Assalamu`alaikum Wr Wb Selamat Pagi dan Salam

advertisement
Keynote Speech Gubernur Bank Idonesia
Seminar Nasional Big Data
“Globalisasi Digital: Optimalisasi Pemanfatan Big Data untuk
Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi”
Jakarta, 9 Agustus 2017
Yang kami hormati:
- Para Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
- Ketua dan anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)
- Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Bpk. Djarot Saiful Hidayat
- Walikota Makassar, Bpk. M. Ramdhan Pomanto
- Para Panelis dan Moderator Seminar
- Bapak/Ibu, Hadirin sekalian yang berbahagia
Assalamu’alaikum Wr Wb
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua,
 Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas perkenanNya kita semua dapat hadir dalam keadaan sehat dan baik untuk
bersama-sama mengikuti Seminar Nasional Big Data dengan tema
“Globalisasi Digital: Optimalisasi Pemanfatan Big Data untuk
Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi”
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Saat ini kita memasuki era revolusi digital, yang juga disebut sebagai
revolusi industri keempat. Jika revolusi industri pertama ditandai
dengan lahirnya mesin uap, revolusi industri kedua dengan
1
munculnya elektrifikasi dan produksi massal, dan revolusi industri
ketiga ditandai dengan munculnya teknologi internet, maka revolusi
industri keempat adalah fase dimana hampir semua sendi kehidupan
kita telah tersentuh layanan digital. Pada fase ini layanan digital telah
mempengaruhi cara kita membuat keputusan, cara kita berinteraksi
dengan orang lain, dan sekaligus telah mendorong munculnya
model-model bisnis baru yang jauh lebih efisien dan inovatif.
 Kami mencermati paling tidak terdapat 3 faktor utama pendorong
gelombang revolusi digital. Pertama, perkembangan telepon
seluler. Dewasa ini, telepon seluler telah menjadi perangkat utama
untuk mengakses internet. Mayoritas lalu lintas online dunia saat ini
berasal dari perangkat telepon seluler. Kedua, Internet of Things
(IoT). Di 2016, hampir 18 miliar1 piranti berbasis internet telah saling
terkoneksi yang mengakibatkan terciptanya konsep-konsep inovatif
seperti smart homes. Ketiga, Big Data yang didukung oleh
kemampuan komputer melakukan analisis yang kompleks (advance
analytics). Di 2016, lalu lintas internet global setidaknya telah
mencapai 1,2 zetabyte atau 1,2 triliun gigabytes2,yang terutama
dipicu oleh peningkatan tren penggunaan media sosial melalui
perangkat gawai (gadget). Pada 2013 saja terdapat setidaknya 1,85
miliar pengguna aktif media sosial, yang kemudian meningkat
menjadi 2,8 miliar pada 20163.
 Aktivitas media sosial dan layanan digital yang makin meluas
tersebut telah mendorong terciptanya data baru secara masif. Data
1
Sumber : Statista (2016) Statista adalah perusahaan penyedia data statistik online, berpusat di Jerman
Sumber : Cisco (2016)
3
Sumber : We are Social (2017). We are Social adalah global agency di bidang sosial media, berpusat di
New York.
2
2
yang berjumlah sangat besar, bervariasi dan dihasilkan secara
sangat cepat (real time) inilah yang dikenal sebagai Big Data. Seiring
dengan perkembangan teknologi komputasi yang pesat, saat ini kita
telah dapat menyaring informasi dan melakukan analisa yang
mendalam (advance analytics) terhadap data tersebut, sehingga
dapat digunakan untuk keperluan yang produktif.
 Ketiga faktor diatas merupakan bagian dari fenomena terobosan
teknologi yang dikenal dengan nama disruptive technologies.
Fenomena ini menggambarkan bagaimana terobosan teknologi
mampu merubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat.
Munculnya
berbagai
aplikasi
sosial
media
misalnya,
telah
menyebabkan perubahan dalam cara manusia berinteraksi, e-
commerce telah menggeser preferensi masyarakat dari berbelanja di
pusat perbelanjaan menjadi belanja secara online, teknologi cloud
computing telah merubah metode penyimpanan data secara
konvensional, dan lain sebagainya. Secara bersama-sama, disruptive
technologies
inilah
yang
menjadi
motor
penggerak
utama
bergulirnya revolusi digital secara global.
