METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA) TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Diajukan oleh : DIAN SUPRIHATI NIM : 111 07 019 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 i DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] Dra. Maryatin DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudari DIAN SUPRIHATI Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama : DIAN SUPRIHATI NIM : 111 07 019 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi Pada SLB Negeri Salatiga) Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga,08 September 2011 Pembimbing Dra. Maryatin NIP. 19690402 199803 2 001 ii SKRIPSI METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (STUDI PADA SLB NEGERI SALATIGA) TAHUN 2011 DISUSUN OLEH DIAN SUPRIHATI NIM : 111 07 019 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 26 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji I Penguji II Penguji III : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. : Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. : Miftachur Rif’ah, M.Ag. : Dra. Maryatin Salatiga, 26 September 2011 Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002 iii DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dian Suprihati NIM : 11107019 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 08 September 2011 Yang Menyatakan, Dian Suprihati iv MOTTO “Jika ingin menuai benih kebahagiaan maka tebarkanlah benih kebaikan, kita mulai dengan menanam kebaikan mencabut rumput-rumput ketamakan, benci dan iri hati, kemudian menyiraminya dengan kerendahan hati serta memberi pupuk perilaku yang berbudi” PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini kepada: Ke dua Orang Tuaku Yang Kucintai Kakak-Kakakku dan Adik ku Yang Kusayangi Bapak/ Ibu Dosen STAIN Salatiga serta Karyawan-Karyawamnya Teman-Temanku Seperjuangan Semoga Ridho Allah Selalu Menyertai Mereka v KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari Zaman Jahiliyyah menuju jalan yang penuh hidayah dari Allah SWT. Semoga pada akhirnya kelak kita termasuk umatnya, Amiin. Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di STAIN Salatiga. 2. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Puket Bidang Akademik yang telah memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perizinan penelitian. 3. Dra. Siti Asdiqoh selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi. 4. Dra. Maryatin. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi. 5. Muhlisun, S.Pd. selaku Kepala SLB Negeri Salatiga yang telah memberi izin penelitian. vi 6. Eko Puji Widodo, S.Pd. selaku guru Agama Islam SLB Negeri Salatiga yang telah memberikan informasi atas metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga. 7. Siswa-siswi tunagrahita SLB-C Negeri Salatiga yang telah memberikan senyum manis atas kehadiran penulis dan kerja sama selama penelitian. 8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas penyusunan skripsi. 9. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Salatiga, 08 September 2011 Penulis Dian Suprihati vii ABSTRAK Suprihati, Dian. 2011. Metode Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita (Studi Pada SLB Negeri Salatiga) Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin. Kata kunci : Metode, Pembelajaran Agama Islam, Anak Tunagrahita Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang ada di SLB Negeri Salatiga. Hal ini menjadi penting melihat persoalanpersoalan yang dihadapi anak tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran mengalami kesulitan disebabkan memiliki inteligensi dibawah rata-rata, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pendekatan dan pembelajaran secara khusus. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam pada SLB Negeri Salatiga, bagaimana metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak tunagrahita, serta apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan datanya antara lain dengan interview, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian yang didapat, bahwa karakteristik pembelajaran agama Islam sama dengan sekolah umum, tetapi aplikasi pembelajaran hanya pada materi-materi tertentu. Serta guru di SLB Negeri Salatiga dalam pembelajaran agama Islam menggunakan metode antara lain metode ceramah dan hafalan, demonstrasi, apersepsi, menyanyi, dan metode latihan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu didukung oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Adapun faktor penghambatnya adalah perhatian/atensi orang tua kurang mendukung. viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR BAGAN DAN TABEL ......................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7 E. Penegasan Istilah .............................................................................. 8 F. Metode Penelitian ............................................................................ 11 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 11 2. Kehadiran Peneliti ..................................................................... 12 3. Lokasi Penelitian ....................................................................... 12 4. Sumber Data .............................................................................. 12 5. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 13 6. Analisis Data .............................................................................. 14 7. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 15 8. Tahap-Tahap Penelitian .............................................................. 16 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 17 ix BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Agama Islam .............................................................. 19 1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum ...... 19 2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB ....................... 21 B. Metode Pembelajaran Agama Islam ................................................. 22 1. Metode Pembelajaran Individual ................................................ 23 2. Metode Aplikasi Gerak Irama .................................................... 24 3. Metode Latihan .......................................................................... 26 4. Metode Perilaku Kognitif ........................................................... 27 C. Anak Tunagrahita ............................................................................ 29 1. Pengertian Anak Tunagrahita .................................................... 29 2. Karakteristik Anak Tunagrahita ................................................. 30 3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Tunagrahita .......................... 34 4. Klasifikasi Anak Tunagrahita ..................................................... 36 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga ............................................ 47 1. Letak Sekolah ............................................................................ 47 2. Sejarah Berdirinya ..................................................................... 48 3. Visi, Misi, Tujuan ...................................................................... 49 4. Struktur Organisasi .................................................................... 49 5. Keadaan Siswa ........................................................................... 51 6. Keadaan Guru ............................................................................ 55 7. Pendanaan .................................................................................. 59 8. Sarana Prasarana ........................................................................ 59 9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga ............................................... 63 10. Partisipasi Lingkungan ............................................................... 63 B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga ............................................................... 64 1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam ............................................ 64 2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam ..... 65 3. Materi Pembelajaran Agama Islam ............................................. 65 x 4. Evaluasi Pembelajaran Agama Islam .......................................... 69 5. Hasil Pembelajaran Agama Islam ............................................... 70 C. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga ............................................................... 71 1. Metode Ceramah dan Hafalan .................................................... 72 2. Metode Demonstrasi .................................................................. 72 3. Metode Apersepsi ...................................................................... 72 4. Metode Menyanyi ...................................................................... 73 5. Metode Latihan .......................................................................... 74 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Salatiga .................................................................... 74 1. Faktor Pendukung ...................................................................... 74 2. Faktor Penghambat ..................................................................... 75 BAB IV ANALISIS DATA A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ....................................................................... 76 B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ........ 77 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga ........................................ 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 87 B. Saran-saran ...................................................................................... 88 C. Penutup ............................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL DAN BAGAN Bagan I Struktur Organisasi Sekolah ............................................................... 50 Bagan II Struktur Organisasi Komite Sekolah .................................................. 51 Tabel I Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VII C .................................. 53 Tabel II Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas VIII C ................................. 54 Tabel III Keadaan Siswa SMPLB Bagian C Kelas IX C ................................... 54 Tabel IV Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga ............................. 56 Tabel V Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga ........................ 58 Tabel VI Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga ............................................... 61 Tabel VII Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C ..................... 65 Tabel VIII Nilai Rata-Rata Kelas Semester Ganjil 2010/2011 ............................. 70 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal tidak hanya berbicara ekonomi, sosial, budaya, dan tidak hanya berbicara urusan akhirat saja tetapi berbicara dunia khususnya berbicara tentang pendidikan. Pendidikan sudah dicontohkan dalam Islam, ketika Allah menciptakan nabi Adam a.s., lalu Allah mengajarkan kepadanya nama benda-benda secara keseluruhannya dan Adam diminta untuk menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31). Artinya : “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orangorang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah : 31) Islam mendorong kepada umatnya untuk menggali ilmu tidak hanya dalam pendidikan formal saja, tetapi wajib bagi umatnya untuk melakukan pengkajian dan pengamatan terhadap berbagai fenomena alam yang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dengan mengamati dan memperhatikan berbagai fenomena alam yang terbentang luas itu, niscaya manusia akan dapat memahami eksistensi dirinya sebagai makhluk Allah SWT (Mahmud, 2001 : 85). 1 Salah satu yang membedakan Islam dengan agama yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu). Sebagaimana wahyu yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca (iqra’), bukan untuk shalat, puasa, zakat maupun haji. Dari sinilah pendidikan mempunyai peranan yang utama dalam islam. Karena dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hanyalah orang-orang yang berilmu, yang dapat memahami dengan baik lingkungannya dan benar-benar meresapi keagungan Tuhan dan bertaqwa secara mendalam. Sehingga benarlah ketika antara orang yang berilmu sangat berbeda dengan orang yang tidak berilmu (Al-Zumar : 9) Artinya : “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”(Q.S. Al- Zumar : 9). Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan pesat mulai pendidikan formal, nonformal dan juga informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (meliputi SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat), pendidikan menengah (meliputi SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat), dan pendidikan tinggi (meliputi diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor). Pendidikan formal adalah salah satu sarana pengembangan, 2 pengetahuan termasuk bagi mereka yang berkelainan sehingga ada suatu lembaga pendidikan khusus yang mengelola dan menangani anak penyandang cacat. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (2003: 15). Selama ini pola pikir masyarakat kita masih cenderung dikotomis dan memandang sebelah mata anak berkelainan, bahwa mereka dianggap berbeda dengan anak normal, mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga tidak perlu dibantu dan dikasihani. Pada umumnya masyarakat kita mengabaikan potensi anak cacat serta memandang kecacatan sebagai penghalang untuk berbuat sesuatu. Pada hakikatnya kecacatan seseorang bukanlah merupakan penghalang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dalam memandang anak berkelainan, kita harus melihat dari segi kemampuan sekaligus ketidakmampuannya. Disadari atau tidak bahwa kelainan seorang anak memiliki tingkatan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari kelainan tunggal, ganda, hingga kompleks yang berkaitan dengan fisik, emosi, psikis, dan sosial. Keadaan ini jelas memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan, karena kondisi kelainannya tidak memungkinkan datang ke sekolah. 3 Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang cacat kelainan atau ketunaan ditetapkan juga dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang menyebutkan bahwa : pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya. Sebagai anak cacat mereka membutuhkan pendidikan, pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Mendidik anak tunagrahita tak semudah mendidik anak-anak normal. Anak-anak tunagrahita mempunyai ciri-ciri yang khusus, maka dalam program pendidikannya tidak hanya diperlukan pelayanan secara khusus akan tetapi juga perlu alat-alat khusus, guru yang khusus bahkan kurikulum yang khusus pula. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak berkelainan sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun karena kondisi dan karakteristik kelainan anak yang disandang, maka sekolah bagi mereka dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkelainan ada beberapa macam, salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). 4 Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pembelajaran kepada anak didik. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan proses pengajaran (proses belajar mengajar) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metodemetode tertentu. Cara-cara demikianlah yang dimaksudkan sebagai metode pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan hal ini Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1986: 23) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah. Manusia selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pembelajaran di sekolah. Para pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang setepattepatnya, yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid. SLB Negeri Salatiga merupakan salah satu institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang cacat mulai dari anak tunarungu, tunagrahita, dan anak autis, yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar membutuhkan komponen pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan, adapun salah satu komponen pendidikan adalah metode pembelajaran yang tepat. Metode tersebut merupakan 5 faktor yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran khususnya agama Islam bahkan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar di SLB Negeri Salatiga. Hal ini mengugah peneliti dan tertarik untuk mengungkap lebih lanjut bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai sebuah pembelajaran yang efektif untuk anak tunagrahita khususnya dalam pembelajaran agama Islam. Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajaran terhadap anak tunagrahita mempunyai kesulitan tersendiri apalagi dalam pemilihan metode pembelajaran, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang bagaimana METODE PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA (Studi pada SLB Negeri Salatiga) Tahun 2011. B. Fokus Penelitian Adapun fokus dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? 2. Bagaimana metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga. 6 2. Mengetahui metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan pada anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga. 3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran agama Islam khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan Akademisi yang mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang karakteristik pembelajaran agama Islam pada SLB. 2. Secara Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga. b. Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat terhadap peserta didik. 7 c. Peserta didik diharapkan dapat dengan mudah mempelajari materi agama Islam dengan baik (segi kognitif, afektif dan psikomotorik walaupun dengan segala keterbatasan). d. Dengan metode pembelajaran agama Islam yang tepat, orang tua dapat belajar dan menerapkannya ketika membimbing putra/putrinya di rumah. E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi ini, penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul di atas, antara lain sebagai berikut: 1. Metode Pembelajaran Agama Islam Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001 : 8). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki (2001 : 740). Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Sudjana (2001: 8) mengatakan, bahwa pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan. 8 Agama Islam adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rosul-Nya untuk disampaikan segenap umat manusia, sepanjang masa dan seluruh persada (Anshari, 1992: 35). Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran agama Islam adalah upaya yang ditempuh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam di sekolah agar memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran agama Islam. 2. Anak Tunagrahita Anak adalah manusia yang masih kecil (Departemen P dan K, 1989 : 31). Sedangkan peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, P.19) Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardasion). Tunagrahita berasal dari bahasa sangsekerta, Tuna berarti merugi, sedangkan Grahita berarti pikiran (Sutjihati, 2006: 100). Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental, karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh 9 karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak tunagrahita adalah anak yang memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial, dan fisik. 3. Sekolah Luar Biasa ( SLB ) Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang dirancang khusus untuk anakanak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. SLB bagian B untuk anak tunarungu dan SLB bagian C untuk anak dengan keterbelakangan mental (retardasi mental/tunagrahita). Berdasarkan kemampuan intelengensi anak, maka SLB-C dibedakan atas : a. SLB-C : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 50-75 yaitu anak yang mampu didik. b. SLB-C1 : untuk anak retardasi mental dengan angka I.Q. 25-50 yaitu anak yang mampu latih. Sedangkan yang menjadi obyek penelitian yaitu pada jenjang SMPLB. Yang dimaksud dengan SMPLB adalah Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa. Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka maksud judul di atas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran agama Islam dapat diterapkan dengan mudah khususnya bagi anak tunagrahita sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. 10 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy. J. Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah proses pembelajaran khususnya agama Islam pada anak tunagrahita. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga. Tepatnya berada di kelurahan Mangunsari Salatiga. Di dalam SLB ini terdapat jenjang pendidikan 11 yaitu SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Adapun yang akan menjadi objek penelitian adalah pada jenjang SMPLB. 4. Sumber Data Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang akan digunakan untuk memperkuat penelitian ini. Sumber data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu subjek dan informan. Adapun yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan penelitian, sedangkan informan yaitu orang yang memberikan pesan atau memaparkan data (Tatang M. Amirin, 1990: 92). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru agama Islam dan yang menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah serta dewan guru di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Negeri Salatiga. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2009: 186). Wawancara 12 yang dilakukan bersifat lentur, terbuka, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan semakin terfokus, rinci, dan mendalam. Maksud wawancara adalah untuk mengumpulkan data-data tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasinya, sarana-prasarana, keadaan siswa, dan metode pembelajaran, sedangkan yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah dan guru. b. Observasi Dalam bukunya "Metodologi Research", Sutrisno Hadi mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan fenomena-fenomena yang diselidiki (1989: 151). Observasi digunakan untuk mengetahui keadaan atau kondisi sekolah, letak geografisnya, pelaksanaan metode pembelajaran, sarana dan prasarana di SLB Negeri Salatiga. c. Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2006: 158-159), menyatakan bahwa “dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui sumber-sumber dari dokumen, dokumentasi yang penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan peserta didik, jadwal mata pelajaran, dan lain-lain. 13 6. Analisis Data Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut. Karena data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal. Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang Metode Pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga. Karena struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka di lakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Setelah itu, maka dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang metode pembelajaran yang diterapkan oleh para guru di SLB Negeri Salatiga, proses analisis data baik ketika mengumpulkan data maupun setelah selesai pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian data dan refleksi data. 14 b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data. c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin jelas. d. Mengatur data secara menyeluruh dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan data guna pendalaman. 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Bungin (2004: 99) menyatakan bahwa: “Keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan melalui dapat tidaknya ditransfer ke latar lain/keteralihan yang dilakukan dengan uraian rinci. Sedangkan ketergantungan pada konteksnya atau kepastian data bila dikonfirmasikan dengan sumbernya dilakukan menggunakan audit. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua teknik validasi, adapun teknik validasi yang digunakan adalah validasi sumber data yaitu 15 kepala sekolah dengan guru agama Islam dan validasi metode yang meliputi : interview, observasi, dan dokumentasi. 8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita. b. Penelitian Desain Setelah mengetahui beberapa metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran agama Islam pada anak tunagrahita berdasarkan buku-buku yang telah dikaji kemudian melakukan observasi dalam kegiatan belajar mengajar dan wawancara langsung kepada guru agama Islam. c. Penelitian Sebenarnya Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai metode pembelajaran agama Islam dengan data yang diperoleh di lapangan. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis untuk mempermudah pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. 16 BAB II : Kajian Pustaka Berisi Pembelajaran Agama Islam, Metode Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita (SLB C), Anak Tunagrahita. BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian Meliputi Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga dan Penerapan Metode Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita SLB Negeri Salatiga. BAB IV : Analisis Data Meliputi Karakteristik Pembelajaran Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga, Metode Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya Pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga, dan Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam SLB Negeri Salatiga. BAB V : Penutup Yang meliputi Kesimpulan, Saran-Saran dan Penutup. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Agama Islam 1. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Umum Ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi agama Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta didik. Pembelajaran agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dan yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi pembelajaran agama Islam adalah aspekaspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi agama Islam berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran (Muhaimin, 2002: 150). Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi dalam pemilihan suatu strategi/metode pembelajaran agama Islam (Muhaimin, 2002: 151). 