SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU (STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA) oleh oleh WAHID HASIM NIM.M1.11.044 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 i LEMBAR PENGESAHAN SUPERVISI PEMBELAJARAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU (STUDI MULTI KASUS DI MTs NEGERI DAN SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA) oleh WAHID HASIM NIM.M1.11.044 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Sekolah Tingggi Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam Salatiga, 30 Agustus 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. ii PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PENGESAHAN TESIS Nama : Wahid Hasim NIM : M1.11.044 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Tanggal Ujian : 30 September 2013 Judul Tesis : Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus Di MTs Negeri dan SMP Al-Azhar 18 Kota Salatiga) Panitia Munaqosah Tesis 1. Ketua Penguji : Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. ------------------- 2. Sekretaris : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. -------------------- 3. Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. -------------------- 4. Penguji II : Pof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag -------------------- 5. Penguji III : Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd -------------------- iii PERNYATAN KEASLIAN TESIS “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencamtumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.” Salatiga, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan Materai 6000 Wahid Hasim iv ABSTRAK Wahid Hasim, 2013. Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru(Studi Multi Kasus Di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Kata kunci: supervisi pembelajaran, kepala sekolah, kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dalam meningkatkan kompetensi guru. Fokus pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah/madrasah, (2) Bagaimana pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi,(3) Bagaimana dampak supervisi dalam pengembangan profesional guru,(4) Bagaimana perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan analisa model interaktif. Rancangan yang digunakan adalah studi multi kasus dengan seting penelitian dilakukan pada dua sekolah/madrasah di Salatiga yaitu MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 dengan informan kunci yaitu kepala sekolah/madrasah, kemudian informan lain adalah wakil kepala sekolah/madrasah, beberapa guru, kepala staf tata usaha. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian pada sekolah dan madrasah sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakan model, pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut hanya sebagian yang dilaksanakan (3) Dampak supervisi dapat meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. (4) Perbedaan pelaksanaan supervisi di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan di SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. v ABSTRACT Wahid Hasim, 2013. Supervision Learning Principals in Increasing Teacher Competency (Multi Case Study in MTs and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga). Thesis, Islamic Religious Education Program, Graduate School of Islamic Studies Salatiga. Keywords: instructional supervision, school principal, teacher competence. This study aimed to describe the instructional supervision by the principal at MTs and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga in improving teacher competence. The focus in this study are: (1) How does the implementation of supervision by the head of school/madrasah, (2) How does the implementation of the supervision by the principal theories in terms of supervision, (3) What is the impact of supervision in the professional development of teachers, (4) What is the difference implementation and impact of supervision on MTs N and SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. This is a qualitative study with a phenomenological approach to the analysis of interactive models. The design used was a multi-case study research conducted by the settings on the two schools/madrasah in Salatiga ie MTs and SMP Islam Al-Azhar 18 key informant is a school/madrasah, then another informant was vice principal/madrasah, some teachers, head of the administrative staff. Data was collected through interviews, documentation and observation. Based on the analysis of data obtained by the research findings on schools and madrasas as follows (1) the implementation of instructional supervision is carried out by the principal/madrasah marked with supervision schedule through planning, implementation using models, approaches and techniques of supervision, classroom observations conducted using instruments, and follow-up supervision. (2) The implementation of supervision in terms of the theory of supervision in both school/ madrasah only partially implemented (3) Impact of supervision can improve professional competence shown by the teacher in making syllabi and lesson plans independently. (4) Differences in the implementation of supervised MTs not involve vice principal and senior teachers, while at SMP Islam Al-Azhar has involved deputy principals and senior teachers, and its effects can enhance the professional competence of teachers. vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis yang berjudul ”Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga)”. Keberhasilan lembaga pendidikan dalam menghasilkan lulusannya sebagai insan manusia berkualitas banyak ditentukan oleh kemampuan para pengelolanya. Dalam hal ini, kepala sekolah/madrasah dituntut untuk memiliki kompetensi profesional dan personal yang sedemikian rupa untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran . Melalui peranannya kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor membantu para guru melancarkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan supervisi pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap guru-guru akan sekolah/madrasah banyak tersebut. membantu keberhasilan Sehubungan dengan proses itu pembelajaran penelitian ini di ingin mengungkapkan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. vii Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan dan dorongan yang sangat konstruktif dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, secara tulus dari lubuk hati yang terdalam penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga. Bapak Prof. Dr. Budihardjo dan bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd yang dengan tekun dan ketulusan hati membimbing penyelesaian tesis ini. Kedua beliau telah menambah pandangan, pendapat dan meningkatkan wawasan penulis dalam mengkaji kegiatan permasalahan supervisi pembelajaran. Bapak Dr. Sa’adi M.Ag, selaku direktur Program Pasca Sarjana STAIN Kota Salatiga, yang telah memberi kemudahan, menyelesaikan kesulitan dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Demikian juga kepada semua dosen yang telah memberikan kemudahan selama penulis mengikuti kuliah pada program Pasca sarjana. Isteriku tercinta Esti Yunaeni yang telah memberikan dorongan semangat dan percaya diri kepada penulis. Kepada anak-anakku Annida Khaerunnisa’ dan Anwar Rasyid yang waktunya tersita selama penulis mengikuti pendidikan di Pasca Sarjana merupakan dorongan batin yang luar biasa bagi penulis dalam penyelesaian studi ini. Ibu Dra Zayinatun, M.Pd selaku kepala madrasah MTs Negeri Salatiga dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sebagai tempat penelitian, dan pihak-pihak lain yang ikut membantu terlaksananya penelitian ini, penulis sampaikan penghargaan yang tinggi. viii Ssemoga karya ilmiah yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Salatiga, 30 Agustus 2013 Wahid Hasim ix DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….......... ii HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ………………………………………….. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …………………..……….. iv ABSTRAK ……………………………………………………………………… v ABSTRACT……………………………………………………………………… vi KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xv BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 11 C. Signifikansi Penelitian ………………………………………………….. 12 1. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 12 2. Kegunaan Penelitian ………………………………………………... 12 D. Sistematika Penelitian ………………………………………………….. 13 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...… 16 A. Kajian Teori ……………………………………………………………… 16 1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran …………... 16 2. Tujuan Supervisi Pembelajaran ……………………………………... 20 3. Fungsi Supervisi Pembelajaran ……………………………………... 22 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran ……………………………... 24 B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah ………... 26 1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi .... 26 2. Faktor-Faktor Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Supervisi ……... 28 C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Teknik Supervisi .… 30 1. Model Supervisi Pembelajaran ………………………………………. 30 2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran …………………………………. 36 3. Teknik Supervisi Pembelajaran ……………………………………... 42 D. Tindak Lanjut Supervisi Pembelajaran ………………………………….. 48 E. Tinjauan Kompetensi Guru ……………………………………………….. 49 1. Pengertian Kompetensi Guru ………………………………………... 49 2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru …………………………………... 51 F. Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi guru ……………………………………………………………………….....54 x G. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………………….... 59 BAB. III METODOLOGI PENELTIAN ……………………………………….. 1. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 2. Pendekatan Penelitian ………………………………………………. 3. Sumber Data ………………………………………………………… 4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 5. Validitas Data ……………………………………………………… 6. Analisa Data ………………………………………………………… 7. Keabsahan Data …………………………………………………….. 63 63 63 65 66 68 69 74 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 79 A. Profil MTs Negeri Salatiga …………………………………………. 79 1. Sejarah berdirinya MTs Negeri Salatiga ………………………… 79 2. Lokasi ……………………………………………………………. 80 3. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Salatiga ……………………… 81 4. Keadaan Madrasah ……………………………………………….. 82 B. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ……………………………… 87 1. Sejarah berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ……………. 87 2. Lokasi ……………………………………………………………. 89 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ………… 90 4. Keadaan Sekolah ………………………………………………… 95 C. Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru …………………………….. 102 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs Negeri Salatiga …………………………………………………… 102 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs Negeri Salatiga Ditinjau Dari Segi Teori-Teori Supervisi ……… 110 3. Dampak Supervisi terhadap Pengembangan Profesional Guru ….. 113 D. Temuan Penelitian Supervisi Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam meningkatkan Kompetensi Guru …………………………….. 117 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ……………………………………… 117 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Ditinjau Dari Teori-Teori Supervisi …121 3. Dampak Supervisi Pembelajaran terhadap Pengembangan Profesional Guru …………………………………………………………….. 124 4. Perbedaan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran dan Dampak Supervisi Pembelajaran Di MTs Negeri Salatiga dan Di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ………………………………………………………….. 128 E. Pembahasan Lintas Kasus Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri Salatiga dan Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru …………………………………… 132 xi BAB V. PENUTUP ……………………………………………………………… 138 A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 138 B. Saran ……………………………………………………………………… 140 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 142 LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 144 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………………. 166 xii DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 3.1. Pengkodean ……………………………………………………..… 70 Tabel 4.1. Data Tenaga Pendidik MTs N Salatiga………………………..…….. 84 Tabel 4.2. Data Tenaga Kependidikan MTs N Salatiga ……………….……….. 84 Tabel 4.3. Data Peserta Didik MTs N Salatiga ……………………….…………. 85 Tabel 4.4. Data Prestasi Bidang Akademik ……………………………………... 85 Tabel 4.5. Data Prestasi Bidang Non Akademik …………………………….… 86 Tabel 4.6. Data Tenaga Pendidik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …………... 98 Tabel 4.7. Data Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …….. 98 Tabel 4.8. Data Peserta Didik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …………….… 99 Tabel 4.9. Data Prestasi Bidang Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga .. 100 Tabel 4.10. Data Prestasi Bidang Non Akademik SMP Islam Al-Azhar 18 … 101 Tabel 4.11. Perbedaan Supervisi di MTs N dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.131 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Tujuan Supervisi Akademik (Pembelajaran) …………………..…….…………57 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) ………………..….………. 69 3.2. Langkah-langkah Analisis data kasus Individu …………………..…………… 72 3.3. Langkah-langkah Analisis Data Lintas Kasus ……………………..……….…. 73 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Intrumen Pedoman Wawancara ……………………………………………....144 2. Pedoman Observasi dan Dokumentasi …………………………………….… 147 3. Jadwal Kunjungan Supervisi Kelas ………………………………………...... 148 4. Instrumen Pengamatan Pembelajaran ……………………………………….. 149 5. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………….. 152 6. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Kepala MTs N ………… 156 7. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Guru Aqidah …………... 156 8. Dokumentasi Pelaksanaan Observasi Kepala MTs N di Kelas …………….. 157 9. Dokumentasi Tindak lanjut Supervisi Kepala MTs N ……………………. 157 10. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala SMP Islam Al-zhar 18 Salatiga ………………………………………………………………………. 158 11. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan Kepala Plt SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ………………………………………………………… 158 12. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru PAI SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …………………………………………………………………….… 159 13. Dokumentsi Wawancara Peneliti dengan Guru Matematika SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ……………………………………………………….. 159 14. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di SMP Islam Al-Azhar…... 160 15. Dokumentasi Wawancara Peneliti dengan guru di MTs N ………………. 160 16. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan Wakil Kepala MTs N…....161 17. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU MTs N ……………... 161 18. Dokumentasi Gambar Wawancara Peneliti dengan TU SMP Islam Al-Azhar Salatiga …………………………………………………………………….... 162 19. Dokumen Pengamatan Penelti pada Guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …………………………………………………………………….... 162 20. Dokumen Pengamatan Guru Bahasa Arab dalam Pembelajaran di MTs N Salatiga ……………………………………………………………………... 163 21. Dokumen Oservasi Peneliti dalam Pembelajaran Guru Bahasa Inggris ……... 163 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di MTs N Salatiga……….…. 164 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga …….………………………………………………………………… 165 24. Biografi Penulis ………………………………………………………….…... 166 xv 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sistem pendidikan menurut Peter F. Oliva terdiri dari 4 sistem: administrative behavior system (sistem penyelenggara sekolah), teacher behavior system (sistem guru), supervisory behavior system (sistem pengawasan), dan counselor behavier system (penasehat). Dan semua sistem itu berhubungan satu sama lainya. 1 Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekolah/madrasah peran yang sangat menonjol dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah adalah peran supervisi pembelajaran memegang peranan penting, karena berhasil tidaknya program pengajaran di sekolah/madrasah banyak ditentukan oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpinnya. Kepala sekolah/madrasah mengatur kebijaksanaan dan pelaksanaan program pendidikan secara keseluruhan. 1 Oliva, Peter F., Supervision for Today’s Schools (secon edition), New York & London: Longman, 1984, 30. 2 Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor mempunyai kemampuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Tanggungjawab pembinaan guru atau supervisi banyak berada ditangan kepala sekolah/madrasah disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa kepala sekolahlah/madrasahlah yang setiap hari bergaul dan bekerja sama dengan guru-guru. Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab penuh terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah/madrasah. Menurut Azis Wahab, bahwa “dalam perannya sebagai supervisor kepala sekolah diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru secara profesional untuk mengatasi berbagai persoalan belajar mengajar” 2 Kepala sekolah/madrasah sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan Proses Belajar Mengajar, dapat membaca dan mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga guru terlepas dari kemelut yang dapat mempengaruhi kelancaran tugasnya. Lebih lanjut Azis Wahab mengemukakan bahwa “kemampuan membantu rekan guru mengatasi persoalan mengajar yang dihadapi di kelas dengan human resource supervison akan dapat membantu memelihara kewibawaan kepala sekolah”. 3 2 Azis Wahab, “ Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah,” Mimbar Pendidikan, No.3, 1996, 35. 3 Azis Wahab, “ Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah,,” Mimbar Pendidikan, No.3, 1996, 35. 3 Kepala sekolah/madrasah selaku supervisor pembelajaran dalam usahanya memberikan bantuan atau pelayanan profesional kepada guru selalu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek-aspek yang dapat mengganggu tugas guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, kepala sekolah/madrasah senantiasa mempelajari secara obyektif dan terus menerus masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian kepala sekolah/madrasah yang efektif adalah kepala sekolah/madrasah yang memahami permasalahan yang dihadapi guru, selanjutnya memberikan bantuan dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi itu, baik secara individu maupun kelompok. Kemudian memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan kreativitas dan mendorong guru ke arah ide-ide yang baik bagi perbaikan tugasnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah/madrasah berkewajiban menjaga agar tiap-tiap bawahan tetap melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diemban, bekerja melaksanakan tugas semata-mata datang dari bawahan itu sendiri. Kepala sekolah/madrasah bertindak sebagai konsultan yang dinamis, mampu menyiapkan dan mendorong bawahannya (guru-guru) dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. 4 Kedudukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dan pemimpin pendidikan tidak diganti oleh pengawas atau pejabat lain yang bertugas khusus di bidang supervisi yang ditetapkan untuk tugas itu. Pengawas atau pejabat lain bisa memberikan pelayanan melalui bantuan tak langsung, sedangkan kepala sekolah/madrasah memberikan bantuan kepada guru secara langsung melalui kunjungan kelas, wawancara (pembicaraan individual), pemberian saran tentang cara-cara memajukan proses balajar mengajar, membantu merencanakan satuan pelajaran. Wahju Sumidjo menyatakan bahwa apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, maka : 1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan memaksa atau bertindak keras terhadap guru. 2. Harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap guru dengan: menyakinkan (persuade) dan membujuk (induce) bahwa apa yang dilakukan adalah benar.4 Keinginan guru untuk tumbuh dan berkembang dalam kompetensi profesionalnya menuntut perhatian dari kepala sekolah/madrasah untuk dapat menjaring dan memenuhi kebutuhan tersebut. Kepala sekolah/madrasah dituntut membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan profesional guru sehingga guru terbebas dari rasa takut, ancaman atau paksaan. 4 105. Untuk itu kepala sekolah/madrasah dapat Wahju Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999, 5 menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik guru. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka peranan kepala sekolah sebagai supervisor dan pemimpin pendidikan akan efektif apabila (1) melakukan program intruksional pengajaran secara efektif, (2) melalui kepemimpinan yang dinamis, (3) mengacu proses pembelajaran guru, (4) membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan profesional guru, (5) menggunakan pola pendekatan yang sesuai kebutuhan dan karakteristik guru, (6) dan memberikan bantuan kepada guru secara langsung melalui kunjungan kelas, pembicaraan/bimbingan individual pemberian petunjuk tentang cara memajukan proses belajar mengajar. Faktor kemampuan atau kompetensi kepala sekolah/madrasah dalam supervisi sangat menentukan terlaksananya kegiatan supervisi di sekolahnya masing-masing. Kompetensi itu meliputi pengetahuan tentang supervisi, kemampuan dalam hubungan antar pribadi dan keterampilan teknis dalam supervisi. Ketiga hal tersebut merupakan faktor kemampuan yang mutlak dimiliki oleh setiap kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor pembelajaran. Timbul pertanyaan, apakah kepala sekolah/madrasah cukup mampu, atau cukup kompeten dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor pembelajaran. Dalam buku The Principalship : Concepts, 6 Competencies, and Ceses, James A. Lipham menyebutkan bahwa : “…Principals cannot be leaders in staff improvement because they are not technically competent in all teaching fields. In this regard, however, principals should be able to mobilize and capitalize on the services of subject supervisors and coordinators from inside and outside the school district”5 Berdasarkan kutipan di atas, secara teknis kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor sangat terbatas kemampuannya di bidang studi yang diajarkan guru di kelas. Oleh karena itu kepala sekolah/madrasah semestinya menggunakan pendekatan supervisi yang sedemikian rupa sehingga dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri secara mandiri. Para kepala sekolah/madrasah dapat memobilisasi dan menggunakan tugas-tugas dari para supervisor dan koordinator dari dalam dan luar lingkungan sekolah/madrasah. Selanjutnya Glickman menyebut pelaksanaan supervisi yang bersifat mengembangkan (Developmental Supervision), yaitu : “The scope for understanding instructional supervision is therefore reduce to the theory and findings about human learning. The goals of instructional supervision is to help teachers learn 5 James A. Lipham, The Principalship Concepts, Competencies, and Cases, New York: Longmars, 1985, 177. 