Studi Evaluasi dan Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah pada Rumah Potong Hewan di Kabupaten Nganjuk Maya Artati Kirana¹, Riyanto Haribowo², Tri Budi Prayogo² ¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya ²Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, JawaTimur, Indonesia Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail:[email protected] ABSTRAK Studi ini membahas tentang faktor pencemar yang menyebabkan kualitas air limbah dari ouput IPAL menjadi menurun dan mengetahui jumlah debit harus ditampung oleh IPAL untuk kondisi 10 tahun selanjutnya. Evaluasi kualitas air limbah dilaksanakan menggunakan metode uji sampling dari inlet, outlet dan setiap bak pengolahan yang ada. Parameter-parameter kualitas air yang diuji adalah BOD, COD, TSS, amonia, pH, minyak dan lemak.Sedangkan analisa kapasitas tampungan direncanakan berdasarkan perhitungan debit keluaran dan proyeksi jumlah debit untuk 10 tahun kedepan. Kondisi eksisting IPAL sekarang yaitu desain bak pemisah lemak dan bak lainnya belum memiliki plat penutup, bak pengendap awal dan pengendap akhir belum memiliki slope, kapasitas tampungan pada bak ekualisasi belum mencukupi dan suplai oksigen pada bak aerob masih belum kontinyu. Hasil evaluasi dari studi ini, pada bak pemisah lemak dilakukan penambahan plat penutup dengan tebal 0,05 m, bak ekualisasi ditambah waktu tinggal dari 1,5 jam menjadi 6 jam, bak pengendap awal dilakukan penambahan slope dengan kemiringan 0,02 m, bak anaerob dilakukan penambahan plat penutup setebal 0,05 m, bak aerob dengan merubah kapasitas suplai udara dan bak pengendap akhir dengan menambah waktu tinggal dari 1 jam menjadi 3 jam serta menambah slope dengan kemiringan 0,02 m. Kata kunci: IPAL, Kualitas Air, Evaluasi, Kapasitas Tampungan ABSTRACT The study discusses about pollutant factor that decreasing of the quality of wastewater in treatment plan’s output and obtain the amount of discharge that collected by the wastewater treatment plan (WWTP)for 10 years prediction. Evaluation of waste water quality determined using sampling method in inlet, outlet, and other existing treatment tank. Water quality parameters which tested are BOD, COD, TSS, Amonia, pH, Oil and Fat. Furthermore, the storage capacity analysis is planned based on the calculation of outflow and projected discharge for the next 10 years. The existing problem are; fatseparating tank uncovered, pre-settling tank and final settling tank have no slight slope, the capacity of equalization tank needs to be enlarged and oxygen supply in the aerob tank not continuous. As the result of this study; 0,05 m cover plate are added in fat-separating and anaerob tank, detention time in equalization tank is modified from 1,5 hours to 6 hours, 0,02 m slope is designed in pre-settling tank, air supply capacity is enlarge aerob tank, and 0,02 m slope is conduced in final-settling tank which is also improved by increasing detention time from 1 hours to 3 hours. Keywords: WWTP, Water Quality, Evaluation, Storage Capacity. IPAL yang ada di Rumah Potong Hewan. Tujuan dari studi ini mengetahui faktor pencemar yang menyebabkan kualitas air limbah dari ouput IPAL menjadi menurun dan mengetahui jumlah debit yang ditampung oleh bak di IPAL dari pemotongan dengan adanya penambahan hewan ternak untuk 10 tahun kedepan. 2. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk studi ini berada di Rumah Potong Hewan Nganjuk yang terletak di jalan Imam Bonjol No.09 Kelurahan Payaman Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk. Peta lokasi sebagaimana pada gambar berikut. Gambar1. Lokasi RPH Nganjuk Sumber: Google Earth Rumah Potong Hewan memiliki denah Instalasi Pengolahan Air Limbah, sebagai berikut. 