Times New Roman 14, bold, centered

advertisement
1
PENGARUH INDEK BURSA DUNIA TERHADAP INDEK SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA
Chairil Akhyar 1 Nurhadi 2
3
4
Ghazali.Syamni Anwar Puteh
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Kampus Bukit Indah, Blang Pulo, Lhokseumawe, 23111
[email protected]
Abstract
The purpose of this study was to examine the influence of the world stock
price index of the composite stock price index in Indonesia Stock
Exchange. The data used is the monthly index for the year 2009-2012 from
the JCI index, KLCI, STI, HSI, KOSPI, N255, ASX, FTSE, and HSI.
Methods of data analysis using multiple regression models and processed
using SPSS 17.0. The research found that indices of Australia, London and
America did not affect the JCI, while the KLCI index, STI, HSI, KOSPI,
and the N225 effect on JCI.
Keywords: examine, world, index, JCI
Wacana integrasi pasar modal semakin
didengunkan beberapa tahun belakangan ini.
Integrasi pasar modal dapat mereferensi
seorang investor di suatu negara, dapat
membeli dan menjual tanpa pembatasan, surat
berharga yang dikeluarkan di negara lain.
Implikasinya adalah bahwa harga surat-surat
berharga yang identik akan sama setelah
disesuaikan dengan nilai kurs mata uang yang
berlaku. (Pieper dan Vogel, 1997). Meskipun,
umumnya untuk bursa-bursa saham yang
berdekatan lokasinya, seringkali memiliki
investor yang sama (Chabachib dan
Witjaksono, 2011).
Banyak Penelitian menemukan hasil
yang berbeda berkaiatan dengan studi ini.
Muzammil (2011); Maskie dan Satria (2003);
Mansur (2002) menemukan bahwa bursa
saham suatu negara sangat dipengaruhi oleh
bursa saham lainnya.. Sedangkan Maskie dan
Satria (2003) mengatakan bahwa indek KLSE,
PSE, STI, dan SET, secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap IHSG Namun
secara parsial hanya KLSE dan STI yang
berpengaruh terhadap IHSG. Saputro (2009)
menunjukkan bahwa secara simultan kelima
indek global berpengaruh terhadap IHSG,
namun secara parsial hanya Dow Jones,
KOSPI, dan STI yang mempengaruhi IHSG di
Bursa Indonesia.
Beberapa hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa keterkaitan indek dunia
dengan Indek Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia terus mengalami
perubahan setiap tahunnya. Berdasarkan data
www.yahoofinance.com
memang
menunjukkan ada perubahan IHSG selama satu
4 tahun terakhir mulai dari tahun 2009-2012
(Tabel 1).
Berdasarkan uraian singkat tersebut,
maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh indek bursa dunia
terhadap indek saham di Bursa Efek Indonesia
2. Literatur
2.1 Integrasi Pasar Modal
Pasar terintegrasi didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana tidak adanya hambatan
(Husnan, 1996). Menurut Eitment, et. al (2006)
mengatakan, integrasi pasar adalah keadaan
harga-harga saham di berbagai pasar modal di
dunia mempunyai hubungan yang sangat
dekat, sehingga pasar modal di dunia dapat
mencapai suatu harga internasional atas
saham-saham mereka dan memberikan akses
yang tidak terbatas atau hambatan apapun
kepada para investor diseluruh dunia untuk
memilikinya. Onay (2007); Bodie. et. al.
(2005) menyatakan bahwa korelasi antar bursa
2
bervariasi dari waktu ke waktu, Korelasi ini
penting bagi keputusan diversifikasi portofolio.
Dengan
demikian,
disimpulkan
terintegrasi pasar modal dunia berhubungan
erat satu sama lain, dan mempengaruhi naik
turunya nilai saham di setiap bursa. Karena
menghasilkan risiko dan return yang sama
besarnya di seluruh pasar modal didunia yang
pada akhirnya memberikan kebebasan para
investor untuk menanamkan investasinya di
pasar modal.
