BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009) pengertian dari manajemen pemasaran adalah “seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. American Marketing Association dalam Kotler (2008) “Manajemen Pemasaran adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk tujuan perumusan tujuan pemasaran, kebijakan pemasaran, program pemasaran dan strategi pemasaran, yang ditujukan untuk menciptakan pertukaran yang dapat memenuhi tujuan individu maupun organisasi”. Pengertian manajemen pemasaran menurut Lupiyo Adi (2006) dikatakan bahwa “Manajemen pemasaran adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama”. Definisi ini menjelaskan bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, 11 perencanaan, pelaksanaan dan 12 pengawasan barang dan jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran serta merupakan gabungan atau bauran strategi, yang pencakup proses, kreasi, hubungan, komunikasi, dan menciptakan nilai yang di tujukan kepada konsumen untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan mereka dan bisa mendatangkan keuntungan bagi sebuah perusahaan yang menjalankan manajemen pemasaran tersebut. 2. Pengertian Wisata Syariah Menurut Bachtiar (2013), “dalam praktik keseharian masyarakat, wisata berarti rekreasi, berwisata, berarti rekreasi aktif atau suatu aktivitas mengunjungi tempat tertentu, untuk tujuan mencapai kebahagiaan”. Ada pula istilah wisata atau rekreasi, yang bukan sekedar demi kepentingan kebahagiaan subyek yang berwisata, tetapi juga memberikan untung bagi banyak pihak penyelenggaranya. Tujuan kebahagiaan ini, lebih mengarah kepada kondisi psikologis manusia yang lebih tenang, tentram, damai dan sentosa. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan bahwa, Wisata Syariah didefinisikan “sebagai kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah”. Pariwisata syariah memiliki karakteristik produk dan jasa yang universal, keberadaannya dapat dimanfaatkan oleh banyak orang. 13 Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama dengan produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata pada umumnya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan etika syariah. Jadi, tidak terbatas hanya pada wisata religi. Sehingga ada beda pengertian antara wisata syariah dengan wisata religi. (travel.okezone.com, 2014). Dari definisi diatas dapat disimpulkam bahwa pariwisata syariah dapat berarti berwisata ke destinasi maupun atraksi pariwisata yang yang memiliki nilai-nilai Islami dan juga yang memiliki makanan halal, tempat penginapan yang syariah, sarana ibadah tersedia, bersih, nyaman, dan lainnya. 3. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2009), “perilaku konsumen adalah sebagai salah satu proses mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan hasrat mereka”. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip oleh Setiadi (2008), “perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis atara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka”. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2014), “perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, 14 membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan memuaskan kebutuhan mereka.”. Perilaku konsumen tidak hanya mengamati kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan mudah saja yang merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan, melainkan hendaknya juga menyangkut pada kegiatan-kegiatan yang sulit dan tidak dapat diamati yang selalu menyertai konsumen. Jadi analisa perilaku konsumen harus menganalisa kegiatankegiatan yang jelas terlihat dari proses-proses yang sulit diamati dan berarti selain mempelajari apa yang dibeli konsumen juga mempelajari dimana konsumen membeli, bagaimana cara membelinya, serta dalam kondisi yang bagaimana barang atau jasa tersebut di beli. 4. Islam Sebagai Panduan Perilaku Menurut Shafie dan Othman (2008), Pada umumnya agama mengatur tentang apa-apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi. Dalam ajaran islam, Alqur’an dan Hadist yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim telah memberikan banyak motivasi kepada umatnya, baik dalam urusan dunia maupun ibadah. dalam urusan dunia juga diatur dalam hal mengkonsumsi suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya. 15 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada diluar diri manusia (eksternal) dan faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia (internal). Faktor eksternal yang utama adalah faktor kebudayaan dan sosial sedangkan faktor-faktor internal yang utama adalah faktor pribadi dan psikologis. Menurut Setiadi (2008) “perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor sosial, faktor individu dan faktor psikologis”. 6. Pengertian Budaya dan Sub Budaya 6.1 Pengertian Budaya Menurut Supranto (2007) “ budaya (culture) ialah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat”. Menurut Hawskin dalam Suryani (2008) “budaya diartikan sebagai komplek yang menyeluruh yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, kebiasaan dan kapabilitas lainnya serta kebiasaan-kebiasaan yang dikuasai oleh individu sebagai anggota msayarakat”. Mowen dan Minor dalam Suryani (2008) “kebudayaan didefinisikan sebagai perangkat pola perilaku yang diperoleh secara sosial dan di ekspresikan melalui simbol-simbol melalui bahasa dan cara-cara 16 lain kepada anggota masyarakat”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan symbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. 