Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 IMPLEMENTASI PROSES BISNIS DALAM UPAYA PENERAPAN GREEN HOSPITAL MENGGUNAKAN LIFE CYCLE ASSESSMENT 1) 2) 3) Sofiyanurriyanti , Bustanul Arifin Noer , dan Dyah Santhi Dewi 1) Program Pascasarjana, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:1)[email protected] 2) 3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat. Kegiatan aktivitas dari alur proses bisnis manajemen rumah sakit yang dilakukan dari pelayanan rumah sakit terhadap pasien baru datang, fasilitas yang disediakan selama pasien menginap, dan pasien pulang. Aktivitas proses bisnis merupakan kegiatan layanan utama terhadap penanganan rawat inap pasien IDEF0 level 1, tahap verifikasi dan registrasi level 2, menerima pasien dan memberikan tindakan medis level 3, rekomendasi rujuk rawat inap atau rujuk ke instalasi level 4, kegiatan operasional level 5, dan sampai pasien keluar rumah sakit level 6. Salah satu upaya untuk mendukung pengelolaan lingkungan adalahgreen hospital. Penerapan green hospital ini mencakup lingkungan yang berwawasan lingkungan hijau, penggunaan air, listrik, penggunaan bahan material yang baik, dan pengurangan limbah. Pengolahan data menggunakan software Simapro.Penilaian dampak lingkungan ada beberapa langkah meliputi characteristization, damage assessment, normalization, weighting,dan single score. Metode yang digunakan berdasarkan pada Eco Indikator 99 untuk mengetahui dampak lingkungan. Sedangkan untuk menilai dampak lingkungan dari hasil life cycle assessment berdasarkan characterization, normalization weighting,dan single score. Dampak lingkungan yang dihasilkan di rumah sakit yang mempengaruhi human health sebesar 0,153209 Pt, eco system quality sebesar 0,178514 Pt, dan resources 0,359308 Pt. Kata Kunci: Rumah Sakit, Green Hospital, Proses bisnis IDEF0 (Integration Definition for Function Modeling), Life Cycle Assessment (LCA), Simapro. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan kesehatan dan tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1992). Lingkungan rumah sakit merupakan salah satu aspek yang juga perlu diperhatikan dan juga perlu dikelola dengan baik. Hal ini sangatlah penting karena aktivitas kegiatan yang dilakukan dirumah sakit dapat memberikan kontribusi terhadap kenyamanan pasien. Berbagai aktivitas yang dilakukan rumah sakit tidak hanya memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga memberikan dampak negatif berupa pencemaran akibat proses dari kegiatan rumah sakit maupun limbah yang dihasilkan dan dibuang tanpa pengelolaan yang benar sehingga dapat mencemari lingkungan. Xiao (2014), mengemukakan pertumbuhan sektorusaha turut berkontribusi pada pencemaran lingkungan seperti pada tahun 2012 sektor ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-1 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 perindustrian tumbuh sebesar 11%; sektor bangunan publik sebesar 22%; sektor hotel, gedung perkantoran, dan commercial center sebesar 19%; sektor perumahan sebesar 16%, sektor rumah sakit sebesar 14%; sektor sekolah atau institut sebesar 12%; dan sektor manufaktur 6%. Namun kenyataannya, tingkat tingginya pencemaran lingkungan rumah sakit yang masih rendah ini tidak diikuti dengan pengelolaan limbah yang baik. Pengelolaan limbah rumah sakit saat ini di Indonesia menunjukkan hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair, pemeriksaan kualiatas limbah dilakukan hanya sebesar 57,5% rumah sakit, dan baru sekitar 63% rumah sakit yang telah memenuhi syarat baku mutu (Adisasmito, 2009). Menurut Asian Development Bank (2003), limbah yang dihasilkan rumah sakit meliputi limbah non infeksius sebesar 151 kg/m3 dan limbah infeksius sebesar 262 kg/m3 . Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Diaz (2008), jumlah limbah yang dihasilkan rumah sakit di negara berkembang cukup bervariasi antara 0,016-3,23 kg/bed hari, sedangkan untuk limbah infeksius bervariasi antara 0,01-0,065 kg/bed hari. Sebagai tambahan, sektor rumah sakit memberikan kontribusi terhadap masalah lingkungan saat ini dengan memproduksi lebih dari 2,4 juta ton sampah per tahun (Farzianpour, dkk., 2013). Pada penelitian ini masih banyak rumah sakit belum mengikuti standar mutu lingkungan sehingga rumah sakit harus mengupayakan usulan perbaikan pengelolaan lingkungan pada limbah rumah sakit. Selama ini dalam pelaksanaan dan pengelolaan lingkungan pada dasarnya mengacu pada kebijakan nasional dan kebijakan regional. Padahal, jika dikaji lebih dalam hal tersebut penting dilakukan seiring dengan pertumbuhannnya yang pesat dan untuk mempertahankan posisi global rumah sakit yang penuh tantangan. Salah satu upaya pendekatan untuk mendukung pengelolaan lingkungan yang sehat, bersih dan ramah lingkungan di rumah sakit adalah global green and health hospitals. Menurut Kaliner and Guenther (2011), Globalgreen and healthy hospitals merupakan suatu pendekatan “green” dan “healhty” untuk mendukung upaya perbaikan lingkungan rumah sakit secara global berkelanjutan. Green Hospital saat ini telah berkembang menjadi tren baru dirumah sakit dalam sistem pengelolaan lingkungan. Ini mencakup lingkungan yang berwawasan lingkungan hijau, efisiensi penggunaan air, energi dan polusi udara, penggunaan bahan material yang baik dan ramah lingkungan, kualitas udara didalam ruangan, penyediaan makanan yang bersih dan sehat, pengurangan limbah, serta menyediakan taman hijau dan asri (Samsi J, 2013). Evaluasi dampak pada lingkungan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengukur, menganalisis besarnya konsumsi energi, bahan material, emisi dan limbah medis, serta faktor lainnya (Filimonau, dkk, 2011). Beberapa metode dikembangkan untuk melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan, salah satunya adalah metode Life Cycle Assessment (LCA).LCA adalah metode untuk mengevaluasi secara sistematis aspek lingkungan pada tahap siklus produk maupun jasa. LCA dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang disebabkan pada saat pemakaian listrik, air, emisi, dan limbah padat maupun limbah cair oleh konsumen sebagai dasar penentuan alternatif perbaikan (Siregar, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk mengimplementasi upaya proses bisnis dalam penerapan green hospital pada lingkungan rumah sakit, dan membantu pihak rumah sakit untuk merancang strategi perbaikan lingkungan. METODE Secara garis besar, penelitian ini terdiri atas lima tahap, yaitu tahap pendahuluan, pengolahan data, analisis dan interpretasi hasil, dan pengambilan kesimpulan dan saran. Tahap pendahuluan dilakukan dengan pengumpulan referensi terkait penelitian, tahap perumusan masalah, tahap pengumpulan data, observasi kondisi lapangan untuk ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 merumuskan masalah dan tujuan penelitian serta pengumpulan data yang relevan rumah sakit. TahapPengolahanData Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi proses bisnis manajemen rumah sakit untuk mengidentifikasi limbah yang dihasilkan selama proses layanan atau kegiatan rumah sakit, serta mengetahui dampak lingkungan