BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut
Kotler dan Keller (2009) pengertian dari manajemen
pemasaran adalah “seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,
mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”.
American Marketing Association dalam Kotler
(2008) “Manajemen
Pemasaran adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi
pemasaran total, termasuk tujuan perumusan tujuan pemasaran, kebijakan
pemasaran, program pemasaran dan strategi pemasaran, yang ditujukan
untuk menciptakan pertukaran yang dapat memenuhi tujuan individu
maupun organisasi”. Pengertian manajemen pemasaran menurut Lupiyo
Adi (2006) dikatakan bahwa “Manajemen pemasaran adalah suatu
analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah
direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang
diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan
pribadi maupun bersama”.
Definisi ini menjelaskan bahwa manajemen pemasaran adalah
proses
yang
mencakup
analisis,
11
perencanaan,
pelaksanaan
dan
12
pengawasan barang dan jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran serta
merupakan gabungan atau bauran strategi, yang pencakup proses, kreasi,
hubungan, komunikasi, dan menciptakan nilai yang di tujukan kepada
konsumen untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan mereka
dan bisa mendatangkan keuntungan bagi sebuah perusahaan yang
menjalankan manajemen pemasaran tersebut.
2. Pengertian Wisata Syariah
Menurut Bachtiar (2013), “dalam praktik keseharian masyarakat,
wisata berarti rekreasi, berwisata, berarti rekreasi aktif atau suatu aktivitas
mengunjungi tempat tertentu, untuk tujuan mencapai kebahagiaan”. Ada
pula istilah wisata atau rekreasi, yang bukan sekedar demi kepentingan
kebahagiaan subyek yang berwisata, tetapi juga memberikan untung bagi
banyak pihak penyelenggaranya. Tujuan kebahagiaan ini, lebih mengarah
kepada kondisi psikologis manusia yang lebih tenang, tentram, damai dan
sentosa. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
menyatakan bahwa, Wisata Syariah didefinisikan “sebagai kegiatan yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang
memenuhi ketentuan syariah”. Pariwisata syariah memiliki karakteristik
produk dan jasa yang universal, keberadaannya dapat dimanfaatkan oleh
banyak orang.
13
Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan tujuan wisata dalam
pariwisata syariah adalah sama dengan produk, jasa, objek dan tujuan
pariwisata pada umumnya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dan etika syariah. Jadi, tidak terbatas hanya pada wisata religi. Sehingga
ada beda pengertian antara wisata syariah dengan wisata religi.
(travel.okezone.com, 2014). Dari definisi diatas dapat disimpulkam bahwa
pariwisata syariah dapat berarti berwisata ke destinasi maupun atraksi
pariwisata yang yang memiliki nilai-nilai Islami dan juga yang memiliki
makanan halal, tempat penginapan yang syariah, sarana ibadah tersedia,
bersih, nyaman, dan lainnya.
3. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2009), “perilaku konsumen adalah sebagai salah
satu proses mempelajari cara individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan hasrat mereka”.
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip oleh Setiadi (2008),
“perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis atara afeksi dan kognisi,
perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka”. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam
Sumarwan (2014), “perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
14
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa
yang mereka harapkan memuaskan kebutuhan mereka.”.
Perilaku konsumen tidak hanya mengamati kegiatan-kegiatan yang
tampak jelas dan mudah saja yang merupakan suatu bagian dari proses
pengambilan keputusan, melainkan hendaknya juga menyangkut pada
kegiatan-kegiatan yang sulit dan tidak dapat diamati yang selalu menyertai
konsumen. Jadi analisa perilaku konsumen harus menganalisa kegiatankegiatan yang jelas terlihat dari proses-proses yang sulit diamati dan
berarti selain mempelajari apa yang dibeli konsumen juga mempelajari
dimana konsumen membeli, bagaimana cara membelinya, serta dalam
kondisi yang bagaimana barang atau jasa tersebut di beli.
4. Islam Sebagai Panduan Perilaku
Menurut Shafie dan Othman (2008), Pada umumnya agama
mengatur tentang apa-apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang
untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi. Dalam ajaran islam,
Alqur’an dan Hadist yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim
telah memberikan banyak motivasi kepada umatnya, baik dalam urusan
dunia maupun ibadah. dalam urusan dunia juga diatur dalam hal
mengkonsumsi suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya.
15
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada
diluar diri manusia (eksternal) dan faktor-faktor yang ada di dalam diri
manusia (internal). Faktor eksternal yang utama adalah faktor kebudayaan
dan sosial sedangkan faktor-faktor internal yang utama adalah faktor
pribadi dan psikologis. Menurut Setiadi (2008) “perilaku konsumen
dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor sosial, faktor individu dan faktor
psikologis”.
6. Pengertian Budaya dan Sub Budaya
6.1 Pengertian Budaya
Menurut Supranto (2007) “ budaya (culture) ialah keseluruhan
yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
kebiasaan dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap
orang sebagai anggota masyarakat”. Menurut Hawskin dalam Suryani
(2008) “budaya diartikan sebagai komplek yang menyeluruh yang
mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, kebiasaan dan
kapabilitas lainnya serta kebiasaan-kebiasaan yang dikuasai oleh individu
sebagai anggota msayarakat”.
Mowen
dan
Minor
dalam
Suryani
(2008)
“kebudayaan
didefinisikan sebagai perangkat pola perilaku yang diperoleh secara sosial
dan di ekspresikan melalui simbol-simbol melalui bahasa dan cara-cara
16
lain kepada anggota masyarakat”. Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan symbol
yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan
seseorang dan masyarakat.
6.2 Unsur-unsur Budaya
Unsur-unsur budaya menurut Sumarwa (2014) yaitu :
a.
Nilai (value)
Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang atau suatu masyarakat. Nilai bias berarti sebuah kepercayaan
tentang seuatu hal, namun nilai bukan hanya kepercayaan, nilai
mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya.
b.
Norma (Norms)
Norma lebih spesifik dari nilai, norma akan mengarahkan perilaku
seseorang yang diterima maupun yang tidak diterima. Norma adalah
aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh atau
yang tidak boleh. Norma terbagi menjadi dua macam. Yang pertama
adalah norma (enacted norm) yang disepakati oleh aturan pemerintah,
kenegaraan biasanya berbentuk peraturan dan perundang-undangan.