7 how to increase their own capacity to achieve professed learning goals for their students”6 Pendapat Glickman di atas menyatakan bahwa ruang lingkup pemahaman supervisi pengajaran berorientasi kepada teori dan temuan lapangan tentang pembelajaran. Tujuan supervisi pengajaran adalah untuk menolong para guru belajar, sebagai upaya meningkatkan kapasitas mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang nyata bagi para siswanya. Sally J. Zepeda menyebutkan ”Instructional supervision aims to promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving, and a commitment to build capacity in teachers”7. Supervisi pembelajaran bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi, pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan kapasitas guru-guru. Supervisi terhadap guru bidang studi, merupakan supervisi yang sedemikian rupa dapat mengembangkan para guru baik profesi maupun pribadinya. Dalam aspek profesi, memerlukan kemampuan supervisor untuk mengembangkan kualitas profesional para guru, khususnya yang berkaitan dengan penguasaan materi bidang studi, metode mengajar, 6 Carl D. Glickman, Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers, Improve Instruction, ASCD (Association for Supervision and Curriculum Developmen), Alexandria, Virginia, 1981, 3. 7 Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education, Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19. 8 ketrampilan melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam aspek pribadi, supervisor diharapkan mampu mengembangkan aspek-aspek kepribadian guru seperti moral, kreativitas, dan sebagainya. Berdasarkan realita secara umum pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah/madrasah cukup baik dan sepenuhnya tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya sekolah/madrasah, karena kepala sekolah/madrasah oleh kepala tidak menguasai seluruh bidang studi yang ada di sekolahnya/madrasahnya. Oleh karena itu kepala sekolah/madrasah mutlak mengembangkan strategi supervisi yang sebaik-baiknya, dalam bentuk supervisi langsung maupun tidak langsung. Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 8 Supervisi juga dimaknai sebagai usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara kelompok maupun individual dalam memperbaiki pengajaran. 9 Dengan demikian, pada hakikatnya supervisi adalah kegiatan pembinaan terhadap para guru dan tenaga kependidikan melalui teknik-teknik tertentu dengan tujuan untuk menciptakan efektivitas kinerja mereka dalam menjalankan tugasnya. 8 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004, 76. 9 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 19. 9 Peningkatan kinerja guru melalui supervisi dan monitoring pengawas bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administratif kepegawaian tetapi harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang guru.10 Supervisi terhadap guru dimaksudkan untuk melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap guru sebagai salah satu komponen sekolah/madrasah.11 Hasil penelitian Liphan sebagai mana yang dikutip oleh Syaiful Sagala berkaitan dengan kinerja kepala sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala yang memiliki komitmen yang kuat terhadap peningkatan kualitas pengajaran. Komitmen yang kuat menggambarkan adanya kemauan dan kemampuan melakukan monitoring pada semua aktivitas personel sekolah. Misalnya dalam pengajaran dilakukan dengan cara memonitor waktu-waktu dan proses pengajaran di kelas. 12 E. Mulyasa mengemukakan bahwa guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta 10 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 13. 11 12 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2011, 1. Syaiful Sagala, 2010, 134. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 10 didik terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar. 13 Apalagi pekerjaan dan dan tanggung jawab guru makin hari bukan makin ringan. Sejalan dengan meningkatnya pengakuan dan penghargaan masyarakat dan pemerintah terhadap profesi guru, maka ekspektasi mereka pun makin tinggi. Guru diharapkan bekerja sungguh-sunguh dan profesional. 14 Maka salah satu untuk meningkatkan kompetensi guru profesional di madrasah/sekolah, guru sangat memerlukan bantuan dan bimbingan dari kepala sekolah/madrasah salah satu diataranya adalah dalam bentuk kegiatan supervisi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, supervisi pembelajaran bukan semata-mata mengawasi para guru atau tenaga kependidikan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru mencari solusi bagaimana cara memperbaiki proses pembelajaran. Ini berarti bahwa dalam kegiatan supervisi pengajaran, guru-guru tidak dianggap sebagai subyek pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan, terutama perbaikan proses pembelajaran di sekolah/madrasah. 13 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 5. 14 Jurnal Attarbiyah Kajian Agama, Budaya, Kependidikan No 1 Tahun XXI, Januari-Juni 2011, Rahmat Hariyadi, Tuntutan Pofesionalisme Guru di Era Globalisasi,STAIN Salatiga, 2011, 46. 11 Berdasarkan pengamatan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga bahwa kinerja guru cukup baik, salah satunya disebabkan oleh supervisi kepala madrasah/sekolah telah melaksanakan supervisi pembelajaran. Atas dasar ini peneliti ingin mengungkap kelebihan dan keberhasilan Kepala Sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tentang “Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru” (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga? 2. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi? 3. Bagaimanakah dampak supervisi terhadap pengembangan profesionalisme guru? 4. Bagaimanakah perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga? 12 C. Signifikansi Peneltian 1. Tujuan Penelitian. Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi. c. Untuk mendeskripsikan dampak supervisi terhadap pengembangan profesionalisme guru. d. Untuk mendeskripsikan perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis. 1) Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan tentang supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam meningkatan komptensi guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga dan SMP Islam AL-Azhar 18 Salatiga. 2) Memberi rangsangan untuk melakukan mendalam tentang madrasah/sekolah dalam supervisi penelitian lebih pembelajaran kepala meningkatan kompetensi guru di 13 Madrasah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. b. Kegunaan Praktis 1) Hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu rujukan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga 2) Menambah wawasan dengan penulis terutama yang berhubungan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam meningkatan kompetensi guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. D. Sistematika Penelitian Penulisan Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama: Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah; Rumusan masalah; Signifikansi Penelitian yang meliputi: Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian; Sisitematika Penelitian. Bab Kedua: Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tujuh sub bab. Sub bab pertama tentang Kajian Teori yang meliputi: Peran Kepala Sekolah 14 sebagai Supervisor Pembelajaran; Tujuan Supervisi Pembelajaran; Fungsi Supervisi Pembelajaran; Prinsip supervisi Pembelajaran. Sub bab kedua tentang Perencanaan Progam Supervisi Pembelajaran yang meliputi: Yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan supervisi; Faktor– faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi. Sub bab ke tiga Model Supervisi, Pendekatan Supervsi, Metode dan Teknik Supervisi Pebelajaran, yang meliputi: Model Supervisi Pembelajaran; Pendekatan Supervisi Pembelajaran meliputi: Pendekatan Supervisi Direktif, Pendekatan Supervisi Kolaboratif, Pendekatan Supervisi Non Direktif; Teknik Supervisi Pembelajaaran. Sub Bab ke empat Tindak lanjut supervisi pembelajaran terhadap guru dalam rangka meningkatkan kompetensi guru. Sub bab ke lima Tinjauan Tentang Kompetensi Guru yang membahas tentang: Pengertian Kompetensi; Ruang lingkup kompetensi Guru. Sub Bab ke enam Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Sub Bab ke tujuh Studi Terdahulu yang Relevan. Bab Ketiga: Metodologi Penelitian. Terdiri dari: Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Validasi Data, Analisa Data, Keabsahan Data. Gambaran Umum MTs Negeri Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga yang meliputi: Profil data MTs Negeri dan Profil data SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. 15 Sub Bab berikutnya yang membahas pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah/ Sekolah di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Bab Keempat: Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi lima sub bab antara lain; Sub bab pertama Profil MTs Negeri Salatiga yang melipuiti: Sejarah Berdirinya MTs Negeri Salatiga, Lokasi, Visi dan Misi MTs Negeri Salatiga, Keadaan Madrasah. Sub bab ke dua: Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga yang dibahas Sekolah, Lokasi, Visi dan Misi SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, Keadaan Sekolah. Sub bab ke tiga Pembahasan Temuan Penelitian Supervisi Pembelajaran kepala MTs Negeri Salatiga. Sub bab ke empat Pembahasan Temuan Penelitian supervisi pembelajaran kepala SMP Isla Al-Azhar 18 Salatiga. Sub Bab ke lima Pembahasan Lintas Kasus Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Akhirnya tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran yang mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti. 16 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori. 1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pembelajaran Kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran mempunyai peran yang sangat strategis untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sebagai salah satu tugas kepemimpinannya yaitu sebagai supervisor dalam memajukan pendidikan melalui pembelajaran. Bimbingan profesional yang dilakukan kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor terhadap guru adalah sebagai usaha yang memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang secara profesional sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Para guru tersebut menjadi mampu dan mau memperbaiki dan meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya. Mengingat pentingnya bimbingan profesional ini bagi guru, maka kepala sekolah/madrasah harus meningkatkan dan menyegarkan pengetahuannya beberepa tingkat lebih baik dibanding guru, karena jika kemampuan kepala sekolah itu sama atau bahkan dibawah guru kualitasnya, maka tugas bimbingan dan pemberian bantuan bagi guru tidak berarti. Maka kepala sekolah dituntut sebagai supervisor dalam melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa saja yang harus disupervisi dan bagaimana teknik yang digunakan. 17 Secara bahasa, kata Supervisi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris supervision yang terdiri atas dua kata yaitu super dan vision. Super berarti atas, atau lebih, sedangkan vision berarti melihat, memandang atau meninjau. Oleh karena itu, secara etimologi kata supervisi (supervision) berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan pihak atasan (orang yang memiliki struktur jabatan lebih tinggi) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. 1 Menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan dalam bentuk “inspeksi” atau mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membentu peserta didik agar lebih baik dalam belajar. 2 Menurut Piet A Sahertian Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.3 1 2 Hadari Nawawi. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 103. Syaiful Sagala. Supervisi Pembelajaran dalam Provesi Pendidikan, Alfabeta Bandung: 2010, 88-89. 3 Piet A Sahertian. Konsep dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, 17. 18 Menurut Ibrahim Bafadal, supervisi pengajaran adalah “Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi mencapai tujuan pengajaran”. 4 Selanjutnya “Instructional Alfonso dan kawan-kawan mengemukakan: supervision is herein defined as : Behavior officially designated by the organization that directly affects teacher behavior in such a way as to facilitate pupil learning and achieve the goals of the organization”5 Ungkapan ini mengandung makna bahwa : supervisi pembelajaran adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk mempertinggi kualitas belajar murid demi pencapaian tujuan organisasi (sekolah) yang tinggi pula. Disamping itu Oteng Sutrisna mengutip pendapat Kimball Wiles menjelaskan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi mengajar-belajar yang lebih baik dan suatu kegiatan pelayanan yang disediakan untuk membantu para guru menjalankan pekerjaan mereka 4 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 2. 5 Allan A Glatthorn. Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision, Printed in The United States of America: Harper Collins Plublisers, 1990, 84. 19 dengan lebih baik.6 Itu sebagai salah satu peran kepala sekolah/madrasah untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada guru-guru, sebagaimana firman Allah surat As-Sajdah/32: 24. … Artinya: Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar (As-Sajdah: 24)7 Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi seperti disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan dan pelayanan profesional dimaksud adalah segala bentuk usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan kompetensi profesinya agar mereka dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Kualitas hasil belajar peserta didik ini erat kaitannya dengan kemampuan dan ketrampilan mengajar guru yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan supervisi pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kompetensi (kemampuan) dan keterampilan mengajar guru. Hal ini sesuai dengan rumusan supervisi pengajaran yang dikemukakan 6 Oteng Sutrisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesinal, Bandung: Angkasa, 1989, 264. 7 Kementerian Agama RI. Al Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, 589. 20 oleh Alfonso, bahwa dengan meningkatnya kemampuan guru akan mempertinggi kualitas belajar peserta didik sehingga tujuan sekolah/ madrasah akan tercapai. Peningkatan kualitas mengajar guru tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : penataran, lokakarya, seminar, kunjungan kelas, pertemuan individual, pemberian brosur-brosur dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan meningkatkan kompetensi guru. Dengan demikian dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa peran kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran adalah membantu dan menfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan kompetensi. 2. Tujuan Supervisi Pembelajaran. Untuk memahami tujuan supervisi pengajaran, berikut ini dikemukakan pandangan beberapa pakar : Oteng Sutisna dalam bukunya Supervisi dan Administrasi Pendidikan mengemukakan tujuan supervisi adalah: “Membantu para guru memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi, dan mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan 21 untuk menciptakan situasi-situasi dimana murid dapat belajar dengan lebih efektif”.8 Dari ungkapan ini dapat disimak bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta ketrampilan mengajar guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik. Tujuan supervisi pengajaran juga tercermin pada definisi supervisi pengajaran yang dikemukakan Alfonso sebagaiaman telah dikutip pada sub bahasan pengertian supervisi pengajaran di muka yang mengandung makna : (1) bahwa supervisi pengajaran adalah perbuatan secara langsung mempengaruhi prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses belajar mengajar, (2) bahwa supervisi pengajaran melalui pengaruhnya terhadap prilaku guru, bertujuan untuk mempertinggi mutu belajar murid demi mencapai hasil yang tinggi pula. Sally J. Zepeda menyebutkan ”Instructional supervision aims to promote grouwth, development, interaction, fault-free problem solving, and a commitment to build capacity in teachers”9. Supervisi pembelajaran bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, pengembangan, interaksi, pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan kapasitas guru-guru. 8 Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi, Bandung: Jemmars, 1979, 69. Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education, Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003, 19. 9 22 Adapun tujuan supervisi pendidikan, seperti telah dijelaskan, kata kunci dari supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guruguru. Maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa 3. Fungsi Supervisi Pembelajaran. Made Pidarta, membagi fungsi supervisi ke dalam dua bagian, yaitu fungsi utama dan fungsi tambahan, yaitu: a. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. b. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guruguru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta memelopori kemajuan masyarakat.10 Wiles dan Lovell mengemukakan tujuh macam supervisi, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 10 Goal development. Program development. Control and Coordination. Motivation. Problem Solving. Profesional development. Evaluation of education outcome.11 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervis Pendidikani, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 15. Kimbal Wiles dan John T. Lovell, Supervision for Better School, New Yersey: PriticeHall, Inc. Englewood-Cliffs, , Fourth Edition, 1975, 8. 11 23 Ketujuh sasaran kegiatan supervisi yang dikemukakanWilles di atas adalah : (1) pengembangan tujuan, (2) pengembangan program, (3) kontrol dan koordinasi, (4) motivasi, (5) pemecahan masalah, (6) pengembangan profesi, dan (7) evaluasi hasil pendidikan. Sahertian dan Mataheru yang mengutip pendapat Swaeringen, mengemukakan delapan fungsi supervisi, yaitu: 1. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah. 2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. 3. Memperluas pengalaman guru-guru. 4. Menstimulasikan usaha-usaha yang kreatif. 5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus 6. Menganalisa situasi belajar mengajar. 7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf. 8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.12 Selain pendapat di atas, Oteng Sutisna mengelompokkan fungsi supervisi kepada empat macam, yaitu: “(a) supervisi sebagai penggerak perubahan, (b) supervisi sebagai program layanan untuk memajukan pengajaran, (c) supervisi sebagai ketrampilan dalam hubungan manusia, dan (d) supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif”.13 12 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, 26. 13 Oteng Sutisna. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa, 1989, 277-284. 24 Dengan demikian fungsi supervisi pembelajaran adalah bukan saja memperbaiki menstimulasi pembelajaran akan tetapi mengkoordinasi, dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru. Dengan kata lain fungsi dasar supervisi pembelajaran adalah memeperbaiki situasi belajar mengajar di sekolah/madrasah sehingga kompetensi guru dapat meningkat dalam pembelajaran di kelas. 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pembelajaran Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di sekolah/madrasah harus menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi pembelajaran dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif. Maka dalam melaksanakan supervisi pembelajaran harus bertumpu pada prinsip supervisi sebagai berikut : a. Prinsip Ilmiah (scientific) Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 1). Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajarmengajar. 2). Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi , percakapan pribadi dan seterusnya 25 3). Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sisematis, berencana, dan kontinu . b. Prinsip Demokratis Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya Demokratis mengandung makna menjujung tinggi harga diri dan martabat guru bukan bedasarkan atasan dan bawahan tapi berdasarkan rasa kesejawatan c. Prinsip Kerja Sama Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi „sharing of idea, sharing of experience‟, memberi support mendorong, menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama d. Prinsip Konstruktif dan kreatif Setiap guru mengembangkan potensi akan merasa termotivasi dalam kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan14 14 Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknk Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pegembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 20. 26 B. Perencanaan Program Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah. Kata perencanaan selalu berkaitan dengan pemikiran pada apa yang akan dilakukan. Merencanakan program supervisi pembelajaran berarti memperkirakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran. Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat pokok dan penting dalam mencapai suatu tujuan. Supervisi sebagai usaha untuk mendorong para guru mengembangkan kompetensinya agar dapat mencapai tujuan yang lebih baik. Tanpa perencanaan yang baik jangan diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai, maka program supervisi pembelajaran harus dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. 1. Yang Harus Diperhatikan Dalam Menyusun Perencanaan Supervisi Pembelajaran. a. Tidak ada rencana yang stardar dalam supervisi Setiap guru mempunyai kemampuan dan kelemahan berbeda-beda, maka memerlukan bantuan yang berbeda dari guru lainnya dalam keadaan yang tidak sama dengan guru lainnya. Supervisi merupakan usaha untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhannya dalam situasi bekerja. Karena itu setiap bantuan harus diberikan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi tersebut. 27 b. Perecanaan supervisi memerlukan kreatifitas Di setiap sekolah/madrasah mempunyai cara tersendiri dengan keaadaan yang berbeda dan masalah yang berlaianan. Peningkatan pendidikan di sekolah/madrasah harus disesuaikan denga kebutuhan perserta didik dengan tujuan khusus di sekolah/madrasah itu, dengan keadaan dan kemampuan anggota staf lainnya dengan kemampuan sekolah/madrasah untuk mengadakan fasilitas yang diperlukan. Semua hal-hal tersebut harus diperhatikan dan dijadikan faktor-faktor penentu dalam mennyusun program suprvisi di sekolah/madrasah. Dalam hal ini apakah kegiatan supervisi yang akan dilakukan atau ditujukan kepada memperkaya pengalaman belajar pesert didik, apakah untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memilih dan menggunakan alat pelajaran dan apakah dalm peningkatan didsiplin dan sikap profesional anggota stafnya dan sebagainya, harus ditentukan berdasarkan kretifitas supervisor dengan memperhatikan kebutuhan dan situasi setempat. c. Perencanaan Supervisi harus secara Konprehensif Upaya peningkatan kegiatan pembelajaran mencakup berbagai segi antara satu dengan yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan. Guru, alat, metode, keadaan fisik, siswa, sikap kepala sekolah/madrasah. Semuai itu saling mempengaruhi. Maka supervisor harus dapat 28 mengatur kegiatan supervisinya agar tujuan supervisi dapat tercapai, tahap demi tahap dilalui dan semua segi dan tahapan yang akan dicapai harus mencakup keseluruhan satu kesatuan yang menyeluruh. d. Perencanaan Supervisi harus Fleksibel15 Rencana supervisi harus memberikan kebebasan untuk melaksanakan sesuatu sesuai keadaan dan perubahan yang terjadi. Seorang supervisor yang bijaksana tidak terpaku pada cara-cara pencapain tujuan yang telah direncanakan, akan tetapi selalu berusaha menyesuaiakan pada situasi dan kondisi. Bukan berarti sifat perencanaan yang fleksibel ini tidak berarti bahwa tujuan yang telah dirumuskan tidak boleh jelas dan kongkrit. Tapi tujuan harus jelas dan kongkrit terperinci, cara pencapaiannya harus diperhitungkan secara saksama. Untuk itu pada waktu menyusun perencanaan sudah harus difikirkan berbagai alternatif pemecahannya. Dan untuk itu pula perlunya pemecahan yang kooperatif agar terhimpun ide sebanyakbanyaknya. 