BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian, Fungsi Komunikasi Salah satu yang terpenting dari seorang Frontliner adalah komunikasi untuk membina hubungan baik dengan publik internal dan eksternal. Mencari definisi komunikasi, tentunya terlebih dahulu harus memahami makna kata komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama – sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama – sama.9 Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, salah satu pengertian komunikasi yang dikutip dalam buku Effective Public Relations oleh Scott M. Cutlip adalah proses timbal balik (resporokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya. 10 Di dalam komunikasi harus terjadi kesamaan arti dan makna dalam penyampaian pesan agar terjadi pertukaran pikiran antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi sering 9 10 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, PT. Grasindo, 2004), Hal.5 Scott M. Culip, Effective Public Relations (Jakarta, Kencana Media Group, 2006), Hal.225 24 25 dipandang sebagai cara dasar untuk mempengaruhi perubahan perilaku dan yang mempersatukan proses psikologi seperti persepsi, pemahaman, dan motivasi. Dengan Communication pada umumnya dimaksudkan proses pengoperan lambang – lambang yang mengandung arti, sebagaimana menjadi pokok penelitian dari ilmu komunikasi.11 Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan kata – kata atau berbicara saja tetapi komunikasi dapat dilakukan dengan gesture atau symbol seperti yang dinyatakan oleh Rosady Roeslan dalam bukunya Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. “ Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang – lambang atau kata – kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain – lain.12 Komunikasi selalu mengandung unsur pengiriman dan unsur pesan yang bertujuan mengadakan persamaan dalam mengartikan pesan”. Komunikasi yang berarti proses penyampaian atau pengoperan lambang – lambang yang memiliki arti yaitu komunikasi yang ditujukan untuk komunikan dengan maksud mencapai kebersamaan dan diharapkan memperoleh umpan balik. Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan secara lisan, tulisan maupun pengoperasian lambang – lambang dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan serta untuk mengubah perilaku seseorang. Komunikasi didalam organisasi memegang peranan yang sangat penting. Suatu organisasi tidak akan ada 11 12 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek (Jakarta, Binacipta, 2008), hal. 3 Rosady Roeslan, Kampanye Public Relations (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Hal.15 26 tanpa adanya komunikasi. Jika tidak ada komunikasi maka kerjasama pun tidak mungkin tercipta karena orang – orang tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi titu mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni tujuan untuk kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak, bagaimana belajar untuk menghadapi tes. Sebagian keputusan bersifat emosional, dan sebagian lagi melalui pertimbangan yang matang. Semakin penting keputusan yang akan dibuat, semakin hati – hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan. Kecuali bila keputusan itu bersifat reaksi emosional, keputusan itu biasanya melibatkan proses informasi, berbagi informasi, dan dalam banyak kasus, persuasi, karena kita tidak hanya perlu memperoleh data, namun sering juga untuk memperoleh dukungan atas keputusan kita.13`Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sendiri – sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup bermasyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. 14 13 14 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Bandung, Rosdakarya, 2001),Hal.5 Ibid, hal.39 27 2.1.2 Komunikasi Antar Pribadi Dalam konteks komunikasi yang dilakukan oleh Frontliner salah satunya adalah Komunikasi Antar Pribadi. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu – individu dan biasanya terjadi antara dua orang secara langsung. Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antar pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan – kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh – contoh komunikasi antar pribadi.15 Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan – pesan baik secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur biasa disebut dengan atraksi interpersonal. 1) Tujuan Komunikasi Antar Pribadi Adapun fungsi dari komunikasi antar pribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik – konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatau, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. 15 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Jakarta, Remaja Rosdakarya, 2003), Hal. 23 28 Komunikasi antar pribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak – pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya karena memliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antar pribadi, seseorang juga dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik dengan orang lain. 2) Ciri Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh De Vito bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan – pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Menurut Everet M.Rogers ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi antar pribadi : a. Arus pesan yang cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya dua arah c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap Alo liliweri dalam bukunya Komunikasi Antar Pribadi menyimpulkan ciri – ciri komunikasi antar pribadi adalah : a. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu. 29 b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu, meskipun bisa saja terjadi komunikasi antar pribadi yang direncanakan. c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan. d. Komunikasi antar pribadi sering kali berbalas-balasan. Komunikator dengan komunikaan dalam suatu percakapan memberi dan menerima informasi secara bergantian. e. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan. Hanya dalam suasana bebas, terbuka tanpa ada hambatan psikologis antara dua orang yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi bisa merasa bebas menyatakan pikiran, perasaan dan perilaku. f. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil. g. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang – lambang bermakna. 3) Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi diantara komunikator dengan komunikan, dan merupakan komunikasi paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi ini bersifat dialogis yang artinya, arus balik terjadi secara langsung. Menurut Porter dan Samovar, terdapat tujuh ciri yang menunjukkan kelangsungam suatu proses komunikasi antar pribadi yaitu melibatkan perilaku 30 melalui pesan baik verbal maupun nonverbal melibatkan pernyataan / ungkapan bersifat dinamis bukan statis, melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koheransi, dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik meliputi kegiatan dan tindakan serta komunikasi – komunikasi antar pribadi yang melibatkan persuasi.16 Komunikasi antar pribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih, yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya dari lingkungannya. Di masa lalu pendekatan komunikasi antar pribadi ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi antar pribadi berubah menjadi bersifat hubungan yang terjalin di antara individu. Keaktifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh akibat – akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan tertentu, menciptakan kesan tertentu, atau menimbulkan reaksi – reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain. Terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan. Keefektifan dalam 16 hubungan Ibid, hal 55 antar pribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk 31 mengkomunikasikan secara jelas tentang apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai kehendak kita. 2.1.3 Komunikasi Verbal Dedy Mulyana (2000) bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Definisi bahasa : Seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol – simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Jalaluddin Rakhmad (1994) definisi bahasa secara fungsional dan formal. 1) Bahasa secara fungsional : Bahasa artikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Bahasa hanya bisa dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota – anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. 2) Bahasa secara formal : Bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Unsur dan fungsi bahasa dalam komunikasi verbal Unsur bahasa meliputi 3 yaitu : a. Unsur fonologi : pengetahuan tentang bunyi –bunyi dalam bahasa. b. Unsur sintaksis : pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. c. Unsur semantik : pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. 32 Larry L. Barker ( Deddy Mulyana, 2000) Fungsi bahasa ada 3 yaitu : a. Fungsi penamaan atau penjulukan ( naming atau labeling) : merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. b. Fungsi interaksi (interaction) : menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. c. Fungsi information transmition : informasi bahasa dapat disampaikan kepada orang lain, ini yang di sebut fungsi transmisi dari bahasa, keistimewaannya bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Keterbatasan komunikasi verbal : a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek, kata-kata adalah katagori-katagori untuk merujuk pada objek tertentu : orang benda, peristiwa, sifat perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak, kata kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya : baik buruk, kaya miskin, pintar bodoh, dan sebagainya. 33 b. Kata - kata yang bersifat ambigu dan kontektual. Bersifat ambigu karna setiap kata mempresentasikan persepsi dan interprestasi orang arang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. c. Kata kata yang mengandung bias budaya, bahasa terikat konteks budaya. Maksudnya dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalah pahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. 2.1.4 Komunikasi Nonverbal Klasifikasi Pesan Nonverbal, Jalaludin Rakmat (1994) mengelompokkan pesan - pesan nonverbal yaitu : 1) Pesan Kinestik : pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang mengandung arti, yang terdiri dari : a. Pesan fasial : menggunakan air mata dan raut wajah, wajah menyampaikan makna kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minar, ketakjuban, dan tekad. b. Pesan Gestural : menunjukan gerakan sebagian anggota badan seperti mata, dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. c. Pesan Postural : berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang disampaikan adalah a) Immediacy ialah ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan dan penilaian postif b) Power ialah mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikasi. 34 c) Responsiveness ialah gerakan anggota badan dari individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungannya secara positif dan negatif, bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. 2) Pesan Proksemik : disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Jarak, umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban dengan orang lain. 3) Pesan Artifaktual : diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik, walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image) erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik. 4) Paralinguastik : pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara yang mengucapkan pesan verbal, satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2000) disebutkan sebagai para bahasa. Fungsi Pesan Nonverbal yang dihubungkan dengan Pesan Verbal yaitu : a. Fungsi Repetisi : fungsi pengulangan gagasan yang sudah disajikan secara verbal, misalnya menggelengkan kepala jadi fungsi repetisi bermakna ”tidak atau bukan”. 