HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM ISLAM Yuni

advertisement
HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM ISLAM
Yuni Harlina
Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau
Email: [email protected]
Abstract: There are differences of opinion about the permissibility of women's political opposite. This is due
to understand the Qur'an partial and still gender bias. The divergent views associated with differences in
understanding the sources of Islamic teachings, especially the verses of the Koran that talk about politics.
This paper discusses how the actual political rights of women in Islam, so that people can understand and are
not taboo for women in politics. Based on the identification and classification and analysis of the texts of the
Qur'an and the Hadith about politics in al-Qur'an. It was found that women in politics have the right
according to Islam. Men and women are obliged to commanding the good and forbidding the evil through
several ways including the political media. Islam does not distinguish between men and women in individual
rights and the rights of the main civic political rights. However, that should be noted is that all these rights
must be placed within the limits of natural as women.
Keywords: Women, Political Right, Islam
Abstrak : Terdapat perbedaan pendapat yang berseberangan tentang kebolehan perempuan berpolitik. Hal
tersebut disebab memahami al-Qur‟an secara parsial dan masih bias gender. Perbedaan pandangan tersebut
terkait dengan perbedaan dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam terutama ayat al-Qur`an yang
berbicara tentang politik. Makalah ini membahas bagaimana sebenarnya hak politik perempuan dalam
Islam, sehingga masyarakat dapat memahami dan tidak menganggap tabu terhadap perempuan yang terjun
di dunia politik. Berdasarkan identifikasi dan klasifikasi serta analisis nash-nash dari al-Qur‟an dan hadis
tentang politik dalam al-Qur`an. Ditemukan bahwa perempuan mempunyai hak dalam berpolitik menurut
Islam. Laki-laki dan perempuan berkewajiban untuk amar makrûf nahî munkar melalui beberapa cara
termasuk diantaranya dengan media politik.Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dalam hak-hak
individu dan hak-hak kemasyarakatan utamanya hak politik. Namun demikian, yang perlu dicatat adalah
bahwa semua hak tersebut harus diletakkan dalam batas-batas kodrati sebagai perempuan.
Kata Kunci: Perempuan, Hak Politik, Islam
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
PENDAHULUAN
yang membolehkannya, di sisi lain ada
kenyataan
Dalam era globalisasi pembangunan
nasional
dalam
manusia,
konteks
keterlibatan
sumber
daya
laki-laki
dan
obyektif
adanya
sejumlah
perempuan yang memiliki pengaruh kuat di
masyarakat dan mempunyai kemampuan
untuk menjadi pemimpin.
perempuan merupakan hal yang sangat
Maka
perlu
mengkaji
kembali
esensial. Oleh sebab itu, kepedulian holistic
persoalan kedudukan perempuan dalam
yang
Islam apakah kondisi kaum perempuan
melihat
sumber
daya
perempuan
dengan peran kekhalifahannya di muka
Islam
bumi dengan acuan pada nilai-nilai agama
inspirasi
dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, perlu
permpuan menurut ajaran Islam?
dewasa
ini
telah
kedudukan
merefleksikan
normatif
kaum
disinergikan dalm konteks dimensi public
dan domistik sekaligus. Dimensi public
PEMBAHASAN
menyangkut aspek perempuan di bidang
Dalam menjawab persolan tentang
Iptek, ekonomi, ketenagakerjaan, politik dan
hak perempuan berpolitik terdapat dua
ketahanan
pendapat. Pertama, pendapat yang melarang
nasional.
Dimensi
domestic
mencakup aspek kesejahteraan keluarga,
perempuan
kesehatan, hubungan keluarga yang simetris
melarang perempuan berpolitik mengajukan
dan lain-lain.
argumentasi sebagai berikut:
Sumber daya perempaun merupakan
berpoltik.
Pendapat
yang
1. Pernyataan al-Qur‟an tentang laki-laki
sumber daya manusia potensial dan strategis
menjadi pemimpin
untuk dikembangkan. Dengan demikian,
karena Allah telah melebihkan sebagian
sumber
laki-laki atas sebagian perempuan (QS.
daya
dikembangkan.
perempuan
perempuan
Namun
dalam
perlu
keterlibatan
segala
Al-Nisa‟/4:34).
1
atas perempuan,
Laki-laki mempunyai
lapangan
derajat lebih tinggi dari perempuan (QS.
kehidupan dan pekerjaan di luar rumah,
Al-Baqarah/2:288) 2 dan persaksian dua
masih banyak mendapat tantangan, baik
orang perempuan sebagai ganti satu
dengan dalih agama ataupun karena budaya.
orang laki-laki (QS. Al-Baqarah/2:282).
Demikian pula, wacana pemimpin
2. Hadis Nabi menyebutkan ”Tidak akan
perempuan telah memancing polemik dan
bahagia suatu kaum yang menyerahkan
debat antara pro maupun yang kontra. Hal
suatu urusan kepada perempuan”. (HR.
ini
ditemukan
Bukhari). Dan hadis yang menyebutkan
penafsiran ayat dan hadis yang secara
perempuan kurang akalnya dan kurang
tekstual
agamanya. (HR. Muslim).
terjadi
karena
satu
mengutamakan
sisi
laki-laki
untuk
menjadi pemimpin, meskipun sebagian ada
2
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
3.
Sebagian kitab tafsir telah menjelaskan
yang
laki-laki memimpin perempuan, dialah
mungkar
pemimpinnya, pembesarnya, hakimnya,
Taubah/9:71).
dan pendidiknya, apabila menyimpang,
menjumpai seorang perempuan yang
karena
memerintah mereka dan dia dianugrahi
laki-laki
lebih
utama
dari
dan
mencegah
(Al-Qur‟an
5
yang
surat
Al-
Sesungguhnya
aku
perempuan, laki-laki lebih baik dari
segala
perempuan. 3 Keutamaan laki-laki atas
singgasana yang besar (al-Qur‟an surat
perempuan bermula dari sebab fitrah
al-Naml/27:23),
(asal mula) dan berpuncak pada sebab
adalah Ratu Balqis yang memerintah di
kasbiah (usaha), Keutamaan (Fadl) laki-
negeri Saba‟.
laki atas perempuan dalam empat hal:
kecerdasan
akal
6
serta
mempunyai
seorang perempuan
2. Hadis “Tidak akan bahagia suatu kaum
yang menyerahkan urusan kepada
kemampuan manajerial (khusn al-tadbîr),
perempuan” perlu diteliti sanadnya,
keberanian berpendapat (wazanah al-
dan hadis tersebut termasuk hadis
ra‟yi)
ahad.
dan
(kamâl
sesuatu
al-„Aql),
kelebihan
(mawazidu
al-quwah).
kenabian
(nubuwwah),
(imâmah),
kekuatan
Oleh
fisik
karena
kepemimpinan
kekuasaan
persaksian
(syahadah)
(wilayah),
dan
jihad
dikhususkan laki-laki.4
Kalaupun
dianggap
sahih
hendaknya ditempatkan pada konteks
pengucapan
Nabi
yang
berkaitan
dengan tidak mampunya Buron binti
Syiwaraih memimpin kerajaan Persia.
