TINJAUAN PUSTAKA Sindrom Waardenburg Andi Dwi Saputra, W. Suardana Bagian / SMF THT-KL Universitas Udayana / RS Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia Pendahuluan Sindrom Waardenburg adalah suatu sindrom yang ditandai oleh berbagai derajat ketulian dan kelainan pigmentasi pada kulit dan rambut. Sindrom ini merupakan salah satu sindrom yang diturunkan secara autosomal dominan dan ditemukan pada 3% dari seluruh kasus ketulian pada anak.1,2,3 Waardenburg adalah seorang dokter mata yang pertama kali mendeskripsikan seorang pasien dengan ketulian, dystopia canthorum, dan kelainan pigmentasi retina pada tahun 1947. Pada tahun 1951, setelah mengidentifikasi pasien lain dengan gejala yang sama, Waardendurg mengklasifikasi sindrom ini sebagai sindrom Waardenburg tipe 1.4 Tahun 1971, Arias mendefinisikan sindrom Waardenburg tipe 2 dengan kelainan yang sama dengan tipe 1, kecuali dystopia canthorum.5 Kedua tipe ini diturunkan secara autosomal dominan. Pada perkembangan selanjutnya, diklasifikasikan 2 tipe sindrom Waardenburg yang lain, yaitu sindrom KleinWaardenburg (atau tipe 3) dan sindrom Waardenburg-Shah (atau tipe 4). 1,6 Karakteristik yang paling sering ditemukan adalah adanya perbedaan warna iris kedua mata: satu mata biasanya mempunyai iris berwarna cokelat dan mata yang lain berwarna biru. Kadang-kadang ditemukan perbedaan warna pada satu mata atau kedua mata berwarna biru terang.3 Mengingat ketulian sering muncul sebagai salah satu kelainan sindrom ini maka pemeriksaan pendengaran dan penanganannya, seperti penggunaan alat bantu dengar dan pemilihan sekolah yang sesuai untuk perkembangan anak, harus menjadi perhatian.1,2,6 Kekerapan Di Amerika Serikat, prevalensi sindrom Waardenburg diperkirakan 1 per 42.000 penduduk, dengan perbandingan prevalensi yang hampir sama pada sindrom Waardenburg tipe 1 dan 2. Laki-laki dan perempuan memiliki risiko sama.1,6 420 Sindrom Waardenburg bisa dideteksi pada bayi baru lahir dengan penapisan (screening) pendengaran dan adanya kelainan pigmentasi. Namun, sindrom Waardenburg ringan bisa tidak terdiagnosis sampai diketahui ada riwayat keluarga atau anggota keluarga yang mendapatkan penanganan salah satu kelainan sindrom ini, biasanya terhadap ketuliannya.1,6 Sindrom ini diperkirakan ditemukan pada 23% kasus ketulian kongenital dan sekitar 0,92,8% pada anak-anak bisu tuli. Ketulian terjadi pada lebih dari 20% kasus sindrom Waardenburg tipe 1, pada 50% kasus sindrom Waardenburg tipe 2, dan pada 15-20 % kasus sindrom Klein-Waardenburg.3,6 Pola Penurunan Autosomal Dominan Pada penurunan autosomal dominan klasik, setiap orang yang terkena pada suatu garis keturunan memiliki orang tua yang juga terkena, yang juga memiliki orang tua yang terkena, dan seterusnya sampai kelainan tersebut bisa dilacak atau sampai kejadian mutasi awal. Pasangan yang memiliki anak dengan kelainan autosomal dominan, salah satu biasanya bersifat heterozigot dalam hal mutasinya dan pasangannya homozigot dengan gen normal.7 Pola penurunan autosomal dominan dapat dijelaskan sebagai berikut:7 A/a x a/a ® A adalah gen dominan yang abnormal a adalah gen normal a a A A/a terkena A/a terkena a a/a normal a/a normal Masing-masing anak dari perkawinan ini memiliki kemungkinan 50% menerima gen abnormal dari orang tua yang terkena dan 50% kemungkinan menerima gen normal. Bila terjadi perkawinan