ISBN: 978-602-98600-0-9 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN PURWOKERTO, 10-11 NOVEMBER 2010 Penyunting: Prof. Ir. Loekas Soesanto, M.S. PhD Endang Mugiastuti, S.P., M.P. Ruth Feti Rahayuniati, S.P., M.P. Ir. Abdul Manan, M.P. Diselenggarakan oleh: Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Purwokerto Perhimpunan Entomologi Indonesia Komda Purwokerto Jurusan Hama PenyakltTumbuhai. ^niversltas Jenderal Soedirman Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertaiiian Universitas Jenderal Soedirman JI. Dr. Suparno, Karangwangkal, Purwokerto TIp./Faks: 0281-638791 DAFTARISI Halaman PRAKATA PEMBICARA UTAMA Kebijakan Pengelolaan OPT dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia 2 Oleh: I Nyoman Widiarta Konsep PHT Area - Wide Berbasls Bio-Control 7 Oleh: Achmad Nasroh Kuswadi Pengimbasan Ketabanan: Strategi Cerdas PengendaUan Penyakit dan 17 Hama Tanaman 01eh:Loekas Soesanto 26 Teknologl PertanianRamah Lingkungan dari Bayer Oleh Kukuh Ambar Waluyo PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN Seleksi Isolat Bakteri Endofit Indigenus untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Bawang Merah (Xanthomonas axonopodis pv 32 allii) Oleh: Zurai Resti, Trimurti Habazar, Deddi Prima Putra, Nasrun 43 Pengimbasan Ketabanan Tanaman Bawang Merah dengan Bakteri Rizoplan Indigenus Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri {Xanthomonas axonopodis pvallii) Oleh: YulmiraVanti dan Zurai Resti Peran Mikroba Antagonis dan Ekstrak Akar Tanaman Non-Inang 53 Oleh: M. Ace Suhendar f,\ Terhadap Pertumbuhan Ralstonia solanacearum „ ^ Pencntuan Patottpe Xanthomonas oiyzae pv. oryzae Pada Tanaman Padi „ . . . • d Oleh: Hem AdiDjatmiko dan BudiProkoso c-i Ketabanan Beberapa Genotip Padi Gogo Terhadap Pyriculana gnses Ras 67 173 Oleh; Budi Prokoso, Endang Mugiastuti, Woro Sri Suharti Uii Kemampuan Antibiosis Trichoderma spp. Dalam Menekan Pembentukan dan ViabiUtas Sklerotia 71 rolfsu OleH* Aris Mumpuni dan Endang Sri Purwati ^ Pengimbasan Ketabanan Tanaman Tomat Terhadap Penyakit Layn Fusarium dengan Kulit Telur Oleh- Evan Pumama Ramdan, Loekas Soesanto, Kustantin^ . . Pupuk hayati Mikoriza-B<ic«/«s sp. B46: Apiikasinya Untuk Peningkatan Si^ty Ro'kLinarsi. Begananda. Nur Prihatiningsih 78 86 9 Viral Protein 3 (VPS) Yang Disandi Genom Segmen 3 Mycoreovirus 1 93 Adalah Enzim Capping Oieh: Supyani, Bradley1. Hillman, danNobuhiro Suzuki 10 Pemanfaatan Pseudomonasfluorescens P60 dalam Formula Cair Organik untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tomat Oieh: EndangMugiastuti, Loekas Soesanto, Ruth Feti Rahayuniati 11 Kajian Kompatibilitas Empat Jenis Minyak Atsiri sebagaiBahan Baku 99 106 Pestisida Nabati Terhadap Bakteri Bukan Sasaran Oieh: Wore Sri Suharti, Heru Adi Djatmiko, Herminanto 12 Potensi Biopestisida Berbasis Pseudomonasfluorescens dalam Formula Pupuk Kandang untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri Pada 111 Tanaman Tomat Oieh: Ruth Feti Rahayunaiti, Endang Mugiastuti, Loekas Soesanto 13 Penggunaan Kompos Bioaktif untukMeningkatkan Ketahanan Padi Gogo 118 Terhadap Penyakit Bias Oieh: Bonny PW Soekamo, Suryo Wiyono, SigidHandoko 14 Aplikasi Konsorsium Bakteri untuk Mengendalikan Beberapa Penyakit 125 Padi Pada Budidaya SRI Oieh: Y. Suryadi, DN Susilowati, A. Akhdiya, T.S. Kadir, Baskoro 15 Biobakterisida Berbasis Bacillus sp. B46 dan Streptomyces sp. S4 untuk Menekan Perkembangan Penyakit Lincat pada Tembakau Temanggung Oieh: Nur Prihatiningsih, Heru Adi Djatmiko, Herminanto 131 16 Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Campuran utnuk 138 Menenkan Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat Oieh: Arif Y.B., Pumomowati, Uki Dwiputranto 17 Efektivitas Ekstrak Daun Pahitan {Tithonia dhersifolia Grey) dan Boraks 145 UntukPengendalian Akar Gada Kubis Pada Lahan Terkontaminasi Berat Oieh: Hadiwiyono, Sholahuddin, Triana Rahmani 18 Pengaruh Empat Jenis Minyak Atsiri Terhadap Pertumbuhan Jamur 151 Berguna