Studi Evaluasi dan Efektifitas Instalasi

advertisement
Studi Evaluasi dan Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah pada
Rumah Potong Hewan di Kabupaten Nganjuk
Maya Artati Kirana¹, Riyanto Haribowo², Tri Budi Prayogo²
¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
²Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, JawaTimur, Indonesia
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail:[email protected]
ABSTRAK
Studi ini membahas tentang faktor pencemar yang menyebabkan kualitas air limbah dari
ouput IPAL menjadi menurun dan mengetahui jumlah debit harus ditampung oleh IPAL
untuk kondisi 10 tahun selanjutnya. Evaluasi kualitas air limbah dilaksanakan
menggunakan metode uji sampling dari inlet, outlet dan setiap bak pengolahan yang ada.
Parameter-parameter kualitas air yang diuji adalah BOD, COD, TSS, amonia, pH, minyak
dan lemak.Sedangkan analisa kapasitas tampungan direncanakan berdasarkan perhitungan
debit keluaran dan proyeksi jumlah debit untuk 10 tahun kedepan. Kondisi eksisting IPAL
sekarang yaitu desain bak pemisah lemak dan bak lainnya belum memiliki plat penutup,
bak pengendap awal dan pengendap akhir belum memiliki slope, kapasitas tampungan
pada bak ekualisasi belum mencukupi dan suplai oksigen pada bak aerob masih belum
kontinyu. Hasil evaluasi dari studi ini, pada bak pemisah lemak dilakukan penambahan plat
penutup dengan tebal 0,05 m, bak ekualisasi ditambah waktu tinggal dari 1,5 jam menjadi
6 jam, bak pengendap awal dilakukan penambahan slope dengan kemiringan 0,02 m, bak
anaerob dilakukan penambahan plat penutup setebal 0,05 m, bak aerob dengan merubah
kapasitas suplai udara dan bak pengendap akhir dengan menambah waktu tinggal dari 1
jam menjadi 3 jam serta menambah slope dengan kemiringan 0,02 m.
Kata kunci: IPAL, Kualitas Air, Evaluasi, Kapasitas Tampungan
ABSTRACT
The study discusses about pollutant factor that decreasing of the quality of wastewater
in treatment plan’s output and obtain the amount of discharge that collected by the
wastewater treatment plan (WWTP)for 10 years prediction. Evaluation of waste water
quality determined using sampling method in inlet, outlet, and other existing treatment
tank. Water quality parameters which tested are BOD, COD, TSS, Amonia, pH, Oil and
Fat. Furthermore, the storage capacity analysis is planned based on the calculation of
outflow and projected discharge for the next 10 years. The existing problem are; fatseparating tank uncovered, pre-settling tank and final settling tank have no slight
slope, the capacity of equalization tank needs to be enlarged and oxygen supply in the
aerob tank not continuous. As the result of this study; 0,05 m cover plate are added in
fat-separating and anaerob tank, detention time in equalization tank is modified from
1,5 hours to 6 hours, 0,02 m slope is designed in pre-settling tank, air supply capacity
is enlarge aerob tank, and 0,02 m slope is conduced in final-settling tank which is also
improved by increasing detention time from 1 hours to 3 hours.
Keywords: WWTP, Water Quality, Evaluation, Storage Capacity.
IPAL yang ada di Rumah Potong Hewan.
Tujuan dari studi ini mengetahui faktor
pencemar yang menyebabkan kualitas air
limbah dari ouput IPAL menjadi menurun
dan mengetahui jumlah debit yang
ditampung oleh bak di IPAL dari
pemotongan dengan adanya penambahan
hewan ternak untuk 10 tahun kedepan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi yang dipilih untuk studi ini
berada di Rumah Potong Hewan Nganjuk
yang terletak di jalan Imam Bonjol No.09
Kelurahan Payaman Kecamatan Nganjuk
Kabupaten
Nganjuk.
Peta
lokasi
sebagaimana pada gambar berikut.
