FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

advertisement
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN GAGAL JANTUNG PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RSU KOTA TASIKMALAYA
Melisa Yutio1) Siti Novianti2)
Jl. Mayor Sl. Tobing Blk Hotel Borobudur Rt 07/Rw 01 Bantar Padayungan
Tasikmalaya
(e-mail : [email protected])1)
Program Studi Epidemiologi Dan Penyakit Tropik Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
(Jalan Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115)
ABSTRAK
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi fokus
perhatian. Dari pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2007
jumlah kasus penderita gagal jantung sebanyak 57.023 dengan Case Fatality Rate
13,42%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, riwayat
keluarga, hipertensi, kebiasaan merokok, status obesitas, dan kebiasaan olahraga dengan
kejadian gagal jantung di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kota Tasikmalaya.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel secara kuota sampling. Pengumpulan data melalui wawancara
langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Sampel adalah pasien
rawat jalan poliklinik penyakit dalam RSU Kota Tasikmalaya yang berjumlah 92 orang.
Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan gagal jantung
yaitu umur lebih dari 65 tahun (p=0,001; POR=8,146), riwayat keluarga gagal jantung
(p=0,029; POR=3,657), hipertensi (p=0,001; POR=4,725), kebiasaan merokok lebih
dari 11 batang per hari (p=0,006; POR I=6,187); kebiasaan merokok 1-10 batang per
hari (POR II=3,248), dan tidak memiliki kebiasaan olahraga secara teratur (p=0,022;
POR=3,920). Hasil dari penelitian menunjukkan faktor risiko yang tidak berhubungan
dengan gagal jantung yaitu jenis kelamin (p=1,000) dan status obesitas (p=0,333).
Disarankan pada penderita gagal jantung tetaplah melakukan kontrol serta
mengkonsumsi obat secara teratur. Pada orang yang lebih dari 65 tahun untuk menjalani
pola hidup yang sehat, kontrol hipertensi secara dini untuk mencegah penyakit lebih
lanjut seperti gagal jantung.
Kata Kunci
: Gagal Jantung, Faktor Risiko
1
Abstract
Risk Factors Relating With Heart Failure Incident
of Outpatient At Tasikmalaya Hospital
Heart failure is one of the cardiovascular diseases that have been deeply concerned in
medical preference. From reporting of Hospital Information System in Indonesia at
2007 the number of cases of heart failure patients is 57.023 with Case Fatality Rate
13,42%. This study aim to know the relation of age, gender, family history,
hypertension, smoking habit, obesity status, and athletic habit with the incidence of
heart failure at Tasikmalaya Hospital. This study is an analytic with cross sectional
approach. Sampling technique with quota sampling. Data collection through direct
interviews with the respondents by using questionnaire. Sample is outpatient
Tasikmalaya Hospital is 92 people. Result of study shows risk factor relating to heartfailure that age over 65 years (p=0,001; POR=8,146), heart failure family history
(p=0,029; POR=3,657), hypertension (p=0,001; POR=4,725), smoking habit more than
11 bars per day (p=0,006; POR I=6,187); smoking habit 1-10 bars per day (POR
II=3,248), and doesn't have athletic habit regularly (p=0,022; POR=3,920). Result of
study shows risk factor not relating to heart-failure that gender (p=1,000), obesity status
(p=0,333).
Suggested for patients with heart failure remains to control and taking medication
regularly. For people over 65 years to lead a healthy lifestyle, control of hypertension at
an early stage to prevent further diseases such as heart failure.
