studi komparatif tentang kelengkapan pengungkapan wajib

advertisement
STUDI KOMPARATIF TENTANG KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN
WAJIB LAPORAN KEUANGAN KOPERASI YANG TERDAFTAR DI
DINKOP DAN UKM KABUPATEN SEMARANG
ANTARA TAHUN 2004 DENGAN 2005
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Nama
: Lucky Permana
NIM
: 3351401115
Jurusan
: Akuntansi S1
Fakultas
: Ekonomi
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si
NIP. 130515747
Dra. Margunani, M.P.
NIP. 131570076
Mengetahui;
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.Si
NIP. 131967646
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Pada hari
:
Tanggal
:
Panitia Ujian
Penguji
Drs. Fachrurrozie, M.Si
NIP. 131813667
Anggota I
Anggota II
Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si
NIP. 130515747
Dra. Margunani, M.P.
NIP. 131570076
Mengetahui;
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si.
NIP.131658236
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan. Pendapat maupun temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
September 2007
Lucky Permana .
NIM.3351401115
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Ï Ab Love Principium
“Marilah kita mulai dengan yang paling penting”
Ï Fide et sedulites
“Dengan kepercayaan akan timbul ketekunan”
Ï Experientia docent sapientiam
“Melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana”
PERSEMBAHAN :
Í Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberi
kasih sayang, motivasi dan mendo’akan penulis
tanpa henti-hentinya.
Í Adikku Citra yang kusayangi
Í Teman-teman
seperjuangan
yang
memotivasi supaya terus lebih maju
Í Almamater.
v
selalu
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“STUDI KOMPARATIF TENTANG KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN
WAJIB LAPORAN KEUANGAN KOPERASI YANG TERDAFTAR DI
DINKOP DAN UKM KABUPATEN SEMARANG ANTARA TAHUN 2004
DENGAN 2005”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi.
3. Drs. Sukirman, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si., selaku Pembimbing I.
5. Dra. Margunani, M.P., selaku Pembimbing II.
6. Drs. Fachrurrozie, M.Si, selaku Penguji.
7. Pimpinan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kab. Semarang yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk mendapatkan data penelitian.
8. Manajer masing-masing koperasi yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian, serta segenap karyawan atas bantuannya
dalam mendapatkan data-data penelitian.
vi
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang,
September 2007
Lucky Permana .
NIM.3351401115
vii
SARI
Lucky Permana, 2006. “Studi Komparatif Tentang Kelengkapan Pengungkapan
Wajib Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten
Semarang Antara Tahun 2004 Dengan 2005”. Program Studi Akuntansi S1. Jurusan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Drs. Sukardi Ikhsan,
M.Si. Dra. Margunani, M.P.
Kata Kunci : Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan; Realisasi
Rencana Kegiatan, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi.
Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun 2003
sebesar 41,60%. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 tentang
akuntansi perkoperasian yang menetapkan bahwa terdapat 61 item yang minimum
diungkapkan dalam laporan keuangan, kemudian bagaimanakah tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi pada tahun 2004 dan tahun 2005,
apakah ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi
di Kabupaten Semarang antara tahun 2004 dengan tahun 2005, serta bagaimanakah
analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi (RK dan RAPB)
tahun 2005.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2004 dan 2005,
untuk mengetahui seberapa besar perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan koperasi tahun 2004 dengan tahun 2005, kemudian untuk
mengetahui realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi tahun 2005.
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan koperasi di
Kabupaten Semarang yang berjumlah 48 Koperasi, dengan rincian 7 KPRI dan 9
Koperasi Karyawan (KOPKAR). Oleh karena penelitian ini hanya meneliti koperasi
yang menyerahkan laporan RAT ke Dinas Koperasi dan UKM Kab. Semarang, maka
penelitian ini menggunakan metode sampling bersyarat (conditional sampling).
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel sejenis, yaitu kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang antara tahun
2004 dengan 2005 yang didasarkan pada kriteria kelengkapan neraca, perhitungan
hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas
laporan keuangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi, dokumentasi, dan Interview. Metode analisis yang
digunakan berupa deskriptif persentase, dan uji t-tes.
Hasil perhitungan deskriptif persentase tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2004 sebesar 42,32%
dan tahun 2005 sebesar 45,18%, yang berarti tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan koperasi di Kabupaten Semarang tahun 2005 lebih tinggi
viii
2,86% dibandingkan tahun 2004. Berdasarkan perhitungan uji t-tes diperoleh harga t
hitung sebesar 3,7242, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 1,753
yang berarti ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi antara tahun 2004 dengan tahun 2005. Realisasi RK dan RAPB tahun 2005
disajikan dan dilaksanakan oleh 14 koperasi, sedangkan 2 koperasi lain tidak
menyajikan. Realisasi Rencana Anggaran Pendapatan disajikan oleh 15 koperasi,
dengan perincian 13 koperasi merealisasikan pendapatan yang lebih besar dari
rencana, 2 koperasi memperoleh pendapatan yang di bawah target dari rencana
pendapatan, sedangkan 1 koperasi tidak menyajikan. Realisasi Rencana Anggaran
Biaya disajikan oleh 15 koperasi, dengan perincian 3 koperasi merealisasikan
anggaran biaya yang sangat efektif dan efisien, 3 koperasi merealisasikan anggaran
biaya yang relatif efektif dan efisien, 2 koperasi merealisasikan anggaran biaya yang
tidak efektif dan efisien, kemudian 7 koperasi yang merealisasikan anggaran biaya
yang sangat tidak efektif dan efisien, sedangkan 1 koperasi lain tidak menyajikan.
Realisasi SHU disajikan oleh 14 koperasi, dengan perincian 12 koperasi mampu
memperoleh SHU yang melebihi target, dan 2 koperasi yang tidak berhasil mencapai
target. Sedangkan 2 koperasi lain tidak menyajikan rencana perhitungan SHU.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
SARI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah .................................................. 9
1.3. Penegasan Istilah ................................................................................. 10
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1. Laporan Keuangan Koperasi ............................................................... 12
2.1.1 Tujuan Laporan Keuangan Koperasi .......................................... 14
2.1.2 Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi ................................ 16
x
2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan Koperasi ..................................... 17
2.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Koperasi ................ 19
2.1.5 Keterbatasan Laporan Keuangan Koperasi ................................ 20
2.2. Standar Akuntansi Keuangan Koperasi ............................................... 21
2.3. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan ..................... 35
2.4 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana
Anggaran Koperasi Tahun 2005 ........................................................... 45
2.5. Kerangka Berpikir ............................................................................... 47
2.6. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 51
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 52
3.2. Sampel Penelitian ................................................................................ 52
3.3. Variabel Penelitian ............................................................................... 53
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 55
3.4.1 Observasi ..................................................................................... 55
3.4.2 Dokumentasi ................................................................................ 56
3.4.3 Interview ...................................................................................... 56
3.5. Metode Analisis Data .......................................................................... 56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 60
4.1.1 Karakteristik Koperasi di Kab. Semarang .................................... 60
4.1.1.1 Perangkat Organisasi Koperasi di Kab. Semarang ......... 60
xi
4.1.1.2 Bidang Usaha Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang .................................................... 64
4.1.2 Analisis Data ............................................................................... 66
4.1.2.1 Deskriptif Persentase (DP) .............................................. 66
4.1.2.2 Uji Signifikansi dengan menggunakan t-tes ................... 74
4.1.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana
Anggaran Koperasi ...................................................................... 76
4.1.3.1 Realisasi Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB)
Tahun 2005 ...................................................................... 76
4.1.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi ....................... 78
4.1.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi ................................ 82
4.1.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi ............................... 85
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian................................................................. 88
4.2.1 Alasan mengapa rata-rata skor tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2004
dan 2005 tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ............................................................................ 88
4.2.2 Uji Signifikansi t-tes .......................................................... 93
4.2.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan
Rencana Anggaran Koperasi .............................................. 93
xii
4.2.3.1 Realisasi Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
(RAPB) Tahun 2005 .............................................. 93
4.2.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi ............. 95
4.2.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi ...................... 97
4.2.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi ..................... 98
BAB V. PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 100
5.2 Saran ..................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 104
LAMPIRAN ......................................................................................................... 106
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan
Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang
Tahun 2003 .................................................................................................... 6
2. Tabel 3.1 Daftar Koperasi di Kabupaten Semarang ....................................... 53
3. Tabel 4.1 Pelaksanaan Rapat Anggota Koperasi yang Terdaftar di Dinkop
dan UKM Kab. Semarang .............................................................................. 61
4. Tabel 4.2 Pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi yang Terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang ................................................................ 63
4. Tabel 4.3 Bidang Usaha Koperasi................................................................... 65
5. Tabel 4.4 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang Tahun 2004 .................................................................................... 66
6. Tabel 4.5 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi Tahun 2005 ...................................................... 69
7. Tabel 4.6 Rata-rata Perbedaan Pengungkapan Komponen Laporan
Keuangan Tahun 2004 dan 2005 .................................................................... 72
11. Tabel 4.7 Persiapan Menentukan Perbedaan dengan Rumus t-tes ................. 74
12. Tabel 4.8 Ketentuan penilaian realisasi RK dan RAPB.................................. 76
13. Tabel 4.9 Perhitungan dan Penilaian Realisasi RK dan RAPB Tahun 2005 .. 77
14. Tabel 4.10 Ketentuan penilaian realisasi anggaran pendapatan koperasi ....... 79
xiv
15. Tabel 4.11 Perhitungan realisasi anggaran pendapatan tahun 2005 ............... 80
16. Tabel 4.12 Penilaian realisasi anggaran pendapatan tahun 2005.................... 81
15. Tabel 4.13 Ketentuan penilaian anggaran biaya koperasi............................... 82
16. Tabel 4.14 Perhitungan anggaran biaya koperasi tahun 2005......................... 83
17. Tabel 4.15 Penilaian anggaran biaya koperasi tahun 2005 ............................. 84
18. Tabel 4.16 Ketentuan penilaian realisasi sisa hasil usaha koperasi ................ 85
19. Tabel 4.17 Perhitungan realisasi SHU koperasi tahun 2005........................... 86
20. Tabel 4.18 Penilaian realisasi SHU koperasi tahun 2005 ............................... 87
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana dan Realisasi RAPB dan SHU koperasi di kab. Semarang
tahun 2005....................................................................................................... 107
2. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2003 .............. 108
3. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2004............... 114
4. Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2004 .............................................. 119
5. Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005............... 120
6. Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005 .............................................. 125
7. Daftar Item Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Koperasi Berdasarkan PSAK No. 27 Tahun 1999 Tentang Perkoperasian ... 126
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perekonomian di Indonesia dikenal dengan adanya tiga pelaku ekonomi.
Pelaku ekonomi tersebut terdiri dari; Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sektor
swasta, dan koperasi. Kondisi usaha BUMN, swasta, dan koperasi, serta
pengembangan perekonomian yang sehat dapat menyebabkan pemerataan
kesejahteraan rakyat sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Menurut
Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
1992
tentang
Perkoperasian Pasal 1 ayat (1), Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.
Menurut IAI (2004) dalam PSAK No. 27 Tentang Akuntansi
Perkoperasian, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir
pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas
dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan
taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya,
dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru
perekonomian nasional.
1
2
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 2 menyatakan bahwa
koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar
atas asas kekeluargaan. Selanjutnya dalam Pasal 3, koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Koperasi memiliki andil besar dalam menumbuhkan dan mengembangkan
potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.
Pembangunan dan perkembangan koperasi harus selaras dengan strategi yang
bersifat mikro, selain tugas utamanya yaitu melayani anggota. Di samping itu
juga sebagai alat kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan pemerintah yang
dipadukan dalam kegiatan dan kebijaksanaan melalui koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi yang baik. Namun, koperasi lebih mengutamakan pelayanan
kebutuhan anggota dan masyarakat daripada memperoleh keuntungan yang besar.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah suatu badan usaha
koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri, sedangkan koperasi karyawan
adalah suatu badan usaha koperasi yang beranggotakan para karyawan perusahaan
atau badan usaha. Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidup anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu informasi
yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi
yang bermanfaat bagi pemakai adalah informasi yang dihasilkan oleh akuntansi.
3
Proses akuntansi yaitu pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan bagi
pengambilan suatu keputusan, pemrosesan data yang bersangkutan dan penyajian
informasi kepada pemakai laporan. Hasil dari proses akuntansi adalah laporan
keuangan, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut.
Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2002: 4-5) tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship),
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dikendalikan,
struktur dan kinerja keuangan, serta kemampuan beradaptasi terhadap pengaruh
lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan pada masa yang akan
datang. Informasi perubahan keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan. Agar hal
tersebut dapat dicapai diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai data
akuntansi dan informasi lain yang relevan (Chariri dan Ghozali, 2003: 235).
Laporan
keuangan
merupakan
alat
utama
para
manajer
untuk
menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi
pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan
4
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kualitas merupakan atribut penting dalam penyampaian suatu informasi
akuntansi.
Salah
satu
tolak
ukur
kualitas
pengungkapan
adalah
luas
pengungkapan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan laporan keuangan
yaitu adequate, fair, dan full disclosure. Konsep yang paling sering dipraktikkan
adalah adequate disclosure (pengungkapan yang cukup) yaitu pengungkapan
minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana pada tingkat ini
investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan.
Konsep fair disclosure (pengungkapan jujur) mengandung sasaran etis dengan
menyediakan informasi yang layak terhadap investor potensial, sedangkan full
disclosure (pengungkapan penuh) merupakan pengungkapan atas semua
informasi yang relevan. Terlalu banyak infomasi akan membahayakan karena
penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang
signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena
itu, pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor
dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap (Chariri dan
Ghozali, 2003: 235).
Menurut Ghozali dan Chariri (2003:247) informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pengungkapan
wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
5
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang
diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter (SAK oleh
IAI). Pengungkapan sukarela adalah informasi yang tidak diwajibkan oleh suatu
peraturan yang berlaku, tetapi diungkapkan karena dipandang relevan dengan
kebutuhan pemakai tahunan.
Pengungkapan wajib laporan keuangan di Indonesia ditetapkan oleh IAI
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dalam hal ini PSAK No.
27 Tahun 1999 tentang akuntansi perkoperasian yang berisi pedoman penyajian
dan
pengungkapan
laporan
keuangan
koperasi.
Kriteria
kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan menurut PSAK No. 27 Tahun 1999
terdapat 61 item yang minimum diungkapkan dalam laporan keuangan yang
terdiri dari; neraca yang meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva
tetap, aktiva lain-lain, kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas;
perhitungan hasil usaha meliputi partisipasi anggota, pendapatan dari nonanggota, dan beban operasi; laporan arus kas meliputi arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan;
laporan
promosi
ekonomi
anggota
meliputi
manfaat
ekonomi
dari
pembelian/pengadaan jasa bersama, manfaat ekonomi dari pemasaran dan
pengelolaan bersama, manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, dan
manfaat ekonomi dalam bentuk SHU; catatan atas laporan keuangan meliputi
perlakuan akuntansi, dan pengungkapan informasi lainnya.
6
Berlakunya PSAK No. 27 tentang perkoperasian tersebut, ternyata belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh KPRI dan Koperasi Karyawan yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil survey
sementara, rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun
2003 sebesar 41,60%. Berikut ini disajikan tabel skor persentase kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kabupaten Semarang tahun 2003:
Tabel 1.1 Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan
Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang Tahun 2003
Skor
No.
Nama Koperasi
Neraca
PHU
LPEA
LAK
CALK
Total
Persentase
1
Bina Eka Karsa
10
4
0
0
7
21
34.43%
2
Bina Sejahtera
13
9
0
0
6
28
45.90%
3
Dispertan
13
6
0
2
6
27
44.26%
4
Dwija Makmur
9
0
0
0
7
16
26.23%
5
Dwija Mulya
9
4
0
0
7
20
32.79%
6
Kanasritex
13
8
0
0
7
28
45.90%
7
Kanigara
17
7
0
3
7
34
55.74%
8
Karya Makmur
9
5
0
0
4
18
29.51%
9
Kendali Harta
19
11
0
0
7
37
60.66%
10
7
0
0
7
24
39.34%
10 Kop. Kebun
11 KPPDK
12
6
0
0
5
23
37.70%
12 Pelita
14
7
0
0
6
27
44.26%
13 Poli Kusuma
14
7
0
0
7
28
45.90%
14 Puspa Kencana
16
10
0
0
3
29
47.54%
15 SWA
13
7
0
0
6
26
42.62%
16 Sejahtera
10
4
0
0
6
20
32.79%
Total
201
102
0
5
98
406
665.57%
12.56
6.4
0
0.31
6.13
25.38
41.60%
Rata-Rata
Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan tahun 2003
sebesar 41,60% dihitung dari hasil pembagian antara rata-rata total skor sebesar
7
25,38 dengan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan sebesar 61 item,
kemudian dikalikan 100%.
Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 Tentang
Akuntansi Perkoperasian. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengurus koperasi
masih kurang melakukan keterbukaan informasi kepada para anggota. Padahal
dengan lebih lengkapnya pengungkapan wajib laporan keuangannya, maka akan
menunjukkan prestasi atau kinerja pengurus koperasi, terutama aspek keuangan
koperasi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilaksanakan oleh
pengurus
atau
pertanggungjawaban
pengurus
atas
sumber
daya
yang
dipercayakan kepadanya.
Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
merupakan hal yang menarik untuk dilakukan. Penelitian semacam ini akan
memberikan pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam menilai kualitas
akuntansi suatu perusahaan. Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996),
menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik
suatu perusahaan.
Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Nomor
129, tanggal 29 Nopember 2002, tentang pedoman klarifikasi koperasi,
menetapkan bahwa, terdapat beberapa karakteristik perkoperasian yang meliputi;
8
Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
(RAPB), Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi, Realisasi Anggaran Biaya
Koperasi, serta Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi.
Berdasarkan uraian tersebut di muka, menjadikan peneliti termotivasi
untuk meneliti perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang antara tahun 2004
dengan tahun 2005 beserta realisasi RK dan RAPB 2005. Dalam hal ini koperasi
yang terdiri dari KPRI dan Koperasi Karyawan (KOPKAR) yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang merupakan badan usaha yang tidak sematamata berorientasi pada laba (profit oriented), melainkan juga pada aspek manfaat
(benefit oriented). Koperasi diharapkan memiliki kemampuan dalam mengelola
berbagai informasi khususnya pengungkapan informasi akuntansi, sehingga
manajemen atau pengurus dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
seksama.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian yang mendalam dalam
bidang
perkoperasian
di
Indonesia,
terutama
mengenai
kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan. Adapun objek penelitian ini adalah KPRI
dan KOPKAR yang terdaftar di Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan KOPKAR yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan tahun
2005 beserta analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi
9
tahun 2005 . Berdasarkan fakta dan hasil penelitian di atas, maka penelitian ini
berjudul “Studi Komparatif Tentang Kelengkapan
Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM
Kabupaten Semarang Antara Tahun 2004 Dengan 2005”.
1.2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Setiap koperasi diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang telah
diperiksa secara intern oleh Badan Pengawas maupun secara ekstern oleh
Kompartemen Akuntan Publik (KAP) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah No.129 / Kep / M / KUKM / XI /
2002 tanggal 29 Nopember 2002. Pengungkapaan informasi laporan keuangan
yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku disebut pengungkapan wajib
(mandatory disclosure). Salah satu tolak ukur kualitas pengungkapan laporan
keuangan adalah luas pengungkapan yang tercermin dalam kelengkapan
pengungkapan laporan keuangannya. Kelengkapan pengungkapan wajib setiap
perusahaan berbeda-beda walaupun sudah ada peraturannya yang mengaturnya.
Perbedaan ini dapat disebabkan berbedanya karakteristik suatu perusahaan yang
berhubungan dengan structure, performance, dan market.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
KPRI dan KOPKAR pada tahun 2004 dan tahun 2005?
10
2. Apakah ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
KPRI dan KOPKAR di Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan tahun
2005?
3. Apabila terjadi perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi yang signifikan antara tahun 2004 dengan tahun 2005
tersebut, maka bagaimanakah analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan
anggaran koperasi tahun 2005?
1.3. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran dari semua pihak, maka terlebih
dahulu diberikan penegasan atas istilah - istilah yang digunakan dalam penelitian
ini.
1. Studi Komparatif
Studi Komparatif adalah suatu penelitian melalui cara dan metode
membandingkan dengan maksud untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
suatu variabel.
2. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pengungkapan wajib laporan keuangan merupakan pengungkapan
minimum tentang informasi akuntansi yang disyaratkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Sedangkan kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas
dari informasi akuntansi. Dari Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang
11
Koperasi terdapat 61 item yang minimum diungkapkan dalam laporan
keuangan.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Ingin mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
KPRI dan KOPKAR yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang
tahun 2004 dan 2005.
2. Ingin mengetahui seberapa besar perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan KPRI dan KOPKAR tahun 2004 dengan tahun 2005.
3. Ingin mengetahui realisasi terhadap rencana kegiatan dan anggaran koperasi
tahun 2005.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah wawasan peneliti mengenai
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan sekaligus mampu
mengaplikasikan teori keluasan pengungkapan laporan keuangan yang telah
diterima di dunia perkuliahan ke dalam relita yang berkembang di koperasi.
2. Bagi mahasiswa lain, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu
memberi manfaat sebagai bahan rujukan dalam menelaah kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan dan sekaligus menindaklanjuti
penelitian ini.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud dengan
Laporan Keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta segala
keterangan yang dimuat dalam lampirannya, antara lain laporan tentang sumber
dan penggunaan dana.
Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di
samping
sebagai
pertanggungjawaban
informasi,
atau
laporan
accountability,
keuangan
laporan
berperan
keuangan
juga
sebagai
dapat
menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.
(Sofyan Syafri Harahap, 2002: 7)
Laporan keuangan koperasi merupakan laporan keuangan yang disusun
untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
perusahaan secara keseluruhan sebagai pertanggungjawaban pengurus atas
pengelolaan keuangan koperasi yang terutama ditujukan kepada anggota koperasi.
Manajemen Koperasi dilakukan secara terbuka terutama untuk anggotaanggotanya. Keterbukaan, dalam hal ini, tidaklah berarti bahwa semua informasi
usaha, keuangan, organisasi, dan ketatalaksanaan koperasi dapat diungkapkan
12
13
secara bebas. Keterbukaan manajemen koperasi dititikberatkan pada pelaksanaan
fungsi pertanggungjawaban pengurus koperasi. Pengurus bertanggung-jawab dan
wajib melaporkan kepada rapat anggota segala sesuatu yang menyangkut tata
kehidupan koperasi. Aspek keuangan merupakan salah satu dari aspek-aspek yang
tercakup dalam tata kehidupan koperasi.
Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem
pelaporan
keuangan
koperasi,
juga
merupakan
bagian
dari
laporan
pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi, sehingga biasa
dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan koperasi (Sitio dan Tamba,
2001: 107).
Ditinjau dari format pelaporan, maka laporan keuangan koperasi sebagai
badan usaha, pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan yang dibuat
oleh badan usaha lain seperti badan usaha swasta dan badan usaha milik negara.
Menurut IAI dalam PSAK No. 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian paragraf 74,
laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan
Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Perbedaan yang pertama adalah bahwa perhitungan hasil usaha pada
koperasi harus dapat menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan
anggota. Alokasi pendapatan dan beban kepada anggota dan bukan anggota pada
perhitungan hasil usaha berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima oleh
14
anggota dan bukan anggota. Metode alokasi pendapatan dan beban harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Perbedaan yang kedua adalah laporan keuangan koperasi bukan
merupakan laporan keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi. Apabila terjadi
penggabungan dua atau lebih koperasi menjadi satu badan hukum koperasi, maka
dalam penggabungan tersebut perlu memperhatikan nilai aktiva bersih yang riil
dan penilaian kembali.
2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Koperasi
Menurut IAI dalam PSAK tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pemakai
dalam
pengambilan
keputusan
ekonomi
karena
secara
umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak
diwajibkan informasi non keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah
15
dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi ini
misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam
perusahaan dan keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Menurut Sitio dan Tamba (2001: 108), laporan keuangan koperasi
dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai untuk :
1. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi.
2. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama suatu periode dengan
sisa hasil usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran.
3. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban
dan kekayaan bersih, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan
anggota dan non-anggota.
4. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber
daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih, dalam suatu periode,
dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan yang nonanggota.
5. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi
likuiditas dan solvabilitas koperasi.
16
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi
Sitio dan Tamba (2001: 109 – 110) mengungkapkan karakteristik
laporan keuangan koperasi sebagai berikut:
1. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
2. Laporan keuangan koperasi meliputi neraca atau laporan posisi
keuangan, laporan sisa hasil usaha dan laporan arus kas yang
penyajiannya dilakukan secara komparatif.
3. Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani
oleh semua anggota pengurus koperasi (UU No. 25 Tahun 1992, Pasal
36 Ayat 1).
4. Laporan laba-rugi menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha
(UU No. 25 Tahun 1992, Pasal 45).
5. SHU yang berasal dari transaksi anggota maupun non-anggota
didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU
yang telah diatur dalam AD atau ART koperasi.
6. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan
konsolidasi dari koperasi-koperasi.
7. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa hasil
usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha.
17
8. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh koperasi dapat menyajikan hak
dan kewajiban anggota beserta hasil dari dan untuk anggota, di samping
yang berasal dari bukan anggota.
9. Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha kepada
anggota dan bukan anggota, berpedoman pada perbandingan manfaat
yang diterima oleh anggota dan bukan anggota.
10. Modal koperasi yang dibukukan terdiri dari simpanan-simpanan,
pinjaman-pinjaman dan penyisihan dari hasil usahanya termasuk
cadangan serta sumber-sumber lain.
11. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi
dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang
bersangkutan disebut sebagai sisa hasil usaha.
12. Keanggotaan
atau
kepemilikan
pada
koperasi
tidak
dapat
dipindahtangankan dengan dalih apapun.
2.1.3. Pengguna Laporan Keuangan Koperasi
Pihak yang membutuhkan pengungkapan informasi akuntansi
koperasi meliputi pengurus, anggota, kreditor, serta instansi pemerintah
(Sitio dan Tamba, 2001: 107) terdiri dari :
1. Pengurus
Pengurus membutuhkan informasi yang dihasilkan akuntansi
untuk menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu dalam menyusun
rencana dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah disusun.
18
2. Anggota
Anggota yang menyetorkan simpanannya di dalam suatu
koperasi bertujuan untuk memperoleh manfaat tertentu yang diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Oleh karena itu sebelum
menjadi anggota, seorang anggota koperasi perlu mengevaluasi kondisi
koperasi dengan jalan mempelajari laporan keuangan tersebut.
3. Kreditur
Kreditur berkepentingan dengan laporan keuangan koperasi
untuk menentukan kelayakan pemberian kredit pada koperasi. Apakah
koperasi yang diberi kredit akan mampu mengembalikan utangutangnya atau tidak.
4. Instansi Pemerintah
Instansi Pemerintah, baik Departemen Koperasi maupun
Departemen Keuangan berkepentingan terhadap laporan keuangan
koperasi. Departemen Koperasi membutuhkan laporan keuangan
koperasi suatu koperasi sebagai ukuran untuk mengambil langkahlangkah yang tepat dalam usaha membina koperasi. Sedangkan
Departemen Keuangan membutuhkan informasi dari laporan keuangan
koperasi untuk menentukan besarnya beban pajak penghasilan yang
harus dibayarkan.
19
2.1.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Koperasi
Karakteristik merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif
laporan keuangan koperasi meliputi; relevance, reliability, verifiability,
dan completeness (Sofyan Syafri Harahap, 2001: 141 – 142). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Relevance.
Informasi disebut relevan apabila informasi itu mampu dan
berguna dalam mempengaruhi keputusan manajer dengan mengubah
atau yang menguatkan pengharapannya tentang hasil dan akibat
tindakan atas kejadiannya.
2. Reliability
Reliability menyangkut kualitas yang menyebabkan pemakai
data bergantung pada kepercayaan dalam menyajikan informasi
tentang suatu kejadian. Untuk meningkatkan reliability maka
laporan keuangan harus dapat diperiksa (verifiability).
3. Verifiability
Verifiability merupakan suatu sarana yang dapat memberikan
kesempatan kepada pihak tertentu yang bekerja secara terpisah
antara satu dengan yang lain untuk mengembangkan ukuran-ukuran
yang sama atas bukti, data, dan catatan yang sama.
20
4. Completeness
Completeness menjelaskan kelengkapan dan kesesuaian
antara data akuntansi dan kejadian yang dimaksud untuk dapat
disajikan. Laporan keuangan harus bersifat neutrality yang berarti
bahwa akuntansi bebas dari bias (prasangka yang tidak berdasar)
dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan.
2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan Koperasi
Laporan keuangan sebagai hasil dari proses kegiatan akuntansi
memiliki beberapa keterbatasan. Menurut PAI sifat dan keterbatasan
laporan keuangan adalah :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasinya dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian
pula, penerapan standar akuntansi terhadap suatu fakta atau pos
tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan
pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.
21
5. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan
yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya
dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva
yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). (Substance over
Form).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah
teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis
dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.2 Standar Akuntansi Keuangan Koperasi
Standar akuntansi dapat dikatakan sebagai pedoman umum penyusunan
laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi
tertentu, yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam
lingkungan tertentu, berisi tentang definisi, pengukuran atau penilaian, pengakuan
22
dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Oleh karena standar akuntansi
merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang, maka
standar akuntansi adalah bagian dari prinsip akuntansi berterima umum. Standar
akuntansi memberikan aturan-aturan umum yang bersifat praktis untuk membantu
pekerjaan akuntan (Ghozali dan Chariri, 2003:122)
Kaitannya dengan akuntansi perkoperasian, standar akuntansi keuangan
merupakan prosedur, metode dan teknik akuntansi yang mengatur proses
penyusunan laporan keuangan koperasi sebagai laporan pertanggungjawaban
pengurus terhadap anggota koperasi. Komponen-komponen dalam standar
akuntansi keuangan koperasi meliputi :
1. Penyusunan Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan.
Menurut Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, yang dimaksud
dengan Laporan Keuangan adalah neraca dan perhitungan rugi-laba serta
segala keterangan yang dimuat dalam lampirannya, antara lain laporan
tentang sumber dan penggunaan dana. Laporan keuangan koperasi
merupakan laporan keuangan yang disusun untuk dapat menggambarkan
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas perusahaan secara keseluruhan
sebagai pertanggungjawaban pengurus atas pengelolaan keuangan
koperasi yang terutama ditujukan kepada anggota koperasi.
23
b. Pengakuan,
Pengukuran,
Penyajian
Dan
Pengungkapan
Laporan
Keuangan.
Laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil
Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disajikan secara
komparatif untuk dua periode akuntansi terakhir.
Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan
ekuitas koperasi pada waktu tertentu (par.75).
Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota
dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota (par. 76).
Perhitungan
hasil
usaha
menyajikan
informasi
mengenai
pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama
periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang
disebut sisa hasi usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil
usaha dengan anggota dan dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota.
Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha
koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi
lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota (par.77).
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas
yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas,
dan saldo akhir kas pada periode tertentu (par.78).
24
Laporan
promosi
ekonomi
anggota
adalah
laporan
yang
memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi
selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur yaitu;
manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama,
manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama, manfaat
ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, manfaat ekonomi dalam
bentuk pembagian sisa hasil usaha (par.80).
Catatan atas laporan keuangan disusun dengan maksud untuk
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi yang
penting untuk digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan,
rincian dan penjelasan masing-masing pos laporan keuangan serta
informasi tambahan lainnya yang diperlukan untuk memberikan
penjelasan lebih lanjut atas laporan keuangan tertentu (par.83).
2. Aktiva.
a. Pengertian Aktiva.
Menurut Financial Accounting Standards Board / FASB (1980)
dalam Ghozali dan Chariri (2003: 139), aktiva adalah manfaat ekonomi
yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat atau peristiwa masa
lalu. Ghozali dan Chariri (2003: 139) menerangkan bahwa sesuatu
dianggap sebagai aktiva apabila memiliki manfaat / potensi jasa yang
25
cukup pasti di masa mendatang dan diharapkan dapat memberikan aliran
kas masuk (net cash inflow) bagi koperasi.
b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Aktiva.
Penyajian aktiva pada neraca, digolongkan menjadi aktiva lancar,
investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Aktiva yang
diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya dan tidak dapat
dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai aktiva lain-lain.
Sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan (par.63).
Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik
koperasi, tidak diakui sebagai aktiva, dan harus dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan (par.65). Hal yang mendasari pencatatan aktiva
adalah ketika perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva tersebut dari
pihak lain. Tujuan dari akuntansi adalah memberikan dasar bagi kriteria
pengakuan, yaitu menyediakan informasi yang relevan dan reliable.
Sebagai imbalan dari pemberian aktiva bukanlah uang, akan tetapi nilai
yang dipakai berupa harga pasar barang yang diserahkan.
3. Kewajiban
a. Pengertian Kewajiban
Menurut IAI dalam Ghozali dan Chariri (2003: 157) kewajiban
merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
26
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Definisi tersebut mengandung pemahaman bahwa kewajiban
memiliki dua unsur utama yaitu adanya kewajiban sekarang dalam bentuk
pengorbanan manfaat ekonomi di masa mendatang sebagai akibat dari
penyerahan barang atau jasa dan transaksi yang terjadi pada masa lalu.
b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban.
Kewajiban dalam koperasi yang berupa simpanan anggota yang
tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui sebagai kewajiban jangka
pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya dan
dicatat sebesar nilai nominalnya (par.61).
Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban
kepada anggota dan bukan angota. Kewajiban yang timbul dari angota
disajikan secara terpisah sebagai hutang kepada anggota. Sebaliknya,
kewajiban yang timbul dari transaksi dengan bukan anggota disajikan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam standar akuntansi
keuangan.
Menurut APB Statement No.4 serta SFAC No.5 dalam Sofyan
Syafri Harahap (2002: 73) kewajiban dinilai sebesar kejadian dalam
transaksi, biasanya jumlah nominal yang akan dibayar di masa yang akan
datang didiskontokan (dinilai berdasarkan present value untuk kewajiban
jangka panjang), sejumlah nilai pertukaran dan nilai nominal.
27
4. Pendapatan Dan Beban
a. Pengertian Pendapatan Dan Beban
1) Pendapatan
Menurut IAI dalam PSAK No. 23 Tentang Pendapatan,
dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
2) Beban
Menurut IAI dalam PSAK (2002: 18) dijelaskan bahwa beban
adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban berkaitan dengan pendapatan dalam suatu periode
tertentu. Beban usaha merupakan sejumlah uang atau aktiva lainnya
yang dikeluarkan oleh koperasi untuk kegiatan operasionalnya. Beban
usaha terdiri dari beban penjualan serta beban administrasi dan umum.
