laan organisme pengganggu ramah lingkungan

advertisement
ISBN :
97
8-602-98600-0-9
ffi
'arror*rr*t$,t"
PROSIDING
NASIONAL
PENG
LAAN ORGANISME PENGGANGGU
RAMAH LINGKUNGAN
10-11t{OVEiltBER 20{O
nting:
. Loekas
M
Ra
Dlselenggarakan
Perhimpunan Fitopatologi lndonesia
Perhimpunan Entomologi lndonesia
Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Universitas
Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman
JI. Dr. Suparno, Karangwangkal, Purwokerto
Tlp.lFaks: 0281-6 387 9l
M.S. PhD
., M.P.
s.P., M.P.
%ninor N asicnlal P argelolaan OPT Ranrah Linglarngmt
Itqtruh
Gulma di Sekitar Tanaman Belimbing Manis Terhadap Populasi Fopius sp.
ffirenoptera: Braconidae) Parasitoid Lalat Buah Bactrocera carambolae Drew &
Hncock @iptera: Tephritidae)l
S Kerindah, R D. Puspitarini, dan O. Purman
Falulta.s Pertanian Unive$itas Brawij aya, Malang
E-mail: [email protected],id
-Afuta
This reseorch aimed at knowing the
ffict of several
weeds, i.e., Acalypha australis
L,l,geratum conyzoides L., and Amaranthus spinosus L. in surrounding sweet starfruit tree
n stablishing Bactrocera carambolae fruit Jly parasitoid. The research was carried out at
fu srq{ruit form of Karangsari Village, Sukorejo District, Blitar Municipality and the
L&oraory-oh Plont Pests ond Diseases Dept., Faculty of Agriculture, Brawijaya University.
nmth oft*ual obser-vation indicated that Fopius sp. population established on thefruit tree
wtuoded b1,A. conyoides (11.33) was higher than surrounded by A. australis (7.33), A.
ryEnsns 6.33), or without surrounded by the weeds (2.34). The average of Fopius sp.
Nprylstion established from B. carambolae ot the tree surrounded by A. conyzoides, A.
. ./rs. -1- spinosus, and without surrounded by the weeds was 76.67; 46.67; i9.33, and
|--ff)- rapectfuel-v. Th'e average of Fopius sp. parasitation percentage established from the
tw swrounded b.v A- conyzoides, A. australis, A. spinosus, and without surrounded by the
mery& lr'os 52.41: 32.95; 34.18, dan 26.99, respectively.
If,r-r"nurds-'
-lcalpha australis L., Ageratum conyzoides L., Amaranthus spinosus L., Fopius
starfruit
sp-, Bactrocera carambolae, parasitoid, sweet
**lrlrrn
Betimbing manrs (Averrhoa carambolaLinn.) merupakan salah satu buah dari daerah
ro;fta -vmg memiliki prospek pemasaran sangat baik di Indonesia. Prospek pemasaran
Ummg di dalam negeri dari tahun ke tahun semakin baik. Hal ini antara lain disebabkan
ofcf permbahan jumlah penduduk dan konsumen semakin menyadari pentingnya gizi dai
h*mahan- Permintaan belimbing manis setiap tahun semakin meningkat, yaitu sebesar 6,1olo
pcr tahrm (1995-2000),6,5yo per tahun (2000-2005), 6,8yo per tahun (2005-2010), dan
fieertirakm mencapai 8,9o/o per tahun pada 2010-2015 (Prihatman, 2009). Produktivitas
hatuling di Indonesia masih rendah dan cenderung fluktuatif. Penyebab rendahnya produksi
bdimbing antara lain serangan hama dan penyebab penyakit. Ada banyak jenis hama penting
Iry m€nyerang tanaman belimbing. Salah satu hama yang berperan penting dalam
nsmrunkan prodr.rksi belimbing adalah lalat buah (Sutrisno, 1991).