2. Faktor-faktor yang diperlukan dalam perencanaan supervisi ketrampilan diperlukan pembelajaran Dalam berbagai pengetahuan dan penyusunan rencana supervisi yang efektif dan efisien. Faktor mana yang 15 Moh. Rifai, Administrasi dan Supervisi Penididkan, Bandung: Jemmars, 1987, 81-84. 29 lebih baik diperlukan tergantung dari situasi dan kondisi dan tujuan yang akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya, apakah sebagai kepala sekolah/madrasah, sebagai pengawas atau pemegang otoritas administratif. Maka setiap supervisor dapat menentukan faktor mana yang sesuai dengan situasi dan tujuan yang akan dicapainya. Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi antara lain adalah : a. Kejelasan tujuan pendidikan sekolah/madrasah b. Pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif c. Pengetahuan tentang peserta didik d. Pengetahuan tentang Guru e. Pengetahuan tentang sumber-sumber potensi untuk kegiatan supervisi f. Kemampuan memperhatikan faktor waktu Dengan adanya perencanan tersebut diatas maka tujuan supervisi pembelajaran akan berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 30 C. Model Supervisi, Pendekatan Supervisi, Metode dan Tenik Supervisi Pembelajaran. 1. Model Supervisi Pembelajaran Yang dimaksud model dalam uraian ini adalah suatu pola, contoh, acuan dari supervisi pembelajaran yang diterapkan. Ada berbagai model supervisi yang berkembang. a. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional) Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otoriter dan korektif . Pemimpin yang cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Prilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Mencari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsi-prinsip dan tujuan supervisi pembelajaran. Akibatnya guru-guru merasa tidak puas dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru: 1) Acuh tak acuh (masa bodoh) 2) Menantang (agresif) 16 16 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 35. 31 b. Model Supervisi yang bersifat Ilmiah Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dilaksanakan secara berencana dan kontinyu 2) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu 3) Menggunakan instrumen pengumpulan data 4) Ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil. 17 Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau chek list lalu para peserta didik menilai proses pembelajaran di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai umpan balik terhadap penampilan mengajar guru pada semester yang lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan suprvisi yang lebih bersifat manusiawi. c. Model Supervisi Klinis Supervisi klinis sebagai suatu sistem instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor yang berhubungan erat secara 17 Piet A Sahartian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 36. 32 langsung dengan guru atau kelompok guru untuk memberikan dukungan, membantu, melayani guru untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam memdidik para siswa.18 Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penmpilan pembelajarannya dengan tujuan memeperbaiki proses pembelajaran. Beberapa alasan mengapa supervisi klinis diperlukan, diantaranya: 1) Tidak ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana praktik profesional telah memenuhi standar kompetensi dan kode etik 2) Ketinggalan iptek dalam proses pembelajaran 3) Kehilangan identitas profesi 4) Kejenuhan profesional (bornout) 5) Pelanggaran kode etik yang akut 6) Mengulang kekeliruan secara masif 7) Erosi pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan 8) Siswa dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya 18 2010, 194. Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 33 9) Rendahnya apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan Secara umum tujuan supervisi klinis untuk: 1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran. 2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran 4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran 5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan. Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Perbaikan dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut. 2) Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1) keterampilan menganalisis proses 34 pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) keterampilan dalam proses pembelajaran. Fokus supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau. Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis, adalah: 1) Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab. 2) Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan. 3) Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat menyalahkan. 4) Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama. 5) Hasil tidak untuk disebarluaskan 35 6) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup pembelajaran. 7) Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan. Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut : 1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lainlain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. 2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi. 36 3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, kesepakatan-kesepakatan dan (9) sebagai merumuskan kembali tindak lanjut proses perbaikan. 19 2. Pendekatan Supervisi Pembelajaran Supervisor semestinya membantu menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan profesioanal guru. Iklim atau suasana yang diciptakan harus bebas dari rasa takut, acaman, atau paksaan. Agar guru terhindar dari rasa takut, terancam atau paksaan, maka supervisor perlu menggunakan pola pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karateristik guru, dimana masing-masing guru memiliki kebutuhan dan karakteristik yang tidak sama. Orientasi atau pendekatan dalam pelaksanaan supervisi, diantaranya didasarkan atas tingkat perkembangan 19 http://akhmdsudrajat.wordpress.com supervisi/2008/03/01/supervisi-klinis/, diakses pada tanggal 8 juni 2013. 37 guru. Glickman mendasarinya dari tingkat perkembangan “berfikir abstrak (level of abstrack thinking) dan komitmen (commitment) menetapkan teori pendekatan supervisi menjadi tiga kelompok, yaitu pendekatan direktif (directive orientation), pendekatan nondirektif (non-directive orientation) dan pendekatan kolaboratif (collaborative orientation)”.20 Dalam kegiatan supervisi dimana seorang guru dianggap sebagai seorang yang sedang belajar, tentunya senantiasa memperhatikan kebutuhan dan karakteristik guru. Selanjutnya, guru harus diperhatikan sebagai individu dan diperlakukan sesuai dengan orientasi atau pendekatan yang cocok bagi guru tersebut. Dengan pendekatan yang sesuai maka para guru akan mampu meningkatkan kompetensi profesional secara mandiri. Berikut ini penjelasan ketiga kategori pendekatan dalam supervisi pengajaran tersebut, yaitu : a. Pendekatan Supervisi Direktif Supervisi dengan pendekatan direktif mengasumsikan bahwa mengajar terdiri dari sejumlah ketrampilan tehnis yang sesuai dengan kompetensi profesional guru bagi semua guru supaya mampu mengajar atau menampilkan unjuk kerja yang efektif. Glickman mengemukakan 20 Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria, Virginia : 1981, 40. 38 perilaku supervisor dalam pendekatan direktif yaitu “menjelaskan (clarifying), menunjukkan (presenting), Latar standart (setting the standard), dan memberikan penilaian (reinforcing)”.21 Glickman menemukan bahwa guru baru lebih suka disupervisi dengan pendekatan direktif sebab dengan melalui pendekatan direktif maka guru itu merasakan manfaatnya untuk memperbaiki prilaku mengajaranya. Guru baru lebih suka apabila supervisor menjelaskan masalahnya yang diikuti dengan menunjukkan cara pemecahannya. Dengan melihat cara ini tampak bahwa pendekatan direktif lebih bermanfaat untuk memecahkan masalahmasalah khusus. S. Nasution mengemukakan percobaan yang dilakukan D.F. Skinner yang menggambarkan sebagai berikut : Ia memberi stimulus (S1) tertentu dan bila binatang itu memberi respons yang menuju ke arah bentuk kelakuan yang diharapkan maka respons (R1) itu diperkuat atau reinforcement, sehingga terjadi ikatan yang erat antara S1 dan R1. Kemudian R1 menjadi stimulus (S2) yang dapat menimbulkan respons (R2). Yang diberi reinforcement atau penguatan. Demkianlah berangsur-angsur binatang itu “diajar” memperoleh rentetan bentuk kelakuan sehingga tercapai bentuk kelakuan yang kita inginkan. 22 Bila hal itu berhasil pada binatang maka dapat berhasil pula pada manusia. Peran dari si pemberi stimulus begitu besar dimana 21 Carl D. Glickman. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers Improve Instruction, ASCD ( Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria, Virginia: 1981, 23. 22 S. Nasution. Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1987, 65. 39 perilaku dari penerima stimulus atau pemberi respons sangat ditentukan oleh pemberi stimulus tadi, disini tampak betapa pasifnya pemberi respons tadi. Demikian pula halnya bila diterapkan dalam pendekatan supervisi yang disebut dengan pendekatan direktif, dimana supervisor berperan aktif sedangkan guru berperan pasif; perilaku guru dinilai, dikritik berdasarkan standard kompetensi profesional yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pola ini dianggap kurang efektif dan mungkin kurang manusiawi sebab guru tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya. b. Pendekatan Supervisi Kolaboratif Gagasan pendekatan supervisi kolaboratif ini diilhami atas gerakan hubungan insani (the human relation movement). Dalam dunia usaha atau bisnis, pendekatan hubungan insani mengacu kepada masalah kepuasan kerja dan produktifitas pegawai, dimana hal ini tinggi rendahnya dipengaruhi oleh hubungan antar manusia (baik hubungan antara pekerja, antara pimpinan, atau antara pimpinan dengan pekerja). Gaya kepemimpinan yang dimunculkan dalam pendekatan hubungan insani demokratis atau partisipatif. Gagasan pendekatan supervisi kolaboratif juga merupakan respons dari praktek pola supervisi klasik yang bersifat otoriter (inspeksi). Jika dilihat dari tanggungjawabnya maka tampak bahwa pendekatan supervisi kolaboratif merupakan perpaduan antara 40 pendekatan supervisi direktif dan pendekatan.supervisi non direktif. Posisi supervisor adalah sebagai seorang pendengar yang baik, dimana ia mendengarkan segala keluhan dan memberikan pujian kepada guru bilamana perlu. Bila supervisor tidak memahami apa yang diungkapkan oleh guru maka supervisor meminta untuk dijelaskan lagi. Selanjutnya, supervisor mendorong guru untuk memecahkan masalahnya sendiri, mendorong kegiatan kreatif dan eksprimen yang dilakukan guru tersebut. Dengan demikian, guru merasa bebas menerapkan ide, metode baru yang telah mendapat dukungan dari sekolah. Implikasi dari konsep kolaboratif dalam proses supervisi, yaitu bahwa supervisor pengajaran dihadapan pada satu situasi dimana ia sendiri hanya memiliki wewenang terbatas untuk mengontrol sejauhmana upaya yang telah dilakukannya dalam membantu guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar benar-benar dilaksanakan oleh guru di kelas. Oleh karena itu agar proses supervisi dapat berjalan secara efektif, maka supervisor harus bekerja sama dengan guru-guru sedemikian rupa, sehingga guru-guru memandang supervisor sebagai sumber bantuan, dan oleh karena itu guru-guru senantiasa bersedia bahkan meminta bantuan supervisor untuk bersama-sama dalam melihat pekerjaan mereka di kelas. 41 c. Pendekatan Supervisi Non Direktif Pendekatan supervisi non direktif berangkat dari premis bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga individulah yang mampu memecahkan masalahnya sendiri. S. Nasution mengemukakan bahwa “dalam psiko-terapinya Carl R. Rogers memberi kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi hatinya sepuas-puasnya tentang yang baik maupun yang buruk dengan metode non directive counseling.” 23 Pendekatan supervisi non direktif lebih banyak diserahkan kepada guru untuk menganalisa dan memecahkan masalah pengajarannya sendiri, supervisor hanya bertindak sebagai fasilitator. Sebagai supervisor, ia membiarkan guru melakukan penemuan, menentukan langkah-langkah, mendorong inisiatif guru, melibatkan diri pada waktu dan jika diperlukan saja. Guru-guru yang berpengalaman tidak memandang positif terhadap prilaku yang mengarah, terhadap sikap supervisor yang terlalu memaksakan kehendak, karena dengan sikap seperti itu para guru tidak berani mengemukakan pendapat, merasa serba salah. Sebaliknya jika supervisor memberikan kebebasan kepada guru, membiarkan guruguru menemukan sendiri masalah pengajaran mereka, hal itu lebih 23 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bina Aksara, 1987, 80. 42 mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan supervisi pengajaran. Perbaikan pengajaran mempunyai arti yang benar apabila guru melihat sendiri kebutuhan untuk merubah dan kemudian berusaha melaksanakannya, supervisor memberikan pengarahan sedikit mungkin. 3. Teknik Supervisi Pembelajaran Untuk mencapai tujuan supervisi yang telah ditentukan, maka seorang supervisor dapat menggunakan berbagai macam teknik. Piet A. Sahertian mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua macam, yaitu: teknik yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok. a. Teknik yang bersifat individual, yang meliputi: (1) kunjungan kelas, (2) observasi kelas, (3) percakapan pribadi, (4) intervisitasi. (5) menilai diri sendiri. b. Teknik yang bersipat kelompok, meliputi: (1) pertemuan orientasi pada guru-guru, (2) panitia penyelenggara, (3) rapat guru, (4) studi kelompok, (5) diskusi, (6) tukar menukar pengalaman, (7) loka karya (workshop), (8) simposium, (9) demonstrasi mengajar (10) 43 perpustakaan jabatan, (11) buletin supervisi, (12) mengikuti kursus, (13) organisasi jabatan, (14) perjalanan sekolah untuk anggota staf. 24 Dalam pembahasan ini akan penulis paparkan beberapa teknik supervisi yang penulis anggap penting dari berbagai teknik di atas. 1) Kunjungan Kelas Maksudnya kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke ruang kelas dimana seorang guru sedang mengajar atau pada waktu kelas kosong, berisi sarana kelas ketika guru tidak ada. 25 Tujuan mengunjungi kelas diantaranya: (a) untuk mengamati (mengetahui secara langsung guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat peraga, metode dan teknik mengajar), (b) untuk mengetahu kelebihan dan kelemahan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, (c) untuk memperoleh data yang diperlukan supervisor dalam menentukan cara-cara yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar, (d) untuk merang-sang para guru agar mereka mau meningkatkan kemampuannya. 26 24 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 53, 86. 25 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54. 26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi, Bandung: 2003, 260. 44 Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan teknik; (a) dengan pemberitahuan, (b) tanpa pemberitahuan, atau (c) atas undangan guru. 27 2) Observasi Kelas. Observasi kelas adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yag sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan. 28 Ada bermacam-macam cara mengobservasi kegiatan guru dan siswa di kelas. Seorang supervisor dapat menggunakan cara langsung masuk kelas atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya. Dalam mengobservasi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: tujuan yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi, kreteria yang dipakai dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi. 29 3) Percakapan Pribadi Percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru. Tujuan percakapan pribadi antara lain; (a) untuk saling mengenal lebih jauh antara supervisor dengan guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai petugas 27 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan Jakarta, 2003, 47. 28 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 55. 29 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 54. 45 profesional, (b) untuk membantu guru mengenal kemampuan dirinya, mem-bantu guru menyadari kelebihan dan kekurangannya, (c) memupuk dan mengembangkan mengajar yang lebih baik, (d) menghilangkan dan meng-hindari prasangka buruk antara supervisor dengan guru. 30 4) Orientasi Bagi Guru Baru Sebelum seorang guru menilai tugas-tugasnya di lingkungan yang baru secara intensif, perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk menyesuaikan diri dalam rangka mengenal dan memahami tugas-tugas yang dipikulnya. Orientasi pada saat permulaan bekerja antara lain bisa mengenai orientasi personal, orientasi terhadap program, orientasi terhadap fasilitas dan orientasi terhadap lingkungan.31 Untuk itu, kepala sekolah/madrasah, guru, dan supervisor semestinya sudah menyusun rencana atau program orientasi bagi guru baru. Jika orientasi tersebut disusun dan dilaksanakan secara efektif, hasilnya pasti tampak dalam hal mengajar guru tersebut.32 30 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 73-74. 31 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981, 106 -107. 32 Abdul Choliq MT, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Mitra Cendekia, 33. 46 5) Rapat Guru Yaitu pertemuan antara staf sekolah terutama guru-guru untuk mengembangkan dan meningkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatannya ada bermacam-macam: (a) staff–meeting, yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut, (b) rapat guru bersama orang tua murid dan perwakilan murid, (c) Rapat guru sekota, sewilayah, serayon dari sekolah-sekolah sejenis dan setingkat.33 6) Studi Kelompok Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau bahan pelajaran. Pokok bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan pokok yang disusun secara teratur.34 7) Diskusi Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan cara mengembangkan ketrampilan anggota33 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 87. 34 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 , 95. 47 anggotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin diskusi guru-guru, supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan kelompok.35 8) Tukar menukar pengalaman Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah dimiliki, atau mungkin cara penyajiannya kurang menarik, karena tidak bersumber pada kebutuhan profesi meraka. Oleh karena itu suatu teknik perjumpaan yang dinamakan sharing of experience adalah cara yang bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui pertemuan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain. 36 35 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 96. 36 Piet. A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Daalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 103. 48 D. Tindak lanjut Supervisi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Supervisi Pembelajaran terlaksana dengan terprogram, terarah dan berkesinambungan. Oleh karena itu supervisi pembelajaran sangat perlu untuk ditindak lanjuti. Kegiatan dalam rangka menindak lanjuti kegiatan supervisi pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Menyusun kreteria keberhasilan supervisi pembelajaran. 2. Merumuskan kreteria keefektifan proses pelaksanaan supervisi pembelajaran. 3. Merumuskan kreteria pencapaian tujuan supervisi pembelajaran 4. Merumuskan kreteria pencapaian dampak supervisi pembelajaran. 5. Menusun instrumen supervisi pembelajaran 6. Mengembangkan instrumen pengumpulan data dalam rangka identifikasi dan analisis masalah/kebutuhan pengembangan pembelajaran. 7. Mengembangkan instrumen pengukuran keefektifan proses pelaksanaan supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang digarap, pendekatan dan teknik supervisi yang diterapkan. 8. Mengembangkan instrumen pengukuran pencapaian hasil langsung (out put) supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang digarap. 49 9. Mengembangkan instrumen pengukuran dampak supervisi pembelajaran sesuai dengan kawasan yang digarap. E. Tinjauan Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru. Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competen dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc.37 Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah sesorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkuatan. 38 Dalam hal ini adalah kompetensi Guru. Sedangkan dalam Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa:”kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.39 Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa kompetensi guru mengandung berbagai pengertian. Pertama, kemampuan guru untuk 37 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 38 Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, 62. 39 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 25. 50 untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kedua, ciri hakiki dari kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Ketiga, perilaku yang dipersyaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan.40 Dari pengertian tersebut ada tiga aspek dari kompetensi guru, yaitu aspek personel, aspek sosial dan aspek profesional. Dalam banyak analisis tentang kompetensi guru, aspek personal dan aspek sosial umumnya disatukan. Hal ini dikarenakan solidaritas manusia, termasuk guru dapat dipandang sebagai pengejawantahan dari pribadinya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning proces). 40 Piet A. Sahartian, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, 56. 51 2. Ruang Lingkup Kompetensi Guru Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan secara tegas dinyatakan bahwa ”Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial” 41 Dalam kompetensi pedagogik ini seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ada beberapa ciri kepribadian yang mestinya dimiliki seorang guru yaitu kemampuan interaksi sosial yang hangat; memiliki rasa tanggung jawab; memiliki kejujuran, objektif, tegas dan adil; serta demokratis. Kompetensi profesional menunjuk pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kemapuan mengajar merupakan kemampuan esensial yang harus dimiliki oleh seorang guru. 41 Direkrorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta: 2007, 155. 