Oieh: Woro Sri Suharti, Heru Adhi Djatmiko, Herminanto 19 Tingkat Pemahaman Petani Terhadap Teknik Aplikasi Pestisida dalam Pengendalian OPT Ramah Lingkungan 156 Oieh: Muljo Wachjadi 20 Rotasi Padidan Aplikasi Trichoderma Untuk Mengendalikan Akar Gada 162 pada Kubis Oieh: Salim Widono, Hadiwiyono, Junjung Normawan 21 Kajian Daya Hambat Biofungisida Terhadap Uromycladium nobile 168 Oieh- Darini Sri Utami, Kustantinah, Endang Mugiastuti, Ati Krisnawati 22 Effect ofPhosphate Solubilization Microorganism (PSM) and Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Yiels and Yield Component 174 Penyebab penyakit karat dan Puru Albasia oiSoyheans {Glycinemax) Oieh : Sarjiya Antonius, Dwi Agustyani, Entis Sutisna, dan Koswara 23 Study on Soil Enzymatic Activities and Soil Microbial Population of 181 Different Plantations in Lampung Oleh: Sarjiya Antonius, Dwi Agustyani, Entis Sutisna, dan Koswara PENGELOLAAN KAMA TANAMAN 1 Pemakaian Insektisida oleh Petani Padi Sebagai Upaya Mendukung 188 Pengelola'an HamayangTamah Lingkungan Oleh: Sudjarwo dan Herminanto 2 Autodeseminasi Entomopatogen dalam Pengendalian Serangga Hama: 195 Konsep, Pelaksanaan dan Hambatan Oleh: Rostaman ^ oaa 3 Tanggapan Serangga Pencucuk-Pengisap Terhadap Tanaman Cabai Yang 200 Diberi Kompos Gulma Siap{Chromolaena odorata) 4 Oleh: Eko Apriliyanto, Nugroho Susetya Putra, Benito Hem Purwanto Potensi Ammonium Cooper Boron Untuk Pengendalian Hama Perusak Polong Helicoverpa armigera Hubn. (Lepidoptera; Noctuidae) dan Pengaruhnya Terhadap Parasitoid Trichogrammatoidea spp. Pada 205 Tnaman Kedelai Oleh: DoddinKoswanudin, I Made Samudera ^ 5 Analisis Feromon Seks Ulat Grayak, Spodoptera Utura F. Populasi Bogor 213 (Indonesia), pada Berhagai 'Tingkat umur dan pemanfaatannya untuk pengendalian Oleh: I Made Samudera,, Rafika Yuniawati, dan Rudiyanto 6 Parasitasi Parasitoid Anagrus dan Oligosita terhadap Telur Wereng 220 Batang Coklat pada Aplikasi Miselia Jamur Ptogen Hirsutila citnformis Spear Oleh: T.P. Priyono dan I Made Samudera ^ ^ u j oo7 7 Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus): Penaruhnya terhadap Indeks NutrisiLarva Heliothis armigera, Oleh- Trisnowati Budi Ambamingmm . .„ Berbasis Sumberdaya Lokat j u 8 Nano Biopestisida: Keniscayaan dan Inisial Inveshgas. Pengembangannya Oleh- Haris Syahbuddin, Hermawati Cahyaningrum, dan Husnain 9 prranan ParLitoid Telur dalam Pengendalian Hama Penggerek Batang PadiKuning di Kabupaten Banyumas Oleh* Endang Warih Minami, Nurtiati, Kartmi 10 rr u a u Kemempanfn Kombinasl Asap Calr dan Maja-Gadung Terhadap Hama 234 241 252 Kutu Aphis craccivora Koch. 11 12 Daya Pridarorfungan Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae) Cocclnellid, KltempaJarSla Terhadap Hama Walang Sangit Oleh: Mujiono, Wiyantono, Ika Apnhta San dan Pupuk OrganikCalr 269 13 Perkembagnan dan Potensi Merusak Hama Kumbang Bubuk {Sitophilus oryzae L.) Pada Berbagai Kadar Air Biji Gandum (Triiichum aestivum) Oleh. Agus Suyanto, Achmad Munadjat 14 Eksistensi Hama Tanaman Stroberl di Wilayah Kabupaten Purbalingga Oleh: Herminanto, Sudjarwo 15 Pengekstrakan dan Deteksi Senyawa Metabolik Sekunder Golongan Terpena dari Kulit Kayu, Daun, dan Biji Tanaman Nimba {Azadirachta 111 283 292 indica A. Juss) 16 Oleh: Slamet Priyanto . Peranan Fortifikasi Asap Cair Pada Pupuk Organik Cair Untuk Tanah Dalam Mengendalikan Hama Utama Padi Gogo dan Meningkatkan Produksi Padi Gogo Aromatik Oleh: Taijoko, Mujiono, R. Wiji Utami, N. Soleha 17 Potensi Ammonium Cuper Boron Untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak 297 308 Spodoptera litura Fab. (Lepideoptera; Noctuidae) Dan Pengaruhnya Terhadap Parasitoid Snellinius manilae Pada Tanaman Kedelai Oleh: Dodin Koswanudin, Agus Ismanto 18 Kajian Awal PengendalianHama Tupai Pada Perkebunan KelapaSawit 316 di Kalimantan Selatan Oleh: Imam Sumarto, Turiadi, 19 Potensi Parasitoid Leefamansia bicolor (Hymenoptera; Encyrtidae) Untuk 325 Mengendalika Hama Kelapa Sexava nubilla (Orthoptera; Tettygonidae) di Kabupaten Kepulauan Talaud Oleh: M.F. Dien 20 Kajian Efektifltas Atraktan Ekstrak Selasih Hasil Sulingan dariBeberapa Cara Pemupukan Yang Dikombinasikan Dengan Minyak Pelarut Terhadap Daya PikatLalat Buah Mangga 335 Oleh: Luki Rosmahani, Sugiono, A1 Gamal Pratomo PENGELOLAAN GULMA TANAMAN 1 Pengaruh Kerapatan Gulma Platikan (Spigella anthelmia L) Terhadap Intensitas Antraknosa Dua Genotipe Cabai Merah Oleh: Gayuh Prasetyo Budi 2 Kajian KehUangan HasU Kedelai pada Jumlah Awal Teki dan Kadar Air Tanah Yang Berbeda Oleh: Purwanto, Trijoko Agustono 343 348 3 Komposisi Gulma dan Hubungannya dengan HasU Emapt Varietas Padi pada Pertanian dan Konvensional,v>r • t i. Oleh: Sistem Purwanto, Tohari, Organik Djaffar Shiddieq 354 4 365 Pengaruh Gulma di Sekitar Tanaman Behmbing Mams Terhadap Populasi Fopius sp. (Hymenoptera: Braconidae) Parasitoid Lalat Buah Bractocera carambolae Drw& Hancoct (Diptera: Tephritidae) Oleh: S. Karindah, R.D. Puspitarini, O. Pumaman Seminar Nasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan Pengaruh Gulma di Sekitar Tanaman Belimbing Manis Terhadap Populasi Fopius sp. (Hymenoptera: Braconidae) Parasitoid Lalat Buah Bactrocera carambolae Drew & Hancock (Diptera:Tephritidae)' S. Karindah, R. D. Puspitarini, dan O. Purman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang E-mail: [email protected] Abstract This research aimed at knowing the effect ofseveral weeds, i.e., Acalypha australis L., Ageratum conyzoides L., and Amaranthus spinosus L. in surrounding sweet starfrvit tree on establishing Bactrocera carambolaefruit fly parasitoid. The research was carried out at the statfruit farm of Karangsari Village, Sukorejo District, Blitar Municipality and the Laboratory oh Plant Pests and Diseases Dept., Faculty ofAgriculture, Brawijaya University. Result ofvisual observation indicated that Fopius sp. population established on thefruit tree surrounded by A. conyzoides (11.33) was higher than surrounded by A. australis (7.33), A. spinosus (5.33), or without surrounded by the weeds (2.34). The average of Fopius sp. population establishedfrom B. carambolae at the tree surrounded by A. conyzoides, A. australis, A. spinosus, and without surrounded by the weeds was 76.67; 46.67; 39.33, and 37.00, respectively. The average ofFopius sp. parasitation percentage establishedfrom the tree surrounded by A. conyzoides, A. australis, A. spinosus, and without surrounded by the weeds was 52.41; 32.95; 34.18, dan 26.99. respectively. Key words: Acalypha australis L., Ageratum conyzoides L., Amaranthus spinosus L., Fopius sp., Bactrocera carambolae, parasitoid, sweet starfruit Pendahuluan Belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) merupakan salah satu buah dari daerah tropika yang memiliki prospek pemasaran sangat baik di Indonesia. Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri dari tahun ke tahun semakin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan konsumen semakin menyadari pentingnya gizi dari bebuahan. Permintaan belimbing manis setiap tahun semakin meningkat, yaitu sebesar 6,1% per tahun (1995-2000), 6,5% per tahun (2000-2005), 6,8% per tahun (2005-2010), dan diperkirakan mencapai 8,9% per tahun pada 2010-2015 (Prihatman, 2009). Produktivitas belimbing di Indonesia masih rendah dan cenderung fluktuatif. Penyebab rendahnya produksi belimbing antara lain serangan hama dan penyebab penyakit. Ada banyak jenishama penting yang menyerang tanaman belimbing. Salah satu hama yang berperan penting dalam menurunkan produksi belimbing adalah lalat buah (Sutrisno, 1991). Serangan yang ditimbulkan oleh lalat buah Bactrocera carambolae sangat tinggi dan sering menyebabkan gagal panen. Beberapa usaha pengendalian telah dilakukan, namun hasilnya belum efektif. Pengendalian B. carambolae yang sering dilakukan, adalah dengan pembungkusan buah. Upaya pengendalian tersebut telah dilakukan secara. intensif, tetapi masih diperlukan komponen pengendalian lain