pola hubungan antara kinerja biaya proyek dan

advertisement
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA BIAYA PROYEK DAN DAMPAK PENYIMPANGAN
BIAYA PROYEK DENGAN PENDEKATAN INDIKATOR COST OVERRUN PADA
PENGELOLAAN SUB KONTRAKTOR
Achirwan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
[email protected]
Yusuf Latief
Ismeth S Abidin
Dosen Tetap Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Indonesia
[email protected]
ABSTRAK : Pengendalian kinerja biaya proyek agar tetap berjalan sesuai dengan rencana adalah penting.
Penelitian ini membahas mengenai pola hubungan antara kinerja biaya proyek dengan dampak penyimpangan
biaya proyek dengan pendekatan indikator cost overrun, terutama pada pengelolaan sub kontraktor, studi
dikhususkan pada proyek gedung bertingkat terutama dikota Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi. Berdasar
dari bahan hasil penelitian yang sebelumnya, didapat 4 indikator cost overrun pada pengelolaan sub kontraktor,
yang masing masing atau kombinasi diantaranya sebagai ukuran dari dampak yang menyebabkan turunnya
kinerja proyek, dari indikator tersebut akan dikaji dengan menggunakan perangkat pengolah data SPSS, pada
bagian mana penyebab paling significant mempengaruhi penurunan kinerja biaya. Dari dampak yang significant
selanjutnya diindentifikasi penyebabnya, untuk kemudian dilakukan corrective action (langkah perbaikan).
KATA KUNCI : kinerja biaya proyek, gedung bertingkat, subkontraktor, indicator cost overrun, dampak, penyebab,
tindakan koreksi.
ABSTRACT : Managing project cost performance in order to run the schedule on time is very important.This
research paper conducts relationship between project cost performance and the impact of project cost overrun with
cost overrun as an approach indicator mainly for sub contractor management. This study is focused on high rise
buildings for the area of Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi. Referring to the previous research there are four
cost overrun indicators on sub contractor management where all of them or combination among them can be
classified as measured impact which will cause the decrease of project performance. Using SPSS software to find
most significant impact that affects the decrease of Project Performance will further assess those indicators. From
those significant impacts the cause can then be identified and be given some corrective actions
Keywords: project cost performance, high rise building, sub contractor, indicator cost overrun, impact, corrective
action
61 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
PENDAHULUAN

Latar belakang masalah Salah satu indikator
keberhasilan suatu proyek adalah memberikan
keuntungan finansial yang memadai bagi
kontraktor, untuk itu selama pelaksanaan
proyek perlu dikendalikan pembiayaan proyek
atau cost control yang ketat. Permasalahan
yang ada ialah sulitnya mengetahui indikator
penyimpangan biaya yang berdampak terhadap
penurunan kinerja proyek. Bila mengetahui
dengan cepat dan tepat indicator cost overrun
dan penyebab sumber penyimpangan biaya
proyek maka corrective action dapat dilakukan
dengan efektif. Dari hasil survey, dan
wawancara dengan para ahli (Levi. 2002)(¹)
serta literatur lainnya, telah dikumpulkan dan
dikelompokkan
dampak
dan
penyebab
penyimpangan biaya proyek. Untuk itu dengan
menggunakan
pengolah
data
statistik,
diharapkan akan diketahui dampak dampak
yang significant.
kemudian hal lain yang juga penting adalah
komunikasi, koodinasi, dan integrasi.
Menurut (Zhan ,1998)(²) variabel yang harus
dikendalikan dan dikontrol yaitu: material,
tenaga kerja, peralatan subkontrak, overhead
dan kondisi umum. Pengendalian sub
kontraktor perlu dilakukan karena 80 sampai
90 % anggaran proyek berada di pengelolaan
sub kontraktor ( Hinze dan Tracey, 1994)(³)
Memanfaatkan subkontrak adalah dalam
rangka mengalihkan resiko, memanfaatkan
spesialisali keahlian yang ada pada subkon dan
memudahkan
pengendalian
dilapangan
(Clough,1986).(4)
Menurut (Clough) kembali, tahap tahap dalam
pengendalian subkontrak, adalah :

pemilihan subkontraktor

tahap negosiasi

tahap pengesahan

persiapan kontraktor
62 | K o n s t r u k s i a
tahap pengawasan dan tahap pembayaran
Pengendalian merupakan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan proyek yaitu selesainya
proyek sesuai dengan mutu, waktu dan biaya
yang telah ditetapkan. Pengendalian bertujuan
untuk memonitor dan mengkoordinasi secara
teratur hasil kerja dari pelaksanaan yang
dibandingkan dengan rancangan/ perencanaan.
