asuhan kebidanan ibu hamil pada ny. l g3p1a1 umur 24 tahun

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1
UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Tri Yuli Astuti
NIM B12 051
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1
UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
Diajukan Oleh :
Tri Yuli Astuti
NIM B12051
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal ………………
Pembimbing
Ambarsari, S.ST
NIK 201087048
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1
UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Tri Yuli Astuti
NIM B12051
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal…………………….
PENGUJI I
PENGUJI II
Rahajeng Putriningrum, S.ST, M.Kes
NIK 201083059
Ambarsari, S.ST
NIK 201087048
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Kaya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada NY. L
G3P1A1 Umur 24 Tahun dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di RSU Assalam
Gemolong Sragen Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakrta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimaksih keapada:
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2.
Ibu Retno Wulandari, S.ST., selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Ambarsari, S.ST., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. dr. Wiwik Irawati, M.Kes sebagai direktur Rumah Sakit Umum Assalam
Gemolong Sragen, yang telah memberi ijin kepada penulis dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Program DIII STIKes Kusuma Husada
Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
Penulis
iv
Prodi D III Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Tri Yuli Astuti
B12051
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1 UMUR 24
TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
X + 99 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong cukup tinggi
yaitu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kejadian kehamilan
abnormal di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan Januari - September
2014 sebanyak 187 kasus diantaranya kehamilan ektopik terganggu sebanyak 14
kasus (7,48%). Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan hasil
konsepsi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Penanganan kehamilan
ektopik terganggu pada umumnya adalah tindakan laparotomi. Kehamilan ektopik
terganggu apabila tidak tertangani akan mengakibatkan ruptur tuba, abortus dan
syok.
Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan
kebidanan menurut varney.
Metode Penelitian: Karya tulis ini menggunakan jenis studi kasus metode
Deskriptif. Lokasi studi kasus ini di RSU Assalam Gemolong Sragen. Tehnik
pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, studi
dokumentasi. Dilaksanakan selama 4 hari di RSU Assalam Gemolong Sragen
mulai tanggal 12 sampai 15 April 2015.
Hasil Penelitian: Hasil studi kasus Karya Tulis Ilmiah ini diketahui bahwa
setelah mendapatkan perawatan selama 4 hari pada Ny. L tidak mengalami
komplikasi. Hal ini dapat dilihat dari hari demi hari setelah dilakukan perawatan
keadaan umum ibu baik, tidak ada pengeluran berupa flek-flek darah kecoklatan
dan perdarahannya berhenti.
Kesimpulan: Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek lahan yaitu dalam pemberian terapi di hari pertama
perawatan tidak diberikan terapi anti nyeri seperti Pethidin dan Tramadol.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Kehamilan Ektopik Terganggu
Kepustakaan : 30 literatur (2005 s/d 2014)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil dan kita baru
meyakini setelah kita berhasil melakukannya dengan baik. Jenius adalah 1%
inspirasi dan 99% keringat, sehingga tidak ada yang dapat menggantikan kerja
keras.
Banyak kegagalan dalam hidup ini, di karenakan kita tidak menyadari
betapa dekatnya kita dengan keberhasilan saat kita menyerah.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik.
Bapak dan Ibu
“Inf. Letda Supardi dan Siti Khotijah”, setiap detak nadi kehidupanku akan
kuusahakan untuk membahagiakan kalian yang telah memberi doa, bimbingan,
kasih sayang, dukungan yang tak henti-hentinya, dan yang telah bersusah payah
demi keberhasilanku.
Kakak & Adik-adikku
“Delvy Abdiani SE, Agung Wibowo, dan Surya Ramadhon” yang kusayangi,
yang membuat suasana rumah menjadi ramai dengan canda dan tawa kalian
membuat semangatku terus bangkit.
Si Ay-ayku
“Rifky Pratama”, yang sangat sabar, penyayang, pekerja keras, setia menemani
dan selalu mendukung serta selalu memberiku semangat menjadi orang sukses.
Sahabatku
“Dyan, Aprilia Lusi, Rindhi, Tika Anisa, Tika Aprilia, Tri Novita” dan semua
teman-teman kelas 3A yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu terimakasih atas
kerja sama dan kekompakannya selama kuliah.
Almamaterku Tercinta
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
vi
CURICULUM VITAE
Nama
: Tri Yuli Astuti
Tempat/ Tgl. Lahir
: Toli-toli, 3 Juli 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sambirejo, RT. 06, RW. 09 No. 12, Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta.
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Tegalharjo No.82 Surakarta
Tahun 2006
2. SMP Negeri 7 Surakarta
Tahun 2009
3. SMA Negeri 6 Surakarta
Tahun 2012
4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Tahun 2015
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
INTISARI .......................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
vi
CURICULUM VITAE ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Perumusan Masalah.......................................................................
4
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum ...........................................................................
4
2. Tujuan Khusus ..........................................................................
4
D. Manfaat Studi Kasus .....................................................................
5
E. Keaslian Studi Kasus .....................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Teori Kehamilan .......................................................................
8
2. Terori Kehamilan Ektopik Terganggu......................................
16
viii
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................
32
C. Landasan Hukum...........................................................................
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi .....................................................................................
56
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................
56
C. Subyek Studi Kasus .......................................................................
56
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................
57
E. Instrument Studi Kasus .................................................................
57
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
57
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ...........................................................
60
H. Jadwal Penelitian ...........................................................................
61
BAB 1V TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus ..............................................................................
62
B. Pembahasan ...................................................................................
91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
97
B. Saran .............................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 8. Lembar Pedoman Format Asuhan Kebidanan
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Dokumentasi Stadi Kasus
Lampiran 11. Lembar Konsultasi
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Target yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah menjadi 102 orang
per tahun menurut Syafiq (2013). Indonesia berada di peringkat ketiga
tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama
ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran,
sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3
kematian per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai
9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012
(Sulaiman, 2014).
Penyebab kematian ibu disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Penyebab langsung antara lain:
perdarahan 42%, eklamsia/pre ekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%,
partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 %. Di negara maju
maupun negara berkembang memperkirakan 15%-20% ibu hamil akan
mengalami resiko tinggi atau komplikasi. Jumlah kematian ibu sebanyak
500.000 orang setiap tahun dan 99% terjadi di negara berkembang
(Sulaiman, 2014).
1
2
Angka Kematian Ibu merupakan indikator utama derajat kesehatan
perempuan yang telah di tetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium
Development Goals (MDGs). Untuk mewujudkan target penuruan Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015, Kementrian Kesehatan sedang
menggalakan program Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka
Kematian Ibu 2013-2015 (RAN PP AKI 2013-2015) antara lain Peningkatan
Cakupan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Peningkatan Peran
Pemerintah Daerah dan Swasta dalam Upaya Kesehatan Ibu, Pemberdayaan
Keluarga dan Masyarakat (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah, Angka Kematian Ibu
untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 116 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebabnya antara lain dikarenakan perdarahan 16,44%,
hipertensi 35,26%, lain-lain 42,96% (Anung, 2013).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar
rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang
sama sekali. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi
seorang ibu yang dapat menyebabkan kondisi gawat bagi ibu karena dapat
menyebabkan kematian ibu akibat abortus pada umur kehamilan trimester
pertama (1-12 minggu). Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat
dan cepat. Frekuensi kejadian kehamilan ektopik berkisar 1:14,6% dari
seluruh kehamilan. Keadaan gawat ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu (Hayati, 2010).
3
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik adalah
suatu kehamilan bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri,
seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan
ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien
(Sukarni dan Margareth, 2013).
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
berumur 20 – 40 tahun dengan umur rata – rata 30 tahun. Seorang wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu hanya 60% dapat hamil
kembali, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik terganggu berulang dilaporkan berkisar antar 0 – 14,6%
dan kemungkinan untuk melahirkan cukup bulan sekitar 50%
(Cynthia dkk, 2011).
Berdasarkan data Studi Pendahuluan di RSU Assalam Gemolong
Sragen pada tanggal 14 Oktober 2014 diperoleh data jumlah ibu hamil
abnormal pada bulan Januari – September 2014 sebanyak 187 kasus. Dari 187
kasus tersebut antara lain: kehamilan dengan abortus sebanyak 91 kasus
(48,66%), Hipertensi 28 kasus (14,97%), Molahidatosa 21 kasus (11,22%),
Anemia 18 kasus (9,62%), Hiperemesis Gravidarum
kehamilan ektopik terganggu 14 kasus (7,48%).
15 kasus (8,02%),
4
Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. L G3P1A1 dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) di RSU Assalam Gemolong Sragen Tahun 2015”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan kebidanan Ibu hamil pada Ny. L
G3P1A1 umur 24 tahun dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) di RSU
Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan manajemen 7 langkah
varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil pada Ny. L G3P1A1
dengan kehamilan ektopik terganggu sesuai manajemen kebidanan yang di
aplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan
kehamilan ektopik terganggu.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan dan
masalah pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamlian ektopik
terganggu.
5
3) Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu hamil Ny. L G3P1A1
dengan kehamilan ektopik terganggu.
4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu hamil Ny. L
G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. L G3P1A1
dengan kehamilan ektopik terganggu.
6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah di susun pada ibu hamil
Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu.
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan pengahambat
terhadap ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu (KET).
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri Sendiri
Dapat menerapkan teori yang di dapat di bangku kuliah dalam praktek
di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik
terganggu.
2. Bagi Profesi
Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai masukan
bagi profesi bidan atau institusi kesehatan agar lebih meningkatkan dan
6
perhatian terhadap program pendidikan tentang kehamilan patologi
khususnya kehamilan ektopik terganggu.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Dapat dijadikan masukkan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan dan perhatian terhadap kehamilan patologi
khususnya kehamilan ektopik terganggu.
b. Institusi Kebidanan
Dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan khususnya kehamilan
ektopik terganggu bagi pembaca dan juga menjadi masukan untuk
asuhan selanjutnya.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Wise Ennandrian Threesyanti, Stikes Kusuma Husada Surakarta dengan
judul “Asuhan Kebidanan Ibu hamil pada Ny. S G1P0A0 dengan Kehamilan
Etopik Terganggu di RSUD dr. Moewardi Surakarta” (2012). Laporan ini
dilakukan dengan cara studi kasus dan analisis data dilakukan secara
deskriptif dengan metode 7 langkah Varney dan SOAP. Asuhan yang
diberikan adalah memberikan dukungan moril pada ibu, memantau
keadaan umum, dan vital sign ibu setiap 8 jam sekali, memantau
perdarahan setiap 8 jam sekali, menganjurkan ibu untuk istirahat total,
terapi dokter spesialis obstetrik dan gynekologi infus RL 20 tpm berikan
Premaston 1 x 5 mg, Cefadroxil 1 x 500 mg, Asam Folat 1 x 50 mg,
7
kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan specimen darah Hb :
13,4 gr/dl, PP test : Positif , angka Leukosit : 9800 /ul. Setelah dilakukan
asuhan selama 5 hari memperoleh hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg,
nadi : 80x/menit, respirasi : 20x/menit, suhu : 370C.
