JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 Pendahuluan A

advertisement
841
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG BERAT BAYI LAHIR RENDAH
(BBLR) DI RUANGAN PNC RSUD KOTA MAKASSAR
“Darmi Arda”
Dosen Akademi Keperawatan Sandi Karsa
Makassar
ABSTRAK
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan
merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant mortality rate yaitu
angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan kesehatan suatu Negara. Berdasarkan data
dari WHO (2010), bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi sebanyak 60% hingga 80%
dari seluruh kematian neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi
dengan berat normal sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat lahir rendah memiliki
kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap suatu objek yang diteliti dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional
study. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling
(sampling jenuh) dengan total sampel 30 responden.
Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) dalam kategori Baik sebanyak 23 responden (76,7 %), sedangkan pengetahuan
kurang baik sebanyak 7 responden (23,3%). Sedangkan Sikap ibu terhadap pencegahan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) dalam kategori sikap positif sebanyak 22 responden (73,3 %) dan
sikap negatif sebanyak 8 responden (26,7%).
Kesimpulan dari penelitian adalah Tingkat pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) tergolong tinggi dan Sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
tergolong baik. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat menerapkan hasil penelitian yang
lebih aplikatif mengenai Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan meningkatan pengetahuan
dalam mengakses informasi dan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu mengenai BBLR
sehingga dalam penangannnya mencapai target yang efektif dan efisien.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, BBLR.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500
gram dan merupakan penyumbang
tertinggi angka kematian perinatal dan
neonatal.
Kematian
neonatus
merupakan komponen utama penyebab
angka kematian bayi atau infant
mortality rate yaitu angka yang dipakai
sebagai indikator kemajuan kesehatan
suatu negara. Menurunkan angka
kematian bayi dari 34 per 1000
kelahiran hidup menjadi 23 per 1000
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
kelahiran hidup merupakan salah satu
sasaran utama Rencana Pembangunan
Jangka Menengah tahun 2010-2014 Negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan data dari WHO (2010),
bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi
sebanyak 60% hingga 80% dari seluruh
kematian neonatus dan memiliki resiko
kematian 20 kali lebih besar dari bayi
dengan berat normal sampai usia satu tahun
sehingga bayi dengan berat lahir rendah
memiliki kemungkinan morbiditas dan
mortalitas yang lebih besar.
842
Prevalensi bayi dengan berat lahir
rendah diperkirakan sebanyak 15.5% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan 95.5%
kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang.Kurang lebih 20 juta bayi
dengan berat lahir rendah lahir per tahunnya.
Prevalensi kematian neonatus di
Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 66.000
kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran
hidup. Jumlah neonatus yang meninggal
disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak
32.342 kelahiran atau sebanyak 29% dari
jumlah seluruh kematian neonatus.Insiden
BBLR dirumah sakit di indonesia berkisar
20%.Disribusi penyebab kematian bayi
BBLR diindonesia meningkat dari 24% pada
tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
memiliki fungsi sistem organ yang belum
teratur sehingga dapat mengalami kesulitan
untuk beradaptasi dengan lingkungan
(Rahayu, 2010).
Permasalahan yang dialami bayi
dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia
atau gagal bernapas secara spontan dan
teratur sesaat atau beberapa menit setelah
lahir,
hipotermia
atau
gangguan
termoregulasi, gagguan nutrisi dan resiko
infeksi. Masalah pada bayi dengan berat
lahir rendah juga meliputi permasalahan
pada sistem pernafasan, susunan syaraf
pusat
kardiovaskuler,
hematologi,
gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi
(Maryunani, 2009).
Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) angka BBLR
sekitar 7,5% angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran
program perbaikan gizi menuju indonesia
sehat 2010 yakni maksimal 7% (Ika
Pantiawati,2010).
Di provinsi Sulawesi selatan data
yang diperoleh dari dinas kesehatan pada
tahun 2012 jumlah bayi BBLR sebanyak
2.074 bayi dari 126.861 kelahiran bayi.
Angka yang ditemukan di kota makassar
sebanyak 463 kasus bayi prematur (3,35%)
dari 13.825 kelahiran bayi. (Profil Dinkes
Provinsi Sulawesi Selatan).
Hasil pencatatan di RSUD DAYA
jumlah bayi yang lahir pada tahun 2013
adalah sebanyak 7.667 bayi, dari jumlah
tersebut yang mengalami BBLR 3.110 bayi
(40,56%).(Profil RSUD Daya).
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
Dari data yang diperoleh diatas tingkat
pengetahuan dan sikap
ibu
harus
dikembangkan
agar
tidak
terjadi
peningkatan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR). Apabila ibu selama hamil tidak
terpenuhi nutrisinya atau kekurangan gizi
maka akan berpengaruh pada kesehatan
janinnya misalnya menyebabakan bayi lahir
dengan BBLR. Untuk itu seorang ibu perlu
mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan bayi lahir dengan BBLR.
Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting terbentuknya sikap atau
tindakan
seseorang.
Meningkatnya
pengetahuan seseorang dapat membentuk
kepercayaan dan dapat mengubah sikap
terhadap sesuatu hal. Sikap adalah penilaian
seseorang terhadap stimulus atau objek,
dimana sikap merupakan proses kelanjutan
setelah mengetahuinya (Notoatmodjo,2010).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas
maka penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut dalam karya tulis ilmiah dengan judul
“Gambaran pengetahuan Dan Sikap Ibu
Tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Di RSUD Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang
masalah diatas maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah “Bagaimana
gambaran pengetahuan dan sikap ibu
tentang Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Kota Makassar”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Penelitian ini adalah
diketahuinya
gambaran
pengetahuan dan sikap ibu tentang
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
di RSUD Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya
gambaran
pengetahuan ibu tentang Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR)
b. Diketahinya gambaran sikap ibu
tentang Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
D. Menfaat Penelitian
1. Perawat
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai tambahan informasi dan
bahan evaluasi bagi perawat anak
843
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).
2. Institusi Pendidikan
Dengan penelitian ini dapat
menjadi referensi dan sekaligus
menjadi
rekomendasi
untuk
penelitian selanjutnya yang lebih
mendalam tentang berat bayi lahir
rendah (BBLR).
3. Masyrakat
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat
memberikan
informasi
mengenai Gambaran pengetahuan
dan sikap ibu tentang berat bayi
lahir rendah (BBLR).
4. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai
data
dasar
dalam
melakuakan penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan berat bayi lahir rendah
(BBLR).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang BBLR
1. Definisi Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir rendah (BBLR)
adalah
bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram
(Pantiawati, 2011). BBLR adalah
bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama
dengan 2500 gram disebut prematur.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua
bayi yang baru lahir dengan berat
kurang 2500 gram disebut Low Birth
Weight Infants (Proverawati, 2011).
Untuk mendapat keseragaman, pada
Kongres European perinatal ke II di
London (1970) telah diusulkan
defenisi sebagai berikut
a. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
Bayi prematuritas murni
Bayi prematur mudah sekali
diserang infeksi. Hal ini
disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi
masih kurang, sehingga relatif
belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan
belum baik.
b.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan
kurang yang seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi
mengalami
retardasi
pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilan (KMK)
dimana bayi ini mempunyai
organ-organ yang sudah matang
(mature) berfungsi lebih baik
dibandingkan dengan bayi lahir
kurang bulan, walaupun berat
badannya kurang. (Rusepno H,
1985, hal.1051-1053).
844
Dismaturitas
dapat
terjadi
“preterm”, “term”, “posterm”. Pada
preterm akan terlihat gejala fisis bayi
prematur murni ditambah dengan gejala
dismaturitas. Dalam hal ini berat badan
kurang dari 2.500 gram, karakteristik
fisis sama dengan bayi prematur dan
mungkin ditambah dengan retardasi
pertumbuhan, demikian pula pada
posterm dengan dismaturitas.
2. Etiologi
Menurut Mitayani (2011) etiologi
atau penyebab dari BBLR maupun
usia bayi belum selesai dengan masa
gestasinya sebagai berikut :
a. Komplikasi obstetric
1) Multiple gestation
2) Incompetence
3) Pro (premature rupture of
membrane)
4) Pregnancy induce hypertention
(PIH)
5) Plasenta previa
6) Ada
riwayat
kelahiran
premature
b. Komplikasi Medis
1) Diabetes Maternal
2) Hipertensi Kronis
3) Infeksi traktus urinarius
c. Faktor ibu
1) Penyakit,
Hal
yang
berhubungan
dengan
kehamilan seperti toksemia
gravidarum,
perdarahan
antepartum,
trauma
fisik,
infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
2) Gizi ibu hamil, keadaan gizi
ibu sebelum hamil, sangat
besar pengaruhnya pada berat
badan bayi yang dilahirkan.
Pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam
kandungan sangat dipengaruhi
oleh makanan yang dimakan
oleh ibunya. Agar dapat
melahirkan bayi normal, ibu
perlu mendapatkan asupan gizi
yang cukup.
Kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan
keguguran,
abortus,
bayi
lahir
mati,
kematian
neonatal,
cacat
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan), lahir dengan
berat
badan
lahir
rendah
(BBLR) (Lubis, 2012).
3) Usia
ibu, angka
kejadian
prematuritas
tertinggi
ialah
pada usia ibu dibawah 20 tahun
dan multi gravid yang jarak
kelahirannya terlalu dekat.
4) Keadaan sosioal ekonomi :
keadaan ini sangat berpengaruh
terhadap timbulnya prematuritas,
kejadian yang tinggi terdapat pada
golongan social ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik
dan pengawasan antenatal yang
kurang.