Norma yang kedua adalah norma creasive norm, yaitu norma yang ada
17
dalam budaya dan bias dipahami dan dihayati jika orang tersebut
berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang sama.
c.
Kebiasaan (Customs)
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima
secara budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi
secara turun temurun.
d.
Larangan (Mores)
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek
moral, biasanya berbrntuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh
seseorang dalam suatu masyarakat.
e.
Konvensi (conventions)
Konvensi menggambarkan norma dalam bentuk sehari-hari. Konvensi
menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus
bertindak sehari-hari,
f.
Mitos
Mitos menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung
nilai atau idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit
dibuktikan kebudayaanya.
18
g.
Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, dan konsep) yang
memiliki arti penting.
6.3 Dimensi Budaya
Budaya memiliki lima dimensi yang diekspresikan dalam perilaku
komunitasnya (Cateora dan Graham dalam Prasetijo dan Ihalauw 2005).
a.
Dimensi materialistik. Dimensi ini menentukan materi atau
peralatan
(teknologi)
yang
dibutuhkan
seseorang
untuk
mengupayakan kehidupan (ekonomi). Banyak peninggalan dari
zaman dahulu yang ditemukan dan digunakan untuk membuat
asumsi tentang budaya masyarakat yang bersangkutan.
b.
Dimensi institusi sosial. Termasuk bagaimana keluarga,
pendidikan,
media
dan
struktur
politik
diadakan
dan
dioperasikan. Adanya keguyuban dalam keluarga, adanya kelas
sosial dan bagaimana orang menjadi konsumen yang baik,
kesemuanya merupakan dimensi institusi sosial dari budayanya.
c.
Dimensi
hubungan
antara
manusia
dengan
alam
semesta.Termasuk sistem keyakinan, agama dan nilai-nilai.
d.
Dimensi estetika. Termasuk kesenian tulis dan bentuk (ukir,
pahat),
kesenian rakyat,
musik,
drama dan tari.
Bila
diperhatikan, pengiklan sangat kreatif dalam memanipulasi
19
dimensi budaya estetika. Latar belakang gambar, screen play,
musik latar, jingle dan sebagainya dibuat sedemikian rupa
sehingga menimbulkan persepsi tertentu di benak konsumen.
e.
Dimensi bahasa. Termasuk bahasa verbal dan non verbal,
merupakan sarana paling efektif dalam komunikasi pemasaran.
Dialek, intonasi, simbol, bahasa tubuh dan lain sebagainya.
6.4 Pengertian Sub Budaya
Menurut Supranto (2007) “ sub budaya atau sub kultur pada
dasarnya sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang samasama memiliki makna budaya yang sama untuk respon afektif dan kognitif
(reaksi emosional, kepercayaan, nilai, pencapaian tujuan), perilaku
(kebiasaan, tradisi, sikap, dan norma perilaku) dan faktor lingkungannya
(kondisi tempat tinggal, lokasi geografis, objek yang penting)”.
Menurut Kotler (2009) “ subbudaya adalah sekelompok orang yang
mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan
situasi, termasuk juga agama, kelompok ras, dan wilayah geografi”. “sub
budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil lainnya yang dicirikan
oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut, perbedaan
kelompok tersebut berdasarkan karakteristik sosial, ekonomi, dan
demografi” Sumarwan (2014).
20
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sub budaya,
pemasar mencari untuk mengidentifikasi karakteristik yang tipikal, makna,
dan kecendrungan yang didukung oleh penduduk yang membentuk
budaya. Konsep sub budaya sangat terkait dengan demografi.
6.5 Dimensi Sub Budaya
Dimensi Sub Budaya menurut Sumarwan (2014) :
a. Sub Budaya Kebangsaan atau Etnik
Jika menyangkut dalam perilaku konsumen kebanggan pada leluhur ini
tewujud dengan kuat sekali dalam konsumsi makanan etnis, pembelian
berbagai barang seperti : pakaian, etnis, music dan lain sebagainya.
b. Sub Budaya Agama
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh kepercayaan agamanya,
sehingga beberapa produsen/perusahaa mengasosiasikan produk mereka
dengan simbol-simbol dan perayaan suatu agama. Selain itu agama juga
banyak menentukan proses pengambilan keputusan pembelian dalam
keluarga.
c. Sub Budaya Geografis dan Regional
Seseorang yang di negara bagian berbeda, biasanya akan di identifikasi
dengan ciri-ciri fisik dan perilaku tertentu. Dan di setiap negara bagian
berbeda, memiliki cita rasa dan kegemaran yang berbeda terhadap suatu
benda, misalnya selera makanan, pakaian, dan lain sebagainya, sehingga
21
marketer bisa dengan mudah menembak kelompok masyarakat dengan
produk mereka yang spesifik.
d. Sub Budaya Ras
Ras yang banyak dijumpai di Amerika, terdiri dari white, black, Asian,
dan American Indian. Masing-masing ras memiliki gaya hidup dan gaya
konsumsi yang berbeda, seperti black, (12% di Amerika) mulai muncul
masyarakat kulit hitam dengan kelas ekonomi menengah keatas yang
jumlahnya semakin meningkat. Masyarakat kulit hitam kelas menengah
biasanya memiliki perilaku yang hampir sama dengan masyarakat kulit
putih kelas menengah. Akan tetapi, konsumsi merek mereka berbeda,
terutama masyarakat kulit hitam kelas bawah yang pendidikan rendah.
Maka dari itu, beberapa produk diiklankan di media-media yang khusus
untuk masyarakat kulit hitam. Asian-Americans, termasuk masyarakat
yang tumbuh paling pesat di Amerika, dari segi jumlah dan ekonomi,
maka mereka merupakan sasaran empuk pemasar di Amerika.
e. Sub Budaya Umur
Di bagi menjadi dua kategori yaitu Babyboomers, dan Elderly.
