faktor yang memengaruhi volume impor beras di indonesia

advertisement
38
Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43
FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME IMPOR BERAS DI
INDONESIA
Edward Christianto
Alumni Universitas Ma Chung
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sektor sumber daya alam yang
dapat dikembangkan dari Indonesia adalah sektor pertanian karena ditunjang dengan struktur tanah yang baik
untuk digunakan bercocok tanam. Pertanian Indonesia dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga negara
Indonesia seperti penenuhan kebutuhan pangan dan papan. Dalam kebutuhan pangan, sektor pertanian digunakan
untuk memproduksi beras yang merupakan makanan pokok warga negara Indonesia secara umum. Oleh karena itu,
beras harus selalu tersedia dan tidak boleh ada kekurangan stok beras untuk dalam negeri. Kebutuhan beras dalam
negeri saat ini sangat tinggi, sedangkan produksi beras yang dihasilkan dalam negeri dapat melebihi kebutuhan
dan dapat juga mengalami kekurangan kebutuhan beras. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan beras adalah melakukan impor beras dari negara lain. Akan tetapi, volume impor yang
dilakukan oleh pemerintah sangat tinggi. Tingginya volume impor beras ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu produksi beras dalam negeri, harga beras dunia dan jumlah konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia.
Kata kunci: Impor beras, produksi beras, harga beras dunia, konsumsi beras
Abstract
Indonesia is a country with abundant natural resources. Natural resources sector can be developed from the
agricultural sector because Indonesia is supported by the structure of the soil is good for farming use. Indonesia's
agriculture can be used to meet the needs of Indonesian citizens as penenuhan need for food and shelter. In need of
food, agriculture used to produce rice is the staple food of Indonesian citizens in general. Therefore, the rice should
always be available and there should be no shortage of rice for domestic stocks. Domestic rice demand is high,
whereas the production of rice produced in the country can exceed your needs and can also experience shortages of
rice needs. One of the ways the government to meet the demand for rice is rice import from other countries.
However, the volume of imports by the government is very high. The high volume of rice imports could be caused by
several factors, namely domestic rice production, world rice prices and the amount of per capita consumption of
rice in Indonesia.
Keywords: Imported rice, rice production, world rice prices, rice consumption
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki
sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya
alam tersebut dapat dikelola dengan baik dan dapat
menghasilkan sesuatu yang berharga bagi masyarakat
Indonesia. Sektor sumber daya alam yang dapat
dikembangkan dari Indonesia adalah sektor pertanian
karena ditunjang dengan struktur tanah yang baik
untuk digunakan bercocok tanam. Pertanian
Indonesia dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan warga negara Indonesia seperti penenuhan
kebutuhan pangan dan papan.
Dalam kebutuhan pangan, sektor pertanian
digunakan untuk memproduksi beras yang
merupakan makanan pokok warga negara Indonesia
secara umum. Nasi di masyarakat Indonesia juga
dianggap sebagai suatu prestise. Fenomena yang
berkembang di masyarakat kita, mereka yang
mengkonsumsi makanan pokok selain beras kerap
kali diidentikkan dengan golongan masyarakat yang
serba kekurangan (Kusmiadi, 2012)
Produksi beras dalam negeri diharapkan
dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat
Indonesia karena dengan berhasilnya pemenuhan
beras dalam negeri berarti pemerintah tidak
memerlukan tindakan untuk mengimpor beras dari
negara lain. Akan tetapi dalam kenyataannya,
Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan beras masih
bergantung pada impor beras dari negara lain. Hal
tersebut dilakukan pemerintah untuk mencukupi
kebutuhan pangan di Indonesia dan juga untuk
menjaga cadangan persediaan stok beras yang ada di
Indonesia. Seperti yang dikatakan Hatta Rajasa, ”
Stok cadangan beras nasional memang harus ada.
Cina saja menetapkan cadangan stok beras itu 30
persen. Saat ini cadangan yang kita miliki sudah
mencapai 2 juta ton. Target kita sebanyak 3 juta ton.
