ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1 UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Tri Yuli Astuti NIM B12 051 PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1 UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN Diajukan Oleh : Tri Yuli Astuti NIM B12051 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal ……………… Pembimbing Ambarsari, S.ST NIK 201087048 ii HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1 UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Tri Yuli Astuti NIM B12051 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal……………………. PENGUJI I PENGUJI II Rahajeng Putriningrum, S.ST, M.Kes NIK 201083059 Ambarsari, S.ST NIK 201087048 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan Retno Wulandari, S.ST NIK 200985034 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kaya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada NY. L G3P1A1 Umur 24 Tahun dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di RSU Assalam Gemolong Sragen Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakrta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimaksih keapada: 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, S.ST., selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Ambarsari, S.ST., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. dr. Wiwik Irawati, M.Kes sebagai direktur Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen, yang telah memberi ijin kepada penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Seluruh Dosen dan Staff Program DIII STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juni 2015 Penulis iv Prodi D III Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Tri Yuli Astuti B12051 ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. L G3P1A1 UMUR 24 TAHUN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN X + 99 halaman + 11 lampiran INTISARI Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong cukup tinggi yaitu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kejadian kehamilan abnormal di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan Januari - September 2014 sebanyak 187 kasus diantaranya kehamilan ektopik terganggu sebanyak 14 kasus (7,48%). Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah tindakan laparotomi. Kehamilan ektopik terganggu apabila tidak tertangani akan mengakibatkan ruptur tuba, abortus dan syok. Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut varney. Metode Penelitian: Karya tulis ini menggunakan jenis studi kasus metode Deskriptif. Lokasi studi kasus ini di RSU Assalam Gemolong Sragen. Tehnik pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, studi dokumentasi. Dilaksanakan selama 4 hari di RSU Assalam Gemolong Sragen mulai tanggal 12 sampai 15 April 2015. Hasil Penelitian: Hasil studi kasus Karya Tulis Ilmiah ini diketahui bahwa setelah mendapatkan perawatan selama 4 hari pada Ny. L tidak mengalami komplikasi. Hal ini dapat dilihat dari hari demi hari setelah dilakukan perawatan keadaan umum ibu baik, tidak ada pengeluran berupa flek-flek darah kecoklatan dan perdarahannya berhenti. Kesimpulan: Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan praktek lahan yaitu dalam pemberian terapi di hari pertama perawatan tidak diberikan terapi anti nyeri seperti Pethidin dan Tramadol. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Kehamilan Ektopik Terganggu Kepustakaan : 30 literatur (2005 s/d 2014) v MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil dan kita baru meyakini setelah kita berhasil melakukannya dengan baik. Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat, sehingga tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Banyak kegagalan dalam hidup ini, di karenakan kita tidak menyadari betapa dekatnya kita dengan keberhasilan saat kita menyerah. PERSEMBAHAN Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Bapak dan Ibu “Inf. Letda Supardi dan Siti Khotijah”, setiap detak nadi kehidupanku akan kuusahakan untuk membahagiakan kalian yang telah memberi doa, bimbingan, kasih sayang, dukungan yang tak henti-hentinya, dan yang telah bersusah payah demi keberhasilanku. Kakak & Adik-adikku “Delvy Abdiani SE, Agung Wibowo, dan Surya Ramadhon” yang kusayangi, yang membuat suasana rumah menjadi ramai dengan canda dan tawa kalian membuat semangatku terus bangkit. Si Ay-ayku “Rifky Pratama”, yang sangat sabar, penyayang, pekerja keras, setia menemani dan selalu mendukung serta selalu memberiku semangat menjadi orang sukses. Sahabatku “Dyan, Aprilia Lusi, Rindhi, Tika Anisa, Tika Aprilia, Tri Novita” dan semua teman-teman kelas 3A yang tidak dapat kusebutkan satu-persatu terimakasih atas kerja sama dan kekompakannya selama kuliah. Almamaterku Tercinta STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA vi CURICULUM VITAE Nama : Tri Yuli Astuti Tempat/ Tgl. Lahir : Toli-toli, 3 Juli 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Sambirejo, RT. 06, RW. 09 No. 12, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Tegalharjo No.82 Surakarta Tahun 2006 2. SMP Negeri 7 Surakarta Tahun 2009 3. SMA Negeri 6 Surakarta Tahun 2012 4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Tahun 2015 vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI ....................................................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi CURICULUM VITAE ................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah....................................................................... 4 C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum ........................................................................... 4 2. Tujuan Khusus .......................................................................... 4 D. Manfaat Studi Kasus ..................................................................... 5 E. Keaslian Studi Kasus ..................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Teori Kehamilan ....................................................................... 8 2. Terori Kehamilan Ektopik Terganggu...................................... 16 viii B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 32 C. Landasan Hukum........................................................................... 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Studi ..................................................................................... 56 B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................ 56 C. Subyek Studi Kasus ....................................................................... 56 D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 57 E. Instrument Studi Kasus ................................................................. 57 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 57 G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ........................................................... 60 H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 61 BAB 1V TINJAUAN KASUS A. Tinjauan Kasus .............................................................................. 62 B. Pembahasan ................................................................................... 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 97 B. Saran ............................................................................................. 99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden Lampiran 8. Lembar Pedoman Format Asuhan Kebidanan Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Dokumentasi Stadi Kasus Lampiran 11. Lembar Konsultasi x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Target yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah menjadi 102 orang per tahun menurut Syafiq (2013). Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran, sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012 (Sulaiman, 2014). Penyebab kematian ibu disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Penyebab langsung antara lain: perdarahan 42%, eklamsia/pre ekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 %. Di negara maju maupun negara berkembang memperkirakan 15%-20% ibu hamil akan mengalami resiko tinggi atau komplikasi. Jumlah kematian ibu sebanyak 500.000 orang setiap tahun dan 99% terjadi di negara berkembang (Sulaiman, 2014). 1 2 Angka Kematian Ibu merupakan indikator utama derajat kesehatan perempuan yang telah di tetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Untuk mewujudkan target penuruan Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015, Kementrian Kesehatan sedang menggalakan program Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu 2013-2015 (RAN PP AKI 2013-2015) antara lain Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Peningkatan Peran Pemerintah Daerah dan Swasta dalam Upaya Kesehatan Ibu, Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat (Kemenkes, 2013). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah, Angka Kematian Ibu untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 116 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebabnya antara lain dikarenakan perdarahan 16,44%, hipertensi 35,26%, lain-lain 42,96% (Anung, 2013). Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang ibu yang dapat menyebabkan kondisi gawat bagi ibu karena dapat menyebabkan kematian ibu akibat abortus pada umur kehamilan trimester pertama (1-12 minggu). Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Frekuensi kejadian kehamilan ektopik berkisar 1:14,6% dari seluruh kehamilan. Keadaan gawat ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu (Hayati, 2010). 3 Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien (Sukarni dan Margareth, 2013). Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu berumur 20 – 40 tahun dengan umur rata – rata 30 tahun. Seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu hanya 60% dapat hamil kembali, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik terganggu berulang dilaporkan berkisar antar 0 – 14,6% dan kemungkinan untuk melahirkan cukup bulan sekitar 50% (Cynthia dkk, 2011). Berdasarkan data Studi Pendahuluan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 14 Oktober 2014 diperoleh data jumlah ibu hamil abnormal pada bulan Januari – September 2014 sebanyak 187 kasus. Dari 187 kasus tersebut antara lain: kehamilan dengan abortus sebanyak 91 kasus (48,66%), Hipertensi 28 kasus (14,97%), Molahidatosa 21 kasus (11,22%), Anemia 18 kasus (9,62%), Hiperemesis Gravidarum kehamilan ektopik terganggu 14 kasus (7,48%). 15 kasus (8,02%), 4 Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. L G3P1A1 dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) di RSU Assalam Gemolong Sragen Tahun 2015”. B. Perumusan Masalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan kebidanan Ibu hamil pada Ny. L G3P1A1 umur 24 tahun dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney?”. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil pada Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu sesuai manajemen kebidanan yang di aplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu : 1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan dan masalah pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamlian ektopik terganggu. 