BAB II LANDASAN TEORI II.1 Investasi II.1.1 Definisi Investasi

advertisement
BAB II
LANDAS AN TEORI
II.1 In vestasi
II.1.1 Definisi Investasi
Investasi memiliki beberapa definisi umum. Sharpe, Alexander dan Bailey yang
diterjemahkan oleh Hermastuti,P. (2005: h.1) mendefinisikan:
“Investasi, dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar sekarang untuk dolar
pada masa depan. Ada dua atribut berbeda yang melekat: waktu dan risiko”.
Sementara itu, Hirt dan Block (2009: h.5) memberikan definisi:
“Investment as the commitment of current funds in anticipation of receiving a
larger future flow of funds”.
Sedangkan, menurut M anurung (2008: h.4) berinvestasi pada dasarnya adalah
‘membeli’ suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat ‘dijual kembali’ dengan
nilai yang lebih tinggi.
Pada intinya, investasi adalah suatu bentuk penanaman dana atau modal untuk
menghasilkan kekayaan, yang akan dapat memberikan keuntungan tingkat pengembalian
(return) baik pada masa sekarang atau dan di masa depan. Tujuan dari penanaman
modal/ investasi dengan harapan mendapatkan hasil dan memperoleh nilai tambah.
Jenis atau bentuk investasi terbagi 2, yaitu:
9 a. Real assets ( properti, emas, intan, barang seni)
b. Financial assets ( sekuritas, deposito, valas, dsb.)
II.1.2 Risiko Investasi
Dalam setiap kegiatan berinvestasi, selalu disertai dengan risiko. Semakin tinggi
harapan akan suatu hasil investasi selalu diikuti dengan kemungkinan munculnya risiko
yang semakin tinggi pula (higher return, higher risk). Risiko terbesar dalam berinvestasi
adalah hilangnya seluruh nilai investasi yang ditanamkan. Ada beberapa sumber risiko
yang bisa mempengaruhi besarnya risiko investasi antara lain:
a. Risiko tingkat bunga
Perubahan tingkat suku bunga terutama jika terjadi kenaikan. Interest rate risk
mempengaruhi obligasi secara langsung dibandingkan common stock.
b. Risiko pasar bear dan bull
Fluktuasi dalam keseluruhan pasar, tren pasar turun atau naik.
c. Risiko inflasi
Faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli atau
berkurangnya kemampuan membeli investasi.
d. Risiko bisnis
Risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri khusus.
e. Risiko finansial
Risiko ini berhubungan dengan penggunaan utang oleh perusahaan. Besarnya
proporsi aset oleh pembiayaan hutang dan besarnya variabilitas return adalah
sama.
10 f. Risiko manajemen
Risiko yang muncul karena kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan.
g. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam perdagangan
sekuritas. Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual secara cepat dan tanpa
harga yang signifikan biasanya bersifat likuid, semakin tidak menentunya elemen
waktu dan konsesi (kelonggaran) harga, semakin besar liquidity risk-nya.
h. Risiko nilai tukar
Risiko yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang.
i. Risiko negara (disebut juga politycal risk)
Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara internasional, baik secara
langsung ataupun tidak langsung, stabilitas dan kelangsungan hidup ekonomi
suatu negara perlu dipertimbangkan.
II.1.3 In vestasi menurut Pandangan Islam
M engacu pada tulisan Sumiyanto (2009) dalam situs Institute of Sharia
Economic Studies:
“Ististmar, berarti investasi, berasal dari kata ististmar yang artinya menjadikan
berbuah (berkembang) dan bertambah jumlahnya. Ististmar islami merupakan satu
kegiatan yang sangat positif yang harus dilakukan oleh manusia dan harus dilandasi
syariah Islam. Karena itu pula maka ia harus mampu menyelaraskan posisinya sebagai
lahan yang akan menerapkan prinsip-prinsip dan tujuan disyariatkannya ekonomi
Islam”.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. Dalam Islam
setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan
11 termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap
muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku
investasi syariah (pihak terkait) adalah:
a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
c. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
d. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
e. Tidak
ada
unsur
riba,
maysir
(perjudian/spekulasi),
dan
gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).