Babyboomers atau Yuppies/Young Upwardly Mobile Professionals berusia
25-45 tahun, konsumsinya sangat tinggi, mereka banyak membeli untuk
keperluan pribadi. Kelompok ini dibagi menjadi dua kategori lagi, yaitu
young babyboomers (25-29 tahun), yang biasanya masih tinggal dengan
orang tua dan older babyboomers (30-45 tahun), yang biasanya sudah
22
menikah dan hidup mandiri. Yuppies sejauh ini adalah yang paling dicari
dalam subgrup baby bloomers. Meskipun hanya 5% dari populasi, namun
mereka memiliki penghasilan yang baik, berpendidikan tinggi, dan berada
dalam
jenjang
karir
yang
menjanjikan.
Kalau
membahas
pada
pembelanjaan mereka, maka mereka suka berbelanja produk dari brandbrand ternama.
f. Sub Budaya Gender
Masyarakat telah menentukan peran dan ciri tertentu bagi laki-laki dan
perempuan. Meskipun belakangan peran dan ciri tersebut tidak lagi
diasosiasikan secara kuat pada masing-masing gender, namun banyak
iklan masih terpengaruh oleh peran yang berhubungan dengan identitas
seksual dan selera konsumen masih dipengaruhi oleh faktor-faktor peran
gendernya. Dalam masyarakat, masih sering dijumpai produk yang
diasosiasikan dengan gender tertentu. Meskipun produk male only atau
female only telah kabur, namun laki-laki dan perempuan masih sering
mengasosiasikan produk dengan gender. Karena itu, marketer bukan hanya
mempertimbangan jenis kelamin target market, melainkan juga persepsi
jenis kelamin tersebut dalam iklan-iklan mereka
7. Pengertian Kelas Sosial
Menurut Sumarwan (2014) “kelas sosial adalah bentuk lain dari
pengelompokan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda,
23
dimana kelas sosial mempengaruhi jenis produk, jenis data, dan merek
yang dikonsumsi”. Menurut Suryani (2008) “pembagian anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda,
sehingga anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai
kesamaan”. Menurut Supranto dan Nandan (2007) “ merujuk pada suatu
hierarki status nasional dengan mana kelompok dan individu-individu
dibedakan dalam penghargaan dan prestise".
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas sosial
adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda, kelas
sosial mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. Masyarakat yang
berada dalam kelas sosial yang berbeda cenderung mempunyai sikap dan
perilaku yang berbeda, sebaliknya mereka yang berada dalam kelas sosial
yang sama cenderung mempunyai persamaan sikap dan perilaku.
7.1. Dimensi kelas sosial
a. Status Pekerjaan
Status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang. Status sosial
seseorang akan ditentukan oleh keluarga dimana ia tinggal. Pekerjaan yang
dilakukan orang tua akan mementukan kelas sosial.
24
b. Pendapatan dan Pemilikan Harta Benda
Pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang selanjutnya akan
memepengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan yang tinggi biasanya di
ikuti oleh pemilikan harta benda.
c.
Prestise Individu, Asosiasi, dan Sosialisasi
Kelas sosial akan ditentukan oleh penghargaan yang diberikan orang lain
kepada seseorang. Seseorang dikatakan memiliki prestise pribadi jika
dihormati oleh orang lain dan orang-orang sekelilingnya. Kelas sosial
seseorang dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi dengan siapa ia
berkomunikasi dan bergaul dalam kehidupan sehari-hari ini yang disebut
asosiasi. Sosialisasi adalah sebuah proses dimana seseorang belajar
berbagai keterampilan, membentuk sikap dan kebiasaan dalam menjalani
kehidupan masyarakat.
d. Kekuasaan, Kesadaran Kelas, dan Mobilitas
Kesadaran kelas adalah kesadaran seseorang terhadap kelas sosial dimana
ia berada bahwa mereka berada dalam suatu kelompok yang berbeda
dengan orang lain. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain, orang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi dan memimpin orang lain, mereka adalah termasuk dalam
kelas sosial atas. Mobilitas adalah perubahan seseorang dari satu kelas
sosial ke kelas soisal lain.
25
8. Pengertian Kelompok Referensi
Menurut Sumarwan (2014) “ seorang individu atau sekelompok
orang yaitu yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang.
Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebgaai dasar untuk
perbandingan atau referensi dalam membentuk respon”. Menurut Solomon
dalam Setiadi (2008) “kelompok referensi adalah individu atau
sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang signifikan pada
seseorang dalam hal mengevaluasi,memberikan aspirasi, atau dalam
berperilaku”. Schiffman dan Kanuk (2007)” Kelompok rujukan adalah
setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan
(atau rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap
umum atau khusus, atau pedoman khusus bagi perilaku”. Berdasarkan
definisi di atas kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi
sebagai referensi bagi seseorang dalm membuat keputusan dan konsumsi.
8.1 Pengaruh-pengaruh Kelompok Referensi
Konsep yang dikembangkan oleh Park dan Lessig dalam Rizka
(2014) yang menjelaskan tiga jenis pengaruh reference group; (1)
pengaruh utilitarian; (2) pengaruh nilai-ekspresif; dan (3) pengaruh
informasi.
26
a. Pengaruh Utilitarian (Normatif)
Pengaruh utilitarian pada perilaku konsumen, afeksi serta kognisi,
muncul ketika reference group memiliki kontrol atas imbalan atau
hukuman yang penting. Pengaruh reference group dapat diekspresikan
melalui tekanan untuk tunduk pada norma kelompok. Tekanan
konformitas menjadi potensial bila ada motivasi signifikan untuk
mempertahankan identitas kelompok melalui kepatuhan dan motivasi
dari ancaman hukuman kelompok.
b. Pengaruh Nilai Ekspresif
Pengaruh nilai-ekspresif yaitu situasi dimana kebutuhan akan
hubungan psikologis dengan suatu kelompok tampak jelas dengan
penerimaan norma, nilai, atau perilaku kelompok tersebut dan respon
penyesuaian diri terhadap kelompok terkait.
c. Pengaruh Informasi
Fungsi pengaruh informasi membantu konsumen untuk saling
memberikan,masukan mengenai sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu
produk sebelum konsumen lain mengkonsumsinya atau membeli.