Serangan yang ditimbulkan oleh lalat buah Bactrocera carambolae sangat tinggi dan
ffiing menvebabkan gagal panen. Beberapa usaha pengendalian telah dilalarkan, namun
t-er-lnlz betum efeltif. Pengendalian B. carambolae yang sering dilakukan, adalah dengan
edm-skusan buah. Upaya pengendalian tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi
msih diF€Tlukan komponen pengendalian lain untuk menurunkan serangan B. caramboloe.
F@cs wisamts (Sonan) (Hymenoptera: Braconidae) dan Diachasmimorpha longicaudata
Afuead (Hymenoptera: Braconidae) adalah parasitoid B. cqrambolae yang banyak
rErrm&ar:kan untuk mengendalikan banyak jenis serangga hama pada tanaman bebuahan dan
365
Srrnfuwr Nasiorul P engelalaan OPT Ranvh Linglamgon
(Ifug; 2ml)- Di kepulauan
Hawaii, Fopius arisanus (Sonan) dapat
pada
tanaman jambu brji, pepaya dan stroberi
lalat buah B. carambolae
I
Vrgas,2AOT-
flj
:-
Hcq6imprasitoid
dapat dilalcukan dengan mengembangbiakkan parasitoid secara
dr m;ryka*an p€,ran parasitoid tersebut dengan memanfaatkan faktor biotik dan
fifttilamao- Guhna atau rerumputan dan gulma yang mengandung tepung sari
rntuk pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber pakan, tempat
tffi
sebelum inang utama hadir di pertanaman (hdrawatr et al.,
peran parasitoid sebagai agensia pengendali hayati lalat buatr,
fIr{tfugfi
iltI
cara konservasi terhadap parasitoid. Konservasi adalah
suatu
dflwhakan
*
frft
Haih
lfrehmgan yang mendukung musuh alami untuk dapat berperan sebagai faktor
dabe*embmgbiak
yry
rmdah (Nurindah ilan Sunarto, 2008). Salah satu cara untuk mengurangi
f&
rL
jasad pe,ngganggu akibat ekosistem pertanian yang umumnya kurang stabil
dcngan memanipulasi habitat melalui pembenhrkan refugia pada ekosistem
rdrlah kawasan dengan vegetasi di dalam atau di sekitar lahan pertanian
a€bagai sumber kehidupan musuh alami (Yanuwiardi et. al.,2001).
pcrmamar belimbing sering dijumpai gukna berbunga seperti Acalypha
(rrting-anting) (Euphorbiales: Euphorbiaceae), Ageratum conyzoides L.
:1qdai
Itr
t@ir
t
(Asffiales: Asteraceae), dan Amaranthus spinosus
L. Oayam d"ri)
Anraneaceae). Suahr kajian tentang hubungan keberadaan parasitoid lalat
dan guhna yang ada di sekitar tanaman belimbing belum banyak
tffire
(th
til€na rtu, telah dilakukan penelitian pengaruh gulma khususnya Acalypha
it- lgsam conyzoides L. dan Amaronthus spinosus L. terhadap populasi
H- hah di sekitar tanaman belimbing manis.
Hdede
Himdilaksanakan
di kebun belimbing manis Kelurahan Karangsari, Kecamatan
Xgfuaeya Blitar dan Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
ffiUtaim,
Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai
q*iilo
hf-
;5]1 h
["fu yang digunakan untuk penelitian yaitu lahan pertanaman belimbing manis di
rl'". LtimUing tersebut birbentuk persegi panjang seluas lebih kurang 1680 m2.
rrsehrt
:A*tpi*hem
,irthfi!tutuaman
terdapat tanaman belimbing manis sebanyak lebih kurang 80 pohon
5 x 5 m. Sebelum lahan belimbing manis digunakan untuk penelitian,
belimbing manis dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
lahan belimbing manis dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok [,
m Scdry kelompok terdiri atas 25 pohon belimbing manis. Dari setiap kelompok
Gryd pohon belimbing manis sebagai pohan contoh dengan pola diagonal.