Apabila terjadi penyimpangan maka rencana
dapat diubah atau dimodifikasi. Dalam
pengendalian terdapat tiga langkah proses,
yaitu : mengukur kemajuan yang dicapai,
mengevaluasi bilamana terjadi varians/
penyimpangan, tindakan koreksi apabila terjadi
penyimpangan (Kerzner, 1995). (5)Dalam
pengendalian biaya ada beberapa variabel yang
harus dimonitor dan dikendalikan yaitu :
tenaga kerja, material, peralatan, subkontrak,
general condition dan overhead (Zhan, 1998).
Biaya dari keenam variabel tersebut
merupakan bagian dari keseluruhan biaya
proyek.
Salah satu variabel pengendalian biaya pada
saat pelaksanaan konstruksi yaitu subkontrak.
Subkontrak merupakan suatu kebijakan untuk
mengikutsertakan atau menggunakan sumber
daya pihak lain (outsourcing) dengan beberapa
pertimbangan yaitu efisiensi sumber daya milik
sendiri serta menyerahkan suatu pekerjaan
kepada spesialis (Clough, 1986), (Asiyanto,
2001).(6)
Maksud diadakannya penelitian ini untuk
mengkaji
berbagai
faktor
dampak
penyimpangan biaya pada pengelolaan sub
kontraktor
Tujuannya untuk mengetahui faktor faktor
dampak yang significant, atau berpengaruh
terhadap penurunan kinerja biaya proyek.
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
Pendekatan penelitian diawali dari studi
perpustakaan untuk menyajikan teori tentang
pengendalian proyek secara umum, kemudian
pengendalian biaya proyek, dan lebih
mendalam
tentang
pengendalian
sub
kontraktor. Subkontraktor yang dimaksud pada
penelitian ini adalah subkontraktor yang dipilih
oleh kontraktor utama, bukan merupakan NSC
(Nominated Sub-Contractor)/ subkontraktor
yang ditunjuk owner. Sedangkan kebijakan
subkontrak
ditinjau
berdasarkan
pengelolaannya oleh kontraktor utama.
Hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk digunakan ;
dapat
1. Bahan pertimbangan bagi seorang manajer
bila pada proyek yang ditanganinya
khususnya proyek gedung bertingkat pada
bidang sub kontraktor, terlihat menurun
kinerja biaya proyeknya, maka dapat
diambil tindakan tindakan pengendalian
dengan pertimbangan hasil penelitian ini.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan pengelolaan subkontrak sejak
tahap awal.
PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
PEGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI
Organisasi ahli rekayasa mengakui bahwa
menurunnya kinerja dari fungsi manajemen
proyek dapat disebabkan karena hilangnya
produktivitas dan beberapa pengeluaran yang
disebabkan (7):
1.
Tidak efisiennya
teknis.
penggunaan
2.
Macam-macam keterlambatan yang tidak
sesuai dengan yang telah direncanakan.
3.
Tidak adanya komunikasi.
4.
Perubahan lingkup pekerjaan yang tidak
terdokumentasi dan masalah–masalah
teknis.
5.
Koordinasi antara fungsionaris organisasi
yang tidak efektif.
6.
Pengeluaran yang tidak sah.
7.
Manajemen yang tidak proaktif tetapi
reaktif.
8.
Kecilnya keuntungan karena kesalahan
pembiayaan yang diulang-ulang.
9.
Penambahan biaya dari penggunaan
kontraktor untuk mengatur proyek.
Karena masalah-masalah tersebut diatas maka
pada pelaksanaannya sangat diperlukan
pengendalian proyek agar penyimpangan yang
terjadi dapat ditekan menjadi sekecil mungkin.