II.2 Reksa Dana
II.2.1 Definisi Reksa Dana
Darmadji dan Fakhruddin (2001: h.209) menguraikan pengertian dari reksa dana
sebagai berikut:
”Reksa dana berasal dari kata ‘reksa’ yang berarti jaga atau pelihara dan kata
’dana’ yang berarti (kumpulan) uang, sehingga reksa dana dapat diartikan sebagai
‘kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan)”.
Pengertian reksa dana seperti yang dikutip pada id.wikipedia.org:
12 “Reksa dana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan
investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar
dengan cara membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian dikelola oleh
manajer investasi (M I) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar
uang ataupun efek/sekuriti lainnya”.
M anurung (2007:h.1) dalam buku “Reksa Dana Investasiku”:
“M enurut kamus keuangan, reksa dana didefinisikan sebagai portfolio aset
keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka,
yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya
pada harga nilai aktiva bersihnya”.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat dsimpulkan :
a. Reksa dana merupakan wadah pengumpulan dana dari masyarakat pemodal kecil
b. Reksa dana melakukan diversifikasi pada portofolionya. Portofolio investasi
reksa dana dapat terdiri atas berbagai macam instrumen surat berharga seperti
saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen
di atas.
c. Reksa dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
d. Reksa dana merupakan produk investasi yang berisiko.
Ada 2 pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan dana investasi yang secara
kolektif terkumpul dari sekian banyak investor, yakni manajer investasi dan bank
kustodian. M anajer investasi berperan sebagai pihak yang melakukan analisis serta
mengambil keputusan investasi, sementara bank kustodian berperan sebagai penyimpan
kekayaan, administrasi investasi serta perhitungan kepemilikan masing-masing investor
yang tergabung dalam reksa dana.
13 II.2.2 Jenis-jenis Reksa Dana
Reksa dana dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang, antara lain : (1)
bentuk hukum, (2) sifat, (3) portofolio investasi, dan (4) tujuan investasi.
Dilihat dari bentuk hukum, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Dalam reksa dana bentuk ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana
dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal
maupun pasar uang.
2. Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)
Reksa dana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi dengan bank
kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP), dimana manajer
investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan
bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Bersifat Tertutup (Closed-End Fund)
Reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual
kepada investor. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual
14 sahamnya, maka harus dilakukan melalui bursa efek tempat saham reksa dana itu
dicatatkan.
2. Reksa Dana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)
Reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari
investor sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis
ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaan setiap saat diinginkan. M anajer
investasi, melalui bank kustodian, wajib membeli sesuai dengan NAB per unit
pada saat tersebut.
Dilihat dari portofolio investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana ini melakukan pilihan investasi 100% pada jenis instrumen investasi
pasar uang dengan
masa jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun.
Daya tarik instrumen investasi di pasar uang ini adalah karena sifatnya sangat
likuid. Reksa dana pasar uang mempunyai tingkat risiko lebih rendah dibanding
jenis instrumen investasi lainnya.
2. Reksa dana saham (Equity Funds)
Reksa dana saham adalah reksa dana yang portofolio investasinya pada
instrumen berbentuk saham (equity) dengan jumlah sekurang-kurangnya 80%
(delapan puluh persen) dari total aset investasinya. M anajer investasi yang
melakukan pembelian pada instrumen saham ini biasanya selalu melakukan
15 seleksi pada saham “blue chip” (saham unggulan) dan pada jenis saham yang
likuid. Investasi yang dilakukan pada saham, risikonya tinggi namun
menghasilkan tingkat mengembalian yang tinggi pula.
3. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa dana ini mempunyai jenis portofolio investasi dalam efek yang berbentuk
surat utang, seperti obligasi dengan komposisi jumlahnya minimal sebanyak 80%
(delapan puluh persen) dari total asetnya. Instrumen pendapatan tetap, seperti
obligasi, memberikan tingkat suku bunga (kupon) yang relatif menarik
dibandingkan dengan investasi pada deposito.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Jenis reksa dana ini mengalokasikan dana investasinya dalam bentuk portfolio
investasi
yang
bervariasi
(jenis
instrumen
investasinya
campuran).
