MISTIFIKASI MITOS PSIKOLOGIS PEREMPUAN DALAM CERITA KECILKECIL PUNYA KARYA (KKPK) KARYA PENULIS PEREMPUAN ANAK Ari Ambarwati PBSI-FKIP Universitas Islam Malang [email protected] Abstrak Kemunculan penulis anak-anak awal 2000 hingga saat ini merupakan fenomena yang penting untuk dicermati. Artikel ini mengelaborasi mistifikasi mitos psikologis perempuan dalam cerita karya penulis perempuan anak, khususnya seri Kecil-kecil Punya Karya (KKPK). Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perempuan anak menokohkan perempuan anak dalam cerita KKPK. Penelitian ini merupakan kajian tekstual dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Temuan penelitian (1) perempuan dikondisikan mampu menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, (2) perempuan ideal adalah yang bersikap feminin, (3) perempuan dikondisikan mengabaikan kebahagiaan dirinya demi kebahagiaan orang lain. Kata kunci: Mistifikasi, Mitos Psikologis, KKPK PENDAHULUAN Anak-anak menyukai karya sastra seperti juga orang dewasa. Saat ini beragam cerita karya penulis anak-anak ditawarkan di toko buku. Dunia penulisan cerita anak yang ditulis oleh anak-anak sendiri saat ini tengah marak, bahkan para penerbit merasa perlu membuat lini penerbitan anak untuk mewadahi antusiasme penulis anak-anak. Fenomena penulisan cerita anak oleh penulis anak-anak pantas ditelaah sebagai kajian akademik, meski faktanya sastra anak masih belum menjadi kajian yang berkembang secara luas di Indonesia. Sastra anak belum menjadi kajian yang serius di Indonesia. Literatur sastra anak juga masih terbatas, padahal gairah menulis penulis anak-anak Indonesia saat ini berkembang bagus. Salah satu seri cerita anak populer yang ditulis penulis anak-anak adalah Cerita Kecilkecil Punya Karya (KKPK). KKPK diterbitkan pertamakali oleh DarMizan! Pada 2003. DarMizan! Adalah grup dari penerbit Mizan Pustaka yang menangani lini penerbitan buku anak-anak. KKPK merupakan wadah yang menampung berbagai karya anak dalam bentuk kumpulan cerita pendek maupun novel yang ditulis oleh anak-anak sendiri dengan kisaran usia delapan hingga tiga belas tahun (Kompas, Juli 2008). Seri KKPK memiliki penggemar yang cukup signifikan. Soelistyorini (2013:2) mengatakan bahwa laman KKPK di facebook disukai 62.658 orang. Fakta tersebut menunjukkan bahwa keterbacaan seri KKPK cukup tinggi dan berpengaruh di kalangan anak-anak usia 7-13 tahun, apalagi pembaca dan penulis KKPK memiliki rentang usia yang sama. Ambarwati (2012:3) menyatakan bahwa tema yang diangkat oleh KKPK umumnya tema-tema yang tidak jauh dari kehidupan anak-anak, misalnya persahabatan, pengalaman bepergian ke suatu tempat, pengalaman melakukan hal-hal menarik, menyenangkan, menegangkan hingga menyedihkan. Dibandingkan dengan lelaki anak, penulis perempuan anak lebih banyak mendominasi penulisan seri KKPK. Bagi peneliti, cerita KKPK yang ditulis penulis perempuan anak menarik diteliti untuk mengetahui bagaimana perempuan anak merepresentasikan gagasan keperempuanan dalam cerita KKPK, khususnya yang berfokus pada mistifikasi mitos psikologis perempuan. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu mengenai cerita KKPK pernah dilakukan oleh Ambarwati (2012) dengan judul Stereotipe Karakter Tokoh Perempuan Anak dalam Cerita-cerita Kecil-kecil Punya Karya. Penelitian tersebut membahas tentang stereotipe karakter tokoh perempuan anak yang dianalisis berdasarkan teori demistifikasi Simone de Beauvoir, yang menyatakan bahwa perempuan dibuat dan bukan dilahirkan. Penelitian tersebut mengungkapan mitosmitos tentang perempuan dilanggengkan dalam cerita-cerita KKPK, melalui stereotipe karakter tokoh perempuan. Penelitian terkait gender dan KKPK pernah dilakukan oleh Soelistyarini (2013) dengan judul Representasi Gender dalam Cerita-cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK. Penelitian itu menyatakan bahwa cerita KKPK menunjukkan ada praktik gender sebagai kreasi sosial dan representasi budaya. Pengaruh ideologi patriarki yang mempromosikan peran gender tradisional