jurnal-8-evaluasi-pilkada-serentak-2015

advertisement
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Jurnal#5#8
Jurnal
Februari
April
2013
2016
EVALUASI PILKADA
SERENTAK 2015
TRANSPARANSI,
PARTISIPASI, DAN
DEMOKRASI
Jurnal Pemilu dan Demokrasi adalah jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Yayasan Perludem.
Perludem menerima kontribusi tulisan dan pemikiran dari khalayak luas untuk dapat diterbitkan dalam
Jurnal Pemilu dan Demokrasi. Lebih lengkap hubungi Redaksi.
i
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015
tidak#8 saja dapat
JurnalMasyarakat
Pemilu dan Demokrasi
ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu
dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
DEWAN
PENGARAH
Didik Supriyanto, S.IP., M.Si.
perempuan.
halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Prof.
Topo Santoso, Seperti
SH., M.H., Ph.D
syarat
verifikasi
faktual
untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
PENANGGUNG JAWAB
Titi Anggraini, SH., M.H.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
PEMIMPIN
REDAKSI
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Khoirunnisa Agustyati
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
REDAKTUR PELAKSANA
Lia
Wulandari diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
mayoritas
Heroik M Pratama
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Maharddhika
hukum
TATA
LETAKdan
DANpemerintahan.
DESAIN SAMPUL Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Eko Punto Pambudi
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
DITERBITKAN OLEH:
Pengalaman
Yayasan
Perludem Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
(Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi)
2009.”
Jalan Tebet Tmur IVA No. 1, Tebet,
Jakarta Selatan
Masih berhubungan
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Telp: 021-8300004
Fax: 021-83795697
www.perludem.org, [email protected]
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ISBN 9772089393007
KATA PENGANTAR
UNTUK pertama kalinnya Indonesia melangsungkan
pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) serentak di 254
daerah dalam waktu yang bersamaan 9 Desember 2015.
Secara umum, pilkada serentak hadir sebagai sarana
menguatkan konsolidasi demokrasi lokal di Indonesia. Jauh
dari pada itu paling tidak terdapat tiga hal yang hendak
dijawab dari hadirnya pilkada serentak: Pertama, untuk
menciptakan penyelenggaraan pemilu yang efisien dan
efektif. Kedua, untuk memperkuat drajat keterwakilan antara
masyarakat dengan kepala daerahnya.Ketiga, menciptakan
pemerintahan daerah yang efektif serta efisien dalam rangka
menegaskan sistem pemerintahan presidensialisme.
Namun demikian, pilkada serentak yang hadir dibawah
payung hukum UU 8 Tahun 2015 belum mampu sepenuhnya
menecapai ketiga tujuan tersebut. Efisiensi anggaran
misalnya, disain penyelenggaran pilkada serentak yang
belum sepenuhnya dilakukan dalam waktu yang bersamaan
di seleruh kabupaten/kota dalam satu provinsi. Berdampak
pada membengkaknya biaya penyelenggaran pilkada
karena, terdapat beban biaya honor penyelenggara yang
harus dibayarkan pada waktu yang berbeda untuk kedua
kalinya. Hal ini tentunya tidak akan terjadi jika pilkada
diselenggarakan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan
di seluruh kabupaten/kota dalam satu provinsi karena
negara hanya mengeluarkan satu kali honor penyelenggara
untuk dua pemilu yang berbeda.
iii
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Inefisiensi anggaran pilkada serentak gelombang
pertama
juga
disinyalir
karena dibiayainya
empatyang akan
merupakanini
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik
aspek
APBD mulai
dari
debat
publik,
iklan
dibuat kampanye
oleh politisioleh
dan pemerintah
yang
terpilih
untuk
memerintah.
media
massa Hamdan
elektronik
dan cetak,
alatdengan
pergaapa
kampanye,
Pandangan
tersebut
berkaitan
yang disampaikan
dan
distribusi
alat
peraga
kampanye.
Aturan
ini
sejatinya
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
memiliki
tujuan
untuk
ruangPolitical
persaingan
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menciptakan
menjelaskan bahwa
budget cycles
setara
equal
playing
battle
field
antara
calon
kepala
daerah.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Tetapi,
tidak
perlu
sepenuhnya
dibebankan
kepada politcal
empirismemang
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles
sepertiuntuk
perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
anggaran
negara
seluruh
kebutuhan
kampanye,
agregat maupun
padaditahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
melainkan
debatsecara
publikspesifik
dan iklan
media massa
saja yang
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sepatutnya
dibiayai
oleh negara.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Pada sisi lain, jika ditinjau dari segi tahapan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
penyelenggaran pemilu. Pilkada serentak 2015 masih
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
menyirtakan beberapa perosalan mendasar yang
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menagganggu efektifitas penyelenggaran pilkada. Adanya
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pergeseran anggaran biaya penyelenggaran pilkada yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
semula dibebankan pada APBN menjadi APBD, dalam
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
prakteknya mengganggu kepastian pelaksanaan pilkada
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dibeberapa
daerahsetiap
karena
masih
belum
memiliki
kepastian
2012 menegaskan
partai
politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
anggaran.
Selain
itu
dibebankannya
anggaran
pilkada
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,ke
mengingat
APBD
membuka
ruang
conflict
of
interest
calon
kepala
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
daerah
yang
berasaloleh
darilaki-laki.
incumbent.
mayoritas
diduduki
Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan
berdampak
aspirasihak
perempuan
Tidak
hanya negatif
cukup terhadap
sampai mandeknya
disitu, persoalan
pilih dalam
hukumbersumber
dan pemerintahan.
Dan kondisi tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
yang
dari mekanisme
pendaftaran
pemilih
Paramastuti
yang berjudul:
dan Korupsi:
dan
sumberdalam
datatulisannya
pemutakhiran
daftar “Perempuan
pemilih, masih
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
menjadi persoalan klasik yang berulang dari pemilu ke
2009.”
pemilu. Persoalan klasik serupa terjadi pula dalam tahapan
Masih berhubungan
dengan
tematerjadinya
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
kampanye
yakni dengan
masih
money
politics
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
menjelang hari pemungutan suara, sebagai sarana kandidat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
iv
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
untuk meraih suara terbanyak. Meski demikian, ada
persoalan yang berbeda dari pilkada serentak 2015 dengan
pilkada sebelum-sebelumnya yakni munculnya fenomena
calon tunggal dan adanya persoalan penegakan hukum
pemilu yakni sengketa pencalonan dan hasil pemilu yang
berlarut-larut.
Untuk pertama kalinnya dalam sejarah pilkada,
Indonesia melangsungkan pemilu kepala daerah yang
hanya diikuti oleh satu pasangan calon yakni di Kabupaten
Tasikmalaya dan Timor Tengah Utara. Pilkada dengan satu
pasangan calon tetap dilanjutkan pasca dikeluarkannya
putusan Mahkamah Konstitusi yang menegaskan pilkada
dengan calon tunggal tetap dilakukan melalui disain surat
suara yang menanyakan langsung kepada pemilih “setuju”
atau “tidak setuju”. Mekanisme ini tentunya menjadi barang
baru dalam iklim kontestasi kepemiluan di Indonesia,
sehingga dalam prakteknya terutama tahapan kampanye
dan pemungutan suara masih menyiratkan beberapa
persoalan mendasar seperti kebingungan pemilih dalam
menentukan pilihan.
Selain itu, untuk pertama kalinya juga dalam
penyelenggaran pilkada terjadi sengketa pencalonan yang
berkepanjangan dan berujung pada penundaan pilkada di
lima daerah. Adanya dualisme kepengurusan partai politik
yang berkonflik menjadi salah satu persoalan yang ikut
meramaikan persoalan sengketa pencalonan.Secara garis
besar persoalan sengketer yang berkepanjangan disebabkan
oleh terlalu banyaknya lembaga negara yang ikut berperan
dalam persoalan sengketa pencalonan.
v
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Munculnya berbagai persoalan tersebut tentunya akan
berpengaruh
pada
tujuan
dan kualitas kebijakan
penyelenggaran
merupakan suatu
upaya
untuk menyelamatkan
publik yang akan
pilkada
serentak
2015.
Berangkat
dari
hal
tersebut,
Jurnal
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pemilu
& Demokrasi
7 yang
ada dihadapan
Pandangan
Hamdanedisi
tersebut
berkaitan
dengan apapembaca
yang disampaikan
ini
berusaha
untuk
memetakan
berbagai
persoalan
yangAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
ada
pilkada
padaselama
Tahun tahapan
Pemilu.” penyelenggara
Yuna menjelaskan
bahwaserentak
Political2015,
budget cycles
dengan
tema
“EVALUASI
PILKADA
SERENTAK
2015”.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Sehingga
harapannya,
jurnal
ini variabel
dapat ikut
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai
yangberkontribusi
mempengaruhi politcal
budget diskursus
cycles seperti
perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
dalam
akademik
kepemiluan
sekaligus
menjadi
agregatsatu
maupun
secarabagi
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
salah
referensi
seluruh
aktor demokrasi
untuk
dalam praktekpenyelenggaran
penganggaran di pilkada
Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
memperbaiki
serentak
di Indonesia
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
kedepan.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Jakarta,
2015
Pemilu
yangMaret
telah meningkat
dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga
perlu
dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Titi
Anggraini
perempuan.
Seperti halnya
keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Direktur Eksekutif
Perludem
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
vi
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Jalan Panjang Advokasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung................1
Lia Wulandari
Menyerentakan Pemilu, Memusatkan Anggaran Pilkada....................21
Usep Hasan Sadikin
Menata Ulang Mekanisme Pendaftaran Pemilih Pilkada.....................43
Khoirunnisa Agustyati
Catatan Proses Pencalonan Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015
dan Sengketa Kepengurusan Partai Politik............................................63
Fadli Ramadhanil
Penyelesaian Sengketa Pencalonan Pilkada 2015
yang Berlarut-Larut....................................................................................83
Debora Blandina Sinambela, Catherine Nathalia, & Pandu Dewanata
Perbaikan Pilkada Bercalon Tunggal: Desain Surat Suara,
Metode Pemberian Suara, dan Metode Kampanye............................109
Maharddhika Dan Heroik M. Pratama
“9 Desember 2015” Sebuah Studi Mengenai Dinamika
Pemungutan Suara di Pilkada 2015.......................................................131
Heroik M. Pratama& Debora Blandina Sinambela
Pengaruh Keterbukaan Data Terhadap Inovasi, Gerakan Sosial,
dan Partisipasi Politik dalam Pilkada Serentak 2015.........................157
Diah Setiawaty & Sebastian Vishnu Bhaskara
Anomali Penerapan Sistem Noken pada Pilkada Serentak 2015
di Papua.....................................................................................................201
Kholillullah Pasaribu
Profil Penulis.................................................................................................219
vii
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
viii
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG
ADVOKASI PEMILIHAN
KEPALA DAERAH
LANGSUNG
Lia Wulandari
ABSTRAK
Studi ini berusaha untuk mengelaborasi perjalanan
advokasi mengembalikan pilkada langsung dari DPRD
ke pemilu langsung oleh rakyat, yang selama ini tidak
banyak orang pahami. Munculnya gerakan politik
ekstra parlementer yang diinisiasi oleh kalangan
masyarakat sipil dengan berdemonstrasi dan petisi-petisi
mengembalikan pilkada langsung, ikut serta mendorong
publik sekaligus pemerintah untuk mengembalikan
partisipasi politik masyarakat di daerah, yang berujung
pada dikembalikannya demokrasi lokal untuk memilih
langsung kepala daerah.
Kata Kunci: kebijakan publik, petisi, pilkada langsung.
PENGANTAR
Tahun 2014 merupakan tahun yang penuh drama dalam
sejarah pembahasan undang-undang pemilihan kepala
daerah di Indonesia. Pengaturan tentang pemilihan kepala
1
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
daerah memang telah mengalami perubahan beberapa kali
merupakan
suatu tahun
upaya untuk
kebijakan
publik
sejak
UU No.5
1974 menyelamatkan
berlaku selama
lebih dari
25yang akan
dibuat oleh
politisiUndang-undang
dan pemerintah yang
terpilih
untuk
memerintah.
tahun
lamanya.
yang
sangat
sentralistik
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan apa
itu Pandangan
direvisi pasca-reformasi
dan
menghasilkan
UUyang
No.disampaikan
22
Yuna Farhan
Tahun
1999. melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahunlangsung
Pemilu.” Yuna
bahwa Political
budget cycles
Pilkada
lahir menjelaskan
pasca disahkannya
UU Nomor
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah karena undangempiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
undang sebelumnya dianggap meminggirkan peran daerah
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dalam menentukan pemimpin daerahnya.Berlakunya UU
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
No.32/2004 memasuki era baru dengan adanya perluasan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
partisipasi
politik rakyat di daerah dan kompetisi terbuka
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
meraih
pemimpin
(kepala
daerah
dan
wakil
ini, yangposisi
menjadi
perhatian daerah
tidak hanya
political
budget
cycles,
melainkan
kepala
daerah).
Pengaturan
pilkada
langsung
kemudian
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mengalami
revisimeningkat
beberapa
kali.ekstrim.
Putusan Mahkamah
Pemilu yang telah
dengan
Konstitusi
terkait
beberapa
gugatansebagai
judicial
Masyarakat
tidak saja
dapat ditafsirkan
satu review
kesatuan, tetapi
mengubah
beberapa
aturan
pilkada
langsung.
Di
antaranya
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
adalah:
(1) pencalonan
pasangan
calonperempuan
oleh partai
politik
perempuan.
Seperti halnya
keterwakilan
sebagai
salah satu
yang
memiliki
kursi
di DPRD
dengan
dukungan
syarattidak
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
pesertasyarat
pemilu.
UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan
partai(2)
politik
peserta
pemilu harus(3)
memenuhi
persentase
suara setiap
tertentu,
calon
perseorangan,
30% keterwakilanperan
perempuan.
patut diperjuangkan,
mengingat
dihapuskannya
DPRDKondisi
dalamini
pilkada
langsung, dan
1
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
sebagainya.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Namun, perjalanan pilkada langsung ternyata
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
mendapatkan tantangan dan inisiatif perubahan dari
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tahun 2012, melalui Kementrian Dalam Negeri, pemerintah
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
mengusulkan
inisiatif perubahan berupa draft naskah
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Koalisi Masyarakat Sipil Dukung Pilkada Langsung: Siaran Pers Naskah
Supriyanto
dan
Lia Perubahan
Wulandari
Transparansi dan
Rekomendasi
Usulan
UUdalam
Pilkadatulisan
Nomor 1 berjudul
Tahun 2015,
disampaikan
pada
4
Februari
2015.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
2kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
1 JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
akademik dan Rancangan Undang-Undang Pemilihan
Kepala Daerah (RUU Pilkada) menjadi undang-undang
sendiri yang terpisah dari undang-undang induknya yaitu
UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Satu hal
yang sangat mengejutkan dari draft RUU Pilkada versi
pemerintah tersebut adalah perubahan pemilihan kepala
daerah yang kembali dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) sesuai dengan tingkatannya. Hal ini
memustahilkan pemilu kepala daerah langsung seperti yang
telah diselenggarakan selama 10 tahun terakhir.
Argumentasi yang diusung oleh pemerintah mengkaitkan
persoalan tata kelola pemerintahan daerah dan mahalnya
biaya politik pencalonan dianggap sebagai dampak negatif
pilkada langsung. Seperti korupsi keuangan daerah, politisasi
birokrasi, dan menguatnya jaringan kekerabatan atau
dinasti politik. Namun, dampak positif dari pilkada langsung
tampaknya terlupakan, faktanya kepemimpinan daerah
mulai berkembang dengan kreatif dan memperlihatkan
adanya peningkatan kinerja pembangunan di daerah.
Dan tokoh-tokoh politisi muda dari daerah pun mulai
bermunculan dan berkompetisi dalam pilkada langsung
untuk memimpin daerahnya.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kemudian membentuk
Panitia Kerja (Panja) khusus untuk membahas RUU Pilkada.
Selama dua tahun lamanya, Panja RUU Pilkada ini bekerja
dan membahas dan melahirkan dua draft RUU Pilkada
yaitu versi pilkada tetap langsung dan pilkada melalui
DPRD. Hingga pada Sidang Paripurna 26 September 2014,
DPR melalui voting memutuskan untuk mengesahkan
3
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
UU No.22/2014 Tentang Pemilihan Kepala Daerah yang
dilakukan
perwakilan
rakyat di DPRD.
merupakanmelalui
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat
danmenandai
pemerintahkemunduran
yang terpilih untuk
memerintah.
UU oleh
No. politisi
22/2014
demokrasi
di
Indonesia
dengan
meruduksi
politikapa
masyarakat
Pandangan
Hamdan
tersebutpartisipasi
berkaitan dengan
yang disampaikan
di
daerah
kepala
Yuna
Farhanuntuk
melaluimemilih
tulisannyalangsung
“Menelusuri
Siklusdaerahnya.
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Gerakan
untuk
mengembalikan
pilkada
secara
langsung
sudah waktu
menjadi
fenomena
didukung
berbagai studi
dalam
yang
singkatuniversal
pun mencuat.
Aksi dengan
demonstrasi,
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
kampanye di media sosial, sampai dengan lobby-lobby politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola dilakukan
pada struktur
anggaran
baik secara
terhadap
pemangku
kebijakanpun
oleh
kalangan
agregat maupun
spesifik
pada tersebut
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
masyarakat
sipil.secara
Alhasil,
gerakan
berbuah
manis
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Undang-Undang (Perppu) yang mengembalikan pemilihan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kepala daerah dari DPRD ke pidlkada langsung oleh rakyat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dengan prinsip one man one vote.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Catatan advokasi yang dilakukan oleh masyarakat sipil
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
menjadi
menarik
dilahat
secara lebih
jauhantara
terutama
juga perlu
dibatasiuntuk
mengingat
perbedaan
hakikat
laki-laki dan
dari
sudut
pandang
advokasi
kebijakan.
Untuk
itu
tulisan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
ini
akan
mengulas
kembali
drama
pilkada
syarat
verifikasi
faktual
untuk cerita
menjadi
peserta
pemilu.langsung
UU No. 8 Tahun
yang
dan
dikembalikan
kepada
rakyat
Indonesia
2012 terampas
menegaskan
setiap
partai politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
melalui
perjalanan
terjal yang
sarat kepentingan.
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama
ini, pihak
yang duduk hal
baik di
parlementulisan
maupunini
pemerintah
Dalam
rangka
menjelaskan
tersebut,
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pustaka
dan penelusuran dokumen/kliping media. Tahapan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
riset secara singkat meliputi pertama studi literatur atas studiParamastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
studi dan laporan kerja serta laporan advokasi dan siaran
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pers. Studi pustaka dilakukan atas dokumen-dokumen yang
2009.”
relevan. Pemetaan dan menghimpun dokumen-dokumen
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dan kajian-kajian untuk mengidentifikasi pola, pelaku dan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
juga rekomendasi-rekomendasi yang dimunculkan oleh
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
4kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
kajian-kajian tersebut.
Tahapan kedua adalah analisis data-data yang
dikumpulkan dan temuan-temuan yang diperoleh dari
studi literature, observasi, dan catatan advokasi penulis
yang relevan dengan kajian ini. Tahapan terakhir adalah
penulisan laporan yang akan dilakukan dengan secara
naratif deskriptif.
ANALISA KEBIJAKAN PUBLIK
John Kindon2 dalam bukunya yang berjudul Agendas,
Alternatives &Public Policies, menjelaskan bahwa dalam
mengkaji suatu kebijakan publik harus melihat dari sistem
politik secara keseluruhan, dan memetakan hubungan
antar aktor yang terlibat, ide, kelembagaan, dan proses
dari eksternal. Pendekatan arus kebijakan yang digagas
oleh Kingdon mengasumsikan bahwa kebijakan akan selalu
mengalami perubahan. Dan proses perubahan kebijakan,
pergantian kebijakan, dan hasil kebijakan muncul dari
adanya persinggungan antar elemen dari pembentukan
kebijakan publik.
Kindon juga menjelaskan bahwa pembentukan suatu
kebijakan publik ada tiga proses atau disebutnya sebagai
arus (stream) yaitu permasalan (problems), kebijakan
(policies) dan situasi politik(politics). Permasalahan
berkaitan dengan tingkat urgensi yang dapat menyita
perhatian publik. Kebijakan yang dimaksud adalah rencana
2 Peter John, “New Directions In Public Policy: Theories Of Policy Change
And Variation, ” London: University College London , 2013
5
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
perubahan yang berdasarkan dari pengetahuan dan
kepentingan
dariupaya
sektor
terkait.
Pengusul kebijakan
dalamyang akan
merupakan suatu
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik
hal
inioleh
memainkan
penting
dalamuntuk
memobilisasi
dibuat
politisi danperanan
pemerintah
yang terpilih
memerintah.
opini
dan
lembaga
pembuat
kebijakan
untuk
memastikan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
agar
merekatulisannya
tercapai. “Menelusuri
Dan ketigaSiklus
adalah
prosesAnggaran
Yuna agenda
Farhan melalui
Politisasi
politik,
misalnya
hasilYuna
pemilu
dan perubahan
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa situasi
Politicalpolitik
budget cycles
yang
mempengaruhi
bagaimana
media
dan
pembentuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
opini
mendefenisikan
permasalahan
publik dan politcal
empirislainnya
di berbagai
Negara. Berbagai
variabel yang mempengaruhi
budget cycles seperti
perubahan
mengevaluasi
dengan
solusi. pola pada struktur anggaran baik secara
agregat
maupun
secara spesifik
padaketiga
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
Kingdong
menjelaskan
bahwa
arus kebijakan
ini
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
berperan dalam mendukung maupun menolak agenda dari
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
suatu kebijakan publik. Agenda bukanlah refleksi otomatis dari
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kekuatan pihak-pihak yang terkait dalam proses pembentukan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kebijakan. Pembentukan kebijakan lebih terpengaruh oleh
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
keberuntungan dan kesempatan serta tujuan. Adanya interaksi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
antara permasalahan, kebijakan, dan situasi politik dapat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
membuat suatu kebijakan publik dibatalkan atau mengalami
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
perubahan agenda secara tiba-tiba.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Ide-ide
baru dapat
dan peserta
terus bergerak
cepat
2012
menegaskan
setiap muncul
partai politik
pemilu harus
memenuhi
menuju
agenda politik,
yangKondisi
disebutinioleh
sebagai
30% keterwakilan
perempuan.
patutKingdon
diperjuangkan,
mengingat
praktikwindow
selama ini,
pihak yang
duduk baikPolicy
di parlemen
maupun
pemerintah
policy
(jendela
kebijakan).
window
adalah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
kesempatan yang muncul misalnya seperti munculnya hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
masalah
baru dalam
kebijakan,
atau administrasi
baru dalam
hukum kekuasaan.
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis oleh Nindita
dalam
Kesempatan
ini dapat
terbuka/muncul
Paramastuti
dalam
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
dengan
kajian
atastulisannya
permasalahan
atau dengan
munculnya
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
situasi politik baru. Kesempatan ini mungkin tidak akan
2009.”
terbuka dalam waktu yang lama, sehingga aktor-aktor
Masih
berhubungan
denganpembentukan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
yang
terlibat
dalam proses
kebijakan
harus
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
bergerak cepat sebelum kesempatan itu tertutup.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
6kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
PENGESAHAN UNDANG-UNDANG PASCA
PEMILU LEGISLATIF & PEMILU PRESIDEN
2014
Pasca Pemilu 2014 dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden 2014, koalisi partai politik di Indonesia terpecah
ke dalam dua kubu yang sama kuat. Partai Gerindra yang
mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden
Prabowo dan Hatta Radjasa didukung oleh koalisi partai
Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
dan partai Demokrat. Sedangkan koalisi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mencalonkan pasangan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla mendapatkan dukungan dari
partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Pasca-Pilpres 2014, 6 dari 9 fraksi di DPR yang semula
mendukung tetap dilaksanakannya Pilkada Langsung oleh
rakyat justru berbalik menolak dan menyetujui kepala
daerah dipilih oleh DPRD.
Bila menganalisis bagaimana proses pembentukan
kebijakan dengan pendekatan stream, hasil dari Pemilu
2014 dan Pilpres 2014 memunculkan dua koalisi partai
politik yang sama kuatnya dan saling berkompetisi untuk
mengadu kekuatan masing-masing. Situasi politik ini
yang kemudian memunculkan kembali ide pemilihan
kepala daerah melalui DPRD. Dan situasi politik serta
ide ini kemudian memunculkan permasalahan dalam
penyusunan kebijakan melalui UU Pilkada sebagai window
7
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
atau kesempatan yang dapat digunakan untuk mewujudkan
agenda
politik
pemilihan
kepala
daerah tidak
langsung.
merupakan
suatu
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dibuat
politisi dan yang
pemerintah
yang
terpilihini
untuk
memerintah.
Danoleh
kesempatan
sangat
singkat
dilihat
dan
dibidik
oleh DPR
padatersebut
masa itu
dengandengan
menyiapkan
Pandangan
Hamdan
berkaitan
apa yangdraft
disampaikan
undang-undang
pilkada
untuk dapat
denganSiklus
segeraPolitisasi
disahkanAnggaran
Yuna Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
pada DPR.
TahunAlasan
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
budget cycles
oleh
ketergesa-gesaan
ini bahwa
karenaPolitical
kesempatan
sudah
menjadi
fenomena
universal
didukung
studi
ini
hanya
sampai
masa jabatan
mereka
habisdengan
karena berbagai
akan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
ada pergantian anggota parlemen. Dan pembahasan yang
budget
cycles seperti
perubahan
padabeberapa
struktur anggaran
baik secara
telah
tertunda
ternyata
dikebutpola
dalam
bulan saja
agregat maupun
secara
spesifik pada baru.
tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
disahkan
menjadi
undang-undang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
8kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
Untuk lebih jelasnya, bagaimana proses itu terjadi dapat
dilihat pada peta pembahasan undang-undang pilkada di
atas.
KRONOLOGI PEMBAHASAN UU PILKADA
Bulan Agustus 2014, Panitia Kerja (Panja) RUU Pilkada
mulai melanjutkan kembali pembahasan. Menurut rencana,
Panja RUU Pilkada yang dipimpin oleh Abdul Hakam
Naja dari fraksi PAN ini RUU Pilkada akan disahkan pada
rapat paripurna terakhir bulan September 2014 sebelum
pergantian masa jabatan kepada anggota DPR terpilih hasil
Pemilu 2014.
Pada awal bulan September 2014, 6 fraksi dari koalisi
partai politik pengusung pasangan calon presiden yang
kalah dalam Pilpres 2014 yang semula mendukung pilkada
langsung ternyata mengubah pandangan mereka dan
memilih pilkada melalui DPRD.
Dengan waktu pembahasan yang sangat terburu-buru
dan singkat itu akhirnya UU Pilkada disahkan pada tanggal
26 September 2014 dini hari melalui rapat paripurna dengan
pengambilan keputusan secara voting.
Fraksi Demokrat yang hadir anggotanya berjumlah 130
pada sidang paripurna pengesahkan RUU Pilkada. Sejak
5 hari sebelumnya, Presiden SBY sekaligus Ketua Umum
Partai Demokrat menyatakan akan mendukung pilkada
langsung. Begitu pula ketua harian partai Demokrat dan
disampaikan pula oleh Max Sopacoa dan Benny dari fraksi
Demokrat pada malam sidang paripurna tersebut. Namun
9
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
ternyata fraksi Demokrat justru mereka malah menyatakan
walk
out dari
rapat
paripurna
dan tidak memberikan
voting.yang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik
dibuat
yangmendukung
terpilih untukpemilihan
memerintah.
Saatoleh
itu,politisi
hanyadan
adapemerintah
3 fraksi yang
kepala
daerah Hamdan
secara langsung,
dan 6 fraksi
lainnya
Pandangan
tersebut berkaitan
dengan
apa memilih
yang disampaikan
pemilihan
kepala
melalui
DPRD.Siklus
Hanya
ada 11Anggaran
Yuna Farhan
melaluidaerah
tulisannya
“Menelusuri
Politisasi
pada Tahun
bahwa
Political yang
budget cycles
anggota
dariPemilu.”
Golkar Yuna
dan 6menjelaskan
anggota dari
Demokrat
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
dengan semua
berbagai studi
mendukung
pilkada
langsng
oleh rakyat.
Sisanya,
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
anggota dari fraksi Golkar, fraksi PKS, fraksi PAN, fraksi politcal
budget
cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
PPP,
dan
fraksi
Gerindra
memilih
mekanisme
pemilihan
agregatdaerah
maupunmelalui
secara spesifik
tahun-tahun
terkonfirmasi
kepala
DPRD. pada
Sedangkan,
fraksiPemilu,
Demokrat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sebagian
besar memilih abstain dengan walk out dari ruang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
sidang. Sehingga suara pendukung pilkada langsung hanya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
135 versus pendukung pilkada melalui DPRD 226.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
GERAKAN
MASYARAKAT & PETISI
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
DUKUNG
PILKADA LANGSUNG
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
WalaupunSeperti
pada akhir
September
2014 UUsebagai
Pilkada
perempuan.
halnyabulan
keterwakilan
perempuan
salah satu
melalui
DPRD faktual
disahkan
DPR,peserta
namun
perjuangan
syarat verifikasi
untukoleh
menjadi
pemilu.
UU No. 8 Tahun
masyarakat
untuksetiap
merebut
kembali
pilihpemilu
dalam harus
pilkada
2012 menegaskan
partai
politikhak
peserta
memenuhi
30% keterwakilan
Kondisi ini
patut diperjuangkan,
mengingat
tidak
berakhir. perempuan.
Sejak munculnya
kembali
pembahasan
praktik
selama ini,
pihak
yangagustus,
duduk baik
di parlemenmasyarakat
maupun pemerintah
RUU
Pilkada
pada
bulan
sebenarnya
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
sipil mulai khawatir dengan menguatnya ide untuk hal ini
akan berdampak negatif
mandeknya
mengembalikan
sistemterhadap
pemilihan
kelapa aspirasi
daerah perempuan
melalui dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
DPRD.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Maka, pada tanggal 4 September 2014, petisi untuk
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
mendukung pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah
2009.”
secara langsung digagas oleh Perludem. Gagasan ini muncul
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
karena Perludem sebagai lembaga yang aktif memantau
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
pembahasan undang-undang di Dewan Perwakilan Rakyat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
10
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
(DPR) mulai mendeteksi munculnya keinginan dari DPR
untuk mengubah kembali pemilihan kepala daerah oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Keinginan dari wakil rakyat ini mulai terlihat sangat
agresif dan progresif dengan munculnya kembali draft
undang-undang pilkada dalam dua versi. Dua draft tersebut
yaitu, versi pemilihan langsung oleh rakyat yang sudah
dibahas selama ini dan draft pilkada melalui DPRD yang
pernah digagas oleh Kemendagri sebagai inisiator dan
ditolak oleh DPR.
Sejak petisi digagas dan disebarkan melalui media
sosial facebook dan twitter, mulai banyak dukungan yang
disampaikan oleh masyarakat Indonesia melalui situs petisi
online change.org. Dalam minggu pertama, sudah ada
20.000 dukungan yang terkumpul.
Bermodalkan dukungan melalui petisi tersebut,
organisasi masyarakat sipil yang memprakarsai gerakan
dukung pilkada langsung mulai menyuarakan dukungan
terhadap pilkada langsung baik melalui media maupun
kampanye dan aksi demonstrasi untuk menyuarakan
dukungan pilkada langsung. Dan hal ini mendapatkan
respon positif dari media yang turut aktif menyuarakan
serta dukungan publik terhadap petisi yang telah digagas.
Melalui petisi tersebut, bukan hanya dukungan secara
online yang dilakukan tapi juga dukungan secara aktif
dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap aksiaksi di lapangan yang dilakukan oleh jaringan masyarakat
sipil yang mendukung gerakan ini. Mulai bermunculan
tanda pagar atau hashtag di media sosial yang menyataan
11
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dukungan terhadap pilkada langsung. Media sosial menjadi
basis
dukungan
yang untuk
paling
efektif untuk
menyebarkan
merupakan
suatu upaya
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
kepada
khalayak
mengenai
isu
pilkada
langsung
ini.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Melalui
medium
petisi
online,berkaitan
perkembangan
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengan pembahasan
apa yang disampaikan
dan
kegiatan-kegiatan
advokasi dikumpulkan
dan disebarkan
Yuna
Farhan melalui tulisannya
“Menelusuri Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
bahwa
Political
kepada
semua
orangYuna
yangmenjelaskan
mendukung.
Gerakan
ini budget
pun cycles
sudah mendapatkan
menjadi fenomena
universal
didukung
dengandaerah
berbagai studi
mulai
dukungan
positif
dari berbagai
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
lain di Indonesia selain dari Jakarta. Sejumlah daerah juga politcal
budgetmelakukan
cycles seperti
perubahan
poladengan
pada struktur
anggaran baik
mulai
aksi-aksi
serupa
yang dilakukan
di secara
agregat maupun
secaradari
spesifik
pada
tahun-tahun
terkonfirmasi
Jakarta.
Bukan hanya
aktivis
dan
organisasiPemilu,
masyarakat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sipil
dukungan yang banyak didapatkan, tapi juga dukungan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dari masyarakat umum, mahasiswa, dan kelompok buruh,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tani serta akademisi mulai berdatangan.Dukungan yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
semula masih berkisar 20.000 langsung melonjak menjadi
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
50.000 dalam beberapa hari.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
12
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
Penandatanganan
Pilkada Langsung
di Bundaran
Hotel berjudul
Indonesia, Jakarta,
sumber:
Supriyanto Dukungan
dan LiaPetisi
Wulandari
dalam
tulisan
Transparansi
dokumentasi pribadi
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
Dukungan ini mulai semakin meningkat sejak DPR
akhirnya mengesahkan UU Pilkada No. 22 Tahun 2014
pada 26 September 2014 yang menetapkan bahwa
pemilihan kepala daerah dilakukan oleh DPRD Provinsi
untuk Gubernur dan DPRD Kabupaten/Kota untuk Bupati/
Walikota. Dan terus melesat naik hingga angka total terakhir
dukungan 118.992 orang yang menandatangani petisi ini
melalui change.org.
Petisi ini pun menjadi petisi yang paling banyak
pendukungan untuk isu politik di change.org. Dukungan
masyarakat juga diberikan melalui pengumpulan fotokopi
Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dikirimkan ke sekretariat
Perludem dengan total 4.131 dan sekitar 4000 KTP juga
berhasil dikirimkan oleh masyarakat kepada Kontras.
Dukungan masyarakat ini memperlihatkan bahwa
keinginan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan
pilkada langsung sangat tinggi. Dukungan melalui petisi
dan pengiriman KTP menunjukan usaha dari masyarakat
dalam menyuarakan pendapat dan opini mereka terhadap
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lembaga
perwakilan rakyat yang dianggap telah merampas hak
politik warga negara untuk memilih kepala daerah secara
langsung.
Aksi mendukung pilkada langsung oleh rakyat bukan
hanya dilakukan oleh masyarakat di Jakarta saja, tapi
juga mulai berdatangan dukungan dari 24 provinsi lain
di Indonesia. Provinsi tersebut antara lain adalah Aceh,
Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Bengkulu,
Palembang, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
13
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Yogjakarta, Jawa Timur, Surabaya, Bangkalan, Kediri,
Malang,
Bali,
NTB,
Barat,
Kalimantan
merupakan
suatu
upayaNTT,
untukKalimantan
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Timur,
Kalimantan
Selatan,
Sulawesi
Selatan,
Sulawesi
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Tenggara,
Sulawesi
Barat,
Sulawesi
Utara,
Papua,
Papua
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
Barat,
Maluku.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Aksi
Dukung
Pilkada Langsungsetiap
di Jakarta,partai
sumber: dokumentasi
pribadi pemilu harus memenuhi
2012
menegaskan
politik peserta
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama terhadap
ini, pihak yang
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
Penolakan
perubahan
pemilihan
kepala
daerah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
oleh rakyat menjadi dipilih oleh DPRD juga dilakukan hal ini
akan para
berdampak
negatif
terhadap
oleh
kepala
daerah
yang mandeknya
tergabung aspirasi
dalam perempuan
Asosiasi dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut telah
ditulisdan
oleh Nindita
Pemerintah
Kabupaten Seluruh
Indonesia
(Apkasi)
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Asosiasi
Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi).
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Para kepala daerah tersebut berkumpul di Jakarta untuk
2009.”
merumuskan sejumlah rekomendasi untuk Presiden dan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
DPR dan menyatakan menolak tegas pilkada oleh DPRD
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
yang sedang dibahas dalam Rancangan Undang-Undang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
14
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
Pemilihan Kepala Daerah di DPR.3
Pada 17 September 2014, Koalisi Kawal RUU
Pilkada memberikan petisi dan surat terbuka
#DukungPilkadaLangsung kepada Presiden Republik
Indonesia, Susilo Bambang Yudhyono (SBY) di Istana
Negara. Surat terbuka ini menegaskan bahwa pembahasan
RUU Pilkada adalah isu yang sangat genting karena
cenderung mendukung perubahan kembali kepada pilkada
melalui DPRD dan Presiden berkewajiban untuk melindungi
hak konstitusional warga Indonesia dan menjaga demokrasi
lokal yang mulai tubuh di Indonesia serta menjaga
kedaulatan rakyat Indonesia.4
Selang beberapa hari pasca surat terbuka, Presiden yang
juga sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat pada saat
itu mengunggah video pernyataan dukungannya terhadap
pilkada langsung. Presiden pada waktu itu juga menyatakan
bahwa fraksi dari partai Demokrat akan mendukung
pilkada langsung. Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP
Partai Demokrat, Hinca Panjaitan, mengatakan sejak
awal instruksi dari Ketua Umum partai untuk mendukung
pilkada langsung dengan 10 persyaratan paket. Namun
fraksi Demokrat melakukan aksi walk out.5
3 KPU: Pilkada oleh Rakyat Keunggulan Demokrasi Indonesia di Mata Dunia,
Harian Kompas, 12 September 2014 sumber: http://print.kompas.com/
KOMPAS_ART0000000000000000008833168
4 Kepada Presiden, #DukungPilkadaLangsung Sekarang Juga! Sumber:
http://www.rumahpemilu.org/in/read/7265/Partai-Bertanggung-JawabAtas-Hilangnya-Keterwakilan-Perempuan-di-UU-MD3
5 RUU Pilkada, SBY dan Demokrat dikritik, sumber: http://www.bbc.co.uk/
indonesia/berita_indonesia/2014/09/140925_demokrat_uupilkada BBC
Indonesia | 26 September 2014 11.00
15
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Pasca-pengesahan UU UU No. 22 Tahun 2014, gerakan
dukung
pilkada
tidak
duduk diamkebijakan
dan berpasrah
merupakan
suatu langsung
upaya untuk
menyelamatkan
publik yang akan
diri.
Masyarakat
semakin
geram
dengan
sikap
wakil
rakyat
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
yang
memutuskan
undang-undang
tanpa
memperhatikan
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa yang disampaikan
penolakan
keras
dari
masyarakat.
Terutama
pada
lini sosialAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
media,
muncul
kembali
#ShameOnYouSBY
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna tagar
menjelaskan
bahwa Political yang
budget cycles
menjadi
trending
topics
di
twitter
dan
walaupun
sempat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
lenyap
namun
kembalivariabel
tagar yang
bernada
serupa politcal
empiris di
berbagaimuncul
Negara. Berbagai
mempengaruhi
budget cycles seperti
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
berulang-ulang
padaperubahan
sosial media.
Kecaman
dari
berbagai
agregatpublik,
maupun
secara spesifik
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
tokoh
akademisi,
dan pada
masyarakat
semakin
meluas
dalam praktek
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
didukung
pulapenganggaran
dengan pemberitaan
di media
massa yang
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
mengulik masalah ini.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
KEMBALI MELANGSUNGKAN PILKADA
Kritikan terhadap sikap partai Demokrat yang walk out
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pada saat rapat paripurna pengesahan UU No. 22 Tahun
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
2014 juga semakin gencar ditujukan kepada Presiden Susilo
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Bambang
Yudhoyono
untukmenjadi
melakukan
tegas.
syarat verifikasi
faktual untuk
pesertatindakan
pemilu. UU
No. 8 Tahun
Presiden
diminta
untuk
melakukan
tindakan
tegas
untuk
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
mengembalikan
pilkada langsung
dan
membatalkan
UU
30% keterwakilan perempuan.
Kondisi ini
patut
diperjuangkan,
mengingat
Pilkada.
Awal
Oktober
2014,
Presiden
mulai
melakukan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
lobi
dan diskusi
dengan
politik
mengenai
hal ini. Dan hal ini
mayoritas
diduduki
oleh partai
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
akan berdampak
terhadap
mandeknya
perempuan dalam
akhirnya
pada 2negatif
Oktober
2014,
Presidenaspirasi
mengeluarkan
hukum dan
Dan Perppu
kondisi tersebut
telah ditulisoleh
oleh Nindita
Perppu
No.pemerintahan.
1 Tahun 2014.
ini dikeluarkan
Paramastuti
dalam
tulisannya yang
“Perempuan
presiden
untuk
membatalkan
UUberjudul:
No. 22 tahun
2014 dan
dan Korupsi:
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
mengubah sistem pemilihan kepala daerah yang semula DPR RI
2009.”dalam UU tersebut dipilih oleh DPRD menjadi tetap
diatur
Masih
berhubungan
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dipilih
langsung
oleh rakyat.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Perppu ini semula mendapatkan penolakan dari DPR
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
16
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
pada saat itu, namun akhirnya setelah DPR terpilih hasil
Pemilu 2014 telah terbentuk dan dilantik perubahan sikap
DPR mulai bergeser perlahan dan mendukung pilkada
langsung. Hal ini terjadi juga karena adanya tarik menarik
kekuatan di antara dua kubu koalisi partai politik yang sama
kuatnya dalam pemilihan pimpinan di DPR. Peran fraksi
partai Demokrat menjadi kunci dalam penentuan pemilihan
kursi pimpinan di DPR.
Dalam Rapat Paripurna 20 Januari 2015, akhirnya DPR
RI secara resmi memberikan persetujuan atas Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (Perppu
No. 1 Tahun 2014) untuk disahkan menjadi undang-undang.
Pengesahan tersebut menegaskan berlakunya kembali
pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat dan
peluang untuk melakukan perbaikan dalam penyelenggaraan
pilkada langsung kembali terbuka. Namun, ada sejumlah
hal baru diatur dalam Perppu Pilkada yang telah disahkan
menjadi UU No.1 tahun 2015 tersebut. Misalnya pengenalan
bakal calon secara publik, mengatur konflik kepentingan
calon dengan petahana, meminimalkan politisasi birokrasi
oleh calon petahana, kampanye dialogis, politik uang dalam
pencalonan oleh partai politik, dan penyelenggaraan pilkada
secara serentak.
PENUTUP
Perjalanan advokasi untuk hak memilih langsung kepala
daerah memang tidak semudah membalikan telapak tangan.
Setelah kecewa dengan hasil voting pada paripurna 26
17
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
September 2014 dan bangkit kembali dalam keputusasaan
setelah
melihat
dukungan
yang semakin
meluas
dariyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
masyarakat.
Setelah
Presiden
mengumumkan
Perpumemerintah.
Pilkada
dibuat oleh politisi
dan
pemerintah
yang terpilih untuk
langsung
dan Hamdan
DPR mengesahkan
UU dengan
No.1/2015
tentang
Pandangan
tersebut berkaitan
apa yang
disampaikan
Pemilihan
Kepala
Daerah,
ternyata
masih
banyak
pekerjaan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
rumah
yang tersisa.
permasalahan
pengaturan
pada Tahun
Pemilu.”Bukan
Yuna hanya
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
hukum
dan
tambal
sulam
aturan,
tapi
inisiatif
dan
ide
yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
mendorong
kembali
pilkada
melalui
DPRD
mulai
terdengar politcal
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
kembali.
agregat
maupun
spesifik
padaadalah
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Tulisan
ini secara
sebagian
besar
catatan
selama
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mengadvokasi
pilkada langsung baik melalui pemantauan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pembahasan RUU Pilkada di DPR maupun membuat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
petisi secara online untuk mengumpulkan dukungan dari
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
masyarakat dan aksi turun ke jalan mengumpulkan tanda
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
tangan. Bagi saya, pilkada langsung membuat masyarakat
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
lebih mengenal kepala daerahnya dan begitu pun sebaliknya,
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kepala daerah menjadi lebih memperhatikan kebutuhan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
masyarakatnya di daerah yang dipimpinnya. Ikatan timbal
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
balik
ini yang tidak
tergantikan
pemilihan
2012 menegaskan
setiap dapat
partai politik
pesertadari
pemilu
harus memenuhi
langsung.
Demokrasi
adalah
oleh,
dari,
dan
untuk
rakyat.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
Pemilihan
langsung
juga
membuka
ruang
dan
kesempatan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
bagi
tokoh-tokoh
yang
mencintai
daerahnya hal ini
mayoritas
diduduki di
olehdaerah
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
untuk
mengabdi,
dan aspirasi
membesarkan
akan berdampak
negatifmembangun,
terhadap mandeknya
perempuan dalam
hukum danmasing-masing.
pemerintahan. Dan
kondisi
tersebut
ditulis
oleh Nindita
daerahnya
Partai
politik
pun telah
dipaksa
untuk
Paramastuti dalam
tulisannya
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
mencalonkan
kandidat
yangyang
berkualitas
untuk menarik
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
suara masyarakat, dan rakyat pun belajar untuk memilih DPR RI
2009.” lebih rasional.
dengan
Masih berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
politik, Didik
Pengalaman
advokasi
bersama
masyarakatkeuangan
sipil dalam
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
mengawal pilkada langsung memperlihatkan bahwa rakyat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
18
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
JALAN PANJANG ADVOKASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
masih memiliki peranan dalam pengambilan keputusan
dalam kebijakan publik. Diharapkan perhatian masyarakat
dalam mengawal proses kebijakan publik dapat juga kembali
dilakukan untuk pembenahan regulasi pilkada dan pemilu
yang akan dimulai tahun ini serta kebijakan publik lainnya.
REFERENSI
John, P, 2013, “New Directions In Public Policy: Theories
Of Policy Change And Variation, ” London: University
College London , 2013
KPU: Pilkada oleh Rakyat Keunggulan Demokrasi
Indonesia di Mata Dunia, Harian Kompas, 12
September 2014 sumber: http://print.kompas.com/
KOMPAS_ART0000000000000000008833168
Kepada Presiden, #DukungPilkadaLangsung Sekarang
Juga! Sumber: http://www.rumahpemilu.org/
in/read/7265/Partai-Bertanggung-Jawab-AtasHilangnya-Keterwakilan-Perempuan-di-UU-MD3
RUU Pilkada, SBY dan Demokrat dikritik, sumber:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_
indonesia/2014/09/140925_demokrat_uupilkada
BBC Indonesia | 26 September 2014 11.00
Koalisi Masyarakat Sipil Dukung Pilkada Langsung: Siaran
Pers Naskah Rekomendasi Usulan Perubahan UU
Pilkada Nomor 1 Tahun 2015, disampaikan pada 4
Februari 2015.
19
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
20
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU,
MEMUSATKAN ANGGARAN
PILKADA
Usep Hasan Sadikin
ABSTRAK
Pilkada Serentak 2015 diselenggarakan menyimpang
dari pemahaman pemilu serentak. Pembiayaan pilkada
serentak dari APBD berdampak pada ketakpastian
pelaksanaan karena ketaksiapan anggaran sejumlah
daerah. Besaran anggaran pilkada tiap daerah pun
sangat sulit diukur objektivitasnya. Tujuan efektif dan
efisiensi melalui keserentakan menjadi jauh panggang dari
api. Menjadi berkecenderungan korup karena besaran
anggaran yang diajukan Komisi Pemilihan Umum
provinsi/kabupaten/kota persetujuannya ada diskresi
kepala daerah yang bisa mencalonkan lagi di pilkada.
Pembiayaan pilkada terpusat ke APBN merupakan
konsekuensi pemilu serentak. Pembiayaan pilkada terpusat
ke APBN pun merupakan konsekuensi konstitusional
kelembagaan KPU yang nasional, tetap, dan mandiri.
APBN memastikan keserentakan waktu penyelenggaraan
dan standar anggaran tiap daerah sehingga proses pilkada
dan pemerintahan terpilih menjadi lebih efektif dan efisien.
Kata Kunci: Anggaran, Pilkada serentak, pemilu efektif
dan efisien
21
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
PENGANTAR
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
Pilkada Serentak
2015
merupakan
pilkada
pertama
yangyang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah
memerintah.
penyelenggaraannya
bersamaanyang
di terpilih
banyakuntuk
daerah
tapi
Pandangan Hamdan
tersebut berkaitan
dengan apaUndangyang disampaikan
persiapannya
tak berpemahaman
keserentakan.
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
undang
Nomor
8 Tahun
2015 tentang
Perubahan
Undang-Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
undang
Nomor
1 Tahun
2015
tentang Penetapan
Peraturan
sudah menjadi
fenomenaUndang-undang
universal didukung
dengan
berbagai studi
Pemerintah
Pengganti
Nomor
1 Tahun
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
dibentuk dari konteks keterdesakan waktu sekaligus tarikagregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
menarik kepentingan politik kuasa. UU No.8/2015 sudah
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menetapkan, Komisi Pemilihan Umum harus melaksanakan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pemungutan
suara pada Desember di 269 daerah. Tetapi,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
banyak
takcycle
siap atau
anggaran
pilkadapolitik
yang pada
dibiayai
political daerah
corruption
siklus korupsi
tahun-tahun
APBD.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Ketaksiapan
anggaran
yangditafsirkan
bisa mengancam
kepastian
Masyarakat tidak
saja dapat
sebagai satu
kesatuan, tetapi
Pilkada
2015 harus
dihadapi
penyelenggara
juga perluSerentak
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat
antara laki-laki dan
pemilu.Anggota
RI,keterwakilan
Ferry Kurnia
Rizkiyansyah
perempuan. SepertiKPU
halnya
perempuan
sebagai salah satu
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
mengatakan, dari 269 daerah yang pilkada ada 66 UU
daerah
2012 menegaskan
setiap partai politik
peserta
pemilu 22/5’15.
harus memenuhi
yang
belum menandatangani
NPHD
hingga
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
iniHastati
patut diperjuangkan,
mengingat
Anggota
KPU Kabupaten
Barru,
Upi
mengatakan,
praktik selama ini, pihak
yangPerjanjian
duduk baikHibah
di parlemen
maupun
pemerintah
penandatanganan
Naskah
Daerah
(NPHD)
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
di Kabupaten Barru tertunda-tunda. Pencairan anggaran hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
belum bisa dilakukan sementara tahapan pilkada terus
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
berjalan. Sejak dimulainya tahapan hingga pembentukan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
PPK dan PPS, jumlah hutang KPU Barru mencapai Rp 200
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
juta.1
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
1 Masih Menanti Kepastian Anggaran. Liputan Khusus jurnalis rumahpemilu.
Supriyanto
Lia (23/5/’15)http://www.rumahpemilu.org/in/
Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
org, Debora dan
Blandina
read/8988/Masih-Menanti-Kejelasan-Anggaran
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
22
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
Pembiayaan pilkada dari APBD pun sulit menemukan
objektivitas besaran biaya pilkada tiap daerah. Sewajarnya,
besaran anggaran pilkada ditentukan variabel jumlah
penduduk, keadaan geografis, dan status tingkat administrasi
daerah. Tapi merujuk besar anggaran tiap daerah, variabel
ini menjadi sumir. Ada daerah yang penduduk/pemilihnya
sedikit dibandingkan daerah lain tapi biaya pilkadanya jauh
lebih besar. Ini terjadi di tingkat provinsi hingga kabupaten/
kota.
Selain daerah yang berhambatan anggaran, ada daerah
yang relatif lancar beranggaran pilkada tapi juga bermasalah.
Daerah ini yang petahana kepala daerahnya mencalonkan
lagi di pilkada. Ada potensi korup karena besaran anggaran
yang diajukan KPU provinsi/kabupaten/kota, disetujui oleh
kepala daerah yang bisa mencalonkan lagi di pilkada.
278 petahana (inkumben/pejabat publik) kepala daerah
yang mencalonkan lagi di Pilkada 2015. 150 berstatus
sebagai kepala daerah, 128 sebagai wakil kepala daerah. Ada
5 berstatus gubernur dan 5 sebagai wakil gubernur. Ada 118
bupati dan 103 wakil bupati. Lalu ada 27 walikota dan 20
wakil walikota. Semuanya menyebar di 223 daerah dari total
269 daerah yang menyelenggarakan Pilkada 2015.2
Keadaan itu semua membuat transisi kepemimpinan
daerah yang jujur dan adil terhambat. Tujuan efektif dan
efisien keserentakan pilkada pun tak tercapai. Padahal,
pascapemilu pura-pura Orde Baru masyarakat masih mau
percaya dengan KPU, penguatan demokrasi lokal, dan
2 Rumahpemilu.org olahan data calon infopilkada.kpu.go.id
23
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pilkada sebagai produk Reformasi. Jangan sampai “dari,
oleh,
dan untuk
rakyat”
kembali
diragukan
oleh pemilik
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
kedaulatan
demokrasi.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun Pemilu.”
menjelaskan bahwa
Political
budget cycles
Pemilu
serentakYuna(concurrent
election)
adalah
sudah menjadi fenomena
universal didukung
dengan
berbagai studi
penggabungkan
pemilu eksekutif
dan pemilu
legislatif
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
dalam satu tahapan penyelenggaraan khususnya tahap politcal
budget cycles seperti
polabukan
pada struktur
anggaran
baik secara
pemungutan
suara.perubahan
Tujuannya
semata
efisiensi
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
anggaran,
melainkan untuk menciptakan pemerintahan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
kongruen atau menghindari pemerintahan terbelah (divided
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
government) yang berwujud jumlah kursi mayoritas
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
parlemen bukan dimiliki partai atau koalisi partai yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mengusung presiden terpilih.3
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PEMILU SERENTAK
Pemilu
serentak
merupakan
jawaban
masalah
laten tetapi
Masyarakat
tidak saja
dapat ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
negara
presidensial
yang menganut
pemilu
proporsional
juga perlu
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat
antara laki-laki dan
dan
sistem
kepartaian
multipartai.
Scott
Mainwaring,
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dalam
Presidentialism,
Multiparty
System,
Democracy:
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
pesertaand
pemilu.
UU No. 8 Tahun
The
Equation,
September
1990,
2012Difficult
menegaskan
setiap yang
partaidiluncurkan
politik peserta
pemilu harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
menilai
kombinasi
presidensial-multipartai
berbahaya bagi
praktik selama
ini, pihakIlmuwan
yang duduk
baik didari
parlemen
maupun pemerintah
stabilitas
demokrasi.
politik
dari University
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
of Notre Dame ini merujuk bukti hasil penelitian di hal ini
akan berdampak
terhadap
mandeknya aspirasi perempuan
semua
negara negatif
penganut
presidensial-multipartai,
sejak dalam
hukumhingga
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut telahsalah
ditulissatu
oleh Nindita
1930
1990. Mainwaring
menegaskan,
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
konsekuensi
terpisahnya pemilihan eksekutif dan legislatif
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
adalah presiden terpilih bisa berasal dari partai peraih suara
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
3 Didik Supriyanto, Khoirunnisa Nur Agustyati, August Mellaz, Manata Ulang
Supriyanto
dan Menuju
Lia Wulandari
dalam
dan
Jadwal Pilkada
Pemilu Nasional
dantulisan
Daerah,berjudul
Perludem,Transparansi
Jakarta
2013,
halaman
27.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
24
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
kecil di parlemen.4
Namun, sebuah jalan keluar kemudian mencuat ke
permukaan. Hanya empat tahun setelah Mainwaring
meluncurkan tesisnya, sebuah preseden baru terjadi di Brasil.
Negara bola ini, membuktikan bahwa presidensialisme
dengan multipartai dan sistem proporsional—seperti
halnya di Indonesia— ternyata bisa stabil. Caranya,
dengan melakukan pemilu serentak. Hasilnya, bekerjanya
efek menarik kerah(coattail effect)yaitu hasil pemilu
presiden menjadi kongruen dengan hasil pemilu legislatif.
Dampaknya, Brasil berhasil keluar dari kutukan divided
government atau minority government.5
PEMILU YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Pemilu yang efektif dan efisien hanya bisa
diselenggarakan kelembagaan penyelenggara pemilu yang
efektif dan efisien. International Institute for Democracy
and Electoral Assistance (IDEA) menetapkan karakter
lembaga penyelenggara pemilu yang bisa mewujudkan
pemilu jujur dan adil. 1. Independen dan tak berpihak;
2. Transparan-akuntabel; 3. Cepat berkeputusan; 4.
Efisien dan efektif; 5. Profesional; 6. Bermasa jabatan; 7.
Berstruktur; 8. Berpembiayaan jelas; 9. Ber-tugas/fungsi
menyelenggarakan; 10. Beranggota dengan komposisi dan
kualifikasi ketat; dan 11. Ber-kewenangan/ tanggungjawab
4 Scott Mainwaring, Presisentialism, Multiparty Systems, And Democracy:
The Difficult Equation, Kellogg Institute, 1990, halaman 4.
5 Harun Husein, Pemilu Indonesia, Perludem, Jakarta, 2014, halaman 527.
25
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kepada pihak berkepentingan.6
Berdasarkan
teori
tersebut artikel
ini bertujuan
merupakan
suatulandasan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk rumusan
memerintah.
menghasilkan
empat
rekomendasi
terhadap
permasalahan
yang sudah
dipetakan,
yaitu:
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan apa yang disampaikan
Yuna
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
1. Farhan
Menempatkan
pilkada sebagai
bagian
disain
pemiluAnggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa lokal;
Political budget cycles
serentak
nasional
dan
pemilu serentak
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
2. Menempatkan pilkada serentak sebagai pemilu
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
serentak lokal transisi menuju pemilu serentak lokal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
ideal;
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
3. Menempatkan
Komisi
Pemilihan
Umum
sebagai
dalam
praktek penganggaran
di Indonesia
yang
berkaitan
dengan siklus
konstitusional
bersifat
nasional,
tetap,
Pemilulembaga
2009 ataupun
menjelang Pemilu
2014. Melihat
perkembangan
saat
dan
mandiri
sehingga
hirarkis
pembiayaan
ini, yang
menjadi
perhatian
tidak secara
hanya political
budget
cycles, melainkan
political
corruption
atau siklus
korupsi
politik pada tahun-tahun
lembaga
dan cycle
aktivitasnya
dibiayai
APBN;
Pemilu
yang telah meningkat
ekstrim.