Instrumen investasinya bisa berbentuk saham dan dikombinasikan dengan
instrumen pendapatan tetap (obligasi).
Dilihat dari tujuan investasinya, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
1. Growth Fund
Reksa dana ini mempunyai portfolio investasi yang bertujuan mendapatkan
pertumbuhan keuntungan yang tinggi. Jenis investasinya mempunyai sifat
volatilitas yang cukup tinggi, seperti investasi di instrumen saham.
16 2. Stable/ Income Fund
Reksa dana ini mengutamakan jenis portofolio investasi yang bertujuan
mendapatkan
pertumbuhan
keuntungan
yang stabil.
Jenis
investasinya
mempunyai sifat volatilitas yang agak kurang, seperti investasi di instrumen
obligasi.
3. Safety Fund
Reksa dana ini lebih mengutamakan keamanan atas dana investasi dan tidak
menyukai adanya volatilitas harga atau ketidakstabilan pendapatan dari
instrumen investasinya. M anajer investasi reksa dana jenis “safety fund” ini
cenderung melakukan investasi di instrumen pasar uang, seperti deposito.
II.2.3 Nilai Aktiva Bersih
Nilai aktiva bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan
reksa dana setiap harinya. Nilai ini dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksa dana
oleh para investor, selain dari harga pasar dari aset reksa dana itu sendiri. NAB reksa
dana dihitungan dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang
dimilikinya, berdasarkan harga pasar penutupan efek yang bersangkutan, kemudian
menguranginya dengan kewajiban-kewajiban reksa dana, seperti biaya manajer
investasi, biaya bank kustodian, dan biaya lainnya.
NAB = Jumlah aset – total kewajiban : jumlah unit penyertaan
17 NAB per unit adalah harga yang didapatkan dari NAB sebuah reksa dana dibagi
dengan total unit penyertaan yang beredar pada hari itu. NAB per unit diterbitkan setiap
harinya di berbagai media. Unit penyertaan (UP) merupakan satuan kepemilikan untuk
reksa dana terbuka. Naik turunnya NAB/unit reksa dana dipengaruhi oleh nilai pasar dari
masing-masing efek efek yabg dimiliki oleh reksa dana tersebut.
NAB dihitung setiap hari oleh bank kustodian berdasarkan nilai wajar dari asetaset yang ada di dalam portofolio reksa dana. NAB yang dipulikasikan telah
mencerminkan nilai bersih investasi yang diterima investor. Jumlah yang akan didapat
investor adalah NAB/unit dikali UP yang dimiliki.
II.2.4 Manfaat reksa dana
M enurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), manfaat yang diperoleh investor jika
melakukan investasi dalam reksa dana, antara lain:
a. Investor, walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar, dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil risiko
b. Reksa dana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
c. Efisiensi waktu
Keuntungan atau manfaat reksa dana menurut Siamat (2005:h.500):
18 a. Likuiditas
Pada reksa dana terbuaka, investor dapat menjual kembali unit penyertaan (UP)
kepada manajer investasi, dan manajer investasi wajib membeli sesuai dengan
NAB. M aka, likuiditas reksa dana terjamin.
b. Diversifikasi
Investasi reksa dana berisi beragam instrument investasi yang berbeda-beda
risikonya. Apabila manajer investasinya aktif, maka komposisi aset dapat
berubah hingga nilai maksimumnya.
c. Pengelolaan yang profesional
M anajer Investasi mempunyai orang-orang yang memiliki pengalaman dan
keahlian dalam investasi, baik pasar uang maupun pasar modal. Bahkan, untuk
menjadi manajer investasi perlu izin khusus dari Bapepam-LK.
d. Biaya lebih rendah
Biaya transaksi dapat ditekan oleh pengelola reksa dana karena dananya
berjumlah besar.
e. Pelayanan tambahan
M anajer investasi menawarkan pelayanan tambahan bagi investor. M isalnya,
melakukan reinvestasi otomatis tehadap dividen atau capital gain yang
seharusnya diterima investor sehingga investasinya jadi lebih besar.
