22 BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Low Cost Carrier (LCC) dan ERP Route Profitability 3.1.1. Sejarah dan Pengertian LCC 3.1.1.1. Sejarah LCC Herb Keller penemu Low Cost Carrier (LCC) pada tahun 1967 bersama dua rekannya Rollin King dan Lamar Muse, pertama sekali menggunakan strategi ini untuk maskapai Southwest Airlines. Pada saat itu Southwest Airlines hanya bisa menerbangi rute di dalam negara bagian Texas saja. Strategi harga yang sederhana dan murah ini akhirnya dapat tumbuh menjadi salah satu maskapai penerbangan paling sukses di Amerika. Kesuksesan maskapai LCC ini kemudian diikuti oleh berbagai pertumbuhan maskapai LCC di Amerika seperti Air Trans, Frontier dan Jet Blue yang selanjutnya berkembang sampai ke Eropa mengikuti era liberalisasi penerbangan di Eropa pada waktu itu, yaitu negara Inggris dengan maskapai Ryanair dan Easyjet. Sebagaimana yang disampaikan di atas, walaupun banyak LCC yang sukses namun beberapa LCC juga mengalami kegagalan dalam pengoperasian nya. Sebagian dari kegagalannya adalah tidak murni melaksanakan LCC sesuai konsep awalnya, yaitu salah satunya mereka membangun LCC melalui struktur 23 keuangan yang sudah ada. Belum lagi, masalah persaingan dengan LCC yang lain. 3.1.1.2.Pengertian LCC Sesuai sejarahnya LCC merupakan penerbangan dengan mengupayakan harga seefisien mungkin dibandingkan harga pada penerbangan regular melalui pengurangan berbagai fasilitas seperti yang didapatkan pada penerbangan full service. LCC biasanya didefinisikan sesuai karakteristik penerbangan ini, seperti ada yang mengatakan bahwa LCC merupakan penerbangan point – to – point, atau „No-Frills Service‟. Istilah „No-Frills Service‟ lebih banyak digunakan di negara Eropa, sehingga LCC di Eropa disebut sebagai “No-Frills Airlines”. Sampai saat ini tidak ada pengertian yang baku mengenai LCC, namun menurut The European Travel Network dalam buku Stephen Holloway, LCC “…is one which sell at least 75 per cent of seats at its lowest published fare”. Dalam buku ini pengertian LCC lebih menekankan pada harga dari pada biaya, disebabkan penumpang biasanya lebih mengutamakan untuk melihat harga. Istilah Penerbangan “low cost” atau sering disebut Low Cost Carrier (LCC), sering juga disebut sebagai Budget Airlines atau No Frills Flight atau juga Discounter Carrier. LCC merupakan model penerbangan yang unik dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya, Kalau 24 airlines pada umumnya melakukan penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan katering, penyediaan newspaper atau magazine, in flight entertainment, in flight shop, lounge, free taxy after landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya. Berlawanan dengan hal itu, low cost carrier melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional yaitu dengan pengurangan katering, minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga layanan nampak sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun factor safety tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan. LCC adalah redefinisi bisnis penerbangan yang menyediakan harga tiket yang terjangkau serta layanan terbang yang minimalis. Intinya produk yang ditawarkan senantiasa berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi operasional cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas. Adapun ciri-ciri umum dari maskapai tersebut menerapkan LCC antara lain ; 1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau bisnis. 2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak daripada kapasitas pesawat dengan layanan tradisional sehingga terlihat penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah. 25 3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan minimize biaya maintenance dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya pesawatnya baru atau umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi fuel (bahan bakar) pesawat yang disebut avtur. 4. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%. 5. Tidak memberikan layanan katering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan air mineral. 6. Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati. 7. Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk. 8. Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke point untuk menghindari miss connection di tempat transit dan dampak delay akibat delay flight sebelumnya. 9. Memberlakukan penanganan gound handling yang cepat dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi. 10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya melalui call center dan internet untuk minimize cost channel distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan tidak menggunakan saluran distribusi global, Global Distribution System (GDS), seperti Abacus, Galileo, dll. 26 11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket. 12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besar-besar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct sales. 