4. Menempatkan
APBNdengan
sebagai
anggaran terpusat yang
Masyarakat
tidak
saja dapat
ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
membiayai
seluruh
pilkada.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Empat rekomendasi itu dihasilkan dari dua metode.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Pertama, melalui penulisan hasil diskusi dengan para pihak
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
terkait penyelenggaraan Pilkada 2015 dan para peneliti
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
anggaran
pilkada. Kedua, studi refensi buku dan pemberitaan.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Referensi
berdasarkan
yangmaupun
beragam.
praktik
selamadipilih
ini, pihak
yang dudukpenekanan
baik di parlemen
pemerintah
Ada
yang diduduki
penekanannya
langsung
membahas
pentingnya hal ini
mayoritas
oleh laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
akan berdampak
negatifdari
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
pembiayaan
pilkada
APBN.
Ada yang
menekankan
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
ditulis oleh Nindita
pada
disain
pemilu serentak.
Ada juga
yangtelah
menekankan
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
pada
kelembagaan
dan penyelenggaraan
pemilu
yang efektif
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
dan efisien.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
6 Alan Wall, et.al., Electoral Management Design: The New International
Supriyanto
dan Lia
Wulandari
dalam Institute
tulisan for
berjudul
Transparansi
dan
IDEA Handbook,
(Stockholm:
International
Democracy
and
Electoral
Assistance,
2006),
halaman
9.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
26
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
Artikel disusun dengan bentuk tiga pembagian:
pengantar, landasan teori, pembahasan, dan rekomendasi.
Pengantar, menjelaskan konteks permasalahan, rumusan
masalah, metode, dan sistematika penulisan. Landasan
teori, memaparkan teori dan konsep terkait kepemiluan,
kelembagaan, dan anggaran. Pembahasan, menjelaskan
permasalahan dengan mengaitkan fakta dan prinsip/
landasan teori. Rekomendasi, solusi yang ditawarkan untuk
menjawab dan menyelesaikan permasalahan.
SUMBER DANA PILKADA
Undang-undang yang menjadi dasar penyelenggaraan
Pilkada Serentak 2015 menetapkan anggaran pilkada
berasal dari APBD. Dituliskan dalam Undang-undang No.
8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-undang No.1
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pasal 166 ayat
(1) bertuliskan Pendanaan kegiatan Pemilihan dibebankan
pada Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah dan dapat
didukung oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dasar regulasi sumber pembiayaan pilkada itu
bermasalah yang terkait disain keserentakan pilkada.
Diselenggarakan serentak di banyak daerah tapi anggaran
pilkada di tiap daerah kesiapannya tak serentak.
Direncanakan di 269 daerah yang waktu pungut-hitung
suaranya pada 9 Desember 2015 tapi banyak daerah tak siap
APBD membiayai pilkadanya. Anggota KPU RI, Ferry Kurnia
27
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Rizkiyansyah (20/5’15) mengatakan, dari 269 daerah yang
pilkada
masih
66upaya
daerah
yangmenyelamatkan
belum menandatangani
NPHDyang akan
merupakan
suatu
untuk
kebijakan publik
hingga
22/5’15.
Ada
daerah yaitu
kabupaten
dan
dibuat oleh
politisi
dandua
pemerintah
yang terpilih
untukBarru
memerintah.
Kabupaten
Pangkajene
Kepulauan
(Pangkep)
terletak
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
denganyang
apa yang
disampaikan
di
Sulawesi
Selatan
belum
mencapai
kesepakatan.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagaiSekretariat
Negara. Berbagai
variabelForum
yang mempengaruhi
Koordinator
Nasional
Indonesia politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola (Seknas
pada struktur
anggaran
baik secara
untuk
Transparansi
Anggaran
Fitra),
Yenny
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Soetjipto
menjelaskan, ada dua hal mendasar kenapa
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pilkada serentak tak relevan dibiayai APBD. Pertama, siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
anggaran yang tak sesuai dengan siklus tahapan pilkada.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kedua, ruang fiskal daerah terbatas.Dua hal itu menjadikan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pilkada sebagai beban bagi daerah. Pembiayaan pilkada
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
BEBAN DAERAH
menjadi beban bagi APBD.7
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Penjelasan
Yenny
berdasar
riset Seknas
Fitra dari
juga
perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat antara
laki-laki dan
sejumlah
penyelenggaraan
pilkada
sebelum
2015.
Selama
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
ini
pilkada
dibiayai
dari
danamenjadi
pengalihan
belanja
syarat
verifikasi
faktual
untuk
peserta
pemilu.langsung
UU No. 8 Tahun
yang
awalnya untuk
kepentingan
publik.
Kebutuhan
2012 menegaskan
setiap partai
politik peserta
pemilu
harus memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi dan
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
belanja
daerah seperti
pendidikan
kesehatan
menjadi
praktikmenanggung
selama ini, pihak
yang duduk
baikakumulasi
di parlemenini,
maupun
pemerintah
biaya
pilkada.
Karena
pilkada
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
menjadi beban banyak bidang bagi pemerintahan daerah hal ini
akan berdampak
negatif terhadap mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
yang
dirasakan masyarakatnya.
Keterbatasan
kemampuan
hukum dandaerah
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
keuangan
menyebabkan
daerah
harus
mengurangi
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
belanja
publiknya, seperti pendidikan dan kesehatan untuk
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
7 Yenny
Soetjipto:
Fiskal Daerah
Terbatas,
Harus darikeuangan
APBN.
Masih
berhubungan
dengan
temaPilkada
akuntabilitas
politik, Didik
Wawancara jurnalis rumahpemilu.org, Debora Blandina (14/4/’15). http://
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
www.rumahpemilu.org/in/read/8680/Yenny-Soetjipto-Fiskal-DaerahTerbatas-Pilkada-Harus-dari-APBN
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
28
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
membiayai pilkada.8
Di keadaan itu, pihak terkait penyelenggaraan pilkada
punya elastisitas tak wajar dalam memastikan pilakda
tetap diselenggarakan. Pilkada Bandung 2010, tahapan
pilkada dimulai Februari tapi APBD baru ditetapkan akhir
Maret 2010 sehingga KPU mendanai operasionalnya secara
swadaya. Pilkada Ogan Ilir 2010, pencairan dana baru
dilakukan bulan April 2010 sedangkan tahapan dimulai
bulan Februari 2010 sehingga menggunakan anggaran dana
alokasi gaji ke-13.9
Pada dasarnya waktu pilkada tak selalu pas dengan
waktu penyusunan APBD. Penyelenggara terkena efek
domino. Penyusunan rencana dan penetapan jadwal
tahapan menjadi hal yang tak bisa dipastikan. Pemerintah
pusat yang menempatkan urusan pilkada semata-mata
tanggungjawab pemerintah daerah membuat struktur KPU
yang hirarkis kesulitan mengontrol baginya strukturnya
hingga ke daerah.10
MAHAL DAN SULIT OBJEKTIF
Pilkada dibiayai APBD pun menjadikan nilai material
pilkada menjadi mahal dan tak objektif. Keserentakan
pilkada yang bertujuan efisiensi menjadi gagal. KPU
RI melalui infopilkada.go.id menyampaikan, total
8 Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum
Kepala Daerah, Efisien dan Demokratis, Jakarta: Seknas Fitra, 2011,
halaman 6.
9 Ibid, halaman 14.
10 Titi Anggraini dkk., Menata Kembali Pengaturan Pemilukada, Perludem,
Jakarta 2010, halaman 134.
29
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
penyelenggaraan Pilkada 2015 (18/2’2015). Jumlah yang
diajukan
Rp
6,7 upaya
triliun
danmenyelamatkan
yang disetujuikebijakan
Rp 5,5 publik
triliun.yang akan
merupakan
suatu
untuk
Total
belum
termasuk biaya
pengawasan
pilkada.
dibuatanggaran
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
Nilai
rupiahnya
dijumlah
dariberkaitan
pengajuan
masing-masing
Pandangan
Hamdan
tersebut
dengan
apa yang disampaikan
KPU
provinsi
dan
kabupaten/kota
penyelenggara
pilkadaAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
yang
masing-masing
pemerintah
daerah.
pada disetujui
Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political budget cycles
sudah
menjadi fenomena
universal
berbagai studi
Pembiayaan
pilkada dari
APBD didukung
pun sulitdengan
menemukan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
objektivitas besaran biaya pilkada tiap daerah. Sewajarnya, politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
besaran
anggaran
pilkada ditentukan
variabel
jumlah
agregat maupun
secara
spesifikdan
pada
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
penduduk,
keadaan
geografis,
status
tingkat administrasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
daerah.
Tapi merujuk besar anggaran tiap daerah, variabel
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini menjadi sumir. Ada daerah yang penduduk/pemilih-nya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sedikit dibandingkan daerah lain tapi biaya pilkadanya jauh
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
lebih besar.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Kesumiran itu terjadi di tingkat provinsi hingga
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kabupaten/kota.
Provinsi
Kepulauan
Riau
dengan
1,61 juta
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat
antara
laki-laki dan
penduduk
berbiaya
Rp
62,50
miliar.
Sedangkan
Provinsi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Kalimantan
Utara
dengan
588.791peserta
penduduk
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
pemilu.berbiaya
UU No. 8 Tahun
pilkada
Rp 100 miliar.
Kota Samarinda
dengan
ribu
2012 menegaskan
setiap partai
politik peserta
pemilu753
harus
memenuhi
penduduk,
berbiaya
pilkadaKondisi
Rp 55,6
miliar.
Kabupaten
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Semarang
dengan
989yang
ribu
penduduk
berbiaya
pilkada
11
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
16,39 mililar.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Dari riset Fitra di penyelenggaraan pilkada 14 daerah
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pada 2010 diketahui, anggaran pilkada kabupaten/kota
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
untuk sekali putaran berkisar Rp 5 sampai 28 miliar.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Pilkada Bandung 2010 bisa dibuat KPU Bandung lebih
2009.”
efisien dengan memangkas jumlah penyelenggara pada
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
11 Infopilkada.kpu.go.id
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
30
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
tingkat KPPS, dari tujuh orang menjadi lima orang. Selain
itu, KPU Bandung mengurangi biaya pilkada dengan cara
mengurangi jumlah tempat pemungutan suara (TPS) dan
menambah jumlah pemilih di tiap TPS.12
POTENSI BURUK DISKRESI PETAHANA
KEPALA DAERAH
Penyelenggaraan Pilkada yang dibiayai APBD berpotensi
buruk dari diskresi petahana kepala daerah. Kepala daerah
mempunyai diskresi menentukan persetujuan besaran
anggaran pilkada daerah yang dipimpinnya. Jika kepala
daerah mencalonkan lagi di pilkada akan berpotensi
lahirkan konflik kepentingan terhadap KPU di daerah.
Potensi diskresi kepala daerah ini pun mengurangi
netralitas atau kemandirian KPU di daerah. Pengaruh
struktur kemandirian KPU yang nasional terhadap KPU
di daerah menjadi lebih rendah. KPU di daerah akan
lebih terpengaruh intervensi petahana kepala daerah yang
mencalonkan di pilkada.
Aktor kunci dalam pembahasan anggaran terdiri dari
Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, DPRD, dan KPU di daerah
sebagai kuasa pengguna anggaran. KPU di daerah seringkali
tersandera penentuan anggaran pilkada karena bergantung
persetujuan kepala daerah yang seringkali mencalonkan di
pilkadabersama partai pendukungnya di DPRD.13
12 Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum
Kepala Daerah, Efisien dan Demokratis, Jakarta: Seknas Fitra, 2011,
halaman 18.
13 Ibid, halaman 11.
31
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Ketergantungan KPU provinsi dan kabupaten/kota
semakin
membuat
posisi
tawar
KPU dalam penyelenggaraan
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
pilkada
lemah.
Pendanaan
pilkada
pada
APBD,
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untukmembuat
memerintah.
KPU
“tersandera”
dalam
mengusulkan
anggaran
pada
aktor
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
politik
daerah
yang
memiliki
kepentingan
terhadap
pilkada.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Anggaran
pilkada
menjadi
tawar-menawar
yang dapat
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna ajang
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
mempengaruhi
independensi
KPU.
Tidak
dapat
dipungkiri,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kepala
daerah
pada
posisi
petahana,
politik politcal
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabeldan
yangpartai
mempengaruhi
budget cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
baik secara
pendukungnya
memiliki
pengaruh
kuat
dalamanggaran
anggaran
14
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pilkada.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Di Pilkada Serentak 2015, salah satu gambaran itu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang marak diberitakan adalah daerah yang petahana
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kepala daerahnya mencalonkan di pilkada, KPU relatif tak
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mengalami hambatan atau penundaan pencairan anggaran.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Anggaran pun cenderung disetujui 100 persen atau mendekati
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
100 persen. Sedangkan daerah yang petahana kepala daerah
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
tak mencalonkan di pilkada, KPU harus berhutang bahkan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menggunakan slot anggaran penggajian pegawai KPU.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Kewenangan
anggaran
KPU
2012
menegaskan mengesahkan
setiap partai politik
peserta terhadap
pemilu harus
memenuhi
dan
lembaga dan
atau panitia
pemilu pun
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisipengawas
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
pihak intervensi
yang duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
menjadi
dua ini,
tangan
petanaha
kepala
daerah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
yang mencalonkan di pilkada. Dengan anggaran cukup hal ini
akan berdampak
terhadap mandeknya aspirasipetahana
perempuan dalam
yang
diberikan negatif
KPU provinsi/kabupaten/kota,
hukum
dan pemerintahan.
kondisi tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
yang
mencalonkan
bisa Dan
mengintervensi
verifikasi
berkas
Paramastuti dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
pencalonan
oleh KPU.
Jika verfikasi
pencalonan
KPU dan
tak Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bisa diintervensi, petahana kepala daerah yang mencalonkan
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
14 Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum
Supriyanto
dan Efisien
Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi dan
Kepala Daerah,
dan Demokratis,
Jakarta:
Seknas
Fitra, 2011,
halaman
11.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
32
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
bisa mengintervensi lembaga/panitia pengawas pemilu
untuk mempermasalahkan hasil verifikasi KPU.
Petahana Walikota Kota Palu, Mulhanan Tombolotutu
bisa menjadi peserta Pilkada 2015 melalui kemenangann
gugatan terhadap KPU Kota Palu dalam sidang yang
diselenggarakan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)
Kota Palu. Sebelumnya KPU Kota Palu menggagalkan
Mulhanan Tombolotutu-Tahmidi Lasahido karena tak
menyerahkan tanda bukti laporan harta kekayaan Negara
dari Komisi Pemerantasan Korupsi (KPK) serta ijazah yang
tak dilegalisasi.
Rumahpemilu.org (18/9) memberitakan, Satgas Lawan
Politik Uang (Sapu) Tangerang Selatan melaporkan panitia
pengawas pemilu (Panwaslu) Tangsel kepada Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banten. Panwas Tangsel
dianggap tidak profesional dalam melakukan putusan
terhadap laporan masyarakat dan tidak sesuai dengan
Peraturan Bawaslu No 2 Tahun 2012 tentang tata cara
pelaporan dan penanganan pelanggaran.Sapu Tangsel
melaporkan pasangan calon atas dugaan praktik politik
uang oleh panitia/tim kampanye, serta dugaan pelanggaran
jadwal dan aturan dalam berkampanye. Namun Panwas
memutuskan tidak bisa melanjutkan laporan tersebut karena
menganggap belum terpenuhinya unsur pelanggaran.
MENATA KEMBALI DESAIN PILKADA
SERENTAK
Pembahasan anggaran pilkada serentak 2015 akan
menjadi jelas jika kita juga tempatkan pilkada serentak
33
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
menurut rekayasa kepemiluan. Disain keserentakan
lebih
tepatsuatu
jikaupaya
kita untuk
merujuk
pada pengertian
pemiluyang akan
merupakan
menyelamatkan
kebijakan publik
serentak
election). yang
Pemilu
serentak
adalah
dibuat oleh(concurrent
politisi dan pemerintah
terpilih
untuk memerintah.
penggabungkan
pemilu
eksekutif
dandengan
pemilu
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
apa legislatif
yang disampaikan
dalam
satu
tahapan
penyelenggaraan
khususnya
tahapAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
pemungutan
suara. Yuna
Tujuannya
bukan
semata
efisiensi
pada Tahun Pemilu.”
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
anggaran,
melainkan
untuk
menciptakan
pemerintahan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kongruen
atau menghindari
pemerintahan
terbelah
(divided politcal
empiris di berbagai
Negara. Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
budget cycles seperti
pada struktur
baik secara
government)
yang perubahan
berwujudpola
jumlah
kursi anggaran
mayoritas
agregat maupun
spesifik
padaatau
tahun-tahun
Pemilu, yang
terkonfirmasi
parlemen
bukansecara
dimiliki
partai
koalisi partai
dalam praktek
penganggaran
mengusung
presiden
terpilih.di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Indonesia berada pada anomali sistem politik.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Pemerintahan Indonesia bersistem presidensial tapi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sistem pemilunya proporsional dengan sistem kepartaian
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
multipartai. Dampaknya, pemerintahan terbelah. Gambaran
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
nyata, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla secara
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
politik kesulitan merealisasikan kebijakan melalui parlemen
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
karena koalisi yang berseberangan memperoleh kursi lebih
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dari
persen. setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
201250
menegaskan
Simulasi
efekperempuan.
menarik Kondisi
kerah ini
inipatut
relevan
dilakukan
30%
keterwakilan
diperjuangkan,
mengingat
praktik
selama
ini, pihak
yang duduk baik
di parlemen
maupun pemerintah
di
Pemilu
2014.
Menyerentakan
pemilu
presiden-wakil
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
presiden dan pemilu DPR dalam satu hari pemungutan hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
suara
melalui pemilihan
presiden
dan partai
dalam
satu dalam
hukumsuara
dan pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
oleh Nindita
surat
sekaligus, Jokowi
efek tersebut
(atau Probowo
efek)
Paramastuti
dalam
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
akan
menarik
lebihtulisannya
besar elektabilitas
PDIP.
Pemilu 2014
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
yang menghasilkan pemerintahan terbelah bisa dihindari.
2009.”
Saat ini Koalisi Indonesia Hebat tak lebih hebat jumlah
berhubungan
denganKoalisi
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
danMasih
pengaruhnya
dengan
Merah Putih
sehingga
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
parlemen tak mendukung kerja presiden. Sebelumnya
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
34
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
disebabkan banyak pemilih Jokowi yang tak memilih PDIP.
Anomali dari ortodoksi sistem pemilu di negara
bertransisi demokrasi bisa dibilang wajar. Pergantian sistem
pemerintahan dan pemilu Indonesia lebih disebabkan
perasaan politik yang sangat kontekstual. Pasca-1955,
parlemen yang gaduh disikapi dengan Demokrasi
Terpimpin. Pasca-1965, otoritarian Orde Baru meleburkan
ragam kekuatan politik menjadi dua partai dan satu partai
yang pura-pura menjadi “golongan”. Pasca-Reformasi,
parlementer yang secara teori lebih cocok untuk negara
majemuk malah diganti ke presidensial karena oligarki
partai dinilai merasuk ke parlemen dan mengendalikan
presiden. Tak puas memangkas oligarki partai, dibuatlah
sistem pemilu proporsosial daftar calon. Jelas, kronologis
ini membuat sistem politik Indonesia yang presidensial,
multipartai, proporsional, daftar calon semakin menyimpang
untuk menuju kemapanan sistem politik.
23 Januari 2014, Mahkamah Konstitusi telah memutuskan
penyelenggaraan pemilu serentak pada 2019. Putusan MK
ini mengarahkan pada kemapanan sistem politik Indonesia.
Pemilu serentak menguatkan sistem presidensial karena
jauh lebih mendorong tersusunnya pemerintahan yang
lebih memungkinkan bekerja secara efektif.
Agar pemilu serentak tak sekedar menambah
kompleksitas semata, format pemilu di provinsi dan
kabupaten/kota harus diubah bukan hanya memilih kepala
daerah tapi juga memilih anggota dewan daerah. Pemilu lokal
tak bisa dipisahkan dengan kepentingan pemilu nasional.
Penyelenggaraan pemilu lokal dan nasional harus menjadi
35
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
bagian dari fungsi check and balance koalisi di legislatif
dengan
eksekutif.
Jika untuk
hasil pemerintahan
di publik
pemiluyang akan
merupakan
suatu upaya
menyelamatkanterpilih
kebijakan
nasional
dinilai
baik,
pemilih bisa
mempertahankannya
di
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang
terpilih untuk memerintah.
pemilu
lokal dengan
memilih
kepala
daerah
calon
Pandangan
Hamdan
tersebutcalon
berkaitan
dengan
apadan
yang
disampaikan
dewan
yang
diusung
partai
atau
koalisi
partai
pendukung
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemerintahan
nasional.
Jika
pemerintahan
nasional
pada Tahun Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Politicaldinilai
budget cycles
buruk,
pemilih
bisa
menghukum
dengan
tak
memilih
calon
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
kepala
dan
calonBerbagai
dewanvariabel
pendukung
pemerintah politcal
empiris daerah
di berbagai
Negara.
yang mempengaruhi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
nasional.
agregat
pada(concurrent)
tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
Jika maupun
merujuksecara
istilahspesifik
serentak
itu, Pilkada
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Serentak
2015 bukanlah pemilu serentak. Pilkada 2015
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
hanya menggabungkan pilkada di banyak daerah dalam satu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
waktu tahapan pelaksanaan dalam satu hari pemunguatan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
suara. Pakar pemilu Universitas Airlangga, Ramlan Surbakti
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menyebutnya pemilu borongan. Pakar pemilu LIPI, Nur
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Hasyim menyebutnya pemilu “serempak” bukan “serentak”.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Disain pemilu
serentak
yang coba
diupayakan
pakar
perempuan.
Seperti
halnya lokal
keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
pemilu
(melaluifaktual
kodifikasi
adalah
syarat verifikasi
untukundang-undang
menjadi peserta pemilu)
pemilu. UU
No. 8 Tahun
pemilu
yang diselenggarakan
KPU untuk
kepala
2012 menegaskan
setiap partai politik
pesertamemilih
pemilu harus
memenuhi
daerah
dan wakilperempuan.
kepala daerah
(provinsi
kabupaten/
30% keterwakilan
Kondisi
ini patutdan
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
kota),
anggota
DPRDyang
Provinsi,
serta
anggota
DPRD
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Kabupaten/Kota. Karena periode kepala daerah dan DPRD hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya pilkada
aspirasi serentak
perempuan dalam
belum
sama, maka
perlu
penyelenggaraan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
transisi.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Didik Supriyanto dkk dalam “Menata Ulang Jadwal
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Pilkada” (2013) merekomendasikan disain pemilu lokal
2009.”
dan penjadwalan pilkada serentak transisi pertama pada
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
2016 (bukan 2015) yang pungut hitungnya di bulan Juni.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Alasan utama memilih Juni 2016 adalah membentuk siklus
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
36
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
pemilu yang berfungsi meng-koreksi/evaluasi (check and
ballance) pemerintahan nasional-lokal dan poros eksekutiflegislatif. Pemilih di pilkada punya waktu dua tahun yang
relatif objektif untuk melanjutkan/memutus pemerintahan
nasional di pemerintahan lokal.
Alasan yang langsung berkait anggaran, karena di
2016 bisa lebih banyak mengupayakan penyelenggaraan
pilkada semua jenjang, provinsi hingga kabupaten/kota.
Penggabungan jenjang menjadikan penyelenggaraan
pilkada hanya satu kali pendanaan panitia penyelenggara,
pengawas, dan pengadaan logistik. Bulan Juni pun
merupakan waktu yang kondusif dari aspek cuaca, sosialbudaya, kesiapan partai, dan kesiapan anggaran sehingga
kemungkinan kisruh persiapan dan hambatan tahapan yang
memungkinkan penambahan anggaran bisa dihindari.
APBN SEBAGAI KONSEKUENSI
KESERENTAKAN
Untuk memapankan disain pemilu serentak, pilkada yang
hanya berkepentingan memilih eksekutif yang berada di
rezim otonomi daerah harus dialihkan pada disain serentak
yang sentralistik. Pilkada yang sebelumnya jauh lebih
banyak sebagai pemenuhan kepentingan pemerintahan
lokal, di konteks disain pemilu serentak akan berubah untuk
memperluas kepentingan pemerintahan nasional. Karena
kepentingan pemerintahan nasional di daerah diperluas,
anggaran pemilu di daerah harus dari APBN.
Kebutuhan anggaran pemilu di daerah dari APBN
pun untuk kebutuhan percepatan transisi keserentakan.
37
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Periode jabatan pemerintahan daerah yang tak sama
membutuhkan
transisi
bisa diserentakan
semuayang akan
merupakan suatufase
upaya
untuk untuk
menyelamatkan
kebijakan publik
pasca-Pemilu
2019.
UU
No. 32/2004
menyebutkan
pilkada
dibuat oleh politisi
dan
pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
diselenggarakan
enamtersebut
bulan berkaitan
sebelum dengan
periode
Pandangan Hamdan
apamenjabat
yang disampaikan
pemerintahan
habis
dan
pilkada
tak
bisa
diselenggarakan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus PolitisasidiAnggaran
tahun
yang sama
dengan
pemilu
nasional.
pada Tahun
Pemilu.”
Yunapenyelenggaraan
menjelaskan bahwa
Political
budget cycles
APBN
punya
peran
strategis
untuk
menyamakan
periode
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
menjabat
pemerintahan
daerah.variabel
Sangatyang
sulit
meminta politcal
empiris di berbagai
Negara. Berbagai
mempengaruhi
budgetdaerah
cycles seperti
perubahan
pola pada
anggaran
baik secara
kepala
menggunakan
APBD
untukstruktur
mengurangi
masa
agregat maupun
secara
spesifik pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
jabatannya
dengan
menyelenggarakan
pilkada lebih
cepat.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
APBN pun bisa memaksa standardisasi pilkada yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
efisien. Bentuk efisiensinya berupa: 1. Pembatasan kelompok
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kerja; 2. Mengurangi jumlah petugas KPPS; 3. Menghapus
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
PPS; 4. Standardisasi honor; dan 5. Memperbanyak pemilih
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
di setiap TPS.15
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Temuan
Seknasmengingat
Fitra menunjukkan,
makin
juga
perlu dibatasi
perbedaan hakikat
antarabesar
laki-laki dan
jumlah
Pokja,
makin
besar
unit
cost
honor
penyelenggara.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Memperbanyak
jumlah
Pokja
biasa
dijadikan
modus
syarat verifikasi faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
memperolehhonor
tambahan.
Jumlah
Pokjadapat
2012 menegaskan setiap
partai politik
peserta
pemilu dibatasi
harus memenuhi
hanya
untuk kegiatan
berperhatian
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi khusus.
ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama ini, pihak
duduk baik di
parlemen maupun
pemerintah
Standardisasi
honoryang
menyertakan
pengurangan
jumlah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
anggota KPPS dan menghilangkan PPS akan sangat hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
signifikan
mengurangi biaya pilkada. Kabupaten Bandung
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
bisa membuktikan dan tak bermasalah menjalankan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pilkada hanya dengan lima orang anggota KPPS.Posisi
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
PPS di kelurahan/desa bisa dihilangkan karena signifikan
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
15 Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum
Supriyanto
dan Efisien
Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi dan
Kepala Daerah,
dan Demokratis,
Jakarta:
Seknas
Fitra, 2011,
halaman
20-21.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
38
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
jumlah biayanya dan fungsinya bisa digantikan langsung ke
kecamatan.
Jika biaya APBN sudah dipastikan membiayai pilkada
dan semua daerah (provinsi hingga kabupaten/kota)
sudah sama periode pemerintahannya, berarti pilkada bisa
diselenggarakan di semua jenjang di seluruh Indonesia.
Jika Seknas Fitra mendata biaya termahal pilkada provinsi
2010 adalah Rp 68 miliar, wajar jika kita perkirakan pilkada
provinsi setelah 2015 adalah sekitar Rp 100 miliar. Berarti
dengan 34 provinsi, jumlah biaya keseluruhan pilkada
serentak hanya Rp 3,4 triliun.
KONSEKUENSI KONSTITUSIONAL
KPU NASIONAL
Arah makin membaiknya sistem politik Indonesia
melalui pemilu serentak dan pilkada serentak menegaskan
kesesuaian kelembagaan pemilu di konstitusi. Pasal
22E ayat (5) UUD 1945 menuliskan, pemilihan umum
diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional tepat
dimaknai secara struktur dan anggaran. Secara struktur,
KPU menasional berwujud KPU RI, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota.
KPUdengansemuatingkatstrukturnyamenyelenggarakan
segala bentuk pemilu. KPU menyelenggarakan pemilu
presiden dan wakil presiden. KPU menyelenggarakan pemilu
DPR, DPD, dan DPRD. Dan, KPU juga menyelenggarakan
pilkada provinsi serta kabupaten/kota. Memang seharusnya
semua lingkup KPU dibiayai APBN, baik kelembagaan,
39
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
orang-orang di dalamnya, dan aktivitasnya, termasuk
menyelenggarakan
pilkada.
merupakan suatu upaya
untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi Institute
dan pemerintah
yang terpilih untuk
memerintah.
International
for Democracy
and Electoral
Assistance
menetapkan
Pandangan(IDEA)
Hamdan tersebut
berkaitankarakter
dengan apa lembaga
yang disampaikan
penyelenggara
pemilu
yang “Menelusuri
bisa mewujudkan
pemiluAnggaran
Yuna Farhan melalui
tulisannya
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
Political budget
jujur
dan adil.
1. Yuna
Independen
dan bahwa
tak berpihak;
2. cycles
sudah menjadi fenomena 3.
universal
dengan berbagai
studi
Transparan-akuntabel;
Cepatdidukung
berkeputusan;
4.
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Efisien dan efektif; 5. Profesional; 6. Bermasa jabatan; 7.
budget cycles 8.
seperti
perubahan pola
pada9.
struktur
anggaran baik secara
Berstruktur;
Berpembiayaan
jelas;
Ber-tugas/fungsi
agregat maupun secara
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
menyelenggarakan;
10.spesifik
Beranggota
dengan komposisi
dan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
kualifikasi ketat; dan 11. Ber-kewenangan/tanggungjawab
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kepada pihak berkepentingan. KPU atau siapa/lembaga
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
apa pun yang menyelenggarakan pilkada, bisa memenuhi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
karakter tersebut hanya dengan membiayai pilkada dari
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
APBN.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Tak
lebihdibatasi
berdasar
pendapatperbedaan
yang menempatkan
pilkada
juga
perlu
mengingat
hakikat antara
laki-laki dan
bukan
pemilu.
Selain
pilkada
diselenggarakan
KPU
yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
berstruktur
nasional,
pun diselenggarakan
dengan
syarat verifikasi
faktual pilkada
untuk menjadi
peserta pemilu. UU
No. 8 Tahun
asas
sulit untuk
memaknai
pilkada
2012kepemiluan.
menegaskan Sangat
setiap partai
politik tak
peserta
pemilu harus
memenuhi
bukan
bagian dariperempuan.
pemilihan Kondisi
umum.ini
Jika
merujuk
Pasal 22E
30% keterwakilan
patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik
ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
pemerintah
ayat
(1),selama
pemilihan
umum
dilaksanakan
secara maupun
langsung,
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
sekali,
pilkada memenuhi
maknamandeknya
pemilihanaspirasi
umum.perempuan
Perihal dalam
hukum
dan(2),
pemerintahan.
tersebut
telahsebaiknya
ditulis oleh Nindita
pada
ayat
(3), dan (4)Dan
takkondisi
ada kata
“pilkada”
Paramastuti
dalam
tulisannya
yangpilkada
berjudul:serentak
“Perempuan
dan Korupsi:
tak
dijadikan
dasar
penolakan
dibiayai
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
APBN. Kekurangan ini menjadi bijak jika dimaknai sebagai
2009.”
bagian yang perlu dilengkapi untuk menuju sistem pemilu
Masih berhubungan
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Indonesia
yang lebih mapan.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
40
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENYERENTAKAN PEMILU, MEMUSATKAN ANGGARAN PILKADA
REFERENSI
Alan Wall, et.al., Electoral Management Design: The
New International IDEA Handbook, (Stockholm:
International Institute for Democracy and Electoral
Assistance, 2006);
Didik Supriyanto, Khoirunnisa Nur Agustyati, August
Mellaz, Manata Ulang Jadwal Pilkada Menuju Pemilu
Nasional dan Daerah, Perludem, Jakarta 2013;
Harun Husein, Pemilu Indonesia, Perludem, Jakarta 2014;
Scott Mainwaring, Presisentialism, Multiparty Systems,
And Democracy: The Difficult Equation, Kellogg
Institute, 1990;
Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran
Pemilihan Umum Kepala Daerah, Efisien dan
Demokratis, Jakarta: Seknas Fitra, 2011.
Titi Anggraini dkk., Menata Kembali Pengaturan
Pemilukada, Perludem, Jakarta 2010.
Situs
Rumahpemilu.org
http://www.rumahpemilu.org/in/read/8988/MasihMenanti-Kejelasan-Anggaran
http://www.rumahpemilu.org/in/read/8680/YennySoetjipto-Fiskal-Daerah-Terbatas-Pilkada-Harus-dariAPBN
41
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
42
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG
MEKANISME
PENDAFTARAN PEMILIH
PILKADA
Khoirunnisa Agustyati
ABSTRAK
Tulisan ini berusaha untuk memetakan persoalanpersoalan apa saja yang banyak terjadi dalam proses
pendaftaran pemilih di Pilkada Serentak 2015. Sebagai
elemen teknis untuk memastikan setiap orang yang sudah
berhak memberikan suaranya dapat terfasilitasi, baik dan
buruknya proses pendaftaran pemilh berpengaruh pada
hak politik individu warga negara. Data adiminstrasi
kependudukan nampaknya masih menjadi persoalan
mendasar dari tingkat akurasi daftar pemilu. Sehingga
perlu ada konsolidasi data kependudukan yang sepenuhnya
dikelola oleh KPU.
Kata Kunci: Pendaftaran Pemilih dan Hak Politik.
PENGANTAR
Pendaftaran pemilih merupakan hal penting dalam proses
penyelenggaraan pemilu. Melalui pendaftaran pemilih hak
politik setiap warga negara untuk memberikan suaran dalam
43
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
proses demokrasi perwakilan akan ditentutukan. Dalam hal
ini
terfasilitasi
setiap wagra
negarapublik
untukyang akan
merupakan
suatuatau
upayatidaknya
untuk menyelamatkan
kebijakan
memberikan
suara
pemungutan
suara
saat
dibuat oleh politisi
dandalam
pemerintah
yang terpilih
untukpada
memerintah.
pemilu
tergantung
padatersebut
keberhasilan
pendaftaran
Pandangan
Hamdan
berkaitan
dengan apapemilih.
yang disampaikan
Hak
memilih
bagi tulisannya
setiap warga
negara adalah
politikAnggaran
Yuna
Farhan
melalui
“Menelusuri
Siklushak
Politisasi
pada Tahun
YunaHak
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
yang
harus Pemilu.”
dilindungi.
pilih sendiri
memperoleh
sudah menjadi
universal
didukung Universal
dengan berbagai
studi
jaminan
hukumfenomena
yang diatur
dalam Deklarasi
Hak
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Asasi Manusai (DUHAM). Pasal 21 DUHAM menyatakan:
budget
cycles
seperti
perubahan
pada
struktur
anggaran baik secara
(1)
Setiap
orang
berhak
turutpola
serta
dalam
pemerintahan
agregat maupun
secara
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
negrinya
sendiri,
baikspesifik
denganpada
langsung
maupun
dengan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
perantara
wakil-wakil yang dipilih secara bebas; (2) Setiap
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
orang berhak atas kesempatasan yang sama untuk diangkat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dalam jabatan pemerintahan negrinya; (3) Kemauan rakyat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kemauan ini
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
harus dinyatak dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang rahasia ataupun menurut cara-cara yang lain yang juga
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
menjamin
kebebasan
mengeluaran
2012 menegaskan
setiap
partai politiksuara.
peserta pemilu harus memenuhi
Hak
pilih warga
negara Kondisi
Indonesia
secara
tegas diatur
30%
keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak yang duduk
di parlemen
maupun
pemerintah
kedalam
Undang-Undang
Dasar baik
1945
(UUD 1945)
Pasal
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
27 ayat 1: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya hal ini
akan
berdampak
terhadap mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
di
dalam
hukumnegatif
dan pemerintahan
dan wajib
menjunjung
hukum dan
kondisi tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
hukum
danpemerintahan.
pemerintahanDan
itu dengan
tidak ada
kecualinya.”
Paramastuti dalam
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
Selanjutnya
Pasal tulisannya
28D ayat yang
(1) menyatkan,
“Setiap orang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
2009.”
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
Masih hukum.”
berhubungan
dengan
temamenyatkan,
akuntabilitas“Setiap
keuangan
politik, Didik
hadapan
Lalu
ayat (3)
warga
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
44
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
pemerintahan”.
Secara lebih spesifik, Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No 39/1999) Pasal 43
menyatakan “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan
memilih dalam pemilihan umum berdasarkan pesamaan
hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.” Bahkan Mahkamah Konstitusi
juga memperhatikan betul hak pilih setiap warga negara
sebagaimana terlihat dalam Putusan perkara MK No 011-017/
PUU-I/2003 yang menyatkan, “bahwa hak konstitusional
warga negara untuk memilih dan memilih adalah hak yang
dijamin konstitiusi, undang-undang, maupun konvensi
internasional, sehingga pembatasan penyimpangan dan
penghapusan hak akan hak tersebut adalah pelangagran
terhadap hak asasi manusia.”
Meskipun kerangka hukum internasional dan nasional,
menempatkan betapa pentingya hak pilih seorang warga
negara, tetapi dalam perjalanannya, penyusunan dan
pemutakhiran daftar pemilih dalam setiap pemilu di
Indonesia selalu menghadapi masalah. Hasil audit daftar
pemilh yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan
Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) terhadap DPS pada
Juli-Agustus 2008 misalnya, menunjukkan sekitar 20,8%
warga negara yang memiliki hak pilih tidak masuk dalam
daftar pemilih. Selain itu laporan dari Tim Penyelidikan
Pemenuhan Hak Sipil dan Politik dalam Pemilu Legislatif
2009 oleh Komnas HAM menunjukkan terdapat sekitar 2540% pemilih kehilangan hak pilihnya karena tidak masuk
45
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dalam daftar pemilih. Putusan MK No 102/PUU-VII/2009
yang
menyatakan
bahwa
warga
negara yang
tidak publik
masukyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
dalam
daftar
pemilih
memilih
dibuat oleh
politisi
dan diberikan
pemerintahkesempatan
yang terpilih untuk
untuk memerintah.
menggunakan
KTP, menunjukkan
bahwa
jumlah
pemilih
Pandangan Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
yang
belum
terdaftar
cukup
siginifikan
sehingga
perlu
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
diberikan
ruang
khusus
agar
hak pilih bahwa
warga Political
negara yang
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
budget cycles
tidak
terdaftar
tersebut
tidak
hilang.
(Ramlan
Surbakti,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
2012,
p.di4)berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
empiris
budget
cycles seperti
perubahanpemilih
pola pada sulit
strukturmenjangkau
anggaran baik secara
Mengapa
pendaftaran
agregat warga
maupun
secarayang
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
semua
negara
memiliki
hak pilih dalam
setiap
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemilu?
Salah satu sebabnya adalah masih ditemukan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ketidakpastian penggunaan prinsip de jure maupun de facto
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dalam mendaftar pemilih. Prinsip de jure mengacu pada
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
penggunaan alamat yang terdapat dalam KK atau KTP,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sementara de facto menggunakan alamat faktual di mana
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pemilih tersebut tinggal. Selain itu, penduduk yang tinggal
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
di pemukiman “liar”, pekerja, mahasiswa, dan warga kota
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
yang tinggal di pemukiman eksklusif, dan pemilih yang
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
tinggal
di wilayah setiap
pedesaan,
2012 menegaskan
partaimasih
politikbanyak
pesertabelum
pemiluterdaftar
harus memenuhi
karena
tidak
mengetahui
adanya
tahapan
pemutakhiran
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
.
daftar
(Ramlan
Surbakti,
2012,
pp. 19-20)
Selain
praktikpemilih.
selama ini,
pihak yang
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
itu
hal yang
menjadioleh
masalah
adalah
masih
adadiperjuangkan,
warga yang hal ini
mayoritas
diduduki
laki-laki.
Apabila
tidak
tidak
melaporkan
peristiwa
kependudukan
yang perempuan
dialami dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya aspirasi
hukum kelahiran,
dan pemerintahan.
Dandan
kondisi
tersebut telah
ditulis
seperti
kematian,
kepindahan.
Kedua
hal oleh
ini Nindita
Paramastuti
dalam tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
adalah
yang menjadi
penyebab
data
kependudukan
menjadi
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
tidak termutakhirkan. Padahal data kependudukan adalah DPR RI
2009.” utama dalam pemutakhiran daftar pemilih. Karena
sumber
MasihDP4
berhubungan
denganmaka
tema akuntabilitas
politik, Didik
sumber
bermasalah,
ketika KPUkeuangan
melakukan
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
pemutahiran data juga mengalami banyak masalah, sehingga
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
46
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) juga tetap menyisakan masalah.
Tidak hanya soal pengadministrasian pemilih yang
menjadi sumber masalah daftar pemilih, tetapi juga soal
ketentuan siapa yang berhak memilih. Meskipun setiap
undang-undang pemilu memiliki kesamaan syarat untuk
menjadi pemilih (yaitu minimal berusia 17 tahun atau
sudah/pernah menikah, dan tidak sedang berstatus dicabut
hak pilihnya), tetapi perbedaan muncul ketika mengatur hak
pilih disabilitas mental. UU 8/2012 misalnya, memberikan
ruang bagi penderita disabilitas mental untuk memilih
dengan syarat dapat menunjukan surat dokter; sementara
UU 8/2015 tidak memberi kesempatan bagi penyandang
disabilitas untuk menyelurkan hak pilihnya. Lalu apa yang
membedakan antara pemilu legislatif dengan pilkada
sehingga pemilu jenis terakhir ini mengeksklusi hak pilih
penyandang disabilitas mental?
PRINSIP PENDAFTARAN PEMILIH
A. HAK POLITIK WARGA NEGARA
Pendaftaran pemilih merupakan salah satu instrumen
penting dalam pemilu yang bertugas untuk memastikan
setiap hak politik warga negara terfasilitasi untuk ikut serta
memilih para wakilnya di pemerintahan. Hak pilih sebagai
hak politik tidak hanya diakui secara nasiona semata
melainkan internasional yang tertuang kedalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusai (DUHAM).
Pasal 21 DUHAM yang menyatakan : (1) Setiap orang
47
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
berhak turut serta dalam pemerintahan negrinya sendiri,
baik
dengan
langsung
maupun
dengan perantara
wakil-yang akan
merupakan
suatu
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan publik
wakil
secara
bebas; (2)
Setiap
orang
berhak
atas
dibuatyang
oleh dipilih
politisi dan
pemerintah
yang
terpilih
untuk
memerintah.
kesempatasan
yang sama
untuk
diangkat
dalam
jabatan
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
pemerintahan
negrinya;
(3)
Kemauan
rakyat
harus
menjadi
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dasar
kekuasaan
pemerintah;
kemauanbahwa
ini harus
dinyatak
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
dalam
pemilihan-pemilihan
berkala
yang
jujur
dan
yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dilakukan
menurut
hak Berbagai
pilih yang
bersifat
umum dan politcal
empiris di berbagai
Negara.
variabel
yang mempengaruhi
budget cycles seperti
perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
berkesamaan,
serta dengan
pemungutan
suara yang
rahasia
agregat maupun
secara
spesifikyang
padalain
tahun-tahun
terkonfirmasi
ataupun
menurut
cara-cara
yang jugaPemilu,
menjamin
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
kebebasan
mengeluaran
suara.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Selain itu UUD 45 Pasal 27 ayat 1 secara gamblang
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
menegaskan:
“Segala
warga
negara
bersamaan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
tidak ada kecualinya”. Serta Pasal 28D ayat 1 dan 3 yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
menjelaskan: “(1) Setiap orang berhak atas pengakuan,
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
serta
sama
di hadapan
hukum”;
“(3)harus
Setiap
2012 perlakuan
menegaskanyang
setiap
partai
politik peserta
pemilu
memenuhi
warga
negara
berhak
memperoleh
kesempatan
yang
sama
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dalam
praktikpemerintahan”.
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas
oleh teknis,
laki-laki.UU
Apabila
tidak tentang
diperjuangkan,
Bahkandiduduki
pada level
39/1999
Hak hal ini
akan berdampak
negatif
mandeknya
aspirasi
Asasi
Manusia pasal
43terhadap
menyatakan
“Setiap
wargaperempuan
negara dalam
hukum dan
pemerintahan.
kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
berhak
untuk
dipilih dan Dan
memilih
dalam
pemilihan
umum
Paramastuti dalam
tulisannya
berjudul:
“Perempuansuara
dan Korupsi:
berdasarkan
pesamaan
hakyang
melalui
pemungutan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
2009.”
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”. Begitu
berhubungan
tema akuntabilitas
politik, Didik
pulaMasih
dengan
putusan dengan
Mahkamah
Konstitusi keuangan
No 011-017/
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
PUU-I/2003 menyebutkan “bahwa hak konstitusional
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
48
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
warga Negara untuk memilih dan memilih adalah hak yang
dijamin konstitiusi, undang-undang, maupun konvensi
internasional, sehingga pembatasan penyimpangan dan
penghapusan hak akan hak tersebut adalah pelangagran
terhadap hak asasi manusia”.
Meski secara tegas dipastikan hak pilih merupakan subah
hak asasi manusia yang perlu dipastikan keberadaanya,
namun ada juga beberapa negara melihat pendaftaran
pemilih merupakan sebuah kewajiban. Sebagian besar
negara-negara demokrasi (64%) menganut prinsip
pendaftarna pemilih adalah kewajiban. Kurang dari 50%
negara-negara Afrika dan bekas koloni Inggris menganut
prinsip pendaftaran pemilih adalah kewajiban. Penegakan
prinsip memilih adalah kewajiban juga beragam di berbagai
negara. Australia misalnya mengenakan denda sejumlah
uang bagi pemilih yang tidak menjalankan kewajiban
memilih, tetapi sejumlah negara membatalkan hak
mendapatkan pelayanan publik tertentu bagi pemilih yang
tidak melaksanakan kewajiban memilih.
Jika ditinjau apakah pendaftaran pemilih sebuah hak
atau kewajiban, akan sangat berpengaruh pada proses
pendaftaran pemilih itu sendiri yang terbagi kedalam tiga
jenis, yaitu; pendaftaran sukarela (voluntary regostration),
pendaftaran wajib (mandatory registration), dan campuran
sukarela-wajib (mix strategy) (ACE Electoral Knowledge
Network, Voluntary versus Mandatory Registration and Self
Initiated versus State-initiated Registration).
Pada voluntary registration memilih adalah hak, pemilh
dapat memilih untuk mendaftar atau tidak dalam daftar
49
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pemilih. Prinsin yang dianut adalah prinsip pendaftaran
berdasarkan
prakarsa
Pada mandatory
registration,
merupakan suatu
upaya sendiri.
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
memilih
adalah
kewajiban,
pemilih
wajib
mendaftar/
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
didafttar
dalam
daftar tersebut
pemilih.berkaitan
Prinsip dengan
yang dianut
adalah
Pandangan
Hamdan
apa yang
disampaikan
pendaftaran
berdasarkan
prakarsa
negara.
Pada
mix
strategy
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemerintah
memfasilitasi
proses pendaftaran
pemilih
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
dan
proses
pendaftaran
pemilih
dilakukan
sendiri
oleh
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
pemilh.
Prinsip
yang
dianut
adalah
para warga
negara dan politcal
empiris di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget berbagi
cycles seperti
perubahan
padapendaftaran
struktur anggaran
baik secara
negara
tanggung
jawanpola
dalam
pemilih
agregat
maupunnegara
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
atau
prinsip
mengambil
langkah memfasilitasi
dalam praktek pemilih
penganggaran
berkaitan dengan
pendaftaran
untukdi Indonesia
kemudianyang
dilengkapi
oleh siklus
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
pemilih (Surbakti, Supriyanto, & Asy’ari 2012).
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Meski demikian, terlepas dari hak atau kewajiban
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
prasyarat lainnya yang perlu dipenuhi untuk memastikan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
setiap individu diberikan ruang untuk memberikan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
suaranya. Kriteria seorang individu masyarakat dapat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
diberikan hak pilih atau tidak menjadi penting untuk
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
ditinjau lebih jauh. Secara umum terdapat beragam kategori
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
setiap
orang berhak
untuk
memberikan
hak pilihnya.
Tetapi
2012 menegaskan
setiap
partai
politik peserta
pemilu harus
memenuhi
hampir
seluruh
negara
demokrasi
menjadi
umur
sebagai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
syarat
melihat
seberapa
jauh
sesorang
cukup
praktikutama
selama untuk
ini, pihak
yang duduk
baik di
parlemen
maupun
pemerintah
dewas
untuk
menentukan
pilihanApabila
politiknya.
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
tidak diperjuangkan, hal ini
akan
berdampak
negatifusia
terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
Adapun
ukuran
dewasa
yang dijadikan
tolak dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan
ditulis
oleh Nindita
ukur
pemilih
diantaranya:
16kondisi
tahun tersebut
(Austri,telah
Brasil,
Kuba,
Paramastuti Somalia);
dalam tulisannya
yang(Indonesia,
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
Nikaragua,
17 thaun
Korea Utara,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Sudah, Timor Leste); 18 tahun (86% negara demokrasi
2009.”
menganut batas ini); 20 thaun (Jepang,Lienchtenstein,
Masih
berhubungan
tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Nauru,
Maroko,
Koreadengan
Selatan,
Taiwan,
Taiwan,
Tunisia);
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dan 21 tahun (Bahrain, Fiji, Gabin, Kuwait, Lebanon,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
50
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
Malaysia, Maldives, Pakistan, Samoa).
B. PRINSIP PENDAFTARAN PEMILIH
Dalam rangka memastikan setiap hak politik warga
negara terfasilitasi, prinsip-prinsip pendaftaran pemilih
menjadi penting untuk diperhatikan oleh penyelenggara
pemilu dalam rangka menciptakan proses pendaftaran
pemilih yang akurat. Untuk itu proses pendaftaran pemilih
paling tidak harus memuat tujuh prinsip dasar yakni, umum
(universal), setara (equal), rahasia (secret), bebas (free), dan
langsung (direct), jujur dan adil (honest and fair) (Surbakti
dkk 2011).
Yang dimaksud dengan umum ialah, proses pendaftaran
hak pilih menjamin setiap warga negara harus dapat
menjamin setiap warga negara tanpa memandang jenis
kelamin, ras, bahasa, pendapatan, kepemilikan lahan,
profesi, kelas, pendidikan, agama, dan keyakan politik,
dapat memilih dan dipilih dalam pemilu. Kesetaraan dalam
hak pilih mensyaratkan adanya kesamaan nilai suara dalam
pemilu bagi setiap pemilih. Prinsip kerahasian dalam hak
pilih ialah bagaimana menjamin tidak adanya pihak lain
yang mengetahui pilihan pemilih. Sedangkan langsung
ialah, adanya jaminan bahwa dengan setiap hak pilih yang
dimiliki oleh warga dapat digunakan secara langsung untuk
memilih calon tanpa adanya perantara.
Pada sisi lain International Parliamentary Union
(IPU) menjelaskan, bahwa untuk menjaga pemilu agar
berlangsung bebas dan adil perlu memperhatikan prinsip
legislasi dalam rangka membangun prosedur pemilu sesuai
51
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dengan standar internasional seperti proses registrasi daftar
pemilih
yang
non
diskriminatif,
menetapkan
kriteria
yangyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
jelas
dan
tegas
mengenai
kriteria daftar
pemilih,
menetapkan
dibuat
oleh
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
batasan
kriteria
dalam
pendaftaran
pemilih
seperti
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangusia,
disampaikan
status
kependudukan
dan
kewarganegaraan,
selanjutnya
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
memastikan
bahwa ketentuan
tersebut bahwa
dilaksanakan
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Politicaltanpa
budget cycles
ada
diskriminasi
sesuai
dengan
aturan
yang
ada
(Intersudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Parliamentary
Union
dalam
Zein, 2014).
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles
seperti
pola Knowladge
pada strukturmenjelaskan
anggaran baik secara
Secara
lebih
jauh perubahan
ACE Electoral
agregat
maupun
spesifik
padadasar
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
dua
prinsip
yangsecara
menjadi
standar
dalam pendaftaran
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemilih
yakni kualitas demokrasi dan standar kemanfaatan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
(ACE-Electoral Knowladge, Quality Standard of Voter Lists,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
h. 5, dalam Pramono 2015). Pada aspek standar demokrasi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
maksudnya ialah pemilih yang sudah memenuhi syarat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
untuk menyalurkan hak suaranya perlu difasilitasi masuk
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kedalam daftar pemilih. Sedangkan dari aspek standar
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kemanfaatan teknis ialah proses dalam proses pendaftaran
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
pemilih haruslah mudah diakses oleh pemilih, mudah
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
digunakan
saat pemungutan
2012 menegaskan
setiap partaisuara,
politikmudah
peserta dimutakhirkan,
pemilu harus memenuhi
dan
disusun
secara
akurat.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
ini, pihak
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Jika selama
ditinjau
dari yang
aspek
standar
kemanfaat
teknis,
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
penyusunan daftar pemilih harus berdasarkan pada hal ini
akan berdampak
negatif terhadap akurat,
mandeknya
perempuan
prinsip
komperhensif/inklusif,
danaspirasi
mutakhir
(ACE dalam
hukum dan
pemerintahan.
DanHasyim
kondisi tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
Electoral
Knowledge
dalam
Asyari 2013).
Maksud
Paramastuti
dalam tulisannya
yangdaftar
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
dari
prinsip komperhensif
adalah
pemilih
diharapkan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
memuat semua warga negara baik yang berada di dalam
2009.”
negeri ataupun luar negeri yang telah memenuhi syarat
Masih
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
sebagai
pemilih
agar terdaftar
dalam
daftar pemilih.
Untuk
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
itu tindakan seperti diskriminatif seperti menghapus atau
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
52
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
menambahkan nama-nama tertentu dalam daftar pemilih
karena alasan politik, suku, agama, kelas atau alasan apapun
tidak dibenarkan.
Prinsip kedua dalam penyusunan daftar pemilih adalah
akurat. Maksudnya adalah daftar pemilih mampu memuat
informasi tentang pemilih meliputi nama, umur/tanggal
lahir, status kawin, status bukan TNI/Polri, dan alamat
tanpa ada kesalahan penulisan, tidak ganda, dan tidak
memuat nama yang tidak berhak.
Prinsip ketiga adalah mutakhir yang artinya adalah
daftar pemilih disusun berdasargkan informasi terakhir
mengenai pemilih, dalam ketentuan perundang-undangan
yang dapat memiliki hak pilih adalah mereka yang berusia
17 tahun pada hari pemungutan suara dan/atau sudah/
pernah kawin, status pekerjaan bukan TNI/Polri, alamat
pada hari pemungutan suara, dan meninggal.
DAFTAR PEMILIH BERMASALAH YANG
BERULANG
Salah satu masalah yang terus muncul dalam pemilu
adalah masalah pendaftaran pemilih. Mulai dari data yang
tidak akurat, pemilih siluman, pemilih ganda, pemilih
di bawah umur, penggelembungan daftar pemilih, dan
sebagainya. Bahkan permasalahan daftar pemilih ini dapat
berbuntut panjang hingga dibawa ke Mahkamah Konsitusi
(MK) sebagai jalur terakhir penyelesaian perselisihan hasil
pemilu.
Jika melihat proses ke belakang, teradapat perubahan
53
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
proses penyusunan daftar pemilih sejak Pemilu 1955 hingga
Pilkada
2015.
Mulai
dari
syarat
warga negara
yang publik
berhakyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
masuk
dalam
daftar
pemilih hingga
pola untuk
pemutakhiran
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
daftar
pemilih.
Pada
Pemilu
1955
syarat
yang
dapat
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
memberikan
hak
pilih
adalah
warga
negara
yang
sudah
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
berusia
18 tahun
atauYuna
sudah
menikah,bahwa
sementara
mereka
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
Political
budget cycles
yang
hak
pilihnya
dicabut,
sedang
dalam
hukuman
penjara,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dan
terganggu
ingatannya
tidak dapat
diberikan
hak pilih. politcal
empiris
di berbagai
Negara. Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
budget ini
cycles
seperti perubahan
pada
struktur
baik secara
Syarat
kemudian
berubah pola
ketika
pemilu
di anggaran
masa orde
agregatSyarat
maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
baru.
minimal
usia untuk
dapat menjadi
pemilih
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
berkaitan
dengan siklus
diturunkan
menjadi
17 tahun
dan/atauyang
sudah
menikah,
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
dan pada masa itu warga negara yang dianggap terlibat
ini, yangPeristiwa
menjadi perhatian
tidak
hanya political
budget cycles,
melainkan
dalam
G30S/PKI
dicabut
hak pilihnya.
Praktik
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
ini
terus berlangsung selama 30 tahun pemerintahan orde
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
baru berkuasa. Masuk pada masa reformasi, pada Pemilu
Masyarakat
tidak saja
dapat
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
1999
syarat minimal
usia
untuk
diberikan
hak pilih
tetap, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
yaitu warga negara yang sudah berusia 17 tahun dan/atau
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sudah menikah dan warga negara yang sebelumnya tidak
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dapat memilih karena terlibat dalam Peristiwa G30S/PKI
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
dipulihkan hak pilihnya.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Padaselama
Pemilu
poladuduk
pemutakhiran
daftar
pemilih
praktik
ini, 2004
pihak yang
baik di parlemen
maupun
pemerintah
berubah.
yang mengatur
pada saat
itu tidak hal ini
mayoritasUndang-undang
diduduki oleh laki-laki.
Apabila tidak
diperjuangkan,
menyatakan
secara
eksplisit
siapa
yang berwenang
dalam dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
hukum dan pemerintahan.
Dan
kondisiHanya
tersebutsaja
telah
oleh Nindita
menyediakan
sumber data
pemilih.
diditulis
undangParamastuti
dalam tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
undang
disebutkan
bahwa tata
cara
pelaksaan
pendaftaran
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
pemilih ditetapkan oleh KPU hal ini dimuat dalam UU DPR RI
2009.”
12/2003
Pasal 53. Dalam memutakhirkan pendaftaran
MasihKPU
berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
pemilih,
bekerjadengan
sama dengan
Badan Pusat
Statistik
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
(BPS) dan Departemen Dalam Negeri dalam hal ini Dirjen
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
54
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
Administrasi dan Kependudukan (Adminduk).
Dalam melakukan pendataan ini KPU dan BPS benarbenar turun ke lapangan untuk mencatat jumlah penduduk.
Dari data hasil turun lapangan ini KPU membuat P4B yang
memuat 12 variabel penduduk termasuk penduduk dengan
disabilitas. Data penduduk yang sudah dimutakhirkan untuk
kepentingan Pemilu 2004 ini kemudian diserahkan kepada
Departemen Dalam Negeri dengan harapan dapat digunakan
untuk menyusun daftar pemilih secara berkelanjutan untuk
kepentingan pemilu di masa yang akan datang. Namun
Departemen Dalam Negeri tidak menggunakan data yang
sudah dimutakhirkan tersebut untuk kepentingan pemilu
berikutnya. Untuk kepentingan pemilu, Departemen Dalam
Negeri melakukan pemutakhiran data sendiri dengan
menggunakan KK sebagai basis datanya.
