43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengelolaan SDM yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan audit operasional atas fungsi SDM di perusahaan, agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan fungsi manajemen SDM di perusahaan. Ruang lingkup audit operasional atas SDM pada PT Takenaka Indonesia meliputi penyelenggaraan fungsi-fungsi dan aktivitas SDM. Untuk itu, perlu dilaksanakan survei pendahuluan terlebih dahulu untuk mendapatkan bukti dalam menilai aspek 3E (Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas) yang ada di perusahaan. 4.1 Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang auditor dalam melaksanakan audit operasional dalam menilai aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu unit bisnis. Tujuan dari dilaksanakannya tahap survei pendahuluan ini adalah untuk mendapatkan berbagai informasi umum dan latar belakang bidang usaha yang dijalankan oleh klien auditor dalam waktu yang relatif singkat, agar dapat diperoleh pengetahuan dan gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan. Setelah pengumpulan informasi umum mengenai perusahaan diperoleh, maka auditor dapat mengidentifikasikan berbagai kelemahan di dalam perusahaan auditee untuk dijadikan sasaran audit sementara. Prosedur audit yang penulis gunakan dalam memperoleh data agar dapat diketahui kegiatan operasional perusahaan yang potensial mengandung kelemahan sehingga dapat diidentifikasikan sebagai temuan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Observasi merupakan langkah awal yang dilaksanakan penulis dalam memperoleh informasi mengenai latar belakang kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan 43 dengan menyaksikan secara 44 langsung segala aktivitas kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan aktifitas operasional SDM yang dijalankan oleh PT Takenaka Indonesia. 2. Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan yang terdapat pada bagian SDM. Dalam tahap ini penulis hanya diberikan dokumen SOP rekrutmen dan seleksi. Untuk memastikan bahwa proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan untuk memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pada tahap ini dilakukan untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan standar perusahaan, maka tahap-tahap yang dilakukan perusahaan diantaranya adalah : 2A. Penerimaan karyawan baru 2A1. Kepala Divisi mengajukan Formulir Permintaan Karyawan Baru yang disesuaikan dengan Perencanaan Sumber Daya Manusia. 2A2. Kepala Divisi menyerahkan Formulir Permintaan Karyawan Baru kepada kepala HRD. 2A3. Kepala Divisi mengajukan Permintaan Sumber Daya Manusia paling lambat 1 bulan sebelum Pengadaan Sumber Daya Manusia. 2A4. Kepala HRD memberikan analisa mengenai kebutuhan Sumber Daya Manusia yang diajukan oleh Kepala Unit. 2B. Kepala HRD 2B1. Bertanggung jawab mencari calon sesuai dengan Permintaan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh Divisi tersebut. 2B2. Bertanggung jawab untuk menentukan metode Pengadaan Sumber Daya Manusia berdasarkan Permintaan Sumber Daya Manusia yang diajukan oleh Divisi tersebut. 2C. Jasa Rekrutmen 2C1. Kepala HRD menghubungi Pihak Jasa Rekrutmen yang ditunjuk. 45 2C2. Kepala HRD bertanggung jawab memasukkan data calon tenaga kerja yang dibutuhkan. 2C3. Kepala HRD menerima informasi tentang calon karyawan dari Pihak Jasa Rekrutmen dan bertanggung jawab memasukkan data calon karyawan tersebut ke database. 2C4. Kepala HRD dan pemohon tenaga kerja bertanggung jawab mengadakan wawancara kepada calon karyawan rekomendasi dari Jasa Rekrutmen. 2C5. Kepala HRD dan pemohon tenaga kerja bertanggung jawab mengadakan Tes Keterampilan untuk setiap calon karyawan yang telah lulus wawancara rekomendasi dari Jasa Rekrutmen dengan pihak manajemen. 2C6. Kepala HRD bertanggung jawab memberikan informasi hasil proses Tes dan Wawancara calon karyawan rekomendasi dari Jasa Rekrutmen kepada pihak Jasa Rekrutmen. 2D. Pengumuman atau pengiklanan 2D1. Kepala HRD bertanggung jawab untuk memasang iklan atau pengumuman Permintaan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan. 2D2. Kepala HRD melakukan seleksi data calon karyawan yang masuk pada iklan atau pengumuman. 