0,75m 1,5m 0,8m 2,5m 0,15m 0,15m 0,4m 0,5m Sungai Kuncir Kiri 2,5m 0,15m 1,0m Inlet Sapi 1,5m 0,15m 1,5m 1,5m Inlet Unggas 0,5m 1,5m PENDAHULUAN Dewasa ini kebutuhan masyarakat terhadap produk industry semakin meningkat (termasuk produk industry peternakan khususnya pada produksi daging). Daging adalah salah satu produk industry peternakan yang dihasilkan dari usaha pemotongan hewan. Rumah Potong Hewan adalah suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan. Selain menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, Rumah Potong Hewan juga memiliki dampak negative terhadap lingkungan sekitar yaitu air limbah yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan tersebut. LimbahRumahPotongHewantergolonglimb ahorganik, yang berupadarah, feses, isi perut, rumen, lemak, danusus yang cukup tinggi. Kondisi Rumah Potong Hewan ini sudah dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun dapat dilihat limbah dari hasil pengolahan ini masih dalam keadaan kurang bersih. Hal ini dapat dilihat pada lampiran III mengenai beberapa hasil uji sampel dilaboratorium Perum Jasa Tirta I, bahwa baku mutu air limbah di Rumah Potong Hewan masih belum memenuhi bakumutu limbah Rumah Potong Hewan dengan 6 parameter yaitu (BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak & Lemak, pH yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Jatim No 72 tahun 2013. Maka dari itu perlu adanya studi evaluasi pada IPAL terutama pada setiap bak penampung dan system pengolahannya. Serta dengan adanya peningkatan permintaan jumlah daging yang setiap tahun terus meningkat, diharuskan Rumah Potong Hewan ini untuk meningkatkan juga jumlah pemotongan hewan setiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan produksi tersebut, sehingga jumlah limbah yang dikeluarkan juga akan semakin meningkat pula. Oleh karena itu, perlu juga adanya analisa efektifitas penampungan debit pada 0,5m 1. Outlet 3m Design Teknis Intalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan Nganjuk Sebelum Evaluasi Gambar2. DenahIPAL Rumah Potong Hewan Sumber: Dinas Peternakan Nganjuk Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan suatu langkah pengerjaan secara sistematis. Adapun langkah-langkah pengerjaan studi sebagai berikut: 1. Studi literatur. 2. Pengumpulan data-data. 3. Menghitung kadar setiap parameter dari hasil sampling air limbah. 4. Membandingkan hasil uji kualitas air dengan ketentuan baku mutu air limbah. 5. Memprediksikan jumlah hewan yang akan dipotong untuk 10 tahun kedepan 6. Memprediksikan jumlah debit yang akan ditampung masing-masing bak pada IPAL. 27-08-2016 Tanggal Jam Puncak 21-08-2016 15,504 RerataHaria n 13,107 22-08-2016 16,935 13,546 23-08-2016 16,046 13,101 24-08-2016 15,194 13,620 25-08-2016 15,300 13,475 26-08-2016 15,572 13,524 27-08-2016 15,739 13,730 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 2. Rerata dan jam puncak debit unggas Tanggal Jam Puncak 21-08-2016 4,918 RerataHaria n 4,730 22-08-2016 4,805 4,356 23-08-2016 4,748 4,371 24-08-2016 4,777 4,383 25-08-2016 4,812 4,344 26-08-2016 4,717 4,501 4,334 Sumber : Hasil Perhitungan Prediksi Hewan Jumla sapi yang akan dipotong pada tahun 2016 yaitu ± 15 ekor per harinya. Sedangkan untuk jumlah unggas yang dipotong untuk tahun 2016 yaitu ± 50 kg. Dari pihak Dinas Peternakan kabupaten Nganjuk melakukan prediksi jumlah hewan per tahun. Dengan