Sejak saat itulah basis data kependudukan didasarkan
pada data dari Kementrian Dalam Negeri. Hal inilah yang
kemudian yang dianggap sebagai sumber permasalahan
dalam pemutakhiran data pemilih. Karena masih banyak
permasalahan yang dihadapi oleh pencatatan sipil dalam
mendata penduduk.
DAFTAR PEMILIH PILKADA 2015
Proses pendaftaran pemilih untuk Pilkada 2015 sama
dengan proses pemutakhiran data pemilih untuk Pileg
2014. Pada awalnya setiap kepala daerah yang daerahnya
menyelenggarakan pilkada menyerahkan Data Penduduk
Potensi Pemilih Pemilu (DP4) kepada KPU untuk
dimutakhirkan. DP4 merupakan data yang didapatkan dari
55
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK2).
Permasalahan
dari DAK2
pada datakebijakan
kependudukan
merupakan
suatu upaya
untuk adalah
menyelamatkan
publik yang akan
dibuat olehkeaktifan
politisi dandari
pemerintah
yang terpilih
memerintah.
dituntut
masyarakat
dalamuntuk
melaporkan
peristiwa
kependudukanya,
kelahiran,
kematian,
Pandangan
Hamdan tersebutseperti
berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
ataupun
perpindahan
penduduk.
Hal inilah
tidakAnggaran
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklusyang
Politisasi
pada Tahunsecara
Pemilu.”
Yuna
budget cycles
dilaporkan
aktif
darimenjelaskan
masyarakat.bahwa
KetikaPolitical
masyarakat
sudahsecara
menjadi
fenomena
universal
didukung
dengan berbagai studi
tidak
aktif
melaporkan
peristiwa
kependudukannya
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
maka data kependudukan menjadi tidak akurat.
DAK2 politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pola tidak
pada struktur
anggaran baik secara
yang
merupakan
data
agregat juga
dapat menujukkan
agregatdetil
maupun
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
secara
orangsecara
per orang.
Sehingga
ketika DAK2
dianggap
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
bermasalah
maka turunannya yaitu DP4 pun menjadi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
bermasalah pula.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Pada corruption
tahun 2012
Perludem
pernah
political
cycle atau
siklus korupsi
politik mencoba
pada tahun-tahun
menyandingkan
data
DAK2
tahun
2012
dengan
data
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
proyeksi penduduk tahun 2012 versi Badan Pusat Statistik
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
(BPS).
Datadibatasi
ini disandingkan
data
BPS karena
juga perlu
mengingat dengan
perbedaan
hakikat
antara BPS
laki-laki dan
adalah
lembaga
yang
secara
rutin
melakukan
survey
jumlah
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
penduduk
dan faktual
juga untuk
melakukan
pertumbuhan
syarat verifikasi
menjadiproyeksi
peserta pemilu.
UU No. 8 Tahun
jumlah
penduduk.setiap
Daripartai
persandingan
ini terdapat
selisih
2012 menegaskan
politik peserta
pemilu harus
memenuhi
data
cukup signifikan.
30% yang
keterwakilan
perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
selama ini,DAKK,
pihak yang
dudukpenduduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Berdasarkan
jumlah
Indonesia
pada
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
tahun 2012 mencapai 251.857.940 jiwa. Sementara menurut hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
data
BPS yang melakukan sensus penduduk setiap sepuluh
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tahun, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
237.556.363 jiwa. Jika proyeksi pertumbuhan penduduk
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
adalah 1.49% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia
2009.”
pada tahun 2012 mencapai 244.688.238 jiwa. Artinya
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
jumlah penduduk pada DAKK lebih banyak dibandingkan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dengan data proyeksi BPS dan Bappenas, terdapat selisih
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
56
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
sebesar 7.169.657 jiwa.
Selisih inilah yang kemudian memunculkan permasalahan
ketika data ini diturunkan kedalam DP4 dan pemutakhiran
data pemilih. Sehingga pada Pemilu 2014 yang lalu KPU
dalam memutakhirkan data pemilih berupaya untuk
“membersihkan” data yang dianggap bermasalah tersebut,
dan proses ini memakan waktu yang cukup panjang karena
kemudian penatapan daftar pemilih Pemilu 2014 dilakukan
secara berulang kali.
Ketika masuk dalam tahapan pemutakhiran daftar
pemilih untuk Pilkada 2015, proses ini berulang lagi.
Pemerintah daerah mendapatkan DP4 dari kepala daerah.
Yang disayangkan adalah DP4 untuk pemutakhiran Pilkada
2015 adalah data yang pada dasarnya sama dengan data
yang sebelumnya sudah pernah diterima KPU untuk
pemilu legislatif namun karena peraturan yang ada KPU
harus membersihkan kembali data tersebut. Padahal pada
saat pemilu legislatif, KPU sudah pernah membersihkan
DP4 tersebut. Ini juga yang menyebabkan permasalahan
daftar pemilih terus berulang. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan ada pemilih yang ketika pileg lalu terdaftar
dalam daftar pemilih namun ketika pilkada namanya tidak
terdaftar dalam daftar pemilih.
Selain permasalahan terkait dengan sumber data, isu
lain yang menjadi permasalahan dalam pemutakhiran
daftar pemilih pada saat pilkada yang lalu adalah terdapat
perbedaan peraturan antara pendataan pemilih pada saat
pileg dan pilkada.
Jika dibandingkan dengan UU No 42/2008 tentang
57
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan juga UU
No
8/2012suatu
tentang
Pemilihan
Umum DPR,
DPD, publik
DPRDyang akan
merupakan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
Provinsi,
DPRD
Kabupaten/Kota,
tidak
yang
dibuat olehdan
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untukada
memerintah.
menyatakan
dapat
didaftar
sebagai
daftar
Pandanganbahwa
Hamdanuntuk
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
pemilih,
maka
seseorang
tidak
sedang
terganggu
jiwa/
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
ingatannya.
yang
diatur
untuk dapat
didaftar
menjadi
pada Tahun Syarat
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
pemilih
hanya
dua
saja,
yaitu;
Warga
Negara
Indonesia
yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pada
hari
pemungutan
suara
sudah
berusia
tahun atau politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang17
mempengaruhi
budgetdan
cycles
seperti perubahan
lebih,
sudah/pernah
kawin.pola pada struktur anggaran baik secara
agregat
secara
padaperaturan
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Padamaupun
saat Pileg
2014spesifik
tidak ada
yang
melarang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
bahwa
pemilih dengan disabilitas mental tidak memiliki
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
hak pilih dalam pemilu. Bahkan ketika pileg yang lalu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
karena adanya advokasi dari kelompok disabilitas, KPU
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
memfasilitasi TPS khusus di rumah sakit jiwa dan juga di
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
panti-panti sosial. Hal ini tercantum dalam Surat Edaran
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
KPU Nomor 395/KPU/V/2014 yang menyatakan bahwa:
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
“KPU/KIPSeperti
Kabupaten/Kota
dapatperempuan
membentuk
TPS
perempuan.
halnya keterwakilan
sebagai
salah satu
di
rumah
sakitfaktual
jiwa, untuk
panti menjadi
sosial dan
pelabuhan
udara
syarat
verifikasi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
internasional
khusus
pegawai
yang bertugas
dengan
cara
2012 menegaskan
setiap
partai politik
peserta pemilu
harus
memenuhi
mendaftarkan
pemilih
tersebut
ke ini
dalam
Daftar Pemilih
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut diperjuangkan,
mengingat
praktikdengan
selama ini,
pihak yang duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
Tetap
memperhatikan
kesiapan
dan ketersediaan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
petugas menjadi anggota KPPS serta efektivitas dan hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
efisiensi
dari sengi
anggaran”.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Namun peraturan ini tidak dapat diterapkan untuk
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pilkada 2015 yang lalu karena pada Pasal 57 ayat (3) huruf
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
a UU No 8/2015 menyatakan bahwa untuk dapat didaftar
2009.”
sebagai pemilih maka seseorang harus memenuhi syarat
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya. Sehingga pemilih
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dengan disabilitas mental tidak dapat memberikan hak
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
58
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
pilihnya ketika pilkada yang lalu.
Adanya pasal tersebut telah membuat perlakuan
diskriminatif, tidak adil, dan menghilangkan hak seorang
warga negara untuk dapat berpartisipasi di dalam memilih
calon kepala daerahnya. Menurut ahli kesehatan jiwa
bahwa seseorang yang mengidap psikososial atau disabilitas
mental bukanlah penyakit dan gejala yang muncul terus
menerus dan setiap saat. Bagi mereka yang mengidap
psikososial dapat saja terkadang gejala gangguan mental
pada dirinya muncul, dan dapat juga gejala tersebut hilang
dan yang bersangkutan dapat menjadi normal kembali.
Dengan tidak adanya waktu, kondisi, dan orang yang dapat
memastikan kapan seorang pengidap psikososial kambuh
gejalanya dan kapan pula gejala psikososial yang ada pada
diri yang bersangkutan hilang, maka menjadi tidak relevan
ada prasyarat bagi seorang warga negara untuk bisa didaftar
sebagai pemilih maka orang tersebut harus dipastikan tidak
sedang terganggu jiwa/ingatannya.
Jika melihat pada tahapan, program, dan jadwal
penyelenggaraan pemilhan kepala daerah tahun 2015,
penetapan daftar pemilih dilakukan pada 3 sampai 4 Oktober
2015. Merujuk pada waktu tersebut, masih terdapat 65 hari
menuju hari pemungutan suara yaitu tanggal 9 Desember
2015. Artinya dengan adanya jarak waktu dari penetapan
daftar pemilih tetap ke hari pemungutan suara, dan
terdapat ketentuan Pasal 57 ayat (3) UU No 8/2015 dimana
terdapat pembatasan bagi seorang yang mengidap penyakit
terganggu jiwa/ingatannya untuk didaftar sebagai pemilih,
maka ketika daftar pemilih tetap telah direkapitulasi dan
59
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
ditetapkan maka seketika itu seorang warga negara yang
terganggu
hak kebijakan
pilihnya publik
karenayang akan
merupakanjiwa/ingatannya
suatu upaya untukkehilangan
menyelamatkan
tidak
diadaftar
oleh petugas
pemutakhiran
daftar
dibuatdapat
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
pemilih.
Padahal
menurut
ahli kesehatan
jiwa tidak
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apamungkin
yang disampaikan
seorang
yang
sedang
terganggu
jiwa/ingatanya
berlangsung
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
secara
terus-menerus
apalagi
selama 65bahwa
hari (Permohonan
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
Political budget cycles
Uji
Materiil
di
MK
No
135/PUU/XIII/2015)
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
Hal inilah
yangNegara.
kemudian
mendorong
adanya
gugatan politcal
budget
cycleskeseperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
uji
materiil
Mahkamah
Konstitusi
(MK)
terkait
dengan
agregat
maupunNamun
secara spesifik
tahun-tahun
pasal
tersebut.
hinggapada
tulisan
ini dibuatPemilu,
belum terkonfirmasi
ada
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
putusan MK terkait dengan uji materiil ini karena masih
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dalam proses persidangan.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PENUTUP
Dengan
masih
terjadinya
persoalan
mengenai
Masyarakat
tidakbanyak
saja dapat
ditafsirkan
sebagai satu
kesatuan, tetapi
pendaftaran
pemilih
yang
disebabkan
oleh
kerangka
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
regulasi
UU 8/2015
sampaiketerwakilan
dengan persoalan
teknissebagai
sumber
perempuan.
Seperti halnya
perempuan
salah satu
daya
level penyelenggaran
syaratpengelola
verifikasi pendaftaran
faktual untukpemilih
menjadidi
peserta
pemilu. UU No. 8 Tahun
pemilu.
Paling tidak
adapartai
lima hal
yang
perlupemilu
menjadi
fokus
2012 menegaskan
setiap
politik
peserta
harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi
diperjuangkan,
mengingat
perbaikan
bagi pendaftaran
pemilihinidipatut
pilkada
beritkunya
praktiklain
selama
ini, pihak
yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
antara
sebagai
berikut:
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
1. Mendefinisikan pemilih sebagai Warga Negara
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Indonesia yang telah berusia 17 tahun pada hari
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pemungutan suara.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
2. DalamPerempuan
proses pemutakhiran
daftar
pemilih,
sebaiknya
Pengalaman
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu DPR RI
DPT
pemilu
terakhir
menjadi
data
pembanding.
2009.”
3.
Menjadikan
KPU
sebagai
data dan
pengelola
Masih
berhubungan
dengan
temapusat
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
data dan
kependudukan
yang tulisan
berkolaborasi
dengan
Supriyanto
Lia Wulandari dalam
berjudul Transparansi
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
60
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
MENATA ULANG MEKANISME PENDAFTARAN PEMILIH PILKADA
Kemendagri dan juga lembaga lain yang memiliki
data kependudukan
4. Pengembalian hak pulih bagi pemilih disabilitas
mental menjadi sebuah keharusan mengigat dari
undang-undang pemilu lainnya justru memberikan
ruang bagi pemilih disabilitas mental untuk
menggunakan hak pilihnya.
5. Membuka kesempatan advance dan early voting
menjadi relevan untuk digunakan dengan waktu
kurang dari dari satu minggu sebelum hari
pemungutan suara.
REFERENSI
Asyari, 2013, Apa Kabar Daftar Pemilih, Jakarta;
Perludem,
Permohonan Uji Materiil di MK No 135/PUU/XIII/2015
Surbakti, Supriyanto, & Asya’ri (2012). Seri Demokrasi
Elektoral: Meningkatkan Akurasi Daftar Pemilih.
Jakarta, Jakarta, Jakarta: Kemitraan.
Zein 2014, Buku Asesmen Pemilu 2014, Jakarta; LP3ES
61
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
62
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES
PENCALONAN PEMILIHAN
KEPALA DAERAH TAHUN
2015 DAN SENGKETA
KEPENGURUSAN PARTAI
POLITIK
Fadli Ramadhanil
ABSTRAK
Sengketa dua kepengurusan partai yang berlarut-larut
membawa pengaruh pada berjalannya tahapan Pilkada
Serentak 2015 dan independensi penyelenggara pemilu.
Proses sengketa kepengurusan partai politik yang terjadi di
tubuh Partai Golkar dan PPP menjadi berlarut karena tidak
diselesaikan dengan mekanisme yang sudah disediakan
dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Ketentuan dalam
UU 8/2015 yang mengharuskan pendaftaran pasangan
calon disertai surat keputusan pengurus partai politik
tingkat pusat membuat dua partai ini mesti mengutak-atik
ketentuan ini agar bisa mengusung pencalonan kepala
daerah. KPU kemudian mengakomodasi kepentingan
63
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
ini dengan mengubah Peraturan KPU terkait dengan
pencalonan
dengan
Partai
Politikpublik
yangyang akan
merupakan suatu
upayamemperbolehkan
untuk menyelamatkan
kebijakan
sedang
bersengketa
kepengurusan
untukuntuk
mengajukan
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
pasangan
calon
sepanjang
pasangan
calon
ini
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa disetujui
yang disampaikan
dua
kubu
yang
bersengketa.
Utak-atik
ketentuan
ini
telahAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
mengganggu
kemandirian
KPU.
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political budget cycles
sudah
menjadi
fenomena
didukung
dengan
berbagai studi
Kata
Kunci:
sengketauniversal
kepengurusan
partai,
sengketa
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
pencalonan, kemandirian penyelenggara pemilu
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Tahapan pencalonan kepala daerah adalah salah satu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
tahapan
paling penting
penyelenggaraan
pemilihan
ini, yang menjadi
perhatiandalam
tidak hanya
political budget
cycles, melainkan
kepala
daerah
(pilkada).
Tanpa
bermaksud
mengatakan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
bahwa
tahapan
lainnya
penting, esensi dari
Pemilu yang
telahpilkada
meningkat
dengantidak
ekstrim.
PENGANTAR
menghadirkan
pilihan
yang ditafsirkan
akan dihadapkan
Masyarakat tidak
saja dapat
sebagai satukepada
kesatuan, tetapi
pemilih
hanya
ada
di
dalam
tahapan
pencalonan
kepala
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
daerah.
Dalam
artian,
tujuan
pelaksanaan
pemilihan
kepala
perempuan.
Seperti
halnya
keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
daerah
secara langsung
adalah
praktik
kongkrit
dariUU
proses
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
pelaksanaan
penyerahan
mandat
kepada
2012 menegaskan
setiap partai
politik dari
pesertapemilih
pemilu harus
memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
wakilnya.
praktik
selama
ini, pihak
yangtentu
duduk
baikyang
di parlemen
maupun
pemerintah
Dalam
konteks
pilkada,
saja
dimaksud
dengan
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
proses penyerahan mandat adalah dari pemilih kepada
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
calon kepala daerah yang akan memimpin daerah mereka.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Tujuan lebih jauhnya, berharap agar kepala daerah yang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
terpilih dapat menjanjikan dan mewujudkan kesejahteraan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
sebagai salah satu visi besar dari demokrasi itu sendiri.
2009.”
Dalam
konteks pelaksanaan
tahapan
Masih berhubungan
dengan temapemilu/pilkada,
akuntabilitas keuangan
politik, Didik
pemilihan
padaLiapelaksanaan
pencalonan
selalu menjadi
Supriyanto dan
Wulandari dalam
tulisan berjudul
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
64
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
perhatian yang sangat penting. Bentangan empirik dalam
pelaksanaan Pemilu 2014 terakhir setidaknya memberikan
gambaran, bahwa tahapan pencalonan dari suatu kontestasi
pemilu, menghadirkan riuh rendah tersendiri dalam proses
pemilihan.
Jika menjemput ingatan ke awal tahun 2014 yang
lalu, tentu belum terlalu jauh untuk mengingat kembali
bagaimana proses sengketa pencalonan partai politik calon
peserta Pemilu 2014 terjadi. Proses sengketa pencalonan
yang terjadi antara Partai Bulan Bintang (PBB) dan Patai
Kesatuan Pembangunan Indonesia (PKPI) dengan KPU RI
menjadi catatan penting dalam proses sengketa pencalonan.
Proses pencalonan kepala daerah, memang terbagi
dalam dua pengelompokan utama yang harus dipenuhi.
Jika hendak dipersempit lagi, ini terjadi pada proses
pencalonan Pilkada 2015. Pertama, hal yang harus dipenuhi
oleh individu orang yang akan menjadi calon kepala daerah.
Kedua, syarat pencalonan yang harus dipenuhi oleh pihak
yang akan mengusung dan mengajukan individu bakal calon
kepala daerah tadi.
Untuk poin kedua, terbagi atas dua bagian. Pertama calon
yang maju secara perseorangan, dan calon kepala daerah
yang akan maju melalui jalur pencalonan yang diajukan oleh
partai politik. Tulisan ini akan coba memotret bagaimana
proses pencalonan kepala daerah yang dilakukan partai
politik. Hal ini menjadi salah satu sisi yang begitu menarik
pada proses pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang lalu.
Proses Pilkada 2015 akan ditunda pelaksanaannya karena
proses pencalonan kepala daerah oleh partai politik,tepatnya
65
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dua partai politik, terancam tidak bisa dilakukan. Dua partai
politik
tersebut
Partai
Golkar dan Partai
Persatuan
merupakan
suatuadalah
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Pembangunan
(PPP).
Sengketa
kepengurusan
dua
partai
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
politik
ini yangHamdan
berlarut
sempatberkaitan
mengancam
ketidakbisaan
Pandangan
tersebut
dengan
apa yang disampaikan
keduanya
mengusung
calon
kepala
daerah
pada
Pilkada
2015.Anggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Meskipun
ini selesai,
yang
sebetulnya
pada Tahunakhirnya
Pemilu.” persoalan
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
dengan
tidak
selesai,
catatan
penting
perlu
digoreskan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
terhadap
kepala
daerah
ditengah
partai politcal
empiris di proses
berbagaipencalonan
Negara. Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
budget yang
cyclessedang
seperti perubahan
polasebagaimana
pada strukturyang
anggaran
baik secara
politik
bersengketa,
terjadi
agregat
maupun
secara
pada
Pilkada
2015
yangspesifik
lalu. pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Sebagaimana sudah disinggung pada bagian pengantar
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
MEKANISME PENCALONAN KEPALA
DAERAH DAN PERAN PARTAI POLITIK
tadi, mekanisme pencalonan kepala daerah terbagi menjadi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dua jalur. Pertama, proses pencalonan melallui jalur
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perseorangan. Kedua, proses pencalonan yang dilakukan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
oleh
politik.
Hal
ini menjadi
ditegaskan
di pemilu.
dalam UU
Pasal
syaratpartai
verifikasi
faktual
untuk
peserta
No.1 8 Tahun
angka
3 dan angkasetiap
4 Undang-Undang
Nomorpemilu
8 Tahun
2015
2012 menegaskan
partai politik peserta
harus
memenuhi
Tentang
Perubahan
Atas
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
2015
Tentang
Penetapan
Peraturan
Pengganti
praktik
selama ini,
pihak yang
duduk baikPemerintah
di parlemen maupun
pemerintah
Undang-Undang
Nomor
1 TahunApabila
2014 Tentang
Pemilihan hal ini
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
tidak diperjuangkan,
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya
aspirasi
Gubernur,
Bupati,
dan Walikota
(UU Pilkada
2015).perempuan dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan
tersebut
telah Gubernur
ditulis oleh Nindita
Di dalam
Pasal 1 angka
3 kondisi
disebutkan
“Calon
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dan
Calon Wakil Gubernur adalah peserta pemilihan yang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
2009.”
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Pemilihan
Umum Provinsi”. Sedangkan Pasal 1 angka 4
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
juga menyebutkan “Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
66
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah peserta
pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan
partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau
mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Karena tulisan ini hanya akan melihat proses pencalonan
yang dilakukan oleh partai politik, maka bagian ini akan
menggambarkan bagaimana prasyarat yang harus dipenuhi
oleh calon kepala daerah, serta partai politik yang akan
menjadi pengusung. Sebelum berbicara terkait dengan
proses pencalonan, maka di dalam Pasal 7 UU Pilkada 2015,
mengatur secara rinci syarat calon kepala daerah. Artinya,
yang dimaksud dengan syarat calon adalah syarat yang
harus dipenuhi oleh orang atau individu yang akan menjadi
calon kepala daerah.
Syarat terkait dengan calon kepala daerah ini ada di
dalam Pasal 7 huruf a sampai dengan huruf u. Beberapa
syarat yang mesti dipenuhi oleh calon kepala daerah,
berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Atas, tidak
memiliki tunggakan pajak, tidak sedang dicabut hak pilih
dan memilihnya oleh putusan pengadilan, dan beberapa
syarat lainnya.
Syarat yang panjang lebar inilah kemudian yang harus
diserahkan, dan dipenuhi oleh individu bakal calon kepala
daerah ke KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota ketika
mendaftar sebagai bakal calon kepala daerah. Syarat ini tentu
saja bersifat kumulatif, dan tidak boleh barang satu syarat
pun tidak dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, konsekuensinya
jelas, individu yang mendaftar sebagai bakal calon kepala
daerah akan dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai
67
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
calon kepala daerah.
Selain syarat
diatur
dalam Pasal 7 kebijakan
huruf a sampai
merupakan
suatuyang
upaya
untukdi
menyelamatkan
publikuyang akan
dibuat oleh
politisi
danmaka
pemerintah
yang
terpilih
untuk
sebagai
syarat
calon,
terdapat
syarat
lain
yangmemerintah.
disebut
dengan
syaratHamdan
pencalonan.
pencalonan
melekat
Pandangan
tersebut Syarat
berkaitan
dengan apa yang
disampaikan
kepada
partaimelalui
politik yang
akan mengusung
memberikan
Yuna Farhan
tulisannya
“Menelusuridan
Siklus
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
dukungan
kepada
pasangan
calon kepalabahwa
daerah.
Ketentuan
sudah dengan
menjadisyarat
fenomena
universal
didukung
dengan
berbagai
studi
terkait
pencalonan
ini diatur
di dalam
Pasal
40
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
UU No. 8 Tahun 2015, yang mengatur Pemilihan Gubernur,
budget dan
cycles
seperti perubahan
pola pada struktur anggaran baik secara
Bupati
Walikota,
menyatakan:
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
“Partai politik atau gabungan partai politik dapat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mendaftarkan pasangan calon jika telah memenuhi
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
persyaratan perolehan suara paling sedikit 20% (dua
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
puluh
dari
jumlah
kursikorupsi
Dewan
Perwakilan
politicalpersen)
corruption
cycle
atau siklus
politik
pada tahun-tahun
Rakyat
Daerah
atau
25%
(dua
puluh
lima
persen)
dari
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
anggota
Rakyat Daerah
di daerah
juga perluDewan
dibatasiPerwakilan
mengingat perbedaan
hakikat antara
laki-laki dan
yang
bersangkutan”.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat
verifikasidifaktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
Ketentuan
dalam
Pasal
40 ini,
dilengkapi
dengan
2012 menegaskan
setiap Pasal
partai politik
peserta
harus(5).
memenuhi
pengaturan
di dalam
42 ayat
(4) pemilu
dan ayat
30% keterwakilan
perempuan.
patutberbunyi:
diperjuangkan, mengingat
Ketentuan
di dalam
Pasal 40Kondisi
ayat (4)iniyang
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
“Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Wakil Gubernur oleh partai politik ditandatangani oleh
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
ketua partai politik dan sekretaris partai politik tingkat
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
provinsi disertai surat keputusan pengurus partai politik
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tingkat
pusat tentang persetujuan atas calon yang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
diusulkan
oleh pengurus partai politik tingkat provinsi”
2009.”
Sedangkan
ketentuan
ayattema
(5): akuntabilitas keuangan politik, Didik
Masih berhubungan
dengan
Supriyanto
dan Liapasangan
WulandariCalon
dalamBupati
tulisan dan
berjudul
Transparansi
dan
“Pendaftaran
Calon
Wakil
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
68
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
Bupati serta Calon Walikota dan Wakil Walikota oleh
partai politik ditandatangani oleh ketua partai politik
dan sekretaris partai politik tingkat Kabupaten/Kota
disertai surat keputusan pengurus partai politik tingkat
pusat tentang persetujuan atas calon yang diusulkan oleh
pengurus partai politik tingkat provinsi”
Selain itu, Pasal 34 Peraturan KPU Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil
Walikota mengatur “KPU berkoordinasi dengan Mentri
untuk mendapatkan salinan keputusan terakhir tentang
penetapan kepengurusan Partai Politik tingkat pusat
sebelum masa pendaftaran Pasangan Calon”. Artinya,
alat verifikasi oleh KPU untuk mengecek pengesahan
kepengurusan pusat partai politik adalah surat keputusan
mentri, yang dalam hal ini adalah Kementrian Hukum dan
HAM. Surat keputusan pengesahan pengurus pusat partai
politik menjadi penting, karena pengurus pusat partai politik
yang akan memberikan persetujuan terhadap pencalonan
kepala daerah, baik ditingkat provinsi maupun ditingkat
kabupaten/kota.
Pada bagian inilah kemudian titik singgung persoalan
pencalonan kepala daerah dengan sengketa kepengurusan
partai politik. Untuk partai politik yang surat keputusan
pengesahan kepengurusan partai politiknya tidak digugat
ke pengadilan, tentu tidak akanada persoalan dalam proses
verifikasi KPU. KPU hanya tinggal melihat dan memverifikasi
surat keputusan Kemenkum HAM, jika sesuai, maka KPU
bisa menyatakan salah satu syarat pencalonan, yakni
69
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
persetujuan dari pengurus pusat partai politik terpenuhi.
Namun, suatu
jika surat
pengesahankebijakan
pengurus
pusatyang akan
merupakan
upayakeputusan
untuk menyelamatkan
publik
dibuatpolitik
oleh politisi
dan pemerintah
yang
terpilih sedang
untuk memerintah.
partai
dari Kemenkum
HAM
tersebut
digugat
ke pengadilan,
tentu KPU
menghadapi
dilema.
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apaPertama,
yang disampaikan
akan
persoalan
dikemudian
hari, jika
KPUPolitisasi
merujukAnggaran
Yuna menjadi
Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
kepada
surat
keputusan
yang sedang
digugat,
namun
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
dengan berbagai
studi
nantinya
putusan
pengadilan
justru
menyatakan
Surat
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Keputusan Kemenkum HAM tersebut tidak berlaku, tidak
budget cycleskekauatan
seperti perubahan
polaatau
padabatal
struktur
mempunyai
mengikat,
demianggaran
hukum.baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Menghadapi persoalan ini, KPU kemudian mengatur
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
di dalam Peraturan KPU No. 9 Tahun 2015, jika Surat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Keputusan (SK) Kemenkum HAM tentang pengesahan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
pengurus
pusat partai
sedang
disengketakan
di
political corruption
cycle politik
atau siklus
korupsi
politik pada tahun-tahun
pengadilan,
makameningkat
KPU hanya
akanekstrim.
merujuk pada putusan
Pemilu yang telah
dengan
pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum mengikat
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
(inkrahct
gewijsde).
Konsekuensi
pengaturan
ini
juga perluvan
dibatasi
mengingat
perbedaandari
hakikat
antara laki-laki
dan
tentu
menyengat
Partai
Golkar
dan
PPP.
Sebagai
pihak
yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
SK
kepengurusan
pengurus
partai
politiknya
sedang
syarat
verifikasi faktual
untuk pusat
menjadi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
di
sengketakan
pengadilan,
ketentuan
tentu
akan
2012
menegaskandisetiap
partai politik
peserta ini
pemilu
harus
memenuhi
mengancam
keikutsertaan
dipatut
dalam
pencalonan
30% keterwakilan
perempuan. mereka
Kondisi ini
diperjuangkan,
mengingat
praktik daerah,
selama ini,
pihakbelum
yang duduk
di parlemen
maupun
pemerintah
kepala
andai
ada baik
putusan
pengadilan
yang
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
berkekuatan tetap, sampai proses pencalonan kepala daerah hal ini
akan berdampak
negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dibuka,
hingga ditutup.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Kondisi ini tentu tidak terbayangkan oleh partai politik
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
ketika melakukan perubahan terhadap ketentuan UU
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Pilkada, yang kemudian menjadi UU No. 8 Tahun 2015.
2009.”
Keinginan untuk mengendalikan seluruh proses pencalonan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
kepala daerah dari pengurus pusat partai politik dengan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
mengaharuskan adanya keputusan dari pimpinan pusat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
70
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
partai dalam memberikan persetujuan, justru melahirkan
persoalan baru, khususnya bagi Partai Golkar dan PPP.
Mereka tentu juga tidak membayangkan proses sengketa
kepengurusan partai politik yang terjadi di masing-masing
tubuh partai mereka menjadi berlarut-larut sehingga
membuat mereka terancam tidak bisa mengajukan pasangan
calon kepala daerah tahun 2015. Setelah memunculkan
perdebatan baru perihal bagaimana kemudian membuat
formula hukum untuk tetap membuat Partai Golkar dan
PPP bisa mengajukan pasangan calon kepala daerah, KPU
mengubah Peraturan KPU No. 9 Tahun 2015.
Perubahannya ada pada Peraturan KPU No. 12 Tahun
2015. Inti dari jalan keluar yang diberikan melalui Peraturan
KPU adalah memperbolehkan kedua partai politik yang
bersengketa mengajukan pasangan calon dengan syarat:
dua kepengurusan yang sedang bersengketa sama-sama
memberikan persetujuan kepada pasangan calon kepala
daerah yang sama.
Dari uraian diatas, tampak sekali formula pencalonan
kepala daerah yang ada di dalam regulasi pilkada sangat
tidak sesuai dengan prinsip demokrasi internal partai
politik. Menurut Ramlan Surbakti, demokrasi internal partai
dalam proses pencalonan di suatu kontestasi pemilihan
mesti mencakup dua hal. Pertama, proses penentuan calon
haruslah bersifat inklusif. Dalam artian, yang diutamakan
adalah kader, serta proses pengambilan keputusan
melibatkan anggota dari partai politik itu sendiri. Kedua,
proses penentuan calon harus bersifat desentralisasi.
Artinya, keputusan penentuan calon dalam suatu proses
71
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pemilihan tidak hanya dilakukan oleh pengurus pusat partai
politik.
Tetapi,
menyerahkan
kepada pengurus
partaipublik
politikyang akan
merupakan
suatu
upaya untuk menyelamatkan
kebijakan
daerah,
dengan
segala
pertimbangan,
alasan,untuk
dan indikator
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
1
yang
jelas.
Jika
melihat
dua
indikator
diatas,
tentu
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa saja
yangbaik
disampaikan
dari
segi
regulasi
maupun
dalam
praktik
pencalonan
kepala
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
daerah
2015 Pemilu.”
masih jauh
darimenjelaskan
apa yang dibahwa
katakan
demokrasi
pada Tahun
Yuna
Political
budget cycles
internal
partai
politik
dalam
menentukan
calon
yang
akan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
ikut
di dalam
kontestasi
empiris
di berbagai
Negara.pemilihan.
Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Bagian ini dimulai dengan satu pertanyaan, kenapa
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sengketa kepengurusan Partai Golkar dan PPP bisa
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
berlangsung setahun lebih? Bukankah jika merujuk kepada
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
JALAN KELIRU PENYELESAIAN SENGKETA
KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK
proses penyelesaian yang ada di Undang-Undang Nomor
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, tidak mungkin
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
memakan
waktufaktual
yang sangat
lama? peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
syarat verifikasi
untuk menjadi
Jawabannya
sangatharus
lama,
2012
menegaskansederhana.
setiap partaiSemua
politik menjadi
peserta pemilu
memenuhi
30% keterwakilan
ini patut diperjuangkan,
mengingat
karena
jalur yangperempuan.
ditempuh Kondisi
untuk menyelesaikan
sengketa
praktik selama ini,
pihakterjadi
yang duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
kepengurusan
yang
di tubuh
Partai Golkar
dan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
PPP tidak sesuai dengan apa yang diatur di dalam UU No. hal ini
berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan dalam
2akan
Tahun
2011 Tentang
Perubahan
Atas Undang-Undang
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
Nomor
2 Tahun
2008 Tentang
Partaitersebut
Politik. telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Dan tentu sangat mudah untuk dianalisa publik, andai
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kementrian Hukum dan HAM bertindak cermat dan fair,
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan
LiaFGD
Wulandari
dalam2015
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
1 Disampaikan
dalam
Evaluasi Pilkada
pada 27
Januari 2016
di
Jakarta.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
72
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
dengan tidak terburu-buru mengeluarkan SK kepengurusan
partai politik salah satu kepengurusan partai politik
dimasing-masing Partai Golkar dan PPP, tentu proses di
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak akan terjadi.
Dalam praktik yang terjadi, proses sengketa
kepengurusan partai politik justru melebar dan tidak sesuai
dengan rule yang semestinya. Ketika proses sengketa
kepengurusan di tubuh Partai Golkar dan PPP terjadi, salah
satu pengurus di masing-masing partai politik mengajukan
pengesahan pengurus ke Kemenkum HAM. Sebagaimana
sudah diketahui, di pihak Partai Golkar yang mengajukan
pengesahan kepengurusan adalah kubu Agung Laksono.
Di tubuh PPP yang mengajukan pengesahan kepengurusan
adalah kubu Romahurmuzzy.
Pada titik inilah kemudian persoalan dimulai. Pihak
Kemenkum HAM terlalu terburu-buru mengeluarkan
pengesahan terhadap masing-masing kepengurusan.
Padahal, dalam batas penalaran yang wajar, tidak mungkin
kiranya Kemenkum HAM tidak mengetahui bahwa sedang
terjadi konflik kepengurusan di tubuh dua partai politik ini.
Pengaturan di dalam Pasal 23 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai mengatakan bahwa :
“Susunan
kepengurusan
baru
partai
politik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Mentri paling lama 7 (tujuh) hari terhitung
sejak diterimanya persyaratan”.
Pasal inilah kemudian yang dijadikan dasar oleh
Kemenkum HAM untuk segera menerbitkan segera Surat
73
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Keputusan untuk mengesahkan kepengurusan Partai
Golkar
kubusuatu
Agung
Laksono
dan PPP kubu Romahurmuzzy.
merupakan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
Padahal,
ada
pembatasan
dan
prasyarat
yang
disebutkan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilihjuga
untuk
memerintah.
di dalam
Pasal
24:
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
“Dalam
terjadi
perselisihan
kepengurusan
partaiAnggaran
Yuna
Farhanhal
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Politicalpartai
budget cycles
politik
hasil forum
tertinggi
pengambilan
keputusan
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung dengan
berbagai studi
politik,
pengesahan
perubahan
kepengurusan
belum dapat
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
dilakukan oleh mentri sampai perselisihan terselesaikan”. politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Ketentuan pembatasan yang disebutkan di dalam
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Pasal 24 inilah kemudian yang terasa tidak dikedepankan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
oleh Kemenkum HAM. Artinya, ketika masing-masing
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kepengurusan mengajukan permohonan pengesahan ke
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kemenkum
HAM, pihak
HAM mestinya
cermat
political corruption
cycle Kemenkum
atau siklus korupsi
politik pada
tahun-tahun
dan
tidak
terburu-buru
dalam
mengeluarkan
keputusan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
pengesahan. Kemenkum HAM mestinya melakukan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pengecekan
dan verifikasi,
politik
juga perlu dibatasi
mengingat apakah
perbedaanpartai
hakikat
antarayang
laki-laki dan
mengajukan
pengesehan
kepengurusan,
tidak
dalam
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
bersengketa.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012
menegaskan
setiap
partai
peserta
pemilu
harus memenuhi
Metode
verifikasi
tentu
tidakpolitik
akan rumit
untuk
dilakukan.
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patutcara
diperjuangkan,
mengingat
Salah
satunya bisa
dilakukan
dengan
melakukan
praktik selama
ini, pihak
yang partai
duduk politik
baik di parlemen
maupun pemerintah
klarifikasi
kepada
pengurus
yang bersangkutan.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Hal lain, bisa melakukan peninjauan dan penelitian melalui hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
laporan
media massa. Dalam argumentasi lain, tentu sangat
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
mudah untuk lembaga sekelas Kementrian Hukum dan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
HAM untuk mencari informasi yang valid, guna menjawab
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
apakah terjadi sengketa kepengurusan dalam internal
2009.”
partai politik yang mengajukan permohonan pengesahan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
kepengurusan yang baru.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
74
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
MENGUJI INDEPENDENSI KPU
Dalam perjalanan sengketa kepengurusan Partai Golkar
dan PPP, salah satu sisi menarik yang patut untuk dilihat
adalah sejauh mana pengaruh sengketa kepengurusan
partai ini dalam proses pilkada, serta pengaruhnya dalam
independensi KPU. Dalam batas penalaran yang wajar,
sangat sulit untuk tidak mengatakan bahwa sengketa
kepengurusan partai politik Golkar dan PPP, berpengaruh
kepada independensi KPU dalam menjalankan tahapan
pelaksanaan pilkada.
Sebagaimana sudah disinggung pada bagian awal,
Peraturan KPU No. 9 Tahun 2015 Tentang Pencalonan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
dan Walikota dan Wakil Walikota sudah mengantisipasi
bagaimana KPU memverifikasi SK Kemenkum HAM untuk
melihat kepengruusan DPP partai politk yang sah, jika
terdapat sengketa kepengurusan.
Jika SK kepengurusan partai politik sedang
disengketakan di pengadilan, maka KPU akan menunggu
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Keputusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum
tetaplah nanti yang akan dipedomani oleh KPU dalam
melakukan verifikasi kepengurusan partai politik. Artinya,
jika sampai masa pencalonan tidak ada putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap, maka konsekuensi yang
harus diterima oleh partai politik yang bersengketa adalah
tidak dapat mengajukan pasangan calon kepala daerah
dalam kontestasi pilkada.
75
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Namun pada perkembangannya, pengaturan yang ada
di
dalam Peraturan
KPU
ini menyelamatkan
“digugat” oleh kebijakan
beberapapublik
partaiyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk
politik,
terutama
Golkar danyang
PPP.
Mereka
pada
intinya
dibuat oleh
politisiPartai
dan pemerintah
terpilih
untuk
memerintah.
menginginkan
meskipun
kedua
partai dengan
politikapa
iniyang
sedang
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan
disampaikan
bersengketa,
mereka
tetap
bisa
mengajukan
pasangan
calon
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
kepala
daerah.
KPU Yuna
berkali-kali
dipanggil
oleh
Komisi
II cycles
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa
Political
budget
DPR
melakukan
tentang
Peraturan
sudahuntuk
menjadi
fenomena “penyesuaian”
universal didukung
dengan
berbagai studi
KPU
yang
dapat memberikan
ruang
kepada
politik politcal
empiris
di berbagai
Negara. Berbagai
variabel
yang partai
mempengaruhi
budget cycles seperti
pola pasangan
pada struktur
anggaran
baik secara
bersengketa
untuk perubahan
mengajukan
calon
kepala
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
daerah.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pada awalnya, KPU bersikukuh tidak akan mengubah
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Peraturan KPU, karena regulasi yang sudah mampu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
menjawab kondisi yang ada. Artinya, Peraturan KPU sudah
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
cukup menjawab kondisi sengketa pengurus partai politik
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
untuk mengajukan pasangan calon kepala daerah.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Namun,
pada mengingat
perkembangannya,
proses
juga
perlu dibatasi
perbedaan mendekati
hakikat antara
laki-laki dan
pencalonan
kepala
daerah,
KPU
justru
menunjukkan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
langkah
kompromi
untuk
dapat
memfasilitasi
kepentingan
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta pemilu.
UU No. 8 Tahun
dua
politik (Patai
Golkarpolitik
dan PPP)
untuk
tetap
dapat
2012partai
menegaskan
setiap partai
peserta
pemilu
harus
memenuhi
mengajukan
pasangan
calon
kepala
daerah,
meskipun
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
2
praktikposisi
selamabersengketa.
ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
dalam
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
ApabilaPeraturan
tidak diperjuangkan,
Akhirnya
KPU memang
mengubah
KPU No. hal ini
berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
9akan
Tahun
2015 Tentang Pencalonan Gubernur dan Wakil
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Walikota, berubah menjadi Peraturan KPU No. 12 Tahun
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2015 Tentang Perubahan Peraturan KPU No. 9 Tahun 2015
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
2 http://www.cnnindonesia.com/politik/20150714133454-32-66303/jkSupriyanto
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul
Transparansi
dan
inisiasi-pertemuan-golkar-ppp-akhirnya-bisa-ikut-pilkada/,
diakses
pada
Sabtu,
20
Februari
2016.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
76
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
Tentang Pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota. Inti
yang diubah jelas. Memberikan legalisasi kepada partai
politik bersengketa untuk dapat mengajukan pencalonan
kepala daerah, dengan syarat dua kubu yang bersengketa
mengajukan pasangan calon yang sama. Hal inilah kemudian
menjadi momentum kekhawatiran rusaknya independensi
KPU dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah.
PENUTUP
Berdasarakan dengan uraian diatas, maka dapat
disimpulkan beberapahal sebagai berikut:
1. Mekanisme pencalonan kepala daerah dengan
mewajibkan adanya rekomendasi dari pengurus
pusat partai politik telah menyebabkan pencalonan
kepala daerah menjadi sangat tersentralisasi. Hal
ini tentu saja mematikan proses demokrasi internal
partai, di dalam pengajuan bakal calon kepala
daerah. Kondisi ini juga kemudian yang menegasikan
peran dan keberadaan pengurus daerah partai
politik, khususnya tingkatan pengurus yang akan
melaksanakan pemilihan kepala daerah;
2. Sengketa kepengurusan partai politik yang terjadi
di tubuh Partai Golkar dan PPP, berkorelasi dengan
proses dan tahapan pencalonan kepala daerah 2015.
Kepentingan dua partai politik “lama” ini yang
terancam tidak bisa mencalonakan kepala daerah
karena belum ada pengurus pusat yang defenitif,
serta disahkan secara hukum, tanpa proses sengketa,
77
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
menjadikan kendala dalam proses pencalonan kepala
daerah;
merupakan
suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilihpartai
untuk memerintah.
3. Proses
sengketa
kepengurusan
politik
yang terjadi
tubuhberkaitan
Partai dengan
Golkarapadan
Pandangan
Hamdanditersebut
yangPPP
disampaikan
menjadi
berlarut
karena“Menelusuri
tidak diselesaikan
denganAnggaran
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”yang
Yuna sudah
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
mekanisme
disediakan
dan diatur
sudah di
menjadi
universal Nomor
didukung2 dengan
studi
dalamfenomena
Undang-Undang
Tahun berbagai
2011
empirisTentang
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2
budgetTahun
cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
2008 Tentang
Partai
Politik.
Proses
sengketa
agregatkepengurusan
maupun secarapartai
spesifikpolitik
pada tahun-tahun
Pemilu,tidak
terkonfirmasi
yang semestinya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
diselesaikan di Pengadilan Tata Usaha Negara, justru
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
menjadi berlama-lama karena Kementrian Hukum
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dan HAM juga “terlibat” di dalam proses sengketa
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kepengurusan Partai Golkar dan PPP. Padahal, jika
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sengketa kepengurusan yang terjadi di dalam tubuh
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Partai Golkar dan PPP di selesaikan sesuai dengan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
mekanisme yang ada, maka maksimal hanya akan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
memakan waktu selama 120 hari;
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
4. menegaskan
Pada fase setiap
akhirpartai
proses
2012
politikpenyelesaian
peserta pemilusengketa
harus memenuhi
kepengurusan
PartaiKondisi
Golkar
dan
PPP, cara
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktikpenyelesaiannya
selama ini, pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
sangat
berpengaruh
kepada
proses
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
pencalonan kepala daerah 2015. Sebagian besar hal ini
akan berdampak
terhadap
mandeknya perubahan
aspirasi perempuan
kelompoknegatif
di DPR
menginginkan
dari dalam
hukumperaturan
dan pemerintahan.
Dan
kondisi tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
KPU yang
menghendaki
dapat
memberikan
Paramastuti
dalammeskipun
tulisannya Partai
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
kepastian,
Golkar dan
PPP sedang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bersengketa kepengurusan, tetapi mereka tetap dapat
2009.”
mengajuakan pasangan calon kepala daerah.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Pilihan KPU yang akhirnya merubah Peraturan KPU
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
terkait dengan pencalonan dengan memperbolehkan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
78
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
Partai Politik yang sedang bersengketa kepengurusan
untuk mengajukan pasangan calon, telah sangat dirasa
merusak kemandirian KPU. Satu hal yang dirasa sangat
tidak fair adalah, KPU merubah peraturan hanya untuk
mengakomodir kepentingan pencalonan kepala daerah bagi
dua partai politik yang bersengketa kepengurusan. Padahal,
Peraturan KPU tentang pencalonan sebelum diubah, telah
sangat baik mengatur bagaimana menyikapi partai politik
yang sedang bersengketa kepengurusan;
Berdasarkan dengan kesimpulan yang disampaikan
diatas, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Syarat proses pencalonan kepala daerah dengan
didahului oleh persetujuan Dewan Pengurus
Pusat mesti dihilangkan. Dengan dihilangkannya
persetujuan dari DPP, maka mekanisme demokrasi
internal di partai politik akan semakin hidup.
Mekanisme pencalonan kepala daerah bisa
ditentukan dengan rapat pengurus partai politik
sesuai dengan tingkatan penyelenggaraan pemilihan
kepala daerahnya, dengan melibatkan pemgurus
partai politik ditingkatan bawahnya. Misalnya,
untuk menentukan pemilihan bakal calon Gubernur,
ditentukan oleh rapat pengurus partai politik tingkat
provinsi, dengan melibatkan pengurus partai politik
dewan pimpinan cabang, pengurus partai politik
tingkat kecamatan, bahkan pengurus partai politik
tingkat ranting.
2. Sengketa kepengurusan partai politik ditingkat
pusat seharusnya tidak boleh mempengaruhi proses
79
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
pencalonan kepala daerah, khususnya ditingkatan
daerah
pemilihan
yangmenyelamatkan
akan melaksanakan
pemilihan.
merupakan
suatu
upaya untuk
kebijakan
publik yang akan
Oleh
sebab
itu,
poin
ini
sangat
berkorelasi
dengan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
saran pada
pointersebut
1. Agarberkaitan
porses dengan
pencalonan
kepala
Pandangan
Hamdan
apa yang
disampaikan
daerah
tidak
terhambat
oleh
sengketa
kepengurusan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
partaiPemilu.”
politik tingkat
pusat, makabahwa
prosesPolitical
pencalonan
pada Tahun
Yuna menjelaskan
budget cycles
kepala
daerah
tidak
perlu
persetujuan
dari
dewan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pusat. Berbagai
Karena
jikayangmenggunakan
empirispimpinan
di berbagai Negara.
variabel
mempengaruhi politcal
budgetterminologi
cycles sepertipersetujuan
perubahan pola
struktur
anggaran
baik secara
akanpada
sangat
mengikat,
maka
agregatcukup
maupun
secaradengan
spesifikpemberitahuan
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
diganti
saja;
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
3. Proses penyelesaian sengketa kepengurusan partai
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
politik mesti dibenahi dan dipastikan berjalan sesuai
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dengan ketentuan yang ada. Hal pertama yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mesti diperbaiki adalah terkait dengan komposisi
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Mahkamah Kehormatan Partai Politik, yang perlu
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
memasukkan pihak atau individu eksternal untuk
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
menjaga intergitas dan independensi Mahkamah
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Partai Politik dalam menyelesaiakan sengketa
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
kepengurusan
partai
politik.
itu,
jika memang
2012 menegaskan
setiap
partai
politikSelain
peserta
pemilu
harus memenuhi
masih
ada
pihak
yang
tidak
puas
dengan
putusan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Partai
maka
jalan yang
akan
praktikMahkamah
selama ini, pihak
yangPolitik,
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
ditempuh
melaluiApabila
gugatan
kediperjuangkan,
pengadilan hal ini
mayoritas
didudukiadalah
oleh laki-laki.
tidak
negeri, dan
terakhir
kasasimandeknya
ke Mahkamah
Agung.
akan berdampak
negatif
terhadap
aspirasi
perempuan dalam
hukum danHal
pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
oleh Nindita
kedua yang
perlu tersebut
ditambahkan
adalah,
Paramastuti
dalam tulisannya
berjudul:
dan Korupsi:
memberikan
perintahyang
di dalam
UU“Perempuan
Partai Politik,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bahwa kepada Kementrian Hukum dan HAM
2009.”
untuk tidak terburu-buru mengesahkan suatu
Masih
berhubungan partai
dengan politik,
tema akuntabilitas
politik, Didik
kepengurusan
sebelum keuangan
memastikan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
sudah tidak ada lagi proses sengketa kepengurusan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
80
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
CATATAN PROSES PENCALONAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2015
yang terjadi di dalam tubuh partai politik.
4. KPU mesti segera mencabut dan merevisi kembali
Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan KPU Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Pencalonan Gubernur, Bupati, dan
Walikota. Ketentuan yang paling krusial adalah,
memberikan ruang dan kesempatan kepada partai
politik bersengketa, atau dua partai politik yang punya
kepengurusan bisa mencalonkan kepala daerah.
Hal ini tentu saja merusak prinsip institusionalisasi
partai yang harusnya punya satu kepengurusan, dan
itu memiliki akibat hukum yang tidak sederhana.
Hal ini sekaligus memberikan pembelajaran kepada
partai politik, bahwa berlarut-larut proses sengketa
kepengurusan mengakibatkan mereka kehilangan
hak elektoral, di dalam sautu proses pemilihan,
dalam hal ini pemilihan kepala daerah.
81
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
82
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN
SENGKETA PENCALONAN
PILKADA 2015 YANG
BERLARUT-LARUT
Debora Blandina Sinambela, Catherine Nathalia,
& Pandu Dewanata
ABSTRAK
Proses pencalonan kepala daerah merupakan salah
satu tahapan terpenting di dalam proses pelaksanaan
pemilihan kepala daerah. Di samping memastikan siapa
calon kepala daerah yang akan mengikuti pilkada dan
dipilih oleh masyarakat, tahapan pencalonan juga akan
menguji berjalannya keadilan pemilu (electoral justice).
Pada Pilkada Serentak 2015 lalu, sengketa banyak terjadi
pada tahapan pencalonan ini. Banyaknya lembaga yang
terlibat dalam proses penyelesaian sengketa membuat
sengketa pencalonan berlarut-larut dan pada akhirnya
berujung serta menumpuk di Mahkamah Konstitusi
(MK) padahal yang menjadi kewenangan MK adalah
menyelesaikan sengketa hasil pemilihan.
Kata Kunci: sengketa kepengurusan partai, sengketa
pencalonan, lembaga penyelesai sengketa.
83
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
PENGANTAR
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
Tahapansuatu
pencalonan
merupakan
salah satu
tahapan
yangyang akan
dibuat oleh
politisi
danpenyelenggaraan
pemerintah yang terpilih
untukGubernur
memerintah.
paling
krusial
dalam
pemilihan
HamdanBupati
tersebutdan
berkaitan
yang saja
disampaikan
danPandangan
Wakil Gubernur,
Wakil dengan
Bupati,apa
bukan
Yuna Farhan
melalui pintu
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
tahapan
ini menjadi
masuk
yang menentukan
apakahAnggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
pasangan
calon
bisa berkompetisi
dalambahwa
pilkada
atau tidak,
sudah menjadi
universal
didukung
dengan
berbagai studi
melainkan
jugafenomena
sepanjang
perjalanan
pilkada,
tahapan
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
inilah yang paling banyak membuahkan sengketa. Sengketa
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
tersebut seringkali tidak hanya berakhir di tingkat pengawas
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pemilihan, tetapi berujung sampai ke perselisihan hasil di
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Mahkamah Konstitusi.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
tanggalperhatian
24 Agustus
2015,
Komisi
Pemilihan
ini,Pada
yang menjadi
tidak hanya
political
budget
cycles, melainkan
Umum
di daerah
political(KPU)
corruption
cycle yang
atau menyelenggarakan
siklus korupsi politikpemilihan
pada tahun-tahun
Gubernur
dan
Wakil
Gubernur,
dan Wakil Bupati,
Pemilu yang
telah
meningkat
denganBupati
ekstrim.
Walikota
dan tidak
Wakilsaja
Walikota
mengumumkan
pasangan
Masyarakat
dapat ditafsirkan
sebagai satu
kesatuan, tetapi
calon
yangdibatasi
ditetapkan
memenuhi
syarat
sebagai
peserta
juga perlu
mengingat
perbedaan
hakikat
antara
laki-laki dan
pilkada.
KPUSeperti
menetapkan
pasanganperempuan
calon di 257
daerah
perempuan.
halnya 765
keterwakilan
sebagai
salah satu
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
sebagai peserta Pilkada Serentak 2015. Dari 265 daerah 8 Tahun
2012 akan
menegaskan
setiap partai Pilkada
politik peserta
pemilu
memenuhi
yang
menyelenggarakan
Serentak
2015,harus
masih
30% keterwakilan
perempuan.
patut diperjuangkan,
mengingat
terdapat
empat daerah
yangKondisi
beluminimengumumkan
hasil
praktik selama
ini, pihak
yangpeserta
duduk baik
di parlemen
maupun pemerintah
penetapan
pasangan
calon
pilkada,
yaitu Kabupaten
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Karo (Sumatera Utara), Kabupaten Nabire dan Kabupaten hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Supiori (Papua) dan Kabupaten Selayar (Sulawesi Selatan).
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Selain itu KPU juga masih menunggu penetapan di tiga
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
daerah, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Pacitan (Jawa
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Timur) serta Kota Samarinda (Kalimantan Timur) yang
2009.”
masih memperpanjang masa pendaftaran pasangan calon
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
karena terdapat penambahan pasangan calon.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
84
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
Proses sengketa pencalonan kepala daerah merupakan
salah satu syarat untuk mewujudkan keadilan pemilu.
Dalam suatu pemilihan umum, mesti ada mekanisme bagi
seorang warga negara untuk mengembalikan haknya untuk
dipilih melalui proses yang free and fair. Sementara itu
pada sisi KPU sebagai penyelenggara pemilihan, proses
sengketa pencalonan kepala daerah ini akan memastikan
KPU sebagai bagian dari negara telah melaksanakan
tugasnya dengan baik dalam menyelenggarakan salah satu
tahapan pilkada, yaitu verifikasi dan penetapan pasangan
calon kepala daerah. Proses sengketa pencalonan kepala
daerah ini menjadi penting bagi KPU karena akan menguji
kewibawaan KPU sebagai penyelenggara pilkada. Selain
itu, KPU harus mempertanggungjawabkan produk hukum
yang telah dikeluarkan sebagai penyelenggara pilkada yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan
hukum atas nama negara.
Maka dari itu, KPU memberikan peluang kepada setiap
pasangan calon untuk mengajukan sengketa pencalonan
pasca ditetapkannya pasangan calon. Rentang waktu
proses penyelesaian sengketa diatur dalam Peraturan KPU
(PKPU) No 2 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal.
KPU memprediksikan proses sengketa pencalonan dari
pengajuan sengketa ke Panwaslu/Bawaslu hingga ke
Mahkamah Konstitusi membutuhkan waktu kurang lebih
90 hari.
Dalam PKPU tersebut, sengketa pencalonan dimulai
sejak 24 Agustus dan berakhir 17 November 2015. Akan
tetapi kenyataannya, hingga menjelang hari pemungutan
85
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
suara dilakukan, sengketa pencalonan di sejumlah daerah
masih
berlanjut.
merupakan
suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi
yang terpilih
memerintah.
Anggota
KPU dan
RI,pemerintah
Hadar Nafis
Gumayuntuk
mengatakan
semestinya
pencalonan
selesai
di apa
November
Pandangansengketa
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan
yang disampaikan
agar
tahapan
penyediaan
logistik
danAnggaran
Yuna tidak
Farhanmenganggu
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
pada TahunAkan
Pemilu.”
Yuna
menjelaskanjadwal
bahwaini
Political
sosialisasi.
tetapi
pengaturan
tidak budget
bisa cycles
sudah menjadi
universal
dengan
berbagai studi
berjalan
denganfenomena
baik karena
KPU didukung
tidak bisa
membatasi
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
kewenangan institusi yang menyelesaikan sengketa.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Seperti contoh, pleno KPU RI telah memutuskan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
membatalkan pasangan calon Gubernur dan Wakil
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Gubernur Ujang-Iskandar atas dasar putusan Dewan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Pembatalan ini
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kemudian
digugat kembali
ke Pengadilan
political corruption
cycle atauUjang-Iskandar
siklus korupsi politik
pada tahun-tahun
Tinggi
Tata
Usaha
Negara
(PTTUN)
Jakarta
Pusat
dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menang. PPTUN memutuskan KPU Kalimantan Tengah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
memasukkan
mereka
kembaliperbedaan
di daftar hakikat
calon diantara
satu hari
juga perlu dibatasi
mengingat
laki-laki dan
menjelang
pelaksanaan
pilkada.
