55 koperasi karyawan sebagai wahana untuk

advertisement
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
WORKER COOPERATIVE AS A MEANS TO IMPROVE WELFARE
OF EMPLOYEES
Nana Sutisna
Direktur / Peneliti pada Indonesia Cooperative Research Institute (ICR)
email : [email protected]
Abstraksi
Undang Undang 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan Pasal 101, 102, 103, 104
menegaskan tentang keberadaan Koperasi Karyawan (Kopkar) yang dibangun dan dikembangkan
dalam Badan Usaha Perseroan. Kopkar sebagai organisasi ekonomi yang dimiliki oleh seluruh
karyawan perusahaan dituntut fungsi dan perannya untuk menjadi alternatif dalam menanggulangi
permasalahan dan/atau konflik yang berkepanjangan antara karyawan dengan perusahaan.
Kopkar harus memenuhi kebutuhan ekonomi karyawan beserta keluarganya sebagai akar masalah
terjadinya konflik tersebut. Pengelolaan Kopkar secara profesional dapat menjawab tuntutan
demo buruh yang sudah berlangsung belasan tahun dengan menyampaikan tuntutan yang sama,
yaitu menuntut kenaikan upah buruh, menuntut kesehatan yang layak, menuntut jaminan hari tua
serta menuntut penghapusan outsourcing.
Memperhatikan dampak demo buruh yang sangat besar terhadap kerugian negara, maka
pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto melalui Menko Ekuin Wasbang telah diterbitkan surat
nomor : SE-05/M.EKUIN/1991 tentang Kepemilikan saham perusahaan oleh Kopkar dengan
tujuan akhir untuk menangani demo buruh terhadap perusahaan. Hasilnya dapat dilihat sampai
sekarang bahwa perusahaan perusahaan besar yang sudah membangun Kopkar secara profesional
dapat menciptakan perasaan nyaman, aman serta mendapatkan kepastian dalam jangka panjang.
Dengan strategi tersebut buruh pada perusahaan tersebut tidak melakukan aksi turun ke jalan
secara masal.
Kata Kunci : Sinergi program perusahaan dengan Kopkar untuk menanggulangi konflik antara
perusahaan dengan pekerja/buruh
Abstract
The Law of 13 Year 2013 article 101, 102, 103, 104 stating the presence of Employee
Cooperation (Kopkar) which was established & developed within the company. Kopkar as an
economic organization is demanded to perform function & role as one of the alternatives to solve
problem and /or potential prolonged conflict between employee and company. Kopkar should be
able to encourage the economic needs of employees and their families as the root causes of such
conflict Kopkar management sgould be able to answer the demand of the labour demonstration
which has happened for years with the same demand, which is increase of labour wage, better
health cover, pension fund and stop outsourcing.
As labour demo resulted in huge loss for the country, in the President Soeharto administration
via Menko Ekuin Wasbang has issued Letter no: SE-05/M.EKUIN/1991 re: The Ownership of
company shareholder by the Kopkar with the purpose to manage the labour demo. The result
55
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
is that those big companies already managed the labour activities feel convenience and obtain
safety & security in the longer term. This strategy proved that labour in the company can be better
managed.
Based on this exposure, Government cq Cooperatives Ministry and UKM need to rebuild
and continuously socialize & communicate the Kopkar to be established and developed within
the company. This proves to give strategic effect towards the labour chaos which has happened
for some years.
Key Words : Synergise the company program and Kopkar to anticipate conflict between company
and employee.
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Peringatan hari buruh nasional atau
sering disebut dengan istilah Mey day
seringkali dijadikan sebagai sarana bagi buruh
untuk menyampaikan aspirasinya kepada
Pemerintah. Begitupun juga dengan peringatan
Mey Day tahun 2015, empat Serikat Pekerja
(SP) seperti KSPI, KSPSI, KSBSI, KP KPBI
bergabung melakukan aksi demo masal turun
ke jalan untuk menyampaikan 10 (sepuluh)
tuntutan kepada Pemerintah, adalah : (1). Tolak
politik upah murah dengan menuntut kenaikan
UMP/K sebesar 32 % (juga menolak kenaikan
upah 5 tahun sekali dan mendesak pemerintah
untuk merubah KHL menjadi 84 item dari 60
Item KHL), (2). Mendesak pemerintah unt
menjalankan jaminan pensiun buruh wajib pada
awal Juli 2015 dengan manfaat pensiun 60%
hingga 75 % dari gaji terakhir (seperti PNS),
(3). Mendesak Pemerintah untuk menambah
anggaran Jaminan Kesehatan (Jamkes)
sebesar Rp. 30 T dari APBN, (4). Mendesak
pemerintah untuk segera menghapus sistem
kerja Outsourcing khususnya di BUMN, (5).
Menolak kenaikan harga BBM,Elpiji,TDL
sesuai harga pasar, (6).Mendesak pemerintah
untuk menurunkan harga barang pokok,
(7). End Coorporate Greed, (8). Mendesak
pemerintah untuk mencabut aturan tentang
Objek Vital dan Stop tindakan Union Busting
dan kekerasan terhadap aktivis buruh, (9).
Angkat guru dan pegawai honorer menjadi
PNS tanpa test lagi, (10). Syahkan RUU PRT
dan Revisi Undang Undang perlindungan TKI
(http://www.kspi.or.id)
56
Berdasarkan hasil pengamatan Penulis,
tuntutan buruh melalui demo masal tersebut
bukan hanya terjadi pada masa pemerintahan
Jokowi-JK saja, akan tetapi sudah berlangsung
sejak lama melewati lima masa Pemerintahan
sebelumnya. Pada ahir masa Pemerintah
SBY, dampak kerugian yang ditimbulkan
sebagai akibat aksi demo buruh di DKI Jakarta
mencapai angka yang cukup besar. Kerugian
tersebut disebabkan oleh berhentinya aktifitas
administrasi kantor pusat di DKI Jakarta yang
basis produksinya beroperasi di Kawasan
Industri di DKI Jakarta, Karawang, Cikarang,
Purwakarta dan Balaraja Tanggerang. Hal
tersebut secara tidak langsung berdampak
terhadap berhentinya aktifitas pendukung
lainnya,
seperti
kegiatan
transportasi,
pengadaan pasokan bahan baku industri, dst
(http://www.beritasatu.com). Selain berdampak
kerugian pada kawasan industri di DKI
Jakarta, demo buruh itupun juga menimbulkan
dampak kerugian secara financial di luar
wilayah DKI Jakarta, misalnya Kawasan Muka
Kuning Batam mencatat kerugian akibat
demo masal sebagai impas dari gerakan demo
buruh turun ke jalan di DKI Jakarta yaitu
mencapai angka sebesar US$ 40 Juta (http://
www.haluankepri.com/batam). Bahkan data
dan informasi resmi yang diterbitkan oleh
Kemenperin RI bahwa aksi demo buruh
secara besar besaran telah menimbulkan dua
dampak kerugian bagi banyak pihak yaitu
kerugian financial mencapai angka US$ 20
miliar atau sekitar Rp 190 triliun dan kerugian
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
non financial diperkiraan puluhan ribu orang
telah kehilangan mata pencahariannya (www.//
kemenperin.go.id).
Penulis sangat prihatin atas kondisi
demo buruh masal yang terus berlangsung
sepanjang tahun tersebut dengan menyuarakan
tiga tuntutan yang sama secara terus menerus
setiap tahun, yaitu (a). tuntutan kenaikan upah
buruh Kabupaten / Kota (UPM), (b). Menolak
status outsourcing, serta (c). Progam Jaminan
kesehatan bagi pekerja. Pemerintah JokowiJK yang baru saja berbenah dipastikan akan
menanggung biaya sosial yang sangat besar
apabila masalah buruh tersebut belum atau
tidak segera diselesaikan dengan langkah
langkah pencegahan secara kongkrit dan
nyata. Penulis menduga akan terjadi potensi
penurunan kinerja perusahaan dan kinerja
karyawan di perusahaan sebagai akibat aksi
demo buruh masal yang dilakukan pada
tahun tersebut. Penulis melihat bahwa 3 (tiga)
tuntutan dari sepuluh tuntutan buruh tersebut
dipandang kurang tepat dan tidak realistis,
mengingat perusahaan sedang dalam kondisi
yang menurun (Declining). Akan tetapi
penulis tetap memaklumi bahwa aktifitas demo
buruh tersebut merupakan jalan pintas untuk
menyuarakan keinginannya agar didengar
dan dapat direalisasikan oleh manajemen
perusahaan melalui tekanan lanngsung kepada
Pemerintah. Buruh menggunakan demo
masal sebagai media resmi yang dilindungi
oleh Undang-Undang Nomor 13 thn 2003
ttg Ketenagakerjaan. Pasal 104 UU 13/2003
mempertegas bahwa “Serikat Pekerja /
Federasi maupun Konfederasi mempunyai
kedudukan yang kuat untuk menekan
manajemen perusahaan apabila dipandang
terdapat kondisi yang tidak menguntungkan
bagi pekerja / buruh dalam situasi dan kondisi
apapun termasuk dalam kondisi sulit seperti
sekarang ini”. ‎
Bagian Kedua tentang Serikat Pekerja,
Pasal 104 menjelaskan bahwa :
(1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk
dan menjadi anggota Serikat Pekerja
(SP)/ Serikat Buruh (SB).
(2) Dalam
melaksanakan
fungsinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
102, serikat pekerja (SP) /Serikat
Buruh (SB) berhak menghimpun
dan
mengelola
keuangan
serta
mempertanggungjawabkan
keuangan
organisasi termasuk dana mogok.
(3) Besarnya dan tata cara pemungutan dana
mogok sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur dalam anggaran dasar
dan/atau anggaran rumah tangga serikat
pekerja/serikat buruh yang bersangkutan.
Lebih lanjut UU No. 13 tahun 2003
tentang
Ketenagakerjaan
mendefiniskan
Serikat Pekerja adalah : “organisasi yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh
baik di Perusahaan maupun diluar perusahaan,
yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya”.
Sedangkan tujuan mendirikan Serikat
Pekerja/buruh (SP), Federasi maupun
Konfederasi adalah sebagai berikut :
a.
Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja
b.
Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja
c.
Sarana menciptakan hubungan industri
d.
Sarana
penyalur
aspirasi
dalam
memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya
e.
Perencana,
pelaksana
dan
penanggungjawab pemogokan pekerja/
buruh.
f.
Wakil pekerja dalam memperjuangkan
kepemilikan saham di perusahaan.