5) Kondisi ibu saat hamil :
peningkatan berat badan ibu
yang tidak adekuat dan ibu yang
perokok.
3. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah
Bayi
BBLR
dapat
diklasifikan
berdasarkan umur kehamilan dan berat
badan lahir rendah. Menurut Sarwono
Prawiharjo (2013), diklasifikasikan
berat badan waktu lahir, yaitu:
a. Berat
Badan
Lahir
Rendah
(BBLR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir 1.500 – 2.500
gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah
(BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
c. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah
(BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.
Menurut Pantiawati (2010), bayi
dengan berat badan lahir rendah dapat
dibagi menjadi 2 golongan:Prematuritas
murni adalah bayi dengan masa
kehamilan kuranng dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan atau
disebut neonatus kurang bulan sesuai
masa kehamilan.
a. Dismaturitas adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk
masa kehamilannya, yaitu berat
badan dibawah persentil pada
kurva pertumbuhan intra uterin,
biasanya disebut dengan bayi
845
kecil untuk masa kehamilan.
4. Menifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang terdapat
pada bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut:
a. Berat badan kurang dari 2.500
gram.
b. Panjang badan kurang dari 45
cm.
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm.
d. Masa gestasi kurang dari 37
minggu.
e. Kepala lebih besar dari tubuh.
f. Kulit tpis, transparan, lanugu
banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit
g. Osifikasi tengkorak sedikit serta
ubun-ubun dan sutura lebar.
h. Genitalia imatur, labia minora
belum tertutup dengan labia
mayora.
i. Tulang rawan dan daun telinga
belum
cukup,
sehingga
elastisitas belum sempurna.
j. Pergerakan kurang dan lemah,
tangis lemah, pernapasan belum
teratur, dan sering mendapat
apnea.
k. Bayi lebih banyak tidur dari
pada bangun, refleks mengisap
dan menelan belum sempurna.
5. Penyakit Pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah
Menurut Hidayat (2011) Penyakit
yang dapat menyertai bayi dengan
berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut:
1. Sindrom gangguan pernapasan
idiopatik, disebut juga penyakit
membran hialin yang melapisi
alveolus paru.
2. Pneumonia aspirasi, sering
ditemukan pada premature
karena refleks menelan dan
batuk
belum
sempurna.
Penyakit ini dapat dicegah
dengan perawatan yang baik.
3. Perdarahan
intreventikular.
Perdarahan
spontan
pada
ventrikel otak lateral biasanya
disebabkan oleh anoksia otak,
biasanya terjadi bersamaan
dengan pembentukan membrane
hialin pada paru.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
4. Fibroplasia
retinolental.
Ditemukan
pada
bayi
premature disebabkan oksigen
yang berlebihan.
5. Hiperbilirubenemia
karena
kematangan hepar. Sehingga
konjugasi
bilirubin indirek
menjadi bilirubin direk belum
sempurna.
6. Komplikasi.
Menurut Safrudin dan Hamidah
(2011), Komplikasi
yang dapat
timbul pada bayi berat badan lahir
rendah adalah sebagai berikut:
a. Sindrom aspirasi mekonium
(menyebabkan
kesulitan
barnapas pada bayi).
b. Hipoglikemi
simptomatik,
terutama pada laki-laki.
c. Penyakit
membrane
hialin:
disebabkan karena surfaktan
paru belum sempurna/cukup,
sehingga
alveoli
kolaps.
Sesudah
bayi
mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga
selalu
dibutuhkan
tenaga
negative yang tinggi untuk
untuk pernapasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum.
e. Hiperbilirubinemia.
Bayi
dismatur
sering
mendapatkan
hiperbilirubinemia,
hal
ini
mungkin disebabkan karena
gangguan pertumbuhan hati.
f.
Angka Kejadian.
1) Amerika Serikat: prematur
murni (7,1% orang kulit
putih dan 17,9 orang kulit
berwarna) dan BBLR(616%).
2) RSCM pada tahun 1986
sebesar
24%
angka
kematian perinatal dan
73% disebabkan BBLR.
7. Cara Perawatan Berat Badan Lahir
Rendah
Menurut Safrudin dan Hamidah
(2011) cara perawatan adalah sebagai
berikut:
a. Bayi yang baru lahir jangan
dimandikan
846
b.
c.
Membersihkan dan mengeringkan
bayi dengan kain lunak yang
bersih, kering dan hangat.
Menjaga agar tubuh bayi tetap
hangat dengan cara :
1) Oleskan tubuh bayi setiap
hari dengan minyak
kelapa yang telah
dihangatkan
2) Membungkus kain yang
bersih, kering dan cukup
tebal serta kepala bayi
ditutup dengan topi atau
kepala yang bersih.
