ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD KABUPATEN CIAMIS1 Rini Priani2 Ayu Endang Purwati3 Sandriani4 INTISARI Kehamilan Ektopik Terganggu hampir 95% berada disaluran tuba fallopi, patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Deteksi dini kehamilan ektopik terganggu dengan pemeriksaan ultrasonoggrafi. Menurut data di RSUD Kabupaten Ciamis kejadian KET pada tahun 2015 sebanyak 10 orang dan pada tahun 2016 bulan januari – februari 2016 sebanyak 2 orang. Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini agar dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu Di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis dengan menggunakan 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman dalam membuat asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan dari asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu di ruang poli kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis dilakukan dengan baik. Kata Kunci : Kehamilan Ektopik Terganggu Kepustakaan : 11 Buku ( 2008 – 2014 ) Halaman : i – xi, 42 halaman, 10 lampiran 1 Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin, atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. Organisasi kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 di dunia yaitu 289.000 jiwa. (WHO, 2014). Penyebab kematian ibu terjadi karena perdarahan, Menurut WHO kejadian perdarahan sekitar (35%), Preeklampsia dan Eklampsia (18%), Karakteristik Ibu dan Perilaku Kesehatan Ibu Hamil (11%), Aborsi dan Keguguran (9%), Keracunan Darah atau Sebsis (8%), dan Emboli (1%). (WHO, 2013). Penyebab kematian ibu bisa terjadi karena perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada kehamilan muda, diantaranya disebabkan oleh Abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu, dan Kehamilan Mola Hidatidosa. (Sulistyawati, 2012). Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. (Edukia, 2013). Beberapa penyebab kehamilan ektopik diantaranya : Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, Riwayat operasi di daerah tuba dan tubektomi, Riwayat penggunaan AKDR, Infertilitas, Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted reproductive technology/ART), Riwayat infeksi saluran kemih, Merokok, Riwayat abortus sebelumnya, Riwayat seksio sesarea sebelumnya. (Edukia, 2013). Kehamilan Ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan, terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat. Dari 1 2 data ibu hamil yang mengalami perdarahan hamil muda diketahui Jumlah ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik yaitu 24 orang (12,5%). (Kesehatan, 2012). Berdasarkan Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat 25 kasus dari setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik. (BPS Kesehatan, 2010). Menurut data dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Ciamis kejadian KET pada tahun 2015 sebanyak 10 orang dan pada bulan Januari – Februari 2016 sebanyak 2 orang. (RSUD kabupaten Ciamis Tahun 2015-2016). Menurut Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko 2013 di RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa 49 kasus KET pasien terbanyak berumur 21-35 tahun. Lokasi pada tuba sebanyak (97,95%), usia kehamilan <8 minggu (55,10%). (Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko, 2013). Dari penelitian yang dilakukan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado oleh Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey 2011, disimpulkan bahwa ditemukan kasus kehamilan ektopik sebanyak 41 kasus. Dengan kelompok riwayat tanpa menggunakan kontrasepsi paling banyak ditemukan. Mengingat kehamilan ektopik merupakan kasus darurat dan dapat mengancam nyawa, maka pada wanita hamil usia rentan kehamilan ektopik disarankan untuk melakukan deteksi dini. Memberikan penjelasan pada setiap ibu hamil tentang gejala-gejala yang timbul akibat kehamilan tidak normal. Pelayanan yang lebih menyeluruh untuk menurunkan angka kejadian kehamilan ektopik. Perlu adanya sentralisasi data, agar pengambilan data dapat terfokus, sehingga proses pengambilan data lebih akurat. (Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey, 2011). Salah satu upaya mencegah kehamilan ektopik yaitu dengan menjaga kehamilan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, karena mencegah kehamilan ektopik sangatlah diperlukan terutama wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Riwayat memiliki kehamilan ektopik