Transformasi Peran Fasilitator Dari Facilitator menjadi Entrepreneur Facilitator hingga Development Consultant Membangun Budaya P2kp Apa yang Sudah Baik : • • • • Konsep P2KP (model Transformasi Sosial) diakui mempunyai visi yang mulia “mewujudkan tatanan masyarakat madani”. Pendekatan P2KP menggunakan metode “edukasi” atau pembelajaran berbasis “value”, sudah berada di jalur (“rel”) yang benar. Proses melalui tahapan siklus sudah menjadi strategi dasar P2KP, bagaimana kita mencapai tujuan pemberdayaan. Dukungan pemandu yang jauh lebih besar, sistem penilaian yg lebih baik,modul yang lengkap dan kemasan yang baik, dukungan dana fixed cost yang memadai. Situasi Saat ini: 1. Kita dihadapkan pada situasi wilayah pendampingan yang semakin banyak/ luas dan beragam tingkat perkembangannya. 2. Pelatihan2 untuk para fasilitator yang dilaksanakan telah menunjukan kualitas penyelenggaraan yang baik, dibuktikan dengan nilai pemandu dan juga peserta baik di lokasi dasar, madya dan utama. 3. Hasil Uji-Petik thd Pelatihan di tingkat Masyarakat: Dukungan faskel dan pengelolaan anggaran kualitasnya cukup baik, tetapi capaian di sisi pemahaman dan keterampilan, perubahan sikap/ perilaku masyarakat masih kurang. 4. Artinya: masih ada gap yang relatif besar antara hasil pelatihan faskel terhadap hasil pelatihan masyarakat, terutama soal teknik fasilitasi faskel dalam melatih masyarakat Modul Pelatihan I PLPBK 1 Beberapa Persoalan Kritis: 1. Pada tataran Ideologis dan Kepemimpinan: – Visi dan Misi, belum dimengerti dengan jelas disemua level organisasi, implikasinya kepemimpinan yang berkembang belum mencerminkan cita-cita program. 2. Pada tataran Manajemen Organisasi: – Organisasi “proyek” dengan segala keterbatasan yang ada sering membelenggu kreatifitas, dan belum mendukung suasana kerja yang nyaman. 3. Pada tataran Pelaku (Konsultan /Fasilitator): – Motivasi kerja yang belum menyatu dengan visi / misi programnya – Kemampuan memfasilitasi “perubahan” masih lemah Tantangan ke Depan: 1. Bagaimana kita; Meningkatkan efektifitas dan kapabilitas organisasi secara keseluruhan ? • Membangun Semangat Baru dan suasana kerja yang NYAMAN. • Visi dan Misi, maupun Strategi Dasar yang diyakini dan dimengerti dengan jelas disemua level organisasi. • Mengkomunikasikan dan menerapkan Nilai-nilai Organisasi di semua pelakunya (terutama konsultan) Komitmen Personal pada “customers” yaitu: Masyarakat Miskin Mengembangkan budaya keteladanan, taat Hukum dan menerapkan Etika Perilaku • • Modul Pelatihan I PLPBK 2 Fasilitator Entrepreneur Tantangan ke Depan: 2. Bagaimana Pelatihan-pelatihan para pelaku (Fasilitator) dirancang untuk mendukung tumbuhkembangnya budaya organisasi yang diinginkan ? • Fokus pada pengembangan Pengetahuan, Keterampilan, dan Kemampuan. • Pengendalian Proses di Lapangan; Mempromosikan dan mendorong perbaikan yang menerus (continuous quality improvement /CQI). • Perbaikan yang Menerus dari sistem kerja harus terintegrasi dengan pekerjaan sehari-hari. • Menggunakan hasil review /temuan2 dari personal dan Organisasi untuk merumuskan fokus dari perbaikan2 Perlu ARAH baru… Kontrol Kualitas menuju Manajemen Kualitas • Fokus pada masa lalu • Menyelidiki kesalahan2 • Memandang ke masa depan • Mencari pihak2 yang bersalah • Menuduh dan menghukum • Manajemen Mikro • Mencegah kesalahan2 • menyelidiki kesalahan2 di dalam prosesnya • Membantu, Mediasi, dan Fasilitasi. • Memotivasi • Sistem Manajemen Modul Pelatihan I PLPBK 3 Dari Fasilitator, menjadi Entrepreneur Fasilitator, hingga Konsultan Pembangunan Transformasi Sosial Fasilitator Sonny H Kusuma