Pengendalian Biaya proyek
Di negara berkembang dan negara yang belum
berkembang, tingkat pendidikan personil
proyek biasanya masih terbatas. Penambahan
sumber daya yang terbatas ini dapat dicegah
dengan manajer-manajer yang punya teknik
pengendalian yang efektif. Tujuan utama dari
manajemen proyek pada negara berkembang
lebih kepada pengendalian biaya dari pada
jadwal dan kualitas (8) Untuk kontraktor,
pengendalian biaya akan membantu kontraktor
dalam mengendalikan biaya proyek
Tujuan pengendalian biaya pada perusahaan
konstruksi itu sendiri adalah (9) :
1.
Mengevaluasi kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan keuntungan selama
masa konstruksi.
2.
Memperkirakan terjadinya penyimpangan
antara anggaran dengan pelaksanaan
sehingga diambil tindakan koreksi jika
diperlukan.
personil
63 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
3.
Melakukan efisiensi dalam perusahaan.
5.
Jadwal pelaksanaan,.
4.
Merekam informasi penggunaan sumber
daya, biaya, dan produktivitas untuk
perencanaan yang akan datang.
6. Tuntutan pembayaran
7. Pekerjaan tambah kurang
8. Faktor eksternal,
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif.,(10)
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara dan menyebarkan questioner.
Kemudian tabulasi serta analisa statistik ,
(dengan alat program SPSS) yang dilakukan
terhadap data yang telah dikumpulkan.
Penelitian ini untuk membangun suatu struktur
yang dapat memberikan rekomendasi tindakan
koreksi terhadap penyimpangan biaya proyek
pada pengelolaan subkontrak. Berdasarkan
pendekatan utama dari penelitian ini adalah
pengendalian
biaya
proyek
dan
penyimpangannya, sub-nya adalah masalah
pengelolaan subkontrak. Sedangkan knowledge
acquisition berdasarkan kepada penyebab,
dampak, serta rekomendasi tindakan koreksi.
Penyebab serta dampak tersebut merupakan
variabel. Variabel adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 1998).(11)
Berdasarkan
beberapa
literatur
yang
mendukung
tentang
tahap-tahap
pada
pengelolaan subkontrak, penyebab terjadinya
penyimpangan
tersebut
dikelompokkan
menjadi 9 (sembilan) hal utama dalam
pengelolaan subkontrak yaitu :
1. Perencanaan,
2.
Kontraktual,
3.
Pengorganisasian
4. Kinerja subkontraktor,
64 | K o n s t r u k s i a
9. pengawasan dan pengendalian,
Untuk mendapatkan data tersebut, digunakan
jenis pertanyaan yang sesuai dengan metode
penelitian Yin (1994),(12) yaitu pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:
‘Apa’ saja dampak-dampak yang mempunyai
tingkat resiko signifikan/tinggi yang dapat
menurunkan kinerja biaya pengelolaan subkon.
‘Berapa besar‘ probabilitas terjadinya cost
overrun pada biaya pengelolaan subkon bila
dampak-dampak tersebut terjadi dalam suatu
proyek gedung bertingkat.
Penetapan teknik analisa dan pengolahan data.
Dalam penelitian ini teknik analisa data
ditetapkan dengan menggunakan 2 (dua)
metode yaitu metode tingkat resiko (risk level)
untuk menentukan tingkat resiko dari masingmasing dampak dan dilanjutkan dengan
metode matematik statistik yaitu analisa
korelasi untuk menentukan dampak negatif,
dan analisa regresi untuk pembentukan model
matematis,
yang
dalam
prosesnya
menggunakan alat bantu yaitu software SPSS
11.0.
Dari analisa tingkat resiko (risk level) akan
diketahui tingkat resiko dari masing masing
dampak berdasarkan indikator cost overrun
dan kombinasinya. Kriteria dampak yang akan
diambil untuk dilakukan pembentukan model
dengan analisa statistik adalah dampakdampak cost overrun yang mempunyai tingkat
resiko signifikant (S) dan high (H). Adapun
proses selanjutnya yaitu pembentukan model
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
dengan analisa statistik
gambar 1
dapat dilihat pada
KLARIFIKASI / VALIDASI
Setelah proses penentuan tingkat resiko
dengan metode risk level dan keluar dampakdampak yang mempunyai resiko tinggi dan
signifikan, maka diadakan klarifikasi / validasi
yang dilakukan dengan cara pembuatan
kuisioner
untuk
kemudian
dilakukan
wawancara
dengan
pokok
pertanyaan
berdasarkan variabel dampak yang mempunyai
tingkat resiko tinggi dan signifikan untuk
mendapat tanggapan dan penjelasan dari
pakar, sebelum dilanjutkan ke proses
berikutnya yaitu :
PEMBENTUKAN MODEL DAN PENENTUAN
PROBABILITAS.