2.2 Indek Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Variabel Ekonomi
Indek Harga Saham Gabungan (IHSG)
mengambil hari dasar tanggal 10 Agustus 1982
dan mengikutsertakan semua saham yang
tercatat di BEI. IHSG diperkenalkan pertama
kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan
sebagai indikator pemantauan pergerakan
saham. Indek ini mencakup semua saham biasa
maupun saham preferen di BEI. Sejak tanggal
1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta
digabung dengan Bursa Efek Surabaya
menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu
IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG
sejak penggabungan tersebut.
Dalam perkembangannya pasar modal
dan IHSG sangat dipengaruhi variabel
ekonomi makro. Pasar modal mencerminkan
kejadian pada perekonomian makro ekonomi
karena nilai investasi ditentukan opleh aliran
kas yang diharapkan serta return yang
disyaratkan atas suatu investasi. Namun kedua
faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan ekonomi makro
(Tandelilin, 2010). Selanjutnya, Tandelilin
(2010) menyebutkan variabel ekonomi makro
tersebut antara lain produk domestik bruto,
tingkat pengangguran, inflasi, tingkat bunga,
nilai rupiah, anggaran defisit, investasi swasta
dan neraca perdagangan. Kondisi makro
perekonomian suatu negara merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan yang ada di negara tersebut
khususnya perusahaan yang termasuk dalam
bursa di suatu negara (Samsul, 2008).
2.2.1 Indek Bursa Saham Dunia dan IHSG
Keterkaitan pasar modal Indonesia
dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah
diperbolehkannya para investor untuk ikut
menguasai saham-saham yang tercatat di BEI.
Investasi portofolio asing berperan sangat
penting di pasar modal manapun (Mobius,
1998). Walaupun investor domestik meningkat
tetapi terdapat kebiasaannya investor domestik
sering mengekor investor asing atau setidaknya
investor domestik menggunakan perilaku
investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000).
Beberapa indek bursa saham dunia yang
telah diuji pengaruhnya terhadap Indek Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Indek tersebut antara lain; Indek Bursa
Malaysia (Kuala Lumpur Composite Index/
KLCI), Indek Bursa Singapore (Strait Times
Index / STI), Indek Bursa Hongkong (Hang
Seng Index / HSI), Indek Bursa Korea Selatan
(KOSPI), Indek Bursa Tokyo (Nikkei 225/
N225), Indek Bursa Australia (Australia
Securities Index/ ASX), Indek Bursa London
(Financial Times Securities Exchange/ FTSE)
dan Indek Bursa New York (Dow Jones Index /
DJI).
Berdasarkan hasil empiris tersebut maka
dapat dikatakan bahwa selain karakteristik
unik industri dan emiten, bursa saham asing
adalah
faktor
penting
yang
harus
dipertimbangkan, terutama investor yang
menggunakan strategi indek dalam berinvestasi
3.Metode Penelitian
3.1 Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian
ini adalah data sekunder periode tahun 20092012 diambil dari Indek Harga Saham
Gabungan (IHSG), Kuala Lumpur Composite
Index (KLCI), Hang Seng Index (HSI), Korea
Composite Stock Price Index (KOSPI), Strait
Times Index (STI), Nikkei 225 (N225),
Australia Securities Index (ASX), Financial
Times Securities Exchange (FTSE), dan Dow
Jones Index (DJI) yang berupa indek
penutupan (clossing price) bulanan. Adapun
data sekunder tersebut diperoleh dari publikasi
masing-masing bursa terkait dan melalui
publikasi www. yahoo.finance.com. Tentu saja
bursa dunia yang diamati adalah bursa yang
berhubungan kuat dengan Bursa Efek
Indonesia. Dalam penelitian ini maksudnya
didasarkan
pada
pengamatan
terhadap
hubungan perekonomian antar negara yang
bersangkutan dan atas dasar berbagai hasil
kajian terdahulu.