meningkatnya jumlah ternak yang dipotong, maka semakin besar pula jumlah debit yang dihasilkan untuk ditampung ke IPAL nya. Prediksi jumlah debit dilakukan dengan melihat sedikit banyaknya jumlah hewan yang dipotong untuk 10 tahun kedepan. Tabel 3.Prediksi Debit dariPemotongan Tahun 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Debit Hasil Pemotongan Debit pemotongan dari sapi dan unggas digunakan untuk menghitung jumlah air limbah yang akan ditampung IPAL untuk 10 tahun kedepan. Berikut rerata harian dan jam puncak debit yang keluar dari pemotongan sapi dan unggas. Tabel 1. Rerata dan jam puncak debit sapi 4,806 debit per ekor (m3/ekor) jumlahternak (m3/hari) debit proyeksi (m3/hari) Sapi Sapi Unggas Sapi Unggas 2017 17 45 14,892 2,174 2018 19 55 16,644 2,657 2019 21 65 18,396 3,140 2020 23 75 20,148 3,623 2021 25 85 21,900 4,106 27 95 23,652 4,589 2023 29 105 25,404 5,072 2024 31 115 27,156 5,555 2025 33 125 28,908 6,038 2026 35 135 30,660 6,521 2022 0,876 Unggas 0,0483 Sumber : Hasil Perhitungan Evaluasi Per Bak pada IPAL Kualitas outlet dari IPAL menunjukkan bahwa limbah yang keluar belum memenuhi baku mutu air limbah, hal ini dipicu oleh adanya kekurangan-kekurangan sistem dan desain bak yang tidak sesuai dengan kriteria perencanaan. Selain dari kesalahan pada bak-bak pengolahan, hal ini juga disebabkan oleh adanya penambahan limbah unggas pada bak pengendap akhir yang hasil pengolahannya sudah memenuhi baku mutu air. a. Bak Pemisah Lemak 0,4 m 0,15 m 0,4 m 1,0m Pipa PVC : 4" Ø : 11/2" A A Dinding Pemisah B Bak Pemisah Lemak Tampak Atas 0,4 m 1,50m 0,4 m 0,4 m 2,2 m 0,4 m B 0,4 m B 0,4 m Pipa Outlet : 4" Pipa PVC : 4" 1,0 m Pipa Inlet : 4" Dinding Pemisah B Bata dilapisi beton 1,0 m 1,50m 2,2 m A A Tampak Atas Bak Pemisah Lemak Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Potongan B-B Pipa PVC : 4" Bata dilapisi beton 1,0 m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 1,10 m Bata dilapisi beton 1,10m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Potongan A-A Potongan B-B Gambar 4.Desain barubak pemisah lemak b. Bak Ekualisasi 0,15m 0,75 m 2,1m B Bata dilapisi beton 1,10 m 1,10m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Potongan A-A A 0,5 m 2,5 m A 1,7 m 0,15 m B Tampak Atas Bak Ekualisasi 0,5m 2,5 m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Potongan B-B 1,7m Gambar 3. Kondisi Eksisting Bak Pemisah Lemak Kondisi eksisting bak pemisah lemak mampu menurunkan minyak & lemak sebesar 67,48%, sedangkan kriteria perencanaan menyebutkan minyak & lemak dapat diturunkan oleh bak pemisah lemak dengan efisiensi 80% (BPPT, 2000). Faktor penyebab kurangnya efisiensi dari kinerja bak pemisah lemak yaitu dimana untuk desain bak ini tidak menggunakan system tertutup. Pada dasarnya lemak yang berasal dari hewan mengandung lemak jenuh yang dimana jika terkena udara akan menimbulkan ketengikan dan gumpalangumpalan dan mengendap (Winarno, F. 1973:45). Debit yang tertampung di bak4,4 m3/jam. Debit yang masuk2,5 m3/ jam, hal ini menunjukkan bahwa debit yang ditampung lebih besar dari debit yang dikeluarkan oleh pemotongan, sehingga desain bak dengan dimensi sekarang masih mampu menampung debit prediksi untuk 10 tahun kedepan. Evaluasi bak ini hanya dengan menambahkan plat penutup pada bagian atas bak, seperti pada gambar berikut. Beton Bertulang Pompa Celup Pasir Urug Tebal 10cm 2,1 m 0,75 m Potongan A-A Gambar 5.Kondisi Eksisting Bak Ekualisasi Fungsi bak ekualisasi yaitu menghomogenkan bahan organik dan mengatur fluktuasi debit. Dalam kriteria perencanaan bak