38 Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43 FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME IMPOR BERAS DI INDONESIA Edward Christianto Alumni Universitas Ma Chung Abstrak Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sektor sumber daya alam yang dapat dikembangkan dari Indonesia adalah sektor pertanian karena ditunjang dengan struktur tanah yang baik untuk digunakan bercocok tanam. Pertanian Indonesia dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga negara Indonesia seperti penenuhan kebutuhan pangan dan papan. Dalam kebutuhan pangan, sektor pertanian digunakan untuk memproduksi beras yang merupakan makanan pokok warga negara Indonesia secara umum. Oleh karena itu, beras harus selalu tersedia dan tidak boleh ada kekurangan stok beras untuk dalam negeri. Kebutuhan beras dalam negeri saat ini sangat tinggi, sedangkan produksi beras yang dihasilkan dalam negeri dapat melebihi kebutuhan dan dapat juga mengalami kekurangan kebutuhan beras. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras adalah melakukan impor beras dari negara lain. Akan tetapi, volume impor yang dilakukan oleh pemerintah sangat tinggi. Tingginya volume impor beras ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu produksi beras dalam negeri, harga beras dunia dan jumlah konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia. Kata kunci: Impor beras, produksi beras, harga beras dunia, konsumsi beras Abstract Indonesia is a country with abundant natural resources. Natural resources sector can be developed from the agricultural sector because Indonesia is supported by the structure of the soil is good for farming use. Indonesia's agriculture can be used to meet the needs of Indonesian citizens as penenuhan need for food and shelter. In need of food, agriculture used to produce rice is the staple food of Indonesian citizens in general. Therefore, the rice should always be available and there should be no shortage of rice for domestic stocks. Domestic rice demand is high, whereas the production of rice produced in the country can exceed your needs and can also experience shortages of rice needs. One of the ways the government to meet the demand for rice is rice import from other countries. However, the volume of imports by the government is very high. The high volume of rice imports could be caused by several factors, namely domestic rice production, world rice prices and the amount of per capita consumption of rice in Indonesia. Keywords: Imported rice, rice production, world rice prices, rice consumption PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam tersebut dapat dikelola dengan baik dan dapat menghasilkan sesuatu yang berharga bagi masyarakat Indonesia. Sektor sumber daya alam yang dapat dikembangkan dari Indonesia adalah sektor pertanian karena ditunjang dengan struktur tanah yang baik untuk digunakan bercocok tanam. Pertanian Indonesia dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga negara Indonesia seperti penenuhan kebutuhan pangan dan papan. Dalam kebutuhan pangan, sektor pertanian digunakan untuk memproduksi beras yang merupakan makanan pokok warga negara Indonesia secara umum. Nasi di masyarakat Indonesia juga dianggap sebagai suatu prestise. Fenomena yang berkembang di masyarakat kita, mereka yang mengkonsumsi makanan pokok selain beras kerap kali diidentikkan dengan golongan masyarakat yang serba kekurangan (Kusmiadi, 2012) Produksi beras dalam negeri diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat Indonesia karena dengan berhasilnya pemenuhan beras dalam negeri berarti pemerintah tidak memerlukan tindakan untuk mengimpor beras dari negara lain. Akan tetapi dalam kenyataannya, Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan beras masih bergantung pada impor beras dari negara lain. Hal tersebut dilakukan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan di Indonesia dan juga untuk menjaga cadangan persediaan stok beras yang ada di Indonesia. Seperti yang dikatakan Hatta Rajasa, ” Stok cadangan beras nasional memang harus ada. Cina saja menetapkan cadangan stok beras itu 30 persen. Saat ini cadangan yang kita miliki sudah mencapai 2 juta ton. Target kita sebanyak 3 juta ton. Itu sesuai dengan kebutuhan secara nasional sebanyak 36 juta ton per tahun” (LensaIndonesia.com, 2012). Konsumsi beras masyarakat Indonesia dapat dikatakan tinggi karena setiap orang di Indonesia mengkonsumsi beras setiap tahun sebesar 139,5 kg. Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia. Konsumsi beras Indonesia lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per tahun. Konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia tersebut dapat diterima karena beras merupakan makanan pokok warga negara Indonesia (Hermanto, 2012). Hal yang dilakukan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras dalam negerinya yaitu dengan cara mengimpor beras dari negara dengan penetapan bea masuk impor beras yang rendah.Tetapi penerapan bea masuk impor beras yang dilakukan pemerintah mendapat beberapa kritikan dari para ahli. Seperti yang diutarakan oleh Pantjar Simatupang Staf Ahli Mentan bidang Kebijaksanaan Pertanian yaitu “Pembebasan bea masuk impor beras seharusnya perlu dikaji pada bulan Februari 2011 mengingat pada saat itu sudah mulai panen raya” (Sinar Tani, 2011). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip detik Finance, Minggu (10/6/2012) impor terbesar beras ke Indonesia datang dari negara Vietnam yaitu sebanyak 416 ribu ton dengan nilai US$ 233 juta. Beras asal Thailand yang masuk ke Indonesia sebanyak 222 ribu ton dengan nilai US$ 128 juta. Disusul beras dari India sebanyak 150 ribu ton dengan nilai US$ 70 juta. Beras dari Pakistan sebanyak, 36 ribu ton dengan nilai US$ 14 juta dan beras dari China sebanyak 1.880 dengan nilai US$ 7 juta (Kompas, 2012). Total nilai impor beras yang dilakukan Indonesia selama tahun 2012 adalah US$ 438 juta yang dapat dikatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa negara sebesar US$ 438 juta untuk melakukan impor beras. Nilai tersebut dapat berkurang apabila Indonesia dapat melakukan swasembada beras sehingga dapat mengehemat devisa negara yang digunakan untuk mengimpor beras. Apabila penentuan volume beras tidak terkontrol, dampak negatif yang dapat dirasakan adalah surplus beras yang berlebihan di pasaran sehingga menyebabkan harga turun dan membuat masyarakat hidup konsumtif juga dapat menimbulkan inflasi. Sebaliknya apabila volume impor beras kurang dapat menutupi kesediaan beras dipasaran maka menyebabkan harga beras tinggi karena stok menipis. Dampak negatif apabila volume impor beras tidak terkontrol adalah pemborosan devisa negara yang difokuskan kepada impor beras padahal devisa negara dapat dialokasikan ke sektor lain yang membutuhkan impor. KAJIAN TEORI TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebutuhan konsumen akan suatu barang sangat tidak terbatas sehingga mereka bingung memenuhinya. Hal itu terjadi karena ketika suatu barang dikonsumsi, maka lama kelamaan akan habis dan ketika produksi tidak dapat memenuhinya lagi jalan satu-satunya adalah melakukan kegiatan impor untuk mencukupi kebutuhan konsumen. Impor 39 menurut undang-undang perpajakan adalah kegiatan atau aktivitas memasukkan barang dari luar wilayah Pabean Indonesia (luar negeri) ke dalam wilayah Pabean Indonesia. Impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai barang modal atau bahan baku produksi dalam negeri. Semakin besar impor, disatu sisi baik karena menyediakan kebutuhan rakyat negara itu akan produk atau jasa tersebut, namun sisi lainnya bisa mematikan produk dan jasa sejenis dalam negeri, dan yang paling mendasar menguras devisa negara yang bersangkutan (Larassati, 2007) Pengertian perdagangan internasional secara sederhana menurut kamus ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua negara atau lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional menjadi semakin penting tidak hanya dalam pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta pengadaan barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri di dalam negeri. Teori perdagangan internasional mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18 dimana pada saat itu dikenal sebagai era merkantilisme. Setelah itu muncul pemikiran Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Dimana kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara setiap negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkan komoditi lain yang mempunyai kerugian absolut sehingga setiap negara dapat memperoleh keuntungan. Setelah teori Adam Smith lahirlah hukum keunggulan komparatif David Ricardo. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang menguntungkan dua negara (Salvatore, 1997). Hukum keunggulan komparatif inilah yang menjadi dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan komoditi melalui ekspor dan impor. TEORI PERMINTAAN Jika semua asumsi diabaikan (ceteris paribus) : Jika harga semakin murah maka permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika harga semakin rendah/murah maka penawaran akan semakin sedikit dan sebaliknya. Semua terjadi karena semua ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesarbesarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli mungkin akan membeli sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba 40 Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43 memperbanyak barang yang dijual atau diproduksi agar keuntungan yang didapat semakin besar. Harga yang tinggi juga bisa menyebabkan konsumen akan mencari produk lain sebagai pengganti barang yang harganya mahal (Greco, 2005). Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan jumlah barang. Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum permintaan menjelaskan hubungan antara perubahan harga terhadap perubahan barang yang diminta. Hukum permintaan menyatakan bahwa antara harga dan jumlah barang yang diminta berbanding terbalik. Artinya bila harga naik akan menyebabkan jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya, dengan syarat ceteris paribus (Mallios, 2004). Menurut Mankiw (2008), permintaan suatu barang bisa dikatakan elastis atau inelastis didasari atau ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : 1. 2. 3. Barang Mewah dan Barang Kebutuhan Permintaan barang-barang kebutuhan umumnya inelastis, sedangkan permintaan barang-barang mewah umumnya elastis. Karena walaupun harga-harga barang kebutuhan mengalami peningkatan atau penurunan jumlah yang diminta akan tetap sama atau hanya mengalami penurunan sedikit. Mengapa barang mewah bisa elastis? karena apabila harga barang mewah mengalami peningkatan harga jumlah yang diminta hampir tidak ada. Tapi jika barang mewah mengalami penurunan harga jumlah yang diminta akan meningkat, mungkin bisa meningkat secara signifikan. kecil ruang lingkupnya maka semakin elastis barang tersebut. Sebagai contoh, pasar makanan memiliki permintaan yang inelastis karena makanan dalam pengertian umum tidak memiliki substitutan. Sedangkan pasar es krim vanila (dalam pengertian sempit sebagai sajian pencuci mulut) yang pasarnya sempit atau terfokus, akan elastis permintaannya. Seandainya harga es krim vanila melonjak, kuantitas permintaannya segera susut karena konsumen akan mencari sajian lain untuk cuci mulut. 4. Rentang Waktu Apabila rentang waktu perubahan harga suatu barang lebih lama atau jangka panjang, permintaan barang tersebut akan elastis. Karena orang-orang (konsumen) mampu untuk mencari dan mensubtitusi barang tersebut dan biasa tidak menggunakan barang tersebut lagi. Namun, untuk jangka waktu yang pendek akan mengalami inelastis karena tidak adanya kesempatan bagi konsumen untuk mensubtitusi barang tersebut. FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME IMPOR BERAS Produksi beras Produksi beras di Indonesia pada tahun ke tahun terus meningkat karena harus memenuhi target yang telah dicapai pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang berisikan jumlah produksi beras dan juga jumlah ketersediaan produksi yang dapat dikonsumsi. Dari tahun 2001-2010 telah mengalami peningkatan jumlah produksi sebesar kurang lebih 10 juta ton beras. Tabel 1. Produksi beras Tahun Produksi (Kg) 2001 30.283.326 2002 30.586.159 2003 30.892.021 2004 31.200.941 2005 31.669.630 2006 34.306.610 2007 35.940.591 2008 38.306.962 2009 40.360.221 Ketersediaan Barang Substitusi Suatu barang yang memiliki barang subtitusi atau barang pengganti akan memiliki elastisitas yang elastis, sedangkan barang yang tidak memiliki barang substitusi cenderung memiliki elastisitas yang inelastis. Sebab apabila barang tersebut mengalami peningkatan harga dan terdapat banyak barang substitusi yang harganya dibawah harga barang tersebut, maka permintaan barang tersebut akan mengalami penurunan permintaan yang tajam. Berbeda dengan barang yang tidak memiliki barang substitusi, hanya mengalami penurunan permintaan yang sedikit karena orang hanya menurunkan permintaan barang tersebut. 