5 3) Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah di susun pada ibu hamil Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu. b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan pengahambat terhadap ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu (KET). D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri Sendiri Dapat menerapkan teori yang di dapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu. 2. Bagi Profesi Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan atau institusi kesehatan agar lebih meningkatkan dan 6 perhatian terhadap program pendidikan tentang kehamilan patologi khususnya kehamilan ektopik terganggu. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Dapat dijadikan masukkan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan dan perhatian terhadap kehamilan patologi khususnya kehamilan ektopik terganggu. b. Institusi Kebidanan Dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan khususnya kehamilan ektopik terganggu bagi pembaca dan juga menjadi masukan untuk asuhan selanjutnya. E. Keaslian Studi Kasus 1. Wise Ennandrian Threesyanti, Stikes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu hamil pada Ny. S G1P0A0 dengan Kehamilan Etopik Terganggu di RSUD dr. Moewardi Surakarta” (2012). Laporan ini dilakukan dengan cara studi kasus dan analisis data dilakukan secara deskriptif dengan metode 7 langkah Varney dan SOAP. Asuhan yang diberikan adalah memberikan dukungan moril pada ibu, memantau keadaan umum, dan vital sign ibu setiap 8 jam sekali, memantau perdarahan setiap 8 jam sekali, menganjurkan ibu untuk istirahat total, terapi dokter spesialis obstetrik dan gynekologi infus RL 20 tpm berikan Premaston 1 x 5 mg, Cefadroxil 1 x 500 mg, Asam Folat 1 x 50 mg, 7 kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan specimen darah Hb : 13,4 gr/dl, PP test : Positif , angka Leukosit : 9800 /ul. Setelah dilakukan asuhan selama 5 hari memperoleh hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 80x/menit, respirasi : 20x/menit, suhu : 370C. 2. Fitri Rochayati, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. A G3P2A0 dengan Kehamilan Etopik Terganggu di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen” (2014). Laporan ini dilakukan dengan cara studi kasus dan analisis data dilakukan secara deskriptif dengan metode 7 langkah Varney dan SOAP. Asuhan yang diberikan adalah memberikan dukungan moril pada ibu, memantau keadaan umum, perdarahan, dan vital sign ibu setiap 8 jam sekali, terapi dokter spesialis obstetrik dan gynekologi infus RL 20 tpm, IV Ceftriaxone 3 x 1 gr, Ketorolac 2 x 3 gr, per oral FE 2 x 6 gr, Profenid 2 x 100 mg, Asam Tranexamat 3 x 500 mg, kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan specimen darah Hb : 9,0 gr/dl, angka Leukosit : 8800 /ul, Trombosit : 295000 /ul. Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari memperoleh hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 88x/menit, respirasi : 22x/menit, suhu : 360C, KU baik, Kesadaran Composmentis. Perbedaan keaslian penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada tempat, waktu, lokasi, subjek, dan hasil penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seseorang perempuan. Masa kehamilan di dahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa janin dan tumbuh di dalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Pudiastuti, 2011). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2009). Bila dihitung dari fertilasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional, kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu pertama, trimester kedua usia kehamilan minggu ke-13 hingga ke-27, dan trimester ketiga usia kehamilan minggu ke-28 hingga ke-40 (Prawirohardjo, 2009). 8 9 b. Proses Kehamilan Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-12 sampai hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Saat berhubungan sekitar 300 juta sperma tersimpan sepanjang perjalanan di sepanjang uterus dan hanya seribu yang dapat mencapai tuba uterin dan bertemu dengan ovum . Setelahnya, membrane ditutup untuk mencegah masuknya sperma yang lain dan inti dari dua sel ini bersatu. Dalam beberapa jam setelah pembuhaan terjadi, mulailah pembekalan zigot. Segera setelah pembelahan sel terjadi, maka pembelahan–pembelahan selanjutnya dalam waktu tiga hari terbentuk suatu kelompok sel – sel yang sama besarnya yang di sebut morulla. Proses selanjutnya adalah perubahan morulla menjadi blastula. Hasil konsepsi tiba ke dalam cavum uteri pada tingkat blastula (Sulistyawati, 2011). Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah dibuahi kedalam endometrium. Ketika blastula mencapai rongga rahim jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner sell mass) akan mudah masuk kedalam dessidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya kadang – kadang pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka dessidua yang disebut dengan tanda Hartman (Sulistyawati, 2011). 10 c. Tanda dan Gejala Kehamilan Menurut Prawiroharjo (2010), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu : 1) Tanda tidak pasti kehamilan a) Amenorea (tidak dapat haid), gejala ini penting, karena wanita hamil tidak haid lagi dan perlu diketahuin tanggal pertama haid terakhir untuk mengetahui tuanya kehamilan. b) Nausa (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu. c) Mengidam, terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya kehamilan. d) Mammae menjadi tegang dan membesar. e) Anoreksia (tidak nafsu makan). f) Sering kencing terjadi karena kadung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar. g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun. h) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. 2) Tanda-tanda kemungkinan hamil a) Perut membesar b) Uterus membesar c) Tanda hegar, yaitu hipertropi ismus, ismus menjadi panjang dan lunak. 11 d) Tanda chadwick, yaitu vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah, karena pengaruh estrogen, sehingga semakin tampak merah dan kebiru-biruan. e) Tanda piscaseck, yaitu uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut. f) Kontraksi-kontraksi kecil uterus atau Braxton hicks. g) Teraba ballotement, yaitu lentingan dari bawah janin. h) Reaksi kehamilan positif. 3) Tanda pasti kehamilan a) Pada umur kehamilan 20 minggu gerakan janin kadang-kadang dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua. b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur kehamilan 18-20 minggu memakai stetoskop sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu c) Pada primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada usia kehamilan 18 minggu sedang pada ibu multigravida umur 16 minggu. d) Bila dilakukan pemeriksaan USG, janin dapat terlihat. 12 d. Diagnosis Banding Diagnosis banding menurut Prawiroharjo (2010), adalah sebagai berikut: 1) Pseudocyesis Wanita tersebut mengaku dirinya hamil, tetapi sebenarnya tidak. Hal ini biasanya terjadi pada wanita yang ingin sekali hamil. 2) Kistoma ovarii Mungkin ada Amenorhea, perut penderita makin besar tetapi uterusnya seperti biasa. 3) Mioma uetri Dapat menjadi amenorhea, perut penderita makin besar uterusnya makin besar , kadang-kadang tidak merata. Akan tetapi tanda-tanda kehamilan seperti Braxton hicks dan reaksi kehamilan negatif. e. Pemeriksaan Kehamilan Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilannya, persalinan dan nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Prawiroharjo, 2010). Kunjungan selama periode antenatal yaitu satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 12 minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 13-27), dua kali kunjungan 13 selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke36). Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin dilakukan setiap bulan agar dapat segera terdeteksi jika ada penyulit atau komplikasi (Sulistyawati, 2011). f. Nutrisi ibu hamil Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Gizi pada waktu hamil harus ditingkat hingga 300 kalori perhari (Sukarni dan Margareth, 2013). Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak di inginkan pada wanita hamil tersebut. Kekurangan gizi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, BBLR, kelahiran premature, inersia uteri, perdarahan pasca persalianan, sepsis puerperalis dan sebagainya. Sedangkan nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan pre-eklamsi, bayi terlalu besar dan sebagainya. Hal penting yang harus diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur dan pengolahan menu tersebut berpedoman pada Pedoman Umum Gizi Seimbang, sehingga bidan sebagai pengawas kecukupan gizi ibu hamil dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama kehamilan (Sulistyawati, 2011). 14 Nutrisi penting yang diperlukan selama hamil antara lain sebagai berikut : 1) Kebutuhan energi dan karbohidrat Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan penambahan berat badan untuk pertumbuahn dan perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak. Karbohidat sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori yang dapat di peroleh dari mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi jalar, ubi kayu, dan sagu. Kebutuhan kalori untuk orang hamil adalah 2300 kalori. Pada trimester pertama asupan makanan berkurang karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul mual muntah, trimester kedua nafsu makan sudah meningkat, kebutuhan zat tenaga lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat hamil muda. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan sangat baik dan ibu sangat merasa lapar (Sukarni dan Margareth, 2013). 2) Protein Protein sebagai zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan. Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, 15 plasenta, selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (Sukarni dan Margareth, 2013). 3) Mineral Sebagai zat pengatur yang dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayursayuran dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Kebutuhan zat besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini di butuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, ferofumarat atau feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar atau pada wanita sedikit anemik, di butuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium, umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi mengandng kira-kira 0,9 gram kalsium (Sulistyawati, 2011). 4) Vitamin Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buahbuahan, tetapi dapat pula di tambah ekstra vitamin. Kebutuhan vitamin yang diperlukan ibu antar lain vitamin A, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan asam folat. Kebutuhan yang paling penting adalah assam folat. Kebuhan asam folat selama hamil adalah 40 mg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu 16 pembentukan otak, perkembangan tulang, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak janin (Sulistyawati, 2011). 2. Kehamilan Ektopik Terganggu a. Pengertian Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dimana telur yang telah dibuahi berimplantasi diluar rongga uterus. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus (Yulianingsih, 2009). Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi dengan implantasi blatosis di luar tempat endometrium normal. Dikenalnya hamil di luar kandungan berarti bawah terjadi implantasi dari blatosis di luar uterus (Manuaba, 2005). Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak pada tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Nugroho, 2012). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi arbortus atau pecah, dalam hal ini dapat 17 berbahaya bagi wanita hamil tersebut, maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu (Sujiyatini dkk, 2009). Mengenai nasib kehamilan ektopik terganggu terdapat beberapa kemungkinan, karena bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu (Prawirohardjo, 2007). b. Etiologi Etiologi kehamilan ektopik terganggu pada dasarnya disebabkan segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Menurut Sukarni dan Margareth (2013), faktor–faktor yang diperkirakan sebagai penyebabnya antara lain: 1) Riwayat operasi tuba 2) Salpingitis (infeksi saluran telur) 3) Perlekatan tuba akibat operasi non-gynekologis 4) Alat kontrasepsi dalam rahim 5) Perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor hormonal 6) Cacat bawaan tuba, seperti tuba yang sangat panjang 7) Kelainan zigot 8) Bekas radang pada tuba 9) Operasi plastik pada tuba 10) Abortus buatan 18 11) Kehamilan ektopik sebelumnya c. Tanda dan Gejala Menurut Prawirohardjo (2007), gambaran kehamilan ektopik terganggu yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Secara umum menurut Saifudin (2006) gejala kehamilan ektopik sebagai berikut: 1) Amenorhoe 2) Nyeri perut mendadak 3) Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua Gejala kehamilan ektopik terganggu antara lain: 1) Nyeri abdomen 90%-100% 2) Amenorhoe 75%-95% 3) Perdarahan 50%-80% 4) Pusing dan lemah 20%-35% 5) Gejala hamil 10%-25% 6) Keluar jaringan 5%-10% Tanda kehamilan ektopik terganggu yaitu: 1) Keteganggan adneksa 2) Keteganggan abdomen 3) Adneksa tumor 4) Pembesaran rahim 19 Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbedabeda dari perdarahan yang banyak, yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil (Sukarni dan Margareth, 2013). d. Patofisiologi Menurut Yulianingsih (2009), tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering), isthimus, fibrial, pars interslitialis, cornu uteri, ovarium, rongga abdomen, servik, dan ligamentum cardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi. Menurut Fauziyah (2012), sebagian besar kehamilan ektopik terganggu hanya berumur kehamilan 6-10 minggu, karena pertumbuhan hasil konsepsi kehamilan ektopik terganggu, sehingga janin tidak mungkin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. 20 Mengenai nasib kehamilan ektopik terganggu menurut Prawirohardjo (2007), terdapat beberapa kemungkinan: 1) Hasil konsepsi mati dan diresorbsi Pada implantasi secara kolumner,ovum yang di buahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haid nya terlambat untuk beberapa hari. 2) Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan yang timbul. 3) Ruptur dinding tuba Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya ada kehamilan muda, sebaiknya ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villikoriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal. 21 e. Diagnosis Kehamilian Ektopik Menurut Manuaba (2005), pengalaman menunjukan bahwa hampir seluruh kehamilan ektopik berakhir dengan ruptura yang menimbulkan perdarahan intra abdominal dengan gejala klinik kedaruratan abdomen yang memerlukan tindakan laparotomi. Menurut Yulianingsih (2009), menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu sebagai berikut: 1) Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu: a) Terdapat amenorrhea (terlambat datang bulan) b) Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu dan seluruh abdomen c) Terdapat perdarahan melalui vaginal atau spotting/bercak. Perdarahan pervaginam umumnya perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua. 2) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk seperti: a) Keadaan umum (1) Ibu tampak anemis dan sakit (2) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar (3) Terdapat tanda-tanda syok: (a) Hipotensi (penurunan diastolic sekitar 15mmHg) 22 (b) Takhikardia (nadi meningkat 20—25 denyut per menit) (c) Pucat, ekstermitas dingin b) Pada pemeriksaan abdomen: (1) Ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, difensemusculaire), ini disebabkan karena darah yang masuk kedalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum. (2) Tanda cairan bebas dalam abdomen (3) Perut kembung c) Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan gynekologi) (1) Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks (2) Serviks terlalu lunak dan nyeri tekan (3) Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadangkadang sulit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat (4) Kavum Douglas menonjol oleh karena tensi darah dan nyeri 3) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Laboratorium (1) Kadar Haemoglobin dan Eritrosit menurun atau Leukosit meningkat menunjukan adanya perdarahan yang terjadi pada kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi leukositas. 23 (2) Tes Kehamilan (Urine dan βHCG) Tes kehamilan biasanya positif, walau hasil negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas dapat menyebabkam produksi βHCG menurun sehingga menyebabkan tes kehamilan menjadi negatif. Oleh karena itu, umumnya yang paling diperiksa adalah HCG kualitatif untuk diagnosis cepat kehamilan. b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) (1) Pada pemeriksaan USG dapat dijumpai kantong kehamilan diluar kavum uteri disertai atau tanpa adanya genangan cairan (darah) di kavum Douglas pada kehamilan ektopik terganggu. (2) Pemeriksaan USG Trans-Vaginal Dapat mendeteksi tuba ring (massa berdiameter 1-3 cm dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang hipoekhoik), gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. (3) Pemeriksaan Kuldosentesis (Douglas Punki) Menurut Sastrawinata (2005), pemeriksaan Kuldosentesis (Douglas Punki) untuk mengetahui adanya cairan atau darah dalam kavum Douglas dengan cara jarum besar yang dihubungkan dengan spuit ditusukan kedalam kavum 24 Douglas, di tempat kavum Douglas menonjol ke fornik posterior. Jika terhisap darah, ada 2 kemungkinan yang akan terjadi yaitu: (a) Adanya darah dalam kavum Douglas, yang mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam rongga perut. (b) Tertusuknya vena dan terisapnya darah vena dari daerah tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatakan bahwa Douglas Punksi positif, artinya adanya perdarahan dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat darah berwarna merah tua, tidak membeku setelah dihisap, dan biasanya didalam terdapat gumpalan-gumpalan darah yang kecil. Jika darah kurang tua warnanya dan membeku, darah itu berasal dari vena yang tertusuk. (4) Pemeriksaan Bedah (Surgical Diagnosis) (a) Dilatasi-kuretase (D/C) dijumpai dari Arias-Stella (i) Kuretase dapat dikerjakan untuk membedakan kehamilan ektopik dari abortus insipiens atau abortus inkomplit (ii) Kuretase biasanya dianjurkan pada kasus-kasus dimana timbul kesulitan membedakan abortus 25 dari kehamilan ektopik dan kehamilan uterine tidak terdeteksi dengan USG Trans-Vaginal (b) Laparoskopi dan Laparotomi Laparoskopi dan Laparotomi dilakukan jika perlu. (i) Pemeriksaan Laparoskopi untuk melihat rongga pelvik melalui dinding perut terutama pada keadaan meragukan misalnya: kehamilan tuba yang belum terganggu (ii) Pemeriksaan Laparotomi umumnya dikerjakan bila keadaan hemodinamik pasien tidak stabil. f. Diagnosis Banding Keadaan - keadaan patofisiologis baik didalam maupun diluar bidang kebidanan dan kandungan (obstetri-gynekologi) perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu menurut Yulianingsih (2009) antara lain: 1) Kelainan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang di diagnosis banding dengan kehamilan ektopik terganggu, yaitu: a) Abortus imminens atau insipiens b) Kista ovari juga terpuntir, pecah, atau terinfeksi baik dengan atau tanpa kehamilan muda c) Perdarahan uteria disfungsional atau metroraghia karena kelainan ginekologi atau organi lainnya d) Endometriosis 26 e) Salpingitis f) Rupture kista kiteal g) Penyakit trofoblastik gestasional 2) Kelainan atau penyakit diluar bidang kebidanan dan penyakit kaandungan yang manifestasinya menyerupai kehamilan ektopik terganggu adalah: a) Apendisitis b) Penyakit radang panggul g. Penanganan Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah laparatomi, dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik terganggu, kondisi anatomic 18 organ pelvic, kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi (Prawirohardjo, 2007). Pada kasus kehamilan ektopik terganggu di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan 27 kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini menurut Prawirohardjo (2007), antara lain: 1) Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah 2) Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm 3) Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml 4) Tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan ialah Methotrexate 1 mg/kg IV dan Citrovorum Factor 0,1 mg/kg berselang-seling setiap hari selama 8 hari. h. Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan Secara Umum Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan atau penanganan untuk kasus kehamilan ektopik terganggu secara umum, antara lain adalah sebagai berikut: a) Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat. b) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus dihentikan. c) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2 L dalam dua (termasuk selama tindakan berlangsung). jam pertama 28 d) Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto transfusion berikut ini: (1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat penghisap dan wadah penampung yang sterilil. (2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah. (3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang 21 pada bagian tabung tetesan. mempunyai saringan e) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. f) Konseling pasca tindakan: (1) Resiko hamil ektopik ulangan (2) Kontrasepsi yang sesuai (3) Asuhan mandiri selama di rumah 2) Penatalaksanaan Bedah Menurut Yulianingsih (2009), penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu. Tentu saja pada 29 kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin, antara lain: a) Salpingostomi Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat diatas hasil konsepsi, di perbatasan antime senterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos dan kemudian di keluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. b) Salpingotomi Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali 23 bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pasca operatif antara salpingostomi dan salpingotomi. 30 c) Salpingektomi Salpingektomi merupakan reseksi tuba, yang dapat dikerjakan baik pada kehamilan ektopik terganggu maupun yang belum terganggu. Indikasi dilakukannya salpingektomi adalah sebagai berikut: (1) Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu), (2) Pasien tidak menginginkan fertilitas pasca operatif, (3) Terjadi kegagalan sterilisasi, (4) Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya, (5) Pasien meminta dilakukan sterilisasi, (6) Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi, (7) Kehamilan tuba berulang, (8) Kehamilan heterotopik, dan massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi menghentikan perdarahan yang masih untuk terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) 24 ligasi. Arteria tubo ovarika diligasi, diikat dengan jahitan 31 sedangkan arteria utero ovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping. d) Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi, bila terjadi kehamilan difimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aqua disektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan (Manuaba, 2005). i. Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik terganggu yaitu: ruptur tuba atau uterus (tergantung lokasi kehamilan) dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan, syok, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain: perdarahan, infeksi, kerusakan sekitar ogan (Fauziyah, 2012). j. Prognosis Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan dengan ditegakannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan) setealah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain. 32 Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% - 14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya (Rukiyah dan Yulianti, 2014). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Sulistyawati, 2011). Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Sari, 2012). 2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Menurut Hellen Varney a. Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2009). 33 1) Data Subjektif Menurut Sari (2012), data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allow anamnesis). Menurut Romauli (2011), data subjektif adalah data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang dikumpulkan adalah: a) Biodata (1) Nama : Untuk mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah bila ada nama yang sama (Romauli, 2011). (2) Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun (Romauli, 2011). (3) Agama : Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama antara lain dalam keadaan gawat ketika memberikan pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya agama islam memanggil ustad dan sebagainya (Romauli, 2011). 34 (4) Suku bangsa : Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi perilaku kesehatan (Romauli, 2011). (5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2011). (6) Pekerjaan : Hal ini untuk mengetahui taraf hidup da sosial ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui unruk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan, dan lain-lain (Romauli, 2011). (7) Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Ditanyakan alamatnya, agar dapat dipastikan ibu mana yang hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita (Romauli, 2011). b) Alasan Kunjungan Untuk mengetahui alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk memeriksakan kehamilannya (Romauli, 2011). 35 c) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan menurut Romauli (2011). Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu menurut Saifudin (2006), adalah pasien mengalami nyeri perut bagian bawah dan perdarahan pervaginam berwarna coklat. d) Data kebidanan (1) Riwayat Menstruasi Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain menarche, siklus menstruasi, teratur atau tidak, lamanya menstruasi, banyaknya ganti pembalut dalam satu hari, sifat darah menstruasi, dan nyeri saat menstruasi atau tidak (Romauli, 2011). (2) Riwayat Perkawinan Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pernyataan yang dapat diajukan antara lain berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak, lamanya pernikahan, ini adalah suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2011). 36 (3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, dan keadaan (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (4) Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang menurut Sulistyawati (2011), perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak, meliputi: (a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan (Sulistyawati, 2011). (b) Hari Perkiraan Lahir (HPL) Untuk mengetahui hari perkiraan lahir janin (Sulistyawati, 2011). (c) Umur Kehamilan (UK) Untuk mengetahui umur kehamilan ibu (Sulistyawati, 2011). (d) Keluhan-keluhan Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada trimester I, II, dan III (Sulistyawati, 2011). (e) Ante Natal Care (ANC) Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, dan saat usia kehamilan berapa (Sulistyawati, 2011). 37 (f) Penyuluhan yang didapat Perlu dikaji penyuluhan, apakah tempat klien pernah penyuluhan mendapatkan dan saat usia kehamilan berapa (Sulistyawati, 2011). (g) Imunisasi TT Perlu dikaji apakah klien pernah mendapatkan 29 imunisasi TT (Sulistyawati, 2011). (h) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok Merokok, minum alkohol, jamu dan mengkonsumsi obat-obatan tanpa indikasi perlu untuk diketahui karena ada obat dan jamu tertentu yang kadang bersifat kontra dengan kehamilan (Sulistyawati, 2011). (5) Riwayat Keluarga Berencana Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB IUD, karena pemakaian KB IUD merupakan salah satu penyebab kehamilan ektopik (Sukarni dan Margareth, 2013). (6) Riwayat Kesehatan (a) Riwayat kesehatan sekarang Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit yang diderita ibu pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa kehamilan seperti radang panggul, PMS, dan lain-lain yang dapat menyebakan kehamilan ektopik terganggu 38 (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (b) Riwayat kesehatan yang lalu / sistemik Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien seperti TBC, PMS, dan lain-lain (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (7) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga (Sulistyawati, 2011). (8) Riwayat operasi Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani ibu misalnya operasi plastik tuba atau operasi sterilisasi tuba yang kurang sempurna dapat menyebabkan kehamilan ektopik terganggu (Taufan, 2012). 39 (9) Data kebiasaan sehari-hari (a) Nutrisi Dikaji untuk mengetahui asupan gizi selama hamil mencukupi atau tidak, dengan cara menyakan sehari makan dan minum berapa kali, menunya apa, dan jumlah atau porsinya berapa, sehingga kita dapat memberikan klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil (Sulistyawati, 2011). (b) Eliminasi Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB yang meliputi frekuensi dan kosistensinya (Sulistyawati, 2011). (c) Pola Aktivitas Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat memberikan pengringatan sedini mungkin kepada pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ibu sehat dan pulih kembali. Aktifitas yang terlalu berat dapat menyebabkan abortus (Sulistyawati, 2011). dan persalinan premature 40 (d) Istirahat Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam, dan berapa jam ibu istirahat atau tidur siang. Ibu hamil diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1 – 2 jam dan tidur malam selama 8 jam (Sulistyawati, 2011). (e) Personal Hygiene Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian. Pada ibu hamil diharapkan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari dan ganti pembalut setidaknya 2 kali sehari (Sulistyawati, 2011). (f) Pola Seksual Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam satu minggu serta ada atau tidaknya keluhan ketika melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2011). (g) Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, misal32wanita mengalami banyak perubahan emosi/ psikologis selama masa hamil, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Pada kasus ini 41 ibu mengatakan cemas dengan keadaan atau keadaan yang dialaminya (Sulistyawati, 2011). 2) Data Obyektif Setelah data subyektif kita dapatkan, untuk melengkapi data klien dalam menegakan diagnosa, maka kita harus melakukan pengkajian data obyektif melalalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2011). a) Pemeriksaan Umum (1) Keadaan umum Untuk mengamati secara keselurah keadaan pasien. Jika pasien masih respon terhadap lingkungan dan orang lain, hal ini termasuk kriteria keadaan baik, tetapi jika pasien kurang atau tidak memberikan respon teradahap lingkungan dan orang serta tidak mampu berjalan sendiri termasuk kategori keadaan lemah (Sulistyawati, 2011). (2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan 33 koma (tidak sadar) (Sulistyawati, 2011). 42 (3) Tanda-tanda vital (a) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg (Romauli, 2011). (b) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris / infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius. Suhu badan wanita hamil batas normalnya adalah 35,5–37,6oC (Romauli, 2011). (c) Nadi : Untuk mengetahui ibu mengalami keluhan seperti tegang, ketakutan, cemas akibat perdarahan, masalah demam, tertentu, gangguan thyroid, gangguan jantung. Denyut nadi normal sekitar 60-100x/menit (Romauli, 2011). (d) Respirasi : Untuk mengetahui system pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit, batas normalnya (Romauli, 2011). 16-24x/menit 43 (4) Tinggi Badan Untuk mengetahui tinggi badan ibu apabila kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi (Romauli, 2011). (5) Berat Badan Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu ketika kunjungan dengan penambahan normal 0,5 kg per minggu (Romauli, 2011). (6) LILA LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator untuk status gizi ibu kurang / buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011). b) Pemeriksaan Sistematis Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki meliputi: (1) Kepala (a) Rambut : Meliputi warna, mudah rontok atau tidak, dan kebersihannya (Romauli, 2011). (b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema. Pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu muka tampak pucat (Romauli, 2011). (c) Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sklera warna putih. 44 Pada wanita dengan kehamilan ektopik tergangu konjungtiva pucat (Romauli, 2011). (d) Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak (Romauli, 2011). (e) Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak (Romauli, 2011). (f) Mulut : Ada 35 stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak (Romauli, 2011). (2) Leher Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Romauli, 2011). (3) Dada dan Axilla Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak , hiperpigmentasi aerola atau tidak, putting susu menonjol atau tidak (Romauli, 2011). (4) Ekstremitas atas dan bawah Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak (Sulistyawati, 2011). 45 (5) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis) (a) Inspeksi Ukuran uterus dikaji dengan memperkirakan melalui observasi. Bidan dapat mengobservasi geakan janin, apakah ada luka bekas operasi, ada nyeri atau tidak, dan perubahan kulit pada abdomen (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (b) Palpasi Cara pemeriksaan yang umum digunakan adalah cara Leopold yang 36 dibagi dalam 4 tahap. Sesuai dengan kasus kehamilan ektopik terganggu, pemeriksaan Leopold meliputi pemeriksaan Leopold I, yaitu untuk meraba tinggi fundus uterus. Pada palpasi akan teraba massa lunak dan lentur di sisi posterior atau lateral terhadap uterus. Massa tersebut akan teraba keras jika terisi darah (Romauli, 2011), (c) Auskultasi Dengarkan bunyi jantung janin pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural (Laenec) atau Doppler. Dengan stetoskop Laenec bunyi jantung janin terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu. Bidan harus menghitung denyut jantung janin selama 46 satu menit penuh, dan harus mendapatkan nilai normal antara 120-160 (Sulistyawati, 2011). (d) Pemeriksaan dalam (Anogenital) Pada kehamilan muda sekitar usia 12 minggu, pembesaran rahim belum atau sulit diraba dari luar sehingga perlu dilakukan pemeriksaaan dalam untuk mengevaluasi tanda hamil muda, tanda Piskacek, tanda Hegar. Pada kehamilan ektopik tergangggu pemeriksaan dalam untuk mendukung menegakkan diagnosa apabila 37 goyang pada pemeriksaan serviks, ditemui hasi nyeri serviks terlalu lunak dan nyeri tekan serta terdapat pengeluaran darah pervaginam berwarna merah kecokelatan. (Yulianingsih, 2009). (e) Pemeriksaan Penunjang Dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen utrasonografi dan lain-lain (Yulianingsih, 2009). i. Pemeriksaan Laboratorium Kadar hemoglobin dan eritrosit menurun atau leukosit meningkat menunjukkan adanya perdarahan. Hasil tes kehamilan biasanya positif. Hasil tes kehamilan yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan KET 47 karena degenerasi trofoblas dapat menyebabkan produksi βHCG menurun sehingga menyebabkan tes kehamilan menjadi negatif (Yulianingsih, 2009). ii. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Dijumpai kantong kehamilan di luar kavum uteri yang disertai atau tanpa adanya genangan cairan (darah) di Cavum Douglas pada KET. Pada pemeriksaan USG Trans- Vaginal dapat mendeteksi tubal ring (massa berdiameter ekhogenik 1-3 yang cm dengan mengelilingi pinggir pusat yang hipoekhoik. 38Gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. cavum pelvis visualisasi Juga menunjukkan evaluasi dengan cairan lebih baik, termasuk di cavum Douglas dan massa pelvis. Pemeriksaan USG Trans-Vaginal dilakukan untuk menetapkan letak kantong gestasi, besarnya kantong gestasi, dan mencari janin dengan detak jantungnya (Yunianingsih, 2009). iii. Pemeriksaan Kuldosintesis Pemeriksaan kuldosintesis dilakukan untuk mengetahui adanya cairan atau darah dalam cavum douglas. Dengan adanya pemeriksaan USG dan pemeriksaan kadar βHCG yang telah akurat, maka 48 kuldosintesis tidak sering dilakukan, karena pemeriksaan ini sangat tidak nyaman bagi penderita. Pemeriksaan kuldosintesis masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau bila pada pemeriksaan USG kantung kehamilan tidak berhasil terdeteksi (Sastrawinata, 2005). iv. Pemeriksaan yang ditegakkan secara bedah (Surgical Diagnosis): Kuretase dapat dikerjakan untuk membedakan kehamilan ektopik dari abortus insipiens atau abortus inkomplet. Kuretase biasanya dianjurkan pada kasuskasus dimana timbul kesulitan membedakan abortus dari kehamilan ektopik dan kehamilan uterine tidak terdeteksi dengan USG Trans-Vaginal 39 2005). (Sastrawinata, v. Pemeriksaan laparoskopi untuk melihat rongga pelvik melalui dinding perut terutama pada keadaan yang meragukan, misalnya pada kehamilan tuba yang belum terganggu. Pemeriksaan laparotomi dilakukan untuk mengangkat sumber perdaharan dan dilakukan bila keadaan hemodinamik pasien tidak stabil. Indikasi operasi laparotomi atau laparoskopi adalah besarnya kantong gestasi lebih dari 3,5 cm 49 dengan pemeriksaan vaginal USG, pasien menolak terapi medikamentosa, ruptur kehamilan ektopik telah terjadi (sudah terjadi perdarahan intraperitoneal), diagnosis belum jelas, bekas ligasi tuba fallopi, kontraindikasi dengan pemeriksaan medikamentosa (Sastrawinata, 2005). b. Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan intepretasi yang benar atas data - data yang telah di kumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta (Sulistyawati, 2011). 40 Bidan membagi intepretasi data dalam Dalam langkah kedua ini tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan sama dengan diagnosis medis seperti anemia ibu hamil, retensio plasenta, kehamilan ektopik terganggu, dan lain – lain (Sari, 2012). Diagnosa yang ditegakkan dalam kasus ini adalah: “Ny. X umur … tahun, G … P … A … umur kehamilan … minggu dengan kehamilan ektopik terganggu”. 50 Dasar diagnosa tersebut adalah: a) Data Subjektif: Ibu mengatakan bernama Ny. X dan berumur … tahun, Ibu mengatakan mengalami nyeri perut bagian bawah dan mengatakan merasa cemas dengan kehamilannya. Ibu mengatakan keadaannya lemas. b) Data Objektif: Menurut Sulistyawati (2011), data obyektif meliputi: (1) Keadaan umum ibu sedang (2) Kesadaran ibu hamil dengan kehamilan ektopik composmentis (3) TTV : Tekanan darah :……. mmHg Nadi :…… x/ menit Respirasi : …… x/ menit Suhu : …… x/ menit (4) 41 pervaginam (Romauli, 2011). Terdapat perdarahan (5) Hasil pemeriksaan Laboratorium βHCG dan kadar Hemoglobin. (6) Hasil pemeriksaan USG 2) Masalah Masalah di identifiksi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan didukung oleh data subjektif dan data objektif seperti perasaan cemas klien (Sari, 2011). 51 3) Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu misalnya pendidikan kesehatan tanda bahaya kehamilan, informasi tentang keadaan ibu, support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan (Sari, 2011). c. Diagnosa Potensial Menurut Sulistyawati, (2011), pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila 42 memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Menurut Fauziyah (2012), diagnosa potensial pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu adalah ruptur tuba, perdarahan, dan syok. d. Antisipasi dan Tindakan Segera Dalam pelaksanaannya terdakang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergency) dimana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengantim kesehatan lain. Disini bidan sangat di tuntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan 52 yang diberikan tepat dan aman (Sulistyawati, 2011). Menurut Yulianingsih (2009), tindakan segera yang dilakukan pada kehamilan ektopik terganggu yaitu antara lain: 1) Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap (Rumah Sakit). 2) Optimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan transfuse darah untuk mengkoreksi hipovolemi dan anemia, pemberian oksigen atau bila dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotik (pada keadaan syok segera diberikan infuse cairan dan oksigen sambil menunggu darah, control tekanan darah, nadi, dan pernafasan). 3) Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan penatalaksanaan bedah setelah diagnosis di pastikan. e. Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perncanaan yang di buat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti, serta divaliasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui pasien (Sulistyawati, 2011). Menurut Saifuddin (2006), perencanaan yang diberikan pada ibu 53 hamil dengan kehamilan ektopik terganggu diantaranya adalah: 1) Lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat 2) Menghentikan sumber perdarahan 3) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2 L dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung). 4) Pemberian terapi berupa: a) Ketoprofen 100 mg supositoria b) Tramadol 200 mg IV c) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas) 5) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. 6) Observasi TTV, jumlah cairan masuk dan keluar f. Pelaksanaan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang dilaksanakan semua oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang44telah dibuat (Sulistyawati, 2011). g. Evaluasi Dalam evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah mencatat proses manajemen kebidanan. Evaluasi diperoleh dari 54 tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga dilakukan untuk membandingkan keberhasilan dengan langkah-langkah manajemen lainnya untuk melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan (Sari, 2012). Hasil yang diharapkan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu adalah: 1) Keadaan umum ibu baik 2) Tidak terjadi perdarahan 3) Tidak terjadi infeksi 3. Data Perkembangan (SOAP) Menurut Rosmalinda (2014), pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu: S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian sudut pandang pasien. hasil pengumpulan data dari 45 O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. A : Assessment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa / masalah serta antisipasi maslaah potensial. 55 P : Planning Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment. C. Landasan Hukum Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan atau mal praktik dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan. Landasan hukum yang digunakan pada kasus ini di antaranya: Berdasarkan Permenkes NO. 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat (1), bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan (Depkes RI, 2010). Berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan, sebagai seorang bidan harus bisa mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan, serta melakukan pertolongan pertama dan melakukan rujukan secara dini ke tempat yang memadai (RS atau Puskesmas) (Sari, 2012). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Jenis laporan ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010). Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). B. Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini, lokasi studi kasus telah dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen. C. Subjek Studi Kasus Dalam penulisan laporan kasus ini subjek merupakan hal atau orang yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus menurut Notoatmodjo (2010). Subjek studi kasus telah dilakukan pada Ny. L G3P1A1 dengan kehamilan ektopik terganggu. 56 57 D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan menurut Notoatmodjo (2010). Studi kasus ini telah dilakukan pada bulan April 2015. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk mendapatkan data-data kasus menurut Notoatmodjo (2010). Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah: a. Data Primer Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian menurut (Notoatmodjo, 2010). Data ini meliputi data subjektif, yaitu identitas diri, keluhan utama, data kebidanan, data kesehatan, data kebiasaan sehari-hari, data psikososial dan agama, serta data objektif yaitu hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus. 1) Pemeriksaan Fisik Menurut Romauli (2011), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara: 58 a) Inspeksi Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi pada pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki dan memeriksa conjungtiva, pada mata ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu kelihatan pucat (Romauli, 2011). b) Palpasi Untuk mengumpulkan data dengan teknik yang menggunakan indera peraba tangan atau jari untuk mengetahui adanya kelainan dan untuk mengetahui perkembangan janin (Romauli, 2011). c) Perkusi Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini dilakukan perkusi dengan pemeriksaan reflek patella (Romauli, 2011). d) Auskultasi Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan Doppler. Pemeriksaan 51 ini dilakukan untuk mengetahui detak jantung janin (Romauli, 2011). 59 2) Wawancara Menurut Notoatmodjo, (2010), suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to face). Wawancara dilakukan pada pasien ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu, dan keluarganya serta tenaga kesehatan atau bidan. b. Data Sekunder Data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2010). 1) Studi Dokumentasi Dokumen adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi kasus ini dokumen merupakan buku catatan rekam medik yang didapatkan dari RSU Assalam Gemolong Sragen. 2) Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber 60 terbaru yang berhubungan dengan kehamilan ektopik terbitan tahun 2005 – 2014. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain: 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data a. Format pengkajian pada ibu hamil b. Buku tulis dan Ballpoint 2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a. Timbangan berat badan dewasa b. Alat pengukur tinggi badan c. Tensimeter d. Stetoskop e. Sarung tangan pendek dan panjang f. Termometer g. Jam tangan h. Infus set, spuit dan obat-obatan i. Oksigen j. Speculum k. USG l. Kassa steril m. Plester 3. Alat untuk pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi. 61 H. JADWAL PENELITIAN Dalam kajian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai penyusunan proposal, penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegitan tersebut (Notoatmodjo, 2010). BAB 1V TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Ruang : Poli KIA Tanggal masuk: 12 April 2015 No Register : 067148 A. TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN DATA Tanggal 12 April 2015, pukul 12.00 WIB a. Data Subjektif 1) Identitas Pasien Identitas Suami Nama : Ny. L Nama : Tn. D Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun Agama : Islam Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa Indonesia Suku/Bangsa : Jawa Pendidikan : D III Kebidanan Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : POLRI Alamat : Ngleban, RT.02/RW.03, Klewor, Kemusu, Boyolali. 2) Alasan Kunjungan Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya. 62 63 3) Keluhan Utama Ibu mengatakan megeluarkan flek-flek darah berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri hebat sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015. 4) Riwayat Menstruasi a. Menarche : 13 tahun b. Siklus : 28 hari c. Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali sehari d. Lamanya : ± 7 hari e. Sifat Darah : Encer, berwarna merah segar f. Teratur/tidak : Teratur g. Dismenorhoe : Tidak pernah dismenorhoe 5) Riwayat Perkawinan Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 21 tahun dengan suami umur 25 tahun , lama perkawinan 3 tahun. 6) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu No TGL/THN TEMPAT UMUR JENIS PENO PARTUS PARTUS KEHAMILAN PARTUS LONG NIFAS ANAK JK 1. KEADAAN ANAK PB BB KEAD. LKTS 2012 ABORTUS spontan umur kehamilan 6 mingggu kuretase di RSU Assalam Gemolong Sragen 2013 BPM 9 bulan 2. Normal Bidan SEKARANG Sehat, L 50 2800 Baik Baik 2 tahun 3. +5 HAMIL SEKARANG 9 minggu 64 7) Riwayat Kehamilan Sekarang a. HPHT : 4 Februari 2015 b. HPL : 11 Desember 2015 c. Umur Kehamilan : 9+5 minggu d. Keluhan : Ibu mengatakan nyeri perut hebat bagian bawah dan mengeluarkan flek-flek dari jalan lahir berwarna merah kecoklatan e. ANC : 1 kali di bidan saat umur kehamilan 5 minggu f. Penyuluhan yang pernah di dapat: Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan dari bidan g. Imunisasi TT : 2 kali h. Pengunaan obat-obatan / jamu / rokok: Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat selain dari bidan atau dokter dan tidak pernah mengkonsumsi jamu maupun merokok. 8) Riwayat Keluarga Berencana Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi pil selama satu tahun. 9) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan sekarang Ibu mengatakan selama hamil ini tidak pernah menderita penyakit seperti flu, demam, batuk, dll. 65 b) Riwayat Penyakit Sistemik (1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada dada sebelah kiri dan tidak mudah berkeringat dingin setelah melakukan aktivitas ringan. (2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada punggung bagian bawah dan tidak pernag nyeri saat BAK. (3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas. (4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari dua minggu baik disertai darah maupun tidak disertai darah. (5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku, kulit, dan mata tidak pernah terlihat kuning. (6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa lapar, haus, dan sering BAK (± 5 kali) pada waktu malam hari. (7) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90 mmHg dan tidak pernah merasa nyeri tengkuk maupun nyeri kepala yang hebat. (8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai keluarnya busa dari mulut. 66 (9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit HIV, AIDS, dan penyakit lainnya. c) Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun (DM, Asma, Hipertensi, dan Jantung), maupun penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS). d) Riwayat Keturunan Kembar Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari pihak suami maupun dari pihak keluarga ibu. e) Riwayat operasi Ibu mengatakan pernah melakukan operasi kuretase satu kali, tiga tahun yang lalu. 10) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Pola Nutrisi Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, lauk pauk sehari 3 kali dengan porsi sedang, ibu minum 6-7 gelas sehari dengan air putih, ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan. Selama hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, lauk pauk 4-5 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum 8-9 gelas sehari 67 dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan. b) Pola Eliminasi Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 4-5 kali sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari, tidak ada keluhan. Selama hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang lebih 6-7 kali sehari dan BAB dengan 1 kali sehari, tidak ada keluhan. c) Pola aktifitas Sebelum hamil : Ibu mengatakan bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, dan mencuci piring sendiri. Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola aktifitas selama hamil ini. d) Pola istirahat/ tidur Sebelum hamil : Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih 7-8 jam dan tidak pernah tidur siang karena ibu bekerja. Selama hamil : Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola istirahat selama hamil ini. 68 e) Pola Personal Hygiene Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari dan tidak ada keluhan. Selama Hamil : Ibu mengatakan tidak ada perubahan, sama seperti sebelum hamil. f) Pola seksual Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 minggu 3 kali. Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 minggu 1 kali. Ibu mengatakan tidak ada keluhan. 11) Riwayat Psikososial Budaya a) Ibu mengatakan perasaannya cemas dengan kehamilan yang dialaminya saat ini. b) Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami. c) Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki atau perempuan itu sama saja yang penting sehat. d) Ibu mengatakan keluarga dan suami. mendapatkan dukungan dari pihak 69 e) Ibu mengatakan tidak pantang dalam mengkonsumsi makanan apapun. f) Ibu mengatakan dirumah hanya tinggal bersama suami dan satu orang anaknya. g) Ibu mengatakan terdapat 60 adat istiadat mitoni b. Data Objektif 1) Pemeriksaan Umum a) Keadaan Umum : Sedang b) Kesadaran : Comoposmentis c) Vital Sign (1) Tekanan darah : 120/80 mmHg (2) Suhu : 36,7 0C (3) Nadi : 88 x/menit (4) Respirasi : 24 x/menit d) Tinggi Badan : 158 cm e) BB sebelum hamil : 49 kg f) BB sekarang : 50 kg g) LILA : 24 cm 2) Pemeriksaan Fisik Sistematis a) Kepala dan muka (1) Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak rontok,bersih tidak ada ketombe. mudah 70 (2) Muka : Simetris, tidak ada Chloasma Gravidarum, pucat, tidak oedema, ekspresi wajah tegang dan cemas. (3) Mata : Simetris, 61 conjungtiva sedikit berwarna putih, sklera putih, tidak ada kelainan bentuk pada mata. (4) Hidung : Bersih tidak ada benjolan, bentuk normal, tidak ada kelainan. (5) Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada kelainan. (6) Mulut : Bibir pucat, lidah pucat, caries tidak ada, stomatitis tidak ada, tidak ada kelainan. b) Leher (1) Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid (2) Tumor : Tidak ada benjolan (3) Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe c) Dada dan Axilla (1) Mammae Membesar : Normal Benjolan : Tidak ada Simetris : Simetris kanan kiri Areola : Hyperpigmentasi Puting susu : Menonjol 71 Kolostrum : Belum keluar (2) Axilla Benjolan : Tidak ada Nyeri : Tidak ada d) Ekstremitas Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek, bersih, 62 tidak ada kelainan Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan 3) Pemeriksaan Obstetri a) Abdomen (1) Inspeksi (a) Pembesaran perut : Membesar normal (b) Linea Alba/ Nigra : Tidak ada linea alba maupun nigra (c) Striae albican/ livide : Tidak ada striae albican maupun livide (d) Kelainan : Tidak ada kelainan (e) Pergerakan anak : Tidak ada pergerakan anak (f) Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi (2) Palpasi (a) Leopold I : Uterus tegang 72 b) Anogenital (1) Vulva vagina : Tidak ada varices dan penonjolan pada vulva. (2) Perineum : Terdapat luka bekas jahitan pada perineum (3) VT : Slinger paint (nyeri goyang portio) (4) PPV : Terdapat pengeluaran darah berwarna merah kecokelatan (5) Anus : Tidak ada hemoroid 4) Pemeriksaan Penunjang (1) Pemeriksaan Laboratorium: Hb : 11,2 gr/ dl Leukosit : 4800/ ul ( normal: 4500-11000/ul) Trombosit : 212000/ ul ( normal: 150000-450000/ul) Golongan darah : A HBsAg : Negatif (2) Pemeriksaan Penunjang USG : Terlihat kantong kehamilan di luar uterus (Tuba). 64 73 II. INTEPRETASI DATA Tanggal 12 April 2015 Pukul: 12.15 WIB A. Diagnosa Kebidanan Ny. L G3P1A1 umur 24 tahun hamil 9+5 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu. Data Dasar : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan bernama Ny. L 2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga, sudah pernah melahirkan satu kali dan sudah pernah keguguran satu kali. 3. Ibu mengatakan berumur 24 tahun 4. Ibu mengatakan HPHT 4 Februari 2015 5. Ibu mengatakan sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015 mengeluarkan flek-flek darah berwarna merah kecokelatan dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri hebat. Data Objektif 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/ menit Respirasi : 24 x/ menit Suhu : 36,7 0C 4. PPV : Terdapat pengeluaran darah dari jalan lahir berwarna merah kecoklatan 74 5. Palpasi Leopold I : Uterus keras 6. VT : Slinger paint (nyeri goyang portio) 7. Pemeriksaan Penunjang Hb : 11,2 gr/ dl Leukosit : 4800/ ul ( normal: 4500-11000/ul) Trombosit : 212000/ ul ( normal: 150000-450000/ul) Golongan darah :A HBsAg : Negatif USG : Terlihat kantong kehamilan di luar uterus (Tuba). B. Masalah Ibu merasa cemas dengan kehamilannya, karena mengeluarkan flek darah dari jalan lahir dan nyeri perut hebat bagian bawah. C. Kebutuhan Memberikan support mental pada ibu. III. DIAGNOSA POTENSIAL Syok IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA 1. Kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn dan ginekologi 2. Kolaborasi dengan laboratorium 3. Tirah baring / bed rest. bagian laboratorium untuk pemeriksaan 75 V. PERENCANAAN Tanggal 12 April 2015 pukul 12.20 WIB 1. Informasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya 2. Berikan ibu dan keluarga inform concent untuk dilakukan operasi 3. Observasi keadaan umum dan vital sign 4. Anjurkan ibu untuk bed rest 5. Beri ibu dukungan moral 6. Berikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetri dan ginekologi 7. Lakukan persiapan operasi 8. Anjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan darah dengan golongan A sebanyak dua colf jika dibutuhkan 9. VI. Konsultasi dengan bagian anastesi PELAKSANAAN Tanggal 12 April 2015 pukul 12.45 WIB 1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaannya, bahwa kehamilan ibu di luar kandungan, oleh karena itu akan dilakukan operasi laparotomi untuk mengangkat buah kehamilan, karena jika kehamilan dipertahankan akan membahayakan jiwa ibu yang berakibat syok dan perdarahan hebat. Kehamilan ibu berada di luar kandungan yang bertempat di saluran tuba atau saluran telur, sehingga tidak dapat mencapai usia kehamilan sampai tua. Karena 67 keadaan ibu kurang baik dan Hb > 10 gr/ dl, maka akan segera 76 dilakukan operasi. 