Lscluruhan pohon contoh yang digunakan untuk penelitian berjumlah 12 pohon.
ditentukan satu buah belimbing sebagai buah contoh.
ini menggunakan ranqlngan acak kelompok yang terdiri atas empat
t raman belimbing yang dikelilingi (1) Acalypha australis L. @uphorbiales:
: r,ryIil gar&m:ra,
}i.g L
xqhbr
ery
fmr*+pfrmcontoh
fffiim
f'flru"5nitu
' *ftnhqf $) tbnuanthus
spinosus (Caryophyllalaes: Amaranthaceae) Oayam duri), dan
366
Senhtor N asirnal Patgelolaan OPT Ranrah Linfl<ungut
({f t*n
rnan belimbiog tanpa diberi guhna ftontrol). Setiap perlakuan diulang tiga kali. Di
eekim pohm contoh diletakkan lebih kurang 100 polibag gulma dari satu jenis gulma.
Peagamtan terhadap pengaruh beberapa jenis gulma terhadap kehadiran parasitoid
ffi buah rtilakukan dengan mengamati kehadiran parasitoid pada gulma yang telah
fleraf*an di sekitar pohon belimbing manis contoh. Pengamatan pertama yaitu pada tujuh
ki sctelah peletakan guha (HSPG), parasitoid yang hadir di sekitar gulma diamati secara
Ekuel 5glema lebih kurang l0 menit. Pengamatan secara visual dilakukan pada pagi hari
ffir'a FkuI 06.00{9.00 WIB. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali pengamatan
fury
selang n'aknr tujuh hari.
Prasitoid yang telah diamati ditangkap untuk mengetahui jenisnya. Penangkapan
ja.iog aywr (sweep net). Parasitoid yang tertangkap dimasukkan ke
&tmrr fial fikn yang berisi alkohol 70%. Parasitoid dibawa ke laboratorium untuk
prrasitoid
riliiderrtifikad dengan kunci identifikasi Parasitoids of Fruil-Infesting Tephritidae (Wharton,
ffi-t-
Pengaruh beberapa jenis guhna terhadap parasitasi Fopius sp. dilakukan dengan
ftrrghitmg jrmlah parasitoid yang muncul dari lalat buah yang telah menyerang
buah
manis. I-alat buah mulai menyerang buah belimbing pada umur buah 2l hari
@
fErdah hmga mekar (HSBM). Titik awal perhitungan umur buah belimbing ditentukan
rrtebih dahulu untuk mendapatkan buah berumur 21 HSBM. Umur buah satu hari ditentukan.
w!* semua ketopak bunga rontok dan buah pentil muncul. Setelah tujuh hari dilakukan
effiglarm buah menggunakan plastik berwarna bening. Pada saat buah belimbing
hcrrmr ll HSBlvI, bungkus pada buah dilepas, kemudian buah belimbing dibiarkan selama
t hili agar hrah belimbing diserang oleh lalat buah B. carambolae. Pada 5 hari setelah
@lurs dilepaskan, buah belimbing dipetik dan dipetik dibawa ke laboratorium.
**mjmea- buah b€limbing dimasukkan ke dalam toples plastik (d:30 cm, t: 15 cm) yang
lu;s :€rhrk -eergaji di bagian dasar toples dan ditutup dengan kain kassa. Serbuk gergaji
@S sebagar tempat berpupa. Serbuk gergaji diayak setiap 3 hari untuk mendapatkan
1rye Lalzt hrah dan parasitoid yang sudah terbentuk. Pengayakan dilakukan dengan
nsnoEnmekrn syakan (2 mm). Pupa dikumpulkan dan dibiarkan hingga muncul imago lalat
tuilh .'t 'r arau parasitoid. Pemetikan buah belimbing dilakukan sebanyak empat kali dengan
ffi!"tr szkru lima hari.
&rril dn
Pembahasan
pada penelitian
ini
hanya didapatkan satu jenis parasitoid
di
sekitar tanaman
Usm@ manis. yaitt Fopius sp. Sonan (Hymenoptera: Braconidae). Imago Fopius sp.
