarkan adalah salah satu hal penting proses pemilu. Dana DAKK, jumlahdalam penduduk Indonesia kampanye olehmencapai partai politik dan kandidatnya untuk dapat padadiperlukan tahun 2012 251.857.940 jiwa. Sementara berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 198 vi menurut data BPS yang melakukan sensus penduduk setiap sepuluh tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Jika proyeksi pertumbuhan penduduk adalah 1.49% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 244.688.238 jiwa. Artinya jumlah penduduk pada DAKK lebih banyak dibandingkan dengan data proyeksi BPS dan Bappenas, terdapat selisih sebesar 7.169.657 jiwa. Jika yang diasumsikan 70% penduduk adalah pemilih maka jika dilihat dari DAKK, 70% dari 251.857.940 adalah 176.300.558, sementara 70% dari jumlah penduduk proyeksi penduduk BPS 2012 yang berjumlah 238.768.848 adalah 167.138.194. Dari angka ini pun terdapat selisih 9.162.364. Selisih inilah yang kemudian memunculkan permasalahan ketika data ini diturunkan kedalam DP4 dan pemutakhiran data pemilih. Sehingga pada Pemilu 2014 yang lalu KPU dalam memutakhirkan data pemilih berupaya untuk “membersihkan” data yang dianggap bermasalah tersebut, dan proses ini memakan waktu yang cukup panjang karena kemudian penetapan daftar pemilih Pemilu 2014 dilakukan secara berulang kali. Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa jika data penduduk yang digunakan sebagai sumber data pemilih bermasalah maka permasalahan daftar pemilih akan terus berulang. Evaluasi Pendaftaran Pemilih Berdasarkan UU No 8/2012, penyusunan dan pemutakhiran daftar pemilih dimulai sejak 16 bulan 199 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat sebelum oleh politisi hari dan pemerintah yang terpilih memerintah. pemungutan suara.untuk Tahapan dalam Pandangan tersebut berkaitan dengan apa daftar yang disampaikan proses Hamdan penyusunan dan pemutakhiran pemilih Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran untuk Pemilu 2014 tidak jauh berbeda dengan tahapan pada Tahun Pemilu.” pemilih Yuna menjelaskan bahwa 2009. Political Pemerintah budget cycles pendaftaran pada Pemilu sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi adalah sebagai penyedia sumber data pemilih, dalam empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal hal ini pemerintah menyerahkan DP4 kepada KPU. DP4 budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara diserahkan oleh kemendagri kepada KPU dan Data WNI agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi luar negeri diserahkan oleh kementrian luar negeri kepada dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus KPU. Untuk tingkat daerah, gubernur menyerahkan DP4 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat penduduk provinsitidak kepada KPU Provinsi dan melainkan bupati/ ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, walikota menyerahkan DP4korupsi penduduk political corruption cycle atau siklus politikkabupaten/kota pada tahun-tahun kepada KPU Kabupaten/Kota. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. DP4 tidak tersebut dimutakhirkan oleh KPU Kabupaten/ Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Kotadibatasi dan dibentuk olehperbedaan jajaran PPK, PPS, dan laki-laki Pantarlih. juga perlu mengingat hakikat antara dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan sebagai satu Pantarlih terdiri dari perangkat perempuan desa, rukun warga,salah rukun syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun tetangga, atau nama lain. Intinya adalah orang yang dikenal 2012 menegaskan setiapmasyarakat. partai politikDalam peserta proses pemilu pemutakhiran harus memenuhi dan mengenal 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat daftar pemilih ini tugas pantarlih adalah yang menjadi praktikujung selamatombang ini, pihak yang baik di parlemen pemerintah dariduduk pemutakhiran daftarmaupun pemilih karena mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pantarlih adalah pihak yang turun langsung ke lapangan. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Berdasarkan Pasal 17 huruf (c) PKPU No 9/2013 tugas hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pantarlih adalah; mencatat pemilih yang telah memenuhi Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: syarat tetapi belum terdaftar, memperbaiki data pemilih Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI jika ada kesalahan, menoret pemilih yang telah meninggal 2009.” dunia, mencoret pemilih yang pindah domisili, mencoret Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemilih yang berubah status dari sipil menjadi TNI/Polri, Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan mencoret pemilih yang berusia 17 tahun dan belum Akuntabilitas Pengelolaan Dana belum Kampanye, menguraikan bahwa dana menikah pada hari pemungutan suara, dan mencoret kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pemili yang telah tidak ada keberadaannya. kampanye diperlukan olehdipastikan partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 200 vi Setelah mendapatkan data dari pantarlij, PPS menyusun Daftar Pemilih Sementara (DPS) dalam waktu satu bulan. DPS kemudian diumumkan kepada masyarakat selama 14 hari. Selain dimumumkan kepada masyarakat, DPS juga diberikan kepada peserta pemilu pada tingkat kecamatan melalui PPK. Setalah mendapatkan masukan dari masyarakat dan peserta pemilu, PPS memperbaiki DPS dan menyusun Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP). Kemudian DPSHP diumumkan kepada masyarakat dan peserta pemilu. Setelah memperbaiki DPSHP berdasarkan masukan dari masyarakat dan peserta pemilu, PPS menetapkan DPSHP akhir. Lalu DPSHP akhir diserahkan kepada KPU Kabupaten/Kota melalui PPK. Lalu KPU Kabupaten/Kota menetapka DPT. DPT ini kemudian diserahkan kepada KPU, KPU Provinsi, PPK, dan PPS. Salinan DPT ini wajib diberikan kepada peserta pemilu di tingkat kabupaten/kota dan perwakilan peserta pemilu di tingkat kecamatan oleh KPU Kabupaten/Kota. Salinan DPS yang dimaksud diberkan dalam bentuk salinan soft copy dan cakram padat dengan format terkunci. Hal yang membedakan antara proses penyusunan dan pemutakhiran daftar pemilih Pemilu 2014 adalah adanya istilah Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), Daftar Pemilih Khusus (DPK), dan Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb). DPTb diperuntukan bagi pemilih yang sudah terdaftar dalam DPT namun karena alasan tertentu pada hari pemungutan suara tidak dapat memberikan suaranya di TPS dimana yang bersangkutan terdaftar. Untuk itu pemilih seperti mahasiswa, pekerja, atau dengan alasan 201 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat lain oleh politisi pemerintah yang terpilih yang dan sudah mengetahui tidak untuk dapatmemerintah. memberikan Pandangan Hamdanpada tersebut dengan apa yangmaka disampaikan hak pilihnya hariberkaitan pemungutan suara yang Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran bersangkutan harus melapor di KPU Kabupaten/Kota asal. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Namun ketentuan ini kemudian diubah KPU, bagi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilih yang akan pindah pada hari pemungutan suara empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal maka tidak perlu mengurus ke KPU Kabupaten/Kota asal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara akan memberatkan sehingga pemilih dapat agregatkarena maupun secara spesifik padapemilih, tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi mengurus di di Indonesia KPU Kabupaten/Kota di tempat dalam langsung praktek penganggaran yang berkaitan dengan siklus yang baru. Hal ini lebih memudahkan memilih dalam Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengurus DPTb. Untuk itu bagi pemilih yang akanmelainkan pindah ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, dan akan mendaftar dalam harus memenuhi syarat; political corruption cycle atau siklusDPTb korupsi politik pada tahun-tahun Pemilumemiliki yang telahbukti meningkat dengan ekstrim. identitas kependudukan dan memiliki bukti sudah terdaftar DPT.ditafsirkan Bukti sudah terdaftar dalam DPT Masyarakat tidak sajadidapat sebagai satu kesatuan, tetapi dapat dilihatmengingat dalam portal KPU. hakikat antara laki-laki dan juga perlu dibatasi perbedaan perempuan. Seperti keterwakilan perempuan sebagai satu Selain ituhalnya UU 8/2012 juga memberikan ruang salah kepada syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun pemilih yang tidak memiliki identitas kependudukan untuk 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi terdaftar dalam daftar pemilih. Pemilih dengan kategori 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tersebut masuk dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK). DPK praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah diperuntukan bagi pemilih yang idak memiliki identitas mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kependudukan, atau tidak terdaftar dalam DPS, tidak akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam terdaftar dalam DPSHP, tidak terdaftar dalam DPT, tidak hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita terdaftar dalam DPTb.yang DPK disusun dan ditetapkan oleh Paramastuti dalam tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: KPU Provinsi. DPK disusun paling lambat 14Pemilu hari sebelum Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam DPR RI 2009.”hari pemungutan suara. Selanjutnya,dengan untuk mengakomodir seluruh warga Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik negara telah memiliki hak berjudul pilihnya, maka KPU Supriyanto dan yang Lia Wulandari dalam tulisan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan dana membuka ruang kepada pemilih yang memilikibahwa identitas kampanye adalah salahtetapi satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kependudukan tidak terdaftar dalam daftar pemilih kampanye diperlukan oleh partai politik kandidatnya untuk KTP dapat untuk tetap dapat memilih hanya dan dengan menunjukkan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 202 vi yang bersangkutan. Namun dengan catatan harus memilih di TPS yang sesuai dengan domisili yang tercantum dalam data kependudukan tersebut dan memilih pada waktu satu jam sebelum TPS ditutup. Permasalahan yang dihadapi dalam tahapan pendaftaran pemilih untuk Pemilu 2014 pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan permasalahan pada pemilupemilu sebelumnya. Masih terdapat permasalahan seperti tidak akuratnya data pemilih, hal ini terlihat dari panjangnya proses menetapkan daftar pemilih tetap. Jika seuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh KPU maka penetapan daftar pemilih tetap ditetapkan pada bulan Oktober, namun karena masih banyaknya masalah hal ini mundur hingga Desember 2013, dan DPT yang sudah tetap itu masih dapat diperbaiki hingga Febuari 2014. Pemilih di Luar Negeri Sama halnya dengan proses pemutakhiran daftar pemilih di dalam negeri, proses pemutakhiran pemilih di luar negeri juga mendapati persoalannya sendiri. Hal ini terjadi karena banyak data penduduk yang tersebar yang mencatat data pemilih di luar negeri. Bagi WNI yang tinggal di luar negeri jika melaporkan kedatangannya di luar negeri maka namanya akan dicatat di Konjen atau Keduataan Besar Indonesia yang ada di luar negeri. BNP2TKI pun memiliki data sendiri terkait dengan jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri. Imigrasi pun memiliki data penduduk yang keluar ataupun masuk ke luar negeri. Banyaknya instansi pemerintah yang memiliki 203 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat data oleh politisi dan pemerintah yang terpilihdengan untuk memerintah. ini sayangnya tidak terintegrasi baik sehingga Pandangan Hamdan tersebut berkaitan yang disampaikan pendataan pemilih yang ada dengan di luarapanegeri menjadi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran tidak akurat. Berdasarkan data yang dimiliki KPU pada pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pileg 2014 yang lalu, data pemilih di luar negeri adalah sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sebanyak 2.03.298 pemilih. Namun menurut migrant care empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal data ini masih kurang dari data yang seharusnya akrena budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri setiap tahunnya agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi bertambah. Belum lagi ditambah dengan TKI yang ilgal dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus yang jumlahnya juga tidak sedikit. Untuk itulah KPU perlu Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat berintegrasi dengan instansi yang berkaitan dengan ini, yang menjadi perhatian tidak hanyaterkait political budget cycles, melainkan penyedia data penduduk yangkorupsi ada dipolitik luar negeri. political corruption cycle atau siklus pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat ekstrim. Selain pendataandengan pemilih yang ada di luar negeri, KPU juga perlu kemudahan bagi pemilihtetapi di Masyarakat tidak sajamemberikan dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, luar dibatasi negeri mengingat dalam memberikan pilihannya. juga perlu perbedaan hakikat antara Sebetulnya laki-laki dan perempuan. Sepertitelah halnyamengatur keterwakilan perempuansoal sebagai salah satu Indonesia mengenai pemilih di syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun luar negeri melalui UU No 7/2953 tentang Pemilihan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Anggota Konstituante dan Anggota Dewan Perwakilan 30% keterwakilan perempuan.hak Kondisi ini patut diperjuangkan, Rakyat. Pemberian kepada pemilih yang adamengingat di luar praktiknegeri selamadikenal ini, pihakdengan yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah istilah external voting. ACE project mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini mencatat terdapat empat cara yang dapat dilakukan agar akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemilih di luar negeri dapat memberikan hak pilihnya. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Pertama adalah personal voting. Personal voting adalah Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: pemilih harus menuju ke satu tempat khusus dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI memberikan suaranya, tempat tersebut adalah dapat 2009.” berupa TPS ataupun kantor kedutaan Indonesia yang ada Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik di luar negeri. Kedua, adalah potal voting. Dalam postal Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan voting pemilih memberikan suarnaya di tempat dia tinggal Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana di luar negeri atau tempat khusus yang dia minta untuk kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana menerima surat surat suarauntuk tersebut kampanye diperlukan olehsuara. partai selanjutnya politik dan kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 204 vi dikirimkan kembali ke kantor perwakilan di luar negeri atau dikirim kembali ke negaranya melalui pos. Ketiga adalag proxy vote. Dalam proxy vote pemilih yang tinggal di luar negeri mewakilkan pemberian suaranya kepada orang lain. Bisa kepada orang yang ada di negara asalnya atau yang berada di luar negeri. Yang jelas adalah orang yang mewakili adalah orang yang ditunjuk langsung oleh orang yang bersangkutan. Keempat adalah melalui peralatan elektronik (electronic means). Memberikan suara melalui perangkat elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan internet, personal digital assistance (PDA), maupun telepon atau telepon seluler. Dari keempat cara tersebut, Indonesia baru mempraktekkan dua cara saja yaitu metode personal vote dan postal vote. (Husein, 2014, p. 278) Mekanisme Pendaftaran Pemilih Agar permasalahan dalam pemutakhiran daftar pemilih tidak terulang, sejumlah mekanisme baru dalam pemutakhiran daftar pemilih ditawarkan. Jika sumber data yang sebelumnya digunakan adalah data kependudukan yang berasal dari pemerintah, maka kedepan sumber data yang digunakan sebagai sumber data adalah DPT pemilu terakhir. Data kependudukan yang berasal dari pemerintah yang dikenal dengan DP4 tetap digunakan sebagai data tambahan dan juga sebagai alat untuk mengsingkronisasi dengan DPT pemilu terakhir. Selain itu KPU juga mengintegrasikan data DPT terakhir dengan data-data kependudukan lainnya seperti data pemilih yang 205 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat ada oleh di politisi pemerintah yang terpilih untuk memerintah. luar dan negeri. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Ketika data DPT pemilu terakhir dan data kependudukan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dari pemerintah sudah disingkronkan maka KPU pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Kabupaten/Kota dapat langsung menyusun Daftar Pemilih sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Sementara (DPS). Masyarakat, partai politik, dan peserta empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pemilu dapat memberikan masukan terhadap DPS ini budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara waktu hari.pada Kemudian KPUPemilu, Kabupaten/Kota agregatdalam maupun secara30 spesifik tahun-tahun terkonfirmasi melakukan perbaikan terhadap DPS tersebut dan daftar dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pemilih langsung ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Tetap. Dengan mekanisme harapannya KPU ini, yang menjadi perhatian tidak hanyaseperti politicalini budget cycles, melainkan tidak perlu berpanjang-panjang dalam menetapkan daftar political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilupemilih. yang telahJika meningkat ekstrim. masih dengan ada warga negara yang memiliki hak pilih namun terdaftar dalamsebagai daftarsatu pemilih terdapat Masyarakat tidak tidak saja dapat ditafsirkan kesatuan, tetapi ruang untukmengingat didata dalam Daftarhakikat Pemilihantara Khusus (DPK). juga perlu dibatasi perbedaan laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu SelainSeperti itu bagi pemilih yang sudah terdaftar namun pada syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun hari pemungutan suara tidak dapat memilih di TPS tempat 2012 menegaskan setiap partai politik maka pesertapemilih pemilu tersebut harus memenuhi yang bersangkutan terdaftar dapat 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dimasukkan dalam Daftar Pemilih Pindahan. Dalam praktikmelakukan selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen pemerintah proses pemutakhiran daftarmaupun pemilih dapat mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dilakukan dengan teknologi informasi seperti yang selama akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ini dikembangkan oleh KPU. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Pertama, hak pilih seorang warga negara dalam pemilu Kesimpulan diatur baik dalam standar internasional dan juga dalam Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik konstitusi 1945dalam Pasaltulisan 27 ayat (1) yang berbunyi Supriyanto dan LiaUUD Wulandari berjudul Transparansi dan “SegalaPengelolaan warga negara bersamaan di dalam Akuntabilitas Dana Kampanye,kedudukannya menguraikan bahwa dana hukum dansalah pemerintahan dan wajib hukum kampanye adalah satu hal penting dalammenjunjung proses pemilu. Dana kampanye oleh partai politiktidak dan ada kandidatnya untukSerta dapat dan diperlukan pemerintahana itu dengan kecualinya”. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 206 vi Pasal 28D ayat (1) dan (3) yang menjelaskan “ (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jeminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum; (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan” Kedua, walaupun sudah dijamin dalam konstitusi namun dalam perjalan pemilu pasca-reformasi masih terdapat sejumlah permasalahan terkait dengan pemutakhiran daftar pemilih. Permasalahannya tersebut antara lain terkait dengan (1) sumber data pemilih. Selama ini sumber data untuk pemutakhiran data pemilih adalah data yang berasal dari pemerintah atau Data Penduduk Potensi Pemilih Pemilu (DP4). Data ini dianggap tidak akurat karena terdapat sejumlah permasalahan seperti selisih data dengan data yang dimiliki BPS. Selain itu data penduduk dari pemerintah tidak akurat karena masih banyak penduduk yang tidak melaporkan peristiwa kependudukan yang terjadi seperti pindah domisili, melaporkan keluarga yang sudah meninggal dunia, atau berganti identitas kependudukan. Masalah lainnya adalah terkait dengan anggaran. Karena anggaran untuk pemutakhiran data pemilih seringkali datang terlambat sehingga petugas di lapangan tidak dapat melakukan pemutakhiran daftar pemilih secara maksimal. Masalah lain yang muncul adalah seringkali terdapat pergantingan penyelenggara pemilu di daerah ketika tahapan pemutakhiran daftar pemilih sedang berjalan. Ketiga, isu usia minimal untuk dapat dikategorikan menjadi pemilih. Selama ini usia memilih yang diterapkan 207 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat adalah oleh politisi pemerintah yang terpilih untuk memerintah. 17 dan tahun. Namun hal ini sempat menjadi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan perdebatan karena usia 17 tahun masih dikategorikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi sebagai anak-anak. Sehingga sempat muncul Anggaran untuk pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles menaikkan usia memilih menjadi 18 tahun. Namun diskusi sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang berkembang adalah walaupun usia 17 tahun masih empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dalam kategori anak-anak namun usia ini sudah memiliki budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara identitas kependudukan. Selain itu dengan memberikan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi hak pilih kepada warga negara yang sudah berusia 17 tahun dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dapat meningkatkan partisipasi pemilih dan juga dapat Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mengangkan isu lokal kalangan muda. ini, yang menjadi perhatian tidakdari hanya politicalanak budget cycles, melainkan Keempat, cycle syaratatau sudah atau pernah menikah ikut political corruption siklus korupsi politik pada untuk tahun-tahun Pemilupemilu yang telah meningkat ekstrim. karena hal ini dianggap juga menjadidengan permasalahan melegalkan di bawah sebagai usia. satu kesatuan, tetapi Masyarakat tidakpernikahan saja dapat ditafsirkan juga perluKelima, dibatasi perlu mengingat perbedaankembali hakikat memberikan antara laki-lakihak dan didiskusikan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai kembali salah satu pilih kepada TNI/Polri. Isu mengenai pemberian syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun hak pilih untuk TNI/Polri muncul karena ada pengalaman 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi trauma masa lalu. Pertimbangan memasukkan kembali 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat TNI/Polri sebagai salah satu warga negara yang diberikan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah hak pilih adalah karena memilih adalah hak sipil setiap mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini warga negara baik itu sipil ataupun militer. Di sejumlah akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam negara yang menerapkan aturan ini pun tidak bukti bahwa hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pilihan dari tulisannya militer adalah hasil dari“Perempuan komando atasannya. Paramastuti dalam yang berjudul: dan Korupsi: Hak sipil perlu Menghadapi diberikan kepada Pengalaman Perempuan Korupsisetiap dalam warga Pemilu negara DPR RI 2009.”karena hak sipil berbeda dengan terlibat secara langsung dalam berpolitik sehingga pilihan untuk memasukkan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik militer dalam hak pilih perlu dipertimbangkan. Supriyanto danke Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyePertama, diperlukanbatas oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat usia memilih tetap diberikan kepada berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Rekomendasi 208 vi warga negara yang sudah memasuki usia 17 tahun tetapi tidak perlu disertakan syarat sudah atau pernhah menikah. Kedua, perlu mempertimbangkan kembali untuk memasukkan TNI/Polri sebagai warga negara yang diberikan hak pilihnya karena hak pilih merupakan hak sipil namun perlu dipertimbangkan bagaimana teknis pengaturan tata cara pemilihan bagi prajurit karena prajurit TNI/Polri sering kali ditugaskan berpindahpindah tempat. Ketiga, sumber data untuk pemutakhiran daftar pemilih diserahkan kepada DPT pemilu terakhir dan KPU sebagai pengelola utama pemutakhiran daftar pemilih. Sehingga KPU tidak bergantung kepada data kependudukan dari pemerintah. Keempat, proses pemutakhiran daftar pemilih yang selama ini panjang dan rumit perlu dipersingkat. Selama ini data pemilih ditetapkan jauh-jauh hari sebelum hari pemungutan suara karena untuk sjumlah kepentingan seperti untuk kepentingan logistik. Jika menggunakan data DPT pemilu terakhir maka KPU sudah dapat memprediksi berapa jumlah pemilih pada pemilu berikutnya sehingga dapat langsung memperkirakan kebutuhan logistik di TPS. Kelima, perlu dilakukan integarsi antar-lembaga terkait dengan pendataan pemilih di luar negeri karena setiap lembaga memiliki data-data mengenai warga negara Indonesia di luar negeri. 209 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Referensi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Husein, H. (2014). Pemilu Indonesia. Fakta, Angka, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Ananlisis, damYuna Studimenjelaskan Banding. Jakarta: Perludem. pada Tahun Pemilu.” bahwa Political budget cycles Ramlan Surbakti, D. S. (2012).dengan Seri berbagai Demokrasi sudah menjadi fenomena universal didukung studi empirisElektoral. di berbagaiMeningkatkan Negara. BerbagaiAkurasi variabelDaftar yang mempengaruhi politcal Pemilih. Jakarta: budgetKemitraan. cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Supriyanto, D & Mellaz, A. (2011). Ambang Batas dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Perwakilan: Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Penyederhanaan Sistem Kepartaian dan Proposionolitas ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Hasil Pemilu. Jakarta : Perludem. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 210 vi Menyederhanakan Sistem Kepartaian Heroik M. Pratama Abstrak This study try to eleborate how to simplify the political parties system in Indonesia through minimizing district magnitude, as one of technical variable electoral system. Referring to the simulations with calculate ballot letters political parties election 2014 using the district magnitude 3-6 seats , 3-8 , 3-10 with four different formula calculation: hare, droop, d’hond, and saint lague. Showing that, 3-6 varian district magnitude able to do simplicity political parties system and encourages the creation of a pluralism limited political parties system. Kata kunci: sistem pemilu, sistem kepartaian, daerah pemliihan. Pengantar Sejak pemilu pertama 1955 sampai dengan pemilu 2015, terdapat lebih dari dua partai politik relevan dalam pengambilan keputusan di parlemen yang menandakan dianutnya sistem multipartai di Indonesia. Adanya pemilahan sosial masyarakat “social claveges” secara 211 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat suku, oleh politisi dan dan pemerintah terpilih untuk memerintah.bagi budaya, agamayang menjadi suatu keniscayaan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Indonesia menerapkan sistem multipartai dengan tujuan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran untuk menampung representasi politik yang beragam pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dengan berbagai ideologi maupun program yang diusung sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi oleh partai politik. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Meski dinilai relevan dari sudut pandang sistem sosial budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dari sudutpada pandang sistem Pemilu, politik terkonfirmasi khususnya agregatmasyarakat, maupun secara spesifik tahun-tahun sistem multipartai dalam sistem praktek pemerintahan penganggaran dipenerapan Indonesia yang berkaitan dengantidak siklus sepenuhnya mampu berjalan seirama dengan sistem Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pemerintahan presidensialisme yang diusung. Adanya ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan purifikasi pemerintahan yang political corruptionsistem cycle atau siklus korupsipresidensialisme politik pada tahun-tahun Pemiluditandai yang telah dengan meningkatdipilihnya dengan ekstrim. secara langsung presiden dan wakil presiden melalui mekanisme umum Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai pemilihan satu kesatuan, tetapi (pemilu). Menempatkan presidenhakikat terpilih sebagai single juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. halnya perempuan sebagai salah satu cheif Seperti executive yangketerwakilan memiliki kewenangan dan tanggung syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun jawab untuk mengambil keputusan dan kebijakan publik. 2012 menegaskan setiap partaidalam politiksetiap pesertaperumusan pemilu haruskebijakan memenuhi Akan tetapi karena 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat publik seperti APBN, presiden harus memperoleh praktikpersetujuan selama ini, pihak duduk baik di parlemen maupun pemerintah dariyang lembaga legislatif. Sehingga, sering kali mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini presiden terpilih mengalami kesulitan untuk menghasilkan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kebijakan ketika harus berhadapan dengan parlemen hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita karena banyaknya partai politik dengan tingkat fragmentasi Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: politik yang cukup tinggi, ditambah dengan adanya koalisi Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI partai politik minoritas pengusung presiden terpilih. 2009.” Studi yang dilakukan olehakuntabilitas Hanta Yudha (2010)politik, misalnya, Masih berhubungan dengan tema keuangan Didik berhasil menunjukan ketidakberdayaan pemerintahan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Susilo Pengelolaan BambanganDana Yudhoyono dihadapan parlemen Akuntabilitas Kampanye, menguraikan bahwayang dana setiap saat salah bisa menolak publik yangpemilu. diusulkan kampanye adalah satu hal kebijakan penting dalam proses Dana pemerintah. kemudian pemerintahan kampanye diperlukanHal olehinipartai politik mendorong dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 212 vi SBY untuk membangun koalisi lebih gemuk melibatkan enam partai politik Demokrat, PKS, Golkar, PPP, PKB, dan PAN untuk mempermudah proses persetujuan kebijakan publik yang diusulkan presiden kepada DPR. Pada sisi lain, Dodi Ambardi (2009) dalam studinya “Mengungkap Politik Kartel” melihat terdapat kebijakan yang berbasis transkasional dari dihadapkannya sistem pemerintahan presidensialisme dengan sistem kepartaian multipartai. Karena adanya ketidaksepahaman antara partai politik di parlemen dengan pemerintah dalam pembahasan kebijakan publik tertentu, adanya transaksi antara eksekutif dan legislatif menjadi sarana sekaligus pelumas untuk memuluskan kebijakan publik yang diusulkan. Sehingga sering kali praktek ini berujung pada korupsi. Kompleksitas, inefektivitas, dan instabilitas memang sudah menjadi paradoks dasar dari relasi yang ditimbulkan antara sistem pemerintahan presidensialisme dengan sistem multipartai ekstrim. Jika merujuk pada studi yang dilakukan oleh Scott Mainwering (1993) sebagian besar negara yang mampu mempertahankan sistem pemerintahan presidensialisme ialah negara yang menerapkan sistem dwi partai. Sedangkan negara-negara yang menerapakan sistem presidensialisme dengan sistem multipartai secara bersamaan, sebagian besar mengalami deadlock akibat tingginya tingkat fragmantasi politik di parlemen yang berujung pada konflik antara eksekutif dan legislatif. Salah satu cara untuk mengukur tingkat fragmantasi 213 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat politik oleh politisi pemerintah Laaks yang terpilih memerintah. di dan parlemen, dan untuk Taagepera (1979) Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan memformulasikan rumus matematis indeks effective Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran number of parliamentary parties atau yang dikenal dengan pada Tahun menjelaskan bahwahitung Political budget cycles istilahPemilu.” ENPP. Yuna Semakin tinggi hasil indeks ENPP sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi maka semakin terfragmantasi dan semakin tidak efektif empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dalam pengambilan keputusan. Sedangkan semakin rendak budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara nilai ENPP maka semakin efektif pula proses perumusan agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi kebijakan publik karena tingkat fragmantasi politik yang dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus rendah. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Dari pemilu sampai dengan pemilu ini, yang menjadi perhatian1955 tidak hanya political budget cycles, terakhir melainkan 2014, indekscycle ENPP rendahpolitik terjadi masa political corruption atau paling siklus korupsi padapada tahun-tahun Pemilupemerintahan yang telah meningkat dengan ekstrim. orde baru. Hal ini karena hanya terdapat tiga partai politik sebagai pemilih dan pemilu-pemilu Masyarakat tidak saja dapatpeserta ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi yangdibatasi diselenggarakan masa hakikat orde baru tidak berjalan juga perlu mengingat pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagaiSehingga salah satu sesuaiSeperti dengan prinsip pemilu yang demokratis. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun rendahnya indeks ENPP dan efektifnya penyelenggaraan 2012 menegaskan setiapselama partai politik pemilu harus memenuhi pemerintahan orde peserta baru dilatarbelakangi oleh 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat rekayasa sistem politik yang dilakukan oleh rezim. praktikSedangkan selama ini, pihak yangreformasi, duduk baik di parlemensistem maupunpolitik pemerintah pasca dimana di mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Indonesia lebih terbuka dan penyelenggaran pemilu akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dilaksanakan sesuai dengan prinsip jujur, adil, langsung, hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita umum, bebas, dan rahasia. Menghasilkan tingkat ENPP Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: yang sebagian besar terfragmantasi dan cenderung tidak Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI efektif dalam setiap pengambilan keputusan. 2009.” Dengan melihat tersebut, keuangan upaya melakukan Masih berhubungan denganrealitas tema akuntabilitas politik, Didik penyederhanaan sistemdalam kepartaian multipartai ekstrim Supriyanto dan Lia Wulandari tulisandari berjudul Transparansi dan yang jumlahnya lima partai politik relevan di Akuntabilitas Pengelolaanlebih Danadari Kampanye, menguraikan bahwa dana parlemen dengan jumlah kampanye adalah menuju salah satumultipartai hal penting moderat dalam proses pemilu. Dana maksimal limaoleh partai relevan parlemen, menjadi kampanye diperlukan partai politikdidan kandidatnya untukfokus dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 214 vi bahasan utama di setiap revisi UU Pemilu. Peningkatan besaran parliementary threshold (PT) atau ambang batas parlemen bagi setiap partai politik untuk memperoleh kursi DPR, menjadi salah satu variabel dari sistem pemilu yang selalu diupayakan untuk memangkas jumlah partai politik di DPR. Tetapi, realitasnya pada Pemilu 2009 dengan besaran PT 2,5% menghasilkan sembilan partai politik di DPR dengan jumlah partai relevan sebanyak enam partai, dan Pemilu 2014 lalu dengan besaran PT 3,5% menempatkan sepuluh partai politik di DPR dengan tingkat ENPP 8,2. Yang artinya Indonesia masih menganut sistem multipartai ekstrim dengan terdapat lebih dari lima partai politik di parlemen. Keberadaan PT sering kali dijadikan jalan pintas bagi partai politik besar khususnya untuk membatasi partaipartai politik kecil untuk meraih kursi DPR. Turki adalah salah satu negara dengan besaran tertinggi di dunia yakni 10% yang menghasilkan dua partai politik di parlemen. Tetapi dampak buruk yang dihasilkan dari semakin tinggi PT ialah disproposionalitas suara pemilih dalam pemilu, atau terbuangnya secara sia-sia suara pemilih bagi partai politik yang tidak mampu meraih ambang batas tersebut. Berkaca dari pengalaman serta dampak negatif tersebut, peningkatan besaran PT tidak dapat dijadikan sarana untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia. Untuk itu tulisan ini berusaha untuk menawarkan sebuah rekayasa sistem pemilu dengan merubah besaran district magnitude atau besaran alokasi per-daerah pemilihan yang dikolerasikan dengan formula penghitungan suara, 215 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat dalam oleh politisi dan pemerintah yang terpilihsistem untuk memerintah. rangka menyederhanakan kepartaian di Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apabesar yang disampaikan Indonesia. Untuk membuktikan sebarapa pengaruh Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran dari kombinasi dua variabel sistem pemilu ini terhadap pada Tahun Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sistemPemilu.” kepartaian, studi ini akan disimulasikan dengan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi perolehan suara partai politik Pemilu 2014. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Sehingga paling tidak terdapat tiga hal yang akan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara darispesifik studi pada ini: pertama, membentuk daerah agregatdihasilkan maupun secara tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi baru dengan besaranyang 3-6 berkaitan dan 3-8 dengan perdaerah dalam pemilihan praktek penganggaran di Indonesia siklus pemilihan. Kedua, menghitung perolehan kursi partai Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat politik pemilihan dengan menggunakan ini, yang menjadiper-daerah perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan besaran district magnitude dan formula penghitungan yang political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemiluberbeda-beda. yang telah meningkat dengan ekstrim. besaran indeks ENPP Ketiga, menghitungan dari hasil perolehan partaisebagai politiksatu dengan besaran Masyarakat tidak saja dapatkursi ditafsirkan kesatuan, tetapi alokasi kursimengingat dan formula penghitungan yanglaki-laki berbedajuga perlu dibatasi perbedaan hakikat antara dan perempuan. Sepertimelihat halnya keterwakilan perempuan salah satu beda untuk sistem kepartaian yangsebagai terbentuk. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Sistem pemilu dan sistem kepartaian merupakan satu mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Bentuk Dan sistem pemilu yang beririsan hukumlainnya. dan pemerintahan. kondisi tersebut telahdianut ditulis oleh Nindita secara langsung dengan bentuk sistem kepartaian disuatu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: negara. Studi yang dilakukanKorupsi Maurice Duverger Pengalaman Perempuan Menghadapi dalam Pemilu (1950) DPR RI 2009.”berhasil menjelaskan sistem pemilu plurality majority Sistem Pemilu dan Sistem Kepartaian selalu menghasilkan dua partai keuangan dan sistem pemilu Masih berhubungan dengansistem tema akuntabilitas politik, Didik propotional representation berhasil membentuk sistem Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan banyakPengelolaan partai atau multipartai. ini terjadi karena Akuntabilitas Dana Kampanye, Hal menguraikan bahwa dana adanya efek mekanis ditimbulkan daripemilu. variabelkampanye adalah salah satu halyang penting dalam proses Dana kampanye diperlukan oleh partai danyang kandidatnya untuk dapat variabel langsung sistempolitik pemilu berfungsi untuk berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 216 vi mengkonversi suara menjadi kursi. District magnitude atau besaran alokasi kursi per-daerah pemilihan dan electoral formula atau formula penghitungan suara menjadi kursi, menjadi dua varibel langsung dari sistem pemilu yang berpengaruh pada sedikit banyaknya jumlah kursi partai politik di parlemen. District magnitude merupakan jumlah alokasi kursi parleman yang disedikan dalam satu daerah pemilihan untuk diperebutkan oleh partai politik. Secara teoritik besaran daerah pemilihan diklasifikasikan kedalam dua jenis yakni: Pertama, daerah berkursi tunggal single member constituency maksudnya ialah didalam satu daerah pemilihan terdapat satu kursi parlemen yang diperebutkan. Kedua, besaran daerah pemilihan berkursi jamak multi member constituency atau lebih dari dua kursi yang diperebutkan dalam satu daerah pemilihan. Multi member constituency district magnitude terbagi dalam dua jenis: besaran daerah pemilihan kecil yang dalam satu daerah pemilihan terdapat 2-5 kursi yang diperebutkan, besaran daerah pemilihan sedang yaitu dalam satu daerah pemilihan terdapat 6-10 kursi, dan besar daerah pemilihan besar yang terdapat lebih dari 10 kursi yang diperubutkan dalam satu daerah pemilihan. Jumlah alokasi kursi per-daerah pemilihan secara tidak langsung mencerminkan jumlah partai politik relevan di parlemen. Single mamber constituency yang digunakan dalam sistem pemilu plurality majority dengan memperebutkan satu kursi dalam satu daerah pemilihan, hanya memberikan ruang pada partai politik besar 217 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat untuk oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memperoleh kursiyang parlemen yang memerintah. berujung pada Pandangan Hamdan tersebut dengan apa yang disampaikan terciptanya sistem duaberkaitan partai seperti Amerika Serikat. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Sedangkan, multi mamber constituency dengan terdapat pada Tahun Pemilu.” Political budget cycles lebih dari satuYuna kursimenjelaskan dalam satubahwa daerah pemilihan untuk sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi diperubatkan, memberikan ruang kepada partai-partai empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal menengah dan partai kecil untuk memperoleh kursi di budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara parlemen. Sehingga varian multi mamber consituency agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi mampu mendorong terciptanya sistem kepartaian dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pluralitas atau multipartai. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Secara perhatian lebih spesifik, menjelaskan ini, yang menjadi tidak hanyaDieter politicalNohlan budget cycles, melainkan korelasi tersebut karena semakin besaran political corruption cycle terjadi atau siklus korupsi politikrendah pada tahun-tahun Pemiludistrict yang telah meningkat dengan ekstrim. magnitude semakin sulit peluang partai politik kecil “gurem” mendapatkan sedangkan Masyarakat tidak sajauntuk dapat ditafsirkan sebagaikursi, satu kesatuan, tetapi apabila besaran daerahperbedaan pemilihan kecil antara denganlaki-laki bilangan juga perlu dibatasi mengingat hakikat dan perempuan. keterwakilan perempuan sebagai satu genapSeperti (2,4,6 halnya dan seterusnya) kecenderungan partaisalah politik syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang memperoleh suara di peringkat ke dua akan memetik 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu memenuhi rezeki (P Kartawidjaja & S Pramono , 2009harus ). Sebaliknya 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat jika besaran daerah pemilihan dengan angka ganjil (1,3,5 praktikdan selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah seterusnya) kecenderungan partai politik peraih suara mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini terbanyak akan meraih kesempatan untuk memperoleh akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam kursi. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Namun demikian,yangkorelasi Paramastuti dalam tulisannya berjudul: pembentukan “Perempuan dan sistem Korupsi: kepartaian ini tidak hanya melibatkan variabel Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu district DPR RI 2009.”magnitude semata tetapi terdapat peran variabel formula penghitungan electoral formula yangkeuangan berfungsi untuk Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik mengkonversi suara dalam menjadi kursi. HalTransparansi ini karena, Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan berjudul dan masing-masing penghitungan suara bahwa memiliki Akuntabilitas Pengelolaanformula Dana Kampanye, menguraikan dana karakter yang berbeda dalam menghitung suarapemilu. partai dan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses Dana mengelaokasikannya dalam wujud di parlemen. kampanye diperlukan oleh partai politik dankursi kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 218 vi Secara teoritik, setiap sistem pemilu memiliki formula penghitungan suaranya masing-masing. Sistem pemilu plurality majority atau yang lebih dikenal dengan istilah sistem pemilu mayoritas dalam proses penghitungan suaranya menekankan pada prinsip the winner take all, yaknikandidat yang meraih suara terbanyak secara otomatis menjadi pemenangnya. Akan tetapi karena terdapat beberapa varian dari sistem pemilu mayoritas salah satunya two round systems, yang menerapkan ambang batas suara 50%+1 yakni hanya kandidat yang memperoleh suara lebih dari 50% yang berhak memperoleh kursi. Adanya penerapan ambang batas ini dilatarbelakangi oleh beberapa aspek yang salah satunya ialah drajat keterwakilan dan dukungan atau legitimasi terhadap kandidat terkait. Berbeda dengan sistem Pemilu mayoritas, dalam sistem pemilu proposional terdapat dua bentuk formula penghitungan suara yakni kuota dan divisor yang didalamnya memiliki variannya masing-masing. Pertama, formula penghtiungan suara kuota terbagi kedalam dua varian: kuota hare dan kuoata droop. Kuota hare atau yang lebih dikenal dengan sisa suara terbanyak (the largest remainder). Formula ini banyak digunakan di negara Austria, Belgia, Denmark, Yunani, Islandia, dan juga Italia untuk memilih majelis rendah. Dalam formula ini terdapat dua varian teknin penghitungan yakni varian Kuota Hare dan Kuota Droop dengan karakter utama adanya bilangan pembagai pemilih. Untuk kuota Hare rumus yang digunakan untuk 219 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat memperoleh oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. bilangan pembagi pemilihuntuk ialah: HQ= V(vote)/ Pandangan berkaitan dengan apadiketahui, yang disampaikan S(seat).Hamdan Setelah tersebut bilangan pembagi pemilih total Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran perolehan suara partai atau kandidat akan dibagi kedalam pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan Political budget cycles bilangan tersebut dan jika masihbahwa ada sisa hasil pembagian, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kursi akan dialokasikan kepada sisa suara terbesar. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Sedangkan dalam varian kuota Drop yang membedakan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara adalah adanya rumus mencari bilang pembagi pemilih yang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi di tambah satu DQ= V(vote)/S(seat)+1. Varian formula dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus penghitungan suara ini, sangat ramah bagi partai politik Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dengan suara yang tidak terlalu signifikan. ini, yang menjadiperolehan perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Hal ini karena, adanya bilang pembagi yang ditentukan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun perolehan suara partai dalam pemilu secara Pemiluoleh yang besaran telah meningkat dengan ekstrim. keseluruhan. Sehingga formula ini sangat untuk Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai saturelevan kesatuan, tetapi mengakomodir partai-partai politik kecil untuk duduk juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki di dan kursi parlemen. perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Kedua, formula penghitungan divisor terbagi kedalam 2012 menegaskan politik peserta pemilu harus memenuhi dua variansetiap yang partai diantaranya: Divisor Jefferson/D’Hondt 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, dengan Divisor Webster/St Lague. Jika dalam mengingat formula praktikkuota selamabilang ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah pembagi pemilih terlebih dahulu dicari melalui mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini rumus, sedangkan formula divisor bilang pembaginya akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam sudah ditentutkan. Untuk varian D’Hondt bilangan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pembagi terdiri dari angka 1,2,3,4,5... dst, sedangkan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: varian Webster bilangan pembagi terdiri dari angka-angka Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI ganjil seperi 1,3,5,7... dst. Bilangan pembagi ini akan terus 2009.” dibagi sampai dengan jumlah suara habis terbagi dan akan Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik diambil nilai suara terbesar untuk dialokasikan kedalam Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan kursi sesuai denganDana jumlah kursi yang diperbutkan dalam Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana satu daerah pemilihan. Sehingga formula penghitungan kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana ini diperlukan lebih menguntungkan partai besaruntuk dengan kampanye oleh partai politik dan politik kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 220 vi perolehan suara yang signifikan untuk meraih banyak kursi di Parlemen. Dengan kata lain, formula ini sedikit banyak merugikan partai-partai kecil untuk meraih kursi parlemen dan relevan untuk digunakan dalam rangka menyederhanakan sistem kepartaian. Meski demikian, dalam melihat sistem kepartaian sering kali terjebak pada nalar jumlah partai politik di parlemen. Sebagai contoh, pada tahun 2005 hasil Pemilu Inggris menempatkan 12 partai politik duduk di parlemen. Dari 646 kursi parlemen Inggris, hanya terdapat dua sampai dengan tiga partai politik yang memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan, karena adanya konsentrasi kursi parlemen pada tiga partai dua partai besar: Partai Buruh (356 kursi), Partai Konservatif (198 kursi), dan Partai Liberal (62 kursi). Sedangkan 30 kursi lainnya tersebar ke sembilan partai dengan perolehan kursi satu hingga sembilan. Dari sinilah kemudian Inggris dikategorisasikan sebagai negara yang menganut sistem dua partai dwi partys sisytems. Untuk itu dalam melihat bentuk sistem kepartaian, Laakso dan Taagepera (1979) memperkenalkan rumus matematis effective number of parliamentary parties atau yang disebut dengan indeks ENPP. Formula penghitungan ini digunakan untuk melihat berapa banyak partai politik relevan atau sebarapa banyak jumlah kursi di parlemen yang terkonsentrasi kepada partai politik tertentu. Formula ini berlandaskan pada pertanyaan: apakah kekuatan politik terkonsentrasi pada satu partai, atau terbagi di antara berbagai partai politik ? (Supriyanto, D & Mellaz, A, 2011, 221 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat hal. oleh politisi dan pemerintah terpilihIndeks untuk memerintah. 