52 Kemampuan mengajar guru sebenarnya mencerminkan guru atas kompetensi profesional sebagai pengajar dan pendidik. Kemampuan menguasai bahan bidang studi atau bahan mata pelajaran adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengimplikasikan, menyintentiskan dan menguasai sejumlah pengetahuan keahlian yang akan diajarkan. Penguasaan ini akan menjadi landasan pokok seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran maka terlebih dahulu membuat silabus dan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP) sebagai acuan dalan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kemampuan melaksanakan program belajar mengajar adalah kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi serta program yang dibuatnya. Kemampuan ini merupakan penerapan secara nyata rencana pengajaran yang telah dibuat saat perencanaan pengajaran. Kompetensi sosial menunjuk pada kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Moch. Uzer Usman secara lebih rinci lagi menjelaskan tentang kompetensi personal guru yang mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Mengembangkan kepribadian, seperti: 1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 53 2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila dan 3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru b. Berinteraksi dan berkomunikasi, seperti: 1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional; dan 2) Berinterinteraksi dengan masyarakat untuk pencapaian misi pendidikan. c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, seperti: 1) . Memebimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar; dan 2) Membimbing siswa yang mengalami permasalahan d. . Melaksanakan administrasi sekolah, seperti: 1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah; dan 2) Melaksanakan kegiatan admiistrasi sekolah e. Melaksanakan penelitian sederhna untuk kepeluan pengajaran, seperti: 1) Mengkaji kondep dasar penelitian; dan 2) Melaksanakan penelitian sederhana.42 42 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 11. 54 Kompetensi personal dan sosial seorang guru merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas keguruan secara profesional. Kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan kekhusususan komunikasi antara guru dan siswa. Dari empat kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. F. Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia utamanya guru di sekolah/madrasah perlu adanya usaha yang kongkrit dan maksimal. Salah satu bentuk usaha itu adalah melalui kepengawasan atau supervisi baik supervisi itu dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah atau pengawas. Pandangan guru terhadap supervisi yang kadang-kadang cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru. Hal ini perlu untuk menyampaikan pendapat harus dihilangkan. Asumsi ini dipengaruhi oleh sikap kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor seperti bersikap otoriter, hannya mencari kesalahan guru dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan 55 kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Oleh karena itu kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan supervisi pembelajaran bersikap lemah lembut sebagai firman Allah dalam Al-Qur.an surat Ali Imron/3: 159. Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. 43 Supervisi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab 43 Kementerian Agama RI. Al Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, 90. 56 pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitasaktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaikbaiknya. Sebagaimana yang telah diuraikan diatas pada tujuan supervisi pembelajaran adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas. Kepala sekolah/madrasah dalam memberikan layanan bimbingan kepada guru-guru baik melaui pembinaan yang dilakukan secara individu dan kelompok dalam hal ini adalah supervisi pembelajaran tidak lepas dari tujuan dari supervisi pembelajaran sehingga guru dapat mengembangkan profesionalime melalui berbagai aspek kegiatan terutama dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berbasis tektual dan 57 kontektual serta dapat memilih stategi dan metode yang tepat baik dalam membuat perencaan silabus dan RPP yang sesuai dengan yang diharapkan. Maka guru akan termotivasi untuk selalu meningkatkan kompetensinya karena salah satu diantaranya adanya pengawasan dari kepala sekolah/madrasah selaku supervisor melalui supervisi pembelajarn. Sebagai mana dapat dilihat pada gambar dari tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pengembangan Profesionalisme TIGA TUJUAN SUPERVISI Penumbuhan Motivasi Pengawasan kualitas Gambar 2.1. Tiga tujuan supervisi akademik. 44 Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah. Dimana supervisi pembelajaran merupakan salah satu tujuan tercapainya program sekolah 44 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta: 2010. 8. 58 dalam proses belajar mengajar. Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Dari konsep supervisi akademik yang telah terlihat dalam tujuan supervisi akademik tersebut diatas dalam hal ini adalah supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran harus memperhatikan dan mengimplementasikan dalam tugas dan tanggung jawab sebagai supervisor sehingga guru dapat meningkatkan kompetensi dan pengembangan profesionalisme. Selanjutnya pelaksanaan program dan kegiatan sekolah/madrasah untuk mencapai kualitas yang dipersyaratkan perlu mendapat pengawasan yang sungguh-sungguh oleh kepala sekolah/madrasah. Pengawasan, pengendalian, atau controling yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah adalah suatu proses manejemen yang sangat penting kedudukannya dalam mengukur kualitas kegiatan sekolah/madrasah. Pada dasarnya seorang kepala sekolah/madrasah yang menjamin semua unit bekerja secara optimal sesuai standar yang dipersyaratkan, tentu melalui berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manejemen dilaksanakan secara baik,45 salah satu diantaranya adalah kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dapat mengontrol melalui proses pembelajaran yang dimulai dari mencermati 45 2010, 130. Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 59 perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh guru baik silabus dan RPP selanjutnya melakukan supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan di kelas untuk menilai kompetensi profesional guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Jika kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan tugas secara profesional dalam menjalankan supervisi pembelajaran secara kontinyu dan berkesinambungan maka dapat meningkatkan kompetensi Guru. Sebab kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor menunjukkan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya. Perbaikan ini tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa bantuan mengatasi kesulitan guru dalam proses pembelajaran. Maka guru akan menyadari adanya kelemahan dan kekurangannya yang dimilikinya sehingga secara terus menerus akan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi profesional. G. Kajian Hasil Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah mengkaji kompetensi profesional guru dengan beragam variabel bebasnya. Penelitian yang dilakukan M. Asyhari dengan judul Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara menyimpulkan bahwa kinerja bidang akademik dapat tergambar dengan jelas dalam kinerja guru, karena gurulah yang melakukan aktifitas secara langsung bersama siswa dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya guru perlu mendapatkan motivasi, arahan, bimbingan, 60 dan pembinaan melalui supervisi akademik baik dari kepala madrasah maupun pengawas untuk meningkatkan kinerja guru yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja guru yang bermuara pada peningkatan kompetensi kemampuan profesional guru.46 Ibrahim Bafadal, mengungkapkan pendapat Glikman supervisi pengajaran disebutkan bahwa supervisi mengenai pengajaran akan memberikan aplikasi khusus terhadap pengajaran profesi guru, maksudnya supervisi pengajaran akan mampu membuat guru semakin profesional apabila programnya mengembangkan dua demensi persyaratan profesional yaitu demensi kemampuan kerja guru dan dimensi motivasi kerja guru. 47 Penelitian tentang supervisi juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Siti Susanti dengan judul Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja guru di Guru di MTs As Salafiyah Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo Kab. Grobogan menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara supervisi kepala Sekolah dengan kinerja guru dimana kepala sekolah sebagai pemimpin dari sebuah lembaga pendidikan juga berperan sebagai supervisor yang bertugas untuk mengawasi, membantu dan mengarahkan para 46 M. Asyhari, “Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten jepara 2009/2010 (Tesis),” Semarang : IAIN Walisongo , 2011. 47 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, 10. 61 guru sehingga dapat menuju ke arah peningkatan kualitas guru yang lebih baik. 48 Penelitian yang dilakukan Mardiyono dalam Supervisi Kunjungan Kelas dan Etos Kerja Guru Hubungannya Dengan Kualitas Pengajaran Pada SMU Negeri Kabupaten Demak. Hasil Penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan supervisi kunjungan kelas dan etos kerja guru dengan kualitas pengajaran. Semakin sering dilakukan kegiatan supervisi akademik dilaksanakan secara profesional oleh kepala sekolah maka akan meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan guru.49 Penelitian Puspowati dengan judul Hubungan Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Hasil penelitiannya menegaskan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara supervisi kunjungan kelas yang dilakukan kepala Sekolah dengan kinerja guru di kecamatan Semarang Barat. Supervisi kunjungan kelas dapat memacu guru untuk meningkatkan pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja ataupun prestasi kerja. 50 48 Siti Susanti,”Pengaruh Supervisi Kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo Kab,Grobogan Tahun 2009,” (Skripsi) STAIN Salatiga, tahun 2010. 49 Mardiyono, “Supervisi Kunjungan Kelasdan Etos Kerja Guru HubunganyaDengan Kualitas Pengajaran Pada SMU Negeri Kabupaten Demak,” (Tesis) DPS UNES,2011. 50 Puspowati,Musrini, “Hubungan Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang “ (Tesis) DPS UNES,2003 62 Penelitian Iskandar Hasan yang dimuat dalam Jurnal Penelitian dan pendidikan Volume 8 Nomor 1, Maret 2011 dengan judul Upaya Meningkatkan Kompetensi guru MIPA Dalam Menyusun RPP Melalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri 15 Kota Goron talo. Hasil penelitiannya menyimpulkan pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai standar. Semakin banyak frekuensi supervisi Akademik semakin meningkat kompetensi guru dalam menyusun RPP.51 Dengan menjelaskan penelitian-penelitian tentang tema yang sejenis, maka akan bisa dilihat perbedaan dan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ditampilkan di atas adalah membahas tentang supervisi akademik dan kompetensi profesional guru. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan karya ilmiah dan penelitian lainnya yang telah ada adalah bahwa disamping lokasi penelitian, penulis berusaha untuk menjelaskan supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam meningkatan kompetensi guru (Studi Multi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga). 51 Iskandar Hasan,”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA Dalam Menyusun RPP Melalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8, Nomor 1, Maret 2011, 20. 63 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 1 Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hypothesistesting sehingga teori yang dihasilkan berupa teori subtantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar (grounded theory). Penelitin ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini berusaha untuk mendreskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari lapangan maupun literatur kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan. 2. Pendekatan Penelitian. Mengingat hakekat permasalaan penelitian untuk mengungkap suatu fenomena dasar bagi penentuan pendekatan yang akan digunakan dalam suatu penelitian, maka penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Data yang diugkap berbentuk kata-kata, 1 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 4. 64 kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Penelitian ini menggunakan rancangan studi multi kasus, karena penelitian ini meneliti dua atau lebih subyek, latar atau tempat penyimpanan data. Subyek penelitian ini lebih dari satu, karenanya sesuai dengan saran Bogdan, peneliti menggunakan jenis studi multi kasus. Studi multi kasus berusaha mengkaji beberapa subyek tertentu dan membandingkan atau mempertentangkan beberapa subyek tersebut. Perbandingan tersebut mencakup persamaan dan perbedaan. Aturan umumnya subyek yang diperbandingkan harus sejenis dan sebanding. 2 Untuk itu peneliti mengambil subyek sekolah/madrasah yang sama-sama status sekolah/mardasah terakreditasi A. Kasus yang diteliti adalah kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor pembelajaran untuk mengetahui supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Alasan peneliti memilih lokasi di MTs Negeri dan SMP Islam AlAzhar 18 kota Salatiga adalah secara akademik status akreditasi ke dua sekolah/madrasah tersebut nilai A. Disamping itu salah satu madrasah negeri di kota salatiga yang telah mendapatkan kepercayaan masyarakat adalah MTs Negeri Salatiga setiap tahun kelulusannya 100% dan secara akademik dalam UN ada 2 Abdul Wahab, Menulis Karya Ilmiyah, Surabaya: Airlangga University Press, 1999, 92. 65 siswa yang mendapat nilai matematika 10 ada 6 siswa tahun ajaran 2012/1013. Selanjutnya salah satu sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan Islam adalah SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga telah mendapat kepercayaan masyarakat. Ini terbukti dalam penerimaan siswa baru banyak orang tua siswa berbondong-bondong untuk mendaftarkan ke sekolah walaupun secara aturan belum dibuka untuk pendaftaran. Disamping itu kelulusannya tahun ajaran 2012/2013 lulus 100%. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari kepala MTs Negeri Kota Salatiga dan kepala sekolah SMP Al-Azhar 18 Salatiga yang merupakan sebagai subyek dalam penelitian. Selain dari sumber tersebut penulis juga mengambil data dari kegiatan atau aktifitas pembelajaran dalam kesehariannya yang dilaksanakan di Madrasah/Sekolah. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya dalam hal ini melalui wakil kepala, guru-guru, kepala TU dan staf serta dokumen yang terkait dengan penelitian. Semua itu untuk menjelaskan supervisi pembelajaran kepala 66 madrasah/sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru MTs Negeri Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. 4. Teknik Pengumpulan data a. Tehnik Observasi Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang fenomena–fenomena yang diselidiki secara sistematik. 3 Dalam hal ini observasi dilakukan dalam penelitian ini meneliti tentang gambaran lokasi penelitian, aktivitas kepala madrasah/sekolah, dan aktivitas guru MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. b. Teknik Wawancara Dalam penelitian ini, penulis memilih bentuk wawancara semi terstruktur, dilakukan secara terang-terangan (overted interview) dan menempatkan responden sebagai sejawat (viewing one another as peers). Alasan penulis menggunakan teknik wawancara semi terstruktur adalah untuk memberikan kesempatan kepada seseorang atau responden untuk menyatakan dan menangkap pernyataan secara mendetail. Yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari (1). Kepala mdrasah/sekolah, (2) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan, (3) 3 Sutrisno Hadi, MetodologiResearch, Jilid II, Yogyakarta:Penerbit,1987,.36 67 Guru MTs Negeri dan Guru SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. Hal yang ditanyakan dalam wawancara ini adalah : 1) Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga? 2) Bagaimanakah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah ditinjau dari teori-teori supervisi? 3) Bagaimanakah dampak supervisi terhadap pengembangan profesionalisme guru? 4) Bagaimanakah perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga? c. Teknik Dokumentasi Teknik ini dikenal dengan penelitian dokumentasi (dokumentation research) yang mencari data melalui beberapa arsip dan dokumen sejarah madrasah/sekolah, raport, surat kabar, majalah, jurnal, buku dan bebnda-benda tulis lainnya yang relevan. 4 Dalam penelitian ini metode dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang profil MTs Negeri dan SMP Islam AlAzhar 18 di Kota Salatiga dan data supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah. 4 Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan,Jakarta:Rineka Cipta,1993,.200 68 5. Validitas Data Setelah seluruh data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses verifikasi data supaya data yang ada dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menurut J. Moleong dalam penelitian kualitatif terdapat empat kreteria yang dapat digunakan dalam uji validitas data yaitu berkaitan dengan derajat kepercayaan (credebility) keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).5 Data tersebut diuji keabsahan dengan triangulasi data, 6 untuk mengetahui sejauhmana temuan-temuan dilapangan benar-benar representatif untuk dijadikan pedoman analisis dan juga untuk mendapatkan informasi yang luas tentang perspektif penelitin. Teknik yang digunakan dalam triangulasi adalah dengan menggunakan banyak sumber untuk satu data yaitu membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil observasi antara ucapan informan di depan umum dengan ucapan ketika informan sendirian (secara informal) Dan antara hasil wawancara dengan data yang ada pada dokumen. Juga dilakukan chek-richek, konsultasi dengan kepala madrasah/madrasah, guru dan sumber-sumber data yang terkait. 5 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, 6 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, 173. 177.. 69 6. Analisis Data Dalam hal ini ada empat tahap penting yang sangat berkaitan terkait dengan analisa data, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Agar lebih jelas proses kegiatan dari analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Data collection Data reduction Data display Conclusions: drawing/verifying Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model).7 7 247. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, Bandung: Alfabeta, 2011, 70 Teknik analisisa data model interaktif dalam penelitian ini dijelaskan sebagaimana langkah-langkah berikut : a. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan dilakukan sejak peneliti memasuki lokasi penelitian sampai semua data yang diperlukan terkumpul. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, observasi partisipan dan dokumen. b. Reduksi Data Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data dan mengkode data. Dalam mengkodean data digunakan tiga kolom terdiri dari nomor aspek pengkodean dan kode. Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut : Tabel 3.1. Pengkodean No Aspek Pengkodean Kode Teknik Pengumpulan Data 1 a.Wawancara Ww b.Observasi Obs c.Dokumen Dok Sumber Data a.Kepala Sekolah 2 K.S b.Kepala TU K. TU c.Wakil Kepala Waka d.Guru G Fokus Penelitian a.Pelaksanaan Supervisi oleh kepala sekolah F1 71 3 b.Pelaksanaan Supervisi oleh kepala sekolah F2 ditinjau dari teori-teori supervisi c.Dampak supervisi terhadap pengembangan F3 profesional guru d.Perbedaan pelaksanaan dan dampak F4 supervisi di MTs Negeri dan SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga c. Penyajian Data Pada tahap ini adalah mengorganisasikan data yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan secara terpisah antara satu tahap dengan tahapan yang lain, tetapi setelah kategori terakhir direduksi. Maka keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu. d. Kesimpulan dan Verifikasi Pada tahap ini dapat diperoleh baik melalui diketehui arti dari data yang telah wawancara, observasi maupun dokumentasi. Kesimpulan akhir diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai. Menurut Yin, analisis data dalam studi multi kasus dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu analisis kasus individu (individual cases analisys), dan analisis lintas kasus (cross cases analisys). Adapun penjelasannya sebagai berikut: 72 1) Analisis Data Kasus Individu Langkah-langkah analisis data kasus individu dapat digambarkan dalam skema brikut: Kasus Individu Mts Negeri Kasus inividu SMP Islam Al-azhar 18 Menganalisa secara induktif konseptual Menganalisa secara induktif konseptual Analisis dan Pembahasan Linas Kasus Menyusun preposisi sebagai temuan konseptual Menyusun preposisi sebagai temuan konseptual Menyusun Temuan Teori Substansif Kasus individu 1 Menyusun Temuan Teori Substansif Kasus individu 2 Membandingkan dan Memadukan kasus Individu 1 dan 2 Gambar 3. 2. Langkah-langkah Analisis data kasus Individu8 8 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metodologi, penerjemah. M Djauzi Mundakir Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006, 61. 73 Dari langkah-langkah tersebut dapat dipahami bahwa setelah peneliti menganalisa temuan–temuan penelitian dari masing-masing kasus individu dilanjutkan dengan memadukan kedua kasus tersebut. Perpaduan kasus tersebut kemudian dianalisis melalui langkahlangkah analisis data lintas kasus. 2) Analisis Data Lintas Kasus Analisis data lintas kasus dimaksudkan proses membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dari masing-masing kasus, sekaligus sebagain proses memadukannya. Adapun langka-langkah dapat dilihat pada skema berikut: Membandingkan dan memadukan temuan kedua kasus Rekontruksi Ulang pernyataan sesuai fakta dan masing-masing kasus Menyusun pernyataan konseptual multi kasus Evaluasi kesesuaian pernyataan dengan fakta yang diacu Gambar 3. 3. Langkah-langkah Analisis Data Lintas Kasus9 Dari skema diatas dapat diketahui bahwa langkah-langkah dalam analisis lintas kasus yang pertama adalah peneliti melakukan 9 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metodologi, penerjemah. M Djauzi Mundakir Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006, 61. 74 perbandingan dan memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus individu, baik di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga terkait supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah. Kemudian membandingkan dan memadukan tersebut dijadikan dasar untuk menyususn pernyataan konseptual multi kasus. Langkah selanjutnya adalah mengevalusai kesesuaiaan pernyataan (proposisi) tersebut dengan fakta yang diacu. Langkah terakhir merekonstruksi ulang pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan fakta dari masing-masing kasus individu. Mengulangi proses ini sampai sebagaimana diperlukan oleh peneliti dan sekaligus menganalisis pada saat pembuatan laporan 7. Pengecekan Keabsahan data Dalam pengecekan data teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kreteria tertentu. Peneliti menggunakan 4 kreteria diantaranya sebagai berikut: a. Kredibilitas Kreteria kredibilitas data digunakan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kebenaran, baik bagi pembaca pada umumnya maupun subyek penelitian. Untuk menjamin kesahihan data, ada lima teknik pencapaian kredibilitas 75 data, perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dan pengecekan anggota. Agar diperoleh temuan-temuan yang dapat dijamin tingkat ketercapaiannya, maka peneliti berupaya dengan menempuh cara yang disarankan oleh Lincoln dan Guba dan Moleong, sebagai berikut: 1) Perpanjanagan waktu penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk menyakinkan bahwa temuan yang diperoleh benar-benar telah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. 