ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 TINGKAT HUNIAN HOTEL DAN STRATEGI KELANGSUNGAN USAHA (Studi Deskriptif Tentang Strategi Kelangsungan Usaha Pada Saat Tingkat Hunian Hotel Menurun) Sri Hilmi Pujihartati Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126 ABSTRACT This research aim to know and comprehend the factors influencing level of hotel dwelling seen from hotel stratification. Research done in Solo. This research use the descriptive research method qualitative more concentrating on effort get the data qualitative, even do not disregard the quantitative data. Sum up the sample of counted 7 hotel’s use stratified technics/data collecting done with the observation, circumstantial interview and document. Analysis the data done by during research process take place to pass the data discount, presentation of data and conclusion withdrawal. Result of research indicate that when condition of urban community economics downhill Solo result the level of dwelling of class hotel to the and middle go down as a result hotel to the more powered other facility exist in hotel like meeting house, swimming pool, laundry, restaurant so that with the variation of effort exist in hotel hence can jack up the inclusion causing hotel stand at bay. Besides ownership of class hotel to the and middle-weight hotel owned by more than a and have the variation of more than one so that if there are any possibility go down the inclusion can be covered with the other effort getting advantage. While, for the hotel of small class when condition of downhill Solo economics posed at with the downhill purchasing power hence its dwelling level exactly mount because people more and more out for look for the cheap price and so do when people look for the lodging. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ekonomi di kawasan Asia Pasifik mempunyai kaitan erat dengan akhir-akhir ini meningkatkan perkembangan di kawasan Asia Pasific. (Seminar Kepariwisataan, Yogya 2000) perkembangan kepariwisataan. Sehingga Pariwisata menarik karena mempunyai menarik bagi negara yang termasuk dalam efek penyebaran yang relatif tinggi pada sektor- Newly Industrialized Economics seperti sektor lain. Yakni meningkatnya permintaan Korea, Taiwan, Hongkong, Singapura pada akan permintaan produk makanan, suvenir dan Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” 91 Jurnal Sosiologi DILEMA barang-barang lain yang kahirnya akan milyard. Sementara sektor pariwisata mampu mendorong perluasan lapangan kerja di sektor tumbuh secara konsisten dalam angka belasan pertanian, industri pengolahan makanan, persen sehinga diharapkan sektor ini akan kerajinan, transportasi dan distribusi serta menjadi garda terdepan dalam perekonomian industri-industri lainnya. Di Tunisia, untuk setiap nasional kita pada masa yang akan datang. (Heru karyawan hotel terdapat 3-4 pekerjaan yang Nugroho, 2001 : 55-56) secara tidak langsung diakibatkan oleh adanya Tetapi sejak Indonesia dilanda krisis kegiatan pariwisata, di Kenya tercipta 1,74 ekonomi sejak tahun 1997 ternyata berdampak pekerjaan untuk setiap satu lapangan kerja di pada kepariwisataan, karena krisis ekonomi di Hotel. (BPPS UGM, 10 (3A), Agustus 1997) Indonesia dibarengi dengan krisis politik dan Demikian juga di Indonesia sektor keamanan. (Harsono Taroekpratjeka dalam Pariwisata dijiagokan oleh pemerintah sebagai Oka A Yoeti, 2001 : 152) dewa penyelamat bagi penerimaan devisa Hal ini terlihat dampaknya pada karena terbukti selama 20 tahun menunjukkan kedatangan wisatawan baik mancanegara kinerja yang mantap. Hal ini bisa dilihat sejak maupun domestik di Solo karena ternyata Solo tahun 1984 ternyata sektor migas hanya merupakan kota bisnis sehingga kebanyakan menyumbangkan US $ 9,7 milyard kemudian wisatawan datang ke Solo karena urusan bisnis. pada tahun 1993/1994 merosot menjadi 9,7 Seperti terlihat pada tabel di bawah ini . TABEL 1.1. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek dan daya Tarik Wisata Di Kota Surakarta tahun 1995 - 2001 Tahun Wisatawan Wisatawan Jumlah Perkembangan dari Mancanegara Domestik Wisatawan Tahun Sebelumnya 1995 33.942 8783.803 907.745 1996 35.859 662.564 698.423 Turun 23,06% 1997 31.207 677.567 708.774 Naik 1,48% 1998 132.274 504.676 517.950 Turun 26.92% 1999 11.443 560.607 572.050 Naik 10,44% 2000 13.876 822.977 836.853 Naik 46,29% 2001 14.438 1.135.344 1.149.782 Naik 37,39% Sumber : Dinas Pariwisata Tahun 2000 92 Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 Turunnya wisatawan Mancanegara seperti digambarkan di atas dalam jangka US $ 40.000 akibat pembatalaln kunjungan kelompok wisatawan AS. pendek akan berpengaruh pada upaya Sementara Hotel dibutuhkan wisatawan pemerintah memulihkan ekonomi, bahkan ketika mereka bepergian lebih dari 24 jam, oleh akibat kejadian itu akan memberi pengaruh karenanya hotel berdekatan dengan wisatawan. signifikan pada turunnya minat investor ke Dengan demikian keterpurukan sektor inipun Indonesia. Investor tentunya akan menyoroti sangat berpengaruh terhadap berbagai kondisi dari sisi keamanan. (Bisnis Indonesia 18 perekonomian di sektor yang lain. Seperti Oktober 2002) dikatakan oleh Donald E Lundberg (1997 :82) Akibat adanya krisis keamanan yang bahwa hotel-hotel seperi semua usaha, terbukti dengan menurunnya wisatawan tergantung kepada gejolak ekonomi, khususnya mancanegara dikatakan oleh Metty Robot ekonomi regional. Tingkat hunian naik bila dalam Suara Pembaruan 19 September 2001 perekonomian maju dan menurun bila resesi. bahwa pihaknya telah menerima laporan dari Hal itu juga berlaku jika kita melihat sejumlah Biro Perjalanan Indonesia, bahwa tingkat hunian hotel di Sdolo yang dikenal sejumlah kelompok perjalanan tour dari kapal sebagai kota bisnis karena banyaknya pesiar yang rencananya akan berkeliling penduduk yang bermata pencaharian sebagai Indonesia tidak jadi dilakukan, demikian juga pedagang. Hal ini bisa dilihat pada tabel di Ramayana Tours Maranata Holidyas kehilangan bawah : TABEL 1.2. Tabel Tingkat Hunian Hotyel Berbintang di Surakarta tahun 1996 – tahun 2000 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 Persentase (%) 30 23 13 13 21 Sumber : Dinas Pariwisata Surakarta tahun 2000 Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” 93 Jurnal Sosiologi DILEMA Untuk itu menarik untuk diteliti dapat memberikan sumbangan dalam bagaimana tingkat hunian hotel di saat krisis dan menemukan pola yang tepat dalam bagaimana strategi hotel di Surakarta baik memberdayakan para pengelola hotel dan bagi Hotel Berbintang dan Non Bintang bisa tetap pembaca dapat menambah wawasan tentang bertahan di saat krisis ekonomi yang dimulai perhotelan. tahun 1998 ? KERANGKA TEORITIS PERUMUSAN MASALAH 1. Tinjauan Pustaka Masalah pokok yang menjadi obyek dalam kajian ini adalah bagaimana strategi yang dilakukan hotel di Solo baik Hotel Bintang maupun Non Bintang pada saat terjadi penurunan tingkat hunian ? Dalam sebuah penelitian di Inggris yang mengkaji tentang analisis atribut hotel dalam kaitannya dengan pemilihan hotel yang dilakukan oleh pengguna jasa hotel, mereka lebih menitik beratkan pada pelayanan, lokasi dan kesan tentang hotel TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami strategi dalam mempertahankan dibandingkan dengan penambahan atribut hotel seperti kolam renang, squash, hiburan dan program fitness. (Callan 1998 :24) kelangsungan usaha hotel baik Bintang maupun Penelitian yang lain tentang tingkat Non Bintang di saat tingkat hunian hotel turun hunian hotel yang dipengaruhi oleh faktor terutama dilihat saat krisis ekonomi dan krisis internal yakni tarif, lokasi dan fasilitas hotel keamanan yang dimulai tahun 1998 sampai yang dilakukan oleh Diah Kusuma tahun 2000. Ismuwardani (1999). Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur karakteristik MANFAAT PENELITIAN Dengan memahami strategi yang dilakukan hotel baik itu hotel Bintang maupun internal kelas hotel Melati di Yogya yang mencakup tarif kamar, fasilitas dan lokasi hotel. Hotel Non Bintang dalam mempertahankan Dalam penelitian itu disimpulkan kelangsungan usahanya maka bagi pengelola bahwa tarif kamar hotel berpengaruh negatif hotel bisa mengantisipasi langkah-langkah yang terhadap tingkat hunian hotel itu berarti diperlukan mempertahankan semakin tinggi tarif kamar hotel akan kelangsungan usaha. Bagi pengambil kebijakan berakibat tingkat hunian hotel menurun. 94 untuk Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 Fasilitas hotel tidak berpengaruh secara upah dari pekerjaan yang ia lakukan di signifikan terhadap tingkat hunian kamar negara tersebut. karena ketersediaan fasilitas hotel 2. Pengunjung adalah orang yang datang tergantung pada pengguna jasa yang pada suatu negara hanya untuk tinggal cenderung mempertimbangkan cost dan sementara dan bukan untuk mencari benefit dalam memilih hotel sesuai dengan nafkah. klasifikasi hotel. Sedang lokasi sebuah hotel 3. Penduduk adalah warga negara yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan datang ke negara lain untuk kemudian tingkat hunian kamar sebab ada kembali ke negaranya setelah tinggal kecenderungan wisatawan akan lebih tidak lebih dari satu tahun di negara lain. memilih tinggal di daerah pusat keramaian 4. Staf Korps Diplomatik dan Tenaga atau di daerah sekitar obyek wisata. 2. Kerangka Konseptual Pariwisata dan Wisatawan Pariwisata tidak dapat dilepaskan Militer adalah orang-orang yang bertugas di suatu negara yang mewakili negaranya dan mendapat upah dari negara yang menempatkan. dari perjalanan bersenag-senang, kalau Jadi bila dihubungkan dengan perjalanan itu tidak untuk bersenang- pengertian wisatawan di atas adalah definisi senang, kalau perjalanan itu tidak untu pengunjung. Pengunjung ini bukan bersenang-senang melainkan untuk tujuan penduduk negara yang dikunjungi dan tidak lain, maka perjalanan itu tidak disebut dalam mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, kategori pariwisata (Oka A yoeti, 2000 : jadi hanya untuk berlibur, mengunjungi xx) sanak keluarga , Seminar dll. Wisatawan Sedangkan wisatawan menurut RG Soekadijo (1997 :3) adalah orang yang mengadakan perjalanan dari kediamannnya tanpa menetap di tempat yang didatanginya. Menurut Soekadijo lagi orang asing yang bepergian ke suatu tempat ada 4 kelompok: adalah juga orang yang masuk ke negaranya sendiri tetapi ia sudah bekerja di liau negri karena tujuan masuk ke negara asal hanya untuk keperluan berlibur, keperluan bisnis, keperluan keluarga dan bukan untuk mencari nafkah. 1. Imigran adalah orang yang bukan Di dalam kegiatan pariwisata, tentu penduduk suatu negara tetapi tidak akan ada artinya jika tak ada bermaksud untuk tinggal dan mendapat pengunjung yang datang. Dalam kegiatan Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” 95 Jurnal Sosiologi DILEMA pariwisata tersebut ada hotel untuk tempat Selanjutnya dijelaskan oleh United menginap para wisatawan, ada atraksi State Lodging Industry, hotel terbagi wisata, ada obyek wisata semuanya dibuat menjadi empat jenis yang dibedakan sesuai agar menarim wisatawan. dengan letak dan fungsinya yakni : 1. Transient Hotel kadang dinamakan Transit Hotel atau Commercial Hotel Hotel Hotel merupakan bagian integral dari usaha pariwisata yang menurut keputusan Menparpostel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lain bagi umum yang dikelola secara komersial (Agus Sulastiyono, 2000 : 6). Dari pengertian itu terliihat bahwa hotel merupakan pengganti rumah sendiri, di situ ia mandi, tidur, makan tanpa diganggu dan dapat mengerjakan apa saja seperti di rumah. Sehingga para usahawan, wisatawan lainnya yang sedang melakukan perjalanan dapat menggunakan hotel sebagai pengganti rumah ketika bepergian. Dengan demikian hotel menyediakan pelayanan pokok berupa “ 1. Tempat beristirahat dan kamar tidur. 