Itu sesuai dengan kebutuhan secara nasional
sebanyak
36
juta
ton
per
tahun”
(LensaIndonesia.com, 2012).
Konsumsi beras masyarakat Indonesia dapat
dikatakan tinggi karena setiap orang di Indonesia
mengkonsumsi beras setiap tahun sebesar 139,5 kg.
Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia.
Konsumsi beras Indonesia lebih besar dua kali lipat
konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per tahun.
Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia
tersebut dapat diterima karena beras merupakan
makanan pokok warga negara Indonesia (Hermanto,
2012). Hal yang dilakukan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan beras dalam negerinya yaitu
dengan cara mengimpor beras dari negara dengan
penetapan bea masuk impor beras yang rendah.Tetapi
penerapan bea masuk impor beras yang dilakukan
pemerintah mendapat beberapa kritikan dari para
ahli. Seperti yang diutarakan oleh Pantjar Simatupang
Staf Ahli Mentan bidang Kebijaksanaan Pertanian
yaitu “Pembebasan bea masuk impor beras
seharusnya perlu dikaji pada bulan Februari 2011
mengingat pada saat itu sudah mulai panen raya”
(Sinar Tani, 2011).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) seperti dikutip detik Finance, Minggu
(10/6/2012) impor terbesar beras ke Indonesia datang
dari negara Vietnam yaitu sebanyak 416 ribu ton
dengan nilai US$ 233 juta. Beras asal Thailand yang
masuk ke Indonesia sebanyak 222 ribu ton dengan
nilai US$ 128 juta. Disusul beras dari India sebanyak
150 ribu ton dengan nilai US$ 70 juta. Beras dari
Pakistan sebanyak, 36 ribu ton dengan nilai US$ 14
juta dan beras dari China sebanyak 1.880 dengan
nilai US$ 7 juta (Kompas, 2012). Total nilai impor
beras yang dilakukan Indonesia selama tahun 2012
adalah US$ 438 juta yang dapat dikatakan bahwa
Indonesia kehilangan devisa negara sebesar US$ 438
juta untuk melakukan impor beras. Nilai tersebut
dapat berkurang apabila Indonesia dapat melakukan
swasembada beras sehingga dapat mengehemat
devisa negara yang digunakan untuk mengimpor
beras.
Apabila penentuan volume beras tidak
terkontrol, dampak negatif yang dapat dirasakan
adalah surplus beras yang berlebihan di pasaran
sehingga menyebabkan harga turun dan membuat
masyarakat hidup konsumtif juga dapat menimbulkan
inflasi. Sebaliknya apabila volume impor beras
kurang dapat menutupi kesediaan beras dipasaran
maka menyebabkan harga beras tinggi karena stok
menipis. Dampak negatif apabila volume impor beras
tidak terkontrol adalah pemborosan devisa negara
yang difokuskan kepada impor beras padahal devisa
negara dapat dialokasikan ke sektor lain yang
membutuhkan impor.
KAJIAN TEORI
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Kebutuhan konsumen akan suatu barang sangat
tidak
terbatas
sehingga
mereka
bingung
memenuhinya. Hal itu terjadi karena ketika suatu
barang dikonsumsi, maka lama kelamaan akan habis
dan ketika produksi tidak dapat memenuhinya lagi
jalan satu-satunya adalah melakukan kegiatan impor
untuk mencukupi kebutuhan konsumen. Impor
39
menurut undang-undang perpajakan adalah kegiatan
atau aktivitas memasukkan barang dari luar wilayah
Pabean Indonesia (luar negeri) ke dalam wilayah
Pabean Indonesia.