Memperhatikan fakta nyata dilapangan,
penulis berpendapat bahwa faktor yang paling
menyulitkan bagi perusahaan adalah adanya
tekanan dari pekerja/buruh melalui kegiatan
demo masal yang dimobilisasi oleh Serikat
Pekerja (SP) untuk menuntut kenaikan upah dan
perbaikan kesejahteraan bagi para karyawan
57
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
pada waktu terjadinya penurunan kinerja
perusahaan. Untuk itu manajemen perusahaan
perlu menyusun strategi alternatif yang
tepat untuk mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan saat ini dan dalam jangka
panjang. Alternatif strategi yang dibangun
dan dikembangkan adalah mengoptimalkan
fungsi dan peran Koperasi karyawan (Kopkar)
sebagai wadah ekonomi milik anggota dengan
fokus kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi
anggota beserta keluarganya.
akan lebih dominan dalam menanggulangi
permasalahan kesenjangan khususnya dalam
pemenuhan ekonomisasi kebutuhan anggota
beserta keluarganya. Diyakini oleh penulis
bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan primer
anggota beserta keluarga nya tersebut secara
langsung akan mampu meminimalkan gejolak
yang pada akhirnya mendorong keinginan
buruh untuk melakukan demo masal turun
ke jalan menyuarakan aspirasinya kepada
perusahaan melalui pemerintah.
Program Kopkar dirancang mampu
memberikan dampak positif bagi kedua belah,
masing masing bagi Perseroan sebagai induk
perusahaan dimana Kopkar dibangun dan
dikembangkan serta bagi karyawan sebagai
pekerja perusahaan sekaligus sebagai memilik
dari Kopkar tersebut. Perusahaan dan karyawan
membutuhkan kenyamanan dan kepastian yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Kopkar beserta program program nya
harus dituntut mampu untuk bersinergi dengan
Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam menanggulangi kemungkinan
timbulnya konflik antara perusahaan dengan
karyawan yang disebabkan oleh isue
kesenjangan yang terus menerus dipersoalkan
sepanjang tahun. Dengan sinergi program
tesrebut akan mampu mewujudkan tujuan
“long life employment” pada perusahaan yang
mempekerjakan karyawan.
Melalui Program Unit Simpan Pinjam
(USP) Kopkar, maka kebutuhan keuangan
anggota beserta keluarganya dapat dipenuhi
dari unit tersebut sedangkan program
toko harus mampu memenuhi pemenuhan
kebutuhan barang barang konsumsi anggota
beserta keluarganya tersebut. Kedua program
layanan tersebut yaitu USP dan Toko secara
langsung dapat memperkecil kesenjangan
(gap) atas penghasilan (sallary) yang diterima
oleh pekerja / buruh setiap bulan dengan
biaya konsumsi rata rata per bulan melalui
program program yang dibangun oleh
Kopkar. Diharapkan fungsi dan peran Kopkar
58
Sebagai dasar pendukung terhadap
fungsi dan peran strategis Kopkar beserta
programnya dalam perusahaan, pada tahap
awal penulis melakukan pra survai terhadap
Koperasi Karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) di wilayah DKI Jakarta yang
pabriknya tersebar di kawasan industri Pulo
Gadung (Jakarta), kawasan industri Jababeka,
Cikarang, Karawang, Cibitung (Jawa Barat),
dan kawasan industri Manis dan Balaraja
(Banten). Hasil pra tersebut dapat disajikan
pada tabel 1 dibawah ini :
lebih dominan dalam menanggulangi Pulo Gadung (Jakarta), kawasan industri
permasalahan kesenjangan khususnya dalam Jababeka, Cikarang, Karawang, Cibitung
pemenuhan ekonomisasi kebutuhan
anggota (Jawa Barat), dan kawasan industri Manis
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
beserta keluarganya. Diyakini oleh penulis dan Balaraja
(Banten). KARYAWAN
Hasil pra PERUSAHAAN
tersebut
KESEJAHTERAAN
bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan dapat disajikan pada tabel 2 dibawah ini(Nana
: Sutisna)
primer anggota beserta keluarga nya tersebut
Tabel 1 : Data survey awal terhadap anggota Kopkar, karyawan perusahaandan
di wilayah
DKIperusahaandan
Jakarta
Tabel 1 : Data survey manajamen
awal terhadapperusahaan
anggota Kopkar,
karyawan
manajamen
perusahaan di wilayah DKI Jakarta
NO
PERTANYAAN
JAWABAN RESPONDEN
1. Menurut Bapak / Ibu, Apakah keberadaan Seluruh responden menjawab bahwa Kopkar
Kopkar di perusahaan diperlukan ?
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomisasi karyawan sebagai anggota
Kopkar
2. Manurut Bapak/ I bu, apakah program Seluruh responden menjawab bahwa program
Kopkar bermanfaat bagi Bapak / Ibu selaku Kopkar sangat bermanfaat bg anggota sbgi
anggota Koperasi
karyawan
4. Menurut Bapak / Ibu, Apakah mgt Sebagian besar responden menjawab bahwa
Perusahaan mendukung ke beradaan manajemen
perusahaan
mendukung
Kopkar ?
keberadaan Kopkar
5. Menurut Bapak / Ibu, Apakah kualitas Sebagian besar responden menjawab bahwa
layanan dari Kopkar sudah sesuai dgn kualitas layanan Kopkar perlu untuk di
harapan bapak/Ibu ?
tingkatkan lagi
6. Menurut Bapak / Ibu, Apakah Bapak/Ibu Sebagian besar responden menjawab bahwa
puas dengan program dr Kopkar ?
belum puas dengan program Kopkar dan perlu
untuk di tingkatkan lagi
Berdasarkan uraian pada latar belakang
tersebut serta memperhatikan hasil pra survey
kepada anggota Kopkar/Kopeg, karyawan
perusahaan dan perwakilan manajemen
perusahaan tersebut, penulis menduga bahwa
terdapat
peran dan keikutsertaan yang
signifikan dari Koperasi Karyawan (Kopkar) /
Koperasi Pegawai (Koppeg) dalam mendorong
terciptanya produktifitas kerja karyawan di
perusahaan. Bahkan Penulis dapat menegaskan
bahwa pada saat perusahaan mendapat tekanan
yang luar biasa dari lingkungan internal
dan lingkungan eksternal, maka manajemen
perusahaan dapat “menggunakan” Koperasi
karyawan (Kopkar) sebagai wadah ekonomi
milik karyawan (anggota) untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi karyawan beserta
keluarganya. Koperasi karyawan dapat
menyelenggarakan program programnya
secara independen untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi karyawan perusahaan sebagai pemilik
dari Koperasi karyawan (Kopkar).
Memperhatikan lima butir hasil analisis
pra survai serta menyimak latar belakang
penelitian diatas bahwa fakta dasar terjadinya
demo buruh masal di DKI Jakarta merupakan
penomena yang menjadi faktor pendorong
bagi perusahaan perusahaan besar PMA
untuk meninggalkan beberapa kawasan
industri tersebut. Hal yang sangat esensial
sebagai akar masalah terhadap hengkangnya
perusahaan perusahaan besar tersebut adalah
bahwa telah terjadinya kesenjangan (Gap)
antara penghasilan (atau upah) yang diterima
oleh pekerja / buruh perusahaan dengan biaya
kebutuhan hidup sehari hari (cost of living) dari
karyawan beserta keluarganya. Dalam kondisi
seperti inilah, maka Kopkar /Koppeg sangat
berperan penting untuk mampu memenuhi
kebutuhan
ekonomi
anggota/karyawan
beserta keluarganya melalui penyelenggaraan
program Usaha Simpan Pinjam (USP) dan
Unit Toko. Keberadaan Kopkar dalam badan
usaha Perseroan beserta programnya dituntut
untuk mampu memenuhi kebutuhan ekonomi
karyawan beserta keluarganya.
59
akang
l pra
Kopeg,
akilan
penulis
dan
perasi
gawai
ptanya
ahaan.
bahwa
n yang
l dan
jemen
perasi
onomi
menuhi
beserta
dapat
amnya
menuhi
sahaan
yawan
nalisis
akang
dasar
akarta
faktor
sahaan
berapa
sangat
hadap
besar
adinya
n (atau
buruh
hidup
yawan
seperti
sangat
menuhi
yawan
melalui
impan
radaan
beserta
mampu
yawan
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
Gbr. 2 Gbr.
: 1 Kondisi
sebelum
: Kondisi
sebelumdan
dan setelah
setelah
Kopkar
dibangun
badan
Kopkar
dibangun
dalam dalam
badan usaha
usaha Perusahaan
Perusahaan
Sumber
: Nana Sutisna, 2016
Sumber : Nana Sutisna, 2016
Dalam gambar 2 dapat dijelaskan bahwa
gambar 1setiap
dapat dijelaskan
gaji yangDalam
diterima
bulan bahwa
oleh
gaji yang diterima setiap bulan oleh karyawan
karyawan
akan sama sebelum dan setelah
akan sama sebelum dan setelah Kopkar di
Kopkar di bangun dan dikembangkan dalam
bangun dan dikembangkan dalam badan usaha
badanPerseroan.
usaha Perseroan.
Yang membedakan
Yang membedakan adalah program
adalahKopkar
program
Kopkar
akan
mampu
untuk
akan
mampu
untuk
mengurangi
mengurangi
pengurangan
(Cost
Reduction
pengurangan (Cost Reduction Program)
Program)
melalui
daridan
Kopkar
dan
melalui
layananlayanan
dari Kopkar
setiap akhir
setiap tahun
akhiranggota
tahun anggota
selaku karyawan
selaku karyawan
perusahaan
perusahaan
akan memperoleh
akan memperoleh
pendapatan pendapatan
melalui Sisa
HasilSisa
Usaha
(SHU)
yang (SHU)
dibagikanyang
oleh
melalui
Hasil
Usaha
Kopkar
setiap
tahun.setiap tahun.
dibagikan
oleh
Kopkar
Untuk Untuk
itu, Penulis
dapat
menyimpulkan
itu, Penulis
dapat
menyimpulkan
sementara
sementarabahwa
bahwa produktifitas
produktifitas kerja
kerja
karyawan
perusahaan
dapat
dibangun
karyawan perusahaan dapat dibangun melalui
melalui
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi
pemenuhan
kebutuhan
ekonomi karyawan
oleh
Koperasi
beserta
program
karyawan
olehKaryawan
Koperasi(Kopkar)
Karyawan
(Kopkar)
programnya
yang
bermanfaat
bagi
karyawan
beserta
program
programnya
yang
yang padabagi
akhirnya
dapat membangun
bermanfaat
karyawan
yang loyalitas
pada
anggota
terhadap
Kopkar.
