KARIMUN PENDIDIKAN NILAI MENUJU SEKOLAH UNGGUL DI SLB NEGERI SALATIGA BEST PRACTICES Disajikan dalam Rangka Pemilihan Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdidikasi Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2016 Oleh MUHLISUN, M.Pd SLB Negeri Salatiga Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah i PENGESAHAN Karya tulis ilmiah dalam bentuk best practices yang berjudul : “Pengembangan Kultur Sekolah Melalui Penerapan Nilai Pendidikan Karakter Komunikatif dan Religius SLB Negeri Salatiga” oleh Muhlisun, M.Pd ( Kepalala SLB Negeri Salatiga) disahkan pada: Hari : Tanggal : ii PRAKATA Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, mengiringi selesainya penyusunan karya tulis yang berjudul “Karimun Pendidikan Nilai Menuju Sekolah Unggul di SLB Negeri Salatiga”. Karya tulis ini merupakan pengalaman di lapangan yang sudah penulis lakukan selama menjalankan tugas sebagai kepala sekolah di SLB Negeri Salatiga. Sehubungan dengan adanya Pemilihan Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi Nasional Tahun 2016, maka penulis menyertakan karya tulis ini sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terimakasih yang tulus kepada yang terhormat : 1. Drs. Abdullah, M.Pd Pengawas SLB Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberi dukungan dan pengarahan. 2. Rekan-rekan guru SLB Negeri Salatiga yang telah bekerja keras dan ikhlas dalam mengelola proses pembelajaran. Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis secara tulus dan ikhlas mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari karya tulis ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi dan cara penyajian. Oleh karena itu kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga percik pemikiran sederhana ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam konteks mikro dan makro. iii Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, Mei 2016 Penulis, Muhlisun iv Abstrak Karya tulis ini berjudul “ Karimun Pendidikan Pendidikan Nilai di SLB Negeri Salatiga”. Pemilihan judul ini didasarkan atas pengalaman yang sudah dilaksanan oleh penulis dalam rangka mengembangkan kultur Sekolah SLB Negeri Salatiga supaya menjadi lebih baik. Oleh karenanya karya tulis ini ditulis dalam bentuk best practice. Pengembangan kultur sekolah SLB Negri Salatiga melalui penerapan nilai pendidikan yang terfokus pemberian kesempatan berdoa sesuai dengan aturan agama masing-masing dan penanaman budaya senyum, salam, dan sapa Dampak dari pelaksanaan program pengembangan kultur sekolah melalui penerapan nilai pendidikan karakter adalah: (1) tingkat kehadiran peserta didik tinggi, (2) pengakuan dari stakeholderr meningkat, (3) peluang mengembangkan diri. Berdasarkan pengalaman ini direkomendasikan agar: (1) Sekolah perlu mengembangkan kultur sekolah melalui nilai pendidikan karakter yang lain warga sekolah merasa senang dan nyaman berada di lingkungan sekolah, (2) melalui Dinas Pendidikan setempat sekolah mensosialisasikan pelaksanan program pengembangan kultur sekolah ke masyarakat atau sekolah lain. Kata kunci: sekolah unggul, nilai pendidikan karakter v DAFTAR ISI JUDUL ..................................................................................................................... i PENGESAHAN ...................................................................................................... ii PRAKATA ............................................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................v BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1 B. Permasalahan ...................................................................................2 C. Strategi Pemecahan Masalah...........................................................3 D. Tujuan Penulisan .............................................................................3 E. Manfaat Penulisan Best Practice .....................................................4 BAB II: LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Konsep Strategi...............................................................................6 B. Alasan Pemilihan Strategi .............................................................14 C. Pelaksanaan Strategi .....................................................................14 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Karya Tulis ...........................................................................16 B. Metode Pengumpulan Data ...........................................................16 C. Analisis ..........................................................................................17 BAB IV: PEMBAHASAN A. Kultur Sebelumnya.........................................................................18 B. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih .........18 vi C. Faktor-Faktor Pendukung...............................................................21 D. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih........................................................................21 E. Alternatif Pengembangan ................................................................21 BAB V: SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan .........................................................................................23 B. Rekomendasi ........................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24 L AMPIRAN:.........................................................................................................25 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memiliki kultur. Kultur dalam hal ini adalah kualitas internal, latar, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim yang dirasakan oleh seluruh orang. Kultur sekolah merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. Kultur yang baik akan berpengaruh pada perilaku peserta didik yang merupakan salah satu faktor penting menuju ke sekolah unggul. Untuk itu, sekolah harus menerapkan nilai-nilai karakter berlandaskan budaya bangsa sesuai dengan kebijakan pemerintah yang telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Realitas di lapangan, khususnya di SLB Negeri Salatiga masih ada beberapa guru maupun peserta didik yang belum mengimplementasikan nilainilai karakter tersebut secara maksimal, khsusnya nilai karakter religious dan komunikasi/persahabatan. Sebagai gambaran kondisi riilnya adalah beberapa peserta didik datang ke sekolah langsung menuju kelas masing-masing, menaruh tas kemudian bermain di halaman sekolah menunggu bel tanda masuk berbunyi. Sementara ada beberapa guruyang belum membiasakan diri menyambut kedatangan siswa namun sibuk mempersiapkan diri di kantor. Sebelum memulai pembelajaran di kelas guru mengajak peserta didik untuk berdoa dengan menggunakan bahasa Indonesia. 1 Sepintas kebiasaan yang terjadi di atas tidak salah dan mungkin umum terjadi. Namun, penulis mencermati hal lain yang bisa ditingkatkan untuk mengembangkan kultur sekolah menjadi lebih baik menuju sekolah unggul dengan pertimbangan sebagai berikut. 1. Peserta didik berhak mendapatkan suasana yang menyenangkan ketika berada di lingkungan sekolah untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Diawali dengan rasa senang peserta didik akan mengikuti pembelajaran secara optimal. 2. SLB Negeri Salatiga berstatus sebagai sekolah negeri. Oleh karenanya, warga sekolahmenganut agama yang relatif heterogen. Sifat heterogen dalam hal agama ini terjadi juga di kelas. Ketika guru mengawali pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdoa, cara berdoa pun bisa sama atau berbeda antara guru dengan peserta didik maupun antarpeserta didik. Sebagai solusi guru mengajak berdoa dengan menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun tidak salah, namun karena doa adalah masalah esensial dalam hidup keberagamaan pada agama apapun tentu masing-masing mempunyai tata cara yang spesifik baik cara maupun bacaannya. Supaya doa dipanjatkan dengan kusyu’ (istilah dalam islam) seyogyanya dilaksanakan sesuai cara agama masing-masing. Berdasarkan hal di atas, di SLB Negeri Salatiga menghadapi permasalahan sehingga perlu dicarikan solusinya. Solusinya Karimun Pendidikan Nilai Menuju Sekolah Unggul” memberi alternatif penciptaan kultur sekolah yang lebih baik. 2 B. Permasalahan Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah (1) bagaimanakan implementasi penerapan nilai Karimun di sekolah menuju sekolah unggul?; (2) bagaimanakah hasil dan dampak implementasi penerapan nilai Karimun?; (3) bagaimanakah daya dukung berkenaan dengan penerapan nilai Karimun? C. Strategi Pemecahan Masalah Strategi pemecahan masalah yang terjadi di SLB Negeri Salatiga dilakukan dengan menerapkan nilai karakter religius dan komunikatif/persahabatan (KARIMUN) bagi semua warga sekolah dalam rangka mengembangkan kultur sekolah menuju sekolah unggul. D. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan best practice ini adalah 1) mendeskripsikan implementasi penerapan nilai Karimun di sekolah menuju sekolah unggul; (2) mendeskripsikan hasil dan dampak implementasi penerapan nilai Karimun; dan (3) mendeskripsikan daya dukung berkenaan dengan penerapan nilai Karimun. 3 E. Manfaat Penulisan Best Practice 1. Manfaat Teoretis Sebagai suatu Karya Ilmiah, maka hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pentingnya bersikap ramah dalam berkomunkasi dan suasana religius dalam lingkungan sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik 1) Mendapatkan pelayanan yang lebih ramah dalam berkomunikasi dengan sesama warga sekolah. 2) Menikmati suasana yang menyenangkan selama berada di lingkungan sekolah. 3) Mendorong untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga memperoleh prestasi lebih baik. 4) Melakukan doa sesuai aturan agama masing-masing. b. Bagi guru 1) Memotivasi guru untuk bersikap ramah dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah. 2) Memberikan contoh tauladan bagi peserta didik. c. Bagi Sekolah 1) Menumbuhkan budaya akademik di sekolah termasuk budaya melakukan penulisan Karya Ilmiah. 4 2) Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah dalam rangka peningkatan sikap. 3) Menciptakan suasana yang lebih kondusif di sekolah sehingga meningkatkan perolehan prestasi. 5 BAB II STRATEGI PEMECAHAN MASALAH A. Konsep Strategi 1. Kultur Sekolah Kultur sekolah dapat diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai sebuah sekolah. Biasanya kultur sekolah ditampilkan dalam bentuk bagaimana kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya bekerja, belajar dan berhubungan satu sama lainnya sehingga menjadi tradisi sekolah. Kepala sekolah, guru, dan seluruh stakeholder dituntut untuk menciptakan kultur sekolah yang betul-betul kondusif sehingga sekolah menjadi lembaga penyemayaman bagi tumbuh dan berkembangnya kecakapan hidup. Proses pengembangan kultur sekolah dapat dilakukan melalui tiga tataran, yaitu (1) pengembangan pada tataran spirit dan nilainilai; (2) pengembangan pada tataran teknis; dan (3) pengembangan pada tataran social (....). 2. Sekolah Unggul Menurut Rama Cahyati yang dipubikasikan dihttps://ramacahyati8910.wordpress.com sekolah unggul sekolah yang bisa menjadikan setiap peserta didiknya mencapai kemampuannya secara terukur dan prestasinya tersebut mampu ditunjukkan. Oleh karenanya proses pembelajaran pada sekolah unggul harus menyenangkan, interaktif, 6 inspiratif, penuh motivasi, menantang dan memberikan fasilitas yang cukup supaya peserta didik kreatif dan mengembangkan kemandiriannya. Di samping itu, keteladanan sangat diperlukan. Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah unggul hendaknya bisa menciptakan hal-hal berikut. a. Pemberian layanan yang optimal kepada seluruh peserta didik dengan segala karakteristiknya b. Peningkatan kapabilitas peserta didik sehingga bisa beraktualisasi diri dengan bangga c. Pembangunan karakter kepribadian yang kuat kokoh dan mantap d. Pemberdayaan sumber daya secra optimal e. Pengkondisian mensikapi perupahan secara responsif. 3. Pendidikan Karakter Karakter adalah kualitas individu atau kolektif yang menjadi ciri seseorang atau kelompok . Dalam hal ini karakter dapat dimaknai positif atau negatif. Akan tetapi, dalam konteks pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang unik-baik, yakni tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik, yang terpateri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Adapun pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikanmoral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mngembangkan kemampuan peserta didik agar dapat 7 memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi nasional Pendidikan Karakter, Kemdiknas 2012-2014). Thomas Lickona dalam artikel Haryanto melalui http://belajarpsikologi.com menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang sengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Menurut Depdikbud (2010) nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter bangsa ada 18 yang meliputi (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5)kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; dan (18) tanggung jawab. 