13. Karyawannya melakukan multy role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling. Disamping itu LCC menerapkan outsourcing dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara. Di Indonesia belum ada yang menerapkan pola bisnis LCC yang sejati, karena biaya operasional maskapai yang dianggap LCC di Indonesia seperti Lion Air dan Wings Air masih di atas rata-rata maskapai LCC pada umumnya. Banyak analis keuangan masih menyatakan bahwa cost per available seat mil masih berada di atas ambang standard operating cost dari suatu LCC yang sejati, namun price structure-nya sendiri sudah sesuai dengan konsep LCC sehingga akan lebih tepat disebut dengan Low Fare Carrier (LFC) karena hanya menawarkan harga murah tetapi belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip LCC dimana struktur biaya dan produktifitas maskapai masih tergolong mahal. Adanya konsep LFC tentu sangat menguntungkan bagi calon konsumen, karena konsumen dihadapkan pada pilihan menggunakan transportasi udara yang berbiaya murah dan cepat. Seringkali harganya jauh lebih murah dari perjalanan 27 darat dengan bus atau kereta api yang membutuhkan waktu lebih lama. Contoh saja perjalanan Bus dari Jakarta ke Denpasar selama 24 jam membutuhkan biaya sebesar Rp 350.000 sedangkan dengan pesawat, harga tiketnya ada yang menawarkan harga mulai dari Rp 269.000 dengan waktu tempuh 1,5 jam. Bahkan pada saat-saat tertentu Air Asia menawarkan kursi gratis ke Bali dengan membayar administrasi saja yang nilainya hanya Rp 199.000. Fenomena ini membuat “Make People Can Fly” sesuai slogan dari Lion Air yang menyadarkan kita bahwa sekarang ini semua orang bisa terbang dengan harga yang terjangkau dan tidak lagi seperti jaman dahulu di mana penggunaan transportasi udara hanya monopoli orang-orang dari kalangan menengah keatas. 3.1.1.3. Karakteristik LCC Bisnis penerbangan merupakan bisnis yang unik, sebab memerlukan biaya yang tinggi untuk operasionalnya. Hal ini berbeda dengan LCC, karena penerbangan ini berupaya menekan biaya operasional sehingga mampu menjual tiket yang bersaing untuk penumpangnya. Karakteristik operasional Low Cost Carrier, menurut Doring (2009 : 2540), yang dapat mempertahankan perusahaan LCC agar tetap bertumbuh, yaitu: Lower Labor Costs per Hour of Productivity, Biaya personil karyawan merupakan salah satu biaya terbesar untuk suatu perusahaan penerbangan. Sementara LCC menetapkan pembayaran upah industri yang lebih rendah. 28 Southwest telah membuktikan bahwa LCC dapat membayar upah bersaing, dengan mendapatkan produktifitas karyawan yang tinggi maka dapat dibayar upah yang tinggi misalnya untuk pilotnya, sisanya berdasarkan hitungan per jam. Sementara penerbangan lain dengan upah karyawan yang tinggi tidak disesuaikan dengan produktifitas yang tinggi mengakibatkan perusahaan dapat kolaps secara cepat. Dengan kata lain, apabila LCC yang baru tidak bersaing dalam biaya karyawan serta tidak terlihat adanya peningkatan produktifitas, maka tidak heran akan cepat menghilang. Lower Ticket Distribution Costs, Distribusi tiket merupakan biaya besar yang lain yang dihadapi oleh perusahaan penerbangan. Langkah awal untuk mengurangi biaya distribusi tiket adalah dengan memotong komisi travel agent (agen perjalanan). Sehingga tiket dapat dilakukan melalui elektronik tiket dan mendorong penjualan tiket melalui penjualan tiket on line. Southwest mendapatkan keuntungan 60% dari pemesanan tiket on line dan Jet Blue mendapatkan 75% dari jetblue.com. No Frills Service, Salah satu pelayanan yang paling spektakuler pada penerbangan LCC yaitu tidak adanya pelayanan makanan di pesawat maksudnya segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan harus dibeli. Juga tidak terdapat pelayanan lain yang mendukung penumpang seperti „child care‟ dan „wheelchair‟ dilarang 29 dilakukan dalam penerbangan ini. Penumpang tidak mempunyai pilihan kelas yang merupakan salah satu karakteristik penting dalam „no frills service‟ ini. Selain itu tidak terjadi keterlambatan pesawat karena keterlambatan bagian katering, hal ini menjadikan efisiensi pada waktu. Pengurangan elemen ini dikarenakan pelayanan tersebut biasanya memerlukan biaya yang cukup tinggi, misalnya dengan penambahan crew untuk pelayanan makanan serta keperluan penumpang. Common Fleet, Pada penerbangan regular biasanya menggunakan pesawat dengan tipe yang bermacam – macam yang disesuaikan dengan teknologi terkini. Hal ini tentu menjadi sangat kompleks dan menimbulkan biaya yang tinggi. LCC biasanya menggunakan pesawat terbang sejenis misalnya Boeing 737 yang paling sering adalah B737 – 300 atau B737-300. Penggunaan satu tipe pesawat dapat mengurangi biaya sebagai berikut: Crew dapat dirotasi dengan mudah dengan perencanaan rotasi crew yang cepat dan mudah. Pelatihan crew dan pilot tidak mahal Pilot dapat mengoperasikan semua pesawa Biaya pemeliharaan pesawat relatif lebih murah 30 Origin and Destination Route Structure LCC menggunakan struktur „point-to-point‟ with direct