Gambar1. Lokasi RPH Nganjuk
Sumber: Google Earth
Rumah Potong Hewan memiliki denah
Instalasi Pengolahan Air Limbah, sebagai
berikut.
0,75m
1,5m
0,8m
2,5m
0,15m
0,15m 0,4m
0,5m
Sungai Kuncir Kiri
2,5m
0,15m
1,0m
Inlet Sapi
1,5m 0,15m 1,5m
1,5m
Inlet Unggas
0,5m
1,5m
PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan masyarakat
terhadap
produk
industry
semakin
meningkat (termasuk produk industry
peternakan khususnya pada produksi
daging). Daging adalah salah satu produk
industry peternakan yang dihasilkan dari
usaha pemotongan hewan.
Rumah Potong Hewan adalah suatu
bangunan atau komplek bangunan dengan
desain dan konstruksi khusus yang
memenuhi persyaratan teknis dan higienis
tertentu serta digunakan sebagai tempat
pemotongan hewan. Selain menghasilkan
produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
Rumah Potong Hewan juga memiliki
dampak negative terhadap lingkungan
sekitar yaitu air limbah yang dihasilkan
oleh Rumah Potong Hewan tersebut.
LimbahRumahPotongHewantergolonglimb
ahorganik, yang berupadarah, feses, isi
perut, rumen, lemak, danusus yang cukup
tinggi.
Kondisi Rumah Potong Hewan ini
sudah
dilengkapi
dengan
Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun
dapat dilihat limbah dari hasil pengolahan
ini masih dalam keadaan kurang bersih. Hal
ini dapat dilihat pada lampiran III mengenai
beberapa hasil uji sampel dilaboratorium
Perum Jasa Tirta I, bahwa baku mutu air
limbah di Rumah Potong Hewan masih
belum memenuhi bakumutu limbah Rumah
Potong Hewan dengan 6 parameter yaitu
(BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak &
Lemak, pH yang sesuai dengan Peraturan
Gubernur Jatim No 72 tahun 2013.
Maka dari itu perlu adanya studi
evaluasi pada IPAL terutama pada setiap
bak penampung dan system pengolahannya.
Serta
dengan
adanya
peningkatan
permintaan jumlah daging yang setiap
tahun terus meningkat, diharuskan Rumah
Potong Hewan ini untuk meningkatkan juga
jumlah pemotongan hewan setiap tahunnya.
Dengan adanya peningkatan produksi
tersebut, sehingga jumlah limbah yang
dikeluarkan juga akan semakin meningkat
pula. Oleh karena itu, perlu juga adanya
analisa efektifitas penampungan debit pada
0,5m
1.
Outlet
3m
Design Teknis Intalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan
Nganjuk Sebelum Evaluasi
Gambar2. DenahIPAL Rumah Potong
Hewan
Sumber: Dinas Peternakan Nganjuk
Untuk
mencapai
tujuan
yang
diharapkan maka diperlukan suatu langkah
pengerjaan secara sistematis. Adapun
langkah-langkah pengerjaan studi sebagai
berikut:
1. Studi literatur.
2. Pengumpulan data-data.
3. Menghitung kadar setiap parameter
dari hasil sampling air limbah.
4. Membandingkan hasil uji kualitas air
dengan ketentuan baku mutu air
limbah.
5. Memprediksikan jumlah hewan yang
akan dipotong untuk 10 tahun kedepan
6. Memprediksikan jumlah debit yang
akan ditampung masing-masing bak
pada IPAL.
27-08-2016
Tanggal
Jam Puncak
21-08-2016
15,504
RerataHaria
n
13,107
22-08-2016
16,935
13,546
23-08-2016
16,046
13,101
24-08-2016
15,194
13,620
25-08-2016
15,300
13,475
26-08-2016
15,572
13,524
27-08-2016
15,739
13,730
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 2. Rerata dan jam puncak debit
unggas
Tanggal
Jam Puncak
21-08-2016
4,918
RerataHaria
n
4,730
22-08-2016
4,805
4,356
23-08-2016
4,748
4,371
24-08-2016
4,777
4,383
25-08-2016
4,812
4,344
26-08-2016
4,717
4,501
4,334
Sumber : Hasil Perhitungan
Prediksi Hewan
Jumla sapi yang akan dipotong pada
tahun 2016 yaitu ± 15 ekor per harinya.