Keyword : Heart Failure, Risk Factors
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang utama, dimana prevalensi
gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan semakin meningkat. Setengah
dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih mempunyai harapan untuk hidup
selama 5 tahun namun sekitar 250.000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik
langsung maupun tidak langsung setiap tahunnya dan angka tersebut telah meningkat 6
kali dalam 40 tahun terakhir. Risiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap
tahunnya sebesar 5 – 10%, pada pasien dengan gejala ringan akan meningkat hingga 30
– 40% hingga berlanjutnya penyakit (Joesoef, 2007). Gagal jantung adalah keadaan
patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah
untuk metabolisme jaringan. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit
jantung dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung
2
Beberapa faktor risiko terhadap gagal jantung adalah kebiasaan merokok, kurang
aktivitas fisik, perubahan pola diet, kelebihan berat badan, hiperlipidemia, diabetes,
hipertensi, usia,jenis kelamin dan keturunan (Ethical Digest, 2005). Penyakit gagal
jantung meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari 1% pada usia kurang dari 50
tahun hingga 5% pada usia 50 - 70 tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit
gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani,
hampir 50% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 tahun. Sebanyak
50% penderita stadium akhir meninggal dalam kurun waktu satu tahun (Firmansyah,
2009).
Semakin meningkatnya angka kejadian gagal jantung sangat erat kaitannya
dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup dengan minimnya aktivitas fisik
ditambah dengan kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, merokok,
kelebihan berat badan (obesitas), serta hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya
gagal jantung. Hal lain yang meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung adalah umur,
jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Biasanya, risiko seseorang untuk menderita gagal
jantung tidak hanya tergantung pada satu faktor, biasanya berhubungan dengan dua atau
lebih faktor risiko.
Hasil survei awal yang dilakukan di Poli Dalam RSU Kota Tasikmalaya
diketahui proporsi kasus baru gagal jantung pada tahun 2011 yaitu 4,13%, sedangkan
pada tahun 2012 (bulan Januari sampai September) mengalami peningkatan yaitu
6,21%. Berdasarkan hal tersebut menjadi perhatian besar bagi peneliti untuk mengetahui
“Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gagal Jantung Pada Pasien Rawat
Jalan Di RSU Kota Tasikmalaya Pada Tahun 2012”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian
cross sectional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan Poli Dalam RSU Kota
Tasikmalaya. Sampel diambil secara quota sampling sebesar 92 orang. Kriteria Inklusif
adalah responden yang berobat di Poli Dalam RSU Kota Tasikmalaya dan bersedia
menjadi responden. Kriteria ekslusi adalah responden yang dalam keadaan sakit berat.
Prosedur penelitian dilakukan antara lain dengan cara 1) Pemeriksaan tekanan
darah responden menggunakan Sphygmomanometer (Alat pengukur tekanan darah)
oleh tenaga perawat, 2) Pemeriksaan tinggi badan responden menggunakan Microtoise
(Alat pengukur tinggi badan), 3) Pemeriksaan berat badan responden dengan
menggunakan Timbangan Berat Badan, 4) Wawancara dengan responden.
3
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan
responden serta pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah responden.
Analisis data hasil penelitian di uji dengan statistik chi square menggunakan program
SPSS.
PEMBAHASAN
Tabel 1.
Hubungan antara Faktor Risiko dengan Kejadian Gagal Jantung
di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kota Tasikmalaya Tahun 2012
No
Variabel
1.
Umur
2.
Jenis
Kelamin
Riwayat
Keluarga
Hipertensi
3.
4.
5.
6.
7.
Kebiasaan
Merokok
Status
Obesitas
Kebiasaan
Olahraga
- ≥ 65 Tahun
- < 65 Tahun
- Laki-laki
- Perempuan
- Ada
- Tidak Ada
- Ya
- Tidak
- Perokok Berat (lebih
dari 11 batang per hari)
- Perokok Ringan (1-10
batang per hari)
- Tidak merokok
- Obesitas
- Tidak Obesitas
- Tidak Teratur
- Teratur
Gagal Jantung
Positif
Negatif
23 (88,5%)
3 (11,5%)
32 (48,5%)
34 (51,5%)
23 (60,5%)
15 (39,5%)
32 (59,3%)
22 (40,7%)
20 (80,0%)
5 (20,0%)
35 (52,2%)
32 (47,8%)
35 (77,8%)
10 (22,2%)
20 (42,6%)
27 (57,4%)
16 (84,2%)
3 (15,8%)
Total
26 (100%)
66 (100%)
38 (100%)
54 (100%)
25 (100%)
67 (100%)
45 (100%)
47 (100%)
19 (100%)
14 (73,7%)
5 (26,3%)
19 (100%)
25 (46,3%)
3 (37,5%)
52 (61,9%)
49 (66,2%)
6 (33,3%)
29 (53,7%)
5 (62,5%)
32 (38,1%)
25 (33,8%)
12 (66,7%)
54 (100%)
8 (100%)
84 (100%)
74 (100%)
18 (100%)
p
POR
0,001
8,146
1,000
0,029
3,657
0,001
4,725
0,006
POR I :
6,187
POR II
: 3,248
0,333
0,022
3,920
Umur
Berdasarkan Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar terjadi pada
kelompok umur lebih dari 65 tahun sebesar 88,5%, sedangkan kelompok umur kurang
dari 65 tahun adalah 48,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara
umur dengan kejadian gagal jantung (p=0,001). Nilai OR sebesar 8,146 yang berarti
umur lebih dari 65 tahun memiliki risiko 8,146 kali mengalami gagal jantung daripada
yang kurang dari 65 tahun.