3.2 Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
dependen yaitu IHSG. Sedangkan variabel
independen yaitu KLCI (X1), STI (X2), Hang
Seng (X3), indek KOSPI (X4), indek Nikkei
3
225 (X5), indek ASX (X6), indek FTSE (X7),
dan DJI (X8). Semua variabel penelitian diukur
dalam ukuran rasio. Rasio tersebut diperoleh
dengan perbandingan nilai penutupan indek
bulan ini dengan mengurangi indek penutupan
bulan sebelumnya dan membagikan dengan
indek penutupan bulan sebelumnya.
3.3 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda, dimana
data diolah dengan bantuan pengolahan data
SPSS 16. Dan model persamaannya: Y = α +
β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4 + β5.X5 + β6.X6 +
β7.X7 + β8.X8 + ε
Keterangan:
Y : Indek Harga Saham Gabungan (IHSG).
α : Konstanta
β : Koefisien Variabel X.
X1 : Kuala Lumpur Composite Index (KLCI)
X2 : Strait Times Index (STI)
X3 : Hang Seng Index (HSI)
X4 : Korea Composite Stock Price Index (KOSPI)
X5 : Nikkei 225 (N225)
X6 : Australia Securities Index (ASX)
X7 : Financial Times Securities Exchange (FTSE)
X8 : Dow Jones Index (DJI)
ε : Term Error
4. Pembahasan
Hasil regresi linear berganda dalam
penelitian ini terlihat pada Tabel 2. Tabel 2
maka dapat disusun persamaan regresi linear
berganda, yaitu sebagai berikut:
Y = 0,012 + 0,405 X1 + 0,013 X2 + 0,276 X3 +
0,530 X4 + 0,019 X5 – 0,003 X6 – 0,002 X7 +
0,008 X8 + ε, Persamaan di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa:
1) Koefisien
konstanta
positif
0,012
menunjukkan kemungkinan Indek Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
tanpa dipengaruhi oleh indek bursa saham
dunia. Artinya, tanpa dipengaruhi indek
bursa dunia, IHSG bergerak naik 1,2%
setiap bulannya.
2) Koefisien β1 positif 0,405 menunjukkan
adanya pengaruh searah antara Kuala
Lumpor Composite Index dengan Indek
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia. Artinya, jika KLCI meningkat
sebesar 1% per bulan, maka IHSG akan
meningkat sebesar 40,5% per bulannya.
3) Koefisien β2 positif 0,013 menunjukkan
adanya hubungan antara Strait Times Index
(STI) di Bursa Singapore dengan Indek
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Indonesia (BEI). Artinya, jika STI
meningkat sebesar 1% per bulannya, maka
IHSG akan meningkat sebesar 1,3% setiap
bulannya.
Koefisien β3 positif 0,276 menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara Hang Seng
Index (STI) dengan Indek Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Artinya, jika bahwa HSI meningkat
sebesar 1%, maka IHSG akan naik sebesar
27,6% per bulan.
Koefisien β4 positif 0,530 menunjukkan
hubungan searah antara Korea Composite
Stock Price Index (KOSPI) dengan Indek
Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia. Artinya, jika KOSPI meningkat
sebesar 1%, maka IHSG akan meningkat
sebesar 53,0% setiap bulannya.
Koefisien β5 positif 0,019 menunjukkan
hubungan searah antara Nikkei 225 (N225)
dengan Indek Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia Artinya, jika Nikkei
225 meningkat sebesar 1%, maka IHSG
akan meningkat sebesar 1,9% per bulan.
Koefisien β6 negatif 0,003 menunjukkan
adanya hubungan berlawanan arah antara
Australia Securities Index (ASX) dengan
Indek Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia. Artinya, jika bahwa ASX
meningkat sebesar 1%, maka IHSG akan
turun sebesar 0,3% setiap bulannya.