antara dua homozigot dengan gen abnormal, semua keturunannya akan mempunyai kelainan yang sama dan tidak ada yang normal.7 Sindrom Waardenburg memiliki pola demikian: orang tua yang memiliki gen abnormal dominan akan menurunkan kelainan pada anak-anaknya dengan kemungkinan 50% abnormal dan 50% normal (gambar 1).3 I-1 I-2 II-2 II-3 II-1 III-3 III-11 III-4 III-12 III-5 IV-1 IV-2 IV-3 III-6 III-13 III-2 III-14 IV-4 IV-5 IV-4 Gambar 1. Pola penurunan genetik pada sindrom Waardenburg.3 Patofisiologi Kelainan pigmentasi dan pendengaran bisa dijelaskan oleh gangguan diferensiasi melanosit. Melanosit berasal dari embryonic neural crest, diperlukan di dalam stria vaskularis agar koklea berfungsi normal. Mutasi beberapa gen akan menyebabkan va r i a s i k e l a i n a n d a n t i p e s i n d ro m Waardenburg.3,6,8 Kebanyakan kasus sindrom Waardenburg tipe 1 disebabkan oleh mutasi gen PAX3 yang terletak di kromosom 2q35. Mutasi PAX3 juga ditemukan pada sindrom Waardenburg tipe 3. PAX3 adalah suatu kompleks protein yang mengikat DNA dan mengatur ekspresi gen.3,6,8 Mutasi pada gen microphthalmia-associated transcription factor (MITF) di kromosom 3p14.1-p12.3 menyebabkan beberapa kasus sindrom Waardenburg tipe 2. Kasus lain tipe ini dihubungkan dengan terjadinya mutasi di kromosom 1p.3,6,8 Studi membuktikan bahwa gen MITF berfungsi sebagai faktor transkripsi yang mengatur gen tirosinase, gen pengatur biosintesis melanosit; sementara itu, mekanisme molekular PAX3 masih belum jelas. Studi Watanabe menunjukkan bahwa PAX3 mengaktifkan promotor MITF.9 Karena itu, mutasi yang terjadi pada gen PAX3 akan mempengaruhi regulasi gen MITF dan secara tidak langsung akan menyebabkan kelainan diferensiasi melanosit.3,6,8 CDK 187 / vol. 38 no. 6 / Agustus - September 2011 TINJAUAN PUSTAKA Sindrom Waardenburg tipe 4 disebabkan oleh mutasi gen endothelin-3 (EDN3) atau endothelin-B receptor (EDNRB). Mutasi pada gen lain menyebabkan penyakit Hirschsprung. Mutasi ini di antaranya terjadi pada gen SOX10. Gen ini berinteraksi dengan gen PAX3 dalam regulasi gen MITF.3,6,8 Bondurand, dkk. (2000) menunjukkan terjadinya interaksi antara PAX3, SOX10, dan MITF dalam perkembangan pembentukan melanosit yang akan menyebabkan kelainan pigmentasi dan gangguan pendengaran pada sindrom Waardenburg.10 Manifestasi Klinis Kelainan klinis pada sindrom Waardenburg tipe 1 bisa bervariasi meskipun dalam satu keluarga. Kelainan yang paling sering muncul adalah tuli sensorineural yang bersifat kongenital, unilateral maupun bilateral, dan tidak progresif, dengan derajat yang sangat berat (>100 dB).8 White forelock adalah kelainan pigmentasi rambut yang juga sering muncul pada sindrom Waardenburg tipe 1 (Gambar 2). Kelainan ini bisa muncul segera setelah lahir dan biasanya muncul setelah usia remaja. Kelainan ini dapat hilang setiap saat, terutama bila terjadi kerontokan rambut. White forelock biasanya muncul di garis tengah namun bisa juga di tempat lainnya. Gangguan hipopigmentasi dapat juga mengenai alis dan bulu mata. Red dan black forelock pernah dilaporkan pada sindrom Waardenburg tipe 1.8 Tabel 1. Manifestasi klinis sindrom Waardenburg tipe 111 Clinical Findings % of Affected Individuals Sensorineural hearing loss Heterochromia irides Hypoplastic blue eyes White forelock Early graying Leukoderma High nasal root Medial eyebrow flare 57 - 58% 15 - 31% 