aquawarman - Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

advertisement
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Studi Karakter Morfometrik Dan Meristik Ikan Betok (Anabas
testudineus Bloch) Pada Lokasi Berbeda Di Kabupaten Kutai
Kartanegara
Morphometric and Meristic characteristics of Climbing Perch at Different
Locations in Kutai Kartanegara Regency
Akhmed Abidarda Azhmie 1), Asfie Maidie. 2) Dan Catur Agus Pebrianto. 2)
1)
2)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman
Jl.Gunung Tabur No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda.
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
One species of the family Anabantidae that is climbing perch (Anabas testudineus Bloch) is a
freshwater fish native in Borneo. The existence of the climbing perch important to be
developed as an alternative nutritious foods in the period in which the condition of the water
environment unfavorable to the development of aquaculture because of pollution and natural
water conditions are extreme. In terms of resource management of fish as broodstock for
culture required information on morphological characters (morphometric and meristic) to
identify the units of the population that is in the waters, in addition to the morphological
characters useful to identify type of fish. In the study sample was obtained of 76 fish at the
Melintang station, 86 fish at Liang station, and 83 fish at Mangkurawang station. To
understand the morphometric characters at different locations was used Principal Component
Analysis to obtain the correlation between the characters as well as the grouping of
individuals based on morphometric characters. Meristic character analysis using comparisons
with data from previous studies. According to the result shows that climbing perch at
Mangkurawang station relatively same to the fish at Melintang station, but with smallest
body. At Liang station has only 3 morphometric different with Melintang station that mean
the fish group was same group. The Meristic comparison among three group of climbing
perch shown the fins ray was DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14-15.
Keywords :Anabas testudius Bloch, Morphometric and Meristic
1. LATAR BELAKANG
Perairan
tawar
mempunyai
keanekaragaman ikan yang cukup tinggi, di
Paparan Sunda terdapat 798 jenis ikan air
tawar, Paparan Wallace terdapat 68 jenis ikan
air tawar, dan Paparan Sahul terdapat 106
jenis ikan air tawar (Kottelat, et al., 1993).
Jenis ikan air tawar asli yang mendominasi
perairan Sumatera dan Kalimantan adalah
jenis dari Ordo Ostariophysi (Famili
Cyprinidae dan Siluridae), Labyrinthici (Famili
Anabantidae dan Channidae), Percomorphi
(Famili
Nandidae),
Opistomi
(Famili
Mastacembelidae), danMalacopterygii (Famili
Notopteridae) (Ondara, 1993).
51
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Salah
satu
spesies
dari
famili
Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas
testudineus Bloch) merupakan ikan asli
perairan Kalimantan dan Sumatera.Ikan betok
di wilayah Kalimantan menurut Kottelat, et
al., (1993) terdiri dari satu spesies, sedangkan
untuk wilayah Sulawesi dimungkinkan
ditemukan lebih dari satu spesies.
Pengamatan terhadap kromosom spesimen
dari India menunjukkan bahwa paling sedikit
dua jenis Anabas terdapat disana, dan hal ini
didukung oleh data morfologi (Dutt dan
Ramaseshaiah, 1982; 1983;1988 dalam
Kottelat, et al., 1993) seperti panjang total,
panjang baku, tinggi badan, tinggi batang
ekor, jumlah sirip dan lainnya (Kottelat, et al.,
1993).
Karakter morfologi telah lama digunakan
dalam biologi perikanan untuk mengukur
jarak dan hubungan kekerabatan dalam
pengkategorian variasi dalam taksonomi.
Karakter
morfologi
meliputi
studi
morfometrik dan meristik dari ikan. Hal ini
juga banyak membantu dalam menyediakan
informasi untuk pendugaan stok ikan.
Meskipun demikian pembatas utama dari
karakter morfologi dalam tingkat intra spesies
(ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu
tepat dibawah kontrol genetik tapi
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Pembentukan
fenotip
dari
ikan
memungkinkan ikan dalam merespon secara
adaptif perubahan dari lingkungan melalui
modifikasi fisiologi dan kebiasaan hidupnya
(Turan, 1998).