1. Nilai Religius Religius artinya sikap dan melaksanakan agama yang dianutnya, perilaku yang patuh dalam toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemluk agama lain. Religius merupakan salah satu dari 18 nilai karakter bangsa. Menurut Listyarti (2012:5) uraian dari nilai karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan 8 dengan tradisi. Sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pengalaman manusia dan manusia serta lingkungannya. Salah satu implementasi dari sifat religius adalahberdoa, menurut Poerwadarmita (1985:225) berdoa adalah memohon sesuatu kepada Tuhan. Beberapa alasan mengapa perlu berdoai berikut. 1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan hidup. 2. Menurunkan sikap emosi atau kemarahan. 3. Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa. 4. Meningkatkan ketenangan hati. 5. Meningkatkand daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit yang disebabkan gangguan psikis. 6. Membuat orang lebih terbuka terhadap kekurangan dan kelemahan sesama 7. Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain. 8. Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri 9. Menjadikan yang tidak baik menjadi baik. 10. Layak menerima kedamaian. 9 Dengan berdoa secara tekun seseorang mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini akan mengalami hal yang sama kelak dia keabadian. Oleh karenanya, dalam setiap lembaga pendidikan salah satu tata tertib yang harus di laksanakan adalah berdoa sebelum memulai pembelajaran baik sekolah yang berafiliasi dengan agama tertentu ataupun tidak (sekolah negeri), hanya saja cara dan pelaksanaanya tentu berbeda satu sama lain. 2. Nilai Komunikatif Nilaikarakter komunikatif merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Contoh wujud tindakannya adalah seseorang akan mewujudkan keramahannya ketika bergaul atau berkomunikasi dengan orang lain.Keramahan berasal dari kata ramah. Menurut Poerwadarmita (1985: 793) ramah: baik dan manis tuturkatanya atau sikapnya (terhadap kepada ). Jadi, ramah adalah baikhati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Menurut Oetomo (2007:3), ramah merupakan sikap yang dimiliki seseorang motivasinya ingin orang lain merasa senang. Ada sesuatu perasaan ingin memperhatikan dan peduli kepada orang lain. Keramahan merupakan sifat ramah. Tersenyum merupakan salah satu bentuk ekspresi dari ramah. Orang yang ramah cenderung akan mudah senyum. Orang lain tersebut 10 akan merasa senang bila lawan bicaranya .mudah senyum. Namun demikian, ramah tidakselalu sama dengan murah senyum, tetapi senyum merupakan ekpresi keramahan. Bentuk ekspresi lain dari keramahan adalah mengucapkan salam.Ucapan salam sering dilakukan oleh orang-orang dalam suatu peristiwa pertemuan. Bagi komunitas muslim mungkin mengucapkan salam dengan “Assalamualaikum” atau juga mengucapkan salam secara nasional, seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan seterusnya. Ucapan salam meskipun hanya merupakan kata yang sederhana, namun maknanya dan manfaatnya yang terkandung sangat dalam. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Ucapan merupakan ungkapan kasih sayang yang diwujudkan dalam bentuk doa. 3. Ucapan itu mengingatkan kita bahwa kita akan ketergantungannya kepada Allah Swt. 4. Seseorang yang mengucapkan salam kepada kita berarti ia menyatakan akan menghormati hak hidup, kehormatan dan harga diri kita. Bentuk lain dari ekspresi keramahan adalah menyapa. Menurut Poerwodarminta(1985:871) Sapa I: perkataan untuk menegur (mengajak bercakap-cakap), menyapa: menegur; mengajak bercakap-cakap. Menyapa lebih dulu dan tersenyum akan membuat suasana cair dan menyenangkan. Syarat utama menyapa adalah dengansikap rendah hati tidak boleh dengan sikap tinggi hati atau mempertahankan egonya. 