Sedangkan untuk jumlah unggas yang
dipotong untuk tahun 2016 yaitu ± 50 kg.
Dari pihak Dinas Peternakan kabupaten
Nganjuk melakukan prediksi jumlah hewan
per tahun. Dengan meningkatnya jumlah
ternak yang dipotong, maka semakin besar
pula jumlah debit yang dihasilkan untuk
ditampung ke IPAL nya. Prediksi jumlah
debit dilakukan dengan melihat sedikit
banyaknya jumlah hewan yang dipotong
untuk 10 tahun kedepan.
Tabel 3.Prediksi Debit dariPemotongan
Tahun
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Debit Hasil Pemotongan
Debit pemotongan dari sapi dan unggas
digunakan untuk menghitung jumlah air
limbah yang akan ditampung IPAL untuk
10 tahun kedepan. Berikut rerata harian dan
jam puncak debit yang keluar dari
pemotongan sapi dan unggas.
Tabel 1. Rerata dan jam puncak debit sapi
4,806
debit per ekor
(m3/ekor)
jumlahternak
(m3/hari)
debit proyeksi
(m3/hari)
Sapi
Sapi
Unggas
Sapi
Unggas
2017
17
45
14,892
2,174
2018
19
55
16,644
2,657
2019
21
65
18,396
3,140
2020
23
75
20,148
3,623
2021
25
85
21,900
4,106
27
95
23,652
4,589
2023
29
105
25,404
5,072
2024
31
115
27,156
5,555
2025
33
125
28,908
6,038
2026
35
135
30,660
6,521
2022
0,876
Unggas
0,0483
Sumber : Hasil Perhitungan
Evaluasi Per Bak pada IPAL
Kualitas outlet dari IPAL menunjukkan
bahwa limbah yang keluar belum
memenuhi baku mutu air limbah, hal ini
dipicu oleh adanya kekurangan-kekurangan
sistem dan desain bak yang tidak sesuai
dengan kriteria perencanaan. Selain dari
kesalahan pada bak-bak pengolahan, hal ini
juga disebabkan oleh adanya penambahan
limbah unggas pada bak pengendap akhir
yang hasil pengolahannya sudah memenuhi
baku mutu air.
a. Bak Pemisah Lemak
0,4 m 0,15 m
0,4 m
1,0m
Pipa PVC : 4"
Ø : 11/2"
A
A
Dinding Pemisah
B
Bak Pemisah Lemak Tampak Atas
0,4 m
1,50m
0,4 m
0,4 m
2,2 m
0,4 m
B
0,4 m
B
0,4 m
Pipa Outlet : 4"
Pipa PVC : 4"
1,0 m
Pipa Inlet : 4"
Dinding Pemisah
B
Bata dilapisi beton
1,0 m
1,50m
2,2 m
A
A
Tampak Atas Bak Pemisah Lemak
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Potongan B-B
Pipa PVC : 4"
Bata dilapisi beton
1,0 m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
1,10 m
Bata dilapisi beton
1,10m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Potongan A-A
Potongan B-B
Gambar 4.Desain barubak pemisah lemak
b. Bak Ekualisasi
0,15m 0,75 m
2,1m
B
Bata dilapisi beton
1,10 m
1,10m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Potongan A-A
A
0,5 m
2,5 m
A
1,7 m
0,15 m
B
Tampak Atas Bak Ekualisasi
0,5m
2,5 m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Potongan B-B
1,7m
Gambar 3. Kondisi Eksisting Bak Pemisah
Lemak
Kondisi eksisting bak pemisah lemak
mampu menurunkan minyak & lemak
sebesar 67,48%, sedangkan kriteria
perencanaan menyebutkan minyak & lemak
dapat diturunkan oleh bak pemisah lemak
dengan efisiensi 80% (BPPT, 2000). Faktor
penyebab kurangnya efisiensi dari kinerja
bak pemisah lemak yaitu dimana untuk
desain bak ini tidak menggunakan system
tertutup. Pada dasarnya lemak yang berasal
dari hewan mengandung lemak jenuh yang
dimana
jika
terkena
udara
akan
menimbulkan ketengikan dan gumpalangumpalan dan mengendap (Winarno, F.
