jurusan teknik sipil fakultas teknik universitas sebelas maret

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGANTIAN FILLER ABU BATU DENGAN
ABU VULKANIK MERAPI PADA KARAKTERISTIK
MARSHALL CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-WEARING
COURSE (HRS-WC)
The Influence of Fly Ash with Merapi Volcanic Ash Filler Substitution in The
Marshall Characteristics of Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) Mixture
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
CITRA KHARISMA PUTRI
I 0107006
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGANTIAN FILLER ABU BATU DENGAN
ABU VULKANIK MERAPI PADA KARAKTERISTIK
MARSHALL CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-WEARING
COURSE (HRS-WC)
The Influence of Fly Ash with Merapi Volcanic Ash Filler Substitution in The
Marshall Characteristics of Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) Mixture
Disusun Oleh :
CITRA KHARISMA PUTRI
I 0107006
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Persetujuan Dosen
Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
PENGARUH PENGGANTIAN FILLER ABU BATU DENGAN
ABU VULKANIK MERAPI PADA KARAKTERISTIK
MARSHALL
CAMPURAN
HOT ROLLED
SHEET-WEARING
Ir. Agus Sumarsono,
MTcommit
to user Ir. Ary Setyawan,M. Sc, Ph.D
COURSE
N I P. 19570814 198601
1 001 (HRS-WC)
N I P . 19661204 199512 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
The Influence of Fly Ash with Merapi Volcanic Ash Filler Substitution in The
Marshall Characteristics of Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) Mixture
SKRIPSI
Disusun Oleh :
CITRA KHARISMA PUTRI
I 0107006
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas sebelas Maret pada Hari Kamis, Tanggal 14 April
2011.
Ir. Agus Sumarsono, MT.
NIP. 19570814 198601 1 001
( ...………………………....)
2. Ir. Ary Setyawan, M.Sc, Ph.D.
NIP. 19661204 199512 1 001
(……………………………)
3. Ir. Djumari, MT.
NIP. 19571020 198702 1 001
(……………………………)
4. Slamet Jauhari Legowo, ST,MT.
NIP. 19670413 199702 1 001
(……………………………)
1.
Mengetahui,
a.n Dekan Fakultas Teknik UNS
Pembantu Dekan I
Disahkan
Ketua Jurusan Teknik sipil
Fakultas Teknik UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT
NIP. 19561112 198403 2 007
Ir. Bambang Santosa, MT
NIP. 19590823 198601 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO dan PERSEMBAHAN
”Life is target and choice”
(Citra Kharisma)
”The biggest change of your life is cretaed
by your self”
(Citra Kharisma)
Terima kasih ya Allah..
Atas segala berkah dan nikmat yang Kau beri..
This little creation I dedicated to :
My Lovely Mother & Father
Arifah Ahsani Taqwim
愛する恋人
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Citra Kharisma Putri, 2011. Pengaruh Penggantian Filler Abu Batu dengan
Abu Vulkanik Merapi pada Karakteristik Marshall Campuran Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC). Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Letusan Gunung Merapi pada 05 November 2010 menghasilkan produk alam
berupa abu vulkanik. Untuk memanfaatkannya dilakukan penelitian agar dapat
dipakai dalam campuran lapis perkerasan jalan terutama pada campuran Hot
Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC) sebagai filler. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik abu vulkanik memenuhi syarat atau tidak
sebagai filler dan mengkategorikan apakah campuran perkerasan HRS yang
menggunakan abu vulkanik Merapi sebagai fiiler mempunyai nilai uji Marshall
yang telah disyaratkan Kementerian Pekerjaan Umum, 2005.
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan kadar aspal 6,5%;
6.75% ; 7%; 7.25%; 7,5% dan kadar filler abu vulkanik sebesar 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% pada setiap variasi campuran. Benda uji berjumlah masingmasing 3 buah. Semua diuji sesuai dengan metode marshall untuk mendapatkan
data stabilitas, flow, marshall quotient (MQ), densitas, dan porositas. Hubungan
antara variasi campuran HRS dengan filler abu vulkanik karakteristik marshall
dapat diuji dengan analisis regresi dan analisis varian (ANOVA) yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penggantian abu vulkanik sebagai filler.
Dari hasil kandungan kimia didapat hasil : SiO2+Al2O3+Fe2O3 sebesar 89,2105%
MgO sebesar 0,4297%, dan H2O sebesar 0,2749%, berat jenis sebesar 3,021 kg/L
dan lolos saringan 200. Sehingga memenuhi syarat sebagai filler. Kadar filler abu
vulkanik sebesar 100% dengan kadar aspal optimum 7,0% merupakan campuran
HRS-WC yang paling optimal. Ditinjau dari karakteristik Marshall pada kondisi
KAO, campuran tersebut memenuhi spesifikasi DPU 2005, kecuali nilai Marshall
Quotient-nya (MQ).
Kata Kunci : Abu Vulkanik,Aspal, HRS, ANOVA, Karakteristik Marshall
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Citra Kharisma Putri, 2011. The Influence of Fly Ash with Merapi Volcanic
Ash Filler Substitution in The Marshall Characteristics of Hot Rolled Sheet
Wearing Course (HRS-WC) Mixture. Thesis, Civil Engineering Department
of Surakarta Sebelas Maret University.
Merapi volcanic explosion on November 2010 provided natural products such as
volcanic ash. For utilizing it, a research was conducted to find out whether or not
it can be used in the road hardening layer particularly in Hot Rolled SheetWearing Course (HRS-WC) as filler. The objective of research is to find out
whether or not the characteristic of volcanic ash is qualified as the filler and to
categorize whether or not the HRS hardening mix using Merapi volcanic ash as
filler has a Marshall-test value required by the Public Work Ministry, 2005.
This research was laboratory experimental in nature with asphalt level of 6.5%;
6.75%; 7%; 7.25%; 7.5% and volcanic ash filler level of 0%, 25%, 50%, 75%,
and 100% in each mix. There were 3 tested objects. All of them are examined
using a marshall method to obtain the data on stability, flow, Marshall Quotient
(MQ), density, and porosity. The relationship between HRS mix variation with
volcanic ash filler in the term of Marshall characteristic can be tested using
regression and variance analyses that used to know the effect of Merapi volcanic
ash as a filler substituted on the Marshall Characteristic.
The data on chemical substances shows: SiO2+Al2O3+Fe2O3 is 89.21505%, MgO
is 0.4297%, and H2O is 0.2749%, specific grafity is 3.021 kg/L and filter passing
200. Thus it is qualified as filler. Filler level of volcanic ash of 100% with
optimum asphalt level of 7% is the most optimum HRS-WC mix. Viewed from
the Marshall characteristic in KAO condition, such mix has met DPU 2005
specification, except its Marshall Quotient (MQ) value.
Keywords: Volcanic Ash, Asphalt, HRS, ANOVA, Marshall Characteristic.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
‫ﻪﺕﺎﮔﺭﺒﻮﷲﺍﺔﻣﺤﺮﻮﻢﮑﻴﻟﻋﻢﻼﺳﻠﺍ‬
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir ini.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyusun tugas akhir dengan judul “Pengaruh Penggantian
Filler Abu Batu dengan Abu Vulkanik Merapi pada Karakteristik Marshall
Campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC)”, yang bertujuan
untuk mengetahui karakteristik abu vulkanik Merapi sebagai filler dan
karakteristik uji Marshall dengan memggunakan abu vulkanik Merapi sebagai
filler. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak
penulis sulit mewujudkan laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih :
1.
Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
2.
Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
3.
Ir. Agus Sumarsono, MT, selaku dosen pembimbing I.
4.
Ir.Ary Setyawan, M.Sc, Ph.D, selaku dosen pembimbing II.
5.
Ir. Bambang Santoso, MT dan Senot Sangadji, ST, MT selaku Dosen
Pembimbing Akademis
6.
Ir. Djoko Sarwono, MT, selaku Ketua Laboratorium Jalan Raya Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7.
Segenap Dosen Penguji Skripsi.
8.
Muh. Sigit Budi Laksana, ST, selaku staff Laboratorium Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9.
Sahabatku tercinta Vebby, Thia, Mayang, Endah terima kasih kalian selalu
membantuku dalam banyak hal.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Teman-teman Kos Arjuna terima kasih telah menjadi keluarga dalam 4 tahun
terakhir dan selamanya.
11. Tim ”Temper” 2010 : Doni, Ami, Chitra, Ardyan, Beng2, Hero, Abdoel,
Agunk, Ucup, Zaky, Puguh, Bahri, Himawan, Ucok, Satrio, Eboy, Fajar.
Terima kasih sudah membantu dalam kelancaran skripsi ini.
12. Semua Teman – Teman Angkatan 2007 Terima kasih. Kalian mau menjadi
temanku.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penelitian selanjutnya. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.
‫ﻪﺕﺎﮐﺮﺑﻮﷲﺍﺔﻤﺣﺮﻮﻡﻜﻳﺎﻋﻢﻼﺳﻠﺍﻮ‬
Surakarta,
April 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ...............................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL .................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3. Batasan Masalah .............................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
1.5.1. Manfaat Teoritis....................................................................................4
1.5.2. Manfaat Praktis .....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................................5
2.1.1. HRS - Wearing Course (HRS – WC) ....................................................8
2.1.2. Agregat .................................................................................................8
2.1.3. Aspal .....................................................................................................9
2.1.4. Abu Vulkanik Merapicommit
.........................................................................
10
to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman
2.2. Dasar Teori.. .................................................................................................12
2.2.1. Bahan Penyusun Campuran HRS-WC ................................................13
2.2.1.1. Agregat ..................................................................................14
2.2.1.2. Filler.......................................................................................19
2.2.1.3. Aspal Keras............................................................................20
2.2.2. Karakteristik Perkerasan .....................................................................21
2.2.2.1. Pengujian Volumetrik............................................................22
2.2.2.2. Stabilitas ................................................................................24
2.2.2.3. Flow .......................................................................................25
2.2.2.4. Marshall Quotient ..................................................................25
2.2.2.5. Skid Resistence ......................................................................25
2.2.2.6. Denstitas ................................................................................26
2.2.2.7. Porositas (Void In Mix) ..........................................................26
2.2.2.8. Durabilitas .............................................................................27
2.2.2.9. Workability ............................................................................27
2.2.2.10. Fleksibilitas ..........................................................................27
2. 3. Pengujian Campuran.....................................................................................28
2.3.1. Pengujian Volumetrik ……….. .........................................................28
2.3.2. Pengujian Marshall ……….. ............................................................28
2. 4. Analisis Data.................................................................................................29
2.4.1. Analisis Regresi ……….. ..................................................................29
2.4.2. Analisis Varian (Anova) ……….. .....................................................31
2. 5. Kerangka Pemikiran.......................... ...........................................................34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian .........................................................................................36
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................36
3.2.1. Waktu Penelitian................................................................................36
3.2.2. Tempat Penelitian ..............................................................................37
3.3. Teknik Pengumpulan Data. …………… .....................................................37
3.3.1. Data Primer .......................................................................................37
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman
3.3.2. Data Sekunder ....................................................................................38
3.4. Bahan dan Peralatan Penelitian. ...................................................................38
3.4.1. Bahan…………….. ...........................................................................38
3.4.2. Peralatan…………. ...........................................................................38
3.5. Benda Uji ......................................................................................................40
3.6. Prosedur Pelaksanaan ...................................................................................41
3.7. Pengujian Benda Uji dengan Metode Marshall ...........................................42
3.8. Alur Penelitian....... .......................................................................................44
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pemeriksaan Bahan….. .......................................................................46
4.1.1. Karakteristik Agregat ........................................................................46
4.1.2. Karakteristik Aspal ...........................................................................46
4.1.3. Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Abu Vulkanik Merapi .................47
4.2. Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Marshall................ .................................49
4.3. Pembahasan Hasil Pengujian Marshall ….. .................................................57
4.3.1. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC) …………… ..............................57
4.3.2. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Flow pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)....................................................64
4.3.3. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Densitas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)....................................................70
4.3.4. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Porositas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)....................................................76
4.4. Hasil Perhitungan Kadar Aspal Optimum….. ..............................................82
4.4.1. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Stabilitas ..............................................................83
4.4.2. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Flow ....................................................................86
4.4.3. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Densitas ...............................................................88
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.4.4. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Porositas ..............................................................90
4.4.5. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Marshall Quotient ...............................................93
4.5. Hubungan Kadar Aspal Optimum Campuran HRS-WC menggunakan Filler
Abu Vulkanik dengan Parameter Marshall ..................................................95
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan......….. .......................................................................................95
5.2. Saran...................... .......................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA...... ......................................................................................96
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA) .............................................8
Tabel 2.2.
Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA) .........................................8
Tabel 2.3.
Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA) .............................................9
Tabel 2.4.
Hasil Pemeriksaan Agregat Pasir (NS) ..............................................9
Tabel 2.5.
Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal ..............................................9
Tabel 2.6.
Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78 ........10
Tabel 2.7.
Spesifikasi Agregat Kasar ................................................................18
Tabel 2.8.
Spesifikasi Agregat Halus ................................................................18
Tabel 2.9.
Spesifikasi Gradasi Agregat untuk Campuran .................................19
Tabel 2.10. Gradasi Bahan Pengisi .....................................................................20
Tabel 2.11. Spesifikasi Aspal Keras Penetrasi 60/70 ..........................................21
Tabel 2.12. Spesifikasi Tes Marshall Departemen Pekerjaan Umum ................28
Tabel 2.13. Ilustrasi Perhitungan Anova .............................................................32
Tabel 3.1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian .........................................................37
Tabel 3.2.
Kebutuhan Benda Uji Untuk Marshall Test... ..................................40
Tabel 4.1.
Komposisi Kimia Abu Vulkanik Gunung Merapi ...........................47
Tabel 4.2.
Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78 ........48
Tabel 4.3.
Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik Gunung Merapi ................48
Tabel 4.4.
Hasil pengujian dan perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan kadar filler abu vulkanik 0%................................................51
Tabel 4.5.
Hasil pengujian dan perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan kadar filler abu vulkanik 25%..............................................52
Tabel 4.6.
Hasil pengujian dan perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan kadar filler abu vulkanik 50%..............................................53
Tabel 4.7.
Hasil pengujian dan perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan kadar filler abu vulkanik 75%..............................................54
Tabel 4.8.
Hasil pengujian dan perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan kadar filler abu vulkanik 100%............................................55
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9.
digilib.uns.ac.id
Rekapitulasi Hasil Pengujian dan Perhitungan Volumetrik Hot
Rolled Sheet (HRS) dengan Filler Abu Vulkanik ............................56
Tabel 4.10. Data Nilai Stabilitas .........................................................................57
Tabel 4.11. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% .................................................................................................58
Tabel 4.12. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................59
Tabel 4.13. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75% ...............................................................................................60
Tabel 4.14. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................60
Tabel 4.15. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,0% .................................................................................................61
Tabel 4.16. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,0% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................61
Tabel 4.17. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25% ...............................................................................................62
Tabel 4.18. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................62
Tabel 4.19. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5% .................................................................................................63
Tabel 4.20. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................63
Tabel 4.21. Data Nilai Flow ................................................................................64
Tabel 4.22. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% .................................................................................................65
Tabel 4.23. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................65
Tabel 4.24. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75% ...............................................................................................66
Tabel 4.25. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
66
commit to...........................................................
user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.26. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,0% .................................................................................................67
Tabel 4.27. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,0% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................67
Tabel 4.28. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25% ...............................................................................................68
Tabel 4.29. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................68
Tabel 4.30. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5% .................................................................................................69
Tabel 4.31. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................69
Tabel 4.32. Data Nilai Densitas ...........................................................................70
Tabel 4.33. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% .................................................................................................71
Tabel 4.34. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................71
Tabel 4.35. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75% ...............................................................................................72
Tabel 4.36. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................72
Tabel 4.37. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,0% .................................................................................................73
Tabel 4.38. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,0% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................73
Tabel 4.39. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25% ...............................................................................................74
Tabel 4.40. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................74
Tabel 4.41. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5% .................................................................................................75
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.42. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................75
Tabel 4.43. Data Nilai Porositas ..........................................................................76
Tabel 4.44. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5% .................................................................................................77
Tabel 4.45. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................77
Tabel 4.46. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75% ...............................................................................................78
Tabel 4.47. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................78
Tabel 4.48. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,0% .................................................................................................79
Tabel 4.49. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,0% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................79
Tabel 4.50. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25% ...............................................................................................80
Tabel 4.51. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................80
Tabel 4.52. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5% .................................................................................................81
Tabel 4.53. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik ...........................................................81
Tabel 4.54. Rekapitulasi Hasil Anova..................................................................82
Tabel 4.55. Hasil Uji Marshall HRS-WC dengan Pengganti Filler Abu Vulkanik
..........................................................................................................95
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Abu Vulkanik Dilihat dari Kasat Mata .........................................10
Gambar 2.2.
Ukuran Mikroskopis Batuan Beku ................................................11
Gambar 2.3.
Ukuran Mikroskopis Abu Vulkanik ..............................................11
Gambar 2.4.
Diagram Alir Kerangka Pemikiran ...............................................34
Gambar 3.1.
Alat Uji Marshall ..........................................................................39
Gambar 3.2.
Tahapan Penelitian ........................................................................44
Gambar 4.1.
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas menggunakan
Filler Abu Vulkanik Merapi .........................................................83
Gambar 4.2.
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Flow menggunakan Filler
Abu Vulkanik Merapi ...................................................................86
Gambar 4.3.
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Densitas menggunakan
Filler Abu Vulkanik Merapi .........................................................88
Gambar 4.4.
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Porositas menggunakan
Filler Abu Vulkanik Merapi .........................................................90
Gambar 4.5.