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Revolusi digital tak dapat dihindari juga telah melanda Indonesia.
Dalam
beberapa
tahun
terakhir,
kita
melihat
pertumbuhan
perusahaan-perusahaan start-ups berbasis digital yang luar biasa,
baik di perdagangan barang dan jasa (e-commerce), moda
pembayaran, maupun pembiayaan. Jumlah pengguna internet yang
berbelanja secara online di tanah air pada 20164 telah mencapai
4
Sumber : Statista (2016)
3
24,74 juta orang. Selama setahun terakhir, para pengguna internet
tersebut telah membelanjakan uang sekitar USD5,6 miliar (sekitar
Rp75 triliun) di berbagai e-commerce. Dengan kata lain, setiap
pengguna e-commerce di Indonesia rata-rata membelanjakan Rp3
juta per tahun. Aktivitas belanja online yang tinggi ini sejalan dengan
keaktifan orang Indonesia di berbagai media sosial. Jakarta bahkan
dikenal sebagai “Twitter capital of the world”.
 Selain e-commerce, revolusi digital di Indonesia juga telah
menyentuh sektor keuangan. Hal ini antara lain terlihat dari jumlah
fintech player di Indonesia yang dalam 2 tahun terakhir (2015-2016)
tumbuh pesat sebesar 78%.
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan era digital ini
sayangnya masih belum kita optimalkan. Hal ini mengingat penetrasi
internet6 di Indonesia tergolong masih cukup rendah, yaitu sekitar
51%7 (2016). Angka ini masih relatif jauh dibawah negara-negara
tetangga kita, seperti Malaysia (71%) dan Thailand (67%). Sebagai
perbandingan, angka penetrasi internet di negara seperti Inggris dan
Jepang sudah mencapai di atas 90%.
 Persoalan utama yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan
teknologi digital di Indonesia berasal dari kualitas layanan internet
yang relatif masih tertinggal dibandingkan negara lain.
 Hambatan lain adalah pengeluaran investasi di bidang teknologi
informasi (TI) yang juga relatif tertinggal dibanding negara lain.
6
7
Tingkat penetrasi internet adalah rasio antara jumlah pengguna internet dan jumlah penduduk
Sumber : We are Social (2017)
4
Investasi TI di sektor-sektor utama pemberi kontribusi ke
pertumbuhan ekonomi seperti manufaktur dan pertambangan relatif
masih rendah, bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan negaranegara dalam kelompok yang sama. Namun investasi yang cukup
tinggi tercatat di sektor tersier seperti e-commerce dan fintech yang
pada 2016 diperkirakan mencapai sebesar USD1,7 miliar.
 Apabila hambatan-hambatan dalam pemanfaatan teknologi digital
tersebut dapat diatasi, maka diperkirakan bahwa digitalisasi ekonomi
mampu memberikan nilai tambah sebesar USD150 miliar terhadap
PDB Indonesia pada 2025 (sekitar 10% terhadap PDB), yang
dibarengi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja mencapai
hampir 4 juta orang (Studi Mc Kinsey Indonesia: McKinsey Indonesia2016, Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity)
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Revolusi digital yang memicu aktivitas berbasis digital yang makin
meluas telah menciptakan ledakan informasi maupun banjir data.
Selain jumlahnya yang sangat besar dan dihasilkan dengan sangat
cepat, variasi data yang tercipta juga sangat beragam, sehingga Big
Data memiliki karakteristik yang dikenal dengan 3V, yaitu : volume,
variety, dan velocity. Karakteristik ini kemudian berkembang menjadi
5V, dengan tambahan value dan veracity (keyakinan terhadap
kebenaran data).
 Data yang berjumlah sangat besar ini sayangnya masih sangat
sedikit yang telah termanfaatkan. Studi oleh IBM menunjukkan
bahwa 80% dari semua data di dunia baik yang berupa teks, gambar,
video ataupun suara, belum dapat dimanfaatkan, terutama karena
5
sifatnya yang tidak terstruktur. Di sisi lain, disadari bahwa data yang
sangat besar tersebut sesungguhnya menyimpan begitu banyak
informasi dan pengetahuan yang lebih dalam, yang apabila diolah
dengan baik, dapat memberikan manfaat yang luar biasa.
