metode pembelajaran agama islam pada anak tunagrahita

advertisement
METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK TUNAGRAHITA
(STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)
TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Diajukan oleh :
DIAN SUPRIHATI
NIM : 111 07 019
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011
i
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Dra. Maryatin
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar
Hal
: Naskah skripsi
Saudari DIAN SUPRIHATI
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama
: DIAN SUPRIHATI
NIM
: 111 07 019
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
PADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi Pada SLB
Negeri Salatiga)
Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga,08 September 2011
Pembimbing
Dra. Maryatin
NIP. 19690402 199803 2 001
ii
SKRIPSI
METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA
ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA)
TAHUN 2011
DISUSUN OLEH
DIAN SUPRIHATI
NIM : 111 07 019
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September
2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
Sekretaris Penguji
Penguji I
Penguji II
Penguji III
: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
: Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.
: Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.
: Miftachur Rif’ah, M.Ag.
: Dra. Maryatin
Salatiga, 26 September 2011
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
NIP. 19580827 198303 1 002
iii
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Dian Suprihati
NIM
: 11107019
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 08 September 2011
Yang Menyatakan,
Dian Suprihati
iv
MOTTO
“Jika ingin menuai benih kebahagiaan maka tebarkanlah benih kebaikan,
kita mulai dengan menanam kebaikan mencabut rumput-rumput
ketamakan, benci dan iri hati, kemudian menyiraminya dengan
kerendahan hati serta memberi pupuk perilaku yang berbudi”
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:
Ke dua Orang Tuaku Yang Kucintai
Kakak-Kakakku dan Adik ku Yang Kusayangi
Bapak/ Ibu Dosen STAIN Salatiga
serta Karyawan-Karyawamnya
Teman-Temanku Seperjuangan
Semoga Ridho Allah
Selalu Menyertai Mereka
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari Zaman Jahiliyyah
menuju jalan yang penuh hidayah dari Allah SWT. Semoga pada akhirnya kelak kita
termasuk umatnya, Amiin.
Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk
memperoleh gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di STAIN Salatiga.
2. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Puket Bidang Akademik yang telah
memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perizinan penelitian.
3. Dra. Siti Asdiqoh selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.
4. Dra.
Maryatin.
selaku
Dosen
Pembimbing
yang
telah
membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Muhlisun, S.Pd. selaku Kepala SLB Negeri Salatiga yang telah memberi izin
penelitian.
vi
6. Eko Puji Widodo, S.Pd. selaku guru Agama Islam SLB Negeri Salatiga yang
telah memberikan informasi atas metode pembelajaran agama Islam pada anak
tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.
7. Siswa-siswi tunagrahita SLB-C Negeri Salatiga yang telah memberikan senyum
manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama penelitian.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 08 September 2011
Penulis
Dian Suprihati
vii
ABSTRAK
Suprihati, Dian. 2011. Metode Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita
(Studi Pada SLB Negeri Salatiga) Tahun 2011. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin.
Kata kunci : Metode, Pembelajaran Agama Islam, Anak Tunagrahita
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran agama Islam
yang ada di SLB Negeri Salatiga. Hal ini menjadi penting melihat persoalanpersoalan yang dihadapi anak tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran
mengalami kesulitan disebabkan memiliki inteligensi dibawah rata-rata, sehingga
dalam proses pembelajarannya memerlukan pendekatan dan pembelajaran secara
khusus.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik
pembelajaran agama Islam pada SLB Negeri Salatiga, bagaimana metode
pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak tunagrahita, serta apa faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB
Negeri Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik
pengumpulan datanya antara lain dengan interview, observasi, dan dokumentasi.
Sedangkan analisis data menggunakan analisis kualitatif.
Hasil penelitian yang didapat, bahwa karakteristik pembelajaran agama Islam
sama dengan sekolah umum, tetapi aplikasi pembelajaran hanya pada materi-materi
tertentu. Serta guru di SLB Negeri Salatiga dalam pembelajaran agama Islam
menggunakan metode antara lain metode ceramah dan hafalan, demonstrasi,
apersepsi, menyanyi, dan metode latihan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu
didukung oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Adapun faktor penghambatnya
adalah perhatian/atensi orang tua kurang mendukung.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................
v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN DAN TABEL .........................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Fokus Penelitian ..............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................
7
E. Penegasan Istilah ..............................................................................
8
F. Metode Penelitian ............................................................................
11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................
11
2. Kehadiran Peneliti .....................................................................
12
3. Lokasi Penelitian .......................................................................
12
4. Sumber Data ..............................................................................
12
5. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................
13
6. Analisis Data ..............................................................................
14
7. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................
15
8. Tahap-Tahap Penelitian ..............................................................
16
G. Sistematika Penulisan .....................................................................
17
ix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Agama Islam ..............................................................
19
1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum ......
19
2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB .......................
21
B. Metode Pembelajaran Agama Islam .................................................
22
1. Metode Pembelajaran Individual ................................................
23
2. Metode Aplikasi Gerak Irama ....................................................
24
3. Metode Latihan ..........................................................................
26
4. Metode Perilaku Kognitif ...........................................................
27
C. Anak Tunagrahita ............................................................................
29
1. Pengertian Anak Tunagrahita ....................................................
29
2. Karakteristik Anak Tunagrahita .................................................
30
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Tunagrahita ..........................
34
4. Klasifikasi Anak Tunagrahita .....................................................
36
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga ............................................
47
1. Letak Sekolah ............................................................................
47
2. Sejarah Berdirinya .....................................................................
48
3. Visi, Misi, Tujuan ......................................................................
49
4. Struktur Organisasi ....................................................................
49
5. Keadaan Siswa ...........................................................................
51
6. Keadaan Guru ............................................................................
55
7. Pendanaan ..................................................................................
59
8. Sarana Prasarana ........................................................................
59
9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga ...............................................
63
10. Partisipasi Lingkungan ...............................................................
63
B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita
di SMPLB Negeri Salatiga ...............................................................
64
1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam ............................................
64
2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam .....
65
3. Materi Pembelajaran Agama Islam .............................................
65
x
4. Evaluasi Pembelajaran Agama Islam ..........................................
69
5. Hasil Pembelajaran Agama Islam ...............................................
70
C. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita
di SMPLB Negeri Salatiga ...............................................................
71
1. Metode Ceramah dan Hafalan ....................................................
72
2. Metode Demonstrasi ..................................................................
72
3. Metode Apersepsi ......................................................................
72
4. Metode Menyanyi ......................................................................
73
5. Metode Latihan ..........................................................................
74
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam
di SLB Negeri Salatiga ....................................................................
74
1. Faktor Pendukung ......................................................................
74
2. Faktor Penghambat .....................................................................
75
BAB IV ANALISIS DATA
A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di
SLB Negeri Salatiga .......................................................................
76
B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan
Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ........
77
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam Pada
Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ........................................
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
87
B. Saran-saran ......................................................................................
88
C. Penutup ............................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Bagan I
Struktur Organisasi Sekolah ...............................................................
50
Bagan II
Struktur Organisasi Komite Sekolah ..................................................
51
Tabel I
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VII C ..................................
53
Tabel II
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VIII C .................................
54
Tabel III
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas IX C ...................................
54
Tabel IV
Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga .............................
56
Tabel V
Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga ........................
58
Tabel VI
Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga ...............................................
61
Tabel VII
Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C .....................
65
Tabel VIII Nilai Rata-Rata Kelas Semester Ganjil 2010/2011 .............................
70
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang universal tidak hanya berbicara ekonomi, sosial,
budaya, dan tidak hanya berbicara urusan akhirat saja tetapi berbicara dunia
khususnya berbicara tentang pendidikan. Pendidikan sudah dicontohkan dalam
Islam, ketika Allah menciptakan nabi Adam a.s., lalu Allah mengajarkan
kepadanya nama benda-benda secara keseluruhannya dan Adam diminta untuk
menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31).
            
  
Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orangorang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah : 31)
Islam mendorong kepada umatnya untuk menggali ilmu tidak hanya dalam
pendidikan formal saja, tetapi wajib bagi umatnya untuk melakukan pengkajian
dan pengamatan terhadap berbagai fenomena alam yang merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT. Dengan mengamati dan memperhatikan berbagai
fenomena alam yang terbentang luas itu, niscaya manusia akan dapat memahami
eksistensi dirinya sebagai makhluk Allah SWT (Mahmud, 2001 : 85).
1
Salah satu yang membedakan Islam dengan agama yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu). Sebagaimana wahyu
yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca (iqra’), bukan untuk
shalat, puasa, zakat maupun haji. Dari sinilah pendidikan mempunyai peranan
yang utama dalam islam. Karena dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hanyalah
orang-orang yang berilmu, yang dapat memahami dengan baik lingkungannya dan
benar-benar meresapi keagungan Tuhan dan bertaqwa secara mendalam. Sehingga
benarlah ketika antara orang yang berilmu sangat berbeda dengan orang yang
tidak berilmu (Al-Zumar : 9)
              