1973:45).
Debit yang tertampung di bak4,4
m3/jam. Debit yang masuk2,5 m3/ jam, hal
ini menunjukkan bahwa debit yang
ditampung lebih besar dari debit yang
dikeluarkan oleh pemotongan, sehingga
desain bak dengan dimensi sekarang masih
mampu menampung debit prediksi untuk 10
tahun kedepan. Evaluasi bak ini hanya
dengan menambahkan plat penutup pada
bagian atas bak, seperti pada gambar
berikut.
Beton Bertulang Pompa Celup
Pasir Urug Tebal 10cm
2,1 m
0,75 m
Potongan A-A
Gambar
5.Kondisi
Eksisting
Bak
Ekualisasi
Fungsi
bak
ekualisasi
yaitu
menghomogenkan bahan organik dan
mengatur fluktuasi debit. Dalam kriteria
perencanaan bak ekualisasi menyebutkan
waktu tinggal yang digunakan 4-10 jam,
namun wakt tinggal pada keadaan
dilapangan hanya 1,5 jam. Debit yang
tertampung di bak2,3 m3/ jam. Debit yang
masuk2,5 m3/ jam. Debit yang masuk >
debit tertampung, sehingga perlu adanya
penambahan desain. Serta penambahan
waktu tinggal dimana setelah waktu tinggal
yang dipilih yaitu 6 jam.
Waktu tinggal yang dipilih : 6 jam
Volume Bakekualisasi :Td (jam) x Q (jam)
: 6 x 2,6: 15,6 m3
Dimensi Bak
2,0m
B
2,1m
B
0,15m
2,5m
A
Pipa PVC : 4"
Ø : 1 1/2"
Ø
1 1/2"
Pipa PVC
: 4"
0,7m
B
A
2,0m
4,0 m
A
Ø : 1 1/2"
limbah dari bak
ekualisasi
2,2 m
1,7m
A
0,15m
Pada ketentuan perencanaan ditetapkan
bahwa waktu tinggal yang digunakan 1,52,5 dan memiliki slope 0,001-0,002 m.
Kapasitas tampungan bak ini masih
mampu menampung debit yang keluar dari
pemotongan. Debit yang tertampung di
bak2,7m3/jam, Debit yang masuk2,5 m3/
jam.
0,5m
Panjang
:4m
Lebar
:2m
Kedalaman
: 2,2 m
Volume Baru
: 17,6 m3
Berikut desain baru yang telah
dilakukan evaluasi penambahan desain.