Pada penelitian ini distribusi angka kejadian gagal jantung banyak terjadi pada
kelompok umur lebih dari 65 tahun, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Gyse`le S. Bleumink, dkk (2004) yang mengemukakan bahwa insiden gagal jantung
paling besar pada umur 65-69 tahun.
Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kota Tasikmalaya
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gyse`le S. Bleumink dkk, dimana insiden
4
kejadian gagal jantung banyak dijumpai pada usia lebih dari 65 tahun. Hal ini sejalan
dengan teori yang mengatakan bahwa risiko terjadinya gagal jantung bertambah seiring
bertambahnya umur.
Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar terjadi pada
jenis kelamin laki-laki sebesar 60,5%, sedangkan perempuan yaitu 59,3%. Hasil analisis
bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian gagal jantung
(p=1,000).
Menurut Daniel Doddy Darmawan Wea dalam penelitiannya mengatakan tidak
terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan angka kejadian gagal jantung
(p=0,241), proporsi gagal jantung pada kategori ringan yaitu NYHA (New York Heart
Association) I dan NYHA II lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu 60,8%,
sedangkan proporsi gagal jantung pada kategori berat (NYHA III dan NYHA IV) justru
lebih banyak pada perempuan yaitu sebesar 77,8%.
Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kota Tasikmalaya
menunjukkan bahwa proporsi gagal jantung hampir sama antara laki-laki dan
perempuan, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis
kelamin dengan gagal jantung.
Jika dikaitkan dengan teori hal ini disebabkan karena perempuan juga memiliki
risiko terhadap gagal jantung jika sudah mengalami menopause yaitu rata-rata pada
umur lebih dari 50 tahun. Penyebab utama gagal jantung pada perempuan disebabkan
oleh hipertensi dan penyakit vaskula. Perempuan dengan gagal jantung, cenderung
memiliki kualitas hidup lebih rendah daripada pria, dalam hal ini dikaitkan dengan
aktivitas fisik (Hsich, 2009).
Riwayat Keluarga
Berdasarkan Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar terjadi pada
kelompok responden yang memiliki riwayat keluarga yaitu sebanyak 80,0%, sedangkan
kelompok responden yang tidak memiliki riwayat keluarga gagal jantung yaitu
sebanyak 52,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara riwayat
keluarga dengan kejadian gagal jantung (p=0,029). Nilai OR sebesar 3,657 yang berarti
5
riwayat keluarga yang memiliki gagal jantung berisiko 3,657 kali mengalami gagal
jantung daripada yang tidak ada riwayat keluarga gagal jantung.
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara atau
orang tua yang menderita penyakit jantung sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Komponen genetik dapat diduga pada
beberapa bentuk aterosklerosis yang nyata, atau yang cepat perkembangannya, seperti
pada gangguan lipid familial. Tetapi, riwayat keluarga dapat pula mencerminkan
komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stres
atau obesitas (Santoso M., Setiawan, 2005).
Hipertensi
Pada Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar terjadi pada hipertensi
yaitu 77,8%, sedangkan kelompok responden yang tidak menderita hipertensi yaitu
42,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara hipertensi dengan
kejadian gagal jantung (p=0,001). Nilai OR sebesar 4,725 yang berarti hipertensi
memiliki risiko 4,725 kali mengalami gagal jantung daripada yang tidak hipertensi.
