1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sekitar 4,7

advertisement
BAB I
PENGANTAR
1.1
Latar Belakang
Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat
menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di Dunia. Demikian pula organisasi
Travel Leisure di Amerika Serikat kembali menetapkan Pulau Bali sebagai Pulau
Wisata terbaik di belahan dunia, yang layak dikunjungi masyarakat International
(http://epaper.balipost.com).
Kedua penghargaan tingkat internasional atas prestasi Bali itu diterima
langsung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik dan Jason
Tedjakusuma perwakilan majalah Time dan Peter Bakker dari Travel Leisure, di
Tuban Bali pada hari Minggu tanggal 12 November 2009. Selesai acara
peluncuran Bali is My life, selanjutnya Jero Wacik menyerahkan Penghargaan
Internasional itu kepada Kepala Dinas Pariwisata Bali, Drs. I Gede Nurjaya
mewakili Gubernur Bali. Pemilihan pulau wisata terbaik lewat pembaca majalah
Time dilakukan secara berkesinambungan setiap tahun. Penghargaan yang
diterima Bali merupakan yang kedua kalinya dari majalah Time, karena tahun lalu
Bali juga ditetapkan sebagai pulau wisata terbaik dan mengungguli pulau-pulau
wisata lainnya di dunia (Pakpahan, 2007: 40).
Penetapan Bali sebagai pulau wisata terbaik dunia versi Travel Leisure
menurut Peter Bakker, kali ini merupakan yang kelima yang diterima Bali
berturut-turut selama lima tahun terakhir. Bali mulai dikenal oleh Negara-negara
dunia setelah Miguel Covvarubias, pelukis, penulis dan antropolog dari Mexsiko
1
2
meluncurkan buku Island of Bali pada tahun 1970. Jero Wacik menilai kedua
Penghargaan Internasional itu Bali dan Indonesia umumnya adalah berdasarkan
penilaian masyarakat dunia, dan prestasi yang diraih Bali diharapkan mampu
memperbaiki citra pariwisata Bali dan Indonesia umumnya.
Makna dari penghargaan ini bagi Indonesia adalah kepercayaan terhadap
pariwisata Indonesia khususnya Bali setelah kejadian yang mengguncang
stabilitas pariwisata nasional ternyata telah pulih. Tidak salah bila Bali menjadi
barometer kepariwisataan nasional. Pembangunan pariwisata di kawasan Kuta,
Legian dan Seminyak saat ini sudah memberikan manfaat ekonomi secara
langsung dan adil kepada masyarakat lokal, karena kawasan itu merupakan daerah
wisata yang telah berkembang dengan sangat pesat. Selain kawasan itu, kawasan
pariwisata Nusa Dua pun berkembang sangat pesat. Saat ini Nusa Dua bagaikan
perkampungan turis bagi wisatawan mancanegara dengan semua fasilitas
penunjang kawasan pariwisata kelas dunia telah tersedia di sini.
Untuk dapat tetap mempertahankan keajegan pariwisata Bali harus
dilakukan oleh seluruh unsur pariwisata antara lain seperti hotel, restaurant,
kawasan wisata dan lain–lain. Berdasarkan keaneka ragaman akomodasi
pariwisata yang ada di Bali khususnya di Nusa Dua, maka diharapkan seluruh
akomodasi dapat mempertahankan ciri khasnya agar tetap dapat diterima oleh
wisatawan. Beberapa permasalahan yang terjadi di dalam setiap pelaksanaan
investasi adalah birokrasi yang kurang memadai baik di daerah maupun dipusat.
Bagi investor, informasi potensi investasi sangatlah penting karena dengan
informasi tersebut investor mudah mendapatkan informasi tentang peluang
investasi. Secara umum sektor pariwisata masih memiliki kendala lemahnya
3
manajemen pariwisata yang dapat mendukung pengembangan wilayah dan
ekonomi lokal.
Bali masih menjadi primadona tujuan wisata di Indonesia baik oleh
wisatawan mancanegara maupun domestik untuk berlibur dibandingkan daerah
lain di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan dengan data dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata bahwa selama tahun 2011 sebanyak 2.826.709
wisatawan masuk ke Bali. Keseriusan Pemerintah dalam peningkatan keamanan
memberikan dampak positif bagi keadaan pariwisata di Tanah Air, terutama Bali
yang terus membaik setelah Peristiwa Bom Bali II. Selama periode 2006 – 2011
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali terus mengalami peningkatan hingga
mencapai 2.826.709 wisatawan pada tahun 2011. Bahkan pada tahun 2009 tercatat
sejumlah 2.229.945 wisatawan mancanegara datang berkunjung ke Bali
(Pakpahan, 2007: 40). Tabel 1.1 ditampilkan banyaknya wisawatan mancanegara
yang datang langsung ke Bali per bulan pada tahun 2006 – 2011.