terhadap rumah sakit menggunakan life cycle assessment. Menurut Christianti dan Saputra (2013), proses bisnis merupakan suatu kumpulan aktivitas atau suatu pekerjaan yang terstruktur saling berkaitan satu dengan lainnya.Tahapan pengembangan ini bertujuan untuk memodelkan fungsi-fungsi aktivitas yang dikembangkan oleh computer aided manufacturing dan kegunaan IDEF0 yaitu membantu dan menganalisis suatu proses bisnis yang berkaitan secara langsung. Menurut Dasic (2009), ada beberapa metode IDEF0 yang berfungsi sebagai permodelan fungsi, IDEF1 berfungsi untuk permodelan informasi, IDEF1X untuk permodelan data, IDEF2 berfungsi untuk simulasi permodelan, IDEF3 berfungsi untuk proses permodelan, dan IDEF4 untuk berorientasi pada objek.Pengolahan data juga menggunakan data pemakaian air, data pemakaian listrik, dan data limbah rumah sakit yang dihasilkan. Kemudian dari data tersebut akan dilakukan identifikasi dampak lingkungan menggunakan life cycle assessment (LCA) yang berdasarkan eco indicator 99. Tahap Analisis dan Implementasi Tahap implementasi pengembangan aktivitas proses bisnis IDEF0 (Integration Definition for Function Modelling) dilakukan dengan menggunakan peracangan sistem permodelan yang sangat komunikatif. Tahap permodelan IDEF0 (Function Modelling Method) digunakan untuk mengambil keputusan pada organisasi ataupun sistem. Salah satu diagram IDEF0 di dalam struktur pemodelan IDEF0 ini memiliki sub fungsi A 0 , A 1 , A 2, A 3 dan seterusnya. Tahap IDEF1 (Information Modelling Method) merupakan metode untuk mendesain dengan mengkomunikasikan masuknya permintaan dari konsumen. Tahap IDEF3 (Process Decription Capture Method) merupakan proses penggambaran untuk melakukan dan pembuatan dokumentasi. Tahap IDEF4 merupakan permodelan digunakan untuk petunjuk di dalam pemeriksaan. Setelah mengetahui proses bisnis rumah sakit yang akan dilakukan, maka beberapa tahap upaya yang dilakukan dengan pendekatan life cycle assessment antara lain: a. Menentukan tujuan, menentukan ruang lingkup pada tahap LCA antara lain cradle to grave merupakan ruang lingkup dimulai dari raw material sampai pada pengoperasian pada produk. Cradle to gate merupakan ruang lingkup daur hidup dimulai dari raw material sampai ke proses gate sebelum dilakukan proses operasi. Gate to gate merupakan ruang lingkup pada analisis daur hidup yang terpendek karena hanya meninjau pada kegiatan yang terpendek. Cradle to cradle merupakan bagian dari analisis daur hidup yang menunjukkan ruang lingkup dari material sampai pada daur ulang material (Hermawan, 2013). b. Analisis life cycle inventory (LCI) merupakan tahap masukan dan keluaran yang berhubungan lingkup studi. Tahapan LCI pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan analisis semua fasilitas dan kegiatan operasional rumah sakit terhadap pasien menginap (Adriani, 2014). c. Penilaian life cycle impact assessment (LCIA) yaitu dengan perhitungan nilai dampak lingkungan yang telah dikumpulkan dari tahapan LCI. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 d. Interpretasi siklus hidup merupakan tahapan setelah LCIA. Pada tahap ini hasil dari LCI dan LCIA yang dibahas sebagai dasar kesimpulan dan rekomendasi rencana perbaikan, mengevaluasi dari hasil siklus hidup atau penilaian dampak siklus hidup. HASILDANPEMBAHASAN Hasil pengamatan kondisi eksisting rumah sakit menunjukkan bahwa rumah sakit belum pernah menerapkan proses bisnis dan belum juga menerapakan green hospital sebagai salah satu upaya implementasi LCA. Adapun tahapan dalam proses bisnis IDEF0 di