2D3. Kepala HRD menyimpan data calon karyawan yang sudah dilakukan seleksi dan siap untuk dijadwalkan proses tes dan wawancara. 2D4. Kepala HRD dan pemohon tenaga kerja bertanggung jawab membuat jadwal tes dan wawancara calon karyawan. 2D5. Kepala HRD membuat dan mengirimkan Surat Panggilan atau Informasi serta melakukang Panggilan melalui nomor telepon kepada calon karyawan. 46 2D6. Kepala HRD bertanggung jawab mengadakan tes dalam bentuk Tes Keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan Psikotes. 2D7. Kepala HRD bertanggung jawab mengadakan wawancara untuk setiap kandidat setelah lulus dari Tes Keterampilan yang diadakan. 2D8. Kepala HRD bertanggung jawab memberikan informasi kepada calon karyawan mengenai hasil Tes Keterampilan dan Wawancara yang selanjutnya dilakukan proses administrasi. 2E. Kepala HRD Bertanggung jawab mengadakan Tes Kesehatan untuk setiap calon karyawan yang lulus Tes Keterampilan dan Wawancara ke rumah sakit rujukan atau rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan. 2F. Kepala HRD Bertanggung jawab untuk membuat daftar calon karyawan yang telah lulus proses seleksi. 2G. Kepala HRD Bertanggung jawab untuk menentukan gaji & fasilitas, serta memberikan Surat Rincian Gaji yang akan diterima oleh calon karyawan. 2H. Kepala HRD Bertanggung jawab mengeluarkan Surat Perjanjian Kerja atau Surat Keputusan Kontrak kepada setiap calon karyawan yang akan diterima oleh perusahaan. 2I. Bertanggung jawab mengadakan medical test untuk setiap calon karyawan yang lulus test pada poin 2E ke rumah sakit rujukan/yang ditunjuk oleh perusahaan. 2J. Kepala HRD bertanggung jawab Menerima Formulir Permintaan Sumber Daya Manusia untuk pelaksanaan Rekrutmen dan Seleksi. 3. Wawancara dengan pihak berwenang dimana penulis melakukan wawancara kepada kepala divisi HRD dan staf HRD. Hasil dari wawancara tersebut penulis mendapatkan beberapa penjelasan mendetail 47 terkait kegiatan operasional SDM dan selain itu ada beberapa kegiatan yang tidak dapat diperoleh dalam observasi kemudian dilengkapi melalui prosedur wawancara ini. 4. Mengajukan Internal Control Questionnaire kepada pihak terkait dengan kegiatan SDM perusahaan yang akan diperiksa oleh penulis untuk diidentifikasikan menjadi temuan. Pada langkah ini keterangan yang diperoleh lebih terinci, berdasarkan data yang diperoleh dari pencatatan langsung melalui observasi sesuai dengan keadaan disertai dengan berbagai pertanyaan yang belum diajukan dalam wawancara atau mengajukan ulang pertanyaan yang telah diajukan dalam wawancara guna mengakuratkan keterangan yang diperoleh. Hasil dari tahap survei pendahuluan yang bersifat sasaran audit sementara yang penulis peroleh dari observasi, wawancara, dan pengisian Internal Control Questionnaire adalah sebagai berikut: 1. Struktur organisasi beserta uraian posisi jabatan dan job description secara tertulis telah ada, tetapi masih terdapat job description hanya diberikan secara lisan, dikarenakan menunggu hasil copy job description. 2. Dalam merekrut karyawan baru perusahaan hanya berdasarkan permintaan dari masing-masing divisi yang membutuhkan tenaga kerja. Dan perusahaan lebih mengutamakan pelamar dari dalam perusahaan melalui referensi dari karyawan yang telah bekerja pada PT Takenaka Indonesia, sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk iklan. 3. Perusahaan belum memiliki tindak lanjut atas penilaian kinerja karyawan. 4. Perusahaan belum melakukan exit interview terhadap karyawan yang akan keluar karena mengundurkan diri. 48 4.2 Prosedur Audit Terinci Pelaksanaan audit pada PT Takenaka Indonesia menggunakan teknik audit pada umumnya, seperti teknik wawancara serta konfirmasi atas data yang diperoleh dari manajer personalia dan karyawan perusahaan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan bukti yang akan digunakan dalam menilai sisi ekonomis, efisiensi dan efektivitas serta untuk memberikan rekomendasi atas adanya masalah-masalah yang terdapat pada sumber daya manusia yang diterapkan pada PT Takenaka Indonesia, maka ditetapkanlah tujuan dan prosedur audit sebagai berikut: 4.2.1 Perencanaan 1. Tujuan Audit Untuk memastikan bahwa proses perencanaan pada fungsi manajemen SDM telah selaras dengan tingkat kebutuhan perusahaan terhadap karyawan, sehingga dapat menghemat biaya dalam pengadaan SDM, serta meningkatkan penggunaan SDM sesuai dengan sasaran organisasi. 