2. Tempat atau ruangan untuk makan dan minum. 3. Toilet dan kamar mandi. 4. Pelayanan umum untuk memenuhi segala macam kebutuhan lain dari para tamu. 96 adalah hotel yang letak/lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis. 2. Residental Hotel adalah hotel yang pada dasarnya rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya, dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residental hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel. 3. Resort Hotel adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat wisata, dan menyediakan tempat tempat rekreasi dan juga ruang fasilitas untuk konferensi (R.S Damardjati, 2000 : 73). Sementara itu selain hotel ada penginapan atau losmen yakni suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan sewa kamar untuk menginap. Losmen tidak menyediakan jasa makan dan minum serta jasa penunjang lainnya. ( Agus Sulastiyono, 2001 : 7 – 8) Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 Di samping ada hotel yang secara Pariwisata, Hotel dan keamanan umum menyediakan jasa untuk segala jenis Sektor pariwisata menjadi andalan tamu maka ada hotel –hotel yang khusus penting sejumlah negara, tahun 2000 disediakan untuk menerima tamu masyarakat dunia yang berwisata mencapai berdasarkan keperluan, misal motel 698 juta orang dan menghasilkan disediakan untuk orang-orang yang sedang pendapatan 4767 millyar dolar dan bepergian yang menggunakan kendaraan menyerap angkatan kerja 115 juta orang. pribadi. Hotel Garni yang biasa disebut Dua negara tetangga In losmen karena di situ tidak ada ruang donesia, Hongkong dan Australia yang kecuali untuk menginap saja. Hotel Pension negaranya sangat stabil, makmur aman biasanya kecil dan diperuntukkan bagi adlah 2 negara tujuan wisata saingan orang yang bepergian selama kurang lebih Indonesia. Di tahun 2000 negara Kangguru sebulan. ini menerima 4.950.000 wisman dan di Masi ada lagi selain hotel yang juga tahun 2001 5,17 juta wisman dengan menyediakan akomodasi bagi wisatawan perolehan devisa 8,5 milyar dollar Amerika. tetapi dengan fasilitas yang lebih bisa (Arifin Pasaribu dalam Suara Karya 25 mengenal masyarakat secara lebih dekat Oktober 2001) sehingga memberi kebebasan dan lebih Indonesia sendiri telah murah yakni Homestay. Homestay ini menempatkan sektor pariwisata di urutan biasanya bukan milik pemerintah atau ketiga dalam perolehan devisa setelah perusahaan tertentu dan juga bukan milik migas dan tekstil. Untuk tahun 2000 sektor badan- badan tertentu tetapi menggunakan pariwisata mampu memberi kontribusi rumah pribadi yang sebenarnya sekitar 5,75 millar dollar AS atau naik 22,2 dimaksudkan bukan untuk menampung % dari tahun sebelumnya. Tetapi akibat wisatwan sehingga berbentuk rumah tinggal ketidak amanan dan ketidakstabilan politik yang sebagian disewakan untuk wisatawan. yang melanda Indonesia sejak tergulirnya Ada juga wisma peristirahatan yang reformasi yakni sejak tahun 1998 maka memang merupakan milik perusahaan yang kedatangan wisatawan pada tahun 2001 memberikan subsidi kepada anggotanya yang direncanakan semula yakni 5,4 juta yang ingin menginap. (RG Sdoekadijo, wisatawan tidak dapat teraih. Hingga pada 1999 : 109 – 119) tahun 2001 hanya 5.239.373 orang yang berarti hanya dicapai 97 %. Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” 97 Jurnal Sosiologi DILEMA Sebelum ketidak stabilan politik dan dengan cara stratified random sampling keamanan melanda Indonesia pun pernah yakni didasarkan pada strata kelas yang ada dituding sebagai sebagai negara sarang pada setiap tingkatan. Sampel diambil teroris. Akibatnya banyak negara yang dengan tehnik Snowball Sampling dengan melarang warganya datang ke Indonesia maksud sampel di sini bukan dimaksudkan apalagi sejak tahun 1998 semakin nyatalah untuk mewakili populasi sehingga bahwa Indonesia memang benar sebagai pengambilan sampel dianggap