Terlepas dari perbedaan
4. Kitab fiqh menurut Wahbah al-Zuhaili,
patut
syarat kepala negara adalah laki-laki,
pendapat
yang
demikian juga Abul al-A‟la al-Maududi
perempuan
mengharamkan
duduk
menganggap perempuan tidak mempunyai
penting
kemampuan dalam berpolitik dan menjadi
pemerintahan. Lebih-lebih jabatan kepala
pemimpin atau memegang jabatan, padahal
negara.
kalau diteliti secara cermat dan seksama
perempuan
seluruh
Kedua,
perempuan
jabatan
pendapat
bolehnya
berpolitik,
argumentasinya sebagai berikut:
dipertanyakan
pendapat
tersebut,
dalam
1.
ma‟ruf
tidak
berpolitik,
tentang
membolehkan
sebab
terkesan
dasar dan argumennya kurang akurat.
Tulisan ini akan memaparkan dan
menganalisis
nash-nash
yang
berkaitan
Pernyataan al-Qur‟an tentang orang-
dengan hak politik perempuan dalam Islam
orang yang beriman, laki-laki dan
secara holistic sehingga nash tidak dapat
perempuan, sebagian mereka adalah
dipahami hanya secara tekstual tetapi juga
penolong atau ahlinya sebagian yang
kontektual.
lain, mereka menyuruh mengerjakan
Pertama, tentang surah al-Nisa’ ayat 34 :
3
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
‫انشجبل قٕايٌٕ عهٗ انُسبء ثًب فعم هللا ثععٓى عهٗ ثعط ٔ ثًب‬
terhadap perempuan itu karena laki-laki
…‫أَفقٕا يٍ أيٕانٓى‬
memberi nafkah kepada perempuan. Karena
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi
itu, seorang suami memiliki aset yang lebih
kaum perempuan, oleh karena itu Allah telah
istimewa dibanding seorang istri. Menurut
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
mufassir, memberi nafkah yang dimaksud
sebagian yang lain (Perempuan), karena mereka
ialah
laki-laki telah menafkahkan dari sebagian harta
Terhadap
Kata ‫ انشجبل‬itu umum, ‫ انُسبء‬juga
kalimat umum, sesuatu yang khusus adalah
memberikan
keutamaan
kepada
sebagian mereka. Keutamaan atau tafdl disini
yang dimaksud adalah laki-laki kerja dan
berusaha di atas bumi untuk mencari
penghidupan. Selanjutnya digunakan untuk
mencukupi kehidupan perempuan yang di
bawah
naungannya.7
Indonesia diterjemahkan dengan pemimpin
bagi kaum perempuan, “ dipahami oleh
ahli
superiorritas
tafsir
laki-laki
sebagai
atas
justifikasi
mengapa laki-laki (suami) itu pemimpin atas
perempuan. Alasan pertama ialah karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka
atas
mufassir
belanja
alasan
pertama
mengemukakan
para
berbagai
penjelasan yang sangat bias laki-laki.AnNawawi misalnya, menerangkan bahwa
superioritas laki-laki atas perempuan itu
didasarkan atas bahwa laki-laki memiliki
kesempurnaan
perencaan,
akal,
penilaian
matang
yang
dalam
tepat
dan
kelebihan dalam amal dan ketaatan. Oleh
sebagian
sebagai nabi, imam, wali, penegak syiarsyiar Islam, saksi dalam berbagai masalah
hukum, wajib melaksanakan jihad, sholat
jum‟at dan lain-lain.9
perempuan.
Dalam ayat itu disebutkan dua alasan
laki-laki
dan
sebab itu, laki-laki diberi tugas istemewa
Kata Qawwamun, yang dalam bahasa
mayoritas
mahar
kebutuhan istri dan keluarga.8
mereka…”
Allah
pemberian
yang
lain
(perempuan).” Alasan kedua ialah “karena
mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah
dari sebagian hartanya.” Tentang Alasan
pertama, al-Qur‟an tidak menjelaskan secara
tegas dan jelas kelebihan laki-laki atas
perempuan.Sementara itu, tentang alasan
kedua al-Qur‟an menyatakan secara lebih
eksplisit yaitu bahwa superioritas laki-laki
Muhammad
“Qawwamun”
Asad
mengartikan
sebagai
“menjaga
sepenuhnya” (to take full care) dan menjaga
itu meliputi fisik dan non fisik.10At-Thabari
mengartikannya dengan “tanggung jawab”.
Hal ini berarti laki-laki bertanggung jawab
mendidik
dan
membimbing
istri
agar
menunaikan kewajibannya kepada Allah
maupun kepada suami. 11 Az- Zamakhsyari
menekankan bahwa kata itu berarti bahwa
kaum laki-laki berkewajiban melaksanakan
amar
ma‟ruf
nahi
munkar
kepada
perempuan sebagaimana penguasa kepada
rakyatnya.
12
Yusuf
Ali
mengartikannya
4
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
“pelindung kaum wanita”.13 Demikialah QS.
kepentingan
4:34 ditafsirkan oleh para mufasir yang
keunggulan suaminya akan berkurang.14
mengandung bias kaum lelaki. Meskipun
demikian
apabila
tangganya,
maka
Sedangkan pendapat Aminah Wadud
dengan
Muhsin, yang sejalan dengan Fazlur Rahman,
realitas yang ada, maka terlihat sekarang
menyatakan bahwa superioritas itu melekat
ialah bahwa posisi kaum laki-laki atas
pada
perempuan bersifat relatif dan apabila basis
perempuan, tidak dimaksudkan superior itu
superioritas laki-laki atas perempuan dalam
secara otomatis melekat pada setiap laki-laki,
al-Qur‟an dan masyarakat bersifat relatif,
sebab hal itu hanya terjadi secara fungsional
maka
al-
yaitu selama yang bersangkutan memenuhi
Qur‟an yang menawarkan nuansa baru dan
kriteria Al-Qur‟an yaitu memiliki kelebihan
mengandung
dan
dan memberikan nafkah. Ayat tersebut tidak
kebebasan kaum wanita untuk berperan di
menyebut semua laki-laki otomatis lebih
segala bidang kehidupan.
utama daripada perempuan.15
lahirlah
Dari
dihadapakan
rumah
penafsiran-penafsiran
nilai-nilai
tersebut,
laki-laki
qawâmûn
atas
dapat
Demikian juga Ashgar Ali Engineer
disimpulkan bahwa Qawwâmûn berarti laki-
berpendapat bahwa qawwâmûn disebutkan
laki sebagai
sebagai pengakuan bahwa, dalam realitas
pemimpin,
pendapat
kesetaraan
setiap
penjaga, penanggung jawab,
pendidik
kaum
perempuan.
sejarah kaum perempuan pada masa itu
Padahal penafsiran yang bercorak demikian
sangat
pada dasarnya berhubungan dengan situasi
dianggap sebagai kewajiban, sementara laki-
sosio-kultural waktu tafsir
laki menganggap dirinya unggul, karena
sangat
merendahkan
dibuat yang
kedudukan
kaum
perempuan.
rendah
dan
domestik
kekuasaan dan kemampuan mencari dan
memberikannya
Berbeda dengan mufassir terdahulu,
pekerjaan
Qawwâmûn
kepada
perempuan.
merupakan
pernyataan
sejumlah pemikir kontemporer berusaha
kontektual bukan normatif, seandainya al-
menafsirkan, antara lain:
Qur`an
menghendaki
laki-laki
sebagai
Menurut Fazlur Rahman, laki-laki
qawwâmûn, redaksinya akan menggunakan
adalah bertanggung jawab atas perempuan
pernyataan normatif, dan pasti mengikat
karena Allah telah melebihkan sebagian
semua perempuan dan semua keadaan,
mereka atas sebagian yang lain karena
tetapi al-Qur`an tidak menghendaki seperti
mereka (laki-laki) memberi nafkah dari
itu.16
sebagian
hartanya,
bukanlah
hakiki
Demikianlah
berbagai
dan
penafsir
penafsir
