peningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika materi limit

advertisement
0
PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MATERI LIMIT MELALUI MODEL TTS PLUSPLUS PADA SISWA KELAS XI IPS 4 SMAN 1 KRAMAT TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Nur Rokhman, M.Pd.
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TEGAL
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
UPTD SMA NEGERI 1 KRAMAT
2015
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan
yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Dengan
belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Begitu kompleksnya unsur-unsur yang ada dalam rumus matematika,
banyaknya definisi, penggunaan simbol-simbol yang bervariasi dan rumus-rumus
yang beraneka ragam, menuntut siswa untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat
menguasai konsep dalam matematika tersebut. Hal ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara
nasional maupun internasional belum menggembirakan.
Limit merupakan salah satu materi dalam matematika yang banyak
membutuhkan keterampilan siswa dalam melakukan manipulasi aljabar. Hasil
ulangan harian Matematika materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13 dengan
1 siswa (3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) belum tuntas. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Dalam pembelajaran
matematika siswa cenderung pasif, beberapa siswa juga sering tidak membawa buku
pelajaran matematika. Ketika diberi tugas, yang mengerjakan hanya siswa pandai
1
2
saja, sementara siswa yang lain hanya menyalin jawaban dari temannya. Hal ini
menunjukkan aktivitas belajar siswa masih rendah.
Pembelajaran matematika selama ini masih bersifat konvensional dengan
karakteristik berpusat pada guru, dan menggunakan pendekatan yang bersifat
ekspositori. Dengan proses pembelajaran seperti ini siswa menjadi pasif, kadar
aktivitas dan komunikasi antara siswa dan guru sangat rendah, komunikasi yang
terjadi terbatas pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa dapat disebabkan karena proses
pembelajaran yang kurang efektif. Pembelajaran belum menggunakan model dan
media yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu perbaikan
pembelajaran dengan model tertentu yang dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah model Tutor Teman Sebaya Plus-plus (TTS plus plus) yaitu
model Tutor Teman Sebaya dilengkapi dengan LKS interaktif dan kompetisi antar
kelompok.
Pemilihan model pembelajaran tutor teman sebaya sebagai strategi
pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengajarkan materi kepada
teman-temannya. Manfaat dari pelaksanaan tutor teman sebaya bukan hanya
dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga bagi siswa yang dibimbingnya. Siswa pada
umumnya lebih mudah berkomunikasi dengan teman sebayanya dibandingkan
dengan gurunya. Dengan tutor teman sebaya, siswa dapat mendiskusikan pendapat,
3
bertanya, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik dan menyimpulkan
penemuan mereka, sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih baik dibanding
dengan mempelajarinya secara individu.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan metode tutor teman sebaya adalah
kemampuan tutor itu sendiri, untuk itu pada pelaksanaannya dibantu dengan LKS
interaktif yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone android. Untuk
menambah semangat dan motivasi siswa dalam diskusi dengan kelompoknya,
diadakan kompetisi antar kelompok. Dengan kompetisi ini masing-masing anggota
kelompok akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan kelompok lain.
Dari uraian di atas peneliti akan menerapkan model Tutor Teman Sebaya
Plus-plus (TTS Plus-plus) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
matematika materi Limit kelas XI IPS4 semester II SMA Negeri 1 Kramat
Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1.
Apakah melalui penggunaan model
TTS Plus-plus dapat meningkatkan
aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1
Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015?
4
2.
Apakah melalui penggunaan model TTS Plus-plus dapat meningkatkan prestasi
belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat
Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa
kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui model
TTS Plus-plus.
2.
Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas
XI IPS 4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui model TTS
Plus-plus.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi siswa
a) Meningkatnya aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI
IPS4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.
b) Meningkatnya prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI
IPS4 SMAN 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.
2.
Bagi guru
a) Guru dapat memanfaatkan model TTS Plus-plus untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
5
b) Guru dapat memanfaatkan model TTS Plus-plus untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
c) Meningkatkan kinerja guru.
3.
Bagi sekolah
a) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran Matematika di
sekolah.
b) Memberikan sumbangan yang positif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1.
Hakikat Matematika
Ditinjau dari struktur dan urutan unsur-unsur pembentuknya, Purwoto
(2003: 12) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang pola
keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke
aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.
Menurut Russeffendi (1984: 261), matematika adalah ilmu tentang pola
keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisir, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan
akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Karena matematika
timbul dari proses pemikiran manusia, tentu setiap orang dapat mempelajarinya,
sehingga akan terasa sangat dangkal jika pemahaman matematika hanya didapat
melalui hafalan saja.
Matematika
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
menghitung,
mengukur, menurunkan, menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari materi pengukuran, geometri,
aljabar, dan trigonometri. Selain itu, matematika juga mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model
6
7
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,
grafik atau tabel.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasikan, yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ideide yang berkaitan dengan elemen dan kuantitas dengan menggunakan bahasa
universal.
2.
Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku, atau dengan istilah lain
belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing) (Hamalik, 2003: 27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Sejalan
dengan itu Gagne, mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang
bertahap dari bentuk yang sederhana sampai ke bentuk yang komplek
(Semiawan, 1992: 132).
Dalam pengertian yang lain, belajar adalah proses berpikir dan
menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui
interaksi antara individu dengan lingkungan (Sanjaya, 2007: 107), sehingga
proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi
8
pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa
untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.
Hudojo (1998:1) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar jika ada
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha orang
tersebut sehingga orang itu berubah dari tidak bisa menjadi bisa.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat diartikan bahwa belajar
adalah memahami sesuatu yang baru dan kemudian memaknainya, yaitu adanya
perubahan tingkah laku siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun
keterampilan sebagai hasil usaha dari orang yang belajar.
3.
Pembelajaran
Istilah pembelajaran dipakai
untuk menunjukkan konteks yang
menekankan pada pola interaksi guru dan siswa atau interaksi antara kegiatan
mengajar dengan kegiatan belajar. Pembelajaran mengandung pengertian yang
di dalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang berisi serangkaian
perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas, dan proses belajar yang terjadi
pada siswa yang berisi perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan pada
dirinya sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar.
Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang
atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2013:4).
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan
9
guru secara terprogram dalam sebuah desain pembelajaran untuk membuat
siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Desain pembelajaran tersebut dikondisikan untuk merangsang siswa agar dapat
belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan istilah pembelajaran mengisyaratkan bahwa dalam proses
belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu
kehidupan siswa. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi siswa
untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk
mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu
mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat
belajar (Sanjaya, 2007: 96).
Akan tetapi pengertian di atas bukan berarti pembelajaran memperbesar
peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam
istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga
halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas, hanya menunjukkan
kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi
dan proses pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mempunyai
pengertian sebagai suatu proses atau usaha sadar dan aktif dari guru terhadap
siswa agar siswa memiliki keinginan untuk belajar serta saling bertukar
informasi.
10
4.
Model Tutor Teman Sebaya (TTS)
Dalam pembelajaran sumber belajar tidak harus guru. Sumber belajar
bisa berasal dari siswa yang lebih pandai. Zaini (dalam Suyitno, 2004:36)
mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan
kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor teman
sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam
mengerjakan materi kepada teman-temannya. Conny Semiawan (dalam
Suherman dkk, 2003:276) mengemukakan bahwa tutor teman sebaya adalah
siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang
pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan teman-teman di luar sekolah.
Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang
pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di dalam
pemilihan sumber pengajaran. Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan tutor teman sebaya adalah seorang atau beberapa
orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa
tertentu yang mengalami kesulitan belajar.