Penulis
menduga
akhirnya dapat membangun loyalitas anggota
bahwa
masalah Penulis
kesenjangan
upah
terhadap
Kopkar.
menduga
bahwa
yang diterimaupah
dengan biaya kebutuhan
masalah kesenjangan
karyawan
sehari
hari dapat
oleh
yang
diterima
dengan
biayadipenuhi
kebutuhan
Kopkar
yang hari
dibangun
dikembangkan
karyawan
sehari
dapatdandipenuhi
oleh
secara
bersama
sama
dengan
perusahaan.
Kopkar yang dibangun dan dikembangkan
secara bersama sama dengan perusahaan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan bahasan pada latar belakang
diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan
60berikut :
sebagai
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan bahasan pada latar belakang
diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan
sebagai berikut :
1.
Demo buruh masal yang dimobilisasi oleh
Serikat Pekerja (SP) terjadi karena adanya
kesenjangan (gap) pendapatan / gaji
beserta tunjangan lain yang diterima oleh
pekerja / buruh setiap bulan dengan biaya
hidup (cost of living) yang dibutuhkan
oleh pekerja / buruh beserta keluarganya
setiap bulan.
2.
Masih
banyak
perusahaan
yang
masih belum menfasilitasi tumbuh
dan berkembangnya Kopkar dalam
perusahaan. Hal tersebut disebabkan
oleh dua aspek diantaranya adalah
bahwa (a). kehadiran Kopkar dalam
perusahaan masih dianggap sebagai
beban (liabilities) bagi perusahaan, serta
(b). masih ada anggapan dari manajemen
perusahaan bahwa ketersediaan Kopkar
dalam perusahaan menjadi “tidak
produktif” (un productive). Hal tersebut
disebabkan oleh keberadaan Kopkar
dalam perusahaan masih dijadikan
sebagai tempat berkumpulnya karyawan
untuk “kongkow kongkow” baik pada
waktu istirahat maupun waktu jam sibuk
untuk bekerja.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Menyusun
dan
menetapkan
model Kopkar yang ideal untuk
dibangun dan dikembangkan dalam
badan usaha Perseroan, sehingga
keberadaan Kopkar tersebut mampu
memberikan manfaat dan nilai tambah
(value added) bagi pemenuhan
kebutuhan konsumsi karyawan
beserta keluarganya. Diharapkan
konflik yang berkepanjangan antara
karyawan
dengan
manajemen
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
perusahaan dapat diminimalisir
dengan hadirnya program program
pemenuhan kebutuhan ekonomisasi
karyawan beserta keluarganya yang
diselenggarakan oleh Kopkar.
2.
3.
Membuka wawasan dan paradigma
bagi manajemen perusahaan bahwa
Kopkar sebagai badan usaha
akan mampu berperan penting
dalam mendukung terciptanya
produktifitas
kerja
karyawan
di perusahaan melalui program
ekonomisasi kebutuhan karyawan
beserta keluarganya.
Memberikan
masukan
kepada
Kementerian Koperasi dan UKM
serta Kementerian Tenaga Karya
untuk
menghidupkan
kembali
program pembangunan Kopkar yang
sudah dilakukan dengan baik oleh
Dirjen PHI
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi para pelaku usaha Perseroan
dengan hadirnya program program Kopkar
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomisasi anggota beserta keluarganya.
Perusahaan tidak akan direpotkan lagi dengan
urusan pemenuhan kebutuhan keuangan
berupa kas bon untuk memenuhi kebutuhan
harian anggota beserta keluarga. Kebutuhan
tersebut dapat diambil alih oleh kehadiran
Kopkar dalam perusahaan.
II.
PENDEKATAN TEORI
Untuk memudahkan dalam pembahasan,
berikut pengertian tentang Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi dan Tenaga Kerja / Karyawan,
yaitu :
a.
Undang Undang nomor 25 tahun 1992
mendefinisikan “Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan”.
b.
Perseroan Terbatas (PT) menurut
Undang Undang nomor 40 tahun 2007
didefinsikan adalah “badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan
perjanjian,
melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.
c.
Undang Undang 13 tahun 2003, Bab
I, pasal 1, ayat 1, mendefinisikan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Sedangkan
pasal 2 mendefinisikan Pekerja / buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Tiga pengertian tersebut diperlukan
sebagai pemahaman awal dalam menganalisis
strategi membangun dan mengembangkan
Koperasi Karyawan (Kopkar) sebagai badan
hukum (UU 25/92) dalam Badan Usaha
Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan
hukum (UU 40/2007) untuk melayani obyek
pekerja sebagai obyek hukum juga (UU
nomor 13/2003). Ketiganya perlu dirumuskan
pendekatan strategis yang tepat dan akurat
untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya
konflik antara karyawan dan perusahaan
berujung pada terjadinya demo buruh masal
yang merugikan secara financial dan non
financial yang sangat besar sepanjang tahun.
Berdasarkan tiga pengertian dari tiga
Undang Undang tersebut dapat dijadikan
sebagai acuan dalam merumuskan strategi
yang tepat dengan tetap memperhatikan
prinsip dasar Koperasi yaitu “dari, oleh dan
untuk” anggota. Keberadaan Kopkar harus
bermanfaat untuk tiga stakeholder, yaitu (a).
61
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
bagi karyawan sebagai pemilik Kopkar dapat
menerima manfaat berupa kemudahan dalam
mendapatkan pemenuhan ekonomisasi setiap
bulan, (b). bagi perusahaan sebagai tempat
dibangun dan dikembangkannya Kopkar
dimana karyawan berkumpul dapat menerima
manfaat berupa kenyamanan dan kepastian
produktifitas kerja karyawan di perusahaan
untuk pertumbuhan jangka panjang, serta (c).
bagi Kopkar sebagai wadah ekonomi anggota
dapat menerima manfaat berupa kepastian
keberadaannya dalam jangka panjang.
Berdasarkan uraian tersebut Kopkar
dapat dibangun dalam perusahaan berdasarkan
prinsip “base on cost oriented” tidak “profit
oriented”. Hal tersebut berdampak harga atau
bunga atau yang ditawarkan oleh Kopkar
kepada anggotanya akan selalu sama atau lebih
rendah atau dibawah harga yang ditawarkan
oleh pelaku ekonomi di pasar. Prinsip dasar
itulah yang harus menjadi arah kebijakan
membangun dan mengembangkan Kopkar
dalam badan usaha Perseroan.
Sama halnya dengan Serikat Pekerja (SP),
keberadaan Koperasi qq. Koperasi karyawan
(Kopkar) dalam perusahaan juga mempunyai
landasan hukum yang kuat berdasarkan
Undang Undang nomor 13 tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan. Pasal 101, ayat 1,2,3 dan 4
yang mengamanatkan untuk membangun dan
mengembangkan Kopkar / Koppeg dalam
Perseroan.
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
•
Pasal 4 : Upaya upaya untuk
menumbuhkembangkan
Koperasi
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Menghadapi tuntutan pekerja/buruh yang
sudah berlangsung lama tersebut dengan
mengoptimalkan fungsi dan peran Kopkar
dalam Perseroan, sebenarnya pada tahun 1991,
era Pemerintahan Presiden Soeharto melalui
Radius Prawiro sebagai Menteri Koordinator
Bidang Ekonomi, Keuangan Industri dan
Pengawasan Pembangunan (Menko Ekuin dan
Wasbang) Republik Indonesia sdh menerbitkan
surat nomor : SE-05/M.EKUIN/1991 tentang
pemilikan saham oleh Koperasi.
Beberapa poin penting dalam surat
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
A.
Landasan
Koperasi
pemilikan
saham
oleh
1.
Tiga kekuatan ekonomi nasional
yang diisyaratkan oleh Garis Garis
Besar Haluan Negara ialah badan
usaha milik negara, Koperasi dan
usaha swasta tidak kita pandang
sebagai komponen yang saling
berbenturan.
Ketiga
tiganya
dikembangkan menjadi komponen
komponen yang saling mendukung
dan terpadu didalam sistem ekonomi
nasional
Selengkapnya bunyi pasal 101 tersebut
adalah :
•
Pasal 1 : untuk meningkatkan
kesejahteraan pekerja / buruh, dibentuk
Koperasi pekerja/buruh dan usaha usaha
produktif di perusahaan
2.
Kegiatan dunia usaha yang besar
perlu dikembangkan sehingga dapat
memberi manfaat yang sebesar
besarnya bagi kemakmuran rakyat
•
Pasal 2 : Pemerintah, pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja / serikat
buruh berupaya menumbuhkembangkan
Koperasi
pekerja/buruh
dan
mengembangkan
usaha
produktif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
3.
Sesuai dengan amanat pasal 33
Undang Undang Dasar 1945,
Koperasi dikembangkan sehingga
menjadi kekuatan ekonomi dan
sekaligus wadah untuk mewujudkan
pemerataan menuju keadilan sosial
•
Pasal 3 : Pembentukan koperasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
4.
Penjualan
saham
perusahaan
pada masyarakat, termasuk pada
62
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
Koperasi merupakan salah satu
cara memeratakan pembangunan
dan untuk membuat dunia usaha
kita lebih terbuka dan lebih
sehat. Namum pembelian saham
perusahaan dewasa ini masih terbatas
pada sebagian anggota masyarakat
yang keuangannya relatif sudah
baik. Sebaliknya, golongan ekonomi
lemah belum banyak dapat ikut
berpartisipasi dalam pemilikan
modal saham.
saham
Koperasi primer yang berada di
sekitar lokasi kerja perusahaan
(KUD KUD)
c.
Koperasi yang mempunyai kaitan
pekerjaan, kaitan produksi serta
kaitan distribusi dengan perusahaan
yang bersangkutan
d.
Koperasi
lainnya
primer
(KUD
KUD)
7.
Pemberian kesempatan kepada Koperasi
untuk memiliki saham perusahaan
dilakukan secara sukarela oleh para
pengusaha sebagai ungkapan kesadaran
akan panggilan jiwa dan semangat
Pancasila atas dasar penghayatannya
pada amanat pasal 33 UUD 1945.
B.
Gagasan
Koperasi
1.
Koperasi primer perlu diberi kesempatan
untuk ikut memiliki saham dalam
perusahaan berbentuk perseroan terbatas
yang sehat
8.