Adapun beban perkoperasian adalah beban yang dikeluarkan
untuk meningkatkan sumber daya anggota baik secara khusus maupun
sumber
daya
koperasi
secara
nasional
dalam
upaya
untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota (par.73). Bentuk beban dalam
28
perkoperasian
dapat
berupa
beban
pelatihan
anggota,
beban
pengembangan usaha anggota, dan beban iuran untuk gerakan
koperasi. Oleh karena itu, beban usaha dan beban-beban perkoperasian
harus disajikan terpisah dalam perhitungan hasil usaha (par.72).
b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan Dan
Beban
1) Pendapatan
Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan
anggota diakui sebesar partisipasi bruto (par.67).
Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan nonanggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah
dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar
nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok pokok
transaksi dengan non-anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor
dengan non-anggota (par. 69).
Pendapatan diukur sebesar nilai tukar produk atau jasa yang
akan diterima. Pendapatan atau transaksi yang terjadi dengan pihak
ketiga, diukur sebesar nilai wajar penjualan yang menggambarkan
nilai kas sekarang. Nilai kas sekarang adalah nilai kas yang sebenarnya
diterima atau akan diterima atau harga pasar yang berlaku pada saat
transaksi dikurangi dengan potongan tunai, diskonto dagang (rabat),
volume yang diperbolehkan dari jumlah yang difakturkan dan
29
dikurangi dengan penyisihan untuk mengantisipasi kerugian. Oleh
karena itu, pendapatan diukur pada saat adanya kepastian dari jumlah
yang akan diterima.
2) Beban
Beban dapat diakui dalam laporan perhitungan hasil usaha
pada saat terjadinya yaitu sebesar kas yang dikeluarkan atau sebesar
harga barang dan atau jasa yang dikonsumsi. Beban yang disajikan
dalam laporan perhitungan hasil usaha berupa beban pokok koperasi
maupun beban yang bukan merupakan usaha pokok koperasi. Beban
usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam
laporan perhitungan hasil usaha (par.72).
Standar Akuntansi Keuangan menerangkan bahwa, beban
pokok koperasi yang timbul sehubungan dengan transaksi penjualan
produk atau jasa kepada anggota disajikan secara terpisah pada
perhitungan hasil usaha koperasi. Dengan demikian dapat diperoleh
informasi tentang hasil usaha kotor dari transaksi dengan anggota.
Penyajian harga pokok penjualan mengacu pada Standar Akuntansi
Keuangan selain koperasi. Hal ini mengacu pada pernyataan paragraf
12 yaitu “Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi transaksi yang
timbul dari hubungan koperasi dengan non-anggota. Transaksi tersebut
diperlakukan sama dengan transaksi yang terjadi pada badan usaha
lainnya”.
30
5. Ekuitas
a. Pengertian Ekuitas
Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan,
modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi (par. 36).
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat menjadi
anggota. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak
harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu (par.39).
Simpanan pokok dan simpanan wajib berfungsi sebagai penutup
risiko dan karena itu tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota (par. 40).
Modal sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang
dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat
hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibaikan kepada
anggota selama koperasi belum dibubarkan (par. 26).
Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang
dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk
menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan
usaha koperasi (par. 27).
31
Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota
(par.28). Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara lain untuk
pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi.
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi
netto dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota, ditambah atau
dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian
dan pajak penghasilan badan koperasi (par.33).
b. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas.
Simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang
memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan
wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya
(par.37).
Simpanan wajib yang terkait dengan pinjaman anggota dan jenis
simpanan wajib lain yang dalam praktiknya justru dapat diambil setelah
pinjaman yang bersangkutan lunas atau pada waktu-waktu tertentu, tidak
dapat diakui sebagai ekuitas. Walaupun simpanan pokok dan simpanan
wajib dapat diambil kembali jika yang bersangkutan keluar dari anggota
koperasi, namun diasumsikan bahwa anggota koperasi akan tetap menjadi
anggota dalam waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian simpanan
pokok dan simpanan wajib tersebut bersifat permanen (par.41). Simpanan
32
pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan sebagai piutang
simpanan pokok dan simpanan wajib (par. 42).
Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan
dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam
angsuran dasar atau ketentuan lain. Penyajian nilai simpanan pokok dan
simpanan wajib di neraca adalah dengan menyajikan nilai nominal
simpanan pokok dan simpanan wajib. Jumlah simpanan pokok dan
simpanan wajib yang belum diterima dari anggota disajikan sebagai
piutang simpanan pokok dan simpanan wajib (par. 43). Kelebihan setoran
simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru di atas nilai nominal
simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai
Modal Penyertaan Partisipasi Anggota (par. 44). Apabila koperasi juga
menetapkan simpanan lain selain simpanan pokok dan simpanan wajib
sebagai ekuitas, maka bila terdapat penyetoran lebih dari nilai nominal
simpanan oleh anggota baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai
modal penyertaan partisipasi anggota (par.46).
Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar
jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain
uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar
yang berlaku pada saat diterima (par.47).
Modal penyertaan ikut menutup risiko kerugian dan memiliki sifat
relatif permanen, dan imbalan atas pemodal didasarkan atas hasil usaha
33
yang diperoleh. Oleh karena itu, modal penyertaan tersebut diakui sebagai
ekuitas (par. 48). Modal penyertaan dicatat dengan nilai nominal, dan
dalam hal modal penyertaan diterima dalam bentuk selain uang tunai,
maka modal penyertaan tersebut dicatat sebesar nilai pasar yang berlaku
pada saat diterima. Apabila nilai pasar tidak tersedia dapat digunakan nilai
taksiran. Penjelasan yang cukup harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan atas penilaian yang dilakukan (par.49). ketentuan
mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut pembagian
keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka waktu, dan
hak-hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan
(par.50).
Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat
menutup risiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal
sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai
kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan (par. 51). Oleh karena koperasi mengemban misi nasional untuk
menggerakkan ekonomi rakyat dan menjadi soko guru perekonomian
nasional, maka dimungkinkan koperasi memperoleh sumbangan dari
pemerintah dan pihak lain. Sumbangan tersebut dapat diakui sebagai
ekuitas jika dapat menanggung risiko atas kerugian (par. 52).
Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan (par.54). Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara
34
lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan
pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi.
Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha dicatat dalam akun
Cadangan. Tujuan penggunaan cadanagan tersebut harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan (par.55).
Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa
hasil telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak
koperasi
diakui
sebagai
kewajiban.
Apabila
jenis
dan
jumlah
pembagiannya belum diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut
dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan (par.58).
Pembagian sisa hasil usaha tersebut harus dilakukan pada akhir
periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi
diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan
karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam
anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat
anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha
belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan
(par.60).
35
2.3. Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas. Menurut Imhoff dalam Na’im
dan Rakhman (200), kualitas tampak sebagai atribut-atribut yang penting dari
suatu informasi akuntansi, banyak penelitian yang mengemukakan bahwa kualitas
pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai manfaat potensial dari
isi suatu laporan keuangan tahunan.
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa
laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat, karena apabila
tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai (Chariri
dan Ghozali, 2003: 235).
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut
harus lengkap, jelas, dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadiankejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai
laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa
banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian
pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.
36
Menurut Belkaouli (2000: 219) tujuan pengungkapan antara lain :
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui
serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut.
2. Untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan
yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan
return-nya.
3. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan aliran kas
keluar di masa mendatang.
Kelengkapan dan keterbukaan pengungkapan laporan keuangan sangat
penting karena laporan keuangan merupakan sumber utama informasi keuangan
yang disampaikan oleh manajemen (pengurus). Menurut Chariri dan Ghozali
(2003: 247) pengungkapan (disclosure) dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi
yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter (IAI
dalam PSAK).
2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan informasi yang tidak diwajibkan
oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku, tetapi diungkapkan oleh
perusahaan yang Go Public (emiten) karena dianggap relevan dengan
kebutuhan pemakai tahunan.
37
Chariri dan Ghozali (2003: 235) mengemukakan ada tiga konsep
mengenai luas pengungkapan laporan keuangan, yaitu :
a. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure)
Pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang
harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.
b. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure)
Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat
memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai
laporan keuangan.
c. Pengungkapan yang lengkap (full disclosure)
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi (IAI dalam PSAK tentang kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, par. 38). Pengungkapan yang
lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan.
Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai
penyajian informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa dikatakan layak
(Hendriksen dan Breda dalam Chariri dan Ghozali, 2003 : 235). Apabila
dalam laporan keuangan terdapat terlalu banyak informasi, maka akan
membahayakan, karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan
38
mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan
tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, pengungkapan yang tepat mengenai
informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan koperasi,
hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap.
Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa banyak butir laporan
keuangan material yang diungkapkan oleh koperasi. Jadi tingkat
pengungkapan
laporan
keuangan
ditunjukkan
dengan
keluasan
pengungkapan butir-butir yang disyaratkan oleh regulasi yang berlaku. Di
Indonesia, butir-butir laporan keuangan yang wajib diungkapkan oleh
koperasi ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 Tahun 1999 tentang akuntansi
perkoperasian yang berisi pedoman penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan koperasi.
Untuk mengukur keluasan kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
indeks Wallace =
n
x 100% (Nugraheni dkk, 2002:80)
k
Dimana, n : jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan
k : jumlah butir yang seharusnya diungkap
39
Pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini terbatas pada
pengungkapan wajib dalam laporan keuangan koperasi, dengan asumsi apabila
suatu transaksi tidak dapat dikategorikan sebagai bagian dari laporan keuangan
utama, maka transaksi tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain, seperti
melalui catatan atas laporan keuangan, informasi sisipan, media pelaporan lain
serta informasi lainnya.
Kriteria kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan keuangan
koperasi yang ditetapkan oleh IAI dalam PSAK No. 27 tentang akuntansi
perkoperasian, meliputi :
a. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada waktu tertentu (PSAK No.27, par.75).
Untuk mempermudah penyajian aktiva dalam neraca, maka aktiva
dikelompokkan menjadi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap,
dan aktiva lain-lain.
Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota
dan bukan anggota, kewajiban sehubungan dengan simpanan dari anggota
yang bersifat sukarela (menurut UU No. 25 tahun 1992, simpanan semacam
ini dikelompokkan dalam permodalan koperasi), kewajiban kepada koperasi
lain atau anggota sehubungan dengan program pemerintah di bidang
pengadaan dan penyaluran komoditi merupakan bagian dari harga pertukaran
yang menjadi hak koperasi lain atau anggota tersebut.
40
Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama
dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal
sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi (PSAK No. 27, par.
36).
b. Perhitungan Hasil Usaha
Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 pasal 45, menyebutkan bahwa:
1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing
anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan
laba atau rugi kotor dengan non-anggota (PSAK No. 27, par.76). Perhitungan
hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban
usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil
usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha
41
yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor
dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat
manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha
atau laba, tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.
Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui
sebesar partisipasi bruto (PSAK No. 27, par. 67), sedangkan pendapatan
koperasi yang berasal dari transaksi dengan non-anggota diakui sebagai
pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam
laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara
pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai
laba rugi kotor dengan non-anggota (PSAK No. 27, par. 69).
Beban pada koperasi berbeda dengan beban yang ada di badan usaha
lain. Beban pada koperasi berupa beban pokok kepada anggota, beban pokok
penjualan kepada non-anggota, beban operasi yang terdiri dari beban usaha
dan beban perkoperasian serta beban-beban lain. Beban usaha dan bebanbeban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil
usaha (PSAK No. 27, par.72).
c. Laporan Arus Kas
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Setara
kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan (PSAK No.1, par. 05).
42
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, dan saldo akhir kas pada
periode tertentu (PSAK No. 27, par. 78).
Penyajian laporan arus kas terdiri dari tiga kategori, yaitu kas yang
berasal dari / digunakan untuk kegiatan operasional, kas yang berasal dari /
digunakan untuk kegiatan investasi, kas yang berasal dari / digunakan untuk
kegiatan pembiayaan (Sofyan Syafri Harahap, 2002: 93 – 94).
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivtas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas
investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal
dan pinjaman perusahaan (PSAK No.1, par. 05).
Tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi
yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu
para pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memasukkan kas di masa yang akan datang, menilai kemampuan
perusahaan untuk menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan
dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas, serta menilai pengaruh
investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap
43
posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu (Sofyan Syafri
Harahap, 2001: 243 – 244).
d. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Menurut IAI dalam PSAK No. 27 (par.80), laporan promosi ekonomi
anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang
diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.
Laporan promosi ekonomi anggota mencakup empat unsur, yaitu:
1) Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
2) Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.
3) Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
4) Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama satu tahun
berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan
manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha
tahun berjalan. Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan
jenis koperasi dan usaha yang dijalankannya (PSAK No. 27, par. 81).
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAK No. 27 (par.83) menyatakan bahwa catatan atas laporan
keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat:
1) Perlakuan akuntansi, antara lain mengenai:
a) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
44
b) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan,
piutang, dan sebagainya.
c) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota.
2) Pengungkapan informasi lain, antara lain:
a) Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang
tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun
dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi.
b) Aktivitas
koperasi
dalam
pengembangan
sumber
daya
dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan
perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota
dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.
c) Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi
dengan anggota dan non-anggota.
d) Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari transaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
e) Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang diperoleh
atas dasar hibah atau sumbangan.
f) Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.
g) Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham
dari perusahaan swasta.
h) Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan.
i) Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.
45
j) Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting
yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan.
2.4 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran
Koperasi Tahun 2005
Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya
kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil
Menengah Nomor 129, tanggal 29 Nopember 2002, tentang pedoman klarifikasi
koperasi, terdapat beberapa prinsip dan faktor karakteristik perkoperasian yang
meliputi:
1.
Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi (RAPB). Ketentuannya adalah RK dan RAPB dalam tahun berjalan
disahkan oleh Rapat Anggota dan dilaksanakan.
2. Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan
antara Realisasi Anggaran Pendapatan dengan Rencana.
3. Realisasi Anggaran Biaya Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan antara
Realisasi Anggaran Biaya dengan Rencana.
46
4. Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi. Ketentuannya adalah perbandingan
antara Realisasi Hasil Usaha dengan Rencana.
Pasal 21 UU No. 25 tentang Perkoperasian menerangkan bahwa perangkat
organisasi koperasi terdiri dari; Rapat Anggota, pengurus, dan pengawas.
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam
Anggaran Dasar (pasal 22).
Pengurus adalah perangkat organisasi yang mempunyai kedudukan
strategis dalam manajemen koperasi dan bertanggung-jawab dalam menjalankan
organisasi dan usaha koperasi sesuai mandat yang diberikan oleh Rapat Anggota.
Sesuai dengan pasal 23, Rapat Anggota menetapkan tentang:
a. Anggaran Dasar;
b. kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha Koperasi;
c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;
d. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
e. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
f. pembagian sisa hasil usaha;
g. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
47
Sesuai dengan pasal 30 ayat (1), Tugas pengurus koperasi antara lain:
a. mengelola koperasi dan usahanya;
b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran
pendapatan dan belanja koperasi;
c. menyelenggarakan Rapat Anggota;
d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
Setelah tahun buku koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
diselenggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan
yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
b. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
2.5. Kerangka Berpikir
Secara umum tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Agar hal tersebut dapat dicapai, maka diperlukan suatu
pengungkapan yang jelas mengenai data akuntansi dan informasi lain yang
48
relevan (Chariri dan Ghozali, 2003: 235). Kelengkapan dan keterbukaan
pengungkapan laporan keuangan sangat penting karena laporan keuangan
merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajemen
kepada
pihak
intern
dan
ekstern
koperasi
serta
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban pengurus guna pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian
yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut
bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan
kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya
yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik
penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
Kriteria penyajian kelengkapan pengungkapan wajib dalam laporan
keuangan koperasi yang ditetapkan oleh IAI dalam PSAK No. 27 tentang
akuntansi perkoperasian, meliputi; neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus
kas, laporan promosi ekonomi anggota, serta catatan atas laporan keuangan.
Imhoff (1992) dalam Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya
kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Dalam hal ini
karakteristik koperasi berupa Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran
49
Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB), Realisasi Anggaran Pendapatan
Koperasi, Realisasi Anggaran Biaya Koperasi, serta Realisasi Sisa Hasil Usaha
Koperasi.
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) merupakan
bentuk perikatan koperasi, yang menjadi pedoman bagi semua pihak yang terkait
dengan koperasi, baik dalam pengelolaan tata kehidupan organisasi maupun
usaha (Sitio dan Tamba, 2001: 52-53).
Menurut Oliver Williamson dalam Sitio dan Tamba (2001: 77), tujuan
perusahaan
adalah
untuk
memaksimumkan
penggunaan
manajemen
(maximization of management utility). Maksudnya, sebagai akibat dari pemisahan
manajemen dengan pemilik perusahaan, para manajer lebih tertarik untuk
memaksimumkan penggunaan manajemen yang diukur dengan kompensasi
seperti gaji, tunjangan tambahan, dan sebagainya.
Herbert Simon dalam Sitio dan Tamba (2001: 77) menerangkan bahwa
tujuan perusahaan adalah untuk memuaskan sesuatu dengan bekerja keras, yang
berarti jika manajer tidak mampu memaksimumkan keuntungan tetapi hanya
mampu untuk memuaskan beberapa tujuan yang berkaitan dengan penjualan
(sales), pertumbuhan (growth), pangsa pasar (market share) dan sebagainya.