4
Tabel 1.1 Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung
ke Bali per Bulan Tahun 2006 – 2011
NO
BULAN
TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2011
79,721
109,875
159,872
164,643
168,923
209,093
73.43
118,483
153,465
139,370
187,781
207,195
1
Januari
2
Februari
3
Maret
84,064
119,458
153,216
161,169
194,482
207,907
4
April
103,886
125,393
167,515
179,879
178,549
224,704
5
Mei
101,776
129,039
159,877
181,983
196,719
209,058
6
Juni
109,651
145,500
170,994
190,617
228,045
245,652
7
Juli
121,988
164,972
183,122
224,636
254,907
283,524
8
Agustus
118,104
167,031
187,584
222,441
243,154
258,377
9
September
118,329
152,804
181,033
208,185
240,947
258,440
10
Oktober
112,629
146,385
180,944
210,935
229,904
247,565
11
November
113,844
142,124
141,841
163,531
199,861
221,603
12
Desember
122,848
147,467
166,855
182,556
227,251
253,591
1,186,840
1,668,531
2,006,318
2,229,945
2,550,523
2,826,709
40.59
20.24
11.15
14.38
10,83
TOTAL
PERTUMBUHAN
Sumber : BPS Propinsi Bali, 2012
Nusa Dua dikenal sebagai kawasan pariwisata yang eksklusif
dibandingkan daerah wisata lainnya di Bali, terlebih keberadaan BTDC (Bali
Tourism Development Corporation) di kawasan Nusa Dua yang terkenal akan
hotel-hotel mewah kelas dunia yang terdapat di dalamnya. Selain akomodasi
mewah, juga terdapat pantai berpasir putih atau terkenal dengan Golden Sand
Beach di sepanjang garis pantai Nusa Dua, serta salah satu Lapangan Golf terbaik
di Asia yang masih berada dalam kawasan BTDC. Area Nusa Dua Selatan yang
berada di luar kawasan BTDC sebelumnya tidak banyak menarik minat investor
untuk dikembangkan menjadi fasilitas hunian pariwisata. Akan tetapi sejak
beberapa hotel dan resort yang menawarkan fasilitas yang sepadan seperti hotel
berbintang di dalam kawasan BTDC dibangun dan dioperasikan dengan sukses di
5
daerah tersebut. Banyak investor lokal maupun asing yang berminat untuk
mengembangkan lahan yang mereka miliki di daerah tersebut terlebih karena
lokasinya masih berada di kawasan Nusa Dua yang jaraknya cukup dekat dengan
Bandara Internasional Ngurah Rai dengan akses dari Jalan By Pass Ngurah Rai,
infrastruktur yang tersedia cukup baik, dengan pemandangan ke arah laut yang
pasti digemari oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.
PT. Puri Jepun Lestari yang bergerak dibidang jasa pengembang melihat
adanya peluang investasi yang menarik dari bisnis hotel di Bali. Atas dasar
tersebut, PT. Puri Jepun Lestari berencana untuk melakukan investasi melalui
kegiatan real estate development yaitu pengembangan lahan yang dimilikinya
sehingga diharapkan dari kegiatan investasi tersebut PT. Puri Jepun Lestari dapat
memperoleh pengembalian investasi dari kegiatan pengembangan lahan tersebut.
Lahan yang akan dikembangkan adalah lahan milik perusahaan seluas
12.025 meter persegi di Desa Sawangan, Area Nusa Dua Selatan. Di atas lahan
tersebut direncanakan akan dibangun hotel yang terdiri dari dua bangunan hotel
dan satu bangunan fasilitas umum. Jumlah keseluruhan room adalah seratus tujuh
puluh enam unit yang terdiri dari kombinasi tipe superior studio dan deluxe suite
yang akan dioperasionalkan kepada wisatawan mancanegara. Agar operasional
hotel dapat berjalan dengan baik, diperlukan operator hotel yang profesional dan
berpengalaman dalam bidangnya, dalam hal ini, PT. Puri Jepun Lestari akan
memberikan tanggung jawab kepada Aston International untuk mengoperasikan
hotel Royal Alana selama sepuluh tahun.