isteri di bidang ekonomi dapat berdiri sendiri
kontemporer
dan
Sehingga kalau dihadapkan dengan realitas
sumbangan
bagi
tekstual
antara
melainkan fungsional, artinya jika seorang
memberikan
yang
di
terhadap
suratal-Nisa/4:34.
5
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
yang ada, maka yang terlihat sekarang posisi
datang, bukan jenis, kalau ‫ ال‬menjadi
kaum laki-laki atas perempuan bersifat relatif
berarti
tergantung pada kualitas masing-masing
Dari sini menjadi jelas bahwa, laki-laki dalam
individu.
surat al-Baqarah ayat 228 berarti tidak semua
Kekhususan-kekhususan
yang
diberikan kepada laki-laki tersebut dalam
‫ نهعٓذ‬menunjukkan pembatasan. 18
laki-laki,
tetapi
laki-laki
tertentu
Sedangkan menurut Al-Râgib al-
yang memiliki peran publik dan sosial lebih,
Asfihâniy, ‫انشجم‬
ketika ayat-ayat tersebut diturunkan.
laki-laki. Namun dapat juga
:
yang
mempunyai kapasitas tertentu.
kapasitasnya sebagai anggota masyarakat
Kedua, tentang surat Al-Baqarah/2: 228
‫َعذ‬
disebut
‫سجهخ‬
menunjukkan arti khusus
apabila
perempuan
dalam
sebagian
ahwalnya menyerupai laki-laki.19
…‫… ٔنهشجبل عهيٍٓ دسجخ‬
Jadi, ayat 34 dari surat al-Nisa`
“…Dan bagi laki-laki (suami) mempunyai
bersifat
satu
bertanggungjawab pada keluarga karena
kelebihan
derajat
dari
perempuan
(isterinya)…”
Derajat
fungsional,
artinya
laki-laki
memberi nafaqah, artinya laki-laki yang
laki-laki
lebih
tinggi
berfungsi
memberi
nafaqah.
Bagaimana
daripada perempuan. Ayat ini berhubungan
halnya dewasa ini yang kerja dan memberi
dengan masalah
nafaqah adalah isteri atau perempuan, tentu
berhak
talak, karena laki-laki
menentukan
talak,
meskipun
lain lagi masalahnya, artinya perempuan
perempuan juga mempunyai hak, bukan
yang ahwalnya menyerupai laki-laki, yang
masalah politik dan kepemimpinan.
berfungsi menjadi laki-laki dan memberi
Disamping itu kata ‫ انشجبل‬pada ayat
nafaqah,
berarti
perempuan
yang
tersebut menurut Nasaruddin Umar ialah
bertanggungjawab pada keluarga, karena
“Laki-laki
kecenderungan di Indonesia dalam kurun
tertentu
yang
mempunyai
kapasitas tertentu, karena tidak semua laki-
waktu
laki
menunjukkan
mempunyai
daripada
tingkatan
perempuan.
lebih
Tuhan
tinggi
tidak
30
tahun
terakhir,
fenomena
yang
bahkan
sangat
mengejutkan. Berdasarkan hasil pemetaan
mengatakan ,‫ ٔنهزكش ثبنًعشٔف عهيٍٓ دسجخ‬karena
ulang
jika demikian, maka secara alami semua laki-
Pemberdayaan Perempuan bahwa, 60 %
laki
perempuan Indonesia harus menghidupi diri
mempunyai
daripada
tingkatan
lebih
tinggi
perempuan”.17
Sementara menurut Ibn `Usfûr, para
yang
dilakukan
Kementerian
sendiri dan keluarganya. Melihat kenyataan
ini,
Sinta
Nuriah
Abdurahman
Wahid
ulama membolehkan kata ‫ ال‬dalam ‫انشجبل‬
berkeyakinan bahwa, de fakto sesungguhnya
menjadi ‫ َعذ‬atau ٌ‫ ثيب‬kalau ‫ ال‬menjadi ٌ‫ثيب‬
kaum perempuanlah yang menjadi kepala
berarti ‫ نزعشيف انحعٕس‬menunjukkan yang
rumah tangga atau keluarga.20
6
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
Ketiga, tentang nilai kesaksian perempuan
kerja dan keuangan. Kalau hal ini diketahui
dalam surat Al-Baqarah/2:282
oleh al-Sya`râwî sudah barang tentu ia akan
‫ش ِٓيذَي ٍِْ ِي ٍْ ِس َجب ِن ُك ْى فَب ِ ٌْ نَ ْى يَ ُكََٕب‬
َ ‫… َٔا ْسز َ ْش ِٓذ ُٔا‬
ُّ ‫ظ ٌَْٕ ِي ٍْ ان‬
‫اء‬
ِ َ‫ش َٓذ‬
َ ‫َبٌ ِي ًَّ ٍْ ر َْش‬
ِ ‫َس ُجهَي ٍِْ فَ َش ُج ٌم َٔ ْاي َشأَر‬
‫َع َّم اِحْ ذَا ُْ ًَب فَزُزَ ِ ّك َش ِاحْ ذَا ُْ ًَب‬
ِ ‫َع َّم ِاحْ ذَا ُْ ًَب أ َ ٌْ ر‬
ِ ‫أ َ ٌْ ر‬
…ٖ‫األ ُ ْخ َش‬
“…Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang laki-laki di antara kalian. Jika tidak
ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang
laki-laki dan dua orang perempuan dari saksisaksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa
maka seorang lagi mengingatkannya…. (AlBaqarah/2:282)
Kalimat “syahadah” diambil dari ‫يش َٓذ‬
yaitu obyek yang terlihat jelas dengan kasat
mata,
adapun
‫يشٓذ‬
atau
obyek
tidak
membutuhkan kepandaian dan kecerdasan
individu, tetapi lebih sangat memerlukan
kesaksian
mata
telanjang
ditekankan kepada kejujuran.
dan
lebih
Berkaitan
dengan hal tersebut, derajat hamba Allah
yang mendapat gelar akademis seperti M.A.
atau Dr. dengan hamba-Nya yang tidak
mampu membaca dan menulis adalah sama,
sehingga dapat disimpulkan bahwa strata
pendidikan seseorang tidak ada kaitannya
dengan
perihal
persaksian.
Akhirnya
kejujuran sangat urgen dalam kesaksian dan
bukan kecerdasan akal.21
Pendapat al-Sya`râwî tersebut karena,
ia melihat perempuan tidak banyak yang ke
luar menyaksikan sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan, tetapi perempuan saat ini
lebih banyak yang bergelut dengan masalah
berpendapat lain.
Harus dicatat bahwa, ungkapan itu
hanyalah bersifat anjuran, bukan perintah
wajib,
terbukti
bagian
akhir
ayat
ini
menjelaskan “Janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat
menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada
tidak
(menimbulkan)
keraguan,
(Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai
yang
kalian jalankan di antara kalian, maka tidak
ada dosa bagi kalian, (jika) kalian tidak
menulisnya”.
Sesuatu yang perlu
diperhatikan
yaitu, ayat itu menunjukkan satu saksi lakilaki digantikan dua saksi perempuan, hanya
salah seorang di antara keduanya yang
menjadi saksi, sedangkan satunya hanya
berfungsi untuk mengingatkan, apabila ia
ragu, karena pada masa turunnya ayat itu
selalu ada kemungkinan saksi perempuan
melakukan
kesalahan
keuangan,
bukan
kecerdasan,
tetapi
dalam
karena
masalah
rendahnya
disebabkan
kurang
pengalaman dalam masalah keuangan.
Pendapat Aminah Wadud bahwa,
menurut susunan kata ayat ini, kedua
perempuan itu tidak disebut keduanya
menjadi
saksi,
karena
satu
perempuan
ditunjuk untuk „mengingatkan‟ satunya lagi,
dia bertindak sebagai teman
kerjasama
7
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
(kolaborator), meskipuan perempuan itu dua,
ٌ‫ٔرًكث انهيبنٗ يب رصهٗ ٔرفطش فٗ سيعبٌ فٓزا َقصب‬
tetapi masing-masing berbeda fungsinya,
‫ سٔاِ يسهى‬.ٍ‫انذي‬
dan spesifik untuk perjanjian finansial, tidak
“…Aku tidak melihat yang kekurangan akal dan
dimaksudkan untuk diberlakukan secara
agama dari pemilik pemahaman lebih daripada
umum, atau tidak berlaku pada persoalan
golongan kalian, perempuan itu bertanya lagi:
lain.22
“Wahai Rasulullah! Apakah maksud kekurangan
Jadi ayat tersebut harus dipandang
secara kontekstual, bukan normatif, karena
ada 7 (tujuh) ayat lain dalam al-Qur`an, yang