industri rumah sakit ini pada permodelan proses bisnis tahap awal, yang perlu dipahami yaitu mengetahui alur aktivitas yang terjadi di dalam proses bisnis dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Proses bisnis pada tahap awal ini digambarkan secara umum dengan konteks diagram. Konteks diagram ini merupakan proses inputdari keseluruhan dari proses output yang merupakan hasil akhir yang dihasilkan. Pada tahap konteks diagram dari proses bisnis Rumah Sakit Haji Surabaya dapat dilihat pada Gambar 1 yang merupakan diagram konteks pada proses bisnis IDEF0 level 0 layanan utama. Proses bisnis pada layanan utama rumah Sakit Umum Haji Surabaya dilakukan pemetaan proses bisnis terdiri dari 4 tahap, antara lainterdapat 5 input dengan kode(A), 4 control dengan kode(B), mechanisme dengan kode (C), output dengan kode (D). Gambar 1dapat menunjukkan bahwa kegiatan rumah sakit pada proses bisnis yang dilakukan dapat diidentifikasi menjadi 26 kelompok. Pada proses input (A) terdiri dari pasien, peralatan administrasi, perlengkapan medis, peralatan non medis, dan peralatan medis tajam. Pasien (A1) merupakan inputberupa pasien baru yang sedang sakit dan dirujuk ke rumah sakit. Peralatan Administrasi (A2) merupakan peralatan digunakan dalam proses administrasi seperti kertas, alat-alat tulis yang digunakan. Peralatan medis (A3) merupakan peralatan yang digunakan secara langsung terhadap penanganan pasien terdiri kapas, perban, kasa, jarum suntik, ampul, spuit, pipet, handscoon, masker, set 1 infus, linen. Perlengkapan non medis (A4) merupakan hasil dari penggunaan atau perlengkapan penunjang dari non medis seperti kertas, alat tulis. Perlengkapan medis tajam (A5) merupakan perlengkapan penunjang secara langsung dan terkontaminasi oleh pasien seperti pecahan gelas, pecahan temometer, jarum suntik, dan alat medis lainnya. Proses control (B) terdiri dari visi dan misi, koordinator limbah, kebijakan dan program kerja. Visi dan Misi (B1) merupakan gambaran masa depan dengan menentukan tujuan dan strategi yang ingin dicapai. Koordinator limbah (B2) merupakan koordinator untuk memantau pengelolaan limbah di rumah sakit sampai ke tahap proses instalasi sanitasi. Kebijakan (B3) merupakan kebijakan yang dilakukan selama kegiatan operasional ditetapkan. Program kerja (B4) merupakan program kerja rumah sakit yang mengatur bagaimana penggunaan input dalam proses mengelola limbah. Proses mekanisme (C) terdiri dari dokter, petugas administrasi, perawat, wadah limbah, petugas incinerator, supplier, distribusi, karyawan, trolley. Dokter (C1) merupakan seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Petugas administrasi (C2) merupakan seorang petugas yang menangani segala hal administrasi dari proses awal sampai akhir. Perawat (C3) merupakan orang yang merawat pasien yang mengalami masalah pada kesehatan selama rawat inap pasien. Wadah limbah (C4) merupakan tempat atau wadah untuk menampung limbah dari tiap instalasi.Petugas Incinerator (C5) merupakan petugas yang bertugas melakukan pembakaran limbah medis dengan menggunakan mesin pembakar atau incinerator. Supplier (C6) merupakan seseorang atau perusahaan yang secara kontinu menjual barang ke perusahaan, biasanya sebagai penyedia produk kebutuhan yang relatif untuk dijual.Pasien (C7) pada pasien dalam mekanisme merupakan entitas yang bekerja sama dengan staf kesehatan dalam segala proses ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 Program Kerja (B4) (B3) Kebijakan Koordinator Limbah (B2) Visi dan Misi (B1) yang berhubungan dengan aktivitas