2) Melakukan observasi secara tekun (ketekunan pengamatan) Cara ini dilakuakan oleh peneliti secara terus-menerus terhadap subyek untuk mempertajam dan memperdalam pemahaman peneliti tentang data yang diperoleh melalui peristiwa yang terjadi. Observasi penelti lakukan bersamaaan dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan mengamati kinerja kepala sekolah/madrasah dalam melaksakan supervisi pembelajaan di dua situs terteliti. 3) Pengujian melalui trianggulasi. Cara ini dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan temuan melalui trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber peneliti lakukan dengan membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dalam 76 penelitian ini dari berbagai sumber untuk permasalahn sejenis melalui informan yang satu dengan informan lainnya tentang superisi pembelajaran. Misalnya dari kepala sekolah/madrasah ke wakil kepala, dari guru yang satu ke guru yang lain dan sebagainaya.Atau juga melalui pengecekan balik dari metode yang berbeda seperti hasil observasi dibandingkan atau dicek dengan hasil wawancara kemudian dicek lagi melalui dokumen mengenai supervisi pembelajatan kepala sekolah/madrasah. 4) Pengecekan anggota/member chek. Cara ini dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi setiap informan untuk memeriksa secara bersama temuan yang telah dirumuskan guna menyamakan persepsi terhadap temuan yang diperoleh. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi setiap informan kunci dengan maksud mendiskusikan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian mengenai supervisi pembelajaran. Hasil diskusi antara peneliti dengan informan kunci menyepakati bahwa temuan yang kurang dan tidak valid dibuang. 5) Diskusi dengan teman sejawat/peer debriefing. Cara ini dilakuakan oleh peneliti dengan maksud untuk mendapatkan kesamaan pendapat dan penafsiran mengenai 77 temuan-temuan yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu kepala sekolah/mardasah sebagai supervisor pembelajaran. Kegiatan yang dilakuakan peneliti adalah mendatangi teman-teman program studi maupun dilur program stud untuk berdiskusi tentang hasil-hasil penelitian. b. Transferabilitas Transferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara uraian rinci. Untuk kepentingan ini peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian rinci diusahakan untuk mengungkap secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh peneliti agar para pembaca dapat memahami temuantemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang diuraiakan secara rinci dan penuh tanggung jawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata. Dalam hal ini peneliti menguraikan temuan tiap sub fokus secara rinnci mulai dari temuan berupa pelaksanaan supervisi pembelajaran yang ada di dua lokasi c. Dependabilitas (ketergantungan) Pemeriksaan kualitas proses penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana kualitas penelitian yang mengkonseptualisasi dikerjakan penelitian, oleh peneliti menjaring data mulai dari penelitian, 78 menjelaskan interprestasi temuan-temuan penelitian hingga pada pelaporan hasil penelitian. Mereka yang ikut membimbing adalah Prof.Dr. Budihardjo, M.Ag dan Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd. d. Konfirmabilitas Pemeriksaan hasil penelitian. Cara ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat tingkat kesesuaian antara temuan-temuan dengan data yang telah terkumpul sebagai pendukung. Jika hasilnya menunjukkan ada kesesuaian maka dengan sendirinya temua-temuan tersebut dapat diterima, namun jika ternyata tidak ada kesesuaian, maka temuan tersebut dengan sendirinya gugur. Konsekuensinya adalah peneliti harus turun lapangan untuk memperoleh data yang sesungguhnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah memeriksa kembali data lapangan baik catatan maupun data yang telah direduksi, kemudian mencocokkan data tersebut dengan temuan-temuan yang telah dirumuskan. 79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga 1 Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga diawali dengan adanya Keputusan Menteri Agama RI tanggal 16 Maret 1978 nomor: 16 Th.1978 tentang susunan orgnisasi dan tata kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri, maka Sejak Tahun Pelajaran 1978/1979 tepatnya tanggal 1 Januari 1978 PGAN 6 Th Salatiga diubah menjadi : a. MTs N Salatiga, dengan siswa kelas I,II, III PGAN 6 Th. b. PGAN Salatiga dengan siswa kelas IV, V VI PGAN 6 Th. Pada saat awal perubahan tersebut hingga tanggal 1 Januari 1980, Kepala MTs Negeri dan PGAN Salatiga masih dirangkap oleh Bapak Sofwan Achmadi, BA. Sebagai tindak lanjut, maka berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah tanggal 28 Januari 1980 nomor : WK/I.b/93/a/1980, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1980 Bapak Endro Parwono diangkat sebagai Kepala MTs N Salatiga. Meskipun MTs N dan PGAN Salatiga secara resmi telah berpisah statusnya, dan masing-masing 1 Wawancara dengan Sofiah, Salatiga tgl 16 Juli 2013. dan Kepala MTs serta Study Dokumentasi MTs Negeri 80 sudah memiliki kepala Madrasah, namun kedua sekolah ini masih dalam satu atap yang berlokasi di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga, hal itu berlangsung sejak tahun 1980 s/d 1986 . Pada Tahun Pelajaran 1986/1987 MTs N Salatiga sudah memiliki dan menenmpati gedung baru dengan alamat Jl. Tegalrejo 01 Salatiga. Sejak berdirinya MTs N Salatiga sampai sekarang mengalami periodesasi dan pergantian kepala sekolah di MTs N Salatiga adalah sebagai berikut : 1) Endro Parwono dari tahun 1980 s/d 1993. 2) Drs. H. Istichsan dari tahun 1993 s/d 1998. 3) Drs. H. Mustaidz dari tahun 1998 s/d 2003 4) Drs. H. Sukron dari tahun 2003 s/d 2005 5) Drs. H. Asroni M.Ag dari tahun 2005 s/d 2011 6) Dra, Hj. Zayinatun, M.Pd dari tahun 2011 s/d sekarang. 2. Lokasi MTs Negeri Salatiga terletak di Jl Tegal Rejo I Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Suasana di lokasi ini sangat nyaman untuk belajar karena tempatnya tidak di depan jalan raya utama. Tempatnya juga sangat strategis karena akses jalan bisa dilewati berbagai kendaraan baik roda dua dan roda empat. 81 Keberadaan MTs N Salatiga ditandai adanya papan nama di depan sekolah untuk memudahkan seseorang untuk menunjukannya. Madrasah ini sangat dikenal masyarat Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. 3. Visi, Misi dan Tujuan MTs N Salatiga. a. Visi Madrasah “Unggul Dalam Prestasi Berpijak Pada Budaaya Bangsa Dan Nilai-Nilai Islami” b. Misi Madrasah 1) Menyelenggarakan pendidikan yang profesional dan bertanggung jawab. 2) Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah. 3) Meningkatkan kualitas pendidikan. 4) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang handal dan berkemampuan. 5) Memberikan bekal life skill pada siswa. 6) Meningkatkan sarana prasarana pendidikan. 7) Menjalin kerjasama yang baik, diantaranya: stake holder, instansi lain dan masyarakat. c. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan 1) Mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha esa, berakhlak 82 mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 2) Memberikan kemampuan, ketrampilan bagi lulusan untuk melanjutkan pendidikan dan hidup dalam masyarakat. 3) Menyiapkan peserta didik menuju masyarakat belajar pada masa yang akan datang. 4) Menyiapkan lulusan agar menjadi anggota masyarakat yang memahami dan menginternalisasi perangkat gagasan dan nilai nilai masyarakat berada d. Keadaan Madrasah 1. Ruang Belajar Perkembangan MTs N Salatiga dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang cukup signifikan, hal ini bisa dilihat dari data yang ada di buku Profil Madrasah yaitu pada tahun pelajaran 1980/1981 jumlah siswa 268 yang terdidri dari kelas I berjumlah 126 siswa, kelas II berjumlah 72 siswa dan kelas III berjumlah 70 siswa. Jumlah ruangan kelas sebanyak 9 ruang, terdiri dari kelas I berjumlah 5 ruang, kelas II berjumlah 2 ruang dan kelas III berjumlah 2 ruang. Perkembangan selanjutnya di Tahun Pelajaran 2012/2013 jumlah siswa 803 yang terdiri dari kelas VII berjumlah 268 siswa, kelas VIII berjumlah 277 siswa dan kelas IX berjumlah 261 siswa. Jumlah ruangan kelas sebanyak 23 ruang terdiri dari kelas VII sebanyak 8 ruang, kelas VIII sebanyak 7 ruang dan kelas IX 83 sebanyak 8 ruang. Perkembangan selanjutnya di tahun ajaran 2013/2014 meningkat menjadi 24 ruangan kelas. 2. Ruang Penunjang Satu ruang Kepala Madrasah, 1 ruang wakil kepala madrasah dan ruang BK, 1 ruang guru, 1 buah ruang tata usaha dan keuangan serta ruang arsip, 1 buah ruang Komputer, 1 buah ruang laboratorium bahasa, 1 buah ruang Perpustakaan, 1 ruang Lab IPA, 1 buah ruang kesenian, 1 buah ruang OSIS, 1 buah ruang dapur, 1 buah ruang gudang, 1 buah ruang Unit Kesehatan Sekolah, 1 buah ruang koperasi dan 1 buah ruang kantin, 1 buah mushola, serta satu buah aula pertemuan. 3. Identitas Madrasah a. Nama Madrasah : MTs. Negeri Salatiga b. No Statistik : 211337301001 c. Akreditasi :A d. Alamat : Jl. Tegalrejo I Salatiga Kota Salatiga e. NPWP Madrasah : 00.003. 394.4-505.000 f. Nama Kepala : Dra. Hj. Zayinatun, M Pd g. No Telp/Hp : 081325178605 h. Kepemilikan Tanah : Pemerintah. Luas tanah 6270 m2 i. Status Bangunan : Pemerintah j. Luas Bangunan : 2561 m2 84 4. Personil Sekolah a. Tenaga Pendidik Tabel 4.1. Data Tenaga Pendidik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tingkat Pendidikan S3/S2 S1 D-4 D3/Sarmud D2 D1 ≤ SMA/sederajat Jumlah Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu 2 40 1 42 1 Jumlah 2 40 1 43 b. Data Tenaga Kependidikan Tabel 4.2. Data Tenaga Kependidikan Jenis Pegawai Jml Pegawai 11 TU Status PNS Non PNS 4 7 Pendidikan Terakhir SMP SLT D1 D2 S1/ A S2 - 5 1 1 4 85 c. Peserta Didik Tabel 4.3. Data Peserta Didik Jenis Kelamin Laki-laki Wanita 166 145 Kelas Jml. Kelas Jml. Siswa VII 7 271 VIII 7 252 122 130 IX 7 256 132 124 Jumlah 21 779 380 399 d. Prestasi Madrasah. Tabel 4.4. Prestasi Bidang Akademik No Kejuaraan Tahun 1 Smart Englis Competition juara 3 tingkat Kota Salatiga 2012 2 Olimpiade Pasiat (Matematika) juara 5 tingkat perovinsi 2012 Jawa Tengah 86 Tabel 4.5. Prestasi Bidang Non Akademik No 1 Kejuaraan Tahun Lari 400 m Pi juara 1 tingkat Kota Salatiga 2012 2 Lari 100 m Pi juara 2 tingkat kota Salatiga 2012 3 Sepak Takraw Pi juara 3 tingkat kota Salatiga 2012 4 Pencak silat Pa juara 2 tingkat kota salatiga 2012 5 Pencat Silat Pi juara 2 tingkat kota Salatiga 2012 6 Pencak silat kelas G Putra 1 juara 1 kota dan kabupaten 2012 7 Pencak silat kelas G Putra 1 juara 1 kota dan kabupaten 2012 8 Pencak silat kelas F Putri juara 3 tingkat kota dan 2012 kabupaten 9 Pencak silat kelas L juara 3 tinglkat kota dan kabupaten 2012 10 Pencak silat kelas F putri juara 3 tingkat kota dan 2012 kabupaten 11 Pencak silat Putri juara 2 tngkat karesidenan 2012 12 Pencak silat Putra juara 3 tingkat karesidenan 2012 13 Gerak Jalan juara 3 tingkat kota 2012 14 Tajikuan / Wushu juara 1 tingkat provinsi jawa tengah 2012 15 Lari 400 m Putri juara 1 tingkat provinsi jateng 2012 87 16 Tartil putra juara 2 tingkat Kota 2012 17 Tahfidz juz 1 putri juara 2 tingkat kota 2012 18 Tahfidz juz 1 putri juara 2 tingkat kota 2012 19 MTQ putri juara 3 tingkat kota 2012 20 Tartil Putra juara 3 tingkat kota/kabupaten 2012 21 Tilawah putra juara 3 tingkat kota/kabupaten 2012 22 Tilawah putri juara 1 tingkat kota/kabupaten 2012 23 Pidato putri juara 3 tingkat kota 2012 B. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 1. Sejarah Singkat berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.2 Pada tahun 1997 SMP Islam Al-Azhar 18, awalnya bertempat di Jl Diponegoro Salatiga merupakan embrio adalah dari SD Al- Azhar 22 Salatiga dan waktu itu juga SMP Islam Al-azhar 18 telah berdiri sekolah yang menjadi satu tempat dengan SD Al-Azhar 22. Untuk pelaksanaan pembelajaran bertempat dilantai dua yaitu untuk pelaksanaan proses pembelajaran SD Al-Azhar 22 dilantai II dan untuk proses pembelajaran SMP Al-Azhar 18 bertempat dilantai I. Waktu itu kepala sekolahnya dirangkap oleh Dwi Nurhidayat, SP d. 2 Wawancara dengan guru senior dokumentsai tanggal 17 Juli 2013 Sabilah Rosyad dan kepala sekolah serta studi 88 Perkembangan selanjutnya masyarakat sangat minat terhadap SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga sebagai salah satu sekolah yang menjadi tumpuan masyarakat sekitar, maka ada peningkatan jumlah siswa yang disertai dengan peningkatan mutu pendidikan. Pada Tahun Pelajaran 2004 SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sudah memiliki dan menempati gedung baru yang terletak di Desa Bancaan, Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang diresmikan Bapak Fuad Bawazir dari Jakarta. Sejak berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sampai sekarang mengalami periodesasi dan pergantian kepala sekolah SMP Islam AlAzhar18 Salatiga adalah sebagai berikut : a. Dwi Nurhidayat, S. Pd dari tahun 2004 s/d 2005. b. Joko Susilo M.Pd dari tahun 2005 s/d 2013. c. M. Adam Widiyanto S. Si. dari tahun 2013 s/d sekarang. Perlu diketahui bahwa di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga jika ada pergantian kepala sekolah maka tidak langsung dilantik menjadi Kepala Sekolah tapi dilantik Menjadi Plt Kepala Sekolah terlebih dahulu, tidak langsung menjadi Kepala Sekolah dan harus menunggu beberapa bulan untuk menunggu dari yayasan untuk pelantikan Kepala Sekolah. 89 Maka dengan demikian sampai saat ini walaupun menjadi kepala sekolah akan tetapi kedudukannya sebagai Plt mulai tanggal 27 Juni 2013.3 2. Lokasi.4 Lokasi SMP Islam Al-Azhar 18 terletak di Jalan Siranda Raya Bancaan Kota Salatiga. Kondisi geografis SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga sangat strategis karena berada dalam wilayah pengembangan dan pembangunan Kota Salatiga, akses jalan yang mudah dan dekat dengan pusat kota Salatiga, serta luas tanah yang cukup memadai (1744 m2) dan dengan gedung berlantai tiga denga luas 1.056 m2 merupakan modal bagi pengembangan sekolah; kondisi demografis sekolah yang terletak di lingkungan masyarakat yang heterogen, pondok pesantren, dan perumahan penduduk serta alam pedesaan. Hal itu merupakan faktor pendukung untuk kenyamanan penyelenggaraan pendidikan dan keamanan sekolah berjalan relatif stabil; perkembangan globalisasi dan IPTEK cukup pesat; dan jalinan kerjasama antara pihak sekolah dengan regulasi/kebijakan pemerintah berjalan baik. Hal ini mutlak diperlukan oleh SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga karena pendidikan sebagai basic need merupakan tanggung jawab semua pihak. 3 4 Wawancara dengan Plt Kepala Sekolah Bapak Adam Widiyanto tgl 17 Juli 2013. Wawancara dengan kepala sekolah dan dokumen KTSP tanggal 17 Juli 2013. 90 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga a. Visi SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga Visi sekolah SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga ”Mewujudkan Insan Berkualitas Yang Beriman, Bertaqwa, Sehat Jiwa Raga, Berwawasan Iptek dan lingkungan” Indikator-indikator visi yang mencerminkan profil dan citacita sekolah sebagai berikut: 1) Terwujudnya nilai-nilai agama dan budaya bagi peserta didik 2) Terwujudnya pengembangan kurikulum 3) Terwujudnya pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstrakurikuler 4) Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik 5) Tewujudnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional 6) Terwujudnya pengembangan fasilitas pendidikan 7) Terwujudnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis 8) Terwujudnya penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan 9) Terwujudnya sistem penilaian yang berkelanjutan 91 10) Terwujudnya lngkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan nyaman b. Misi SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga 1) Mewujudkan nilai-nilai agama dan budaya bagi bekal hidup peserta didik 2) Mewujudkan pengembangan kurikulum 3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstrakurikuler 4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan dinamis 5) Mewujudkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional 6) Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik 7) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan 8) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan ke depan 9) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis 10) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan 11) Mewujudkan sistem penilaian yang berkelanjutan 92 12) Mewujudkan lngkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan nyaman c. Tujuan Sekolah dalam 1 Tahun Kedepan 1) Terpenuhinya nilai-nilai agama bagi bekal hidup peserta didik 2) Terpenuhinya pemetaan standar kompotensi, kompetensi dasar, indikator, aspek penilaian untuk kelas 7, 8, dan 9 semua mata pelajaran 3) Terpenuhinya pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstrakurikuler 4) Terpenuhinya pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan dinamis 5) Terpenuhinya perangkat pembelajaran yang lengkap dan mutakhir sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan 6) Terpenuhinya proses pembelajaran dengan menggunakan variasi strategi, model dan metoda pembelajaran 7) Terpenuhinya kompetensi pendidik yang profesional 8) Terpenuhinya tenaga kependidikan yang profesional dan memiliki kemampuan teknis pembelajaran sesuai standar nasional tenaga kependidikan 93 9) Terpenuhinya tenaga pendidik berkualifikasi S1, mengajar sesuai bidangnya. 10) Terpenuhinya ketuntasan belajar 100% 11) Terpenuhinya rata-rata nilai ujian nasional meningkat 0,10 12) Terpenuhinya kelulusan 100 % dan lulusan yang tinggi dan bermutu 13) Terpenuhinya prestasi akademik yang ditunjukkan oleh hasil ujian, ulangan harian, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. 14) Terpenuhinya prestasi non akademik yang ditunjukkan oleh hasil kejuaraan di bidang keagamaan, kesenian, olah raga, dan keterampilan di tingkat kota maupun tingkat provinsi. 15) Terpenuhinya bahan dan media pembelajaran yang sesuai standar nasional pendidikan 16) Terpenuhinya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis 17) Terpenuhinya pelaksanaan manajemen sekolah berlandaskan MBS secara utuh dan menyeluruh. 18) Terpenuhinya pengelolaan kelembagaan berlandaskan ekonomi, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas. 19) Terpenuhinya tingkat hubungan kerjasama stakesholders secara mantap dan berkesinambungan dengan 94 20) Terpenuhinya tingkat kinerja yang sesuai dengan standar nasional pendidikan 21) Terpenuhinya kemampuan melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi sesuai standar nasional pendidikan 22) Terpenuhinya sistem informasi akademik internal sesuai standar nasional pendidikan 23) Terpenuhinya penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan 24) Terpenuhinya standar pengelolaan pembiayaan dalam hal teknis pengelolaan maupun penggalian sumber dana 25) Terpenuhinya sistem penilaian yang berkelanjutan Sekolah mencapai standar pengembangan model evaluasi pembelajaran 26) Terpenuhinya standar pedoman, model dan perangkat soalsoal penilaian untuk berbagai evaluasi 27) Terpenuhinya standar pelaksanaan kegiatan remedial, dan pengayaan untuk peningkatan standar nilai 28) Terpenuhinya nilai-nilai budaya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara 29) Terpenuhinya sekolah bersih, sehat, aman dan nyaman 30) Terpenuhinya keterampilan yang marketable dan kompetitif 95 d. Keadaan Sekolah SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga didirikan pada tahun 2004 yang merupakan yayasan kerja sama antara Yayasan Pesantren Luhur Salatiga dengan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, kondisi ini menuntut adanya penyesuaian antara kurikulum sekolah secara umum dengan kurikulum kealazharan. Sehingga dalam penyusunan kalender pendidikan, mata pelajaran sampai pada sarana dan prasana pendukung pendidikan perlu mempertimbangkan berbagai hal agar terjadi kesesuaian. Gedung SMP Islam Al Azhar mulai dibangun pada tahun 2004 yang terletak di Desa Bancaan, Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Bangunan yang ada di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga terdiri dari : 1. Ruang Belajar Ruang kelas belajar sebanyak 9 buah, Kondisi ruang kelas masih cukup baik namun masih perlu mendapat perbaikan tergolong kategori rehabilitasi sedang. Jumlah rombongan belajar pada tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 9 rombel dengan jumlah murid sebanyak 241 siswa,dengan jumlah 9 ruang kelas. Jumlah murid tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan sebanyak 10,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi SMP Islam Al zhar 18 Salatiga semakin dipercaya masyarakat. Rasio ruang kelas dengan rombel adalah 9 : 9 atau 1 : 1 96 2. Ruang Penunjang Satu ruang kantor Guru dan wakil kepala sekolah, satu ruang Kepala Sekolah, 1 buah ruang tata usaha dan keuangan,1 buah ruang arsip, 1 buah ruang Komputer, 1 buah ruang laboratorium bahasa, 1 buah ruang Perpustakaan, 1 ruang Lab IPA, 1 buah ruang bimbingan konseling, 1 buah ruang kesenian, 1 buah ruang OSIS, 1 buah ruang dapur, 1 buah ruang gudang, 1 buah ruang Unit Kesehatan Sekolah dan 1 buah ruang kantin, 1 buah mushola, serta satu buah aula pertemuan. Kebutuhan Ruang penunjang pembelajaran untuk laboratorium komputer masih memerlukan perbaikan sedang dikarenakan kurangnya sarana AC sebagai pemeliharaan pendukung dalam perangkat keras komputer. 3. Identitas Sekolah a. Tahun Pelajaran : 2012/2013 b Sekolah 1) Nama Sekolah : SMP Islam Al – Azhar 18 Salatiga 2) NIS/NPSN : 200220 / 20328443 3) NSS : 202036204026 4) Status Sekolah : Swasta 5) Akreditasi : B ( 2007 ) dan A ( 2011 ) 6) Alamat Sekolah : Jl. Siranda Raya –Bancaan Salatiga Telp. / Fax. (0298) 326828 97 c. 7) Kelurahan : Sidorejo Lor Salatiga 8) Kecamatan : Sidorejo 9) Kota : Salatiga 10) Propinsi : Jawa Tengah ) 11) Kode Pos : 50711 12) Tahun Berdiri : 2004 13) Kelompok Sekolah : Filiat ( Biasa ) 14) Luas Bangunan : 1.056 M2 ( 3 lantai ) Kepala sekolah : 1) Nama Lengkap : Joko Susilo,M.Pd. 2) NIP : 19680210 200501 1 015 3) Pangkat dan Gol. : III C 4) Masa Kerja (Guru) : 18 Tahun 5) Masa Kerja (KepSek) :7 6) Pendidikan terakhir : S2 7) Fakultas/Jurusan : PPKn 8) Alamat rumah : Jl. Veteran 42 Rt. 02 Rw. 01 Tahun 6 Bulan Gendongan - Salatiga 98 e. Personil Sekolah 1) Tenaga Pendidik Tabel 4.6. Data Tenaga Pendidik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tingkat Pendidikan S3/S2 S1 D-4 D3/Sarmud D2 D1 ≤ SMA/sederajat Jumlah Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L P 2 1 5 10 7 11 - Jumlah 3 15 18 2) Data Tenaga Kependidikan Tabel 4.7. Data Tenaga Kependidikan No . Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya Tenaga pendukung ≤ SMA D1 SMP D2 D3 1. Tata Usaha 2. Perpustakaan 3. Laboran lab. IPA 4. Teknisi lab. Komp. S1 2 1 1* Jumlah tenaga pendukung Berdasarkan Status dan Jenis Kelamin Jumlah GTT Honorer L P L P 1 1 2 1 1 1 1 99 5. Laboran lab. 1* 1 1 6. Kantin 1 1 1 7. Penjaga Sekolah 1 1 8. Tukang Kebun 3 2 9. Keamanan 2 2 11 6 Bahasa Jumlah 1 1 1 3 2 6 12 Catatan: Tenaga perpustakaan, laboran IPA, Komputer dan Bahasa adalah guru yang mendapat tugas tambahan 3) Peserta didik Tabel 4.8. Data Peserta Didik Th. Pelajaran 2004/2005 Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jml Jumla Jumla Jumla Pendaftar Jml h Jml h Jml h (Cln Siswa Siswa Romb Siswa Romb Siswa Romb Baru) el el el 57 30 2 Jumlah Sisw Rombel a 30 2 56 4 2005/2006 94 27 2 29 2 2006/2007 102 41 2 26 1 31 2 98 5 2007/2008 90 36 2 42 2 28 2 106 5 2008/2009 105 57 2 37 2 40 2 134 6 2009/2010 120 72 3 58 2 36 2 166 7 2010/2011 100 51 2 72 3 61 3 184 8 2011/2012 107 91 3 51 2 72 3 214 8 2012/2013 110 100 4 90 3 51 2 241 9 2013/2014 136 114 4 102 4 8 4 304 12 100 4) Prestasi Sekolah Tabel 4.9. Bidang Akademik No Kejuaraan Tahun 1 Juara 1 Olimpiade Sain Nasional bidang studi tingkat Kota Salatiga 2009 2 Juara 3 lomba cerdas Cermat Al Qur’an tingkat kota Salatiga 2010 3 Juara 2 Lomba Olimpiade Sains Tingkat SMP Al Azhar Se Indonesia 2012 4 Juara Lomba mendongeng tingkat Kota Salatiga 2008 5 Juara 2 Lomba Strory Telling tingkat Kota Salatiga 2008 101 Tabel 4.10 Bidang Non Akademik No Kejuaraan Tahun 1 Juara 3 lomba kader kesehatan remaja tingkat kota Salatiga 2010 2 Juara 1 lomba solo vocal tingkat kota Salatiga 2010 3 Juara harapan 2 lomba pidato tingkat kota Salatiga 2010 4 Juara 2 lomba melukis tingkat kota Salatiga tahun 2010 2010 5 Juara 3 lomba Pidato tingkat Kota Salatiga tahun 2010 2010 6 Juara I lomba Pidato Tingkat Kota Salatiga tahun 2012 2012 7 Juara III Lomba membaca Al Qur’an Tartil tingkat Kota Salatiga 2012 8 Juara I Lomba Pencaksilat Pekan Olah Raga Pelajar Tingkat 2012 Kota Salatiga 9 Juara I lomba Pidato putri Tingkat Kota Salatiga dan sekitarnya 2012 10 Juara III Lomba Pidato Putra Tingkat Kota Salatiga dan 2012 Putri Tingkat Kota Salatiga dan 2012 Juara I Lomba Pencaksilat Pekan Olah Raga Pelajar Tingkat 2012 sekitarnya 11 Juara III Lomba Pidato ekitarnya 12 Kota Salatiga 13 Juara III Lomba Pidato Tingkat Kota Salatiga 2012 14 Juara II Lomba Pencaksilat putrid Pekan Olah Raga Pelajar 2012 Tingkat Kota Salati 15 Juara III lomba keislaman tingkat Kota Salatiga 2012 102 C. Pembahasaan Temuan Supervisi Pembelajaran Kepala MTs N Salatiga 1. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala MTs Negeri Salatiga Dari hasil pengamatan peneliti dan studi dokumentasi ditemukan beberapa temuan diantaranya: a. Bahwa kepala madrasah telah membuat perencanaan supervisi pembelajaran pada semester ganjil dan dengan membuat jadwal supervisi kelas. b. Kepala madrasah belum mendelegasikan/melibatkan wakil kepala madrasah untuk melaksanakan tugas supervisi pembelajaran pada guru-guru. c. Sebelum pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah telah memeriksa persiapan melaksakan supervisi pembelajaran kepada guru-guru untuk meningkatkan kompetensi dalam pembelajaran di madrasah terutama dalam menyusun silabus dan RPP. d. Pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah terhadap guru-guru dari penelusuran data dokumentasi sebagaimana yang terdapat pada profil MTs Negeri Salatiga adalah data yang diperoleh jumlah guru secara keseluruhan 45 guru mapel dan baru dilaksanakan supervisi kunjungan kelas dilaksanakan baru 85 % secara keseluruhan. Mengingat keterbatasan waktu. 103 e. Pembinaan yang dilakukan kepala Madrasah dilaksanakan setelah upacara apel pagi tiap hari senin. f. Supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah melalui observasi pembelajaran di kelas menggunakan instrumen penilaian kinerja guru dalam proses pembelajaran. g. Bimbingan yang dilakukan kepala madrasah baik secara individu dan kelompok.dengan melalui metode dan teknik serta pendekatan secara demokratis. h. Hasil observasi pembelajaran guru-guru ditindaklanjuti. Dari temuan diatas didasarkan pada penelusuran data baik diperoleh melalui wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi penulis dapat mengungkapkan melalui analisa data supervisi pembelajaran yang telah dibuat oleh kepala madrasah. Hal ini berdasarkan wawancara kepada kepala madrasah diungkapkan: “Kami pada awal semester ganjil sebelum melaksanakan supervisi kelas, membuat perencanaan menyusun jadwal supervisi kelas kepada guru-guru sebagai acuan dalam melaksanakan supervisi pembelajaran”. 5 Dari penjelasan diatas penulis dapat memahami bahwa sebelum pelaksanaan supervisi pembelajaran ke kelas kepala MTs Negeri Salatiga telah membuat perencanaan supervisi pembelajaran dalam 5 Data wawancara dengan kepala MTs N Salatiga tgl 16 Juli 2013. 104 rangka peningkatan kompetensi guru. Selanjunya dalam rangka peningkatan kompetensi guru dalam hal ini tentang proses pembelajaran guru tidak lepas meyiapkan perangkat pembelajaran sebelum mengajar membuat silabus dan Rencana Pelansanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kepala madrasah/sekolah sebagai top menejer di madrasah salah satu tugasnya diantaranya adalah membina dalam rangka peningkatan mutu madrasah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dalam hal ini adalah Standar Proses. Maka Kepala MTs Negeri berkewajiban sebelum melakukan supervisi kunjungan kelas untuk memeriksa perangkat pembelajaran guru-guru di MTs Negeri Salatiga. Hal ini juga dipertegas dan diungkapkan oleh seorang guru mapel bahasa Arab Ibu Ida Widminingsih, S.Ag menurut pengakuan beliau: “Sebelum kepala madrasah melakukan supervisi pembelajaran ke kelas telah memeriksa perangkat pembelajaran terutama silabus dan RPP serta menandatangi perangkat pembelajaran, ini dilakukan setiap tahun ajaran baru” 6 Dari ungkapan guru bahasa arab tersebut diatas bahwa kepala MTs Negeri Salatiga telah mengadakan pemeriksaan perangkat pembelajaran guru sebagai salah satu bentuk kinerja guru dalam peningkatan kompetensi menyusun perangkat pembelajaran. 6 Wawancara dengan guru bahasa arab tgl 17 juli 2013 105 Sejalan dengan uraian di atas, ditinjau dari keefektifannya sebagai lembaga pendidikan secara formal, seringkali muncul masalah pendidikan akibat dari pengelolaan pembelajaran yang tidak tepat. Oleh karena itu salah satu faktor kunci yang dianggap penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah peran kepala madrasah sebagai supervisor melakukan pemanatuan dari aspek administrasi guru sebagai bagian dari manajemen pendidikan di sekolah/madrasah sebagaimana yang telah dibuat . Perlunya pengelolaan adminstrasi guru yang profesional didasarkan pada asumsi bahwa manajemen pendidikan yang berlangsung dalam sebuah lembaga pendidikan akan berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi pendidikan di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Artinya, sebagai sumber yang mempengaruhi terjadinya proses pendidikan perlu ditangani secara jelas, terkendali dan terarah. Untuk itu, guru perlu mempersiapkan diri tidak hanya tentang penguasaan materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik, tetapi perlu ditunjang administrasi yang tertib dan benar. Rencana pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, rencana pembelajaran merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran 106 perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik, materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi peserta didik. Sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai. Rencana pembelajaran berisi garis besar (outline) apa yang akan dikerjakan oleh guru dan peserta didik selama proses pembelajaran, baik untuk satu kali pertemuan maupun meliputi beberapa kali pertemuan. Selama ini kepala madrasah ketika melaksanakan supervisi adalah datang ke kelas membawa instrumen yang sudah tersedia di buku pedoman supervisi. Sebelum ke kelas kepala madrasah sudah siap dengan apa yang akan dilakukan melakukan persiapan. Kedatangan ke kelas sudah rutin sehingga tidak merasa ada masalah. Oleh karenannya tidak merasakan adanya masalah dan tidak tertantang guna mencari variasi lain. Sehingga, kegiatannya dan tidak perlu repot mengganti instrumen yang sudah ada. Selanjutnya dalam melaksanakan supervisi pembelajaran kepala madrasah belum melibatkan wakil kepala madrasah untuk mensupervisi 107 kunjungan kelas pada guru-guru. Pendekatan yang dilakukan oleh kepala MTs Negeri salatiga dalam melaksanakan supervisi pembelajaran melalui pendekatan direktif yaitu kepala MTs N langsung memberikan arahan langsung kepada guru-guru yang disupervisi dengan teknik yang bersifat individual. Sebagai mana diungkapkan oleh kepala MTs Negeri salatiga: “Memang kami dalam melaksanakan supervisi pembelajaran kepada para guru belum melibatkan wakil kepala madrasah untuk melakukan supervisi pembelajaran, dan rencana ke depan kami akan melibatkan wakil kepala madrasah untuk melakukan supervisi pembelajaran ke kelas.”7 Hal ini juga dibenarkan oleh penuturan wakil kepala MTs Negeri Salatiga: “Memang kami sejak menjadi wakil kepala MTs Negeri salatiga belum pernah mendapat surat tugas untuk melakukan supervisi terhadap guru dalam pelaksanaan pembelajaran supervisi kepada guru-guru .”8 Guru yang selama disupervisi di dalam kelas oleh kepala MTs Negeri Salatiga menggunakan instrumen pelaksanaan pembelajaran, setelah selesai mengamati pembelajaran diadakan tindak lanjut untuk memberikan masukan-masukan terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir kegiatan proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru mapel bahasa Inggris Bapak Nova Zaini, S.Pd.I : 7 8 Wawancara dengan kepala MTs N salatiga tgl 18 Juli 2013. Wawancara dengan wakil kepala MTs N Bp.Syafi’I tgl 20 juli 2013. 108 “Sesuai dengan jadwal supervisi pembelajaran yang telah dibuat oleh kepala MTs N Salatiga, kami selama ditunggui kepala MTs Negeri Salatiga dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas, dan setelah selesai kami dipanggil langsung dibina dan diberi masukan terutama tentang kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran” 9 Disamping itu pembinaan kelompok secara rutin yang bertempat di ruang guru yang dilakukan oleh kepala MTs Negeri Salatiga setiap hari senin setelah upacara bendera mengingat hari senin itu awal masuk minggu pertama dilakukan untuk memberikan informasi dan pembinaan kepada guru terkait dengan peran guru sangat menentukan keberhasilan madrasah untuk menghantarkan peserta didik mencapai prestasi yang lebih baik dan dapat memotivasi guru-guru pentingnya kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pokoknya. Dengan adanya pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala madrasah membuat guru MTsN telah dapat melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan baik. Mereka mengakui bahwa kemampuan pengelolaan pembelajaran yang mereka miliki di antaranya merupakan hasil supervisi kepala madrasah melalui teknik perorangan dengan melalui percakapan pribadi, diskusi, tukar pengalaman, dan teknik kelompok melalui musyawarah guru. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru mapel IPA Drs Syariful Hadi dalam penuturannya kepada peneliti: “…Kepala Madrasah melaksanakan pembinaan biasanya setiap hari senin setelah selesai upacara bendera dilanjutkan pembinaan 9 Wawancara dengan guru mapel bahasa Inggris Nova Zaini, S.PdI tgl 26 juli 2013. 109 secara kelompok tentang kedisiplinan, pembelajaran dan inovasi pembelajaran.”10 Dari ungkapan dan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dengan adanya supervisi kepala madrasah, guru MTs N di Tegalrejo Salatiga dapat melakukan pengelolaan pembelajaran di kelas dengan baik. Dengan demikian, kinerja guru semakin meningkat yang pada tahap selanjutnya mutu pembelajaran MTs N di Tegalrejo juga meningkat. 10 Wawancara dengan guru mapel IPA Drs. Syariful Hadi tgl 22 juli 2013. 110 2. Hasil Temuan Pelaksanaan Supervisi Oleh Kepala MTs Negeri Salatiga Ditinjau dari Segi Teori-teori Supervisi. a. Kepala madrasah dalam pelaksanakan supervisi pembelajaran dari segi membuat perencanaan pembelajaran dinjau dari segi teori-teori supervisi cukup baik ini dibuktikan dengan adanya perencanan membuat jadwal sehingga tujuan arah secara jelas kapan dan di kelas berapa melaksanakan observsi kelas dalam rangka menilai kinerja guru dalam proses pembelajaran. b. Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala madrasah belum ada temu awal atau pra supervisi pembelajaran menurut teori supervisi dalam sebelum dilaksanakan observasi pelaksanann proses pembelajaran dilakukan melalui wawancara terlebih dahulu sehingga apa yang mau diajarkan oleh guru itu jelas dan penilaiaannya itu dilaksanakan secara obyektif. Sehingga guru akan temotivasi dan semangat dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokoknya yaitu secara profesional. c. Kepala madrasah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran baru sebagian menggunakan teori-teori supervisi yaitu dalam hal penggunaan teknik supervisi dan pendekatan belum secara keseluruhan mengingat tugas kepala madrasah bukan hanya melaksanakan supervisi pembelajaran saja dan keterbatasan 111 waktu. Sedangkan yang belum dilaksanakan adalah teknik supervisi yang bersifat kelompok yaitu demontrasi mengajar. Berdasarkan dari temuan diatas dapat diketahui pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru ditinjau dari segi teori supervisi dapat diungkapkan bahwa pada dasarnya kepala madrasah telah berupaya dalam meningkatkan kompetensinya sebagai supervisor telah menjalankan secara maksimal, namun karena keterbasan waktu sehingga baru sebagian saja. Disamping itu kepala madrasah selaku sebagai supervisor telah melakukan supervisi pembelajaran ini dapat diungkap melalui pengamatan dan informasi melalui wawancara serta studi dokumen yang diperoleh selama peneliti di MTs Negeri salatiga, bahwa secara teori sudah sesuai dengan teori supervisi, yaitu kepala MTs telah membuat perencanaan jadwal supervisi, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan kunjungan kelas untuk menilai kompetensi guru dalam proses pembelajaran langsung masuk kelas tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu antara guru dengan kepala madrasah apa yang mau diajarkan, metoda apa yang digunakan sehingga supervisor dalam menilai kinerja guru baru sebagian bila ditinjau dari segi teori-teori supervisi, terutama pada pra supervisi 112 pembelajaran. Sebagaimana diungkapkaan oleh kepala MTs Negeri Salatiga melalui wawancara kepada peneliti : “…. Memang betul selama kami melaksanakan supervisi pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran langsung masuk kelas tanpa ada kesepakatan dulu pada guru yang mau disupervisi sebagai mana yang ada dalam teori supervisi….Yaitu pra supervisi pembelajaran.”11 Hal ini juga dibenarkan oleh seorang guru mapel Qur’an Ibu Dra. Dihliz Zunaim yang pernah disupervisi pembelajaran di kelas oleh kepala MTs Negeri Salatiga mengungkapkan melalui wawancara dengan peneliti: “…Selama kami disupervisi oleh kepala MTs Negeri Salatiga langsung masuk ke kelas belum pernah ada pertemuan awal untuk membicarakan kesepakan SK dan KD apa yang mau diajarkan, metode apa yang akan digunakan dan evaluasi apa yang digunakan.”12 11 12 Wawancara dengan kepala MTs Negeri Salatiga tgl 26 juli 2013. Wawancara dengan guru mapel Qur’an tgl 27 juli 2013 113 3. Hasil Temuan Dampak Supervisi Pembelajaran Terhadap Pengembangan Profesional Guru di MTs Negeri Salatiga. Peran kepala madrasah sebagai supervisor dalam hal ini supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala MTs Negeri Salatiga berdampak positif dan dapat meningkatkan kompetensi profesional guru, Dengan adanya diadaakan supervisi pembelajaran dapat memberikan masukan dan kekurangannya terhadap guru yang disupervisi terutama dalam pengelolaan kelas, penggunakan teknik dan metode yang tepat dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Hal ini diungkapkan oleh Guru Bahasa Arab Munawar S.Ag kepada peneliti: “…Ya dengan kepala madrasah mengadakan supervisi pembelajaran terhadap guru kami sangat merasakan ada peningkatan dalam melaksakan proses pembelajaran karena kepala madrasah melihat secara langsung apa yang terjadi didalam kelas dapat diketahui dengan sebenarnya sehingga adanya kekurangan dalam proses pembelajaran tersebut dapat diberi masukan-masukan sehingga dalam proses pembelajaran selanjutnya menindak lanjuti masukan-masukan dari kepala madrasah ”13. Supervisi pembelajaran yang dilakukan kepala madrasah adalah bantuan kepada para guru sehingga mereka terus menerus mengembangkan kompetensinya untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan supervisi pembelajaran guru akan 13 Wawancara dengan guru mapel Bahasa Arab Munawar, S.Ag tgl 26 Juli 2013. 114 mendapatkan masukan-masukan yang berhubungan dengan pembelajaran, baik yang berhubungan dengan peguasaan materi dan cara pengembangan penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran maka guru tersebut memiliki kompetensi kemampuan profesional. Dengan melihat kondisi tersebut guru memahami dituntut untuk bisa aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini juga dipertegas dengan penuturan kepala MTs Negeri Ibu Hj Dra Zayinatun, M.Pd menyatakan: “Kami biasanya melihat guru dalam proses pembelajaran di kelas kemudian setelah selesai kami beri masukan dan selajutnya saya lihat lagi ternyata ada peningkatan dalam pengembangan profesional salah satu diantaranya dalam mengadakan proses pembelajaran memakai ICT “14 Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala madrasah terhadap guru dapat memberikan pengaruh dampak positif dalam pengembangan profesionalisme dalam meningkatkan pembelajaran terhadap siswa sehingga salah dari hasil supervisi pembelajaran kepala madrasah dapat dilhat dalam meraih prestasi dalam bidang akademik disamping hasil penilaian dari Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah mendapat peringkat A, juga guru-gurunya dalam proses pembelajaran 14 Wawancawa dengan kepala MTs Negeri Salatiga tgl 27 juli 2013. 115 sudah menggunakan ICT. Ini semua adalah salah satu tugas kepala madrasah tidak lepas dari hasil supervisi pembelajaran. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam rangka menilai kinerja guru dalam pengembangan profesional guru terutama supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala madrasah terhadap guru-guru baru 85% dan 15% belum semua guru secara menyeluruh di kunjungi di kelas terutama pada semester ganjil. Hal ini disebabkan karena biasanya kepala madrasah ada tugas secara mendadak dan ada rapat koordinasi yang tidak bisa diwakilkan artinya bahwa kepala madrasah sudah membuat daftar jumlah namanama guru yang akan disupervisi pembelajaran di kelas namun seperti apa yang sudah dijelaskan tersebut diatas yaitu adanya tugas mendadak yang tidak boleh diwakilkan orang lain maka yang 15% ditunda dan solusinya pelaksanaan supervisi pembelajaran hanya melalui pemeriksaan admistrasi pemebelajaran. Hal ini terungkap dapat diketahui melalui data dokumen melalui intrumen pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh kepala madrasah. Disamping data ini diperoleh melalui dokumen juga terungkap melalui wawancara dengan kepala MTs Negeri Salatiga menyatakan: “Setiap semester ganjil kami selalu membuat jadwal perencaan untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas untuk menilai hasil kinerja semua guru dalam rangka pengembangan kompetensi profesional, namun karena ada undangan rapat koordinasi di kanwil secara mendadak yang tidak bisa 116 diwakilkan maka dengan sendirinya apa yang sudah kami rencanakan untuk kunjungan ke kelas sesuai jadwal tidak bisa terlaksana, dan biasanya kami cukup memeriksa administrasi pembelajaran terutama bagi guru yang belum kami masuki di kelas.”15 Supervisi pembelajaran kepala madrasah dapat meningkatkan pengembangan profesional guru, salah satu diantaranya guru dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan RPP yang tertuang di KTSP mengacu pada standar proses. Selanjutnya dilihat dari segi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Negeri Salatiga Kepala Madrasahnya kualifikasi pendidikannya S2. Dan guru-gurunya juga ada yang kualifikasi S1 dan S2. Dengan ini maka kompetensi kepala madrasah terutama pada supervisi pembelajaran sebagai supervisor sangat mempengaruhi terhadap guru dalam melaksanakan salah satu tugas pokok dan kompetensi guru-gurunya sebagian besar sudah menguasai ICT dengan dibuktikan pada waktu mengajar memakai pembelajaran berbasis ICT. Dampak supervisi kepala madrasah dalam pengembangan profesional guru juga melalui kegiatan MGMP mata pelajaran yang telah tertuang dalam dalam standar isi. Dan mengikut sertakan guruguru melalui workshop. 15 Wawancara dengan kepala MTs N Tgl 27 Juli 2013. 117 D. Pembahasan Temuan Hasil Supervisi Pembelajaran Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiaga. 1. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Di SMP AlAzhar 18 Salatiga. Kepala sekolah mempunyai salah satu tugas yaitu membina dan melaksanakan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru agar dalam pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dapat terlaksana sesuai dengan Visi dan Misi serta tujuan yang telah dibuat untuk diimplementasikan dalam pengelolaan satuan pendidikan dalam hal ini terutama salah satunya adalah Standar Proses yaitu melaksanakan supervisi pembelajaran. Dari langkah-langkah proses supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor telah menyusun perencanaan pembelajaran, melakukan dan menindaklanjuti supervisi. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil pengamatan peneliti melalui studi dokumen dan wawancara di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ditemukan bahwa: (1) Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah sebelum melaksanakan supervisi pembelajaran kepada guru-guru terlebih dahulu membuat perencanaan yaitu membuat jadwal supervisi. (2) Dalam pembuatan jadwal kepala sekolah mendelegasikan wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melaksanakan tugas 118 supervisi pembelajaran kepada guru-guru. Hal ini dapat diungkapkan oleh kepala sekolah melalui wawancara dalam penuturannya mengatakan: “Sebelum kami melaksanakan supervisi pembelajaran kepada guru-guru saya sudah menyusun perencanaan jadwal supervisi pembelajaran dan saya mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas.”16 Kepala sekolah sebagai seorang pimpinan mempunyai tugas sangat banyak sehingga salah satu tugas kepala sekolah adalah mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan supervisi pembelajaran. Mengingat tugasnya banyak salah satu kebjakannya adalah mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran. Dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah sebelum menilai kinerja guru terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas terlebih dahulu memeriksa perangkat pembelajaran yang mau diajarkan di kelas, selanjutnya guru yang bersangkutan diberitahu untuk kunjungan kelas dan selama mengamati proses pembelajaran membawa instrumen penilaian dan posisi kepala sekolah duduk dibelakang sambil mengamati guru dan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung selama 2 jam atau 80 menit. Setelah selesai guru yang disupervisi langsung diajak ke kantor ruang kepala 16 Wawancara dengan kepala sekolah tgl 17 Juli 2013 119 sekolah untuk diberi masukan-masukan tentang kekurangannya dalam mengajar yang untuk selanjutnya agar masukan masukan tersebut dari kepala sekolah agar ditindak lanjuti. Hal ini dapat terungkap oleh penuturan seorang guru PAI Ibu Inayatul Wahidah M.PdI melalui wawancara kepada peneliti mengungkapkan: “… Saya masih ingat ketika itu saya mengajar di kelas IX, … sebelum bapak kepala sekolah melakukan supervisi ke kelas saya diberi tahu dulu bahwa nanti saya akan disupervisi, bahkan perangkat pembelajaran pun dilihat dan dicermati oleh kepala sekolah, … Dalam melaksanakan supervisi pembelajaran bapak kepala sekolah membawa intrumen penilaian, … Selama saya disupervisi oleh kepala sekolah sikap kita biasa biasa saja karena sudah terbiasa disupervisi oleh kepala sekolah, … Memang pada waktu proses pembelajaran itu ada kendala sedikit dalam pemakaian LCD agak terganggu dan akhirnya bisa tersesaikan dengan baik,… Begitu juga setelah selesai proses pembelajaran selesai lalu saya langsung dibina diruang kepala sekolah diberi masukan kelemahan tentang ini dan itu sehingga saya bisa mengerti apa yang seharusnya saya lakukan ketika mengajar di kelas dengan baik.”17 Hal ini juga diungkapkan oleh seorang guru dalam penuturannya kepada peneliti: “... Setiap awal tahun ajaran baru baik semester ganjil dan genap ada pelaksanaan supervisi dari jakarta bukan hanya masalah yang dimonitoring tentang pembelajaran saja akan tetapi meliputi 8 standar nasional pendidikan, …Walaupun saya sudah lama mengajar, tapi kalau saya disupervisi oleh kepala sekolah agar grogi karena merasa tidak tenang, setelah beberapa menit berjalan biasa-biasa saja, …dan itu bagi saya itu sangat beruntung karena dengan adanya supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat diketahui kekurangannya sehingga saya harus selalu 17 Wawancara dengan dengan guru mapel PAI Ibu Inayatul Wahidah tgl 26 Juli 2013. 