bisa membuat wanita mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan berikutnya. Hal itu dikarenakan jika penyebab kehamilan ektopik tidak diketahui dan belum diatasi wanita tersebut bisa mengalami kehamilan 3 ektopik kembali. Misalnya saja wanita pernah mengalami kehamilan ektopik dikarenakan PMS atau penyakit menular seksual, wanita tidak mengetahui jika ada PMS di dalam tubuhnya. Akibatnya adalah ketika dirinya hamil kembali dia akan mengalami kehamilan ektopik. (Kesehatan, 2016). Berikut ini berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk mencegah kehamilan ektopik : Berhenti merokok, Jangan ganti-ganti pasangan, Apabila yang suka ganti-ganti pasangan harus menggunakan alat pengaman, Harus menjaga Kebersihan Organ Intim, Hindari Pembedahan, Bagi yang memiliki riwayat kehamilan ektopik bisa menggunakan obat-obatan untuk mencegah embrio berkembangdan tumbuh di jaringan rahim yang bukan semestinya. (Kesehatan, 2016). Kehamilan Ektopik Terganggu mengalami pembuahan namun berbeda dengan kehamilan yang normal. Dalam kehamilan yang normal diawali dari konsepsi atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Lama kehamilan normal yaitu 9 bulan. (Sulistyawati, 2012). Maka dari itu setelah terjadi pembuahan yang ditakdirkan oleh Alloh Azza wa Jalla hingga berproses menjadi seorang anak, mulailah sang ibu mengalami perubahan di rahimnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu hadits shahih bersabda : ُ ُث َّم َي ُك ْون،إنَّ أَ َحدَ ُكم يُجْ َمعُ خلقُ ُه ِفيْ َب ْط ِن أُ ِّم ِه أَرْ َب ِعي َْن َي ْومًا ُن ْط َف ًة ك ُ َ ُث َّم يُرْ َس ُل إِلَ ْي ِه ْال َمل،ك َ ِ ُث َّم َي ُك ْونُ مُضْ َغ ًة مِث َل َذل،َعلَ َق ًة م ِْث َل َذل َِك ،ِ َوأَ َج ِله،ِب ِر ْز ِقه ِ ِب َك ْت:ٍ َوي ُْؤ َمرُ ِبأَرْ َب ِع َك ِل َمات،ف َي ْنفُ ُخ ِف ْي ِه الرُّ ْو َح (اريُّ َومُسْ لِم َ َو َشقِيٌّ أَ ْو َس ِعيْد،َِو َع َملِه ِ )ر َواهُ ْالب َُخ، Artinya : Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan 4 kebahagiaannya." (Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu). Penjelasan dari Hadist diatas bahwa apa yang disampaikan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dalam hadits tersebut memang benar adanya. Manusia baru membuktikannya pada abad ini. Padahal kebenaran ayat-ayat Allah Azza wa Jalla sudah disampaikan puluhan abad lalu; sebagai bukti, bahwa Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dari segumpal darah (alaqah) 40 hari, setelah terbentuknya air mani. Hal ini bisa diketahui oleh ahli medis, bahwa kurang lebih umur 56-70 hari pembuluh darah janin mulai terbentuk. Kemudian ada gerakan-gerakan. Gerakan inilah yang mungkin terdeteksi oleh alat-alat kedokteran modern sebagai denyut jantung janin. Namun berdasarkan dhohir hadits, bahwa ruh ditiupkan pada saat janin berumur lebih dari 120 hari. Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang kehamilan dalam surat AlMu‟minun Ayat 12-13 : Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12). Artinya : "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13). Penjelasan dari Ayat Al-Qur‟an bahwa Asal-muasal manusia adalah tanah. Karena kakek moyang pertama kali diciptakan dari tanah. Dari sudut pandang ilmu kimia, kita dapat membandingkan unsur-unsur kimia yang ada dalam tanah yang relatif sama dengan unsur kimia manusia. Dan tak bisa dipungkiri lagi, bahwa manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Dan proses kehamilan berlangsung selama 40 minggu dihitung dari hari pertama mens berakhir. 5 Maka dari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil pada Ny.R Umur 21 Tahun G1P0A0 Hamil 8 Minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. B. Rumusan Berdasarkan latar belakang tersebut perumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis ini menggunakan 7 langkah Varney dengan metode pendokumentasian SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mengumpulkan data dasar pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten.Ciamis. b. Mampu menginterpretasi data dasar pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. c. Mampu mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. d. Mampu menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi dengan Dr.Obgyn pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. e. Mampu menyusun rencana Asuhan secara menyeluruh pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. 