Penelitian kali ini dilakukan sebagai studi
karakter morfometrik-meristik ikan betok
pada tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dari
lokasi yang berbeda diduga dapat
mempengaruhi karakter morfologi ikan
tersebut. Jika ditemukan kesamaan karakter
morfologi pada ikan betok di ketiga lokasi
tersebut maka hal ini dapat menunjukkan
adanya kesamaan karakter fenotip dan
sebaliknya.Karakter fenotip dapat digunakan
untuk menentukan kekerabatan ikan.
Berdasarkan data statistik kelautan dan
perikanan tahun 2005, produksiikan betok
ISSN : 2460-9226
(Anabas testudineus Bloch) di Indonesia
mencapai 9.545 ton denganrata-rata
kenaikan
produksi
sebesar
54,57%
(www.dkp.co.id dalam Akbar, 2008).
Keberadaaan ikan betok penting untuk
dikembangkan sebagai alternatif bahan
pangan bergizi padaperiode dimana kondisi
lingkungan perairan kurang mendukung
terhadap pengembangan budidaya perikanan
dikarenakan
pencemaran
maupun
kondisiperairan alami yang bersifat ekstrim.
Ikan betok di lingkungan Danau
Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada
kecenderungan terjadi penurunan populasi,
hal ini diduga karena adanyaberbagai tekanan
seperti tingginya usaha penangkapan ikan
dan perubahankondisi lingkungan (Mustakim,
2008). Untuk itu perlu upaya pengelolaan
perikanan berdasarkan kajian terhadap stok
ikan untuk selanjutnya ditentukan model
pengelolaan yangtepat untuk kawasan
perairan tersebut.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis kekerabatan ikan betok (Anabas
testudineus Bloch) pada tiga lokasi berbeda di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur sebagai sumber daya indukan untuk
pembudidayaan ikan betok. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
informasi maupun upaya pengelolaan
perikanan di wilayah perairan darat (inland
water) di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur.
2. BAHAN DAN METODE
a. Waktu dan Tempat
Pengambilan dan analisis sampel ikan
dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret
2014.Pengambilan sampel ikan dilakukan
pada 3 lokasi berbeda yaitu di Kelurahan
Mangkurawang, Kec. Tenggarong, Desa Liang
dan Desa Melintang Kec. Kota Bangun,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur.
Pengambilan sampel ikan dilakukan
dengan cara mengumpulkan ikan dari hasil
tangkapan nelayan setempat maupun
52
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62.
51
April 2016.
menangkap sendiri. Analisis sampel ikan
ISSN : 2460-9226
dilakukan di rumah.
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel
Sampel ikan yang diperoleh dari nelayan
b. Alat dan Bahan
maupun yang ditangkap sendiri dibawa dalam
keadaan hidupdan dipelihara dalam kolam
Adapun alat dan bahan yang digunakan terpal.
dalam penelitian kali ini meliputi; jangka
sorong, alat tulis, wadah plastik, camera
• Penentuan ciri morfometrik - meristik
digital, dan ikan betok (Anabas
Anabas testudineus
Karakter morfometrik yang diukur dan
Bloch) sebagai sampel penelitian.
penelitian
karakter meristik yang dihitung (Priyanie,
2006 dan Julita, 2006) masing-masing
masing
c. Prosedur Penelitian
disajikan pada Tabel 1 dan 2.