Menurut Alwi (2009) ada pengaruh yang signifikan dari metode tutor
teman sebaya terhadap motivasi belajar matematika siswa SMA. Hal ini berarti
bahwa penerapan metode pembelajaran tutor teman sebaya akan meningkatkan
motivasi belajar matematika siswa SMA. Tutor teman sebaya adalah perekrutan
salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain
11
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan
tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee (Roscoe & Chi,
2007).
Menurut Arjanggi & Suprihatin (2010) metode tutor teman sebaya adalah
suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa
yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk
menjadi tutor bagi temantemannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas
untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee)
yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan
dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut,
sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif
bukan kompetitif.
Dengan memperhatikan pengertian tutor teman sebaya, maka dapat
disimpulkan bahwa metode tutor teman sebaya ialah pemanfaatan siswa yang
mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk
membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang
kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang
usianya hampir sama atau sekelas dalam pembelajaran.
Tutor teman sebaya telah berhasil diterapkan di banyak universitas di
seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas belajar siswa (Magin, & Churches,
1995). Webb & Mastergeorge (2003) menyatakan bahwa tutor teman sebaya
merupakan salah satu strategi yang paling baik dipelajari dalam pembelajaran
12
matematika. Format bimbingan terstruktur tutor teman sebaya secara efektif
membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan materi pada pembelajaran
matematika. Topping (1996) mengatakan bahwa metode tutor teman sebaya
pada pendidikan lanjutan dan tinggi telah banyak digunakan dan telah terbukti
efektif.
Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan
pertimbangan-pertimbangan, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain.
b. Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.
c. Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.
d. Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor teman
sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepadanya dan rajin.
e. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
f. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu
dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Agar pelaksanaan pengajaran tutor teman sebaya dapat berlangsung
secara efektif dan berhasil, guru perlu memperhatikan pemilihan petugas tutor
teman sebaya dan pembentukan kelompok. Banyaknya petugas tutor teman
sebaya ditentukan oleh ciri-ciri yang telah disebutkan di atas dan disesuaikan
dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiaptiap kelompok yang akan direncanakan. Karena jumlah siswa ada 30 orang
13
direncanakan banyaknya kelompok ada 6 kelompok dengan anggota masingmasing kelompok 5 orang,
Menurut Suryo dan Amin (1982:51), beberapa kelebihan metode tutor
teman sebaya adalah sebagai berikut.
a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang
dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.
b. Bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk
pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.
c. Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.
d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
Adapun kekurangan metode tutor teman sebaya adalah sebagai berikut.
a. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu
mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
b. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi
dengan baik.
5.
Model Tutor Teman Sebaya (TTS) Plus Plus
1. Plus LKS Interaktif Berbasis Komputer
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah media cetak yang berupa lembaranlembaran kertas yang berisi informasi soal-soal atau pertanyaan yang harus
dijawab. Seiring dengan perkembangan teknologi, LKS dapat didesain
sedemikian rupa dalam bentuk aplikasi yang dapat dijalankan pada
komputer maupun smartphone. LKS dalam bentuk aplikasi sebaiknya
14
bersifat interaktif, artinya dapat memberi balikan terhadap respon atau
jawaban siswa.
Metode tutor teman sebaya akan berhasil jika siswa yang dipilih
sebagai tutor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Untuk membantu
tutor dalam membimbing anggota kelompoknya pada masing-masing
kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif berbasis komputer.
LKS ini diberikan dalam dua versi yaitu versi cetak dan versi aplikasi yang
dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone android. Tutor dan
anggota
kelompoknya
bersama-sama
menyelesaikan
masalah
yang
diberikan dengan menggunakan LKS interaktif berbasis komputer untuk
selanjutnya disalin dalam LKS versi cetak.
Kelebihan LKS interaktif adalah sebagai berikut.
a. Dapat memberi umpan balik secara langsung terhadap jawaban siswa.
Dalam pengisiannya siswa tidak perlu takut salah karena bagian yang
salah akan ditunjukkan oleh komputer untuk selanjutnya dapat
diperbaiki kembali.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju
kecepatan belajarnya sendiri.
c. Dapat diulang kembali sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kelebihan dari LKS interaktif di atas cocok digunakan dalam
pembelajaran tutor teman sebaya. Tutor dapat membimbing temannya
15
sesuai dengan kecepatan belajarnya, untuk selanjutnya teman yang
dibimbing dapat mencoba mengisi LKS secara mandiri.
2. Plus Kompetisi Antar Kelompok
Pembelajaran akan berhasil dengan baik jika siswa merasa senang
dengan pembelajaran tersebut. Untuk menambah motivasi dan semangat
siswa dalam belajar, diadakan kompetisi antar kelompok. Dengan kompetisi
ini siswa akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan
kelompok yang lain.
Aturan main kompetisi antar kelompok dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Pertandingan
1) Masing-masing perwakilan kelompok akan bertanding di meja
pertandingan menghadapi perwakilan dari kelompok lain yang
mempunyai kemampuan seimbang.
2) Siswa yang dapat menjawab soal dengan benar dan paling cepat akan
memperoleh skor 6. Selanjutnya, siswa berikutnya mendapat skor 5,
dan seterusnya. Siswa yang menjawab salah mendapat skor 0.
b. Kuis
Semua siswa diberi kuis secara individu, kemudian diberi skor untuk
selanjutnya digabung dengan skor pertandingan. Kelompok yang
memperoleh skor tertinggi adalah juara kompetisi.
16
6.
Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa positif maupun negatif.
Aktivitas siswa yang positif misalnya, mengajukan pendapat atau gagasan,
mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam
pemebelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa sehingga dapat
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas
siswa yang negatif, misalnya mengganggu sesama siswa pada saat proses
belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan
pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
Dierich dalam Nasution (1995) membagi aktivitas belajar menjadi 8
kelompok, yaitu :
a.
Kegiatan-kegiatan visual, seperti: membaca, melihat gambar, mengamati
eksperimen, atau mengamati orang lain bekerja.
b.
Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti: mengemukakan fakta/pendapat,
mengajukan pertanyaan, berwawancara, atau diskusi.
c.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti: mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok.
d.
Kegiatan-kegiatan menulis, seperti: mengerjakan tes, menulis laporan atau
rangkuman, memeriksa hasil diskusi.
e.
Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti : menggambar, membuat grafik,
diagram, atau pola.
17
f.
Kegiatan-kegiatan metrik, seperti : melakukan percobaan, memilih alasalas, membuat model, menyelenggarakan simulasi.
g.
Kegiatan-kegiatan mental, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisa faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan,
membuat keputusan.
h.
Kegiatan-kegiatan emosional, seperti : minat, membedakan, berani, tenang,
dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, keaktifan yang diamati adalah keaktifan dalam
partisipasi mengawali pembelajaran, partisipasi dalam proses pembelajaran, dan
menutup jalannya pembelajaran.
7.
Prestasi Belajar Siswa
Menurut Oemar Hamalik (2006: 14) hasil belajar adalah terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu dan dari
tidak mengerti menjadi tahu dan mengerti. Dengan demikian, hasil belajar
menunjukkan perubahan dari sebelum pengalaman belajar dengan setelah
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjukkan perubahan yang
berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan perilaku.
Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu
kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Perbedaan
hasil belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar dilakukan
menyangkut 3 aspek, sementara penilaian prestasi belajar dilakukan pada aspek
kognitif. Prestasi belajar merupakan sesuatu yang harus dapat diukur
18
(measurable). Mengukur prestasi belajar berarti mengukur atau melakukan
penilaian mengenai seberapa besar pencapaian kompetensi dasar yang
diperoleh siswa. Kompetensi dasar berarti kemampuan minimal yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif.