untuk menurunkan serangan B. carambolae. Fopius arisanus (Sonan) (Hymenoptera: Braconidae) dan Diachasmimorpha longicaudata Ashmead (Hymenoptera: Braconidae) adalah parasitoid B. carambolae yang banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan banyak jenis serangga hama pada tanaman bebuahan dan 365 Sermnar Nasbnal Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan sesayuran (Untung, 2001). Di kepuiauan Hawaii, Fopius arisanus (Sonan) dapat mengendalikan hama lalat buah B. carambolae pada tanaman jambu biji, pepaya dan stroberi (Eitam dan Vargas, 2007). Pelestarian parasitoid dapat dilakukan dengan mengembangbiakkan parasitoid secara alami dan meningkatkan peran parasitoid tersebut dengan memanfaatkan faktor biotik dan abiotik di sekitar tanaman. Gulma atau rerumputan dan gulma yang mengandung tepung sari dapat dimanfaatkan untuk pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber pakan, tempat berlindung, dan berkembang biak sebelum inang utama hadir di pertanaman (Indrawati et al, 2001). Mengingat pentingnya peran parasitoid sebagai agensia pengendali hayati lalat buah, maka perlu diusahakan suatu cara konservasi terhadap parasitoid. Konservasi adalah memberikan lingkungan yang mendukung musuh alami untuk dapat berperan sebagai faktor mortalitas biotil^ sehingga populasi serangga hama dapat dijaga untuk selalu berada pada tingkat yang rendah (Nurindah dan Sunarto, 2008). Salah satu cara untuk mengurangi ledakan populasi jasad pengganggu akibat ekosistem pertanian yang umunmya kurang stabil dapat dilaloikan dengan memanipulasi habitat melalui pembentukan refugia pada ekosistem tersebut. Refugia adalah kawasan dengan vegetasi di dalam atau di sekitar lahan pertanian yang berfungsi sebagai sumber kehidupan musuh alami (Yanuwiardi et. al, 2001). Pada pertanaman belimbing sering dijumpai gulma berbunga seperti Acalypha australis L. (anting-anting) (Euphorbiales: Euphorbiaceae), Ageratum conyzoides L. iwedusan) (Asterales: Asteraceae), dan Amaranthus spinosus L. (bayam duri) (CaryophyHales: AmaranthaceaeX Suatu kajian tentang hubungan keberadaan parasitoid lalat buah B. carambolae dan gulma yang ada di sekitar tanaman belimbing belum banyak dipelajari. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian pengaruh gulma khususnya Acalypha australis L., Ageratum conyzoides L. dan Amaranthus spinosus L. terhadap populasi parasitoid lalat buah di sekitar tanaman belimbing manis. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di kebun belimbing manis Kelurahan Karangsari, Kecamatan Sukorejo, Kotamadya Blitar dan Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2010. . . , , , . ... Lahan yang digunakan untuk penelitian yaitu lahan pertanaman belimbing mams di kota Blitar Lahan belimbing tersebut berbentuk persegi panjang seluas lebib kurang 1680 ml Pada laban tersebut terdapat tanaman belimbing manis sebanyak lebib kurang 80 pohon dengan jatak tanam 5 x 5 m. Sebelum laban belimbing manis digunakan untuk penelitian, gulma di sekitar tanaman belimbing manis dibersibkan terlebib dabulu dengan menggunakan sabit Selanjutnya, laban belimbing manis dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I, II dan III Setiap kelompok terdiri atas 25 pobon belimbing manis. Dari setiap kelompok di'tentukan empat pobon belimbing manis sebagai pohan contob dengan pola diagonal. Inmlah keselurubau pobon contob yang digunakan untuk penelitian beijumlab 12 pobon. Pada setfarpobon coLb ditentukan satu buab belimbing sebagai buab contob. Penditian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdin atas empat nerlakuan vaitu tanaman belimbing yang dikelilingi (1) Acalypha australis L. (Euphorbiales: SbSaeT (anting-anting), (2) Ageratum conyeoides L. (Asterdes: A^er^eae) {wedusan), (3) Amaranthus spinosus (Caryopbyllalaes: Amarantbaceae) (bayam dun), dan 366 Seminar Nasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan (4) tanaman belimbing tanpa diberi gulma (kontrol). Setiap perlakuan