2. Fitri Rochayati, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta dengan judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. A G3P2A0 dengan Kehamilan
Etopik Terganggu di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen” (2014).
Laporan ini dilakukan dengan cara studi kasus dan analisis data dilakukan
secara deskriptif dengan metode 7 langkah Varney dan SOAP. Asuhan
yang diberikan adalah memberikan dukungan moril pada ibu, memantau
keadaan umum, perdarahan, dan vital sign ibu setiap 8 jam sekali, terapi
dokter spesialis obstetrik dan gynekologi infus RL 20 tpm, IV Ceftriaxone
3 x 1 gr, Ketorolac 2 x 3 gr, per oral FE 2 x 6 gr, Profenid 2 x 100 mg,
Asam Tranexamat 3 x 500 mg, kolaborasi dengan laboratorium dalam
pemeriksaan specimen darah Hb : 9,0 gr/dl, angka Leukosit : 8800 /ul,
Trombosit : 295000 /ul. Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari
memperoleh hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 88x/menit,
respirasi : 22x/menit, suhu : 360C, KU baik, Kesadaran Composmentis.
Perbedaan keaslian penelitian di atas dengan penelitian ini terletak
pada tempat, waktu, lokasi, subjek, dan hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim
seseorang perempuan. Masa kehamilan di dahului oleh terjadinya
pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang
dihasilkan oleh indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan
baru berupa janin dan tumbuh di dalam rahim ibu yang merupakan
tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Pudiastuti, 2011).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Prawirohardjo, 2009).
Bila dihitung dari
fertilasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9
bulan menurut kalender internasional, kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu
pertama, trimester kedua usia kehamilan minggu ke-13 hingga ke-27,
dan trimester ketiga usia kehamilan minggu ke-28 hingga ke-40
(Prawirohardjo, 2009).
8
9
b. Proses Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari
ke-12 sampai hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Saat
berhubungan sekitar 300 juta sperma tersimpan sepanjang perjalanan di
sepanjang uterus dan hanya seribu yang dapat mencapai tuba uterin dan
bertemu dengan ovum . Setelahnya, membrane ditutup untuk mencegah
masuknya sperma yang lain dan inti dari dua sel ini bersatu. Dalam
beberapa jam setelah pembuhaan terjadi, mulailah pembekalan zigot.
Segera setelah pembelahan sel terjadi, maka pembelahan–pembelahan
selanjutnya dalam waktu tiga hari terbentuk suatu kelompok sel – sel
yang sama besarnya yang di sebut morulla. Proses selanjutnya adalah
perubahan morulla menjadi blastula. Hasil konsepsi tiba ke dalam
cavum uteri pada tingkat blastula (Sulistyawati, 2011).
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur
yang telah dibuahi kedalam endometrium. Ketika blastula mencapai
rongga rahim jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Blastula
dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner sell mass) akan
mudah masuk kedalam dessidua, menyebabkan luka kecil yang
kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya kadang – kadang
pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka dessidua yang
disebut dengan tanda Hartman (Sulistyawati, 2011).
10
c. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Prawiroharjo (2010), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3
yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid), gejala ini penting, karena wanita
hamil tidak haid lagi dan perlu diketahuin tanggal pertama haid
terakhir untuk mengetahui tuanya kehamilan.
b) Nausa (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi hari
tetapi tidak selalu.
c) Mengidam, terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
d) Mammae menjadi tegang dan membesar.
e) Anoreksia (tidak nafsu makan).
f)
Sering kencing terjadi karena kadung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar.
g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun.
h) Pigmentasi
kulit
terjadi
karena
pengaruh
dari
hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
b) Uterus membesar
c) Tanda hegar, yaitu hipertropi ismus, ismus menjadi panjang dan
lunak.
11
d) Tanda chadwick, yaitu vagina dan vulva mengalami peningkatan
pembuluh darah, karena pengaruh estrogen, sehingga semakin
tampak merah dan kebiru-biruan.
e) Tanda piscaseck, yaitu uterus membesar kesalah satu jurusan
hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.
f)
Kontraksi-kontraksi kecil uterus atau Braxton hicks.
g) Teraba ballotement, yaitu lentingan dari bawah janin.
h) Reaksi kehamilan positif.
3) Tanda pasti kehamilan
a) Pada umur kehamilan 20 minggu gerakan janin kadang-kadang
dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian
janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.
b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur
kehamilan 18-20 minggu memakai stetoskop sedangkan dengan
Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu
c) Pada primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada
usia kehamilan 18 minggu sedang pada ibu multigravida umur
16 minggu.
d) Bila dilakukan pemeriksaan USG, janin dapat terlihat.
12
d. Diagnosis Banding
Diagnosis banding menurut Prawiroharjo (2010), adalah sebagai
berikut:
1) Pseudocyesis
Wanita tersebut mengaku dirinya hamil, tetapi sebenarnya tidak.
Hal ini biasanya terjadi pada wanita yang ingin sekali hamil.
2) Kistoma ovarii
Mungkin ada Amenorhea, perut penderita makin besar tetapi
uterusnya seperti biasa.
3) Mioma uetri
Dapat menjadi amenorhea, perut penderita makin besar uterusnya
makin besar , kadang-kadang tidak merata. Akan tetapi tanda-tanda
kehamilan seperti Braxton hicks dan reaksi kehamilan negatif.
e. Pemeriksaan Kehamilan
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Tujuan
pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilannya, persalinan dan nifas
agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Prawiroharjo, 2010).
Kunjungan selama periode antenatal yaitu satu kali kunjungan
selama trimester pertama (sebelum 12 minggu), satu kali kunjungan
selama trimester kedua (antara minggu 13-27), dua kali kunjungan
13
selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke36). Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin dilakukan setiap bulan
agar dapat segera terdeteksi jika ada penyulit atau komplikasi
(Sulistyawati, 2011).
f. Nutrisi ibu hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,
karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Gizi
pada waktu hamil harus ditingkat hingga 300 kalori perhari
(Sukarni dan Margareth, 2013).
Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan
yang tidak di inginkan pada wanita hamil tersebut. Kekurangan gizi
dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, BBLR, kelahiran
premature,
inersia uteri, perdarahan pasca
persalianan, sepsis
puerperalis dan sebagainya. Sedangkan nutrisi yang berlebihan dapat
menyebabkan pre-eklamsi, bayi terlalu besar dan sebagainya. Hal
penting yang harus diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur dan
pengolahan menu tersebut berpedoman pada Pedoman Umum Gizi
Seimbang, sehingga bidan sebagai pengawas kecukupan gizi ibu hamil
dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama
kehamilan (Sulistyawati, 2011).
14
Nutrisi penting yang diperlukan selama hamil antara lain
sebagai berikut :
1) Kebutuhan energi dan karbohidrat
Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori
sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan
penambahan berat badan untuk pertumbuahn dan perkembangan
janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak. Karbohidat
sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori yang dapat di
peroleh dari mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi
jalar, ubi kayu, dan sagu. Kebutuhan kalori untuk orang hamil
adalah 2300 kalori. Pada trimester pertama asupan makanan
berkurang karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual
muntah, trimester kedua nafsu makan sudah meningkat, kebutuhan
zat tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat hamil muda.
Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi pada 20 minggu terakhir
kehamilan. Umumnya nafsu makan sangat baik dan ibu sangat
merasa lapar (Sukarni dan Margareth, 2013).
2) Protein
Protein sebagai zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan,
telur dan kacang-kacangan. Protein sangat dibutuhkan untuk
perkembangan kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus,
15
plasenta, selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan payudara
dan kenaikan sirkulasi ibu (Sukarni dan Margareth, 2013).
3) Mineral
Sebagai zat pengatur yang dapat diperoleh dari buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi
dengan makan makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayursayuran dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan
makanan sehari-hari. Kebutuhan zat besi pada pertengahan kedua
kehamilan kira-kira 17mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini di
butuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, ferofumarat atau
feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar atau pada wanita
sedikit anemik, di butuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium,
umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi
mengandng kira-kira 0,9 gram kalsium (Sulistyawati, 2011).
4) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buahbuahan, tetapi dapat pula di tambah ekstra vitamin. Kebutuhan
vitamin yang diperlukan ibu antar lain vitamin A, vitamin C,
vitamin D, vitamin E, vitamin K dan asam folat. Kebutuhan yang
paling penting adalah assam folat. Kebuhan asam folat selama
hamil adalah 40 mg per hari, terutama pada 12 minggu pertama
kehamilan.
Kekurangan
asam
folat
dapat
mengganggu
16
pembentukan otak, perkembangan tulang, sampai cacat bawaan
pada susunan saraf pusat maupun otak janin (Sulistyawati, 2011).
2. Kehamilan Ektopik Terganggu
a. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dimana telur
yang telah dibuahi berimplantasi diluar rongga uterus. Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimenter dan divertikel pada uterus (Yulianingsih, 2009).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dengan
implantasi blatosis di luar tempat endometrium normal. Dikenalnya
hamil di luar kandungan berarti bawah terjadi implantasi dari blatosis
di luar uterus (Manuaba, 2005).
Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan
hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
terganggu adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi
dan tumbuh tidak pada tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri (Nugroho, 2012).
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar
kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi arbortus atau pecah, dalam hal ini dapat
17
berbahaya bagi wanita hamil tersebut, maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu (Sujiyatini dkk, 2009).
Mengenai nasib kehamilan ektopik terganggu terdapat beberapa
kemungkinan, karena bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi,
sehingga tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam
uterus. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu (Prawirohardjo, 2007).
b. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu pada dasarnya disebabkan
segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri.
Menurut
Sukarni
dan
Margareth
(2013),
faktor–faktor
yang
diperkirakan sebagai penyebabnya antara lain:
1) Riwayat operasi tuba
2) Salpingitis (infeksi saluran telur)
3) Perlekatan tuba akibat operasi non-gynekologis
4) Alat kontrasepsi dalam rahim
5) Perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor
hormonal
6) Cacat bawaan tuba, seperti tuba yang sangat panjang
7) Kelainan zigot
8) Bekas radang pada tuba
9) Operasi plastik pada tuba
10) Abortus buatan
18
11) Kehamilan ektopik sebelumnya
c. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (2007), gambaran kehamilan ektopik
terganggu yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan.
Secara umum menurut Saifudin (2006) gejala kehamilan ektopik
sebagai berikut:
1) Amenorhoe
2) Nyeri perut mendadak
3) Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
Gejala kehamilan ektopik terganggu antara lain:
1) Nyeri abdomen 90%-100%
2) Amenorhoe 75%-95%
3) Perdarahan 50%-80%
4) Pusing dan lemah 20%-35%
5) Gejala hamil 10%-25%
6) Keluar jaringan 5%-10%
Tanda kehamilan ektopik terganggu yaitu:
1) Keteganggan adneksa
2) Keteganggan abdomen
3) Adneksa tumor
4) Pembesaran rahim
19
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbedabeda dari perdarahan yang banyak, yang tiba-tiba dalam rongga perut
sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat
diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan
yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil
(Sukarni dan Margareth, 2013).
d. Patofisiologi
Menurut
Yulianingsih
(2009),
tempat-tempat
implantasi
kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering), isthimus,
fibrial, pars interslitialis, cornu uteri, ovarium, rongga abdomen, servik,
dan ligamentum cardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel
kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Karena tempat implantasi
pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan,
suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Menurut Fauziyah (2012), sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu
hanya
berumur
kehamilan
6-10
minggu,
karena
pertumbuhan hasil konsepsi kehamilan ektopik terganggu, sehingga
janin tidak mungkin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
20
Mengenai
nasib
kehamilan
ektopik
terganggu
menurut
Prawirohardjo (2007), terdapat beberapa kemungkinan:
1) Hasil konsepsi mati dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner,ovum yang di buahi cepat mati
karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi
total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya
haid nya terlambat untuk beberapa hari.
2) Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh
villi koriales pada dinding tuba ditempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian
atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan
yang timbul.
3) Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya ada kehamilan muda, sebaiknya ruptur pada pars
interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut.
Faktor
utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villikoriales ke
dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Ruptur dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan
pemeriksaan vaginal.
21
e. Diagnosis Kehamilian Ektopik
Menurut Manuaba (2005), pengalaman menunjukan bahwa
hampir seluruh kehamilan ektopik berakhir dengan ruptura yang
menimbulkan perdarahan intra abdominal dengan gejala klinik
kedaruratan abdomen yang memerlukan tindakan laparotomi.
Menurut Yulianingsih (2009), menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu tentunya dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu sebagai berikut:
1) Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu:
a) Terdapat amenorrhea (terlambat datang bulan)
b) Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu
dan seluruh abdomen
c) Terdapat perdarahan melalui vaginal atau spotting/bercak.
Perdarahan pervaginam umumnya perdarahan tidak banyak
dan berwarna coklat tua.
2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti:
a) Keadaan umum
(1) Ibu tampak anemis dan sakit
(2) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
(3) Terdapat tanda-tanda syok:
(a) Hipotensi (penurunan diastolic sekitar 15mmHg)
22
(b) Takhikardia (nadi meningkat 20—25 denyut per
menit)
(c) Pucat, ekstermitas dingin
b) Pada pemeriksaan abdomen:
(1) Ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, difensemusculaire), ini
disebabkan karena darah yang masuk kedalam rongga
abdomen akan merangsang peritoneum.
(2) Tanda cairan bebas dalam abdomen
(3) Perut kembung
c) Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan gynekologi)
(1) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
(2) Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan
(3) Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadangkadang sulit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat
(4) Kavum Douglas menonjol oleh karena tensi darah dan
nyeri
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kadar Haemoglobin dan Eritrosit menurun atau Leukosit
meningkat menunjukan adanya perdarahan yang terjadi
pada kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi leukositas.
23
(2) Tes Kehamilan (Urine dan βHCG)
Tes kehamilan biasanya positif, walau hasil negative tidak
menyingkirkan
kemungkinan
kehamilan
ektopik
terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas dapat menyebabkam produksi βHCG menurun
sehingga menyebabkan tes kehamilan menjadi negatif.
Oleh karena itu, umumnya yang paling diperiksa adalah
HCG kualitatif untuk diagnosis cepat kehamilan.
b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
(1) Pada pemeriksaan USG dapat dijumpai kantong kehamilan
diluar kavum uteri disertai atau tanpa adanya genangan
cairan (darah) di kavum Douglas pada kehamilan ektopik
terganggu.
(2) Pemeriksaan USG Trans-Vaginal
Dapat mendeteksi tuba ring (massa berdiameter 1-3 cm
dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang
hipoekhoik), gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan
ektopik.
(3) Pemeriksaan Kuldosentesis (Douglas Punki)
Menurut Sastrawinata (2005), pemeriksaan Kuldosentesis
(Douglas Punki) untuk mengetahui adanya cairan atau
darah dalam kavum Douglas dengan cara jarum besar
yang dihubungkan dengan spuit ditusukan kedalam kavum
24
Douglas, di tempat kavum Douglas menonjol ke fornik
posterior. Jika terhisap darah, ada 2 kemungkinan yang
akan terjadi yaitu:
(a) Adanya
darah
dalam
kavum
Douglas,
yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam rongga
perut.
(b) Tertusuknya vena dan terisapnya darah vena dari
daerah tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatakan bahwa Douglas Punksi
positif, artinya adanya perdarahan dalam rongga perut dan
darah yang diisap mempunyai sifat darah berwarna merah
tua, tidak membeku setelah dihisap, dan biasanya didalam
terdapat gumpalan-gumpalan darah yang kecil. Jika darah
kurang tua warnanya dan membeku, darah itu berasal dari
vena yang tertusuk.
(4)
Pemeriksaan Bedah (Surgical Diagnosis)
(a) Dilatasi-kuretase (D/C) dijumpai dari Arias-Stella
(i) Kuretase dapat dikerjakan untuk membedakan
kehamilan ektopik dari abortus insipiens atau
abortus inkomplit
(ii) Kuretase biasanya dianjurkan pada kasus-kasus
dimana timbul kesulitan membedakan abortus
25
dari kehamilan ektopik dan kehamilan uterine
tidak terdeteksi dengan USG Trans-Vaginal
(b) Laparoskopi dan Laparotomi
Laparoskopi dan Laparotomi dilakukan jika perlu.
(i) Pemeriksaan Laparoskopi untuk melihat rongga
pelvik melalui dinding perut terutama pada
keadaan meragukan misalnya: kehamilan tuba
yang belum terganggu
(ii) Pemeriksaan Laparotomi umumnya dikerjakan
bila keadaan hemodinamik pasien tidak stabil.
f. Diagnosis Banding
Keadaan - keadaan patofisiologis baik didalam maupun diluar
bidang kebidanan dan kandungan (obstetri-gynekologi) perlu dipikirkan
sebagai diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu
menurut
Yulianingsih (2009) antara lain:
1) Kelainan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang di
diagnosis banding dengan kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
a) Abortus imminens atau insipiens
b) Kista ovari juga terpuntir, pecah, atau terinfeksi baik dengan
atau tanpa kehamilan muda
c) Perdarahan uteria disfungsional atau metroraghia karena
kelainan ginekologi atau organi lainnya
d) Endometriosis
26
e) Salpingitis
f)
Rupture kista kiteal
g) Penyakit trofoblastik gestasional
2) Kelainan atau penyakit diluar bidang kebidanan dan penyakit
kaandungan yang manifestasinya menyerupai kehamilan ektopik
terganggu adalah:
a) Apendisitis
b) Penyakit radang panggul
g. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah
laparatomi, dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan
dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik
terganggu, kondisi anatomic 18
organ pelvic, kemampuan teknik bedah
mikro, dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro
setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila kondisi
penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan
salpingektomi (Prawirohardjo, 2007).
Pada kasus kehamilan ektopik terganggu di pars ampularis tuba
yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan
27
kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus
yang diobati dengan cara ini menurut Prawirohardjo (2007), antara lain:
1) Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah
2) Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm
3) Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
4) Tanda vital baik dan stabil.
Obat yang digunakan ialah Methotrexate 1 mg/kg IV dan Citrovorum
Factor 0,1 mg/kg berselang-seling setiap hari selama 8 hari.
h. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Secara Umum
Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan atau penanganan untuk
kasus kehamilan ektopik terganggu secara umum, antara lain adalah
sebagai berikut:
a) Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk
tindakan operatif gawat darurat.
b) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk
melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus
dihentikan.
c) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan
tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam
lima menit pertama)
atau 2 L dalam dua
(termasuk selama tindakan berlangsung).
jam pertama
28
d) Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto transfusion
berikut ini:
(1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah
melalui alat penghisap dan wadah penampung yang
sterilil.
(2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan
masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila
kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas
cairan
infus (yang baru terpakai
dan
bersih) dengan
diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml
darah.
(3) Transfusikan
darah
melalui
selang
transfusi
yang
21 pada bagian tabung tetesan.
mempunyai saringan
e) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
f)
Konseling pasca tindakan:
(1) Resiko hamil ektopik ulangan
(2) Kontrasepsi yang sesuai
(3) Asuhan mandiri selama di rumah
2) Penatalaksanaan Bedah
Menurut Yulianingsih (2009), penatalaksanaan bedah dapat
dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum
terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada
29
kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat
mungkin, antara lain:
a) Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil
konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di
sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi
linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat diatas hasil konsepsi,
di perbatasan antime senterik. Setelah insisi hasil konsepsi
segera terekspos dan kemudian di keluarkan dengan hati-hati.
Perdarahan
yang
terjadi
umumnya
sedikit
dan
dapat
dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan
terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun
laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold
standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.
b) Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali
23
bahwa pada salpingotomi
insisi dijahit kembali. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pasca operatif
antara salpingostomi dan salpingotomi.
30
c) Salpingektomi
Salpingektomi merupakan reseksi tuba, yang dapat dikerjakan
baik pada kehamilan ektopik terganggu maupun yang belum
terganggu. Indikasi dilakukannya salpingektomi adalah sebagai
berikut:
(1) Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),
(2) Pasien tidak menginginkan fertilitas pasca operatif,
(3) Terjadi kegagalan sterilisasi,
(4) Telah
dilakukan
rekonstruksi
atau
manipulasi
tuba
sebelumnya,
(5) Pasien meminta dilakukan sterilisasi,
(6) Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi,
(7) Kehamilan tuba berulang,
(8) Kehamilan heterotopik, dan massa gestasi berdiameter lebih
dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis
tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika
yang belum terganggu. Pada kehamilan pars interstitialis,
sering
kali
dilakukan
pula
histerektomi
menghentikan perdarahan yang masih
untuk
terjadi. Pada
salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil
konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump)
24 ligasi. Arteria tubo ovarika diligasi,
diikat dengan jahitan
31
sedangkan arteria utero ovarika dipertahankan. Tuba yang
direseksi dipisahkan dari mesosalping.
d) Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi, bila terjadi kehamilan
difimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae
tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan
di bawah tekanan dengan alat aqua disektor atau spuit, massa
hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya.
Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter
cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan
bertekanan (Manuaba, 2005).
i. Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik
terganggu yaitu: ruptur tuba atau uterus (tergantung lokasi kehamilan)
dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan, syok, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain: perdarahan,
infeksi, kerusakan sekitar ogan (Fauziyah, 2012).
j. Prognosis
Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
turun sejalan dengan ditegakannya diagnosis dini dan persediaan darah
yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat
bilateral. Sebagian wanita menjadi steril (tidak dapat mempunyai
keturunan) setealah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat
juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.
32
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% - 14,6%.
Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi
dilakukan salpingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu
disetujui oleh suami istri sebelumnya (Rukiyah dan Yulianti, 2014).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Sulistyawati, 2011).
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Sari, 2012).
2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Menurut Hellen Varney
a. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
33
1) Data Subjektif
Menurut Sari (2012), data subjektif adalah informasi yang
dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (allow anamnesis).
Menurut Romauli (2011), data subjektif adalah data fokus
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan
kondisinya. Jenis data yang dikumpulkan adalah:
a) Biodata
(1) Nama
: Untuk mengenal atau memanggil
nama ibu
dan untuk mencegah bila ada nama yang sama
(Romauli, 2011).
