1 PENGARUH INDEK BURSA DUNIA TERHADAP INDEK SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Chairil Akhyar 1 Nurhadi 2 3 4 Ghazali.Syamni Anwar Puteh Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Kampus Bukit Indah, Blang Pulo, Lhokseumawe, 23111 [email protected] Abstract The purpose of this study was to examine the influence of the world stock price index of the composite stock price index in Indonesia Stock Exchange. The data used is the monthly index for the year 2009-2012 from the JCI index, KLCI, STI, HSI, KOSPI, N255, ASX, FTSE, and HSI. Methods of data analysis using multiple regression models and processed using SPSS 17.0. The research found that indices of Australia, London and America did not affect the JCI, while the KLCI index, STI, HSI, KOSPI, and the N225 effect on JCI. Keywords: examine, world, index, JCI Wacana integrasi pasar modal semakin didengunkan beberapa tahun belakangan ini. Integrasi pasar modal dapat mereferensi seorang investor di suatu negara, dapat membeli dan menjual tanpa pembatasan, surat berharga yang dikeluarkan di negara lain. Implikasinya adalah bahwa harga surat-surat berharga yang identik akan sama setelah disesuaikan dengan nilai kurs mata uang yang berlaku. (Pieper dan Vogel, 1997). Meskipun, umumnya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama (Chabachib dan Witjaksono, 2011). Banyak Penelitian menemukan hasil yang berbeda berkaiatan dengan studi ini. Muzammil (2011); Maskie dan Satria (2003); Mansur (2002) menemukan bahwa bursa saham suatu negara sangat dipengaruhi oleh bursa saham lainnya.. Sedangkan Maskie dan Satria (2003) mengatakan bahwa indek KLSE, PSE, STI, dan SET, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG Namun secara parsial hanya KLSE dan STI yang berpengaruh terhadap IHSG. Saputro (2009) menunjukkan bahwa secara simultan kelima indek global berpengaruh terhadap IHSG, namun secara parsial hanya Dow Jones, KOSPI, dan STI yang mempengaruhi IHSG di Bursa Indonesia. Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterkaitan indek dunia dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia terus mengalami perubahan setiap tahunnya. Berdasarkan data www.yahoofinance.com memang menunjukkan ada perubahan IHSG selama satu 4 tahun terakhir mulai dari tahun 2009-2012 (Tabel 1). Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh indek bursa dunia terhadap indek saham di Bursa Efek Indonesia 2. Literatur 2.1 Integrasi Pasar Modal Pasar terintegrasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tidak adanya hambatan (Husnan, 1996). Menurut Eitment, et. al (2006) mengatakan, integrasi pasar adalah keadaan harga-harga saham di berbagai pasar modal di dunia mempunyai hubungan yang sangat dekat, sehingga pasar modal di dunia dapat mencapai suatu harga internasional atas saham-saham mereka dan memberikan akses yang tidak terbatas atau hambatan apapun kepada para investor diseluruh dunia untuk memilikinya. Onay (2007); Bodie. et. al. (2005) menyatakan bahwa korelasi antar bursa 2 bervariasi dari waktu ke waktu, Korelasi ini penting bagi keputusan diversifikasi portofolio. Dengan demikian, disimpulkan terintegrasi pasar modal dunia berhubungan erat satu sama lain, dan mempengaruhi naik turunya nilai saham di setiap bursa. Karena menghasilkan risiko dan return yang sama besarnya di seluruh pasar modal didunia yang pada akhirnya memberikan kebebasan para investor untuk menanamkan investasinya di pasar modal. 2.2 Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Variabel Ekonomi Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) mengambil hari dasar tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator pemantauan pergerakan saham. Indek ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG sejak penggabungan tersebut. Dalam perkembangannya pasar modal dan IHSG sangat dipengaruhi variabel ekonomi makro. Pasar modal mencerminkan kejadian pada perekonomian makro ekonomi karena nilai investasi ditentukan opleh aliran kas yang diharapkan serta return yang disyaratkan atas suatu investasi. Namun kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro (Tandelilin, 2010). Selanjutnya, Tandelilin (2010) menyebutkan variabel ekonomi makro tersebut antara lain produk domestik bruto, tingkat pengangguran, inflasi, tingkat bunga, nilai rupiah, anggaran defisit, investasi swasta dan neraca perdagangan. Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang ada di negara tersebut khususnya perusahaan yang termasuk dalam bursa di suatu negara (Samsul, 2008). 2.2.1 Indek Bursa Saham Dunia dan IHSG Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai saham-saham yang tercatat di BEI. Investasi portofolio asing berperan sangat penting di pasar modal manapun (Mobius, 1998). Walaupun investor domestik meningkat tetapi terdapat kebiasaannya investor domestik sering mengekor investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Beberapa indek bursa saham dunia yang telah diuji pengaruhnya terhadap Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Indek tersebut antara lain; Indek Bursa Malaysia (Kuala Lumpur Composite Index/ KLCI), Indek Bursa Singapore (Strait Times Index / STI), Indek Bursa Hongkong (Hang Seng Index / HSI), Indek Bursa Korea Selatan (KOSPI), Indek Bursa Tokyo (Nikkei 225/ N225), Indek Bursa Australia (Australia Securities Index/ ASX), Indek Bursa London (Financial Times Securities Exchange/ FTSE) dan Indek Bursa New York (Dow Jones Index / DJI). Berdasarkan hasil empiris tersebut maka dapat dikatakan bahwa selain karakteristik unik industri dan emiten, bursa saham asing adalah faktor penting yang harus dipertimbangkan, terutama investor yang menggunakan strategi indek dalam berinvestasi 3.Metode Penelitian 3.1 Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 20092012 diambil dari Indek Harga Saham Gabungan (IHSG), Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Hang Seng Index (HSI), Korea Composite Stock Price Index (KOSPI), Strait Times Index (STI), Nikkei 225 (N225), Australia Securities Index (ASX), Financial Times Securities Exchange (FTSE), dan Dow Jones Index (DJI) yang berupa indek penutupan (clossing price) bulanan. Adapun data sekunder tersebut diperoleh dari publikasi masing-masing bursa terkait dan melalui publikasi www. yahoo.finance.com. Tentu saja bursa dunia yang diamati adalah bursa yang berhubungan kuat dengan Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini maksudnya didasarkan pada pengamatan terhadap hubungan perekonomian antar negara yang bersangkutan dan atas dasar berbagai hasil kajian terdahulu. 3.2 Variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu IHSG. Sedangkan variabel independen yaitu KLCI (X1), STI (X2), Hang Seng (X3), indek KOSPI (X4), indek Nikkei 3 225 (X5), indek ASX (X6), indek FTSE (X7), dan DJI (X8). Semua variabel penelitian diukur dalam ukuran rasio. Rasio tersebut diperoleh dengan perbandingan nilai penutupan indek bulan ini dengan mengurangi indek penutupan bulan sebelumnya dan membagikan dengan indek penutupan bulan sebelumnya. 3.3 Metode Analisis Data Dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, dimana data diolah dengan bantuan pengolahan data SPSS 16. Dan model persamaannya: Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4 + β5.X5 + β6.X6 + β7.X7 + β8.X8 + ε Keterangan: Y : Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). α : Konstanta β : Koefisien Variabel X. X1 : Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) X2 : Strait Times Index (STI) X3 : Hang Seng Index (HSI) X4 : Korea Composite Stock Price Index (KOSPI) X5 : Nikkei 225 (N225) X6 : Australia Securities Index (ASX) X7 : Financial Times Securities Exchange (FTSE) X8 : Dow Jones Index (DJI) ε : Term Error 4. Pembahasan Hasil regresi linear berganda dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 maka dapat disusun persamaan regresi linear berganda, yaitu sebagai berikut: Y = 0,012 + 0,405 X1 + 0,013 X2 + 0,276 X3 + 0,530 X4 + 0,019 X5 – 0,003 X6 – 0,002 X7 + 0,008 X8 + ε, Persamaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa: 1) Koefisien konstanta positif 0,012 menunjukkan kemungkinan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia tanpa dipengaruhi oleh indek bursa saham dunia. Artinya, tanpa dipengaruhi indek bursa dunia, IHSG bergerak naik 1,2% setiap bulannya. 