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient
menggunakan Filler Abu Vulkanik Merapi ..................................93
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
%
= prosentase/persen

= phi ( 3,14 )
a
= Perlakuan Abu Vulkanik
b
= Perlakuan Aspal
Bc
= kadar aspal
C
= angka koreksi ketebalan
°C
= derajat Celcius
D
= densitas
d
= diameter benda uji
df
= Derajat Kebebasan
C
= angka koreksi ketebalan
cm
= centimeter
F
= flow
Gac
= Berat Jenis Aspal (gr/cm3)
Gsa
= Berat Jenis Apparent (gr/cm3)
Gsb
= Berat Jenis Bulk (gr/cm3)
Gse
= Berat Jenis Rata-rata Agregat (gr/cm3)
gr
= gram
H0
= Hipotesa
h
= tebal benda uji
HRS-WC = Hot Rolled Sheet-Wearing Course
k
= faktor kalibrasi alat
kg
= kilogram
lb
= pounds
MQ
= Marshall Quotient
P
= porositas
Pba
= Penyerapan Aspal (%)
q
= pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
r2
= koefisien determinasi
r
= koefisien korelasi
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
S
= stabilitas
𝑆𝐵2
= Kuadrat Mean Antar Perlakuan
2
𝑆𝑊
= Kuadrat Mean di dalam Perlakuan
VB
= Variasi antar Perlakuan
Vtotal =Variasi Total
VW
= Variasi di dalam Perlakuan
𝑋
= mean total dari semua pengukuran yang ada di semua kelompok
𝑋𝑗
= mean kelompok, mean perlakuan, mean baris.
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Data Sekunder Penelitian
Lampiran B Data Primer Penelitian
Lampiran C Dokumentasi Penelitian
Lampiran D Kelengkapan Administrasi
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Jalan merupakan salah satu sarana penting dalam suatu wilayah. Jalan berfungsi
menghubungkan antar daerah satu dengan yang lainnya untuk berbagai keperluan.
Baik dalam segi ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan, dan lain sebagainya. Agar
seluruh kegiatan berjalan lancar dan jalan nyaman digunakan, maka jalan hendaknya
dirancang dan dibua tsesuai dengan standar aturan yang ada.
Konstruksi perkerasan jalan akan mengalami masa kerusakan setelah mengalami
masa pelayanan tertentu. Sehingga bahan yang digunakan harus memenuhi kriteria
dan persyaratan tertentu sesuai dengan kebutuhan konstruksi jalan yang akan dibuat
serta penentuan metode pelaksanaan. Selain itu beban lalu lintas, temperatur
permukaan, kondisi cuaca maupun faktor air merupakan unsur yang sangat berperan
dalam mempercepat tingkat kerusakan yang dialami.
Hot Rolled Sheet (HRS) adalah salah satu campuran yang cocok digunakan di daerah
tropis seperti Indonesia karena mempunyai kelenturan yang tinggi dan tahan terhadap
kelelehan plastik (Rantetoding, 1984). Karakteristik utama HRS adalah mempunyai
gradasi senjang. Yang terpenting pada HRS adalah campuran aspal, agregat halus dan
filler, dimana didalamnya ditempatkan beberapa agregat kasar.
Campuran HRS dengan gradasi senjang akan terlihat dengan berkurangnya sebagian
butiran yang berukuran sedang. Akibatnya, rongga campuran menjadi terbuka dan
dapat diisi oleh bitumen yang lebih banyak. Bitumen pada temperatur tinggi (proses
pencampuran dan penghamparan) berbentuk lebih cair, maka sebagian besar akan
meleleh ke bawah sehingga menimbulkan kesulitan lain seperti binder drainage,
akibat tidak seragamnya kandungan bitumen. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan
commit
to user
memberikan butir halus (filler) lebih
banyak
sehingga menyerap butiran cair untuk
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
bitumen. Filler dalam campuran memegang peranan penting terutama untuk
meningkatkan fleksibilitas dan durabilitas campuran.
Filler pada campuran berfungsi mengisi rongga-rongga antara agregat kasar/sedang
dalam rangka mengurangi besarnya rongga, meningkatkan kerapatan dan stabilitas
campuran. Untuk mendapatkan konstruksi lapis keras yang memenuhi dengan
persyaratan diperlukan kadar filler yang sesuai dengan kebutuhan. Dimungkinkan
campuran HRS yang mempunyai kebutuhan filler yang berbeda akan terjadi
perubahan karakteristiknya.
Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang proyek konstruksi jalan umumnya
menghendaki bahan filler yang mudah didapatkan atau menggunakan bahan lokal. Hal ini
diinginkan sebagai bahan alternatif, baik digunakan secara tersendiri atau digabungkan
dengan bahan lain. Abu vulkanik merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat
dipergunakan sebagai bahan tambah untuk perkerasan jalan. Abu vulkanik yang dapat
dimanfaatkan sebagai filler ini merupakan bahan yang dihasilkan akibat adanya
letusan gunung Merapi yang baru saja terjadi pada tanggal 05 November 2010 silam
di Yogyakarta. Abu ini ternyata memiliki kandungan silika dan alumina yang cukup
banyak. Abu vulkanik merupakan bahan yang mudah didapat terutama di daerah yang
dekat dengan gunung berapi yang masih aktif, di samping merupakan produk alam.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai penggunaan
abu vulkanik Merapi sebagai bubuk isian (filler) yang sesuai pada campuran Hot
Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC) dengan berbagai kadar kandungan aspal
dan filler. Dengan maksud penghematan harga material bila dibandingkan harga
semen, tetap itidak meninggalkan teknologi bahan agar didapat konstruksi yang kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah karakteristik abu vulkanik Merapi memenuhi syarat ketentuan sebagai
filler?
2. Bagaimana pengaruh penggantian filler dengan abu vulkanik Merapi pada
campuran HRS-WC?
3. Apakah campuran perkerasan HRS-WC yang menggunakan abu vulkanik Merapi
mempunyai nilai-nilai uji Marshall yang telah disyaratkan Kementerian Pekerjaan
Umum 2005?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Perubahan dan sifat kimia seluruh bahan tidak ditinjau
2. Tinjauan terhadap karakteristik campuran terbatas pada pengamatan terhadap hasil
pengujian Marshall
3. Penelitian ini bersifat eksperimental di Laboratorium Perkerasan Jalan Raya
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis karakteristik abu vulkanik Gunung Merapi
memenuhi syarat atau tidak sebagai filler
2. Mengetahui pengaruh penggantian filler dengan abu vulkanik Merapi pada
campuran HRS-WC
3. Mengetahui dan mengkategorikan apakah campuran perkerasan HRS yang
menggunakan abu vulkanik Merapi sebagai filler mempunyai nilai-nilai uji
Marshall yang telah disyaratkan Kementerian Pekerjaan Umum 2005
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan sejauh mana abu vulkanik dapat digunakan sebagai
filler pada perkerasan jalan
b. Mengembangkan pengetahuan di dunia teknik khususnya kontruksi lapisan
perkerasan jalan yaitu mengenai karakteristik Marshall
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Menambah alternatif pilihan penggunaan filler perkerasan yang lebih ekonomis
dan ramah lingkungan
b. Mengatasi masalah limbah abu vulkanik terhadap lingkungan
c. Untuk mengetahui nilai uji Marshall dengan filler abu vulaknik Merapi pada
campuran perkerasan HRS-WC, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
pemilihan jenis perkerasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Konstruksi perkerasan jalan pada dasarnya merupakan perpaduan antara material
campuran (kerikil dan pasir), dengan bahan pengikat semen atau aspal. (Silvia
Sukirman, 1999)
Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran
antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. (Bina
Marga, 1983)
Aspal pada lapis perkerasan jalan berfungsi sebagai bahan pengikat antar agregat
untuk membentuk suatu campuran yang menyatu, sehingga akan memberikan
kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan masing - masing agregat. (Silvia
Sukirman, 1992)
Penelitian dengan judul ”Karakteristik Campuran Hot Rolled Sheet (HRS) dengan
Bahan Pengisi (Filler) Abu Sekam Padi” diketahui bahwa campuran HRS dengan
variasi perbedaan penambahan filler abu sekam padi terjadi perubahan karakteristik.
Penambahan filler abu sekam padi sebanyak 7% memberikan nilai karakteristik yang
terbaik, dalam arti semua persyaratan Bina Marga dapat terpenuhi. (Didi Junaedi,
1999)
Hasil penelitian “Pengaruh Serat Serabut Kelapa Sebagai Bahan Tambah dengan
Filler Serbuk Bentonit Pada HRS-Base dan HRS-WC” menunjukkan bahwa
penggunaan serat serabut kelapa sebagai bahantambah dan filler serbuk bentonit pada
HRS-Base hanya memenuhi syarat pada variasi (bentonit:abu batu=4:0) dan variasi 4
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
(1:3) dengan kadar aspal 9%, serta variasi 3 dengan kadar aspal 9% dan 10%. Pada
HRS-WC tidak ada yang memenuhi syarat,sehingga tidak direkomendasikan untuk
digunakan pada HRS-WC. (JF. Soandrijanie Linggo dan P. Eliza Purnamasari, 2007)
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan Sulfur Dalam Aspal Pada
Campuran Terhadap Nilai Struktural Lapisan Permukaan” mengatakan bahwa
penambahan kadar sulfur dalam aspal dapat meningkatkan nilai stabilitas campuran
HRA baik pada jenis Cc, Cr, Rc, dan Rr. NIlai struktural berbanding langsung secara
non-linier dengan nulai stabilitas sehingga dengan makin besar kadar sulfur dari 0%30% dalam aspal akan mampu menambah nilai struktural (nilai koefisien kekuatan
relatif lapis permukaan) campuran HRA. Kondisi yang demikian sangat bermanfaat
terutama untuk HRA yang sebagian besar banyak menggunakan agregat alam
(rounded). Hal tersebut akan dapat menghemat biaya pembuatan konstruksi HRA
karena nilai struktural makin tinggi maka ketebalan lapis HRA makin tipis dan
penggunaan agregar alam jauh lebih murah daripada agregat pecah. (Agus Taufik
Mulyono, 1999)
Abu vulkanik terdiri dari batu, mineral, fragmen kaca vulkanik yang berdiameter <2
mm (0,1 inch), dimana ukuran tersebut tidak lebih besar dari ukuran kutu. Abu
vulkanik tidak selembut abu yang dihasilkan dari kayu yamg dibakar, daun atau
kertas. Abu vulkanik cenderung kasar, tidak larut dalam air, dan ukuran partikelnya
bisa berukuran sangat kecil. (Science For A Changing Word, 2010)
Granular material abu vulkanik yang tersebar di daerah Yaman termasuk daerah
perkotaan dan pinggiran kota. Karena sifat inferior bahan ini dalam keadaan aslinya,
tidak dapat digunakan dalam lapisan dasar dan pondasi bawah. Tujuan utama studi
ini ada dua: satu untuk menyelidiki manfaat pemanfaatan limbah abu vulkanik
sebagai alternatif murah untuk agregat untuk konstruksi jalan dan memberikan
kontribusi terhadap pengelolaan limbah yang efisien dari material yang tidak
diinginkan dan mengurangi dampak lingkungan. Efek dari penggunaan bahan abu
vulkanik butiran, sebagai pengganti sebagian agregat konvensional pada sifat-sifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
campuran aspal panas (HMA). Empat proporsi berbeda agregat pengganti digunakan
khusus pada 0, 10, 20, dan 30% dari berat total agregat kering. Campuran kadar abu
vulkanik 0% digunakan sebagai campuran referensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sifat mekanik dari semua campuran agregat abu vulkanik, sampai dengan
20%, yang dalam batas-batas spesifikasi metode desain campuran Marshall. Selain
itu, ditemukan bahwa penggunaan agregat abu vulkanik meningkatkan daya tahan
terhadap kerusakan pada campuran HMA. HMA dengan pengganti abu vulkanik
10% agregat memberikan hasil yang optimal dalam hal ketahanan pengupasan,
ketahanan mulur, kelelahan, dan modulus resilient. (Jamil A. Naji dan Ibrahim M.
Asi, 2008)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fly ash sebagai pengganti
filler terhadap sifat mekanik dari campuran aspal-agregat. Pemanfaatan fly ash, yang
merupakan produk sampingan dari pembangkit listrik tenaga batubara, sangat penting
dari sudut pandang lingkungan dan ekonomis. Dalam studi ini, suatu campuran aspal
padat yang terdiri dari agregat berkapur dipilih sebagai campuran referensi. Hal
diamati bahwa ada peningkatan yang pasti dalam stabilitas Marshall dan penurunan
nilai arus, terutama ketika pengisi gampingan digantikan oleh abu terbang. Sifat
mekanis, yaitu regangan elastis, modulus elastis dan regangan permanen, campuran
aspal ditentukan dengan melakukan pengujian kelelahan dengan tester UMATA
untuk tiga jenis abu terbang, semen Portland, kapur, dan spesimen kontrol. Perubahan
sifat mekanik yang penting dalam arti mempengaruhi perilaku perkerasan aspal beton
di bawah beban diterapkan. Mekanisme ini dapat dijelaskan dengan ekstensi aspal.
Berdasarkan studi ini, hal itu menunjukkan bahwa fly ash dapat digunakan secara
efektif dalam perkerasan sebagai pengganti filler. (Serkan Tapkin, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2.1.1. HRS – Wearing Course (HRS – WC)
HRS – Wearing Course atau lataston lapis permukaan untuk lapis aus adalah salah
satu jenis campuran aspal yang memiliki gradasi lebih halus dibandingkan dengan
HRS – Binder Course namun sama – sama bergradasi senjang atau gap – graded.
(Departeman Pekerjaan Umum, 2005)
2.1.2. Agregat
Pemeriksaan agregat di laboratorium yang meliputi pemeriksaan terhadap keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles, penyerapan terhadap air, kerekatan agregat
terhadap aspal dan berat jenis semu (apparent specific gravity) yang dilakukan
menunjukkan bahwa agregat yang digunakan telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Adapun hasil pemeriksaan agregat adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (CA)
No
Jenis Pemeriksaan
Syarat*)
Hasil**)
1
Penyerapan (%)
Max. 3
2,659
2
Berat jenis Bulk (gr/cc)
Min. 2,5
2,550
3
Berat jenis SSD (gr/cc)
Min. 2,5
2,618
4
Berat jenis Apparent (gr/cc)
-
2,736
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *)
- PT. Pancadarma Puspawira **)
Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Sedang (MA)
No
Jenis Pemeriksaan
Syarat*)
Hasil**)
1
Penyerapan (%)
Max. 3
2,680
2
Berat jenis Bulk (gr/cc)
Min. 2,5
2,627
3
Berat jenis SSD (gr/cc)
Min. 2,5
2,697
4
Berat jenis Apparent (gr/cc)
-
2,826
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *)
- PT. Pancadarma Puspawira **)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Tabel 2.3 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (FA)
No
Jenis Pemeriksaan
Syarat*)
Hasil**)
1
Penyerapan (%)
Max. 3
2,093
2
Berat jenis Bulk (gr/cc)
Min. 2,5
2,665
3
Berat jenis SSD (gr/cc)
Min. 2,5
2,720
4
Berat jenis Apparent (gr/cc)
-
2,881
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *)
- PT. Pancadarma Puspawira **)
Tabel 2.4 Hasil Pemeriksaan Agregat Pasir (NS)
No
Jenis Pemeriksaan
Syarat*)
Hasil**)
1
Penyerapan (%)
Max. 3
2,104
2
Berat jenis Bulk (gr/cc)
Min. 2,5
2,579
3
Berat jenis SSD (gr/cc)
Min. 2,5
2,633
4
Berat jenis Apparent (gr/cc)
-
2,784
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *)
- PT. Pancadarma Puspawira **)
2.1.3. Aspal
Hasil pemeriksaan karakteristik aspal penetrasi 60/70 merupakan data sekunder yang
telah diuji di laboratorium. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, mempunyai
karakteristik yang telah memenuhi spesifikasi Petunjuk Lapis Aspal Beton (Flexible)
No.12/PT/B/1983. Rangkuman hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Aspal
No.
Syarat*
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Min.
Maks.
Pemeriksaan **
1.
Penetrasi, 10gr, 25 ºC, 5 detik
60
79
70,1
2.
Titik Lembek
48
58
48,33 ºC
3.
Titik Nyala
200 ºC
-
350 ºC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
4.
Titik Bakar
200 ºC
-
370 ºC
5.
Daktilitas, 25 ºC, 5 cm/menit
100 cm
-
>150 cm
6.
Spesific Grafity
1 gr/cc
-
1.03 gr/cc
Sumber: - Syarat Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya *
- Afni Badriyatus (2010)**
2.1.4. Abu Vulkanik Merapi
Abu vulkanik adalah abu yang berasal dari aktivitas Merapi dari gunung berapi. Pada
penelitian kali ini abu vulkanik yang digunakan adalah abu vulkanik yang berasal dari
aktivitas vulkanik gunung Merapi yang ada di daerah Yogyakarta.
Idealnya kandungan oksida abu vulkanik menurut ASTM C 618-78 harganya dibatasi
seperti yang tercantum dibawah ini :
Tabel 2.6 Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78
No.
Komposisi bahan
Jumlah (%)
1.
SiO2 + Al2O2 + Fe2O3
minimal 70
2.
MgO
maksimal 5
3.
H2O
maksimal 3
Sumber: ASTM C 618-78
Gambar 2.1 Abu Vulkanik Dilihat dari Kasat Mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 2.2 Ukuran Mikroskopis Batuan Beku
Secara geologis , abu vulkanik adalah material batuan vulkanik yang berasal dari
magma panas dan cair yang membeku secara cepat . Batuan beku sejatinya kumpulan
mineral yang membeku dan mengkristal dari magma cair. Karena membeku cepat
maka magma ini tidak sempat mengkristal dengan baik. Karena tidak mengkristal
dalam geologi material bekuannya disebut gelas.
Dibawah mikroskop abu vulkanik ini memiliki bentuk yang runcing-runcing seperti
dibawah ini.