Penelitian ini adalah pengembangan dari
metode analisa yang digunakan yaitu dengan
analisa tingkat resiko (risk level) untuk mencari
dampak-dampak yang mempunyai resiko yang
signifikan/tinggi dengan pendekatan indikator
cost overrun, untuk kemudian dicari
pemodelannya dengan analisa statistik, dengan
tujuan agar apabila dampak-dampak tersebut
terjadi dalam suatu proyek maka dapat
diperkirakan berapa besar penurunan kinerja
biaya yang akan terjadi, khususnya biaya
subkon.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan 3
cara. Pertama dengan melakukan studi
lapangan yaitu dengan melakukan survei
kepada perusahan-perusahaan konstruksi.
Kedua dengan cara melakukan studi literatur
yang termuat didalam buku-buku, jurnal dan
berbagai media. Ketiga dengan cara melakukan
wawancara kepada para pakar. Pengumpulan
data dilakukan dalam 2 tahap.
Data primer dan sekunder yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Febrizal (Levi), yaitu terdiri dari :
Data tentang penyebab, dampak dan indikator
cost overrun pada biaya Subkon yang diperoleh
dari wawancara yang ditujukan kepada para
pakar manajemen peralatan dan berbagai studi
literatur.
Data tentang tingkat pengaruh masing-masing
dampak dan frekuensi terjadinya dampak pada
suatu proyek, yang diperoleh dari penyebaran
kuisioner yang ditujukan kepada pimpinan
proyek.
Data tentang rekomendasi tindakan koreksi
yang diperoleh dari wawancara yang ditujukan
kepada para pakar manajemen Subkon.
Data primer yang diperoleh dari penyebaran
kuisioner dan wawancara pakar yang terdiri
dari :
Data verifikasi terhadap besarnya sumber
resiko pada masing-masing indikator cost
overrun.
Data validasi terhadap indikator cost overrun
dan dampak signifikan hasil penelitian
berdasarkan
tingkat
resiko
yang
signifikan/tinggi yang ditujukan kepada para
pakar dan untuk mengetahui alternatif lain dari
rekomendasi tindakan koreksi sebelumnya.
PENENTUAN TINGKAT RESIKO (RISK LEVEL)
Penentuan tingkat resiko atau Risk Level
dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko dari
masing-masing
dampak.
Analisa
ini
dipengaruhi oleh dua kriteria yaitu: tingkat
pengaruh dampak dan frekuensi terjadinya
dampak. Skala tingkat pengaruh ini merupakan
65 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
hasil olahan yang didapat dari penilaian
kriteria
dampak
akibat
terjadinya
penyimpangan biaya pada manajemen proyek
mengacu pada Kerzner (1995):
1.
Proyek berjalan sesuai dengan rencana
(jadwal dan biaya)
2.
Proyek berjalan sesuai dengan rencana,
tetapi ada perubahan spesifikasi
3.
Proyek tidak berjalan sesuai rencana,
tetapi ada perubahan desain dan metode
4.
Proyek tidak berjalan sesuai dengan
rencana, tetapi ada perubahan desain dan
metode yang mempengaruhi kinerja
5.
pengaruh dampak dan frekuensi terjadinya
dampak.
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
Adapun populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan konstruksi yang proyeknya
berlokasi di Jabotabek, Riau dan Lampung. Jenis
data yang digunakan ada 2 yaitu :
1.
a) Data tentang indikator cost overrun
berdasarkan penyebab dan dampak
penyimpangan
biaya
pengelolaan
subkon yang diperoleh dari wawancara
yang ditujukan kepada para pakar
manajemen pengelolaan subkon.
Proyek berhenti.
Kriteria frekuensi dari dampak yang terjadi
dalam penelitian ini merupakan kombinasi
antara teknik evaluasi kualitatif standart New
Zealand mengenai manajemen resiko (AS 43601995) dengan penaksiran nilai resiko RAMP
(Risk Analysis and managemen for Project) yang
telah dikombinasi, yaitu :
1.
Tidak pernah
2.
Jarang
3.
Kadang kadang
4.
Sering
5.