19 Bagi pemerintah, reksa dana memberikan manfaat :
a. M emobilisasi dana masyarakat, dimana reksa dana merupakan lahan yang tepat
bagi investasi para pemodal segala strata, baik besar maupun kecil.
b. M eningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana masyarakat.
c. M endorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal Indonesia sehingga
dapat meningkatkan likuiditas bursa dan kapitalisasi pasar.
d. Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena ada pergeseran dana dari bank ke
capital market.
II.2.5 Risiko Reksa Dana
Investor yang melakukan investasi pada reksa dana akan menghadapi risiko.
M anurung (2007: h.63) menguraikan risiko-risiko reksa dana sebagai berikut:
a. Risiko ekonomi saat ini, menggambarkan situasi ekonomi yang dapat
mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana.
b. Risiko berfluktuasinya nilai aktiva bersih, risiko ini terjadi karena adanya
perubahan potofolio maupun kebijakan pemerintah atas tingkat bunga yang tidak
dapat dikendalikan manajer investasi.
c. Risiko likuiditas, menyatakan kemampuan reksa dana tidak dapat membayar
karena portofolio yang tidak dapat dijual atau adanya investor yang sekaligus
melakukan pencairan reksa dana.
20 d. Risiko pertanggungan atas harta/kekayaan reksa dana, menguraikan risiko yang
dihadapi investor dikarenakan perubahan nilai aktiva bersih karena adanya
instrumen investasi yang tidak dibayar diakibatkan adanya bencana alam
sehingga diperlukan melakukan asuransi oleh bank kustodian.
II.2.6 Reksa Dana S yariah
M enurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 20/D SN-M UI/IV/2001, reksa dana
syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari'ah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/ rabb al
mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
Pada dasarnya reksa dana syariah tidak berbeda dengan reksa dana konvensional.
Letak perbedaanya adalah pada hukum yang mendasarinya, yaitu hukum Islam
(syariah). Reksadana syariah memiliki kebijakan investasi yang berbasis pada prinsipprinsip Islam. Instrumen investasi yang dipilih dalam portofolionya haruslah yang
dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrumen investasi
tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, tidak
melakukan riba atau membungakan uang. Jadi, saham, obligasi dan sekuritas lainnya
yang dikeluarkan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau
penjualan minuman keras, rokok dan tembakau, produk mengandung babi, bisnis
hiburan berbau masksiat, bisnis senjata, perjudian, pornografi, dan sebagainya tidak
akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana. Intisarinya, hanya sekuritas yang
dikategorikan halal yang bisa masuk dalam portofolio reksa dana syariah ini. Di samping
21 itu, segi pengelolaan dana reksa dana ini juga berdasarkan Islam, yang tidak
mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi.
II.3 Pengukuran Kinerja Portofolio
Kinerja portofolio perlu dilakukan agar investor mengetahui apakah sasaran
masih tercapai. Hartono mengungkapkan (2005: h.612) bahwa:
“Kinerja portofolio perlu dihitung dan diukur setiap saat dan dibandingkan
dengan benchmark sasaran investor. Pengukuran berdasarkan return-nya saja mungkin
tidak cukup, tetapi harus dipertimbangkan keduanya yaitu return dan risikonya”.
Corrado (2002: h.458) menegaskan: “Performance should always be measured
against an appropriate benchmark”. Tolak ukur ini dapat berupa kinerja pasar (IHSG,
indeks LQ45, dan JII) ataupun risk-free investment. Risk-free rate merupakan tingkat
return dari investasi bebas risiko, umumnya diasumsikan dengan obligasi pemerintah.
II.3.1 Pengukuran Kinerja berdasarkan Tingkat Pengembalian atau Return
Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return.
Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang, tetapi
jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return
realisasi (realized return) yang telah dilakukan.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
22 salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return
ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Kinerja reksa dana dengan menggunakan rumus (Pratomo dan Nugraha, 2009:
h.177) :
Keterangan :
Ri
= tingkat pengembalian investasi
NAB t
= NAB periode sekarang
NAB t-1
= NAB periode lalu
II.3.2 Pengukuranan Kinerja berdasarkan Tingkat Risiko
Untuk menghasilkan suatu kinerja investasi selalu ada faktor risiko yang terlibat.
Berdasarkan teori, risiko didefinisikan sebagai potensi terhadap kesalahan dalam
membuat prediksi atas harga/nilai sekuritas di masa mendatang. Informasi mengenai
risiko penting dalam membandingkan kinerja investasi reksa dana. Dengan informasi
tersebut, investor akan lebih mudah melakukan analisis atas risiko yang akan membantu
meramalkan risiko dari portofolio yang ada (forecasting the risk of their current
portfolio)
dan
mengukur
risiko
investasi
masa
lalu
dalam
membantu
menginterpretasikan kinerja historis (measuring past investment risks to help interpret
historical performance). Terdapat dua tipe risiko: nonsistematis dan sistematis. Risiko
23 nonsistematis berupa risiko fluktuasi total yang dapat diukur dalam bentuk standar
deviasi. Sedangkan beta menggambarkan risiko relatif suatu aset terhadap tolak ukur
pasar.
a. Standar deviasi
M erupakan risiko fluktuasi yang dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang
dihasilkan dari subperiode ke subperiode berikutnya selama seluruh periode.
Standar deviasi merupakan risiko total yang menggambarkan gabungan risiko
pasar (systematic/ market risk) dan risiko unik (unsystematic risk). Risiko ini
dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi. Bodie (2002:h.162)
mengungkapkan: “Another means to control portfolio risk is diversification,
whereby investment are made in wide variety of assets so that exposure to the
risk of any particular security is limited”.
Rumus menghitung standar deviasi (Hartono,2009:h.220):
atau
Keterangan :
i
= standar deviasi
Var(Ri)
= varian dari pengembalian reksa dana
E(R i)
= rata-rata pengembalian investasi yang diharapkan
24 Ri
= tingkat pengembalian investasi
b. Beta
Beta menggambarkan sensitivitas perubahan kinerja portofolio dibandingkan
dengan kinerja pasar. Jika fluktuasi perubahan reksa dana dan tolak ukur pasar
sama, beta akan sama dengan 1. Risiko ini merupakan risiko pasar yang tidak
dapat diminimalkan melalui diversifikasi.
Beta dapat diukur dengan rumus ( Hartono,2009:h.399):
Keterangan:
= Tingkat risiko pasar
Cov (Ri;Rm )
= covarian return reksa dana dengan return pasar
Var (Rm )
= varian pasar
Cara menginterpretasikan beta diungkapkan Defusco et.al (2004: h.466): “If the
market return increases by one percentage point, the market model predicts that
the return to asset will increase by β percentage points”.
II.3.3 Pengukuran Kinerja berdasarkan Metode Risk Adjusted Return
Terdapat 3 metode pengukuran kinerja reksa dana dengan memasukkan unsur
risiko, yaitu metode pengukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen.
25 a. M etode Sharpe
Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut risk premium.
Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan
oleh reksa dana dan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset).
Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium terhadap standar
deviasinya.
Rasio Sharpe dapat dihitung dengan rumus (M anurung, 2008: h.149):
Di mana,
Sp
= Nilai rasio Sharpe
Ri
= rata-rata kinerja reksa dana subperiode tertentu
Rf
= rata-rata kinerja investasi bebas risiko subperiode tertentu
σi
= standar deviasi reksa dana untuk subperiode tertentu
Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk
premium) untuk tiap unit risiko yang diambil. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe
semakin baik kinerja reksa dana.
b. M etode Treynor
Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk premium, seperti
halnya yang dilakukan Sharpe. Namun, dalam metode Treynor digunakan pembagi
beta (β). Beta merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Beta dalam
26 konsep CAPM merupakan risiko sistematis (juga merupakan risiko pasar atau
market risk).