•
Pengambilan sampel ikan
Tabel 1.. Karakter morfometrik
Karakter morfometrik
Penjelasan
Panjang total
Jarak antara
ara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip
caudal yang paling belakang
Panjang baku
Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan
pelipatan pangkal sirip caudal
Panjang kepala
Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung
terbelakang dari keping tutup insang
Panjang di depan sirip Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jarijari
dorsal
jari pertama sirip dorsal
Panjang batang ekor
Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari
jari
tengah sirip caudal
Panjang hidung
Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan
rongga mata
Panjang ruang antar mata Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mata
Panjang
kepala
di Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir
belakang mata
belakang selaput keping tutup insang
Panjang kepala di depan Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian
mata
terdepan dari kepala
Panjang antara mata Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum
dengan preoperculum
Panjang rahang atas
Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang
rahang atas
Panjang rahang bawah
Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang
53
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Panjang dasar sirip dorsal
Panjang dasar jari-jari
keras sirip dorsal
Panjang dasar jari-jari
lemah sirip dorsal
Panjang dasar sirip anal
Panjang jari-jari keras
sirip anal
Panjang jari-jari lemah
sirip anal
Panjang sirip pektoral
Panjang sirip ventral
Tinggi di bawah mata
Tinggi badan
Tinggi batang ekor
Tinggi kepala
Tinggi pipi
Tinggi sirip dorsal
Tinggi sirip anal
Lebar badan
Lebar kepala
Lebar mata
Lebar bukaan mulut
Panjang dasar jari-jari
keras sirip ventral
Panjang dasar jari-jari
lemah sirip ventral
ISSN : 2460-9226
pelipatan rahang
Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip
Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput
sirip di belakang jari-jari terkhir
Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip
Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
pektoral
Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip
ventral
Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang
atas
Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal
dengan bagian ventral
Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah
Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan
pertengahan kepala sebelah bawah
Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre
operculum
Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip
dorsal
Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal
Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan
Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada
kedua sisi kepala
Panjang garis tengah rongga mata (diameter)
Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebarlebarnya
Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras
terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari
lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip
Tabel 2. Karakter meristik
Karakter meristic
Penjelasan
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal
dorsal
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal
anal
Jumlah jari-jari sirip Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral
ventral
54
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Jumlah jari-jari sirip
pektoral
Jumlah jari-jari sirip
caudal
Jumlah sisik pada garis
rusuk (LL)
Jumlah sisik di atas
garis rusuk (LL)
Jumlah sisik di bawah
garis rusuk
Jumlah sisik di muka
sirip dorsal
Jumlah sisik pada pipi
ISSN : 2460-9226
Jumlah jari-jari sirip pektoral
Jumlah jari-jari sirip caudal
Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor
Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke
garis rusuk
Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan
sampai ke garis rusuk
Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip
dorsal sampai ke belakang kepala
Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata
sampai ke sudut preoperculum
Jumlah sisik sekeliling Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat
badan
didepan sirip dorsal
Jumlah sisik sekeliling Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor
batang ekor
d. Analisis Data
• Analisis karakter morfometrik
Metode untuk menghitung perbedaan
karakter morfometrik dari ketiga lokasi
menggunakan analisis data yang dinamakan
Analisis Komponen Utama (AKU). Ciri
morfometrik yang diukur dari ketiga lokasi
terdiri dari 33 karakter, dengan menggunakan
AKU. Dimensi pengukurannya direduksi
dengan mencari nilai komponen utama
minimal 2 komponen. Teknik analisis
multivarian ini digunakan untuk menganalisis
data morfometrik yang telah ditransformasi.
Sebelum melakukan Analisis Komponen
Utama (AKU) harus dinormalisasikan terlebih
dahulu melalui pemusatan dan pereduksian.
Dengan demikian hasil Analisis Komponen
Utama (AKU) tidak direlisasikan dari nilai-nilai
parameter inisial (Ludwig and Reynolds,
1988; Legendre and Legendre, 1998; Bengen,
1998. dalam Irawan A. 2003).
Pada prinsipnya Analisis Komponen
Utama menggunakan pengukuran jarak
Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara
individu untuk variabel yang berkoresponden
pada data) (Lebart, et al., 1988 dalam
Rachmawati 1995).
Tahapan dasar dalam AKU adalah
mentransformasikan P karakter asal menjadi
P karakter baru (komponen utama) yang
berdimensi lebih kecil daripada dimensi
karakter asal (Karson, 1982; Kerlinger, 1990
dalam
Rachmawati
1995).Selanjutnya
mencari indeks yang disebut komponen
utama ke-1 atau sumbu utama ke-1 yang
menunjukkan
ragam
individu
maksimum.Kemudian
dicari
komponen
utama atau sumbu ke-2 dengan syarat
berkorelasi nihil dengan yang pertama dan
memiliki ragam individu terbesar setelah
komponen utama ke-1 proses ini berlanjut
hingga memperoleh komponen utama ke-j.