27
8.2 Dimensi Kelompok Refrensi
Kelompok Referensi datang dalam beberapa bentuk yang berbeda yaitu :
(Paulus,2011) :
a. Kelompok referensi inspirasional, mengacu pada orang-orang yang
ingin dibandingkan dengan dirinya
b. Kelompok referensi asosiatif, termasuk orang-orang yang secara
realitis menghadirkan kesamaan atau mendekati kesamaan yang
sekarang, misalnya teman kerja, tetangga, atau anggota gereja,
klub, dan organisasi.
c. Kelompok referensi disosiatif, termasuk orang-orang yang tidak
ingin diharapkan individu.
9. Pengertian Keluarga
Menurut Sumarwan (2014) “keluarga adalah lingkungan dimana
sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota-anggota
keluarga lainny, keluarga adalah lingkungan mikro yang menarik untuk
dipelajari yang kaitannya dengan keputusan pembelian produk dan jasa”.
Menurut Kotler (2009) “Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen
yang paling penting dalam masyarakat, salah satu contoh yang paling
dominan adalah keterlibatan suami-istri dalam proses pembelian”.
Menurut Suryani (2008) “ keluarga adalah suami istri yang menikah dan
tinggal bersama anak-anak (jika mempunyai anak atau anak hasil adopsi),
28
dari aspek formalitas
atau
legalitas
keluarga dipandang sebgai
berkumpulnya dua orang atau lebih dan saling berinteraksi yang ada suatu
perkawinan ataupun adopsi”. Peran keluarga mempunyai peran penting
dalam perilaku konsumen. Konsumen sebagai anggota keluarga yang
sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Keluarga
mempengaruhi suatu proses keputusan.
9.1 Dimensi keluarga
Keluarga adalah “Pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan
dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu
membeli produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota
keluarga lain. Terdapat lima dimensi dalam keluarga, Kotler dalam
Indayani (2014), yaitu :
a. Pencetus (initiator). Inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian
produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan
keputusan.
b. Pemberi Pengaruh (influencer). Individu yang opininya dicari sehubungan
dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan
produk atau merek mana yang paling cocok dengan kriteria evaluasi itu.
c. Pengambilan keputusan (decider). Orang dengan wewenang dan
kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga akan
dibelanjakan dan produk atau merek mana yang akan dipilih.
29
d. Pembeli (buyer). Orang yang bertindak sebagai agen pembelian, yang
mengunjungi toko, menghubungi penuplai, menulis cek, membawa produk
kerumah.
e. Pemakai (user). Orang yang menggunakan produk, atau anggota keluarga
yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk dan jasa.
10. Pengertian Motivasi
Menurut Supranto dan Nanda (2007) “ motivasi merupakan
kekuatan yang enerjik yang menggerakan perilaku dan memberikan tujuan
dan arah pada perilaku”. Menurut Wells dan Prensky dalam Ferrinandewi
(2008) “motivasi di definisikan sebagai proses dimana individu mengenal
kebutuhannya dan mengambil tindakan untuk memuaskan kebutuhan
tersebut”. Menurut Sumarwan (2014) “motivasi muncul karena adanya
kebutuhan yang dirasakan oleh kinsumen, dimana kebutuhan sendiri
muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension)
antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi
adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi
merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan
pariwisata, karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan
30
wisata, walaupun motivasi ini seringkali tidak di sadari oleh wisatawan itu
sendiri. Kajian mengenai motivasi wisatawan mengalami pergeseran dan
memandang motivasi sebagai proses singkat untuk melihat perilaku
perjalanan wisata, ke arah yang lebih menekankan bagaimana motivasi
mempengaruhi kebutuhan psikologis dan rencana jangka panjang
seseorang.
10.1 Dimensi Motivasi
a. Pull motivation
Menurut Bello & Etzel dalam Plangmarn (2012), Pull motivation
adalah kekuatan eksternal atribut tujuan yang diperkirakan untuk
memperhitungkan pilihan tujuan yang sebenarnya. Faktor pull motivation
menunjukkan bahwa unsur-unsur lingkungan dapat menarik wisatawan ke
tempat tujuan, seperti waktu tempuh, kualitas tempat wisata , dan biaya.
Klenosky dalam farahdel (2011) berpendapat bahwa faktor pull
motivation mengakibtkan pemilihan satu tempat diantara pilihan yang lain.
Oh et al dalam farahdel (2011)
juga berpendapat bahwa faktor pull
motivation penting dan membantu wisatawan untuk memilih setelah
mereka memutuskan untuk berlibur, faktor ini dapat mendorong
wisatawan untuk memilih tujuan. Menurut Uysal & Hagan dalam
Plangmarn (2012), pull faktor adalah motif yang tergugah oleh tujuan
daripada muncul secara ekslusif dari dalam wisatawan itu sendiri, pull
faktor termasuk isyarat nyata dan tidak nyata dari tujuan tertentu yang
31
menarik orang untuk menyadari kebutuhan pengalaman perjalanan
tertentu, seperti wisata alam dan sejarah, makanan, orang, fasilitas, dan
tujuan citra pasar.
b. Push motivation
Menurut Bello & Etzel dalam Plangmarn (2012), Push motivation
adalah, kekuatan internal masyarakat sendiri yang menjelaskan keinginan
mereka untuk pergi berlibur. Battaour dalam fahradel (2011) percaya
bahwa jika negara ingin mengalami peningkatan di bidang pariwisata
dengan pesaingnya, mereka harus menekankan pada faktor pendorong
individu. Menurut Uysal & Jurowski dalam Plangmarn (2012) faktor
pendorong seperti keinginan untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan,
mencari hal-hal baru, mencari petualangan, pemenuhan mimpi, istirahat
dan relaksasi, kesehatan dan kebugaran, dan bersenang-senang.
11. Pengertian Persepsi
Menurut Ferrinadewi (2008) “persepsi adalah suatu proses dimana
berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterprestasi menjadi informasi
yang bermakna”. Menurut Supranto dan Nanda (2007) “persepsi
merupakan proses bagaimana rangsangan atau stimuli di seleksi di
organisasikan dan di interpretasikan atau diberi arti”. Menurut Wiliam J
Stanton dalam Supranto dan Nanda (2007) “persepsi dapat diartikan
sebagai makna yang kita terima melalui lima indera”.