3) Bayi tidak boleh di letakkan
di tempat yang banyak angin
seperti didepan pintu/jendela
yang terbuka.
4) Pakaian
dan
kain
pembungkus diganti bila
basah.
5) Menempatkan bayi secara
langsung di atas dada ibu
(metode kanguru).
6) Menjaga kehangatan ruangan
misalnya memasang lampu
untuk mengatasi masuknya
udara dingin.
7) Memberi minum ASI sedini
dan seiring mungkin dengan
memperhatikan:
a) Tangan
cuci
bersih
sebelum menyusui.
b) Putting susu dibersihkan
dengan kapas/kain bersih
lembab.
c) Bayi dipangku pada
posisi tegak.
d) Bila bayi tidak dapat
mengisap dengan kuat
ibu dapat membantu
memegangi/menyangga
dagu bayi atau dipompa
dan di berikan dengan
sendok.
e) Bila bayi tertidur pada
waktu menyusu, bayi
dibangunkan
dengan
cara menepuk – nepuk
pipinya.
f) Sisa – sisa ASI dimulut
dibersihkan
dengan
kapas atau kain bersih
yang dibasahi dengan air
hangat
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
g) bayi diawasi sampai kira – kira
15 – 30 menit sesudah
disusukan.
8. MPencegahan Berat Badan Lahir
Rendah
Menurut Manuaba (2006), dengan
mengetahui berbagai faktor penyebab
berat badan lahir rendah dapat
dipertimbangkan langkah pencegahan
dengan cara:
a. Melakukan
pengawasan
hamil
dengan seksama dan teratur.
b. Melakukan konsultasi terhadap
penyakit yang dapat menyebabkan
kehamilan dan persalinan preterm
9. Penanganan Berat Badan Lahir
Rendah
Menurut Safrudin dan Hamidah (2011),
Penanganan BBLR antara lain :
a. Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR
mudah
mengalami
hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya
harus dipertahankan
dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi,
perhatikan
prinsip-prinsip
pencegahan
infeksi
termasuk
mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum
sempurna
oleh
sebab
itu
pemberian nutrisi harus dilakukan
dengan cermat.
d. Penimbangan ketat
Perubahan
berat
badan
mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
10. Faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian BBLR yang di teliti
Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan
yang pernah dialami seorang ibu.
Paritas
mempengaruhi
durasi
persalinan dan insiden komplikasi.
Pada ibu dengan primipara (melahirkan
bayi pertama kali) karena pengalaman
melahirkan belum pernah maka
kelainan dan komplikasi yang dialami
cukup
besar
seperti
distosia
persalinan dan juga kurang informasi
847
tentang
persalinan
mempengaruhi
proses persalinan. Persalinan premature
lebih sering terjadi pada kehamilan
pertama. Kejadiannya akan berkurang
dengan meningkatnya jumlah paritas
yang cukup bulan sampai dengan
paritas keempat (Krisnadi et al. 2012).
Paritas secara luas mencakup
gravid/
jumlah
kehamilan,
premature/jumlah
kelahiran,
dan
abortus/ jumlah keguguran. Sedang
dalam arti khusus yaitu jumlah atau
banyaknya anak yang di lahirkan.
Paritas dikatakan tinggi bila seorang
ibu/ wanita melahirkan anak keempat
atau lebih. Seorang wanita yang sudah
mempunyai tiga anak dan terjadi
kehamilan lagi keadaan kesehatannya
akan
mulai
menurun.
Sering
mengalami kurang darah (anemia).
Terjadi perdarahan lewat jalan lahir
dan letak bayi sungsang ataupun
melintang (Sitorus, 2012).
Hasil penelitian Zaenab dan Juharno
(2011) menunjukkan bahwa paritas
berpengaruh terhadap kejadian BBLR
dan
merupakan
faktor
resiko
penyebab kejadian BBLR pada bayi.
Hasil pengujian statistik dengan chisquare diperoleh nilai Odds Ratio =
2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa
paritas
merupakan faktor risiko
terhadap kejadian BBLR dimana ibu
dengan paritas > 3 anak berisiko 2
kali melahirkan bayi dengan BBLR.
B. Tinjauan
Umum
Tentang
Pengetahuaan
1. Pengertian Pengetahuan.
Pengetahuan
adalah
hasil
pengindraan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan
ebagainya). Dengan sendirinya
pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan
pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek (Notoatmodjo,
2011 : 27). Dalam hal ini
pengetahuan orang tua (ibu)
tentang penatalaksanaan BBLR
yang
diperoleh
melalui
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
penginderaan
terhadap
objek
tertentu.