Putusan
yang
keluar
secara
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
tiba-tiba
membuat
persiapan
Pilkada
Kalimantan
Tengah
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu. UU
No. 8 Tahun
buyar,
sebab suratsetiap
suarapartai
sudahpolitik
dicetak
dan didistribusikan.
2012 menegaskan
peserta
pemilu harus memenuhi
KPU
akhirnya terpaksa
Kalimantan
30% keterwakilan
perempuan.menunda
Kondisi ini Pilkada
patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini,putusan
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
Tengah
karena
yang
dikeluarkan
mendadak
dan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
KPU mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
PTTUN Medan juga mengeluarkan putusan yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
menunda pelaksanaan SK Pembatalan pasangan calon
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Survenof Siagian-Parlindungan Purba di Kota Pematang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Siatar. KPU Pematang Siantar membatalkan pencalonan
2009.”
Survenof-Parlin juga atas putusan DKPP yang meminta
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
KPU melakukan koreksi pencalonan mereka. Sebelumnya,
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
terhadap Survenof-Parlin, Panwas Pematang Siantar juga
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
86
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
sempat mengeluarkan dua kali rekomendasi yang meminta
KPU menerima pencalonan mereka. Hingga pada akhirnya
DKPP dan Bawaslu Sumut meminta KPU membatalkan. Kasus yang cukup rumit juga berada di Kota Manado. KPU
dan Bawaslu telah membatalkan pencalonan Jimmy yang
masih berstatus narapidana bebas bersyarat. Akan tetapi
PTTUN Makassar mengeluarkan putusan sela terhadap
sengketa yang diajukan paslon Jimmy Rimba Rogi dan Bobi
Daud yang isinya menunda sementara pelaksanaan Pilkada
Manado. Di Fak-fak, Putusan PTTUN Makassar memenangkan
gugatan pasangan calon Donatus NimbitkendikAbdulrahman. Padahal KPU telah membatalkannya karena
masalah dukungan yang tidak memenuhi syarat. Sementara di Simalungun, putusan Mahkamah Agung
yang memutus JR Saragih sebagai tersangka korupsi
menjadi dasar KPU membatalkan pencalonannya. Akan
tetapi PTTUN Medan mengeluarkan putusan sela yang
menunda sementara pilkada Simalungun.
Akhinya dari 269 daerah yang mestinya serentak
melaksanakan pemungutan suara 9 Desember 2015,
5 daerah harus mengundur pemungutan suara karena
sengketa pencalonan yang berlarut-larut.
DASAR HUKUM PENYELESAIAN
SENGKETA
Berdasarkan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
87
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti
Nomor 1 Tahun
2014 tentang
merupakanUndang-Undang
suatu upaya untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Pemilihan
Gubernur,
Bupati,
dan
Walikota
Menjadi
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Undang-Undang,
sengketa
pencalonan
merupakan
salah
Pandangan Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apa yang
disampaikan
satu
sengketa
pemilihan,
yaitu
sengketa
antara
Peserta
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Pemilihan
penyelenggara
Pemilihan
sebagai
pada Tahundan
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Politicalakibat
budget cycles
dikeluarkannya
Keputusan
KPU
Provinsi
dan
KPU
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Kabupaten/Kota.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pola pada struktur
anggaran baik secara
Bawaslu
Provinsi
dan Panwaslu
Kabupaten/Kota
agregat maupun
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,lama
terkonfirmasi
memeriksa
dan secara
memutus
sengketa
pemilihan paling
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
12
(dua belas) hari sejak laporan atau temuan diterima
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
(Pasal 143 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015).
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Berdasarkan Pasal 143 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Tahun 2015 Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Kota melakukan penyelesaian sengketa melalui tahapan:
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
a. perlu
Menerima
mengkaji
laporan atau
temuan;
juga
dibatasidan
mengingat
perbedaan
hakikat
antaradan
laki-laki dan
b.
Mempertemukan
pihak
yang
bersengketa
untuk
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu. UU dan
No. 8 Tahun
mencapai
kesepakatan
melalui
musyawarah
2012 menegaskan
mufakat. setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
ini patut
mengingat
Pengajuan
gugatan
atasKondisi
sengketa
tatadiperjuangkan,
usaha negara
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Pemilihan tersebut dilakukan paling lama 3 (tiga) hari
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
setelah dikeluarkannya Keputusan Bawaslu Provinsi dan/
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
atau Panwas Kabupaten/Kota (Pasal 154 ayat (2) Undanghukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Undang Nomor 1 Tahun 2015). Berdasarkan Pasal 154
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
ayat
(6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Pengadilan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Tinggi
2009.” Tata Usaha Negara memeriksa dan memutus
gugatan tersebut paling lama 21 (dua puluh satu) hari sejak
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
gugatan
dinyatakan
lengkap. Terhadap
putusan
Pengadilan
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalam tulisan
berjudul
Transparansi dan
Tinggi
Tata
Usaha
Negara
tersebut
masih
dapat
dilakukan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
88
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
permohonan kasasi ke Mahkamah Agung Republik
Indonesia (Pasal 154 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015). Permohonan kasasi diajukan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak putusan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara dan Mahkamah Agung Republik Indonesia
wajib memberikan putusan atas permohonan kasasi
tersebut paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan
kasasi diterima (Pasal 154 ayat (8) dan (9) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015.
Pengkajian sengketa pencalonan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota
dan Wakil Walikota dilakukan dengan menelaah peraturan
perundang-undangan, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi UndangUndang.
3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum, khususnya yang
terkait Pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil
Walikota
89
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Selain itu, dilakukan juga kajian terhadap Putusan
Mahkamah
Konstitusi
dan menyelamatkan
Fatwa Mahkamah
Agung
danyang akan
merupakan suatu
upaya untuk
kebijakan
publik
beberapa
Panitia
Pengawas
Pemilihan
atas
kasus
dibuat olehputusan
politisi dan
pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
sengketa
pencalonan.
Pandangan
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai variabel
yang mempengaruhi
Lembaga
yang
diberikan
kewenangan
untuk politcal
budget cycles seperti
perubahan
pola adalah
pada struktur
anggaran
baik secara
menyelesaikan
sengketa
pemilihan
Bawaslu
Provinsi
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dan
Panwaslu Kabupaten/Kota (Pasal 143 Undangdalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Undang Nomor 1 Tahun 2015). Bawaslu Provinsi untuk
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
menyelesaikan sengketa pencalonan di tingkat provinsi
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sementara untuk gugatan sengketa pencalonan di tingkat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
kabupaten/kota, diselesaikan oleh Panwaslu Kabupaten/
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
BENANG KUSUT LEMBAGA PENYELESAI
SENGKETA PENCALONAN
Kota,sedangkan Bawaslu RI sama sekali tidak diberi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kewenangan dalam menyelesaikan sengketa pemilihan.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
SekalipunSeperti
keputusan
Provinsi
dan Keputusan
perempuan.
halnyaBawaslu
keterwakilan
perempuan
sebagai salah satu
Panwaslu
Kabupaten/Kota
mengenai
penyelesaian
syarat verifikasi
faktual untuk menjadi
peserta pemilu.
UU No. 8 Tahun
sengketa
Pemilihan
merupakan
keputusan
terakhir
dan
2012 menegaskan
setiap
partai politik
peserta pemilu
harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan, mengingat
mengikat
berdasarkan
PasalKondisi
144 ayat
(1) Undang-Undang
praktik selama
ini, pihak
yang
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
Nomor
1 Tahun
2015,
namun
kemudian
terbit
Fatwa
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Mahkamah Agung (MA) Nomor 115/Tuaka.TUN/V/2015, hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
yang
menyatakan
bahwa
keputusan
pengawas
pemilu dalam
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah jika
ditulis
oleh Nindita
bersifat
terakhir
dan mengikat,
hanya
berlaku
yang
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dimenangkan
di dalam sengketa pemilihan adalah pasangan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
calon kepala daerah atau peserta pemilihan. Sebaliknya, jika
2009.”
yang dimenangkan adalah penyelenggara pemilihan atau
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
KPU,
maka putusan pengawas pemilu tidak bersifat terakhir
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dan mengikat. KPU dan jajarannya tidak bisa menempuh
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
90
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
upaya hukum banding atas keputusan yang dikeluarkan
pengawas.
Sementara jika putusan pengawas pemilu merugikan
pasangan calon kepala daerah, maka calon kepala daerah
dapat melakukan upaya hukum atas putusan pengawas
pemilu ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN).
Contoh kasus adalah Keputusan Panwaslu Kabupaten Bone
Bolango, Gorontalo, yang meminta KPU setempat menerima
berkas pencalonan pasangan Ismet Mile-Ishak Liputo
yang sebelumnya ditolak. Panwaslu Ketapang, Kalimantan
Barat juga mengabulkan seluruh tuntutan Henrikus-Gusti
Kamboja untuk diterima pendaftarannya sebagai pasangan
calon. Panwaslu Gowa, Sulawesi Selatan juga memutus hal
yang sama kepada pasangan Djaman-Ta.
Fatwa Mahkamah Agung ini dipandang memberikan
perlakuan yang berbeda kepada subjek hukum di dalam
suatu sengketa. Asas hukum equalitybefore the law
menghendaki setiap orang diperlakukan sama di hadapan
hukum. Perlakuan sama di hadapan hukum ini dapat
diartikan sebagai bagian dari pemberian kesempatan yang
sama dalam melakukan upaya hukum di dalam suatu proses
sengketa. Adanya pembedaan perlakuan dan kesempatan
melakukan upaya hukum antara peserta pemilihan dengan
penyelenggara pemilihan sebagaimana dinyatakan dalam
fatwa ini bukanlah suatu desain ideal di dalam kerangka
sengketa hukum. Apalagi di dalam proses sengketa
administrasi, selain memastikan keadilan formil, jalannya
sengketa administrasi adalah untuk menyelamatkan
keadilan materiil. Bagi penggugat atau pasangan calon
91
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kepala daerah, rujukan mereka dalam mengajukan gugatan
akan
memastikan
bahwa
penetapan
pasangan
calon publik
kepalayang akan
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
daerah
olehpolitisi
KPU dan
sesuai
dengan yang
ketentuan
serta
dibuat oleh
pemerintah
terpilih yang
untukada
memerintah.
tidak
melenceng
dari prinsip
penyelenggaraan
pemerintahan
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apa yang disampaikan
yang
baik
dalam
mengeluarkan
suatu
keputusan.
Artinya,Anggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
gugatan
pasangan
calon
daerah bahwa
akan menguji
pada Tahun
Pemilu.”
Yunakepala
menjelaskan
Political hasil
budget cycles
kerja
KPU
di
dalam
proses
verifikasi
pasangan
calon
kepala
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
daerah
sampai
penetapan,
apakah
sesuai
dengan politcal
empiris di
berbagaipada
Negara.
Berbagai variabel
yang
mempengaruhi
budget cycles
perubahan
pola pada struktur
anggaran baik secara
regulasi
yangseperti
ada. Adanya
kesempatan
untuk melakukan
agregat hukum
maupun secara
spesifik pada
tahun-tahun
upaya
bagi pasangan
calon
kepala Pemilu,
daerahterkonfirmasi
ke
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
PTTUN
semestinya
juga diberikan
kepada
KPU sebagai
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
penyelenggara pemilihan.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Keputusan Panwaslu juga didasarkan pada Surat Edaran
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Bawaslu RI Nomor 0214/VII/2015 tanggal 11 Agustus
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
2015 yang merupakan pedoman bagi Bawaslu Provinsi dan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Panwaslu Kabupaten/kota dalam pengambilan keputusan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
terhadap pelanggaran dan penyelesaian sengketa Pilkada.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Surat Edaran tersebut berisi tiga poin:
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
1. menegaskan
KPU diminta
pasangan
2012
setiap menerima
partai politikpendafaran
peserta pemilu
harus memenuhi
calon yangperempuan.
ditolak karena
menyerahkan
30% keterwakilan
Kondisiterlambat
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktikdokumen
selama ini,pendaftaran
pihak yang duduk
baik ditidak
parlemen
maupun
pemerintah
spanjang
melewati
pukul
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
24.00 tanggal 28 Juli 2015.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
2. Untuk pencalonan dari partai yang bersengketa yang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
ditolak karena berkas tidak lengkap, KPU diminta
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
menerima untuk memverifikasinya sesuai ketentuan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
yang ada.
2009.”
3. Panwaslu Kabupaten/kota wajib mengonsultasikan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
pelanggaran
dan sengketa
pemilihan
kepada Bawaslu
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalam
tulisan berjudul
Transparansi dan
Provinsi.
Bawaslu
Provinsi
akan
meneruskan
laporan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
92
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
tersebut kepada Bawaslu RI.
Menurut pendapat Titi Anggraini, poin pertama dan
kedua surat edaran tersebut tidak didukung landasan
hukum Pilkada, bahkan tidak sesuai dengan Peraturan KPU
(PKPU) Nomor 12 Tahun 2015, yang merupakan revisi atas
Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan
mengenai waktu pendaftaran berakhir pukul 16.00. Selain
itu, syarat pencalonan juga harus sudah lengkap sejak
pendaftaran. Pendapat yang serupa juga dinyatakan oleh
Margarito Kamis yang meminta Komisi Pemilihan Umum
(KPU) supaya tidak menjadikan surat edaran Bawaslu
tersebut sebagai pedoman. Pengabaian surat edaran
Bawaslu bukan merupakan suatu pelanggaran karena
tidak ada aturan yang memberikan Bawaslu kewenangan
melakukan hal-hal seperti itu.
Berdasarkan data Bawaslu, terdapat 69 permohonan
penyelesaian sengketa pemilihan. Jumlah tidak diregistrasi
sebanyak enam kasus, yang teregistrasi 62 kasus, dan tidak
diterima satu kasus.
Terdapat 5 kasus yang dilanjutkan ke Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara, yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, Kota
Pematang Siantar (Sumatera Utara), Kabupaten Simalungun
(Sumatera Utara), Kota Manado (Sulawesi Utara) dan
Kabupaten Fakfak (Papua Barat) telah menyebabkan KPU
menunda pelaksanaan pemilihan kepala daerah tersebut
sehingga pelaksanaan pemilihan kepala daerah di daerah
tersebut tidak lagi dilaksanakan serentak pada tanggal 9
Desember 2015.
Di Kota Manado, pasangan Jimmy Rimba Rogi-Bobby
93
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Daud dicoret karena Jimmy berstatus napi bebas bersyarat.
Pencoretan
pasangan
ini menyebabkan
calonyang akan
merupakan suatu
upaya untuk
menyelamatkan pasangan
kebijakan publik
tersebut
mengajukan
gugatan di
Pengadilan
Tata
Usaha
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yang
terpilih untuk
memerintah.
Negara
(PTUN).
Di Simalungun,
pasangan
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan JR
apa Saragihyang disampaikan
Amran
Sinaga
juga
dicoret
KPU
beberapa
hari
menjelang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemungutan
suara karena
kasus hukum
yang
menjerat
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Amran
Sinaga
mendapatkan
ketetapan
dari
Mahkamah
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Agung
iniBerbagai
juga menggugat
ke mempengaruhi
PTUN. Pada politcal
empiris(MA).Pasangan
di berbagai Negara.
variabel yang
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada ini
struktur
anggaran baik secara
sidang
putusan
kemarin,
pasangan
memenangkan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
gugatan.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pencoretan terhadap pasangan Ujang IskandarPemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Jawawi (Kalimantan Tengah) diawali dari Putusan Dewan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang meminta
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
KPU mengoreksi pencalonan Ujang-Iskandar sebab
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
lolosnya mereka sebagai pasangan calon tidak terlepas
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dari pelanggaran kode etik yang dilakukan anggota KPU
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Kalimantan Tengah. Berdasarkan Putusan DKPP, KPU
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Kalimantan Tengah membatalkan Ujang-Iskandar sebagai
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
peserta
Pilgub. Pembatalan
kemudian
2012 menegaskan
setiap partaiinipolitik
pesertadigugat
pemilu kembali
harus memenuhi
oleh
Ujang-Iskandar
ke
Pengadilan
Tinggi
Tata
Usaha
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
Negara
Jakarta
Pusat
dan
menang.
PTTUN
memutuskan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
KPU
Kalimantan
Tengah
harus
memasukkan
mereka hal ini
mayoritas
diduduki oleh
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
kembali
di daftarnegatif
calon terhadap
menjelang
pelaksanaan
pilkada.
akan berdampak
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisiRahman
tersebut telah
ditulisdan
oleh Nindita
Donatus
Nimbitkendik-Abdul
(Fakfak)
Paramastuti
dalamParlindungan
tulisannya yangSinaga
berjudul:
“Perempuan dan Korupsi:
Surfenov
Sirait(Pematangsiantar)
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
juga berlanjut ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
2009.”
Pada dua daerah, yakni Kalimantan Tengah dan Fakfak,
Masih berhubungan
dengan sudah
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
pasangan
calon yang dicoret
memenangkan
gugatan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN). Namun,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
94
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
masalah belum selesai karena KPU berencana mengajukan
kasasi. Sementara untuk Pematangsiantar, Simalungun,
dan Manado, KPU masih menunggu putusan akhir dari
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Penundaan pelaksanaan pemungutan suara secara
serentak pada tanggal 9 Desember 2015 disebabkan
oleh proses sengketa pencalonan yang berkepanjangan
akibat kerangka hukum yang tidak menyediakan desain
penyelesaian sengketa yang tegas dan jelas serta memisahkan
kewenangan antar instansi yang terlibat secara spesifik. Hal
ini menyebabkan terjadinya tumpang tindih kewenangan
institusi yang terlibat dalam penyelesaian sengketa
pencalonan. Oleh karena itu, diperlukan penyederhanaan
lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa
pencalonan, dengan tetap memberikan kesempatan kepada
pihak yang bersengketa untuk mengajukan banding.
Misalnya gugatan langsung diajukan ke Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara dengan banding ke Mahkamah Agung.
Proses pencalonan kepala daerah merupakan salah satu
tahapan terpenting di dalam proses pelaksanaan pemilihan
kepala daerah. Disamping memastikan siapa calon kepala
daerah yang akan mengikuti pemilukada dan dipilih
oleh masyarakat, tahapan pencalonan juga akan menguji
berjalannya keadilan pemilu (electoral justice). Keadilan
Pemilu sendiri mencakup cara dan mekanisme untuk
beberapa tujuan, yakni :
1. Menjamin agar setiap tindakan, prosedur, dan
keputusan terkait proses pemilu sesuai dengan
kerangka hukum;
95
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
2. Melindungi atau memulihkan hak pilih;
3. Memungkinkan
warga
yang mewakili
bahwa
hakyang akan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik
dibuat pilih
oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
mereka
telah dilanggar
untukuntuk
mengajukan
pengaduan,
mengikuti
persidangan,
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan apa yang dan
disampaikan
mendapatkan
putusan. “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Yuna Farhan
melalui tulisannya
pada
Tahun
Yuna
menjelaskankeadilan
bahwa Political
budget cycles
Salah
satuPemilu.”
instrumen
menegakkan
pemilu yakni
sudah menjadi
fenomena
didukung
dengan
berbagai studi
melalui
penegakan
hukumuniversal
pemilu dengan
desain
kerangka
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
hukum yang mengatur mekanisme dan penyelesaian
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
yang efektif. Sistem ini bertujuan untuk menegakkan
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dan melindungi hak pilih karena hak untuk memberikan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
suara merupakan bagian dari hak asasi manusia. Untuk
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
melindungi hak pilih, maka kerangka hukum yang ada mesti
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
menjamin
pemilih, cycle
kandidat,
dan partai
untuk
melapokan
political corruption
atau siklus
korupsi
politik
pada tahun-tahun
setiap
pelanggaran
kepada
lembaga
penyelenggara
pemilu
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
atau pengadilan dengan segera mempersoalkan penanganan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dan
jugapenyelesaian.
perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Pada tahap
pencalonan
sendiri tidak
dapat dipungkiri
perempuan.
Seperti
halnya keterwakilan
perempuan
sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
terdapat
sengketa
pemilihan,
yang mana
sengketa
pemilihan
2012 menegaskan
partai politik
peserta pemilu
memenuhi
dapat
melibatkansetiap
antarpeserta
pemilukada
atau harus
antara
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi ini patut
diperjuangkan,
mengingat
peserta
pemilukada
dan penyelenggara
pemilukada
sebagai
praktikdari
selama
ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
akibat
keluarnya
keputusan
penyelenggara
pemilukada.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Dualisme kepengurusan partai politik pada Pemilukada hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Serentak
2015 menjadi penyebab utama terjadinya
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
sengketa pemilu pada tahapan pencalonan kepala daerah.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Dualisme kepengurusan partai politik tidak hanya terjadi
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pada kepengurusan tingkat pusat saja, namun juga pada
2009.”
kepengurusan tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Pasal 39dan
UULia
Nomor
8 Tahun
tentang
Perubahan
Supriyanto
Wulandari
dalam2015
tulisan
berjudul
Transparansi dan
Atas
UU
Nomor
1
Tahun
2015
tentang
Penetapan
Perpu
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
96
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut
sebagai UU Pemilukada) menyebutkan bahwa peserta
pemilu merupakan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik. Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
harus diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang memperoleh 20% dari jumlah kursi DPRD atau 25%
dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilu anggota
DPRD. Dokumen pendaftaran setiap pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik wajib ditandatangani
oleh ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW)/Dewan
Pimpinan Cabang (DPC) partai politik disertai dengan Surat
Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai politik.
Namun belum ada mekanisme di dalam UU Pemilukada
apabila terjadi dualisme kepengurusan dalam partai politik,
karena bisa saja dua kepengurusan di tingkat daerah
mengajukan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang berbeda, belum lagi Surat Keputusan DPP
partai politik yang dapat dipastikan berbeda pula. Kondisi
demikian tentu merugikan kader-kader partai politik
tersebut, khususnya dalam mengusung maupun diusung
sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pada
Pemilukada Serentak 2015.
Menghadapi kondisi dualisme kepengurusan partai
politik, KPU menerbitkan PKPU Nomor 9 Tahun 2015.
Dalam Pasal 36 ayat (1) PKPU Nomor 9 Tahun 2015
disebutkan bahwa keputusan menteri tentang penetapan
97
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kepengurusan partai politik paling terbaru menjadi rujukan
bagi
KPU dalam
menerima
pasangan calon
kepala publik
daerahyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
dan
wakil
daerah
yang diusung
olehuntuk
partai
politik
dibuat
oleh kepala
politisi dan
pemerintah
yang terpilih
memerintah.
yang
mengalami
dualisme
kepengurusan.
Jika
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan dengan
apadualisme
yang disampaikan
kepengurusan
disengketakan
di
pengadilan
dan
terdapat
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
penetapan
mengenai
penundaan
pada Tahunpengadilan
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwapemberlakuan
Political budget cycles
keputusan
menteri
tersebut,
maka
KPUD/KIP
tidak dapat
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan
berbagai studi
menerima
pendaftaran
pasangan
empiris di berbagai
Negara.
Berbagaicalon.
variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles seperti
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
Pengaturan
yangperubahan
lebih lengkap
dapat
ditemukan
pada
agregatNomor
maupun12secara
spesifik
terkonfirmasi
PKPU
Tahun
2015 pada
yangtahun-tahun
merupakanPemilu,
perubahan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dari
PKPU Nomor 9 Tahun 2015. Pasal 36 yang semula
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
hanya berisi tiga ayat ditambah tujuh ayat baru sehingga
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
berisi sepuluh ayat, hal ini diperlukan untuk memberikan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
landasan hukum bagi penyelenggara pemilukada apabila
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menghadapi kondisi-kondisi yang lebih beranekaragam.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Apabila
disimpulkan
Pasalperbedaan
36 PKPU hakikat
Nomorantara
12 Tahun
juga
perlu dibatasi
mengingat
laki-laki dan
2015
dapat
menjawab
kondisi-kondisi
yang
belum
mampu
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dijawab
melaluifaktual
Pasaluntuk
36 PKPU
TahunUU2015,
syarat verifikasi
menjadiNomor
peserta 9pemilu.
No. 8 Tahun
sebagai
berikut : setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
2012 menegaskan
30%
patut diperjuangkan,
mengingat
1.keterwakilan
Keputusanperempuan.
menteri Kondisi
tentanginikepengurusan
partai
praktikpolitik
selama tingkat
ini, pihakpusat
yang duduk
baiklandasan
di parlemen
maupun
pemerintah
menjadi
hukum
bagi
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
penyelenggara pemilukada untuk menentukan hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kepengurusan mana yang dapat mengajukan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
daerah;
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2. Penyelenggara pemilukada tidak dapat menerima
2009.”
pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan wakil
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
kepala
dari partai
mengalami
Supriyanto
dandaerah
Lia Wulandari
dalampolitik
tulisan yang
berjudul
Transparansi dan
dualisme,
apabila
pengadilan
menetapkan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
98
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
penundaan pemberlakuan keputusan menteri;
3. Pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah dari partai politik yang mengalami
dualisme akan diterima apabila kedua kepengurusan
sepakat untuk islah membentuk satu kepengurusan;
4. Pendaftaran pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah dari partai politik yang mengalami
dualisme akan diterima apabila kedua pengurusan
memberikan persetujuan untuk pasangan calon yang
sama;
5. Apabila tidak terdapat dualisme kepengurusan di
tingkat DPW/DPC maka pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah dapat menerima dua
Surat Keputusan DPP dari dua kepengurusan;
6. Apabila terdapat dualisme kepengurusan di tingkat
DPW/DPC, kedua pengurusan tersebut dapat
mengajukan pasangan calon yang sama sesuai
dengan persetujuan DPP partai politik;
7. Apabila terdapat dualisme kepengurusan di
tingkat DPW/DPC, kedua pengurusan tersebut
dapat bergabung dengan partai politik lain untuk
mengajukan pasangan calon yang sama sesuai
dengan persetujuan DPP partai politik;
8. Apabila kedua kepengurusan mengajukan pasangan
calon yang berbeda dan bergabung pada gabungan
partai politik yang berbeda, maka penyelenggara
pemilukada tidak dapat menerima pendaftaran
pasangan calon yang bersangkutan.
99
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Dari keberlakuan Pasal 36 PKPU Nomor 12 Tahun 2015
yang
mengubah
Nomor
9 Tahun 2015,
terlihatpublik
upayayang akan
merupakan
suatu PKPU
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
dari
KPU
mengakomodasi
pasangan
calonmemerintah.
kepala
dibuat
oleh untuk
politisi dan
pemerintah yang
terpilih untuk
daerah
dan wakil
kepala
daerahberkaitan
yang diajukan
politik
Pandangan
Hamdan
tersebut
denganpartai
apa yang
disampaikan
yang
mengalami
dualisme.
Walaupun
PKPU
tersebut
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
terdapat
batasan
yang
dapat
dilihat pada
nomor
2 cycles
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwapoin
Political
budget
dan
8, namun
tersebut
dapat
dikatakan
beralasan.
sudah
menjadi batasan
fenomena
universal
didukung
dengan
berbagai studi
Tidak
diterimanya
pendaftaran
karena
empiris di
berbagai Negara.
Berbagai variabel
yangpenangguhan
mempengaruhi politcal
budget cycles keputusan
seperti perubahan
pola
pada
struktur anggaran
baik secara
keberlakuan
menteri
oleh
pengadilan
dilakukan
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
karena
menghormati
kewenangan
lembagaPemilu,
yudikatif.
dalam praktek
penganggaran pemilukada
di Indonesia yang
dengan siklus
Sehingga
penyelenggara
akanberkaitan
menunggu
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
putusan dari pengadilan mengenai sengketa kepengurusan
ini, yang
menjadi
perhatian
tidak hanya
political budget
cycles, melainkan
partai
politik
sebelum
menerima
pendaftaran
dari pasangan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
calon.
Sedangkan poin nomor 8 menunjukkan bahwa KPU
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
tidak menginginkan sebuah partai politik mengusung dua
Masyarakat
tidak
sajaberbeda,
dapat ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
pasangan
calon
yang
karena akan
memperkuat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kondisi dualisme kepengurusan yang berujung pada
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
terbelahnya konstituen.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Secara
konseptual,
pemilu
2012
menegaskan
setiapragam
partai penanganan
politik pesertasengketa
pemilu harus
memenuhi
yang
tersedia
terbagi
menjadi
dua,
yakni
mekanisme
yang
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
sifatnya
mengkoreksi
(punitif).
praktik selama
ini, pihak(korektif)
yang dudukdan
baikmenghukum
di parlemen maupun
pemerintah
Dalam
menyelesaikan
pemilutidak
bertambah
satu hal ini
mayoritas
diduduki oleh sengketa
laki-laki. Apabila
diperjuangkan,
mekanisme,
sehingga
jenis mekanisme
utama, dalam
akan berdampak
negatifterdapat
terhadaptiga
mandeknya
aspirasi perempuan
hukum
yaitu
: dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
dalam tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
a.Mekanisme
formal atau
korektif
seperti
mengajukan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dan memproses gugatan pemilu. Mekanisme ini
2009.”
menghasilkan
keputusan
untuk
membatalkan,
Masih
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan politik, Didik
mengubah,
atau
mengakui
adanya penyimpangan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dalam proses pemilu;
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
100
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
b.Mekanisme punitive, seperti kasus pelanggaran
pidana. Mekanisme ini akan menghasilkan sanksi
bagi badan maupun individu yang bertanggung
jawab atas penyimpangan tersebut, termasuk
tanggung jawab pidana atau administrasi pemilu;
c.
Mekanisme informal/alternatif, yaitu mekanisme
yang dapat dipilih pihak-pihak yang bersengketa.
UU Pemilukada memang sudah memberikan mekanisme
untuk menyelesaikan sengketa pencalonan kepala daerah.
Sengketa pencalonan dikategorikan sebagai sengketa
tata usaha negara, karena sengketa pencalonan akan
diselesaikan lewat Pengadilan Tata Usaha Negara setelah
melewati terdapat proses penyelesaian oleh Bawaslu
Provinsi/Panwas.
PUTUSAN DKPP YANG MASUK RANAH
ADMINISTRASI
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)
disebut sebagai penyempurnaan dari Dewan Kehormatan.
Sebelum menjadi DKPP, penanganan pelanggaran etik
dilakukan oleh Dewan Kehormatan. Sifatnya yang masih
ad-hoc menimbulkan kesan ketika ada pelanggaran maka
ada Dewan Kehormatan.
Dari statusnya ad-hoc, kemudian Dewan Kehormatan
dipermanenkan lewat UU no 15/2011 tentang
penyelenggaraan pemilu sebagai perubahan atas UU
22/2007. Namanya pun berganti menjadi DKPP.
Perubahan status dari ad-hoc menjadi permanen
101
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
ditengarai akibat tidak netralnya penyelenggara pemilu
2009.
Penyelenggaraan
pemilu
2009 diwarnai
persoalan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
serius
soal
data
pemilih,
hingga
akurasi
penghitungan
suara.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Harun
Husein
menuliskan
bukudengan
Pemilu
Indonesia,
Pandangan
Hamdan
tersebutdalam
berkaitan
apa
yang disampaikan
usulan
awal melalui
mempermanenkan
DKPP Siklus
muncul
dalamAnggaran
Yuna Farhan
tulisannya “Menelusuri
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”Perubahan
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
Naskah
Akademik
UU Nobahwa
22/2007
tentang
sudah menjadi fenomena
dengan
berbagai studi
penyelenggaraan
pemilu.universal
Naskahdidukung
Akademik
tersebut
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
membuat kesimpulan Komnas HAM yang menyatakan KPU politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pola pada struktur
anggaran baik secara
telah
terbukti
melakukan
penghilangan
hak konstitusional
agregat negara
maupun secara
padaKesimpulan
tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
warga
dalamspesifik
pemilu.
yang sama
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dikemukakan
Panitia Angket Daftar Pemilu Tetap DPR
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang menyatakan bahwa KPU patut dinilai tidak mampu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
melakukan pemutahiran data pemilih.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Putusan
Mahkamah
Konstitusi
Nomor 108-109/
Pemilu
yang telah
meningkat dengan
ekstrim.
PHPU.B.VII/2009, tanggal 12 agustus 20019 tentang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
sengketa
Pemilu
Presiden
dan Wakil
Presiden
juga perluhasil
dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat
antara2009
laki-laki dan
mengatakan
KPU
terkesan
kurang
kompeten
dan
kurang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
professional,
serta
kurang
menjaga
independensi
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadicitra
peserta
pemilu. UU dan
No. 8 Tahun
netralitasnya.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut
diperjuangkan,
mengingat
DKPP
pun berdiri
menjadi
alat ini
ukur
integritas
pemilu.
praktik selama
ini, pihak
yangtetap/permanen
duduk baik di parlemen
pemerintah
DKPP
menjadi
bersifat
danmaupun
mandiri.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Cakupan tugasnya mulai dari penyelenggara di tingkat pusat hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hingga
penyelenggara di lapangan. Lembaga ini berwenang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
menindak penyelenggara pemilu yang melakukan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pelanggaran etika mulai dari teguran hingga pemecatan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dengan keputusan yang sifatnya final dan mengikat.
2009.”
Mengenai fungsi dan wewenangnya, secara tegas
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
ditentukan
di dalam
UU No. 15
Tahun
2011,
di mana
DKPP
Supriyanto dan
Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
dapat
menjalankan
fungsi
dan
wewenangnya:
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
102
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
a.
menerima pengaduan dan/atau laporan dugaan
adanya pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara
Pemilu;
b.melakukan penyelidikan dan verifikasi, serta
pemeriksaan atas pengaduan dan/atau laporan
dugaan adanya pelanggaran kode etik oleh
Penyelenggara Pemilu;
c.
menetapkan putusan;
d.menyampaikan putusan kepada pihak-pihak terkait
untuk ditindaklanjuti.
DKPP mempunyai wewenang untuk:
a.
memanggil Penyelenggara Pemilu yang diduga
melakukan pelanggaran kode etik untuk memberikan
penjelasan dan pembelaan;
b.memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain
yang terkait untuk dimintai keterangan, termasuk
untuk dimintai dokumen atau bukti lain; dan
c.memberikan sanksi kepada Penyelenggara Pemilu
yang terbukti melanggar kode etik. Namun dalam pelaksanaan Pilkada Serentak 2015,
DKPP tidak hanya bertindak diranah etika penyelenggara.
Mengulang hal yang pernah terjadi di tahun 2013, DKPP
justru masuk ke ranah sengketa administrasi dengan
mengoreksi putusan KPU mengenai pencalonan.
Dua putusan DKPP meminta penyelenggara pemilu di
dua daerah membatalkan putusan mereka terkait penetapan
pasangan calon, yakni di Pematang Siantar dan Kalimantan
Tengah. Putusan DKPP Nomor 61/DKPP-PKE-IV/2015
103
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sengketa Pilkada Pematang Siantar, selain menjatuhkan
sanksi
berupa
sementara kebijakan
kepada Darwan
merupakan
suatupemberhentian
upaya untuk menyelamatkan
publik yang akan
Edyanto
Saragih
selaku
Ketua
merangkap
Anggota
Panwas
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Kota
Pematangsiantar,
DKPPberkaitan
juga meminta
keputusan
Pandangan
Hamdan tersebut
dengan apa
yang disampaikan
Rekomendasi
Panwas
Kota
Pematangsiantar
dikoreksi
olehAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Bawaslu
Provinsi
Sumatera
Utara. Sehingga
status
Pasangan
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Calon
yang
dirugikan
akibat
pelanggaran
kode
etik
oleh
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
Ketua
kedua Negara.
Anggota
Panwas
Kota yang
Pematangsiantar
empirisdan
di berbagai
Berbagai
variabel
mempengaruhi politcal
budget cycles
seperti perubahan
pola(restorative
pada struktur
anggaran baik secara
dipulihkan
sebagaimana
mestinya
justice).
agregat
maupun
secara
pada tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
Putusan
DKPP
No. spesifik
56/DKPP-PKE-IV/2015
dan No.81/
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
DKPP-PKE-IV/2015,
sengketa Pilkada Kalimantan Tengah,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
DKPP juga menjatuhkan sanksi berupa Pemberhentian
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Sementara kepada Ahmad Syar’i sebagai Ketua merangkap
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Anggota, Daan Rismon, dan Sepmiwawalma masing-masing
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sebagai Anggota KPU Provinsi Kalimantan Tengah sampai
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
keputusan tentang pasangan calon yang mengakibatkan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
penjatuhan sanksi pelanggaran kode etik ini dikoreksi oleh
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia sebagaimana
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
mestinya
dalam waktu
palingpolitik
lambat
7 (tujuh)
hari
sejak
2012 menegaskan
setiap partai
peserta
pemilu
harus
memenuhi
putusan
dibacakan.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
ini,DKPP
pihak tersebut
yang duduk
baik
di parlemen
pemerintah
Dariselama
putusan
yang
terlihat
DKPPmaupun
dianggap
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
terlalu jauh melakukan tindakan tersebut. Mengingat tidak hal ini
akansatu
berdampak
terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
ada
norma negatif
pun yang
memberikan
wewenang
kepada dalam
hukumyakni
dan pemerintahan.
Dan kondisi KPU
tersebut
oleh Nindita
DKPP
dapat memerintahkan
RItelah
atauditulis
Bawaslu
Paramastuti
dalam tulisannya
berjudul:
RI
untuk meninjau
putusan yang
dalam
rangka“Perempuan
pemulihan dan
hak Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
konstitusional.
2009.”
Arifuddin (2013) dalam studinya yang berjudul Pergeseran
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Kewenangan DKPP RI mengatakan bahwapenerapan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
keadilan subtantif ini perlu, tetapi kepastian hukum tidak
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
104
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
dapat di abaikan begitu saja dan seolah-olah terfokus pada
makna keadilan. Keadilan tanpa kepastian hukum tentu
tidak akan menimbulkan keadilan yang sebenarnya. Karena
keadilan tanpa kepastian hukum akan menimbulkan hukum
yang obscuur (tidak jelas) dan tidak pasti.
DKPP sebagai lembaga penegak etik pemilu, yang
sejak awal memang dibentuk untuk menjaga nilai-nilai
etika yang disepakati dan mengawal pelaksanaan pemilu
yang berintegritas dengan cara menjaga tingkah laku
penyelenggara pemilu. Dan bukan sebagai interventor dari
tindakannya terlepas Penyelenggara Pemilu itu salah atau
dinyatakan tidak bersalah. Tentu hal ini adalah berkaitan
erat dengan integritas dan profesionalitas penyelenggara
pemilu yang merupakan profesi vital, sehingga integritas
dan profesionalitas itu wajib dijunjung tinggi tanpa alasan
yang dibenar-benarkan. PENUTUP
Sekalipun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 telah
mengatur mengenai batas waktu penyelesaian sengketa
pencalonan baik di Panwaslu Kabupaten/Kota atau Bawaslu
Provinsi, maupun di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
dan Mahkamah Agung, namun pada praktiknya batasan
waktu tersebut ternyata tidak jalan dengan tahapan
pemilihan yang telah ditetapkan oleh KPU. Terbukti
Pilkada menjadi tidak serentak tanggal 9 Desember 2015
di lima daerah karena masih menunggu penyelesaian
sengketa pencalonan. Oleh karena itu, waktu penyelesaian
sengketa pencalonan harus diatur sedemikian rupa agar
105
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
tidak mengganggu tahapan pilkada selanjutnya dan tidak
merugikan
pasangan
merupakan suatu
upayacalon
untuklainnya.
menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisilembaga
dan pemerintah
terpilihdalam
untuk memerintah.
Banyaknya
yang yang
terlibat
proses
penyelesaian
sengketatersebut
membuat
sengketa
pencalonan
Pandangan Hamdan
berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
berujung
dan
menumpuk
Mahkamah
Yuna Farhan
melalui
tulisannya di
“Menelusuri
Siklus Konstitusi
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
(MK)
padahal
yangYuna
menjadi
kewenangan
MK adalah
sudah menjadi sengketa
fenomenahasil
universal
didukung dengan berbagai studi
menyelesaikan
pemilihan.
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Anggraini,
T. (2015, August 24). Kotak Pandora Sengketa
dalam
praktekRetrieved
penganggaran
Indonesia yang
berkaitan
dengan siklus
Pilkada.
fromdi
Mahkamah
Konstitusi:
http://
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.
Berita&id=11887#.Vtfzmn197IU
ini, yang
menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption
cycle
atau siklus
korupsi di
politik
pada tahun-tahun
Aritonang,
D. (2015).
Sengketa
Pencalonan
Tangan
Pemilu
yang telah
meningkat
dengan
ekstrim.
Pengawas.
Buletin
Bawaslu,
3-4.
REFERENSI
Masyarakat
tidak Desember
saja dapat ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
Blandina,
D. (2015,
11). Penundaan
Pilkada
Kacaunya
Sengketa
Pencalonan.
jugaLima
perluDaerah,
dibatasi Buah
mengingat
perbedaan
hakikat
antara laki-laki dan
Retrieved
from
Rumah
Pemilu:
http://www.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
rumahpemilu.org/in/read/10601/Penundaan-Pilkadasyarat
verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Lima-Daera-Buah-Kacaunya-Sengketa-Pencalonan.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
International
IDEA.
(2011). Keadilan
Ringkasan mengingat
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi iniPemilu:
patut diperjuangkan,
Buku
Acuan
International
IDEA.
Jakarta:
IDEA-Cetropraktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen
maupun pemerintah
Bawaslu.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Lazuardi,
G. (2015,
August
22). Pengamat:
Surat Edaran
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya aspirasi
perempuan dalam
Bawaslu
Bukan
Pedoman
Bagi
KPU.
Retrieved
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
from Tribunnews: http://www.tribunnews.com/
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
nasional/2015/08/22/pengamat-surat-edaranPengalaman
Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
bawaslu-bukan-pedoman-bagi-kpu
2009.”
Paath, C. K. (2015, Desember 15 ). Penyederahanaan
Masih
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan politik, Didik
Sengketa
Pencalonan
Direpons
Positif. Retrieved
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
from Berita Satu: http://www.beritasatu.com/ Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
106
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENYELESAIAN SENGKETA PENCALONAN PILKADA 2015 YANG BERLARUT-LARUT
pilkada/331897-penyederahanaan-sengketapencalonan-direpons-positif.html
Putri, P. E. (2015, September 2). Bawaslu Selesaikan 337
Pelanggaran Selama Tahapan Pencalonan - See
more at: http://bawaslu.go.id/id/berita/bawasluselesaikan-337-pelanggaran-selama-tahapanpencalonan#sthash.sMF8FFAj.dpuf. Retrieved
from Bawaslu: http://bawaslu.go.id/id/berita/
bawaslu-selesaikan-337-pelanggaran-selama-tahapanpencalonan
Ramadhanil, F. (2015, August 31). Sengketa Pemilihan
Kepala Daerah. Retrieved from Republika:
http://www.republika.co.id/berita/koran/opinikoran/15/08/31/ntxnc63-sengketa-pemilihan-kepaladaerah
Ramdhani, D. (2015, Desember 9). KPU Tunda
Lima Pilkada. Retrieved from Koran
Sindo: http://www.koran-sindo.com/news.
php?r=0&n=3&date=2015-12-09
Santoso, T. (2006). Penegakan Hukum Pemilu: Praktik
Pemilu 2004 Kajian Pemilu 2009-2014. Jakarta:
Perludem.
Wiwoho, L. H. (2015, August 21). Edaran Bawaslu Tanpa
Rujukan Hukum. Harian Kompas, 2.
107
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
108
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA
BERCALON TUNGGAL:
DESAIN SURAT SUARA,
METODE PEMBERIAN
SUARA, DAN METODE
KAMPANYE
Maharddhika dan Heroik M. Pratama
ABSTRAK
Pelaksanaan pilkada yang hanya diikuti satu
pasang calon tidak didukung oleh pengaturan yang
memadai. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 100/
PUU-XIII/2015 hanya mengatur ketentuan mekanisme
plebisit yang meminta pemilih menentukan pilihan
setuju atau tidak setuju atas satu pasangan calon yang
ditawarkan. Pengaturan mengenai desain surat suara,
metode pemberian suara, dan metode kampanye belum
terharmonisasi dengan putusan tersebut. Pengaturan
mengenai desain surat suara dan metode pemberian
suara perlu dibuat dengan berlandaskan pada prinsip
kemudahan bagi pemilih. Pengaturan mengenai metode
kampanye perlu menekankan prinsip equal playing
battlefield dan independensi.
109
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Kata Kunci: pilkada calon tunggal, desain surat suara,
metode
pemberian
suara,
dan
metode kampanye
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
PENGANTAR
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna
Farhan melalui
“Menelusuri Siklus
Fenomena
calontulisannya
tunggal—pilkada
hanyaPolitisasi
diikutiAnggaran
pada pasang
Tahun Pemilu.”
Yunadisangka-sangka
menjelaskan bahwa
Politicaldalam
budget cycles
satu
calon—tak
muncul
sudah menjadi
fenomena
universal
dengan
berbagai studi
perhelatan
Pilkada
Serentak
2015. didukung
Pilkada di
Kabupaten
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
Tasikmalaya, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Timor politcal
budget cycles
perubahan
anggaran
baik secara
Tengah
Utaraseperti
hanya
diikuti pola
olehpada
satustruktur
pasangan
calon.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Awalnya,
pada penutupan pendaftaran calon sesi pertama
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
26—28 Juli 2015, terdapat 13 daerah dengan calon tunggal.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Setelah melalui proses perpanjangan pencalonan yang
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
berlarut-larut, hanya terdapat tiga daerah tetap bercalon
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tunggal.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Semakin
pencalonan
Masyarakatketatnya
tidak saja persyaratan
dapat ditafsirkan
sebagai satumenjadi
kesatuan, tetapi
konsekuensi
logis
hadirnya
calon
tunggal.
Untuk
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antaramaju
laki-laki dan
sebagai
calon
independen,
pasangan
calon
perseorangan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
mesti
dukungan
penduduk
sebesar
6,5UU
hingga
syaratmenunjukkan
verifikasi faktual
untuk menjadi
peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
10
persen
yang dibuktikan
dengan
Kartu
Tanda
Penduduk.
2012
menegaskan
setiap partai
politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.dari
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Persyaratan
pencalonan
jalur
(gabungan)
partai
praktikjuga
selama
ini,berat.
pihak yang
dudukcalon
baik dikepala
parlemen
maupun
pemerintah
politik
kian
Pasangan
daerah
dapat
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
dicalonkan oleh (gabungan) partai politik yang memiliki hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
aspirasiperolehan
perempuan dalam
minimal
20 persen
kursi
DPRDmandeknya
atau 25 persen
hukumdalam
dan pemerintahan.
Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
suara
pemilu legislatif.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Untuk pilkada bercalon tunggal ini, Komisi Pemilihan
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Umum (KPU) kemudian mengatur bahwa pelaksanaan
2009.”
pilkada mesti ditunda ke pilkada serentak gelombang
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
selanjutnya, yaitu Pilkada Serentak 2017. Solusi ini dinilai
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
sebagai penyelesaian temporer. KPU berasumsi bahwa
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
110
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
penundaan akan mampu membuka ruang pencalonan
pasangan baru. Padahal tidak ada yang bisa menjamin
hal tersebut. Solusi ini justru akan meniadakan kepastian
hukum bagi pasangan calon yang telah berupaya dengan
sungguh-sungguh untuk mencalonkan diri.
KPU mendasarkan pengaturan ini pada UU 8/2015
yang menghendaki pilkada diikuti oleh dua pasangan calon
atau lebih. Kehendak itu dapat dibaca pada ketentuan
Pasal 49 ayat (8) dan (9), Pasal 50 ayat (8) dan (9), Pasal
51 ayat (2), Pasal 52 ayat (2) dan Pasal 54 ayat (4), (5), dan
(6). Selanjutnya, KPU kemudian mengacu ke Pasal 120
UU 8/2015. KPU menempatkan keadaan calon tunggal ini
sebagai gangguan lain yang mengakibatkan sebagian tahapan
penyelenggaraan pemilihan tidak dapat dilaksanakan dan
konsekuensinya adalah pelaksanaan pemilihan lanjutan.
Pasal-pasal ini pula lah yang kemudian diuji materi di
Mahkamah Konstitusi (MK) oleh pemohon Effendi Gazali
dengan nomor permohonan 100/PUU-XIII/2015.
Dalam salah satu persidangan permohonan ini,
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
mengakui keadaan calon tunggal merupakan kondisi yang
tidak terprediksi pembuat regulasi ketika merumuskan UU
8/2015. Jika dua pasang calon tidak terpenuhi, solusi yang
ditawarkan UU hanya menunda penetapan dan membuka
kembali pendaftaran. Tidak ada solusi jika pembukaan
pendaftaran kedua kalinya ternyata masih menghasilkan
calon tunggal.
Hakim MK, I Dewa Gede Palguna, mengatakan, rumusan
norma UU 8/2015 jika diterjemahkan secara sistematis
111
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
terlihat nyata mengharuskan adanya dua pasang calon. Akan
tetapi
UU tidak
jalan
keluar jika dua
pasangpublik
calonyang akan
merupakan
suatumemberi
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
tidak
hal iniyang
berpotensi
menimbulkan
dibuatterpenuhi.
oleh politisiSehingga
dan pemerintah
terpilih untuk
memerintah.
kekosongan
hukum
apabila
terjadi
kondisi
calon
tunggal.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
Kekosongan
hukum
yang
terjadi
mengancam
hak
dipilih
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dan
masyarakat
sebab
pilkada tidak
berlanjut.
padamemilih
Tahun Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwaakan
Political
budget cycles
Majelis
hakim
menganggap
bahwa
kondisi
ini
bukanlah
yang
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
dikehendaki
UU, sebab
semangat
UU tersebut politcal
empiris di berbagai
Negara.
Berbagaidihadirkannya
variabel yang mempengaruhi
budget untuk
cycles menjamin
seperti perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
adalah
terselenggaranya
hak warga
negara.
agregat
pada tahun-tahun
Pemilu,tetap
terkonfirmasi
Oleh maupun
karenasecara
itu, spesifik
MK menilai
pilkada harus
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dilaksanakan
meskipun hanya terdapat satu pasangan calon.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Namun pilkada bercalon tunggal ini harus ditempatkan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sebagai upaya terakhir, semata-mata demi memenuhi hak
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
konstitusional warga negara, setelah sebelumnya diusahakan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dengan sungguh-sungguh untuk menemukan paling sedikit
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
dua pasangan calon.MK juga menilai manifestasi kontestasi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
pilkada bercalon tunggal lebih tepat dipadankan dengan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
plebisit yang meminta rakyat (pemilih) untuk menentukan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
pilihannya
apakahsetiap
setujupartai
atau tidak
dengan
pasangan
2012 menegaskan
politiksetuju
peserta
pemilu
harus memenuhi
calon
tersebut.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik
ini, pihak yang
dudukputusan
baik di parlemen
pemerintah
Dua selama
ketentuan
dalam
ini maupun
kemudian
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
berkonsekuensi pada pengaturan hal lain yang bersangkut- hal ini
akan dengan
berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
paut
ketentuan
dalam putusan
tersebut.
Pengaturan
hukum dan
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
tersebut
di pemerintahan.
antaranya adalah
pengaturan
mengenai
desain
Paramastuti
tulisannya
yangsuara;
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
surat
suara, dalam
metode
pemberian
metode
kampanye;
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
saksi dalam tahapan pemungutan suara dan rekapitulasi;
2009.”
serta sengketa hasil. Berangkat dari hal tersebut studi ini
Masih
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
politik, Didik
hanya
akan
mengulas dua
pengaturan
turunan keuangan
dari putusan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
MK No. 100/PUU-XIII/2015.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
112
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
Pertama, MK memutuskan pilkada bercalon tunggal
dilaksanakan dengan mekanisme plebisit yang meminta
pemilih menentukan pilihan setuju atau tidak setuju
atas satu pasangan calon yang ditawarkan. Putusan ini
berkonsekuensi pada pengaturan mengenai desain surat
suara beserta metode pemberian suara. KPU mengatur
desain surat suara beserta metode pemberian suara
melalui PKPU 14/2015. Surat suara yang didesain ini telah
menimbulkan jumlah surat suara tidak sah yang cukup
signifikan di tiga daerah Pilkada 2015 bercalon tunggal.
Desain surat suara beserta metode pemberian suara tersebut
harus dirumuskan kembali agar dapat membuat pemilih
lebih mudah menggunakan hak memilihnya
Kedua, pengaturan hal lain mesti terharmonisasi
dengan mekanisme plebisit ini. Soal sosialisasi dan
metode kampanye belum diatur harmonis menyesuaikan
dengan mekanisme ini. KPU kerap terjebak dalam posisi
keberpihakan saat melakukan penyebaran alat peraga
kampanye. Metode-metode kampanye harus didesain agar
selaras dengan mekanisme pilkada bercalon tunggal ini.
Untuk itu studi ini bertujuan untuk, pertama, melahirkan
rumusan desain surat suara beserta metode pemberian suara
yang lebih ramah bagi pemilih. Kedua, riset ini bertujuan
melahirkan rumusan desain kampanye yang selaras dengan
mekanisme plebisit memilih setuju/tidak setuju dalam
pilkada bercalon tunggal.
Dalam mencapai tujuan tersebut, studi ini menggunakan
beberapa pendekatan. Pertama, riset menggunakan
pendekatan komparatif. Perbandingan ini dilakukan untuk
113
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
memeriksa persamaan dan perbedaan dua atau lebih faktafakta
dan suatu
sifat-sifat
yang diteliti. kebijakan
Pendekatan
iniyang akan
merupakan
upaya objek
untuk menyelamatkan
publik
membandingkan
calon
satumemerintah.
negara
dibuat oleh politisi pengaturan
dan pemerintah
yangtunggal
terpilih di
untuk
dengan
negaraHamdan
lainnya.tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Pandangan
Kedua,
pendekatan
Yuna
Farhanmenggunakan
melalui tulisannya
“Menelusuristudi
Siklus lapangan.
Politisasi Anggaran
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
Political budget
Melalui
pendekatan
ini,
peneliti bahwa
mengamati
dan cycles
sudah menjadisecara
fenomena
universal
dengan
berbagai studi
berpartisipasi
langsung
dalamdidukung
penelitian
skala sosial
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
kecil dan mengamati budaya setempat. Pendekatan ini politcal
budget cycles
perubahan
pola
pada struktur
anggaran
baik secara
digunakan
di seperti
Tasikmalaya
pada
tanggal
8 Desember
2015
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
hingga
13 Desember
2015 untuk
mengamati Pemilu,
bagaimana
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
implementasi
peraturan yang berkaitan dengan desain surat
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
suara, metode pemberian suara, dan metode kampanye.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Ketiga, menggunakan pendekatan literatur. Pendekatan ini
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
yang berhubungan dengan pemilu dengan satu pasang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
calon. Studi literatur ini dilakukan melalu berbagai sumber
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
seperti jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan. Kondisi
patut
diperjuangkan,
mengingat
Surat
suara merupakan
salah ini
satu
elemen
strategis
praktik selama
pihak
yang duduk
baikmemberikan
di parlemen maupun
pemerintah
sebagai
saranaini,bagi
pemilih
untuk
suaranya
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
termasuk preferensi politiknya. Dengan kata lain surat suara hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
merupakan
manifestasi
nyata dari
penyaluran
hak
politik dalam
hukumnegara
dan pemerintahan.
Danrepresentasinya.
kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
warga
untuk memilih
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Sebagai salah satu dimensi penting dari sistem pemilu,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
desain surat suara atau tata cara yang harus diikuti pemilih
2009.”
MERANCANG DESAIN SURAT SUARA
untuk menentukan suaranya (balloting) dibedakan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
kedalam dua jenis: kategorikal yakni pemilih hanya memilih
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
satu partai atau calon dan ordinal yaitu pemilih memiliki
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
114
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
kebebasan lebih dengan dapat menentukan preferensi
atau urutan dari partai atau calon yang diinginkannya
(Pamungkas 2009). Meski demikian, beberapa negara
seperti Kanada, Yordania, serta Finlandia menggabungkan
dua jenis penyuaraan dalam satu desain surat suara.
Penggunaan tata cara pemberian suara dengan jenis
kategorikal dan ordinal akan sangat tergantung pada sistem
pemilu dan formula penghitungan suara yang digunakan.
Untuk sistem pemilu proposional terbuka dengan memberi
ketentuan kepada pemilih untuk memilih salah satu
calon, atau sistem pemilu proposioal tertutup yang hanya
memberi kewenangan kepada pemilih untuk memilih
salah satu partai politik yang tertera dalam surat suara.
Desain surat suara kategorikal akan sangat relevan untuk
digunakan karena pemilih hanya dapat memilih partai
atau calon. Begitu pula dengan sistem plurality majority
yang hanya memperebutkan satu kursi dalam satu daerah
pemilihan, lebih banyak menggunakan desain surat suara
kategorikal. Secara lebih spesifik Andrew Reynolds (1997,
dalam Pamungkas 2009) memetakan dua jenis balloting
yang digunakan di beberapa negara dengan menyesuaikan
sistem pemilu yang digunakan sebagai berikut :
Kategorikal
Ordinal
Lainnya
KANDIDAT
•FPTP (Kanada)
•SNTV (Jordania)
•List PR-Open
•(Australis)
•TRS (Perancis)
•Block Vote (Maldivies)
•STV (Irlandia)
PARTAI
•Party Block (Singapura)
•List PR-Closed
•TRS (Mali)
KANDIDAT DAN PARTAI
•Parallel (Jepang)
•List PR-Open (Denmark)
•MMP (Jerman)
•TRS (Ukraina)
•List PR-Panchage (Swiss)
•STV (Senat Australia)
115
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Pada dasarnya baik jenis kategorikal ataupun ordinal
dapat
disesuaikan
dengan
representasi
merupakan
suatu upaya
untukkebutuhan
menyelamatkan
kebijakanmasingpublik yang akan
masing
negara.
Sebagai
contoh,
Jerman
adalah
salah
satu
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
negara
yang Hamdan
menganut
sistem
pemilu
Mixed
Pandangan
tersebut
berkaitan
dengan
apa Mamber
yang disampaikan
Propotional
yang
menggabungkan
antara
sistem
pemiluAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
proposional
dan sistem
plurality
majority
pada Tahun Pemilu.”
Yunapemilu
menjelaskan
bahwa
Politicaldalam
budget cycles
satu
negara.
Memberikan
ruang
kepada
pemilih
untuk
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
memilih
atau
calon dengan
untuk
memfasilitas politcal
empiris dipartai
berbagai
Negara.