           
Artinya : “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”(Q.S. Al- Zumar : 9).
Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan pesat mulai pendidikan
formal, nonformal dan juga informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar (meliputi SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat), pendidikan menengah (meliputi SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk
lain yang sederajat), dan pendidikan tinggi (meliputi diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor). Pendidikan formal adalah salah satu sarana pengembangan,
2
pengetahuan termasuk bagi mereka yang berkelainan sehingga ada suatu lembaga
pendidikan khusus yang mengelola dan menangani anak penyandang cacat.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah
pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dan
pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (2003: 15).
Selama ini pola pikir masyarakat kita masih cenderung dikotomis dan
memandang sebelah mata anak berkelainan, bahwa mereka dianggap berbeda
dengan anak normal, mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga tidak
perlu dibantu dan dikasihani. Pada umumnya masyarakat kita mengabaikan
potensi anak cacat serta memandang kecacatan sebagai penghalang untuk berbuat
sesuatu. Pada hakikatnya kecacatan seseorang bukanlah merupakan penghalang
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dalam memandang anak berkelainan,
kita harus melihat dari segi kemampuan sekaligus ketidakmampuannya.
Disadari atau tidak bahwa kelainan seorang anak memiliki tingkatan dari
yang paling ringan sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, ganda, hingga
kompleks yang berkaitan dengan fisik, emosi, psikis, dan sosial. Keadaan ini jelas
memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi
anak berkelainan, karena kondisi kelainannya tidak memungkinkan datang ke
sekolah.
3
Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau ketunaan
ditetapkan juga dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa : pendidikan khusus
(pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial,dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
Tujuannya
agar
anak-anak
tersebut
mampu
mengembangkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat
sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan
sosial disekitarnya.
Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah
menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunagrahita tak
semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunagrahita mempunyai ciri-ciri
yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan
pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat khusus, guru yang khusus
bahkan kurikulum yang khusus pula.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk
layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak
berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun karena
kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi
mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik
kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkelainan ada beberapa macam, salah
satunya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB).
4
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pembelajaran kepada anak
didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah,
disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan
kepada peserta didik yang merupakan proses pengajaran (proses belajar mengajar)
itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metodemetode tertentu. Cara-cara demikianlah yang dimaksudkan sebagai metode
pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan hal ini Prof. Dr. Winarno
Surakhmad (1986: 23) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara
pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu
bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Manusia selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan
memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai
tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pembelajaran di sekolah. Para
pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang setepattepatnya, yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya sehingga
kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi
milik murid.
SLB Negeri Salatiga merupakan salah satu institusi yang memberikan
layanan pendidikan bagi anak penyandang cacat mulai dari anak tunarungu,
tunagrahita, dan anak autis, yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar membutuhkan komponen pendidikan yang
berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu komponen
pendidikan adalah metode pembelajaran yang tepat. Metode tersebut merupakan
5
faktor yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran khususnya
agama Islam bahkan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar
mengajar di SLB Negeri Salatiga. Hal ini mengugah peneliti dan tertarik untuk
mengungkap lebih lanjut bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah
pembelajaran yang efektif untuk anak tunagrahita khususnya dalam pembelajaran
agama Islam.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajaran terhadap anak tunagrahita
mempunyai kesulitan tersendiri apalagi dalam pemilihan metode pembelajaran,
oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang bagaimana
METODE
PEMBELAJARAN
AGAMA
ISLAM
PADA
ANAK
TUNAGRAHITA (Studi pada SLB Negeri Salatiga) Tahun 2011.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
2. Bagaimana metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak
tunagrahita di SLB Negeri Salatiga?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga.
6
2. Mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak
tunagrahita di SLB Negeri Salatiga.
3. Mengetahui faktor
pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan
pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah
keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran agama Islam khususnya
di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang
karakteristik pembelajaran agama Islam pada SLB.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri
Salatiga.
b. Dengan
penelitian
ini
diharapkan
guru
dapat
menerapkan
dan
mengembangkan metode pembelajaran yang tepat terhadap peserta didik.
7
c. Peserta didik diharapkan dapat dengan mudah mempelajari materi agama
Islam dengan baik (segi kognitif, afektif dan psikomotorik walaupun
dengan segala keterbatasan).
d. Dengan metode pembelajaran agama Islam yang tepat, orang tua dapat
belajar dan menerapkannya ketika membimbing putra/putrinya di rumah.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi ini,
penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul
di atas, antara lain sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Agama Islam
Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001 : 8).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara
yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
dikehendaki (2001 : 740).
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Sudjana (2001: 8) mengatakan, bahwa pembelajaran dapat diberi arti sebagai
setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan
kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan dengan pendidik yang
melakukan kegiatan membelajarkan.
8
Agama Islam adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Rosul-Nya untuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang masa dan
seluruh persada (Anshari, 1992: 35).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran agama Islam adalah upaya yang ditempuh
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam di sekolah agar
memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran agama
Islam.
2. Anak Tunagrahita
Anak adalah manusia yang masih kecil (Departemen P dan K, 1989 :
31). Sedangkan peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, P.19) Tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardasion). Tunagrahita
berasal dari bahasa sangsekerta, Tuna berarti merugi, sedangkan Grahita
berarti pikiran (Sutjihati, 2006: 100).
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan
mental, karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar
untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh
9
karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan
secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan anak tunagrahita adalah anak yang memiliki problema belajar yang
disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi,
sosial, dan fisik.
3. Sekolah Luar Biasa ( SLB )
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang dirancang khusus untuk anakanak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. SLB bagian B untuk anak
tunarungu dan SLB bagian C untuk anak dengan keterbelakangan mental
(retardasi mental/tunagrahita). Berdasarkan kemampuan intelengensi anak,
maka SLB-C dibedakan atas :
a. SLB-C : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 50-75 yaitu anak
yang mampu didik.
b. SLB-C1 : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 25-50 yaitu
anak yang mampu latih.
Sedangkan yang menjadi obyek penelitian yaitu pada jenjang SMPLB.
Yang dimaksud dengan SMPLB adalah Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa.
Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud judul di
atas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran agama
Islam dapat diterapkan dengan mudah khususnya bagi anak tunagrahita sehingga
dapat melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
10
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Lexy. J. Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa
angka-angka. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah proses
pembelajaran khususnya agama Islam pada anak tunagrahita.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih
melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak
melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut berperan
serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan mengikuti secara
pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga. Tepatnya berada di
kelurahan Mangunsari Salatiga. Di dalam SLB ini terdapat jenjang pendidikan
11
yaitu SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa).
Adapun yang akan menjadi objek penelitian adalah pada jenjang SMPLB.
4. Sumber Data
Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang akan digunakan
untuk memperkuat penelitian ini. Sumber data yang dikumpulkan melalui
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu subjek dan informan. Adapun
yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sumber tempat kita
memperoleh keterangan penelitian, sedangkan informan yaitu orang yang
memberikan pesan atau memaparkan data (Tatang M. Amirin, 1990: 92).
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru agama Islam
dan yang menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah serta dewan guru
di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Negeri Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2009: 186). Wawancara
12
yang dilakukan bersifat lentur, terbuka, dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan semakin terfokus, rinci, dan mendalam.
Maksud wawancara adalah untuk mengumpulkan data-data tentang
sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasinya, sarana-prasarana,
keadaan siswa, dan metode pembelajaran, sedangkan yang menjadi
narasumber adalah kepala sekolah dan guru.
b. Observasi
Dalam bukunya "Metodologi Research", Sutrisno Hadi mengatakan
bahwa observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan fenomena-fenomena yang diselidiki (1989: 151).
Observasi digunakan untuk mengetahui keadaan atau kondisi
sekolah, letak geografisnya, pelaksanaan metode pembelajaran, sarana dan
prasarana di SLB Negeri Salatiga.
c. Dokumentasi
Suharsimi
Arikunto
(2006:
158-159),
menyatakan
bahwa
“dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti,
notulen rapat, agenda.
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui
sumber-sumber dari dokumen, dokumentasi yang penulis gunakan untuk
memperoleh data mengenai sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga,
struktur organisasi, keadaan guru, keadaan peserta didik, jadwal mata
pelajaran, dan lain-lain.
13
6. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan
melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data
yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara
runtut.
Karena data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka penulis
menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal. Yang
dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang
pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang
telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari uraian
yang menyeluruh dan cermat tentang Metode Pembelajaran agama Islam pada
anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga. Karena struktur pendekatannya
menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi, maka di lakukan pengelompokkan
data dan pengurangan yang tidak penting.
Setelah itu, maka dilakukan analisis pengurangan dan penarikan
kesimpulan tentang metode pembelajaran yang diterapkan oleh para guru di
SLB Negeri Salatiga, proses analisis data baik ketika mengumpulkan data
maupun setelah selesai pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian
data dan refleksi data.
14
b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami
hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data.
c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin
jelas.
d. Mengatur data secara menyeluruh dan selanjutnya dilakukan penarikan
kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka
akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan
data guna pendalaman.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti
melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada obyek,
peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Bungin
(2004: 99) menyatakan bahwa:
“Keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya
menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi
mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode,
peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi,
melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.
Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan melalui dapat tidaknya
ditransfer ke latar lain/keteralihan yang dilakukan dengan uraian rinci.
Sedangkan ketergantungan pada konteksnya atau kepastian data bila
dikonfirmasikan dengan sumbernya dilakukan menggunakan audit.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua teknik validasi,
adapun teknik validasi yang digunakan adalah validasi sumber data yaitu
15
kepala sekolah dengan guru agama Islam dan validasi metode yang meliputi :
interview, observasi, dan dokumentasi.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode pembelajaran agama
Islam pada anak tunagrahita.
b. Penelitian Desain
Setelah mengetahui beberapa metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran
agama Islam pada anak tunagrahita berdasarkan buku-buku yang telah dikaji
kemudian melakukan observasi
dalam kegiatan belajar mengajar dan
wawancara langsung kepada guru agama Islam.
c. Penelitian Sebenarnya
Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai metode