Yang diutamakan adalah perusahaan
swasta sebab badan badan usaha milik
negara pada hakekatnya adalah juga milik
seluruh rakyat
Pemilihan saham dilakukan secara
bertahap sesuai dengan semangat
Pancasila pengusaha serta kemampua
Koperasi yang bersangkutan
9.
Karena
maksud
utama
program
pemerataan ini adalah menumbuh
kembangkan Koperasi, maka perusahaan
perusahaan yang selama ini telah
mengikutsertakan karyawannya di dalam
kepemilikan sahamnya melalui yayasan
atau bentuk bentuk lain, diharapkan
menyesuaikan pelaksanaannya dengan
gagasan dasar ini.
2.
pemilikan
b.
oleh
3.
Koperasi disarankan tidak melakukan
partisipasi modal didalam perusahaan
swasta berbentuk firma dan CV (
Commanditaire Vennootschap) karena
tanggungjawab renteng pemilik firma dan
mitra aktif dalam CV terhadap hutang
hutang perusahaan.
4.
Mengenai perusahaan dalam rangka
Undang Undang Penanaman modal asing,
maka dengan berpegang pada ketentuan
ketentuan undang undang, jika pihak
asing menjual sahamnya kepada mitra
Indonesia, maka prioritas dapat diberikan
pada Koperasi
5.
Yang diberi kesempatan memiliki saham
adalah Koperasi sebagai kesatuan, bukan
pengurus Koperasi
6.
Koperasi yang diberi kesempatan
memiliki saham perusahaan adalah :
a.
Koperasi karyawan perusahaan yang
bersangkutan ;
10. Semua instansi yang bersangkutan
memberikan bantuan sepenuhnya
C.
Tujuan pemilikan saham oleh Koperasi
1.
Mewujudkan unsur “pemerataan” dari
Trilogi Pembangunan ;
2.
Meningkatkan “rasa iku memiliki” para
anggota Koperasi di dalam perusahaan
yang sahamnya dimiliki Koperasinya
dan
selanjutnya
menumbuhkan
tekad membela kelangsungan hidup
perusahaan ;
3.
Mengurangi kesenjangan sosial yang
terlalu menyolok yang dapat melahirkan
63
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
kecemburuan sosial dan pada gilirannya
dapat menimbulkan gejolak gejolak
sosial ;
4.
Meningkatkan solidaritas dan persatuan
nasional ;
Memperhatikan landasan pemilikan
saham oleh Koperasi yang sudah hampir 25
tahun tersebut, penulis berpendapat bahwa
seharusnya masalah perburuhan sudah
mulai dapat diminimalisir secara bertahap
walaupun era Pemerintahan sudah saling
berganti. Hal tersebut dapat dilihat pada butir
(B) diatas bahwa gagasan pemilikan saham
oleh Koperasi diberikan kepada “Koperasi
karyawan perusahaan yang bersangkutan”
(butir 6A) ; dengan tujuan tercantum pada butir
C yaitu “Meningkatkan “rasa ikut memiliki”
para anggota Koperasi di dalam perusahaan
yang sahamnya dimiliki Koperasinya dan
selanjutnya menumbuhkan tekad membela
kelangsungan hidup perusahaan” (pada butir
C.2), dan “Mengurangi kesenjangan sosial
yang terlalu menyolok yang dapat melahirkan
kecemburuan sosial dan pada gilirannya
dapat menimbulkan gejolak gejolak sosial”
(pada butir C.3). Tiga point tersebut kalau di
terapkan secara konsisten dan berkelanjutan di
perusahaan. Maka penulis menyakini bahwa
gejolak buruh tersebut dapat diminimalkan
secara bertahap seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya Kopkar dalam badan usaha
Perseroan.
Kesungguhan Presiden Soeharto untuk
mengatasi tuntutan buruh dapat dilihat
dengan membentuk Dewan Pengawas Saham
berdasarkan Surat Keputusan Presiden
yang menugaskan Departemen Keuangan,
Departemen Koperasi, Departemen Tenaga
Kerja, Perum PKK, Bank Indonesia, Perum
Astek, KADIN/APINDO dan Induk Koperasi
Karyawan (Inkopkar) dengan tugas pokok
mengeluarkan rekomendasi kredit, mengawasi
penggunaan saham dan pembagian deviden.
Presiden Soeharto waktu itu menyimpulkan
bahwa
terjadinya gejolak perburuhan
disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial
antara buruh dengan perusahaan. Untuk
64
itu, dalam menghadapi situasi dan kondisi
lingkungan internal dan eksternal perusahaan
yang sulit seperti sekarang ini, maka
strategi alternatif yang tepat adalah dengan
mengoptimalkan fungsi dan peran Kopkar
dalam perusahaan sebagai wadah ekonomi
milik seluruh karyawan dengan atau tanpa
dengan pemilikan saham perusahaan. Target
yang ingin dicapai adalah dapat meminimalkan
konflik antara manajemen perusahaan dengan
karyawan yang difasilitasi oleh Serikat
Pekerja melalui pemenuhan kebutuhan
konsumsi anggota beserta keluarganya.
Bahkan Menteri Koperasi pada era Presiden
Soeharto yaitu Bustanil Arifin mempertegas
pada sambutan seminar pemilikan saham
oleh Koperasi karyawan di perusahaan swasta
pada tanggal 11 Februari 1988 mengatakan
bahwa “di Amerika Serikat, perusahaan yang
dimiliki oleh karyawan ternyata dapat meraih
keuntungan rata rata 50 persen lebih besar
daripada perusahaan yang tidak dimiliki
oleh karyawannya, sedangkan produktifitas
karyawan naik tiga kali (3x) lebih besar dari
sebelum perusahaan itu dimiliki oleh karyawan
dan konflik antara pemilik, manajemen dan
karyawan serta tuntutan perbaikan gaji dan
fasilitas umumnya dapat teratasi dengan baik.
Bustanil memberikan contoh dari berbagai
perusahaan di Amerika Serikan yang sebagian
atau seluruh sahamnya dimiliki karyawan
adalah Pan AM (13%), Western Airlines
(32%), Chrysier Corporation (12%), US Sugar
– pabrik gula terbesar di AS (43%), publik
supemarket (100%) dan banyak perusahaan
lainya”
Mempertegas terhadap apa yang
disampaikan oleh Presiden Soeharto dan
Bustanil Arifin, pakar ekonomi Koperasi
yaitu Dr. Sri Edi Swasono dalam makalahnya
berjudul Pemilikan saham oleh karyawan
dalam sistem ekonomi nasional Indonesia
pada tanggal 11 Februari 1988 menjelaskan
bahwa di Malaysia target minimal sampai 30%
dari saham perusahaan yang lebih ditekankan
pada pemilikan bagi Bumiputra daripada
bagi Koperasi. Tentu saja tidak menutup
kemungkinan mencapai tingkat 50% atau lebih
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
atau bahkan 100%. Lebih lanjut Sri Edi Swasono
mengatakan bahwa beberapa ahli (seperti Piklai
dan Gyllenhammer) mengusulkan pemikiran
agar sebesar 33,3% saham dalam perusahaan
diperuntukan bagi buruh, sebesar 33,3% bagi
pemilik modal awal dalam perusahaan dan
sebesar 33,3 % bagi kalangan netral (TechnoStructure) di dalam perusahaan yang dianggap
tidak berpihak kepada buruh maupun kepada
pemilik modal awal, pemberian saham tidak
bersifat cuma cuma (gratis). Usulan mereka
atas penjualan saham tersebut sekarang telah
menjadi Ketetapan nomor 5 Parlemen Eropa
yang dikenal dengan Article 5 European
Company Law yang dijuluki dengan Triangular
formula representation 2”.
Berdasarkan uraian tersebut diatas,
sudah menjadi keharusan bagi Koperasi
Karyawan (Kopkar) dalam Perseroan untuk
mampu memenuhi kebutuhan anggota beserta
keluarganya melalui aktifitas usaha dibidang,
yaitu :
(1). Layanan Unit Usaha Simpan Pinjam
(USP) dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan keuangan anggota beserta
keluarganya, serta
(2). Layanan Unit Usaha Toko dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan barang barang
konsumsi anggota beserta keluarganya.
Kedua program layanan usaha Kopkar
tersebut berorientasi kepada kemanfaatan
bagi kedua belah pihak, yaitu :
(1). Manfaat bagi karyawan berupa adanya
jaminan kesejahteraan selain melalui
upah yang diterima juga memperoleh
kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan
keuangan dan barang barang konsumsi
melalui layanan dari Kopkar yang
dibangun dan dikembangkan, serta
(2). Manfaat bagi perusahaan berupa adanya
jaminan untuk tumbuh dan berkembang
dalam jangka panjang melalui sistem
kerja yang kondusif dan nyaman.
Target akhir yang ingin dicapai dengan
keberadaan Kopkar dalam perusahaan adalah :
(a). Memperoleh karyawan yang berkualitas,
(b). Membangun kehidupan karyawan yang
berkualitas,
Kedua aspek tersebut secara umum
mampu mempertahankan untuk selama
mungkin Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
bekerja di perusahaan (long life employment)
dengan sasaran akhir untuk mewujudkan
kinerja karyawan perusahaan yang optimal.
Dalam kondisi krisis ekonomi, Kopkar
dapat diandalkan dan mampu tampil untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi anggota beserta
keluarganya, tanpa harus menuntut kenaikan
upah dan kesejahteraan melalui aksi demo
masal turun ke jalan pada saat perusahaan
sedang mengalami pertumbuhan yang negatif.
Kehadiran Kopkar lebih memberikan solusi
terhadap permasalahan internal perusahaan
melalui pemenuhan kebutuhan ekonomi
karyawan dari program Unit Usaha Simpan
Pinjam (USP) dan unit usaha Toko.
Undang Undang nomor 13/2013 tentang
Ketenagakerjaan tersebut selain dijadikan
sebagai landasan hukum untuk membangun
Serikat Pekerja (SP), dapat juga dijadikan
sebagai landasan hukum bagi pembentukan
Koperasi karyawan (Kopkar) dalam Badan
Usaha Perseroan. Untuk itu diperlukan
langkah koordinatif antara pemrakarsa
pendirian Koperasi karyawan (Kopkar)
dengan manajemen Perusahaan yang diwakili
oleh Divisi Pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) dengan sasaran akhir mampu
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,
yakni bagi karyawan dan bagi pekerja/buruh.
Fungsi strategis membangun Koperasi
karyawan (Kopkar) dalam perusahaan dapat
dilihat dalam gambar 2 dibawah ini 1.