diulang tiga kali. Di sekitar pohon contoh diletakkan lebih kurang 100 polibag gulmadari satu jenis gulma. Pengamatan terhadap pengaruh beberapa jenis gulma terhadap kehadiran parasitoid lalat buah dilakukan dengan mengamati kehadiran parasitoid pada gulma yang telah diletakkan di sekitar pohon belimbing manis contoh. Pengamatan pertama yaitu pada tujuh hari setelah peletakan gulma (HSPG), parasitoid yang hadir di sekitar gulma diamati secara visual selama lebih kurang 10 menit. Pengamatan secara visual dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali pengamatan dengan selang waktu tujuh hari. Parasitoid yang telah diamati ditangkap untuk mengetahui jenisnya. Penangkapan parasitoid menggunakan jaring ayun (sweep net). Parasitoid yang tertangkap dimasukkan ke dalam fial film yang berisi alkohol 70%. Parasitoid dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan kunci identifikasi Parasitoids ofFruit-Infesting Tephritidae (Wharton, 2007). Pengaruh beberapa jenis gulma terhadap parasitasi Fopius sp. dilakukan dengan menghitung jumlah parasitoid yang muncul dari lalat buah yang telah menyerang buah belimbing manis. Lalat buah mulai menyerang buah belimbing pada umur buah 21 hari setelah bunga mekar (HSBM). Titik awal perhitungan umur buah belimbing ditentukan terlebih dahulu untuk mendapatkan buah berumur 21 HSBM. Umur buah satu hari ditentukan. sejak semua kelopak bunga rontok dan buah pentil muncul. Setelah tujuh hari dilakukan pembungkusan buah menggunakan plastik berwama bening. Pada saat buah belimbing berumur 21 HSBM, bungkus pada buah dilepas, kemudian buah belimbing dibiarkan selama 5 hari agar buah belimbing diserang oleh lalat buah B. carambolae. Pada 5 hari setelah bungkus dilepaskan, buah belimbing dipetik dan dipetik dibawa ke laboratorium. Selanjutnya, buah belimbing dimasukkan ke dalam toples plastik (d= 30 cm, t = 15 cm) yang berisi serbuk gergaji di bagian dasar toples dan ditutup dengan kain kassa. Serbuk gergaji berfungsi sebagai tempat berpupa. Serbuk gergaji diayak setiap 3 hari untuk mendapatkan pupa lalat buah dan parasitoid yang sudah terbentuk. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan ayakan (2 mm). Pupa dikumpulkan dan dibiarkan hingga mimcul imago lalat buah dan atau parasitoid. Pemetikan buah belimbing dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu lima hari. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini hanya didapatkan satu jenis parasitoid di sekitar tanaman belimbing manis, yaitu Fopius sp. Sonan (Hymenoptera: Braconidae). Imago Fopius sp. betina berwama coklat tua dan pada bagian abdomen berwama coklat kekuningan. Panjang tubuh imago Fopius sp. Betina lebih kurang 4,5 nun dan ovipositomya berukuran lebih kurang 4mm. Antena berbentuk filiform, terdiri dari 40 mas. Sayap imago transparan dengan sejumlah tulang sayap (vena) berwama hitam dan terdapat venasi RS+M, tulang sayap 2m-cu tidak ada. Populasi F(0!p/«s sp. Pada Gulma . • • ji u i Gulma yang diletakkan di sekehlmg tanaman belimbing pianis tidak membenkan nenparuh vane nvata terhadap kehadiran parasitoid Fopius sp. dari pengamatan yang duSan sejal minggu pertama sampai keempat (db =11, p=0.330 p=0,274 p=0.111 dan D=0268) Rata-rata populasi Fopius sp. dan pengamatan visual disajikan pada Tabel 1. Rata rata'populasi Fopius sp. yang hadir pada tanaman belimbing manis yang dikelilingi 367 Seminar hJasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan gulma cenderung lebih tinggi daripadarata-rata populasi Fopius sp. yang hadir pada tanaman belimbing manis yang tidak dikelilingi gulma. Tabel 1. Rata-rata populasi Fopius sp. pada gulma di sekeliling tanaman belimbing manis Jenis Gulma A. A. A. Rata-rata populasi Fopius sp. pada Jumlah hari ke- setelah peletakan gulma Fopius sp. 7 14 21 28 australis 4,00 1,33 1,33 0,67 7,33 spinosus 2,67 1,00 1,00 0,67 5,34 conyzoides 4,67 2,33 3,00 1,33 11,33 0,67 0,67 0,67 0,33 2,34 Kontrol rata-rata Dari Tabel 1 terlihat rata-rata populasi Fopius sp. menurun sejak hari ke-7 sampai pada hari ke-28. Fluktuasi populasi Fopius sp. ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain tersedianya bunga dan aroma yang dikeluarkan oleh masing-masing gulma. Bimga tampaknya menjadi salah satu faktor Fopius sp. datang mengunjungi gulma. Pada tanaman belimbing manis yang dikelilingi A. conyzoides dapat dijumpai Fopius sp. dengan jumlah cenderung lebih tinggi daripada yang dikelilingi A. australis, A. spinosus atau kontrol. Popul^i Fopius sp. tanaman belimbing yang dikelilingi A. conyzoides, A. Australis, danA. spinosus menurun pada hari ke-I4; sedangkan populasi Fopius sp. pada tanaman belimbing tanpa gulma tidak mengalami perubahan sampai hari ke-21. Penurunan populasi ini dapat disebabkan karena bunga pada gulma mulai kering dan rontok. Jumlah bunga dari gulma disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah bunga pada gulma Jenis Gulma Jumlah bunga (kuntum) pada pengamatan hari ke- setelah diletakkan di sekeliling tanaman belimbing manis 0 7 14 21 28 A. conyzoides 255 255 195 210 70 A. australis 255 255 186 186 85 A. spinosus 255 255 210 210 93 Rata-rata populasi Fopius sp. pada pengamatan pertama (7 hari setelah peletakan gulma) lebih tinggi daripada rata-rata populasi pada pengamatan kedua, ketiga, dan keempat Pada waktu pengamatan pertama, semua bagian tanaman ketiga jenis gulma, yaitu daun, tunas dan bunga tumbuh optimum. Ketersediaan cukup bunga banyak Fopius sp. yang datang mengunjungi bunga dari gulma tersebut. Jumlah bunga gulma mulai menurun pada hari ke-14 Penurunan jumlah bunga karena tua tampaknya berpengaruh terhadap rendahnya populasi Fopius sp. Pada hari ke-21 setelah peletakan gulma, jumlah bunga A. conyzoides meningkat (Tabel 2). Meningkatnya jumlah bunga pada^. conyzoides diduga menjadi faktor meningkatnya populasi Fopius sp. Fluktuasi populasi Fopius sp. dapat disebabkan fluktuasi 368 Seminar Naskmal Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan jumlah bunga gulma. Jumlah bunga yang semakin had semakin berkurang serta tidak dilakukan penanaman kembali dapat menjadi penyebab rendahnya populasi Fopius sp. Setiap serangga umnmnya datang mengunjimgi bunga karena tertarik oleh bau atau wama bunga dari tumbuhan dan di samping itu untuk mendapatkan makanannya (Soebandrijo, 2003). Demikian pula dijelaskan oleh Indrawati et al. (2001) bahwa sebagian besar parasitoid dan predatormembutuhkan sumberpakan berupatepung saridari tetumbuhan berbunga di sekitar area! pertanaman. Banyak imago betina memanfaatkan nektar dan polen tumbuhan berbunga sebagai makanannya. Nektar dan tepung sari dapat meningkatkan lama hidup dan fekunditas parasitoid (Kartosuwondo, 1994). Wama bimga pada masing-masing gulma tampaknya menjadi pemandu Fopius sp. untuk hadir. Wama, bentuk dan aroma bunga mempakan pemandu bagi kehadiran serangga dalam mencari makanan (Siswowiyoto, 1994). Gulma conyzoides lebih banyak dikunjungi Fopius sp. dibandingkan gulma A. australis dan A. spinosus Hal ini tampaknya disebabkan bunga A. conyzoides berwama ungu atau putih dan beraroraa tajam (Tabel 3). Bunga gulma A. australis dan A. spinosus berwama hijau dan beraroma tidak tajam. Hal ini sesuai dengan penelitian Faegri dan van der Fiji (1979), bahwa peranan wama bunga untuk menarik kehadiran serangga sangat menentukan. Beberapa jenis wama diketahui mampu menarik sekelompok serangga tertentu, yaitu coklat, abu-abu, putih, kuning, bim, dan merah. Aroma yang dikeluarkan oleh masing-masing gulma tampaknya juga menjadi penyebab perbedaan populasi Fopius sp. Pada populasi Fopius sp. pada tanaman belimbing yang dikelilingi A. conyzoides lebih tinggi daripada tanaman belimbing yang dikelilingi A. australis dan A. spinosus. Aroma yang dikeluarkan oleh A. conyzoides lebih tajam daripada A. australis dan A. spinosus (Tabel 3). Hal ini diduga menjadi penyebab populasi Fopius sp. pada A. conyzoides lebih tinggi. Ciri morfologi tanaman dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk hinggap, kegiatan makan serangga atau kegiatan reproduksi dan juga variasi dalam ukuran daun, bentuk, wama, kekerasan jaringan, adanya rambut dan tonjolan dapat menentukan seberapa jauh derajat penerimaan serangga terhadap tanaman tertentu (Untung, 2001). Tabel 3. Morfologi bunga gulma Spesies gulma Ukuran A. A. Bentuk Wama Aroma conyzoides 6-8 mm Lonceng Putih /ungu Tajam australis 2-3 mm Anting Hijau Tidak tajam 1,5-2,5 mm Bulat Hijau Tidak tajam A. spinosus Selain faktor bunga dan aroma, penyemprotan insektisida secara berkala tampaknya meniadi faktor teriadi fluktuasi populasi Fopius sp. Penyemprotan insektisida dilakukan dua jam sebelum peletakan gulma dengan interval dua minggu sekali selaina 2-3 btd^. Penvemnrotan insektisida ini dilakukan untuk raengatasi hama ulat gantung dan hama lalat buah, n^un penyemprotan insektisida tersebut berdampak pada rendahnya populasi Fopius sp. 369 Semiruir Nasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan Jumlah Parasitoid Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae pada buah belimbing manis Perlakuan peletakkan gulma di sekeliling tanaman belimbing manis temyata tidak berpengamh nyata terhadap jumlah parasitoid Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae pada buah belimbing manis dari pengamatan yang dilakukan sejak pengambilan buah pertama sampai ketiga (db =11, p = 0,484; p=0,282, p = 0,286). Namun dari pengambilan buah yang keempat jumlah parasitoid yang muncul dipengaruhi oleh adanya jenis gulma di sekeliling tanaman belimbing manis (p = 0,006). Rata-rata Fopius sp. yang muncul dari lalat buah pada buah belimbing manis disajikan pada Tabel 4. Rata-rata populasi Fopius sp. yang muncul dari lalat buah pada buah belimbing manis yang dikelilingi gulma cenderung lebih tinggi daripada rata-rata populasi Fopius sp. yang muncul dari lalat buah pada buah belimbing manis manis yang tidak dikelilingi gulma. Tabel 4. Rata-rata jumlah Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae pada buah belimbing manis —— Jumlah rata-rata Rata-rata Fopius sp. Dari Pengambilan buah keJenis Gulma Fopius sp. 1 2 3 4*> australis 9,33 19,00 11,33 8,00 a 47,67 A. spinosus 8,67 12,33 11,00 7,33 a 39,33 A. conyzoides 13,67 39,67 18,33 14,67 b 76,67 5,00 17,00 9,00 6,00 a 37,00 A. Kontrol jveierangaii. ; j—o n berbeda nyata pada Uji Tuckey (p - 0.05). Pada Tabel 4 terlihat rata-rata populasi Fopius sp. cenderung menurun pada sSta ss. S hi y4 jus, fSS ,„,hrflrp44.g»l™»»»"l">" mmpfngmki j-l.h pupulu. Jbp,» .p. ymg banyak pula populasi Fopius sp. yang munciil dan B. carambolae. da'ri jenis gulma yang berada di sekeliling tanaman caramfiote pada buah belimbing manis dari belimbing mams t®* P J pengambilan buah pertama sampai keempat (db =11, p= pengamatan yang n - 0 363) Rata-rata lalat buah pada buah belimbmg mams 0,180 p=0.487 p=0080 da.^P^0^^^^^ lalat buah pada buah belimbing manis yang disajikan pada Tabel 4. dikelilingi gulma cenderung muneul dari buah , ^Qndah daripada rata-rata populasi B. carambolae yang manis yang tidak dikelilingi gulma. Rata-rata ^u^rSu^Telim^ populasi B. carambolae yang mun 370 Semnar Nasiorud Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan Pengambilan buah ke- Gulma Rerata 1 2 3 4 A. australis 18,33 26,67 15,67 20,67 20.33 A. spinosus 19,33 22,00 13,00 16,67 17.75 A. conyzoides 17,33 19,33 12,33 17,33 16.58 21,33 31,67 18,33 22,00 23.33 Kontrol Pada Tabel 5 terlihat rata-rata populasi B. carambolae mulai meningkat pada pengambilan buah ke-2 di semua tanaman belimbing dengan gulma maupun pada tanaman belimbing kontrol. Menunmnya populasi B. carambolae pada pengambilan buah ke-3 tampaknya disebabkan parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae. Pada Tabel 4 terlihat ratarata populasi Fopius sp. di semua tanaman belimbing dengan gulma lebih tinggi daripada populasi pada tanaman belimbing kontrol. Oleh karena itu, penurunan populasi B. carambolae tampaknya disebabkan karena parasitasi Fopius