Selanjutnya penilaian prestasi belajar pada penelitian ini difokuskan
pada penilaian pada aspek kognitif siswa yang berkenaan dengan tingkat
pencapaian kompetensi dasar pada materi Limit. Data penilaian diambil melalui
tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir kegiatan.
B. Kerangka Berpikir
Awal dari proses pembelajaran pada tiap pertemuan yaitu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, langkah-langkah model TTS Plusplus, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
setiap kelompok. Selanjutnya dilakukan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus.
Guru memberikan tugas untuk mempelajari, mengerjakan dan menjawab pertanyaan
dari LKS. Pada kegiatan ini tutor pada masing-masing kelompok bersama anggota
kelompoknya mengerjakan LKS dengan bantuan LKS interaktif berbasis komputer.
Dengan LKS interaktif tutor dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan
dalam belajarnya sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa dapat mengulang
kembali mengisi LKS interaktif secara mandiri sesuai kebutuhannya.
Untuk lebih menambah semangat siswa dalam belajar, diadakan kompetisi
antar kelompok. Dengan kompetisi ini maka semua siswa merasa bertanggungawab
19
dalam kelompoknya dan berusaha agar jangan sampai kelompoknya dikalahkan
oleh kelompok lain. Sehingga semua siswa berusaha aktif dan bersungguh-sungguh
dalam belajarnya.
Dengan penerapan model TTS Plus-plus maka akan terjadi proses dialogis
dan pembelajaran juga lebih terbuka dan bermakna. Dengan pembelajaran yang
lebih dialogis dan lebih terbuka, keaktifan siswa semakin meningkat. Peningkatan
aktivitas siswa ini tentu saja akan disertai peningkatan kemampuan penguasaan
materi konsepnya. Sehingga pada akhirnya bila diberi tes siswa akan memperoleh
hasil yang lebih baik.
Berikut adalah bagan kerangka berpikir penelitian ini.
Kondisi Awal
Guru menggunakan metode ceramah
Aktivitas dan Prestasi Belajar Rendah
LKS Interaktif
Tutor Sebaya
Aktivitas dan Prestasi Belajar Meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Kompetisi
20
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, guru menetapkan
hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.
Melalui penggunaan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dapat meningkatkan
aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.
2.
Melalui penggunaan Model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dapat meningkatkan
Prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran 2014/2015.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Kramat
Kabupaten Tegal, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Penelitian dilaksanakan
pada semester II tahun pembelajaran 2014/2015, dengan waktu pelaksanaan selama
2 minggu yaitu pada bulan Februari 2015.
B. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua sumber yaitu (1) sumber data primer
di mana data diperoleh langsung dari subjek penelitian (siswa); dan (2) sumber data
sekunder diperoleh dari pengamatan teman sejawat.
C. Teknik Pengambilan Data
1. Tes Tertulis
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes awal diberikan pada
awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa tentang
Limit dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar
siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan prestasi belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada.
21
22
2. Pengamatan
Data tentang kegiatan siswa diperoleh menggunakan lembar penilaian
pengamatan kegiatan siswa baik individu maupun kelompok. Pengamatan
terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti
pelajaran, seperti yang terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi rangsang
baik yang datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan
tugas, dan sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis. Data kuantitatif
diolah melalui analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi
awal, nilai tes setelah siklus I, dan siklus II, sedangkan data kualitatif hasil
pengamatan diolah menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah.
1.
Aktivitas Siswa
Sebanyak 90% siswa skor aktivitas dalam pembelajaran masuk kategori baik
atau sangat baik.
2.
Prestasi Belajar
Jumlah siswa yang tuntas belajarnya meningkat, dengan Persentase siswa yang
tuntas di atas 75% pada akhir siklus II.
23
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) dengan pelaksanaan kolaboratif antara pengamat dengan guru sebagai
pelaku tindakan. Arikunto (2008: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan atuan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan
adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang
dalam rangkaian penelitian berbentuk siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru. Jadi,
Arikunto (2008: 3) berkesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Adapun langkah penelitiannya bersifat refleksi tindakan dengan pola “proses
Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berulang-ulang yang terdiri dari (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus.
24
G. Siklus Kegiatan
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
1) Menyususn rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus I
yakni Silabus, RPP materi Limit. Penekanan perencanaan disini adalah
menyiapkan siswa benar-benar siap melaksakan tugas terstruktur.
2) Menyiapkan LKS interaktif,
aturan pertandingan, dan daftar skor
kelompok.
3) Membentuk kelompok belajar secara heterogen, dengan anggota 5
orang termasuk tutor.
4) Mempersiapkan kisi-kisi kuis 1 beserta kunci jawabannya sebagai
evaluasi siklus I.
5) Mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar
pengamatan guru.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai
skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh guru dan
diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran.
c.
Pengamatan
Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan
mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi
dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain
25
itu, untuk memperoleh data yang akurat, guru juga bertanya jawab dengan
siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Refleksi
Secara kolaboratif guru dan pengamat menganalisis hasil pengamatan dan
hasil tes. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan
sementara terhadap pelaksanaan siklus I. Mendiskusikan hasil analisis
berdasar indikator pengamatan, dan
hasil evaluasi. Membuat suatu
perbaikan tindakan atau ran cangan revisi berdasar hasil analisis
pencapaian indikator-indikator tersebut.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan
Pada siklus II, tahapan pelaksanaan sama dengan pelaksanaan siklus I
dengan penyempurnaan pada pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I. pada tahap ini, guru kembali menyusun Rencana
Pembelajaran untuk siklus II.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai
skenario pembelajaran pada siswa. Pembelajaran dilakukan oleh guru dan
diamati oleh teman sejawat yang bertugas mengamati proses pembelajaran.
c.
Pengamatan
Tahap observasi dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer dengan
mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi
26
dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain
itu, guru juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang
lebih lengkap.
d. Refleksi
Pada siklus II digunakan untuk melihat apakah hipotesis tindakan tercapai
atau tidak. Pada akhir siklus II melalui model TTS Plus-plus diharapkan
aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa materi Limit meningkat.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
1. Aktivitas belajar Matematika
Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kondisi awal masih
rendah, siswa cenderung pasif dan menunggu temannya dalam mengerjakan
tugas. Dalam satu kelas yang aktif mengerjakan tugas hanya anak-anak tertentu
saja, sementara yang lain menunggu jawaban dari temannya. Beberapa siswa
bahkan sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa. Ketika
siswa diminta berdiskusi dengan temannya maka bukan diskusi yang terjadi
melainkan hanya menyalin jawaban teman tanpa mau tahu bagaimana cara
menyelesaikan masalahnya.
Aktivitas pada kondisi awal dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti
pelajaran, perhatian saat guru menjelaskan, keseriusan mengerjakan tugas,
keaktifan mencatat poin-poin penting, keaktifan dalam diskusi dan kerjasama
dengan kelompoknya. Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi dengan skor 1 sampai 5. Skor 5 = sangat baik,
skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa adalah berada pada
skor 2,74 atau pada kategori cukup. Hasil pengamatan aktivitas belajar
Matematika pada kondisi awal berdasarkan kategori tampak pada Tabel 4.1.