Rasio Treynor dapat dihitung dengan rumus (M anurung, 2008: h.150):
Di mana :
Ts
= Nilai rasio Treynor
Ri
= rata-rata kinerja reksa dana subperiode tertentu
Rf
= rata-rata kinerja investasi bebas risiko subperiode tertentu
β
= slope persamaan garis hasil regresi linear
c. M etode Jensen/Alpha
M enghitung perbedaan pengembalian yangg diperoleh dari suatu portofolio (actual
return) dengan pengembalian yang diharapkan berdasarkan tingkat risiko
sistematisnya. M etode ini merupakan pelengkap dari dua metode sebelumnya,
Sharpe dan Treynor, dimana alpha dari indeks diperiksa sebagai pembanding dari
tolak ukur pasar (JII).
Formulasi yang dikemukanan Jensen adalah sebagai berikut (M anurung, 2008:
h.152):
=
( Rm – Rf )
27 atau
α = (Ri – Rf) - β (Rm -Rf)
Dimana :
Ri
= kinerja reksa dana
Rf
= kinerja investasi bebas risiko
Rm
= kinerja pasar
= nilai perpotongan Jansen
β
= slope persamaan garis hasil regresi linear
Pada dasarnya alpha ingin mengukur kemampuan aktif manajemen dalam
meningkatkan pengembalian yang sejalan dengan risiko pasar. Nilai alpha yang
bertanda positif menggambarkan bahwa indeks terdiri atas saham-saham yang
outperform.
II.4 Penelitian Sebelumnya
Sejauh ini masih sangat sedikit penelitian mengenai kinerja terhadap seluruh
reksa dana saham syariah. Analisis yang telah dilakukan umumnya terhadap kinerja
terhadap reksa dana konvensional atau membandingkan kinerja reksa dana konvensional
dengan reksa dana syariah. Pemeringkatan yang dilakukan oleh M ajalah Investor
maupun PT Finansial Bisnis Informasi juga tidak menyediakan informasi mengenai
kinerja analisis reksa dana syariah.
28 Penelitian yang dilakukan Rachmayanti (2003) menemukan bahwa selama
periode 2001-2002, kinerja portofolio saham syariah lebih tinggi dibandingkan dengan
portofolio saham konvensional. Penelitiannya menggunakan indeks Sharpe, Treynor,
Jansen berdasarkan pendekatan multiple dan single benchmark. Tahun 2001,
berdasarkan multiple benchmark, kinerja portofolio saham syariah mengungguli kinerja
portofolio saham konvensional dan JII sebagai benchkmark-nya Selain itu, Sharia.
screening process berpengaruh baik terhadap kinerja suatu portofolio saham.
Saltian (2006) melakukan penelitian terhadap produk reksa dana campuran yang
dikelola PT Danareksa Investment M anagement yaitu, Reksa Dana Syariah Berimbang
dan Reksa Dana Anggrek periode Januari 2001 sampai dengan Desember 2003. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa hasil perhitungan tingkat pengembalian total maupun
risk adjust performance Reksa Dana Syariah Berimbang lebih besar dari Reksa Dana
Anggrek pada saat yang sama tingkat risikonya baik risiko total maupun risiko pasarnya
lebih kecil.
Ariawati (2008) membandingkan kinerja reksa dana PNM Syariah pada PT PNM
Investment M anagement dengan reksa dana Si Dana Dinamis pada PT Batavia
Proseperindo Aset M anajemen Periode 1 Oktober 2006 hingga 30 September 2007.
Pengukurannya dengan menghitung return dan risiko yang dihasilkan dan mecari nilai
Sharpe pada masing-masing reksa dana. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada
periode penelitian kedua reksa dana tersebut underperform dari tolak ukurnya. Return
yang dihasilkan JII lebih rendah dari IH SG. Secara umum, kinerja Si Dana Dinamis
pada periode ini lebih baik dari reksa dana PNM Syariah.
29 
Download