6.2 Unsur-unsur Budaya Unsur-unsur budaya menurut Sumarwa (2014) yaitu : a. Nilai (value) Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Nilai bias berarti sebuah kepercayaan tentang seuatu hal, namun nilai bukan hanya kepercayaan, nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya. b. Norma (Norms) Norma lebih spesifik dari nilai, norma akan mengarahkan perilaku seseorang yang diterima maupun yang tidak diterima. Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh atau yang tidak boleh. Norma terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah norma (enacted norm) yang disepakati oleh aturan pemerintah, kenegaraan biasanya berbentuk peraturan dan perundang-undangan. Norma yang kedua adalah norma creasive norm, yaitu norma yang ada 17 dalam budaya dan bias dipahami dan dihayati jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang sama. c. Kebiasaan (Customs) Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun. d. Larangan (Mores) Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya berbrntuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat. e. Konvensi (conventions) Konvensi menggambarkan norma dalam bentuk sehari-hari. Konvensi menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, f. Mitos Mitos menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai atau idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit dibuktikan kebudayaanya. 18 g. Simbol Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, dan konsep) yang memiliki arti penting. 6.3 Dimensi Budaya Budaya memiliki lima dimensi yang diekspresikan dalam perilaku komunitasnya (Cateora dan Graham dalam Prasetijo dan Ihalauw 2005). a. Dimensi materialistik. Dimensi ini menentukan materi atau peralatan (teknologi) yang dibutuhkan seseorang untuk mengupayakan kehidupan (ekonomi). Banyak peninggalan dari zaman dahulu yang ditemukan dan digunakan untuk membuat asumsi tentang budaya masyarakat yang bersangkutan. b. Dimensi institusi sosial. Termasuk bagaimana keluarga, pendidikan, media dan struktur politik diadakan dan dioperasikan. Adanya keguyuban dalam keluarga, adanya kelas sosial dan bagaimana orang menjadi konsumen yang baik, kesemuanya merupakan dimensi institusi sosial dari budayanya. c. Dimensi hubungan antara manusia dengan alam semesta.Termasuk sistem keyakinan, agama dan nilai-nilai. d. Dimensi estetika. Termasuk kesenian tulis dan bentuk (ukir, pahat), kesenian rakyat, musik, drama dan tari. Bila diperhatikan, pengiklan sangat kreatif dalam memanipulasi 19 dimensi budaya estetika. Latar belakang gambar, screen play, musik latar, jingle dan sebagainya dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan persepsi tertentu di benak konsumen. e. Dimensi bahasa. Termasuk bahasa verbal dan non verbal, merupakan sarana paling efektif dalam komunikasi pemasaran. Dialek, intonasi, simbol, bahasa tubuh dan lain sebagainya. 6.4 Pengertian Sub Budaya Menurut Supranto (2007) “ sub budaya atau sub kultur pada dasarnya sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang samasama memiliki makna budaya yang sama untuk respon afektif dan kognitif (reaksi emosional, kepercayaan, nilai, pencapaian tujuan), perilaku (kebiasaan, tradisi, sikap, dan norma perilaku) dan faktor lingkungannya (kondisi tempat tinggal, lokasi geografis, objek yang penting)”. Menurut Kotler (2009) “ subbudaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi, termasuk juga agama, kelompok ras, dan wilayah geografi”. “sub budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil lainnya yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut, perbedaan kelompok tersebut berdasarkan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi” Sumarwan (2014). 20 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sub budaya, pemasar mencari untuk mengidentifikasi karakteristik yang tipikal, makna, dan kecendrungan yang didukung oleh penduduk yang membentuk budaya. Konsep sub budaya sangat terkait dengan demografi. 6.5 Dimensi Sub Budaya Dimensi Sub Budaya menurut Sumarwan (2014) : a. Sub Budaya Kebangsaan atau Etnik Jika menyangkut dalam perilaku konsumen kebanggan pada leluhur ini tewujud dengan kuat sekali dalam konsumsi makanan etnis, pembelian berbagai barang seperti : pakaian, etnis, music dan lain sebagainya. b. Sub Budaya Agama Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh kepercayaan agamanya, sehingga beberapa produsen/perusahaa mengasosiasikan produk mereka dengan simbol-simbol dan perayaan suatu agama. Selain itu agama juga banyak menentukan proses pengambilan keputusan pembelian dalam keluarga. c. Sub Budaya Geografis dan Regional Seseorang yang di negara bagian berbeda, biasanya akan di identifikasi dengan ciri-ciri fisik dan perilaku tertentu. Dan di setiap negara bagian berbeda, memiliki cita rasa dan kegemaran yang berbeda terhadap suatu benda, misalnya selera makanan, pakaian, dan lain sebagainya, sehingga 21 marketer bisa dengan mudah menembak kelompok masyarakat dengan produk mereka yang spesifik. d. Sub Budaya Ras Ras yang banyak dijumpai di Amerika, terdiri dari white, black, Asian, dan American Indian. Masing-masing ras memiliki gaya hidup dan gaya konsumsi yang berbeda, seperti black, (12% di Amerika) mulai muncul masyarakat kulit hitam dengan kelas ekonomi menengah keatas yang jumlahnya semakin meningkat. Masyarakat kulit hitam kelas menengah biasanya memiliki perilaku yang hampir sama dengan masyarakat kulit putih