35 b. Fungsi Subsitusi : fungsi menggantikan lambang lambang verbal, artinya dalam komunikasi nonverbal tidak ada kata kata hanya dengan bahasa tubuh c. Fungsi Kontradiksi : fungsi menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal d. Fungsi Komplemen : fungsi melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal e. Fungsi Aksentuasi : fungsi menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya, aksentuasi merupakan tindakan yang ditunjukan oleh seorang dengan menggunakan bagian dari anggota tubuhnya disamping menggunakan kata kata Dale G. Leathers (1976) dalam nonverbal communication systems, menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal sangat signifikan, yaitu : a. Faktor faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi antarpribadi b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat nonverbal ketimbang pesan verbal c. Pesan nonverbal mempunyai makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi 36 meta komunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efiesien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dari emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Dengan demikian memang pesan nonverbal adalah lebih murni bila dibandingkan dengan pesan verbal.17 2.2 Gaya Komunikasi Di dalam berkomunikasi Internal, Eksternal, Individu, Kelompok dalam organisasi akan menimbulkan bermacam – macam gaya komunikasi. Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan feedback dari orang lain terhadap pesan organisasional yang disampaikan.18 17 Komunikasi antar pribadi, PT. Raja Grafindo Persada 2014,Dr.Edi Harahap M.Pd&Dr.H.Syarwani Ahmad,MM,hlm: 25-35 18 S. Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta, Universitas Terbuka,1996), Hal.17 37 Dari definisi di atas, dapat ditekankan bahwa gaya komunikasi merupakan seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi dan digunakan dalam situasi tertentu. Masing – masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respons atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung pula pada maksud si pengirim dan harapan dari penerima. 2.2.1 Macam – Macam Gaya Komunikasi Dalam buku teori Komunikasi yang disusun oleh S, Djuarsa Sendjaja terdapat enam gaya komunikasi yaitu the controlling style, the equalitarian style, the structuring style, the dinamic style, the relinquishing style, dan the withdrawal style, dengan penjelasan seperti berikut :19 1) The Controlling Style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya suatu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang – orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one way communicators. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain mematuhi pandangan – pandangannya. Pesan – pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama, namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style communicators ini 19 Ibid, hal 143 38 sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak efektif dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. 2) The Equalitarian Style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan – pesan verbal secara lisan maupun yang bersifat dua arah (two way trafic of communications). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang – orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang – orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan yang membina hubungan baik dengan orang lain, baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan lebih memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. 39 3) The Structuring Style Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan – pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Insiasi Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa (initiation) struktur yang efisien adalah orang – orang yang mampu merencanakan pesan – pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang muncul. 4) The Dynamic Style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communications ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawahi para wiraniaga (salesmen atau saleswomes). Tujuan utama gaya komunikasi agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja untuk bekerja lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini 40 cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan – persoalan yang bersifat kritis tersebut. 5) The Relinquishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk meberi perintah meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan – pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerjasama dengan orang – orang berpengetahuan atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. 6) The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan cari orang – orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang – orang tersebut.20 20 Opchit, Teori Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka, 1998), Hal. 14 41 Tabel 2.1 Gaya Komunikasi Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka,1996) Macam – Macam Gaya Komunikasi The The The The The The Controlling Equalitarian Structuring Dynamic Relinquishing Withdrawal Style Style Style Style Style Style Variable One Way √ Communications Two Way √ √ Communications Menghindari √ Komunikasi Menggunakan Kekuasaan √ dan wewenang Memantapkan √ Struktur Organisasi Menetapkan √ 42 Peraturan atau prosedur yang berlaku Mengendalikan √ √ Perilaku Seseorang Terbuka, √ √ bersedia Menerima Pendapat, Gagasan Orang Lain Independent, Berdiri √ Sendiri (tidak perlu bantuan orang lain) Menekankan √ Pengertian Bersama Memiliki Sikap √ √ 43 Kepedulian Yang Tinggi Kemampuan √ Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain Mengalihkan Persoalan √ yang Sedang Terjadi Lebih √ Berkeinginan dalam Memberikan Perintah daripada diberikan perintah Melibatkan Anggota Dalam pengambilan √ 44 Keputusan Organisasi Berdasarkan uraian diatas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga komunikasi lainnya : structuring style, dynamic dan relinquishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir : controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat serta produktif. 