Lxtfua bsrn-ama coklat tua dan pada bagian abdomen berwarna coklat kekuningan. Panjang
ffi rmago Fopius sp. Betina lebih kurang 4,5 mm dan ovipositornya berukuran lebih
lry .l mm- ,\ntena berbentuk filiform, terdiri dari 40 ruas. Sayap imago transparan dengan
sq@tah tulang sayap (vena) berwarna hitam dan terdapat venasi RS+M, tulang sayap 2m-cu
rtubk adaftffad Fryius sp. Pada Gulma
Cru]ma 1'ang diletakkan di sekeliling tanaman belimbing manis tidak memberikan
vang nvata terhadap kehadiran parasitoid Fopius sp. dari pengamatan yang
"fiirkr:ken sejak minggu pertama sampai keempat (db:11, p:0,330, p:0,274, p:0,lll
dam p : [t ]681. Rata-rata populasi Fopius sp. dari pengamatan visual disajikan pada Tabel l.
Rm-rara populasi Fopius sp. yang hadir pada tanaman belimbing manis yang dikelilingi
367
Semrr.rn Nasional
P argelalatn
OPT Rmtah Linglamgan
#mOerrmg lebih tinggi daripada rata-rata populasi Fopius sp.yang hadir pada tanaman
tro;ng rnrnis yang tidak dikelilingi gulma.
Iiad l- Rara-rata populasi Fopius sp. pada golma di sekeliting tanaman belimbing
H
manis
visual
Jumlah
Fopius sp-
Rata-ratapopulasi Fopius sp. pada
hari ke- setelah peletakan guhna
td(Cilkrra
t- ,-xtralis
-t- spinsas
L cryzoi&s
l4
2l
4,00
1,33
1,33
0,67
7,33
2,67
1,00
1,00
0,67
5,34
4,67
2,33
3,00
1,33
11,33
Dari Tabel 1 terlihat rata-rata populasi Fopius sp. menruun sejak hari ke-7 sampai
hi ke-28. Fluktuasi populasi Fopius sp. ini dapat disebabkan beberapa faktor antara
d
-n re*-y"
buaga dan aroma yang dikeluarkan oleh masing-masing gulma. Bunga
rrff-sa il€dadi salah satu faktor Fopius sp. datang mengunjungi gulma Pada tanaman
Lq + menis yang dikelilngi A. conyzoides dapat dijumpai Fopius sp. dengan jumlah
l€bih tingg daripada yang dikelilingi A. australis, A. spinosus atau kontrol.
drc -Fqiu
sp- tanaman belimbing yang dikeliltngi A. conyzoides, A. Australis,.dan A.
I1;;1d
meounm pada hari ke-I4; sedangkan populasi Fopius sp. pada tanaman belimbing
Cry. Sh, tidak mengalarri perubahan sampai hari ke-21. Penurunan populasi ini dapat
dlr**-- txarena bunga pada gulma mulai kering dan rontok. Jumlah bunga dari gulma
{rrtnn
pada Tabel2-
T*d l-
Jumlah bunga (kuntum) pada pengamatan hari
ke- setelah diletakkan di sekeliling tanaman
Jenis Gulma
belimbing manis
'0
L
conlzoides
255
2s5
A.
australis
255
255
-L
spinosus
255
255
l4
21
195
186
210
210
186
2t0
70
85
93
Rara-rala populasi Fopius sp. pada pengamatan pertama (7 hari setelah peletakan
#)
leb,ih tinggi daripada rata-ratapopulasi pada pengamatan kedua, ketiga, dan keempat.