Selalu.
Analisis tingkat resiko atau Risk Level dilakukan
untuk mengetahui tingkat resiko dari data hasil
survei melalui kuisioner. Analisis tingkat resiko
atau Risk Level dapat dilakukan secara kualitatif
dengan membuat matrik tingkat resiko
(Soemardi 2002) (12) dari kriteria tingkat
Untuk data mengenai dampak, penyebab,
tindakan koreksi dan indikator cost overrun
diatas, responden dari penelitian sebelumnya
66 | K o n s t r u k s i a
Data secondair yang diperoleh dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Levi (2000), dan Ridwan 2001, yaitu terdiri
dari :
b) Data tentang tingkat pengaruh masingmasing
dampak
dan
frekuensi
terjadinya dampak pada suatu proyek
yang diperoleh dari penyebaran
kuisioner yang ditujukan kepada
pimpinan proyek.
2.
Data primer yang diperoleh dari
penyebaran kuisioner dan wawancara
pakar yang terdiri dari :
a) Data
validasi
terhadap
dampak
signifikan hasil penelitian berdasarkan
tingkat resiko yang ditujukan kepada
para pakar dan untuk mengetahui
tindakan koreksi yang harus dilakukan
dari dampak signifikan tersebut.
terdiri dari 5 sampel sedangkan responden
untuk validasi indikator Cost Overrun terdiri
dari 25 sampel
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
Hasil pengisian indikator cost overrun dari 5
sampel dari penelitian sebelumnya, hasil
validasi kepada 25 sampel dan penggabungan
keduanya berdasarkan banyaknya prosentase
sumber resiko terhadap masing-masing
indikator. Tabel 4.1
masuk dalam layer, sedangkan untuk analisa
tingkat resiko, data digunakan semuanya yaitu
63 sampel. Adapun profil data respondennya
dapat dilihat pada tabel 4.2 yaitu profil data 29
perusahaan dan tabel 4.3 yaitu profil data
proyek yang dilaksanakan.
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa
sumber resiko cost overrun yang telah
diidentifikasi mempunyai prosentase paling
besar pada indikator biaya Subkontrak
Finishing(Arsitektur)
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden
paling banyak adalah jenis perusahaan swasta
yaitu 20 perusahaan, sedangkan menurut jenis
kualifikasinya sebagian besar yaitu 16
perusahaan
termasuk
kualifikasi
A.
Berdasarkan jumlah proyek yang dikerjakan 11
perusahaan kurang dari 10 proyek dan 13
perusahaan lebih dari 10 proyek per tahun.
Untuk sistem mutu perusahaan sebagian besar
sudah menggunakan ISO 9000 yaitu 10
perusahaan.
Sedangkan untuk data tingkat pengaruh dan
frekwensi terjadinya dampak cost overrun yang
didapat
melalui
penyebaran
kuisioner,
responden terdiri dari gabungan 29 dan 34
sampel. Untuk analisa statistik, dari 63 sampel
tersebut, data yang digunakan adalah data yang
Tabel 4.1 Prosentase Indikator berdasarkan sumber resiko
NO.
Indikator Biaya
(%) Penelitian
Sebelumnya
(%) Validasi
(%)
Penggabungan
1
Anggaran Biaya Subkontrak Finishing
60.07%
26.317%
43.19 %
2
Anggaran Biaya Subkontrak Struktur
Bawah
21.91 %
23.48%
22.695 %
3
Anggaran Biaya Subkontrak M /E
9.89 %
24.79%
17.34 %
4
Anggaran Biaya Subkontrak Struktur
Atas
8.13 %
25.41%
16.77%
Sumber : Hasil olahan data
67 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
Tabel 4.3 Data Umum Profil Perusahaan
No.
Uraian Kegiatan
Jumlah sampel
A
Jenis Perusahaan :
 Pemerintah
 Swasta
 Kerjasama
8
20
-
Kualifikasi Perusahaan :
 Kualifikasi A
 Kualifikasi B
16
10
Jumlah Proyek / tahun :
 < 10 proyek / tahun
 > 10 proyek / tahun
11
13
Sistem Mutu Perusahaan :
 ISO 9000
 Belum memiliki sertifikat
10
18
B
C
D
Tabel 4.4 Data Umum Profil Perusahaan
No.