2010 Sumber : Bulog 2011 Definisi Pasar Semakin luas ruang lingkupnya maka semakin inelastis barang tersebut karena tidak ada barang subtitusinya. Sebaliknya , semakin sempit atau Dari tahun ke tahun dapat kita lihat bahwa produksi beras dari tahun ke tahun meningkat. Tetapi bukan berarti dapat mencukupi ketersediaan beras karena setiap tahun pula jumlah penduduk meningkat 40.716.817 41 Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia. sehingga peningkatan jumlah produksi beras dilakukan untuk mengimbangi tingginya jumlah penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras. Ketika produksi beras terus meningkat tetapi pada kenyataannya stok beras yang ada masih kurang mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga hal tersebut mempengaruhi volume impor beras meningkat sedangkan apabila produksi beras masih bisa mencukupi kebutuhan masyarakat maka volume impor beras dapat menurun dimana impor beras tersebut digunakan untuk cadangan beras. Ketika produksi beras menurun seperti tahun 1989, impor beras telah mencapai 464.449 ton dan kemudian 10 tahun yaitu tahun 1998 impor beras telah mecapai 5,8 juta ton. (Hayati,2005) Harga Beras Dunia Harga beras dari tahun ke tahun mengalami peningkatan harga. Kenaikan harga tersebut atara lain dapat disebabkan menipisnya stok beras beras di beberapa daerah karena belum memasuki panen raya atau juga dapat dikarenakan impor beras yag dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya belum terealisasi. harga beli dengan HPP (Harga Pokok Pembelian) dalam negeri terdapat selisih lebih dari Rp 1.000/Kg (Purnomo, 2012). Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun Tingkat konsumsi beras di Indonesia saat dapat dikatakan tinggi karena setiap orang di Indonesia mengkonsumsi beras setiap tahunnya sebesar 139,5 kg. Konsumsi beras Indonesia lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per tahun. Ditambah lagi beras merupakan makanan pokok warga (Hermanto, 2012). Konsumsi beras di Indonesia yang tinggi ternyata tidak diimbangi dengan produsi beras yang bagus. Sehingga pemerintah melakukan langkah impor beras karena dianggap lebih mudah dan cepat daripada menunggu hasil panen beras yang lama (Djunaedi, 2012) Tabel 2. Produksi, konsumsi, selisih beras (dalam kg) di Indonesia periode 2001-2010 Tahun Produksi 2001 30.283.326 2002 30.586.159 2003 30.892.021 2004 31.200.941 2005 31.669.630 2006 34.306.610 2007 35.940.591 2008 38.306.962 2009 40.360.221 2010 40.716.871 Sumber: BPS 2012 Konsumsi 32.771.264 33.073.152 33.372.463 33.669.384 34.297.000 35.438.000 36.350.000 37.100.000 38.000.000 38.550.000 Tabel 3. Grafik harga beras di dunia dan Indonesia Tampak pada grafik, harga beras Indonesia melonjak mulai tahun 2008 dibanding dengan harga beras dunia. Meskipun produksi dalam negeri telah meningkat akan tetapi sejak tahun 2008 hingga sekarang harga beras Indonesia melampaui harga beras di dunia. Hal tersebut terjadi karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan juga sebagai kebutuhan sehingga komoditas beras termasuk dalam permintaan yang inelastis. Harga beras internasional yang lebih murah membuat pemerintah melakukan impor beras karena dari sisi impor, pemerintah mendapatkan harga jauh lebih murah sehingga efisiensi bisa dilakukan karena Selisih produksi dan konsumsi, serta impor beras (dalam kg) di Indonesia periode 2001-2010 Tahun ProduksiImpor Konsumsi 2001 -2.487.983 649.488 2002 -2.486.993 1.811.988 2003 -2.480.442 1.437.472 2004 -2.468.443 246.256 2005 16.294 189.617 2006 3.206.610 438.108 2007 -409.409 1.300.000 2008 1.206.962 289.000 2009 2.360.221 250.473 2010 2.166.817 687.581 Sumber: BPS 2012 Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Indonesia meningkat tiap tahunnya 42 Jurnal JIBEKA Volume 7 No 2 Agustus 2013: 38 - 43 sedangkan produksi yang dihasilkan kurang mencukupi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah melakukan impor beras dari negara lain. Sehingga volume impor beras tiap tahun yang dilakukan oleh pemerintah disesuaikan dengan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia per kapita per tahun yang dibeli dari luar negeri tersebut akan menurun jumlahnya, karena beras termasuk kebutuhan pokok