11 Dari uraian di atas, sikap ramah atau keramahan yang terekspresikan dengan senyum, salam, dan sapa dapat mendukung keinginan orang lain untuk kembali bertemu atau berdekatan. Mereka melakukan hal itu karena merasa lebih nyaman dengan keramahan sikap. Itulah sebabnya keramahan dinyatakan sebagai langkah sikap yang dapat memberikan kesan mendalam. Keramahan terbukti meningkatkan daya tarik seseorang. Oleh karenanya, lengkapilah penampilan kita dengan tersenyum, sapa dan salam dalam keramahan setulus hati dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada para peserta didik, maupun dalam bergaul dengan siapapun.Sikap rendah hati yang demikian perlu ditanamkan pada setiap guru. Menurut Majid (2008:125) rendah hatinya seorang guru berarti meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu. Seorang guru diharapkan mengedepankan ketulusan dan kujujuran jika menghadapi berbagai persoalan. Jika ia ditanya tentang suatu yang belum ia ketahuai, hendaknya ia menjawab: entah, saya belum tahu (Ibn Jamaah dalam Tadzkirah). Bila keramahan demikian dimiliki oleh seorang guru maka guru tersebut akan dengan mudah memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan prestasi. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan peserta didik untuk belajar, persoalan mengenai motovasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur motivasi agar dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam 12 kegiatan pembelajaran peserta didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution menurut arikel yang dimuat Haryanto dalam http://tugas.wordpresscom, mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk pembelajaran, Kadarsih (2012:18) menyatakan motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) motiasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang dengan kesadarannya sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seseorang guru harus bersikap dengan segala kemampuannya yang ada untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada sasaran tertentu. Menurut Zakiudin (2012:18) pepatah arab mengatakan “Al Kalamu Yanfudzu Ma Laa Tanfudzuhul – Ibaru (perkataan itu dapat menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum). Prof Dr. Din Syamsudin, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pernah mengatakan bahwa salah satu yang membuatnya terus bersemangat adalah kata-kata yang didapatkannya dulu saat di pesantren. Salah satu yang iasukai adalah 13 kata-kata yang sangat memotivasi “Even the best can be improved dan why not the best?” B. Alasan Pemilihan Strategi Alasan pemilihan strategi menuju sekolah unggul melalui penerapan nilai karimun dilandasi pemikiran bahwa sekolah merupakan lembaga yang memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Sekolah unggul berarti sekolah yang memiliki kultur yang baik. Kultur sekolah akan berpengaruh pada perilaku peserta didik. alasannya dipilihnya Karimun Pendidikan Nilai Menuju Sekolah Unggul adalah Karakter Religius mengandung nilai-nilai yang berhubungan dengan KeTuhanan dan Komunikasi mengandung nilai yang berhubungan dengan sesama manusia. C. Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan kegiatan menuju unggul sekolah melalui penerapan nilai pendidikan karimun difokuskan pada pemberian kesempatan berdoa menurut cara agama masing-masing, menanamkan budaya senyum, salam, dan sapa. Hal tersebut dituangkan dalam tata tertib sekolah sebagai berikut. 1. Kepala sekolah, guru dan karyawan wajib datang paling lambat 10 menit sebelum pembelajaran dimulai. 2. Guru (utamanya yang piket) menyambut kehadiran peserta didik di pintu gerbang sekolah dengan menyapa, memberi salam, dan berjabat tangan serta memotivasi. 14 3. Warga sekolah untuk bersifat ramah dalam berkomunikasi yang diekspresikan dengan senyum, salam, dan sapa. 4. Setelah bel tanda masuk berbunyi warga sekolah berkumpul di halaman sekolah mengelompok menurut agama untuk melakukan doa sesuai agamanya yang dipandu olehguru agama masing-masing. 5. Selesai berdoa peserta didik dan guru menyanyikan lagu nasional. 