petrgamatan pertama, semtta bagian tanaman ketiga jenis gulma, yaitu daun,
;5A *rm,
IEe dm hmga tumbuh optimum. Ketersediaan cukup bunga banyak Fopius sp. yang
ilEnggjungi bunga dari gutma tersebut. Jumlah bunga gulma mulai menurun pada
&
Ui te-t+- Penufl.rnan jumlah bunga karena tua tampaknya berpengaruh terhadap rendahnya
setelah peletakan gulma, jumlah bunga A. conyzoides
FFar{ Fopitrs sp. Pada hari ke-21jumlah
bunga pada A. conyzoides diduga menjadi faktor
Gabel 2). Meningkatnya
-.-.gt"mfa populasi Fopius sp. Fluktuasi populasi Fopius sp. dapat disebabkan fluktuasi
368
Serninar Nasronal
P atgeblaan
OPT Ranwh Lhrylnngan
serta tidak
b3r Enkla Iumlah bunga yang semakin hari semakin berkurang
sp. Setiap
Fopius
penyebab
rendahnyapopulasi
menjadi
dapat
r&ke,mbali
dar-ng mengunjungi bunga karena tertarik oleh bau atau warna bunga
da di samping itu untuk mendapatkan makanannya (Soebandrijo, 2003).
ft
-1y6
pt€A5km olel tod**ai et al. (2001) bahwa sebagian besar pmasitoid dan
i**"it- srmber pakan berupa tepung sari dari tetumbuhan berbunga di sekitar
ErE- Bmyak imago betina memanfaatkan nektar dan polen tumbuhan berbunga
N"Lt"r dan tepung sari dapat 6sningkatkan lama hidup dan fekunditas
itu(rra-
ffruwodo,
1994)-
7D hge @a masing-masing gulma tampaknya menjadi pemandu Fopius spWma teot* dan aroma bunga merupakan pemandu bagi kehadiran serangga
ri *rnen (siswowiyoto,lgg4). Gulma A. conyzoides lebih banyak dikunjungi
+. fudingtm gulma A- australis dan A. spinosus Hal ini tampaknya disebabkan
ungu atau putih dan beraroma tajam (Tabel 3)- Bunga gulma
,h,t spinasus berwarna hijau dan beraroma tidak tajam. Hal ini sesuai dengan
peranan warna bunga untuk menarik
Wn dm van der Pijl (1979), bahwajenis
warna diketahui mampu menarik
Beberapa
menentukan.
WF s@gat
putih,
kuning, biru, dan merah.
abu-abu,
t5'agatertenq yaitu coklat,
gukna
tampaknya juga menjadi
oleh masing-masing
belimbing
Fftcd@ populasi Fopius sp. Pada populasi Fopius sp. pada tanaman
,-E!d L onltzoides lebih tinggi daripada tanaman belimbing yang dikelilngi Aqtu$us- Aroma yang dikeluarkan oleh A. conyzoides lebih tajam daripada
3hL
spimsus (Iabel3). Hal ini diduga menjadi penyebab populasi Fopius spCiri morfologi tanaman dapat menghasilkan rangsangan fisik
matan serangga atau kegiatan reproduksi dan juga variasi dalam
*\tegiatrn
s,arna, kekerasan jaringan, adanya rambut dan tonjolan dapat
,Ij-b.rnt,
deraa jart derajat penerimaan ser:ingga terhadap tanaman tertentu (Untung,
L@d^b€"*rtn"
y-g OiU""rt-
if
3bi
t#t"Uinti"ggi.
#
anymitb
Wama
GE mm
Lonceng
Putih /ungu
Tajam
a. a?4ilis
2-3',nn
Antiog
Hrjau
Tidak tajam
L
lJ-2,5 mm
Hijau
Tidak tajam
L
qtur,lrt
-*h fu
Ifr=Fdi
hmga dan aroma, penyemprotan insektisida secera berkala tampaknya
ffuktuasi populasi Fopius sp. Penyemprotan insektisida dilahrkan dua
gUlma dengan interval dua minggu sekali selama 2-3 bulan.