menyebutkan tentang kesaksian, tetapi tidak
satupun yang menyebutkan saksi satu orang
laki-laki digantikan dua orang perempuan.
Yaitu: Al-Mâidah/5:106, Al-Mâidah/5:107,23AlNisâ`/4:15,
24
Al-Nûr/24:4, Al-Nûr/24:6, Al-
Nûr/24:8,25Al-Talâq/65: 2.26
Berdasar ketentuan tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa, saksi perempuan
diakui sama dengan saksi laki-laki, tidak ada
perbedaan
diantaranya,
keuangan,
kalau
menyaksikannya,
menyaksikan
khusus
perempuan
maka
sendiri,
masalah
ia
berhak
kalaupun
ada
perempuan lain fungsinya hanya sebagai
pengingat atau penguat.
perempuan
Sejalan dengan ayat tersebut ada
hadis yang seolah-olah menunjukkan lakimemiliki
kelebihan
“Maksud kekurangan akal ialah penyaksian dua
orang perempuan sama dengan penyaksian
seorang
laki-laki.
Inilah
yang
dikatakan
kekurangan akal. Begitu juga perempuan tidak
mengerjakan sholat pada malam-malam yang
dilaluinya,
kemudian
berbuka
Ramadan karena haid.
Maka
pada
bulan
itulah
yang
dikatakan kekurangan agama”.(H.R.Muslim) 27
Maksud
kekurangan
akal,
kalau
dihubungkan dengan kualitas persaksian,
sementara
persaksian
itu
berhubungan
dengan faktor budaya, maka dapat saja
dipahami sebagai keterbatasan penggunaan
fungsi
akal
bagi
perempuan,
karena
pembatasan budaya di dalam masyarakat.
Namun sangat disayangkan asumsi
memposisikan
perempuan
pada
titik
marjinal, perempuan kurang akalnya ini
Keempat, Pemahaman hadis tentang akal
laki
akal dan agama itu?”, Rasulullah saw bersabda:
dibanding
perempuan.
‫عٍ عجذ هللا ثٍ عًش عٍ سسٕل هللا صهىبهلل عهيّ ٔسهى‬
‫ٔيبسايذ يٍ َبقصبد عقم ٔديٍ اغهت نزٖ نت يُكٍ قب‬...‫قبل‬
ٌ‫نذ يبسسٕل هللا ٔيبَقصبٌ انعقم ٔانذيٍ قبل ايب َقصب‬
‫انعقم فشٓبدح ايشاريٍ رعذل شٓبدح سجم فٓزا َقصبٌ انعقم‬
tidak
terbukti
kandungan
kebenarannya,
karena
menjelaskan
karakter
hadis
perempuan berdasarkan struktur fisik dan
psikis menurut kodratnya sangat intens
dengan
perasaan.
merupakan
Hal
ini
bukan
kekurangan,
namun
sebaliknya menjadi pembeda dengan lakilaki, dan merupakan keistimewaan tersendiri
bagi perempuan yang sangat sesuai dengan
tugas
keperempuanan,
perempuan
memang
karena
fitrah
senantiasa
8
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
menggunakan perasaan lebih banyak dan
seorang dari umatnya tidak melaksanakan
berpikir dengan proporsi yang lebih sedikit.
instruksi Rasul, akhirnya Rasul menemui
Kendati
demikian,
perasaan
Umu Salamah binti Abi Umaiyyah dengan
perempuan tidak bermakna ia tidak mampu
kemarahan
bergerak dan berpikir cepat layaknya laki-
berkata: “Apa yang terjadi padamu wahai
laki. Salah satu buktinya adalah perjanjian
Rasulullah?” Nabi diam seribu bahasa. Umu
Hudaibiyah menjadi saksi atas kecerdasan
Salamah tidak berhenti pada titik ini, dia
dan ketangkasan perempuan, orang-orang
justeru menanyakan perihal apakah yang
muslim di saat itu menunaikan ihram dan
membuatnya tidak mau bercerita kepadanya,
berduyun-duyun menuju Baitullah al-Haram
kemudian
untuk melaksanakan umrah, tidak lupa
muslim
mereka membawa hewan korban untuk
mengindahkan
perintahku,
disembelih selepas umrah dan tawaf di
memerintahkannya
untuk
sekitar
hewan dan memotong rambutnya, namun
Ka`bah,
namun
orang-orang
menghadang dan menahan langkah mereka,
tidak
akhirnya
berkata:
pertempuran
dingin
ini
memuncak.
Nabi
Umu
berkata:
telah
punah,
melaksanakannya”.
“Wahai
Salamah
“Orang-orang
mereka
tidak
aku
menyembelih
Umu
Rasulullah!
Salamah
Janganlah
diselesaikan dengan sebuah perjanjian yang
engkau mencelanya, karena mereka sedang
terkenal dengan perjanjian Hudaibiyah.
mengalami kejadian yang dilematis akibat isi
Perjanjian ini ditandatangani oleh
perjanjian
yang
menahan
Rasulullah dan kaum kafir Mekkah. Berisi
kemenangan
orang kafir Mekkah tidak akan mengganggu
dicapai, wahai Nabi utusan Allah, keluarlah
dan menghalangi langkah orang muslim dan
dan jangan mengeluarkan sepatah katapun,
penyebaran
sembelihlah hewanmu dan bertahalullah!”.
dakwah
Islam,
orang-orang
yang
perolehan
Akhirnya
menyakiti
dan
isterinya Umu Salamah, kemudian orang-
kerabatnya serta kaum yang berada di
orang menyembelih hewan korbannya dan
perlindungannya.
bertahallul seperti Nabi.28
kafir
Quraisy
Adapun perempuan yang menduduki
menjalankan
dapat
muslim juga tidak akan menghalangi dan
kaum
Nabi
sebenaranya
nasehat
Demikianlah Nabi mengaplikasikan
posisi strategis dan berperan besar dalam
nasehat
perjanjian Hudaibiyah di antaranya, Ummu
menyelesaikan permasalahan yang rumit.
Salamah.
Jika pendapat perempuan diklaim sangat
Ketika
perjanjian
Hudaibiyah
ditandatangani dan disahkan.
Pada
perjanjian
isterinya
Umu
Salamah
guna
tidak proporsional dan akal perempuan tidak
Hudaibiyah,
sebanding dengan akal laki-laki, secara
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk
implisit
Nabi
dalam
hal
ini
menyembelih hewan dan bertahallul, namun
melaksanakan nasehat Umu Salamah.
tidak
9
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
Keputusan yang diambil oleh laki-laki
‫ يٍ يعشف يٕظع‬:‫الرخشج يٍ يصشحزٗ رُقم عظبيّ يعُب قبل‬
dan perempuan sangat jauh berbeda. Hal ini
‫ عجٕص يٍ ثُٗ اسشائيم فجعث انيٓب فؤرذ فقبل دنيُي‬:‫قجشِ؟ قبل‬
terlihat jelas pada sikap kesehariannya, dapat
‫عهٗ قجش يٕسف فقبنذ حزٗ رعطيُي حكًي قبل ٔيبحكًك؟ قبنذ‬
dibandingkan solusi yang dipakai oleh kedua
‫اكٌٕ يعك فٗ انجُخ فكشِ اٌ يعطيٓب رنك فبٔحىبهلل انيّ اٌ اعطٓب‬
pihak dalam tataran praktis. laki-laki dalam
kesehariannya
penggunaan
diemban
selalu
akal,
membudayakan
karena
olehnya
tugas
bekerja
yang
mencari
penghasilan yang menuntut keterampilan
akal tanpa campur tangan perasaan. jika
seorang
ayah
tidak
mempunyai
uang
sepeserpun, sedangkan anaknya meminta
uang
kepadanya,
29
.‫يثم ظٕء انُٓبس‬
“Dari Abu Musa, ia berkata, Nabi SAW
mendatangi
orang
Arab
gunung.
Beliau
memuliakannya. Lalu beliau berkata: ”Datanglah
kepadaku” Maka ia mendatangi beliau. Kemudian
Rasul
berkata
kepadanya:
”Mintalah
memenuhi permintaannya, keputusan tegas
engkau naiki, aku bermaksud agar keluargaku
diambil berdasarkan
Realita akan
memerahnya”. Maka Rasul menjawab:”Apakah
berkata lain jika anak meminta uang kepada
kalian sudah lemah (tidak mampu) hingga kalian
ibunya, dapat dipastikan
ibu mencari
seperti perempuan bani Israil. ”Para sahabat
kebutuhan
bertanya: ”Wahai Rasul, siapa perempuan bani
anaknya walaupun dengan perasaan malu
Israil itu? Rasul menjawab: ”Sesungguhnya
dan penuh deraian air mata.
Musa AS ketika membawa pergi bani Israil dari