6. Peserta didik menuju kelas masing-masing, sebelum masuk peserta didik berbaris di muka kelas satu persatu masuk kelas setelah berjabat tangan dengan guru kelas yang berdiri di depan pintu kelas. Menyambut kehadiran siswa Berdoa bersama sesuai agamanya Menyanyikan lagu nasional Persiapan masuk kelas 15 BAB III METODOLOGI PENULISAN A. Jenis Karya Tulis Karya tulis ini merupakan best practice yang menggunakan pendekatan ex post facto. Sudjana dan Ibrahim (2007:60) mengatakan bahwa pendekatan ex post facto dimulai dengan mendiskribsikan situasi sekarang yang diasumsikan sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah terjadi atau bereaksi sebelumnya. Dengan demikian, penelitian harus menoleh ke belakang untuk menentukan faktor-faktor yang diasumsikan penyebab yang telah beroperasi pada masa lalu. Dalam konteks ini penulis melakukan analisis mengenai pengembangan kultur sekolah melalui penerapan nilai-nilai pendidikan karakter khususnya nilai komunikatif/persahabatan dan religius yang terdiri dari lima bagian, yakni pendahuluan, landasan teori dan kerangka berpikir, metodologi penelitian, pembahasan, simpulan dan rekomendasi. B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penulisan best practice ini terdiri atas hal-hal berikut. 1. Studi dokumentasi, dilakukan dengan menganalisis dokumen sekolah yang sudah disusun dalam bentuk profil sekolah. 16 2. Observasi, dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran. 3. Wawancara, dilakukan dengan mengadakan wawancara yang bersifat kekeluargaan dengan warga sekolah. C. Analisis Analisis dilakukan dengan menyusun laporan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif terhadap pengembangan kultur sekolah menuju sekolah unggul melalui penerapan nilai pendidikan karimun. Dalam hal ini lebih terfokus pada penerapan budaya senyum, salam, sapa dan berdoa pada awal pembelajaran. 17 BAB IV PEMBAHASAN A. Kultur sebelumnya Kondisi awal sebelum strategi ini dilaksanakan terjadi kecenderungan sejumlah peserta didik sering tidak hadir ke sekolah tanpa memberitahukan ke pihak sekolah, pengakuan stakeholder terhadap sekolah dirasa kurang yang tercermin pada l-hal berikut. a. Berkurangnya minat masyarakat untuk mempercayakan anaknya di SLB Negeri Salatiga sehingga kuota yang disediakan tidak terpenuhi. b. Jarang atau tidak adanya stakeholder yang berkunjung ke sekolah. c. Jarang atau tidak adanya stakeholder yang mengajak kerjasama dengan sekolah. Sebagian guru menerapkan pola pembelajaran cenderung teacher centered sehingga peserta didik pasif karena faktor komunikasi, demikian juga warga sekolah kurang berusaha mengembangkan diri. B. Hasil dandampak yang dicapai dari strategi yang dipilih 1. Hasil Strategi pengembangan kultur sekolah menuju sekolah unggul melalui penerapan nilai karimun membuahkan hasil sebagai berikut. 18 a. Keaktifan dan kehadiran peserta didik meningkat, bila terpaksa tidak bisa hadir maka orang tua/wali memberitahu sekolah perihal alasan ketidakhadiran. b. Peserta didik terbiasa datang ke sekolah tepat waktu. c. Antarwarga sekolah terbiasa mngucapkan salam, menyapa, berjabat tangan denga ramah. d. Warga sekolah melakukan doa sesuai tuntunan agamanya dengan dipandu guru atau siswa. e. Warga sekolah menyanyikan lagu nasional selesai berdoa. f. Peserta didik masuk ke kelas dengan tertib. 2. Dampak Adapun dampak dari pelaksanaan strategi penerapan nilai karimun antara lain sebagai berikut. a. Pengakuan stakeholder meningkat dengan ditandai 1) minat masyarakat untuk mempercayakan ankanya di SLB Negeri Salatiga melebihi kuota yang disediakan, 2) meningkatnya meningkat stakeholder yang berkunjung ke sekolah, dan 3) adanya kerjasama dengan stakeholder dengan sekolah. 19 Walikota Salatiga menandatangani prasasi USB SLB Negeri Pertunjukan dari warga Korea di SLB Negeri Salatiga b. Peluang mengembangkan diri. Setelah penerapan strategi menuju sekolah unggul melalui penerapan nilai pendidikan karimun pembelajaran mengarah pada student centered sehingga peserta didik aktif dan mampu berkreasi, serta warga sekolah aktif untuk mengembangkan diri. Penambilan Defable Band di Provinsi Prestasi siswa . 20 C. Faktor-Faktor Pendukung Beberapa faktor pendukung sebagai penguat pelaksananan program penerapan nilai pendidikan karimun di antaranya sebagai berikut. 1. Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 yang telah mencanangkaktan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak usia Dini (Paud) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem pendidikan di Indonesia. 