ekualisasi menyebutkan waktu tinggal yang digunakan 4-10 jam, namun wakt tinggal pada keadaan dilapangan hanya 1,5 jam. Debit yang tertampung di bak2,3 m3/ jam. Debit yang masuk2,5 m3/ jam. Debit yang masuk > debit tertampung, sehingga perlu adanya penambahan desain. Serta penambahan waktu tinggal dimana setelah waktu tinggal yang dipilih yaitu 6 jam. Waktu tinggal yang dipilih : 6 jam Volume Bakekualisasi :Td (jam) x Q (jam) : 6 x 2,6: 15,6 m3 Dimensi Bak 2,0m B 2,1m B 0,15m 2,5m A Pipa PVC : 4" Ø : 1 1/2" Ø 1 1/2" Pipa PVC : 4" 0,7m B A 2,0m 4,0 m A Ø : 1 1/2" limbah dari bak ekualisasi 2,2 m 1,7m A 0,15m Pada ketentuan perencanaan ditetapkan bahwa waktu tinggal yang digunakan 1,52,5 dan memiliki slope 0,001-0,002 m. Kapasitas tampungan bak ini masih mampu menampung debit yang keluar dari pemotongan. Debit yang tertampung di bak2,7m3/jam, Debit yang masuk2,5 m3/ jam. 0,5m Panjang :4m Lebar :2m Kedalaman : 2,2 m Volume Baru : 17,6 m3 Berikut desain baru yang telah dilakukan evaluasi penambahan desain. B Tampak atas Bak Pengendap Awal Tampak Atas Bak Ekualisasi Bata dilapisi beton 0,71m 2,5 m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Potongan B-B Ø : 1 1/2" 2,0m limbah dari bak ekualisasi Ø : 1 1/2" 1,7m 2,2 m Potongan B-B 0,5m Inlet dari pemisah lemak Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Bata dilapisi beton Bata dilapisi beton 2,0 m Submersible Pump Pasangan 1/2 Bata Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 2,1 m 0,15 m Dinding Pemisah Potongan A-A Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 2,5m Gambar 6. Desain baru bak ekualisasi c. Bak Pengendap Awal B A 0,15m Gambar 8. Desain baru bak pengendap awal c. Bak Anaerob- Aerob 0,15m 0,5 m 0,15m 2,5m Bata dilapisi beton Potongan A-A A 1,5m 0,5m 0,15m Pasangan 1/2 Bata 1,5m B Potongan B-B 2,2 m 0,71m A B RUANG BIOFILTER 1,5m 1,7m Blower C C 0,2m 0,15m A Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 1,5m B Tampak Atas Bak Pengendap Awal 2,5m 0,15m 0,5m 0,4m 0,71m 1,7 m D 0,15m 0,15m Media Sarang Tawon 2,5m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 0,15m Potongan A-A & C-C Dinding Pemisah D Tampak Atas Bak Anaerob aerob Blower Biofilter Anaerob 0,1m Ruang Biofilter Ruang Biofilter Bak Penampungan Akhir 2,2m Gambar 7. Kondisi eksisting bak pengendap awal Bak pengendap awal berfungsi untuk mengendapkan atau menghilangkan kotoran padatan tersuspensi yang ada di dalam air limbah. Parameter yang terendapka dan dapat disisihkan disini yaitu TSS sebesar65% dan BOD 35% (BPPT, 2000). Setelah dilakukan pengujian kualitas air pada bak ini diperoleh efisiensi penurunan TSS (44%), BOD (40%). Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja bak pengendap awal yaitu waktu tinggal hanya 1 jam, desain bak tidak dilengkapi dengan slope. Biofilter Aerob Bak Pengendapan Awal 0,75m 0,15m Potongan A-A 0,4m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 2,5m Media Sarang Tawon 0,15m Media Sarang Tawon Pompa Sirkulasi Pasangan 1/2 Bata Ruang Aerasi 0,5m 3,5m Potongan D-D Gambar 9.Kondisi eksisting bak anerob – aerob Di dalam proses pengolahan air limbah dengan system biofilter anaerob-aerob, reactor biofilter aerobic merupakan unit proses yang dipasang setelah proses biofilter anaerob. Pada zona biofilter ini memiliki dua ruangan yaitu yang kedua zona tersebut dipasang media sarang tawon (8314 N.m/kg - mol.K) x (273,15 30)K : 1,172 kg/m3 Jadi, kebutuhanudarateoritis 1,92 kg/hr 1,172 kg/m3 x 0,2318 gr O2/gr udara : 7,1 m3/hr Kebutuhanudaraaktual Efisiensi blower udara yang dipakai di IPAL