kelas menengah. Akan tetapi, konsumsi merek mereka berbeda, terutama masyarakat kulit hitam kelas bawah yang pendidikan rendah. Maka dari itu, beberapa produk diiklankan di media-media yang khusus untuk masyarakat kulit hitam. Asian-Americans, termasuk masyarakat yang tumbuh paling pesat di Amerika, dari segi jumlah dan ekonomi, maka mereka merupakan sasaran empuk pemasar di Amerika. e. Sub Budaya Umur Di bagi menjadi dua kategori yaitu Babyboomers, dan Elderly. Babyboomers atau Yuppies/Young Upwardly Mobile Professionals berusia 25-45 tahun, konsumsinya sangat tinggi, mereka banyak membeli untuk keperluan pribadi. Kelompok ini dibagi menjadi dua kategori lagi, yaitu young babyboomers (25-29 tahun), yang biasanya masih tinggal dengan orang tua dan older babyboomers (30-45 tahun), yang biasanya sudah 22 menikah dan hidup mandiri. Yuppies sejauh ini adalah yang paling dicari dalam subgrup baby bloomers. Meskipun hanya 5% dari populasi, namun mereka memiliki penghasilan yang baik, berpendidikan tinggi, dan berada dalam jenjang karir yang menjanjikan. Kalau membahas pada pembelanjaan mereka, maka mereka suka berbelanja produk dari brandbrand ternama. f. Sub Budaya Gender Masyarakat telah menentukan peran dan ciri tertentu bagi laki-laki dan perempuan. Meskipun belakangan peran dan ciri tersebut tidak lagi diasosiasikan secara kuat pada masing-masing gender, namun banyak iklan masih terpengaruh oleh peran yang berhubungan dengan identitas seksual dan selera konsumen masih dipengaruhi oleh faktor-faktor peran gendernya. Dalam masyarakat, masih sering dijumpai produk yang diasosiasikan dengan gender tertentu. Meskipun produk male only atau female only telah kabur, namun laki-laki dan perempuan masih sering mengasosiasikan produk dengan gender. Karena itu, marketer bukan hanya mempertimbangan jenis kelamin target market, melainkan juga persepsi jenis kelamin tersebut dalam iklan-iklan mereka 7. Pengertian Kelas Sosial Menurut Sumarwan (2014) “kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda, 23 dimana kelas sosial mempengaruhi jenis produk, jenis data, dan merek yang dikonsumsi”. Menurut Suryani (2008) “pembagian anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai kesamaan”. Menurut Supranto dan Nandan (2007) “ merujuk pada suatu hierarki status nasional dengan mana kelompok dan individu-individu dibedakan dalam penghargaan dan prestise". Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda, kelas sosial mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. Masyarakat yang berada dalam kelas sosial yang berbeda cenderung mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda, sebaliknya mereka yang berada dalam kelas sosial yang sama cenderung mempunyai persamaan sikap dan perilaku. 7.1. Dimensi kelas sosial a. Status Pekerjaan Status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang. Status sosial seseorang akan ditentukan oleh keluarga dimana ia tinggal. Pekerjaan yang dilakukan orang tua akan mementukan kelas sosial. 24 b. Pendapatan dan Pemilikan Harta Benda Pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang selanjutnya akan memepengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan yang tinggi biasanya di ikuti oleh pemilikan harta benda. c. Prestise Individu, Asosiasi, dan Sosialisasi Kelas sosial akan ditentukan oleh penghargaan yang diberikan orang lain kepada seseorang. Seseorang dikatakan memiliki prestise pribadi jika dihormati oleh orang lain dan orang-orang sekelilingnya. Kelas sosial seseorang dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi dengan siapa ia berkomunikasi dan bergaul dalam kehidupan sehari-hari ini yang disebut asosiasi. Sosialisasi adalah sebuah proses dimana seseorang belajar berbagai keterampilan, membentuk sikap dan kebiasaan dalam menjalani kehidupan masyarakat. d. Kekuasaan, Kesadaran Kelas, dan Mobilitas Kesadaran kelas adalah kesadaran seseorang terhadap kelas sosial dimana ia berada bahwa mereka berada dalam suatu kelompok yang berbeda dengan orang lain. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain, mereka adalah termasuk dalam kelas sosial atas. Mobilitas adalah perubahan seseorang dari satu kelas sosial ke kelas soisal lain. 25 8. Pengertian Kelompok Referensi Menurut Sumarwan (2014) “ seorang individu atau sekelompok orang yaitu yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebgaai dasar untuk perbandingan atau referensi dalam membentuk respon”. Menurut Solomon dalam Setiadi (2008) “kelompok referensi adalah individu atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada seseorang dalam hal mengevaluasi,memberikan aspirasi, atau dalam berperilaku”. Schiffman dan Kanuk (2007)” Kelompok rujukan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan (atau rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku”. Berdasarkan definisi di atas kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalm membuat keputusan dan konsumsi. 8.1 Pengaruh-pengaruh Kelompok Referensi Konsep yang dikembangkan oleh Park dan Lessig dalam Rizka (2014) yang menjelaskan tiga jenis pengaruh reference group; (1) pengaruh utilitarian; (2) pengaruh nilai-ekspresif; dan (3) pengaruh informasi. 