pembelajaran agama Islam dengan data yang diperoleh di lapangan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang
sistematis untuk mempermudah pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan
yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut :
BAB I
: Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian
dan Sistematika Penulisan Skripsi.
16
BAB II
: Kajian Pustaka
Berisi Pembelajaran Agama Islam, Metode Pembelajaran Agama
Islam Pada Anak Tunagrahita (SLB C), Anak Tunagrahita.
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Meliputi Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga dan Penerapan
Metode Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita SLB
Negeri Salatiga.
BAB IV : Analisis Data
Meliputi Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak
Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga, Metode Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita
di SLB Negeri Salatiga, dan Faktor Pendukung dan Penghambat
Pembelajaran Agama Islam SLB Negeri Salatiga.
BAB V
: Penutup
Yang meliputi Kesimpulan, Saran-Saran dan Penutup.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Agama Islam
1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum
Ada
tiga
faktor
yang
mempengaruhi
penggunaan
metode
pembelajaran agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi agama
Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta didik. Pembelajaran
agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dan yang dimaksud
dengan karakteristik bidang studi pembelajaran agama Islam adalah aspekaspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe
isi bidang studi agama Islam berupa fakta, konsep, dalil/hukum,
prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan yang menjadi landasan dalam
mendeskripsikan strategi pembelajaran (Muhaimin, 2002: 150).
Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan
sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana
yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik peserta didik
adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal
yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil belajar yang akan
dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi dalam pemilihan
suatu strategi/metode pembelajaran agama Islam (Muhaimin, 2002: 151).
18
Pembelajaran agama Islam tentu saja sangat berbeda dengan
pembelajaran materi-materi lainnya, sebab materi ini mencakup segala
bentuk perubahan, baik kognitif, psikomotorik, maupun afektif, yang
menuntut praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman
kognitif tentang agama Islam, menuntut perubahan psikomotor yang harus
dilakukan secara fisik maupun mental, dan perubahan itu menuntut
perwujudan sikap yang disebut akhlak. Sehingga, pengetahuan agama yang
ditanamkan kepada peserta didik, dapat merubah tingkah laku mereka ke
arah yang ditentukan dalam Islam.
Sebagai contoh, misalnya pembelajaran mengenai keyakinan
terhadap adanya Malaikat. Pembelajaran pengetahuan mengenai malaikat
dan tugas-tugasnya, menuntut keyakinan bahwa para malaikat itu ada, dan
setelah keyakinan itu tumbuh, maka dituntut pula sikap yang mengarah
kepadanya. Misalnya keyakinan terhadap adanya malaikat Raqib dan Atid
yang mencatat amal perbuatan manusia, maka peserta didik diharapkan
menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dicatat, sehingga ia tidak akan
melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
agama Islam, guru menjadi figure central yang sangat menentukan, sebab
pembelajaran semacam ini membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum diberikan
sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun disesuaikan dengan
jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, shalat,
thaharoh, puasa, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari, dan tajwid.
19
Dalam pembelajaran agama Islam, tugas guru sangatlah berat.
Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain : kesiapan
mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu memegang
teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan prestasi,
menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi teladan bagi
murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11).
2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB
Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita hanya
dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi alqur’an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian materinya yang
berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti
doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan
rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi
contoh yang baik pada anak didik.
Dalam pembelajaran agama Islam guru mengajar dengan rasa sabar,
berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh sederhana
sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi yang diajarkan.
Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses pembelajaran di SLB yaitu
walaupun metode yang diterapkan sama dengan sekolah umum, namun
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan dalam sistem menggunakan
metode-metode yang ada.
Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunagrahita juga memiliki
hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak pada
20
umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan dengan kondisi
mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian
materinya menggunakan metode-metode khusus sesuai dengan gangguan
yang dialami siswa.
B. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita
Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001: 8). Metode
juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan (Surakhmad,1986: 23).
Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau
mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Suprayekti, 2003: 13). Metode pembelajaran dapat pula diartikan
sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru atau seorang instruktur.
Sedangkan metode mengajar adalah teknik penyajian yang dilakukan
guru untuk mengajar / menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas
atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Mansur, 1995: 29).
Pada umumnya setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran memerlukan
adanya teknik penyampaian materi pembelajaran yang sistematis, karena
“metode” mengandung
unsur managemen pembelajaran. Beberapa metode
pendidikan yang secara umum digunakan di sekolah luar biasa antara lain :
21
1. Metode Pembelajaran Individual
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah, kesanggupan dan
kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang kurang
cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat
perbedaan
kesanggupan. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan
bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu.
Maria
Montessori
yang
mula-mula
memperhatikan
hal
ini
menganjurkan adanya pengajaran individual. Prinsip yang dikemukakan ialah
: “ pekerjaan sekolah harus disesuaikan kepada individu”. Anak-anak harus
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan daya-dayanya
yang terbaik dan sesuai dengan kecepatan berkembang pada masing-masing
anak. Pengajaran individual ini untuk memenuhi kebutuhan individu dan
belajar kelompok hanya merupakan pelengkap untuk sosialisasi (Zakiah dkk,
2001: 120)
Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual dan jumlah
siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 2-5 orang dalam setiap kelasnya.
Pengaturan kurikulum serta jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, penataan
kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga guru dapat menjangkau
semua siswanya dengan mudah, memodifikasi alat bantu pengajaran. Bentuk
pembelajaran semacam ini merupakan layanan yang lebih memfokuskan pada
kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran
22
individual yang memuat suatu sasaran perilaku tertentu memungkinkan
seorang guru mampu memberikan latihan-latihan khusus yang di dalamnya
berisikan bentuk intervensi guru.
2. Metode Aplikasi Gerak Irama
Gerak dan irama secara alamiah merupakan jiwa dari suatu kegiatan
yang menggunakan kemampuan tubuh dalam berbagai variasi penggunaan
media lainnya, baik media sumber maupun peraga dalam kegiatan belajar
mengajar.
Gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap potensi gerak seseorang dalam ketrampilan olah tubuh. Oleh karena
itu pengetahuan olah tubuh melalui pengalaman-pengalaman gerak sangat
penting. Pola gerak irama sangat bermanfaat untuk mengembangkan bentukbentuk intervensi khusus terutama bagi anak dengan hambatan perkembangan
atau tunagrahita (Bandi, 2005: 1).
Siswa
yang
mempunyai
gangguan
perkembangan
tersebut
memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola
gerak yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik
dengan berkebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan
dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar (Bandi, 2005:
3).
Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak
berkebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan dalam
pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu
23
program pembelajaran semacam ini adalah perkembangan kemampuan
kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam
kegiatan bersosialisasi.
Gejala-gejala yang menghambat proses belajar-mengajar peserta didik
dengan hendaya (gangguan) perkembangan perlu diupayakan untuk
dihilangkan atau sedikitnya diturunkan melalui intervensi guru dalam
pengaplikasikan pola khusus
yang dimasukkan kedalam rancangan
pembelajaran. Intervensi guru dengan mengaplikasikan pola khusus di sini
dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang merupakan bentuk-bentuk aplikasi
pola gerak yang ada pada ilmu gerak irama dan mengarah pada pola
permainan
teraupetik
(penyembuhan
perilaku
non
adaptif).
Dasar
pemikirannya adalah bahwa mereka pada umumnya kurang cerdas, mudah
lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur pikir logis, sulit menguasai
konsep-konsep, mempunyai hambatan yang diakibatkan oleh faktor genetika
serta lingkungan, kegiatan fisik dan mental tidak mencapai kapasitas yang
maksimal.
Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru dapat
mencari dan menyusun metode pembelajaran dengan menggunakan intervensi
khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan dan
kehilangan bentuk sasaran akhir.
Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan kelemahan
fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk mampu
menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat individual,
24
terutama dengan memanfaatkan media pola gerak irama yang disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik. Dengan gerak irama
ini, diharapkan pembelajaran mengarah pada hal-hal yang menyenangkan dan
tidak menjemukkan. Selain itu dengan program pembelajaran berbasis gerak
irama, pembelajaran dapat lebih diarahkan pada pemberian treatment atau
intervensi khusus, sehingga dapat lebih memanipulasi alat atau media, sumber
bahan, serta situasi lingkungan sekolah.
3. Metode Latihan (treatment)
Sasaran pembelajaran yang esensial terhadap anak-anak dengan
hendaya perkembangan harus dicapai melalui metode latihan atau treatment
yang tepat. Metode latihan tersebut ditujukan bagi usaha-usaha memodifikasi
perilaku mal-adaptif agar menjadi perilaku adaptif.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah
kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai
tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.
Pada penderita retardasi mental (tunagrahita) gangguan perilaku adaptif yang
paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat
sekitarnya. Perilaku adaptif merupakan cerminan dasar terhadap perilaku utuh
seorang
anak
dengan
hendaya
perkembangan
untuk
dapat
hidup
bermasyarakat (Ashman & Elkins, 1994: 443; Leland, 1973: 28; Patton, 1986:
130-133 dalam Delphi B. 2005: 5). Perilaku adaptif menurut Grossman
(1983:64)
didefinisikan
secara
nyata
dengan
pembatasan
terhadap
“keefektifan individu dalam memenuhi ukuran perkembangan diri, belajar,
25
kebebasan pribadi, dan tanggung jawab sosial yang diharapkan sesuai dengan
tingkat umur dan budaya kelompoknya”(dalam Delphi, B. 2005: 5).
Latihan dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan
tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan kata
lain metode latihan adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam
melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Latihan-latihan perlu untuk
ketrampilan, kemahiran, dan spontanitas penguasaan hasil belajar.
Dalam pelajaran agama, metode latihan dapat dilakukan misalnya :
untuk melatih siswa dapat membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat, latihan
berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya.
4. Metode Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Methods)
Perkembangan layanan pendidikan setelah tahun 1960, banyak
menggunakan pendekatan dengan metode perilaku kognitif dalam usaha
mengatasi masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak
dengan hendaya perkembangan. Fokus layanan tertuju pada defisit atensi,
karena secara nyata bahwa kegiatan untuk melaksanakan tugas dan mengenali
elemen-elemen pokok yang menjadi dasar untuk melakukan pembelajaran
secara efisien serta dapat memecahkan permasalahan selama pembelajaran
dan berfokus pada daya ingatan (Ashman & Elkins, 1994: 459-461 dalam
Delphi, B. 2005: 5).
Pendekatan dengan perilaku kognitif selama proses kegiatan
pembelajaran banyak dilakukan dengan memodifikasi perilaku agar
26
memperoleh perubahan intelektual atau sosial siswa. Melalui latihan-latihan
yang sistematik, siswa dipacu untuk memacu diri sendiri agar dirinya dapat
menyatu dalam kegiatan.
Dalam hal ini, peran guru menjadi lebih banyak memberikan dorongan
daripada selalu mengarahkan. Pendekatan perilaku kognitif semacam ini
memerlukan prosedur secara sistematik yang melibatkan hal-hal berikut
yaitu:
a. Kegiatan asesmen harus dilakukan secara hati-hati, untuk memperoleh
informasi berkaitan dengan tingkat kemampuan atau kompetensi setiap
individu siswa
b. Analisis secara komprehensif pada tugas-tugas yang akan diberikan
kepada siswa bersangkutan agar tugas-tugas yang diberikan dapat
dilaksanakan.
c. Membuat pernyataan secara jelas berkaitan dengan sasaran pembelajaran
(teaching objectives).
d. Menyiapkan jenjang ketrampilan yang akan diajarkan sesuai dengan
kebutuhan siswa agar pembelajaran berjalan sukses.
e. Menyiapkan contoh dan kondisi perilaku yang diperlukan dalam
pembelajaran
f. Pergunakanlah penguatan (re-inforcement), hukuman (punishment), dan
penarikan kegiatan (extinction) terhadap perilaku-perilaku yang muncul
saat pembelajaran.
27
g. Lakukan evaluasi terhadap prestasi siswa secara terus-menerus (Ashman
& Elkins, 1994: 461 dalam Delphi, B. 2005: 69).
C. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Mental atau kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap
kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah suatu yang dapat
membedakan antara manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi,
dengan bekal kecerdasan mental yang memadai semangat hidup lebih indah
dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia dapat merencanakan