32
Dari pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan cara bagaimana konsumen memberi makna pada rangkaian
rangsangan. Persepsi merupakan proses kompleks. Seringkali terjadi di
mana pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan yang akhirnya
memasuki otak konsumen karena itu memahami proses persepsi sangat
penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif
dengan konsumen
11.1 Dimensi Persepsi
Engel, Blackwell dan Miniard dalam Khairina (2009) menyatakan
bahwa
ada
lima
tahap
pengolahan
informasi
sebagai
dimensi
pembentukpersepsi konsumen, yaitu:
a. Pemaparan.
Pemaparan
stimulus,
yang
menyebabkan
konsumen
menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya.
b. Perhatian. Kapasitas pengolahann yang dialokasikan terhadap stimulus
yang masuk.
c. Pemahaman. Interpretasi terhadap makna stimulus.
d. Penerimaan. Dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
e. Retensi. Pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan jangka
panjang.
33
12. Pengambilan Keputusan
Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler (2009) “adalah
tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen
benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang yang ditawarkan”. Menurut Kotler dan Amstrong
(2005), “adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan merupakan
suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang yang ditawarkan”. Schiffman dan Kanuk
dalam Sumarwan (2014) “keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari
dua atau lebih pilihan alternatif”. Jadi, keputusan seorang pembeli juga
dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan,
keadaan
ekonomi.
Perilaku
konsumen
akan
menentukan
proses
pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.
12.1 Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan terdiri dari langkah-langkah yang
dijalani konsumen pada saat mereka memutuskan apa, kapan, dimana, dan
bagaimana melakukan keputusan. Menurut Nugroho J Setiadi (2008)
“proses pembelian spesifik terdiri dari urutan kejadian
berikut :
pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku sesudah pembelian”.
34
GAMBAR 2.1
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Mengenali
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Kebutuhan
Informasi
Alternatif
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Sumber : Kotler&Keller (2012)
Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Mengenali kebutuhan
Proses ini dimulai saat konsumen mulai menyadari adanya masalah atau
kebutuhan. Konsumen merasakan perbedaan antara yang nyata dan yang
di inginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena rangsangan internal maupun
eksternal.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau mungkin juga
tidak, mencari informasi lebih lanjut. Pencarian informasi terdiri dari dua
jenis menurut tingkatannya. Pertama adalah perhatian yang meningkat,
yang ditandai dengan pencarian informasi secara aktif yang dilakukan
dengan cara mencari informasi dari segala sumber. Sumber-sumber
informasi konsumen dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Sumber pribadi
: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersil
: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan.
c. Sumber umum
: media massa, organisasi konsumen
d. Sumber pengalaman
: penanganan, menguji, pemakaian produk
35
3. Evaluasi alternatif
Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat
keputusan akhir. Konsumen akan mempunyai kebutuhan dan akan mencari
manfaat tertentu, selanjutnya melihat kepada atribut produk. Adapun
asumsi-asumsi tentang evaluasi dalam diri pembeli hhingga menjadi suatu
keputusan sebagai berikut :
a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai
sekumpulan atribut.
b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masing-masing. Kosnumen memiliki
penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling
penting.
c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang
letak prosuk pada setiap atribut.
d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam
sesuai dengan perbedaan atribut produk.
e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang
berbeda melalui prosedur evaluasi.
36
4. Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk referensi terhadap merekmerek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga
membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.
5. Perilaku pasca pembelian
Sesudah konsumen melakukan pembelian suatu produk yang dilakukan,
konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidak
puasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan
sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat
pasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk
dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian
yang terdiri dari :
a. Kepuasan sesudah pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan
pembelian atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli
atas produk tersebut. Jika kinerka produk lebih endah dari harapan,
konsumen akan kecewa, jika ternyata sesuai harapan, konsumen akan
puas, jika melebihi harapan konsumen yang sangat puas.
b. Tindakan-tindakan sesudah pembelian
Kepuasan ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, konsumen
37
akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli
kembali produk tersebut.
c. Penggunaan dan pembuangan setelah pembelian
Pemasar juga harus memantau begaimana pembeli memakai dan
membuang produk.
Tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi
oleh stimulus atau rangsangan. Dengan perkataan lain, apakah seseorang
merasa terlibat atau tidak terhadap suatu produk ditentukan apakah dia
merasa penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian
produk atau jasa. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada konsumen
yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam pembelian suatu produk atau
jasa, dan ada juga konsumen yang mempunyai keterlibatan yang rendah
atas pembelian suatu produk atau jasa.
Proses keputusan berbeda untuk pembelian dengan keterlibatan
rendah dan keterlibatan tinggi. Pengambilan keputusan yang diperluas
terjadi dalam kondisi keterlibatan tinggi, tetapi pengambilan keputusan
yang terbatas dan perilaku pencarian yang kurang, merupakan peraturan
yang terdapat dalam kondisi keterlibatan rendah. Jadi pada pengambilan
keputusan terbatas anatara pilihan
merek-merek alternatif dilakukan
dengan cara yang relatif sederhana, di mana konsumen menggunakan
peraturan
keputusan
yang
disederhanakan.
Faktor-faktor
yang
38
mempengaruhi keputusan pembelian konsumenn berbeda beda untuk
masing-masing pembeli, di samping produk yang dibeli dan pembeliannya
berbeda.
13. Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
No
1.
Peneliti
Hasan,
Husein
(2012)
Judul
Variabel
Variabel Independen :
Bauran pemasaran
(Product, Price, Place,
Promotion,
Faktor - Faktor
Process, People, dan
Yang
Physical Evidence)
Mempengaruh
, faktor sosial budaya (
i Keputusan
kelas sosial, kelompok
Wisatawan
referensi,
Dalam
keluarga, budaya, dan
Melakukan
subbudaya),
Kunjungan
faktor psikologi
Wisata
(motivasi, kepribadian,
Di Kota
persepsi,
Tidore
pembelajaran, sikap
Kepulauan
dan gaya hidup
Variabel Dependen :
Keputusan Wisatawan
2.