30). Secara lebih jauhyang formula ENPP tersebut Pandangan Hamdanberikut: tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan adalah sebagai Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupunmenggunakan menjelang Pemilurumus 2014. Melihat perkembangan saat Dengan matematis tersebut, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan barulah dapat diketahui bentuk sistem kepartaian yang political corruption cycle atau siklus korupsi padapolitik tahun-tahun dianut oleh suatu negara. Salah satupolitik ilmuwan asal PemiluItalia yang telah meningkat dengan ekstrim. Giovanni Satori paling tidang mengklasifikasikan Masyarakat saja dapat kesatuan, tetapi sistem tidak kepartaian keditafsirkan dalam sebagai tujuh satu kategori bentuk juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara dan diantaranya one party system/sistem partailaki-laki tunggal, perempuan. Seperti halnya keterwakilanhegemonik, perempuan sebagai salah satu hegemonic party/partai predominant syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun party/partai predominan, two party/dua partai, limited 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pluralism/pluralisme terbatas, extreme pluralism/ 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat pluralisme ekstrem dan atomized/ atomik. Tetapi untuk praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah sistem pluralisme atau yang lebih dikenal dengan sistem mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini multipartai, ia membagi kedalam dua bentuk yakni limited akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pluralism atau multipartai sederhana yakni jumlah kursi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita di parlemen terkonsentari sampai lima partai Paramastuti dalam tulisannya yang kedalam berjudul: tiga “Perempuan dan Korupsi: politi. Perempuan Dan, extreme pluralism atau dalam multipartai Pengalaman Menghadapi Korupsi Pemiluekstrim DPR RI 2009.”dengan terdapat konsentrasi kursi lebih dari lima partai politik di parlemen. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Sistem Kepartaian SupriyantoTipologi dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Tingkat Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Jumlah Jarak Ideologis kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana Partai Rendah Tinggi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 222 vi 3–5 Pluralisme Moderat Pluralisme terbatas namun terpolarisasi >5 Plurlisme Ekstrem Pluralisme Terpolarisasi (Ambardi, 2009, hal. 11) Rekam Jejak Sistem Kepartaian Pemilu 1955 sebagai pemilu nasional pertama bagi Indonesia menjadi penanda era multipartai jilid pertama. Tercatat, 34 partai politik terdaftar sebagai peserta pemilu dan menghasilkan 28 partai politik yang berhasil meraih kursi DPR. Kendati demikian, indeks ENPP Pemilu 1999 sebesar 6.4 yang berarti terdapat enam partai dominan di parlemen dalam mengambil keputusan antara lain: Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi dengan perolehan 57 kursi; Nahdlatul Ulama (NU) 45 kursi; Partai Komunis Indonesia 39 kursi; Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dengan perolehan masing-masing 8 kursi. Kegaduhan dan stabilitas politik negara yang berujung pada jatuh bangunnya kabinet pada era pemerintahan parlementer, nampaknya sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima dari penerapan sistem multipartai ekstrim. Hal ini karena adanya rentang jarak ideologi yang cukup jauh antar partai politik, dimulai dari ideologi kiri dengan aliran nasionalis dan komunis direpresentasikan oleh PNI 223 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat dan oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. PKI, dengan partai politik berhaluan agama sebagai Pandangan berkaitan dengan yang disampaikan ideologiHamdan seperti tersebut Masyumi, NU, PSII, danapa Parkindo. Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Konflik berkepanjangan antar partai, memaksa presiden pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles pertama Indonesia mengeluarkan Penpres No. 7/1959 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi yang disusul dengan dikeluarkannya Penpres 13/1960 empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal mengenai penagkuan, pengawasan, dan pembubaran partai budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dibawah sistem pada demokrasi terpimpin alaterkonfirmasi Soekarno agregatpolitik maupun secara spesifik tahun-tahun Pemilu, dalam Pamungkas 2012: Daridengan 28 partai dalam (Dhakidae praktek penganggaran di Indonesia yang 152). berkaitan siklus politik yang ada, hanya tersisa sepuluh partai politik yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat diakui oleh pemerintah: PNI,political NU, PSII, PERTI, Parkindo, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya budget cycles, melainkan Partai Katolik, Partindo, IPKI, dan politik PKI yang political corruption cycle atau siklus korupsi padaberdampak tahun-tahun Pemilupada yang telah meningkat dengan terciptanya sistemekstrim. kepartaian predominant. Partai Komunis Indonesia (PKI)sebagai menjadi satu-satunya Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi partai politikmengingat yang paling dominan dalam menjalankan juga perlu dibatasi perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti keterwakilan perempuan sebagai salahtiga satu perannya dihalnya pemerintahan karena, adanya politik syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun kaki yang diterapkan oleh Soekarno dengan militer untuk 2012 menegaskan setiap partai politikdalam peserta pemilu harus memenuhi mengokohkan kekuasaanya demokrasi terpimpin. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Setelah sang proklamator meninggalkan kursi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah kepresidenannya, Indonesia mengalami era multipartai mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini jilid kedua dibawah rezim otoritarian Soeharto yang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ditandai dengan diberlakukannya fusi partai. Dalam rangka hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita menciptakan stabilitas politik dan “Perempuan mengamankan posisi Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: dan Korupsi: rezim,Perempuan Soeharto melakukan partai politik Pengalaman Menghadapipenyederhanaan Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”dengan mengabungkan partai politik peninggalan orde baru kedalam dengan dua kelompok koalisi: keuangan PNI, IPKI, Murba, Masih berhubungan tema akuntabilitas politik, Didik Parkindo, Partai dalam Katolik menjadi Partai Demokrasi Supriyanto dan Liadan Wulandari tulisan berjudul Transparansi dan Indonesia (PDI). Serta NU, Parmusi, PSII, Akuntabilitas Pengelolaan Danadigabungkanya Kampanye, menguraikan bahwa dana dan adalah Perti menjadi Partai Pembangunan (PPP). kampanye salah satu hal Persatuan penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeSelain diperlukan oleh era partai politik dan kandidatnya untuk dapat itu, pada politik kepartaian ini muncul partai berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 224 vi baru dari rahim negara yang berfungsi sebagai instrumen kontrol negara terhadap kehidupan politik Indonesia dengan nama Golongan Karya atau Golkar. Kondisi ini disebut oleh Satori (dalam Arifin 2005: 35) sebagai party state system karena sulit membedakan antara negara dengan partai politik yang memiliki kekuasaan layaknya negara. Sistem kepartaian pada era orde baru lahir dibawah rekayasa politik rezim dengan menutup ruang partai politik untuk tumbuh kembang secara alamiah dari masyarakat dan menciptakan interaksinya sendiri baik pada arena pemilu maupun arena pemerintahan. Dari enam Pemilu (1971, 1977, 982, 1987, 1992, 1997) yang dilangsungkan selama orde baru, selalu menempatkan Golkar sebagai partai pemenang pemilu (lihat grafik ENPP) dengan memanfaatkan alat-alat negara seperti birokrasi dan TNI. Sehingga pada waktu itu pemilu hanya dijadikan sebagai formalitas dengan mengenyampingkan prinsip dan tujuan utama pemilu sebagai rotasi kekuasaan demi memperoleh pengakuan internasional sebagai negara demokratis. 225 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehPasca politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. tumbangnya rezim otoritarian orde baru melalui Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apamengalami yang disampaikan gelombang reformasi 1998, Indonesia era Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran multipartai jilid III ditengah iklim demokrasi yang pada Tahun Pemilu.” Yunamelalui menjelaskan bahwa Political budgetjujur, cycles semakin terbuka penyelenggaran pemilu sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia di bawah sistem empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pemilu proposional daftar tertutup. Pemilu 1999 menjadi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara titik balik sistem multipartai di Indonesia dari party agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi state system menjadi multipartai terbatas atau limited dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pluralism. Tercatat sebanyak 141 partai politik yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat mendaftar sebagaitidak peserta 48 cycles, partaimelainkan politik ini, yang menjadi perhatian hanyapemilu politicaldan budget dinyatakan pemilu dengan political corruptionlolos cycleverifikasi atau siklussebagai korupsipeserta politik pada tahun-tahun 21 partai politik di DPR (Pamungkas 2009: Pemilumenempatkan yang telah meningkat dengan ekstrim. 90). Adapun ENPP yang dihasilkan sebesar 4.7 atau Masyarakat tidak indeks saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi empat partai politik dominan yang memiliki pengaruh juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan siginfikan partai perempuan. Sepertidalam halnya formulasi keterwakilankebijakan. perempuanKeempat sebagai salah satu politik tersebut antara lain PDIP 153 syarat verifikasi faktual untuk menjadi pesertadengan pemilu. perolehan UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap Golkar partai politik peserta pemilu harus dan memenuhi kursi, kemudian 120 kursi, PPP 58 kursi, PKB 30% keterwakilan perempuan. sebanyak 51 kursi. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Meski terkategorisasi sebagai sistem mulitipartai mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini terbatas limited pluralism dengan jumlah partai politik akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam tiga sampai dengan lima di parlemen, pemerintahan hasil hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pemilu pertama di era reformasi tersebut tidak mampu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: berjalan secara efektif. Padahal jika merujuk pada toeri Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI sistem kepartaian Satori (1976), limited pluralism memiliki 2009.” pola persaingan sentripetal yang membentuk bipolar Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik coalitional configuration dengan membilah dua kubu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan koalisi Pengelolaan partai politik di Kampanye, parlemen menguraikan sebagai koalisi partai Akuntabilitas Dana bahwa dana pengusung pemerintah dan oposisi pemerintah. Yang kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana tentunya mampu penyelenggaran kampanye diperlukan oleh mendorong partai politikefektivitas dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 226 vi pemerintah melalui mekanisme check and balances. Tetapi realitasnya hal ini tidak berjalan, bahkan terjadi peristiwa impeachment terhadap Presiden Abdurahhman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur. Ketidakstabilan politik pada periode awal pemerintahan reformasi ini, tidak sepenuhnya disebabkan oleh sistem kepartaian limited pluralism. Melainkan, terdapat peran serta sistem pemerintahan presidensialisme di Indonesia yang belum sepenuhnya dijalankan secara murni. Sebelum dilakukannya amandemen UUD 1945 presiden diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Perwakilan (MPR) bukan melalui pemilihan umum langsung. Situasi ini berdampak pada kaburnya partai-partai politik mana yang tergabung dalam koalisi pengusung pemerintah dan partai politik mana saja yang tergabung dalam oposisi. Belum lagi ditambah dengan adanya kekecewaan PDIP sebagai partai politik pemenang Pemilu 1999 dengan jumlah perolehan kursi terbanyak yang tidak berhasil meraih posisi presiden. Pada sisi lain, sistem ketata negaraan pada era awal demokratisasi politik itu masih menempatkan MPR sebagai lembaga negara tertinggi dibandingkan presiden, yang seharusnya tidak terjadi dalam sistem pemerintahan presidensialisme karena terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas separation of power antara eksekutif dan legislatif yang satu sama lain tidak bisa saling menjatuhkan. Sehingga dengan adanya peristiwa bulloggate dan bruneigate menjadi pemicu awal pemakzulan Gus Dur sebagai presiden. Setelah amandemen UUD 1945 terjadi purifikasi 227 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat presidensialisme oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. di Indonesia yang ditandai dengan Pandangan tersebutpemilu berkaitanlangsung dengan apauntuk yang disampaikan adanya Hamdan mekanisme memilih Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran presiden dan wakil presiden. Susilo Bambang Yudhoyono pada Tahun Pemilu.” Yuna Jusuf menjelaskan Political budget cycles dan Muhammad Kallabahwa menjadi presiden dan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi wakil presiden pertama hasil Pemilu 2004. Meski empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal demikian, yang menjadi menarik kemudian terdapat budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pola koalisi partai politik pengusung presiden yang agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi cair tanpa mempertimbangkan identitas partai seperti dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus ideologi nasionalis atau islam. Pada putaran ke dua Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pilpres, SBY-JK oleh cycles, koalisimelainkan partai ini, yang menjadipasangan perhatian tidak hanyadidukung political budget politik yang cycle terdiriatau dari: PKS, PPP, PKPI, political corruption siklus korupsi politik dan padaDemokrat. tahun-tahun Sedangkan Megawati dan Hasyim didukung oleh koalisi Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. kebangsaan dariditafsirkan PDIP, Golkar, PPP, PBR, dan PDS. Masyarakat tidakterdiri saja dapat sebagai satu kesatuan, tetapi Namun demikan, SBY-JK sebagai presiden dan wakil juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan presiden terpilih memilkiperempuan hak prerogratif sebagai perempuan. Seperti halnyayang keterwakilan sebagai salah satu presiden faktual dan wakil untuk pemilu. mengangkat syarat verifikasi untukpresiden menjadi peserta UU No.mentri8 Tahun 2012 menegaskan partaikomposisi politik peserta pemilu harus memenuhi mentrinya.setiap Membuat mentri yang tidak hanya 30% keterwakilan Kondisiprtai ini patut diperjuangkan, mengingat ditempati perempuan. oleh kader-kader politik koalisi pengusung praktikpencalonannya. selama ini, pihak yang dudukterdapat baik di parlemen maupun Tetapi, mentri yangpemerintah berasal mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini diluar koalisi pengusung dengan total delapan partai akan berdampak negatif terhadap mandeknya perempuan dalam politik memperoleh jabatan mentri.aspirasi Hal inilah kemudian hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita menjadi penanda awal terciptanya sistem kepartaian Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: yang terkartelisasi dimana setiap partai politik melepas Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI ideologinya untuk mencapai kepentingan bersama. 2009.” Capres-Cawapres Partai Pendukung Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik PDIP, PDS,Transparansi Golkar, PPP,dan dan Hasyim Supriyanto Megawati dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul PBR menguraikan bahwa dana Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, kampanye SBY adalah dalam proses pemilu. Dana PPP, PKPI,PKS dansalah JK satu hal penting PD, kampanyeGaris diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat bawah : partai sekuler berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 228 vi Miring : partai islam. (Sumber : KPU dalam Ambardi 2009, h. 257) Untuk pemilu legislatif, Pemilu 2004 mulai menerapkan besaran alokasi kursi per daerah pemilihan yang terdiri dari kabupatan, kota, atau gabungan kabupaten kota. Jika pada pemilu sebelumnya daerah pemilihan berbasiskan pada daerah tingkat I atau provinsi, tetapi berdasarkan UU 12/2003 daerah pemilihan DPR adalah provinsi atau bagian-bagian provinsi dengan besaran alokasi daerah pemilihan 3 – 12 kursi. Teradapat 24 partai politik peserta pemilu dan 16 partai politik yang meraih kursi DPR pada Pemilu 2004 dengan indeks ENPP sebesar 7.1 atau tujuh partai politik yang memiliki sebaran kursi signifikan untuk mengambil keputusan: Golkar 127 kursi, PDIP 109 kursi, PKB 52 kursi, PPP 58 kursi, Demokrat 56 kursi, PKS 45 kursi, dan PAN 53 kursi. Dalam hal ini, Pemilu 2004 menjadi penanda dianutnya sistem kepartaian extreme pluralism dengan jumlah partai politik relevan lebih dari lima. Jika melihat karakter dasar dari sistem kepartaian extreme pluralism ialah terciptanya outbiding politics yakni politik saling menjatuhkan antar partai politik akibat adanya perbedaan ideologi secara fundamental antara satu partai politik dengan partai politik lainnya. Namun demikian, karena koalisi antar partai politik dalam mengusung presiden tercipta tanpa memandang ideologi partai maka konflik antara partai politik dalam konteks Indonesia bukan berdasarkan pada perbedaan ideologi maupun program melainkan berdasarkan kepentingan 229 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat partai. oleh politisi yang terpilih memerintah. Haldan inipemerintah sangat nampak padauntuk setiap pembahasan Pandangan Hamdan berkaitan dengan apa yang disampaikan APBN di DPR tersebut selalu ada perbedaan pendapat bahkan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi pengambilan keputusan di parlemen yang tidakAnggaran hanya pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles muncul dari koalisi partai politik pengusung pemerintahan, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi melainkan terdapat pula partai partai politik yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal tergabung dalam koalisi pemerintahan ikut mengkritisi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Situasi politik kepartaian demikian terus berlanjut di dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 2009 menjelang dan Pemilu 2014. Pada Pemilu 2009, untuk PemiluPemilu 2009 ataupun Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat pertama kalinya Indonesia menerapkan pemilu ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budgetsistem cycles, melainkan proposional daftaratau terbuka (open list) memilih political corruption cycle siklus korupsi politikdengan pada tahun-tahun Pemilulangsung yang telahcalon meningkat dengan ekstrim. anggota DPR yang sudah disediakan oleh partai dan dalam surat suara. pemilu Masyarakat tidaktertera saja dapat ditafsirkan sebagaiMenjelang satu kesatuan, tetapi ketiga pada era reformasi, wacanahakikat penyederhanaan partai juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. keterwakilan sebagai salahUU satu politikSeperti mulaihalnya menguat dalamperempuan pembahasan revisi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 12/2003 yang menjadi payung hukum penyelenggaran 2012 menegaskan setiap partai politik ambang peserta pemilu harusparlemen memenuhi Pemilu 2004. Alhasil batas 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, parliamentary threshold mulai diterapkan pada mengingat Pemilu praktik2009 selamadengan ini, pihakbesaran yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 2,5%. Sehingga bagi partai politik mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini yang tidak mampu meraih suara 2,5% pemilih tidak berhak akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam untuk duduk di kursi parlemen. Di samping itu, dari 3-12 hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kursi per daerah pemilihan dirubah menjadi 3-10 kursi per Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: daerah pemilihan. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Dari 16 partai politik di DPR hasil Pemilu 2004, hanya terdapat sembilan partai politik di DPRkeuangan hasil Pemilu 2009 Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas politik, Didik dengan besaran indeks ENPP 6.2berjudul atau terdapat enam Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan Transparansi dan partai Pengelolaan politik relevan di Kampanye, DPR yangmenguraikan dapat mempengaruhi Akuntabilitas Dana bahwa dana keputusan. Meskisatu mengalami penurunan, jumlah tersebut kampanye adalah salah hal penting dalam proses pemilu. Dana tidakdiperlukan terlalu oleh memiliki maknadan yang berarti untuk terhadap kampanye partai politik kandidatnya dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 230 vi jalannya pemerintahan. Hal ini karena hasil Pemilu 2009 masih terkategorisasi sebagai sistem kepartaian pluralisme ekstrim yang selalu berdampak pada kegaduhan antara presiden dengan DPR dalam pengambilan keputusan. Belajar dari Pemilu 2009 yang masih menghasilkan sistem kepartaian pluralisme ekstrim. Menjelang Pemilu 2014 terjadi kembali revisi UU Pemilu Legislatif dengan tujuan untuk menciptakan sistem multipartai sederhana atau limited pluralism. Pembahasan revisi UU 10/2008 cukup menyita waktu karena partai politik terbagi dalam dua kelompok yang berbeda yakni: kelompok pertama terdiri dari partai-partai politik besar yang pro penyederhanaan partai politik dengan menawarkan peningkatan besaran ambang batas parlemen. Kelompok kedua terdiri dari partai-partai politik menengah dan kecil yang menawarkan besaran ambang batas parlemen yang tidak berubah. Namun demikian pada akhirnya disepakati besaran PT ditingkatkan menjari 3,5% dari 2,5%. Akan tetapi, jumlah partai politik di DPR justru meningkat dari sembilan partai menjadi sepuluh partai politik dengan indeks ENPP yang meningkat pula yakni 8,2. Meningkatnya fragmantasi politik di DPR hasil Pemilu 2014 sangat terasa pada awal pemerintahan Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla. Kegaduhan pembahasan UU MD3 dan pemilihan ketua DPR misalnya, menjadi salah satu bukti nyata dari tingginya fragmantasi politik di DPR. Dari sinilah kemudian rangkain rekayasa pemilu yang dilakukan melalui revisi UU Pemilu dengan meningkatkan besaran parliamentary threshold tidak memiliki dampak yang 231 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat cukup oleh politisi dan pemerintah yang terpilih sistem untuk memerintah. signifikan dalam menegaskan pemerintahan Pandangan Hamdan berkaitan dengan apa kepartaian. yang disampaikan presidensial dantersebut menyederhanakan sistem Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, (sumber: hasil hitung besaran enpp berdasarkanmengingat jumlah praktikkursi selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah DPR) mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Gagalnya ambang batas parlemen sebagai variabel Memperkecil Besaran Daerah Pemilihan teknis dari sistem pemilu menyederhanakan sistem Masih berhubungan dengan temauntuk akuntabilitas keuangan politik, Didik kepartaian, menjadi dalam pembelajaran penting bagi para Supriyanto dan Lia Wulandari tulisan berjudul Transparansi dan pemangku kebijakan dalam melakukan revisi UU Pemilu. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Sejauh ini penyederhanaan partai dalam politikproses di artikan dengan kampanye adalah salah satu hal penting pemilu. Dana kampanye diperlukanjumlah oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat mengurangi partai politik di parlemen dengan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 232 vi membatasi banyaknya partai politik yang memperoleh kursi di DPR melalui ketentuan ambang batas. Padahal jika merujuk studi politik kepartaian yang ada, penyederhanaan partai politik ialah menyederhanakan konsentrasi kursi di parlemen kedalam beberapa-beberapa partai politik, dengan tujuan untuk menciptakan kursi mayoritas partai politik di DPR, baik partai politik koalisi pengusung pemerintahan maupun oposisi pemerintah. Untuk itu rumus matematis indeks ENPP hadir untuk melihat jumlah konsentrasi kursi partai politik. Memperkecil besaran district magnitude dapat menjadi salah satu cara relevan yang dapat digunakan untuk menyederhanakan konsentrasi kursi partai politik dalam rangka menciptakan sistem kepartaian pluralisme terbatas dengan jumlah partai politik relevan tiga sampai dengan lima partai politik di parlemen. Jika parlamentary threshold berusaha untuk membatasi partai politik kecil meraih kursi di DPR yang berdampak pada disproposionalitas suara dan terbuangnya suara pemilih secara sia-sia. Sedangkan ketentuan menurunkan besaran alokasi kursi per daerah pemilihan berusaha untuk menciptakan ruang persaiangan yang lebih ketat antara partai politik kecil maupun besar untuk meraih suara terbanyak dalam rangka meraih kursi yang jumlah kursi per daerah pemilihannya lebih diperkecil. Dengan kata lain, semakin kecil besaran dapil semakin sulit partai politik untuk meraih kursi di parlemen. Sedangkan semakin besar alokasi kursi dalam satu dapil semakin mudah bagi partai politik untuk meraih kursi di parlemen. 