telah cukup sarang negara yang tidak aman. Dengan jika pertimbangan variasi data yang asumsi jika kestabilan politik lebih aman diinginkan telah terpenuhi. maka pemerintah pada tahun 2002 3. Tehnik Pengumpulan Data menargetkan 5,8 juta orang wisatawan mancanegara datang ke Indonensia. (Bisnis Indonesia 8 Desember 2001) Akhirnya dapat disimpulkan bahwa memelihara keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat untuk menopang perkembangan pariwisata merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Data sekunder diperoleh dari berbagai Instansi seperti Dinas Pariwisata dan terkait data itu meliputi data berkala tentang tingkat hunian yakni dari tahun 1998 sampai tahun 2000. Selain data diperoleh dengan data sekunder informasi diperoleh dari wawancara mendalam dengan beberapa orang yang terpilih menjadi informan yang dapat dipercaya seperti para Manager METODE PENELITIAN Hotel, Pemasaran Hotel dan juga para 1. Lokasi Penelitian pegawai yang bekerja di hotel seperti Penelitian ini dilakukan di Solo yang merupakan kota yang banyak berdiri hotel 4. Tehnik Analisa Data disamping itu kota Solo merupakan kota Data yang diperoleh melalui bisnis hal ini terbukti dengan adanya pusat wawancara mendalam tadi kemudian perbelenjaan batik yang cukup besar yakni dianalisis dengan tiga jalur yaitu reduksi Pasar Klewer sehingga banyak hotel yang data, penyajian data dan verifikasi. (Miles tamunya adalah para pebisnis. dan Huberman, 1992 : 15 – 21). Reduksi 2. Populasi dan Sampel 98 Cleaning servis atau juga Satpam. data merupakan proses pemilihan, Populasi dalam penelitian ini ada 120 penyederhanaan, pengabstraksian dan buah hotel sedangkan informan diambil transformasi data kasar yang diperoleh dari Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 lapangan. Penyajian data merupakan sehingga wilayah terbagi dua yakni di bagian seluruh informasi yang tersusun dalam utara adalah wilayah Mamngkunegaran dan kesatuan bentuk yang sederhana dan di bagian selatan adalah wilayah kekuasaan selektif. Proses yang terakhir adalah Kasunanan. (M Hari Mulyadi, 1999 : 18- verifikiasi yang dilakukan sejak awal 21) pengumpulan data dengan mencari arti dari Solo dikenal dengan kota perusuh setiap kalimat yang diberikan oleh informan karena seringnya terjadi kerusuhan yang dengan mencatat keteraturan, pola-pola, terjadi di Solo terbukti tidak kurang 7 kali penjelasan sehingga mengarahkan peneliti terjadi kerusuhan sejak tahun 1900 hingga pada suatu kesimpulan yang mula-mula tahun 2000. Sehingga kota Solo yang belum jelas namun kemudian meningkat nampaknya tenang dalam kesehariannya menjadi lebih rinci dan mengakar dengan namun ternyata menyimpan magma kokoh. (Glaser dan Starus seperti dikutib dibawahnya yang sewaktu-waktu bisa Miles dan Huberman, 1992 : 19) meledak tiba-tiba dan akibatnya akan menjalar ke daerah-daerah lain sehingga tak DESKRIPSI LOKASI salah bila kota Solo dikenal sebagai kota 1. Sejarah Kota Solo perusuh. (Kivlan Zein, 2003) Desa Sala dipilih oleh Paku Buwana Luas wilayah administrasi kota Solo II pada tahun 1743 sebagai Kraton baru kurang lebih 4.404,05 Ha, terdiri dari 5 karena Kraton Kartosuro rusak akibat wilayah kecamatan, yakni kecamatan pemberontakan orang-orang Cina. Dengan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres pertimbangan bahwa desa Sala sudah dan Banjarsari. Secara relatif kota ini merupakan sebuah desa jadi bukan berupa mempunyai lokasi yang strategis yakni hutan yang harus ditebang kayu-kayunya. berada di dua pusat pertumbuhan besar Selanjutnya pada tahun 1757 didirikanlah Kadipaten Mangkunegaran dengan Pangeran Adipati Mangkunegara. Sehingga di Solo ada dua wilayah kekuasaan yaitu wilayah Kasunanan dan wilayah Mangkunegaran. Luas wilayah Karesidenan Solo adalah 6217 km2 Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” yakni Semarang dan Surabaya. Sehingga tidak heran bila kota Solo menjadi daerah perdagangan terbukti dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang, disamping banyaknya pasar yang ada di Solo yakni sekitar 36 buah hingga tahun 2000 disamping masih 99 Jurnal Sosiologi DILEMA terdapat 6 pasar Swalayan. Tidak kalah dibanding hotel kelas menengah dan menariknya Pasar Klewer sebagai urat nadi dibanding hotel kelas atas karena itu pula kehidupan Wong Solo. (Potret Kota Solo, fasilitas yang paling lengkap selalu 2001) memasang tarif paling tinggi. 