Impor adalah arus masuk dari sejumlah barang
dan jasa ke dalam pasar sebuah negara baik untuk
keperluan konsumsi ataupun sebagai barang modal
atau bahan baku produksi dalam negeri. Semakin
besar impor, disatu sisi baik karena menyediakan
kebutuhan rakyat negara itu akan produk atau jasa
tersebut, namun sisi lainnya bisa mematikan produk
dan jasa sejenis dalam negeri, dan yang paling
mendasar menguras devisa negara yang bersangkutan
(Larassati, 2007)
Pengertian perdagangan internasional secara
sederhana
menurut
kamus
ekonomi
yaitu
perdagangan yang terjadi antara dua negara atau
lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek
penting
bagi
perekonomian
suatu
negara.
Perdagangan internasional menjadi semakin penting
tidak hanya dalam pembangunan negara yang
berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari
pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di
dalam negeri serta pengadaan barang-barang modal
guna mendukung perkembangan industri di dalam
negeri.
Teori perdagangan internasional mulai muncul
sejak abad ke 17 dan 18 dimana pada saat itu dikenal
sebagai era merkantilisme. Setelah itu muncul
pemikiran Adam Smith yang menyatakan bahwa
perdagangan dua negara didasarkan pada keunggulan
absolut. Dimana kedua negara tersebut dapat
memperoleh keuntungan dengan cara setiap negara
melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi
yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkan
komoditi lain yang mempunyai kerugian absolut
sehingga setiap negara dapat memperoleh
keuntungan. Setelah teori Adam Smith lahirlah
hukum keunggulan komparatif David Ricardo.
Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa
meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding
negara lain dalam memproduksi kedua komoditi,
masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang
menguntungkan dua negara (Salvatore, 1997).
Hukum keunggulan komparatif inilah yang menjadi
dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan
komoditi melalui ekspor dan impor.
TEORI PERMINTAAN
Jika semua asumsi diabaikan (ceteris paribus) :
Jika harga semakin murah maka permintaan atau
pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika
harga semakin rendah/murah maka penawaran akan
semakin sedikit dan sebaliknya. Semua terjadi karena
semua ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesarbesarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu
tinggi maka pembeli mungkin akan membeli sedikit
karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi
penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba
40
Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43
memperbanyak barang yang dijual atau diproduksi
agar keuntungan yang didapat semakin besar. Harga
yang tinggi juga bisa menyebabkan konsumen akan
mencari produk lain sebagai pengganti barang yang
harganya mahal (Greco, 2005).
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand)
dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan
membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga
dan jumlah barang. Setiap transaksi perdagangan
pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas
yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Hukum permintaan menjelaskan hubungan
antara perubahan harga terhadap perubahan barang
yang diminta. Hukum permintaan menyatakan bahwa
antara harga dan jumlah barang yang diminta
berbanding terbalik. Artinya bila harga naik akan
menyebabkan jumlah barang yang diminta akan turun
dan sebaliknya, dengan syarat ceteris paribus
(Mallios, 2004).
Menurut Mankiw (2008), permintaan suatu
barang bisa dikatakan elastis atau inelastis didasari
atau ditentukan oleh berbagai faktor yaitu :
1.
2.
3.
Barang Mewah dan Barang Kebutuhan
Permintaan
barang-barang
kebutuhan
umumnya inelastis, sedangkan
permintaan barang-barang mewah umumnya
elastis. Karena walaupun harga-harga barang
kebutuhan
mengalami
peningkatan
atau
penurunan jumlah yang diminta akan tetap sama
atau hanya mengalami penurunan sedikit.
Mengapa barang mewah bisa elastis? karena
apabila harga barang mewah mengalami
peningkatan harga jumlah yang diminta hampir
tidak ada. Tapi jika barang mewah mengalami
penurunan harga jumlah yang diminta akan
meningkat, mungkin bisa meningkat secara
signifikan.
kecil ruang lingkupnya maka semakin elastis
barang tersebut. Sebagai contoh, pasar makanan
memiliki permintaan yang inelastis karena
makanan dalam pengertian umum tidak memiliki
substitutan. Sedangkan pasar es krim vanila
(dalam pengertian sempit sebagai sajian pencuci
mulut) yang pasarnya sempit atau terfokus, akan
elastis permintaannya. Seandainya harga es krim
vanila melonjak, kuantitas permintaannya segera
susut karena konsumen akan mencari sajian lain
untuk cuci mulut.
