841 PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANGAN PNC RSUD KOTA MAKASSAR “Darmi Arda” Dosen Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar ABSTRAK BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant mortality rate yaitu angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan kesehatan suatu Negara. Berdasarkan data dari WHO (2010), bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi sebanyak 60% hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat lahir rendah memiliki kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Makassar. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek yang diteliti dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional study. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling (sampling jenuh) dengan total sampel 30 responden. Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dalam kategori Baik sebanyak 23 responden (76,7 %), sedangkan pengetahuan kurang baik sebanyak 7 responden (23,3%). Sedangkan Sikap ibu terhadap pencegahan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dalam kategori sikap positif sebanyak 22 responden (73,3 %) dan sikap negatif sebanyak 8 responden (26,7%). Kesimpulan dari penelitian adalah Tingkat pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) tergolong tinggi dan Sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) tergolong baik. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat menerapkan hasil penelitian yang lebih aplikatif mengenai Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan meningkatan pengetahuan dalam mengakses informasi dan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu mengenai BBLR sehingga dalam penangannnya mencapai target yang efektif dan efisien. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, BBLR. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab angka kematian bayi atau infant mortality rate yaitu angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 kelahiran hidup merupakan salah satu sasaran utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014 Negara Republik Indonesia. Berdasarkan data dari WHO (2010), bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi sebanyak 60% hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi dengan berat normal sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat lahir rendah memiliki kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar. 842 Prevalensi bayi dengan berat lahir rendah diperkirakan sebanyak 15.5% dari seluruh kelahiran di dunia dengan 95.5% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang.Kurang lebih 20 juta bayi dengan berat lahir rendah lahir per tahunnya. Prevalensi kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 66.000 kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran hidup. Jumlah neonatus yang meninggal disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak 32.342 kelahiran atau sebanyak 29% dari jumlah seluruh kematian neonatus.Insiden BBLR dirumah sakit di indonesia berkisar 20%.Disribusi penyebab kematian bayi BBLR diindonesia meningkat dari 24% pada tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki fungsi sistem organ yang belum teratur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Rahayu, 2010). Permasalahan yang dialami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia atau gagal bernapas secara spontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia atau gangguan termoregulasi, gagguan nutrisi dan resiko infeksi. Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah juga meliputi permasalahan pada sistem pernafasan, susunan syaraf pusat kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi (Maryunani, 2009). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka BBLR sekitar 7,5% angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% (Ika Pantiawati,2010). Di provinsi Sulawesi selatan data yang diperoleh dari dinas kesehatan pada tahun 2012 jumlah bayi BBLR sebanyak 2.074 bayi dari 126.861 kelahiran bayi. Angka yang ditemukan di kota makassar sebanyak 463 kasus bayi prematur (3,35%) dari 13.825 kelahiran bayi. (Profil Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan). Hasil pencatatan di RSUD DAYA jumlah bayi yang lahir pada tahun 2013 adalah sebanyak 7.667 bayi, dari jumlah tersebut yang mengalami BBLR 3.110 bayi (40,56%).(Profil RSUD Daya). JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 Dari data yang diperoleh diatas tingkat pengetahuan dan sikap ibu harus dikembangkan agar tidak terjadi peningkatan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Apabila ibu selama hamil tidak terpenuhi nutrisinya atau kekurangan gizi maka akan berpengaruh pada kesehatan janinnya misalnya menyebabakan bayi lahir dengan BBLR. Untuk itu seorang ibu perlu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan bayi lahir dengan BBLR. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya sikap atau tindakan seseorang. Meningkatnya pengetahuan seseorang dapat membentuk kepercayaan dan dapat mengubah sikap terhadap sesuatu hal. Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek, dimana sikap merupakan proses kelanjutan setelah mengetahuinya (Notoatmodjo,2010). Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kota Makassar”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Makassar”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Makassar. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) b. Diketahinya gambaran sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) D. Menfaat Penelitian 1. Perawat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan bahan evaluasi bagi perawat anak 843 dalam memberikan asuhan keperawatan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). 2. Institusi Pendidikan Dengan penelitian ini dapat menjadi referensi dan sekaligus menjadi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang berat bayi lahir rendah (BBLR). 3. Masyrakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Gambaran pengetahuan dan sikap ibu tentang berat bayi lahir rendah (BBLR). 4. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakuakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan berat bayi lahir rendah (BBLR). TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang BBLR 1. Definisi Berat Badan Lahir Rendah Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2011). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2011). Untuk mendapat keseragaman, pada Kongres European perinatal ke II di London (1970) telah diusulkan defenisi sebagai berikut a. Prematuritas Murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Bayi prematuritas murni Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi. Hal ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi masih kurang, sehingga relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. b. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang yang seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) dimana bayi ini mempunyai organ-organ yang sudah matang (mature) berfungsi lebih baik dibandingkan dengan bayi lahir kurang bulan, walaupun berat badannya kurang. (Rusepno H, 1985, hal.1051-1053). 844 Dismaturitas dapat terjadi “preterm”, “term”, “posterm”. Pada preterm akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan kurang dari 2.500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan, demikian pula pada posterm dengan dismaturitas. 2. Etiologi Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia bayi belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut : a. Komplikasi obstetric 1) Multiple gestation 2) Incompetence 3) Pro (premature rupture of membrane) 4) Pregnancy induce hypertention (PIH) 5) Plasenta previa 6) Ada riwayat kelahiran premature b. Komplikasi Medis 1) Diabetes Maternal 2) Hipertensi Kronis 3) Infeksi traktus urinarius c. Faktor ibu 1) Penyakit, Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskuler. 2) Gizi ibu hamil, keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada berat badan bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2012). 3) Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat. 4) Keadaan sosioal ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 5) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok. 3. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawiharjo (2013), diklasifikasikan berat badan waktu lahir, yaitu: a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500 – 2.500 gram. b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram. c. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram. Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. a. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi 845 kecil untuk masa kehamilan. 4. Menifestasi Klinik Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut: a. Berat badan kurang dari 2.500 gram. b. Panjang badan kurang dari 45 cm. c. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm. d. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. e. Kepala lebih besar dari tubuh. f. Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit g. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar. h. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora. i. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum sempurna. j. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering mendapat apnea. k. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan belum sempurna. 5. Penyakit Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Hidayat (2011) Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut: 1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membran hialin yang melapisi alveolus paru. 2. Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena refleks menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik. 3. Perdarahan intreventikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 4. Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi premature disebabkan oksigen yang berlebihan. 5. Hiperbilirubenemia karena kematangan hepar. Sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. 6. Komplikasi. Menurut Safrudin dan Hamidah (2011), Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut: a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan barnapas pada bayi). b. Hipoglikemi simptomatik, terutama pada laki-laki. c. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk untuk pernapasan berikutnya. d. Asfiksia neonatorum. e. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati. f. Angka Kejadian. 1) Amerika Serikat: prematur murni (7,1% orang kulit putih dan 17,9 orang kulit berwarna) dan BBLR(616%). 2) RSCM pada tahun 1986 sebesar 24% angka kematian perinatal dan 73% disebabkan BBLR. 7. Cara Perawatan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Safrudin dan Hamidah (2011) cara perawatan adalah sebagai berikut: a. Bayi yang baru lahir jangan dimandikan 846 b. c. Membersihkan dan mengeringkan bayi dengan kain lunak yang bersih, kering dan hangat. Menjaga agar tubuh bayi tetap hangat dengan cara : 1) Oleskan tubuh bayi setiap hari dengan minyak kelapa yang telah dihangatkan 2) Membungkus kain yang bersih, kering dan cukup tebal serta kepala bayi ditutup dengan topi atau kepala yang bersih. 3) Bayi tidak boleh di letakkan di tempat yang banyak angin seperti didepan pintu/jendela yang terbuka. 4) Pakaian dan kain pembungkus diganti bila basah. 5) Menempatkan bayi secara langsung di atas dada ibu (metode kanguru). 6) Menjaga kehangatan ruangan misalnya memasang lampu untuk mengatasi masuknya udara dingin. 7) Memberi minum ASI sedini dan seiring mungkin dengan memperhatikan: a) Tangan cuci bersih sebelum menyusui. b) Putting susu dibersihkan dengan kapas/kain bersih lembab. c) Bayi dipangku pada posisi tegak. d) Bila bayi tidak dapat mengisap dengan kuat ibu dapat membantu memegangi/menyangga dagu bayi atau dipompa dan di berikan dengan sendok. e) Bila bayi tertidur pada waktu menyusu, bayi dibangunkan dengan cara menepuk – nepuk pipinya. f) Sisa – sisa ASI dimulut dibersihkan dengan kapas atau kain bersih yang dibasahi dengan air hangat JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 g) bayi diawasi sampai kira – kira 15 – 30 menit sesudah disusukan. 8. MPencegahan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara: a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur. b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm 9. Penanganan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Safrudin dan Hamidah (2011), Penanganan BBLR antara lain : a. Mempertahankan suhu dengan ketat BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. b. Mencegah infeksi dengan ketat BBLR sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. c. Pengawasan nutrisi/ASI Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. d. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. 10. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR yang di teliti Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami seorang ibu. Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada ibu dengan primipara (melahirkan bayi pertama kali) karena pengalaman melahirkan belum pernah maka kelainan dan komplikasi yang dialami cukup besar seperti distosia persalinan dan juga kurang informasi 847 tentang persalinan mempengaruhi proses persalinan. Persalinan premature lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Kejadiannya akan berkurang dengan meningkatnya jumlah paritas yang cukup bulan sampai dengan paritas keempat (Krisnadi et al. 2012). Paritas secara luas mencakup gravid/ jumlah kehamilan, premature/jumlah kelahiran, dan abortus/ jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang di lahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/ wanita melahirkan anak keempat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun. Sering mengalami kurang darah (anemia). Terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang (Sitorus, 2012). Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2011) menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor resiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chisquare diperoleh nilai Odds Ratio = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR. B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuaan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2011 : 27). Dalam hal ini pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan BBLR yang diperoleh melalui JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 penginderaan terhadap objek tertentu. 2. Tingkat Pengetahuaan. Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan Kratwohl (2001), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi Kognitif. Anderson (dalam Widodo, 2011: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: a. Mengingat (Remembering) Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada balita. b. Memahami (Understanding) Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya: meringkas, menyimpulkan, mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita BBLR dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada bayi yang BBLR. c. Menerapkan (Apply) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare. 848 d. 3. Menganalisis (Analyse) Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan antara diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi berat, dan sebagainya. e. Mengevaluasi ( Evaluating) Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai seorang anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya. f. Menciptakan (Creating) Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya hipotesa (Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing). Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya tentang JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 2. 3. 4. 5. bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat. Umur Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berumur 60 tahun. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Sumber Informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka itu akan menambah pengetahuannya. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang 849 6. C. berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu akan mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita. Tinjauan Umum Tentang Sikap 1. Definisi Sikap Sikap adalah juga merespon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2011) Menurut Allport (2011) sikap itu terdiri dari 3 komponen, yaitu : a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek, artinya bagaimana penilaian JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untukk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (Tindakan). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (Receiving) Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil dapat diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan di lingkungannya. b. Menanggapi (Responding) Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau 850 mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung Jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus beranni mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya risiko lain. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap Menurut Safrudin dan Hamidah (2011), Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain : 1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang diangap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut. 3. Pengaruh Kebudayaan. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlahyang memberi corak pengalaman JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 individu-individu masyarakat asuhannya. 4. Media massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap. 5. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sitem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunkana kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan - pernyataan objek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2011). 851 METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian ini untuk peneliti menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makasssar Tahun 2015 . B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2013). Yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang di rawat di ruangan PNC Rumah Sakit Kota Makasssar bulan Juli tahun 2015 pada saat penelitian dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, (Hidayat, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling (sampling jenuh) dimana semua populasi dijadikan sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. C. Rencana Tehnik Pengolahan, Analisis dan penyajian Data 1. Tehnik Pengolahan Data Untuk memperoleh pengolahan data dilakukan tehnik–tehnik pengolahan data sebagai berikut : a. Editing (Pengeditan data), langkah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian maka dilakukan pengelompokkan dan penyusunan data. b. Coding adalah mengalokasikan jawaban–jawaban yang ada menurut macamnya kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode – kode agar lebih muda dan sederhana. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 2. c. Tabulating (tabulasi data), tabulasi yaitu melakukan tabulasi dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi d. Cleaning, Data yang sudah benar-benar tidak ada kesalahan dilanjutkan dengan pengujian data dengan menggunakan uji statistik. Analisis Data Data di analisis secara univariat yaitu seluruh variabel yang akan digunakan kemudian ditampilkan ke dalam distribusi frekuensi dari masing-masing variable. A. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mentalnya tidak secepat seperti ketika berumur belasa tahun. Selain itu daya itu daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia berumur 60 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar memberikan gambaran bahwa sebagian besar ibu post partum berada pada rentang umur 24-29 (53.3 %). Ini dapat mencerminkan bahwa sebagian besar ibu berada pada golongan usia yang masih produktif. Sehingga hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu reproduksi sehat (2034 tahun). Faktor usia sangat berpengaruh pada kematangan dalam menerima dan memahami pengetahuan. Pada rentang usia seperti tersebut proses perkembangan mentalnya sudah semakin baik dari sebelumnya. Hal 852 ini berpengaruh pada kesiapan dan kesanggupan ibu dalam menerima dan merawat bayi. Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar ibu post partum memiliki tingkat pendidikan yang terbanyak pada jenjang SMP dan SMA (30,0 %). Pendidikan mempengaruhi seseorang dalam penerimaan informasi termasuk mengenai informasi kesehatan. Jenjang pendidikan mempengaruhi individu dalam memahami tentang penyakit yang dideritanya. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan menerima dan memahami informasi kesehatan (Notoatmodjo, 2009) Pendidikan kesehatan yang diterapkan di ruangan PNC RSUD Kota Makassar perlu dilakukan oleh perawat sebagai edukator dalam hal ini. Yang terpenting adalah pendidikan mengenai tindakan pencegahan terjadinya BBLR, gizi pada ibu hamil dan ibu post partum. Pemberian health education dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami perlu diperhatikan melihat latar belakang pendidikan klien. Penelitian ini didukung oleh data dari WHO yang melaporkan bahwa 95 % BBLR terjadi pada pasien dengan pendapatan rendah (WHO, 2009). Penghasilan yang rendah maka akan mempengaruhi pemenuhan keburuhan hidup termasuk dalam memperoleh JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 2. pelayanan kesehatan terkait dengan biayanya Penelitian di RSUD Kota Makassar ini menunjukan bahwa distribusi pekerjaan responden yang terbanyak adalah responden dengan jenis pekerjaan IRT (66,7 %). Hal ini sangat memungkinkan karena orang dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memiliki penghasilan yang kurang sehingga mempengaruhi ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya seharihari. Dalam hal ini juga termasuk kesanggupan ibu dalam memenuhi gisi pada masa kehamilan. Gisi yang cukup pada saat hamil akan mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi dan tidak terjadi BBLR pada saat kelahirannya. Pengetahuan Ibu Tentang BBLR Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2011 : 27). Dalam hal ini pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan BBLR yang diperoleh melalui penginderaan terhadap objek tertentu. Penelitian ini menggambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang penanganan dan pencegahan terjadinya BBLR berada dalam kategori Baik (76.7 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2009) bahwa domain pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Alasan sehingga pengetahuan baik karena dilihat dari tingkat pendidikan ibu tinggi dan usia ibu relatif muda serta sering mendapatkan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan BBLR. Dan pengetahuan kurang baik karena pendidikan masih rendah dan 853 3. kurang mendaftarkan informasi yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan. Pengetahuan ibu cukup tinggi mengenai pernyataan tentang BBLR. Tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mencerminkan sikap ibu dalam penatalaksanaan terutama pada Bayi dengan BBLR. Pengetahuan ibu yang baik dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam kandunganya dengan baik. Semua faktor tersebut yang akan berkontibusi pada bayi yang lahir dengan sehat dalam hal berat badan dalam batas normal dan tidak terjadi BBLR. Sikap Ibu Tentang BBLR Hasil dari penelitian ini memberi gambaran bahwa sikap ibu tentang BBLR sebagian besarnya berada dalam kategori baik baik (73.3 %). Sikap klien dalam penelitian ini diukur dengan kuisioner yang berisikan pernyataan tentang pencegahan BBLR dengan menggunakan skala likert yakni sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Sikap klien dalam menerima dan memahami informasi kesehatan juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahun. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sikap klien tergolong baik mengenai BBLR di RSUD Kota Makassar Sikap adalah juga merespon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015 atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2011). Alasan ibu memiliki sikap positif karena ibu memiliki banyak pengelaman dan sering mendapatkan informasi-informasi dari instansi kesehatan dan sikap negatif karena jarang mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan. PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang BBLR di RSUD Daya, Kota Makassar. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:Tingkat pengetahuan ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebagian besar baik, Sikap ibu tentang Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebagian besar negatif. B. Saran 1. Perawat Meningkatkan pemberian informasi kesehatan atau penyuluhan kesehatan berbasis komunitas terutama pada ibu mengenai BBLR. Memberikan asuhan keperawatan yang efektif pada bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). 2. Institusi pendidikan Mengembangkan materi-materi kesehatan terutama mengenai asuhan keperawatan di semua ruang lingkup keperawatan anak terkait BBLR sehingga dapat menekan terjadinya kasus BBLR di masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan. 3. Masyarakat Peningkatan pengetahuan dalam mengakses informasi dan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu mengenai BBLR sehingga dalam penangannnya mencapai target yang efektif dan efisien. 854 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2011. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: PT Rineka Cipta. Depkes RI. 2012. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Kesehatan Remaja bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011. Makassar. Handriani. 2012. Kesehatan Maternitas. Diakses 20 juni 2015. http : // www. tempo. co. id Noer, Sarwono. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.Nugroho, Wahyudi. 2011. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC. Reevers. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medical. Sjaifoellah. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid I edisi ketiga. Jakarta : Balai penerbit FKUI. Smeltzer, Suzanne C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). (vol.3). Jakarta: EGC. Sudoyo, Arru. 2011. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: FKUI Taja. 2012. Harapan Baru bagi Penderita BBLR. Majalah Intisari. Jakarta: PT. Gramedia. JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015