connections between cities. Waktu yang padat dihindari dalam menjadualkan LCC karena tidak efisien. Melalui struktur point-to-point ini, biasanya tidak memberikan pelayanan connecting flight sehingga dapat mengurangi pengelolaan waktu yang kompleks seperti mengurangi waktu parkir pesawat. Menghindari waktu penerbangan pada jam padat, dapat memberikan penerbangan LCC menggunakan fasilitas airport dan lebih dapat memaksimalkan penggunaan pelayanan karyawan di airport. Gambar 3.3.: Point-to-point Network Sumber: Doring, 2009, pg 42 Dalam gambar point – to – point di atas, poin keberangkatan dan poin tujuan terhubung dengan penerbangan langsung. Misalnya, penumpang ingin berangkat dari poin 1 ke poin 5 maka harus membeli 2 tiket, yaitu tiket dari poin 1 31 ke poin 3 dan tiket dari poin 3 ke poin 5, karena penerbangan tidak menawarkan connecting flight. Penumpang sendirilah yang harus merencanakan waktu penerbangan antara jadual penerbangan pada poin 1 ke jadual penerbangan poin 3. Bila suatu waktu penerbangan pada poin 1 delay sehingga penumpang ketinggalan penerbangan poin 3, tidak menjadi tanggung jawab pihak LCC. Sehingga setiap network tidak terlihat seperti satu profit center, melainkan setiap rute harus berupaya meningkatkan keuntungannya masing – masing sehingga perusahaan dapat terus beroperasi. Sistem ini menjamin tidak ada tiket yang hangus dengan struktur rute seperti ini. Use of Secondary Airport Karakteristik LCC sebelumnya dan pada saat ini adalah dengan menggunakan airport ke dua, hal ini disebabkan pelabuhan udara utama biasanya memerlukan waktu mendarat yang lebih panjang serta biaya penanganan yang mahal. Ryanair merupakan salah satu LCC yang menggunakan airport ke dua sebagai tempat pendaratannya, seperti Frankfurt Hahn, Charleroi di Brasil, Weeze di Dusseldorf, atau Beauvais di Paris. Keseluruhan airport ini jauh dari kota, bagi LCC hal ini menjadikan biaya yang lebih efisien. Increased Aircraft Utilization Salah satu kesuksesan utama LCC adalah peningkatan penggunaan pesawat. Apabila pesawat tidak dapat menyumbang uang alias hanya parkir saja, 32 berarti tidak dapat mengangkut penumpang dan tidak menghasilkan uang. Ada dua cara untuk meningkatkan penggunaan pesawat yaitu mengembalikan pesawat ke base atau melakukan penerbangan dengan rute yang lebih panjang. 3.1.1.4.Struktur biaya LCC Pada dunia penerbangan yang penuh persaingan saat ini, perusahaan penerbangan yang sukses tentu saja yang mempunyai struktur biaya rendah. Contoh: Southwest Airlines yang mempunyai catatan panjang dalam menerapkan struktur biaya rendah. Di bawah ini gambar “income statement” yang umum membandingkan antara LCC dan penerbangan regular mulai tahun 2000 – 2005. 33 Tabel 3.1.: Income Statement Perbandingan LCC dan Penerbangan Reguler Sumber: Introduction to Air Transport Economics,2008, pg, 324 3.1.1.5.SWOT Analisis LCC Analisis LCC diperlukan agar perusahaan ini dapat bertahan dari para pesaing terlebih perusahaan penerbangan regular. Beberapa faktor analisis SWOT yang dikemukakan oleh Doring dalam bukunya “The No-Frills Strategy of LCC”, pg 42-43, mengemukakan 4 faktor SWOT analisis untuk LCC yaitu: 1. Strength Menggunakan pesawat sejenis, misalnya Ryanair menggunakan pesawat sejenis. Ada juga yang menggunakan dua tipe pesawat seperti Easyjet menggunakan 34 pesawat Boeing dan Airbus. Namun, hampir semua LCC menggunakan pesawat Boeing 737 dan Airbus 320. Biaya pemeliharaan pesawat rendah karena tipe pesawat sejenis. Biaya operasi rendah karena LCC menggunakan konsep „no frills‟, internet booking, no paper for ticket. Target pasar yang besar dengan menarik penumpang yang menggunakan transportasi alternatif terlebih pada hari libur pendek. Menggunakan airport kedua sehingga mengurangi biaya operasional seperti waktu pendaratan yang pendek, lebih cepat kembali ke poin, waktu parkir yang lebih pendek, biaya airport yang rendah, dan lain – lain. Point-to-point mengurangi masalah pengelolaan yang kompleks di airport, serta pemesanan one way tiket dapat mengurangi biaya. Harga yang murah dapat menarik penumpang yang belum pernah menggunakan pesawat LCC. Pesawat dapat menangani penumpang lebih banyak. Sehingga tempat duduk dihitung per km. Biaya per tempat duduk menjadi lebih rendah, sehingga pendapatan lebih tinggi (CASK/RASK). 2. Weakness Kenaikan harga bahan bakar berdampak besar pada beberapa LCC. Beberapa tahun ini banyak LCC bangkrut sebab kenaikan harga avtur dunia. 35 „No Frills‟ berhasil pada penerbangan di bawah 2,5 jam, namun di atas 2,5 jam penerbangan biasanya kurang sukses. Penerbangan regular mulai melakukan beberapa strategi yang dilakukan LCC, contoh: Lufthansa sudah menggunakan early booking dengan penyediaan frills. LCC rentan terpengaruh pada suatu kejadian. 3. OPPORTUNITIES LCC fokus pada segmen penumpang kereta api dan bus yang belum terhubung dengan suatu daerah tertentu, hal ini yang membuat LCC berhasil sebelumnya. Durasi penerbangan regional 2.5 jam. Penawaran yang bagus dari industri pesawat merupakan kesempatan besar dalam mengurangi biaya. Pesawat yang baru biasanya lebih efisien. 