2. Hotel-hotel di Solo Sementara itu hotel selalu diperiksa Solo merupakan kota bisnis setiap tiga tahun sekali untuk kelas bintang disamping sebagai kota wisata sehingga dan setahun sekali untuk kelas melati mau tidak mau kota Solo harus mendukung sehingga ada saja hotel yang naik turun keberadaan. Hal ini terbukti dengan kelasnya setelah ada pemeriksaan. banyaknya hotel dari kelas berbintang Pemeriksaan itu didasarkan pada 3 sampai melati. Sampai tahun 2001 hotel- penilaian yakni ; 1) Penilaian fisik yakni hotel yang ada di solo adalah sebagai penilaian dari kelengkapan fasilitas berikut : 2)Pengelolaan yakni kemampuan mengelola 1. Hotel bintang 4 berjumlah 4. dalam bidang administrasi 3)Pelayanan 2. Hotel bintang 3 berjumlah 4 yakni kemampuan dalam memberikan 3. Hotel bintang 2 berjumlah 2 pelayanan. 4. Hotel bintang 1 berjumlah 4 Ternyata dari penelitian yang 5. Hotel melati 3 berjumlah 16 dilakukan pada tahun 2000 banyak hotel 6. Hotel melati 2 berjumlah 35 kelas Melati yang kelasnya turun dan ini 7. Hotel melati 1 berjumlah 54 banyak dialami oleh kelas Melati 3 yang 8. Belum terklasifiklasi ada 4 turun ke kelas melati 2. Sedang pada hotel 9. Pondok wisata ada 8 berbintang kelas hotel tidak turun karena ketiga syarat penilaian tetap mereka HASIL DAN PEMBAHASAN pertahankan walaupun dalam kondisi tamu 1. Hotel dan Klasifikasi yang menurun sekalipun. Hal ini disebabkan Setiap hotel yang berdiri mempunyai stratifikasi karena sebenarnya klasifikasi itu membedakan antara hotel kelas kecil dengan hotel kelas atas dan menengah. Dengan konsekwensi hotel kelas kecil mempunyai fasilitas paling sederhana oleh pengusaha hotel berbintang mempunyai usaha yang bervariasi sehingga usaha yang maju dapat menopang usaha yang surut seperti pada hotel Ks krt (bintang 2) hotel ini bergerak di bidang retail yang pada saat langkanya barang kebutuhan pokok mereka dapat kesempatan untuk 100 Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 mendapat untung pada waktu masyarakat Karena pariwisata dapat menghasilkan khawatir akan pasokan kebutuhan pokok. devisa, memberikan kesempatan kerja, Selain itu di hotel berbintang banyak meningkatkan pendapatan masyarakat, menyediakan fasilitas sehingga bukan hanya meningkatkan ekspor dan menunjang kamar hotel saja yang bisa dijual tetapi pembangunan daerah. masih banyak fasilitas lain seperti kolam Akibat dari krisis ekonomi yang renang, pusat kebugaran, ruang pertemuan, dimulai sejak tahun 1997 dan mencapai jasa laundry dan lain lain oleh karena itu puncaknya tahun 1998 maka berakibat pula usaha yang ada di hotel makin bervariasi pada kehidupan pariwisata. Kondisi yang yang bisa dijual untuk melangsungkan demikian mempengaruhi dunia usaha usahanya. Dari fasilitas yang makin banyak misalnya yang terjadi pada usaha perhotelan makin diperlukan tenaga yang lebih terutama hotel kelas atas dan hotel kelas profesional maka pelayanan sebagai salah menengah. Namun demikian hotel kelas satu syarat penilaian makin terpenuhi. Hal atas mempunyai fasilitas yang lebih lengkap ini juga nampak dalam struktur dibanding hotel kelas kecil karenanya organisasinya karena makin lengkap fasilitas mereka tidak hanya menjual kamar tetapi makin rumit struktur organisasi karena hotel memberdayakan fasilitas yang ada di hotel berbintang berkembang setahap demi semisal gedung pertemuan, laundry, pusat setahap untuk itu struktur organisasinyapun kebugaran, restoran dan lain-lain. Dari