Berbagaitujuan
variabel
yang mempengaruhi
budget cyclesmasyarakat
seperti perubahan
pola
padapolitik
struktur
anggaran
baik secara
representasi
melalui
partai
atau
kandidat
agregatlangsung.
maupun secara
terkonfirmasi
secara
Untukspesifik
desainpada
surattahun-tahun
kategorikalPemilu,
digunakan
dalam pemilu
praktek Jerman.
penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dalam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Begitu pula dengan mekanisme pemilu yang hanya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
diikuti oleh satu pasangan calon. Surat suara bisa di desain
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sedemikian rupa dengan tujuan untuk membuktikan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
legitimasi satu calon tersebut di mata pemilih. Swedia
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
misalnya, desain surat suara yang ada memberikan ruang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
kosong atau “opsi silahkan isi sendiri” bagi pemilih untuk
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menuliskan referensi partai politik lain diluar partai yang
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
ada
pemerintahan
adalahpemilu
parlementer
2012 (sistem
menegaskan
setiap partai Swedia
politik peserta
harus memenuhi
sehingga
pemilih
hanya
memilih
partai
politik).
Dengan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
adanya
mekanisme
tersebut
pada
1985
muncul
praktik selama
ini, pihak
yang duduk
baikpemilu
di parlemen
maupun
pemerintah
partai
Donald
Bebek
dalam
bahasa
Swedia
dikenal hal ini
mayoritas
diduduki
olehatau
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
dengan
sebutan negatif
Kalle Anka
Partiet
yang memperoleh
291 dalam
akan berdampak
terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan
hukumdan
dandi
pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
oleh Nindita
suara,
tahun 2010 meraih
107 tersebut
suara (Badudu
2014).
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
MENYETARAKAN KAMPANYE
Kampanye didefinisikan Steinberg (dalam Tim
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Perludem,
2015) sebagai kerja terkelola yang berusaha agar
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
calon dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
116
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
Pemilih diharapkan memberikan suaranya kepada calon
baik itu anggota legislative, Presiden maupun kepala daerah
dan dengan demikian mereka dapat mengaplikasikan
platform politiknya dalam kebijakan negara dalam periode
pemerintahan berikutnya. Untuk tujuan itu, kampanye
menjadi cara yang digunakan oleh para calon untuk merayu
pemilih agar pemilih mau memberikan suaranya untuk
mereka. Untuk itu dibutuhkan dana yang besar agar pemilih
dapat teryakinkan.
Sementara Ensiklopedi Ace Project (2009) mendefinisikan
Kampanye pemilu sebagai upaya kompetitif oleh para
kandidat dan partai politik untuk memenangkan dukungan
pemilih dalam sebuah pemilihan umum. Bermacam metode
dan teknik digunakan untuk menjangkau pemilih seperti
iklan, rapat umum, pemasangan alat peraga, penyebaran
bahan, media social dan lain sebagainya. Dalam kampanye,
kandidat berupaya untuk menyampaikan pesan untuk
mendorong pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dan
memilih mereka atau partai mereka.
Kampanye dibutuhkan baik oleh kandidat dan partai
politik maupun pemilih sendiri. Bagi partai dan kandidat,
kampanye dibutuhkan untuk memperkenalkan dirinya
kepada pemilih sekaligus menyampaikan pesan politik, visi,
misi, janji dan program kepada para pemilih. Sedangkan
bagi pemilih, kampanye berguna sebagai sarana untuk
mengetahui siapa sesungguhnya partai dan kandidat yang
bertarung untuk menduduki kursi jabatan publik yang akan
mengatur kehidupannya ke depan.
Sebagai sarana unjuk gigi dihadapan pemilih, kampanye
117
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sering kali menjadi arena pertarungan modal antar kandidat
untuk
meraih
suara
terbanyak
dengan berbagai
cara dan
jugayang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
bentuk
kampanye.
Jika
merujuk pada
keuangan
partai
yang
dibuat oleh
politisi dan
pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
dikhususkan
campaign
segala
bentuk
Pandanganpada
Hamdan
tersebut finance
berkaitanyakni
dengan
apa yang
disampaikan
keuangan
partai
politik
yang
digunakan
untuk
pemenangan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
partai
dalamPemilu.”
kampanye.
beberapa
sarana
pada Tahun
YunaTerdapat
menjelaskan
bahwabentuk
Political
budget cycles
kampanye
antara
lain:
kampanye
di
media
cetak
maupun
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
elektronik,
baliho,Negara.
poster,Berbagai
stiker, sampai
pembelian politcal
empiris di berbagai
variabeldengan
yang mempengaruhi
budgetvote
cycles
seperti Berbagai
perubahanbentuk
pola pada
struktur anggaran
baik secara
suara
buying.
kampanye
ini sangat
agregat maupun
pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
tergantung
padasecara
modalspesifik
keuangan
yang
dimiliki oleh
masingdalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
masing
kandidat.
Sehingga sering
kali terjadi
ketimpangan
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
persaingan antara calon maupun partai dalam kampanye.
ini, yangitu
menjadi
hanya
political budget
cycles, melainkan
Untuk
salah perhatian
satu caratidak
yang
digunakan
oleh beberapa
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
negara
yang di Eropa untuk menciptakan equal playing
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
battle field dalam kampanye dengan membiayai beberapa
Masyarakat
tidak oleh
saja dapat
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
bentuk
kampanye
negara
yang salah
satunya
biaya tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
iklan di media elekotronik.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Sistem pemilu
mayoritas
didudukicalon
oleh tunggal
laki-laki.pascaputusan
Apabila tidak Mahkammah
diperjuangkan, hal ini
akan berdampak
mandeknya aspirasi
perempuan dalam
Konstitusi
(MK) negatif
Nomorterhadap
100/PUU-XIII/2015
menegasakan
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
ditulissatu
oleh Nindita
pilkada
tetap
diselenggarakan
walautersebut
hanya telah
terdapat
Paramastuticalon,
dalamdengan
tulisannya
yang
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
pasangan
cara
memberikan
pilihan setuju
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
atau tidak setuju kepada pemilih terhadap calon tunggal DPR RI
2009.”
tersebut.
Jika calon tunggal tersebut dianggap mampu
EVALUASI DESAIN SURAT SUARA
DAN METODE PEMBERIAN SUARA
PASCAPUTUSAN MK
Masih berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
merepresentasikan
masyarakat
dan
dianggap relevan
untuk
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
memimpin daerah tersebut, logikanya masyarakat akan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
118
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
memilih tanda setuju yang tertera dalam kertas suara. Begitu
pula sebaliknya, jika calon tunggal tersebut dianggap tidak
sesuai dan tidak mampu merepresentasikan masyarakat,
maka harapanya pemilih akan mencoblos tanda tidak setuju.
Namun demikian, pertanyaanya ialah bagaimana
pemilih memahami metode pemberian suara tersebut
secara utuh. Dalam hal ini sejauh mana pemilih mampu
mempertimbangkan serta mengambil keputusan untuk
memberikan suaranya pada kolom setuju atau tidak setuju.
KPU RI mengeluarkan dua desain surat suara untuk
disimulasi di beberapa daerah. Salah satu daerah tersebut
adalah Desa Sukaherang, Kecamatan Singaparana,
Tasikmalaya. Hasil simulasi ini kemudian jadi bahan
kajian untuk menetapkan bentuk surat suara resmi yang
digunakan. KPU lebih memilih format surat suara yang
menyertakan foto pasangan calon daripada surat suara yang
tidak menyertakan foto.
Simulasi hingga penentuan desain surat suara ini dinilai
terlalu terburu-buru. Kejar tenggat pengaturan pemilihan
kepala daerah yang diburu waktu membuat prosesnya
kurang kolaboratif. Hasil simulasi saja tidak cukup menjadi
landasan bagi pemilihan desain surat suara. KPU RI kurang
kajian yang melibatkan KPU di daerah tersebut. Seharusnya
KPU menggelar serangkaian kajian kultur dan psikologi
pemilih di daerah pilkada yang hanya diikuti satu pasang
calon tersebut.
Padahal, desain surat suara bisa mempengaruhi
preferensi pemilih. KPU seharusnya mempunyai kajian
awal tentang preferensi pemilih di daerah simulasi. Bisa
119
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
saja jika daerah tersebut adalah basis pasangan calon,
kecenderungannya
memilih
foto pasangan calon.
merupakan suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh politisi
dansurat
pemerintah
terpilih untuk
memerintah.
Pemilihan
desain
suara yang
ini membuat
jumlah
surat
suara
tidak sah
yang mencuat
signifikan.
Di Tasikmalaya,
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa yang disampaikan
dalam
rekapitulasi
hitung
TPS melalui
formulir
Yuna Farhan
melaluihasil
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
PolitisasiC1Anggaran
pada diunggah
Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan bahwa
budget cycles
yang
di pilkada2015.kpu.go.id,
angkaPolitical
suara tidak
sudah
menjadi 8,23
fenomena
universal
didukung
dengan
studi
sah
mencapai
persen.
Sementara
jumlah
suara berbagai
tidak
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
sah di Blitar mencapai 7,61 dan di Timor Tengah Utara
budget cycles
seperti
perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
mencapai
12,38
persen.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Suara tidak sah pada pilkada bercalon tunggal di
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Tasikmalaya meningkat 1,71 persen jika dibandingkan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan Pilpres 2014 lalu. Jika dibandingkan dengan Pilkada
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
2011,
angka
suara tidak
hingga
4,89.
political
corruption
cycle sah
atau meningkat
siklus korupsi
politik
padaTapi,
tahun-tahun
angka
8,23
persen
masih
lebih
kecil
dari
8,70—angka
suara
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
tidak sah pada pileg 2014 yang secara satir disebut Didik
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Supriyanto,
pakar mengingat
pemilu, sebagai
pemilu
terumit
juga perlu dibatasi
perbedaan
hakikat
antaradunia
laki-laki dan
akhirat.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat
verifikasi
peserta baru
pemilu.
No. 8 Tahun
Desain
suratfaktual
suarauntuk
yangmenjadi
sama sekali
iniUU
kerap
2012 menegaskan setiap
partaipenyebab
politik peserta
harus memenuhi
dikambinghitamkan
sebagai
cukuppemilu
signifikannya
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut
mengingat
angka
suara tidak
sah. Dalam
aturan
baru diperjuangkan,
ini, mencoblos
praktik
selama
ini, pihak
duduk baik didengan
parlemenparadigma
maupun pemerintah
foto
tidak
sah.
Ini yang
bersinggungan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
masyarakat ketika mencoblos. Masyarakat perlu mengubah hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kebiasaan
lama dari yang biasanya mencoblos foto, sekarang
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
mencoblos setuju atau tidak. Hal tersebut terungkap dari
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
wawancara dengan Deden Nurul Hidayat, Ketua KPU
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kabupaten Tasikmalaya pada hari Rabu, 9 Desember 2015.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
120
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
PERBAIKAN DESAIN SURAT SUARA DAN
METODE PEMBERIAN SUARA
Sebagai barang baru dalam iklim kepemiluan di Indonesia.
Disain surat suara calon tunggal di pilkada serentak memang
masih menyeritkan persoalan, terutama partisipasi yang
berkaitan dengan “sah” dan “tidak sah” pilihan pemilih dalam
surat suara. Meski belum diketahui sebarapa banyak jumlah
surat suara tidak sah yang berdampak pada menurunnya
tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada. Keberadaan
disain surat suara calon tunggal dengan mekanisme pilihan
“setuju” atau “tidak setuju”, cukup membingungkan pemilih
ketika akan memberikan suaranya dibalik bilik suara.
Merujuk pada penyelenggaran pemilu sebelumsebelumnya, sebagian besar pemilih Indonesia sudah
terbiasa dengan desain surat suara yang menyertakan foto
calon serta nama calon. Mulai dari pemilu kepala daerah itu
sendiri yang terdiri dari dua atau lebih pasangan calon kepala
daerah yang di setiap desain surat suaranya menyertakan
gambar dan nama. Kemudian pemilu DPD dengan foto
dan nama calon, sampai dengan pemilu presiden dan wakil
presiden yang desain surat suaranya tidak jauh berbeda
dengan desain surat suara pilkada yang memiliki lebih dari
satu pasangan calon dengan menyertakan foto gambar dan
nama pasangan calon.
Sehingga ketika dihadapkan dengan kerta suara yang
hanya menyertakan satu foto pasangan calon kepala daerah
yang disertai dua kolom setuju dan tidak setuju, sedikit
banyak mendorong pemilih untuk mencoblos foto pasangan
121
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
calon. Padahal sesuai dengan peraturan KPU pilihan
pemilih
dinyatakan
sah
jikamenyelamatkan
terdapat tandakebijakan
coblos disalah
merupakan
suatu upaya
untuk
publik yang akan
satu
kolom
setuju
atau
tidak
setuju.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Gambar
Suara Calonfaktual
Tunggal. Sumber:
http://media.viva.co.id/thumbs2/2015/10/17/342923_
syaratSurat
verifikasi
untuk
menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
contoh-format-surat-suara-pilkada-_663_498.jpg
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Dalam
rangka
meminimalisir
menurunya
tingkat
praktik
selama
ini, pihak
yang duduk baik di
parlemen maupun
pemerintah
partisipasi
masyarakat
sebagian
besar
diklaim
karena hal ini
mayoritas diduduki
olehyang
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
persoalan
tidak sah
suara
yang diberikan
pemilih
dalam
surat dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
hukum Perbaikan
dan pemerintahan.
kondisi
ditulis
oleh Nindita
suara.
desain Dan
surat
suaratersebut
untuk telah
pilkada
calon
Paramastuti
tulisannya
yang
berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
tunggal
tepatdalam
untuk
dilakukan
menjelang
penyelenggaran
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
pilkada serentak gelombang kedua, yang bisa saja hanya DPR RI
2009.” oleh satu pasangan calon kembali dibeberapa daerah.
diikuti
Masihsatu
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Salah
bentuk perbaikan
surat
yang dapat
digunakan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
ialah dengan mengadopasi desain surat suara yang sudah
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
122
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
biasa digunakan pada penyelenggaran pemilu sebelumsebelumnya. Dengan menyertakan dua kolom layaknya
pilkada dengan dua pasangan calon. Kolom pertama berisi
foto pasangan calon kepala daerah calon tunggal yang
disertai keterangan setuju, sedangkan kolom kedua berisi
foto pasangan yang diilustrasikan dan diberikan keterangan
tidak setuju. Adapun ketentuan sah tidak sahnya dapat
disesuaikan seperti pada pemilu lainnya yakni, pilihan
pemilih dinyatakan sah ketika mencoblos gambar, nama,
atau nomer urut pasangan calon.
Dengan adanya desain surat yang tidak jauh berbeda
tentunya akan memudahkan pemilih dalam menentukan
pilihannya karena sudah terbiasa dengan desain surat suara
yang pemilih terima pada pemilu sebelumnya. Bahkan,
dengan adanya desain tersebut penyelenggara pemilu KPU
tidak perlu lagi bersusah paya untuk mensosialisasikan
desain surat suara baru.
EVALUASI MEKANISME KAMPANYE
CALON TUNGGAL
KPU Kabupaten Tasikmalaya kerap mendapat laporan
atas ketidakyakinan penyelenggara di tingkat kecamatan
hingga kelurahan dalam menyebar alat peraga kampanye.
Segala upaya dalam mengajak pemilih berpartisipasi dalam
Pilkada kali ini ditafsirkan menggiring pemilih.
Hal tersebut terungkap dari wawancara bersama Zamzam
Zamaludin, Anggota KPU Kabupaten Tasikmalaya, Rabu, 9
Desember 2015. Ia mengungkapkan, ketika menerima alat
peraga kampanye dan hendak memasangkan, petugas PPK
123
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dan PPS selalu bertanya dan menunjukkan ketakutannya
atas
perilaku
tak upaya
independen.
merupakan
suatu
untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
politisi dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
Takoleh
harmonisnya
pengaturan
jadi untuk
pangkal
soal
penyebaran
peraga
kampanye
yang
sering
Pandanganalat
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa dituding
yang disampaikan
ada
penyelenggara
di dalamnya.
KPUAnggaran
Yuna keberpihakan
Farhan melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
Political Pasal
budget cycles
mesti
mengacu
padaYuna
PKPU
7 tentangbahwa
Kampanye.
sudah
menjadi fenomena
universal didukung
dengan
berbagai studi
30
mengatakan,
KPU memasang
alat peraga
kampanye
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
pasangan calon.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Ketidakharmonisan pengaturan juga ditemukan pada
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
soal sosialisasi dan pemangan perlengkapan Tempat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemungutan Suara (TPS). Di TPS 6 SMPI Cipasung,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Tasikmalaya, hanya ada satu poster calon kepala daerah.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Poster
memuat
singkat,
visi,politik
dan pada
misi tahun-tahun
itu
politicalyang
corruption
cycleprofil
atau siklus
korupsi
dipampang
informasi
bagiekstrim.
pemilih sebelum masuk
Pemilu yang sebagai
telah meningkat
dengan
ke bilik TPS.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Ada
deviasi
dalam
Undang-undang
8/2015,antara
Putusan
juga
perlu
dibatasi
mengingat
perbedaan hakikat
laki-laki dan
MK
soal
calon
tunggal,
hingga
pada
Peraturan
KPU
sebagai
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadiUndang-undang
peserta pemilu. UU
No. 8 Tahun
turunan
dari dua
aturan
tersebut.
hingga
2012 menegaskan
setiap partai pilkada
politik peserta
harus
memenuhi
PKPU
masih mengasumsikan
diikutipemilu
lebih dari
satu
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini meski
patut diperjuangkan,
mengingat
pasangan
calon. Hanya
PKPU
14 yang
bolong-bolong
praktik selama
ini, pihak
yangpenyelenggaraan
duduk baik di parlemen
maupun
pemerintah
mengatur
secara
eksplisit
pilkada
dengan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
satu pasang calon.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Namun, ketidakharmonisan pengaturan ini tidak
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
bisa menjadi dalih bagi KPU untuk tidak berkreasi
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
meminimalisasi
potensi keberpihakan. Dalam sosialisasi,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
penting
2009.” ditegaskan tata cara pemilihan setuju dan tidak
setuju untuk mengurangi kesan keberpihakan. Penyebaran
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
alat
peragadan
kampanye
dari satu
pasangan
calon bisa
juga
Supriyanto
Lia Wulandari
dalam
tulisan berjudul
Transparansi
dan
didampingi
dengan
penegasan
dari
KPU
bahwa
ada
ruang
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
124
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
bagi pemilih untuk menyatakan ketidaksetujuannya di surat
suara.
PERBAIKAN MEKANISME KAMPANYE
CALON TUNGGAL
Mekanisme kampanye yang tidak diatur secara setara—
seperti pemilih tidak diberikan porsi pemahaman yang sama
pentingnya untuk memilih tidak setuju jika calon tunggal
tersebut tidak sesuai dengan harapan pemilih—terbukti
berpotensi pada penggiringan pemilih. Tanpa penjelasan
ada opsi tidak setuju, pemilu dengan calon tunggal sama
saja seperti tidak ada pemilu karena hanya memuluskan
satu pasangan calon.
Jika merujuk pada UU 8/2015 pasal 65 terdapat empat
bentuk kampanye yang dibiayai oleh negara yakni debat
publik, iklan di media massa, penyebaran bahan peraga,
dan pemasangan alat peraga kampanye. Keempat bentuk
kampanye tersebut tentunya harus disesuaikan dengan
penyelenggaraan pilkada yang hanya diikuti oleh satu
pasangan calon, dengan mengedepankan prinsip equal
playing battle field atau arena persaingan yang setara
meskipun hanya satu calon yang bersaing.
Dalam praktiknya, KPU tidak hanya memfasilitasi empat
bentuk kampanye tersebut hanya untuk satu calon tunggal
saja. Melainkan KPU tetap harus memberikan ruang
sekaligus pemahaman kepada pemilih untuk memberikan
suaranya kepada kolom tidak setuju melalui metode
sosialisasi dan kampanye. Hal ini karena putusan MK secara
tidak langsung melegalkan sekaligus memfasilitasi pilihan
125
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
tidak setuju yang dapat dimanfaatkan oleh pemilih untuk
menuangkan
gagasan
golputmenyelamatkan
sebagai bentuk
kritik pemilih
merupakan suatu
upaya untuk
kebijakan
publik yang akan
terhadap
kandidat.
Jika
merujuk
pada
pemilu
sebelumnya
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
golput
lebih banyak
dilakukan
dengan cara
tidak
ke
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa hadir
yang disampaikan
TPS
membuat
suara tidak
sah, akan
tetapi
melaluiAnggaran
Yunaatau
Farhan
melaluisurat
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
mekanisme
pemilih
bisamenjelaskan
menandai kolom
setuju.
pada Tahun ini
Pemilu.”
Yuna
bahwatidak
Political
budget cycles
sudah
fenomena
universal
didukunguntuk
dengan
berbagai studi
Padamenjadi
sisi lain,
keberadan
mekanisme
memilih
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
kolom tidak setuju dapat dijadikan sarana mobilisasi politcal
budget cycles
polasekelompok
pada struktur masyarakat
anggaran baik secara
pemilih
oleh seperti
lawanperubahan
politik atau
agregat
maupun
spesifik
padatunggal
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
yang
tidak
sukasecara
terhadap
calon
tersebut
dengan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mengampanyekan
pilih kolom tidak setuju. Padahal, dalam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
realitasnya, ajakan untuk golput merupakan tindakan yang
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
terlarang dan memiliki sanksi hukum.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Akanyang telah
tetapi
realitanya
mekanisme
golput
Pemilu
meningkat
dengan ekstrim.
ditransformasikan dalam wujud pilihan tidak setuju. Dari
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
sinilah
kemudian
mainperbedaan
penyelenggaraan
kampanye
juga perlu
dibatasiaturan
mengingat
hakikat antara
laki-laki dan
menjadi
penting
untuk
dipikirkan
secara
lebih
jauh
dengan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
tetap
dua pilihan
tersebutpeserta
dan tetap
menegakan
syaratmemfasilitas
verifikasi faktual
untuk menjadi
pemilu.
UU No. 8 Tahun
hukum
pemilu yang
ada.partai politik peserta pemilu harus memenuhi
2012 menegaskan
setiap
30%
keterwakilan perempuan.
Kondisi bisa
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Penyelenggara
juga diharapkan
mengatur
jalannya
praktik selama
ini, pihak
yang duduk
baik di
parlemen
maupun
pemerintah
partisipasi
tersebut
dengan
melarang
adanya
ajakan
untuk
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
memilih tidak setuju melalu metode kampanye hitam (black hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
campaign)
berbasiskan pada sara, agama, atau bahkan
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
menggunakan politik uang. Hal ini menjadi penting guna
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
mewujudkan adanya persaingan yang setara dalam pilkada
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
meskipun hanya diikuti oleh satu pasangan calon.
2009.”
Dalam rangka mewujudkan equal playing battle field
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dalam
proses
melalui
jenis kampanye
Supriyanto
dan kampanye
Lia Wulandari
dalam empat
tulisan berjudul
Transparansi dan
yang
difasilitasi
oleh
KPU,
maka
aturan
main
mengenai
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
126
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
debat publik, iklan di media massa, dan pemasangan serta
penyebaran alat peraga harus dibuat setara antara calon
tunggal dengan mekanisme pemilihan setuju dan tidak
setuju.
Debat Publik: Meski hanya diikuti oleh satu pasangan
calon debat publik harus tetap dilakukan dengan
tujuan membedah visi misi dan program-program yang
ditawarakan oleh calon tunggal tersebut. Walaupun hanya
terdapat satu calon, panelis dalam debat publik diberikan
keleluasaan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat eksploratif kepada kandidat tersebut, serta
masyrakat diberikan ruang untuk memberikan pertanyaan
secara langsung yang kepada kandidat tersebut. Hal ini
menjadi penting karena tidak mungkin ada lawan debat
terhadap calon tunggal tersebut yang mewakili kolom tidak
setuju. Sehingga mekanisme debat publik dijadikan sebagai
arena uji publik terhadap calon tunggal tersebut.
Iklan Media Massa:Meski hanya satu pasangan calon,
KPU tidak semerta-merta memberikan ruang secara leluasa
untuk calon tunggal tersebut berkampanye di media massa.
Jika ini terjadi potensi anggapan terhadap KPU yang tidak
jauh berbeda dengan tim kampanye calon tunggal akan
muncul dimasyarakat dan peluang KPU menghadapi
gugatan etik di DKPP akan sangat bisa terjadi. Untuk itu
KPU harus bisa mengemas iklan di media massa yang
mampu memberikan pemahaman sekaligus pendidikan
politik kepada masyarakat bahwa pemilih diberikan ruang
untuk memilih “setuju” atau tidak setuju. Salah satu bentuk
konkretnya ialah, KPU bisa mengkampanyekan bentuk
127
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
surat suara kepada masyarakat.
Pemasangan
Penyebaraan
Alat Peraga:Meski
hanyayang akan
merupakan
suatu dan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik
dibuat
oleh politisi
dan tidak
pemerintah
yang
terpilih
untuk memerintah.
satu
pasangan
calon,
berarti
hanya
terdapat
satu alat
peraga
berupaHamdan
baliho yang
berisi
visi-misi,
program,
disertai
Pandangan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
foto
tunggal
yang
memenuhi
ruang
publikAnggaran
Yunacalon
Farhan
melaluitersebut
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
pada Tahun Pemilu.”
YunaKPU
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
masyarakat.
Akan tetapi
harus membuat,
memasang,
sudah
menjadi fenomena
universal
berbagai studi
dan
menyebarkan
alat peraga
yangdidukung
berisikandengan
mekanisme
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
pemilihan setuju atau tidak setuju terhadap calon tunggal politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
tersebut.
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
satuhanya
pasangan
calon
atau
yang
ini,Keberadaan
yang menjadifenomena
perhatian tidak
political
budget
cycles,
melainkan
dikenal
dengan
istilah
calon
tunggal
dalam
penyelenggaran
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pilkada
di telah
Indonesia,
beberapa catatan
Pemilu yang
meningkatmenyiratkan
dengan ekstrim.
PENUTUP
kemajuan
demokrasi
persoalan-persoalan
Masyarakat
tidak saja dan
dapat catatan
ditafsirkan
sebagai satu kesatuan, tetapi
demokrasi.
Kemajuan
demokrasi
tercermin
dengan
adanya
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat
antara
laki-laki dan
putusan
Mahkamah
Konstitusi
yang
memberikan
solusi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
bahwa
pilkada faktual
denganuntuk
calon
tunggal
tetappemilu.
dilaksanakan
syarat verifikasi
menjadi
peserta
UU No. 8 Tahun
dengan
mekanisme
pemilu
melalui
suara
yang
2012 menegaskan
setiap
partai
politikdesain
pesertasurat
pemilu
harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi
ini patut
mengingat
diubah
dengan menanyakan
“setuju”
ataudiperjuangkan,
“tidak setuju”
praktik selama
ini,sebagai
pihak yang
dudukmengukur
baik di parlemen
maupun
pemerintah
kepada
pemilih
sarana
legitimasi
satu
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hal ini
pasangan calon tersebut.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pada sisi lain, catatan persoalan dari keberadaan calon
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
tunggal serta desain pemilu yang diputuskan oleh MK
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tersebut nampaknya berdampak langsung pada menurunya
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
tingkat partisipasi warga negara. Desain surat suara yang
2009.”
membingungkan pemilih sehingga tidak sedikit surat suara
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
yang dinyatakan tidak sah, serta mekanisme kampanye yang
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
belum mampu menjangkau pemilih secara menyuluruh.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
128
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PERBAIKAN PILKADA BERCALON TUNGGAL
Untuk itu perbaikan desain surat suara dan mekanisme
kampanye khusus calon tunggal sudah sepatutnya untuk
dilakukan menjelang pilkada serentak 2017.
REFERENSI
Ace Project. 2009, December 14. Election Integrity.
Retrieved from Aceproject.org: https://aceproject.org/
main/english/ei/index.htm
Pamungkas, 2009, Perihal Pemilu, Yogyakarta, Univeritas
Gadjah Mada
Perludem. 2015. Dana Kampanye Pilkada: Pengaturan
Teknis Tentang Sumbangan, Pengeluaran, dan
Pelaporan Berdasarkan UU No. 1/2015 Juncto UU
No. 8/2015. Jakarta: Perludem
Reynolds, A, Reily, B, & Ellis, A 2005, Electoral System
Design: The New International IDEA Handbook,
Stockholm, IDEA
129
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
130
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
“9 DESEMBER 2015”
SEBUAH STUDI MENGENAI
DINAMIKA PEMUNGUTAN
SUARA DI PILKADA 2015
Heroik M. Pratama& Debora Blandina Sinambela
ABSTRAK
Studi ini fokus kepada apa yang terjadi pada hari
pemungutan suara di pilkada serentak 2015. Berdasarkan
pada media monitoring, terdapat empat persoalan
mendasar yang terjadi sebelum dan pada saat pemungutan
suara
antara
lain:
pelanggaran
administratif,
pelanggaran pidana, logistik pemilu, dan potensi
kekerasan beserta konflik. Semua persoalan tersebut
tentunya mengganggu integritas dan akuntabilitas pemilu.
Untuk itu selain menjelaskan empat masalah yang terjadi
selama pemungutan suara, studi ini berusaha pula untuk
memberikan solusi terkait persoalan tersebut.
Kata Kunci: Pelanggaran administrasi, pelenggaran
pidana, logistik, kekrasan, dan konflik.
PENGANTAR
Pemungutan suara pemilihan umum kepala daerah
(pilkada) serentak Rabu, 9 Desember 2015 diwarnai
131
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
oleh hiruk pikuk pelanggaran pemilu, ancaman konflik
kekerasan,
sampai
dengan
yang belum
sampai
merupakan suatu
upaya
untuk logistik
menyelamatkan
kebijakan
publikdiyang akan
tempat
pemungutan
(TPS).yang
Pelanggaran
administrasi
dibuat oleh
politisi dansuara
pemerintah
terpilih untuk
memerintah.
danPandangan
pelanggaran
pidana
menjadi
persoalan
yang
paling
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
dominan
terjadi
dalam
pilkada
serentak
gelombang
pertama
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
tersebut.
Masih
didapatinya
alat peraga
yangPolitical
terpampang
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
budget cycles
menjelang
hari
pemungutan
suara,
masih
ada
pemilih
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang
belum
dapat Negara.
surat pemberitahuan
C6,
adanya
pemilih politcal
empiris
di berbagai
Berbagai variabel
yang
mempengaruhi
budgetbelum
cycles seperti
perubahan
pola padadengan
struktur ditemuinya
anggaran baik secara
yang
terdaftar
DPT, sampai
agregat maupun
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
pemilih
ganda, secara
menjadi
pelanggaran
administrasi
pemilu
dalambanyak
praktekterjadi
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
yang
di 264 daerah.
Sedangkan
pelanggaran
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
pidana lebih banyak ditemui dalam wujud politik uang baik
ini, yang
menjadi
perhatian
hanyabarang.
political budget cycles, melainkan
dalam
bentuk
fresh
moneytidak
maupun
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Meski demikian, keterlambatan distribusi logistik, surat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
suara tertukar, sampai dengan surat suara rusak menjadi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
persoalan yang paling mengganggu jalannya pemungutan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
suara 9 Desember. Sebagian besar keterlambatan logistik
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
terjadi di daerah timur Indonesia yang sulit dijangkau akibat
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
kondisi
cuaca yangsetiap
ekstrim.
2012 menegaskan
partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Munculnya
hari
30%
keterwakilanberbagai
perempuan.problematika
Kondisi ini patutmenjelang
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama ini,
pihak
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
pemungutan
suara
9 yang
Desember
memang
sudah
diduga
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
oleh banyak pihak, hal ini karena: pertama, waktu hal ini
akan berdampak negatif
aspirasi
perempuan
penyelenggaran
pilkadaterhadap
serentakmandeknya
gelombang
pertama
2015 dalam
hukumdibawah
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
ditulis oleh Nindita
hadir
kerangka regulasi
pemilu
yangtelah
tergesa-gesa.
Paramastuti
dalamdari
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
UU
8/2015 hadir
revisi terbatas
yang waktunya
kurang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dari satu bulan, sehingga terdapat beberapa kerangka
2009.”
hukum yang kosong seperti ketentuan sanksi politik
Masih
berhubungan
dengan tema
keuanganyang
politik, Didik
uang.
Kedua,
pemungutan
suaraakuntabilitas
pilkada serentak
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dilangsungkan pada 9 Desember 2015 dilangsungkan tanpa
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
132
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
mempertimbangkan kondisi cuaca ekstrim yang terjadi
dimana Indonesia sedang mengalami musim penghujan.
Berangkat dari hal tersebut, menjadi menarik kemudian
untuk memotret lebih jauh problematika yang terjadi pada
hari pemungutan suara pilkada serentak 9 Desember 2015.
Untuk itu studi ini paling tidak berusaha menjalaskan dua
hal: pertama, memetakan empat persoalan yang terjadi
pada pemungutan suara pilkada serentak yakni pelanggaran
administrasi, pelanggaran pidana, potensi konflik atau
kekerasan, dan logistik. Kedua, selain memetakan persoalan
yang ada, studi yang ada dihadapan pembaca ini berusaha
untuk melihat latar belakang mengapa permasalahan itu
terjadi sampai dengan memberikan solusi sebagai sarana
evaluasi untuk pilkada 2017.
Metode yang digunakan dalam studi ini ialah kulitatif
dengan pendekatan studi kasus. Metode ini relevan untuk
digunakan karena, studi kasus menyelidiki secara cermat
suatu program, peristiwa, proses, atau kasus-kasus yang
dibatasi oleh waktu dan aktivitas yang menjadi ciri khas
dasar metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus (Creswell 2010: 20).
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan
hanya berbasiskan pada data sekunder melalui pemantauan
media yang dilakuakan selama masa tenang sampai dengan
satu hari pasca pemungutan suara. Adapun beberapa media
yang dipantau antara lain Kompas TV, Metro TV, dan TV
One. Selain itu, juga dilaksanakan pemantauan di media
massa cetak, yakni Koran Kompas, Media Indonesia, dan
Koran Republika. Terakhir, aktivitas pemantauan media
133
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dilaksanakan di portal berita rumahpemilu.org, kompas.
com,
republika
online,
vivanews,
CNN kebijakan
Indonesia,
danyang akan
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
publik
tribunnews.
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah
menjadi
fenomena universal
didukung
denganpemilu
berbagai studi
Tanpa
mengenyampingkan
berbagai
tahapan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
lainnya, hari pemungutan suara menjadi tahapan politcal
budget cycles
seperti
perubahan polapemilu.
pada struktur
anggaran
baik secara
penting
dalam
penyelenggaran
Hal ini
karena:
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pertama,
pemungutan suara menjadi indikator dasar
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
penyelenggaran pemilu berlangsung secara demokratis
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dengan mengedepankan enam prinsip pemilu yakni jujur,
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia, atau justru
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sebalikanya.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
INTEGRITAS DAN AKUNTABILITAS
PEMUNGUTAN SUARA
Kedua,
pemungutan
tolak
ukur pemenuhan
Masyarakat
tidak sajasuara
dapatmenjadi
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
hak
asasi
manusia
terutama
hak
politik
warga
negara
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara
laki-laki dan
untuk
memilih
dapat
terpenuhi.
Ketiga,
pemungutan
suara
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
menjadi
arena penentu
bagi peserta
partai
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadipemilu
pesertakhsusnya
pemilu. UU
No. 8 Tahun
politik
dan kandidat
untuk
menjalankan
fungsinya
sebagai
2012 menegaskan
setiap
partai
politik peserta
pemilu harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisimemperoleh
ini patut diperjuangkan,
mengingat
intermediary
agent
dalam rangka
kekuasaan
praktik selama
pihak yang
baik
di parlemen
maupun pemerintah
melalui
pemiluini,
dengan
caraduduk
meraih
suara
terbanyak.
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Meski demikian, pada realitasnya proses pemungutan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
suara sering kali bertolak belakang dengan hakikat
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
dasarnya untuk memastikan proses penyelenggaran pemilu
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
berjalan secara demokratis karena terjadinya pelanggaranPengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
pelanggaran pemilu seperti: tidak terdaftarnya wagra
2009.”
negara sebagai pemilih, terdapatnya pemilih ganda yang
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
bertentangan dengan prinsip one person one vote one value
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
(OPOVOV), adanya paksaan atau dihalang-halanginya
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
134
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
pemilih untuk memberikan suara, adanya praktek jualbeli suara, terkendalanya logistik pemungutan suara,
adanya konflik atau kekerasan, dan lain sebagainya yang
menghambat serta merusak jalannya pemungutan suara.
Jika ditinjau dari kacamata legal formal atau pengakan
hukum dalam pemilu, terdapat dua pelanggaran yang
dapat mengganggu pemungutan suara antara pelanggaran
administrasi dan pelanggaran pidana. UU 8/2015 tentang
pemilihan umum kepala daerah Pasal 138 mislanya,
menjelaskan bahwa pelanggaran administrasi pemilihan
adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan
di luar tindak pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik
penyelenggara Pemilihan. Sedangkan pelanggaran pidana
atau yang dalam bahasa UU disebut sebagai tindak pidana
pemilihan, UU 8/2015 tidak mengatur secara lebih spesifik
mengenai bentuk dan jenis pelanggaran pidana tersebut.
Namun demikian, salah satu bentuk pelanggaran pidana
yang paling dominan terjadi ialah praktkek jual-beli suara
atau yang lebih dikenal dengan istilah money politics
(politik uang). Secara teoritik politik uang terbagi kedalam
tiga bentuk yakni: pertama, vote buying atau pembelian
suara. Model vote buying ini dilakukan dengan cara membeli
suara pemilih melalui fresh money yang besarannya cukup
bervariatif. Schaffer (2007, dalam Sumarto 2014: 30) paling
tidak terdapat tiga kriteria dari vote buying diantaranya:
Pertama, materi yang diberikan oleh politisi untuk ditukar
dengan suara pemilih dibagikan beberapa hari atau beberapa
135
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
jam menjelang pemilihan umum. Kedua, target penerima
materi
yangsuatu
dipertukarkan
untuk
memperoleh
suara pemilih
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
adalah
individu
dan
atau
rumah
tangga.
Ketiga,
materi
yang
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
dipergunakan
untuk membeli
suara merupakan
barang
Pandangan Hamdan
tersebut berkaitan
dengan apa yang
disampaikan
privat
atau
barang
public
yang
di
“personalisasi”
(Scaffer
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
2007:
HickenPemilu.”
2007, dalam
Sumarto 2014:
30).Political budget cycles
pada Tahun
Yuna menjelaskan
bahwa
sudah
menjadi
fenomena
studi
Kedua,
bentuk
politik universal
uang yangdidukung
disebut dengan
dengan berbagai
pork
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
barrel atau dalam bahasa Indonesia dikenal politik gentong
budget
cycleslebih
seperti
perubahan
polapork
pada barrel
struktur
anggaran baik secara
babi.
Secara
spesifik
konsep
didefinisikan
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
sebagai
suatu bentuk
penyaluran
barang bantuan
materi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dalam
bentuk kontral, hibah, atau proyek pekerjaan umum
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ke Kabupaten/Kota bahkan desa dari pejabat terpilih
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
(Schaffer 2007, dalam Sumarto 2014: 32). Ketiga, politik
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
uang dalam wujud club goods yakni pendistribusian barang
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
kepada kelompok-kelompok sosial masyarakat menjelang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
hari pemungutan suara. Barang yang didistribusikan sendiri
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
cenderung beranekaragam sesuai dengan kebutuhan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kelompok sosial masyarakat tersebut.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Ditengah
paradoks
muncul
menjelang
2012
menegaskan
setiapyang
partaisering
politikkali
peserta
pemilu
harus memenuhi
bahkan
hari pemungutan
suara
inilah,
sering kali
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini kemudian
patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selamaproses
ini, pihak
yang duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
menjadikan
pemungutan
suara
bahkan yang
lebih
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
secara umum pemilu itu sendiri menjadi tidak demokratis hal ini
akan berdampak
terhadap mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
karena
terdapat negatif
praktek-praktek
yang tidak
mencerimkan
hukum dan
pemerintahan.
kondisi tersebut
telah ditulis oleh Nindita
prinsip
dasar
demokrasi Dan
itu sendiri
yang menitikberatkan
Paramastuti
dalam tulisannya
yang adanya
berjudul:paksaan
“Perempuan
dan Korupsi:
hak
politik warga
negara tanpa
ataupun
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
imbalan uang. Dari sinilah kemudian internasional IDEA
2009.”
dalam studinya “Standar-Standar Internasional Untuk
Masih berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Pemilihan
Umum: Pedoman
Peninjaun
Kembali
Kerangka
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Hukum Pemilu” (2002) menjelaskan paling tidak terdapat
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
136
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
tujuh indikator dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin
integritas pemungutan suara antara lain:
1. Harus ada proses yang secara jelas mengidentifikasi
pemilih yang berhak menggunakan ketentuan
pemberian suara alternatif serta mencegah pemberian
suara berganda.
2. Ketentuan pemberian suara khusus hanya boleh
diterapkan dalam situasi yang didefinisikan dengan
jelas, misalnya dalam hal-hal di mana pemilih tidak
dimungkinkan secara fisik untuk pergi ke tempat
pemungutan suara. Namun, beberapa wilayah
hukum dapat memberikan pengecualian terhadap
hal ini karena alasan-alasan khusus, misalnya,
memperbolehkan sebagian besar pemilihnya untuk
memberikan suara melalui surat pos.
3. Perwakilan partai dan calon serta pemantau pemilu
harus diperbolehkan untuk memantau tempat
pemungutan suara khusus.
4. Jumlah kertas suara dengan nomor seri dan fiturfitur keamanan lainnya yang digunakan serta jumlah
yang dikembalikan belakangan harus dicatat secara
resmi dan terbuka.
5. Jumlah kertas suara yang dikeluarkan harus sesuai
dengan jumlah permintaan yang diterima, ditambah
sejumlah kecil kertas suara ekstra untuk para pemilih
yang mendapatkan kertas suara rusak.
6. Nama dan jumlah pemilih yang mengajukan
permintaan penggunaan ketentuan khusus itu harus
137
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dicatat di tempat pemungutan suara.
7. Jugasuatu
harusupaya
ada aturan-aturan
lain untuk
menghindari
merupakan
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
dibuat pemberian
oleh politisi dan
pemerintah
terpilih
untuk
memerintah.
suara
ganda.yang
Harus
pula
diatur
jika
terjadi sesuatu
mencurigakan
seperti
Pandangan
Hamdanyang
tersebut
berkaitan dengan
apatingginya
yang disampaikan
proporsi
suaratulisannya
satu partai
atau kandidat
daerahAnggaran
Yuna Farhan
melalui
“Menelusuri
Siklus di
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
tertentu.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Pelanggaran administrasi pemilihan adalah pelanggaran
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
yang meliputi tata cara, prosedur, dan mekanisme yang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu dalam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
setiap
penyelenggaraan
pemilu,
luarcycles,
tindak
ini, yangtahapan
menjadi perhatian
tidak hanya
politicaldi
budget
melainkan
pidana
pemilihan
dan
pelanggaran
kode
etik
penyelenggara
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pemilihan.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PELANGGARAN ADMINISTRASI
Beberapa
contoh
pelanggaran
administrasi
misalnya
Masyarakat
tidak jenis
saja dapat
ditafsirkan
sebagai satu
kesatuan, tetapi
tidak
memenuhi
untuk
menjadihakikat
peserta
pemilu,
juga perlu
dibatasi syarat
mengingat
perbedaan
antara
laki-laki dan
perempuan. Seperti
halnya
keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
menggunakan
fasilitas
pemerintah
saat
kampanye,
tidak
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
melaporkan rekening kampanye, atau adanya pelanggaran 8 Tahun
2012 menegaskan
setiap partai
politik peserta pemilu harus memenuhi
kewajiban
dari pemantau
pemilu.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Dalam pelaksanaan Pilkada Serentak 2015, salah
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
satu pelanggaran yang paling banyak terjadi adanya
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
ketidakpatuhan pasangan calon terhadap pelaporan dana
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
kampanye. Sehari jelang pemungutan suara, Komisi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Pemilihan
Umum (KPU) Kota Bitung membatalkan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pencalonan
dan wakil
walikota
nomor DPR RI
Pengalaman pasangan
Perempuanwalikota
Menghadapi
Korupsi
dalam Pemilu
urut
7 karena terlambat menyerahkan laporan penerimaan
2009.”
danMasih
pengeluaran
danadengan
kampanye.
berhubungan
tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Peraturan
Pemilihan
(PKPU) Transparansi
Nomor
Supriyanto
danKomisi
Lia Wulandari
dalamUmum
tulisan berjudul
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
138
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
8 Tahun 2015 Tentang Dana Kampanye Peserta Pilkada
mengaskan pasangan calon wajib menyerahkan tiga laporan
dana kampanye. Ketiganya adalah laporan awal dana
kampanye, laporan penerimaan sumbangan dana kampanye
dan laporan pemasukan dan pengeluaran dana kampanye.
Apabila pasangan calon tidak mematuhi ketentuan tersebut
maka sanksinya adalah pembatalan calon.
Tujuan dari penyerahan laporan ini untuk menjadi
panduan pasangan calon mempertanggungjawabkan
penerimaan dan pengelauran dana kampanyenya. Laporan
ini kemudian menjadi acuan auditor untuk memerkisa
kepatuhan pasangan calon terhadap aturan dana kampanye.
Pasangan calon dituntut untuk patuh pada aturan sumber
dana dan batasan kampanye yang diatur oleh KPU.
Meskipun pasangan calon menyerahkan Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye. Akan
tetapi laporan tersebut belum mencerminkan pengeluaran
sebenarnya. Misalnya di Palu, salah satu pasangan calon
dilaporkan tidak transparan melaporkan dana kampanye
yang mencapai Rp 2 Miliar. Hal ini juga terjadi di daerah
lain seperti Depok, Semarang dan Jember.
Tidak ada satupun sanksi yang diberikan kepada pasangan
calon yang tidak patuh terhadap ketentuan dana kampanye,
meskipun rekening khusus kurang mencerminkan arus
pemasukan dan pengeluaran dana kampanye pasangan
calon. Hal ini karena sembilan dari 27 pasa bertransaksi
tunai lebih dari 50% dari total dana kampanye, tetapi saldo
awal dan akhir tidak berubah.
Selain mengenai pelaporan dana kampanye, masalah
139
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
daftar pemilih menjadi penting untuk dibahas di Pilkada
2015.
Pemilih
di Pileg dankebijakan
Pilpres,publik
justruyang akan
merupakan
suatuyang
upayaterdaftar
untuk menyelamatkan
ditemukan
tidak terdaftar
lagi diyang
Pilkada,
padahal
rentang
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
terpilih
untuk memerintah.
waktu
penyelenggaraan
pemiluberkaitan
tersebut masih
Haldisampaikan
ini
Pandangan
Hamdan tersebut
dengandekat.
apa yang
ditemukan
Kabupaten
Ngada, NTT
dimana Siklus
ratusan
pemilihAnggaran
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Politisasi
tidak
terdaftar
di DPT.
Di menjelaskan
Tangerang Selatan,
hinggabudget
H-1 cycles
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna
bahwa Political
DPT
belum
bisa dipastikan
jumlahnya.
sudahPilkada
menjadi
fenomena
universal berapa
didukung
dengan berbagai studi
empiris
di berbagai
Berbagai solusi
variabelbagi
yangpemilih
mempengaruhi
Meskipun
KPUNegara.
menyediakan
yang politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
tidak
terdaftar
di DPT
bisa diakomodir
dalam
daftar
pemilih
agregat maupun
pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
tambahan,
akansecara
tetapispesifik
faktanya
pemilih
tambahan
sering
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
menjadi
sumber masalah baru dalam pemilu. Bawaslu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Jambi menemukan 500 nama dalam daftar pemilih
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tambahan bermasalah, terutama di Kabupaten Bungo dan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Tebo.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Permasalahan DPT akibat kegandaan administrasi
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
penduduk
juga masih
terjadi.
Di Purworejo,
Panwas
juga perlu dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat antara
laki-laki dan
menemukan
ada
3.712
pemilih
ganda
dalam
daftar
pemilih.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Sementara
di Manado
ditemukan
23peserta
pemilih
dengan
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
pemilu.
UU satu
No. 8 Tahun
NIK.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.kesalahan
Kondisi ini patut
mengingat
Tidak
bisa dipungkiri,
DPTdiperjuangkan,
salah satunya
praktik selama
pihak yang duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
berasal
dari ini,kacaunya
administrasi
kependudukan.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Sehingga sumber data yang diturunkan menjadi DPT hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
harus
diperbaiki. DPT Pilkada masih bersumber dari DAK2
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Kementrian Dalam Negeri yang keakuratannya diragukan.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Selain itu pemutahiran data pemilih diharapkan mampu
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
mengkoreksi
kebenaran data dengan fakta dilapangan. Akan
2009.”
tetapi petugas pemutahiran data pun masih tidak bekerja
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
maksimal
dengan
jumlah yang
serta lemahnya
Supriyanto dan
Lia Wulandari
dalamminim
tulisan berjudul
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
140
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
pengawasan aktifitas pemutahiran data.
Pemberitahuan memilih atau formulir C6 banyak
yang tidak sampai kepada pemilih. Bawaslu Sumbar
menyatakan bahwa banyak formulir C6 yang belum
didistribusikan kepada pemilih. Di Depok misalnya, hingga
H-1 pencoblosan, banyak warga Depok belum mendapat
undangan. Di Manokwari, formulir C6 justru dibagikan
secara diskriminatif.
Dalam satu rumah, empat orang terdaftar dalam DPT
akan tetapi yang menerima undangan C6 hanya dua orang.
Permasalahan C6 ini sangat mengemuka dalam sidang
sengketa hasil di MK. Pemohon dan saksi ahli menilai ada
unsur kesegajaan pembagian C6 tidak menyeluruh dan
mempolitisasi undangan memilih. Kebanyakan masyarakat
menganggap jika tidak mendapat undangan maka tidak
memilih. Hal ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu
untuk menguntungkan calon tertentu. Ke depan harus ada
mekanisme pemberitahuan memilih yang lebih efektif.
Sehingga sumber informasi pemberitahuan memilih tidak
hanya dari C6.
Dalam tata cara pemberian suara, di sejumlah daerah
di Papua memang boleh menggunakan sistem noken.
Penggunaan noken juga dipertegas hanya didaerah yang
sebelumnya menggunakan noken, sementara di daerah yang
bukan menggunakan noken maka tidak diperbolehkan.
Surat Edaran KPU Provinsi Papua mempertegas dari
seluruh daerah yang ikut Pilkada Serentak di Papua, hanya
Yahokimo yang diperbolehkan menggunakan sistem noken.
Akan tetapi faktanya di Asmat, pemilih menggunkan sistem
141
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
noken dalam pemungutan suara. Dari 19 distrik, terdapat 13
distrik
yangsuatu
justru
melaksanakan
dengan mekanisme
noken.yang akan
merupakan
upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik
Selain
di Asmat,
noken ternyata
jugauntuk
diterapkan
di
dibuat oleh
politisisistem
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
TPSPandangan
9 Kelurahan
Kalisusudi
Hamdan
tersebutNabire.
berkaitanAdanya
dengan penggunaan
apa yang disampaikan
noken
di
daerah
yang
bukan
sistem
noken
menyebabkan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dilakukannya
coblos ulang
TPS tersebut.
pada Tahun Pemilu.”
Yuna di
menjelaskan
bahwa Political budget cycles
sudah
fenomena
universal
studi
KPUmenjadi
RI maupun
KPU Papua
tidakdidukung
mengaturdengan
secara berbagai
tegas
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
penggunaan noken. Sehingga dengan tidak adanya aturan
budgetjelas,
cyclesmasyarakat
seperti perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
yang
membuat
sendiri
aturan
sistem
agregat Selain
maupunitu,
secara
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
noken.
pemberian
dukungan
kepada
pasangan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
calon
tertentu sulit untuk dibuktikan. Kesepakatan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
masyarakat untuk mengusung pasangan tertentu perlu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
diadminitrasikan untuk mencegah adanya manipulasi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
suara. Penggunaan sistem noken perlahan-lahan harus
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dihilangkan karena tidak sesuai dengan prinsil universal
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pelaksanaan pemilihan umum one man one vote one value.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Pelanggaran
pidana
menjadi
salahpemilu
satu persoalan
2012
menegaskan
setiappemilu
partai politik
peserta
harus memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisihari
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
paling
banyak terjadi
menjelang
pemungutan
suara
praktik selama
pihak
duduk baik disuara.
parlemen
maupun pemerintah
sampai
pada ini,
hari
Hyang
pemungutan
Berdasarkan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
pemantauan media yang dilakukan oleh Perludem semenjak hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
masa
tenang sampai
dengan
hari
pemungutan
suara
Rabu, dalam
dan pemerintahan.
Dan kondisi
telah ditulis
oleh Nindita
9hukum
Desember
2015 dari 145
temuantersebut
57 diantarnya
ialah
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
pelanggaran
pidana pemilu.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
57 temuan pelanggaran pidana pemilu yang terjadi
2009.”
PELANGGARAN PIDANA
pada saat masa tenang dan hari pemungutan suara
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
diklasifikasikan kedalam lima bentuk pelanggaran pidana
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
diantaranya: money politics yang terbagi kedalam dua jenis
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
142
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
vote buying dan club goods, kemudian black campaign,
manipulasi pemilih, serta netralitas penyelenggara.
(sumber diolah dari hasil pemantauan media dari tanggal 8-9 Desember 2015)
Pertama, praktek vote buying atau pembelian suara
dengan memberi uang dalam wujud “fresh money” paling
banyak terjadi dengan jumlah temuan sebanyak 29.
Besaran uang yang diberikan kepada pemilih sendiri cukup
bervariatif mulai dari Rp. 25.000 sampai Rp. 100.000 yang
pendistribusiannya melalui berbagai perantara seperti elit
lokal setempat, kepala desa, sampai dengan penyelenggara
pemilu seperti anggota KPPS.
Di Boyolali misalnya, didapat anggota KPPS yang
membagikan formulir C6 sebagai undangan pemilih
berserta uang Rp. 25.000. Kemudian, di Kabupaten Kediri
Panwaslu memproses aparat desa setempat yang terbukti
melakukan vote buying sebesar Rp. 50.000 pada masa
143
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
tenang. Bahkan di Kepulauan Meranti, terdapat warga yang
melaporkan
bahwa
menerima uang
sebesar
Rp.yang akan
merupakan suatu
upayadirinya
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik
100.000
sebagai
ajakan yang
untuk
memilih
salah
satu
dibuat oleh
politisi bentuk
dan pemerintah
terpilih
untuk
memerintah.
calon
kepala daerah.
Selain
dalam
wujuddengan
fresh money,
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
apa yangvote
disampaikan
buying
terjadi
pula
dalam
wujud
kendaraan
roda
empat.
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Di
Kabupaten
Sleman
Daerah
Istimewa
Yogyakarta,
pada
Tahun Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political pada
budget cycles
masa
kampanye
beredar
kupon
undian
berhadiah
mobil
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
yang
disertai
dengan
gambar
salahvariabel
satu pasangan
calon.
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
yang mempengaruhi
politcal
budget
cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur anggaran
baik secara
Tidak
hanya
menyasar
pemilih,
penyelenggara
pemilu
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
menjadi
target praktek
vote buying
dengan tujuan
untuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mempengaruhi
hasil pemungutan suara seperti yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
terjadi di Cianjur. Polisi melakukan tangkap tangan suap
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sebesar Rp. 8.200.000 kepada salah satu Ketua Panitia
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemungutan Suara (KPPS) dan tangkap tangan terhadap
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
pejabat pemerintah daerah setempat serta salah satu
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
anggota desa yang didapati membawa 300 juta rupiah yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
belum diketahui maksud serta tujuannya.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Kedua,
money
politics
wujud
club
goodsUUyakni
syarat
verifikasi
faktual
untukdalam
menjadi
peserta
pemilu.
No. 8 Tahun
pemberian
barangsetiap
yangpartai
ditujukan
sekelompok
atau
2012 menegaskan
politikpada
peserta
pemilu harus
memenuhi
komunitas
sosialperempuan.
masyarakat
tertentu.
Di Kabupaten
30% keterwakilan
Kondisi
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
ini, pihak
yang duduk
baikKPPS
di parlemen
pemerintah
Malang
misalnya,
terdapat
oknum
yang maupun
diketahui
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
membagikan sarung dan stiker kepada pemilih. Ada pula hal ini
akan berdampak
negatif
mandeknyayang
aspirasi
perempuan dalam
staff
pengajar di
salahterhadap
satu univeritas
dilaporkan
hukum dan
pemerintahan.
Danpemilu
kondisi tersebut
ditulis oleh Nindita
kepada
panita
pengawas
karena telah
membagikan
Paramastuti
dalam salah
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
atribut
kampanye
satu calon
kepala daerah.
Selaindan
itu, Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
didapati pula minyak goreng dan berbagai jenis kebutuhan
2009.”
primer lainnya yang dibagi-bagikan kepada kalangan ibu
Masih
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
rumah
tangga.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Ketiga, kampanye hitam atau dalam ilmu politik
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
144
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
lebih dikenal dengan istilah black campaign yakni
menyebarluaskan isu tidak baik kepada salah satu kandidat
untuk mempengaruhi tingkat elektabilitas dan masih
dilakukannya kampanye pada masa tenang. Masih terjadi
dalam penyelenggaran pilkada serentak 2015. Berdasarkan
tayangan disalah satu stastiun televisi swasta, terdapat salah
satu calon kepala daerah yang digugurkan pencalonannya
dan divonis tiga bulan penjara karena melakukan fitnah
terhadap lawan politiknya. Selain itu, sebagai salah satu
daerah menerapkan mekanisme pemilihan calon tunggal.
Menjelang hari pemungutan suara di Kabupaten Timor
Tengah Utara, beredar ajakan untuk tidak memilih calon
tunggal.
Keempat, masih terdapat penyelenggara pemilu yang
berpihak bahkan mengkampanyekan salah satu kandidat
kepala daerah. Persoalan netralitas penyelenggara pemilu
ini paling banyak terjadi di level PPS dan KPPS. Di Maluku
Utara misalnya, terdapat puluhan warga yang mengeluhkan
dan mempertanyakan sikap lurah di salah satu desa yang
melakukan rekrutmen petugas KPPS yang dianggap tidak
netral dan berpihak kepada salah satu kandidat. Bahkan di
Purworejo salah satu anggota PPS mundur dari jabatanya
karena ikut berpartisipasi dalam kegiatan kampanye salah
satu pasangan calon kepala daerah.
Kelima, persoalan klasik berkaitan dengan pendaftaran
pemilih yang dapat berujung pada manipulasi pemilih
masih banyak ditemukan selama hari tenang sampai dengan
hari pemungutan suara. Di Ogan Ilir sebanyak 3.400 Daftar
Pemilih Tetap (DPT) dicoret karena bermasalah. Salah satu
145
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
kabuapten di Sumatera Selatan menjelang hari pemungutan
suara
terdapat
8.700
jumlah
tambahan
karenapublik
prosesyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk pemilh
menyelamatkan
kebijakan
pengelolan
pendaftaran
pemilih yang
yangterpilih
tidak untuk
terkonsolidasi
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
memerintah.
dengan
baik.