1. Koperasi karyawan (Solusi alternatif dalam menanggulangi konflik antara karyawan
dengan Perusahaan), sebagai Nana Sutisna, 2016
65
diantaranya berupa alokasi dana sosial dan
alokasi dana pembangunan wilayah kerja
yang disisihkan dari pembagian Sisa Hasil
Usaha (SHU). Keduanya secara tidak
langsung akan mampu menahan gejolak
Gbr. 1 : Sinergi program antara
karyawan melalui aksi demo buruh masal
Gbr. 2 :Perusahaan
Sinergi program
antara
Manajemen
dengan
Koperasi menahan
yang gejolak
sering karyawan
terjadi. melalui aksi demo
Manajemen
Perusahaan
dengan
Koperasi
buruh
masal
yang
sering terjadi.
Karyawan
Karyawan
III. LANGKAH STRATEGIS
MEMBANGUN KOPKAR
DALAM
III. LANGKAH
STRATEGIS
PERUSAHAAN
MEMBANGUN
KOPKAR DALAM
3.1.
PEMAHAMAN TERHADAP
PERUSAHAAN
KOPERASI, PERSEROAN
DAN
3.1. PEMAHAMAN
TERHADAP
KARYAWAN
KOPERASI,
PERSEROAN DAN
Memperhatikan latar belakang serta
KARYAWAN
dampak
positif atas keberadaan Kopkar
Memperhatikan latar belakang serta
dalam
Usaha Kopkar
Perseroan
dampak
positifBadan
atas keberadaan
dalam untuk
menanggulangi
buruh masal yang
Badan
Usaha Perseroandemo
untuk menanggulangi
berlangsung
tahun. Perlusetiap
ditetapkan
demo
buruh masalsetiap
yang berlangsung
Sumber
:
Nana
Sutisna,
2016
tahun.
Perlu ditetapkan
untuk
Sumber : Nana Sutisna, 2016
langkah
strategislangkah
untukstrategis
membangun
dan
membangun
dan
mengembangkan
Kopkar
mengembangkan Kopkar dalam Perseroan
Gambar 1 menjelaskan bahwa dalam diri dalam
Perseroan
dengan memperhatikan
dengan
memperhatikan
faktor eksternal dan
Gambar 2 menjelaskan bahwa dalam diri
karyawan terdapat 2 (dua) fungsi, yaitu faktor
eksternal
dan
internal
internal perusahaan. Berikutperusahaan.
disajikan urutan
karyawan terdapat 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi
disajikan urutan proses secara lengkap
fungsi
pertama
sebagai Berikut
pertama sebagai pekerja/buruh/karyawan
proses secara lengkap Bagaimana Koperasi
Bagaimana Koperasi Karyawan (Kopkar) atau
pekerja/buruh/karyawan
(employee)
(employee) yang bekerja di
perusahaan yang
dan
Karyawan
(Kopkar) atau Koperasi Pekerja
Pekerja (Koppeg) dapat dibangun
bekerja
perusahaan
dan sebagai
pemilik Koperasi
sebagaidi pemilik
(the owner)
dari Koperasi
(Koppeg)
dapatdalam
dibangun
dikembangkan
dikembangkan
badandan
usaha
lain
(thekaryawan
owner)yang
daridibangun
Koperasi
yang dan dalam
dankaryawan
dikembangkan
badan
usaha
lain
berbentuk
Perseroan
Perseroan Terbatas (PT). Para
oleh seluruh
karyawan. Karyawan
dibangun
dan dikembangkan
oleh sebagai
seluruh berbentuk
Terbatas perlu
(PT).menganalisis
Para pemrakarsa
pemrakarsa
dan/atau perlu
pekerja dibayar
berdasarkan
berdasarkan
karyawan.
Karyawan
sebagai
pekerja memahami
terlebih dan/atau
dahulu landasan
hukumterlebih
menganalisis
memahami
besar kecilnya
kontribusi
keahlian (Skill)
dibayar
berdasarkan
berdasarkan
besar yangdahulu
berkaitanlandasan
dengan ketiga
subyek
tersebut,
hukum yang berkaitan
dan pengetahuan
(Knowledge)
dimiliki
kecilnya
kontribusi
keahlianyang
(Skill)
dan masing
masing
yaitu
:
dengan ketiga subyek tersebut, masing
oleh karyawan melalui mekanisme sistem
pengetahuan
(Knowledge) yang dimiliki oleh
:
Perlunyayaitu pemahaman
terhadap
remunerasi dan konpensasi. Perusahaan • masing
karyawan
melalui mekanisme sistem
landasan
hukum
yang
mengatur
Badan
mampu membayar berdasarkan pertumbuhan
Perlunya pemahaman terhadap
landasan
remunerasi
dan
konpensasi.
Perusahaan
Usaha
Koperasi,
hal
tersebut
dapat
keuangan perusahaan yang diberikan oleh
hukum yang mengatur Badan Usaha
mampu
membayar
berdasarkan
disajikan
secara
dalamdapat
Undang
karyawan
tersebut.
Sedangkanpertumbuhan
karyawan
Koperasi,
hallengkap
tersebut
disajikan
keuangan
perusahaan
yang
diberikan
oleh
Undang nomor 25 tahun 1992 tentang
sebagai pemilik
Koperasi
karyawan
disamping
secara lengkap dalam Undang Undang
Perkoperasian
memperoleh
kemudahan
karyawan
tersebut.
Sedangkan karyawan
nomor 25 tahun 1992 tentang
sebagaimelalui
pemilik
Koperasi
karyawan
Perlunya
pemahaman terhadap landasan
layanan usaha
Kopkar, juga
setiap •
Perkoperasian
disamping
memperoleh
kemudahan
hukum yang mengatur Badan Usaha
tahun akan memperoleh Sisa Hasil Usaha
Perlunya pemahaman terhadap landasan
melalui
Kopkar,pertumbuhan
juga setiap
Perseroan Terbatas (PT), hal tersebut
(SHU) layanan
sebagai usaha
konsekwensi
hukum yang mengatur Badan Usaha
dapat disajikan secara lengkap dalam
Kopkar
yang
dikembangkannya.
Fakta Usaha
dasar
tahun
akan
memperoleh
Sisa Hasil
Perseroan
Terbatas
Undang
Undang
nomor 40(PT),
tahun hal
2007tersebut
tersebut
menunjukan
bahwa pertumbuhan
keberadaan
(SHU)
sebagai
konsekwensi
dapatPerseroan
disajikan
secara
dalam
tentang
Terbatas
(PT),lengkap
serta
Kopkar
dalam
Badan Usaha Perseroan
Kopkar
yang
dikembangkannya.
Faktadapat
dasar
Undang Undang nomor 40 tahun 2007
memberikan manfaat financial melalui layanan
tersebut
menunjukan bahwa keberadaan • Perlunya pemahaman terhadap landasan
tentang Perseroan Terbatas (PT), serta
Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) dan Toko
hukum yang mengatur Tenaga kerja
Kopkar dalam Badan Usaha Perseroan dapat
serta manfaat non financial dua diantaranya
Perlunya
pemahaman
terhadap
landasan
dan
Ketenagakerjaan,
hal tersebut
dapat
memberikan
berupa alokasimanfaat
dana sosialfinancial
dan alokasimelalui
dana
hukumsecara
yang lengkap
mengatur
Tenaga
kerja dan
disajikan
dalam
Undang
layanan Unit Usaha Simpan Pinjam (USP)
pekerja/buruh.
Fungsi strategis membangun Koperasi
karyawan (Kopkar) dalam perusahaan dapat
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016
dilihat
dalam gambar 1 dibawah ini1 : 55-75
pembangunan wilayah kerja yang disisihkan
dari pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU).
1
Koperasi
(Solusi
alternatif
dalam
Keduanyakaryawan
secara tidak
langsung
akan mampu
menanggulangi konflik antara karyawan
66
Undang nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
dengan Perusahaan), sebagai Nana Sutisna,
2016
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
Pemahaman mendalam terhadap ke 3
(tiga) aspek landasan hukum tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu “faktor penentu
keberhasilan / Key Succes Factors (KSF)”
dalam membangun dan mengembangkan
Kopkar/Koppeg dalam badan usaha lain
berbentuk Perseroan.
Undang Undang nomor 25 tahun 1992
Bab I, pasal 1, mendefinisikan bahwa “Koperasi
adalah Badan usaha2 yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan”. Berdasarkan definisi Koperasi
secara umum tersebut serta keterkaitannya
dengan keberadaan Koperasi Karyawan
(Kopkar) secara khusus maka sangat jelas
bahwa Koperasi Karyawan (Kopkar) atau
Koperasi Pekerja (Koppeg) merupakan badan
usaha ( entity business ) yang dikembangkan
dalam badan usaha lain yaitu Perseroan yang
Kepemilikannya mengikutsertakan seluruh
karyawan yang bekerja dalam perusahaan
berdasarkan syarat dan ketentuan berlaku.
Berdasarkan definisi tersebut sudah jelas
bahwa Perseroan dan Koperasi keduanya
merupakan badan usaha (entity business)
yang
keberadaanya
syah
berdasarkan
Undang Undang. Perseroan dibangun dan
dikembangkan dengan manajemen sendiri
yang mempekerjakan seluruh karyawan/
buruh/pekerja yang bergabung berdasarkan
hubungan perikatan kerja seperti diatur dalam
Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Sedangkan Kopkar dibangun
dan dikembangkan oleh seluruh karyawan
Perseroan
dengan
manajemen
sendiri
berdasarkan ketentuan Undang Undang nomor
25 tahun 1992. Secara prinsip keberadaan
Kopkar dan Perseroan dibangun secara terpisah
dan dikembangkan otonom berdasarkan
Undang Undang yang berbeda. Akan tetapi
mengingat keberadaan karyawan tersebut
terikat dengan aturan dengan Perseroan,
maka tanpa disadari keberadaan Kopkar
sebagai organisasi ekonomi milik karyawan
sangat menyelaraskan dengan ketentuan yang
diberlakukan oleh Perseroan tersebut.
Karyawan tersebut selain menjadi pekerja
dalam badan usaha Perseroan Terbatas (PT)
juga bertindak sebagai pemilik (the owner)
dari Kopkar / Koppeg yang akan dibangun
dan dikembangkan. Dalam literatur Koperasi
dua fungsi karyawan tersebut dikenal dengan
prinsip “dual identity” yaitu anggota sebagai
pemilik dari Kopkar/Koppeg yang dibangun
sekaligus anggota tersebut sebagai pelanggan
dari semua program layanan yang diberikan
oleh Koperasi.