2. Tingkat Pengetahuaan.
Taksonomi
Bloom
setelah
dilakukan revisi oleh Aderson
dan Kratwohl (2001), terdapat
perbedaan yang tidak banyak
pada dimensi Kognitif. Anderson
(dalam Widodo, 2011: 140)
menguraikan dimensi proses
kognitif pada taksonomi Bloom
Revisi yang mencakup:
a. Mengingat (Remembering)
Dapat mengingat kembali
pengetahuan yang diperoleh
dalam jangka waktu yang
lama. Misalnya seorang ibu
dapat mengingat kembali
pengetahuannya
tentang
bagaimana perawatan diare
pada balita.
b. Memahami (Understanding)
Membangun makna dari
pesan-pesan
instruksional,
termasuk lisan, tulisan, dan
grafik
komunikasi,
termasuk
di dalamnya:
meringkas, menyimpulkan,
mengklasifikasi,
membandingkan,
menjelaskan, mencontohkan.
Misalnya seorang ibu yang
mempunyai balita BBLR
dapat menyimpulkan dan
menjelaskan tentang apa
dan bagaimana sebaiknya
tindakan yang tepat untuk
dilakukan pada bayi yang
BBLR.
c. Menerapkan (Apply)
Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan
atau
mengaplikasikan materi yang
dipelajari pada situasi dan
kondisi yang sebenarnya.
Misalnya seorang ibu yang
telah paham tentang tata
laksana diare pada balita
maka
dia
dapat
mengaplikasikannya
pada
saat anaknya mengalami
diare.
848
d.
3.
Menganalisis (Analyse)
Kemampuan
seseorang
untuk
merinci
atau
menguraikan suatu bahan
atau
keadaan
menurut
bagian-bagian yang lebih
kecil
dan
mampu
memahami
hubungan
diantara bagian-bagian yang
satu dengan yang lainnya.
Contoh : seorang ibu dapat
membedakan antara diare
tanpa
dehidrasi,
diare
dehidrasi
ringan/sedang,
diare dehidrasi berat, dan
sebagainya.
e. Mengevaluasi ( Evaluating)
Kemampuan
seseorang
untuk
membuat
pertimbangan
terhadap
situasi, nilai atau ide atau
mampu melakukan penilaian
berdasarkan kriteria dan
standar. Misalnya : seorang
ibu dapat menilai seorang
anak menderita diare atau
tidak, dan sebagainya.
f.
Menciptakan (Creating)
Kemampuan
menyusun
unsur-unsur
untuk
membentuk
suatu
keseluruhan koheren atau
fungsional, mereorganisasi
unsur ke dalam pola atau
struktur
baru, termasuk
didalamnya
hipotesa
(Generating), perencanaan
(Planning),
penghasil
(Producing).
Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan.
Menurut
Notoatmodjo
(2012),
pengetahuan
seseorang
dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang
lain. Pengalaman yang sudah
diperoleh
dapat
memperluas
pengetahuan
seseorang.
Pengalaman
ibu
sebelumnya
dalam merawat anaknya yang
diare
dapat
memperluas
pengetahuannya
tentang
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
2.
3.
4.
5.
bagaimana penatalaksanaan diare
pada anak yang benar dan tepat.
Umur
Makin tua umur seseorang maka
proses
perkembangan
mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun.
Selain itu, daya ingat seseorang
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh
pada
pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi
pada
umur-umur tertentu
mengingat atau menjelang usia lanjut
kemampuan
penerimaan
atau
mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang. Seorang ibu yang berumur
40 tahun pengetahuannya akan berbeda
dengan saat dia sudah berumur 60
tahun.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas
wawasan
atau
pengetahuan
seseorang. Secara umum seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.
Seorang
ibu
yang
berpendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih tentang
penatalaksanaan diare pada balita
dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik
maka pengetahuan seseorang akan
meningkat. Sumber informasi yang
dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang misalnya radio, televise,
majalah, koran dan buku. Walaupun
seorang ibu berpendidikan rendah
tetapi jika dia memperoleh informasi
tentang penatalaksanaan diare pada
balita secara benar dan tepat maka itu
akan menambah pengetahuannya.
Penghasilan
Penghasilan
tidak
berpengaruh
langsung
terhadap
pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang
849
6.
C.
berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau
membeli fasilitas-fasilitas sumber
informasi. Ibu yang keluarganya
berpenghasilan rendah akan sulit
mendapatkan
fasilitas
sumber
informasi.
Tetapi
apabila
berpenghasilan cukup maka dia
mampu menyediakan fasilitas sumber
informasi sehingga pengetahuannya
akan bertambah.
Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan
dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi dan sikap
seseorang terhadap sesuatu. Misalnya
di daerah lain seorang ibu mempunyai
persepsi lain tentang cara merawat
balita diare maka hal itu akan
mempengaruhi
pengetahuannya
tentang perawatan diare pada balita.
Tinjauan Umum Tentang Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap adalah juga merespon
tertutup
seseorang
terhadap
stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor
pendapat
dan
emosi
yang
bersangkutan (senang – tidak
senang, setuju –tidak setuju, baik
– tidak baik, dan sebagainya).