Hal ini sejalan dengan studi dari penelitian Framingham yang mengemukakan
bahwa hipertensi adalah penyebab gagal jantung kongestif. Hipertensi meningkatkan
risiko gagal jantung dalam pola yang kontinu dan bertingkat sesuai dengan tingginya
tekanan darah. Pemaparan jangka lama sampai peningkatan moderat tekanan darah
seperti hipertensi akut memberi kontribusi pada insiden gagal jantung pada populasi.
Hipertensi merupakan faktor risiko termodifikasi nomor satu yang berhubungan dengan
berkurangnya fungsi sistolik ventrikel kiri. Berdasarkan data percobaan klinis
dibuktikan bahwa menurunnya tekanan arteri sistemik dapat menurunkan insiden gagal
jantung.
Kebiasaan Merokok
Pada Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar pada perokok berat
(lebih dari 11 batang per hari) yaitu 84,2%, bila dibandingkan dengan perokok ringan
(1-10 batang per hari) yaitu 73,7%, dan bukan perokok yaitu (46,3%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian gagal
jantung (p=0,006). Nilai OR I antara bukan perokok dengan perokok berat (lebih dari 11
batang per hari) sebesar 6,187 yang berarti seseorang yang memiliki kebiasaan merokok
6
lebih dari 11 batang per hari mempunyai risiko 6,187 kali mengalami gagal jantung
daripada yang tidak merokok. Nilai OR II antara perokok ringan (1 – 10 batang per hari)
sebesar 3,248 yang berarti seseorang yang memiliki kebiasaan merokok 1 - 10 batang
per hari mempunyai risiko 3,248 kali mengalami gagal jantung daripada yang tidak
merokok.
Pada studi SOLVD (Study of Left Ventricular Dysfunction) didapatkan adanya
peningkatan mortalitas 1,4 kali lebih besar dibanding non perokok. Tetapi tidak ada
perbedaan bermakna angka mortalitas akibat gagal jantung antara perokok dengan nonperokok (Lightwood James, dkk).
Status Obesitas
Pada Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar pada responden yang
tidak obesitas yaitu 61,9%, dan responden yang mengalami obesitas yaitu 37,5%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status obesitas
dengan kejadian gagal jantung (p=0,333).
Salah satu studi yang mempelajari hubungan obesitas dengan prognosis pada
pasien gagal jantung dilakukan oleh Gustafsson F et al yang menganalisis terhadap 4700
pasien gagal jantung menunjukkan bahwa pasien yang tidak menderita obesitas
memiliki tingkat mortalitas yang lebih rendah (p = 0.77) dibandingkan dengan pasien
yang menderita obesitas.
Pada penelitian ini hasil dari pengujian statistik bivariat hubungan antara status
obesitas dengan kejadian gagal jantung menggunakan Chi-Square diperoleh nilai p
sebesar 0,333 dimana hasil tersebut lebih besar dari α 0,05 yang artinya tidak ada
hubungan bermakna antara status obesitas dengan kejadian gagal jantung.
Hal ini mungkin disebabkan selain dari faktor jenis kelamin masih banyak
faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi angka kejadian gagal jantung seperti umur,
riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit
jantung hipertensi, gagal ginjal kronik, merokok, DM, dan kurang olahraga (Ethical
Digest, 2005).
Kebiasaan Olahraga
Pada Tabel 1 Proporsi kejadian gagal jantung paling besar pada responden yang
tidak memiliki kebiasaan olahraga secara teratur yaitu 66,2%, sedangkan responden
yang memiliki kebiasaan olahraga secara teratur yaitu 33,3%. Hasil analisis bivariat
7
menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian gagal jantung
(p=0,022). Nilai OR sebesar 3,920 yang berarti seseorang yang tidak memiliki
kebiasaan olahraga secara teratur memiliki risiko 3,920 kali mengalami gagal jantung
daripada yang memiliki kebiasaan olahraga teratur.