Pengolahan data Analisis Komponen
Utama (AKU) pada analisis data kali ini
menggunakan program computer statistika
versi 6. Apabila ditemukan koefisien
komponen memiliki tanda yang sama (positif
semua atau negatif semua) hal ini
mengindikasikan adanya variasi ukuran dan
apabila ditemukan komponen memiliki
kedua-duanya tanda positif dan negatif ini
menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk
dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004).
• Analisis karakter meristik
Untuk menganalisis karakter meristik
digunakan
perbandingan
dengan
membandingkan jumlah dan kisaran karakter
55
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
meristik yang sudah ada dalam literatur atau
penelitian sebelumnya dengan jumlah dan
kisaran karakter meristik yang dihitung dari
ketiga lokasi. Dari hasil perbandingan akan
terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik
yang dihitung dengan literatur. Literatur yang
digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran
(1991)
http://aquaworld.netfirms.com
(Akbar, 2008), Bloch (1792) dan Kottelat, et
al., (1993).
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Sebaran Karakteristik Morfometrik Ikan
Betok
Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan Analisis Komponen Utama
(AKU) yang didasarkan pada matriks korelasi
untuk mendeskripsikan korelasi antara ciri
morfometrik ikan betok (Anabas testudineus
Bloch) yaitu Panjang Total (PT), Panjang Baku
(PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan
Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Batang Ekor
(PBE), Panjang Hidung (PH), Panjang Ruang
Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di
ISSN : 2460-9226
Belakang Mata (PKBM), Panjang Kepala di
Depan Mata (PKDM), Panjang Antara Mata
Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang
Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah
(PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD),
Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal
(PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip
Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal
(PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral
(PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi
Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB),
Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Kepala (TK),
Tinggi Pipi (TP), Tinggi Sirip Dorsal (TSD),
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB),
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Lebar
Bukaan Mulut (LBM), Panjang Dasar Jari-jari
Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), Panjang Dasar
Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV) di
masing-masing stasiun menunjukkan adanya
pemusatan informasi pada 2 sumbu utama
yang masing-masing memberikan kontribusi
dari ragam total yaitu: F1 sebesar 99,57 %,
dan F2 sebesar 0,43 %.
Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada
dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat
Kontribusi
MORFOMETRIK
Kode
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 1
Faktor 2
PT
-0,999637 0,026938 0,030413 0,005081
Panjang Total
PB
-0,999988 -0,004814 0,030434 0,000162
Panjang Baku
PK
-0,999587 0,028723 0,030410 0,005776
Panjang Kepala
PdDeSD
-0,999846 0,017551 0,030425 0,002157
Panjang di Depan Sirip Dorsal
PBE
-0,968630 0,248508 0,028555 0,432384
Panjang Batang Ekor
PH
-0,993933 0,109987 0,030067 0,084698
Panjang Hidung
PRAM
-0,999868 0,016251 0,030427 0,001849
Panjang Ruang Antar Mata
Panjang Kepala di Belakang
PKBM
-0,999995 -0,003258 0,030434 0,000074
Mata
PKDM
-0,996708 0,081070 0,030235 0,046016
Panjang Kepala di Depan Mata
Panjang Antara Mata Dengan
PAMDP
-0,999909 -0,013467 0,030429 0,001270
Preoperculum
PRA
-0,999953 0,009653 0,030432 0,000652
Panjang Rahang Atas
PRB
-0,997865 0,065304 0,030305 0,029859
Panjang Rahang Bawah
PDaSD
-0,999150 -0,041232 0,030383 0,011903
Panjang Dasar Sirip Dorsal
Panjang Dasar Jari-jari Keras
PDJJKSD
-0,998451 -0,055632 0,030341 0,021669
Sirip Dorsal
56
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Dorsal
Panjang Dasar Sirip Anal
Panjang Dasar Jari-jari Keras
Sirip Anal
Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Anal
Panjang Sirip Pektoral
Panjang Sirip Ventral
Tinggi Dibawah Mata
Tinggi Badan
Tinggi Batang Ekor
Tinggi Kepala
Tinggi Pipi
Tinggi Sirip Dorsal
Tinggi Sirip Anal
Lebar Badan
Lebar Kepala
Lebar Mata
Lebar Bukaan Mulut
Panjang Dasar Jari-jari Keras
Sirip Ventral
Panjang Dasar Jari-jari Lemah
Sirip Ventral
ISSN : 2460-9226
PDJJLSD
-0,999335
0,036469
0,030394 0,009312
PDSA
-0,999724
-0,023502
0,030418 0,003867
PDJJKSA
-0,998415
-0,056280
0,030338 0,022177
PDJJLSA
-0,999452
0,033110
0,030401 0,007675
PSP
PSV
TdBM
TB
TBE
TK
TP
TSD
TSA
LB
LK
LM
LBM
-0,998859
-0,999986
-0,998029