Gambar 2.3 Ukuran Mikroskopis Abu Vulkanik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
2.2. Dasar Teori
Konstruksi perkerasan jalan raya terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas
tanah dasar (sub grade) yang telah dipadatkan yang berfungsi untuk memikul beban
lalu lintas agar tanah dasar tidak menerima beban yang melebihi daya dukung tanah
yang diijinkan.
Konstruksi perkerasan jalan raya yang ada dapat digolongkan menjadi:
a. Flexible pavement (perkerasan lentur) dengan bahan pengikat aspal, dan
b. Rigid pavement (perkerasan kaku) dengan bahan pengikat semen Portland.
Pada prinsipnya konstruksi perkerasan lentur terdiri atas tiga bagian yaitu: sub base
course (lapisan pondasi bawah), base course (lapis pondasi atas) dan surface course
(lapis permukaan).
Sebagaimana diketahui bahwa penyediaan fasilitas perkerasan adalah untuk melayani
beban lalu lintas darat agar dapat bergerak aman, nyaman, dan cepat. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka suatu konstruksi perkerasan secara fisik harus memenuhi
persyaratan awet, kuat, kesat, dan rata.
Karena fungsi dan karakteristiknya, perkerasan akan mengalami penurunan kondisi
sesuai dengan berjalannya waktu, atau dengan perkataan lain pada lapis perkerasan
akan terjadi kerusakan yang makin lama makin parah. Untuk mempertahankan
perkerasan agar tetap pada kondisi yang layak sehingga dapat memberikan pelayanan
yang masih diterima oleh para pemakai jalan, maka lapis permukaan harus
mempunyai fleksibilitas dan durabilitas yang tinggi.
Untuk mendapatkan suatu campuran perkerasan yang mempunyai fleksibilitas dan
durabilitas tinggi diperlukan kadar aspal yang tinggi pula. Faktor yang mempengaruhi
kadar aspal yang tinggi adalah rongga antar butir cukup besar atau gradasi agregat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
timpang/senjang. HRS merupakan salah satu jenis campuran perkerasan dengan
menggunakan gradasi senjang/timpang.
2.2.1
Bahan Penyusun Campuran HRS-WC
Bahan penyusun campuran Hot Rolled Sheet terdiri atas agregat kasar, agregat halus,
dan aspal sebagai bahan pengikat. Perencanaan campuran perkerasan aspal, seperti
bahan teknis lainnya, pada umumnya merupakan soal dalam pemilihan dan
perbandingan material untuk mendapatkan sifat-sifat yang diharapkan pada hasil
akhir.
Tujuan umum dari rencana campuran perkerasan aspal adalah menetapkan suatu
penggabungan gradasi agregat yang ekonomis (dalam batas spesifikasi proyek). Dan
bitumen yang akan menghasilkan campuran dengan :
1. Bitumen yang cukup untuk menjamin keawetan perkerasan.
2. Stabilitas yang memadai sehingga memenuhi kebutuhan lalu lintas tanpa distorsi
atau terjadi pemindahan.
3. Rongga yang memadai didalam total campuran padat dengan masih
memungkinkan adanya sedikit tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas tanpa
flushing/bleeding (kelebihan aspal/kegemukan) dan hilangnya stabilitas, namun
cukup rendah untuk masuknya udara dan kelembaban yang berbahaya.
4. Cukup mudah dikerjakan untuk dapat melaksanakan hamparan campuran secara
efisien tanpa mengalami segresi.
Untuk menghasilkan lapis perkerasan jalan yang bermutu diperlukan bahan penyusun
yang berkualitas. Agar hal ini dapat tercapai maka pemahaman tentang sifat dan
karakteristik bahan penyusun harus dikuasai dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
2.2.1.1. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau komposisi
mineral lainnya baik yang berupa hasil alam maupun hasil pengolahan yang
digunakan sebagai bahan penyusun utama konstruksi perkerasan.
Menurut asalnya agregat dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Agregat alam (natural aggregate), adalah agregat yang diambil langsung dari
alam tanpa melalui pengolahan dapat langsung dipakai untuk bahan perkerasan.
2. Agregat dengan pengolahan (manufactured aggregate), agregat yang berasal dari
mesin pemecah batu (stone crusher) sebelum digunakan sebagai bahan penyusun
lapis perkerasan. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memperbaiki gradasi
sesuai dengan ukuran yang diinginkan, membuat bentuk yang beragam dan dapat
pula untuk membuat tekstur yang kasar.
3. Agregat buatan (synthetic aggregate), agregat semacam ini dibuat khusus dengan
tujuan khusus pula, agar mempunyai daya tahan yang tinggi dan ringan untuk
digunakan pada konstruksi jalan.
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung
90%-95% berdasarkan prosentase berat. Daya dukung, keawetan, dan mutu
perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuan dalam memikul beban lalu lintas.
Kualitas agregat dipengaruhi oleh spesifikasi gradasi, bentuk partikel, tekstur
permukaan, kebersihan, kekuatan, kekasaran, porositas, daya lekat pada aspal, dan
berat jenis.
1. Gradasi dan ukuran butir
Agregat menurut ukuran butirnya dikelompokkan menjadi:
a. Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan saringan #8 (2.36 mm)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
b. Agregat halus, yaitu batuan yang lolos saringan #8 (2,36 mm) dan tertahan
saringan #200 (0.074 mm).
c. Agregat pengisi (filler), yaitu batuan yang lolos saringan #200 (0,074 mm)
dan tertahan pan.
2. Kebersihan
Agregat yang mengandung substansi asing perusak harus dihilangkan sebelum
digunakan dalam campuran perkerasan, seperti tumbuh-tumbuhan, partikel halus
dan gumpalan, serta lumpur.Hal ini dikarenakan substansi asing dapat
mengurangi daya lekat aspal terhadap batuan (Soetomo, 1994).
3. Bentuk permukaan
Kemampuan saling mengunci antar batuan sangat dipengaruhi oleh bentuk batuan
yang akan menentukan stabilitas konstruksi. Bentuk batuan yang menyerupai
kubus dan bersudut tajam, mempunyai kemampuan saling mengunci yang tinggi
dibandingkan dengan batuan yang berbentuk bulat.
4. Tekstur permukaan
Tekstur permukaan yang kasar dan kasat akan memberikan gaya gesek yang lebih
besar sehingga dapat menahan gaya-gaya pemisah yang bekerja pada batuan.
Selain itu tekstur kasar juga memberikan adhesi yang lebih baik antar aspal dan
batuan. Batuan yang halus lebih mudah terselimuti aspal namun tidak bias
menahan kelekatan aspal dengan baik. Bila tekstur permukaan semakin kasar
umumnya stabilitas dan durabilitas campuran akan semakin tinggi. (Krebs and
Walker, 1971).
5. Kekuatan dan kekerasan
Kekuatan (ketahan) agregat untuk tidak hancur/pecah oleh pengaruh mekanis atau
kimia.Agregat dalam campuran HRA memberikan sebagian besar stabilitas
mekanis, oleh sebab itu agregat harus kuat dan keras. Pada campuran bergradasi
senjang dengan bahan yang sama, menerima lebih banyak gaya pemecah
dibandingkan dengan campuran gradasi baik. Jadi bila batuan mempunyai
kekuatan dan kekerasan rendah, gradasi senjang tidak menguntungkan, maka
ditambah filler untuk mengisi rongganya. Dalam mengukur kekuatan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
kekerasan digunakan mesin Los Angelos sesuai dengan rekomendasi dari SK SNI
M-02-1990-F. Dari pengujian dengan mesin Los Angelos akan dapat diketahui
nilai abrasi dan impact dari batuan penyusun lapis perkerasan.
6. Porositas
Porositas berpengaruh besar terhadap nilai ekonomis suatu campuran lapis
perkerasan. Makin besar porositas batuan maka aspal yang digunakan akan
semakin banyak. Hal ini disebabkan kemampuan absorbsi dari batuan terhadap
aspal juga semakin tinggi.Terkadang porositas juga mempengaruhi stabilitas lapis
perkerasan secara tidak langsung.Batuan yang mempunyai porositas yang tinggi
biasanya kekerasannya kurang. Banyaknya pori dalam batuan yang besar akan
dapat mengganggu kelekatan aspal pada batuan.
7. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan volume agregat dan berat volume air.
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat
dengan aspal, karena umumnya direncakan berdasarkan perbandingan berat dan
juga untuk menentukan banyaknya kadar pori. Agregat dengan berat jenis sangat
kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama
membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. Disamping itu agregat dengan
kadar pori besar membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
8. Kelekatan terhadap aspal
Daya lekat terhadap aspal sangat dipengaruhi oleh sifat agregat yang mengandung
air. Air yang diserap oleh agregat sukar dihilangkan seluruhnya walaupun melalui
proses pengeringan. Agregat yang bersifat hydrophilic (senang air) ini tidak baik
digunakan sebagai bahan campuran dengan aspal, karena akan mudah terjadi
stripping yaitu lepasnya lapisan aspal dari agregat akibat pengaruh air. Bina
Marga mempersyaratkan kelekatan agregat terhadap aspal panas lebih besar dari
95%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Penggunaan agregat untuk suatu jenis perkerasan dipengaruhi oleh gradasi dari
agregat tersebut.Gradasi adalah ukuran butiran dalam agregat. Gradasi agregat dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Gradasi Seragam (Uniform Graded), adalah agregat dengan ukuran butiran yang
hampir sama.
2. Gradasi Baik (Well Graded), adalah agregat yang mempunyai ukuran butiran dari
besar ke kecil dalam porsi yang hampir seimbang.
3. Gradasi Senjang (Gap Graded), adalah agregat dimana ada bagian tertentu yang
dihilangkan sebagian atau seluruhnya.
Perkerasan HRS mempunyai gradasi agregat timpang, yaitu campuran agregat dengan
satu fraksi hilang atau satu fraksi lebih sedikit sekali. Gradasi merupakan pembagian
ukuran butir campuran agregat yang mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang
akan menentukan stabilitas perkerasan dan kemudahan proses pelaksanaan. Sebagai
akibat dari gradasi senjang adalah kandungan aspal pada campuran menjadi lebih
banyak. Gradasi agregat diperoleh dengan analisa saringan.
Untuk memungkinkan dilakukan pemadatan yang baik, maka ukuran maksimum
batuan dalam campuran 75% dari tebal padat lapis perkerasan. Ukuran batuan yang
terlalu besar akan memberikan sifat-sifat yang kurang baik, yaitu:
 Kemudahan pelaksanaan pekerjaan berkurang
 Segregasi bertambah besar
 Mungkin terjadi gelombang melintang (raveling).
Untuk keperluan ini agregat perlu diadakan pemeriksaan antara lain:
 Analisa saringan,
 Keausan dengan mesin Los Angeles, dan
 Berat jenis dan penyerapan.
Agregat yang akan digunakan dalam perencanaan perkerasan jalan, harus memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan. Persyaratan untuk agregat kasar dan agregat halus
berdasarkan ketentuan dari Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
(LATASTON) untuk jalan raya No.13/PT/B/1983, seperti yang terdapat pada Tabel
2.1 dan 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.7 Spesifikasi Agregat Kasar
No.
Jenis Pemeriksaan
Syarat
Satuan
1.
Keausan dengan Mesin Los Angeles
Maks. 40
%
2.
Kelekatan dengan Aspal
Min. 95
%
3.
Penyerapan terhadap Air
Maks. 3
%
4.
Berat Jenis Agregat Kasar
Min. 2,5
gr/cc
Sumber: DPU Dir. Jen. Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)
Tabel 2.8 Spesifikasi Agregat Halus
No.
Jenis Pemeriksaan
Syarat
Satuan
1.
Penyerapan terhadap Air
Maks. 3
%
2.
Berat Jenis Agregat Halus
Maks. 2,5
gr/cc
Sumber: DPU Dir. Jen. Bina Marga, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)
Gradasi adalah batas ukuran agregat yang terbesar dan yang terkecil, jumlah dari
masing – masing jenis ukuran, prosentase setiap ukuran butir pada agregat. Pada
penelitian ini yang dipakai sebagai acuan spesifikasi gradasi adalah spesifikasi yang
ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Bidang Jalan dan Jembatan
2005, seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Tabel 2.9 Spesifikasi Gradasi Agregat untuk Campuran
Ukuran Saringan
% Berat Lolos
ASTM
( mm )
¾“
19
100
½“
12,5
90 – 100
3/8 “
9,5
75 – 85
No. 8
2,36
50 – 72
No. 30
0,6
35 – 60
No. 200
0,075
6 – 12
Sumber: Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, DPU 2005
2.2.1.2. Filler
Filler didefinisikan sebagai bubuk isian rongga-rongga diantara agregat kasar terdiri
dari mineral nonplastis yang lolos saringan ukuran 0,075 mm. Bahan tersebut harus
bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh bubuk isian antara lain:
 Lolos saringan no. 200 (75 µm)
 Bersifat non plastis
 Mempunyai spesifik gravity ≥ 2,75
Menurut Bina Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur
(limestone dust), abu terbang (fly ash), semen portland, kapur padam dan bahan non
plastis lainnya. Untuk penelitian ini filler yang digunakan adalah abu vulkanik.
Pada prakteknya filler berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan
mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Menurut Hatherly (1967), dengan
meningkatkan komposisi filler dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas
campuran tetapi menurunkan kadar air void (rongga udara) dalam campuran.
Meskipun demikian komposisi filler dalam campuran tetap dibatasi. Terlalu tinggi
kadar filler dalam campuran akan mengakibatkan campuran menjadi getas (brittle),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
dan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar
filler akan menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca panas.
Bahan pengisi (filler) harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu
Menurut Shahrour and Saloukeh (1992), kualitas dan banyaknya filler yang
digunakan dalam campuran HRS sangat berpengaruh dalam kinerja campuran aspal
panas. Filler umumnya menambah kekakuan pada HRS, tingkat kekakuannya
berubah tergantung pada jenis filler dan jumlahnya.
Tabel 2.10 Gradasi Bahan Pengisi
Ukuran Saringan
Persentase Berat yang Lolos
No. 30 (0,590 mm)
100
No. 50 (0,279 mm)
95-100
No. 100 (0,149 mm)
90-100
No. 200 (0,074 mm)
65-100
Sumber : Bina Marga (1989), SNI No. 1737-1989-F
2.2.1.3. Aspal Keras
Aspal dalam campuran berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi antar
butir agregat.Berarti aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap
cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang
baik.
Pemakaian aspal dalam campuran sangat menentukan kekedapan campuran aspal
sebagai bahan perkerasan terhadap air dan udara.Semakin banyak kandungan aspal
maka campurang tersebut semakin rapat. HRS yang direncanakan adalah yang
memiliki durabilitas tinggi mempunyai syarat kadar aspal minimum dalam campuran
cukup tinggi dimana oleh Bina Marga ditetapkan bahwa kadar aspal efektif dalam
campuran harus lebih besar dari 6,8%, dan total aspal harus lebih besar dari 7,3%
(untuk HRS klas A).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Pada penelitian ini digunakan aspal penetrasi 60/70, dimana persyaratan aspalnya
mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) untuk
jalan raya No. 13/PT/B/19883, untuk spesifikasi yang disyaratkan seperti terlihat
pada tabel 2.5 di bawah ini:
Tabel 2.11 Spesifikasi Aspal Keras Penetrasi 60/70
No.
Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
1.
Penetrasi,250C,100 gr, 5dt, 0,1 mm
SNI 06-2456-1991
60-79
2.
Titik lembek, 0C
SNI 06-2434-1991
45-58
3.
Titik nyala & bakar, 0C
SNI 06-2433-1991
Min. 200
4.
Daktilitas 250C, cm
SNI 06-2432-1991
Min. 100
5.
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
6.
Kelarutan dalam Trichlor, % berat
RSNIM 04-2004
Min. 99
7.
Penurunan berat (dengan TFOT), % berat
SNI 06-2440-1991
Min. 0,8
8.
Penetrasi setelah penurunan berat, % asli
SNI 06-2456-1991
Min. 54
9.
Daktilitas setelah penurunan berat, % asli
SNI 06-2432-1991
Min. 50
10.
Uji Noda Aspal
SNI 03-6885-2002
Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hapthane Xylene
Sumber ; Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) untuk Jalan Raya
2.2.2. Karakteristik Perkerasan
Karaketeristik merupakan sifat-sifat atau perilaku yang dimiliki oleh suatu lapisan
perkerasan sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan sampai umur rencana
yang dikehendaki. Karakteristik lapis perkerasan jalan harus mempunyai unsur-unsur
stabilitas, durabilitas, flow, tahanan gesek, dan fleksibilitas yang berada pada kondisi
tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
2.2.2.1. Pengujian Volumetrik
Pengujian volumetrik adalah pengujian untuk mengetahui besarnya nilai densitas,
specific gravity campuran dan porositas dari masing–masing benda uji. Pengujian
meliputi pengukuran tinggi, diameter, berat SSD, berat di udara, berat dalam air dari
sampel dan berat jenis agregat, filler dan aspal. Sebelum dilakukan pengujian
Marshall, benda uji dilakukan pengujian Volumetrik untuk masing-masing benda uji.
Spesific gravity campuran menunjukkan berat jenis campuran diperoleh dengan
rumus :
Gsb =
100
……………………….......(Rumus 2.1)
%WA %WB %WC
%Wn


 .....
GbA GbB GbC
Gbn
Keterangan :
Gsb
= Berat Jenis Bulk campuran
WA,WB,WC...Wn
= Berat agregat masing masing saringan
GbA, GbB, GbC,…Gbn
= Berat jenis bulk tiap agregat tertahan saringan (gr/cm3)
Gsa =
(%)
100
……………………….......(Rumus 2.2)
%WA %WB %WC
%Wn


 .....
