POSISI INDONESIA MENGHADAPI PEMBENTUKAN REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) TAHUN 2011 DAN TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: NAELI FITRIA 1111113000062 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 ABSTRAKSI Skripsi ini menjelaskan mengenai posisi Indonesia menghadapai pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) tahun 2013. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan Rational Choice Theory beserta dua konsepnya yaitu motif negara dan kalkulasi. Selain itu, skripsi ini juga menggunakan konsep kepentingan nasional untuk menjelaskan hal-hal yang menjadi pertimbangan Indonesia untuk diperjuangkan dan dipertahankan serta analisis menggunakan konsep rational actor model (RAM). Adapun posisi Indonesia antara lain berupa: bersikap open-minded dengan tetap berfokus kepada kepentingan nasional, mengedepankan implementasi politik luar negeri bebas-aktif, mempertahankan sentralitas ASEAN dan bergabung ke Regional Comprehensive Economic Pertnership (RCEP) didasarkan pada berbagai pertimbangan yang merupakan cerminan dari kepentingan nasional Indonesia dalam merespon pembentukan TPP tahun 2013,antara lain posisi dan kendala-kendala yang akan dihadapi jika Indonesia bergabung ke TPP. Kata kunci: Indonesia, TPP, RCEP, Rational Actor Model (RAM) v KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua dan adik yang tak pernah berhenti memberikan dukungan baik materil maupun non materil kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Debbie Affianty, MA selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik. serta Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA dan Bapak Drs. Aiyub Mohsin, MA, MM. selaku dosen penguji Terimakasih atas motivasi, arahan, dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terimakasih juga kepada Bapak Dr. Agus Nugraha selaku dosen pembimbing akademik. Juga kepada seluruh dosen dan staf, kepada Pak Jajang dan Pak Amali di Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu, motivasi, inspirasi dan bantuan kepada penulis selama menempuh studi di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Reza Pahlevi Chairul beserta staf di Direktorat Kerjasama ASEAN Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang telah bersedia menjadi narasumber dalam wawancara dan memberikan data kepada penulis dengan sangat baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kehadiran sahabat-sahabat juga merupakan hal utama yang memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Estri Hardianti dan Mohamad Reza Tri Satriakhan yang telah menjadi sahabat terdekat sejak duduk di semester vi 4. Terimakasih atas motivasi, saran dan kritiknya selama studi, KKN, magang hingga penyelesaian skripsi. Kepada teman-teman HIVEN (HI-Eleven) angkatan 2011 khususnya kelas B, terimakasih atas canda tawa dan kebersamaan yang telah dilalui selama hampir empat tahun menempuh masa studi. Terimakasih sudah membantu tugas ketua kelas selama studi dengan sangat kooperatif. Kepada Zahra, Shofi, Nisa, Icha, Ahel, Ganang, Ero, Fadhil, Nadia, Ahsan, Ana, Mela, Fitra, Mawaddah, Sheren, Suger, Aci, Zakia, Sarah serta teman-teman angkatan 2011 lainnya, kepada Une, Rina, Ocha, Desica, Reta, Acit, Bobby, Lenny, Intan, Farah Dina, Mahar, Dicky, Afina serta adik kelas Whya, Lita dan Euis, Ola, Dzikri, Nisa, Opin, Fahri, Dzikri dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih banyak, temanteman atas segalanya. Kepada teman-teman KKN Merdeka 2014, terimakasih atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada teman-teman yang telah menjadi rekan baru pada The Asia Pacific Model United Nations (AMUNC) 2013 di Wellington, New Zealand dan Multi Stage Negotiation Simulation Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (MSNS SESPARLU) 2015, para tentor Primagama Bojonggede, rekan-rekan di les Bahasa Arab LBI FIB UI, Fakta Bahasa Bogor dan Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) SDTNI 44. Terimakasih atas segala doa dan dukungannya. Harapan penulis, semoga Allah Membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Juni 2015 Naeli Fitria vii DAFTAR ISI ABSTRAKSI ............................................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi DAFTAR ISI .............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Pernyataan Masalah ................................................................. 1 1.2 Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7 1.4 Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8 1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................. 12 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional ................................... 12 1.5.2 Rational Choice Theory ............................................. 14 1.5.2.1 Motif Negara ................................................. 16 1.5.2.2 Kalkulasi ....................................................... 17 1.6 Metode Penelitian .................................................................... 19 1.7 Sistematika Penulisan .............................................................. 21 viii BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL .................................................................... 24 2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013 ...................................... 24 2.2 Peran Indonesia dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan World Trade Organization (WTO) ......................................................... 34 2.3 Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ................................................................................... 57 2.4 Pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) ...................... 60 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership (TPP) ...................... 65 2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership (TPP) bagi Negara-negara di Asia Tenggara .................................. 72 BAB III POSISI INDONESIA MENGHADAPI PEMBENTUKAN RCEP TAHUN 2011 DAN TPP TAHUN 2013 ................................... 80 3.1 Mempertahankan ASEAN Centrality Melalui ASEAN Economic Community (AEC) 2015........................................................... 80 3.2 Mendukung RCEP .................................................................... 88 3.3 Menolak Bergabung ke TPP ..................................................... 90 BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG RCEP DAN MENOLAK TPP .............................................................................................. 96 4.1 Lemahnya Daya Saing Produk Indonesia ................................. 96 4.2 Bergabung ke dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ................................................................. 100 ix 4.3 Perhitungan Kalkulatif Dengan Konsep Rational Actor Model (RAM) ............................................................................ 106 BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 124 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x DAFTAR GAMBAR Gambar II.2.2 Peta Asia Pasifik ................................................................. 34 Gambar II.2.3.1 Cakupan Isu di TPP .......................................................... 66 Gambar II 2.3.2.1 Negara-negara Anggota Berdasarkan Organisasi: ASEAN, TPP dan ASEAN, Non ASEAN, TPP ........... 73 Gambar II 2.3.2.2 Pembagian GDP untuk TPP, AFTA dan Negara di Asia Lainnya ........................................................................ 75 xii DAFTAR GRAFIK Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia ................ 26 Grafik II.2.1.2. Neraca Perdagangan Migas Indonesia, Januari 2008 – April 2013 ..................................................... 31 Grafik II.2.1.3 Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, Januari 2008 – April 2013................................................... ... 33 Grafik II.2.2 Nilai Perdagangan Indonesia dengan ASEAN (USD Juta) 2009-2013 ................................................................................. xiii 46 DAFTAR SINGKATAN ABAC : APEC Business Advisory Council ACIA : ASEAN Comprehensive Investment Agreement AEC : ASEAN Economic Community AELM : APEC Economic Leaders’ Meeting AFAS : ASEAN Framework Agreement on Services AFED : ASEAN Framework on Equitable Economic Development AFTA : ASEAN Free Trade Area AIA : ASEAN Investment Area AIGA : ASEAN Investment Guarantee Agreement APEC : Asia Pacific Economic Cooperation ATDAG : Atase Perdagangan ATIGA : ASEAN Trade in Goods Agreement BUMN : Badan Usaha Milik Negara CCS : Coordinating Committee on Services CEPT : Common Effective Preferential Tariff CLMV : Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam CPO : Crude Palm Oil DDA : Doha Development Agenda EPA : Economic Partnership Agreements FDI : Foreign Direct Investment FTA : Free Trade Agreement FTAAP : Free Trade Area of Asia Pacific G-20 : Government 20 G-33 : Government 33 GATS : The General Agreement on Trade in Services GATT : General Agreement on Tariffs and Trade GDP : Gross Domestic Product HIPPMI : Himpunan Pengusaha Muda Indonesia xiv IL : Inclusion List IPR : Intellectual Property Rights ITPC : Indonesian Trade Promotion Center KTM : Konferensi Tingkat Menteri LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia MFN : Most-Favored Nations MRA : Mutual Recognition Arrangement NAMA : Non-Agricultural Market Access NTBs : Non-Tariff Barries NTM : Non-Tariff Measured OECD : Organisation for Economic Cooperation dan Development P4 : Pacific Four PDB : Produk Domestik Bruto PECC : Pacific Economic Cooperation Council PIF : Pacific Islands Forum PPP : Purchasing Power Parity RAM : Rational Actor Model RCEP : Regional Comprehensive Economic Partnership RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional SDT : Special and Different Treatment SLOC : Sea Lanes of Communication SOM : Senior Officials Meeting SPS : Sanitary dan Phytosanitary TIG : Trade in Goods TIS : Trade in Services TPP : Trans-Pacific Partnership TSEP : Trans-Pacific Strategic Economic Partnership UKM : Usaha Kecil Menengah Uni Eropa : UE WTO : World Trade Organization xv xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Wawancara 1 dengan Deputi Direktur ASEAN Cooperation Kemendag RI Reza Pahlevi Chairul ........................................................ xvii Lampiran 2. Hasil Wawancara 2 dengan Deputi Direktur ASEAN Cooperation Kemendag RI Reza Pahlevi Chairul ........................................................ xxiv Lampiran 3. Hasil Wawancara 3 dengan Jedut S Sutoyo. Kepala Seksi Perdagangan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ……………………………………………………… xxviii Lampiran 4. Hasil Wawancara 4 dengan Arif Sulaksono. Kepala Seksi APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups, Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen Asia pasifik dan Afrika. Kementerian Luar Negeri RI ………………….. xvi xxx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang respon Indonesia terhadap pembentukan Trans-Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013. Indonesia merupakan negara maritim yang berada di jalur strategis dalam perdagangan internasional atau Sea Lanes of Communication.. Garis pantai Indonesia yang memiliki total luas 54.716 kilometer membentang di sepanjang Samudera Hindia, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi dan wilayah kecil lainnya.1 Indonesia yang tergolong sebagai negara berkembang (developing countries)2 merupakan sebuah negara dengan sumber daya manusia terpadat di dunia yang berada pada urutan keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk 253.899.536 jiwa.3 Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi kemajuan ekonomi yang sangat besar karena pengaruh geo-strategis. Indonesia terletak di jalur Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di Selat Malaka, padahal lebar selat ini hanya 1,5 1 http://kemhubri.dephub.go.id/portal-mp3ei/index.php?page=mp3ei&categori=strategis. Diakses pada Kamis, 2 Oktober 2014 2 List of Developing Countries. A Mandatory References for ADS Chapter 310. New Edition.2012 3 http://worldpopulationreview.com/countries/indonesia-population. Diakses pada Kamis, 24 April 2014 1 mil dengan kedalaman 19,8 meter. Kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari jumlah kapal dagang dalam perdagangan dunia.4 Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam perdagangan internasional, salah satunya pada industri manufaktur. Pada tahun 2013 produk manufaktur berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan ekspor, antara lain kapal laut meningkat 542,8 juta dollar AS, naik 294,9% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2012. Ekspor produk alas kaki juga meningkat sebesar 176,8 juta dollar AS (naik 9,9%), dan produk pakaian jadi naik sebesar 74,9 juta dollar AS (3,9%) pada tahun 2013.5 Selain produk manufaktur, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi nilai tambah bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Melalui akselerasi hilirisasi atau proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku industri6 seperti sektor migas meliputi mineral dan barang tambang serta sektor non migas meliputi makanan, pupuk, gula, semen, dan lain-lain7. Akselerasi hilirisasi industri ini yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia, hal ini berdasar pada keyakinan akan besarnya potensi sumber daya alam seperti minyak dan gas yang dimiliki 4 Triwahyuni Dewi. Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat. Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, No.1. Hal 36 5 Sumber: http://www.setkab.go.id/artikel-9931-wto-dan-peluang-indonesia.html. Diakses pada Minggu, 13 April 2014 6 Iwan Kurniawan. Hilirisasi Industri Tambang Pantang Mundur. Dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7311/Hilirisasi-Industri-Tambang-Pantang-Mundur. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.27 WIB 7 Siaran Pers. Kemenperin Prioritaskan Program Hilirisasi Industri. Dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/5642/Kemenperin-Prioritaskan-Program-Hilirisasi-Industri. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.35 WIB 2 Indonesia agar tidak hanya bergantung kepada ekspor bahan mentah saja seperti bahan tambang dan mineral dan diharapkan memiliki nilai tambah ekonomi.8 Dengan potensi dalam perdagangan internasional yang dimilikinya, Indonesia telah melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi baik bilateral maupun multilateral serta di berbagai skala baik di skala regional, sub-regional maupun global. Keunggulan komoditas Indonesia dalam perdagangan internasional seperti komoditas tekstil, karet, elektronik, sawit, produk hasil hutan, produk alas kaki, otomotif, kako dan kopi9. Hal ini terkati dengan keanggotaan Indonesia dalam kerjasama ekonomi multilateral contohnya menjadi anggota World Trade Organization (WTO) dalam skala global, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dalam skala regional dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dalam skala sub-regional. Pada tahun 2013, di Asia Pasifik terdapat kerjasama ekonomi yang diprediksi akan menjadi model atau percontohan perdagangan bebas di abad ke-21 yang disebut Trans Pacific Partnership (TPP).10 Awalnya kerjasama tersebut bernama TransPacific Strategic Economic Partnership (TSEP). TPP terbentuk melalui proses negosiasi yang panjang. Hal ini disebabkan masing-masing negara anggota harus 8 Iwan Kurniawan. Hilirisasi Industri Tambang Pantang Mundur. Dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7311/Hilirisasi-Industri-Tambang-Pantang-Mundur. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.41 WIB 9 Negara Tujuan Ekspor 10 Komoditi Utama. Dikutip dari http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/10-main-and-potential-commodities/10-main-commodities. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.45 WIB 10 Ezzel J Stephen J dan Robert D Atkinson. Gold Standard or WTO-Lite?: Shaping the Trans-Pacific Partnership. The Information and Technology & Innovation Foundation. May 2011. Hal 2 3 menyelesaikan perundingannya terlebih dahulu dalam di dalam TSEP.11 Hal ini dilakukan agar TPP dapat menjadi penerus bagi perjanjian perdagangan yang menghubungkan kedua sisi di Pasifik yaitu Pasifik Utara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Pasifik Selatan seperti New Zealand, Australia dan negaranegara lainnya.12 Pada tahun 2010 TSEP berganti nama menjadi Trans-Pacific Partnership (TPP) yang hingga saat ini memiliki 12 negara anggota. Hal ini terjadi sejak Amerika Serikat masuk menjadi ketua di TPP.13 Negara lainnya seperti Malaysia, Jepang, Kanada dan Meksiko melihat bahwa Amerika Serikat merupakan mitra strategis bagi perdagangan mereka. Ditambah lagi Amerika Serikat merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia.14 Perluasan negara anggota ini menjadikannya memiliki posisi dalam perekonomi global. TPP dipandang sebagai arus baru liberalisasi perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang sebelumnya sempat tertunda karena adanya perundingan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dari segi ekonomi, negara-negara anggota TPP memberikan kontribusi terhadap 40% PDB dunia.15 11 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 64 12 Deardorff Alan V. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. 2013. The University of Michigan. Hal 1 13 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 64-65 14 Ibid 15 Ibid. Hal 65 4 Populasi negara-negara anggota TPP juga cukup signifikan karena merepresentasikan 11,35 % penduduk dunia atau 783 juta jiwa.16 Berdasarkan isi perjanjiannya, TPP merancang liberalisasi perdagangan barang dan jasa secara komprehensif, terjadwal, dan mengikat.17 Setiap negara anggota diharapkan dapat menurunkan tarifnya hingga 0 % secara bertahap pada semua pos tarif di semua sektor, seperti barang dan jasa, investasi, dan modal. Termasuk diantara sektor-sektor yang juga sangat mendapat perhatian adalah liberalisasi sektor kesehatan, asuransi, dan jasa keuangan yang selama ini dianggap sebagai sektor sensitif di banyak negara.18 Ketentuan ini berlaku resiprokal atau timbal balik terhadap sesama negara anggota saja dan tidak berlaku terhadap negara non-anggota. Setiap negara anggota juga harus mengikuti jadwal liberalisasi dengan ketentuan yang mengikat (legally binding) dan tidak bisa diubah (irreversible).19 Berbagai macam daya tarik yang ditawarkan oleh TPP ini pada akhirnya menarik negara-negara lain untuk ikut serta. Beberapa negara yang menunjukkan ketertarikan untuk bergabung, seperti Thailand, Taiwan, Filipina, Laos, Kolombia, dan Kosta Rika.20 Empat negara anggota ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei 16 Ibid Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 65 17 18 19 20 Ibid Ibid Ibid 5 dan Vietnam juga telah ikut bergabung.21 Selain itu, Jepang juga turut serta untuk bergabung ke dalam TPP.22 Mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjelaskan bahwa dengan bergabung ke dalam TPP, Jepang dapat meningkatkan perannya di tengah meningkatnya regionalisme Asia Timur. 23 Keputusan Jepang untuk pro terhadap TPP menunjukkan manfaat dari TPP sebagai strategi untuk membalas percepatan kemajuan ekonomi Republik Korea dalam melaksanakan FTA dengan mitra dagang utama seperti Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat.24 Namun hal ini tidak sejalan dengan respon Indonesia terhadap pembetukan TPP. Indonesia memberikan respon berbeda dengan negara-negara di atas. Hal ini menarik untuk diteliti karena selama ini Indonesia terlibat aktif dalam kegiatan organisasi ekonomi internasional, seperti terlihat di penejelasan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan alasan Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013. Tahun 2013 dipilih karena pada tahun tersebut Indonesia melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan secara resmi memberikan pernyataan bahwa Indonesia menolak untuk bergabung ke TPP. 21 Ibid Ibid 23 Inkyo Cheong. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism. Asian Development Bank Institute Working Paper Series. July 2013 24 Ibid. 22 6 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan berfokus untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana posisi Indonesia menghadapi pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada tahun 2011 dan pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui adanya pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) dalam perdagangan internasional. 2. Mengetahui respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2013. 3. Menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia memutuskan untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). 4. Mengetahui kontribusi konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice Theory dengan dua konsepnya yaitu Motif Negara dan Kalkulasi dalam menganalisa tentang latar belakang Indonesia menolak bergabung ke TPP dan menghitung keuntungan pembentukan TPP. 7 dan kerugian Indonesia terhadap 5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hubungan Internasional dalam kaitannya dengan kepentingan nasional, studi Kawasan Asia Tenggara dan ekonomi politik internasional. 1.4 Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai Trans Pacific Partnership (TPP) tentu sudah banyak dikaji baik dari segi ekonomi, politik, maupun strategis. Melalui beberapa tinjauan pustaka di bawah ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa penelitian ini tidak hanya penting untuk dikaji namun juga perlu untuk dilakukan. Pada tahun 2012, Lydia Lancay Li dalam sebuah LiY fellowship paper yang berjudul Trans-Pacific Partnership Agreement: An Analysis of Opportunities and Agreement membahas mengenai daya tarik dan manfaat TPP. Namun, di dalamnya juga terdapat tantangan dari negara anggota maupun calon anggota yang hendak bergabung mengenai perbedaan keadaan ekonomi domestik dan perbedaan motivasi strategis. Penelitian tersebut juga membahas mengenai manfaat yang terdapat dalam TPP, yaitu pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota serta potensi untuk meraih keuntungan dari investasi. Penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian ini baik dari segi manfaat maupun potensi negara-negara anggota. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep multilateralisme dan regionalisme. Selain itu, untuk menjabarkan keuntungan serta potensi TPP untuk 8 menjadi organisasi perdagangan bebas percontohan di abad ke-21, penelitian ini menggunakan data statistik mengenai pendapatan nasional masing-masing negara anggota. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional dan rational choice theory yang di dalamnya dibahas mengenai motif negara dan kalkulasi rasional. Perbedaan lainnya yaitu di dalamnya tidak dibahas mengenai peluang dan potensi negara yang termasuk strategic market seperti Indonesia dan cenderung terfokus kepada negara anggota TPP saja. Pada tahun 2013, Andri, mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013 membahas mengenai berbagai kepentingan Amerika Serikat melalui TPP. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa upaya telah dilakukan Amerika Serikat dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Amerika Serikat berperan sebagai penggerak utama TPP dengan cara membuka kesempatan keanggotaan bagi negara lain untuk memperluas pasar. Secara teoritis, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Hal ini disebabkan penelitian tersebut menggunakan teori Neoliberalisme dengan konsep comparative advantage. Sedangkan penelitian ini menggunakan rational choice theory yang merupakan turunan dari Neorealisme dengan konsep motif negara dan 9 kalkulasi rasional sehingga akan terlihat mengapa Indonesia memutuskan untuk memberikan serangkaian respon terhadap pembentukan TPP. Pada tahun 2013, Asian Development Bank Institute dalam sebuah working paper yang berjudul Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism membahas mengenai implikasi TPP terhadap negara-negara di kawasan Asia Timur. Penelitian ini menemukan dampak TPP bagi stabilitas ekonomi di kawasan Asia Timur. Negara yang menjadi spesifikasi pembahasan dalam penelitian tersebut adalah Jepang yang pada akhirnya memutuskan untuk bergabung ke dalam TPP. Kekhawatiran akan terjadi efek domino di kawasan Asia Timur jika Jepang sebagai salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia namun tidak ikut serta di dalam TPP juga dibahas dalam penelitian tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena di dalamnya hanya terfokus kepada kawasan Asia Timur. Sedangkan posisi Indonesia yang terdapat di kawasan Asia Tenggara belum dibahas. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep regionalisme. Konsep ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dan prospek perdagangan internasional di Kawasan Asia Timur jika bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini disebabkan penelitian ini akan menggunakan konsep motif negara dan kalkulasi untuk menganalisis pengaruh dan prospek TPP bagi negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Pada tahun 2014, Inriani Margaretha Sitohang, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman dalam sebuah artikel yang berjudul Penolakan 10 Indonesia Bergabug dalam Trans Pacific Partnership dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 2, 2014 membahas mengenai alasan penolakan Indonesia tidak bergabung ke dalam TPP. Penelitian tersebut menemukan bahwa Indonesia tidak siap jika bergabung ke dalam TPP. Hal tersebut disebabkan adanya negara-negara dengan ekonomi terkuat seperti Amerika Serikat dan Jepang serta negara-negara di Pasifik seperti Australia dan New Zealand yang jika Indonesia bergabung maka hal itu akan mengancam perekonomian dalam negeri Indonesia. Secara teoritis, penelitian tersebut menggunakan konsep kebijakan luar negeri berdasarkan faktor internal dan eksternal serta konsep integrasi ekonomi. Konsep tersebut digunakan untuk menganalisis keuntungan dan kerugian Indonesia jika bergabung di TPP dengan cara membandingkan GDP (Gross Domestic Product) negara-negara anggota TPP dengan Indonesia. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah karena penelitian ini akan menjelaskan berdasarkan konsep kepentingan nasional serta dikalkulasi melalui rational choice theory yang akan berpengaruh terhadap respon Indonesia terhadap pembentukan TPP. Tentu saja penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya karena disamping belum ada studi dan penelitian yang membahas mengenai hal ini, penelitian ini akan menjelaskan dari sisi politik-strategis alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam TPP. 11 1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menggunakan konsep Kepentingan Nasional dan Rational Choice Theory yang disertai dengan konsep-konsepnya antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi agar dapat memudahkan sekaligus membantu membentuk kerangka berfikir yang akademis. 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional Menurut Hans Morgenthau, kepentingan nasional diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dipertahankan oleh suatu negara dalam berbagai aspek baik politik, fisik maupun identitas budaya dari bahaya atau gangguan negara lain.25 Hans Morgenthau juga melihat bahwa kepentingan nasional memilki beberapa dimensi. Antara lain kepentingan nasional yang termasuk vital dan sekunder. Kepentingan vital merupakan kepentingan nasional yang terkait dengan kedaulatan dan keamanan negara. Untuk mencapainya tidak ada jalan lain bagi suatu negara selain berperang. Sedangkan kepentingan nasional yang bersifat sekunder yaitu kepentingan nasional yang cara mencapainya dapat dikompromikan dan tidak terkait dengan keamanan atau pun kedaulatan negara.26 25 Kiyono Ken. A Study on The Concept of The National Interest of Hans J Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy. Nagasaki University’s Academic Output Site. Hal 2 26 Michael G. Roskin. National Interest: From Abstraction to Strategy. Director, Strategic Studies Institute, U.S. Army War College, Carlisle Barracks. 