4. THREATS Pesaing dari penerbangan regular merupakan ancaman saat ini. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah di kemudian hari. Ketidakstabilan bahan bakar dapat mempengaruhi keuntungan serta operasi penerbangan LCC. 3.1.2. Enterprise Resource Planning (ERP) 3.1.2.1.Pengertian ERP Salah satu sistem teknologi yang saat ini marak digunakan perusahaan yaitu teknologi Enterprise Resource Planning (ERP). ERP merupakan 36 penghubung teknologi internet di dalam suatu perusahaan. Teknologi web ERP menyambungkan setiap infrastruktur informasi internal perusahaan ke lingkungan eksternal perusahaan. ERP memfokuskan pada proses internal perusahaan yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi sebelumnya. Enterpreneur Resource Planning (ERP) sering disebut merupakan software. Namun, menurut Wallace & Kremzar ERP bukanlah software. ERP is not software. Wallace & Kremzar mengumpamakan ERP sebagai berikut: Software untuk ERP seperti satu set peralatan golf. Anda bisa mempunyai satu set peralatan golf termahal, namun apabila tidak mampu menggunakannya dengan baik, tidak mungkin bermain seperti Tiger Woods. ERP merupakan suatu sistem yang dapat merekatkan perusahaan dengan konsumen, distributor dan supplier dengan berlandaskan koordinasi dan kerja sama. ERP mampu memprediksi serta mengimbangkan antara supply dan demand. ERP merupakan satu set alat perusahaan untuk meramalkan , merencanakan dan menjadwalkan. Sekalipun belum ada persetujuan akan pengertian ERP, namun mempunyai makna yang sama yaitu merupakan sistem yang terintegrasi dan digunakan untuk mendukung fungsi kunci di perusahaan. Watson dan Schneider dalam buku The Enterprise Resource Planning Decade menyatakan bahwa “ERP merupakan solusi bisnis strategis yang 37 menyatukan seluruh fungsi perusahaan, termasuk manufaktur, keuangan dan distribusi” Gambar 3.4.: ERP Integrated System Sumber: Enterprise Resource Planning, Ray, pg 7 Disamping definisi yang telah disebutkan diatas masih banyak lagi definisi mengenai ERP menurut literatur yang ada diantaranya adalah : Enterprise Resource Planning (ERP) System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. 38 Enterprise Resource Planning (ERP) atau Perencanaan sumber daya Perusahaan adalah suatu sistem perusahaan yang bersifat lintas fungsional dan bertindak mengintegrasikan dan mengotomatiskan berbagai proses bisnis yang harus terpenuhi di dalam suatu perusahaan seperti kegiatan pabrikasi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan fungsi sumber daya manusia . ERP adalah sebuah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahaan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomatisasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi pada sebuah perusahaan. ERP merupakan perkembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP) yang secara moledular dapat menangani proses manufaktur, logistic, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akuntansi perusahaan. Sehingga sistem ini dapat mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualiatas dan sumber daya manusia. ERP juga sering disebut dengan Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan public secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap. Sistem ERP didasarkan pada database pada umumnya dan rancangan perangkat lunak modular. ERP merupakan software yang mengintegrasikan semua departemen dan 39 fungsi suatu perusahaan ke dalam satu system komputer yang dapat melayani semua kebutuhan perusahaan, baik dari departemen penjualan, HRD, produksi atau keuangan. Syarat terpenting dari sistem ERP adalah Integrasi. Integrasi yang dimaksud adalah menggabungkan berbagai kebutuhan pada satu software dalam satu logical database, sehingga memudahkan semua departemen berbagi informasi dan berkomunikasi. Database yang ada dapat mengijinkan setiap departemen dalam perusahaan untuk menyimpan dan mengambil informasi secara real-time. Informasi tersebut harus dapat dipercaya, dapat diakses dan mudah disebarluaskan. Rancangan perangkat lunak modular harus berarti bahwa sebuah bisnis dapat memilih modul-modul yang diperlukan, dikombinasikan dan disesuaikan dari vendor yang berbeda, dan dapat menambahkan modul baru untuk meningkatkan unjuk kerja bisnis. Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri dapat dijalankan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part, dan lain-lain), biaya kerugian akibat „machine fault‟ dan lain-lain. Di negara-negara maju yang sudah didukung oleh infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT (Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory. 40 Tips memilih ERP Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih ERP yang sesuai bagi perusahaan: 1. Knowledge & Experience Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancer. Experience adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan. Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan. Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yg cukup. 2. Selection Methodology Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP. Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP. Berikut ini adalah akivitas yg sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari proses pemilihan software ERP: analisa strategi bisnis, analisa sumber daya manusia, analisa infrastruktur dan analisa software. 41 3. Business Strategy Analize Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers ? Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai ? Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai ? Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan? Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki ? Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut? Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan? 4. People Analize Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi ERP ? Siapa yg akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya ? Bagaimana komitmen dari tim implementasi ? Apa yg diharapkan para calon user thd ERP ? Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim ? Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan ? 42 5. Infrastucture Analize Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system) ? Seberapa besar budget untuk infrastruktur ? Apa infrastruktur yang harus disiapkan ? 6. Software Analize Apakah software tsb cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi perusahaan ? Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari ? Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia ? Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan ? Tujuan Penggunaan ERP antara lain: 1. Menghubungkan konsumen dan supplier ke dalam supply chain yang sempurna, 2. Menjadi alat untuk memproses keputusan dalam perusahaan, 3. Mengkoordinasikan penjualan, pemasaran, pengoperasian, logistic, pembelian, keuangan, pengembangan produksi, dan sumber daya manusia. 4. Otomatisasi dan integrasi banyak proses bisnis 43 5. Membagi database yang umum dan praktek bisnis melalui enterprise, 6. Menghasilkan informasi yang real-time, 7. Memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan perencanaan. Keuntungan penggunaan ERP System Menurut Ray banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan ERP yaitu: 1. Memberi pelatihan terbaik, sistem ERP akan dipelajari dulu sebelum di 2. Integrasi, sistem ini menyatukan seluruh proses data dan informasi dalam perusahaan. 3. ERP membantu komunikasi di dalam dan di luar organisasi, 4. ERP memberikan informasi secara on line, 5. ERP membantu pelaksanaan bisnis proses, 6. ERP menjadikan transaksi secara otomatis sehingga lebih efisien. 7. ERP membantu pengelolaan data sehingga mengurangi data yang tidak perlu. 8. ERP mengurangi waktu yang panjang untuk memenuhi permintaan pihak eksternal 9. ERP lebih memuaskan konsumen 10. ERP membantu perencanaan, penganalisaan dan pengambilan keputusan 3.1.2.2.Implementasi ERP Banyak perusahaan mempunyai problem atau kendala ketika mencoba mengimplementasikan sistem ERP pada perusahaannya. Padahal, implementasi 44 sistem ini tidak bisa dikatakan murah. Biasanya terjadi karena adanya anggaran yang tersembunyi, faktor lain karena kegagalan dalam meredesain proses bisnis akibat kurangnya komitment manajemen, kurangnya pelatihan kepada user akhir selama masa implementasi, ketidakmampuan merekrut dan melatih staf yang akan menjalankan sistem ERP dengan baik, standarisasi data yang kurang, kurangnya integrasi seluruh fungsi dalam perusahaan, dan gagal dalam memperoleh ahli yang mengetahui sistem ini dengan sempurna. Wallace dan Kremzar memberikan beberapa langkah dalam mengimplementasikan ERP pada perusahaan yang disebut “ERP Proven Path” seperti gambar di bawah ini: Gambar 3.5.: ERP Proven Path Wallace & Kremzar Sumber: Wallace & Kremzar, 2001, pg 36 45 Proven Path terdiri dari beberapa langkah yang terdiri dari: 1. Audit/Assesssement I Analisa terhadap situasi, masalah, kesempatan, strategi perusahaan saat ini. 2. First – cut Education Manajer operasi harus mau belajar mengenai cara kerja ERP, bagaimana cara menggunakannya, dan apa yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan sistem ini. 3. Cost/Benefit Analysis Keuntungan mengenai keuangan harus di tulis secara jelas dalam mengoperasikan sistem ERP ini. 4. Go/No-Go Decision Apabila dari sisi keuangan menguntungan sebaiknya menggunakan ERP, bila tidak lebih baik memilih sistem lain. Manajemen merupakan pemimpin yang merekomendasikan sistem ini. 5. Vision Statement Manajemen sebaiknya menentukan apa yang akan dicapai dengan implementasi ERP ini. 6. Performance Goals Menentukan kategori kinerja perusahaan yang diharapkan untuk dicapai. 46 7. Project Organization Memilih pemimpin dan orang yang akan mengerjakan proyek ini secara penuh waktu. 