GaA GaB
GaC
Gan
Keterangan :
Gsa
= Berat Jenis Apparent campuran
(gr/cm3)
WA,WB,WC...Wn
= Berat agregat masing masing saringan
(%)
GaA, GaB, GaC,…Gan
= Berat jenis apparent tiap agregat tertahan
saringan
Gse =
𝐺𝑠𝑏 +𝐺𝑠𝑎
2
(gr/cm3)
...................................................................................(Rumus 2.3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Keterangan:
Gse = Berat jenis rata-rata agregat
(gr/cm3)
Gsa = Berat jenis apparent campuran
(gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran
(gr/cm3)
Penyerapan aspal dengan campuran dihitung dengan rumus:
𝑃𝑏𝑎 = 100 ×
𝐺𝑠𝑎 −𝐺𝑠𝑏
𝐺𝑠𝑎 ×𝐺𝑠𝑏
× 𝐺𝑎𝑐.............................................................(Rumus 2.4)
Keterangan:
Pba = Penyerapan Aspal
(%)
Gsa = Berat jenis apparent campuran
(gr/cm3)
Gsb = Berat jenis bulk campuran
(gr/cm3)
Gac = Berat jenis Aspal
(gr/cm3)
Volume Bulk dihitung menggunakan rumus:
f = d – e………………………………………………………………..(Rumus 2.5)
Keterangan:
f = Volume Bulk (cc)
d = Berat benda Uji SSD (gram)
e = Berat benda uji di air (gram)
Densitas dihitung menggunakan rumus:
D = c/f………………………………………………………………….(Rumus 2.6)
Keterangan:
D = Densitas (gr/cc)
c = Berat benda uji kering (gram)
f = Volume Bulk (cc)
Nilai density maks.teoritis dihitung dengan menggunakan rumus:
h= 𝑎
𝐺𝑎𝑐
100
(100 −𝑎 )...............................................................................(Rumus 2.7)
𝐺𝑠𝑒
+
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Keterangan:
h = Density maks teoritis (gr/cc)
a = Kadar Aspal (%)
Gac = Berat Jenis Aspal (gr/cc)
Gse = BJ efektif rata-rata agregat (gr/cc)
Dari nilai densitas dan specific gravity campuran dapat dihitung besarnya porositas
dengan Rumus 2.6.
100D 

P = 100 
…..……………………………..............................(Rumus 2.8)
h 

Keterangan :
P
= Porositas benda uji
(%)
D
= Densitas benda uji
(gr/cc)
h
= nilai densitas maks teoritis
(gr/cc)
2.2.2.2. Stabilitas
Stabilitas, yaitu kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, maupun bleeding dinyatakan
dalam satuan kg atau lb.. Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung
pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian Marshall. Stabilitas terjadi
dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari
lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan
penggunaan agregat dengan gradasi yang rapat, agregat dengan permukaan kasar dan
aspal dalam jumlah yang cukup.
S = q × C × k × 0,454…....................……………………………... (Rumus 2.9)
Dimana :
S
= nilai stabilitas terkoreksi (kg)
C
q
= pembacaan stabilitas pada dial alat Marshall (lb)
commit to user
= angka koreksi ketebalan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
k
= faktor kalibrasi alat
0,454 = konversi beban dari lb ke kg
2.2.2.3. Flow
Ketahanan terhadap kelelehan, yaitu ketahanan dari lapisan perkerasan dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur dan retak.
Dipengaruhi oleh kadar aspal yang tinggi, semakin tinggi kandungan aspal campuran
lapis perkerasan semakin besar nilai flownya.
2.2.2.4. Marshall Quotient
Merupakan perbandingan antara stabilitas dengan kelelahan plastis (flow) dan
dinyatakan dalam kg/mm.
MQ =
S
……………....................…………………………………...(Rumus 2.10)
F
Dimana :
MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
S
F
= nilai flow (mm)
= nilai stabilitas terkoreksi (kg)
Variabel-variabel tersebut tidak bisa dalam kondisi maksimum bersama-sama. Maka
dari itu harus dicari penyesuaian agar variabel-variabel tersebut berada pada kondisi
yang optimum.
2.2.2.5. Skid Resistence
Skid resistance menunjukkan kekesatan permukaan perkerasan untuk mengurangi slip
pada kendaraan saat perkerasan dalam keadaan basah. Tahanan geser akan semakin
tinggi jika penggunaan kadar aspal yang tepat, penggunaan agregat kasar yang cukup
dan penggunaan agregat dengan permukaan kasar yang berbentuk kubus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
2.2.2.6. Densitas
Densitas menunjukan kepadatan pada campuran perkerasan. Gradasi agregat, kadar
aspal dan pemadatan akan mempengaruhi tingkat kepadatan perkerasan lentur.
Besarnya nilai densitas diperoleh dari rumus berikut :
D=
Wdry
x γ air…….............................……………………… (Rumus 2.11)
(Ws  Ww)
Dimana :
D
= densitas ( gr/cm3)
Wdry
= berat kering (gram )
Ws
= berat jenuh (gram )
Ww
= berat dalam air ( gram )
γ air
= berat jenis air ( gr/cm3
2.2.2.7. Porositas (Void In Mix)
Porositas (Void In Mix) adalah kandungan udara yang terdapat pada campuran
perkerasan, baik yang dapat mengalirkan air maupun yang tidak dapat mengalirkan
air. Besarnya porositas dapat diperoleh dengan rumus berikut :

D 
VIM  1 
 *100%
 GS max 
……………………….....………………….(Rumus 2.12)
Dimana :
VIM
: Porositas (VIM) spesimen (%)
D
: Densitas benda uji yang dipadatkan (gr/cm3)
SGmix : Specific grafity campuran (gr/cm3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2.2.2.8. Durabilitas
Durabilitas yaitu kemampuan lapis perkerasan untuk mencegah keausan karena
pengaruh lalu lintas, pengaruh cuaca dan perubahan suhu selama umur rencananya.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas aspal beton adalah :
1. Selimut aspal, selimut aspal yang tebal dapat menghasilkan perkerasan yang
berduabilitas tanggi, tetapi kemungkinan terjadi bleeding tinggi.
2. VIM kecil, sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran
yang menyebabkan terjadinya oksidasidan aspal menjadi rapuh.
3. VMA besar, sehingga selimut aspal dibuat tebal.
2.2.2.9. Workability
Workability adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan
sehingga memenuhi hasil yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi kemudahan
dalam pelaksanaan adalah gradasi agregat, temperature campuran dan kandungan
bahan pengisi.
2.2.2.10. Fleksibilitas
Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk mengikuti
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak dan
perubahan volume. Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh deri pengunaan aspal
yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil, penggunaan aspal lunak dan
penggunaan agregat bergradasi senjang sehinnga diperolah VMA yang besar.
Marshall Quotient (MQ) merupakan parameter untuk mengukur tingkat fleksibilitas
campuran. Jika semakin tinggi MQ, campuran lebih kaku berarti fleksibilitasnya
rendah, namun jika MQ semakin kecil, campuran memeliki nilai fleksibilitas tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
2.3. Pengujian Campuran
2.3.1. Pengujian Volumetrik
Pengujian volumetrik adalah pengujian untuk mengetahui besarnya nilai densitas,
specific gravity campuran dan porositas dari masing–masing benda uji. Pengujian
meliputi pengukuran tinggi, diameter, berat SSD, berat di udara, berat dalam air dari
sampel dan berat jenis agregat, filler dan aspal.
2.3.2 Pengujian Marshall
Pengujian Marshall adalah pengujian terhadap benda uji campuran panas untuk
menentukan nilai kadar aspal optimum dan karakteristik campuran dengan cara
mengetahui nilai flow, stabilitas, dan Marshall Quotient.
Nilai karakteristik campuran yang akan diperoleh dari hasil pengujian Marshall harus
memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Adapun spesifikasi parameter Marshall
ditunjukkan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.12 Spesifikasi Tes Marshall Departemen Pekerjaan Umum
No
Jenis
Perkerasan
Parameter Tes Marshall
Stabilitas
Densitas
Flow
Porositas
MQ
(kg)
(gr/cc)
(mm)
(%)
(kg/mm)
1.
HRS-WC
≥800
≥2
≥3
3-6
≥250
2.
HRS-BC
≥800
≥2
≥3
3-6
≥250
Sumber : Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, DPU 2005
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
2.4. Analisis Data
2.4.1. Analisis Regresi
Analisis regresi adalah analisis data yang mempelajari cara bagaimana variabelvariabel itu berhubungan dengan tingkat kesalahan yang kecil. Hubungan yang
didapat pada umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang
menyatakan hubungan fungsional antara variabel – variabel. Dengan analisis regresi
kita bisa memprediksi perilaku dari variabel terikat dengan menggunakan data
variabel bebas. Dalam analisis regresi terdapat dua jenis variabel, yaitu :
1. Variabel bebas, yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh
variabel lain.
2. Variabel tak bebas/terikat, yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel bebas.
Analisis regresi dibagi dalam 3 macam antara lain :
1.
Analisis regresi sederhana yaitu metode yang mengggunakan satu variabel
dependen sebagai fungsi linier dari satu variabel independen. Linier memiliki
pengertian, linier adalah nilai harapan yang terkondisikan misal y = β0+
β1Xi.(Sarwoko, 2007)
2.
Analisis regresi nonlinier yaitu suatu metode untuk mendapatkan model nonlinier
yang menyakan hubungan variabel dependen dan independen misal y = ABx
3.
Analisis regresi linier berganda yaitu suatu metode statistik umum yang
digunakan meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa
variabel independen. Adapun bentuk matematis analisis regresi linier berganda, y
= β0+ β1X1+ β2X2+……+ βiXi+ ε (Wahid Sulaiman,2007)
Hubungan linear adalah hubungan dimana jika satu variabel mengalami kenaikan
atau penurunan, maka variabel yang lain juga mengalami hal yang sama. Jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
hubungan antara variabel adalah positif, maka setiap kenaikan variabel bebas akan
membuat kenaikan juga pada variabel terikat. Sebaliknya jika variabel bebas
mengalami penurunan, maka variabel terikat juga mengalami penurunan. Jika sifat
hubungan adalah negatif, maka setiap kenaikan dari variabel bebas mengalami
penurunan, maka variabel terikat akan mengalami kenaikan.(Sudjana, 1996)
Untuk menunjukkan seberapa kuat hubungan antara variabel pada penelitian ini,
digunakan teknik analisis yang disebut dengan koefisien korelasi yang disimbolkan
dengan tanda r2 (rho) koefisien korelasi. Persamaan garis regresi mempunyai berbagai
bentuk baik linear maupun non linear. Dalam persamaan itu dipilih bentuk persamaan
yang memiliki penyimpangan kuadrat terkecil. Beberapa jenis persamaan regresi
seperti berikut :
1. Persamaan linear
y = a + bx
(Rumus 2.13)
2. Persamaan parabola kuadratic (polynomial tingkat dua)
y = a + bx + cx2
(Rumus 2.14)
3. Persamaan parabola kubik (polynomial tingkat tiga)
y = a + bx + cx2 + dx3
(Rumus 2.15)
Keterangan :
y
= Nilai variabel terikat, dalam hal ini adalah stabilitas, flow dan marshall kuosien
x
= Nilai variabel bebas, dalam hal ini adalah variasi kadar abu vulkanik dan aspal
a, b, c, d
= Koefisien
Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, maka koefisien a, b, c, dan d dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
1. Persamaan linear
a
 yi  xi 2   xi  xi yi 
2
2
n xi    xi 
commit to user
(Rumus 2.16)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
b
n  xi yi   xi  yi 


(Rumus 2.17)
n  xi   xi 
2
2
2. Persamaan polynomial pangkat dua ( Rumus 2.8 )
∑ y = n a + b ∑ x + c ∑ x2
(Rumus 2.18)
∑ y = a ∑ x + b ∑ x2 + c ∑ x3
(Rumus 2.19)
∑ y = a ∑ x2 + b ∑ x3 + c ∑ x4
(Rumus 2.20)
3. Persamaan polynomial pangkat tiga
∑ y = n a + b ∑ x2 + c ∑ x2 + d ∑ x3
2
3
(Rumus 2.21)
4
∑ xy = a ∑ x + b ∑ x + c ∑ x + d ∑ x
(Rumus 2.22)
∑ x2 y = a ∑ x2 + b ∑ x3 + c ∑ x4 + d ∑ x5
(Rumus 2.23)
∑ x3 y = a ∑ x3 + b ∑ x4 + c ∑ x5 + d ∑ x6
(Rumus 2.24)
Apabila n adalah jumlah sampel yang ada, maka dengan mencari nilai koefisien (a, b,
c, d) akan didapat persamaan regresi yang dicari.
2.4.2
Analisis Varian (Anova)
Anova satu arah digunakan ketika variabel dependen-nya dipengaruhi satu faktor,
hasil-hasil pengukuran (pengamatan) diperoleh untuk sejumlah a kelompok sampel
yang bebas (tidak saling bergantungan), dimana banyaknya pengukuran yang
dilakukan pada masing-masing kelompok adalah b. Dengan demikian, dalam bahasa
teknis dapat dikatakan bahwa diterapkan a perlakuan (treatment),di mana masingmasing perlakuan memiliki b pengulangan atau b replikasi.
Skema Data
Hasil-hasil yang diperoleh dari sebuah eksperimen satu faktor dapat disajikan di
dalam sebuah tabel yang memiliki a baris dan b kolom,seperti diilustrasikan oleh
tabel 2.5. Disini, Xjk menotasikan hasil pengukuran yang ada di baris ke-j dan kolom
ke-k, di mana j= 1,2,….,a dan k = 1,2,….b.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Tabel 2.13 Ilustrasi Perhitungan Anova
Perlakuan 1
X11, X12,….., X1b
X1 rata2
Perlakuan 2
X21, X22,…...,X2b
X2 rata2
…
…..
…..
…
…..
…..
…
…..
…..
Perlakuan a
Xa1, Xa2,…,..Xab
Xa rata2
Prosedur Pengujian
Perhitungan statistik F harus diketahui nilai dari masing masing sumber variasi
terlebih dahulu dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Menotasikan mean dari semua pengukuran yang ada di baris ke-j sebagai 𝑋𝑗
1
𝑏
𝑘−1 𝑋𝑗𝑘 ……………………………………………………....... (Rumus
𝑋𝑗 = 𝑏
2.25)
J= 1,2,………….a
Keterangan =
𝑋𝑗 = mean kelompok, mean perlakuan, mean baris.
Menghitung mean total dari semua pengukuran yang ada di semua kelompok
1
𝑎
𝑗 =1
𝑋 = 𝑎𝑏
𝑏
𝑘=1 𝑋𝑗𝑘 ………………………………………………….(Rumus
2.26)
Menghitung variasi total
Vtotal =
𝑗 ,𝑘 (𝑋𝑗𝑘
− 𝑋)2 ………………………………………………...(Rumus 2.27)
Menghitung variasi antar perlakuan
𝑉𝐵 =
𝑗 ,𝑘 (𝑋𝑗
− 𝑋 )2 = 𝑏
𝑗 (𝑋𝑗
− 𝑋)2 …………………………………..(Rumus 2.28)
Menghitung variasi di dalam perlakuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
𝑉𝑊=(𝑋𝑗𝑘 −𝑋𝑗 )2 …………………………………………………………..(Rumus 2.29)
Menghitung derajat kebebasan
df antar perlakuan = a-1…………………………………………………(Rumus 2.30)
df di dalam perlakuan = a(b-1)………………………………………… (Rumus 2.31)
df total= ab-1………………………………………………………….. (Rumus 2.32)
Menghitung kuadrat mean antar perlakuan dan dalam perlakuanan
𝑆𝐵2 =
2
𝑆𝑊
=
𝑉𝐵
𝑎−1
……………………………………………………………...(Rumus 2.33)
𝑉𝑊
𝑎(𝑏−1)
………………………………………………………….. (Rumus 2.34)
Mencari Fhitung
𝐹=
𝑆𝐵2
2
𝑆𝑊
…………………………………………………………………(Rumus 2.35)
Ftabel= dicari di tabel dengan angka korelasi 0,05 sesuai dengan derajat kebebasan
antar perlakuan dan derajat kebebasan dalam perlakuan
H0 = hipotesa
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak artinya perlakuan menyebabkan perubahan nilai
secara nyata.
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 ditolak artinya perlakuan tidak menyebabkan perubahan
nilai secara nyata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
2.5. Kerangka Pemikiran
Secara garis besar, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut
Latar Belakang Masalah
1. Letusan gunung Merapi menghasilkan produk alam berupa abu
vulkanik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai filler
2. Hasil pencampuran filler berupa abu vulkanik pada perkerasan HRSWC perlu di ketahui karakteristik Marshall-nya.
Rumusan Masalah
1. Apakah karakteristik abu vulkanik Gunung Merapi memenuhi syarat ketentuan sebagai filler?
2. Bagaimana pengaruh penggantian filler dengan abu vulkanik Merapi pada campuran HRSWC?
3. Apakah campuran perkerasan HRS yang menggunakan abu vulkanik Merapi mempunyai nilai-nilai
uji Marshall yang telah disyaratkan Kementrian Pekerjaan Umum 2005?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan mengetahui karakteristik abu vulkanik Gunung Merapi memenuhi syarat atau tidak
sebagai filler
2. Mengetahui pengaruh penggantian filler dengan abu vulkanik Merapi pada campuran HRS-WC
3. Mengetahui dan mengkategorikan apakah campuran perkerasan HRA yang menggunakan abu filler
Merapi mempunyai nilai-nilai uji Marshall yang telah disyaratkan Kementerian Pekerjaan Umum
2005
Proses Penelitian Laboratorium
a.
b.
c.
d.