 Mencermati fenomena, ini maka seminar kali ini secara khusus
mengangkat tema: “Globalisasi Digital: Optimalisasi Pemanfaatan Big
Data untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi”.
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Dalam pengamatan kami, pemanfaatan Big Data di tanah air dalam
5 tahun terakhir telah semakin meluas. Industri komersial, termasuk
di dalamnya industri sektor keuangan, relatif telah lebih dahulu
memanfaatkan Big Data guna mendukung aktivitas bisnisnya, antara
lain untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan secara lebih
efisien dan efektif, mengurangi biaya distribusi serta memperkuat
analisis risiko bisnis di sektor keuangan.
 Beberapa instansi pemerintah/otoritas di Indonesia juga sudah mulai
menggunakan Big Data dalam pengambilan kebijakan ataupun
mendukung proses kerjanya. Pemerintah daerah melalui aplikasi
smart city juga secara proaktif telah mulai memanfaatkan Big Data
bagi peningkatan kualitas layanan publik seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi dan keamanan kota.
 Maraknya pengembangan smart city di berbagai kota memunculkan
pula sumber data yang potensial dimanfaatkan lebih lanjut. Apabila
data yang tersimpan pada setiap smart city dapat saling terhubung,
bisa jadi persoalan di satu kota ditemukan solusinya di kota lain.
Contohnya, pemetaan secara cermat mengenai data surplus atau
6
defisit komoditas antar kota dapat disinergikan untuk mengurangi
volatilitas pasokan dan ketimpangan harga.
 Sementara itu, kalangan Bank Sentral, termasuk Bank Indonesia,
dalam beberapa tahun terakhir juga sudah mulai memanfaatkan Big
Data guna mendukung proses pengambilan keputusan.
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Pemanfaatan Big Data di Bank Indonesia dimulai pada bulan Oktober
2014, sejalan dengan dicanangkannya Program Transformasi Menuju
Bank Indonesia 2024.
 Salah satu tema transformasi tersebut adalah state of the art
technology, yang pada intinya adalah mendorong Bank Indonesia
untuk memanfaatkan teknologi dan pendekatan mutakhir yang akan
membantu Bank Indonesia dalam mencapai visi dan misinya secara
efektif dan efisien.
 Secara khusus, pemanfaatan Big Data di Bank Indonesia diharapkan
dapat memperkuat proses pengambilan keputusan di sektor
Moneter, Pasar Keuangan, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), Sistem
Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SP-PUR).
 Melalui pengamatan yang mendalam, manfaat Big Data bagi Bank
Indonesia setidaknya akan diperoleh dari beberapa area sebagai
berikut:
(1) Pertama, tersedianya indikator-indikator baru secara lebih cepat
dan lebih sering (high frequency) untuk mengatasi isu data lag
yang seringkali dihadapi dalam perumusan kebijakan.
7
(2) Kedua, keterkaitan antar pelaku keuangan (termasuk di
dalamnya bank, lembaga keuangan non bank, maupun
korporasi) dapat dipetakan secara lebih baik melalui penguatan
network analytics guna memitigasi risiko sistemik.
(3) Ketiga, persepsi publik atas kebijakan Bank Indonesia dapat
dipantau secara lebih akurat melalui sentiment analysis guna
perbaikan strategi komunikasi kebijakan Bank Indonesia.
 Kami merumuskan pengembangan Big Data di Bank Indonesia
menjadi tiga fase, yaitu (i) establishing foundation 2015-2018, (ii)
empowering 2019-2021 dan (iii) executing innovative use 2022 – dst.
 Dalam proses membangun pondasi yang kokoh untuk pemanfaatan
Big Data, Bank Indonesia telah melaksanakan sejumlah pilot projects
yang menghasilkan sejumlah indikator baru yang bersumber dari
berbagai portal online, seperti indeks job vacancy dan indeks harga
properti. Selain itu, Big Data analytics mulai digunakan secara rutin
sebagai bagian dari asesmen framework pengawasan sistem
pembayaran. Untuk mendukung itu semua, terus dibangun
kapabilitas baru untuk mengolah dan menganalisis Big Data.