(2) Umur
: Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal
bahwa
usia
aman
untuk
kehamilan
dan
persalinan adalah umur 20-30 tahun
(Romauli, 2011).
(3) Agama
: Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan
penderita yang berkaitan dengan ketentuan
agama antara lain dalam keadaan gawat ketika
memberikan pertolongan dan perawatan dapat
diketahui dengan siapa harus berhubungan,
misalnya agama islam memanggil ustad dan
sebagainya (Romauli, 2011).
34
(4) Suku bangsa : Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu
yang
mempengaruhi
perilaku
kesehatan
(Romauli, 2011).
(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang (Romauli, 2011).
(6) Pekerjaan
: Hal ini untuk mengetahui taraf hidup da sosial
ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan
ibu perlu diketahui unruk mengetahui apakah
ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja
di pabrik rokok, percetakan, dan lain-lain
(Romauli, 2011).
(7) Alamat
: Untuk
mengetahui ibu tinggal dimana,
menjaga kemungkinan bila ada ibu yang
namanya bersamaan. Ditanyakan alamatnya,
agar dapat dipastikan ibu mana yang hendak
ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan kepada penderita
(Romauli, 2011).
b) Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau
hanya untuk memeriksakan kehamilannya (Romauli, 2011).
35
c) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan menurut Romauli (2011).
Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu menurut Saifudin (2006), adalah pasien
mengalami nyeri perut bagian bawah dan perdarahan pervaginam
berwarna coklat.
d) Data kebidanan
(1) Riwayat Menstruasi
Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data
yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain
menarche, siklus menstruasi, teratur atau tidak, lamanya
menstruasi, banyaknya ganti pembalut dalam satu hari, sifat
darah menstruasi, dan nyeri saat menstruasi atau tidak
(Romauli, 2011).
(2) Riwayat Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan. Beberapa pernyataan yang dapat diajukan antara
lain berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali,
status pernikahan sah atau tidak, lamanya pernikahan, ini
adalah suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2011).
36
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, dan keadaan (Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(4) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang menurut Sulistyawati (2011),
perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak,
meliputi:
(a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Digunakan
untuk
mengetahui
umur
kehamilan
(Sulistyawati, 2011).
(b) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk
mengetahui
hari
perkiraan
lahir
janin
(Sulistyawati, 2011).
(c) Umur Kehamilan (UK)
Untuk mengetahui umur kehamilan ibu
(Sulistyawati, 2011).
(d) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada
trimester I, II, dan III (Sulistyawati, 2011).
(e) Ante Natal Care (ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC,
dan saat usia kehamilan berapa (Sulistyawati, 2011).
37
(f) Penyuluhan yang didapat
Perlu
dikaji
penyuluhan,
apakah
tempat
klien
pernah
penyuluhan
mendapatkan
dan
saat
usia
kehamilan berapa (Sulistyawati, 2011).
(g) Imunisasi TT
Perlu
dikaji
apakah
klien
pernah
mendapatkan
29
imunisasi TT (Sulistyawati,
2011).
(h) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok
Merokok, minum alkohol, jamu dan mengkonsumsi
obat-obatan tanpa indikasi perlu untuk diketahui karena
ada obat dan jamu tertentu yang kadang bersifat kontra
dengan kehamilan (Sulistyawati, 2011).
(5) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB IUD,
karena pemakaian KB IUD merupakan salah satu penyebab
kehamilan ektopik (Sukarni dan Margareth, 2013).
(6) Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat penyakit yang diderita ibu pada saat ini
yang ada hubungannya dengan masa kehamilan seperti
radang panggul, PMS, dan lain-lain yang dapat
menyebakan kehamilan ektopik terganggu
38
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(b) Riwayat kesehatan yang lalu / sistemik
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti DM,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien seperti TBC, PMS, dan lain-lain
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(7) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga (Sulistyawati, 2011).
(8) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani
ibu misalnya operasi plastik tuba atau operasi sterilisasi tuba
yang kurang sempurna dapat menyebabkan kehamilan
ektopik terganggu (Taufan, 2012).
39
(9) Data kebiasaan sehari-hari
(a) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui asupan gizi selama hamil
mencukupi atau tidak, dengan cara menyakan sehari
makan dan minum berapa kali, menunya apa, dan jumlah
atau porsinya berapa, sehingga kita dapat memberikan
klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan
tentang gizi ibu hamil (Sulistyawati, 2011).
(b) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan
BAB
yang
meliputi
frekuensi
dan kosistensinya
(Sulistyawati, 2011).
(c) Pola Aktivitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. Jika
kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat
menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat
memberikan pengringatan sedini mungkin kepada pasien
untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ibu sehat
dan pulih kembali. Aktifitas yang terlalu berat dapat
menyebabkan
abortus
(Sulistyawati, 2011).
dan
persalinan
premature
40
(d) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam,
dan berapa jam ibu istirahat atau tidur siang. Ibu
hamil diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1 – 2 jam
dan tidur malam selama 8 jam (Sulistyawati, 2011).
(e) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok
gigi, keramas, ganti pakaian. Pada ibu hamil diharapkan
mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2
kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari dan ganti
pembalut setidaknya 2 kali sehari (Sulistyawati, 2011).
(f) Pola Seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam satu minggu serta ada atau
tidaknya keluhan ketika melakukan hubungan seksual
(Sulistyawati, 2011).
(g) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya, misal32wanita mengalami banyak perubahan
emosi/ psikologis selama masa hamil, sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Pada kasus ini
41
ibu mengatakan cemas dengan keadaan atau keadaan
yang dialaminya (Sulistyawati, 2011).
2) Data Obyektif
Setelah data subyektif kita dapatkan, untuk melengkapi data
klien dalam menegakan diagnosa, maka kita harus melakukan
pengkajian data obyektif melalalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi,
dan
perkusi
yang
dilakukan
secara
berurutan
(Sulistyawati, 2011).
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengamati secara keselurah keadaan pasien. Jika
pasien masih respon terhadap lingkungan dan orang lain, hal
ini termasuk kriteria keadaan baik, tetapi jika pasien kurang
atau tidak memberikan respon
teradahap lingkungan dan
orang serta tidak mampu berjalan sendiri termasuk kategori
keadaan lemah (Sulistyawati, 2011).
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
33
koma (tidak sadar) (Sulistyawati,
2011).
42
(3) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan darah
: Untuk
mengetahui
faktor
resiko hipertensi dan hipotensi. Batas
normalnya 120/80 mmHg
(Romauli, 2011).
(b) Suhu
: Untuk
mengetahui
suhu
tubuh
klien, memungkinkan febris / infeksi
dengan menggunakan skala derajat
celcius. Suhu badan wanita hamil
batas normalnya adalah 35,5–37,6oC
(Romauli, 2011).
(c) Nadi
: Untuk mengetahui ibu mengalami
keluhan seperti tegang, ketakutan,
cemas
akibat
perdarahan,
masalah
demam,
tertentu,
gangguan
thyroid, gangguan jantung. Denyut
nadi normal sekitar 60-100x/menit
(Romauli, 2011).
(d) Respirasi
: Untuk mengetahui system pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit,
batas
normalnya
(Romauli, 2011).
16-24x/menit
43
(4) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu apabila kurang dari
145 cm tergolong resiko tinggi (Romauli, 2011).
(5) Berat Badan
Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu ketika
kunjungan dengan penambahan normal 0,5 kg per minggu
(Romauli, 2011).
(6) LILA
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator untuk status
gizi ibu kurang / buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan
BBLR (Romauli, 2011).
b) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien
dari ujung rambut sampai ujung kaki meliputi:
(1) Kepala
(a) Rambut : Meliputi warna, mudah rontok atau tidak, dan
kebersihannya (Romauli, 2011).
(b) Muka
: Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema. Pada ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu muka
tampak pucat (Romauli, 2011).
(c) Mata
: Untuk
mengetahui
apakah
konjungtiva
warna merah muda dan sklera warna putih.
44
Pada
wanita
dengan
kehamilan
ektopik
tergangu konjungtiva pucat
(Romauli, 2011).
(d) Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada polip atau
tidak (Romauli, 2011).
(e) Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau
tidak (Romauli, 2011).
(f) Mulut
: Ada 35
stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak (Romauli, 2011).
(2) Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak,
adakah pembesaran kelenjar limfe (Romauli, 2011).
(3) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak,
ada
nyeri
atau
tidak ,
hiperpigmentasi aerola atau tidak, putting susu menonjol
atau tidak (Romauli, 2011).
(4) Ekstremitas atas dan bawah
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau
tidak (Sulistyawati, 2011).
45
(5) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
(a) Inspeksi
Ukuran uterus dikaji dengan memperkirakan melalui
observasi. Bidan dapat mengobservasi geakan janin,
apakah ada luka bekas operasi, ada nyeri atau tidak,
dan perubahan kulit pada abdomen
(Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(b) Palpasi
Cara pemeriksaan yang umum digunakan adalah cara
Leopold yang 36
dibagi dalam 4 tahap. Sesuai dengan
kasus
kehamilan
ektopik
terganggu,
pemeriksaan
Leopold meliputi pemeriksaan Leopold I, yaitu untuk
meraba tinggi fundus uterus. Pada palpasi akan teraba
massa lunak dan lentur di sisi posterior atau lateral
terhadap uterus. Massa tersebut akan teraba keras jika
terisi darah (Romauli, 2011),
(c) Auskultasi
Dengarkan bunyi jantung janin pada daerah punggung
janin dengan stetoskop monoaural (Laenec) atau
Doppler. Dengan stetoskop Laenec bunyi jantung janin
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan
dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
Bidan harus menghitung denyut jantung janin selama
46
satu menit penuh, dan harus mendapatkan nilai normal
antara 120-160 (Sulistyawati, 2011).
(d) Pemeriksaan dalam (Anogenital)
Pada
kehamilan
muda
sekitar
usia
12
minggu,
pembesaran rahim belum atau sulit diraba dari luar
sehingga perlu dilakukan pemeriksaaan dalam untuk
mengevaluasi tanda hamil muda, tanda Piskacek, tanda
Hegar. Pada kehamilan ektopik tergangggu pemeriksaan
dalam untuk mendukung menegakkan diagnosa apabila
37 goyang pada pemeriksaan serviks,
ditemui hasi nyeri
serviks terlalu lunak dan nyeri tekan serta terdapat
pengeluaran
darah
pervaginam
berwarna
merah
kecokelatan.
(Yulianingsih, 2009).