26 a. Pengaruh Utilitarian (Normatif) Pengaruh utilitarian pada perilaku konsumen, afeksi serta kognisi, muncul ketika reference group memiliki kontrol atas imbalan atau hukuman yang penting. Pengaruh reference group dapat diekspresikan melalui tekanan untuk tunduk pada norma kelompok. Tekanan konformitas menjadi potensial bila ada motivasi signifikan untuk mempertahankan identitas kelompok melalui kepatuhan dan motivasi dari ancaman hukuman kelompok. b. Pengaruh Nilai Ekspresif Pengaruh nilai-ekspresif yaitu situasi dimana kebutuhan akan hubungan psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan penerimaan norma, nilai, atau perilaku kelompok tersebut dan respon penyesuaian diri terhadap kelompok terkait. c. Pengaruh Informasi Fungsi pengaruh informasi membantu konsumen untuk saling memberikan,masukan mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk sebelum konsumen lain mengkonsumsinya atau membeli. 27 8.2 Dimensi Kelompok Refrensi Kelompok Referensi datang dalam beberapa bentuk yang berbeda yaitu : (Paulus,2011) : a. Kelompok referensi inspirasional, mengacu pada orang-orang yang ingin dibandingkan dengan dirinya b. Kelompok referensi asosiatif, termasuk orang-orang yang secara realitis menghadirkan kesamaan atau mendekati kesamaan yang sekarang, misalnya teman kerja, tetangga, atau anggota gereja, klub, dan organisasi. c. Kelompok referensi disosiatif, termasuk orang-orang yang tidak ingin diharapkan individu. 9. Pengertian Keluarga Menurut Sumarwan (2014) “keluarga adalah lingkungan dimana sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga lainny, keluarga adalah lingkungan mikro yang menarik untuk dipelajari yang kaitannya dengan keputusan pembelian produk dan jasa”. Menurut Kotler (2009) “Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, salah satu contoh yang paling dominan adalah keterlibatan suami-istri dalam proses pembelian”. Menurut Suryani (2008) “ keluarga adalah suami istri yang menikah dan tinggal bersama anak-anak (jika mempunyai anak atau anak hasil adopsi), 28 dari aspek formalitas atau legalitas keluarga dipandang sebgai berkumpulnya dua orang atau lebih dan saling berinteraksi yang ada suatu perkawinan ataupun adopsi”. Peran keluarga mempunyai peran penting dalam perilaku konsumen. Konsumen sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Keluarga mempengaruhi suatu proses keputusan. 9.1 Dimensi keluarga Keluarga adalah “Pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga lain. Terdapat lima dimensi dalam keluarga, Kotler dalam Indayani (2014), yaitu : a. Pencetus (initiator). Inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan. b. Pemberi Pengaruh (influencer). Individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling cocok dengan kriteria evaluasi itu. c. Pengambilan keputusan (decider). Orang dengan wewenang dan kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga akan dibelanjakan dan produk atau merek mana yang akan dipilih. 29 d. Pembeli (buyer). Orang yang bertindak sebagai agen pembelian, yang mengunjungi toko, menghubungi penuplai, menulis cek, membawa produk kerumah. e. Pemakai (user). Orang yang menggunakan produk, atau anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk dan jasa. 10. Pengertian Motivasi Menurut Supranto dan Nanda (2007) “ motivasi merupakan kekuatan yang enerjik yang menggerakan perilaku dan memberikan tujuan dan arah pada perilaku”. Menurut Wells dan Prensky dalam Ferrinandewi (2008) “motivasi di definisikan sebagai proses dimana individu mengenal kebutuhannya dan mengambil tindakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut”. Menurut Sumarwan (2014) “motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh kinsumen, dimana kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan 30 wisata, walaupun motivasi ini seringkali tidak di sadari oleh wisatawan itu sendiri. Kajian mengenai motivasi wisatawan mengalami pergeseran dan memandang motivasi sebagai proses singkat untuk melihat perilaku perjalanan wisata, ke arah yang lebih menekankan bagaimana motivasi mempengaruhi kebutuhan psikologis dan rencana jangka panjang seseorang. 10.1 Dimensi Motivasi a. Pull motivation Menurut Bello & Etzel dalam Plangmarn (2012), Pull motivation adalah kekuatan eksternal atribut tujuan yang diperkirakan untuk memperhitungkan pilihan tujuan yang sebenarnya. Faktor pull motivation menunjukkan bahwa unsur-unsur lingkungan dapat menarik wisatawan ke tempat tujuan, seperti waktu tempuh, kualitas tempat wisata , dan biaya. Klenosky dalam farahdel (2011) berpendapat bahwa faktor pull motivation mengakibtkan pemilihan satu tempat diantara pilihan yang lain. Oh et al dalam farahdel (2011) juga berpendapat bahwa faktor pull motivation penting dan membantu wisatawan untuk memilih setelah mereka memutuskan untuk berlibur, faktor ini dapat mendorong wisatawan untuk memilih tujuan. Menurut Uysal & Hagan dalam Plangmarn (2012), pull faktor adalah motif yang tergugah oleh tujuan daripada muncul secara ekslusif dari dalam wisatawan itu sendiri, pull faktor termasuk isyarat nyata dan tidak nyata dari tujuan tertentu yang 31 menarik orang untuk menyadari kebutuhan pengalaman perjalanan tertentu, seperti wisata alam dan sejarah, makanan, orang, fasilitas, dan tujuan citra pasar. b. Push motivation Menurut Bello & Etzel dalam Plangmarn (2012), Push motivation adalah, kekuatan internal masyarakat sendiri yang menjelaskan keinginan mereka untuk pergi berlibur. Battaour dalam fahradel (2011) percaya bahwa jika negara ingin mengalami peningkatan di bidang pariwisata dengan pesaingnya, mereka harus menekankan pada faktor pendorong individu. Menurut Uysal & Jurowski dalam Plangmarn (2012) faktor pendorong seperti keinginan untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan, mencari hal-hal baru, mencari petualangan, pemenuhan mimpi, istirahat dan relaksasi, kesehatan dan kebugaran, dan bersenang-senang. 