Pembuatan benda uji pendahuluan : uji karakteristik abu vulkanik
Perencanaan campuran dan penimbangan agregat
Pembuatan benda uji. commit to user
Marshall Test
A
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
A
Analisa hasil penelitian
-
Analisis Regresi
Analisis varians 1 arah
Nilai maksimum Marshall Test
Hubungan keeratan antar variabel
-
-
Kesimpulan
selesai
Gambar 2.4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode eksperimen, yaitu
metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan
data. Data tersebut diolah untuk mendapatkan suatu hasil perbandingan dengan syarat
yang ada. Penyelidikan eksperimental dapat dilaksanakan didalam ataupun diluar
laboratorium. Dalam penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Transportasi
Teknik Sipil UNS dengan menggunakan variasi campuran sebagai berikut; 0% kadar
filler abu vulkanik dengan kadar aspal 6,5%, 25% kadar filler abu vulkanik dengan
kadar aspal 6,75%, 50% kadar filler abu vulkanik dengan kadar aspal 7,0%, 75%
kadar filler abu vulkanik dengan kadar aspal 7,25%, 100% kadar filler abu vulkanik
dengan kadar aspal 7,5%,. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui stabilitas hasil uji
Marshall dari campuran Hot Rolled Sheet (HRS) dengan aspal 60/70 dan filler abu
vulkanik Merapi.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian mulai tanggal 27 Januari 2011 sampai tanggal 15 April 2011.
Dengan jadwal penelitian sebagai berikut :
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
BULAN
MINGGU
I
1
2
II
3
4
1
2
III
3
4
1
2
3
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
PEMERIKSAAN BAHAN
PEMBUATAN BENDA UJI
PENGUJIAN BENDA UJI
ANALISIS DATA
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan metode eksperimen terhadap
beberapa benda uji dari berbagai kondisi perlakuan yang diuji di laboratorium. Untuk
beberapa hal pada pengujian bahan, digunakan data sekunder yang dikarenakan
penggunaan bahan dan sumber yang sama.
Jenis data pada penelitian ini
dikelompokkan menjadi 2 yaitu data primer dan sekunder.
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung melalui serangkaian
kegiatan percobaan yang dilakukan sendiri dengan mengacu pada petunjuk manual
yang ada, misalnya dengan mengadakan penelitian atau pengujian secara langsung.
Dalam penelitian ini data primer adalah hasil uji Marshall yang meliputi nilai
stabilitas, nilai flow dan Marshal Quotien serta data kandungan-kandungan kimia
yang terdapat pada abu vulkanik Merapi.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung (didapat dari
penelitian lain) untuk bahan/jenis yang sama dan masih berhubungan dengan
penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder antara lain:
1. Data karakteristik agregat yang akan disajikan pada bab selanjutnya.
2. Data karakteristik perkerasan aspal yang akan disajikan pada bab selanjutnya.
3.4.
Bahan dan Peralatan Penelitian
3.4.1.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Aspal Keras.
Aspal keras untuk penelitian adalah aspal penetrasi 60/70 yang diperoleh dari
Lab. Jalan Raya Fak. Teknik Sipil UNS.
2. Agregat Kasar dan Halus.
Agregat yang digunakan berasal dari PT. Panca Dharma Ngasem, Boyolali.
3. Abu Vulkanik Merapi.
Abu vulkanik Merapi yang digunakan berasal Desa Musuk, Kabupaten Boyolali.
3.4.2.
Peralatan
Penelitian ini menggunakan peralatan yang berada di Laboratorium Transportasi
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adapun peralatan yang dipakai pada penelitian ini adalah:
1) Satu set alat uji saringan (sieve) standar ASTM
2) Satu set mesin getar untuk saringan (sieve shaker)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
3) Pengukur suhu (termometer) berkapasitas 250° dan 100°C dengan ketelitian 0,5%
atau 1% dari kapasitas
4) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 1 gr
5) Oven lengkap dengan pengatur suhu
6) Alat pembuat briket campuran aspal yang terdiri dari :
a. Satu set cetakan ( mold ) berbentuk silinder dengan diameter 101,45
mm,tinggi 80 mm lengkap dengan plat atas dan leher sambung.
b. Alat penumbuk (compactor) yang mempunyai permukaan tumbuk rata
berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg (10 lbs), tinggi jatuh bebas 45,7 cm
(18”).
c. Satu set alat pengangkat briket ( dongkrak hidrolis ).
7) Satu set water bath
Satu set alat Uji Marshall yang ada di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
Gambar 3.1 Alat Uji Marshall
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
8) Alat Penunjang
Ceret, wajan, kompor, sendok, spatula, dan sarung tangan.
3.5.
Benda Uji
Kebutuhan benda uji Marshall terdiri dari 25 jenis campuran HRS-WC, yaitu:
1. Campuran HRS-WC dengan campuran filler abu vulkanik 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan kadar aspal 6,5%
2. Campuran HRS-WC dengan campuran filler abu vulkanik 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan kadar aspal 6,75%
3. Campuran HRS-WC dengan campuran filler abu vulkanik 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan kadar aspal 7,0%
4. Campuran HRS-WC dengan campuran filler abu vulkanik 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan kadar aspal 7,25%
5. Campuran HRS-WC dengan campuran filler abu vulkanik 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dengan kadar aspal 7,5%
Benda uji untuk dibuat tiga sampel per variasi campuran.
Tabel 3.2 Kebutuhan Benda Uji Untuk Marshall Test
Kadar Aspal
6,5%
6,75%
7,0%
Komposisi
Kadar Filler (Abu Vulkanik)
0%
25%
50%
75%
100%
0%
25%
50%
75%
100%
0%
25%
commit to user
Jumlah Benda Uji
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
50%
75%
100%
7,25%
0%
25%
50%
75%
100%
7,5%
0%
25%
50%
75%
100%
Jumlah Total Benda Uji
3.6.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
75 buah
Prosedur Pelaksanaan
1. Langkah I
Disebut tahap persiapan. Tahapan ini bertujuan untuk mempersiapkan seluruh
kebutuhan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian, agar dapat
berjalan lancar. Persiapan tersebut meliputi abu vulkanik Gunung Merapi, aspal
pen 60/70, agregat dan pengecekan alat-alat yang diperlukan.
2. Langkah II
Menentukan berat agregat sebanyak ±1100 gram. Menentukan berat aspal dan
kadar filler yang akan dicampur ke dalam agregat dengan kadar aspal yang
berbeda-beda. Prosentase filler dan aspal ditentukan berdasar berat total
campuran. Kadar filler yang digunakan adalah 0% ; 25% ; 50% ; 75% ; 100%
dan kadar aspal yang digunakan adalah 6,5% ; 6,75% ; 7,0% ; 7,25% ; 7,5%.
3. Langkah III
Agregat+ filler dipanaskan pada suhu pemanasan agregat di bawah suhu HMA
dan aspal dicampur dalam tempat pencampur dengan kadar aspal yamg berbeda –
beda pada suhu pencampuran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
4. Langkah IV
Agregat di campur dengan aspal pada suhu pencampuran di bawah suhu
pencampuran HMA. Kemudian didiamkan sampai suhu pemadatan. Campuran
HRS-WC yang ada dalam cetakan mold di padatkan dengan jumlah tumbukan 75
kali. Setelah itu benda uji dikeluarkan dari mold dengan dongkrak. Kemudian
benda uji didinginkan pada suhu ruang 2-3 jam.
5. Langkah VI
Setelah pembuatan benda uji selesai, kemudian dilakukan pengujian Marshall
Test.
3.7.
Pengujian Benda Uji dengan Metode Marshall
Tahapan pengujian benda uji campuran aspal dengan alat marshall sesuai dengan SK
SNI M-58-1990-03, sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel, memberikan tanda
pengena pada masing-masing benda uji, kemudian mengukur tinggi benda uji pada
empat bagian yang berbeda, menimbang benda uji tersebut. Hasil penimbangan ini
disebut berat di udara. Benda uji direndam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu
ruang, kemudian menimbang berat dalam air sehingga diperoleh berat benda uji
dalam air. Kemudian briket dikeluarkan dari air dan dilap dengan kain, menimbang
kembali sehingga akan diperoleh berat benda uji kondisi kering permukaan jenuh.
2. Cara pengujian
Merendam benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40 menitdengan
suhu tetap 600C (± 10C). Benda uji dikeluarkan dari bak perendam dan meletakkan ke
dalam segmen bawah kepala penekan. Segmen atas dipasang di atas benda uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
kemudian meletakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. Dial kelelahan (flow
meter) dipasang pada kedudukannya di atas salah satu batang penutup kemudian
mengatur posisi jarum pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleev).
Dari prosedur tersebut akan diperoleh nilai:
a. Nilai kadar pori,
b. Stabilitas (kg),
c. Flow (mm), dan
d. Marshall kuosien (kg/mm).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
3.8.
Alur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh melalui pengujian benda uji yang dilakukan di Laboratorium
Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil UNS merupakan data awal yang
akan diolah untuk mengetahui nilai karakteristik marshall dari campuran Hot
Rolled Sheet-Wearing Course dengan kombinasi aspal penetrasi 60/70 dengan
filler abu vulkanik Merapi. Dalam bab ini akan dikemukakan tentang hasil
pemeriksaan, hasil pengujian benda uji dan pembahasannya.
4.1. Hasil Pemeriksaan Bahan
4.1.1. Karakteristik Agregat
Data karakteristik agregat merupakan data sekunder yang diambil dari penelitian
sebelumnya oleh Afni (2010). Pemeriksaan agregat di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles,
penyerapan terhadap air, kerekatan agregat terhadap aspal dan berat jenis semu
(apparent specific gravity) yang dilakukan menunjukkan bahwa agregat yang
digunakan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan ditampilkan
pada Tabel 2.1-2.4.
4.1.2. Karakteristik Aspal
Data karakteristik aspal penetrasi 60/70 merupakan data sekunder yang telah diuji
di laboratorium. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, mempunyai
karakteristik yang telah memenuhi spesifikasi Petunjuk Lapis Aspal Beton
(Flexible) No.12/PT/B/1983. Rangkuman hasil pemeriksaan dapat dilihat pada
Tabel 2.5.
commit to user
46
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.1.3. Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Abu Vulkanik Merapi
Pemeriksaan abu vulkanik Merapi telah dilakukan di Laboratorium Kimia
Analitik, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada tanggal 01 Maret
2011. Adapun hasil pemeriksaan agregat adalah sebagai berikut :
No.
Kode
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Abu Vulkanik Gunung Merapi
Tabel 4.1 Komposisi Kimia Abu Vulkanik Gunung Merapi
Parameter
(%)
Al2O3
CaO
Fe2O3
MnO
MgO
K2O
Na2O
SiO2
TiO2
P2O5
H2O
LOI
Berat Jenis
Hasil Pengukuran
Ratarata
I
II
III
18.0483 18.2901 18.1692 18.1692
1.5872 1.5982 1.6091 1.5982
8.3421 8.4429 8.6444 8.4765
0.1644 0.1662 0.1680 0.1662
0.4342 0.4241 0.4308 0.4297
1.8762 1.8331 1.9193 1.8762
2.8309 2.8612 2.8006 2.8309
62.5648 61.5534 63.5763 62.5648
0.4739 0.4874 0.4739 0.4784
0.0606 0.0606 0.0693 0.0635
0.2749
0.3909
3.0120
Sumber : Laboratorium Kimia Analitik, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
Dari data diatas dapat dilihat unsur Silika (SiO2) merupakan unsur yang dominan
(terbanyak). Seperti kita ketahui bahwa silika merupakan unsur utama pembentuk
kaca. Sehingga abu vulkanik dapat dikategorikan bersifat non plastis karena
mempunyai bentuk yang tajam dan runcing menyerupai kaca. Selain itu, dari hasil
uji plastisitas di Laboratorium Mekanika Tanah UNS, didapatkan hasil bahwa
silika termasuk dalam golongan non plastis karena silika dapat dikategorikan
sebagai pasir, yang biasanya dikenal dengan nama pasir silika. Pada uji plastisitas
yang telah dilakukan, ketika abu vulkanik diberi perlakuan dengan memberi air
dengan kadar tertentu kemudian dipilin-pilin berbentuk silinder, abu tersebut telah
mengalami keretakan terlebih dahulu sebelum sempat didiamkan. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada lampiran C yaitu dokumentasi penelitian.
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah mendapatkan data, maka dibuat hubungan antara kandungan kimia abu
vulkanik Merapi dengan batas yang telah disyaratkan. Untuk keterangan lebih
jelasnya, disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Kandungan Oksida Abu Vulkanik Menurut ASTM C 618-78
No.
Komposisi bahan
Jumlah
Batas
1.
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3
89,2105%
> 70%
2.
MgO
0,4297%
< 5%
3.
H2O
0,2749%
< 3%
Pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa filler abu vulkanik Merapi yang
digunakan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu lolos saringan
#200, bersifat non plastis dan mempunyai berat jenis 3,021 kg/L > 2,75 kg/L.
Data hasil pemeriksaan filler abu vulkanik merupakan data hasil laboratorium.
Hasil pengujian abu vulkanik telah memenuhi syarat sebagai filler. Hasil
pemeriksaan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Filler Abu Vulkanik Gunung Merapi
Pemeriksaan
ke-
No Saringan
Berat Tertahan
(gram)
I
100
200
PAN
15.3
34.1
250.6
%
5.1
16.47
100
100
200
PAN
300
14.9
35.4
249.7
14.9
50.3
300
4.97
16.77
100
95.03
83.23
0
100
200
PAN
300
14.6
34.6
250.8
14.6
49.2
300
4.87
16.4
100
95.13
83.6
0
Jumlah
III
Jumlah
% Lolos
Berat (gram)
15.3
49.4
300
Jumlah
II
Komulatif Tertahan
300
Sumber: Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik, UNS Surakarta
commit to user
94.9
83.53
0
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.
Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Marshall
Sebelum
dilakukan
volumetriknya yaitu
pengujian
Marshall,
benda
uji
dihitung
variabel
densitas dengan Rumus (2.3), Specific Gravity dengan
Rumus (2.4) dan porositas dengan Rumus (2.5). Dari pemeriksaan ini akan
didapatkan tebal dan berat benda uji, lalu dilakukan proses perhitungan nilai SGmix
dan porositas, sebagai contoh perhitungan pada campuran Hot Rolled Sheet
dengan kadar aspal 7% dan prosentase kadar filler abu vulkanik 0%.