k""
[GtEt
aE*tisida ini dilakukan untuk mengatasi hama ulat gantung dan hama lalat
f-e"rf.ry"t""
insektisida tersebut berdampak pada rendahnya populasi Fopius
369
Saminar Nasioral
P eagelakwr
OPT RaMh Lingkwrgan
Faresitoirl Fopius sp. -yang muncul dari B. carambolae pada buah belimbing
.5L
rdr
p=;6fw,rc pelemfaan _suha di sekeliting tanaman belimbing manis ternyata tidak
h.r;, *'re nlam rerhadap j"mlah parasitoid Fopius sp. yang muncul da..i B. carambolae
*6r :*rh t'e-timUing manii dari pengamatan yang dilakukan sejak pengambilan buah
1, p: 0,484; p:0,282, p: 0,286). Namun dari pengambilan
j"-tuU
parasitoid yang muncul dipengaruhi oleh adanya jenis gulma di
ruafo ,ry 1;gmtril
:
yang muncul dari lalat
-'*,gi-*o*,*" betimbrng manis O 0,006). Rata-rata Fopius sp.
populasi Fopius sp. yang
;=*-
ism,.,ai
f*_* {db
tmnfu 3oede t'Eah be[imbing manis disajikan pada
Tabel4. Rata-rata
ttuan piaa buah belimbing manis yang dikelilingi gulma cenderung lebih
mtonEr" irffi-:glla rara-r:rta populasi Fopius sp- yang muncul dari lalat buah pada buah
hdinmt''*Ernrni< nranis )'an-s tidak dikelilingi gulma.
@fo rd hlff
4 R-mrara jrrmlah Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae pada buah belimbing
Txhi
Jumlah
rata-rata
Rata-rata Fopius sp. Dari Pengambilan buah
IEms
GmAE&
3
4-)
ke-
Fopius sp'
.4-
,Es'*?-l;rs
9.33
19,00
11,33
8,00 a
47,67
-4-
jEI[eiJu:-
8-67
12,33
11,00
7,33 a
39,33
39,67
18,33
L4,67 b
76,67
9.00
6,00 a
37,00
j.:-:,I!.i:.;ai.-k-{ I-1.6?
I
K,mqd
5-00
tmncon rymt :aia L-ii Tuckel' (p
:
huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
0'05)'
prcl
T3:'dl -t. terlihat ratz-rata populasi Fopius sp. cenderung menurun pada
di semua tanaman belimbing dengan gulma maupun pada
er*_ g'r"ru.-ih ke--1 .lan ke4
irEmmmilm'i f;r-rlfr::{ konuol. Iv{enurunnya populasi Fopius sp. pengambilan buah ke-3
'rrnaiiran Fopitts sp. pada hari ke-14 juga menurun (Tabet 1). Jumlah populasi
.frtuerrCIh*aur
jumlah populasi Fopius sp'yang
rES hd.r pada gulma tampaknya mempengaruhi
parasitasi Fopius sp.
menunrnnya
ini
diikuti
sp.
Fopius
populasi
,*fo""; ;r, i-U Turunn1-a
sp' yang muncul
Fopius
sehingga
belimbing
buah
:r*tr 3 :;r;rro.;; l ang tedadi di dalam
-6;gmu ry
d6 ":rotr, -:l--r; Erlrifl. Semakin
tq"uft
.
banyak Fopius sp. yang hadir pada gulma tampaknya semakin
:ro;r 3r;nula.i Fopitts sp. yang muncul dari B' carambolae'
L
x. tssmbolse pada Buah Betimtring manis
1-i.rrk rerj:di pengaruh yang nyata dari jenis gukna yang berada di sekeliling tanaman
dari
mnnn:a,mg rL:riS ,.inuaup jumlah B. carambolae pada buah belimbing manis
:
p:
(db
11,
keempat
pertama
sampai
1,:ng dilalrrkan sejak pengambilan buah
fr*W,r".