medis. Incinerator (C8) merupakan mesin yang digunakan untuk membakar limbah medis, limbah non medis maupun limbah medis tajam. Trolley (C9) merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut limbah oleh petugas dari tiap instalasi oleh petugas cleaning service. Petugas cleaning Service (C10) merupakan petugas yang bertugas melakukan pengumpulan dan pengangkutan limbah dari tiap instalasi yang ada. Pada proses output (D) ini terdiri dari sisa abu pembakaran, kantong limbah medis, kantong limbah non medis, dan kantong limbah medis tajam. Gambar 2 mendeskripsikan proses layanan utama pada kegiatan pasien yang dilakukan selama proses rawat inap di rumah sakit. Kegiatan yang dilakukannya adalah tahap verifikasi dan registrasi pasien, menerima pasien, dan tindakan medis rumah sakit, rekomendasi rujuk rawat inap atau rujuk ke instalasi pasien dirawat, kegiatan operasional pasien selama menginap, dan pasien keluar rumah sakit dalam kondisi sehat.Proses bisnis layanan utama IDEF0 Level 1 layanan umum yang terdiri dari (A1) merupakan pasien baru yang sedang sakit akan dirujuk ke rumah sakit dengan membutuhkan penanganan rawat inap selama pasien di rumah sakit menginap. Pada proses ini, input berupa pasien (A1), tahap verifikasi dan registrasi (A2), menerima pasien dan tindakan medis (A3), Rekomendasi rujuk rawat inap atau rujuk ke instalasi (A4), kegiatan operasional (A5), dan sampai pasien keluar rumah sakit (A6). Pada proses ini, input berupa terdiri dari pasien, peralatan administrasi, perlengkapan medis, peralatan non medis, dan peralatan medis tajam. Adapun proses control terdiri dari visi dan misi, koordinator limbah, kebijakan, program kerja. Sedangkan untuk proses mekanisme menggunakan input dari dokter, petugas administrasi, perawat, wadah limbah, petugas incinerator, supplier, distribusi, karyawan, dan trolley. Begitu pula dengan proses output terdiri dari sisa abu pembakaran, kantong limbah medis, kantong limbah non medis, dan kantong limbah medis tajam. (A1) Pasien (A2) Peralatan Administrasi (A3) Perlengkapan Medis Rumah Sakit Haji Umum Surabaya (A4) Perlengkapan Non Medis (A5) Perlengkapan Medis Tajam Supplier Pasien Karyawan Trolley (C6) (C7) (C8) (D1) Kantong Limbah Medis (D2) Kantong Limbah Non Medis (D3) Kantong Limbah Medis Tajam(D4) (C9) (C10) Petugas Cleaning Service Petugas Insinerator (C5) Perawat Wadah Limbah (C4) Petugas Administrasi (C2) (C3) Dokter (C1) A0 A0 Sisa Abu Pembakaran Gambar 1. Diagram Konteks Awal IDEF0 Level 0 Layanan Utama Tabel 1 menjelaskan bahwa total limbah non medis, limbah medis, limbah medis tajam diperoleh dari kegiatan operasional rumah sakit yang dihasilkan selama per bulan. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-5 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 Tabel 1. Total Limbah RSU Haji Surabaya No Jenis Limbah Jumlah Kantong Limbah/Hari(Kg) Jumlah Limbah/Hari (Kg) Jumlah Kantong Limbah/Bulan (Kg) 1 Limbah Non Medis Limbah Medis Limbah Medis Tajam Total 335 60 1800 Jumlah Limbah /Bulan (Kg) 10053 206 56 1680 6180 205 56 1680 6150 746 172 5160 22383 2 3 Spesifikasi jumlah bahan material yang didapatkan dari bahan material limbah non medis, limbah medis dan limbah medis tajam diperoleh dari jenis raw material seperti kertas dan alat tulis, sisa makanan, sisa minuman, daun ranting, botol minuman, bekas perban, kapas, kassa, potongan tubuh, sarung tangan, ampul, masker, obat-obatan, kantong darah, linen, spuit, jarum suntik, termometer, pipet dan lainnya yang dapat di tunjukkan pada Tabel 2. Untuk pemakaian