bab iii proses pengolahan ipal

advertisement
BAB III
PROSES
PENGOLAHAN IPAL
34
3.1. Uraian Proses Pengolahan
Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula
dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar
screen) untuk menyaring sampah-sampah berukuran besar seperti
daun, kertas, plastik dan lain sebagainya yang terikut bersama air
limbah. Dari bak kontrol mengalir ke dalam bak pemisah lemak atau
minyak (oil & grease trap). Bak ini berfungsi untuk memisahkan
lemak dan minyak dengan pengapungan.
Air limpasan dari masing-masing bak pemisah lemak dan
minyak digabung, dialirkan ke dalam unit equalisasi IPAL. Equalisasi
berfungsi untuk menghomogenkan air limbah yang masuk dari
beberapa sumber, juga berfungsi untuk mengatur debit air limbah
yang harus dialirkan ke unit-unit IPAL selanjutnya supaya jumlahnya
konstan, umumnya dialirkan dengan menggunakan pompa. Dari bak
equalisasi air limbah mengalir masuk ke bak pengendap awal yang
berfungsi untuk mengendapkan padatan dan kotoran organik
tersuspesi lainnya dalam air limbah. Selain itu bak pengendap juga
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan (sludge digestion) karena didalam bak ini juga akan tumbuh
mikroba pengurai polutan limbah.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya mengalir
kedalam bioreaktor anaerob (biofilter anaerob) dengan arah aliran
dari atas ke bawah. Bioreaktor anaerob tersebut diisi dengan media
khusus biofilter tipe sarang tawon dari bahan plastik yang berfungsi
untuk tempat melekat, tumbuh dan berkembangbiak mikroba. Disini
polutan-polutan organik yang ada dalam air limbah akan diuraikan
oleh bakteri anaerob melalui reaksi biokimia menjadi gas metana
35
(CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Beberapa lama setelah
beroperasi, pada permukaan media “biofilter” akan tembentuk lapisan
tipis yang merupakan gumpalan mikro-organisme. Mikroba (mikro
organisme) inilah yang berfungsi menguraikan polutan-polutan
organik yang ada dalam air limbah.
Air limbah dari bioreaktor anaerob kemudian mengalir
kedalam bioreaktor aerob yang juga dilengkapi media isian biofilter
berupa sarang tawon. Disini yang bekerja adalah mikroba aerobik
yang memerlukan oksigen dalam aktifitasnya. Kebutuhan oksigen
dipenuhi dengan mensuplai udara dari luar melalui unit blower
dengan sistem aerasi. Sambil diaerasi atau dihembuskan udara dari
luar, mikro organisme aerob akan menguraikan polutan-polutan
organik yang belum sempat terurai pada bioreaktor anaerob. Dalam
sistem ini air limbah akan bersentuhan dengan mikro-orgainisme baik
yang tersuspensi dalam cairan maupun yang menempel pada
permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian polutan organik. Disamping itu disini juga akan
+
terjadi proses nitrifikasi senyawa-senyawa anmonia (NH4 ) oleh
mikroba, sehingga system ini disamping mengurangi polutan dari
senyawa
karbon.
juga
mampu
mengeliminir
polutan
senyawa-senyawa anmonia. Proses ini sering dinamakan aerasi
kontak (Contact Aeration).
Dari bioreaktor aerob, air dialirkan ke bak pengendap akhir.
Di dalam bak ini mikroba yang ikut mengalir diendapkan, kemudian
dipompa balik kembali ke bagian inlet bioreaktor aerob untuk
mempertahankan konsentrasi mikroba tetap selalu tinggi.
Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir mengalir
36
ke bak penampung hasil. Dari sini air olahan sudah dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum dengan menggunakan
pompa .
Kombinasi proses biologi anaerob dan aerob ini, selain dapat
menguraikan polutan-polutan organik (BOD, COD) dan padatan
tersuspensi (SS), juga mampu menghilangkan senyawa-senyawa
ammonia, phospat dan polutan lainnya sampai ketingkat dibawah
baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
3.2. Prosedur Start-Up IPAL dan Pembiakan Bakteri
Untuk melakukan start-up IPAL, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan pengecekan sistem IPAL secara
keseluruhan. Pengecekan IPAL meliputi pengecekan kebocoran bak,
pengecekan perpipaan dalam IPAL, pengecekan sistem kelistrikan,
pengecekan pompa-pompa, pengecekan sistem suplai udara ke
reaktor aerobik dan pengecekan bak-bak pengumpul. Setelah yakin
kalau sistem IPAL sudah sempurna, selanjutnya dilakukan pengisian
IPAL dengan urutan sebagai berikut:
1. Semua air limbah perpipaan dari plant menuju IPAL di sambung
sehingga aliran air limbah akan menuju ke bak pemisah lemak
yang ada dalam unit IPAL selanjutnya menuju ke bak equalisasi.
Dari bak Equalisasi sebagian dipompa ke bak pengendap awal
sehingga tinggi permukaan air di kedua bak diusahakan sama.