1994 12 Hans Morgenthau juga melanjutkan bahwa kepentingan nasional ada yang bersifat spesifik dan general. Kepentingan nasional yang bersifat spesifik yaitu yang terkait dengan kepentingan khusus suatu negara yang ingin dicapai dalam aspek tertentu misalnya politik, ekonomi atau sosial budaya. Sedangkan kepentingan yang bersifat general yaitu yang terkait dengan pencapaian negara pada umumnya, misalnya menjaga kedaulatan negara. Adapun kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai dan dikejar oleh pemerintah suatu negara yang menjadi tujuan dari politik luar negeri negara tersebut.27 Selanjutnya menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan kepentingan nasional juga merupakan sesuatu yang dirumuskan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh para pembuat kebijakan dan akan diimplementasikan di dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Kebijakan luar negeri itulah yang nantinya menjadi suatu alat tawar dalam hubungan dengan negara lain. Sedangkan menurut Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe, kepentingan nasional merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menggambarkan dan memprediksi aksi suatu negara terhadap negara lainnya dalam hubungan internasional. 27 Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan. International Relations: The Key Concepts. 2002. London and New York: Routledge. Hal 203 13 Theodore A. Coloumbis dan James H. Wolfe juga menjelaskan bahwa kepentingan nasional dapat tercapai jika para pembuat kebijakan dapat mengaitkan dan mensinergikan personalitas dan idealitas dari para pembuat kebijakan, tipe dan filosofi dari struktur pemerintahan, kondisi geopolitik dan kemampuan negara lain dalam persaingan global. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah segala sesuatu yang diperjuangkan oleh negara agar dapat bertahan dalam hubungannya dengan negara lain melalui serangkaian proses penghitungan atau kalkulasi yang tepat dan diimplementasikan dalam berubungan dengan negara lain. Penelitian ini menggunakan konsep kepentingan nasional menurut Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan karena penelitian ini menduga bahwa alasan Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership adalah adanya suatu tujuan yang harus dicapai dan dipertahankan yaitu menjaga sentralitas Indonesia di kawasan Asia Tenggara melalui organisasi ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) agar tidak didominasi oleh kehadiran TPP (Trans Pacific Partnership). 1.5.2 Rational Choice Theory Rational Choice Theory menurut Charles L Glaser adalah segala sesuatu yang menjadikan sebuah negara memutuskan untuk berkompetisi atau bekerjasama. Teori ini juga menjelaskan mengenai apa yang harus dilakukan 14 oleh negara untuk mencapai tujuan mereka di tengah kendala yang sedang dihadapi. Selain itu, suatu negara juga harus memahami bahwa akan ada negara lain yang merespon kebijakan yang telah dibuat lalu membuat strategi untuk mengantisipasi kebijakan tersebut.28 Sedangkan menurut Valerie Hudson, Rational Choice Theory adalah segala sesuatu yang diambil oleh para pembuat keputusan atau decision makers yang disertai dengan tujuan yang jelas dan informasi yang memadai.29 Adapun Rational Choice Theory menurut Raymond Boudon yakni setiap tindakan aktor bersifat instrumental. Maksudnya adalah segala tujuan yang sudah jelas ditetapkan oleh aktor harus dijelaskan secara rasional.30 Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Rational Choice Theory adalah segala tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan, dalam hal ini adalah negara, melalui perhitungan rasional sehingga negara tersebut dapat memutuskan apakah akan berkompetisi atau bekerja sama. Penelitian ini akan menggunakan Rational Choice Theory menurut Charles L Glaser karena hal ini sesuai dengan respon yang diambil oleh Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) serta strategi Indonesia untuk menghadapinya. 28 Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation. 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 23 29 Valerie Hudson, et al. Foreign Policy Making (Revisited). 2002. New York: Palgrave Macmillan. Hal 18 30 Raymond Boudon. The Limitations of Rational Choice Theory. American Journal of Sociology, Vol. 104, No. 3 (November 1998). The University of Chicago Press. Hal 818 15 Adapun konsep dari Rational Choice Theory yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: Motif Negara dan Kalkulasi. 1.5.2.1 Motif Negara Setiap negara tentu memiliki motif yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan apakah akan berkompetisi atau bekerjasama.31 Sebuah memutuskan negara apakah memiliki akan motif bekerjasama tertentu atau untuk bersaing berdasarkan kondisi atau lingkungan internasional yang ada di sekitarnya. Lingkungan internasional inilah yang nantinya akan memberikan pengaruh kepada sebuah negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan melakukan stateginya untuk menghadapi perilaku negara lain. Konsep motif negara ini juga menjelaskan bagaimana suatu negara dapat memahami dan mengetahui secara lebih dalam mengenai motif negara lain. Penelitian ini menduga bahwa salah satu motif Indonesia tidak bergabung ke dalam Trans Pacific Partnership (TPP) adalah karena TPP terdiri dari negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat 31 Charles L Glaser. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation. 2010. New Jersey: Priceton University Press. Hal 53 16 dan Jepang sehingga Indonesia harus menciptakan strategi untuk menghadapinya. Oleh karena itu konsep ini tepat bila digunakan untuk menganalisis motif negara sebagai respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). 1.5.2.2 Kalkulasi Dalam kaitannya dengan kalkulasi, sebuah negara berhak melakukan perhitungan atau kalkulasi untuk menyusun strategi sebagai penyeimbang kekuatan negara lain dalam berkompetisi atau bekerjasama.32 Selain itu, kalkulasi juga dilakukan suatu negara untuk meyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain. Kalkulasi merupakan hal penting yang harus dilakukan agar suatu negara dapat mengetahui keuntungan dan kerugian jika bekerjasama atau pun berkompetisi dengan negara lain. Kalkulasi dilakukan sebuah negara dengan cara menganalisa dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasionalnya, letak geografis negara, reaksi negara lain terkait dengan 32 keputusan Ibid. Hal 197 17 yang diambil serta dampak yang ditimbulkan apakah akan menguntungkan atau merugikan jika keputusan tersebut diimplementasikan.33 Dalam hal ini negara melakukan kalkulasi atau perhitungan melalui dua tahap: Pertama, melakukan perhitungan rasional dalam menganalisa berbagai pilihan keputusan dan selanjutnya hanya akan menjadi satu keputusan. Kedua, dari satu keputusan yang didapat kembali dianalisa keuntungan (benefit) dan kerugian (cost) nya. Pada akhirnya negara akan memutuskan apakah akan mengimplementasikan keputusan yang telah dibuat atau tidak.34 Sedangkan menurut Alex Mintz, terdapat sebuah model dalam pengambilan keputusan yaitu Rational Actor Model (RAM). Proses pengambilan keputusan melalui konsep Rational Actor Model (RAM) yaitu pembuat keputusan atau stakeholder mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya lalu melakukan kalkulasi atau pehitungan yang pada akhirnya merumuskan beberapa kebijakan alternatif.35 Setelah merumuskan beberapa kebijakan alternatif yang dapat dipilih, tahap selanjutnya dalam konsep Rational Actor 33 Bruce Bueno de Mesquita. Foreign Policy Analysis and Rational Choice Models. New York University/Stanford University 34 Alex Mintz. How Do Leaders Makes Decision? A Poliheuristic Perpective. Journal of Conflict Resolution, Vol. 48 No.1, February. Sage Publications. 2004 35 Alex Mintz dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge University Press. 2010. Hal 87-88 18 Model (RAM) adalah memilih keputusan yang sangat penting dan menjadi prioritas serta tetap dapat mempertahankan kepentingan nasional.36 Terkait dengan pola di atas, penelitian ini memperkirakan bahwa Indonesia telah melakukan kalkulasi berdasarkan keuntungan dan kerugian untuk memberikan respon terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) yaitu dengan lebih memfokuskan kerjasama di ASEAN melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). 1.6 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan jenis penelitiannya yaitu kualitatif. Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln adalah penelitian yang disajikan dalam bentuk teks.37 Selain itu, menurut Patton Michael Quinn penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menggunakan kata-kata sebagai penjabaran dari objek yang diteliti.38 36 Marijke Breuning. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave Macmillan. 2007. Hal 97 37 Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln. Handbook of Qualitative Research Second Edition. Sage Publications, Inc. Hal 769 38 Patton Michael Quinn. A Guide To Using Qualitative Research Methodology. Medecins Sans Frontieres. Hal 2 19 Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka sebagai data sekunder yang bersumber dari jurnal, buku, media nasional dan internasional serta website. Adapun perpustakaan yang dikunjungi untuk mendapatkan referensi terkait antara lain: Perpustakaan Ali Alatas di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP Universitas Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan sumber data primer yaitu melalui dokumen resmi pemerintah berupa hasil analisa respon Indonesia terhadap pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) dan juga melalui wawancara atau in-depth interview. Adapun narasumber yang diwawancarai yaitu Reza Pahlevi Chairul selaku Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Adapun teknik analisa penelitian ini akan menggunakan deskriptif analitis yaitu menganalisa variabel-variabel yang ada. Teknik ini juga akan menghubungkan masalah dengan konsep-konsep yang digunakan. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan kaitannya dengan kerangka pemikiran, penelitian ini akan menggunakan teknik deduktif yaitu pemaparan masalah dan penjabarannya terlebih dahulu lalu ditarik kesimpulan di akhir penelitian. 20 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pernyataan Masalah 1.2 Pertanyaan Penelitian 1.3 Tinjauan Pustaka 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional 1.5.2 Rational Choice Theory 1.5.2.1 Motif Negara 1.5.2.2 Kalkulasi 1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013 21 2.2 Peran Indonesia dalam AFTA ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO) 2.3 Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) 2.4 Pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership (TPP) 2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership (TPP) bagi negaranegara di Asia Tenggara BAB III RESPON INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) TAHUN 2011 DAN PEMBENTUKAN TRANSPACIFIC PARTNERSHIP (TPP) TAHUN 2013 3.1 Mendukung RCEP 3.2 Mempertahankan ASEAN Centrality melalui ASEAN Economic Community 2015 3.3 Menolak Bergabung ke TPP 22 BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG RCEP DAN MENOLAK PEMBENTUKAN TRANS PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) 4.1 Kalkulasi Ekonomi: Daya Saing Komoditas 4.2 Kalkulasi Politik: Bergabung ke dalam Kerjasama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) 4.3 Perhitungan Kalkulatif Melalui Konsep Rational Actor Model (RAM) BAB V KESIMPULAN 23 BAB II KETERLIBATAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013 yang meliputi aktivitas perdagangan domestik dan perdagangan internasional. Selain itu juga akan dibahas mengenai keterlibatan Indonesia di beberapa organisasi kerjasama internasional seperti WTO, APEC dan AFTA. 2.1 Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013. Kondisi perekonomian domestik suatu negara merupakan hal penting yang digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian Indonesia mengalami dinamika. Hal ini terjadi tentu tak bisa lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global. Pengaruh kondisi perekonomian global yaitu ditandai dengan menurunnya permintaan global serta menurunnya harga komoditas sehingga berdampak pada menurunnya ekspor Indonesia.39 39 Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/LPI%202013%20ID%20%20Bagian%20II%20Perekonomian%20Domestik.pdf. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015 Pukul 10.16 WIB. Hal 36 24 Selain itu, kondisi perekonomian domestik yang mendapatkan pengaruh akibat adanya dinamika perekonomian global. Pengaruh tersebut antara lain terjadi melalui jalur perdagangan (trade channel), tetapi juga melalui jalur pasar keuangan (financial market channel). Di samping pengaruh global, faktor domestik yang bersifat struktural juga menjadi salah satu akar permasalahan ekonomi. Permasalahan struktural tersebut terjadi akibat adanya keterbatasan kapasitas industri domestik dalam memenuhi permintaan konsumen serta semakin tingginya jumlah ekonomi kelas menengah yang dibarengi dengan kebutuhan yang semakin kompleks.40 Permasalahan struktural yang semakin mengemuka di tengah stabilitas yang terganggu, dibarengi dengan tantangan global, menekan kondisi perekonomian domestik.41 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mengalami perlambatan yang tercatat 5,8% dari pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,2% yang tidak sesuai harapan dan topangan struktur ekonomi domestik yang tidak mendukung. 42 Ekonomi global yang melambat dan dibarengi oleh harga komoditas global yang menurun menjadikan perbaikan kinerja ekspor riil Indomesia menjadi lemah. Ekspor yang semakin lemah ditandai dengan menurunnya angka kinerja ekspor menjadi 5,8% pada tahun 2013 menurun dari 6,2% dari tahun 201243 dan masih tingginya ketidakpastian 40 Ibid Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Documents/LPI%202013%20ID%20%20Bagian%20II%20Perekonomian%20Domestik.pdf. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015 Pukul 10.52 WIB. Hal 36 42 Ibid 43 Ibid 41 25 bagi para investor yang ditunjukkan dengan adanya pelemahan nilai rupiah yang berdampak pada terjadinya inflasi sebesar 8,4% pada tahun 2013 dari sebelumnya yaitu 4,3% pada tahun 2012 berdampak pada menurunnya investasi.44 Grafik II.2.1.1 Ekspor Riil, iHEx dan Volume Perdagangan Dunia Sumber: Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Grafik di atas menjelaskan bahwa kinerja ekspor rill masih diperngaruhi oleh kondisi perekonomian global yang semakin melambat dan harga komoditas yang semakin menurun. Kedua faktor tersebut kemudian mempengaruhi volume perdagangan dunia yang berakibat pada pertumbuhan ekspor yang masih lemah 44 Ibid. Hal 37 26 meskipun di saat yang bersamaan daya saing rupiah meningkat namun pelemahan rupiah juga terjadi.45 Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78% dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 10,19% dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34%. Sementara PDB non migas tahun 2013 tumbuh 6,25%.46 Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78% dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.47 Berdasarkan tabel, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 %, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,56 %, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 %, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 %, Sektor Industri Pengolahan 5,56 %, Sektor Jasa-jasa 5,46 %, Sektor Pertanian 3,54 %, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 %.48 Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 % yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.49 Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan 45 Ibid. Hal 41 Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan PDB 2013 Mencapai 5,78%. Dikutip dari http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf . Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.24 WIB. Hal 1 47 Ibid 48 Ibid 49 Ibid 46 27 PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42 %.50 Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 % dan 1,03 %.51 Tabel II.2.1.1 PDB dan Laju Pertumbuhan Sumber: Badan Pusat Statistik. Tahun 201352 50 Ibid Ibid Hal. 2 52 Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan PDB 2013 Mencapai 5,78%. Dikutip dari http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf . Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.24 WIB. Hal 1 51 28 Sementara itu, aktivitas perekonomian Indonesia dalam perdagangan internasional juga mengalami dinamika. Kinerja neraca perdagangan Indonesia mengalami pertumbuhan meskipun sedikit yaitu Januari 2013 dibandingkan dengan Desember 2012. Defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2012 sebesar 0,17 milyar Dollar AS menurun dibandingkan pada defisit neraca perdagangan pada Desember 2012 yaitu 0,19 milyar Dollar AS.53 Penurunan defisit neraca perdagangan pada Januari 2013 ini disebabkan oleh penurunan nilai impor dari 15,58 milyar Dollar AS pada Desember 2012 menjadi 15,55 milyar Dollar AS pada Januari 2013.54 Jika dibandingkan dengan bulan Januari tahun 2012, maka kinerja neraca perdagangan Indonesia bulan Januari 2013 mengalami penurunan. Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2012 surplus 1,02 milyar Dollar AS, menurun menjadi defisit 0,17 milyar Dollar AS pada Januari 2013.55 Defisit neraca perdagangan pada Januari 2013 disebabkan oleh nilai impor yang meningkat dari 14,55 milyar Dollar AS pada Januari 2012 menjadi 15,55 milyar Dollar AS pada Januari 2013, disamping kinerja ekspor pada Januari 2013 yang menurun sebesar 1,24% dibanding Januari 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pelemahan perekonomian global masih berdampak negatif bagi ekspor Indonesia.56 Hal serupa juga terjadi dalam kurun Januari-April 2013 dimana kinerja ekspor migas maupun non-migas Indonesia semakin memburuk. Dibandingkan dengan 53 Perkembangan Internasional 2013: 1. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/106perkembangan-internasional-2013-i Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.33 WIB 54 Ibid 55 Ibid 56 Ibid 29 April 2012, neraca perdagangan Indonesia memburuk pada April 2013. Defisit neraca perdagangan meningkat dari 0,8 miliar Dollar AS menjadi 1,6 miliar Dollar AS.57 Memburuknya kinerja neraca perdagangan disebabkan oleh penurunan ekspor sebesar 9,1% yang ditopang oleh penurunan ekspor migas sebesar 32,9% dan ekspor non migas sebesar 2,4%.58 Secara keseluruhan kinerja neraca perdagangan pada periode Januari - April 2013 mengalami penurunan dibandingkan periode Januari - April 2012. Neraca perdagangan yang semula surplus 2 miliar Dollar AS pada Januari – April 2012 turun menjadi defisit 1,9 miliar Dollar AS pada Januari – April 2013.59 Penurunan neraca perdagangan masih disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor dari 64,7 miliar Dollar AS pada Januari – April 2012 menjadi 60,1 miliar Dollar AS pada periode yang sama tahun 2013. Penurunan nilai ekspor ini menunjukkan bahwa rendahnya daya saing internasional dan pelemahan perekonomian global masih berpengaruh negatif terhadap ekspor Indonesia.60 Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 57 Ibid Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/122-perkembangan-internasional-2013ii. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.38 WIB 59 Ibid 60 Ibid 58 30 Grafik II.2.1.2. Neraca Perdagangan Migas Indonesia, Januari 2008 – April 2013 Selain itu, defisit juga terjadi pada sektor perdagangan non-migas. Neraca perdagangan non migas tercatat defisit 0,41 miliar Dollar AS pada April 2013, memburuk setelah sebelumnya surplus 1,1 miliar Dollar AS pada Maret 2013.61 Penurunan neraca perdagangan non migas ini ditopang oleh meningkatnya impor non migas sebesar 15,8%, meskipun pada bulan yang sama ekspor non migas juga meningkat sebesar 1,7% .62 Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas pada April tahun sebelumnya, maka defisit neraca perdagangan non migas meningkat dari 0,2 miliar 61 62 Ibid Ibid 31 Dollar AS pada April 2012 menjadi 0,4 miliar Dollar AS pada April 2013.63 Memburuknya kinerja neraca perdagangan non migas tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor sebesar 2,4% dalam kurun waktu April 2012 hingga April 2013.64 Secara keseluruhan, kinerja neraca perdagangan non migas pada April 2013 mengalami penurunan dibandingkan kinerja neraca perdagangan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari-April 2013, neraca perdagangan non migas tercatat surplus 2,7 miliar Dollar AS, menurun dari neraca perdagangan non migas pada Januari-April 2012 yaitu surplus 3,1 miliar Dollar AS.65 Penurunan surplus tersebut didukung oleh penurunan ekspor non migas sebesar 3% dibandingkan nilai ekspor pada Januari-April 2012.66 Selama Januari – April 2013, ekspor dari 10 golongan barang yang terdiri dari bahan bakar minyak, lemak dan minyak nabati, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin/ pesawat mekanik, bijih, kerak dan abu logam, kendaraan dan bagiannya, pakaian jadi bukan rajutan, alas kaki, dan kayu, barang dari kayu memberikan kontribusi sebesar 62,10% terhadap total ekspor non migas. 67 Hal ini dapat diihat pada grafik di bawah ini: 63 Ibid Ibid 65 Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/122-perkembangan-internasional-2013ii. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.38 WIB 66 Ibid 67 Ibid 64 32 Grafik II.2.1.3 Neraca Perdagangan Non-Migas Indonesia, Januari 2008 – April 2013 33 2.2 Peran Indonesia dalam ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO) Gambar II.2.2 Peta Asia Pasifik Setelah sebelumnya telah dibahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia serta potensi ekonomi yang dimiliki Indonesia dalam perdagangan internasional, maka sub bab ini akan membahas mengenai keaktifan serta peran Indonesia di beberapa kerjasama ekonomi internasional seperti AFTA, APEC dan WTO. 34 Dengan menganut asas politik luar negeri Bebas Aktif, Indonesia telah melibatkan diri secara aktif dalam berbagai forum dan kerjasama internasional di berbagai bidang baik politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta sosial budaya. Dalam bidang ekonomi Indonesia telah bergabung dan berperan secara aktif di dalam kerjasama mulai dari skala sub regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), skala regional yaitu Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) hingga skala global yaitu World Trade Organization (WTO). Indonesia telah aktif di dalam Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) karena Indonesia merupakan salah satu pendirinya. ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 atas prakarsa lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Adapun salah satu tujuan didirikannya ASEAN adalah menciptakan kerja sama di bidang perdagangan, penanaman modal, ketenagakerjaan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan pembangunan di kawasan.68 Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah menjadikan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), 68 dan skema saling melengkapi Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Ayo Kita Kenali ASEAN. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Documents/Tentang%20ASEAN/Buku%20Ayo%20Kita%20Kenali%20ASE AN.pdf. Diakses pada Minggu, 25 Januari 2015. Pukul 22.04 WIB 35 (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).69 Berkaitan dengan AFTA, pada pertemuan ke-21 AFTA Council tanggal 23 Agustus 2007, kemajuan yang cukup signifikan telah dicapai mengenai implementasi Work Programme on Elimination of Non-Tariff Barries (NTBs) serta dalam melakukan revisi mengenai Common Effective Preferential Tarrif (CEPT) AFTA Rules of Origin, yang diharapkan akan mengurangi biaya transaksi perdagangan serta memfasilitasi perdagangan di kawasan.70 Terkait dengan liberalisasi perdagangan ini, ASEAN juga berhasil menyelesaikan pembahasan substantif mengenai ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), yang diharapkan akan ditandatangani pada bulan Desember 2008. ATIGA mengintegrasikan semua inisiatif ASEAN yang berkaitan dengan perdagangan barang ke dalam suatu comprehensive framework, menjamin sinergi dan konsistensi di antara berbagai inisiatif. ATIGA akan meningkatkan transparansi, kepastian dan 69 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Ekonomi ASEAN. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Lists/ASEAN/DispForm.aspx?ID=6. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.07 WIB 70 Ibid. 36 meningkatkan AFTA-rules-based system yang merupakan hal yang sangat penting bagi komunitas bisnis ASEAN.71 ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) merupakan capaian penting yang mengkodifikasi dan menyempurnakan kesepakatan ASEAN di bidang perdagangan barang, yakni Agreement on Common Effective Preferential Tariff Scheme for the ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA,1992), Mutual Recognition Arrangement (MRA, 1998), e-ASEAN (2000), Sektor Prioritas Integrasi (2004), dan perjanjian ASEAN Single Window (ASW, 2005). Khusus untuk pengurangan / penghapusan tarif dan hambatan non-tarif internal ASEAN, ATIGA menegaskan kembali kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya, yakni penghapusan seluruh tarif atas produk dalam kategori Inclusion List (IL) pada 1 Januari 2010 bagi ASEAN-6, dan 2015-2018 bagi ASEAN-4 (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam – CLMV), serta penghapusan hambatan non tarif pada 1 Januari 2010 bagi ASEAN-5, 1 Januari 2012 bagi Philippines, dan 2015 bagi CLMV (Cambodia-Laos-Myanmar-Vietnam).72 Adapun ASEAN memberikan pembedaan perlakuan atau treatment bagi negara-negara yang tergabung dalam CLMV.73 Pembedaan tersebut didasarkan pada perbedaan kemampuan negara-negara CLMV dalam meliberalisasi produk-produknya yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di ASEAN.74 Sebagai 71 Ibid Ibid 73 Wawancara dengan Jedut S Sutoyo. Kepala Seksi Perdagangan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Senin, 22 Juni 2015. 74 Ibid 72 37 contoh yaitu pembedaan jadwal penuruan tarif bagi negara-negara CLMV yang diperpanjang oleh ASEAN.75 Pemberlakuan pembedaan jadwal penuruan tarif oleh ASEAN disebut Common Effective Preferrential Tariff (CEPT).76 Adapun beberapa perubahan terjadi di negara- negara CLMV, antara lain: Bagi Kamboja, pemberlakukan CEPT turut meningkatkan pendapatannya sebesar 470 juta Dollar AS. Laos mengalami peningkatan pendapatan dari CEPT sebesar 30-70 juta Dollar AS atau meyumbang sebesar 12,9% dari total pendapatannya. Sedangkan Myanmar mendapatkan keuntungan sebesar 67 juta Dollar AS dari pemberlakukan CEPT meski hanya menyumbang sekitar 0,4 % - 0,5% dari total pendapatan pemerintah Myanmar. Adapun bagi Vietnam, pemberlakuan CEPT meningkatkan pendapatan sebesar 320 juta Dollar AS atau sekitar 75% dari pendapatannya di ASEAN. Sedangkan dalam bidang liberalisasi jasa, sektor Jasa memegang peranan penting di ASEAN dengan rata-rata 40-50% GDP negara ASEAN berasal dari sektor jasa.77 Jasa juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia dengan porsi 46% total GDP pada tahun 2007.78 Dalam upaya meningkatkan kerjasama ekonomi melalui liberalisasi perdagangan di bidang jasa, negara-negara ASEAN telah menyepakati dan mengesahkan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand. Selanjutnya untuk menindaklanjuti 75 Ibid CLMV Countries Under AFTA: Coping With Revenue Losses. ASEAN One. April. 