Rumah Potong Hewan yaitu tipe rigid porous plastic tubes, single spriral roll yang mana efisiensi dari blower tersebut adalah 9-12% ((Metcalf & Eddy, 2003.437). efisiensi yang dipakai adalah 10%, maka: Kebutuhan udara aktual : jumlah kebutuhan udara teoritis 7,1 : 0,1 Efisiensi blower (%) : 71 m3/hr :50 liter/menit Bak anaerob aerob memiliki volume yang sama karena keduanya memiliki persamaan dimensi. Volume8,2 m3, Debit yang tertampung di bak2,7 m3/ jam, Debit yang masuk2,5 m3/ jam. Debit yang dapat ditampung > debit outlet pemotongan. d. Bak Pengendap Akhir B 2,5m 0,15m 1,0m A A 2,0m Kebutuhan oksigen : Kebutuhan oksigen didalam reactor sebanding dengan BOD yang dihilangkan Kebutuhan oksigen : BOD yang dihilangkan P : Tekananatmosfer : 1,01325.105 N/m2 M : MolUdara : 28,97 kg/kg-mol R: Konstanta gas : 8314 N.m/kg-mol.K Sehingga, 𝛒a : (1,01325.10^5 N/m^2) x (28,97 kg/kg - mol) 0,5m untuk pengembangbiakan mikroba. Pada zona anaerob sistem kinerjanya yaitu tidak menggunakan tambahan udara, sehingga kondisi bak anaerob seharusnya dibuat secara tertutup. Di dalam zona aerob telah terpasang media sarang tawon dengan arah aliran dari atas kebawah sambil dihembus udara melalui diffuser dengan menggunakan blower udara. Namun, dilapangan pemasangan blower untuk proses ini tidak setiap saat digunakan, jika keadaan limbah sudah diperkirakan tidak baik (warna sudah pekat) maka blower akan digunakan, tetapi jika keadaan limbah masih dalam keadaan jernih, blower disimpan dan tidak dioperasikan. Tingkat penyisihan bahan organik oada kondisi anaerob yaitu untuk nilai BOD 11%, sedangkan pada kondisi aerob 10%, hal ini disebabkan karena sistem operasi dan penggunaan desain yang tidak mengacu pada ketentuan perencanaan. Pada bak anaerob seharusnya bak ini menggunakan sistem tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk, dan pada aerob seharusnya penambahan udara dilakukan secara kontinyu. Berikut perhitungan pengoperasian blower udara untuk kondisi aerob. B 0,5m Tampak atas Bak Pengendap akhir Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm Outlet 1,0m Potongan B-B 2,0m : 0,96 kg/hr Faktor keamanan ditetapkan ±2,0 untuk packing berupa plastic honey comb tube (Metcalf & Eddy, 2003. 905) Kebutuhan oksigen teoritis: 2 x 0,96 kg/hr : 1,92 kg/hr Temperatur udara rata-rata : 28oC Berat udara pada suhu 28oC : 1,1725kg/m3 Diasumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,18% Masa jenis udara dalam 28oC PM 𝛒a : R.T Keterangan : 2,5m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 0,15m Potongan A-A Gambar 10.Kondisi eksisting bak pengendap akhir Bak pengendapan akhir merupakan proses terakhir pada pengolahan IPAL di RPH Nganjuk ini. Bak pengendap akhir berfungsi untuk memisahkan atau mengendapkan kotoran padatan tersuspensi (TSS) yang ada di dalam air limbah agar air 0,2m 0,1m 5,49 m Pasir 1,59 m 0,2m Tampak atas Saluran Limbah Unggas Inlet Limbah Unggas 1,59m Potongan Memanjang Saluran Limbah 2,5m 0,5m 1,0m 0,15m 1,0m 1,7m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 1,7m 0,5m 1,0m Potongan B-B 5,49 m 0,5m 1,5m 0,15m 0,15m 2,0m Tampak atas Bak Pengendap akhir 2,5m 1,5m A 2,1m 0,15m 0,4m 0,15m Sungai Kuncir Kiri 1,5m Gambar 12. Desain baru saluran pembawa limbah unggas Setelah dilakukan evaluasi pada IPAL Rumah Potong Hewan Nganjuk, maka denah IPAL setelah evaluasi akan mengalami perubahan dari sebelumnya. Berikut denah IPAL setelah adanya evaluasi. 