27
28
Tabel 4.1 Aktivitas belajar pada kondisi awal berdasarkan kategori
Rentang Skor
Kategori
Jumlah Siswa
4.20 ≤ Skor < 4.00
Sangat baik
0
3.40 ≤ Skor < 4.20
Baik
8
2.60 ≤ Skor < 3.40
Cukup
11
1.80 ≤ Skor < 2.60
Kurang
5
1.00 ≤ Skor < 1.80
Sangat Kurang
7
Tabel 4.1 menunjukkan hanya terdapat 8 siswa (26,67%) masuk kategori
baik, 11 siswa (36,67%) masuk kategori cukup, 5 siswa (16,67%) masuk kategori
kurang, dan 6 siswa (20%) masuk kategori sangat kurang. Hal ini menunjukkan
aktivitas belajar Matematika masih belum optimal.
Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika pada kondisi awal pada
masing-masing aspek dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Keterangan Aspek:
1. Kesiapan mengikuti pelajaran
2. Perhatian pada saat guru
menjelaskan
3. Keseriusan dalam
mengerjakan Tugas
4. Keaktifan mencatat hal
penting dalam pembelajaran
5. Keaktifan dalam diskusi
6. Keaktifan Kerjasama
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1
2
3
4
5
6
Gambar 4.1. Aktivitas belajar matematika kondisi awal pada
masing-masing aspek
29
2. Prestasi belajar Matematika
Prestasi belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan harian
materi Limit. Siswa diminta mengerjakan soal tes tertulis berbentuk uraian untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa. Nilai ulangan tersebut dianalisis untuk
untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan.
Hasil ulangan harian materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13, nilai
terendah 10, nilai tertinggi 96. Ketuntasan prestasi belajar adalah 1 siswa
(3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan
bahwa prestasi belajar Matematika masih sangat rendah.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang dilengkapi
dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif dalam bentuk aplikasi,
instrumen penilaian, dan lembar observasi.
Penyusunan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP)
dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran
yang telah dibuat di awal semester. RPPP disusun sesuai dengan model Tutor
Teman Sebaya Plus-plus.
Pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu bentuk cetak dan bentuk
aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri dari 3 LKS dengan tingkat
30
kesulitan yang bertahap.
LKS dalam bentuk aplikasi dibuat dengan
menggunakan Adobe Flash CS 6 yang dapat dijalankan pada laptop maupun
smartphone yang menggunakan operating system android. LKS dalam bentuk
aplikasi dirancang dalam layout yang menarik dan interaktif sehingga
selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada LKS
interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS bentuk
cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini
dimaksudkan untuk melatih siswa menyelesaikan soal secara mandiri tanpa
bantuan aplikasi. Untuk lebih jelasnya gambar LKS interaktif dapat dilihat pada
Gambar 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.2 Halaman Depan LKS Interaktif
31
Gambar 4.3 Halaman Isi LKS Interaktif
Lembar
observasi
aktivitas
siswa
dirancang
untuk
melakukan
pengamatan dan penilaian mulai dari mengawali pelajaran, perhatian terhadap
kegiatan pembelajaran seperti memperhatikan ketika guru menjelaskan, mencatat
poin-poin penting, diskusi kelompok dan kerjasama. Lembar pengamatan guru
juga disiapkan untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran dan
keterampilan guru dalam membawakan pembelajaran. Diharapkan dengan
lembar pengamatan ini proses pembelajaran dapat terprotet secara menyeluruh
dari berbagai sudut pandang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan
tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus I materi
menyelesaikan Limit dengan metode pemfaktoran. Siklus I dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan (4 jp), pertemuan pertama pada 11 Februari 2015 (2 jp),
32
pertemuan kedua pada 13 Februari 2015 (2 jp). Ulangan harian dilaksanakan
pada pertemuan kedua tanggal 13 Februari 2015. Pembelajaran dengan model
Tutor Teman Sebaya Plus-plus dilaksanakan pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua.
Pertemuan pertama, Rabu 11 Februari 2015
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru sebagai guru matematika kelas XI IPS4 menyapa siswa dengan
mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Masih dalam kegiatan
pendahuluan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat
menyelesaikan soal Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran
dengan benar.
Sebagai apersepsi, siswa diminta menjawab pertanyaan yang diberikan
guru untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari. Di sini guru memberikan stimulus kepada siswa dengan cara
bertanya jawab tentang materi prasyarat, semua pendapat siswa dihargai.
Materi prasyarat yang harus dikuasai adalah pemfaktoran fungsi kuadrat.
Tanya jawab dimunculkan dengan cara menentukan faktor oleh siswa secara
lisan atau tertulis di whiteboard. Siswa tampak semangat mengikuti
pembelajaran.
33
2. Kegiatan Inti
Pada awal kegiatan inti, guru menyajikan materi menyelesaikan soal
Limit bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru kemudian
membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing anggota
kelompok 5 siswa. Masing-masing kelompok kemudian diberi LKS dalam
bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat digunakan
pada laptop dan smartphone. Pada setiap kelompok terdapat satu laptop dan
seorang tutor yang bertugas memandu jalannya diskusi dalam mengerjakan
LKS. Sebelum mengisi LKS dalam bentuk cetak tutor bersama anggotanya
berdiskusi untuk mengisi LKS interaktif pada laptop.
Gambar 4.4 Siswa antusias mengisi LKS interaktif
Pada gambar 4.4 tampak siswa sangat antusias dalam mempelajari materi
Limit, terutama pada saat mengisi LKS interaktif pada laptop. Siswa yang
ditunjuk sebagai tutor memberi penjelasan kepada teman-teman satu
kelompoknya dalam pengisian LKS interaktif. Siswa mengisi LKS interaktif
34
dengan cara menginput jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah
mengisi LKS siswa dapat mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah
benar atau belum. Jika jawaban benar maka akan muncul tanda centang
berwarna hijau dan jika jawaban salah maka akan muncul tanda silang
berwarna merah. Siswa dapat mengganti jawaban yang salah dan dapat
mengulang kembali proses ini sampai siswa benar-benar paham.
Gambar 4.5 Siswa berdiskusi mengisi LKS interaktif
Gambar 4.6 Tutor menjelaskan pada temannya
35
Setelah siswa mengisi LKS interaktif dilanjutkan dengan mengisi LKS
dalam bentuk cetak. Soal yang ada pada LKS bentuk cetak sama dengan soal
yang ada pada LKS interaktif ditambah dengan beberapa soal sejenis.
Gambar 4.7 Diskusi dalam mengisi LKS bentuk cetak
Gambar 4.8 Tutor membimbing temannya mengisi LKS bentuk cetak
36
Setelah tutor membimbing anggota kelompoknya dalam mengisi LKS,
masing-masing anggota kelompok dapat mencoba secara mandiri dalam
mengisi LKS interaktif. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Gambar 4.9 Siswa mengisi LKS interaktif secara mandiri
Setelah diskusi selesai, beberapa kelompok mempresentasikan hasil yang
diskusinya dengan cara mengisi LKS interaktif di laptop Guru yang dapat
disaksikan oleh semua siswa melalui LCD proyektor. Guru memberikan
konfirmasi terhadap hasil diskusi siswa.
Gambar 4.10 Siswa mengisi LKS interaktif di depan
37
3. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari,
yaitu
menentukan
Limit
menggunakan
metode
pemfaktoran.
Guru
memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan ada
kompetisi antar kelompok berupa pertandingan dan kuis. Masing-masing
kelompok dimohon mempersiapkan diri dengan berlatih dalam menyelesaikan
Limit menggunakan metode pemfaktoran. Guru mengucapkan terima kasih
atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar.
Guru memberikan tugas rumah berupa LKS 3 untuk didiskusikan bersama
kelompoknya di luar jam pelajaran.
Pertemuan kedua, Jum’at 13 Februari 2014
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit bentuk
pecahan menggunakan metode pemfaktoran dengan benar.