6 f. Mampu melaksanakan Perencanaan Asuhan secara menyeluruh pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. g. Mampu mengevaluasi dari Asuhan yang sudah diberikan pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil studi kasus dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lahan Praktik RSUD Kabupaten Ciamis Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada asuhan yang sudah diberikan. b. Bagi Prodi DIII Kebidanan Sebagai Bahan Pustaka dan dapat digunakan sebagai bahan referensi guna mengembangkan penelitian dengan variable yang lebih luas. c. Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada Ibu Hamil ibu dapat mengantisipasi kehamilan yang komplikasi dan ibu bisa lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan. d. Bagi Pengkaji Bermanfaat untuk menerapkan antara ilmu teori dan ilmu praktik dilapangan. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan spermatozoa (Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba dkk, 2012). Dalam Al-Qur‟an telah dimuat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta‟ala menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dengan begitu jelas, sejak dari bentuk nuthfah sampai menjadi manusia sempurna. Demikian agung dan besar kekuasaan Allah, dan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran Al-Quran yang diturunkan 15 abad yang lalu tersebut. ٌان مِنٌْ ُن ْط َفةٌ َفإِ َذا ه ٌَُو َخصِ يمٌ م ُِبين ٌَ س ٌَ ق اإل ْن ٌَ ََخل Artinya : “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S An- Nahl : 3). Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari nuthfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat pada wanita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu hadits shahih bersabda : ُ إنَّ ٌأَ َحدَ ُكمٌيُجْ َمعُ ٌخلقُ ُه ٌ ِفيْ ٌ َب ْط ِن ٌأُ ِّم ِه ٌأَرْ َب ِعي َْن ٌ َي ْومًاٌ ُن ْط َف ًة ٌ ٌُث َّم ٌ َي ُك ْون، ُ ك ُ ٌذل َِك ْ ٌث َّمٌيُرْ َسلٌُإِلَ ْيه، َ ٌث َّمٌ َي ُك ْونُ ٌمُضْ َغ ًةٌمِث َل، َ َعلٌََق ًةٌم ِْث َل ٌٌُِال َملَك َ ٌِذل ٌٌ،ٌِوأَ َجلِه،ِ َ ٌِر ْز ِقه َ ف َي ْنفُ ُخٌ ِف ْيهٌِالرُّ ْو َح ِ رٌُبأَرْ َب ِعٌ َكلِ َمات ِ ٌوي ُْؤ َم، ِ ٌب َك ْتب: ْ ) َر َواه،ٌس ِعيْد (ٌٌُالب َُخ ِاريُّ ٌَومُسْ لِم َ ٌو َشقِيٌّ ٌأَ ْو،ِ َ ٌو َع َم ِله َ 7 8 Artinya : Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya." (Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu). Penjelasan dari Hadist diatas bahwa apa yang disampaikan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dalam hadits tersebut memang benar adanya. Manusia baru membuktikannya pada abad ini. Padahal kebenaran ayat-ayat Allah Azza wa Jalla sudah disampaikan puluhan abad lalu; sebagai bukti, bahwa Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dari segumpal darah (alaqah) 40 hari, setelah terbentuknya air mani. Hal ini bisa diketahui oleh ahli medis, bahwa kurang lebih umur 56-70 hari pembuluh darah janin mulai terbentuk. Kemudian ada gerakan-gerakan. Gerakan inilah yang mungkin terdeteksi oleh alat-alat kedokteran modern sebagai denyut jantung janin. Namun berdasarkan dhohir hadits, bahwa ruh ditiupkan pada saat janin berumur lebih dari 120 hari. b. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan (Ai Yeyeh, 2009). 1) Uterus Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1.000 gram saat akhir kehamilan, otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. Pertumbuhan uterus pada trimester pertama terjadi sebagai respon terhadap rangsangan hormon yaitu hormon estrogen dan progesterone. Pembesaran uterus terjadi disebabkan karena : a) Meningkatnya dilatasi pembuluh darah dan vaskularisasi 9 b) Hiperplasia serabut-serabut otot dan jaringan fibroelastik c) Perkembangan dari deciduas Setelah bulan ketiga pembesaran uterus karena pertumbuhan fetus. Untuk menentukan tuanya kehamilan berdasarkan TFU, maka di pakai patokan sebagai beikut : a) Umur kehamilan 12 minggu : TFU 3 jari atas simfisis. b) Umur kehamilan 16 minggu : TFU pertengahan simfisis- pusat. c) Umur kehamilan 20 minggu : TFU 3 jari bawah pusat. d) Umur kehamilan 24 minggu : TFU setinggi pusat. e) Umur kehamilan 28 minggu : TFU 3 jari atas pusat. f) Umur kehamilan 32 minggu :TFU pertengahan pusat – prosesus sifoideus. g) Umur kehamilan 36 minggu : TFU 3 jari bawah prosesus sifoideus. h) Umur kehamilan 40 minggu : TFU pertengahan pusat – prasesus sifoideus. Perubahan bentuk uterus pada trimester I seperti buah pir terbalik, semester II berubah seperti bola, dan trimester III berbentuk oval dan naik dari rongga pelvis ke rongga abdomen. 2) Vagina dan Vulva Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormone estrogen. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. 3) Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu fungsi ovarium diambil alih oleh placenta, terutama fungsi memproduksi progesterone dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus menstruasi. 4) Servik Akibat peningkatan vaskular serta perubahan pada jaringan ikat dibawah pengaruh estrogen, servik dalam 10 kehamilan menjadi lunak. Terjadi sekresi kelenjar dan lendir servik menjadi kental sehingga dapat berperan sebagai pelindung yang meyumbat ostium uteri. 5) Payudara Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Papilla mamma akan membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mamma karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu ke atas keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colustrum. Namun proses laktasi dihambat sampai kelahiran karena adanya hormon estrogen dan progesterone selama hamil yang cukup tinggi karena diproduksi oleh plasenta. Perubahan payudara pada ibu hamil, yaitu: a) Payudara menjadi lebih besar. b) Areola payudara makin hiperpigmentasi. c) Glandula Montgomery makin tampak. d) Puting susu makin menonjol. e) Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi. f) Setelah persalinan, prolaktin tidak ada sehingga produksi ASI dapat berlangsung. c. Pengkajian pada Ibu hamil (Ari, 2013) a. Anamnesis Yaitu didapat dari pasien sebagai data subjektif. (Menanyakan keluhan pasien, HPHT, Kehamilan keberapa, Riwayat Penyakit Berat, Riwayat Kehamilan Sebelumnya). b. Pemeriksaan Fisik Yaitu dari hasil pemeriksaan oleh bidan dengan melakukan pemeriksaan umum seperti pengukuran BB, Tekanan Darah, Periksa konjungtiva, Palpasi Abdomen. Dan melakukan periksa dalam. d. Tanda – tanda Bahaya pada Ibu Hamil (Sarwono, 2010). 1) Mual muntah berlebih 11 Kebanyakan ibu hamil dengan umur kehamilan 1-3 bulan sering merasa mual dan kadang-kadang muntah.Keadaan ini normal dan akan hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih dari 3 bulan. Tetapi, bila ibu tetap tidak mau makan, muntah terusmenerus sampai ibu lemah dan tak dapat bangun, keadaan ini berbahaya bagi keadaan jani dan kesehatan ibu. 2) Penglihatan Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang. Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre- eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). 3) Gerak Janin Berkurang atau Tidak Ada Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang 12 terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya. 4) Nyeri abdomen yang hebat Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain. 5) Sakit Kepala yang Hebat Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya men jadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia. 6) Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cervik”. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan rasa sakit pada ibu. Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan molar atau kehamilan ektopik. Pada akhir kehamilan, perdarahan yang 13 tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. e. 2. Deteksi Dini Kehamilan Ektopik (Sarwono, 2010). 1) Perdarahan 2) Nyeri pada abdomen Kehamilan Ektopik Terganggu a. Definisi Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu. (Hadijanto, 2008). b. Penyebab Kehamilan Ektopik Menurut Sujiyatini (2009) kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor risiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah : 1) Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur. 2) Riwayat operasi tuba. 3) Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang. 4) Kehamilan ektopik sebelumya. 5) Aborsi tuba dan pemakaian IUD. 6) Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom. 14 7) Bekas radang pada tuba menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat. 8) Opersai plastik pada tuba. 9) Abortus buatan. c. Gambaran Klinik Menurut Sarwono (2010) Kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi rupture pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak. Walau demikian gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dan perdarahan yang tiba-tiba dalam rongga perut. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada rupture tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba intensitasnya disertai dengan perdarahan. Gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu sebagai berikut : 1) Nyeri pada abdomen Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. 