Uraian Kegiatan
1
Proyek Gedung bertingkat, jumlah lantai :
Jumlah sampel
a) 5 - 8
b) diatas 8
2
Lokasi
a) Jabotabek
16
b) Lampung
c) Riau
3
4
68 | K o n s t r u k s i a
Waktu Pelaksanaan
a) kurang dari enam bulan
9
b) lebih dari enam bulan
16
Nilai Proyek
a) 1 - 3 milyar
8
b) lebih dari 3 milyar
19
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
Untuk data umum proyek dapat dilihat dari
tabel 4.3 yaitu proyek semuanya adalah gedung
bertingkat lokasinya 16 proyek di Jabotabek
sisanya di Lampung dan Riau, nilai proyek ratarata cukup besar yaitu sejumlah 19 proyek
lebih dari 6 miliar.
ANALISIS RISK LEVEL
Risk level disini maksudnya adalah analisa
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat resiko dari masing-masing dampak cost
overrun yang terjadi dalam suatu proyek
konstruksi gedung bertingkat khususnya dalam
manajemen peralatan. Penentuan tingkat
resiko didasarkan pada tabel matrik seperti
yang terlihat pada tabel.
Tabel 4.5Matrik tingkat resiko berdasarkan tingkat pengaruh
dan frekwensi kejadian
(1)
Frekwensi
Tidak
pernah
1.Tingkat
ProyekPengaruh
berjalan
sesuai rencana
2. Proyek berjalan sesuai
rencana, ada
perubahan spesifikasi
5. Proyek berhenti
Jarang
Kadangkadang
(4)
(5)
Sering
Selalu
L
L
M
S
L
L
M
S
S
M
M
S
S
L
3. Proyek tidak berjalan
sesuai rencana, ada
perubahan desain dan
metode
4. Proyek tidak berjalan
sesuai rencana, ada
perubahan desain dan
metode yang
mempengaruhi kinerja
(3)
(2)
H
S
S
H
H
H
H
H
H
S
H
69 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
Sumber : Hasil modifikasi dari Soemardi,
Tresna, P. (2002), Bahan Kuliah Biaya dan
Manajemen Resiko, Magister Teknik,
Kekhususan
Manajemen Konstruksi,
Universitas Indonesia, Jakarta
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa resiko
yang dibagi menjadi 4 kategori yaitu : L
(low), M (medium), S (Signifikant) dan H
(high). Maksud dari masing-masing ketegori
tersebut adalah sebagai berikut :
L : Resiko rendah, ditangani oleh
prosedur rutin.
M : Resiko sedang, tanggung jawab
manajemen perlu dijelaskan.
S : Resiko yang berarti, diperlukan
perhatian manajemen senior.
H : Resiko yang tinggi, Penelitian yang
rinci dan manajemen diperlukan pada
tingkat senior.
Penentuan Modus.
Modus adalah nilai yang paling sering keluar.
Artinya dari 63 responden, nilai tingkat
pengaruh dan nilai frekwensi berapakah yang
paling banyak dipilih.. Dari tabel 4.11 dapat
dilihat pilihan responden yang terbanyak
adalah yang diarsir warna abu-abu. Pada tabel
diberikan contoh pada indikator arsitektur
yang mendapat nilai resiko M dan S.