masih kuat dalam cerita KKPK. Peran gender tradisional yang dimaksud adalah peran laki-laki lebih unggul daripada perempuan berdasarkan konstruksi gender yang sudah mengakar di masyarakat. Kehily dan Swann dalam Hunt menyatakan bahwa keanak-anakan (masalah tentang anak-anak) merupakan isu yang sangat personal bagi siapapun, baik akademisi, pembuat kebijakan, orang tua, dan bahkan anak-anak sendiri (2005:11). Sudah selayaknya jika kajian terhadap anak-anak juga mendekati masalah bacaan, termasuk proses kreativitas, konten, serta keberterimaan sastra yang ditulis oleh penulis anak-anak, termasuk kajian feminisme dalam sastra anak. Pendekatan feminisme dalam sastra diartikan sebagai sebuah stimulasi, konfirmasi, pandangan holistik, mengkritisi, menegaskan kembali, merekonstruksi, mempertanyakan, meragukan, dan menilai ulang teks yang menulis tentang perempuan, termasuk perempuan anak (Ambarwati, 2012:26). Mengkaji teks sastra dengan pendekatan feminisme memungkinkan peneliti membongkar praktik-praktik yang mendiskreditkan dan tidak menguntungkan perempuan. Diskursus intelektual itu adalah jalan potensial untuk mengubah perspektif perempuan dalam melihat diri sendiri, orang lain, serta dunianya. Femininitas merupakan sebuah kontruksi sosial (Beauvoir, 2003:2). Pernyataan tersebut merupakan upaya Beauvoir mengkritisi pandangan terhadap mistifikasi perempuan. Ia berpendapat bahwa perempuan memikul status dari ‘liyan’ yang berarti perempuan selalu dipandang dari perspektif laki-laki. Mengatasi hal tersebut Beauvoir menawarkan tesisnya yakni demistifikasi. Demistifikasi adalah pembongkaran terhadap keadaan yang membingungkan yang disebabkan oleh mitos-mitos tertentu tentang perempuan yang sudah berkembang di masyarakat (Ambarwati, 2012:31-32). Dalam pandangan Beauvoir, mitos ditemukan dan diformulasikan oleh laki-laki untuk tujuan tertentu yakni membuat perempuan tetap berada di tempatnya (2002:15). Empat mitos yang diidentifikasi oleh Beuvoir adalah mitos mitos biologis, psikologis, sosiologis dan historis. Tujuan perumusan dan pembetukan mitos adalah merepresentasikan perempuan sesuai kebutuhan patriarki (Ambarwati, 2012:36). Perempuan dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bercorak patriarki. Berdasarkan paparan di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perempuan anak menokohkan perempuan dalam cerita KKPK. Lebih detil lagi penelitian ini mendeskripsikan mistifikasi mitos psikologis perempuan dalam cerita KKPK. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan kajian tekstual dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Ratna menyatakan bahwa dalam metode kualitatif deskriptif, peneliti bertindak sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data (2010:46). Instrumen pendukung yang digunakan adalah tabel pengolah data. Dalam penelitian ini dilakukan interpretasi cerita KKPK yang ditulis oleh penulis perempuan anak melalui data penunjang yang didapatkan dari studi kepustakaan. Data penelitian berupa data verbal berupa narasi, dialog, dan monolog tokoh dalam cerita KKPK. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pink Cup cake, Teman Tapi Musuh, dan Reporter Cilik. Pemilihan tiga novel tersebut didasari pada penokohan perempuan yang sederhana seperti selalu patuh pada orang tua, cenderung minder, dan menghindari konflik dengan orang lain. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Tahapan analisis data meliputi (1) peneliti membaca novel Pink Cup Cake, Teman Tapi Musuh, dan Reporter Cilik, (2) peneliti menganalisis mistifikasi mitos psikologis yang menunjukkan subjektivitas kelemahan perempuan , (3) peneliti mengidentifikasi penokohan perempuan dalam novel Pink Cup Cake, Teman Tapi Musuh, dan Reporter Cilik. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara membaca hasil penelitian hingga mencapai titik jenuh. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini meliputi mistifikasi mitos psikologis perempuan dalam tiga novel KKPK (Pink Cup Cake, Teman Tapi Musuh, dan Reporter Cilik). Mitos psikologis disebarkan melalui mitos biologis yang membentuk pandangan bahwa tubuh perempuan lemah secara fisik, tidak seperti lelaki, sehingga perempuan meyakini subjektivitas tersebut. Subjektivitas itu mewujud pada proses mental kejiwaan yang berujung pemilihan tindakan tertentu. Wujud subjektivitas mistifikasi mitos psikologis dalam penelitian ini ada tiga. Pertama, perempuan dikondisikan untuk menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, perempuan dikategorikan ideal apabila perempuan bersikap feminin, dan perempuan dikondisikan untuk mengabaikan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Penyembunyian perasaan yang sesungguhnya dipraktikkan dengan cara tidak menyampaikan perasaan secara terbuka untuk menghindari konflik dan bersikap pasif terhadap perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan. Tokoh perempuan dalam cerita KKPK diidealkan bersikap penurut, tidak berani berpendapat dan memilih berbohong dengan mengatakan tidak menyukai permainan sepakbola (yang diidentikkan sebagai permainan dan olahraga anak laki-laki). Pengabaian kebahagiaan diri sendiri diintrodusir oleh orang tua (baca:Ibu) kepada anak perempuannya bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting daripada kebahagiaan diri sendiri. PEMBAHASAN Mistifikasi Mitos Psikologis Perempuan: Peran Ibu Mistifikasi mitos psikologis perempuan dalam cerita KKPK dioperasikan di ranah domestik dan ranah publik. Di ranah domestik, orang tua, khususnya ibu berperang penting mengintrodusir dan membentuk perspektif perempuan anak untuk menjadi perempuan yang patuh dan mengabaikan kesenangan diri sendiri. Mendahulukan kebahagiaan orang lain dengan mengabaikan kebahagiaan diri sendiri adalah nilai yang diperkenalkan ibu kepada perempuan anak. Ibu seorang perempuan anak bernama Ristya dalam Reporter Cilik meminta anaknya tidak menghadiri acara yang sudah dirancang Ristya dengan teman-teman sekolahnya demi Tirsha, sepupunya. Mulanya Ristya menolak, tetapi ketika ibunya menyatakan bahwa menyenangkan hati orang lain lebih penting daripada menyenangkan diri sendiri, Ristya menyanggupi. Ristya menganggap itu adalah kewajiban yang harus ia laksanakan.Ristya melakukan hal tersebut juga untuk menghindari konflik yang lebih panjang dengan ibunya. Mistifikasi Mitos Psikologis Perempuan: Peran Teman dan Lingkungan Misifikasi mitos psikologis perempuan dalam cerita KKPK tidak saja dioperasikan dalam ranah domestik, tetapi juga ranah publik. Di ranah publik, seorang perempuan anak bernama Lily dalam Pink Cup Cake tidak berani mengutarakan keresahaannya pada temantemannya mengapa ia diabaikan oleh teman-temannya. Ia memilih diam dan menyembunyikan perasaannya. Ia bahkan bersikap pasrah tidak berani melawan meski diperlakukan tidak menyenangkan oleh teman-temannya demi menghindari konflik terbuka. Kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa perempuan diperspektifkan sebagai mahluk yang lebih suka berkonflik dengan diri sendiri daripada berkonflik secara terbuka dengan orang lain. Beauvoir (2003:20) mengatakan bahwa pasivitas adalah karakteristik dasar seorang perempuan feminin dan merupakan ciri khas yang berkembang dalam diri seorang perempuan sejak usia muda. Pilihan bersikap pasif dan pasrah daripada berkonfrontasi dengan teman-temannya dipandang Lily sebagai sebuah kewajaran. Sementara seorang tokoh anak bernama Fika dalam Teman Tapi Musuh cenderung memilih berbohong dengan menyatakan tidak suka permainan sepak bola karena takut dicap sebagai anak yang tomboy. Fika yang menonton pertandingan sepakbola menyatakan pada Luna, temannya bahwa ia sedang menonton tayangan sepakbola. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan anak tidak nyaman ketika harus mengutarakan kebenaran yang menyangkut kesenangannya. Ia takut Luna akan heran atau marah ketika mengetahui olahraga kegemarannya. Dalam pergaulan dengan teman laki-laki, Fika juga merasakan diskriminasi. Temanteman laki-lakinya mengatakan bahwa hanya laki-laki anaklah yang boleh suka dengan permainan sepakbola. Perempuan anak tidak sepantasnya suka permainan sepakbola. Fika lebih memilih menyembunyikan rasa sukanya pada permainan sepakbola, dibanding mengutarakannya demi menghindari konflik, baik dengan teman-teman perempuan maupun teman-teman laki-lakinya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tiga simpulan sesuai dengan fokus penelitian yaitu mistifikasi mitos psikologis perempuan yang meliputi penyembunyian perasaan yang sesungguhnya, pembentukan sikap ideal perempuan (feminin), dan pengabaian kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Operasionalisasi mistifikasi mitos perempuan tersebut terjadi di ranah domestik dan publik. Di ranah domestik ibu memiliki peran penting dalam membentuk sikap perempuan anak yang patuh, mampu menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya demi menghindari konfrontasi dan konflik terbuka dengan orang lain, serta mengabaikan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Ibu sebagai representasi lembaga keluarga membentuk perspektif ideal bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap feminin. Di ranah publik, teman-teman perempuan dan laki-laki berperan membentuk perspektif perempuan. Perempuan yang ideal adalah mereka yang cenderung pasif dan menghindari konflik dengan orang lain. Perempuan yang ideal adalah mereka yang lebih suka menonton tayangan fesyen dibandingkan tayangan sepakbola. Teman-teman perempuan dan laki-laki juga mengintrodusir nilai-nilai bagaimana sebaiknya seorang perempuan bertindak. Perempuan dikondisikan untuk pandai menyembunyikan kesukaannya, karena kalau kesukaaannya diketahui orang lain akan menimbulkan hal yang tidak disukai, yaitu cap sebagai anak tomboy, anak yang bersikap kelelaki-lakian dan tidak mencerminkan diri sebagai seorang perempuan. Saran Berdasarkan simpulan tersebut, maka beberapa rekomendasi dapat disampaikan kepada beberapa pihak. Pertama, kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan data dalam penelitian ini dan mengembangkan penelitian terkait penokohan perempuan anak dalam cerita yang ditulis oleh penulis perempuan anak maupun penulis laki-laki anak. Kedua, kepada penerbit untuk mengadakan FGD kepada penulis anak-anak, khususnya penulis perempuan untuk mendapatkan perspektif penokohan perempuan anak yang lebih dinamis dalam cerita. Ketiga, kepada guru untuk mengajak peserta didik berpikir kritis saat membaca cerita, khususnya serial KKPK. Sikap berpikir kritis khususnya ditujukan pada penokohan dalam cerita. Rekomendasi yang dihasilkan berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat menjadi perspektif bagi peserta didik untuk mampu membaca cerita dengan lebih kritis. Mereka dapat menjadikan penokohan perempuan anak dalam cerita KKPK sebagai diskusi untuk berpikir dan memaknai peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka mampu mengelola relasi perempuan dan laki-laki dengan lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Ambarwati, A. 2012. Stereotipe Karakter Tokoh Perempuan Anak dalam Cerita-cerita Kecilkecil Punya Karya (KKPK). UM. Disertasi. Beauvoir, D. S. 2003. Second Sex. Terjemahan oleh Toni B. Febriantono&NurainiJuliastuti. Surabaya: Pustaka Promothea. Fatiha, S. 2010. Kecil-kecil Punya Karya, Teman Tapi Musuh. Bandung: Dar! Mizan. Hayarestha, R. 2010. Kecil-kecil Punya Karya:Pink Cup Cake. Bandung: Dar! Mizan. Hunt, P(Ed.). 2005. Understanding’s Children Literature. London: Routledge. Dari Taylor&Francis e-Library, (Online), (htto://www.eBookstore.tandf.co.uk), diakses 12 Oktober 2011. Kompas. 24 Juli 2008. Fenomena Karya Penulis Cilik, hlm. 28. Mayshara, W. A. 2010. Kecil-kecil Punya Karya, Reporter Cilik. Bandung: Dar! Mizan. Ratna, N.K. 2010. Penelitian Sastra. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soelistyorini, T.D. 2013. Representasi Gender dalam Cerita-cerita Karya Penulis Anak-anak Indonesia Seri KKPK. Surabaya. Mozaik Jurnal Humaniora. Vol 14 No 2. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mozaik56163fdb12full.pdf