*-:oo: r : ,:.+s-. p : 0.080 dan p:0,363). Rata-rata lalat buah pada buah belimbing manis
fafet -1. Rata-rata populasi lalat buah pada buah belimbing manis yang
e$rqfr* i,x":
B. carambolae yang
gulma. Rata-rata
yang
tidak
dikelilingi
manis
,rrr"ru*
t*n pada buah belimbing
pada
Tabel
5.
disajikan
belimbing
s:ruursi E ;;.snbolae )'ang muncul dari buah
iixr4---rr"gr- Su.mr cendemng lebih rendah daripada rata-rata populasi
-Cr-t
370
a
Sxzntuwr
Nasiczwl Pngeblmtl APT Rnnah Linglatngan
B. cmambolae
buah belimbins manis
Pengambilanbuah ke-
I
I ae
u
4
26,67
22,00
19,33
1833
I 4-oro
L: qn*b
1933
1733
15,67
13,00
t2,33
20,67
2433
16,67
17.75
17,33
16.58
23.33
T*Gt 5 terlihat
h&
hoL
ffi
rt
i
rata-rata populasi B. carambolae mulai meningkat pada
ko-2 di semua tanarnan belimbing dengan gulma maupun pada tanaman
Memmmnya populasi B. carambolae pada pengambilan buah ke-3
parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae. Pada Tabel 4 terlihat ratary- di semua tanaman belimbing dengan gulma lebih tinggi daripada
Wtu
-
belimbing kontrol. Oleh karena itu, penurunan populasi
B.
ft *--tq5ta disebabkan karena para sitasi F op iu s sp.
I* CJma yag diletakkan di sekeliling tanaman belimbing manis berpengaruh
pmprasitasi Fopius sp. pada minggu kedua dan keempat (p : 0,00 dan p
hE prcltasi pada minggu pertama yang diletakkan di sekeliling anaman
dmketiga tidak dipengaruhi oleh jenis gulma (p : 0,306 dan p : 0,069).
p€rs€n parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae
I-#
ncd&mienis eulma
Rata-rata persen parasitasi Fopius sp.
pada buah belimbing
Dari
Rata-
I
Iffi
a 34,20 27,68 ab
34,40 a
46,32 3d,33ab
65,00 b 59,87
45,76 bc
33.93 a
32-87
29,94
40,02
25,66
39,01
ffi
*) Aryka
duji
I
32,95
34,1g
52,41
26,99
yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
Tuckey (I, 0.05).
:
[**apcrs€n
parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae dibluah belimbinS manis
i oleh beb€rapa jenis gulma disajikan pada Tabel 6. Parasitasi Fopius sp. pada
ry"e dip€npruhi oleh adanya A-'conyzoides. Hal ini memrnjukkan bahwa
Filis gutna teftentu dapat memengaruhi aktivitas parasitoid dan dapat
tGber4la kemtungan dalam pelestarian musuh alami khususnya parasitoidIfo ct d- (1996),jnml3fo dan kualitas parasitoid telur di habitat padi sawah dapat
d-'E-n mengatur proporsi tetumbuhan di sekitar padi sawah. pada Fimbristylk
cwl$ trfformis yang berbunga dapat dijumpai parasitoid telur wereng coklat
OIeh krena itu, keberadaan jenis gulma berbunga dalam julma tertentu
menyediakan pakan tambahan dan tempat singgah bagi parasitoid.
371
Semhwr Nasiorurl
P engeblaan
OPT Ramah Lingkungan
Lrm
sqwias remsiroid ]-ang dijumpai pada pertanaman belimbing manis dengan gdma A.
::;ry;:;;.a*i. -{, :pino-slrs don A. qustralis hanya parasitoid Fopius sp. Jenis lalat buah yang
B. carambolae.
FrrsmmJ ,Foprru- sp. lebih banyak hadir pada tanaman belimbing yang dikelilingi golma A.
:rm;:-.;,rr;i. iumlah parasitoid Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae tertinggi terdapat
-s'r:?r.r,"qn belimbing
1'ang dikelilingi gulma A. conyzoides dan persen parasitasi Fopius
l!fl38
*q" i:ffi rrrggi pada lalat buah yang menyerang buah belimbing dari pohon yang dikelilingi
h"anr-a
-t
;:lm',=-'ii.:5-
Dftr Flsteke
&mffinr .!* .a"--r'ri RI.