Newcomb, salah seorang ahli
psikologi
sosial
menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak,
dan
bukan
merupakan
pelaksanaan
motif
tertentu.
Dalam kata lain, fungsi sikap
belum
merupakan
tindakan
(reaksi terbuka) atau aktivitas,
akan tetapi merupakan faktor
predisposisi
perilaku
(reaksi
tertutup) (Notoatmodjo, 2011)
Menurut Allport (2011) sikap itu
terdiri dari 3 komponen, yaitu :
a. Kepercayaan
atau
keyakinan, ide, dan konsep
terhadap obyek, artinya
bagaimana keyakinan dan
pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap objek,
artinya bagaimana penilaian
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
(terkandung
didalamnya
faktor
emosi)
orang
tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan
untukk
bertindak (tend to behave),
artinya
sikap
adalah
merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau
perilaku
terbuka.
Sikap
adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku
terbuka (Tindakan).
Ketiga komponen tersebut
secara
bersama-sama
membentuk sikap yang utuh
(total
attitude).
Dalam
menentukan sikap yang utuh
ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan
dan
emosi
memegang peran penting.
Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga
memiliki tingkatan berdasarkan
intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (Receiving)
Diartikan bahwa seseorang
atau
subyek
menerima
stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya, sikap
seseorang terhadap periksa
hamil dapat diketahui dan
diukur dari kehadiran si ibu
untuk
mendengarkan
penyuluhan
di
lingkungannya.
b. Menanggapi (Responding)
Menanggapi di sini diartikan
memberikan jawaban atau
tanggapan
terhadap
pertanyaan atau objek yang
dihadapi. Misalnya, seorang
ibu
yang
mengikuti
penyuluhan tersebut ditanya
atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudian ia
menjawab
atau
menanggapainya.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek,
atau seseorang memberikan
nilai yang positif terhadap
objek atau stimulus, dalam
arti membahasnya dengan
orang lain dan bahkan
mengajak
atau
850
mempengaruhi
atau
menganjurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung
Jawab
(Responsible)
Sikap yang paling tinggi
tingkatannya
adalah
bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya.
Seseorang
yang
telah
mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya,
dia
harus
beranni
mengambil resiko bila ada
orang lain yang mencemooh
atau adanya risiko lain.
2. Faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi sikap
Menurut Safrudin dan
Hamidah (2011), Faktor – faktor
yang
mempengaruhi
sikap
keluarga terhadap objek sikap
antara lain :
1. Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan
sikap,
pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang
kuat. Karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting.
Pada umumnya, individu
cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang
yang
diangap
penting.
Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan
untuk
berafilisasi
dan
keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang di
anggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan.
Tanpa disadari kebudayaan
telah
menanamkan
garis
pengaruh sikap kita terhadap
berbagai
masalah.
Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya,
karena
kebudayaanlahyang
memberi corak pengalaman
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
individu-individu masyarakat
asuhannya.
4. Media massa.
Dalam pemberitaan surat
kabar maupun radio atau
media komunikasi lainnya,
berita
yang
seharusnya
faktual disampaikan secara
obyektif
cenderung
dipengaruhi
oleh
sikap
penulisannya,
akibatnya
berpengaruh terhadap sikap.
5. Lembaga Pendidikan dan
lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari
lembaga
pendidikan
dan
agama sangat menentukan
sitem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika kalau
pada
gilirannya
konsep
tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Suatu
bentuk
sikap
merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran
frustasi
atau
pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan
ego.
Pengukuran sikap dapat
dilakukan
secara
langsung
ataupun
tidak
langsung.
Pengukuran
secara
langsung
dapat
dilakukan
dengan
mengajukan
pertanyaan
pertanyaan tentang stimulus atau
objek
yang
bersangkutan.
Pertanyaan secara langsung juga
dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendapat dengan
menggunkana kata “setuju” atau
“tidak
setuju”
terhadap
pernyataan - pernyataan objek
tertentu, dengan menggunakan
skala likert (Notoatmodjo, 2011).
851
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan
metode deskriptif. Dalam penelitian ini
untuk
peneliti menggambarkan
pengetahuan dan sikap ibu tentang Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Makasssar
Tahun 2015 .
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek penelitian
atau
objek
yang
diteliti
(Notoatmodjo,
2013).
Yang
menjadi sasaran dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu nifas yang di
rawat di ruangan PNC Rumah Sakit
Kota Makasssar bulan Juli tahun
2015 pada saat penelitian dengan
jumlah populasi sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi
yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi, (Hidayat,
2012). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
teknik total sampling (sampling
jenuh) dimana semua populasi
dijadikan sampel. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 30
orang.