2) Amenore Amenore juga tanda pada kehamilan ektopik terganggu, karena gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba yang kemudian disusul dengan rupture tuba karena tidak bisa menampung pertumbuhan mudigah selanjutnya. 3) Perdarahan pervaginam Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua. d. Diagnosis Menurut Sarwono (2010) Beberapa cara dapat ditegakkan, antara lain dengan melihat : 1) Anamnesis dan gejala klinis 15 Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat atau tidak ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. 2) Pemeriksaan fisik a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa. b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. c) Pemeriksaan ginekologis d) Pemeriksaan dalam: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri. 3) Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009) : a) Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi. b) Infeksi c) Sterilitas d) Pecahnya tuba fallopi e) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio. e. Pemeriksaan penunjang (Sujiyatini dkk, 2009). 1) Pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu. 2) Dilatasi kuretase 3) Kuldosintesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam cavum douglasi terdapat darah. Teknik kuldosintesis : a) Baringkan pasien pada posisi litotomi b) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic 16 c) Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam serviks. Lakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak. d) Suntikan jarum spinal no.18 ke cavum douglasi dan lakukan pengisapan dengan semprit 10 ml. e) Bila pada penghisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina. f) Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus, dan lakukan kolaborasi. g) Laparoskopi atau lakukan salpingektomi sebagai tindakan operasi atau pembedahan. f. Penatalakasanaan Penanganan KET pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber pardarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu kondisi penderita, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menetukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Setelah melaksanakan salpingektomi, lakukan observasi pasca operasi. Dilakukan pemantauan terhadap kadar hCG (kuantitatif). Peningkatan kadar hCG yang berlangsung terus menerus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat harus dirawat inap di rumah sakit (Sujiyatini dkk, 2009). 17 B. Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien atau pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (Soepardan, 2008). 2. Proses Manajemen Kebidanan (Soepardan, 2008). a. Langkah I : Mengumpulkan data dasar Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, dan laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi, semua data dikumpulkan. b. Langkah II : Menginterpretasi data Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan. c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis masalah Langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera. d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan 18 masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. e. Langkah V : Merencanakan asuhan secara menyeluruh Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. f. Langkah VI : Implementasi Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksana ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. g. Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan melakukan evaluasi dan perencanaan mapupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisinatau kebutuhan klien. ( Soepardan, 2008) 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP Menurut Soepardan (2008) Pendokumentasian SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif, Objektif, Assesment, Planning. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip metode ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien. a. S : Subjektif Data subjektif di ambil berdasarkan anamnesa tentang kehamilan ektopik terganggu. Menyatakan bahwa data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung 19 dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. b. O : Objektif Data Objektif diambil berdasarkan : 1) Fisik Umum 2) Pemeriksaan Khusus melalui Vagina Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Halen Varney pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medik dan informasi dari keluaraga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. c. A : Analisa Analisa atau assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. KET harus dipikirkan kenapa bisa seorang pasien dalam usia reproduktif mengeluh nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba, dan keluar flekflek dari vagina . Adanya tanda gejala seperti itu dan tanda pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnosa KET. Kadar HCG membantu penegakkan diagnosa, diagnosa secara bedah juga dapat dilakukan dengan salpingektomi. Walau pada umumnya dilakukan bedah dengan laparoskopi dan laparotomi. Bedah salpingektpomi yaitu memotong saluran tuba yang terganggu. d. P : Penatalaksanaan Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini 20 bertujuan untuk mengusahakan seoptimal mungkin dan tercapainya mempertahankan kondisi pasien kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015). 4. Keterkaitan antara Manajemen Kebidanan dan Sistem Pendokumentasian SOAP Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah – Langkah Proses Manajemen Sumber : Estiwidani., dkk(2008). Alur pikir bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan Dokumentasi Kebidanan Proses Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney 5 langkah kompetensi bidan Pengumpulan data dasar Data Interprestasi data dasar SOAP NOTES Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan Evaluasi Subjektif Objektif Assessment atau diagnosis Analisa Data Penatalaksanan: Konsul Tes diagnostic / Lab Perencanaan Rujukan Pelaksanaan Evaluasi 21 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Ektopik Terganggu 1. Pengertian Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat). (Konsep Kebidanan, 2008). Asuhan tersebut di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. S : Subjektif Data subjektif di ambil berdasarkan anamnesa tentang kehamilan ektopik terganggu. Hasil anamnesa yaitu Terdapat rasa nyeri pada perut bagian bawah, dan keluar flek-flek dari jalan lahir. O : Objektif Data Objektif diambil berdasarkan : 1. Fisik Umum 2. Pemeriksaan Khusus melalui Vagina Hasil Pemeriksaan : Pemeriksaan Fisik Secara Umum : Penderita tampak sakit, kesadaran baik, pemeriksaan abdomen nyeri tekan. Pemeriksaan Khusus melalui Vagina : Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks. A : Analisa Analisa atau assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Analisanya yaitu KET. KET harus dipikirkan kenapa bisa seorang pasien dalam usia reproduktif mengeluh nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba, dan keluar flek-flek dari vagina . Adanya tanda gejala seperti itu dan tanda pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnosa KET. Kadar HCG membantu penegakkan diagnosa, diagnosa secara bedah juga dapat dilakukan dengan 22 salpingektomi. Walau pada umumnya dilakukan bedah dengan laparoskopi dan laparotomi. Bedah salpingektpomi yaitu memotong saluran tuba yang terganggu. P : Penatalaksanaan Pada Kasus KET ini dilakukan Salpingektomi Dextra yaitu pemotongan tuba sebelah kanan, karena terjadi Rupture pada Tuba sebelah kanan. 2. Kewenangan Bidan (Novi, dkk.2014). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : a. Kewenangan normal: 1) Pelayanan kesehatan ibu. 2) Pelayanan kesehatan anak. 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 1) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. 2) Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a) Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup : (1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil (2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal (3) Pelayanan persalinan normal (4) Pelayanan ibu nifas normal (5) Pelayanan ibu menyusui (6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Kewenangan: (1) Episiotomi (2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II (3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan 23 (4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif (7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum (8) Penyuluhan dan konseling (9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil (10) Pemberian surat keterangan kematian (11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin b) Pelayanan kesehatan anak Ruang lingkup : (1) Pelayanan bayi baru lahir (2) Pelayanan bayi (3) Pelayanan anak balita (4) Pelayanan anak pra sekolah Kewenangan : (1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. (2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk (3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan (4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah (5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah (6) Pemberian konseling dan penyuluhan (7) Pemberian surat keterangan kelahiran (8) Pemberian surat keterangan kematian c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan: 24 1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi: (1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. (2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter) (3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan (4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan (5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah (6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas (7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya (8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi (9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta 25 pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di kelurahan/desa) yang belum diberikan kewenangan daerah (kecamatan atau ada dokter, bidan juga sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter. d) Kewenangan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu Bidan berwenang dalam pemeriksaan TTV, Palpasi Abdomen, Melakukan pemeriksaan melalui vagina dan Melakukan Kolaborasi dengan dr.obgyn untuk melakukan USG dan menegakkan diagnose oleh dr.obgyn. e) Peran bidan Menurut Soepardan (2008) yang diberikan dengan bersifat promotif, preventif yaitu diantaranya : 1. Promotif Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan, baik dilakukan secara individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Upaya promotif dilakukan antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, pemberian makanan tambahan, rekreasi, dan pendidikan seks. 2. Preventif Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan 26 individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya preventif dapat dilakukan di antara dengan melakukan imunisasi pada bayi, balita, dan ibu hamil. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah pada ibu nifas dan neonatus. Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium ibu nifas dan balita. Pemberian tablet tambah darah dan senam ibu hamil. 26 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Al-mu’minun : 12 – 13, Q.S An-Nahl : 3. BPS Kesehatan. (2010). Jumlah Kehamilan Ektopik Terganggu. Jakarta : TIM. Cynthia, Sri. & Freddy W. Wagey. (2011). JKM. Tinjauan Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Vol.1. No.1. 2013. Edukia. (2013). Kehamilan Ektopik Terganggu dan Penyebabnya. Jakarta : TIM Tersedia dalamhttp//www.edukia.org/web/kbibu/6-4-4-kehamilan-ektopikterganggu/. Di akses tanggal 17 Maret 2016. Estiwidani, dkk. (2008). Bagan Skema Langkah – Langkah Proses Manajemen. Jakarta : TIM. Evania. (2013). Metode Pengkajian. Jakarta : TIM. Hadijanto. (2008). Asuhan Kebidanan Patologi 4. Jakarta : TIM. Hadist Bukhori Muslim dari Abdulah Bin Mas’ud radiallahuanhu. Kesehatan. (2012) (2016). Jumlah Kehamilan Ektopik Terganggu. Jakarta : TIM dan Pencegahan KET. Jakarta : TIM. Di akses dalam http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171. Di akses tanggal 20 Maret 2016. Lomboan, S. Pricilia & Linda mamengko. (2013). Gambaran Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP Prof.DR.R.Kandou Manado. Vol.3. No.2. 2015. Manuaba, dkk. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Novi, dkk. (2014). Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : In Media. Patton. (2015). Metode Pengkajian. Jakarta : TIM. Prawihardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Rianto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika. RSUD Kabupaten Ciamis. (2015). (2016). Jumlah Data KET. Ciamis Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Sujiyatini. (2009). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : TIM. 41 42 Sulistyawati. (2012). (2016). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika. Suryana. (2010). Jenis Data yang Digunakan. Jakarta : TIM. Walyani, S,E., purwoastuti,E. (2015). Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : PT Pustaka Baru. World Health Organization (WHO) (2013). (2014). Penyebab Kematian Ibu Tahun 2013.Jakarta:TIM.Tersedia.dalam http://wartakesehatan.com/48612/angka-kematian-ibu-masih-tinggi-citacita-ra-kartini-belum-tercapai. Di akses tanggal 17 Maret 2016. Yeyeh, Ai, dkk. (2009). Askeb 1 Kehamilan. Jakarta : TIM.