Teori Williamson dan Simon tersebut di atas dapat dijadikan acuan para
manajer maupun pengelola koperasi. Di satu sisi, koperasi harus memuaskan
anggotanya sebagai pemilik perusahaan di mana koperasi dituntut harus mampu
menghasilkan keuntungan atau sisa hasil usaha, namun di sisi lain, koperasi harus
50
dapat memberi pelayanan yang memuaskan kepada konsumen (anggota dan
masyarakat sekitar) secara optimal.
Menurut Sitio dan Tamba (2001: 75), tujuan lain dari suatu badan usaha
adalah menyangkut efisiensi atau lebih dikenal dengan meminimumkan biaya.
Sitio dan Tamba (2001: 87) menyatakan bahwa terdapat hubungan linear antara
transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin
besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin
besar SHU yang akan diterima. Semakin tinggi perolehan SHU, maka
kesejahteraan anggota juga semakin meningkat.
Kerangka berpikir atau teoritis dalam penelitian berfungsi sebagai
pedoman yang memperjelas jalan, arah, dan tujuan penelitian. Berdasarkan
pembahasan landasan teori di muka, maka kerangka berpikirnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
UU RI No. 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian
PSAK No. 27 Tahun 1999
Tentang Perkoperasian
Laporan RAT
Stewardship
Karakteristik Koperasi:
1.RK dan RAPB 2005
2.Realisasi Anggaran Pendapatan.
3.Realisasi Anggaran Biaya.
4.Realisasi SHU Koperasi
Kelengkapan
Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan
Koperasi 2004
Kelengkapan
Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan
Koperasi 2005
51
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya
(Margono, 2002: 67 – 68). Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yaitu
hipotesis kerja (HA) dan hipotesis nol (H0). Hipotesis kerja menunjukkan adanya
perbedaan antara dua variabel dan hipotesis nol menunjukkan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel.
Dari landasan teori tersebut di muka, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
“ Ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan KPRI dan
Koperasi Karyawan yang terdaftar di Kabupaten Semarang antara tahun 2004
dengan tahun 2005.”
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2002: 118). Lokasi penelitian ini
adalah di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Semarang. Sehingga populasi dari
penelitian ini adalah Laporan KPRI dan Koperasi Karyawan di Kabupaten
Semarang tahun 2004 dan 2005 yang berjumlah 48 (empat puluh delapan)
koperasi.
3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan
menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya
(Sugiarto, 2001:2). Oleh karena penelitian ini hanya meneliti koperasi yang
menyerahkan laporan RAT ke Dinas Koperasi dan UKM Kab. Semarang, maka
penelitian ini menggunakan metode sampling bersyarat (conditional sampling).
Conditional sampling dikenakan hanya pada sebagian populasi (Marzuki,
2002:45).
Jumlah seluruh Laporan Rapat Anggota Tahunan tahun 2004 dan 2005
KPRI dan Koperasi Karyawan yang terdapat pada Dinkop dan UKM Kab.
52
53
Semarang berjumlah 16 (enam belas) buah, yang terdiri dari 7 (tujuh) KPRI dan 9
(sembilan) Koperasi Karyawan.
Adapun daftar 16 (enam belas) KPRI dan Koperasi Karyawan di
Kabupaten Semarang, yaitu:
Tabel 3.1 Daftar Koperasi di Kabupaten Semarang
NO
NAMA KOPERASI
INSTANSI
JENIS
1
2
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dinas Pendidikan Kec. Banyubiru
Kantor Sekretariat Daerah Kab. Semarang
KPRI
KPRI
3
Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Prop. Jateng
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jawa Tengah
KPRI
4
5
6
7
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
KPRI
KPRI
Kopkar
Kopkar
8
Karya Makmur
Dinas Pendidikan Kec. Pringapus
Dinas Pendidikan Kec. Bergas
PT. Kanasritex
PT. Kedaung Medan Ind. Dan PT. Supreme
Indo American Kab. Semarang
Dinas Pendidikan Kec. Bawen
9
Kendali Harta
Kopkar
10
Kop. Kebun Pegawai Dinas
Perkebunan Prop. Jateng
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Jawa
Tengah
Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah
Koperasi Pengayoman
Lembaga Permasyarakatan Ambarawa
Pegawai Departemen
Kehakiman Lapas Ambarawa
(KPPDK)
12
Pelita
PLN UPT Ungaran
13
Poli Kusuma
PT. Poliplas Indah Sejahtera Ungaran
14
Puspa Kencana
PT, Golden Flower Ungaran
15
Santi Warga Abhipraya
Perusda Perkebunan Tlogo Kec. Tuntang
16
Sejahtera
Dinas Pendidikan Kec. Tengaran
Sumber: Dinkop dan UKM Kab. Semarang
Kopkar
11
KPRI
Kopkar
Kopkar
Kopkar
Kopkar
Kopkar
KPRI
3.3.Variabel Penelitian
Variabel adalah karakter yang akan diobservasi dari unit yang diamati
(Sugiarto, 2001:13). Sedangkan Sutrisno Hadi berpendapat bahwa variabel adalah
54
semua keadaan, faktor kondisi atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian yang dibagi ke dalam dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Dalam penelitian ini pada dasarnya membandingkan antara variabel yang
sejenis.
Variabel dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan koperasi di Kab. Semarang antara tahun 2004 dengan 2005
yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
1. Neraca yang meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap,
aktiva lain-lain, kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas.
2. Perhitungan hasil usaha yang meliputi partisipasi anggota, pendapatan dari
non-anggota, dan beban operasi.
3. Laporan arus kas yang meliputi arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari
aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan.
4. Laporan promosi ekonomi anggota yang meliputi manfaat ekonomi dari
pembelian / pengadaan jasa bersama, manfaat ekonomi dari pemasaran dan
pengelolaan bersama, manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi,
dan manfaat ekonomi dalam bentuk SHU.
5. Catatan
atas
laporan
keuangan
pengungkapan informasi lainnya.
meliputi
perlakuan
akuntansi,
dan
55
3.4.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Observasi
Metode observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki,
2002: 58). Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi secara
langsung laporan RAT KPRI dan Koperasi Karyawan melalui Dinas
Koperasi dan UKM Kab. Semarang. Pengertian observasi yang lebih sempit
ini mengamati (watching) dan mencatat kelengkapan laporan keuangan
untuk digunakan dalam tingkat penafsiran analisis tanpa melakukan
manipulasi atau pengendalian.
Observasi dalam penelitian ini yaitu kegiatan dan pencatatan data
secara tertulis terhadap kondisi riil laporan keuangan KPRI dan kopkar yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2003 – 2005. Metode
ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan koperasi KPRI dan kopkar yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang dengan menggunakan tabulasi penilaian skor
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan yang ditentukan.
Penggunaan metode observasi berdasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut; a) Dapat terhindar dari data semu, b) Memperoleh
pengalaman secara langsung, c) Memberi kemungkinan bagi peneliti
mengamati secara langsung, d) Peneliti dapat membatasi berbagai
56
permasalahan yang terjadi. Adapun data yang diobservasi dalam penelitian
ini meliputi; neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan
promosi ekonomi anggota, serta catatan atas laporan keuangan.
3.4.2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi dimaksudkan
untuk melengkapi data dari observasi.
Pertimbangan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah
karena dokumentasi merupakan sumber data stabil, menunjukkan suatu
fakta dan mudah didapatkan. Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu
laporan RAT tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 koperasi yang terdaftar
di Dinkop dan UKM Kab. Semarang.
3.4.3. Interview
Interview dilakukan kepada manajer/pengelola, dan pengurus
koperasi
untuk
memperoleh
informasi
tambahan
dalam
rangka
pengumpulan data penelitian, yang meliputi kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan koperasi, kondisi koperasi dan sebagainya.
3.5. Metode Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari tiga tujuan, yaitu:
1. Ingin mengetahui seberapa besar kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan KPRI dan kopkar yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
57
Semarang tahun 2004 dan 2005. Dalam upaya untuk mengukur keluasan
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan dapat digunakan rumus
deskriptif persentase sebagai berikut:
Indeks Wallace =
n
x 100% (Nugraheni dkk, 2002:80)
k
Dimana, n : jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan
k : jumlah butir yang seharusnya diungkap
2. Tujuan penelitian kedua adalah ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan mengenai kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
KPRI dan kopkar yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang antara
tahun 2004 dengan tahun 2005.
Penelitian ini menguji perbedaan rerata dari dua nilai yang dimiliki
oleh subyek yang sama, yaitu kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi tahun 2004 dengan 2005. Sesuai dengan pola eksperimen
non independent sample atau disebut dengan sample tidak terpisah, maka
analisis ini menggunakan rumus uji t-tes. Untuk menganalisa t-tes tersebut
dapat digunakan dua metode yaitu short method dan long method. Apabila
menggunakan long method, maka harus terlebih dahulu mencari koefisien
korelasi. Sedangkan dengan menggunakan short method dapat langsung
diperoleh tanpa memperhitungkan koefisien korelasi.
Penelitian ini menggunakan short method, dengan pertimbangan
sebagai berikut:
58
a. Penyelesaian dengan short method lebih cepat, sederhana dan praktis.
b. Hasil penyelesaian dengan short method tidak berbeda dengan hasil yang
diperoleh dengan long method.
Adapun langkah-langkah untuk analisis t-tes adalah sebagai berikut:
a. Mencari rerata skor kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi tahun 2004.
b. Mencari rerata skor kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi tahun 2005.
c. Menghitung perbedaan rerata dengan uji-t yang rumusnya adalah sebagai
berikut :
D
t=
(∑ D )
−
2
∑D
2
N
N ( N − 1)
dimana:
t = harga t hitung
D = (difference), perbedaan antara skor tahun 2004 dengan skor tahun
2005 untuk setiap koperasi
D = rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D )
D 2 = kuadrat dari D
N = banyaknya subyek penelitian
(Arikunto,2003: 508-509)
59
Setelah nilai t hitung diperoleh kemudian menentukan taraf signifikansi
dengan prosedur sebagai berikut:
a. Mencatat besarnya nilai t hitung.
b. Mencatat derajat kebebasan, yaitu jumlah subyek dikurangi 1 (n-1).
c. Menentukan taraf signifikan sebesar 5%.
d. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai dalam tabel distribusi.
e. Apabila nilai t hitung sama atau lebih besar dengan nilai t dalam tabel,
berarti nilai t signifikansi dan hipotesis nol ditolak. Sebaliknya jika nilai t
hitung lebih kecil dari nilai t tabel, maka nilai t hitung tidak signifikansi
yang berarti hipotesis nol diterima.
3.
Tujuan penelitian yang ketiga adalah ingin mengetahui analisis realisasi
terhadap rencana kegiatan dan rencana anggaran koperasi tahun 2005. Adapun
prosedur analisanya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi laporan RAT KPRI dan kopkar yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2004 dan 2005.
b. Menganalisa faktor Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB).
c. Menganalisa faktor Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi.
d. Menganalisa faktor Realisasi Anggaran Biaya Koperasi.
e. Menganalisa faktor Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Koperasi di Kab. Semarang
Koperasi yang menjadi objek penelitian ini terdiri dari Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) dan koperasi karyawan yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang. KPRI yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang
berjumlah 7 koperasi yang terdiri dari 5 KPRI dari dinas pendidikan, dan 2 KPRI
dari dinas pemerintah. Selanjutnya, koperasi karyawan berjumlah 9 koperasi,
dengan rincian 4 koperasi dari dinas pemerintah, dan 5 koperasi dari perusahaan
swasta.
4.1.1.1 Perangkat Organisasi Koperasi di Kab. Semarang
Suatu badan usaha dibentuk melalui organisasi yang merupakan suatu
kerja sama yang berhubungan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab,
antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam upaya mencapai tujuan
tertentu. Oleh sebab itu diperlukan susunan organisasi yang jelas. Menurut UU
No. 25 tahun 1992, perangkat organisasi koperasi terdiri dari; Rapat Anggota
(RA), pengurus, dan pengawas.
60
61
a. Rapat Anggota (RA)
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi. Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur
dalam anggaran dasar. Rapat anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam 1
(satu) tahun. Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban
pengurus diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku
lampau. Pelaksanaan rapat anggota koperasi yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pelaksanaan Rapat Anggota Koperasi yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang
No.
Nama Koperasi
1 Bina Eka Karsa
2 Bina Sejahtera
3 Dispertan Prop. Jateng
4 Dwija Makmur
5 Dwija Mulya
6 Kanasritex
7 Kanigara
8 Karya Makmur
9 Kendali Harta
10 Kop. Kebun Prop. Jateng
11 KPPDK Lapas Ambarawa
12 Pelita
13 Poli Kusuma
14 Puspa Kencana
15 Santi Warga Abhipraya
16 Sejahtera
Waktu RAT
2004
2005
7-Apr-05
22-Feb-06
8-Feb-05
28-Mar-06
3-Mar-05
7-Mar-06
12-Feb-05 27-Feb-06
8-Feb-05
6-Feb-06
6-Mar-05
26-Feb-06
20-Feb-05 26-Feb-06
13-Jan-05
17-Jan-06
20-Feb-05 19-Feb-06
13-Apr-05 29-Mar-06
29-Mar-05 29-Mar-06
9-Apr-05
18-Mar-06
3-Apr-05
16-Apr-06
19-Mar-05 18-Mar-06
4-Mar-05
1-Mar-06
15-Jan-05
12-Jan-06
62
b. Bidang Organisasi Koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang.
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.
Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. Untuk pertama kali,
susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian. Masa
jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun. Persyaratan untuk dapat dipilih
dan diangkat menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam anggaran dasar.
Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi
dan usahanya kepada rapat anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa (RALB).
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.
Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dapat
dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran
dasar.
Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi
wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Dalam hal pengurus koperasi
bermaksud untuk mengangkat pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut
diajukan kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan. Pengelola
bertanggung jawab kepada pengurus.
Setelah tahun buku koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum diselenggarakan rapat anggota tahunan, pengurus menyusun laporan
tahunan yang memuat sekurang-kurangnya:
63
a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
b. keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Jumlah susunan pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang
No.
Nama Koperasi
Jumlah (Orang)
Pengurus
Pengawas Karyawan
2004 2005 2004 2005 2004 2005
1 Bina Eka Karsa
5
5
3
3
5
5
2 Bina Sejahtera
3
3
3
3
8
8
3 Dispertan Prop. Jateng
6
6
3
3
6
6
4 Dwija Makmur
7
7
3
3
3
3
5 Dwija Mulya
7
7
3
3
3
3
6 Kanasritex
7
7
0
1
3
3
7 Kanigara
9
9
2
3
3
3
8 Karya Makmur
5
5
3
3
5
5
9 Kendali Harta
5
5
3
3
244
243
10 Kop. Kebun Prop. Jateng
5
5
3
3
4
4
11 KPPDK Lapas Ambarawa
3
3
3
3
3
3
12 Pelita
5
5
3
3
66
49
13 Poli Kusuma
9
9
3
3
16
16
14 Puspa Kencana
5
5
3
3
7
7
15 Santi Warga Abhipraya
7
7
3
3
0
0
16 Sejahtera
6
6
2
2
0
0
64
4.1.1.2 Bidang Usaha Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang
Bidang usaha yang dikelola oleh koperasi yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang antara lain:
1. KPRI Bina Eka Karsa, bidang usaha simpan pinjam.
2. KPRI Bina Sejahtera, bidang usaha; simpan pinjam, pertokoan, usaha foto
copy, dan usaha kios.
3. KPRI Dispertan Prop. Jateng, bidang usaha; foto copy, pertokoan, pengadaan
Alat Tulis Kantor (ATK), pinjaman barang, pinjaman uang, wartel, dan lainlain.
4. KPRI Dwija Makmur, bidang usaha; simpan pinjam dan konsumsi.
5. KPRI Dwija Mulya, bidang usaha; simpan pinjam dan serba usaha.
6. Kopkar Kanasritex, bidang usaha; simpan pinjam, kantin, dan usaha toko
koperasi.
7. Kopkar Kanigara, bidang usaha; simpan pinjam dan pertokoan.
8. KPRI Karya Makmur, bidang usaha; simpan pinjam
9. Kopkar Kendali Harta, bidang usaha; pertokoan, perkreditan, percetakan,
poliklinik, cleaning service, building (pekerjaan sipil), keur dan STNK, foto
copy, wartel, pengelolaan driver dan security, serta pengelolaan tenaga
bongkar muat dan receh.
10. Koperasi Kebun Prop. Jateng, bidang usaha; pertokoan, pinjaman, foto copy,
dan jasa.
65
11. KPPDK Lapas Ambarawa, bidang usaha; simpan pinjam dan kios.
12. Kopkar Pelita, bidang usaha; pinjaman uang, pertokoan, dan pelayanan
kepada non-anggota.
13. Kopkar Poli Kusuma, bidang usaha; simpan pinjam, waserda, kantin dan
katering.
14. Kopkar Puspa Kencana, bidang usaha; simpan pinjam dan pertokoan.
15. Koperasi Santi Warga Abhipraya, bidang usaha; simpan pinjam dan
pertokoan.
16. KPRI Sejahtera, bidang usaha; simpan pinjam.
Berikut ini adalah daftar tabel bidang usaha yang dikelola oleh koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang
Tabel 4.3 Bidang Usaha Koperasi
No.