Di
Kabupaten
Seram
Bagian
Timur
(SBT)
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
Maluku,
berhasil
mengamankan
seorang
penyusup
karena
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
melakukan
pencoblosan
dengan menggunakan
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political surat
budget cycles
undangan
orang
lain.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Surat suara merupakan salah satu perlengkapan utama
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dalam pemungutan suara. Sebagai instrumen untuk
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
memenuhi hak politik warga negara, jumlah surat suara
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
haruslah sesuai dengan jumlah pemilih dan memuat
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
keterangan nama maupun gambar pasangan calon kepala
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
LOGISTIK PEMUNGUTAN SUARA daerah terkait. Hal ini karena melalui surat suaralah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
representasi politik warga negara dari “suara” berubah
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
menjadi “kursi” di pemerintahan ditentukan.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Untuk
menjaga
syarat
verifikasi
faktual kemurnian
untuk menjadisurat
pesertasuara
pemilu.sekaligus
UU No. 8 Tahun
intergitas
pemilu, setiap
palingpartai
tidakpolitik
terdapat
dua Indikator
yang
2012 menegaskan
peserta
pemilu harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan. studi
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
harus
dipenuhi berdasarkan
yang
dilakukan
oleh IDEA
praktik selama
pihak
yang duduk
di parlemen
maupunseri
pemerintah
(2002)
antaraini,
lain:
Jumlah
kertasbaik
suara
dengan nomor
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
dan fitur-fitur keamanan lainnya yang digunakan serta hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
jumlah
yang dikembalikan
belakangan
harus
dicatat
secara dalam
hukumdan
dan terbuka.
pemerintahan.
Dankertas
kondisisuara
tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
resmi
Jumlah
yang
dikeluarkan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
harus
sesuai dengan jumlah permintaan yang diterima,
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
ditambah sejumlah kecil kertas suara ekstra untuk para
2009.”
pemilih yang mendapatkan kertas suara rusak.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Meski demikian, adanya keterlembatan pendistribusian
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
surat suara, surat suara yang jumlahnya tidak sesuai,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
146
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
dan surat suara rusak. Sudah menjadi persoalan klasik
dan ceremonial rutin menjelang hari pemungutan suara.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan selama masa
tenang sampai hari pemungutan suara terdapat 36 kasus
yang berkaitan dengan logsitik terutama surat suara.
Pertama, keterlembatan proses pengeriman logistik
surat suara 9 Desember menjadi persoalan yang paling
banyak terjadi terutama di daerah timur Indonesia. Kontur
geografis yang sebagian besar terdiri dari dataran tinggi
ditambah dengan tingginya curah hujan serat sulit akses
transportasi menuju tempat pemungutan suara (TPS),
menjadi latar belakang utama terjadinya keterlambatan
distribusi logistik.
Di Yahukimo, dua hari menjelang pemungutan suara dari
51 kecamatan yang ada baru 36 kecamatan yang mampu
terdistribusi dengan baik. Selain karena kondisi cuaca yang
ekstrim, pencairan anggaran untuk penyewaan transportasi
udara menjadi salah satu faktor penghambat pendistribusian
(Kompas 2015). Hal serupa terjadi pula di Kabupaten Supiori
Papua, akibat cuaca buruk pendistribusian logistik terpaksa
ditunda sementara satu hari menjelang hari pencoblosan.
Bahkan terdapat petugas logistik yang dinyatakan sudah
hilang selama lima hari di hutan, dan warga Kampung Towe
Kerom gagal melakukan pencoblosan akibat keterlambatan
distribusi surat suara.
Tidak hanya di daerah-daerah Papua saja, di pulau Jawa
dengan akses transportasi yang memadai. Mengalamai
penundaan pendistribusian logistik juga di Kabupaten
Malang akibat tingginya curah hujan.
147
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Kedua, adanya gambar dan nama kandidat di surat suara
yang
tidak suatu
sesuai
atau
dinyatakan
rusakkebijakan
sedikit banyak
merupakan
upaya
untuk
menyelamatkan
publik yang akan
terjadi
menjelang
hari
pemungutan
suara
yang
sebagian
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
besar
di musnahkan.
KPU berkaitan
Provinsidengan
Jambiapamisalnya,
Pandangan
Hamdan tersebut
yang disampaikan
memusnahkan
447.330
surat
suara
yang
dinyatak
rusak.
HalAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
serupa
terjadi
pula diYuna
Denpasar,
Ponorogo,
Ngawi,
Sleman,
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Medan,
Oku
Selatan,
Depok,
dan
juga
Balikpapan.
Adanya
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemunsahan
suratNegara.
suara yang
dinyatakan
rusakmempengaruhi
merupakan politcal
empiris di berbagai
Berbagai
variabel yang
budgetsatu
cycles
seperti
pada
struktur anggaran
baik secara
salah
cara
yangperubahan
dilakukanpola
oleh
penyelenggara
pemilu
agregatmeminimalisir
maupun secarapenyalahgunaan
spesifik pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
untuk
suarat suara.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Selain itu, di Tasikmalaya sebagai daerah yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
mempraktekan penyelenggaran pemilu dengan satu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
pasangan calon. Banyak memperoleh keluhan yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
berkaitan dengan disain surat suara yang tidak aksesebel
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
bagi kalangan disabilitas, akibat huruf braille yang terlalu
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kecil sehingga sulit untuk dibaca.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Sedangakan,
jumlah
ketersedian
surat
suara yang
tidak
perempuan.
Seperti
halnya
keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
sesuai
dengan faktual
jumlahuntuk
DPTmenjadi
terjadipeserta
di Kabupaten
syarat verifikasi
pemilu. UUAru.
No. 8 Tahun
Akan
tetapi bukansetiap
berarti
terjadi
kekurangan
suratharus
suara,
2012 menegaskan
partai
politik
peserta pemilu
memenuhi
melainkan
jumlah
surat suara
yangini
berlebih.
Jumlah DPT
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut diperjuangkan,
mengingat
praktik
selama Aru
ini, pihak
yang duduk
baik
di parlemen
maupun pemerintah
di
Kabupaten
sebanyak
56.399
yang
berarti seharusnya
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
dicetak sebanyak 57.808 lembar (ditambah 1.409 surat hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
candangan),
tetapi
dicetak
sebanyak
63.000aspirasi
lembar perempuan
(Tabloid dalam
hukum
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Judi
2015).
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
ANCAMAN KONFLIK DAN KEKERASAN
Pada dasarnya, pemilu merupakan konflik yang
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dilembagakan karena ada persaingan untuk merebut
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
maupun mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi sering
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
148
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
sekali pertarungan ini terbawa dalam konflik fisik yang
menyebabkan kerugian materil hingga korban jiwa.
Terlebih dalam Pilkada, ikatan emosional yang dekat antara
pasangan calon dan pendukung dianggap salah satu faktor
penyebab tingginya konflik di pilkada.
Dalam catatan The Habibie Center, selama kurun waktu
2005-2013, pilkada secara langsung telah menimbulkan
konflik di beberapa daerah diantaranya Kabupaten Padang
Pariaman (2005), Kabupaten Tuban (2006), Provinsi
Maluku Utara (2007), Kabupaten Gowa (2010), Kabupaten
Ilaga (2011), Provinsi Aceh (2012) dan Kota Palopo (2013).
Konflik berujung pada terjadinya tindakan anarkis dan
kekerasan. Dalam rentang waktu yang sama, konflik
kekerasan fisik menyebabkan korban jiwa sebanyak 70
orang, korban luka sebanyak 107 orang, 279 rumah rusak
dan pertokoan dibakar.
Dengan sejarah konflik di Pilkada, sejumlah pihak
menghawatirkan pelaksanaan Pilkada Serentak 2015 di
269 daerah. Sebab apabila konflik di sejumlah daerah juga
terjadi serentak, jumlah personil keamanan tidak cukup
mengantisipasi. Apalagi di daerah-daerah yang memiliki
sejarah konflik horizontal seperti Papua dan Maluku.
Namun kenyataannya, konflik horizontal yang terjadi
tidak begitu mencuat. Pelaksanaan pemungutan suara
pada 9 Desember cenderung aman. Justru ancaman
kekerasan yang meningkat berasal dari konflik vertikal
antara penyelenggara pemilu dengan masyarakat terlebih
pasangan calon.
Hal ini terlihat dari terbakarnya sembilan gedung
149
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah. Hingga saat
ini
kasus terbakarnya
gedung
KPU belum
diusut publik
tuntasyang akan
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
apakah
memang
atau adanya
unsuruntuk
kesengajaan.
dibuat oleh
politisi terbakar
dan pemerintah
yang terpilih
memerintah.
JikaPandangan
dilihat dari
tahapan
pilkada,
tujuh
dari
sembilan
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
gedung
diketahui
terbakar
setelah
masa pendaftaran
calonAnggaran
Yuna Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
dan
calon.
Sementara
dua
lainnya
sebelum
pada penetapan
Tahun Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
dimulainya
masa
pencalonan.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
KPU di
Buru
Selatan
terbakar
17 Maret
2015; KPU
Mimika politcal
budget cycles
seperti
perubahan
pada struktur
anggaran
baik secara
terbakar
6 Juni
2015; KPU
Musipola
Banyuasin,
terbakar
26 Juli
agregatKPU
maupun
secaraJawa
spesifik
pada
tahun-tahun
Pemilu,2015;
terkonfirmasi
2015;
Provinsi
Barat
terbakar
7 Agustus
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
KPU
Ketapang terbakar 21 September 2015; KPU Bengkulu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Selatan terbakar 6 Oktober 2015; KPU Timor Tengah Utara
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
terbakar 11 Oktober 2015 dan KPU Kota Surabaya terbakar
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
06 November 2015. Sementara pada tahun sebelumnya,
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
hanya ada dua yang terbakar yakni kantor KPU Toraja Utara
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
(2014) dan kantor KPU Maybarat (2011).
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Dari beberapa
memang terlihat
adanya
motif
perempuan.
Sepertikejadian
halnya keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
kesengajaan,
seperti
kantor
KPUpeserta
Kabupaten
Ketapang
syarat verifikasi
faktualdiuntuk
menjadi
pemilu.
UU No. 8 Tahun
yang
pada
September
2015.peserta
Di bagian
luarharus
kantor
2012 terbakar
menegaskan
setiap
partai politik
pemilu
memenuhi
ditemukan
adanya
semacamKondisi
bakaran
yangdiperjuangkan,
berupa sumbu
30% keterwakilan
perempuan.
ini patut
mengingat
praktik selama
pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
panjang
dari ini,
luar
kantor
KPU hingga
ke bagian
bawah
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
kantor KPU. Dalam rapat evaluasi Pilkada Serentak bersama hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
Komisi
II DPR RI,
Menteri
Dalam
Negeri aspirasi
Tjahyo perempuan
Kumolo dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
mengatakan
KPU Kalimantan
tengah
ternyata
sengaja
Paramastuti
dalamdiminta
tulisannya
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
dibakar
sehingga
diusut.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Kekerasan terhadap penyelenggara juga dialami langsung
2009.”
seperti penusukan terhadap anggota KPU Kepahiang,
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Windra Purnawan. Penusukan terjadi pasca pengumuman
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
keputusan panwaslu terkait dengan sengketa Pilkada antara
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
150
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
KPU dengan salah satu pasangan calon yang gagal mengikuti
Pilkada Kepahiang. Pihak kepolisian akhirnya menetapkan
empat orang tersangka penusukan.
Tindak kekerasan dan intimidasi terhadap komisioner
KPU di daerah bukanlah kejadian pertama terjadi.
Sebelumnya, menjelang pengundian nomor urut pasangan
calon bupati dan wakil bupati Tolitoli, terjadi insiden
pemukulan terhadap Ketua KPU Tolitoli, Hambali Mansur
oleh massa salah satu pendukung pasangan kandidat.
Di Boven Digoel setelah KPU mengumumkan
membatalkan salah satu pasang calon, Ketua KPU Boven
Digoel dibawa oleh orang yang tidak dikenal dan dipukuli.
Lainnya adalah perusakan Kantor KPU Manggarai Barat,
dan intimidasi kepada anggota KPU Mataram. Bahkan ada
pula pembacokan calon kepala daerah di Lamongan.
Dilihatdarimasaterjadinyakekerasan,kebanyakankonflik
muncul pada masa pencalonan maupun pasca penetapan
calon. Tentu hal ini berkaitan dengan sudah semaksimal
apa mekanisme sengketa pencalonan dan profesionalisme
penyelenggara dalam menetapkan calon. Perlu juga dilihat,
apakah konflik ini juga dipicu oleh diperbolehkannya partai
yang mengalami dualisme kepengurusan mengusung calon.
Kemudian ketika terjadi sengketa, kualitas putusan secara
tidak langsung dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya
Manusia yang memutus.
PENUTUP
Masih banyaknya catatan persoalan pada masa tenang
151
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sampai dengan hari pemungutan suara di Pilkada Serentak
gelombang
pertama
9 Desember
2015, perlukebijakan
menjadipublik
bahanyang akan
merupakan suatu
upaya
untuk menyelamatkan
evaluasi
pilkada
serentak
gelombang
dibuat olehserius
politisimenjelang
dan pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
kedua
2017.
Evaluasi
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang dua
disampaikan
cara
yakni
revisi
regulasi
UU
8/2015
tentang
pilkada
sampai
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dengan
evaluasi
bagi penyelenggara
danbahwa
peserta
pemilu.budget cycles
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
sudah
menjadi
fenomena
didukung
dengan
berbagai studi
Revisi
UU 8/2015
dapatuniversal
meminimalisir
secara
langsung
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
pelanggaran administrasi maupun pelanggaran pidana politcal
budgetterjadi
cycles seperti
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
yang
selamaperubahan
masa tenang
sampai
dengan
hari
agregat maupun
secara Adanya
spesifik pada
tahun-tahun
terkonfirmasi
pemungutan
suara.
pemilih
ganda Pemilu,
yang akar
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
persoalannya
berasal dari sumber data kependudukan,
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dapat diatasi dengan cara memberikan kewenangan kepada
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
KPU dalam undang-undang pilkada sebagai lembaga
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tunggal yang mengkonsolidasikan data kependudukan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
dari berbagai lembaga negara yang mengurusi data
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kependudukan. Sehingga KPU dapat memetakan sekaligus
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
mengkonsolidasikan data kependudukan yang selama ini
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
berceceran dan cenderung berbeda antara satau dengan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
lainnya.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
Begitu
pula dengan
prosesKondisi
kampanye,
UU
8/2015 hanya
30%
keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selamaketentuan
ini, pihak yang
dudukmenggunakan
baik di parlemen
maupun
pemerintah
menjelaskan
larangan
politik
uang
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
tetapi tidak ada satupun pasal yang menjelaskan ketentuan hal ini
akan berdampak
terhadap
aspirasiyang
perempuan
sanksi
mengenainegatif
politik
uang. mandeknya
Persoalan inilah
ikut dalam
hukummelatarbelakang
dan pemerintahan.mengapa
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
serta
masih
terjadinya
politik
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
uang
menjelang
hari
pemungutan
suara. Sehingga
menjadi
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
penting kemudian revisi uu pilkada memuat ketentuan
2009.”
penegakan hukum pemilu yang tidak hanya memberikan
Masih tetapi
berhubungan
temasetiap
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
larangan
sanksi dengan
tegas bagi
pelaku politik
uang.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Dari segi laporan dana kampanye, sejauh ini UU 8/2015
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
152
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
hanya mengamanahkan adanya audit kepatuhan semata
yang tidak memberikan keluluasaan kepada auditor untuk
melakukan pelacakan lebih jauh berkaitan dengan sumber
pemasukan dan pengeluaran masing-masing kandidat
dalam kampanye. Padahal diperlukan pengawasan melekat
dengan mengumpulkan data/angka pembanding biaya
kampanye pasangan calon. Untuk itu revisi UU Pilkada
harus merubah ketentuan audit laporan dana kampanye
dari audit kepatuhan menjadi audit investigatif.
Selain itu, jika terbukti secara sengaja melakukan
manipulasi laporan atau justru tidak melaporkan dana
kampanye dapat dikenakan sanksi denda dan sanksi
administratif bagi partai politik pengusung dengan cara
tidak diperkenankan kembali mencalonkan calon kepala
daerah dalam kurun waktu sekali penyelenggaran pilkada
berikutnya. Hal serupa diberlakukan pula pada pasangan
calon yang tidak bisa mencalonkan diri di penyelenggaran
pemilu dan pilkada berikutnya.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan
revisi UU Pilkada ialah penentuan waktu penyelenggaran
pemungutan suara. Penyelenggaran pilkada 2015 yang
waktunya tidak jauh dari penyelenggaran Pemilu 2014,
nyatanya memiliki dampak yang cukup siginfikan terhadap
proses pemungutan suara. Belum lagi ditentukanya
waktu penyelenggaran pada bulan Desember, yang
memiliki kontribusi nyata kepada terhambatnya proses
pendistribusian logistik dibeberapa daerah timur Indonesia,
yang disebabkan oleh faktor cuaca dan akses ke daerahdaerah tertentu. Untuk itu UU Pilkada yang baru kelak
153
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
perlu memperhitungkan waktu pemungutan suara yang
mempertimbangkan
kondisi
geografis di daerah.
merupakan suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat
politisi
pemerintah
yang terpilih
untuknetralitas
memerintah.
Padaoleh
sisi
lain,dan
untuk
membenahi
perosalan
penyelenggara
perlu tersebut
ada berkaitan
pembenahan
mekanisme
Pandangan Hamdan
dengan apa
yang disampaikan
rekrutmen
penyelenggara
yang“Menelusuri
tidak lagi dibebankan
padaAnggaran
Yuna Farhan
melalui tulisannya
Siklus Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
preferensi
kepala
desa.Yuna
UU Pilkada
serentak
yang
baru harus
sudah menjadi fenomena
universal didukung
denganpemilu
berbagai studi
memberlakukan
proses rekrutmen
penyelenggara
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
sampai dengan level KPPS yang sifatnya terbuka dengan politcal
budget cyclespanitia
seperti seleksi.
perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
membentuk
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Sedangkan masih diwarnainya konflik dan kekerasan
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
perlu menjadi perhatian serius bagi apratur penegak hukum
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
di Indonesia, termasuk bagi penyelenggara pemilu yang
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
perlu
sejak
dini memetakan
political
corruption
cycle ataudaerah-daerah
siklus korupsi mana
politik saja
padayang
tahun-tahun
dianggap
rawan
konflik.
Berkaca
pada
penyelenggaran
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
pilkada serentak 2015, masa paling rawan bukanlah
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
ketika
pemungutan
suara akan
tetapi pasca
juga perlu
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikatpendaftaran
antara laki-laki dan
dan
penetapan
pasangan
calon.
Personil
keamananan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sebaiknya
diturunkan
sejak menjadi
tahapanpeserta
pencalonan
syarat verifikasi
faktual untuk
pemilu.dimulai,
UU No. 8 Tahun
dan
KPUpolitik
ditingkatkan
daerah
2012pengamanan
menegaskan anggota
setiap partai
peserta terlebih
pemilu harus
memenuhi
yang
memiliki sengketa
Selain
menjamin
30% keterwakilan
perempuan.pencalonan.
Kondisi ini patut
diperjuangkan,
mengingat
praktik selama ini,
yang dudukpenyelenggara,
baik di parlemenjuga
maupun
pemerintah
independensi
danpihak
kompetensi
perlu
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
memperbaiki mekanisme sengketa yang ada sehingga hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
menjamin
rasa keadilan
peserta mandeknya
pilkada. aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Creswell 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif,
2009.”
Kuantitatif, dan Mixed, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
REFERENSI
Masih
berhubungan
dengan tema
akuntabilitasUntuk
keuangan politik, Didik
IDEA,
2002,
Standar-Standar
Internasional
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi dan
Pemilihan Umum: Pedoman Peninjauan Kembali
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
154
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
SEBUAH STUDI MENGENAI DINAMIKA PEMUNGUTAN SUARA DI PILKADA 2015
Kerangka Hukum Pemilu, IDEA, Swedia.
Perludem 2015, Siaran Pers Perkumupulan Untuk Pemilu
dan Demokrasi, “Catatan Hari H”, 9 Desember.
Stoke, S 2009, Pork by Any Other Name Building
Conceptual Scheme of Distributive Politics, dalam
kolaborasi buku yang di editori oleh Valeria Brusco,
Thad Dunning, & Marcelo Nazareno.
Sumarto, M 2014, Perlindungan Sosial Dan Klientelisme
Makna Politik Bantuan Tunai Dalam Pemilihan
Umum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
155
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
156
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN
DATA TERHADAP INOVASI,
GERAKAN SOSIAL, DAN
PARTISIPASI POLITIK
DALAM PILKADA
SERENTAK 2015
Diah Setiawaty & Sebastian Vishnu Bhaskara
ABSTRAK
Tuntutan terhadap adanya pemilu yang jujur dan adil
semakin tidak terelakkan terutama setelah masuknya
era keterbukan informasi dan seiring dengan kemajuan
teknologi informasi. Tuntutan ini menghasilkan gerakangerakan politik baru yang memanfaatkan kemajuan jaman
dan teknologi informasi. Menghadapi gelombang ini,
lembaga negara dan penyelenggara pemilu pun pun mulai
berbenah diri dan melakukan berbagai inovasi. Dimulai dari
beragam keterbukaan pada saat Pemilihan Umum DPR/
DPD dan DPRD serta pemilihan umum Presiden tahun
2014. Gelombang inovasi ini terus berkembang hingga ke
Pemilihan Kepala Daerah secara serentak. KPU melalui
regulasinya mengenai data terbuka yang termaktub dalam
Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No.5 tahun
157
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
2015 Pasal 50 mengenai akses data dan informasi. Di dalam
PKPU
yang
mengatur
tentang
sosialisasikebijakan
dan partisipasi
merupakan
suatu
upaya untuk
menyelamatkan
publik yang akan
masyarakat
dalam
pemilihan
Gubernur
dan
Wakil
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Gubernur,
Bupati
dan Wakil
Bupati,
dan/atau
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
denganWalikota
apa yang dan
disampaikan
Wakil
Walikota
inilah
untuk
pertama
kalinya
ada
peraturan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
yang
terkait
akses
data
terbuka dibahwa
lembaga
pemilihan
pada jelas
Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
Political
budget cycles
umum.
Terdapat
korelasi
yang
kuat
antara
keterbukaan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
data
dandiinformasi
terhadap
transparansi
dan akuntabilitas
empiris
berbagai Negara.
Berbagai
variabel yang
mempengaruhi politcal
budget cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran
baik secara
pemerintah
dan juga
lahirnya
gerakan
sosial
politik
agregatyang
maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
baru
melahirkan
partisipasi
pemilih bertemakan
dalam praktek penganggaran
di Indonesia
yang
berkaitan dengan
pembuatanteknologi
yang dilakukan
oleh
masyarakat
sipil siklus
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
(civic-tech). Tulisan ini mengevaluasi berbagai keterbukaan
ini, yang
perhatian
tidak hanya political
cycles, melainkan
data
yangmenjadi
dilakukan
oleh KPU/Bawaslu
dan budget
mengelaborasi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
gerakan
sosial civic tech dan open data yang muncul pada
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pilkada Serentak 2015. Tulisan ini juga mencoba menjawab
Masyarakat
tidak saja
dapat ditafsirkan
sebagai
satumuncul
kesatuan, tetapi
pertanyaan
bentuk
partisipasi
seperti apa
yang
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
ketika pemerintah dalam hal ini KPU membuka data- data
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
publik? Dan bagaimana inovasi, partisipasi dan gerakan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
sosial terbentuk di era digital? Serta langkah-langkah apa
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
yang harus dilakukan oleh penyelenggara pemilu untuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
bersinergi
bersama dengan gerakan sosial tersebut guna
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
memperkuat
transparansi
dan akuntabilitas.
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
Kata
Kunci:negatif
transparansi,
terbuka,
keterbukaan,
akan
berdampak
terhadap data
mandeknya
aspirasi
perempuan dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan
kondisipilkada,
tersebut telah
ditulis
oleh Nindita
partisipasi,
pemilu kepala
daerah,
inovasi,
civicParamastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
tech
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
PENGANTAR
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Kebutuhan
akan keterbukaan data dan informasi kini
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
semakin meningkat setelah Indonesia memasuki era digital
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
158
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
age. Hal ini menjadi tidak terelakkan sejak berkembang
pesatnya teknologi informasi dan perkembangan internet
di Indonesia. Menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet
Indonesia (APJII) pada tahun 2015 jumlah pengguna
internet di Indonesia sudah mencapai 88, 1 juta jiwa1.
Selain itu penggunaan media sosial di Indonesia juga sangat
tinggi. Di dalam laporan yang diajukan oleh We Are Social,
di Indonesia terdapat 72 juta pengguna aktif media sosial,
dimana 62 juta penggunanya melakukan akses melalui
perangkat mobile. Hal ini menjadikan pangsa pasar media
sosial di Indonesia sangat tinggi hingga Jakarta kerap
disebut sebagai Ibu kota sosial media. Pegguna facebook
di Indonesia misalnya menempati urutan ke empat dari
jumlah pengguna di seluruh dunia, sekitar 48 juta jiwa yang
menggunakan Facebook. Kemajuan teknologi informasi
dan penyiaran media masa yang meluas telah memberikan
kontribusi untuk meningkatkan kebutuhan hiruk pikuk
informasi. Perkembangan teknologi informasi telah
memunculkan berbagai optimisme akan peran pentingnya
di masa depan sebagai media komunikasi utama, yang
menawarkan berbagai kemudahan di berbagai aspek
kehidupan sosial, termasuk politik dan demokrasi.
Berbagai fenomena ini dipicu oleh perkembangan media
sosial itu sendiri, melihat ekologi dari media sosial saat ini
telah tumbuh sedemikian maju hingga pertumbuhannya
memungkinkan berbagai interaksi sosial, percakapan dan
partisipasi meningkat hingga ke taraf yang tidak pernah
1 Profil Pengguna Internet Indonesia Tahun 2015. http://blog.idkeyword.
com/profil-pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2015/.
159
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dirasakan sebelumnya. Kemajuan teknologi ini juga
memungkinkan
terjadinya
produksi dan kebijakan
akselerasi
ilmuyang akan
merupakan suatu upaya
untuk menyelamatkan
publik
pengetahuan.
Internet
di dalam yang
konteks
iniuntuk
menyediakan
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
terpilih
memerintah.
penyaluran
untuk
membuat
koneksi
dan
saluran
dimana
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang
disampaikan
ilmu
pengetahuan
ini
dapat
mengalir.
Ruang
baru
iniAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
berbentuk
danbahwa
berkelindan
pada Tahunjaringan
Pemilu.”yang
Yunakompleks
menjelaskan
Politicalantara
budget cycles
aktor,
jejaring
hubungan,
kluster
komunitas
atau
grup,
dan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
jembatan
hubungan
lintas kelompok.
Oleh
karena itu politcal
empiris di antara
berbagai
Negara. Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
budget cycles seperti
perubahan
pola pada struktur
baik secara
pembentukan
hubungan
dan konfigurasi
menjadianggaran
salah satu
agregat
maupun
spesifik
padapembentukan
tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
alat
yang
palingsecara
penting
dalam
alat untuk
2
dalam praktek
penganggaran
Indonesia2006)
yang berkaitan
dengan siklus
partisipasi
sosial
dan politik di
(Siemens,
.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Peningkatan status sosial ekonomi yang diiringi
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
berkembangnya pengetahuan politik masyarakat dan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
menjadikan informasi, isu-isu aktual sebagai santapan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sehari-hari. Era keterbukaan informasi dan komunikasi dari
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
berbagai sumber media masa termasuk internet secara tidak
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
langsung meningkatkan pula kesadaran masyarakat peduli
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kepada masalah politik. Pada gilirannya di masyarakat
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
terjadi
berbagai perubahan
bahkan
pola
pikir
2012 menegaskan
setiap partaisosial
politikdan
peserta
pemilu
harus
memenuhi
masyarakat
dan
dalam
konteks
partisipasi
politik,
maka
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
muncul
sebuah
baru
partisipasi
pemilih.
Bentuk
praktik selama
ini,bentuk
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun
pemerintah
baru
partisipasi
pemilih
ini juga terkait
dengan
gerakan hal ini
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabilaerat
tidak
diperjuangkan,
yang
oleh generasi
akan diinisiatori
berdampak negatif
terhadapmuda.
mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
ditulis
oleh Nindita
Di dalam
konteks pemilu
ada tersebut
banyak telah
sekali
sarana
Paramastutipemuda
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
aktivisme
dan partisipasi
pemilih.
Hal ini pun
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
2 Siemens G. (2006). Knowing knowledge. Creative Commons. Retrieved
August
2011 from http://www.elearnspace.org/KnowingKnowledge_
Masih30,
berhubungan
dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
LowRes.pdf. di dalam Mora, Fernando Adolfo. Emergent Digital Activism: Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam tulisan
berjudul
Transparansi dan
The Generational/Technological Connection.
The Journal
of Community
Informatics.
Vol.10
no.1
2014
hal.4
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
160
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
bukanlah hal baru di masyarakat, akan tetapi dua hal
yang membedakan partisipasi pemilih terbaru dengan
yang tradisional adalah bahwa partisipasi pemilih jenis ini
berusaha mempengaruhi lingkungan pergaulan terdekat
(peer), terarah dan terorganisir serta sangat tergantung
kepada media sosial. Dalam sekejap, partisipasi pemuda
dalam politik menjadi sangat signifikan. Media social
adalah fenomena yang dapat secara dramatis mengubah
cara generasi muda berpartisipasi dalam kehidupan
berkewarganegaraan, termasuk dalam hal ini di dalam
pemilu.
Terkait hal tersebut, pemerintah pun mau tidak
mau harus mengikuti tuntutan public dan juga harus
dapat mengakomodir gelombang keterbukaan data dan
informasi. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh
penyelenggara dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum
(KPU RI). Sejak tahun 2014 KPU terus berusaha untuk
menyediakan informasi-informasi seputar kepemiluan
kini semakin mengkristal dan mendalam pada Pemilihan
Kepala Daerah secara serentak pada tahun 2015. Beberapa
pakar bahkan mengatakan bahwa baik Pemilu dan Pilpres
pada tahun 2014 maupun Pilkada serentak 2015 ini adalah
pilkada yang paling terbuka sepanjang sejarah Pemilu di
Indonesia. Hal ini tidak hanya dikaji dari jumlah dan jenis
data yang dibuka tetapi juga dari cara mempresentasikan
data tersebut yang sebagaian telah menggunakan prinsipprinsip data terbuka (open data ) serta keterbukaan KPU
untuk dapat bermitra dengan mitra-mitra strategis dan
juga masyarakat luas pada umumnya
161
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Ditilik dari regulasi, adalah sebuah terobosan ketika
KPU
mengeluarkan
terkait open
data publik
dalamyang akan
merupakan
suatu upayaperaturan
untuk menyelamatkan
kebijakan
Peraturan
Pemilihan
Umum
(PKPU)
No.5
tahun
dibuat oleh Komisi
politisi dan
pemerintah
yang terpilih
untuk
memerintah.
2015
Pasal 50 TentangSosialisasi
dan Partisipasi
Masyarakat
Pandangan
Hamdan tersebut berkaitan
dengan apa
yang disampaikan
Dalam
Pemilihan
Gubernur
dan
Wakil
Gubernur
dan
WakilAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Gubernur,
Wakil
Bupati, dan/
Walikota
pada TahunBupati,dan
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwaAtau
Political
budget cycles
dan
Wakil
Walikota
pasal
50
ayat
1
dan
2
yang
berbunyi
:
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
empiris
di berbagai
Negara.Aceh
Berbagai
variabel
yang mempengaruhi
1.KPU
Provinsi/KIP
atau
KPU/KIP
Kabupaten/ politcal
budget
cycles sepertiakses
perubahan
struktur
anggaran
baik secara
Kota
memberikan
data pola
dan pada
informasi
yang
bersifat
agregat maupun
secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
terbuka
kepada pemilih
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
2.Akses data dan informasi sebagaimana dimaksud pada
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ayat (1) dapat ditayangkan pada laman KPU, KPU Provinsi/
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
KIP
Aceh
dan/atau
dalam
political
corruption
cycleKPU/KIP
atau siklusKabupaten/Kota
korupsi politik pada
tahun-tahun
bentuk
format
data
yang
bisa
diolah
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Dengan
adanya
dasar
inisebagai
memungkinkan
Masyarakat
tidak saja
dapathukum
ditafsirkan
satu kesatuan, tetapi
terjadinya
mekanisme
open
data
dan
penggunaan
teknologi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara
laki-laki dan
dengan
lebih
intensif
untuk
menyebarluaskan
berbagai
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syaratdan
verifikasi
faktual
untukkepemiluan
menjadi peserta
UU No. 8 Tahun
data
informasi
terkait
yangpemilu.
dikumpulkan,
2012 menegaskan
setiap oleh
partai
politik
peserta
pemilu
harus memenuhi
diolah
dan diumumkan
KPU.
Lewat
berbagai
kebijakan
30% aktivitas
keterwakilan
perempuan.
Kondisi data
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
dan
terkait
keterbukaan
dan
informasi ini
praktik
ini, pihak
yang duduk penghargaan
baik di parlemen
maupun
pemerintah
KPU
RIselama
berhasil
mendapatkan
dari
Komisi
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Informasi Pusat sebagai lembaga nonstruktural paling hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
terbuka
nomor dua di Indonesia mengalahkan Komisi
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Pemberantasan Korupsi.
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Menurut Harun Husein dalam evaluasi Pilkada Kota
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Surabaya
2009.” diantara berbagai data yang dibuka secara online
oleh KPU, setidaknya ada tiga data yang cukup krusial dan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
menjadi
titik
dari transformasi
KPU berjudul
yaitu datadata
Supriyanto
danbalik
Lia Wulandari
dalam tulisan
Transparansi
dan
profil
peserta
pemilu/pilkada,
data
rekapitulasi
dan
juga
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
162
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
data daftar pemilih dimana masyarakat dapat mengecek
apakah mereka sudah terdaftar atau tidak. Pembukaan
akses ke dalam data-data ini memungkinkan terjadinya
interaksi dan partisipasi dengan masyarakat sipil dari
berbagai kalangan khususnya praktisi teknologi untuk
dapat memanfaatkan data-data tersebut untuk kepentingan
untuk mengawal proses pemilu dari hulu ke hilir. Mulai dari
proses registrasi, sosialisasi, hingga verifikasi hasil pemilu.
Data terbuka atau open data memainkan peranan
signifikan di dalam aktivisme digital terutama sejak tahun
2004 ketika terminology Web 2.0 muncul dan terbentuk
sebuah mentalitas dan paradigm baru dalam perkembangan
internet dan website yang berbasiskan persebaran informasi,
koloborasi, partispasi, kreasi bersama (co-creation),
penggunaan lintas sistem operasi (interoperability) dan
komunikasi digital yang lebih tinggi. 3 connectivity and
interaction, adding, as a consequence, more intelligence to
the network.
Salah satu keunikan dari penyelenggaraan Pemilu tersebut
juga adalah maraknya penggunaan IT yang dilakukan tidak
hanya oleh penyelenggara Pemilu tetapi bahkan lebih lagi
dari sektor publik atau masyarakat sipil. Fenomena ini
mengantarkan rakyat Indonesia menuju bentuk Demokrasi
representative (representative democracy) menuju level
demokrasi partispatoris (democracy participatory). Hal
ini bisa dilihat dari munculnya beragam inisiatif publik
3 O’Reilly, T. and Batelle J. (2009). Web squared: Web 2.0 five years
on. Retrieved August 28th, 2011. http://assets.en.oreilly.com/1/event/28/
web2009_websquared-whitepaper.pdf
163
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
untuk mengawal Pemilu legislatif dan Presiden melalui
pemanfaatan
IT.upaya
Mulai
darimenyelamatkan
pembentukankebijakan
beragam
situsyang akan
merupakan suatu
untuk
publik
dan
portal
pembentukan
application
programming
dibuat
olehPemilu,
politisi dan
pemerintah yang
terpilih untuk
memerintah.
interface
(API)
yang
di
inisiasi
oleh
CSO
yang
memungkinkan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
database
Pemilu
dapat
diunggah
dengan mudah
ke dalamAnggaran
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
aplikasi-aplikasi,
penggunaan
sosial media
yangPolitical
massif pada
pada Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
budget cycles
saat
Pemilu,
pembuatan
aplikasi
untuk
pemantauan
Pemilu
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
oleh
CSO
dan organisasi
masyarakat
bergeraknya politcal
empiris
di berbagai
Negara. Berbagai
variabelsipil,
yang mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan
pola pada (hacker
struktur anggaran
baik secara
kelompok
programmer
dalam hackaton
marathon)
agregatmembuat
maupun secara
spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
untuk
berbaga
macam
aplikasi Pemilu
untuk
dalam praktek voter
penganggaran
di Indonesia
berkaitan
dengan siklus
kepentingan
education,
hinggayang
gerakan
crowd
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
sourcing untuk mengawal hasil Pemilu Presiden hingga
ini, yang
menjadi perhatian
tidak hanya
political budget cycles, melainkan
tahap
rekapitulasi
dan penetapan
suara.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Di era digital seperti saaat ini , perkembangan IT tidak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
hanya Tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sipil,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
pihak penyelenggara (Electoral Management Body) juga
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
melakukan banyak inovasi teknologi di bidang kepemiluan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
dan IT pada Pemilu legislative 2014. Dimulai dari publikasi
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Sidalih
(Sistem Daftar
Pemilih),
Siparpol
Partai
2012 menegaskan
setiap partai
politik
peserta (Sistem
pemilu harus
memenuhi
Politik),
Silog
(Sistem
Logistik),
API
KPU
yang
dilaunching
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
setelah
dan hackatonAPI
Pemilu,
serta yang
paling
praktik launching
selama ini, pihak
yang duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
fenomenal
adalah upload
formulir
hasiltidak
Pemilu
ditingkat hal ini
mayoritas diduduki
oleh laki-laki.
Apabila
diperjuangkan,
TPS
(formulir negatif
C1) yang
membantu
akan berdampak
terhadap
mandeknyagerakan-gerakan
aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
masyarakat
untuk dapat mengecek
hasil
rekapitulasi
KPU.
Paramastuti
dalamyang
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
Keterbukaan
melahirkan
berbagai
inovasi dan
dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
penggunaan informasi teknologi tersebut juga tidak terlepas
2009.”
dari maraknya penggunaan internet dan sosial media yang
Masih berhubungan
dengan tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
merebak
dikalangan masyarakat,
terutama pemilih
muda.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Teknologi internet dan sosial media pada akhirnya menjadi
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
164
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
krusial dan memainkan peranan signifikan bagi berbagai
gerakan sosial yang mendukung Pemilu, membawa Pemilu
menjadi dekat di ruang-ruang privat ke masyarakat tanpa
mengenal sekat-sekat horizontal hingga vertical. Hal ini
juga emungkinkan pemilih (electorate) dapat menjangkau
isu-isu politik mulai dari tempat-tempat kerja sehari-hari,
ruang kelas, warung-warung kopi, hingga setiap bagan di
rumah tangga.
Sementara itu sejak tahun 2011, gelombang aktivisme
sosial-politik terus berkembang dan menyebar di seluruh
dunia dengan berbagai alasan spesifik. Berbagai betuk
teknologi juga digunakan dan sebuah teknologi jenis baru
telah ditemukan untuk menjadi perantara atau mediasi
untuk aktivisme4. Gerakan sosial dan aktivisme ini tidak
lagi menggunakan media konvensional untuk melakukan
pemantauan, demonstasi, pendidikan pemilih, atau berbagai
kegiatan-kegiatan politik lainnya.
Riset ini bertujuan untuk, melakukan studi evaluasi
terhadap digital aktivisme yang tumbuh pada saat Pilkada
serentak dengan mempertimbangkan sistem dan teknik
yang digunakan unuk mempromosikan aktivisme digital dan
melihat kaitannya dengan transparansi dan akuntabilitas.
Berbagai contoh dari aktivisme digital ini juga terkait erat
dengan peran pemuda atau genereasi muda yang, sebagai
mana uraikan oleh Lynch (2011), melakukan komunikasi
dan interaksi digital dengan cara yang berbeda jika
4 Mora, Fernando Adolfo. Emergent Digital Activism: The Generational/
Technological Connection. The Journal of Community Informatics. Vol.10
no.1 2014
165
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu
riset ini juga berusaha melihat dan mengelaborasi berbagai
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
review
dari studi literatur tentang bagaimana gerakan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
sosial politik ini terbentuk, terorganisir, dan berkaitan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
berbagai derajat keterbukaan yang dilakukan oleh lembaga
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pemerintah
masyarakat
sipil. Risetbahwa
ini juga
berusaha
pada Tahun dan
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
melihat
aspek
aksesibilitas,
kebutuhan,
tujuan
beserta
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
segala
kelemahan
yang
ada yang
di dalamnya
serta politcal
empiriskelebihan
di berbagaidan
Negara.
Berbagai
variabel
mempengaruhi
berbagai
strategi
yang
telah dilakukan
untuk anggaran
melakukan
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada struktur
baik secara
aktivisme
digitalsecara
yang efektif
efisien
terutama
pada terkonfirmasi
saat
agregat maupun
spesifikdan
pada
tahun-tahun
Pemilu,
5
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yangdiberkaitan
dengan
siklus
Pemilihan
Kepala
Daerah (PIlkada)
serentak
tahun 2015.
Pemilu
2009mencapai
ataupun menjelang
Pemilu tersebut
2014. Melihat
perkembangan
saat
Untuk
tujuan-tujuan
diatas,
riset
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
ini
menggunakan beberapa metodologi, antara lain adalah
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
studi literatur, melalui penghimpunan data-data atau
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
sumber-sumber yang berhubungan dengan pemilu dengan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
topik
riset.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Kedua, riset ini juga menggunakan pendekatan studi
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
lapangan,
hal faktual
ini dilakukan
ketikapeserta
peneliti
mengamati
syarat verifikasi
untuk menjadi
pemilu.
UU No. 8 Tahun
dan
juga
melakukan
pendampingan
sosialisasi
dan
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus
memenuhi
partisipasi
pemilih
KPU
melalui
pendekatan
civic
tech.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Dalam
prosesnya
hingga
kali
kompetisi
praktik selama
ini, pihak
yang dua
duduk
baikmelakukan
di parlemen maupun
pemerintah
perlombaan
aplikasioleh
untuk
pendidikan
antara lain hal ini
mayoritas diduduki
laki-laki.
Apabilapemilih
tidak diperjuangkan,
akan berdampak
terhadap mandeknya
aspirasi perempuan
Pilkada
Serentaknegatif
Apps Challenge
yang diselenggarakan
oleh dalam
hukum
pemerintahan.
Dan
kondisi
telah
ditulis
oleh Nindita
KPU
RIdan
pada
8 November
2016
dan tersebut
Pahlawan
Muda
Apps
Paramastuti
dalam
tulisannya yangoleh
berjudul:
dan Korupsi:
Challenge
yang
diselenggarakan
KPUD“Perempuan
Kota Surabaya
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
pada 15 November 2015 di Surabaya.
2009.”
Ketiga adalah metode studi perbandingan pemanfaatan
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
5 Ibid. hal. 1
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
166
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
open data di dalam Pemilu yang dilakukan di beberapa
negara lain. Studi perbandingan menggunakan beberapa
kasus yang memiliki klasifikasi yang serupa dalam suatu
permasalahan. Peneliti metode perbandingan kemudian
membandingkan variabel-variabel dan varian yang ada
dalam kasus-kasus tersebut untuk diuraikan kemiripan
maupun perbedaannya. Dari pencarian tersebut kemudian
peneliti akan dapat merumuskan pertanyaan apa dan
bagaimana seharusnya pemanfaatan open data dilaksanakan
di berbagai belahan dunia. Namun tidak semua kasus dapat
diperbandingkan dalam studi perbandingan. Kasus yang
diambil dalam metode perbandingan semestinya memiliki
persamaan dalam beberapa aspek dan harus memiliki
perbedaan sehingga dapat diperbandingkan. (Kinanti,
2013). Adapun negara-negara yang menjadi target sasaran
perbandingan antara lain adalah negara-negara yang
menjadi patron dan cukup maju demokrasinya seperti
Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Canada. Kemudian
negara-negara yang merupakan negara berkembang di
Amerika Latin yang memiliki berbagai kemiripan secara
karakterisitik seperti seperti Argentin, Chile, Mexico,
Brazil, dan Argentina. Irisan erbesar dari pengambilan
keputusan ini adalah negara-negara yang menganut sistem
presidensialisme sebagaimana Indonesia.
DIGITAL ACTIVISM SEBAGAI GERAKAN
SOSIAL BARU
Gerakan sosial didefinisikan sebagai aktivitas sosial yang
memilki karakteristik tertentu yang membedakan mereka
167
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dari jenis aktivitas kolektif lainnya. Gerakan sosial mulai
lahir
di abad
gerakan
ini memiliki
karakteristik
merupakan
suatuke-18,
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
pembeda
dibandingkan
gerakan
lainnya,
antara
lain
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pembedaan
berdasarkan
targetberkaitan
kampanye,
keterkaitannya
Pandangan
Hamdan tersebut
dengan
apa yang disampaikan
dengan
revolusi,
tren
bahwa
mereka
setidak-tidaknya
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
harus
terorganisir,
massa anggota
pengikut,
pada Tahun
Pemilu.”memiliki
Yuna menjelaskan
bahwadan
Political
budget cycles
pemimpin
dan
juru
bicara,
dan
organisasi
afiliasi
dan
koalisi.
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Walaupun
banyakNegara.
gerakan
sosial
yangyang
tidak
memiliki politcal
empiris di berbagai
Berbagai
variabel
mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan
pola ada
pada pembagian
struktur anggaran
baik secara
struktur
organisasi
rigid, tetapi
peranagregatyang
maupun
secara
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
peran
terjadi
di dalamnya
yang
meliputi fungsi-fungsi
dalam praktekyang
penganggaran
diatas.
Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sebagaimana
tersebut di
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Gerakan sosial sebagai suatu peraturan adalah upaya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
akar rumput terdiri dari banyak faksi, yang menawarkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
ideologi yang bertentangan, filsafat, dan ide-ide strategis.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Gerakan baru ketuk kelompok aktivis yang ada dengan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kecenderungan yang sama untuk dukungan untuk
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
membangun momentum daripada mencari dukungan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
orang-by-orang. Gerakan sosial memiliki siklus hidup
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
dan
perkembangan
dari
munculnya
pemeliharaan,
2012tahap
menegaskan
setiap partai
politik
peserta pemilu
harus memenuhi
menolak
untuk
terminasi.
Tapi
munculnya
internet
dan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
menyertai
teknologi
digital
meresap
berubah
banyak
dari
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
proses
diterima.
lebihApabila
dari apa
internet hal ini
mayoritas
didudukiMungkin,
oleh laki-laki.
tidakpun,
diperjuangkan,
adalah
saluran baru
yang
cepat, mandeknya
murah, danaspirasi
mudahperempuan
diakses dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisitradisional
tersebut telah
ditulis apa
oleh Nindita
komunikasi
menantang pemikiran
tentang
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
artinya
menjadi
seorang
aktivis.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Sementara itu gagasan bahwa media sosial dapat
2009.”
menumbuhkan partisipasi politik dan aktivismes sosial
Masih berhubungan
tema
akuntabilitas
keuangan politik, Didik
bukanlah
hal yang baru.dengan
Howard
Rheingold
memperkenalkan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
konsep kelompok cerdas(smart mob) pada tahun 2002.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
168
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
Hal ini mengacu kepada sekelompok massa yang bertindak
secara teratur/ terkoordinasi sebagai hasil dari mediasi
teknologi untuk dapat menskironisasi partispasi sekelompok
dan sebagian orang dan kelompok. Konsep ini aktivisme ini
membutuhkan budaya partisipasi, berjejaring, saling berbagi
pengetahuan dan menggunakan sejenis teknologi informasi
yang terspesialisasi. Sejak Rheingold memperkenakan
ide ini, telah terjadi penyebaran gawai/ gadget, teknologi
smartphone, dan komputerisasi secara universal telah
tumbuh didalam sebuah kondisi ekosistem web yang telah
dewasa, yang memfasilitasi interaksi, kedekatan, dan jugag
koornidasi terhadap kelompok terhadap aktivisme sosial
dan politik. Menggunakan variasi alat-alat dan system
teknologi.
Di dalam artikel ini bentuk baru gerakan sosial dan
partisipasi politik ini disebut digital activsim, menyadur
dari konsep Fernando Adolfo Mora(2014) dari Mary Joyce
(2010) yang berarggumentasi bahwa terdapat terminology
yang tepat untuk menyebutkan berbagai aktivisme di dunia
maya mulai dari aktivisme internet, aktivisme online,
aktivisme media sosial dan juga aktivisme lainnya yang
memasukkan penggunaan telepon genggam, computer, dan
system yang terintegrasi untuk mengumpulkan data yang
diperoleh dari sensor, kamera, dan alat-alat lainnya yang
terkoneksi dalam jaringan.
Di dalam riset ini berbagai kerangka konseptual
yang digunakan adalah beberapa istilah yang terkait
dengan teknologi. Hal ini dikarenakan seiring dengan
perkembangan zaman, di era digital seperti ini teknologi
169
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
informasi memegang peranan penting dalam pembangunan
dan
transformasi
gerakan
sosial.
Di dalam pemilu
misalnya,
merupakan
suatu upaya
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
adalah
sebuah
keniscaayaan
bahwa
“Pemilu
dan
teknologi”
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
mengacu
kepada
perangkat
dandengan
mesinapa
elektronik
Pandangan
Hamdan
tersebutlunak
berkaitan
yang disampaikan
seperti
komputer,
printer,
scanner,
pembaca
barcode,
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dan
TetapiYuna
terdapat
juga teknologi
lain yang
pada internet.
Tahun Pemilu.”
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
berhubungan
dengan
Pemilu
tetapi
tidak
terkait
dengan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
informasi
atau internet
tetapi
menggunakan
peralatan
baru politcal
empiris di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
budget fiber
cyclesglass
seperti
poladigunakan
pada struktur
anggaran
baik secara
seperti
danperubahan
plastik yang
untuk
alat-alat
agregat maupun secara
spesifikumum
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
Pemilu.Teknologi
Pemilihan
atau pemiluPemilu,
merupakan
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
sebuah
elemen
penting dalam
demokrasi
perwakilan
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
modern. Akan tetapi seperti pisau yang bermata dua,
ini, yang menjadi
tidak hanya
political
budget
cycles, melainkan
teknologi
selain perhatian
dapat membantu
juga
dapat
menyulitkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
penyelenggaraan
Pemilu jika disalahgunakan atau tidak
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
tepat dimanfaatkan.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Dalam konteks pemilu di Indonesia terasa sekali lompatan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
teknologi yang terjadi pada pemilu 2014, termasuk karena
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
didorong oleh keterbukaan data pemilu dan juga teknologisyarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
teknologi
pemilu.setiap
Untuk
menyamakan
persepsi
juga
2012 menegaskan
partai
politik peserta
pemiludan
harus
memenuhi
pemahaman
maka
alangkah
baiknya
jika
kita
memulai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dengan
penjelasan
konsep
dahulu.
praktik selama
ini, pihak
yangteknologi
duduk baikterlebih
di parlemen
maupun pemerintah
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabiladigunakan
tidak diperjuangkan,
Teknologi
adalah
alat yang
untuk hal ini
6
akan berdampak negatif
terhadapmanusia
mandeknya
aspirasi perempuan
mengembangkan
kapasitas
Teknologi
yang dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
mendominasi
suatu era/zaman
dalam
sejarah
biasanya
Paramastutidalam
dalam penyebutan
tulisannya yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
digunakan
untuk
menandai
era/zaman
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
serta apapun yang terkait era tersebut-misalnya zaman
2009.”
batu, zaman logam, era industrial, dan era informasi. Seiring
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan LiaScience
Wulandari
dalam
tulisan berjudul
Transparansi dan
6 John De la Monnte.
Technology
and Governance.
2001. Cromwell
Press:
London
p,189
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
170
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
perkembangan zaman, teknologi semakin bervolusi menjadi
semakin kompleks yang dibuat untuk meningkatkan
efektivias, efisiensi, dan produktivitas. Terkait dengan
hal tersebut, perkembangan teknologipun pada akhirnya
menimbulkan tantangan-tantangan tertentu bagi system
politik internasional. Perkembangan teknologi, data, dan
informasi tidak saja tumbuh dengan cepat tetapi juga
tumbuh di luar imajinasi manusia.7
Seiring perkembagan zaman, teknologi semakin
berkembang dengan pesat dan melahirkan apa yang disebut
sebagai teknologi informasi. Teknologi Informasi (TI), atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information
technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa
pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah,
menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan
informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh
dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer
pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga
elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).8
Francis Fukuyama dan Caroline Wagner dalam Essaynya yang bertajuk Governance Challenges of Techological
Revolutionsmenyatakan bahwa terdapat tiga teknologi
utama yang banyak memberikan tantangan secara politis
kepada pemerintahan. 1) komunikasi elektronik dan sistem
komputer pintar (system computer intelligence) yang
7 Ibid
8 Williams / Sawyer, (2007), Using Information Technology terjemahan Indonesia,
Penerbit ANDI, ISBN 979-763-817-0
171
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
muncul dari revolusi informasi, 2) rekayasa genetika manusia
yang
muncul
dariupaya
revolusi
bio-teknologi,
3) nano-technology
merupakan
suatu
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
yang
muncul
dari
revolusi
kuantum.
Untuk
menghadapi
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk
memerintah.
tantangan
ini
tentu
dibutuhkan
mekanisme
pemerintahan
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
9
yang
terutama
skala
internasional.
Yuna baru,
Farhan
melalui dalam
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi Anggaran
pada
Tahun lainnya
Pemilu.” yang
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
Konsep
sangat erat
dengan
dengan
sudah menjadiinformasii
fenomena yang
universal
dengan berbagai studi
keterbukaan
juga didukung
sangat membutuhkan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
peguasaan teknologi untuk dapat memfungsikan
dengan politcal
budget cycles
sepertikonsep
perubahan
poladata.
pada Open
strukturdata
anggaran
baik secara
maksimal
adalah
open
adalah
agregat maupun
secarabahwa
spesifikdata
padapublik
tahun-tahun
terkonfirmasi
sebuah
pemahaman
adalahPemilu,
data yang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
bebas
digunakan, digunakan kembali, dan disebarluaskan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kembali oleh semua orang – batasan yang ada hanya
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
tergantung pada persyaratan sifat dan keterbagian yang
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dimiliki. Persyaratan dan pengertian terpenting dari open
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
data adalah10:
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
●
Ketersediaan
dan Akses:
data harus
tersedia
juga
perlu
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat
antarautuh
laki-laki dan
dan
tidak
memerlukan
biaya
reproduksi
yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
berlebihan,
lebih
disarankan
data
bisa diunduh
syarat verifikasi
faktual
untuk
menjadi jika
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
dari internet.
Data
jugapolitik
harus peserta
tersediapemilu
dalamharus
bentuk
2012 menegaskan
setiap
partai
memenuhi
yang mudah
digunakan
(convenient)
dan dapat
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama
pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
diubahini,
(modifiable).
mayoritas
diduduki oleh
laki-laki.
tidak diperjuangkan,
●Penggunaan
kembali
danApabila
penyebarluasan
kembali hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
data harus dilakukan memenuhi syarat-syarat
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
yang berlaku bagi penggunaan-kembali dan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
penyebarluasan-kembali, termasuk pencampuran
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
dengan data set lainnya.
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
10 Sinergantara.
Open Data Handbook
Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Documentation.
Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
172
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
9 Ibid. p.188
Supriyanto
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
●Partisipasi universal: setiap orang bisa menggunakan,
menggunakan kembali, dan menyebarluaskan
kembali – tidak boleh ada diskriminasi atas bidang
usaha, orang, atau kelompok. Misalnya, batasan ‘nonkomersial’ yang melarang penggunaan ‘komersial’,
atau batasan penggunaan untuk tujuan tertentu
(mis, hanya untuk pendidikan),tidak dibolehkan.
Ide mengenai data terbuka (Open Data) dan buka data
pemerintah (Open Government Data) bukanlah ide baru
dan sudah berkembang selama beberapa tahun. Akan
tetapi baru pada tahun 2009 Open Government Data
mulai menjadi arus utama (mainstream) ketika berbagai
negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan New
Zealand mengumumkan inisiatif mereka terhadap hal ini.
Perkembangan isitilah Information Society (masyarakat
informasi) dan teknologi informasi dan komunikasi juga
semakin meningkatkan keteratarikan kepada Open Data
terutama diantara peneliti, developer teknologi, dan praktisi
administrasi public. 11
Civic technology atau biasa disebut civic tech adalah
teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan
partispasi publik, enggagement, meningkatkan komunikasi
masyarakat, meningkatkan infrastruktur dari pemerintah
dan meningkatkan kualitas komoditas publik12, termasuk
diantaranya meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas.
11 M
itrovic Zoran, Building Open Data Capacity Through e-Skill Acquisition.
2015. Mitrovic Development and Research Insttute South Africa
12 C
ivic Entrepreneurship. http://www.codeforamerica.org/startups/civicentrepreneurship-2014/ diakses 28 Februari 2016
173
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Berbagai contoh diantaranya termasuk aplikasi, website
atau
alat teknologi
informasi
yang mensupport
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
kebijakanlembaga
publik yang akan
negara,
institutsi
dan
perangkat
lunak
yang
mensupport
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
tujauan
tertenut.
Pandangan
Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Definisi
yang “Menelusuri
merupakan Siklus
teknologi
sipilAnggaran
Yuna
Farhantentang
melalui apa
tulisannya
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwabatas
Political
budget cycles
menjadi
bahan
perdebatan
hingga sampai
tertentu,
sudah menjadi
fenomena
universal
didukung
dengandengan
berbagai studi
terutama
berbagai
teknologi
yang
berkaitan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
perusahaan yang bergerak dalam bidang perekonomian politcal
budget cycles
pada struktur
anggaran
baik secara
seperti
Uber, seperti
Gojek perubahan
dan Grab. pola
Kemampuan
Gojek
sebagai
agregat
maupun
secarakeuntungan
spesifik pada
tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
alat
untuk
membawa
perekonomian
tidak dapat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dipandang
sebelah mata, tetapi bagaimana mengaturnya
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
agar tidak menjadi keuntungan ekonomi bagi sebagian
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
kelompok dan mematikan kelompok lainnya masih menjadi
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
tantangan.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Teknologi sipil banyak dibangun oleh organisasi,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
kelompok
dan juga perusahaan.
Salah antara
satu yang
juga perlu relawan
dibatasi mengingat
perbedaan hakikat
laki-laki dan
paling
menonjol
di
dunia
adalah
Code
for
America,
sebuah
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
lembaga
nirlabafaktual
yang berbasis
di Sanpeserta
Fransisco.