120 meningkatkan kompetensi pembelajatan. 18 profesional dalam proses Dari ungkapan diatas perlu kita ketahui bahwa disamping supervisi yang dilaksanaka oleh kepala sekolah terhadap guru-guru. Juga mengingat pula bahwa ternyata di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga setiap tahun dua kali dari yayasan Jakarta mengadakan monitoring dan supervisi yang mencakup 8 standar supervisi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SMP Islam Al-Azhar Salatiga. Dan hasil dari motoring dan supervisi itu diberikan langsung kepada kepala sekolah untuk ditindaklanjuti terutama dalam melaksanakan tugas sesuai dengan temuan yang telah dituangkan dalam intrumen penilaian yang telah dipersiapkan dari Jakarta. 18 Wawancara dengan salah satu guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tgl 26 juli 2012. 121 2. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Oleh Kepala SMP Al-Azhar 18 Salatiga Ditinjau Dari Segi Teori-Teori Supervisi. Sesuai apa yang sudah diuraikan secara teori pada bab II tentang supervisi pembelajaran maka berdasarkan pengamatan peneliti melalui studi dokumen dan wawancara kepada kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru-guru ditemukan bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pembelajaran sebelum masuk kelas terlebih dahulu diberi intrumen pra supervisi kepada guru-guru untuk mengisi yang telah disediakan dalam instrumen tersebut. Setelah guru selesai mengisi instrumen diadakan kesepakatan kapan pelaksanaannya dilakukan kunjungan kelas. Kepala sekolah dalam ini sangat demokratis dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pemimpin sesuai dengan prinsip-prinsip dalam supervisi. Memperlakukan bawahannya terutama guru-guru sangat senang sehingga guru yang disupervisi kepala sekolah berdampak positif karena tujuan supervisi adalah membantu melayani dan membimbing kearah profesionalisme. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam supervisi pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah adalah disesuaikan dengan kompetensi guru masing-masing. Artinya bahwa kadang melalui pendekatan direktif, kadang kolaboratif dan kadang pendekatan non direktif. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh kepala SMP Islam Al-Azhar 18: 122 “… Guru-guru yang telah kami supervisi pembelajaran pendekatan biasanya yang digunakan melalui pedekatan direktif terutama bagi guru yang baru, sedangkan untuk guruguru yang lain kami gunakan pendekatan kolaboratif dan non direktif.”19 Hal ini juga dibenarkan oleh seorang guru Bahasa Inggris mengungkapkan: “Bapak kepala sekolah setelah melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas, setelah selesai saya di bina dan beri masukan secara individu diarahkan tentang kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.”20 Begitu juga model supervisi yang digunakan bersifat ilmiah. Artinya bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi memakai perencanaan dan menggunakan intrumen supervisi pembelajaran sehingga bersifat objektif tidak diskriminatif dalam menilai kinerja guru dalam hal ini adalah dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh seorang guru mapel bahasa Indonesia: “Sewaktu bapak kepala sekolah mensupervisi pembelajaran dikelas selalu menggunakan instrumen penilaian pembelajaran dan setelah selesai mengamati selama saya mengajar kumudian menandatangani hasil dalam proses pembelajaran dikelas.” Teknik yang digunakan oleh kepala sekolah dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Teknik Individu yang dilakukan 19 20 Wawancara peneliti dengan kepala SMP Islam Al-Azhar alatiga Tanggal 20-08-2013 Wawancara penelti dengan guru bhs Inggris tanggal 20-08-2013. 123 kepala sekolah melalui kunjungan kelas. Sedangkan teknik supervisi secara kelompok dilaksakan melalui rapat guru. Pendekatan yang dilakukan tergantung dari situasi dan kondisi dalam hal ini biasanya guru-guru yang baru supervisi dilakukan dengan pendekatan direktif karena guru tersebut perlu adanya bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari kepala sekolah, namun dalam pelaksanaannya baru satu kali kunjungan pada guru tersebut sehingga secara teori kepala sekolah baru melaksanakan sebagian saja, belum mengadakan secara menyeluruh ditinjau di segi teori-teori supervisi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh kepala sekolah melalui wawancara dalam penuturannya: “…Memang benar bahwa dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran ditinjau dari segi teori-teori supervisi baru sebagaian saja yang dilaksanakan, belum secara menyeluruh.”21 Maka sebagai solusinya kepala sekolah secara terus menerus dapat meningkatkan kompetensi terutama dalam hal supervisi pembelajaran mempelajari tentang konsep/teori pembelajaran sehingga secara bertahap dampaknya dapat supervisi diketahui terhadap guru-guru yang disupervisi dapat meningkatan kompetensi proesional guru. 21 Wawancara kepala sekolah tanggal 20 Agustus 2013. 124 3. Temuan Dampak Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Profesional Guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Peran kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran sangatlah menentukan dalam keberhasilan pendidikan karena kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai top menejer disekolah dapat menentukan kebijakan terkait mutu pendidikan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Kepala sekolah dituntut untuk selalu mengembangkan keprofesionalismenya dan meningkatkan kompetensinya terutatama dalam hal ini sesuai dengan permendidknas bahwa salah satu tugas kepala sekolah adalah untuk melaksanakan supervisi pembelajaran melalui perencanaan, melaksanakan dan menindaklanjuti dari pelaksanaan supervisi pembelajaran Dalam hal ini peneliti dapat menemukan melalui wawancara dengan seorang guru mapel matematika menyatakan: “… Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sangat penting dan dapat meningkatkan kompetensi profesional, apalagi saya guru baru sangat memerlukan bantuan kepada kepala sekolah sehingga saya dapat menyusun silabus dan RPP secara mandiri”22 Disamping itu juga diungkapkan oleh guru IPS Ibu Yekti Widowati kepada peneliti menyatakan: 22 Wawancara dengan guru matematika pada tgl 26 juli 2013 125 “Dengan adanya kepala sekolah mengadakan supervisi pembelajaran, dapat meningkatkan profesional dalam proses pembelajaran, karena saya mendapat bimbingan dan bantuan serta mendapat masukan-masukan tentang kekurangan saya dalam proses pembelajaran.”23 Pembinaan yang dilakukan oleh kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dilaksanakan setiap hari sabtu mengingat jadwal pada hari sabtu untuk kegiata ektrakurikuler bagi siswa, maka untuk guru-guru digunakan oleh kepala SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga untuk pembinaan dalam rangka untuk pengembangan kemajuan sekolah dan peningkatan kompetensi guru. Adapun isi pembinaan itu terkait dengan kedisiplinan guru dan memotifasi guru-guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya secara profesional terutama dalam proses pembelajaran sehingga pada tujuan akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa. Ini semua adalah salah satu peran kepala sekolah dan sebagai bentuk aktifitas yang dilaksakan oleh kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran guru dapat meningkatkan kompetensi prosesional guru di sekolah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh kepala sekolah mengatakan: “Kami mengambil hari sabtu digunakan untuk pembinaan para guru karena memang hari sabtu siswa melaksanakan kegiatan ektra kurikuler sehingga tidak mengganggu untuk proses pembelajaran, adapun isi pembinaannya selalu kami tekankan 23 Wawancara dengan guru mapel IPS Ibu Yekti Widowati tgl 26 Juli 2013. 126 pada kesiplinan dan peningkatan kompetensi profesional guru.”24 Hal ini juga juga kuatkan oleh seorang wakil kepala dengan melalui wawancara menyatakan: “…Memang betul bahwa kepala sekolah dalam mengadakan pembinaan dilaksanakan setiap hari sabtu, dengan alasan karena hari sabtu tidak ada jadwal kegiatan proses pembelajaran bagi siswa dan hari itu juga digunakan untuk pegenbangan diri bagi siswa. … lalu kami dikumpulkan di ruang kelas mendapat arahan dan pembinaan terutama tentang kesiplinan dan peningkatan profesionalisme guru.”25 Kebijakan yang dilakukan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin juga sekaligus selaku sebagai supervisor. Dalam pembinaan yang dilakukan setiap hari sabtu agar tidak menggangu proses pembelajaran. Isi dari pembinaan tersebut biasanya tentang issu pendidikan terkait dengan berbagai aspek terutama dalam hal menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan motivasi kepada para guru-guru agar selalu meningkatkan kompetensi profesional serta tentang kedisiplinan dalam mengajar harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Inilah komitmen yang diterapkan di Al-Azhar terutama sehingga guru-guru yang mengajar di SMP Islam Al-Azhar profesional ini terbukti bisa dilihat pada peningkatan jumlah peserta didik setiap tahun meningkat. Inilah salah 24 25 Wawancara dengan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tgl 26 juli 2013. Wawancara dengan wakil kepala sekolah tgl 26 Juli 2013. 127 satu dampak peran kepala sekoalah dalam melaksanakan secara profesional. Disamping itu karena pentingnya tentang tuntutan agar guru harus dapat mempunyai kompetensi profesional maka, jika dalam pengangkatan kepala sekolah tidak sekaligus diangkat langsung dari yayasan akan menjadi kepala sekolah tetapi melalui proses pemagangan dulu yaitu menjadi Plt Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. Setelah beberapa bulan bahwa Plt Kepala sekolah dinilai dari yayasan baik maka baru segera dilantik untuk menjadi kepala sekolah. Ini juga berlaku bagi guru-guru yang baru bahwa selama menjadi guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dinilai selama mengajar tidak profesional maka dalam beberapa bulan guru tersebut diberhentikan. Dengan memahami sebagaimana uraian tentang pentingnya pengembangan kompetensi bagi guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. Peran kepala sekolah selaku supervisor akan sangat membantu dalam membimbing dan melayani bagi guru-guru untuk selalu dibina dan diberi motivasi agar menjadi guru yang mempunyai kompetensi dibidangnya sehingga dapat melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. 128 4. Perbedaan Pelaksanaan dan Dampak supervisi di MTS Negeri dan SMP Islam Al -Azhar 18 Salatiga. Sebagaimana yang telah diuraikan dari temuan pada permasalahan 1, 2, dan 3 baik di MTs Negeri dan di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga diatas maka ada persamaan dan perbedaan pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dikukan oleh kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan kompetensi guru . Persamaannya adalah baik kepala MTs Negeri dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga telah melaksanakan supervisi pembelajaran baik yang dimulai melalui membuat perencaan jadwal, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi pembelajaran dan menggunakan perinsip-prinsip supervisi pembelajaran dan pendekatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memakai metode dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan supervisi pembelajaran. Disamping itu juga dampak supervisi pembelajaran yang telah dilakukan baik oleh kepala MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. Adapun yang membedakan pelaksanaan supervisi pembelajaran adalah sebagai berikut: Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran di MTs Negeri Salatiga kepala MTs Negeri Salatiga dalam melaksanakan supervisi 129 pembelajaran belum mendelegasikan pada wakil kepala madrasah dan guru senior. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala madrasah MTs Negeri Salatiga: “… Memang saya selaku kepala madrasah dalam menyusun jadwal pelaksanaan supervisi pembelajaran belum melibatkan wakil kepala madrasah untuk melaksanakan supervisi pembelajaran guru-guru dikelas.”26 Hal ini juga dibenarkan oleh wakil kepala madrasah mengungkapkan: “…Selama saya menjadi wakil kepala madrasah, belum pernah melaksanakan supervisi pembelajaran pada guru-guru karena tidak ada surat tugas untuk melaksanakan supervisi pembelajaran.”27 Sedangkan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga telah mendelegasikan atau melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melakukan supervisi pembelajaran guru di kelas.Hal ini dapat diungkapkan melalui wawancara dengan seorang guru yang telah melaksanakan supervisi terhadap guru mengungkapkan: “Sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh kepala sekolah dan ada perintah dari kepala sekolah untuk melaksakan supervisi pembelajaran guru dikelas….waktu itu saya mensupervisi guru mapel IPA yaitu Bu Heri Nikita Sari dengan memakai instrumen untuk menilai kinerja guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.” 28 26 Wawancara kepala MTs Negeri Salatiga tgl 30 Juli 2013. Wawancara dengan wakil kepala MTs Negeri Salatiga tgl 30 Juli 2013. 28 Wawancara peneliti dengan guru senior SMP Islam Al-Azhar 18 tanggal 17 Juli 2013. 27 130 Pelaksanaan dari segi teori-teori supervisi pembelajaran baik di MTs Negeri Salatiga dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga baru sebagian yang dilaksanakan salah satu diantaranya yaitu dalam hal pelaksanaan supervisi pembelajaran langsung masuk kelas dan yang kepala sekolah/madrasah belum dilksanakan adalah pra supervisi pembelajaran. Dalam hal ini yang membedakan khusus di MTs N belum melaksanakan pra supervisi sesuai dengan petunjuk yang ada dalam instrumen. Hal ini diungkapkan oleh kepala madrasah: “…Biasanya dalam melaksanakan supervisi pembelajaran saya langsung masuk kelas tanpa ada pertemuan awal untuk kesepakatan dengan guru tentang media apa yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.”29 Sedang di SMP Islam Al-Azhar sudah ada intrumen pra supervisi pembelajaran namun baru sebatas mengisi saja pada intrumen yang telah diberikan guru yang mau disupervisi ini dibuktikan pada penelusuran data dokumen instrumen yang digunakan oleh kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dalam pelaksanaan pra observasi. Dengan demikian agar lebih memperjelas perbedaan pelaksanaan supervisi pembelajaran di dua sekolah/madrasah bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut: 29 Wawancara peneliti dengan kepala MTs Negeri 16 Juli 2013 131 Tabel 4.11 Perbedaan Pelasanaan Supervisi Pembelajaran No 1. Aspek MTs N Salatiga Pelaksaan Kepala MTs N belum SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Kepala SMP Islam Al- Supervisi mendelegasikan wakil Azhar 18 telah dan guru senior dalam mendelegasikan wakil supervisi pembelajaran dan guru senior dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran 2 Pelaksanaan Kepala MTs N belum Kepala SMP Islam Al- Supervisi Azhar telah ada pra melaksanakan ditinjau dari pertemuan awal pra supervisi pembelajaran, teori-teori supervisi pembelajaran namun hanya sebatas supervisi terhadap guru-guru, mengisi instrumen langsung masuk kelas yang telah dipersiapkan Dampak supervisi pembelajaran baik oleh kepala sekolah/madrasah di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tersebut dapat meningkatkan kompetensi profesional guru terutama dapat menyusun perangkat pembelajaran dengan baik. 132 E. Pembahasan Analisis Lintas kasus Supervisi Pembelajaran Kepala MTs Negeri dan Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada temuan per kasus tentang supervisi pembelajaran kepala madrasah/sekolah baik di MTs Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga dalam meningkatkan kompetensi guru. Selanjutnya peneliti memadukan dan membandingkan dari temuan pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala MTs Negeri dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga. Kepala MTs Negeri dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengelola pendidikan dalam meningkatkan mutu pedidikan yang berkualitas sebab maju mundurnya sekolah/madrasah tergantung kebijakan kepala sekolah/madrasah yang dipimpinnya dan apalagi adanya penerapan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) kepala sekolah/madrasah dituntut untuk kreatif mengembangkan mutu pendidikan. Salah satu peran kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan tuganya adalah sebagai supervisor berkewajiban untuk membina guru-guru, agar guru tersebut dapat mempunyai kompetensi yang diharapkan sehingga guru menjadi profesional. Salah satunya dalam hal ini adalah melalui supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah. Disamping itu kepala sekolah/madrasah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk malakukan proses 133 pembelajaran untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Selanjutnya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah/madrasah adalah kompetensi supervisi akademik/pembelajaran intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi pembelajaran adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Kepala madrasah di MTs Negeri salatiga dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru sebelumnya telah membuat rencana jadwal program supervisi pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi profesional guru, begitu juga di SMP Islam AlAzhar 18 salatiga namun dalam pelaksanaannya kepala SMP Islam AlAzhar 18 telah melibatkan atau mendelegasikan tugas kepada wakil kepala sekolah dan guru senior. Kebijakan kepala sekolah ini mengandung arti satu sisi kepala sekolah sebagai manejer harus secara keseluruhan 134 mengatur dan mengelola seluruh komponen yang ada di sekolah dan satu sisi harus membina guru-guru terutama dalam proses pembelajaran. Maka ada nilai positip dan plus bagi kepala di SMP Islam Al-Azhar 18 dibandingkan dngan di MTs Negeri Salatiga belum melibatka wakil kepala madrsah dan guru senior. Dalam pelaksanaannya baik di MTs Negeri salatiga dan di SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga menerapkan metode dan teknik-teknik supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan direktif, kolaboratif dan non direktif. Namun dari data yang diperoleh melalui wawancara baik kepada kepala sekolah dan para guru bahwa di SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga sebelum pelaksanaan ada pertemuan pra supervisi yaitu adanya kesepakatan antara guru dan kepala sekolah sebelum pelaksanaan penilaian di kelas dengan menggunakan instrumen kemudian diisi oleh guru yang bersangkutan. Kemudian sesuai jadwal kepala sekolah masuk ke kelas mengamati proses pembelajaran berlangsung sampai selesai. Setelah selesai ditindak lanjuti dengan diadakan pertemuan guru yang bersangkutan diberi masukan tentang kekurangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, namun setelah guru yang bersangkutan yang telah diberi masukan sayang kepala sekolah belum mengecek kembali masuk ke kelas berikutnya. Artinya bahwa kunjungan supervisi pembelajaran hannya satu kali dalam satu semester. Mestinya dua kali kunjungan dikelas 135 dalam satu semester sehingga guru yang telah diberi masukan oleh kepala sekolah dapat diketahui adanya peningkatan dalam pngelolaan proses pembelajaran tersebut. Mengingat tugas kepala sekolah itu banyak bukan hannya mensupervisi pembelajaran saja maka sangatlah wajar sehingga solusinya mendelegasikan atau melimpahkan kepada wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran. Pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah/madrasah baik di MTs Negeri Salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ditinjau dari segi teori-teori supervisi antara kedua sekolah-madrasah tersebut adalah bervariasi artinya baru sebagian teori supervisi dilaksanakan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah baik dari segi prinsip-prinsip supervisi pembelajaran pendekatan supervisi, metode dan teknik supervisi pembelajaran. Sebagai mana yang telah diungkapkan melalui pengamatan dan studi dokumen serta wawancara baik dengan kepala sekolah/madrasah, wakil kepala dan guruguru serta TU. Salah satu dintaranya adalah di MTs Negeri Salatiga dalam supervisi pembelajaran kepala madrsah belum ada pertemuan pra supervisi dan lansung kepala madrasah masuk ke kelas sesuai dengan jadwal supervisi. Lain lagi di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga disamping ada pra supervisi dan melaksanakan supervisi pembelajaran baru satu kali. Pendekatan yang dilakukan adalah direktif, kolaboratif dan non direktif. 136 Sebab tidak semua guru mempunyai permasalahan yang sama sehingga kepala sekolah menerapkannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jika guru itu baru maka digunakan pendekatan direkfif sebab guru tersebut masih perlu pembinaan secara khusus dan belum berpengalaman dalam mengajar. Sedangakan guru yang sudah lama mengajar bisa digunakan pendekatan kolaboratif dan non direktif. Maka hal ini kepala sekolah harus mampu menerapkan metode dan teknik yang tepat dalam rangka untuk membina guru dalam hal ini adalah supervisi pembelajaran sehingga guru tersebut dapat meningkatkan kompetensi profesional. Kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan salah satu tugas sebagai supervisor mempunyai peran yang sangat penting bila melaksanakan tugas secara profesional dalam membina guru-guru, karena sesuai dengan tujuan supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor harus memberikan layanan dan membantu guru dalam rangka peningkatan kompetensi profesional. Dampak dari bimbingan dan layanan yang diberikan kepala sekolah/madrasah kepada guru tersebut dapat meningkatkan kompetensi guru Artinya bahwa supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dapat berjalan efektif maka akan memberikan dampak atau pengaruh positif dalam meningkatkan kompetensi guru. Sebagai mana yang telah diuraikan pada temuan poin nomor 3. Baik di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga kepala sekolah/madrasah telah melaksakan supervisi pembelajaran 137 dan dari hasil supervisi tersebut dapat memberikan dampak positif yaitu dapat meningkatkan kompetensi guru. Ini bisa di dilihat pada guru-guru sudah bisa membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara mandiri dan dalam proses pembelajaran sudah menggunakan pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT). Disamping itu dalam peningkatan pengembangan profesional guru dikedua sekolah/madrasah tersebut telah mengadakan wokrshop. In Hause Training (IHT) dan Diskusi kelompok serta tim teaching semua itu tidak lain adalah tidak lepas dari peran seorang kepala sekolah/madrasah dalam supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrasah. Disamping itu kedua sekolah/madrasah tersebut diminati masyarakat karena kedua sekolah/madrasah tersebut sama mendapat Nilai Akreditasi A, sehingga tiap tahun pendaftaran di kedua sekolah/madrasah tersebut meningkat dari tahun ketahun dan prestasinya baik dari segi akademik maupun non akademik meningkat dibuktikan setiap tahun kelulusannya 100%. 