akal.
tidak
‫فبسزخشجٕا عظبو يٕسف فهًب أقهِٕ انٗ االسض فبرا انطشيق‬
kebutuhanmu”. Ia mengatakan: ”Onta yang
guna
dia
‫فؤَعجِٕ اَعجٕا ْزا انًبء فؤَعجِٕ فقبنذ احزفشٔا فبحزفشٔا‬
akan
pinjaman
jelas
‫حكًٓب فبَطهقذ ثٓى انىجحيشح يسزُقع يبء فقبنذ اَعجٕا ْزا انًبء‬
memenuhi
Jadi nuqsân al-aql yang disebutkan
Mesir, mereka tersesat jalan.Maka Musa berkata:
dalam hadis adalah frekuensi penggunaan
”Siapa ini?” Ulama mereka menjawab: ”Yusuf
akal pada perempuan sangat rendah, dalam
AS”.
arti perempuan dalam skala mayoritas sering
menanggung perjanjian dengan Allah supaya
menggunakan perasaan dalam setiap tindak-
kami tidak keluar dari Mesir, sehingga kami
tanduknya. Kalaupun hadis di atas difahami
membawa memindahkan (membawa) tulang-
secara tektual, tetapi ada hadis qudsi yang
tulang Yusuf bersama kami.Musa berkata: ”Siapa
seolah-olah berlawanan dengan hadis di atas,
yang mengetahui kuburan Yusuf?” Benyamin
yaitu:
menjawab: ”Perempuan tua dari Bani Isrâîl”.
‫عٍ اثٗ يٕسٗ سظي هللا عُّ قبل ارىبنُجي صهىبهلل عهيّ ٔسهى‬
Maka Musa memerintahkan (utusan) pergi
ّ‫ ائزُب فبربِ فقبل نّ سسٕل هللا صهىبهلل عهي‬:ّ‫اعشاثيب قبكشيّ فقبل ن‬
kepadanya (perempuan itu). Maka berkatalah
ٌ‫ٔسهى سم حبجزك قبل َبقخ رشكجٓب ٔاعُض يحهجٓباْهىفقبل اعجضرى ا‬
Musa: ”Tunjukkanlah aku kuburan Yusuf!”
ُٗ‫ركَٕٕا يثم عجٕص ثُٗ اسشائيم؟ قهٕا يبسسٕل هللا ٔيب عجٕص ث‬
Perempuan itu berkata: ”Supaya aku bersama
ٍ‫اسشائيم؟ قبل اٌ يٕسٗ عهيّ انسالو نًب سبسثجُٗ اسشائجم ي‬
kamu di surga”. Maka Musa menolak untuk
ّ‫يصشظبنٕا انطشيق فقبل يب ْزا؟فقبل عهًبإْى يٕسف عهي‬
memberi yang demikian kepada perempuan. Lalu
Ketika
ajal
Yusuf
tiba.
Benyamin
ٌ‫انسالو نًبحعشِ انًٕد اخز ثُيبييٍ عهيُب يٕثقب يٍ هللا ا‬
10
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
Allah mewahyukan kepada Musa supaya Musa
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan
memberi (memenuhi) permintaan perempuan itu.
perempuan sebagian mereka menjadi penolong
Maka perempuan itu pergi bersama mereka ke
bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh
danau, tempat menggenangnya air. Perempuan
menjalankan
itu berkata: ”Kuraslah air ini!” Kemudian mereka
kejahatan, mendirikan salat menunaikan zakat,
menguras.
lagi:
mereka taat patuh kepada Allah dan Rasulnya.
”Hendaklah kalian menggali lubang” Lalu mereka
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, karena
menggali
sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa lagi Maha
Perempuan
lubang.
itu
berkata
Perempuan
itu
berkata:
”Hendaklah kalian mengeluarkan tulang-tulang
kebajikan
dan
melarang
dari
bijaksana”.
Yusuf”. Ketika mereka mengangkatnya ke atas
bumi(tanah). Tiba-tiba ada jalan seperti cahaya
siang”.
Dalam tafsir Al-Sya`râwî, kata auliya
diartikan
bahwa:
“Dalam
masyarakat
mukmin harus saling tolong menolong dan
Hadis ini sebagai salah satu bukti
bahwa
perempuan
mampu
mengingat
saling memberi nasihat, agar sempurna
imannya”.
30
Jadi mencakup segala segi
sesuatu dalam waktu yang lama, dan ingatan
kebaikan
itupun berhubungan dengan kecerdasan
termasuk memberi nasihat (kritik) kepada
akal. Dengan demikian, perempuan mampu
penguasa. Dengan demikian, setiap lelaki
menjadi saksi yang baik, mampu bertindak
dan
dan diajak bicara memecahkan masalah,
mampu
mengikuti
tidaklah benar kalau perempuan itu kurang
masyarakat
agar
akal dan agama.
mampu melihat dan memberi saran (nasihat)
atau
perempuan
perbaikan
kehidupan,
Muslimah
hendaknya
perkembangan
masing-masing
mereka
dalam berbagai bidang kehidupan.31
Memahami Nash secara Kontektual tentang
Hak Politik Perempuan
Perempuan
yang makrûf dan mencegah yang munkar"
menduduki
maksudnya, ketika mukmin mengerjakan
jabatan politik, dengan syarat mentaati
perkara munkar, maka mukmin yang lain
hukum syariat Islam, karena tidak ada teks
mencegahnya, dan ketika mukmin tidak
yang
mengerjakan kebaikan, maka mukmin yang
secara
tegas
berhak
Sedangkan "Menyuruh mengerjakan
(sarih)
melarangnya.
Sedangkan ayat yang dipakai dasar surat Al-
lain
Taubah/9:71:
mukmin memerintah dan diperintah untuk
ٌَٔ‫ط يَؤ ْ ُي ُش‬
ُ ‫َٔ ْان ًُئْ يِ ٌَُُٕ َٔ ْان ًُئْ يِ َُبدُ ثَ ْع‬
ٍ ‫ع ُٓ ْى أ َ ْٔ ِنيَب ُء ثَ ْع‬
ٌَُٕ‫صالح َ َٔيُئْ ر‬
َّ ‫ع ٍْ ْان ًُُكَش َٔيُقِي ًٌَُٕ ان‬
َ ٌَْٕ َٓ ُْ ‫ِث ْبن ًَ ْع ُشٔفِ َٔ َي‬
َّ
َّ ٌَّ ِ‫َّللاُ ا‬
َّ ‫سيَ ْش َح ًُ ُٓ ْى‬
َّ ٌَُٕ‫انضكَبح َ َٔيُطِ يع‬
َ‫َّللا‬
َ َ‫َّللاَ َٔ َسسُٕ َنّ ُ أ ُ ْٔنَئِك‬
ٌ ‫ع ِض‬
‫يض َحكِي ٌى‬
َ
mengingatkannya.
Akhirnya,
mengerjakan
kebaikan
dan
mengerjakan
kemunkaran.
Jadi
setiap
melarang
artinya
sesama mukmin baik laki-laki maupun
perempuan harus saling mengingatkan, ada
11
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
kemungkinan posisinya menjadi pemerintah
merupakan salah satu prinsip pengelolaan
atau yang diperintah.
bidang-bidang kehidupan bersama menurut
Demikian juga pendapat Sayid Qutub
Al-Quran,
termasuk
kehidupan
politik,
dalam tafsirnya maksud dari amar makruf
dalam arti setiap warga masyarakat dalam
dan
kehidupan
nahi
munkar
artinya
“Menciptakan
kebaikan dan menolak kejelekan diperlukan
bersamanya
dituntut
untuk
senantiasa mengadakan musyawarah.
pemerintahan atau kekuasaan dan dengan
Atas
dasar
ini,
dapat
dikatakan
tolong menolong, hal ini dilakukan oleh laki-
bahwa setiap lelaki maupun perempuan
laki dan perempuan”.32
memiliki
Secara umum, ayat di atas dipahami
sebagai
gambaran
tentang
kewajiban
hak
tersebut,
karena
tidak
ditemukan satu ketentuan agama pun yang
dapat
dipahami
sebagai
melakukan kerja sama antar laki-laki dan
keterlibatan
perempuan
bidang
kehidupan bermasyarakat -- termasuk dalam
kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat
bidang politik. Bahkan sebaliknya, sejarah
menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan
Islam menunjukkan betapa kaum perempuan
mencegah yang munkar.
terlibat
dalam
Keikutsertaan
berbagai
perempuan
bersama
perempuan
melarang
dalam
dalam
berbagai
bidang
bidang
kemasyarakatan, tanpa kecuali.
dengan lelaki dalam kandungan ayat di atas
Al-Quran
juga
menguraikan
tidak dapat disangkal, sebagaimana tidak
permintaan para perempuan pada zaman
pula
kepentingan
Nabi untuk melakukan bay'at (janji setia
perempuan dari kandungan sabda Nabi
kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana
Muhamad
dapat
dipisahkan
saw.:
memperhatikan
Barangsiapa
kepentingan
yang
tidak
disebutkan dalam surah Al-Mumtahanah
(urusan)
kaum
ayat 12.34