Organisasi
syarat verifikasi
untuk menjadi
pemilu.
UU No. 8 Tahun
ini
empat
fokus
kesehatan
2012memiliki
menegaskan
setiap
partaiutama
politik antara
peserta lain
pemilu
harus memenuhi
dan
layanan kemanusiaan,
keamanan
dan keadilan,
30% keterwakilan
perempuan. Kondisi
ini patut diperjuangkan,
mengingat
praktik selama ini,
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun ini
pemerintah
pembangunan
ekonomi,
dan
komunikasi
Organisasi
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
memiliki empat utama berfokus: Kesehatan dan Layanan hal ini
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasiEkonomi,
perempuan dalam
Manusia,
Keamanan
dan
Keadilan,
Pembangunan
hukum
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
dan
Komunikasi
& Engagement.
Melalui
empat
topik oleh
ini Nindita
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
Code
for America
telah memaksimalisasi
apa-apa yang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
telah disediakan pemerintah dan mempergunakannya agar
2009.”
sumber daya tersebut dapat lebih diakses oleh masyarakat
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
luas.
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Pada laporan tahun 2015 dari Knight Foundation,
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
174
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
terdapat pemetaan fokus terkait berbagai program teknologi
sipil di dunia. Mereka mencoba membedakannya ke dalam
dua kategori antara lain; pemerin Pemerintahan yang
terbuka dan aksi masyarakat (community action)13 Detail
dari perbedaan ini antara lain sebagai berikut
Kluster Pemerintahan Terbuka (Open Government)
1.
Akses data dan transparansi
2. Pemilihan umum
3. Visualisasi dan Pemetaan
4. Penggunaan data
5. Masukan masyarakat
6. Pengambilan Kebijakan Publik
Sedangkat cluster aksi atau aktivisme masyarakat adalah
antara lain:
1.
Komunitas berbagi (local peer-to-peer sharing)
2. Pengumpulan dana sipil (civic crowd sourcing)
3. Forum lingkugan
4. Pengumpulan informasi bersama
5. Dan pengorganisasian masyarakat.
Aktivitas sukarela dari
sekelompok orang atau
individual yang dilakukan untuk kepentingan masyarakat.
Kerelawanan tidak hanya menjadi tulang punggung dari
organisasi masyarakat sipil dan gerakan sosial dan politik
tetapi juga di dalam berbagai aktivitas terkait pendidikan,
perumahan, kesehatan dan isu-isu lingkungan. Kerelawan
13 Civic Tech Directory. http://knightfoundation.org/features/civictech/
175
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
saat ini telah menjadi bagian integral dari masyarakat dan
tidak
hanyasuatu
dilkukan
oleh menyelamatkan
sekelompok orang
tetapi
jugayang akan
merupakan
upaya untuk
kebijakan
publik
14
dilakukan
badan
pemerintahan
swasta.
dibuat oleholeh
politisi
dan pemerintah
yangdan
terpilih
untuk Aktivitas
memerintah.
crowdsourcing
atau
penggalangan
hal
tertentu
seperti
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yangdata,
disampaikan
dana,
atau
informasi
dari
publik
juga
merupakan
aktivitas
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
kerelewanan
lainnya. Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
pada Tahun Pemilu.”
sudah
menjadi fenomena
universal
didukung
berbagai studi
Crowdsourcing
diartikan
secara kata
perkatadengan
mempunyai
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
terjemahan bebas yakni: Crowd: kerumunan orang, Sourcing politcal
budget
cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktur
anggaran baik secara
(kata
kerja
dari
Source):
sumberdaya.
Apabila
digabungkan
agregat maupun
secara spesifikbebas)
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
(masih
dalam terjemahan
akan berarti
sebagai
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sesuatu
sistem atau konsep yang sumber daya berbasis
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
kerumunan. Definisi sederhana crowdsourcing menurut Jeff
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
P Howe adalah suatu aktifitas atau tindakan yang dilakukan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
oleh suatu perusahaan atau institusi yang mengambil salah
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
satu fungsi pekerjaan/tugas yang seharusnya dilakukan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
oleh karyawannya disebarluaskan secara terbuka dan bebas
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
untuk orang banyak/kerumunan yang terkoneksi dengan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
jaringan komputer, dalam hal ini Internet. Aksi tersebut
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
kan
menjadi
bentuk
produksi
(peer
2012 berubah
menegaskan
setiap partai
politik
peserta sekawan
pemilu harus
memenuhi
production)
manakala
suatu
sudah
terjadi
kesepakatan
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
kerja,
Konsep
umum
crowdsourcing
dimaksudkan
praktiknamun.
selama ini,
pihak yang
duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
adanya
pelibatan
yang
terbatas
dan tanpa
memandang hal ini
mayoritas
diduduki
olehtidak
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
latar
pendidikan,
kewarganegaraan
, agama,
amatir dalam
akanbelakang
berdampak
negatif terhadap
mandeknya aspirasi
perempuan
hukum
dan pemerintahan.
Dan orang
kondisiyang
tersebut
telah
ditulis oleh Nindita
atau
professional,
bagi setiap
ingin
memberikan
Paramastuti dalam
berjudul:
“Perempuanyang
dan Korupsi:
kontribusinya
atautulisannya
solusinya yang
atas suatu
permasalahan
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
dilemparkan oleh individu, perusahaan atau institusi, baik DPR RI
2009.”
dibayar/royalti
atau secara cuma-cuma. Konsep khusus
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
crowdsourcing
suatudengan
perusahaan
atau institusi
ingin
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
176
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
14 www.unv.org/fileadmin/.../SWVR2011_full_%5B04%5D_chapter1.pdf
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
mendapatkan solusi atas permasalahan yang mereduksi
birokrasi dengan biaya yang rendah dibandingkan dengan
membayar tenaga kerja secara konvensional, sedemikian
hingga permasalahan dapat ditangani secara cepat, tepat
dan hemat biaya, yang pada akhirnya baik secara langsung
maupun tidak langsung akan meningkatkan daya saing
perusahaan atau institusi tersebut.15
EVALUASI PILKADA 2015:
KETERBUKAAN INFORMASI OLEH
KPU DAN GERAKAN SOSIAL SERTA
PARTISIPASI MASYARAKAT
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya di
bagian pengantar, pada Pilkada Serentak 2015 ada beberapa
hal yang telah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum
terkait dengan keterbukaan informasi dan open data yang
memicu terjadinya partisipasi lebih di dalam masyarakat.
Banyak dari keterbukaan data dan informasi ini yang
sebetulnya merupakan kelanjutan dari berbagai hal yang
telah dilakukan KPU pada pemilihan umum legislatif dan
Presiden tahun 2014 lalu.
Keterbukaan data dan informasi yang dilakukan oleh
KPU RI juga merupakan buah dari kerja keras dan sikap
proaktif KPU untuk bekerjasama dengan berbagai elemen di
masyarakat termasuk masyarakat sipil dan akademisi yang
mengawal jalannya pemilihan umum dari berbagai aspek,
15 ndriansyah, Miftah. Et.all. Crowdsourcing: Konsep Sumber Daya
A
Kerumunan dalam Abad Partisipasi Komunitas Internet. file:///C:/Users/
perludem01/Downloads/Crowdsourcing_1.pdf hal. 1
177
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
termasuk dari sisi keterbukaan data dan informasi. Sebagai
contoh
KPUsuatu
bekerjasama
dengan
Indonesia
Parliamentary
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Center
(IPC)
dan
juga
Perkumpulan
untuk
pemilu
dan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
Demokrasi
(Perludem)
mengenai
pembentukan
Pejabat
Pandangan
Hamdan tersebut
berkaitan
dengan apa yang
disampaikan
Pemberi
Informasi
dan
Data
(PPID)
serta
digitalisasi
data
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
dan
dan pendidikan
pemilih.bahwa Political budget cycles
padapartisipasi
Tahun Pemilu.”
Yuna menjelaskan
sudah
menjadi
dengan berbagai studi
Berikut
ini fenomena
adalah universal
daftar didukung
dari langkah-langkah
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi politcal
keterbukaan KPU tersebut yang juga memanfaatkan
budget cycles
seperti perubahan
pola pada
pada struktur
baik secara
teknologi
informasi
yang terjadi
Pilkadaanggaran
2015 ini.
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu, yang
terkonfirmasi
Daftar
ini bukanlah
keseluruhan
daftar inovasi
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dilakukan
oleh KPU dalam Pilkada serentak, tetapi daftar
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
yang penulis yakini krusial terhadap tumbuhnya gerakan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
sosial dan partisipasi masyarakat. Definisi krusial sendiri
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
adalah data-data yang paling sering digunakan oleh inisiatif
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
teknologi pemilu dan berbagai unsur di dalam masyarakat.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
Sidalih
adalah
teknologi
syarat
verifikasi
faktualseperangkat
untuk menjadisistem
peserta dan
pemilu.
UU No. 8 Tahun
informasi
untuk mendukung
kerja penyelenggara
pemilu
2012 menegaskan
setiap partai politik
peserta pemilu harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi inimengumumkan,
patut diperjuangkan,
mengingat
dalam
menyusun,
mengkoordinasi,
dan
praktik selamadata
ini, pihak
yangBasis
dudukdata
baik di
parlemen
memelihara
pemilih.
pemilih
inimaupun
berada pemerintah
di
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
KPU kabupaten/kota. Proses pemutakhiran daftar pemilih hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknya
aspirasi
dilakukan
dari bawah,
dari rumah
ke rumah,
olehperempuan
petugas dalam
hukum dan pemerintahan.
Dan
kondisi bawah,
tersebut telah
ditulis oleh Nindita
pemutakhiran
data. Dari
tingkat
pemutakhiran
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
berlanjut
hingga saat operator memasukkan data itu ke
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
aplikasi Sidalih.
2009.”
SIDALIH (SISTEM INFORMASI DAFTAR PEMILIH)
Hal ini merupakan sebuah terobosan, mengingat
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
permasalahan daftar pemilih adalah permasalahan berulang
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
yang cukup krusial di setiap pemilu. Faktanya pada setiap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
178
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
pemilu pemutakhiran daftar pemilih sering tidak berjalan
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa pada setiap tahapan
pemutakhiran, tidak ada perubahan signifikan pada jumlah
pemilih. Padahal sejatinya, selalu ada yang memenuhi syarat
untuk masuk dalam daftar pemilih dikarenakan berbagai
alasan misalnya: penduduk telah meninggal, tercatat ganda,
pindah domisili, atau telah alih status sebagai anggota TNI/
Polri. Masih bercokolnya pemilih yang tidak memenuhi
syarat ini di dalam daftar pemilih, tentunya kelak akan
berpengaruh pada jumlah/tingkat partisipasi. Pemilih yang
tidak memenuhi syarat tersebut akan tetap dihitung sebagai
orang yang tidak datang ke TPS, sehingga memengaruhi
perbandingan jumlah pemilih terdaftar yang datang ke
TPS dengan yang tidak datang ke TPS dan seringkali
menimbulkan permasalahan dan penurunan partisipasi.
Dengan terbukanya Sidalih secara online, setiap
perkembangan data pemilih dapat diketahui secara real
time. Walaupun begitu tindakan ini bukan tanpa hambatan,
masih banyak tantangan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan dengan sistem online di Indonesia,meskipun
hampir semua petugas operator Sidalih bekerja di seluruh
Indonesia tetapi mereka masih terkendala jaringan internet
yang kurang memadai. Sesungguhnya Sidalih yang dipakai
dalam pilkada, merupakan langkah keberlanjutan dari
pemakaian sidalih pada pemilu 2014. Sidalih dianggap
sistem yang sukses untuk mendata pemilih. Namun berkaca
pada pilkada tahun ini serta pada pemilu 2014, Sidalih yang
digunakan tidaklah sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari data itu sendiri.
179
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Sebenarnya teknologi sidalih ini hanya membantu proses
penyusunan
daftar
pemilih
secara online kebijakan
sehingga publik
KPUDyang akan
merupakan suatu
upaya
untuk menyelamatkan
baik
tingkat
Kabupaten/Kota
dapat
terkoneksi
dengan
KPU
dibuat
oleh politisi
dan pemerintah
yang
terpilih untuk
memerintah.
RI. Pandangan
SedangkanHamdan
permasalahan
yang utama
adalah
sumber
tersebut berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
data
yang
didalam
sidalih
ini
yang
terus
tidak
konsisten
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
pada
saat pencocokan
danmenjelaskan
penelitian bahwa
(coklit).
Indonesia
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
Political
budget cycles
berbangga
dengan
dibuatnya
Sidalih
oleh
KPU
RI
karena
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
Sidalih
disinyalir
adalah Berbagai
= database
pemilih
terbesar di politcal
empiris di
berbagai Negara.
variabel
yang mempengaruhi
budgetyang
cyclesdapat
sepertidiakses
perubahan
pola online.
pada struktur
anggaran
baik secara
dunia
secara
Database
dalam
agregat maupun
secara
pada tahun-tahun
Pemilu, baik
terkonfirmasi
format
elektronik
ini spesifik
mempermudah
penyelenggara
dalam praktek
di Indonesia
berkaitandaftar
dengan siklus
tingkat
pusat penganggaran
maupun daerah
untuk yang
menyusun
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
pemilih pilkada ini menggunakan sumber data Pemilu 2014.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
SITAP (SISTEM INFORMASI TAHAPAN PILKADA)
Sistem informasi tahapan pilkada ini merupakan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
sistem yang dibuka oleh Komisi Pemilihan Umum untuk
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
memberikan beragam informasi kepada para pemilih
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
terkait
tahapan-tahapan
Pilkada.
Dalam
sistem
ini memiliki
syarat verifikasi
faktual untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
beberapa
menu,
diantaranya
adalah
:
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
perempuan.
Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
a.keterwakilan
Wilayah dan
penduduk
praktik
pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
b. selama
Badan ini,
adhoc
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
c. Tahapan pendaftaran
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
d. dan
Tahapan
pendaftaran
hukum
pemerintahan.
Dan ulang
kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
dalam
tulisannya yang
“Perempuan dan Korupsi:
e. Tahapan
pendaftaran
ulangberjudul:
II
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam Pemilu DPR RI
f. Tahapan pendaftaran ulang III
2009.”
g. Penetapan peserta
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
h. Pasangan calon TMS
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
180
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
i.
Pasangan calon yang mengundurkan diri
j.
Informasi hasil pemilihan
k. Informasi kampanye
l.
Informasi dana kampanye
m. Informasi anggaran pilkada
n.Sengketa
o. Informasi pemantau pemilu
Beragam informasi di dalam fitur-fitur tersebut diatas
adalah data yang dapat dibuka oleh publik menjelang
pelaksanaan pilkada serentak untuk mengetahui prosesproses penyelenggaraan pilkada di daerahnya. Pertama
yang akan dibahas adalah fitur wilayah dan penduduk. Fitur
ini berisi data-data 269 daerah yang akan pilkada, baik
data mengenai jumlah penduduk dalam satu kabupaten/
kota maupun provinsi, serta jumlah tingkat administrasi
kecamatan maupun kelurahan yang ada di provinsi maupun
kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada tersebut. Dalam
fitur ini terdapat pula data-data yang dapat digunakan
oleh publik untuk melihat salah satu syarat untuk proses
pencalonan yaitu data syarat minimal dukungan bagi calon
perseorangan dan 20% kursi DPRD bagi calon yang berasal
dari partai politik.
Fitur selajutnya adalah profil mengenai badan adhoc
penyelenggara pemilu sampai dengan tingkat paling bawah
yaitu KPPS. Data yang dibuka oleh KPU RI dalam fitur ini
hanya data jumlah semua dari badan adhoc maupun TPS
tersebut di semua daerah Pilkada 2015. Dalam fitur ini tidak
banyak yang bisa kita lihat kecuali angka-angka jumlah
181
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
badan adhoc serta TPS di tiap daerah tersebut. Data ini
hanya
sekedar
saja
tanpa publikkebijakan
bisa mengolah
merupakan
suatuinformasi
upaya untuk
menyelamatkan
publik yang akan
lebih
lanjut
sebagai
contoh
data
TPS
yang
ada
dalam
fitur
ini
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
hanya
angka tanpa
adanya
koordinat
lokasi
TPSapa
tersebut.
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
yang disampaikan
Fitur
untuk
pencalonan
dalam
SITAP terbagi
menjadiAnggaran
Yuna
Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
pada Tahunfitur
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan pendaftaran
bahwa Politicalulang,
budget cycles
beberapa
yaitu
pendaftaran,
sudah menjadi
fenomena
universal didukung
dengan
berbagai studi
pendaftaran
ulang
II, pendaftaran
ulang III,
penetapan
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
peserta, pasangan calon tidak memenuhi syarat (TMS) politcal
budget
cycles seperti
pola pada struktur
baik secara
dan
pasangan
calonperubahan
yang mengundurkan
diri.anggaran
Fitur ini
agregat maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
terkonfirmasi
membantu
masyarakat
mengenali
calonnya. Pemilu,
Data yang
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
dibuka
dalam fitur ini adalah nama pasangan calon beserta
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
data pribadinya, seperti alamat, tanggal lahir maupun data
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
lainnya. Permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pemilu maupun pilkada adalah publik tidak mengetahui
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
siapa yang menjadi calon kepala daerahnya. Publik hanya
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
mengenal pada masa kampanye saja terbatas melihat secara
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
langsung tanpa mengetahui track record calon tersebut
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
maupun memilih setelah melihat di surat suara. Dengan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
adanya
keterbukaan
datapartai
calonpolitik
ini publik
dapat
mengetahui
2012 menegaskan
setiap
peserta
pemilu
harus memenuhi
latar
belakang
setiap
calon
baik
yang
masih
mendaftar
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
menjadi
bakalini,
calon
maupun
yang
yang
sudah ditetapkan
praktik selama
pihak
yang duduk
baik
di parlemen
maupun pemerintah
menjadi
kepala
Selaintidak
itu publik
dapat hal ini
mayoritascalon
diduduki
olehdaerahnya.
laki-laki. Apabila
diperjuangkan,
pula
melihat data
dana
kampanye
yangaspirasi
dibukaperempuan
dalam dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
hukum
dan pemerintahan.
kondisi
tersebut telah
ditulis oleh Nindita
fitur
selanjutnya.
MerekaDan
dapat
mengetahui
pengeluaran
Paramastuti
dalamoleh
tulisannya
dan Korupsi:
yang
digunakan
para yang
calonberjudul:
kepala “Perempuan
daerah selama
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
berkampanye untuk mendulang suara.
2009.”
Fitur lainnya adalah sengketa infomasi anggaran pilkada
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
dariMasih
setiap
KPUD. Berapa
anggaran
yang mereka
siapkan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
untuk melaksanakan pilkada serentak dikarenakan pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
182
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
2015 ini anggaran pelaksanaan pemilu dibebankan kepada
APBD, maka dalam fitur ini disediakan scan surat NPHD
yang dapat dilihat publik. Dua fitur terakhir dari aplikasi
berbentuk website ini adalah sengketa dan pemantau
pemilu. Dalam sengketa publik dapat meilhat sengekata
perselisihan pada pilkada ini dalam tahapan pencalonan.
Kemudian fitur pemantau pemilu, berisikan data data yang
individu maupun organisasi yang diberikan izin resmi oleh
KPUD untuk memantau proses berjalannya pemilu ini.
SITAP ini merupakan sistem yang baru diperkenalkan
pada pilkada ini. Pada Pilkada serentak 2015, data-data
ini memiliki kelebihan dari data yang dibuka pada pemilu
legislatif dan presiden tahun 2014 lalu. Hal ini karena
pada pemilu legislatif dan presiden 2014 data tersebut
hanya tersedia dalam bentuk format pdf yang isinya
adalah scan dari formulir kandidat yang tidak bisa dibaca
oleh mesin,bahkan banyak yang masih di dalam tulisan
tangan. Kini walupun belum sepenuhnya terbuka, datadata tersebut sudah tampil dalam format digital dan jika
dibuatkan bahasa pemrograman maka semua data di
website dapat di simpan dan dibaca dengan baik oleh mesin.
Evaluasi yang ditemukan di dalam Dalam aplikasi ini
pembaharuan data-data di dalamnya bergantung kepada
KPUD itu sendiri, sehingga apabila tidak ada inisiatif
dari KPUD untuk pembaharuan maka data tersebut
dapat bertahan lama. Selain itu, dalam sistem ini sempat
mengalami perbaikan hingga waktu yang cukup lama. Datadata di dalamnya tersebut tidak memiliki backup yang dapat
dilihat publik.
183
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
SISTEM PENGHITUNGAN SUARA (SITUNG)
merupakan
suatu upaya
untuk menyelamatkan
Rekapitulasi
merupakan
proses yang kebijakan
penting publik
dalamyang akan
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
pelaksanaan
Pemilihan
Kepala Daerah.
Merupakan
proses
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
akhir
yang akan
menentukan
siapa kepala
daerah
terpilih
Yuna Farhan
melalui
tulisannyaOleh
“Menelusuri
Politisasi
untuk
memimpin
daerahnya.
karena Siklus
itu sistem
yangAnggaran
pada Tahundalam
Pemilu.”
Yunaini
menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
digunakan
proses
harusnya sebuah
sistem yang
sudah menjadi
fenomena universal
didukung
dengan
studi
terjamin
aman digunakan,
tidak mudah
dirusak,
cepatberbagai
serta
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
hasil yang diperoleh akurat. Dalam pelaksanaannya, Komisi
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Pemilihan Umum Republik Indonesia menggunakan Sistem
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
Penghitungan Suara (SITUNG).
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Sistem
Penghitungan
Suara
(SITUNG)
ini sebenarnya
Pemilu
2009
ataupun menjelang
Pemilu
2014. Melihat
perkembangan saat
sudah
ada
sejak perhatian
pelaksanaan
Nasional
Tahun
2014
ini, yang
menjadi
tidakPemilu
hanya political
budget
cycles,
melainkan
kemarin.
Terdapat perbedaan
yang signifikan
dalam
sistem
political corruption
cycle atau siklus
korupsi politik
pada
tahun-tahun
ini,
salah
satunya
adalah Keterbukaan
KPU mengenai Hasil
Pemilu
yang
telah meningkat
dengan ekstrim.
dariMasyarakat
Pilkada tersebut.
2014
kemarin,
KPU tetapi
tidak sajaPada
dapatPemilu
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan,
tidak
membuka
hasil
SITUNG
ini kepada
publik
namun
juga perlu
dibatasi
mengingat
perbedaan
hakikat
antara
laki-laki dan
pada
Pilkada
2015 halnya
ini KPU
membuka
hasilnya sebagai
kepada
perempuan.
Seperti
keterwakilan
perempuan
salah satu
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
Publik melalui website khusus yaitu https://pilkada2015. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
kpu.go.id.
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Sistem ini berfungsi untuk merekap data perolehan suara
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
tiap daerahnya. Sistem situng ini merupakan sistem yang
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
paling akhir dipublikasikan oleh KPU RI. Hal ini dikarenakan
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
dalam sistem situng hanya berisi hasil perolehan suara
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
serta
detail lainnya sebagai hasil dari pilkada 2015. Namun
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
SITUNG
ini Perempuan
memiliki salah
satu kelemahan
yaituPemilu
data- DPR RI
Pengalaman
Menghadapi
Korupsi dalam
data
dalam sistem ini terlalu bergantung oleh KPUD tiap
2009.”
daerah
masing masing. Sama seperti SITAP dimana dataMasih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
data
sedikitdan
lambat
dalam update.
terdapat
kesalahan
Supriyanto
Lia Wulandari
dalam Dan
tulisan
berjudul
Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
184
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
dalam angka angka yang ditampilkan, hal ini dikarenakan
data tersebut berdasarkan input dari c1. Sedangkan salah
satu kelebihannya adalah adanya scan DB sehingga publik
dapat crosschek data data diadalamnya.
REKAPITULASI DENGAN MENGUNGGAH
SCAN C1
Scan C1 merupakan hal penting yang penyelenggaraan
pemilihan umum karena dalam C1 itu terdapat data-data
dari tps yang sangat berharga untuk menentukan siapa
pemenang pemilihan umum saat itu. Inisiatif ini mulai
dilakukan oleh KPU pada saat Pemilu 2014 kemudian
dilanjutkan pada Pilkada Serentak 2015. Pada saat
rekapitulasi di TPS, hasil surat suara tersebut dimasukkan
dalam form C1 Plano ini yang nantinya akan dimasukkan
kembali bersama dengan surat suara di TPS. Namun
banyak tindak kecurangan pemilu yang melalui tahap
setelah TPS atau masa rekapitulasi berjenjang, oleh karena
itu C1 ini merupakan salah satu bukti untuk menangani
kecurangan pemilu. Mengingat betapa pentingnya Form ini
maka Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia pada
penyelenggaraan Pemilu Nasional 2014 kemarin membuka
data-data hasil C1 kepada publik melalui websitenya. C1
tersebut discan kemudian diunggah di website yang dapat
dilihat oleh publik luas hasil dari masing masing tps di
daerah seluruh Indonesia
Scan C1 ini diupload oleh KPUD di tiap daerah ke dalam
sistem SITUNG. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
mengenai sistem SITUNG, hasil scan c1 iini diunggah ke
185
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
masing masing daerah berdasarkan lokasi TPS, kecamatan
mana,
sampai
dengan
TPS.menyelamatkan
C1 yang discankebijakan
sangat lengkap.
merupakan
suatu
upayano
untuk
publik yang akan
Sistem
yang
dikembangkan
ini
merupakan
konsitnuitas
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
dariPandangan
Pemlu 2014
namun
ditampilkan
dalam
salah
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apasatu
yangweb,
disampaikan
jika
kita
bandingkan
dengan
pemilu
nasional
2014,
scan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
C1
hanya
ditampilkan
pada
web KPU bahwa
saja sedangkan
ini cycles
pada
Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
Political budget
tergabung
dengan
SITUNGuniversal
sehinggadidukung
publik dapat
mengcek
sudah menjadi
fenomena
dengan
berbagai studi
secara
mulaiNegara.
dari SCAN
DB hingga
di tiap
tiap TPS. politcal
empirisdetail
di berbagai
Berbagai
variabelC1
yang
mempengaruhi
budget
cycles seperti
perubahan
pada struktur
anggaran
baik secara
Sebagaimana
yang
telah pola
disebutkan
dalam
bagian
agregat maupun
secaratindakan
spesifik pada
terkonfirmasi
pengantar,
beragam
yangtahun-tahun
dilakukanPemilu,
KPU telah
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Membuka
berbagai keran-keran inisiatif dan berbagai
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
gerakan sosial-politik dari masyarakat. Hal ini menjadikan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Pilkada Serentak menjadi lebih semarak dan semakin terbuka
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dan transparan. Selain itu masyarakat dapat menyalurkan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
partisipasinya dengan cara baru yang memanfaatkan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
teknologi, lebih efisien, murah dan lebih komprehensif di
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
setiap tahapan. Mmelihat kembali beragam fenomena yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
sama yang terjadi pada saat Pemilu Legislatif dan Pemilu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Presiden
2014 dansetiap
juga Pilkada
serentak
pada
Pemilu
2015
2012 menegaskan
partai politik
peserta
pemilu
harus
memenuhi
tumbuhnya
beragam
inisiatif
dan
inovasi
masyarakat
sipil
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
untuk
partisipasi
terkait erat
dengan
praktikmeningkatkan
selama ini, pihak
yang dudukpemilih
baik di parlemen
maupun
pemerintah
berbagai
KPU
di atas.Apabila
Dengantidak
adanya
kebijakan hal ini
mayoritasketerbukaan
diduduki oleh
laki-laki.
diperjuangkan,
open
dan open
informasi
maka
berikutaspirasi
adalah perempuan
inisiatif- dalam
akan data
berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
inisiatif
yang
ada di Indonesia
yang dapat
dipetakan.
antara
Paramastuti
dalam dan
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
berbagai
inisiatif
gerakan
yang muncul
pada saat
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
Pilkada serentak antara lain adalah:
2009.”
Pada Pilkada Serentak 2015 ini kita melihat kembali
Masihfenomena
berhubungan
dengan
politik, Didik
beragam
yang
samatema
yangakuntabilitas
terjadi padakeuangan
saat Pemilu
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Legislatif dan Pemilu Presiden 2014. Tumbuhnya beragam
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
186
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
inisiatif dan inovasi masyarakat sipil untuk meningkatkan
partisipasi pemilih. Dengan adanya kebijakan open data
dan open informasi maka berikut adalah tiga inisiatif civic
tech yang cukup populer pada saat penyelenggaran Pilkada
Serentak 2015 antara lain sebagai berikut:
1. KAWAL PILKADA
Kawal Pilkada adalah kelanjutan dari inisiatif yang dulu
digagas di Pemilu Presiden 2014 yaitu Kawal Pemilu. Inisiatif
ini merupakan respon cepat dan terpadu dari dipublikasikan
nya scan C1 dari setiap TPS oleh KPU. Inovasi KPU ini
memungkinkannya terbentuknya gerakan sosial, partisipasi,
dan aktivisme politik masyarakat. Melalui Kawal Pemilu
dan Kawal Pilkada masyarakat mampu melakukan verifikasi
atas rekapitulasi suara untuk memastikan dan mengawal
suara dari TPS sampai ke bagian final. Kawal Pilkada adalah
situs yang digagas oleh Khairul Anshar dariCode4Nation
. Situs ini menggunakan mekanisme crowdsourcing
yang merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam
membantu melakukan sosialisasi Pilkada Serentak 2015
berupa profil calon, latar belakang, visi, misi, dan programprogram pasangan calon sehingga diharapkan pemilih tidak
hanya pasif, namun sebaliknya, bisa menjadi pemilih yang
berdaya. Kawal Pilkada juga merupakan media partisipasi
publik yang mengusung prinsip transparan dan akuntabel.
Menurut dia, siapa saja bisa bergabung di situsnya untuk
menjadi relawan pemantau pilkada.
Pada awalnya banyak yang skeptic atas aktivitas kawal
Pemilu, banyak juga yang tidak percaya akan hasilnya dan
187
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
bahwa gerakan ini adalah gerakan organic yang di inisiasi oleh
orang-orang
non-partisan.
tetapi karena
sifatnya
yangyang akan
merupakan suatu
upaya untukAkan
menyelamatkan
kebijakan
publik
terbuka
dan
masyarakat
dapat mengecek
sendiri
hasilnya
dibuat oleh
politisi
dan pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
danPandangan
akurasi data-data
yang berkaitan
dimasukkan
maka
terlihat
Hamdan tersebut
dengan
apa yang
disampaikan
bahwa
hasilnya
akurat.
Kawal
Pemilu
bahkan
mendapatkan
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
apresiasi
dariPemilu.”
berbagai
pihak
termasuk bahwa
penyelenggara
pada Tahun
Yuna
menjelaskan
Political KPU
budget cycles
atas
partisipasinya
dalam
penyelenggaraan
Pemilu
dan
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai
studi
membantu
mewujudkan
public
dan
mengawal politcal
empiris di berbagai
Negara.akuntabilitas
Berbagai variabel
yang
mempengaruhi
budget cycles
seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
integritas
penyelenggara.
agregat
maupun
secara
spesifik pada
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
Kawal
Pilkada
menyediakan
berbagai
fitur bagi
publik.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Mulai
dari melihat data-data profil seperti yag telah
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
disebutkan sebelumnya, tim kawal pilkada menyediakan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
fitur yyang mengajak publik untuk turut serta memantau
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pilkada didaerahnya. Baik melalui aplikasi mobile maupun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
aplikasi web. Fitur inimnegajak publik untuk mengisi data
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
hasil pemilu di dalam aplikasi. Mereka mengisi data di
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
tps tempat mereka mencoblos dan publik dapat menaruh
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
foto hasil dari kamera hape mereka untuk ditaruh sebagai
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
data.
itu, publik
2012 Sleain
menegaskan
setiapdapat
partaiberpartisipasi
politik pesertadengan
pemilu mengisi
harus memenuhi
kolom
data
hasil
scan
C1
yang
dilakukan
oleh
KPU,
sebagai
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
kroscek
atas
data
yang
disajikan
oleh
KPU.
Mobile
Apps
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Kawal
Pilkada
ini memiliki
kelebihan
bekerja hal ini
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
Apabilayaitu
tidakdapat
diperjuangkan,
secara
offline. Data
yang
dimasukkan
secara
offline
akan dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
hukum danterlebih
pemerintahan.
Dankemudia
kondisi tersebut
ditulis oleh Nindita
disimpan
dahulu,
setelahtelah
tersambung
Paramastuti
dalaminternet
tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dengan
jaringan
data
tersebut
barulah
dikirimdan
ke Korupsi:
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
DPR RI
server kawal pilkada.
2009.”
Melalui website Kawal Pilkada, tidak hanya masyarakat
Masih
berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
dapat
berpartisipasi
untuk
melakukan
verivikasikeuangan
terhadappolitik,
C1 Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
masyarakat juga dapat melihat analisis spasial dan tabular
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
188
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
dari data-data profil calon, partisipasi, dan koalisi antar partai
pada saat Pilkada 2015. Format data yang di bagikan di dalam
websitenya baik dalam table atau Application Programming
Interface juga memudahkan kelompok masyarakat untuk
menggunakan data-data tersebut sesuai dengan kebutuhan
dan kehendak. Hal ini tidak hanya menumbuhkan sejenis
gerakan sosial yaitu crowdsourcing untuk data hasil pemilu
tetapi juga memungkinkan ruang-ruang untuk co-creation
terhadap data-data yang disebarkan luaskan oleh lembaga
Negara dalam hal ini KPU.
2. APPLICATION PROGRAMMING INTERFACE (API)
PEMILU
API (Application Programming Interface) API Pemilu
adalah sebuah platform data yang terbuka untuk informasi
kepemiluan di Indonesia yang akan digunakan sebagai
media untuk memberikan banyak aplikasi dan situs akses
mudah ke database Pemilu Perludem yang bebas dan
terbuka. Sumber utama dari data API Pemilu diperoleh dari
situs web Komisi Pemilihan Umum dan akan memberikan
informasi up-to-date sepanjang pemilu legislatif dan Pilpres
2014. API Pemilu memberikan berbagai informasi seperti
CV dan biodata calon anggota DPR, DPR, dan DPRD,
akses ke peta daerah pemilihan umum, informasi tentang
kalender pemilu dan berbagai informasi pendidikan pemilih
melalui rincian sesi tanya-jawab dan undang-undang. Data
yang tersedia melalui API terus diperbarui secara rutin dan
ditambah tidak hanya selama periode pemilu.
Melalui
penggunaan
API,
semua
data
pemilu
189
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dikumpulkan menjadi sebuah repositori pusat dan IT
programmer.
perangkat lunak
(software)
merupakan suatuPengembang
upaya untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
lokal
dapat
menggunakan
API
dalam
membangun
alat,
serta
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
memfasilitasi
umpan tersebut
balik. Melalui
Pandangan Hamdan
berkaitanperangkat
dengan apateknologi
yang disampaikan
ini,
warga
bisa
terlibat
langsung
dengan
pemerintah.
APIAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Pemilu
berusaha
untuk
berbagai
kalangan,
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna memotivasi
menjelaskan bahwa
Political
budget cycles
perancang
piranti
lunak,
pengembang
komputer
aktif
dalam
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
setiap
tahapan
danBerbagai
hasil Pemilu,
memberikan politcal
empirisproses
di berbagai
Negara.
variabelserta
yang mempengaruhi
budget cycles
perubahandalam
pola pada
strukturpublik.
anggaran
baik secara
pendapat
danseperti
berparisipasi
kebijakan
API
agregat maupun
secara spesifik
pada bagian
tahun-tahun
terkonfirmasi
Pemilu
juga bermanfaat
sebagai
dari Pemilu,
pendidikan
16
dalam praktek
di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pemilih
melaluipenganggaran
digitalisasi data.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Dengan API Pemilu Perludem bertujuan memberikan
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
alternatif lain penyediaan informasi kepada pemilih,
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
mempromosikan akses informasi pemilu ke publik, dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
meningkatkan partisipasi pemilih. Perludem mendukung
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
upaya Komisi Pemilihan Umum dalam meningkatkan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
partisipasi masyarakat dengan menyediakan akses yang
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
lebih mudah dengan memanfaatkan teknologi digital.
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Lewat
inisiatif inisetiap
juga partai
terjadi
perkembangan
partisipasi
2012 menegaskan
politik
peserta pemilu
harus memenuhi
masyarakat
dan
gerakan
sosial
terhadap
proses
demokrasi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
dan
kepemiluan
ke yang
levelduduk
yangbaik
lebih
tinggi. maupun
Program
praktik
selama ini, pihak
di parlemen
pemerintah
ini
menyasar
segmen
sesifik Apabila
dalam tidak
masyarakat
yaitu hal ini
mayoritas
diduduki
oleh laki-laki.
diperjuangkan,
IT
dan terhadap
developer
perangkat
lunak
yang dalam
akanprogrammer
berdampak negatif
mandeknya
aspirasi
perempuan
hukum dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah ditulis
oleh Nindita
merupakan
aktor-aktor utama
dalam
kemajuan
teknologi
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
melalui
kegiatan
kompetisi
pembuatan
aplikasi
yang disebut
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
dengan (hackaton) atau Apps Challenge yang bertajuk Code DPR RI
2009.”
for
Vote. Hackaton atau singkatan dari hacker marathon
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
Lia Diah
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi dan
16 Verrianto dan
Madjowa,
Setiawaty,
Yuandra
Ismiraldi,
dan Ramda
Yanurzha.
Modul
Open
Data
Pemilu.
Perludem.
Hal
59-74
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
190
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
adalah sebuah even dimana IT Developer dan programmer
berkoloborasi bersama untuk membuat software /rogram.
Perludem mengadakan Hackathon Code for Vote untuk
komunitas pengembang nasional. Ini merupakan even
hackhathon pertama di Indonesia dengan tema Pemilu
legislatif. Keberhasilan Perludem di even pertama, menarik
perhatian sebuah nama besar dalam industri teknologi
global: Google. Setelah melalui serangkaian proses diskusi
antara Perludem, Google dan Google Developer Group
(GDG), terselenggaralah API Pemilu Challenge: Code for
Vote 2.0. Dari kedua aktifitas ini dihasilkan sekitar 31
aplikasi Pemilu yang dapat diuduh melalui website http://
pemiluapps.org
Menyusul kesuksesan pada Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden 2014, pada Pilkada serentak 2015 Perludem
bekerjasama dengan KPU RI membuat dua kali perlombaan
aplikasi yaitu Pilkada Serentak Apps Challenge. Code for
Vote 4.0 yang diselenggarakan pada tangal 8 November
2015 dan juga pada tanggal 15 November 2015 bekerjasama
dengan KPU Kota Surabaya yaitu penyelenggaraan
Pahlawan Muda Apps Challenge. Code for Vote 3.0. Acara
ini diiselenggarakan juga berkat adanya Memorandum
of Understanding antara KPU RI dan KPU Kota Surabaya
terkait digitalisasi data dan juga pelaksanaan sosialisasi
pemilu dan pelibatan partisipasi masyarakat melalui Apps
Challenge. Tujuan dari Apps Challenge ini tidak semata
menghasilkan aplikasi tetapi juga pelibatan dan partisipasi
masyarakat. Perludem berhasil membuat sejenis gerakan
komunitas IT peduli pemilu dengan tagline Code for Vote-
191
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
nya. Sejatinya kegiatan ini dapat membuat hubungan yang
baik
antarasuatu
masyarakat
sipil
dan termasuk
didalamnya
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
programmer
atau
IT
developer
komunikasi
dengan
intense
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
danPandangan
bersama Hamdan
lembagatersebut
negaraberkaitan
dalam hal
ini apa
KPU
untuk
dengan
yang
disampaikan
membantu
atau
menyelesaikan
berbgai
permasalahan
yang
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
ada.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
3.
JEMPUT
DATA Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
empiris
di berbagai
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Jemput data adalah inisiatif pengumpulan atau
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
agregasi data berdasarkan kesukarelaan bertujuan untuk
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
mengumpulkan tersedia untuk umum (dan seharusnya
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
berlaku) data untuk membuat pemahaman yang lebih
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
baik
dari kandidat Pilkada. Inisiatif ini dimulai dengan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
menyadari
secara historis
data untuk kepentingan
Pemilu yangbahwa
telah meningkat
dengan ekstrim.
publik di Indonesia memiliki kesulitan dalam hal akses, baik
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
itu
dasar
administrasi
yang
lambanhakikat
atau kesengajaan
jugaatas
perlu
dibatasi
mengingat
perbedaan
antara laki-laki dan
dalam
upaya
mendominasi
informasi
yang
tentunya
tidak
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai
salah satu
sejalan
dengan asas
keterbukaan
informasi
syarat verifikasi
faktual
untuk menjadi
pesertapublik.
pemilu. UU No. 8 Tahun
2012
menegaskan
setiapInstititue
partai politikmelakukan
peserta pemiluprogram
harus memenuhi
Public
Virtue
30% keterwakilan perempuan.
Kondisiuntuk
ini patut diperjuangkan,
mengingat
kerelawananan
Jemput Data
menanggulangi
praktik selama ini, tersebut.
pihak yang duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
permasalahan
Relawan
yang bergabung
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
diberikan pengarahan mengenai data-data dasar yang akan hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
aspirasiinformasi
perempuan dalam
dikumpulkan.
Relawan
tersebut mandeknya
bekerja menggali
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
melalui sistem daring, baik dari berita maupun situs web
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
lainnya. Namun setiap relawan mengumpulkan data yang
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
berbeda beda karena mereka bekerja untuk daerah mereka
2009.”
masing-masing.
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Kegiatan relawan data ini berlanjut seiring dengan animo
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
relawan
untukPengelolaan
menjadi relawan
Mengambil
istilah yang
Akuntabilitas
Dana data.
Kampanye,
menguraikan
bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
192
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
sering dipakai dalam menggambarkan suatu insisatif, yakni
jemput bola gerakan #JemputData ini menggambarkan
bagaimana publik dalam bentuk relawan berinisiatif
mengumpulkan data dan membagikannya kembali kepada
publik karena data tersebut seharusnya milik publik dan
bermanfaat bagi publik.
Dari tiga hal diatas maka dapat dilihat bahwa keterbukaan
data dan informasi sangat mempengaruhi pembentukan
gerakan-gerakan sosial dan inisiatif-inisiatif civic tech di
Indonesia. Sebagai contoh API Pemilu menggunakan datadata SITAP untuk melakukan Apps Challenge dan membuat
aplikasi-aplikasi pendidikan pemilih. Kawal Pilkada disisi
lain menggunakan beberapa sumber data dari website KPU
RI antara lain sebagai berikut17:
•
https://pilkada2015.kpu.go.id
•
https://data.kpu.go.id/dpt2015.php
•
http://infopilkada.kpu.go.id/index.php
Sesungguhnya inisiatif dan gerakan sosial yang tercipta
melalui penggunaan teknologi ini cukup besar pengaruhnya
terhadap gerakan sosial politik dalam bentuk aktivisme
digital. Aktivisme digital yang dimaksud mencakup tujuh
fungsi, sesuai dengan klasifikasi yang dibuat oleh Mary
Joyce (2011) terkait ekosistem website dan teknologi
yaitu fungsi-fungsi: dokumentasi, menyebarluaskan,
memobilisasi, pembentukan/ pembuatan kembali (cocreating), penekanan, perlindungan, pengumpulan dan
penyebaran sumber daya dalam hal ini berbentuk data dan
17 Anshar, Chairul. Presentasi Data kawalpilkada.id 2015.
193
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
teknologi. Semua fungsi-fungsi tersebut tercakup ke dalam
berbagai
inisiatif
diatasuntuk
yangmenyelamatkan
terbentuk sebagai
respon
atasyang akan
merupakan
suatu upaya
kebijakan
publik
keterbukaan
data dan
dan pemerintah
informasi pada
Pilkadauntuk
Serentak.
dibuat oleh politisi
yang terpilih
memerintah.
Berbagai
bukanlah
yangdengan
pertama
kali, disampaikan
di
Pandanganinisiatif
Hamdanini
tersebut
berkaitan
apa yang
Negara-negara
lain juga
sudah ada
beberapaSiklus
sampel
inisiatifAnggaran
Yuna Farhan melalui
tulisannya
“Menelusuri
Politisasi
pada Tahun
Pemilu.” Yuna
menjelaskan
Political
budget cycles
yang
telah terbentuk.
Tabel
berikut bahwa
ini adalah
sampel
sudah menjadi fenomena
didukung
dengan terkait
berbagai studi
perbandingan
berbagai universal
inisiatif yang
terbentuk
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
kepemiluan di adalah negara-negara demokratis
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
TABEL 1 INSIATIF OPEN DATA TERKAIT PEMILU DI
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
18
BEBERAPA
Pemilu 2009NEGARA
ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini,
yang menjadi
perhatian
political budget cycles,
NEGARA
NAMA INITAHUN tidak hanya
KETERANGAN
LINK melainkan
SIATIF OPEN
political corruption
cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
DATA
Pemilu
telah meningkat
dengan
ekstrim.
Argentina yang
Declaracio2013
Declaraciones
Juradas Abiesrtas
http://
nes Juradas
adalah sebuah alatberbentuk web interactivos.
Masyarakat
sebagai satu
kesatuan, tetapi
Abiertastidak saja dapat
yangditafsirkan
menunjukkandeklarasiasetlanacion.com.
pejabat publik, hakimdan angar/declaracijuga perlu dibatasi mengingat
perbedaan hakikat antara
laki-laki dan
gota legislatifdengan cara yang
ones-juradas/
sederhanadan
mudah.
index#pd=0
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dandari
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
18 Data diambil
data
Crowdsourcing
Sunlight
Foundation.
Dalam
riset
The
Social
Impact
of
Open
Data
(2015)
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
194
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
NEGARA
Canada
NAMA INITAHUN
SIATIF OPEN
DATA
Represent
2012
KETERANGAN
LINK
Represent digunakan olehserikatKanadaburuh danorganisasi
nirlaba-organisasi nirlabaterutamalingkungan-untuk menjalankankampanye melaluiemail,
melakukan pemetaan anggota
atau pendukunguntukdaerah
pemilihanuntuk tujuanpengorganisasian, danuntuk memberikan
informasiyang relevan berdasarkandaerah pemilihan. Platform
ini juga digunakanolehmedia
danperusahaan.
http://represent.
opennorth.ca/
Rerpresent adalah layananwebuntuk pencariandaerah pemilihanyang cocok melalui fitur memasukkan alamatataukode pos.
Represent juga dapat digunakan
untuk pencarianinformasi kontakdaripejabat terpilihdi semua
tingkatpemerintahandi Kanada.
Beberapa fitur yang terdapat di
Represent antara lain adalah:
1.BatasPemilihandari masingmasingpemerintahan.
2.Informasi kontakpara pejabat
terpilih’dalam skemaCSVdari pemerintah kota.
3. Informasi kontak para pejabat terpilihyang dikumpulkan
olehscriptkami(yaitutidakdata
yang terbuka).
195
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
NEGARA
NAMA INITAHUN
KETERANGAN
LINK
SIATIF OPEN
DATA upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
merupakan suatu
Bangladesh
Vote BD
2007
Vote DB adalah platformberbahttp://www.
dibuat oleh politisi dan
pemerintah
yang terpilih untuk
memerintah.
siswebyang melacak, mengkom- votebd.org/
pilasi, danmenyebarkan informaPandangan Hamdan tersebut
berkaitan dengan apa yang disampaikan
sitentang politisidankandidat pemilihandi
Bangladesh. Ini adalah
Yuna Farhan melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi Anggaran
websitepertamadi Bangladeshypada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan
bahwa
Political budget cycles
ang membuatcatatandaftar
pemilih dapat diakseswarga,sehingga
sudah menjadi fenomena universal
didukung dengan berbagai studi
mereka bisamemeriksaada atau
tidak adanyanama-nama
merekaempiris di berbagai Negara. Berbagai
variabel yang
mempengaruhi politcal
dankesalahandalam daftar.
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Vote DB memungkinkanwargaunagregat maupun secara spesifik
pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
tuk mengambillangkah yang diperlukan
untukmemastikan
bahwadalam praktek penganggaran di Indonesia
yang
berkaitan dengan siklus
nama dan informasi mereka yang
Pemilu 2009 ataupun menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan saat
benar dapat dimasukkandalam
daftar daftar pemilih, sehingga
ini, yang menjadi perhatian tidak
hanya political budget cycles, melainkan
merekaberhakuntuk memberikan
suarasiklus
merekadalamberbagaipepolitical corruption cycle atau
korupsi politik pada tahun-tahun
milu. Sejumlah besarpemilih juga
Pemilu yang telah meningkat dengan
ekstrim.
telah berubahpreferensisuara
merekaatas informasi yang ber-
Masyarakat tidak saja dapat
ditafsirkan
sebagai satu kesatuan, tetapi
hubungan
dengancalonyang
disediakan olehVoteBD.
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Czech Retransparent- 2014
Melalui platform ini anggota
http://www.
perempuan.
Seperti halnya keterwakilan
perempuantransparentsebagai salah satu
public
nivolby
masyarakatdapat melaporkanpemiludanketidanivolby.cz/
syarat verifikasi faktual untukkecurangan
menjadi
peserta
pemilu.
UU No. 8 Tahun
kadilandi seluruh kotadan desa.
Laporan-laporan
iniakan diproses
2012 menegaskan setiap partai
politik peserta
pemilu harus memenuhi
olehPusatAdvokasidanNasihat
30% keterwakilan perempuan.HukumTransparency
Kondisi ini patut
diperjuangkan, mengingat
InternationalRepublik Ceko.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Inisiatif iniApabila
mampu memberdayamayoritas diduduki oleh laki-laki.
tidak diperjuangkan, hal ini
kanwargauntuk memantaupemilu
akan berdampak negatif terhadap
mandeknya
aspirasi perempuan dalam
danmemastikanproses
inidilakukandengan jujur dan adil.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
196
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
NEGARA
United Kingdom
Kenya
NAMA INITAHUN
SIATIF OPEN
DATA
Your Candi2015
dates
Kenya Open
2012
Data Initiative
(KODI)
KETERANGAN
LINK
Di dalam website ini terdapat
YourCandidainformasiCrowdsourcedpada kan- tes.org.uk
didatpemilihan umum, yang dapat
dilakukan melalui yournextmp.
com.
Melalui fitur-fiturnya platform ini
dapat meningkatkan partisipasi
pemilih dan membuat voter mau
melalukan koneksi dan interaksi
dengan para kandidat melalui sosial media. Metodologi dilakukan
dengan
Platform ini juga menggabungkandatayangsedang berjalanuntukparlemendisetiap daerah
pemilihandengan informasilain
yang relevanuntukpemilih, seperti
kebijakanpartai danprediksijajak
pendapat.
Ini adalah inisiatif yang dibuat
https://www.
oleh pemerintahnasional. Dengan opendata.go.ke/
website ini Kenya mempublikasika
semua data publikyang tersedia
dantujuannya adalahuntuk
membuat data pembangunan
pemerintah , demografi, statistik
dandata budget tersediadalam
formatdigitalyang bergunabagi
para peneliti, pembuat kebijakan,
pengembangICTdan masyarakat
umum.
Kenya secara resmibergabungOpen Government
Partnership(OGP) pada bulan
April2012 dan berkomitmen
untukmeningkatkanintegritas
publik, manajemenpemilu, secara
efektifmengelolasumber daya
publik, danketerlibatan publik
dalampenyusunananggaran,
meningkatkan pelayanan publik,
transparansi danakuntabilitas,
partisipasi publikdi bidanglayanan
penting.
197
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
PENUTUP
merupakan
upayatahun
untuk menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
Pilkada suatu
serentak
2015 memunculkan
berbagai
dibuat oleh
politisi
pemerintah
yangmasyarakat
terpilih untuksipil
memerintah.
bentuk
baru
daridangerakan
sosial
yang
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
denganini
apamembuat
yang disampaikan
disebut
dengan
aktivisme
digital.
Gerakan
Yuna Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus Politisasi
partisipasi
tidak
sekedar
dimaknai
secara prosedural
denganAnggaran
pada Tahun
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political yaitu
budget cycles
hadir
di bilikPemilu.”
suara saja
tetapi
dengan lebih
substantif
sudah menjadi
fenomena
universal
berbagai studi
dengan
memanfaatkan
data-data
dandidukung
informasidengan
yang dibuka
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
oleh KPU untuk melahirkan berbagai inovasi. Inovasi yang
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
terjadi memungkinkan adanya pengawalan terhadap hasil
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
pemilu, munculnya keputusan yang lebih baik pada saat
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
memilih, yaitu ketika masyarakat diberikan kesempatan
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
untuk
mengakses dataterutama data-data kandidat pemilu
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dan
memungkinkan
terjadinya
co-creation
political
corruption cycle
atau siklus
korupsi masyarakat
politik pada pun
tahun-tahun
dapat
berpartisipasi
aktif
untuk
melakukan
digitasi
dan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
menganalisa
tersebut
untuk
kepentingan
bersama.
Masyarakatdata
tidak
saja dapat
ditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
Untuk
partisipasi
masyarakat
juga
perlu mendorong
dibatasi mengingat
perbedaan
hakikat yang
antaralebih
laki-laki dan
tinggi
dan lebih
luashalnya
lagi maka
penyelenggara
pemilu
harus
perempuan.
Seperti
keterwakilan
perempuan
sebagai
salah satu
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
membuat desain digitalisasi dan keterbukaan data secara 8 Tahun
2012 menegaskan
setiap
partai
politik peserta
pemilu turunan
harus memenuhi
lebih
komprehensif
serta
melakukan
berbagai
30% keterwakilan perempuan.
Kondisi
ini patut diperjuangkan,
mengingat
langkah-langkah
praktis dan
komprehensif
mulai dari
praktik selama ini,
pihak yangserta
dudukpromosi
baik di parlemen
maupun pemerintah
perencanaan,
publikasi
dan penjalinan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
hubungan dengan berkesinambungan dengan berbagai hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
pihak di masa yang akan datang.
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Semua inisiatif dan inovasi yang dilakukan masyarakat
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
harus
dimanfaatkan
dengan
baik danKorupsi
dijadikan
telaah
bagi DPR RI
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
dalam
Pemilu
penyelenggara
pemilu. Setiap gerakan sosial masyarakat
2009.”
sipilMasih
tentunya
memiliki evaluasi-evaluasi penting yang dapat
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
menjadi
berharga dalam
bagi tulisan
penyelenggara
pemilu,
Supriyantomasukan
dan Lia Wulandari
berjudul Transparansi
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
198
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PENGARUH KETERBUKAAN DATA
sebagai contoh inisiatif Kawal Pemilu dapat memberikan
insight mengenai jenis-jenis kesalahan yang paling sering
muncul pada scan C1 sehingga hal ini dapat menjadi
rujukan dan masukan untuk perbaikan diri. Inisiatif Code
for Vote juga tentunnya memiliki insight terkait penjaringan
masyarakat dan pembentukan hubungan baik dengan
kelompok tertentu dalam masyarakat seperti developer dan
IT Programmer secara berkesinambungan. Inisiatif Jemput
Data dan Code for Vote juga dapat memberikan masukan
terkait data-data yang sesungguhya dibutuhkan oleh
masyarakat dan bagaimana proses digitalisasinya.
Oleh karena itu alangkah baiknya kedepan penyelenggara
pemilu baik KPU maupun Bawaslu dan DKPP dapat
merangkul berbagai inisiatif ini dan bekerjasama secara
strategis untuk penyeleenggaraan Pemilu maupun Pemilu
kada yang jujur dan adil di masa datang.
REFERENSI
Andriansyah, Miftah. Et.all. Crowdsourcing: Konsep
Sumber Daya Kerumunan dalam Abad Partisipasi
Komunitas Internet. file:///C:/Users/perludem01/
Downloads/Crowdsourcing_1.pdf
Anshar, Chairul. Presentasi Data kawalpilkada.id 2015.
Dipresentasikan di Perludem 26 Februari 2015
Civic Tech Directory. http://knightfoundation.org/
features/civictech/
www.unv.org/fileadmin/.../SWVR2011_full_%5B04%5D_
chapter1.pdf
Mora, Fernando Adolfo. Emergent Digital Activism: The
Generational/Technological Connection. The Journal
of Community Informatics. Vol.10 no.1 2014
199
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
O’Reilly, T. and Batelle J. (2009). Web squared: Web
2.0 five years on. Retrieved August 28th, 2011.
merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
http://assets.en.oreilly.com/1/event/28/web2009_
dibuat
oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
websquared-whitepaper.pdf
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan and
dengan
apa yang disampaikan
Monte,
John De
la. Science
Technology
Governance.
Yuna2001.
Farhan
melalui Press:
tulisannya
“Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
Cromwell
London
pada Tahun
bahwa Political
budget cycles
Social
ImpactPemilu.”
of OpenYuna
Data.menjelaskan
Sunlight Foundation.
https://
docs.google.com/spreadsheets/d/1jP6WIkEPczb8MBn
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
6DNOU2PhKp9Prwe4HokqhUQVsxE0/edit#gid=0
empiris
di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Profil
Internet
Indonesia
Tahun
2015. anggaran
http:// baik secara
budgetPengguna
cycles seperti
perubahan
pola pada
struktur
blog.idkeyword.com/profil-pengguna-internet-diagregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
indonesia-tahun-2015/.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Siemens
G. (2006). Knowing knowledge. Creative
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
Commons. Retrieved August 30, 2011 from http://
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
www.elearnspace.org/KnowingKnowledge_LowRes.
political
corruption
cycle Fernando
atau siklusAdolfo.
korupsiEmergent
politik pada tahun-tahun
pdf. di
dalam Mora,
Pemilu
yangActivism: telah meningkat
dengan ekstrim.
Digital
The Generational/Technological
Connection.
The
Journal
Community
Informatics.
Masyarakat tidak saja dapatofditafsirkan
sebagai
satu kesatuan, tetapi
Vol.10
no.1
2014
hal.4
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Williams
/ Sawyer,
(2007),
Using
Information
Technologysebagai salah satu
perempuan.
Seperti
halnya
keterwakilan
perempuan
terjemahan Indonesia, Penerbit ANDI, ISBN 979-763-817-0
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Sinergantara.
Open Data Handbook Documentation.
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
http://sinergantara.or.id/wp-content/
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
uploads/2013/10/Open-Data-Implementation-inpraktik
selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Local-Government.pdf
mayoritas
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
hal ini
Madjowa,diduduki
Verrianto,
Diah
Setiawaty,
Yuandra
Ismiraldi,
akandan
berdampak
negatif terhadap
aspirasi
Ramda Yanurzha.
2014.mandeknya
Modul Open
Data perempuan
Pemilu. dalam
hukum
dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Perludem.
Paramastuti
dalam tulisannya
yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Civic
Entrepreneurship.
http://www.codeforamerica.org/
startups/civic-entrepreneurship-2014/
Pengalaman
Perempuan Menghadapi Korupsidiakses
dalam 28
Pemilu DPR RI
Februari
2016
2009.”
Zoran,
Mitrovic.