2. ProsedurAudit: 1) Dapatkan program rencana kerja yang terdapat pada diisi HRD 2) Lakukan pemeriksaan atas proses penyusunan program rencana kerja divisi HRD. 3) Lakukan pemeriksaan, apakah program rencana kerja tersebut telah sesuai dengan rencana strategis perusahaan. 4) Periksa program rencana kerja divisi HRD, apakah sudah menunjang program rencana kerja divisi-divisi yang lain dari sisi pemenuhan SDM. 5) Lakukan kaji ulang terhadap tingkat permintaan tenaga kerja oleh divisi-divisi yang membutuhkan tenaga kerja tersebut untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan SDM. 6) Buat simpulan audit. 3. Hasil Audit: 1) Penyusunan program kerja divisi HRD dilakukan oleh manajer HRD dan pihak 49 manajemen PT Takenaka Indonesia. 2) Program rencana kerja yang direncanakan oleh PT Takenaka Indonesia sudah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai pimpinan perusahaan. 4.2.2 Perekrutan 1. Tujuan audit: Untuk memastikan bahwa proses perekrutan, seleksi dan penempatan yang dilakukan telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mendapatkan karyawan yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh perusahaan. 2. Prosedur audit: 1) Dapatkan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai perekrutan karyawan yang berlaku di perusahaan. 2) Lakukan analisis, apakah proses seleksi telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang seharusnya pada saat merekrut tenaga kerja dari luar. 3) Dapatkan job specification dan job requirement. 4) Analisis, apakah proses perekrutan, seleksi dan penempatan karyawan didasarkan pada job specification dan job requirement yang ditentukan oleh perusahaan. 5) Lakukan analisis terhadap tes pada saat proses seleksi, apakah tes yang diajukan tersebut sesuai dengan tingkat relevansi dari jabatan yang dilamar. 6) Simulan audit 3. Hasil Audit: 1) Sudah ada prosedur tertulis mengenai pengajuan permintaan karyawan dan telah diotorisasi dari bagian yang membutuhkan. 2) Perusahaan memiliki suatu standar sebagai ukuran dalam menyeleksi karyawan, tetapi seringkali untuk beberapa jabatan staf perusahaan merekrut hanya berdasarkan hubungan kekerabatan. 3) Pada saat perusahaan membutuhkan tenaga kerja, perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh SDM yang sudah ada, 50 dibandingkan merekrut orang dari luar perusahaan. 4) Proses rekrutmen sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, seperti tes tertulis, wawancara, dan tes kesehatan. 4.2.3 Pelatihan dan Penilaian Kinerja 1. Tujuan audit: Untuk memastikan bahwa pembinaan tenaga kerja dan penilaian prestasi kerja yang dijalankan dapat meningkatkan produktivitas karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. 2. Prosedur audit: 1) Dapatkan kebijakan dan prosedur penetapan program pelatihan dan pengembangan SDM. 2) Kaji ulang kegiatan pelatihan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan selama ini. 3) Evaluasi apakah program pelatihan dan pengembangan SDM tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit divisi. 4) Periksa apakah proses penilaian prestasi kerja karyawan dilakukan secara berkala. 5) Dapatkan formulir penilaian prestasi kerja karyawan. 6) Lakukan tanya jawab dengan divisi HRD mengenai prosedur penilaian prestasi kerja karyawan. 7) Lakukan tanya jawab secara sampling dengan para karyawan untuk mengetahui komentar mereka mengenai proses penilaian prestasi kerja karyawan. 8) Evaluasi apakah ada tindak lanjut dari penilaian prestasi kerja karyawan yang telah dilakukan selama ini. 9) Simpulan audit 51 3. Hasil Audit: 1) Program pelatihan sudah dilaksanakan oleh perusahaan baik untuk karyawan baru maupun karyawan lama yang membutuhkan, untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi karyawan. 