air dan penggunaan listrik di asumsikan selama satu bulan. Penggunaan air kebutuhan air sekitar 5745 m³/bulan. Sedangkan untuk pemakaian listrik asumsikan dalam penggunaan listrik di Indonesia electicity,oil at power 0,263548207 kwh, natural gas,burned in power 0,084569942 kwh, electicity hydropower 0,069069292 kwh. Setelah data tekumpul, maka langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan input yang dilakukan pada software. Pada tahap penilaian dampak dilakukan penentuan dampak terhadap lingkungan yang telah diperoleh dari tahapan LCI. Tahap ini dilakukan beberapa langkah meliputi characteristization, damage assessment, normalization, weighting dan single score. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-6 Kebijakan Program Kerja Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 Peralatan Admin Bekas Pasien A1 Peralatan Limbah Medis Bekas, Bekas Non Medis Tahap verifikasi dan registrasi Petugas Cleaning Service Pasien Karyawan Trolley Supplier Petugas Insinerator Wadah Limbah Perawat Dokter Petugas Administrasi Menerima Pasien dan Tindakan Medis A3 Rekomendasi rujuk rawat inap / rujuk ke instalasi A4 Peralatan Limbah Medis Bekas, Bekas Non Medis, Bekas Medis Tajam Kegiatan Operasional pasien menginap A5 Sisa Abu Pembakaran Kantong Limbah Medis Pasien Keluar Rumah Sakit (C9) (C10) (C8) (C7) (C6) (C5) (C4) (C3) (C1) (C2) Perlengkapan Non Medis A6 Perlengkapan Medis Tajam Perlengkapan Medis Peralatan Administrasi Pasien Baru A2 Peralatan Limbah Medis Bekas, Bekas Non Medis, Bekas Medis Tajam Gambar 2. Proses Bisnis Layanan Utama IDEF0 Level 1 Layanan Umum ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-7 (D1) (D2) Kantong Limbah Non Medis (D3) Kantong Limbah Medis Tajam (D4) Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 Gambar 3. Network Dampak Lingkungan Rumah Sakit Gambar 3 merupakan network ini merupakan informasi hubungan dari setiap proses yang memiliki pengaruh dalam menghasilkan dampak lingkungan pada limbah rumah sakit. Garis merah yang berpengaruh terhadap dampak lingkungan. Garis merah tebal pada gambar network menunjukkan proses yang memiliki pengaruh besar terhadap dampak lingkungan. Sedangkan garis tebal warna hijau menunjukkan nilai yang berarti bahwa emisi tersebut memiliki keuntungan pada rumah sakit karena terproses sehingga tidak menghasilkan dampak lingkungan berdasarkan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. KESIMPULAN DANSARAN Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat mengidentifikasi proses bisnis dari aktivitas kegiatan operasional manajemen rumah sakit IDEF0 level (A1), proses bisnis layanan utama IDEF0 Level 2 tahap verifikasi dan registrasi level(A2), menerima pasein dan memberikan tindakan medis level (A3), rekomendasi rujuk rawat inap atau rujuk ke instalasi (A4), kegiatan operasional level (A5), dan sampai pasien keluar rumah sakit level (A6). Penggunaan limbah non medis sebesar 1800 kg/bulan, limbah medis sebesar 1680 kg/bulan, dan limbah medis tajam sebesar 1680 kg/bulan, penggunaan air, dan penggunaan listrik. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-8 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 2. Mengidentifikasi dan menganalisis dari faktor-faktor LCA yang meliputi characteristization, damage assessment, normalization, weighting,dan single score. Kesehatan manusia sebesar 0,000511, Kualitas ekosistem sebesar 0,000357 dan Sumber Daya sebesar 0,0018. 