2. Bersamaan dengan pengisian bak equalisasi dan pengendap
awal, air limbah dari kolam penampungan limbah di PT. Kinocare
yang mana air limbahnya sudah mengalami pembusukan dialirkan
37
dengan pompa menuju ke bak anaerob 1 dan 2 kira-kira
ketinggian sampai dengan separo. Air limbah yang telah
mengalami pembusukan ini diperkirakan mengandung bakteri
anaerobik yang dapat mendegradasi polutan organik air limbah
PT. Kinocare.
3. Secara bersamaan dengan langkah 1 dan 2, bak aerobik, bak
pengendap akhir dan bak anaerobik yang masih belum penuh,
diisi penuh dengan air bersih sampai permukaan di keseluruhan
bak di IPAL sama. Pengisian air ini dimaksudkan untuk menjaga
supaya nanti apabila diisi bakteri, bakterinya tidak langsung mati
karena pengaruh limbah yang pekat.
4. Setelah keseluruhan bak terisi penuh, maka langkah selanjutnya
adalah mengisi bak anaerobik dengan mikroba anaerobik
sebanyak 16 m3 yang dibagi kedalam 2 bak. Mikroba anaerobik
diambilkan dari bioreaktor anaerobik yang kinerjanya sudah
dipastikan berjalan dengan baik. Bersamaan dengan pengisian
bak anaerobik, bak aerobik juga diisi dengan bakteri aerobik yang
diambilkan dari lumpur aktif sebuah IPAL di kawasan Bekasi.
5. Selanjutnya blower udara dihidupkan dan udara akan mengalir ke
dalam kolam aerobik. Udara ini dipakai oleh bakteri aerobik untuk
menguraikan polutan organik dalam air limbah. Sistim distribusi
udara ke air limbah dengan menggunakan pipa yang dilubangi
(perforated) yang dipasang pada kedua sisi bak aerasi. Atur
gelembung udara di kedua sisi sama kekuatannya dengan cara
mengatur bukaan kran aliran udara dari blower. Blower yang
38
dihidupkan hanya 1 unit bergantian. Periode penggantian hidup
blower dilakukan setiap hari sekali.
6. Setelah langkah 1 sampai dengan 5 selesai, selanjutnya pompa
air limbah di bak equalisasi dihidupkan dan air limbah akan
mengalir ke IPAL secara kontinyu. Pada satu minggu pertama
periode seeding (pembiakann bakteri), debit air limbah dari
equalisasi menuju ke IPAL diatur sebesar 10 m3/hari. Pengaturan
debit ini dilakukan dengan cara mengatur bukaan kran sirkulasi
pada pompa air limbah, dan debitnya per waktu tertentu dapat
dilihat malalui flow meter yang ada di outlet IPAL.
7. Satu minggu berikutnya, aliran air limbah menuju ke IPAL diatur
sekitar 30 m3 per hari. Pengaturan aliran ke IPAL secara bertahap
ini dimaksudkan untuk adaptasi bakteri dan agar supaya bakteri
tidak mengalami shock load dan mati karena limbah yang terlalu
banyak dan pekat.
8. Setelah
berlangsung
tiga
minggu,
selanjutnya
dilakukan
pengaliran air limbah secara kontinyu dengan debit yang optimal.
Debit optimal ini tidak boleh melampaui kapasitas disain yaitu 75
m3 per hari. Debit Optimal ini diatur dengan melihat fluktuasi
ketinggian air di bak equalisasi. Equalisasi tidak boleh luber dan
tidak boleh kosong dalam waktu lama. Apabila terjadi luber,
artinya debit air limbah yang masuk ke IPAL terlalu kecil. Apabila
Equalisasi kosong dalam waktu yang lama (lebih dari 6 jam), maka
debit limbah ke IPAL terlalu besar.
9. Setelah selesai masa seeding, selanjutnya dilakukan pemantauan
secara
kontinyu
sampai
IPAL
39
berjalan
optimal.
Menurut
pengalaman BPPT, IPAL dapat berjalan optimal memerlukan
waktu sekitar 3 bulan. IPAL yang belum optimal disebabkan
karena bakteri belum dapat bekerja normal. Ini ditandai dengan
buruknya kualitas effluent, timbul busa yang berlimpah dan bau
busuk.
Semua Industri yang sudah memiliki IPAL diwajibkan melakukan
Swa-pantau harian oleh BPLHD (Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Hidup Daerah). Swa pantau yang diwajibkan adalah swa
pantau debit, pH, kadar organik dan kadar padatan tersuspensi. Swa
pantau ini dimaksudkan apabila terjadi kejanggalan pada kondisi
IPAL maka akan dapat segera diatasi. Sistem IPAL ini menggunakan
sistem biologis bakteri. Sehingga kejanggalan yang tidak segera
teratasi
akan
dapat
menyebabkan
bakteri
mengaktifkan kembali perlu waktu yang lama.
40
mati
dan
untuk
Gambar 3.1. Proses Pengolahan Air limbah Produksi Kosmetik
dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob.
41
Gambar 3.2. Pengambilan bakteri anaerob dari bioreaktor
Gambar 3.3. Truk pengangkur bakteri yang siap bongkar muatan di
PT. Kinocare
42
Gambar 3.4. Operator sedang memasukan bakteri ke unit anaerobik
Gambar 3.5. Manager Plant PT. Kinocare ikut mengamati proses
seeding
43
Download