Oestarjo
(2013)
Pengaruh
Perilaku
Konsumen
terhadap Minat
Berkunjung ke
Wisata Bahari
Lamongan
Variabel Independen
:Budaya(Budaya,
Subbudaya,
Kelas sosial)
Sosial(kelompok,
Keluarga,peran status),
Individu(pekerjaan,
Hasil
Hasil analsis faktor
ditemukan
bahwa terdapat dua
variabel pengamatan
tidak memenuhi syarat
untuk difaktorkan. Dua
variabel tersebut adalah
kelas sosial dan
kepribadian. Untuk
hasil
penelitian
menunjukan bahwa
faktor bauran
pemasaran, sosial
budaya dan psikologi
secara simultan dan
parsial berpengaruh
signifikan dan
signifikan terhadap
keputusan
wisatawan dalam
melakukan kunjungan
wisata di Kota Tidore
Kepulauan.
Hasil penelitian yaitu
Diketahui bahwa
variabel bebas yaitu
yang terdiri dari faktor
budaya,
faktor sosial, faktor
individu, faktor
39
Gaya hidup,
Umur,ekonomi),
Psikologi(motivasi,
Persepsi,kepribadian,
sikap)
Variabel Dependen :
Minat Berkunjungan
3.
Pranata,
Nyoman
Indra
(2013)
FaktorFaktor Yang
Mempengaruh
i Keputusan
Wisatawan
Domestik
Berkunjung
Ke
Bali Safari &
Marine Park,
Gianyar Bali
Variabel Independen :
Faktor promosi dan
tempat pelayanan,
faktor lingkungan
((budaya, sosial yang
terdiri
kelompok rujukan
(teman, rekan kerja,
tetangga), dan
keluarga)) dan
Pribadi (usia,
tahap siklus hidup,
pekerjaan, keadaan
ekonomi,
pendapatan
, dan gaya hidup),
faktor psikologis
(motivasi, persepsi,
pembelajaran,
keyakinan dan sikap)
, faktor harga, faktor
produk, dan faktor
keandalan
Variabel Dependen :
Keputusan Wisatawan
psikologis secara
simultan dan parsial
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
minat berkunjung ke
Wisata Bahari
Lamongan dan Variabel
faktor
psikologis mempunyai
pengaruh dominan
terhadap minat
berkunjung ke Wisata
Bahari
Lamongan (WBL)
Faktor promosi dan
pelayanan dengan
eigen value sebesar
5,541, faktor lingkungan
dan pribadi memiliki
eigen valuesebesar
5,450, faktor psikologis
eigen
value sebesar 4,790,
faktor harga memiliki
eigen value sebesar
4,614, faktor produk
memiliki eigen value
sebesar 1,644 dan faktor
keandalan
memiliki eigen value
sebesar 1,345.
Sedangkan variabel
yang mewakili setiap
faktor yang
mempengaruhi
keputusan wisatawan
domestik berkunjung ke
Bali Safari & Marine
Park
variabel media
elektronik dengan
loading factor 0,904,
variabel teman sejawat
dengan
loading factor 0,926,
variabel keyakinan
40
dengan loading factor
0,915, variabel fasilitas
BSMP dengan loading
factor
0,886, variabel jenis
hiburan dan permainan
dengan
loading factor 0,824 dan
variabel keramahan
karyawan dengan
loading factor
0,812. Faktordominan
yang mempengaruhi
keputusan wisatawan
domestik berkunjung ke
Bali Safari & Marine
Park, Gianyar Bali
adalah faktor
pelayanan dengan
eigen value
terbesar 5,541.
4
Nurhapni,
2012
Analisis
Pengaruh
Budaya, Sosial
dan Psikoligis
terhadap
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Produk
Wisata Kuliner
di Wilayah
Bojonagara
Kota Bandung
Variabel Independen
:Budaya(Budaya,
Subbudaya,
Kelas sosial)
Sosial(kelompok,
Keluarga,peran status),
Pribadi(pekerjaan,
Gaya hidup,
Umur,ekonomi),
Psikologi(motivasi,
Persepsi,kepribadian,
sikap)
Variabel Dependen :
Keputusan Pembelian
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan dari hasil
pembahasan tentang
faktor-faktor yang
mempengaruhi
wisatawan domestik
dalam pengambilan
Keputusan pembelian
produk wisata kuliner
dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Responden penelitian
ini didominasi oleh lakilaki, memiliki rentang
usia > 35
tahun, pendidikan
terakhir S1/
Pascasarjana, berprofesi
sebagai pengawai
swasta,
dan memiliki tujuan
perjalanan untuk
rekreasi.
Faktor budaya pada
penelitian ini yang
41
diukur dari indikator
nilai kebiasaan,
wilayah geografis dan
prestige tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
pengambilan keputusan
pembelian produk
wisata kuliner. Dengan
kata lain
terdapat rendahnya
penerimaan wisatawan
terhadap indikator
faktor budaya
tersebut dan dengan
demikian diketahui
bahwasannya faktor
budaya tidak
mempengaruhi
wisatawan dalam
pengambilan keputusan
pembelian produk
wisata kuliner.
Faktor sosial
berpengaruh signifikan
terhadap pengambilan
keputusan pembelian
produk wisata kuliner.
Dengan kata lain, faktor
sosial yang diukur dari
indikator
gaya hidup,pengalaman
keluarga dan pengaruh
teman dapat diterima
dan sesuai.
5.
Mariana,
Putri
(2014)
Analisis
Pengaruh
Kebudyaaan,
Sosial,
Psikologis,
Pribadi
terhadap
Keputusan
Pembelian
pada
wisatawan
Variabel Independen
:Kebudayaan(Budaa,S
ubbudaya,
Kelas sosial)
Sosial(kelompok,
Keluarga,peran status),
Pribadi(pekerjaan,
Gaya hidup,
Umur,ekonomi),
Psikologi(motivasi,
Persepsi,kepribadian,
sikap)
Hasil analisis
menunjukan bahwa
kebudayaan, sosial,
pribadi dan psikologis
secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap keputusan
kunjungan wisatawan.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
keempat variabel bebas
memberikan
42
Museum
Angkut, Kota
Batu
6.