\-argas. 2007. Host habitat preference of Fopius arisanus (Hymenoptera:
Bruci,"i"el. a parasitoid of Tephritid fruit flies. Annals of the Entomological Society of
-r-1'q'r:*-i I tltlt
Fry { ir
-1 )
:603-608.
tan dEr Pljl.
19'79. The
principle of pollination ecologt. Pergamon press. Oxford. 244
r':-
-d Khaerutri. A. Kusumaningsih, E. Syahputra, I.W. Laba, M. Syakir, M. Taufik, N.
-{-163ai:i Trizelia- U. Khoirul, dan Zulyusri. 2001. Konservasi Agensia Hayati Organisme
-:.q:;g;51e-l.r Ttmaman. Program Pasca Sa{ana Institut Pertanian Bogor. (Diunduh dari
lcl :::c-;cr-l50r.comiseml 0l2.htm. pada 5 November 2009).
(.,rt*su-nl:rcu-- U. 199{. Populasi Plutella rylostella (L.) (Lepidoptera; Yponomeutidae) dan
-3gg;:lrd Diagdema semiclasum (H.) (Hymenoptera: Ichneumonidae) pada Kubis dan Dua
'-romirprsm- -4,--
i*:s B-rrsicaceae Liar. Bull. HPTT:3949.
t* D=L. Srmarto. 2008. Konservasi Musuh Alami Serangga
_rrummspm
Hama sebagai Kunci
(:na:.a..I.:n PHT Kapas. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Indonesian
l;l;nl;-. ;'ti Fiber
Crops Research Institute, Malang. 7(1): 01-11.
s-
:tiru.rt. 1009. Budidaya Belimbing. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
BAPPENAS,
Jakarta,
l's-:es";-r;-r-*
-,t,rnunrsaha.conr/index.php?ootion:comcontent&view:article&id:86:budidaya16 .
:e:=i:-::.tcatid:25 :agrobisnis&Itemid:1 I I
S{s,lqi,'rq:-.,:,:;- -r. 199-1. keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh
P:m*rnn:.rm-
1grg-
rPzii-.lCzg Seminar Serangga Penyerbuk. PEI cabang Purwokerto: hlm.24-26.
ircm-*mrr:,: l-'--:- Kon>enasi lvlusuh Alami sebagai Dasar Pengendalian Serangga Hanla Tanaman.
urrrli
-lbsrrak Kongres VI Perhimpunan Entomologi Indonesia dan Simposium
;,,a,,, _1.
._g:_
Bogor.
Current kuit fly problems in Indonesia. Proceeding of International Symposium on
1,: -::.-',.g' and Conrrol of Fruit Flies. Okinawa-Japan2-4September. Hlm 72-78.
Pe*?imtar Pengelolaan hama terpadu. UGM Press. Yogyakarta.2T3 L'lrr.
-immmg; -{- I :tr,-.
Parasitoids Of Fruit-Infesting Tephritidae Identification. (diunduh dari
lq-qL-.
flflmeurs- ilc . --,nenoDtera.tamu.edu, pada 2 maret 20 l0).
-:rmr"mru-::- 3. S. \andini. S. Indriyani, dan Z. Peratagama.200l- Gulma untuk Memanipulasi
Sum:mrr"
S
:'-
_-
l.
Syrphidae Predator dan pollinator. Prosiding Simposium
i;:y,:i;t'cganan Hawti Arthropoda. Surakarta. Hlm l2l -125.
-:-r- X- L^{e*--ng. C. Hu. and A.T. Barrion. 1996. Role of non-rice habitats for conserving egg
iurs::;ics of rice plathoppers and leafhoppers. Pp. 63-17. In (eds. Hokyo, N and G.
\:r--;ci Proc. Int. Workshop on Pest Management Strategies in Asia Monsoon
ij-el.-:: daiam Konsenasi
-t*-l:-:ec.\-,'stems, Ky-rshu National Agnc. Expt. Station, Kumamoto, Japan.
372
Download