1,0m 0,15m B PVC 3" Potongan Melintang Saluran Limbah 0,15m 1,0m 1,0m A Tanah 0,42m 0,15m 0,15m 0,5m B 2,5m dilakukan bersama sama. berikut desain saluran pembawa limbah unggas ke IPAL. 0,1m 0,07m olahan IPAL menjadi jernih. Efisiensi pengendapan padatan tersuspensi (TSS) yaitu 85%, dan penghilangan kandungan COD dan BOD yaitu 15% (BPPT, 2002). Namun, setelah dilakukan ui kualitas air hasil dari pengolahan bak pengendap akhir didapat efisiensi pengurangan TSS (18%), BOD (36%). Faktor dari kurangnya efisiensi pengurangan kadar TSS pada bak ini dikarenakan kurangnya waktu tinggal yang dibutuhkan di bak ini. Sedangkan untuk mengatasi sedimentasi pada bak ini juga belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Waktu tinggal yang dibutuhkan untuk mengendapkan TSS pada bak ini yaitu 2-5 jam. Oleh karena waktu tinggal sekarang masih kurang dari perencanaan maka perlu adanya penambahan waktu tinggal. Dengan adanya penambahan waktu tinggal, maka volume bak juga akan ditingkatkan. Berikut desain baru bak pengendap akhir. 1,5m 0,15m Potongan A-A Gambar 11. Desain baru bak pengendap akhir e. Pengalihan Sistem Aliran Limbah Unggas Pengolahan limbah unggas yang semula hanya diendapkan di bak pengendap dan langsung dibawa ke bak pengendap akhir dan langsung keluar bersama limbah sapi, hal ini salah satu faktor pemicu limbah keluaran dari IPAL belum memenuhi baku mutu. Evaluasi ini mengubah sistem pengolahan limbah unggas dari yang sebelumnya hanya masuk ke bak pengendap saja, sekarang akan diubah ikut ke pengolahan pada IPAL. dengan adanya kandungan bahan organik yang sama, maka pengolahan kedua limbah ini dapat 0,5m Inlet Unggas 2,5m Beton Bertulang Pasir Urug Tebal 10cm 1,59 m Outlet 3m 0,5m Design Teknis Intalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan Nganjuk Sesudah Evaluasi Gambar 12. Denah IPAL Setelah Evaluasi 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Studi ini membahas mengenai faktor pencemar yang menyebabkan kualitas air limbah dari ouput IPAL menjadi menurun dan mengetahui jumlah debit yang ditampung oleh bak di IPAL dari pemotongan dengan adanya penambahan hewan ternak untuk 10 tahun kedepan. Saran 1. Seharusnya, setiap waktu dan setiap saat semua perlengkapan/sistem yang 2. 3. seharusny berjalan di pengolahan harus diaktifkan semua. Seperti contohnya, menyalakan blower pada bak aerasi, di bak pengendap awal harus dibuat ruang untuk pengendapan material-material yang terendapkan disana. Dengan adanya perencanaan pengalihan system pengolahan limbah unggas, diharapkan akan segera diwujudkanny apembangunan saluran dan bak pengumpul guna pengalihan system pengolahan pada limbah unggas dengan bekerja sama dengan pemerintah. Pemilik dari IPAL Rumah Potong Hewan diharapkan untuk selalu mengecek kondisi dan system kinerja setidaknya sebulan sekali pada pengolahan limbah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan, Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup. Metcalf, dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. Fourth Edition. International Edition. New York : McGraw-Hill Mark J. Hammer, Jr. 1998. Water and Wastewater Technology. New Delhi: Prentice Hall. U.N. MAHIDA. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : CV. Rajawali. Tarigan, M.S, dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) diperairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA SAINS. VOL 7. NO 03. 109-110. Siregar, Sakti. A. 2009. InstalasiPengolahan Air Limbah. Jakarta. Kanisius Soeparman,H.M&Suparmin.2002.Pembuan gan Tinja dan Limbah Cair.Jakarta: Buku Kedokteran EGC Sugiharto.2008. Dasar-dasarPengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas Indonesia Press.