 Pada fase terakhir (mulai 2022), pemanfaatan Big Data di Bank
Indonesia diharapkan telah bersifat real time sehingga dapat
mendukung terciptanya inovasi penyediaan data/indikator baru
dengan memanfaatkan sumber data yang lebih bervariasi sehingga
dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang berkualitas
tinggi.
8
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Kami memandang bahwa secara umum terdapat 3 tantangan utama
yang dihadapi dalam pemanfaatan Big Data. Pertama, ketersediaan
dan akses terhadap sumber data. Ketersediaan akses data secara
real-time merupakan basis bagi perumusan kebijakan yang mampu
menjawab situasi terkini.
 Di sisi lain, aksesibilitas data juga sering berbenturan dengan aspek
kerahasiaan data. Oleh karena itu, perlu dibangun sebuah
mekanisme yang dapat menjembatani kepentingan pemilik data agar
bersedia untuk sharing data tanpa menimbulkan kekuatiran akan
aspek kerahasiaannya.
 Tantangan kedua adalah kualitas data. Salah satu karakteristik Big
Data yaitu veracity (keyakinan akan kebenaran data), mengingat
informasi yang terkandung dalam Big Data adalah data mentah yang
masih banyak mengandung “noise”. Proses data cleansing dengan
demikian menjadi hal yang kritikal guna memastikan data yang
diperoleh bernilai untuk dianalisis lebih lanjut.
 Tantangan selanjutnya adalah keterbatasan SDM dengan kualifikasi
data scientist. Revolusi digital ternyata belum diimbangi dengan
kecukupan keluaran perguruan tinggi yang memiliki keahlian
memroses Big Data. Untuk itu, diperlukan kolaborasi erat dengan
dunia akademisi agar kapabilitas Big Data dapat juga dibangun
secara bertahap di internal institusi.
Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati,
 Kami meyakini bahwa revolusi digital yang tengah berlangsung ini,
apabila dapat dimanfaatkan dengan baik, akan mampu membawa
9
Indonesia pada lintasan pertumbuhan ekonomi sekitar 7% per
tahun. World Bank (2016) menggambarkan hal ini dengan
menggunakan terminologi digital dividens, dimana digitalisasi
perekonomian diyakini mampu memberikan terobosan dalam bentuk
peningkatan efisiensi di berbagai sektor ekonomi yang lahir dari
target maupun keputusan-keputusan bisnis yang lebih akurat,
mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru, sembari menciptakan
ekosistem perekonomian yang lebih inklusif. Kesemuanya ini pada
akhirnya akan meningkatan produktivitas perekonomian secara
signifikan, yang pada gilirannya akan membawa perekonomian
kepada lintasan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
berkesinambungan, yang diiringi dengan peningkatan kesempatan
kerja dan pelayanan publik yang lebih baik.
 Terobosan ekonomi digital guna peningkatan kesempatan kerja dan
produktivitas merupakan pekerjaan rumah bersama. Dalam hal ini,
pengampu kebijakan publik, pelaku usaha, dan akademisi sangat
penting untuk saling berkolaborasi.
 Sebagai penutup, melalui seminar ini kami ingin mengajak semua
elemen
masyarakat
untuk
saling
berbagi
pengetahuan
dan
pengalaman dalam hal pemanfaatan Big Data yang merupakan
fenomena tak terpisahkan dari perekonomian digital, sekaligus
mendorong terciptanya kolaborasi antar institusi guna mendorong
pemanfaatan Big Data secara lebih optimal.
 Seminar nasional ini juga merupakan persembahan “Karya Nyata BI
di Setiap Makna Indonesia” dalam rangka menggelorakan semangat
gotong royong untuk membangun Indonesia yang lebih baik ke
10
depan, sejalan dengan tema peringatan Hari Ulang Tahun ke-72
Kemerdekaan RI yaitu “Indonesia Kerja Bersama”.
 Hal ini untuk memastikan potensi digital Indonesia yang sangat besar
dapat ditransformasikan untuk pada akhirnya berkontribusi secara
konkrit dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekian dan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Agus D.W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia
11
Download