233 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehKarena politisisistem dan pemerintah yang terpilihdan untuk memerintah. pemilu proposional sistem kepartaian Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan pluralisme menjadi keniscayaan bagi apa Indonesia, maka Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pilihan untuk menurunkan besaran alokasi kursi per pada Tahun Yunaberada menjelaskan Political budget daerahPemilu.” pemilihan pada bahwa 3-8 kursi perdail dan cycles 3-6 sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi kursi perdapil. Meski demikian, dalam menentukan empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal besaran alokasi per daerah pemilihan terdapat beberapa budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara hal yang perlu dipertimbangkan yang salah satunya ialah agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi aspek representasi. Keterkaitan atau ikatan antara pemilih dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dengan partai politik akan dimulai dari pembentukan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat daerah pemilihan. Aspekhanya representasi sendiricycles, dapatmelainkan dilihat ini, yang menjadi perhatian tidak political budget dari berbagaicycle sudutatau pandang tidak hanya dibatasi pada political corruption siklus yang korupsi politik pada tahun-tahun dukungan terhadap partai politik. Tetapi Pemilujumlah yang telah meningkatpemilih dengan ekstrim. dapat pula melalui presfektif idoelogi yang dibawa Masyarakat tidakdilihat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi atau ditawarkan oleh partai politik yang ada terhadap. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Jika dipetakan kembali paling perempuan tidak terdapat tigasalah kutub perempuan. Seperti halnya keterwakilan sebagai satu ideologi yang hari ini masih dimiliki syarat verifikasi faktualpada untuk menjadi peserta pemilu.dan UU tercantum No. 8 Tahun 2012 menegaskan politik peserta pemilu harus memenuhi dalam garissetiap partaipartai politik yakni ideologi nasionalis, agama, 30% keterwakilan perempuan.Secara Kondisilebih ini patut diperjuangkan, mengingat dan pembangunan. jauh pemetaan ini dapat praktikdilihat selama melalui ini, pihaktabel yang duduk baik berikut : di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 234 vi Peta Ideologi Partai Politik Nasionalis PDIP : dengan mengusung ideologi nasionalis dengan menjungjung tinggi Pancasila, UUD 45, dan ekonomi kerakyatan. Gerindra : mengusung ideologi nasionalis pancasila dengan ekonomi kerakyatan. Agama PBB : mengusun ideologi agama islam dengan ekonomi kerakyatan. Pembagunan Demokrat: mengusung ideologi nasionalis religius dengan ekonomi kebangsaan tetapi terbukan terhadap ekonomi lainglobalisasi PKS : mengusung ideologi islam dengan ekonomi kerakyatan. Golkar: propasar menitik beratkan pasar bebas atau ekonomi terbuka, tetapi tetap mencantumkan ideologi pancasila. Hanura : mengusung ideologi nasionalis pancasila dengan ekonomi kerakyatan. PAN : mengusung ideologi pancasila berakar pada moral, agama, kemanusian, dan kemajemukan. Dengan ekonomi keryakyatan. 235 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Nasdem PKB : Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan : mengusun mengusung ideologi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran ideologi pancasila agama (humanisme pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dan cita-cita religius) dengan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi orientasi ekonomi empiris proklamasi di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dengan ekonomi kerakyatan. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat kerakyatan. maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi PKPI : dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus mengusun Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yangideologi menjadi nasionalis perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan politicaldengan corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pancasila Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. dan UUD 1945, Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dengantidak orientasi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan ekonomi perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu kerakytan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi (Diadopsi dan diolah dari Sugiona & Mas’udi 2008: 1630% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat 20 dan Setiwan & Naigolon (eds.) 2004) praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah klasifikasi tersebut lima partai mayoritas Merujuk diduduki pada oleh laki-laki. Apabila tidakterdapat diperjuangkan, hal ini politik yang tergabung nasionalis antara akan berdampak negatif terhadap kedalam mandeknyakubu aspirasi perempuan dalam hukumlain: dan pemerintahan. Dan kondisi tersebutNasdem, telah ditulis oleh PKPI. Nindita PDIP, Gerindra, Hanura, dan Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Sedangkan pada kelompok ideologi agama teridiri dari Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR empat partai politik: PBB, PKS, PAN, dan PKB. PadaRI 2009.”sisi lain, dalam kutub ideologi pembangunan hanya Masih berhubungan denganpolitik tema akuntabilitas keuangan politik, Didik terdapat dua partai yakni Demokrat dan Golkar. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Ketiga ideologi tersebut tentunya dapat dimaknai dalam Akuntabilitas Dana Kampanye,yang menguraikan dana konsepPengelolaan keterwakilan masyarakat tercerminbahwa kedalam kampanye adalah salah satu hal dalamdiproses pemilu. Jika Dana tubuh partai politik danpenting parlemen Indonesia. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat dikontekstualisasikan dengan besaran dapil terkecil yakni berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 236 vi 3-6, pluralitas keterwakilan dari tiga ideologi tersebut tentunya dapat terfasilitasi dengan asumsi paling tidak setiap partai politik dari tiga ideologi tersebut mampu memperoleh minimal dua kursi. Sehingga ketiga ideologi yang mewakili pluralitas masyarakat dapat tercermin di parlemen Indonesia. Namun demikian, karena besaran dapil merupakan arena persaingan antara partai politik untuk meraih suara sebanyak-banyaknya dalam rangka memperoleh kursi parlemen. Keberadaan minimal satu partai yang mewakili ideologi tertentu untuk mendapat dua kursi, tentunya tidak dapat dipastikan karena persaiangan antara partai politik untuk memobilisasi massa dalam memperoleh suara tidak dapat sepenuhnya di prediksi. Akan tetapi dengan adanya besaran alokasi kuri 3-6 paling tidak sudah menyediakan ruang pluralitas keterwakilan masyarakat yang tercermin kedalam tiga ideologi partai politik tersebut. Di samping itu, dengan adanya perubahan besaran alokasi kursi per daerah pemilihan tentunya berdampak langsung pada pembentukan dan batas-batasi wilayah per daerah pemilihan yang selama ini sudah terbentuk dalam 3-10 kursi. Jika pada Pemilu 2014 menghasilkan 77 daerah pemilihan untuk seluruh Indonesia, dengan menggunakan besaran dapil 3-8 beserta 3-6 kursi, masingmasing menghasilkan 98 dan 121 daerah pemilihan. Secara lebih spesifik berikut hasil simulasi pembentukan daerah pemilihan: 237 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. No. Provinsi Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan (3-10) Besarn Dapil Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran (3-8) Besaran Dapil pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles (3-6) fenomena universal didukung dengan berbagai studi sudah menjadi 1 Jawa Barat variabel yang 91 16 empiris di berbagai Negara. Berbagai mempengaruhi politcal 2 seperti perubahan Jawa Timur 87anggaran baik 14 budget cycles pola pada struktur secara 3 Tengah 12 agregat maupun secaraJawa spesifik pada tahun-tahun77 Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek di Indonesia dengan5siklus 4 penganggaran Sumatera Utara yang berkaitan 30 3 Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget 5 Banten 22 cycles, 3 melainkan 4 political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun 6 DKI Jakarta 21 3 4 Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. 7 Lampung 18 2 3 Masyarakat dapat ditafsirkan 8 tidak saja Sulawesi Selatan sebagai 24satu kesatuan, 3 3tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan 9 Sumatera Selatan 17 2 3 perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 10 Riau 11 2 2 syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 11 Sumatera Barat 14 2 2 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 12 Nusa Tenggara 10 1 2 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Barat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 13 NTT 2 2 ini mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak 13 diperjuangkan, hal 14 Barat aspirasi 10 perempuan 1 2dalam akan berdampak negatifKalimantan terhadap mandeknya Aceh 13 ditulis2oleh Nindita 2 hukum dan15 pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah Paramastuti16dalam tulisannya Bali yang berjudul: “Perempuan 9 1dan Korupsi: 2 Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR 17 Papua 10 1 2 RI 2009.” 18 Kalimantan Timur 8 1 2 Masih berhubungan dengan tema Selatan akuntabilitas 11 keuangan2politik,2Didik 19 Kalimantan Supriyanto 20 dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi Jambi 7 1 1 dan Akuntabilitas 21 Pengelolaan DIYDana Kampanye, menguraikan 8 1 bahwa1 dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 22 Sulteng 6 1 1 kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 238 vi 17 17 6 4 4 5 4 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 Sultra 5 1 1 24 Kalimantan Tengah 6 1 1 25 Sulut 6 1 1 26 Bengkulu 4 1 1 27 Kepri 3 1 1 28 Maluku 4 1 1 29 Sulbar 3 1 1 30 Babel 3 1 1 31 Maluku Utara 3 1 1 32 Gorontalo 3 1 1 33 Papua Barat 3 1 1 Total 560 77 (Hasil simulasi pembentukan dapil pada seluruh Provinsi di Indonesia dengan menggunakan DAK) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Meski jumlah daerah pemilihan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah daerah pemilihan 3-10 kursi, besaran alokasi kursi 3-8 dan 3-6 jauh lebih kompetitif yang tentunya berpengaruh pada konsentrasi kursi partai politik di parlemen. Secara sederhana jika besaran alokasi kursi 3-6 dibandingkan dengan 3-10, besaran alokasi kursi 3-6 jauh lebih kompetitif karena hanya terdapat maksimal enam kursi dalam satu daerah pemilihan. Begitu pula dengan besaran dapil 3-8 dengan 3-10, besaran alokasi kursi 3-8 jauh lebih kompetif dengan terdapat maksimal delapan kursi dalam satu daerah pemilihan. Untuk memastikan hal tersebut, simulasi pembentukan daerah pemilihan dengan membandingkan besaran daerah pemilihan multi mamber constituency dengan tiga varian besaran yakni 3-10, 3-8, 3-6 menjadi penting untuk dilakukan. 239 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat olehDengan politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. memanfaatkan hasil perolehan suara partai Pandangan tersebut berkaitan yang disampaikan politik Hamdan pada Pemilu legislatifdengan 2014apasimulasi untuk Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran perolehan kursi partai politik di hitung ulang kedalam tiga pada Tahun Political budget cycles varianPemilu.” alokasi Yuna kursimenjelaskan per daerah bahwa pemilihan yang berbedasudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi beda. Selain itu, dalam proses konversi suara menjadi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kursi dilakukan dengan empat formula penghitungan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang berbeda yakni formula kuota dengan kuota murni agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dan droop, serta formula divisior dengan d’hond beserta dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus webtser. Dengen tujuan untuk melihat perbandingan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat hasil perolehan dari political masing-masing partai dan ini, yang menjadi perhatiansuara tidak hanya budget cycles, melainkan dikontekstualiasikan rumus ENPP, sehingga political corruption cycle atau kedalam siklus korupsi politik pada tahun-tahun terlihat secara langsung Pemiludapat yang telah meningkat dengan ekstrim.sistem kepartaian yang terbentuk. Adapun hasilditafsirkan simulasi sebagai penghitungan perolehan Masyarakat tidak saja dapat satu kesatuan, tetapi kursi dari masing-masing partai dengan besaran alokasi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan kursi Seperti perdapil yangketerwakilan berbedea-beda dan dikombinasikan perempuan. halnya perempuan sebagai salah satu dengan faktual formula penghtiungan yang berbeda syarat verifikasi untuk menjadi peserta pemilu. UU No. adalah 8 Tahun 2012 menegaskan setiap: partai politik peserta pemilu harus memenuhi sebagai berikut 30% keterwakilan perempuan. patutPolitik diperjuangkan, mengingat Simulasi PerolehanKondisi Kursi ini Partai praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 240 vi Berdasarkan hasil simulasi dengan mengunakan besaran alokasi kursi per daerah pemilihan dan formula penghitungan yang berbeda-beda pula. Menghasilkan perolehan kursi partai politik yang bervariatif antara partai politik. Hasil perolehan suara ini tidak hanya dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan bersaing partai untuk meraih kursi parlemen dengan besaran alokasi kursi yang berbeda-beda semata. Akan tetapi data ini dapat digunakan pula untuk mengukur indeks ENPP. Dengan kata lain, hasil indeks ENPP yang ditimbulkan nantinya dapat menjadi salah satu indikator serta alasan untuk memilih besaran alokasi kursi perdaerah pemilihan yang tepat untuk menyederhanakan sistem kepartaian dalam rangka menciptakan sistem pluralisme terbatas. Hasil Hitung ENPP Formula Besaran Daerah Pemilihan 3-10 Kursi 3-8 Kursi 3-6 Kursi 8,2 7,4 6,8 7,6 6,8 6,6 6.4 6,1 5,7 Kuota Hare Kuota Droop Divisor D’Hond Divisor Saint 8.08 7,2 6,6 Lague Merujuk pada hasil indeks ENPP di atas, adanya pengaturan ulang dan pengecilan besaran dapil memiliki korelasi secara 241 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakandengan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan langsung indeks ENPP yang ada. Semakin kecil besaran dibuatsemakin oleh politisi danpula pemerintah terpilih untuk memerintah. dapil kecil indeks yang ENPP. Untuk besaran dapil 3-10 misalnya, jikaHamdan dikombinasikan dengan formula penghitungan Pandangan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan “Menelusuri Siklus Politisasi kuota murnimelalui atau tulisannya hare seperti yang diterapkan padaAnggaran pada pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa 8.2. Political budget cycles Pemilu 2014, meraihYuna besaran indeks ENPP Sedangkan jika sudah menjadi fenomena dengankuota berbagai studi dikombinasikan dengan universal formula didukung penghitungan droop, empiris did’hondt berbagaidan Negara. Berbagai yang mempengaruhi politcal divisior saint lague variabel masing-masing meraih indeks budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara ENPP sebesar 7.6, 6.4, 8.08. Begitu pula dengan varian besaran agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi daerah pemilihan lainnya seperti 3-8 dan juga 3-6 kursi per dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus daerah pemilihan. Pada varian 3-8 dengan menggunakan teknik Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kuota hare dan droop berhasil meraih indeks ENPP sebesar 7.4 ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan dan 6.8. Akan tetapi jika dikorelasikan dengan formula divisior political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun d’hondt dan saint lague masing-masing meraih indeks ENPP Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. sebesar 6.1 dan 7.2. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi daerah pemilihan lainnya, jugaDibandingkan perlu dibatasi dengan mengingatbesaran perbedaan hakikat antara laki-laki dan alokasi kursi 3-6 kursi meraih indeks ENPP paling rendah yang perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu tentunya berdampak pada menjadi penyederhanaan sistem syarat verifikasi faktual untuk peserta pemilu. UUkepartaian. No. 8 Tahun Dengan menggunakan formula kuota indeks ENPP 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harusmencapai memenuhi 30% keterwakilan iniuntuk patut diperjuangkan, angka 6.8 untuk perempuan. kuota hare,Kondisi dan 6.6 kuota droop. mengingat Dengan praktik selama ini, pihak yang duduk baikpolitik di parlemen maupun pemerintah kata lain menghasilkan enam partai relevan di DPR untuk mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini menghasilkan kebijakan dan masih tergolong kedalam sistem akan berdampak negatifekstrim. terhadap Sedangkan mandeknya aspirasi dalam kepartian pluralisme denganperempuan menggunakan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis 5.7 olehuntuk Nindita metode divisor menghasilkan indeks ENPP sebesar Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: varian d’hond dan 6.6 untuk varia siant lague. Sehingga, jika Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI memang semangat yang dibawa untuk meredam fragmantasi 2009.” politik dan menyederhanakan sistem kepartain dalam rangka Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik menciptakan pluralisme terbatas dengan jumlah partai politik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan tiga sampai lima di DPR. Maka besaran alokasi kursi 3-6 dengan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana formula penghitungan divisor merupakan pilihan yang tepat kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana dalam rangka melakukan rekayasa sistem pemilu melalui revisi kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat UU kepemiluan. berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 242 vi Kesimpulan Mempekecil besaran district magnitude atau alokasi kursi per daerah pemilihan menjadi salah satu variabel teknis dan langsung dari sistem pemilu yang relavan untuk digunakan dalam rangka menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia. Sejauh ini, penyederhanaan sistem kepartaian dimaknai dengan mengurangi jumlah partai politik di DPR yang salah satu caranya melalui peningkatan besaran parliamentary threshold. Tetapi, pada realitasnya dari dua pemilu yang sudah dilewati dengan besaran ambang batas parlemen yang berbeda-beda tidak mampu menciptakan sistem kepartaian pluralisme terbatas dengan indeks effective number of parties parliament (ENPP) diatas enam, yang terkategorisasi sebagai sistem pluralisme ekstrim. Padahal, penyederhanaan sistem kepartaian yang seutuhnya ialah menicptakan konsentrasi perolehan kursi kepada sedikit partai politik dengan tujuan meredam tingkat fragmantasi politik di parlemen yang berpengaruh terhadap efektifitas penyelenggaraan sistem pemerintahan presidensialisme di Indonesia. Merujuk pada hasil simulasi yang sudah dilakukan, besaran alokasi kursi 3-6 per daerah pemilihan yang dikombinasikan dengan formula penghitungan divisor mampu mendorong terciptanya sistem kepartaian pluralisme terbatas, dengan besaran indeks ENPP 5.7 jika menggunakan formula D’hond dan 6.6 jika menggunakan formula Saint Lague. Selain mampu meminimalisir disiproposionalitas suara dan terbuangnya suara partai-partai kecil secara sia-sia melalui penerapan ambang batas. Ketentuan memperkecil district magnitude mampu memfasilitasi representasi politik antara warga negara dengan partai tiga karakter ideologi partai yakni agama, nasionalis, dan pembangunan. 243 Pemilu& Demokrasi Jurnal Referensi merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Ambardi, K. (2009). Mengungkap Politik Kartel . Jakarta: Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan KPG. Yuna Farhan melalui tulisannya Siklus).Politisasi Didik Supriyanto & August“Menelusuri Mellaz . (2011 AmbangAnggaran Batas pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Perwakilan . Jakarta : Perludem. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi Fiorina. (1996). Devided Government 2nd Edition. Boston : empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Allyn and Bacon . budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Khoirunnisa Agustiyati, Lia tahun-tahun WulandariPemilu, dkk terkonfirmasi . (2013). agregat maupun secara spesifik pada Menetapkan Perebutan Kursi DPRD: Penerapan Prinsip dalam praktek Arena penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Demokratis dalammenjelang Pembentukan Daerah Pemilihan DPRD ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Pemilu 2014. Jakarta: political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Perludem. Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Laakso & Taagepera . (1979). Effective Number of Parties: Masyarakat tidak saja dapattoditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi A Measure with Aplication West Eropa . dalam Comparative juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Political Studeis . perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Lijphart, A. (1992). Parliamentary Versus Presidential syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Government. Oxford: University Press. 2012 menegaskan setiapOxford partai politik peserta pemilu harus memenuhi LIPI. (2014). perempuan. Position Paper LIPI Pemilu Serentak Nasional 30% keterwakilan Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktikJakarta selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah 2019. : LIPI Press. mayoritas diduduki oleh Apabila diperjuangkan, hal ini Mellaz, D. S. (2011).laki-laki. Ambang Batastidak Perwakilan. Pengaruh akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Parliemantary Threshold Terhadap Penyederhaan Sistem hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu. Jakarta: Perludem. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Nuryanti, S. (2006). Analisis Proses dan Hasil Pemilihan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Kepala 2009.” Daerah Langsung 2005 di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. P Kartawidjaja & Sdengan Pramono . (2009 ). Akal-Akalan Daerah Masih berhubungan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Pemilihan . Jakarta : Perludem . tulisan berjudul Transparansi dan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, dana Pamungkas, S. (2009).Dana Perihal Pemilu menguraikan . Yogyakarta bahwa : Jurusan kampanye salah satuUGM hal penting dalam proses pemilu. Dana Politik danadalah Pemerintahan . kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat Rae, D. W. (1967). The Political Consequences of Electoral berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Laws. New Haven and London: Yale University Press. legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 244 vi Rekapitulasi Elektronik: Langkah Strategis dalam pengembangan Teknologi Pemilu di Indonesia Diah Setiawaty dan Sebastian Vishnu Abstrak The development of election technology in Indonesia continue to evolve along with the well development of Indonesia digital era. An attempt towards e-recapitulation started in 2004 when the General Election Comission (KPU) uploaded the result of every voting station from the district committee to the center in Jakarta. It continues in 2009 and has been a great success in Presidential election 2014. The result was tremendous, not only it created transparency, credibility and legitimacy. It also triggered a lot of public participation by the flowering of civic-tech initiative. However there were still a nagging problem on the hierarchical recapitulation voting result from KPPS (village level), PPK (regent level), KPU Kab (city level), KPU Provinsi (provinsial level) and KPU Pusat ( national level),from the inicial voting to the official result. It is not 245 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat only oleh politisi pemerintah yang energy terpilih untuk takes dan a lot of time and to domemerintah. counting and Pandangan Hamdanprocess tersebutfor berkaitan dengan apa yang disampaikan recapitulation the biggest one-day –election in Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran the world but also prompt to manipulation and electoral pada Tahun Pemilu.”One Yuna bahwa Political budget cycles malpractice. ofmenjelaskan the way to increase the performance, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi professionality, and election result management through empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal the use of election technology is by using electronic budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara recapitulation (e-recap). This research elaborates the agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi urgency and alternative to advance the use of election dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus technology in Indonesia particularly e-recapitulationto Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat change the way EMB’s work political and create a more ini, yang menjadi perhatian tidak hanya budget cycles,practical melainkan and time-efficient solution for the election administration. political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah kunci: meningkat dengan ekstrim. Kata e-recapitulation, teknologi, pemilu, Komisi Pemilihan Umum, rekapitulasi, Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagaielektronik. satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan dengan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi menggunakan asas-asas secara langsung, umum, bebas, 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil) yang dilakukan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah setiap lima tahun sekali. Hal ini sesuai dengan Pasal 22E mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini ayat (1) UUD 1945 yang berlaku di semua pemilu baik akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam (memilihDan anggota DPD, Provinsi, hukumlegislatif dan pemerintahan. kondisiDPR, tersebut telahDPRD ditulis oleh Nindita dan DPRD Kabupaten/Kota), pemilu presiden (memilih Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: presiden dan wakil presiden), sertadalam pilkada (memilih Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi Pemilu DPR RI 2009.”gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, Pengantar serta walikota dan wakil walikota). Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik SupriyantoSayangnya dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan dalam berbagai pengalaman dan praktek Akuntabilitas Pengelolaan bahwa dana pelakanaan pemiluDana pascaKampanye, Perubahanmenguraikan UUD 1945, penerapan kampanye salah tersebut satu hal penting dalam proses pemilu. Dana asasadalah luber jurdil seringkali tidak berjalan dengan kampanye diperlukan partaikealpaan, politik dankesalahan, kandidatnya untuk dapat maksimal, baikoleh karena kecurangan, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 246 vi maupun kejahatan. Kealpaan dan kesalahan (human error) sering terjadi karena sifat dari pekerjaan penyelenggara yang rumit berkelindan dengan kurangnya kemampuan dan keahlian dari sumber daya manusia yang ada (petugas pemilu di lapangan). Akibatnya kerap terjadi kesalahan teknis dalam menata pemungutan suara, menulis hasil penghitungan suara, bahkan menjumlah hasil rekapitulasi penghitungan suara. Sedangkan kecurangan dan kejahatan ( muncul karena rendahnya etika peserta pemilu dalam mengejar kemenangan dan rendahnya integritas petugas pemilu. Menurut Prof. Ramlan Surbakti (Surbakti :2015) setidaknya terdapat empat permasalahan utama dalam pelaksanaan pemiliha umum di Indonesia antara lain 1) Pemilihan umum proporsional dengan daftar calon terbuka yang digunakan dalam pemilihan umum anggota DPR dan DPRD merupakan sistem yang kompleks dan terdapat banyak pelanggaran pemilu ; 2) Kalender pemilihan umum tidak mendukung pemerintah presidential dan pemerintahan daerah yang efektif ; 3) Proses rekapitulasi hasil penghitungan suara masih melalui banyak tingkatan ; 4) Masyarakat sebagai pemberi suara belum dapat menentukan pilihan secara cerdas Berbagai hal tersebut diatas mengakibatkan kerap terjadi malpraktek dalam pemilu mulai dari penyembunyian surat suara, penghentian pemungutan suara, manipulasi penghitungan suara di TPS, dan mengubah hasil rekapitulasi penghitungan suara. Sebagai konsekuensi dari kealpaan, kesalahan, kecurangan, maupun kejahatan 247 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat adalah oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. sengketa hasil pemilu dan atau hasil pemilu yang Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan yang disampaikan selalu diragukan kebenarannya. Oleh apa karena itu demi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran menjaga prinsip luber dan jurdil maka kehadiran teknologi pada Tahun menjelaskan bahwa Political budget cycles dalamPemilu.” proses Yuna pemilu sangat diperlukan. Bahkan dalam sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi pemilu yang melibatkan banyak pemilih dengan sistem empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal pemilihan rumit seperti di Indonesia, kehadiran teknologi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara menjadi sebuah keharusan. Teknologi disinyalir dapat agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi menghindari kealpaan dan kesalahan yang dilakukan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus petugas, serta mengantisipasi kecurangan dan kejahatan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat yang dilakukan peserta petugas. ini, yang menjadi perhatian tidak dan hanya political budget cycles, melainkan Bentuk teknologi pemilu bermacam-macam, lewat political corruption cycle atau siklus pun korupsi politik pada tahun-tahun Pemilurekapitulasi yang telah meningkat dengan ekstrim. elektronik, e-recapitulation, teknologi bisa memfasilitasi rekapitulasi penghitungan setelah Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satusuara kesatuan, tetapi suaradibatasi dihitung di TPSperbedaan secara cepat danantara akurat. Melalui juga perlu mengingat hakikat laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan teknologi sebagai salahbisa satu penghitungan elektronik (e-counting), syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun melakukan penghitungan suara di TPS secara akurat 2012 menegaskan setiapBahkan partai politik peserta pemiluteknologi harus memenuhi dan cepat pula. melalui e-voting, dapat 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat memfasilitasi pemungutan suara secara online yang praktikhasilnya selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah bisa segera diketahui. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Sementara itu, perkembangan teknologi di Indonesia akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam telah melonjak pesat, tidak hanya hanya sebatas pada hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita pemungutan dan penghitungan suara, tetapi juga dalam Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: fase-fase persiapan dan evaluasinya. Di dalam Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu hal DPRiniRI 2009.”teknologi dapat membantu perencanaan dan pemantauan pengiriman surat suara keakuntabilitas seluruh TPS sehingga kasusMasih berhubungan dengan tema keuangan politik, Didik kasus surat suara belum sampai pada hari H, surat suara Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan rusak, Pengelolaan dan surat tertukar, bisa dihindari. Teknologi Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan bahwajuga dana bisa adalah diterapkan pendaftaran pemilih sehingga setiap kampanye salahdalam satu hal penting dalam proses pemilu. Dana pemilih bisa memastikan apakah sudah masuk kampanye diperlukan oleh partai politik dannamanya kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 248 vi dalam daftar pemilih atau belum. Penggunaan teknologi dalam kampanye juga membantu peserta pemilu untuk menawarkan visi misi dan program serta profil calon, sehingga mereka dapat mempengaruhi pemilih dalam memberikan suara, sebaliknya pemilih memiliki informasi yang cukup tentang peserta sehingga tidak ragu dalam memberikan suara. Kehadiran teknologi dalam upaya menjaga prinsipprinsip pemilu demokratis sudah jamak dilakukan oleh banyak negara. Sesuai dengan kerumitan sistem pemilihan masing-masing banyak negara yang menggunakan e-voting, e-counting, dan e-recapitulation. Mereka juga memaksimalkan peran teknologi dalam pendaftaran pemilih, kampanye, dan persiapan pemungutan suara. Tidak hanya lembaga penyelenggara yang menggunakan teknologi untuk melancarkan proses penyelenggaraan pemilu, banyak lembaga pemantau pemilu yang menggunakan teknologi untuk memantau ada tidaknya pelanggaran dalam proses pemilu. Namun semua itu didasari kesadaran bahwa kehadiran teknologi dalam pemilu hanyalah sebagai alat bantu untuk menjaga prinsipprinsip pemilu demokratis sekaligus melancarkan proses pemilu. Penerapan e-racapitulation dalam teknologi pemilu Penggunaan teknologi dalam pemilu Indonesia sesungguhnya bukan hal baru. Karena berbagai masalah yang selalu berulang terkait mekanisme pungut hitung 249 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat misalnya, oleh politisi pada dan pemerintah yang terpilih Pemilu 2004, KPU untuk sudahmemerintah. mengenalkan Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apaDiyangsini disampaikan penghitungan teknologi informasi. hasil Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran penghitungan suara di setiap TPS (Formulir C-1) diinput pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles melalui komputer di Sekretariat PPK lalu dikirim ke sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi data base KPU di Jakarta. Dalam jangka dua pekan hasil empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal penghitungan ini mencapai 80% dari seluruh suara budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara yang masuk. Penghitungan teknologi informasi ini agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi memang tidak menjadi dasar hukum dalam menetapkan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus perolehan suara dan kursi partai politik dan calon, namun Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kehadirannya bisatidak menjadi alat kontrol penghitungan ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan manual berjenjang dari TPS, PPS, PPK, KPU kabupaten/ political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun KPU meningkat provinsi, dan KPU. Penghitungan menggunakan Pemilukota, yang telah dengan ekstrim. teknologi informasi juga mampu hasrat Masyarakat tidak saja dapatitu ditafsirkan sebagaimemenuhi satu kesatuan, tetapi ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu. Sementara juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan itu,dengan berbeda perempuan pada Pemilu 2009, KPU perempuan. Seperti teknologi halnya keterwakilan sebagai salah satu juga melakukan rekapitulasi syarat verifikasi faktual untuk menjadi penghitungan peserta pemilu. suara. UU No.Namun 8 Tahun 2012 menegaskan setiaptidak partaimaksimal. politik peserta pemilu harus memenuhi hasilnya masih Rekapitulasi elektronik 30% keterwakilan perempuan. inidalam patut diperjuangkan, berhenti pada angka Kondisi 30% di suara dalammengingat pemilu praktiklegislatif. selama ini, Hal pihakini yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah menjadi sebuah preseden buruk yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini kemudian membatalkan pengunaannya e-recap dalam akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pemilu presiden. Tentu saja dalam hal ini kerugian Negara hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita tidak terhindarkan. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Menjelang Pemilu 2014, KPU mempersiapkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI penggunaan teknologi secara sungguh-sungguh. Meskipun 2009.” undang-undang pemilu tidak memberi dasar hukum Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik yang kuat, KPU menyadari penggunaan teknologi dapat Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan membantu prosesDana pelaksanaan pemilu secara luber Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana dan jurdil. KPU juga menyadari pemanfaatan teknologi kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana mampu meningkatkan pelayanan KPU kepada peserta kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dan dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 250 vi pemilih. Oleh karena itu KPU menyempurnakan Sistem Informasi Pendaftaran Pemilih (Sidalih) dan Sistem Informasi Logistik (Silog) yang sudah dirintis dalam pemilu sebelumnya. KPU juga membuat Application Programming Interface (API) KPU, Sistem Informasi Partai Politik (Sipol), dan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng). Situng yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi sistem serupa pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, akhirnya tidak diluncurkan ke publik. Demikian juga terdapat beberap penolakan terhadap Sipol oleh partai politik karena dianggap tidak kuat dasar hukumnya. maka peran Situng digantikan dengan model penerapan teknologi internet yang lebih sederhana tetapi akurasinya terjamin. Tidak ada penghitungan suara, namun masyarakat luas bisa menghitung sendiri. Caranya dengan memindai hasil penghitungan suara di TPS (Formulir C- D1) lalu hasil pindaian itu dipublikasikan melalui laman KPU (www.kpu. go.id). Keputusan KPU untuk mempublikasikan Formulir C-1 ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat, juga peserta pemilu. Dengan cara demikian, KPU tidak hanya menedepankan prinsip tranpraransi dalam penghitungan suara, tetapi juga memungkinkan setiap orang untuk mengecek kebenaran hasil penghitungan suara di setiap TPS. Publikasi hasil pindaian Formulir C-1 inilah yang mengundang partisipasi masyarakat untuk ikut mengecek kebenaran pindaian Formulir C-1 menghitung perolehan suara sehingga memperoleh sendiri hasil hitungan yang 251 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat akurat. oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. Banyak kelompokyang masyarakat yang menghitung Pandangan HamdanFormulir tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan hasil pindaian C-1, yang menonjol di antaranya Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran adalah KawalPemilu. Hasil penghitungan KawalPemilu pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dkk kemudian menjadi pembanding dengan hasil hitungan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi resmi KPU. Hasil itu juga yang bisa meredakan simpang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal siur hasil hitungan cepat yang dilakukan oleh lembagabudget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara lembaga survei. agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi Terlepas dari berbagai keberhasilan terkaitdengan publikasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan siklus pindaian formulir C-1, namun sampai sejauh ini penggunaan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat teknologi dalam pemilu belum memiliki landasan hukum ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan yang memadai. Hal inisiklus tidak korupsi saja ditandai political corruption cycle atau politik oleh pada penolakan tahun-tahun Pemilupartai yang telah meningkat dengan ekstrim. politik atas penggunaan Sipol oleh KPU, tetapi juga oleh kontroversi (rencana) penggunaan teknologi dalam Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemilu, khususnya dalam pemungutan penghitungan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikatdan antara laki-laki dan perempuan. halnya keterwakilan sebagaiteknologi salah satu suara.Seperti Belajar dari kegagalanperempuan penggunaan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun penghitungan suara pada Pemilu 2009 dan keberhasilan 2012 menegaskan setiap partai politik pemilu harus memenuhi teknologi pemindaian dalampeserta penghitungan suara pada 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Pemilu 2014, maka diperlukan pertimbangan yang masak praktikuntuk selamamelakukan ini, pihak yangpertimbangan duduk baik di parlemen maupun pemerintah teknologi. Oleh karena mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini itu penggunaan teknologi dalam pemilu selama ini perlu akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam dievaluasi secara menyeluruh guna merumuskan kebijakan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita yang tepat, bahwa kehadiran teknologi dalam pemilu Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: merupakan solusi, bukan sebaliknya. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Penting bagi teknologi pemilu, untuk memperhatikan berbagai aspek dengan hukumtema sebagaimana diatur dalam undangMasih berhubungan akuntabilitas keuangan politik, Didik undang pemilu, tetapi jugatulisan harusberjudul mempertimbangkan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam Transparansi dan aspek lain: kondisiDana geografis, sosialmenguraikan budaya, politik, Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, bahwa dan dana ekonomi. yang berbeda-beda antara kampanye adalah Kondisi salah satugeografis hal penting dalam proses pemilu. Dana daerah pantai,olehdaratan, pegunungan, dan kepulauan kampanye diperlukan partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 252 vi mengharuskan teknologi mampu mengatasinya. Tingkat pendidikan dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat harus mampu diatasi oleh jenis teknologi yang dipilih. Aspek politik lebih menekankan kepada munculnya kepercayaan partai politik dan politisi terhadap teknologi yang dipilih. Sedangkan aspek ekonomi memperhatikan faktor anggaran, karena penggunaan teknologi jika tidak hati-hati justru akan menimbulkan pembengkakan biaya. Selain itu sebagaimana yaninternasional yang mempelajari penerapan teknologi dalam pemilu, terdapat sejumlah prinsip penerapan teknologi dalam pemilu: (1) ditentukan berdasarkan pertimbangan yang holistik, (2) antisipatif terhadap dampak, (3) menjaminan transparansi dan kepastian etik, (3) jaminan keamanan, (4) lulus uji dan memberikan keyakinan terkait tingkat akurasi hasil, (5) kepastian privasi, (6) kepastian inklusivitas, (7) berbiaya efektif, (8) efisien, (9) keberlanjutan, (10) fleksibel dan mampu beradaptasi dengan regulasi, serta (10) ramah pengguna dan dapat dipercaya. Permasalahan dalam Metode Pemberian Suara dan Proses Penghitungan Suara Pemungutan suara adalah inti dari pemilu. Sebab, di sinilah, di dalam bilik suara, pemilih memberikan suaranya kepada partai politik atau calon yang mereka percaya. Proses memilih butuh waktu hanya satu sampai lima menit, namun pertimbangannya bisa sudah berlangsung 253 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat lama. oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Dampak yang diharapkan pun akan panjang ke Pandangan Hamdan tersebut berkaitan yangpolitik disampaikan depan. Pengetahuan yang cukup dengan tentangapa partai dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran calon, dapat mendorong pemilih bersikap rasional dalam pada Tahun Pemilu.” suara. Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles memberikan Namun hubungan emosional antara sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi partai politik dan calon dengan pemilih juga menjadi faktor empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal lain yang menentukan. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Rae (1967) dua jenis metode agregat maupun secara membedakan spesifik pada tahun-tahun Pemilu, pemberian terkonfirmasi suara: kategorial dan ordinal. Pada metode kategorial, dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pemilih hanya dibolehkan memilih salah satu dari partai Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat politik atau calon yang pada surat suara; sedangkan ini, yang menjadi perhatian tidaktertera hanya political budget cycles, melainkan pada metodecycle ordinal, pemilih dibolehkan memilih lebih political corruption atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemiludari yangsatu telahdari meningkat partai dengan politikekstrim. atau calon yang terdapat pada surat suara. jenissebagai pemberian suara akan Masyarakat tidak Masing-masing saja dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi berpengaruh terhadap perbedaan perilaku pemilih hasil pemilu. juga perlu dibatasi mengingat hakikat dan antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya sebagai salah satu Tentang hal ini bisaketerwakilan dibaca padaperempuan bagian sistem pemilu. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. Tahun Sejak Pemilu 1955, hingga Pemilu 2014, baik 8untuk 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pemilu legisaltif maupun eksekutif, metode yang dipakai 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat sama. Pertama, penghitungan suara di TPS, yaitu dengan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah cara membuka satu per satu surat suara yang telah dicoblos mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemilih, lalu menera satu per satu perolehan suara partai akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam politik atau calon pada papan besar (Formulir Plano) dan hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Formulir Prosesyang penghitungan suara tidak hanya Paramastuti dalamC-1. tulisannya berjudul: “Perempuan dan Korupsi: diikutiPerempuan oleh petugas dan saksi, tetapidalam juga Pemilu terbukaDPR bagiRI Pengalaman Menghadapi Korupsi 2009.”masyarakat, pemilih, dan pemantau. Kedua, rekapitulasi hasil penghitungan suara secara Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik berjenjenjang, dari PPS, PPK,berjudul ke KPU kabupaten/ Supriyanto dan Lia Wulandari dalamketulisan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, bahwahasil dana kota, ke KPU provinsi, dan ke menguraikan KPU. Di sini kampanye adalah salah satudihal penting dalamC-1) proses pemilu. Dana penghitungan suara TPS (Formulir direkap di PPS, kampanye oleh partai dan direkap kandidatnya untukhasil dapat hasildiperlukan penghitungan suarapolitik di PPS di PPK, berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 254 vi penghitungan suara PPK direkap di KPU kabupaten/kota, hasil penghitungan suara KPU kabupaten/kota direkap di KPU provinsi, dan hasil penghitungan suara KPU provinsi direkap di KPU. Tentu saja untuk pemilu anggota DPRD kabupaten/kota dan pilkada bupati/walikota rekapitulasi berhenti di KPU kabupaten/kota, pemilu anggota DPRD provinsi dan pilkada gubernur rekapitulasi berhenti di KPU provinsi. Hanya pada pemilu anggota DPR, DPD, serta pemilu presiden, rekapitulasi berlanjut sampai KPU. Hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu anggota DPRD kabupaten/kota dan pilkada bupati/walikota lalu ditetapkan KPU kabupaten/kota sebagai hasil pemilu, yang diikuti penetapan calon terpilih berdasarkan formula perolehan suara dan penetapan calon terpilih. Demikian juga hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu DPRD provinsi dan pilkada gubernur ditetapkan KPU provinsi sebagai hasil pemilu, yang diikuti penetapan calon terpilih berdasarkan formula perolehan kursi dan penetapan calon terpilih. Hal yang sama juga terjadi pada pemilu anggota DPR, DPD, dan pemilu Presiden. Hasil rekapitulasi nasional ditetapkan sebagai hasil pemilu, lalu diikuti penetapan calon terpiih berdasarkan formula perolehan kursi dan penetapan calon terpilih. Penghitungan suara berjenjang, mulai dari TPS, rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPS, PPK, KPU kabuaten/kota, KPU provinsi, dan KPU, memerlukan waktu lama. Hasil pemilu baru bisa diumumkan tiga sampai empat pekan atau satu bulan. Di sinilah kehadiran teknologi diperlukan untuk mempercepat proses 255 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat penghitungan oleh politisi dan suara pemerintah yang terpilih agar semua pihakuntuk yangmemerintah. terlibat dalam Pandangan tersebut berkaitanhasilnya. dengan apa yang disampaikan pemilu Hamdan secepatnya mengetahui Bukan hanya itu, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi penghitungan suara secara berjenjang membukaAnggaran ruang pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles kecurangan dan manipulasi penghitungan suara, sehingga sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi hadirnya teknologi diharapkan mampu menutupnya. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Teknologi yang secara spesifik dikembangkan untuk ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan mengelola informasi disebut information technology political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun atau teknologi informasi (TI). Konsep TI sering dikaitkan Pemiludengan yang telah aktivitas meningkat dengan ekstrim. komunikasi sehingga melahirkan Kerangka Konseptual Masyarakat tidak saja dapat sebagai satu kesatuan,atau tetapi istilah information andditafsirkan communication technology juga perlu dibatasiinformasi mengingat dan perbedaan hakikat antara dan teknologi komunikasi (TIK). laki-laki Menurut perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Kundhishora (2010) TIK adalah terminologi generik syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun yang berarti teknologi digunakan untuk mengoleksi, 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi menyimpan, mereview dan mengedit serta berkomunikasi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dalam berbagai bentuk. TIK memiliki karakter fleksibel praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah sehingga dapat diterapkan di berbagai ranah dan skala. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pada perusahaan TIK digunakan untuk meningkatkan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pada negaratersebut TIK telah digunakan hukumproduktivitas, dan pemerintahan. Dan kondisi ditulis olehuntuk Nindita mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Penggunaan TIK dalam pemerintahan melahirkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu konsep DPR RI 2009.”open government. Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanyeSecara adalah sederhana salah satu electronic hal penting voting dalam atau prosesyang pemilu. Dana dikenal kampanye diperlukan oleh partai politik kandidatnya untuk dapat dengan sebutan e-voting dapat dan dimaknai sebagai sebuah berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye Pemungutan Suara Elektronik (e-voting) 256 vi cara pemungutan suara melalui teknologi atau mesin pemungutan suara. Cenitkaya & Centikaya (2007, dalam Darmawan, Nurhandjati, & Kartini 2014: 2) dalam studinya menjelaskan “e-voting refers to the use of computers or computerises voting equipment to cast ballots in an election”. Penggunaan teknologi dalam proses pemungutan suara pertama kali muncul pada tahun 1889 di Amerika Serikat. Pada awalnya kehadiran e-voting dilatarbelakangi oleh semakin maraknya manipulasi terhadap hasil pemilu. Dengan kata lain e-voting hadir sebagai instrumen untuk mencegah penggelembungan suara. Pada sisi lain keberadaan teknologi dalam pemungutan suara ini di anggap cenderung efektif dan efisien dengan berbagai varian model (Nurhandjati, & Kartini: 2014). Penghitungan Suara Elektronik (e-counting) Hampir serupa dengan electronic voting, electronic counting merupakan proses penghitungan suara yang dilakukan dengan mengggunakan teknologi informasi. Melalui teknologi ini proses penghitungan suara dapat dilakukan secara cepat, efektif, dan efisien. Salah satu persoalan mendasar dalam pemilu di Indonesia ialah sering kali terjadi penggelembungan suara dalam tahapan rekapitulasi suara. Bagi beberapa pihak penerapan e-counting merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk meminimalisir hal tersebut. Rekapitulasi suara elektronik 257 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. (e-recapitulation) Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan e-Rekapitulasi adalah cara penghitungan perolehan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran suara Pemilu.” dengan Yuna cara teknologi informasi sehingga hasilnya pada Tahun menjelaskan bahwa Political budget cycles saat itu juga bisa langsung sampai di pusat data, dalam sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi ini KPU yangBerbagai dikirimvariabel langsung dari TPS. E-recap empirishal di berbagai Negara. yang mempengaruhi politcal dari tataanggaran kelola baik Pemilu, budgetmerupakan cycles seperti bagian perubahan polareformasi pada struktur secara teknologi elektronik dalam proses agregatdengan maupunmenggunakan secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam rekapitulasi praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus perolehan suara Pemilu di tiap tempat Pemilupemungutan 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. perkembangan saat suara. Program ini Melihat juga bisa mengurangi ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat human error. political corruption cyclepenggunaan atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Rekomendasi E-Rekapitulasi bertujuan Pemiluuntuk yang telah meningkat dengan ekstrim. menghasilkan pemilu yang lebih kredibel, bersih, Masyarakat tidak murah saja dapat satu kesatuan, tetapi transparan, danditafsirkan mudah. sebagai E-Rekapitulasi memiliki juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat pengiriman, antara laki-laki dan peran penting yakni proses pengolahan, audit perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai satu dan penayangan hasil rekapitulasi perolehan suarasalah pemilu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun untuk masing-masing pos pemungutan suara (TPS).