Koefisien β7 negatif = 0,002 yang juga
menunjukkan adanya hubungan yang
berlawanan arah (non-linear) antara
Financial Times Stock Exchange (FTSE)
di Bursa London (London Stock Exchange
/ LSE) dengan Indek Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Artinya, jika diasumsikan bahwa
FTSE naik sebesar 1%, maka secara
bersamaan IHSG akan turun sebesar 0,2%
setiap bulannya.
Koefisien β8 positif 0,008 menunjukkan
adanya hubungan searah antara Dow Jones
Index (DJI) dengan Indek Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Jika
diasumsikan bahwa DJI di NYSE
meningkat sebesar 1%, maka peningkatan
ini akan memicu peningkatan IHSG di BEI
sebesar 0,8% setiap bulannya.
4.1 Pengaruh indek bursa dunia terhadap
indek harga saham gabungan Indonesia
Hasil
penelitian
secara
umum
menunjukkan bahwa hanya variabel atau indek
4
Bursa Australia, Financial Times Securities
Exchange di Bursa London dan Dow Jones
Index di Bursa New York yang tidak
bepengaruh terhadap IHSG di Bursa Indonesia.
Sedangkan indek lainnya mempengaruhi indek
IHSG.
Kuala Lumpur Composite Index (KLCI)
memiliki nilai signifikansinya 0,013 atau (5%)
sehingga menolak Ho dan menerima Ha,
artinya indek Bursa Malaysia, yaitu KLCI
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa efek Indonesia (BEI). KLCI meningkat
maka IHSG pun akan meningkat atau
penurunan KLCI memicu penurunan IHSG.
Kondisi ini sangat relevan karena letak
Indonesia dan Malaysia yang sangat
berdekatan serta banyak penduduk Indonesia
yang berada di Malaysia dan banyak pula
penduduk Malaysia yang berada di Indonesia,
sehingga memungkinkan terdapat investor
yang sama di Bursa Efek Indonesia maupun di
Bursa Malaysia.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Chabachib dan Witjaksono (2011), yang
menyatakan bahwa pada umumnya untuk
bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya
seringkali memiliki investor yang sama. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil kajian
Muzammil (2011) serta Maskie dan Satria
(2003), yang menunjukkan bahwa KLCI
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Indek Bursa Singapore (Singapore Stock
Exchange/ SSE), nilai signifikansinya 0,038
atau (5%). artinya indek Bursa Singapore
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan
STI menambah IHSG di BEI. Sama halnya
dengan Bursa Malaysia, dimana letak
Indonesia dan Singapore juga sangat
berdekatan serta banyak penduduk Indonesia
yang berada di Singapore dan banyak pula
penduduk Singapore yang berada di Indonesia,
sehingga memungkinkan terdapat investor
yang sama di Bursa Efek Indonesia maupun di
Bursa Singapore. Hasil kajian ini sesuai
dengan Muzammil (2011); Maskie dan Satria
(2003.
Indek Bursa Hongkong, Hang Seng
Index (HSI) nilai signifikansinya 0,02,5 atau
5% sehingga artinya indek Bursa Hongkong
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan
HSI di HSE meningkatkan IHSG di BEI.
Kondisi ini dapat terjadi karena Bursa
Hongkong merupakan salah satu bursa yang
tegolong maju di kawasan Asia, meskipun
lokasi Hongkong tidak dalam satu kawasan
dengan Indonesia. Temuan ini sesuai
Chabachib dan Witjaksono (2011), Mansur
(2008), yang mengatakan HSI berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
Indek Bursa Korea Selatan, KOSPI
memiliki signifikansinya (0,00 atau < α (1%).
Artinya KOSPI berpengaruh positif dan
signifikan terhadap IHSG. Peningkatan KOSPI
meningkatkan IHSG di BEI. Alasannya, Bursa
Hongkong dan Bursa Korea Selatan juga
tergolong maju di kawasan Asia sehingga
kondisi ini relevan dapat terjadi. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Mansur (2008) yang menunjukkan
bahwa KOSPI berpengaruh signifikan terhadap
IHSG.