15 - 18% 43 - 48% 23 - 38% 30 - 36% 52 - 100% 63 - 70% Sindrom Waardenburg tipe 2 menunjukkan kelainan yang sama dengan sindrom Waardenburg tipe 1, kecuali dystopia canthorum. Pada tipe ini, prevalensi ketulian lebih tinggi.8 Tabel 2. Perbandingan manifestasi klinis sindrom Waardenburg tipe 1 dan tipe 2 8 Clinical Finding Sensorineural hearing loss Heterochromia irides Hypoplastic blue eyes White forelock Early graying Leukoderma High nasal root Medial eyebrow flare % of Affected Individuals WS1 WS2 57 - 58% 15 - 31% 15 - 18% 43 - 48% 23 - 38% 30 - 36% 52 - 100% 63 - 70% 77 - 78% 42 - 54% 3 - 23% 16 - 23% 14 - 30% 5 - 12% 0 - 14% 7% Sindrom Waardenburg tipe 3 atau Klein-Waardenburg mempunyai manifestasi klinis seperti sindrom Waardenburg tipe 1 disertai kontraktur serta hipoplasia otot-otot anggota gerak tubuh, sedangkan sindrom Waardenburg tipe 4 atau sindrom Waardenburg-Shah disertai dengan megakolon aganglioner atau penyakit Hirschsprung.6,8 Diagnosis Pada tahun 1992, Waardenburg Syndrome Consortium mengajukan kriteria diagnosis untuk sindrom Waardenburg tipe 1. Seseorang didiagnosis sindrom Waardenburg tipe 1 jika didapatkan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor. Pada tahun 1995, Liu dkk.12 menggunakan kriteria yang sama untuk mendiagnosis sindrom Waardenburg tipe 2. Seseorang dengan 2 kriteria mayor tanpa dystopia canthorum didiagnosis sindrom Waardenburg tipe 2 (tabel 3).6,8 Tabel 3. Kriteria diagnosis sindrom Waardenburg.6,8 Gambar 2. Manifestasi klinis sindrom Waardenburg.8 Kelainan lain yang juga sering tampak pada sindrom Waardenburg tipe 1 antara lain leukoderma kongenital dan dystopia canthorum.8 Pada tabel 1, dapat dilihat manifestasi klinis sindrom Waardenburg tipe 1.11 Major Criteria Minor Criteria • Congenital sensorineural hearing loss • White forelock, hair hypopigmentation • Pigmentation abnormality of the iris º Complete heterochromia iridum (irides of different color) º Partial/segmental heterochromia (two different colors in same iris, typically brown and blue) º Hypoplastic blue irides, or brilliant blue irides • Dystopia canthorum, W index >1.95 • Affected first-degree relative • Skin hypopigmentation (congenital leukoderma) • Synophyrys/medial eyebrow flare • Broad/high nasal root, prominent columella • Hypoplastic alae nasi • Premature gray hair (before age 30 years) CDK 187 / vol. 38 no. 6 / Agustus - September 2011 421 TINJAUAN PUSTAKA Dystopia canthorum ditentukan dari Indeks W yang dihitung berdasarkan jarak antara kantus medial (a), kantus lateral (c), dan jarak antar pupil (b) dalam milimeter, dengan formula berikut: X = (2a - 0,2119c - 3,909) / c Y = (2a - 0,2479b - 3,909) / b W = X + Y + a/b Diagnosis ditegakkan jika indeks W lebih dari 1,95.6,8 Dengan adanya berbagai variasi kelainan sindrom Waardenburg, kriteria mayor dan minor sangat berguna untuk menegakkan diagnosis. Jika hanya ada satu manifestasi klinis pada setiap anggota keluarga, akan menyulitkan diagnosis.1 Riwayat keluarga lengkap akan sangat membantu. Tuli sensorineural kongenital adalah manifestasi yang hampir selalu menyertai sindrom ini; karena itu, pemeriksaan audiologi berperan sangat penting. Skrining audiologi dapat dilakukan pada bayi dan anak yang orang tuanya atau keluarganya memiliki riwayat sindrom Waardenburg, meskipun belum tampak manifestasi klinis.1 Manifestasi lain, seperti malformasi skeletal (terutama di lengan dan tangan) pada sindrom Waardenburg tipe 3 serta penyakit Hirschsprung pada sindrom Waardenburg tipe 4, memerlukan pemeriksaan yang lebih cermat.1 Penanganan Setelah diagnosis sindrom Waardenburg ditegakkan, penanganan terutama ditujukan untuk kelainan-kelainan wajah dan ketulian. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi dystopia canthorum yang berat. Pada kasus yang lebih jarang, pembedahan dilakukan untuk mengatasi palatoskizis, malformasi skeletal, dan penyakit Hirschsprung.1,6,8 Penanganan optimal memerlukan kerja sama beberapa bidang ilmu, meliputi genetika, THT, audiologi, bedah plastik, bedah tulang, bedah digestif, dan bedah saraf.6 Ketulian kongenital menyebabkan masalah perkembangan individu dan sosial. Deteksi dan penanganan sedini mungkin memberikan harapan dalam perkembangan individu. Penggunaan alat bantu dengar adalah salah satu pilihan sedini mungkin untuk mence- 422 gah gangguan perkembangan bicara, bahasa, mental, dan intelektual sehingga diharapkan penderita dapat hidup normal.1 Evaluasi dan Konseling Genetik Konseling genetik adalah suatu proses mendapatkan informasi dari individu dan keluarga, terutama informasi tentang kesehatan, pola garis keturunan yang berhubungan dengan suatu penyakit, dan implikasi suatu gangguan genetik untuk membantu mereka dalam membuat riwayat kesehatan dan keputusan.1 Konseling genetik dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada orang tua untuk mencari penyebab ketulian pada anak dan kemungkinan adanya pola penurunan genetik. Dibuat riwayat keluarga lengkap, termasuk pola garis keturunan dan status kesehatan, terutama adanya gangguan pendengaran pada anggota keluarga yang dapat menjadi manifestasi sindrom Waardenburg.1,8 Data pemeriksaan audiologi pasien dan anggota keluarga lain dikumpulkan untuk mencari kesesuaian pola ketulian dalam keluarga. Riwayat dan faktor risiko selama prenatal, perinatal, dan postnatal juga ditelusuri secara cermat. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi kelainan yang muncul. Beberapa pemeriksaan penunjang, seperti radiografi dan laboratorium, mungkin diperlukan.1 Ketulian kongenital adalah suatu tantangan bagi konselor karena dalam riwayat keluarga mungkin didapatkan beberapa kali perkawinan antara individu tuli. Meskipun ketulian sering muncul pada beberapa generasi dalam keluarga, tetapi kewaspadaan akan kemungkinan ketulian yang diturunkan masih sangat rendah. Ketulian lebih sering diduga karena infeksi, trauma bising, dan trauma kepala. Selain itu, pemeriksaan pembuktian ketulian sebagai bagian dari suatu sindrom yang diturunkan memerlukan biaya mahal.1 Pemeriksaan DNA dapat dilakukan pada orang tua dan anak untuk mencari kelainan kromosom penyebab sindrom Waardenburg ini. Uji prenatal dapat dilakukan pada seorang perempuan penderita atau mempunyai riwayat sindrom Waardenburg di keluarga. Uji ini dilakukan dengan cara analisis DNA sel janin yang diambil melalui amniosentesis pada umur kehamilan 15-18 minggu atau chorionic villus sampling (CVS) pada umur kehamilan 10-12 minggu.8 Konseling ditujukan untuk menjelaskan kepada keluarga tentang manifestasi klinis yang akan muncul; risiko anak akan mendapatkan sindrom ini dari orang tua penderita sindrom ini adalah 50 %.1 Kesimpulan Sindrom Waardenburg adalah suatu sindrom yang diturunkan