2) Koefisien β1 positif 0,405 menunjukkan adanya pengaruh searah antara Kuala Lumpor Composite Index dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Artinya, jika KLCI meningkat sebesar 1% per bulan, maka IHSG akan meningkat sebesar 40,5% per bulannya. 3) Koefisien β2 positif 0,013 menunjukkan adanya hubungan antara Strait Times Index (STI) di Bursa Singapore dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek 4) 5) 6) 7) 8) 9) Indonesia (BEI). Artinya, jika STI meningkat sebesar 1% per bulannya, maka IHSG akan meningkat sebesar 1,3% setiap bulannya. Koefisien β3 positif 0,276 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Hang Seng Index (STI) dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Artinya, jika bahwa HSI meningkat sebesar 1%, maka IHSG akan naik sebesar 27,6% per bulan. Koefisien β4 positif 0,530 menunjukkan hubungan searah antara Korea Composite Stock Price Index (KOSPI) dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Artinya, jika KOSPI meningkat sebesar 1%, maka IHSG akan meningkat sebesar 53,0% setiap bulannya. Koefisien β5 positif 0,019 menunjukkan hubungan searah antara Nikkei 225 (N225) dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Artinya, jika Nikkei 225 meningkat sebesar 1%, maka IHSG akan meningkat sebesar 1,9% per bulan. Koefisien β6 negatif 0,003 menunjukkan adanya hubungan berlawanan arah antara Australia Securities Index (ASX) dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Artinya, jika bahwa ASX meningkat sebesar 1%, maka IHSG akan turun sebesar 0,3% setiap bulannya. Koefisien β7 negatif = 0,002 yang juga menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah (non-linear) antara Financial Times Stock Exchange (FTSE) di Bursa London (London Stock Exchange / LSE) dengan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya, jika diasumsikan bahwa FTSE naik sebesar 1%, maka secara bersamaan IHSG akan turun sebesar 0,2% setiap bulannya. Koefisien β8 positif 0,008 menunjukkan adanya hubungan searah antara Dow Jones Index (DJI) dengan Indek Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Jika diasumsikan bahwa DJI di NYSE meningkat sebesar 1%, maka peningkatan ini akan memicu peningkatan IHSG di BEI sebesar 0,8% setiap bulannya. 4.1 Pengaruh indek bursa dunia terhadap indek harga saham gabungan Indonesia Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa hanya variabel atau indek 4 Bursa Australia, Financial Times Securities Exchange di Bursa London dan Dow Jones Index di Bursa New York yang tidak bepengaruh terhadap IHSG di Bursa Indonesia. Sedangkan indek lainnya mempengaruhi indek IHSG. Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) memiliki nilai signifikansinya 0,013 atau (5%) sehingga menolak Ho dan menerima Ha, artinya indek Bursa Malaysia, yaitu KLCI berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa efek Indonesia (BEI). KLCI meningkat maka IHSG pun akan meningkat atau penurunan KLCI memicu penurunan IHSG. Kondisi ini sangat relevan karena letak Indonesia dan Malaysia yang sangat berdekatan serta banyak penduduk Indonesia yang berada di Malaysia dan banyak pula penduduk Malaysia yang berada di Indonesia, sehingga memungkinkan terdapat investor yang sama di Bursa Efek Indonesia maupun di Bursa Malaysia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chabachib dan Witjaksono (2011), yang menyatakan bahwa pada umumnya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya seringkali memiliki investor yang sama. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kajian Muzammil (2011) serta Maskie dan Satria (2003), yang menunjukkan bahwa KLCI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Indek Bursa Singapore (Singapore Stock Exchange/ SSE), nilai signifikansinya 0,038 atau (5%). artinya indek Bursa Singapore berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan STI menambah IHSG di BEI. Sama halnya dengan Bursa Malaysia, dimana letak Indonesia dan Singapore juga sangat berdekatan serta banyak penduduk Indonesia yang berada di Singapore dan banyak pula penduduk Singapore yang berada di Indonesia, sehingga memungkinkan terdapat investor yang sama di Bursa Efek Indonesia maupun di Bursa Singapore. Hasil kajian ini sesuai dengan Muzammil (2011); Maskie dan Satria (2003. Indek Bursa Hongkong, Hang Seng Index (HSI) nilai signifikansinya 0,02,5 atau 5% sehingga artinya indek Bursa Hongkong berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan HSI di HSE meningkatkan IHSG di BEI. Kondisi ini dapat terjadi karena Bursa Hongkong merupakan salah satu bursa yang tegolong maju di kawasan Asia, meskipun lokasi Hongkong tidak dalam satu kawasan dengan Indonesia. Temuan ini sesuai Chabachib dan Witjaksono (2011), Mansur (2008), yang mengatakan HSI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Indek Bursa Korea Selatan, KOSPI memiliki signifikansinya (0,00 atau < α (1%). Artinya KOSPI berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Peningkatan KOSPI meningkatkan IHSG di BEI. Alasannya, Bursa Hongkong dan Bursa Korea Selatan juga tergolong maju di kawasan Asia sehingga kondisi ini relevan dapat terjadi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Mansur (2008) yang menunjukkan bahwa KOSPI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Indek Bursa Tokyo yaitu Nikkei 225 (N225) memiliki nilai signifikansinya (0,05%) < α (5%) sehingga indek Bursa Tokyo berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan N225 akan menambah nilai IHSG di BEI. Bursa Tokyo merupakan bursa tergolong maju bahkan termaju di kawasan Asia. Disamping itu, hubungan perekonomian Indonesia dengan Jepang juga sangat tinggi, dimana Jepang bertindak sebagai sumber produksinya Indonesia dan Indonesia bertindak sebagai pangsa pasarnya Jepang. Peningkatan perekonomian Jepang secara otomatis meningkatkan N225, sehingga perekonomian Indonesia juga akan meningkat ditandai oleh meningkatnya IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan Saputro (2009) dan Mansur (2008) yang menunjukkan bahwa N225 berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Indek Bursa Australia nilai signifikansinya (0,67) lebih besar 5%. Indek Bursa Australia yaitu ASX berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan ASX tidak sepenuhnya menyebabkan IHSG di BEI turun. Hasil penelitian ini cenderung tidak sejalan dengan pernyataan Chabachib dan Witjaksono (2011), yang menyatakan bahwa umumnya bursa-bursa yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja bursa efek lainnya adalah bursa efek yang tergolong maju. Disamping itu, hasil penelitian ini juga cenderung kurang konsisten dengan hasil penelitian Mansur (2002), yang menyatakan bahwa ASX berpengaruh signifikan terhadap 5 IHSG. Hal ini dapat terjadi karena penelitian ini dilakukan pada Januari 2009 hingga Desember 2012, dimana dampak krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 masih dirasakan oleh seluruh negara khususnya negara maju dan pada tahun 2009 juga meletusnya krisis Eropa serta naikknya harga minyak dunia.. Indek Bursa London yaitu Financial Times Securities Exchange memiliki nilai signifikansinya (0,447%) > (5%). Dengan kata lain, peningkatan FTSE di LSE tidak sepenuhnya memnyebabkan IHSG di BEI turun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Chabachib dan Witjaksono (2011) tetapi sesuai Saputro (2009) yang menyatakan bahwa FTSE tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Indek Bursa New York yaitu Dow Jones Index (DJI) memiliki nilai signifikansinya 0,96,5 atau > 5%, artinya indek Bursa New York, DJI berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap IHSG di BEI. Dengan kata lain, peningkatan DJI di NYSE tidak menyebabkan IHSG di BEI meningkat. Hasil penelitian konsisten dengan Mansur (2002) menyatakan DJI tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Namun, penelitian berbeda dengan