Indek Bursa Tokyo yaitu Nikkei 225
(N225) memiliki nilai signifikansinya (0,05%)
< α (5%) sehingga indek Bursa Tokyo
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan
N225 akan menambah nilai IHSG di BEI.
Bursa Tokyo merupakan bursa
tergolong maju bahkan termaju di kawasan
Asia. Disamping itu, hubungan perekonomian
Indonesia dengan Jepang juga sangat tinggi,
dimana Jepang bertindak sebagai sumber
produksinya Indonesia dan Indonesia bertindak
sebagai pangsa pasarnya Jepang. Peningkatan
perekonomian
Jepang
secara
otomatis
meningkatkan N225, sehingga perekonomian
Indonesia juga akan meningkat ditandai oleh
meningkatnya IHSG. Hasil penelitian ini
sesuai dengan Saputro (2009) dan Mansur
(2008) yang menunjukkan bahwa N225
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Indek
Bursa
Australia
nilai
signifikansinya (0,67) lebih besar 5%. Indek
Bursa Australia yaitu ASX berpengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap IHSG
di BEI. Dengan kata lain, peningkatan ASX
tidak sepenuhnya menyebabkan IHSG di BEI
turun. Hasil penelitian ini cenderung tidak
sejalan dengan pernyataan Chabachib dan
Witjaksono (2011), yang menyatakan bahwa
umumnya bursa-bursa yang memiliki pengaruh
yang kuat terhadap kinerja bursa efek lainnya
adalah bursa efek yang tergolong maju.
Disamping itu, hasil penelitian ini juga
cenderung kurang konsisten dengan hasil
penelitian Mansur (2002), yang menyatakan
bahwa ASX berpengaruh signifikan terhadap
5
IHSG. Hal ini dapat terjadi karena penelitian
ini dilakukan pada Januari 2009 hingga
Desember 2012, dimana dampak krisis
finansial global yang terjadi pada tahun 2008
masih dirasakan oleh seluruh negara
khususnya negara maju dan pada tahun 2009
juga meletusnya krisis Eropa serta naikknya
harga minyak dunia..
Indek Bursa London yaitu Financial
Times Securities Exchange memiliki nilai
signifikansinya (0,447%) > (5%). Dengan kata
lain, peningkatan FTSE di LSE tidak
sepenuhnya memnyebabkan IHSG di BEI
turun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
pernyataan Chabachib dan Witjaksono (2011)
tetapi sesuai Saputro (2009) yang menyatakan
bahwa FTSE tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG.
Indek Bursa New York yaitu Dow
Jones
Index
(DJI)
memiliki
nilai
signifikansinya 0,96,5 atau > 5%, artinya indek
Bursa New York, DJI berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap IHSG di BEI.
Dengan kata lain, peningkatan DJI di NYSE
tidak menyebabkan IHSG di BEI meningkat.
Hasil penelitian konsisten dengan Mansur
(2002) menyatakan DJI tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Namun, penelitian
berbeda dengan Saputro (2009) menyebutkan
DJI berpengaruh signifikan terhadap IHSG,
meskipun hubungan perekonomian Indonesia
dengan Amerika Serikat dan pasar saham
keduanya sangat erat
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disimpulkan bahwa hanya 3 indek dunia yang
tidak memopengaruhi indek harga saham
gabungan di BEI. Indek tersebut adalah indek
Australia, indek London dan indek Amerika.
Temuan tersebut disebabkan pada waktu
penelitian ini dilakukan menggunakan data
dari tahun 2009-2012. Pada tahun tersebut
kondisi di negara tersebut terjadinya krisis
Eropa dan krisis mata uang dan krisis Amerika.
Di samping itu, berdasarkan temuan di
atas disarankan kepada investor baik asing dan
domestik untuk mempertimbangkan bursa
indonesia sebagai tujuan investasi. Indek-indek
negara yang memiliki pengaruh dengan indek
indonesia
sebaiknya
mendifersivikasi
investasinya karena tidak memiliki risiko
investasi yang berbeda. Namun tidak juga
menafikan indek lainnya.