8. Initial Education and Training Idealnya adalah 100 persen atau minimum 80 persen dari anggota perusahaan mengikuti proses implementasi ERP agar sukses. 9. Implementing Sales & Operations Planning Manajemen puncak merupakan bagian penting dari terlaksananya sistem ERP ini karena sistem ini tidak akan berjalan tanpa campur tangan manajemen. 10. Demand Management, Planning and Scheduling Processes Departemen Perencanaan, dan pengadaan terlibat dalam membangun dan menentukan spesifik produk, konsumen, serta perencanaan dan penjadualan pelaksanaan sistem ini. 11. Data Integrity ERP akan berjalan sukses dengan mengintegraiskan data – data yang akan dicapai oleh perusahaan, agar mendapatkan data yang akurat, lengkap dan terstruktur. 12. Finance and Accounting Processes-Process Definition and Implementation Akuntansi dan keuangan harus mengimplementasikan sesuai permintaan dan proses yang telah direncanakan. 47 13. Software Selection, and Software Configuration Installation Perusahaan yang telah mengimplementasikan sistem ini harus di kelola secara hati – hati untuk menghindari kerusakan pada sistem computer. 14. Audit/Assessment II Setelah implementasi perlu dilakukan evaluasi situasi, masalah, kesempatan dan strategi . 15. Ongoing Education Perlu dilakukan pendidikan sistem ini pada pegawai yang baru dan penyegaran pelatihan bagi pegawai yang pernah diberikan latihan sebelumnya. Implementasi sistem ERP pada perusahaan berdampak besar terhadap perubahan proses dan sumber daya yang ada di perusahaan, sebagaimana yang disampaikan oleh gambar di bawah ini, 48 Gambar 3.6.: ERP/E – Business Organizational Issues Domain dan Level Matrix Sumber: Norris,et.al,2000,pg,64 Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur software yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara seluruh fungsi-fungsi bisnis didalam batas organisasi atau perusahaan dengan pihak stakeholder diluarperusahaan. ERP dibangun atas dasar sistem database yang terpusat dan biasanya menggunakan platform komputansi yang umum. Sistem informasi berbasis ERP dapat mengkonsolidasikan seluruh operasi bisnis menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas. Dalam prakteknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap best practice yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misal bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok digudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan 49 manfaat yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka industri yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process yang berlaku. Akan tetapi, permasalahan mulai timbul bagi industri di Indonesia, contoh permasalahan bagaimana merubah proses kerja yang dikehendaki oleh sistem ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul sumber daya manusia, karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang terdapat pada sistem ERP pada umumnya seperti SAP. Proses penyesuaian ini dikenal sebagai implementasi dan salah satu faktor yang mementukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah proses bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan paket bisnis best practice yang telah teruji reabilitasnya. Banyak perusahaan telah sukses mengimplementasikan ERP untuk melakukan pencatatan barang, pemesanan, desain produk, kontrak , penjualan langsung atau melalui distributor, berhubungan dengan peraturan pemerintah, proses manufaktur, alur pekerjaan pada perusahaan, dan rata – rata perusahaan tersebut mampu meningkatkan tingkat responsitivitas konsumen, tingkat produktivitas karyawan, penjualan dan distribusi yang tepat waktu. 50 Keuntungan ketika menerapkan implementasi ERP antara lain : 1. Integrasi data keuangan untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik. 2. Standarisasi Proses Operasi untuk menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk. 3. Standarisasi Data dan Informasi untuk menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yang berbeda-beda. Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain : 1. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya. 2. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran. 3. Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru. 4. Persiapan implementasi tidak dilakukan dengan baik. 5. Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP. 51 Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal, tujuan dari implementasi ERP adalah untuk menjalankan bisnis dengan lebih baik. Oleh Karena itu, implementasi harus dilakukan oleh orang yang menjalankan bisnis itu sendiri. Bagaimana implementasi ERP dapat dilakukan dengan baik tentunya membutuhkan beberapa prasyarat dan kondisi sebagai berikut : 1. Implementasi ERP merupakan proyek besar yang mencakup proses pengambilan keputusan dan melibatkan banyak orang di perusahaan, termasuk manajemen. 2. Implementasi ERP harus dikerjakan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses bisnis sehingga tanggung jawabnya tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada vendor. Konsultan atau vendor memang dapat membantu dalam transfer pengetahuan, namun pelaku bisnis adalah pihak yang paling mengerti serta memiliki kewenangan dan otoritas untuk mengubah cara dalam mengerjakan sesuatu. 