(Berita 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi BPPT:2014) 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Dasar hukum Dan juga penting menghindari hukum dan pemerintahan. kondisi tersebut untuk telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: kontroversi setiap kali penyelenggara mengeluarkan Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu perangkat berbasis teknologi. Pada Pemilu DPR 2004RI 2009.”misalnya, keputusan KPU untuk melakukan rekapitulasi Dasar Hukum Penggunaan Teknologi Pemilu Masih berhubungandengan dengan tema akuntabilitas keuangan politik,KPU Didik penghitungan TI tidak bersambut baik. Meski Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan berkali-kali menegaskan bahwa penghitungan dengan TI Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana hanyalah alat kontrol atas rekapitulasi penghitungan suara kampanye adalah salah satudari halTPS, penting pemilu. Dana manual berjenjang PPS,dalam PPK,proses KPU Kabupaten/ kampanye diperlukan oleh partaidan politik dan namun kandidatnya untuk dapat Kota, KPU Provinsi, KPU, kehadirannya berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 258 vi tetap dipersoalkan karena dianggap mengacaukan hasil rekapitulasi penghitungan suara resmi (manual). Meskipun penghitungan suara dengan TI ini berhasil memenuhi rasa ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu, namun hasil hitungannya tetap dicurigai sebagai rekayasa penyelenggara untuk memenangkan peserta pemilu tertentu. Masalahnya menjadi lebih rumit ketika dengan teknologi berbeda, KPU penyelenggara Pemilu 2009 gagal menunjukkan hasil penghitungan suara dengan TI. Rekapitulasi penghitungan suara dengan teknologi ICR itu gagal, karena jumlah suara yang terkumpul dalam pemilu legislatif tidak sampai 30% sehingga tidak lagi dilanjutkan dalam pemilu presiden. Kegagalan ini tidak hanya menyebabkan biaya pengadaan perangkat hilang percuma, tetapi juga tidak berfungsinya hasil penghitungan suara dengan TI sebagai pengontrol hasil penghitungan suara manual berjenjang. Hasrat masyarakat untuk segera ingin tahu juga tidak terpenuhi. Untungnya masyarakat mendapat gantinya dari hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga survei. Yang lebih merugikan dampak dari kegagalan tersebut adalah respons negatif para pembuat undang-undang atas usulan untuk melegalkan rekapitulasi penghitungan suara dengan TI ke dalam undang-undang. Mereka belum percaya bahwa kehadiran teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara dapat memperlancar proses pemungutan dan penghitungan suara. Mereka tidak percaya bahwa kehadiran teknologi benar-benar dapat 259 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat mewujudkan oleh politisi danprinsip pemerintah yang terpilih pemilu luber untuk jurdil,memerintah. sehingga UU Pandangan Hamdan tersebut dengan apa yang disampaikan No 8/2012 sama sekaliberkaitan tidak menyinggung penggunaan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Untungnya MK mempunyai pandangan lain sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi sehingga UU No 1/2015 juncto UU No 8/2008 yang empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal mengatur pilkada mengadopsi penggunaan teknologi budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pemungautan suara. Apabila agregatdalam maupun secara spesifik dan pada penghitungan tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi penggunaan teknologi dalam pemungutan dalam implementasi praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus dan penghitungan suara dalam pilkada berjalan baik Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat dan mendapat kepercayaan masyarakat, ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budgetmaka cycles,pembuat melainkan undang-undang mengatur legislatif dan political corruption cycle yang atau siklus korupsipemilu politik pada tahun-tahun Pemilupemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. presiden akan mengadopsinya. Tanpa landasan hukum tidak di undang-undang, penerapan teknologi dalam Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemungutan dan penghitungan tidak akan laki-laki mendapat juga perlu dibatasi mengingat perbedaansuara hakikat antara dan perempuan. Seperti halnyadan keterwakilan perempuan sebagai salah satu kepastian hukum selalu dipersoalkan. syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UUmendorong No. 8 Tahun Putusan MK No 147/PUU-VII/2009 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi pembuat undang-undang untuk memasukkan ketentuan 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat penggunaan teknologi dalam tahapan pemungutan dan praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah penghitungan suara. Hal ini terlihat dari UU No 1/2015 mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini juncto UU No 8/2015 yang mengatur penyelenggaraan akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pilkada: hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Pasal 85 tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Paramastuti dalam Pengalaman dalam Pemilu DPR RI (1) Perempuan Pemberian Menghadapi suara untukKorupsi Pemilihan dapat dilakukan 2009.”dengan cara: Masih berhubungan dengansatu temakali akuntabilitas keuangan politik, Didik a. memberi tanda pada surat suara; atau Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan b. memberi suara melalui peralatan Pemilihan suara Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana secara elektronik. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana 98 oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat kampanyePasal diperlukan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 260 vi (3) Dalam hal pemberian suara dilakukan dengan cara elektronik, penghitungan suara dilakukan dengan cara manual dan/atau elektronik. Pasal 111 (1) Mekanisme penghitungan dan rekapitulasi suara Pemilihan secara manual dan/atau menggunakan sistem penghitungan suara secara elektronik diatur dengan Peraturan KPU. Dari tiga pasal yang mengatur penggunaan teknologi informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara tersebut dapat ditarik kesimpulan: pertama, dalam pemungutan suara, undang-undang pilkada memberi alternatif untuk menggunakan e-voting, selain cara lama mencoblos surat suara; kedua, ketika pemberian suara dilakukan secara elektornik atau e-voting, penghitungan suara dilakukan secara manual dan atau secara elektronik; dan ketiga, ketentuan lebih lanjut tentang penghitungan secara manual dan atau elektronik diatur melalui PKPU. UU No 1/2015 juncto UU No 8/2015 menjadi landasan hukum kuat untuk penggunaan teknologi informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara. Inilah pintu masuk bagi penyelenggara pemilu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan penggunaan teknologi informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara. Ingat perintah MK, bahwa penggunaan teknologi informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara harus didahului kajian mendalam, serangkain uji coba, serta kesiapan peralatan, petugas, dan masyarakat. Jadi adanya ketentuan penggunaan teknologi informasi dalam 261 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat UU olehNo politisi dan juncto pemerintah yang8/2015 terpilihtidak untukbisa memerintah. 1/2015 UU No serta merta Pandangan Hamdanlangsung tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan penyelenggara menerapkan penggunaan e-voting Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran atau e-counting. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Terhadap ketentuan Pasal 85 dan 98 UU No 1/2015 juncto sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi UU No 8/2015, sesungguhnya terdapat ketidaklogisan. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal Disebutkan bahwa dalam hal pemberian suara dilakukan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara elektonik (e-voting), maka penghitungan suaranya agregatsecara maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi secara caradi manual dan atau secaradengan elektronik dalam dilakukan praktek penganggaran Indonesia yang berkaitan siklus (e-counting). Lazimnya, pemberian suara secara elektonik Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat (e-voting) itu otomatis diikutipolitical penghitungan suaramelainkan secara ini, yang menjadi perhatian tidak hanya budget cycles, elektronik karena mesin e-voting langsung political corruption(e-caounting) cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemiludidesain yang telahuntuk meningkat dengan ekstrim. e-counting. Jika e-voting lalu diikuti oleh penghitungan secara justru evektivitas e-voting Masyarakat tidak saja dapatmanual, ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi tidakdibatasi termanfaatkan. juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya sebagai salah satu Memang Pasal keterwakilan 98 memberiperempuan pilihan dihitung secara syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun manual atau elektonik terhadap pemberian suara 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi elektronik. Tetapi ketentuan tersebut menyalahi logika 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dan efektivitas penggunaan teknologi inforamsi, sebab praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah pemberian suara elektonik (e-voting) secara otomatis mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini diikuti penghitungan suara secara elektonik juga akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam (e-caounting) di dalam satu peralatan. Oleh karena itu ke hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dalamdalam pengertian e-voting sesungguhnya sudahdan termasuk Paramastuti tulisannya yang berjudul: “Perempuan Korupsi: di dalamnya e-counting. Jadi, undang-undang mestinya Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”tegas dan jelas: jika pemberian suara dilakukan secara elektonik (e-voting), penghitungan suaranya Masih berhubungan dengan maka tema akuntabilitas keuangan politik,juga Didik dilakukan elektronik (e-counting), karena kedua Supriyanto dan Liasecara Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan fungsi tersebut bisaDana disatukan dalammenguraikan satu mesin elektronik Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, bahwa dana (e-voting suaraproses secarapemilu. elektronik kampanye adalahmachine). salah satuJika halpemberian penting dalam Dana (e-voting) lalu oleh diikuti penghitungan suara secara manual kampanye diperlukan partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 262 vi berjenjang, maka tak hanya tidak logis dan tidak efketif, tetapi juga bisa menimbulkan kekacauan. Dengan demikian, jika penggunaan teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara sudah diadopsi undang-undang pemilu, maka akan terdapat kepastian hukum bagi penyelenggara dan pemangku kepentingan lainnya. Kepastian ini akan mendorong semua pihak untuk mencari jenis teknologi yang tepat. Pemilihan jenis teknologi apa yang hendak digunakan dalam pelaksanaan tahapan pemilu merupakan hal mendasar yang harus dibahas oleh semua pihak. Pengalaman kegagalan rekapitulasi penghitungan suara dengan teknologi ICR menjadi pembelajaran penting. Untung saja saat itu rekapitulasi penghitungan dengan ICR hanya difungsikan sebagai pendamping rekapitulasi penghitungan suara manual berjenjang. Jika saja penggunaan teknologi ICR itu menjadi basis resmi rekapitulasi penghitungan suara, maka sudah dipastikan pemilu akan kacau. Penggunaan E-recap Pilihan Strategis Mengacu kepada pengalaman Negara lain, kesuksesan India dalan menggunakan e-voting dan kesuksesan Philipina menggunakan e-counting dalam pemilunya, mengilhami banyak kalangan untuk menerapkan teknologi informasi dalam pemungutan dan penghitungan suara di Indonesia. Menurut mereka, e-voting atau e-counting tidak hanya mampu menghemat 263 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat anggaran oleh politisinegara, dan pemerintah yangberfungsi terpilih untuk memerintah. tetapi juga untuk menghadapi Pandangan Hamdan berkaitandalam dengan apa yang disampaikan berbagai kasustersebut pelanggaran pemungutan dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran penghitungan suara. Usulan menggunakan e-voting atau pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwaBPPT Political budget cycles e-counting semakin menguat setelah menunjukkan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi keberhasilan penggunaan peralatan e-voting buatannya empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dalam pemilihan kepala desa di beberapa daerah. budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Apakah Indonesia membutuhkan e-voting atau agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi e-counting? Jika mengacu pada pengalaman dalam setidaknya praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus India dan Philipina, maka harus ditegaskan bahwa kedua Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat negara tersebut mulai penggunaan e-voting dan ini, yang menjadi perhatian tidakmerintis hanya political budget cycles, melainkan e-counting hari siklus sebelumnya. Mereka political corruption jauh cycle atau korupsi politik padamelakukan tahun-tahun Pemilupenelitian yang telah meningkat ekstrim. dan uji dengan coba berkali-kali, sampai kemudian semua pihak merasa menggunakannya. Oleh karena Masyarakat tidak saja dapatsiap ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi itu dibatasi para pengusul e-voting juga perlu mengingat mestinya perbedaan bersabar, hakikat antara laki-lakidan dan perempuan. Sepertitidak halnya sebagai salah satu e-counting bisaketerwakilan diwujudkanperempuan dalam waktu dekat, tetapi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun butuh pengkajian dan uji coba berkali-kali. Keberhasilan 2012 menegaskan setiappemilihan partai politik peserta pemilu harus memenuhi e-voting dalam kepala desa, bukan serta merta 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat menjadi pertanda akan kesuksesan e-voting dalam pemilu, praktikmengingat selama ini, pihak baik di parlemen maupun pemerintah skalayang danduduk kompleksitas yang berbeda. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Yang sering luput dari perhatian para pengusul akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam e-voting dan e-counting dalam pemilu Indonesia adalah hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita adanya perbedaan pemilu “Perempuan India dan dan Philipina Paramastuti dalam tulisannyasistem yang berjudul: Korupsi: dengan Indonesia. India dan Philipina Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam menggunakan Pemilu DPR RI 2009.”sistem pemilu mayoritarian untuk memilih anggota legislatif sedangkan Indonesia menggunakan sistem Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemilu proposional. Padahal jamak diketahui, sistem Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan pemiluPengelolaan mayoritarian sederhana dalam pemilihan Akuntabilitas Danalebih Kampanye, menguraikan bahwa dana karena jumlah diperebutkan di setiap daerah kampanye adalah salahkursi satu yang hal penting dalam proses pemilu. Dana pemilihan hanya jumlah partai dan kampanye diperlukan olehsatu, partaisehingga politik dan kandidatnya untukcalon dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 264 vi pun sangat sedikit. Ini tentu memudahkan pembuatan peralatan yang ramah kepada pemilih. Bandingkan dengan pemilu Indonesia yang terkahir: jumlah kursi yang tersedia di setiap daerah pemilihan antara 3-12, jumlah partai yang ikut berkompetisi 12, jumlah lembaga yang diperebutkan 3 (DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota) ditambah DPD, sehingga tedapat 150-450 calon. Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.2, terdapat sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan e-voting. Namun dalam konteks politiknya Indonesia masalahnya menjadi lebih rumit. Pertama, sebagai negara yang baru memulai demokrasi setelah sekian puluh tahun hidup dalam otoritarianisme, masyarakat politik Indonesia masih dalam kondisi tidak saling percaya, atau distrust soceity. Hal ini juga menimpa kaum elit politiknya sehingga sangat butuh waktu lebih panjang untuk meyakinkan penggunaan e-voting. Contoh sederhana ditunjukkan oleh penolakan anggota DPR melakukan voting secara elektronik dengan menggunakan peralatan di depan mejanya masing-masing. Kedua, memang benar pada 2014 sekitar 80 juta penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Namun angka itu bukan berarti jaminan memuluskan penggunaan e-voting karena selain masih banyak yang belum melek internet, yang melek iternet pun masih butuh waktu lama untuk bisa menerimanya. Masalah yang dihadapi e-counting, kurang lebih juga sama. Yang harus dipertimbangkan lagi adalah fakta internasional, di mana semakin banyak negara yang justru menghentikan 265 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat penggunaan oleh politisi dan pemerintah terpilih untuk memerintah. e-voting dan yang e-counting. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Mengacu kepada MK No 147/PUU-VII/2009 Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran menyatakan, bahwa e-voting bisa saja diterapkan dengan pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sejumlah syarat yang bersifat komulatif: pertama, tidak sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi melanggar asas luber dan jurdil; kedua, harus sudah siap empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dari sisi teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara perangkat kesiapan masyarakat di agregatmaupun maupun secara spesifiklunaknya, pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi yang bersangkutan, serta persyaratan lain yang dalam daerah praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus diperlukan. Itu artinya penggunaan e-voting harus melalui Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat kajian panjang, serangkaian uji cobabudget untukcycles, memastikan ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political melainkan kinerja tinggi mesin, persiapan sumber manusia, political corruption cycle atau siklus korupsi politik daya pada tahun-tahun Pemilupenyediaan yang telah meningkat dengan ekstrim.dan yang paling penting dana yang mencukupi, tidak melanggar prinsip luber dan jurdil. mengacu Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satuJika kesatuan, tetapi padadibatasi keputusan MK Jerman dan pengadilan tinggi Belanda, juga perlu mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti perempuan sebagai e-voting salah satu prinsip luberhalnya jurdil keterwakilan itu yang paling sulit dipenuhi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun maupun e-counting. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi Membuat perangkat e-voting sesungguhnya bukanlah 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat hal sulit. Secara teknis teknologis, BPPT sudah berhasil praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah membuatnya. Jika perangkat e-voting bisa membuat, mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini BPPT tidak akan kesulitan membuat perangkat e-counting. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Namun yang jadi masalah bukan soal kemampuan teknis hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita teknologis perangkat, melainkan kesiapan Paramastuti dalam sebuah tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan secara Korupsi: keseluruhan sebagaimana disyaratkan oleh MK. Di sinilah Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”pertimbangan-pertimbangan non teknis justru harus diperhatikan, aspek politik, ekonomi, sosial Masih berhubunganseperti dengan tema akuntabilitas keuangan dan politik, Didik budaya. JikaWulandari tidak maka e-voting dan e-counting bukan Supriyanto dan Lia dalam tulisan berjudul Transparansi dan menjadi solusi pemilu, justrumenguraikan menciptakanbahwa bencana Akuntabilitas Pengelolaan Danatetapi Kampanye, dana baru.adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye kampanye Jika diperlukan oleh partai politik daninternasional, kandidatnya untuk dapat mengacu pada pengalaman peneraan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 266 vi teknologi dalam pemilu harus memperhatikan beberapa prinsip berikut ini: ditentukan berdasarkan pertimbangan yang holistik, antisipatif terhadap dampak, menjaminan transparansi dan kepastian etik, jaminan keamanan, lulus uji dan memberikan keyakinan terkait tingkat akurasi hasil, kepastian privasi, kepastian inklusivitas, berbiaya efektif, efisien, keberlanjutan, fleksibel dan mampu beradaptasi dengan regulasi, serta ramah pengguna dan dapat dipercaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, penerapan teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara dalam pemilu Indonesia, pertamatama harus ditujukan pada kondisi mana dalam proses tersebut yang paling dibutuhkan kehadirannya. Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, secara umum kegiatan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS pada hari H, tidak terdapat masalah signifikan. Bahkan lembaga-lembaga internasional menyebutkan, praktek pemilu Indonesia pada hari H bisa menjadi standar internasional, mengingat praktek pemilu tidak hanya berjalan berdasarkan prinsip luber dan jurdil, tetapi menjadi sebuah perayaan politik. Kegiatan pemungutan dan penghitungan suara menjadi wahana interaksi sosial politik untuk meneguhkan demokrasi, toleransi, kesetiakawanan, dan perdamaian. Oleh karena itu, kegiatan yang sudah berlangsung baik itu sudah seharusnya tidak digantikan oleh e-voting atau e-counting. Sebab kehadiran teknologi justru akan menghilangkan karakter demokrasi khas Indonesia yang menjadi mimpi banyak negara lain. Kembali ke permasalah pokok pemilu di Indonesia dari 267 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat pemilu oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. ke pemilu, salah satunya adalah proses rekapitulasi Pandangan Hamdan tersebut berkaitanbanyak dengan apa yang disampaikan suara yang sering diwarnai kecurangan dan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran hasil rekapitulasi yang banyak manipulasi. Kasus-kasus pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles perubahan hasil rekapitulasi penghitungan suara dari PPS, sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi PPK, KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU, selalu empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal terulang setiap kali pemilu, dengan titik sentral di PPS budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dan PPK. Ini salah satu sebab yang bisa mendelegitimasi agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi hasil pemilu. Sementara itu di sisi lain, proses rekapitulasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus penghitugan suara yang memakan waktu hampir satu Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat bulan, tidak saja gagal rasabudget ingin cycles, tahu atas hasil ini, yang menjadi perhatian tidakmemenuhi hanya political melainkan pemilu, tetapi juga bisa menimbulkan kerawanan politik political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun situasi yang tidak pasti. Pada titik inilah kehadrian Pemiluakibat yang telah meningkat dengan ekstrim. e-recap tidak sangat strategis. Masyarakat saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi e-recap bisa memperpendek juga perluPertama, dibatasi mengingat perbedaan hakikat masa antararekapitulasi laki-laki dan perempuan. Seperti halnya perempuan sebagai salah satu penghitungan suaraketerwakilan sehingga rasa ingin tahu masyarakat syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun akan hasil pemilu bisa dipenuhi dengan cepat. Kedua, 2012 menegaskan setiap merekapitulasi partai politik peserta pemilu harus e-recap mampu dengan cepat danmemenuhi akurat 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat hasil penghtiugan suara di TPS (Formulir C-1), sehingga praktikmenghindarkan selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen pemerintah dari kesalahan teknismaupun penghitungan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini suara akibat kealpaan dan kesalahan petugas. Ketiga, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam mesin e-recap bekerja tanpa memperhitungkan emosi hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita dan kepentingan para pihak sehingga hasil bisa dipercaya. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Keempat, e-recap secara teknologis, merupakan tahap Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI yang paling mudah jika dibandingkan dengan e-voting dan 2009.” e-counting, sehingga praktek pengembangan teknologi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemilu berjalan sesuai hukum teknologi: dimulai dari yang Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan paling Pengelolaan mudah, beranjak ke yang lebih sulit, lalu bahwa mencapai Akuntabilitas Dana Kampanye, menguraikan dana tahapan yang paling rumit. Kelima, e-recap bisa didesain kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana dan diperlukan diproduksioleh di dalam kampanye partai negeri. politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 268 vi Yang sering luput dari perhatian para pengusul e-voting dan e-counting dalam pemilu Indonesia adalah adanya perbedaan sistem pemilu India dan Philipina dengan Indonesia. India dan Philipina menggunakan sistem pemilu mayoritarian untuk memilih anggota legislatif sedangkan Indonesia menggunakan sistem pemilu proposional. Padahal jamak diketahui, sistem pemilu mayoritarian lebih sederhana dalam pemilihan karena jumlah kursi yang diperebutkan di setiap daerah pemilihan hanya satu, sehingga jumlah partai dan calon pun sangat sedikit. Ini tentu memudahkan pembuatan peralatan yang ramah kepada pemilih. Bandingkan dengan pemilu Indonesia yang terkahir: jumlah kursi yang tersedia di setiap daerah pemilihan antara 3-12, jumlah partai yang ikut berkompetisi 12, jumlah lembaga yang diperebutkan 3 (DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota) ditambah DPD, sehingga tedapat 150-450 calon. Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini, terdapat sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan e-voting. Namun dalam konteks politiknya Indonesia masalahnya menjadi lebih rumit. Pertama, sebagai negara yang baru memulai demokrasi setelah sekian puluh tahun hidup dalam otoriterisme, masyarakat politik Indonesia masih dalam kondisi tidak saling percaya, atau distrust soceity. Hal ini juga menimpa kaum elit politiknya sehingga sangat butuh waktu lebih panjang untuk meyakinkan penggunaan e-voting. Contoh sederhana ditunjukkan oleh penolakan anggota DPR melakukan voting secara elektronik dengan menggunakan 269 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat peraltan oleh politisi pemerintah terpilih untuk memerintah. di dan depan mejanyayang masing-masing. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Kedua, memang benar pada 2014 sekitar 80 juta Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran penduduk Indonesia menjadi pengguna internet. Namun pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles angka itu bukan berarti jaminan memuluskan penggunaan sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi e-voting karena selain masih banyak yang belum melek empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal internet, yang melek iternet pun masih butuh waktu budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara untuk bisa menerimanya. Masalah yangterkonfirmasi dihadapi agregatlama maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, kurang lebih juga sama. dalam e-counting, praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Tabel 1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-VOTING Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Kelebihan E Voting Kekurangan E Voting Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi dan perbedaan tabulasi hakikat Kurangnya juga perlu Penghitungan dibatasi mengingat antara transparansi. laki-laki dan perempuan. lebihSeperti cepat. halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi untuk menjadi pesertaTerbatasanya pemilu. UU No. 8 Tahun Hasilfaktuallebih akurat keterbukaan 2012 menegaskan setiap partai manusia politik peserta harus memenuhi karena kesalahan dan pemilu pemahamaan sistem 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat dikecualikan. bagi yang bukan ahlinya. praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Penanganan yanng efisien Kurangnya standar yang mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini dari formula sistem pemilu disepakati untuk sistem akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam yang rumit yang memerlukan e-voting. hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita prosedur perhitungan yang Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: melelahkan. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI Peningkatan tampilan Memerlukan sertifikasi 2009.” surat suara yang rumit sistem, tapi standar sertifikasi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik tidak di sepakati secara luas. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 270 vi Meningkatnya kenyamanan Berpotensi melanggar bagi para pemilih. kerahasiaan pemilihan, khususnya dalam sistem yang melakukan autentikasi pemilih maupun suara yang diberikan. Berpotensi meningkatkan Resiko manipulasi oleh partisipasi jumlah suara, orang dalam dengan akses khususnya pemilih melalui istimewa ke sistem oleh internet. peretas dari luar. Lebih selaras dengan Kemungkinan kecurangan kebutuhan masyarakat dengan manipulasi besaryang mobilitasnya semakin besaran oleh sekelompok meningkat. kecil orang dalam. Pencegahan kecurangan di Meningkatnya biaya baik TPS dan selama pengiriman pembelian maupun sistem dan tabulasi hasil dengan pemeliharaan e-voting. mengurangi campur tangan manusia. M e n i n g k a t k a n M e n i n g k a t n y a aksesibilitas, contohnya persyaratan infrastruktur memakai surat suara audio dan lingkungan sontohnya untuk pemilih tuna rungu berkaitan dengan pasokan dengan pemilihan melalui listrik, teknologi komunikasi, internet, begitu pula pada suhu, kelembaban. pemilih yang tinggal di rumah dan yang tinggal di luar negri. 271 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat terpilih K oleh e mpolitisi u n dan g kpemerintah i n a n yangM e n iuntuk n g memerintah. k a t n y a Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan menggunakan layar persyaratan keamanan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran multibahasa yang dapat untuk melindungi sistem pada Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa Political cycles melayani para Yuna pemilih pemberian seuara budget selama sudah menjadidengan fenomena didukung dengan ke berbagai multibahasa lebihuniversal baik dan antara pemilu pemilustudi empiris di berbagaidengan Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal dibandingkan surat selanjutnya termasuk budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara suara. selama pengangkutan, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi penyimpanan, dan dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus pemeliharaan. Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Pengurangan surat Kurangnya tingkat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan suara yang rusak karena kendali oleh penyelenggara political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun sistemyang pemilihan karena tingginya Pemilu telah meningkatdapat denganpemilihan, ekstrim. memperingatkan para ketergantungan terhadap Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi pemilih tentang suara vendor dan atau teknologi. juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan yang tidakSeperti sah halnya (walaupun perempuan. keterwakilan perempuan sebagai salah satu pertimbangannya harus syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun diberikan untuksetiap memastikan 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harus memenuhi bahwa para pemilih bisa tidak 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat memberikan jika baik di parlemen maupun pemerintah praktik selama ini,suaranya pihak yang duduk mayoritas diduduki oleh laki-laki. mereka memiliki demikian). Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akanBerpotensi berdampak negatif terhadap mandeknya menghemat K e maspirasi u n gperempuan k i n a dalam n hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita biaya dalam jangka panjang penghitungan ulang terbatas. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: melalui penghematan waktu Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pekerja pemungutan suara 2009.” dan mengurangi biaya untuk Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik produksi dan distribusi surat Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan suara. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 272 vi Penghematan biaya Kebutuhan untuk melalui pemilihan dengan kampanye tambahan bagi internet; jangkauan global pendidikan pemilih. dengan pengeluaran logistik yang sangat sedikit. Tidak ada biaya pengiriman, tidak ada keterlambatan saat pengiriman materi dan menerimanya kembali. Jika dibandingkan dengan Berpotensi konflik dengan pemilihan melalui pos, maka kerangka hukum yang ada. pemilihan melalui internet dapat mengurangi insiden penjualan suara dan pemilihan oleh keluarga dengan memperbolehkan pemilihan beberapa kali namun hanya suara terakhir yang dihitung dan mencegah manipulasi dengan memberikan tenggat waktu bagi suara masuk melalui kontrol langsung saat pemungutan suara. Berpotensi kurangnya kepercayaan publik pada pemilihan berdasarkan e-voting sebagai hasil dari kelemahan-kelemahaan di atas. 273 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Sumber: oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Darmawan, Nurhandjati, & Kartini 2014: 6-11 Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Namun risiko akibat kegagalan atau ketidakmasimalan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran fungsi mesin e-recap juga sama dengan mesin e-voting pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles dan e-counting. Oleh karena itu dalam merencang e-recap sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi beberapa hal berikut ini harus diperhatikan: Pertama, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal kemungkinan bahwa komunikasi dan transmisi antar budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara sistem pada teknologi pemilu dapatterkonfirmasi diserang agregatpiranti maupundalam secara spesifik tahun-tahun Pemilu, menggagalkan sistem.yang Kedua, kemungkinan dalam sehingga praktek penganggaran di Indonesia berkaitan dengan siklus serangan atas data hasil pemilu dengan tujuan mengubah Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat database maupun tidak hasilhanya pemilu. Ketiga, yang ini, yang menjadi perhatian political budgetserangan cycles, melainkan diarahkan kepada petugas melalui political corruption cycle atau siklus korupsipiranti politikyang pada digunakan tahun-tahun Pemiludalam yang telah meningkat dengan ekstrim. e-recap. Masyarakat tidak saja et dapat satu kesatuan, tetapi Reynold allditafsirkan (2008) sebagai menyarankan beberapa juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan rekomendasi kepada penyelenggara pemilu yang hendak perempuan. Seperti halnya keterwakilan sebagai salah satu menerapkan e-voting. Meski perempuan Renold bicara tentang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun e-voting, namun saran tersebut juga berguna bagi 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi penyelenggara yang hendak menerapkan e-recap: 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Setiap yang diadopsi harus memenuhi mayoritas 1.diduduki olehsolusi laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini persyaratan dengan basis kode yang akan berdampak negatif terhadapmenggunakan mandeknya aspirasi perempuan dalam hukumdipercaya dan pemerintahan. (trustedDan codekondisi base).tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti tulisannya yang “Perempuan dan Korupsi: 2. dalam Penyelenggara harusberjudul: memiliki kode sumber/kode Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI dasar (source code) dari sistem tersebut. 2009.” 3. Semua sistem yang digunakan harus dipelajari Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik dengan baik terutama terkait total biaya dan secara Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan keseluruhan sepanjang masa hidup sistem. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana Harus dipikrikan mekanisme dengan kampanye4. adalah salah satu hal penting dalamperawatan proses pemilu. Dana memperhatikan efektivitas biaya. kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 274 vi 5. Proses mengadopsi bentuk teknologi harus dilakukan secara bertahap dan terencana dengan baik. Partisipasi Masyarakat dalam pengawasan Rekapitulasi Hasil Pemilu Permasalahan Pemilu selama ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya berawal di hulu hingga ke hilir, namun banyak masyarakat lebih mempertanyakan mengenai kecurangan yang ada pada hilir pemilu yaitu pada masa pemungutan dan penghitungan suara. Dengan adanya rekapitulasi dibantu dengan bantuan teknologi seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya diharapkan dalam mempercepat proses penghitungan sehingga hasil pemilu dapat diketahui oleh publik secara tepat karena dengan jenjang waktu yang lama publik akan menunggu serta dapat menimbulkan konflik dalam skala besar karena tingkat ketidakpercayaan publik akan semakin turun dengan lamanya waktu rekapitulasi tersebut. Setelah adanya proses penghitungan dengan cepat bukan berarti publik tidak dapat berpartisipasi kembali dalam memeriksa hasil pemilu apakah sudah sesuai apa tidak. Partisipasi publik terkait hasil pemilu ini mulai ada sejak Pemilu Legislatif dan Presiden pada tahun 2014. KPU sebagai penyelenggara pemilu membuka data hasil scan C1 kepada publik secara daring. Melalui data- 275 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat data oleh politisi dan pemerintah yang memerintah. yang dibuka oleh KPU initerpilih publikuntuk dapat memeriksa / Pandangan tersebut berkaitan dengandimana apa yangpublik disampaikan kroscekHamdan hasil pemilu secara langsung, ikut Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran berpartisipasi secara langsung dalam pemilu. pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Pembukaan Data Scan C1 sejak pemilu 2014 kemari telah sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi menghasilkan beberapa contoh partisipasi publik secara empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal langsung seperti Kawal Pemilu yang kemudian berlanjut budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara pelaksanaan Pilkada 2015 yaitu Kawal Pilkada. Dengan agregatpada maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi scan C1 kepada publikyang maka akan memperluas dalam membuka praktek penganggaran di Indonesia berkaitan dengan siklus frasa penggunaan teknologi dalam pemilu yang semula Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat terbatas penggunaan oleh penyelenggara ini, yang menjadikepada perhatian tidak hanyateknologi political budget cycles, melainkan pemilu kepada penggunaan dalam pengawasan political corruption cycle atau siklus teknologi korupsi politik pada tahun-tahun Pemilupemilu yang telah meningkat dengan yang dilakukan olehekstrim. masyarakat. Masyarakat tidak saja pemilu dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi Contoh kawal maupun kawal pilkada merupakan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan contoh terbaik dalam implementasi penggunaan teknologi perempuan. halnya keterwakilan perempuan sebagai satu dalamSeperti pengawasan hasil pemilu, walaupun sejak salah Pemilu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2014 kemarin telah banyak contoh-contoh terbaik 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi penggunana teknologi sebagai bagian dari partisipasi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat masyarakat seperti API Pemilu sebagai contoh sosialisasi praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah pemilu berbasis teknologi yang membantu publik mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini mengetahui siapa calonnya, kemudian mata massa yang akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam membantu pengawasan pelanggaran pemilu. Kawal Pemilu hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita lahir dari keterbukaan KPUberjudul: itu sendiri yang menggunggah Paramastuti dalam tulisannya yang “Perempuan dan Korupsi: hasil Perempuan scan C1 scara daring. Dimana Pengalaman Menghadapi Korupsi dalamkawal Pemilu pemilu DPR RI 2009.”menggunakan teknologi berbasis web yang mengajak publik untuk berpartisipasi dengan memeriksa C1Didik di Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan scan politik, TPS dan di wilayahnya masing NamunTransparansi kawal Pemilu Supriyanto Lia Wulandari dalammasing. tulisan berjudul dan ini dilaksanakan hanyaKampanye, pada Pemilihan Presiden Akuntabilitas Pengelolaan Dana menguraikan bahwa dan dana Wakil Presiden kampanye adalah salahsaja. satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 276 vi Kesimpulan dan Rekomendasi Kehadiran teknologi dalam proses pemilu diperlukan. Bahkan dalam pemilu yang melibatkan banyak pemilih dengan sistem pemilihan rumit, kehadiran teknologi seakan menjadi keharusan. Sebab, teknologi dapat menghindari kealpaan dan kesalahan yang dilakukan petugas, serta mengantisipasi kecurangan dan kejahatan yang dilakukan peserta dan petugas. Melalui e-voting, e-counting, dan e-recapitulation, teknologi dapat memfasilitas pemungutan dan penghitungan suara secara cepat dan akurat. Putusan MK No 147/PUU-VII/2009 membuka ruang penggunaan teknologi dalam pelaksanaan pemilu, khususnya pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Namun MK mengingatkan, bahwa penggunaan harus didahului oleh pengkajian, ujicoba dan sosialisasi agar tidak melanggar asas luber dan jurdil. Penggunaan teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara tidak hanya dituntut kesiapan sisi teknologi, pembiayaan, sumber daya manusia maupun perangkat lunaknya, tetapi juga kesiapan pemilih, peserta dan masyarakat. Atas dasar putusan ini, UU No 1/2015 juncto UU No 8/2015 mengatur penggunaan teknologi dalam pemungutan dan penghitungan suara, meskipun ketentuan tersebut tidak logis. Sebelumnya, UU No 8/2012 memberi basis hukum atas penggunaan teknologi dalam pendaftaran pemilih. Adanya landasan hukum sangat penting untuk penggunaan teknologi dalam pemilu seoperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penolakan Sipol oleh partai 277 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat politik oleh politisi danPemilu pemerintah terpilih untuk dalam 2014yang menunjukkan halmemerintah. tersebut dapat Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan terjadi karena belum adanya landasan hukum. Selanjutnya, Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi penghitungan suara berbasis teknologi informasiAnggaran yang pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles hanya berdasarkan keputusan atau peraturan KPU, justru sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi mengundang kontroversi. Meskipun bertujuan baik, empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal yakni sebagai alat kontrol penghitungan manual dan budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara memenuhi rasa ingin tahu masyarakat atas hasil pemilu, agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi namun banyak partai politik dan calon yang mencurigai dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus penghitungan berbasis teknologi informasi bertujuan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat untuk memenangkan pemilubudget tertentu. Hadirnya ini, yang menjadi perhatian tidakpeserta hanya political cycles, melainkan pasal yang membuka penggunaan teknologi dalam undangpolitical corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun pemilu juga mendorong penyelenggara pemilu dan Pemiluundang yang telah meningkat dengan ekstrim. pihak-pihak melakukansebagai pengkajian dan ujicoba Masyarakat tidak lain saja untuk dapat ditafsirkan satu kesatuan, tetapi perangkat, sebelum perangkat ini digunakan.Putusan juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-lakiMK dan memang memberikan pilihan kepada pembuat undangperempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu undang untuk meknisme syarat verifikasi faktualmembuat untuk menjadi pesertapemberian pemilu. UUsuara No. 8secra Tahun 2012 menegaskan partai selain politik secara peserta konvensional pemilu harus memenuhi elektronik setiap (e-voting), dengan 30% keterwakilan Kondisi patut diperjuangkan, mencoblosperempuan. surat suara. Jadi ini sifatnya pilihan: cara mengingat manual praktiktidak selama ini, pihakcara yangelektonik duduk baikboleh di parlemen maupun pemerintah dilarang, saja digunakan. mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Namun, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam praktek penggunaan e-voting telah mengalami penurun hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita kepercayaan di berbagai belahan dunia karena dianggap Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: gagal memenuhi prinsip luber dan jurdil (sesuatu yang Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI disyaratkan oleh MK). Padahal pada saat yang sama, 2009.” masyarakat Internasional justru mengapreasisi proses Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik pemungutan dan penghitungan suara di TPS dalam pemilu Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Indonesia. BangsaDana Indonesia dinilai telah menjalankan Akuntabilitas Pengelolaan Kampanye, menguraikan bahwa dana praktek politik demokratis dengan menggelar pemilu kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana yang luber dan jurdil, bukan sebagai kewajiban politik, kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 278 vi melainkan sebagai perayaan politik. Dengan pertimbangan tersebut, maka sebaiknya e-voting diperlukan. Sebab, kehadiran e-voting dalam konteks pemilu Indonesia tidak hanya akan mematikan praktek-praktek terbaik demokrasi di Indonesia, tetapi justru akan menimbulkan masalah baru. Yang dibutuhkan kehadiran teknologi informasi dalam pemilu Indonesia adalah proses rekapitulasi penghitungan suara berjenjang dari PPS, PPK, KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU. Sebab pada wilayah ini, selain membutuhkacssssn waktu lama sehingga gagal memenuhi rasa ingin tahun para pihak atas hasil pemilu dan menimbulkan kerawanan-kerawanan politik, juga sering terjadi kecurangan dan pelanggaran berupa manipulasi hasil rekapitulasi penghitungan suara. Di sinilah pentinganya e-recap dalam pemilu Indonesia, yakni untuk melakuan penghitungan secara cepat dan akurat, sekaligus mencegah manipulasi hasil rekapitulasi penghitungan suara. Dengan e-recap kasus-kasus gugatan hasil pemilu bisa dikurangai dan legitimasi pemilu semakin tinggi. Meskipun begitu, dalam undang-undang pemilu, pengaturannya tidak langsung digunakan e-recap dalam rekapitulasi penghitungan suara berjenjang, melainkan e-recap sebagai alternatif dari rekapitulasi penghitungan suara berjanjang. Dengan demikian penyelenggara pemilu bisa memilih kapan dan di mana akan dilakukan e-recap (setelah melakukan serangkan pengkajian, uji coban dan berbagai persiapan), kapan dan di mana rekapitulasi penghitungan berjenjang dipertahankan. Ketentun 279 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat bersifat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. alternatif tersebut merupakan rumusan terbaik Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apamelek yang disampaikan dalam undang-undang, mengingat tingkat teknologi Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran informasi belum merata, kesiapan peratalan dan petugas pada Tahun Pemilu.”dilakukan Yuna menjelaskan bahwa Political budget yang cycles pun harus secara bertahap. Apapaun sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi digunakan, e-recap atau manual berjanjang, pengumuman empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal melalui internet hasil pindaian Formulir C-1 tetap harus budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara dilakukan sehingga undang-undang harus mengatur hal agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi ini. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Setelah adanya landasan hukum akan penggunaan Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat teknologi maka tahap selanjutnya yang cycles, mesti melainkan dilihat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget adalah pemilihan teknologi dalam pemilu political corruption cycle jenis atau siklus korupsi politik padamerupakan tahun-tahun Pemilulangkah yang telah meningkat dengan ekstrim. yang gagal menunaikan awal yang vital. Teknologi tugas, tidak menyebabkan baru, tetapi juga Masyarakat tidakhanya saja dapat ditafsirkankeributan sebagai satu kesatuan, tetapi mengurangi kepercayaan masyarakat juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat atas antarapenggunaan laki-laki dan perempuan. Seperti halnyakeseluruhan. keterwakilan perempuan salahICR satu teknologi secara Kegagalan sebagai teknologi syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun dalam penghitungan suara pada Pemilu 2009 adalah 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harus contoh baiksetiap bagaimana pentingnya pengkajian danmemenuhi ujicoba 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat harus dilakukan sungguh-sungguh sebelum teknologi praktikdigunakan. selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Memang penghitungan berbasis teknologi ICR mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini hanya menjadi pembanding penghitungan manual. Namun akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ketika prosesnya tersendat dan hasilnya tidak kredibel, hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita maka hal itu akan mengembangkan opini macam-macam. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman ini juga yang membuat dalam Pemilu 2014, Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI KPU tidak mempublikasikan hasil penghitungan berbasis 2009.” teknologi. Sebagai gantinya, KPU memindai Formulir Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik C-1, dan hasil pindaian tersebut dipublikasikan secara Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan luas melalui www.kpu.go.id. Di sinilah KPU mengambil Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kebijakan tepat, sehingga hasil pindaian Formulir C-1 tidak kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana hanya menunjukkan adanya tranparansi penyelenggaraan kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 280 vi pemilu, tetapi juga memungkinkan siapa saja untuk ikut mengontrol proses dan hasil pemilu. Karena fungsi teknologi dalam pemilu hanya sebagai alat bantu, maka penerapannya harus tepat guna, yakni sesuai kebutuhan lembaga penyelenggara. Dalam hal ini penyelenggara pemilu dapat memutuskan pada tahapan mana penggunaan teknologi harus dimaksimalkan, dan pada tahap mana kehadiran teknologi tidak begitu diperlukan. Sementara itu dari pemilu ke pemilu selalu menunjukkan bahwa permasalahan utama pemilu Indonesia terjadi pada proses rekapitulasi penghitungan suara berjenjang, khususnya di PPS dan PPK, di mana sering terjadi kasus kecurangan dan manipulasi hasil rekapitulasi penghitungan suara, sehingga kehadiran teknologi bisa mengatasi masalah tersebut. Keempat, sesuai dengan tingkat kompleksitas teknologi, maka e-recap yang lebih sederhana daripada e-counting dan e-voting, maka praktek penggunaan teknologi dalam pemilu juga harus dimulai dari yang paling sederhana, lalu berkembang menunju yang lebih rumit sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penggunaan teknologi untuk pemilu dapat digunakan sejak hulu hingga hilir pelaksanaan Pemilu. Namun terkait dengan waktu serta maka yang paling dapat segera direalisasikan adalah penggunaan E-Recap maupun melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh KPU sebelumnya seperti Sidalih, Situng, Sipol dan Scan C1 yang didukung oleh Poin ketiga yaitu dasar hukum pelaksanaannya. Dengan fokus pada penggunaan E-Recap 281 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat serta oleh politisi dan pemerintah yang terpilihyang untuktelah memerintah. pelaksanaan sistem-sistem dibangun Pandangan Hamdan tersebutPemilu berkaitandapat dengan apa yang disampaikan maka Penyelenggara memberikan waktu Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran untuk evaluasi penggunaan sistem tersebut dalam 2 pada Tahun Pemilu.” Yunasehingga menjelaskan bahwa Politicalakan budgetdapat cycles periode pemilu penyelenggara sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi mengetahui teknologi manakah yang tepat guna untuk empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal mendukung pelaksaan pemilu sehingga teknologi dalam budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara membantu efisiensi anggaran penyelenggaran pemilu serta agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi pelaksanaan Pemilu yang Luber dan Jurdil. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Demi kepastian hukum mendorong dilakukanya Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemiludan 2014. Melihat perkembangan saat kajian serius dan tidak ujicoba terus menerus, ini, yang menjadi perhatian hanya political budgetmaka cycles,undangmelainkan undang pemilu mengatur teknologi political corruption cycleharus atau siklus korupsipenggunaan politik pada tahun-tahun Pemilue-recap yang telah meningkat dengan ekstrim. dalam tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Namun dalam hendaknya ditekanakan Masyarakat tidak saja dapatpengaturan ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi bahwa penggunaan e-recap adalah alternatif dari juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu rekapitulasi penghitungan suara berjenjang. Dengan syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun demikian, penyelenggara pemilu bisa memilih kapan 2012 menegaskan setiap partai politik peserta memenuhi dan di mana digunakan e-recap danpemilu kapanharus dan di mana 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat tetap mempertahankan rekapitulasi penghitungan suara praktikberjenjang. selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Adapun pertimbangan untuk menggunakan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini teknologi e-recap adalah kesiapan perangkat teknologi, akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam ketersediaan anggaran, kemampuan petugas dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita mengoperasikan alat, serta kesiapan pemilih, partai politik, Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: calon dan masyarakat pada umumnya. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Referensi Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik O. K. dalam (2015).tulisan Openberjudul Data Index Election. SupriyantoFoundation, dan Lia Wulandari Transparansi dan Retrieved from http://index.okfn.org: http://index.okfn. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana org/dataset/elections/. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeBPPT. diperlukan oleh partai politik dan untuk kandidatnya untuk2014. dapat E-rekapitulasi. Invoasi Pemilu berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 282 vi http://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-danmaterial/1815-e-rekapitulasi-inovasi-untuk-pemilu-2014 Ikhsan Darmawan, d. (2014). Memhami E-Voting: Berkaca dari Pengalaman Negara-negara lain dan Jembaran (Bali). Jakarta: Yaysan Pustaka. David L Dill,Bruce Scheiner, Barbara Simons. (2003, August 10). Voting and Technology: Who Gets to Count Your Vote? Retrieved August 2015, from Scheiner on Security: https://www.schneier.com/essays/archives/2003/08/ voting_and_technolog.html Husein, H. (2015). API Pemilu menuju Smart Election. Jakarta: Perludem.\ Husein, Harun, Republika. (2013, April 5). Hikayat Dapil Superman. Teraju . Indoneia, K. P. (2015). Laporan Pelayanan Informasi Publik. . Jakarta: Komisi Pemilihan umum. Kinanti, F. (2013, January 13). Les Journals. Retrieved August 10, 2015, from web.unair.ac.id: http://fellinkinantifisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70905-Metode%20 Analisis%20Hubungan%20Internasional-Studi%20 Perbandingan.html Kundishora. (n.d.). The Role of Information and CommunicationTechnology (ICT) in Enhancing Local Economic Development and Poverty Reduction. Harare: Zimbabwe Academic and Research Network. Barkan, J. D. (2013). Technology is Not Democracy. Journal of Democracy, 159. Setiawaty, Diah e. a. (2015). Modul Bahan Ajar S2 Tata 283 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat Kelola oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk UGM& memerintah. Pemilu: IT dan Pemilu. Yogyakarta: AEC. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Miller, L. (2015, July 14). http://piratetimes.net/illegalYuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran and-insecure-evoting-carried-out-in-argentina/. Retrieved pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles July 21, 2015, from http://piratetimes.net/: http:// sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi piratetimes.net/illegal-and-insecure-evoting-carried-out- empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal in-argentina budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara (n.d.). secara Retrieved from Bank Pemilu, : http://www.apt. agregat maupun spesifik padaWorld tahun-tahun terkonfirmasi dalam int/sites/default/files/Upload-files/ASTAP/Rept-5-epraktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus PemiluGovt.pdf. 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian hanya political budget cycles, melainkan Pamungkas, S.tidak (2004). Disproporsionalitas Suara political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Dalam Pemilu Legislatif 2014. Retrieved 27 22, 2015, from Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Sigit Pamungkas: Ada Jalan Tengah: http://sigitp.staff. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi ugm.ac.id/?p=53 juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan Rae, Douglas W. (1967).The Political Consequences of perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu Electoral Laws. Yale University Press syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Reynold,setiap A., & partai team, politik a. (2008). Electoral Design: 2012 menegaskan peserta pemiluSystem harus memenuhi The New International IDEAini Handbook. Sweden: IDEA. 30% keterwakilan perempuan. Kondisi patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah Surbakti, R. (2015). Mengapa Indonesia Membutuhkan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Rekapitulasi Elektronik dan harus Menghindari akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Pemungutan Suara Secara Elektronik. Diskusi Pengalaman hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Internasional dalam Teknologi Kepemiluan , (p. 2). Jakarta. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Tempo/Rosdianahangka. (2012, February 22). www. Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.”tempo.co. Retrieved 2015, from Tempo: http://tempo.co/ read/ Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik and Open (n.d.). Retrieved SupriyantoTransparency dan Lia Wulandari dalamGovernment. tulisan berjudul Transparansi dan from www.whitehouse.gov: http://www.whitehouse.gov/ Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana the_press_office/TransparencyandOpenGovernment. kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanyeWisanggeni, diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat H. (2015). API Pemilu: Sebuah Perjalanan berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon Menyalakan Harapan. Jakarta: Perludem. legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 284 vi PROFIL PENULIS LIA WULANDARI seorang Peneliti Perludem Sejak April 2011, dengan spesialisasi isu-isu politik dan kepartaian. Lulusan Ilmu Politik dari Universitas Indonesia tahun 2008 ini juga pernah menjadi relawan penelitian di Komnas Perempuan dan Puskapol UI untuk riset Kekerasan terhadap Permpuan dan Keterwakilan Perlemen sejak tahun 2007. Sejak mahasiswa, aktif dalam kegiatan sosial kemahasiswaan di Senat FISIP UI, BEM UI dan sebagai reporter di FISIPERS FISIP UI. Penelitian yang pernah dilakukan ialah keuangan partai politik, dana kampanye, dan subsidi partai politik yang dilakukan bersama tim Perludem. Selain itu, ia aktif terlibat dalam advokasi UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dan UU No. 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. USEP HASAN SADIKIN Pegiat rumahpemilu.org, portal berita dan data pemilu Indonesia yang merupakan bentuk layanan informasi pemilu Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Lelaki kelahiran Serang, 27 Oktober 1983 ini merupakan lulusan (2008) Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia. Minat dan kritismenya terhadap demokrasi dan kesetaraan tak tertampung di profesinya sebagai konsultan pemetaan dan guru geografi. Usep lalu melibatkan aktivismenya pada isu kesetaraan gender di Jurnal Perempuan; isu disabilitas di Helen Keller International Indonesia, hingga sekarang di Perludem. Usep biasa berinteraksi melalui media sosial dan email di [email protected]. FADLI RAMADHANIL Menyelesaikan studi sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, pada Mei tahun 2013. Semasa mahasiswa Fadli aktif di Perhimpunan Mahasiswa Tata Negara Fakultas Hukum Unand, dan sejak 2011 bergabung dengan Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Unand sebagai asisten peneliti. Selesai menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas, Fadli bergabung dengan Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak Juni 2013 sampai sekarang. Di Perludem aktif menggeluti isu-isu penegakan hukum pemilu. Fadli aktif menulis di beberapa media seperti Kompas, Republika, dan The Geotimes, serta Jurnal Pemilu&Demokrasi. Tulisannya banyak menilik persoalan pemilu, demokrasi, penegakan hukum, dan dinamika ketatanegaraan. email: [email protected]. KHOIRUNNISA AGUSTIYATI Lahir di Palembang, 24 Agustus 1987. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia pada Januari 2010. Saat ini sedang mengambil gelar Master dalam bidang Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Sejak 285 Pemilu& Demokrasi Jurnal 2010 menggeluti isu dan dunia kepemiluan paska lulus dari UI, dengan bergabung sebagai Peneliti Pemilu pada Centre for Electoral Reform (CETRO). Juni 2012 hingga merupakan suatu upaya menyelamatkan kebijakan publik yang akan saat ini, aktif bekerja sebagaiuntuk Peneliti Pemilu di Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih memerintah. (Perludem). Dalam dunia kepemiluan, penulis aktif sebagaiuntuk fasilitator dalam pelatihan dan workshop kepemiluan. Terlibat secara aktif pada berbagai forum kerjasama antar Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan lembaga-lembaga pemilu dan demokrasi, baik berskala nasional dan internasional. Yuna Farhan melalui tulisannyasipil “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran Turut terlibat dalam koalisi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan pemilu pada profesional. Tahun Pemilu.” menjelaskan bahwa Political budgetpemilu cycles secara Selain itu,Yuna juga aktif terlibat dalam advokasi undang-undang dan penyelenggara pemilu. sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal CATHERINE NATALIA budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Lahir di Bandung, 27 Desember 1972. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum dari agregat maupun secara spesifik pada 1996 tahun-tahun Pemilu, Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun dan Magister Hukumterkonfirmasi di Universitas Indonesia pada tahun 2005. Tenaga Teknis di Komisi Republik dalam praktek penganggaran di Indonesia yang Pemilihan berkaitanUmum dengan siklus Indonesia pada 2009-2015, bergabung dengan Perludem sejak Februari 2015 sebagai Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat Legal Drafter. ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun PANDU DEWANTA Adalah mahasiswa aktif S1 di Fakultas Hukumekstrim. Universitas Padjadjaran. Saat ini aktif di Pemilu yang telah meningkat dengan BEM KEMA Universitas Padjadjaran dan PAKTA (Pusat Kajian Mahasiswa Hukum Tata Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan tetapi Negara). Pada bulan Desember 2015 sampai dengansebagai Februari satu 2016kesatuan, sempat magang juga perluuntuk dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan di Perludem mempelajari kepemiluan. Alamat email : [email protected] perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu DEBORA BLANDINA SINAMBELA syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun Menggemari dunia jurnalistik sejak masa kuliah dengan bergabung di Lembaga Pers 2012 menegaskan partai politik peserta pemilu harusFakultas memenuhi Mahasiswa Suara USU. setiap Meraih gelar Sarjana di Ilmu Komunikasi (S.ikom) Ilmu 30% keterwakilan Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Sosial dan Ilmu Politikperempuan. (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Aktif meliput dan menulis Pemilihan Raya (Pemira) Kampus Pemilihan Gubernur Sumatera Tahun praktik selama ini, pihak yang serta duduk baik di parlemen maupunUtara pemerintah 2013. Kemudian menjadi Staff Media Center KPU Sumut pada Pemilu Legislatif dan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini Pemilu Presiden 2014, kerjasama antara Yayasan Kippas, KPU Sumut dan Perludem. akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam Menjadi Ketua Klub Penulis Perempuan Sumut dan koordinator penulisan calon legislatif hukum dan Dan kondisimenjadi tersebut telahrumahpemilu.org ditulis oleh Nindita perempuan di pemerintahan. Sumut. Saat ini aktif Perludem Jurnalis sejak 2015. Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI MAHARDDHIKA 2009.”di Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak 2014, mengelola Bergiat rumahpemilu.org, serta mempunyai pada isu perempuan dan anak muda Masih berhubungan denganketertarikan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik di pemilu. Ia juga menjadi kontributor tetap youthproactive.com. Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana HEROIK M PRATAMA kampanye adalah satu haldipenting dalam prosesPriapemilu. Dana Lahir pada tanggal 16 salah November 1992, Kota Bogor Jawa Barat. yang dikenal dengan sapaan Heroik meraih gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) di Jurusan Politik kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Sejak mahasiswa ia aktif berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon diberbagai bidang organisasi kemahasiswaan mulai dari Korps Mahasiswa Politik dan legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal Pemerintahan (KOMAP UGM) sebagai presiden, kemudian pimpinandalam bidang kampanye sosial dan 286 vi politik senat mahasiswa FISIPOL UGM, sebagai salah satu pendiri Dewan Mahasiswa FISIPOL UGM, serta mentri aksi dan propaganda BEM KM UGM. Pada tahun 2014, ia pernah menjadi asisten peneliti di Reaserch Center of Politics and Goverment (POLGOV) UGM dan November 2014 aktif di Perludem sebagai peneliti yang menggeluti isu sistem pemilu dan sistem kepartaian. DIAH SETIAWATY Adalah Program Officer API (Application Programming Interface) Pemilu, program database pemilu Perludem. API Pemilu bertujuan memberikan informasi yang lebih baik kepada pemilih, meningkatkan akses publik terhadap informasi pemilu, serta meningkatkan partisipasi pemilih melalui penggunaan teknologi. Program API Pemilu terus mendukung upaya Komisi Pemilihan Umum dalam menyediakan akses yang lebih mudah untuk membuka data, terutama data pemilu. Perempuan yang dikenal dengan sapaan Diah juga aktif dalam advokasi terbuka gerakan data di Indonesia, dan salah satu pendiri Open Data Club. Diah telah beberapa kali berbicara di forum-forum internasional diantaranya Open Government Partnership Asia-Pasific Regional Meeting (Bali, 2014), International Conference Civil Society in Development (2014),Asean Election Stakeholder Forum (Timor Leste, 2015) Open Data International Conference (2015) dan menjadi lead dalam penyelenggaraan International Open Data Research Symposium (Jakarta,2015). Selain itu, Diah terlibat dalam program-program pendidikan pemilih di Perludem. SEBASTIAN VISHNU Lulusan Hubungan Internasional Universitas Padjdjaran ini aktif di Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak awal tahun 2014. Pria yang dikenal dengan sapaan Bastian ini memiliki ruang lingkup dan minat kajian pada isu-isu teknologi kepemiluan. Selain itu, ia aktif pengembangan gerakan Open Data di Indonesia dengan berbagai organisasi lainnya. KHOLILULLAH P Adalah seorang aktivis yang bergabung di Perludem sejak 2013. Lepas dari aktivisme kampus, lelaki ini kemudian menggeluti dunia organisasi masyarakat sipil di Aceh sejak 2006: Forum LSM Aceh, Forum Peneliti Aceh, dan Aceh Institute. Berbagai isu terkait peace building dan good governance telah dilaluinya, termasuk isu kepemiluan daerah. Hal ini pula yang mendorong dirinya untuk memberikan perhatian khusus terhadap dinamika kepemiluan daerah, terutama daerah-daerah mendapatkan tag khusus seperti Aceh, Papua, Papua Barat, Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Sebagai seorang yang juga merupakan lulusan profesi Akuntan dari Fakultas Ekonomi Unsyiah, lelaki yang lahir di tahun 1984 ini juga berminat serta terus mendalami isu anggaran kepemiluan. 287 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi: Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI 2009.” Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 288 vi Latar Belakang Demokrasi memang bukan satu tatanan yang sempurna untuk mengatur peri kehidupun manusia. Namun sejarah di manapun telah membuktikan, bahwa demokrasi sebagai model kehidupan bernegara memiliki peluang paling kecil dalam menistakan kemanusiaan. Oleh karena itu, meskipun dalam berbagai dokumentasi negara ini tidak banyak ditemukan kata demokrasi, para pendiri negara sejak zaman pergerakan berusaha keras menerapkan prinsip-prinsip negara demokrasi bagi Indonesia. Tiada negara demokrasi tanpa pemilihan umum (pemilu), sebab pemilu merupakan instrumen pokok dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sesungguhnya, pemilu tidak saja sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan rakyat dalam memilih pemimpinnya, tetapi juga arena untuk menilai dan menghukum para pemimpin yang tampil di hadapan rakyat. Namun, pengalaman di berbagai tempat dan negara menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu seringkali hanya berupa kegiatan prosedural politik belaka, sehingga proses dan hasilnya menyimpang dari tujuan pemilu sekaligus mencederai nilai-nilai demokrasi. Kenyataan tersebut mengharuskan dilakukannya usaha yang tak henti untuk membangun dan memperbaiki sistem pemilu yang fair, yakni pemilu yang mampu menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. Para penyelenggara pemilu dituntut memahami filosofi pemilu, memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis penyelenggaraan pemilu, serta konsisten menjalankan peraturan pemilu, agar proses pemilu berjalan sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya, hasil pemilu, yakni para pemimpin yang terpilih, perlu didorong dan diberdayakan terus-menerus agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal; mereka juga perlu dikontrol agar tidak meyalahgunakan kedaulatan rakyat yang diberikan kepadanya. Menyadari bahwa kondisi-kondisi tersebut membutuhkan partisipasi setiap warga negara, maka para mantan Pengawas Pemilu 2004 berhimpun dalam wadah yang bernama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, disingkat Perludem agar dapat secara efektif terlibat dalam proses membangun negara demokrasi dan melaksanakan pemilu yang fair. Nilai-nilai moral pengawas pemilu yang tertanam selama menjalankan tugas-tugas pengawasan pemilu, serta pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan dan pengawasan pemilu, merupakan modal bagi Perludem untuk memaksimalkan partisipasinya. 289 Pemilu& Demokrasi Jurnal merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah. Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles Visi Terwujudnya negarafenomena demokrasi universal dan terselenggarakannya pemiluberbagai yang mampu sudah menjadi didukung dengan studi menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara Misi agregat maupun secara spesifik Pemilu, 1.Menguatkan kapasitas perludem pada untuktahun-tahun menjadi lembaga yangterkonfirmasi transparan, akuntabel, dan demokratis. dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus 2. Meningkatkan kapasitas personil perludem untuk menjadi pegiat pemilu yang Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat berintegritas dan berkompeten. ini,Mengembangkan yang menjadi perhatian hanya political budgetdicycles, melainkan 3. pusat riset, tidak data, dan informasi kepemiluan indonesia political corruption cycleyang atausesuai siklus korupsi politik pada tahun-tahun 4. Membangun sistem pemilu dengan prinsip-prinsip demokrasi 5. Meningkatkan kapasitas pembuat kebijakan, penyelenggara, peserta dan pemilih Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim. agar memahami filosofi tujuan pemilu dan demokrasi serta memiliki pengetahuan Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan dan keterampilan teknis penyelenggaraan pemilu.sebagai satu kesatuan, tetapi juga perlu dibatasi mengingat perbedaan antara peraturan laki-laki dan dan 6. Memantau penyelenggaraan pemilu agar tetaphakikat sesuai dengan prinsip-prinsip pemilu yang demokratis perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu 7. Memperluas jaringan kelembagaan untuk memperkuat nilai – nilai pemilu yang syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun demokratis. 2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi 30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat Kegiatan 1. Pengkajian: mengkaji peraturan, mekanisme prosedur pemilu/pilkada; mengkaji praktik selama ini, pihak yang duduk baikdan di parlemen maupun pemerintah pelaksanaan pemilu/pilkada; memetakan kekuatan dan kelemahan peraturan mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini pemilu/pilkada; menggambarkan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pemilu/ akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam pilkada; mengajukan rekomendasi perbaikan sistem dan peraturan pemilu/pilkada; hukum dll. dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita 2. Pelatihan: meningkatkan pemahaman stakeholder pemilu/pilkada tentang Paramastuti dalam tulisannya yang para berjudul: “Perempuan dan Korupsi: filosofi pemilu/pilkada; meningkatkan pemahaman tokoh masyarakat tentang Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu/pilkada; meningkatkan 2009.” pengetahuan dan ketrampilan petugas-petugas pemilu/pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan paratema pemantau pemilu/pilkada; dll. politik, Didik Masih berhubungan dengan akuntabilitas keuangan 3.Pemantauan: memonitor pelaksanaan pemilu/pilkada; mengontrol dan Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan mengingatkan penyelenggara pemilu/pilkada agar bekerja sesuai dengan Akuntabilitas Kampanye, menguraikan dana peraturan yangPengelolaan ada; mencatatDana dan mendokumentasikan kasus-kasus bahwa pelanggaran kampanye adalah salah satu menyampaikan hal penting dalam proseskecurangan pemilu. Dana dan sengketa pemilu/pilkada; pelaku-pelaku dan pelanggaran pemilu/pilkada kepada pihak yang berkompeten; dll kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon legislatif tidak akan dapat bekerja secara maksimal dalam kampanye 290 vi 291