Muslim, maka ia tidak termasuk golongan
mereka.
Sementara,
menjadikan
pakar
bay'at
para
agama
Islam
perempuan
itu
Di sisi lain, Al-Quran juga mengajak
sebagai bukti kebebasan perempuan untuk
umatnya (lelaki dan perempuan) untuk
menentukan pilihan atau pandangannya
bermusyawarah,
Tuhan
yang berkaitan dengan kehidupan serta hak
kepada mereka yang selalu melakukannya.
mereka. Dengan begitu, mereka dibebaskan
Urusan mereka (selalu) diputuskan dengan
untuk mempunyai pilihan yang berbeda
musyawarah (QS 42:38).33
dengan pandangan kelompok-kelompok lain
melalui
pujian
Ayat ini dijadikan pula dasar oleh
dalam
masyarakat,
bahkan
terkadang
banyak ulama untuk membuktikan adanya
berbeda dengan pandangan suami dan ayah
hak
mereka sendiri.35
berpolitik
perempuan.
bagi
Syura
setiap
lelaki
(musyawarah)
dan
telah
12
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
Hak perempuan di bidang politik,
dengan satu kalimat yang saya dengar dari Rasul
merupakan hak syar`î, jika dalam beberapa
SAW setelah aku hampir saja bergabung dengan
masa lalu perempuan tidak menggunakan
pasukan unta untuk bertempur bersama mereka”.
hak ini, bukan berarti perempuan tidak boleh
Abu Bakrah berkata: “Ketika sampai pada Rasul
dan tidak mampu, tetapi karena tidak ada
SAW satu berita, bahwa penduduk Persia telah
kebutuhan
untuk
menobatkan puteri Kisra sebagai raja, maka Rasul
memperaktekkannya, atau laki-laki dalam
SAW berkata: “Tidak akan sejahtera suatu kaum
hal ini mengunggulinya, ini bukan berarti
yang menyerahkan urusan (pemerintahannya)
hak politik perempuan tidak diakui, justru
kepada perempuan”. (H.R.Bukhari)
yang
mendesak
menjadi suatu hak yang dituntut dan
Hadis tersebut dalam tingkatan ahad
dianggap sangat urgen, terutama di saat
sekarang ini. Apalagi, dalam
konteks
pemberdayaan peran politik perempuan di
Indonesia, hak tersebut secara legal-formal
telah terjamin eksistensinya. Hal itu terlihat
jelas pada pasal 65 ayat 1, UU no. 12 tahun
2003 tentang Pemilu, yang menyatakan
tidak
mutawatir.
Seandainya
hadis
itu
dianggap mutawatir, tetapi sabab al-wurûdnya
berkenaan
dengan
sebab
khusus
yaitu
merespon kejadian tertentu yang bersifat
terbatas. Rasulullah SAW mengatakannya
berkaitan dengan naiknya Puteri Kisra raja
Persia sebagai pemegang pemerintahan.
bahwa:
Hal itu tidak termasuk perundang-
“Setiap partai politik peserta pemilu dapat
mengajukan calon anggota DPRRI, DPRD
undangan yang bersifat umum, sebab berasal
Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota untuk
dari Rasulullah dalam kapasitasnya sebagai
setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan
kepala pemerintahan dan pemimpin negara,
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30
tidak sebagai rasul. Kalaupun hadis tersebut
%”
dianggap
Sementara di sisi lain ada hadis yang
dijadikan
perempuan
pegangan
untuk
menjadi
tidak
patut
pemimpin
atau
sebagai
perundangan
untuk
umum, maka maknanya secara bahasa yang
tepat adalah dikuasainya seluruh urusan
negara,
serta
pemerintahan
secara
menyeluruh oleh perempuan. Ini suatu hal
memegang jabatan adalah:
‫عٍ اثٗ ثكشح قبل نقذ َفعُي هللا ثكهًخ سًعزٓب يٍ سسٕل هللا‬
yang tidak mungkin, baik bagi laki-laki
‫ملسو هيلع هللا ىلص آيبو انجًم ثعذ يبكذد آٌ آنحق ثبصحبة انجًم فآقبرم‬
maupun perempuan.
‫يعٓى قبل نًب ثهغ سسٕل هللا ملسو هيلع هللا ىلص ثى آٌ اْم فبسط قذ يهكٕا‬
Hadis tersebut memakai kata ‫ايررشأح‬
‫عهيٓى ثُذ كسشٖ قبل نٍ يفهح قٕو ٔنٕ ايشْى ايشأح‬
adalah bentuk nakirah jadi perempuan yang
36
ٖ‫سٔاِ انجخبس‬
bersifat umum, sehingga perlu ada
taqyid
“Dari Abî Bakrah berkata: “Allah memberikan
atau
manfaat kepadaku pada hari-hari perang Jamal,
mempunyai kemampuan memimpin tidak
batasan,
artinya
perempuan
yang
13
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
menjadi
masalah
kalau
dia
menjadi
pimpinan atau memegang jabatan.
dalam dunia politik, demikian juga menjadi
pemimpin. Sebaliknya Al-Qur‟an dan hadis
Kalau di lihat dari perawinya yaitu
banyak mengisyaratkan tentang kebolehan
Abû Bakrah, ia menggali hadis tersebut
perempuan aktif menekuni dunia tersebut.
setelah kalahnya `Aisyah di perang Jamal,
Jadi Islam memberikan peran terhadap
yang
perempuan untuk berpolitik.
telah
terpendam
25
tahun
dari
ingatannya dalam situasi dan konteks yang
PENUTUP
berbeda.37
Membicarakan
Hadis itu tidak ada sebelum perang
hak
politik
jamal, dimana `Aisyah isteri Nabi menjadi
perempuan
pimpinan pasukan yang di dalamnya banyak
pendapat yang berseberangan. Pendapat
sahabat mengikutinya, tidak seorangpun
pertama dirasakan masih membedakan laki-
sahabat keberatan atas kepemimpinannya.
laki dan perempuan secara biologis dan
Bahkan Abû Bakrahpun ada, dan tidak
gender.
membelot darinya. Seandainya dia yakin
perempuan. Pendapat yang kedua bahwa
bahwa Nabi melarang perempuan menjadi
mereka mengakui adanya jaminan terhadap
pemimpin, tentulah ia segera keluar dari
hak politik perempuan dan perempuan
barisan `Aisyah, setelah ia teringat hadis di
diakui merupakan
atas.
yang patut diperhitungkan.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa,
dalam Islam terdapat dua
Lelaki
Pendapat
kepemimpinan perempuan dalam hal ini
lebih
superior
dari
sumberdaya manusia
pertama
didasari
oleh
adalah `Aisyah diterima oleh para sahabat
hukum Islam yang dipahami secara tekstual.
terkemuka.
Pendapat kedua juga didasari oleh hukum
Lebih jauh bukti bahwa perempuan
mempunyai
untuk
kekuatan
memikul
dan
masalah
kemampuan
besar
adalah
Islam yang dipahami secara kontekstual dan
konprehensif. Untuk dapat mengembalikan
pemikiran
semua
masyarakat
dalam
terdapat dalam al-Qur`an tentang Hajar, ibu
memahami bahwa tidak adanya diskriminasi
Nabi Ismâ`îl AS, tentang ibu Nabi Musa AS.,
terhadap salah satu gender, maka perlu
dan tentang Maryam, ibu Nabi Isa AS. Dari
dicanangkan:
bukti
bahwa
kritis untuk mengakhiri bias dan dominasi
masalah,
kali-laki dalam penafsiran agama. Kedua,
kendatipun dalam scop yang luas, seperti
pemahaman yang mendasar oleh seluruh
persoalan dalam suatu negara
lapisan masyarakat khususnya kaum laki-
tersebut
perempuan
dapat
menunjukkan
mengatasi
Pada akhirnya dapat
dinyatakan,
tidak ditemukan ayat atau hadis yang
laki
dan
Pertama, diperlukan
membudayakannya
kajian
dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga baik lelaki
melarang kaum perempuan untuk aktif
14
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
maupun perempuan mendapat perlakuan