Tabel 4.6 Penentuan Tingkat Resiko Pada Indikator 3 ( Arsitektur), Level M dan S
No
no
Coding
Urut
var Dampak
Dampak Terhadap Kinerja Biaya Akibat
Modus
Terjadinya Penyimpangan Biaya Pada
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Pengelolaan Subkon
Pengaruh
Frekuens
Resik
A. PERENCANAAN
1. Kesalahan dalam menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan disubkontrakkan
1
1 A,1,1
3
2
M
2
2 A,1,2
3
2
M
2. Kesalahan dalam menentukan kuantitas pekerjaan yang akan disubkontrakkan
3
3 A,2,1
2
3
M
4
4 A,2,2
3
2
M
3. Kesalahan dalam memprediksi kondisi lapangan dan kejadian yang akan datang
5
5 A,3,1
3
2
M
6
6 A,3,2
3
2
M
7
7 A,3,3
3
2
M
4. Gambar kerja dan spesifikasi yang kurang jelas
70 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
8
8 A,4,1
3
2
M
3
2
M
2
3
M
6. Estimasi biaya pekerjaan subkontraktor yang kurang tepat/ kurang realistis
9
12 A,6,2
7. Pengaturan waktu dan lahan yang kurang baik untuk
pekerjaan subkontraktor yang akan bekerja
10
13 A,7,1
lapangan terganggu
9. Kesalahan dalam pemilihan subkontraktor
11
18 A,9,1
3
2
M
12
19 A,9,2
3
2
M
10. Data dan informasi tentang kinerja subkontraktor yang kurang lengkap
13
20 A,10,1
3
2
M
14
21 A,10,2
3
2
M
3
2
M
2
M
B. KONTRAKTUAL
1. Kurang lengkapnya klausul-klausul subkontrak
15
22 B,1,1
3. Tidak adanya pengaturan tentang perselisihan dan penyelesaiannya
antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
16
27 B,3,1
no
no
Coding
Urut
var Dampak
3
Dampak Terhadap Kinerja Biaya Akibat
Modus
Terjadinya Penyimpangan Biaya Pada
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Pengelolaan Subkon
Pengaruh
Frekuens
Resik
17
28 B,3,2
3
2
M
18
29 B,3,3
3
2
M
3
2
M
4. Tidak adanya pengaturan tentang pemutusan subkontrak
19
30 B,4,1
C. PENGORGANISASIAN
1. Komunikasi dan koordinasi yang kurang baikantara
kontraktor utama dan subkontraktor
71 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
21
34 C,1,1
3
2
M
3
2
M
2
M
7. Kurang tegasnya kontraktor utama dalam pemberian sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan oleh subkontraktor
22
46 C,7,1
D. KINERJA SUBKONTRAKTOR
1. Kurangnya pengetahuan subkontraktor mengenai karakteristik proyek
23
48 D,1,1
3
2. Kurangnya kemampuan subkontraktor dalam hal pendanaan/ finansial
24
51 D,2,1
3
2
M
25
52 D,2,2
3
2
M
3
2
M
3
2
M
3
2
M
4. Kurangnya produktivitas lapangandarisubkontraktor
26
55 D,4,1
5. Teknologi yang dimiliki subkontraktor ternyata kurang memadai
27
56 D,5,1
E. JADWAL PELAKSANAAN
1. Kegiatan yang sebelumnya (predecessor) terjadi keterlambatan
28
58 E,1,1
3. Terjadinya rework/ kerja ulang akibat hasil kerja yang tidak sesuai standar
29
62 E,3,1
2
3
M
30
63 E,3,2
3
2
M
3
2
M
G. CHANGE ORDERS
(PEKERJAAN TAMBAH KURANG)
1. Tidak adanya klausul dalam subkontrak yang menjelaskan
tentang pekerjaan tambah kurang (change orders)
31
70 G,1,1
3. Terjadinya perubahan design
32
75 G,3,2
3
2
M
33
76 G,3,3
3
2
M
72 | K o n s t r u k s i a
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
H. FAKTOR EKSTERNAL
1. Terjadi force majeur : bencana alam, krisisekonomi,
politik, hankam, dll (bila tidak terdapat dalam kontrak)
34
79 H,1,1
4
2
S
35
80 H,1,2
3
2
M
36
81 H,1,3
4
1
S
3
2
M
4
2
S
3
2
M
3
2
M
2. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak baik (bila tidak terdapat dalam kontrak)
37 83 H,2,2
3. Perubahan peraturan pemerintah dan perundang-undangan
(bila tidak terdapat dalam kontrak)
38 85 H,3,1
39 86 H,3,2
Pekerjaan terlambat
40 87 H,3,3
no
no
Coding
Dampak Terhadap Kinerja Biaya Akibat
Urut
var Dampak Terjadinya Penyimpangan Biaya Pada
Pengelolaan Subkon
Modus
Tingkat
Tingkat
Tingkat
Pengaruh
Frekuens
Resik
I. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
1. Penyelenggaraan rapat koordinasi yang sangat kurang
41 90 I ,1,3
3
2
M
3
2
M
3
2
M
3
2
M
6. Kurangnya pengawasan pekerjaan subkontraktor di lapangan
42 98 I,6,2
dalam pelaksanaan
7. Penempatan pengawas yang tidak sesuai dengan kualifikasi
43 99 I,7,1
8. Kurang baiknya pengendalian kemajuan pekerjaan subkontraktor
44 100 I,8,1
terhambat
73 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
KESIMPULAN
1. Dari 4 indikator cost overrun pada
pengelolaan Subkontrak yaitu biaya
pengelolaan subkon untuk, sub struktur,
upper structure,arsitektur, dan mekanikal
elektrikal, didapati variabel dampak
resiko cost overrun paling besar terdapat
pada indikator biaya pengelolaan subkon
arsitektur
2. Dari hasil analisa tingkat resiko yang telah
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, diperoleh dampak–dampak
yang mempunyai tingkat resiko pada
indikator 3 (arsitektur) yaitu Significant
(S), 3 buah, dan Medium (M), 41 buah, dari
101 variabel, ini dapat juga disimpulkan 50
% dampak berkelas medium, tidak ada
satupun dampak yang mempunyai tingkat
resiko High (H).