1
2
.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Koperasi
Jumlah Usaha
Bina Eka Karsa
1
Bina Sejahtera
4
Dispertan Prop. Jateng
8
Dwija Makmur
2
Dwija Mulya
2
Kanasritex
3
Kanigara
2
Karya Makmur
1
Kendali Harta
11
Kop. Kebun Prop. Jateng
4
KPPDK Lapas Ambarawa
2
Pelita
3
Poli Kusuma
3
Puspa Kencana
2
Santi Warga Abhipraya
2
Sejahtera
1
66
4.1.2 Analisis Data
4.1.2.1 Deskriptif Persentase (DP)
Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang. Berikut ini disajikan
hasil perhitungan skor deskriptif persentase kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan koperasi tahun 2004:
Tabel 4.4 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi yang Terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang Tahun 2004
Skor yang Diungkapkan
No. Nama Koperasi Neraca PHU LPEA LAK CALK Total
1 Bina Eka Karsa
10
4
0
0
7
21
2 Bina Sejahtera
13
9
0
0
7
29
3 Dispertan
13
6
0
2
6
27
4 Dwija Makmur
9
0
0
0
7
16
5 Dwija Mulya
10
5
0
0
7
22
6 Kanasritex
13
8
0
0
7
28
7 Kanigara
16
9
0
3
7
35
8 Karya Makmur
9
5
0
0
4
18
9 Kendali Harta
19
11
0
0
7
37
10 Kop. Kebun
10
7
0
0
7
24
11 KPPDK
13
6
0
0
5
24
12 Pelita
14
7
0
0
6
27
13 Poli Kusuma
14
9
0
0
7
30
14 Puspa Kencana
16
10
0
0
3
29
15 SWA
13
7
0
0
6
26
16 Sejahtera
10
4
0
0
6
20
Total
202
107
0
5
99
413
Rata-Rata
12.63 6.7
0
0.31 6.19 25.81
Max
19
11
0
5
7
37
Min
9
0
0
0
3
16
Skor
Ideal Persentase
61
34.43%
61
47.54%
61
44.26%
61
26.23%
61
36.07%
61
45.90%
61
57.38%
61
29.51%
61
60.66%
61
39.34%
61
39.34%
61
44.26%
61
49.18%
61
47.54%
61
42.62%
61
32.79%
677.05%
42.32%
60.66%
26.23%
67
Rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun
2004 sebesar 42,32% yang diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah ratarata skor yang diungkapkan sebesar 25,81 dengan jumlah skor ideal sebesar
61. Di bawah ini merupakan penjelasan dari rata-rata komponen laporan
keuangan yang diungkapkan:
a. Ditinjau dari pengungkapan neraca, skor yang seharusnya diungkapkan
adalah 28, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 12,63
yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor neraca yang
diungkapkan sebesar 202 dengan jumlah koperasi 16. Batasan
pengungkapan neraca tertinggi sebesar 19 dan terendah 9 item.
b. Ditinjau dari pengungkapan perhitungan hasil usaha, skor yang
seharusnya diungkapkan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang
diungkapkan sebanyak 6,7 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor perhitungan hasil usaha yang diungkapkan sebesar 107 dengan
jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan perhitungan hasil usaha
tertinggi sebesar 11 dan terendah 0 item.
c. Ditinjau dari pengungkapan laporan promosi ekonomi anggota, rata-rata
skor yang diungkapkan sebanyak 0, sedangkan skor yang seharusnya
diungkapkan adalah 4.
d. Ditinjau dari pengungkapan laporan arus kas, skor yang seharusnya
diungkapkan adalah 3, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan
68
sebanyak 0,31 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor laporan
arus kas yang diungkapkan sebesar 5 dengan jumlah koperasi 16. Batasan
pengungkapan laporan arus kas tertinggi sebesar 5 dan terendah 0 item.
e. Ditinjau dari pengungkapan catatan atas laporan keuangan, skor yang
seharusnya diungkapkan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang
diungkapkan sebanyak 6,19 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor catatan atas laporan keuangan yang diungkapkan sebesar 99 dengan
jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan catatan atas laporan keuangan
tertinggi sebesar 7 dan terendah 3 item.
Berdasarkan pengungkapan komponen laporan keuangan tersebut,
dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor yang diungkapkan hanya 25,81,
sedangkan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan adalah 61. Hal ini tidak
sesuai dengan standar item kelengkapan yang seharusnya diungkap yaitu
sebanyak 61 item.
Koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan di atas rata-rata sebanyak 9 koperasi dengan rincian 2 KPRI
dan 7 koperasi karyawan, sedangkan untuk koperasi yang memiliki tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan di bawah rata-rata
sebanyak 7 koperasi, dengan rincian 5 KPRI dan sisanya 2 koperasi
karyawan.
Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.Semarang pada tahun 2004
69
sebesar 42,32%, kelengkapan pengungkapan wajib yang tertinggi dicapai oleh
koperasi Kendali Harta yaitu sebesar 60,66%, sedangkan yang terendah pada
KPRI Dwija Makmur yaitu sebesar 26,23%.
Pada tahun 2005, hasil perhitungan skor deskriptif persentase
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi adalah:
Tabel 4.5 Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib
Laporan Keuangan Koperasi Tahun 2005
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Skor
Skor
Nama Koperasi Neraca PHU LPEA LAK CALK Total
Ideal Persentase
Bina Eka Karsa
10
6
0
3
7
26
61
42.62%
Bina Sejahtera
14
8
0
0
7
29
61
47.54%
Dispertan
14
7
0
2
6
29
61
47.54%
Dwija Makmur
9
0
0
0
7
16
61
26.23%
Dwija Mulya
10
5
0
0
7
22
61
36.07%
Kanasritex
16
7
0
0
7
30
61
49.18%
Kanigara
17
9
0
3
7
36
61
59.02%
Karya Makmur
12
4
0
0
7
23
61
37.70%
Kendali Harta
21
9
0
0
7
37
61
60.66%
Kop. Kebun
10
7
0
0
7
24
61
39.34%
KPPDK
12
6
0
0
7
25
61
40.98%
Pelita
14
9
0
0
7
30
61
49.18%
Poli Kusuma
14
9
0
0
7
30
61
49.18%
Puspa Kencana
17
10
0
0
6
33
61
54.10%
SWA
16
7
0
0
7
30
61
49.18%
Sejahtera
10
5
0
0
6
21
61
34.43%
Total
216 108
0
8
109
441
722.95%
Rata-Rata
13.50 6.8
0
0.50 6.81 27.56
45.18%
Max
21
10
0
3
7
37
60,66%
Min
9
0
0
0
6
16
26,23%
Rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun
70
2005 sebesar 45,18% yang diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah ratarata skor yang diungkapkan sebesar 27,56 dengan jumlah skor ideal sebesar
61. Di bawah ini merupakan penjelasan dari rata-rata komponen laporan
keuangan yang diungkapkan:
a. Ditinjau dari penyajian neraca, skor ideal untuk neraca adalah 28,
sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 13,5 yang diperoleh
dari hasil bagi antara jumlah skor neraca yang diungkapkan sebesar 216
dengan jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan neraca tertinggi
sebesar 21 dan terendah 9 item.
b. Ditinjau dari penyajian perhitungan hasil usaha, skor ideal untuk
perhitungan hasil usaha adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang
diungkapkan sebanyak 6,8 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor perhitungan hasil usaha yang diungkapkan sebesar 108 dengan
jumlah koperasi 16.
Batasan pengungkapan perhitungan hasil usaha
tertinggi sebesar 10 dan terendah 0 item.
c. Ditinjau dari penyajian laporan promosi ekonomi anggota, rata-rata skor
yang diungkapkan sebanyak 0, sedangkan skor ideal untuk laporan
promosi ekonomi anggota adalah 4.
d. Ditinjau dari penyajian laporan arus kas, skor ideal untuk laporan arus kas
adalah 3, sedangkan rata-rata skor yang diungkapkan sebanyak 0,5 yang
diperoleh dari hasil bagi antara jumlah skor laporan arus kas yang
71
diungkapkan
sebesar
8
dengan
jumlah
koperasi
16.
Batasan
pengungkapan laporan arus kas tertinggi sebesar 3 dan terendah 0 item.
e. Ditinjau dari penyajian catatan atas laporan keuangan, skor ideal untuk
catatan atas laporan keuangan adalah 13, sedangkan rata-rata skor yang
diungkapkan sebanyak 6,81 yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
skor catatan atas laporan keuangan yang diungkapkan sebesar 109 dengan
jumlah koperasi 16. Batasan pengungkapan catatan atas laporan keuangan
tertinggi sebesar 7 dan terendah 6 item.
Berdasarkan penyajian komponen laporan keuangan tersebut di atas,
dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah skor yang diungkapkan hanya 27,56;
sedangkan jumlah skor yang seharusnya diungkapkan adalah 61. Hal ini tidak
sesuai dengan standar item kelengkapan yang seharusnya diungkap yaitu
sebanyak 61 item.
Koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan pengungkapan wajib
laporan keuangan di atas rata-rata sebanyak 9 koperasi dengan rincian 2 KPRI
dan 7 koperasi karyawan, sedangkan untuk koperasi yang memiliki tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan di bawah rata-rata
sebanyak 7 koperasi, dengan rincian 5 KPRI dan sisanya 2 koperasi
karyawan.
Rata-rata kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang pada tahun 2005
sebesar 45,18%, kelengkapan pengungkapan wajib yang tertinggi dicapai oleh
72
koperasi Kendali Harta yaitu sebesar 60,66%, sedangkan yang terendah pada
KPRI Dwija Makmur yaitu sebesar 26,23%.
Berikut ini disajikan tabel rata-rata perbedaan pengungkapan
komponen laporan keuangan tahun 2004 dan 2005.
Tabel 4.6 Rata-Rata Perbedaan Pengungkapan Komponen Laporan
Keuangan Tahun 2004 dan 2005.
No
1
2
3
4
5
Komponen
Neraca
Perhitungan Hasil Usaha
Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Laporan Arus Kas
Catatan atas laporan keuangan
Total
Tahun
2004
2005
12,63
13,5
6,7
6,8
0
0
0,31
0,5
6,19
6,81
25,81 27,56
Perbedaan
Naik (Turun)
0,87
0,1
0
0,19
0,62
1,78
Berdasar tabel rata-rata perbedaan pengungkapan komponen laporan
keuangan tahun 2004 dan 2005 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan sebagai berikut:
a. Neraca
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item neraca sebesar 12,63 item,
sedangkan pada tahun 2005 sebesar 13,5 item yang berarti rata-rata
pengungkapan item neraca tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,87
item.
b. Perhitungan Hasil Usaha
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item perhitungan hasil usaha
sebesar 6,7 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 6,8 item yang
73
berarti rata-rata pengungkapan item perhitungan hasil usaha tahun 2005
mengalami kenaikan sebesar 0,1 item.
c. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item laporan promosi ekonomi
anggota sebesar 0 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0 item yang
berarti tidak ada perubahan pengungkapan.
d. Laporan Arus Kas
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item laporan arus kas sebesar
0,31 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0,5 item yang berarti ratarata pengungkapan item laporan arus kas tahun 2005 mengalami kenaikan
sebesar 0,19 item.
e. Catatan atas laporan keuangan
Pada tahun 2004 rata-rata pengungkapan item catatan atas laporan
keuangan sebesar 6,19 item, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 6,81
item yang berarti rata-rata pengungkapan item catatan atas laporan
keuangan tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,62 item.
74
4.1.2.2 Uji Signifikansi dengan menggunakan t-tes
Tabel 4.7 Persiapan Menentukan Perbedaan dengan Rumus t-tes
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Koperasi
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop.
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun Prop. Jateng
KPPDK Lapas Ambarawa
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
Santi Warga Abhipraya
Sejahtera
Total (∑)
Skor Skor Nilai Beda Beda Kuadrat
2004 2005
(D)
(D2 )
21
29
27
16
22
28
35
18
37
24
24
27
30
29
26
20
26
29
29
16
22
30
36
23
37
24
25
30
30
33
30
21
5
0
2
0
0
2
1
5
0
0
1
3
0
4
4
1
28
25
0
4
0
0
4
1
25
0
0
1
9
0
16
16
1
102
D = ∑D:n
D = 28 : 16 = 1,75
Berdasarkan tabel yang disajikan tersebut di atas, maka dapat dihitung harga t
dengan rumus yang telah dikemukakan :
D
t=
∑D
(∑ D )
−
2
2
N
N ( N − 1)
75
t=
1,75
(28) 2
16
16(16 − 1)
102 −
t=
1,75
53
240
t = 3,7242
Hasil perhitungan rumus t-tes diperoleh harga t hitung 3,7242. Derajat
kebebasan (d.b.) untuk penggunaan rumus ini adalah (N-1), sehingga untuk
perhitungan ini d.b. = 16-1 = 15, jadi harga t tabel untuk taraf signifikan
5%.sebesar 1,753.
Perhitungan tersebut memberikan pengertian bahwa t hitung lebih besar
dari t tabel yaitu 3,7242 > 1,753 maka hipotesis kerja (HA) yang menyatakan
bahwa ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi antara tahun 2004 dengan tahun 2005 diterima atau menolak hipotesis
nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi antara tahun 2004 dengan
tahun 2005.
76
4.1.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran
Koperasi
4.1.3.1
Realisasi
Rencana
Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) Tahun 2005.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
129 tahun 2002 Tentang Pedoman Klarifikasi Koperasi dalam hal penyusunan
Rencana Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Koperasi (RAPB), maka ketentuan penilaiannya sebagai berikut:
Tabel 4.8 Ketentuan penilaian realisasi RK dan RAPB
NO
PRINSIP
DAN
FAKTOR
II.3 RK danRAPB
KETENTUAN
RK dan RAPB
dalam
tahun
berjalan disahkan
RA
dan
dilaksanakan
CARA
PERHITUNGAN
DAN NILAI
a. RK dan RAPB
disahkan RA dan
dilaksanakan
seluruhnya, nilai =
100
b. RK dan RAPB
disahkan RA dan
dilaksanakan
sebagian, nilai = 75
c. RK dan RAPB
disahkan RA tetapi
tidak dilaksanakan,
nilai = 50
d. RK dan RAPB
belum
/
tidak
disahkan oleh RA
dan dilaksanakan,
nilai = 0
NILAI
REALI
SASI
BOBOT
SKOR
2
2
2
2
Sumber: Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 129 tahun 2002
Berikut ini disajikan tabel perhitungan dan penilaian realisasi RK dan
RAPB koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
77
Tabel 4.9 Perhitungan dan Penilaian Realisasi RK dan RAPB Tahun 2005
NILAI
NO
NAMA
KOPERASI
REALISASI
KETERANGAN
1.
Bina Eka Karsa
100
2
200
2.
Bina Sejahtera
75
2
150
3.
Dispertan
100
2
200
4.
Dwija Makmur
75
2
150
5.
Dwija Mulya
0
2
0
6.
Kanasritex
100
2
200
7.
Kanigara
75
2
150
8.
Karya Makmur
0
2
0
9.
Kendali Harta
100
2
200
10.
Kop. Kebun
100
2
200
11.
KPPDK
75
2
150
12.
Pelita
75
2
150
13.
Poli Kusuma
0
2
0
14.
Puspa Kencana
75
2
150
15.
Santi Warga
0
2
0
100
2
200
BOBOT
SKOR
Abhipraya
16.
Sejahtera
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB belum / tidak
disahkan oleh RA tetapi
dilaksanakan
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB belum / tidak
disahkan oleh RA tetapi
dilaksanakan
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB tahun 2005
tidak ada dan tidak disahkan
oleh Rapat Anggota
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan sebagian
RK dan RAPB tahun 2005
tidak ada dan tidak disahkan
oleh Rapat Anggota
RK dan RAPB disahkan RA
dan dilaksanakan seluruhnya
Secara umum, koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang sebagian besar menyajikan RK dan RAPB tahun 2005 serta
78
melaksanakan keseluruhan maupun sebagian dari RK tahun 2005. Kemudian
terdapat RK dan RAPB 2 koperasi yang belum atau tidak disahkan oleh RA tetapi
dilaksanakan, serta terdapat 2 koperasi lain yang tidak menyajikan RK dan RAPB
tahun 2005.
4.1.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi
Nilai realisasi anggaran pendapatan koperasi dihitung dari perbandingan
antara realisasi anggaran pendapatan dengan rencana. Sehingga rumusnya
adalah sebagai berikut :
Realisasi anggaran pendapatan = Realisasi Anggaran x 100%
Rencana Anggaran
79
Ketentuan penilaian menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
UKM Nomor 129 tahun 2002 dalam hal realisasi anggaran pendapatan sebagai
berikut:
Tabel 4.10 Ketentuan penilaian realisasi anggaran pendapatan koperasi
NO
II.4
PRINSIP
DAN
FAKTOR
Realisasi
Anggaran
Pendapatan
Koperasi
KETENTUAN
Perbandingan
antara Realisasi
Anggaran
Pendapatan
dengan Rencana
CARA
PERHITUNGAN
DAN NILAI
Anggaran Pendapatan:
Realisasi … x 100 %
=…%
Rencana Realisasi
Anggaran
Pendapatan mencapai:
a. > 100 %, nilai =
100
b. 80 % s/d 99 %, nilai
= 75
c. 60 % s/d 79 %, nilai
= 50
d. < 60 %, nilai = 0
NILAI
REALI
SASI
BOBOT
SKOR
2
Sumber: Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 129 tahun 2002
80
Berikut ini disajikan tabel perhitungan realisasi anggaran pendapatan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.11 Perhitungan Realisasi Anggaran Pendapatan Tahun 2005
NO
NAMA
KOPERASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dispertan
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
SWA
Sejahtera
PERHITUNGAN
Realisasi
Rencana
Persentase
(Rp)
(Rp)
(%)
15,676,405.00
24,000,000.00
65.32%
498,167,463.00 411,550,000.00 121.05%
151,137,907.00 150,500,000.00 100.42%
22,466,483.00
36,500,000.00
61.55%
139,394,000.00 100,000,000.00 139.39%
188,694,849.00 137,775,000.00 136.96%
977,855,102.00 967,514,000.00 101.07%
110,528,950.00
80,000,000.00 138.16%
2,370,956,114.06 1,933,333,000.00 122.64%
69,951,873.00
36,000,000.00 194.31%
34,636,200.00
32,700,000.00 105.92%
857,161,400.00 264,900,000.00 323.58%
407,116,237.73
0.00
~
345,000,000.00 421,168,757.00
81.91%
33,236,114.77
21,966,600.00 151.30%
116,665,337.45 104,742,000.00 111.38%
81
Berikut ini disajikan tabel penilaian realisasi anggaran pendapatan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.12 Penilaian Realisasi Anggaran Pendapatan Tahun 2005
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
NAMA
NILAI
KET.