C. Rencana Tehnik Pengolahan, Analisis
dan penyajian Data
1. Tehnik Pengolahan Data
Untuk memperoleh pengolahan
data
dilakukan
tehnik–tehnik
pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
(Pengeditan
data),
langkah ini dilakukan peneliti
untuk
memeriksa
kembali
kelengkapan
data
yang
diperlukan untuk mencapai
tujuan
penelitian
maka
dilakukan pengelompokkan dan
penyusunan data.
b. Coding adalah mengalokasikan
jawaban–jawaban yang ada
menurut macamnya kedalam
bentuk yang lebih ringkas
dengan menggunakan kode –
kode agar lebih muda dan
sederhana.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
2.
c. Tabulating
(tabulasi data),
tabulasi
yaitu
melakukan
tabulasi
dari
data
yang
diperoleh dengan menggunakan
rumus distribusi frekuensi
d. Cleaning, Data yang sudah
benar-benar tidak ada kesalahan
dilanjutkan dengan pengujian
data dengan menggunakan uji
statistik.
Analisis Data
Data di analisis secara univariat
yaitu seluruh variabel yang akan
digunakan kemudian ditampilkan
ke dalam distribusi frekuensi dari
masing-masing variable.
A. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Makin tua umur seseorang maka
proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mentalnya tidak
secepat seperti ketika berumur
belasa tahun. Selain itu daya itu
daya ingat seseorang dipengaruhi
oleh
umur.
Maka
dapat
disimpulkan bahwa bertambahnya
umur seseorang dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya. Seorang ibu
yang
berumur
40
tahun
pengetahuannya akan berbeda
dengan saat dia berumur 60 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di
Ruangan PNC RSUD Kota
Makassar memberikan gambaran
bahwa sebagian besar ibu post
partum berada pada rentang umur
24-29 (53.3 %). Ini dapat
mencerminkan bahwa sebagian
besar ibu berada pada golongan
usia
yang
masih
produktif.
Sehingga hendaknya ibu dapat
merencanakan persalinanya pada
kurun waktu reproduksi sehat (2034 tahun).
Faktor usia sangat berpengaruh
pada kematangan dalam menerima
dan memahami pengetahuan. Pada
rentang usia seperti tersebut proses
perkembangan mentalnya sudah
semakin baik dari sebelumnya. Hal
852
ini berpengaruh pada kesiapan dan
kesanggupan ibu dalam menerima
dan merawat bayi.
Pendidikan dapat memperluas
wawasan
atau
pengetahuan
seseorang. Secara umum seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi
akan
mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya
lebih
rendah.
Seorang ibu yang berpendidikan
tinggi akan memiliki pengetahuan
yang
lebih
tentang
penatalaksanaan diare pada balita
dibandingkan dengan ibu yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.
Penelitian ini menggambarkan
bahwa sebagian besar ibu post
partum memiliki tingkat pendidikan
yang terbanyak pada jenjang SMP
dan SMA (30,0 %). Pendidikan
mempengaruhi seseorang dalam
penerimaan informasi termasuk
mengenai informasi kesehatan.
Jenjang pendidikan mempengaruhi
individu dalam memahami tentang
penyakit yang dideritanya. Semakin
tinggi jenjang pendidikan maka
semakin tinggi pula kemampuan
menerima
dan
memahami
informasi kesehatan (Notoatmodjo,
2009)
Pendidikan kesehatan yang
diterapkan di ruangan PNC RSUD
Kota Makassar perlu dilakukan
oleh perawat sebagai edukator
dalam hal ini. Yang terpenting
adalah
pendidikan
mengenai
tindakan pencegahan terjadinya
BBLR, gizi pada ibu hamil dan ibu
post partum. Pemberian health
education dengan penggunaan
bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami
perlu
diperhatikan
melihat latar belakang pendidikan
klien. Penelitian ini didukung oleh
data dari WHO yang melaporkan
bahwa 95 % BBLR terjadi pada
pasien dengan pendapatan rendah
(WHO, 2009). Penghasilan yang
rendah maka akan mempengaruhi
pemenuhan
keburuhan
hidup
termasuk
dalam
memperoleh
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
2.
pelayanan kesehatan terkait dengan
biayanya
Penelitian di RSUD Kota
Makassar ini menunjukan bahwa
distribusi pekerjaan responden yang
terbanyak adalah responden dengan
jenis pekerjaan IRT (66,7 %). Hal
ini sangat memungkinkan karena
orang dengan pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga memiliki penghasilan
yang
kurang
sehingga
mempengaruhi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhannya seharihari. Dalam hal ini juga termasuk
kesanggupan ibu dalam memenuhi
gisi pada masa kehamilan. Gisi
yang cukup pada saat hamil akan
mempengaruhi proses tumbuh
kembang bayi dan tidak terjadi
BBLR pada saat kelahirannya.