4.
Rentang Waktu
Apabila rentang waktu perubahan harga suatu
barang lebih lama atau jangka panjang,
permintaan barang tersebut akan elastis. Karena
orang-orang (konsumen) mampu untuk mencari
dan mensubtitusi barang tersebut dan biasa tidak
menggunakan barang tersebut lagi. Namun,
untuk jangka waktu yang pendek akan
mengalami inelastis karena tidak adanya
kesempatan bagi konsumen untuk mensubtitusi
barang tersebut.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME
IMPOR BERAS
Produksi beras
Produksi beras di Indonesia pada tahun ke tahun terus
meningkat karena harus memenuhi target yang telah
dicapai pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 2 yang berisikan jumlah produksi beras
dan juga jumlah ketersediaan produksi yang dapat
dikonsumsi. Dari tahun 2001-2010 telah mengalami
peningkatan jumlah produksi sebesar kurang lebih 10
juta ton beras.
Tabel 1. Produksi beras
Tahun
Produksi (Kg)
2001
30.283.326
2002
30.586.159
2003
30.892.021
2004
31.200.941
2005
31.669.630
2006
34.306.610
2007
35.940.591
2008
38.306.962
2009
40.360.221
Ketersediaan Barang Substitusi
Suatu barang yang memiliki barang subtitusi
atau barang pengganti akan memiliki elastisitas
yang elastis, sedangkan barang yang tidak
memiliki barang substitusi cenderung memiliki
elastisitas yang inelastis. Sebab apabila barang
tersebut mengalami peningkatan harga dan
terdapat banyak barang substitusi yang harganya
dibawah harga barang tersebut, maka permintaan
barang tersebut akan mengalami penurunan
permintaan yang tajam. Berbeda dengan barang
yang tidak memiliki barang substitusi, hanya
mengalami penurunan permintaan yang sedikit
karena orang hanya menurunkan permintaan
barang tersebut.
2010
Sumber : Bulog 2011
Definisi Pasar
Semakin luas ruang lingkupnya maka semakin
inelastis barang tersebut karena tidak ada barang
subtitusinya. Sebaliknya , semakin sempit atau
Dari tahun ke tahun dapat kita lihat bahwa
produksi beras dari tahun ke tahun meningkat. Tetapi
bukan berarti dapat mencukupi ketersediaan beras
karena setiap tahun pula jumlah penduduk meningkat
40.716.817
41
Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia.
sehingga peningkatan jumlah produksi beras
dilakukan untuk mengimbangi tingginya jumlah
penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras.
Ketika produksi beras terus meningkat tetapi
pada kenyataannya stok beras yang ada masih kurang
mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga hal
tersebut mempengaruhi volume impor beras
meningkat sedangkan apabila produksi beras masih
bisa mencukupi kebutuhan masyarakat maka volume
impor beras dapat menurun dimana impor beras
tersebut digunakan untuk cadangan beras. Ketika
produksi beras menurun seperti tahun 1989, impor
beras telah mencapai 464.449 ton dan kemudian 10
tahun yaitu tahun 1998 impor beras telah mecapai 5,8
juta ton. (Hayati,2005)
Harga Beras Dunia
Harga beras dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan harga. Kenaikan harga tersebut atara lain
dapat disebabkan menipisnya stok beras beras di
beberapa daerah karena belum memasuki panen raya
atau juga dapat dikarenakan impor beras yag
dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
nasionalnya belum terealisasi.
harga beli dengan HPP (Harga Pokok Pembelian)
dalam negeri terdapat selisih lebih dari Rp 1.000/Kg
(Purnomo, 2012).
Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun
Tingkat konsumsi beras di Indonesia saat
dapat dikatakan tinggi karena setiap orang di
Indonesia mengkonsumsi beras setiap tahunnya
sebesar 139,5 kg. Konsumsi beras Indonesia lebih
besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada angka
60 kg per tahun. Ditambah lagi beras merupakan
makanan pokok warga (Hermanto, 2012).
Konsumsi beras di Indonesia yang tinggi
ternyata tidak diimbangi dengan produsi beras yang
bagus. Sehingga pemerintah melakukan langkah
impor beras karena dianggap lebih mudah dan cepat
daripada menunggu hasil panen beras yang lama
(Djunaedi, 2012)
Tabel 2.
Produksi, konsumsi, selisih beras (dalam kg) di
Indonesia periode 2001-2010
Tahun
Produksi
2001
30.283.326
2002
30.586.159
2003
30.892.021
2004
31.200.941
2005
31.669.630
2006
34.306.610
2007
35.940.591
2008
38.306.962
2009
40.360.221
2010
40.716.871
Sumber: BPS 2012
Konsumsi
32.771.264
33.073.152
33.372.463
33.669.384
34.297.000
35.438.000
36.350.000
37.100.000
38.000.000
38.550.000
Tabel 3.
Grafik harga beras di dunia dan Indonesia
Tampak pada grafik, harga beras Indonesia
melonjak mulai tahun 2008 dibanding dengan harga
beras dunia. Meskipun produksi dalam negeri telah
meningkat akan tetapi sejak tahun 2008 hingga
sekarang harga beras Indonesia melampaui harga
beras di dunia. Hal tersebut terjadi karena beras
merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia
dan juga sebagai kebutuhan sehingga komoditas
beras termasuk dalam permintaan yang inelastis.
Harga beras internasional yang lebih murah membuat
pemerintah melakukan impor beras karena dari sisi
impor, pemerintah mendapatkan harga jauh lebih
murah sehingga efisiensi bisa dilakukan karena
Selisih produksi dan konsumsi, serta impor beras
(dalam kg) di Indonesia periode 2001-2010
Tahun
ProduksiImpor
Konsumsi
2001
-2.487.983
649.488
2002
-2.486.993
1.811.988
2003
-2.480.442
1.437.472
2004
-2.468.443
246.256
2005
16.294
189.617
2006
3.206.610
438.108
2007
-409.409
1.300.000
2008
1.206.962
289.000
2009
2.360.221
250.473
2010
2.166.817
687.581
Sumber: BPS 2012
Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun
masyarakat Indonesia meningkat tiap tahunnya
42
Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43
sedangkan produksi yang dihasilkan kurang
mencukupi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut
pemerintah melakukan impor beras dari negara lain.
Sehingga volume impor beras tiap tahun yang
dilakukan oleh pemerintah disesuaikan dengan
tingkat konsumsi masyarakat Indonesia per kapita per
tahun
yang dibeli dari luar negeri tersebut akan menurun
jumlahnya, karena beras termasuk kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia sehingga dalam situasi apapun
akan mengimpor beras bila keadaan terpaksa.
Faktor yang terakhir adalah konsumsi
beras di mana menunjukkan bahwa konsumsi per
kapita per tahun masyarakat Indonesia berpengaruh
positif dan signifikan terhadap volume impor beras di
Indonesia. Hal ini berarti bahwa apabila konsumsi
beras per kapita di Indonesia meningkat, maka
volume impor beras di Indonesia akan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena tingkat
konsumsi beras di Indonesia saat dapat dikatakan
tinggi karena kosumsi beras setiap orang di Indonesia
setiap tahunnya sebesar 139,5 kg dan konsumsi beras
per kapita per tahun masyarakat Indonesia tersebut
lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada
angka 60 kg per kapita per tahun (Hermanto, 2012).
Ditambah lagi beras merupakan makanan pokok
warga negara Indonesia sehingga pola pikir
masyarakat adalah belum makan kalau belum makan
(Hermanto, 2012).
PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil perhitungan statistic regresi linier
Dari hasil output yang diteliti dapat
disimpulkan bahwa produksi beras pada periode
tidak berpengaruh signifikan terhadap volume impor
beras di IndonesiaHal ini disebabkan karena
meskipun produksi beras meningkat, apabila
cadangan beras yang ada dalam negeri tidak
mencukupi untuk kebutuhan cadangan beras
minimum maka pemerintah melakukan kegiatan
impor beras. Alasan pemerintah melakukan impor
adalah karena cadangan beras nasional masih kurang
sekitar 1 juta ton dari cadangan ideal sekitar 3,3 juta
ton (komoditasindonesia.com, 2012). Jumlah
minimal cadangan beras yang ditetapkan di Indonesia
adalah sebesar 20% dari total kebutuhan (Hanani,
2012). Jika cadangan terpenuhi maka ketika produksi
beras meningkat, impor beras akan menurun ,
sebaliknya apabila produksi beras menurun maka
impor beras akan meningkat.
Faktor harga beras dunia menunjukkan
bahwa harga beras dunia pada periode tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume impor beras
di Indonesia Hal ini berarti ketika harga beras dunia
meningkat, volume impor beras ke Indonesia akan
menurun. Hal ini disebabkan pemerintah tidak ingin
menghabiskan devisa negaranya hanya untuk
mengimpor beras dari luar negeri. Lebih bijak
mengimpor beras dalam jumlah yang banyak ketika
harga dunia cenderung murah atau turun. Meskipun
dengan terpaksa melakukan impor, volume impor
KESIMPULAN
Konsumsi beras per kapita berpengaruh
positif terhadap volume impor beras di Indonesia dan
signifikan. Hal ini berarti ketika konsumsi beras per
kapita di Indonesia meningkat, maka volume impor
beras di Indonesia akan semakin meningkat. Adanya
peningkatan konsumsi di masyararakat karena
persepsi masyarakat Indonesia yang menganggap
beras sebagai makanan pokok mereka dan anggapan
mengonsumsi beras berarti dapat mendapat suatu
kebanggan dan gengsi dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulog. 2012. Jakarta
2. Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Data
Strategis BPS. Jakarta
3. Djunaedi, A. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Konsumsi Beras di Indonesia
periode 2001-2010. Skripsi. Malang. Universitas
Ma Chung
4. Greco, A. 2005. Cross Elasticity of Supply:
Seldom Heard of and Seldom Taught. Journal
for Economic Educators Vol. 5 No. 1
5. Hanani, H. 2012.Penguatan Ketahanan Pangan di
Wilayah ASEAN Sebagai Strategi
Menghapuskan Kemiskinan dan Kelaparan. EJournal Ekonomi Pertanian. Vol 1, No1
6. Hermanto. 2012.
http://bangka.tribunnews.com/2012/10/31/masya
rakat-indonesia-makan-beras-139-kgorangtahun,
diakses tanggal 15 November 2012
7. Larassati, H. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempegaruhi Volume Impor Komoditas
Keramik di Indonesia. Skripsi. Bogor. Institut
Pertanian Bogor
Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia.
8.
Mankiw, N. Gregory. 2008. Principles of
Macroeconomics Fifth Edition. Mason (USA):
South-Western Cengage Learning.
9. Mallios, Seth & Shane Emmett. 2004. Demand,
Supply, and Elasticity in The Copper Trade at
Early Jamestown. The Journal of The Jamestown
Rediscovery Center Vol. 2.
10. Purnomo, H. 2012. Bulog: Harga Beras Impor
Lebih Murah.
(http://finance.detik.com/read/2011/10/20/14050
6/1748731/4/bulog-harga-beras-impor-lebihmurah), diakses tanggal 5 Desember 2012.
11. Salvatore, D. 2004, International Economics,
Eight Edition, Wiley.
43
Download