masyarakat Indonesia sehingga dalam situasi apapun akan mengimpor beras bila keadaan terpaksa. Faktor yang terakhir adalah konsumsi beras di mana menunjukkan bahwa konsumsi per kapita per tahun masyarakat Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume impor beras di Indonesia. Hal ini berarti bahwa apabila konsumsi beras per kapita di Indonesia meningkat, maka volume impor beras di Indonesia akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi beras di Indonesia saat dapat dikatakan tinggi karena kosumsi beras setiap orang di Indonesia setiap tahunnya sebesar 139,5 kg dan konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Indonesia tersebut lebih besar dua kali lipat konsumsi beras dunia pada angka 60 kg per kapita per tahun (Hermanto, 2012). Ditambah lagi beras merupakan makanan pokok warga negara Indonesia sehingga pola pikir masyarakat adalah belum makan kalau belum makan (Hermanto, 2012). PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil perhitungan statistic regresi linier Dari hasil output yang diteliti dapat disimpulkan bahwa produksi beras pada periode tidak berpengaruh signifikan terhadap volume impor beras di IndonesiaHal ini disebabkan karena meskipun produksi beras meningkat, apabila cadangan beras yang ada dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan cadangan beras minimum maka pemerintah melakukan kegiatan impor beras. Alasan pemerintah melakukan impor adalah karena cadangan beras nasional masih kurang sekitar 1 juta ton dari cadangan ideal sekitar 3,3 juta ton (komoditasindonesia.com, 2012). Jumlah minimal cadangan beras yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 20% dari total kebutuhan (Hanani, 2012). Jika cadangan terpenuhi maka ketika produksi beras meningkat, impor beras akan menurun , sebaliknya apabila produksi beras menurun maka impor beras akan meningkat. Faktor harga beras dunia menunjukkan bahwa harga beras dunia pada periode tidak berpengaruh signifikan terhadap volume impor beras di Indonesia Hal ini berarti ketika harga beras dunia meningkat, volume impor beras ke Indonesia akan menurun. Hal ini disebabkan pemerintah tidak ingin menghabiskan devisa negaranya hanya untuk mengimpor beras dari luar negeri. Lebih bijak mengimpor beras dalam jumlah yang banyak ketika harga dunia cenderung murah atau turun. Meskipun dengan terpaksa melakukan impor, volume impor KESIMPULAN Konsumsi beras per kapita berpengaruh positif terhadap volume impor beras di Indonesia dan signifikan. Hal ini berarti ketika konsumsi beras per kapita di Indonesia meningkat, maka volume impor beras di Indonesia akan semakin meningkat. Adanya peningkatan konsumsi di masyararakat karena persepsi masyarakat Indonesia yang menganggap beras sebagai makanan pokok mereka dan anggapan mengonsumsi beras berarti dapat mendapat suatu kebanggan dan gengsi dari orang lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Bulog. 2012. Jakarta 2. Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Data Strategis BPS. Jakarta 3. Djunaedi, A. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Beras di Indonesia periode 2001-2010. Skripsi. Malang. Universitas Ma Chung 4. Greco, A. 2005. Cross Elasticity of Supply: Seldom Heard of and Seldom Taught. Journal for Economic Educators Vol. 5 No. 1 5. Hanani, H. 2012.Penguatan Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN Sebagai Strategi Menghapuskan Kemiskinan dan Kelaparan. EJournal Ekonomi Pertanian. Vol 1, No1 6. Hermanto. 2012. http://bangka.tribunnews.com/2012/10/31/masya rakat-indonesia-makan-beras-139-kgorangtahun, diakses tanggal 15 November 2012 7. Larassati, H. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor Edward Christianto: Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di Indonesia. 8. Mankiw, N. Gregory. 2008. Principles of Macroeconomics Fifth Edition. Mason (USA): South-Western Cengage Learning. 9. Mallios, Seth & Shane Emmett. 2004. Demand, Supply, and Elasticity in The Copper Trade at Early Jamestown. The Journal of The Jamestown Rediscovery Center Vol. 2. 10. Purnomo, H. 2012. Bulog: Harga Beras Impor Lebih Murah. (http://finance.detik.com/read/2011/10/20/14050 6/1748731/4/bulog-harga-beras-impor-lebihmurah), diakses tanggal 5 Desember 2012. 11. Salvatore, D. 2004, International Economics, Eight Edition, Wiley. 43