3. Mengetahui dampak lingkungan yang diakibatkan oleh rumah sakit dengan menggunakkan LCA pada metode Eco Indikator 99 untuk melihat beberapa dampak lingkungan meliputi carcinogens, respiratory organics, climate change, radiation, ozone layer, ecotoxity, acidification/euthrophication, land use, minerals, dan fossil fuel. Sedangkan untuk menilai dampak lingkungan pada limbah dapat dilihat dari hasil LCA berdasarkan characterization, normalization weighting, dan single score. Dampak lingkungan di rumah sakit pada Human Health sebesar 0.153209 Pt, Eco System Quality sebesar 0.178514 Pt, dan Resources 0.359308 Pt. Peningkatan dampak lingkungan terbesar adalah pada nilai single score sebesar 0.691031 Pt yang meliputi penggunaan air, penggunaan listrik, penggunaan limbah medis, limbah medis non tajam dan limbah medis tajam. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian proses bisnis IDEF0 masih dapat dikembangkan lagi berdasarkan tiap instalasi rumah sakit per unit pemakaiannya secara detail dan jenis perusahaan jasa yang bergerak dibidang kesehatan yang lain. DAFTARPUSTAKA Adisasmito, 2009.Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Raja Wali Pres. Andriani, Y., 2014. Implementasi Life Cycle Assessment dan pendekatanAnalytical Network Process (ANP) untuk Manajemen Lingkungan. Surabaya, Indonesia: Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Asian Development Bank (2003) Policy Guidelines for Reducing Vehicle Emissions in Asia, Asian Development Bank. Manila. Christianti dan Saputra, 2013. Permodelan Proses Bisnis Menggunakan IDEF0 dengan Studi Kasus Bank X. Jurnal Sistem Informasi, Vol. 8 No. 1, Maret 2013:55-74. Dasic, P.100.000 teknis dan ICT singkatan. SaTCIP, Vrnjacka Banja, 2009. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Kementerian Kesehatan Repulik Indonesi Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992 tentang Rumah Sakit. Diaz, L.F., Eggerth, L.L., Enkhtsetseg, S.H dan Savage., G.M. 2008. Characteristics of Healthcare Wastes.Waste Management. 28:1219-1226 Diakses pada tanggal 30 Januari 2016. Farzianpour, et al., 2013, Internal Evaluation of the Departement of Environmental Health Science and Engineering, American Journal of Applied Sciences, 10 (1):58-63. Filimonau, V., Dickinson, J., Robbins, D., Huijbregts, M. A. J., 2011, Reviewing the Carbon Footprint Analysis of Hotels: Life Cycle Energy Analysis (LCEA) As A Holistic Method for Carbon Impact Appraisal of Tourist Accommodation, Journal of Cleaner Production, 19 (2011), 1917-1930. Hermawan, Marzuki & Driejana, 2013. Peran Life Cycle Analysis (LCA) pada Material Konstruksi dalam Upaya Menurunkan Dampak Emisi Karbon Dioksida pada Efek Gas Rumah Kaca (031K). Jurnal Manajemen Konstruksi. Surakarta 24-26 Oktober. Universitas Sebelas Maret. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-9 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 Karliner, J. and Guenther, R. (2011). Global Green and Healthy Hospitals. Health Care without Harm (HCWH) diakses https://noharm-europe.org/documents/global-greenand-healthy-hospitals-agenda-english. Siregar, K., A., H., Irwanto, K., Wirawan, S., Araki, T., 2013 “Perbandingan Penilaian Siklus Hidup (Life Cycle Assessment) Produksi Biodesel Secara Katalis dari Crude Palm Oil dan Crude Jatropha Curcas Oil”. Samsi J. 2013. Pokok-pokok Tentang Definisi dan Standart-standart RS Indonesia Kelas Dunia-RSI KD.www.scribd.com 14 Oktober 2015. Xiao, M., Lin, Y., Zhang, G., 2014, A review of green roof research and development in China, Journal Renewable and Sustainable Energy Reviews, 40 (2014), 633-648. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-13-10