secara autosomal dominan dengan manifestasi paling sering berupa ketulian sensorineural kongenital dan gangguan pigmentasi rambut dan kulit. Dikenal 4 tipe sindrom Waardenburg, yaitu sindrom Waardenburg tipe 1, tipe 2, KleinWaardenburg atau tipe 3, dan WaardenburgShah atau tipe 4.1,4,5,6 Sindrom Waardenburg tipe 1 ditandai dengan ketulian sensorineural kongenital non-progresif, dystopia canthorum, white forelock, dan beberapa kelainan minor, seperti leukoderma kongenital. Sindrom Waardenburg tipe 2 mempunyai manifestasi klinis sama dengan tipe 1 tetapi tanpa dystopia canthorum. Sindrom Waardenburg tipe 3 disertai malformasi skeletal dan pada sindrom Waardenburg tipe 4 akan ditemui penyakit Hirschsprung.1,6,8 Mutasi genetik diduga sebagai penyebab sindrom Waardenburg. Interaksi antara gen PAX3, MITF, dan SOX10 menyebabkan manifestasi ketulian dan gangguan pigmentasi.10 Penanganan ditujukan pada ketulian dan memperbaiki kelainan anatomi melalui pembedahan. Ketulian harus segera dideteksi dan mendapatkan penanganan sedini mungkin.1 Konseling genetik bisa dilakukan dan perhatian ditujukan terhadap pemberian informasi tentang manifestasi klinis yang akan muncul dan kemungkinan seorang anak akan menderita sindrom ini dari orang tua yang telah menderita sindrom Waardenburg sehingga kelainan yang harus ditangani segera bisa menjadi perhatian orang tua dan keluarga.1,6,8 CDK 187 / vol. 38 no. 6 / Agustus - September 2011 TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA 1. Brookhouser PE. Genetic hearing loss. In : Bailey BJ. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd ed, Vol. 1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Company, 2001 : 1081-85, 1091. 2. Northern JL, Downs MP. Hereditary deafness. In : Hearing in Children. 2nd ed. Baltimore, Maryland:The Williams & Wilkins Co. 1978 : 63-6. 3. Morell R, Spritz RA, Ho L, Pierpont J, et al. Apparent digenic inheritance of Waardenburg syndrome type 2 (WS2) and autosomal recessive ocular albinism (AROA). Hum. Mol. Genetics 1997; 6 ( 5) : 659-64. 4. Waardenburg PJ. A new syndrome combining developmental anomalies of the eyelids, eyebrows and nose root with pigmentary defects of the iris and head hair and with congenital deafness. Am J Hum Genet. 1951; 3: 195-253. 5. Arias S. Genetic heterogeneity in the Waardenburg syndrome. Birth Defects Orig Artic Ser. 1971; 07: 87-101. 6. Bason L.Waardenburg syndrome. Emedicine. com. Available May 28, 2006 on http://www.emedicine.com/. 7. Thompson MW, McInnes RR,Willard HF. Autosomal Inheritance. In : Genetics in Medicine. 5 th ed. Philadelphia:W.B. Saunders Co, 1991 : 59-66. 8. Milunsky JM.Waardenburg syndrome type 1. GeneReviews.com. Available January 17, 2006 on http://www.genetests.org.com/. 9. Watanabe A,Takeda K, Ploplis B. Epistatic relationship between Waardenburg syndrome genes MITF and PAX3. Nat Genet. 1998; 18 ( 3): 283-6. 10. Bondurand N, Pingault V, Goerich DE, Lemort N, et al. Interaction among SOX10, PAX3 and MITF, three genes altered in Waardenburg syndrome. Hum Mol Genet. 2000; 9: 1907-17. 11. Newton VE. Clinical features of the Waardenburg syndromes. Adv Otorhinolaryngol. 2002 ; 61: 201-8. 12. Liu XZ, Newton VE, Read AP.Waardenburg syndrome type II: phenotypic findings and diagnostic criteria. Am J Med Genet. 1995; 55(1) : 95-100. CDK 187 / vol. 38 no. 6 / Agustus - September 2011 423