JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011 Resensi Social Epidemiology Judul : Social Epidemiology Penulis : Lisa F. Berkman (Editor), Ichiro Kawachi (Editor) Hardcover : 391 halaman Penerbit : Oxford University Press, USA Edisi : Pertama (15 Maret, 2000) Bahasa : Inggris ISBN-10 : 0195083318 ISBN-13 : 978-0195083316 Banyak praktisi di bidang kedokteran dan kesehatan mungkin bertanya-tanya apakah yang dimaksudkan dengan epidemiologi sosial. Editor buku ini, Berkman dan Kawachi, mendefinisikan epidemiologi sosial “the branch of epidemiology that studies the social distribution and social determinants of health.” Artinya, cabang dari epidemiologi yang mempelajari distribusi dan determinan sosial dari kesehatan. Dengan kata lain epidemiologi sosial merupakan cabang epidemiologi yang mendeskripsikan distribusi kesehatan pada populasi berdasarkan faktor-faktor sosial, dan menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perbedaan distribusi kesehatan itu pada berbagai populasi. Bidang ilmu epidemiologi sosial mengintegrasikan konsep dan metode dari aneka disiplin, mulai dari sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, demografi, biologi, fisiologi, kedokteran, dan tentu saja epidemiologi sendiri. Epidemiologi sosial memberikan perhatian khusus kepada komunitas sebagai sebuah entitas, suatu entitas yang lebih kompleks daripada sekedar kumpulan dari individu-individu yang membentuk komunitas itu, yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan masingmasing individu tersebut. Pendekatan epidemiologi sosial merepresentasikan suatu pergeseran konsep teori dan riset epidemiologi, yaitu pergeseran menuju dunia sosial yang selama ini diabaikan oleh riset biomedis. Epidemiologi sosial sesungguhnya bukan merupakan ilmu yang sama sekali baru. Pada awal 102 abad keduapuluh, Emile Durkheim (1858-1917) merampungkan penelitiannya yang menghubungkan bunuh diri dengan aneka keadaan psikopatologis (misalnya, kegilaan), ras, hereditas (keturunan), iklim, musim, perilaku imitatif, faktor-faktor egoistik (misalnya, agama), altruisme (lebih memprioritaskan kebutuhan dan perasaan orang lain ketimbang dirinya sendiri), anomie (instabilitas sosial), dan fenomena sosial lainnya. Hasil penelitian Durkheim dibukukan dengan judul “Suicide: a study in sociology” tahun 1897, merupakan contoh awal studi epidemiologi sosial, meneliti pengaruh faktor psikososial terhadap kesehatan populasi (Gerstman, 1998). Nama “epidemiologi sosial” sendiri baru diperkenalkan pertengahan abad ke-20 oleh Alfred Yankauer dalam artikel yang diterbitkan oleh American Sociological Review tahun 1950, bertajuk “The relationship of fetal and infant mortality to residential segregation: an inquiry into social epidemiology” (Krieger, 2001). Artinya, hubungan mortalitas fetus dan bayi dengan segregasi (keterpisahan) tempat tinggal: sebuah penelitian epidemiologi sosial. Hipotesis yang diuji, keterpisahan sosial meningkatkan risiko kematian fetus dan bayi. Epidemiologi sosial berkembang seiring dengan makin diterimanya pandangan holistik tentang kesehatan dan berkembangnya “kedokteran sosial” sejak pertengahan Perang Dunia ke I dan II (Porter, 1997; Lawrence dan Weisz, 1998). Buku ini ditulis oleh sejumlah penulis dengan editor Berkman dan Kawachi. Kedua orang ini merupakan peneliti dan penulis epidemiologi sosial MURTI/ RESENSI yang telah “malang-melintang” di level internasional. Demikian pula sebagian besar penulis kontributor bab dalam buku ini merupakan ilmuwan terkemuka pada berbagai disiplin ilmu di level internasional. Buku epidemiologi sosial ini terdiri atas 18 bab. Kedelapanbelas bab memberikan ilustrasi yang kuat tentang sifat interdisipliner dari epidemiologi sosial. Masing-masing bab memberikan perhatian khusus kepada karya historis di bidang epidemiologi sosial. Buku ini menegaskan pentingnya kesatuan interdisipliner yang memadukan ilmu-ilmu sosial dengan ilmu biologi untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan populasi. Masing-masing bab ditulis dengan lengkap tanpa terjebak ke dalam format ensiklopedia. Demikian pula daftar pustaka pada tiap bab cukup komprehensif tetapi tidak berlebihan jumlahnya. Keuntungan lain, buku ini relatif bebas dari jargon (istilah teknis) sosiologi, sehingga mudah dibaca oleh setiap dokter. Buku