2. Kegiatan Inti
Guru bersama siswa mengingat kembali cara menyelesaikan soal Limit
bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru bersama siswa
38
menata ruang kelas untuk persiapan pertandingan. Siswa dalam kelompoknya
mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan.
Setelah semua siap, guru memanggil satu peserta pertandingan dari
masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran.
Pemilihan peserta didasarkan pada tingkat kemampuan yang hampir sama.
Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk
dikerjakan dalam waktu maksimal lima menit. Pada tahap ini guru berperan
sebagai fasilitator jalannya pertandingan yang dilakukan siswa, dan
memastikan pertandingan berjalan lancar.
Gambar 4.11 Suasana pertandingan antar kelompok
Setelah pertandingan selesai, guru memberikan umpan balik positif
terhadap kegiatan. Pada saat ini guru belum membacakan skor perolehan
masing-masing kelompok dan menentukan juara pertandingan karena masih
dilanjutkan dengan pemberian kuis sebagai evaluasi untuk semua siswa. Skor
39
kuis masing-masing siswa kemudian dikelompokkan pada masing-masing
kelompok kemudian hasilnya di rata-rata.
3. Kegiatan Penutup
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan
siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru
menyampaikan rencana pembelajaran matematika pada pertemuan berikutnya
dan menutup pembelajaran.
3. Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Matematika
Pada pertemuan pertama, awalnya siswa tampak canggung dengan
kegiatan diskusi. Dalam satu kelompok tampak masih mencari posisi dan
teknik diskusi nyaman. Pada awalnya
beberapa kelompok ada yang
menggunakan laptop lebih dari satu, ada juga beberapa siswa yang
menggunakan smartphone android dalam mempelajari LKS, hal ini
menyebabkan kegiatan diskusi kurang berjalan dengan baik. Setelah diberi
pengarahan oleh guru disepakati bahwa selama kegiatan diskusi, setiap
kelompok hanya boleh menggunakan 1 laptop saja, sehingga semua siswa
dalam satu kelompok dapat lebih fokus dalam berdiskusi. Penggunaan laptop
dan smartphone android yang lain diperbolehkan untuk belajar mandiri
setelah semua anggota kelompok menyelesaikan tugasnya.
40
Dengan cara seperti ini kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik.
Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam mengerjakan LKS,
terutama LKS interaktif.
Siswa yang ditunjuk sebagai tutor menjelaskan
kepada anggota kelompoknya menggunakan LKS interaktif di laptop. Pada
awalnya tutor mengisi LKS interaktif sedangkan teman yang lain
memperhatikan, selanjutnya anggota kelompoknya diminta mengisi LKS
interaktif dengan bimbingan tutor. Meski demikian terlihat masih ada
beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS
interaktif. Pada saat siswa diminta maju untuk mengisi LKS interaktif di
depan, beberapa siswa siswa yang sebelumnya tidak pernah maju menjadi
berani maju.
Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pertandingan antar kelompok.
Kerjasama yang baik dalam kelompok terlihat pada semua kelompok. Pada
putaran pertama, pertandingan belum lancar karena beberapa siswa belum
memahami aturan main dengan baik. Pada putaran kedua, pertandingan mulai
berlangsung seru. Setiap siswa berusaha menyelesaikan soal dengan cepat dan
tepat, akibatnya beberapa siswa malah terburu-buru sehingga jawabnnya tidak
sempurna. Pada putaran ketiga, keempat dan kelima, pertandingan sudah
berjalan dengan lancar. Sementara anggota kelompoknya bertanding masingmasing kelompok berdiskusi dibelakang untuk mempersiapkan anggotanya
yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat
menikmati pertandingan.
41
Pada akhir pertandingan, kelompok 3 memimpin, disusul kelompok 6,
kelompok 1, kelompok 2, kelompok 6 dan kelompok 5. Hasil pertandingan
menunjukkan masih adanya beberapa nilai nol, hal ini dapat dimaklumi
karena masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi dengan baik.
Disamping itu sistem pertandingan yang hanya memberi skor benar dan salah
juga menjadikan ada beberapa nilai nol.
Aktivitas belajar Matematika pada pembelajaran menggunakan model
TTS Plus-plus diamati dengan menggunakan lembar observasi siswa.
Pengamatan dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran, perhatian
saat guru memberi penjelasan, keseriusan mengerjakan tugas, keaktifan dalam
diskusi, keaktifan mencatat poin-poin penting dan kerjasama dengan
kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas belajar nampak pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Aktivitas belajar pada siklus I
Rentang Skor
Kategori
Jumlah Siswa
4.20 ≤ Skor < 4.00
Sangat baik
8
3.40 ≤ Skor < 4.20
Baik
12
2.60 ≤ Skor < 3.40
Cukup
12
1.80 ≤ Skor < 2.60
Kurang
2
1.00 ≤ Skor < 1.80
Sangat Kurang
0
Dari Tabel 4.2 tampak bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor
baik atau sangat baik mencapai 20 siswa (66,67%).
42
Hasil pengamatan aktivitas belajar Matematika pada siklus I pada
masing-masing aspek dapat dilihat pada Gambar 4.12.
5
4.5
4.06
4.35
4
3.16
3.5
3.45
3.68 3.65
3
2.5
2
1.5
1
1
2
3
4
5
Keterangan Aspek:
1. Kesiapan mengikuti pelajaran
2. Perhatian pada saat guru
menjelaskan
3. Keseriusan dalam
mengerjakan Tugas
4. Keaktifan mencatat hal
penting dalam pembelajaran
5. Keaktifan dalam diskusi
6. Keaktifan Kerjasama
6
Gambar 4.12. Aktivitas belajar siswa pada siklus I untuk
masing-masing aspek
Gambar 4.12 menunjukkan aktivitas belajar siswa pada aspek kesiapan
mengikuti pelajaran dan perhatian terhadap penjelasan guru sudah tinggi. Skor
keaktifan diskusi dan kerjasama sudah cukup tinggi. Hanya saja masih ada
beberapa siswa yang kadang masih bercanda dalam diskusinya.
b. Hasil Pengamatan Prestasi Belajar Matematika
Ulangan harian dalam bentuk tes tertulis dilakukan pada akhir siklus I
untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dari hasil tes tertulis siklus I
diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 71,17.
Terdapat 15 siswa (50%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan
15 siswa (50%) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.13.
43
100.00
100
80
60
40
20
0
71.17
45.00
50%
Tuntas
50%
Belum Tuntas
Gambar 4.13 Prestasi belajar matematika siklus I
4. Refleksi
a. Refleksi Aktivitas Belajar Matematika
Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
TTS Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit dengan pemfaktoran.
Aktivitas belajar Matematika mengalami peningkatan dibandingkan dengan
kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal rata-rata skor aktivitas
meningkat dari 2,74 menjadi 3,77. Pada siklus I ini, jumlah siswa yang masuk
kategori sangat baik ada 8 siswa (26,67%), kategori baik 12 siswa (40%).
Artinya ada 20 siswa (66,67%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat
baik. Persentase sebesar 66,67% belum memenuhi indikator kinerja penelitian
yaitu 90% siswa mencapai kategori baik atau sangat baik.
b. Refleksi Prestasi Belajar Matematika
Pada siklus I telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
44
dengan
pemfaktoran.
Hasil
belajar
siswa
mengalami
peningkatan
dibandingkan dengan kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal,
nilai terendah dari 10 menjadi 45. Nilai tertinggi naik dari 96 menjadi 100.