2005 77 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Ekonomi ASEAN. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Lists/ASEAN/DispForm.aspx?ID=6. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.07 WIB 78 Ibid 76 38 kesepakatan tersebut, telah dibentuk Coordinating Committee on Services (CCS) yang bertugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka AFAS yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa Konstruksi, Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Logistik.79 Indonesia mendorong liberalisasi sektor jasa melalui Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan sebagai koordinator (Tim Koordinator Bidang Jasa) di semua forum dan sektor, termasuk sebagai pengelola sektor jasa keuangan non-bank dan jasa profesi (akuntan dan penilai).80 Sejak penandatangan AFAS hingga saat ini, negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati enam paket komitmen liberalisasi jasa. KTT ASEAN ke-13 di Singapura pada November 2007 telah menyepakati pengesahan paket keenam tersebut sebagai kelanjutan liberalisasi jasa di bawah AFAS. Prinsip, strategi dan modalitas untuk liberalisasi jasa tersebut ditujukan guna mewujudkan realisasi bebasnya arus perdagangan jasa ASEAN dalam rangka pembentukan kawasan ekonomi terintegrasi “Komunitas Ekonomi ASEAN” tahun 2015. Integrasi perdagangan jasa ASEAN akan dilaksanakan dengan mengacu pada Cetak Biru Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN yang juga telah disepakati pimpinan ASEAN pada kesempatan KTT ASEAN tersebut.81 79 Ibid Ibid 81 Ibid 80 39 Dalam bidang investasi, ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) ditandatangani oleh menteri-menteri ASEAN pada tanggal 26 Februari 2009. ACIA merupakan hasil konsolidasi dan revisi dari dua Perjanjian Investasi ASEAN: the 1987 ASEAN Agreement for the Promotion and Protection of Investments (juga dikenal sebagai ASEAN Investment Guarantee Agreement atau ASEAN IGA) dan the 1998 Framework Agreement on the ASEAN Investment Area (dikenal sebagai “AIA Agreement”), serta protokol-protokol yang terkait. Tujuan penggabungan kedua perjanjian tersebut adalah untuk menghadapi situasi global yang lebih kompetitif dan dengan pandangan menuju peningkatan daya tarik ASEAN sebagai tujuan investasi, menciptakan rejim investasi yang bebas dan terbuka, serta mewujudkan tujuan- tujuan integrasi ekonomi. ACIA merupakan perjanjian investasi yang komprehensif yang mencakup bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa yang terkait dengan lima sektor tersebut.82 Di bawah ACIA, liberalisasi investasi akan bersifat progresif dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan ASEAN sesuai dengan tujuan ASEAN Economic Community. Hal ini juga membuka kesempatan untuk liberalisasi sektor lain di masa yang akan datang. Oleh karena itu 82 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Informasi Umum: Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2011. Hal 35. Dikutip dari: http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Masyarakat%20Ekonomi%20 ASEAN/Buku%20Informasi%20Umum.pdf. Diakses pada Senin, 26 Januari 2015. Pukul11.22 WIB 40 ACIA mencakup: 83 Pertama, ketentuan investasi yang komprehensif pada empat pilar utama yaitu: liberalisasi, perlindungan, fasilitasi dan promosi. Kedua, batas waktu yang jelas untuk liberalisasi investasi. Ketiga, manfaat bagi investor kepemilikan asing yang berbasis di ASEAN. Keempat, mempertahankan perlakuan preferensi AIA. Kelima, penegasan kembali ketentuan yang relevan dari AIA dan ASEAN IGA, seperti national treatment dan most favoured-nation treatment. Dari penjelasan di atas, posisi Indonesia dalam AFTA serta aktivitas perdagangannya dengan negara lain antara lain: Tabel II.2.2.1 Produk Unggulan Ekspor Indonesia ke ASEAN No. Jenis Produk Negara Tujuan 1 Tekstil dan produk tekstil Malaysia, Thailand, dan Vietnam 2 Elektronik Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. 3 Karet Singapura 4 Produk hutan Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand. 5 Alas Kaki Singapura 6 Otomotif Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar 7 83 Udang Vietnam, Singapura, dan Malaysia Ibid 41 8 Coklat Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand 9 Kopi Malaysia dan Singapura 10 Kulit dan produk kulit Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 11 Peralatan dan instrumen Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. medis 12 Rempah-rempah untuk obat Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. 13 Makanan olahan Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja, Thailand, Vietnam. 14 Essential oil Singapura 15 Ikan dan produk ikan Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. 16 Produk Kerajinan Singapura dan Malaysia 17 Perhiasan Singapura, Thailand, dan Malaysia. 18 Bumbu Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand. 19 Peralatan tulis selain kertas Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Sumber: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tahun 201384 84 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013 42 Tabel di atas menjelaskan mengenai produk-produk unggulan Indonesia yang menjadi komoditas utama. Komoditas-komoditas tersebut dieskpor ke seluruh negara-negara di ASEAN sehingga perdagangan Indonesia dengan negara-negara di ASEAN terfokus kepada daftar komoditas di atas. Dengan diberlakukannya AFTA, beberapa perubahan terjadi dalam perekonomian Indonesia, seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel II.2.2.2 Pengaruh AFTA terhadap Perekonomian Indonesia Sebelum AFTA Setelah AFTA No. 1. 2. Keterangan (2001-2003) (2004-2012) 1,1% 6,2% 95,672 245,730 Barang Akhir 4,721 20,028 Barang Antara 58,262 272,221 Pertumbuhan ekonomi Ekspor (Rp. Milyar) Impor (Rp. Milyar): 3. Ouput (Milyar) 300,392 1,023,951 4. PDB atau NTB (Milyar) 160,201 575,415 5. Pendapatan Masyarakat (Milyar) 30,856 117,936 43 6 Penyerapan Tenaga Kerja (Ribu Orang) 1,347 5,409 Sumber: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tahun 201385 Tabel di atas merupakan tabel perbandingan terhadap perekonomian Indonesia sebelum dan sesudah diberlakukannya AFTA. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan aspek dari perekomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal tersebut berarti AFTA memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Adapun sektor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ASEAN yaitu sektor jasa yang memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP Indonesia tahun 2012.86 Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025.87 Selain itu, total ekspor jasa ASEAN sebesar 319,7 Milyar Dollar AS dan total impor jasa ASEAN sebesar 306,5 Milyar Dollar AS tahun 2012. Dalam bidang investasi, total investasi Jasa ASEAN sebesar 108, 21 Milyar Dollar AS (2012).88 Sedangkan aliran investasi intra ASEAN mencapai 26.27 milyar Dollar 85 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013 Ibid 87 Ibid 88 Ibid 86 44 AS pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia.89 Adapun perkembangan aktivitas perdagangan Indonesia dengan negaranegara ASEAN yaitu ekspor Indonesia ke ASEAN pada bulan Februari 2013 menurun sebesar -2,7% dibandingkan Januari 2013.90 Namun secara kumulatif selama periode Januari-Februari 2013, ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 9,7% ke ASEAN dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012.91 Negara tujuan dengan pangsa ekspor terbesar Indonesia di ASEAN selama periode ini adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, dengan pangsa ekspor masing-masing sebesar 43,3%, 25,5 persen dan 14,6 persen.92 Jika dilihat dari neraca perdagangan total, Indonesia defisit sebesar -2.075,4 juta Dollar AS selama Januari-Februari 2013 dan -1.114,7 juta Dollar AS pada Februari 2013.93 Selama Januari-Februari 2013, defisit perdagangan terbesar terjadi antara Indonesia dengan Singapura dan Thailand, yaitu sebesar -1.652,3 juta Dollar AS dan -773,4 juta Dollar AS.94 Sementara pada Februari 2013, defisit 89 Ibid Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Perkembangan Ekspor Impor dalam Kerangka ASEAN FTA. Hal 66. Dikutip dari http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_2013_Deputi_Ekonomi _Bappenas.pdf. Diakses pada Seninm 26 Januari 2015. Pukul 11.38 WIB 91 Ibid 92 Ibid 93 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Perkemangan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2013: Perkembangan Ekspor Impor dalam Kerangka ASEAN FTA. Hal 66. Dikutip dari http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_2013_Deputi_Ekonomi _Bappenas.pdf. Diakses pada Senin 26 Januari 2015. Pukul 11.38 WIB 94 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Perkemangan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2013: Perkembangan Ekspor Impor dalam Kerangka ASEAN FTA. Hal 66. Dikutip dari 90 45 perdagangan terbesar adalah dengan Singapura dan Thailand, yaitu sebesar -741,1 juta Dollar AS dan -472,7 juta Dollar AS.95 Selain itu, nilai perdagangan Indonesia dengan ASEAN dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Grafik II.2.2 Nilai Perdagangan Indonesia dengan ASEAN (USD Juta) 2009-2013 Sumber: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia96 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sebelumnya Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan negara ASEAN, namun 2 (dua) tahun terakhir (2012 & 2013) mengalami defisit, sebagai akibat peningkatan impor dari Thailand dan Vietnam yang cukup besar, yakni sekitar 800 juta Dollar AS dari Thailand dan http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_2013_Deputi_Ekonomi _Bappenas.pdf. Diakses pada Senin 26 Januari 2015. Pukul 11.38 WIB 95 Ibid 96 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013 46 300 juta Dollar AS dari Vietnam. Impor utama penyumbang defisit adalah sektor otomotif dan gula dari Thailand dan dari Vietnam97 antara lain sektor besi dan baja, dan termasuk beras.98 Selain AFTA, di skala regional, Indonesia juga turut berpartisipasi aktif dalam kerjasama ekonomi yaitu Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah forum kerja sama ekonomi di kawasan Samudera Pasifik yang didirikan pada tahun 1989. Saat ini terdapat 21 Ekonomi yang menjadi anggota APEC, antara lain Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Cili, Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, New Zealand, Filipina, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vienam. Kerja sama di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan keanggotaan Hong Kong dan Taiwan. Anggota APEC disebut “Ekonomi” karena setiap anggota saling berinteraksi sebagai entitas ekonomi, bukan sebagai negara. Selain itu, APEC memiliki tiga pengamat (observer), yaitu ASEAN Secretariat, Pacific Economic Cooperation Council (PECC), dan Pacific Islands Forum (PIF) Secretariat.99 Selain itu, APEC memiliki tujuan yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di Asia Pasifik. Hal ini dilakukan dengan 97 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013 Ibid 99 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l =id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.03 WIB 98 47 mendorong dan memfasilitasi perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka di kawasan, serta meningkatkan kerja sama pengembangan kapasitas Ekonomi anggota. Untuk itu, telah ditetapkan suatu target “the Bogor Goals”, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Bogor pada tahun 1994 dengan komitmen sebagai berikut: “… with the industrialized economies achieving the goal of free and open trade and investment no later than the year 2010 and developing economies no later than the year 2020.”100 Sedangkan prinsip-prinsip dalam kerjasama APEC, antara lain: prinsip perdagangan dan investasi bebas, prinsip kerjasama internasional, prinsip solidaritas regional, prinsip manfaat yang sama, prinsip saling menghormati dan egaliterisme, prinsip pragmatisme, prinsip pengambilan keputusan berdasarkan konsensus dan implementasi yang fleksibel, dan rinsip “open regionalism” (regionalisme terbuka)101 Kedelapan prinsip tersebut merupakan landasan fundamental untuk setiap bentuk kerjasama APEC. Indonesia sebagai anggota dan penggerak lahirnya Bogor Goals menerima sepenuhnya kedelapan prinsip tersebut sebagai landasan kerjasama dengan anggota lainnya.102 Selain itu, menurut Awani Erawati, seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), APEC membawa manfaat bagi Indonesia, antara lain: 100 Ibid Awani Irewati, et al. Indonesia dan APEC: Dalam Perkembangan Ekonomi Politik Internasional. PPW-LIPI. 1997. Hal 33 102 Ibid 101 48 Pertama, Sebagai sarana untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang saling menguntungkan dengan negara/ekonomi mitra strategis Indonesia di kawasan Asia Pasifik. Kedua, sebagai sarana untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia, melalui proyek-proyek pelatihan teknis dan capacity building serta sharing of best practices. Ketiga, sebagai sarana untuk memastikan bahwa pasar Asia-Pasifik tetap terbuka bagi produk ekspor unggulan Indonesia.103 Terkait dengan aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara-negara APEC terjadi peningkatan total perdagangan yaitu sebesar 276,589.1 Milyar Dollar AS pada tahun 2013 dibandingkan 29,9 Milyar Dollar AS pada tahun 1989 pada saat Indonesia turut mendirikan APEC. Keempat, sebagai sarana peningkatan investasi. Selanjutnya pada tahun 2012 tercatat total investasi portofolio yang masuk ke Indonesia dari anggota APEC lainnya adalah sebesar 245,200.5 Milyar Dollar AS dibandingkan 45,7 milyar Dollar AS pada tahun 2001.104 APEC merupakan lapisan terbesar dalam arsitektur Kawasan Asia Pasifik dan memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi salah satu pilar utama Arsitektur Kawasan. Beberapa modalitas utama APEC, yang bermanfaat bagi efektifitas Arsitektur Kawasan secara umum, antara lain: Pertama, sembilan negara anggota APEC adalah anggota G-20 sehingga APEC yang juga merupakan Arsitektur Kawasan memiliki relevansi untuk membahas isu-isu global strategis; Kedua, 103 Awani Irewati, et al. Indonesia dan APEC: Dalam Perkembangan Ekonomi Politik Internasional. PPW-LIPI. 1997. Hal 47-54 104 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l =id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.03 WIB 49 beberapa ekonomi APEC telah bergabung dalam P-4/TPP-4 yang dalam waktu dekat akan ada kemungkinan akan berkembang menjadi P-8/TPP-8 (dimana AS dan Australia akan ada di dalamnya, sehingga memiliki potensi menjadi basis Free Trade Area of Asia Pacific (FTAAP). Ketiga, APEC memiliki modalitas diplomasi yang relatif kuat karena berdasar pada Leader Summit. Secara de facto Kawasan Asia Pasifik telah terintegrasi secara ekonomi dalam lingkup APEC.105 Dalam perundingannya, mekanisme kerja APEC bermuara pada para Pemimpin Ekonomi APEC yang melakukan pertemuan setahun sekali dalam APEC Economic Leaders‟ Meeting (AELM). Sebelumnya, para Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan APEC menghadiri pertemuan bersama dalam APEC Ministerial Meeting (AMM). Lalu hasil kesepakatan para Pemimpin Ekonomi dan Menteri APEC tersebut ditindaklanjuti oleh para Pejabat Tinggi (Senior Officials) APEC yang bertemu lazimnya tiga kali dalam setahun. Pada tingkatan teknis, hasil-hasil pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) akan dilaksanakan oleh Komite, Working Groups, Fora dan Subfora.106 Seiring dengan semakin kompleksnya isu-isu perdagangan dan investasi di kawasan, kerja sama sektoral di APEC juga semakin luas dan kompleks. Tidak kurang dari 34 kelompok kerja, fora dan subfora yang menyelenggarakan pertemuan 105 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kertas Kebijakan Prospek Perkembangan Strategis Arsitektur Kawasan Asia Pasifik 20102020: Implikasinya Bagi Politik Luar Negeri RI. 2009-2010. Hal 66 106 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l =id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 12.03 WIB 50 secara rutin. Dalam periode Indonesia menjadi ketua dan tuan rumah di APEC pada tahun 2013, sebanyak 182 pertemuan untuk berbagai tingkatan telah dilaksanakan.107 Sedangkan posisi Indonesia di APEC pada tahun 2013 adalah melalui keketuaan Indonesia pada APEC 2013, peran dan posisi Indonesia dalam kancah internasional akan semakin strategis. Posisi Indonesia sebagai salah satu di antara sembilan negara APEC yang tergabung dalam G-20 sangatlah strategis dalam menjaga stabilitas kawasan sekaligus sebagai motor penggerak ekonomi kawasan.108 Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik. Pada 2011, aktivitas perdagangan Indonesia-APEC mencapai 76% dari total perdagangan Indonesia-dunia. Terlebih masuknya sejumlah negara Amerika Latin seperti Meksiko, Cili, dan Peru memberikan alternatif ekspor produk nasional di tengah semakin lemahnya ekonomi sejumlah negara yang menjadi pasar tradisional Indonesia.109 Sedangkan pada 2012 tren ini juga masih menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara sentral dalam menjaga pertumbuhan ekonomi kawasan. Dengan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan purchasing power parity (PPP) lebih dari 1 triliun Dollar AS dan meningkatnya kelas menengah. Hal ini pada akhirnya 107 Ibid Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selasa, 14 April 2015 109 Ibid 108 51 memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia yaitu menjadi salah satu tujuan investasi di Asia Pasifik.110 Sedangkan peran Indonesia di APEC pada tahun 2013 yaitu meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak seperti pebisnis dan universitas melalui konsep „Academic, Business & Government‟.111 Industri memiliki peranan penting sebagai rumah produksi. Adapun dalam bidang industri, Indonesia bekerjasama dengan APEC Business Advisory Council (ABAC).112 Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 79/M Tahun 2012 tanggal 31 Agustus 2012, telah ditetapkan tiga anggota ABAC Indonesia, yaitu Wishnu Wardhana, Group Co-CEO dan Vice President Director PT Indika Energy Tbk; Anindya Bakrie, Chairman PT Bakrie Global Ventura; dan Karen Agustiawan, President Director dan CEO PT Pertamina (Persero), dengan Wishnu Wardhana sebagai Chairman ABAC 2013.113 Para anggota ABAC ini memiliki peran untuk mengidentifikasi permasalahan dan memberikan rekomendasi di sektor bisnis agar dapat mencapai kebijakan yang lebih efektif dan kerjasama ekonomi yang lebih erat di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran penting sebagai sumber penghubung yang memastikan pertukaran barang dan jasa yang stabil. Sedangkan universitas memiliki peran dalam 110 Ibid Peran Pemerintah dan Sektor Bisnis Indonesia dalam Memanfaatkan Peluang APEC 2013 bagi Pembangunan Ekonomi di Kawasan Asia Pasifik. Dikutip dari http://www.apec2013ceosummit.com/press/peran-pemerintah-dan-sektor-bisnis-indonesia-dalammemanfaatkan-peluang-apec-2013-bagi-pembangunan-ekonomi-di-kawasan-asia-pasifik.html. Diakses pada Senin, 8 Juni 2015. Pukul 11.06 WIB 111 112 113 Ibid Ibid 52 menciptakan inovasi dalam bidang keilmuan dan teknologi serta pengimplementasian kewirausahaan. Sinergi antar ketiga pihak tersebut sangat diperlukan agar menciptakan pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan serta tercapainya integrasi ekonomi yang erat di kawasan Asia Pasifik.114 Selain AFTA dan APEC, Indonesia juga merupakan anggota kerjasama ekonomi tingkat global yaitu World Trade Organization (WTO). WTO merupakan satu-satunya organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. WTO terbentuk sejak tahun 1995 dan berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen yaitu DPR atau House of Representative. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya.115 Dengan diterbitkannya Undang-Undang No.7 Tahun 1994 tanggal 2 November 1994 tentang pengesahan (ratifikasi) “Agreement Establising the World Trade Organization”, maka secara resmi Indonesia telah menjadi anggota WTO dan semua persetujuan yang ada didalamnya telah sah menjadi bagian dari legislasi nasional.116 Menjadi anggota WTO berarti terikat dengan hak dan kewajiban. 114 Ibid Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral& l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB 115 116 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. WTO dan Sistem Perdagangan Dunia. Dikutip dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_category_id=4&n ews_sub_category_id=1. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.54WIB 53 Disamping itu pula, WTO bukan hanya menciptakan peluang (opportunity) tetapi juga ancaman (threat).117 Peluang Indonesia di WTO yaitu dapat memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan, sedangkan yang menjadi ancaman yaitu karena Indonesia masih memproteksi sektor pertaniannya. Hal tersebut dikatakan ancaman karena di WTO sektor pertanian merupakan sektor yang masuk ke dalam daftar sektor yang diliberalisasi.118 Pendirian WTO berawal dari negosiasi “Uruguay Round” yang berlangsung pada 1986 - 1994 serta perundingan sebelumnya di bawah “General Agreement on Tariffs and Trade” (GATT). Saat ini anggota WTO berjumlah 154 negara, di mana 117 di antaranya merupakan negara berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru di bawah “Doha Development Agenda” (DDA) yang dimulai tahun 2001.119 Mekanisme pengambilan keputusan, di WTO umumnya dilakukan berdasarkan konsensus oleh seluruh negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di antara KTM, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan WTO dilakukan oleh General Council yang membawahi badan-badan subsider yang meliputi dewan, komite, dan 117 Ibid Erwidodo dan Deny Wachyudi Kurnia. Tata Perdagangan Dunia dan Upaya Indoensia Memacu Ekspor Hasil Pertanian. Dikutip dari http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_01_MU_Erwidodo.pdf. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015. Pukul 14.43 WIB 119 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral& l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB 118 54 sub-komite yang bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi penerapan perjanjianperjanjian WTO oleh negara anggota.120 Sedangkan prinsip pembentukan dan dasar WTO adalah untuk mengupayakan keterbukaan batas wilayah, memberikan jaminan atas "Most-Favored-Nation principle" (MFN) dan perlakuan non-diskriminasi oleh dan di antara negara anggota, serta komitmen terhadap transparansi dalam semua kegiatannya.121 Terbukanya pasar nasional terhadap perdagangan internasional dengan pengecualian yang patut atau fleksibilitas yang memadai, berpotensi akan mendorong dan membantu pembangunan yang berkesinambungan, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi kemiskinan, dan membangun perdamaian dan stabilitas. Pada saat yang bersamaan, keterbukaan pasar juga harus disertai dengan kebijakan nasional dan internasional yang sesuai dan yang dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi setiap negara anggota.122 Sebagai contoh adalah kebijakan Indonesia melalui pemangkasan biaya-biaya di pelabuhan, penyederhanaan prosedur dan perizinan, penerapan National Single Window, peningkatan transparansi dan perbaikan fasilitas pelabuhan internasional.123 120 121 Ibid Ibid 122 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral& l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB 123 Hasil Kesepakatan Bali: WTO yang Seimbang dan Inklusif. Tabloid Diplomasi Media Komunikasi dan Interaksi No. 72 Tahun VII 15 Januari – 14 Februari 2014. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Hal 8 55 Selain itu, Indonesia juga memiliki peran yang cukup berpengaruh signifikan terhadap perdagangan internasional di WTO. Keterlibatan dan posisi Indonesia dalam proses perundingan Doha Development Agenda (DDA) didasarkan pada kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.124 Terkait hal tersebut, untuk memperkuat posisi runding Indonesia bergabung dengan beberapa koalisi. Koalisi-koalisi tersebut antara lain Government 33 (G-33), Government 20 (G-20), Non-Agricultural Market Access (NAMA-11), yang kurang lebih memiliki kepentingan yang sama.125 Indonesia terlibat aktif dalam kelompok-kelompok tersebut dalam merumuskan posisi bersama yang mengedepankan pencapaian development objectives dari DDA. Indonesia juga senantiasa terlibat aktif di isu-isu yang menjadi kepentingan utama Indonesia, seperti pembangunan, kekayaan intelektual, lingkungan hidup, dan pembentukan aturan WTO yang mengatur perdagangan multilateral.126 Sebagai koordinator multiateral di G-33, Indonesia juga terus melaksanakan komitmen dan peran kepemimpinannya dengan mengadakan serangkaian pertemuan tingkat pejabat teknis dan Duta Besar/Head of Delegations, Senior Official Meeting 124 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral& l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB 125 Ibid Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=13&P=Multilateral& l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB 126 56 dan Pertemuan Tingkat Menteri, baik secara rutin di Jenewa maupun di luar Jenewa. Hal ini bertujuan demi tercapainya kesepakatan yang memberikan ruang bagi negara berkembang untuk melindungi petani kecil dan miskin. Sebagai koalisi negara berkembang, G-33 tumbuh menjadi kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam perundingan pertanian dan anggotanya saat ini bertambah menjadi 46 negara.127 Dalam upaya melindungi petani dan sektor pertanian dalam negeri, Indonesia masih terus memperjuangkan proposal di G33 yaitu dengan mengajukan usulan untuk dapat memberikan subsidi sebesar 15% terhadap sektor pertanian dari yang telah ditetapkan WTO sebesar 10%.128 Hal ini dilakukan agar dapat mencapai ketahanan pangan atau food security dan membantu petani miskin.129 2.3 Pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) merupakan salah satu perjanjian perdagangan bebas yang dicetuskan oleh ASEAN. RCEP mencakup perdagangan intra kawasan ASEAN dan di luar kawasan tersebut. 127 130 Ibid Sri Mas Sri. RI Akan Pertahankan Proposal G33. Dikutip dari http://industri.bisnis.com/read/20131126/12/188993/ri-akan-pertahankan-proposal-g33. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015. Pukul 15.14 WIB 129 Rika Febriani. Paket Bali WTO: Menggugat Tanggung Jawab Pemerintah Indonesia. Diktuip dari http://www.beritamoneter.com/paket-bali-wto-menggugat-tanggung-jawab-pemerintah-indonesia/. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015. Pukul 15.20 WIB 130 TPP Summary Document. The Australia Malaysia Business Council (AMBC) 128 57 RCEP dibentuk oleh para pemimpin ASEAN pada 19th ASEAN Summit pada November 2011.131 Kerjasama perdagangan bebas ini berpusat di ASEAN dan akan mencakup kerjasama dengan mitra FTA ASEAN yang sebelumnya sudah melakukan hubungan dagang dengan ASEAN antara lain Australia, New Zealand, Jepang, Tiongkok, Korea Selatan dan India (ASEAN+6). RCEP memiliki 16 negara anggota yang memiliki kinerja perdagangan yang signifikan karena menyumbang sekitar 30% GDP global.132 Selain itu, RCEP juga dikatakan sebagai perdagangan bebas yang memiliki inisiatif yang ambisius untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan kerjasama antar anggota ASEAN+6. RCEP memiliki target yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu menyumbang 26,2 triliun Dollar AS bagi GDP global atau sekitar 32%.133 RCEP telah melakukan putaran negosiasi sejak tahun 2013 dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2015. Negosiasi RCEP yang diketuai oleh Indonesia bertujuan untuk membentuk suatu perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif134 yang artinya kerjasama ini akan bersifat mengikat dan terintegrasi.135 131 Ministry of Trade and Industry Singapore. Press Release Factsheet on The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). 