April 2011 Masa Pendampingan PROYEK Masa Transisi Paska PROYEK FASILITATOR Entrepreneur FASILITATOR Development CONSULTANT • Memfasilitasi Proses Partisipasi Masyarakat • Mempromosikan Program Masyarakat • Menggalang Mitra Kerja Masyarakat • Menjadi Mitra Kerja Masyarakat P P MF Mendampingi Masyarakat F DU DU M Advokasi Masy dan Mediasi Stakeholders Konsultan Pembangunan Masyarakat (Client) M P RTPLP Kaw Priorita s AB & Rencana Pengelola an Fisik 850jt F Modul Pelatihan I PLPBK 4 Peran Fasilitator Pembaru Dua Sisi Mata Uang Tugas Pokok Fasilitator Pembaru: Sebagai Pelaksana Proyek untuk bertindak sebagai Agen Pembaruan Masyarakat Tugas Pokok Fasilitator Fasilitator Pembaru ialah pelaksana kegiatan CDD ditingkat masyarakat : 1. sebagai pelaksana proyek dalam bidang pembaruan masyarakat, termasuk mencatat/melaporkan hasilnya di setiap perkembangan proyek ke konsultan manajemen sebagai laporan pertanggungjawaban fasilitator dan masukan untuk data SIM (Sistem Informasi Manajemen); dan 2. oleh sebab dia dikontrak sebagai agen pembaru masyarakat, maka tugasnya termasuk mensosialisasikan masyarakat kepada nilai-nilai CDD, intervensi perubahan perilaku dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan membantu masyarakat merumuskan serta melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Rincian tugas-tugas Fasilitator sebagai pelaksana proyek dari tugas-tugas konsultan manajemen di tingkat masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Melaksanakan tugasnya sebagai pembaru masyarakat. 2) Melaksanakan kegiatan CDD sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman yang berlaku; 3) Menjaga proyek dari terjadinya salah sasaran dan salah penanganan; 4) Mencatat semua kemajuan proyek di lapangan sesuai dengan format Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang disediakan konsultan manajemen; dan 5) Melaporkan kemajuan proyek kepada konsultan manajemen sebagai input Sistim Informasi Manajemen (SIM). Rincian tugas-tugas Fasilitator sebagai agen pembaru masyarakat adalah sebagai berikut : 3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi Termasuk didalamnya adalah: a) Menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan CDD sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan kepada seluruh lapisan masyarakat dimana mereka bertugas. b) Menyebarluaskan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Prinsip dan Nilai-nilai yang dijunjung CDD. c) Bersama Kader Masyarakat/Fasilitator Desa/Relawan, melalui serangkaian FGD, membangun kesadaran kritis masyarakat agar mampu mengidentifikasikan persoalan kemiskinan di kelurahan/desa yang bersangkutan dan perlunya menanggulangi kemiskinan secara terorganisasi dan sistematis. d) Mendorong peran serta dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat umumnya dan masyarakat miskin khususnya, di seluruh kegiatan CDD. e) Membangkitkan tumbuhberkembangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan sosial kontrol pelaksanaan CDD di kelurahan/desa dan/atau kecamatan yang bersangkutan. f) Memfasilitasi pembangunan dan pengembangan sosial kapital (nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan) sebagai kondisi yang dibutuhkan bagi upaya penanggulangan kemiskinan. 