2) Perusahaan memiliki kebijakan terhadap karyawan yang membutuhkan pelatihan. 3) Perusahaan melakukan penilaian kinerja secara berkala untuk masing-masing karyawan minimal 3 bulan sekali. 4) Menurut para karyawan, penilaian prestasi kerja secara berkala dilakukan oleh divisi HRD, dan menurut mereka tidak perlu dilakukan karena tidak pernah ada tindak lanjut yang nyata atas prestasi yang mereka capai. 4.2.4 1. Pengembangan Karir Tujuan Audit: untuk memastikan perusahaan memiliki program untuk karyawan yang memiliki potensi dan berprestasi untuk mendapatkan pengembangan karier yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki karyawan sehingga berdampak pada hasil yang positif yang akan di terima prusahaan. 2. Prosedur Audit: 1) Menelusuri apakah perusahaan sudah memiliki program perencanaa dan pengembangan karir yang jelas. 2) Menelusuri apakah program tersebut berlaku untuk seluruh karyawan atau tidak. 3) Menelusuri apakah program tersebut dievaluasi secara rutin. 4) Membuat simpulan audit. 3. Hasil Audit: 1) Perusahaan sudah memiliki pengembangan karier tetapi belum jelas ke seluruh karyawan. 2) Program pengembangan karyawan sudah ada tetapi belum memiliki rencana yang baik. 52 3) Atasan belum melakukan supervise yang baik terhadap program pengembangan karyawan. 4) Evaluasi belum dilakukan rutin secara periodik. 5) Karyawan memiliki hak mendapatkan promosi jabatan setelah bekerja selama minimal 3 tahun pada level saat itu. 6) Setiap karyawan memiliki fasilitas tertentu saat mendapatkan promosi tergantung dari levelnya. 4.2.5 Pemberhentian 1. Tujuan Audit: Untuk memastikan prosedur pemberhentian karyawan telah dilaksanakan dengan benar. 2. Prosedur Audit: 1) Dapatkan kebijakan dan manual prosedur secara tertulis mengenai pemberhentian karyawan. 2) Lakukan analisa apakah manual prosedur pemberhentian karyawan tersebut telah memadai. 3) 3. Buat simpulan audit. Hasil Audit: 1) Perusahaan sudah memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberhentian karyawan. 2) Perusahaan memiliki prosedur dalam melakukan pemberhentian karyawan sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia. 4.3 Hasil Evaluasi atas Sistem Pengendalian Manajemen Perusahaan Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) pada PT Takenaka Indonesia dilaksanakan dengan terlebih dahulu melakukan survey pendahuluan. Tujuan dalam melaksanakan survey pendahuluan adalah mengkaji-ulang, apakah fungsi SPM telah berfungsi dengan baik dan memadai, serta menentukan ruang lingkup audit untuk 53 memperoleh temuan sementara mengenai hal-hal yang harus dianalisis secara lebih mendalam, yaitu mengenai perencanaan SDM, proses perekrutan SDM, pengembangan dan penilaian prestasi kerja, serta pemberhentian. Setelah tahap survey pendahuluan, penulis melakukan tahap pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti yang dilaksanakan dengan menggunakan audit program dalam bentuk kuesioner. Dari jawaban-jawaban kuesioner, penulis melakukan konfirmasi melalui observasi secara langsung ke perusahaan, dan diskusi dengan manajer HRD, serta tanya jawab dengan beberapa karyawan, untuk menilai secara pasti mengenai pelaksanaan fungsi SPM pada perusahaan. SPM merupakan sistem pengendalian organisasi yang menyeluruh, dan digunakan oleh perusahaan, untuk memastikan bahwa operasional perusahaan yang tengah berlangsung telah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. SPM berhubungan dengan sistem pengendalian intern, yang mengatur agar tidak terjadi penyimpangan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Adapun unsur-unsur pokok dari sistem pengendalian intern, antara lain: pembagian tugas dan tanggung jawab, sistem wewenang dan pendelegasian, prosedur kerja yang baik dan benar, praktek yang sehat serta karyawan yang qualified. Dalam SPM, karyawan dimotivasi untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, termasuk mendeteksi kinerja yang kurang baik dan penyimpangan baik yang disengaja maupun tidak. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, perusahaan harus menganalisis dengan baik aspek- aspek dari manajemen SDM. 4.4 Laporan Audit Audit yang telah dilakukan pada bagian divisi SDM menemukan beberapa hasil atau temuan. Temuan yang di dapatkan tersebut berhubungan dengan proses kerja atau prosedur yang dikerjakan pada bagian perencanaan, perekrutan, pengembangan, dan pemberhentian. Tiap bagian divisi SDM diharapkan dapat menjalankan sesuai dengan ketentuan perusahaan. Tiap bagian divisi SDM akan diatur oleh manajer masing-masing unit divisi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Dan juga, tiap bagian memiliki permasalahan yang tidak sama, sesuai dengan bagiannya masing-masing. 54 Permasalahan ini akan dijelaskan lebih lanjut di dalam bagian temuan. Temuan akan dijelaskan perbagian fungsi SDM, yaitu perencanaan, perekrutan, penilaian, pengembangan, dan pemberhentian. Temuan ini akan dibagi menjadi kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan rekomendasi. 4.5 Temuan Audit atas Fungsi-Fungsi Manajemen SDM Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen SDM merupakan proses pengelolaan individu-individu yang bekerja dalam organisasi berupa hubungan antara pekerjaan dengan pekerja, terutama untuk menciptakan pemanfaatan individu-individu secara produktif sebagai usaha mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menganalisis dengan baik aspek-aspek pengelolaan fungsi-fungsi manajemen SDM. Dari hasil audit operasional fungsi manajemen SDM perusahaan, diketahui adanya beberapa masalah yang terdapat pada manajemen SDM PT Takenaka Indonesia. 4.5.1 Proses Perencanaan Tenaga Kerja Belum Berjalan Secara Efektif Manajemen PT Takenaka Indonesia dari divisi yang mengajukan permintaan karyawan baru menetapkan jumlah karyawan yang dibutuhkan didasarkan hanya pada perkiraan saja. Alasan lain dalam penetapan jumlah karyawan yang akan dipekerjakan, khususnya untuk jabatan staf administrasi juga dari hasil hubungan kekerabatan. Hal ini berimbas kepada kemampuan karyawan yang dinilai oleh pihak HRD kurang kompeten dalam bidangnya. Seharusnya manajemen bertindak secara profesional. Artinya, penetapan jumlah karyawan jangan hanya didasarkan pada perkiraan saja. Selain itu, karyawan yang dipekerjakan seharusnya didasarkan pada tingkat profesionalisme, dan bukan atas dasar hubungan kekerabatan. Sistem perencanaan karyawan yang selama ini berjalan disebabkan karena dalam proses penyusunan perencanaan SDM hanya berdasarkan jumlah perkiraan karyawan yang dibutuhkan. 55 Timbul risiko yang cukup besar, seperti: kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sehingga beban kerja setiap karyawan menjadi kurang seimbang. Akibat yang lain adalah timbulnya mis-manajemen dan pemborosan yang merugikan perusahaan. Hal ini diketahui dari hasil observasi pada saat survei, yaitu dijumpai adanya karyawan yang duduk santai sementara rekannya begitu sibuk bekerja. Kondisi tersebut dapat menimbulkan suasana kerja yang tidak sehat, serta menurunnya semangat kerja para karyawan. Sebaiknya metode penetapan jumlah karyawan yang digunakan adalah metode ilmiah seperti yang telah dikemukakan dalam Bab 2. Dengan metode ini, jumlah karyawan yang dipekerjakan benar-benar atas perhitungan analisis beban kerja. Contoh metode perencanaan SDM : Volume pekerjaan Analisis Beban Kerja = X 1 orang Standar prestasi Selain itu, perencanaan tersebut juga harus dievaluasi setiap periode untuk kemungkinan dilakukan penyesuaian bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 4.5.2 Proses Pelaksanaan Kerja Masih Terdapat Perangkapan Tugas Karyawan sudah memiliki job description secara tertulis, namun perusahaan masih memberikan perangkapan tugas secara lisan terhadap karyawan, sehingga terjadi eliminir control terhadap pekerjaan. Seharusnya tidak ada perangkapan tugas bagi karyawan yang belum menyelesaikan pekerjaan utamanya, sehingga karyawan bisa memprioritaskan pekerjaannya sesuai yang tertulis di dalam job description. Perusahaan beranggapan bahwa karyawan tersebut memiliki kemampuan diluar dari job desknya. Sehingga karyawan tersebut diberikan rangkap tugas. 