atau memikirkan hal-hal yang sangat bermanfaat dan menyenangkan baik
untuk diri sendiri maupun orang lain.
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded,
mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau
dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program
pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang
28
mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan
dengan kemampuan anak tersebut (Sutjihati, 2006: 103).
Sedangkan definisi anak tunagrahita yang dikembangkan oleh AAMD
(American Association of Mental Deficiency) adalah sebagai berikut:
“Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata
secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku
dan terjadi pada masa perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, 1986; dalam
Sutjihati, 2006: 104)
Jadi tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana
perkembangan
kecerdasannya
mengalami
hambatan
sehingga
tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana
perkembangan
kecerdasannya
mengalami
hambatan
sehingga
tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik
umum tunagrahita yang dapat kita ketahui yaitu :
a. Keterbatasan Inteligensi
Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan
ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah
dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu,
berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari
kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan
29
untuk merencanakan masa depan.
Anak tunagrahita memiliki
kekurangan dalam semua hal tesebut. Kapasitas belajar anak
tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung,
menulis, dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya
cenderung tanpa pengertian atau kecenderungan belajar dengan
membeo.
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita
menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas
perkembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak
tunagrahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya,
yaitu :
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar
berpikir
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi
3) Kemampuan sosialisasinya terbatas
4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit
5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.
6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah
Dasar (M. Efendi, 2006: 98)
b. Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita
juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat,
30
oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita
cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya,
ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul
tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu
dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung
melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya (Sutjihati, 2006: 105).
Sebagai
makhluk
individu dan
sosial anak tunagrahita
mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana
layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih
sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya
anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada
gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari
mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang
salah. Bentuk penyesuaian diri yang salah pada anak tunagrahita yaitu :
kompensasi yang berlebihan, displacement, regresi, delinquent,
destruksi, dan agresi (M. Efendi, 2006: 103).
c. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka
memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan
secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak
dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang
lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan
31
bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi
pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi
sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan katakata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan
persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan
sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah,
pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang
konkret.
Selain
itu,
anak
tunagrahita
kurang
mampu
untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang
buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena
kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat
membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatannya (
Sutjihati, 2006: 106).
Adapun karakteristik atau ciri-ciri fisik (penampilan) dari anak
tunagrahita yaitu :
a. Sindroma Down/mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol, mata
sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki
melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput,
dan susunan geligi kurang baik.
b. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar,
raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar.
32
c. Microcephalus dan Makrocephalus; dengan ciri ukuran kepala tidak
proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar) (Yusti, 2010).
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tunagrahita
Menurut Muhammad Efendi (2006: 90), faktor-faktor yang
menyebabkan anak menjadi tunagrahita adalah sebagai berikut:
a. Sebab terjadinya kurun waktu
1) Dibawa sejak lahir (faktor endogen)
2) Faktor dari luar (faktor eksogen)
b. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan
1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada jenis plasma
2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyeburan telur
3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio
5) Kelainan atau ketunaan yang dari luka saat kelahiran
6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin
7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak
c. Tunagrahita terjadi karena
1) Radang otot
2) Gangguan fisiologis
3) Faktor hereditas (keturunan)
4) Pengaruh kebudayaan
33
d. Penyebab lainnya:
1) Usia ibu
a) Lebih dari 40 tahun
b) Kurang dari 16 tahun
2) Selama kehamilan
a) Ibu jatuh
b) Ibu sakit
3) Selama persalinan
a) Sukar atau lama
b) Kembar
c) Kurang bulan
4) Sesudah lahir
a) Jatuh atau cidera kepala
b) Mikrosefali
c) Panas tinggi + radang
d) Sakit berat dan lama
e) Panas tinggi +tidak sadar
f) Epilepsi
4. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pengelompokkan anak tunagrahita pada umumnya didasarkan pada
taraf inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, dan
berat. Pengelompokkan seperti ini sebenarnya bersifat artifical karena
34
ketiganya tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu
level ke level berikutnya bersifat continuum.
Kemampuan inteligensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan
tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC). Klasifikasi anak tunagrahita
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini
memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut
Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat
belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan
bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental
ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri (Sutjihati, 2006: 106).
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan
ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajarkan baca tulis,
mereka juga dapat dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi
pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Namun demikian anak keterbelakangan mental ringan tidak
mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan
membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa
depan, dan bahkan suka berbuat kesalahan. Pada umumnya anak
tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik
35
tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar
membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak
normal.
Bila dikehendaki, mereka ini masih dapat bersekolah dan di
sekolah anak berkesulitan belajar. Ia akan dilayani pada kelas khusus
dengan guru dari pendidikan luar biasa.
b. Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini
memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala
Weschler (WISC). Anak keterbelakangan mental sedang bisa
mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi
mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja.
Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri,
melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari
kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan
(Sutjihati,2006: 107).
Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar
secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung
walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya namanya
sendiri, alamat rumahnya. Mereka masih dapat dididik mengurus diri,
seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot
rumah tangga.
Dalam
kehidupan
sehari-hari,
anak
tunagrahita
sedang
membutuhkan pengawasan yang terus menerus. Mereka juga masih
dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu
36
pula dengan perlindungan dari bahaya. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak
tunagrahita sedang.
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari
pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara
membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak
tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada perlindungan
orang lain. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan sama
dengan anak umur tujuh atau delapan tahun.
c. Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antar anak tunagrahita berat
dan sangat berat. Tunagrahita berat memiliki IQ antara 32-20
menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler
(WISC). Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 19
menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut Skala
Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang
dapat dicapai kurang dari tiga tahun (Sutjihati,2006: 108).
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita
yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu
mengurus diri sendiri atau bersosialisasi. Anak tunagrahita berat
memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian,
mandi, makan, bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya
sepanjang hidupnya.
Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya
gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
37
motorik dan bahasa. Kelompok ini temasuk tipe klinik, mereka dapat
dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tetapi tidak dapat dilatih ketrampilan kerja.
Anak tunagrahita sangat berat termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat
jelas, anak tunagrahita sangat berat kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang
disekitarnya.
Tingkat pencapaian kemampuan belajar menurut Cohen dan
Manion (1994:318) terdiri atas:
1) High Achievers , yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar mereka diatas re-rata kelompok. Layanan bagi
siswa dengan High Achievers lebih dtekankan pada perkembangan
kemampuan inteletual, karena mereka mempunyai gejala khusus
dalam beberapa aspek antara lain kemampuan intelektual,
kepemimpinan, dan gaya berpikir kreatif ( Marland. 1972;
Milgram, 1983 : 10 dalam Delphi, B. 2005: 55).
2) Average Achiever, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar mereka berada pada tingkat kecenderungan umum
dalam kelompok.
3) Low Achiever, yaitu peserta didik pada tingkat pencapaian prestasi
belajar mereka dibawah re-rata kelompok. Siswa Low Achiever
memerlukan layanan bantuan belajar yang lebih dan bersifat
38
khusus. Oleh karena itu kemampuan mental dalam proses belajar
mengajar mereka lebih banyak
diarahkan pada perilaku yang
bersifat lahiriah untuk menggali perilaku tertutup (Virgil & Ward,
1980; Conny, S., 1977: 113 dalam Delphi, B. 2005: 55). Termasuk
ke dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyi hendaya
perkembangan atau tunagrahita.
Peserta didik Low Achiever memerlukan pembelajaran secara
individu karena mereka mengalami kesulitan dalam aspek
sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa. Dan hal ini
disebabkan mereka mempunyai karakteristik spesifik antara lain
kurang cerdas, daya ingat yang rendah, tidak menguasai konsepkonsep, serta sulit mengikuti alur pikir logis
Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun
karakteristik perilaku sosialnya tidak sama seperti mendidik anak
normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga
memerlukan strategi yang khusus.
Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus yang
dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan antara
lain:
a) Prinsip kasih sayang
Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka
sebagaimana adanya dan mengupayakan agar mereka dapat
menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya
anak normal lainnya.
39
b) Prinsip layanan individual
Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan
perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak
berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki
keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
c) Prinsip kesiapan
Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.
Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan
diajarkan,
terutama
pengetahuan
prasyarat,
baik
prasyarat
pengetahuan, mental dan fisik yang diperlukan untuk menunjang
pelajaran berikutnya.
d) Prinsip keperagaan
Kelancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung
oleh
penggunaan
alat
peraga
sebagai
medianya.
Selain
mempermudah guru dalam mengajar, fungsi lain dari penggunaan
alat peraga sebagai media pembelajaran pada anak berkelainan
yakni memperoleh pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan guru.
e) Prinsip Motivasi
Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan
pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak
berkelainan.
40
f) Prinsip belajar dan bekerja kelompok
Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai
salah satu dasar mendidik anak berkelainan, agar mereka sebagai
anggota
masyarakat
dapat
bergaul
dengan
masyarakat
lingkungannya tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan
orang normal.
g) Prinsip ketrampilan
Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada anak berkelainan,
selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif, dan terapi, juga dapat
dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya kelak.
h) Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap
Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik
sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang
baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain (M. Efendi,
2006: 24-26).
Hambatan – hambatan yang dialami anak tunagrahita (Retardasi
Mental) antara lain :
a) Pada umumnya anak tunagrahita mempunyai pola perkembangan
perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan potensialnya
(Patton, et al.,1986: 84 dalam Delphi, B. 2005: 65).
b) Anak tunagrahita mempunyai kelainan perilaku mal-adaptif
berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik, perilaku
yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka menghindarkan diri
41
dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau
kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa
takut yang tidak menentu sebab-akibatnya, selalu ketakutan, dan
sikap suka bermusuhan (Schloss, 1984: 43 dalam Delphi, B. 2005:
65)
c) Pribadi anak tunagrahita mempunyai kecenderungan yang sangat
tinggi untuk melakukan tindakan yang salah (Cromwell, 1963
dalam Patton, 1986: 85; Hallahan & Kauffman, 1986: 64; Smith, et
al., 2002: 243 dalam Delphi, B. 2005: 65).
d) Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti
terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang
tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi
penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak tunagrahita
(Mosier, Grossman dan Dingman, 1965; Barlow, 1978 dalam
Patton 1986:99 dalam Delphi, B. 2005: 66).
e) Sebagian dari anak tunagrahita mempunyai kelainan penyerta
cerebral palsy, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh kerusakan
bagian tertentu pada otak saat ia dilahirkan ataupun saat awal
kehidupan.
Mereka
tergolong
mempunyai
cerebral
palsy
mempunyai hambatan pada intelektual, masalah yang berkaitan
dengan gerak dan postur tubuh, pernafasan, mudah kedinginan,
buta warna, kesulitan berbicara disebabkan adanya kekejangan
otot-otot mulut, kesulitan sewaktu mengunyah dan menelan
42
makanan yang keras seperti permen karet, popcorn, sering kejang
otot (Smith, et al., 2002: 261; Delphie,B., 2005: 66).
f) Secara keseluruhan, anak tunagrahita mempunyai kelemahan pada
segi : ketrampilan gerak, fisik yang kurang sehat, koordinasi gerak,
kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan
sekelilingnya, ketrampilan gross dan fine motor yang kurang
(Delphie, B. 2005: 66; Smith, et al., 2002: 104-105).
g) Dalam aspek ketrampilan anak tunagrahita umumnya tidak
mempunyai kemampuan sosial, antara lain suka menghindar dari
keramaian, ketergantungan hidup pada keluarga, kurangnya
kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang berlebihan, kelainan
peran seksual, kurang mampu berkaitan dengan kegiatan yang
melibatkan kemampuan intelektual dan mempunyai pola perilaku
seksual secara khusus (Kagan & Moss, 1962 dalam Schloss, 1984:
4 dalam Delphi, B. 2005: 67).
h) Anak tunagrahita mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat
dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, masalah bahasa dapat
mempengaruhi perkembangan kemandirian dan dapat menetap
hingga usia dewasa (Maslim, R., 2002: 120; Smith, et al., 2002 :
256 dalam Delphi, B. 2005: 67).
i) Pada beberapa anak tunagrahita mempunyai keadaan lain yang
menyertai, seperti autism, cerebral palsy, gangguan perkembangan
lain (nutrisi, sakit, dan penyakit, kecelakaan dan luka) dan
43
disabilities fisik dalam berbagai porsi (Maslim, R., 2002:120;
Smith, et al., 2002: 261-263 dalam Delphi, B. 2005: 67).
Berdasarkan keterangan diatas khususnya mengenai hambatanhambatan yang dialami anak tunagrahita (retardasi mental) penulis
dapat menyimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai kelainan
perilaku yang berbeda dengan anak normal. Kelainan tersebut ditandai
oleh sikap perilaku yang suka menyakiti diri sendiri,
suka
menghindarkan diri dari orang lain dan suka menyendiri.
Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dan lambat
dalam menangkap atau memahami pelajaran yang disampaikan oleh
guru, hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki keterbatasan
dari segi kognitif. Pada aspek ketrampilan anak tunagrahita mempunyai
kelemahan pada segi ketrampilan gerak, dan hal ini disebabkan karena
terhambatnya perkembangan gerak dan tingkat pertumbuhan yang tidak
normal.
44
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang memiliki empat jenjang
pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Karena SMPLB Negeri
Salatiga adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri sendiri,
tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Salatiga, maka akan disajikan data secara
umum SLB Negeri Salatiga, kecuali untuk data murid akan disajikan khusus
hanya pada SMPLB Negeri Salatiga.
1. Letak Sekolah
SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m2.
Sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah
TKLB,SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Adapun batas-batasnya, yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan Villa Permata Banjaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02
Lokasi SLB Negeri Salatiga terletak di Jl. Hasanudin Gang III desa
Banjaran, kelurahan Mangunsari kecamatan Sidomukti, kota Salatiga
(observasi dan dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).
45
2. Sejarah Berdirinya
SLB Negeri salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi
sekolah berkebutuhan khusus/luar biasa/cacat jenis : Tunanetra (A),
Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Tunaganda
(G)
Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan
Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri
Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar) yang berdiri tahun 1983
berdasar Inpres Nomor 4/1983, dengan jumlah siswa awal 4 anak jenis
ketunaan tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5 orang guru.
Perkembangan selanjutnya SLB Negeri Salatiga menyesuaikan
situasi dan kondisi utamanya difokuskan untuk memberikan pelayanan pada
anak yang berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan tersebut kemudian
diberi SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor
421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007 beralih status menjadi SLB NEGERI
SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB,
SDLB, SMPLB dan SMALB.
SLB Negeri Salatiga mengawali pembelajaran pada tahun ajaran
2008/2009 dengan melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB, jumlah
siswa 89 dalam 20 kelas/rombongan belajar, SMPLB dengan jumlah siswa
29 dalam 6 kelas/rombongan belajar, dan SMALB jumlah siswanya 3 dalam
1 kelas/rombongan belajar. Yang dilayani oleh 28 tenaga guru (dokumentasi
pada tanggal 23 Mei 2011).
46
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
SLB Negeri Salatiga memiliki Visi yaitu “Mendidik siswa mandiri,
berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”.
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada perundangundangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan ketrampilan
4) Menambah bimbingan agama
c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa/
Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya dalam
lembaga pendidikan formal
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan
mereka yang kompetitif
3) Memberikan
pelayanan
pendidikan
secara
utuh
dan
berkesinambungan (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011).
4. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala
urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur
47
organisasi (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011). Adapun struktur
organisasi SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
Bagan I
Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah
Muhlisun, S.Pd.
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Sarpras
Waka Humas
Sularno
Wawan P.
Wagiman
Juzan
Koordinator SDLB
Koordinator SMPLB
Koordinator SMALB
Siti Aisyah, S.Pd.
Drs. Sarjiya
Sri Lestari Wahyu H. S.Pd.
Guru Mapel
Perpustakaan
Penjaga Sekolah
48
Bagan II
Struktur Organisasi Komite Sekolah
Ketua
Bambang Zainal Abidin
Sekretaris I
Sekretaris II
Dra. Kanik Sajarwo
Sularno
Bendahara I
Veronika Yudi
Widyasari
Bendahara II
Nunik Supriyatmi
Anggota
Anggota
Anggota
Drs. Eko Sismadi
Sumardi
Sofwati
Anggota
Anggota
Anggota
Wawan Pamungkas
Drs. Sarjiya
Sutrisno
5. Keadaan Siswa
Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik merupakan
subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan tidak akan
terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru dan anak
didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak
adanya kegiatan pendidikan (Syaiful Bahri, 2004: 92).
49
Siswa yang ada di SLB Negeri Salatiga ini ada yang berasal dari
pindahan sekolah umum ke sekolah khusus atau inklusif, karena ada
beberapa faktor penyebab diantaranya mereka mengalami kesulitan dan
keterlambatan dalam memahami pelajaran di sekolah umum sehingga
peserta didik ini dipindahkan dan dimasukkan ke SLB Negeri Salatiga ke
dalam kelas Bagian C sesuai dengan tingkat anak ketunaan yang disandang.
Setiap tahunnya SLB Negeri Salatiga selalu menerima dan
meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami
kenaikan. Dan SLB Negeri Salatiga juga meluluskan siswanya dan
diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya
tanpa bantuan orang lain dengan bekal ketrampilan yang dimilikinya baik di
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tanpa merasa minder
dengan anak normal (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa
SMPLB di SLB Negeri Salatiga tahun 2011/2012 khususnya kelas bagian C
pada anak tunagrahita, dalam tabel sebagai berikut :
50
Tabel 1
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VII C
NO
NAMA
TTL
1
Bayu Novembri A.
Salatiga,
AGAMA
Kristen
18-11-1998
2
Rusmiyati
Salatiga,
Aditya Nugroho
Salatiga,
Jl.
Imam
Bonjol
Salatiga
Islam
29-01-1996
3
ALAMAT
Banjaran RT.04/RW.07
Mangunsari Salatiga
Kristen
27-02-1997
RT.02/RW.03
No.46
Kembang
Arum
Salatiga
4
5
Catur
Joko Salatiga,
Wicaksono
16-04-1996
Nanda Adi Saputra
Cilacap,
Islam
Tegalrejo RT.01/IV
Kristen
Krekesan
23-11-1996
RT.09/RW.03
Mangunsari Salatiga
51
Tabel II
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VIII C
NO
1
NAMA
TTL
Ramlan
Sukabumi,
Nurdiansyah
14-09-1994
AGAMA
Islam
ALAMAT
Kr.
Kepoh
RW.01
RT.06/
Tegalrejo
Salatiga
2
Gatot Andresta W.
Salatiga,
Kristen
07-07-1995
3
Wahid Nurochim
Salatiga,
Nadya
Yuliana Salatiga,
Puspita
5
Dwi
Islam
Riwanto
Jl.
Arimbi
RT.02/
RW.04 Grogol Salatiga
Islam
26-07-1997
Setyo Salatiga,
330
Salatiga
02-02-1995
4
Langenrejo
Prokimad,
Kembangsari
Kristen
18-10-1995
Jl. Residen Indarjo 25,
Gendongan Salatiga
Tabel III
Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas IX C
NO
1
2
NAMA
Sidiq
TTL
Adi Salatiga,
Wicaksono
23-08-1995
Roy Sabala
Semarang,
AGAMA
Islam
ALAMAT
Ngawen
RT.10/VI
Salatiga
Islam
11-04-1992
Jl. Plongkowati I/18
Tg.Rejo Salatiga
Keterangan : Dokumentasi tanggal 23 Mei 2011
52
6. Keadaan Guru
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya terletak
tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan anak didik
ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan anak didik (Syaiful Bahri, 2004: 87).
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga
pada tahun 2011/2012 seluruhnya ada 39 orang yang terdiri dari 32 PNS, 6
Guru Wiyata Bakti dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB
Negeri Salatiga tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB)
dan berpendidikan S1, D2, D3, dan SGPLB, 1 Lulusan SMA, dan 1 lagi
lulusan SMP. Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SMPLB C
berjumlah 9 orang.
Guru-guru di SLB Negeri Salatiga mendapatkan tugas dan tanggung
jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-guru yang ada di SLB
Negeri Salatiga tidak pernah merasa mengeluh, menjalankan tugasnya
dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang
berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu sampai dengan anak yang
mengalami keterbelakangan mental, dan anak autis.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga
pengajar di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut :
53
Tabel IV
Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Mengajar Kelas
1
Muhlisun, S.Pd.
S.1 P.mat
Kep.Sek
Mat D6B,C
2
Trisnani
SGPLB C
Guru
D2C
3
Rohani Es
SGPLB A
Guru
D6C
4
Rohana Ds
SGPLB A
Guru
D4C1
5
Siti Aisyah, S.Pd.
S1 Pkn
Guru
D2C1
6
Nunik Supriyatmi
SGPLB A
Guru
D4B
7
Siti Rahayu
SGPLB C
Guru
KTK Kecantikan
8
Kusnanto
SGPLB A
Guru
D3A
9
Sri Mulyani
SGPLB E
Guru
D2B
10
Wagiman
SGPLB C
Guru
VIIIB
11
Subiyati
SGPLB E
Guru
D5C1
12
Yekti Wibawani
SGPLB C
Guru
D6C1
13
Sri Rahayu
SGPLB D
Guru
D4C
14
Rastini
SGPLB C
Guru
D3C
15
Wawan P.
SGPLB A
Guru
VIIB
16
Indyatno, BA
SmPLB
Guru
KTK Kayu
17
Muh Ihromi
D2 PAI
Guru
PAI SDLB
18
Juzan
SGPLB C
Guru
D5C
19
Tin Kartini
SGPLB B
Guru
D5B
54
20
Sri Lestari Wahyu H, S1 PPKn
Guru
XIC, PKn
Guru
XC,
S.Pd
21
Otto Danang
SGPLB A
KTK
Otomotif
22
Indah Widyahety, S.Pd
S1 Seni
Guru
SBK
23
Khoirul Hidayati, S.Pd
S1 PLB
Guru
D1D1
24
Ninda Solikhah, S.Pd
S1 PLB
Guru
D1B
25
Hastien Candra Ningrum, S1 PLB
Guru
D1C1
S.Pd
26
Lusi Wulandari
SMA
Guru
PAK SDLB
27
Masiyem
SGPLB C
Guru
KTK Busana
28
Baniyah, S.PdI
S1 Tad Bhs Guru
D3 Autis
Inggris
29
30
Reni Indriyani Agustine, D3
Tata PSTKW
A.Md
Boga
Khairul Sholeh
SMP
PSD
55
-
-
Tabel V
Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Mengajar Kelas
1
Drs. Sarjiya
S1 PLB
Guru
IXC1
2
Sularno
SGPLB C
Guru
IX C
3
Eko Puji Widodo, S.Pd
S1 PAI
Guru
PAI SMP/SMA
4
Reni Setiawati, S.Pd
S1 MIPA
Guru
Matematika
5
Yustina Emma Hartati, S1 Pend. B. Guru
Bhs. Inggris
S.Pd
Inggris
6
Heriani Thamrin, S.Pd
S1 Komp
7
Fitri Indriyani, S.Si
S1 Olahraga Guru
Penj.OR
8
Wisnu Laksono Jati, S.Si
S1 Thlg
Guru
PAK SMP/SMA
9
Asih Widiyarti, S.Pd
S1 P.Bio
Guru
IPA
Guru
TI
SMP/SMA/6D
Keterangan: Dokumentasi sekolah tahun 2010.
Berdasarkan wawancara (tanggal 23 Mei 2011) dengan kepala
sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Salatiga, bahwa
mengajar di SLB Negeri Salatiga ini merupakan sebuah perjuangan, karena
guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga berusaha menjunjung
tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah serta kesadaran
dan ketaatan mereka akan tugas sebagai guru yaitu dengan cara
mengembangkan dan memajukan SLB Negeri Salatiga ini.
56
7. Pendanaan
Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi
kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan suatu
lembaga pendidikan akan lebih maju. Pendanaan di SLB Negeri Salatiga
dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini berasal dari
bantuan Direktorat PLB, pemerintah daerah kota Salatiga, donatur dari
instansi swasta dan dinas sosial. Setiap tahun SLB Negeri Salatiga mendapat
bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu jumlahnya. Sedangkan
pendanaan itu digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana, penggaji
guru, dan alat atau pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya (wawancara
pada tanggal 23 Mei 2011).
8. Sarana prasarana
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah,
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar
mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alatalat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran.
Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang, diantaranya
media pembelajaran berupa gambar orang shalat, dan gambar orang wudhu,
serta alat audiometer (alat untuk mengukur tingkat pendengaran anak).
57
Selain itu, disekolah tersebut juga membutuhkan ruang terapi (ruang
psikoterapi, fisioterapi, hydroterapi, dan ruang terapi musik), ruang
lab/bengkel, ruang BK, serta ruang aula.
Kurangnya sarana prasarana tidak menjadikan guru di SLB Negeri
Salatiga malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai
pendidik sebagaimana mestinya. Sarana dan prasarana yang ada di SLB
Negeri Salatiga, dalam tabel sebagai berikut :
58
Tabel VI
Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga
Keterangan
Nama Barang
Jumlah
No
Ada
Tidak