2012. Hal 1 132 Ibid 133 Sanchita Basu Das. Challenges in Negotiating the Regional Comprehensive Economic Partership (RCEP). Singapore’s Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Hal 3 134 Ibid 135 Benny Gunawan Ardiansyah. Siapkah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan?. Dikutip dari 58 Beberapa agenda utama di dalam negosiasi RCEP mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, kerjasama teknik dan ekonomi serta penyelesaian sengketa wilayah.136 Berdasarkan putaran negosiasinya, RCEP telah membahas beberapa agenda. Putaran 1 dilaksanakan pada tanggal 9-13 Mei 2013 di Brunei Darussalam. Pertemuan berlangsung dalam suasana yang positif dan konstruktif. Tiga kelompok kerja dibentuk antara lain Barang, Jasa dan Investasi. Diskusi membahas mengenai bagaimana merencanakan jalan ke depan di tiga bidang tersebut. Negara anggota juga bertukar pandangan mengenai bidang lain yang selanjutnya akan menjadi Guiding Priciples untuk RCEP.137 Putaran 2 dilaksanakan di Brisbane pada 23-27 September 2013. Diskusi berlanjut pada struktur dan unsur-unsur dari pasal jasa. Hal-hal yang dibahas yaitu mengenai kemungkinan komitmen akses pasar di berbagai bidang yang menarik bagi para anggota RCEP. Dalam bidang perdagangan barang, negosiasi terjadi pada prosedur kepabeanan, ketentuan asal yang berguna pada modalitas untuk negosiasi tarif dan hambatan non-tarif untuk akses pasar. Sedangkan kelompok kerja yang lain membahas mengenai Tatalaksana Kepabeanan dan Ketentuan Asal khususnya dalam bidang investasi. Negosiasi juga berlangsung mengenai kebijakan persaingan, kekayaan intelektual, kerjasama ekonomi dan teknis dan penyelesaian sengketa.138 http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Siapkah%20Indonesia%20Menghadapi%20Liberalisasi %20Perdagangan.pdf. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 23.18 WIB 136 Sanchita Basu Das. Challenges in Negotiating the Regional Comprehensive Economic Partership (RCEP). Singapore’s Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Hal 3 137 TU Thuy Anh and CHU Thi Mai Phuong. On the border effect in the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Foreign Trade University (Vietnam). Agustus 2014 138 Ibid 59 2.4 Pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP) Setelah membahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013 serta peran Indonesia dalam beberapa kerjasama ekonomi internasional seperti AFTA, APEC dan WTO, selajutnya bab ini akan membahas mengenai pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). Pada tahun 2005, empat negara di kawasan Pasifik yaitu New Zealand, Chili, Singapura dan Brunei Darussalam yang dikenal dengan Pacific Four (P4) menandatangani sebuah kerjasama perdagangan bebas bernama Trans Pacific Economic Partnership (TSEP). Kerjasama ini mulai berlaku pada tahun 2009.139 TPP juga diprediksi akan menjadi perdagangan bebas percontohan di abad 21 dengan standar tinggi serta potensi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi perdagangan dan investasi.140 Saat ini TPP telah memiliki 12 negara anggota. Adapun kronologi masuknya negara- negara di Kawasan Pasifik ke dalam TPP bisa dilihat dalam tabel berikut ini: 139 Normaliza Abdul Manaf, et al. The Trans-Pacific Partnership Agreement (TPPA): Impact on health in Malaysia. International Journal of Innovation and Applied Studies ISSN 2028-9324 Vol. 7 No. 3 Agustus 2014. Hal 1156 140 Ibid 60 Tabel II.2.3 Kronologi Pembentukan TPP Waktu Anggota Baru 2005 Chili, Keterangan Singapura, New Awalnya Zealand, Brunei Darussalam Pacific September bernama Stategic (P4/Pacific Four) Partnership (TPSEP) Amerika Serikat TPSEP 2008 mulai TransEconomic mendapat perhatian global November Australia, Vietnam dan Peru 2008 Oktober Malaysia TPESP berganti nama menjadi 2010 TPP Juni 2012 Kanada dan Meksiko Disebut sebagai TPP-11 (11 anggota) Total 12 Negara Anggota Diolah dari: Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013 Sedangkan berdasarkan tujuannya, TPP membaginya menjadi tiga wilayah utama antara lain: 141 Pertama, melanjutkan liberalisasi perdagangan dan 141 Normaliza Abdul Manaf, et al. The Trans-Pacific Partnership Agreement (TPPA): Impact on health in Malaysia. International Journal of Innovation and Applied Studies ISSN 2028-9324 Vol. 7 No. 3 Agustus 2014. Hal 1158 61 investasi yang telah dilaksanakan melalui WTO dan dan inisiatif perjanjian perdagangan bebas yang telah dilaksanakan oleh para negara anggota. Kedua, membangun peraturan yang transparan dan dapat diprediksi serta disiplin dengan cara yang memadai dalam hal penyelesaian sengketa. Sebagai contoh penyelesaian sengketa tersebut adalah adanya kesepakatan mengenai Multilateral Environmental Agreement (MEA) yang di dalamnya terdapat peraturan untuk melindungi flora dan fauna atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES).142 Adapun cara yang digunakan dalam proses penyelesaian sengketa yaitu melalui konsultasi dengan negara lain yang prosesnya meliputi konsultasi awal, pertemuan komite gabungan yang mewakili pejabat perdagangan tingkat kabinet masing-masing negara dan pembentukan panel penyelesaian sengketa.143 Ketiga, membangun lingkungan kerjasama yang inklusif dan transparan serta membuka kesempatan bagi pihak lain untuk bergabung melalui cara dan informasi yang memadai bagi pertumbuhan ekonomi yang signifikan.144 Hal tersebut merupakan salah satu manfaat TPP yang ditawarkan kepada negara lain yang ingin bergabung. Melalui TPP negrara-negara anggota selain akan mendapatkan 142 Joshua P Meltzer. The Trans-Pacific Partnership Agreement, the Environment and Climate Change. Trade Liberalisation and International Co-operation: A Legal Analysis of the Trans-Pacific Partnership Agreement, Edward Elgar. 2014. Hal 6 143 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014. Hal 47 144 Normaliza Abdul Manaf, et al. The Trans-Pacific Partnership Agreement (TPPA): Impact on health in Malaysia. International Journal of Innovation and Applied Studies ISSN 2028-9324 Vol. 7 No. 3 Agustus 2014. Hal 1158 62 keuntungan berupa akses pasar yang lebih luas juga dapat meningkatkan perekonomian negara-negara anggota. Hal ini juga ditunjukkan oleh data yang menyatakan bahwa pendapatan rata-rata per tahun negara-negara anggota TPP mencapai 57,4% atau setengah dari pendapatan dunia.145 Tiga tahun setelah pembentukannya yaitu tahun 2008, TPP belum menjadi sorotan dunia internasional. Hal ini disebabkan yang menjadi anggotanya adalah negara-negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) kecil dan tidak signifikan. Namun hal itu berubah secara signifikan setelah Amerika Serikat masuk dan menjadi ketua. Sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat memiliki potensi untuk dapat mengajak negara-negara lain dapat bergabung.146 Selain itu, Amerika Serikat juga memiliki peran penting di TPP dalam menciptakan keseimbangan kebijakan perdagangan bebasnya di dalam kawasan Asia Pasifik. Sehingga dapat berfungsi untuk membentuk arsitektur ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini pula yang dapat menjadi potensi bagi Amerika Serikat untuk menyelaraskan perjanjian dengan mitra perdagangan bebasnya yang lain.147 Sedangkan permasalahan yang dibahas di dalam TPP antara lain; belanja pemerintah (government procurement), hak kekayaan intelektual (intellectual 145 Andri. Kebijakan Amerika Serikat Untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya Melalui TransPacific Partnership Tahun 2011-2013. Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. Hal 42 146 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 64 147 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014 63 property rights)¸ peraturan asli, kompetisi, tenaga kerja dan lingkungan.148 Dalam pelaksanaannya, peraturan yang dibahas akan lebih ketat dibanding apa yang telah dibahas di WTO. Di TPP, beberapa hal baru juga dibahas yaitu mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), peraturan koherensi serta daya saing rantai pasokan (supply chain competitiveness). Hal ini juga akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi negara anggota yang tergolong sebagai negara yang maju dalam bidang industri, pendapatan menengah dan ekonomi berkembang, sehingga memungkinkan negara anggota untuk melakukan restrukturisasi ekonomi yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di kawasan.149 Restrukturisasi tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan masing-masing negara anggota di pasar regional maupun internasional. Sebagai contoh yaitu Jepang yang sudah memiliki “Action Plan for Economic Structural Reform” yang berdampak pada perubahan lingkungan bisnis yang sangat signifikan serta adanya perumusan “Growth Strategy” oleh Partai Demokratik Jepang yang berusaha untuk merestrukturisasi Industri Jepang, mendorong model bisnis yang canggih, dan meningkatkan integrasi ekonomi antara Jepang, Berkembang Asia dan lainnya anggota komunitas Asia-Pasifik, termasuk Amerika Serikat.150 Karena alasan inilah yang pada akhirnya Jepang bergabung ke TPP. 148 Ibid Ibid 150 Kenichi Kawamoto. Japan Looks to Trans-Pacific Partnership to Transform its Economy. Japan External Trade Organization. Februari 2011. Hal 1 149 64 Berdasarkan pelaksanaan perundingannya, negosiasi di TPP telah dilaksanakan sejak Maret 2010. Dari 29 bab di dalamnya, 14 bab di dalamnya telah dirundingkan mengenai Sanitary dan Phytosanitary (SPS), bea cukai, perdagangan jasa, telekomunikasi, pengadaan pemerintah, pembangunan, usaha kecil dan menengah, definisi pada bab yang akan dibahas serta aturan kelembagaannya.151 2.4.1 Manfaat Trans Pacific Partnership (TPP) Sebagai sebuah perdagangan bebas yang diprediksi akan menjadi model terbaik di abad ke-21, TPP menawarkan beberapa manfaat bagi negaranegara yang bergabung di dalamnya. TPP memiliki prospek di masa depan berdasarkan potensi yang dimilikinya sehingga akan memberikan manfaat bagi negara-negara yang bergabung di dalamnya. Terkait dengan manfaat dan potensi yang akan diberikan oleh TPP, para pemimpin negara dan juga para menteri perdagangan mengkategorikan TPP sebagai sebuah perjanjian perdagangan yang komprehensif, perjanjian perdagangan bagi generasi yang akan datang. Hal tersebut disebabkan kegiatannya akan meliputi liberalisasi perdagangan, investasi dan juga membicarakan isu tradisional dan mutakhir atau next generation issues seperti 151 Briefing Notes. Malaysia Involvement on The Trans Pacific Partnership. Hal 2. Dikutip dari http://www.miti.gov.my/storage/documents/c94/com.tms.cms.document.Document_62357eeac0a8156f-2c11008e-9a1ecbed/1/TPP%20-%20Briefing%20Notes.pdf. Diakses pada Minggu, 1 Februari 2015 65 e-commerce, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan kebijakan perburuhan yang menjadi tantangan di abad ke-21 ini.152 Selain itu, TPP juga sangat penting dalam hal strategis dan ekonomis. Secara ekonomis, TPP akan menyatukan negara-negara yang merepresentasikan 40% dari total GDP global dan satu per tiga dari perdagangan dunia. Secara strategis, TPP merupakan sebuah kesempatan besar melalui peran Amerika Serikat untuk mempererat kerjasama dengan mitra dagang lainnya baik yang sudah bergabung di dalam TPP maupun yang belum. Kesempatan ini akan menjadi sebuah peran untuk memimpin dalam membuat peraturan perdagangan seiring dengan perubahan kondisi kawasan yang sedang kritis.153 152 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selasa, 14 April 2015 153 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014. Hal 5 66 Gambar II.2.3.1.Issues Covered by the TPP Sumber: Trans-Pacific Partnership Agreement154 Penjelasan mengenai beberapa aspek yang menjadi manfaat TPP, antara lain: Pertama, akses Terhadap Pasar Barang dan Jasa. Dalam aspek ini TPP berusaha menghilangkan sebagian besar tarif dan kuota perdagangan dan tidak adanya perlakuan diskriminatif atau most favoured nations (MFN). Penurunan tarif bervariasi dari 0% menjadi hampir 10%. Penurunan hingga penghilangan tarif ini akan diberlakukan terhadap 11.000 komoditas untuk 154 Australian Government. Trans-Pacific Partnership Agreement. Hal 11 67 masing-masing negara anggota. 155 Komoditas tersebut meliputi komoditas pertanian, minyak dan gas, elektronik dan otomotif.156 Kedua, Perdagangan Jasa. Merupakan sebuah prioritas tinggi TPP untuk meningkatkan akses pasar bagi penyedia jasa terutama jasa keuangan, termasuk asuransi dan perbankan, jasa profesional, termasuk jasa hukum dan swasta, pelayanan pendidikan, jasa telekomunikasi, pengiriman ekspres dan ecommerce.157 Terkait perdagangan jasa dalam bidang-bidang tesebut sebagai contoh yaitu perdagangan jasa akuntansi, hukum dan keungan melalui perdagangan layanan data yang dilakukan oleh Jepang, Chili, Australia, Kanada dan negara lainnya.158 Ketiga, dalam hal investasi TPP berpotensi untuk tumbuh menjadi perjanjian investasi multilateral yang siginifikan berdasarkan sejumlah prospek dan partisipasi dari anggota serta potensi ekonomi dan ruang lingkup politik yang terdapat dalam sebuah area perdagangan bebas dan investasi.159 Dari partisipasi tersebut TPP dapat menyumbang 40% bagi PDB global.160 Antusiasme terkait dengan investasi TPP yaitu karena TPP dapat melihat ke 155 Ibid. Hal 18 Brock R Williams. Trans Pacific Partnership(TPP) Countries: Comparative Trade and Economic Analysis. Congressional Research Service. 2013. Hal 15 157 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014. Hal 17 158 Ibid 159 Leon E Trakman. Investment Dispute Resolution Under The Proposed Transpacific Partnership Agreement: Prelude to A Slippery Slope?. George Mason Journal of International Commercial Law. Hal 1 160 Murray Hiebert. How Important is TPP to Our Asia Policy?. Center for Strategic and International Studies. Hal 42 156 68 masa depan sebagai perjanjian perdagangan yang dapat melanjutkan investasi multilateral yang telah gagal dan berakhir pada 1990. TPP juga dapat menjadi sebuah acuan bagi kawasan lainnya untuk menirunya.161 Hal ini disebabkan TPP mendorong dan mempromosikan arus investasi antar negara anggota atas dasar saling menguntungkan dan sebagai sarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.162 Keempat, pengadaan pemerintah (Government Procurement). TPP akan berusaha untuk tidak membatasi pengadaan pemerintah namun diserahkan secara sukarela kepada negara anggota. Hal ini berarti bahwa praktek pengadaan pemerintah dapat dilakukan oleh negara-negara anggota siapa saja. Dalam hal praktek pengadaan pemerintah, segala kebijakan yang terkait dengan perdagangan harus berlandaskan prinsip-prinsip non diskriminasi, keterbukaan dan transparansi163 sehingga memungkinkan untuk membatasi peran pemerintah negara-negara anggota.164 Di dalamnya juga terdapat prinsip timbal balik yaitu dengan mematuhi aturan mengenai pengadaan pemerintah, maka anggota akan mendapatkan akses pasar yang 161 Ibid Trans-Pacific Partnership Investment Chapter country negotiators. Trans Pacific Partnership treaty: Advanced Investment Chapter working document for all 12 nations. WikiLeaks release. 20 Januari 2015. 163 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Hal 66 164 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selasa, 14 April 2015 162 69 lebih luas.165 Sebagai contoh yaitu praktek pengadaan pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan melalui pengadaan peralatan medis yang dilakukan oleh produsen farmasi disertai dengan adanya jaminan keselamatan produk.166 Kelima, Agrikultur. Bidang agrikultur merupakan salah satu isu yang dibahas di dalam TPP yang bertujuan untuk meningkatkan signifikansi liberalisasi pertanian antar anggota TPP.167 Bidang ini merupakan bidang paling sensitif di dalam perdagangan bebas yang juga ada pada TPP. Hal ini dikarenakan produk pertanian masih menjadi penopang perekonomian domestik negara-negara anggota.168 Namun, hal inilah yang akan dimaksimalkan di dalam TPP agar bisa menjadi salah satu komoditas yang bisa diperdagangkan secara bebas dan dengan begitu ini akan mencerminkan perdagangan bebas percontohan di abad ke-21.169 Di sisi lain, bidang agrikultur juga merupakan isu yang paling signifikan di TPP dan telah ditetapkan secara komprehensif mengenai penghapusan tarif pertanian.170 Penghapusan tarif ini memiliki potensi merugikan negara-negara yang tidak 165 Ibid. Hal 20 Trans Pacific Partnership Transparency Chapter-Annex on Transparency and Procedural Fairness for Healthcare Technology. 2011. Hal 4 167 Mary E. Burfisher, et al. Agriculture in The Trans Pacific Partnership. A Report Summary From The Economic Research Service. United States Department of Agriculture. 2014 168 Why is Agriculture is Difficult for Trade Deals?. Dikutip dari http://www.asiantradecentre.org/talkingtrade/2015/4/28/why-is-agriculture-so-difficult-for-trade-deals. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 10.51 WIB 169 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014. Hal 21 170 Angga Handian Putra. Peluang, Tantangan dan Implikasi Trans Pacific Partnership. Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional. Direktorat Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Hal 23 166 70 mampu meliberalisasi sektor pertaniannya. Jika penghapusan tarif terjadi maka akan berdampak kepada hilangnya pekerjaan bagi petani dan menurunnya jumlah produksi padi.171 Dari sejumlah potensi yang menjadi topik dalam negosiasi TPP di atas, secara garis besar, manfaat yang diberikan oleh TPP salah satunya yaitu menghilangkan hambatan non tarif dalam perdagangan dan investasi antar negara. Hal ini juga berpotensi untuk menjadi sebuah pola yang akan menjadi acuan bagi perjanjian perdagangan di masa yang akan datang.172 Manfaat TPP yang lainnya yaitu perdagangan bebas ini dapat menghasilkan perjanjian yang akan menjadi acuan bagi perjanjian perdagangan bebas yang lebih luas melebihi dari 11 negara yang sudah bergabung hingga saat ini. Dalam jangka pendek, Jepang bahkan Korea Selatan akan bergabung. Sedangkan dalam jangka panjang negara-negara utama yang ada di dalam kerjasama Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), termasuk Tiongkok dan Rusia akan berusaha menjadi anggota.173 Adapun alasan kedua negara besar tersebut untuk bergabung ke TPP adalah agar tidak tertinggal oleh negara-negara lain yang telah melakukan kerjasama 171 Why is Agriculture is Difficult for Trade Deals?. Dikutip dari http://www.asiantradecentre.org/talkingtrade/2015/4/28/why-is-agriculture-so-difficult-for-trade-deals. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 10.57 WIB 172 Ian F Fergusson, et al. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. 2014 173 William Krist. Negotiations for A Trans Pacific Partnership Agreement. Wilson Center: Program on America and the Global Economy. Hal 20 71 perdagangan bebas di TPP.174 Selain itu, kedua negara tersebut juga ingin meliberalisasi perdagangannya di semua aspek serta untuk meningkatkan eksistensinya dalam kerjasama ekonomi multilateral.175 2.4.2 Implikasi Trans Pacific Partnership (TPP) Bagi Kawasan Asia Tenggara Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dan tergabung dalam Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) telah memiliki kerjasama perdagangan bebas yang disebut ASEAN Free Trade Area (AFTA). Secara garis besar, perdagangan bebas ini mencakup liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi. Berdasarkan letaknya yang strategis yaitu dalam jalur Sea Lanes of Communication (SLOC), kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu terpenting bagi pasar perdagangan internasional atau dikategorikan sebagai emerging market. Kawasan ini menjadi pusat kepentingan negara-negara besar karena jumlah konsumennya meliputi 600 juta dengan persebaran 65% penduduk kelas menengah yang memiliki tingkat daya beli tinggi serta didukung dengan prediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% pada tahun 174 Wawancara dengan Arif Sulaksono. Kepala Seksi APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups, Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen Asia pasifik dan Afrika. Kementerian Luar Negeri RI. Senin, 22 Juni 2015 175 Ibid 72 2017.176 Sedangkan dalam bidang investasi, Asia Tenggara menjadi kawasan yang prospektif dikarenakan pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) mencapai 100% sejak tahun 2010.177 Baik TPP maupun AFTA, keduanya merupakan bentuk dari Free Trade Agreements (FTAs). Keduanya juga sama-sama memiliki tujuan untuk mereduksi atau menurunkan hambatan tarif dan non tarif dalam aktivitas perdagangannya. Dibandingkan AFTA yang hanya bertujuan untuk menghilangkan hambatan non tarif atau Non Tariff Barrier (NTB), TPP memiliki tujuan yang tak sekedar itu namun juga mencakup masalah bea cukai, penilaian prosedur dan sanitasi.178 Selain itu, praktek pengadaan pemerintah (government procurement) juga merupakan salah satu isu yang diutamakan di dalam TPP yakni tindakan yang dilakukan oleh suatu negara atau pebisnis untuk memperoleh barang dan jasa yang akan digunakan untuk instansi publik.179 Praktik pengadaan pemerintah juga memiliki tujuan yaitu untuk memberikan peluang akses pasar yang baru bagi seluruh anggota TPP 176 Lukman Oseman, et al. Jurnal ISAFIS: Kumpulan Tulisan Inspiratif dari Anak Bangsa. International Student Association for International Studies. 2013. Hal 53 177 Ibid 178 Alan V. Deardorff. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. Hal 4 179 http://www.businessdictionary.com/definition/government-procurement.html. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 22.17 WIB 73 dan meningkatkan transparansi serta non diskriminatif terhadap semua mitra dagang di TPP.180 Keanggotaan negara-negara di Asia Tenggara yang juga menjadi anggota TPP dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar II 2.3.2.1 Countries by Group ASEAN, TPP AND NON ASEAN, TPP & ASEAN Sumber: Alan V. Deardorff. 2013181 Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. 180 Jean Heilman Grier. Government procurement – key element in TPP; Missed opportunity in RCEP? Dikutip dari .http://www.asiapathways-adbi.org/2014/03/government-procurement-key-element-intpp-missed-opportunity-in-rcep/. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 22.25 WIB 181 Alan V. Deardorff. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. 2013. Hal 4 74 Gambar di atas menjelaskan mengenai negara-negara yang menjadi anggota TPP dan ASEAN. Negara-negara yang ditandai dengan warna merah seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Kamboja merupakan negara-negara ASEAN yang telah bergabung ke TPP. Warna hijau menunjukkan negara-negara yang bergabung ke ASEAN saja sedangkan warna biru menunjukkan negara-negara anggota TPP dan bukan ASEAN. Sepuluh negara yang berada di AFTA, termasuk enam di antaranya yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand telah menurunkan tarif bahkan hingga mencapai 0%. Sedangkan negara lainnya yang memiliki pendapatan per kapita lebih rendah seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam menurunkan tarifnya sedikit demi sedikit setidaknya hingga 5%.182 Hal ini mencerminkan bahwa negara-negara yang tergabung di dalam AFTA memiliki kemampuan atau capacity yang berbeda dengan pembedaan pemberlakuan penurunan tarif dalam meliberalisasi sektor perdagangannya.183 Sedangkan keberadaan negara-negara anggota AFTA di dalam TPP seperti Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia dan Vietnam berada pada zona merah yang artinya GDP jauh berada di bawah negara-negara anggota TPP lainnya. Selain itu, GDP anggota-anggota TPP berada sepuluh kali lipat 182 Alan V. Deardorff. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. 2013. Hal 4 183 Ibid 75 dari anggota-anggota AFTA.184 Hal ini menunjukkan bahwa daya saing negara-negara anggota AFTA yang juga menjadi anggota TPP masih memiliki kemampuan GDP yang jauh dari negara-negara TPP meskipun negara-negara tersebut memutuskan untuk bergabung ke TPP.185 Adapun berdasarkan tingkat pembagian GDP antara negara-negara anggota AFTA dan TPP serta negara lainnya di Asia dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar II 2.3.2.2 Shares of GDP for TPP, AFTA and Other Asia Sumber: Alan V. Deardorff. 2013186 184 Ibid. Hal 5 Ibid 186 Alan V. Deardorff. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. 2013. Hal 5 185 76 Gambar di atas menjelaskan mengenai GDP negara-negara anggota TPP, TPP dan AFTA serta negara-negara Asia lainnya. Dari keseluruhan perbandingan GDP tersebut negara-negara TPP lah yang memiliki prosentasi tertinggi yaitu 51%. Sedangkan bagi negara-negara yang bergabung dalam AFTA dan juga TPP hanya memperoleh pembagian GDP sebesar 2%. Hal ini menunjukkan bahwa TPP masih menduduki peringkat tertinggi dalam pembagian GDP antar negara-negara anggotanya sedangkan negara lainnya memiliki ketimpangan yang sangat jauh.187 Selain tingkat GDP, dampak yang terjadi dari TPP bagi negara-negara di Asia Tenggara yaitu adanya keanggotaan yang bersifat tumpang tindih atau overlapping membership.188 Artinya, TPP akan membentuk FTA dengan beberapa negara yang sendirinya sudah menjadi bagian dari FTA lain antara negara-negara ASEAN. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: pertama, negara-negara anggota TPP sudah menjadi anggota perjanjian perdagangan bebas sebelumnya, yaitu sebagian besar sudah dilaporkan oleh WTO sebagai Economic Partnership Agreements (EPAs). Ada 66 hubungan antar negara yang telah menjalin kerjasama perdagangan, sedangkan 40 diantaranya adalah perjanjian perdagangan yang telah dilakukan oleh anggota TPP. Kedua, ada enam negara yang menjadi anggota baik TPP maupun AFTA yang hanya memiliki EPAs yaitu Brunei Darussalam dan Singapura. Sedangkan yang lainnya diprediksi akan membentuk perjanjian kerjasama 187 188 Ibid Ibid 77 perdagangan yang lebih luas dan komprehensif. Ketiga, telah ada perjanjian kerjasama yang negosiasinya dilakukan secara berkelompok antara Australia, Jepang dan Selandia Baru sehingga tidak bersinggungan terhadap TPP dan AFTA.189 Adapun secara lebih spesifik, dampak TPP terhadap negara-negara Asia Tenggara antara lain Laos, Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand yang tergabung dalam AFTA yaitu semua negara-negara ini memiliki dasarnya konfigurasi yang sama dari FTA, dalam arti bahwa mereka adalah anggota ASEAN, terkait AFTA, serta FTA ASEAN dan telah melakukan negosiasi dengan negara-negara lain: Australia dan Selandia Baru, Jepang, Tiongkok, India, dan Korea Selatan.190 Sebagai dampaknya yaitu negara-negara ASEAN akan membentuk sebuah konfigurasi kerjasama ekonomi di luar TPP yang akan menjadi alternatif baru seperti membentuk FTA dengan Australia, Jepang, Tiongkok, Selandia Baru dan Korea Selatan.191 Satu-satunya perbedaan antara negara-negara tersebut adalah bahwa perjanjian ASEAN dengan Jepang hanya FTA, sementara beberapa negara-negara seperti Indonesia, Filipina dan Thailand telah menegosiasikan tambahan perjanjian integrasi ekonomi bilateral.192 Karena negara-negara ini merupakan bagian dari AFTA tetapi bukan bagian dari TPP. TPP tidak diharapkan untuk memberi keuntungan bagi negara-negara anggota AFTA, dan sebagai gantinya yaitu 189 Alan V. Deardorff. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. Hal 7 190 Ibid. Hal 16 191 Brock R. Williams. Trans-Pacific Partnership (TPP) Countries: Comparative Trade and Economic Analysis. CRS Report for Congress Prepared for Members and Committees of Congress Trans-Pacific Partnership (TPP) Countries. 2013. Hal 8 192 Ibid 78 dibentuknya perjanjian perdagangan yang berbeda sebagai strategi negara-negara AFTA yang mencari mitra impor yang lebih murah dari pada mitra TPP.193 193 Ibid 79 BAB III POSISI INDONESIA MENGHADAPI PEMBENTUKAN REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) TAHUN 2011 DAN PEMBENTUKAN TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) TAHUN 2013 Pada bab ini akan dijelaskan mengenai mengenai posisi Indonesia menghadapi pembentukan RCEP tahun 2011 dan pembentukan TPP tahun 2013 yang akan mencakup mengenai pembahasan mempertahankan ASEAN Centrality melalui ASEAN Economic Commuity 2015, mendukung RCEP, dan menolak pembentukan TPP. 3.1 Mempertahankan ASEAN Centrality melalui ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Sebagai salah satu negara pendiri dan penggerak Association of Southeast Asia Nations (ASEAN), Indonesia memiliki peran penting dalam melakukan berbagai kegiatan di dalam kerjasama multilateral ini. Berbagai aspek yang ada di dalamnya seperti politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan turut memberikan pengaruh bagi pelaksaan politik luar negeri Indonesia. Terkait dengan aspek-aspek tersebut, ASEAN memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang disebut ASEAN Community. Komunitas ini selanjutnya membentuk tiga pilar kerjasama, antara lain: ASEAN Political Security 80 Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio Cultural Community. Pada Oktober 2003, telah diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali yang dihadiri oleh para pemimpin ASEAN. KTT ini merupakan deklarasi dari para pemimpin ASEAN yang menyatakan bahwa ASEAN Economic Community (AEC) merupakan tujuan integrasi ekonomi regional (Bali Concord II) pada tahun 2020. Selanjutnya, pada KTT ASEAN ke12, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk melakukan percepatan dalam pembentukan Komunitas ASEAN menjadi tahun 2015.194 Hal ini sejalan dengan Visi ASEAN 2012 dan Bali Concord II serta penandatanganan Cebu Declaration on Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. Para pemimpin ASEAN secara khusus sepakat untuk mempercepat pembentukan AEC dan mentransformasikan Kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan dimana terdapat aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil serta aliran modal yang lebih bebas.195 Dalam rangka mengintegrasi Kawasan Asia Tenggara melalui ASEAN dalam bidang kerjasama ekonomi, ASEAN membentuk sebuah inisiatif yang disebut ASEAN Economic Community (AEC). AEC dibentuk berdasarkan tujuan akhir integrasi ekonomi sesuai dengan visi ASEAN pada tahun 2020. Adapun dalam pembentukan AEC, ASEAN harus melaksanakan prinsip-prinsip yang 194 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint). 2009. Hal 6 195 Ibid 81 sesuai dengan ekonomi terbuka, berwawasan keluar, inklusif dan berorientasi pada pasar yang sesuai dengan peraturan dalam sebuah kerjasama multilateral. 196 Selain itu, ASEAN juga harus mematuhi sistem yang berdasarkan aturan hukum agar implementasi komitmen-komitmen dalam kerjasama ekonomi ini dapat berjalan efektif.197 Sementara itu, Indonesia kini tengah bersaing dalam menyambut AEC yang akan dimulai pada tahun 2015. Beberapa sektor perdagangan yang telah disepakati meliputi sektor barang industri yang terdiri atas produk berbasis perikanan, elektronik, pertanian, produk berbasis karet, tekstil, otomotif dan produk berbasis kayu.198 Sedangkan lima sektor lainnya antara lain pelayanan kesehatan, e-ASEAN, transportasi udara, pariwisata dan jasa logistik.199 Pembentukan AEC juga memiliki pendorong dari faktor internal dan eksternal. Berdasarkan faktor internal, kekuatan ekonomi ASEAN hingga tahun 2013 telah mencapai GDP sebesar 3,36 triliun Dollar AS dengan laju pertumbuhan sebesar 5,6 % disertai jumlah penduduk 617, 68 juta jiwa.200 Sedangkan berdasarkan faktor eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi baru yang didukung oleh India, Tiongkok dan negara-negara di ASEAN.201 196 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint). 2009. Hal 7 197 Ibid 198 Humphrey Wangke. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Hal 5 199 Ibid 200 Ibid. Hal 5-6 201 Ibid. 82 Selain itu, sejak Indonesia menjadi ketua ASEAN pada tahun 2011, Indonesia sudah memberikan gagasan yang tertuang dalam pilar ASEAN Economic Community yaitu mewujudkan ASEAN Framework on Equitable Economic Development (FED). Framework ini merupakan sebuah penegasan mengenai bagaimana komitmen yang harus diwujudkan oleh ASEAN dalam mencapai kesetaraan dalam pembangunan ekonomi dengan mengedepankan upaya-upaya seperti menjembatani kesenjangan pembangunan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kesejahteraan sosial serta membuka ruang partisipasi yang lebih luas dalam proses integrasi ASEAN Economic Community.202 Adapun upaya Indonesia dalam mewujudkan FED tersebut adalah meluncurkan Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 27 Mei 2011, Indonesia telah melakukan sejumlah persiapan dalam menghadapi AEC 2015. Persiapan tersebut antara lain:203 Pertama, memperkuat Daya Saing Ekonomi. MP3EI merupakan salah satu program yang dilucurkan pada masa kepemimpian Susilo Bambang Yudhoyono yang bertujuan untuk meningkatkan dan mentransformasi ekonomi Indonesia yang berbasis pada kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Adapun daya saing Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 202 Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic Development (EED) dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas Edisi 16 November 2013. Hal 57 203 Sholeh. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. eJournal Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522. Hal 9 83 Tabel 3.2 Daya Saing Negara-negara ASEAN Tahun 2012 - 2013 Negara Ranking Bahan Penunjang Inovasi dan Daya Saing Dasar Efisiensi Perkembangan Industri Tekonologi Indonesia 50 58 58 40 Malaysia 25 27 23 23 Singapura 2 1 1 11 Thailand 38 45 47 55 Filipina 65 80 65 64 Brunei 28 21 68 62 Kamboja 85 97 85 72 Laos - - - - Myanmar - - - - Vietnam 75 91 71 90 Darussalam Diterjemahkan dari: Jurnal Kajian Lemhanas Edisi 16 November 2013 Tabel di atas memaparkan daya saing negara-negara ASEAN. Dari tabel tersebut terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki daya saing yang sangat baik. Misalnya Singapura yang menduduki peringkat dua di dunia. Namun di sisi 84 lain, masih ada beberapa anggota ASEAN yang menduduki peringkat lebih dari 50 di dunia. 204 Sedangkan Indonesia menduduki posisi 50 dari 144 negara.205 Tabel di atas juga menunjukkan bahwa lemahnya daya saing Indonesia di ASEAN disebabkan karena pasar ASEAN yang sangat besar dan dalam beberapa tahun ke depan diprediksi akan terus berkembang dan hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam meningkatkan daya saing melalui penguatan pasar dalam negeri.206 Selain itu, proses hiliriasi industri di Indonesia juga berjalan belum optimal disebabkan oleh belum bersinerginya berbagai stakeholder industri di Indonesia dalam proses peningkatan hilirisasi tersebut.207 Dalam hal kinerja logistik, Indonesia menduduki peringkat ke enam di ASEAN, berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.208 Kinerja logistik ini dapat diperkuat melalui perbaikan infrastruktur di Indonesia dalam aktivitas perdagangan internasionalnya.209 Sejak MP3EI diluncurkan sampai akhir Desember 2011, upaya yang dilakukan Indonesia dalam meningkatkan daya saing produk adalah dengan 204 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. 205 Increase in Indonesia‟s Global Competitiveness Index Reflects Improvements in Its Economic Performance. Dikutip dari http://setkab.go.id/en/increase-in-indonesias-global-competitiveness-indexreflects-improvements-in-its-economic-performance/. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 23.14 WIB 206 Siprianus Edi Hardum. Daya Saing Indonesia di ASEAN Masih Lemah. Dikutip dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/171385-daya-saing-indonesia-di-asean-masih-lemah.html. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 12.04 WIB 207 Ibid 208 Ibid 209 Bortiandy Tobing.Perbaikan Kinerja Logistik Nasional. Dikutip dari http://supplychainindonesia.com/new/perbaikan-kinerja-logistik-nasional/. Dikses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 12.17 WIB 85 hilirisasi industri. Hilirisasi industri dilakukan karena di sisi hulu, Indonesia telah memiliki bahan baku yang cukup seperti pertanian, perkebunan dan kelautan, sedangkan di sisi hilir Indonesia melakukan pengembangan untuk mengurangi impor barang jadi.210 Kedua, pelaksaan program Aku Cinta Indonesia (ACI). Program ini dicetuskan sebagai media untuk mensosialisasikan produk-produk Indonesia kepada masyarakat. Program nation branding ini merupakan bagian dari upaya ekonomi kreatif melalui kampanye nasional terhadap produk-produk buatan Indonesia seperti busana, kosmetik, entertainment, pariwisata dan lain-lain.211 Ketiga, Penguatan sektor UMKM. Pada Juni 2013 telah dilaksanakan Pameran Koperasi dan Festival UKM yang diikuti oleh 463 UKM.212 Dalam menghadapi AEC 2015 perdagangan Indonesia telah mencapai 80% perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan.213 Ditambah lagi, sektor UMKM juga memiliki potensi untuk menembus pasar bebas ASEAN.214 Oleh karena itu, pemerintah Indonesia beruaya untuk melakukan percepatan pemerataan pembangunan telah melakukan upaya percepatan pemerataan pembangunan sebagai bagian dari untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. Dalam menghadapi AEC 2015, Pemerintah 210 Humphrey Wangke. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Hal 7 211 Ibid. Hal 10 212 Sholeh. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. eJournal Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522. Hal 11 213 Humphrey Wangke. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Hal 7 214 Ibid 86 Indonesia memperluas investasi Indonesia pada wilayah-wilayah di luar pulau jawa. Hal tersebut dilakukan agar sektor UMKM dapat memiliki daya saing yang lebih baik.215 Keempat, perbaikan infrastruktur. Dalam rangka memperbaiki dan mempermudah proses perdagangan Indonesia baik di dalam maupun luar negeri, pemerintah Indonesia pada tahun 2012 menganggarkan belanja modal sebesar Rp 193,8 triliun, atau naik Rp 25,2 triliun (14,9 persen) dari pagu anggaran dalam APBN-P 201.216 Adapun pembangunan infrastruktur tersebut meliputi Indonesia berencana untuk meningkatkan kapasitas 188 megawatt, serta pembangunan transmisi sekitar 3.625 kilometer sirkuit (kms); Gardu Induk 4.740 Mega Volt Ampere (MVA); Jaringan Distribusi 9.319 kms; dan Gardu Distribusi 213 MVA.217 Selain itu, peningkatan kapasitas jalur Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 4.431 km juga dilakukan untuk mendukung kelancaran distribusi barang, jasa dan manusia.218 Kelima, peningkatan sumber daya manusia. Implementasi AEC yang akan diberlakukan pada tahun 2015 akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Ini berarti ASEAN akan menjadi pusat arus barang, 215 Humphrey Wangke. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Hal 7 216 Hindra Liauw. Ini Rencana Pembangunan Infrastruktur 2013. Dikutip dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/16/21415449/Ini.Rencana.Pembangunan.Infrastruktur .2013. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 11.27 WIB 217 Ibid. 218 Ibid. 87 jasa dan investasi dan tenaga terampil dengan bebas. Berdasarkan data tahun 2013, Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia sangat melimpah yaitu sebanyak 284,8 juta orang.219 Dengan jumlah tenaga kerja yang melimpah, berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah Indonesia melakukan pelatihan tenaga kerja baik kepada calon dan para pekerja yang sudah bekerja.220 Selain itu, melalui Badan Nasional Seritfikasi Profesi (BNSP) pemerintah Indonesia memberikan sertifikasi kepada tenaga kerja.221 Dengan demikian, dalam upaya mewujudkan AEC 2015 pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya pencapaian dan perbaikan dalam hal-hal yang telah dijelaskan di atas sehingga Indonesia tetap bisa menjaga komitmennya terhadap ASEAN serta dapat mewujudkan sentralitas ASEAN dalam perdagangan internasional. 3.2 Mendukung Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Usulan Indonesia dalam memprakarsai negosiasi Regional Comprehensive Partnership (RCEP) merupakan sebuah prakarsa yang penting. Menurut Iman Pambagyo, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, menyatakan bahwa gagasan RCEP merupakan usulan Indonesia ketika memimpin ASEAN pada 2011. Sehingga, Indonesia ditunjuk sebagai 219 Muhammad Fadli.Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jurnal RechtsVinding, Vol. 3 No. 2, Agustus 2014. Hal 283 220 Ibid 221 Ibid. 88 koordinator sekaligus memimpin Komite Perundingan Perdagangan RCEP yang membawahi 16 negara. Negara-negara tersebut antara lain 10 negara anggota ASEAN dan Australia, India, Jepang, Korea, China, dan Selandia Baru.222 Selain itu, Indonesia juga memprioritaskan perundingan RCEP dan di saat yang sama tetap memonitor perundingan Trans Pacific Partnership (TPP) yang diketuai oleh Amerika Serikat. Bagi Indonesia, RCEP merupakan proses alamiah setelah ASEAN Economic Community terbentuk pada 2015, yaitu dengan mengkonsolidasikan ASEAN+1 FTAs yang sudah ada saat ini.223 Pertimbangan lain adalah bahwa sejumlah isu yang dibahas di dalam TPP belum menjadi prioritas utama bagi Indonesia. Hal-hal yang dirundingkan dalam TPP, seperti perpanjangan masa berlaku hak paten bagi obat-obatan tertentu yang diusulkan hingga 150 tahun, liberalisasi ketentuan government procurement, pencabutan hak-hak khusus badan usaha milik negara (BUMN), atau pendisiplinan proses peraturan perundangan, semua merupakan kondisi ideal untuk meningkatkan daya saing ekonomi dalam jangka panjang.224 Selain itu, pemerintah Indonesia juga berkomitmen mendorong pelaksanaan perundingan RCEP serta meyakini bahwa kehadiran RCEP dapat mendatangkan kentungan karena akan membuat neraca perdagangan meningkat 222 IFT Online. Indonesia Fokus Selesaikan RCEP di ASEAN. Dikutip dari http://www.ift.co.id/posts/indonesia-fokus-selesaikan-rcep-di-asean. Diakses pada Selasa, 23 Juni 2015. Pukul 15.19 WIB 223 Ibid 224 Ibid 89 positif.225 Keberadaan FTA yang ada saat ini telah berdampak positif terhadap peningkatan ekspor Indonesia, meskipun masih didominasi barang-barang yang berbasis pada sumber daya alam.226 Market share produk-produk dari sektor energi dan sumber daya mineral cenderung meningkat dari 30,32% pada tahun 2007 menjadi 37,56% pada tahun 2011.227 RCEP juga diperkirakan dapat memberikan keuntungan pendapatan sekitar 644 milyar Dollar AS pada tahun 2025 atau sebesar 0,6 % dari PDB dunia. Menurut sebuah studi oleh Asian Development Bank (ADB), hal tersebut dapat terjadi disebabkan aliran barang, jasa, investasi dan tenaga kerja di negara yang berpartisipasi menjadi lebih cepat.228 3.3 Menolak Bergabung ke TPP Sebagai sebuah negara yang menempati posisi pertama dalam hal populasi atau jumlah penduduk, Indonesia merupakan negara yang menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara bagi aktivitas perdagangan internasional. Dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,8% dapat menjadi salah satu penentu posisi Indonesia dalam perekonomian internasional. 225 Benny Gunawan Ardiansyah. Siapkah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan?. Dikutip dari http://www.kemenkeu.go.id/en/node/41244. Diakses pada Selasa, 23 Juni 2015. Pukul 15.34 WIB 226 Ibid 227 Ibid 228 Bagus BT Saragih. ASEAN Members Step Up Consolidation for RCEP. Dikutip dari http://www.thejakartapost.com/news/2014/02/27/asean-members-step-consolidation-rcep.html. Diakses pada Selasa, 23 Juni 2015. Pukul 15.42 WIB 90 Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama ekonomi internasional seperti Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) telah menjadi suatu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan yang bersifat multilateral. Namun berbeda halnya dengan Trans Pacific Partnership (TPP). Pada tahun 2013, Indonesia memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam TPP. Meski negara-negara lainnya di Kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Myanmar, Brunei Darussalam dan Vietnam telah bergabung ke TPP, namun Indonesia belum berminat untuk bergabung. Hal ini disebabkan Indonesia harus mempersiapkan industri dalam negeri agar bisa berkompetisi dengan negara lain.229 Selain itu, menurut Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjahajana fokus Indonesia untuk tidak bergabung ke TPP adalah meningkatkan ekonomi domestik. Indonesia tidak bisa dengan mudahnya memutuskan untuk bergabung dikarenakan akan terlebih dahulu melihat kemampuan Indonesia apakah dapat bersaing atau tidak di dalam pasar ASEAN.230 Implementasi pasar tunggal ASEAN pada tahun 2015 akan menjadi landasan jika Indonesia ingin melakukan liberalisasi ekonomi baik secara bilateral maupun regional degan negara-negara lainnya. Selanjutnya menurut Agus jika Indonesia 229 Luhur Hertanto. Gita Wirjawan Tegaskan RI Tolak Ajakan Obama Masuk „TPP‟. Dikutip dari http://finance.detik.com/read/2011/11/15/124955/1767659/4/gita-wirjawan-tegaskan-ri-tolak-ajakanobama-masuk-tpp. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 11. 42 WIB 230 Kerja Sama Ekonomi TPP Cuma Bikin Produk Lokal Tergerus Aja. Dikutip dari http://m.rmol.co/news.php?id=135484. Diakses pada Rabu, 18 Februari 2015. Pukul 23.18 WIB 91 memaksakan memperbanyak kerja sama liberalisasi dengan negara-negara lain, dikhawatirkan potensi pasar dalam negeri yang saat ini mencapai 70% bisa semakin tergerus oleh produk-produk impor.231 Sementara itu, dengan sejumlah peraturan yang bersifat mengikat Indonesia perlu menghitung secara serius serta mengukur ongkos penyesuaian (adjustment cost) dalam memenuhi komitmen dalam kerjasama TPP. TPP tidak hanya seputar masalah penuruan tariff, Intellectual Property Rights (IPR), namun juga terkait dengan koherensi regulasi. Penolakan Indonesia untuk tidak bergabung juga dikarenakan Indonesia telah menjalin FTA dengan 6 negara dari 9 negara yang melakukan negosiasi TPP.232 Sedangkan kondisi mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia sejak diberlakukannya perdagangan bebas yaitu semakin tinggi jumlah permintaan hak cipta, paten dan merek serta desain industri.233 Selain itu, Indonesia juga melakukan penegakan hukum dalam HAKI melalui Kementerian Kehakiman yang bekerjasama dengan seluruh instansi pemerintah yang kompeten dalam bidang HAKI. Meningkatkan kesadaran masyarakat juga merupakan langkah pemerintah Indonesia dalam bidang perlindungan terhadap HAKI. Peningkatan kesadaran masyarakat tersebut 231 Kerja Sama Ekonomi TPP Cuma Bikin Produk Lokal Tergerus Aja. Dikutip dari http://m.rmol.co/news.php?id=135484. Diakses pada Rabu, 18 Februari 2015. Pukul 23.18 WIB 232 Siaran Pers. Indonesia Masih Mempertimbangkan Keikutsertaannya dalam Trans Pacific Partnership. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Hal 2 233 Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian. Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Liberalisasi Perdagangan Jasa Profesi di Bidang Hukum. 2007. Hal 1-7 92 dilakukan melalui membangun sentra HAKI, klinik HAKI, dan pusat HAKI lainnya serta perguruan tinggi.234 Alasan lainnya menurut Wakil Menteri Keuangan Mehendra Siregar adalah Indonesia tidak berminat bergabung ke TPP dikarenakan Indonesia akan berfokus kepada perdagangan di ASEAN serta penguatan ekonomi di dalamnya.235 Penguatan ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi yang masih terjadi di Kawasan Asia Tenggara.236 Selain itu, Indonesia juga akan tetap mempertahankan sentralitasnya di ASEAN demi mendorong terwujudnya ASEAN Economic Community (AEC) sehingga tidak terdominasi oleh perkembangan TPP.237 Selain dari sisi pemerintah, penolakan Indonesia bergabung juga didasarkan atas aspirasi dari para pebisnis yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hippmi) dikarenakan produk yang belum siap untuk bersaing.238 Produk-produk yang belum siap menghadapai pasar bebas antara lain baja, tekstil, plastik, otomotif dan farmasi. Produk-produk tersebut belum siap 234 Ibid Indonesia Tolak Ajakan Obama Bergabung ke TPP. Dikutip dari http://www.gatra.com/ekonomi1/5431-indonesia-tolak-ajakan-obama-bergabung-ke-tpp.html. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 11.50 WIB 236 Ibid 237 Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Proses Integrasi Ekonomi Kawasan Asia-Pasifik. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Lists/PressRelease/DispForm.aspx?ID=1052. Diakses pada Rabu, 18 Februari 2015. Pukul 23.50 WIB 238 Ratnawilis dan Indra Pahlawan. Kepentingan Nasional Indonesia untuk Tidak Bergabung Dalam Trans Pacific Partnership (TPP) di Asia Pasifik Pada Tahun 2011. Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015. Hal 10 235 93 karena belum memenuhi standar mutu produk dengan negara lain, akibatnya belum bisa diterima dalam perdagangan internasional.239 TPP yang diketuai oleh Amerika Serikat ini disadari oleh Indonesia sebagai alat untuk mencapai kepentingan-kepentingan Amerika Serikat.240 Keputusan Indonesia untuk tidak bergabung terkait dengan politik perdagangan internasional Indonesia terhadap TPP yang memutuskan untuk tidak akan bergabung. Bagi Indonesia, TPP merupakan sebuah pakta perdagangan dengan standar yang sangat tinggi, yang belum merupakan prioritas Indonesia saat ini.241 Topik-topik perundingan di TPP sangat komprehensif mencakup soal lingkungan hidup, ketenagakerjaan, transparansi proses pengadaan barang dan yang tidak kalah penting, mengenai hak kekayaan intelektual.242 TPP juga dinilai oleh Indonesia sebagai pakta perdagangan yang meminta komitmen yang sangat tinggi di dunia.243 Faktor penting lainnya terkait keputusan Indonesia Selain itu jika dilihat dari sisi Indonesia adalah adanya kekhawatiran akan dampak negatif bagi 239 Neneng Zubaidah. 11 Industri Ini Belum Siap Hadapi Pasar Bebas. Dikutip dari http://economy.okezone.com/read/2014/09/05/320/1034756/11-industri-ini-belum-siap-hadapi-mea. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 12.18 WIB 240 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 241 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 242 Direktorat Jenderal Kerjasama Internasional. Hasil-hasil Kesepakatan Perundingan Perdagangan Indonesia Tahun 2013. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Hal 172 243 Dwi Sulistyo. RI Pastikan Tidak Bergabung dengan Pakta Perdagangan Bikinan AS. Dikutip dari http://jaringnews.com/ekonomi/umum/52939/ri-pastikan-tidak-bergabung-dengan-pakta-perdaganganbikinan-as. Diakses pada Kamis, 19 Februari 2015. Pukul 10.53 WIB. 94 perekonomian domestik.244 Hal ini dikarenakan selama ini ekspor Indonesia ke sejumlah negara industri maju yang tergabung dalam TPP hanya mengandalkan sektor pertambangan dan energi. Kekhawatiran inilah yang dapat mengakibatkan kerugian produk-produk pasar dalam negeri yang sudah mencapai 70%. Sedangkan kontribusi ekspor mencapai 30%.245 Selain itu, prinsip “sentralitas ASEAN” yang selama ini menjadi landasan bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dan hubungannya dengan negaranegara di Asia Timur dan Asia Pasifik perlu digarisbawahi. Kehadiran TPP tidak sesuai dengan implementasi prinsip tersebut.246 244 Inriani Margaretha Sitohang. Penolakan Indonesia Bergabung ke Trans Pacific Partnership (TPP). eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2 , Nomor 2 , 2014. Universitas Mulawarman. Hal 321 245 Ibid 246 Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI Volume 16, November 2013. Hal 68 95 BAB IV ALASAN INDONESIA MENDUKUNG REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) DAN MENOLAK PEMBENTUKAN TRANS PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kalkulasi rasional Indonesia terhadap pembentukan TPP tahun 2013. Penjelasannya akan mencakup mengenai lemahnya daya saing produk Indonesia yang menjadi penyebab Indonesia menolak bergabung ke TPP. Selain itu juga akan dibahas mengenai alasan Indonesia yang pada akhirnya bergabung ke Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Selanjutnya bab ini akan menjelaskan analisis respon Indonesia terhadap pembentukan TPP tahun 2013 melaui model Rational Actor Model (RAM). 4.1 Kalkulasi Ekonomi: Lemahnya Daya Saing Produk Indonesia Menurut Organisation for Economic Cooperation dan Development (OECD), daya saing (competitiveness) adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan dalam perdagangan internasional.247 Sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan 247 Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Analisis Daya Saing Karet dan Produk dari Karet Indonesia Terhadap Cina. Hal 7 96 Jangka Panjang Nasional (RPJPN), agar dapat mencapai kemandirian, Indonesia harus menjadi negara yang memiliki serta mampu berdaya saing. Untuk mencapai negara yang memiliki daya saing, di antara komponen utama arah pembangunan yang harus dicapai adalah adanya penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global dimana pembangunan perdagangan berperan penting dalam mewujudkan arah tersebut.248 Terkait langsung dengan pembangunan perdagangan, pembangunan jangka panjang perdagangan Indonesia menekankan pada 2 (dua) hal penting yaitu di bidang perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri. Di bidang perdagangan luar negeri, proses maupun kebijakan perdagangan harus lebih mendatangkan keuntungan dan mendukung perekonomian nasional agar mampu memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan efek negatif dari proses integrasi dengan dinamika globalisasi.249 Dengan adanya pembentukan TPP dan untuk meminimalkan efek negatif dari proses integrasi dan dinamika globalisasi tersebut, pemerintah Indonesia melakukan strategi untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam perdagangan internasional. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional yaitu melindungi ekonomi dalam negeri.250 Terkait dengan hal tersebut, selama ini ekspor Indonesia ke sejumlah negara industri maju seperti 248 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pilar-Pilar Peningkatan Daya Saing dan Perlindungan Konsumen. Hal 9 249 Ibid 250 Inriani Margaretha Sitohang. Penolakan Indonesia Bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP). eJurnal Hubungan Internasional 2014, 2 (2):313-328. Hal 321 97 negara-negara anggota TPP hanya mengandalkan sektor pertambangan dan energi. Sedangkan Indonesia menerima atau mengimpor produk-produk manufaktur dari negara-negara anggota TPP. Hal tersebut dikhawatirkan akan merugikan produkproduk dalam negeri karena didominasi oleh produk-produk impor. Saat ini kontribusi ekspor terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 30 %, sisanya Indonesia masih bisa mengoptimalkan pasar di dalam negeri.251 Dalam upaya mengoptimalkan pasar dalam negeri, Indonesia juga melakukan pelarangan ekspor terhadap beberapa produk sebagai upaya peningkatan daya saing dan mempertahankan stabilitas harga. Produk-produk tersebut antara lain: kopi (untuk mempertahankan stabilitas harga dan meningkatkan nilai tambah), produk kehutanan seperti rotan, bijih dan pasir timah (industri kehutanan diarahkan untuk menjamin kebutuhan bahan baku dalam negeri).252 Selain itu, Indonesia juga melakukan kebijakan impor. Kebijakan tersebut dilakukan untuk melindungi dan meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri serta meningkatkan ekspor non migas, meningkatkan daya saing perdagangan dan pasar domestik serta iklim usaha yang kondusif, mewujudkan good governance melalui program Indonesia National Single Window (INSW). Program tersebut merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan nasional untuk meningkatkan kinerja ekspor dan impor. Selain itu INSW juga berupaya untuk mengatasi berbagai permasalahan 251 Ibid Anastaius Riyanto. Peningkatan Peran Indonesia dalam Diplomasi Perdagangan Internasional. Dikutip dari http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/128-maret-2011/1075-peningkatanperan-indonesia-dalam-diplomasi-perdagangan-internasional-.html. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 22.42 WIB 252 98 arus barang seperti waktu dan jarak tempuh yang panjang untuk barang impor, biaya ekonomi tinggi, minimnya validitas dan akurasi data transaksi serta pengendalian ekspor dan impor barang.253 Selain itu, untuk meningkatkan daya saing, Indonesia juga meningkatkan peran sektor UKM. Indonesia memiliki lebih dari 56,5 juta UKM di berbagai bidang.254 UKM memegang peranan penting sebagai salah satu penopang ekonomi nasional yang berkontribusi sebesar 57% PDB dan mampu menyerap 97% tenaga kerja.255 Hal ini mencerminkan kontribusi yang sangat signifikan dari sektor UKM terhadap perekonomian domestik, oleh karena itu, langkah ini ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pasar dalam negeri serta peningkatan daya saing. Berdasarkan penjelasan di atas, kepentingan Indonesia untuk melindungi pasar dalam negeri merupakan suatu strategi dalam merespon pembentukan TPP tahun 2013. Sebagai perjanjian perdagangan yang memiliki standar tinggi serta mencakup semua komponen utama perdagangan serta komitmen yang sangat erat, TPP memberlakukan tidak hanya penurunan tarif tetapi juga penghapusan tarif. Oleh karena itu, dengan sejumlah pertimbangan mengenai produk Indonesia yang masih harus dilindungi dan belum siapnya produk tersebut untuk diliberalisasi 253 Ibid. Inriani Margaretha Sitohang. Penolakan Indonesia Bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP). eJurnal Hubungan Internasional 2014, 2 (2):313-328. Hal 319 255 Ibid 254 99 dalam perdagangan internasional seperti yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa Indonesia belum siap untuk bergabung ke TPP.256 4.2 Bergabung ke Dalam Kerjasama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Bergabungnya Indonesia ke dalam RCEP tentu didasarkan pada beberapa manfaat yang didapat dari kerjasama perdagangan tersebut. Adapun manfaat RCEP, antara lain: pertama, RCEP dapat membantu meregionalisasi rantai penyedia fasilitas untuk perdagangan global dan akan membuat Asia sebagai pabrik dunia. Kedua, RCEP mempromosikan arus investasi lebih mudah serta transfer teknologi dengan perusahaan multinasional. Ketiga, RCEP akan mengurangi tumpang tindih antara FTA di Asia. Keempat, RCEP dapat membantu mengurangi sentimen proteksionis dalam ekonomi global, terutama isu NTMs (non-tariff measured) seperti kebutuhan akan sanitasi dan standar barang.257 Kelima, RCEP akan mengurangi hambatan perdagangan dan akan membuat impor makanan dan barang-barang konsumsi yang lebih murah, serta bermanfaat bagi rumah tangga berpendapatan rendah.258 256 Inriani Margaretha Sitohang. Penolakan Indonesia Bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP). eJurnal Hubungan Internasional 2014, 2 (2):313-328. Hal 321 257 UNCTAD Programme on Non-Tariff Measures in World Trade. Dikutip dari http://www.unctad.info/en/Trade-Analysis-Branch/Key-Areas/NTM/. Diakses pada Jumat, 10 April 2015. Pukul 00.08 WIB 258 Ganeshan Wignaraja. Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP): An initial assessment. Asian Development Bank Institute. 2014 100 Dalam bidang perdagangan barang (TIG), RCEP bertujuan untuk menghilangkan hambatan non tarif bagi semua substansi perdagangan barang. Dari penghilangan hambatan non tarif ini maka diharapkan akan terbentuk sebuah kawasan perdagangan bebas antar anggota RCEP.259 Dari sisi Indonesia, perdagangan dengan negara-negara RCEP akan menguntungkan karena dengan ukuran ekonomi ASEAN sebesar 3 triliun Dolar AS, melalui TPP dapat mencapai 22 triliun Dolar AS.260 Dalam bidang perdagangan jasa (TIS), RCEP bertujuan untuk menghilangkan hambatan dan atau pengukuran yang diskriminatif sebagai upaya peningkatan terhadap perdagangan jasa antar anggota RCEP. Hal tersebut diharapkan dapat membangun komitmen anggota RCEP di bawah The General Agreement on Trade in Services (GATS) serta kerjasama FTA yang telah dimiliki ASEAN dan mitra-mitra perdagangannya.261 Melalui RCEP, perdagangan jasa yang bersifat terbuka, aktif dan terus berkembang akan menjadi tantangan bagi Indonesia. Melalui keterlibatan tenaga kerja, ekonomi di era saat ini bergantung kepada sektor jasa sebagai penggerak aktivitas perekonomian dan juga penciptaan lapangan kerja. Sektor jasa seperti logistik, transportasi dan komunikasi dan jasa keuangan dapat menciptakan basis bagi pembangunan infrastruktur ekonomi. Sedangkan jasa di 259 Ministry of Trade and Industry Singapore. Press Release Factsheet on The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). 2012. Hal 2 260 Hatta: RCEP Untungkan Indonesia. Dikutip dari http://hatta-rajasa.info/read/1311/hatta-rcepuntungkan-indonesia. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 00.23 WIB 261 Ministry of Trade and Industry Singapore. Factsheet: What You Need To Know about The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)?. 2014. Hal 2 101 sektor pendidikan, kesehatan dan sosial dapat meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kerja Indonesia.262 Sedangkan dalam bidang investasi, RCEP bertujuan untuk membentuk kawasan yang bebas, fasitiltatif terhadap investasi dan kompetitif di kawasan. Negosiasi dalam bidang investasi di RCEP akan mencakup empat pilar yaitu mengenai promosi, proteksi, fasilitas dan liberalisasi.263 Dalam hal investasi ini, Indonesia dapat meningkatkan investasinya dengan negara-negara anggota RCEP lainnya dalam bidang pembangunan infrastruktur dan jasa.264 Pada bidang kerjasama ekonomi dan teknis, RCEP akan membangun pengaturan kerjasama ekonomi yang telah ada antara mitra ASEAN dan FTA ASEAN yang berencana untuk berpartisipasi dalam RCEP tersebut. Kegiatan kerjasama harus mencakup aspek e-commerce dan aspek lainnya yang akan disepakati bersama oleh negara-negara yang berpartisipasi dalam RCEP.265 Bagi Indonesia, kerjasama teknik merupakan bagian penting dari kebijakan luar negeri. Hal tersebut juga didukung oleh kemampuan Indonesia yang semakin meningkat dalam hal kerjasama teknik yaitu sebagai negara pendonor. Sejak tahun 1981 Indonesia telah bekerjasama dengan Jepang yang juga menjadi salah satu anggota RCEP yaitu melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan 262 Direktorat Jenderal Kerjasama Internasional. Fokus Indonesia: Prioritas Perundingan RCEP Dibandingkan TPP. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Hal 175 263 Ibid. Hal 264 Yose Rizal Damuri.RCEP and Indonesia. ASEAN Studies Program The Habibie Center. 2014 265 Wang Yuzhu. The RCEP Initiative and ASEAN “Centrality”. Dikutip dari: http://www.ciis.org.cn/english/2013-12/06/content_6518129.htm. Diakses pada Kamis, 09 April 2015. Pukul 22.54 WIB 102 pemberian bantuan teknik kepada negara-negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, Pasifik dan Amerika Latin.266 Selain menjadi negara pendonor, Indonesia juga tetap melakukan kerjasama dengan negara lain dalam hal teknik karena hal in bertujuan untuk meningkatkan kapasitas atau capacity building Indonesia. Impelementasi kerjasama tersebut meliputi pemberian bantuan teknik bagi negaranegara lain melalui program pelatihan, pengiriman ahli, lokakarya, pemagangan dan pemberian bantuan peralatan yang dibiayai oleh APBN. 267 Adapun berdasarkan keuntungan yang diperoleh Indonesia anatara RCEP dan TPP dapat dilihat pada tabel di halaman lampiran.268 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012, ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP adalah sebesar 92,2 Miliar Dollar AS atau 60% dari ekspor nasional, sementara impor dari negara-negara RCEP sebesar 101,5 Miliar Dollar AS atau 68% dari impor nasional. Itu artinya negara-negara anggota RCEP merupakan mitra dagang yang mencakup 64% dari perdagangan dua arah Indonesia dengan keseluruhan anggotanya sudah memiliki Free Trade Agreement dengan Indonesia.269 266 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Teknik. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=1&l=id. Diakses pada Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.51 WIB 267 Ibid 268 Tabel Neraca Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara RCEP dapat dilihat pada lampiran hal xxiv-xxv 269 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 103 Sedangkan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara TPP dapat dilihat dalam tabel di halaman lampiran.270 Dari tabel tersebut atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012, ekspor Indonesia ke negara-negara anggota TPP adalah sebesar 68,6 Miliar Dollar AS atau 45% dari ekspor nasional, sementara impor dari negara-negara TPP sebesar 79,8 Miliar Dollar AS atau 53% dari impor nasional. Nilai tersebut mencakup 49% dari perdagangan dua arah Indonesia, dimana Indonesia sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, Jepang, Selandia Baru, dan rekan-rekan di ASEAN. Sementara dengan Kanada, Chili, Meksiko, Peru, dan Amerika Serikat kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas.271 Berdasarkan penjabaran keuntungan dan kerugian RCEP dan TPP, melalui perhitungan matematis di bawah ini dapat diketahui besarnya jumlah keuntungan yang didapat oleh Indonesia apabila bergabung ke RCEP: (Keuntungan ekspor Indonesia-RCEP) – (Keuntungan ekspor Indonesia-TPP) = 92,2 Miliar Dollar AS - 68,6 Miliar Dollar AS = 23, 6 Miliar Dollar AS Dari penjabaran perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan kalkulasi di dalam kerjasama perdagangan dengan negara- 270 Tabel Neraca Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara RCEP dapat dilihat pada lampiran hal xxv-xxvi 271 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 104 negara TPP dan RCEP. Bagi Indonesia RCEP lebih menguntungkan karena dapat memberikan kontribusi yang lebih banyak bagi ekspor impor Indonesia serta dapat berkontribusi terhadap pendapatan nasional lebih besar yaitu sebesar 23,6 Miliar Dollar AS, dibandingkan bergabung di TPP yang hanya memperoleh sebesar 68,6 Miliar Dollar AS. Sedangkan jika Indonesia bergabung ke dalam TPP, Indonesia hanya akan mendapatkan sharing GDP sebesar 2% sebagaimana hal ini merupakan implikasi terhadap negara-negara di Asia Tenggara yang bergabung ke TPP. Maka perhitungannya akan sebagai berikut: (Keuntungan Ekspor Indonesia-TPP) + (Sharing GDP di ASEAN dan TPP) = 68,6 Miliar Dollar AS + 2% = 68,6 Miliar Dollar AS + 13,7 = 82,3 Miliar Dollar AS Dari penjabaran perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan Indonesia jika bergabung ke TPP ditambah dengan adanya sharing GDP di ASEAN dan TPP 2%, maka Indonesia akan mendapatkan keuntungan 82,3 Miliar Dollar AS. Sedangkan jika Indonesia bergabung hanya di RCEP maka selisih perhitungannya akan sebagai berikut: (Keuntungan Ekspor Indonesia-RCEP) 105 - (Keuntungan bergabung di TPP) = 92,2 Miliar Dollar AS - 82,3 Miliar Dollar AS = 9,9 Miliar Dollar AS (Kerugian jika bergabung ke TPP dan tidak RCEP) Berdasarkan perhitungan untung rugi bagi Indonesia antara TPP dan RCEP, maka dapat disimpulkan, jika Indonesia bergabung ke TPP maka hanya akan mendapatkan 82,3 Miliar Dollar AS. Sedangkan selisih keuntungan dengan RCEP adalah 9,9 Miliar Dollar AS. Dengan demikian, keuntungan RCEP tetap lebih tinggi dibanding TPP dan Indonesia akan mengalami kerugian 9,9 Miliar Dollar AS jika bergabung ke TPP dan tidak bergabung ke RCEP. 4.3 Perhitungan Kalkulatif dengan Rational Actor Model (RAM) Dari proses kalkulasi keuntungan dan kerugian Indonesia terhadap TPP dan RCEP dari sisi ekonomi, maka pemerintah Indonesia mengambil empat kebijakan alternatif sebagai pilihan kebijakan sebagai berikut: Tahap 1 No. Alternatif-alternatif Kebijakan 1 Indonesia bersikap “open-minded” dan pada waktu yang bersamaan berorientasi pada kepentingan nasional dengan langkah terbuka terhadap keberadaan TPP namun juga melakukan perlindungan terhadap pasar dalam negeri. 106 2 Indonesia menjunjung tinggi prinsip politik luar negeri bebas-aktif degan cara tetap berperan aktif dalam AFTA, APEC dan WTO. 3 Menekankan Sentralitas ASEAN dengan mewujudkan ASEAN Economic Community 2015. 4 Bergabung ke Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada tahun 2013. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam tahap pertama,seiring dengan bergabungnya Indonesia ke dalam RCEP, pemerintah Indonesia tetap mengedepankan sikap “open-minded” yang artinya tetap terbuka terhadap segala informasi mengenai perkembangan segala bentuk perjanjian perdagangan bebas. Namun di sisi lain, pemerintah Indonesia harus tetap melihat kondisi ekonomi domestik dimana kepentingan nasional harus tetap diperjuangkan yaitu melindungi produsen dalam negeri agar produk buatan dalam negeri tidak terdominasi oleh produk-produk impor serta peningkatan ekspor.272 Hal ini ditunjukkan dengan adanya perlindungan terhadap beberapa produk yang masih menjadi basis pendapatan Indonesia seperti kopi, karet, timah dan pertanian.273 272 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 273 Anastaius Riyanto. Peningkatan Peran Indonesia dalam Diplomasi Perdagangan Internasional. Dikutip dari http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/128-maret-2011/1075-peningkatan- 107 Dalam upaya peningkatan ekspor, pemerintah Indonesia juga melakukan perbaikan di segala bidang antara lain: infastruktur, sumber daya manusia, birokrasi serta pemberantasan korupsi. Hal-hal tersebut hingga saat ini masih menjadi kelemahan Indonesia. Dengan melakukan perbaikan dalam bidang infrastruktur, birokrasi serta pemberantasan korupsi, Indonesia dapat melakukan kegiatan ekspor maupun impor semakin efisien sehingga tidak lagi terkendala sulitnya menjangkau pasar, lamanya jarak tempuh yang mengakibatkan semakin lambat kinerja ekspor impor Indonesia.274 Selain itu, upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional serta keberpihakan terhadap produsen domestik lainnya yaitu memberikan klarifikasi dan penegasan terhadap beberapa produk Indonesia yang tidak diizinkan untuk diliiberalisasi karena tidak ramah lingkungan.275 Hal inilah yang terjadi ketika Indonesia masih mempertimbangkan apakah akan bergabung ke TPP atau tidak. Amerika Serikat sebagai ketua TPP tidak mengizinkan produk kopi dan kelapa sawit milik Indonesia disertakan dalam perdagangan bebas di TPP.276 peran-indonesia-dalam-diplomasi-perdagangan-internasional-.html. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 22.42 WIB 274 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 275 Ferdiansyah Ali. Skema Trans Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat Hancurkan Produk Industri Kelapa Sawit Indonesia. Dikutip dari http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9554&type=4#.VVRHNuHNPVg. Diakses pada Kamis, 14 Mei 2015. Pukul 14.05 WIB 276 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 108 Terkait dengan hal tersebut, perusakan citra terhadap kelapa sawit yang terus berkembang disebabkan oleh faktor ketidkasukaan pihak lain terhadap eksistensi Indonesia memandu bisnis CPO terbesar di dunia. Melalui TPP, Amerika Serikat menyatakan bahwa CPO Indonesia telah merusak lingkungan. Hal ini terlihat sebagai rekayasa dan ingin menurunkan citra CPO Indonesia dalam kerjasama perdagangan internasional. Sedangkan pada Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC), 8-9 September 2012 lalu di Vladiostok, Rusia, crude palm oil/CPO dinyatakan sebagai produk ramah lingkungan (environmental goods). Hal ini sangat memperlihatkan bahwa Partnership Amerika Serikat (AS) berhasil melobi negara-negara satelit AS yang tergabung dalam TPP seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Filipina dan Brunei Darussalam, sehingga citra Kelapa Sawit dipandang sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. 277 Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah negara (AS, Australia, dan Kanada) menyebut industri CPO Indonesia merupakan industri tidak ramah lingkungan. Tentu saja kondisi ini akan mempengaruhi kinerja ekspor CPO Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.278 Terkait dengan keaktifan Indonesia dalam kerjasama ekonomi internasional, pemeritah Indonesia yang merupakan bagian dari ASEAN yang 277 Ferdiansyah Ali. Skema Trans Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat Hancurkan Produk Industri Kelapa Sawit Indonesia. Dikutip dari http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9554&type=4#.VVRHNuHNPVg. Diakses pada Kamis, 14 Mei 2015. Pukul 14.05 WIB 278 Ibid. 109 tergabung dalam AFTA menganggap bahwa Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa skema kerja sama ekonomi baik secara bilateral maupun multilateral akan terus berkembang.279 Dengan keaktifan Indonesia dalam berbagai kerjasama ekonomi internasional seperti WTO, APEC dan AFTA bukan berarti Indonesia memutuskan dengan mudah ketika TPP dibentuk. Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan keaktifannya di berbagai FTA yang sudah diikuti, sedangkan tidak dengan TPP dikarenakan TPP merupakan FTA yang sangat ambisius dengan menerapkan liberalisasi hampir di semua sektor, sedangkan Indonesia masih memiliki produk yang harus diproteksi, misalnya pertanian.280 Produk pertanian Indonesia merupakan produk yang masih menjadi penopang pendapatan nasional, sehingga produk ini masuk ke dalam kategori Special and Different Treatment (SDT) dan belum siap untuk diliberalisasi.281 Dari penjelasan pilihan kebijakan alternatif yang diambil oleh pemerintah Indonesia, maka pada tahap selanjutnya, pemerintah Indonesia menyimpulkan dan mengambil keputusan final sebagai berikut: Tahap 2 279 Gita Wirjawan: RI Ikut RCEP Bukan untuk Tandingi TPP. Dikutip dari http://jaringnews.com/ekonomi/umum/49957/gita-wirjawan-ri-ikut-rcep-bukan-untuk-tandingi-tpp. Diakses pada Selasa, 12 Mei 2015 Pukul 21.08 WIB 280 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 281 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 110 No. Kebijakan yang Dipilih 1 Menekankan sentralitas ASEAN 2 Bergabung ke Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Terkait dengan kebijakan alternatif yaitu mempertahankan Sentralitas ASEAN, hal ini akan menjadi fokus Indonesia. Berdasarakan kesiapan dalam hal perdagangan bebas, Indonesia akan memfokuskan diri di dalam perdagangan intra ASEAN dan mitra dagang ASEAN lainnya. Hal ini dikarenakan perdagangan intra ASEAN lebih menekankan kepada kemampuan ekonomi domestik setiap negara anggotanya. Selain itu, mempertahankan sentralitas ASEAN juga sesuai dengan komitmen Indonesia sebagai anggota ASEAN untuk mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Kebijakan alternatif terakhir yang diambil dalam merespon pembentukan TPP tahun 2013 adalah bergabungnya Indonesia ke dalam RCEP. Dalam menyikapi TPP, bergabungnya Indonesia ke RCEP merupakan keputusan yang lebih tepat. Hal ini disebabkan pembentukan RCEP diyakini akan menjadi pasar perdagangan bebas terbesar didunia. Selain itu, RCEP juga 111 dijadikan sebagai batu loncatan dari pembentukan area perdagangan bebas di Asia-Pasifik pada tahun 2020.282 Secara garis besar, perbedaan keuntungan dan kerugian antara TPP dan RCEP adalah sebagai berikut: RCEP TPP Diketuai oleh ASEAN dalam TPP diketuai oleh Amerika pelaksanaannya dan bertujuan Serikat yang menjalankan untuk menyatukan FTA dengan kepentingan nasionalnya negara-negara non ASEAN. memperluas PERBDANDINGAN untuk pengaruhnya di Asia. Dibentuk dengan ASEAN+1 FTA konsep Dibentuk berdasarkan dengan perjanjian dari 4 negara atau Tiongkok, India, Jepang, Korea (P4) yaitu Singapura, New Selatan, New Zealand Australia. dan Zealand, Chile dan Brunei Darussalam pada tahun 2005. Mengacu kepada keterbukaan dimana dapat semakin klausa Negara-negara yang anggota menjadi anggota adalah bertambah anggota APEC, namun sewaktu-waktu sesuai dengan terbuka terhadap negara non 282 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 112 kesepakatan FTA dengan APEC. ASEAN. Negosiasi dimulai pada tahun Negosiasi dimulai pada 2013 dan akan berakhir pada tahun 2011 dan berakhir 2015. pada 2013. Bertujuan untuk perjanjian ekonomi yang terintegrasi membentuk Bertujuan untuk regional membentuk FTA kawasan dan lebih yang mampu menjawab dalam dari FTA yang sudah tantangan di abad ke-21. berlaku serta untuk mendukung KARAKTERISTIK pembangunan ekonomi yang adil. Area yang dibahas meliputi Area yang dibahas meliputi liberalisasi barang, jasa dan liberalisasi investasi, kerjasama teknik, hak investasi, kekayaan intelektual sengketa wilayah. barang, hak serta intelektual, alam, jasa, kekayaan perlindungan perburuhan, jasa keuangan serta hambatan teknis terhadap peraturan perdagangan. Pembangunan 113 dilaksanakan Penerapan standar tinggi dengan mengacu pada ASEAN FTA di abad ke-21 yang Way dan pembedaan perlakuan juga membahas isu generasi sesuai dengan kapasitas anggota yang akan datang. yang masih lambat dalam membangun perekonomiannya. FOKUS UTAMA Berusaha mereduksi potensi Tidak mengikutisertakan konflik antara AS dan Tiongkok. Tiongkok dan India. ASEAN+1 FTA memiliki Memisahkan ASEAN perbedaan fitur dalam setiap dalam kerjasama sejak tidak tahap implementasinya. semua anggota ASEAN bergabung ke dalam TPP dan akan mengurangi ASEAN. Sumber: RCEP and TPP Comparisons and Concerns. ISEAS Perspective Dari tabel di atas terlihat bahwa, perbandingan antara RCEP dan TPP cukup jelas. Dari segi perdandingan, kedua FTA tersebut terdapat perbedaan kepemimpinan dan arah implementasi. RCEP lebih berfokus pada penguatan sentralitas ASEAN sebagai pemimpin dalam menjalankan FTA dan tidak didominasi oleh satu negara saja. Sedangkan TPP diketuai oleh Amerika Serikat saja dengan 114 berpotensi sentralitas memperlihatkan bahwa TPP merupakan FTA yang dibentuk untuk menjalankan kepentingan nasional Amerika Serikat. Dari segi karakteristik, RCEP lebih fokus kepada penguatan FTA dalam kawasan ASEAN dan partner strategis non ASEAN yang tergabung di dalamnya. Sedangkan TPP lebih kepada standar tinggi untuk menjadi model perdagangan bebas percontohan abad ke-21. Lalu isu yang dibahas dalam hal liberalisai barang, jasa dan investasi tidak terlalu berbeda namun TPP lebih luas cakupannya hingga membahas masalah lingkungan dan perburuhan. Dari segi fokus utama, RCEP menekankan pada sentralitas dan keketuaan ASEAN sebagai penggerak utama. Selain itu, RCEP juga menerapkan pembangunan yang bertumpu pada kemampuan negara anggota masing-masing dan tidak bersifat memaksa dalam meliberalisai sektor-sektor perdagangannya. Sedangkan TPP, selain menerapkan standar tinggi juga di dalamnya Tiongkok dan India tidak diikutsertakan. Hal ini sangat terlihat jelas dari tujuan RCEP dimana FTA ini dibentuk untuk mengurangi potensi konflik antara AS dan Tiongkok. Selain itu, TPP juga berusaha mengurangi dominasi ASEAN di dalamnya dikarenakan tidak semua negara anggota ASEAN bergabung ke TPP. Bagi Indonesia, bergabung ke RCEP merupakan keputusan yang lebih tepat karena Indonesia akan memperkuat kerjasama dengan anggota non TPP seperti Tiongkok. Dari penjelasan di atas, bagi Indonesia RCEP dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan TPP. Adapun kalkulasi keuntungan dan kerugiannya adalah sebagai berikut: 115 No. 1 TPP RCEP Diketuai oleh Amerika Serikat yang Dengan berpotensi menurunkan bergabung ke RCEP, signifikansi Indonesia memelopori usaha-usaha ASEAN dan tidak mengikutsertakan untuk mengarahkan negara-negara anggota ASEAN dan Asia Timur India dan Tiongkok. untuk lebih fokus pada upaya-upaya kerjasama ekonomi dalam kerangka ASEAN, dengan berpijak pada prinsip “sentralitas ASEAN” yang secara eksplisit tercantum dalam Piagam ASEAN. Selain itu RCEP juga mengikutsertakan India dan Tiongkok. 2 Membahas isu-isu next-generation of Isu-isu next generation of trade tidak menjadi pembahasan di RCEP. Hal trade yang termasuk didalamnya ini disebabkan RCEP lebih menitikberatkan kepada kemampuan mengatur kebijakan perburuhan, masing-masing negara anggota. HAKI, dan e-commerce. 3. Meliberalisai hampir seluruh aspek RCEP 116 menitikberatkan kepada komoditas termasuk pertanian. kemampuan masing-masing negara anggota. Dalam hal ini Indonesia tetap bisa memproteksi produk utama yang belum siap untuk diliberalisasi yaitu pertanian. 5. Indonesia harus siap menghadapi Melalui RCEP, Indonesia akan lebih tuntutan reformasi kebijakan dalam bersinergi dengan pihak pemerintah negeri apabila bergabung dengan TPP. dan swasta. Sehingga pengimplementasian kebijakan melalui RCEP akan lebih menitikberatkan kepada kemampuan ekonomi domestik sehingga akan tercapai untuk menyejahterakan rakyat. Diolah dari: Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. Secara keseluruhan, tabel di atas memperlihatkan bahwa Indonesia lebih siap untuk bergabung ke RCEP dibandingkan TPP. Adapun beberapa penjelasannya adalah sebagai berikut: 117 Amerika Serikat sebagai ketua TPP menjadi regulator utama bagi berjalannya perjanjian perdagangan bebas ini. Amerika Serikat berusaha untuk memperkuat eksistensinya sekaligus memperluas pasar di kawasan Pasifik melalui TPP. Hal ini memperlihatkan bahwa TPP merupakan alat yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk menurunkan sentralitas ASEAN.283 Hal ini juga diperkuat oleh keterangan bahwa keanggotaan TPP lebih didominasi oleh banyak negara maju dan kaya seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan Selandia Baru. Selain itu TPP tidak mengikutsertakan India dan Tiongkok yang saat ini merupakan dua negara ekonomi terbesar di dunia. 284 Dari segi politik-strategis, Indonesia melihat bahwa secara letak letak geografis, negara-negara di TPP berada jauh dari pada negara-negara RCEP.285 Indonesia juga menginginkan ASEAN yang menjadi penentu jalannya perjanjian perdagangan bebas RCEP.286 Hal ini didasarkan pada kemampuan masing-masing negara-negara di Asia Tenggara yang berbeda sehingga ASEAN dibutuhkan untuk meningkatkan posisi tawar bagi negara-negara anggotanya.287 283 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 284 Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Fokus Indonesia: Prioritas Perundingan RCEP dibandingkan TPP. Hasil-hasil Kesepakatan Perundingan Perdagangan Indonesia 2013. Hal 174 285 Wawancara dengan Arif Sulaksono. Kepala Seksi APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups, Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen Asia pasifik dan Afrika. Kementerian Luar Negeri RI. Senin, 22 Juni 2015 286 287 Ibid Ibid 118 Selain itu, Indonesia juga melihat bahwa melalui ASEAN, Indonesia bisa menjalankan politik luar negerinya untuk menyeimbangkan dua kekuatan besar ekonomi dunia yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok.288 Hal tersebut dilakukan agar tidak ada dominasi salah satu negara besar di dalam kerjasama yang diikuti oleh Indonesia.289 Adapun kesulitan bagi Indonesia jika bergabung ke TPP yaitu diberlakukannya single undertaking atau harus adanya kesepakatan antar dua negara.290 Sedangkan dalam hal ini, ASEAN belum memiliki perjanjian kerjasama dengan Amerika Serikat yang menjadi ketua TPP.291 Secara politis lainnya, dengan peraturan di TPP yang sangat mengikat dan ambisius, hal tersebut dapat melemahkan posisi Indonesia jika bergabung ke dalamnya. Sebagai contoh yaitu adanya produk-produk negara anggota TPP yang memiliki kesamaan dengan produk Indonesia, misalnya CPO.292 Oleh karena itu bagi Indonesia produk CPO Indonesia yang dikatakan tidak ramah lingkungan tersebut bisa menjadi salah satu pertimbangan politis di dalam TPP.293 Hal tersebut 288 Ibid Ibid 290 Ibid 291 Wawancara dengan Jedut S Sutoyo. Kepala Seksi Perdagangan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Senin, 22 Juni 2015. 