(e) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa
seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen utrasonografi
dan lain-lain (Yulianingsih, 2009).
i. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar hemoglobin dan eritrosit menurun atau leukosit
meningkat menunjukkan adanya perdarahan. Hasil tes
kehamilan biasanya positif. Hasil tes kehamilan
yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan KET
47
karena degenerasi trofoblas dapat menyebabkan
produksi βHCG menurun sehingga menyebabkan tes
kehamilan menjadi negatif (Yulianingsih, 2009).
ii. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dijumpai kantong kehamilan di luar kavum uteri yang
disertai atau tanpa adanya genangan cairan (darah)
di Cavum Douglas pada KET. Pada pemeriksaan
USG Trans- Vaginal dapat mendeteksi tubal ring
(massa
berdiameter
ekhogenik
1-3
yang
cm
dengan
mengelilingi
pinggir
pusat
yang
hipoekhoik. 38Gambaran ini cukup spesifik untuk
kehamilan ektopik.
cavum pelvis
visualisasi
Juga menunjukkan evaluasi
dengan
cairan
lebih
baik,
termasuk
di cavum Douglas dan massa
pelvis. Pemeriksaan USG Trans-Vaginal dilakukan
untuk menetapkan
letak
kantong
gestasi,
besarnya kantong gestasi, dan mencari janin dengan
detak jantungnya (Yunianingsih, 2009).
iii. Pemeriksaan Kuldosintesis
Pemeriksaan
kuldosintesis
dilakukan
untuk
mengetahui adanya cairan atau darah dalam cavum
douglas. Dengan adanya pemeriksaan USG dan
pemeriksaan kadar βHCG yang telah akurat, maka
48
kuldosintesis
tidak
sering
dilakukan,
karena
pemeriksaan ini sangat tidak nyaman bagi penderita.
Pemeriksaan kuldosintesis masih dilakukan bila tidak
ada fasilitas USG atau bila pada pemeriksaan USG
kantung
kehamilan
tidak
berhasil
terdeteksi
(Sastrawinata, 2005).
iv. Pemeriksaan
yang
ditegakkan
secara
bedah
(Surgical Diagnosis):
Kuretase
dapat
dikerjakan
untuk
membedakan
kehamilan ektopik dari abortus insipiens atau abortus
inkomplet. Kuretase biasanya dianjurkan pada kasuskasus dimana timbul kesulitan membedakan abortus
dari kehamilan ektopik dan kehamilan uterine tidak
terdeteksi dengan USG Trans-Vaginal
39 2005).
(Sastrawinata,
v. Pemeriksaan laparoskopi untuk melihat rongga pelvik
melalui dinding perut terutama pada keadaan yang
meragukan, misalnya pada kehamilan tuba yang
belum terganggu. Pemeriksaan laparotomi dilakukan
untuk
mengangkat
sumber
perdaharan
dan
dilakukan bila keadaan hemodinamik pasien tidak
stabil. Indikasi operasi laparotomi atau laparoskopi
adalah besarnya kantong gestasi lebih dari 3,5 cm
49
dengan pemeriksaan vaginal USG, pasien menolak
terapi medikamentosa, ruptur kehamilan ektopik telah
terjadi (sudah terjadi perdarahan intraperitoneal),
diagnosis belum jelas, bekas ligasi tuba fallopi,
kontraindikasi dengan pemeriksaan medikamentosa
(Sastrawinata, 2005).
b. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan intepretasi yang benar atas
data - data yang telah di kumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar
fakta (Sulistyawati, 2011).
40 Bidan membagi intepretasi data dalam
Dalam langkah kedua ini
tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktik kebidanan sama dengan diagnosis medis seperti
anemia ibu hamil, retensio plasenta, kehamilan ektopik terganggu,
dan lain – lain (Sari, 2012).
Diagnosa yang ditegakkan dalam kasus ini adalah:
“Ny. X umur … tahun, G … P … A … umur kehamilan … minggu
dengan kehamilan ektopik terganggu”.
50
Dasar diagnosa tersebut adalah:
a) Data Subjektif:
Ibu mengatakan bernama Ny. X dan berumur … tahun, Ibu
mengatakan mengalami nyeri perut bagian bawah dan
mengatakan
merasa
cemas
dengan
kehamilannya.
Ibu
mengatakan keadaannya lemas.
b) Data Objektif:
Menurut Sulistyawati (2011), data obyektif meliputi:
(1)
Keadaan umum ibu sedang
(2)
Kesadaran
ibu
hamil
dengan
kehamilan
ektopik
composmentis
(3)
TTV
:
Tekanan darah
:……. mmHg
Nadi
:…… x/ menit
Respirasi
: …… x/ menit
Suhu
: …… x/ menit
(4)
41 pervaginam (Romauli, 2011).
Terdapat perdarahan
(5)
Hasil pemeriksaan Laboratorium βHCG dan kadar
Hemoglobin.
(6)
Hasil pemeriksaan USG
2) Masalah
Masalah di identifiksi berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan didukung oleh data subjektif dan data objektif seperti
perasaan cemas klien (Sari, 2011).
51
3) Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu
misalnya pendidikan kesehatan tanda bahaya kehamilan,
informasi tentang keadaan ibu, support mental dari keluarga
dan tenaga kesehatan (Sari, 2011).
c. Diagnosa Potensial
Menurut Sulistyawati, (2011), pada langkah ini mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang
sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
42
memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
Menurut Fauziyah (2012), diagnosa potensial pada pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu adalah ruptur tuba, perdarahan, dan syok.
d. Antisipasi dan Tindakan Segera
Dalam pelaksanaannya terdakang bidan dihadapkan pada
beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergency)
dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan
pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau
bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi
dengantim kesehatan lain. Disini bidan sangat di tuntut kemampuannya
untuk dapat selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan
52
yang diberikan tepat dan aman (Sulistyawati, 2011).
Menurut Yulianingsih (2009), tindakan segera yang dilakukan
pada kehamilan ektopik terganggu yaitu antara lain:
1) Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap (Rumah Sakit).
2) Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan
transfuse darah untuk mengkoreksi hipovolemi dan anemia,
pemberian oksigen atau bila dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotik (pada keadaan syok segera diberikan infuse cairan dan
oksigen sambil menunggu darah, control tekanan darah, nadi, dan
pernafasan).
3) Penatalaksanaan
yang
ideal
adalah
menghentikan
sumber
perdarahan segera dengan penatalaksanaan bedah setelah diagnosis
di pastikan.
e. Perencanaan
Pada
langkah
ini
direncanakan
asuhan
yang
menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perncanaan yang di buat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang
up to date, perawatan berdasarkan bukti, serta divaliasikan dengan
asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan pasien.
Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena
pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu
rencana asuhan harus disetujui pasien (Sulistyawati, 2011).
Menurut Saifuddin (2006), perencanaan yang diberikan pada ibu
53
hamil dengan kehamilan ektopik terganggu diantaranya adalah:
1)
Lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat
2)
Menghentikan sumber perdarahan
3) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit
pertama) atau 2 L dalam dua jam pertama (termasuk selama
tindakan berlangsung).
4)
Pemberian terapi berupa:
a) Ketoprofen 100 mg supositoria
b) Tramadol 200 mg IV
c) Pethidin
50
mg
IV
(siapkan
anti
dotum
terhadap
reaksi hipersensitivitas)
5) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
6)
Observasi TTV, jumlah cairan masuk dan keluar
f. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Yang dilaksanakan semua oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan dikerjakan sesuai
dengan rencana asuhan yang44telah dibuat (Sulistyawati, 2011).
g. Evaluasi
Dalam evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah
mencatat proses manajemen kebidanan. Evaluasi diperoleh dari
54
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga
dilakukan untuk membandingkan keberhasilan dengan langkah-langkah
manajemen lainnya untuk melihat ada beberapa hal penting yang harus
disempurnakan (Sari, 2012).
Hasil yang diharapkan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu adalah:
1) Keadaan umum ibu baik
2) Tidak terjadi perdarahan
3) Tidak terjadi infeksi
3. Data Perkembangan (SOAP)
Menurut Rosmalinda (2014), pendokumentasian data perkembangan
asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu:
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian
sudut pandang pasien.
hasil
pengumpulan
data dari
45
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment.
A : Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa /
masalah serta antisipasi maslaah potensial.
55
P : Planning
Menggunakan
pendokumentasian
dari
perencanaan
dan
evaluasi
berdasarkan assesment.
C. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan
aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan atau mal praktik
dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan. Landasan hukum
yang digunakan pada kasus ini di antaranya:
Berdasarkan Permenkes NO. 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10
ayat (1), bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan, sebagai seorang bidan
harus bisa mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan
melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan, serta melakukan
pertolongan pertama dan melakukan rujukan secara dini ke tempat yang
memadai (RS atau Puskesmas) (Sari, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah studi yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang
terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010).
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan
atau membuat gambaran tentang keadaan secara objektif
(Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus
tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini, lokasi
studi kasus telah dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan laporan kasus ini subjek merupakan hal atau orang
yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus menurut Notoatmodjo (2010).
Subjek studi kasus telah dilakukan pada Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan
ektopik terganggu.
56
57
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan menurut Notoatmodjo
(2010). Studi kasus ini telah dilakukan pada bulan April 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
untuk mendapatkan data-data kasus menurut Notoatmodjo (2010). Instrumen
yang digunakan untuk mendapatkan data dengan menggunakan format asuhan
kebidanan pada ibu hamil.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
a. Data Primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian menurut
(Notoatmodjo, 2010).
Data ini meliputi data subjektif, yaitu identitas diri, keluhan utama,
data kebidanan, data kesehatan, data kebiasaan sehari-hari, data psikososial
dan agama, serta data objektif yaitu hasil pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus.
1) Pemeriksaan Fisik
Menurut
Romauli (2011), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara:
58
a) Inspeksi
Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan
menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman
sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi pada pada
kasus ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke
kaki dan memeriksa conjungtiva, pada mata ibu hamil dengan
kehamilan ektopik terganggu kelihatan pucat (Romauli, 2011).
b) Palpasi
Untuk mengumpulkan data dengan teknik yang menggunakan
indera peraba tangan atau jari untuk mengetahui adanya kelainan
dan untuk mengetahui perkembangan janin (Romauli, 2011).
c) Perkusi
Adalah
suatu
pemeriksaan
dengan
jalan
mengetuk
untuk
membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan
tujuan menghasilkan suara, perkusi
yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Pada kasus ini dilakukan perkusi dengan pemeriksaan reflek
patella (Romauli, 2011).
d) Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan Doppler. Pemeriksaan
51
ini dilakukan untuk mengetahui
detak jantung janin
(Romauli, 2011).
59
2) Wawancara
Menurut Notoatmodjo, (2010), suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden)
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to
face). Wawancara dilakukan pada pasien ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu, dan keluarganya serta tenaga kesehatan atau bidan.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi
diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya, mempelajari
status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi
(Notoatmodjo, 2010).
1) Studi Dokumentasi
Dokumen adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan
dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi kasus ini
dokumen merupakan buku catatan rekam medik yang didapatkan dari
RSU Assalam Gemolong Sragen.
2) Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting
dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan
dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber
60
terbaru yang berhubungan dengan kehamilan ektopik terbitan
tahun 2005 – 2014.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pengambilan data antara
lain:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format pengkajian pada ibu hamil
b. Buku tulis dan Ballpoint
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Timbangan berat badan dewasa
b. Alat pengukur tinggi badan
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Sarung tangan pendek dan panjang
f. Termometer
g. Jam tangan
h. Infus set, spuit dan obat-obatan
i. Oksigen
j. Speculum
k. USG
l. Kassa steril
m. Plester
3. Alat untuk pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi.
61
H. JADWAL PENELITIAN
Dalam kajian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
penyusunan proposal, penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegitan tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
BAB 1V
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Ruang
: Poli KIA
Tanggal masuk: 12 April 2015
No Register
: 067148
A. TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal 12 April 2015, pukul 12.00 WIB
a. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
Identitas Suami
Nama
: Ny. L
Nama
: Tn. D
Umur
: 24 tahun
Umur
: 28 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan
: D III Kebidanan
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: POLRI
Alamat
: Ngleban, RT.02/RW.03, Klewor, Kemusu,
Boyolali.
2) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
62
63
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan megeluarkan flek-flek darah berwarna merah
kecoklatan dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri
hebat sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015.
4) Riwayat Menstruasi
a. Menarche
: 13 tahun
b. Siklus
: 28 hari
c. Banyaknya
: Ganti pembalut 2-3 kali sehari
d. Lamanya
: ± 7 hari
e. Sifat Darah
: Encer, berwarna merah segar
f. Teratur/tidak
: Teratur
g. Dismenorhoe
: Tidak pernah dismenorhoe
5) Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 21 tahun dengan
suami umur 25 tahun , lama perkawinan 3 tahun.
6) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No
TGL/THN
TEMPAT
UMUR
JENIS
PENO
PARTUS
PARTUS
KEHAMILAN
PARTUS
LONG
NIFAS
ANAK
JK
1.
KEADAAN
ANAK
PB
BB
KEAD.
LKTS
2012
ABORTUS spontan umur kehamilan 6 mingggu kuretase di RSU Assalam Gemolong Sragen
2013
BPM
9 bulan
2.
Normal
Bidan
SEKARANG
Sehat,
L
50
2800
Baik
Baik
2 tahun
3.
+5
HAMIL SEKARANG 9 minggu
64
7) Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT
: 4 Februari 2015
b. HPL
: 11 Desember 2015
c. Umur Kehamilan : 9+5 minggu
d. Keluhan
: Ibu mengatakan nyeri perut hebat bagian
bawah dan mengeluarkan flek-flek dari jalan lahir berwarna
merah kecoklatan
e. ANC
: 1 kali di bidan saat umur kehamilan 5
minggu
f. Penyuluhan yang pernah di dapat: Ibu mengatakan pernah
mendapatkan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan dari
bidan
g. Imunisasi TT
: 2 kali
h. Pengunaan obat-obatan / jamu / rokok: Ibu mengatakan tidak
pernah mengkonsumsi obat selain dari bidan atau dokter dan
tidak pernah mengkonsumsi jamu maupun merokok.
8) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi pil selama satu
tahun.
9) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan selama hamil ini tidak pernah menderita
penyakit seperti flu, demam, batuk, dll.
65
b) Riwayat Penyakit Sistemik
(1) Jantung
: Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri
pada dada sebelah kiri dan tidak mudah
berkeringat
dingin
setelah
melakukan
aktivitas ringan.
(2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri
pada punggung bagian bawah dan tidak
pernag nyeri saat BAK.
(3) Asma
: Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
(4) TBC
: Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih
dari dua minggu baik disertai darah maupun
tidak disertai darah.
(5) Hepatitis
: Ibu mengatakan pada kuku, kulit, dan mata
tidak pernah terlihat kuning.
(6) DM
: Ibu mengatakan tidak pernah merasa lapar,
haus, dan sering BAK (± 5 kali) pada waktu
malam hari.
(7) Hipertensi
: Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak
pernah lebih dari 140/90 mmHg dan tidak
pernah merasa nyeri tengkuk maupun nyeri
kepala yang hebat.
(8) Epilepsi
: Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai
keluarnya busa dari mulut.
66
(9) Lain-lain
: Ibu mengatakan tidak terserang penyakit
HIV, AIDS, dan penyakit lainnya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada
yang menderita penyakit menurun (DM, Asma, Hipertensi, dan
Jantung),
maupun
penyakit
menular
(TBC,
Hepatitis,
HIV/AIDS).
d) Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari
pihak suami maupun dari pihak keluarga ibu.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan pernah melakukan operasi kuretase satu kali,
tiga tahun yang lalu.
10) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur,
lauk pauk sehari 3 kali dengan porsi sedang,
ibu minum 6-7 gelas sehari dengan air putih,
ibu
mengatakan
tidak
ada
makanan
pantangan.
Selama hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur,
lauk pauk 4-5 kali sehari dengan porsi kecil
tapi sering. Ibu minum 8-9 gelas sehari
67
dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu
mengatakan tidak ada makanan pantangan.
b) Pola Eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi
kurang
lebih 4-5 kali sehari dan BAB
dengan frekuensi 1 kali sehari, tidak ada
keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi
kurang
lebih 6-7 kali sehari dan BAB
dengan 1 kali sehari, tidak ada keluhan.
c) Pola aktifitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan bekerja dan melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
menyapu, dan mencuci piring sendiri.
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola
aktifitas selama hamil ini.
d) Pola istirahat/ tidur
Sebelum hamil : Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang
lebih 7-8 jam dan tidak pernah tidur siang
karena ibu bekerja.
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola
istirahat selama hamil ini.
68
e) Pola Personal Hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,
keramas 3 kali dalam 1 minggu, gosok
gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali
sehari dan tidak ada keluhan.
Selama Hamil
: Ibu mengatakan tidak ada perubahan, sama
seperti sebelum hamil.
f) Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan
seksual 1 minggu 3 kali.
Selama hamil
: Ibu mengatakan melakukan hubungan
seksual 1 minggu 1 kali. Ibu mengatakan
tidak ada keluhan.
11) Riwayat Psikososial Budaya
a) Ibu mengatakan perasaannya cemas dengan kehamilan
yang dialaminya saat ini.
b) Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu
dan suami.
c) Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki
atau perempuan itu sama saja yang penting sehat.
d) Ibu
mengatakan
keluarga dan suami.
mendapatkan
dukungan
dari
pihak
69
e) Ibu
mengatakan
tidak
pantang
dalam
mengkonsumsi
makanan apapun.
f) Ibu mengatakan dirumah hanya tinggal bersama suami dan
satu orang anaknya.
g) Ibu mengatakan terdapat
60 adat istiadat mitoni
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Sedang
b) Kesadaran
: Comoposmentis
c) Vital Sign
(1) Tekanan darah
: 120/80 mmHg
(2) Suhu
: 36,7 0C
(3) Nadi
: 88 x/menit
(4) Respirasi
: 24 x/menit
d) Tinggi Badan
: 158 cm
e) BB sebelum hamil
: 49 kg
f) BB sekarang
: 50 kg
g) LILA
: 24 cm
2) Pemeriksaan Fisik Sistematis
a) Kepala dan muka
(1) Rambut
: Hitam,
panjang,
halus,
tidak
rontok,bersih tidak ada ketombe.
mudah
70
(2) Muka
: Simetris, tidak ada Chloasma Gravidarum,
pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tegang
dan cemas.
(3) Mata
: Simetris,
61
conjungtiva
sedikit berwarna
putih, sklera putih, tidak ada kelainan
bentuk pada mata.
(4) Hidung
: Bersih tidak ada benjolan, bentuk normal,
tidak ada kelainan.
(5) Telinga
: Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada kelainan.
(6) Mulut
: Bibir pucat, lidah pucat, caries tidak ada,
stomatitis tidak ada, tidak ada kelainan.
b) Leher
(1) Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
(2) Tumor
: Tidak ada benjolan
(3) Kelenjar Limfe
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
Membesar
: Normal
Benjolan
: Tidak ada
Simetris
: Simetris kanan kiri
Areola
: Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
71
Kolostrum
: Belum keluar
(2) Axilla
Benjolan
: Tidak ada
Nyeri
: Tidak ada
d) Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih,
62
tidak ada kelainan
Kaki
: Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada
oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut
: Membesar normal
(b) Linea Alba/ Nigra
: Tidak ada linea alba maupun
nigra
(c) Striae albican/ livide : Tidak
ada
striae
albican
maupun livide
(d) Kelainan
: Tidak ada kelainan
(e) Pergerakan anak
: Tidak ada pergerakan anak
(f) Luka bekas operasi
: Tidak ada luka bekas operasi
(2) Palpasi
(a) Leopold I
: Uterus tegang
72
b) Anogenital
(1) Vulva vagina
: Tidak ada varices dan penonjolan
pada vulva.
(2) Perineum
: Terdapat luka bekas jahitan pada
perineum
(3) VT
: Slinger paint (nyeri goyang portio)
(4) PPV
: Terdapat pengeluaran darah berwarna
merah kecokelatan
(5) Anus
: Tidak ada hemoroid
4) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan Laboratorium:
Hb
: 11,2 gr/ dl
Leukosit
: 4800/ ul
( normal: 4500-11000/ul)
Trombosit
: 212000/ ul
( normal: 150000-450000/ul)
Golongan darah : A
HBsAg
: Negatif
(2) Pemeriksaan Penunjang
USG : Terlihat kantong kehamilan di luar uterus (Tuba).
64
73
II. INTEPRETASI DATA
Tanggal 12 April 2015
Pukul: 12.15 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. L G3P1A1 umur 24 tahun hamil 9+5 minggu dengan kehamilan
ektopik terganggu.
Data Dasar :
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny. L
2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga, sudah pernah
melahirkan satu kali dan sudah pernah keguguran satu kali.
3. Ibu mengatakan berumur 24 tahun
4. Ibu mengatakan HPHT 4 Februari 2015
5. Ibu mengatakan sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015
mengeluarkan flek-flek darah berwarna merah kecokelatan dari
jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri hebat.
Data Objektif
1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Vital Sign
:
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/ menit
Respirasi
: 24 x/ menit
Suhu
: 36,7 0C
4. PPV
: Terdapat pengeluaran darah dari jalan lahir
berwarna merah kecoklatan
74
5. Palpasi Leopold I : Uterus keras
6. VT
: Slinger paint (nyeri goyang portio)
7. Pemeriksaan Penunjang
Hb
: 11,2 gr/ dl
Leukosit
: 4800/ ul
( normal: 4500-11000/ul)
Trombosit
: 212000/ ul
( normal: 150000-450000/ul)
Golongan darah
:A
HBsAg
: Negatif
USG : Terlihat kantong kehamilan di luar uterus (Tuba).
B. Masalah
Ibu merasa cemas dengan kehamilannya, karena mengeluarkan flek
darah dari jalan lahir dan nyeri perut hebat bagian bawah.
C. Kebutuhan
Memberikan support mental pada ibu.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Syok
IV.
ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA
1. Kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn dan ginekologi
2. Kolaborasi
dengan
laboratorium
3. Tirah baring / bed rest.
bagian
laboratorium
untuk
pemeriksaan
75
V.
PERENCANAAN
Tanggal 12 April 2015 pukul 12.20 WIB
1.
Informasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya
2.
Berikan ibu dan keluarga inform concent untuk dilakukan operasi
3.
Observasi keadaan umum dan vital sign
4.
Anjurkan ibu untuk bed rest
5.