1.
Rumah Dinas Kepala Sekolah
2
Rumah Dinas Guru
3
Rumah Dinas Penjaga

4
Ruang Kepala Sekolah

1lokal
5
Ruang Guru

1lokal
6
Ruang TU

1
7
Ruang Tamu

1
8
Ruang Ibadah

1
9
Ruang Kelas

28 kelas
10
Ruang Aula

11
Ruang Konsultasi

12
Ruang Observasi

13
Ruang Perpustakaan
14
Ruang Lab/ bengkel
15
Ruang Ketrampilan
16
Ruang BK

17
Ruang Koperasi

18
Ruang Gudang


1



59
1
1
19
Ruang UKS

20
Kamar Mandi/WC

21
Ruang OM
22
Ruang BPBI/ Bina Wicara
23
Ruang Psikoterapi

24
Ruang Fisioterapi

25
Ruang Hydroterapi

26
Ruang Terapi Musik

27
Meja Siswa

134 buah
28
Kursi Siswa

134 buah
29
Meja Guru

21 buah
30
Kursi Guru

27 buah
31
Almari

24 buah
32
Rak buku

6 buah
33
Papan tulis

26 buah
34
Papan statistik

8 buah
35
Meja kursi tamu

1 set
36
Alat Peraga

10 set
37
Unit Alat Pertanian

1 set
38
Unit Alat Kesenian

4 set
39
Unit Alat Olahraga

3 set
40
Almari Perpustakaan

1 buah
1


60
1
41
Unit Alat Pertukangan

1 set
42
Unit Alat Rias/ Kecantikan

1 set
43
Unit Perbengkelan

1 set
44
Unit Alat Boga

1 set
Keterangan : Dokumentasi tanggal 23 Mei 2011
9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga
Selain hasil belajar secara akademik, SLB Negeri Salatiga juga
memiliki keunggulan dan prestasi di luar akademik, diantaranya:
a. Juara I melukis POPDA tingkat Salatiga tahun 2010
b. Juara I lari 100 m putra POPDA tingkat Salatiga tahun 2010
c. Juara Harapan I lompat jauh tingkat Jawa Tengah tahun 2011
d. Juara I Baca Puisi Umum tingkat Nasional tahun 2011
(wawancara pada tanggal 23 Mei 2011)
10. Partisipasi Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling peserta
didik. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
keberhasilan peserta didik, baik pengaruh yang positif maupun yang negatif
(Sudarno Shobron, 2004:245).
Pengaruh lingkungan terhadap peserta didik hanya merupakan
pengaruh belaka, tidak ada unsur tanggung jawab didalamnya. Peserta didik
akan beruntung apabila kebetulan mendapat pengaruh yang baik dari
lingkungannya, dan sebaliknya akan rugi apabila kebetulan mendapatkan
pengaruh yang kurang baik.
61
Lingkungan di sekitar SLB Negeri Salatiga khususnya, dan
masyarakat kota Salatiga pada umumnya sangat mendukung keberadaan
SLB Negeri Salatiga tersebut. Hal ini terbukti dengan antusias yang besar
dari masyarakat kota Salatiga yang selalu bekerja sama dengan sekolah
tersebut. Bentuk kerja sama berupa partisipasi masyarakat dalam kegiatan.
Selain itu masyarakat juga ikut menyumbang dari segi pikiran dan finansial
(wawancara pada tanggal 23 Mei 2011).
B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di
SMPLB Negeri Salatiga
Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
hampir sama dengan sekolah reguler, kurikulumnya relatif sama dengan
kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi yang
diajarkan di SMPLB Negeri Salatiga ditentukan sendiri oleh sekolah dengan
kurikulum yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi sederhana yang
berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan islami (wawancara
pada tanggal 23 Mei 2011).
Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan ruang
kelasnya menjadi satu kelas antara SD, SMP, dan SMA, dikarenakan jumlah
siswa yang sedikit dan juga mempunyai kecacatan yang sama.
1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan
arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah
62
pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa
orang guru, bahwa tujuan pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri
Salatiga adalah sebagai berikut :
a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
b. Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan
hidup mandiri
c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam
Pembelajaran agama Islam untuk jenjang SMPLB bagian C dari
kelas 1-3 di SLB Negeri Salatiga dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu
minggu yaitu hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai
07.15-10.25 WIB. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata
pelajaran agama Islam dalam tabel sebagai berikut :
Tabel VII
Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C
No
Hari
Kelas
Jam
Nama Guru
1
Selasa
IX C
07.15-08.25
Eko Puji Widodo, S.Pd
2
Selasa
VIII C
08.25-09.15
Eko Puji Widodo, S.Pd
3
Selasa
VII C
09.15-10.25
Eko Puji Widodo, S.Pd
Keterangan: (dokumentasi dan wawancara pada tanggal 24 Mei 2011)
63
3. Materi Pembelajaran Agama Islam
Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang
pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudarno Shobron,
2004: 243).
SLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
yang kemudian digunakan SLB Negeri Salatiga sebagai acuan dalam proses
belajar
mengajar dengan memperhatikan Standar
Kompetensi dan
Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang dberikan di SLB Negeri
Salatiga berdasarkan sistem semester. Adapun materi pembelajaran Agama
Islam kelas 1-3 SMPLB Bagian C sebagai berikut :
a. Kelas VII C
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-fatikhah
b) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-ikhlaz
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah swt,
menghafal enam rukun iman.
b) Semester genap meliputi mencontoh bacaan syahadat tauhid dan
syahadat rasul, dan menirukan kembali dua kalimat syahadat
rasul.
64
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti
menunjukkan perilaku jujur, dan melakukan perilaku tertib.
b) Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada
orang tua dan guru, menampilkan adab makan dan minum.
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci.
b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan
berwudhu dengan tertib.
b. Kelas VIII C
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr dan
Al-quran surat Al-ashr.
b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan Alqur’an surat An-naas
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menirukan bacaan lima dari asmaul
husna, dan menyebutkan kembali lima dari asmaul husna.
b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan tiga dari
asmaul husna
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan
memberi contoh perilaku hidup sederhana.
65
b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman
di kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun kepada
guru
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi mencontoh tatacara wudhu dan
melafalkan bacaan sholat.
b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara tertib.
c. Kelas IX C
1) Al-Qur’an
a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an dari
alif s.d. ya dengan benar.
b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Al-qur’an
dengan lancar.
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib Allah
dengan lancar.
b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang benar
sifat mustahil Allah.
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan
perilaku hemat.
b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan perilaku
setia kawan dirumah dan perilaku disekolah dan masyarakat.
66
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi melafalkan dan menunjukkan keserasian
gerakan dengan bacaan sholat.
b) Semester genap meliputi mengucapkan dan menunjukkan kembali
tata cara sholat fardhu.
Materi pembelajaran agama Islam yang disampaikan meliputi : alqur’an, aqidah, akhlak, serta fiqih dan materi tersebut disesuaikan dengan
kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran agama Islam, guru lebih
menekankan pada materi akhlak dan fiqih karena dengan menekankan
materi akhlak dan fiqih diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan
bertingkah laku yang baik kepada orang tua, guru, dan teman baik di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan
sholat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh intelektual di
bawah rata-rata dan memori yang rendah, sehingga anak tunagrahita
membutuhkan materi yang bersifat kongkret dan praktis.
4. Evaluasi Pembelajaran Agama Islam
Evaluasi
merupakan
alat
untuk
mengukur
sampai
dimana
kemampuan anak didik menguasai materi yang telah diberikan. Maka
evaluasi yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga menggunakan sistem ujian
semester yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS). Bentuk soal yang diberikan untuk ujian tengah semester dan ujian
akhir semester berupa soal pilihan ganda, dan uraian bebas. Pemberian soal
ujian baik Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester disesuaikan
67
dengan kondisi peserta didik dan setiap soal ujian terdiri dari 5-20 butir soal
yang meliputi 5 butir soal untuk uraian bebas dan 20 butir soal untuk pilihan
ganda (wawancara pada tanggal 24 Mei 2011).
Selain Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS), guru juga melihat perkembangan sikap dari peserta didik selama di
sekolah, dan buku komunikasi yang berfungsi sebagai umpan balik guru
dengan wali murid untuk mengetahui kondisi siswa baik ketika di sekolah
maupun di rumah sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap siswa. Adapun
nilai rata-rata siswa SMPLB bagian C sebagai berikut:
Tabel VIII
Nilai Rata-Rata Kelas Semester Ganjil 2010/2011
Nilai rata-rata kelas
No
Mata Pelajaran
1
2
3
1. Al-Qur’an
7
6
6
2.
Akidah
6
6
6
3.
Akhlak
7
7
7
4.
Fiqih
6
7
7
5. Hasil Pembelajaran Agama Islam
Hasil pembelajaran agama Islam merupakan barometer bagi baik
atau buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah sudah berjalan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau belum sesuai.
Indikasi dari proses belajar agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga antara
68
lain; kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah berkurang, siswa
dapat menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik
sesama guru, teman, dan orang tua, serta siswa dapat menulis dan menghafal
pelajaran sedikit demi sedikit namun hanya terbatas pada kalimat sederhana,
hal ini dikarenakan keterbatasan intelektual.
C. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SMPLB
Negeri Salatiga
Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari
komponen lainnya dalam pembelajaran agama Islam. Apa pun macam dan
jenisnya, semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Tetapi perlu
diingat bahwa tidak semua metode harus digunakan bila hanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Hanya ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode yang dipilih itu pun harus berdasarkan
pertimbangan dan pemilihan yang tepat (Saiful Bahri, 2004:99).
Dalam kegiatan pendidikan, guru tidak harus terpaku menggunakan satu
metode. Agar kegiatan pendidikan tidak membosankan dan menarik perhatian
anak, sebaiknya guru menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar
mengajar.
Ada beberapa metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan di SLB
Negeri Salatiga sebagai berikut :
1. Metode ceramah dan hafalan
Dalam penerapan metode ini, guru dalam menyampaikan materi
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
69
a. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan baik secara
berulang-ulang agar siswa dapat memahami materi tersebut.
b. Kemudian guru berbicara dengan lantang untuk merangsang siswanya.
c. Setelah itu guru memberikan pertanyaan sederhana dan meminta siswa
menghafal materi yang diajarkan. Biasanya metode ceramah digunakan
pada mata pelajaran Aqidah dan Al-Qur’an, namun dapat juga dipakai
dan digunakan pada pelajaran yang lain, dengan melihat keadaan kelas.
2. Metode Demonstrasi
Guru menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan
materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru memperagakan materi yang akan diajarkan (dalam hal ini adalah
praktek sholat fardhu dan praktek wudhu)
b. Guru membimbing mereka dengan membetulkan gerakan-gerakan
shalat apabila terdapat kesalahan.
c. Setelah itu guru memberikan penilaian hasil dari kegiatan tersebut.
3. Metode Apersepsi
Guru dalam menyampaikan materi dengan metode apersepsi
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Guru mengarahkan siswa pada situasi belajar dengan mengadakan
percakapan tentang materi yang disampaikan.
b. Guru memberikan motivasi belajar dan pemantauan perilaku siswa saat
berlangsungnya proses belajar mengajar dengan pemberian hadiah,
menyentuh tangan, memeluk dengan penuh perasaaan, dan memberikan
70
ganjaran berupa pujian apabila siswa saat proses belajar mengajar
menunjukkan perilaku yang baik.
c. Guru memberikan hukuman kepada siswa apabila saat berlangsungnya
proses pembelajaran siswa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dan
tidak diinginkan.
Biasanya metode apersepsi digunakan untuk materi akhlak, apabila
siswa itu bertingkah laku yang baik saat berlangsungnya proses
pembelajaran maka siswa tersebut mendapatkan reward dan pujian.
4. Metode Menyanyi
Metode menyanyi atau irama yang diterapkan di SLB Negeri
Salatiga berjalan cukup efektif, hal ini guru mengunakan metode tersebut
dengan
melihat
keadaan kelas,
disaat
siswa
merasa bosan saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Guru menggunakan metode menyanyi
sebagai metode alternatif untuk menghilangkan suasana yang membosankan
menjadi suasana yang menyenangkan. Biasanya dalam metode menyanyi
guru membuat nyanyian yang ada kaitannya dengan materi tersebut.
Misalnya materi akidah, dengan menyanyikan lagu mengenai nama-nama
nabi, dan menyanyi nama-nama malaikat beserta tugasnya.
5. Metode Latihan
Metode latihan yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga berjalan
cukup efektif, hal ini guru dalam menyampaikan materi menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan arahan kepada siswa
71
b. Setelah guru menyampaikan materi siswa diminta untuk latihan sendiri
(dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan menulis,
membaca, mewarnai, dan menggambar). Biasanya latihan menulis
dipakai pada mata pelajaran al-qur’an, seperti menulis huruf hijaiyah,
kemudian siswa diminta untuk mewarnai huruf hijaiyah
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam
Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan
pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut :
1. Faktor pendukung
a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
ikhlas dan sabar.
b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan
misi sekolah.
c. SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan direktorat
PLB.
d. Partisipasi lingkungan yang mendukung
2. Faktor Penghambat
a. Kurangnya kedisplinan siswa dalam masuk sekolah
b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunagrahita
c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran
d. Kurangnya guru agama Islam
72
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab
ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah
pelaksanaan metode pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga, serta faktor
pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga. Analisis ini didasarkan pada
data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil penelitian
yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri Salatiga.
A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB
Negeri Salatiga
Penerapan kurikulum agama Islam yang dilaksanakan di SLB Negeri
Salatiga tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi
dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu hendaknya
kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya juga melibatkan
sumber-sumber yang lain yang mungkin dapat meningkatkan kualitas
pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi kurikulum
pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam
ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan, baik ahli pendidikan,
ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu.
Didalam pembelajaran agama Islam, guru telah menunjukkan penguasaan
yang baik terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa,
73
mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan dan pengetahuan lain
yang relevan, serta menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan kaidahkaidah belajar.
B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan
Efektifitasnya pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga
Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari
komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apa pun macam dan jenisnya,
semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Metode pembelajaran
agama Islam yang sering digunakan di SLB Negeri Salatiga meliputi:
1. Metode Ceramah dan Hafalan
Metode ceramah
merupakan
metode
yang
digunakan
dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah, dan al-qur’an. Hasilnya
dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan
standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pembelajaran dalam pelajaran akidah, dimana siswa mampu mengetahui dan
menunjukkan ciptaan Allah SWT. Kemudian dalam mata pelajaran al-qur’an
siswa mampu melafalkan surat-surat pendek dalam al-quran seperti surat alfatikhah dan menyebutkan huruf-huruf hijaiyah.
Setelah menggunakan metode ceramah biasanya guru menggunakan
metode hafalan sebagai pelengkap dari metode ceramah yang disampaikan.
Sehingga dengan metode ceramah siswa dapat menghafalkan materi yang
diajarkan. Sebagai contoh siswa dapat menghafalkan huruf hijaiyah.
74
Dari
metode
ceramah
dan
hafalan
yang
digunakan
dalam
menyampaikan materi pelajaran akidah dan alquran di SLB Negeri Salatiga
dapat berjalan cukup efektif. Walaupun belum semaksimal mungkin, hal ini
dikarenakan anak tunagrahita yang terbatas pada segi intelektual sehingga
perlu pengulangan materi secara berkelanjutan.
Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode ceramah
dan hafalan memiliki kelebihan diantaranya: guru dapat berbicara langsung
dengan siswa dan mengajarkan materi sekaligus melihat keadaaan kelas,
selain itu siswa dapat langsung mendengarkan apa yang disampaikan oleh
guru, serta dapat melatih otak siswa untuk mengingat hal-hal yang sederhana.
Sedangkan kelemahan dari metode ceramah dan hafalan diantaranya:
siswa tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam hal ini siswa
bermain sendiri dan siswa banyak diam, serta siswa tidak dapat dipaksakan
untuk menghafal materi terlalu banyak, karena otak mereka terbatas.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran fiqih,khususnya praktek sholat.
Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai
dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru, di mana siswa mampu
memperagakan gerakan sholat fardhu.
75
Dari hasil pembelajaran tersebut, maka metode demonstrasi yang
digunakan pada pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga berjalan
cukup efektif. Walaupun belum semaksimal mungkin karena anak tunagrahita
dalam memperagakan gerakan sholat masih perlu mendapatkan bimbingan.
Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan begitu juga pada metode
demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat melihat secara
langsung peragaan dari guru, kemudian siswa dapat mempraktekkan secara
langsung gerakan sholat dengan dibimbing guru agama Islam.
Sedangkan
kelemahan
dari
metode
demonstrasi
diantaranya:
kadangkala siswa ada yang tidak memperhatikan secara seksama dari
peragaan yang dicontohkan oleh guru, kemudian dalam peragaannya siswa
justru kadang dibuat main-main.
3. Metode Apersepsi
Metode apersepsi merupakan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran akhlak. Hasil dari proses
pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi
yang telah ditentukan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran,
dimana siswa dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang
tidak baik, serta siswa dapat berperilaku yang baik kepada guru, dan teman.
Maka metode apersepsi yang digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran akhlak di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif. Karena
kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah terkurangi.
76
Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode apersepsi
memiliki kelebihan diantaranya: agar siswa dapat menyatu dalam proses
belajar mengajar dan sebagai bentuk intervensi guru selama proses
pembelajaran. Metode apersepsi bisa diterapkan dalam pergaulan sehari-hari
di lingkungan sekolah, jadi sifatnya elastis dan kapan saja dapat dipakai.
Sedangkan untuk kelemahan dari metode tersebut tidak ada.
4. Metode menyanyi
Metode menyanyi merupakan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah. Hasil dari proses
pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi
yang telah ditentukan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran,
dimana siswa dapat menghafalkan materi yang disampaikan oleh guru dalam
bentuk nyanyian.
Maka metode menyanyi yang digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran aqidah di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif. Karena dapat
mempermudah siswa dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru,
dan menjadikan suasana proses belajar mengajar menjadi menyenangkan.
Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode menyanyi
memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat belajar dengan senang,
kemudian rasa bosan atau jenuh dalam pembelajaran sedikit demi sedikit
77
terkurangi dan siswa dapat menghafal materi yang diajarkan dalam bentuk
nyanyian.
Sedangkan kelemahan dari metode menyanyi diantaranya: siswa justru
jadi kesenangan terus menerus, sehingga ketika guru ingin menyampaikan
pelajaran kembali siswa meminta untuk bernyanyi.
5. Metode Latihan
Metode
latihan
merupakan
metode
yang
digunakan
dalam
menyampaikan materi pada mata pelajaran al-quran. Hasil dari proses
pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi
yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran,
dimana siswa dapat kreatif dalam menyalurkan bakat sesuai dengan
kemampuannya, seperti: siswa mampu menulis, menggambar, mewarnai, dan
membaca.
Maka metode latihan yang digunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran al-quran di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif, sesuai
dengan hasil pembelajaran yang dikemukakan diatas.
Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan
kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode latihan
memiliki kelebihan diantaranya: dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kreatifitas sesuai dengan daya-dayanya atau
kemampuannya.
78
Sedangkan kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadang kala
siswa diminta untuk latihan menulis atau menggambar tetapi siswa justru
menggunakan kesempatan itu untuk bermain bersama teman.
Berdasarkan teori pada bab dua, tentang metode pembelajaran pada anak
tunagrahita, yaitu metode pembelajaran individual, metode aplikasi gerak irama,
metode latihan (treatmen), dan metode perilaku kognitif (cognitive behavioral),
pada hakikatnya sama dengan metode yang di gunakan di SLB Negeri Salatiga
dalam proses pembelajaran.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam pada
Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga
Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga,
tentunya tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan penghambat yang
akan membawa dampak bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di SLB
Negeri Salatiga.
1. Faktor Pendukung
a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
ikhlas dan sabar.
Guru di SLB Negeri Salatiga mengajar sesuai dengan lulusan
kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Salatiga
sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB.
Menjadi guru di SLB Negeri Salatiga, bukanlah pekerjaan
mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada
79
pula keikhlasan dan kesabaran dalam menyampaikan pelajaran. Sebab,
sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya
orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam mewujudkan visi dan
misi sekolah.
Guru di SLB Negeri Salatiga selalu menjunjung tinggi etos kerja
terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab sebagai
pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah pada anak
normal yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SLB Negeri
Salatiga, guru menjadi tumpuan bagi para siswa.
Guru di SLB Negeri Salatiga tersebut, selain menjadi tenaga
pendidik dalam mengajar juga berperan sebagai orang tua, karena anak
tunagrahita perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu
contoh konkret adalah ketika siswanya malas masuk sekolah, maka
guru tersebut mendatangi mereka ke rumah. Selain itu, guru juga
mengamati perkembangan perilaku siswa ketika menghadapi liburan di
rumah. Selain itu guru di SLB Negeri Salatiga selain berperan sebagai
orang tua juga berperan sebagai kakak, bermain bersama didalam
proses pembelajaran.
c. Bahwa SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan
direktorat PLB.
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan
resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum,
80
sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam
mengatur anak cacat masih kurang.
Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan
sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi
anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka.
Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk
meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali
kemandirian dan ketrampilan anak.
d. Partisipasi lingkungan yang mendukung
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun proses pembelajaran di
sekolah,
terutama dalam
menciptakan iklim positif bagi kemajuan siswa dan guru. Bagi
kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan
aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi
guru, lingkungan selalu mengadakan silahturahmi, sehingga terjalin
kerja sama yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain
itu lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi
kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.
2. Faktor Penghambat
a. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah
Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak
tunagrahita, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah,
sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga guru satu persatu
81
mendatangi siswa ke rumah orang tua wali murid dan mengajak siswa
untuk kembali belajar di sekolah.
b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunagrahita
Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan
terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak
sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan
pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang,
dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid.
Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali murid
kurang memperhatikan anak tunagrahita dalam segi makanan dan
pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat
penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki
anak yang cacat.
c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran
Minimnya alat peraga dan fasilitas, berupa laboratorium IPA,
dan laboratorium bahasa yang ada di SLB Negeri Salatiga membuat
guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi, karena pada
proses
belajar
mengajar
membutuhkan
sarana
tersebut
untuk
mendukung dan mempermudah proses belajar.
d. Kurangnya guru agama Islam
Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga,
merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran.
82
Dikarenakan guru agama Islam hanya 2 orang guru, yang satu
mengampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang SDLB, dan yang
satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang SMPLB.
Selain itu, guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga selain mengajar
SMPLB juga mengajar agama Islam pada jenjang SMALB ditempat
yang sama.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh atau digali dari
lapangan, berikutnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga bersifat
khas dan unik. Hal itu dapat dilihat dari:
a. Materi yang diajarkan tidak sepenuhnya seperti disekolah umum,tetapi
hanya pada materi-materi sederhana yang disesuaikan dengan kondisi
siswa.
b. Guru dalam mengajar dengan penuh rasa sabar, serta mengulang-ulang
materi agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan.
c. Waktu yang dibutuhkan guru dalam menyampaikan materi sangat
banyak karena melihat kondisi anak tunagrahita yang memiliki
keterbatasan intelegensi.
d. Interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar tidak kondusif.
e. Suasana dalam kegiatan belajar mengajar pun siswa tidak aktif.
2. Metode pembelajaran agama Islam yang digunakan di SLB Negeri Salatiga
antara lain: metode ceramah dan hafalan, metode demonstrasi, metode
apersepsi, metode menyanyi atau irama, dan metode latihan. Selama ini
dengan metode tersebut pembelajaran berjalan efektif. Sedangkan
guru
mengajar dengan rasa sabar, mengulang-ulang materi, serta pemberian
84
contoh-contoh yang sederhana kepada agar peserta didik bisa memahami
materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru menggunakan media papan tulis
agar lebih mudah menerapkan metode tersebut.
3. Faktor pendukung pembelajaran agama Islam antara lain guru yang mengajar
sudah sesuai dengan jurusannya, mengajar dengan ikhlas dan sabar,
menjunjung tinggi etos kerja, keberadaan SLB Negeri Salatiga didukung
oleh pemerintah dan direktorat PLB, serta lingkungan yang mendukung.
Yang menghambat pembelajaran agama Islam adalah anak sering tidak
masuk sekolah karena kurangnya perhatian dari orang tua, serta minimnya
alat peraga dan media pembelajaran, serta kurangnya guru agama Islam.
B. Saran-Saran
1. Untuk pengurus SLB Negeri Salatiga
a. Melengkapi sarana dan prasarana SLB Negeri Salatiga agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar
b. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap instansi
yang terkait
c. Penataan ruang kelas
d. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan
manajemen yang baik.
e. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali murid
f. Meningkatkan administrasi sekolah
g. Menambah staf pengajar untuk memenuhi rasio
85
2. Untuk guru-guru SLB Negeri Salatiga
a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi siswa
b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai kelas
c. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai keahlian atau ketrampilannya
dengan ekstrakurikuler dengan mengikut sertakan dalam perlombaan.
3. Untuk masyarakat Banjaran Salatiga
a. Kesadaran masyarakat lebih ditingkatkan untuk membangun kemajuan
bersama
b. Memperbanyak
silahturahmi tidak hanya pada waktu acara resmi,
melainkan waktu luang dijadikan ajang penguatan emosional
c. Ikut
menciptakan
lingkungan
positif
dalam
mendukung
proses
pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas siswa.
C. Penutup
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, inayah, serta ridho-Nya,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Mengingat kemampuan
penulis yang sangat terbatas tentunya skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu sumbangsih kritik maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi lebih baiknya penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Amin.
86
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Anshari, Endang Saifudin. 1989. Kuliah Al-Islam. Jakarta: CV. Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Ilmu.
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo.
Delphie, Bandi. 2005. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Ditjen Bimas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.
Mahmud, Ahmad. 2001. Tuhan dan Sains: Mengungkap Berita-berita Al-Qur’an/
Penerjemah Satrio Wahono. Jakarta: Serambi.
Mansur. 1995. Strategi Belajar Mengajar, Modul 1-6. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Mansyur, dkk. 1982. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: CV. Forum.
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Beserta Penejelasannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. 2001. Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Somantri,Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Cet ke-1. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Edisi ke V.
Bandung: Tarsito.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zakiah,dkk. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin,Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada
Pers.
http://yusti23.blogspot.com/2010/02/tunagrahita-tunagrahita-merupakan-kata.html
diakses tgl 09/07/2011 jam 14.38
87
88
89
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH
1. Apakah bapak mengepalai beberapa jenjang pendidikan?
2. Adakah karakteristik tertentu anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga?
3. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
4. Dari manakah latar belakang guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
5. Apakah fasilitas PBM di SLB telah mencukupi?
6. Apa saja keunggulan atau kelebihan dari SLB Negeri Salatiga ini?
7. Bagaimana prestasi sekolah di SLB Negeri ini?
8. Usaha apa yang akan dicapai dalam mewujudkan visi dan misi SLB Negeri
Salatiga?
9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga?