289 292 Wawancara dengan Arif Sulaksono. Kepala Seksi APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups, Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen Asia pasifik dan Afrika. Kementerian Luar Negeri RI. Senin, 22 Juni 2015 293 Ibid 119 disebabkan negara-negara anggota TPP misalnya negara-negara Eropa juga memiliki kepentingan agar produk CPO nya bisa bersaing di TPP.294 Sedangkan dalam RCEP, India dan Tiongkok diikutsertakan. Dengan perluasan pasar dan keikutsertaan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia serta didukung oleh jumlah penduduk yang banyak maka peluang pasar bagi RCEP lebih luas jika dibandingkan dengan TPP. India dan Tiongkok merupakan dua mitra dagang paling strategis bagi Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia merasa bahwa bergabung ke RCEP merupakan keputusan yang tepat.295 Selain itu, bagi Indonesia dan ASEAN, RCEP meski tidak melibatkan Amerika Serikat tetap menjadi keputusan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan RCEP melibatkan Jepang dan Korea Selatan serta tiga negara berkembang dengan ekonomi terbesar yaitu Indonesia, India dan Tiongkok. RCEP diprediksi akan dapat menyumbang 260-644 miliar Dollar AS kepada ekonomi dunia.296 Dalam hal isu yang dibahas di dalam TPP dan RCEP, keduanya memiliki fokus yang berbeda serta pengaruhnya terhadap posisi Indonesia. TPP membahas mengenai next-generation of trade issues yang mengatur tentang kebijakan perburuhan, HAKI, dan e-commerce.297 Terkait isu-isu tersebut, TPP digunakan oleh Amerika Serikat untuk menjalankan kepentingan nasionalnya. Dalam hal ini 294 Ibid Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 296 Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Fokus Indonesia: Prioritas Perundingan RCEP dibandingkan TPP. Hasil-hasil Kesepakatan Perundingan Perdagangan Indonesia 2013. Hal 175 297 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 295 120 Amerika Serikat mengajukan proposalnya untuk menambahkan isu mengenai HAKI, investasi dan lingkungan. Amerika Serikat membutuhkan TPP untuk menumbuhkan perekonomian dan lapangan pekerjaan.298 Di dalam RCEP, isu mengenai lingkungan, HAKI dan perburuhan tidaklah menjadi pembahasan. Hal tersebut dikarenakan fokus kerjasama RCEP bukan dalam lingkup pembahasan isu tersebut. Meski tidak tergolong terlalu ambisisus namun RCEP dapat menjadi pilihan keputusan bagi Indonesia yang masih perlu penguatan dalam sektor perdagangan barang, jasa dan investasi yang sesuai dengan kerangka RCEP. 299 Aspek lainnya yang membedakan TPP dan RCEP adalah dalam hal liberalisasi sektor perdagangan. TPP mendorong liberalisasi bagi seluruh sektor perdagangan termasuk sektor pertanian. Berbeda dengan RCEP, liberalisasi perdagangan yang diberlakukan oleh RCEP berpihak kepada kemampuan masingmasing negara anggota dalam meliberalisasi sektor perdagangannya. Pertanian merupakan salah satu sektor sensitif bagi negara-negara anggota RCEP. Bagi Indonesia, bergabung ke RCEP lebih tepat dikarenakan Indonesia masih memproteksi dan tidak mengikutsertakan produk pertanian ke dalam liberalisasi karena masing tergolong sebagai Special and Differential Treatment (SDT). Dengan demikian Indonesia tetap dapat melakukan stabilisasi 298 Andri. Kebijakan Amerika Serikat Untuk Memenuhi Kepentingan Nasionalnya Melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013. Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. Hal 51-52 299 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 121 harga beras dan perlindungan petani.300 Oleh karena itu, RCEP juga memperkuat capacity building dalam kerjasamanya agar manfaat dari kerjasama ini dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh anggota RCEP.301 Selain itu, terkait dengan kebijakan yang harus diterapkan, TPP memberlakukan reformasi kebijakan terhadap negara-negara anggotanya. Dalam hal ini kebijakan yang sudah disepakati oleh negara-negara anggota TPP maka harus diimplementasikan di negaranya masing-masing. Sedangkan di dalam RCEP, pemberlakuan perubahan atau reformasi kebijakan di negara-negara anggota tidaklah bersifat mengikat namun mengedepankan fleksibilitas.302 Dengan sifatnya yang tidak mengikat dan fleksibel, maka keputusan untuk bergabung ke RCEP adalah tepat bagi Indonesia. Indonesia yang masih membutuhkan proses dan reformasi struktural karena Indonesia masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan kemampuan Indonesia terkait reformasi yang akan diimplementasikan terhadap ekonomi domestik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan final yang diambil oleh pemerintah Indonesia terkait pembentukan TPP pada tahun 2013 yaitu mempertahankan sentralitas ASEAN dan bergabung dengan RCEP merupakan keputusan yang tepat. Melalui kalkulasi keuntungan dan kerugian 300 Wawancara dengan Reza Pahlevi Chairul. Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pada Selasa, 14 April 2015. 301 Julia Tijaja. Talking ASEAN: Progress and Further Agendas of The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Presentation and Discussion Report ASEAN Studies Program The Habibie Center. 2014. Hal 5 302 Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Fokus Indonesia: Prioritas Perundingan RCEP dibandingkan TPP. Hasil-hasil Kesepakatan Perundingan Perdagangan Indonesia 2013. Hal 173 122 antara TPP dan RCEP, Indonesia lebih sesuai jika bergabung ke dalam RCEP. Melalui RCEP pula sentralitas ASEAN akan tetap bertahan dengan memusatkan seluruh kegiatan perdagangan bebas di ASEAN. Dengan fleksibilitas dan keberpihakan terhadap kemampuan masing-masing negara anggota RCEP, pemerintah Indonesia merasa bahwa ruang gerak untuk mempekuat pertumbuhan ekonomi akan lebih luas jika bergabung ke RCEP dibandingkan TPP. 123 BAB V KESIMPULAN TPP adalah kerjasama perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang memiliki tujuan ambisius untuk menjadi model perdagangan percontohan abad 21. TPP tidak hanya mencakup kerjasama liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi namun juga membahas next generation trade issues seperti e-commerce, HAKI dan kebijakan perburuhan. Melalui model analisa Rational Actor Model (RAM), skripsi ini menjelaskan bagaimana pemerintah Indonesia melakukan pengambilan keputusan terhadap TPP melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu dengan merumuskan kebijakan-kebijakan alternatif yang menjadi respon Indonesia terhadap pembentukan TPP. Tahap kedua yaitu memutuskan kebijakan final yang menjadi pilihan pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memberikan lima respon sebagai kebijakan alternatif. Pertama, Indonesia tetap bersikap open-minded terhadap potensi terbentuknya dan munculnya perjanjian-perjanjian perdagangan bebas (FTAs) baru dalam perdagangan internasional. Namun di sisi lain, pemerintah Indonesia juga tetap memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia yaitu melindungi konsumen dan produsen dalam negeri serta meningkatkan ekspor. Pertimbangan berikutnya yang menjadi pilihan kebijakan pemerintah Indonesia yaitu Indonesia akan tetap melaksanakan politik luar negeri bebas dan 124 aktif. Keaktifan Indonesia di dalam berbagai fora internasional seperti AFTA, WTO dan APEC tetap akan menjadi fokus karena pada ketiga ogranisasi ekonomi multilateral tersebut Indonesia memiliki peran yang sangat penting misalnya menjadi ketua APEC, AFTA serta WTO di mana Indonesia memiliki pengaruh dalam pelaksanaan perjanjian-perjanjian di dalamnya. Namun di sisi lain, pemerintah Indonesia perlu bersikap hati-hati ketika memutuskan untuk bergabung ke dalam TPP. Hal ini terkait dengan produk kelapa sawit (crude palm oil) milik Indonesia yang oleh Amerika Serikat dinilai sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. Produk CPO Indonesia ini ditolak oleh TPP dan negara-negara anggota lainnya di dalam TPP juga menyatakan bahwa produk CPO ini tidak ramah lingkungan. Padahal di sisi lain, ketika diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC), 8-9 September 2012 di Vladivostok, Rusia pada tahun 2013 produk CPO milik Indonesia dinyatakan sebagai produk ramah lingkungan. Dengan demikian pemerintah Indonesia merasa bahwa jika produk CPO Indonesia semakin lemah jika diikutsertakan di dalam TPP dan akan berdampak buruk terhadap ekspor Indonesia di masa yang akan datang. Pertimbangan berikutnya yang pada akhirnya menjadi kebijakan utama yang dipilih oleh pemerintah Indonesia yaitu menekankan sentralitas ASEAN. Sebagaimana TPP diketuai oleh Amerika Serikat maka semua regulasi terkait dengan pelaksaan perjanjian di TPP akan mengendepankan kepentingan nasional Amerika Serikat. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sedang melanda Amerika Serikat, melalui TPP, Amerika Serikat mengajukan proposal yang terkait dengan isu next125 generation trade seperti Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), lingkungan hidup dan ecommerce. Adapun semua isu tersebut bukan merupakan fokus Indonesia saat ini. Yang menjadi fokus Indonesia saat ini adalah mengimplementasikan komitmen terhadap ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dengan menekankan dan meningkatkan perdagangan intra ASEAN. Adapun pertimbangan kedua yang utama dan yang difokuskan oleh pemerintah Indonesia dalam merespon pembentukan TPP tahun 2013 adalah bergabung ke dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Jika di TPP yang diketuai oleh Amerika Serikat tidak mengikutsertakan India dan Tiongkok, di RCEP yang diketuai oleh ASEAN kedua negara tersebut justru diikutsertakan. Hal ini mengingat India dan Tiongkok adalah dua mitra dagang utama ASEAN. Selain itu, Indonesia sebagai inisiator dan ketua di dalam RCEP juga akan semakin luas pasarnya dengan keberadaan India dan Tiongkok yang didukung oleh jumlah penduduknya sebagai mitra dagang terbesar dan utama bagi Indonesia. Dengan demikian, alasan-alasan pemerintah Indonesia untuk memberikan beberapa respon terhadap pembentukan TPP tahun 2013 merupakan hasil dari perhitungan keuntungan dan kerugian yang rasional dan tidak merugikan Indonesia sekalipun tidak bergabung ke TPP. RCEP akan tetap menjadi tempat bagi Indonesia untuk meningkatkan perannya di kawasan intra ASEAN dan non ASEAN yaitu dengan India dan Tiongkok yang secara alamiah RCEP akan menjadi kelanjutan dari implementasi prinsip sentralitas ASEAN setelah terwujudnya ASEAN Economic Community 2015. 126 DAFTAR PUSTAKA BUKU Alex Mintz dan Karl DeRouen. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge University Press. Awani Irewati, et al. 1997. Indonesia dan APEC: Dalam Perkembangan Ekonomi Politik Internasional. PPW-LIPI. Charles L Glaser. 2010. The Rational Theory of International Politics: The Logic of Competition and Cooperation. New Jersey: Priceton University Press. Denzin Norman K dan Yvonna S Lincoln. Handbook of Qualitative Research Second Edition. Sage Publications, Inc. Marijke Breuning. 2007. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. Palgrave Macmillan. Martin Griffith dan Terry O’ Callaghan. 2002. International Relations: The Key Concepts. London and New York: Routledge. Patton Michael Quinn. A Guide To Using Qualitative Research Methodology. Medecins Sans Frontieres. Valerie Hudson, et al. 2002. Foreign Policy Making (Revisited). New York: Palgrave Macmillan. JURNAL --------. 2014. (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. Alan V. Deardorff. 2013. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. Alex Mintz. 2004. How Do Leaders Makes Decision? A Poliheuristic Perpective. Journal of Conflict Resolution, Vol. 48 No.1, February. Sage Publications. Andri. 2013. Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013. Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Asian Development Bank Institute. 2012. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism. Brock R Williams. Trans Pacific Partnership(TPP) Countries: Comparative Trade and Economic Analysis. Congressional Research Service. Bruce Bueno de Mesquita. 2013. Foreign Policy Analysis and Rational Choice Models. New York University/Stanford University Deardorff Alan V. 2013. Trade Implications of the Trans-Pacific Partnership for ASEAN and Other Asian Countries. The University of Michigan. Direktorat Jenderal Kerjasama Internasional. Fokus Indonesia: Prioritas Perundingan RCEP Dibandingkan TPP. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Edward Elgar. 2014. Partnership Agreement. Ezzel J Stephen J dan Robert D Atkinson. 2011. Gold Standard or WTO-Lite?: Shaping the Trans-Pacific Partnership. The Information and Technology & Innovation Foundation. May 2011. Ganeshan Wignaraja. 2014. Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP): An initial assessment. Asian Development Bank Institute. Ian F Fergusson, et al. 2014. The Trans-Pacific Partnership (TPP) Negotiations and Issues for Congress. Congressional Research Service. --------. 2013. Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Jurnal Kajian Lemhanas RI. Edisi 16. November 2013. Inkyo Cheong. 2013. Negotiations for the Trans-Pacific Partnership Agreement: Evaluation and Implications for East Asian Regionalism. Asian Development Bank Institute Working Paper Series. July 2013. Inriani Margaretha Sitohang. 2014. Penolakan Indonesia Bergabug dalam Trans Pacific Partnership. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 2. Hubungan Internasional Universitas Mulawarman. Joshua P Meltzer. The Trans-Pacific Partnership Agreement, the Environment and Climate Change. Trade Liberalisation and International Co-operation: A Legal Analysis of the Trans-Pacific. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Analisis Daya Saing Karet dan Produk dari Karet Indonesia Terhadap Cina. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pilar-Pilar Peningkatan Daya Saing dan Perlindungan Konsumen. Kenichi Kawamoto. 2011. Japan Looks to Trans-Pacific Partnership to Transform its Economy. Japan External Trade Organization. Februari 2011. Kiyono Ken. A Study on The Concept of The National Interest of Hans J Morgenthau: As a Standard of American Foreign Policy. Nagasaki University’s Academic Output Site. Leon E Trakman. Investment Dispute Resolution Under The Proposed Transpacific Partnership Agreement: Prelude to A Slippery Slope?. George Mason Journal of International Commercial Law. Lukman Oseman, et al. 2013. Jurnal ISAFIS: Kumpulan Tulisan Inspiratif dari Anak Bangsa. International Student Association for International Studies. Lydia Lancay Li. 2012. Trans-Pacific Partnership Agreement: An Analysis of Opportunities and Agreement. LiY fellowship paper. Mary E. Burfisher, et al. 2014. Agriculture in The Trans Pacific Partnership. A Report Summary From The Economic Research Service. United States Department of Agriculture. Michael G. Roskin. 1994. National Interest: From Abstraction to Strategy. Director, Strategic Studies Institute, U.S. Army War College, Carlisle Barracks. Ministry of Trade and Industry Singapore. 2014. Factsheet: What You Need To Know about The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)?. Ministry of Trade and Industry Singapore. 2012. Press Release Factsheet on The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Muhammad Fadli. 2014. Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Jurnal RechtsVinding, Vol. 3 No. 2, Agustus 2014. Murray Hiebert. How Important is TPP to Our Asia Policy?. Center for Strategic and International Studies. Normaliza Abdul Manaf, et al. 2014. The Trans-Pacific Partnership Agreement (TPPA): Impact on health in Malaysia. International Journal of Innovation and Applied Studies ISSN 2028-9324 Vol. 7 No. 3 Agustus 2014. ----------. 2013. Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic Development (EED) dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhanas Edisi 16 November 2013. Ratnawilis dan Indra Pahlawan. 2015. Kepentingan Nasional Indonesia untuk Tidak Bergabung Dalam Trans Pacific Partnership (TPP) di Asia Pasifik Pada Tahun 2011. Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015. Raymond Boudon. 1998. The Limitations of Rational Choice Theory. American Journal of Sociology, Vol. 104, No. 3 (November 1998). The University of Chicago Press. Sanchita Basu Das. Challenges in Negotiating the Regional Comprehensive Economic Partership (RCEP). Singapore’s Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. eJournal Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522. ---------. 2011.Trans Pacific Partnership Transparency Chapter-Annex on Transparency and Procedural Fairness for Healthcare Technology. ---------. 2015. Trans-Pacific Partnership Investment Chapter country negotiators. Trans Pacific Partnership treaty: Advanced Investment Chapter working document for all 12 nations. WikiLeaks release. 20 Januari 2015. TU Thuy Anh and CHU Thi Mai Phuong. 2014. On the border effect in the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Foreign Trade University (Vietnam). Agustus 2014. William Krist. Negotiations for A Trans Pacific Partnership Agreement. Wilson Center: Program on America and the Global Economy. WEBSITE Anastaius Riyanto. Peningkatan Peran Indonesia dalam Diplomasi Perdagangan Internasional. Dikutip dari http://www.tabloiddiplomasi.org/previousisuue/128-maret-2011/1075-peningkatan-peran-indonesia-dalamdiplomasi-perdagangan-internasional-.html. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 22.42 WIB Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Pertumbuhan PDB 2013 Mencapai 5,78%. Dikutip dari http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05feb14.pdf . Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.24 WIB. Bagus BT Saragih. ASEAN Members Step Up Consolidation for RCEP. Dikutip dari http://www.thejakartapost.com/news/2014/02/27/asean-members- step-consolidation-rcep.html. Diakses pada Selasa, 23 Juni 2015. Pukul 15.42 WIB Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013. Dipetik dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Document s/LPI%202013%20ID%20%20Bagian%20II%20Perekonomian%20Domestik.pdf. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015 Pukul 10.16 WIB. Benny Gunawan Ardiansyah. Siapkah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Perdagangan?. Dikutip dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Siapkah%20Indonesia%20 Menghadapi%20Liberalisasi%20Perdagangan.pdf. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 23.18 WIB Bortiandy Tobing. Perbaikan Kinerja Logistik Nasional. Dikutip dari http://supplychainindonesia.com/new/perbaikan-kinerja-logistik-nasional/. Dikses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 12.17 WIB Dwi Sulistyo. RI Pastikan Tidak Bergabung dengan Pakta Perdagangan Bikinan AS. Dikutip dari http://jaringnews.com/ekonomi/umum/52939/ri-pastikantidak-bergabung-dengan-pakta-perdagangan-bikinan-as. Diakses pada Kamis, 19 Februari 2015. Pukul 10.53 WIB. Erwidodo dan Deny Wachyudi Kurnia. Tata Perdagangan Dunia dan Upaya Indoensia Memacu Ekspor Hasil Pertanian. Dikutip dari http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_2012_01_MU_Erwidod o.pdf. Diakses pada Jumat, 5 Juni 2015. Pukul 14.43 WIB Ferdiansyah Ali. Skema Trans Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat Hancurkan Produk Industri Kelapa Sawit Indonesia. Dikutip dari http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9554&type=4#.VVRHNuHN PVg. Diakses pada Kamis, 14 Mei 2015. Pukul 14.05 WIB ---------. Gita Wirjawan: RI Ikut RCEP Bukan untuk Tandingi TPP. Dikutip dari Hatta: RCEP Untungkan Indonesia. Dikutip rajasa.info/read/1311/hatta-rcep-untungkan-indonesia. Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 00.23 WIB dari http://hatta- Diakses pada Hindra Liauw. Ini Rencana Pembangunan Infrastruktur 2013. Dikutip dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/16/21415449/Ini.Rencana .Pembangunan.Infrastruktur.2013. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 11.27 WIB IFT Online. Indonesia Fokus Selesaikan RCEP di ASEAN. Dikutip dari http://www.ift.co.id/posts/indonesia-fokus-selesaikan-rcep-di-asean. Diakses pada Selasa, 23 Juni 2015. Pukul 15.19 WIB ---------.http://jaringnews.com/ekonomi/umum/49957/gita-wirjawan-ri-ikut-rcepbukanuntuk-tandingi-tpp. Diakses pada Selasa, 12 Mei 2015 Pukul 21.08 WIB http://kemhubri.dephub.go.id/portal- mp3ei/index.php?page=mp3ei&categori=strategis. Diakses pada Kamis, 2 Oktober 2014 ---------.http://worldpopulationreview.com/countries/indonesia-population. Diakses pada Kamis, 24 April 2014 ----------.http://www.businessdictionary.com/definition/governmentprocurement.html. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 22.17 WIB -----------.http://www.setkab.go.id/artikel-9931-wto-dan-peluang-indonesia.html. Diakses pada Minggu, 13 April 2014 -----------.Increase in Indonesia‟s Global Competitiveness Index Reflects Improvements in Its Economic Performance. Dikutip http://setkab.go.id/en/increase-in-indonesias-global-competitiveness- dari index-reflects-improvements-in-its-economic-performance/. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 23.14 WIB ----------.Indonesia Tolak Ajakan Obama Bergabung ke TPP. Dikutip dari http://www.gatra.com/ekonomi-1/5431-indonesia-tolak-ajakan-obamabergabung-ke-tpp.html. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 11.50 WIB Iwan Kurniawan. Hilirisasi Industri Tambang Pantang Mundur. Dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/7311/Hilirisasi-Industri-TambangPantang-Mundur. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.27 WIB Jean Heilman Grier. Government procurement – key element in TPP; Missed opportunity in RCEP? Dikutip dari .http://www.asiapathways- adbi.org/2014/03/government-procurement-key-element-in-tpp-missedopportunity-in-rcep/. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2015. Pukul 22.25 WIB Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Multilateral: World Trade Organization. Dikutip dari http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation &IDP=13&P=Multilateral&l=id. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.50 WIB Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Teknik. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=1&l=id. pada Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.51 WIB Diakses Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. WTO dan Sistem Perdagangan Dunia. Dikutip dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_det ail&news_category_id=4&news_sub_category_id=1. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 11.54WIB -----------.Kerja Sama Ekonomi TPP Cuma Bikin Produk Lokal Tergerus Aja. Dikutip dari http://m.rmol.co/news.php?id=135484. Diakses pada Rabu, 18 Februari 2015. Pukul 23.18 WIB Luhur Hertanto. Gita Wirjawan Tegaskan RI Tolak Ajakan Obama Masuk „TPP‟. Dikutip dari http://finance.detik.com/read/2011/11/15/124955/1767659/4/gitawirjawan-tegaskan-ri-tolak-ajakan-obama-masuk-tpp. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 11. 42 WIB -----------.Negara Tujuan Ekspor 10 Komoditi Utama. Dikutip dari http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potentialcommodities/10-main-commodities. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.45 WIB Neneng Zubaidah. 11 Industri Ini Belum Siap Hadapi Pasar Bebas. Dikutip dari http://economy.okezone.com/read/2014/09/05/320/1034756/11-industriini-belum-siap-hadapi-mea. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 12.18 WIB ---------. Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/122perkembangan-internasional-2013-ii. Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.38 WIB ---------. Peran Pemerintah dan Sektor Bisnis Indonesia dalam Memanfaatkan Peluang APEC 2013 bagi Pembangunan Ekonomi di Kawasan Asia Pasifik. Dikutip dari http://www.apec2013ceosummit.com/press/peranpemerintah-dan-sektor-bisnis-indonesia-dalam-memanfaatkan-peluangapec-2013-bagi-pembangunan-ekonomi-di-kawasan-asia-pasifik.html. Diakses pada Senin, 8 Juni 2015. Pukul 11.06 WIB ---------.Perkembangan Internasional 2013: 1. Indonesian Economic Review and Outlook Macroeconomic Dashboard FEB UGM. Dikutip dari http://macroeconomicdashboard.com/index.php/internasional/106perkembangan-internasional-2013-i Diakses pada Rabu, 21 Januari 2015. Pukul 10.33 WIB Sanchita Basu Das. Challenges in Negotiating the Regional Comprehensive Economic Partership (RCEP). Singapore’s Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Hal 3 ---------.Siaran Pers. Kemenperin Prioritaskan Program Hilirisasi Industri. Dikutip dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/5642/Kemenperin- Prioritaskan-Program-Hilirisasi-Industri. Diakses pada Kamis, 4 Juni 2015. Pukul 11.35 WIB Siprianus Edi Hardum. Daya Saing Indonesia di ASEAN Masih Lemah. Dikutip dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/171385-daya-saing-indonesia-di- asean-masih-lemah.html. Diakses pada Minggu, 7 Juni 2015. Pukul 12.04 WIB ---------. Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Proses Integrasi Ekonomi Kawasan Asia-Pasifik. Dikutip dari http://www.kemlu.go.id/Lists/PressRelease/DispForm.aspx?ID=1052. Diakses pada Rabu, 18 Februari 2015. Pukul 23.50 WIB ---------. UNCTAD Programme on Non-Tariff Measures in World Trade. Dikutip dari http://www.unctad.info/en/Trade-Analysis-Branch/Key-Areas/NTM/. Diakses pada Jumat, 10 April 2015. Pukul 00.08 WIB Wang Yuzhu. The RCEP Initiative and ASEAN “Centrality”. Dikutip dari: http://www.ciis.org.cn/english/2013-12/06/content_6518129.htm. Diakses pada Kamis, 09 April 2015. Pukul 22.54 WIB ---------.Why is Agriculture is Difficult for Trade Deals?. Dikutip dari http://www.asiantradecentre.org/talkingtrade/2015/4/28/why-isagriculture-so-difficult-for-trade-deals. Diakses pada Sabtu, 6 Juni 2015. Pukul 10.51 WIB KARYA ILMIAH & DOKUMEN Andri. 2013. Kebijakan Amerika Serikat Untuk Memenuhi Kepentingan Nasionalnya Melalui Trans Pacific Partnership Periode 2011-2013. Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Angga Handian Putra. Peluang, Tantangan dan Implikasi Trans Pacific Partnership. Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional. Direktorat Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. CLMV Countries Under AFTA: Coping With Revenue Losses. ASEAN One. April. 2005 Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian. 2007. Kebijakan Pemerintah dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan Liberalisasi Perdagangan Jasa Profesi di Bidang Hukum. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI. 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint). Humphrey Wangke. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. 2014. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Imam Mustofa. WTO dan Kedaulatan Pangan. Dikutip dari http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/129037%5B_Konten_%5D-WTO-Rep0001.pdf. Diakses pada Selasa, 9 Juni 2015. Julia Tijaja. 2014. Talking ASEAN: Progress and Further Agendas of The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Presentation and Discussion Report ASEAN Studies Program The Habibie Center. ---------. List of Developing Countries. A Mandatory References for ADS Chapter 310. New Edition. Siaran Pers. Indonesia Masih Mempertimbangkan Keikutsertaannya dalam Trans Pacific Partnership. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. TPP Summary Document. The Australia Malaysia Business Council (AMBC) Triwahyuni Dewi. Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat. Majalah Ilmiah Unikom Vol.9, No.1. Yose Rizal Damuri. 2014. RCEP and Indonesia. ASEAN Studies Program The Habibie Center. LAMPIRAN 1 WAWANCARA Narasumber Jabatan : Reza Pahlevi Chairul : Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Tanggal wawancara : Selasa, 14 April 2015 1. Apa konsep perdagangan Internasional Indonesia pada tahun 2013. Peningkatan ekspor barang dan jasa termasuk jasa konstruksi diarahkan pada penganekaragaman jenis komoditas ekspor, peningkatan jumlah serta mutu barang dan jasa ekspor serta meningkatkan daya saing melalui upaya perluasan pasar, penyebaran informasi dan peningkatan promosi, didukung oleh sarana dan prasarana telekomunikasi, komunikasi, dan transportasi serta lembaga keuangan yang andal. Impor barang dan jasa diarahkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang berorientasi pada ekspor, penghematan devisa, dan pola hidup sederhana. Perlunya melindungi kepentingan produsen dan konsumen dalam rangka memantapkan stabilitas ekonomi, mempercepat pembangunan, menyebarkan dan memeratakan hasil pembangunan ke seluruh wilayah tanah air sehingga kesempatan usaha dan lapangan kerja terbuka lebih luas serta lebih mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. 2. Bagaimana potensi pasar domestik Indonesia dalam perdagangan Internasional. Selama lima tahun terakhir (2005-2009) pertumbuhan ekspor Indonesia cenderung meningkat sebesar 20% pertahun, begitu pula pertumbuhan impor cenderung meningkat sebesar 9,7% pertahun. Pada Tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-29 dalam ekspor dunia dan posisi ke-28 dalam impor dunia. Selama tahun 2009, sektor Industri menyumbang 75,3%, pertambangan 20,2% dan pertanian 4,5 % terhadap total eskpor Indonesia. Negara yang menjadi mitra Dagang utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat Singapura, RRT dan India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia relative lebih baik daripada pertumbuhan ratarata ekonomi ASEAN. Stabilitas makro ekonomi cukup baik, denngan tingkat inflasi terkendali. Potensi pasar yang terbuka dan tenaga kerja yang banyak (625 juta jiwa) Kemudahan informasiakan kebutuhan barang dan jasa xvii Kemudahan fasilitasi perdagangan Indikator lain yang dapat mengukur perkembangan perdagangan adalah diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Kinerja ekspor dapat dikatakan bagus jika produk yang diekspor bervariasi dan juga pasar ekspornya luas. Posisi Indonesia pada beberapa index ekonomi jika dibandingkan dengan negara lain: Logistic Performance Index (2014): Singapura (5), Jepang (10), Australia (16),Korea Selatan (21), Selandia Baru (23), Malaysia (25), Tiongkok (28), Thailand (35), Vietnam (48), Indonesia (53), India (54). Global Competitiveness Index (2013): Singapura (2), Malyasia (24), Brunei (26), Tiongkok (29), Thailand (37), Indonesia (38), India (60), Vietnam (70). Human Development Index (2012): Singapura (18), Malaysia (64), Thailand (103), Filipina (114), Indonesia (121). 3. Bagaimana posisi Indonesia tahun 2013 di berbagai kerjasama ekonomi internasional seperti WTO, APEC dan AFTA a. AFTA No Keterangan Sebelum AFTA (2001 – 2003) Setelah AFTA (2004 – 2012) 1 Pertumbuhan Ekonomi 1,1% 6,2% 2 Ekspor (Rp. Milyar) 95,672 245,730 Impor (Rp. Milyar) - Barang Akhir 4,721 20,028 - Barang Antara 58,262 272,221 3 Output (Milyar) 300,392 1,023,951 4 PDB atau NTB (Milyar) 160,201 575,415 5 Pendapatan Masyarakat (Milyar) 30,856 117,936 6 Penyerapan Tenaga Kerja (Ribu Orang) 1,347 5,409 Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP Indonesia tahun 2012. Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar 15% (2012). Total ekspor jasa ASEAN xviii sebesar US$ 319,7 Milyar dan total impor jasa ASEAN sebesar US$ 306,5 Milyar tahun 2012; Total investasi Jasa ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012); Aliran investasi intra ASEAN mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia. b. WTO Keterlibatan dan posisi Indonesia dalam proses perundingan Doha Development Agenda (DDA) didasarkan pada kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Dalam kaitan ini, untuk memperkuat posisi runding Indonesia bergabung dengan beberapa koalisi. Koalisi-koalisi tersebut antara lain G-33, G-20, NAMA-11, yang kurang lebih memiliki kepentingan yang sama. Indonesia terlibat aktif dalam kelompok-kelompok tersebut dalam merumuskan posisi bersama yang mengedepankan pencapaian development objectives dari DDA. Indonesia juga senantiasa terlibat aktif di isu-isu yang menjadi kepentingan utama Indonesia, seperti pembangunan, kekayaan intelektual, lingkungan hidup, dan pembentukan aturan WTO yang mengatur perdagangan multilateral. Indonesia selaku koordinator G-33 juga terus melaksanakan komitmen dan peran kepemimpinannya dengan mengadakan serangkaian pertemuan tingkat pejabat teknis dan Duta Besar/Head of Delegations, Senior Official Meeting dan Pertemuan Tingkat Menteri; baik secara rutin di Jenewa maupun di luar Jenewa. Hal ini bertujuan demi tercapainya kesepakatan yang memberikan ruang bagi negara berkembang untuk melindungi petani kecil dan miskin. Sebagai koalisi negara berkembang, G-33 tumbuh menjadi kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam perundingan pertanian; anggotanya saat ini bertambah menjadi 46 negara. Indonesia memiliki kepentingan untuk tetap aktif mendorong komitmen WTO untuk melanjutkan perundingan Doha. Indonesia terbuka atas cara-cara baru untuk menyelesaikan perundingan dengan tetap mengedepankan prinsip single undertaking dan mengutamakan pembangunan bagi negara berkembang dan LDCs. c. APEC Melalui keketuaan Indonesia pada APEC 2013, peran dan posisi Indonesia dalam kancah internasional akan semakin strategis. Posisi Indonesia sebagai salah satu di antara sembilan negara APEC yang masuk G-20 sangatlah strategis dalam menjaga stabilitas kawasan sekaligus sebagai motor penggerak ekonomi kawasan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Pasifik. Pada 2011, aktivitas perdagangan Indonesia-APEC mencapai 76 persen dari total perdagangan Indonesia-dunia. Terlebih masuknya sejumlah negara Amerika Latin seperti Meksiko, Cile, dan Peru memberikan alternatif ekspor produk nasional di tengah pelemahan ekonomi sejumlah negara yang menjadi pasar tradisional Indonesia. Pada xix 2012 tren ini juga masih menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara sentral dalam menjaga pertumbuhan kawasan. Dengan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan purchasing power parity (PPP) lebih dari USD1 triliun dan meningkatnya kelas menengah, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi di Asia Pasifik. Asia Pasifik terintegrasi dengan kawasan lain sehingga perlu adanya kemampuan adaptasi (adaptive capacity) untuk merespons setiap sentimen negatif. Ketidakpastian pasokan pangan dan minyak dunia membutuhkan koordinasi dan kerja sama kawasan untuk terhindar dari persaingan yang berpotensi menciptakan destabilitas kawasan. Kepemimpinan Indonesia juga akan sangat menentukan bagi tidak hanya terciptanya ketahanan ekonomi,tetapi juga pengondisian bagi terciptanya kawasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Pasifik. Hal ini terlihat pada semakin menurunnya biaya transaksi perdagangan periode 2007–2010 sebesar lima persen dengan nilai penghematan mencapai USD58,7 juta. Penurunan tarif pada 2010 dapat ditekan menjadi 5,8 persen dari 17 persen pada 1989. Kerja sama ekonomi APEC juga berhasil meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 10,8 persen dalam kurun waktu satu dekade (1999-2009) sehingga tingkat kemiskinan di kawasan APEC dapat ditekan dan berkurang 35 persen dalam kurun 1999-2009. 4. Apa saja kerugian dan keuntungan yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota kerjasama ekonomi internasional hingga tahun 2013. No 1 Peneliti BP2KP Keuntungan Kerugian - Peningkatan kesejahteraan - Defisit perdagangan sebesar US$ 1,516 Juta sebesar USD 579,5 juta - Peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,26% 2 CSIS 3 BAPPENAS - Indonesia’s position in the - Kurangnya daya saing regional value chain - Keterlibatan Indonesia dalam Regional Value Chain di RCEP masih didominasi oleh Low Technololgy Industries yang menghasilkan bahan baku/penolong. - Mendorong Indonesia - Kurangnya daya saing menuju “Regional Production Hub” terutama untuk sektor otomotif 4 ERIA - Dampak RCEP thdp pertumbuhan ekonomi cukup substantial and larger dibandingkan dengan ASEAN, ASEANFTA +CJK, xx ASEAN+3 FTA - Politically, RCEP is beyond economic integration. 5. Apa respon Indonesia saat pertama kalo TPP dibentuk: Keberadaan TPP secara aktual dan potensial mengarah pada penurunan signifikansi ASEAN yang diharapkan sebagai motor kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara dan Asia. Indonesia perlu memelopori usaha-usaha untuk mengarahkan negara-negara anggota ASEAN dan Asia Timur untuk lebih fokus pada upaya-upaya kerjasama ekonomi dalam kerangka ASEAN, dengan berpijak pada prinsip “sentralitas ASEAN” yang secara eksplisit tercantum dalam Piagam ASEAN. Dalam konteks dinamika regional dan internasional yang lebih luas, Indonesia tidak semestinya terlarut dalam agenda kekuatan besar dunia tertentu, khususnya AS, yang menggunakan TPP bukan hanya untuk tujuan ekonomis, tapi juga untuk tujuan geopolitik dan geostrategik dalam rangka memperkuat kembali pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik dan mengurangi pengaruh dari kebangkitan ekonomi dan militer China secara regional dan internasional Pada tataran strategis, kepentingan Indonesia tetap dapat digambarkan dengan dynamic equilibrium, utamanya supaya tidak ada prepondering power di kawasan. Terkait dengan investasi, keleluasaan kebijakan nasional pemerintah akan dibatasi oleh komitmen terhadap investor. (ISDS Komitmen investasi di bidang pertambangan berpotensi sengketa.) Indonesia harus siap menghadapi tuntutan reformasi kebijakan dalam negeri apabila bergabung dengan TPP. Indonesia masih perlu memberikan perlakuan khusus seperti subsidi, kredit ringan, perlindungan dagang, serta pengadaan pemerintah. Untuk memahami posisi Indonesia lebih lanjut dalam isu TPP, sila dilihat link berikut:http://www.sr-indonesia.com/in-the-journal/view/indonesia-connecting-tothe-region-and-beyond. 6. Bagaimana daya saing Indonesia dalam perdagangan intra ASEAN Produk Unggulan Ekspor Indonesia ke ASEAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tekstil dan produk tekstil: Malaysia, Thailand, dan Vietnam Elektronik: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Karet: Singapura Produk hutan: Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand. Alas kaki: Singapura Otomotif: Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar Udang: Vietnam, Singapura, dan Malaysia Coklat: Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand Kopi: Malaysia dan Singapura xxi 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Kulit dan produk kulit: Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Makanan olahan: Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja, Thailand, Vietnam. Essential oil: Singapura. Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia. Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia. Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Nilai Perdagangan Indonesia dengan ASEAN (USD Juta) Note: Sebelumnya Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan negara ASEAN, namun 2 (dua) tahun terakhir (2012 & 2013) mengalami defisit, sebagai akibat peningkatan impor dari Thailand dan Vietnam yang cukup besar, yakni sekitar USD 800 juta dari Thailand dan USD 300 juta dari Vietnam. Impor utama penyumbang defisit adalah sektor otomotif dan gula dari Thailand dan dari Vietnam antara lain sektor besi dan baja, dan termasuk beras. 7. Bagaimana proses pengambilan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam merespon TPP TPP saat ini merupakan isu perdagangan internasional yang penting dan kompleks. Perkembangan TPP diperkirakan akan memiliki pengaruh terhadap arah dan masa depan ASEAN dan kerjasama regional lainnya, sekaligus arsitektur kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, arah diplomasi ekonomi Indonesia terhadap TPP sudah harus jelas sejak awal. Terkait hal itu, Indonesia hendaknya menyelesaikan terlebih dahulu xxii perundingan RCEP yang dijadwalkan selesai 2015, baru kemudian melihat kepada TPP. Indonesia harus mampu menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan adanya kesamaan visi dan misi di antara para stakeholders di dalam negeri. 8. Kebijakan-kebijakan alternatif apa sajakah yang telah diambil pemerintah Indonesia sebelum merespon untuk tidak bergabung ke TPP Indonesia bersikap “open-minded” dan pada waktu yang bersamaan berorientasi pada kepentingan nasional. RI menjunjung tinggi prinsip politik luar negeri bebas-aktif. 9. Adakah pengaruh internal negara dalam proses pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan luar negeri yang terkait dengan TPP? Indonesia mempertimbangkan fakor kesiapan pelaku usaha, dan infrastruktur perdagangan (hardware dan software) di dalam Negeri sebelum mengambil posisi terhadap TPP. Indonesia memandang isu perdagangan di TPP pada saat ini terlalu advanced untuk diikuti oleh pelaku usaha dan perdagangan di dalam Negeri. Kebanyakan isu yang diangkat dalam TPP merupakan isu next-generation of trade yang termasuk didalamnya mengatur kebijakan perburuhan, HAKI, dan e-commerce. Indonesia berpandangan bahwa institusional next-genaration of trade di Indonesia perlu diberikan kesempatan untuk tumbuh sesuai kebutuhan Indonesia sendiri daripada mengacu pada standard Negara-Negara maju yang tergabung dalam TPP. 10. Akankah Indonesia merubah sikapnya untuk bergabung ke TPP di masa yang akan datang. Secara internal, ekonomi Indonesia sendiri belum cukup kuat untuk melibatkan diri dalam sebuah perjanjian perdagangan bebas yang sangat komprehensif dan mengikat, mengingat masih rendahnya daya saing ekonomi nasional secara umum dan banyaknya kelemahan-kelemahan dalam ekonomi domestik yang harus lebih dahulu dibenahi. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih membutuhkan Special and Differential Treatment (SDT) untuk pertanian, stabilisasi harga beras dan perlindungan petani. Dalam hal ini pemerintah perlu meningkatkan keseriusan untuk memelopori usaha peningkatan daya saing ekonomi nasional, dengan melibatkan semua pihak yang terkait, seperti pengusaha nasional, pengusaha di daerah, pemerintah daerah dan masyarakat secara umum. xxiii LAMPIRAN 2 WAWANCARA Narasumber Jabatan : Reza Pahlevi Chairul : Deputy Director of ASEAN Cooperation Kementerian Perdagangan Republik Indonesia 1. Mengapa pemerintah Indonesia lebih memilih RCEP dibandingkan dengan TPP? Bagaimana perhitungan rasionalnya? 2. Kebijakan apa saja yang telah ditetapkan sebelum akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk bergabung ke RCEP? 3. Apa perbedaan mempertahankan sentralitas ASEAN dengan dibentuknya RCEP? 1. Pilihan antara memilih RCEP dan TPP sebenarnya lebih bersifat politis (dapat dicari dari inisiasi awal pembentukan RCEP). Tetapi mungkin saya akan menjelaskannya dari sisi benefit dalam trade yang akan Indonesia dapatkan. Negara yang berpartisipasi dalam RCEP adalah mitra ekonomi yang penting dan tetangga regional untuk Indonesia. Mitra dagang utama Indonesia ( Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China dan India ) yang berpartisipasi dalam negosiasi RCEP. Dll. Neraca Perdagangan Indonesia Dengan Negara-Negara RCEP Countries Populations* Trade INA Export INA Import Balances GDP (US$ (US$ (US$ (US$ Billions)** Thousand)*** Thousand)*** Thousand) 22,262,501 961.0 3,358,465.0 5,078,466.7 -1,720,001.7 415,717 21.6 81,754.9 14,714.1 67,040.8 INA-FTA Australia Yes Brunei Darussalam Yes Burma Yes 55,167,330 102.6 400,835.6 63,532.6 337,303.0 Cambodia Yes 15,205,539 36.5 291,645.8 11,572.3 280,073.5 xxiv India Yes 1,220,800,359 4,716.0 12,446,748.3 4,016,527.4 8,430,220.9 Japan Yes 127,253,075 4,576.0 17,231,238.7 22,721,469.3 -5,490,230.6 Laos Yes 6,695,166 18.9 6,684,564.0 8,301,466.6 -1,616,902.6 Malaysia Yes 29,628,392 494.7 23,783.0 3,301.2 20,481.8 New Zealand Yes 4,365,113 130.9 6,321,100.4 2,147,943.8 Philippines Yes 105,720,644 419.6 366,070.0 696,253.4 -330,183.4 PR of China Yes 1,349,585,838 12,260.0 3,688,003.4 793,464.7 2,894,538.7 Singapore Yes 5,460,302 323.0 20,864,072.7 28,961,956.8 -8,097,884.1 South Korea Yes 48,955,203 1,598.0 10,637,778.1 -86,875.5 Thailand Yes 67,497,151 645.2 5,490,150.2 11,298,778.5 -5,808,628.3 Viet Nam Yes 92,477,857 336.2 2,256,462.2 2,570,208.1 -313,745.9 251,160,124 1,204.0 92,203,740.6 101,490,590.2 -9,286,849.6 153,042,800.0 149,125,300.0 3,917,500.0 Indonesia TOTAL TRADE COUNTRIES 2012 BALANCE 8,469,044.2 10,550,902.6 INDONESIA-RCEP TOTAL INDONESIAN TRADE BALANCE 2012 Pada tahun 2012, ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP adalah sebesar US$ 92,2 Miliar atau 60% dari ekspor nasional, sementara impor dari negara-negara RCEP sebesar US$ 101,5 Miliar atau 68% dari impor nasional. Itu artinya negara-negara anggota RCEP merupakan mitra dagang yang mencakup 64% dari perdagangan dua arah Indonesia dengan keseluruhan anggotanya sudah memiliki Free Trade Agreement dengan Indonesia. (bisa di cari untuk update data terbaru) Neraca Perdagangan Indonesia Dengan Negara-NegaraTrans-Pacific Partnership(TPP) Countries Australia Populations* INA Export INA Import Trade GDP (US$ (US$ (US$ Balances (US$ Billions)** Thousand)*** Thousand)*** Thousand) 22,262,501 961.0 INA-FTA Yes xxv 3,358,465.0 5,078,466.7 -1,720,001.7 Brunei Yes Darussalam 415,717 21.6 81,754.9 14,714.1 67,040.8 Canada No 34,568,211 1,474.0 792,445.9 1,810,253.5 -1,017,807.6 Chile No 17,216,945 316.9 175,346.5 206,640.9 -31,294.4 Japan Yes 127,253,075 4,576.0 17,231,238.7 22,721,469.3 -5,490,230.6 Malaysia Yes 29,628,392 494.7 23,783.0 3,301.2 20,481.8 Mexico No 118,818,228 1,798.0 593,493.4 568,427.0 25,066.4 New Zealand Yes 4,365,113 130.9 6,321,100.4 2,147,943.8 Peru No 29,849,303 322.9 159,648.3 72,679.0 86,969.3 Singapore Yes 5,460,302 323.0 20,864,072.7 28,961,956.8 -8,097,884.1 United States No 316,438,601 16,240.0 14,590,941.0 11,468,858.6 3,122,082.4 Viet Nam Yes 92,477,857 336.2 2,256,462.2 2,570,208.1 -313,745.9 251,160,124 1,204.0 68,596,695.8 79,798,075.6 -11,201,379.8 153,042,800.0 149,125,300.0 3,917,500.0 Indonesia TOTAL TRADE COUNTRIES 2012 BALANCE 8,469,044.2 INDONESIA-TPP TOTAL INDONESIAN TRADE BALANCE 2012 Pada tahun 2012, ekspor Indonesia ke negara-negara anggota TPP adalah sebesar US$ 68,6 Miliar atau 45% dari ekspor nasional, sementara impor dari negara-negara TPP sebesar US$ 79,8 Miliar atau 53% dari impor nasional. Nilai tersebut mencakup 49% dari perdagangan dua arah Indonesia, dimana Indonesia sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Australia, Jepang, Selandia Baru, dan rekan-rekan di ASEAN. Sementara dengan Kanada, Chili, Meksiko, Peru, dan Amerika Serikat kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas. (bisa di cari untuk update data terbaru) 2. Kebijakan itu di ambil oleh ASEAN jadi kesepakatan negara anggota ASEAN. Disini yang perlu di tekankan adalah Indonesia adalah bagian dari ASEAN itu sendiri. Apabila dilihat dari perjalanannya Indonesia adalah sebagai salah satu negara yang mengusulkan terbentuknya RCEP. RCEP merupakan langkah yang signifikan dalam evolusi kerangka kebijakan perdagangan di Asia Timur selama dekade terakhir. Sejarah RCEP dimulai sekitar 10 tahun lalu dengan diadakannya proses studi kelayakan untuk FTA antara ASEAN, China, Jepang, dan Korea ( dikenal sebagai ASEAN +3 ). Hal ini didukung pada xxvi tahun 2007 dengan suatu proses studi paralel untuk sebuah FTA ASEAN +6, yang mencakup mitra ASEAN +3 ditambah Australia, India, dan Selandia Baru. Kedua proses studi ini rampung pada tahun 2011 dan konsep RCEP ASEAN mulai dikedepankan. (pertanyaanya kurang jelas, kebijakan yang di ambil sebelum bergabung dengan rcep). 3. RCEP ini terbentuk dari ASEAN+6 disana ASEAN pun tetep menjadi sentral dan dalam perkembangannya konsep RCEP ini barulah di kedepankan. Pembentukan RCEP diyakini akan menjadi pasar perdagangan bebas terbesar didunia. Selain itu, RCEP juga dijadikan sebagai batu loncatan dari pembentukan area perdagangan bebas di Asia-Pasifik pada tahun 2020 dibawah Free Trade Area of The Asia-Pacific (FTAAP) dalam komitmen negara-negara APEC. Hal ini didasari atas argumentasi bahwa ASEAN merupakan pusat dari pertumbuhan ekonomi dunia ditengah-tengah krisis ekonomi global. Sentralitas ASEAN dianggap penting dalam mengembangkan arsitektur Asia-Pasifik yang lebih luas, dimana negara-negara anggota ASEAN dan ke enam mitra FTA ASEAN terlibat didalamnya. Namun, yang lebih penting dari sentralitas ASEAN adalah bahwa pertumbuhan ekonomi di ASEAN melalui pasar yang besar dan produktifitas yang tinggi dapat membawa perbaikan bagi perekonomian dunia. Sehingga di masa depan, ASEAN akan menjadi arena pertarungan negara maju dalam memperebutkan pasar. Dengan kata lain RCEP adalah salah satu cara untuk mencapai sentralitas ASEAN di dunia. xxvii LAMPIRAN 3 WAWANCARA Narasumber Jabatan : Jedut A. Sutoyo : Kepala Seksi Perdagangan Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Tanggal Wawancara : Senin, 22 Juni 2015 1. Bagaimana posisi Indonesia terkait pembentukan TPP dan RCEP? Saat ini TPP bukan menjadi fokus Indonesia. TPP pembahasannya dan cakupan kerjasamanya lebih luas dan mendalam. Pada kenyataannya, negara-negara ASEAN yang telah bergabung ke TPP saja mengalami kesulitan. Bagi Indonesia TPP masih tergolong kerjasama perdagangan bebas yang sulit karena tidak ada batasan-batasan tertentu dalam kerjasamanya dan tergolong sangat ambisius dan berstandar tinggi atau spophisticated. Sedangkan dengan RCEP, Indonesia lebih sesuai jika bergabung ke dalamnya. Di RCEP, terdapat batasan-batasan tertentu dalam kerjasamanya. Selain itu, Indonesia lebih memilih RCEP karena lebih menekankan kepada kemampuan negara-negara di ASEAN. Melalui RCEP, Indonesia bisa memfokuskan kerjasama dalam kerangka perdagangan bebas intra ASEAN yang membahas mengenai liberalisasi barang, jasa dan investasi. Sedangkan isu-isu di TPP seperti HAKI, liberalisasi pertanian, ecommerce, pengadaan pemerintah (government procurement) belum menjadi fokus Indonesia terkait dengan kemampuan Indonesia yang masih lemah dalam isu-isu tersebut. 2. Apa alasan politik strategis Indonesia terhadap pembentukan keduanya? Saat ini di berbagai kawasan mulai banyak berkembang kerjasama perdagangan bebas atau FTAs. Hal ini terjadi disebabkan di beberapa kerjasama ekonomi mulitlateral seperti WTO, perundingan yang terjadi di dalamnya tidak menghasilkan perkembangan yang signifikan bahkan cenderung stagnan atau jalan di tempat. Secara politik strategis, Indonesia menginginkan ASEAN menjadi pusat kerjasama perdagangan bebas atau ASEAN led. Hal ini disebabkan leverage negara-negara ASEAN sedikit, yang artinya belum bisa berjalan sendiri sehingga membutuhkan ASEAN sebagai alat tawar dan perundingan yang bersifat multilateral. Oleh karena itu, dalam kerjasama RCEP, ASEAN berperang penting yang mengendalikan berjalannya perjanjian tersebut. Selain itu, kesulitan Indonesia jika berabung dengan TPP adalah RCEP belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Selain itu, secara politis, Indonesia memastikan kerjasama yang ada di RCEP tidak keluar dari kerangka ASEAN Summit. Maksudnya adalah tidak ada pembedaan xxviii pemberlakuan tarif misalnya baik terhadap anggota RCEP maupun bukan. Adapun dari segi persaingan produk, di TPP kepenitngan Indonesia berbenturan dengan kepentingan negara-negara Eropa yang juga memperjuangkan produk utamanya misalnya CPO, sedangkan CPO Indonesia di TPP dinyatakan tidak ramah lingkungan. 3. Adakah indikasi dominasi Amerika Serikat atau Tiongkok dalam kerjasama keduanya? Di dalam TPP, sangat terlihat dominasi Amerika Serikat. Hal ini tercermin dari keinginan AS untuk tetap mempertahankan hak patennya dalam produk-produknya contohnya yaitu produk obat generik. Hal ini juga terkait dengan ketidakikutsertaan India di TPP disebabkan karena India sebagai produsen obat-obatan generik di dunia. Sedangkan mengenai adanya Tiongkok di RCEP, hal ini didasarkan pada kerjasama ASEAN +3 yang telah berlangsung sehingga ASEAN dalam hal ini melalui RCEP tidak bisa meninggalkan Tiongkok yang memilki potensi besar dalam perdagangan internasionalnya. xxix LAMPIRAN 4 WAWANCARA Narasumber Jabatan : Arif Sulaksono : Kepala Seksi APEC SOM Committee On Ecotech Dan Working Groups, Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika, Ditjen Asia pasifik dan Afrika. Tanggal Wawancara : Senin, 22 Juni 2015 1. Bagaimana posisi Indonesia terkait pembentukan TPP dan RCEP? Sampai saat ini Indonesia belum menentukan apakah akan bergabung atau tidak ke TPP. Indonesia masih terus memonitor perkembangan yang terjadi di TPP dan mengantisipasi supaya apa yang terjadi di TPP tidak merugikan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mau terbentuk adanya blok baru dalam kerjasama perdagangan bebas, misalnya dengan membuat preferensi tarif yang berbeda. TPP juga bersifat single undertaking yaitu mengharuskan adanya kesepakatan antar dua negara yang bekerjasama. Adapun dengan RCEP, Indonesia lebih memilih RCEP karena secara kompetisi dalam produk, Indonesia cenderung lebih siap bersaing dengan negaranegara anggota di RCEP. Sebagai contoh Indonesia memiliki kesamaan produk dengan Tiongkok, maka peluang kerjasama liberlisasi akan sama-sama dibuka yang pada akhirnya Indonesia dan Tiongkok memiliki suara dan kepentingan yang sama yang diperjuangkan dalam kerjasama tersebut. 2. Apa alasan politik strategis Indonesia terhadap pembentukan keduanya? Secara politik strategis, Indonesia dan TPP letak geografisnya berjauhan jika dibandingkan dengan negara-negara di RCEP. RCEP lebih dekat dengan Indonesia. Alasan politisnya yaitu melalui RCEP, ASEAN akan memimpin dan menentukan arah perundingannya. Indonesia bergabung ke RCEP melalui ASEAN agar dapat menjadi penyeimbang antara dua kekuatan ekonomi besar yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok. Sedangkan dalam hal produk, Indonesia akan bersaing dengan produkproduk di TPP yang sama dengan yang dimiliki oleh Indonesia, misalnya CPO yang juga dimiliki oleh negara-negara Eropa di TPP. Dalam hal ini, negara-negara Eropa di TPP sangat memperjuangkan kepentingannya dengan produk CPO nya dan tidak ingin bersaing dengan CPO Indonesia. xxx 3. Adakah indikasi dominasi Amerika Serikat atau Tiongkok dalam kerjasama keduanya? Dalam kerjasama multilateral semua negara pasti berusaha akan mendominasi dan tidak dapat dipungkiri bahwa sekilas TPP dan RCEP memang terlihat adanya kompetisi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Oleh karena itu, Indonesia tidak mau ada dominasi satu negara tertentu. Melalui ASEAN yang pengambilan kebijakannya dilakukan secara konsensus, di RCEP berusaha untuk meminimalisir dominasi satu negara tertentu. Sedangkan jika di dalam kerjasama ekonomi multilateral lainnya seperti WTO dan APEC juga dilaksanakan pengambilan keputusan secara konsensus sehingga tidak ada satu negara yang mendominasi. Adapun seperti Tiongkok dan Rusia yang akan bergabung ke dalam salah satu kerjasamanya, maka itu hanya untuk meningkatkan eksistensi dan bukan untuk mendominasi. xxxi