ini memberikan para dokter suatu pengalaman dan petualangan intelektual dengan memberikan cara-cara baru untuk melihat masalah kesehatan dalam konteksnya, bukan memandang individu pasien terisolasi dari konteksnya. Buku ini memperkenalkan pentingnya mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor di dalam lingkungan sosial yang mungkin berhubungan dengan status kesehatan. Variabel-variabel sosial utama yang dibahas dan mempengaruhi kesehatan meliputi posisi sosio-ekonomi, distribusi pendapatan, ras/ etnisitas, gender, jejaring sosial (social network) dan dukungan sosial (social support), modal sosial dan kohesi komunitas, lingkungan kerja, transisi kehidupan, dan keadaan afektif-psikologis. Modal sosial (social capital) merupakan sebuah konsep yang dalam dua dekade terakhir menjadi perhatian penelitian kesehatan. Dalam buku ini, Kawachi dan Berkman mendefinisikan modal sosial “those features of social structures, such as levels of interpersonal trust and norms of reciprocity and mutual aid, which act as resources for individuals and facilitate collective action”. Modal sosial merupakan variabel pada level populasi, merujuk kepada sifat-sifat yang terdapat dalam struktur sosial dari sebuah masyarakat, meliputi antara lain tingkat kepercayaan antarindividu, norma timbal-balik, dan tingkat saling tolong-menolong, yang dapat berperan sebagai sumberdaya bagi individu-individu dan memfasilitasi terjadinya aksi kolektif. Model sosial merupakan sebuah topik hangat riset epidemiologi sosial dalam dua dekade terakhir, yang diteliti pengaruhnya terhadap kesehatan. Teorinya, masyarakat dengan modal sosial tinggi memiliki tingkat kesehatan lebih baik (Kawachi et al., 2002). Buku ini membahas isu metodologis dan teoretis epidemiologi sosial. Masing-masing bab mendeskripsikan konseptualisasi (teori) dan pengukuran (metodologi) dari masing-masing variabel sosial, serta bukti-bukti empiris yang menghubungkan semua variabel sosial itu dengan aneka bentuk kesehatan jiwa, fisik, dan perilaku. Pendekatan yang digunakan di setiap bab meliputi perumusan dan pengujian hipotesis yang menghubungkan aneka kondisi sosial dengan kesehatan, lalu dilanjutkan dengan rancangan (desain) dan implementasi intervensi dan kebijakan sosial untuk meningkatkan kesehatan populasi. Sebagai contoh, pada Bab 3 Nancy Krieger menulis tentang pengaruh diskriminasi terhadap kesehatan. Nancy Krieger memulai bab tersebut dengan pernyataan hipotetis: “Inequality hurts. Discrimination harms health”. Artinya “Ketidakadilan melukai. Diskriminasi merugikan kesehatan”. Lalu dia menyediakan bukti-bukti empiris untuk mendukung klaim-klaim tersebut. Buku ini memberikan kontribusi yang bernilai melalui penjelasan tentang determinan sosial kesehatan dan penyakit, serta dampak organisasi dan struktur sosial terhadap kesehatan dan akses pelayanan kesehatan. Berlanjutnya ketimpangan sosial status kesehatan populasi di seluruh dunia dewasa ini menjadikan buku ini datang pada waktu yang tepat. Kedokteran dewasa ini makin berbasis populasi. Praktisi kedokteran dituntut untuk mengetahui kondisi-kondisi sosial dan faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan penyakit dan cara mencegahnya. Buku ini merupakan pengantar epidemiologi sosial yang menarik dan perlu dibaca oleh mahasiswa, peneliti, praktisi, maupun analis kebijakan di bidang kesehatan dan kedokteran. Bhisma Murti Profesor Kesehatan Masyarakat Institute for Health Economic and Policy Studies (IHEPS), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret 103 JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011 DAFTAR PUSTAKA Gerstman BB (1998). Epidemiology kept simple: An introduction to classic and modern epidemiology. New York: Wiley-Liss, Inc. Kawachi I, Subramanian SV, Almeida-Filho N (2002). A glossary for health inequalities. J. Epidemiol. Community Health;56:647-652 Krieger N (2001). Theories for social epidemiology in the 21st century: an ecosocial perspective. Int J Epid, 30:668-677 104 Lawrence C, Wiesz G (eds).(1998). Greater than the parts: Holism in medicine, 1920-1950. New York: Oxford University Press. Porter D (1997). The decline of social medicine in Britain in the 1960s. Dalam: Porter D (ed). Social medicine and medical sociology in the twentieth century. Amsterdam and Atlanta: Rodopl, hal. 97-119.