18 Pembelajaran agama Islam tentu saja sangat berbeda dengan pembelajaran materi-materi lainnya, sebab materi ini mencakup segala bentuk perubahan, baik kognitif, psikomotorik, maupun afektif, yang menuntut praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman kognitif tentang agama Islam, menuntut perubahan psikomotor yang harus dilakukan secara fisik maupun mental, dan perubahan itu menuntut perwujudan sikap yang disebut akhlak. Sehingga, pengetahuan agama yang ditanamkan kepada peserta didik, dapat merubah tingkah laku mereka ke arah yang ditentukan dalam Islam. Sebagai contoh, misalnya pembelajaran mengenai keyakinan terhadap adanya Malaikat. Pembelajaran pengetahuan mengenai malaikat dan tugas-tugasnya, menuntut keyakinan bahwa para malaikat itu ada, dan setelah keyakinan itu tumbuh, maka dituntut pula sikap yang mengarah kepadanya. Misalnya keyakinan terhadap adanya malaikat Raqib dan Atid yang mencatat amal perbuatan manusia, maka peserta didik diharapkan menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dicatat, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu, dalam pembelajaran agama Islam, guru menjadi figure central yang sangat menentukan, sebab pembelajaran semacam ini membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan. Pembelajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum diberikan sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam, shalat, thaharoh, puasa, hafalan surat-surat pendek dan doa sehari-hari, dan tajwid. 19 Dalam pembelajaran agama Islam, tugas guru sangatlah berat. Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain : kesiapan mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11). 2. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam di SLB Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi alqur’an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Dalam pembelajaran agama Islam guru mengajar dengan rasa sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses pembelajaran di SLB yaitu walaupun metode yang diterapkan sama dengan sekolah umum, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan dalam sistem menggunakan metode-metode yang ada. Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunagrahita juga memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak pada 20 umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian materinya menggunakan metode-metode khusus sesuai dengan gangguan yang dialami siswa. B. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita Menurut Purwadarminto, “metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Sudjana, 2001: 8). Metode juga diartikan cara yang sebaik-baiknya mencapai tujuan (Surakhmad,1986: 23). Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara guru menyajikan atau mengemas materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprayekti, 2003: 13). Metode pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau seorang instruktur. Sedangkan metode mengajar adalah teknik penyajian yang dilakukan guru untuk mengajar / menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar (Mansur, 1995: 29). Pada umumnya setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran memerlukan adanya teknik penyampaian materi pembelajaran yang sistematis, karena “metode” mengandung unsur managemen pembelajaran. Beberapa metode pendidikan yang secara umum digunakan di sekolah luar biasa antara lain : 21 1. Metode Pembelajaran Individual Dalam melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah, kesanggupan dan kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang kurang cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat perbedaan kesanggupan. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dipikirkan bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu. Maria Montessori yang mula-mula memperhatikan hal ini menganjurkan adanya pengajaran individual. Prinsip yang dikemukakan ialah : “ pekerjaan sekolah harus disesuaikan kepada individu”. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan daya-dayanya yang terbaik dan sesuai dengan kecepatan berkembang pada masing-masing anak. Pengajaran individual ini untuk memenuhi kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya merupakan pelengkap untuk sosialisasi (Zakiah dkk, 2001: 120) Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual dan jumlah siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 2-5 orang dalam setiap kelasnya. Pengaturan kurikulum serta jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga guru dapat menjangkau semua siswanya dengan mudah, memodifikasi alat bantu pengajaran. Bentuk pembelajaran semacam ini merupakan layanan yang lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran 22 individual yang memuat suatu sasaran perilaku tertentu memungkinkan seorang guru mampu memberikan latihan-latihan khusus yang di dalamnya berisikan bentuk intervensi guru. 2. Metode Aplikasi Gerak Irama Gerak dan irama secara alamiah merupakan jiwa dari suatu kegiatan yang menggunakan kemampuan tubuh dalam berbagai variasi penggunaan media lainnya, baik media sumber maupun peraga dalam kegiatan belajar mengajar. Gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi gerak seseorang dalam ketrampilan olah tubuh. Oleh karena itu pengetahuan olah tubuh melalui pengalaman-pengalaman gerak sangat penting. Pola gerak irama sangat bermanfaat untuk mengembangkan bentukbentuk intervensi khusus terutama bagi anak dengan hambatan perkembangan atau tunagrahita (Bandi, 2005: 1). Siswa yang mempunyai gangguan perkembangan tersebut memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik dengan berkebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar (Bandi, 2005: 3). Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak berkebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan dalam pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu 23 program pembelajaran semacam ini adalah perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam kegiatan bersosialisasi. Gejala-gejala yang menghambat proses belajar-mengajar peserta didik dengan hendaya (gangguan) perkembangan perlu diupayakan untuk dihilangkan atau sedikitnya diturunkan melalui intervensi guru dalam pengaplikasikan pola khusus yang dimasukkan kedalam rancangan pembelajaran. Intervensi guru dengan mengaplikasikan pola khusus di sini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang merupakan bentuk-bentuk aplikasi pola gerak yang ada pada ilmu gerak irama dan mengarah pada pola permainan teraupetik (penyembuhan perilaku non adaptif). Dasar pemikirannya adalah bahwa mereka pada umumnya kurang cerdas, mudah lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur pikir logis, sulit menguasai konsep-konsep, mempunyai hambatan yang diakibatkan oleh faktor genetika serta lingkungan, kegiatan fisik dan mental tidak mencapai kapasitas yang maksimal. Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru dapat mencari dan menyusun metode pembelajaran dengan menggunakan intervensi khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir. Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan kelemahan fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat individual, 24 terutama dengan memanfaatkan media pola gerak irama yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik. Dengan gerak irama ini, diharapkan pembelajaran mengarah pada hal-hal yang menyenangkan dan tidak menjemukkan. Selain itu dengan program pembelajaran berbasis gerak irama, pembelajaran dapat lebih diarahkan pada pemberian treatment atau intervensi khusus, sehingga dapat lebih memanipulasi alat atau media, sumber bahan, serta situasi lingkungan sekolah. 3. Metode Latihan (treatment) Sasaran pembelajaran yang esensial terhadap anak-anak dengan hendaya perkembangan harus dicapai melalui metode latihan atau treatment yang tepat. Metode latihan tersebut ditujukan bagi usaha-usaha memodifikasi perilaku mal-adaptif agar menjadi perilaku adaptif. Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental (tunagrahita) gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Perilaku adaptif merupakan cerminan dasar terhadap perilaku utuh seorang anak dengan hendaya perkembangan untuk dapat hidup bermasyarakat (Ashman & Elkins, 1994: 443; Leland, 1973: 28; Patton, 1986: 130-133 dalam Delphi B. 2005: 5). Perilaku adaptif menurut Grossman (1983:64) didefinisikan secara nyata dengan pembatasan terhadap “keefektifan individu dalam memenuhi ukuran perkembangan diri, belajar, 25 kebebasan pribadi, dan tanggung jawab sosial yang diharapkan sesuai dengan tingkat umur dan budaya kelompoknya”(dalam Delphi, B. 2005: 5). Latihan dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan kata lain metode latihan adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. Latihan-latihan perlu untuk ketrampilan, kemahiran, dan spontanitas penguasaan hasil belajar. Dalam pelajaran agama, metode latihan dapat dilakukan misalnya : untuk melatih siswa dapat membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat, latihan berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya. 4. Metode Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Methods) Perkembangan layanan pendidikan setelah tahun 1960, banyak menggunakan pendekatan dengan metode perilaku kognitif dalam usaha mengatasi masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak dengan hendaya perkembangan. Fokus layanan tertuju pada defisit atensi, karena secara nyata bahwa kegiatan untuk melaksanakan tugas dan mengenali elemen-elemen pokok yang menjadi dasar untuk melakukan pembelajaran secara efisien serta dapat memecahkan permasalahan selama pembelajaran dan berfokus pada daya ingatan (Ashman & Elkins, 1994: 459-461 dalam Delphi, B. 2005: 5). Pendekatan dengan perilaku kognitif selama proses kegiatan pembelajaran banyak dilakukan dengan memodifikasi perilaku agar 26 memperoleh perubahan intelektual atau sosial siswa. Melalui latihan-latihan yang sistematik, siswa dipacu untuk memacu diri sendiri agar dirinya dapat menyatu dalam kegiatan. Dalam hal ini, peran guru menjadi lebih banyak memberikan dorongan daripada selalu mengarahkan. Pendekatan perilaku kognitif semacam ini memerlukan prosedur secara sistematik yang melibatkan hal-hal berikut yaitu: a. Kegiatan asesmen harus dilakukan secara hati-hati, untuk memperoleh informasi berkaitan dengan tingkat kemampuan atau kompetensi setiap individu siswa b. Analisis secara komprehensif pada tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa bersangkutan agar tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan. c. Membuat pernyataan secara jelas berkaitan dengan sasaran pembelajaran (teaching objectives). d. Menyiapkan jenjang ketrampilan yang akan diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran berjalan sukses. e. Menyiapkan contoh dan kondisi perilaku yang diperlukan dalam pembelajaran f. Pergunakanlah penguatan (re-inforcement), hukuman (punishment), dan penarikan kegiatan (extinction) terhadap perilaku-perilaku yang muncul saat pembelajaran. 27 g. Lakukan evaluasi terhadap prestasi siswa secara terus-menerus (Ashman & Elkins, 1994: 461 dalam Delphi, B. 2005: 69). C. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Anak Tunagrahita Mental atau kecerdasan bagi manusia merupakan pelengkap kehidupan yang paling sempurna sebab kecerdasan adalah suatu yang dapat membedakan antara manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi, dengan bekal kecerdasan mental yang memadai semangat hidup lebih indah dan harmonis sebab melalui kecerdasan mental manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang sangat bermanfaat dan menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang 28 mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Sutjihati, 2006: 103). Sedangkan definisi anak tunagrahita yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency) adalah sebagai berikut: “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, 1986; dalam Sutjihati, 2006: 104) Jadi tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita yang dapat kita ketahui yaitu : a. Keterbatasan Inteligensi Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan 29 untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tesebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau kecenderungan belajar dengan membeo. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu : 1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir 2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi 3) Kemampuan sosialisasinya terbatas 4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit 5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. 6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar (M. Efendi, 2006: 98) b. Keterbatasan Sosial Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, 30 oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya (Sutjihati, 2006: 105). Sebagai makhluk individu dan sosial anak tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah. Bentuk penyesuaian diri yang salah pada anak tunagrahita yaitu : kompensasi yang berlebihan, displacement, regresi, delinquent, destruksi, dan agresi (M. Efendi, 2006: 103). c. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan 31 bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan katakata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang konkret. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatannya ( Sutjihati, 2006: 106). Adapun karakteristik atau ciri-ciri fisik (penampilan) dari anak tunagrahita yaitu : a. Sindroma Down/mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik. b. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar. 32 c. Microcephalus dan Makrocephalus; dengan ciri ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar) (Yusti, 2010). 3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tunagrahita Menurut Muhammad Efendi (2006: 90), faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi tunagrahita adalah sebagai berikut: a. Sebab terjadinya kurun waktu 1) Dibawa sejak lahir (faktor endogen) 2) Faktor dari luar (faktor eksogen) b. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan 1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada jenis plasma 2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyeburan telur 3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi 4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio 5) Kelainan atau ketunaan yang dari luka saat kelahiran 6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin 7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak c. Tunagrahita terjadi karena 1) Radang otot 2) Gangguan fisiologis 3) Faktor hereditas (keturunan) 4) Pengaruh kebudayaan 33 d. Penyebab lainnya: 1) Usia ibu a) Lebih dari 40 tahun b) Kurang dari 16 tahun 2) Selama kehamilan a) Ibu jatuh b) Ibu sakit 3) Selama persalinan a) Sukar atau lama b) Kembar c) Kurang bulan 4) Sesudah lahir a) Jatuh atau cidera kepala b) Mikrosefali c) Panas tinggi + radang d) Sakit berat dan lama e) Panas tinggi +tidak sadar f) Epilepsi 4. Klasifikasi Anak Tunagrahita Pengelompokkan anak tunagrahita pada umumnya didasarkan pada taraf inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, dan berat. Pengelompokkan seperti ini sebenarnya bersifat artifical karena 34 ketiganya tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat continuum. Kemampuan inteligensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC). Klasifikasi anak tunagrahita dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : a. Tunagrahita Ringan Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri (Sutjihati, 2006: 106). Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajarkan baca tulis, mereka juga dapat dilatih ketrampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya. Namun demikian anak keterbelakangan mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa depan, dan bahkan suka berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik 35 tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal. Bila dikehendaki, mereka ini masih dapat bersekolah dan di sekolah anak berkesulitan belajar. Ia akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan luar biasa. b. Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC). Anak keterbelakangan mental sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan (Sutjihati,2006: 107). Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya namanya sendiri, alamat rumahnya. Mereka masih dapat dididik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus menerus. Mereka juga masih dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu 36 pula dengan perlindungan dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang. Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan sama dengan anak umur tujuh atau delapan tahun. c. Tunagrahita Berat Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antar anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 19 menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24 menurut Skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun (Sutjihati,2006: 108). Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau bersosialisasi. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan 37 motorik dan bahasa. Kelompok ini temasuk tipe klinik, mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tetapi tidak dapat dilatih ketrampilan kerja. Anak tunagrahita sangat berat termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas, anak tunagrahita sangat berat kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya. Tingkat pencapaian kemampuan belajar menurut Cohen dan Manion (1994:318) terdiri atas: 1) High Achievers , yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian prestasi belajar mereka diatas re-rata kelompok. Layanan bagi siswa dengan High Achievers lebih dtekankan pada perkembangan kemampuan inteletual, karena mereka mempunyai gejala khusus dalam beberapa aspek antara lain kemampuan intelektual, kepemimpinan, dan gaya berpikir kreatif ( Marland. 1972; Milgram, 1983 : 10 dalam Delphi, B. 2005: 55). 2) Average Achiever, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian prestasi belajar mereka berada pada tingkat kecenderungan umum dalam kelompok. 3) Low Achiever, yaitu peserta didik pada tingkat pencapaian prestasi belajar mereka dibawah re-rata kelompok. Siswa Low Achiever memerlukan layanan bantuan belajar yang lebih dan bersifat 38 khusus. Oleh karena itu kemampuan mental dalam proses belajar mengajar mereka lebih banyak diarahkan pada perilaku yang bersifat lahiriah untuk menggali perilaku tertutup (Virgil & Ward, 1980; Conny, S., 1977: 113 dalam Delphi, B. 2005: 55). Termasuk ke dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyi hendaya perkembangan atau tunagrahita. Peserta didik Low Achiever memerlukan pembelajaran secara individu karena mereka mengalami kesulitan dalam aspek sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa. Dan hal ini disebabkan mereka mempunyai karakteristik spesifik antara lain kurang cerdas, daya ingat yang rendah, tidak menguasai konsepkonsep, serta sulit mengikuti alur pikir logis Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi yang khusus. Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus yang dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan antara lain: a) Prinsip kasih sayang Prinsip kasih sayang pada dasarnya adalah menerima mereka sebagaimana adanya dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya anak normal lainnya. 39 b) Prinsip layanan individual Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu mendapatkan porsi yang lebih besar, sebab setiap anak berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. c) Prinsip kesiapan Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan. Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan, terutama pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan, mental dan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelajaran berikutnya. d) Prinsip keperagaan Kelancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung oleh penggunaan alat peraga sebagai medianya. Selain mempermudah guru dalam mengajar, fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran pada anak berkelainan yakni memperoleh pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan guru. e) Prinsip Motivasi Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak berkelainan. 40 f) Prinsip belajar dan bekerja kelompok Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah satu dasar mendidik anak berkelainan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat lingkungannya tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal. g) Prinsip ketrampilan Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif, dan terapi, juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya kelak. h) Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain (M. Efendi, 2006: 24-26). Hambatan – hambatan yang dialami anak tunagrahita (Retardasi Mental) antara lain : a) Pada umumnya anak tunagrahita mempunyai pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan potensialnya (Patton, et al.,1986: 84 dalam Delphi, B. 2005: 65). b) Anak tunagrahita mempunyai kelainan perilaku mal-adaptif berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka menghindarkan diri 41 dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak menentu sebab-akibatnya, selalu ketakutan, dan sikap suka bermusuhan (Schloss, 1984: 43 dalam Delphi, B. 2005: 65) c) Pribadi anak tunagrahita mempunyai kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang salah (Cromwell, 1963 dalam Patton, 1986: 85; Hallahan & Kauffman, 1986: 64; Smith, et al., 2002: 243 dalam Delphi, B. 2005: 65). d) Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak tunagrahita (Mosier, Grossman dan Dingman, 1965; Barlow, 1978 dalam Patton 1986:99 dalam Delphi, B. 2005: 66). e) Sebagian dari anak tunagrahita mempunyai kelainan penyerta cerebral palsy, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu pada otak saat ia dilahirkan ataupun saat awal kehidupan. Mereka tergolong mempunyai cerebral palsy mempunyai hambatan pada intelektual, masalah yang berkaitan dengan gerak dan postur tubuh, pernafasan, mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara disebabkan adanya kekejangan otot-otot mulut, kesulitan sewaktu mengunyah dan menelan 42 makanan yang keras seperti permen karet, popcorn, sering kejang otot (Smith, et al., 2002: 261; Delphie,B., 2005: 66). f) Secara keseluruhan, anak tunagrahita mempunyai kelemahan pada segi : ketrampilan gerak, fisik yang kurang sehat, koordinasi gerak, kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya, ketrampilan gross dan fine motor yang kurang (Delphie, B. 2005: 66; Smith, et al., 2002: 104-105). g) Dalam aspek ketrampilan anak tunagrahita umumnya tidak mempunyai kemampuan sosial, antara lain suka menghindar dari keramaian, ketergantungan hidup pada keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang berlebihan, kelainan peran seksual, kurang mampu berkaitan dengan kegiatan yang melibatkan kemampuan intelektual dan mempunyai pola perilaku seksual secara khusus (Kagan & Moss, 1962 dalam Schloss, 1984: 4 dalam Delphi, B. 2005: 67). h) Anak tunagrahita mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, masalah bahasa dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian dan dapat menetap hingga usia dewasa (Maslim, R., 2002: 120; Smith, et al., 2002 : 256 dalam Delphi, B. 2005: 67). i) Pada beberapa anak tunagrahita mempunyai keadaan lain yang menyertai, seperti autism, cerebral palsy, gangguan perkembangan lain (nutrisi, sakit, dan penyakit, kecelakaan dan luka) dan 43 disabilities fisik dalam berbagai porsi (Maslim, R., 2002:120; Smith, et al., 2002: 261-263 dalam Delphi, B. 2005: 67). Berdasarkan keterangan diatas khususnya mengenai hambatanhambatan yang dialami anak tunagrahita (retardasi mental) penulis dapat menyimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai kelainan perilaku yang berbeda dengan anak normal. Kelainan tersebut ditandai oleh sikap perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, suka menghindarkan diri dari orang lain dan suka menyendiri. Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dan lambat dalam menangkap atau memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki keterbatasan dari segi kognitif. Pada aspek ketrampilan anak tunagrahita mempunyai kelemahan pada segi ketrampilan gerak, dan hal ini disebabkan karena terhambatnya perkembangan gerak dan tingkat pertumbuhan yang tidak normal. 44 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang memiliki empat jenjang pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Karena SMPLB Negeri Salatiga adalah jenjang pendidikan yang bangunannya tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari SLB Negeri Salatiga, maka akan disajikan data secara umum SLB Negeri Salatiga, kecuali untuk data murid akan disajikan khusus hanya pada SMPLB Negeri Salatiga. 1. Letak Sekolah SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m2. Sebidang tanah ini diatasnya berdiri bangunan permanen untuk sekolah TKLB,SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya, yaitu : a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk c. Sebelah timur berbatasan dengan Villa Permata Banjaran d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02 Lokasi SLB Negeri Salatiga terletak di Jl. Hasanudin Gang III desa Banjaran, kelurahan Mangunsari kecamatan Sidomukti, kota Salatiga (observasi dan dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011). 45 2. Sejarah Berdirinya SLB Negeri salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi sekolah berkebutuhan khusus/luar biasa/cacat jenis : Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Tunaganda (G) Sekolah ini berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar) yang berdiri tahun 1983 berdasar Inpres Nomor 4/1983, dengan jumlah siswa awal 4 anak jenis ketunaan tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5 orang guru. Perkembangan selanjutnya SLB Negeri Salatiga menyesuaikan situasi dan kondisi utamanya difokuskan untuk memberikan pelayanan pada anak yang berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan tersebut kemudian diberi SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007 beralih status menjadi SLB NEGERI SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. SLB Negeri Salatiga mengawali pembelajaran pada tahun ajaran 2008/2009 dengan melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB, jumlah siswa 89 dalam 20 kelas/rombongan belajar, SMPLB dengan jumlah siswa 29 dalam 6 kelas/rombongan belajar, dan SMALB jumlah siswanya 3 dalam 1 kelas/rombongan belajar. Yang dilayani oleh 28 tenaga guru (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011). 46 3. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi SLB Negeri Salatiga memiliki Visi yaitu “Mendidik siswa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”. b. Misi 1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada perundangundangan yang berlaku 2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku 3) Menambah kegiatan ketrampilan 4) Menambah bimbingan agama c. Tujuan 1) Menampung anak berkebutuhan khusus (Anak Luar Biasa/ Penyandang Ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya dalam lembaga pendidikan formal 2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan mereka yang kompetitif 3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan berkesinambungan (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011). 4. Struktur Organisasi Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur 47 organisasi (dokumentasi pada tanggal 23 Mei 2011). Adapun struktur organisasi SLB Negeri Salatiga sebagai berikut: Bagan I Struktur Organisasi Sekolah Kepala Sekolah Muhlisun, S.Pd. Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sarpras Waka Humas Sularno Wawan P. Wagiman Juzan Koordinator SDLB Koordinator SMPLB Koordinator SMALB Siti Aisyah, S.Pd. Drs. Sarjiya Sri Lestari Wahyu H. S.Pd. Guru Mapel Perpustakaan Penjaga Sekolah 48 Bagan II Struktur Organisasi Komite Sekolah Ketua Bambang Zainal Abidin Sekretaris I Sekretaris II Dra. Kanik Sajarwo Sularno Bendahara I Veronika Yudi Widyasari Bendahara II Nunik Supriyatmi Anggota Anggota Anggota Drs. Eko Sismadi Sumardi Sofwati Anggota Anggota Anggota Wawan Pamungkas Drs. Sarjiya Sutrisno 5. Keadaan Siswa Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik merupakan subjek dan objek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan (Syaiful Bahri, 2004: 92). 49 Siswa yang ada di SLB Negeri Salatiga ini ada yang berasal dari pindahan sekolah umum ke sekolah khusus atau inklusif, karena ada beberapa faktor penyebab diantaranya mereka mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam memahami pelajaran di sekolah umum sehingga peserta didik ini dipindahkan dan dimasukkan ke SLB Negeri Salatiga ke dalam kelas Bagian C sesuai dengan tingkat anak ketunaan yang disandang. Setiap tahunnya SLB Negeri Salatiga selalu menerima dan meluluskan siswa. Penerimaan siswa baru setiap tahunnya mengalami kenaikan. Dan SLB Negeri Salatiga juga meluluskan siswanya dan diharapkan setelah lulus siswa itu dapat mandiri dan menghidupi dirinya tanpa bantuan orang lain dengan bekal ketrampilan yang dimilikinya baik di lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat tanpa merasa minder dengan anak normal (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011). Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa SMPLB di SLB Negeri Salatiga tahun 2011/2012 khususnya kelas bagian C pada anak tunagrahita, dalam tabel sebagai berikut : 50 Tabel 1 Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VII C NO NAMA TTL 1 Bayu Novembri A. Salatiga, AGAMA Kristen 18-11-1998 2 Rusmiyati Salatiga, Aditya Nugroho Salatiga, Jl. Imam Bonjol Salatiga Islam 29-01-1996 3 ALAMAT Banjaran RT.04/RW.07 Mangunsari Salatiga Kristen 27-02-1997 RT.02/RW.03 No.46 Kembang Arum Salatiga 4 5 Catur Joko Salatiga, Wicaksono 16-04-1996 Nanda Adi Saputra Cilacap, Islam Tegalrejo RT.01/IV Kristen Krekesan 23-11-1996 RT.09/RW.03 Mangunsari Salatiga 51 Tabel II Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas VIII C NO 1 NAMA TTL Ramlan Sukabumi, Nurdiansyah 14-09-1994 AGAMA Islam ALAMAT Kr. Kepoh RW.01 RT.06/ Tegalrejo Salatiga 2 Gatot Andresta W. Salatiga, Kristen 07-07-1995 3 Wahid Nurochim Salatiga, Nadya Yuliana Salatiga, Puspita 5 Dwi Islam Riwanto Jl. Arimbi RT.02/ RW.04 Grogol Salatiga Islam 26-07-1997 Setyo Salatiga, 330 Salatiga 02-02-1995 4 Langenrejo Prokimad, Kembangsari Kristen 18-10-1995 Jl. Residen Indarjo 25, Gendongan Salatiga Tabel III Keadaan Siswa SMPLB Bagian C kelas IX C NO 1 2 NAMA Sidiq TTL Adi Salatiga, Wicaksono 23-08-1995 Roy Sabala Semarang, AGAMA Islam ALAMAT Ngawen RT.10/VI Salatiga Islam 11-04-1992 Jl. Plongkowati I/18 Tg.Rejo Salatiga Keterangan : Dokumentasi tanggal 23 Mei 2011 52 6. Keadaan Guru Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya terletak tugas dan tanggung jawab yang berat dalam upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik (Syaiful Bahri, 2004: 87). Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga pada tahun 2011/2012 seluruhnya ada 39 orang yang terdiri dari 32 PNS, 6 Guru Wiyata Bakti dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan berpendidikan S1, D2, D3, dan SGPLB, 1 Lulusan SMA, dan 1 lagi lulusan SMP. Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SMPLB C berjumlah 9 orang. Guru-guru di SLB Negeri Salatiga mendapatkan tugas dan tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-guru yang ada di SLB Negeri Salatiga tidak pernah merasa mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak tunarungu sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak autis. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut : 53 Tabel IV Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Salatiga No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas 1 Muhlisun, S.Pd. S.1 P.mat Kep.Sek Mat D6B,C 2 Trisnani SGPLB C Guru D2C 3 Rohani Es SGPLB A Guru D6C 4 Rohana Ds SGPLB A Guru D4C1 5 Siti Aisyah, S.Pd. S1 Pkn Guru D2C1 6 Nunik Supriyatmi SGPLB A Guru D4B 7 Siti Rahayu SGPLB C Guru KTK Kecantikan 8 Kusnanto SGPLB A Guru D3A 9 Sri Mulyani SGPLB E Guru D2B 10 Wagiman SGPLB C Guru VIIIB 11 Subiyati SGPLB E Guru D5C1 12 Yekti Wibawani SGPLB C Guru D6C1 13 Sri Rahayu SGPLB D Guru D4C 14 Rastini SGPLB C Guru D3C 15 Wawan P. SGPLB A Guru VIIB 16 Indyatno, BA SmPLB Guru KTK Kayu 17 Muh Ihromi D2 PAI Guru PAI SDLB 18 Juzan SGPLB C Guru D5C 19 Tin Kartini SGPLB B Guru D5B 54 20 Sri Lestari Wahyu H, S1 PPKn Guru XIC, PKn Guru XC, S.Pd 21 Otto Danang SGPLB A KTK Otomotif 22 Indah Widyahety, S.Pd S1 Seni Guru SBK 23 Khoirul Hidayati, S.Pd S1 PLB Guru D1D1 24 Ninda Solikhah, S.Pd S1 PLB Guru D1B 25 Hastien Candra Ningrum, S1 PLB Guru D1C1 S.Pd 26 Lusi Wulandari SMA Guru PAK SDLB 27 Masiyem SGPLB C Guru KTK Busana 28 Baniyah, S.PdI S1 Tad Bhs Guru D3 Autis Inggris 29 30 Reni Indriyani Agustine, D3 Tata PSTKW A.Md Boga Khairul Sholeh SMP PSD 55 - - Tabel V Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga No Nama Pendidikan Jabatan Mengajar Kelas 1 Drs. Sarjiya S1 PLB Guru IXC1 2 Sularno SGPLB C Guru IX C 3 Eko Puji Widodo, S.Pd S1 PAI Guru PAI SMP/SMA 4 Reni Setiawati, S.Pd S1 MIPA Guru Matematika 5 Yustina Emma Hartati, S1 Pend. B. Guru Bhs. Inggris S.Pd Inggris 6 Heriani Thamrin, S.Pd S1 Komp 7 Fitri Indriyani, S.Si S1 Olahraga Guru Penj.OR 8 Wisnu Laksono Jati, S.Si S1 Thlg Guru PAK SMP/SMA 9 Asih Widiyarti, S.Pd S1 P.Bio Guru IPA Guru TI SMP/SMA/6D Keterangan: Dokumentasi sekolah tahun 2010. Berdasarkan wawancara (tanggal 23 Mei 2011) dengan kepala sekolah dan beberapa guru yang ada di SLB Negeri Salatiga, bahwa mengajar di SLB Negeri Salatiga ini merupakan sebuah perjuangan, karena guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga berusaha menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah serta kesadaran dan ketaatan mereka akan tugas sebagai guru yaitu dengan cara mengembangkan dan memajukan SLB Negeri Salatiga ini. 56 7. Pendanaan Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi kelangsungan suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan suatu lembaga pendidikan akan lebih maju. Pendanaan di SLB Negeri Salatiga dikatakan cukup baik atau memadai karena pendanaan ini berasal dari bantuan Direktorat PLB, pemerintah daerah kota Salatiga, donatur dari instansi swasta dan dinas sosial. Setiap tahun SLB Negeri Salatiga mendapat bantuan dari pemerintah pusat tetapi tidak tentu jumlahnya. Sedangkan pendanaan itu digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana, penggaji guru, dan alat atau pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011). 8. Sarana prasarana Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alatalat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Walaupun masih ada sarana dan prasarana yang kurang, diantaranya media pembelajaran berupa gambar orang shalat, dan gambar orang wudhu, serta alat audiometer (alat untuk mengukur tingkat pendengaran anak). 57 Selain itu, disekolah tersebut juga membutuhkan ruang terapi (ruang psikoterapi, fisioterapi, hydroterapi, dan ruang terapi musik), ruang lab/bengkel, ruang BK, serta ruang aula. Kurangnya sarana prasarana tidak menjadikan guru di SLB Negeri Salatiga malas untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik sebagaimana mestinya. Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Salatiga, dalam tabel sebagai berikut : 58 Tabel VI Sarana Prasarana SLB Negeri Salatiga Keterangan Nama Barang Jumlah No Ada Tidak 1. Rumah Dinas Kepala Sekolah 2 Rumah Dinas Guru 3 Rumah Dinas Penjaga 4 Ruang Kepala Sekolah 1lokal 5 Ruang Guru 1lokal 6 Ruang TU 1 7 Ruang Tamu 1 8 Ruang Ibadah 1 9 Ruang Kelas 28 kelas 10 Ruang Aula 11 Ruang Konsultasi 12 Ruang Observasi 13 Ruang Perpustakaan 14 Ruang Lab/ bengkel 15 Ruang Ketrampilan 16 Ruang BK 17 Ruang Koperasi 18 Ruang Gudang 1 59 1 1 19 Ruang UKS 20 Kamar Mandi/WC 21 Ruang OM 22 Ruang BPBI/ Bina Wicara 23 Ruang Psikoterapi 24 Ruang Fisioterapi 25 Ruang Hydroterapi 26 Ruang Terapi Musik 27 Meja Siswa 134 buah 28 Kursi Siswa 134 buah 29 Meja Guru 21 buah 30 Kursi Guru 27 buah 31 Almari 24 buah 32 Rak buku 6 buah 33 Papan tulis 26 buah 34 Papan statistik 8 buah 35 Meja kursi tamu 1 set 36 Alat Peraga 10 set 37 Unit Alat Pertanian 1 set 38 Unit Alat Kesenian 4 set 39 Unit Alat Olahraga 3 set 40 Almari Perpustakaan 1 buah 1 60 1 41 Unit Alat Pertukangan 1 set 42 Unit Alat Rias/ Kecantikan 1 set 43 Unit Perbengkelan 1 set 44 Unit Alat Boga 1 set Keterangan : Dokumentasi tanggal 23 Mei 2011 9. Keunggulan SLB Negeri Salatiga Selain hasil belajar secara akademik, SLB Negeri Salatiga juga memiliki keunggulan dan prestasi di luar akademik, diantaranya: a. Juara I melukis POPDA tingkat Salatiga tahun 2010 b. Juara I lari 100 m putra POPDA tingkat Salatiga tahun 2010 c. Juara Harapan I lompat jauh tingkat Jawa Tengah tahun 2011 d. Juara I Baca Puisi Umum tingkat Nasional tahun 2011 (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011) 10. Partisipasi Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekeliling peserta didik. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi keberhasilan peserta didik, baik pengaruh yang positif maupun yang negatif (Sudarno Shobron, 2004:245). Pengaruh lingkungan terhadap peserta didik hanya merupakan pengaruh belaka, tidak ada unsur tanggung jawab didalamnya. Peserta didik akan beruntung apabila kebetulan mendapat pengaruh yang baik dari lingkungannya, dan sebaliknya akan rugi apabila kebetulan mendapatkan pengaruh yang kurang baik. 61 Lingkungan di sekitar SLB Negeri Salatiga khususnya, dan masyarakat kota Salatiga pada umumnya sangat mendukung keberadaan SLB Negeri Salatiga tersebut. Hal ini terbukti dengan antusias yang besar dari masyarakat kota Salatiga yang selalu bekerja sama dengan sekolah tersebut. Bentuk kerja sama berupa partisipasi masyarakat dalam kegiatan. Selain itu masyarakat juga ikut menyumbang dari segi pikiran dan finansial (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011). B. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga hampir sama dengan sekolah reguler, kurikulumnya relatif sama dengan kurikulum di sekolah umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi yang diajarkan di SMPLB Negeri Salatiga ditentukan sendiri oleh sekolah dengan kurikulum yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi sederhana yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan islami (wawancara pada tanggal 23 Mei 2011). Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan ruang kelasnya menjadi satu kelas antara SD, SMP, dan SMA, dikarenakan jumlah siswa yang sedikit dan juga mempunyai kecacatan yang sama. 1. Tujuan Pembelajaran Agama Islam Tujuan pembelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah 62 pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa orang guru, bahwa tujuan pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut : a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. b. Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan hidup mandiri c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 2. Waktu, Jadwal, dan Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam Pembelajaran agama Islam untuk jenjang SMPLB bagian C dari kelas 1-3 di SLB Negeri Salatiga dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu yaitu hari Selasa. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai 07.15-10.25 WIB. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata pelajaran agama Islam dalam tabel sebagai berikut : Tabel VII Jadwal Mata Pelajaran Agama Islam SMPLB Bagian C No Hari Kelas Jam Nama Guru 1 Selasa IX C 07.15-08.25 Eko Puji Widodo, S.Pd 2 Selasa VIII C 08.25-09.15 Eko Puji Widodo, S.Pd 3 Selasa VII C 09.15-10.25 Eko Puji Widodo, S.Pd Keterangan: (dokumentasi dan wawancara pada tanggal 24 Mei 2011) 63 3. Materi Pembelajaran Agama Islam Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Sudarno Shobron, 2004: 243). SLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang kemudian digunakan SLB Negeri Salatiga sebagai acuan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang dberikan di SLB Negeri Salatiga berdasarkan sistem semester. Adapun materi pembelajaran Agama Islam kelas 1-3 SMPLB Bagian C sebagai berikut : a. Kelas VII C 1) Al-Qur’an a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-fatikhah b) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-ikhlaz 2) Aqidah a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah swt, menghafal enam rukun iman. b) Semester genap meliputi mencontoh bacaan syahadat tauhid dan syahadat rasul, dan menirukan kembali dua kalimat syahadat rasul. 64 3) Akhlak a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti menunjukkan perilaku jujur, dan melakukan perilaku tertib. b) Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada orang tua dan guru, menampilkan adab makan dan minum. 4) Fiqih a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci. b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan berwudhu dengan tertib. b. Kelas VIII C 1) Al-Qur’an a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr dan Al-quran surat Al-ashr. b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan Alqur’an surat An-naas 2) Aqidah a) Semester ganjil meliputi menirukan bacaan lima dari asmaul husna, dan menyebutkan kembali lima dari asmaul husna. b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan tiga dari asmaul husna 3) Akhlak a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan memberi contoh perilaku hidup sederhana. 