KOPERASI Realisasi Bobot Skor
Bina Eka Karsa
50
2
100 Realisasi tidak sesuai target
Bina Sejahtera
100
2
200 Realisasi melebihi target
Dispertan
100
2
200 Realisasi melebihi target
Dwija Makmur
50
2
100 Realisasi tidak sesuai target
Dwija Mulya
100
2
200 Realisasi melebihi target
Kanasritex
100
2
200 Realisasi melebihi target
Kanigara
100
2
200 Realisasi melebihi target
Karya Makmur
100
2
200 Realisasi melebihi target
Kendali Harta
100
2
200 Realisasi melebihi target
Kop. Kebun
100
2
200 Realisasi melebihi target
KPPDK
100
2
200 Realisasi melebihi target
Pelita
100
2
200 Realisasi melebihi target
Poli Kusuma
0
2
0 Tidak ada rencana pendapatan
Puspa Kencana
100
2
200 Realisasi melebihi target
SWA
100
2
200 Realisasi melebihi target
Sejahtera
100
2
200 Realisasi melebihi target
Secara umum koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang berhasil memperoleh realisasi pendapatan yang lebih besar maupun
sama dengan rencana, sisanya 2 koperasi tidak mampu menghasilkan
pendapatan yang sesuai dengan target anggaran yang direncanakan, serta 1
koperasi tidak menyajikan rencana pendapatan, sehingga tidak dapat diteliti.
82
4.1.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi
Nilai realisasi anggaran biaya koperasi dihitung dari perbandingan
antara realisasi anggaran biaya dengan rencana.
Realisasi Anggaran Biaya = Realisasi Anggaran x 100%
Rencana Anggaran
Ketentuan penilaian menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM
Nomor 129 tahun 2002 dalam hal realisasi anggaran biaya sebagai berikut:
Tabel 4.13 Ketentuan penilaian anggaran biaya koperasi
NO
II.5
PRINSIP
DAN
FAKTOR
Realisasi
Anggaran
Biaya
Koperasi
KETENTUAN
Perbandingan
antara Realisasi
Anggaran Biaya
dengan Rencana
CARA
PERHITUNGAN
DAN NILAI
Anggaran Biaya:
Realisasi … x 100 %
=…%
Rencana Realisasi
Anggaran
Biaya mencapai:
a. < 100 %, nilai =
100
b. > 100 % s/d 110 %,
nilai = 75
c. > 110 % - 120 %,
nilai = 50
d. > 120 %, nilai = 0
NILAI
REALI
SASI
BOBOT
SKOR
2
Sumber: Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 129 tahun 2002
83
Berikut ini disajikan tabel perhitungan realisasi anggaran biaya koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.14 Perhitungan Anggaran Biaya Koperasi Tahun 2005
NO
NAMA
KOPERASI
PERHITUNGAN
Realisasi
Rencana
Persentase
(Rp)
(Rp)
(%)
6,839,000.00
10,720,000.00
1 Bina Eka Karsa
63.80%
401,072,432.00 319,557,522.00 125.51%
2 Bina Sejahtera
126,637,907.00 126,500,000.00 100.11%
3 Dispertan
21,466,483.00
35,500,000.00
4 Dwija Makmur
60.47%
136,394,000.00
97,000,000.00
5 Dwija Mulya
140.61%
71,732,324.00
33,825,000.00
6 Kanasritex
212.07%
652,954,554.50
652,514,000.00
7 Kanigara
100.07%
103,812,750.00
74,500,000.00 139.35%
8 Karya Makmur
1,754,023,000.00 1,399,602,000.00 125.32%
9 Kendali Harta
34,858,300.00
17,725,000.00 196.66%
10 Kop. Kebun
21,392,300.00
21,966,000.00
11 KPPDK
97.39%
797,041,668.00 221,861,000.00 359.25%
12 Pelita
135,187,562.09
0.00
13 Poli Kusuma
~
203,873,744.00
180,439,000.00
14 Puspa Kencana
112.99%
8,633,665.00
7,950,000.00
15 SWA
108.60%
94,965,337.45
83,000,000.00 114.42%
16 Sejahtera
84
Berikut ini disajikan tabel penilaian realisasi anggaran biaya koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.15 Penilaian anggaran biaya koperasi tahun 2005
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
NAMA
KOPERASI
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dispertan
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma
14 Puspa Kencana
15 SWA
16 Sejahtera
NILAI
Realisasi
Bobot
100
2
0
2
75
2
100
2
0
2
0
2
75
2
0
2
0
2
0
2
100
2
0
2
0
2
50
75
50
2
2
2
KET.
Skor
200
0
150
200
0
0
150
0
0
0
200
0
0
Efisien
Sangat tidak efisien
Tidak Efisien
Efisien
Sangat tidak efisien
Sangat tidak efisien
Tidak Efisien
Sangat tidak efisien
Sangat tidak efisien
Sangat tidak efisien
Efisien
Sangat tidak efisien
Tidak ada rencana
biaya
100 Tidak Efisien
150 Tidak Efisien
100 Tidak Efisien
Sebagian besar koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang tidak efisien dalam mengeluarkan biaya, dengan perincian; 3
koperasi dinilai efisien dalam mengeluarkan biaya; 5 koperasi tidak efisien,
karena perolehan prosentase realisasi antara 100% s/d 120%; dan 7 koperasi
dinilai sangat tidak efisien, karena perolehan prosentase realisasi lebih besar
dari 120% yang berarti realisasi pengeluaran jauh lebih besar dari rencana
85
pengeluaran. Sedangkan 1 koperasi lain tidak menyajikan rencana anggaran
biaya sehingga tidak dapat diteliti.
4.1.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi
Nilai realisasi sisa hasil usaha koperasi dihitung dari perbandingan
antara realisasi hasil usaha dengan rencana.
Realisasi sisa hasil usaha = Realisasi Hasil Usaha x 100%
Rencana Hasil Usaha
Ketentuan penilaian menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM
Nomor 129 tahun 2002 dalam hal realisasi sisa hasil usaha sebagai berikut:
Tabel 4.16 Ketentuan penilaian realisasi sisa hasil usaha koperasi
NO
II.6
PRINSIP
DAN
FAKTOR
Realisasi
Surplus Hasil
Usaha
Koperasi
KETENTUAN
Perbandingan
antara Realisasi
Hasil Usaha
dengan Rencana
CARA
PERHITUNGAN
DAN NILAI
Hasil Usaha :
Realisasi … x 100 %
=…%
Realisasi Hasil Usaha
mencapai :
a. > 100 %, nilai =
100
b. 80 % s/d 99 %, nilai
= 75
c. 50 % - 79 %, nilai
= 50
d. < 50 %, nilai = 0
NILAI
REALI
SASI
BOBOT
SKOR
2
Sumber: Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 129 tahun 2002
86
Berikut ini disajikan tabel perhitungan realisasi sisa hasil usaha koperasi
yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.17 Perhitungan realisasi SHU koperasi tahun 2005
NO
NAMA
KOPERASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dispertan
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
SWA
Sejahtera
PERHITUNGAN
Realisasi
Rencana
Persentase
(Rp)
(Rp)
(%)
8,837,405.00
13,280,000.00
66.55%
97,095,031.00
91,992,478.00
105.55%
24,500,000.00
24,000,000.00
102.08%
1,000,000.00
1,000,000.00
100.00%
3,000,000.00
3,000,000.00
100.00%
116,962,525.00 103,950,000.00
112.52%
14,314,082.50
0.00
~
6,716,200.00
5,500,000.00
122.11%
616,933,000.00 593,731,000.00
103.91%
35,093,573.00
18,275,000.00
192.03%
13,243,900.00
10,734,000.00
123.38%
58,450,872.00
43,039,000.00
135.81%
271,928,675.64
0.00
~
176,925,273.00 164,561,000.00
107.51%
24,602,449.77
14,016,600.00
175.52%
21,700,000.00
21,742,000.00
99.81%
87
Berikut ini disajikan tabel penilaian realisasi sisa hasil usaha koperasi
di Kab. Semarang tahun 2005:
Tabel 4.18 Penilaian realisasi SHU koperasi tahun 2005
NO
1
NAMA
KOPERASI
Bina Eka Karsa
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bina Sejahtera
Dispertan
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
SWA
Sejahtera
NILAI
KET.
Realisasi Bobot Skor
50
2
100 Realisasi tidak sesuai
target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
0
2
0 Tidak ada rencana SHU
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
0
2
0 Tidak ada rencana SHU
100
2
200 Realisasi sesuai target
100
2
200 Realisasi sesuai target
75
2
150 Realisasi tidak sesuai
target
Secara umum koperasi di Kab. Semarang memperoleh SHU yang
lebih besar dari yang direncanakan, dengan perincian; 12 koperasi mampu
memperoleh SHU yang lebih besar dari rencana SHU yang ditetapkan, 2
koperasi tidak berhasil mencapai SHU yang diharapkan, sedangkan 2
koperasi lain tidak menyajikan rencana perhitungan SHU.
88
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Alasan mengapa rata-rata skor tingkat kelengkapan pengungkapan
wajib laporan keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM
Kab. Semarang tahun 2004 dan 2005 tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Rendahnya rata-rata skor kelengkapan pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi tahun 2004 yang hanya sebesar 42,32%, dan tahun 2005
sebesar 45,18% pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Pengungkapan komponen laporan keuangan yang tidak sesuai dengan
ketentuan, karena penyajian sebagai berikut:
a. Neraca
- Pada tahun 2004 rata-rata skor neraca yang diungkapkan sebesar
12,63 item sedangkan skor yang minimum diungkapkan sebesar 28
item.
- Pada tahun 2005 rata-rata skor neraca yang diungkapkan sebesar 13,5
item sedangkan skor yang minimum diungkapkan sebesar 28 item.
Terdapat
perbedaan
rata-rata
komponen
neraca
yang
diungkapkan antara tahun 2004 dengan 2005 sebesar 0,87 item. Hal ini
berarti
terdapat
peningkatan
pengungkapan
pada
tahun
2005
dibandingkan tahun 2004. Seharusnya koperasi yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang lebih terbuka dalam mengungkapkan
89
item neraca yang minimum diungkapkan agar sesuai dengan ketentuan
IAI dalam PSAK No. 27 tahun 1999.
b. Perhitungan hasil usaha
- Pada tahun 2004 rata-rata skor perhitungan hasil usaha yang
diungkapkan sebesar 6,7 item sedangkan skor yang minimum
diungkapkan sebesar 13 item.
- Pada tahun 2005 rata-rata skor perhitungan hasil usaha yang
diungkapkan sebesar 6,8 item sedangkan skor yang minimum
diungkapkan sebesar 13 item.
Terdapat perbedaan rata-rata pengungkapan item perhitungan
hasil usaha yang diungkapkan antara tahun 2004 dengan 2005 sebesar
0,1 item. Hal ini berarti terdapat peningkatan pengungkapan pada tahun
2005 dibandingkan tahun 2004. Seharusnya koperasi meningkatkan
volume usahanya, agar pengungkapan item perhitungan hasil usaha
sesuai dengan ketentuan IAI dalam PSAK No. 27 tahun 1999.
Perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha
koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi
lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.
c. Laporan promosi ekonomi anggota
Pada tahun 2004 dan 2005, baik KPRI maupun kopkar yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tidak menyajikan laporan
promosi ekonomi anggota. Seharusnya koperasi menyajikan laporan
90
promosi ekonomi anggota, karena fungsi dari laporan promosi ekonomi
anggota adalah untuk mengetahui tentang manfaat ekonomi yang
diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.
d. Laporan arus kas
- Pada tahun 2004 rata-rata skor laporan arus kas yang diungkapkan
sebesar 0,31 item sedangkan skor yang minimum diungkapkan
sebesar 3 item. Rata-rata skor laporan arus kas ini diungkapkan oleh 2
koperasi yaitu KPRI Dispertan dan koperasi Kanigara.
- Pada tahun 2005 rata-rata skor laporan arus kas yang diungkapkan
sebesar 0,5 item sedangkan skor yang minimum diungkapkan sebesar
3 item. Rata-rata skor laporan arus kas ini diungkapkan oleh 3
koperasi yaitu KPRI Bineka, KPRI Dispertan dan koperasi Kanigara.
Terdapat perbedaan rata-rata skor laporan arus kas yang
diungkapkan pada tahun 2004 dengan 2005 sebesar 0,19 item. Hal ini
berarti
terdapat
peningkatan
pengungkapan
pada
tahun
2005
dibandingkan tahun 2004. Seharusnya semua koperasi mengungkapkan
laporan arus kas, karena fungsi dari laporan arus kas adalah untuk
mengetahui jumlah arus kas yang masuk dan keluar yang ditinjau dari
kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan dalam satu periode
akuntansi.
91
e. Catatan atas laporan keuangan
- Pada tahun 2004 rata-rata skor catatan atas laporan keuangan yang
diungkapkan sebesar 6,19 item sedangkan skor yang minimum
diungkapkan sebesar 13 item.
- Pada tahun 2005 rata-rata skor catatan atas laporan keuangan yang
diungkapkan sebesar 6,81 item sedangkan skor yang minimum
diungkapkan sebesar 13 item.
Terdapat perbedaan rata-rata skor catatan atas laporan keuangan
yang diungkapkan pada tahun 2004 dengan 2005 sebesar 0,62 item. Hal ini
berarti terdapat peningkatan pengungkapan pada tahun 2005 dibandingkan
tahun 2004.
Jadi, secara keseluruhan rata-rata skor pengungkapan wajib laporan
keuangan koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang
tahun 2005 yang sebesar 45,18% lebih tinggi 2,86% dibandingkan tahun
2004 yang sebesar 42,32%.
Rata-rata skor pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang baik pada tahun 2004
maupun 2005 tidak sesuai dengan ketentuan IAI dalam PSAK No. 27
Tahun 1999 tentang perkoperasian. Hal ini disebabkan oleh pengungkapan
item-item komponen laporan keuangan yang tidak sepenuhnya diungkapkan
oleh koperasi.
92
Seharusnya koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang menyajikan secara lengkap laporan keuangannya disertai dengan
item-item yang seharusnya diungkap atau tertib administrasinya sesuai
dengan ketentuan IAI dalam PSAK No. 27 tahun 1999 tentang
perkoperasian. Penyajian informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam
batasan
materialitas
dan
biaya.
Kesengajaan
untuk
tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi (IAI dalam PSAK tentang kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, par. 38). Imhoff (1992) dalam
Subiyantoro (1996), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat
erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian
semua informasi yang relevan.
2. Koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan tinggi cenderung koperasi
yang diaudit oleh KAP.
KAP memberikan standar yang lengkap sesuai dengan PSAK,
sehingga koperasi yang diaudit oleh KAP memiliki tingkat kelengkapan
tinggi. Sedangkan koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan rendah tidak
diaudit oleh KAP. Seharusnya laporan keuangan setiap koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang diaudit oleh KAP, kemudian
93
pengurus dan pengelola koperasi diwajibkan untuk selalu berpedoman pada
ketentuan yang tercantum dalam PSAK.
4.2.2 Uji Signifikansi t-tes
Berdasarkan perhitungan rumus t-tes di muka, diperoleh harga t hitung
3,7242. Derajat kebebasan (d.b.) untuk penggunaan rumus ini adalah (N-1),
sehingga untuk perhitungan ini d.b. = 16-1 = 15, jadi harga t tabel untuk taraf
signifikan 5%.sebesar 1,753.
Perhitungan tersebut memberikan pengertian bahwa t hitung lebih besar
dari t tabel yaitu 3,7242 > 1,753 maka hipotesis kerja (HA) yang menyatakan
bahwa ada perbedaan kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi antara tahun 2004 dengan tahun 2005 diterima atau menolak hipotesis
nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan koperasi antara tahun 2004 dengan
tahun 2005.
4.2.3 Analisis Realisasi Terhadap Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran
Koperasi
4.2.3.1
Realisasi
Rencana
Kegiatan (RK) dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) Tahun 2005.
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) merupakan
bentuk perikatan koperasi, yang menjadi pedoman bagi semua pihak yang
94
terkait dengan koperasi, baik dalam pengelolaan tata kehidupan organisasi
maupun usaha (Sitio dan Tamba, 2001: 52-53).