Berat kering (Wdry)
= 1098,5
gram
Berat jenuh (Ws)
= 1108,4
gram
Berat dalam air (Ww)
= 625,1
gram
Perhitungan Spesific Gravity dengan menggunakan rumus 2.1 ; 2.2 ; dan 2.3
Gsa
=
Gsb
=
Gse
=
100
= 2,786 gr/cc
0
5
15
20
10
40
10
+
+
+
+
+
+
2,735 2,735 2,735 2,825 2,825 2,784 2,784
100
= 2,587 gr/cc
0
5
15
20
10
40
10
+
+
+ 2,627 + 2,627 +
+
2,550 2,550 2,550
2,579 2,579
2,79+2,60
2
= 2,687 gr/cc
Penyerapan aspal dengan campuran dihitung dengan rumus 2.4
Pba
= 100 ×
2,86 − 2,587
× 1,03 = 2,848%
2,86 × 2,587
Volume Bulk dihitung dengan menggunakan rumus 2.5
f = 1108,4-625,1 = 483,3 cc
Densitas dihitung dengan menggunakan rumus 2.6
D=
1098,5
483,3
= 2,273 gr/cc
Density maks teoritis dihitung dengan rumus 2.7
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h =
100
= 2,415gr/cc
7
100 − 7
+
1,03
2,687
P
 (rumus2.8)
100 * 2,273

 100 
* 100%
2,415 

 5,876 %
Setelah pengujian volumetric dilakukan, maka pengujian marshall dapat
dilakukan. Untuk perhitungan stabilitas, dial dari pembacaan alat harus terlebih
dahulu dikalibrasi. Sebagai contoh perhitungan pada campuran Hot Rolled Sheet
dengan kadar aspal 7% dan kadar filler abu vulkanik 0%
Dial stabilitas = 41 lb
Q
= Dial x f. Kal x konversi
= 41 x 30,272 x 0,4536
= 562,987 kg
q
= Q x koreksi tebal
= 562,987 x 1,83
= 1030,089 kg
Flow = 4,5 mm
MQ
= q/flow
= 1030,089 /4,5
= 228,909 kg/mm
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk hasil perhitungan volumetrik dan pengujian marshall selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4 sampai dengan Tabel 4.8
Tabel 4.4 Hasil Pengujian dan Perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan Kadar Filler Abu Vulkanik 0%
No.Sampel
(a)
1a
b
c
Rata-rata
2a
b
c
Rata-rata
3a
b
c
Rata-rata
4a
b
c
Rata-rata
5a
b
c
Rata-rata
Kadar Aspal
Stabilitas
Koreksi Tebal
%
(b)
6.5
6.5
6.5
Dial
lb
(c)
35
33
38
Kalibrasi
kg
(d)
480.598
453.136
521.792
6.75
6.75
6.75
29
30
28.5
398.210
411.941
391.344
1.76
1.14
1.88
7
7
7
41
45.5
40
562.987
624.778
549.255
1.83
1.19
0.93
7.25
7.25
7.25
32
36
34
439.404
494.330
466.867
1.64
1.04
0.87
7.5
7.5
7.5
31.5
29
28
432.538
398.210
384.479
0.98
0.94
0.94
(e)
1.01
0.86
0.93
Koreksi
kg
(f)
484.503
388.052
485.801
452.785
701.970
467.907
733.893
634.590
1030.089
742.119
510.995
761.068
719.490
513.948
405.408
546.282
422.604
372.420
362.792
385.938
Flow
Marshall Quptient
mm
(g)
3.9
4.1
3.8
3.93
5.5
4
3.8
4.43
4.5
4.8
4.7
4.67
4.9
4.6
4.7
4.73
5.3
5.1
4.1
4.83
kg/mm
(h)
124.232
94.647
127.842
115.574
127.631
116.977
193.130
145.912
228.909
154.608
108.722
164.080
146.835
111.728
86.257
114.940
79.737
73.023
88.486
80.415
Keterangan :
( c ) = pembacaan alat
(g)
= pembacaan alat
( d ) = ( c ) x faktor kalibrasi x konversi
(h)
= ( f )/( g )
( e ) = tabel koreksi tebal
(f) =(c)x(d)x(e)
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 Hasil Pengujian dan Perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan Kadar Filler Abu Vulkanik 25%
No.Sampel
(a)
1a
b
c
Rata-rata
2a
b
c
Rata-rata
3a
b
c
Rata-rata
4a
b
c
Rata-rata
5a
b
c
Rata-rata
Kadar Aspal
Stabilitas
Koreksi Tebal
%
(b)
6.5
6.5
6.5
Dial
lb
(c)
37.5
35
39.5
Kalibrasi
kg
(d)
514.927
480.598
542.389
6.75
6.75
6.75
55
58
61.5
755.226
796.420
844.480
0.85
0.85
0.85
7
7
7
31.5
35
33
432.538
480.598
453.136
1.95
1.53
1.71
7.25
7.25
7.25
51
29
41
700.300
398.210
562.987
1.02
1.02
1.02
7.5
7.5
7.5
37.5
35
34
514.927
480.598
466.867
1.01
0.93
0.99
(e)
0.86
1.02
0.98
Koreksi
kg
(f)
441.591
489.647
529.847
487.028
644.744
678.755
716.037
679.845
842.031
734.715
775.428
784.058
712.337
405.801
576.357
564.832
520.559
445.455
462.105
476.039
Flow
Marshall Quptient
mm
(g)
4.1
3.9
4.2
4.07
3.75
4.1
5.8
4.55
4.9
4.6
5.1
4.87
5.1
4.8
5.2
5.03
5.2
5.1
4.9
5.07
kg/mm
(h)
107.705
125.551
126.154
119.803
171.932
165.550
123.455
153.645
171.843
159.721
152.045
161.203
139.674
84.542
110.838
111.685
100.107
87.344
94.307
93.920
Keterangan :
( c ) = pembacaan alat
(g)
= pembacaan alat
( d ) = ( c ) x faktor kalibrasi x konversi
(h)
= ( f )/( g )
( e ) = tabel koreksi tebal
(f) =(c)x(d)x(e)
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasil Pengujian dan Perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan Kadar Filler Abu Vulkanik 50%
No.Sampel
(a)
1a
b
c
Rata-rata
2a
b
c
Rata-rata
3a
b
c
Rata-rata
4a
b
c
Rata-rata
5a
b
c
Rata-rata
Kadar Aspal
Stabilitas
Koreksi Tebal
%
(b)
6.5
6.5
6.5
Dial
lb
(c)
38
40
49
Kalibrasi
kg
(d)
521.792
549.255
672.838
6.75
6.75
6.75
40
43
42.5
549.255
590.449
583.584
1.31
1.41
1.09
7
7
7
57
60.5
58
782.689
830.748
796.420
1.05
0.94
1.08
7.25
7.25
7.25
43
39.5
41
590.449
542.389
562.987
1.02
1.04
1.03
7.5
7.5
7.5
43
37.5
35
590.449
514.927
480.598
1.02
0.95
0.95
(e)
0.92
0.85
0.85
Koreksi
kg
(f)
479.274
467.044
575.059
507.126
720.297
833.548
633.918
729.254
823.596
776.944
858.018
819.520
605.026
563.746
581.460
583.411
601.520
486.781
458.589
515.630
Flow
Marshall Quptient
mm
(g)
3.3
4.6
5.2
4.37
4.9
4.7
4.2
4.60
5.4
5.1
4.8
5.10
5.3
5.2
4.9
5.13
5.9
4.8
5
5.23
kg/mm
(h)
145.235
101.531
110.588
119.118
146.999
177.351
150.933
158.428
152.518
152.342
178.754
161.205
114.156
108.413
118.665
113.745
101.953
101.413
91.718
98.361
Keterangan :
( c ) = pembacaan alat
(g)
= pembacaan alat
( d ) = ( c ) x faktor kalibrasi x konversi
(h)
= ( f )/( g )
( e ) = tabel koreksi tebal
(f)
=(c)x(d)x(e)
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Hasil Pengujian dan Perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan Kadar Filler Abu Vulkanik 75%
No.Sampel
(a)
1a
b
c
Rata-rata
2a
b
c
Rata-rata
3a
b
c
Rata-rata
4a
b
c
Rata-rata
5a
b
c
Rata-rata
Kadar Aspal
Stabilitas
Koreksi Tebal
%
(b)
6.5
6.5
6.5
Dial
lb
(c)
39.5
40
43
Kalibrasi
kg
(d)
542.389
549.255
590.449
6.75
6.75
6.75
57
58
47
782.689
796.420
645.375
1.20
0.98
0.86
7
7
7
55.5
53
57
762.092
727.763
782.689
1.11
1.19
1.06
7.25
7.25
7.25
46.5
45
42
638.509
617.912
576.718
0.99
0.94
1.00
7.5
7.5
7.5
39
42
41
535.524
576.718
562.987
0.99
1.05
1.01
(e)
0.86
0.85
1.05
Koreksi
kg
(f)
464.815
465.848
621.310
517.324
935.802
778.127
552.524
755.484
845.683
864.446
830.139
846.756
629.059
582.452
576.898
596.137
530.704
604.067
571.079
568.617
Flow
Marshall Quptient
mm
(g)
5.5
4.1
4
4.53
4.2
4.8
5
4.67
5.8
5.3
4.5
5.20
5.3
5.8
4.8
5.30
5.4
5.5
5.2
5.37
kg/mm
(h)
84.512
113.621
155.327
117.820
222.810
162.110
110.505
165.142
145.807
163.103
184.475
164.462
118.690
100.423
120.187
113.100
98.279
109.830
109.823
105.977
Keterangan :
( c ) = pembacaan alat
(g)
= pembacaan alat
( d ) = ( c ) x faktor kalibrasi x konversi
(h)
= ( f )/( g )
( e ) = tabel koreksi tebal
(f)
=(c)x(d)x(e)
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8 Hasil Pengujian dan Perhitungan Marshall Hot Rolled Sheet (HRS)
dengan Kadar Filler Abu Vulkanik 100%
No.Sampel
(a)
1a
b
c
Rata-rata
2a
b
c
Rata-rata
3a
b
c
Rata-rata
4a
b
c
Rata-rata
5a
b
c
Rata-rata
Kadar Aspal
Stabilitas
Koreksi Tebal
%
(b)
6.5
6.5
6.5
Dial
lb
(c)
42
37
39.5
Kalibrasi
kg
(d)
576.718
508.061
542.389
6.75
6.75
6.75
60
56
58
823.883
768.957
796.420
1.08
0.94
0.85
7
7
7
69
68
65.5
947.465
933.734
899.405
1.09
0.86
0.85
7.25
7.25
7.25
45
50.5
40
617.912
693.435
549.255
1.05
1.05
0.95
7.5
7.5
7.5
47
41.5
40
645.375
569.852
549.255
0.98
1.04
1.03
(e)
1.24
1.10
0.96
Koreksi
kg
(f)
712.922
560.098
520.863
597.961
888.506
725.583
677.599
763.896
1029.184
799.058
768.049
865.430
651.897
726.156
521.668
633.240
633.113
589.975
568.307
597.132
Flow
Marshall Quptient
mm
(g)
4.5
4.7
4.6
4.60
4.1
5.3
4.8
4.73
5.3
5.1
5.5
5.30
5.3
5.1
5.8
5.40
5.4
5.3
5.8
5.50
kg/mm
(h)
158.427
119.170
113.231
130.276
216.709
136.902
141.167
164.926
194.186
156.678
139.645
163.503
122.999
142.384
89.943
118.442
117.243
111.316
97.984
108.848
Keterangan :
( c ) = pembacaan alat
(g)
= pembacaan alat
( d ) = ( c ) x faktor kalibrasi x konversi
(h)
= ( f )/( g )
( e ) = tabel koreksi tebal
(f)
=(c)x(d)x(e)
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penentuan kadar aspal optimum dilakukan di Laboratorium menggunakan
Marshall Test dengan variasi kadar aspal 6,5%, 6.75%, 7%, 7.25% dan 7.5%.
Metode ini sering disebut dengan metode Asphalt Institute. Dari pengujian
marshall didapatkan nilai densitas, porositas, stabilitas, Flow dan Marshall
Quotient (MQ). Hasil perhitungan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 4.9. Hasil
pengujian Marshall untuk benda uji dengan campuran Hot Rolled Sheet dengan
filler abu vulkanik sebagai berikut :
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengujian dan Perhitungan Volumetrik Hot Rolled
Sheet (HRS) dengan Filler Abu Vulkanik
Kadar Abu
Vulkanik
0%
25%
50%
75%
100%
Data
Marshall
6,5
6,75
Kadar Aspal
7,0
7,25
7,5
Densitas (gr/cc)
Porositas/VIM (%)
Stabilitas(kg)
Flow(mm)
MQ(kg/mm)
Densitas (gr/cc)
Porositas/VIM (%)
Stabilitas(kg)
Flow(mm)
2.260
7.080
452.785
3.933
115.574
2.269
6.935
487.028
4.067
2.275
6.118
634.590
4.433
145.912
2.286
5.911
679.845
4.550
2.274
5.836
761.068
4.667
164.080
2.286
5.548
784.058
4.867
2.270
5.659
546.282
4.733
114.940
2.281
5.396
564.832
5.033
2.276
5.076
385.938
4.833
80.415
2.283
4.978
476.039
5.067
MQ(kg/mm)
Densitas (gr/cc)
Porositas/VIM (%)
Stabilitas(kg)
Flow(mm)
MQ(kg/mm)
Densitas (gr/cc)
Porositas/VIM (%)
Stabilitas(kg)
119.803
2.278
6.787
507.126
4.367
119.118
2.300
6.079
517.324
153.645
2.294
5.782
729.254
4.600
158.428
2.304
5.577
755.484
161.203
2.296
5.368
819.520
5.100
161.205
2.308
5.079
846.756
111.685
2.298
4.943
583.411
5.133
113.745
2.306
4.791
596.137
93.920
2.295
4.705
515.630
5.233
98.361
2.311
4.275
568.617
Flow(mm)
MQ(kg/mm)
Densitas (gr/cc)
Porositas/VIM (%)
Stabilitas(kg)
Flow(mm)
MQ(kg/mm)
4.533
117.820
2.317
5.618
597.961
4.600
130.276
4.667
165.142
2.318
5.222
763.896
4.733
164.926
5.200
164.462
2.318
4.893
865.430
5.300
163.503
5.300
113.100
2.321
4.397
633.240
5.400
118.442
5.367
105.977
2.339
3.304
597.132
5.500
108.848
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.
Pembahasan Hasil Pengujian Marshall
Data-data yang diperoleh dari tabel 4.9 yaitu rekapitulasi hasil pengujian dan
perhitungan volumetrik Hot Rolled Sheet (HRS) dengan filler abu vulkanik,
kemudian dilakukan analisis varians (ANOVA).
4.3.1. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Stabilitas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)
Data-data nilai stabilitas yang telah diperoleh dari pengujian marshall test disusun
ke dalam tabel seperti berikut, kemudian dilakukan analisis varian (ANOVA) :
Tabel 4.10 Data Nilai Stabilitas
Kadar
Aspal
6.50%
6,75%
7,0%
7,25%
7,5%
Kadar Abu Vulkanik %
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P1
P2
P3
0
484.503
388.052
485.801
701.970
467.907
733.893
1030.089
742.119
510.995
719.490
513.948
405.408
422.604
372.420
362.792
0.25
441.591
489.647
529.847
644.744
678.755
716.037
842.031
734.715
775.428
712.337
405.801
576.357
520.559
445.455
462.105
0.5
479.274
467.044
575.059
720.297
833.548
633.918
823.596
776.944
858.018
605.026
563.746
581.460
823.596
776.944
858.018
commit to user
0.75
464.815
465.848
621.310
935.802
778.127
552.524
845.683
864.446
830.139
629.059
582.452
576.898
845.683
864.446
830.139
1
712.922
560.098
520.863
888.506
725.583
677.599
1029.184
799.058
768.049
651.897
726.156
521.668
1029.184
799.058
768.049
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhiungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 6,5% dengan
perlakuan masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.11. Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5%
Kadar Aspal
6.50%
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
441.591
479.274
464.815
489.647
467.044
465.848
529.847
575.059
621.310
487.028
507.126
517.324
512.445
88713.40688
34711.20703
54002.19985
0%
484.503
388.052
485.801
452.785
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
100%
712.922
560.098
520.863
597.961
Contoh Perhitungan:
X1 =
X2=
X3=
X4=
X5=
484,503+388,052+485,801
3
441,591+489,647+529,847
3
479,274+467,044+575,059
3
464,815+465,848+621,310
3
712,922+560,098+520,863
3
= 452,782
= 487,028
= 507,126
= 517,324
= 597,961
X rata2 =
=
484,503+388,052+485,801+441,591+489,647+529,847+479,274+467,044+575,059+
464,815+465,848+621,310+712,922+560,098+520,863
15
= 512,445
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Vtotal=
(484,503-512,445)2 + (388,052-512,445)2 + (485,801-512,445)2 + (441,591512,445)2 + (489,647-512,445)2 + (529,847-512,445)2 + (479,274-512,445)2 +
(467,044-512,445)2 + (575,059-512,445)2 + (464,815-512,445)2 + (465,848512,445)2 + (621,320-512,445)2 + (712,922-512,445)2 + (560,098-512,445)2 +
(520,863-512,445)2
= 88713.40688
VB = 3x (452,782-512,445)2 + (487,028-512,445)2 + (507,126-512,445)2 +
(517,324-512,445)2 + (597,961-512,445)2 = 34711.20703
VW = 88713.40688- 34711.20703= 54002.19985
Keterangan :
Xn
= mean dari 3 sampel pada tiap kadar abu vulkanik
X rata-rata
= mean total dari semua pengukuran yang ada di semua variasi
Vtotal
= variasi total
VB
= variasi antar perlakuan
VW
= variasi di dalam perlakuan
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
34711.207
54002.200
88713.407
4
10
14
Contoh Perhitungan:
df antar perlakuan = 5-1 = 4
df dalam perlakuan = 5(3-1) = 10
df total = 5x3-1 = 14
Kuadrat mean antar perlakuan =
34711.207/4 = 8677.802
commit to user
Kuadrat
mean
8677.802
5400.220
F hitung
1.607
F
Tabel
3.478
H0
terima
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuadrat mean dalam perlakuan =
54002.200/10 =5400.220
F hitung = 8677.802/5400.220
= 1,607
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.12. pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 6,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,607 ≥
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai stabilitas secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 6,75% dengan
perlakuan masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75%
Kadar Aspal
6.75%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
701.970
467.907
733.893
634.590
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
644.744 720.297 935.802
678.755 833.548 778.127
716.037 633.918 552.524
679.845 729.254 755.484
712.614
199155.0565
35718.50898
163436.5475
100%
888.506
725.583
677.599
763.896
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
35718.509
163436.547
commit to
199155.056
4
10
user
14
Kuadrat
mean
8929.627
16343.655
F hitung
0.546
F
Tabel
3.478
H0
terima
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.14 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 6,75% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,546 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,75% tidak menyebabkan
perubahan nilai stabilitas secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 7,0% dengan
perlakuan masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.15 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan Pada Kadar Aspal
7,0%
Kadar Aspal
7.00%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
1030.089
742.119
510.995
761.068
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
842.031 823.596 845.683
734.715 776.944 864.446
775.428 858.018 830.139
784.058 819.520 846.756
815.366
208056.4169
22312.6041
185743.8128
100%
1029.184
799.058
768.049
865.430
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.16 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,0% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan
(VW)
Total (V)
df
22312.604
4
185743.813
208056.417
10
14
Kuadrat
mean
5578.151
F hitung
0.300
F
Tabel
3.478
18574.381
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.16 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,0% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,300 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat
signifikansi
commit
to user 0,05 artinya penggantian filler
H0
terima
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 5,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai stabilitas secara nyata.