yang sama dalam segala bidang.
Perlu disadari memperjuangkan hak
politik perempuan
bukan berarti gerakan
laki-laki melawan perempuan atau membalas
dendam kepada kaum laki-laki, melainkan
gerakan
menciptakan
suatu
sistem
hubungan laki-laki dan perempuan yang
lebih adil sesuai dengan prinsipil dan
normatif Islam yang menghormati dan
bahkan memperdayakan kaum perempuan.

228.
Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan
suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki ishlah dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para
suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
3Ibn
Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Adhim, juz I. (Kairo:
Maktabah Dar al Turats, t.th).h. 608
4Sofwatul Tafâsîr 1:274.
Endnotes
5
1 






34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar.
2


71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah
dari
yang
munkar,
mendirikan
shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat
oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
6


23.
Sesungguhnya Aku menjumpai seorang
wanita[1095] yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai
singgasana yang besar.
[1095]
yaitu ratu Balqis yang memerintah
kerajaan Sabaiyah di zaman nabi Sulaiman.
7 Al-Sya`râwî,

Tafsir al-Sya`râwî, (Beirut: Dar alFikrtt.), Juz 4, h. 2202
8 Al-Zamakhsary, al-Kasysyaf, sebagaimana
dikutip Jumni Nelli, Perempuan Islam dalam
Realitas Sosial Budaya, dalam Jurnal Marwah,Vol.IV,
15
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
No. 2 Desember 2006, ( Pekanbaru: PSW UIN
Suska Riau: 2006), h. 197
9Jumni Nelli, Ibid.
10 Muhammad Assad,The Massage of the al-Qur‟an,
(Giblartar: Dar al-Andalus, 1980), h. 109
11 Jarir al-Thabari, Jami‟ al-Bayan al-Tanwil AlQur‟an,(Beirut: dDar al-Fikr, 1988), h. 57
12 Zamakhsyari, op.cit., h. 523
13 Abdullah Yusuf Ali, Al-Qur‟an, Terjemahan dan
Tafsirnya,( Jakarta: T.tb, 1993), h. 190
14Fazlur Rahman, Mayor Themes of the Quran, terj.
Anas Mahyuddin, (Bandung: Pustaka, 1983), h.
72
15 Aminah Wadud Muhsin, Qur‟an and Woman:
Rereading the Sacred Text from a Woman‟s
Perspective, (New York: Oxford University Press,
1999), h. 73.
16 Ashgar Ali Engineer, Hak-hak perempuan dalam
Islam, terj. Farid Wajdi dan Cici Farha Assegaf,
(Yogyakarta: LSPA, 2000), h. 179.
17 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender
Perspektif Al-Qur`ân, (Jakarta: Paramadina, 1999),
h. 149-150
18 Jamal al-Dîn bin Hisyâm al-Ansârî, Mugnî alLabîb,h. 49.
19Al-Râgib al-Asfihâniy, Mu`jam Mufradât Alfâz alQur`ân, h. 194
20Harian Kompas, Selasa, 4 Juli 2000, h. 10, kol.5-9
21Al-Sya`râwî, Tafsîr al-Sya`râwî, h. 1215
22 Amina Wadud Muhsin, Qur`an and Woman, h.
85
23


kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan
membeli dengan sumpah Ini harga yang sedikit
(untuk kepentingan seseorang), walaupun dia
karib
kerabat,
dan
tidak
(pula)
kami
menyembunyikan
persaksian
Allah;
Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah
termasuk orang-orang yang berdosa".
107. Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu)
membuat dosa, Maka dua orang yang lain di
antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat
kepada orang yang meninggal (memajukan
tuntutan) untuk menggantikannya, lalu keduanya
bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya
persaksian kami labih layak diterima daripada
persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak
melanggar batas, Sesungguhnya kami kalau
demikian tentulah termasuk orang yang
menganiaya diri sendiri".
24



15.
Dan (terhadap) para wanita yang
mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada
empat orang saksi diantara kamu (yang
menyaksikannya). Kemudian apabila mereka
Telah memberi persaksian, Maka kurunglah
mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan lain kepadanya.
25

s





106. Hai orang-orang yang beriman, apabila salah
seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia
akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat itu)
disaksikan oleh dua orang yang adil di antara
kamu, atau dua orang yang berlainan agama
dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan
dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya
kematian. kamu tahan kedua saksi itu sesudah
sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka
keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika
4. Dan orang-orang yang menuduh wanitawanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan
mereka Itulah orang-orang yang fasik.


6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya
(berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka
persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
16
marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015
dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah
termasuk orang-orang yang benar.
34





8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh
sumpahnya empat kali atas nama Allah
Sesungguhnya
suaminya
itu
benar-benar
termasuk orang-orang yang dusta.
26



2.
Apabila mereka Telah mendekati akhir
iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik
atau lepaskanlah mereka dengan baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil
di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan
kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat.barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.
Muslim, Sahih Muslim, 2, h.65. Lihat juga
Bukharidalam kitab Sahihnya, h. 1462
28Diriwayatkan Ahmad dalam musnadnya, jilid 4:
336.
29Al-Imâm Abî al-Hasan Nuruddîn `Ali bin Sultan
Muhammad al-Qoriy, Al-Ahâdîs al-Qudsiyyah alSahihah, terj. M.Thalib, h. 149-151.
30 Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya`râwî, (Beirut: Dar alFikrtt.), Juz 4, h.5287
31Amin Al-Khuli,, Al-Mar'at baina Al-Bayt wa AlMuitama',: 13
32Sayid Qutub, Fi Zilal al-Qur`ân: 1675.
27
33


38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang kami
berikan kepada mereka.

12.
Hai nabi, apabila datang kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman untuk
mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan
menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak
akan berzina, tidak akan membunuh anakanaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka
ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan
tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang
baik, Maka terimalah janji setia mereka dan
mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
35 Jamaluddin
Muhammad Mahmud, Huquq AlMar'at fi Al-Mujtama' Al-Islamiy. 1986: 60
36 Muhammad bin Ismâ`îl Abû `Abdillah alBukhârî, Sahih Bukhâri,juz 4, h. 1610
37 Fatima Mernisi, Wanita di dalam Islam, terj.
Yaziar Radianti, h. 62
DAFTAR PUSTAKA
Abî al-Hasan Nuruddîn, Al-Imâm `Ali bin
Sultan Muhammad al-Qoriy, AlAhâdîs al-Qudsiyyah al-Sahihah, terj.
M.Thalib, t.t
Ali Al-wazir, Ibrahim, 'Ala Masyarif Al-Qarn.
Al-Khamis 'Asyar, Kairo, Dar AlSyuruq 1979
Al-Khuli, Amin, Al-Mar'at baina Al-Bayt wa
Al-Muitama', dalam Al-Mar'at AlMuslimah fi Al-'Ashr Al-Mu'ashir,
Baqhdad, t.t
Al-Ghazali, Muhammad ,l-Islam wa AlThaqat Al-Mu'attalat, Kairo, Dar AlKutub Al-Haditsah, 1964
Al-Sya`râwî, Tafsir al-Sya`râwî, Beirut: Dar alFikrtt. Juz 4
17
Yuni Harlina, Hak Politik Perempuan dalam Islam
al-Asqalani, Ibn Hajar, Fath al-Bari bi Syarh alBukhari, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
al-Tirmidzi, Muhammad Isa bin Saurah,
Sunan al-Tirmidzi, Mesir: Musthafa albab al-Halaby, 1975
Az-Zuhayli, Wahbah, Al-Fiqh al-Islamiy wa
Adillatuhu, Cet. III, Damaskus: Dar alFikr, 1409 H/1989 M, 6 jilid.
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah AlQur‟an, Cet. I, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2005.
Bardizbah al-Bukhari, Shahih
(Kairo: al-Sya‟b, t.t.
al-Bukhari,
Coulson, Noel and Doreen Hinchcliffe,
“Women and Law Reform in
Contemporary Islam,” dalam Women
in the Muslim World, editor: Lois Beck
and Nikkie Kiddie, Cambridge,
Massachussett, and London, England:
Havard University Press, 1978.
Engineer, Asghar Ali, Hak-Hak Perempuan
dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Cici
Farha Assegaf, Yogyakarta: LSPA,
2000.
Rasyid, Raihan A., Hukum Acara Peradilan
Agama, Edisi Baru, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Rasyid Ridha, Muhammad,Tafsir Al-Manar,
Kairo, Dar Al-Manar, 1367 H
Qutub, Sayid, Fi Zilal al-Qur`ân, Kairo, Dar
kutub, 1675
Syaltut, Mahmud, Min Taujihat Al-Islam,
Kairo, Al-Idarat Al-'Amat lil Azhar,
1959
Tucker, Judith E (ed.), Arab Women,
Bloomington & Indianapolis: Indiana
University Press, 1993.
Umar,
Nasaruddin, Argumen Kesetaraan
Jender Perspektif Al-Qur‟an, cet. I,
Jakarta: Paramadina, 1999.
Wadud, Amina, Qur‟an and Woman: Rereading
the Sacred Text from a Woman‟s
Perspective, New York: Oxford
University Press, 1999.
Wahid Wafi, Abdul, Al-Musawat fi Al-Islam,
Kairo, Dar Al-Ma'arif, 1965
Fatimma Mernissi, Women and Islam: An
Historical and Theological Enquiry, USA:
Oxford, 1991
Muniarti, A. Nunuk P, Getar Gender, Buku
Pertama, Magelang: Indonesia Tera,
2004.
Muslim, Imam, Shahih Muslim, Kairo: al-Bab
al-halabi, t.t.
Mahmud, Jamaluddin Muhammad, Huquq
Al-Mar'at fi Al-Mujtama' Al-Islamiy,
Kairo, Al-Haiat Al-Mishriyat AlAmat, 1986
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Qur‟an, terj.
Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka,
1983.
18
Download