Berdasarkan hasil analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan
rencana anggaran koperasi tahun 2005 di muka, secara umum dapat diketahui
bahwa koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang sebagian
besar menyajikan RK dan RAPB serta melaksanakan keseluruhan maupun
sebagian dari RK, dengan perincian; 7 koperasi menyajikan RK dan RAPB
tahun 2005 yang telah disahkan oleh rapat anggota, kemudian berhasil
melaksanakan seluruh program kerja serta anggarannya pada tahun 2005; 5
koperasi menyajikan RK dan RAPB tahun 2005 yang telah disahkan oleh rapat
anggota, namun hanya merealisasikan sebagian program kerjanya pada tahun
2005; kemudian, 2 koperasi menyajikan RK dan RAPB tahun 2005, yang tidak
disahkan oleh rapat anggota tetapi dilaksanakan pada tahun 2005; sedangkan
koperasi yang tidak menyajikan RK dan RAPB 2005 pada tahun buku 2004
adalah koperasi Poli Kusuma dan koperasi Santi Warga Abhipraya (SWA).
Koperasi SWA menyajikan RAPB 2005 pada tahun 2005 dengan alasan
dijadikan perbandingan antara rencana dengan realisasi.
Seharusnya koperasi Poli Kusuma dan koperasi SWA menyajikan RK
dan RAPB pada tahun buku 2004 sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor
25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 23 yang memuat ketentuan dasar
mengenai penyusunan AD/ART koperasi.
95
Hasil penelitian di muka adalah rencana jangka pendek koperasi.
Sedangkan koperasi yang menyajikan rencana jangka panjang hanya ada 2
koperasi yaitu Kopkar Kanigara dan Kopkar Puspa Kencana. Kopkar Kanigara
menyajikan rencana program kerja pengawas periode 2005 – 2007 berupa
pokok kebijaksanaan program kerja pengawas, kebijaksanaan umum, bidang
organisasi, bidang pembinaan, dan operasional. Sedangkan Kopkar Puspa
Kencana menyajikan rencana kerja pengurus koperasi periode tahun 2004 –
2006, yang berupa peningkatan pelayanan penjualan, peningkatan kerja sama
permodalan dengan bank, memberikan kesempatan kepada anggota untuk dapat
menjalin kerja sama dengan koperasi di bidang retail maupun permodalan, dan
memberikan bantuan kepada anggota koperasi dalam kegiatan sosial.
4.2.3.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Koperasi
Menurut Oliver Williamson dalam Sitio dan Tamba (2001: 77), tujuan
perusahaan
adalah
untuk
memaksimumkan
penggunaan
manajemen
(maximization of management utility). Maksudnya, sebagai akibat dari
pemisahan manajemen dengan pemilik perusahaan, para manajer lebih tertarik
untuk memaksimumkan penggunaan manajemen yang diukur dengan
kompensasi seperti gaji, tunjangan tambahan, dan sebagainya.
Herbert Simon dalam Sitio dan Tamba (2001: 77) menerangkan bahwa
tujuan perusahaan adalah untuk memuaskan sesuatu dengan bekerja keras, yang
berarti jika manajer tidak mampu memaksimumkan keuntungan tetapi hanya
96
mampu untuk memuaskan beberapa tujuan yang berkaitan dengan penjualan
(sales), pertumbuhan (growth), pangsa pasar (market share) dan sebagainya.
Kedua teori di atas dapat dijadikan acuan para manajer maupun
pengelola koperasi. Di satu sisi, koperasi harus memuaskan anggotanya sebagai
pemilik perusahaan di mana koperasi dituntut harus mampu menghasilkan
keuntungan atau sisa hasil usaha, namun di sisi lain, koperasi harus dapat
memberi pelayanan yang memuaskan kepada konsumen (anggota dan
masyarakat sekitar) secara optimal.
Berdasarkan hasil analisis realisasi anggaran pendapatan koperasi tahun
2005 di muka, diketahui bahwa secara umum koperasi yang terdaftar di Dinkop
dan UKM Kab. Semarang berhasil memperoleh realisasi pendapatan yang lebih
besar maupun sama dengan rencana, dengan perincian; 13 koperasi mampu
merealisasikan pendapatan yang lebih besar daripada rencana pendapatan;
selanjutnya, 2 koperasi tidak mampu menghasilkan pendapatan yang sesuai
dengan target anggaran yang direncanakan, karena perolehan prosentase
realisasi pendapatan berkisar antara 60% s/d 70%, sehingga realisasi pendapatan
lebih kecil dari rencana pendapatan; sedangkan 1 koperasi lain yaitu Poli
Kusuma tidak menyajikan rencana pendapatan tahun 2005. Seharusnya
koperasi Poli Kusuma menyajikan secara lengkap RK dan RAPB tahun 2005
sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam UU Nomor 25 Tahun 1992
pasal 23 tentang ketentuan dasar penyusunan AD/ART koperasi.
97
Terkait dengan kedua teori di atas, sebagian besar koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang berhasil memperoleh realisasi
pendapatan yang lebih besar dari rencana, sehingga sesuai dengan teori Oliver
Williamson dan Herbert Simon yang menyatakan bahwa koperasi harus
memuaskan anggotanya sebagai pemilik perusahaan di mana koperasi dituntut
harus mampu menghasilkan keuntungan atau sisa hasil usaha, namun di sisi
lain, koperasi harus dapat memberi pelayanan yang memuaskan kepada
konsumen (anggota dan masyarakat sekitar).
4.2.3.3 Realisasi Anggaran Biaya Koperasi
Menurut Sitio dan Tamba (2001: 75), tujuan lain dari suatu badan usaha
adalah menyangkut efisiensi atau lebih dikenal dengan meminimumkan biaya.
Berdasarkan hasil analisis realisasi anggaran biaya koperasi tahun 2005
di muka, diketahui bahwa sebagian besar koperasi yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang tidak efisien dalam mengeluarkan biaya, dengan
perincian; 3 koperasi dinilai efisien dalam mengeluarkan biaya, buktinya
perolehan prosentase yang kurang dari atau sama dengan 100%, yang berarti
realisasi pengeluaran lebih sedikit daripada rencana pengeluaran; 5 koperasi
tidak efisien, karena perolehan prosentase realisasi antara 100% s/d 120%; dan 7
koperasi dinilai sangat tidak efisien, karena perolehan prosentase realisasi lebih
besar dari 120% yang berarti realisasi pengeluaran jauh lebih besar dari rencana
pengeluaran. Sedangkan 1 koperasi lain yaitu koperasi Poli Kusuma tidak
98
menyajikan rencana anggaran biaya sehingga tidak dapat diteliti. Seharusnya
koperasi Poli Kusuma menyajikan secara lengkap RK dan RAPB tahun 2005
sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam UU Nomor 25 Tahun 1992
Pasal 23 tentang ketentuan dasar penyusunan AD/ART koperasi.
Dengan demikian, secara umum koperasi yang terdaftar di Dinkop dan
UKM Kab. Semarang tidak efisien dalam mengeluarkan biaya dan tidak sesuai
dengan teori Sitio dan Tamba yang menyatakan bahwa badan usaha harus lebih
efisien ketika mengeluarkan biaya.
4.2.3.4 Realisasi Sisa Hasil Usaha Koperasi
Sitio dan Tamba (2001: 87) menyatakan bahwa terdapat hubungan
linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU.
Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan
koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Semakin tinggi
perolehan SHU, maka kesejahteraan anggota juga semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis realisasi sisa hasil usaha koperasi tahun 2005
di muka, dapat diketahui bahwa secara umum koperasi yang terdaftar di Dinkop
dan UKM Kab. Semarang memperoleh SHU yang lebih besar dari yang
direncanakan, dengan perincian; 12 koperasi mampu memperoleh SHU yang
lebih besar dari rencana SHU yang ditetapkan; 2 koperasi tidak berhasil
mencapai SHU yang diharapkan, karena perolehan SHU mereka masih di
bawah dari target perolehan SHU yang direncanakan; sedangkan 2 koperasi lain
99
tidak menyajikan rencana perhitungan SHU yaitu Kopkar Kanigara dan Kopkar
Poli Kusuma.
Sebagian besar koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang memperoleh SHU yang lebih besar dari yang direncanakan, namun
terdapat 2 koperasi yang tidak sesuai dengan rencana yaitu KPRI Bina Eka
Karsa dan KPRI Sejahtera. Kedua koperasi ini harus memperbesar volume
transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, sehingga SHU yang
akan diterima semakin besar. Sedangkan 2 koperasi yang lain yaitu koperasi
Kanigara dan koperasi Poli Kusuma, tidak menyajikan rencana SHU sehingga
tidak dapat diketahui perhitungan realisasinya. Seharusnya koperasi Kanigara
dan koperasi Poli Kusuma menyajikan rencana SHU, sesuai dengan yang
diamanatkan dalam
UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 23 yang memuat
ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) koperasi.
100
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab. Semarang tahun 2004
yang
hanya sebesar 42,32%, dan tahun 2005 sebesar 45,18% pada
dasarnya disebabkan oleh pengungkapan item komponen laporan
keuangan yang tidak sesuai dengan ketentuan IAI dalam PSAK No. 27
tahun 1999, kemudian koperasi yang memiliki tingkat kelengkapan tinggi
cenderung koperasi yang diaudit oleh KAP.
2. Berdasarkan pengujian signifikansi t-tes, diperoleh hasil bahwa ada
perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib laporan keuangan
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang antara
tahun 2004 dengan tahun 2005 dengan taraf signifikan 5%. Hal ini
dibuktikan oleh t hitung yang lebih besar dari t tabel yaitu 3,7242 > 1,753.
3. Berdasarkan hasil analisis realisasi terhadap rencana kegiatan dan rencana
anggaran koperasi tahun 2005 di muka, Rencana Kegiatan (RK) dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (RAPB) Tahun 2005
disajikan dan dilaksanakan oleh 14 koperasi, sedangkan 2 koperasi yang
lain tidak menyajikan RK dan RAPB Tahun 2005 pada tahun buku 2004.
100
101
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa koperasi yang terdaftar di
Dinkop dan UKM Kab. Semarang sebagian besar menyajikan RK dan
RAPB serta melaksanakan keseluruhan maupun sebagian dari RK.
4. Realisasi Rencana Anggaran Pendapatan Koperasi disajikan oleh 15
koperasi, dengan perincian 13 koperasi merealisasikan pendapatan yang
lebih besar dari rencana, 2 koperasi memperoleh pendapatan yang di
bawah target dari rencana pendapatan, sedangkan 1 koperasi tidak
menampilkan RK dan RAPB 2005. Dengan demikian, koperasi yang
terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang berhasil memperoleh
realisasi pendapatan yang lebih besar dari rencana.
5. Realisasi Rencana Anggaran Biaya Koperasi disajikan oleh 15 koperasi,
dengan perincian 3 koperasi merealisasikan anggaran biaya yang efisien, 5
koperasi merealisasikan anggaran biaya yang tidak efisien, kemudian 7
koperasi yang merealisasikan anggaran biaya yang sangat tidak efisien.
Sedangkan 1 koperasi lain tidak menyajikan RK dan RAPB. Dengan
demikian, secara umum koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kab.
Semarang tidak efisien dalam mengeluarkan biaya.
6. Realisasi Sisa Hasil Usaha disajikan oleh 14 koperasi, dengan perincian 12
koperasi mampu memperoleh SHU yang melebihi target, dan 2 koperasi
yang tidak berhasil mencapai target. Sedangkan 2 koperasi lain tidak
menyajikan rencana perhitungan SHU. Dengan demikian, sebagian besar
koperasi yang terdaftar di Dinkop dan UKM Kabupaten Semarang mampu
memperoleh SHU yang melebihi target yang direncanakan.
102
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di muka, maka saran yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pengurus koperasi tentang kelengkapan
pengungkapan wajib laporan keuangan yang diatur dalam PSAK No. 27
tahun 1999, maka perlu diadakan seminar maupun pelatihan penyusunan
laporan keuangan secara lengkap, memberikan keterampilan dalam bidang
manajemen keuangan, manajemen perkoperasian, serta mengadakan
hubungan kerjasama yang baik dengan pihak KAP dalam peningkatan
kualitas kelengkapan laporan keuangan koperasi.
2. Bagi koperasi yang tidak menyajikan RK dan RAPB 2005, perlu
menyajikan RK dan RAPB 2005 karena dengan disajikannya RK dan
RAPB, maka pengurus dapat mengetahui tingkat realisasi dari RK dan
RAPB, sehingga dapat menilai apakah koperasi yang bersangkutan
berhasil merealisasikan RK dan RAPB atau tidak.
3. Bagi koperasi yang tidak berhasil mencapai target rencana anggaran
pendapatan, perlu menambah usaha baru seperti pengadaan alat tulis
kantor, foto copy, pertokoan, pinjaman barang, wartel dan lain sebagainya,
sehingga mampu menaikkan tingkat pendapatan koperasi.
4. Bagi koperasi yang tidak efisien dalam merealisasikan rencana anggaran
biaya, perlu menekan realisasi anggaran biaya hingga di bawah target yang
direncanakan, sehingga koperasi yang bersangkutan dapat dikatakan
efisien dalam mengeluarkan biaya.
103
5. Bagi koperasi yang tidak berhasil mencapai target SHU, perlu
meningkatkan volume usaha transaksi dengan anggota maupun nonanggota dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha
dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang
akan diterima. Semakin tinggi perolehan SHU, maka kesejahteraan
anggota juga semakin meningkat.
104
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prof.,Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. Prof.,Dr. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Belkaouli, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku I. Jakarta: Media Soft
Indonesia
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. Semarang: BP UNDIP
Harahap, Sofyan Syafri, BSAc, SE, Akuntan, MS Ac, PhD. 2001. Teori
Akuntansi. Jakarta: PT. PT. RajaGrafindo Persada
Harahap, Sofyan Syafri, MS Ac. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan.
Jakarta: Bumi Aksara
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan Per. 1 April 2002. Jakarta: Salemba
Empat
Margono, S. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Marzuki, Drs. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII
Na’im, Ainun dan Fuad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15.
No. 1. pp 70-82
Nugraheni, B. Linggar Yekti.,Oct.Digdo Hartomo, dan Lucia Hary Patwoto. 2002.
Analisis Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan terhadap Kelengkapan
Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. VIII. No.1.pp.75-91
Sitio, Arifin & Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
PT. Pustaka LP3ES Indonesia
Subiyantoro, Edi.1996. Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan
Publik di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi I. Yogyakarta
105
Sugiarto, Ir,M.Sc.2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Supranto, J, Prof. 2003. Metode Riset. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
www.depkop.go.id/Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil
Menengah Nomor129.2002 Tentang Perkoperasian
www.depkop.go.id/Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian
106
Lampiran – Lampiran
107
Lampiran 1
RENCANA RAPB DAN SHU KOPERASI DI KAB. SEMARANG TAHUN 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Koperasi
KPRI Bina Eka Karsa
KPRI Bina Sejahtera
KPRI Dispertan
KPRI Dwija Makmur
KPRI Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara *
KPRI Karya Makmur
KPRI Kendali Harta
Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma *
Puspa Kencana
SWA
KPRI Sejahtera
Pendapatan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
24.000.000,00
411.550.000,00
150.500.000,00
36.500.000,00
100.000.000,00
137.775.000,00
967.514.000,00
80.000.000,00
1.933.333.000,00
36.000.000,00
32.700.000,00
264.900.000,00
0
421.168.757,00
21.966.600,00
104.742.000,00
Biaya
SHU
Rp
10.720.000,00
Rp
319.557.522,00
Rp
126.500.000,00
Rp
35.500.000,00
Rp
97.000.000,00
Rp
33.825.000,00
Rp
652.514.000,00
Rp
74.500.000,00
Rp 1.399.602.000,00
Rp
17.725.000,00
Rp
21.966.000,00
Rp
221.861.000,00
0
Rp
180.439.000,00
Rp
7.950.000,00
Rp
83.000.000,00
Rp 13.280.000,00
Rp 91.992.478,00
Rp 24.000.000,00
Rp
1.000.000,00
Rp
3.000.000,00
Rp 103.950.000,00
0
Rp
5.500.000,00
Rp 593.731.000,00
Rp 18.275.000,00
Rp 10.734.000,00
Rp 43.039.000,00
0
Rp 164.561.000,00
Rp 14.016.600,00
Rp 21.742.000,00
* = Tidak ada penyajian RAPB ataupun Rencana SHU
REALISASI RAPB DAN SHU KOPERASI DI KAB. SEMARANG TAHUN 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Koperasi
KPRI Bina Eka Karsa
KPRI Bina Sejahtera
KPRI Dispertan
KPRI Dwija Makmur
KPRI Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
KPRI Karya Makmur
KPRI Kendali Harta
Kebun
KPPDK
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
SWA
KPRI Sejahtera
Pendapatan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
15.676.405,00
498.167.463,00
151.137.907,00
22.466.483,00
139.394.000,00
188.694.849,00
977.855.102,00
110.528.950,00
2.370.956.114,06
69.951.873,00
34.636.200,00
857.161.400,00
407.116.237,73
345.000.000,00
33.236.114,77
116.665.337,45
Biaya
Rp
6.839.000,00
Rp
401.072.432,00
Rp
126.637.907,00
Rp
21.466.483,00
Rp
136.394.000,00
Rp
71.732.324,00
Rp
652.954.554,50
Rp
103.812.750,00
Rp 1.754.023.000,00
Rp
34.858.300,00
Rp
21.392.300,00
Rp
797.041.668,00
R[
135.187.562,09
Rp
203.873.744,00
Rp
8.633.665,00
Rp
94.965.337,45
SHU
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8.837.405,00
97.095.031,00
24.500.000,00
1.000.000,00
3.000.000,00
116.962.525,00
14.314.082,50
6.716.200,00
616.933.000,00
35.093.573,00
13.243.900,00
58.450.872,00
271.928.675,64
176.925.273,00
24.602.449,77
21.700.000,00
108
Lampiran 2
Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang
Tahun 2003
Neraca KPRI Tahun 2003
Neraca
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
3
4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
Jml
1
Bina Eka Karsa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
.1.