Farooq
Haq
Dan John
Jackson
(2006)
External
Factor
spiritual
tourism
segmentation :
a three country
explontary
study
(Australia,
UK, Pakistan)
Variabel Dependen :
Keputusan Pembelian
Variabel Independen
:Culture and
Subculture, social
class, Reference
Group, Family,
Personality, Learning,
Motivation,
Perception, Attitudes
Variabel Dependen :
Travel Decision
Making
kontribusi terhadap
variabel terikat yaitu
keputusan pembelian
sebesar 52,1%. Jadi,
dalam penelitian ini
yang mempengaruhi
keputusan pembelian
dipengaruhi variabel
bebas lain yang tidak
diteliti sebesar
47,9%. Pengaruh
signifikansi antara
variabel bebas
kebudayaan, sosial,
pribadi
dan psikologis terhadap
variabel terikat
keputusan pembelian
dapat dilihat dari
nilai sig F sebesar 0,000
lebih kecil
dibandingkan α sebesar
0,05 maka Ho
ditolak.
Pengamatan umum
untuk Australia dan
Inggris yaitu hampir
sama, meskipun
perilaku sub budaya,
agama, dan kelompok
budaya menunjuk
prioritas yang berbeda.
Namun Pakistan
menunjukan respon
yang lebih khas
meskipun perencanaan
pemerintah untuk
menarik wisatawan
spiritual non muslim
asing merasa tertarik.
Untuk budaya dan sub
budaya memiliki
pengaruh yang sama
diketiga Negara
terhadap
kepribadian,pembelajara
n, motivasi, persepsi
43
dan sikap untuk
melakukan keputusan
perjalanan. Untuk di
Negara Australia dan
United Kingdom kelas
sosial tidak memberikan
pengaruh terhadap
kepribadian dan
pembelajaran, motivasi,
persepsi, dan sikap
dalam pengambilan
keputusan perjalanan.
Sedangkan di Pakistan
kelas sosial menaikan
peran yang lebih
signifikan. Untuk
kelompok referensi di
ketida Negara memiliki
pengaruh yang
signifikan,dalam
mempengaruhi
kepribadian,pembelajara
n,motivasi,persepsi dan
sikap dalam keputusan
perjalanan spiritual
terutama di Pakistan.
Dan untuk keluarga
hanya keluarga Asia
yang secara terbuka
mengakui pengaruh
keluarga baik dalam
keputusan maupun
partisipasi dalam
pariwisata spiritual.
7.
Sari Fitria
(2014)
Tinjauan
terhadap
motivasi
wisatawan
berkunjung ke
objek wisata
air terjun Aek
Mertua
Kabupaten
Rokan Hulu
Provinsi Riau
Variabel Independen:
Budaya dan Sub
Budaya, Kelompok
Rujukan
Variabel Dependen
:Motivasi berkunjung
Berdasarkan hasil
rekapitulasi penelitian,
secara keseluruhan
diketahui bahwa
tingginya motivasi
wisatawan berkunjung
ke objek wisata air
terjun Aek Martua. Hal
tersebut dibuktikan
dengan perolehan
jumlah total keseluruhan
skor berjumlah
7151yang berada
44
diantara 7140 – 8819
poin. Dan berdasarkan
fakta lapangan terhadap
persentase yang
terpenuhi 68%. Dapat
terlihat bahwa tingginya
motivasi wisatawan
berkunjung ke objek
wisata air terjun Aek
Martua, lebih terdorong
karena adanya
motivator, sedangkan
motivasi yang
datangnya dari dalam
diri individu itu sendiri
hanya di nilai cukup
dalam memotivasi
wisatawan berkunjung
ke objek wisata air
terjun Aek Martua.
motivator tertinggi yang
mempengaruhi
wisatawan berkunjung
ke air terjun Aek Martua
adalah dari pengaruh
teman dan pengaruh
rekan kerja. Hal ini
membuktikan bahwa
pengaruh informasi atau
ajakan yang
disampaikan dari teman
dan rekan kerja yang
telah berkunjung ke air
terjun Aek Martua
memiliki peran yang
sangat penting bagi
seorang pengunjung
untuk berkunjung ke air
terjun Aek Martua.
8.
Vuuren,
dan
Elmarie
Slabbert
Travel
Motivations
and Behaviour
of Tourist to A
South African
Resort
Variabel Independen :
Sosical Class,
Family,Reference
Group
Variabel Dependen :
Motivation
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
mengetahui perilaku
perjalanan dengan
melihat kelas sosial dan
referensi khusus untuk
perjalanan motif
wisatawan ke sebuah
45
resor di Afrika Selatan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
motif wisatawan
bepergian ke resor yang
untuk beristirahat dan
bersantai, untuk
berpartisipasi dalam
kegiatan menarik, untuk
ikut serta dalam
memperkaya dan
pengalaman, interaksi
sosial dan nilai-nilai
pribadi tertentu belajar.
Hasil ini dikonfirmasi
motif diidentifikasi oleh
studi penelitian
sebelumnya. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
kelas sosial dan
kelompok referensi
berpengaruh terhadap
motivasi wisatawan
dalam berpergian.
Faktor-faktor yang
tampaknya menjadi
motivator populer,
seperti kegiatan rekreasi
dan memperkaya
pengalaman belajar dan,
juga harus difokuskan
pada proses pemasaran.
9.
Dowel. M
Lehi, et al
(2011)
The Potential
Impact Of
USA on the
Cuban Market
if Travel
Sanctions are
lifted as well
as the
identification
of their PushPull Travel
Motivations
Variabel Dependen :
Travel
Sanction,Reference
Group
Variabel Independen
:Push-Pull Motivation
Kelompok referensi
memainkan peran
penting bagaimana
wisatawan memilih
tujuan liburan akhir.
Dowel meneliti
pengaruh teman sebaya
dan menemukan ada
dampak afirmatif antara
persuasi rekan dan
memiliki rekan
mengambil pesiar
46
Factors
olahraga seperti
berkemah. Selain itu,
Ajzen dan Driver
menunjukkan hubungan
positif antara individu
memilih lokasi wisata
rekreasi berdasarkan
pengalaman masa lalu
dan cerita dari rekanrekan mereka. Studi
kasus oleh Currie,
Wesley, dan Sutherland
menjelajahi proses
pengambilan keputusan
perjalanan dan peran
yang mengintip
kelompok referensi
bermain dalam
mempengaruhi
keputusan itu, secara
khusus, berkaitan
dengan jenis kelamin
pelancong. Mereka
mengevaluasi 73
kuesioner dari
mahasiswa di salah satu
kampus universitas.