berkembang setahap demi setahap pula penjualan fasilitas ini ternyata dapat seperti nampak pada hotel Ks Krt (bintang mendongkrak pemasukan hotel karena dua) pada waktu berdiri tahun 1992 hanya misalnya gedung pertemuan, gedung ini bisa ada 47 orang tetapi dengan bertambahnya digunakan untuk bermacam-macam kamar dan fasilitas yang lain maka hotel keperluan misalnya untuk acara perhelatan pada tahun 1996 menjadi 70 orang pernikahan, seminar atau pun untuk otomatis dalam struktur organisasinyapun meeting bagi lembaga yang membutuhkan ikut berubah. refresing sekaligus mengadakan rapat di 2. Tingkat Hunian Hotel dan Strategi Kelangsungan Usaha hotel. Walaupun hotel sebenarnya Negara yang banyak menerima tamu disediakan untuk wisatawan baik itu para sebagai wisatawan bisa dipastikan bahwa usahawan, para peserta seminar, para negara tersebut akan menjadi makmur. peserta yang ingin menikmati liburan Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” 101 Jurnal Sosiologi DILEMA bersama keluarga dan juga menggunakan ditunjukkan dengan contoh beberapa hanya fasilitas yang ada di gedung semisal negara yang mengalami penurunan devisa kolam renang, gedung pertemuan dan lain- akibat menurunnya pemasukan di sektor lain. Tetapi kadang dan seringkali hotel pariwisata. Misal Mesir yang kaya dengan digunakan sebagai tempat para Pekerja beberapa peninggalan Fir’aun karena Sex Komersial atau sebagai tempat adanya pembantaian 58 wisman pada bulan berselingkuh hanya frekwensinya berbeda November 1997 setelah itu berturut-turut antara hotel kelas kecil dibanding hotel lagi terbunuhnya 18 orang wisatawan asal kelas atas dan menengah di lain pihak Yunani dan 9 orang wisatawan asal Jerman karena sebagai hotel kelas atas dan yang ditembak mati maka menyebabkan menengah harus tetap menjaga citra sebagai pemasukan dari sektor utama yakni hotel kelas bintang. Hal ini berbeda dengan pariwisata tahun 1997 yang mencapai 4 hotel kelas kecil kegiatan semacam itu lebih millyar dollar AS menurun menjadi 3 milyar mudah dilhat oleh semua orang yang dollar AS pada tahun 1998. (Suara Karya berkunjung ke hotel. Oleh sebab itu di masa 25 Oktober 2001) krisis pun hotel kelas atas dan menengah Sejalan dengan yang telah tidak dapat berharap banyak dari segmen dikemukakan di atas maka Indonesia ini karena hotel harus tetap menjaga citra sebagai negara yang merupakan tujuan sebagai hotel kelas bintang. wisata tervavorit di Asia menurut majalah Lain halnya dengan hotel kelas kecil Time tahun 2001 terkena musibah yang pada saat krisis mereka justru makin dapat mengejutkan yakni ledakan bom di Kuta memperbanyak pelanggan dari segmen tanggal 12 Oktober 2002 yang semacam ini karena selain terkait harga yang menewaskan 180 orang. Dari peristiwa lebih murah mereka sering juga berdarah itu Bali yang dulu dijuluki “Pulau menyediakan waktu yang bisa digunakan Dewata” berubah julukan dengan “Pulau hanya untuk beberapa jam dalam sehari. Neraka” dan saat itu tingkat hunian hotel di Kondisi yang demikian ini dibuktikan tidak kawasan Tanjung Benua yang semula bisa ada hotel kelas kecil di Solo yang mencapai 74 % merosot menjadi tinggal 43 menyatakan sepi di waktu krisis melanda %. kota Solo. 102 Seperti juga di Bali Solo pun pernah Faktor keamanan menjadi penentu terjadi amuk masa tahun 1998 yang maju mundurnya pariwisata, hal ini menyebabkan semua bidang kehidupan Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 termasuk pariwisata menjadi terkena KESIMPULAN dampaknya hingga tingkat hunian pada Semua hotel di Solo mempunyai waktu itu turun drastis bahkan tidak ada klasifikasi, pengklasifikasian itu berguna untuk penghuni sama sekali hingga 2 minggu memberikan gammbaran bagi konsumen setelah itu karena pada saat kerusuhan itu tentang kualitas produk dan pelayanan dalam terjadi melibatkan ratusan ribu warga yang rangka memenuhi kebutuhan konsumen. menewaskan 29 orang dan kurang lebih 307 Sehingga dapat