Saputro (2009) menyebutkan DJI berpengaruh signifikan terhadap IHSG, meskipun hubungan perekonomian Indonesia dengan Amerika Serikat dan pasar saham keduanya sangat erat 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa hanya 3 indek dunia yang tidak memopengaruhi indek harga saham gabungan di BEI. Indek tersebut adalah indek Australia, indek London dan indek Amerika. Temuan tersebut disebabkan pada waktu penelitian ini dilakukan menggunakan data dari tahun 2009-2012. Pada tahun tersebut kondisi di negara tersebut terjadinya krisis Eropa dan krisis mata uang dan krisis Amerika. Di samping itu, berdasarkan temuan di atas disarankan kepada investor baik asing dan domestik untuk mempertimbangkan bursa indonesia sebagai tujuan investasi. Indek-indek negara yang memiliki pengaruh dengan indek indonesia sebaiknya mendifersivikasi investasinya karena tidak memiliki risiko investasi yang berbeda. Namun tidak juga menafikan indek lainnya. Selanjutnya, penelitian ke depan perlu ditambahakan variabel ekonomi seperti tingkat bunga, inflasi namun dijadikan sebagai variabel moderasi karena inflasi setiap negara berbeda. Referensi Bodie, Z, Alex Kane, and A.J. Marcus. (2005). Investment. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta. Cahyono, Jaka E. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham, Jilid 1. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Chabachib, H. M., dan Ardian A. Witjaksono, 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Makro dan Indeks Harga Global terhadap IHSG, Jurnal: Karisma, Vol.5(2): hal 63-72 Eiteman, D.K., Arthur I. StonehiLL and Michae H. Moffet. (2006). Multinational Business Finance. 11th Edition. Pearso Addison Wesley Publishing. Husnan, Suad. (1996). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Mansur, Muhammad. (2002). Pengaruh Indeks Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. FE-Universitas Padjajaran. Bandung. Maskie. R. dan Satria, M. (2003). Pengaruh Indeks Saham Malaysia, Philippines, Singapore, dan Tahiland terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. FE-UKPS. Surabaya. Muzammil. (2011). Analisis Pengaruh Indeks Saham Asia Tenggara terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang. Mobius, J. Mark. (1998). Mobius on Emerging Market: Prospek Investasi di Pasar Baru. PT. Elex Media Komputindo. Yakarta. Onay, C. (2007). Cointegration Analysis of Bovespo and Istambul Stock Exchanges. Oxford Business and Economics Conference. Oxford University. United Kingdom. 6 Pieper, P. dan Vogel. (1997). The Stock Market Integration in Latin American. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. 21. Harvard Institute for International Development. Samsul, M. (2008). Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit Erlangga. Saputro. (2009). Analisis Pengaruh Lima Indeks Bursa Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Gunadharma. Depok. Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi, Edisi 1, Penerbit Kanisius, Yogjakarta Yahoo Finance. (2013). Market www.yahoofinance.com, diakses 2013. Index. Januari Lampiran-Lampiran Tabel 1. Indek dunia dan IHSG Tahun KLSE STI Hang Seng 2009 1,272.78 2,897.62 21,872.50 2010 1,518.91 3,190.04 23,035.45 2011 1,530.73 2,646.35 18,434.39 2012 1,688.95 22,656.92 Tahun KOSPI 3,167.08 Nikkei 225 2009 1,682.77 10,546.44 4,882.70 2010 2,051.00 10,228.92 4,846.90 2011 1,825.74 10,100.00 4,111.00 2012 1,997.05 4,664.60 Tahun FTSE 10,395.18 Dow Jones 2009 5,412.90 11,746.10 1,748.84 2010 5,899.90 13,443.20 2,133.70 2011 5,572.30 11,955.10 2,174.59 2012 5,897.80 12,433.50 Sumber: yahoofinance.com 2,362.33 ASX IHSG Tabel 2. Hasil Regresi Model Standar Unstandardized dized Coefficients Coeffici ents B (Constant) .012 Std. Error t Sig. Beta .005 2.514 .016 KLCI .405 .155 .244 2.603 .013 STI .013 .006 .161 2.144 .038 HIS .276 .118 .277 2.329 .025 KOSPI .530 .095 .544 5.550 .000 N225 .019 .006 .241 2.940 .005 ASX -.003 .007 -.032 -.423 .675 FTSE -.002 .003 -.065 -.769 .447 DJI .008 .172 .005 .045 .965 Sumber. Data diolah,2013