11. Pengertian Persepsi Menurut Ferrinadewi (2008) “persepsi adalah suatu proses dimana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterprestasi menjadi informasi yang bermakna”. Menurut Supranto dan Nanda (2007) “persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan atau stimuli di seleksi di organisasikan dan di interpretasikan atau diberi arti”. Menurut Wiliam J Stanton dalam Supranto dan Nanda (2007) “persepsi dapat diartikan sebagai makna yang kita terima melalui lima indera”. 32 Dari pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara bagaimana konsumen memberi makna pada rangkaian rangsangan. Persepsi merupakan proses kompleks. Seringkali terjadi di mana pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya memasuki otak konsumen karena itu memahami proses persepsi sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan konsumen 11.1 Dimensi Persepsi Engel, Blackwell dan Miniard dalam Khairina (2009) menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan informasi sebagai dimensi pembentukpersepsi konsumen, yaitu: a. Pemaparan. Pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya. b. Perhatian. Kapasitas pengolahann yang dialokasikan terhadap stimulus yang masuk. c. Pemahaman. Interpretasi terhadap makna stimulus. d. Penerimaan. Dampak persuasif stimulus kepada konsumen. e. Retensi. Pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan jangka panjang. 33 12. Pengambilan Keputusan Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler (2009) “adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan”. Menurut Kotler dan Amstrong (2005), “adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan”. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2014) “keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif”. Jadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian. 12.1 Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan terdiri dari langkah-langkah yang dijalani konsumen pada saat mereka memutuskan apa, kapan, dimana, dan bagaimana melakukan keputusan. Menurut Nugroho J Setiadi (2008) “proses pembelian spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku sesudah pembelian”. 34 GAMBAR 2.1 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN Mengenali Pencarian Evaluasi Keputusan Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Sumber : Kotler&Keller (2012) Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Mengenali kebutuhan Proses ini dimulai saat konsumen mulai menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Konsumen merasakan perbedaan antara yang nyata dan yang di inginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena rangsangan internal maupun eksternal. 2. Pencarian informasi Konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau mungkin juga tidak, mencari informasi lebih lanjut. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis menurut tingkatannya. Pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan cara mencari informasi dari segala sumber. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu : a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan. c. Sumber umum : media massa, organisasi konsumen d. Sumber pengalaman : penanganan, menguji, pemakaian produk 35 3. Evaluasi alternatif Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Konsumen akan mempunyai kebutuhan dan akan mencari manfaat tertentu, selanjutnya melihat kepada atribut produk. Adapun asumsi-asumsi tentang evaluasi dalam diri pembeli hhingga menjadi suatu keputusan sebagai berikut : a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Kosnumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak prosuk pada setiap atribut. d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut produk. e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi. 36 4. Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk referensi terhadap merekmerek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. 5. Perilaku pasca pembelian Sesudah konsumen melakukan pembelian suatu produk yang dilakukan, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidak puasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian yang terdiri dari : a. Kepuasan sesudah pembelian Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembelian atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerka produk lebih endah dari harapan, konsumen akan kecewa, jika ternyata sesuai harapan, konsumen akan puas, jika melebihi harapan konsumen yang sangat puas. b. Tindakan-tindakan sesudah pembelian Kepuasan ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, konsumen 37 akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. c. Penggunaan dan pembuangan setelah pembelian Pemasar juga harus memantau begaimana pembeli memakai dan membuang produk. Tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan. Dengan perkataan lain, apakah seseorang merasa terlibat atau tidak terhadap suatu produk ditentukan apakah dia merasa penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian produk atau jasa. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam pembelian suatu produk atau jasa, dan ada juga konsumen yang mempunyai keterlibatan yang rendah atas pembelian suatu produk atau jasa. Proses keputusan berbeda untuk pembelian dengan keterlibatan rendah dan keterlibatan tinggi. Pengambilan keputusan yang diperluas terjadi dalam kondisi keterlibatan tinggi, tetapi pengambilan keputusan yang terbatas dan perilaku pencarian yang kurang, merupakan peraturan yang terdapat dalam kondisi keterlibatan rendah. Jadi pada pengambilan keputusan terbatas anatara pilihan merek-merek alternatif dilakukan dengan cara yang relatif sederhana, di mana konsumen menggunakan peraturan keputusan yang disederhanakan. Faktor-faktor yang 38 mempengaruhi keputusan pembelian konsumenn berbeda beda untuk masing-masing pembeli, di samping produk yang dibeli dan pembeliannya berbeda. 13. Penelitian Terdahulu TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No 1. Peneliti Hasan, Husein (2012) Judul Variabel Variabel Independen : Bauran pemasaran (Product, Price, Place, Promotion, Faktor - Faktor Process, People, dan Yang Physical Evidence) Mempengaruh , faktor sosial budaya ( i Keputusan kelas sosial, kelompok Wisatawan referensi, Dalam keluarga, budaya, dan Melakukan subbudaya), Kunjungan faktor psikologi Wisata (motivasi, kepribadian, Di Kota persepsi, Tidore pembelajaran, sikap Kepulauan dan gaya hidup Variabel Dependen : Keputusan Wisatawan 2. Oestarjo (2013) Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Minat Berkunjung ke Wisata Bahari Lamongan Variabel Independen :Budaya(Budaya, Subbudaya, Kelas sosial) Sosial(kelompok, Keluarga,peran status), Individu(pekerjaan, Hasil Hasil analsis faktor ditemukan bahwa terdapat dua variabel pengamatan tidak memenuhi syarat untuk difaktorkan. Dua variabel tersebut adalah kelas sosial dan kepribadian. Untuk hasil penelitian menunjukan bahwa faktor bauran pemasaran, sosial budaya dan psikologi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan dan signifikan terhadap keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata di Kota Tidore Kepulauan. Hasil penelitian yaitu Diketahui bahwa variabel bebas yaitu yang terdiri dari faktor budaya, faktor sosial, faktor individu, faktor 39 Gaya hidup, Umur,ekonomi), Psikologi(motivasi, Persepsi,kepribadian, sikap) Variabel Dependen : Minat Berkunjungan 3. Pranata, Nyoman Indra (2013) FaktorFaktor Yang Mempengaruh i Keputusan Wisatawan Domestik Berkunjung Ke Bali Safari & Marine Park, Gianyar Bali Variabel Independen : Faktor promosi dan tempat pelayanan, faktor lingkungan ((budaya, sosial yang terdiri kelompok rujukan (teman, rekan kerja, tetangga), dan keluarga)) dan Pribadi (usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, pendapatan , dan gaya hidup), faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap) , faktor harga, faktor produk, dan faktor keandalan Variabel Dependen : Keputusan Wisatawan psikologis secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat berkunjung ke Wisata Bahari Lamongan dan Variabel faktor psikologis mempunyai pengaruh dominan terhadap minat berkunjung ke Wisata Bahari Lamongan (WBL) Faktor promosi dan pelayanan dengan eigen value sebesar 5,541, faktor lingkungan dan pribadi memiliki eigen valuesebesar 5,450, faktor psikologis eigen value sebesar 4,790, faktor harga memiliki eigen value sebesar 4,614, faktor produk memiliki eigen value sebesar 1,644 dan faktor keandalan memiliki eigen value sebesar 1,345. Sedangkan variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi keputusan wisatawan domestik berkunjung ke Bali Safari & Marine Park variabel media elektronik dengan loading factor 0,904, variabel teman sejawat dengan loading factor 0,926, variabel keyakinan 40 dengan loading factor 0,915, variabel fasilitas BSMP dengan loading factor 0,886, variabel jenis hiburan dan permainan dengan loading factor 0,824 dan variabel keramahan karyawan dengan loading factor 0,812. Faktordominan yang mempengaruhi keputusan wisatawan domestik berkunjung ke Bali Safari & Marine Park, Gianyar Bali adalah faktor pelayanan dengan eigen value terbesar 5,541. 4 Nurhapni, 2012 Analisis Pengaruh Budaya, Sosial dan Psikoligis terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Wisata Kuliner di Wilayah Bojonagara Kota Bandung Variabel Independen :Budaya(Budaya, Subbudaya, Kelas sosial) Sosial(kelompok, Keluarga,peran status), Pribadi(pekerjaan, Gaya hidup, Umur,ekonomi), Psikologi(motivasi, Persepsi,kepribadian, sikap) Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hasil pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan domestik dalam pengambilan Keputusan pembelian produk wisata kuliner dapat disimpulkan sebagai berikut: Responden penelitian ini didominasi oleh lakilaki, memiliki rentang usia > 35 tahun, pendidikan terakhir S1/ Pascasarjana, berprofesi sebagai pengawai swasta, dan memiliki tujuan perjalanan untuk rekreasi. Faktor budaya pada penelitian ini yang 41 diukur dari indikator nilai kebiasaan, wilayah geografis dan prestige tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan pembelian produk wisata kuliner. Dengan kata lain terdapat rendahnya penerimaan wisatawan terhadap indikator faktor budaya tersebut dan dengan demikian diketahui bahwasannya faktor budaya tidak mempengaruhi wisatawan dalam pengambilan keputusan pembelian produk wisata kuliner. Faktor sosial berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan pembelian produk wisata kuliner. Dengan kata lain, faktor sosial yang diukur dari indikator gaya hidup,pengalaman keluarga dan pengaruh teman dapat diterima dan sesuai. 