sp. Jenis gulma yang diletakkan di sekeliling tanaman belimbing manis berpengamh nyata terhadap persen parasitasi Fopius sp. pada minggu kedua dan keempat (p =0,00 dan p = 0,02). Persen parasitasi pada minggu pertama yang diletakkan di sekeliling anaman belimbing manis dan ketiga tidak dipengaruhi oleh jenis gulma (p =0,306 dan p=0,069). Tabel 6. Rata-rata persen parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae pada buah belimbing manis s aengan ' penajtutU1 Gulma ICUlO Rata-rata persen parasitasi Fopius sp. Dari Pengambilan buah ke- Ratarata 1 2 3 4 40,02 a 34,40 a 65,00 b 34,20 46,32 59,87 27,68 ab 32,95 30,33ab 34,18 A.conyzoides 29,90 25,66 39,01 45,76 be 52,41 Kontrol 18,92 33.93 a 32,87 22,22 a 26,99 A. australis A.spinosus j -rui5iv« berbeda nyata pada Uji Tuckey (p —0.05). Rata-rata persen parasitasi Fopius sp. pada B. carambolae &bu^ belimbing manis yang dikelilingi oleh beberapa jenis gulma disajikan pada Tabel 6. Pams.tasi Fopu^ sp^ pada nyata dipengaruhi oleh adanya A. Hal m. men^jukl^ bahwa ^ber^aT tertentu dalam dapat pelestarian memengaruhimusuh akhvttas ^pat keberadaM Jlenis 8gulma k.untungan alami pmsito.d khususnya dan parasitoid. membeiikM beberap Menurut Yu et at. (1996), ju^^ um parasitoid telur di habitat padi sawah dapat Fimbristylis 371 SeminarNasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan Simpulan Spesies parasitoid yang dijumpai pada pertanaman belimbing manis dengan gulma A. conyzoides, A. spinosus dan A. australis hanya parasitoid Fopius sp. Jenis lalat buah yang didapatkan hanya B. carambolae. Parasitoid Fopius sp. lebih banyak hadir pada tanaman belimbing yang dikelilingi gulma A. conyzoides. jumlah parasitoid Fopius sp. yang muncul dari B. carambolae tertinggi terdapat pada tanaman belimbing yang dikelilingi gulma A. conyzoides dan persen parasitasi Fopius sp. lebih tinggi pada lalat buah yang menyerang buah belimbing dari pohon yang dikelilingi A. conyzoides. Daftar Pustaka . „ . . . Eitam, A dan RI Vargas. 2007. Host habitat preference of Fopius arisanus (Hymenoptera: Braconidae), a parasitoid of Tephritid fruit flies. Annals ofthe Entomological Society of America 100(4):603-608. , r» rv ^ o/i/i Faegri, K. dan van der Fiji. 1979. The principle ofpollination ecology. Pergamon press. Oxford. 244 Indrawal^A 2001. Konservasi HayanM. Ojan^me Indrawati A A. Khaeruni, ^ A. Kusumaningsih, E. Syahputra, I.W. Laba,Agenda M. Syakir, Taufil^ N. pLgan'ggu Tanaman. Program Pasca Saqana Institut Pertaman Bogor. (Drunduh dan „^ u,JLAym OSOy al 012.htm. pada 5November 2009). j 1004 PoDulasi Pl^a xyloslella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) dan T^UoW ZJmgrfamo semiclasum (H.) (Hymenoptem: Ichneumonidae) pada Kubis dan Dua N •Hh^dan^D°A^^Smarto"2008. Konservasi Musuh Alami Serangga Kama sebapi Kunci Keberhasnan PHT Kapas. Balai Penelitian T_ Ten^^au dan SeraL Indones.an .nm/inder nhp''option4omcontentfrvinw=arlicle^.id=86:budidaYahplimhing&rnrid=25:agrnhisnis&ltemid 111. penyerbukannya dibantu oleh Siswowiyoto, A. 1994. keanekaragaman serangga. Soebandrijo. 2003. Kumpulan Abstrak Kongres Entomologi. Bogor. Serangga Kama Tanaman. yj perhimpunan Enlomohgi Indonesia dan Simpostum . i„Hnnp<!ia Proceeding ofInternational Symposium on Sutrisno, The S. 1991. Current fruit flyofP^^lerm Biology and Control ^rui ' m ^ UGM Press. Yogyakarta. 27322-78. him. Untung, K. 2001. PengantarPengelolaa"pmrinSt TepSe ZmceUon. (diunduh dari Wharton, R. 2007. farasiioius o maret2010) http //hvmenoptera.tamu.edu, pada z Yanuwiardi, B., S. Nandini, S. Indny^i, ua • 2001. Gulma untuk Memanipulasi ^ pollinator. Prosiding Simposium Habitat dalam Konservasi Him 121-125. Keanekaragaman Hayati Art r^o inn^ Role ofnon-rice habitats for conservmg egg Yu, X., K.L. Heong,ofC.rice Hu,plathoppere and A.T. M __ ^ and G. parasitoids Management Strategies inH^^yo, Asia N Monsoon Norton) ProcJnL WorKsnop^—^ station, Kumamoto, Japan. Ap.nJn.vs.ems. Kyushu National Agnc. Bxpt btauon, 372