B
Tampak atas Bak Pengendap Awal
Tampak Atas Bak Ekualisasi
Bata dilapisi beton
0,71m
2,5 m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Potongan B-B
Ø : 1 1/2"
2,0m
limbah dari
bak
ekualisasi
Ø : 1 1/2"
1,7m
2,2 m
Potongan B-B
0,5m
Inlet
dari
pemisah
lemak
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Bata dilapisi beton
Bata dilapisi beton
2,0 m
Submersible Pump
Pasangan 1/2 Bata Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
2,1 m
0,15 m
Dinding Pemisah
Potongan A-A
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
2,5m
Gambar 6. Desain baru bak ekualisasi
c. Bak Pengendap Awal
B
A
0,15m
Gambar 8. Desain baru bak pengendap
awal
c. Bak Anaerob- Aerob
0,15m
0,5 m
0,15m
2,5m
Bata dilapisi beton
Potongan A-A
A
1,5m
0,5m
0,15m
Pasangan 1/2 Bata
1,5m
B
Potongan B-B
2,2 m
0,71m
A
B
RUANG BIOFILTER
1,5m
1,7m
Blower
C
C
0,2m 0,15m
A
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
1,5m
B
Tampak Atas Bak Pengendap Awal
2,5m
0,15m 0,5m
0,4m
0,71m
1,7 m
D
0,15m
0,15m
Media Sarang
Tawon
2,5m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
0,15m
Potongan A-A & C-C
Dinding Pemisah
D
Tampak Atas Bak Anaerob aerob
Blower
Biofilter Anaerob
0,1m
Ruang Biofilter
Ruang Biofilter
Bak Penampungan
Akhir
2,2m
Gambar 7. Kondisi eksisting bak
pengendap awal
Bak pengendap awal berfungsi untuk
mengendapkan atau menghilangkan kotoran
padatan tersuspensi yang ada di dalam air
limbah. Parameter yang terendapka dan
dapat disisihkan disini yaitu TSS
sebesar65% dan BOD 35% (BPPT, 2000).
Setelah dilakukan pengujian kualitas air
pada bak ini diperoleh efisiensi penurunan
TSS (44%), BOD (40%). Beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja bak pengendap
awal yaitu waktu tinggal hanya 1 jam,
desain bak tidak dilengkapi dengan slope.
Biofilter Aerob
Bak
Pengendapan
Awal
0,75m
0,15m
Potongan A-A
0,4m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
2,5m
Media Sarang Tawon
0,15m
Media Sarang Tawon
Pompa Sirkulasi
Pasangan 1/2 Bata
Ruang Aerasi
0,5m
3,5m
Potongan D-D
Gambar 9.Kondisi eksisting bak anerob –
aerob
Di dalam proses pengolahan air limbah
dengan system biofilter anaerob-aerob,
reactor biofilter aerobic merupakan unit
proses yang dipasang setelah proses
biofilter anaerob. Pada zona biofilter ini
memiliki dua ruangan yaitu yang kedua
zona tersebut dipasang media sarang tawon
(8314 N.m/kg - mol.K) x (273,15  30)K
: 1,172 kg/m3
Jadi, kebutuhanudarateoritis
1,92 kg/hr
1,172 kg/m3 x 0,2318 gr O2/gr udara
: 7,1 m3/hr
Kebutuhanudaraaktual
Efisiensi blower udara yang dipakai di
IPAL Rumah Potong Hewan yaitu tipe rigid
porous plastic tubes, single spriral roll yang
mana efisiensi dari blower tersebut adalah
9-12% ((Metcalf & Eddy, 2003.437).
efisiensi yang dipakai adalah 10%, maka:
Kebutuhan udara aktual :
jumlah kebutuhan udara teoritis 7,1
:
0,1
Efisiensi blower (%)
: 71 m3/hr
:50 liter/menit
Bak anaerob aerob memiliki volume yang
sama karena keduanya memiliki persamaan
dimensi. Volume8,2 m3, Debit yang
tertampung di bak2,7 m3/ jam, Debit yang
masuk2,5 m3/ jam. Debit yang dapat
ditampung > debit outlet pemotongan.
d. Bak Pengendap Akhir
B
2,5m
0,15m
1,0m
A
A
2,0m
Kebutuhan oksigen :
Kebutuhan oksigen didalam reactor
sebanding dengan BOD yang dihilangkan
Kebutuhan oksigen :
BOD
yang
dihilangkan
P : Tekananatmosfer : 1,01325.105 N/m2
M : MolUdara : 28,97 kg/kg-mol
R: Konstanta gas
: 8314 N.m/kg-mol.K
Sehingga,
𝛒a
: (1,01325.10^5 N/m^2) x (28,97 kg/kg - mol)
0,5m
untuk pengembangbiakan mikroba. Pada
zona anaerob sistem kinerjanya yaitu tidak
menggunakan tambahan udara, sehingga
kondisi bak anaerob seharusnya dibuat
secara tertutup. Di dalam zona aerob telah
terpasang media sarang tawon dengan arah
aliran dari atas kebawah sambil dihembus
udara
melalui
diffuser
dengan
menggunakan blower udara. Namun,
dilapangan pemasangan blower untuk
proses ini tidak setiap saat digunakan, jika
keadaan limbah sudah diperkirakan tidak
baik (warna sudah pekat) maka blower akan
digunakan, tetapi jika keadaan limbah
masih dalam keadaan jernih, blower
disimpan dan tidak dioperasikan.