-0,998115
-0,999988
-0,996787
-0,994759
-0,998421
-0,999925
-0,999652
-0,999122
-0,999168
-0,995820
-0,047755
-0,005313
-0,062753
-0,061366
0,004814
-0,080098
-0,102249
0,056180
0,012277
-0,026391
-0,041906
0,040781
-0,091332
0,030365
0,030434
0,030315
0,030320
0,030434
0,030239
0,030117
0,030339
0,030430
0,030414
0,030381
0,030384
0,030181
PDJJKSV
-0,999711
-0,024037
0,030417 0,004045
PDJJLSV
-0,999242
-0,038939
0,030389 0,010616
0,015967
0,000198
0,027572
0,026366
0,000162
0,044919
0,073200
0,022098
0,001055
0,004876
0,012295
0,011644
0,058404
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
1,0
0,5
Factor 2 : ,43%
PBE
PH
PKDM
PRB
TSD
LM
PDJJLSD
PDJJLSA
PK
PT
PdDeSD
PRAM
TSA
PRA
TBE
PKBM
PB
PSV
PAMDP
PDJJKSV
PDSA
LB
PDJJLSV
PDaSD
LK
PSP
PDJJKSA
TB
0,0PDJJKSD
TdBM
TK
LBM
TP
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
Factor 1 : 99,57%
Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok
(Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama
57
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Tabel 4. Koordinat dan Kontribusi stasiun pada dua sumbu utama (F1xF2).
Koordinat
Kontribusi
Stasiun
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 1
Faktor 2
Melintang
-5,72565
-0,218932
49,88720
16,77947
Mangkurawang
-0,01292
0,436389
0,00025
66,66641
Liang
5,73857
-0,217457
50,11255
16,55412
Gambar 4.Sebaran stasiun pada sumbu I dan sumbu II (F1xF2).
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa sebaran ciri morfometrikikan betok
(Anabas testudineus Bloch) tersebar pada
Sumbu I dan Sumbu II (F1 x F2) yang
ditunjukkan oleh Gambar 3, bahwa di Sumbu
I (F1) negatif dicirikan oleh Panjang Total (PT),
Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK),
Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD),
Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang
Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang
Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP),
Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang
Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal
(PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari
Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar
Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari
Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jarijari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip
Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV),
Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan
(TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip
Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar
Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata
(LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip
Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari
Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV).
Pada Sumbu II (F2) positif dicirikan oleh
Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung
(PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata
(PKDM), sedangkan pada Sumbu II (F2)
negatif dicirikan oleh Tinggi Kepala (TK),
Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut
(LBM).
Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan Analisis Komponen Utama
(AKU) yang ditunjukkan oleh Gambar 4,
diperoleh
bahwa
sebaran
Stasiun
Mangkurang terletak pada Sumbu I (F1)
positif, Stasiun Melintang terletak pada
Sumbu I (F1) negatif, dan Stasiun Liang
terletak pada Sumbu II (F2) negatif.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut
di atas menunjukkan bahwa Stasiun
Melintang dicirikan oleh ciri morfometrik Ikan
betok (Anabas testudineus Bloch), yaitu
58
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB),
Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip
Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata
(PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata
(PKBM), Panjang Antara Mata Dengan
Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas
(PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang
Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar
Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang
Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD),
Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang
Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA),
Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal
(PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP),
Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah
Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi
Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD),
Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB),
Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang
Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV),
dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip
Ventral (PDJJLSV).