Beri ibu dukungan moral
6.
Berikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetri dan ginekologi
7.
Lakukan persiapan operasi
8.
Anjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan darah dengan golongan A
sebanyak dua colf jika dibutuhkan
9.
VI.
Konsultasi dengan bagian anastesi
PELAKSANAAN
Tanggal 12 April 2015 pukul 12.45 WIB
1.
Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya, bahwa
kehamilan ibu di luar kandungan, oleh karena itu akan dilakukan
operasi laparotomi untuk mengangkat buah kehamilan, karena jika
kehamilan dipertahankan akan membahayakan jiwa ibu yang
berakibat syok dan perdarahan hebat. Kehamilan ibu berada di luar
kandungan yang bertempat di saluran tuba atau saluran telur,
sehingga tidak dapat mencapai usia kehamilan sampai tua. Karena
67
keadaan ibu kurang baik dan Hb > 10 gr/ dl, maka akan segera
76
dilakukan operasi.
2.
Memberikan ibu dan keluarga inform concent untuk dilakukan
operasi Laparotomi.
3.
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu setiap 2 jam.
4.
Menganjurkan ibu untuk bed rest.
5.
Memberikan ibu support mental untuk tidak perlu cemas karena
sebentar lagi ibu akan dilakukan tindakan operasi, dan menganjurkan
ibu untuk tabah dalam menghadapi keadaan ini.
6.
Memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetri dan
ginekologi
Pukul 12.50 WIB:
1) Memasang Infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
2) Memberikan terapi Asam Tranexamat 500 mg per IV
3) Memberikan terapi suppositoria Profecom 100 mg
7.
Melakukan persiapan operasi berupa menganjurkan ibu untuk puasa
4 jam sebelum operasi yang di mulai pukul 13.00 WIB, mencukur
rambut pubis daerah genetalia eksterna ibu, memasang dauer
catheter.
8.
Menganjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan darah dengan
golongan A sebanyak dua colf jika dibutuhkan.
9.
Melakukan konsultasi dengan bagian anastesi
77
VII. EVALUASI
Tanggal 12 April 2015 pukul 17.00 WIB
1.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa
kehamilan ibu di luar kandungan.
2.
Ibu dan keluarga setuju untuk segera dilakukan operasi Laparotomi
3.
Telah mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu dengan hasil:
Pukul 14.30 WIB:
Keadaan umum : Sedang,
Vital sign
: TD
`
Kesadaran
: 120/80 mmHg
Respirasi : 24 x/menit,
: Composmentis
Nadi : 94 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Pukul 16.30 WIB:
Keadaan umum : Sedang,
Vital sign
: TD
Kesadaran
: 120/80 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
: Composmentis
Nadi
: 98 x/menit
Suhu : 36,7 0C
4.
Ibu telah bed rest
5.
Telah memberikan support mental kepada ibu, dan ibu sudah tidak
terlalu cemas.
6.
Telah memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi, berupa :
1) Telah terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
2) Ibu telah di berikan terapi Asam Tranexamat 500 mg per IV
3) Telah memasukan obat suppositoria Profecom 100 mg dan ibu
telah BAB
78
7.
Ibu telah puasa sejak pukul 13.00 WIB, rambut pubis daerah
genetalia eksterna ibu telah di cukur, sudah terpasang dauer catheter.
8.
Keluarga ibu telah mempersiapkan darah dengan golongan A
sebanyak dua colf .
9.
Sudah dilakukan konsultasi bagian anastesi dan akan dilakukan
Laparotomi.
79
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 12 April 2015 pukul 18.40 WIB
S:
Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan bahwa ibu sudah dilakukan operasi Laparotomi
2.
Ibu mengatakan bahwa operasi dilakukan pada jam 17.45 WIB dan
keluar kamar operasi jam 18.35 WIB.
O:
Data Objektif
1.
A:
Keadaan umum
: Lemah
Keasadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Respirasi
: 20 x/menit
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 36,4 0C
2.
Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
3.
Terpasang dauer catheter
4.
Hb: 10 gr/ dl
Assesment
Ny. L P1A2 umur 24 tahun 5 menit post operasi Laparotomi atas indikasi
kehamilan ektopik terganggu.
80
P:
Planning
Tanggal 12 April 2015 pukul 18.45 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum vital sign setiap 15 menit selama satu
jam pertama post operasi
2. Memberitahu keluaga agar ibu tetap puasa 6 jam setelah operasi
3. Melanjutkan pemberian cairan lewat infus
4. Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
5. Pukul 19.00 WIB, memberikan terapi lewat IV, berupa:
Ceftriaxone
: 1 gr
Gentamisin
: 80 mg
Asam Tranexamat : 500 mg
Evaluasi:
Tanggal 12 April 2015 pukul 21.00 WIB
1.
Jam 18.45 WIB, telah melanjutkan pemberian cairan lewat infus
2.
Jam 18.47 WIB, keluarga bersedia ibu puasa 6 jam setelah operasi
3.
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Jam 19.00 Vital sign : Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Respirasi
: 20 x/menit
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 36,4 0C
Jam 19.15 Vital sign : Tekanan darah
Respirasi
: 110/80 mmHg
: 22 x/menit
81
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,5 0C
Jam 19.30 Vital sign : Tekanan darah
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 82 x/menit
Suhu
: 36,5 0C
Jam 19.30 Vital sign : Tekanan darah
4.
: 110/80 mmHg
: 110/80 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
Jam 19.35 WIB, ibu telah diberikan terapi per IV melalui karet infus:
Ceftriaxone
: 1 gr
Gentamisin
: 80 mg
Asam Tranexamat : 500 mg
5.
Telah mengobservasi jumlah cairan yang masuk dan keluar.
82
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 13 April 2015 pukul 08.00 WIB
S:
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi
2. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah sedikit
O:
Data Objektif
1.
2.
A:
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
3.
Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
4.
Terpasang dauer catheter
Assesment
Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari pertama atas
indikasi kehamilan ektopik terganggu.
83
P:
Planning
Tanggal 13 April 2015 pukul 08.15 WIB
1.
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
2.
Melanjutkan pemberian cairan lewat infus
3.
Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
4.
Melanjutkan pemberian terapi secara IV, berupa:
1) Ceftriaxone
: 1 gr /8 jam
2) Gentamisin
: 80 mg /8jam
3) Asam Tranexamat
: 500 mg /8jam
Memberikan terapi per oral, berupa:
5.
1) Asam Mefenamat
: 3 x 500 mg
2) Sulfat Feros
: 2 x 300 mg
3) Vitamin C
: 2 x 250 mg
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan miring ke kiri dan ke
kanan.
Evaluasi:
Tanggal 13 April 2015 pukul 11.30 WIB
1.
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Respirasi
: 20 x/menit
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,8 0C
84
2.
Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
3.
Ibu telah di berikan terapi per IV dan ibu bersedia minum terapi per oral
sesuai aturan
4.
Telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
5.
Ibu bersedia untuk miring kanan dan kiri
85
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 14 April 2015 pukul 08.00 WIB
S:
O:
Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi
2.
Ibu mengtakan sudah tidak mengeluarkan darah
Data Objektif
1.
2.
A:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Respirasi
: 24 x/menit
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
3.
Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
4.
Terpasang dauer catheter
Assesment
Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari kedua atas
indikasi kehamilan ektopik terganggu.
86
P:
Planning
Tanggal 14 April 2015 pukul 08.15 WIB
1.
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
2.
Melanjutkan pemberian cairan lewat infus
3.
Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
4.
Melanjutkan pemberian terapi secara IV, berupa:
1) Ceftriaxone
: 1 gr /8 jam
2) Gentamisin
: 80 mg /8 jam
3) Asam Tranexamat
: 500 mg /8 jam
Memberikan terapi per oral, berupa:
5.
1) Asam Mefenamat
3 x 500 mg
2) Vitamin C
2 x 250 mg
3) Sulfat Feros
2 x 300 mg
Menganjurkan ibu untuk mobiliasasi dini dengan miring kanan kiri serta
latihan duduk di atas bed.
Evaluasi:
Tanggal 14 April 2015 pukul 11.30 WIB
1.
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
87
2.
Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
3.
Ibu telah diberikan terapi per IV dan ibu bersedia minum terapi per oral
sesuai aturan
4.
Telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar
5.
Ibu telah dapat miring kanan kiri serta duduk di atas bed.
88
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal 15 April 2015 pukul 08.00 WIB
S:
O:
Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi
2.
Ibu mengtakan sudah tidak mengeluarkan darah
Data Objektif
1.
2.
A:
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,5 0C
3.
Masih terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu
4.
Masih terpasang dauer catheter
Assesment
Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari ketiga atas
indikasi kehamilan ektopik terganggu.
89
P:
Planning
Tanggal 15 April 2015 pukul 08.15 WIB
1.
Mengobservasi keadaan umum dan vital sign
2.
Memberikan terapi per oral, berupa:
1) Asam Mefenamat
3 x 500 mg, IX tablet
2) Vitamin C
3 x 250 mg, IX tablet
3) Cefadroxil
2 x 500 mg, VI tablet
4) Sulfat Feros
2 x 300 mg, VI tablet
3.
Melepas infus RL 28 tpm
4.
Melepas dauer catheter
5.
Medikasi luka bekas operasi
6.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan jalan-jalan di sekitar
bed
7.
Mempersiapkan pasien pulang
Evaluasi:
Tanggal 15 April 2015 pukul 12.30 WIB
1.
2.
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
Ibu bersedia minum obat per oral sesuai aturan
90
3.
Infus RL telah dilepas
4.
Dauer catheter sudah dilepas
5.
Ibu telah dapat jalan-jalan di sekitar bed
6.
Luka bekas operasi ibu telah di medikasi
7.
Pada jam 12.00 WIB ibu telah pulang
91
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tantang kesenjangan
yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Assalam Gemolong Sragen dengan teori yang ada. Di sini peneliti akan
menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah – langkah dalam
manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah.
Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan
pemecahan masalah dari kesenjangan - kesenjangan yang terjadi sehingga
dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan
yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal
dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data
subyektif dan data penunjang.
Menurut Saifudin (2006), tanda dan gejala kehamilan ektopik
terganggu antara lain amenorhoe, nyeri perut mendadak, perdarahan
pervaginam berwarna coklat tua, nyeri goyang portio dan Cavum Douglas
menonjol karena ada pembekuan darah.
Dalam melakukan pengumpulan data, baik yang bersifat subjektif
maupun objektif dalam kasus ini peneliti tidak menemukan hambatan,
karena adanya kerja sama dan komunikasi yang baik antara peneliti
dengan pasien dan keluarga serta peneliti dengan bidan dan dokter.
80
92
Dalam kasus ini pada muka pasien dengan kehamilan ektopik
terganggu terlihat pucat sedangkan mata pasien anemis. Peneliti tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam pengumpulan
data secara subjektif, namun untuk pengumpulan data secara objektif,
peneliti menemukan kesenjangan, yaitu tidak dilakukannya kuldosintesis
untuk mengetahui adanya pembekuan darah dalam Cavum Douglas
karena dengan pemeriksaan USG dan pemeriksaan anogenital sudah dapat
untuk menegakkan diagnosa bahwa ibu mengalami kehamilan ektopik
terganggu.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan menentukan
masalah dan kebutuhan ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu.