Dari studi epidemiologi secara eksperimen yang dilakukan oleh Effendi (2004)
membuktikan bahwa dengan melakukan latihan yang meningkatkan kesegaran jasmani
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang signifikan. Selain itu olahraga
ditujukan untuk menurunkan berat badan bagi yang obesitas, mengendalikan stres,
meningkatkan kesegaran tubuh dan memperlancar sirkulasi darah. Olahraga secara
teratur dapat menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah.
KESIMPULAN
Proporsi gagal jantung paling besar pada umur lebih dari 65 tahun, memiliki
riwayat keluarga, menderita hipertensi, kebiasaan merokok berat (lebih dari 11 batang
per hari), tidak obesitas, tidak memiliki kebiasaan olahraga secara teratur. Sedangkan
proporsi antara laki-laki dan perempuan hampir sama.
Hasil dari penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan gagal
jantung yaitu umur (lebih dari 65 tahun), riwayat keluarga (riwayat keluarga gagal
jantung), hipertensi, kebiasaan merokok (lebih dari 11 batang per hari), dan olahraga
(tidak memiliki kebiasaan olahraga secara teratur).
Hasil dari penelitian menunjukkan faktor risiko yang tidak berhubungan dengan
gagal jantung yaitu jenis kelamin (p=1,000) dan status obesitas (p=0,333).
SARAN
Bagi Masyarakat : a) Pada orang yang lebih berisiko seperti umur lebih dari 65
tahun diharapkan untuk menjaga kondisi kesehatan baik dari kebiasaan makan, olahraga
dan pola hidup yang sehat. b) Kontrol hipertensi secara dini, untuk mengenali tandatanda hipertensi dan segera melakukan pengobatan, diharapkan tekanan darahnya dapat
terkontrol dan risiko terkena penyakit seperti gagal jantung dapat dicegah. c) Jika
menderita gagal jantung tetaplah melakukan kontrol, mengonsumsi obat secara teratur
dan terus-menerus serta menerapkan pola hidup sehat, untuk mencegah gagal jantung.
Bagi RSU Kota Tasikmalaya : a) Membuka poliklinik khusus jantung,
mengingat pasien kardiovaskular semakin meningkat. b) Lengkapi sistem pencatatan
8
direkam medik, diantaranya riwayat penyakit pasien karena variabel tersebut penting
untuk melakukan pencegahan. c) Memberikan informasi kepada penderita jantung yang
pulang berobat jalan agar melakukan pemeriksaan rutin, serta menerapkan pola hidup
sehat untuk mencegah kambuhnya gagal jantung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doddy, Daniel Darmawan W. 2011. Hubungan Umur, Jenis Kelamin Dan Riwayat
Hipertensi Dengan Angka Kejadian Gagal Jantung Kongestif Di Poli Jantung Rspad Gatot
Soebroto Periode 1juli 2010- 31 Desember 2010. Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Jakarta.
3. Efendi, S, 2004, Strategi Penanggulangan Hipertensi Esensial Melalui pendekatan Faktor
Resiko Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Program Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, 2004.
4. Firmansyah, David. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gagal Jantung di Ruang Sakura
RSUD Sragen. Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 1-2.
5. Gustafsson F, Kragelund CB, Torp- Pedrson C, Seibaek M, Burchardt H, Akkan D et al.
effect ofobesity and being overweight on long term mortality in congestive heart failure:
influence ofleft ventricular systolic function. European Heart Journal 2005; 26:58- 64.
6. Gyse`le S. Bleumink, dkk. (2004). Quantifying the heart failure epidemic: prevalence,
incidence rate, lifetime risk and prognosis of heart failure. Erasmus Medical Centre,
Rotterdam.
7. Joesoef, Andang, dr, SpJP. 2007. Gagal Jantung. PJNHK. Ethical Digest, No.29, Th IV.
8. Santoso M., Setiawan T. 2005. Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Ukrida,
Jakarta.
9. Hsich, (2009). Perbedaan Kelamin Pengaruhi Penyakit Gagal Jantung. Majalah
‘FARMACIA. Edisi Sept 2009.
9
Download