65 b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman di kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun kepada guru 4) Fiqih a) Semester ganjil meliputi mencontoh tatacara wudhu dan melafalkan bacaan sholat. b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara tertib. c. Kelas IX C 1) Al-Qur’an a) Semester ganjil meliputi melafalkan huruf-huruf Al-qur’an dari alif s.d. ya dengan benar. b) Semester genap meliputi melafalkan sendiri huruf Al-qur’an dengan lancar. 2) Aqidah a) Semester ganjil meliputi menyebutkan tiga sifat wajib Allah dengan lancar. b) Semester genap meliputi menyebutkan dengan lafal yang benar sifat mustahil Allah. 3) Akhlak a) Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan perilaku hemat. b) Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan perilaku setia kawan dirumah dan perilaku disekolah dan masyarakat. 66 4) Fiqih a) Semester ganjil meliputi melafalkan dan menunjukkan keserasian gerakan dengan bacaan sholat. b) Semester genap meliputi mengucapkan dan menunjukkan kembali tata cara sholat fardhu. Materi pembelajaran agama Islam yang disampaikan meliputi : alqur’an, aqidah, akhlak, serta fiqih dan materi tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak dan fiqih karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqih diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku yang baik kepada orang tua, guru, dan teman baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh intelektual di bawah rata-rata dan memori yang rendah, sehingga anak tunagrahita membutuhkan materi yang bersifat kongkret dan praktis. 4. Evaluasi Pembelajaran Agama Islam Evaluasi merupakan alat untuk mengukur sampai dimana kemampuan anak didik menguasai materi yang telah diberikan. Maka evaluasi yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga menggunakan sistem ujian semester yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Bentuk soal yang diberikan untuk ujian tengah semester dan ujian akhir semester berupa soal pilihan ganda, dan uraian bebas. Pemberian soal ujian baik Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester disesuaikan 67 dengan kondisi peserta didik dan setiap soal ujian terdiri dari 5-20 butir soal yang meliputi 5 butir soal untuk uraian bebas dan 20 butir soal untuk pilihan ganda (wawancara pada tanggal 24 Mei 2011). Selain Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), guru juga melihat perkembangan sikap dari peserta didik selama di sekolah, dan buku komunikasi yang berfungsi sebagai umpan balik guru dengan wali murid untuk mengetahui kondisi siswa baik ketika di sekolah maupun di rumah sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap siswa. Adapun nilai rata-rata siswa SMPLB bagian C sebagai berikut: Tabel VIII Nilai Rata-Rata Kelas Semester Ganjil 2010/2011 Nilai rata-rata kelas No Mata Pelajaran 1 2 3 1. Al-Qur’an 7 6 6 2. Akidah 6 6 6 3. Akhlak 7 7 7 4. Fiqih 6 7 7 5. Hasil Pembelajaran Agama Islam Hasil pembelajaran agama Islam merupakan barometer bagi baik atau buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau belum sesuai. Indikasi dari proses belajar agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga antara 68 lain; kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah berkurang, siswa dapat menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sesama guru, teman, dan orang tua, serta siswa dapat menulis dan menghafal pelajaran sedikit demi sedikit namun hanya terbatas pada kalimat sederhana, hal ini dikarenakan keterbatasan intelektual. C. Metode Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari komponen lainnya dalam pembelajaran agama Islam. Apa pun macam dan jenisnya, semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua metode harus digunakan bila hanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang dipilih itu pun harus berdasarkan pertimbangan dan pemilihan yang tepat (Saiful Bahri, 2004:99). Dalam kegiatan pendidikan, guru tidak harus terpaku menggunakan satu metode. Agar kegiatan pendidikan tidak membosankan dan menarik perhatian anak, sebaiknya guru menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa metode pembelajaran agama Islam yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut : 1. Metode ceramah dan hafalan Dalam penerapan metode ini, guru dalam menyampaikan materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 69 a. Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan baik secara berulang-ulang agar siswa dapat memahami materi tersebut. b. Kemudian guru berbicara dengan lantang untuk merangsang siswanya. c. Setelah itu guru memberikan pertanyaan sederhana dan meminta siswa menghafal materi yang diajarkan. Biasanya metode ceramah digunakan pada mata pelajaran Aqidah dan Al-Qur’an, namun dapat juga dipakai dan digunakan pada pelajaran yang lain, dengan melihat keadaan kelas. 2. Metode Demonstrasi Guru menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru memperagakan materi yang akan diajarkan (dalam hal ini adalah praktek sholat fardhu dan praktek wudhu) b. Guru membimbing mereka dengan membetulkan gerakan-gerakan shalat apabila terdapat kesalahan. c. Setelah itu guru memberikan penilaian hasil dari kegiatan tersebut. 3. Metode Apersepsi Guru dalam menyampaikan materi dengan metode apersepsi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Guru mengarahkan siswa pada situasi belajar dengan mengadakan percakapan tentang materi yang disampaikan. b. Guru memberikan motivasi belajar dan pemantauan perilaku siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar dengan pemberian hadiah, menyentuh tangan, memeluk dengan penuh perasaaan, dan memberikan 70 ganjaran berupa pujian apabila siswa saat proses belajar mengajar menunjukkan perilaku yang baik. c. Guru memberikan hukuman kepada siswa apabila saat berlangsungnya proses pembelajaran siswa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dan tidak diinginkan. Biasanya metode apersepsi digunakan untuk materi akhlak, apabila siswa itu bertingkah laku yang baik saat berlangsungnya proses pembelajaran maka siswa tersebut mendapatkan reward dan pujian. 4. Metode Menyanyi Metode menyanyi atau irama yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif, hal ini guru mengunakan metode tersebut dengan melihat keadaan kelas, disaat siswa merasa bosan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Guru menggunakan metode menyanyi sebagai metode alternatif untuk menghilangkan suasana yang membosankan menjadi suasana yang menyenangkan. Biasanya dalam metode menyanyi guru membuat nyanyian yang ada kaitannya dengan materi tersebut. Misalnya materi akidah, dengan menyanyikan lagu mengenai nama-nama nabi, dan menyanyi nama-nama malaikat beserta tugasnya. 5. Metode Latihan Metode latihan yang diterapkan di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif, hal ini guru dalam menyampaikan materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan arahan kepada siswa 71 b. Setelah guru menyampaikan materi siswa diminta untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan menulis, membaca, mewarnai, dan menggambar). Biasanya latihan menulis dipakai pada mata pelajaran al-qur’an, seperti menulis huruf hijaiyah, kemudian siswa diminta untuk mewarnai huruf hijaiyah D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut : 1. Faktor pendukung a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa ikhlas dan sabar. b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. c. SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan direktorat PLB. d. Partisipasi lingkungan yang mendukung 2. Faktor Penghambat a. Kurangnya kedisplinan siswa dalam masuk sekolah b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunagrahita c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran d. Kurangnya guru agama Islam 72 BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah pelaksanaan metode pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga, serta faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SLB Negeri Salatiga. A. Karakteristik Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga Penerapan kurikulum agama Islam yang dilaksanakan di SLB Negeri Salatiga tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu hendaknya kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya juga melibatkan sumber-sumber yang lain yang mungkin dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu. Didalam pembelajaran agama Islam, guru telah menunjukkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, 73 mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan dan pengetahuan lain yang relevan, serta menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan kaidahkaidah belajar. B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam dan Efektifitasnya pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apa pun macam dan jenisnya, semua metode dapat dipergunakan dalam mendidik anak. Metode pembelajaran agama Islam yang sering digunakan di SLB Negeri Salatiga meliputi: 1. Metode Ceramah dan Hafalan Metode ceramah merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah, dan al-qur’an. Hasilnya dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran dalam pelajaran akidah, dimana siswa mampu mengetahui dan menunjukkan ciptaan Allah SWT. Kemudian dalam mata pelajaran al-qur’an siswa mampu melafalkan surat-surat pendek dalam al-quran seperti surat alfatikhah dan menyebutkan huruf-huruf hijaiyah. Setelah menggunakan metode ceramah biasanya guru menggunakan metode hafalan sebagai pelengkap dari metode ceramah yang disampaikan. Sehingga dengan metode ceramah siswa dapat menghafalkan materi yang diajarkan. Sebagai contoh siswa dapat menghafalkan huruf hijaiyah. 74 Dari metode ceramah dan hafalan yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran akidah dan alquran di SLB Negeri Salatiga dapat berjalan cukup efektif. Walaupun belum semaksimal mungkin, hal ini dikarenakan anak tunagrahita yang terbatas pada segi intelektual sehingga perlu pengulangan materi secara berkelanjutan. Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode ceramah dan hafalan memiliki kelebihan diantaranya: guru dapat berbicara langsung dengan siswa dan mengajarkan materi sekaligus melihat keadaaan kelas, selain itu siswa dapat langsung mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, serta dapat melatih otak siswa untuk mengingat hal-hal yang sederhana. Sedangkan kelemahan dari metode ceramah dan hafalan diantaranya: siswa tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam hal ini siswa bermain sendiri dan siswa banyak diam, serta siswa tidak dapat dipaksakan untuk menghafal materi terlalu banyak, karena otak mereka terbatas. 2. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran fiqih,khususnya praktek sholat. Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru, di mana siswa mampu memperagakan gerakan sholat fardhu. 75 Dari hasil pembelajaran tersebut, maka metode demonstrasi yang digunakan pada pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif. Walaupun belum semaksimal mungkin karena anak tunagrahita dalam memperagakan gerakan sholat masih perlu mendapatkan bimbingan. Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan begitu juga pada metode demonstrasi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat melihat secara langsung peragaan dari guru, kemudian siswa dapat mempraktekkan secara langsung gerakan sholat dengan dibimbing guru agama Islam. Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi diantaranya: kadangkala siswa ada yang tidak memperhatikan secara seksama dari peragaan yang dicontohkan oleh guru, kemudian dalam peragaannya siswa justru kadang dibuat main-main. 3. Metode Apersepsi Metode apersepsi merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran akhlak. Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran, dimana siswa dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik, serta siswa dapat berperilaku yang baik kepada guru, dan teman. Maka metode apersepsi yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran akhlak di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif. Karena kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah terkurangi. 76 Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode apersepsi memiliki kelebihan diantaranya: agar siswa dapat menyatu dalam proses belajar mengajar dan sebagai bentuk intervensi guru selama proses pembelajaran. Metode apersepsi bisa diterapkan dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan sekolah, jadi sifatnya elastis dan kapan saja dapat dipakai. Sedangkan untuk kelemahan dari metode tersebut tidak ada. 4. Metode menyanyi Metode menyanyi merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran akidah. Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran, dimana siswa dapat menghafalkan materi yang disampaikan oleh guru dalam bentuk nyanyian. Maka metode menyanyi yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran aqidah di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif. Karena dapat mempermudah siswa dalam menangkap materi yang disampaikan oleh guru, dan menjadikan suasana proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode menyanyi memiliki kelebihan diantaranya: siswa dapat belajar dengan senang, kemudian rasa bosan atau jenuh dalam pembelajaran sedikit demi sedikit 77 terkurangi dan siswa dapat menghafal materi yang diajarkan dalam bentuk nyanyian. Sedangkan kelemahan dari metode menyanyi diantaranya: siswa justru jadi kesenangan terus menerus, sehingga ketika guru ingin menyampaikan pelajaran kembali siswa meminta untuk bernyanyi. 