Pengetahuan Ibu Tentang BBLR
Pengetahuan
adalah
hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan ebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan
tersebut
sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan
persepsi
terhadap
objek
(Notoatmodjo, 2011 : 27). Dalam
hal ini pengetahuan orang tua (ibu)
tentang penatalaksanaan BBLR yang
diperoleh
melalui
penginderaan
terhadap objek tertentu.
Penelitian ini menggambarkan
bahwa pengetahuan ibu tentang
penanganan
dan
pencegahan
terjadinya BBLR berada dalam
kategori Baik (76.7 %). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Notoatmodjo
(2009) bahwa domain pengetahuan
terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu
(know), memahami (comprehension),
aplikasi
(aplication),
analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan
evaluasi (evaluation).
Alasan sehingga pengetahuan baik
karena dilihat dari tingkat pendidikan
ibu tinggi dan usia ibu relatif muda
serta sering mendapatkan penyuluhan
kesehatan yang berkaitan dengan
BBLR. Dan pengetahuan kurang baik
karena pendidikan masih rendah dan
853
3.
kurang mendaftarkan informasi yang
berkaitan
dengan
penyuluhan
kesehatan.
Pengetahuan ibu cukup tinggi
mengenai pernyataan tentang BBLR.
Tingkat pengetahuan yang tinggi
dapat mencerminkan sikap ibu dalam
penatalaksanaan terutama pada Bayi
dengan BBLR. Pengetahuan ibu yang
baik dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan
antenatal dan status gizi ibu selama
hamil,
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam rahim,
tanda-tanda bahaya selama kehamilan
dan perawatan diri selama kehamilan
agar
mereka
dapat
menjaga
kesehatanya
dan
janin
dalam
kandunganya dengan baik. Semua
faktor tersebut yang akan berkontibusi
pada bayi yang lahir dengan sehat
dalam hal berat badan dalam batas
normal dan tidak terjadi BBLR.
Sikap Ibu Tentang BBLR
Hasil dari penelitian ini memberi
gambaran bahwa sikap ibu tentang
BBLR sebagian besarnya berada dalam
kategori baik baik (73.3 %). Sikap klien
dalam penelitian ini diukur dengan
kuisioner yang berisikan pernyataan
tentang pencegahan BBLR dengan
menggunakan skala likert yakni sangat
setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3,
tidak setuju diberi skor 2, dan sangat
tidak setuju diberi skor 1. Sikap klien
dalam menerima dan memahami
informasi kesehatan juga dipengaruhi
oleh
tingkat
pengetahun.
Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa
sikap klien tergolong baik mengenai
BBLR di RSUD Kota Makassar
Sikap adalah juga merespon
tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang – tidak
senang, setuju –tidak setuju, baik –
tidak
baik,
dan
sebagainya).
Newcomb,
salah
seorang
ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap
merupakan
kesiapan
atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dalam kata lain, fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka)
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
atau aktivitas, akan tetapi merupakan
faktor predisposisi perilaku (reaksi
tertutup) (Notoatmodjo, 2011).
Alasan ibu memiliki sikap positif
karena
ibu
memiliki
banyak
pengelaman dan sering mendapatkan
informasi-informasi
dari
instansi
kesehatan dan sikap negatif karena
jarang mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan yang dilakukan petugas
kesehatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang
gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap ibu tentang BBLR di RSUD
Daya, Kota Makassar. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:Tingkat
pengetahuan
ibu
tentang Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) sebagian besar baik, Sikap ibu
tentang Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) sebagian besar negatif.
B. Saran
1. Perawat
Meningkatkan pemberian informasi
kesehatan
atau
penyuluhan
kesehatan
berbasis
komunitas
terutama pada ibu mengenai BBLR.
Memberikan asuhan keperawatan
yang efektif pada bayi dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
2. Institusi pendidikan
Mengembangkan
materi-materi
kesehatan
terutama
mengenai
asuhan keperawatan di semua ruang
lingkup keperawatan anak terkait
BBLR sehingga dapat menekan
terjadinya
kasus
BBLR
di
masyarakat khususnya di Sulawesi
Selatan.
3. Masyarakat
Peningkatan pengetahuan dalam
mengakses
informasi
dan
pelayanan kesehatan terutama bagi
ibu mengenai BBLR sehingga
dalam penangannnya mencapai
target yang efektif dan efisien.
854
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2011. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depkes RI. 2012. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Kesehatan Remaja bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2011. Makassar.
Handriani. 2012. Kesehatan Maternitas. Diakses 20 juni 2015. http : // www. tempo. co. id
Noer, Sarwono. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.Nugroho,
Wahyudi. 2011. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC.
Reevers. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medical.
Sjaifoellah. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid I edisi ketiga. Jakarta : Balai penerbit
FKUI.
Smeltzer, Suzanne C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). (vol.3). Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Arru. 2011. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: FKUI
Taja. 2012. Harapan Baru bagi Penderita BBLR. Majalah Intisari. Jakarta: PT. Gramedia.
JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015
Download