Berdasarkan letak sebaran Stasiun
Mangkurawang yang terletak Sumbu I (F1)
positif menunjukkan bahwa posisi ini
berlawanan
dengan
sebaran
Stasiun
Melintang yang terletak di Sumbu I (F1)
negatif. Posisi ini menunjukkan ada
kecenderungan bahwa ciri morfometrik Ikan
betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di
Stasiun Mangkurawang relatif sama dengan
ciri morfometrik Ikan betok (Anabas
testudineus Bloch) yang ada di Stasiun
Melintang
namun
pada
Stasiun
Mangkurawang memiliki ukuran morfometrik
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang
lebih kecil atau lebih pendek dari pada
Stasiun Melintang.
Pada Stasiun Liang dicirikan oleh ciri
morfometrik, yaitu Panjang Batang Ekor
(PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang
Kepala di Depan Mata (PKDM). Berdasarkan
ciri morfometrik tersebut dapat di pahami
bahwa Ikan betok (Anabas testudineus Bloch)
yang terdapat di Stasiun Liang hanya memiliki
3 ciri morfometrik yang berbeda dengan ciri
morfometrik pada Stasiun Melintang. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum ciri
morfometrik yang dimiliki Ikan betok (Anabas
testudineus Bloch) di Stasiun Liang relatif
sama dengan Ikan betok (Anabas testudineus
Bloch) di Stasiun Melintang. Sedangkan ciri
morfometrik berupa Tinggi Kepala (TK), Tinggi
Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM) tidak
mencirikan morfometrik pada ketiga stasiun
tersebut. Kemungkinan ikan di tiga lokasi
tersebut memiliki keragaman bentuk namun
persentasenya
kecil
sehingga
tidak
memberikan pengaruh yang signifikan untuk
membuktikan bahwa ikan yang diteliti
memiliki keragaman bentuk. Diduga hal ini
disebabkan oleh faktor ketelitian alat yang
digunakan berupa jangka sorong (caliver)
dengan ketelitian 0,05 mm, nilai pengukuran
akan lebih teliti jika menggunakan jangka
sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01
mm.
b. Karakter Meristik Ikan Betok
Kisaran karakter meristik yang dihitung
pada ketiga lokasi menunjukkan nilai yang
sama. Pada tabel berikut di tampilkan
karakter
meristik
yang
dihitung.
Tabel 5. Kisaran karakter meristik yang dihitung.
Karakter
Meristik
Jumlah JariJari Sirip
Dorsal
Jumlah JariJari Sirip
Melintang
Liang
Mangkurawang
Kottelat
(1995) &
Bloch (1792)
Talwar &
Jhingran
1991
DXVII.8-9
DXVII.8-9
DXVII.8-9
DXV-XIX. 7-9
DXVI-XVIII.
8-10
AXI.9-10
AXI.9-10
AXI.9-10
AIX-XI.8-12
AVIII-XI.910
59
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Anal
Jumlah JariJari Sirip
Ventral
Jumlah JariJari Sirip
Pektoral
Jumlah JariJari Sirip
Caudal
Jumlah
Sisik Pada
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di Atas
Garis Rusuk
(LL)
Jumlah
Sisik di
Bawah
Garis Rusuk
Jumlah
Sisik di
Muka Sirip
Dorsal
Jumlah
Sisik Pada
Pipi
Jumlah
Sisik
Sekeliling
Badan
Jumlah
Sisik
Sekeliling
Batang
Ekor
ISSN : 2460-9226
VI.5
VI.5
VI.5
VI.5
P14-15
P14-15
P14-15
P14-16
16
16
16
30
30
30
4
4
4
10
10
10
5 - 6.
5 - 6.
5 - 6.
77 – 88
77 – 88
77 - 88
32
32
32
34
34
34
Penghitungan karakter meristik berupa
jumlah jari-jari sirip dorsal (D) pada ikan di
ketiga lokasi menunjukkan kisaran hasil yang
sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18 jari-
P.14-15
26 - 31
jari keras dan 8-9 jari-jari lemah hal ini
mendekati rumus umum sirip dorsal menurut
Kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and
Jhingran, 1991, DXVI-XVIII.8-10.
60
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
Untuk jumlah jari-jari sirip anal memiliki
jumlah yang sama untuk ikan di ketiga lokasi
yaitu berkisar antara 20-21 buah dengan
jumlah jari-jari sirip keras 11 buah untuk jarijari lemah berkisar antara 9-10 buah.
Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIXXI.8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIIIXI.9-11.