56 Situasi ini menimbulkan terjadinya eliminir kontrol terhadap pekerjaan, sehingga karyawan yang memiliki tugas yang rangkap tersebut menjadi tidak fokus terhadap job description yang seharusnya, sehingga hasil pekerjaan pun menjadi tidak maksimal. Sebaiknya karyawan melaksanakan j o b d es k apa yang sudah tertulis pada job description yang sudah ditetapkan di tiap-tiap divisi, kemudian jika pekerjaannya sudah selesai, maka karyawan boleh diberikan job desk tambahan, tanpa mengeliminasi pekerjaan utamanya. Sehingga pekerjaan karyawan menjadi lebih efektif. 4.5.3 Penilaian Prestasi Kerja Tidak Ditindak-lanjuti Penilaian prestasi kerja bukan dilakukan untuk mengukur pencapaian prestasi karyawan bagi perusahaan, tetapi hanya sebagai formalitas, untuk menilai kinerja karyawan pada saat itu. Hasil penilaian prestasi kerja juga tidak ditindak-lanjuti, sehingga tidak ada reward bagi karyawan yang berprestasi, maupun pelatihan tambahan bagi yang kurang berprestasi. Seharusnya manajer SDM menindaklanjuti penilaian kinerja karyawan karena hasil penilaian dapat digunakan perusahaan sebagai penetapan kebijakan selanjutnya yang menyangkut SDM, yaitu: 1. Evaluasi antar individu dalam perusahaan Penilaian kinerja yang dapat memberikan manfaat dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap karyawan dalam perusahaan. 2. Pengembangan diri setiap individu dalam perusahaan Penilaian kinerja yang bermanfaat untuk perkembangan karyawan. Setiap individu yang dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang memiliki kinerja yang rendah perlu dilakukan pengembangan, baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Karena program penilaian kinerja karyawan belum berjalan dengan baik, sehingga program tersebut tidak bisa ditindak-lanjuti. 57 Hal ini mengakibatkan tidak adanya motivasi dan semangat untuk berprestasi, karena karyawan merasa usahanya kurang diperhatikan oleh perusahaan. Sebaiknya perusahaan melakukan revisi/perbaikan terhadap program penilaian prestasi kerja, sehingga program penilaian prestasi kerja bisa lebih berjalan dengan baik. 4.5.4 Belum Diterapkannya Exit Interview Perusahaan belum melakukan exit interview terhadap karyawan yang akan keluar karena mengundurkan diri untuk mengetahui pandangan dan alasan karyawan tersebut mengundurkan diri dari perusahaan. Exit interview seharusnya dilakukan untuk memahami alasan pengunduran diri karyawan. Exit interview juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi guna meningkatkan praktik manajemen dan kebijakan perusahaan, serta mengklarifikasi kesan negatif yang dirasakan oleh karyawan. Perusahaan menyatakan bahwa exit interview dengan karyawan yang akan meninggalkan perusahaan kurang efektif karena karyawan yang bersangkutan tidak merespons pertanyaan yang diajukan dengan jujur. Hal ini disebabkan karyawan tersebut ingin mendapatkan referensi yang bagus dari perusahaan. Exit interview juga dapat membantu perusahaan dalam menentukan seberapa banyak aktivitas dari kebijakan perusahaan yang menyebabkan pengunduran diri karyawan. Misalnya, karena komunikasi yang buruk, kurangnya pelatihan, dan keterbatasan akses. Untuk membuat karyawan berkata jujur, maka surat referensi harus diberikan kepada karyawan yang akan keluar sebelum proses exit interview dilakukan. Akibatnya, perusahaan tidak mendapatkan informasi mengenai persepsi karyawan terhadap perusahaan selama karyawan tersebut bekerja. Selain itu, perusahaan tidak mengetahui alasan karyawan tersebut mengundurkan diri dan kemungkinan timbul rasa tidak puas bagi karyawan yang akan keluar. 58 Perusahaan sebaiknya menyelenggarakan exit interview untuk mendorong karyawan mengutarakan alasan-alasan pengunduran diri secara terbuka dan bebas. Selain itu, exit interview mampu mengumpulkan informasi mengenai beragam masalah yang digeluti karyawan di tempat kerjanya. Hasil exit interview dapat didokumentasikan untuk membantu perusahaan dalam menandai kecenderungan atau mengungkap isu yang bisa diperbaiki untuk meminimalisir keluarnya karyawan di masa yang akan dating. 59