1 Paparan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Pada Acara Sarasehan Kebudayaan “Peran Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mendorong Kalangan Muda untuk Peduli terhadap Pelestarian Kebudayaan” Hotel Wisanti, 27 Maret 2013 Ketika kita menggelitik berkecimpung yang selalu ada, dalam adalah, kebudayaan Pertanyaan bagaimana Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ke depan, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, atau 25 tahun lagi. Mau dibawa kemana Kebudayaan DIY ke depan? Dan hal yang menarik adalah, Kita saat ini terlibat dalam penentuan masa depan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut. Dinas Kebudayaan DIY mengajak Mas, Mbak, Generasi Muda untuk aktif bersama merencanakan dan menciptakan masa depan kebudayaan DIY. Kebudayaan selalu berkembang sesuai perkembangan situasi dan kondisi masyarakat pendukung Kebudayaan tersebut. Dan sejak ditetapkannya UU nomer 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY maka ada perubahaan yang sangat penting nantinya dalam pembangunan kebudayaan. Pemerintah pusat sadar bahwa Kebudayaan Nasional merupakan puncak – puncak kebudayaan daerah. Kebudayaan DIY lah yang dipilih oleh Pemerintah pusat untuk di dukung, di dorong pemerintah pusat untuk mewujudkan hal tersebut. Pemerintah Pusat telah berencana menginvestasikan sejumlah dana keistimewaan untuk 2 kebudayaan dan kewajiban kita untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Setiap Dana yang dikucurkan nantinya harus terukur keluaran, hasil, manfaat, dan dampak yang dirasakan. Sejak awal Visi Pembangunan DIY yang dipilih oleh Kepala Daerah DIY adalah berfokus pada kebudayaan, visi tersebut adalah: “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Pusat Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam Lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera” Guna melaksanakan Visi tersebut ada tugas yang harus bersama kita, laksanakan, hal ini dinyatakan dalam misi: “Menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Pusat Kebudayaan Terkemuka di Indonesia dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Pusat Budaya, dan bertaqwa (IMTAQ), serta mampu memilih dan menyerap Budaya Modern yang positif dan tetap melestarikan Budaya Daerah” Terbitnya Undang – Undang Nomer 13 Tahun 2012 memberi semangat bagi DIY baik pemerintahnya dan rakyatnya. Semangat untuk menunjukan kiprah DIY dalam budayanya. Semangat ini sebenarnya ada sejak perjuangan mempertahankan keistimewaan hingga terbitnya Undang – Undang nomer 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Dari sekian tahun perjuangan tersebut, terlihat bahwa modal sosiallah yang sangat berperan. Modal sosial tersebut terlihat dengan golong gilig nya aparat pemerintah desa dengan rakyatnya, segenap DPRD Kabupaten / kota dan DPRD DIY dan tak 3 lupa generasi mudanya. Modal sosial tersebut harus terus dipupuk, dipelihara, dan dimanfaatkan untuk pembangunan. Perjuangan keistimewaan tersebut bukan hanya mengenai penetapan kepala daerah namun ada 5 bidang keistimewaan, meliputi pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah, kelembagaan dan Tata Pemerintahan, Pertanahan, Tata Ruang, dan Kebudayaan. Generasi muda dalam perjuangan tersebut sadar bahwa perjuangan keistimewan belum berhenti dan keistimewaan yang diraih harus mampu meneguhkan budaya DIY, meningkatkan kesejahteraan dan harkat martabat rakyat. Momentum perubahan kondisi di DIY tersebut di sikapi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sangat bijak. Dalam pernyataan VISI-nya yang disampaikan dalam rapat Paripurna DPRD DIY tanggal 21 September 2012, Beliau menggagas Renaisans Yogyakarta. Renaisans Yogyakarta sebagai cita – cita luhur dengan mengedepankan basis budaya dalam pembangunan daerah. Cita-cita renaisans Yogyakarta adalah membangun peradaban baru dalam kerangka Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan Merah Putih dengan mengoptimalkan modal DIY yaitu Sosial, Pendidikan, dan Budaya. Konsep renaisans Yogyakarta perlu didukung dengan pemikiran yang futuristik dengan berbagai gagasan untuk menjawab segala tantangan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada. Dalam disepakati kerangka sebagai pembangunan payung bagi DIY, semua kebudayaan sektor telah pembangunan. Membangun kebudayaan berarti membangun moral, aklak, dan perilaku yang beradab, mampu mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. 4 Sebagai amanat dari UU nomer 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, Kelembagaan Budaya di Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman harus direvitalisasi dan dioptimalkan untuk melestarikan budaya adiluhung yang ada di Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Generasi muda dapat mengunjungi kraton dan memetik pelajaran dari ke adiluhungan Kraton tersebut. Desa Budaya sebagai salah satu sumber budaya yang telah di kembangkan oleh Pemerintah DIY perlu dukungan Generasi muda dengan cara menjadikan Desa Budaya sebagai pilihan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata, mengabdikan keilmuannya membangun Desa Budaya Upacara Adat perlu terus dilaksanakan, dan direvitalisasi, sehingga aktual dalam konteks kekinian, mampu diterima oleh semua pihak, serta mampu diserap nilai – nilai kearifan lokal yang terkandung didalamnya. Generasi muda bisa aktif terlibat dalam kepanitian, dalam penyelenggaraanya. Bagaimana menata prosesi, kostum, dan melengkapi peralatan Upacara Adat. Promosi juga harus dilakukan agar mampu mendatang wisatawan dan mampu pula menggerakan perekonomian masyarakat setempat, yang selanjutnya mampu meningkatkan kesejahteraan. Masyarakat DIY dalam berkesenian tidak diragukan lagi kreasi dan komitmennya. Namun dalam kenyataannya peran generasi muda belum terlihat. Generasi muda bisa terlibat dalam pelestarian seni 5 tradisional dengan bergabung Unit Kegiatan Mahasiswa yang berkaitan dengan seni atau budaya, yang ada di Kampusnya. Bisa juga mementaskan seni tradisional dalam kegiatan – kegiatan di kampus. Peran lainya yang bias dilakukan adalah menjaga Bangunan Cagar Budaya dari corat coret atau bergabung dengan LSM Madya yang melakukan advokasi cagar budaya atau Jogja Heritage Society. Dibidang Permuseuman ada juga yang namanya “Sahabat Museum” yang merupakan perkumpulan sukarelawan yang mencintai dan membantu perkembangan museum. Silahkan bergabung dan berperan aktif. Film sebagai salah satu industry kreatif, terus bergerak dinamis. Produser Hollywood pun tertarik menjadikan Jogja sebagai untuk lokasi Film Java Heat dengan bintang peraih Oscar Michael Rourke dan Connor Allyn. Premier di Indonesia dilangsungkan tanggal 18 April 2013 dan segera ditayangkan di 60 negara. Generasi muda harus bangga dan berusaha dengan membuat film bernuansa budaya berlokasi di Yogyakarta. Dinas Kebudayaan DIY memfasilitasinya dalam bentuk Pekan Film Jogja yang memberi kesempatan, insane film untuk menampilkan hasil karyanya dan mengikuti Festival Film Indie.