Untuk jumlah sirip pektoral terhitung
jumlahnya berkisar antara 14-15 buah untuk
ketiga lokasi yang ada, hal ini juga identik
dengan literatur dari Talwar and Jhingran,
1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip
pektoral sebesar 14-15 buah.
Untuk karakter meristik yang lain, jumlah
jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari-jari
sirip caudal 16-17 buah, jumlah sisik pada
garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas
garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis
rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip
dorsal 5-6 buah, jumlah sisik pada pipi 77-88
buah, jumlah sisik sekeliling badan 32 buah,
dan jumlah sisik sekeliling batang ekor 34
buah. Hasil yang didapat dari ketiga lokasi
menunjukkan kesamaan jumlah karakter
meristik pada ikan betok.
Adapun meristik adalah ciri yang
berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari
ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk,
jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip
punggung (Affandi et al., 1992). Data yang
dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete
data (Turan, 1998). Hasil perbandingan
karakter meristik menunjukkan jumlah dan
kisaran
jumlah
karakter
meristik
menunjukkan nilai yang sama pada ketiga
lokasi hal ini juga diperkuat dengan
perbandingan dengan literatur dari Kottelat,
1995 dan Talwar and Jhingran, 1991.
Identifikasi karakter meristik ini menguatkan
dugaan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi
merupakan satu kerabat yang sama.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil Analisis Komponen
Utama terhadap karakter morfometrik dan
perbandingan karakter meristik menunjukkan
ISSN : 2460-9226
bahwa ikan betok pada ketiga lokasi meliputi
stasiun Melintang, Liang, dan Mangkurawang
di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan
satu kerabat yang sama. Perbedaan lokasi
(lingkungan) tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap karakter morfometrik
dan meristik ikan betok di ketiga lokasi
tersebut. Sehingga kemungkinannya tidak
akan bermasalah apabila digunakan sebagai
indukan yang berasal dari lokasi ini secara
intensif.
Perlu dilakukan studi karakter jenis atau
varietas ikan betok (Anabas testudineus
Bloch) di Kalimantan Timur yang lebih
intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo,
Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu
pedoman kerja laboratorium. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Akbar, H. 2008. Studi Karakter MorfometrikMeristik Ikan Betok (Anabas testudineus
Bloch) di DAS Mahakam Tengah Provinsi
Kalimantan Timur, Skripsi pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004.
Morphometric
and
Meristic
Characteristics Analyses of Two Western
Irish Populations of Arctic char,
Salvelinus alpinus (L). Jurnal of Biology
and Environment: Proceedings of The
Royal Irish Academy, 1 : 75-85.
Irawan A. 2003 Asosiasi Makrozoobentos
Berdasarkan Letak Padang Lamun Di
Estuaria Bontang Kuala Kalimantan
Timur,Tesis pada Program Pascasarjana
Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan
Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam
(Panakol Bedug) Aprion Virescens,
Valenciennes di Perairan Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kottelat, M, S.N. Kartikasari, J.W .Anthony,
and W. Soetikno. 1993. Freshwater
61
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Fishes of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Editions Limited Press,
Singapura.
Mustakim, M. 2008. Kajian Kebiasaan
Makanan Dan Kaitannya Dengan Aspek
Reproduksi
Ikan
Betok
(Anabas
testudineus Bloch) Pada Habitat
YangBerbeda Di Lingkungan Danau
Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan
Timur, Tesis pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ondara. 1993. Pemanfaatan dan pengelolaan
perikanan perairan lebak lebung.
Prosiding Puslitbangkan No. 26/1993.
Balitbang Deptan, Jakarta.
Priyanie, M.M. 2006. Pertumbuhan dan
Karakter Morfometrik – Meristik Ikan
Kurisi (Pristipomoides filamentosus,
Valenciennes 1830) Di Perairan Laut
dalam Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa
Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rachamawati, R. 1995. Karakter Morfologis
Beberapa Varietas Ikan Gurame,
Osphronemus goramy, Lacepede, Skripsi
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Turan, C. 1998. A Note on The Examination of
Morphometric Differentiation Among
Fish Population: the Truss System.
Journal of Zoology 23 : 259-263.
62
Download