3. Hasil analisa tingkat resiko berdasarkan
kombinasi indikator cost overrun pada
pengelolaan subkon menunjukkan bahwa
indikator 3 (biaya pengelolaan subkon
arsitek) mempunyai dampak-dampak
signifikan terbanyak yaitu 44 variabel
dampak dan seiring dengan jumlah
indikator yang dikombinasi maka jumlah
dampak yang signifikan semakin kecil, dan
yang paling kecil ada pada indikator 2 dan
kombinasi indikator 8 ( indikator 2 dan 3)
sebanyak 8 variabel
4. Setelah
dilakukan
analisa
regresi
berdasarkan output dampak hasil analisa
tingkat resiko maka tidak semua dampak
yang mempunyai tingkat resiko signifikan
dapat dimodelkan. Dari 44 variabel hasil
analisa resiko,
37 variabel
yang
mempunyai dua atau satu bintang, atau
tingkat significant
5 % atau 1 %,
kemudian dari 37 variabel, hanya 24 yang
mempunyai nilai distribusi,(Anderson
Darling), dari 24 variabel , hanya 19
74 | K o n s t r u k s i a
variabel yang mempunyai nilai pada model
yang terbentuk.
5. Dampak-dampak yang mempunyai tingkat
resiko signifikan dan dapat membentuk
model matematis membuktikan hipotesa
awal yaitu “Terjadinya dampak-dampak
yang beresiko signifikan/tinggi pada biaya
pengelolaan subkon dalam suatu proyek
konstruksi
mengakibatkan
turunnya
kinerja
biaya,
sehingga
bisa
mengakibatkan terjadinya cost overrun”.
6. Dari hasil validasi pakar diperoleh
alternatif rekomendasi tindakan koreksi
yang diharapkan dapat meningkatkan
kinerja biaya pengelolaan subkon.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
[1] Ariany Frederika, “ Journal Ilmiah
Teknik Sipil”, Denpasar 2010
[2] Budi Santoso , “ Manajemen Proyek “,
Surabaya, 2003
[3]
Bachtiar Ibrahim, “Rencana dan
Estimate Real Of Cost”, Jakarta, 1993
[4] Harold Kerzner, “Project Management
: A System Approach to Planning ,
Scheduling,
and
Controlling
(8th
Ed.ed)”,Wiley, 2003
[5] Iman Soeharto , “ Manajemen Proyek
”, Jakarta, 1995
[6] Iman Soeharto, “Manajemen Proyek
Dari Konseptual Sampai
Operasiona”,
Jakarta, 1999
[7] Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia, “Waktu Kerja
Lembur dan Upah Kerja Lembur ”,
Jakarta 2004
[8] Patrick,S.W.F dan Mingen,Li (2004).
“Risk Assessment Model of Tendering for
Chinese Building Projects. Journal of
Constructions
Engineering and
Management”, ASCE. 2004.
Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Dan Dampak Penyimpangan (Yusuf – Ismeth - Achirwan)
9.
[9]
Paulus Nugraha, ”Manajemen
Konstruksi 2”,Surabaya, 1985
10. [10] Susapto, “Manajemen Konstruksi 3”,
Malang, 2001
11. [11] Wahana Komputer, “Panduan Praktis
Microsoft Project”, Yogyakarta, 2010
12. [12] Wulfram I Ervianto, “Manajemen
Proyek Konstruksi”, Yogyakarta, 2002.
75 | K o n s t r u k s i a
Download