Highlights dari temuan:
untuk peserta laki-laki
lebih dari dua kali lipat
pergi ke lokasi rekreasi
yang spesifik
berdasarkan
rekomendasi dari rekanrekan mereka daripada
mereka yang tidak; 85%
dari responden
termotivasi untuk
memiliki pengalaman
yang sama seperti
rekan-rekan mereka
setelah mendengar
tentang perjalanan
mereka; 100% dari
siswa semua
menyatakan tanggapan
emosional dari beberapa
jenis setelah mendengar
47
rekan mendiskusikan
perjalanan mereka, di
mana laki-laki yang
diidentifikasi dengan
emosi cemburu
sementara perempuan
diidentifikasi dengan
emosi kegembiraan;
dan, bahwa 99% dari
responden merasa
informasi yang
dikumpulkan dari rekanrekan yang lebih
berpengaruh daripada
agen-agen perjalanan
dan buku. Ini adalah
studi kasus relatif
karena Kuba belum
banyak dikunjungi oleh
wisatawan Amerika,
dan berarti bahwa
mereka harus
memanfaatkan membuat
yang terbaik kesan
pertama sehingga
perjalanan ke Kuba
akan dikomunikasikan
kembali ke kelompok
referensi rekan dalam
cahaya yang positif
10.
Rohmana
Roseu
(2014)
Analisis
Faktor-faktor
Motivasi
wisatawan
dalam
mempengaruhi
Keputusan
Berkunjung ke
Daya Tarik
Wisata Alam
Cibulan
Kuningan
Variabel Dependen :
Family Oriented,
novelty seeking, stress
busting
Variabel Independen
:Keputusan
Berkunjung
Dari hasil penelitian
pengaruh yang tertinggi
ialah family oriented
dikarenakan pengarus
wisnus yang berkunjung
ke Cibulan ialah yang
telah berkeluarga.
Cibulan dijadikan
tempat rekreasi bagi
keluarga
48
11.
12.
Hasyat
Ali Salim
dan
Ahmad
Sami
Cathy, et
al
(2011)
Sociocultural
impacts of
Tourism on the
local
community in
Petra, Jordan
Reference
Group
Influences
among
Chinese
Travelers
Variabel Dependen :
Sociocultural,
Perception,family
oriented, Tourism
Variabel Independen :
Travel Decision
Making
Variabel Dependen :
reference group,
perception,
Variabel Independen
:Travels Decision
Penelitia
n ini membahas
mengenai persepsi
dampak sosial
berdasarkan kelas sosial
serta manfaat yang
diperoleh dan
konsekuensi positif mau
pun negatif dari
kegiatan pariwisata.
Terdapat perbedaan
kelas sebagai
perbandingan persepsi
yakni kelas yang tinggi
dan rendah. Ditemukan
bahwa kelas rendah
berpresepsi positif
terhadap adanya
pariwisata dari pada
kelas tinggi. Tujuan
penelitian ini untuk 1)
mengidentifikasi
dampak sosial budaya
pariwisaata pada
masyarakat Petra, 2)
Mengevaluasi kritik
dampak sosial budaya
pariwisaata pada
masyarakat Petra, dan 3)
Menentukan
rekomendasi khusus
untuk meningkatkan
kesadara pemerintah,
masyarakat lokal dan
wisatawan terhadap
dampak sosial budaya
pariwisaata pada
masyarakat Petra.
Sejumlah penelitian
telah dilakukan pada
pengaruh kelompok
referensi dalam
hubungannya dengan
perilaku pencarian
informasi selama proses
perjalanan-atau liburanperencanaan (misalnya,
49
Fodness dan Murray
Moutinho Nicholas dan
Snepenger Assael
diucapkan bahwa
strategi pencarian
informasi yang berbeda
dapat berfungsi sebagai
dasar yang berguna
untuk mengkategorikan
berlibur karena ini
adalah sarana yang
pelayanan dan
penawaran produk
dikomunikasikan
kepada wisatawan.
B. Rerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2009) “ kerangka berfikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti.
Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel. Kerangka
berfikir dalam suatu penilitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih”. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor, yang bertujuan
untuk melihat berapa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
berkunjung wisatawan nusantata dalam berkunjung ke Pantai Carita.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor budaya (budaya,subbudaya, dan kelas sosial), dan faktor sosial (kelompok referensi, keluarga
dan kelas sosial). Faktor Psikologis diantaranya (Motivasi dan persepsi).
50
Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wisnus dalam
berwisata ke Pantai Carita.
GAMBAR 2.2
RERANGKA PEMIKIRAN
Budaya dan
Sub-Budaya
1
(X1)
Motivasi
( Y1)
5
9
2
Kelas Sosial
(X2)
6
Pengambilan
Keputusan
3
(Z)
Kelompok
Referensi
7
10
(X3)
4
8
Persepsi (Y2)
Keluarga
(X4)
Sumber : Diolah Peneliti
C. Hipotesis
Hipotesis
merupakan
pernyataan
sementara
yang
perlu
diuji
kebenarannya (Usman dan Akbar,2006). Sebelum diuji, maka hipotesis tersebut
haruslah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pengujian hipotesis akan
51
membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesis. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. : Budaya dan Sub Budaya berpengaruh signifikan terhadap Motivasi
wisatawan nusantara (wisnus) berkunjung ke Pantai Carita.
2. : Kelas Sosial berpengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus
berkunjung ke Pantai Carita.
3. : Kelompok Referensi berpengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus
berkunjung ke Pantai Carita.
4. : Keluarga berepengaruh signifikan terhadap Motivasi wisnus berkunjung
ke PantaiCarita.
5. : Budaya dan Sub Budaya berpengaruh signifikan terhadap Persepsi
wisnus berkunjung ke Pantai Carita.
6. : Kelas Sosial berpengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus
berkunjung ke Pantai Carita.
7. : Kelompok Referensi berpengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus
berkunjung ke Pantai Carita.
8. : Keluarga berepengaruh signifikan terhadap Persepsi wisnus berkunjung
ke Pantai Carita.
9. : Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung wisnus
ke Pantai Carita.
10. : Persepsi berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung wisnus
ke Pantai Carita.
Download