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 7,25% dengan
perlakuan masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.17 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25%
Kadar Aspal
7.25%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
719.490
513.948
405.408
546.282
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
712.337 605.026 629.059
405.801 563.746 582.452
576.357 581.460 576.898
564.832 583.411 596.137
584.780
135079.9507
13077.79309
122002.1577
100%
651.897
726.156
521.668
633.240
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
13077.793
122002.158
135079.951
df
Kuadrat mean
F hitung
4
10
14
3269.448
12200.216
0.268
F
Tabel
3.478
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.18 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,25% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,268 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,25% tidak menyebabkan
perubahan nilai stabilitas secara nyata.
commit to user
H0
terima
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai stabilitas pada kadar aspal 7,5% dengan
perlakuan masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.19 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5%
Kadar Aspal
7.50%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
422.604
372.420
362.792
385.938
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
520.559 823.596 845.683
445.455 776.944 864.446
462.105 858.018 830.139
476.039 819.520 846.756
678.737
678945.6999
629165.8641
49779.83586
100%
1029.184
799.058
768.049
865.430
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.20 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
629165.864
49779.836
678945.700
4
10
14
Kuadrat
mean
157291.466
4977.984
F hitung
31.597
F
Tabel
3.478
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.20 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,5 % yaitu Fhitung ≥ Ftabel yaitu F abu = 31,597
≥3,478 maka H0 ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,5 % menyebabkan perubahan
nilai stabilitas secara nyata. Hal ini disebabkan karena penggantian filler abu
vulkanik Merapi mencapai nilai maksimum pada parameter stabilitas.
commit to user
H0
tolak
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.2. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Flow pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)
Data-data nilai stabilitas yang telah diperoleh dari pengujian marshall test disusun
ke dalam tabel seperti berikut, kemudian dilakukan analisis varian (ANOVA) :
Tabel 4.21 Data Nilai Flow
Kadar
Aspal
6.50%
6,75%
7,0%
7,25%
7,5%
Kadar Abu Vulkanik%
0
3.9
4.1
3.8
5.5
4
3.8
4.5
4.8
4.7
4.9
4.6
4.7
5.3
5.1
4.1
0.25
4.1
3.9
4.2
3.75
4.1
5.8
4.9
4.6
5.1
5.1
4.8
5.2
5.2
5.1
4.9
0.5
3.3
4.6
5.2
4.9
4.7
4.2
5.4
5.1
4.8
5.3
5.2
4.9
5.9
4.8
5
0.75
5.5
4.1
4
4.2
4.8
5
5.8
5.3
4.5
5.3
5.8
4.8
5.3
5.8
4.8
commit to user
1
4.5
4.7
4.6
4.1
5.3
4.8
5.3
5.1
5.5
5.3
5.1
5.8
5.4
5.3
5.8
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5%
Kadar Aspal
6.50%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
3.9
4.1
3.8
3.933
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
4.1
3.3
5.5
3.9
4.6
4.1
4.2
5.2
4.0
4.067
4.367
4.533
4.300
4.42
1.013333333
3.406666667
100%
4.5
4.7
4.6
4.600
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.23. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
df
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
1.013
3.407
4.420
4
10
14
Kuadrat
mean
0.253
0.341
F hitung
F Tabel
H0
0.744
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.23 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,744 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,75% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.24 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan Pada Kadar Aspal
6,75%
Kadar Aspal
6.75%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
3.8
4.9
4.2
4.1
4.7
4.8
5.8
4.2
5.0
4.550
4.600
4.667
4.597
5.622333333
0.157333333
5.465
0%
5.5
4.0
3.8
4.433
100%
4.1
5.3
4.8
4.733
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.25 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
0.157
5.465
5.622
df
4
10
14
Kuadrat mean
0.039
0.547
F hitung
0.072
F Tabel
3.478
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.25 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 6,75% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,072 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,75% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
H0
terima
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,0% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.26 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,00%
Kadar Aspal
7.00%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
4.5
4.8
4.7
4.667
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
4.9
5.4
5.8
4.6
5.1
5.3
5.1
4.8
4.5
4.867
5.100
5.200
5.027
2.089333333
0.796
1.293333333
100%
5.3
5.1
5.5
5.300
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.27 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,00% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
df
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
0.796
1.293
2.089
4
10
14
Kuadrat
mean
0.199
0.129
F hitung
F Tabel
H0
1.539
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.27 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,539
≤3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,25% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.28 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25%
Kadar Aspal
7.25%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
4.9
4.6
4.7
4.733
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
5.1
5.3
5.3
4.8
5.2
5.8
5.2
4.9
4.8
5.033
5.133
5.300
5.120
1.784
0.804
0.98
100%
5.3
5.1
5.8
5.400
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.29 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
0.804
0.980
1.784
df
4
10
14
Kuadrat mean
0.201
0.098
F hitung
2.051
F Tabel
3.478
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.29 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,25% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 2,051 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,25% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
H0
terima
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.30 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan Pada Kadar Aspal
7,5%
Kadar Aspal
7.50%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
P1
P2
P3
0%
5.3
5.1
4.1
4.833
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
5.2
5.9
5.3
5.1
4.8
5.8
4.9
5.0
4.8
5.067
5.233
5.300
5.187
2.957333333
0.757333333
2.2
100%
5.4
5.3
5.8
5.500
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.31 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
df
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
0.757
2.200
2.957
4
10
14
Kuadrat
mean
0.189
0.220
F hitung
F Tabel
H0
0.861
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.31 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,861 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.3. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Densitas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)
Data-data nilai porositas yang telah diperoleh dari pengujian marshall test disusun
ke dalam tabel seperti berikut, kemudian dilakukan analisis varian (ANOVA) :
Tabel 4.32 Data Nilai Densitas
Kadar
Aspal
6.50%
6,75%
7,0%
7,25%
7,5%
Kadar Abu Vulkanik%
0
2.239
2.227
2.315
2.263
2.255
2.308
2.273
2.261
2.288
2.286
2.270
2.255
2.311
2.282
2.234
0.25
2.351
2.290
2.165
2.353
2.190
2.314
2.265
2.328
2.266
2.281
2.280
2.283
2.277
2.311
2.262
0.5
2.316
2.345
2.173
2.314
2.265
2.303
2.293
2.304
2.290
2.288
2.323
2.282
2.295
2.295
2.295
commit to user
0.75
2.309
2.266
2.325
2.300
2.290
2.323
2.311
2.334
2.279
2.273
2.319
2.328
2.273
2.319
2.328
1
2.351
2.292
2.309
2.321
2.337
2.297
2.335
2.289
2.329
2.299
2.370
2.295
2.327
2.364
2.312
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.33 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5%
Kadar Aspal
6.50%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
2.239
2.227
2.315
2.260
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
2.351
2.316
2.309
2.290
2.345
2.266
2.165
2.173
2.325
2.269
2.278
2.300
2.285
0.049790205
0.006582691
0.043207513
100%
2.351
2.292
2.309
2.317
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.34 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
0.007
0.043
0.050
4
10
14
Kuadrat
mean
0.002
0.004
F hitung
F Tabel
H0
0.381
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.34 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,381 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,75% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.35 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75%
Kadar Aspal
6.75%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
2.263
2.255
2.308
2.275
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
2.353
2.314
2.300
2.190
2.265
2.290
2.314
2.303
2.323
2.286
2.294
2.304
2.295
0.022224785
0.003310586
0.018914199
100%
2.321
2.337
2.297
2.318
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.36 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
0.003
0.019
0.022
4
10
14
Kuadrat
mean
0.001
0.002
F hitung
F Tabel
H0
0.438
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.36 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 6,75% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,438 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,75% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,00% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.37 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,00%
Kadar Aspal
7.00%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
2.273
2.261
2.288
2.274
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
2.265
2.293
2.311
2.328
2.304
2.334
2.266
2.290
2.279
2.286
2.296
2.308
2.296
0.00949415
0.003607151
0.005886999
100%
2.335
2.289
2.329
2.318
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.38 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,00% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
0.004
0.006
0.009
4
10
14
Kuadrat
mean
0.001
0.001
F hitung
F Tabel
H0
1.532
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.38 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,532
≤3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,25% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.39 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25%
Kadar Aspal
7.25%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
2.286
2.270
2.255
2.270
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
2.281
2.288
2.273
2.280
2.323
2.319
2.283
2.282
2.328
2.281
2.298
2.306
2.295
0.011694543
0.004923985
0.006770558
100%
2.299
2.370
2.295
2.321
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.40. Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
0.005
0.007
0.012
4
10
14
Kuadrat
mean
0.001
0.001
F hitung
F Tabel
H0
1.818
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.40 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,25% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,818 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,25% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.41 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5%
Kadar Aspal
7.50%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
2.311
2.282
2.234
2.276
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
2.277
2.295
2.273
2.311
2.295
2.319
2.262
2.295
2.328
2.283
2.295
2.306
2.299
0.013840456
0.006314552
0.007525904
100%
2.327
2.364
2.312
2.334
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.42 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
0.006
0.008
0.014
4
10
14
Kuadrat
mean
0.002
0.001
F hitung
F Tabel
H0
2.098
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.42 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 2,098 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.4. Analisis Varian Kadar Aspal dengan Nilai Porositas pada Hot Rolled
Sheet-Wearing Course (HRS-WC)
Data-data nilai densitas yang telah diperoleh dari pengujian marshall test disusun
ke dalam tabel seperti berikut:
Tabel 4.43 Data Nilai Porositas
Kadar
Aspal
6.50%
6,75%
7,0%
7,25%
7,5%
Kadar Abu Vulkanik %
0
7.944
8.448
4.847
6.633
6.966
4.755
5.876
6.388
5.242
5.007
5.674
6.297
3.601
4.810
6.816
0.25
3.552
6.071
11.184
3.142
9.852
4.739
6.426
3.827
6.392
5.425
5.437
5.324
5.254
3.805
5.874
0.5
5.236
4.035
11.091
4.951
6.991
5.405
5.488
5.003
5.613
5.325
3.902
5.602
4.700
4.706
4.709
0.75
5.716
7.466
5.056
5.769
6.159
4.804
4.971
4.005
6.263
6.188
4.295
3.890
3.609
3.083
6.134
commit to user
1
4.246
6.652
5.955
5.117
4.460
6.088
4.183
6.074
4.422
4.183
6.074
4.422
3.209
2.282
4.421
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.44 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,5%
Kadar Aspal
P1
P2
P3
6.50%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
7.944
8.448
4.847
7.080
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
3.552
5.236
5.716
6.071
4.035
7.466
11.184
11.091
5.056
6.935
6.787
6.079
6.500
77.21269633
4.68955904
72.52313729
100%
4.246
6.652
5.955
5.618
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.45 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan
(VW)
Total (V)
df
4.690
4
72.523
77.213
10
14
Kuadrat
mean
1.172
F hitung
F Tabel
H0
0.162
3.478
terima
7.252
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.45 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 4,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,162 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 6,75% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.46 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
6,75%
Kadar Aspal
P1
P2
P3
6.75%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
6.633
6.966
4.755
6.118
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
3.142
4.951
5.769
9.852
6.991
6.159
4.739
5.405
4.804
5.911
5.782
5.577
5.722
33.43107631
1.40214629
32.02893002
100%
5.117
4.460
6.088
5.222
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.47 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 6,75% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan
(VW)
Total (V)
df
1.402
4
32.029
33.431
10
14
Kuadrat
mean
0.351
F hitung
F Tabel
H0
0.109
3.478
terima
3.203
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.47 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 6,75% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,109 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 6,75% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,00% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.48 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,00%
Kadar Aspal
P1
P2
P3
7.00%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
5.876
6.388
5.242
5.836
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
6.426
5.488
4.971
3.827
5.003
4.005
6.392
5.613
6.263
5.548
5.368
5.079
5.345
11.66994111
1.671222422
9.998718685
100%
4.183
6.074
4.422
4.893
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.49 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,00% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan
(VW)
Total (V)
df
1.671
4
9.999
11.670
10
14
Kuadrat
mean
0.418
F hitung
F Tabel
H0
0.418
3.478
terima
1.000
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.49 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,418
≤3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,25% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.50 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,25%
Kadar Aspal
P1
P2
P3
7.25%
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
0%
5.007
5.674
6.297
5.659
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
5.425
5.325
6.188
5.437
3.902
4.295
5.324
5.602
3.890
5.396
4.943
4.791
5.137
9.30315194
1.668124049
7.635027891
100%
4.183
6.074
4.422
4.893
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.51 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,25% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
1.668
7.635
9.303
4
10
14
Kuadrat
mean
0.417
0.764
F hitung
F Tabel
H0
0.546
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.51 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,25% yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 0,546 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,25% tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan ANOVA untuk nilai flow pada kadar aspal 7,5% dengan perlakuan
masing-masing kadar abu vulkanik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.52 Perhitungan Variasi Antar dan Dalam Perlakuan pada Kadar Aspal
7,5%
Kadar Aspal
7.50%
P1
P2
P3
Xn rata2
Xrata2
Vtotal
VB
VW
Kadar Abu Vulkanik %
25%
50%
75%
5.254
4.700
3.609
3.805
4.706
3.083
5.874
4.709
6.134
4.978
4.705
4.275
4.467
21.37993289
6.233088923
15.14684397
0%
3.601
4.810
6.816
5.076
100%
3.209
2.282
4.421
3.304
Hasil analisis varian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.53 Hasil Analisis Varian Kadar Aspal 7,5% dengan Perlakuan MasingMasing Kadar Abu Vulkanik
Variasi
Antar Perlakuan (VB)
Di dalam Perlakuan (VW)
Total (V)
df
6.233
15.147
21.380
4
10
14
Kuadrat
mean
1.558
1.515
F
hitung
1.029
F Tabel
H0
3.478
terima
Hasil dari nilai F hitung pada Tabel 4.53 pada masing-masing perlakuan abu
vulkanik dalam kadar aspal 7,5 % yaitu Fhitung ≤ Ftabel yaitu F abu = 1,029 ≤
3,478 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 0,05 artinya penggantian filler
abu vulkanik pada campuran dengan kadar aspal 7,5 % tidak menyebabkan
perubahan nilai flow secara nyata.
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil anova pengaruh penggunaan filler abu
vulkanik Merapi dengan berbagai kadar aspal :
Tabel 4.54 Rekapitulasi Hasil Anova
Kadar Aspal
6,5%
6,75%
7,0%
7,25%
7,5%
STABILITAS
Terima
Terima
Terima
Terima
Tolak
FLOW
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
DENSITAS
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
POROSITAS
Terima
Terima
Terima
Terima
Terima
Parameter
4.4.
Hasil Perhitungan Kadar Aspal Optimum
Hasil pengujian marshall meliputi nilai stabilitas, flow, porositas, densitas dan
marshall quotient. Rekapitulasi hasil dari nilai tersebut dapat dilihat di tabel 4.9
Dari data-data nilai masing-masing di tampilkan juga dengan grafik hubungan
antara kadar aspal dengan densitas, porositas, stabilitas, flow dan Marshall
Quotient. Setiap grafik dibuat garis batas-batas persyaratan.
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.1. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Stabilitas
Grafik hubungan antara stabilitas dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar
filler abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 4.1.
900
Abu Vulkanik 0%
Abu Vulkanik 25%
800
Abu Vulkanik 50%
Stabilitas (kg)
700
Abu Vulkanik 75%
Abu Vulkanik 100%
600
500
400
300
6.5
6.75
7
7.25
7.5
y = -1172.x2 + 16320x - 56107
R² = 0.910
y = -1013.x2 + 14132x - 48544
R² = 0.833
y = -1035.x2 + 14448x - 49626
R² = 0.792
y = -998x2 + 13949x - 47962
R² = 0.714
y = -1009.x2 + 14134x - 48684
R² = 0.749
Kadar Aspal (%)
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas menggunakan Filler
Abu Vulkanik Merapi
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban yang bekerja
tanpa perubahan bentuk. Nilai stabilitas juga menunjukkan besarnya kemampuan
perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja. Dari
nilai stabilitas yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dan variasi kadar
filler abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal
akan menaikkan nilai stabilitasnya namun stabilitas akan turun jika sudah
mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan terus menurun seiring penambahan
kadar aspal hal ini dikarenakan campuran yang mengandung kadar aspal yang
berlebih akan mengalami bleeding sehingga kemampuan perkerasan jalan dalam
menerima beban lalu lintas akan turun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84
digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan regresi polynomial untuk kadar campuran aspal 6,5% dengan
menggunakan filler abu vulkanik 0% adalah sebagai berikut :
y = -1172x2 + 16320x - 56107
y2 = 0
0 = -2344 x + 16320
2234 x = 16320
X = 6,96 %
Jadi kadar aspal optimum adalah 6,96 % dari berat total campuran.
y = -1172x2 + 16320x - 56107
Stabilitas = -1172 (6,96)2 + 16320 (6,96) – 56107
= 706,65 kg
Untuk kadar aspal optimum pada campuran aspal dengan menggunakan filler abu
vulkanik dan nilai Marshall properties yang lain dihitung seperti contoh diatas
dan dapat dilihat Tabel 4.26. Sehingga diperoleh kadar aspal optimum untuk
campuran dengan kadar filler abu vulkanik 0% terletak pada 6,96 %, untuk
campuran dengan kadar filler abu vulkanik 25% terletak pada 6,98 %, untuk
campuran dengan kadar filler abu vulkanik 500% terletak pada 6,98 %, untuk
campuran dengan kadar filler abu vulkanik 75% terletak pada 6,99 %, untuk
campuran dengan kadar filler abu vulkanik 100% terletak pada 7,00 %.
Dari Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa penggunaan perbedaan campuran
aspal memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap nilai stabilitas campuran.
Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96% ; 6,98% ; 6,98% ;
6,99% dan 7,00% diperoleh nilai stabilitas untuk campuran HRS-WC
menggunakan filler abu vulkanik 0% mempunyai nilai stabilitas yang kecil yaitu
sebesar 706,65 kg, sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler
abu vulkanik 25% mempunyai nilai stabilitas yang lebih besar yaitu sebesar
743,62 kg, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50%
mempunyai nilai stabilitas sebesar 795,43 kg, untuk campuran HRS-WC yang
menggunakan filler abu vulkanik 75% mempunyai nilai stabilitas sebesar 779,13
to user
kg, untuk campuran HRS-WC commit
yang menggunakan
filler abu vulkanik 100%
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai nilai stabilitas sebesar 813,02 kg. Semakin tinggi kadar filler abu
vulkanik maka nilai stabilitas akan semakin naik. Spesifikasi Bina Marga untuk
stabilitas adalah minimal 800 kg. Berdasarkan spesifikasi tersebut maka nilai
stabilitas untuk campuran dengan kadar abu vulkanik 100% memenuhi syarat
Bina Marga sehingga penggantian abu batu dengan abu vulkanik dapat digunakan.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Jamil A. Naji dan Ibrahim M.
Asi dengan menggunakan filler abu vulkanik di Yaman, didapat bahwa hanya
dengan penggantian kadar filler sebesar 10 % telah mencapai hasil yang optimal.
Perbedaan kadar filler yang sangat mencolok pada kedua penelitian di atas
disebabkan karena perbedaan keadaan alam pada kedua daerah asal penghasil abu
vulkanik. Penelitian yang pertama, abu vulkanik yang digunakan adalah abu
vulkanik yang berasal dari pegunungan di Yaman. Iklim yang cukup ekstrim
dibandingkan dengan di Indonesia akan mempengaruhi keadaan alam sehingga
menyebabkan perbedaan unsur pembentuk (kandungan kimia) abu vulkanik. Hal
ini bisa saja disebabkan karena kandungan silika abu vulkanik Yaman lebih besar
daripada abu vulkanik Merapi. Sehingga hanya dengan kadar 10% saja sudah
memberikan hasil yang optimal dibanding pada penelitian ini.
