AMPLIFIKASI DAN SEKUENSING GEN ESAT-6 DARI Mycobacterium tuberculosis SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN TUBERKULOSIS Oleh : Rosana Agus*, Agnes Kwenang**, Ernawati G.Rachman*** dan Debbie S.R**** * Biologi FMIPA UNHAS ** FK UNHAS *** Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB **** Sekolah Farmasi ITB ABSTRAK Sampai saat ini, vaksin BCG untuk mencegah tuberkulosis tidak berhasil, karena tetap tingginya penderita tuberkulosis di dunia. Demikian pula di Indonesia, walaupun hampir semua penduduk Indonesia telah divaksinasi dengan BCG, namun jumlah penderita tuberkulosis selalu meningkat dan menjadikan Indonesia pada peringkat ketiga tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Oleh karena itu, diperlukan pengganti vaksin BCG yang efektif sehingga pemberantasan tuberkulosis dapat dilakukan. Salah satu antigen yang banyak diteliti sebagai kandidat vaksin tuberkulosis adalah early secreted antigen target yang berbobot molekul 6 kDa (ESAT-6). Protein ini disekresikan oleh M. tuberculosis pada fase awal dari pertumbuhannya, dan telah dibuktikan dapat menginduksi produksi interferon gamma (INF) oleh sel T CD8. INF ini dapat mengaktivasi makrofag yang terinfeksi M. tuberculosis untuk membunuh bakteri tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamplifikasi gen ESAT-6 M.tuberculosis dan mengurutkan urutan nukleotidanya dengan sekuensing. Tahapan penelitian yang digunakan adalah pengumpulan sampel dari beberapa daerah di Indonesia, mengisolasi DNA genom M. tuberculosis dengan metode Boom, merancang primer ESAT-6, mengamplifikasi dengan PCR dan analisis data sekuensing dilakukan dengan BLAST. Hasil penelitian diperoleh gen pengkode ESAT-6 M. tuberculosis dengan ukuran 285 bp dan dari analis sekuensing menunjukkan bahwa urutan nukleotida dan urutan asam amino yang dideduksi memiliki tingkat konservasi yang tinggi, yaitu 95 – 100%.. Kata kunci : ESAT-6, Mycobacterium .tuberculosis, kandidat vaksin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan, karena berada di antara sepuluh penyebab tertinggi kematian di dunia. Sekitar sepertiga dari populasi dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Setiap tahun, sekitar 8 juta orang yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit aktif dan 2 juta diantaranya meninggal karena tuberkulosis. Sekitar 10% dari kasus infeksi Mycobacterium tuberculosis di dunia ditemukan di Indonesia, dan menempatkan Indonesia di posisii ketiga setelah India dan Cina. Indonesia berlokasi di daerah yang merupakan kondisi terbaik bagi perkembangan Hal lain adalah meningkatnya jumlah penderita HIV dan adanya resistensi multidrug M. tuberculosis menyebabkan penderita tuberkulosis semakin bertambah. Oleh karenanya, vaksin yang efektif dan terjangkau serta metoda diagnostik yang tepat diperlukan untuk mengatasi situasi ini. Sejauh ini vaksin yang telah digunakan secara luas untuk imunisasi tuberculosis adalah vaksin BCG (von Reyn, et.al, 2002). Vaksin ini terdiri dari sel hidup Mycobacterium bovis galur BCG (Bacille Calmette- Guerin) yang telah dilemahkan. Namun saat ini telah diketahui bahwa vaksin BCG tidak efektif. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengembangkan vaksin baru ( von Reyn, et.al, 2002, Mustafa Abu & Al Attiyah, 2003) yang difokuskan pada identifikasi antigen Mycobacterium tuberculosis sebagai vaksin sub unit potensial. Ruang lingkup penelitian ini adalah mencari antigen yang menginduksi respons selular dan humoral yang terdapat pada M. tuberculosis tetapi tidak terdapat pada M. bovis galur BGG. Antigen yang dipilih dalam penelitian ini adalah ESAT-6 M . tuberculosis yang diperoleh dari isolat klinis yang telah dikoleksi sebelumnya. ESAT-6 (early secretory antigenic target)) dikode oleh gen Rv3874. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan hibridisasi Southern, diketahui bahwa gen pengkode ESAT-6 terdapat pada M. tuberculosis, M. africanum, M. marinum, M. leprae, M. bovis, M. gastri, M. kansasii tetapi tidak ditemukan pada M. bovis galur BCG (Colangeli, R.et al., 2000 dan Geluk, A. et.al., 2004). Protein ini telah banyak digunakan sebagai antigen dalam uji pengenalan sistem imunitas. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ESAT-6 merupakan antigen sel B yang kuat. ESAT-6 juga telah diketahui mengenali sera dari semua hewan terinfeksi (Daugelat, S. et.al., 2003; Mustafa et al., 2002). Ketika diujikan ke serum penderita dan subjek kontrol (penderita yang terinfeksi oleh Mycobacterium lain selain M. tuberculosis dan orang sehat), diketahui bahwa 25% penderita tuberkulosis membentuk antibodi, namun tidak ada antibodi terhadap ESAT-6 untuk subjek kontrol. II. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengamplifikasi dan mengurutkan urutan nukleotida gen pengkode ESAT-6 Mycobacterium tuberculosis sebagai kandidat vaksin tuberkulosis III. METODE PENELITIAN III.1 Bahan dan alat yang digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium Lowenstein Jensen, M. tuberculosis, bufer L6, bufer L2, celite, etanol 70%, aceton, bufer TE, bufer PCR, dNTP, Taq polimerase, agarosa, DNA ladder, primer ESAT-6, kit GFX. Sedang alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung eppendorf, vortex, microcentrifuge, mesin PCR, kolom GFX, collect tube III.2 Prosedur Kerja a. Pengambilan sampel Sampel penderita TB berupa sputum diperoleh dari Makassar, Jakarta, Surabaya, Jogyakarta dan Semarang. Sputum tersebut kemudian didekontaminasi dan ditumbuhkan dalam medium Lowenstein Jensen. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Zn untuk menguji keberadaan M. tuberculosis. b. Isolasi DNA kromosom Isolasi DNA kromosom dilakukan menggunakan metode Boom dengan celite yang akan mengikat DNA. Ke dalam sampel ditambahkan buffer lisis L6, dan suspensi Celite. Pencucian dilakukan dengan menambahkan buffer L2, kemudian etanol 70% dan aseton. Terakhir DNA dilarutkan dalam buffer TE. c. Perancangan dan sintesis primer untuk amplifikasi orf ESAT-6 Mycobacterium tuberculosis Perancangan primer dilakukan dengan bantuan program komputer DNA star berdasarkan urutan nukleotida gen pengkode ESAT-6 Mycobacterium tuberculosis (No akses : AF420491) yang terdapat pada bank data di National Centre for Biotechnology Information (NCBI, Bethesda, MS, USA). d. Amplifikasi orf ESAT-6 Mycobacterium tuberculosis menggunakan PCR Amplifikasi orf ESAT-6 dari Mycobacterium tuberculosis dilakukan dengan menggunakan PCR. Templat yang digunakan adalah hasil isolasi DNA kromosom Mycobacterium tuberculosis isolat Makassar yang telah diperoleh sebelumnya dengan primer yang telah dirancang. Produk PCR yang diharapkan berukuran 285 bp, dan akan dikarakterisasi dengan elektroforesis gel agarosa e. Pemurnian DNA Produk PCR sebelum disekuensing terlebih dahulu dimurnikan dengan menggunakan kolom GFX, dengan tujuan menghilangkan kemungkinan adanya kontaminan pada saat amplifikasi f. Sekuensing DNA ESAT-6 Produk PCR disekuensing dua arah menggunakan primer yang sama pada saat amplifikasi, dan untuk menguji kebenarannya dilakukan dengan membandingkan dengan sekuens ESAT-6 yang diakses dari NCBI (dengan BLAST) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengambilan Sampel Sampel penderita TB berupa sputum yang diperoleh dari beberapa kota di Indonesia, dan setelah pewarnaan Zn diperoleh sampel adalah positif Mycobacterium tuberculosis seperti pada gambar 1. Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis setelah pewarnaan Zn (warna merah) IV.2 Isolasi DNA kromosom Mycobacterium tuberculosis Isolasi DNA kromosom dilakukan dengan metode Boom, dan DNA akan terikat oleh celite, sehingga DNA kromosom yang diperoleh lebih murni. IV.3 Amplifikasi orf ESAT-6 M.tuberculosis menggunakan PCR Dari gambar 2 terlihat bahwa produk PCR yang diperoleh hanya satu pita dengan ukuran 285 bp. Hal ini terlihat pada kolom 1 dan terakhir dari gel agarosa adalah marka DNA ladder 100 bp. Produk PCR ini selanjutnya dimurnikan dengan kit GFX sebelum dilakukan sekuensing. Gambar 2. Produk PCR dari ESAT-6 berukuran 285 bp IV.4 Sekuensing DNA Hasil sekuensing menunjukkan bahwa gen ESAT-6 yang diperoleh memiliki tingkat homologi 95-100%, seperti dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis sekuensing dan analisis kemiripan ESAT-6 dari beberapa daerah ` Kode Sampel Daerah asal Homologi dengan H37Rv JK1, JK2, JK3, JK4 Sm1, Sm2, Sm3, Sm4 Sb1, Sb2, Sb3, Sb4 Jg1, Jg2, Jg3, Jg4 Mk1, Mk2, Mk3, Mk4 Jakarta Semarang Surabaya Jogyakarta Makassar 95 – 100% 96 – 100% 97 – 98% 97 – 98% 97-100% Dari tabel terlihat bahwa gen ESAT-6 M.tuberculosis dari beberapa daerah memiliki homologi yang tinggi yaitu antara 95-100%. Hal ini berarti bahwa gen tersebut sangat dikonservasi, sehingga dapat digunakan sebagai antigen vaksin tuberkulosis. Hasil sekuensing, urutan nukleotida dan analisis dengan BLAST dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3. Hasil sekuensing Isolat Jakarta 1 Dari hasil sekuensing tersebut dapat dilihat urutan nukleotida dari isolat Jakarta 1 adalah sebagai berikut : TTCTGGGGATGAGGCGCGGCAGCGCATCCAGGGAAATGTCACGTCCATTC ATTCCCTCCTTGACGAGGGGAAGCAGTCCCTGACCAAGCTCGCAGCGGCC TGGGGCGGTAGCGGTTCGGAGGCGTACCAGGGTGTCCAGCAAAAATGGG ACGCCACGGCTACCGAGCTGAACAACGCGCTGCAGAACCTGGCGCGGAC GATCAGCGAAGCCGGTCAGGCAATGGCTTCGACCGAAGGCAACGTCACTG GGATGTTCGCATAGCTCGAGAA Gambar 4. Urutan nukleotida isolat Jakarta 1 Selanjutnya dilakukan analisis BLAST seperti pada gambar berikut : Gambar 5. Hasil BLAST dari Isolat Jakarta 1 Dari gambar terlihat bahwa isolat Jakarta memiliki homologi 97 %. Hal ini berarti bahwa gen tersebut sangat dikonservasi. V. KESIMPULAN Gen pengkode ESAT-6 Mycobacterium tuberculosis telah berhasil diamplifikasi dengan PCR dengan ukuran 285 bp. Data sekuensing menunjukkan adanya tingkat homologi yang tinggi yaitu 95-100%. Hal ini berarti bahwa gen ESAT-6 sangat dikonservasi, sehingga dapat digunakan sebagai antigen vaksin tuberkulosis. Ucapan Terima Kasih Ppeneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Lembaga Biologi Molekular Eijkman dan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan yang telah mendanai penelitian ini melalui Risbin Iptekdok 2006=2007. DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Attiyah, R., A. Mustafa, A.T. Abal, N.M, Madi and P. Andersen 2003, Restoration of mycobacterial antigen-induced proliferation and interferon-gamma responses in peripheral blood mononuclear cells of tuberculosis patients upon effective chemotherapy, FEMS Immunol Med Microbiol 38 : 249 - 256 2. Colangeli, R., J.S Spencer, P. Bifani, A. Williams, K. Lyashchenko, M.A. Keen, P.j. Hill, J. Belisle, M.L. Gennaro, 2000. MTSA-10, the product of the Rv3874 gene of Mycobacterium tuberculosis, elicit tuberculosis-spesific, Delayed-Type Hypersensitivity in Guinea Pigs, Infect Immun, 2000 Feb, 68 (2) : 990-993 3. Daugelat, S.J. Kowell, J.Mattow, D. Bumann, R. Winter, R.Hurwitz and S.H Kaufmann, 2003. The RD1 proteins orf Mycobacterium tuberculosis; expression in Mycobacterium smegmatis and biochemicals characterization microbes Infect Immun 5; 1082-1095 4. Geluk, A., K.E. van Meijgaarden, K.L. Franken, B. wieles, S.M. arend, W.R. Faber, B. Naafs, T.H. Ottenhoff, 1997, Immunological crossreactivity of the Mycobacterium leprae CFP-10 with its homologue in Mycobacterium tuberculosis, lize the Coiled-Coil Conformation, Biochemistry, 30, 8107-8113 5. Mustafa Abu., S and R. Al-Attiyah, 2003. Tuberculosis : looking beyond BCG vaccines, J. Postgrad Med 49 : 134 – 140 6. Mustafa, A.S, P.J Cockle, F. Shaban, R.G. Hewinson, H.M Vordermeier, 2002, Immunogenicity of Mycobacterium tuberculosis RD1 region gene products in infected cattle, Clin. Exp Immunol, Oct, 130 (1) : 37 – 42 7. von Reyn, C,F., and J.M.Vuola.2002. New vaccines for thye prevention of tuberculosis. Clin Infect Dis 35:465-474.