Selanjutnya, penelitian ke depan perlu
ditambahakan variabel ekonomi seperti tingkat
bunga, inflasi namun dijadikan sebagai
variabel moderasi karena inflasi setiap negara
berbeda.
Referensi
Bodie, Z, Alex Kane, and A.J. Marcus. (2005).
Investment. Edisi Keenam. Salemba Empat.
Jakarta.
Cahyono, Jaka E. 2000. 22 Strategi dan
Teknik Meraih Untung di Bursa
Saham, Jilid 1. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Chabachib, H. M., dan Ardian A.
Witjaksono, 2011. Analisis Pengaruh
Fundamental Makro dan Indeks
Harga Global terhadap IHSG, Jurnal:
Karisma, Vol.5(2): hal 63-72
Eiteman, D.K., Arthur I. StonehiLL and
Michae H. Moffet. (2006). Multinational
Business Finance. 11th Edition. Pearso
Addison Wesley Publishing.
Husnan, Suad. (1996). Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mansur, Muhammad. (2002). Pengaruh Indeks
Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta
Periode Tahun 2000-2002. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis. FE-Universitas Padjajaran.
Bandung.
Maskie. R. dan Satria, M. (2003). Pengaruh Indeks
Saham Malaysia, Philippines, Singapore, dan
Tahiland terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi. FE-UKPS. Surabaya.
Muzammil. (2011). Analisis Pengaruh Indeks
Saham Asia Tenggara terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri
Malang. Malang.
Mobius, J. Mark. (1998). Mobius on Emerging
Market: Prospek Investasi di Pasar Baru.
PT. Elex Media Komputindo. Yakarta.
Onay, C. (2007). Cointegration Analysis of
Bovespo and Istambul Stock Exchanges.
Oxford
Business
and
Economics
Conference. Oxford University. United
Kingdom.
6
Pieper, P. dan Vogel. (1997). The Stock Market
Integration in Latin American. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. No. 21. Harvard Institute
for International Development.
Samsul, M. (2008). Pasar Modal &
Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Saputro. (2009). Analisis Pengaruh Lima Indeks
Bursa Dunia terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Universitas Gunadharma.
Depok.
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan
Investasi, Edisi 1, Penerbit Kanisius,
Yogjakarta
Yahoo
Finance.
(2013).
Market
www.yahoofinance.com, diakses
2013.
Index.
Januari
Lampiran-Lampiran
Tabel 1. Indek dunia dan IHSG
Tahun
KLSE
STI
Hang
Seng
2009
1,272.78
2,897.62
21,872.50
2010
1,518.91
3,190.04
23,035.45
2011
1,530.73
2,646.35
18,434.39
2012
1,688.95
22,656.92
Tahun
KOSPI
3,167.08
Nikkei
225
2009
1,682.77
10,546.44
4,882.70
2010
2,051.00
10,228.92
4,846.90
2011
1,825.74
10,100.00
4,111.00
2012
1,997.05
4,664.60
Tahun
FTSE
10,395.18
Dow
Jones
2009
5,412.90
11,746.10
1,748.84
2010
5,899.90
13,443.20
2,133.70
2011
5,572.30
11,955.10
2,174.59
2012
5,897.80 12,433.50
Sumber: yahoofinance.com
2,362.33
ASX
IHSG
Tabel 2. Hasil Regresi
Model
Standar
Unstandardized dized
Coefficients Coeffici
ents
B
(Constant) .012
Std.
Error
t
Sig.
Beta
.005
2.514 .016
KLCI
.405
.155
.244
2.603 .013
STI
.013
.006
.161
2.144 .038
HIS
.276
.118
.277
2.329 .025
KOSPI
.530
.095
.544
5.550 .000
N225
.019
.006
.241
2.940 .005
ASX
-.003
.007
-.032
-.423 .675
FTSE
-.002
.003
-.065
-.769 .447
DJI
.008
.172
.005
.045 .965
Sumber. Data diolah,2013
Download