Building
Open
Data
Capacity keuangan
Through politik, Didik
Masih
berhubungan
dengan
tema
akuntabilitas
e-Skill Acquisition. 2015. Mitrovic Development and
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Research Insttute South Africa
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
200
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN
SISTEM NOKEN PADA
PILKADA SERENTAK 2015
DI PAPUA
Kholillullah Pasaribu
ABSTRAK
Studi ini berusaha untuk mengelaborasi lebih jauh
mengenai penggunaan noken dalam pilkada serentak 2015
di Papua. Sebagai tas tradisional sekaligus budaya Papua,
pada waktu pemilu noken bertransformasi sebagai salah
satu perangkat penting pengganti kertas suara bahkan
kotak suara. Akan tetapi dalam prakteknya keberadaan
noken justru dijadikan instrumen untuk menciderai hak
politik warga negara, demi meraih kekuasaan yang
dipergunakan untuk memanipulasi jumlah perolehan
suara kandidat.
Kata Kunci: Papua, noken, pilkada
PENGANTAR
Sebelas kabupaten/kota di Papua telah mengikuti
pelaksanaan pilkada serentak gelombang pertama yang
digelar tanggal 9 Desember 2015. Daerah tersebut adalah:
Nabire, Asmat, Keerom, Waropen, Merauke, Mamberamo
201
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Raya, Pegunungan Bintang, Boven Digoel, Yahukimo,
Supiori
dansuatu
Yalimo.
petahana turut
ambil publik
bagianyang akan
merupakan
upayaSeluruh
untuk menyelamatkan
kebijakan
dalam
menyemarakkan
kontestasi
tersebut.
Namun
dibuat oleh
politisi dan pemerintah
yanglokal
terpilih
untuk memerintah.
pada
akhirnya,
hanya
empat
petahana
yang
mampu
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
mempertahankan
jabatannya
kembali
untuk
lima
tahun
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
kedepan.
wajah-wajah
politisiPolitical
baru budget
kini cycles
pada TahunSelebihnya,
Pemilu.” Yuna
menjelaskan bahwa
mewarnai
kursi fenomena
pemerintah
daerah di
Papua. dengan berbagai studi
sudah menjadi
universal
didukung
empiris
di berbagaibanyak
Negara. pihak
Berbagai
variabel potensi
yang mempengaruhi
Kekhawatiran
terhadap
konflik di politcal
budgetpun
cycles
seperti
perubahan
pada2016.
struktur
anggaran
baik secara
Papua
belum
terjadi
hinggapola
Maret
Sejak
awal, hal
agregat
maupun
secara banyak
spesifik pihak
pada tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
ini
menjadi
perhatian
baik pihak pemerintah,
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
pihak
keamanan, maupun elemen sipil. Betapa tidak, dalam
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
sejarahnya Papua termasuk pemberi kontribusi besar
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dalam menyumbangkan jumlah korban atas nama pilkada.
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Misalnya kasus Iliga (Puncak Jaya) yang terjadi sejak 31 Juli
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
2011, menelan korban jiwa hingga 57 orang selama kurang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
lebih setahun. Persoalannya hanya karena KPUD setempat
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
menolak berkas pencalonan Simon Alom sebagai calon
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
bupati, yang disebabkan penarikan dukungan oleh DPC
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Partai
Gerindra.1 Namun
pada politik
Pilkada
Serentak
2015,
tidak
2012 menegaskan
setiap partai
peserta
pemilu
harus
memenuhi
ada
tanda-tanda
konflik
dekstruktif
akan
terjadi.
Sejauh
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
ini,
kanalisasi
konflik
efektif
disalurkan
melalui
praktik
selama ini,
pihaktampaknya
yang duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
penyelesaian
sengketa
Hasiltidak
Pemilihan
(PHP) hal ini
mayoritas diduduki
olehPerselisihan
laki-laki. Apabila
diperjuangkan,
Bupati
di Mahkamah
Konstitusi
(MK).
akan berdampak
negatif
terhadap mandeknya
aspirasi perempuan dalam
hukum
dandi
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah tersendiri
ditulis oleh Nindita
Pilkada
Papua juga selalu
menjadi
daya tarik
Paramastuti
dalam
tulisannya
yangnoken
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
karena
adanya
penerapan
sistem
di beberapa
daerah.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Sistem ini membolehkan masyarakat Papua mewakilkan
2009.”
hak pilihnya kepada orang lain, lazimnya diserahkan kepada
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto
dan
LiaPemilu
Wulandari
dalam (2015).
tulisanPeluang
berjudul
Transparansi dan
1 Perkumpulan
untuk
dan Demokrasi.
dan Tantangan
Pilkada
Serentak
Di
Papua.
Jakarta:
Perludem.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
202
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
kepala suku masing-masing untuk menentukan siapa yang
layak mendapatkan suara dari suku masing-masing. Bagi
sebagian orang, sistem noken dipandang wajar karena
melihat karakter masyarakat Papua yang masih didominasi
oleh seorang kepala suku atau “Big Man”. Kepala suku selain
menjadi pemimpin politik, juga memimpin ekonomi, sosial
dan budaya. Kepemimpinannya turut bertanggungjawab
atas keterseidaan kebutuhan dasar warga. Sebagai gantinya,
warga harus loyal dengan apapun keputusan Big Man.2
Termasuk keputusan Big Man untuk memberikan seluruh
hak pilih warganya kepada calon peserta pilkada tertentu.
Disloyalty terhadap keputusan Big Man beresiko terhadap
disfungsi peran pelindung (protector) dan penyelamat
(savior) dalam hal terjadi krisis atau konflik yang
mengancam anggota suku tersebut.
Atas berbagai pertimbangan, MK turut memposisikan
Sistem Noken sebagai salah satu resolusi konflik dalam
pelaksanaan pilkada di Papua.3 Bahasa lain yang digunakan
untuk menyebutkan sistem noken pada saat itu adalah
“kesepakatan warga”. MK menerima cara pemilihan kolektif
(aklamasi) yang telah diterima masyarakat tersebut, karena
jika dipaksakan pemilihan umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan akan
timbul konfik di antara kelompok-kelompok masyarakat
setempat. Sehingga daerah pengguna sistem noken
sebaiknya tidak dilibatkan/dibawa ke sistem persaingan/
2 Ell, Pieter. et al. (2013). Sistem Noken, Demokratiskah?. Jayapura: Kantor
Advokat dan Konsultan Hukum. Hal x.
3 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009, hal. 48.
203
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
perpecahan di dalam dan antar kelompok yang dapat
mengganggu
harmoni
mereka hayati.
Penerimaan
merupakan suatu
upayayang
untuktelah
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
atas
cara
yang
realistis
ini
harus
dilaksanakan
dengan
baik
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
olehPandangan
penyelenggara
atau
panitia
pemilihan
umum.
Putusan
Hamdan
tersebut
berkaitan
dengan
apa yang
disampaikan
MK
ini
dimotivasi
oleh
penyelesaian
sengketa
pada
Pileg
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
2009
di Yahukimo,
berlaku
untuk semua.
pada Tahun
Pemilu.”dan
Yuna
menjelaskan
bahwa Political budget cycles
sudah
fenomena
didukung
dengan
studi
Olehmenjadi
karena itu,
sebagaiuniversal
bagian dari
resolusi
konflikberbagai
atas
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
politcal
lingkungan budaya yang ada di Papua, maka penting untuk
budget cycles
sepertibaik
perubahan
pola pada
anggaran
baik secara
mengkaji
seberapa
pelaksanaan
ataustruktur
penerapan
sistem
agregatpada
maupun
secara spesifik
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
noken
pemilihan
kepala daerah
2015. Sehingga
noken
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
sebagai
bagian dari resolusi konflik dalam kontestasi politik
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
daerah benar-benar berhasil guna. Dengan asumsi, semakin
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
baik aspek pelaksanaannya maka akan semakin tinggi pula
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
nilai kontribusinya untuk menciptakan stabilitas dalam
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
penyelenggaraan pilkada.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Istilah
Noken setiap
merujuk
pada
instrumen
budaya
yang
2012
menegaskan
partai
politik
peserta pemilu
harus
memenuhi
30% keterwakilan
perempuan.
Kondisi
patut diperjuangkan,
mengingat
berbentuk
tas namun
multifungsi
bagiini
keseharian
masyarakat
praktik selama
pihak yang
duduk
baik didisesuaikan
parlemen maupun
pemerintah
Papua.
Tas iniini,
memiliki
ragam
ukuran
dengan
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
fungsinya operasionalnya, misalnya; identitas budaya, hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
aspirasi perempuan
aksesoris,
perlengkapan
upacaramandeknya
kematian, gendongan
bayi, dalam
hukum
dan pemerintahan.
kondisi
tersebutdan
telahkebutuhan
ditulis oleh Nindita
mas
kawin,
penyimpananDan
bahan
makanan
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
sehari-hari
lainnya, penyimpanan dokumen-dokumen
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
penting, dll. Bahan dasar pembuatannya adalah anyaman
2009.”
SEKILAS TENTANG NOKEN DAN
SISTEMNYA
serat kulit kayu atau tali temali. Noken menjadi salah
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
satuMasih
simbol
budaya yang dibanggakan oleh masyarakat
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
204
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
Papua.4 Namun sejak tahun 1971 hingga saat ini, Noken
telah digunakan sebagai alat pengganti kotak suara dalam
Pemilu maupun Pilkada, di beberapa daerah di Papua.
Jika kotak suara pada umumnya mengikuti standar yang
ditetapkan oleh KPU RI, maka khusus di Papua, kotak suara
digantikan dengan tas Noken. Seluruh suara masyarakat
yang telah dipungut, ditampung ke dalam noken pada hari
pencoblosan.
Belakangan, pada tahun 2009 kebijakan ini diamini
oleh Mahkamah Konstitusi. Terminologi Noken digunakan
dalam literatur hukum pemilu atau pilkada sejak tahun
2009, yaitu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
47-48/PHPU.A-VI/2009. Dinamika legal formalnya terus
berkembang dan mendapatkan legitimasi yang memadai
melalui putusan-putusan MK dalam sidang terkait
perselisihan hasil pemilu atau pilkada setelahnya. Sekurangkurangnya, sistem noken mendapatkan legitimasi melalui
beberapa putusan MK berikut ini:
1.Putusan MK No. 47-48/PHPU.A-VI/2009, terkait
Pilkada Provinsi Papua
2.
Putusan MK No. 134/PHPU.D-VII/2009, terkait
Pilkada Nabire
3.
Putusan MK No. 179/PHPU.D-VIII/2010, terkait
Pilkada Waropen
4.
Putusan MK No. 195/PHPU.D-VIII/2010, terkait
Pilkada Mamberamo Raya
4 Ell, Pieter. et al. (2013). Sistem Noken, Demokratiskah?. Jayapura: Kantor
Advokat dan Konsultan Hukum. Hal 4-21.
205
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
5.Putusan MK No. 85-86/PHPU.D-IX/2011, terkait
Pilkada
merupakan
suatuLanny
upaya Jaya
untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
dibuat
oleh
politisi MK
dan pemerintah
yang terpilih untuk memerintah.
6.
Putusan
No. 35/PHPU.D-IX/2011,
terkait
PilkadaHamdan
Yalimo tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Pandangan
Yuna
Farhan
melalui
“Menelusuri Siklus Politisasi
7.
Putusan
MKtulisannya
No. 76/PHPU.D-IX/2011,
terkaitAnggaran
pada Tahun
Pemilu.”
Pilkada
NdugaYuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
8.
Putusan MK No. 19/PHPU.D-IX/2011, terkait
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
Pilkada Yahukimo
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
9.
Putusan
MK spesifik
No. 60/PHPU.D-X/2012,
terkait
agregat
maupun secara
pada tahun-tahun Pemilu,
terkonfirmasi
Pilkada
Intan
Jaya
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Pemilu
ataupun
menjelang
Pemilu 2014. Melihat
perkembangan
saat
10.2009
Putusan
MK No.
3/PHPU.D-X/2012,
terkait
Pilkada
ini, yangDogiyai
menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
11.
Putusan MK No. 34/PHPU.D-X/2012, terkait
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Pilkada Tolikara
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
12.
Putusan MK No. 39/PHPU.D-X/2012, terkait
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Pilkada Puncak Jaya
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
13.
Putusanfaktual
MK untuk
No. menjadi
79/PHPU.D-X/2012,
terkait
syarat
verifikasi
peserta pemilu. UU
No. 8 Tahun
Pilkada Paniai
2012 menegaskan
setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilanMK
perempuan.
Kondisi ini patut diperjuangkan,
mengingat
14.Putusan
No. 1/PHPU.D-XI/2013,
terkait Pilkada
praktik selama
ini, pihak
yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Mamberamo
Tengah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
15.
Putusan MK No. 18/PHPU.D-XI/2013, terkait
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Pilkada Puncak
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
16.
Putusan
MK
No. 14-16/PHPU.D-XI/2013,
terkait
Paramastuti
dalam
tulisannya
yang berjudul: “Perempuan
dan Korupsi:
Pilkada
Provinsi Papua
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
17.Putusan MK No. 47-81 Tahun 2009, terkait Pileg di
Masih
berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Yahukimo
Supriyanto
dan Lia
dalam
tulisan
berjudul
dan
18.Putusan
MKWulandari
No. 06-32
Tahun
2014,
terkaitTransparansi
Pileg di
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
206
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
Provinsi Papua
19.Putusan MK No. 30-32 Tahun 2014, terkait Pileg di
Provinsi Papua
20.Putusan MK No. 01-01-32 Tahun 2014, terkait Pileg
di Provinsi Papua
21.Putusan MK No. 03-05-32 Tahun 2014, terkait Pileg
di Provinsi Papua
22.Putusan MK No. 02-10-32 Tahun 2014, terkait Pileg
di Provinsi Papua
23.
Putusan MK No. 31/PUU-XII/2014, terkait
pengujian UU No. 8/2012 tentang Pemilu Legislatif
INDIKATOR PENERAPAN SISTEM NOKEN
YANG BAIK
Dari ekstraksi putusan-putusan di atas, MK telah
memberikan sekurang-kurangnya dua indikator utama
dalam penerapan sistem noken untuk dipedomani oleh para
pihak, terutama penyelenggara pemilu. Pertama, bahwa
sistem noken atau sistem ikat haruslah diadministrasikan
dengan baik oleh penyelenggara pemilu mulai dari tingkat
terbawah, dalam hal ini tingkat TPS, sampai di tingkat
provinsi. Syarat administrasi tersebut wajib dilakukan
sebagai pengakuan terhadap suara rakyat di tempat masingmasing. Kedua, sistem noken atau sistem ikat hanya
dapat diakui di tempat-tempat yang selama ini memang
selalu dilaksanakan secara terus-menerus, tidak boleh
dilaksanakan di tempat-tempat yang selama ini belum
pernah menggunakan sistem noken. Apabila suatu daerah
207
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
sudah tidak lagi menggunakan sistem noken, maka untuk
daerah
tersebut
noken
tidak lagi diakui.
merupakan
suatusistem
upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
dibuat
politisiselaku
dan pemerintah
terpilih untuk memerintah.
KPUoleh
Papua
otoritas yang
penyelenggaraan
pemilu
di Provinsi
kemudian
mengatribusi
PandanganPapua
Hamdan
tersebut berkaitan
denganputusan
apa yang MK
disampaikan
dengan
menerbitkan
Keputusan
KPU Papua
No. Politisasi
01/Kpts/Anggaran
Yuna Farhan
melalui tulisannya
“Menelusuri
Siklus
pada Prov.030/2013
Tahun Pemilu.” tentang
Yuna menjelaskan
Political
budget cycles
KPU
juknis tatabahwa
cara pungut
hitung
sudahdengan
menjadimenggunakan
fenomena universal
didukung
dengan kotak
berbagai studi
suara
noken sebagai
pengganti
empiris
di
berbagai
Negara.
Berbagai
variabel
yang
mempengaruhi
suara. Melalui keputusan ini KPU Papua ingin mengatur politcal
budget
cycles seperti
perubahan
pada
struktur
anggaran baik secara
agar
penggunaan
noken
sebagaipola
kotak
suara
teradministrasi
agregat maupun
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
dengan
baik dansecara
tidak spesifik
menimbulkan
masalah di
kemudian
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
hari.
Sekaligus agar dapat mencegah upaya-upaya
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
pengalihan suara kepada pasangan calon lain karena tidak
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
dicoblos di TPS. Aturan yang hanya memiliki lima pasal ini
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pun telah mendapat pengakuan dari MK melalui Putusan
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Nomor 06-32/PHPU.DPD/XII/20014, yang menyatakan
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
bahwa petunjuk teknis yang diterbitkan oleh KPU Papua
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
telah tepat dan benar hukum.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30%
keterwakilan
perempuan.
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
Kendati
diakui
MK, Kondisi
namun
pada
prakteknya
praktik selamanoken
ini, pihak
yang duduk
di parlemen
maupun pemerintah
pengaturan
masih
jauh baik
dari
yang diharapkan.
mayoritas
diduduki
oleh
laki-laki.
Apabila
tidak
diperjuangkan,
Upaya pengadministrasian sistem noken belum mampu hal ini
akan berdampak
negatif terhadap
aspirasi
perempuan
menjangkau
berbagai
perilakumandeknya
politik yang
selama
ini dalam
hukum danoleh
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah
ditulis
oleh Nindita
dilakukan
peserta pilkada.
Juknis
terbitan
KPU
Papua
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
hanya
pada tataran tatacara penggunaan dan penghitungan.
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Dalam tatacara penggunaan, penekanan KPU Papua ada
2009.”
INCOMPREHENSIVE DAN ANOMALI
pada larangan agar selama pemungutan berlangsung noken
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
yang
telah berisi surat suara tidak dibenarkan untuk dibuka,
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
dihitung dan dibawa oleh tokoh masyarakat/kepala suku
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
208
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
yang mewakilinya. Seluruh kewenangan tersebut diberikan
sepenuhnya kepada kPPS.5
Dalam hal penghitungan suara, KPU menegaskan
bahwa setelah surat suara dihitung untuk pasangan calon
yang dikehendaki dihitung, maka petugas KPPS lah yang
ditugaskan untuk mencoblos satu persatu surat suara
yang sudah dihitung dalam noken tersebut sesuai pilihan
masyarakat kepada pasangan calon, kepada calon mana
surat suara tersebut diberikan. Dalam proses pencoblosan
oleh KPPS tersebut, saksi pasangan calon, Panwas Lapangan
dan Tokoh Masyarakat/Kepala Suku kelompok tertentu
harus hadir.6 Dengan begitu, potensi berpindahnya suara
dari satu calon ke calon yang lain, baik karena kelalaian
maupun kesengajaan, dapat dihindari.
Namun demikian KPU Papua luput dalam mengatur
keseluruhan praktik noken dari hulu ke hilir. Pengalaman
membuktikan bahwa setidaknya terdapat 4 poin krusial
dalam penerapan sistem noken yang mesti dicermati dan
mendapatkan pengawasan atau pengawalan administrasi.
Poin yang dimaksud yaitu, pertama, sebelum pemilu/
pilkada, dalam prakteknya masyarakat bersama kepala
suku selalu mengawali kesepakatan noken melalui pesta
bakar batu, atau kegiatan bersama dalam bentuk lain, untuk
menentukan pilihan suaranya terhadap partai/calon/paslon
tertentu. Baik dilakukan bersama atau tanpa partai/calon/
paslon yang dimaksud.
5 Keputusan KPU Papua Nomor 01/Kpts/KPU Prov.030/2013
6 Ibid.
209
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Kedua, pemilih memberikan suaranya secara mandiri
atau
diwakili
olehupaya
kepala
suku.
Ketiga, metode
memberikan
merupakan
suatu
untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
suara
dapat
dilakukan
dengan
mencoblos,
atau
hanya
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
memasukkan
surat suara
ke berkaitan
noken partai/calon/paslon
Pandangan Hamdan
tersebut
dengan apa yang disampaikan
pilihannya
tanpa
dicoblos,
atau
pemilih
berbaris
nokenAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Sikluspada
Politisasi
pilihannya
kemudian
dihitung oleh
KPPS,
atau kepala
pada Tahununtuk
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
suku
meminta
KPPS
mencatat
sejumlah
angka
dari
daftar
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
pemilih
partai/calon/paslon
yang yang
menggambarkan
empiris diuntuk
berbagai
Negara. Berbagai variabel
mempengaruhi politcal
budget cycles
seperti
perubahan
pola pada
struktursurat
anggaran
baik secara
jumlah
pemilih
yang
diwakilinya.
Keempat,
suara
agregat
maupun
secara spesifik
pada
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
yang
telah
dimasukkan
ke dalam
noken
partai/calon/paslon
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
tertentu
namun
belum dicoblos
oleh pemilih,
akan dicoblos
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
oleh KPPS seluruhnya.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Poin pertama narasi di atas adalah persoalan yang luput
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
dari jangkauan KPU Papua. Padahal dalam beberapa sidang
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PHP baik Pileg, Pilpres maupun Pilkada, persoalan utama
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
yang diributkan oleh pasangan calon di MK adalah klaim
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
keberpihakan suku tertentu terhadap calon berdasarkan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
kegiatan pesta yang telah dilakukan bersama. Namun dalam
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
perjalanan,
klaim tersebut
tidakpolitik
tergambar
dalam
perolehan
2012 menegaskan
setiap partai
peserta
pemilu
harus memenuhi
suara
lalu
dipermasalahkan
ke
konstitusi.
Dalam
beberapa
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
kali
persidangan,
klaim-klaim
ini hanya
mampu dibuktikan
praktik
selama ini, pihak
yang duduk
baik di parlemen
maupun pemerintah
melalui
keterangan
saksilaki-laki.
dan dokumen
yang dibuat hal ini
mayoritas
diduduki oleh
Apabilapribadi
tidak diperjuangkan,
secara
sepihak oleh
calon.
Sehingga
hampir
setiap
calon dalam
akan berdampak
negatif
terhadap
mandeknya
aspirasi
perempuan
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
ditulis oleh Nindita
dapat
mengajukan
saksi-saksi
yang
mautelah
mendukung
Paramastuti calonnya,
dalam tulisannya
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
pernyataan
juga menyiapkan
dokumen
dukungan
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
yang validitasnya diotorisasi oleh tim sendiri, bukan oleh DPR RI
2009.”
KPU
Papua.
Masihtemuan
berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Dari
ini, dengan
pengadministrasian
sistem
noken
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
hingga pelaksanaan pilkada 2015 di Papua, dinilai belum
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
210
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
komprehensif dan perlu dirumuskan segera. Dengan
administrasi khusus yang diotorisasi oleh KPU Papua
nantinya dalam mengklaim pelaksanaan kesepakatan
suku-suku untuk menentukan pilihan, disertai beberapa
bukti otentik seperti dokumentasi foto dan lain-ain yang
dibutuhkan, KPU Papua akan memiliki dasar hukum yang
kuat untuk menghadapi gugatan-gugatan yang dilayangkan
oleh pasangan calon yang kalah di MK. Bagi pasangan calon
yang sebenarnya mendapatkan dukungan suku-suku, tidak
perlu lagi kesulitan untuk membuktikan keabsahan suara
yang memang menjadi haknya di pengadilan nanti.
ANOMALI SISTEM NOKEN
Pada Pilkada Serentak 2015 di Papua, hanya Kabupaten
Yahukimo yang menurut KPU Papua dibenarkan untuk
menggunakan sistem noken. Catatan MK juga yang menjadi
landasan bagi KPU Papua, yang membatasi penggunaan
sistem noken agar dilarang diterapkan di wilayah yang
sebelumnya belum pernah menerapkan sistem noken. Hal
ini menyebabkan KPU Papua merasa tidak begitu kelabakan
dalam menghadapi Pilkada Serentak 2015, karena anggapan
bahwa pilkada dengan proses yang umum tidak akan
menyita energi. KPU Papua juga tidak begitu pusing untuk
mencermati kembali Keputusan KPU Papua No. 01/Kpts/
KPU Prov.030/2013 tentang Juknis Noken yang pernah
dibuatnya.
Akan tetapi, pada Pilkada Serentak 2015 kemarin
ternyata terdapat daerah yang tidak mendapatkan
privilage untuk menggunakan sistem noken namun tetap
211
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
nekat menerapkan sistem ini. Kasus tersebut ditemukan
di
Pilkadasuatu
Waropen,
dimana
petahanakebijakan
wakil publik
bupatiyang akan
merupakan
upaya untuk
menyelamatkan
(Yermias
berkompetisi
melawan
tiga
dibuat olehBisai)
politisiturut
dan pemerintah
yangkembali
terpilih untuk
memerintah.
pasangan
calon
lain tersebut
yang diantaranya
juga apa
merupakan
Pandangan
Hamdan
berkaitan dengan
yang disampaikan
petahana
bupati
(Yesaya
Buinei).
Pada
persidangan
PHPAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
Bupati
Waropen
terungkap
bahwa sebanyak
467 pemilih
pada Tahun
Pemilu.”
Yuna menjelaskan
bahwa Political
budget cycles
di
Kampung
Wapoga,
suaranya
diwakilkan
dan
dicoblos
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
oleh
beberapa
orang
saksi
dari pasangan
calon
Yermias politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
variabel yang
mempengaruhi
budget
cycles
seperti
perubahan pola
pada struktur
baik secara
Bisai
atas
seizin
penyelenggara
setempat.
Modelanggaran
pemilihan
agregat maupun
secara spesifik
pada sistem
tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
sepertini
ini merupakan
karakter
noken.
Memang
dalammenggunakan
praktek penganggaran
di sebagai
Indonesia
yang
berkaitan hasil
dengan siklus
tidak
tas noken
alat
penampung
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat
perkembangan
saat
pungutan suara, namun pilkadanya membolehkan kepala
ini, yang
menjadi
perhatian tidak
hanyauntuk
politicalmenghegemoni
budget cycles, melainkan
suku
atau
orang-orang
tertentu
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
pilihan
sekelompok pemilih yang lain untuk pasangan calon
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
tertentu.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
Saat disengketakan, Yermias Bisai merupakan pasangan
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
calon dengan perolehan suara terbanyak dan menjadi pihak
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
terkait dalam PHP Bupati Waropen di MK. Ketiga pasangan
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
calon
yang kalah;setiap
Ollen
Ostal
Daimboa,
Hugo
2012 menegaskan
partai
politik
peserta Penehas
pemilu harus
memenuhi
Tebai,
Yesaya
Buniei,
menjadi
pemohon.
Kasus
Kampung
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
Wapoga
tentuini,
menjadi
dalil-dalil
andalan
dalam
gugatan
praktik selama
pihak yang
duduk baik
di parlemen
maupun
pemerintah
mereka.
noken
tidaktidak
menjadi
penting hal ini
mayoritasNamun
didudukipersoalan
oleh laki-laki.
Apabila
diperjuangkan,
pada
akhirnya, karena
ketiga penggugat
memenuhi
akan berdampak
negatif terhadap
mandeknyatidak
aspirasi
perempuan dalam
hukumformil
dan pemerintahan.
Dan kondisi
tersebut
telah
ditulis
oleh Nindita
aspek
dalam pengajuan
sengketa
PHP,
yaitu
syarat
Paramastuti
dalam suara
tulisannya
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
selisih
perolehan
2% yang
antara
pasangan
calon yang
Pengalaman
Perempuan
Menghadapi
Korupsi
dalam
Pemilu
menggungat dengan pasangan calon yang memperoleh DPR RI
2009.” terbanyak. Tanpa melakukan pemeriksaan yang
suara
Masih berhubungan
dengan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
mendalam,
gugatan para
pemohon
dimentahkan
sejak awal,
Supriyanto
dan
Lia
Wulandari
dalam
tulisan
berjudul
Transparansi
dan
dan kasus ini tidak menjadi bahan perhatian sama sekali.
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
212
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
Yermias Bisai tetap dinobatkan sebagai Bupati Waropen
2015-2020.
Pengungkapan pelanggaran atas penerapan sistem noken
di Waropen akhirnya mendapatkan tempat di Sidang Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP).
Ketiga pasangan calon yang kalah mengadukan kelima
anggota KPU Waropen menggunakan bukti-bukti yang
tersedia, yang berujung pada dipecatnya Maurid Yermias
Mofu (Ketua KPU Waropen) dan Demarce Maniburi pada
12 Februari 2016 karena terbukti melanggar kode etik.
Sedangkan anggota KPU Waropen lainnya, Isak Sirami
mendapatkan sanksi peringatan, Isak Paisei dan Betuel
Ramandei direhabilitasi.7 Potret penegakan hukum ini
hanya mempertegas bahwa pelanggaran fatal pada proses
penyelenggaraan pilkada belum tentu dapat membalikkan
situasi politik. Pemecatan anggota KPU Waropen tidak
serta merta mengubah hasil pilkada. Penegakan terhadap
penyimpangan hukum belum pasti menjamin integritas
proses pada pilkada.
KELALAIAN FATAL
Fenomena “sistem noken tanpa noken” cukup pantas
disebut kelalaian KPU Papua yang cukup fatal. Lemahnya
pendampingan KPU Papua ditengarai menjadi penyebab
terjadinya kecacatan proses pilkada. Bahkan patut diduga
jika sistem noken juga disalahgunakan di wilayah lain selama
pelaksanan Pilkada Serentak 2015. Karena jika melihat
7 utusan Nomor 107/DKPP-PKE-IV/2015, Putusan Nomor 09/DKPPP
PKE-V/2016
213
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
bangunan argumentasi yang digunakan oleh termohon atau
pihak
terkait
pada
kasus
Waropen,
banyakkebijakan
bantahan
yangyang akan
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
publik
mendasarkan
dalil-dalilnya
padayang
putusan
MK
secara
tidak
dibuat oleh politisi
dan pemerintah
terpilih
untuk
memerintah.
utuh.
Misalnya,
menggunakan
dalil MK
atasapa
pengakuan
Pandangan
Hamdan
tersebut berkaitan
dengan
yang disampaikan
sistem
noken,
namun
tidak
mengikutsertakan
catatan
MKAnggaran
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi
atas
yangmenjelaskan
telah mendapatkan
legitimasi
pada wilayah-wilayah
Tahun Pemilu.” Yuna
bahwa Political
budget cycles
khusus
untuk
menerapkannya.
Jika
bangunan
argumentasi
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
ini
menjadi
menjadi
logika
yang variabel
dipahami
secara
umum, politcal
empiris
di berbagai
Negara.
Berbagai
yang
mempengaruhi
budgetkemungkinan
cycles seperti perubahan
pola pada struktur
anggaran
baik secara
maka
anomali penerapan
sistem noken
juga
agregatdi
maupun
spesifik saja
padatidak
tahun-tahun
Pemilu, terkonfirmasi
terjadi
wilayahsecara
lain. Hanya
terdeteksi.
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
Kelalaian ini juga bisa terjadi karena minimnya
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
keseriusan dalam mengawal implementasi sistem noken.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Sejak dikeluarkannya putusan oleh MK tentang keabsahan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
sistem noken di wilayah tertentu, KPU Papua hingga saat
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
ini belum pernah mengumumkan daerah-daerah yang
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
sebelumnya pernah menggunakan sistem noken sebagai
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
bahan pengawalan, atau menjadi bahan briefing kepada
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
KPU Kabupaten/Kota di Papua. Ini penting karena
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
pelarangan
penggunaan
sistem
noken
2012 menegaskan
setiap partai
politik
pesertabukan
pemilu berbasis
harus memenuhi
batasan
kabupaten/kota
namun
daerah-daerah
tertentu,
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
yang
saja
merupakan
distrik
atau
praktikbisa
selama
ini,hanya
pihak yang
duduk baikbeberapa
di parlemen
maupun
pemerintah
beberapa
tertentu.
karena
itu, pengumuman
resmi hal ini
mayoritas TPS
diduduki
olehOleh
laki-laki.
Apabila
tidak diperjuangkan,
dari
Papuanegatif
akan menjadi
kawal yang
efektif
bagi dalam
akanKPU
berdampak
terhadap alat
mandeknya
aspirasi
perempuan
hukumpihak,
dan pemerintahan.
Danpasangan
kondisi tersebut
semua
termasuk bagi
calon. telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti
yang berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
Sebagai dalam
catatantulisannya
awal, terhitung
sejak
tahun 2009
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
hingga 2014, trend penerapan sistem noken di pegunungan
2009.”
tengah Papua dinilai cenderung menurun, kendati belum
Masih berhubungan
tema akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
signifikan.
Penurunan dengan
yang dimaksud
terjadi baik
di sebuah
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
kabupaten maupun pada beberapa distrik atau TPS. Diolah
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
214
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
dari berbagai sumber, trend penggunaannya dapat dilihat
sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Pegunungan
Bintang
Yahukimo
Jayawijaya
Yalimo
Mamberamo
Tengah
Tolikara2
Lanny Jaya3
Nduga4
Puncak5
Puncak Jaya
Intan jaya
Paniai6
Deyai
Dogiyai
Mamberamo
Raya
Waropen8
Tidak
Tidak
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Tidak (2010)
Tidak
Tidak
Tidak
Noken (2010)
Noken
Noken (2008/2013) Noken
Noken (2011)
Noken
Noken
Noken
Tidak1
Noken
Noken
Tidak
Noken
Noken (2013)
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken*
Noken*
Noken*
Noken*
Noken
Noken
Noken*
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken
Noken (2011)
Noken (2011)
Noken (2011)
Noken (2013)
Noken (2012)
Noken (2012)
Noken (2012)
Noken (2013)
Noken (2012)
Noken7 (2011)
Tidak
Tidak
Tidak
Noken
Noken
Noken9 (2010)
Tidak
Tidak
Tidak
* Sebagian
Selama 3 gelombang pilkada serentak, tampak sistem
noken akan diberlakukan khususnya di beberapa kabupaten/
kota di Provinsi Papua. Pada Pilkada Serentak 2015, sistem
noken hanya akan diikuti oleh Kabupaten Yahukimo.
Gelombang pilkada serentak ke-2 tahun 2017, sistem
noken hanya diberlakukan di 6 kabupaten/kota. Sedangkan
gelombang ke-3 pilkada serentak, sistem noken berpotensi
diterapkan di 6 kabupaten/kota. Total wilayah yang masih dan
berpotensi menggunakan sistem noken adalah 13 kabupaten/
kota. Tabulasi rincinya dapat dilihat sebagai berikut:
215
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
No.
Tahun 2015
2017
Tahun 2018
merupakan
suatu upayaTahun
untuk
menyelamatkan
kebijakan publik yang akan
1
Kabupaten Yahukimo
Kabupaten Nduga
Kabupaten Mamberamo Tengah
dibuat
oleh politisi dan pemerintah
yang terpilih
untuk memerintah.
2
Kabupaten Lanny Jaya
Kabupaten Paniai
3 Pandangan HamdanKabupaten
Tolikara
Puncak apa yang disampaikan
tersebut
berkaitanKota
dengan
4
Kabupaten Intan Jaya
Kabupaten Deiyai
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
5
Kabupaten Puncak Jaya Kabupaten Jayawijaya
pada
Tahun Pemilu.” Yuna
menjelaskan
bahwaMimika
Political budget cycles
6
Kabupaten
Dogiyai
Kabupaten
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget cycles seperti perubahan pola pada struktur anggaran baik secara
Dari berbagai temuan persoalan di atas, para pihak penting
agregat maupun secara spesifik pada tahun-tahun Pemilu, terkonfirmasi
untuk
upaya yangdilebih
maju untuk
memperbaiki
dalam melakukan
praktek penganggaran
Indonesia
yang berkaitan
dengan siklus
pengadministrasian
noken
dan2014.
pengawalan
terhadap
Pemilu 2009 ataupun sistem
menjelang
Pemilu
Melihat perkembangan
saat
implementasinya.
Beberapa
rekomendasi
yang
dirasa
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
penting
menjadi
pertimbangan
parapolitik
pihakpada
antara
political untuk
corruption
cycle atau
siklus korupsi
tahun-tahun
lain.
Pertama,
KPU
RI
perlu
mengatur
penggunaan
sistem
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
PENUTUP
noken
melalui Peraturan
KPU ditafsirkan
secara komprehensif.
Masyarakat
tidak saja dapat
sebagai satu kesatuan, tetapi
juga
perlu dibatasi
perbedaan
hakikatKPU
antara
laki-laki dan
Mekanisme
yangmengingat
diatur melalui
Keputusan
Papua
perempuan.
keterwakilan
sebagai
salah satu
hanya
pada Seperti
wilayahhalnya
penghitungan
danperempuan
pemungutan.
Akan
syarat
verifikasi
faktual
untuk
menjadi
peserta
pemilu.
UU
No.
tetapi, tahapan khusus seperti persyaratan verifikasi bakal 8 Tahun
2012 menegaskan
setiap
partaiRakyat
politik peserta
pemilu menjadi
harus memenuhi
pasangan
calon oleh
Majelis
Papua untuk
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
pasangan
calon (khususnya Pilkada Papua), atau tahapan
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
musyawarah (dalam bentuk pesta bakar batu) belum
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
dijangkau oleh keputusan tersebut.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
Hal dan
ini penting
agar Dan
Putusan
MK
yang telah
mensyaratkan
hukum
pemerintahan.
kondisi
tersebut
ditulis oleh Nindita
bahwa
sistem
noken
maupun
sistem
ikat
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuanwajib
dan Korupsi:
diadministrasikan
serta Menghadapi
merupakan Korupsi
syarat terpenting
dan DPR RI
Pengalaman Perempuan
dalam Pemilu
mutlak,
2009.” terutama untuk menentukan keabsahan perolehan
suara
sekaligus
meminimalisir
kecurangan
dalam
Pemilu.
Masih
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
Harus
ada formulir
khusus yang
dapat
menjustifikasi
pilihan
Supriyanto
dan Lia Wulandari
dalam
tulisan
berjudul Transparansi
dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
216
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
ANOMALI PENERAPAN SISTEM NOKEN
kelompok/suku tertentu didokumentasikan secara tertulis.
Dalam hal Pilkada Provinsi Papua, harus ada integrasi
antara keputusan MRP dengan keputusan KPU Papua ke
dalam Peraturan KPU dalam hal verifikasi calon/paslong
sebagai orang asli Papua.
Kedua, KPU RI perlu melakukan identifikasi daerahdaerah yang menggunakan sistem noken dalam pemilu/
pilkada secara rinci dan terverifikasi. Hingga saat ini,
penyelenggara pemilu belum pernah mengumumkan data
resmi terkait dengan daerah-daerah yang menerapkan
sistem noken pada pemilu/pilkada di Papua. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, termasuk
Putusan MK dalam hal PHPU/D, penerapan sistem noken
tidak bersih dilakukan di satu kabupaten/kota, contohnya
di Kabupaten Tolikara, terdapat 46 distrik dimana 1 distrik
2 TPS dalam ibu kota kabupaten sudah menggunakan kotak
suara.
Pengungkapan informasi ini ke ranah publik penting
demi menjalankan putusan MK, bahwa sistem noken atau
sistem ikat hanya dapat diakui di tempat-tempat yang selama
ini memang selalu dilaksanakan secara terus menerus.
Apabila di suatu daerah sudah tidak lagi memakai sistem
yang sebelumnya memakai sistem noken, maka untuk
daerah tersebut tidak lagi diakui keberadaan sistem noken.
Sehingga, tanpa pengumuman yang resmi dan pengawalan
yang baik di masyarakat, amaran ini tidak terkawal dengan
baik.
Ketiga, KPU RI perlu melakukan meningkatkan
kualitas pendampingannya ke KPU Kabupaten/Kota di
217
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
Papua. Sehingga, selain untuk meningkatkan pemahaman
hukum
penyelenggara
pilkada,
juga demi
menghindari
merupakan
suatu upaya untuk
menyelamatkan
kebijakan
publik yang akan
komisioner
dari
intervensi
atau
konspirasi
politik
dengan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
pasangan
calon.
Masyarakat
setempat
sejakapa
awal
dapat
Pandangan
Hamdan
tersebut
berkaitanpun
dengan
yang
disampaikan
dikondisikan
oleh
penyelenggara
sebelum
dipengaruhi
oleh
Yuna Farhan melalui tulisannya “Menelusuri Siklus Politisasi Anggaran
calon.
pada Tahun Pemilu.” Yuna menjelaskan bahwa Political budget cycles
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
budget
cycles
seperti
perubahan
padaDemokratiskah?.
struktur anggaran baik secara
Ell,
Pieter.
et al.
(2013).
Sistempola
Noken,
Jayapura:
dan Konsultan
agregat
maupunKantor
secara Advokat
spesifik pada
tahun-tahunHukum
Pemilu, terkonfirmasi
dalam praktek
penganggaran
di Indonesia
yang berkaitan dengan siklus
Keputusan
KPU
Papua Nomor
01/Kpts/KPU
Pemilu
2009
ataupun
menjelang
Pemilu
2014.
Melihat perkembangan saat
Prov.030/2013
ini, yang195/PHPU.D-VIII/2010.
menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
Nomor
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Nomor 181/PHPU.D-VIII/2010.
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
REFERENSI
http://sulpaonline.com/read/2014/04/24/pleno-kpu/,
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
diakses 6 November 2014
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
Putusan
Nomor
107/DKPP-PKE-IV/2015,
Putusansebagai
Nomorsalah satu
perempuan.
Seperti
halnya keterwakilan perempuan
09/DKPP-PKE-V/2016
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
Perkumpulan
untuk
Pemilu
dan
Demokrasi.
(2015).harus memenuhi
2012 menegaskan
setiap
partai
politik
peserta pemilu
Peluang
dan
Tantangan
Pilkada
Serentak
Di Papua. mengingat
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan,
Jakarta: Perludem.
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
Putusan
Konstitusi
47-81/PHPU.AmayoritasMahkamah
diduduki oleh
laki-laki.Nomor
Apabila
tidak diperjuangkan, hal ini
VII/2009,
hal.
48.
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
218
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
PROFIL PENULIS
LIA WULANDARI
seorang Peneliti Perludem Sejak April 2011, dengan spesialisasi isu-isu politik
dan kepartaian. Lulusan Ilmu Politik dari Universitas Indonesia tahun 2008 ini
juga pernah menjadi relawan penelitian di Komnas Perempuan dan Puskapol
UI untuk riset Kekerasan terhadap Permpuan dan Keterwakilan Perlemen sejak
tahun 2007. Sejak mahasiswa, aktif dalam kegiatan sosial kemahasiswaan di
Senat FISIP UI, BEM UI dan sebagai reporter di FISIPERS FISIP UI. Penelitian yang
pernah dilakukan ialah keuangan partai politik, dana kampanye, dan subsidi
partai politik yang dilakukan bersama tim Perludem. Selain itu, ia aktif terlibat
dalam advokasi UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dan UU No. 22 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
USEP HASAN SADIKIN
Pegiat rumahpemilu.org, portal berita dan data pemilu Indonesia yang
merupakan bentuk layanan informasi pemilu Perkumpulan untuk Pemilu dan
Demokrasi (Perludem). Lelaki kelahiran Serang, 27 Oktober 1983 ini merupakan
lulusan (2008) Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia. Minat dan kritismenya
terhadap demokrasi dan kesetaraan tak tertampung di profesinya sebagai
konsultan pemetaan dan guru geografi. Usep lalu melibatkan aktivismenya
pada isu kesetaraan gender di Jurnal Perempuan; isu disabilitas di Helen Keller
International Indonesia, hingga sekarang di Perludem. Usep biasa berinteraksi
melalui media sosial dan email di [email protected].
FADLI RAMADHANIL
Menyelesaikan studi sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Andalas,
Padang, pada Mei tahun 2013. Semasa mahasiswa Fadli aktif di Perhimpunan
Mahasiswa Tata Negara Fakultas Hukum Unand, dan sejak 2011 bergabung
dengan Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Unand sebagai asisten
peneliti. Selesai menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas, Fadli
bergabung dengan Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak
Juni 2013 sampai sekarang. Di Perludem aktif menggeluti isu-isu penegakan
hukum pemilu. Fadli aktif menulis di beberapa media seperti Kompas, Republika,
dan The Geotimes, serta Jurnal Pemilu&Demokrasi. Tulisannya banyak menilik
persoalan pemilu, demokrasi, penegakan hukum, dan dinamika ketatanegaraan.
219
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
email: [email protected].
merupakan suatu
upaya untuk menyelamatkan kebijakan publik yang akan
KHOIRUNNISA
AGUSTIYATI
dibuat
politisi24dan
pemerintah
yang terpilih pendidikan
untuk memerintah.
Lahir
di oleh
Palembang,
Agustus
1987. Menyelesaikan
Sarjana
Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia pada
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Januari 2010. Saat ini sedang mengambil gelar Master dalam bidang Ilmu Politik
Farhan
melalui
tulisannya
“Menelusuri
Siklus
Politisasi
diYuna
Universitas
Indonesia.
Sejak
2010 menggeluti
isu dan dunia
kepemiluan
paskaAnggaran
padadari
Tahun
Pemilu.”
Yuna
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
lulus
UI, dengan
bergabung
sebagai
Peneliti Pemilu
pada Centre
for Electoral
Reform
(CETRO).
Juni
2012
hingga
saat
ini,
aktif
bekerja
sebagai
Peneliti
Pemilu
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
di Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Dalam dunia kepemiluan,
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
penulis aktif sebagai fasilitator dalam pelatihan dan workshop kepemiluan.
budgetsecara
cycles
seperti
pola
pada struktur
anggaran baik secara
Terlibat
aktif
pada perubahan
berbagai forum
kerjasama
antar lembaga-lembaga
agregat
secara
spesifiknasional
pada tahun-tahun
Pemilu,
terkonfirmasi
pemilu
danmaupun
demokrasi,
baik berskala
dan internasional.
Turut terlibat
dalam
koalisi
masyarakat
sipil
untuk
mendukung
penyelenggaraan
pemilu
secara
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan siklus
profesional. Selain itu, juga aktif terlibat dalam advokasi undang-undang pemilu
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
dan penyelenggara pemilu.
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption
CATHERINE
NATALIA cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Lahir
di
Bandung,
27 Desember
1972.dengan
Menyelesaikan
pendidikan Sarjana Hukum
Pemilu yang telah
meningkat
ekstrim.
dari Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1996 dan Magister Hukum
Masyarakat
tidakpada
sajatahun
dapat
ditafsirkan
sebagai
satuPemilihan
kesatuan, tetapi
di Universitas
Indonesia
2005.
Tenaga Teknis
di Komisi
juga perlu
perbedaan
antara sejak
laki-laki dan
Umum
Republikdibatasi
Indonesiamengingat
pada 2009-2015,
bergabunghakikat
dengan Perludem
Februari
2015
sebagai
Legal
Drafter.
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
PANDU DEWANTA
2012 menegaskan
partaiHukum
politikUniversitas
peserta Padjadjaran.
pemilu harus
memenuhi
Adalah
mahasiswa aktifsetiap
S1 di Fakultas
Saat ini
30%diketerwakilan
perempuan.
Kondisi
ini patut
diperjuangkan,
mengingat
aktif
BEM KEMA Universitas
Padjadjaran
dan PAKTA
(Pusat
Kajian Mahasiswa
Hukum
Tata
Negara).
Pada
bulan
Desember
2015
sampai
dengan
Februari
2016
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
sempat magang di Perludem untuk mempelajari kepemiluan. Alamat email :
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
[email protected]
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan
pemerintahan.
Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
DEBORA
BLANDINA
SINAMBELA
Menggemari
dunia
jurnalistik
sejak
masa
kuliah
dengan bergabung
di Lembaga
Paramastuti dalam tulisannya
yang
berjudul:
“Perempuan
dan Korupsi:
Pers Mahasiswa Suara USU. Meraih gelar Sarjana di Ilmu Komunikasi (S.ikom)
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Aktif
2009.”dan menulis Pemilihan Raya (Pemira) Kampus serta Pemilihan Gubernur
meliput
Sumatera
Utara
Tahun 2013. Kemudian
menjadi
Staff Media Center
KPU Sumut
Masih
berhubungan
dengan tema
akuntabilitas
keuangan
politik, Didik
pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014, kerjasama antara Yayasan
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Kippas, KPU Sumut dan Perludem. Menjadi Ketua Klub Penulis Perempuan Sumut
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
220
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
dan koordinator penulisan calon legislatif perempuan di Sumut. Saat ini aktif
Perludem menjadi Jurnalis rumahpemilu.org sejak 2015.
MAHARDDHIKA
Bergiat di Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak 2014,
mengelola rumahpemilu.org, serta mempunyai ketertarikan pada isu perempuan
dan anak muda di pemilu. Ia juga menjadi kontributor tetap youthproactive.com.
HEROIK M PRATAMA
Lahir pada tanggal 16 November 1992, di Kota Bogor Jawa Barat. Pria yang
dikenal dengan sapaan Heroik meraih gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) di Jurusan
Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Sejak mahasiswa
ia aktif diberbagai bidang organisasi kemahasiswaan mulai dari Korps Mahasiswa
Politik dan Pemerintahan (KOMAP UGM) sebagai presiden, kemudian pimpinan
bidang sosial dan politik senat mahasiswa FISIPOL UGM, sebagai salah satu
pendiri Dewan Mahasiswa FISIPOL UGM, serta mentri aksi dan propaganda BEM
KM UGM. Pada tahun 2014, ia pernah menjadi asisten peneliti di Reaserch Center
of Politics and Goverment (POLGOV) UGM dan November 2014 aktif di Perludem
sebagai peneliti yang menggeluti isu sistem pemilu dan sistem kepartaian.
DIAH SETIAWATY
Adalah Program Officer API (Application Programming Interface) Pemilu, program
database pemilu Perludem. API Pemilu bertujuan memberikan informasi yang
lebih baik kepada pemilih, meningkatkan akses publik terhadap informasi pemilu,
serta meningkatkan partisipasi pemilih melalui penggunaan teknologi. Program
API Pemilu terus mendukung upaya Komisi Pemilihan Umum dalam menyediakan
akses yang lebih mudah untuk membuka data, terutama data pemilu. Perempuan
yang dikenal dengan sapaan Diah juga aktif dalam advokasi terbuka gerakan
data di Indonesia, dan salah satu pendiri Open Data Club. Diah telah beberapa
kali berbicara di forum-forum internasional diantaranya Open Government
Partnership Asia-Pasific Regional Meeting (Bali, 2014), International Conference
Civil Society in Development (2014),Asean Election Stakeholder Forum (Timor
Leste, 2015) Open Data International Conference (2015) dan menjadi lead dalam
penyelenggaraan International Open Data Research Symposium (Jakarta,2015).
Selain itu, Diah terlibat dalam program-program pendidikan pemilih di Perludem.
SEBASTIAN VISHNU
Lulusan Hubungan Internasional Universitas Padjdjaran ini aktif di Perkumpulan
Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sejak awal tahun 2014. Pria yang
221
Pemilu&
Demokrasi
Jurnal
dikenal dengan sapaan Bastian ini memiliki ruang lingkup dan minat kajian pada
isu-isu teknologi kepemiluan. Selain itu, ia aktif pengembangan gerakan Open
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyelamatkan
Data
di Indonesia
dengan
berbagai
organisasi
lainnya. kebijakan publik yang akan
dibuat oleh politisi dan pemerintah yang terpilih untuk memerintah.
KHOLILULLAH P
Pandangan Hamdan tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan
Adalah seorang aktivis yang bergabung di Perludem sejak 2013. Lepas dari
Yuna Farhan
“Menelusuri
Siklus Politisasi
aktivisme
kampus,melalui
lelaki ini tulisannya
kemudian menggeluti
dunia organisasi
masyarakatAnggaran
pada
Tahun
menjelaskan
bahwa
Political
budget cycles
sipil
di Aceh
sejakPemilu.”
2006: ForumYuna
LSM Aceh,
Forum Peneliti
Aceh, dan
Aceh Institute.
Berbagai
isu
terkait
peace
building
dan
good
governance
telah
dilaluinya,
sudah menjadi fenomena universal didukung dengan berbagai studi
termasuk isu kepemiluan daerah. Hal ini pula yang mendorong dirinya untuk
empiris di berbagai Negara. Berbagai variabel yang mempengaruhi politcal
memberikan perhatian khusus terhadap dinamika kepemiluan daerah, terutama
budget cycles
seperti perubahan
pada
struktur
baik secara
daerah-daerah
mendapatkan
tag khususpola
seperti
Aceh,
Papua,anggaran
Papua Barat,
agregat maupun
pada tahun-tahun
Pemilu,lulusan
terkonfirmasi
Yogyakarta,
dan DKI secara
Jakarta. spesifik
Sebagai seorang
yang juga merupakan
profesi
Akuntan
dari
Fakultas
Ekonomi
Unsyiah,
lelaki
yang
lahir
di
tahun
1984 siklus
dalam praktek penganggaran di Indonesia yang berkaitan dengan
ini juga berminat serta terus mendalami isu anggaran kepemiluan.
Pemilu 2009 ataupun menjelang Pemilu 2014. Melihat perkembangan saat
ini, yang menjadi perhatian tidak hanya political budget cycles, melainkan
political corruption cycle atau siklus korupsi politik pada tahun-tahun
Pemilu yang telah meningkat dengan ekstrim.
Masyarakat tidak saja dapat ditafsirkan sebagai satu kesatuan, tetapi
juga perlu dibatasi mengingat perbedaan hakikat antara laki-laki dan
perempuan. Seperti halnya keterwakilan perempuan sebagai salah satu
syarat verifikasi faktual untuk menjadi peserta pemilu. UU No. 8 Tahun
2012 menegaskan setiap partai politik peserta pemilu harus memenuhi
30% keterwakilan perempuan. Kondisi ini patut diperjuangkan, mengingat
praktik selama ini, pihak yang duduk baik di parlemen maupun pemerintah
mayoritas diduduki oleh laki-laki. Apabila tidak diperjuangkan, hal ini
akan berdampak negatif terhadap mandeknya aspirasi perempuan dalam
hukum dan pemerintahan. Dan kondisi tersebut telah ditulis oleh Nindita
Paramastuti dalam tulisannya yang berjudul: “Perempuan dan Korupsi:
Pengalaman Perempuan Menghadapi Korupsi dalam Pemilu DPR RI
2009.”
Masih berhubungan dengan tema akuntabilitas keuangan politik, Didik
Supriyanto dan Lia Wulandari dalam tulisan berjudul Transparansi dan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye, menguraikan bahwa dana
kampanye adalah salah satu hal penting dalam proses pemilu. Dana
kampanye diperlukan oleh partai politik dan kandidatnya untuk dapat
222
berkompetisi di dalam pemilu. Setiap partai politik, kandidat/calon
LATAR BELAKANG
Demokrasi memang bukan satu tatanan yang sempurna untuk mengatur peri
kehidupun manusia. Namun sejarah di manapun telah membuktikan, bahwa
demokrasi sebagai model kehidupan bernegara memiliki peluang paling kecil
dalam menistakan kemanusiaan. Oleh karena itu, meskipun dalam berbagai
dokumentasi negara ini tidak banyak ditemukan kata demokrasi, para pendiri
negara sejak zaman pergerakan berusaha keras menerapkan prinsip-prinsip
negara demokrasi bagi Indonesia.
Tiada negara demokrasi tanpa pemilihan umum (pemilu), sebab pemilu merupakan
instrumen pokok dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sesungguhnya,
pemilu tidak saja sebagai arena untuk mengekspresikan kebebasan rakyat dalam
memilih pemimpinnya, tetapi juga arena untuk menilai dan menghukum para
pemimpin yang tampil di hadapan rakyat. Namun, pengalaman di berbagai tempat
dan negara menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilu seringkali hanya berupa
kegiatan prosedural politik belaka, sehingga proses dan hasilnya menyimpang
dari tujuan pemilu sekaligus mencederai nilai-nilai demokrasi.
Kenyataan tersebut mengharuskan dilakukannya usaha yang tak henti untuk
membangun dan memperbaiki sistem pemilu yang fair, yakni pemilu yang
mampu menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat. Para
penyelenggara pemilu dituntut memahami filosofi pemilu, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan teknis penyelenggaraan pemilu, serta konsisten menjalankan
peraturan pemilu, agar proses pemilu berjalan sesuai dengan tujuannya.
Selanjutnya, hasil pemilu, yakni para pemimpin yang terpilih, perlu didorong dan
diberdayakan terus-menerus agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal;
mereka juga perlu dikontrol agar tidak meyalahgunakan kedaulatan rakyat yang
diberikan kepadanya.
223
Menyadari bahwa kondisi-kondisi tersebut membutuhkan partisipasi setiap
warga negara, maka para mantan Pengawas Pemilu 2004 berhimpun dalam
wadah yang bernama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, disingkat
Perludem agar dapat secara efektif terlibat dalam proses membangun negara
demokrasi dan melaksanakan pemilu yang fair. Nilai-nilai moral pengawas
pemilu yang tertanam selama menjalankan tugas-tugas pengawasan pemilu,
serta pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan dan pengawasan
pemilu, merupakan modal bagi Perludem untuk memaksimalkan partisipasinya.
VISI
Terwujudnya negara demokrasi dan terselenggarakannya pemilu yang mampu
menampung kebebasan rakyat dan menjaga kedaulatan rakyat.
MISI
1. Menguatkan kapasitas perludem untuk menjadi lembaga yang transparan,
akuntabel, dan demokratis.
2. Meningkatkan kapasitas personil perludem untuk menjadi pegiat pemilu
yang berintegritas dan berkompeten.
3. Mengembangkan pusat riset, data, dan informasi kepemiluan di indonesia
4. Membangun sistem pemilu yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
5. Meningkatkan kapasitas pembuat kebijakan, penyelenggara, peserta dan
pemilih agar memahami filosofi tujuan pemilu dan demokrasi serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan teknis penyelenggaraan pemilu.
6. Memantau penyelenggaraan pemilu agar tetap sesuai dengan peraturan dan
prinsip-prinsip pemilu yang demokratis
7. Memperluas jaringan kelembagaan untuk memperkuat nilai – nilai pemilu
yang demokratis.
KEGIATAN
1. Pengkajian: mengkaji peraturan, mekanisme dan prosedur pemilu/pilkada;
mengkaji pelaksanaan pemilu/pilkada; memetakan kekuatan dan kelemahan
peraturan pemilu/pilkada; menggambarkan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pemilu/pilkada; mengajukan rekomendasi perbaikan sistem
dan peraturan pemilu/pilkada; dll.
2. Pelatihan: meningkatkan pemahaman para stakeholder pemilu/pilkada
tentang filosofi pemilu/pilkada; meningkatkan pemahaman tokoh
masyarakat tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu/
pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas-petugas
pemilu/pilkada; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pemantau
224
pemilu/pilkada; dll.
3. Pemantauan: memonitor pelaksanaan pemilu/pilkada; mengontrol dan
mengingatkan penyelenggara pemilu/pilkada agar bekerja sesuai dengan
peraturan yang ada; mencatat dan mendokumentasikan kasus-kasus
pelanggaran dan sengketa pemilu/pilkada; menyampaikan pelakupelaku kecurangan dan pelanggaran pemilu/pilkada kepada pihak yang
berkompeten; dll
225
Download