Tingkat penyisihan bahan organik oada
kondisi anaerob yaitu untuk nilai BOD
11%, sedangkan pada kondisi aerob 10%,
hal ini disebabkan karena sistem operasi
dan penggunaan desain yang tidak mengacu
pada ketentuan perencanaan. Pada bak
anaerob seharusnya bak ini menggunakan
sistem tertutup sehingga tidak ada udara
yang masuk, dan pada aerob seharusnya
penambahan udara dilakukan secara
kontinyu.
Berikut
perhitungan
pengoperasian blower udara untuk kondisi
aerob.
B
0,5m
Tampak atas Bak Pengendap akhir
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
Outlet
1,0m
Potongan B-B
2,0m
: 0,96 kg/hr
Faktor keamanan ditetapkan ±2,0 untuk
packing berupa plastic honey comb tube
(Metcalf & Eddy, 2003. 905)
Kebutuhan oksigen teoritis: 2 x 0,96 kg/hr
: 1,92 kg/hr
Temperatur udara rata-rata : 28oC
Berat udara pada suhu 28oC : 1,1725kg/m3
Diasumsikan jumlah oksigen didalam udara
23,18%
Masa jenis udara dalam 28oC
PM
𝛒a :
R.T
Keterangan :
2,5m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
0,15m
Potongan A-A
Gambar
10.Kondisi
eksisting
bak
pengendap akhir
Bak pengendapan akhir merupakan
proses terakhir pada pengolahan IPAL di
RPH Nganjuk ini. Bak pengendap akhir
berfungsi
untuk
memisahkan
atau
mengendapkan kotoran padatan tersuspensi
(TSS) yang ada di dalam air limbah agar air
0,2m
0,1m
5,49 m
Pasir
1,59 m
0,2m
Tampak atas Saluran Limbah Unggas
Inlet Limbah Unggas
1,59m
Potongan Memanjang Saluran Limbah
2,5m
0,5m
1,0m
0,15m 1,0m
1,7m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
1,7m
0,5m 1,0m
Potongan B-B
5,49 m
0,5m
1,5m
0,15m
0,15m 2,0m
Tampak atas Bak Pengendap akhir
2,5m
1,5m
A
2,1m 0,15m
0,4m 0,15m
Sungai Kuncir Kiri
1,5m
Gambar 12. Desain baru saluran pembawa
limbah unggas
Setelah dilakukan evaluasi pada IPAL
Rumah Potong Hewan Nganjuk, maka
denah IPAL setelah evaluasi akan
mengalami perubahan dari sebelumnya.
Berikut denah IPAL setelah adanya
evaluasi.
1,0m 0,15m
B
PVC 3"
Potongan Melintang Saluran Limbah
0,15m 1,0m 1,0m
A
Tanah
0,42m
0,15m
0,15m
0,5m
B 2,5m
dilakukan bersama sama. berikut desain
saluran pembawa limbah unggas ke IPAL.
0,1m 0,07m
olahan IPAL menjadi jernih. Efisiensi
pengendapan padatan tersuspensi (TSS)
yaitu 85%, dan penghilangan kandungan
COD dan BOD yaitu 15% (BPPT, 2002).