2. Stakeholder yang mendukung dengan melalui kebijakan yang dimiliki. 3. Lingkugan fisik sekolah yang cukup memadai. D. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih Kendala yang dihadapi dalam melakukan penerapan nilai pendidikan karimun di antaranya sebagai berikut. 1. Sulitnya merubah mindset sebagian warga sekolah karena sudah merasa mapan dengan kondisi yang dirasakan selama bertahun-tahun sehingga membutuhkan waktu untuk mensosialisasikan progam. 2. Karena keramahan berkaitan erat dengan watak atau karakter, maka perlu waktu yang cukup untuk merubah kaekter bagi sebagian warga sekolah. E. Alternatif Pengembangan Program pengembangan kultur sekolah ke depan diperluas melalui penerapan nilai pendidikan karakter yang lain yang sangat perlu untuk bisa 21 mencapai kultur sekolah yang ideal dengan mengaharapkan saran dan pendapat dari stakeholder maupun melalui kebijakan. Internal, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan penerapan nilai karimun khususnya dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif, sehingga pendidik akan memberikan kontribusi positif dalam pengelolaan pembelajaran yang membantu siswa memiliki motivasi, disiplin dan kepercayaan diri. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada warga sekolah yang belum sepenuhnya mendukung penerapan strategi ini sehingga bisa memberikan dukungan dan berpartisipasi aktif. Eksternal, perluasan jaringan dan kerja sama dengan stakeholder untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berbagai aspek. PENGHARGAAN BAGI YANG BERPRESTASI BAB V 22 SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Uraian pengalaman dalam mengembangkan kultur sekolah melalui penerapan nilai pendidikan karakter khususnya nilai karakter religius dan komunikasi dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pengembangan kultur sekolah menuju sekolah unggul melalui penerapan nilai pendidikan karimun dilakukan melalui aturan yang dibuat dan harus ditaati bersama oleh warga sekolah. 2. Pengembangan kultur sekolah menuju sekolah unggul berdampak pada peningkatan kehadiran peserta didik di sekolah, peningkatan pengakuan stakeholder, dan terbukanya peluang pengambangan diri warga sekolah. B. Rekomendasi Berdasarsarkan simpulan di atas direkomendasikan: (1) sekolah perlu mengembangkan kultur sekolah melalui nilai pendidikan karakter yang lain warga sekolah merasa senang dan nyaman berada di lingkungan sekolah dan (2) melalui Dinas Pendidikan setempat sekolah mensosialisasikan pelaksanan program pengembangan kultur sekolah ke masyarakat atau sekolah lain. DAFTAR PUSTAKA 23 Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan ke-5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zakiuddin, Akbar. 2010. Man Jadda Wajada. Jakarta : PT Gramedia. Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum. 2002. Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah.: Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum. Oetomo,Indiyati. 2007. Relationship@ Work. Yogyakarta: Andi. Kadarsih, Liani 2012. Power Full In Educating. Yogyakarta : Araska. Poerwadarminta, W. J. S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: PN BALAI PUSTAKA. Listyanti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Surabaya. : Erlangga. Direktorat PLB. 2012.Pedoman Integritas Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran bagi Peserta Didik tunanetra di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB. A). Jakarta : Kemendikbud. Undang Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://artikata.com/arti-346835-ramah.html.) http://belajarpsikologi,com/pengertian-pendidikan-karakter http://edimastaqim.wordpress.com/catalog http://ide.id.facebook.com/notes/berita https://ramacahyati8910.wordpress.com http://tugascb.wordpress.com/motivasi-dini/. Lampiran 24 Guru menyambut kehadiran siswa Berdoa secara Islam Berdoa secara Kristiani Siswa mau masuk kelas 25 Pertunjukan dari warga korea Pertunjukan mahasiswa Korea Penghargaan siswa berprestasi 26 Pembelajaran di luar kelas Menuju kemandirian Pentas di Provinsi 27 Grup Rebana tampil di acara Halal Bihalal Kecamatan Kunjungan krew TV Korea Kepedulian sosial Penyaluran kerja siswa 28 29