6
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh siapapun yang
terlibat dalam proyek ini, maka dalam pengembangan lahan PT. Puri Jepun
Lestari perlu memperhatikan aspek-aspek yang menguntungkan ataupun
merugikan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam usaha pengembangan suatu
wilayah dengan tujuan untuk mendukung industri pariwisata adalah dari segi
analisis keuangan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat return dan
resiko dari kegiatan pengembangan tersebut.
Pengembangan tersebut akan banyak memerlukan dana investasi, sehingga
perlu untuk mengetahui apakah investasi tersebut dipandang layak untuk
dilakukan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya investor tidak sia-sia
dalam menanamkan modalnya. Begitu juga bagi pemerintah dan masyarakat, agar
manfaat dari pembangunan hotel ini dapat ikut dirasakan, dan mampu untuk
menunjang kesejahteraan serta perekonomian daerah, khususnya Kabupaten
Badung. Berdasarkan uraian di atas rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah pembangunan hotel Royal Alana layak dari segi finansial dan
berapa proyeksi pendapatan selama periode analisis, yaitu sepuluh tahun, yang
dapat diberikan kepada operator, sehingga investasi dianggap aman dan tidak
memiliki resiko keuangan.
1.2
Keaslian Penelitian
Penelitian empiris mengenai optimalisasi aset dan penggunaan tertinggi
dan terbaik telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1. Anggeraini (2008), meneliti tentang investasi publik pembangunan Pusat
Pelelangan Ikan (PPI) Muara Sambat, Kabupaten Kaur. Penelitian ini tidak
7
hanya menggunakan metoda Cost Benefit Analysis (CBA) dengan alat NPV,
IRR, dan Benefit Cost Ratio. Hasil analisis menunjukkan 3 variabel lapangan
kerja, pendapatan dan peranan wanita memiliki pengaruh positif (searah)
dengan manfaat (benefit) PPI, sedangkan variabel lingkungan memiliki
pengaruh negatif (cost) terhadap manfaat PPI.
2. Riyumie (2010) meneliti tentang investasi publik pembangunan Rel Kereta
Api di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metoda Cost
Benefit Analysis (CBA) dengan mengidentifikasi Willingness to Acept (WTA)
masyarakat terhadap benefit dan cost yang timbul. Hasil analisis menunjukkan
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penentuan penggunaan tertingi dan
terbaik dari fasilitas publik harus layak secara keuangan dan berpengaruh
sangat positif terhadap perkembangan daerah di mana stasiun kereta api
dibangun.
3. Busrah (2005) meneliti tentang pemanfaatan tanah kosong di lahan reklamasi
pantai di Jalan Mattirotasi Pare-pare. Penelitian ini membahas kelayakan
keuangan (financial feasibility), analisis pasar dan produktivitas properti
dalam proses penentuan penggunaan tertinggi dan terbaik. Variabel yang
digunakan adalah pasar masing–masing alternatif pengembangan, sedangkan
analisis yang digunakan adalah analisis keuangan. Adapun hasil dari
peneliltian ini menunjukkan bahwa dalam penentuan penggunaan tertingi dan
terbaik penggunaan harus layak secara keuangan adalah hotel serta restauran
yang merupakan pengembangan yang paling layak direkomendasikan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
meliputi wilayah penelitian, yaitu di Desa Sawangan, kawasan Nusa Dua Selatan
8
dan objek penelitian adalah berupa bangunan komersial hotel. Penelitian
sebelumnya menggunakan alat analisis statistik, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan alat analisis keuangan, dengan beberapa variabel analisis pasar,
analisis teknik dan analisis biaya proyek untuk menentukan kelayakan proyek.
1.3
1.3.1
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1.
menilai kelayakan aspek finansial investasi dari sisi investor dalam
pembangunan Hotel Royal Alana;
2.
menghitung jumlah pendapatan operasional hotel selama sepuluh tahun yang
dapat diberikan kepada operator sehingga aman bagi investor.
1.3.2
Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh instansi terkait sebagai suatu acuan
perencanaan pembangunan hotel di daerah pariwisata di Indonesia dan khususnya
di Bali. Serta dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang evaluasi investasi
terhadap keberadaan hotel dalam perkembangan ekonomi wilayah.
1.4 Sistematika Penulisan
Urut-urutan penulisan tesis ini diawali dengan Bab I yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian
penelitian dan sistematika penulisan. Bab II yang terdiri dari tinjauan pustaka,
landasan teori dan alat analisis. Bab III yang terdiri dari cara penelitian, batasan
dan definisi operasional dan hasil analisis data. Terakhir, Bab IV berisi penarikan
kesimpulan dan saran.
Download