2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan (training) Termasuk didalamnya adalah: a) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas kader masyarakat/ fasilitator desa / relawan sebagai agen pemberdayaan masyarakat. Termasuk diantaranya pelatihan dasar dan lanjutan dalam bentuk pelatihan kelas, praktek atau on the job training dan bimbinqan intensif; b) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas organisasi masyarakat. Modul Pelatihan I PLPBK 5 c) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas kelompok pemanfaat sebagai kelompok dinamik. Termasuk diantaranya membangun tim, mengenali peluang usaha atau mengembangkan usaha yang ada, menyusun proposol usaha, dan pengelolaan keuangan secara sederhana. Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk kelas maupun praktek dalam kelompok. 3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan umum pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kegiatan siklus Fungsi Fasilitator Untuk dapat menjalankan tugas pokok tersebut di atas maka Fasilitator memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut : Fasilitasi, yang pada intinya membuat sesuatu berjalan dengan baik dan dilakukan dengan kesadaran penuh. Mediasi, yang pada intinya menjembatani beberapa pihak untuk dapat bekerjasama secara sinergis. Advokasi, yang pada intinya mengajak orang yang diadvokasi untuk berpikir seperti dia yang mengadvokasi. Ketiga fungsi tersebut dalam prakteknya berbaur, misalnya pada saat mediasi juga akan terjadi proses fasilitasi ketika beberapa pihak bertemu dan advokasi ketika ada hal-hal yang masih perlu disepahamkan. Kode Etik Fasilitator Pembaru Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa Fasilitator Pembaru berperan strategis sebagai ‘agen pembaru’. Pelaksanaan ‘administrasi proyek’ dilakukan sebagai konsekuensi logis dari kerja sebagai agen pembaru yang dikontrak proyek. Fasilitator bukan sebagai ‘sinterklas’ atau pembuat ‘proposal’ atau bahkan ‘tukang kredit’. Untuk itu, Fasilitator Pembaru dituntut untuk menjunjung tinggi kode etik sebagai berikut : a) Senantiasa melihat masyarakat sebagai tambang yang penuh sifat-sifat luhur/mulia manusia dan tugas utama seorang fasilitator adalah menggali tambang-tambang tersebut sehingga sifat-sifat luhur tersebut muncul, tumbuh dan berkembang. b) Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam melaksanakan kegiatan CDD. c) Berpijak dan berorientasi pada kepentingan dan tujuan kegiatan CDD secara keseluruhan, serta tidak didasarkan pada kepentingan dan tujuan pribadi, kelompok atau golongan. d) Senantiasa berpihak pada kelompok marjinal (warga yang tertindas). e) Taat asas dan konsisten pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan harkat dan martabat mereka sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur dan warga negara. f) Senantiasa melayani masyarakat dan tidak sesekali minta dilayani masyarakat. g) Tidak diperkenankan untuk meminta imbalan atau menerima imbalan dari masyarakat. h) Berorientasi kepada kemandirian masyarakat agar mampu menangani persoalan kemiskinan dengan potensi yang dimilikinya dan tidak menciptakan ketergantungan masyarakat pada fasilitator maupun pada keberadaan atau bantuan dari pihak-pihak di luar masyarakat. i) Senantiasa berupaya merangkul berbagai pihak ke dalam iklim kemitraan, kebersamaan dan kesatuan, serta tidak menciptakan pengkotak-kotakan maupun menunjukkan sikap diskriminasi. j) Tidak berorientasi kepada TARGET saja, tetapi juga mengedepankan PROSES. k) Tidak memberikan ‘janji-janji‘ muluk kepada masyarakat. l) Senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip partisipasi, demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan desentralisasi. Modul Pelatihan I PLPBK 6 m) Menjunjung tinggi nila-nilai; dapat dipercaya, jujur, ikhlas, adil, setara dan kebersamaan dalam keragaman. n) Menganut dan menjunjung tinggi integritas profesi. Modul Pelatihan I PLPBK 7