Rata-rata nilai naik dari 39,13 menjadi 71,17. Persentase jumlah siswa yang
telah tuntas belajar juga meningkat dari 3,33% menjadi 50%. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I
No
Uraian
Kondisi awal
Siklus I
Kenaikan
1
Nilai Terendah
10
45
35
2
Nilai Tertinggi
96
100
4
3
Rata-rata
39,13
71,17
32,04
4
Ketuntasan
3,33%
50%
46,67 %
Visualisasi progress prestasi belajar matematika dari kondisi awal ke
siklus I dapat dilihat pada Gambar 4. 14.
100
80
60
Kondisi Awal
40
Siklus 1
20
0
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rata-rata Ketuntasan
Gambar 4.14. Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I
45
c. Refleksi Tindakan Siklus I
Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi catatan,
yaitu:
1) Masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi.
2) Guru perlu lebih memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
diskusi kelompok.
3) Pada saat mempresentasikan jawaban hasil diskusi di laptop guru, siswa
kurang terlihat kemampuannya sehingga untuk siklus selanjutnya
sebaiknya jawaban ditulis di papan tulis.
4) Penskoran pada saat pertandingan yaitu peserta yang mengumpulkan
lebih dulu nilainya lebih tinggi, membuat peserta terburu-buru sehingga
beberapa jawaban kurang sempurna.
5) Penskoran model ini juga kurang cocok diterapkan untuk pertandingan
soal uraian, karena dimungkinkan pada jawaban soal uraian tidak seratus
persen benar tetapi mendekati benar.
6) Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kompetisi
antar kelompok, penentuan pemenang kompetisi sebaiknya dipisah antara
pemenang pertandingan dan pemenang kuis.
46
C. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II hamper sama
dengan siklus I yaitu meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
perbaikan yang dilengkapi dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif
dalam bentuk aplikasi, instrumen penilaian, dan lembar observasi.
Penyusunan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP)
dilakukan dengan cara memperbaiki dan menyesuaikan program pembelajaran
yang telah dibuat pada siklus I sesuai dengan catatan yang diperoleh pada
siklus I.
Seperti pada siklus I, pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu
bentuk cetak dan bentuk aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri
dari 3 LKS dengan tingkat kesulitan yang bertahap. LKS dalam bentuk aplikasi
dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS 6 yang dapat dijalankan pada
laptop maupun smartphone yang menggunakan operating system android. LKS
dalam bentuk aplikasi dirancang dalam layout yang menarik dan interaktif
sehingga selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada
LKS interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS
bentuk cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini
dimaksudkan untuk melatih siswa menyelesaikan soal secara mandiri tanpa
bantuan aplikasi.
47
Lembar
observasi
aktivitas
siswa
dirancang
untuk
melakukan
pengamatan dan penilaian mulai dari mengawali pelajaran, perhatian ketika guru
menjelaskan, mencatat poin-poin penting, diskusi kelompok dan kerjasama.
Lembar pengamatan guru juga disiapkan untuk melakukan pengamatan terhadap
proses pembelajaran dan keterampilan guru dalam membawakan pembelajaran.
Diharapkan dengan lembar pengamatan ini proses pembelajaran dapat terprotet
secara menyeluruh dari berbagai sudut pandang.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan
tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus II adalah materi
menentukan Limit dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Siklus
II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (4 jp), pertemuan pertama pada 18
Februari 2015 (2 jp), pertemuan kedua pada 20 Februari 2015 (2 jp). Ulangan
harian dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 20 Februari 2015.
Pembelajaran dengan model Tutor Teman Sebaya Plus-plus dilaksanakan pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
Pertemuan pertama, Rabu 18 Februari 2015
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
48
pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yaitu
siswa
dapat
menyelesaikan
soal
Limit
menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya.
Sebagai apersepsi, siswa diminta menjawab pertanyaan yang diberikan
guru untuk mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari. Di sini guru memberikan stimulus kepada siswa dengan cara
bertanya jawab tentang materi prasyarat. Tanya jawab dimunculkan dengan
cara menentukan hasil dari (a + b)(a – b) baik secara lisan atau tertulis di
papan tulis.
2. Kegiatan Inti
Pada awal kegiatan inti, guru menyajikan materi menyelesaikan soal
Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Guru
kemudian membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing
anggota kelompok 5-6 siswa. Masing-masing kelompok kemudian diberi LKS
dalam bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat
digunakan pada laptop dan smartphone.
Pada setiap kelompok terdapat seorang tutor yang bertugas membantu
teman-temannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pada setiap
kelompok juga terdapat satu laptop yang digunakan untuk mempelajari dan
mengisi LKS interaktif.
49
Gambar 4.15 Suasana diskusi siklus II
Pada gambar 4.15 tampak semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal Limit menggunakan metode
mengalikan dengan akar sekawannya. Seperti pada siklus I dalam mempelajari
materi Limit, siswa yang ditunjuk sebagai tutor memberi penjelasan kepada
teman-teman satu kelompoknya dalam pengisian LKS interaktif, seperti
tampak pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Tutor menjelaskan pada anggota kelompoknya
50
Melalui diskusi siswa mengisi LKS interaktif dengan cara menginput
jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah mengisi LKS siswa dapat
mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah benar atau belum. Jika
jawaban benar maka akan muncul tanda centang berwarna hijau dan jika
jawaban salah maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Siswa dapat
mengganti jawaban yang salah dan dapat mengulang kembali proses ini
sampai siswa benar-benar paham. Setelah siswa mengisi LKS interaktif
dilanjutkan dengan mengisi LKS dalam bentuk cetak. Kegiatan ini juga
dilakukan dengan diskusi, seperti tampak pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Diskusi dalam mengisi LKS bentuk cetak siklus II
Setelah tutor membimbing anggota kelompoknya dalam mengisi LKS,
masing-masing anggota kelompok dapat mencoba secara mandiri dalam
mengisi LKS interaktif. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.
51
Gambar 4.18 Siswa mengisi LKS interaktif secara mandiri siklus II
Setelah diskusi selesai, beberapa kelompok mempresentasikan hasil yang
diskusinya dengan cara menuliskan jawabannya di papan tulis. Guru
memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi siswa.
Gambar 4.19 Siswa mempresentasikan jawabannya di papan tulis
52
3. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari,
yaitu menentukan Limit dengan cara mengalikan dengan akar sekawannya.
Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan
ada kompetisi antar kelompok berupa pertandingan dan kuis. Masing-masing
kelompok dimohon mempersiapkan diri dengan berlatih dalam menyelesaikan
Limit menggunakan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Guru
mengucapkan terima kasih atas kesediaan siswa belajar bersama dan
membantu teman dalam belajar. Guru memberikan tugas rumah berupa LKS 3
untuk didiskusikan bersama kelompoknya di luar jam pelajaran.
Pertemuan kedua, Jum’at 20 Februari 2014
1. Kegiatan Pendahuluan
Guru menyapa siswa dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran. Masih dalam kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyelesaikan soal Limit bentuk
pecahan menggunakan metode pemfaktoran dengan benar.
2. Kegiatan Inti
Guru bersama siswa mengingat kembali cara menyelesaikan soal Limit
bentuk pecahan menggunakan metode pemfaktoran. Guru bersama siswa
53
menata ruang kelas untuk persiapan pertandingan. Siswa dalam kelompoknya
mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan.
Setelah semua siap, guru memanggil satu peserta pertandingan dari
masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran.
Pemilihan peserta didasarkan pada tingkat kemampuan yang hampir sama.
Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk
dikerjakan dalam waktu maksimal lima menit.