5. Mariana, Putri (2014) Analisis Pengaruh Kebudyaaan, Sosial, Psikologis, Pribadi terhadap Keputusan Pembelian pada wisatawan Variabel Independen :Kebudayaan(Budaa,S ubbudaya, Kelas sosial) Sosial(kelompok, Keluarga,peran status), Pribadi(pekerjaan, Gaya hidup, Umur,ekonomi), Psikologi(motivasi, Persepsi,kepribadian, sikap) Hasil analisis menunjukan bahwa kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan kunjungan wisatawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa keempat variabel bebas memberikan 42 Museum Angkut, Kota Batu 6. Farooq Haq Dan John Jackson (2006) External Factor spiritual tourism segmentation : a three country explontary study (Australia, UK, Pakistan) Variabel Dependen : Keputusan Pembelian Variabel Independen :Culture and Subculture, social class, Reference Group, Family, Personality, Learning, Motivation, Perception, Attitudes Variabel Dependen : Travel Decision Making kontribusi terhadap variabel terikat yaitu keputusan pembelian sebesar 52,1%. Jadi, dalam penelitian ini yang mempengaruhi keputusan pembelian dipengaruhi variabel bebas lain yang tidak diteliti sebesar 47,9%. Pengaruh signifikansi antara variabel bebas kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis terhadap variabel terikat keputusan pembelian dapat dilihat dari nilai sig F sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan α sebesar 0,05 maka Ho ditolak. Pengamatan umum untuk Australia dan Inggris yaitu hampir sama, meskipun perilaku sub budaya, agama, dan kelompok budaya menunjuk prioritas yang berbeda. Namun Pakistan menunjukan respon yang lebih khas meskipun perencanaan pemerintah untuk menarik wisatawan spiritual non muslim asing merasa tertarik. Untuk budaya dan sub budaya memiliki pengaruh yang sama diketiga Negara terhadap kepribadian,pembelajara n, motivasi, persepsi 43 dan sikap untuk melakukan keputusan perjalanan. Untuk di Negara Australia dan United Kingdom kelas sosial tidak memberikan pengaruh terhadap kepribadian dan pembelajaran, motivasi, persepsi, dan sikap dalam pengambilan keputusan perjalanan. Sedangkan di Pakistan kelas sosial menaikan peran yang lebih signifikan. Untuk kelompok referensi di ketida Negara memiliki pengaruh yang signifikan,dalam mempengaruhi kepribadian,pembelajara n,motivasi,persepsi dan sikap dalam keputusan perjalanan spiritual terutama di Pakistan. Dan untuk keluarga hanya keluarga Asia yang secara terbuka mengakui pengaruh keluarga baik dalam keputusan maupun partisipasi dalam pariwisata spiritual. 7. Sari Fitria (2014) Tinjauan terhadap motivasi wisatawan berkunjung ke objek wisata air terjun Aek Mertua Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau Variabel Independen: Budaya dan Sub Budaya, Kelompok Rujukan Variabel Dependen :Motivasi berkunjung Berdasarkan hasil rekapitulasi penelitian, secara keseluruhan diketahui bahwa tingginya motivasi wisatawan berkunjung ke objek wisata air terjun Aek Martua. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan jumlah total keseluruhan skor berjumlah 7151yang berada 44 diantara 7140 – 8819 poin. Dan berdasarkan fakta lapangan terhadap persentase yang terpenuhi 68%. Dapat terlihat bahwa tingginya motivasi wisatawan berkunjung ke objek wisata air terjun Aek Martua, lebih terdorong karena adanya motivator, sedangkan motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri hanya di nilai cukup dalam memotivasi wisatawan berkunjung ke objek wisata air terjun Aek Martua. motivator tertinggi yang mempengaruhi wisatawan berkunjung ke air terjun Aek Martua adalah dari pengaruh teman dan pengaruh rekan kerja. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh informasi atau ajakan yang disampaikan dari teman dan rekan kerja yang telah berkunjung ke air terjun Aek Martua memiliki peran yang sangat penting bagi seorang pengunjung untuk berkunjung ke air terjun Aek Martua. 8. Vuuren, dan Elmarie Slabbert Travel Motivations and Behaviour of Tourist to A South African Resort Variabel Independen : Sosical Class, Family,Reference Group Variabel Dependen : Motivation Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku perjalanan dengan melihat kelas sosial dan referensi khusus untuk perjalanan motif wisatawan ke sebuah 45 resor di Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif wisatawan bepergian ke resor yang untuk beristirahat dan bersantai, untuk berpartisipasi dalam kegiatan menarik, untuk ikut serta dalam memperkaya dan pengalaman, interaksi sosial dan nilai-nilai pribadi tertentu belajar. Hasil ini dikonfirmasi motif diidentifikasi oleh studi penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas sosial dan kelompok referensi berpengaruh terhadap motivasi wisatawan dalam berpergian. Faktor-faktor yang tampaknya menjadi motivator populer, seperti kegiatan rekreasi dan memperkaya pengalaman belajar dan, juga harus difokuskan pada proses pemasaran. 