3. Implementasi ERP dapat berjalan apabila melibatkan pihak / orang yang kelak akan mengoperasikan sistem tersebut. Oleh karenanya tidak dapat dipisahkan antara implementator dengan user. Mereka harus menjadi bagian yang menyatu dalam sebuah tim. 4. Implementasi ERP membutuhkan pengorbanan waktu dari serangkaian pekerjaan rutin yang dilakukan oleh orang yang terlibat dalam bisnis dan operasional sehari-hari. Proses implementasi memang tidak dapat dijadikan 52 prioritas utama, tetapi tidak boleh dijadikan prioritas kedua dibawah prioritas rutin dalam menjalankan bisnis dan operasional. Dalam hal ini dibutuhkan kerelaan untuk meluangkan waktu. 5. ERP adalah bukan sekedar suatu sistem komputer. ERP merupakan „people system‟ yang dijalankan dengan dukungan software dan hardware. Sehingga membutuhkan dukungan dan partisipasi dan manajemen. Dukungan dan keterlibatan manajemen inilah yang sangat menentukan keberhasilan. 6. ERP memerlukan serangkaian nilai baru dalam menjalankan bisnis. Jika perusahaan yang menerapkan ERP tidak mampu mengubah proses kerja, maka implementasi ERP akan berakibat buruk. Karena aliran data antar fungsi akan terjadi dengan sangat cepat. Implementasi ERP pada perusahaan di Indonesia yang mempunyai harapan untuk mempercepat proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan meraup pendapatan yang lebih besar. Namun, pada saat implementasi banyak faktor yang dapat menggagalkan implementasi dan merupakan masalah yang dihadapi antara lain : 1. Manajemen tidak menyediakan proyek tim yang terbaik pada proyek implementasi menyangkut kompetensi anggota tim, kredibilitas dan kreativitas tim proyek, kepemimpinan tim yang efektif, komitmen tim, tanggung jawab tim, jumlah tim yang memadai, tanggungjawab yang tumpang tindih pada tim, 53 pendekatan kerja yang kurang jelas, tujuan yang tidak dipahami oleh tim proyek. 2. Manajemen tidak mampu membedakan bahwa e-business bukanlah sekedar investasi teknologi informasi melainkan perbaikan proses bisnis atau peningkatan bisnis dengan didukung teknologi informasi. Akibatnya nilai investasi e-business yang ditanamkan tak bisa kembali, karena banyak pimpinan perusahaan yang memiliki pengertian bahwa e-business adalah sekedar investasi teknologi informasi, bukan investasi bisnis yang didukung teknologi informasi. Penyebab Gagalnya ERP a. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran b. Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik c. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru d. Meremehkan Tidak kerumitan melibatkan para perencanaan, karyawan yg pengembangan,dan terkena dampak pelatihan perencanaan Melakukan terlalu banyak hal dengan cara yang cepat pada proses konversi Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas baru yg dibutuhkan oleh sistem ERP 54 e. Kegagalan melakukan konversi data f. Terlalu mempercayai berbagai pernyataan yang diberikan para penjual software ERP. 3.1.3. ERP Route Profitability (ERP RP) 3.1.3.1.Pengertian ERP RP Pada era globalisasi penerbangan saat ini kemampuan seorang manajer profesional operator penerbangan dalam mengukur profitabilitas secara akurat dan tepat waktu suatu penerbangan secara signifikan merupakan suatu tuntutan, sebab hasil dari kemampuan ini merupakan kinerja atas penerbangan. keuntungan maskapai Route Profitability merupakan alat untuk mengukur informasi profitabilitas yang dapat dianalisa dan difokuskan pada transportasi angkutan udara (on board pesawat) bagi operator penerbangan dalam menentukan buka atau tutup atau dan lain – lain suatu rute dengan tujuan akhir (objektif) menentukan keuntungan setiap operasi penerbangan pada periode pelaporan. Tujuan ERP RP 1. Mengukur profitability rute 2. Mengukur indikator kinerja rute 3. Membantu rute dalam pengembangan network, serta pengambilan keputusan terkait dengan kinerja rute. 4. Membantu penentuan harga. 55 3.1.3.2.Metode Perhitungan ERP RP Prinsip dasar perhitungan RP adalah untuk mengalokasikan semua transaksi biaya maupun pendapatan yang tercatat pada periode akuntansi yang berlaku pada rute komersial yang diterbangkan, apabila ada transaksi yang tidak berdampak langsung terhadap rute penerbangan harus dialokasikan tersendiri secara spesifik ke dalam kebijakan rute komersial yang digunakan (point-topoint), sehingga laporan laba – rugi usaha yang dicatatkan tercermin pada hasil perhitungan Route Profitability yang dikenal sebagai Route Result. Perhitungan RP ini menggunakan standar mata uang USD. Data perhitungan kinerja kuantitatif yang dioperasikan menjadi dasar alat ukur seperti Block Hours, Flight Hours, Available Seat Kilometres (ASK), Revenue Passanger Kilometers (RPK), jarak tempuh dan lain – lain. Perhitungan Revenue Route Profitability Perhitungan pendapatan atas semua penumpang yang diangkut yaitu termasuk kelebihan bagasi, sales on board (SOB), surcharges dan juga pendapatan dari pengoperasian cargo dan surat. Perhitungan pendapatan penumpang yang diangkut berdasarkan flight coupon yang tercatatkan sesuai periode berlaku tiket (tidak termasuk penumpang tidak bayar, awak pesawat, kedinasan, fasilitas airline staff). 