Gambar 4.20 Suasana pertandingan antar kelompok siklus II
Setelah pertandingan selesai, guru memberikan umpan balik positif
terhadap kegiatan. Setelah pertandingan selesai
guru membacakan skor
perolehan masing-masing kelompok dan menentukan juara pertandingan.
Pemenang pertandingan mendapat pujian, tepuk tangan dan hadiah.
54
Gambar 4.21 Pemberian hadiah pemenang pertandingan siklus II
Setelah selesai pertandingan, kegiatan selanjutnya adalah mengerjakan
kuis sebagai evaluasi. Guru membagikan soal kuis untuk dikerjakan secara
individu. Skor kuis masing-masing siswa kemudian dikelompokkan pada
masing-masing kelompok kemudian hasilnya di rata-rata.
Gambar 4.22 Siswa mengerjakan kuis individu siklus II
55
3. Kegiatan Penutup
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan
siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar. Guru
menyampaikan rencana pembelajaran matematika pada pertemuan berikutnya.
3. Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Matematika
Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai nyaman dengan
kegiatan diskusi. Masing-masing kelompok dapat melaksanakan diskusi
dengan baik. Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam diskusi
kelompok. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor sudah luwes dalam menjelaskan
kepada anggota kelompoknya. Kesadaran anggota kelompok untuk terlibat
aktif dalam diskusi sudah baik. Setelah berdiskusi dengan kelompoknya,
siswa mencoba-coba sendiri mengisi LKS interaktif baik menggunakan laptop
maupun smartphone, seperti tampak pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23 Antusiasme siswa mempelajari LKS secara mandiri
56
Setelah kegiatan diskusi selesai, beberapa siswa diminta untuk
mempresentasikan jawabannya. Siswa yang ditunjuk tampak percaya diri
untuk maju dan menuliskannya di papan tulis. Beberapa siswa bahkan
mengajukan diri untuk maju.
Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pertandingan antar kelompok.
Sebelum pertandingan dimulai masing-masing kelompok terlihat serius dalam
mempersiapkan anggotanya untuk mengikuti pertandingan. Berbeda dengan
siklus I, pertandingan pada siklus II tidak menggunakan waktu sebagai
patokan skor. Penetapan skor pada pertandingan siklus II dengan melihat
kesempurnaan jawaban. Dengan cara ini peserta tidak terburu-buru dalam
mengerjakan soal pertandingan. Pertandingan dapat berjalan dengan lancer
sejak putaran pertama. Sementara anggota kelompoknya bertanding masingmasing kelompok berdiskusi dibelakang untuk mempersiapkan anggotanya
yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat
menikmati pertandingan. Pada akhir pertandingan, kelompok 6 memimpin,
disusul kelompok 3, kelompok 1, kelompok 2, kelompok 5 dan kelompok 4.
Aktivitas belajar matematika pada pembelajaran menggunakan model
TTS Plus-plus diamati dengan menggunakan lembar observasi siswa.
Pengamatan dilakukan pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran, perhatian
saat guru memberi penjelasan, keseriusan mengerjakan tugas, keaktifan
mencatat poin-poin penting, keaktifan dalam diskusi, dan kerjasama dengan
kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas belajar dapat dilihat pada tabel 4.4.
57
Tabel 4.4 Aktivitas belajar pada siklus II
Rentang Skor
Kategori
Jumlah Siswa
4.20 ≤ Skor < 4.00
Sangat baik
17
3.40 ≤ Skor < 4.20
Baik
11
2.60 ≤ Skor < 3.40
Cukup
2
1.80 ≤ Skor < 2.60
Kurang
0
1.00 ≤ Skor < 1.80
Sangat Kurang
0
Dari Tabel 4.4 tampak bahwa sebanyak 28 siswa (93,33%) masuk dalam
kategori baik atau sangat baik dan tidak ada siswa yang masuk kategori
kurang atau sangat kurang.
Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada semua aspek sudah tinggi,
seperti tampak pada Gambar 4.24.
Keterangan Aspek:
1. Kesiapan mengikuti pelajaran
2. Perhatian pada saat guru
menjelaskan
3. Keseriusan dalam
mengerjakan Tugas
4. Keaktifan mencatat hal
penting dalam pembelajaran
5. Keaktifan dalam diskusi
6. Keaktifan Kerjasama
5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
1
2
3
4
5
6
Gambar 4.24 Rata-rata skor aktivitas belajar matematika siklus II pada
masing-masing aspek
58
b. Hasil Pengamatan Prestasi Belajar Matematika
Untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa dilakukan ulangan harian
dalam bentuk tes tertulis pada akhir siklus II. Dari hasil tes tertulis siklus II
diperoleh nilai terendah 52, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 88,13.
Terdapat 24 siswa (80%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan 6
siswa (20 %) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.25.
100
100
80
60
40
20
0
80.00
52
20%
80%
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 4.25 Prestasi belajar matematika siklus II
4. Refleksi
a. Refleksi Aktivitas Belajar Matematika
Pada siklus II telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Aktivitas belajar
Matematika pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan
siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus I rata-rata skor aktivitas meningkat
dari 3,77 menjadi 4,30. Pada siklus II ini, jumlah siswa yang masuk kategori
59
sangat baik ada 17 siswa (56,67%), kategori baik 11 siswa (36,67%). Artinya
ada 28 siswa (93,33%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat baik.
Persentase sebesar 93,33% sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu
90% siswa mencapai kategori baik atau sangat baik.
b. Refleksi Prestasi Belajar Matematika
Pada siklus II telah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Hasil belajar siswa pada
siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Jika
dibandingkan dengan siklus I, nilai terendah dari 45 menjadi 52. Rata-rata
nilai naik dari 71,17 menjadi 88,13. Persentase banyaknya siswa yang telah
tuntas belajar juga meningkat dari 50% menjadi 80%. Persentase sebesar 80%
sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu lebih dari 75% siswa
memperoleh nilai tuntas. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
No
Uraian
Kondisi
awal
Siklus I
Siklus II
Kenaikan
dari Kondisi
Awal
1
Nilai Terendah
10
45
52
42
2
Nilai Tertinggi
96
100
100
4
3
Rata-rata
39,13
71,17
88,13
49
4
Ketuntasan
3,33%
50%
80%
76,67%
60
Visualisasi progres prestasi belajar matematika dari kondisi awal, siklus I
dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.26.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi
Rata-rata Ketuntasan
Gambar 4.26 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
c. RefleksiTindakan Siklus II
Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi catatan,
yaitu:
1) Secara umum proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik.
2) Semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
D. Pembahasan
Pada kondisi awal aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa masih
rendah. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga
siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah
metode ekspositori dimana peran guru sangat dominan, hal ini menyebabkan
61
sebagian siswa kurang antusias dalam pembelajaran dan menganggap bahwa
pelajaran Matematika sulit, membosankan dan tidak menarik.
Pada siklus I dan siklus II dilakukan upaya perbaikan metode pembelajaran
dengan menggunakan model Tutor Teman Sebaya (TTS) Plus-plus. Berdasarkan
hasil penelitian penggunaan model
TTS Plus-plus berdampak positif terhadap
aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa.
1.
Aktivitas Belajar Matematika
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas belajar matematika siswa kondisi
awal, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan. Rata-rata skor aktivitas belajar
siswa pada kondisi awal 2,74 naik menjadi 3,77 pada siklus I dan naik menjadi
4,30 pada siklus II. Kenaikan ini dikarenakan dengan metode pembelajaran
tutor teman sebaya semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Siswa yang ditunjuk sebagai tutor aktif dalam membantu anggota kelompoknya
dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
aktif bertanya dan berdiskusi dengan tutor yang merupakan teman mereka
sendiri. Berdiskusi dengan teman sebaya menjadikan siswa tidak merasa
canggung sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.