Undang Undang nomor 40 tahun 2007,
Bab I, pasal 1, tentang Perseroan Terbatas (PT)
mendefinisikan bahwa “Perseroan Terbatas,
yang selanjutnya disebut perseroan, adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.
Berdasarkan definisi tersebut sangat jelas
bahwa Perseroan Terbatas (PT) merupakan
badan usaha ( entity business ) yang
Kepemilikannya mengikutsertakan satu atau
dua orang dengan tujuan untuk memperoleh
laba (profit) dengan menterapkan prinsip
ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan
(profit) sebesar besarnya dengan nilai
pengorbanan yang sekecil kecilnya.
Dua Undang undang tersebut yaitu
Undang undang nomor 25/92 dan nomor
40/2007 menegaskan bahwa Koperasi dan
Perseroan Terbatas (PT) merupakan badan
usaha (entitas business) dengan garis besar
perbedaan yang sangat prinsip terletak pada 3
(tiga) aspek, masing masing yaitu :
2. Badan hukum Koperasi adalah Koperasi sekunder yang terdiri atas Pusat Koperasi,
Gabungan Koperasi dan Induk Koperasi
67
rletak pada
tu :
nsip untuk
it) melalui
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
•
Dalam “tata cara” dan prinsip untuk
memperoleh keuntungan (profit) melalui
berbagai unit usaha,
•
Dalam tata cara
keuntungan kepada
saham, serta
•
Dalam hak untuk bersuara pada Rapat
Pemegang Saham (RUPS)/ Rapat
Anggota (RA).
mendistribusikan
para pemegang
Sedangkan Undang undang nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
mendefinisikan bahwa “Tenaga Kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan / atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat”
Memperhatikan dan mempertimbangkan
ketiganya sebagai obyek hukum, maka
diperlukan strategi yang tepat agar diperoleh
manfaat yang besar dengan membangun
sinergi yang mutualistis diantara ketiganya.
Dengan demikian masing masing pihak
akan memberi fungsi dan peran masing
masing dalam membangun dan mewujudkan
kesejahteraan secara bersama sama. Karyawan
akan memperoleh kesejahteraannya melalui
berbagai program yang disiapkan oleh
Perusahaan dan Kopkar sedangkan Perusahaan
akan memperoleh pertumbuhan labanya
melalui karyawan yang loyal dan produktif.
Keduanya difasilitasi oleh keberadaan
Koperasi karyawan.
Hasil analisis terhadap tiga (3) landasan
hukum tersebut, secara langsung Penulis dapat
merumuskan definisi
Koperasi karyawan
(Kopkar) / Koperasi Pekerja (Koppeg), yaitu
“Badan usaha Koperasi yang beranggotakan
seluruh karyawan perorangan (tenaga kerja)
yang dibangun dan dikembangkan dalam badan
usaha lain (Perseroan) dengan melaksanakan
kegiatannya dengan tujuan untuk mewujudkan
manfaat ekonomi bagi seluruh anggota dan
badan usaha Perseroan dimana karyawan
tersebut bekerja”
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam membangun dan mengembangkan
Koperasi Karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) dalam badan usaha lain
(Perseroan), yaitu :
a.
Koperasi Karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) adalah badan usaha
(sesuai dengan UU nomor 25/92) harus
dibangun dan dikembangkan dalam
badan usaha lain (badan usaha Perseroan)
( sesuai dengan UU nomor 40 tahun 2007
) dengan tetap memperhatikan aspek
kepentingan karyawan sebagai tenaga
kerja ( sesuai dengan UU nomor 13 /
2003).
b.
Diperlukan adanya kesamaan pandangan
antara pemrakarsa proyek berdirinya
Kopkar dengan manajemen Perusahaan
dalam membangun dan mengembangkan
Koperasi karyawan (Kopkar) / Koperasi
pekerja (Koppeg) sebagai badan usaha
dalam badan usaha lain Perseroan. Sejak
awal para Pemrakarsa proyek pendirian
dan pengembangan Kopkar/Koppeg perlu
secara sungguh sungguh memahami visi
badan usaha Perseroan dalam membangun
kesejahteraan pekerjanya. Visi Perseroan
itulah yang harus diterjemahkan kedalam
bentuk visi pengembangan Kopkar /
Koppeg dalam jangka panjang.
c.
Dalam kaitannya dengan pengembangan
Kopkar/Koppeg dalam badan usaha lain
(Perseroan), maka karyawan sebagai
Gambar 3 : Fungsi dan kedudukan
karyawan, Koperasi karyawan (Kopkar)
dan Perseroan
( UU NO 13/2003 )
Tentang Ketenagakerjaan
BURUH/
PEKERJA
STRATEGI
PENGEMBANGAN
KOPEG/BURUH
YANG TEPAT
BADAN USAHA
PERSEROAN
stribusikan
pemegang
pada Rapat
)/ Rapat
nomor 13
agakerjaan
ga Kerja
mampu
nghasilkan
( UU NO 40/2007 )
Ttg : Perseroan Terbatas
KOPERASI PEKERJA/BURUH ( Ttg Koperasi )
( UU NO 25/1992 )
Sumber : Nana Sutisna, 2016
Sumber : Nana Sutisna, 2016
68
Hasil analisis terhadap tiga (3) landasan
hukum tersebut, secara langsung Penulis
dapat merumuskan definisi
Koperasi
karyawan (Kopkar) / Koperasi Pekerja
(Koppeg), yaitu “Badan usaha Koperasi
langsung terhadap tingkat pertumbuhan
c. Dalam kaitannya dengan pengembangan
Perseroan
khususnya
pencapaian
KOPERASI
KARYAWAN
SEBAGAI
WAHANA
UNTUK
MENINGKATKAN
Kopkar/Koppeg dalam badan usaha lain
profitabilitas
yang tinggi.
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Perseroan), maka karyawan sebagai
(Nana Sutisna)
tenaga kerja mempunyai dua (2) status
Gambar 4
Gambar
4
tenaga
kerja
mempunyai
dua
(2)
status
Kekaryawan yaitu sebagai karyawan /
Prosedure pengembangan
Kekaryawan yaitu sebagai karyawan / Prosedure pengembangan Kopkar/Koppeg
tenaga kerja di perusahaan
serta sebagai
Kopkar/Koppeg dalam
dalam Perseroan
tenaga kerja di perusahaan serta sebagai
pemilik (anggota)pemilik
dari Koperasi
karyawan
Perseroan
(anggota) dari
Koperasi karyawan
(Kopkar) / Koperasi
(Koppeg)
(Kopkar)pekerja
/ Koperasi
pekerja (Koppeg)
yang didirikan. yang didirikan.
d.
Strategi membangun & mengembangkan
d. Strategi membangun
& mengembangkan
Koperasi
karyawan (Kopkar)/Koperasi
pekerja
(Koppeg)
dalam badan usaha
Koperasi karyawan (Kopkar)/Koperasi
Perseroan
sesuaiusaha
dengan arah
pekerja (Koppeg)
dalamharus
badan
dan kebijakan (Company Policy)
Perseroan harus sesuai dengan arah dan
pengembangan kesejahteraan karyawan
kebijakan
(Company
Policy)
perusahaan
dalam jangka
panjang
pengembangan kesejahteraan karyawan
e. Sinergi diantara karyawan sebagai tenaga
perusahaan dalam
jangka panjang
kerja (pekerja), Koperasi karyawan
(Kopkar) / Koperasi pekerja (Koppeg)
e. Sinergi diantara dan
karyawan
badan sebagai
usaha tenaga
Perseroan (PT)
faktor karyawan
kunci keberhasilan
kerja (pekerja),merupakan
Koperasi
dalam
membangun
dan mengembangkan
(Kopkar) / Koperasi
pekerja
(Koppeg)
dan
Kopkar / Koppeg dalam Perusahaan.
badan usaha Perseroan (PT) merupakan
dalam membangun
dan
faktor
kunci Tahapan
keberhasilan
dalam
Sumber : Nana Sutisna, 2016
mengembangkan
Kopkar
/
Koppeg
dalam
Sumber
: Nana Sutisna, 2016
membangun
dan
mengembangkan
Perseroan tersebut dipandang sangat penting
Kopkar / Koppeg
dalam Perusahaan.
untuk dilaksanakan oleh Pemrakarsa, hal a. PENETAPAN VISI, MISI DAN AIM
a. PENETAPAN
VISI, MISI
DAN AIM
MENGEMBANGKAN
KOPERASI
tersebut dimaksudkan untuk memperoleh
KARYAWAN (KOPKAR)KOPERASI
DALAM
Tahapan dalam
membangun
dan Kopkar/ MENGEMBANGKAN
hasil yang optimal
dalam mendirikan
KARYAWAN
(KOPKAR)
DALAM
PERSEROAN.
Koppeg
yang bermanfaat
karyawan dan
mengembangkan
Kopkar
/ Koppegbagidalam
PERSEROAN.
Perseroan.
Perseroan tersebut
dipandang sangat penting
Koperasi karyawan (Kopkar) / Koperasi
untuk dilaksanakanDiharapkan
oleh Pemrakarsa,
hal strategi Pekerja (Koppeg) merupakan badan usaha
dengan penetapan
yang dimiliki
oleh seluruh
atau sebagian
karyawan
(Kopkar)
/ Koperasi
yang jelas serta
alur pentahapan
proses (flow Koperasi
ersebut dimaksudkan
untuk
memperoleh
karyawan
Perseroan
yang
mendaftar
secara
process)
yang
tepat
dalam
mendirikan
dan
Pekerja (Koppeg) merupakan badan
usaha
hasil yang optimal dalam mendirikan
syah
menjadi
anggota
Kopkar.
Untuk
itu
mengembangkan Kopkar/Koppeg dalam badan
yang dimiliki oleh seluruh atau sebagian
Kopkar/Koppegusahayang
bermanfaat bagi
Perseroan dapat memberikan hasil yang dalam merumuskan visi, misi dan aim Kopkar
karyawan Perseroan yang mendaftar secara
karyawan dan Perseroan.
optimal terutama dalam memujudkan kondisi / Koppeg dalam Perseroan tidak bisa terlepas
syah menjadi anggota Kopkar. Untuk itu
Diharapkan Kopkar
denganyangpenetapan
kuat, tangguhstrategi
dan bermanfaat dalam unsur-unsur yang terkait dengan
dalamkeberadaan
merumuskan
Koperasi visi,
sebagaimisi
badan dan
usaha.aim
dan Perseroan.