Namun, setelah dilakukan ui kualitas air
hasil dari pengolahan bak pengendap akhir
didapat efisiensi pengurangan TSS (18%),
BOD (36%). Faktor dari kurangnya
efisiensi pengurangan kadar TSS pada bak
ini dikarenakan kurangnya waktu tinggal
yang dibutuhkan di bak ini. Sedangkan
untuk mengatasi sedimentasi pada bak ini
juga belum sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Waktu tinggal yang dibutuhkan
untuk mengendapkan TSS pada bak ini
yaitu 2-5 jam. Oleh karena waktu tinggal
sekarang masih kurang dari perencanaan
maka perlu adanya penambahan waktu
tinggal. Dengan adanya penambahan waktu
tinggal, maka volume bak juga akan
ditingkatkan. Berikut desain baru bak
pengendap akhir.
1,5m
0,15m
Potongan A-A
Gambar 11. Desain baru bak pengendap
akhir
e. Pengalihan Sistem Aliran Limbah
Unggas
Pengolahan limbah unggas yang semula
hanya diendapkan di bak pengendap dan
langsung dibawa ke bak pengendap akhir
dan langsung keluar bersama limbah sapi,
hal ini salah satu faktor pemicu limbah
keluaran dari IPAL belum memenuhi baku
mutu. Evaluasi ini mengubah sistem
pengolahan limbah unggas dari yang
sebelumnya hanya masuk ke bak
pengendap saja, sekarang akan diubah ikut
ke pengolahan pada IPAL. dengan adanya
kandungan bahan organik yang sama, maka
pengolahan kedua limbah ini dapat
0,5m
Inlet Unggas
2,5m
Beton Bertulang
Pasir Urug Tebal 10cm
1,59 m
Outlet
3m
0,5m
Design Teknis Intalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan Nganjuk
Sesudah Evaluasi
Gambar 12. Denah IPAL Setelah Evaluasi
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Studi ini membahas mengenai faktor
pencemar yang menyebabkan kualitas air
limbah dari ouput IPAL menjadi menurun
dan mengetahui jumlah debit yang
ditampung oleh bak di IPAL dari
pemotongan dengan adanya penambahan
hewan ternak untuk 10 tahun kedepan.
Saran
1. Seharusnya, setiap waktu dan setiap
saat semua perlengkapan/sistem yang
2.
3.
seharusny berjalan di pengolahan harus
diaktifkan semua. Seperti contohnya,
menyalakan blower pada bak aerasi, di
bak pengendap awal harus dibuat ruang
untuk pengendapan material-material
yang terendapkan disana.
Dengan
adanya
perencanaan
pengalihan system pengolahan limbah
unggas, diharapkan akan segera
diwujudkanny apembangunan saluran
dan bak pengumpul guna pengalihan
system pengolahan pada limbah unggas
dengan
bekerja
sama
dengan
pemerintah.
Pemilik dari IPAL Rumah Potong
Hewan diharapkan untuk selalu
mengecek kondisi dan system kinerja
setidaknya sebulan sekali pada
pengolahan limbah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006.Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2006 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan
Hewan, Jakarta : Kementerian
Lingkungan Hidup.
Metcalf, dan Eddy. 2003. Wastewater
Engineering Treatment and Reuse.
Fourth
Edition.
International
Edition. New York : McGraw-Hill
Mark J. Hammer, Jr. 1998. Water and
Wastewater
Technology.
New
Delhi: Prentice Hall.
U.N. MAHIDA. 1984. Pencemaran Air dan
Pemanfaatan Limbah Industri.
Jakarta : CV. Rajawali.
Tarigan, M.S, dan Edward. 2003.
Kandungan Total Zat Padat
Tersuspensi (Total Suspended Solid)
diperairan
Raha,
Sulawesi
Tenggara. MAKARA SAINS. VOL
7. NO 03. 109-110.
Siregar, Sakti. A. 2009. InstalasiPengolahan
Air Limbah. Jakarta. Kanisius
Soeparman,H.M&Suparmin.2002.Pembuan
gan Tinja dan Limbah Cair.Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Sugiharto.2008.
Dasar-dasarPengelolaan
Air Limbah. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Download