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.2. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Flow
Grafik hubungan antara flow dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar filler
abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Abu Vulkanik 0%
6.00
Abu Vulkanik 25%
5.50
Abu Vulkanik 50%
5.00
Flow (mm)
Abu Vulkanik 75%
4.50
Abu Vulkanik 100%
4.00
3.50
3.00
2.50
6.5
6.75
7
7.25
Kadar Aspal (%)
7.5
y = 0.84x - 1.36
R² = 0.853
y = 0.993x - 2.236
R² = 0.886
y = 0.906x - 1.46
R² = 0.887
y = 0.92x - 1.426
R² = 0.892
y = 1.2x - 3.346
R² = 0.898
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Flow menggunakan Filler
Abu Vulkanik Merapi
Nilai flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis keras
akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai flow tinggi akan cenderung
lembek, sehingga mudah berubah bentuk jika menerima beban. Sebaliknya jika
nilai flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima
beban yang melampaui daya dukungnya. Nilai flow dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu kadar aspal, penetrasi aspal, suhu, gradasi dan jumlah pemadatan. Dari nilai
flow yang didapat dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar filler
abu vulkanik di atas menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan
menaikan nilai kelelehannya, besarnya kenaikan nilai kelelehan itu sendiri seiring
dengan besarnya kadar aspal yang ditambahkan semakin besar kadar aspal maka
semakin besar nilai kelelehannya.commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh perhitungan regresi linier untuk kadar campuran aspal 6,5% dengan
menggunakan filler abu vulkanik 0% adalah sebagai berikut :
y = 0,84x - 136
dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya
pada campuran aspal 6,5% dengan menggunakan filler abu vulkanik 0% sebesar
6,96%, maka :
y = 0,84x – 136
Flow = 0,84 (6,96) – 136
= 4,49 mm
Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96% ; 6,98% ; 6,98% ;
6,99% dan 7,00% diperoleh nilai flow untuk campuran HRS-WC menggunakan
filler abu vulkanik 0% mempunyai nilai flow yang kecil yaitu sebesar 4,49 mm,
sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 25%
mempunyai nilai flow yang lebih besar yaitu sebesar 4,69 mm, untuk campuran
HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50% mempunyai nilai
flowsebesar 4,86 mm, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu
vulkanik 75% mempunyai nilai flow sebesar 5,00 mm, untuk campuran HRS-WC
yang menggunakan filler abu vulkanik 100% mempunyai nilai flow sebesar 5,06
mm. Semakin tinggi kadar filler abu vulkanik maka nilai flow akan semakin naik.
Hal ini dikarenakan dengan penambahan kadar aspal dengan variasi kadar filler
abu vulkanik menyebabkan campuran cenderung lembek, sehingga tingkat
kekerasan aspal menjadi kecil dan bersifat elastis. Campuran aspal dengan variasi
kadar filler abu vulkanik juga memiliki titik lembek yang semakin rendah. Ini
berarti keelastisan aspal semakin meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya
deformasi. Spesifikasi Bina Marga untuk flow adalah minimal 3 mm. Berdasarkan
spesifikasi tersebut maka nilai flow untuk campuran dengan berbagai kadar abu
vulkanik memenuhi syarat Bina Marga sehingga penggantian abu batu dengan abu
vulkanik dapat digunakan.
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.3. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Densitas
Grafik hubungan antara densitas dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar
filler abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Abu Vulkanik 0%
2.35
2.34
Abu Vulkanik 25%
Densitas (gr/cc)
2.33
Abu Vulkanik 50%
2.32
Abu Vulkanik 75%
2.31
Abu Vulkanik 100%
2.30
2.29
y = 0.010x + 2.198
R² = 0.398
y = 0.009x + 2.212
R² = 0.306
y = 0.015x + 2.185
R² = 0.559
2.28
2.27
2.26
2.25
6.5
6.75
7
7.25
7.5
Kadar Aspal (%)
y = 0.009x + 2.242
R² = 0.861
y = 0.019x + 2.189
R² = 0.637
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Densitas menggunakan Filler
Abu Vulkanik Merapi
Nilai kepadatan (densitas) menunjukkan besarnya derajad kepadatan suatu
campuran yang telah dipadatkan. Campuran dengan nilai densitas yang tinggi
akan mampu menahan beban yang lebih besar jika dibandingkan dengan
campuran dengan nilai densitasnya lebih kecil. Dari nilai densitas yang didapat
dari berbagai campuran kadar aspal dengan variasi filler abu vulkanik diatas
menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikan nilai
kepadatannya , besarnya kenaikan nilai kepadatan itu sendiri seiring dengan
besarnya kadar aspal yang ditambahkan. Semakin besar kadar aspal maka semakin
besar nilai kepadatannya.
Contoh perhitungan regresi linier untuk kadar campuran aspal 6,5% dengan
menggunakan filler abu vulkanik 0% adalah sebagai berikut :
commit to user
y = 0,010x +2,198
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya
pada campuran aspal 6,5% dengan menggunakan filler abu vulkanik 0% sebesar
6,96%, maka :
y = 0,010x +2,198
Porositas = 0,010 (6,96) +2,198
= 2,27%
Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96% ; 6,98% ; 6,98% ;
6,99% dan 7,00% diperoleh nilai densitas untuk campuran HRS-WC
menggunakan filler abu vulkanik 0% mempunyai nilai densitas yang besar yaitu
sebesar 2,27%, sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler
abu vulkanik 25% mempunyai nilai densitas yang lebih besar yaitu sebesar
2,27%, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50%
mempunyai nilai densitas s sebesar 2,29%, untuk campuran HRS-WC yang
menggunakan filler abu vulkanik 75% mempunyai nilai densitas sebesar 2,30%,
untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 100%
mempunyai nilai densitas sebesar 2,32%.
Penggunaan perbedaan campuran kadar aspal dan kadar filler abu vulkanik
memberikan pengaruh terhadap nilai densitas yaitu nilai densitas semakin naik
seiring bertambahnya campuran kadar aspal dan kadar filler abu vulkanik.
Campuran HRS pada kadar aspal optimum menggunakan kadar filler abu
vulkanik 100% mempunyai nilai densitas yang paling tinggi, sedangkan untuk
campuran HRS yang menggunakan kadar filler abu vulkanik 25%, 50%, 75%, dan
100% mempunyai nilai densitas yang semakin rendah. Hal ini dikarenakan
campuran aspal menjadi encer dan menyebabkan gaya adhesi antar batuan dengan
aspal menjadi berkurang. Akibatnya ikatan menjadi renggang dan menyebabkan
campuran kurang merata dan rongga yang terjadi dalam campuran semakin besar,
sehingga campuran HRS dengan menggunakan filler abu vulkanik memiliki
tingkat kepadatan yang kurang baik.
Spesifikasi porositas menurut DPU, 2005 adalah minimal 2 gr/cc. Nilai densitas
untuk semua campuran dengan kadar variasi kadar aspal dan filler abu vulkanik
commit to user
memenuhi syarat DPU, 2005.
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.4. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Porositas
Grafik hubungan antara porositas dengan kadar aspal pada campuran HRS kadar
filler abu vulkanik dapat dilihat pada Gambar 4.4.
8.0
Abu Vulkanik 0%
Abu Vulkanik 25%
Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75%
0%
Abu Vulkanik 100%
Linear (Abu Vulkanik 0%)
Linear (Abu Vulkanik 25%)
Linear (Abu Vulkanik 50%)
Linear (Abu Vulkanik 75%)
Linear (Abu Vulkanik 0%)
7.5
7.0
Porositas (%)
6.5
6.0
5.5
5.0
y = -1.786x + 18.46
R² = 0.920
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
6.5
6.75
7
7.25
Kadar Aspal (%)
7.5
y = -1.772x + 18.15
R² = 0.894
y = -2.001x + 19.52
R² = 0.929
y = -1.757x + 17.46
R² = 0.993
y = -2.181x + 19.95
R² = 0.931
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Porositas menggunakan Filler
Abu Vulkanik Merapi
Porositas adalah prosentase pori atau rongga udara yang terdapat dalam suatu
campuran. Nilai porositas juga menunjukkan banyaknya rongga yang terdapat
dalam campuran. Dari nilai porositas yang didapat dari berbagai campuran kadar
aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik diatas menunjukan bahwa dengan
penambahan kadar aspal akan menurunkan nilai porositas, penurunan nilai
porositas itu sendiri akan turun seiring dengan besarnya kadar aspal yang
ditambahkan. Semakin besar kadar aspal maka semakin kecil nilai porositasnya.
Contoh perhitungan regresi linier untuk kadar campuran aspal 6,5% dengan
commit
to user
menggunakan filler abu vulkanik 0%
adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
y = -1,786x – 18,46
dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya
pada campuran aspal 6,5% dengan menggunakan filler abu vulkanik 0% sebesar
6,96%, maka :
y = -1,786x – 18,46
Porositas = -1,786 (6,96) – 18,46
= 6,03%
Dengan memasukkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,96% ; 6,98% ; 6,98% ;
6,99% dan 7,00% diperoleh nilai porositas untuk campuran HRS-WC
menggunakan filler abu vulkanik 0% mempunyai nilai porositas yang besar yaitu
sebesar 6,03%, sedangkan untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler
abu vulkanik 25% mempunyai nilai porositas yang lebih besar yaitu sebesar
5,79%, untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 50%
mempunyai nilai porositas sebesar 5,55%, untuk campuran HRS-WC yang
menggunakan filler abu vulkanik 75% mempunyai nilai porositas sebesar 5,18%,
untuk campuran HRS-WC yang menggunakan filler abu vulkanik 100%
mempunyai nilai porositas sebesar 4,67%.
Penggunaan kadar aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik yang berbeda
dalam campuran sangat berpengaruh terhadap nilai porositas dari suatu campuran
itu sendiri. Semakin tinggi kadar aspal dengan variasi kadar filler abu vulkanik
semakin tinggi pula nilai porositasnya. Untuk campuran HRS menggunakan
campuran aspal dengan menggunakan filler abu vulkanik 0% mempunyai nilai
porositas yang paling tinggi, sedangkan untuk campuran HRS yang menggunakan
campuran aspal dengan menggunakan filler abu vulkanik 25%, 50%, 75%, dan
100%, mempunyai nilai porositas semakin rendah.
Spesifikasi porositas menurut DPU, 2005 adalah minimal 3% dan maksimal 6%.
Nilai porositas untuk semua campuran dengan kadar variasi kadar aspal dan filler
abu vulkanik memenuhi syarat DPU, 2005 kecuali pada kadar filler abu vulkanik
0%. Hal ini dapat terjadi karena pada HRS menggunakan agregat gap-graded,
dimana dalam gradasi tersebut mempunyai kecenderungan mengarah pada kondisi
commit to user
memiliki rongga udara yang lumayan besar disebabkan karena adanya
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunaan prosentase agregat yang besar sehingga volume ikatan antar butiran
juga menjadi besar. Disamping itu juga dalam penggunaan kadar aspal yang tinggi
menyebabkan campuran menjadi encer sehingga menyebabkan berkurangnya
gaya adhesi antar batuan dengan aspal. berarti banyak rongga yang terjadi dalam
campuran tersebut yang kemungkinan disebabkan oleh agregat kasar yang saling
interconnected dan pecah karena proses pemadatan yang tidak sempurna.
Sehingga campuran akan kurang kedap terhadap udara dan air. Adanya pori-pori
ataupun celah pada perkerasan HRS memungkinkan air masuk ke dalam
perkerasan. Akibatnya ikatan menjadi renggang dan menimbulkan pori-pori di
sela ikatan tersebut sehingga semakin mudahnya selimut aspal beroksidasi dengan
udara dan menjadi getas dan durabilitas menurun.
commit to user
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.5. Pengaruh Variasi Campuran Kadar Aspal dan Kadar Filler Abu
Vulkanik terhadap Marshall Quotient
180
Abu Vulkanik 0%
Abu Vulaknik 25%
170
Abu Vulkanik 50%
Abu Vulkanik 75%
160
Abu Vulkanik 100%
150
Poly. (Abu Vulkanik 0%)
Poly. (Abu Vulaknik 25%)
140
Poly. (Abu Vulkanik 50%)
Poly. (Abu Vulkanik 75%)
130
Poly. (Abu Vulkanik 100%)
120
y = -225.1x2 + 3112x - 10598
R² = 0.917
110
y = -183.1x2 + 2527.x - 8562.
R² = 0.833
100
y = -182.4x2 + 2519.x - 8544.
R² = 0.809
y = -182.3x2 + 2522.x - 8567.
R² = 0.707
90
80
6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
7.6
y = -151x2 + 2078.x - 6992.
R² = 0.767
Gambar 4.5. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quotient
menggunakan Filler Abu Vulkanik Merapi
Contoh perhitungan regresi polynomial untuk kadar campuran aspal 6,5% dengan
menggunakan filler abu vulkanik 0% adalah sebagai berikut :
y = -225.1x2 + 3112x - 10598
dengan memasukkan nilai OBC yang telah didapat dari perhitungan sebelumnya
pada campuran aspal 6,5% dengan menggunakan filler abu vulkanik 0% sebesar
6,96%, maka :
y = -225.1x2 + 3112x - 10598
MQ = -225.1 (6,96)2 + 3112 (6,96) -10598
= 157,82 kg/mm
commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Marshall Quotien (MQ) merupakan hasil bagi dari stabilitas dengan kelelahan
yang digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau fleksibilitas
campuran. Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan kekakuan dari
perkerasan dan berakibat mudah timbul retak - retak (cracking). Sebaliknya jika
nilai
Marshall
Quotient
yang
rendah
menunjukkan
campuran
terlalu
plastis/fleksibel yang akan berakibat perkerasan mudah mengalami deformasi
pada waktu menerima beban lalu – lintas. Dari nilai MQ yang didapat dari
berbagai campuran kadar aspal dengan variasi kadar abu vulkanik diatas
menunjukan bahwa dengan penambahan kadar aspal akan menaikan nilai MQ nya
namun MQ akan turun jika sudah mencapai nilai kadar aspal optimum dan akan
terus menurun seiring penambahan kadar aspal.
Penggantian filler abu vulkanik pada campuran HRS menyebabkan Marshall
Quotientnya semakin rendah. Untuk campuran HRS pada kadar aspal optimum
menggunakan abu vulkanik 100% mempunyai nilai MQ yang paling tinggi,
sedangkan untuk campuran HRS yang menggunakan kadar filler 0%, 25%, 50%
dan 75%
mempunyai nilai MQ yang semakin rendah . Hal ini dikarenakan
penggantian filler menggunakan abu vulkanik membuat campuran menjadi
lembek sehingga mudah mengalami deformasi.
commit to user
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.5.
Hubungan Kadar Aspal Optimum Campuran HRS-WC
menggunakan Filler Abu Vulkanik dengan Parameter
Marshall
Untuk nilai Marshall properties yang lain dihitung seperti contoh diatas dan dapat
dilihat Tabel 4.54
Tabel 4.55 Hasil Uji Marshall HRS-WC dengan Pengganti Filler Abu Vulkanik
KAO
Stabilitas
Flow
Porositas
Densitas
(%)
Abu Vulkanik 0%
6.962
Abu Vulkanik 25%
6.975
Abu Vulkanik 50%
6.980
Abu Vulkanik 75%
6.988
Abu Vulkanik 100%
7.004
Batas DPU 2005
( Kg )
706.652
743.617
795.426
779.133
813.016
( mm )
4.488
4.690
4.864
5.003
5.059
(%)
6.025
5.790
5.554
5.181
4.674
( gr/ cm³)
2.268
2.275
2.290
2.305
2.322
Marshall
Quotient
( kg/mm )
157.82
156.91
153.04
155.55
157.15
≥800
≥3
3-6
≥2
≥250
Kadar Campuran
Dari tabel spesifikasi di atas dapat diketahui bahwa nilai karakteristik Marshall
untuk kadar abu vulkanik 100% masih memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi
Umum Bidang Jalan dan Jembatan, DPU 2005, kecuali pada parameter Marshall
Quotient.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian penggantian filler menggunakan abu vulkanik Merapi maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian dan pemeriksaan kandungan kimia dan berat jenis abu
vulkanik, didapat hasil dalam 3 kategori kandungan, yaitu: SiO2+Al2O3+Fe2O3
sebesar 89,2105% > 70% (batas), MgO sebesar 0,4297% < 5% (batas), dan
H2O sebesar 0,2749% < 3% (batas). Abu vulkanik Merapi mempunyai berat
jenis sebesar 3,021 kg/L > 2,75 kg/L serta lolos saringan 200. Sehingga telah
memenuhi syarat sebagai filler.
2. Penggantian filler abu vulkanik Merapi pada perkerasan HRS-WC tidak
menyebabkan perubahan nilai karakteristik Marshall kecuali pada parameter
stabilitas dengan kadar aspal 7,5%.
3. Kadar filler abu vulkanik sebesar 100% dengan kadar aspal optimum 7,0%
merupakan campuran yang paling optimal pada HRS-WC. Ditinjau dari
karakteristik Marshall pada kondisi KAO, campuran tersebut memenuhi
spesifikasi DPU 2005, kecuali pada nilai Marshall Quotient-nya (MQ).
Dengan nilai stabilitas 813,016 kg ≥ 800 kg (batas), nilai flow 5,059 mm ≥ 3
mm (batas), nilai densitas 2,322 gr/cm3 ≥ 2 gr/cm3 (batas), dan nilai porositas
4,674% dengan batas 3-6%. Sementara nilai Marshall Quotient yang didapat
sebesar 133,870 kg/mm, sedangkan batas syarat yang memenuhi ≥ 250
kg/mm.
5.2.
1.
Saran
Perlu dikembangkan suatu penelitian dengan penggunaan kadar filler abu
vulkanik dengan variasi lain, misal : abu vulkanik-abu sekam padi
commit to user
96
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Perlu
adanya
penelitian
peninjauan
karakteristik Marshall campuran
HRS-WC dengan variasi kadar abu vulkanik Merapi sebagai filler pada
jenis perkerasan lainnya selain perkerasan HRS-WC.
commit to user
Download