9. Dowel. M Lehi, et al (2011) The Potential Impact Of USA on the Cuban Market if Travel Sanctions are lifted as well as the identification of their PushPull Travel Motivations Variabel Dependen : Travel Sanction,Reference Group Variabel Independen :Push-Pull Motivation Kelompok referensi memainkan peran penting bagaimana wisatawan memilih tujuan liburan akhir. Dowel meneliti pengaruh teman sebaya dan menemukan ada dampak afirmatif antara persuasi rekan dan memiliki rekan mengambil pesiar 46 Factors olahraga seperti berkemah. Selain itu, Ajzen dan Driver menunjukkan hubungan positif antara individu memilih lokasi wisata rekreasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan cerita dari rekanrekan mereka. Studi kasus oleh Currie, Wesley, dan Sutherland menjelajahi proses pengambilan keputusan perjalanan dan peran yang mengintip kelompok referensi bermain dalam mempengaruhi keputusan itu, secara khusus, berkaitan dengan jenis kelamin pelancong. Mereka mengevaluasi 73 kuesioner dari mahasiswa di salah satu kampus universitas. Highlights dari temuan: untuk peserta laki-laki lebih dari dua kali lipat pergi ke lokasi rekreasi yang spesifik berdasarkan rekomendasi dari rekanrekan mereka daripada mereka yang tidak; 85% dari responden termotivasi untuk memiliki pengalaman yang sama seperti rekan-rekan mereka setelah mendengar tentang perjalanan mereka; 100% dari siswa semua menyatakan tanggapan emosional dari beberapa jenis setelah mendengar 47 rekan mendiskusikan perjalanan mereka, di mana laki-laki yang diidentifikasi dengan emosi cemburu sementara perempuan diidentifikasi dengan emosi kegembiraan; dan, bahwa 99% dari responden merasa informasi yang dikumpulkan dari rekanrekan yang lebih berpengaruh daripada agen-agen perjalanan dan buku. Ini adalah studi kasus relatif karena Kuba belum banyak dikunjungi oleh wisatawan Amerika, dan berarti bahwa mereka harus memanfaatkan membuat yang terbaik kesan pertama sehingga perjalanan ke Kuba akan dikomunikasikan kembali ke kelompok referensi rekan dalam cahaya yang positif 10. Rohmana Roseu (2014) Analisis Faktor-faktor Motivasi wisatawan dalam mempengaruhi Keputusan Berkunjung ke Daya Tarik Wisata Alam Cibulan Kuningan Variabel Dependen : Family Oriented, novelty seeking, stress busting Variabel Independen :Keputusan Berkunjung Dari hasil penelitian pengaruh yang tertinggi ialah family oriented dikarenakan pengarus wisnus yang berkunjung ke Cibulan ialah yang telah berkeluarga. Cibulan dijadikan tempat rekreasi bagi keluarga 48 11. 12. Hasyat Ali Salim dan Ahmad Sami Cathy, et al (2011) Sociocultural impacts of Tourism on the local community in Petra, Jordan Reference Group Influences among Chinese Travelers Variabel Dependen : Sociocultural, Perception,family oriented, Tourism Variabel Independen : Travel Decision Making Variabel Dependen : reference group, perception, Variabel Independen :Travels Decision Penelitia n ini membahas mengenai persepsi dampak sosial berdasarkan kelas sosial serta manfaat yang diperoleh dan konsekuensi positif mau pun negatif dari kegiatan pariwisata. Terdapat perbedaan kelas sebagai perbandingan persepsi yakni kelas yang tinggi dan rendah. Ditemukan bahwa kelas rendah berpresepsi positif terhadap adanya pariwisata dari pada kelas tinggi. Tujuan penelitian ini untuk 1) mengidentifikasi dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, 2) Mengevaluasi kritik dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, dan 3) Menentukan rekomendasi khusus untuk meningkatkan kesadara pemerintah, masyarakat lokal dan wisatawan terhadap dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra. Sejumlah penelitian telah dilakukan pada pengaruh kelompok referensi dalam hubungannya dengan perilaku pencarian informasi selama proses perjalanan-atau liburanperencanaan (misalnya, 49 Fodness dan Murray Moutinho Nicholas dan Snepenger Assael diucapkan bahwa strategi pencarian informasi yang berbeda dapat berfungsi sebagai dasar yang berguna untuk mengkategorikan berlibur karena ini adalah sarana yang pelayanan dan penawaran produk dikomunikasikan kepada wisatawan. B. Rerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2009) “ kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel. Kerangka berfikir dalam suatu penilitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih”. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, yang bertujuan untuk melihat berapa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan berkunjung wisatawan nusantata dalam berkunjung ke Pantai Carita. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor budaya (budaya,subbudaya, dan kelas sosial), dan faktor sosial (kelompok referensi, keluarga dan kelas sosial). Faktor Psikologis diantaranya (Motivasi dan persepsi). 50 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wisnus dalam berwisata ke Pantai Carita. GAMBAR 2.2 RERANGKA PEMIKIRAN Budaya dan Sub-Budaya 1 (X1) Motivasi ( Y1) 5 9 2 Kelas Sosial (X2) 6 Pengambilan Keputusan 3 (Z) Kelompok Referensi 7 10 (X3) 4 8 Persepsi (Y2) Keluarga (X4) Sumber : Diolah Peneliti C. Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya (Usman dan Akbar,2006). Sebelum diuji, maka hipotesis tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pengujian hipotesis akan 51 membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. : Budaya dan Sub Budaya berpengaruh signifikan terhadap Motivasi wisatawan nusantara (wisnus) berkunjung ke Pantai Carita. 2. : Kelas Sosial berpengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 3. : Kelompok Referensi berpengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 4. : Keluarga berepengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus berkunjung ke PantaiCarita. 5. : Budaya dan Sub Budaya berpengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 6. : Kelas Sosial berpengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 7. : Kelompok Referensi berpengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 8. : Keluarga berepengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus berkunjung ke Pantai Carita. 9. : Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung wisnus ke Pantai Carita. 10. : Persepsi berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung wisnus ke Pantai Carita.