2. Memberikan ibu dan keluarga inform concent untuk dilakukan operasi Laparotomi. 3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu setiap 2 jam. 4. Menganjurkan ibu untuk bed rest. 5. Memberikan ibu support mental untuk tidak perlu cemas karena sebentar lagi ibu akan dilakukan tindakan operasi, dan menganjurkan ibu untuk tabah dalam menghadapi keadaan ini. 6. Memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetri dan ginekologi Pukul 12.50 WIB: 1) Memasang Infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 2) Memberikan terapi Asam Tranexamat 500 mg per IV 3) Memberikan terapi suppositoria Profecom 100 mg 7. Melakukan persiapan operasi berupa menganjurkan ibu untuk puasa 4 jam sebelum operasi yang di mulai pukul 13.00 WIB, mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna ibu, memasang dauer catheter. 8. Menganjurkan keluarga ibu untuk menyiapkan darah dengan golongan A sebanyak dua colf jika dibutuhkan. 9. Melakukan konsultasi dengan bagian anastesi 77 VII. EVALUASI Tanggal 12 April 2015 pukul 17.00 WIB 1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa kehamilan ibu di luar kandungan. 2. Ibu dan keluarga setuju untuk segera dilakukan operasi Laparotomi 3. Telah mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu dengan hasil: Pukul 14.30 WIB: Keadaan umum : Sedang, Vital sign : TD ` Kesadaran : 120/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit, : Composmentis Nadi : 94 x/menit Suhu : 36,7 0C Pukul 16.30 WIB: Keadaan umum : Sedang, Vital sign : TD Kesadaran : 120/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit : Composmentis Nadi : 98 x/menit Suhu : 36,7 0C 4. Ibu telah bed rest 5. Telah memberikan support mental kepada ibu, dan ibu sudah tidak terlalu cemas. 6. Telah memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis obstetrik dan ginekologi, berupa : 1) Telah terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 2) Ibu telah di berikan terapi Asam Tranexamat 500 mg per IV 3) Telah memasukan obat suppositoria Profecom 100 mg dan ibu telah BAB 78 7. Ibu telah puasa sejak pukul 13.00 WIB, rambut pubis daerah genetalia eksterna ibu telah di cukur, sudah terpasang dauer catheter. 8. Keluarga ibu telah mempersiapkan darah dengan golongan A sebanyak dua colf . 9. Sudah dilakukan konsultasi bagian anastesi dan akan dilakukan Laparotomi. 79 DATA PERKEMBANGAN I Tanggal 12 April 2015 pukul 18.40 WIB S: Data Subjektif 1. Ibu mengatakan bahwa ibu sudah dilakukan operasi Laparotomi 2. Ibu mengatakan bahwa operasi dilakukan pada jam 17.45 WIB dan keluar kamar operasi jam 18.35 WIB. O: Data Objektif 1. A: Keadaan umum : Lemah Keasadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 100/80 mmHg Respirasi : 20 x/menit Nadi : 98 x/menit Suhu : 36,4 0C 2. Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 3. Terpasang dauer catheter 4. Hb: 10 gr/ dl Assesment Ny. L P1A2 umur 24 tahun 5 menit post operasi Laparotomi atas indikasi kehamilan ektopik terganggu. 80 P: Planning Tanggal 12 April 2015 pukul 18.45 WIB 1. Mengobservasi keadaan umum vital sign setiap 15 menit selama satu jam pertama post operasi 2. Memberitahu keluaga agar ibu tetap puasa 6 jam setelah operasi 3. Melanjutkan pemberian cairan lewat infus 4. Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar 5. Pukul 19.00 WIB, memberikan terapi lewat IV, berupa: Ceftriaxone : 1 gr Gentamisin : 80 mg Asam Tranexamat : 500 mg Evaluasi: Tanggal 12 April 2015 pukul 21.00 WIB 1. Jam 18.45 WIB, telah melanjutkan pemberian cairan lewat infus 2. Jam 18.47 WIB, keluarga bersedia ibu puasa 6 jam setelah operasi 3. Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis Jam 19.00 Vital sign : Tekanan darah : 100/80 mmHg Respirasi : 20 x/menit Nadi : 98 x/menit Suhu : 36,4 0C Jam 19.15 Vital sign : Tekanan darah Respirasi : 110/80 mmHg : 22 x/menit 81 Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,5 0C Jam 19.30 Vital sign : Tekanan darah Respirasi : 22 x/menit Nadi : 82 x/menit Suhu : 36,5 0C Jam 19.30 Vital sign : Tekanan darah 4. : 110/80 mmHg : 110/80 mmHg Respirasi : 22 x/menit Nadi : 86 x/menit Suhu : 36,6 0C Jam 19.35 WIB, ibu telah diberikan terapi per IV melalui karet infus: Ceftriaxone : 1 gr Gentamisin : 80 mg Asam Tranexamat : 500 mg 5. Telah mengobservasi jumlah cairan yang masuk dan keluar. 82 DATA PERKEMBANGAN II Tanggal 13 April 2015 pukul 08.00 WIB S: Data Subjektif 1. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi 2. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah sedikit O: Data Objektif 1. 2. A: Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 120/70 mmHg Respirasi : 22 x/menit Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,8 0C 3. Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 4. Terpasang dauer catheter Assesment Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari pertama atas indikasi kehamilan ektopik terganggu. 83 P: Planning Tanggal 13 April 2015 pukul 08.15 WIB 1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign 2. Melanjutkan pemberian cairan lewat infus 3. Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar 4. Melanjutkan pemberian terapi secara IV, berupa: 1) Ceftriaxone : 1 gr /8 jam 2) Gentamisin : 80 mg /8jam 3) Asam Tranexamat : 500 mg /8jam Memberikan terapi per oral, berupa: 5. 1) Asam Mefenamat : 3 x 500 mg 2) Sulfat Feros : 2 x 300 mg 3) Vitamin C : 2 x 250 mg Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan miring ke kiri dan ke kanan. Evaluasi: Tanggal 13 April 2015 pukul 11.30 WIB 1. Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg Respirasi : 20 x/menit Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,8 0C 84 2. Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 3. Ibu telah di berikan terapi per IV dan ibu bersedia minum terapi per oral sesuai aturan 4. Telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar 5. Ibu bersedia untuk miring kanan dan kiri 85 DATA PERKEMBANGAN III Tanggal 14 April 2015 pukul 08.00 WIB S: O: Data Subjektif 1. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi 2. Ibu mengtakan sudah tidak mengeluarkan darah Data Objektif 1. 2. A: Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,6 0C 3. Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 4. Terpasang dauer catheter Assesment Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari kedua atas indikasi kehamilan ektopik terganggu. 86 P: Planning Tanggal 14 April 2015 pukul 08.15 WIB 1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign 2. Melanjutkan pemberian cairan lewat infus 3. Melakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar 4. Melanjutkan pemberian terapi secara IV, berupa: 1) Ceftriaxone : 1 gr /8 jam 2) Gentamisin : 80 mg /8 jam 3) Asam Tranexamat : 500 mg /8 jam Memberikan terapi per oral, berupa: 5. 1) Asam Mefenamat 3 x 500 mg 2) Vitamin C 2 x 250 mg 3) Sulfat Feros 2 x 300 mg Menganjurkan ibu untuk mobiliasasi dini dengan miring kanan kiri serta latihan duduk di atas bed. Evaluasi: Tanggal 14 April 2015 pukul 11.30 WIB 1. Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 22 x/menit Nadi : 86 x/menit Suhu : 36,6 0C 87 2. Terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 3. Ibu telah diberikan terapi per IV dan ibu bersedia minum terapi per oral sesuai aturan 4. Telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar 5. Ibu telah dapat miring kanan kiri serta duduk di atas bed. 88 DATA PERKEMBANGAN IV Tanggal 15 April 2015 pukul 08.00 WIB S: O: Data Subjektif 1. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi 2. Ibu mengtakan sudah tidak mengeluarkan darah Data Objektif 1. 2. A: Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 22 x/menit Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,5 0C 3. Masih terpasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu 4. Masih terpasang dauer catheter Assesment Ny. L P1A2 umur 24 tahun post operasi Laparotomi hari ketiga atas indikasi kehamilan ektopik terganggu. 89 P: Planning Tanggal 15 April 2015 pukul 08.15 WIB 1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign 2. Memberikan terapi per oral, berupa: 1) Asam Mefenamat 3 x 500 mg, IX tablet 2) Vitamin C 3 x 250 mg, IX tablet 3) Cefadroxil 2 x 500 mg, VI tablet 4) Sulfat Feros 2 x 300 mg, VI tablet 3. Melepas infus RL 28 tpm 4. Melepas dauer catheter 5. Medikasi luka bekas operasi 6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan jalan-jalan di sekitar bed 7. Mempersiapkan pasien pulang Evaluasi: Tanggal 15 April 2015 pukul 12.30 WIB 1. 2. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Vital sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 22 x/menit Nadi : 86 x/menit Suhu : 36,6 0C Ibu bersedia minum obat per oral sesuai aturan 90 3. Infus RL telah dilepas 4. Dauer catheter sudah dilepas 5. Ibu telah dapat jalan-jalan di sekitar bed 6. Luka bekas operasi ibu telah di medikasi 7. Pada jam 12.00 WIB ibu telah pulang 91 B. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tantang kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen dengan teori yang ada. Di sini peneliti akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah – langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan - kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi: 1. Pengkajian Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif dan data penunjang. Menurut Saifudin (2006), tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu antara lain amenorhoe, nyeri perut mendadak, perdarahan pervaginam berwarna coklat tua, nyeri goyang portio dan Cavum Douglas menonjol karena ada pembekuan darah. Dalam melakukan pengumpulan data, baik yang bersifat subjektif maupun objektif dalam kasus ini peneliti tidak menemukan hambatan, karena adanya kerja sama dan komunikasi yang baik antara peneliti dengan pasien dan keluarga serta peneliti dengan bidan dan dokter. 80 92 Dalam kasus ini pada muka pasien dengan kehamilan ektopik terganggu terlihat pucat sedangkan mata pasien anemis. Peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam pengumpulan data secara subjektif, namun untuk pengumpulan data secara objektif, peneliti menemukan kesenjangan, yaitu tidak dilakukannya kuldosintesis untuk mengetahui adanya pembekuan darah dalam Cavum Douglas karena dengan pemeriksaan USG dan pemeriksaan anogenital sudah dapat untuk menegakkan diagnosa bahwa ibu mengalami kehamilan ektopik terganggu. 2. Interpretasi Data Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan menentukan masalah dan kebutuhan ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu. Pada kasus ini peneliti mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. L umur 24 tahun, G3P1A1 usia kehamilan 9+5 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu. Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari dengan adanya data subjektif dan data objektif. Penegakan diagnosis pada kehamilan ektopik terganggu sulit ditegakkan, sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis, yaitu pemeriksaan laboratorium meliputi kadar Haemoglobin dan Eritrosit, kadar βHCG dan Urine, pemeriksaan USG, kuldosintesis, laparoskopi atau kuldoskopi (Yulianingsih, 2009). Dalam kasus ini ditemukan masalah, yaitu ibu cemas dengan kondisi kehamilannya dan terjadi gangguan rasa nyaman berupa nyeri perut 93 bagian bawah diikuti dengan keluarnya flek-flek darah yang terjadi sejak satu hari yang lalu. Kebutuhan yang dibutuhkan ibu dalam kasus ini adalah dengan memberikan informasi tentang tanda dan gejala tentang kehamilan ektopik terganggu, serta memberikan dukungan moril pada ibu agar tabah dalam menghadapi kehamilannya. Peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam interpretasi data, baik dalam penegakan diagnosa kebidanan, masalah maupun kebutuhan. 3. Diagnosa Potensial Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan masalah yang sudah identifikasi. Langkah ini dibutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah ada dan merumuskan tindakan apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/ diagnosa potensial yang akan terjadi. Diagnosa potensial pada pasien dengan kehamilan ektopik terganggu adalah ruptur tuba, abortus dan syok (Fauziyah, 2012). Dalam kasus ini, tidak terjadi diagnosa potensial karena diagnosis sudah ditegakkan dan telah dilakukan penanganan yang tepat dan cepat. Dalam kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial. 82 94 4. Antisipasi Tindakan Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan dan keselamatan jiwa. Antisipasi tindakan segera yang harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu adalah dengan segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang mempunyai sarana lengkap (rumah sakit), dan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Saifuddin, 2006). Dalam kasus ini, dilakukan tindakan segera berupa kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan bagian laboratorium serta tirah baring atau bed rest. Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan antisipasi terhadap tindakan segera. 5. Perencanaan Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan langkahlangkah sebelumnya. Keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh harus rasional dan benar - benar tepat berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date dan setiap rencana harus disetujui oleh pihak bidan dan pasien (Suliatyawati, 2011). Menurut Saifudin (2006), rencana asuhan komprehensif pada kasus kehamilan ektopik terganggu antara lain: 95 a. Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat. b. Persiapan ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus dihentikan. c. Merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2 L dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung). d. Pemberian terapi berupa: 1) Ketoprofen 100 mg supositoria 2) Tramadol 200 mg IV 3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas) 4) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. Observasi TTV, jumlah cairan masuk dan keluar. Pada kasus ini telah dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan diagnosis segera ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi. Setelah diagnosis ditegakkan, segera dilakukan tindakan berupa perbaikan keadaan umum dengan pemberian cairan infus, kemudian dilakukan tindakan operatif gawat darurat, yaitu tindakan laparotomi. Terapi yang diberikan antara lain memasang infus RL 28 tpm pada tangan kiri ibu, Asam Tranexamat 500 mg per IV 84 96 dan suppositoria Profecom 100 mg. Pada kasus ini peneliti menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan perencanaan yaitu di tidak diberikannya terapi anti nyeri seperti Pethidin 200 mg per IV dan Tramadol 50 mg per IV. 6. Pelaksanaan Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan menyeluruh (Sulistyawati, 2011). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat. Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh. 7. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari rencana asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Sari, 2012). Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan 4 hari dengan hasil keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TTV normal, infus RL 28 tpm sudah dilepas, telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar, ibu bersedia miring kiri dan kanan serta hasil yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan dan ibu pulang jam 12.00 WIB. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan pada Ny. L dengan kehamilan ektopik terganggu di Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong Sragen, maka penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu: 1. Asuhan kebidanan pada Ny. L dengan kehamilan ektopik terganggu dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney dengan baik sebagai berikut: a. Pengkajian telah dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data menurut lembar format yang telah tersedia melalui teknik wawancara dan observasi sistemik. Data subjektif khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. L G3P1A1 hamil 9+5 minggu dengan keluhan ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek darah berwarna merah kecokelatan dari jalan lahir dan perut bagian bawah terasa nyeri sejak kemarin siang tanggal 11 April 2015. Data obyektif yaitu keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu 36,7 0C, tinggi badan 158 cm, BB sebelum hamil 49 kg, BB sekarang 50 kg, LLA 24 cm. Pemeriksaan laboratorium Hb 11,2 gr/ dl, golongan darah A, leukosit 4800/ ul, trombosit 212000/ ul, dan USG terlihat 97 98 kantong kehamilan di luar uterus (Tuba). Pada langkah pengkajian ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, dikarenakan adanya respon yang baik selama melakukan anamnesa dan pengkajian. b. Berdasarkan data subjektif dan objektif, penulis dapat menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. L G3P1A1 umur 24 tahun hamil 9+5 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu. Dengan masalah ibu merasa cemas terhadap kehamilannya. Kebutuhan yang dapat diberikan adalah memberikan support mental pada ibu. c. Pada kasus kehamilan ektopik ini potensial terjadi ruptur tuba, abortus dan syok, namun pada kasus ini tidak terjadi karena adanya penanganan yang baik dan tepat. d. Dalam melakukan antisipasi diperlukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, kolaborasi dengan laboratorium, serta tirah baring atau bed rest. e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu persiapan tindakan operatif gawat darurat, merestorasi cairan tubuh, pemberian terapi dan observasi TTV jumlah cairan masuk dan keluar. f. Pelaksanaan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu telah dilakukan sesuai rencana, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. g. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan tindakan operasi laparatomi dan dirawat selama 4 hari dengan hasil keadaan umum 99 ibu baik, infus RL 28 tpm sudah dilepas, telah dilakukan observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar, ibu telah dapat miring kiri dan kanan, duduk di atas bed, jalan-jalan di sekitar bed serta hasil yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan / komplikasi dan ibu pulang jam 12.00 WIB. Pada kasus Ny. L terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek di lahan yaitu dalam pemberian terapi obat tidak diberikan terapi anti nyeri pada hari pertama perawatan seperti Pethidin 200 mg per IV dan Tramadol 50 mg per IV. B. Saran 1. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan Tindakan anestesi pada kasus kehamilan ektopik terganggu sebaiknya dilakukan oleh dokter anestesi, karena pada kasus di RSU Assalam Gemolong Sragen ini dilakukan oleh perawat anestesi. 2. Bagi Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan sebaiknya dalam memberikan pelayanan berpegang pada teori yang ada agar kualitas tetap terjaga serta mendapatkan hasil yang maksimal. 3. Bagi Pasien Pasien diharapkan lebih hati-hati untuk kehamilan berikutnya, sebab kehamilan ektopik merupakan penyebab terbesar kematian ibu pada trimester pertama dari kehamilan dan dapat terjadi secara berulang. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, R, E, dan Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia. Bandiyah, S. 2009. Kehamilan, Persalinan, Dan Gangguan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika. Berita, Kebumen. 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Di Jawa Tengah Masih Tinggi. Available : www.beritakebumen.info/2013/04/aki-di-jawa-tengahmasih-tinggi.html diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. BKKBN, 2013. Angka Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah Masih Tinggi. Availablem : http : // jateng.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.aspx?ID=2710&ContentTypeId= 0x0100A28EFCBF520B364387716414DEECEB1E diakses pada tanggal 26 Oktober 2014. Candra, S. 2013. Mortalitas Dan Morbiditas Edit. Available : http : // id.scribd.com/doc/130651002/3-Mortalitas-Dan-Morbiditas-Edit diakses pada tanggal 22 0ktober 2014. Dinkes Jateng, 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Di Jawa Tengah. Available : http : // www.dinkesjatengprov.go.id%2Fdokumen%2F2013%2FYANKES%2FUK R%2FPONEK_Eval_Maret%2FKabid_Dinkes_Prov.pdf diakses pada tanggal 5 November 2014. Fauziyah, Y. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika. Hayati, N. 2010. Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) yang di Ruangan Camar III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2008. Jurnal Kesehata Online Helvetia. Akbid PKU Sumatra Utara. helvetia.ac.id/jurnalkesehatan/gdl. diakses pada tanggal 5 November 2014. Manuaba, I, B, G. 2005. Obstertri Patologi. Jakarta : EGC. Manuaba, I, B, G. 2005. Dasar-Dasar Teknik Operassi Gynekologi. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta : Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pudiastuti, R, D. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Purwaningsih, W, Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Rochayati, F. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. A G3P2A0 Dengan Kehamilan Etopik Terganggu Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Surakarta. Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Rismalinda, P, H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : In Media. Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta : Nuha Medika. Rukiyah, Y, A, Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta : TIM. Saifuddin, A, B, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sari, N, R. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sukarni, I, Margareth. 2013. Yogyakarta : Nuha Medika. Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas. Sulaiman, Reza, M. 2014. Angka Kematian Ibu Tinggi, BKKBN Serukan ‘4 Jangan dan 3 Terlambat. Available : http : // health.detik.com diakses pada tanggal 22 Oktober 2014. Sulaiman, dkk. 2005. Obstetric Patologi. Jakarta : EGC. Sulistyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Syafiq, A. 2013. Angka Kematian Ibu Dan Pendidikan Perempuan Di Indonesia. Makalah Konferensi Infid November 2013. Pembangunan Untuk Semua: Memperjuangkan Kualitas Pemerintah, Hak Asasi Manusia, dan Inklusi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 Hotel Royal Kuningan Jakarta. Jakarta. Yulianingsih, A, M. 2009. Asuhan Kegawatgaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.