Penggunaan LKS interaktif menjadikan siswa semakin tertarik untuk
belajar. Siswa sangat antusias dalam menggunakan LKS interaktif untuk
mempelajari materi yang diberikan. Penggunaan LKS interaktif yang mudah
menjadikan semua siswa terlibat secara aktif dalam mengisi LKS tersebut.
62
Adanya kompetisi antar kelompok menambah semangat siswa dalam
berdiskusi. Masing-masing anggota kelompok ingin berkontribusi dalam
memenangkan kelompoknya. Setiap kelompok berusaha untuk memahamkan
anggotanya agar jangan sampai kalah dengan kelompok lain. Hal ini
menyebabkan semua siswa terpacu untuk terlibat aktif dalam diskusi.
2.
Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar matematika siswa kondisi
awal, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan. Rata-rata nilai prestasi belajar
siswa pada kondisi awal 39,13 naik menjadi 71,17 pada siklus I dan naik
menjadi 88,13 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas juga mengalami
kenaikan, pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar hanya 3,33% naik
menjadi 50% pada siklus I dan naik menjadi 80% pada siklus II.
Kenaikan prestasi belajar dikarenakan dengan metode pembelajaran
tutor teman sebaya semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Siswa yang ditunjuk sebagai tutor dapat membantu anggota kelompoknya
dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
dapat minta bantuan kepada tutor yang merupakan teman mereka sendiri.
Proses diskusi dengan teman sebaya menjadikan siswa lebih terbuka ketika
mengalami kesulitan belajar. Siswa tidak merasa segan ketika bertanya berkalikali kepada temannya sendiri. Proses diskusi semacam ini menjadikan siswa
dapat lebih leluasa dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini akan sangat
63
berbeda ketika siswa minta bantuan kepada guru, siswa sering merasa segan
karena ada sekat psikologis diantara keduanya.
Roscoe dan Chi (2007) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran dengan
tutor teman sebaya, seorang tutor diharapkan menggunakan kemampuannya
untuk memberikan pengajaran dan mengarahkan siswa (tutee) untuk mencapai
solusi dan pemahaman sesuai dengan target pembelajaran yang telah
ditetapkan. Selain itu, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
tutor teman sebaya ini terjadi proses membangun dan memberitahukan
pengetahuan. Seorang tutor dalam kelompok akan mendapatkan manfaat ketika
dia memberikan penjelasan kepada tuteenya. Ketika tutor memberikan
penjelasan pada tutee, tutor melakukan pengintegrasian konsep dan prinsip
serta memunculkan ide baru. Selain itu, ketika tutee mengajukan pertanyaan
yang spesifik dan mendalam, hal itu akan mendukung tutee dalam
merefleksikan pengembangan pengetahuan, dimana tutor berperan membantu
proses ini sekaligus juga menguatkan pemahamannya. Hal inilah yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan pemahaman siswa.
Penggunaan LKS interaktif sangat membantu siswa dalam mempelajari
dan mengisi LKS yang diberikan. Selain mudah digunakan LKS interaktif dapat
memberikan umpan balik terhadap jawaban yang siswa berikan. Dengan cara
seperti ini siswa dapat mengetahui apakah jawaban yang diberikan sudah benar
atau salah tanpa merasa disalahkan. LKS interaktif juga sangat membantu tutor
dalam memahamkan anggotanya yang mengalami kesulitan. LKS interaktif
64
juga dapat mengakomodasi kecepatan belajar siswa yang berbeda-beda. Siswa
dapat mengulang berkali-kali dalam pengisian LKS interaktif sesuai dengan
kebutuhannya. Siswa dapat mencoba sendiri mengisi LKS interaktif kemudian
mengecek jawaban yang dimsukkan sudah benar atau belum. Jika jawaban
masih salah siswa dapat memperbaiki kembali, apabila siswa mengalami
kesulitan siswa dapat bertanya kepada tutor yang merupakan teman sendiri.
Adanya kompetisi antar kelompok menambah semangat siswa dalam
mempelajari materi yang diberikan. Masing-masing anggota kelompok ingin
berkontribusi dalam memenangkan kelompoknya, sehingga mereka berusaha
agar benar-benar memahami materi dengan baik. Setiap kelompok berusaha
agar semua anggotanya memahami materi yang diberikan karena akan
ditandingkan dengan kelompok lain. Hal ini menyebabkan semua siswa terpacu
untuk berusaha memahami materi dengan baik.
65
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut.
1. Penggunaan model TTS Plus-plus dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam pengajaran remedial matematika pada materi Limit fungsi aljabar pada
siswa kelas XI IPS4 semester II SMA Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran
2014/2015. Hal ini tampak dari skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada
kondisi awal 2,74, meningkat menjadi 3,77 pada siklus I dan meningkat menjadi
4,30 pada siklus II. Sedangkan banyaknya siswa yang aktif pada kondisi awal
26,67%, meningkat menjadi 66,67%
pada siklus I dan meningkat menjadi
93,33% pada siklus II.
2. Penggunaan model TTS Plus-plus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pengajaran remedial matematika pada materi Limit fungsi aljabar pada
siswa kelas XI IPS4 semester II SMA Negeri 1 Kramat Tahun Pelajaran
2014/2015. Hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 39,13,
meningkat menjadi 71,17 pada siklus I dan meningkat menjadi 88,13 pada siklus
II. Sedangkan banyaknya siswa yang tuntas pada kondisi awal 3,33%,
meningkat menjadi 50% pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada siklus
II.
65
66
B. Saran
Berdasarkan simpulan dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.
1. Guru perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa
dalam mengatasi kesulitan belajarnya, salah satunya adalah model tutor teman
sebaya plus-plus.
2. Guru perlu mengembangkan alat bantu pelajaran yang menarik, mudah
digunakan dan dapat meningkatkan pemahaman siswa.
3. Guru perlu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar melalui berbagai teknik
kreatif, salah satunya melalui kompetisi antar kelompok.
67
Daftar Pustaka
Alwi, M. (2009). Pengaruh metode tutor teman sebaya terhadap motivasi dan prestasi
belajar matematika siswa SMA. Tesis Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arjanggi, R & Suprihatin, T. (2010). Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya
Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi-Diri. Makara, Sosial Humaniora,
Vol. 14, No. 2, Desember 2010: 91-97
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, O. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hudojo, H.. 1998. Mengajar belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Magin, D.J. and Churches, A.E. (1995). Peer Tutoring in Engineering Design: a case
study, Studies in Higher Education, Vol 20, No1, pp73-85
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosidakarya
Nasution. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Roscoe, R.D., & Chi, M.T.H. (2007). Understanding tutor learning: Knowledge building
and knowledgetelling in peer tutors’ explaination and questions. Review of
Education Research, 77 (4): 534-574.
Russeffendi, E.T.1984. Dasar-dasar Matematika Modern dan Kompetensi Untuk Guru.
Bandung: Tarsito
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientesi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Suryo, Moh dan Moh. Amin. 1982. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud P2BSPG.
Jakarta. Tahun V Repelita III.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:
FMIPA UNNES.
68
Topping, K.J. 1996. The Effectiveness of Peer Tutoring in Further and Higher
Education: A Typology and Review of the Literature. Higher Education, Vol. 32,
No. 3 (Oct., 1996), pp. 321-345
Webb, N. M., & Mastergeorge, A. M. (2003). The development of students’ helping
behavior and learning in peer-directed small group. Cognition and Instruction,
2(4), 361-428.
Download