10. Dari mana saja pendanaan SLB Negeri Salatiga?
11. Bagaimana peran lingkungan atau masyarakat dalam memajukan SLB Negeri
Salatiga ini?
12. Siapa saja komite di SLB Negeri Salatiga?
13. Kurikulum apa yang dipakai di SLB ini?
90
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU AGAMA ISLAM
1. Apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunagrahita yang biasanya dilaksanakan
untuk menunjang kegiatan PBM agama Islam?
2. Bagaimana respon siswa dengan mata pelajaran agama Islam
a. Semangat atau tidak
b. Sungguh-sungguh atau tidak
c. Adakah perubahan perilaku setelah mengikuti mata pelajaran agama Islam
3. Waktu pembelajaran agama Islam dan jadwalnya
4. Apakah materi pembelajaran agama Islam di SMPLB sama dengan SMP umum?
5. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak gunakan dalam PBM agama Islam
pada peserta didik?
6. Alat peraga apa saja yang dapat menunjang PBM agama Islam?
7. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga?
8. Apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar
agama Islam?
9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
agama Islam untuk anak tunagrahita?
10. Evaluasi seperti apa yang digunakan dalam PBM agama Islam di SMPLB-C
dalam mengukur keberhasilan siswa?
11. Mengapa Bapak lebih memilih mengajar di SLB ini? Kenapa tidak di luar?
12. Apa pengalaman menarik ketika mengajar agama Islam di SLB ini?
13. Bagaimana upaya mengkomunikasikan PBM di sekolah dengan orang tua di
rumah?
91
PEDOMAN OBSERVASI
Pedoman Observasi Guru
1. Membuka pelajaran
2. Penguasaan bahan
3. Ketrampilan menjelaskan
4. Penggunaan bahasa (lancar, sopan, tepat, dan intonasi)
5. Metode mengajar yang digunakan dan alat (media pengajaran)
6. Kemampuan menguasai dan mengelola kelas
7. Mengadakan variasi
8. Menutup pelajaran
92
DOKUMENTASI
1. Nama sekolah
2. Sejarah berdirinya sekolah
3. Visi dan misi
4. Tujuan
5. Struktur organisasi
6. Sarana prasarana
7. Prestasi
8. Pendanaan
9. Daftar murid, guru, karyawan, dsb
10. Keadaan guru
Keadaan
Siswa
93
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SLB Negeri Salatiga
Nama
: Responden I
NIP
: 19620xxxxxxx
Tempat wawancara
: Ruang Tamu SLB Negeri Salatiga
Tanggal Wawancara : Senin, 23 Mei 2011
Pukul
: 10.00 WIB
Hasil wawancara adalah sebagai berikut :
Peneliti
Responden I
: Apakah bapak mengepalai beberapa jenjang pendidikan?
: Di SLB Negeri Salatiga ini saya mengepalai 4 jenjang pendidikan,
yaitu dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Peneliti
: Oh gitu ya pak. Kemudian apa ada karakteristik tertentu anak
tunagrahita di SLB ini?
Responden I
: Pertama, perhatiannya mudah terpecah, kalau belajar
misalnya 1 jam pelajaran mungkin kan dia g bisa... baru
berapa menit nanti kembali lagi harus kayak gitu. Jadi anak
tunagrahita itu kan mental x nya itu kan seperti misalnya
anak kelas 4 SD tu sama dengan anak TK. IQ dibawah 100,
antara 80 ke bawah. Ada 3, ada yang debil yang 80an, yang
imbesil 60 kebawah, yang idot yang dibawah sekali 25 gt.
Peneliti
: Kemudian bagaimana karakteristik pembelajaran agama
Islam di SLB Negeri Salatiga?
Responden I
: Karakteristik pembelajaran agama Islam ya hampir sama
dengan sekolah reguler, kurikulumnya juga, hanya bedanya
ya dibatasi pada jumlah materinya. Kalau materinya tu
ditentukan
diberikan
sendiri oleh sekolah. Materi agama yang
itu
berkaitan
pembiasaan keidupan.
94
dengan
keseharian
suasana
Peneliti
: Dari manakah latar belakang guru agama Islam di SLB
Negeri Salatiga?
Responden I
: Nahhhhh......guru agama tu dari umum semua yang 1 dari
angkatan PGA kemudian studi S1, yang 1 lagi memang
langsung dari angkatan S1.
Peneliti
Responden I
: Pak, apakah fasilitas PBM di SLB telah mencukupi?
: Ya kalau dibilang cukup ya belum. Masih banyak fasilitas yang
belum terpenuhi. Tapi untuk buku-buku, alat pendidikan
kami berusaha untuk memenuhinya.
Peneliti
: Mengenai apa saja keunggulan atau kelebihan dari SLB
Negeri Salatiga ini?
Responden I
: Di SLB ini tu tenaga pengajarnya paling banyak. Kemudian
jumlah kekomplitan cacat anak ya disini, trus di Salatiga kan
sekolah luar biasa yang Negeri ya hanya satu ini.
Peneliti
Responden I
: Bagaimana dengan prestasi sekolah di SLB Negeri ini?
: Kalau prestasi ya g ingat, banyak mbak. Tapi tenang saja nanti
ada datanya. Cerita sedikit,untuk tahun 2010 itu ada juara I
melukis, juara I lari 100 m putra, trus untuk yang tahun 2011
nya, juara harapan I lompat jauh, baca puisi juga juara I, dan
masih banyak lagi mbak.
Peneliti
: Kemudian usaha apa yang akan dicapai dalam mewujudkan visi
dan misi SLB Negeri Salatiga?
Responden I
: Untuk mencapai visi misi ya agak berat juga ya, visi tu kan
jg byk. Impian kita mau ke sana. Tapi belum tentu tercapai
sepenuhnya. Ya kita pelan-pelan itu kalau yang bisa kita
lakukan disini misalnya tentang tenaga kependidikan,
peningkatan mutu sering kita adakan pelatihan. Kemarin ada
IHT (training) disini, walaupun yang menggunakan hanya
intern sekolah.
Peneliti
: Apa saja faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri
Salatiga?
95
Responden I
: Faktor pendukungnya dulu ya... pertama guru yang mengajar
tu sudah sesuai dengan jurusannya serta mereka mengajar
dengan dpenuh rasa ikhlas dan sabar. Kemudian Guru disini
tu selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan
visi dan misi sekolah. Selanjutnya SLB Negeri ini
keberadaannya didukung oleh pemerintah dan direktorat
PLB, partisipasi masyarakat
juga sangat mendukung.
Kemudian kalau faktor penghambatnya tu kurangnya
kedisplinan siswa masuk sekolah, mereka tu susah sekali
kalau disuruh sekolah, apalagi setelah liburan seperti itu, trus
perhatian dari wali murid sendiri kurang terhadap anaknya
yang tunagrahita, minimnya alat peraga, yang terakhir tu
kami kekurangan guru agama Islam.
Peneliti
: Mohon maaf sebelumnya Pak, kalau masalah pendanaan, dari
mana saja pendanaan SLB Negeri Salatiga?
Responden I
: Kalau masalah pendanaan kami dibantu dari direktorat PLB,
kemudian pemerintah kota Salatiga juga membantu, serta
donatur-donatur dari instansi swasta. Rutin tiap tahunnya kita
dapat. Kemudian pendanaan itu kami gunakan untuk
melengkapi sarana dan prasarana, gaji guru, alat, atau
pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya.
Peneliti
: Bagaimana peran lingkungan atau masyarakat dalam
memajukan SLB Negeri Salatiga ini?
Responden I
: Perannya ya masyarakat sangat mendukung sekali, walaupun
tidak begitu maksimal, tapi mereka membantu dari segi
pikiran dan finansial sudah membantu banyak sekali. Salah
satunya tempat parkirnya SLB ni yang buat ya dari
masyarakat.
Peneliti
: Siapa saja komite di SLB Negeri Salatiga?
96
Responden I
: Komite itu kami ambil dari wali murid, serta juga para guru
dari SLB Negeri ini. Nanti datanya ada jadi tinggal dicopy aja
mbak.
Peneliti
: Kalau Kurikulum yang digunakan apa ya Pak?
Responden I
: Ya sama KTSP.
Hasil wawancara dengan guru agama Islam SLB Negeri Salatiga
Nama
: Responden II
NIP
: 19791xxxxxxx
Tempat wawancara
: Ruang Tamu SLB Negeri Salatiga
Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Mei 2011
Pukul
: 10.00 WIB
Hasil wawancara adalah sebagai berikut :
Peneliti
: Pak, apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunagrahita
yang biasanya dilaksanakan untuk menunjang kegiatan PBM
agama Islam?
Responden II
: Untuk kegiatan keagamaan, kita ada sholat dhuhur
berjama’ah kemudian kalau bulan puasa gitu ada pesantren
kilat, terus ada mabit (nginep disekolah itu lhoh).
Peneliti
: Kalau respon siswa dengan mata pelajaran agama Islam
bagaimana Pak?
Responden II
: Ya lumayan baik walaupun pada umumnya siswa kurang
memahami
pelajaran
karena
keterbatasan
kemampuan
mereka dalam menerima pelajaran itu berbeda-beda.
Peneliti
: Lalu waktu pembelajaran agama Islam dan jadwalnya seperti
apa Pak?
97
Responden II
: Waktu pelajaran agama Islam di SLB ini hanya 2 jam
pelajaran dalam seminggu. Jadwalnya nanti ada, tapi yang
jelas kalau untuk yang SMPLB hanya hari Selasa.
Peneliti
: Kurikulum apa yang dipakai di SMPLB?
Responden II
: Kurikulumnya ya sama dengan sekolah umum, ya KTSP...
Peneliti
: Kalau materi pembelajaran agama Islam di SMPLB apakah
sama dengan SMP umum?
Responden II
: Kalau materi umumnya tu sama, tapi kalau di lapangannya
tidak. Materinya kita kurangi, hanya sebatas yang sederhanasederhana saja. Sederhana aja tu masih harus diulang-ulang.
Yang penting kita sesuaikan dengan kemampuan anak.
Peneliti
: Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak gunakan dalam
PBM agama Islam pada peserta didik?
Responden II
: Banyak mbak. Yang pertama, yang paling sering digunakan
metode ceramah, itu saya gunakan pada mata pelajaran
aqidah dan al-qur’an, tapi pelajaran yang lain juga bisa. Trus
yang kedua demonstrasi, kalau metode ini lebih ke fiqh ya
misalnya praktek sholat fardhu, dan praktek wudhu. Yang
ketiga ada apersepsi, itu untuk mata pelajaran akhlak,
misalnya ketika anak berlaku baik nanti saya kasih reward
atau pujian dengan memberi acungan jempol seperti itu. Trus
selanjutnya metode menyanyi, dengan menyanyi kan bisa
menghilangkan suasana bosan. Lagunya ya yang berkaitan
dengan materi misalnya lagu nama-nama 25 nabi, trus namanama malaikat beserta tugasnya. Yang terakhir metode
latihan, biasanya ya latihan menulis huruf hijaiyah, kemudian
nanti diwarnai. Nanti kalau untuk lebih jelasnya kapan-kapan
masuk ke kelas untuk mengamati PBM nya seperti apa.
Peneliti
: Berarti apakah ada alat bantu untuk mengajar anak-anak
tunagrahita?
98
Responden II
: Ya biasanya hanya menggunakan alat bantu papan tulis,
karena anak tunagrahita itu sulit menerima pelajaran kalau
tidak diulang-ulang. Oleh karena itu cara yang paling efektif
ya dengan mencatat materi pelajaran di papan tulis, maka
siswa akan lebih mudah untuk mengulang-ulang materi
pelajaran. Kalau guru hanya mendikte saja atau siswa disuruh
untuk mengambil kesimpulan sendiri tentang materi pelajaran
yang diterangkan oleh guru, kan siswa belum bisa menerima
materi pelajaran tersebut.
Peneliti
: Alat peraga apa saja yang dapat menunjang PBM agama
Islam?
Responden II
: Alat peraga apa yach..... ya ini nanti bisa diamati sendiri,
yang jelas kita masih kekurangan alat peraga.
Peneliti
: Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB
Negeri Salatiga?
Responden II
: Kalau materi dan kurikulumnya itu sama, ya hanya seperti
yang saya katakan tadi materinya dikurangi hanya sebatas
yang sederhana saja.
Peneliti
:
Kemudian
apa
saja
usaha
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam belajar agama Islam?
Responden II
: Usaha apa..... kalau disini anak tu mau sekolah saja sudah
senang sekali. Tapi ya kalau anak untuk agama, untuk
menarik siswa langsung ke praktek, misalnya praktek sholat,
wudhu. Jadi kita lebih bermain ke situ.
Peneliti
: Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan
pembelajaran
agama
Islam
untuk
anak
tunagrahita?
Responden II
: Faktor pendukung ya guru yang mengajar adalah guru yang
jurusan agama Islam, trus karena ini SLB guru di sini
mengajarnya dengan rasa ikhlas dan sabar karena itu sebuah
perjuangan. Kala faktor penghambatnya siswa susah sekali
99
masuk sekolah, apalagi kalau habis libura. Kita dari guruguru sering datang ke rumah satu per satu gitu memberi
motivasi, dorongan biar mau berangkat, karena kalau
mengandalkan orang tua juga kurang perhatiannya terhadap
anak mereka itu, trus apa lagi ya. Oh ya alat peraga untuk
pembelajaran minim, seperti gambar orang sholat itu belm
ada. Tapi ya bagaimana caranya kita tetap menyampaikan
materi kepada anak sampai mereka tahu.
Peneliti
: Evaluasi seperti apa yang digunakan dalam PBM agama
Islam di SMPLB-C dalam mengukur keberhasilan siswa?
Responden II
: Sama dengan sekolah umum, ada UTS, UAS. Cuman soalnya
ya
gampang-gampang,
sesuai
dengan
kondisi
siswa.
Gampang saja mereka tu masih juga kesulitan. Bentuk
soalnya uraian bebas. dan setiap soal ujian terdiri dari 5-20
butir soal yang meliputi 5 butir soal untuk uraian bebas dan
20 butir soal untuk pilihan ganda. Selain dari hasil UTS dan
UAS, saya nilainya juga dari perkembangan sikapnya selama
di sekolah.
Peneliti
: Mengapa Bapak lebih memilih mengajar di SLB ini? Kenapa
tidak di luar?
Responden II
: Lha ini dia bingung saya. Yang pertama karena terlanjur.
Hehehe........ bercanda. Dulu kan saya di SDIT. Ternyata istri
nyoba-nyoba daftarin, sebenarnya saya dari dulu anti. Dulu
saya ditawarin ga mau. Tapi setelah itu malah saya masuk,
trus ternyata SK saya di SLB ini.
Peneliti
: Apa pengalaman menarik ketika mengajar agama Islam di
SLB ini?
Responden II
: Banyak mbak. Yang jelas pengalamannya aneh-aneh.
Hehehe......
Peneliti
: Bagaimana upaya mengkomunikasikan PBM di sekolah
dengan orang tua di rumah?
100
Responden II
: Ya kita sering mengadakan pertemuan wali murid, sharing
bagaimana tingkah lakunya dirumah, dan lain-lain. Seperti
itu.
101
Dokumentasi SLB Negeri
Salatiga
102
103
104
105
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: DIAN SUPRIHATI
2. Tempat/ Tanggal Lahir
: Manokwari, 24 Oktober 1989
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Jln. Bangau No.12 RT.05/RW.IX Klaseman
Mangunsari Sidomukti Salatiga
7. Riwayat Pendidikan
: SDN Mangunsari 03
Lulus tahun 2001
SMP N 09 Salatiga
Lulus tahun 2004
MAN Salatiga
Lulus tahun 2007
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 08 September 2011
Penulis
DIAN SUPRIHATI
106
107
108
DAFTAR NILAI SKK
NAMA
: DIAN SUPRIHATI
NIM
: 11107019
No.
JURUSAN : Tarbiyah PAI
Nama Kegiatan
Pelaksanaan
Keterangan
Nilai
28 – 31 Agustus 2007
Peserta
3
1.
OSPEK
2.
Diskusi Ramadhan dengan tema “
Meraih Kesempurnaan Diri di Bulan
yang Suci”
21 September 2007
Peserta
2
3.
“ Breaking The Fast and Bioskop
Ramadhan ”
25 September 2007
Peserta
2
4.
Bedah Buku “ Buktikan Cintamu ”
22 Maret 2008
Peserta
2
5.
Bedah Buku Pendidikan Multikultural
dengan tema “ Rekonstruksi System
Pendidikan Berbasis Kebangsaan ”
30 Juni 2008
Peserta
2
6
Buka Bersama Pra-DM Sehari Bersama
KAMMI dengan tema “ Indahnya
Kebersamaan Di Bulan Ramadhan ”
04 September 2008
Peserta
2
7
Buka Bersama dengan tema “ Buka
Taman Hati Gapai Ridho Illahi ”
13 September 2008
Peserta
2
8
Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka
Pandega ke-18 (PLCPP XVIII)
6 - 9 November 2008
Peserta
3
9
Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
18 November 2008
Peserta
2
10
Bedah Buku dengan judul buku “ Kaum
Muda Menatap Masa Depan Indonesia ”
27 November 2008
Peserta
2
11
Seminar dan Silaturrahmi Nasional
Aliansi Dewan Pimpinan Daerah
15 Desember 2008
Peserta
6
12
Kuliah
Umum
dan
Dialog
“
Perkembangan Kerjasama ASEAN
Bersama Direktorat Jenderal Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia ”
10 Februari 2009
Peserta
3
13
Kursus Pembina Pramuka Mahir
Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang
Kota Salatiga Tahun 2009
9 – 14 Februari 2009
Peserta
5
109
14
Pelatihan Ustad
Tingkat Mahir I
–
Ustadzah
TPQ
1 Maret 2009
Peserta
3
15
Seminar Pembiayaan Pendidikan Kota
Salatiga dengan tema “ Efektifitas
dalam Mengaplikasikan Anggaran
Pendidikan dari APBD Kota Salatiga ”
25 Maret 2009
Peserta
3
16
Bedah Buku “ Deadline Your Life ”
14 April 2009
Peserta
2
17
Seminar Nasional dengan tema “
Demokrasi, Kepemimpinan Nasional
dan Masa Depan Indonesia ”
22 April 2009
Peserta
6
18
Bedah Buku “ Metode Studi Islam :
Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai
Cara Pandang ” Karya Dr. Muhyar
Fanani
26 Mei 2009
Peserta
2
19
Bedah Buku “ Jalan Cinta Para Pejuang
” Karya Salim A. Fillah
24 April 2010
Peserta
2
20
Organisasi Paguyuban Remaja Peduli
RT.05/RW.IX Klaseman Mangunsari
Salatiga
2009-2010
Ketua
3
21
Seminar Pendidikan Seks Bagi Remaja
2 Mei 2010
Peserta
3
22
Sarasehan Nasional dengan tema “
Simpul Budaya Indonesia ”
8 Mei 2010
Peserta
6
23
Public Hearing 2010 dengan tema “
Membangun Demokrasi Kampus Yang
Harmonis ”
15 Mei 2010
Peserta
2
24
Praktikum Metodologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
20 Agustus 2010
Peserta
3
25
Praktikum Pelatihan Ikhtibar al-Lughah
al-Arabiyah Ka Lughah Ajnabiyah
(ILAiK)
11 – 26 Februari 2011
Peserta
2
26
Organisasi Remaja Masjid Klaseman
Miftachul Jannah
2009-2011
Bendahara
3
27
Remaja Masjid Klaseman Miftachul
Jannah “ Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW 1432 H ”
25 Juni 2011
Panitia
2
110
28
Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid
Al-Muttaqien
2009-2011
Ustadzah
12
29
“ Kajian Ramadhan dan Buka Bersama
Remaja Masjid Klaseman Miftachul
Jannah ”
7, 14, 21, 28 Agustus
2011
Panitia
2
Jumlah
89
Salatiga, 6 September 2011
Mengetahui
Pembantu Ketua Bidang
Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M. Pd.
NIP. 197 502 211 200 003 1001
111
Download