2.3 Frontliner Dalam dunia kesehatan khususnya Rumah Sakit, Frontliner adalah salah satu ujung tombak terpenting bagi Rumah Sakit salam membangun kepuasan Pasien. Frontliner disini juga berperan sebagai orang yang memberikan layanan jasa pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien. Melalui tangan Frontliner, Rumah Sakit dapat memberikan persepsi yang positif kepada pelanggan. Melalui tangan Frontliner pula Rumah Sakit dapat mengetahui apa yang menjadi ekspektasi Pasien. Pada Rumkital Marinir Cilandak sendiri Frontliner terbagi menjadi dua bagian. Bagian Pendaftaran dan Pusat Informasi. Secara umum Frontliner adalah orang yang berhadapan atau berhubungan langsung dengan pelanggan/konsumen/nasabah, dan frontliner disini merupakan 45 sebuah kategori. Adapun kategori kategori Frontliner itu sendiri adalah Customer Service, Marketing, Sales, Receptionist, Teller, Security dan staf yang berhubungan langsung dengan klien/customer.21 Tugas utama Frontliner adalah memberikan informasi yang sejelas – jelasnya kepada pelanggan dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Untuk itu peran komunikasi Frontliner sangat dibutuhkan dalam hal penyampaian informasi kepada pelanggan agar tujuan untuk menciptakan kepuasan pelanggan dapat tercapai. Peran komunikasi yang dilakukan Frontliner dapat terlihat ketika mereka berinteraksi dengan pelanggan atau pasien. Perasaan apa yang dirasakan pasien setelah berinteraksi dan dan menerima informasi yang diberikan Frontliner. Jika Frontliner bisa memenuhi kebutuhan informasi pasien bahkan melebihi dari apa yang dibutuhkan pasien maka pasien akan merasa puas dengan pelayanan informasi yang diberikan. Kepuasan menurut Richard Oliver adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya. Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk keisitimewaan dari suatu barang atau jasa ataupun barang/jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan pelanggan.22 21 22 Napitupulu, Pelayanan Publik & Customer Satisfaction (Bandung, Alumni, 2007), Hal. 44 Irawan, Kepuasan Pelanggan (Jakarta, Gramedia Pustaka, 2004), Hal. 24 46 Selain itu, seorang Frontliner harus memiliki beberapa perilaku berikut yaitu, memiliki senyum tulus, wajah hangat dan penuh semangat, menganggap pelanggan sebagai orang penting, selalu mendengarkan kebutuhan pelanggan, memiliki bahasa tubuh yang baik, memiliki product knowledge yang baik, dan terakhir berpenampilan rapi. 2.4 Konsep Kepuasan Pasien 2.4.1 Pengertian Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Menurut Oliver mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya.23 Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut. Menurut Kotler kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau ahsil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. 23 Hendy Irawan, Kepuasan Pelayanan Jasa (Jakarta, Gramedia Pustaka, 2004) Hal. 21 47 Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. 2.4.2 Pengertian Pasien Istilah pasien berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya “menderita”, secara tradisional telah digunakan utuk menggambarkan orang yang menerima perawatan. Konotasi yang melekat pada kata itu adalah ketergantungan. Karena alasan inilah banyak perawat memilih kata pasien, yang berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya “bersandar” dan berkonotasi bekerjasama dan independen. 24 Figur sentral dalam pelayanan perawatan kesehatan adalah pasien. Pasien yang datang ke rumah sakit atau fasilitasi pelayanan kesehatan juga datang sebagai individu, anggotra keluarga atau anggota dari komunitas. Tergantung pada masalahnya, keadaan yang berhubungan, dan pengalaman masa lalu, kebutuhan pasien akan beragam. 24 Pohan, Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan (Bekasi, Kesaint Blane, 2004) Hal. 6 48 2.4.3 Pengertian Kepuasan Pasien Junaidi berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan.25 Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen. Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikategorikan kedalam konsumen masyarakat, konsumen instansi atau konsumen individu. Dalam penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada kepuasan pasien. Pasien adalah orang yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan. 25 Junaidi, Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen (Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2002) Hal. 9 49 2.5 Rumkital Marinir Cilandak Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan rumah sakit militer Korps Marinir TNI AL yang telah terakreditasi oleh Kementerian Kesehatan RI yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. Dengan motto “Keselamatan Pasien Prioritas Kami”, berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi Anggota TNI, Polri dan keluarganya serta untuk masyarakat umum yang membutuhkan. Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki komitmen untuk selalu berusaha memberikan layanan yang profesional kepada pasien sebaik mungkin pada saat membutuhkan layanan kesehatan. Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir Cilandak, yang sebelumnya Rumah Sakit tingkat III menjadi Rumah Sakit tingkat II, berdasarkan Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Perkasal/11/II/2012 tanggal 17 Februari tentang Klasifikasi dan Dislokasi Fasilitas Kesehatan TNI Angkatan Laut. Rumah Sakit tingkat II merupakan rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kesehatan 8 sampai dengan 11 pelayanan kesehatan jenis spesialistik dan subspesialistik, fasilitas penelitian dan pendidikan, serta kesehatan matra laut, juga fasilitas rawat inap lebih dari 200 tempat tidur. Rumah Sakit Marinir Cilandak terletak di kawasan Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Raya Cilandak KKO, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.26 26 http://www.tnial.mil.id, diakses 12 Juli 2015, jam 15.30 WIB