5. Metode Latihan Metode latihan merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran al-quran. Hasil dari proses pembelajaran dengan metode tersebut berjalan sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran, dimana siswa dapat kreatif dalam menyalurkan bakat sesuai dengan kemampuannya, seperti: siswa mampu menulis, menggambar, mewarnai, dan membaca. Maka metode latihan yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran al-quran di SLB Negeri Salatiga berjalan cukup efektif, sesuai dengan hasil pembelajaran yang dikemukakan diatas. Namun dalam pembelajaran agama Islam tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan. Begitu juga pada metode latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas sesuai dengan daya-dayanya atau kemampuannya. 78 Sedangkan kelemahan dari metode latihan diantaranya: kadang kala siswa diminta untuk latihan menulis atau menggambar tetapi siswa justru menggunakan kesempatan itu untuk bermain bersama teman. Berdasarkan teori pada bab dua, tentang metode pembelajaran pada anak tunagrahita, yaitu metode pembelajaran individual, metode aplikasi gerak irama, metode latihan (treatmen), dan metode perilaku kognitif (cognitive behavioral), pada hakikatnya sama dengan metode yang di gunakan di SLB Negeri Salatiga dalam proses pembelajaran. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri Salatiga Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga, tentunya tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan penghambat yang akan membawa dampak bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di SLB Negeri Salatiga. 1. Faktor Pendukung a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa ikhlas dan sabar. Guru di SLB Negeri Salatiga mengajar sesuai dengan lulusan kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SLB Negeri Salatiga sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB. Menjadi guru di SLB Negeri Salatiga, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada 79 pula keikhlasan dan kesabaran dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam mewujudkan visi dan misi sekolah. Guru di SLB Negeri Salatiga selalu menjunjung tinggi etos kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab sebagai pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah pada anak normal yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SLB Negeri Salatiga, guru menjadi tumpuan bagi para siswa. Guru di SLB Negeri Salatiga tersebut, selain menjadi tenaga pendidik dalam mengajar juga berperan sebagai orang tua, karena anak tunagrahita perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh konkret adalah ketika siswanya malas masuk sekolah, maka guru tersebut mendatangi mereka ke rumah. Selain itu, guru juga mengamati perkembangan perilaku siswa ketika menghadapi liburan di rumah. Selain itu guru di SLB Negeri Salatiga selain berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai kakak, bermain bersama didalam proses pembelajaran. c. Bahwa SLB Salatiga keberadaannya didukung oleh pemerintah dan direktorat PLB. Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum, 80 sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam mengatur anak cacat masih kurang. Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka. Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali kemandirian dan ketrampilan anak. d. Partisipasi lingkungan yang mendukung Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam menciptakan iklim positif bagi kemajuan siswa dan guru. Bagi kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi guru, lingkungan selalu mengadakan silahturahmi, sehingga terjalin kerja sama yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan. 2. Faktor Penghambat a. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak tunagrahita, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga guru satu persatu 81 mendatangi siswa ke rumah orang tua wali murid dan mengajak siswa untuk kembali belajar di sekolah. b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunagrahita Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang, dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid. Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali murid kurang memperhatikan anak tunagrahita dalam segi makanan dan pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki anak yang cacat. c. Minimnya alat peraga dalam media pembelajaran Minimnya alat peraga dan fasilitas, berupa laboratorium IPA, dan laboratorium bahasa yang ada di SLB Negeri Salatiga membuat guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi, karena pada proses belajar mengajar membutuhkan sarana tersebut untuk mendukung dan mempermudah proses belajar. d. Kurangnya guru agama Islam Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga, merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran. 82 Dikarenakan guru agama Islam hanya 2 orang guru, yang satu mengampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang SDLB, dan yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang SMPLB. Selain itu, guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga selain mengajar SMPLB juga mengajar agama Islam pada jenjang SMALB ditempat yang sama. 83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh atau digali dari lapangan, berikutnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga bersifat khas dan unik. Hal itu dapat dilihat dari: a. Materi yang diajarkan tidak sepenuhnya seperti disekolah umum,tetapi hanya pada materi-materi sederhana yang disesuaikan dengan kondisi siswa. b. Guru dalam mengajar dengan penuh rasa sabar, serta mengulang-ulang materi agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan. c. Waktu yang dibutuhkan guru dalam menyampaikan materi sangat banyak karena melihat kondisi anak tunagrahita yang memiliki keterbatasan intelegensi. d. Interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar tidak kondusif. e. Suasana dalam kegiatan belajar mengajar pun siswa tidak aktif. 2. Metode pembelajaran agama Islam yang digunakan di SLB Negeri Salatiga antara lain: metode ceramah dan hafalan, metode demonstrasi, metode apersepsi, metode menyanyi atau irama, dan metode latihan. Selama ini dengan metode tersebut pembelajaran berjalan efektif. Sedangkan guru mengajar dengan rasa sabar, mengulang-ulang materi, serta pemberian 84 contoh-contoh yang sederhana kepada agar peserta didik bisa memahami materi yang diajarkan. Dalam hal ini guru menggunakan media papan tulis agar lebih mudah menerapkan metode tersebut. 3. Faktor pendukung pembelajaran agama Islam antara lain guru yang mengajar sudah sesuai dengan jurusannya, mengajar dengan ikhlas dan sabar, menjunjung tinggi etos kerja, keberadaan SLB Negeri Salatiga didukung oleh pemerintah dan direktorat PLB, serta lingkungan yang mendukung. Yang menghambat pembelajaran agama Islam adalah anak sering tidak masuk sekolah karena kurangnya perhatian dari orang tua, serta minimnya alat peraga dan media pembelajaran, serta kurangnya guru agama Islam. B. Saran-Saran 1. Untuk pengurus SLB Negeri Salatiga a. Melengkapi sarana dan prasarana SLB Negeri Salatiga agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar b. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap instansi yang terkait c. Penataan ruang kelas d. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan manajemen yang baik. e. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali murid f. Meningkatkan administrasi sekolah g. Menambah staf pengajar untuk memenuhi rasio 85 2. Untuk guru-guru SLB Negeri Salatiga a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi siswa b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai kelas c. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai keahlian atau ketrampilannya dengan ekstrakurikuler dengan mengikut sertakan dalam perlombaan. 3. Untuk masyarakat Banjaran Salatiga a. Kesadaran masyarakat lebih ditingkatkan untuk membangun kemajuan bersama b. Memperbanyak silahturahmi tidak hanya pada waktu acara resmi, melainkan waktu luang dijadikan ajang penguatan emosional c. Ikut menciptakan lingkungan positif dalam mendukung proses pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas siswa. C. Penutup Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, inayah, serta ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Mengingat kemampuan penulis yang sangat terbatas tentunya skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sumbangsih kritik maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan demi lebih baiknya penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin. 86 DAFTAR PUSTAKA Amirin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Anshari, Endang Saifudin. 1989. Kuliah Al-Islam. Jakarta: CV. Rajawali. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Ilmu. Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo. Delphie, Bandi. 2005. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Ditjen Bimas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset. Mahmud, Ahmad. 2001. Tuhan dan Sains: Mengungkap Berita-berita Al-Qur’an/ Penerjemah Satrio Wahono. Jakarta: Serambi. Mansur. 1995. Strategi Belajar Mengajar, Modul 1-6. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Mansyur, dkk. 1982. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: CV. Forum. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penejelasannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana, Nana. 2001. Media Pengajaran: Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Somantri,Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Cet ke-1. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Edisi ke V. Bandung: Tarsito. Tim Penyusun Kamus Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zakiah,dkk. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin,Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Pers. http://yusti23.blogspot.com/2010/02/tunagrahita-tunagrahita-merupakan-kata.html diakses tgl 09/07/2011 jam 14.38 87 88 89 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH 1. Apakah bapak mengepalai beberapa jenjang pendidikan? 2. Adakah karakteristik tertentu anak tunagrahita di SLB Negeri Salatiga? 3. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? 4. Dari manakah latar belakang guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga? 5. Apakah fasilitas PBM di SLB telah mencukupi? 6. Apa saja keunggulan atau kelebihan dari SLB Negeri Salatiga ini? 7. Bagaimana prestasi sekolah di SLB Negeri ini? 8. Usaha apa yang akan dicapai dalam mewujudkan visi dan misi SLB Negeri Salatiga? 9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga? 10. Dari mana saja pendanaan SLB Negeri Salatiga? 11. Bagaimana peran lingkungan atau masyarakat dalam memajukan SLB Negeri Salatiga ini? 12. Siapa saja komite di SLB Negeri Salatiga? 13. Kurikulum apa yang dipakai di SLB ini? 90 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU AGAMA ISLAM 1. Apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunagrahita yang biasanya dilaksanakan untuk menunjang kegiatan PBM agama Islam? 2. Bagaimana respon siswa dengan mata pelajaran agama Islam a. Semangat atau tidak b. Sungguh-sungguh atau tidak c. Adakah perubahan perilaku setelah mengikuti mata pelajaran agama Islam 3. Waktu pembelajaran agama Islam dan jadwalnya 4. Apakah materi pembelajaran agama Islam di SMPLB sama dengan SMP umum? 5. Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak gunakan dalam PBM agama Islam pada peserta didik? 6. Alat peraga apa saja yang dapat menunjang PBM agama Islam? 7. Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? 8. Apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar agama Islam? 9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam untuk anak tunagrahita? 10. Evaluasi seperti apa yang digunakan dalam PBM agama Islam di SMPLB-C dalam mengukur keberhasilan siswa? 11. Mengapa Bapak lebih memilih mengajar di SLB ini? Kenapa tidak di luar? 12. Apa pengalaman menarik ketika mengajar agama Islam di SLB ini? 13. Bagaimana upaya mengkomunikasikan PBM di sekolah dengan orang tua di rumah? 91 PEDOMAN OBSERVASI Pedoman Observasi Guru 1. Membuka pelajaran 2. Penguasaan bahan 3. Ketrampilan menjelaskan 4. Penggunaan bahasa (lancar, sopan, tepat, dan intonasi) 5. Metode mengajar yang digunakan dan alat (media pengajaran) 6. Kemampuan menguasai dan mengelola kelas 7. Mengadakan variasi 8. Menutup pelajaran 92 DOKUMENTASI 1. Nama sekolah 2. Sejarah berdirinya sekolah 3. Visi dan misi 4. Tujuan 5. Struktur organisasi 6. Sarana prasarana 7. Prestasi 8. Pendanaan 9. Daftar murid, guru, karyawan, dsb 10. Keadaan guru Keadaan Siswa 93 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SLB Negeri Salatiga Nama : Responden I NIP : 19620xxxxxxx Tempat wawancara : Ruang Tamu SLB Negeri Salatiga Tanggal Wawancara : Senin, 23 Mei 2011 Pukul : 10.00 WIB Hasil wawancara adalah sebagai berikut : Peneliti Responden I : Apakah bapak mengepalai beberapa jenjang pendidikan? : Di SLB Negeri Salatiga ini saya mengepalai 4 jenjang pendidikan, yaitu dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Peneliti : Oh gitu ya pak. Kemudian apa ada karakteristik tertentu anak tunagrahita di SLB ini? Responden I : Pertama, perhatiannya mudah terpecah, kalau belajar misalnya 1 jam pelajaran mungkin kan dia g bisa... baru berapa menit nanti kembali lagi harus kayak gitu. Jadi anak tunagrahita itu kan mental x nya itu kan seperti misalnya anak kelas 4 SD tu sama dengan anak TK. IQ dibawah 100, antara 80 ke bawah. Ada 3, ada yang debil yang 80an, yang imbesil 60 kebawah, yang idot yang dibawah sekali 25 gt. Peneliti : Kemudian bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? Responden I : Karakteristik pembelajaran agama Islam ya hampir sama dengan sekolah reguler, kurikulumnya juga, hanya bedanya ya dibatasi pada jumlah materinya. Kalau materinya tu ditentukan diberikan sendiri oleh sekolah. Materi agama yang itu berkaitan pembiasaan keidupan. 