Pada kasus ini peneliti mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. L umur
24 tahun, G3P1A1 usia kehamilan 9+5 minggu dengan kehamilan ektopik
terganggu. Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari
dengan adanya data subjektif dan data objektif. Penegakan diagnosis
pada kehamilan ektopik terganggu sulit ditegakkan, sehingga memerlukan
pemeriksaan
penunjang
untuk
mendiagnosis,
yaitu
pemeriksaan
laboratorium meliputi kadar Haemoglobin dan Eritrosit, kadar βHCG dan
Urine, pemeriksaan USG, kuldosintesis, laparoskopi atau kuldoskopi
(Yulianingsih, 2009).
Dalam kasus ini ditemukan masalah, yaitu ibu cemas dengan kondisi
kehamilannya dan terjadi gangguan rasa nyaman berupa nyeri perut
93
bagian bawah diikuti dengan keluarnya flek-flek darah yang terjadi
sejak satu hari yang lalu. Kebutuhan yang dibutuhkan ibu dalam
kasus ini adalah dengan memberikan informasi tentang tanda dan gejala
tentang kehamilan ektopik terganggu, serta memberikan dukungan moril
pada ibu agar tabah dalam menghadapi kehamilannya.
Peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek
dalam interpretasi data, baik dalam penegakan diagnosa kebidanan,
masalah maupun kebutuhan.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
masalah yang sudah identifikasi. Langkah ini dibutuhkan antisipasi
dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Dengan mengidentifikasi
masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan
diagnosa/ masalah yang sudah ada dan merumuskan tindakan apa yang
perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/ diagnosa
potensial yang akan terjadi. Diagnosa potensial pada pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu adalah ruptur tuba, abortus dan syok
(Fauziyah, 2012).
Dalam kasus ini, tidak terjadi diagnosa potensial karena diagnosis
sudah ditegakkan dan telah dilakukan penanganan yang tepat dan cepat.
Dalam kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dalam mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial.
82
94
4. Antisipasi Tindakan
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa.
Antisipasi tindakan segera yang harus dilakukan pada kasus
kehamilan ektopik terganggu adalah dengan segera merujuk pasien
ke fasilitas kesehatan yang mempunyai sarana lengkap (rumah sakit), dan
kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Saifuddin,
2006). Dalam kasus ini, dilakukan tindakan segera berupa kolaborasi
dengan dokter spesialis obstetri dan bagian laboratorium serta tirah baring
atau bed rest.
Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktek dalam menetapkan antisipasi terhadap tindakan segera.
5. Perencanaan
Perencanaan
disusun
berdasarkan
diagnosa
kebidanan,
merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkahlangkah sebelumnya. Keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh harus rasional dan benar - benar tepat berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date dan setiap rencana harus disetujui
oleh pihak bidan dan pasien (Suliatyawati, 2011).
Menurut Saifudin (2006), rencana asuhan komprehensif pada kasus
kehamilan ektopik terganggu antara lain:
95
a. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk
tindakan operatif gawat darurat.
b. Persiapan ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat
untuk melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus
dihentikan.
c. Merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL
(500 ml dalam lima menit pertama) atau 2 L dalam dua jam
pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
d. Pemberian terapi berupa:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria
2) Tramadol 200 mg IV
3) Pethidin
50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
4) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. Observasi
TTV, jumlah cairan masuk dan keluar.
Pada kasus ini telah dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
obstetri dan ginekologi, dan diagnosis segera ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi. Setelah diagnosis ditegakkan, segera
dilakukan tindakan berupa perbaikan keadaan umum dengan pemberian
cairan infus, kemudian dilakukan tindakan operatif gawat darurat,
yaitu tindakan laparotomi. Terapi yang diberikan antara lain memasang
infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu, Asam Tranexamat 500 mg per IV
84
96
dan suppositoria Profecom 100 mg.
Pada kasus ini peneliti menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dalam menetapkan perencanaan yaitu di tidak diberikannya
terapi anti nyeri seperti Pethidin 200 mg per IV dan Tramadol 50 mg
per IV.
6. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan asuhan menyeluruh (Sulistyawati, 2011). Pada langkah
pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana
asuhan yang telah dibuat.
Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan
dari rencana asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam
masalah dan diagnosa (Sari, 2012). Evaluasi dari kasus ini setelah
dilakukan perawatan 4 hari dengan hasil keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis, TTV normal, infus RL 28 tpm sudah dilepas,
telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar, ibu
bersedia miring kiri dan kanan serta hasil yang diharapkan adalah
tidak terjadi perdarahan dan ibu pulang jam 12.00 WIB.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan pada Ny. L dengan kehamilan ektopik
terganggu di Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen, maka
penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu:
1.
Asuhan kebidanan pada Ny. L dengan kehamilan ektopik terganggu
dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut
tujuh langkah Varney dengan baik sebagai berikut:
a. Pengkajian
telah
dapat
dilaksanakan
dengan
mengumpulkan
semua data menurut lembar format yang telah tersedia melalui teknik
wawancara dan observasi sistemik. Data subjektif khususnya pada
keluhan utama yaitu Ny. L G3P1A1 hamil 9+5 minggu dengan
keluhan ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek darah berwarna
merah kecokelatan dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa
nyeri sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015. Data obyektif yaitu
keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 36,7 0C,
tinggi badan 158 cm, BB sebelum hamil 49 kg, BB sekarang 50 kg,
LLA 24 cm. Pemeriksaan laboratorium Hb 11,2 gr/ dl, golongan
darah A, leukosit 4800/ ul, trombosit 212000/ ul, dan USG terlihat
97
98
kantong kehamilan di luar uterus (Tuba). Pada langkah pengkajian ini
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, dikarenakan adanya
respon yang baik selama melakukan anamnesa dan pengkajian.
b. Berdasarkan
data
subjektif
dan
objektif,
penulis
dapat
menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. L
G3P1A1 umur 24 tahun hamil 9+5
minggu dengan kehamilan
ektopik terganggu. Dengan masalah ibu merasa cemas terhadap
kehamilannya. Kebutuhan yang dapat diberikan adalah memberikan
support mental pada ibu.
c. Pada kasus kehamilan ektopik ini potensial terjadi ruptur tuba,
abortus dan syok, namun pada kasus ini tidak terjadi karena
adanya penanganan yang baik dan tepat.
d. Dalam melakukan antisipasi diperlukan kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetri dan ginekologi, kolaborasi dengan laboratorium,
serta tirah baring atau bed rest.
e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu persiapan
tindakan operatif gawat darurat, merestorasi cairan tubuh, pemberian
terapi dan observasi TTV jumlah cairan masuk dan keluar.
f. Pelaksanaan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu telah
dilakukan sesuai rencana, sehingga mendapatkan hasil yang
maksimal.
g. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan tindakan operasi
laparatomi dan dirawat selama 4 hari dengan hasil keadaan umum
99
ibu baik, infus RL 28 tpm sudah dilepas, telah dilakukan observasi
jumlah cairan yang masuk dan keluar, ibu telah dapat miring kiri dan
kanan, duduk di atas bed, jalan-jalan di sekitar bed serta hasil yang
diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan / komplikasi dan ibu
pulang jam 12.00 WIB.
Pada kasus Ny. L terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek di
lahan yaitu dalam pemberian terapi obat tidak diberikan terapi anti nyeri pada
hari pertama perawatan seperti Pethidin 200 mg per IV dan Tramadol 50 mg
per IV.
B. Saran
1. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Tindakan anestesi pada kasus kehamilan ektopik terganggu sebaiknya
dilakukan oleh dokter anestesi, karena pada kasus di RSU Assalam
Gemolong Sragen ini dilakukan oleh perawat anestesi.
2. Bagi Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan sebaiknya dalam memberikan pelayanan berpegang
pada teori yang ada agar kualitas tetap terjaga serta mendapatkan hasil
yang maksimal.
3. Bagi Pasien
Pasien diharapkan lebih hati-hati untuk kehamilan berikutnya, sebab
kehamilan ektopik merupakan penyebab terbesar kematian ibu pada
trimester pertama dari kehamilan dan dapat terjadi secara berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R, E, dan Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Bandiyah, S. 2009. Kehamilan, Persalinan, Dan Gangguan Kehamilan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Berita, Kebumen. 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Di Jawa Tengah Masih
Tinggi. Available : www.beritakebumen.info/2013/04/aki-di-jawa-tengahmasih-tinggi.html diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
BKKBN, 2013. Angka Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah Masih Tinggi.
Availablem
:
http
:
//
jateng.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.aspx?ID=2710&ContentTypeId=
0x0100A28EFCBF520B364387716414DEECEB1E diakses pada tanggal
26 Oktober 2014.
Candra, S. 2013. Mortalitas Dan Morbiditas Edit. Available : http : //
id.scribd.com/doc/130651002/3-Mortalitas-Dan-Morbiditas-Edit
diakses
pada tanggal 22 0ktober 2014.
Dinkes Jateng, 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Di Jawa Tengah.
Available
:
http
:
//
www.dinkesjatengprov.go.id%2Fdokumen%2F2013%2FYANKES%2FUK
R%2FPONEK_Eval_Maret%2FKabid_Dinkes_Prov.pdf diakses
pada
tanggal 5 November 2014.
Fauziyah, Y. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hayati, N. 2010. Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
yang di Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2008.
Jurnal Kesehata Online Helvetia. Akbid PKU Sumatra Utara.
helvetia.ac.id/jurnalkesehatan/gdl. diakses pada tanggal 5 November
2014.
Manuaba, I, B, G. 2005. Obstertri Patologi. Jakarta : EGC.
Manuaba, I, B, G. 2005. Dasar-Dasar Teknik Operassi Gynekologi. Jakarta :
EGC.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Rineka Cipta.
Jakarta
:
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pudiastuti, R, D. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Purwaningsih, W, Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rochayati, F. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. A G3P2A0 Dengan
Kehamilan Etopik Terganggu Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Surakarta. Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Rismalinda, P, H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : In Media.
Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Y, A, Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta :
TIM.
Saifuddin, A, B, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sari, N, R. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sukarni, I, Margareth. 2013.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Kehamilan,
Persalinan,
Dan
Nifas.
Sulaiman, Reza, M. 2014. Angka Kematian Ibu Tinggi, BKKBN Serukan ‘4
Jangan dan 3 Terlambat. Available : http : // health.detik.com diakses
pada tanggal 22 Oktober 2014.
Sulaiman, dkk. 2005. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Syafiq, A. 2013. Angka Kematian Ibu Dan Pendidikan Perempuan Di
Indonesia. Makalah Konferensi Infid November 2013. Pembangunan
Untuk Semua: Memperjuangkan Kualitas Pemerintah, Hak Asasi
Manusia, dan Inklusi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2015-2019 Hotel Royal Kuningan Jakarta. Jakarta.
Yulianingsih, A, M. 2009. Asuhan Kegawatgaruratan Dalam Kebidanan.
Jakarta : Trans Info Media.
Download