.0.
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
10
2
Bina Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
13
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
13
4
Dwija Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
9
5
Dwija Mulya
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
9
6
Karya Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
9
7
Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
10
Total
73
Neraca Koperasi Karyawan Tahun 2003
Neraca
NO
Nama KOPKAR
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
3
4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
JML
1
Kanasritex
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
.0.
.0.
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
13
2
Kanigara
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
17
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
19
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
10
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
12
6
Pelita
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
14
7
Poli Kusuma
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
14
8
Puspa Kencana
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
16
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
13
TOTAL
128
109
Perhitungan Hasil Usaha KPRI Tahun 2003
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
Bina Eka Karsa
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
4
2
Bina Sejahtera
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
9
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
6
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
4
6
Karya Makmur
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
5
7
Sejahtera
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
4
1
TOTAL
32
Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Karyawan Tahun 2003
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
1
Kanasritex
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
8
2
Kanigara
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
7
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
7
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
6
6
Pelita
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
7
7
Poli Kusuma
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
7
8
Puspa Kencana
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
10
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
TOTAL
7
70
110
Laporan Arus Kas KPRI Tahun 2003
No.
1
Laporan Arus Kas
Jumlah
.1. .2. .3.
Nama KPRI
Bina Eka Karsa
0
0
0
0
2
Bina Sejahtera
0
0
0
0
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
1
2
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
0
6
Karya Makmur
0
0
0
0
7
Sejahtera
0
0
0
0
TOTAL
2
Laporan Arus Kas Koperasi Karyawan Tahun 2003
No.
Nama Koperasi
1
Laporan Arus Kas
Jumlah
2 3
1
Kanasritex
0
0
0
0
2
Kanigara
1
1
1
3
3
Kendali Harta
0
0
0
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
0
0
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
0
0
0
6
Pelita
0
0
0
0
7
Poli Kusuma
0
0
0
0
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
0
0
0
TOTAL
3
111
Laporan Promosi Ekonomi Anggota KPRI Tahun 2003
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama KPRI
1
Bina Eka Karsa
.1.
.2.
.3.
.4.
Jumlah
0
0
0
0
0
2
Bina Sejahtera
0
0
0
0
0
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
0
0
0
0
0
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
0
0
6
Karya Makmur
0
0
0
0
0
7
Sejahtera
0
0
0
0
0
0
Total
Laporan Promosi Ekonomi Anggota Koperasi Karyawan Tahun 2003
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama Koperasi
1
2
3
4
Jumlah
0
0
0
0
0
1
Kanasritex
2
Kanigara
0
0
0
0
0
3
Kendali Harta
0
0
0
0
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
0
0
0
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
0
0
0
0
6
Pelita
0
0
0
0
0
7
Poli Kusuma
0
0
0
0
0
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
0
0
0
0
Total
0
112
Catatan Atas Laporan Keuangan KPRI Tahun 2003
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
Nama KPRI
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
1
Bina Eka Karsa
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
2
Bina Sejahtera
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
4
Dwija Makmur
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
5
Dwija Mulya
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
6
Karya Makmur
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
7
Sejahtera
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
Jumlah
7
6
6
7
7
4
6
43
Total
Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi Karyawan Tahun 2003
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
Nama Koperasi
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Jumlah
1
Kanasritex
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
2
Kanigara
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
3
Kendali Harta
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
6
Pelita
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
7
Poli Kusuma
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
7
7
7
5
6
7
3
6
55
Total
113
Lampiran 3
Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2003
Skor
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Koperasi
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun Pegawai Dinas Perkebunan Prop. Jateng
KPPDK Lapas Ambarawa
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
Santi Warga Abhipraya
Sejahtera
Total
Rata-Rata
Neraca PHU
10
13
13
9
9
13
17
9
19
10
12
14
14
16
13
10
201
12.56
4
9
6
0
4
8
7
5
11
7
6
7
7
10
7
4
102
6.4
LPEA
Lap.Arus Kas
Cat. Atas Lap. Keu.
Total
Persentase
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0.31
7
6
6
7
7
7
7
4
7
7
5
6
7
3
6
6
98
6.13
21
28
27
16
20
28
34
18
37
24
23
27
28
29
26
20
406
25.38
34.43%
45.90%
44.26%
26.23%
32.79%
45.90%
55.74%
29.51%
60.66%
39.34%
37.70%
44.26%
45.90%
47.54%
42.62%
32.79%
665.57%
41.60%
114
Lampiran 4
Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang
Tahun 2004
Neraca KPRI Tahun 2004
Neraca
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
3
4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
Jml
1
Bina Eka Karsa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
.1.
.0.
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
10
2
Bina Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
13
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
13
4
Dwija Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
9
5
Dwija Mulya
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
10
6
Karya Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
9
7
Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
10
Total
74
Neraca Koperasi Karyawan Tahun 2004
Neraca
NO
Nama KOPKAR
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
3
4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
JML
1
Kanasritex
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
.0.
.0.
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
13
2
Kanigara
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
16
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
19
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
10
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
13
6
Pelita
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
14
7
Poli Kusuma
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
14
8
Puspa Kencana
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
16
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
13
TOTAL
128
115
Perhitungan Hasil Usaha KPRI Tahun 2004
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
1
Bina Eka Karsa
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
4
2
Bina Sejahtera
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
9
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
6
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
5
6
Karya Makmur
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
5
7
Sejahtera
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
TOTAL
4
33
Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Karyawan Tahun 2004
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
8
1
Kanasritex
2
Kanigara
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
9
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
7
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
6
6
Pelita
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
7
7
Poli Kusuma
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
9
8
Puspa Kencana
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
10
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
7
TOTAL
74
116
Laporan Arus Kas KPRI Tahun 2004
No.
1
Laporan Arus Kas
Jumlah
.1. .2. .3.
Nama KPRI
Bina Eka Karsa
0
0
0
0
2
Bina Sejahtera
0
0
0
0
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
1
2
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
0
6
Karya Makmur
0
0
0
0
7
Sejahtera
0
0
0
0
TOTAL
2
Laporan Arus Kas Koperasi Karyawan Tahun 2004
1
Laporan Arus Kas
Jumlah
2 3
1
Kanasritex
0
0
0
0
2
Kanigara
1
1
1
3
3
Kendali Harta
0
0
0
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
0
0
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
0
0
0
6
Pelita
0
0
0
0
7
Poli Kusuma
0
0
0
0
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
0
0
0
No.
Nama Koperasi
TOTAL
3
117
Laporan Promosi Ekonomi Anggota KPRI Tahun 2004
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama KPRI
1
Bina Eka Karsa
.1.
.2.
.3.
.4.
Jumlah
0
0
0
0
0
2
Bina Sejahtera
0
0
0
0
0
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
0
0
0
0
0
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
0
0
6
Karya Makmur
0
0
0
0
0
7
Sejahtera
0
0
0
0
0
0
Total
Laporan Promosi Ekonomi Anggota Koperasi Karyawan Tahun 2004
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama Koperasi
1
2
3
4
Jumlah
0
0
0
0
0
1
Kanasritex
2
Kanigara
0
0
0
0
0
3
Kendali Harta
0
0
0
0
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
0
0
0
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
0
0
0
0
6
Pelita
0
0
0
0
0
7
Poli Kusuma
0
0
0
0
0
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
0
0
0
0
Total
0
118
Catatan Atas Laporan Keuangan KPRI Tahun 2004
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
Nama KPRI
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
1
Bina Eka Karsa
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
2
Bina Sejahtera
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
4
Dwija Makmur
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
5
Dwija Mulya
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
6
Karya Makmur
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
7
Sejahtera
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
Jumlah
7
7
6
7
7
4
6
44
Total
Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi Karyawan Tahun 2004
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
Nama Koperasi
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Jumlah
7
7
7
7
5
6
7
3
6
55
1
Kanasritex
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
2
Kanigara
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
3
Kendali Harta
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
6
Pelita
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
7
Poli Kusuma
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
Total
119
Lampiran 5
Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2004
Skor
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Koperasi
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun Prop. Jateng
KPPDK Lapas Ambarawa
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
Santi Warga Abhipraya
Sejahtera
Total
Rata-Rata
Neraca PHU
10
13
13
9
10
13
16
9
19
10
13
14
14
16
13
10
202
12.63
4
9
6
0
5
8
9
5
11
7
6
7
9
10
7
4
107
6.7
Lap.Prom.Ek. Anggota
Lap.Arus Kas
Cat.Ats Lap.Keu.
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0.31
7
7
6
7
7
7
7
4
7
7
5
6
7
3
6
6
99
6.19
Total Persentase
21
29
27
16
22
28
35
18
37
24
24
27
30
29
26
20
413
25.81
34.43%
47.54%
44.26%
26.23%
36.07%
45.90%
57.38%
29.51%
60.66%
39.34%
39.34%
44.26%
49.18%
47.54%
42.62%
32.79%
677.05%
42.32%
120
Lampiran 6
Skor Deskriptif Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang
Tahun 2005
Neraca KPRI Tahun 2005
Neraca
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
.3.
.4. 5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
Jml
1
Bina Eka Karsa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
10
2
Bina Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
14
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
14
4
Dwija Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
9
5
Dwija Mulya
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
10
6
Karya Makmur
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
12
7
Sejahtera
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
10
Total
79
Neraca Koperasi Karyawan Tahun 2005
Neraca
NO
Nama KOPKAR
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.1
2.2
3
4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
JML
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
.1.
.0.
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
16
1
Kanasritex
2
Kanigara
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
17
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
21
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
10
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
12
6
Pelita
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
14
7
Poli Kusuma
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
14
8
Puspa Kencana
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
17
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
TOTAL
15
136
121
Perhitungan Hasil Usaha KPRI Tahun 2005
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
Bina Eka Karsa
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
6
2
Bina Sejahtera
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
8
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
7
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
5
6
Karya Makmur
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
4
7
Sejahtera
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
5
35
Total
Perhitungan Hasil Usaha Koperasi Karyawan Tahun 2005
Perhitungan Hasil Usaha
No.
Nama KPRI
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Jumlah
1
Kanasritex
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
7
2
Kanigara
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
9
3
Kendali Harta
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
9
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
7
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
6
6
Pelita
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
9
7
Poli Kusuma
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
9
8
Puspa Kencana
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
10
9
Santi Warga Abhipraya
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
Total
7
73
122
Laporan Arus Kas KPRI Tahun 2005
No.
1
Laporan Arus Kas
Jumlah
.1. .2. .3.
3
1 1 1
0
0 0 0
2
1 0 1
0
0 0 0
0
0 0 0
0
0 0 0
0
0 0 0
5
Nama KPRI
Bina Eka Karsa
2
Bina Sejahtera
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
4
Dwija Makmur
5
Dwija Mulya
6
Karya Makmur
7
Sejahtera
Total
Laporan Arus Kas Koperasi Karyawan Tahun 2005
No.
Nama Koperasi
1
1
Kanasritex
0
2
Kanigara
1
3
Kendali Harta
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
6
Pelita
0
7
Poli Kusuma
0
8
Puspa Kencana
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
Total
Laporan Arus Kas
Jumlah
2 3
0
0 0
3
1 1
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
0
0 0
3
123
Laporan Promosi Ekonomi Anggota KPRI Tahun 2005
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama KPRI
1
2
3
4
1
Bina Eka Karsa
0
0
0
0
2
Bina Sejahtera
0
0
0
0
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
0
0
0
0
4
Dwija Makmur
0
0
0
0
5
Dwija Mulya
0
0
0
0
6
Karya Makmur
0
0
0
0
7
Sejahtera
.0.
.0.
/0.
.0.
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
Laporan Promosi Ekonomi Anggota Koperasi Karyawan Tahun 2005
Lap. Promosi Ek. Anggota
No.
Nama Koperasi
1
2
3
4
Jumlah
1
Kanasritex
0
0
0
0
2
Kanigara
0
0
0
0
3
Kendali Harta
0
0
0
0
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
0
0
0
0
0
0
0
0
5
KPPDK Lapas Ambarawa
0
0
0
0
0
6
Pelita
0
0
0
0
0
7
Poli Kusuma
0
0
0
0
8
Puspa Kencana
0
0
0
0
9
Santi Warga Abhipraya
0
0
0
0
Total
0
0
0
0
124
Catatan Atas Laporan Keuangan KPRI Tahun 2005
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
Nama KPRI
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
Jml
1
Bina Eka Karsa
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
2
Bina Sejahtera
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
3
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
6
4
Dwija Makmur
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
5
Dwija Mulya
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
6
Karya Makmur
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
7
Sejahtera
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
6
Total
47
Catatan Atas Laporan Keuangan Koperasi Karyawan Tahun 2005
Catatan Atas Laporan Keuangan
No.
1
Nama Koperasi
Kanasritex
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 Jml
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
2
Kanigara
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
3
Kendali Harta
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
4
Kop. Kebun Prop. Jateng
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
5
KPPDK Lapas Ambarawa
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
6
Pelita
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
7
Poli Kusuma
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
8
Puspa Kencana
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
6
9
Santi Warga Abhipraya
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
7
Total
62
125
Lampiran 7
Skor Persentase Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi di Kabupaten Semarang Tahun 2005
Skor
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Koperasi
Bina Eka Karsa
Bina Sejahtera
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jateng
Dwija Makmur
Dwija Mulya
Kanasritex
Kanigara
Karya Makmur
Kendali Harta
Kop. Kebun Prop. Jateng
KPPDK Lapas Ambarawa
Pelita
Poli Kusuma
Puspa Kencana
Santi Warga Abhipraya
Sejahtera
Total
Rata-Rata
Neraca PHU
Lap.Prom.Ek. Anggota
Lap.Arus Kas
Cat.Ats Lap.Keu.
Total
Persentase
10
6
14
8
14
7
9
0
10
5
16
7
17
9
12
4
21
9
10
7
12
6
14
9
14
9
17
10
16
7
10
5
216 108
13.50 6.8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
2
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0.50
7
7
6
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
6
7
6
109
6.81
26
29
29
16
22
30
36
23
37
24
25
30
30
33
30
21
441
27.56
42.62%
47.54%
47.54%
26.23%
36.07%
49.18%
59.02%
37.70%
60.66%
39.34%
40.98%
49.18%
49.18%
54.10%
49.18%
34.43%
722.95%
45.18%
126
Lampiran 8
Daftar Item Kelengkapan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Koperasi
Berdasarkan PSAK No. 27 Tahun 1999 Tentang Perkoperasian
A. Neraca
1. Aktiva Lancar
1.1. Kas dan Bank
1.2. Simpanan Jangka Pendek
1.3. Piutang Usaha
1.4. Piutang Anggota
1.5. Piutang Non-Anggota
1.6. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
1.7. Piutang Lain-Lain
1.8. Persediaan
1.9. Biaya Dibayar Dimuka
2. Investasi Jangka Panjang
2.1. Penyertaan Pada Koperasi
2.2. Penyertaan Pada Non-Koperasi
3. Aktiva Tetap
4. Aktiva Lain-Lain
5. Kewajiban Lancar
5.1. Hutang Usaha
5.2. Hutang Non Anggota
5.3. Hutang Bank
5.4. Simpanan Sukarela
5.5. Dana-Dana SHU
5.6. Biaya Yang Masih Harus Dibayar
6. Kewajiban Jangka Panjang
6.1. Hutang Bank
6.2. Hutang Jangka Panjang lainnya
127
7. Ekuitas
7.1. Simpanan Pokok
7.2. Simpanan Wajib
7.3. Simpanan Lain
7.4. Modal Penyertaan
7.5. Modal Sumbangan
7.6. Cadangan
7.7. SHU Tahun Berjalan
B. Perhitungan Hasil Usaha
1. Partisipasi Anggota
1.1. Partisipasi Anggota
1.2. Beban Pokok
1.3. Pendapatan Netto Anggota
2. Pendapatan Dari Non Anggota
2.1. Penjualan
2.2. HPP
2.3. Laba / Rugi Kotor Dengan Non Anggota
3. Beban Operasi
3.1. Beban Usaha
3.2. Beban Perkoperasian
3.3. SHU Koperasi
3.4. Pendapatan Dan Beban Lain-Lain
3.5. SHU Sebelum Pajak
3.6. PPh
3.7. SHU Setelah Pajak
128
C. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
1. Manfaat ekonomi dari pembelian/pengadaan jasa bersama.
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama.
3. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk SHU.
D. Laporan Arus Kas
1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
2. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi
3. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan
E. Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Perlakuan akuntansi
1.1. Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi
dengan anggota dan non anggota.
1.2. Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap penilaian persediaan, piutang
dan sebagainya.
1.3. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non anggota.
2. Pengungkapan informasi lainnya
2.1. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang
tercantum dalam AD / ART maupun dalam praktik, atau yang telah
dicapai oleh koperasi.
2.2. Aktivitas
koperasi
dalam
pengembangan
sumber
daya
dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan
perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota
dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.
2.3. Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi
dengan anggota dan non anggota.
129
2.4. Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi
dengan anggota dan non anggota.
2.5. Pembatasan penggunaan dan resiko atas aktiva tetap yang diperoleh atas
dasar hibah atau sumbangan.
2.6. Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.
2.7. Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham
dari perusahaan swasta.
2.8. Pembagian Sisa Hasil Usaha dan penggunaan cadangan.
2.9. Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.
2.10. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang
berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan.
Download