56 Dalam perkembangan dunia penerbangan saat ini yaitu kerja sama antar operator penerbangan, memberlakukan pengangkutan penumpang antar operator. Menggunakan perhitungan revenue yang dialokasikan berdasarkan harga setiap jarak tempuh yang diterbangkan (prorate revenue). Perhitungan Biaya RP Struktur komponen biaya operasi yang digunakan dalam RP (Total Operating Cost) terdiri atas: biaya langsung dan biaya tidak langsung, merupakan kelompok utama yang menjadi biaya operasi, dengan bentuk standar sebagai berikut: 1. Direct Variable Cost, Kategori direct variable cost (biaya langsung) terdiri dari biaya penumpang lagsung dan operasi penerbangan. Kelompok biaya ini yaitu catering, asuransi, biaya penanganan penumpang lainnya. Kategori flight variable cost terdiri dari unsur biaya yang menjadi beban suatu penerbangan operasi pesawat atau tidak berhubungan dengan penumpang yang diterbangkan. Contoh: biaya landing, handling, parking, fuel, variable crew cost dan variable maintenance. 2. Direct Fixed Cost, Kategori direct fixed cost (biaya tetap langsung) atas kapasitas profisi, seperti biaya pendidikan awak pesawat, sewa pesawat, asuransi pesawat juga biaya perawatan tetap pesawat. 57 3. Indirect Fixed Cost, Katerogri indirect fixed cost (biaya tidak tetap) merupakan biaya lainnya yang tidak termasuk dalam kedua kategori di atas antara lain biaya tetap kestasiunan, biaya penjualan, pemasaran, dan adminstrasi umum lainnya. Seluruh kategori biaya itu dialokasikan terhadap masing – masing rute penerbangan (flight number) untuk penumpang dan untuk pesawat berdasarkan tipe pesawat. 3.2. Kajian Penelitian Terdahulu 3.2.1. Implementasi ERP Riset terdahulu mengenai Enterprise Resource Planning (ERP) mengenai “Assesing ERP Implementation Critical Factor” yang disiapkan oleh Houman Kalbasi, 2007, dari Lulea University of Technology. Tesis ini menyampaikan mengenai faktor – faktor apa yang menjadikan sistem ERP itu sukses. Tesis ini merupakan studi kasus yang membandingkan implementasi ERP yang sukses dan yang tidak sukses. Tesis ini menjelaskan mengenai kesuksesan suatu implementasi ERP karena adanya beberapa factor yaitu: pekerjaan dilakukan secara fungsional, disediakannya konsultan, dibuatkan suatu proyek dan didukung oleh manajemen, kesiapan karyawan internal, dapat beradaptasi dengan perbedaan yang ada di perusahaan, ada perencanaan, ada pengembangan dan anggaran yang cukup, 58 terakhir adanya sistem pengujian terhadap sistem. Studi kasus dilaksanakan di Esfahan Steel Company serta RTC Corporation Ltd. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif melalui explanatory data. Pada akhirnya ditemukan beberapa kegagalan pada penerapan ERP adalah tidak mampu mengoperasikan sistem tersebut, serta pentingnya implementasi ERP diimplementasikan oleh perusahaan itu sendiri, dukungan pimpinan tertinggi mengenai sistem ERP dalam rangka tujuan perusahaan, SDM yang kualified sangat dibutuhkan dalam implementasi ERP. 3.2.2. LCC Tesis ini berjudul „Low – Cost Carriers and Low Fares: Competition and Concentration in the US Airline Industry‟ oleh Charles Nadja, 2003. Tesis ini menganalisa struktur pasar airline agar dapat menentukan kekuatan pasar pada Yield, untuk pesawat jarak dekat dan jarak jauh, serta akibatnya pada pesawat LCC dalam menetapkan harga. Metodologinya menggunakan 3 model econometric yang memperkirakan keuntungan marginal antara low cost melalui penghitungan harga pasar. Tesis ini membandingkan harga pasar untuk pesawat jarak jauh yaitu American Airlines, United Airlines, dengan pesawat jarak dekat, Southwest Airlines dan Jetblue Airlines. 59 Hasilnya, bahwa dampak pendistribusian harga pada penerbangan jarak dekat mampu mempengaruhi hampir semua segmen. LCC mempunyai korelasi yang sangat tinggi terhadap kompetisi, frekuensi, airport, dan kapasitas dalam memprediksi harga pasar. Pembangunan infrasruktur pelabuhan udara, mampu menjadikan LCC bukan lagi sebagai target pasar kedua bagi penumpang. 3.3. Rerangka Berpikir Dalam rangka menganalisis kedua permasalahan ini, peneliti mulai dengan melakukan pengukuran terhadap masing – masing masalah yaitu LCC dan ERP RP. Pengukurannya menggunakan 7 karakter LCC, SWOT analisis dan matriks Yield, Cost/ASK, dan SLF. Pengukuran LCC menghasilkan konsep operasional LCC sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengkajian membuka rute yang baru. Sedangkan hasil sistem ERP RP dengan menggunakan metode Hurwichz menghasilkan nilai maksimum dan minimum dalam menambah dan mengurangi rute. Apabila masih belum ditemukan keputusan maka dilakukan evaluasi kembali terhadap konsep tersebut. 60 Gambar 3.7. Rerangka Berpikir