138 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam tesis ini maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan supervisi kepala MTs Negeri Salatiga dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga telah melaksanakan supervisi pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dibuktikan dengan mulai dari pembuatan perencanaan jadwal supervisi, melaksanakan, menilai hasil kinerja guru dengan memakai dipersiapkan dan instrumen pembelajaran menindaklanjuti dari yang hasil telah supervisi pembelajaran. 2. Pelaksanaan supervisi pembelajaran di MTs Negeri Salatiga dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga ditinjau dari segi teoriteori supervisi baru sebagian teori supervisi yang dilaksanakan yaitu salah satu diantaranya adalah pendekatan supervisi direktif dalam pembelajaran dan yang belum dilaksanakan yaitu pra supervisi pembelajaran temu awal wawancara dengan guru yang dilaksanakan sebelum dalam pelaksanaan supervisi. 139 3. Dampak supervisi pembelajaran terhadap pengembangan profesional guru baik di MTs Negeri Salatiga dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga menunjukkan hasil positif yaitu ditandai dengan adanya peningkatan dalam pembuatan silabus dan RPP secara mandiri dan dalam proses pembelajaran sebagian besar sudah memakai ICT. 4. Perbedaan pelaksanaan dan dampak supervisi di MTs Negeri Salatiga dengan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga adalah: a. Pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala MTs Negeri Salatiga belum mendelegasikan pada wakil kepala madrasah dan guru senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran pada guru-guru. b. Pelaksanaan supervisi pembelajaran di SMP Islam Al- Azhar 18 disamping kepala sekolah melaksanakan supervisi pembelajaran juga telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru. Adapun dampak supervisi terhadap peningkatan kompetensi guru di dua sekolah/madrasah tersebut dapat meningkatkan kompetensi guru salah satu diantaranya guru-guru dapat menyususn Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 140 (RPP) secara mandiri dan dalam melaksanakan pembelajaran telah memakai ICT. B. Saran. 1. Kepala MTs Negeri Salatiga dan kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga hendaknya secara terus menerus melakakukan perbaikanperbaikan secara terus menerus dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekaatan, metode dan teknik dengan mengacu pada teori-teori supervisi yang sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah masing-masing. Salah satu upaya yang perlu dilakuakan adalah dengan membuat konsep dengan melakukan perencanaan, pelaksanaan dan menindaklanjuti serta melakukan koordinasi secara sistematis dan konprehensip sehingga pelaksaan supervisi pembelajaran tercapai sesuai denga tujuan yang diharapkan. Disamping itu khusus di MTs Negeri Salatiga dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran melibatkan wakil hendaknya kepala kepala madrasah dan madrasah guru supaya senior untuk melaksanakan supervisi pembelajaran terhadap guru. 2. Bagi semua guru baik di MTS Negeri dan di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga perlu mengembangkan pola pikir positip terhadap pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas 141 pembelajaran dan mengembangkan kompetensi profesional guru secara terus menerus baik dalam membuat silabus dan RPP serta dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga akan tercipta suasana yang menyenagkan sehingga dapat mengantarkan peserta didik dapat mencapai prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. 3. Penelitian ini hannya meneliti pelaksanaan supervisi pembelajaran kepala sekolah/madrsah di MTs Negeri Salatiga dan di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga dalam meningkan kompetensi guru. Oleh karena itu masih sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar Kepala sekolah/madrasah dan guru semakin profesional dalam melaksanakan tugasya. 142 DAFTAR PUSTAKA Asyhari, M, “Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara”, Tesis, 2011. Arikunto, Suharsini. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan. Jakarta: Reneka Cipta, 1993. Bafadal, Ibrahim, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Choliq MT. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Mitra Cendekia, 2011 Depag RI. Panduan Perencanaan Madrasah, Jakarta: Majelis Pertimbangan dan pembendayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), 2005. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, 2010. Glickman, Carl D, Developmental Supervision:Alternative Practices for Helping Teachers, Improve Instruction, ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development), Alexandria, Virginia, 1981. Hasan Iskandar. ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA Dalam Menyusun RPP Melalui Supervisi Akademik Di SMP Negeri Gorontalo”,Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8, Nomor 1, Maret 2011. Hariyadi, Rahmat. “Tuntutan Pofesionalisme Guru di Era Globalisasi,” Jurnal Attarbiyah Kajian Agama, Budaya, Kependidikan. No 1 Tahun XXI, Januari-Juni, 2011. K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metodologi, penerjemah. M Djauzi Mundakir. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006. Lipham, James A, The Principalship: Concepts, Competencies, and Cases. New York, Longmars, 1985. Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. 143 Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Mardiyono, Supervisi Kunjungan Kelas dan Etos Kerja Guru Hubungannya Dengan Kualitas Pengajaran Pada SMU Negeri Kabupaten Demak (Tesis) DPS UNES, 2011. Nawawi, Hadari Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1981. Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004. Puspowati, Musrini, “Hubungan Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang,” Tesis PPS Unnes, 2003. Sagala, Sayiful. Supervisi Pembelajaran dalam ProfesiPendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010. Susanti, Siti, “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap kinerja Guru di MTs Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo Kab Grogogan tahun 2009,” (Sripsi) STAIN Salatiga, 2010. Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Sally J. Zepeda. Instructional Supervision Applying Tools and Concepts, Eye On Education, Library of Conggres Cataloging-in-Publication Data, 2003. Sumidjo, Wahju, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999. Oliva, Petre F. Supervision for Today’s Schools (secon edition). New York & London, Longman, 1984. Wahab, Abdul. Menulis Karya Ilmiyah. Surabaya: Airlangga University Press, 1999. Wahab, Aziz. “Mencari Arah Baru Dalam Pengelolaan Sekolah,” Pendidikan, No.3, Jakarta: 1996. Mimbar 144 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Judul Tesis: SUPERVISI KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU (STUDI MULTI KASUS DI MTS NEGERI DAN SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA) A. Untuk Kepala MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. 1. Bagaimana kronologi berdirinya sekolah/madrasah dan dinamika perkembangannya? 2. Bagaimanakah Visi, Misi, dan Tujuan di sekolah/madrasah? 3. Bagaimanakah KTSP yang dibuat sekolah/madrasah melibatkan semua unsur terkait? 4. Bagaimana pembinaan yang dilaksanakan kepala MTs dan SMP Islam AlAzhar 18 terhadap guru-guru? 5. Bagaimanakah bimbingan dilaksanakan secara individual dan kelompok? 6. Bagaimanakah dalam menyusun perencanaan supervisi pembelajaran? 7. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori-teori supervisi? 8. Bagaimanakah pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru? 9. Bagaimanakah model yang digunakan dalam supervisi pembelajaran terhadap guru-guru? 10. Bagaimanah teknik yang digunakan dalam supervisi pembelajaran? 11. Bagaimana Guru melaksanakan pembelajaran? 12. Bagaimanakah tindak lanjut supervisi pembelajaran terhadap guru? 13. Bagaimana dampak supervisi pembelajaran terhadap pengembangan profesional guru? 14. Apakah hasil supervisi dilaporkan kepada pengawas sekolah/mardasah? 15. Bagaimana kebijakan bapak ketika mengalami masalah atau kendala dalam pengembangan kompetensi profesional guru? 16. Permasalahan apa saja yang timbul dalam implementasi pengembangan kompetensi profesional guru-guru? 145 17. Bagaimanakah faktor pendukung dan penghambat supervisi? 18. Bagaimanakah langkah-langkah dalam mengatasi permasalahan yang sering timbul dalam pengembangan kompetensi prosesional Guru? B. Untuk Guru MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. 1. Apakah kepala sekolah/madrasah mensosialisasikan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah/madrasah? 2. Apakah kepala sekolah/madrasah mensosialisasikan supervisi pembelajaran? 3. Adakah jadwal yang dibuat oleh kepala sekolah/madrasah dalam supervisi pembelajaran di kelas? 4. Apakah wakil kepala sekolah/madrasah melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas? 5. Bagaimanakah Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran di kelas? 6. Bagaiamanakah silabus yang dibuat oleh Bapak/Ibu guru dalam pembelajaran? 7. Bagaimanakah Bapak/Ibu dalam menyusun RPP? 8. Bagaimanakah strategi/metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas? 9. Bagaimanakah Bapak/Ibu Guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT? 10. Bagaimanakah dalam menilai prestasi belajar peserta didik? 11. Bagaiman Bapak/Ibu melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian peserta didik 12. Bagaimanakah persepsi Bapak/Ibu Guru terhadap pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah/madrasah? 13. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu Guru, tentang supervisi pembelajaran yang dilaksanakan kepala sekolah/mardasah meningkatkan kompetensi profesional guru? 14. Bagaimanakah dampak supervisi kepala sekolah/madrasah terhadap pengembangan kompetensi profesional guru? 15. Bagaimana dampak dari supervisi kepala sekolah/madrasah? 16. Adakah bukti fisik kepala sekolah/madrasah dalam melaksanakan supervisi di kelas? 17. Kendala apakah yang sering Bapak/Ibu temukan dalam pengembangan kompetensi profesional guru dalam pengelolaan pembelajaran? 146 C. Untuk Waka Kurikulum MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. 1. Bagaimanakah KTSP yang dibuat oleh sekolah/madarasah? 2. Apakah ada pendelegasian kepala sekolah/madrasah dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran terhadap guru di kelas? 3. Jika ada, apakah dalam mensupervisi memakai intrumen pembelajaran? 4. Teknik apa yang digunakan dalam supervisi pembelajaran? 5. Pendekatan apa yang digunakan dalam supervisi pembelajaran? 6. Model supervisi apa yang digunakan? 7. Bagaimanakah tindak lanjut supervisi pembelajaran? 8. Apakah hasil supervisi pembelajaran dilaporkan kepala sekolah/madrasah? D. Untuk TU MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 1. Bagaimanakah kronologis berdirinya MTs Negeri salatiga dan SMP Islam Al-Azhar 18 salatiga? 2. Apakah kepala sekolah/marasah dalam pembinaan melibatkan guru dan karyawan di sekolah/madrasah? 3. Apakah ada notulen rapat dalam setiap pertemuan di madrasah? 4. Bagaimanakah profil sekolah/madrasah? 5. Bagaimana sarana prasarana sekolah/mardasah? 6. Apakah kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil supervisi kepada atasan? 147 Lampiran 2 PEDOMAN OBSERVASI DAN DOKUMENTASI A. Pedoman Observasi 1. Letak Geografis MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 2. Kondisi Lingkungan 3. Kondisi Bangunan 4. Kondisi ruang belajar, kantor, kamar mandi, masjid, tempat wudlu, dan toilet 5. Kondisi pelaksanaan pembelajaran 6. Kondisi SDM yang ada 7. Perilaku keseharian pimpinan, guru, staf dan sisiwa B. Pedoman Dokumentasi 1. Transkrip sejarah berdirinya, perkembangan dan profil sekolah/madrasah 2. Kronologis berdirinya sekolah/ madrasah 3. Struktu organisasi 4. Kondisi tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan siswa 5. Kondisi sarana prasarana 6. Program kerja sekolah/madrasah 7. Rencana srtategis sekolah/madrasah 8. Prestrasi Akademik dan non akademik sekolah/mardasah 9. Notulen rapat pengelola sekolah/madrasah 10. Data laporan supervisi 148 Lampiran 3 Jadwal Supervisi Kunjungan Kelas No. Hari/Tgl Nama Mata Guru Pelajaran Kelas Jam ke Pelaksanaan Supervisi Keterangan …………….........,………………….. Kepala Sekolah/Madrasah …………………………………… NIP. 149 Lampiran 4 PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN ………………………… 1. Hari, Tanggal : ……………………………………… 2. Nama Sekolah : SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 3. Nama Guru : …………………………………….. 4. Kelas/Semester/Tahun Pelajaran : …………………………………….. 5. Standar Kompetensi : ……………………………………… 6. Waktu : ……………………………………… 7. Nama Pengamat : ……………………………………… WAWANCARA PRA PENGAMATAN NO PERTANYAAN 1 Kompetensi dasar apa yang Bp/Ibu ajarkan? 2 Kemampuan apa yang diharapkan dimiliki CATATAN WAWANCARA Pengetahuan/Sikap/Ketrampilan murid? 3 Nilai-nilai apa yang akan dikembangkan? (Misal: tanggung jawab, sabar dsb) 4 Persiapan apa yang Bapak/Ibu buat? Porta/Prosem:Ada /tidak RPP: Ada/tidak 5 Adakah materi yang diperkirakan sulit Ada yaitu: dipahami oleh murid? 6 Adakah dugaan menanangi sumber kesulitan Ada yaitu: pembelajaran? 7 Metode apa saja yang akan bapak/Ibu Metode: gunakan? 8 Apa yang Bapak/Ibu gunakan sebagai alat bantu pembelajaran? Tidak ada/ada yaitu: 150 PENGAMATAN KUNJUNGAN KELAS SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA NO ASPEK YANG DIAMATI I. 1 2 3 PEMBUKAAN Melakukan absen Do’a belajar Melakukan perbincangan seharihari yang berkaitan Memberitahukan KD Memberikan tes awal KEGIATAN INTI PENGEMBANGAN UNSUR MATERI Guru menguasai ajar Materi yang diberikan sesuai dengan RPP Memeberikan contoh sehari-hari sebagai pngembangan materi UNSUR PEMBELAJARAN Menyajikan materi dg metode yg relevan Menyajikan materi dengan menggunakan papan tulis Mamapu memotivasi murid Guru menanamkan nilai-nilai sesuai dg jawaban pra pengamatan Mengembngka diskusi Guru menunjukkan kepedulian terhadap murid Menggunakan bahasa yg mudah Suasana kelas tertib PENUTUP Bersama murid menyimpulkan matari pelajaran Tes terakhir Do’a Penutup PENAMPILAN GURU 4 5 II A 6 7 8 B 9 10 11 12 13 14 15 16 C 17 18 19 III TDK YA NILAI MAK 3 3 4 4 3 10 6 6 6 6 5 4 5 4 4 4 5 5 3 HASIL ASPEK YANG DIBINA 151 20 21 22 Kerapihan Busana Kejelasan Berbicara Kewibawaan Jumlah Seluruhnya Nilai yang diperoleh 3 3 4 100 PASCA PENGAMATAN SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PERTANYAAN Apakah yang menjadi hambatan dalam pembelajaran tadi? Apakah pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan? Manakah yang dirasakan sangat memuaskan? Menurut perkiraan Bapak/Ibu mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran? Apa yang menjadi kesulitan murid? Apa yang menjadi kesulitan Bapak/Ibu? Adakah alternatif untuk mengatasi kesulitan itu? Marilah kita diskusikan hal-hal yang perlu ditingkatkan berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu dan hasil pengamatan saya! Apa yang kira-kira Bapak/Ibu dapat dari prtemuan kita? JAWABAN KESIMPULAN: SARAN: Salatiga, ……………………… Guru yang diamati Kepala SMPIA 18 Salatiga …………………… …………………………… 152 Lampiran 5 LEMBAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( Permendiknas No 41 Tahun 2007 ) Nama Sekolah :………………….……………………………......... Nama Pendidik :………………………………………………………… Kelas :………………………………………………………… Mata Pelajaran :……………………………………………………….. Tema/Topik Pembelajaran :………………………………………………………… Waktu :…………................................................ Hari/Tanggal :……………………………………………............. Petunjuk 1.Berilah penilaian pelaksanaan pemebelajaran yang dibuat guru sesuai aspekaspek yang ada. 2.Semakin baik yang ditampilkan semakin tinggi nilainya (1-4). A. KEGIATAN PENDAHULUAN Skala Nilai 1. Memberi salam 1234 2. Membaca surat-surat penddk/ayat-ayat yang berkaitan dengan Materi 1234 3. Memberi motivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam pebelajaran 1234 153 4. Memberi ruang gerak cukup, prakarsa, kemandirian diri & perkembanagan fisik& Psikis peserta didik 1234 5. Menyiapkan peserta didik fisik & psikis 1234 6. Mengajukan pertanyaan terkait pengetahuan sebelumnya 1234 7. Menjelaskan tujuan pembelajaran 1234 8. Menyampaikan cakupan materi & penjelasan uraian kegiatan 1234 Rata-rata: B. KEGIATAN INTI 1. Eksplorasi a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas 1234 b. Menggunakan beragam pendekatan, media & Sumber belajar 1234 c. Memfalisitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dan antar peserta didik dan guru, lingkungan dan sumber belajar d. Melibatkan peserta didik dalam setiap kegiatan 1234 1234 2. Elaborasi a. Membiasakan peserta didik membaca& menulis b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas 1234 154 diskusi dan lain-lain 1234 c. Memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir, menganalisa masalah 1234 d. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif & kolaborasi 1234 e. Memfasilitasi peserta didik utnuk menyajikan hasil kerja 1234 d. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri 1234 3. Konfirmasi a. Memberikan umpan balik positif & penguatan terhadap keberhasilan peserta didik 1234 b. Memberikan Konfirmasi terhadap hasil eksplorasi & elaborasi peserta didik 1234 c. Memfasilitasi Peserta didik melakukan refleksi dari pengalaman belajar 1234 d. Memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kopetensi 1234 Rata-rata: 155 C. KEGIATAN PENUTUP 1. bersama-sama menyusun, membuat rankuman/kesimpulan Pelajaran 1234 2. Melakukan penilaian diri/refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan 1234 3. Memberi umpan balik terhadap proses & hasil pembelajaran 1234 Rata-rata: Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Akhir = ------------------------------- = 3 Komentar/Saran: ………………………………………………………………………………………… ……….........…………………………………………………………………………… …………………………………..................................................................................... Salatiga.,………............ Penilai Keterangan : Kepala MTs N A = 3.28 – 4.00 Sangat Memuaskan B = 2.78 – 3.27 Memuaskan C = 2.38 – 2.77 Kurang Memuaskan ............................ 156 Lampiran 6 Gambar Dokumentasi Gambar 4.1. Dokunentasi wawancara peneliti dengan kepala MTs N Salatiga Gambar 4.2. Dokumentasi dan wawancra peneliti dengan guru aqidah ( Umar Faruk S.Pd) 157 Lampiran 7 Gambar 4.3.. Dokumentasi kepala MTs N melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas Gambar 4. 4 Dokumentasi tindak lanjut Kepala MTs N supervisi dengan guru bahasa Arab (Ida Widminngsih S.Pd) 158 Lampiran 8 Gambar Dokumentasi Gambar 4.1 Wawancara peneliti dengan Kepala SMP Isalam AlAzhar 18 Salatiga Gambar 4.2. Wawancara peneliti dengan Kepala Plt SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 159 Lampiran 9 Gambar Dokumentsai Gambar 4.3 Wawancara Peneliti dengan Guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Gambar 4.4 Wawancara Peneliti dengan Guru Matematika di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga 160 Lampiran 10 Gambar 4.5 Wawancara Peneliti dengan Guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Gambar 4.6 Wawancara Peneliti dengan Guru di MTs N Salatiga 161 Lampiran 11 Gambar 4.7 Wawancara Peneliti Dengan Wakil Kepala Madrasah di MTs N Salatiga Gambar 4.8 Wawancara Peneliti Dengan Kepala TU MTs N Salatiga 162 Lampiran 12 Gambar 4.9 Wawancara Peneliti Dengan Kepala TU SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Gambar 4.10 Pengamatan Peneliti pada Guru PAI di SMP Islam Al-Azhar Salatiga 163 Lampiran 11 Gambar 4.11 Pengamatan Peneliti Pada Guru Bahasa Arab di MTs N Salatiga Gambar 4.12 Peneliti Observasi Pada Guru Bahasa Inggris PBM di Kelas 164 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA Mts MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KOTA SALATIGA Alamat: Jl Tegal Rejo I Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga SURAT KETERANGAN Nomor : Mts.11.32.113/PP.00.9/461/2013 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala MTs Negeri Salatiga menerangkan bahwa: Nama : Wahid Hasim NIM : M.11.1.044 Perguruan Tinggi : Program Pascasarjana STAIN Salatiga Judul Penelitian : Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga) Adalah benar-benar telah melaksanakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga dari bulan juli sampai dengan 31 Agustus 2013. Demikian surat keterangan ini kami sampaikan, harap menjadikan maklum dan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Dikeluarkan di : Salatiga Pada tanggal : 31 Agustus 2013 Kepala, Dra. Hj. Zayinatun, M.Pd NIP. 19580510 199503 1 001 165 DINAS PENDIDIKAN DAN OLAH RAGA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA Alamat: Jl. Siranda Raya –Bancaan Salatiga Telp. / Fax. (0298) 326828 SURAT KETERANGAN Nomor : 008/A.B/05.02/1434/3013 Telp. / Fax. (0298) 326828 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga menerangkan bahwa : Nama : Wahid Hasim NIM : M.11.1.044 Perguruan Tinggi : Program Pascasarjana STAIN Salatiga Judul Penelitian : Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah Dalam Meningkatan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga) Adalah benar-benar telah melaksanakan penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga dari bulan juli sampai dengan 31 Agustus 2013. Demikian surat keterangan ini kami sampaikan, harap menjadikan maklum dan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Dikeluarkan di : Salatiga Pada tanggal : 31 Agustus 2013 Plt, Kepala, M. Adam Widiyanto S. Si. NIP. - 166 BIOGRAFI PENULIS Nama : Wahid Hasim Tempat / Tanggal Lahir : Pekalongan, 25 Maret 1963 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat Rumah : Jl. Osamaliki 543 B Kota Salatiga. Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Kepatihan Wiradesa Pekalongan, lulus Tahun 1979. 2. SMP Negeri 1 Wiradesa, lulus Tahun 1982. 3. SPG Negeri Peklongan , lulus Tahun 1985. 4. S-1 IAIN Walisongo Salatiga, lulus Tahun 1990. Riwayat Pekerjaan : 1. Guru MA KH Syafii Buaran Pekalongan. Tahun 1993. 2. Guru PAI SMA Sudirman Pekalongan 1994. 3. Guru PAI SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan 1996. 4. Guru PAI SMK Kota Pekalongan Tahun 2005. 5. Pengawas PAI SMP/MTs, SMA/MA, SMK Salatiga Tahun 2005-sekarang. Pengalaman Organisasi : 1. Ketua II Pokjawas PAI Kemenag Prov Jateng Tahun 2011-sekarang 2. Asesor BAP S/M SMA/MA Jawa Tengah Tahun 2008- sekarang 3. Wakil Ketua Pokjawas PAI Kemenag Salatiga Tahun 2008-sekarang 4. Kabid Kerohanian PGRI Salatiga Tahun 2009-sekarang Salatiga, Agustus 2013 Penulis, Wahid Hasim 167