94 dengan keseharian suasana Peneliti : Dari manakah latar belakang guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga? Responden I : Nahhhhh......guru agama tu dari umum semua yang 1 dari angkatan PGA kemudian studi S1, yang 1 lagi memang langsung dari angkatan S1. Peneliti Responden I : Pak, apakah fasilitas PBM di SLB telah mencukupi? : Ya kalau dibilang cukup ya belum. Masih banyak fasilitas yang belum terpenuhi. Tapi untuk buku-buku, alat pendidikan kami berusaha untuk memenuhinya. Peneliti : Mengenai apa saja keunggulan atau kelebihan dari SLB Negeri Salatiga ini? Responden I : Di SLB ini tu tenaga pengajarnya paling banyak. Kemudian jumlah kekomplitan cacat anak ya disini, trus di Salatiga kan sekolah luar biasa yang Negeri ya hanya satu ini. Peneliti Responden I : Bagaimana dengan prestasi sekolah di SLB Negeri ini? : Kalau prestasi ya g ingat, banyak mbak. Tapi tenang saja nanti ada datanya. Cerita sedikit,untuk tahun 2010 itu ada juara I melukis, juara I lari 100 m putra, trus untuk yang tahun 2011 nya, juara harapan I lompat jauh, baca puisi juga juara I, dan masih banyak lagi mbak. Peneliti : Kemudian usaha apa yang akan dicapai dalam mewujudkan visi dan misi SLB Negeri Salatiga? Responden I : Untuk mencapai visi misi ya agak berat juga ya, visi tu kan jg byk. Impian kita mau ke sana. Tapi belum tentu tercapai sepenuhnya. Ya kita pelan-pelan itu kalau yang bisa kita lakukan disini misalnya tentang tenaga kependidikan, peningkatan mutu sering kita adakan pelatihan. Kemarin ada IHT (training) disini, walaupun yang menggunakan hanya intern sekolah. Peneliti : Apa saja faktor pendukung dan penghambat di SLB Negeri Salatiga? 95 Responden I : Faktor pendukungnya dulu ya... pertama guru yang mengajar tu sudah sesuai dengan jurusannya serta mereka mengajar dengan dpenuh rasa ikhlas dan sabar. Kemudian Guru disini tu selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. Selanjutnya SLB Negeri ini keberadaannya didukung oleh pemerintah dan direktorat PLB, partisipasi masyarakat juga sangat mendukung. Kemudian kalau faktor penghambatnya tu kurangnya kedisplinan siswa masuk sekolah, mereka tu susah sekali kalau disuruh sekolah, apalagi setelah liburan seperti itu, trus perhatian dari wali murid sendiri kurang terhadap anaknya yang tunagrahita, minimnya alat peraga, yang terakhir tu kami kekurangan guru agama Islam. Peneliti : Mohon maaf sebelumnya Pak, kalau masalah pendanaan, dari mana saja pendanaan SLB Negeri Salatiga? Responden I : Kalau masalah pendanaan kami dibantu dari direktorat PLB, kemudian pemerintah kota Salatiga juga membantu, serta donatur-donatur dari instansi swasta. Rutin tiap tahunnya kita dapat. Kemudian pendanaan itu kami gunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana, gaji guru, alat, atau pelengkap sekolah serta kebutuhan lainnya. Peneliti : Bagaimana peran lingkungan atau masyarakat dalam memajukan SLB Negeri Salatiga ini? Responden I : Perannya ya masyarakat sangat mendukung sekali, walaupun tidak begitu maksimal, tapi mereka membantu dari segi pikiran dan finansial sudah membantu banyak sekali. Salah satunya tempat parkirnya SLB ni yang buat ya dari masyarakat. Peneliti : Siapa saja komite di SLB Negeri Salatiga? 96 Responden I : Komite itu kami ambil dari wali murid, serta juga para guru dari SLB Negeri ini. Nanti datanya ada jadi tinggal dicopy aja mbak. Peneliti : Kalau Kurikulum yang digunakan apa ya Pak? Responden I : Ya sama KTSP. Hasil wawancara dengan guru agama Islam SLB Negeri Salatiga Nama : Responden II NIP : 19791xxxxxxx Tempat wawancara : Ruang Tamu SLB Negeri Salatiga Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Mei 2011 Pukul : 10.00 WIB Hasil wawancara adalah sebagai berikut : Peneliti : Pak, apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunagrahita yang biasanya dilaksanakan untuk menunjang kegiatan PBM agama Islam? Responden II : Untuk kegiatan keagamaan, kita ada sholat dhuhur berjama’ah kemudian kalau bulan puasa gitu ada pesantren kilat, terus ada mabit (nginep disekolah itu lhoh). Peneliti : Kalau respon siswa dengan mata pelajaran agama Islam bagaimana Pak? Responden II : Ya lumayan baik walaupun pada umumnya siswa kurang memahami pelajaran karena keterbatasan kemampuan mereka dalam menerima pelajaran itu berbeda-beda. Peneliti : Lalu waktu pembelajaran agama Islam dan jadwalnya seperti apa Pak? 97 Responden II : Waktu pelajaran agama Islam di SLB ini hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Jadwalnya nanti ada, tapi yang jelas kalau untuk yang SMPLB hanya hari Selasa. Peneliti : Kurikulum apa yang dipakai di SMPLB? Responden II : Kurikulumnya ya sama dengan sekolah umum, ya KTSP... Peneliti : Kalau materi pembelajaran agama Islam di SMPLB apakah sama dengan SMP umum? Responden II : Kalau materi umumnya tu sama, tapi kalau di lapangannya tidak. Materinya kita kurangi, hanya sebatas yang sederhanasederhana saja. Sederhana aja tu masih harus diulang-ulang. Yang penting kita sesuaikan dengan kemampuan anak. Peneliti : Metode pembelajaran seperti apa yang Bapak gunakan dalam PBM agama Islam pada peserta didik? Responden II : Banyak mbak. Yang pertama, yang paling sering digunakan metode ceramah, itu saya gunakan pada mata pelajaran aqidah dan al-qur’an, tapi pelajaran yang lain juga bisa. Trus yang kedua demonstrasi, kalau metode ini lebih ke fiqh ya misalnya praktek sholat fardhu, dan praktek wudhu. Yang ketiga ada apersepsi, itu untuk mata pelajaran akhlak, misalnya ketika anak berlaku baik nanti saya kasih reward atau pujian dengan memberi acungan jempol seperti itu. Trus selanjutnya metode menyanyi, dengan menyanyi kan bisa menghilangkan suasana bosan. Lagunya ya yang berkaitan dengan materi misalnya lagu nama-nama 25 nabi, trus namanama malaikat beserta tugasnya. Yang terakhir metode latihan, biasanya ya latihan menulis huruf hijaiyah, kemudian nanti diwarnai. Nanti kalau untuk lebih jelasnya kapan-kapan masuk ke kelas untuk mengamati PBM nya seperti apa. Peneliti : Berarti apakah ada alat bantu untuk mengajar anak-anak tunagrahita? 98 Responden II : Ya biasanya hanya menggunakan alat bantu papan tulis, karena anak tunagrahita itu sulit menerima pelajaran kalau tidak diulang-ulang. Oleh karena itu cara yang paling efektif ya dengan mencatat materi pelajaran di papan tulis, maka siswa akan lebih mudah untuk mengulang-ulang materi pelajaran. Kalau guru hanya mendikte saja atau siswa disuruh untuk mengambil kesimpulan sendiri tentang materi pelajaran yang diterangkan oleh guru, kan siswa belum bisa menerima materi pelajaran tersebut. Peneliti : Alat peraga apa saja yang dapat menunjang PBM agama Islam? Responden II : Alat peraga apa yach..... ya ini nanti bisa diamati sendiri, yang jelas kita masih kekurangan alat peraga. Peneliti : Bagaimana karakteristik pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Salatiga? Responden II : Kalau materi dan kurikulumnya itu sama, ya hanya seperti yang saya katakan tadi materinya dikurangi hanya sebatas yang sederhana saja. Peneliti : Kemudian apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar agama Islam? Responden II : Usaha apa..... kalau disini anak tu mau sekolah saja sudah senang sekali. Tapi ya kalau anak untuk agama, untuk menarik siswa langsung ke praktek, misalnya praktek sholat, wudhu. Jadi kita lebih bermain ke situ. Peneliti : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam untuk anak tunagrahita? Responden II : Faktor pendukung ya guru yang mengajar adalah guru yang jurusan agama Islam, trus karena ini SLB guru di sini mengajarnya dengan rasa ikhlas dan sabar karena itu sebuah perjuangan. Kala faktor penghambatnya siswa susah sekali 99 masuk sekolah, apalagi kalau habis libura. Kita dari guruguru sering datang ke rumah satu per satu gitu memberi motivasi, dorongan biar mau berangkat, karena kalau mengandalkan orang tua juga kurang perhatiannya terhadap anak mereka itu, trus apa lagi ya. Oh ya alat peraga untuk pembelajaran minim, seperti gambar orang sholat itu belm ada. Tapi ya bagaimana caranya kita tetap menyampaikan materi kepada anak sampai mereka tahu. Peneliti : Evaluasi seperti apa yang digunakan dalam PBM agama Islam di SMPLB-C dalam mengukur keberhasilan siswa? Responden II : Sama dengan sekolah umum, ada UTS, UAS. Cuman soalnya ya gampang-gampang, sesuai dengan kondisi siswa. Gampang saja mereka tu masih juga kesulitan. Bentuk soalnya uraian bebas. dan setiap soal ujian terdiri dari 5-20 butir soal yang meliputi 5 butir soal untuk uraian bebas dan 20 butir soal untuk pilihan ganda. Selain dari hasil UTS dan UAS, saya nilainya juga dari perkembangan sikapnya selama di sekolah. Peneliti : Mengapa Bapak lebih memilih mengajar di SLB ini? Kenapa tidak di luar? Responden II : Lha ini dia bingung saya. Yang pertama karena terlanjur. Hehehe........ bercanda. Dulu kan saya di SDIT. Ternyata istri nyoba-nyoba daftarin, sebenarnya saya dari dulu anti. Dulu saya ditawarin ga mau. Tapi setelah itu malah saya masuk, trus ternyata SK saya di SLB ini. Peneliti : Apa pengalaman menarik ketika mengajar agama Islam di SLB ini? Responden II : Banyak mbak. Yang jelas pengalamannya aneh-aneh. Hehehe...... Peneliti : Bagaimana upaya mengkomunikasikan PBM di sekolah dengan orang tua di rumah? 100 Responden II : Ya kita sering mengadakan pertemuan wali murid, sharing bagaimana tingkah lakunya dirumah, dan lain-lain. Seperti itu. 101 Dokumentasi SLB Negeri Salatiga 102 103 104 105 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : DIAN SUPRIHATI 2. Tempat/ Tanggal Lahir : Manokwari, 24 Oktober 1989 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Warga Negara : Indonesia 5. Agama : Islam 6. Alamat : Jln. Bangau No.12 RT.05/RW.IX Klaseman Mangunsari Sidomukti Salatiga 7. Riwayat Pendidikan : SDN Mangunsari 03 Lulus tahun 2001 SMP N 09 Salatiga Lulus tahun 2004 MAN Salatiga Lulus tahun 2007 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 08 September 2011 Penulis DIAN SUPRIHATI 106 107 108 DAFTAR NILAI SKK NAMA : DIAN SUPRIHATI NIM : 11107019 No. JURUSAN : Tarbiyah PAI Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai 28 – 31 Agustus 2007 Peserta 3 1. OSPEK 2. Diskusi Ramadhan dengan tema “ Meraih Kesempurnaan Diri di Bulan yang Suci” 21 September 2007 Peserta 2 3. “ Breaking The Fast and Bioskop Ramadhan ” 25 September 2007 Peserta 2 4. Bedah Buku “ Buktikan Cintamu ” 22 Maret 2008 Peserta 2 5. Bedah Buku Pendidikan Multikultural dengan tema “ Rekonstruksi System Pendidikan Berbasis Kebangsaan ” 30 Juni 2008 Peserta 2 6 Buka Bersama Pra-DM Sehari Bersama KAMMI dengan tema “ Indahnya Kebersamaan Di Bulan Ramadhan ” 04 September 2008 Peserta 2 7 Buka Bersama dengan tema “ Buka Taman Hati Gapai Ridho Illahi ” 13 September 2008 Peserta 2 8 Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-18 (PLCPP XVIII) 6 - 9 November 2008 Peserta 3 9 Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an 18 November 2008 Peserta 2 10 Bedah Buku dengan judul buku “ Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia ” 27 November 2008 Peserta 2 11 Seminar dan Silaturrahmi Nasional Aliansi Dewan Pimpinan Daerah 15 Desember 2008 Peserta 6 12 Kuliah Umum dan Dialog “ Perkembangan Kerjasama ASEAN Bersama Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia ” 10 Februari 2009 Peserta 3 13 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 9 – 14 Februari 2009 Peserta 5 109 14 Pelatihan Ustad Tingkat Mahir I – Ustadzah TPQ 1 Maret 2009 Peserta 3 15 Seminar Pembiayaan Pendidikan Kota Salatiga dengan tema “ Efektifitas dalam Mengaplikasikan Anggaran Pendidikan dari APBD Kota Salatiga ” 25 Maret 2009 Peserta 3 16 Bedah Buku “ Deadline Your Life ” 14 April 2009 Peserta 2 17 Seminar Nasional dengan tema “ Demokrasi, Kepemimpinan Nasional dan Masa Depan Indonesia ” 22 April 2009 Peserta 6 18 Bedah Buku “ Metode Studi Islam : Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Sebagai Cara Pandang ” Karya Dr. Muhyar Fanani 26 Mei 2009 Peserta 2 19 Bedah Buku “ Jalan Cinta Para Pejuang ” Karya Salim A. Fillah 24 April 2010 Peserta 2 20 Organisasi Paguyuban Remaja Peduli RT.05/RW.IX Klaseman Mangunsari Salatiga 2009-2010 Ketua 3 21 Seminar Pendidikan Seks Bagi Remaja 2 Mei 2010 Peserta 3 22 Sarasehan Nasional dengan tema “ Simpul Budaya Indonesia ” 8 Mei 2010 Peserta 6 23 Public Hearing 2010 dengan tema “ Membangun Demokrasi Kampus Yang Harmonis ” 15 Mei 2010 Peserta 2 24 Praktikum Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 20 Agustus 2010 Peserta 3 25 Praktikum Pelatihan Ikhtibar al-Lughah al-Arabiyah Ka Lughah Ajnabiyah (ILAiK) 11 – 26 Februari 2011 Peserta 2 26 Organisasi Remaja Masjid Klaseman Miftachul Jannah 2009-2011 Bendahara 3 27 Remaja Masjid Klaseman Miftachul Jannah “ Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1432 H ” 25 Juni 2011 Panitia 2 110 28 Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid Al-Muttaqien 2009-2011 Ustadzah 12 29 “ Kajian Ramadhan dan Buka Bersama Remaja Masjid Klaseman Miftachul Jannah ” 7, 14, 21, 28 Agustus 2011 Panitia 2 Jumlah 89 Salatiga, 6 September 2011 Mengetahui Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan H. Agus Waluyo, M. Pd. NIP. 197 502 211 200 003 1001 111