Dengan cara
yang jelas serta bagi
alur karyawan
pentahapan
proses (flow
itulah Kopkar / Koppeg dapat berperan aktif
dalam memajukan ekonomi karyawan yang
berdampak kepada peningkatan kualitas
kerja dan produktifitas kerja karyawan dalam
Perseroan. Pada akhirnya keberadaan Kopkar/
Koppeg tersebut akan berdampak langsung
terhadap tingkat pertumbuhan Perseroan
khususnya pencapaian profitabilitas yang
tinggi.
Disamping itu selain Kopkar / Koppeg dimiliki
oleh karyawan, keberadaannya tetap berada
dalam lingkungan Perseroan yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi perumusan
strategi pengembangan Kopkar/Koppeg dalam
badan usaha Perseroan.
Untuk mempertegas penyusunan Visi,
Misi dan cita cita (Aim) serta hal lain di Kopkar/
Koppeg, lazim menggunakan acuan dasar yang
69
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
tercantum pada Total Quality Management
(TQM) 3, secara rinci sebagai berikut :
1.
PENYUSUNAN VISI KOPKAR
KOPPEG DALAM PERSEROAN
2.
PENYUSUNAN MISI KOPKAR /
KOPPEG DALAM BADAN USAHA
PERSEROAN
Misi pendirian Kopkar/Koppeg dalam
badan usaha Perseroan antara lain :
/
Visi pengembangan Koperasi karyawan /
Koperasi Pekerja (Koppeg) dalam badan
usaha Perseroan adalah : Menjadi Badan
Usaha professional dan mandiri yang
dapat memberikan nilai tambah bagi
karyawan selaku anggota Koperasi dan
Perseroan dimana koperasi karyawan
didirikan.
a.
Mengembangkan
usaha-usaha
(bussiness unit) yang bermanfaat
dan menguntungkan bagi anggota
dan Perseroan
b.
Mewujudkan organisasi Koperasi
karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) yang tangguh kuat
dan professional sehingga dapat
memenuhi target dan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh
Pengurus Koperasi bersama sama
dengan manajemen Perusahaan.
c.
Menjalin kerjasama yang harmonis
dengan pihak lain untuk mewujudkan
Kopkar / Koppeg dalam Perseroan
yang tangguh dan profesional
d.
Mengembangkan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Sumber Daya
yang lain untuk mendukung sasaran
Kopkar / Koppeg dalam Perseroan.
e.
Meningkatkan skill dan knowledge
anggota melalui program pendidikan
dan latihan secara berkelanjutan
f.
Menggaplikasikan
System
Information dan Technology (IT)
yang dapat mempercepat proses
pertumbuhan Kopkar / Kopkar
dalam Perseroan.
Dalam enetapan visi pengembangan
Kopkar/Koppeg dalam badan usaha
Perseroan tersebut terdapat beberapa
pengertian antara lain :
a.
b.
c.
3
70
Koperasi
karyawan
(Kopkar)/
Koperasi Pekerja (Koppeg) harus
terus menerus didorong menjadi
Badan usaha ( entity business )
yang keberadaanya sejajar dengan
badan usaha Perseroan, untuk itu
diperlukan
perumusan
konsep
kemitraan (sinergi) yang saling
menguntungkan bagi kedua belah
pihak dalam jangka panjang.
Koperasi karyawan (Kopkar) /
Koperasi Pekerja (Koppeg) dalam
Perseroan harus menjadi Badan
usaha (entity business) yang
mandiri dan professional, sehingga
mampu menjadi badan usaha yang
bermanfaat khususnya bagi anggota
dan umumnya bagi Perseroan.
Koperasi
karyawan
(Kopkar)/
Koperasi Pekerja (Koppeg) yang
didirikan dalam badan usaha
Perseroan harus mampu memberikan
nilai tambah ( value added ) bagi
peningkatan kesejahteraan anggota
khususnya dan produktifitas kerja
karyawan umumnya.
3.
Menentukan aim (cita-cita) Kopkar /
Koppeg dalam Perseroan
Aim (cita-cita) pendirian Kopkar/Koppeg
dalam badan usaha Perseroan adalah
ingin mewujudkan Kopkar/Koppeg yang
mandiri dan professional sehingga dapat
memberikan nilai tambah bagi karyawan
dan Perseroan.
Cita-cita (aim) ini
Total Quality Management / Manajemen Mutu Terpadu, M.N Nasution, 2010
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
penting dijadikan sebagai pendorong bagi
terwujudnya Kopkar / Koppeg seperti
yang dicita-citakan sebelumnya.
4.
Menentapkan factor-faktor
kunci
keberhasilan (Key Succes Factor /
KSF)
Untuk
mendukung
keberhasilan
pengembangan Kopkar/Koppeg dalam
Perseroan, maka dipandang perlu untuk
lebih mengenali factor-faktor kunci
keberhasilan dalam mengembangkan
Kopkar / Koppeg dalam badan usaha
Perseroan, antara lain :
a.
Mempunyai Sumber Daya Manusia
(SDM) yang handal dan profesional
b.
Mempunyai
dukungan
yang
kuat dari manajemen Perseroan (
management support )
c.
Mempunyai jaringan yang kuat
(strong Net working) baik dengan
pihak internal perseroan maupun
pihak eksternal perseroan khususnya
dengan pihak LKB / LKBB,
departemen terkait, dan lain-lain )
d.
Mempunyai system Information
Technology ( IT ) untuk
mempercepat proses pada bagian
bagian yang dikembangkan oleh
Kopkar/Koppeg.
e.
Membangun Organisasi Kopkar/
Koppeg yang kuat dan solid
f.
Didukung
dengan
kualitas
manajemen Kopkar yang memadai
g.
Mempunyai dukungan pendanaan
yang
kuat
(strong
financial
resources)
Tahapan-tahapan dalam merancang
pengembangan Kopkar / Koppeg dalam
badan usaha Perseroan tersebut merupakan
hal yang perlu dilalui dalam upaya
untuk mendapatkan hasil yang baik dan
optimal. Dapat dikatakan bahwa proses
dalam tahapan tersebut dapat menentukan
keberhasilan dalam mewujudkan Kopkar/
Koppeg yang mandiri dan professional
serta bermanfaat bagi karyawan dan
Perseroan.
b.
PENGEMBANGAN
KOPERASI
PEKERJA
(KOPPEG/KOPKAR)
YANG
BERMANFAAT
BAGI
PERSEROAN.
Karyawan merupakan asset utama dan
berharga dalam Perseroan atau sering disebut
dengan istilah human invesment, sehingga
pencapaian target / sasaran Perseroan dalam
memaksimumkan profitablitas perusahaan
dapat diwujudkan melalui fungsi, peran
serta kontribusi yang optimal dari seluruh
karyawannya. Kedudukan karyawan selaku
pribadi dan Perseroan selaku institusi
merupakan posisi yang saling membutuhkan
satu dengan lainnya. Keduanya membangun
hubungan yang baik (simbiosis mutualisme)
dan saling menguntungkan melalui wadah
badan usaha Perseroan. Karyawan dengan
keahlian
(skill)
dan
pengetahuannya
(knowledge) yang dimilikinya dapat berperan
aktif dalam mengoptimalisasi pencapaian profit
bagi Perusahaan, begitupun juga dengan badan
usaha Perseroan terus menerus membayar
upah/gaji dan/atau tunjangan lainnya sesuai
dengan prestasi dan kontribusi yang telah
diberikan oleh karyawan kepada Perseroan.
Untuk itulah agar kerjasama antara karyawan
dengan Perseroan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan harmonis, maka selain telah
dibuat dan disepakati suatu Perjanjian Kerja
dalam Jangka Waktu yang mengikat berupa
PKWT dan/atau dalam bentuk Perjanjian Kerja
sebagai Karyawan permanen (tetap), maka
perlu juga dipikirkan langkah-langkah strategis
untuk membangun hubungan yang baik dan
harmonis serta saling menguntungkan antara
karyawan dengan manajemen Perseroan.
Fungsi dan peran untuk mengoptimalkan
keberadaan karyawan tersebut sebenarnya
telah dilakukan oleh manajemen Perseroan
melalui fungsi dan peran Departemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia
(PSDM) / Human Resources Development,
71
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
akan tetapi bagian ini belum sepenuhnya
menyentuh kebutuhan dasar karyawan dan
keluarganya, akan tetapi lebih terfokus
terhadap sosok karyawan dan produktifitas
kerja yang dilakukan oleh karyawan terhadap
Perseroan. Untuk itu agar diperoleh hasil yang
optimal dalam memberdayakan (enpowering)
karyawan selaku asset dalam Perseroan maka
perlu dibentuk badan lain yang dirancang
sebagai kepanjangan tangan dari Departemen
PSDM sekaligus dapat dipergunakan sebagai
“kendaraan” untuk mewujudkan sasaran
Perseroan dalam jangka panjang. Wadah yang
sesuai dengan aspek legal adalah dengan
mendirikan Kopkar/Koppeg yang programnya
perlu dirancang dengan program Ke-HRD-an
untuk kemanfaatan Perseroan dan karyawan
dalam jangka panjang.
Setiap bulan seluruh karyawan di
semua tingkatan (atas, menengah dan bawah)
mendapat upah sesuai dengan prestasi kerjanya
dalam badan usaha Perseroan. Dengan
penghasilan yang diterima karyawan mampu
membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dengan upaya penghematan yang dilakukan,
karyawan berusaha untuk menyisihkan
sebagian upah penghasilannya dalam bentuk
tabungan (saving). Siklus tersebut secara terus
menerus berlangsung sampai dengan kondisi
karyawan tersebut memasuki usia tidak
produktif dimasa pensiun dalam badan usaha
Perseroan.
Terdapat dua kondisi yang berbeda dalam
siklus bulanan tersebut, yaitu :
•
72
Kondisi karyawan golongan bawah di
tingkatan teknis operasional, mereka
dituntut untuk dapat bekerja baik dan
produktif dengan penghasilan yang sangat
terbatas (dengan batasan Upah Minimum
Regional
(UMR)/Upah
Minimum
Kabupaten (UMK) / Kebutuhan Hidup
Layak (KHL)) . Untuk memenuhi
kebutuhan hidup Pada tingkatan golongan
ini, mereka selalu mencari alternatif untuk
dapat bertahan dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan
layak.
•
Kondisi karyawan pada golongan
menengah dan atas pada tingkatan
manajerial di Perusahaan.