dibedakan antara Hotel Bintang bangunan hangus terbakar termasuk 2 Plaza dan Non Bintang yang dihubungkan dengan Matahari, Show Room dan juga Bank. fasilutas yang ada di hotel. Bahkan tidak hanya itu saja kota Solo masih juga dilanda kerusuhan yakni tahun 1999 yang menyebabkan hancurnya gedung Pemerintah yang menjadi pusat kebanggaan warga Solo itu juga hancur. Pada waktu krisis maka tingkat hunian hotel kelas atas dan menengah sangat terpukul karena wisatawan banyak lari ke hotel kelas kecil dilihat harga. Tetapi pada saat itu pula maka hotel kelas atas dan menengah justru Oleh karena itu kondisi Solo sangat menggunakakn fasilitas lain di hotel dalam terpukul karena dua peristiwa yang mendongkrak pendapatan agar kelangsungan mengakibatkan lumpuhnya kehidupan usaha hotel tetap berjalan. Seperti banyak pariwisata. Hal ini terbukti lagi ketika ada gedung pertemuan yang memang berlokasi di isu sweeping yang melanda kota Solo hotel atau kolam renang yang disediakan di hotel akibatnya tingkat hunian hotel kelas atas sehingga lebih memberdayakan fasilitas laian yang paling terkena dampaknya. Lain lagi selain kamar hotel. dengan hotel kelas menengah yang tidak begitu terpengaruh ketika ada isu sweeping kerana ternyata isu itu hanya ditujukan kepada warga asing AS. Karena warga asing adalah penghuni hotel kelas atas maka hotel kelas menengah tidak terpengaruh karena adanya isu itu apalagi hotel kelas kecil karena hotel kelas melati fasilitas yang ada memang tidak ditujukan kepada wisman. Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha” Selain lebih memberdayakan usaha selain kamar hotel, hotel kelas atas dan menengah dipunyai lebih dari seorang sehingga usahanyapun juga lebih bervariasi sehingga saling dapat menutup kerugian di saat ada penurunan di slah satu bidang usaha. Berbeda dengan hotel kelas atas dan menengah hotel kelas kecil justru lebih mendapat berkah karena adanya masa krisis karena itu pula tidak ada hotel kelas melati yang merasa 103 Jurnal Sosiologi DILEMA sepi. Hal ini disebabkan harga hotel kelas kecil lebih murah dibandiing hotel kelas atas dan menengah. Hotel kelas melati ternyata juga memberi daya tarik tersendiri bagi para Pekerja Sex Komersial karena hotel kelas kecil banyak digunakan sebagai tempat mangkalnya. Hal ini berbeda dengan hotel elas atas dan memnengah sebab selain harga yang lebih tinggi dari kelas melati juga hotel kelas atas lebih dituntut untuk lebih menjaga nama agar tidak tercemar dan diberi merek sebagai hotel kelas kecil. DAFTAR PUSTAKA Oka A Yoeti, 1999, “Hotel Marketing”, PT Pertja, Jakarta. Oka A Yoeti, 2000, “Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya”, PT Pertja, Jakarta. Potret Kota Surakarta, 2001, kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan BUILD ( Breakthrough Urban Initiatives For Local Development) Spillane, James J, 1994, “Pariwisata Indonesia”, Kanisius, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 1999, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Grafindo Persada, Jakarta. S Pendit, Nyoman, 1999, “Ilmu Pariwisata”, Pradnya Paramita, Jakarta. Soekadijo, RG, 1997, “Anatomi Pariwisata”, PT Gramedia, Jakarta. Agus Soelastiyono, 2001, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Alfabeta, Bandung. Heru Nugroho, 2001, “Negara, Pasar dan Keadilan Sosial”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Lokakarya Penataran Kepariwisataan Dalam Menyongsong Indonesia Baru, jawa Barat 3 September 1999. Oka A Yoeti, 1997, “Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata”, Pradnya Paramita, Jakarta. 104 Seminar Kepariwisataan Yogyakarta 2000, Jakarta 25 Januari 2000. Statistik BPS Indonesia th 2000. Suara Karya 25 Oktober 2000. Media Indonesia 11 Desember 2000. Suara Pembaruan 19 September 2001. Bisnis Indonesia 8 Desember 2001. Suara Pembaruan 26 Desember 2001. Sri Hilmi Pujihartati “Tingkat Hunian Hotel Dan Strategi Kelangsungan Usaha”