Secara
langsung kelompok ini tidak menghadapi
kendala yang serumit pada kelompok
teknis operasional. Jumlah penerimaan
penghasilan per bulan pada golongan ini
relatif lebih besar apabila dibandingkan
dengan jumlah pengeluaran setiap
bulannya. Untuk itu dengan jumlah
penghasilan yang diterima tersebut
karyawan mampu menyisihkan untuk
berinvestasi dalam bentuk pembelian
rumah dan barang-barang kebutuhan
lainnya, disamping mereka juga mampu
menyisihkan dana tabungan (saving)
setiap bulan. Kondisi yang sangat kondusif
pada tingkatan golongan tersebut sangat
mendukung terhadap konsentrasi dalam
bekerja pada Perseroan, dampak langsung
yang ditimbulkan dari kondisi karyawan
tersebut adalah loyalitas dan produktifitas
yang dapat mendorong pertumbuhan
Perseroan kedalam kondisi yang lebih
baik dari kondisi sebelumnya.
Karyawan kelompok manajerial tersebut
mampu memberikan sumbangan dalam bentuk
pemikiran dan strategi dalam memperbesar
skala usaha Perseroan, hal tersebut karena
kebutuhan primer dari karyawan tersebut
dapat dipenuhi dengan baik oleh Perseroan.
Secara umum hal inilah yang menjadi
sumber utama pemicu konflik antara karyawan
dengan Perseroan, pengalaman menunjukan
bahwa biasanya konflik dipicu oleh karyawan
golongan bawah dengan kondisi kehidupan
yang sangat terbatas. Kelompok golongan
operator inilah yang selalu mencari celah
untuk mendapatkan pemuas kebutuhan seharihari melalui kegiatan-kegiatan yang kontra
produktif dengan tuntutan Perseroan. Untuk
itulah badan usaha Perseroan perlu mencari
jalan keluar sebagai solusi terbaik untuk
tetap menjaga keharmonisan antara karyawan
golongan bawah dengan Perseroan umumnya
serta dengan karyawan golongan manajerial.
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
Salah satu alternatif yang dapat membantu
menanggulangi masalah tersebut adalah melalui
pembentukan Koperasi Pekerja (Koppeg) /
Koperasi karyawan (Kopkar) dalam badan
usaha Perseroan. Dengan tidak mengabaikan
kelompok karyawan golongan menengah dan
atas, Koperasi Pekerja (Koppeg) harus mampu
meredam keresahan karyawan yang sudah
menjadi anggota koperasi. Sehingga tahap
awal program-program yang dibuat harus dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi karyawan
golongan bawah yang secara tidak langsung
dapat meredam konflik vertical dan horizontal
dalam Perseroan. Kesemua program Kopkar/
Koppeg tersebut diarahkan untuk menjawab
bagaimana dapat menciptakan kondisi yang
saling membutuhkan, saling menguntungan
antara pihak karyawan selaku pekerja dengan
pihak manajemen Perseroan selaku pengelola
perusahaan atau dengan perkataan lain telah
diupayakan suatu alternatif penyelesaian
yang win-win solution bagi semua pihak yang
terkait dalam mewujudkan kepentingan secara
bersama.
untuk mengembangkan Kopkar/Koppeg
dalam badan usaha Perseroan.
c.
Manajemen
Perseroan
dapat
memanfaatkan keberadaan Koperasi
Karyawan
(Kopkar/Koppeg)
untuk
mendapatkan berbagai kemudahan dan
akses yang tidak diperoleh melalui
Perseroan, sehingga Perseroan dapat
dengan mudah memanfaatkan peluangpeluang tersebut, Perseroan dapat
menciptakan kondisi yang harmonis
dalam bentuk pelayanan kebutuhan
karyawan Perseroan melalui keberadaan
Koperasi Karyawan (Kopkar/Koppeg).
Dengan strategi tersebut secara langsung
berdampak kepada likuiditas modal
untuk perluasan usaha yang dikelola oleh
Perseroan.
d.
Koperasi karyawan (Kopkar/Koppeg)
harus dikelola dengan manajemen yang
terpisah dengan manajemen Perseroan,
sehingga pengawasan dan evaluasi dari
manajemen Perseroan tidak bersifat
“campur tangan” atau intervensi, akan
tetapi lebih kepada program pembinaan
& pendampingan untuk mengembangkan
Koperasi Karyawan (Kopkar/ Koppeg)
dalam Perseroan.
e.
Karyawan yang menjadi anggota Kopkar/
Koppeg harus diberikan pelatihan
dan pembinaan yang memadai untuk
memantapkan keberadaannya dalam
Perseroan, sehingga dengan cara tersebut
akan dapat meningkatkan rasa memiliki
(sense of belonging) karyawan terhadap
Perseroan dan Koperasi.
Biasanya
karyawan ini akan lebih loyal dan
produktif serta mampu bertahan dalam
membangun keberadaan Perseroan dalam
jangka panjang.
Strategi
pengembangan
Koperasi
Pekerja (Koppeg/Kopkar) dalam badan usaha
Perseroan antara lain :
a.
b.
Koperasi Karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) yang didirikan di
dalam badan usaha Perseroan harus
dapat memberikan nilai tambah ( value
added ) bagi kepentingan karyawan dan
Perseroan, sehingga pendirian Kopkar/
Koppeg dalam Perseroan tersebut tidak
semata-mata menjadi beban (liabilities)
terhadap badan usaha Perseroan, akan
tetapi kehadirannya dapat menjadi
asset bagi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan Perseroan dalam jangka
panjang
Manajemen Perseroan harus merumuskan
strategi dan kebijakan (policy) yang
tepat dan cermat dalam membangun
dan mengembangkan Koperasi Pekerja
(Koppeg), termasuk untuk menempatkan
susunan personalia yang ditugaskan
Arah dan kebijakan serta strategi tersebut
dapat dijabarkan kedalam bentuk yang lebih
mudah dan sederhana serta dapat diaplikasikan
dalam mendirikan Kopkar / Koppeg dalam
Perseroan. Untuk memantapkan konsep serta
mematangkan
rencana
mengembangkan
73
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 55-75
Koperasi karyawan (Kopkar) / Koperasi
Pekerja (Koppeg) dalam badan usaha
Perseroan, maka pihak manajemen Perseroan
perlu menetapkan target dan sasaran yang
jelas antara sebelum dan setelah Koperasi
karyawan didirikan dalam di badan usaha
Perseroan. Selanjutnya harus dirancang strategi
pendirian Koperasi Karyawan (Kopkar) yang
berorientasi kepada kemanfaatan bagi badan
usaha Perseroan beserta program-program
yang akan dikembangkannya.
2.
Antara
Koppeg/kopkar
dengan
perusahaan adalah mitra yang dapat
saling membantu dalam meningkatnya
kesejahteraan anggota kopkar, maka
akan berdampak pada kemungkinan
meningkatnya produkrivitas karyawan di
perusahaan
3.
Kopkar/koppeg bersifat otonom yang
dibangun dan dikembangkan secara
terpisah dengan manajemen Perusahaan,
tetapi kehadiran Kopkar di lingkungan
perusahaan karena anggotanya merupakan
karyawan perusahaan tersebut.
4.
Dalam Kopkar di kenal prinsip dual
identity, yaitu pemilik sama dengan
pelanggan, dalam pengembangan Kopkar,
maka karyawan sebagai pemilik sekaligus
sebagai pelanggan dari program program
Kopkar
IV. PENUTUP
Koperasi Karyawan (Kopkar) merupakan
badan usaha Koperasi yang kedududukannya
syah berdasarkan Undang Undang nomor 25
tahun 1992. Begitupun juga dengan Badan
Usaha Perseroan dan tenaga kerja (pekerja).
Keduanya menjadi sangat penting karena
dilindungi masing masing dengan UU nomor
40 tahun 2007 (tentang Perseroan Terbatas) dan
Undang Undang nomor 13 tahun 2013 (Tentang
Ketenagakerjaan). Untuk itu, diperlukan
strategi yang tepat dalam membangun dan
mengembangkan Kopkar sebagai badan hukum
dalam dua subyek hukum lainnya.
Beberapa point penting dalam penelitian
ini adalah :
1.
74
Kopkar/koppeg yang didirikan oleh
karyawan perusahaan atau lembaga
ekonomi lainnya merupakan lembaga
ekonomi milik karyawan dan dalam
rangka
meningkatkan
kepentingan
ekonomi anggota sebagai karyawan
perusahaan
Berdasarkan
pengamatan
penulis,
keberadaan Kopkar dalam badan usaha
Perseroan
sudah
terbukti
mampu
meminimalkan konflik antara pekerja/buruh
dengan manajemen Perusahaan. Untuk itu, para
pemangku kepentingan perlu menghidupkan
kembali Kopkar dalam Perseroan atau
lembaga lain melalui gerakan nasional menuju
kebangkitan ekonomi Indonesia.
Penulis meyakini bahwa dengan
membangun Kopkar secara profesional dalam
badan usaha Perseroan akan meminimalkan
konflik buruh yang berkepanjangan antara
pekerja dengan manajemen Perusahaan yang
pada akhirnya akan mampu mewujudkan
kesejahteraan bersama.
KOPERASI KARYAWAN SEBAGAI WAHANA UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN KARYAWAN PERUSAHAAN
(Nana Sutisna)
Daftar Pustaka
1.
Antonio Fici (et.al), 2013, International
Handbook of Cooperative Law, London,
Springer
2.
Nana Sutisna, 2016, Koperasi Karyawan,
solusi alternatif antara buruh/pekerja
dengan
manajemen
Perusahaan,
Bandung.
3.
Undang Undang nomor 25 tahun 1992,
tentang Perkoperasian
4.
Undang Undang nomor 40 tahun 2007,
tentang Perseroan Terbatas
5.
Undang Undang nomor 13 tahun 2003,
tentang Ketenagakerjaan
6.
Permenkes No. 59 tahun 2014 tentang
BPJS
7.
Http://www.kspi.or.id/10-tuntutan-buruhsaat-may-day-2015.html, diakses tanggal
30 Februari 2016, pukul 20.17 WIB
8.
H t t p : / / w w w. b e r i t a s a t u . c o m /
e k o n o m i / 111 3 5 8 - d e m o - a k i b a t k a n kerugian-ratusan-miliar.html,
diakses
pada tanggal 20 Maret 2016, pukul 08
WIB
9.
H t t p : / / w w w. h a l u a n k e p r i . c o m /
batam/35252-kerugian-akibat-democapai-us-40-juta.html, diakses pada
tanggal 21 Maret 2016, pukul 10 WIB
10. Http/:www.kemenperin.go.id, hari Rabu
tanggal 3/10/2013, diakses pada tanggal
21 Maret 2016, pukul 10 WIB
75
Download